ii - repository | um metro

117
i

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ii - Repository | UM METRO

i

Page 2: ii - Repository | UM METRO

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt, yang atas rahmat-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan modul berjudul “Study

Masyarakat Indonesia” penulisan sebagai pedoman dalam mata kuliah

Study Masyarakat Indonesia di Universitas Muhammadiyah Metro.

Pada penulisan modul ini kami merasa banyak kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami

miliki untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan

demi penyempurnaan pembuatan modul ini, dalam penulisan modul ini

menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak – pihak yang

membantu dalam menyelesaikan modul ini.

Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya, maka dari itu kritik dan saran

dari pembaca tentunya akan mampu membawa penulis menuju perbaikan

yang lebih baik. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita

sekalian.

Page 3: ii - Repository | UM METRO

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I Wawasan tentang manusia dan masyarakat dalam

perpekstif kebudayaan ......................................................... 1

BAB II Kebudayaan Populer ............................................................ 9

BAB III Modernisasi dan Globalisasi................................................. 17

BAB IV Pembentukan Suku-Suku Bangsa ......................................... 33

BAB V Struktur Masyarakat Indonesia............................................. 49

BAB VI Struktur Masyarakat Indonesia ............................................. 62

BAB VII Wawasan Tentang Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota 70

BAB VIII Etnis dan Stratifikasi Sosia dalam Masyarakat .................... 84

BAB IX Sosial dan Kebudayaan ......................................................... 100

BAB X Perubahan Sosial dan Kebudayaan ...................................... 104

PENUTUP ............................................................................................. 113

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: ii - Repository | UM METRO

1

BAB I

WAWASAN TENTANG MANUSIA DAN MASYARAKAT DALAM

PERPEKSTIF KEBUDAYAAN

A. Kebudayaan Daerah

Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang khas yang

terdapat pada wilayah tersebut. Kebudayaan daerah di Indonesia di

Indonesia sangatlah beragam. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan

daerah sama dengan konsep suku bangsa. Suatu kebudayaan tidak terlepas

dari pola kegiatan masyarakat. Keragaman budaya daerah bergantung pada

faktor geografis. Semakin besar wilayahnya, maka makin komplek

perbedaan kebudayaan satu dengan yang lain. Jika kita melihat dari ujung

pulau Sumatera sampai ke pulau Irian tercatat sekitar 300 suku bangsa

dengan bahasa, adat-istiadat, dan agama yang berbeda.

Konsep Suku Bangsa / Kebudayaan Daerah. Tiap kebudayaan yang

hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas

desa, sebagai kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat

yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat orang

luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Sebaliknya, terhadap

kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama unsur-

unsur yang berbeda menyolok dengan kebudayaannya sendiri. Pola khas

tersebut berupa wujud sistem sosial dan sistem kebendaan. Pola khas dari

suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu

unsur yang kecil berupa berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan

bentuk yang khusus yang tidak terdapat pada kebudayaan lain.

Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-

perbedaan kebudayaan, yang tercermin pada pola dan gaya hidup masing-

masing. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia terdapat 300 suku bangsa

dan menggunakan kurang lebih 250 bahasa daerah. Akan tetapi apabila

ditelusuri, maka sesungguhnya berasal dari rumpun bahasa Melayu

Austronesia. Kriteria yang menentukan batas-batas dari masyarakat suku

bangsa yang menjadi pokok dan lokasi nyata suatu uraian tentang

kebudayaan daerah atau suku bangsa (etnografi) adalah sebagai berikut:

1) Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.

Page 5: ii - Repository | UM METRO

2

2) Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh identitas penduduk

sendiri.

3) Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh wilayah geografis (wilayah

secara fisik).

4) Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologis.

5) Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mempunyai pengalaman

sejarah yang sama.

6) Kesatuan penduduk yang interaksi di antara mereka sangat dalam.

7) Kesatuan masyarakat dengan sistem sosial yang seragam.

Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan berbagai kebudayaan daerah

yang berlainan, terutama yang berkaitan dengan pola kegiatan ekonomi

mereka dan perwujudan kebudayaan yang dihasilkan untuk mendukung

kegiatan ekonomi tersebut (cultural activities), misalnya nelayan, pertanian,

perdagangan, dan lain-lain. Pulau yang terdiri dari daerah pegunungan dan

daerah dataran rendah yang dipisahkan oleh laut dan selat, akan

menyebabkan terisolasinya masyarakat yang ada pada wilayah tersebut.

Akhirnya mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang khas dan

cocok dengan lingkungan geografis setempat.

B. Macam-Macam Kebudayaan Daerah di Indonesia

Dari pola kegiatan ekonomi kebudayaan daerah dikelompokan

beberapa macam.

1) Kebudayaan Pemburu dan Peramu

Kelompok kebudayaan pemburu dan peramu ini pada masa sekarang

hampir tidak ada. Kelompok ini sekarang tinggal di daerah-daerah terpencil

saja.

2) Kebudayaan Peternak

Kelompok kebudayaan peternak/kebudayaan berpindah-pindah banyak

dijumpai di daerah padang rumput.

3) Kebudayaan Peladang

Kelompok kebudayaan peladang ini hidup di daerah hutan rimba.

Mereka menebang pohon-pohon, membakar ranting, daun-daun dan dahan

yang ditebang. Setelah bersih lalu ditanami berbagai macam tanaman

Page 6: ii - Repository | UM METRO

3

pangan. Setelah dua atua tiga kali ditanami, kemudian ditinggalkan untuk

membuka ladang baru di daerah lain.

4) Kebudayaan Nelayan

Kelompok kebudayaan nelayan ini hidup di sepanjang pantai. Desa-

desa nelayan umumnya terdapat di daerah muara sungai atau teluk.

Kebudayaan nelayan ditandai kemampuan teknologi pembuatan kapal,

pengetahuan cara-cara berlayar di laut, pembagian kerja nelayan laut.

5) Kebudayaan Petani Pedesaan

Kelompok kebudayaan petani pedesaan ini menduduki bagian terbesar

di dunia. Masyarakat petani ini merupakan kesatuan ekonomi, sosial

budaya dan administratif yang besar. Sikap hidup gotong royong mewarnai

kebudayaan petani pedesaan.

Erat hubungan antara kebudayaan dengan masyarakat dinyatakan

dalam kalimat, “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan

menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak

menghasilkan kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa

masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya”. Dalam pengertian

kebudayaan daerah sangatlah sulit, karena mencakup lingkup waktu dan

lingkup daerah geografisnya. Dalam lingkup waktu dan daerah diartikan

sebagai kebudayaan yang belum dapat pengaruh asing dari manapun, baik

Hindu-Budha, Islam dan Barat. Kebudayaan asli Indonesia menurut Van

Leur ada 10 macam kebudayaan asli:

6) Kemampuan Berlayar

Menurut teori pada umumnya, bangsa Indonesia berasal dari Vietnam

sebagai daerah kedua, sebelumnya dari tiongkok selatan penyebarannya

tentulah mepergunakan tata pelayaran. Daerah yang dijelajahinya sampai

pada Madagaskar. Sangat mungkin untuk jarak dekat dilakukan dengan

menggunakan rakit sederhana, sedangkan jarak jauh menggunakan perahu

yang bercadik. Cadik (outriggers) dibuat dari kayu (bamboo) dipasang kiri

kanan perahu, fungsinya mengurangi olengan di laut, inilah salah satu ciri

budaya orang-orang yang berbahasa Austronesia.

7) Kepandaian Bersawah

Budaya bersawah telah dikenal sejak zaman neolitikom. Kemudian di

perbaharui dengan kebudayaan perungu, sehingga pengolahan sawah lebih

intesif.

Page 7: ii - Repository | UM METRO

4

8) Astronomi

Pengetahuan perbintangan (astronomi) secara sederhana telah dikenal

dalam hubungannya untuk pelayaran demi mengenal arah,atau pun untuk

pertanian. Untuk pelayaran dipergunakan Gubug Penceng (Zuider Kruis)

guna tahu arah selatan, sedangkan untuk pertanian di kenal Bintang

Waluku (Grote Beer) yang bila sudah tampak waktu tertentu berarti

dimulaiinya melakukan cocok tanam di sawah.

9) Mengatur Masyarakat

Adanya pimpinan terpilih dari masyarakat (primus inter pares). Orang

mempunyai kemampuan paling baik diantara masyarakat yang ada.

10) Sistem Macapat

Macapat berarti cara yang didasarkan pada jumlah empat dalam

pengaturan masyarakat. Pemimpin berada ditengah antara Barat, Timur,

Selatan, dan Utara. Pada masa sekarang dikonsepkan sebagai alun-alun

yang terdapat semua daearah.

11) Wayang

Wayang pada mulanya merupakan sarana untuk upacara kepercayaan.

Nenek moyang yang telah meninggal dibuatkan arca perwujudan. Boneka

perwujudan dimainkan dengan iringan cerita dan nasehat.

12) Gamelan

Gamelan merupakan perlengkapan peralatan dalam upacara adat.

13) Batik

Seni batik dibuat pada kain putih dengan mempergunakan canting

sebagai alat tulisnya, sehingga diperoleh batik tulis. Kebudayaan batik

terdapat pada semua daerah dengan motif berbeda.

14) Seni Logam

Kerajinan logam sejalan dengan budaya batik dan budaya gamelan

sebagai sarana dua macam sarana tersebut.

15) Perdagangan

Perdagangan pada daerah-daerah kebudayaan dengan pola sama yaitu

sistem barter.

Pada garis besarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat suku-

suku bangsa Indonesia memakai sistem kekerabatan bilateral, yaitu sistem

kekerabatan yang mendasarkan garis keturunan dari ayah dan garis ibu

secara berimbang. Anak-anak yang lahir dapat masuk ke dalam kerabat

Page 8: ii - Repository | UM METRO

5

ayahnya dan kerabat ibunya secara bersama-sama. Sistem inilah yang

banyak berlaku pada kebudayaan daerah di Indonesia. Sebagian kecil

kebudayaan daerah dalam sistem kekerabatan unilateral matrilineal, yaitu

sistem kekerabatan yang hanya berdasarkan garis ibu saja (contoh

masyarakat Minangkabau). Kebudayaan daerah lainnya memakai sistem

kekerabatan unilareal patrineal, yaitu sistem kekerabatan yang berdasarkan

garis ayah saja.

Dari uraian diatas kebudayaan daerah secara pengertian tidak akan

terlepas dari keragaman suku bangsa yang ada. Tetapi dari berbagai corak

kebudayaan tersebut, terdapat persamaan yang mendasar. Yaitu mengenai

tentang upacara keagamaan semua suku bangsa, mementingkan upacara-

upacara adat yang bersifat religi. Suku bangsa tersebut lebuh suka unsur

mistik daripada berusaha dalam mencapai tujuan materiil mereka. Hal yang

berhubungan dengan unsur mistik dianut oleh semua kebudayaan daerah

yang ada di Indonesia.

Masih percaya pada takhayul. Dulu dan sekarang masyarakat

daerah di Indonesia percaya kepada batu, gunung, pantai, sungai, pohon,

patung, keris, pedang, dan lainnya, mempunyai kekuatan gaib. Semua itu

dianggap keramat dan manusia harus mengatur hubungan dengan baik

dengan memberi sesaji, membaca do‟a dan memperlakukannya dengan

istimewa. Manusia Indonesia sering kali menghitung hari baik, bulan baik,

hari naas, dan bulan naas, mereka juga percaya akan adanya segala macam

hantu, jurig, genderowo, makhluk halus, kuntilanak, dan lain-lain.

Likantropi, kepercayaan bahwa manusia dapat mejelma menjadi binatang

tertentu menyebar di nusantara.

C. Kebudayaan Nasional

Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang dianggap dapat

mewakili serta memberikan satu ciri khas bagi suatu bangsa. Ciri khas ini

adalah sesuatu yang bisa dibanggakan dan tidak dapat ditemukan di negara

lain. Dengan memiliki kebudayaan nasional maka suatu negara bisa

mendapatkan suatu kebanggaan yang membedakan negara tersebut dari

negara lain.

Banyaknya aneka ragam budaya yang terdapat pada negeri kita

Indnesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia adalah negara yang kaya

Page 9: ii - Repository | UM METRO

6

akan budaya. Banyak sekali kepulauan di Indonesia memiliki kebudayaan

daerah yang terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, dan bahasa.

Kebudayaan daerah inilah yang menjadi faktor utama berdirinya

kebudayaan nasional. Oleh karena itu, di Indonesia, kebudayaan nasional

bersumber dari kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.

Budaya nasional sendiri adalah budaya yang sudah ada dan

mengakar pada suatu bangsa. Biasanya kebudayaan ini telah ada sejak

dahulu kala dan terus diwariskan kepada anak cucu agar tetap lestari tidak

termakan perubahan jaman. Kebudayaan nasional yang terus dijaga dengan

baik akan memberikan dampak yang baik bagi suatu bangsa seperti

menguatnya jati diri bangsa dan ideologi bangsa dapat terlihat jelas.

Kebudayaan nasional di Indonesia memiliki berbagai sifat khas

yang bisa dilihat dari bahasa daerah, kesenian daerah, pakaian daerah dan

juga berbagai kegiatan ada. Kebudayaan nasional tidak bisa dilihat dari

sesuatu yang bisa diterima secara global seperti sistem ekonomi, kemajuan

teknologi, agama atau sistem kehidupan masyarakatnya. Kebudayaan

nasional haruslah sesuatu yang benar-benar menjadi ciri khas sebuah

bangsa. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah segala kebudayaan yang

ada di Indonesia baik itu kebudayan lokal maupun kebudayaan asing yang

telah mengakar di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan Indonesia di

tahun 1945. Kebudayaan lokal yang dapat diangkat menjadi kebudayaan

nasional adalah kebudayaan yang memiliki landasan Pancasila dan dapat

mewakili sebagian besar dari masyarakat Indonesia pada umumnya.

Kebudayaan lokal yang sudah diangkat menjadi kebudayaan

nasional jumlahnya sangat banyak. Antara lain batik yang merupakan

pakaian adat masyarakat Jawa digunakan sebagai baju adat nasional karena

dinilai dapat mewakili warga negara Indonesia pada umumnya. Gamelan

yang merupakan alat musik khas Jawa dan Bali juga diangkat sebagai salah

satu kebudayaan nasional di bidang seni karena dianggap dapat mewakili

dan memberikan identitas bagi negara Indonesia. Di bidang kebudayaan

ada budaya Wayang yang biasa dilestarikan di banyak daerah di Indonesia

yang akhirnya diangkat sebagai kebudayaan nasional karena dapat

memberikan ciri khas bagi bangsa Indonesia.

Page 10: ii - Repository | UM METRO

7

D. Jenis-Jenis Kebudayaan Nasional (Budaya Daerah dan Budaya

Nasional)

1. Pakaian Nasional

Pakaian adat Indonesia jumlahnya sangat banyak. Hampir setiap

daerah memiliki pakaian adatnya masing-masing dan dari banyaknya

pakaian adat itu dipilihlah beberapa pakaian adat yang dapat mewakili

Indonesia secara umum. Contohnya, di Jawa ada batik, beskap dan

kebaya. Di Bali ada kamben. Di Nusa Tenggara ada kain tenun yang

menjadi ciri khasnya.Untuk mewakili Indonesia secara umum dipilihlah

batik dan kebaya sebagai pakaian nasional. Batik mendapatkan

perhatian dan tanggapan yang cukup baik dari dunia internasional. Hal

ini tidak lepas dari perjuangan para duta bangsa di berbagai bidang

yang selalu mengenakan batik setiap kali bertandang ke luar negeri.

Hingga saat ini hampir seluruh dunia telah mengetahui bahwa batik

adalah pakaian nasional Indonesia.

2. Rumah adat nasional

Rumah adat yang paling sering dianggap sebagai rumah adat

nasional di Indonesia adalah rumah joglo dan rumah gadang. Rumah

joglo adalah rumah adat dari Jawa dan rumah gadang adalah rumah

adat dari Minangkabau. Keduanya memiliki arsitektur yang unik dan

sangat menggambarkan karakter serta ciri khas bangsa Indonesia. Tidak

heran jika kedua rumah ini gambarnya sering terpampang di berbagai

tempat yang mempromosikan keindahan Indonesia.

3. Alat musik nasional

Alat musik adat yang diangkat sebagai alat musik nasional adalah

gamelan. Gamelan banyak digunakan di berbagai daerah di Indonesia

seperti di Jawa dan di Bali. Gamelan dipilih karena dianggap dapat

memberikan ciri khas bagi bangsa serta memiliki keunikan tersendiri

dibanding dengan alat musik lainnya. Gamelan harus dimainkan secara

berkelompok untuk memberikan hasil suara musik yang baik. Oleh

karena itu, gamelan sangat cocok untuk menggambarkan adat

masyarakat Indonesia yang suka bergotong royong dan bekerjasama

dalam kehidupannya.

Page 11: ii - Repository | UM METRO

8

4. Kesenian Nasional

Kesenian nasional Indonesia biasanya digambarkan dengan

kesenian wayang kulit. Meskipun di Indonesia banyak sekali jenis

kesenian adat yang bisa dipilih namun wayang kulitlah yang paling

sering digunakan untuk menggambarkan kesenian nasional. Kesenian

nasional ini harus selalu dilestarikan, jika tidak bisa saja negara lain

mengambil kesenian ini dan mematenkannya sebagai kesenian nasional

negara mereka. Hal ini seperti yang pernah terjadi pada reog Ponorogo

yang pernah diakui oleh Malaysia sebagai kesenian nasional negaranya.

Wayang kulit pun hampir bernasib sama karena hampir dipatenkan oleh

negara lain sebagai kesenian nasionalnya. Hal ini dikarenakan

Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun yang bisa saja banyak

kesamaan dalam kebudayaan dan keseniannya. Jika tidak dilestarikan

maka kesenian ini akan musnah dimakan perubahan jaman.

5. Masakan Nasional

Masakan nasional di Indonesia jumlahnya sudah tidak dapat

dihitung lagi. Banyak sekali makanan tradisional yang bisa dijadikan

masakan nasional. Yang paling lazim dijadikan ikon Indonesia adalah

masakan rendang Padang. Hal ini dikarenakan rendang Padang telah

memiliki pamor yang sangat baik di negara lain bahkan di dunia.

Rendang dinobatkan sebagai salah satu makanan khas paling lezat di

dunia sehingga tidak heran lagi jika rendang didapuk sebagai masakan

nasional Indonesia.

6. Peninggalan Bersejarah

Peninggalan sejarah yang menggambarkan kebudayaan nasional

Indonesia sudah tidak bisa dihitung lagi jumlahnya. Candi Borobudur

adalah salah satu yang paling sering dijadikan ikon peninggalan

bersejarah di Indonesia. Candi Borobudur juga telah dinobatkan

menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang paling disukai oleh

turis mancanegara. Selain itu masih ada Candi Prambanan di Sleman

dan Klaten yang juga dijadikan ikon warisan budaya. Candi Prambanan

memiliki keindahan tersendiri yang pada akhirnya banyak orang

menobatkan Candi Prambanan sebagai ikon dari kebudayaan bersejarah

di Indonesia

Page 12: ii - Repository | UM METRO

9

BAB II

KEBUDAYAAN POPULER

A. Pengertian budaya populer

Definisi budaya populer dikombinasikan dari dua istilah yaitu

”budaya” dan ”populer”. Kebudayaan populer terutama adalah kebudayaan

yang diproduksi secara komersial dan tidak ada alasan untuk berpikir

bahwa tampaknya ia akan berubah di masa yang akan datang. Namun,

dinyatakan bahwa audiens pop menciptakan makna mereka sendiri malalui

teks kebudayaan pop dan melahirkan kompetensi kultural dan sumber daya

diskursif mereka sendiri.

Kebudayaan pop dipandang sebagai makna dan praktik yang

dihasilkan oleh audiens pop pada saat konsumsi dan studi tentang

kebudayaan pop terpusat pada bagaimana dia digunakan. Argumen-

argumen ini menunjukan adanya pengulangan pertanyaan tradisional

tentang bagaimana industri kebudayaan memalingkan orang pada

komoditas yang mengabdi kepada kepentingannya dan lebih suka

mengeksplorasi bagaimana orang mengalihkan produk industri menjadi

kebudayaan pop yang mengabdi kepada kepentingannya (dalam Chris

Barker, 2004).

Kebudayaan popular berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat

dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu seperti mega

bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan

sebagainya. Menurut Ben Agger Sebuah budaya yang akan masuk dunia

hiburan maka budaya itu umumnya menempatkan unsure popular sebagai

unsure utamanya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala

media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat

(dalam Burhan Bungin,2009:100).

Budaya Pop selalu berubah dan muncul secara unik di berbagai tempat

dan waktu. Budaya pop membentuk arus dan pusaran, dan mewakili suatu

perspektif interdependent-mutual yang kompleks dan nilai-nilai yang

memengaruhi masyarakat dan lembaga-lembaganya dengan berbagai cara.

Misalnya, beberapa arus budaya pop mungkin muncul dari (atau

Page 13: ii - Repository | UM METRO

10

menyeleweng menjadi) suatu subkultur, yang melambangkan perspektif

yang kemiripannya dengan budaya pop mainstream begitu sedikit.

Berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop sangat khas menarik

spektrum yang lebih luas dalam masyarakat.

a. Faktor-faktor budaya populer

Faktor faktor budaya populer

a) Banyak disukai orang;

b) jenis kerja rendahan;

c) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang;

d) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri

Ciri-ciri budaya populer diantaranya sebagai berikut:

a) Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai

banyak orang berpotensi menjadi budaya populer;

b) Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi tren

akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat

menjadi pionir bagi karya-karya lain yang berciri sama, sebagai

contoh genre musik pop (diambil dari kata popular) adalah genre

musik yang notasi nada tidak terlalu kompleks, lirik

lagunyasederhana dan mudah diingat;

c) Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan

diadopsi oleh khalayak, hal ini mengarah pada tren;

d) Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan

durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat

mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak

dapat menyaingi keunikan dirinya, akan bertahan-seperti merek

Coca-cola yang sudah ada berpuluh-puluh tahun;

e) Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya populer berpotensi

menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang

mendukungnya.

b. Karakteristik Budaya Populer

Adapun karakteristik budaya populer tersebut adalah sebagai berikut:

1. Relativisme

Budaya populer merelatifkan segala sesuatu sehingga tidak ada

yang mutlak benar maupun mutlak salah, termasuk juga tidak ada

batasan apapun yang mutlak, misalnya: batasan antara budaya tinggi

Page 14: ii - Repository | UM METRO

11

dan budaya rendah (tidak ada standar mutlak dalam bidang seni dan

moralitas.).

2. Pragmatisme

Budaya populer menerima apa saja yang bermanfaat tanpa

memperdulikan benar atau salah hal yang diterima tersebut. Semua hal

diukur dari hasilnya atau manfaatnya, bukan dari benar atau salahnya.

Hal ini sesuai dengan dampak budaya populer yang mendorong orang-

orang untuk malas berpikir kritis sebagai akibat dari dampak budaya

hiburan yang ditawarkannya.Kita dapat melihat kecenderungan ini dari

semakin banyaknya diterbitkan buku-buku yang bersifat pragmatis

praktis (buku-buku mengenai how to atau buku-buku self-help) atau

majalah-majalah yang berisi tips-tips praktis mengenai berbagai hal

praktis.

3. Sekulerisme

Budaya populer mendorong penyebarluasan sekularisme sehingga

agama tidak lagi begitu dipentingkan. Hal yang terutama adalah hidup

hanya untuk saat ini (here and now), tanpa harus memikirkan masa lalu

dan masa depan.

4. Hedonisme

Budaya populer lebih banyak berfokus kepada emosi dan

pemuasannya daripada intelek. Yang harus menjadi tujuan hidup adalah

bersenang-senang dan menikmati hidup.

5. Materialisme

Budaya populer semakin mendorong paham materialisme yang

sudah banyak dipegang oleh orang-orang modern sehingga manusia

semakin memuja kekayaan materi, dan segala sesuatu diukur

berdasarkan hal itu. Budaya populer atau budaya McWorld sebenarnya

menawarkan budaya pemujaan uang, hal ini dapat kita lihat dengan

larisnya buku-buku self-help yang membahas mengenai bagaimana

menjadi orang sukses dan kaya.

6. Popularitas

Budaya populer mempengaruhi banyak orang dari setiap sub-

budaya, tanpa dibatasi latar belakang etnik, keagamaan, status sosial,

usia, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Budaya populer

mempengaruhi hampir semua orang, khususnya orang-orang muda dan

Page 15: ii - Repository | UM METRO

12

remaja, hampir di semua bagian dunia, khususnya di negara-negara

yang berkembang dan negara-negara maju.

7. Kontemporer

Budaya populer merupakan sebuah kebudayaan yang menawarkan

nilai-nilai yang bersifat sementara, kontemporer, tidak stabil, yang terus

berubah dan berganti (sesuai tuntutan pasar dan arus zaman). Hal ini

dapat dilihat dari lagu-lagu pop yang beredar, termasuk lagu-lagu pop

rohani yang terus berubah dan berganti.

