ii - repository | um metro
TRANSCRIPT
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan modul berjudul “Study
Masyarakat Indonesia” penulisan sebagai pedoman dalam mata kuliah
Study Masyarakat Indonesia di Universitas Muhammadiyah Metro.
Pada penulisan modul ini kami merasa banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan modul ini, dalam penulisan modul ini
menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak – pihak yang
membantu dalam menyelesaikan modul ini.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya, maka dari itu kritik dan saran
dari pembaca tentunya akan mampu membawa penulis menuju perbaikan
yang lebih baik. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I Wawasan tentang manusia dan masyarakat dalam
perpekstif kebudayaan ......................................................... 1
BAB II Kebudayaan Populer ............................................................ 9
BAB III Modernisasi dan Globalisasi................................................. 17
BAB IV Pembentukan Suku-Suku Bangsa ......................................... 33
BAB V Struktur Masyarakat Indonesia............................................. 49
BAB VI Struktur Masyarakat Indonesia ............................................. 62
BAB VII Wawasan Tentang Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota 70
BAB VIII Etnis dan Stratifikasi Sosia dalam Masyarakat .................... 84
BAB IX Sosial dan Kebudayaan ......................................................... 100
BAB X Perubahan Sosial dan Kebudayaan ...................................... 104
PENUTUP ............................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
WAWASAN TENTANG MANUSIA DAN MASYARAKAT DALAM
PERPEKSTIF KEBUDAYAAN
A. Kebudayaan Daerah
Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang khas yang
terdapat pada wilayah tersebut. Kebudayaan daerah di Indonesia di
Indonesia sangatlah beragam. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan
daerah sama dengan konsep suku bangsa. Suatu kebudayaan tidak terlepas
dari pola kegiatan masyarakat. Keragaman budaya daerah bergantung pada
faktor geografis. Semakin besar wilayahnya, maka makin komplek
perbedaan kebudayaan satu dengan yang lain. Jika kita melihat dari ujung
pulau Sumatera sampai ke pulau Irian tercatat sekitar 300 suku bangsa
dengan bahasa, adat-istiadat, dan agama yang berbeda.
Konsep Suku Bangsa / Kebudayaan Daerah. Tiap kebudayaan yang
hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas
desa, sebagai kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat
yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat orang
luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Sebaliknya, terhadap
kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama unsur-
unsur yang berbeda menyolok dengan kebudayaannya sendiri. Pola khas
tersebut berupa wujud sistem sosial dan sistem kebendaan. Pola khas dari
suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu
unsur yang kecil berupa berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan
bentuk yang khusus yang tidak terdapat pada kebudayaan lain.
Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-
perbedaan kebudayaan, yang tercermin pada pola dan gaya hidup masing-
masing. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia terdapat 300 suku bangsa
dan menggunakan kurang lebih 250 bahasa daerah. Akan tetapi apabila
ditelusuri, maka sesungguhnya berasal dari rumpun bahasa Melayu
Austronesia. Kriteria yang menentukan batas-batas dari masyarakat suku
bangsa yang menjadi pokok dan lokasi nyata suatu uraian tentang
kebudayaan daerah atau suku bangsa (etnografi) adalah sebagai berikut:
1) Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.
2
2) Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh identitas penduduk
sendiri.
3) Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh wilayah geografis (wilayah
secara fisik).
4) Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologis.
5) Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mempunyai pengalaman
sejarah yang sama.
6) Kesatuan penduduk yang interaksi di antara mereka sangat dalam.
7) Kesatuan masyarakat dengan sistem sosial yang seragam.
Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan berbagai kebudayaan daerah
yang berlainan, terutama yang berkaitan dengan pola kegiatan ekonomi
mereka dan perwujudan kebudayaan yang dihasilkan untuk mendukung
kegiatan ekonomi tersebut (cultural activities), misalnya nelayan, pertanian,
perdagangan, dan lain-lain. Pulau yang terdiri dari daerah pegunungan dan
daerah dataran rendah yang dipisahkan oleh laut dan selat, akan
menyebabkan terisolasinya masyarakat yang ada pada wilayah tersebut.
Akhirnya mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang khas dan
cocok dengan lingkungan geografis setempat.
B. Macam-Macam Kebudayaan Daerah di Indonesia
Dari pola kegiatan ekonomi kebudayaan daerah dikelompokan
beberapa macam.
1) Kebudayaan Pemburu dan Peramu
Kelompok kebudayaan pemburu dan peramu ini pada masa sekarang
hampir tidak ada. Kelompok ini sekarang tinggal di daerah-daerah terpencil
saja.
2) Kebudayaan Peternak
Kelompok kebudayaan peternak/kebudayaan berpindah-pindah banyak
dijumpai di daerah padang rumput.
3) Kebudayaan Peladang
Kelompok kebudayaan peladang ini hidup di daerah hutan rimba.
Mereka menebang pohon-pohon, membakar ranting, daun-daun dan dahan
yang ditebang. Setelah bersih lalu ditanami berbagai macam tanaman
3
pangan. Setelah dua atua tiga kali ditanami, kemudian ditinggalkan untuk
membuka ladang baru di daerah lain.
4) Kebudayaan Nelayan
Kelompok kebudayaan nelayan ini hidup di sepanjang pantai. Desa-
desa nelayan umumnya terdapat di daerah muara sungai atau teluk.
Kebudayaan nelayan ditandai kemampuan teknologi pembuatan kapal,
pengetahuan cara-cara berlayar di laut, pembagian kerja nelayan laut.
5) Kebudayaan Petani Pedesaan
Kelompok kebudayaan petani pedesaan ini menduduki bagian terbesar
di dunia. Masyarakat petani ini merupakan kesatuan ekonomi, sosial
budaya dan administratif yang besar. Sikap hidup gotong royong mewarnai
kebudayaan petani pedesaan.
Erat hubungan antara kebudayaan dengan masyarakat dinyatakan
dalam kalimat, “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak
menghasilkan kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya”. Dalam pengertian
kebudayaan daerah sangatlah sulit, karena mencakup lingkup waktu dan
lingkup daerah geografisnya. Dalam lingkup waktu dan daerah diartikan
sebagai kebudayaan yang belum dapat pengaruh asing dari manapun, baik
Hindu-Budha, Islam dan Barat. Kebudayaan asli Indonesia menurut Van
Leur ada 10 macam kebudayaan asli:
6) Kemampuan Berlayar
Menurut teori pada umumnya, bangsa Indonesia berasal dari Vietnam
sebagai daerah kedua, sebelumnya dari tiongkok selatan penyebarannya
tentulah mepergunakan tata pelayaran. Daerah yang dijelajahinya sampai
pada Madagaskar. Sangat mungkin untuk jarak dekat dilakukan dengan
menggunakan rakit sederhana, sedangkan jarak jauh menggunakan perahu
yang bercadik. Cadik (outriggers) dibuat dari kayu (bamboo) dipasang kiri
kanan perahu, fungsinya mengurangi olengan di laut, inilah salah satu ciri
budaya orang-orang yang berbahasa Austronesia.
7) Kepandaian Bersawah
Budaya bersawah telah dikenal sejak zaman neolitikom. Kemudian di
perbaharui dengan kebudayaan perungu, sehingga pengolahan sawah lebih
intesif.
4
8) Astronomi
Pengetahuan perbintangan (astronomi) secara sederhana telah dikenal
dalam hubungannya untuk pelayaran demi mengenal arah,atau pun untuk
pertanian. Untuk pelayaran dipergunakan Gubug Penceng (Zuider Kruis)
guna tahu arah selatan, sedangkan untuk pertanian di kenal Bintang
Waluku (Grote Beer) yang bila sudah tampak waktu tertentu berarti
dimulaiinya melakukan cocok tanam di sawah.
9) Mengatur Masyarakat
Adanya pimpinan terpilih dari masyarakat (primus inter pares). Orang
mempunyai kemampuan paling baik diantara masyarakat yang ada.
10) Sistem Macapat
Macapat berarti cara yang didasarkan pada jumlah empat dalam
pengaturan masyarakat. Pemimpin berada ditengah antara Barat, Timur,
Selatan, dan Utara. Pada masa sekarang dikonsepkan sebagai alun-alun
yang terdapat semua daearah.
11) Wayang
Wayang pada mulanya merupakan sarana untuk upacara kepercayaan.
Nenek moyang yang telah meninggal dibuatkan arca perwujudan. Boneka
perwujudan dimainkan dengan iringan cerita dan nasehat.
12) Gamelan
Gamelan merupakan perlengkapan peralatan dalam upacara adat.
13) Batik
Seni batik dibuat pada kain putih dengan mempergunakan canting
sebagai alat tulisnya, sehingga diperoleh batik tulis. Kebudayaan batik
terdapat pada semua daerah dengan motif berbeda.
14) Seni Logam
Kerajinan logam sejalan dengan budaya batik dan budaya gamelan
sebagai sarana dua macam sarana tersebut.
15) Perdagangan
Perdagangan pada daerah-daerah kebudayaan dengan pola sama yaitu
sistem barter.
Pada garis besarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat suku-
suku bangsa Indonesia memakai sistem kekerabatan bilateral, yaitu sistem
kekerabatan yang mendasarkan garis keturunan dari ayah dan garis ibu
secara berimbang. Anak-anak yang lahir dapat masuk ke dalam kerabat
5
ayahnya dan kerabat ibunya secara bersama-sama. Sistem inilah yang
banyak berlaku pada kebudayaan daerah di Indonesia. Sebagian kecil
kebudayaan daerah dalam sistem kekerabatan unilateral matrilineal, yaitu
sistem kekerabatan yang hanya berdasarkan garis ibu saja (contoh
masyarakat Minangkabau). Kebudayaan daerah lainnya memakai sistem
kekerabatan unilareal patrineal, yaitu sistem kekerabatan yang berdasarkan
garis ayah saja.
Dari uraian diatas kebudayaan daerah secara pengertian tidak akan
terlepas dari keragaman suku bangsa yang ada. Tetapi dari berbagai corak
kebudayaan tersebut, terdapat persamaan yang mendasar. Yaitu mengenai
tentang upacara keagamaan semua suku bangsa, mementingkan upacara-
upacara adat yang bersifat religi. Suku bangsa tersebut lebuh suka unsur
mistik daripada berusaha dalam mencapai tujuan materiil mereka. Hal yang
berhubungan dengan unsur mistik dianut oleh semua kebudayaan daerah
yang ada di Indonesia.
Masih percaya pada takhayul. Dulu dan sekarang masyarakat
daerah di Indonesia percaya kepada batu, gunung, pantai, sungai, pohon,
patung, keris, pedang, dan lainnya, mempunyai kekuatan gaib. Semua itu
dianggap keramat dan manusia harus mengatur hubungan dengan baik
dengan memberi sesaji, membaca do‟a dan memperlakukannya dengan
istimewa. Manusia Indonesia sering kali menghitung hari baik, bulan baik,
hari naas, dan bulan naas, mereka juga percaya akan adanya segala macam
hantu, jurig, genderowo, makhluk halus, kuntilanak, dan lain-lain.
Likantropi, kepercayaan bahwa manusia dapat mejelma menjadi binatang
tertentu menyebar di nusantara.
C. Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang dianggap dapat
mewakili serta memberikan satu ciri khas bagi suatu bangsa. Ciri khas ini
adalah sesuatu yang bisa dibanggakan dan tidak dapat ditemukan di negara
lain. Dengan memiliki kebudayaan nasional maka suatu negara bisa
mendapatkan suatu kebanggaan yang membedakan negara tersebut dari
negara lain.
Banyaknya aneka ragam budaya yang terdapat pada negeri kita
Indnesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia adalah negara yang kaya
6
akan budaya. Banyak sekali kepulauan di Indonesia memiliki kebudayaan
daerah yang terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, dan bahasa.
Kebudayaan daerah inilah yang menjadi faktor utama berdirinya
kebudayaan nasional. Oleh karena itu, di Indonesia, kebudayaan nasional
bersumber dari kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.
Budaya nasional sendiri adalah budaya yang sudah ada dan
mengakar pada suatu bangsa. Biasanya kebudayaan ini telah ada sejak
dahulu kala dan terus diwariskan kepada anak cucu agar tetap lestari tidak
termakan perubahan jaman. Kebudayaan nasional yang terus dijaga dengan
baik akan memberikan dampak yang baik bagi suatu bangsa seperti
menguatnya jati diri bangsa dan ideologi bangsa dapat terlihat jelas.
Kebudayaan nasional di Indonesia memiliki berbagai sifat khas
yang bisa dilihat dari bahasa daerah, kesenian daerah, pakaian daerah dan
juga berbagai kegiatan ada. Kebudayaan nasional tidak bisa dilihat dari
sesuatu yang bisa diterima secara global seperti sistem ekonomi, kemajuan
teknologi, agama atau sistem kehidupan masyarakatnya. Kebudayaan
nasional haruslah sesuatu yang benar-benar menjadi ciri khas sebuah
bangsa. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah segala kebudayaan yang
ada di Indonesia baik itu kebudayan lokal maupun kebudayaan asing yang
telah mengakar di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan Indonesia di
tahun 1945. Kebudayaan lokal yang dapat diangkat menjadi kebudayaan
nasional adalah kebudayaan yang memiliki landasan Pancasila dan dapat
mewakili sebagian besar dari masyarakat Indonesia pada umumnya.
Kebudayaan lokal yang sudah diangkat menjadi kebudayaan
nasional jumlahnya sangat banyak. Antara lain batik yang merupakan
pakaian adat masyarakat Jawa digunakan sebagai baju adat nasional karena
dinilai dapat mewakili warga negara Indonesia pada umumnya. Gamelan
yang merupakan alat musik khas Jawa dan Bali juga diangkat sebagai salah
satu kebudayaan nasional di bidang seni karena dianggap dapat mewakili
dan memberikan identitas bagi negara Indonesia. Di bidang kebudayaan
ada budaya Wayang yang biasa dilestarikan di banyak daerah di Indonesia
yang akhirnya diangkat sebagai kebudayaan nasional karena dapat
memberikan ciri khas bagi bangsa Indonesia.
7
D. Jenis-Jenis Kebudayaan Nasional (Budaya Daerah dan Budaya
Nasional)
1. Pakaian Nasional
Pakaian adat Indonesia jumlahnya sangat banyak. Hampir setiap
daerah memiliki pakaian adatnya masing-masing dan dari banyaknya
pakaian adat itu dipilihlah beberapa pakaian adat yang dapat mewakili
Indonesia secara umum. Contohnya, di Jawa ada batik, beskap dan
kebaya. Di Bali ada kamben. Di Nusa Tenggara ada kain tenun yang
menjadi ciri khasnya.Untuk mewakili Indonesia secara umum dipilihlah
batik dan kebaya sebagai pakaian nasional. Batik mendapatkan
perhatian dan tanggapan yang cukup baik dari dunia internasional. Hal
ini tidak lepas dari perjuangan para duta bangsa di berbagai bidang
yang selalu mengenakan batik setiap kali bertandang ke luar negeri.
Hingga saat ini hampir seluruh dunia telah mengetahui bahwa batik
adalah pakaian nasional Indonesia.
2. Rumah adat nasional
Rumah adat yang paling sering dianggap sebagai rumah adat
nasional di Indonesia adalah rumah joglo dan rumah gadang. Rumah
joglo adalah rumah adat dari Jawa dan rumah gadang adalah rumah
adat dari Minangkabau. Keduanya memiliki arsitektur yang unik dan
sangat menggambarkan karakter serta ciri khas bangsa Indonesia. Tidak
heran jika kedua rumah ini gambarnya sering terpampang di berbagai
tempat yang mempromosikan keindahan Indonesia.
3. Alat musik nasional
Alat musik adat yang diangkat sebagai alat musik nasional adalah
gamelan. Gamelan banyak digunakan di berbagai daerah di Indonesia
seperti di Jawa dan di Bali. Gamelan dipilih karena dianggap dapat
memberikan ciri khas bagi bangsa serta memiliki keunikan tersendiri
dibanding dengan alat musik lainnya. Gamelan harus dimainkan secara
berkelompok untuk memberikan hasil suara musik yang baik. Oleh
karena itu, gamelan sangat cocok untuk menggambarkan adat
masyarakat Indonesia yang suka bergotong royong dan bekerjasama
dalam kehidupannya.
8
4. Kesenian Nasional
Kesenian nasional Indonesia biasanya digambarkan dengan
kesenian wayang kulit. Meskipun di Indonesia banyak sekali jenis
kesenian adat yang bisa dipilih namun wayang kulitlah yang paling
sering digunakan untuk menggambarkan kesenian nasional. Kesenian
nasional ini harus selalu dilestarikan, jika tidak bisa saja negara lain
mengambil kesenian ini dan mematenkannya sebagai kesenian nasional
negara mereka. Hal ini seperti yang pernah terjadi pada reog Ponorogo
yang pernah diakui oleh Malaysia sebagai kesenian nasional negaranya.
Wayang kulit pun hampir bernasib sama karena hampir dipatenkan oleh
negara lain sebagai kesenian nasionalnya. Hal ini dikarenakan
Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun yang bisa saja banyak
kesamaan dalam kebudayaan dan keseniannya. Jika tidak dilestarikan
maka kesenian ini akan musnah dimakan perubahan jaman.
5. Masakan Nasional
Masakan nasional di Indonesia jumlahnya sudah tidak dapat
dihitung lagi. Banyak sekali makanan tradisional yang bisa dijadikan
masakan nasional. Yang paling lazim dijadikan ikon Indonesia adalah
masakan rendang Padang. Hal ini dikarenakan rendang Padang telah
memiliki pamor yang sangat baik di negara lain bahkan di dunia.
Rendang dinobatkan sebagai salah satu makanan khas paling lezat di
dunia sehingga tidak heran lagi jika rendang didapuk sebagai masakan
nasional Indonesia.
6. Peninggalan Bersejarah
Peninggalan sejarah yang menggambarkan kebudayaan nasional
Indonesia sudah tidak bisa dihitung lagi jumlahnya. Candi Borobudur
adalah salah satu yang paling sering dijadikan ikon peninggalan
bersejarah di Indonesia. Candi Borobudur juga telah dinobatkan
menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang paling disukai oleh
turis mancanegara. Selain itu masih ada Candi Prambanan di Sleman
dan Klaten yang juga dijadikan ikon warisan budaya. Candi Prambanan
memiliki keindahan tersendiri yang pada akhirnya banyak orang
menobatkan Candi Prambanan sebagai ikon dari kebudayaan bersejarah
di Indonesia
9
BAB II
KEBUDAYAAN POPULER
A. Pengertian budaya populer
Definisi budaya populer dikombinasikan dari dua istilah yaitu
”budaya” dan ”populer”. Kebudayaan populer terutama adalah kebudayaan
yang diproduksi secara komersial dan tidak ada alasan untuk berpikir
bahwa tampaknya ia akan berubah di masa yang akan datang. Namun,
dinyatakan bahwa audiens pop menciptakan makna mereka sendiri malalui
teks kebudayaan pop dan melahirkan kompetensi kultural dan sumber daya
diskursif mereka sendiri.
Kebudayaan pop dipandang sebagai makna dan praktik yang
dihasilkan oleh audiens pop pada saat konsumsi dan studi tentang
kebudayaan pop terpusat pada bagaimana dia digunakan. Argumen-
argumen ini menunjukan adanya pengulangan pertanyaan tradisional
tentang bagaimana industri kebudayaan memalingkan orang pada
komoditas yang mengabdi kepada kepentingannya dan lebih suka
mengeksplorasi bagaimana orang mengalihkan produk industri menjadi
kebudayaan pop yang mengabdi kepada kepentingannya (dalam Chris
Barker, 2004).
Kebudayaan popular berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat
dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu seperti mega
bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan
sebagainya. Menurut Ben Agger Sebuah budaya yang akan masuk dunia
hiburan maka budaya itu umumnya menempatkan unsure popular sebagai
unsure utamanya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala
media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat
(dalam Burhan Bungin,2009:100).
Budaya Pop selalu berubah dan muncul secara unik di berbagai tempat
dan waktu. Budaya pop membentuk arus dan pusaran, dan mewakili suatu
perspektif interdependent-mutual yang kompleks dan nilai-nilai yang
memengaruhi masyarakat dan lembaga-lembaganya dengan berbagai cara.
Misalnya, beberapa arus budaya pop mungkin muncul dari (atau
10
menyeleweng menjadi) suatu subkultur, yang melambangkan perspektif
yang kemiripannya dengan budaya pop mainstream begitu sedikit.
Berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop sangat khas menarik
spektrum yang lebih luas dalam masyarakat.
a. Faktor-faktor budaya populer
Faktor faktor budaya populer
a) Banyak disukai orang;
b) jenis kerja rendahan;
c) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang;
d) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri
Ciri-ciri budaya populer diantaranya sebagai berikut:
a) Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai
banyak orang berpotensi menjadi budaya populer;
b) Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi tren
akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat
menjadi pionir bagi karya-karya lain yang berciri sama, sebagai
contoh genre musik pop (diambil dari kata popular) adalah genre
musik yang notasi nada tidak terlalu kompleks, lirik
lagunyasederhana dan mudah diingat;
c) Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan
diadopsi oleh khalayak, hal ini mengarah pada tren;
d) Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan
durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat
mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak
dapat menyaingi keunikan dirinya, akan bertahan-seperti merek
Coca-cola yang sudah ada berpuluh-puluh tahun;
e) Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya populer berpotensi
menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang
mendukungnya.
b. Karakteristik Budaya Populer
Adapun karakteristik budaya populer tersebut adalah sebagai berikut:
1. Relativisme
Budaya populer merelatifkan segala sesuatu sehingga tidak ada
yang mutlak benar maupun mutlak salah, termasuk juga tidak ada
batasan apapun yang mutlak, misalnya: batasan antara budaya tinggi
11
dan budaya rendah (tidak ada standar mutlak dalam bidang seni dan
moralitas.).
