ii. teori penunjanq

62
II. TEORI PENUNJANQ 1. PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan mengenai dasar-dasar teori yang berhubungan dengan analisis sinyal. Teori-teori dasar yang berbubungan dengan analisis sinyal tersebut antara lain adalah deret Fourier, transformasi Fourier, konvolusi dan korelasi, transformasi Fourier diskrit, dan penggunaan transformasi Fourier cepat ( Fast Fourier Transform - FFT ) yang digunakan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan transformasi Fourier diskrit. Juga dalam bab ini akan dijelaskan teori-teori dasar mengenai Analog to Digital Converter ( A/D Converter ) yang merupakan bagian yang sangat penting dalam tugas akhir ini untuk pengubahan sinyal analog menjadi sinyal digi- tal yang kemudian dlproses dengan sederetan perhitungan dengan metode FFT untuk menghasilkan spektrum sinyal yang dikehendaki. 2. DEFINISI ANALISIS TRANSFORMASI Analisis transformasi sering digunakan untuk

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TEORI PENUNJANQ

II. TEORI PENUNJANQ

1. PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai dasar-dasar teori yang berhubungan dengan analisis sinyal. Teori-teori dasar yang berbubungan dengan analisis sinyal tersebut antara lain adalah deret Fourier, transformasi Fourier,

konvolusi dan korelasi, transformasi Fourier diskrit, dan penggunaan transformasi Fourier cepat ( Fast Fourier

Transform - FFT ) yang digunakan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan transformasi Fourier diskrit. Juga dalam bab ini akan dijelaskan teori-teori dasar mengenai Analog to Digital Converter ( A/D Converter ) yang merupakan bagian yang sangat penting dalam tugas akhir

ini untuk pengubahan sinyal analog menjadi sinyal digi­tal yang kemudian dlproses dengan sederetan perhitungan dengan metode FFT untuk menghasilkan spektrum sinyal yang dikehendaki.

2. DEFINISI ANALISIS TRANSFORMASI

Analisis transformasi sering digunakan untuk

Page 2: II. TEORI PENUNJANQ

mempermudah penyelesaian suatu masalah. Apakah. arti sebenarnya kata 'transformasi' ? Secara umum transforma- si dapat diartikan sebagal perub^an, dan biasanya per-

ubahan yang dimaksudkan adalah perubahan bentuk. Penger- lian ini peniing, sebab dal am bab-bab berikutnya akan sering digunakan kata 'transformasi', seperti transfoma- si Fourier, transformasi Fourier diskril, transformasl

Fourier cepat dan lain-lain.Mengapa transformasi sering digunakan ? Sebagai

contoh misalnya dinginkan menghitung Y = X/Z, maka untuk

mendapatkan harga Y harus dilakukan pembagian yang ber-

ulang kali, dan ini kurarig menguntungkan dipandang dari

segi waktu, Cara lain untuk menyelesaikan persamaan ini adalaili dengan menggunakan sistem transformasi, yaitu

dengan menggunakan label logaritma untuk mentransforma- sikan operasi pembagian menjadi pengurangan, kemudian dengan menggunakan tabel anti logaritma dapat ditentukan harga Y = ( log"^ Y ). Dapat dilihat bahwa dengan menggunakan transformasi kompleksitas dan waktu menjadi berkurang.

Secara umum transformasi dapat digunakan untukmembantu menyederhanakan suatu permasal aJian. Tekniktransformasi yang digunakan dalam tugas akhir ini adalahTransformasi Fourier yang' mengubali suatu fungsi darldomain waktu menjadi frekuensi. Perbandingan analisisdiagram antara cara konvensional dan cara transformasift

dapat dilihat pada gambar 2-i!

Page 3: II. TEORI PENUNJANQ

CO M VtNTIONALanalysis

n iio ia t M siAiiMCrnv< x n

y

V

rnAtiSfORMA ftA LYS IS

t iiAriof oiiM

loglYI f loglxI.KolZl

V■COMPLEXA N A LY S IS 1 S IM P L If ltO

A N A LY S IS

LO N G -HAN O O lV IS IO N 1 t a b l e l o o < - l ip AKO s u b t r a c t io n

Vo a / ^ n i CiA

1

^ 1

i n v e r s e

T R A M S F O A Mr H U U L c lA

o o l u t i o n < ........ 11 A N T I - L O C A n i T H M

T A O L C L O O < - U P

GAMBAR 2-1PERBANDINGAN ANALISIS DIAGRAH ANTARA CARA KONVENSIONAL DAN TRANSFORMASI

E.0 Brighan, 'TTie fast Fom er Transfora', Bijlnood Cliffs, Prentice Hall Ine.,hal ?.

Page 4: II. TEORI PENUNJANQ

3. DERET FOURIER

Secara teoritis deret Fourier dapat dituruxikan

sebagai keadaan khusus dari integral Fourier, walaupun

dalam penggunaannya deret Fourier lebih banyak dlgunaKan

dari integral Fourier maupun Transformasi Fourier. Ba-

gian ini akan menjelaskan cara menyatakan sinyal dengan deret Fourier, kemudian mengubah. pernyataan sinyal ana­log menjadi sinyal digital.

3.1. Slfat-sifat Deret Fourier

Ekspansi deret Fourier untuK suatu fungsi y(t) yang periodik dengan periode To dapat dinyatakan sebagai berikut :

00 00

y(t) = ao + E a i cos nwgt + E b^ sin nWot ..... (2-1)n=l n = 1

dimana u>q adalah frekuensi angular dasar. FreKuensi angular ini sama dengan 2tt kali frekuensi dasar. Sedangkan frekuensi nwg dan nf^ adalah harmonisa. Koefisien a^ , a^ . dan bjj dapat diselesaikan dengan

menggunakan si fat ortogonalitas ;

cos nw t cos mu) t = o o- To/2 m = n- 0 m ^ n

Tor To/2 m : n

sin nu) t sin mw t -o oTo

...... ( 2-2 )- 0 m ^ n

Page 5: II. TEORI PENUNJANQ

COS nu) t sin mw t = 0 -antuK semua m dan no oTo

Gabungan dari persamaan (2-1) dan (2-2) menghaslIkan :

n Toy(t) cos nw t dt ,......... (2-3)o

To

n Toy(t) stn nw t dt ............... (2-4)o

To

Dal am bentuR kompleks dapat dinyatakan sebagai berikut ;

00y(t) : E Cn eJ^wot

-CO(2-5)

dimana

( an - J bn ) n = 0 , il, 12 .... (2-6 )

atau

To/2

n Toy(t) e-J2itfot n = 0,11,12 .. (2-7)

-To/2

Persamaan (2-5) adalah bentvik kompleks dari y(t).

3.2. Teorema Dirichlet dan Syarat Dirictilet

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menguraikan suatu fungsi ke dalam bent\ik deret Fourier. Syarat-syarat itu dinamakan syarat Dirichlet, yang anta-

Page 6: II. TEORI PENUNJANQ

ra lain adalah ;- f(x) harus bernilai tunggal (single value)- jumlah maksimum dan minimum dan jumlah

diskontinuitas dari f(x) harus terbatas '

- bila f(x) menjadi tidak berhingga di suatu titik

diskontinuitas, maka f(x) dx harus ada dan

berhingga. To

Dalam penggunaannya, variabel x bisa diganti dengan variabel t (waktu).

Pertanyaan yang seringkali muncul adalah berapa harga suatu deret Fourier untuk suatu fungsi di titik

diskontinu. Dengan menggunakan teorema Dirichlet dapat

dilihat bahwa deret Fourier dari suatu fungsi yang meme-

nuhi syarat Dirichlet akan mengumpul (konvergen) ke ;

i

auntuk semua harga x^ (2-S)

dimana ;f(xi^) : limit dari harga f(x) untuk xixj, bila didekati

dari kanan, jadi fCxi"* ) : lim f(xi + € ) dengan € > 0f(Xi~) : limit dari harga f(x) untuk xsxj, bila didekati

dari kiri, jadi f(xi“) : lim f(xi - € ) dengan € > 0Gambar 2-2 di bawah ini menunjukkan suatu fungsi yang menunjukkan pengertian limit kiri dan limit kanap, dl mana fungsi tersebut mempunyai diskontinuitas pada x^x^. Untuk titik yang kontinyu maka fCx"*") : f(x“).