8. Konsumerisme

Budaya populer juga berkaitan erat dengan budaya konsumerisme,

yaitu sebuah masyarakat yang senantiasa merasa kurang dan tidak puas

secara terus menerus, sebuah masyarakat konsumtif dan konsumeris,

yang membeli bukan berdasarkan kebutuhan, namun keinginan, bahkan

gengsi. Semua yang kita miliki hanya membuat kita semakin banyak

“membutuhkan,” dan semakin banyak yang kita miliki semakin banyak

kebutuhan kita untuk melindungi apa yang sudah kita miliki. Misalnya,

komputer “membutuhkan” perangkat lunak, yang “membutuhkan”

kapasitas memori yang lebih besar, yang “membutuhkan” flash disk

dan hal-hal lain yang tidak berhenti berkembang. Ketika kita sudah

memiliki memori yang besar, kita ingin memori yang lebih besar lagi

supaya komputer kita dapat bekerja lebih cepat. Barang-barang tersebut

memperbudak manusia sepanjang hidupnya agar mampu

mendapatkannya. Kemudian ada saatnya seseorang mengeluh kalau dia

tidak lagi dapat menikmati “miliknya” yang dirasakannya malah

memilikinya dan tidak lagi terasa sebagai miliknya.

B. Perbandingan antara kebudayaan populer dan kebudayaan

nasional.

a. Budaya Nasional

Budaya nasional yaitu suatu kebudayaan yang terbentuk dari

keseluruhan budaya lokal yang berkembang dalam kehidupan

masyarakat Indonesia dan dianggap dapat mewakili serta memberikan

satu cirri khas bagi suatu bangsa.

Page 16: ii - Repository | UM METRO

13

Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa kebudayaan nasional

berfungsi sebagai pemberi identitas kepada suatu bangsa sebagai

kontinuitas sejak zaman kejayaan bangsa Indonesia pada masa lampau

sampai kebudayaan nasional masa kini.

Wujud kebudayaan nasional :

1. Wujud budaya nasional

a. Sistem gagasan

Budaya dalam bentuk ini bersifat abstrak, tidak dapat diraba,

karena ada dalam pikiran tiap warga masyarakat. Gagasan itulah yang

akhirnya menghasilkan berbagai karya manusia berdasarkan nilai-nilai

dan cara berpikir serta perilaku mereka.

b. Bentuk tindakan

Budaya dalam bentuk tindakan bersifat konkret dan dapat dilihat.

Contoh pedagang berjualan, petani mencangkul, dll.

c. Bentuk hasil karya

Budaya dalam bentuk hasil karya bersifat konkret dapat dilihat dan

diraba. Misalnya pengrajin rotan membuat hasil karya berupa meja dan

kursi rotan, penulis membuat karya sebuah puisi.

2. Wujud konkret budaya nasional

a. Cara berbahasa

Bahasa nasional kita, yaitu bahasa Indonesia merupakan wujud

kebudayaan nasional. Dengan bahasa Indonesia, maka antarsuku

bangsa di Indonesia akan berkomunikasi menggunakan bahasa yang

sama. Suku bangsa Jawa jika berhubungan dengan orang Dayak akan

sama menggunakan bahasa Indonesia, tanpa ada perasaan iri karena

merasa sebagai suku yang paling besar.

Bahasa Indonesia juga menunjukkan adanya proses integrasi berbagai

budaya di Indonesia.

b. Cara berperilaku

Wujud budaya nasional juga terlihat dari cara bersikap dan

berperilaku masyarakat. Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku merupakan substansi budaya sebagai sistem tindakan.

Page 17: ii - Repository | UM METRO

14

Perbedaan pola sikap dan perilaku pada dasarnya disebabkan oleh

perbedaan latar belakang budaya yang berbeda-beda.

Perilaku masyarakat Indonesia bersifat religius, kekeluargaan,

bergotong royong, ramah tamah, saling menolong, sopan santun dan

lain sebagainya. berbeda dengan pola perilaku orang barat yang lebih

bersifat individualisme, sekuler atau materialistis yang mencerminkan

budaya barat yang bersifat liberal.

c. Cara berpakaian

Kebaya yang dipakai wanita-wanita Indonesia merupakan salah satu

contoh wujud budaya nasional. Penggunaannya tidak terbatas pada

suku, kalangan atau golongan tertentu. Jenis lain adalah batik yang

membedakan orang Indonesia dan nonIndonesia.

b. Budaya Populer

Budaya popular ialah kebudayaan yang diproduksi secara

komersial, budaya popular juga dapat dinikmati oleh semua orang atau

kalangan orang tertentu. Budaya populer di dominasi produksi dan

konsumsi barang barang material dan bukan seni seni sejati manakala

penciptaan bermotif dari laba. Hal ini dipertegas oleh ibrahim (2006)

yang menyatakan bahwa budaya populer yang di kosong indusri budaya

telah mengontruksi masyarakat yang tidak sekedar berlandaskan

konsumsi juga menjadikan artefak budaya menjadikan sebagai produk

industri dan sudah tentunya komonditi.

Contohnya:

a. Berbelanja

Di Inggris dan Amerika, selain menonton televisi, berbelanja

merupakan aktivitas pengisi waktu luang yang paling populer. Maka

pada zaman ini menjamur banyak mal-mal, restoran, bioskop,

persewaan atau penjualan video (VCD, DVD, dll), tempat makan cepat

saji, tempat-tempat hiburan, butik, dan sebagainya. Walaupun gaya

hidup berbelanja ini bagi beberapa orang muda berarti berkumpul di

pusat perbelanjaan lokal tanpa membeli apa yang sedang dijual,

melainkan hanya menggunakan ruang publik mal, hanya untuk

melihat-lihat atau dilihat-lihat. Di sisi lain, para produksen juga

Page 18: ii - Repository | UM METRO

15

berusaha menciptakan barang yang semakin canggih (makin cepat,

makin keren, dll).

b. Demam Korea (Korean wave) Demam Korea (Korean wave)

Hal itu diakibatkan karena penyebaran dan pengaruh budaya Korea

di Indonesia, terutama melalui produk-produk budaya populer1. Film,

drama, musik dan pernak-pernik merupakan contoh dari produk

budaya popular. Elemen-elemen budaya populer Korea ini

menyebarkan pengaruhnya di negara-negara Asia salah satunya

Indonesia. Di Indonesia, penyebaran budaya popular dari negeri

gingseng ini dilihat sekitar tahun 2002 dengan tayangnya salah satu

ikon budaya popular berbandrol drama seri berjudul „Autumn in My

Heart‟ atau „Autumn Tale‟ yang lebih popular dengan judul „Endless

Love‟, ditayangkan stasiun TV Indosiar2. Keberhasilan drama seri

Korea tersebut yang dikenal dengan Korean drama (K-drama) diikuti

oleh Koean drama lainnya. Tercatat terdapat sekitar 50 judul K-drama

tayang di tv swasta Indonesia.

c. Korean Pop (K Pop)

Setelah keberhasilan menguasai pasar Indonesia dengan dramanya,

Korea pun mulai menguasai Indonesia dengan tampilan musik Korea.

Korean Pop (Musik Pop Korea) disingkat K-pop, adalah jenis musik

populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan kelompok

musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di

mancanegara. Musik pop Korea pra-modern muncul pertama kali pada

tahun 1930-an yang dipengaruhi oleh masuknya musik pop Jepang.

Tidak hanya budaya pop Jepang, pengaruh musik pop barat mulai

menjajah Korea sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Awalnya

berkembang musik bergenre “oldies”, kemudiantahun 1970-an, musik

rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil.

Muncul kemudian genre musik Trot yang dipengaruhi gaya musik

enka dari Jepang. Tahun 1992 merupakan awal mula musik pop

modern di Korea, yang ditandai dengan kesuksesan grup Seo Taiji and

Boys diikuti grup musik lain seperti Panic,dan Deux. Tren musik ini

turut melahirkan banyak grup musik dan musisi berkualitaslain hingga

sekarang.

Page 19: ii - Repository | UM METRO

16

Di tahun 2000-an mulai bermunculan artis dengan aliran musik

yang berkiblat ke Amerika seperti aliran musik R&B serta Hip-Hop.

Mereka adalah MC Mong, 1TYM, Rain, Big Bang yang cukup sukses

di Korea dan luar negeri. Selain genre musik sebelumnya bertahan,

lahir kembali jenis musik techno memberi nuansa modern.

Jadi perbedaan antara kebudayaan populer dan kebudayaan nasional

dapat dilihat dari tujuan dari kebudayaan tersebut dimana kebudayaan

nasional suatu kebudayaan yang terbentuk dari keseluruhan budaya

lokal yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan

dianggap dapat mewakili serta mmeberikan satu cirri khas bagi suatu

bangsa. sedangkan Budaya populer di dominasi produksi dan

konsumsi barang barang material dan bukan seni seni sejati manakala

penciptaan bermotif dari laba.

Page 20: ii - Repository | UM METRO

17

BAB III

MODERNISASI MASYARAKAT

A. Modernisasi

Dalam konteks sejarah manusia, tercatat beberapa kali telah terjadi

perubahan sosial yang besar. Dimulai pada abada ke-18, manusia

mengalami masa pencerahan (enlightenment period) setelah demikian

lama terkurung dalam belenggu dogma agama.

Periode ini ditandai dengan mulai diagungkanya rasionalitas yang

kemudian melahirkan revolusi industri di inggris. Pada abad ke-20, terjadi

revolusi kemerdekaan di berbagai belahan dunia setelah sekian lama

mereka hidup di bawah payung kolonialisme. Periode ini ditandai dengan

munculnya negara-negara baru bekas jajahan.

Perubahan-perubahan tersebut berhasil membentuk kembali sejarah

peradaban dan kebudayaan manusia yang tentunya relatif lebih maju.

Sejarah perubahan manusia menuju masyarakat yang lebih maju inilah

disebut modernisasi . Pada bagian ini apa yang di maksud dengan

modernisasi akan dibahas lebih lanjut.

1. Pengertian Modernisasi

Arti kata modernisasi dengan kata dasar modern berasal dari bahasa

Latin modernus yang dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara

dan ernus menunjuk pada adanya periode waktu masa kini. Modernisasi

berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang

modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat

tradisional menuju masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan

suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang memperbaharui

dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki

masyarakat modern. Pengertian modernisasi menurut pendapat para ahli:

1. Widjojo Nitisastro modernisasi adalah suatu transformasi total dari

kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti

Page 21: ii - Repository | UM METRO

18

teknologi serta organisasi sosial, kearah pola-pola ekonomis dan

politis.

2. Soerjono Soekanto modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan

sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang

biasanya dinamakan social planning. (dalam buku sosiologi:suatu

pengantar, dalam buku ajar individu dan masyarakat).

Berikut ini sejumlah sosiolog mengemukakan pendapatnya mengenai

pengertian modernisasi.

1. Astrid S. Susanto modernisasi adalah suatu proses pembangunan yang

memberikan kesempatan kearah perubahan demi kemajuan.

2. B.J.W. Schoorl modernisasi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah

pada semua kegiatan, bidang kehidupan dan aspek kegiatan.

3. Koentjaraningrat modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan

zaman dan konstelasi dunia sekarang.

4. Wilbert E. Moore modernisasi adalah suatu transformasi total

kehidupan bersama, dari yang tradisional kearah pola-pola negara barat

yang telah stabil.

5. Ogburn dan Nimkoff, modernisasi adalah suatu usaha untuk

mengarahkan masyarakat agar dapat memproyeksikan diri ke masa

depan yang nyata dan bukan pada angan-angan semu.

2. Ciri Manusia Modern

Ciri Manusia ModernModernisasi dapat terwujud apabila

masyarakatnya memiliki individuyang mempunyai sikap modern.

Menurut Alex Inkeles, terdapat 9 ciri manusia modern. Ciri-ciri itu

sebagai berikut :

a. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru danterbuka

untuk perubahan.

b. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau

opinimengenai lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi

jauhdiluar lingkungannya serta dapat bersikap demokratis.

Page 22: ii - Repository | UM METRO

19

c. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depandari

pada ke masa lalu.

d. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.

e. Percaya diri.

f. Perhitungan.

g. Menghargai harkat hidup manusia lain.

h. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

i. Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan yang

diterimaseseorang haruslah sesuai dengan prestasinya dalam

masyarakat.

3. Syarat-Syarat Modernisasi

Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat

modernisasi. Menurut Sarjono Soekanto, syarat-syarat tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga

dan tertanam kuat dalam kalangan pemerintah maupun masyarakat

luas.

b. Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan

birokrasi.

c. Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada

suatu lembaga atau badan tertentu seperti BPS (Badan Pusat

Statistik).

d. Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap

modernisasi terutama media massa.

e. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.

f. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning)

yang tidak mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

4. Sikap Mental Manusia Modern

a. Kebudayaan suatu masyarakat dapat menjadi pendorong sekaligus

penghambat proses Modernisasi. Karena itu, sikap mental dan nilai

budaya suatu masyarakat sangat menentukan diterima atau

ditolaknya suatu perubahan atau modernisasi.

Page 23: ii - Repository | UM METRO

20

b. Sikap mental yang dapat menjadi pendorong proses modernisasi

antara lain rajin, tepat waktu, dan berani mengambil resiko.

5. Gejala-Gejala Modernisasi

Gejala-gejala modernisasi dapat ditinjau dari berbagai bidang

modernisasi kehidupan manusia berikut ini.

a. Bidang budaya, ditandai dengan semakin terdesaknya budaya

tradisional oleh masuknya pengaruh budaya dari luar, sehingga

budaya asli semakin pudar.

b. Bidang politik, ditandai dengan semakin banyaknya Negara yang

lepas dari penjajahan, munculnya Negara-negara yang baru

merdeka, tumbuhnya Negara-negara demokrasi, lahirnya lembaga-

lembaga politik, dan semakin diakuinya hak-hak asasi manusia.

c. Bidang ekonomi, ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan

manusia akan barang-barang dan jasa sehingga sektor industri

dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi barang.

d. Bidang sosial, ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru

dalam masyarakat, seperti kelompok buruh, kaum intelektual,

kelompok manajer, dan kelompok ekonomi kelas (kelas menengah

dan kelas atas)

Contoh Modernisasi

Karena berkembangnya zaman yang semakin modern dengan

penemuan-penemuan dari segikomunikasi dan transportasi

1) Perubahan Becak yang semakin modern dari jaman dahulu hingga

sekarang.

Becak merupakan sebuah kendaraan yang begitu sederhana

dibandingkandengan mobil. Pada zaman dahulu Becak itu terbuat dari kayu

dan ditarik olehmanusia. Manusia itu sebagai mesin penggerak becak

tersebut dan itu pertamakali di China.

Berikut ini adalah gambarnya

B. GLOBALISASI

1. Pengertian Globalisasi

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang

maknanya ialah universal. Globalisasi adalah suatu proses menjadikan

Page 24: ii - Repository | UM METRO

21

sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini

tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang

mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), Ada yang

memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses

alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin

terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau

kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,

ekonomis budaya masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang

diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki

pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini,

globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling

mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan

ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak

mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap

perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain

seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang

pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Pengertian Menurut Para Ahli

a. Cohen dan Kennedy Globalisasi adalah seperangkat transformasi yang

saling memperkuat dunia, meliputi hal-hal sebagai berikut.

Hal ini diakibatkan oleh perkembangan komunikasi global serta

pergerakan massa(turisme).

1) Pasar dan produksi ekonomi di Negara-negara yang berbeda menjadi

saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan

,pembagian pekerjaan yang baru secara internasional,peningkatan

pengaruh perusahaan multinasional, dan didominasi organisasi

semacam WTO.

2) Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media masa.

3) Meningkatnya masalah bersama,di bidang ekonomi (penggannguran

dan utang), lingkungan (perubahan iklim global) serta masalah lainnya

(AIDS,terorisme dan perdagangan obat terlarang internasional).

Page 25: ii - Repository | UM METRO

22

b. Peter Drucker Globalisasi sebagai “zaman transformasi sosial”.

1) Martin Albow Globalisasi sebagai keseluruhan proses dimanapenduduk

dunia terinkorporasi kedalammasyarakat dunia yang global.

2) Rosabeth Moss Kanter Globalisasi sebagai pusat perbelanjaan global

3) Wiseman Globalisasi adalah kata yang paling rumit yangada pada akhir

abad 20 karena kata ini memiliki beragam arti dan dapat dipakai dalam

berbagai hal.

2. Proses Terjadinya Globalisasi

a. Benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal

perdagangan antar negeri. Sekitar tahun 1000 dan 1500 M, para

pedagang dari Cina dan India mulai menelusuri daerah lain, baik

melalui jalan darat (Jalan Sutra) maupun melintasi laut untuk

berdagang.

b. Fase selanjutnya akan ditandai dengan dominasi perdagangan kaum

muslim di Asia dan Afrika. Selain membentuk jaringan dagang, kaum

pedagang juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad,

arsitektur, nilai sosial, dan budaya Arab ke seluruh dunia.

c. Fase selanjutnya ditandai perkembangan kolonialisasi di dunia oleh

bangsa- bangsa Eropa (Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda) yang

membawa pengaruh besarterhadap difusi kebudayaan di dunia.hal ini

didukung pula oleh terjadinya Revolusi Industri yang meningkatkan

keterkaitan antarbangsa dan berkembangannya teknologi baru.

d. Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan terhadap bahan baku

serta pasar,juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di

dunia.

e. Sehubungan berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya komunisme

dunia,kapitalisme mendapat momentum baik untuk muncul sebagai

jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia.Implikasinya,

Negara-negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar bebas.

Hal ini ditambah pula dengan perkembangan teknologi dan transportasi.

Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.

Page 26: ii - Repository | UM METRO

23

C. GEJALA MODERNISASI DAN GLOBALISASI DI INDONESIA

Pada saat ini, di Indonesia, masyarakat telah mengalami

modernisasi dan telah merasakan adanya globalisasi. Alat-alat modern

telah banyak digunakan di Indonesia. Selain itu, umumnya, cepat dan

mudah. Hal itu menunjukan Indonesia merupakan salah satu negara

yang juga mengalami gejala modernisasi dan globalisasi. Sebenarnya

bidang apa saja yang mengalami gejala modernisasi dan globalisasi

tersebut? Berikut ini penjelasannya lebih lanjut .

1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kemajuan ilmu pengetahuan selalu diikuti dengan kemajuan

teknologi. ini terbukti dengan banyaknya penemuan dalam bidang

teknologi guna memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam melakukan

berbagai aktivitas sehari-hari.

2. Bidang Ekonomi

Tujuan dari modernisasi dibidang ekonomi yang dilakukan

diberbagai negara didunia, khususnya di indonesia adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk itu, perlu

dikembangkan sistem ekoonomi kerakyatan yang bertumpu pada

mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat .

Dengan demikian, terjaminnya kesempatan yang sama dalam berusaha

dan bekerja. Upaya-upaya agar kehidupan ekonomi dapat mendukung

modernisasi antara lain sebagai berikut.

a. Mengembangkan persaingan yang sehat dan adil serta

menghilangkan sistem monopoli.

b. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan kopersai agar

lebih efesien dalam berusaha dengan suasana yang kondusif ( aman

dan mendukung).

c. Mengembangkan hubungan kemitraan yang saling mendukung dan

menguntungkan anatara koperasi swasta dan BUMN ,serta antara

pengusaha besar, menengah, dan kecil dalam rangka memperkuat

struktur perekonomian nasional.

Page 27: ii - Repository | UM METRO

24

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam modernisasi ekonomi

adalah sebagai berikut.

a. Meningkatnya taraf hidup, seperti peningkatan pendapatan

perkapita, penyediaan lapangan pekerjaan, dan peningkatan

pendidikan.

b. Terlepas dari ketergantungan terhadap oranglain. Dengan demikian,

kita harus dapat menigkatkan SDM yang akan dapat mengolah SDA

yang dibutuhkan manusia.

c. Peningkatan produksi barang-barang industri dan jasa secara terus

menerus sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan .

3. Bidang Politik

a. Di Indonesia, modernisasi politik mengalami perkembangan pasang

surut. Perkembangan itu dimulai dengan bentuk Demokrasi Liberal,

Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila.

b. Keberhasilan pembangunan politik semakin memantapkan tatanan

kehidupan politik dan kenegaraan yang berdasarkan demokrasi

Pancasila, memantapkan perkembangan organisasi sosial kesadaran

berpolitik rakyat. Namun, pendidikan politik pun harus lebih

ditingkatkan agar rakyat makin sadar akan hak dan kewajibannya

sebagai warga Negara.

4. Bidang Agama

a. Masyarakat Indonesia sering dikatakan sebagai masyarakat yang

religius karena warga masyarakatnya hidup dengan berpedoman

pada kaidah-kaidah agama yang dijamin dan dikuatkan dalam UUD

1945 pasal 29 ayat 2 (Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat

menurut agama dan kepercayaannya).

b. Sebagai masyarakat yang religius, modernisasi dalam kehidupan

beragama sangat perlu. Modernisasi itu mencakup modernisasi

secara fisik dan non-fisik, BACK sehingga akan terdapat

keseimbangan dalam membangun kehidupan di dunia dan di

akhirat.

Page 28: ii - Repository | UM METRO

25

D. DAMPAK MODERNISASI DAN GLOBALISASI DI INDONESIA

Modernisasi sebetulnya identik dengan pembangunan yang

memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang maju atau modern

sesuai dengan situasi dan kondisi zaman. Namun bila kita melihat

relitas sosial yang terdapat dimasyarakat banyak kita permasalahan-

permasalahan sebagai akibat dan konsekuensi dari pembangunan itu

sendiri. Sebenarnya pembangunan itu harus menghasilkan sesuatu yang

lebih baik dari sebelumnya. Akan tetapi dengan perencanaan yang

kurang matang, pembangunan tersebut tidak berjalan dengan baik. Hal

itu juga disebabkanoleh masyarakat kita yang kurang siap dalam

menghadapi perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh

pembangunan tersebut.

Proses pembangunan membutuhkan keseimbangan antara

tehknologi dan kondisi alam, sosial, dan kebutuhan masyarakat. Bila

hal tersebut tidak bisa dijalankan dengan baik akan menimbulkan

kecemburuan sosial di masyarakat. Tehknologi modern juga

menimbulkan efek samping yang bertentangan dengan kemajuan.

Karena menghilangkan nilai-nilai lama dan menggantinya dengan nilai-

nilai yang baru.

1. Urbanisasi

Modernisasi dan globalisasi melahirkan industri yang maju hampir

ke seluruh aspek kehidupan manusia. Sekarang ini masyarakat

Indonesia. Kebudayaan berurbanisasi karena dari segi ekonomi

pekerjaan susah dicari oleh masyarakat desa maka itu masyarakat desa

kebanyakan pindah ke kota. Dari segi sosial masyarakat yang

mempunyai penghasilan yang cukup pasti memilih pindah ke kota

supaya bisa mendapat pendidikan/pekerjaan yang mapan. Selain itu dari

segi pendidikan juga mulai maju di kota, maka dari itu masyarakat desa

lebih memilih hidup di kota karena pendidikan di kota lebih maju dan

baik.

Beberapa penyebab terjadinya urbanisasi adalah adnaya daya

tertentu di kota seperti :

Page 29: ii - Repository | UM METRO

26

a. Daya tarik ekonomi. Di kota, orang berharap untuk dapat dengan

mudah mendapatkan pekerjaan. Hal ini menjadi suatu keharusan

untuk mengubah nasib .

b. Daya tarik social. Kebanyakan orang pergi ke kota untuk

mengubah status social melalui berbagai cara, seperti pendidikan

atau perkerjaan. Misalnya, orang yang tadinya berprofesi sebagai

petani pindah ke kota menjadi pegawai negeri atau karyawan

swasta.

c. Daya tarik pendidikan. Di kota tersedia berbagai fasilitas

pendidikan. Bagi orang desa yang ingin menyekolahkan anaknya

ke jenjang yang lebih tinggi, mereka akan berupaya

d. menyekolahkan di kota dengan harapan setekah berhasil

menempuh pendidikan yang lebih tinggi, ia mendapat pekerjaan

yang sesuai di kota dan secara otomatis ia dapat menaikkan status

social keluarganya.

e. Daya tarik budaya. Di kota terdapat berbagai pusat hiburan yang

menyenangkan. Selain itu, kehidupan kota sering pula ditafsirkan

sebagai kehidupan yang serba modern sehingga berpengaruh pada

perubahan pola tingkah laku perubahan masyarakat. Kehidupan di

desa dianggap kuno atau ketinggalan zaman. Untuk itu, orang desa

berupaya untuk dapat mengikuti pola perilaku orang kota, antara

lain dengan pindha ke kota. Bagi mereka, pulang dari perantauan

dengan berbagai keberhasilan seolah-olah tidak modern jika tidak

mengikuti pola kehidupan kota yang penuh glamor .

Dengan adanya urbanisasi , penduduk kota semakin bertambah. Dengan

begitu, timbullah permasalahan baru baik di kota maupun di desa , antara

lain sebagai berikut.

a. Semakin berkurangnya penduduk desa.

b. Banyak sawah yang terbengkalai

c. Hasil panen menurun

d. Tingkat kesejahteraan masyarakat menurun

e. Muncul pengangguran di kota

f. Kriminalitas dan perilaku menyimpang lainnya meningkat di kota .

Page 30: ii - Repository | UM METRO

27

2. Kesengjangan Sosial Ekonomi

Secara entimologis, kesenjangan berarti tidak seimbang, tidak simetris,

atau berbeda. Kesenjangan sosial ekonomi dapat diartikan sebagai tingkat

pertumbuhan sosial ekonomi yang tidak sama yang terjadi pada

masyarakat yang melaksakanan pembangunan atau modernisasi. Hal ini

terjadi karena kurang adanya kesempatan untuk memperoleh sumber

pendapatan, kesempatan kerja,pembangunan. Semakin besar perbedaan

untuk mendapatkan kesempatan –kesempatan tersebut, semakin besar pula

tingkat kesengjangan social ekonomi yang terjadi di masyarakat.