2. Pragmatisme
Budaya populer menerima apa saja yang bermanfaat tanpa
memperdulikan benar atau salah hal yang diterima tersebut. Semua hal
diukur dari hasilnya atau manfaatnya, bukan dari benar atau salahnya.
Hal ini sesuai dengan dampak budaya populer yang mendorong orang-
orang untuk malas berpikir kritis sebagai akibat dari dampak budaya
hiburan yang ditawarkannya.Kita dapat melihat kecenderungan ini dari
semakin banyaknya diterbitkan buku-buku yang bersifat pragmatis
praktis (buku-buku mengenai how to atau buku-buku self-help) atau
majalah-majalah yang berisi tips-tips praktis mengenai berbagai hal
praktis.
3. Sekulerisme
Budaya populer mendorong penyebarluasan sekularisme sehingga
agama tidak lagi begitu dipentingkan. Hal yang terutama adalah hidup
hanya untuk saat ini (here and now), tanpa harus memikirkan masa lalu
dan masa depan.
4. Hedonisme
Budaya populer lebih banyak berfokus kepada emosi dan
pemuasannya daripada intelek. Yang harus menjadi tujuan hidup adalah
bersenang-senang dan menikmati hidup.
5. Materialisme
Budaya populer semakin mendorong paham materialisme yang
sudah banyak dipegang oleh orang-orang modern sehingga manusia
semakin memuja kekayaan materi, dan segala sesuatu diukur
berdasarkan hal itu. Budaya populer atau budaya McWorld sebenarnya
menawarkan budaya pemujaan uang, hal ini dapat kita lihat dengan
larisnya buku-buku self-help yang membahas mengenai bagaimana
menjadi orang sukses dan kaya.
6. Popularitas
Budaya populer mempengaruhi banyak orang dari setiap sub-
budaya, tanpa dibatasi latar belakang etnik, keagamaan, status sosial,
usia, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Budaya populer
mempengaruhi hampir semua orang, khususnya orang-orang muda dan
12
remaja, hampir di semua bagian dunia, khususnya di negara-negara
yang berkembang dan negara-negara maju.
7. Kontemporer
Budaya populer merupakan sebuah kebudayaan yang menawarkan
nilai-nilai yang bersifat sementara, kontemporer, tidak stabil, yang terus
berubah dan berganti (sesuai tuntutan pasar dan arus zaman). Hal ini
dapat dilihat dari lagu-lagu pop yang beredar, termasuk lagu-lagu pop
rohani yang terus berubah dan berganti.
8. Konsumerisme
Budaya populer juga berkaitan erat dengan budaya konsumerisme,
yaitu sebuah masyarakat yang senantiasa merasa kurang dan tidak puas
secara terus menerus, sebuah masyarakat konsumtif dan konsumeris,
yang membeli bukan berdasarkan kebutuhan, namun keinginan, bahkan
gengsi. Semua yang kita miliki hanya membuat kita semakin banyak
“membutuhkan,” dan semakin banyak yang kita miliki semakin banyak
kebutuhan kita untuk melindungi apa yang sudah kita miliki. Misalnya,
komputer “membutuhkan” perangkat lunak, yang “membutuhkan”
kapasitas memori yang lebih besar, yang “membutuhkan” flash disk
dan hal-hal lain yang tidak berhenti berkembang. Ketika kita sudah
memiliki memori yang besar, kita ingin memori yang lebih besar lagi
supaya komputer kita dapat bekerja lebih cepat. Barang-barang tersebut
memperbudak manusia sepanjang hidupnya agar mampu
mendapatkannya. Kemudian ada saatnya seseorang mengeluh kalau dia
tidak lagi dapat menikmati “miliknya” yang dirasakannya malah
memilikinya dan tidak lagi terasa sebagai miliknya.
B. Perbandingan antara kebudayaan populer dan kebudayaan
nasional.
a. Budaya Nasional
Budaya nasional yaitu suatu kebudayaan yang terbentuk dari
keseluruhan budaya lokal yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat Indonesia dan dianggap dapat mewakili serta memberikan
satu cirri khas bagi suatu bangsa.
13
Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa kebudayaan nasional
berfungsi sebagai pemberi identitas kepada suatu bangsa sebagai
kontinuitas sejak zaman kejayaan bangsa Indonesia pada masa lampau
sampai kebudayaan nasional masa kini.
Wujud kebudayaan nasional :
1. Wujud budaya nasional
a. Sistem gagasan
Budaya dalam bentuk ini bersifat abstrak, tidak dapat diraba,
karena ada dalam pikiran tiap warga masyarakat. Gagasan itulah yang
akhirnya menghasilkan berbagai karya manusia berdasarkan nilai-nilai
dan cara berpikir serta perilaku mereka.
b. Bentuk tindakan
Budaya dalam bentuk tindakan bersifat konkret dan dapat dilihat.
Contoh pedagang berjualan, petani mencangkul, dll.
c. Bentuk hasil karya
Budaya dalam bentuk hasil karya bersifat konkret dapat dilihat dan
diraba. Misalnya pengrajin rotan membuat hasil karya berupa meja dan
kursi rotan, penulis membuat karya sebuah puisi.
2. Wujud konkret budaya nasional
a. Cara berbahasa
Bahasa nasional kita, yaitu bahasa Indonesia merupakan wujud
kebudayaan nasional. Dengan bahasa Indonesia, maka antarsuku
bangsa di Indonesia akan berkomunikasi menggunakan bahasa yang
sama. Suku bangsa Jawa jika berhubungan dengan orang Dayak akan
sama menggunakan bahasa Indonesia, tanpa ada perasaan iri karena
merasa sebagai suku yang paling besar.
Bahasa Indonesia juga menunjukkan adanya proses integrasi berbagai
budaya di Indonesia.
b. Cara berperilaku
Wujud budaya nasional juga terlihat dari cara bersikap dan
berperilaku masyarakat. Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku merupakan substansi budaya sebagai sistem tindakan.
14
Perbedaan pola sikap dan perilaku pada dasarnya disebabkan oleh
perbedaan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Perilaku masyarakat Indonesia bersifat religius, kekeluargaan,
bergotong royong, ramah tamah, saling menolong, sopan santun dan
lain sebagainya. berbeda dengan pola perilaku orang barat yang lebih
bersifat individualisme, sekuler atau materialistis yang mencerminkan
budaya barat yang bersifat liberal.
c. Cara berpakaian
Kebaya yang dipakai wanita-wanita Indonesia merupakan salah satu
contoh wujud budaya nasional. Penggunaannya tidak terbatas pada
suku, kalangan atau golongan tertentu. Jenis lain adalah batik yang
membedakan orang Indonesia dan nonIndonesia.
b. Budaya Populer
Budaya popular ialah kebudayaan yang diproduksi secara
komersial, budaya popular juga dapat dinikmati oleh semua orang atau
kalangan orang tertentu. Budaya populer di dominasi produksi dan
konsumsi barang barang material dan bukan seni seni sejati manakala
penciptaan bermotif dari laba. Hal ini dipertegas oleh ibrahim (2006)
yang menyatakan bahwa budaya populer yang di kosong indusri budaya
telah mengontruksi masyarakat yang tidak sekedar berlandaskan
konsumsi juga menjadikan artefak budaya menjadikan sebagai produk
industri dan sudah tentunya komonditi.
Contohnya:
a. Berbelanja
Di Inggris dan Amerika, selain menonton televisi, berbelanja
merupakan aktivitas pengisi waktu luang yang paling populer. Maka
pada zaman ini menjamur banyak mal-mal, restoran, bioskop,
persewaan atau penjualan video (VCD, DVD, dll), tempat makan cepat
saji, tempat-tempat hiburan, butik, dan sebagainya. Walaupun gaya
hidup berbelanja ini bagi beberapa orang muda berarti berkumpul di
pusat perbelanjaan lokal tanpa membeli apa yang sedang dijual,
melainkan hanya menggunakan ruang publik mal, hanya untuk
melihat-lihat atau dilihat-lihat. Di sisi lain, para produksen juga
15
berusaha menciptakan barang yang semakin canggih (makin cepat,
makin keren, dll).
b. Demam Korea (Korean wave) Demam Korea (Korean wave)
Hal itu diakibatkan karena penyebaran dan pengaruh budaya Korea
di Indonesia, terutama melalui produk-produk budaya populer1. Film,
drama, musik dan pernak-pernik merupakan contoh dari produk
budaya popular. Elemen-elemen budaya populer Korea ini
menyebarkan pengaruhnya di negara-negara Asia salah satunya
Indonesia. Di Indonesia, penyebaran budaya popular dari negeri
gingseng ini dilihat sekitar tahun 2002 dengan tayangnya salah satu
ikon budaya popular berbandrol drama seri berjudul „Autumn in My
Heart‟ atau „Autumn Tale‟ yang lebih popular dengan judul „Endless
Love‟, ditayangkan stasiun TV Indosiar2. Keberhasilan drama seri
Korea tersebut yang dikenal dengan Korean drama (K-drama) diikuti
oleh Koean drama lainnya. Tercatat terdapat sekitar 50 judul K-drama
tayang di tv swasta Indonesia.
c. Korean Pop (K Pop)
Setelah keberhasilan menguasai pasar Indonesia dengan dramanya,
Korea pun mulai menguasai Indonesia dengan tampilan musik Korea.
Korean Pop (Musik Pop Korea) disingkat K-pop, adalah jenis musik
populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan kelompok
musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di
mancanegara. Musik pop Korea pra-modern muncul pertama kali pada
tahun 1930-an yang dipengaruhi oleh masuknya musik pop Jepang.
Tidak hanya budaya pop Jepang, pengaruh musik pop barat mulai
menjajah Korea sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Awalnya
berkembang musik bergenre “oldies”, kemudiantahun 1970-an, musik
rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil.
Muncul kemudian genre musik Trot yang dipengaruhi gaya musik
enka dari Jepang. Tahun 1992 merupakan awal mula musik pop
modern di Korea, yang ditandai dengan kesuksesan grup Seo Taiji and
Boys diikuti grup musik lain seperti Panic,dan Deux. Tren musik ini
turut melahirkan banyak grup musik dan musisi berkualitaslain hingga
sekarang.
16
Di tahun 2000-an mulai bermunculan artis dengan aliran musik
yang berkiblat ke Amerika seperti aliran musik R&B serta Hip-Hop.
Mereka adalah MC Mong, 1TYM, Rain, Big Bang yang cukup sukses
di Korea dan luar negeri. Selain genre musik sebelumnya bertahan,
lahir kembali jenis musik techno memberi nuansa modern.
Jadi perbedaan antara kebudayaan populer dan kebudayaan nasional
dapat dilihat dari tujuan dari kebudayaan tersebut dimana kebudayaan
nasional suatu kebudayaan yang terbentuk dari keseluruhan budaya
lokal yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan
dianggap dapat mewakili serta mmeberikan satu cirri khas bagi suatu
bangsa. sedangkan Budaya populer di dominasi produksi dan
konsumsi barang barang material dan bukan seni seni sejati manakala
penciptaan bermotif dari laba.
17
BAB III
MODERNISASI MASYARAKAT
A. Modernisasi
Dalam konteks sejarah manusia, tercatat beberapa kali telah terjadi
perubahan sosial yang besar. Dimulai pada abada ke-18, manusia
mengalami masa pencerahan (enlightenment period) setelah demikian
lama terkurung dalam belenggu dogma agama.
Periode ini ditandai dengan mulai diagungkanya rasionalitas yang
kemudian melahirkan revolusi industri di inggris. Pada abad ke-20, terjadi
revolusi kemerdekaan di berbagai belahan dunia setelah sekian lama
mereka hidup di bawah payung kolonialisme. Periode ini ditandai dengan
munculnya negara-negara baru bekas jajahan.
Perubahan-perubahan tersebut berhasil membentuk kembali sejarah
peradaban dan kebudayaan manusia yang tentunya relatif lebih maju.
Sejarah perubahan manusia menuju masyarakat yang lebih maju inilah
disebut modernisasi . Pada bagian ini apa yang di maksud dengan
modernisasi akan dibahas lebih lanjut.
1. Pengertian Modernisasi
Arti kata modernisasi dengan kata dasar modern berasal dari bahasa
Latin modernus yang dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara
dan ernus menunjuk pada adanya periode waktu masa kini. Modernisasi
berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang
modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat
tradisional menuju masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan
suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang memperbaharui
dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki
masyarakat modern. Pengertian modernisasi menurut pendapat para ahli:
1. Widjojo Nitisastro modernisasi adalah suatu transformasi total dari
kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti
18
teknologi serta organisasi sosial, kearah pola-pola ekonomis dan
politis.
2. Soerjono Soekanto modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan
sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang
biasanya dinamakan social planning. (dalam buku sosiologi:suatu
pengantar, dalam buku ajar individu dan masyarakat).
Berikut ini sejumlah sosiolog mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian modernisasi.
1. Astrid S. Susanto modernisasi adalah suatu proses pembangunan yang
memberikan kesempatan kearah perubahan demi kemajuan.
2. B.J.W. Schoorl modernisasi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah
pada semua kegiatan, bidang kehidupan dan aspek kegiatan.
3. Koentjaraningrat modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan
zaman dan konstelasi dunia sekarang.
4. Wilbert E. Moore modernisasi adalah suatu transformasi total
kehidupan bersama, dari yang tradisional kearah pola-pola negara barat
yang telah stabil.
5. Ogburn dan Nimkoff, modernisasi adalah suatu usaha untuk
mengarahkan masyarakat agar dapat memproyeksikan diri ke masa
depan yang nyata dan bukan pada angan-angan semu.
2. Ciri Manusia Modern
Ciri Manusia ModernModernisasi dapat terwujud apabila
masyarakatnya memiliki individuyang mempunyai sikap modern.
Menurut Alex Inkeles, terdapat 9 ciri manusia modern. Ciri-ciri itu
sebagai berikut :
a. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru danterbuka
untuk perubahan.
b. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau
opinimengenai lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi
jauhdiluar lingkungannya serta dapat bersikap demokratis.
19
c. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depandari
pada ke masa lalu.
d. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
e. Percaya diri.
f. Perhitungan.
g. Menghargai harkat hidup manusia lain.
h. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
i. Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan yang
diterimaseseorang haruslah sesuai dengan prestasinya dalam
masyarakat.
3. Syarat-Syarat Modernisasi
Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat
modernisasi. Menurut Sarjono Soekanto, syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga
dan tertanam kuat dalam kalangan pemerintah maupun masyarakat
luas.
b. Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan
birokrasi.
c. Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada
suatu lembaga atau badan tertentu seperti BPS (Badan Pusat
Statistik).
d. Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap
modernisasi terutama media massa.
e. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
f. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning)
yang tidak mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.
4. Sikap Mental Manusia Modern
a. Kebudayaan suatu masyarakat dapat menjadi pendorong sekaligus
penghambat proses Modernisasi. Karena itu, sikap mental dan nilai
budaya suatu masyarakat sangat menentukan diterima atau
ditolaknya suatu perubahan atau modernisasi.
20
b. Sikap mental yang dapat menjadi pendorong proses modernisasi
antara lain rajin, tepat waktu, dan berani mengambil resiko.
5. Gejala-Gejala Modernisasi
Gejala-gejala modernisasi dapat ditinjau dari berbagai bidang
modernisasi kehidupan manusia berikut ini.
a. Bidang budaya, ditandai dengan semakin terdesaknya budaya
tradisional oleh masuknya pengaruh budaya dari luar, sehingga
budaya asli semakin pudar.
b. Bidang politik, ditandai dengan semakin banyaknya Negara yang
lepas dari penjajahan, munculnya Negara-negara yang baru
merdeka, tumbuhnya Negara-negara demokrasi, lahirnya lembaga-
lembaga politik, dan semakin diakuinya hak-hak asasi manusia.
c. Bidang ekonomi, ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan
manusia akan barang-barang dan jasa sehingga sektor industri
dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi barang.
d. Bidang sosial, ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru
dalam masyarakat, seperti kelompok buruh, kaum intelektual,
kelompok manajer, dan kelompok ekonomi kelas (kelas menengah
dan kelas atas)
Contoh Modernisasi
Karena berkembangnya zaman yang semakin modern dengan
penemuan-penemuan dari segikomunikasi dan transportasi
1) Perubahan Becak yang semakin modern dari jaman dahulu hingga
sekarang.
Becak merupakan sebuah kendaraan yang begitu sederhana
dibandingkandengan mobil. Pada zaman dahulu Becak itu terbuat dari kayu
dan ditarik olehmanusia. Manusia itu sebagai mesin penggerak becak
tersebut dan itu pertamakali di China.
Berikut ini adalah gambarnya
B. GLOBALISASI
1. Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
21
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses
alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin
terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomis budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang
diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki
pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini,
globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang
pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Pengertian Menurut Para Ahli
a. Cohen dan Kennedy Globalisasi adalah seperangkat transformasi yang
saling memperkuat dunia, meliputi hal-hal sebagai berikut.
Hal ini diakibatkan oleh perkembangan komunikasi global serta
pergerakan massa(turisme).
1) Pasar dan produksi ekonomi di Negara-negara yang berbeda menjadi
saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan
,pembagian pekerjaan yang baru secara internasional,peningkatan
pengaruh perusahaan multinasional, dan didominasi organisasi
semacam WTO.
2) Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media masa.
3) Meningkatnya masalah bersama,di bidang ekonomi (penggannguran
dan utang), lingkungan (perubahan iklim global) serta masalah lainnya
(AIDS,terorisme dan perdagangan obat terlarang internasional).
22
b. Peter Drucker Globalisasi sebagai “zaman transformasi sosial”.
1) Martin Albow Globalisasi sebagai keseluruhan proses dimanapenduduk
dunia terinkorporasi kedalammasyarakat dunia yang global.
2) Rosabeth Moss Kanter Globalisasi sebagai pusat perbelanjaan global
3) Wiseman Globalisasi adalah kata yang paling rumit yangada pada akhir
abad 20 karena kata ini memiliki beragam arti dan dapat dipakai dalam
berbagai hal.
2. Proses Terjadinya Globalisasi
a. Benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal
perdagangan antar negeri. Sekitar tahun 1000 dan 1500 M, para
pedagang dari Cina dan India mulai menelusuri daerah lain, baik
melalui jalan darat (Jalan Sutra) maupun melintasi laut untuk
berdagang.
b. Fase selanjutnya akan ditandai dengan dominasi perdagangan kaum
muslim di Asia dan Afrika. Selain membentuk jaringan dagang, kaum
pedagang juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad,
arsitektur, nilai sosial, dan budaya Arab ke seluruh dunia.
c. Fase selanjutnya ditandai perkembangan kolonialisasi di dunia oleh
bangsa- bangsa Eropa (Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda) yang
membawa pengaruh besarterhadap difusi kebudayaan di dunia.hal ini
didukung pula oleh terjadinya Revolusi Industri yang meningkatkan
keterkaitan antarbangsa dan berkembangannya teknologi baru.
d. Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan terhadap bahan baku
serta pasar,juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di
dunia.
e. Sehubungan berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya komunisme
dunia,kapitalisme mendapat momentum baik untuk muncul sebagai
jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia.Implikasinya,
Negara-negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar bebas.
Hal ini ditambah pula dengan perkembangan teknologi dan transportasi.
Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.
23
C. GEJALA MODERNISASI DAN GLOBALISASI DI INDONESIA
Pada saat ini, di Indonesia, masyarakat telah mengalami
modernisasi dan telah merasakan adanya globalisasi. Alat-alat modern
telah banyak digunakan di Indonesia. Selain itu, umumnya, cepat dan
mudah. Hal itu menunjukan Indonesia merupakan salah satu negara
yang juga mengalami gejala modernisasi dan globalisasi. Sebenarnya
bidang apa saja yang mengalami gejala modernisasi dan globalisasi
tersebut? Berikut ini penjelasannya lebih lanjut .
1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan ilmu pengetahuan selalu diikuti dengan kemajuan
teknologi. ini terbukti dengan banyaknya penemuan dalam bidang
teknologi guna memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam melakukan
berbagai aktivitas sehari-hari.
2. Bidang Ekonomi
Tujuan dari modernisasi dibidang ekonomi yang dilakukan
diberbagai negara didunia, khususnya di indonesia adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk itu, perlu
dikembangkan sistem ekoonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat .
Dengan demikian, terjaminnya kesempatan yang sama dalam berusaha
dan bekerja. Upaya-upaya agar kehidupan ekonomi dapat mendukung
modernisasi antara lain sebagai berikut.
a. Mengembangkan persaingan yang sehat dan adil serta
menghilangkan sistem monopoli.
b. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan kopersai agar
lebih efesien dalam berusaha dengan suasana yang kondusif ( aman
dan mendukung).
c. Mengembangkan hubungan kemitraan yang saling mendukung dan
menguntungkan anatara koperasi swasta dan BUMN ,serta antara
pengusaha besar, menengah, dan kecil dalam rangka memperkuat
struktur perekonomian nasional.
24
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam modernisasi ekonomi
adalah sebagai berikut.
a. Meningkatnya taraf hidup, seperti peningkatan pendapatan
perkapita, penyediaan lapangan pekerjaan, dan peningkatan
pendidikan.
b. Terlepas dari ketergantungan terhadap oranglain. Dengan demikian,
kita harus dapat menigkatkan SDM yang akan dapat mengolah SDA
yang dibutuhkan manusia.
c. Peningkatan produksi barang-barang industri dan jasa secara terus
menerus sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan .
3. Bidang Politik
a. Di Indonesia, modernisasi politik mengalami perkembangan pasang
surut. Perkembangan itu dimulai dengan bentuk Demokrasi Liberal,
Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila.
b. Keberhasilan pembangunan politik semakin memantapkan tatanan
kehidupan politik dan kenegaraan yang berdasarkan demokrasi
Pancasila, memantapkan perkembangan organisasi sosial kesadaran
berpolitik rakyat. Namun, pendidikan politik pun harus lebih
ditingkatkan agar rakyat makin sadar akan hak dan kewajibannya
sebagai warga Negara.
4. Bidang Agama
a. Masyarakat Indonesia sering dikatakan sebagai masyarakat yang
religius karena warga masyarakatnya hidup dengan berpedoman
pada kaidah-kaidah agama yang dijamin dan dikuatkan dalam UUD
1945 pasal 29 ayat 2 (Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat
menurut agama dan kepercayaannya).
b. Sebagai masyarakat yang religius, modernisasi dalam kehidupan
beragama sangat perlu. Modernisasi itu mencakup modernisasi
secara fisik dan non-fisik, BACK sehingga akan terdapat
keseimbangan dalam membangun kehidupan di dunia dan di
akhirat.
25
D. DAMPAK MODERNISASI DAN GLOBALISASI DI INDONESIA
Modernisasi sebetulnya identik dengan pembangunan yang
memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang maju atau modern
sesuai dengan situasi dan kondisi zaman. Namun bila kita melihat
relitas sosial yang terdapat dimasyarakat banyak kita permasalahan-
permasalahan sebagai akibat dan konsekuensi dari pembangunan itu
sendiri. Sebenarnya pembangunan itu harus menghasilkan sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya. Akan tetapi dengan perencanaan yang
kurang matang, pembangunan tersebut tidak berjalan dengan baik. Hal
itu juga disebabkanoleh masyarakat kita yang kurang siap dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh
pembangunan tersebut.
Proses pembangunan membutuhkan keseimbangan antara
tehknologi dan kondisi alam, sosial, dan kebutuhan masyarakat. Bila
hal tersebut tidak bisa dijalankan dengan baik akan menimbulkan
kecemburuan sosial di masyarakat. Tehknologi modern juga
menimbulkan efek samping yang bertentangan dengan kemajuan.
Karena menghilangkan nilai-nilai lama dan menggantinya dengan nilai-
nilai yang baru.
1. Urbanisasi
Modernisasi dan globalisasi melahirkan industri yang maju hampir
ke seluruh aspek kehidupan manusia. Sekarang ini masyarakat
Indonesia. Kebudayaan berurbanisasi karena dari segi ekonomi
pekerjaan susah dicari oleh masyarakat desa maka itu masyarakat desa
kebanyakan pindah ke kota. Dari segi sosial masyarakat yang
mempunyai penghasilan yang cukup pasti memilih pindah ke kota
supaya bisa mendapat pendidikan/pekerjaan yang mapan. Selain itu dari
segi pendidikan juga mulai maju di kota, maka dari itu masyarakat desa
lebih memilih hidup di kota karena pendidikan di kota lebih maju dan
baik.
Beberapa penyebab terjadinya urbanisasi adalah adnaya daya
tertentu di kota seperti :
26
a. Daya tarik ekonomi. Di kota, orang berharap untuk dapat dengan
mudah mendapatkan pekerjaan. Hal ini menjadi suatu keharusan
untuk mengubah nasib .
b. Daya tarik social. Kebanyakan orang pergi ke kota untuk
mengubah status social melalui berbagai cara, seperti pendidikan
atau perkerjaan. Misalnya, orang yang tadinya berprofesi sebagai
petani pindah ke kota menjadi pegawai negeri atau karyawan
swasta.
c. Daya tarik pendidikan. Di kota tersedia berbagai fasilitas
pendidikan. Bagi orang desa yang ingin menyekolahkan anaknya
ke jenjang yang lebih tinggi, mereka akan berupaya
d. menyekolahkan di kota dengan harapan setekah berhasil
menempuh pendidikan yang lebih tinggi, ia mendapat pekerjaan
yang sesuai di kota dan secara otomatis ia dapat menaikkan status
social keluarganya.
e. Daya tarik budaya. Di kota terdapat berbagai pusat hiburan yang
menyenangkan. Selain itu, kehidupan kota sering pula ditafsirkan
sebagai kehidupan yang serba modern sehingga berpengaruh pada
perubahan pola tingkah laku perubahan masyarakat. Kehidupan di
desa dianggap kuno atau ketinggalan zaman. Untuk itu, orang desa
berupaya untuk dapat mengikuti pola perilaku orang kota, antara
lain dengan pindha ke kota. Bagi mereka, pulang dari perantauan
dengan berbagai keberhasilan seolah-olah tidak modern jika tidak
mengikuti pola kehidupan kota yang penuh glamor .
Dengan adanya urbanisasi , penduduk kota semakin bertambah. Dengan
begitu, timbullah permasalahan baru baik di kota maupun di desa , antara
lain sebagai berikut.
a. Semakin berkurangnya penduduk desa.
b. Banyak sawah yang terbengkalai
c. Hasil panen menurun
d. Tingkat kesejahteraan masyarakat menurun
e. Muncul pengangguran di kota
f. Kriminalitas dan perilaku menyimpang lainnya meningkat di kota .
27
2. Kesengjangan Sosial Ekonomi
Secara entimologis, kesenjangan berarti tidak seimbang, tidak simetris,
atau berbeda. Kesenjangan sosial ekonomi dapat diartikan sebagai tingkat
pertumbuhan sosial ekonomi yang tidak sama yang terjadi pada
masyarakat yang melaksakanan pembangunan atau modernisasi. Hal ini
terjadi karena kurang adanya kesempatan untuk memperoleh sumber
pendapatan, kesempatan kerja,pembangunan. Semakin besar perbedaan
untuk mendapatkan kesempatan –kesempatan tersebut, semakin besar pula
tingkat kesengjangan social ekonomi yang terjadi di masyarakat.
Sebaliknya, semakin kecil perbedaan kesempatan-kesempatan tersebut,
semakin kecil pula tingkat kesenjangan social ekonomi yang terjadi.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan ekonomi antara lain
sebagai berikut .
a. Menurunnya pendapaan per kapita sebagai akibat pertumbuhan
penduduk yang relatif tinggi tanpa diimbangi peningkatan
produktivitas.
b. Ketidakmerataan pembangunan antardaerah sebagai akibat kebijakan
politik dan kekurangsiapan SDM.
c. Rendahnya mobilitas sosial sebagai akibat sikap mental tradisional
yang kurang menyukai persaingan dan kurang usaha.
3. Pencemaran Lingkungan
Masyarakat yang melakukan pembangunan harus memperhatikan
kelestarian dan perbaikan lingkungan alamnya. Alam sebagai tempat hidup
manusia dan mahluk hidup yang lain seperti flora dan fauna tidak boleh di
korbankan hanya karena kebutuhan jangka pendek. Manusia dan
lingkungan hidupnya merupakan satu kesatuan ekosistem .
Modernisasi pertanian sering mengakibatkan kerusakan lingkungan
alam di pedesaan apabila tidak di lakukan secara selektif dan rasional.
Penggunaan pupuk kimia dan obat pembasmi hama secara terus-menerus
dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah dan menimbulkan imunitas
(kekebalan) pada hama itu sendiri sehingga muncul jenis hama yang tahan
terhadap obat pembasmi (pestisida). Sementara itu, kerusakan hutan serung
28
diskibatkan oleh pencurian kayu dan penebangan tanpa penanaman
kembali yang mengakibatkan banjir dan tanah longsor.
Kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang kurang ramah terhadap
lingkungan memiliki andil yang besar dalam polusi udara di lingkungan
perkotaan. Selain itu, limbah pabrik yang tidak menghiraukan pentingnya
AMDAL dapat mencemari sungai dan udara. Pengurasan air tanah yang
tidak terkendali juga dapat mengakibatkan tanah didaerah perkotaan
menjadi turun, sehingga akan terjadi bencana sampingan seperti banjir pada
waktu musin hujan dan kekeringan pada musim kemarau .
4. Kriminalitas
Salah satu dampak modernisasi dan pembangunan adalah
meningkatnya kriminalitas atau tindak kejahatan, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Pembangunan atau modernisasi yang dilakukan Negara
sedang berkembang, seperti Indonesia ini seringkali memunculkan
masalah-masalah social seperti berikut .
a. Menipisnya rasa kekeluargaan.
b. Meningkatnya sikap individualistas.
c. Meningkatnya tingkat persaingan .
d. Meningkatnya pola hidup konsumtif.
Globalisasi juga menghadirkan kesempatan untuk melakukan
kejahatan lintas wilayah yang diperkirakan mencapai 500 milliar dollar per
tahun. Kegiatan kejahatan internasional mencakup perdagangan manusia,
pemalsuan komputer, perdagangan senjata secara illegal, penyelundupan,
pembajakan hak cipta, dan perdagangan obat-obatan.
5. Lunturnya Eksistensi Jati Diri Bangsa
Globalisasi yang ditandai dengan semakin kaburnya sekat-sekat
antarnegara tertentu berdampak pada eksistensi jati diri bangsa itu sendiri .
Contohnya sebagai berikut .
29
a. Berkembangnya internet menyebabkan arus informasi dapat dinikmati
oleh seluruh warga dunia dengan mudah tanpa dapat dikontrol oleh
negaranya .
b. Di bidang ekonomi , masuknya perusahaan-perusahaan multinasional
telah mematikan perusahaan dan usaha-usaha masyarakat . Bagaimana
tidak, dibandingksn jika di bandingksn dengan produk perusahaan
multinasional dengan harga jual murah , kemasan yang bagus , dengan
perusahaan-perusahaan nasional , akibatnya banyak perusahaan –
perusahaan nasional yang gulung tikar dan tingkat pengagguran yang
meningkat .
c. Timbulnya kekhawatiran bahwa bentuk-bentuk budaya asing yang
masuk ke Indonesia dapat berujung pada marjinalisasi(penyingkiran)
budaya local , misalnya saja di bidang kesenian , masuknya pengaruh
music mancanegara telah menyebabkan para pemuda dan dan remaja
Indonesia meninggalkan kesenian asli Indonesia.
d. Adanya gaya hidup yang kebarat-baratan masyarakat yang
menyebabkan hilangnya nilai–nilai moral yang selama berates-ratus
tahun telah dipupuk masyarakat Indonesia . Hal ini menyebabkan gejala
lunturnya eksistensi jati diri bangsa .
E. TANTANGAN MASA DEPAN BANGSA
Indonesia merupakan negara yang tidak dapat berdiri sendiri. Dalam
arti Indonesia membutuhkan kerja sama dengan negara lain Indonesia kaya
akan Sumber Daya Alam yang dikenal sebagai negara agraris. Kondisi
Indonesia saat ini dari segi negatif terjadi kelaparan, peperangan,
kesenjangan sosial, dan perusakan lingkungan yang menjadi permasalahan
mendasar, itu dampak dari globalisasi. Adapun dampak positif globalisasi
yaitu masyarakat semakin menyadari kebudayaan lokalnya, dapat
menghasilkan penemuan-penemuan baru. Indonesia perlahan-lahan
mengalami kemajuan. Karena kerjasama dengan negara lain terutama
negara berkembang. Globalisasi tantangan besar bagi setiap bangsa. Di satu
sisi, setiap bangsa tidak ingin tergilas oleh arus globalisasi yang
melunturkan identitas diri. Namun sisi lain, tidak mungkin baginya untuk
menutupi diri ditengah ketergantungan dengan negara lain. Secara umum,
berbagai reaksi terhadap globalisasi dan modernisasi secara berikut:
30
a. Robertson mencatat bahwa sebenarnya apa yang kita pilih dari hal-hal
yang bersifat global hanyalah apa-apa yang menyenangkan kita dan
kemudian mengubahnya sehingga hal tersebut beradaptasi dan sesuai
dengan budaya dan kebutuhan lokal.
b. Kita dapat mencampur unsur-unsur global untuk menghasilkan
penemuan baru dari hasil penggabungan itu misalnya, beberapa musik
dunia mencampurkan beat tarian Barat dengan gaya tradisional dari
Afrika Utara dan Asia.
c. Komunikasi global berarti bahwa sekarang sulit bagi orang untuk tidak
memikirkan dengan sungguh-sungguh kejadian- kejadian di dunia,
semacam itu turut bertangung jawab terhadap peningkatan gerakan anti
globalisasi terutama di kalangan anak muda.
d. Pengetahuan kita tentang hal-hal global dapat meninggikan kesadaran
dan kesetiaan kita terhadap hal-hal lokal.
e. beberapa kelompok religius dan etnik berusaha mencegah terjadinya
globalisasi.
Sementara itu , berkaitan dengan pendapat beberapa kalangan tentang
globalisasi sebagai sebuah bentuk penjajahan budaya, para
transformasionalis memberikan kritik mereka dengan tiga pandangan
berikut:
a. Mereka (kalangan yang mengkritik globalisasi) membuat kesalahan
dengan menganggap bahwa aliran budaya hanya satu dan berasala dari
satu arah,dari dunia Barat menuju negara-negara berkembang. Fokus
seperti ini tidak melihat bahwa kebudayaan Barat pun sebenarnya di
perkaya dengan adanya masukan dari budaya dan agama dari negara
lain .
b. Seolah-olah ada anggapan bahwa masyarakat di negara berkembang
adalah konsumen yang bodoh. Pada kenyataanya, keterlibatan mereka
dalam budaya lobal menyebabkan mereka memiliki pilihan yang lebih
beragam .
c. Pendapat tersebut merendaahkan kekuatan budaya local . Sebagaimana
pengamatan Cosen dan Kennedy “Pada waktu-waktu tertentu , orang-
orang di Lagos atau Kuala Lumpur minum Coke, memakai jins Levi‟s
5o1 dan mendengarkan lagu-lagu Madonna. Namun hal itu tidak berarti
mereka meninggalkan tradisi, keluarga, ajaran agama atau identitas
31
nasional mereka, bahkan ketika mereka mampu melakukannya, namun
kebanyakan tidak”.
Dari paparan diatas, jelas bahwa globalisasi merupakan tantangan besar
bagi setiap bangsa. Di satu sisi, setiap bangsa tidak ingin tergilas oleh arus
globalisasi yang akan melunturkan identitas jati dirinya. Namun di sisi lain,
tidak mungkin baginya untuk menutup diri di tengah ketergantungannya
kepada bangsa lain.
Yang di butuhkan sekarang adalah bagaimana negara menjalin
kerjasama dengan negara-negara lain terutama sesama negara berkembang,
untuk mengendalikan arus globalisasi. Contohnya sebagai berikut:
a. Di bidang ekonomi misalnya , kerja sama negara-negara ini harus
dapat memperjuangkan tatanan ekonomi yang lebih baik , antara lain
dapat menjamin peningkatatan kesejahteraan masyarakat negara
berkembang .
b. Di bidang budaya harus ada upaya untuk mendorong berkembangnya
potensi-potensi budaya masyarakat . Pemerintah seharusnya memberi
perhatian yang sama kepada pengembangan kebudayaan daerah dan
bukan hanya memfokuskan diri pada sisi pertumbuhan ekonomi .
1. Dampak Modernisasi dan Globalisasi
Modernisasi dan globalisasi memiliki dampak atau akibat bagi manusia
dan lingkungannya, dampak yang baik (positif) ataupun buruk (negatif).
a. Dampak Positif
Dampak positif dari modernisasi dan globalisasi antara lain sebagai
berikut.
1) Memudahkan untuk mendapatkan barang yang berkualitas bagus
dengan harga yang paling murah.
2) Tersedianya lapangan pekerjaan bagi tenaga profesional.
3) Perkembangan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat dunia.
4) Komunikasi tanpa dibatasi jarak dan waktu sehingga dapat
memperlancar perdagangan internasional.
5) Terbukanya peluang bisnis dan kemudahan di bidang pendidikan,
politik, pertahanan dan keamanan.
6) Pembangunan yang lebih terencana dan berorientasi pada
kebutuhan hidup warga dunia.
32
7) Penanaman modal asing memicu pertumbuhan ekonomi negara
berkembang.
8) Terjadinya migrasi yang tinggi dalam suatu negara maupun dari
negara yang satu ke negara yang lain.
9) Bercampurnya berbagai kebudayaan dari berbagai daerah dan
negara.
b. Dampak Negatif
Dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi antara lain sebagai
berikut.
1) Bergesernya nilai-nilai dan sikap seseorang karena pengaruh negatif
dari teknologi komputerisasi, media massa, dan alat komunikasi.
2) Tumbuhnya mental frustasi, minder, stres dan tertekan karena tidak
dapat mengikuti perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi.
3) Posisi tawar yang selalu kalah bagi negara berkembang yang
dikalahkan oleh negara maju membuat negara berkembang semakin
terpuruk dan tidak dapat berkompetisi dengan negara maju.
4) Orientasi hidup hanya pada nilai ekonomi menyebabkan
bergesernya nilai-nilai kemanusiaan, keharmonisan hidup dengan
lingkungan dan kehangatan persahabatan.
5) Hilangnya budaya asli daerah tertentu akibat tidak dipatenkan.
6) Makin merajalelalnya kaum kapitalis atau pemilik modal yang
dengan leluasa menanamkan modalnya di segala penjuru dunia.
7) Kemajuan teknologi yang dimanfaatkan untuk merusak dunia
menjadi ketakutan semua pihak.
33
BAB IV
PEMBENTUKAN SUKU BANGSA
A. Kehidupan Berkelompok
Manusia merupakan makhluk sosial karena pada dasarnya manusia
memang tidak dapat hidup seorang diri. Manusia hanya dapat
berkembangan sebagai manusia seutuhnya hanya bila ia berada dalam
kelompok. Karl Marx (Pardue. 1986:312) menyatakan bahwa sociability
manusia lebih dari sekedar pengertian bahwa manusia membutuhkan yang
lainnya untuk memenuhi kebutuhannya.
Seorang individu tentu akan lahir dalam dalam suatu keluarga. Dalam
hal ini keluarga merupakan salah satu bentuk dari kelompok sosial.
Memang dalam kenyataannya ada kasus dimana seorang individu yang
lahir lalu dibuang oleh ibunya yang melahirkan. Namun peristiwa seperti
ini tidak membuktikan bahwa manusia tidak selalu lahir dalam konteks
sosial, tetapi mengafirmasi kenyataan bahwa individu yang akan
berkembang diluar konteks keluarga tidak akan pernah berkembang
sebagaimana mestinya manusia. Bahkan dalam kenyataannya bayi atau
individu yang dibuang itu pasti akan menemukan keluarganya yang baru,
yang bersedia memeliharanya. Meskipun peristiwa tersebut akan selalu
mendapatkan reaksi negatif dari masyarakat luas, tetapi itu hanya
membuktikan sosialitas dari manusia itu sendiri.
Kelompok sosial (macionis, 19879:174) pada umumnya didefinisikan
sebagai dua atau lebih orang yang memiliki suatu identitas bersama dan
yang berinteraksi secara regular. Apapun bentuknya, kelompok sosial
terdiri dari orang-orang yang memiliki kesadaran keanggotaan yang sama
yang didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama.
Singkatnya mereka sadar tentang individualitas mereka, sebagai anggota
dari kelompok sosial yang secara spesifik disadari sebagai “kita”.
Setiap manusia memiliki keunuikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang persis sama. Seorang individu adalah perpaduan antara
faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa
individu sejak lahir. Ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak
lahir. Jika seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter sifat yang
34
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan ikut
berperan dalam pembentukan karakterisitk yang khas dari seseorang. Istilah
lingkungan merujuk pad lingkungan fisik dan lingkungan soaial.
Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial,
merujuk pada lingkungan dimana seorang individu melakukan interaksi
soail. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan
teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorng dapat disebut dengan
kepribaadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip), dan faktor lingkungan (fenotip).
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau
berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Masyarakat merupakan wadah
berkumpulnya individu –individu yang hidup secara sosial. Masyarakat
terdiri dari “saya”, “anda”, dan “mereka” yang memiliki kehendak dan
keinginan. Para sosiolog mengartikan masyarakat sebagai kelompok
didalamnya terdapat orang-orang yang menjalankan kehidupan bersama
sebagai satu kesatuan yang diikat melalui kerjasama dan nilai-niali tertentu
yang permanen.
1. Macam-macam kelompok
Menurut Robert Biersledt, kelompok memiliki banyak jenis dan
dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara
kelompok dan kesadaran jenis. Biersledt kemudian membagi kelompok
menjadi empat maacam :
a. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi. Tidak
memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis diantaranya. Contoh:
kelompok penduduk usia 0-15 tahun disebuah kecamatan.
b. Kelompok kemsyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan
tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial diantara
anggotanya.
c. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran
jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat
dalam ikatan organisasi. Contoh : kelompok pertemuan.
d. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai
kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun
35
kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan
hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal. Contoh : Negara, sekolah.
2. Faktor Pembentuk Kelompok
Terbentuknya sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri
sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya , seseorang terlahir dalam
kelurga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua
faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah
kedekatan dan kesamaan.
a. Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan atau kedekatan geografis terhada
ketelibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita
membentuk kelompok bermain dengan orang-orang disekitar kita. Kita
bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas
individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis
antara dua orang, semakin sering mereka saling melihat, berbicara dan
bersosialisai. Jadi kedekatan menumbuhkan interaksi yang memainkan
peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
b. Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan
fisik, tetapi juga kesamaan diantara anggota-anggotanya. Sudah menjadi
kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki
kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan
minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat inteliensi, atau karakter personal
lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon
pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
B. Pembentukan Komunitas
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme
yang berbagi lingkungan. Umumnya memiliki ketertarikan yang sama.