Page 7: II. TEORI PENUNJANQ

GAHBAR 2-2

FUNQSI f(x) DENQAN DISKONTINUITAS

PADA X : Xi

3• 3. Keadaan khusxis Integral Fourier

Seperti telah dibicarakan pada bab II. 3 di depan,

dikatakan baliwa deret Fourier sebenarnya mertipakan kea­daan khusiis dari integral Fcurier. Persamaan (2-i) menunjukkan bahwa deret Fourier sebenarnya terdiri dari penjumlalian sekumpulan deret gelornbang sinusoida. Dengan menggunakan teorema Konvolusi yang akan dibicarakan kemudian, dapat diperoleh hubungan antara keduanya. Gambar 2-3 menunjukkan suatu gelombang segitiga yang periodik yang diperoleh dari konvolusi satu gelombang segitiga dengan suatu deretan impulse yang mempunyai periode yang sama. Secara matematis suatu fungsi y(t)

yang mervipakan konvol\isi dari fungsi h(t) dan x(t) dapat dinyatakan dengan •.

y(t) : h(t) d x(t) ..................... (2-9)Transformasi Fourier dari y(t) dapat dinyatakan dengan ;

Page 8: II. TEORI PENUNJANQ

GAHBAR 2-32)

TRANSFORMASI FOURIER DARI GELOMBANG SEGITIGA DENGAN METODE KONVOLUSI

Page 9: II. TEORI PENUNJANQ

Y(f) = H(f) X(f)

1-----------00 n = H(f) --- E e ( f ----- )

To -CD To,

i CD n n-- --- E H(— ) a(f - ----) ....... (2-10)

To -0 0 To To

Dapat dilihat bahwa dari persamaan 2-10 dan gambar 2-3 f

bahwa transformasi Fourier dari suatu ftingsi periodik

adalaJh, sekumpulan sinusoida dengan amplitudo H(n/To).

Dari deret Fourier; pada persamaan 2-7 terliliat baliwa batas integrasi terJadi dari - To/2 sampai + To/2, dan karena :

To Toh(t) = y(t) ----- < t < ..... ......... (2-11)

2 . 2maka y(t) dapat digantikan h(t), sehingga persamaannya•menjadi :

To/2y(t) e-J2itnfot

icn To

-To/21 ■ 1 ' n

= --- H(nfo) = ---r H(--- ) ...... (2-12)To To To

Terlihat bahwa koefisien yang dihitung dengan integral Fourier dan dengan deret Fourier adaleQi sama untuk fungsi periodik. Juga dapat dilihat bahwa koefisien untuk ekspansi deret Fourier dari fungsi y(t) adalah sama dengan transformasi Fourier yang dihitung unt\ik n/To, kecviali adanya faktor 1/To ( 1 ihat gambar 2-3 c dan f ).

Page 10: II. TEORI PENUNJANQ

4. TRANSFORHASI FOURIER

Transformasi Fourier adalali suatu transformasi yang

mendef inisikan suatu fungsi dari harga - 00 ke + 00 . ,

sehingga harus diketahui fungsi lain yang juga mendefi-

nisikan variabel-variabel yang sama dari - 00 ke + 00 .

Gambar 2-4 tnenjelaskan suatu fungsi, dimana

transformasi Pouriernya adalah dua gelombang yang saling

dijumlahkan. Dari gambar jelas terlihat batxwa transfor­

masi Fourier menguraikan suatu fungsi gelombang Ke

masing-masing komponen penyusunnya.

4. i. Dasar Analisis Transformasi Fourier

Secara matematis, transformasi Fourier dapat dinya- takan sebagai berikut :

+ C0

S(f) t s(t) dt ............ (2-13). -CO

dimana :

s(t) : gelombang yang akan diuraikan.S(f) = transformasi Fourier dari s(t)

j = 4- -1.

Dapat dilihat suatu contoti yang dijelaskan pada gambar 2-5 baliwa suatu gelombang persegi dapat diuraikan menja- di sekumpulan gelombang sinus yang ditentukan oleh laasil transformasi Fourier.

Page 11: II. TEORI PENUNJANQ

QAHBAR 2-43) INTERPRETASI TRANSFORHASI FOURIER

Page 12: II. TEORI PENUNJANQ

■Ill

III

SMI

1/7ins l/IO

i/j

I nil I 'io 0 1 IA 4•wo .1/6

» , ( l l • C M ( J i r t g i l . 1/3 c o t I6»1 I) - I *

1t/7 1/7

•1/6 .1/6

i j l i l • CO* I J H g O . t /3 c o t (6 ( r t g l l Sjl'l1/7

WIO__L

1/7

1/10 J__

•I/O .1/4

t^ lil • coi (?'rt^i| • 1/3 cot lO irtjIl

Ibl

Sjll)

l/Jl/lO

I____

\n

1^4 I ' -1/1- l / C -1/6

I/IO1T T— I -1/14

QAHBAR 2-5^)

TRANSFORHASI FOURIER DARI GELOMBANG PERSEGI

Page 13: II. TEORI PENUNJANQ

Biasanya suatu fungsi yang periodik dinyatakan

dal am beniuk deret Fourier, sedangkan untuk fungsi yang

tidak periodik dinyatakan dal am transformasi Fourier

yang kontinyu dal am range frekuensi. Contoh untvik suatu

gelombang persegi yang tidak periodik serta liasil

transformasinya dapat dilihat pada gambar 2-6.

GAHBAR 2-65>TRANSFORMASI FOURIER DARI QELOHBANQ

PERSEGI YANG TIDAK PERIODIK

Jelaslah bahwa transformasi Fourier mentransforma- sikan suatu fungsi dari daerah. ( domain ) waktu ke daerah. frekuensi, dan hasil transformasinya mengandung informasi yang sama seperti fungsi asal.Persamaan matematis dari transformasi Fourier

5 ) Ibid. h»l 1.

Page 14: II. TEORI PENUNJANQ

H(f) = h(t) e-J2TTft dt ............ (2-14)-C O

sebenarnya merupakan suatu integral Fourier yang dide.fi-

nisikan dari sinyal waktu kontinyu. H(f) dikatakan

iransformasi Fourier dari h(t) jika integral Fourier ini mempunyai harga untuk setlap parameter f.

Jika dinyatakan dal am bentuk kompleks, maka

transformasi Fourier dapat dinyatakan sebagai berikut :

H(f) -- R(f) + j 1(f) |H(f)l eJ0(f) ..... (2-15)

dimana ;

R(f) i bagian real dari H(f)1(f) = bagian imajiner dari H(f)0(f) r arc tg [I(f)/R(f)l

|H(f) I = [R2(f) + 12(f)

Sebaliknya jika ingin didapatkan kembali fungsi asal tid), dengan mehggunakan transformasi Fourier balik ( Inverse Fourier Transform ) dapat diperoleh fungsi asal tersebut. Inverse Fourier Transform dapat didefinisikan sebagai berikut :

+00

h(t) = H(f) eJ2iTft df ............. (2-16)-00

Persamaan (2-16) adalali kebalikan dari transformasi Fourier ( = Inverse Fourier Transform ). Fungsi h(t) dan

H(f) yang mempunyai hubungan seperti yang ditunjukkan

Page 15: II. TEORI PENUNJANQ

oleh persamaan (2-14) dan (2-16) di atas dinamakan pasangan transfortnasi Fourier, atau aering dinyaiakandengan

h(t) <=> H(f) ( 2 - 1 7 )

4. 2. Bentuk-bentuK lain Transformasi Fourier

Perkembangan transformasi Fourier yang demiklan,

cepat menyebabkan tidak adanya definisi yang umutn dari

integral Fourier maupun kebalikannya (inverse).t

Transformasi Fourier dapat dinyatakan dalam bentuk yang lain sebagai berikut :

+ 00

W : 2 l T f

b(t) = a.