Sebaliknya, semakin kecil perbedaan kesempatan-kesempatan tersebut,

semakin kecil pula tingkat kesenjangan social ekonomi yang terjadi.

Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan ekonomi antara lain

sebagai berikut .

a. Menurunnya pendapaan per kapita sebagai akibat pertumbuhan

penduduk yang relatif tinggi tanpa diimbangi peningkatan

produktivitas.

b. Ketidakmerataan pembangunan antardaerah sebagai akibat kebijakan

politik dan kekurangsiapan SDM.

c. Rendahnya mobilitas sosial sebagai akibat sikap mental tradisional

yang kurang menyukai persaingan dan kurang usaha.

3. Pencemaran Lingkungan

Masyarakat yang melakukan pembangunan harus memperhatikan

kelestarian dan perbaikan lingkungan alamnya. Alam sebagai tempat hidup

manusia dan mahluk hidup yang lain seperti flora dan fauna tidak boleh di

korbankan hanya karena kebutuhan jangka pendek. Manusia dan

lingkungan hidupnya merupakan satu kesatuan ekosistem .

Modernisasi pertanian sering mengakibatkan kerusakan lingkungan

alam di pedesaan apabila tidak di lakukan secara selektif dan rasional.

Penggunaan pupuk kimia dan obat pembasmi hama secara terus-menerus

dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah dan menimbulkan imunitas

(kekebalan) pada hama itu sendiri sehingga muncul jenis hama yang tahan

terhadap obat pembasmi (pestisida). Sementara itu, kerusakan hutan serung

Page 31: ii - Repository | UM METRO

28

diskibatkan oleh pencurian kayu dan penebangan tanpa penanaman

kembali yang mengakibatkan banjir dan tanah longsor.

Kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang kurang ramah terhadap

lingkungan memiliki andil yang besar dalam polusi udara di lingkungan

perkotaan. Selain itu, limbah pabrik yang tidak menghiraukan pentingnya

AMDAL dapat mencemari sungai dan udara. Pengurasan air tanah yang

tidak terkendali juga dapat mengakibatkan tanah didaerah perkotaan

menjadi turun, sehingga akan terjadi bencana sampingan seperti banjir pada

waktu musin hujan dan kekeringan pada musim kemarau .

4. Kriminalitas

Salah satu dampak modernisasi dan pembangunan adalah

meningkatnya kriminalitas atau tindak kejahatan, baik secara kualitas

maupun kuantitas. Pembangunan atau modernisasi yang dilakukan Negara

sedang berkembang, seperti Indonesia ini seringkali memunculkan

masalah-masalah social seperti berikut .

a. Menipisnya rasa kekeluargaan.

b. Meningkatnya sikap individualistas.

c. Meningkatnya tingkat persaingan .

d. Meningkatnya pola hidup konsumtif.

Globalisasi juga menghadirkan kesempatan untuk melakukan

kejahatan lintas wilayah yang diperkirakan mencapai 500 milliar dollar per

tahun. Kegiatan kejahatan internasional mencakup perdagangan manusia,

pemalsuan komputer, perdagangan senjata secara illegal, penyelundupan,

pembajakan hak cipta, dan perdagangan obat-obatan.

5. Lunturnya Eksistensi Jati Diri Bangsa

Globalisasi yang ditandai dengan semakin kaburnya sekat-sekat

antarnegara tertentu berdampak pada eksistensi jati diri bangsa itu sendiri .

Contohnya sebagai berikut .

Page 32: ii - Repository | UM METRO

29

a. Berkembangnya internet menyebabkan arus informasi dapat dinikmati

oleh seluruh warga dunia dengan mudah tanpa dapat dikontrol oleh

negaranya .

b. Di bidang ekonomi , masuknya perusahaan-perusahaan multinasional

telah mematikan perusahaan dan usaha-usaha masyarakat . Bagaimana

tidak, dibandingksn jika di bandingksn dengan produk perusahaan

multinasional dengan harga jual murah , kemasan yang bagus , dengan

perusahaan-perusahaan nasional , akibatnya banyak perusahaan –

perusahaan nasional yang gulung tikar dan tingkat pengagguran yang

meningkat .

c. Timbulnya kekhawatiran bahwa bentuk-bentuk budaya asing yang

masuk ke Indonesia dapat berujung pada marjinalisasi(penyingkiran)

budaya local , misalnya saja di bidang kesenian , masuknya pengaruh

music mancanegara telah menyebabkan para pemuda dan dan remaja

Indonesia meninggalkan kesenian asli Indonesia.

d. Adanya gaya hidup yang kebarat-baratan masyarakat yang

menyebabkan hilangnya nilai–nilai moral yang selama berates-ratus

tahun telah dipupuk masyarakat Indonesia . Hal ini menyebabkan gejala

lunturnya eksistensi jati diri bangsa .

E. TANTANGAN MASA DEPAN BANGSA

Indonesia merupakan negara yang tidak dapat berdiri sendiri. Dalam

arti Indonesia membutuhkan kerja sama dengan negara lain Indonesia kaya

akan Sumber Daya Alam yang dikenal sebagai negara agraris. Kondisi

Indonesia saat ini dari segi negatif terjadi kelaparan, peperangan,

kesenjangan sosial, dan perusakan lingkungan yang menjadi permasalahan

mendasar, itu dampak dari globalisasi. Adapun dampak positif globalisasi

yaitu masyarakat semakin menyadari kebudayaan lokalnya, dapat

menghasilkan penemuan-penemuan baru. Indonesia perlahan-lahan

mengalami kemajuan. Karena kerjasama dengan negara lain terutama

negara berkembang. Globalisasi tantangan besar bagi setiap bangsa. Di satu

sisi, setiap bangsa tidak ingin tergilas oleh arus globalisasi yang

melunturkan identitas diri. Namun sisi lain, tidak mungkin baginya untuk

menutupi diri ditengah ketergantungan dengan negara lain. Secara umum,

berbagai reaksi terhadap globalisasi dan modernisasi secara berikut:

Page 33: ii - Repository | UM METRO

30

a. Robertson mencatat bahwa sebenarnya apa yang kita pilih dari hal-hal

yang bersifat global hanyalah apa-apa yang menyenangkan kita dan

kemudian mengubahnya sehingga hal tersebut beradaptasi dan sesuai

dengan budaya dan kebutuhan lokal.

b. Kita dapat mencampur unsur-unsur global untuk menghasilkan

penemuan baru dari hasil penggabungan itu misalnya, beberapa musik

dunia mencampurkan beat tarian Barat dengan gaya tradisional dari

Afrika Utara dan Asia.

c. Komunikasi global berarti bahwa sekarang sulit bagi orang untuk tidak

memikirkan dengan sungguh-sungguh kejadian- kejadian di dunia,

semacam itu turut bertangung jawab terhadap peningkatan gerakan anti

globalisasi terutama di kalangan anak muda.

d. Pengetahuan kita tentang hal-hal global dapat meninggikan kesadaran

dan kesetiaan kita terhadap hal-hal lokal.

e. beberapa kelompok religius dan etnik berusaha mencegah terjadinya

globalisasi.

Sementara itu , berkaitan dengan pendapat beberapa kalangan tentang

globalisasi sebagai sebuah bentuk penjajahan budaya, para

transformasionalis memberikan kritik mereka dengan tiga pandangan

berikut:

a. Mereka (kalangan yang mengkritik globalisasi) membuat kesalahan

dengan menganggap bahwa aliran budaya hanya satu dan berasala dari

satu arah,dari dunia Barat menuju negara-negara berkembang. Fokus

seperti ini tidak melihat bahwa kebudayaan Barat pun sebenarnya di

perkaya dengan adanya masukan dari budaya dan agama dari negara

lain .

b. Seolah-olah ada anggapan bahwa masyarakat di negara berkembang

adalah konsumen yang bodoh. Pada kenyataanya, keterlibatan mereka

dalam budaya lobal menyebabkan mereka memiliki pilihan yang lebih

beragam .

c. Pendapat tersebut merendaahkan kekuatan budaya local . Sebagaimana

pengamatan Cosen dan Kennedy “Pada waktu-waktu tertentu , orang-

orang di Lagos atau Kuala Lumpur minum Coke, memakai jins Levi‟s

5o1 dan mendengarkan lagu-lagu Madonna. Namun hal itu tidak berarti

mereka meninggalkan tradisi, keluarga, ajaran agama atau identitas

Page 34: ii - Repository | UM METRO

31

nasional mereka, bahkan ketika mereka mampu melakukannya, namun

kebanyakan tidak”.

Dari paparan diatas, jelas bahwa globalisasi merupakan tantangan besar

bagi setiap bangsa. Di satu sisi, setiap bangsa tidak ingin tergilas oleh arus

globalisasi yang akan melunturkan identitas jati dirinya. Namun di sisi lain,

tidak mungkin baginya untuk menutup diri di tengah ketergantungannya

kepada bangsa lain.

Yang di butuhkan sekarang adalah bagaimana negara menjalin

kerjasama dengan negara-negara lain terutama sesama negara berkembang,

untuk mengendalikan arus globalisasi. Contohnya sebagai berikut:

a. Di bidang ekonomi misalnya , kerja sama negara-negara ini harus

dapat memperjuangkan tatanan ekonomi yang lebih baik , antara lain

dapat menjamin peningkatatan kesejahteraan masyarakat negara

berkembang .

b. Di bidang budaya harus ada upaya untuk mendorong berkembangnya

potensi-potensi budaya masyarakat . Pemerintah seharusnya memberi

perhatian yang sama kepada pengembangan kebudayaan daerah dan

bukan hanya memfokuskan diri pada sisi pertumbuhan ekonomi .

1. Dampak Modernisasi dan Globalisasi

Modernisasi dan globalisasi memiliki dampak atau akibat bagi manusia

dan lingkungannya, dampak yang baik (positif) ataupun buruk (negatif).

a. Dampak Positif

Dampak positif dari modernisasi dan globalisasi antara lain sebagai

berikut.

1) Memudahkan untuk mendapatkan barang yang berkualitas bagus

dengan harga yang paling murah.

2) Tersedianya lapangan pekerjaan bagi tenaga profesional.

3) Perkembangan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat dunia.

4) Komunikasi tanpa dibatasi jarak dan waktu sehingga dapat

memperlancar perdagangan internasional.

5) Terbukanya peluang bisnis dan kemudahan di bidang pendidikan,

politik, pertahanan dan keamanan.

6) Pembangunan yang lebih terencana dan berorientasi pada

kebutuhan hidup warga dunia.

Page 35: ii - Repository | UM METRO

32

7) Penanaman modal asing memicu pertumbuhan ekonomi negara

berkembang.

8) Terjadinya migrasi yang tinggi dalam suatu negara maupun dari

negara yang satu ke negara yang lain.

9) Bercampurnya berbagai kebudayaan dari berbagai daerah dan

negara.

b. Dampak Negatif

Dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi antara lain sebagai

berikut.

1) Bergesernya nilai-nilai dan sikap seseorang karena pengaruh negatif

dari teknologi komputerisasi, media massa, dan alat komunikasi.

2) Tumbuhnya mental frustasi, minder, stres dan tertekan karena tidak

dapat mengikuti perkembangan teknologi komunikasi dan

informasi.

3) Posisi tawar yang selalu kalah bagi negara berkembang yang

dikalahkan oleh negara maju membuat negara berkembang semakin

terpuruk dan tidak dapat berkompetisi dengan negara maju.

4) Orientasi hidup hanya pada nilai ekonomi menyebabkan

bergesernya nilai-nilai kemanusiaan, keharmonisan hidup dengan

lingkungan dan kehangatan persahabatan.

5) Hilangnya budaya asli daerah tertentu akibat tidak dipatenkan.

6) Makin merajalelalnya kaum kapitalis atau pemilik modal yang

dengan leluasa menanamkan modalnya di segala penjuru dunia.

7) Kemajuan teknologi yang dimanfaatkan untuk merusak dunia

menjadi ketakutan semua pihak.

Page 36: ii - Repository | UM METRO

33

BAB IV

PEMBENTUKAN SUKU BANGSA

A. Kehidupan Berkelompok

Manusia merupakan makhluk sosial karena pada dasarnya manusia

memang tidak dapat hidup seorang diri. Manusia hanya dapat

berkembangan sebagai manusia seutuhnya hanya bila ia berada dalam

kelompok. Karl Marx (Pardue. 1986:312) menyatakan bahwa sociability

manusia lebih dari sekedar pengertian bahwa manusia membutuhkan yang

lainnya untuk memenuhi kebutuhannya.

Seorang individu tentu akan lahir dalam dalam suatu keluarga. Dalam

hal ini keluarga merupakan salah satu bentuk dari kelompok sosial.

Memang dalam kenyataannya ada kasus dimana seorang individu yang

lahir lalu dibuang oleh ibunya yang melahirkan. Namun peristiwa seperti

ini tidak membuktikan bahwa manusia tidak selalu lahir dalam konteks

sosial, tetapi mengafirmasi kenyataan bahwa individu yang akan

berkembang diluar konteks keluarga tidak akan pernah berkembang

sebagaimana mestinya manusia. Bahkan dalam kenyataannya bayi atau

individu yang dibuang itu pasti akan menemukan keluarganya yang baru,

yang bersedia memeliharanya. Meskipun peristiwa tersebut akan selalu

mendapatkan reaksi negatif dari masyarakat luas, tetapi itu hanya

membuktikan sosialitas dari manusia itu sendiri.

Kelompok sosial (macionis, 19879:174) pada umumnya didefinisikan

sebagai dua atau lebih orang yang memiliki suatu identitas bersama dan

yang berinteraksi secara regular. Apapun bentuknya, kelompok sosial

terdiri dari orang-orang yang memiliki kesadaran keanggotaan yang sama

yang didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama.

Singkatnya mereka sadar tentang individualitas mereka, sebagai anggota

dari kelompok sosial yang secara spesifik disadari sebagai “kita”.

Setiap manusia memiliki keunuikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada

manusia yang persis sama. Seorang individu adalah perpaduan antara

faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa

individu sejak lahir. Ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak

lahir. Jika seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter sifat yang

Page 37: ii - Repository | UM METRO

34

dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan ikut

berperan dalam pembentukan karakterisitk yang khas dari seseorang. Istilah

lingkungan merujuk pad lingkungan fisik dan lingkungan soaial.

Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial,

merujuk pada lingkungan dimana seorang individu melakukan interaksi

soail. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan

teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.

Karakteristik yang khas dari seseorng dapat disebut dengan

kepribaadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang

dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip), dan faktor lingkungan (fenotip).

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau

berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Masyarakat merupakan wadah

berkumpulnya individu –individu yang hidup secara sosial. Masyarakat

terdiri dari “saya”, “anda”, dan “mereka” yang memiliki kehendak dan

keinginan. Para sosiolog mengartikan masyarakat sebagai kelompok

didalamnya terdapat orang-orang yang menjalankan kehidupan bersama

sebagai satu kesatuan yang diikat melalui kerjasama dan nilai-niali tertentu

yang permanen.

1. Macam-macam kelompok

Menurut Robert Biersledt, kelompok memiliki banyak jenis dan

dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara

kelompok dan kesadaran jenis. Biersledt kemudian membagi kelompok

menjadi empat maacam :

a. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi. Tidak

memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis diantaranya. Contoh:

kelompok penduduk usia 0-15 tahun disebuah kecamatan.

b. Kelompok kemsyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan

tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial diantara

anggotanya.

c. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran

jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat

dalam ikatan organisasi. Contoh : kelompok pertemuan.

d. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai

kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun

Page 38: ii - Repository | UM METRO

35

kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan

hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan

organisasi formal. Contoh : Negara, sekolah.

2. Faktor Pembentuk Kelompok

Terbentuknya sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri

sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya , seseorang terlahir dalam

kelurga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua

faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah

kedekatan dan kesamaan.

a. Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan atau kedekatan geografis terhada

ketelibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita

membentuk kelompok bermain dengan orang-orang disekitar kita. Kita

bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas

individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis

antara dua orang, semakin sering mereka saling melihat, berbicara dan

bersosialisai. Jadi kedekatan menumbuhkan interaksi yang memainkan

peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.

b. Kesamaan

Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan

fisik, tetapi juga kesamaan diantara anggota-anggotanya. Sudah menjadi

kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki

kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan

minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat inteliensi, atau karakter personal

lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon

pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.

B. Pembentukan Komunitas

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme

yang berbagi lingkungan. Umumnya memiliki ketertarikan yang sama.

Dalam komunitas manusia, individu-individu didalamnya dapat memiliki

maksud, kepercayaan, sember daya, perefensi, kebutuhan, risiko dan

sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin

“communitas vane” berarti “kesamaan”. Kemudian dapat diturunkan dari

Page 39: ii - Repository | UM METRO

36

“communis” yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”.

Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat

mempengaruhi perilku para anggotanya. Definisi Komunitas Menurut Para

Ahli :

a. Soenarno

Menurut Sonarno, komunitas merupakan sebuah identifikasi &

interaksi sosial yang dibentuk dengan berbagai dimensi kebutuhan

fungsional.

b. Hendro Puspito

Menurut Hendro Puspito, pengertian komunitas adalah suatu

kumpulan nyata, teratur, dan tetap dari sekelompok individu yang

menjalankan perannya masing-masing secara berkaitan demi

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan bersama.

c. Paul B. Horton dan Chaster L. Hunt

Menurut Paul B. Horton dan Chaster L. Hunt, komunitas

merupakan kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan

keanggotaannya dan saling berinteraksi satu sama lainnya.

1. Manfaat Komunitas

Seperti halnya berbagai macam bentuk kelompok lainnya, pembentukan

komunitas juga memiliki beberapa manfaat kepada para anggotanya,

seperti beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Media Penyebaran Informasi, manfaat yang pertama adalah sebagai

media penyebaran informasi. Di komunitas, setiap anggota yang

tergabung dapat saling bertukar informasi (baik membagikan atau pun

menerima) yang terkait dengan tema komunitas yang terbentuk.

b. Terbentuk Jalinan/Hubungan, selain sebagai media penyebaran

informasi, komunitas juga bermanfaat sebagai media untuk menjalin

relasi/hubungan antar sesama anggota komunitas yang memiliki hobi

atau pun berasal dari bidang yang sama.

c. Saling Bantu/Dukung, karena berasal dari bidang yang sama,

komunitas dapat dijadikan sebagai media untuk kegiatan saling bantu

antar sesama anggota komunitas atau pun ke luar anggota komunitas.

Page 40: ii - Repository | UM METRO

37

2. Beberapa Pertimbangan dalam Pembentukan Komunitas

Dalam pembentukan komunitas, pemrakarsa komunitas sebaiknya

mempertimbangkan beberapa hal berikut ini :

a. Anggota, anggora yang diajak untuk bergabung ke dalam sebuah

komunitas hendaknya berasal dari bidang/minat yang sama.

b. Media Komunitas, untuk mendukung keberlangsungan komunitas,

pemrakarsa komunitas sebaiknya mempertimbangkan media-media

yang akan digunakan untuk melancarkan seluruh program kerja yang

telah dibentuk di dalam komunitas.

c. Program Kerja dan Sumber Daya, agar komunitas tidak vakum,

pemrakarsa komunitas harus mampu membentuk program kerja dan

menemukan sumber daya untuk menjalankan program kerja tersebut.

C. Pembentukan Suku Bangsa

Suku bangsa atau kelompok etnik adalah suatu golongan manusia yang

anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,

biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama.Identitas suku

ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut

seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.

Menurut pertemuan internasional tentang tantangan-tantangan dalam

mengukur dunia etnis pada tahun 1992, "Etnisitas adalah sebuah faktor

fundamental dalam kehidupan manusia. Ini adalah sebuah gejala yang

terkandung dalam pengalaman manusia" meskipun definisi ini seringkali

mudah diubah-ubah.Yang lain, seperti antropolog Fredrik Barth dan Eric

Wolf, menganggap etnisitas sebagai hasil interaksi, dan bukan sifat-sifat

hakiki sebuah kelompok.

Proses-proses yang melahirkan identifikasi seperti itu

disebut etnogenesis. Secara keseluruhan, para anggota dari sebuah

kelompok suku bangsa mengklaim kesinambungan budaya melintasi

waktu, meskipun para sejarawan dan antropolog telah mendokumentasikan

bahwa banyak dari nilai-nilai, praktik-praktik, dan norma-norma yang

Page 41: ii - Repository | UM METRO

38

dianggap menunjukkan kesinambungan dengan masa lalu itu pada dasarnya

adalah temuan yang relatif baru.

Suku bangsa menurut Barthadalah sebuah pengorganisasian

socialmengenai jatidiri yang askriptif dimana anggota suku

bangsa mengaku sebagai anggota suatu suku bangsa karena dilahirkan oleh

orang tua dari suku bangsa tertentu atau dilahirkan dari daerah tertentu.

Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa adalah kelompok manusia yang

terikat oleh kesadaran dan identitas kesatuan kebudayaan sedangkan

kesadaran dan identitas tadi seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa.

1. Konsep terbentuknya asal mula suku bangsa

Setiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat baik berwujud

sebagai komunitas desa, kota, sebagai kekerabatan, atau kelompok adat

yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh

orang di luar warga masyarakat bersangkutan. Seorang warga dari suatu

kebudayaan yang telah hidup dari hari ke hari di dalam lingkungan

kebudayaannya biasanya tidak melihat lagi corak khas itu. Sebaliknya,

terhadap kebudayaannya biasanya tidak terlihat corak khasnya, terutama

mengenai unsur-unsur yang berbeda mencolok dengan kebudayaan sendiri.

Corak khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan fisik

dengan bentuk khusus, atau karena di antara pranata-pranatanya ada fisik

dengan bentuk khusus, atau dapat juga karena warganya menganut suatu

tema budaya khusus. Sebaliknya, corak khas tadi juga dapat disebabkan

karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar. Berdasarkan atas

corak khusus tadi, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari kebudayaan.

Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa” adalah suatu

golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan “kesatuan

kebudayaan”, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi

tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga. Jadi, “kesatuan

kebudayaan” bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar (misalnya

oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainnya, dengan

metode analisis ilmiah), melainkan oleh warga kebudayaan bersangkutan

itu sendiri. Dengan demikian, kebudayaan Sunda merupakan suatu

kesatuan, bukan karena ada peneliti-peneliti yang secara etnografi telah

menetukan bahwa kebudayaan Sunda itu suatu kebudayaan tersendiri yang

Page 42: ii - Repository | UM METRO

39

berada dari kebudayaan Jawa, Banten, atau Bali, melainkan karena orang

Sunda sendiri sadar bahwa kebudayaan Sunda mempunyai kepribadian dan

identitas khusus, berbeda dengan kebudayaan-kebudayaan tetangganya itu.

Apalagi adanya bahasa Sunda yang berbeda dengan bahasa Jawa atau Bali

lebih mempertinggi kesadaran akan kepribadian khusus tadi.

Dalam kenyataan, konsep “suku bangsa “ lebih kompleks daripada yang

terurai di atas. Ini disebabkan karena dalam kenyataan, batas dari

kebudayaan itu dapat meluas atau menyempit, tergantung pada keadaan.

Misalnya, penduduk Pulau Flores di Nusa Tenggara tersendiri dari

beberapa suku bangsa yang khusus, dan menurut kesadaran orang flores itu

sendiri, yaitu orang Manggarai, Ngada, Sikka, Riung, Nage-Keo, Ende, dan

Laratuka. Kepribadian khas dari tiap suku bangsa tersebut dikuatkan pula

oleh bahasa-bahasa khusus yaitu bahasa Manggarai, bahasa Ngada, bahasa

Sikka, bahasa Ende dan sebagainya, yang jelas berbeda dan tidak

dimengerti yang lain. Walaupun demikian, kalau orang flores dari berbagai

suku bangsa itu tadi berada di jakarta misalnya, dimana mereka harus hidup

berkonfrontasi dengan golongan atau kelompok lain lebih besar dalam

kekejaman perjuangan hidup di suatu kota besar, mereka akan merasa

bersatu sebagai Putra Flores, dan tidak sebagai orang Sikka, orang Ngada,

atau orang Laratuka. Demikian pula penduduk Irian Jaya yang di Irian Jaya

yang di irian jaya sendiri sebenarnya merasakan diri orang Sentani, orang

Marindanim, orang Serui, orang Kapauku, orang Moni dan sebagainya,

akan merasa diri mereka sebagai Putra Irian Jaya apabila mereka ke luar

dari Irian Jaya. Dalam penggolongan politik atau administratif di tingkat

nasional tentu lebih praktis memakai penggolongan suku bangsa secara

terakhir tadi, yang sifatnya lebih luas dan lebih kasar, tetapi dalam analisis

ilmiah secara antropologi kita sebaiknya memakai konsep suku bangsa

dalam arti sempit.Mengenai pemaikaian suku bangsa sebaiknya selalu

memakainya secara lengkap, dan agar tidak hanya mempergunakan istilah

singkata “suku” saja.

Deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa biasanya merupakan idi

dari sebuah karangan etnografi. Namun karena ada suku bangsa yang besar

sekali, terdiri dari berjuta-juta penduduk (seperti suku bangsa Sunda), maka

ahli antropologi yang membuat sebuah karangan etnografi sudah tentu

tidak dapat mencakup keseluruhan dari suku bangsa besar itu dalam

Page 43: ii - Repository | UM METRO

40

deskripsinya. Umumnya ia hanya melukiskan sebagian dari kebudayaan

suku bangsa itu. Etnografi tentang kebudayaan Sunda misalnya hanya akan

terbatas pada kebudayaan Sunda dalam suatu daerah logat Sunda yang

tertentu, kebudayaan sunda dalam suatu kebupaten tertentu, kebudayaan

sunda di pegungungan atau kebudayaan Sunda di pantai, atau kebudayaan

Sunda dalam suatu lapisan sosial tertentu dan sebagainya.

a. Sistem garis keturunan

Sistem garis keturunan bapak biasa disebut patrilineal, layaknya yang

terjadi pada suku Batak di sumatera utara. Untuk sistem ketentuan yang

menarik garis keturunan dari pihak ibu atau wanita disebut matrilineal,

suku yang berpedoman sistem tersebut adalah suku Minang, yang ada di

sumatera barat.