Dalam komunitas manusia, individu-individu didalamnya dapat memiliki
maksud, kepercayaan, sember daya, perefensi, kebutuhan, risiko dan
sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin
“communitas vane” berarti “kesamaan”. Kemudian dapat diturunkan dari
36
“communis” yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”.
Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat
mempengaruhi perilku para anggotanya. Definisi Komunitas Menurut Para
Ahli :
a. Soenarno
Menurut Sonarno, komunitas merupakan sebuah identifikasi &
interaksi sosial yang dibentuk dengan berbagai dimensi kebutuhan
fungsional.
b. Hendro Puspito
Menurut Hendro Puspito, pengertian komunitas adalah suatu
kumpulan nyata, teratur, dan tetap dari sekelompok individu yang
menjalankan perannya masing-masing secara berkaitan demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan bersama.
c. Paul B. Horton dan Chaster L. Hunt
Menurut Paul B. Horton dan Chaster L. Hunt, komunitas
merupakan kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan
keanggotaannya dan saling berinteraksi satu sama lainnya.
1. Manfaat Komunitas
Seperti halnya berbagai macam bentuk kelompok lainnya, pembentukan
komunitas juga memiliki beberapa manfaat kepada para anggotanya,
seperti beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Media Penyebaran Informasi, manfaat yang pertama adalah sebagai
media penyebaran informasi. Di komunitas, setiap anggota yang
tergabung dapat saling bertukar informasi (baik membagikan atau pun
menerima) yang terkait dengan tema komunitas yang terbentuk.
b. Terbentuk Jalinan/Hubungan, selain sebagai media penyebaran
informasi, komunitas juga bermanfaat sebagai media untuk menjalin
relasi/hubungan antar sesama anggota komunitas yang memiliki hobi
atau pun berasal dari bidang yang sama.
c. Saling Bantu/Dukung, karena berasal dari bidang yang sama,
komunitas dapat dijadikan sebagai media untuk kegiatan saling bantu
antar sesama anggota komunitas atau pun ke luar anggota komunitas.
37
2. Beberapa Pertimbangan dalam Pembentukan Komunitas
Dalam pembentukan komunitas, pemrakarsa komunitas sebaiknya
mempertimbangkan beberapa hal berikut ini :
a. Anggota, anggora yang diajak untuk bergabung ke dalam sebuah
komunitas hendaknya berasal dari bidang/minat yang sama.
b. Media Komunitas, untuk mendukung keberlangsungan komunitas,
pemrakarsa komunitas sebaiknya mempertimbangkan media-media
yang akan digunakan untuk melancarkan seluruh program kerja yang
telah dibentuk di dalam komunitas.
c. Program Kerja dan Sumber Daya, agar komunitas tidak vakum,
pemrakarsa komunitas harus mampu membentuk program kerja dan
menemukan sumber daya untuk menjalankan program kerja tersebut.
C. Pembentukan Suku Bangsa
Suku bangsa atau kelompok etnik adalah suatu golongan manusia yang
anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,
biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama.Identitas suku
ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut
seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.
Menurut pertemuan internasional tentang tantangan-tantangan dalam
mengukur dunia etnis pada tahun 1992, "Etnisitas adalah sebuah faktor
fundamental dalam kehidupan manusia. Ini adalah sebuah gejala yang
terkandung dalam pengalaman manusia" meskipun definisi ini seringkali
mudah diubah-ubah.Yang lain, seperti antropolog Fredrik Barth dan Eric
Wolf, menganggap etnisitas sebagai hasil interaksi, dan bukan sifat-sifat
hakiki sebuah kelompok.
Proses-proses yang melahirkan identifikasi seperti itu
disebut etnogenesis. Secara keseluruhan, para anggota dari sebuah
kelompok suku bangsa mengklaim kesinambungan budaya melintasi
waktu, meskipun para sejarawan dan antropolog telah mendokumentasikan
bahwa banyak dari nilai-nilai, praktik-praktik, dan norma-norma yang
38
dianggap menunjukkan kesinambungan dengan masa lalu itu pada dasarnya
adalah temuan yang relatif baru.
Suku bangsa menurut Barthadalah sebuah pengorganisasian
socialmengenai jatidiri yang askriptif dimana anggota suku
bangsa mengaku sebagai anggota suatu suku bangsa karena dilahirkan oleh
orang tua dari suku bangsa tertentu atau dilahirkan dari daerah tertentu.
Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa adalah kelompok manusia yang
terikat oleh kesadaran dan identitas kesatuan kebudayaan sedangkan
kesadaran dan identitas tadi seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
1. Konsep terbentuknya asal mula suku bangsa
Setiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat baik berwujud
sebagai komunitas desa, kota, sebagai kekerabatan, atau kelompok adat
yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh
orang di luar warga masyarakat bersangkutan. Seorang warga dari suatu
kebudayaan yang telah hidup dari hari ke hari di dalam lingkungan
kebudayaannya biasanya tidak melihat lagi corak khas itu. Sebaliknya,
terhadap kebudayaannya biasanya tidak terlihat corak khasnya, terutama
mengenai unsur-unsur yang berbeda mencolok dengan kebudayaan sendiri.
Corak khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan fisik
dengan bentuk khusus, atau karena di antara pranata-pranatanya ada fisik
dengan bentuk khusus, atau dapat juga karena warganya menganut suatu
tema budaya khusus. Sebaliknya, corak khas tadi juga dapat disebabkan
karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar. Berdasarkan atas
corak khusus tadi, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari kebudayaan.
Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa” adalah suatu
golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan “kesatuan
kebudayaan”, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi
tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga. Jadi, “kesatuan
kebudayaan” bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar (misalnya
oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainnya, dengan
metode analisis ilmiah), melainkan oleh warga kebudayaan bersangkutan
itu sendiri. Dengan demikian, kebudayaan Sunda merupakan suatu
kesatuan, bukan karena ada peneliti-peneliti yang secara etnografi telah
menetukan bahwa kebudayaan Sunda itu suatu kebudayaan tersendiri yang
39
berada dari kebudayaan Jawa, Banten, atau Bali, melainkan karena orang
Sunda sendiri sadar bahwa kebudayaan Sunda mempunyai kepribadian dan
identitas khusus, berbeda dengan kebudayaan-kebudayaan tetangganya itu.
Apalagi adanya bahasa Sunda yang berbeda dengan bahasa Jawa atau Bali
lebih mempertinggi kesadaran akan kepribadian khusus tadi.
Dalam kenyataan, konsep “suku bangsa “ lebih kompleks daripada yang
terurai di atas. Ini disebabkan karena dalam kenyataan, batas dari
kebudayaan itu dapat meluas atau menyempit, tergantung pada keadaan.
Misalnya, penduduk Pulau Flores di Nusa Tenggara tersendiri dari
beberapa suku bangsa yang khusus, dan menurut kesadaran orang flores itu
sendiri, yaitu orang Manggarai, Ngada, Sikka, Riung, Nage-Keo, Ende, dan
Laratuka. Kepribadian khas dari tiap suku bangsa tersebut dikuatkan pula
oleh bahasa-bahasa khusus yaitu bahasa Manggarai, bahasa Ngada, bahasa
Sikka, bahasa Ende dan sebagainya, yang jelas berbeda dan tidak
dimengerti yang lain. Walaupun demikian, kalau orang flores dari berbagai
suku bangsa itu tadi berada di jakarta misalnya, dimana mereka harus hidup
berkonfrontasi dengan golongan atau kelompok lain lebih besar dalam
kekejaman perjuangan hidup di suatu kota besar, mereka akan merasa
bersatu sebagai Putra Flores, dan tidak sebagai orang Sikka, orang Ngada,
atau orang Laratuka. Demikian pula penduduk Irian Jaya yang di Irian Jaya
yang di irian jaya sendiri sebenarnya merasakan diri orang Sentani, orang
Marindanim, orang Serui, orang Kapauku, orang Moni dan sebagainya,
akan merasa diri mereka sebagai Putra Irian Jaya apabila mereka ke luar
dari Irian Jaya. Dalam penggolongan politik atau administratif di tingkat
nasional tentu lebih praktis memakai penggolongan suku bangsa secara
terakhir tadi, yang sifatnya lebih luas dan lebih kasar, tetapi dalam analisis
ilmiah secara antropologi kita sebaiknya memakai konsep suku bangsa
dalam arti sempit.Mengenai pemaikaian suku bangsa sebaiknya selalu
memakainya secara lengkap, dan agar tidak hanya mempergunakan istilah
singkata “suku” saja.
Deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa biasanya merupakan idi
dari sebuah karangan etnografi. Namun karena ada suku bangsa yang besar
sekali, terdiri dari berjuta-juta penduduk (seperti suku bangsa Sunda), maka
ahli antropologi yang membuat sebuah karangan etnografi sudah tentu
tidak dapat mencakup keseluruhan dari suku bangsa besar itu dalam
40
deskripsinya. Umumnya ia hanya melukiskan sebagian dari kebudayaan
suku bangsa itu. Etnografi tentang kebudayaan Sunda misalnya hanya akan
terbatas pada kebudayaan Sunda dalam suatu daerah logat Sunda yang
tertentu, kebudayaan sunda dalam suatu kebupaten tertentu, kebudayaan
sunda di pegungungan atau kebudayaan Sunda di pantai, atau kebudayaan
Sunda dalam suatu lapisan sosial tertentu dan sebagainya.
a. Sistem garis keturunan
Sistem garis keturunan bapak biasa disebut patrilineal, layaknya yang
terjadi pada suku Batak di sumatera utara. Untuk sistem ketentuan yang
menarik garis keturunan dari pihak ibu atau wanita disebut matrilineal,
suku yang berpedoman sistem tersebut adalah suku Minang, yang ada di
sumatera barat.
Adapun untuk sistem ketentuan dari kedua belah pihak kelihatannya
adalah sistem yang sangat banyak dianut oleh suku-suku yang ada di
indonesia, di antaranya adalah suku Jawa.
Jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia amatlah banyak. Total
keseluruhan meraih beberapa ratus suku bangsa. Suku bangsa tersebut
tersebar di seluruh Indonesia. Masing-masing suku bangsa menawarkan
lebih dari satu kekhasannya, layaknya keeksotisan yang dimiliki oleh suku
bangsa Indonesia yang ada di tempat timur Indonesia.
b. Percampuran suku bangsa
Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia makin lengkap sebab adanya
lebih dari satu pencampuran ras dan etnis asli suku bangsa Indonesia
dengan beraneka suku bangsa di negara lain.Umpamanya saja
pencampuran pada masyarakat asli suku bangsa Indonesia dengan suku
bangsa Tionghoa, atau pencampuran masyarakat asli suku bangsa
Indonesia dengan masyarakat dataran Eropa. Pencampuran dua suku
bangsa tersebut sesudah itu menyebabkan lebih dari satu istilah baru,
layaknya istilah “orang indo”.
Suku bangsa yang memiliki jumlah penduduk sangat banyak di
indonesia ada di pulau Jawa. Layaknya suku bangsa Jawa dan Sunda.
Perbedaan pada suku bangsa yang ada di Indonesia justru lebih
mengeratkan jalinan diantara masyarakatnya.
41
Ciri-ciri suku bangsa
a. Secara tertutup berkembang biak dalam kelompoknya.
b. Memiliki nilai-nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam
kebudayaan.
c. Mewujudkan arena komunikasi dan interaksi.
d. Mempunyai anggota yang mengenali dirinya serta dikenal oleh orang
lain sebagai bagian dari satu kategori yang dibedakan dengan yang lain.
Etika seseorang yang menjadi bagian dari suku bangsa tertentu
mengadakan interaksi maka akan nampak adanya simbol-simbol atau
karakter khusus yang digunakan untuk mengekspresikan perilakunya sesuai
dengan karakteristik suku bangsanya. Misalnya, ciri-ciri fisik atau rasial,
gerakan-gerakan tubuh atau muka, ungkapan-ungkapan kebudayaan, nilai-
nilai budaya serta keyakinan keagamaan. Seseorang yang dilahirkan dalam
keluarga suatu suku bangsa maka sejak dilahirkannya mau tidak mau harus
hidup dengan berpedoman pada kebudayaan suku bangsanya sebagaimana
yang digunakan oleh orangtua dan keluarganya dalam merawat dan
mendidiknya sehingga menjadi manusia sesuai dengan konsepsi
kebudayaannya tersebut.
Menurut R Narol (Budhisantosa dalam www.pk.ut.ac.id/jsi/Ibuhdi.htm),
kriteria untuk menetukan suatu bangsa adalah adanya kesatuan masyarakat
seperti:
a. Daerahnya dibatasi oleh satu desa atau lebih.
b. Daerahnya dibatasi oleh batas-batas tertentu secara politis dan
administratif.
c. Batas daerahnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri.
d. Warganya memiliki satu bahasa atau satu logat bahasa.
e. Keadaan daerahnya ditentukan oleh kesatuan ekologi.
f. Anggota-anggotanya mempunyai pengalaman sejarah yang sama.
g. Frekuensi interaksi sesama anggota masyarakatnya tinggi.
h. Susunan sosialnya seragam.
D. Pembentukan Kekerabatan
Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara
tiap entitas yang memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui
keturunan biologis, sosial, maupun budaya. Dalam antropologi, sistem
42
kekerabatan termasuk keturunan dan pernikahan, sementara dalam biologi
istilah ini termasuk keturunan dan perkawinan. Hubungan kekerabatan
manusia melalui pernikahan umum disebut sebagai "hubungan dekat"
ketimbang "keturunan" (juga disebut "konsanguitas"), meskipun kedua hal
itu bisa tumpang tindih dalam pernikahan di antara orang-orang yang satu
moyang. Hubungan kekeluargaan sebagaimana genealogi budaya dapat
ditarik kembali pada Tuhan (lihat mitologi, agama), hewan yang berada
dalam daerah atau fenomena alam (seperti pada kisah penciptaan).
Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip mendasar untuk
mengelompokkan tiap orang ke dalam kelompok sosial, peran, kategori,
dan silsilah. Hubungan keluarga dapat dihadirkan secara nyata (ibu,
saudara, kakek) atau secara abstrak menurut tingkatan kekerabatan. Sebuah
hubungan dapat memiliki syarat relatif (misalnya ayah adalah seseorang
yang memiliki anak), atau mewakili secara absolut (mis, perbedaan status
antara seorang ibu dengan wanita tanpa anak). Tingkatan kekerabatan tidak
identik dengan pewarisan maupun suksesi legal. Banyak kode etik yang
menganggap bahwa ikatan kekerabatan menciptakan kewajiban di antara
orang-orang terkait yang lebih kuat daripada di antara orang asing, seperti
bakti anak.
1. Pembentukan Kekerabatan
a. Evolusi Keluarga
Pemikiran-pemikiran tentang asal mula dan perkembangan keluarga
manusia sangat menarik perhatian baik dari kalangan umum ataupun
dari kalangan para ahli ilmu sosial.
Arti pokok dari keluarga adalah sebagai kesatuan kelompok sosial
yang melakukan kerja sama ekonomi antar laki-laki dan perempuan,
dan sebagai lingkungan sosial ayng tepat untuk mengasuh anak.
b. Perkawinan
Arti perkawinan menurut Koentjaraningrat adalah norma sosial
yang mengatur seseorang dalam mendapatkan atau memilih teman
hidup dalam usaha mencapai kebahagiaan hidup berkeluarga. Menurut
Keesing, perkawinan adalah suatu bentuk hubungan yang
dilembagakan yang secara sah terjadi hubungan seksual dan hubungan
orang tua anak.
Bentuk-Bentuk Perkawinan
43
Haviland menjelaskan di dunia ini paling tidak, ada tujuh bentuk
perkawinan:
a) Monogami, yaitu perkawinan yang mengharuskan seseorang hanya
mempunyai seorang istri atau suami.
b) Poligini, yaitu adat perkawinan yang memperbolehkan seorang laki-
laki istri lebih dari seorang.
c) Poliandri, yaitu suatu adat perkawinan yang memperbolehkan
seorang wanita mempunyai beberapa orang suami.
d) Perkawinan kelompok, yaitu adat perkawinan yang
memperbolehkan beberapa laki-laki dengan beberapa wanita dapat
melakukan hubungan seks satu sama lain.
e) Levirat, yaitu perkawinan antar seorang janda dengan saudara laki-
laki suaminya yang sudah meninggal dunia.
f) Sororat, yaitu perkawinan antar seorang duda kawin denagn saudara
perempuan istri yang meninggal dunia.
g) Perkawinan berturut (serial marriage), yaitu bentuk perkawinan
yang memperbolehkan laki-laki atau perempuan kawin atau hidup
bersama dengan sejumlah orang berturut-turut.
2. Bentuk-Bentuk Kelompok Kekerabatan
a. Keluarga luas (extended family)
Keluarga luas merupakan kelompok kerabat yang terdiri atas
keluarga batih senior dan anak-anaknya yang tinggal dalam rumah
yang terpisah, tetapi masih dalam lingkungan satu lahan pekarangan
yang sama.
b. Kindred (kaum kerabat/sanak saudara)
Kindred adalah kesatuan kerabat yang melakukan interaksi atau
berkumpul antar anggota kerabat pada waktu-waktu tertentu saja.
c. Keluarga Ambilineal
Keluarga ambilineal adalah suatu ketentuan bahwa seseorang dapat
memilih hubungan keturunan melalui garis keturunan kerabat pria
ataupun garis keturunan kerabat wanita saja.
44
d. Klen (Clan)
Klen adalah gabungan sejumlah keluarga luas yang anggotanya
berasal dari satu nenek moyang, yang didikat oleh garis keturunan
pihak kerabat laki-laki atau pihak perempuan.
e. Fratri (Phratry)
Fratri merupakan kelompok keturunan unilineal yang terdiri atas
dua atau lebih yang mengakui berhubungan sebagai kerabat.
f. Paruh Masyarakat (Moiety)
Paruh masyarakat adalah setiap kelompok hasil pembagian
masyarakat menjadi dua bagian atas dasar keturunan (Haviland)
,sedangakan Koenjaraningarat mengartikan moiety merupakan
kelompok kekerabatan gabungan klen (seperti fratri), tetapi selalu
merupakan separuh dari suatu masyarakat.
3. Pembentukan Bangsa dan Negara
Pengertian bangsa adalah sekelompok orang yang berada dalam suatu
wilayah negara dan menyatakan diri sebagai masyarakat yang patuh pada
peraturan penguasa. Bangsa adalah sekelompok manusia yang ingin bersatu
dan bernegara, karena adanya keinginan untuk hidup bersama.
Untuk lebih memahami konsep bangsa, kita dapat mengikuti beberapa
pengertian tentang bangsa dari beberapa pengertian berikut ini :
a. Menurut Ernest Renan, Bangsa terbentuk karena adanya keinginan
untuk hidup bersama (hasrat bersatu) dengan perasaan setia kawan
yang agung.
b. Menurut Otto Bauer, Bangsa adalah sekelompok manusia yang
mempunyai persamaan karakter. Karakteristik tersebut tumbuh
karena adanya persamaan nasib.
c. Menurut Hans Khon, Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup
manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang
beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak.
Teori tentang terbentuknya suatu negara yakni :
a) Teori kontrak sosial atau teori perinaiian masyarakat
Teori ini beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan
perianaiian-perianiian masyarakat.
45
b) Teori ketuhanan
Negara dibentuk oleh tuhan dan pemimpin-pemimpinnegara
ditunjuk oleh tuhan raja dan pemimpin-pemimpin negara hanya
bertanggung jawab pada tuhan dan tidakpada siapapun. Penganut teori
ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller dan Thomas Aquinas.
c) Teori Kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang
kuat terhadap kelompok yang lemah. Negara terbentuk dengan
penaklukan dan pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan dari
suatu kelompok etnis yang lebih kuat atas kelompok etnis yang lebih
lemah, dimulailah proses pembentukan negara. Penganut teri ini adalah
H.J Laski.L. Duguit, Karl Marx. Oppenheimer dan kollikels.
d) Teori historis
Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat.
Tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
manusia.
e) Teori kedaulatan hukum
Teori kedaulatan hukum ( Recht souvereiniteit) (mienu.2010)
menyatakan semua kekuasaan daalam negara berdasar atas hukum.
Pelopor teori ini adalah H.Krabbe dalam buku Die Moderne Staats
Idee.
f) Teori hukum alam
Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi
karena kehendak alam yang merupakan lembaga alamiah yang
diperlukan manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum.
Penganut teori ini adalah plato, Aristoteles dan thomas aquino.
4. Peristiwa Pembentukan Negara
Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya
keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas kultural yang baru
pula. Hal itu dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai
tujuan.
Proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya
meliputi satu nasionalitas (suatu bangsa) merupakan proses pembentukan
46
bangsa-negara. Pengertian bangsa dalam istilah satu bangsa berbeda
dengan pengertiang bangsa dalam istilah bangsa-negara.
Bangsa dalam bangsa-negara mencakup jumlah kelompok masyarakat
(berbagai suku bangsa dan ras) yang lebih luas dari pada bangsa dalam
suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam dalam suku bangsa lebih
sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam bangsa-negara.