I h(t) e-Jwt dt

-0 0

♦ooH(f) eJwt dw

(2-16)

( 2 - 1 9 )

(2-2 0)-0 0

dimana koefisien a^ dan ag tergantung pada pemakal,misalnya a{ = 1 dan a^ = l/2ii, atau a^ = a 2 s l/f2n,atau a^ ; 1/2tt dan ag = 1.

Agar pasangan transformasi Fourier memenuJii syaratpersamaan ( 2-18 ) dan ( 2-20 ) maka :

at . 32 = l/2rt ........................\ (2-21)

Perbedaan harga-harga tersebut berhubungan denganhubungan antara transformasi Fourier dan transformasi

Page 16: II. TEORI PENUNJANQ

Laplace,- dalam mendefinisikan hMbungan energi total

dal am daerati waktu dengan energi total dalam daerah

frekuensi radian (w). Sebagai contoh dalam teorema Par-

seval's dinyatSLkan sebagai berlkut ;

+ 00 , +00 . .lH(u» j2 dw . . ■.... (E-E2)

-CO -CO

Penyamaan energi dalam domain waktxi dengan energi dalam

domain frekuensi radian menghasilkan aj s i/fSn.

Terlihat baliwa transformasi Laplace yang secara umium dinyatakan sebagai : •

+ 00

h2(t) dt = 2na^2

h(t) e'®^ dt-0 0

+00

h(t) dt (2-23)-CD

dapat disamakan dengan transformasi Fourier bila bagian real diset dengan harga.nol. Hal ini menyebabkan suatu kondisi yang bertentangan dengan hipotesa terdsiliulu, karena dari persamaan ( 2-16 ) dan ( 2-23 ) akan mengha­silkan a 2 =l dan ai = l/2TT.

Untuk mengatasi hal ini maka sal ah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menyatakan pasangan

transformasi Fourier sebagai berikut ;+ 00

H(f) = h(t) e-J2Tift dt (2-24)-c»

Page 17: II. TEORI PENUNJANQ

+CD

h(t) = H(f) eJ2Tift df (2-£5)-0 0

Dengan definisi ini maKa teorema Parseval menjadl *.

+00 +00 -

h2(t) dt : df ................. (2-26)

- 0 0 - 0 0

sehingga persamaan (2-24) konsislen dengan transformasi Laplace.

4. 3. Sifat-stfat Transformasi Fourier

Ada beberapa sifat yang perlu diketahui dalam menggunaKan transformasi Fourier. Beberapa sifat itu antara lain;1. Linieritas

Jika x(t) dan y(t) mempunyai transformasi ' Fourier X(f) dan Y(f) maka x(t) + y(t) mempunyai transforma­si Fourier X(f) + Y(fJ. .

x(t) + y(t) < = > X(f) + Y(f) ........ (2-27)sebagai contoh :

x(t) = K <:> X(f) = K a(t)

y(t) r A cos(2TTfot) <--> Y(f) = A/2 [a(f-fo) + d(f+fo)l Dengan menggunakan teori linieritas :

x(t) + y(t) : K + A cos(2Tifot) maka transformasi Fourier dari x(t) + y(t) menjadi ;

X(f) + Y(f) = K a(f) + A/2 [d(f-fo) + d(f+fo)]Sifat linieritas dapat di1ihat pada gambar 2-7.

Page 18: II. TEORI PENUNJANQ

•;a>

Y (l|

1 A/7 A/7

•'o 1. '

A / ?

X ( l | • Y ( l )

A/2

GAHBAR 2-7®) SIFAT LINIERITAS

Page 19: II. TEORI PENUNJANQ

S. Simetrisitas

Jika h(t) dan H(f) adalah pasangan transformasi Fourier tnaka ;

H(t) <--> h(-f) . ..............;........ (2-28)Sebagai contoh ;

maka dengan teorema simetrisitas ;

2 A To sin(2TiTof)

E A To sin(2nTof)a 11 To f

<=> h(-f) = h(f) = A f <T2 Tt To f

Gambar (2-6) menunjukkan hyibungan simetrisitas.

(a)

(b)

GAMBAR 2-8a) TRANSFORMASI FOURIER DARI GELOMBANG PERSEGIb) TRANSFORMASI FOURIER DARI A sin (at)/at

Page 20: II. TEORI PENUNJANQ

3. Penskalaan waktu (time scaling)

Jika H(f) adalah transfortnasi Fourier dari

maka transformasi Fourier dari h(kt) dimana k adalah

konstanta yang tidak sama dengan nol adalah :

1h(kt) <:> ----— H(f/k) .............. (3-29)

IK

Sifat dari penskalaan waktu ditunjukkan pada gambar 2-9

4. Penskalaan Frekuensi

Jika h(t) mempunyai transformasi Fourier H(f), maka

transformasi Fourier balik dariH(kf) untuk k konstanta real adalah ;

1h(t/k) <=> H(kf) .............. (2-30)

1^1

Sifat dari penskalaan frekuensi ditunjukkan pada gambar 2 - 10.

5. Pergeseran WaktuJika h(t) digeser sepanjang to, maka transformasi

Fourier dari pergeseran waktu adalah ;h(t-to) < = > H(f) e-J2Tifto ........... (2-31)

Sebagai contoh ditunjukkan pada gambar 2-11. Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa pergeseran waktu akan mengha- silkan perubahan sxidut ©(f), tetapi tidak mengubah mag­nitude dari transformasi Fourier, Hal ini disebabkan karena ;

H ( f ) e-J2iTfto = H(f) [cos (2iifto)-J sin(2nfto)) sehingga

Page 21: II. TEORI PENUNJANQ

|H(f) e-j2TTfto I - H2(f) [ cos2(2Ttft ) + sin2(ETift )] ______ 0 0H2(f) (2-32)

GAHBAR 2-g7)

Page 22: II. TEORI PENUNJANQ

GAMBAR 2-10®)

Page 23: II. TEORI PENUNJANQ

niu

A

ltd

•1 1

A

V ?

m n

A

nA?

1 ( 0

fA 1

R | i |A

1 - A1

1'

B U I M M

- A - A 1 *

GAHBAR 2-1l9)

Page 24: II. TEORI PENUNJANQ

6. Pergeseran FreKuensi

Jika H(f) digeser sebesar fo, maka hasil transfor- masi baliknya h(t) dikalikan derigan eJ2nfot_

h(t)eJ2nfot <.-> H(f-fo) ........ (2-33)

Pada gambar 2-12 ditunjukkan efek dari pergeseran

frekuensi, dimana fungsi H(f) real. Hasil dari

pergeseran ditentukan oleh perkalian fungsi h(t) dengan cosinus dimana frekuensinya sama dengan besarnya perge­

seran fo-

GAHBAR 2-12^0)SIPAT PERGESERAN FREKUENSI

Ibid, hal 39.

Page 25: II. TEORI PENUNJANQ

5. k o 'n v o l u s i d a m k o r e l a s i

Untuk menjelaskan transformasi Fourier, sering.

digunakan konvolusi dan korelasi, terutama unt\;k

menghubungkan suatu fungsi analog ke fungsi digital.

Bagian bab ini akan menjelaskan konvolusi dan korelasi.

5.1. Integral Konvolusi

Suatu fungsi y(t) dikatakan konvolusi dari fungsi x(t) dan h(t) jika ;

+00

y(t) : K<o) h(t-a) da = x(t) n h(t) ...... (8-34)»

-0 0

persamaan di atas dapat dituliskan. ke dal am bentuk lain, yaitu ;

+ 00

y(t) = h(a) x(t-o) da = h(t) « x(t) ...... (3-35)-00

K : konvolusiTerlihat bahwa diperlukan fungsi h(t-a) dan x(a), di mana x(a) dan h.(a) masing-masihg adalah x(t) dan h(t) dengan mengubah t menjadi' ■ o. Fungsi h(-a) adalah bayangan dari h(a) terhadap sumbu y, dan h(t-o) adalali fungsi h(-o) yang digeser sejauh t. Dengan demikian maka persamaan (2-34) dapat dibitung dengan mengalikan x(o) dan h(t-o), kemudian diintegralkan dari -oo ke +oo. Qambar

Page 26: II. TEORI PENUNJANQ

Ill

lb)

Id

QAMBAR 2-13^^) PROSEDUR MENDAPATKAN tl(t-a)

GAHBAR 2-14^2)

CARA MENDAPATKAN KONVOLUSI SECARA GRAFIK

]M_d, hal 52. ' 2 ) loc, cil,

Page 27: II. TEORI PENUNJANQ

• t i l

I b l

rov.oiNC

O i S f ’ l . A C t M t M T c >

m u l t i p l i c a t i o n

I N T t C R A T l O K C >

GAMBAR 2-15^3)

PROSEDUR HENDAPATKAN KONVOLUSI DENGAN : HELIPAT, MENGGESER, MENGALIKAN, MEKGINTEGRALKAN

Page 28: II. TEORI PENUNJANQ

2-13 dan gambar 2-14 menunjxikkan operas! integral konvo- lusi.