Adapun untuk sistem ketentuan dari kedua belah pihak kelihatannya

adalah sistem yang sangat banyak dianut oleh suku-suku yang ada di

indonesia, di antaranya adalah suku Jawa.

Jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia amatlah banyak. Total

keseluruhan meraih beberapa ratus suku bangsa. Suku bangsa tersebut

tersebar di seluruh Indonesia. Masing-masing suku bangsa menawarkan

lebih dari satu kekhasannya, layaknya keeksotisan yang dimiliki oleh suku

bangsa Indonesia yang ada di tempat timur Indonesia.

b. Percampuran suku bangsa

Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia makin lengkap sebab adanya

lebih dari satu pencampuran ras dan etnis asli suku bangsa Indonesia

dengan beraneka suku bangsa di negara lain.Umpamanya saja

pencampuran pada masyarakat asli suku bangsa Indonesia dengan suku

bangsa Tionghoa, atau pencampuran masyarakat asli suku bangsa

Indonesia dengan masyarakat dataran Eropa. Pencampuran dua suku

bangsa tersebut sesudah itu menyebabkan lebih dari satu istilah baru,

layaknya istilah “orang indo”.

Suku bangsa yang memiliki jumlah penduduk sangat banyak di

indonesia ada di pulau Jawa. Layaknya suku bangsa Jawa dan Sunda.

Perbedaan pada suku bangsa yang ada di Indonesia justru lebih

mengeratkan jalinan diantara masyarakatnya.

Page 44: ii - Repository | UM METRO

41

Ciri-ciri suku bangsa

a. Secara tertutup berkembang biak dalam kelompoknya.

b. Memiliki nilai-nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam

kebudayaan.

c. Mewujudkan arena komunikasi dan interaksi.

d. Mempunyai anggota yang mengenali dirinya serta dikenal oleh orang

lain sebagai bagian dari satu kategori yang dibedakan dengan yang lain.

Etika seseorang yang menjadi bagian dari suku bangsa tertentu

mengadakan interaksi maka akan nampak adanya simbol-simbol atau

karakter khusus yang digunakan untuk mengekspresikan perilakunya sesuai

dengan karakteristik suku bangsanya. Misalnya, ciri-ciri fisik atau rasial,

gerakan-gerakan tubuh atau muka, ungkapan-ungkapan kebudayaan, nilai-

nilai budaya serta keyakinan keagamaan. Seseorang yang dilahirkan dalam

keluarga suatu suku bangsa maka sejak dilahirkannya mau tidak mau harus

hidup dengan berpedoman pada kebudayaan suku bangsanya sebagaimana

yang digunakan oleh orangtua dan keluarganya dalam merawat dan

mendidiknya sehingga menjadi manusia sesuai dengan konsepsi

kebudayaannya tersebut.

Menurut R Narol (Budhisantosa dalam www.pk.ut.ac.id/jsi/Ibuhdi.htm),

kriteria untuk menetukan suatu bangsa adalah adanya kesatuan masyarakat

seperti:

a. Daerahnya dibatasi oleh satu desa atau lebih.

b. Daerahnya dibatasi oleh batas-batas tertentu secara politis dan

administratif.

c. Batas daerahnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri.

d. Warganya memiliki satu bahasa atau satu logat bahasa.

e. Keadaan daerahnya ditentukan oleh kesatuan ekologi.

f. Anggota-anggotanya mempunyai pengalaman sejarah yang sama.

g. Frekuensi interaksi sesama anggota masyarakatnya tinggi.

h. Susunan sosialnya seragam.

D. Pembentukan Kekerabatan

Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara

tiap entitas yang memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui

keturunan biologis, sosial, maupun budaya. Dalam antropologi, sistem

Page 45: ii - Repository | UM METRO

42

kekerabatan termasuk keturunan dan pernikahan, sementara dalam biologi

istilah ini termasuk keturunan dan perkawinan. Hubungan kekerabatan

manusia melalui pernikahan umum disebut sebagai "hubungan dekat"

ketimbang "keturunan" (juga disebut "konsanguitas"), meskipun kedua hal

itu bisa tumpang tindih dalam pernikahan di antara orang-orang yang satu

moyang. Hubungan kekeluargaan sebagaimana genealogi budaya dapat

ditarik kembali pada Tuhan (lihat mitologi, agama), hewan yang berada

dalam daerah atau fenomena alam (seperti pada kisah penciptaan).

Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip mendasar untuk

mengelompokkan tiap orang ke dalam kelompok sosial, peran, kategori,

dan silsilah. Hubungan keluarga dapat dihadirkan secara nyata (ibu,

saudara, kakek) atau secara abstrak menurut tingkatan kekerabatan. Sebuah

hubungan dapat memiliki syarat relatif (misalnya ayah adalah seseorang

yang memiliki anak), atau mewakili secara absolut (mis, perbedaan status

antara seorang ibu dengan wanita tanpa anak). Tingkatan kekerabatan tidak

identik dengan pewarisan maupun suksesi legal. Banyak kode etik yang

menganggap bahwa ikatan kekerabatan menciptakan kewajiban di antara

orang-orang terkait yang lebih kuat daripada di antara orang asing, seperti

bakti anak.

1. Pembentukan Kekerabatan

a. Evolusi Keluarga

Pemikiran-pemikiran tentang asal mula dan perkembangan keluarga

manusia sangat menarik perhatian baik dari kalangan umum ataupun

dari kalangan para ahli ilmu sosial.

Arti pokok dari keluarga adalah sebagai kesatuan kelompok sosial

yang melakukan kerja sama ekonomi antar laki-laki dan perempuan,

dan sebagai lingkungan sosial ayng tepat untuk mengasuh anak.

b. Perkawinan

Arti perkawinan menurut Koentjaraningrat adalah norma sosial

yang mengatur seseorang dalam mendapatkan atau memilih teman

hidup dalam usaha mencapai kebahagiaan hidup berkeluarga. Menurut

Keesing, perkawinan adalah suatu bentuk hubungan yang

dilembagakan yang secara sah terjadi hubungan seksual dan hubungan

orang tua anak.

Bentuk-Bentuk Perkawinan

Page 46: ii - Repository | UM METRO

43

Haviland menjelaskan di dunia ini paling tidak, ada tujuh bentuk

perkawinan:

a) Monogami, yaitu perkawinan yang mengharuskan seseorang hanya

mempunyai seorang istri atau suami.

b) Poligini, yaitu adat perkawinan yang memperbolehkan seorang laki-

laki istri lebih dari seorang.

c) Poliandri, yaitu suatu adat perkawinan yang memperbolehkan

seorang wanita mempunyai beberapa orang suami.

d) Perkawinan kelompok, yaitu adat perkawinan yang

memperbolehkan beberapa laki-laki dengan beberapa wanita dapat

melakukan hubungan seks satu sama lain.

e) Levirat, yaitu perkawinan antar seorang janda dengan saudara laki-

laki suaminya yang sudah meninggal dunia.

f) Sororat, yaitu perkawinan antar seorang duda kawin denagn saudara

perempuan istri yang meninggal dunia.

g) Perkawinan berturut (serial marriage), yaitu bentuk perkawinan

yang memperbolehkan laki-laki atau perempuan kawin atau hidup

bersama dengan sejumlah orang berturut-turut.

2. Bentuk-Bentuk Kelompok Kekerabatan

a. Keluarga luas (extended family)

Keluarga luas merupakan kelompok kerabat yang terdiri atas

keluarga batih senior dan anak-anaknya yang tinggal dalam rumah

yang terpisah, tetapi masih dalam lingkungan satu lahan pekarangan

yang sama.

b. Kindred (kaum kerabat/sanak saudara)

Kindred adalah kesatuan kerabat yang melakukan interaksi atau

berkumpul antar anggota kerabat pada waktu-waktu tertentu saja.

c. Keluarga Ambilineal

Keluarga ambilineal adalah suatu ketentuan bahwa seseorang dapat

memilih hubungan keturunan melalui garis keturunan kerabat pria

ataupun garis keturunan kerabat wanita saja.

Page 47: ii - Repository | UM METRO

44

d. Klen (Clan)

Klen adalah gabungan sejumlah keluarga luas yang anggotanya

berasal dari satu nenek moyang, yang didikat oleh garis keturunan

pihak kerabat laki-laki atau pihak perempuan.

e. Fratri (Phratry)

Fratri merupakan kelompok keturunan unilineal yang terdiri atas

dua atau lebih yang mengakui berhubungan sebagai kerabat.

f. Paruh Masyarakat (Moiety)

Paruh masyarakat adalah setiap kelompok hasil pembagian

masyarakat menjadi dua bagian atas dasar keturunan (Haviland)

,sedangakan Koenjaraningarat mengartikan moiety merupakan

kelompok kekerabatan gabungan klen (seperti fratri), tetapi selalu

merupakan separuh dari suatu masyarakat.

3. Pembentukan Bangsa dan Negara

Pengertian bangsa adalah sekelompok orang yang berada dalam suatu

wilayah negara dan menyatakan diri sebagai masyarakat yang patuh pada

peraturan penguasa. Bangsa adalah sekelompok manusia yang ingin bersatu

dan bernegara, karena adanya keinginan untuk hidup bersama.

Untuk lebih memahami konsep bangsa, kita dapat mengikuti beberapa

pengertian tentang bangsa dari beberapa pengertian berikut ini :

a. Menurut Ernest Renan, Bangsa terbentuk karena adanya keinginan

untuk hidup bersama (hasrat bersatu) dengan perasaan setia kawan

yang agung.

b. Menurut Otto Bauer, Bangsa adalah sekelompok manusia yang

mempunyai persamaan karakter. Karakteristik tersebut tumbuh

karena adanya persamaan nasib.

c. Menurut Hans Khon, Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup

manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang

beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak.

Teori tentang terbentuknya suatu negara yakni :

a) Teori kontrak sosial atau teori perinaiian masyarakat

Teori ini beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan

perianaiian-perianiian masyarakat.

Page 48: ii - Repository | UM METRO

45

b) Teori ketuhanan

Negara dibentuk oleh tuhan dan pemimpin-pemimpinnegara

ditunjuk oleh tuhan raja dan pemimpin-pemimpin negara hanya

bertanggung jawab pada tuhan dan tidakpada siapapun. Penganut teori

ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller dan Thomas Aquinas.

c) Teori Kekuatan

Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang

kuat terhadap kelompok yang lemah. Negara terbentuk dengan

penaklukan dan pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan dari

suatu kelompok etnis yang lebih kuat atas kelompok etnis yang lebih

lemah, dimulailah proses pembentukan negara. Penganut teri ini adalah

H.J Laski.L. Duguit, Karl Marx. Oppenheimer dan kollikels.

d) Teori historis

Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat.

Tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

manusia.

e) Teori kedaulatan hukum

Teori kedaulatan hukum ( Recht souvereiniteit) (mienu.2010)

menyatakan semua kekuasaan daalam negara berdasar atas hukum.

Pelopor teori ini adalah H.Krabbe dalam buku Die Moderne Staats

Idee.

f) Teori hukum alam

Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi

karena kehendak alam yang merupakan lembaga alamiah yang

diperlukan manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum.

Penganut teori ini adalah plato, Aristoteles dan thomas aquino.

4. Peristiwa Pembentukan Negara

Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya

keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas kultural yang baru

pula. Hal itu dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai

tujuan.

Proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya

meliputi satu nasionalitas (suatu bangsa) merupakan proses pembentukan

Page 49: ii - Repository | UM METRO

46

bangsa-negara. Pengertian bangsa dalam istilah satu bangsa berbeda

dengan pengertiang bangsa dalam istilah bangsa-negara.

Bangsa dalam bangsa-negara mencakup jumlah kelompok masyarakat

(berbagai suku bangsa dan ras) yang lebih luas dari pada bangsa dalam

suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam dalam suku bangsa lebih

sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam bangsa-negara.

Secara umum dikenal adanya dua model proses pembentukan bangsa-

negara, yaitu model ortodoks dan model mutakhir. (Ramlan

Surbakti,1999):

a. Model ordoks, yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih, dahulu

untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Sebagai

contohnya, bangsa yahudi yang berupaya mendirikan negara israel

untuk bangsa yahudi.

b. Model mutakhir, yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang

terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara

merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah

kemunculan negara Amerika Serikat pada tahun 1776.

Kesadaran politik mulai muncul dikalangan kelompok suku bangsa

untuk berpartisipasi dalam proses yang akan membawa mereka pada

pertanyaan yang lebih mendasar. Pertanyaan ini berkaittan dengan pilihan

rezim politik. Suatu bangsa akan terbentuk jika masalah politik disepakati

jawabannya. Proses politisasi yang dilakukan secara memadai,

memungkinkan akan terdapatnya satu atau lebih kelompok atau suku

bangsa yang tidak bersedia ikut serta dalam bangsa yang dibangun bisa saja

disebabkan oleh ketidak setujuan mereka terhadap pilihan bentuk

partisipasi rezim politik.

5. Unsur-unsur pembentuk negara

Berdasarkan konvensi montcvideo tahun 1933, ada 5 unsur yang harus

dipenuhi untuk terbentuknya sebuah negara, yaitu :

a. Penghuni (penduduk/rakyat), adalah semua orang yang pada suatu

waktu mendiami wilayah negara.

Page 50: ii - Repository | UM METRO

47

b. Wilayah, landasan materil atau landasan fisik suatu negara.

c. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat)

d. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain, yaitu ketika

negara itu dapat melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain

dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, dan

sebagainya.

e. Pengakuan dari negara lain.

6. Proses Pembentukan Negara

Adapun proses pembentukan negara yakni sebagai berikut.

1. Terjadinya negara secara primer

Yang dimaksud dengan terjadinya negara secara primer adalah teori

yang membahas tentang terjadinya negara yang tidak dihibungkan

dengan negara yang telah ada sebelumnya.

2. Terjadinya negara secara sekunder

Yang dimaksud denganterjadinya negara secara sekunder adalah

teori yang membahas tentang terjadinya negara yang dihubungkan

dengan negara yang telah ada sebelumnya.

7. Faktor Pembentukan Bangsa

Faktor-faktor pembentukan suatu bangsa sangat berkaitan dengan

identitas yang menyatukan masyarakat. Faktor tersebut antara lain

sebagai berikut :

a. Primordial, yang termasuk dalam faktor ini yaitu ikatan

kekerabatan, kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa dan adat

istiadat.

b. Sakral, dalam faktor ini yaitu adanya kesamaan agama yang dianut

oleh masyarakat dan dalam hal ini agama dapat membentuk suatu

ideologi doktrin yang kuat dalam masyarakat, sehingga

keterkaitannya dapat menimbulkan bangsa.

c. Tokoh, menjadi salah satu faktor pembentuk bangsa karena bagi

masyarakat, tokoh dijadikan sebagai panutan untuk mewujudkan

misi-misi bangsa.

Page 51: ii - Repository | UM METRO

48

d. Sejarah, merupakan salah satu faktor pembentukan bangsa karena

sejarah dan pengalaman masa lalu seperti penderitaan akan

melahirkan solidaritas sehingga memungkinkan untuk membentuk

satu tekad dan satu tujuan antar kelompok masyarakat.

e. Perkembangan Ekonomi, dikatakan sebagai faktor pembentukan

bangsa karena semakin meningkatnya perkembangan ekonomi

semakin beragam pula kebutuhan masyarakat sehingga membuat

masyarakat semakin ketergantungan satu sama lain dan secara tidak

langsung akan membuat masyarakat ingin membentuk satu

kesatuan yaitu bangsa sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan

satu sama lain.

Page 52: ii - Repository | UM METRO

49

BAB V

STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA

A. Pengertian Masyarakat Majemuk

Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas

banyak struktur kebudayaan.Hal tersebut disebabkan karena banyaknya

suku bangsa yang memilik struktur budaya sendiri yang berbeda dengan

budaya suku bangsa yang lainnya.

suatu keadaan masyarakat yang terdiri dari berbagai kepentingan dan

kedudayaan yang berbeda-beda yang melebur dan membentuk satu

kesatuan yang mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama. Masyarakat

majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai macam karakteristik

kebudayaan baik perbedaan dalam bidang etnis, golongan, agama, tingkat

sosial yang tinggal dalam suatu komunitas tertentu.Dalam kajian

masyarakat majemuk,kajian tentang etnisitas banyak mengambil perhatian

para ahli.

Masyarakat majemuk adalah Atas dasar pengertian tersebut dibedakan

atas tiga kategori yaitu :

a. Kemajemukan sturuktural, yaitu dominasi politik dipegang oleh suatu

kelompok tertentu. Di dalam struktural sosial masyarakat Indonesia

pada dasarnya terdapat dua dimensi sosial, yaitu dimensi horizontal dan

dimensi vertikal.

b. Kemajemukan sosial, suatu keadaan dimana hak dan kewajiban tersebar

secara merata diantara kelompok sosial yang ada. Kemajemukan soisial

merupakan perbedaan social yang meliputi Agama, Ras,Etnis/klan

c. Kemajemukan budaya, seluruh warga masyarakat merupan bagian dari

publik tanpa memperhatikan identifikasi yang ideal maupun yang

nyata.

d. Identifikasi ideal yaitu persepsi individu tentang bagaiamana ia harus

berperilaku berdasarkan kelompok social maupun budaya yang ada

dalam masyarakat

Etika kemajemukan adalah suatu pedoman tata cara yang digunakan

untuk mengatur perilaku seseorang dalam berperilaku ditengah-tengah

masyarakat yang majemuk dari sudut budaya, etnis dan agama. Dalam

Page 53: ii - Repository | UM METRO

50

rangka mewujudkan suatu tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis.

Hal-hal yang harus dijadikan pedoman dan komitmen bagi setiap individu

yang hidup dalam masyarakat majemuk diataranya adalah: Saling

menghargai, menahan diri, lapang dada, mengingatkan untuk kebaikan,

berniat suci untuk kebaikan menolong dalam kebaikan, memaafkan dan

mendoakan

Saling mengedepankan kebersamaan, saling berbuat baik untuk

bersama, membela jika salah satunya teraniaya, merasa bersaudara,

mendukung keputusan bersama, berjuang menegakkan keputusan bersama,

mengalah bila tidak mencapai kata sepakat. Berperilaku saling beradab.

Tidak terprovokasi saling mencintai, saling bersahabat secar akrab, saling

menolong dalam kebaikan. Berusaha untuk selalu bersikap jujur, adil,

sopan, disiplin dan peduli serta dapat bertanggung jawab dan mampu

bekerjasama yang baik.

Masyarakat yang secara struktural memiliki sub kebudayaan yang

bersifat deverse. Masyarakat yang ditandai oleh kurang berkembangnya

sistem nilai atau konsensus yang disepakati oleh seluruh anggota

masyarakat, sehingga sering timbul konflik-konflik sosial.

Pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian masyarakat

multikultural yaitu:

1. J.S.Furnivall menyatakan bahwa masyarakat majemuk adalah suatu

masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-

sendiri, tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam satu kesatuan

politik.

2. Clifford Geertz menyatakan bawah masyarakat majemuk merupakan

masyarakat yang terbagi ke dalam subsistem-subsistem yang lebih

kurang berdiri dan masing-masing subsistem terikat oleh ikatan-ikatan

primordial.

3. J.Nasikun menyatakan bahwa suatu masyarakat bersifat majemuk

sejauh masyarakat tersebut secara struktural memiliki subkebudayaan-

subkebudayaan yang bersifat deverse yang di tandai oleh kurang

berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota

masyarakat dan juga sistem nilai dari kesatuan-kesatuan sosial, serta

sering munculnya konflik-konflik social

Page 54: ii - Repository | UM METRO

51

4. Cyril S. Belshaw Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat

yangg dimana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial

yang mmenjadi bagian- bagian nya adalah sedemikian rupa sedhingga

para anggota masyarakat kurang memilki loyalitas terhadap masyarakat

sebagai keseluruhan , kurang memiliki homogenitas kebudayaan atau

bahkan kurang memilki dasar – dasar untuk saling memahami satu

sama lain

B. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Masyarakat Majemuk :

1. Keadaan geografis.

2. Pengaruh kebudayaan asing.

3. Kondisi iklim yang berbeda

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa pluralitas masyarakat

Indonesia yang demikian itu terjadi. Yang pertama, keadaan geografik

wilayah Indonesia yang terdiri atas kurang lebih tiga ribu pulau yang

terserak di sepanjang equator kurang lebih tiga ribu mil dari timur ke barat,

dan seribu mil dari utara selatan, merupakan faktor yang sangat besar

pengaruhnya terhadap terjadinya pluralitas sukubangsa di Indonesia.

Tentang berapa jumlah sukubangsa yang sebenarnya ada di Indonesia,

ternyata terdapat berbagai pendapat yang tidak sama di antara para ahli

ilmu kemasyarakatan. Hildred Geertz misalnya menyebutkan adanya lebih

kurang tiga ratus sukubangsa di Indonesia, masing-masing dengan bahasa

dan identitas kultural yang berbeda-beda.

Skinner menyebutkan adanya lebih dari 35 sukubangsa di Indonesia,

masing-masing dengan adat istiadat yang tidak sama. Lebih dari sekedar

menyebutkan banyaknya sukubangsa di Indonesia, Skinner

menggambarkan juga perbandingan besarnya sukubangsa-sukubangsa

tersebut. Beberapa sukubangsa yang paling besar sebagaimana disebut oleh

Skinner adalah Jawa, Sunda, Madura, Mingangkabau, dan Bugis.

Kemudian ada beberapa sukubangsa yang lain yang cukup besar, yaitu

Bali, Batak Toba, dan Sumbawa. Mengikuti pengertian sukubangsa yang

dikemukakan oleh para ahli antropologi, Dr. Nasikun menggolongkan

orang-orang Tionghoa sebagai salah satu sukubangsa di Indonesia, dan

berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik, dan berdasarkan perkiraan

tambahan penduduk golongan Tionghoa 3 persen, serta dengan mengingat

Page 55: ii - Repository | UM METRO

52

kurang lebih 100.000 orang Tionghoa kembali ke Tiongkok selama tahun

1959 dan 1960, diperkirakan jumlah orang Tionghoa yang tinggal di

Indonesia pada tahun 1961 sebanyak 2,45 juta orang, sementara penduduk

pribumi waktu itu diperkirakan 90.882 juta orang. Walaupun jumlah orang

Tionghoa sangat kecil dibandingkan dengan penduduk pribumi, tetapi

mengingat kedudukan mereka yang sangat penting dalam kehidupan

ekonomi, mereka sangat mempengaruhi hubungan mereka dengan

sukubangsa-sukubangsa yang lain (yang secara keseluruhan disebut

pribumi).

Faktor kedua yang menyebabkan pluralitas masayarakat Indonesia

adalah kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia

dan Samudera Pasifik. Keadaan ini menjadikan Indonesia menjadi lalu

lintas perdagangan, sehingga sangat mempengaruhi terciptanya pluralitas

agama di dalam masyarakat Indonesia. Telah sejak lama masyarakat

Indonesia memperoleh berbagai pengaruh kebudayaan bangsa lain melalui

para pedagang asing. Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat

Indonesia adalah agama Hindu dan Budha dari India sejak kurang lebih

empat ratus tahun sebelum masehi. Hinduisme dan Budhaisme pada waktu

itu tersebar meliputi daerah yang cukup luas di Indonesia, serta lebur

bersama-sama dengan kebudayan asli yang telah hidup dan berkembang

lebih dulu. Namun, pengaruh Hindu dan Budaha terutama dirasakan di

Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Faktor ketiga, iklim yang berbeda-beda dan struktur yang tidak sama di

antara berbagai daerah di kepulauan Nusantara, telah mengakibatkan

pluralitas regional. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah merupakan

kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda,

yakni daerah pertanian basah (wet rice cultivation) yang terutama banyak

dijumpai di Pulau Jawa dan Bali, serta daerah ladang (shifting cultivation)

yang banyak dijumpai di luar Jawa. Terjadinya factor-faktor tersebut

membuat masyarakat majemuk di Indonesia semakin banyak dan

berkembang, dan masyarakat majemuk diera sekarang ini adanya yang

mendominasi dan ada kaum minoritas. Yang membuat masyakarakat

majemuk semakin beragam seperti ekonomi, pusat kegiatan perdagangan

diperkotaan diera modern ini membuat mobilisasi penduduk dari desa

kekota sangat banyak.

Page 56: ii - Repository | UM METRO

53

C. Karakteristik masyarakat majemuk

1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali

memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain. masyarakat yang

terbentuk oleh bermacam-macam suku,ras,dll tapi masih memiliki

pemisah. Yang biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang di sebut

primordial. Contohnya, di Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras,

baik itu suku dan ras dari daerah dalam negri maupun luar negri, dalam

kenyataannya mereka memiliki segmen berupa ikatan primordial

kedaerahaannya.