Secara umum dikenal adanya dua model proses pembentukan bangsa-
negara, yaitu model ortodoks dan model mutakhir. (Ramlan
Surbakti,1999):
a. Model ordoks, yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih, dahulu
untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Sebagai
contohnya, bangsa yahudi yang berupaya mendirikan negara israel
untuk bangsa yahudi.
b. Model mutakhir, yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang
terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara
merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah
kemunculan negara Amerika Serikat pada tahun 1776.
Kesadaran politik mulai muncul dikalangan kelompok suku bangsa
untuk berpartisipasi dalam proses yang akan membawa mereka pada
pertanyaan yang lebih mendasar. Pertanyaan ini berkaittan dengan pilihan
rezim politik. Suatu bangsa akan terbentuk jika masalah politik disepakati
jawabannya. Proses politisasi yang dilakukan secara memadai,
memungkinkan akan terdapatnya satu atau lebih kelompok atau suku
bangsa yang tidak bersedia ikut serta dalam bangsa yang dibangun bisa saja
disebabkan oleh ketidak setujuan mereka terhadap pilihan bentuk
partisipasi rezim politik.
5. Unsur-unsur pembentuk negara
Berdasarkan konvensi montcvideo tahun 1933, ada 5 unsur yang harus
dipenuhi untuk terbentuknya sebuah negara, yaitu :
a. Penghuni (penduduk/rakyat), adalah semua orang yang pada suatu
waktu mendiami wilayah negara.
47
b. Wilayah, landasan materil atau landasan fisik suatu negara.
c. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat)
d. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain, yaitu ketika
negara itu dapat melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain
dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, dan
sebagainya.
e. Pengakuan dari negara lain.
6. Proses Pembentukan Negara
Adapun proses pembentukan negara yakni sebagai berikut.
1. Terjadinya negara secara primer
Yang dimaksud dengan terjadinya negara secara primer adalah teori
yang membahas tentang terjadinya negara yang tidak dihibungkan
dengan negara yang telah ada sebelumnya.
2. Terjadinya negara secara sekunder
Yang dimaksud denganterjadinya negara secara sekunder adalah
teori yang membahas tentang terjadinya negara yang dihubungkan
dengan negara yang telah ada sebelumnya.
7. Faktor Pembentukan Bangsa
Faktor-faktor pembentukan suatu bangsa sangat berkaitan dengan
identitas yang menyatukan masyarakat. Faktor tersebut antara lain
sebagai berikut :
a. Primordial, yang termasuk dalam faktor ini yaitu ikatan
kekerabatan, kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa dan adat
istiadat.
b. Sakral, dalam faktor ini yaitu adanya kesamaan agama yang dianut
oleh masyarakat dan dalam hal ini agama dapat membentuk suatu
ideologi doktrin yang kuat dalam masyarakat, sehingga
keterkaitannya dapat menimbulkan bangsa.
c. Tokoh, menjadi salah satu faktor pembentuk bangsa karena bagi
masyarakat, tokoh dijadikan sebagai panutan untuk mewujudkan
misi-misi bangsa.
48
d. Sejarah, merupakan salah satu faktor pembentukan bangsa karena
sejarah dan pengalaman masa lalu seperti penderitaan akan
melahirkan solidaritas sehingga memungkinkan untuk membentuk
satu tekad dan satu tujuan antar kelompok masyarakat.
e. Perkembangan Ekonomi, dikatakan sebagai faktor pembentukan
bangsa karena semakin meningkatnya perkembangan ekonomi
semakin beragam pula kebutuhan masyarakat sehingga membuat
masyarakat semakin ketergantungan satu sama lain dan secara tidak
langsung akan membuat masyarakat ingin membentuk satu
kesatuan yaitu bangsa sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan
satu sama lain.
49
BAB V
STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA
A. Pengertian Masyarakat Majemuk
Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas
banyak struktur kebudayaan.Hal tersebut disebabkan karena banyaknya
suku bangsa yang memilik struktur budaya sendiri yang berbeda dengan
budaya suku bangsa yang lainnya.
suatu keadaan masyarakat yang terdiri dari berbagai kepentingan dan
kedudayaan yang berbeda-beda yang melebur dan membentuk satu
kesatuan yang mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama. Masyarakat
majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai macam karakteristik
kebudayaan baik perbedaan dalam bidang etnis, golongan, agama, tingkat
sosial yang tinggal dalam suatu komunitas tertentu.Dalam kajian
masyarakat majemuk,kajian tentang etnisitas banyak mengambil perhatian
para ahli.
Masyarakat majemuk adalah Atas dasar pengertian tersebut dibedakan
atas tiga kategori yaitu :
a. Kemajemukan sturuktural, yaitu dominasi politik dipegang oleh suatu
kelompok tertentu. Di dalam struktural sosial masyarakat Indonesia
pada dasarnya terdapat dua dimensi sosial, yaitu dimensi horizontal dan
dimensi vertikal.
b. Kemajemukan sosial, suatu keadaan dimana hak dan kewajiban tersebar
secara merata diantara kelompok sosial yang ada. Kemajemukan soisial
merupakan perbedaan social yang meliputi Agama, Ras,Etnis/klan
c. Kemajemukan budaya, seluruh warga masyarakat merupan bagian dari
publik tanpa memperhatikan identifikasi yang ideal maupun yang
nyata.
d. Identifikasi ideal yaitu persepsi individu tentang bagaiamana ia harus
berperilaku berdasarkan kelompok social maupun budaya yang ada
dalam masyarakat
Etika kemajemukan adalah suatu pedoman tata cara yang digunakan
untuk mengatur perilaku seseorang dalam berperilaku ditengah-tengah
masyarakat yang majemuk dari sudut budaya, etnis dan agama. Dalam
50
rangka mewujudkan suatu tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis.
Hal-hal yang harus dijadikan pedoman dan komitmen bagi setiap individu
yang hidup dalam masyarakat majemuk diataranya adalah: Saling
menghargai, menahan diri, lapang dada, mengingatkan untuk kebaikan,
berniat suci untuk kebaikan menolong dalam kebaikan, memaafkan dan
mendoakan
Saling mengedepankan kebersamaan, saling berbuat baik untuk
bersama, membela jika salah satunya teraniaya, merasa bersaudara,
mendukung keputusan bersama, berjuang menegakkan keputusan bersama,
mengalah bila tidak mencapai kata sepakat. Berperilaku saling beradab.
Tidak terprovokasi saling mencintai, saling bersahabat secar akrab, saling
menolong dalam kebaikan. Berusaha untuk selalu bersikap jujur, adil,
sopan, disiplin dan peduli serta dapat bertanggung jawab dan mampu
bekerjasama yang baik.
Masyarakat yang secara struktural memiliki sub kebudayaan yang
bersifat deverse. Masyarakat yang ditandai oleh kurang berkembangnya
sistem nilai atau konsensus yang disepakati oleh seluruh anggota
masyarakat, sehingga sering timbul konflik-konflik sosial.
Pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian masyarakat
multikultural yaitu:
1. J.S.Furnivall menyatakan bahwa masyarakat majemuk adalah suatu
masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-
sendiri, tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam satu kesatuan
politik.
2. Clifford Geertz menyatakan bawah masyarakat majemuk merupakan
masyarakat yang terbagi ke dalam subsistem-subsistem yang lebih
kurang berdiri dan masing-masing subsistem terikat oleh ikatan-ikatan
primordial.
3. J.Nasikun menyatakan bahwa suatu masyarakat bersifat majemuk
sejauh masyarakat tersebut secara struktural memiliki subkebudayaan-
subkebudayaan yang bersifat deverse yang di tandai oleh kurang
berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota
masyarakat dan juga sistem nilai dari kesatuan-kesatuan sosial, serta
sering munculnya konflik-konflik social
51
4. Cyril S. Belshaw Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat
yangg dimana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial
yang mmenjadi bagian- bagian nya adalah sedemikian rupa sedhingga
para anggota masyarakat kurang memilki loyalitas terhadap masyarakat
sebagai keseluruhan , kurang memiliki homogenitas kebudayaan atau
bahkan kurang memilki dasar – dasar untuk saling memahami satu
sama lain
B. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Masyarakat Majemuk :
1. Keadaan geografis.
2. Pengaruh kebudayaan asing.
3. Kondisi iklim yang berbeda
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa pluralitas masyarakat
Indonesia yang demikian itu terjadi. Yang pertama, keadaan geografik
wilayah Indonesia yang terdiri atas kurang lebih tiga ribu pulau yang
terserak di sepanjang equator kurang lebih tiga ribu mil dari timur ke barat,
dan seribu mil dari utara selatan, merupakan faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap terjadinya pluralitas sukubangsa di Indonesia.
Tentang berapa jumlah sukubangsa yang sebenarnya ada di Indonesia,
ternyata terdapat berbagai pendapat yang tidak sama di antara para ahli
ilmu kemasyarakatan. Hildred Geertz misalnya menyebutkan adanya lebih
kurang tiga ratus sukubangsa di Indonesia, masing-masing dengan bahasa
dan identitas kultural yang berbeda-beda.
Skinner menyebutkan adanya lebih dari 35 sukubangsa di Indonesia,
masing-masing dengan adat istiadat yang tidak sama. Lebih dari sekedar
menyebutkan banyaknya sukubangsa di Indonesia, Skinner
menggambarkan juga perbandingan besarnya sukubangsa-sukubangsa
tersebut. Beberapa sukubangsa yang paling besar sebagaimana disebut oleh
Skinner adalah Jawa, Sunda, Madura, Mingangkabau, dan Bugis.
Kemudian ada beberapa sukubangsa yang lain yang cukup besar, yaitu
Bali, Batak Toba, dan Sumbawa. Mengikuti pengertian sukubangsa yang
dikemukakan oleh para ahli antropologi, Dr. Nasikun menggolongkan
orang-orang Tionghoa sebagai salah satu sukubangsa di Indonesia, dan
berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik, dan berdasarkan perkiraan
tambahan penduduk golongan Tionghoa 3 persen, serta dengan mengingat
52
kurang lebih 100.000 orang Tionghoa kembali ke Tiongkok selama tahun
1959 dan 1960, diperkirakan jumlah orang Tionghoa yang tinggal di
Indonesia pada tahun 1961 sebanyak 2,45 juta orang, sementara penduduk
pribumi waktu itu diperkirakan 90.882 juta orang. Walaupun jumlah orang
Tionghoa sangat kecil dibandingkan dengan penduduk pribumi, tetapi
mengingat kedudukan mereka yang sangat penting dalam kehidupan
ekonomi, mereka sangat mempengaruhi hubungan mereka dengan
sukubangsa-sukubangsa yang lain (yang secara keseluruhan disebut
pribumi).
Faktor kedua yang menyebabkan pluralitas masayarakat Indonesia
adalah kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia
dan Samudera Pasifik. Keadaan ini menjadikan Indonesia menjadi lalu
lintas perdagangan, sehingga sangat mempengaruhi terciptanya pluralitas
agama di dalam masyarakat Indonesia. Telah sejak lama masyarakat
Indonesia memperoleh berbagai pengaruh kebudayaan bangsa lain melalui
para pedagang asing. Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat
Indonesia adalah agama Hindu dan Budha dari India sejak kurang lebih
empat ratus tahun sebelum masehi. Hinduisme dan Budhaisme pada waktu
itu tersebar meliputi daerah yang cukup luas di Indonesia, serta lebur
bersama-sama dengan kebudayan asli yang telah hidup dan berkembang
lebih dulu. Namun, pengaruh Hindu dan Budaha terutama dirasakan di
Pulau Jawa dan Pulau Bali.
Faktor ketiga, iklim yang berbeda-beda dan struktur yang tidak sama di
antara berbagai daerah di kepulauan Nusantara, telah mengakibatkan
pluralitas regional. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah merupakan
kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda,
yakni daerah pertanian basah (wet rice cultivation) yang terutama banyak
dijumpai di Pulau Jawa dan Bali, serta daerah ladang (shifting cultivation)
yang banyak dijumpai di luar Jawa. Terjadinya factor-faktor tersebut
membuat masyarakat majemuk di Indonesia semakin banyak dan
berkembang, dan masyarakat majemuk diera sekarang ini adanya yang
mendominasi dan ada kaum minoritas. Yang membuat masyakarakat
majemuk semakin beragam seperti ekonomi, pusat kegiatan perdagangan
diperkotaan diera modern ini membuat mobilisasi penduduk dari desa
kekota sangat banyak.
53
C. Karakteristik masyarakat majemuk
1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain. masyarakat yang
terbentuk oleh bermacam-macam suku,ras,dll tapi masih memiliki
pemisah. Yang biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang di sebut
primordial. Contohnya, di Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras,
baik itu suku dan ras dari daerah dalam negri maupun luar negri, dalam
kenyataannya mereka memiliki segmen berupa ikatan primordial
kedaerahaannya.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat nonkomplementer. maksudnya adalah dalam masyarakat
majemuk suatu lembaga akam mengalami kesulitan dalam menjalankan
atau mengatur masyarakatnya alias karena kurang lengkapnya
persatuan tyang terpisah oleh segmen-segmen tertentu
3. Kurang mampu mengembangkan konsensus di antara para anggota-
anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar. maksudnya adalah
dalam kelembagaan pastinya perlu adanya asuatu kebijakan dan
keputusan. Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang
dimaksud konsensus, berarti dalam suatu masyarakat majemuk sulit
sekali dalam penganbilan keputusan
4. Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain. Dalam suatu masyarakat
majemuk pastinya terdiri dari berbagai macam suku adat dankebiasaan
masing-masing. Dalam teorinya semakin banyak perbedaan dalam
suatu masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah
tinggi dan proses peng-integrasianya juga susah
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan
saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.
Karena dalam masyarakat multikultural terdapat segmen-segmen yang
berakibat pada ingroup fiiling tinggi maka bila suaru ras atau suku
memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan
mengedapankan kepentingan suku atau rasnya.
54
D. Ciri-ciri Masyarakat Majemuk
Menurut Van de Berg adalah sebagai berikut.
1. Terintegrasinya masyarakat ke dalam kelompok-kelompok sosial
yang memiliki ciri khas budaya yang berbeda satu sama lain.
2. Adanya lembaga-lembaga sosial yang saling tergantung satu sama
lain karena adanya tingkat perbedaan budaya yang tinggi.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota
masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
4. Kecenderungan terjadinya konflik lebih besar di antara kelompok
satu dengan yang lain.
5. Integrasi sosial tumbuh di antara kelompok sosial yang satu dengan
yang lain.
6. Adanya kekuasaan politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang
lain.
E. Kemajemukan diantara Keanekaragaman Kultur Indonesia
Selaku pisau nalisa, perlu terlebih dahulu dibedah pengertian dari
Keanekaragaman kultur “Mutukultur”. Kajian ini mengenai masyarakat
majemuk signifikan terutama didalam masyarakat yang memang terdiri
atas aneka pelapisan sosial dan budaya yang satu sama lain saling berbeda.
Indonesia, sebab itu, mengembangkan slogan Bhineka Tunggal Ika
(berbeda-beda tetapi tetap satu). Slogan ini bersifat filosofis politis. Oleh
sebab itu tanpa adanya unsur pemersatu, akan mudah kiranya memecah
belah kohesi politik masyarakat yang mendalami sekujur kepulauan
nusantara ini.
Mengenai keanekaragaman kultur ini, Bhikhu Parekh membedakannya
menjadi 3 yaitu : (1) Keanekaragaman Subkultural, (2) Keanekaragaman
Perspektif, dan (3) Keanekaragaman Komunal. Ketiga pengertian mengenai
keanekaragaman ini memiliki dampak berbedanya titik analisis atas kajian
keanekaragaman atau multikultur yang dilakukan.
1) Keanekaragaman Subkultural
Menurut Parekh, Keanekaragaman subkultural adalah sutu kondisi
dimana para anggota masyarakat memiliki satu kebudayaan umum yang
55
luas dianut, beberapa diantara mereka menyakinkan keyakinan dan praktek
yang berbeda berkenaan dengan wilayah kehidupan tertentu atau
menempuh cara hidup mereka sendiri yang relative sangat berbeda. Contoh
ini adalah Komunitas Lia Eden, kelompok-kelompok „sempalann” agama
mainstream.
2) Keanekaragaman Perspektif
Manurut Parekh, Keanekaragaman perspektif adalah suatu kondisi
dimana beberapa anggota masyatakat sangat krisis terhadap beberapa
prinsip atau nilai-nilai sentral kebudayaan yang berlaku dan berusaha untuk
menyatakannya kembali disepanjang garis kelompok yang sesuai. Gerakan-
gerakan Feminis dan emansipasi perempuan merupakan perwakilan dari
keanekaragaman perspektif. Kemudian isu-isu pembentukan masyarakat
madani di Indonesia, termasuk ke dalamnya isu-isu pembentukan Negara
Islam atau Negara Pancasila, mewakili Keanekaragaman Perspektif ini.
3) Keanekaragaman Komunal
Keanekaragaman Komunal adalah suatu kondisi sebagian besar
masyarakat yang mencakup beberapa komunitas yang sadar diri dan
terorganisasi dengan baik. Mereka menjalankan dan hidup dengan sistem
kayakinan dan praktek yang berlainan antara kelompok satu dengan
kelompok lainnya.
Misal dari Keanekaragaman Komunal ini adalah para imigran yang
baru tiba, komunitas-komunitas Yahudi di Eropa dan Amerika, kaum
Gypsi, masyarakat Amish, kelompok-kelompok cultural yang berkumpul
secara territorial seperti kaum Basque di Spanyol. Di Indonesia asuk ke
dalam kelompok ini misalnya kawasan-kawasan Perinan (hunian komunitas
Cina), wilayah-wilayah yang dihuni suku-suku bangsa di luar wilayahnya
(komunitas Batak di Jakarta dan Bandung, misalnya).
F. Struktur Masyarakat Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat
unik.
1. Horizontal
Dimensi horizontal mencakup keterkaitan bersama kelompok-
kelompok sosial yang berbeda-beda, seperti etnik, keluarga, bahasa, agama,
adat istiadat, suku bangsa. Secara horizontal, masalah integrasi nasional di
56
Indonesia tidak begitu mengkhawatirkan. Tidak seperti Malaysia, Indonesia
tidak terbagi secara tajam menurut garis ras, meskipun di dalamnya
terdapat minoritas Cina, India, Arab, dan lainnya. Indonesia juga tidak
terbagi secara tajam menurut garis bahasa karena di Indonesia ada bahasa
pemersatu, yaitu bahasa Indonesia.
Namun, di sisi lain Indonesia juga menghadapi problemintegrasi yang
serius. Misalnya, batas-batas provinsi dan kabupaten di Indonesia identik
dengan batas kesukuan. Hal itu merupakan warisan kolonial Belanda.
Antara satu provinsi dan provinsi lain umumnya berbeda secara kesukuan
dan agama. Misalnya, antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara, keduanya
berbeda dalam hal suku bangsa, yaitu Aceh dan Batak dan dalam hal
agama, yaitu Islam dan Kristen. Demikian pula antara Bali dan Lombok di
Nusa Tenggara Timur. Bali didiami suku bangsa Bali yang mayoritas
penduduknya beragama Hindu, sedangkan Lombok didiami suku bangsa
Sasak yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal itu memudahkan
munculnya sentimen primordial kedaerahan yang tinggi sehingga mudah
menimbulkan perpecahan nasional.
Ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan social berdasarkan
perbedaan suku-bangsa, perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan
kedaerahan.
a. Suku bangsa
Suku bangsa di Indonesia sangat beragam seperti suku jawa, suku
melayu, suku bali, suku dayak dll.
b. Perbedaan Agama
Ada 6 agama di Indonesia yang diakui seperti Agama Islam,
Agama Katolik, Agama Protestan, Agama Hindu, Agama Budha,
Agama konghucu.
c. Perbedaan Adat istiadat
Adat Melayu, Adat Minang Kabau, Adat Jawa, Adat Sunda, Adat
Bugis.
d. Perbedaan kedaerahan
Terdapat 32 propinsi daerah otonom
2. Vertical
Dimensi vertikal meliputi kesenjangan politik, ekonomi, dan budaya
antara perkotaan dan pedesaan, antara orang berpendidikan Barat dan tidak
57
berpendidikan, antara kaum elite nasional dan kaum tradisional serta antara
orang kaya dan miskin. Penduduk perkotaan, kaum elite politik nasional,
dan kaum terdidik pada umumnya memiliki budaya modern metropolitan di
dalam bidang politik, gaya hidup, dan kekayaan material. Sementara itu,
penduduk pedesaan dengan pola pertanian tradisional umumnya memiliki
budaya tradisional yang menjalankan praktik hidup berdasarkan tradisi
turun-temurun dan tolok ukur daerah masing-masing.
Strktur masyarakat Indonesia ditandai adanya perbedaan-perbedaan
vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup dalam. Lapisan
atas yang kaya dan berkuasa, Lapisan menengah, Lapisan bawah yang
miskin. Contohnya :
a. Penghasilan
b. Pendidikan
c. Pemukiman
d. Pekerjaan
e. Kedudukan politis
Perbedaan-perbedaan sukubangsa, agama, adat, dan kedaerahan
seringkali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat
majemuk, suatu istilah yang mula-mula dikenalkan oleh Furnivall untuk
menggambarkan masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda. Konsep
masyarakat majemuk sebagaimana yang digunakan oleh ahli-ahli ilmu
kemasyarakatan dewasa ini memang merupakan perluasan dari konsep
Furnivall tersebut.
Masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda, demikianlah menurut
Furnivall, merupakan suatu masyarakat majemuk (plural society), yakni
suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup
sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam kesatuan
politik (JS Furnivall, Netherlands India: A Study of Plural Economy,
Cambridge at The University Press, 1967, halaman 446-469).
G. Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku
bangsa,ras dan agama dapat dibagi atas pengaruh positif dan negatif.
1. Pengaruh positifnya adalah
a. terdapat keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan harmonis
sehingga terwujud integrasi bangsa.
58
b. Keanekaragaman memberikan ruang bagi masrayakat untuk terbuka
dalam menjalin hubungan social maupun berbudaya
c. Memberikan ikatan dan hubungan antar sesama
d. Dapat saling berbagi bersahabat dan menghargai antar setiap
budaya, tanpa adanya batasan-batasan karena sebuah perbedaan
e. Adanya akulturasi budaya yang berasal dari agama yang berbeda
yang menunjukkan semakin eratnya persatuan dan kesatuan di
Indonesia.
Contoh : wayang adalah hasil budaya dari agama hindu tetapi oleh
umat islam digunakan untuk syi‟ar agama dan disambut hangat oleh
umat hindu.
f. Saling menghormati antar agama satu dengan agama yang lainnya.
Contoh: penetapan hari libur nasional yang sebagian besar
merupakan hari perayaan dari seluruh agama di Indonesia.
Misalnya, pada penetapan hari raya imlek, tidak hanya warga
Indonesia yang merayakan (umat konghuchu) saja yang diliburkan
tetapi semua warga negara Indonesia juga diliburkan sebagai bentuk
toleransi dan menghormati satu sama lain.
2. Pengaruh negatifnya antara lain :
a. Primordial Karena adanya sikap primordial kebudayaan daerah,
agama dan kebiasaan di masa lalu tetap bertahan sampai kini. Sikap
primordial yang berlebihan disebut etnosentris. Jika sikap ini
mewarnai interaksi di masyarakat maka akan timbul konflik, karena
setiap anggota masyarakat akan mengukur keadaan atau situasi
berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Sikap ini menghambat
tejadinya integrasi sosial atau integrasi bangsa. Primordialisme
harus diimbangi tenggang rasa dan toleransi.
b. Stereotip Etnik Interaksi sosial dalam masyarakat majemuk sering
diwarnai dengan stereotip etnik yaitu pandangan (image) umum
suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lain (Horton &
Hunt). Cara pandang stereotip diterapkan tanpa pandang bulu
terhadap semua anggota kelompok etnis yang distereotipkan, tanpa
memperhatikan adanya perbedaan yang bersifat individual.
59
Stereotip etnis disalah tafsirkan dengan menguniversalkan beberapa
ciri khusus dari beberapa anggota kelompok etnis kepada ciri
khusus seluruh anggota etnis. Dengan adanya beberapa orang dari
sukubangsa A yang tidak berpendidikan formal atau berpendidikan
formal rendah, orang dari suku lain (B) menganggap semua orang
dari sukubangsa A berpendidikan rendah. Orang dari luar suku A
menganggap suku bangsanya yang paling baik dengan
berpendidikan tinggi. Padahal anggapan itu bisa saja keliru karena
tidak semua orang dari sukubangsa di luar sukubangsa A
berpendidikan tinggi, banyak orang dari luar sukubangsa A yang
berpendidikan rendah. Jika interaksi sosial diwarnai stereotip
negatif, akan terjadi disintegrasi sosial. Orang akan memberlakukan
anggota kelompok etnis lain berdasarkan gambaran stereotip
tersebut. Agar integrasi sosial tidak rusak, setiap anggota
masyarakat harus menyadari bahwa selain sukubangsa ada faktor
lain yang mempengaruhi sikap seseorang, yaitu pendidikan,
pengalaman, pergaulan dengan kelompok lain, wilayah tempat
tinggal, usia dan kedewasaan jiwa.
c. Potensi Konflik Ciri utama masyarakat majemuk (plural society)
menurut Furnifall (1940) adalah kehidupan masyarakatnya
berkelompok-kelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi
mereka (secara essensi) terpisahkan oleh perbedaan-perbedaan
identitas sosial yang melekat pada diri mereka masing-masing serta
tidak tergabungnya mereka dalam satu unit politik tertentu.
Mungkin pendekatan yang relevan untuk melihat persoalan masyarakat
majemuk ini adalah bahwa perbedaan kebudayaan atau agama memang
potensial untuk mendestabilkan negara-bangsa. Karena memang terdapat
perbedaan dalam orientasi dan cara memandang kehidupan ini, sistem nilai
yang tidak sama, dan agama yang dianut masing-masing juga berlainan.
Perbedaan di dalam dirinya melekat (inherent) potensi pertentangan, suatu
konflik yang tersembunyi (covert conflict). Namun demikian, potensi itu
tidak akan manifes untuk menjadi konflik terbuka bila faktor-faktor lain
tidak ikut memicunya. Dan dalam konteks persoalan itu nampaknya faktor
60
ekonomi dan politik sangat signifikan dalam mendorong termanifestasinya
konflik yang tadinya tersembunyi menjadi terbuka.
Furnivall sendiri sudah mensinyalir bahwa konflik pada masyarakat
majemuk Indonesia menemukan sifatnya yang sangat tajam, karena di
samping berbeda secara horisontal, kelompok-kelompok itu juga berbeda
secara vertikal, menunjukkan adanya polarisasi. Artinya bahwa disamping
terdiferensiasi secara kelompok etnik agama dan ras juga ada ketimpangan
dalam penguasaan dan pemilikan sarana produksi dan kekayaan. Ada ras,
etnik, atau penganut agama tertentu yang akses dan kontrolnya pada
sumber-sumber daya ekonomi lebih besar, sementara kelompok yang
lainnya sangat kurang. Kemudian juga, akses dan kontrol pada sektor
politik yang bisa dijadikan instrumen untuk pemilihan dan penguasaan
sumber-sumber daya ekonomi, juga tidak menunjukkan adanya kesamaan
bagi semua kelompok.
Di Kalimantan Barat dan Tengah para perantau Madura yang beragama
Islam setahap demi setahap bisa menguasai jaringan produksi dan distribusi
ekonomi. Demikian pula dengan orang-orang Bugis-Makassar dan Buton
yang umumnya beragama Islam di kawasan Timur Indonesia telah
membuat jaringan yang cukup luas dalam sektor ekonomi ini. Termasuk
dalam kasus ini adalah orang-orang Cina yang sebagian besar beragama
non-Islam yang menguasai sebagian besar sarana dan aset produksi serta
jaringan distribusi di kota-kota besar dan menengah Indonesia. Ketika Orde
Baru memegang tampuk pemerintahan tampaknya ketimpangan ekonomi
dan politik antar kelompok etnik dan ras ini tidak secara sungguh-sungguh
dicoba untuk dihapuskan. Malah pemihakan pada kelompok tertentu sangat
kentara, sementara kelompok yang lain mengalami proses marjinalisasi. Di
sinilah polarisasi antar kelompok masyarakat yang berbeda secara kultural
dan agama itu menjadi semakin tajam. Di samping itu, pemerintah dan
masyarakat di daerah secara politik betul-betul lemah, tidak memiliki
saluran institusional yang memungkinkan kepentingan dan kebutuhan
mereka dapat diakomodasi. Di sini sentralisme adalah ciri utama sistem
politik negara Orde Baru
61
H. Konfigurasi Etnis Masyarakat Majemuk
Dr. Nasikun menyatakan bahwa berdasarkan konfigurasinya,
masyarakat majemuk dapat dibedakan ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang
2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan
3. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan
4. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi
Kategori pertama merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas
sejumlah kelompok etnik yang kurang lebih seimbang, sehingga untuk
mencapai integrasi sosial atau pemerintahan yang stabil diperlukan koalisi
lintas-etnis.
Kategori kedua dan ketiga merupakan varian-varian masyarakat
majemuk yang memiliki konfigurasi etnik yang tidak seimbang, di mana
salah satu kelompok etnik tertentu (kelompok mayoritas pada kategori
kedua dan kelompok minoritas pada kategori ketiga) memiliki competitive
advantage yang strategis di hadapan kelompok-kelompok yang lain.
Masyarakat majemuk dengan kategori keempat (dengan fragmentasi)
meliputi masyarakat-masyarakat yang terdiri atas sejumlah besar kelompok
etnik, semuanya dengan jumlah anggota yang kecil dan tidak satupun
memiliki posisi politik yang dominan dalam masyarakat. Kehidupan politik
dalam masyarakat dengan konfigurasi demikian sangatlah labil, karena
ketidakmampuan membangun coalition building yang diperlukan untuk
mengakomodasi konflik-konflik yang pada umumnya bersifat anarkhis
sebagai akibat dari kecurigaan etnik dan hadirnya pemerintahan yang
otoriterian
62
BAB VI
STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA
A. Faktor-faktor yang Memicu Timbulnya Permasalahan pada
Masyarakat Majemuk
Konflik/masalah merupakan sebuah proses interaksi sosial manusia
untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Oleh sebab itu, konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan sosial diantara individu yang
terlibat dalam suatu interaksi sosial.
1. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Secara Umum
a. Perbedaan Individu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat
atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan dan identitas
seseorang. Perbedaan kebiasaan dan perasaan yang dapat menimbulkan
kebencian dan amarah sebagai awal timbulnya konflik. Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,
tetapi ada pula yang merasa terhibur.
b. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-
norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat
belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat.
Misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki budaya berbeda,
jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika
hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat
timbulnya konflik.
c. Perbedaan Kepentingan
Setiap individu atau kelompok seringkali memiliki kepentingan yang
berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut
kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Misalnya seseorang
pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi
sehingga terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. Namun, para
63
pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya diabaikan sehingga
perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik. Misalnya
mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam menganggap
hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora
dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat
tumbuhnya jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi para
pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari
kasus ini ada pihak – pihak yang memiliki kepentingan yang saling
bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.
d. Perubahan Sosial
Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat
dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat terjadi karena adanya
ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan
sosial yang timbul akibat perubahan itu. Misalnya, pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan
memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser
menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal
perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat
dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah
ada.
2. Faktor-faktor Penyebab Konflik di Indonesia
Dalam masyarakat Indonesia yang multikultur rawan terhadap
terjadinya suatu konflik sosial, karena secara garis besar struktur sosial
64
masyarakat Indonesia terbagi kedalam berbagai suku bangsa, agama,
maupun golongan yang beragam.
Menurut J. Ranjabar hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya
konflik pada masyarakat Indoenesia adalah sebagai berikut:
a. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain,
contohnya adalah konflik yang terjadi di Aceh dan Papua.
b. Terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup
antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contohnya konflik
yang terjadi di Sambas
c. Terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku
terhadap warga suku bangsa lain. Contohnya konflik yang terjadi di
Sampit.
d. Terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan
secara adat. Contohnya konflik antar suku di pedalaman Papua.
B. Masalah-masalah yang Dihadapi pada Masyarakat Majemuk
Menurut Abdurrahman dalam buku Krisis Sosial, Krisis Politik,
Krisis Bangsa Majemuk (2007:25–29) terdapat beberapa masalah yang
muncul berkaitan dengan permasalahan pada masyarakat majemuk yaitu:
1. Penetapan agama yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat
Indonesia memiliki keragaman dalam agama yang dipercayai oleh
masyarakat. Agama yang ada di Indonesia tidaklah dapat ditentukan
dengan agamanya. Indonesia merupakan negara yang berdasarkan
Pancasila yang di dalamnya memberikan peraturan untuk bebas dalam
mempercayai agama apapun. Indonesia bukanlah negara yang berbentuk
syariat agama seperti negara Saudi Arabia yang menggunakan syariat Islam
dalam menjalankan pemerintahan.
Namun dalam kenyataannya, di Indonesia hanya mengakui beberapa
agama saja yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Khong hucu
yang baru-baru ini diakui. Di Indonesia tidaklah hanya ada 6 agama
tersebut tetapi masih ada kepercayaan masyarakat lainnya yang harusnya
diakui oleh Indonesia. Kepercayaan agama tidaklah dapat dibatasi 6 agama
tersebut karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang terdiri
dari beragam agama. Selain itu, ada beberapa golongan yang ingin
menjadikan Indonesia menjadi negara yang menjalankan Syariat Islam atau
65
syariat tertentu yang bertentangan dengan paham yang dianut Indonesia
yaitu demokrasi dan paham kebangsaan. Peraturan di daerah tertentu juga
ada yang dibuat sesuai dengan aturan golongan tertentu dan berlaku untuk
golongan tertentu juga.
2. Orientasi pendidikan tidak mengacu kepada multikulturalisme
Selama ini pendidikan lebih menekankan pada proses belajar mengajar
di sekolah, padahal pendidikan juga harus bertujuan mengenalkan budaya-
budaya yang ada di Indonesia (civic education). Indonesia merupakan
negara yang mutikulturalisme yang memiliki budaya yang beragam yang
perlu dipahami oleh bangsa Indonesia sehingga akan terjadi toleransi
terhadap multikulturalisme dan budi pekerti untuk membangun karakter
humanisme. Dengan adanya civic education, Abdurrahman (2007)
berpendapat pendidikan menjadi arena yang dapat digunakan untuk
menanamkan kesadaran kritis akan identitas sebagai warga negara dan
bangsa dalam era global yang fleksibel terhadap tuntutan multiple-
identities.
3. Media massa cenderung hanya mengejar keuntungan publik
Di era modern saat ini, banyak media yang hanya mementingkan
keuntungan yang didapat perusahaannya dan rating yang didapat dari
penonton. Semakin rating bagus, maka acara tersebut dianggap sukses dan
menjadi unggulan dari stasiun televisi tanpa mempedulikan kualitas dari
tayangannya. Media khususnya televisi mempengaruhi pikiran masyarakat
cukup besar, maka dari itu media memiliki peranan yang cukup penting
dalam mengintegrasi bangsa.
Menurut Drake dalam buku Krisis Sosial, Krisis Politik, Krisis Bangsa
Majemuk (Abdurrahman, 2007:31) di era 80-an tatkala negara memiliki
kekuasaan dan kekayaan yang berlebih, televisi menayangkan program-
program yang bersifat instruktif dengan membangkitkan sentimen sejarah
yang menggelorakan semangat dari bangsa yang terjajah menuju bangsa
yang maju, mengeksplor budaya nusantara, membangun media dan
transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan lainnya sehingga ada
mobilitas dan informasi serta dari dimensi ekonomi menciptakan
keseimbangan ekonomi regional yang saling memiliki ketergantungan agar
66
selain tumbuh lokasi-lokasi pertumbuhan industri yang baru juga bisa
dilihat lebih nyata bahwa kualitas kehidupan dan kesejahteraan rakyat
meningkat.
Namun, setelah kekayaan negara hilang, masyarakat yang dalam proses
membangsa telah kehilangan prakasarnya sendiri dalam mencapai a sense
of national belonging menjadi disorientasi dan kembali mencari akar
pegangan pada primordialismenya masing-masing.
C. Solusi Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Majemuk
1. Kebijakan Sosial dalam Penanggulangan Konflik Agama
Seringnya perbedaan akan keyakinan menimbulkan timbulnya konflik.
Indonesia sebagai negara agamis rawan akan terjadinya konflik. Bila dilihat
secara teliti, sebenarnya tidak ada konflik agama yang ada ialah konflik
antar umat beragama yang memiliki cara pandang berbeda mengenai
makna nilai-nilai sosial. Solusi dalam pemecahannya pun tergolong sulit
karena keyakinan cenderung dipegang teguh oleh para penganutnya.
Peran pemerintah dalam menanggulangi konflik agama seringkali
bertindak sebagai pemeluk agama, padahal pemerintah berkewajiban
memiliki peran sebagai mediator. Untuk itu pemerintah perlunya
mengembangkan kebijakan sosial yang sesuai.
Dalam hal ekonomi, pemerintah harus menciptakan lingkungan
aktivitas ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat berbeda
keyakinan dapat bekerja bersama. Tanpa adanya keberpihakan terhadap
golongan tertentu.
Dalam hal kepercayaan, pemerintah harus mengakui keberagaman
kepercayaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat selama itu sesuai
dengan falsafah pancasila, dengan cara mengembangkan dialog yang
terbuka dan terus-menerus di antara kelompok-kelompok penganut agama.
Dialog juga berperan sebagai forum penasihat kebijakan. Memberikan
kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menghargai kepercayaan
yang berbeda dibutuhkan dalam menuju integrasi bangsa.
Apabila telah terjadi konflik di masyarakat perlunya pemerintah
mengembangkan kebijakan agar konflik tersebut menjadi isu individu
bukan isu sosial. Karena dengan menyebarnya isu sosial dari sebuah
konflik akan dapat memicu terjadinya konflik yang lebih besar lagi. Selain
67
itu, perlunya mengontrol kemajuan resolusi konflik sehingga tidak ada
penyusup atau penunggang gelap yang dimungkinkan untuk mengambil
keuntungan dari kebijakan dan menciptakan potensi konflik lebih maju.
Berdasarkan solusi di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
menanggulangi konflik agama perlunya kesadaran bersama antar umat
beragama dan komunikasi yang baik sehingga dapat menciptakan
lingkungan masyarakat yang bertenggang rasa antar sesama.
Indonesia sebagai bangsa majemuk rawan akan konflik akan tetapi bila
dapat disatukan dengan cara memahami, dan menghargai perbedaan serta
menjunjung tinggi nasionalisme maka keberlangsungan bangsa itu bisa
dijamin.
2. Pembenahan terhadap pendidikan multikultural dan pendidikan berbasis
masyarakat
Sesuai dengan 4 pilar pendidikan menurut UNESCO, yaitu: 1) learning
to know, learning to do, 3) learning to live together, 4) learning to be. Dari
keempat pilar pendidikan tersebut terlihat bahwa pilar learning to live
together, learning to live with others, dalam konteks kemajemukan
merupakan suatu pilar yang sangat penting (Sudiadi, 2013). Pilar ini
sekaligus juga menjadi pembenar pentingnya pendidikan multikultur yang
berupaya untuk mengkondisikan supaya peserta didik mempunyai
kemampuan untuk bersikap toleran terhadap orang lain, menghargai orang
lain, menghormati orang lain dan sekaligus yang bersangkutan mempunyai
tanggung jawab terhadap dirinya serta orang lain. Sehingga bila proses
pembelajaran di sekolah diarahkan tidak hanya pada learning to know,
learning to do dan learning to be, tetapi juga diarahkan ke learning to live
together, masalah kemajemukan akan dapat teratasi dengan melakukan
manajemen konflik dan dengan demikian akan juga diikuti oleh tumbuhnya
kebudayaan nasional yang tidak melupakan kebudayaan daerah,
tumbuhnya bahasa nasional dengan tidak melupakan bahasa daerah,
tumbuhnya sistem politik nasional dengan tanpa mengabaikan sistem
politik daerah, (pemerintahan daerah). Secara umum akan tumbuh dan
berkembang Sistem Sosial Indonesia, yang berbeda dari Sistem Sosial
Amerika, Sistem Sosial Jepang, dan Sistem Sosial negara-negara lainnya.
Sistem pendidikan di Indonesia saat ini lebih berfokus pada
68
pembelajaran berbasis masyarakat. Adanya harapan dari tujuan
pembelajaran tersebut yakni dapat memecahkan permasalahan daerah
sesuai karakteristik wilayah masing-masing. Padahal masih ada
pembelajaran lagi yang perlu ditekankan yakni pembelajaran multikultural.
Adanya dilema antara penyelenggaraan model pendidikan berbasis
masyarakat dengan pendidikan multikultural, dimana tujuan awal dari
keduanya berbeda. Namun untuk mengoptimalkan potensi daerah terutama
dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, sesuai dengan konteks
otonomi daerah, pendidikan berbasis masyarakat perlu dipikirkan
formatnya, supaya penyelenggaraannya tidak semata-mata untuk
menyelesaikan kekurangan dana dari negara, tetapi untuk mendukung
terlaksananya pendidikan multikultur yang ditujukan agar tercapai
kehidupan Indonesia yang harmonis dan berkualitas dengan karakter
Indonesia.
Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan multikultural, diperlukan
perubahan paradigma pendidikan, dan karenanya diperlukan peningkatan
kompetensi pendidik untuk mewujudkannya, reformasi kurikulum yang
mengarah pada pengakuan dan pengilhaman kemajemukan masyarakat,
serta penyusunan kembali buku bacaan.
3. Pembenahan media massa menuju edukatif sebagai konsumsi
masyarakat
Aktivitas dan isi dari media massa turut membentuk masyarakat massa.
Hal ini karena sebagian dari isi yang dikandung dan disebarluaskan oleh
media massa adalah apa yang dikenal sebagai budaya massa. Tanpa sadar
media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang
baru dan mulai menentukan pola pikir serta perilaku masyarakat.
Perubahan pola tingkah laku yang paling terasa ialah dari aspek gaya hidup
dan aspek ini paling kelihatan dalam lingkungan generasi muda.
Untuk menanggulangi efek negatif dari media massa masyarakat
dihimbau agar bersikap realistis terhadap semua tayangan yang ada di
media massa baik media cetak maupun elektronik. Masyarakat harus dapat
membedakan mana yang benar-benar nyata dan mana yang hanya
merupakan imajinasi belaka.
Selain itu masyarakat harus dapat bersikap bijak menyikapi segala
69
macam pesan maupun informasi yang ditayangkan melalui media massa.
Misalnya bersikap bijak dalam menyikapi iklan-iklan yang menawarkan
berbagai keunggulan suatu produk dan harga yang menggiurkan. Sehingga
dengan berlaku bijak akan dapat menghindarkan perilaku konsumtif.