Untuk mendapatkan integral konvolusi dengan metode

grafik secara umum adalah sebagai berikut :

- Dilipat (folding), cari bayangan h(a) terhadap sum-

bti asal y.

- Digeser (displacement), geser h(-o) sejauh t.

- Dikalikan (multiplication), yaitu dengan mengalikan

fungsi h(t-o) dengan x(o).- Diintegralkan (integration), luas dari perkalian

h(t-o) dengan x(a) adalah hasil konvolusi.Gambar 2-15 menunjukkan contoh prosedur konvolusi.Dari gambar 2-15 f maka didapatkan hasil konvolusi;

+ 00

y(t) = x(a) h(t-a)] da-CD

+ 00

1 da - I - ............ (2-36)-00

untuk menentukan batas integral fungsi, ambil batas bawaJn dari harga terbesar dari dua titik batas bawah, sedangkan batas atas diambil harga terkecilnya. Untuk fungsi di atas batas bawahnya 0 dan batas atasnya adalaii t.

5.2. Konvol\isi Fungsi Impulse<

Integral konvolusi yang paling sederhana adalah

Page 29: II. TEORI PENUNJANQ

jika salah satu -fungsinya merupaKan fvingsi impulse.

Untuk menjelaskan hal^ ini misalkan h(t) adalali fungsi

impulse seperti yang terlihat pada gambar 2-16, sedangkan x(t) adalali gelombang persegi tunggal. Haka integral konvolusinya adalah seperti yang ditunjukkan

pada gambar 2-15 c, dan persamaan matematisnya dapat

dituliskan sebagai berikut ;

+ 00

y(t) -- [d (t-o)+d(t+o) 1 x(t-a) da

-CD

: X(t-T) 4- X(t+T) . . / ................... (2-37)

Penggunaan konvolusi yang paling penting adalah dal am

hubungannya dengan tranformasi Fourier, yang dapat dije-

laskan sebagai berikut : bilah(t) danx(t) mempunyai transformasi Fourier H(f) dan X(f) maka h(t) * x(t) mempunyai transformasi Fourier setiingga dapatdikatakan bahwa pasangan transformasi Fouriernya adalah

h(t) » x(t) < = > , H(f) X(f) ............. ( 2-38)

Hubungan ini akan banyak digunakan pada pencuplikan gelombang (sample). Sebagai contoh seperti yang ditunjukkan pada gambar 2-17.

5.3. Frekuensi Konvolusi

Integral konvolusi juga berlaku dari domain frekuensi ke domain waktu, yaitu jika hasil kali b d )

Page 30: II. TEORI PENUNJANQ

U )

• III

(b)

■H -T T JTId

( C )

GAMBARKONVOLUSI FUNGSI IMPULSE

Page 31: II. TEORI PENUNJANQ

III

GAMBAR 2-1715)CARA HENDAPATKAN KONVOLUSI FUNQSI IMPULSE

Page 32: II. TEORI PENUNJANQ

dengan x(t) aKan mempvinyat transformAsl Fourier H(f) *

X(f). Pasangan transformasi Fouriernya adalali ;

h(t) x(t) <:> H(f) » X(f) .............. (2-39)

Qambar 2-18 menunjuKKan freKuensi konvolusi dari suatu

fungsi cosinus dengan fungsi gelombang persegi.

5. 4. Integral Korelasi

Integral korelasi adalah. integral lain yang ada

hubungannya dengan konvolusi. Persamaan matematis

integral korelasi dapat dituliskan sebagai berikut :

+ CD

z (t) = -0 0

x(o) h(t + o) do .................. (2-40)

Prosedur untuk mendapatkan integral korelasi liampir sama seperti untuk mendapatkan integral konvolusi. Pada gam- bar 2-19 ditunjukkan 1 angkali-1 angkah. untuk mendapatkan integral korelasi.

6. TRANSFORHASI FOURIER DISKRIT

Suatu sinyal merupakan kumpulan dari berbagai informasi. Secara matematis suatu sinyal dapat merupakan fungsi dari satu atau lebih variabel yang bebas (inde­pendent). Variabel bebas ini bisa merupakan variabel yang kontinyu maupun diskrit. Sinyal kontinyu didefinisikan . sebagai fungsi yang kontinyu untuk setiap

Page 33: II. TEORI PENUNJANQ

•lllhtll

l<l

Mill

_ ,X C O tW O l.U T IO N \ v ,^ • I ----------------------- • /A A

i 2

Id (dl

GAHBAR 2-1616)CARA MENDAPATKAN KONVOLUSI FREKUENSI

Page 34: II. TEORI PENUNJANQ

OtSPLACCMCNT

U\

hUl

1

• r

(b|

m u l t ip l ic a t io n

ic)

I N T E G R A T I O N

GAMBAR 2-19^'^)PROSEDUR MENDAPATKAN INTEGRAL KORELASI DENGAN

HENGGESER, MENGALIKAN, DAN MENGINTEGRALKAN

Page 35: II. TEORI PENUNJANQ

variabel, sedangkan sinyal diskrit hanya mernpvinyai harga

unl-uK set lap harga diskrit. Di sini akan lebih daliulu dibalias sinyal diskrit sebelum melanjutkan pembicaraan mengenai transformasi diskrit.

6.1. Sinyal-sinyal vfaktu diskrit

Pemrosesan suatu sinyal digital dalam sistem

diskrit dinyatakan sebagai deretan data yang menyatakan besarnya amplitudo. Secara matematis deretan data ini dapat dinyatakan sebagai : ' .

X : ( x(n) }, -00 < n < CO ................... (2-41)

di mana x(n) merupakan deretan data-data dari x untuk suatu harga n dari -co sampai <». Gambar 2-20 menunj'ukkan

suatu deretan sinyal digital secara grafik.

Gambar 2-21 menunjukkan beberapa sinyal diskrit yang menjadi dasar pemrosesan sinyal. Sinyal diskrit yang pertama adaleili fungsi unit sample d(n) (= fungsi Dirac), yang hanya mempunyai harga pada n=0, yaitu :

a ( n ) =— 0 untuk n / 0

............ (2-42)- I untuk n = 0

Secara real fungsi ini tidak ada, karena tidak ada impulse dalam sinyal.

Sinyal diskrit yang kedua adalah unit step U(n) yang mempunyai harga :

1 . untuk . n > 0.............. (2-43)

— 0 untuk n < 0

Page 36: II. TEORI PENUNJANQ

X =• {x (/ t )) , — CO < /I < 00

GAHBAR 2-20^6)

BENTUK SINYAL DISKRIT

Unil tompit

Unit ticp

SingtoMol

. 1 ! t l• • •

1 o r1

GAHBAR 2 - 2 1 ^ 9 )

BENTUK S I N Y A L D I G I T A L YANG UHUH D ITEM UK AN

U Oppenhcin, R.V Schafer, ’D)*i(aJ Siinil Frocessin/', Prenllce Hall Inc, Bmlttood Cliff, He» JerscT, 19T5, hal 6.

i 9 ) ibid, bai T.