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga

yang bersifat nonkomplementer. maksudnya adalah dalam masyarakat

majemuk suatu lembaga akam mengalami kesulitan dalam menjalankan

atau mengatur masyarakatnya alias karena kurang lengkapnya

persatuan tyang terpisah oleh segmen-segmen tertentu

3. Kurang mampu mengembangkan konsensus di antara para anggota-

anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar. maksudnya adalah

dalam kelembagaan pastinya perlu adanya asuatu kebijakan dan

keputusan. Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang

dimaksud konsensus, berarti dalam suatu masyarakat majemuk sulit

sekali dalam penganbilan keputusan

4. Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok

yang satu dengan kelompok yang lain. Dalam suatu masyarakat

majemuk pastinya terdiri dari berbagai macam suku adat dankebiasaan

masing-masing. Dalam teorinya semakin banyak perbedaan dalam

suatu masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah

tinggi dan proses peng-integrasianya juga susah

5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan

saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.

Karena dalam masyarakat multikultural terdapat segmen-segmen yang

berakibat pada ingroup fiiling tinggi maka bila suaru ras atau suku

memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan

mengedapankan kepentingan suku atau rasnya.

Page 57: ii - Repository | UM METRO

54

D. Ciri-ciri Masyarakat Majemuk

Menurut Van de Berg adalah sebagai berikut.

1. Terintegrasinya masyarakat ke dalam kelompok-kelompok sosial

yang memiliki ciri khas budaya yang berbeda satu sama lain.

2. Adanya lembaga-lembaga sosial yang saling tergantung satu sama

lain karena adanya tingkat perbedaan budaya yang tinggi.

3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota

masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.

4. Kecenderungan terjadinya konflik lebih besar di antara kelompok

satu dengan yang lain.

5. Integrasi sosial tumbuh di antara kelompok sosial yang satu dengan

yang lain.

6. Adanya kekuasaan politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang

lain.

E. Kemajemukan diantara Keanekaragaman Kultur Indonesia

Selaku pisau nalisa, perlu terlebih dahulu dibedah pengertian dari

Keanekaragaman kultur “Mutukultur”. Kajian ini mengenai masyarakat

majemuk signifikan terutama didalam masyarakat yang memang terdiri

atas aneka pelapisan sosial dan budaya yang satu sama lain saling berbeda.

Indonesia, sebab itu, mengembangkan slogan Bhineka Tunggal Ika

(berbeda-beda tetapi tetap satu). Slogan ini bersifat filosofis politis. Oleh

sebab itu tanpa adanya unsur pemersatu, akan mudah kiranya memecah

belah kohesi politik masyarakat yang mendalami sekujur kepulauan

nusantara ini.

Mengenai keanekaragaman kultur ini, Bhikhu Parekh membedakannya

menjadi 3 yaitu : (1) Keanekaragaman Subkultural, (2) Keanekaragaman

Perspektif, dan (3) Keanekaragaman Komunal. Ketiga pengertian mengenai

keanekaragaman ini memiliki dampak berbedanya titik analisis atas kajian

keanekaragaman atau multikultur yang dilakukan.

1) Keanekaragaman Subkultural

Menurut Parekh, Keanekaragaman subkultural adalah sutu kondisi

dimana para anggota masyarakat memiliki satu kebudayaan umum yang

Page 58: ii - Repository | UM METRO

55

luas dianut, beberapa diantara mereka menyakinkan keyakinan dan praktek

yang berbeda berkenaan dengan wilayah kehidupan tertentu atau

menempuh cara hidup mereka sendiri yang relative sangat berbeda. Contoh

ini adalah Komunitas Lia Eden, kelompok-kelompok „sempalann” agama

mainstream.

2) Keanekaragaman Perspektif

Manurut Parekh, Keanekaragaman perspektif adalah suatu kondisi

dimana beberapa anggota masyatakat sangat krisis terhadap beberapa

prinsip atau nilai-nilai sentral kebudayaan yang berlaku dan berusaha untuk

menyatakannya kembali disepanjang garis kelompok yang sesuai. Gerakan-

gerakan Feminis dan emansipasi perempuan merupakan perwakilan dari

keanekaragaman perspektif. Kemudian isu-isu pembentukan masyarakat

madani di Indonesia, termasuk ke dalamnya isu-isu pembentukan Negara

Islam atau Negara Pancasila, mewakili Keanekaragaman Perspektif ini.

3) Keanekaragaman Komunal

Keanekaragaman Komunal adalah suatu kondisi sebagian besar

masyarakat yang mencakup beberapa komunitas yang sadar diri dan

terorganisasi dengan baik. Mereka menjalankan dan hidup dengan sistem

kayakinan dan praktek yang berlainan antara kelompok satu dengan

kelompok lainnya.

Misal dari Keanekaragaman Komunal ini adalah para imigran yang

baru tiba, komunitas-komunitas Yahudi di Eropa dan Amerika, kaum

Gypsi, masyarakat Amish, kelompok-kelompok cultural yang berkumpul

secara territorial seperti kaum Basque di Spanyol. Di Indonesia asuk ke

dalam kelompok ini misalnya kawasan-kawasan Perinan (hunian komunitas

Cina), wilayah-wilayah yang dihuni suku-suku bangsa di luar wilayahnya

(komunitas Batak di Jakarta dan Bandung, misalnya).

F. Struktur Masyarakat Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat

unik.

1. Horizontal

Dimensi horizontal mencakup keterkaitan bersama kelompok-

kelompok sosial yang berbeda-beda, seperti etnik, keluarga, bahasa, agama,

adat istiadat, suku bangsa. Secara horizontal, masalah integrasi nasional di

Page 59: ii - Repository | UM METRO

56

Indonesia tidak begitu mengkhawatirkan. Tidak seperti Malaysia, Indonesia

tidak terbagi secara tajam menurut garis ras, meskipun di dalamnya

terdapat minoritas Cina, India, Arab, dan lainnya. Indonesia juga tidak

terbagi secara tajam menurut garis bahasa karena di Indonesia ada bahasa

pemersatu, yaitu bahasa Indonesia.

Namun, di sisi lain Indonesia juga menghadapi problemintegrasi yang

serius. Misalnya, batas-batas provinsi dan kabupaten di Indonesia identik

dengan batas kesukuan. Hal itu merupakan warisan kolonial Belanda.

Antara satu provinsi dan provinsi lain umumnya berbeda secara kesukuan

dan agama. Misalnya, antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara, keduanya

berbeda dalam hal suku bangsa, yaitu Aceh dan Batak dan dalam hal

agama, yaitu Islam dan Kristen. Demikian pula antara Bali dan Lombok di

Nusa Tenggara Timur. Bali didiami suku bangsa Bali yang mayoritas

penduduknya beragama Hindu, sedangkan Lombok didiami suku bangsa

Sasak yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal itu memudahkan

munculnya sentimen primordial kedaerahan yang tinggi sehingga mudah

menimbulkan perpecahan nasional.

Ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan social berdasarkan

perbedaan suku-bangsa, perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan

kedaerahan.

a. Suku bangsa

Suku bangsa di Indonesia sangat beragam seperti suku jawa, suku

melayu, suku bali, suku dayak dll.

b. Perbedaan Agama

Ada 6 agama di Indonesia yang diakui seperti Agama Islam,

Agama Katolik, Agama Protestan, Agama Hindu, Agama Budha,

Agama konghucu.

c. Perbedaan Adat istiadat

Adat Melayu, Adat Minang Kabau, Adat Jawa, Adat Sunda, Adat

Bugis.

d. Perbedaan kedaerahan

Terdapat 32 propinsi daerah otonom

2. Vertical

Dimensi vertikal meliputi kesenjangan politik, ekonomi, dan budaya

antara perkotaan dan pedesaan, antara orang berpendidikan Barat dan tidak

Page 60: ii - Repository | UM METRO

57

berpendidikan, antara kaum elite nasional dan kaum tradisional serta antara

orang kaya dan miskin. Penduduk perkotaan, kaum elite politik nasional,

dan kaum terdidik pada umumnya memiliki budaya modern metropolitan di

dalam bidang politik, gaya hidup, dan kekayaan material. Sementara itu,

penduduk pedesaan dengan pola pertanian tradisional umumnya memiliki

budaya tradisional yang menjalankan praktik hidup berdasarkan tradisi

turun-temurun dan tolok ukur daerah masing-masing.

Strktur masyarakat Indonesia ditandai adanya perbedaan-perbedaan

vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup dalam. Lapisan

atas yang kaya dan berkuasa, Lapisan menengah, Lapisan bawah yang

miskin. Contohnya :

a. Penghasilan

b. Pendidikan

c. Pemukiman

d. Pekerjaan

e. Kedudukan politis

Perbedaan-perbedaan sukubangsa, agama, adat, dan kedaerahan

seringkali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat

majemuk, suatu istilah yang mula-mula dikenalkan oleh Furnivall untuk

menggambarkan masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda. Konsep

masyarakat majemuk sebagaimana yang digunakan oleh ahli-ahli ilmu

kemasyarakatan dewasa ini memang merupakan perluasan dari konsep

Furnivall tersebut.

Masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda, demikianlah menurut

Furnivall, merupakan suatu masyarakat majemuk (plural society), yakni

suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup

sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam kesatuan

politik (JS Furnivall, Netherlands India: A Study of Plural Economy,

Cambridge at The University Press, 1967, halaman 446-469).

G. Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia

Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku

bangsa,ras dan agama dapat dibagi atas pengaruh positif dan negatif.

1. Pengaruh positifnya adalah

a. terdapat keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan harmonis

sehingga terwujud integrasi bangsa.

Page 61: ii - Repository | UM METRO

58

b. Keanekaragaman memberikan ruang bagi masrayakat untuk terbuka

dalam menjalin hubungan social maupun berbudaya

c. Memberikan ikatan dan hubungan antar sesama

d. Dapat saling berbagi bersahabat dan menghargai antar setiap

budaya, tanpa adanya batasan-batasan karena sebuah perbedaan

e. Adanya akulturasi budaya yang berasal dari agama yang berbeda

yang menunjukkan semakin eratnya persatuan dan kesatuan di

Indonesia.

Contoh : wayang adalah hasil budaya dari agama hindu tetapi oleh

umat islam digunakan untuk syi‟ar agama dan disambut hangat oleh

umat hindu.

f. Saling menghormati antar agama satu dengan agama yang lainnya.

Contoh: penetapan hari libur nasional yang sebagian besar

merupakan hari perayaan dari seluruh agama di Indonesia.

Misalnya, pada penetapan hari raya imlek, tidak hanya warga

Indonesia yang merayakan (umat konghuchu) saja yang diliburkan

tetapi semua warga negara Indonesia juga diliburkan sebagai bentuk

toleransi dan menghormati satu sama lain.

2. Pengaruh negatifnya antara lain :

a. Primordial Karena adanya sikap primordial kebudayaan daerah,

agama dan kebiasaan di masa lalu tetap bertahan sampai kini. Sikap

primordial yang berlebihan disebut etnosentris. Jika sikap ini

mewarnai interaksi di masyarakat maka akan timbul konflik, karena

setiap anggota masyarakat akan mengukur keadaan atau situasi

berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Sikap ini menghambat

tejadinya integrasi sosial atau integrasi bangsa. Primordialisme

harus diimbangi tenggang rasa dan toleransi.

b. Stereotip Etnik Interaksi sosial dalam masyarakat majemuk sering

diwarnai dengan stereotip etnik yaitu pandangan (image) umum

suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lain (Horton &

Hunt). Cara pandang stereotip diterapkan tanpa pandang bulu

terhadap semua anggota kelompok etnis yang distereotipkan, tanpa

memperhatikan adanya perbedaan yang bersifat individual.

Page 62: ii - Repository | UM METRO

59

Stereotip etnis disalah tafsirkan dengan menguniversalkan beberapa

ciri khusus dari beberapa anggota kelompok etnis kepada ciri

khusus seluruh anggota etnis. Dengan adanya beberapa orang dari

sukubangsa A yang tidak berpendidikan formal atau berpendidikan

formal rendah, orang dari suku lain (B) menganggap semua orang

dari sukubangsa A berpendidikan rendah. Orang dari luar suku A

menganggap suku bangsanya yang paling baik dengan

berpendidikan tinggi. Padahal anggapan itu bisa saja keliru karena

tidak semua orang dari sukubangsa di luar sukubangsa A

berpendidikan tinggi, banyak orang dari luar sukubangsa A yang

berpendidikan rendah. Jika interaksi sosial diwarnai stereotip

negatif, akan terjadi disintegrasi sosial. Orang akan memberlakukan

anggota kelompok etnis lain berdasarkan gambaran stereotip

tersebut. Agar integrasi sosial tidak rusak, setiap anggota

masyarakat harus menyadari bahwa selain sukubangsa ada faktor

lain yang mempengaruhi sikap seseorang, yaitu pendidikan,

pengalaman, pergaulan dengan kelompok lain, wilayah tempat

tinggal, usia dan kedewasaan jiwa.

c. Potensi Konflik Ciri utama masyarakat majemuk (plural society)

menurut Furnifall (1940) adalah kehidupan masyarakatnya

berkelompok-kelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi

mereka (secara essensi) terpisahkan oleh perbedaan-perbedaan

identitas sosial yang melekat pada diri mereka masing-masing serta

tidak tergabungnya mereka dalam satu unit politik tertentu.

Mungkin pendekatan yang relevan untuk melihat persoalan masyarakat

majemuk ini adalah bahwa perbedaan kebudayaan atau agama memang

potensial untuk mendestabilkan negara-bangsa. Karena memang terdapat

perbedaan dalam orientasi dan cara memandang kehidupan ini, sistem nilai

yang tidak sama, dan agama yang dianut masing-masing juga berlainan.

Perbedaan di dalam dirinya melekat (inherent) potensi pertentangan, suatu

konflik yang tersembunyi (covert conflict). Namun demikian, potensi itu

tidak akan manifes untuk menjadi konflik terbuka bila faktor-faktor lain

tidak ikut memicunya. Dan dalam konteks persoalan itu nampaknya faktor

Page 63: ii - Repository | UM METRO

60

ekonomi dan politik sangat signifikan dalam mendorong termanifestasinya

konflik yang tadinya tersembunyi menjadi terbuka.

Furnivall sendiri sudah mensinyalir bahwa konflik pada masyarakat

majemuk Indonesia menemukan sifatnya yang sangat tajam, karena di

samping berbeda secara horisontal, kelompok-kelompok itu juga berbeda

secara vertikal, menunjukkan adanya polarisasi. Artinya bahwa disamping

terdiferensiasi secara kelompok etnik agama dan ras juga ada ketimpangan

dalam penguasaan dan pemilikan sarana produksi dan kekayaan. Ada ras,

etnik, atau penganut agama tertentu yang akses dan kontrolnya pada

sumber-sumber daya ekonomi lebih besar, sementara kelompok yang

lainnya sangat kurang. Kemudian juga, akses dan kontrol pada sektor

politik yang bisa dijadikan instrumen untuk pemilihan dan penguasaan

sumber-sumber daya ekonomi, juga tidak menunjukkan adanya kesamaan

bagi semua kelompok.

Di Kalimantan Barat dan Tengah para perantau Madura yang beragama

Islam setahap demi setahap bisa menguasai jaringan produksi dan distribusi

ekonomi. Demikian pula dengan orang-orang Bugis-Makassar dan Buton

yang umumnya beragama Islam di kawasan Timur Indonesia telah

membuat jaringan yang cukup luas dalam sektor ekonomi ini. Termasuk

dalam kasus ini adalah orang-orang Cina yang sebagian besar beragama

non-Islam yang menguasai sebagian besar sarana dan aset produksi serta

jaringan distribusi di kota-kota besar dan menengah Indonesia. Ketika Orde

Baru memegang tampuk pemerintahan tampaknya ketimpangan ekonomi

dan politik antar kelompok etnik dan ras ini tidak secara sungguh-sungguh

dicoba untuk dihapuskan. Malah pemihakan pada kelompok tertentu sangat

kentara, sementara kelompok yang lain mengalami proses marjinalisasi. Di

sinilah polarisasi antar kelompok masyarakat yang berbeda secara kultural

dan agama itu menjadi semakin tajam. Di samping itu, pemerintah dan

masyarakat di daerah secara politik betul-betul lemah, tidak memiliki

saluran institusional yang memungkinkan kepentingan dan kebutuhan

mereka dapat diakomodasi. Di sini sentralisme adalah ciri utama sistem

politik negara Orde Baru

Page 64: ii - Repository | UM METRO

61

H. Konfigurasi Etnis Masyarakat Majemuk

Dr. Nasikun menyatakan bahwa berdasarkan konfigurasinya,

masyarakat majemuk dapat dibedakan ke dalam empat kategori, yaitu:

1. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang

2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan

3. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan

4. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi

Kategori pertama merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas

sejumlah kelompok etnik yang kurang lebih seimbang, sehingga untuk

mencapai integrasi sosial atau pemerintahan yang stabil diperlukan koalisi

lintas-etnis.

Kategori kedua dan ketiga merupakan varian-varian masyarakat

majemuk yang memiliki konfigurasi etnik yang tidak seimbang, di mana

salah satu kelompok etnik tertentu (kelompok mayoritas pada kategori

kedua dan kelompok minoritas pada kategori ketiga) memiliki competitive

advantage yang strategis di hadapan kelompok-kelompok yang lain.

Masyarakat majemuk dengan kategori keempat (dengan fragmentasi)

meliputi masyarakat-masyarakat yang terdiri atas sejumlah besar kelompok

etnik, semuanya dengan jumlah anggota yang kecil dan tidak satupun

memiliki posisi politik yang dominan dalam masyarakat. Kehidupan politik

dalam masyarakat dengan konfigurasi demikian sangatlah labil, karena

ketidakmampuan membangun coalition building yang diperlukan untuk

mengakomodasi konflik-konflik yang pada umumnya bersifat anarkhis

sebagai akibat dari kecurigaan etnik dan hadirnya pemerintahan yang

otoriterian

Page 65: ii - Repository | UM METRO

62

BAB VI

STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA

A. Faktor-faktor yang Memicu Timbulnya Permasalahan pada

Masyarakat Majemuk

Konflik/masalah merupakan sebuah proses interaksi sosial manusia

untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Oleh sebab itu, konflik

dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan sosial diantara individu yang

terlibat dalam suatu interaksi sosial.

1. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Secara Umum

a. Perbedaan Individu

Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat

atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan dan identitas

seseorang. Perbedaan kebiasaan dan perasaan yang dapat menimbulkan

kebencian dan amarah sebagai awal timbulnya konflik. Misalnya, ketika

berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap

warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,

tetapi ada pula yang merasa terhibur.

b. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan

Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan

masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-

norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat

belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat.

Misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki budaya berbeda,

jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika

hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat

timbulnya konflik.

c. Perbedaan Kepentingan

Setiap individu atau kelompok seringkali memiliki kepentingan yang

berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari

kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut

kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Misalnya seseorang

pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi

sehingga terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. Namun, para

Page 66: ii - Repository | UM METRO

63

pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya diabaikan sehingga

perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik. Misalnya

mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam menganggap

hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora

dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat

tumbuhnya jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi para

pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari

kasus ini ada pihak – pihak yang memiliki kepentingan yang saling

bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.

d. Perubahan Sosial

Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat

dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku

dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat terjadi karena adanya

ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan

sosial yang timbul akibat perubahan itu. Misalnya, pada masyarakat

pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan

memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat

tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi

nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai

kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang

disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser

menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal

perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan

nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah

menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat

dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau

mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat,

bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan

karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah

ada.

2. Faktor-faktor Penyebab Konflik di Indonesia

Dalam masyarakat Indonesia yang multikultur rawan terhadap

terjadinya suatu konflik sosial, karena secara garis besar struktur sosial

Page 67: ii - Repository | UM METRO

64

masyarakat Indonesia terbagi kedalam berbagai suku bangsa, agama,

maupun golongan yang beragam.

Menurut J. Ranjabar hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya

konflik pada masyarakat Indoenesia adalah sebagai berikut:

a. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain,

contohnya adalah konflik yang terjadi di Aceh dan Papua.

b. Terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup

antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contohnya konflik

yang terjadi di Sambas

c. Terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku

terhadap warga suku bangsa lain. Contohnya konflik yang terjadi di

Sampit.

d. Terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan

secara adat. Contohnya konflik antar suku di pedalaman Papua.

B. Masalah-masalah yang Dihadapi pada Masyarakat Majemuk

Menurut Abdurrahman dalam buku Krisis Sosial, Krisis Politik,

Krisis Bangsa Majemuk (2007:25–29) terdapat beberapa masalah yang

muncul berkaitan dengan permasalahan pada masyarakat majemuk yaitu:

1. Penetapan agama yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat

Indonesia memiliki keragaman dalam agama yang dipercayai oleh

masyarakat. Agama yang ada di Indonesia tidaklah dapat ditentukan

dengan agamanya. Indonesia merupakan negara yang berdasarkan

Pancasila yang di dalamnya memberikan peraturan untuk bebas dalam

mempercayai agama apapun. Indonesia bukanlah negara yang berbentuk

syariat agama seperti negara Saudi Arabia yang menggunakan syariat Islam

dalam menjalankan pemerintahan.

Namun dalam kenyataannya, di Indonesia hanya mengakui beberapa

agama saja yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Khong hucu

yang baru-baru ini diakui. Di Indonesia tidaklah hanya ada 6 agama

tersebut tetapi masih ada kepercayaan masyarakat lainnya yang harusnya

diakui oleh Indonesia. Kepercayaan agama tidaklah dapat dibatasi 6 agama

tersebut karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang terdiri

dari beragam agama. Selain itu, ada beberapa golongan yang ingin

menjadikan Indonesia menjadi negara yang menjalankan Syariat Islam atau

Page 68: ii - Repository | UM METRO

65

syariat tertentu yang bertentangan dengan paham yang dianut Indonesia

yaitu demokrasi dan paham kebangsaan. Peraturan di daerah tertentu juga

ada yang dibuat sesuai dengan aturan golongan tertentu dan berlaku untuk

golongan tertentu juga.

2. Orientasi pendidikan tidak mengacu kepada multikulturalisme

Selama ini pendidikan lebih menekankan pada proses belajar mengajar

di sekolah, padahal pendidikan juga harus bertujuan mengenalkan budaya-

budaya yang ada di Indonesia (civic education). Indonesia merupakan

negara yang mutikulturalisme yang memiliki budaya yang beragam yang

perlu dipahami oleh bangsa Indonesia sehingga akan terjadi toleransi

terhadap multikulturalisme dan budi pekerti untuk membangun karakter

humanisme. Dengan adanya civic education, Abdurrahman (2007)

berpendapat pendidikan menjadi arena yang dapat digunakan untuk

menanamkan kesadaran kritis akan identitas sebagai warga negara dan

bangsa dalam era global yang fleksibel terhadap tuntutan multiple-

identities.

3. Media massa cenderung hanya mengejar keuntungan publik

Di era modern saat ini, banyak media yang hanya mementingkan

keuntungan yang didapat perusahaannya dan rating yang didapat dari

penonton. Semakin rating bagus, maka acara tersebut dianggap sukses dan

menjadi unggulan dari stasiun televisi tanpa mempedulikan kualitas dari

tayangannya. Media khususnya televisi mempengaruhi pikiran masyarakat

cukup besar, maka dari itu media memiliki peranan yang cukup penting

dalam mengintegrasi bangsa.

Menurut Drake dalam buku Krisis Sosial, Krisis Politik, Krisis Bangsa

Majemuk (Abdurrahman, 2007:31) di era 80-an tatkala negara memiliki

kekuasaan dan kekayaan yang berlebih, televisi menayangkan program-

program yang bersifat instruktif dengan membangkitkan sentimen sejarah

yang menggelorakan semangat dari bangsa yang terjajah menuju bangsa

yang maju, mengeksplor budaya nusantara, membangun media dan

transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan lainnya sehingga ada

mobilitas dan informasi serta dari dimensi ekonomi menciptakan

keseimbangan ekonomi regional yang saling memiliki ketergantungan agar

Page 69: ii - Repository | UM METRO

66

selain tumbuh lokasi-lokasi pertumbuhan industri yang baru juga bisa

dilihat lebih nyata bahwa kualitas kehidupan dan kesejahteraan rakyat

meningkat.

Namun, setelah kekayaan negara hilang, masyarakat yang dalam proses

membangsa telah kehilangan prakasarnya sendiri dalam mencapai a sense

of national belonging menjadi disorientasi dan kembali mencari akar

pegangan pada primordialismenya masing-masing.

C. Solusi Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Majemuk

1. Kebijakan Sosial dalam Penanggulangan Konflik Agama

Seringnya perbedaan akan keyakinan menimbulkan timbulnya konflik.

Indonesia sebagai negara agamis rawan akan terjadinya konflik. Bila dilihat

secara teliti, sebenarnya tidak ada konflik agama yang ada ialah konflik

antar umat beragama yang memiliki cara pandang berbeda mengenai

makna nilai-nilai sosial. Solusi dalam pemecahannya pun tergolong sulit

karena keyakinan cenderung dipegang teguh oleh para penganutnya.

Peran pemerintah dalam menanggulangi konflik agama seringkali

bertindak sebagai pemeluk agama, padahal pemerintah berkewajiban

memiliki peran sebagai mediator. Untuk itu pemerintah perlunya

mengembangkan kebijakan sosial yang sesuai.

Dalam hal ekonomi, pemerintah harus menciptakan lingkungan

aktivitas ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat berbeda

keyakinan dapat bekerja bersama. Tanpa adanya keberpihakan terhadap

golongan tertentu.

Dalam hal kepercayaan, pemerintah harus mengakui keberagaman

kepercayaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat selama itu sesuai

dengan falsafah pancasila, dengan cara mengembangkan dialog yang

terbuka dan terus-menerus di antara kelompok-kelompok penganut agama.