Peran orang tua dalam mendampingi anak ketika sedang menyaksikan
tayangan televisi apapun. Sehingga jika ada hal-hal yang kurang sesuai
dengan perkembangan anak, orang tua dapat mematikan atau mengganti
saluran televisi. Selain itu orang tua juga dapat memberikan pengarahan
dan bimbingan ketika menonton televisi.
Dari sisi pemerintah, untuk meningkatkan fungsi dari lembaga sensor
film, agar adegan-adegan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat dapat dihilangkan. Sebaiknya para produser
film maupun sinetron bukan hanya mengejar keuntungan saja, alangkah
lebih baiknya jika para produser lebih berorientasi untuk mendidik
masyarakat. Agar tayangan yang dibuat memiliki mutu yang tinggi.
Terutama dalam menumbuhkan kembali sikap cinta tanah air, agar
pengaruh masuknya budaya asing tidak akan melunturkan kebudayaan dan
identitas nasional.
Berdasarkan solusi di atas dalam mendidik masyarakat melalui peran
media massa tidak akan berhasil tanpa adanya peran masyarakat dan
pemerintah. Tidak dapat masalah ini dibebankan hanya pada salah satu
pihak sehingga perlunya kesadaran bersama antara masyarakat dan
pemerintah.
70
BAB VII
WAWASAN TENTANG MASYARAKAT DESA DAN
MASYARAKAT KOTA
A. Masyarakat Tradisional
Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang secara etimologis istilah
ini berasal dari kata latin "traditum" yang artinya diteruskan (transmitted)
dari masa lalu ke masa sekarang. Masyarakat tradisional adalah masyarakat
yang menjunjung tinggi leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya.
Pada umumnya masyarakat tradisional adalam masyarakat yang memiliki
pandangan bahwa melaksanakan warisan nenek moyangnya yang berupa
nilai-nilai hidup, norma, harapan, cita-cita, merupakan kewajiban,
kebutuhan, dan kebanggaan. Melaksanakan tradisi leluhur berarti menjaga
keharmonisan masyarakat, namun sebaliknya melanggar tradisi berarti
dapat merusak keharmonisan masyarakat.
Maka dari itu masyarakat tradisional cenderung bersikap tertutup dan
menaruh curiga terhadap unsur-unsur budaya asing, karena dianggap dapat
merusak keharmonisan hubungan diantara sesama warga masyarakat.
Adanya pelanggaran terhadap nilai dan norma yang berlaku akan mendapat
reaksi keras dari anggota masyarakat karena kontrol sosial sesama warga
masyarakatnya sangat kuat. Masyarakat tradisional cenderung bersikap
primordial sehingga pabila terjadi pelanggaran terhadap tradisi akan
mendapat sanksi dan pengucilan sempai dengan pengusiran. Sanksi bagi
masyarakat tradisional tidak hanya berupa hukuman fisik, tetapi juga
hukuman batin karena rasa ketergantungan antara anggota masyarakat kuat.
Masyarakat tradisional pada umumnya tinggal di daerah yang terisolir
sehingga masyarakatnya dapat mempertahankan kebudayaannya dari
pengaruh budaya luar, seperti tinggal di desa-desa sehingga ada yang
menganggap masyarakat tradisional identik dengan masyarakat desa.
Pandangan ini tidak seluruhnya benar karena dewasa ini banyak
masyarakat desa yang telah maju (modern) dan pengertian desa menunjuk
pada kriteria wilayah, bukan pada sikap semata.
Masyarakat tradisional kadang-kadang diartikan sebagai masyarakat
primitif yaitu masyarakat dengan penguasaan teknologi yang masih rendah.
Namun kenyataanya masyarakat tradisional seperti di Jepang dan Inggris
71
telah memiliki teknologi yang tinggi namun masyarakatnya masih
menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi. Demikian juga beberapa etnis di
Indonesia, di satu pihak mereka telah hidup dengan teknologi maju
(modern) namun dilain pihak mereka masih memegang teguh tradisinya.
Jadi ukuran masyarakat tradisional identik dengan masyarakat primitif
kurang tepat.
Masyarakat tradisional hidup di daerah pedesaan yang secara geografis
terletak di pedalaman yang jauh dari keramaian kota. Masyarakat ini dapat
juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa
adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan
berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir
seragam. Istilah desa dapat merujuk pada arti yang berbeda-beda,
tergantung dari sudut pandangnya.
Secara umum desa memiliki 3 unsur, yaitu :
1) Daerah dan letak, yang diartikan sebagai tanah yang meliputi luas,
lokasi dan batas-batasnya yang merupakan lingkungan geografis;
2) Penduduk; meliputi jumlah, struktur umur, struktur mata
pencaharian yang sebagian besar bertani, serta pertumbuhannya.
3) Tata kehidupan; meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatan-
ikatan warga desa.
Ketiga unsur dari desa tersebut tidak lepas satu sama lain, melainkan
merupakan satu kesatuan
Secara sosiologis pengertian desa memberikan penekanan pada
kesatuan masyarakat pertanian dalam suatu masyarakat yang jelas menurut
susunan pemerintahannya. Bila kita amati secara fisik, desa diwarnai
dengan kehijauan alamnya, kadang-kadang dilingkungi gunung-gunung,
lembah-lembah atau hutan, dan umumnya belum sepenuhnya digarap
manusia.
Secara sosial kehidupan di desa sering dinilai sebagai kehidupan yang
tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan
konflik. Oleh karena itu, desa dianggap sebagai tempat yang cocok untuk
menenangkan pikiran atau melepaskan lelah dari kehidupan kota. Akan
tetapi, sebaliknya, adapula kesan yang menganggap masyarakat desa
adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, sulit menerima
pembaharuan, mudah ditipu dan sebagainya. Kesan semacam ini timbul
72
karena masyarakat kota hanya mengamati kehidupan desa secara sepintas
dan kurang mengetahui tentang kehidupan mereka sebenarnya.
Namun demikian, perlu kita pahami bahwa tidak semua masyarakat
desa dapat kita sebut sebagai masyarakat tradisional, sebab ada desa yang
sedang mengalami perubahan ke arah kemajuan dengan meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan lama. Jadi, masyarakat desa yang dimaksud sebagai
masyarakat tradisional dalam pembahasan ini adalah mereka yang berada
di pedalaman dan kurang mengalami perubahan atau pengaruh dari
kehidupan kota.
B. Ciri-ciri Masyarakat Tradisional
Secara garis besar pada umumnya ciri-ciri masyarakat tradisional
antara lain :
1. Jumlah anggotanya relatif kecil sehingga hubungan antar warga
masyarakat cukup kuat
2. Masyarakat homogen dilihat dari keturunan, tradisi dan mungkin mata
pencahariannya
3. memiliki orde (aturan) yang mengikat anggota masyarakatnya
(dipatuhi)
4. Bersikap tertutup dan cenderung curika pada unsur budaya asing
5. Kehidupan sosial cenderung statis (lambat untuk maju)
6. Mobilitas sosialnya relatif rendah karena mereka sudah puas pada
sesuatu yang telah dimilikinya.
7. Hubungan emosional dengan alam tempat asal usul (kelahirannya)
sangat kuat, dan alam dipandang sebagai sesuatu yang dahsyat dan tak
terelakan sehingga manusia harus tunduk kepadanya.
8. Sikap religius sangat kuat yaitu kepatuhan terhadap sesuatu yang
menjadi kepercayaan (agama) sangat kuat.
C. Masyarakat Transisi
Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari
suattu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat
pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran
tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.
73
Ciri-Ciri Masyarakat Transisi
Ciri-ciri masyarakat transisi :
a. Adanya pergeseran dalam bidang, misalnya pekerjaan, seperti
pergeseran dari tenaga kerja pertanian ke sektor industri
b. Adanya pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya
tingkat pendidikan rendah, tetapi menjadi sekrang mempunya
tingkat pendidikan yang meningkat.
b. Mengalami perubahan ke arah kemajuan
c. Masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan
jaman.
d. Tingkat mobilitas masyarakat tinggi.
e. Biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke
kota misalnya jalan raya.
D. Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya
mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam
peradaban dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari
kekuasaan adat-istiadat lama. Karena mengalami perubahan dalam
perkembangan zaman dewasa ini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai
akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam mencapai
kemajuan itu masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai
pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya
seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.
Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada
umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau
masyarakat kota.
Pengertian kota secara sosiologi terletak pada sifat dan ciri
kehidupannya dan bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk
di suatu wilayah perkotaan. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa
tidak semua warga masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern,
74
sebab banyak orang kota yang tidak mempunyai orientasi nilai budaya
yang terarah ke kehidupan peradaban dunia masa kini, misalnya
gelandangan atau orang yang tidak jelas pekerjaan dan tempat tinggal.
Ciri-Ciri Masyarakat Modern
Alam tidak lagi hal yang amat vital dalam menunjang kehidupan
mereka seperti yang dialami masyarakat tradisional. Sebaliknya alam
dikendalikan dengan kemampuan pengetahuan mereka dalam menunjang
kehidupan yang lebih baik.
Masyarakat kota yang hidupnya mengalami gejala modernisasi
umumnya hidup dari sektor industri, selain itu mereka juga hidup dari
sektor perdagangan kepariwisataan, dan jasa lainnya. Jadi, kota yang
sebagian besar warganya terlibat dalam kegiatan itu disebut kota industri.
Sistem mata pencaharian sektor industri mempengaruhi segi-segi
kehidupan sosial masyarakat modern antara lain mempengaruhi
pembentukan sistem pelapisan sosial, organisasi sosial, pola-pola perilaku,
nilai dan norma sosial, kekuasaan dan wewenang dan segi-segi kehidupan
lainnya yang merupakan ciri-ciri masyarakat modern.
E. Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan ialah masyarakat yang mendiami suatu wilayah
tertentu yang ukurannya lebih kecil dari wilayah kota. Masyarakat desa
adalah bentuk persekutuan abadi antara manusia dan institusinya dalam
wilayah setempat yaitu tempat mereka tinggal di rumah-rumah pertanian
yang tersebar dan di kampung yang biasanya menjadi pusat kegiatan
bersama. Sering disebut dengan masyarakat pertanian / pedesaan.
Ciri-Ciri Masyarakat Desa
1. Menurut Roucek – Warren Ciri-ciri desa adalah :
a. Kelompok primer merupakan kelompok dominan
b. Hubungan antarwarga bersfiat akrab dan awet
c. Homogen dalam berbagi aspeknya
d. Mobilitas sosial rendah
75
e. Keluarga lebih dilihat fungsinya secara ekonomis sebagai unit
produksi
f. Proporsi anak lebih besar
2. Menurut Mayor Polak Ciri-ciri desa adalah:
a. Bersifat kekeluargaan
b. Bersifat koeltif dalam pembagian dan pengerjaan tanah
c. Bersifat kesatuan ekonomis, yaitu dapat memenuhi kebutuhan
sendiri (subsistensi)
3. Menurut Bauchmant Ciri-ciri desa adalah:
a. Jumlah penduduk kecil
b. Sebagian besar penduduk dari pertanian
c. Dikuasai alam
d. Homogen
e. Mobilitas rendah
f. Hubungan intim
4. Menurut Talcott Parson Ciri-ciri desa adalah:
Afektifitas : Hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta,
kesetiaan, dan kemesraan. Wujudnya berupa sikap tolong menolong.
a. Bersifat kolektif dalam pembagian dan pengerjaan tanah.
b. Bersifat kesatuan ekonomis, yaitu dapat memenuhi kebutuhan
sendiri (subsistensi)
5. Menurut Bauchmant Ciri-ciri desa adalah:
a. Jumlah penduduk kecil
b. Sebagian besar penduduk hidup dari pertanian
c. Dikuasai alam
d. Homogen
e. Mobilitas rendah
f. Hubungan intim
6. Menurut Talcott Parson
a. Afektifitas : hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta,
kesetiaan, dan kemesraan. Wujudnya berupa sikap tolong menolong
terhadap orang lain.
b. Orientasi kolektif : meningkatkan kebersamaan, tidak suka
menonjolkan diri, tidak (enggan) berbeda pendapat
76
c. Partikularisme : semua hal yang berhubungan dengan apa yang
khusus untuk tempat atau daerah tertentu saja, perasaan subjektif,
rasa kebersamaan
d. Askripsi : berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang disengaja, tetapi lebih
merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau
keharusan
e. Kekaburan (Diffusenses) : sesuatu yang tidak jelas terutama dalam
hubungan antarpribadi, tanpa ketegasan yang dinyatakan secara
eksplisit (tidak to the point).
Perkembangan desa mengikuti pola sebagai berikut :
1) Desa Tradisional (Pradesa)
Pada masyarakat suku terasing yang masih bergantung pada alam (cara
bercocok tanam, cara memasak makanan, cara pemeliharaan kesehatan)
kondisi masyarakat relatif statis tradisional masyarakat tergantung pada
keterampilan dan kemampuan pemimpin (kepala suku).
2) Desa Swadaya
Sudah mampu mengolah alam untuk mencukup kebutuhan sendiri
sudah mengenal sistem iritasi sehingga tidak tergantung curah hujan.
3) Desa Swakarsa (Desa peralihan)
Sudah menuju ke arah kemajuan benih-benih demokrasi sudah mulai
tumbuh 9tidak lagi tergantung pada pemimpin) mobilitas sosial sudah
mulai ada baik vertikal maupun horizontal.
4) Desa Swasembada
Masyarakat sudah tergolong maju sudah mengenal mekanisasi dan
teknologi ilmiah partisipasi masyarakat dalam bidang pembangunan
sudah efektif.
F. Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang sebagian besar
warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan
dalam peradaban dunia masa kini.
Ciri – Ciri Masyarakat Kota
a. Ciri – Ciri Kehidupan Masyarakat Kota Sebagai berikut :
1) Pembagian kerja sudah terspesialisasi dengan jelas
77
2) Organisasi sosial lebih berdasar pada pekerjaan dan kelas sosial
daripada kekeluargaan
3) Lembaga pemerintahan lebih maju berdasar teritoritum daripada
kekeluargaan t
4) Terdapat sistem perdagangan dan pertukaran
5) Mempunyai sarana komunikasi dan telekomunikasi yang lengkap
6) Berteknologi yang rasional.
b. Ciri-ciri masyarakat kota menurut Talcott Parson antara lain :
1) Netralitas efektif, memperhatikan sikap netral, mulai sikap acuh tak
acuh sampai tidak memperdulikan jika menurut pendapatnya tidak
ada sangkut pautnya dengan kepentingan pribadinya.
2) Orientasi diri, menonjolkan kepentingan pribadi dan tidak segan-
segan menentang jika dirasa tidak cocok atau diasakan melanggar
kepentingannya
3) Universalisme, berpikir objektif, menerima segala sesuatu secara
objektif
4) Prestasi, suka mengejar prestasi, karena prestasi mendorong orang
terus maju.
5) Spesifitas, menujukkan sesuatu yang jelas dan tegas dalam
hubungan antara pribadi, maksudnya niat dinyatakan secara
langsung (to the point).
G. Interaksi Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Interaksi dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, ekonomi maupun
proses budaya. Interaksi antara desa dan kota dapat terjadi karena berbagai
faktor atau adanya beberapa unsur-unsur yang berada dalam desa, kota
maupun desa dan kota. Kemajuan masayarakat desa, perluasan jaringan
jalan desa dan kota, integrasi atau pengaruh kota terhadap desa, kebutuhan
timbal balik antara desa dan kota telah memacu adanya interaksi antara
desa dan kota.
Interaksi antara desa dan kota dapat dibagi menjadi dua kategori:
1. Hubungan antara desa dan kota dalam berbagai ruang (seperti orang,
barang, uang, dan informasi);
2. Interaksi sektoral, yang meliputi kegiatan “perkotaan” yang kegiatan
tersebut di lakukan di daerah pedesaan (seperti urban agriculture atau
78
yang sering disebut suatu industri yang terletak di dalam kota (intra-
urban) atau di pinggiran kota atau kegiatan yang sering diklasifikasikan
sebagai desa (seperti manufaktur dan beberapa jasa) yang dilakukan di
daerah pedesaan.
Meskipun kegiatan ekonomi yang berbeda antara desa dan kota, tetapi
interaksi antara desa dan kota saling menguntungkan. Hubungan desa dan
kota pada kehidupan pedesaan menimbulkan dampak yang positif,di mana
pembangunan pedesaan dan perkotaan yang saling tergantung dan
terintegrasi.
Interaksi antara desa dengan kota pada umumnya berkaitan dengan
kegiatan dan kebutuhan. Namun interaksi antara masyarakatnya lebih
menitik beratkan pada komunikasi dan siklus perputaran penduduk baik
dari desa ke kota ataupun dari kota ke desa, hal ini juga meliputi kegiatan
masyarakatnya. Interaksi masyarakat desa-kota adalah proses hubungan
yang bersifat timbal balik antar unsur-unsur yang ada di kota dan di desa
dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang
bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang didengar sehingga
melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa fisik maupun non fisik.
Interaksi antara masyarakat desa dengan kota ini dipengaruhi oleh kekuatan
perkotaan yang dapat menentukan keberlangsungan kehidupan di desa.
Terjadinya interaksi ini tentu saja memiliki faktor penyebab yang dapat
mempercepat proses tersebut. Edward Ulman mengemukakan bahwa
factor-faktor yang mempengaruhi interaksi antara desa dan kota, antara
lain:
a. Adanya wilayah–wilayah yang saling melengkapi (regional
complementarity) artinya, terdapat kebutuhan timbal balik antar wilayah
sebagai akibat adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh tiap
wilayah.
b. Adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity)
artinya, kedua wilayah memiliki kesempatan melakukan hubungan
timbal balik serta tidak ada pihak ketiga yang membatasi kesempatan
itu. Adanya campur tangan /intervensi pihak ketiga (wilayah ketiga)
dapat menjadi penghambat atau melemahkan interaksi antara dua
wilayah.
79
c. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang (spacial transfer
ability) artinya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang baik
manusia, informasi ataupun barang sangat bergantung dengan faktor
jarak, biaya angkasa (transportasi) dan kelancaran prasarana
transportasi. Jadi semakin mudah transferbilitas, maka akan semakin
besar arus komoditas.
Pengaruh dan Faktor yang Memengaruhi Interaksi Desa dan Kota -
Pola dan kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih sangat
dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial daerah tersebut, serta kemudahan
yang mempercepat proses hubungan kedua wilayah itu. Menurut Edward
Ullman, ada tiga faktor utama yang mendasari atau memengaruhi
timbulnya interaksi antarwilayah, yaitu sebagai berikut.
1. Adanya Wilayah-Wilayah yang Saling Melengkapi (Regional
Complementary)
Regional Complementary adalah terdapatnya wilayah-wilayah yang
berbeda dalam ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu
pihak ada wilayah yang kelebihan (surplus) sumber daya, seperti
produksi pertanian dan bahan galian, dan di lain pihak ada daerah yang
kekurangan (minus) jenis sumber daya alam tersebut. Adanya dua
wilayah yang surplus dan minus sumber daya tersebut sangat
memperkuat terjadinya interaksi, dalam arti saling melengkapi
kebutuhan, di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen
dan konsumen.
80
2. Adanya Kesempatan untuk Berintervensi (Intervening Opportunity)
Kesempatan berintervensi dapat diartikan sebagai suatu
kemungkinan perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi
antarwilayah.
Berdasarkan Bagan 4.2, sebenarnya secara potensial antara wilayah A
dan B sangat memungkinkan terjalin interaksi karena masing-masing
81
wilayah memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya sehingga dapat
berperan sebagai produsen dan konsumen. Namun karena ada wilayah lain,
yaitu C yang menyuplai kebutuhan wilayah A dan B maka kekuatan
interaksi antara A dan B menjadi lemah. Dalam hal ini, wilayah C berperan
sebagai intervening area atau wilayah perantara.
Intervening opportunity dapat pula diartikan sebagai sesuatu hal atau
keadaan yang dapat melemahkan jalinan interaksi antarwilayah karena
adanya sumber alternatif pengganti kebutuhan. Untuk lebih jelasnya, amati
Bagan 4.3.
3. Adanya Kemudahan Transfer atau Pemindahan dalam Ruang (Spatial
Transfer Ability)
Faktor yang juga memengaruhi kekuatan interaksi adalah
kemudahan pemindahan manusia, barang, jasa, gagasan, dan informasi
antara satu wilayah dan wilayah lainnya. Kemudahan pergerakan
antarwilayah ini sangat berkaitan dengan:
1) Jarak antarwilayah, baik jarak mutlak maupun relatif;
2) Biaya transportasi;
3) Kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana transportasi
antarwilayah.
a. Pengaruh Interaksi Desa dan Kota
Wujud interaksi kota-desa yang paling sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut.
1) Pergerakan barang dari desa ke kota, atau sebaliknya.
2) Pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota ke desa.
3) Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah.
4) Pergerakan manusia, baik dalam bentuk bekerja, rekreasi, menuntut
ilmu, ataupun keperluan-keperluan lainnya.
82
Proses interaksi yang berlangsung secara terus menerus dengan
intensitas yang relatif tinggi tentunya dapat menimbulkan pengaruh,
baik bagi wilayah perdesaan maupun perkotaan. Pengaruh tersebut
dapat bersifat negatif ataupun positif. Beberapa contoh media yang
mengakibatkan adanya perubahan bagi kawasan perdesaan karena
proses interaksi antara lain melalui program Kuliah Kerja Nyata
(KKN) dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan
mahasiswa, kegiatan ABRI Masuk Desa (AMD), tenaga sukarela
untuk pembangunan desa-desa terpencil baik yang dikirim
pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
program pembangunan desa, dan media-media lainnya.
b. Pengaruh positif yang dapat timbul akibat adanya interaksi kota-
desa antara lain sebagai berikut.