Page 37: II. TEORI PENUNJANQ

Sedangkan sinyal yang terakhir adalah sinusoida, yang

mempunyai harga ;

x(n) - sin(an-vb) -co < n < co ........... (S-44)Dapat dikatakan baliwa suatu sistem diskrit bekerja

dengan mengolah data berupa data digital dan

menghasilkan output (keluaran) berupa sinyal digital

pula. Dal am hubungan input dan output secara umum suatu

sistem diskrif dapat digambarkan melalui persamaan ;

^n " ^ ^n-m ......................... <2-45)m : -0 0

di mana (x^) dan (7^1 adalah input dan output sedangkan (hnJ adalah respo.ns impulse s-istem.

/6.2. Fengubahan Transformasi Fourier menjadi diskrit

Bagian ini akan membicarakan bentuk lain pernyataan Fourier, yaitu Transformasi Fourier Diskrit (Discrete Fourier Transform/DFT). Transformasi Fourier diskrit ini didasarkan pada sejumlah urut-urutan data yang tertentu/ terbatas, dimana masing-masing data mewakili amplitude yang dipisahkan oleh Jarak tertentu (Jarak sample). Yang paling penting di sini adalah bagaimana mengubah transformasi Fourier supaya dapai diproses oleh komputer.

Cara mengubah suatu fungsi h(t) yang mempunyai transformasi Fourier H(f) agar dapat diproses oleh komputer ditunjukkan pada gambar 2-22. Untuk hal ini fungsi h(t) harus disampel dengan interval T <gambar 2-

Page 38: II. TEORI PENUNJANQ

22 b). Dengan menggunakan teori konvolusi maka fungsi

h(t) yang tersampel h(t) Ao(t) dan transformasinya

ditunjukkan pada gambar 2-22 c. Gambar ini menunjukkan

jika suatu fungsi mempunyai lebar band yang tidak

terbatas, maka akan keliilangan sebagian dari sinyal.

Prinsip ini berhubungan dengan teorema sampling, yaitu :

T = 1/(2 fc) ............. ................... (2-46)

atau

T < 1/(2 fc) ................................. (2-47)

supaya tidak terjadi aliasing. Sedangkan untuk T = 1/(2 fc) disebut sebagai Niquist Sampling rate.

Permasalahan yang pokok dalam bagian ini adalali

bagaimana menyatakan suatu sinyal yang kontinyu supaya

bisa diproses secara digital. Pada gambar £-22 c terlihat babwa sinyal tersebut masih tidaK bisa diproses, karena Jumlali samplenya masih tak terbingga. Karena itu fungsi diskrit harus dipotong supaya mempunyai jumlah sample yang terbatas sebanyak N. Fungsi yang memotong tersebut adalali suatu gelombang persegi

tunggal. Dengan menggunakan konvolusi basilnya terliliat seperti ditunjukkan oleh gambar 2-22 g.

Hasil terakhir ini sudabi bisa diproses oleh

komputer, karena kedua data sudali berupa data digital.

Kalau diperhatikan kedua fungsi asal didekati sebanyak N

sampl.0 , aodnvigUnn ha?«il tranajl'ormaslnya Juga mempunyai

sample sebanyak N Juga. Jadi dapat disimpulkan bahwa

penyampelan dalam domain waktu mengbasilkan fungsi pe-

riodik dalam domain frekuensi, sedangkan penyampelan

Page 39: II. TEORI PENUNJANQ

.,1.1

-nv-

h(t). _(»

—nv- (

\■111

'' ,

■\ ‘

oMl

h |tU ,(tU lil

* lit)

^ ‘

I V r r r r r - .-O

1*11)1

JL\ h

I .

i i i i i

t|M |i|.A ^ (t|.X illlA ,ln |^

l i o i l-N— 1 t

QAMBAR 2^2220)

PROSES MENDAPATKAN TRANSFORMASI FOURIER DISKRITSECARA GRAFIS

2 0 ) .0 Brighan, op,cil.,hal 92.

Page 40: II. TEORI PENUNJANQ

dalam domain frekuensi menghasilkan fungsi periodik dt domain waktu.

Secara matematis diskritisasi fungsi h(t) dari*

fungsi sample Ao(t) dengan jarak sample T dapat

dinyatakan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2-22 a;00

h(t) Ao(t) : h(t) E d(t-kT)k= -00

00

= E h(kT) a(t-kT) ............. (2-48)k= -00 0

Hasil perkalian ini ditunjukkan pada gambar 2-22 c. Kemudian fungsi yang tersample dipotong dengan gelombang persegi tunggal pada gambar 2-22 d.

x(t) = 1. -T/2 < t 5 To-T/2 : 0, untuk yang lain.

To : lebar fungsi pemotong. Jadi hasil perpotongannya ;

00

E h(kT) d(t-KT) •- k : -00

r N-1E h(kT) d(t-kT)

L k-0x(t)

(2-49)

(2-50)

N = jumlali impulse = To/T

Langkah yang terahir adalah mengubah hasil tranformasi menjadi transformasi Fourier diskrit dengan menyampel dengan fungi A ^ d ) ;

0 3

(t) = To E e (t-i«To) r : -00

(2-51)

sehingga didapatkan hasil terakhir •.

Page 41: II. TEORI PENUNJANQ

r N-1E h(KT)d(t-KT)

I- K = 0

N-1

00

TO E a(t-rT)r : - 0 3

= . . . . + To C h(kT) a(t+To-KT) k-0N-1

+ To E h<RT) a(t-kT) k - 0

N-1+ To E h(kT) a(t-To-kT) +

k=0

atau secara singkat dapat ditulisKan

_h(t) 1 To E

r ; -CO

r N-iE h(kT) ,a(t-kT-rTo)

- R :0

(2-52)

(2-53)

Hasil persamaan (2-53) menunjukkan bahwa fungsi h(t)

merupakan fungsi periodik dengan periode To dan banyak

sample N. Dari persamaan (2-38) dan (2-40) maka transformasi Fourier dari fungsi yang tersample dapat dinyatakan sebagai berikut ;

_ n COH(-— ) = E Cn a(f-nfo)

To n=-oo(2-54)

dimana ;

ToTo-T/2

n Toh(t) e-J2Tifont ........ .. (2-55)

-T/2n r 0 , 1 1 , 1 2

dengan substitusi persamaan (2-53) dan (2-55) maka ;

Page 42: II. TEORI PENUNJANQ

■ To-T/2i

n To

CO r N-1To E

r:-<X) ■- k:0,E h(kT) a(t-kT-rTo) e-j2Tinfot

-T/2

■antuK satu periode maka ;

To-T/2

nN-1■ E h(kT) d(t-kT) te“J2TTnfotk : 0

-T/2To-T/2

N-1 E h(kT)

k:0

N-1

d (t-kT) e“J2T»nfot

-T/2

E h(kT) e"J2TinkfoT ............. (2-56)K--0

karena To=NT maka ;

N-1= 2 h(KT) e-j2Tikn/N

k-0(2-57)

sehingga transformasi Fouriernya dari persam'aan (2-53);

r nH

00 N-1E E h(kT) e-J2TTkn/N

n = - o o k:0(2-58)

karena. fungsi H(n/NT) periodik maka transformasi Fouriernya dapat dinyatakan sebagai ;

nH

N-1E h(KT) e“J2itKn/N

k rO(2-59)

untuk n = 0 , l , 2 , . . . N-lPersamaan 2-59 merupakan transformasi Fourier diskrit,

Untuk mendapatkan fungsi asal dari transformasi Fourier

Page 43: II. TEORI PENUNJANQ

dapat dicari dengan persamaan :

1 N-1 r n nh(kT) : --- E H

N n:0;-j£TTkn/N ...... (E-60)

L NT -J

dimana harga

k : 0, 1, 2 . . . N-i

Jadi vintuk mendapatkan hubungan agar kedua transformasi

ekivaien dari penurunan rumus di atas diperlukan syarat-

syarat sebagai berikut ;

- Fungsl h(t) harus periodik

- Fungsi h(t) harvis band-1 imited, artinya harganya barus terbatas ' ^

- Kecepatan penyampelan harus dua kali lebih besar dari komponen frekuensi yang paling besar dari h(t), supaya tidak terjadi aliasing.