Dialog juga berperan sebagai forum penasihat kebijakan. Memberikan

kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menghargai kepercayaan

yang berbeda dibutuhkan dalam menuju integrasi bangsa.

Apabila telah terjadi konflik di masyarakat perlunya pemerintah

mengembangkan kebijakan agar konflik tersebut menjadi isu individu

bukan isu sosial. Karena dengan menyebarnya isu sosial dari sebuah

konflik akan dapat memicu terjadinya konflik yang lebih besar lagi. Selain

Page 70: ii - Repository | UM METRO

67

itu, perlunya mengontrol kemajuan resolusi konflik sehingga tidak ada

penyusup atau penunggang gelap yang dimungkinkan untuk mengambil

keuntungan dari kebijakan dan menciptakan potensi konflik lebih maju.

Berdasarkan solusi di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

menanggulangi konflik agama perlunya kesadaran bersama antar umat

beragama dan komunikasi yang baik sehingga dapat menciptakan

lingkungan masyarakat yang bertenggang rasa antar sesama.

Indonesia sebagai bangsa majemuk rawan akan konflik akan tetapi bila

dapat disatukan dengan cara memahami, dan menghargai perbedaan serta

menjunjung tinggi nasionalisme maka keberlangsungan bangsa itu bisa

dijamin.

2. Pembenahan terhadap pendidikan multikultural dan pendidikan berbasis

masyarakat

Sesuai dengan 4 pilar pendidikan menurut UNESCO, yaitu: 1) learning

to know, learning to do, 3) learning to live together, 4) learning to be. Dari

keempat pilar pendidikan tersebut terlihat bahwa pilar learning to live

together, learning to live with others, dalam konteks kemajemukan

merupakan suatu pilar yang sangat penting (Sudiadi, 2013). Pilar ini

sekaligus juga menjadi pembenar pentingnya pendidikan multikultur yang

berupaya untuk mengkondisikan supaya peserta didik mempunyai

kemampuan untuk bersikap toleran terhadap orang lain, menghargai orang

lain, menghormati orang lain dan sekaligus yang bersangkutan mempunyai

tanggung jawab terhadap dirinya serta orang lain. Sehingga bila proses

pembelajaran di sekolah diarahkan tidak hanya pada learning to know,

learning to do dan learning to be, tetapi juga diarahkan ke learning to live

together, masalah kemajemukan akan dapat teratasi dengan melakukan

manajemen konflik dan dengan demikian akan juga diikuti oleh tumbuhnya

kebudayaan nasional yang tidak melupakan kebudayaan daerah,

tumbuhnya bahasa nasional dengan tidak melupakan bahasa daerah,

tumbuhnya sistem politik nasional dengan tanpa mengabaikan sistem

politik daerah, (pemerintahan daerah). Secara umum akan tumbuh dan

berkembang Sistem Sosial Indonesia, yang berbeda dari Sistem Sosial

Amerika, Sistem Sosial Jepang, dan Sistem Sosial negara-negara lainnya.

Sistem pendidikan di Indonesia saat ini lebih berfokus pada

Page 71: ii - Repository | UM METRO

68

pembelajaran berbasis masyarakat. Adanya harapan dari tujuan

pembelajaran tersebut yakni dapat memecahkan permasalahan daerah

sesuai karakteristik wilayah masing-masing. Padahal masih ada

pembelajaran lagi yang perlu ditekankan yakni pembelajaran multikultural.

Adanya dilema antara penyelenggaraan model pendidikan berbasis

masyarakat dengan pendidikan multikultural, dimana tujuan awal dari

keduanya berbeda. Namun untuk mengoptimalkan potensi daerah terutama

dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, sesuai dengan konteks

otonomi daerah, pendidikan berbasis masyarakat perlu dipikirkan

formatnya, supaya penyelenggaraannya tidak semata-mata untuk

menyelesaikan kekurangan dana dari negara, tetapi untuk mendukung

terlaksananya pendidikan multikultur yang ditujukan agar tercapai

kehidupan Indonesia yang harmonis dan berkualitas dengan karakter

Indonesia.

Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan multikultural, diperlukan

perubahan paradigma pendidikan, dan karenanya diperlukan peningkatan

kompetensi pendidik untuk mewujudkannya, reformasi kurikulum yang

mengarah pada pengakuan dan pengilhaman kemajemukan masyarakat,

serta penyusunan kembali buku bacaan.

3. Pembenahan media massa menuju edukatif sebagai konsumsi

masyarakat

Aktivitas dan isi dari media massa turut membentuk masyarakat massa.

Hal ini karena sebagian dari isi yang dikandung dan disebarluaskan oleh

media massa adalah apa yang dikenal sebagai budaya massa. Tanpa sadar

media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang

baru dan mulai menentukan pola pikir serta perilaku masyarakat.

Perubahan pola tingkah laku yang paling terasa ialah dari aspek gaya hidup

dan aspek ini paling kelihatan dalam lingkungan generasi muda.

Untuk menanggulangi efek negatif dari media massa masyarakat

dihimbau agar bersikap realistis terhadap semua tayangan yang ada di

media massa baik media cetak maupun elektronik. Masyarakat harus dapat

membedakan mana yang benar-benar nyata dan mana yang hanya

merupakan imajinasi belaka.

Selain itu masyarakat harus dapat bersikap bijak menyikapi segala

Page 72: ii - Repository | UM METRO

69

macam pesan maupun informasi yang ditayangkan melalui media massa.

Misalnya bersikap bijak dalam menyikapi iklan-iklan yang menawarkan

berbagai keunggulan suatu produk dan harga yang menggiurkan. Sehingga

dengan berlaku bijak akan dapat menghindarkan perilaku konsumtif.

Peran orang tua dalam mendampingi anak ketika sedang menyaksikan

tayangan televisi apapun. Sehingga jika ada hal-hal yang kurang sesuai

dengan perkembangan anak, orang tua dapat mematikan atau mengganti

saluran televisi. Selain itu orang tua juga dapat memberikan pengarahan

dan bimbingan ketika menonton televisi.

Dari sisi pemerintah, untuk meningkatkan fungsi dari lembaga sensor

film, agar adegan-adegan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang

berlaku di dalam masyarakat dapat dihilangkan. Sebaiknya para produser

film maupun sinetron bukan hanya mengejar keuntungan saja, alangkah

lebih baiknya jika para produser lebih berorientasi untuk mendidik

masyarakat. Agar tayangan yang dibuat memiliki mutu yang tinggi.

Terutama dalam menumbuhkan kembali sikap cinta tanah air, agar

pengaruh masuknya budaya asing tidak akan melunturkan kebudayaan dan

identitas nasional.

Berdasarkan solusi di atas dalam mendidik masyarakat melalui peran

media massa tidak akan berhasil tanpa adanya peran masyarakat dan

pemerintah. Tidak dapat masalah ini dibebankan hanya pada salah satu

pihak sehingga perlunya kesadaran bersama antara masyarakat dan

pemerintah.

Page 73: ii - Repository | UM METRO

70

BAB VII

WAWASAN TENTANG MASYARAKAT DESA DAN

MASYARAKAT KOTA

A. Masyarakat Tradisional

Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang secara etimologis istilah

ini berasal dari kata latin "traditum" yang artinya diteruskan (transmitted)

dari masa lalu ke masa sekarang. Masyarakat tradisional adalah masyarakat

yang menjunjung tinggi leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya.

Pada umumnya masyarakat tradisional adalam masyarakat yang memiliki

pandangan bahwa melaksanakan warisan nenek moyangnya yang berupa

nilai-nilai hidup, norma, harapan, cita-cita, merupakan kewajiban,

kebutuhan, dan kebanggaan. Melaksanakan tradisi leluhur berarti menjaga

keharmonisan masyarakat, namun sebaliknya melanggar tradisi berarti

dapat merusak keharmonisan masyarakat.

Maka dari itu masyarakat tradisional cenderung bersikap tertutup dan

menaruh curiga terhadap unsur-unsur budaya asing, karena dianggap dapat

merusak keharmonisan hubungan diantara sesama warga masyarakat.

Adanya pelanggaran terhadap nilai dan norma yang berlaku akan mendapat

reaksi keras dari anggota masyarakat karena kontrol sosial sesama warga

masyarakatnya sangat kuat. Masyarakat tradisional cenderung bersikap

primordial sehingga pabila terjadi pelanggaran terhadap tradisi akan

mendapat sanksi dan pengucilan sempai dengan pengusiran. Sanksi bagi

masyarakat tradisional tidak hanya berupa hukuman fisik, tetapi juga

hukuman batin karena rasa ketergantungan antara anggota masyarakat kuat.

Masyarakat tradisional pada umumnya tinggal di daerah yang terisolir

sehingga masyarakatnya dapat mempertahankan kebudayaannya dari

pengaruh budaya luar, seperti tinggal di desa-desa sehingga ada yang

menganggap masyarakat tradisional identik dengan masyarakat desa.

Pandangan ini tidak seluruhnya benar karena dewasa ini banyak

masyarakat desa yang telah maju (modern) dan pengertian desa menunjuk

pada kriteria wilayah, bukan pada sikap semata.

Masyarakat tradisional kadang-kadang diartikan sebagai masyarakat

primitif yaitu masyarakat dengan penguasaan teknologi yang masih rendah.

Namun kenyataanya masyarakat tradisional seperti di Jepang dan Inggris

Page 74: ii - Repository | UM METRO

71

telah memiliki teknologi yang tinggi namun masyarakatnya masih

menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi. Demikian juga beberapa etnis di

Indonesia, di satu pihak mereka telah hidup dengan teknologi maju

(modern) namun dilain pihak mereka masih memegang teguh tradisinya.

Jadi ukuran masyarakat tradisional identik dengan masyarakat primitif

kurang tepat.

Masyarakat tradisional hidup di daerah pedesaan yang secara geografis

terletak di pedalaman yang jauh dari keramaian kota. Masyarakat ini dapat

juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa

adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan

berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir

seragam. Istilah desa dapat merujuk pada arti yang berbeda-beda,

tergantung dari sudut pandangnya.

Secara umum desa memiliki 3 unsur, yaitu :

1) Daerah dan letak, yang diartikan sebagai tanah yang meliputi luas,

lokasi dan batas-batasnya yang merupakan lingkungan geografis;

2) Penduduk; meliputi jumlah, struktur umur, struktur mata

pencaharian yang sebagian besar bertani, serta pertumbuhannya.

3) Tata kehidupan; meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatan-

ikatan warga desa.

Ketiga unsur dari desa tersebut tidak lepas satu sama lain, melainkan

merupakan satu kesatuan

Secara sosiologis pengertian desa memberikan penekanan pada

kesatuan masyarakat pertanian dalam suatu masyarakat yang jelas menurut

susunan pemerintahannya. Bila kita amati secara fisik, desa diwarnai

dengan kehijauan alamnya, kadang-kadang dilingkungi gunung-gunung,

lembah-lembah atau hutan, dan umumnya belum sepenuhnya digarap

manusia.

Secara sosial kehidupan di desa sering dinilai sebagai kehidupan yang

tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan

konflik. Oleh karena itu, desa dianggap sebagai tempat yang cocok untuk

menenangkan pikiran atau melepaskan lelah dari kehidupan kota. Akan

tetapi, sebaliknya, adapula kesan yang menganggap masyarakat desa

adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, sulit menerima

pembaharuan, mudah ditipu dan sebagainya. Kesan semacam ini timbul

Page 75: ii - Repository | UM METRO

72

karena masyarakat kota hanya mengamati kehidupan desa secara sepintas

dan kurang mengetahui tentang kehidupan mereka sebenarnya.

Namun demikian, perlu kita pahami bahwa tidak semua masyarakat

desa dapat kita sebut sebagai masyarakat tradisional, sebab ada desa yang

sedang mengalami perubahan ke arah kemajuan dengan meninggalkan

kebiasaan-kebiasaan lama. Jadi, masyarakat desa yang dimaksud sebagai

masyarakat tradisional dalam pembahasan ini adalah mereka yang berada

di pedalaman dan kurang mengalami perubahan atau pengaruh dari

kehidupan kota.

B. Ciri-ciri Masyarakat Tradisional

Secara garis besar pada umumnya ciri-ciri masyarakat tradisional

antara lain :

1. Jumlah anggotanya relatif kecil sehingga hubungan antar warga

masyarakat cukup kuat

2. Masyarakat homogen dilihat dari keturunan, tradisi dan mungkin mata

pencahariannya

3. memiliki orde (aturan) yang mengikat anggota masyarakatnya

(dipatuhi)

4. Bersikap tertutup dan cenderung curika pada unsur budaya asing

5. Kehidupan sosial cenderung statis (lambat untuk maju)

6. Mobilitas sosialnya relatif rendah karena mereka sudah puas pada

sesuatu yang telah dimilikinya.

7. Hubungan emosional dengan alam tempat asal usul (kelahirannya)

sangat kuat, dan alam dipandang sebagai sesuatu yang dahsyat dan tak

terelakan sehingga manusia harus tunduk kepadanya.

8. Sikap religius sangat kuat yaitu kepatuhan terhadap sesuatu yang

menjadi kepercayaan (agama) sangat kuat.

C. Masyarakat Transisi

Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari

suattu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat

pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran

tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.

Page 76: ii - Repository | UM METRO

73

Ciri-Ciri Masyarakat Transisi

Ciri-ciri masyarakat transisi :

a. Adanya pergeseran dalam bidang, misalnya pekerjaan, seperti

pergeseran dari tenaga kerja pertanian ke sektor industri

b. Adanya pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya

tingkat pendidikan rendah, tetapi menjadi sekrang mempunya

tingkat pendidikan yang meningkat.

b. Mengalami perubahan ke arah kemajuan

c. Masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan

jaman.

d. Tingkat mobilitas masyarakat tinggi.

e. Biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke

kota misalnya jalan raya.

D. Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya

mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam

peradaban dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari

kekuasaan adat-istiadat lama. Karena mengalami perubahan dalam

perkembangan zaman dewasa ini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai

akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan

terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam mencapai

kemajuan itu masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai

pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya

seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.

Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada

umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau

masyarakat kota.

Pengertian kota secara sosiologi terletak pada sifat dan ciri

kehidupannya dan bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk

di suatu wilayah perkotaan. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa

tidak semua warga masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern,

Page 77: ii - Repository | UM METRO

74

sebab banyak orang kota yang tidak mempunyai orientasi nilai budaya

yang terarah ke kehidupan peradaban dunia masa kini, misalnya

gelandangan atau orang yang tidak jelas pekerjaan dan tempat tinggal.

Ciri-Ciri Masyarakat Modern

Alam tidak lagi hal yang amat vital dalam menunjang kehidupan

mereka seperti yang dialami masyarakat tradisional. Sebaliknya alam

dikendalikan dengan kemampuan pengetahuan mereka dalam menunjang

kehidupan yang lebih baik.

Masyarakat kota yang hidupnya mengalami gejala modernisasi

umumnya hidup dari sektor industri, selain itu mereka juga hidup dari

sektor perdagangan kepariwisataan, dan jasa lainnya. Jadi, kota yang

sebagian besar warganya terlibat dalam kegiatan itu disebut kota industri.

Sistem mata pencaharian sektor industri mempengaruhi segi-segi

kehidupan sosial masyarakat modern antara lain mempengaruhi

pembentukan sistem pelapisan sosial, organisasi sosial, pola-pola perilaku,

nilai dan norma sosial, kekuasaan dan wewenang dan segi-segi kehidupan

lainnya yang merupakan ciri-ciri masyarakat modern.

E. Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan ialah masyarakat yang mendiami suatu wilayah

tertentu yang ukurannya lebih kecil dari wilayah kota. Masyarakat desa

adalah bentuk persekutuan abadi antara manusia dan institusinya dalam

wilayah setempat yaitu tempat mereka tinggal di rumah-rumah pertanian

yang tersebar dan di kampung yang biasanya menjadi pusat kegiatan

bersama. Sering disebut dengan masyarakat pertanian / pedesaan.

Ciri-Ciri Masyarakat Desa

1. Menurut Roucek – Warren Ciri-ciri desa adalah :

a. Kelompok primer merupakan kelompok dominan

b. Hubungan antarwarga bersfiat akrab dan awet

c. Homogen dalam berbagi aspeknya

d. Mobilitas sosial rendah

Page 78: ii - Repository | UM METRO

75

e. Keluarga lebih dilihat fungsinya secara ekonomis sebagai unit

produksi

f. Proporsi anak lebih besar

2. Menurut Mayor Polak Ciri-ciri desa adalah:

a. Bersifat kekeluargaan

b. Bersifat koeltif dalam pembagian dan pengerjaan tanah

c. Bersifat kesatuan ekonomis, yaitu dapat memenuhi kebutuhan

sendiri (subsistensi)

3. Menurut Bauchmant Ciri-ciri desa adalah:

a. Jumlah penduduk kecil

b. Sebagian besar penduduk dari pertanian

c. Dikuasai alam

d. Homogen

e. Mobilitas rendah

f. Hubungan intim

4. Menurut Talcott Parson Ciri-ciri desa adalah:

Afektifitas : Hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta,

kesetiaan, dan kemesraan. Wujudnya berupa sikap tolong menolong.

a. Bersifat kolektif dalam pembagian dan pengerjaan tanah.

b. Bersifat kesatuan ekonomis, yaitu dapat memenuhi kebutuhan

sendiri (subsistensi)

5. Menurut Bauchmant Ciri-ciri desa adalah:

a. Jumlah penduduk kecil

b. Sebagian besar penduduk hidup dari pertanian

c. Dikuasai alam

d. Homogen

e. Mobilitas rendah

f. Hubungan intim

6. Menurut Talcott Parson

a. Afektifitas : hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta,

kesetiaan, dan kemesraan. Wujudnya berupa sikap tolong menolong

terhadap orang lain.

b. Orientasi kolektif : meningkatkan kebersamaan, tidak suka

menonjolkan diri, tidak (enggan) berbeda pendapat

Page 79: ii - Repository | UM METRO

76

c. Partikularisme : semua hal yang berhubungan dengan apa yang

khusus untuk tempat atau daerah tertentu saja, perasaan subjektif,

rasa kebersamaan

d. Askripsi : berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak

diperoleh berdasarkan suatu usaha yang disengaja, tetapi lebih

merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau

keharusan

e. Kekaburan (Diffusenses) : sesuatu yang tidak jelas terutama dalam

hubungan antarpribadi, tanpa ketegasan yang dinyatakan secara

eksplisit (tidak to the point).

Perkembangan desa mengikuti pola sebagai berikut :

1) Desa Tradisional (Pradesa)

Pada masyarakat suku terasing yang masih bergantung pada alam (cara

bercocok tanam, cara memasak makanan, cara pemeliharaan kesehatan)

kondisi masyarakat relatif statis tradisional masyarakat tergantung pada

keterampilan dan kemampuan pemimpin (kepala suku).

2) Desa Swadaya

Sudah mampu mengolah alam untuk mencukup kebutuhan sendiri

sudah mengenal sistem iritasi sehingga tidak tergantung curah hujan.

3) Desa Swakarsa (Desa peralihan)

Sudah menuju ke arah kemajuan benih-benih demokrasi sudah mulai

tumbuh 9tidak lagi tergantung pada pemimpin) mobilitas sosial sudah

mulai ada baik vertikal maupun horizontal.

4) Desa Swasembada

Masyarakat sudah tergolong maju sudah mengenal mekanisasi dan

teknologi ilmiah partisipasi masyarakat dalam bidang pembangunan

sudah efektif.

F. Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang sebagian besar

warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan

dalam peradaban dunia masa kini.

Ciri – Ciri Masyarakat Kota

a. Ciri – Ciri Kehidupan Masyarakat Kota Sebagai berikut :

1) Pembagian kerja sudah terspesialisasi dengan jelas

Page 80: ii - Repository | UM METRO

77

2) Organisasi sosial lebih berdasar pada pekerjaan dan kelas sosial

daripada kekeluargaan

3) Lembaga pemerintahan lebih maju berdasar teritoritum daripada

kekeluargaan t

4) Terdapat sistem perdagangan dan pertukaran

5) Mempunyai sarana komunikasi dan telekomunikasi yang lengkap

6) Berteknologi yang rasional.

b. Ciri-ciri masyarakat kota menurut Talcott Parson antara lain :

1) Netralitas efektif, memperhatikan sikap netral, mulai sikap acuh tak

acuh sampai tidak memperdulikan jika menurut pendapatnya tidak

ada sangkut pautnya dengan kepentingan pribadinya.

2) Orientasi diri, menonjolkan kepentingan pribadi dan tidak segan-

segan menentang jika dirasa tidak cocok atau diasakan melanggar

kepentingannya

3) Universalisme, berpikir objektif, menerima segala sesuatu secara

objektif

4) Prestasi, suka mengejar prestasi, karena prestasi mendorong orang

terus maju.

5) Spesifitas, menujukkan sesuatu yang jelas dan tegas dalam

hubungan antara pribadi, maksudnya niat dinyatakan secara

langsung (to the point).

G. Interaksi Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Interaksi dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, ekonomi maupun

proses budaya. Interaksi antara desa dan kota dapat terjadi karena berbagai

faktor atau adanya beberapa unsur-unsur yang berada dalam desa, kota

maupun desa dan kota. Kemajuan masayarakat desa, perluasan jaringan

jalan desa dan kota, integrasi atau pengaruh kota terhadap desa, kebutuhan

timbal balik antara desa dan kota telah memacu adanya interaksi antara

desa dan kota.

Interaksi antara desa dan kota dapat dibagi menjadi dua kategori:

1. Hubungan antara desa dan kota dalam berbagai ruang (seperti orang,

barang, uang, dan informasi);

2. Interaksi sektoral, yang meliputi kegiatan “perkotaan” yang kegiatan

tersebut di lakukan di daerah pedesaan (seperti urban agriculture atau

Page 81: ii - Repository | UM METRO

78

yang sering disebut suatu industri yang terletak di dalam kota (intra-

urban) atau di pinggiran kota atau kegiatan yang sering diklasifikasikan

sebagai desa (seperti manufaktur dan beberapa jasa) yang dilakukan di

daerah pedesaan.

Meskipun kegiatan ekonomi yang berbeda antara desa dan kota, tetapi

interaksi antara desa dan kota saling menguntungkan. Hubungan desa dan

kota pada kehidupan pedesaan menimbulkan dampak yang positif,di mana

pembangunan pedesaan dan perkotaan yang saling tergantung dan

terintegrasi.

Interaksi antara desa dengan kota pada umumnya berkaitan dengan

kegiatan dan kebutuhan. Namun interaksi antara masyarakatnya lebih

menitik beratkan pada komunikasi dan siklus perputaran penduduk baik

dari desa ke kota ataupun dari kota ke desa, hal ini juga meliputi kegiatan

masyarakatnya. Interaksi masyarakat desa-kota adalah proses hubungan

yang bersifat timbal balik antar unsur-unsur yang ada di kota dan di desa

dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang

bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang didengar sehingga

melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa fisik maupun non fisik.

Interaksi antara masyarakat desa dengan kota ini dipengaruhi oleh kekuatan

perkotaan yang dapat menentukan keberlangsungan kehidupan di desa.

Terjadinya interaksi ini tentu saja memiliki faktor penyebab yang dapat

mempercepat proses tersebut. Edward Ulman mengemukakan bahwa

factor-faktor yang mempengaruhi interaksi antara desa dan kota, antara

lain:

a. Adanya wilayah–wilayah yang saling melengkapi (regional

complementarity) artinya, terdapat kebutuhan timbal balik antar wilayah

sebagai akibat adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh tiap

wilayah.

b. Adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity)

artinya, kedua wilayah memiliki kesempatan melakukan hubungan

timbal balik serta tidak ada pihak ketiga yang membatasi kesempatan

itu. Adanya campur tangan /intervensi pihak ketiga (wilayah ketiga)

dapat menjadi penghambat atau melemahkan interaksi antara dua

wilayah.

Page 82: ii - Repository | UM METRO

79

c. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang (spacial transfer

ability) artinya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang baik

manusia, informasi ataupun barang sangat bergantung dengan faktor

jarak, biaya angkasa (transportasi) dan kelancaran prasarana

transportasi. Jadi semakin mudah transferbilitas, maka akan semakin

besar arus komoditas.

Pengaruh dan Faktor yang Memengaruhi Interaksi Desa dan Kota -

Pola dan kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih sangat

dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial daerah tersebut, serta kemudahan

yang mempercepat proses hubungan kedua wilayah itu. Menurut Edward

Ullman, ada tiga faktor utama yang mendasari atau memengaruhi

timbulnya interaksi antarwilayah, yaitu sebagai berikut.

1. Adanya Wilayah-Wilayah yang Saling Melengkapi (Regional

Complementary)

Regional Complementary adalah terdapatnya wilayah-wilayah yang

berbeda dalam ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu

pihak ada wilayah yang kelebihan (surplus) sumber daya, seperti

produksi pertanian dan bahan galian, dan di lain pihak ada daerah yang

kekurangan (minus) jenis sumber daya alam tersebut. Adanya dua

wilayah yang surplus dan minus sumber daya tersebut sangat

memperkuat terjadinya interaksi, dalam arti saling melengkapi

kebutuhan, di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen

dan konsumen.

Page 83: ii - Repository | UM METRO

80

2. Adanya Kesempatan untuk Berintervensi (Intervening Opportunity)

Kesempatan berintervensi dapat diartikan sebagai suatu

kemungkinan perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi

antarwilayah.