- Fungsi pemotong x(t) harus tidak nol untuk satu periode.

6.3. Sifat-sifat Transformasi Fourier Diskrit

Pada bagian ini akan ditinjau sifat-sifat DFT (Discrete Fourier Transform) untuk suatu rentetan periodik dengan perioda N, tetapi- sifat-sifat ini Juga berlaku untuk rentetan terbatas K, dengan syarat babvfa rentetan itu merupakan bagian dari rentetan periodik yang terletak dal am interval O _< n ^ N-i, dan mempunyai harga nol di luar interval.

Beberapa sifat transformasi Fourier diskrit adalah:1. Linearitas

Page 44: II. TEORI PENUNJANQ

UnttLk mempermudali penulisan maKa KT diganti dengan

k dan n/NT diganti dengan n. Jika x(k) dan y(k) masing- masing mempviAyai transformasi Fourier X(n) dan Y(n) maka

x(k) + y(k) < = > X(n) + Y(n) ................. (2-61)

2. Simetrisitas

Jika h(k) dan H(n) adalah pasangan transformasi Fourier maka ;

1--- H(k) < = > h(-n) ......................... (2-62)N

3. Pergeseran waktuJika h(k) digeser sejauh i'maka :h(k-l) <:> H ( n ) e-J2Tini/N ................................................... (2-63)

4. Pergeseran freku.ensi

Jika H(n) digeser sejauh i maka transformasi Fourier baliknya dikalikan dengan eJ2ttik/N .

h(k) eJ2nik/H <=> H(n-i) .................. (2-64)

5. Konyugasi KompleksJika [x(k)l : tx(0), x(i), ... x(N-l)] adalali

rentetan harga real, seliingga N/2 adalali integer dan x(k) <:> X(n)

maka

X(N/2 + l) : X(H/2-l) ............... ........ (2-65)

dimana •.1 = 0, i,2, . . . . K/2X(n) = konyugasi kompleks dari X(n)

Rumus ini perlu diturunkan karena akan dipergunakan dal am proseft transformasi Fourier cepat (FFT).

Page 45: II. TEORI PENUNJANQ

1 N-lX(n) = -- E x(k) ....................... (2-66)

N k = 0

1 N-iX(N/2 + l) : --- E x(k) w(N/2 + l)k

N k ; 0

-- E x(k) w-(N/a-l)k v/KNN k:0

H •= X(N/2-l) ............................... (2-67)

dimana :W : e“j2n/H^ sehingga = I.

7. TRANSFORHASI FOURIER CEPAT (FFT)

Transformasi Fourier diskrit dapat diselesaikan secara tepat dengan menggunakan Transformasi Fourier

Cepat (Fast Fourier Transform/FFT). FFT yang ditemxikan oleh Cooley dan Tuckey menyebabkan penyelesaian transformasi diskrit menjadi lebih sederhana terutama dalam efisiensi waktu.. Ide penggunaan FFT ini adalah

memecahkan satu rentetan yang panjangnya N menjadi dua

rentetan yang lebih pendek. Dengan menggunakan FFT maka operasi matematik yang harus dilakukan dalam memroses transformasi Fourier diskrit maupun kebalikannya dapat dikurangi, dengan demikian dapat mengurangi waktu proses.

Dari persamaan (2-59) dan (2-60), keduanya merupakan pasangan transformasi Fourier diskrit:

Page 46: II. TEORI PENUNJANQ

n N-1X(---- ) : E x(kT) Q-JennK/H

NT k=o ■< :>

1 N-1 nx(kT) : --- -E X(------ ) eJSnnk/H ....... (2-68)

N n=o NT

atau dengan menggunakan sifat linieritas maka

n 1 N-1X(---- ) = --- E x(kT) e"J2Tink/N

NT N k=o

< :>

N-1 nx(kT) : E X(---- ) eJ2nnk/N .......... . ( 2-69)

n:o NT

Dari persamaan (2-69) terlihat balivra pasangan transfor­mas i Fourier dapat dikalikan dengan suatu konstanta. Jika n/NT diganti n dan kT diganti k maka :

1 N-1X(n) = --- E x(k)

N k=o ,«< = >

N-1x(k) : E X(n) ............. . (2-70)

n= o

dimana n dan k = 0, 1, 2......N-1

Persamaan (2-69) dan (2-70) menjadl dasar bagi pe- nyelesalan transformasi Fourier cepat (FFT). Persamaan standard yang akan digunakan dalam pembeihasan ini a d a l ^ persamaan (2-70). Namun untuk mempermudah pembahasan

Page 47: II. TEORI PENUNJANQ

akan digunakan persamaan (2-68) supaya tidak terikat dengan konstanta i/N.

Algoritma FFT mempersyaratkan bahwa jvimlali atau

panjang rentetan x(n) ( = N ), harus merupakan

perpangkatan 2, yaitu N = 2 '’’ dimana t adalah . bilangan

bulat.

Jika N : 4, maka dari persamaan (2-70) dapat dituliskan

X ( 0 ) : X ( 0 ) W 0 + X ( 1 ) W 0 + x ( 2 ) W< > + X ( 3 ) W 0

X ( l ) = x ( 0 ) w O + x ( l ) W i + x ( 2 ) w 2 + x (3)w 3X(2) = x(0)wO + X ( 1 ) W 2 + x(2)W^ + x(3)W®X ( 3 ) = X ( 0 ) W 0 + x ( i ) w 3 + x ( 2 ) W 6 + x ( 3 ) w 9

..(2-71)

dal am bentuk matriks dapat dituliskan :

X(0) yO \f(0 X(0)X(l) yO v/1 v/2 y3 X(l)X(2) wO w2 W6 X(2)X(3) yO v3 w® W9 x(3)

..(2-72)

secara singkat matriks di atas dapat ditulis :

X(n) = x(k) .............................. (2-73)

Terlihat dari persamaan (2-71) dan (2-72) bahwa karena x(k) dan W bisa berharga kompleks maka jumlah perkalian kompleks yang dibutuiikan sebanyak dan jumlahpenambahan kompleks sebanyak N (N-1). Cara ini kurang praktis, karena itu untuk mengurangi proses matematik yang panjang digunakan FFT.

Untuk penggunaan algoritma FFT maka ambil jumlah

Page 48: II. TEORI PENUNJANQ

sample x(k) menurut hubungan N=2’’’, dimana t adalah

bilangan bulat. Untuk N = 4 = 2'’’ = maka persamaan(2-72) dapat dituliskan sebagai berikut :

X(0)

X(l)

X(2)

X(3)

1 1 1 1

1 Wl W2

1 V/2 wO W2

1 W3 w2

X ( 0 )

x ( l )

X ( 2 )

X ( 3 )

(£-74)

Penurunan persamaan (2-74) di atas dilakxikan dengan

menggunakan hubungan dimana [nk mod N]adalah sisa pembagian nk dengan*K, sebagai contoh jika

N-4, n=2, dan k=3 maka :

W6 - v2m

karena(2-75)

ynk - - exp r -J2ti • ■ (— -----) 6

exp t -J3it 1

exp [ -JTT 3 =

y2 ; mod N

r -J2tI(-------) 2

L , 4(2-76)

Kemudian dengan memfaktorkan matriks persamaan (2-74) :

x(0) x(l) x(2) x(3)

(2-77)

X ( 0 ) 1 wO 0 0 1 0 y O 0

X ( i ) 1 W2 0 0 0 1 • 0 y O

X ( 2 ) 0 0 i i 0 W2 0

X ( 3 ) 0 0 1 W3 0 1 0 W2

Page 49: II. TEORI PENUNJANQ

di sini terlihat bahwa baris kedua dan ketiga saling

ditukar, sehingga vektor kolom X(n) ditulis dalam bentuk 1ain adalah :

X(0)

X(l)

X(2)X(3)

kemudian

IX(n) ( 2 - 7 8 )

X1

( 0 ) 1 0 y O 0

X1

( i ) 0 1 0 wO

X1

( 2 ) 1 0 y 2 0

X . i

( 3 ) 0 i 0 W2

X(0)x(l)

X(2)

X(3)

(E-79)

dari persamaan (2-79) (0) diselesaikan denganperkalian dan penjumlahan kompleks hanya satu kali yaitu;

XI (0).*= x(0) + wO x(2) ..................... (2-60)

Elemen x^(l) juga mempunyai keadaan yang satna, sedangkan xj^CS) hanya mempunyai satu penjumlali kompleks karena

: -w2 sehingga :

Xi (2) : x(0) + W2 x(2) : x(0) - x(2) (2-81)

dimana x(2) telah diliitung pada persamaan (2-60),demikian pxila untiik xi(3).Selanjutnya penyelesaian lengkap persamaan ;

Page 50: II. TEORI PENUNJANQ

X(0) X (0) 2 1 yO 0 0 (0)X(l) X (1) 2 1 0 0 x^ (i)X(2) X (2) 2 0 0 1 X^ (2)X(3) x^(3)

. 20 0 i W3 x^ (3)

(2-82)

bentuk X 2 (0 ) hanya memerlukan perkalian dan penjumlahan satu Kali.