Berdasarkan Bagan 4.2, sebenarnya secara potensial antara wilayah A

dan B sangat memungkinkan terjalin interaksi karena masing-masing

Page 84: ii - Repository | UM METRO

81

wilayah memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya sehingga dapat

berperan sebagai produsen dan konsumen. Namun karena ada wilayah lain,

yaitu C yang menyuplai kebutuhan wilayah A dan B maka kekuatan

interaksi antara A dan B menjadi lemah. Dalam hal ini, wilayah C berperan

sebagai intervening area atau wilayah perantara.

Intervening opportunity dapat pula diartikan sebagai sesuatu hal atau

keadaan yang dapat melemahkan jalinan interaksi antarwilayah karena

adanya sumber alternatif pengganti kebutuhan. Untuk lebih jelasnya, amati

Bagan 4.3.

3. Adanya Kemudahan Transfer atau Pemindahan dalam Ruang (Spatial

Transfer Ability)

Faktor yang juga memengaruhi kekuatan interaksi adalah

kemudahan pemindahan manusia, barang, jasa, gagasan, dan informasi

antara satu wilayah dan wilayah lainnya. Kemudahan pergerakan

antarwilayah ini sangat berkaitan dengan:

1) Jarak antarwilayah, baik jarak mutlak maupun relatif;

2) Biaya transportasi;

3) Kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana transportasi

antarwilayah.

a. Pengaruh Interaksi Desa dan Kota

Wujud interaksi kota-desa yang paling sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut.

1) Pergerakan barang dari desa ke kota, atau sebaliknya.

2) Pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota ke desa.

3) Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah.

4) Pergerakan manusia, baik dalam bentuk bekerja, rekreasi, menuntut

ilmu, ataupun keperluan-keperluan lainnya.

Page 85: ii - Repository | UM METRO

82

Proses interaksi yang berlangsung secara terus menerus dengan

intensitas yang relatif tinggi tentunya dapat menimbulkan pengaruh,

baik bagi wilayah perdesaan maupun perkotaan. Pengaruh tersebut

dapat bersifat negatif ataupun positif. Beberapa contoh media yang

mengakibatkan adanya perubahan bagi kawasan perdesaan karena

proses interaksi antara lain melalui program Kuliah Kerja Nyata

(KKN) dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan

mahasiswa, kegiatan ABRI Masuk Desa (AMD), tenaga sukarela

untuk pembangunan desa-desa terpencil baik yang dikirim

pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

program pembangunan desa, dan media-media lainnya.

b. Pengaruh positif yang dapat timbul akibat adanya interaksi kota-

desa antara lain sebagai berikut.

1) Tingkat pengetahuan penduduk meningkat.

2) Adanya lembaga pendidikan di perdesaan dapat memberikan

sumbangan yang sangat berarti dalam meningkatkan pengetahu

an dan wawasan penduduk untuk turut serta dalam proses

pembangunan.

3) Tingkat ketergantungan desa terhadap kota sedikit demi sedikit

dapat dikurangi karena wilayah desa terus mengalami

perkembangan ke arah kemandirian.

4) Melalui pengembangan prasarana dan sarana transportasi yang

menghubungkan kota dengan desa, wilayah perdesaan akan

semakin terbuka. Terbukanya keisolasian wilayah desa tentunya

dapat meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya

masyarakat.

5) Masuknya unsur-unsur teknologi ke wilayah perdesaan dapat

lebih mengefektifkan proses produksi dan pengelolaan sumber

daya alam sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

6) Bagi masyarakat kota, proses interaksi dengan wilayah

pedesaan juga memiliki pengaruh yang positif, seperti

terdistribusinya barang-barang hasil pertanian, perkebunan, dan

Page 86: ii - Repository | UM METRO

83

barang-barang yang lain untuk memenuhi konsumsi penduduk

kota.

c. Adapun contoh pengaruh negatif interaksi kota-desa adalah sebagai

berikut.

1) Gerakan penduduk desa ke kota dapat mengurangi jumlah

penduduk desa usia produktif yang diharapkan dapat mem

bangun desanya.

2) Banyak lahan pertanian di desa yang terlantar karena pen duduk

nya berurbanisasi.

3) Timbulnya gejala urbanisme.

Page 87: ii - Repository | UM METRO

84

BAB VIII

SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

A. Interaksi Sosial Sebagai Faktor Utama Dalam Kehidupan Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis

yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan

kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan bentuk umum sekaligus

dasar dari proses sosial. Kimball Young dan Raymond dalam bukunya

yang berjudul Sociology and Social Life mengatakan bahwa “Interaksi

sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi

sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.”

Interaksi sosial dimulai pada saat dua orang bertemu. Namun perlu

diingat sekedar pertemuan badaniah orang-perorangan tidak akan

menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan

baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok manusia

bekerja sama, saling berbicara dan seterusnya. Berlangsungnya proses

interaksi sosial didasarkan pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi,

sugesti, identifikasi dan simpati. Dalam bukunya yang berjudul “Faktor-

faktor Dasar Interaksi Sosial dan Kepatuhan Pada Hukum” Soerjono

Soekamto menyebutkan bahwa faktor-faktor tersebut merupakan faktor-

faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi

sosial. Walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang sangat

kompleks, sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas

antara faktor-faktor tersebut. Interaksi sosial tidak akan terjadi jika tidak

ada interaksi dengan diri sendiri. Dan menurut Mead interaksi dengan diri

sendiri itu ditandai dengan adanya proses berfikir. Dengan berfikir individu

memilih yang mana di antara stimulus yang tertuju kepadanya itu yang

akan ditanggapinya. Sehingga kita tidak secara langsung menanggapi

stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan

stimulus mana yang akan ditanggapi.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang, juga dapat

dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama

terjadinya aktvitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-

hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubangan antara orang-

Page 88: ii - Repository | UM METRO

85

orang-perorangan, antara kelompol-kelompok manuasia maupun antara

orang perorangan dengan kelompok. Aktivitas-aktivitas semacam itu

merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial antara –

kelompok – kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai

kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor

antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor

tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam

keadaan tergabung. Apabila masing-masing ditinjau secara lebih

mendalam, faktor imitasi misalnya, mempunyai peranan yang sangat

penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah

bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah

dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian imitasi mungkin pula

mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya, yang

ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Selain itu, imitasi juga

dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi

seseorang.

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan

atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh

pihak lain.

Mungkin proses sugesti terjadi apabila orang yang memberikan

pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya

Page 89: ii - Repository | UM METRO

86

yang otoriter. Kiranya mungkin pula bahwa sugesti terjadi oleh sebab yang

memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari

kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.

Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau

keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan

pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari pada imitasi, karena

kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses di mana seseorang

merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang

peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati

adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama

dengannya.

Beberapa contoh interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan

individu lainnya, individu dengan kelompok maupun yang terjadi antara

kelompok dengan kelompok, sebagai berikut :

a. Contoh Interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan individu

lainnya:

Ketika dua orang bertemu, saling menegur, saling berbicara atau

bahkan mungkin berkelahi. Saling bertemu muka tanpa berbicara pun

juga disebut dengan interaksi sosial antara individu.

b. Contoh interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan kelompok:

Ketika seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan

suatu kelompok manusia di dalam kelas, pada taraf pertama akan

tampak bahwa guru mencoba menguasai kelasnya supaya interaksi

sosial berlangsung dengan seimbang. Dalam hal ini terjadi saling

pengaruh mempengaruhi antara guru dengan murid-muridnya sebagai

suatu kelompok, maka ini disebut dengan proses interaksi sosial antara

individu dengan kelompok.

c. Contoh interaksi sosial yang terjadi antar kelompok-kelompok:

Pada perang dunia kedua yang melibatkan Jerman dan Perancis, pada

mulanya keduanya adalah sahabat yang selalu bersaing pada setiap

perlombaan balap sepeda bayaran. Mereka pada dasarnya bukan musuh

secara pribadi, akan tetapi kelompoknya masing-masing (yaitu negara

Jerman dan Perancis) yang bermusuhan. Interaksi sosial antara

kelompok sosial tersebut tidak bersifat pribadi.

Page 90: ii - Repository | UM METRO

87

B. Bentuk dan Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

1. Bentuk Interaksi Sosial

Berdasarkan pendapat gillin menyebutkan dua macam dari proses sosial

dengan timbul dari akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses

asosiatif/bersekutu (processes of association) dan proses

disosiatif/memisahkan (processes of dissociation). Proses interaksi sosial

asosiatif adalah proses menuju terbentuknya persatuan atau interaksi sosial.

Proses interaksi sosial disosiatif adalah proses oposisi (oppositional

process) yang berarti tip berjuang melawan seorang ataupun sekelompok

orang untuk meraih tujuan tertentu. Dari kedua macam interaksi sosial

tersebut, diantaranya memiliki beragam bentuk antara lain sebagai berikut.

a) Interaksi Sosial Asosiatif

Interaksi sosial secara asosiatif memiliki sifat positif, artinya

mendukung seseorang atau kelompok dalam mencapai tujuan tertentu.

Proses asosiatif memiliki bentuk-bentuk antara lain sebagai berikut.

1. Kerja Sama (Cooperation)

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antar individu ataupun

kelompok untuk mencapai kepentingan dan tujuan yang serupa, serta

menyadarinya bermanfaat untuk dirinya atau orang lain. Kerja sama

berorientasi antara individu terhadap kelompok (in group) dan individu

terhadap kelompok lainnya (out group). Menurut Charles H. Cooley,

kerja sama dapat berlangsung jika seseorang menyadari dirinya

memiliki kepentingan yang sama dengan orang lain. Selain dari itu,

pada saat yang sama memiliki pengetahuan dan pengendalian terhadap

dirinya sendiri dalam memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran dari

kepentingan yang sama dan juga pengorganisasian diri merupakan

sesuatu yang penting dalam kerja sama.

Kerja sama akan bertambah kuat jika terdapat bahaya bahaya dari

luar dan juga tindakan-tindak luar yang menyinggung kesetiaan yang

telah tertanam dalam kelompok, dalam diri seseorang, atau segolongan

orang-orang. Contohnya, kerja sama antara prajurit dalam satu kesatuan

terjalin ketika menghadapi musuh dalam sebuah medan pertempuran.

Proses sosial erat kaitannya dengan kerja sama ialah konsensus.

Konsensus terjadi kalau dua pihak atau lebih ingin memelihara adanya

Page 91: ii - Repository | UM METRO

88

hubungan dan masing-masing memandang sebagai kepentingan sendiri.

Dalam mengadakan konsensul dapat muncul jika anggota kelompok

mempunyai perbedaan pendapat. Dalam konsensus, pertentangan

kepentingan terlihat nyata, tetapi tidak sebesar di konflik.

Bentuk-Bentuk Kerja Sama

Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki bentuk-bentuk

antara lain lain sebagai berikut

a) Kerukuran atau gotong royong ialah bentuk kerja sama yang

dilakukan secara sukarela demi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan

tertentu yang berkaitan langsung dengan orang-orang yang

terlibat dalam gotong royong.

b) Bargaining, yaitu kegiatan perjanjian pertukaran barang ataupun

jasa dua organisasi ataupun lebih

c) Kooptasi, yaitu prosedur penerimaan unsur-unsur baru di

kepemimpinan dan pelaksanaan ketatanegaraan organisasi

sebagai satu-satunya tips untuk menghindari adanya konflik yang

dapat mengguncang organisasi

d) Koalisi, adalah kombinasi yang dilakukan dari dua organisasi

atau lebih yang memiliki tujuan yang sama. Koalisi menghasilkan

keadaan dengan tidak stabil karena ke-2 organisasi memiliki

struktur tersendiri.

e) Joint-venture, adalah bentuk kerja sama dalam perusahaan proyek

khusus, seperti pengeboran minyak dan juga perhotelan.

Berdasarkan bentuk kerjanya, kerja sama dibagi dalam beberapa

macam antara lain sebagai berikut.

a) Kerja sama spontan adalah kerja sama serta-merta

b) Kerja sama langsung adalah kerja sama yang dilakukan dari hasil

perintah atasan atau penguasa.

c) Kerja sama kontak adalah kerja sama atas dasar perintah tertentu.

d) Kerja sama tradisional adalah kerja sama sebagai bagian

antaraunsur dalam sistem sosial

2. Akomodasi (accomodation)

Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau

kelompok manusia dengan semula saling bertentangan untuk upaya

mengatasi ketegangan. Akomodasi berarti adanya keseimbangan

Page 92: ii - Repository | UM METRO

89

interaksi sosial dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat.

Akomodasi seringkali merupakan cara untuk menyelesaikan

pertentangan, entah dengan cara menghargai kepribadian yang

berkonflik ataupun paksaan (tekanan).

Bentuk-Bentuk Akomodasi

Akomodasi sebagai proes mempunyai beberap bentuk antara lain

sebagai berikut.

a) Koersi adalah bentuk dari akomodasi yang berlangsung karena

paksaan kehendak suatu pihak terhadap pihak lain yang lemah

dengan didominasi suatu kelompok atas kelompok lain.

Contohnya sistem rezim (pemerintahan) totaliter.

b) Kompromi adalah bentuk dari akomodasi yng pihak-pihak

terlibat perselisihan saling meredakan tuntutan sehingga tercapai

suatu penyelesaian. Sikap dasar kompromi adalah semua pihak

bersedia merasakan dan memahami keadaan pihak lain.

Contohnya: perjanjian gencatan senajata antara kedua negara

yang sedang terlibat perang.

c) Arbitrase adalah bentuk akomodasi yang terjadi apabila terdapat

pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi

sendiri. Maka dari itu diundanglah kelompok ketiga yang tidak

berat sebelah (netral) untuk mengusahakan penyelesaian. Pihak

ketiga tersebut berasal dari badan yang berwenang. Contohnya:

penyelesaian pertentangan antara pengusaha dan serikat buruh

diselesaikan melalui arbitrase (pihak ketiga yang netral).

d) Mediasi adalah pihak ketiga untuk penengah atau juru damai.

Keputusan berdamai tergantung pihak-pihak yang betikai.

Contohnya: mediasi pemerintah Republik Indonesia untuk

mendamaikan faksi-faksi yang bersilih di kamboja.

e) Konsiliasi ialah upaya mempertemukan keinginan pihak-pihak

yang berselisih untuk tercapainya suat persetujuan bersama.

Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan

mengadakan asimilasi. Contohnya, panitia tetap penyelesaian

masalah ketenagakerjaan mengundang perusaan dan wakil

karyawan untuk menyelesaikan masalah.

Page 93: ii - Repository | UM METRO

90

f) Toleransi adalah bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan

resmi karena tanpa disadari dan direncanakan, adanya keinginan

untuk menghindarkan diri dari perselisihan yang saling

merugikan.

g) Stalemate adalah bentuk dari akomodasi yang terjadik ketika

kelompok terlibat pertentangan dengan kekuatan seimbang.

Dengan kesadaran ke-2 belah pihak maka tidak ada yang maju

ataupun mundur sehingga pertentangan akan berhenti dengan

sendirinya.

3. Asimilasi (assimilation)

Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan perbedaan

antarindividu atau antar kelompok guna mencapai satu kesepakatan

berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut

Koentjaraningrat, prosedur asimilasi akan timbul bila ada kelompok-

kelompok yang mempunyai perbedaan kebudayaan. Kemudian,

individu-individu dalam kelompok tersebut berinteraksi secara

langsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama,

sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan

menyesuaikan diri.

Dalam asimilasi/penyerapan terjadi proses identifikasi diri dengan

kepentingan-kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila dua kelompok

atau dua orang berbuat asimilasi, maka batas-batas antarkelompok akan

hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok baru.

4. Akulturasi (Aculturation)

Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur

kebudayaan asing menjadi bagian dari kultur suatu kelompok, tanpa

menghilangkan kepribadian kebudayaan asli. Akulturasi merupakan

hasil dari perpaduan kedua kebudayaan dalam waktu lama. Unsur

kebudayaan asing sama-sama diterima oleh kelompok yang

berinteraksi, selanjutnya diolah tanpa menghilangkan kepribadian

kebudayaan yang asli sebagai penerima.

Contoh Akulturasi:

a) Kebudayaan Hindu dan kebudayaan Islam bertemu di Indonesia

kemudian menciptakan kebudayaan Islam yang bercorak Hindu

Page 94: ii - Repository | UM METRO

91

b) Musik Melayu bertemu dengan musik portugis dibawa oleh para

penjajah menghasilkan musik keroncong

5. Paternalisme

Paternalisme adalah penguasaan kelompok pendapatang terhadap

kelompok anak negeri. Perekonomian suatu wilayah kadang kala

dikuasi oleh kelompok pendatang, bukan oleh penduduk anak negeri

(pribumi). Kaum pendatang biasanya bertindak sebagai penguasa atau

pemilik modal, sedangkan penduduk pribumi sebagai buruh atau

pekerja. Kondisi ini sudah berakar jauh pada masa penjajahan dimana

bangsa Belanda (sebagai kelompok pendatang) menguasai bangsa

Indonesia (sebagai penduduk pribumi). Penguasaan ini tidak pada

bidang ekonomi ataupun perdagangan, tetapi juga di bidang pertanahan,

permodalan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Masalah sosial

seperti ini hendaknya cepat diatasi agar tidak muncul kebencian dan

konflik antara kaum pendatang dan warga pribumi (asli).

b) Interaksi Sosial Disosiatif

Interaksi sosial disosiatif disebut juga dengan oposisi, yang artinya

bertentangan dengan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan

tertentu. Interaksi sosial disosiatif dibedakan menjadi bebeama bentuk,

antara lain sebagai berikut.

1. Persaingan (competition)

Persaingan merupakan proses sosial ketika terdapat ke-2 pihak atau

lebih saling berlomba melakukan sesuatu untuk mencapai kemenangan

tertentu. Persaingan terjadi jikalau beberapa pihak menginginkan

sesuatu dengan jumlah yang terbatas ataupun menjadi pusat perhatian

umum. Seperti, ribuan remaja bersaing agar masuk jajaran 12 besar

penyanyi idola. Persaingan dilakukan atas norma dan nilai yang diakui

bersama dan berlaku di masyarakat tersebut. Kemungkin kecil,

persaingan menggunakan kekerasan ataupun ancaman. Jadi, dapat

disebut bahwa persaingan dilakukan dengan sehat atau sportif.

Persaingan disertai dengn kekerasan, bahaya, atau keinginan untuk

merugikan pihak lain, hal ini dinamakan dengan persaingan tak sehat

dan bukan lagi disebut dengan persaingan akan tetapi telah menjurus

Page 95: ii - Repository | UM METRO

92

kepada permusuhan atau persengketaan. Hasil dari persaingan harus

diterima dengan kepala dingin, tanpa dendam sedikit pun. Mulai dari

awal, Setiap pihak yang bersaing menyadari akan ada yang menang dan

kalah.

Macam-Macam Contoh Persaingan

Perhatikan beberapa contoh persaingan berikut ini.

a. Contoh persaingan pada bidang ekonomi: persaingan antara produsen

barang sejenis dalam merebut pasar yang terbatas

b. Contoh persaingan dalam sesuatu kedudukan: persaingan untuk

menduduki jabatan strategis

c. Contoh persaingan dalam hal kebudayaan: persaingan dalam

penyebaran ideologi, pendidikan, dan unsur kebudayaan yang lain.

2. Kontravensi

Kontravensi adalah sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak

adanya perselisihan (konflik) terbuka. Kontravensi merupakan proses sosial

dengan tanda ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan

dengan tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontravensi adalah

perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dan pendirian kalangan

lainnya dalam masyarakat ataupun dapat juga pendirian menyeluruh

masyarakat.

Macam-Macam Bentuk Kontrakvensi - Menurut Leopald von Wiese

dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi antara lain sebagai

berikut.

a) Kontravensi umum, seperti penolakan, keengganan, protes,

perlawanan, gangguan, dan mengancam pihak lawan.

b) Kontravensi sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang di

depan umum.

c) Kontravensi intensif, seperti penghasutan dan penyebaran desas-

desus.

d) Kontravensi rahasia, seperti membocorkan rahasia atau berkhianat.

e) Kontravensi taktis, misalnya mengejutkan kelompok lawan

provokasi dan intimidasi.

Page 96: ii - Repository | UM METRO

93

3. Pertikaian

Pertikaian adalah proses sosial sebagai bentuk lanjut dari kontravensi.

Dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi

karena adanya perbedaan yang semakin tajam antara kalangan tertentu

dalam masyarakat. Kondisi perbedaan yang semakin tajam mengakibatkan

amarah dan rasa benci yang mendorong adanya tindakan untuk melukai,

menghancurkan, atau menyerang pihak lain. Jadi, pertikaian muncul

apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau

tujuannya dengan jalan menentang pihak lain lewan ancaman atau

kekerasan.

4. Pertentangan atau konflik (conflict)

Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau

kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak

lawan. Konflik biasa terjadi dengan disertai ancaman atau kekerasan.

Konflik terjadi karena adanya perbedaan pendapat, perasaan individu,

kebudayaan, kepentingan baik kepentingan individu maupun kelompok,

dan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang cepat dengan

menimbulkan disorganisasi sosial.

Perbedaan-perbedaan ini akan memuncak menjadi pertentangan karena

keinginan-keinginan individu tidak dapat diakomodasikan. Akibatnya, tiap

individu atau kelom berusaha menghancurkan lawan dengan ancaman atau

kekerasan. Pertentangan kebanyakan yang berperan adlaam perasaan.

Persaan dapat mempertajam adanya perbedaan sehingga kedua pihak

berusaha saling menghancurkan. Contohnya perasaan yang menimbulkan

konflik adalah benci, iri dan sentimen. Pertentangan tidak selalu bersifat

negatif. Pertentangan menjadi alat untuk menyesuaikan norma-norma yang

telah ada sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pertentangan juga

menghasilkan suatu kerja sama karena kedua pihak saling introspeksi untuk

mengadakan perbaikan-perbaikan. Contoh dampak positif pertentangan

(konflik) adalah perombakan aturan-aturan yang membatasi hak politik

warga negara di masa Orde Baru.

Bentuk-Bentuk Pertentangan - Pertentangan memiliki bentuk-bentuk

khusus antara lain sebagai berikut.

a) Pertentangan pribadi, adalah individu yang sejak mereka mulai

berkenalan sudah tidak slaing menyukai. Awal buruk

Page 97: ii - Repository | UM METRO

94

dikembangkan akan menimbulkan kebencian. Masing-masing pihak

akan berusaha menghancurkan pihak lawan.

b) Pertentangan rasial, adalah pertentangan yang terjadi karena

kepentingan kebudayaan. Keadaan bertambah buruk jika terdapat

salah satu ras yang menjadi golongan minoritas.

c) Pertentangan antarkelas sosial, adalah pertentangan yang terjadi

karena terdapat perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan

kepentingan antara majikan dan buruh.

d) Pertentangan politik. adalah pertentangan yang terjadi

antargolongan dalam masyarakat antara negara-negara berdaulat.

Contohnya, pertentangan yang terjadi antarpartai poltiik menjelang

pemilu atau pertentangan antarnegara.

e) Pertentangan yang bersifat internasional, adalah pertentangan yang

disebabkan oleh kepentingan yng lebih luas menyangkut

kepentingan naional dan kedaulatan masing-masing negara. Jika

terdapat pihak yang tak dapat mengendalikan diri, maka akan

terjadi peperangan.

5. Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Syarat utama terjadinya suatu interaksi sosial adalah adanya kontak

sosial (social contact) dan komunikasi (communication).

a. Kontak Sosial

Kontak berasal dari kata Latin cum atau con yang berarti bersama -

sama, dan tangere yang memiliki arti menyentuh. Jadi, secara harafiah

kontak berarti bersama - sama menyentuh. Dalam pengertian

sosiologis, kontak merupakan gejala sosial. Orang dapat mengadakan

hubungan dengan pihak lain tanpa mengadakan sentuhan fisik,

misalnya berbicara dengan orang lain melalui telepon, surat, dan

sebagainya. Jadi, kontak sosial merupakan aksi individu atau kelompok

dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si pelaku dan si

penerima, dan si penerima membalas aksi itu dengan reaksi. Kita

membedakan kontak berdasarkan cara, sifat, bentuk, dan tingkat

hubungannya.

1) Berdasarkan Cara

Page 98: ii - Repository | UM METRO

95

Kita mengenal dua macam kontak dilihat dari caranya, yaitu kontak

langsung dan kontak tidak langsung

a. Kontak langsung terjadi secara fisik. Misalnya dengan berbicara,

tersenyum, atau bahasa gerak (isyarat).

b. Kontak tidak langsung terjadi melalui media atau perantara

tertentu, seperti pesawat telepon, radio, televisi, telegram, surat,

dan lain - lain.

2) Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, kita mengenal tiga macam kontak, yaitu

kontak antarindividu, antara individu dengan kelompok, dan antara

kelompok dengan kelompok.

a. Kontak antarindividu, misalnya tindakan seseorang anak

mempelajari kebiasaan - kebiasaan dalam keluarganya.

b. Kontak antara kelompok dengan kelompok, misalnya pertandingan

bola voli antarsiswa SMA se-Bandung.

c. Kontak antara individu dengan kelompok, misalnya tindakan

seorang guru yang sedang mengajar siswanya agar mereka

mempunyai persepsi yang sama tentang sebuah masalah.

Contohnya guru tari yang melatih beberapa murid, sehingga terjadi

persamaan gerak di antara mereka.

3) Berdasarkan Bentuk

Dilihat dari bentuknya, kita mengenal dua macam kontak, yaitu

kontak positif dan kontak negatif.

a. Kontak positif mengarah pada suatu kerja sama. Misalnya seorang

pedagang melayani pelanggannya dengan baik.

b. Kontak negatif mengarah pada suatu pertentangan, bahkan

berakibat putusnya interaksi sebagaimana tampak dalam perang

Lebanon dan Israel.

4) Berdasarkan Sifat Hubungan

Menurut tingkat hubungannya, kita mengenal kontak primer dan

kontak sekunder.

Page 99: ii - Repository | UM METRO

96

a. Kontak primer terjadi apabila orang yang mengadakan hubungan

langsung bertemu dan bertatap muka. Misalnya orang yang saling

berjabat tangan, saling melempar senyum, dan sebagainya.

b. Kontak sekunder memerlukan suatu perantara atau media, bisa

berupa orang atau alat. Selain itu juga dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya

berbicara melalui telepon. Contoh sekunder tidak langsung dapat

Anda pahami dari cerita berikut ini. "Toni berkata kepada Sigit

bahwa Ani mengagumi permainannya sebagai pemegang peran

utama dalam pementasan sandiwara yang lalu. Ani mendapat

ucapan terima kasih dari Sigit atas pujiannya melalui Toni." Dari

cerita tersebut dapat diketahui bahwa walaupun Toni sama sekali

tidak bertemu dengan Ani, tetapi di antara mereka telah terjadi

suatu kontak karena masing - masing memberi tanggapan.

b. Komunikasi

Dalam berinteraksi dengan teman - teman, tentu Anda juga

melakukan komunikasi. Apakah komunikasi itu? Komunikasi dapat

diwujudkan dengan pembicaraan gerak - gerik fisik, ataupun perasaan.

Selanjutnya, timbul sikap dan ungkapan perasaan seperti senang, ragu,

takut, atau menolak, bersahabat, dan sebagainya yang merupakan reaksi

atas pesan yang diterima. Saat ada aksi dan reaksi itulah terjadi

komunikasi. Jadi, komunikasi adalah tindakan seseorang

menyampaikan pesan terhadap orang lain dan orang lain itu memberi

tafsiran atas sinyal tersebut serta mewujudkannya dalam perilaku.

Dari uraian di atas, tampak bahwa komunikasi hampir sama dengan

kontak. Namun, adanya kontak belum tentu berarti terjadin komunikasi.

Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan

tujuan bersama antara masing - masing pihak.

Dalam komunikasi terdapat empat unsur, yaitu pengirim, penerima,

pesan, dan umpan balik.

1) Pengirim (sender) atau yang biasa disebut communicator adalah

pihak yang mengirimkan pesan kepada orang lain.

2) Penerima (receiver) yang biasa disebut communicant adalah pihak

yang menerima pesan dari sender.

Page 100: ii - Repository | UM METRO

97

3) Pesan (message) adalah isi atau informasi yang disampakan

pengirim kepada penerima.

4) Media adalah alat / sarana yang digunakan untuk menyampaikan

pesan di komunikator kepada khalayak. Media digolongkan

menjadi 4, yaitu: media antarpribadi, media kelompok, media

publik, dan media massa.

5) Umpan balik (feed back) adalah reaksi dari penerima atas pesan

yang diterima.

c. Kelompok-Kelompok Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat

Kelompok sosial (social group) merupakan suatu himpunan atau suatu

kesatuan-kesatuan manusia manusia yang hidup bersama, yang disebabkan

oleh adanya hubungan antara mereka yang menyangkut hubungan timbal-

balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling tolong

menolong.

Menurut Soerjono Soekanto, suatu himpunan manusia dikatakan

kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan berikut ini :

a. Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia bagian dari

kelompok tersebut.

b. Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok

tergantung pada kesungguhan para anggotanya dalam melaksanakan

perannya.

c. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para

anggotanya.

d. Memiliki kepentingan bersama.

e. Adanya interaksi dan komunikasi diantara anggotanya.

Ciri-ciri kelompok sosial tersebut adalah sebagai berikut:

a. Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kelompok

atau kesatuan manusia yang lain.

b. Memiliki struktur social

c. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para

anggotanya.

d. Memiliki faktor pengikat.

Page 101: ii - Repository | UM METRO

98

e. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya.

1) Proses Pembentukan Kelompok Sosial

a. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial

1) Dorongan untuk mempertahankan hidup

2) Dorongan untuk meneruskan keturunan

3) Dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.

b. Dasar Pembentukan Kelompok Sosial

1) Kesatuan Genealogis atau Faktor Keturunan

2) Kesatuan Religius

3) Kesatuan Teritorial (Community)

4) Kesatuan Kepentingan (Asosiasi)

2) Klasifikasi Kelompok Sosial

a. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Solidaritas Antara anggota

Istilah ini dipopulerkan oleh seorang sosiolog yang bernama Emile

Durkheim.

1) Solidaritas Mekanik

Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang muncul pada

masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran

kolektif serta belujm mengenal adanya pembagian kerja diantara

para anggota kelompok.

2) Solidaritas Organik

Solidaritas organik adalah solidaritas yang mengikat masyarakat

yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang

teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan

antaranggota.

b. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Erat Longgarnya Ikatan

dalam Kelompok.

Klasifikasi ini diperkenalkan oleh Ferdinand Tonnies

1) Gemeinschaft (Paguyuban)

Gemeinschaft adalah kelompok sosial yang memiliki ikatan erat

dan intim.

2) Gesellschaft (Patembayan)

Gesellschaft adalah kehidupan publik yang bersifat sementara

dan semu.

c. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Indentifikasi Diri

Page 102: ii - Repository | UM METRO

99

1) In-Group

2) out-Group

d. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Hubungan diantara Para

Anggotanya.

1) Kelompok Primer

Kelompok Primer adalah kelompok sosial yang memiliki

hubungan saling mengenal dan memiliki perasaan kebersamaan.

2) Kelompok Sekunder

Kelompok Sekunder adalah kelompok sosial yang terbentuk

karena adanya kepentingan yang sama sehingga kerjasama

didasarkan pada hitungan untung rugi.

e. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Sistem Hubungan

1) Kelompok Formal

Kelompok Formal adalah kelompok yang memiliki sistem

hubungan yang sengaja diciptakan, sehingga unsur-unsur dalam

suatu organisasi merupakan bagian-bagian fungsional yang

berhubungan.

2) Kelompok Informal

Kelompok informal adalah kelmpok yang memiliki hubungan

secara pribadi, bersifat erat dan intim.

3) Kelompok-Kelompok Sosial Yang Tidak Teratur

a. Kerumunan (Crowd)

Kerumunan (Crowd) adalah individu-individu yang berkumpul

secara kebetulan di suatu tempat dan juga pada waktu yang

bersamaan. Bentuk-bentuk kerumunan:

1) Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial :

a. khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal

audiences).

b. kelompok ekspresif yang telah direncanakan.

2) Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crouwds)

a. kumpulan yang kurang menyenangkan. Seperti orang yang

menunggu bis dan antri karcis.

b. kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik,

yaitu orang yang bersama sama menyelamatkan diri dari

bahaya.

Page 103: ii - Repository | UM METRO

100

c. kerumunan penonton.

3) kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (

lawless crowds)

a. kerumunan yang bertindak emosional

b. kerumunan yang bersifat inmoral seperti orang-orang

mabuk.

b. Publik

Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.

Interksi terjadi secara tidak langsung melalui alat/media

komunikasi.

4) Konsep Kebudayaan

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan

kebudayaan. Dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak

mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa

masyarakat sebagai wadah pendukungnya. Dalam pengertian sehari-

hari, kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian. Akan tetapi

apabila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu social, kesenian

merupakan salah satu saja dari kebudayaan. Dua orang antropolog

terkemuka yaitu Melvile J. Herskovit dan Bronislaw Malinowski,

mengemukakan bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang

terdapat dalam masyarakat ditentukan adanya kebudayaan yang

dimiliki oleh masyarakat itu. Kemudian Herskovits memandang

kebudayaan sebagai suatu yang super organic karena kebudayaan yang

turun temurun dari generasi kegenerasi tetap hidup terus, walaupun

orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti

disebabkan kematian dan kelahiran.

Kata „kebudayaan‟ berasal dari budhayyah (bahasa sanksekerta)

yang merupakan bentuk jamak dari „buddhi‟, yang berarti budi atau

akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan

budi atau akal.

Page 104: ii - Repository | UM METRO

101

Adapaun istilah culture yang merupakan bahasa asing, sama artinya

dengan kebudayaan yang berasal dari kata latin colere. Artinya

mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani.

Sehingga culture dipahami sebagai segala daya dan kegiatan manusia

untuk mengolah dan mengubah alam.

Antropolog EV Tylor memberikan definisi kebudayaan adalah

kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-

kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

1. Unsur – Unsur Budaya

Sarjana antropologi Melville J Herskovits merumuskan unsur-

unsur kebudayaan , yaitu:

1. Alat-alat teknologi

2. Sistem ekonomi

3. Keluarga

4. Kekuasaan politik

Sarjana antropologi lainnya, Malinowski yang dikenal dengan

Teori Fungsionalnya, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan,

yaitu:

1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para

anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekitarnya

2. Organisasi ekonomi

3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat

bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama

4. Organisasi kekuatan

Unsur-unsur kebudayaan untuk kepentingan ilmiah dan

analisisnya diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur pokok atau besar

kebudayaan, lazim disebut culture universals. Istilah ini

menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, yaitu

dapat dijumpai pada setiap kebudayaan di mana di dunia ini. Tujuh

unsur kebudayaan yang dianggap sebagai culture universals, yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian,

perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi,

transport, dan sebagainya)

Page 105: ii - Repository | UM METRO

102

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,

peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya)

3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,

sistem hukum, sistem perkawinan)

4. Bahasa

5. Kesenian

6. Sistem pengetahuan

7. Religi

2. Wujud Kebudayaan

Menurut JJ Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi

tiga : gagasan, aktivitas, dan artefak.

a. Gagasan (wujud ideal).

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang terbentuk

kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,

dan sebagainya yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba dan

disentuh.

b. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering

disebut dengan system social. Sistem social ini terdiri dari

aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,

mengadakan, kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya

menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

c. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil

dari aktivitas , perbuatan dan karya semua manusia dalam

masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,

dilihat, dan didokumentasikan.

3. Norma Budaya

Bagian penting dari kebudayaan suatu masyarakat adalah nilai

social. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima,

kalau tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan

dijunjung tinggi oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan.

Dalam sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kesalehan

Page 106: ii - Repository | UM METRO

103

beribadah, maka apabila ada orang yang malas beribadah tentu akan

menjadi bahan pergunjingan.

Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

Horton and Hunt mendefinisikan nilai adalah gagasan mengenai apakah

suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Dalam rumusan lain,

nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah hal itu pantas

atau tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina.

Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, pengalaman, tindakan, dan

seterusnya.

Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu:

1) Nilai material, meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu

yang berguna bagi jasmani

2) Nilai vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan

segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan

berbagai aktivitas

3) Nilai kerohanian, meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan

segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani

manusia: nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai moral, dan nilai

keagamaan.

Page 107: ii - Repository | UM METRO

104

BAB X

PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

A. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem

sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilaku

di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Banyak para sosiolog dan ahli-ahli lainnya yang mengemukakan

tentang teori-teori perubahan sosial dan kebudayaan:

1. William F. Ogburn,mengemukakan ruang lingkup perubahan-

perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material

maupun immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-

unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.

2. Kingsley Davis, mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-

perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat

kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan

antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-

perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

3. Maclver, perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-

perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai

perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

4. Gillin, mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai variasi dari

cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan

kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi

maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam

masyarakat.

5. Emile Durkheim, perubahan sosial yang terjadi sebagai hasil dari

faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan

masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik,

ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas

organistik.

6. Selo Soemardjan,perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi

Page 108: ii - Repository | UM METRO

105

system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola

perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan

pada definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan

sebagai himpunan pokok manusia, yang kemudian mempengaruhi segi-

segi struktur masyarakat lainnya.

B. Syarat-syarat Terjadinya Perubahan Sosial

Menurut Ayat Suryatna, agar dapat diterima oleh masyarakat secara

luas, perubahan sosial harus memenuhi beberapa persyaratan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat harus merasa butuh dengan perubahan, serta ada

kesadaran bersama bahwa kehidupan saat ini sudah tidak cocok

lagi, mengingat pergeseran waktu telah berdampak pada perubahan

lingkungan. Akibatnya kebudayaan masyarakat masa lampau tidak

mungkin lagi dapat diterapkan dalam kehidupan saat ini atau

bahkan kebudayaan yang tengah berlangsung saat ini harus

dipersiapkan untuk menciptakan kebudayaan masyarakat

mendatang.

2. Perubahan yang disebabkan terjadinya inovasi harus dapat dipahami

dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya. Inovasi itu harus

bermanfaat bagi kehidupan bersama pada waktu mendatang. Seperti

dapat kita contohkan dalam menjelaskan pentingnya inovasi melalui

pembangunan.

3. Perubahan itu harus dapat diajarkan. Hal ini mengingat inovasi

adalah suatu konfigurasi mental atau adanya perubahan dalam

tatanan sistem berpikir seseorang. Konfigurasi mental tersebut akan

menghasilkan perilaku dan hasil perilaku itu di antaranya dalam

bentuk benda-benda.

4. Perubahan itu harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada

masa yang akan datang. Perubahan yang dilakukan oleh inovator-

inovator harus senantiasa didasarkan pada fakta yang diambil dari

kondisi saat ini dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan

manusia yang lebih baik.

5. Perubahan tidak merusak prestise pribadi atau golongan. Seorang

pembaru yang berhasil adalah mereka yang memiliki tidak hanya

Page 109: ii - Repository | UM METRO

106

sekadar kecerdasan, tetapi juga peluang. Ia juga harus memiliki

kepribadian yang fleksibel, sehingga dapat menghargai orang lain.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial

Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-

faktor yang mempengaruhi itu terdiri dari faktor pendorong dan

penghambat yang dapat berasal dari dalam maupun luar masyarakat.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dan

budaya dalam masyarakat:

1. Faktor-faktor yang Mendorong Jalannya Perubahan Sosial

a. Kontak dengan kebudayaan lain

Perubahan sosial dan budaya akan berjalan dengan cepat apabila

masyarakat sering melakukan kontak dengan kebudayaan lain. Salah

satu proses yang mempercepat kontak dengan kebudayaan lain adalah

proses difusi. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah

diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada

masyarakat luas sampai semua masyarakat dapat menikmati

kegunaannya. Selain difusi, proses yang mempercepat kontak sosial

juga dapat terjadi karena akulturasi, namun akulturasi bersifat continue

dan memerlukan hubungan dekat.

b. Sistem pendidikan yang maju

Pendidikan formal sangat penting, karena dengan pendidikan

formal masyarakat akan mendapatkan nilai-nilai tertentu untuk

menerima hal-hal baru dan berpikir lebih rasional dan ilmiah serta cara

pandang terhadap masalah yang lebih obyektif.

c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-

keinginan untuk maju

Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat

merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel,

misalnya, merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya

yang baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan yang tertentu,

walaupun masih dalam arti yang sangat terbatas dan belum merata.

Page 110: ii - Repository | UM METRO

107

d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang

Masyarakat yang memiliki sikap toleransi cenderung akan mudah

menerima hal-hal yang baru, sehingga proses perubahan sosial budaya

akan berjalan lebih cepat karena masyarakat sangat toleran dengan

perilaku menyimpang. Dalam hal ini dapat berupa penyimpangan

positif maupun negatif. Contoh: dahulu pekerjaan sopir hanya

dilakukan oleh seorang laki-laki, namun sekarang ini masyarakat tidak

merasa risih apabila perempuan bekerja sebagai sopir.

e. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka

Dengan sistem stratifikasi terbuka maka hal itu akan memberikan

kesempatan adanya gerak sosial vertical dan peluang yang luas bagi

individu untuk meningkatkan diri untuk maju dan berusaha menaikkan

status sosial dalam masyarakat. Contoh: seorang anak yang terlahir dari

keluarga petani miskin, dengan kemampuan secara akademis anak itu

mendapatkan pekerjaan yang bagus. Dengan begitu anak itu mampu

menaikkan status sosial dirinya dan keluarganya.

f. Penduduk yang heterogen

Dalam masyarakat heterogen yang memiliki latar kebudayaan, ras

dan ideologi yang berbeda akan mudah dan sering terjadi pertentangan

yang akan memicu terjadinya perubahan tersebut. Contoh: masyarakat

di perkotaan di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda-beda

kebudayaan. Misalnya : Suku Batak, Jawa, Bugis, dsb. Dengan keadaan

itu masyarakat sering berinteraksi dan memungkinkan terjadi

perubahan.

g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan

tertentu

Ketidakpuasan ini baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi dan

keamanan akan mendorong masyarakat melakukan perubahan sistem

yang ada dengan cara menciptakan sistem baru agar sesuai dengan

kebutuhan. Contoh: masyarakat tidak puas dengan kebijakan ekonomi

dari pemerintah, kemudian masyarakat menyampaikan aspirasi

terhadap pemerintah melalui DPR.

Page 111: ii - Repository | UM METRO

108

h. Orientasi ke depan

Seseorang dalam masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa

masa yang akan datang berbeda dengan masa sekarang sehingga

masyarakat berusaha menyesuaikan diri baik yang sesuai keinginannya.

Untuk itu masyarakat umumnya berusaha melakukan perubahan-

perubahan agar dapat menerima masa depan. Contoh: sekarang ini

masyarakat harus berusaha memperbaiki keadaan ekonomi karena

untuk menghadapi krisis global.

i. Nilai meningkatkan taraf hidup

Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk

memperbaiki hidupnya.

2. Faktor-faktor yang Menghambat Terjadinya Perubahan Sosial

a. Kurangnya berhubungan dengan masyarakat-masyarakat lain

Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak

mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada

masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya kebudayaannya

sendiri. Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat terkungkung

pola-pola pemikirannya oleh tradisi.Contoh: masyarakat suku

pedalaman akan sulit mengetahui perkembangan-perkembangan yang

terjadi pada masyarakat lain karena kurang dan sulit berkomunikasi.

b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat

Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan

tertutup atau mungkin karena lama dijajah oleh masyarakat lain.

Contoh: masyarakat kelas bawah sulit mendapatkan pendidikan yang

layak, sehingga pemikirannya kurang terbuka.

c. Sikap masyarakat yang tradisionalistis

Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau

serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah

menghambat jalannya proses perubahan. Keadaan tersebut akan

menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai

Page 112: ii - Repository | UM METRO

109

oleh golongan konservatif. Contoh: di zaman modern ini masih banyak

masyarakat yang mengkaitkan keadaan alam dengan hal-hal yang

irasional, walaupun sebenarnya fenomena alam itu dijelaskan secara

ilmiah.

d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan

kuat

Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti

aka nada sekelompok orang yang menikmati kedudukan perubahan-

perubahan. Misalnya dalam masyarakat feodal dan juga pada

masyarakat yang sedang mengalami tradisi. Dalam hal yang terakhir,

ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai

pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri dengan

usaha-usaha dan jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka untuk

melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.

e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi

kebudayaan

Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur

suatu kebudayaan bersifat sempurna. Beberapa perkelompokan unsur-

unsur tertentu mempunyai derajat integrasi tinggi. Maksudnya unsur-

unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan

menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu

masyarakat.

f. Prasangka terhadap sesuatu yang baru/asing

Sikap yang demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat

yang pernah dijajah bangsa-bangsa barat. Mereka sangat mencurigai

sesuatu yang berasal dari barat karena tidak pernah bisa melupakan

pengalaman-pengalaman pahit selama penjajahan. Kebetulan unsur-

unsur baru kebanyakan berasal dari barat, sehingga prasangka kian

besar lantaran khawatir bahwa melalui unsur-unsur tersebut penjajahan

bisa masuk lagi. Contoh: sebagian masyarakat masih mempunyai

anggapan bahwa munculnya internet adalah salah satu bentuk

penjajahan bangsa barat melalui media elektronik.

Page 113: ii - Repository | UM METRO

110

g. Hambatan ideologis

Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah

biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideology

masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.

Contoh: masyarakat Minang menganut matrialisme, maka masyarakat

akan sulit menerima ideologi baru bahwa derajatnya lebih tinggi.

h. Kebiasaan

Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota

masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya apabila

kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut efektif lagi di dalam

memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau

kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem mata

pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh

sehingga sukar untuk diubah. Contoh: seorang ibu yang hidup dalam

masyarakat desa telah terbiasa menumbuk pada secara manual,

walaupun sekarang telah ada adat yang lebih efisien namun kebanyakan

masyarakat enggan menggunakannya.

i. Nilai pasrah

Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin

diperbaiki.

D. Pembangunan dan Perubahan Sosial

Perubahan sosial di Indonesia antara lain perubahan pola perilaku.

Hal ini disebabkan karena globalisasi dan modernisasi. Modernisasi

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pergeseran

sikap dan mentalitas warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan

tuntutan hidup masa kini, sedangkan globalisasi menurut Selo

Soemardjan adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi

antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-

kaidah yang sama. Perubahan sosial masyarakat Indonesia ditandai

dengan munculnya sifat egoisme. Perubahan corak kehidupan (dari

masyarakat rural yang bersifat kekeluargaan ke masyarakat urban yang

berciri individualistik). Dengan tuntutan pembangunan yang diarahkan

Page 114: ii - Repository | UM METRO

111

ke pembangunan partisipatif, masyarakat diharapkan mampu

berpartisipasi dalam pembangunan. Sehingga pola perilaku masyarakat

sekarang yang individualis bukan menjadi hambatan pada

pembangunan karena pembangunan di Indonesia diarahkan untuk hajat

hidup masyarakat, sehingga perubahan sosial yang terjadi diharapkan

mampu menjadi stimulan ke arah yang lebih baik.

Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan ke perencanaan

yang partisipatif. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa apabila

masyarakat ikut berperan dalam pembangunan maka kecil

kemungkinan terjadinya penyimpangan kebijakan pembangunan dari

pemerintah dengan pembangunan kecil yang dibuat oleh masyarakat.

Perubahan sosial di Indonesia seperti perubahan cara pandang, pola

pikir dan tingkah laku yang notabene berawal dari kekeluargaan

berubah ke arah individualistic diharapkan bukan hambatan yang

mendasar. Perubahan sikap individual sebenarnya dapat memicu

seseorang untuk menjadi manusia yang lebih pandai dalam menyikapi

tuntutan kehidupan pada masa globalisasi dan modernisasi yang terjadi

belakangan ini. Karena perubahan sosial membentuk pola pikir yang

lebih ilmiah dan rasional sehingga sumberdaya manusianya menjadi

lebih berkualitas dan membentuk tenaga ahli dan professional dalam

pembangunan. Seperti dikutip dalam Wertheim (1999:257) bahwa

periode perubahan sosial yang bergejolak dan keras yang dilewati

bangsa Indonesia mendorong kemajuan sosial, meskipun ada tekanan

politik dan ekonomi. Tidak ada kekuatan di bumi ini yang dapat

menolak kecenderungan perkembangan sosial.

Kemajuan ilmu, teknologi dan perkembangan zaman yang tidak

dapat ditolak seharusnya menjadi dasar dalam pembangunan. Informasi

yang beredar tentang pembangunan yang berhasil di negara lain mampu

dijadikan sebagai tolok ukur dalam pembangunan di Indonesia. Media

sosial di Indonesia, yang dinilai sangat dinamis dan bakal terus

berkembang sehingga menjadi salah satu penggerak perubahan sosial di

Indonesia. Pemerintah pun sudah mulai berupaya untuk menuju

pembangunan Indonesia yang maksimal. Terbukti dari upaya reshuffle

kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang dikukuhkan tanggal 19 Oktober

2011 dimaksudkan pemerintah untuk mencapai negara Indonesia yang

Page 115: ii - Repository | UM METRO

112

lebih baik. Memang tidak dapat dipungkiri, perubahan pasti akan

banyak yang kurang mendukung, tetapi perlu dikaji kembali bahwa

perubahan tidak akan bisa dipungkiri karena dengan perubahan akan

diketahui adanya perbedaan mendasar sehingga upaya pembangunan

untuk mencapai tujuan nasional yang tercantum dalam Preambule UUD

1945. Mari kita telaah bahwa perubahan sosial seharusnya bukan

menjadi hambatan dalam pembangunan, tetapi sebagai katalisator

dalam mewujudkan Indonesia ke arah yang lebih baik.

Page 116: ii - Repository | UM METRO

113

PENUTUP

Saran

Perkembangan budaya di indonesia sangant berkembang pesat sekarang

ini banyak sekali budaya dari luar yang ingin masuk di indonesia.

maraknya kebudayaan yang masuk membuat bangsa indonesia harus lebih

teliti dan menyaring kembali dalam menyikapi budaya yang masuk ke

indonesia agar jati diri masyarakat indonesia tidak berubah.

Page 117: ii - Repository | UM METRO

114

DAFTAR PUSTAKA

Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek

Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. 2007. Pendidikan Lingkungan Sosial

Harjosahputro, suhadi dkk. 2005. Studi Masyarakat Indonesia, Surabaya : UNESA

Pers

Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi. 2007. Perspektif Sosial Budaya.

Bandung: UPI PRESS

Hermawan, Ruswandi dkk. 2006 . perkembangan masyarakat dan Budaya.

Bandung : UPI PRESS

Kuswanto dan Bambang Siswanto. 2003. Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai

Mukhaer,P dan M. Faisal B. 2005. Membangun Bangsa Membnagun

Kewirausahaan, Equilibrium Vol.2 No. 2 Januari – April.

Nasikun. 2012. Sistem sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali pers

Tonnies, Ferdinand. 1957. Community and society (gemeinschaft and

gesselschaft). Edisi 4 Page 31. New jersey: Transction Publisher.