X2(0) : Xi(0) + W0 x i( l) ....... .......... (2-63)

Elemen x g {1) hanya memerlukan satu penjumlahan Kompleks{

karena -W^, demikian pula untuk yang

memerlukan perkalian dan penjumlalian satu kali dan X2(3)

yang memerlukan satu penjumlahan.

Terlihat bahwa penyelesaian persamaan (2-77) dari pembahasan di atas hanya memerlukan empat perkalian

kompleks dan delapan penjumlahan kompleks, jika dibandingkan dengan persamaan (2-74) yang memerl\ikan enam be las perkalian kompleks dan dua belas penjumlahan kompleks. Jelaslah bahwa dengan demikian vfaktu prosesnya akan berkurang.

Dengan menggunakan FFT maka untuk N ; S’’’, N X Nmatriks dipecahkan menjadi matriks sebanyak t masing-masing (N X N) sehingga jumlah perkalian kompleksdikurangi menjadi N t/2 perkalian dan N t penjumlahankompleks, Dengan demikian waktu proses FFT sebandingdengan : ' '

n2 2N ----- : ....... ............. . (2-84)N t /2

Page 51: II. TEORI PENUNJANQ

Gambar (2-23) dan (2-24) menunjukkan hubungan banyaknya

perkalian kompleks dan jumlciln waktu terhadap banyaknya

data (N), apabi1 a menggunakan FFT.

N (r»wmb<i •( umpU

GAMBAR 2-2321)GRAFIK PERBANDINGAN BANYAKNYA PERKALIAN KOMPLEKS

ANTARA PERHITUNGAN SECARA LANGSUNG DAN FFT

Langkah teraKhir adalah mendapatkan X(n) dari X(n), dengan menggunakan teknik pertukaran (unscrambling), yaitu :

X(0) X(00)X(2) X(iO)X(l) X(01)X(3) X(il)

(2-65)

bila urutan bit persamaan (2-85) dibalik, maka

Page 52: II. TEORI PENUNJANQ

X (00) ' X(00)X(10) . X(01)

dibalikX(01) urutan X(10)

bitX(ll) X (11)

-- X(n)

QAHBAR 2-2422)

GRAFIK PERBANDINGAN BANYAKNYA WAKTU YANG DIPERLUKAN ANTARA PERHITUNGAN SECARA LANGSUNG DAN PFT

sehingga :

X(n)

X (00) X(0)X(01) X(l)X(10) X(2)X ( 11 ) X(3)

(2-66)

22) AXhKdl.R, \t30,‘Orlbogoiiil Transforas fo r B ig iW Signal Processing', Springer Verlag Berlin, Heidelberg, 1975,

Page 53: II. TEORI PENUNJANQ

6. DIAGRAM ALIR (SIGNAL FLOW GRAPH)

Hetode termudali untuK men j e 1 askan penggunaan

matriks FFT adalah dengan menggunakan diagram alir

(signal flow graph). Untuk jumlah data maka t

menyatakan jximlcih array atau iterasi yang harus

dilakukan. Dari persamaan (2-77) dan (2-79) maka diagram alir dapat dinyatakan seperti pada gambar (2-25) untuk N=4.

COMPUTATION A R R A Y SA fO iti A m y AM«y 1 A n iy 2KqIU .,IU ' ■ KjtH

GAMBAR 2-25^3)

DIAGRAM ALIR FFT UNTUK N = 4

Dari gambar 2-25 di atas dapat dilihat bahwa setiap node dimasuki oleh 2 lintasan (path) dari node sebelumnya dimana masing-masing lintasan mempunyai besaran WP. Apabila tidak ada maka WP = i, Hetode ini sangat memudahkan untuk faktorisasi matriks untuk jumlaih data yang besar. Sebagai contoh :

xi (2) : x(0) + W2 x(2) .................... (2-87)

Gambar 2-26 menunj\ikkan diagram alir. untuk Ntl6,

2 B.0 Brighan, op.cii. ,hal 153

Page 54: II. TEORI PENUNJANQ

d a t aAfinAV

. COMCUfAtlON ARRAYS

/■I I ' } /• 3 J-« ■

GAMBAR 2-262^)

DIAGRAM ALIR FFT UNTUK N DAN PASANGAN NODE

Page 55: II. TEORI PENUNJANQ

sehingga ■ jvimlah iterasinya menjadi empat kali. Jika diperhatikan, pada sqtiap array terdapat pasangan node yang sama yaitu mempunyai lintasan input yang sama dari node sebelumnya. Sebagai contoh (0) dan (6)mempunyai lintasan yang sama dari node x(0) dan x(8).

Penyelesaian \mtuk kedua pasangan node tidak bergantung

satu dengan yang lain sehingga dapat diselesaikan secara

in-place (in-place computation), artinyahasil perkalian

atau penjumlahan dimasukkan pada lokasi itu sendiri.

Akibatnya jumlah array untuk x(k) sama dengan banyaknya

data N, sehingga tidak diperlukan array tambahan.

Langkah berikutnya adalah menemukan Jat .ak spasi

antara pasangan node (dual.node spacing). Dari gambar 2-

26, array pertama (iterasi pertama, L=i) x ^ (0) dan X j (6) dipisahkan sejavih k = 6 = N/2^. Demikian pula untuk yang

lain, x^(l) dan Xi(9) dipisahkan sejauh k=8.

Pada iterasi yang kedua (L=2) maka jarak spasi k = N/£2 = /i-. Sal ah satu pasangan node untuk iterasi kedua adalah X2(0) dan X2(4^). Demikian pula untuk iterasi selanjutnya, dapat dirumuskan secara umum :

k : N /2 l- ................................................................................ ( 2 - 8 6 )

L i iterasi ke i, ( i = 1,2,3 .... J

Dengan demikian pasangan suatu node dapat ditentuKan secara mvidaih, yaitu ;

Xi (k) ---- ^ ► xj (k+N/2L) ........... (2-89)

Page 56: II. TEORI PENUNJANQ

9. KONVERSI DATA

, Besaran-besaran yang banyaK dijumpat dal am

kenyataan, umumnya berupa besaran analog. UntuK

melaK-akan pemrosesan secara eleKtronik terhadap data

analog yang bukan llstrik elektronik, perlu dilakukan

pengubahan atau konversi besaran ke bentuk listrik

berupa tegangan atau arus. Hasil konversi besaran tersebut dapat berupa tegangan dalam bentuk yang

bermacam-macam, mungkin hanya berupa tegangan DC, sinusoida, termodulasi atau bentuk lain yang tidak teratur.

Pada umvimnya sering dilakukan pemrosesan awal yajig jviga merupakan bagian dari pemrosesan sinyal yang sudah berbentuk listriK tersebut. Pemrosesan awal tersebut dapat berupa penguatan, pelemalian, linierisasi,

kombinasi, demodulasi, filterisasi, proses sampling atau pengubahan ke bentuk digit'al dan lain-lain.

Dalam proses pemb.entukan data digital dari bentuk data analog, akan didapatkan besaran digital yang berupa sederetan keadaan yang dinyatakan dengan logika '0' dan

M'. Sebagai misal suatu besaran analog yang diubah ke

bentuk digital menghasilkan besaran digital iiOOllOi. Untuk mengetahui nilai data digital tersebut mewaki1i besaran analog berapa, diperlukan informasi mengenai pengkodean dan penyekalaan yang dipakai.

Kode yang banyak dipakai adalah kode binary. Dari contoh di atas, angka 11001101 dapat bernilai 2 macam,

Page 57: II. TEORI PENUNJANQ

yaitu :

iiOOllOl : + 2^ + 23 + 22 + 2 0 = 205

ataullOOliOi : 2“ + 2-2 + 2-5 + 2-^ + 2~® = 0.80078125

Angka ini mewakili besaran analog iertentu. setelah

dikalikan dengan faktor skala yang didapat dengan <1

melakukan peneraan tegangan yang standard. Bentuk pengkodean yang lain adalah kode BCD atau kode Gray.

9. 1. Analog to Digital Converter

Dal am tugas akhir ini penggunAan Analog to Digital Converter merupakan- hal yang ' paling penting, karena pemrosesan data dalam bentuk digital seringkali dirasakan lebih mudah dibandingkan dengan data dalam bentuk analog. Sinyal-sinyal digital secara ideal digambarkan oleh bentuk gelombang yang terjadi akibat perubahan antara dua harga tertentu. Sedangkan sinyal-

sinyal yang selalu mempunyai harga tertentu dalam suatu interval yang kontinyu disebut sinyal analog. Dalam

proses pengubahan sinyal analog ke bentuk digital tercakup empat proses yang berurutan yaitu sampling, holding, quantizing, dan encoding. Proses-proses ini tidaklah harus mer\ipakan suatu proses yang terpisah. Sampling dan Holding dikerjakan secara bersamaan dalam

rangkaian yang disebut S/H circuit (Sample and Hold

Circuit), quantizing dan encoding dikerjakan oleh

rangkaian yang disebut Analog to Digital Converter.

Page 58: II. TEORI PENUNJANQ

9.2. Rangkaian Dasar ADC (Analog to Digital Converter)

. ADC (Analog to Digital Converter) adalah rangkaian

yang dapat mengubah besaran analog menjadi bentuk digi­tal. Tujuan pengubalian ini adalaJti supaya besaran yang

sudali diubah dalam bentuk digital dapat diproses- secara

digital, misalnya dengan komputer digital. Ada beberapa

macam rangkaian dasar ADC, antara lain adalah. ;

1. Successive Approximation (SAR) ADC

Jenis ADC . ini banyak dipakai terutama jika dihubungkan dengan komputer karena.. kelebihanhya dalam hal kecepatan konversi yang tinggi dan dapat dibuat

dengan jumlah bit yang banyak/resolusi tinggi.- Ciri lain dari ADC tersebut yang dipandang menguntungkan adalah kecepatan konversinya yang tidak bergantung pada besarnya tegangan inpvit yang akan dikonversi. Dengan kata lain waktu konversinya konstan. ADC jenis ini dibentuk dari beberapa komponen yaitu DAC, komparator dan beberapa register serta rangkaian kontrol. Diagram blok ADC tersebut dapat dilihat pada gambar 2-27.

ANAIOOINrUT SICNAU COMPAHA.TOH

ANALOGACFCACNCC

D/A COlCYCnTCW

g^°T7aV7 n r i T > t m t jSH ifT n e c is t if t .*TART

OCONVERSION

STATUSCONTRCK LOGIC ,A M O

O U TrirTKEO ISTEW i J- *— — lEW IA L OITTPUT

ts u s t i .

(c l o c k CLOCK OUTPUT

GAHBAR 2-2725)

DIAGRAM BLOK SUCCESSIVE APPROXIMATION ADC

2 5 ) Daniel H. SheinEold, ’A n s lo i-d lg iiil Ccnrersion noles', (Analog Detice, Inc.,19T1), hal 95

Page 59: II. TEORI PENUNJANQ

TekniK konversi yang dipakai adalah dengan

melak-ukan pembandingan antara tegangan input yang tidak

diketahvii dengan tegangan output yang dihasilkan oleh DAC. Input digital DAC diatur oleh shift register dan

rangkaian logika untuk konversi, sedangkan hasil

konversi dapat diambil dari register output.

Pemberian sinyal input 'start conversion'

menandakan dimulainya proses konversi. Sinyal start

tersebut mengakibatkan input DAC akan dibuat sedemikian rupa sehingga MSB = "1" dan bit yang lain berharga "0". Output DAC yang terjadi (1/2 Full Scale) dlbandingkan dengan input analog yang akan dikbnversi. Dari ouput komparator dapat diketahui mana yang lebih besar. Bila

tegangan output DAC lebih besar maka bit MSB tetap "1" (tidak berubah) sedangkan bila output DAC lebih kecil maka MSB diubah menjadi "0". Kemudian bit berikutnya (1 bit lebih rendah dari MSB) dibuat = "1" dengan keadaan MSB tetap seperti setelah proses pembandingan ‘pertama kali.

Dari keadaan input digital ini akan dihasilkan output analog yang juga akan dlbandingkan lagi dengan tegangan input untuk menentukan apakah keadaan bit kedua

akan diubah atau tidak. Proses di atas berlangsung terus

sampai LSB, sehingga diperoleh output digital dari input DAC yang terakhir. Proses pergeseran bit dari MSB sampai LSB dilakukan oleh shift register yang waktunya diatur oleh pulsa clock. Jadi untuk ADC 8 bit memerlukan waktu konversi 8 pulsa clock.

Page 60: II. TEORI PENUNJANQ

Jika proses konversi telali selesai, maka output

status bit akan mengeluarkan sinyal "End of Conversion"

(EOC) yang menyatakan balnwa output digital ADC dapat diambil sebagai besaran digital yang mewakili input analog yang dikonversi.

2. Parale1/FI ash ADC

Bila dikehendaki waktu konversi yang sangat cepat,

jenis ADC yang paling tepat adalah paralel atau flash

ADC yang diper1ihatkan pada gambar 2-28 di bawah ini.ADC tersebvit dibentuk dari buah komparator bila

t

dikehendaki ADC n bit.

oCOMPAHATOKS

>

- = 1>

■ = 0

E Nc • 6 D E R

GAHBAR 2-28

PARALEL/FLASH ADC 3 BIT

Page 61: II. TEORI PENUNJANQ

Cara kerja ADC tipe paralel/f1 ash ADC ini dapat

dijelaskan sebagai berikut ;

Input tegangan analog yang akan diubah ke digital

dipakai sebagai input semua komparator, sedangkan input

yang lain dari semua komparator mendapatkan , tegangan

dari tegangan referensi yang dibagi-bagi oleli sederetan

resistor. Output dari semua komparator kemudian

dikodekan oleh rangkaian logika "encoder” untuk

mendapatkan output digital yang sesuai dengan kode yang dkehendaki.

Dengan demikian Jelaslah bSihwa waktu konversi akan sangat cepat karena hanya ditentukan oleh waktu switching dari komparator dan waktu delay dari rangkaian

logika. Tetapi kerugiannya adalah terletak pada banyaknya komparator yang dibutuhkan. Untuk mengurangi jumlah komparator dengan sedikit mengorbankan kecepatan konversi, dipakai cara gabungan antara Successive Approximation ADC dan Plash ADC yang biasa disebut dengan "SEHI-FLASH ADC". ADC jenis inilah yang dipergunakan dal am tugas akhir ini. Dal am ADC tipe ini terdapat komparator dan DAC.

3. Jenis ADC yang lain.

Masih ada beberapa jenis ADC yang lain seperti single dan dual slope ADC yang menggunakan integrator

dan counter untuk mendapatkan besaran digital dan tracking ADC yang menggunakan DAC dan counter. Kedua

tipe ADC ini juga banyak dipakai untuk pembuatan alat

Page 62: II. TEORI PENUNJANQ

\ikur digital, namun karena Kecepatannya yang kurang,

maka tidak dipakai untuk pemroses sinyal digital atau

paa kontrol digital yang memerlukan waktu proses yang

cepat.