1) Tingkat pengetahuan penduduk meningkat.
2) Adanya lembaga pendidikan di perdesaan dapat memberikan
sumbangan yang sangat berarti dalam meningkatkan pengetahu
an dan wawasan penduduk untuk turut serta dalam proses
pembangunan.
3) Tingkat ketergantungan desa terhadap kota sedikit demi sedikit
dapat dikurangi karena wilayah desa terus mengalami
perkembangan ke arah kemandirian.
4) Melalui pengembangan prasarana dan sarana transportasi yang
menghubungkan kota dengan desa, wilayah perdesaan akan
semakin terbuka. Terbukanya keisolasian wilayah desa tentunya
dapat meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat.
5) Masuknya unsur-unsur teknologi ke wilayah perdesaan dapat
lebih mengefektifkan proses produksi dan pengelolaan sumber
daya alam sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
6) Bagi masyarakat kota, proses interaksi dengan wilayah
pedesaan juga memiliki pengaruh yang positif, seperti
terdistribusinya barang-barang hasil pertanian, perkebunan, dan
83
barang-barang yang lain untuk memenuhi konsumsi penduduk
kota.
c. Adapun contoh pengaruh negatif interaksi kota-desa adalah sebagai
berikut.
1) Gerakan penduduk desa ke kota dapat mengurangi jumlah
penduduk desa usia produktif yang diharapkan dapat mem
bangun desanya.
2) Banyak lahan pertanian di desa yang terlantar karena pen duduk
nya berurbanisasi.
3) Timbulnya gejala urbanisme.
84
BAB VIII
SOSIAL DAN KEBUDAYAAN
A. Interaksi Sosial Sebagai Faktor Utama Dalam Kehidupan Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan bentuk umum sekaligus
dasar dari proses sosial. Kimball Young dan Raymond dalam bukunya
yang berjudul Sociology and Social Life mengatakan bahwa “Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi
sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.”
Interaksi sosial dimulai pada saat dua orang bertemu. Namun perlu
diingat sekedar pertemuan badaniah orang-perorangan tidak akan
menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan
baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok manusia
bekerja sama, saling berbicara dan seterusnya. Berlangsungnya proses
interaksi sosial didasarkan pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi,
sugesti, identifikasi dan simpati. Dalam bukunya yang berjudul “Faktor-
faktor Dasar Interaksi Sosial dan Kepatuhan Pada Hukum” Soerjono
Soekamto menyebutkan bahwa faktor-faktor tersebut merupakan faktor-
faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi
sosial. Walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang sangat
kompleks, sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas
antara faktor-faktor tersebut. Interaksi sosial tidak akan terjadi jika tidak
ada interaksi dengan diri sendiri. Dan menurut Mead interaksi dengan diri
sendiri itu ditandai dengan adanya proses berfikir. Dengan berfikir individu
memilih yang mana di antara stimulus yang tertuju kepadanya itu yang
akan ditanggapinya. Sehingga kita tidak secara langsung menanggapi
stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan
stimulus mana yang akan ditanggapi.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang, juga dapat
dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktvitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubangan antara orang-
85
orang-perorangan, antara kelompol-kelompok manuasia maupun antara
orang perorangan dengan kelompok. Aktivitas-aktivitas semacam itu
merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial antara –
kelompok – kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai
kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor
antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor
tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam
keadaan tergabung. Apabila masing-masing ditinjau secara lebih
mendalam, faktor imitasi misalnya, mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah
bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian imitasi mungkin pula
mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya, yang
ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Selain itu, imitasi juga
dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi
seseorang.
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan
atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh
pihak lain.
Mungkin proses sugesti terjadi apabila orang yang memberikan
pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya
86
yang otoriter. Kiranya mungkin pula bahwa sugesti terjadi oleh sebab yang
memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari
kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau
keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan
pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari pada imitasi, karena
kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.
Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses di mana seseorang
merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang
peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati
adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya.
Beberapa contoh interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan
individu lainnya, individu dengan kelompok maupun yang terjadi antara
kelompok dengan kelompok, sebagai berikut :
a. Contoh Interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan individu
lainnya:
Ketika dua orang bertemu, saling menegur, saling berbicara atau
bahkan mungkin berkelahi. Saling bertemu muka tanpa berbicara pun
juga disebut dengan interaksi sosial antara individu.
b. Contoh interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan kelompok:
Ketika seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan
suatu kelompok manusia di dalam kelas, pada taraf pertama akan
tampak bahwa guru mencoba menguasai kelasnya supaya interaksi
sosial berlangsung dengan seimbang. Dalam hal ini terjadi saling
pengaruh mempengaruhi antara guru dengan murid-muridnya sebagai
suatu kelompok, maka ini disebut dengan proses interaksi sosial antara
individu dengan kelompok.
c. Contoh interaksi sosial yang terjadi antar kelompok-kelompok:
Pada perang dunia kedua yang melibatkan Jerman dan Perancis, pada
mulanya keduanya adalah sahabat yang selalu bersaing pada setiap
perlombaan balap sepeda bayaran. Mereka pada dasarnya bukan musuh
secara pribadi, akan tetapi kelompoknya masing-masing (yaitu negara
Jerman dan Perancis) yang bermusuhan. Interaksi sosial antara
kelompok sosial tersebut tidak bersifat pribadi.
87
B. Bentuk dan Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
1. Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat gillin menyebutkan dua macam dari proses sosial
dengan timbul dari akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses
asosiatif/bersekutu (processes of association) dan proses
disosiatif/memisahkan (processes of dissociation). Proses interaksi sosial
asosiatif adalah proses menuju terbentuknya persatuan atau interaksi sosial.
Proses interaksi sosial disosiatif adalah proses oposisi (oppositional
process) yang berarti tip berjuang melawan seorang ataupun sekelompok
orang untuk meraih tujuan tertentu. Dari kedua macam interaksi sosial
tersebut, diantaranya memiliki beragam bentuk antara lain sebagai berikut.
a) Interaksi Sosial Asosiatif
Interaksi sosial secara asosiatif memiliki sifat positif, artinya
mendukung seseorang atau kelompok dalam mencapai tujuan tertentu.
Proses asosiatif memiliki bentuk-bentuk antara lain sebagai berikut.
1. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antar individu ataupun
kelompok untuk mencapai kepentingan dan tujuan yang serupa, serta
menyadarinya bermanfaat untuk dirinya atau orang lain. Kerja sama
berorientasi antara individu terhadap kelompok (in group) dan individu
terhadap kelompok lainnya (out group). Menurut Charles H. Cooley,
kerja sama dapat berlangsung jika seseorang menyadari dirinya
memiliki kepentingan yang sama dengan orang lain. Selain dari itu,
pada saat yang sama memiliki pengetahuan dan pengendalian terhadap
dirinya sendiri dalam memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran dari
kepentingan yang sama dan juga pengorganisasian diri merupakan
sesuatu yang penting dalam kerja sama.
Kerja sama akan bertambah kuat jika terdapat bahaya bahaya dari
luar dan juga tindakan-tindak luar yang menyinggung kesetiaan yang
telah tertanam dalam kelompok, dalam diri seseorang, atau segolongan
orang-orang. Contohnya, kerja sama antara prajurit dalam satu kesatuan
terjalin ketika menghadapi musuh dalam sebuah medan pertempuran.
Proses sosial erat kaitannya dengan kerja sama ialah konsensus.
Konsensus terjadi kalau dua pihak atau lebih ingin memelihara adanya
88
hubungan dan masing-masing memandang sebagai kepentingan sendiri.
Dalam mengadakan konsensul dapat muncul jika anggota kelompok
mempunyai perbedaan pendapat. Dalam konsensus, pertentangan
kepentingan terlihat nyata, tetapi tidak sebesar di konflik.
Bentuk-Bentuk Kerja Sama
Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki bentuk-bentuk
antara lain lain sebagai berikut
a) Kerukuran atau gotong royong ialah bentuk kerja sama yang
dilakukan secara sukarela demi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
tertentu yang berkaitan langsung dengan orang-orang yang
terlibat dalam gotong royong.
b) Bargaining, yaitu kegiatan perjanjian pertukaran barang ataupun
jasa dua organisasi ataupun lebih
c) Kooptasi, yaitu prosedur penerimaan unsur-unsur baru di
kepemimpinan dan pelaksanaan ketatanegaraan organisasi
sebagai satu-satunya tips untuk menghindari adanya konflik yang
dapat mengguncang organisasi
d) Koalisi, adalah kombinasi yang dilakukan dari dua organisasi
atau lebih yang memiliki tujuan yang sama. Koalisi menghasilkan
keadaan dengan tidak stabil karena ke-2 organisasi memiliki
struktur tersendiri.
e) Joint-venture, adalah bentuk kerja sama dalam perusahaan proyek
khusus, seperti pengeboran minyak dan juga perhotelan.
Berdasarkan bentuk kerjanya, kerja sama dibagi dalam beberapa
macam antara lain sebagai berikut.
a) Kerja sama spontan adalah kerja sama serta-merta
b) Kerja sama langsung adalah kerja sama yang dilakukan dari hasil
perintah atasan atau penguasa.
c) Kerja sama kontak adalah kerja sama atas dasar perintah tertentu.
d) Kerja sama tradisional adalah kerja sama sebagai bagian
antaraunsur dalam sistem sosial
2. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau
kelompok manusia dengan semula saling bertentangan untuk upaya
mengatasi ketegangan. Akomodasi berarti adanya keseimbangan
89
interaksi sosial dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat.
Akomodasi seringkali merupakan cara untuk menyelesaikan
pertentangan, entah dengan cara menghargai kepribadian yang
berkonflik ataupun paksaan (tekanan).
Bentuk-Bentuk Akomodasi
Akomodasi sebagai proes mempunyai beberap bentuk antara lain
sebagai berikut.
a) Koersi adalah bentuk dari akomodasi yang berlangsung karena
paksaan kehendak suatu pihak terhadap pihak lain yang lemah
dengan didominasi suatu kelompok atas kelompok lain.
Contohnya sistem rezim (pemerintahan) totaliter.
b) Kompromi adalah bentuk dari akomodasi yng pihak-pihak
terlibat perselisihan saling meredakan tuntutan sehingga tercapai
suatu penyelesaian. Sikap dasar kompromi adalah semua pihak
bersedia merasakan dan memahami keadaan pihak lain.
Contohnya: perjanjian gencatan senajata antara kedua negara
yang sedang terlibat perang.
c) Arbitrase adalah bentuk akomodasi yang terjadi apabila terdapat
pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi
sendiri. Maka dari itu diundanglah kelompok ketiga yang tidak
berat sebelah (netral) untuk mengusahakan penyelesaian. Pihak
ketiga tersebut berasal dari badan yang berwenang. Contohnya:
penyelesaian pertentangan antara pengusaha dan serikat buruh
diselesaikan melalui arbitrase (pihak ketiga yang netral).
d) Mediasi adalah pihak ketiga untuk penengah atau juru damai.
Keputusan berdamai tergantung pihak-pihak yang betikai.
Contohnya: mediasi pemerintah Republik Indonesia untuk
mendamaikan faksi-faksi yang bersilih di kamboja.
e) Konsiliasi ialah upaya mempertemukan keinginan pihak-pihak
yang berselisih untuk tercapainya suat persetujuan bersama.
Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan
mengadakan asimilasi. Contohnya, panitia tetap penyelesaian
masalah ketenagakerjaan mengundang perusaan dan wakil
karyawan untuk menyelesaikan masalah.
90
f) Toleransi adalah bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan
resmi karena tanpa disadari dan direncanakan, adanya keinginan
untuk menghindarkan diri dari perselisihan yang saling
merugikan.
g) Stalemate adalah bentuk dari akomodasi yang terjadik ketika
kelompok terlibat pertentangan dengan kekuatan seimbang.
Dengan kesadaran ke-2 belah pihak maka tidak ada yang maju
ataupun mundur sehingga pertentangan akan berhenti dengan
sendirinya.
3. Asimilasi (assimilation)
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan perbedaan
antarindividu atau antar kelompok guna mencapai satu kesepakatan
berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut
Koentjaraningrat, prosedur asimilasi akan timbul bila ada kelompok-
kelompok yang mempunyai perbedaan kebudayaan. Kemudian,
individu-individu dalam kelompok tersebut berinteraksi secara
langsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama,
sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan
menyesuaikan diri.
Dalam asimilasi/penyerapan terjadi proses identifikasi diri dengan
kepentingan-kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila dua kelompok
atau dua orang berbuat asimilasi, maka batas-batas antarkelompok akan
hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok baru.
4. Akulturasi (Aculturation)
Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur
kebudayaan asing menjadi bagian dari kultur suatu kelompok, tanpa
menghilangkan kepribadian kebudayaan asli. Akulturasi merupakan
hasil dari perpaduan kedua kebudayaan dalam waktu lama. Unsur
kebudayaan asing sama-sama diterima oleh kelompok yang
berinteraksi, selanjutnya diolah tanpa menghilangkan kepribadian
kebudayaan yang asli sebagai penerima.
Contoh Akulturasi:
a) Kebudayaan Hindu dan kebudayaan Islam bertemu di Indonesia
kemudian menciptakan kebudayaan Islam yang bercorak Hindu
91
b) Musik Melayu bertemu dengan musik portugis dibawa oleh para
penjajah menghasilkan musik keroncong
5. Paternalisme
Paternalisme adalah penguasaan kelompok pendapatang terhadap
kelompok anak negeri. Perekonomian suatu wilayah kadang kala
dikuasi oleh kelompok pendatang, bukan oleh penduduk anak negeri
(pribumi). Kaum pendatang biasanya bertindak sebagai penguasa atau
pemilik modal, sedangkan penduduk pribumi sebagai buruh atau
pekerja. Kondisi ini sudah berakar jauh pada masa penjajahan dimana
bangsa Belanda (sebagai kelompok pendatang) menguasai bangsa
Indonesia (sebagai penduduk pribumi). Penguasaan ini tidak pada
bidang ekonomi ataupun perdagangan, tetapi juga di bidang pertanahan,
permodalan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Masalah sosial
seperti ini hendaknya cepat diatasi agar tidak muncul kebencian dan
konflik antara kaum pendatang dan warga pribumi (asli).
b) Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif disebut juga dengan oposisi, yang artinya
bertentangan dengan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi sosial disosiatif dibedakan menjadi bebeama bentuk,
antara lain sebagai berikut.
1. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan proses sosial ketika terdapat ke-2 pihak atau
lebih saling berlomba melakukan sesuatu untuk mencapai kemenangan
tertentu. Persaingan terjadi jikalau beberapa pihak menginginkan
sesuatu dengan jumlah yang terbatas ataupun menjadi pusat perhatian
umum. Seperti, ribuan remaja bersaing agar masuk jajaran 12 besar
penyanyi idola. Persaingan dilakukan atas norma dan nilai yang diakui
bersama dan berlaku di masyarakat tersebut. Kemungkin kecil,
persaingan menggunakan kekerasan ataupun ancaman. Jadi, dapat
disebut bahwa persaingan dilakukan dengan sehat atau sportif.
Persaingan disertai dengn kekerasan, bahaya, atau keinginan untuk
merugikan pihak lain, hal ini dinamakan dengan persaingan tak sehat
dan bukan lagi disebut dengan persaingan akan tetapi telah menjurus
92
kepada permusuhan atau persengketaan. Hasil dari persaingan harus
diterima dengan kepala dingin, tanpa dendam sedikit pun. Mulai dari
awal, Setiap pihak yang bersaing menyadari akan ada yang menang dan
kalah.
Macam-Macam Contoh Persaingan
Perhatikan beberapa contoh persaingan berikut ini.
a. Contoh persaingan pada bidang ekonomi: persaingan antara produsen
barang sejenis dalam merebut pasar yang terbatas
b. Contoh persaingan dalam sesuatu kedudukan: persaingan untuk
menduduki jabatan strategis
c. Contoh persaingan dalam hal kebudayaan: persaingan dalam
penyebaran ideologi, pendidikan, dan unsur kebudayaan yang lain.
2. Kontravensi
Kontravensi adalah sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak
adanya perselisihan (konflik) terbuka. Kontravensi merupakan proses sosial
dengan tanda ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan
dengan tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontravensi adalah
perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dan pendirian kalangan
lainnya dalam masyarakat ataupun dapat juga pendirian menyeluruh
masyarakat.
Macam-Macam Bentuk Kontrakvensi - Menurut Leopald von Wiese
dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi antara lain sebagai
berikut.
a) Kontravensi umum, seperti penolakan, keengganan, protes,
perlawanan, gangguan, dan mengancam pihak lawan.
b) Kontravensi sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang di
depan umum.
c) Kontravensi intensif, seperti penghasutan dan penyebaran desas-
desus.
d) Kontravensi rahasia, seperti membocorkan rahasia atau berkhianat.
e) Kontravensi taktis, misalnya mengejutkan kelompok lawan
provokasi dan intimidasi.
93
3. Pertikaian
Pertikaian adalah proses sosial sebagai bentuk lanjut dari kontravensi.
Dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi
karena adanya perbedaan yang semakin tajam antara kalangan tertentu
dalam masyarakat. Kondisi perbedaan yang semakin tajam mengakibatkan
amarah dan rasa benci yang mendorong adanya tindakan untuk melukai,
menghancurkan, atau menyerang pihak lain. Jadi, pertikaian muncul
apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau
tujuannya dengan jalan menentang pihak lain lewan ancaman atau
kekerasan.
4. Pertentangan atau konflik (conflict)
Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau
kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak
lawan. Konflik biasa terjadi dengan disertai ancaman atau kekerasan.
Konflik terjadi karena adanya perbedaan pendapat, perasaan individu,
kebudayaan, kepentingan baik kepentingan individu maupun kelompok,
dan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang cepat dengan
menimbulkan disorganisasi sosial.
Perbedaan-perbedaan ini akan memuncak menjadi pertentangan karena
keinginan-keinginan individu tidak dapat diakomodasikan. Akibatnya, tiap
individu atau kelom berusaha menghancurkan lawan dengan ancaman atau
kekerasan. Pertentangan kebanyakan yang berperan adlaam perasaan.
Persaan dapat mempertajam adanya perbedaan sehingga kedua pihak
berusaha saling menghancurkan. Contohnya perasaan yang menimbulkan
konflik adalah benci, iri dan sentimen. Pertentangan tidak selalu bersifat
negatif. Pertentangan menjadi alat untuk menyesuaikan norma-norma yang
telah ada sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pertentangan juga
menghasilkan suatu kerja sama karena kedua pihak saling introspeksi untuk
mengadakan perbaikan-perbaikan. Contoh dampak positif pertentangan
(konflik) adalah perombakan aturan-aturan yang membatasi hak politik
warga negara di masa Orde Baru.
Bentuk-Bentuk Pertentangan - Pertentangan memiliki bentuk-bentuk
khusus antara lain sebagai berikut.
a) Pertentangan pribadi, adalah individu yang sejak mereka mulai
berkenalan sudah tidak slaing menyukai. Awal buruk
94
dikembangkan akan menimbulkan kebencian. Masing-masing pihak
akan berusaha menghancurkan pihak lawan.
b) Pertentangan rasial, adalah pertentangan yang terjadi karena
kepentingan kebudayaan. Keadaan bertambah buruk jika terdapat
salah satu ras yang menjadi golongan minoritas.
c) Pertentangan antarkelas sosial, adalah pertentangan yang terjadi
karena terdapat perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan
kepentingan antara majikan dan buruh.
d) Pertentangan politik. adalah pertentangan yang terjadi
antargolongan dalam masyarakat antara negara-negara berdaulat.
Contohnya, pertentangan yang terjadi antarpartai poltiik menjelang
pemilu atau pertentangan antarnegara.
e) Pertentangan yang bersifat internasional, adalah pertentangan yang
disebabkan oleh kepentingan yng lebih luas menyangkut
kepentingan naional dan kedaulatan masing-masing negara. Jika
terdapat pihak yang tak dapat mengendalikan diri, maka akan
terjadi peperangan.
5. Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Syarat utama terjadinya suatu interaksi sosial adalah adanya kontak
sosial (social contact) dan komunikasi (communication).
a. Kontak Sosial
Kontak berasal dari kata Latin cum atau con yang berarti bersama -
sama, dan tangere yang memiliki arti menyentuh. Jadi, secara harafiah
kontak berarti bersama - sama menyentuh. Dalam pengertian
sosiologis, kontak merupakan gejala sosial. Orang dapat mengadakan
hubungan dengan pihak lain tanpa mengadakan sentuhan fisik,
misalnya berbicara dengan orang lain melalui telepon, surat, dan
sebagainya. Jadi, kontak sosial merupakan aksi individu atau kelompok
dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si pelaku dan si
penerima, dan si penerima membalas aksi itu dengan reaksi. Kita
membedakan kontak berdasarkan cara, sifat, bentuk, dan tingkat
hubungannya.
1) Berdasarkan Cara
95
Kita mengenal dua macam kontak dilihat dari caranya, yaitu kontak
langsung dan kontak tidak langsung
a. Kontak langsung terjadi secara fisik. Misalnya dengan berbicara,
tersenyum, atau bahasa gerak (isyarat).
b. Kontak tidak langsung terjadi melalui media atau perantara
tertentu, seperti pesawat telepon, radio, televisi, telegram, surat,
dan lain - lain.
2) Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, kita mengenal tiga macam kontak, yaitu
kontak antarindividu, antara individu dengan kelompok, dan antara
kelompok dengan kelompok.
a. Kontak antarindividu, misalnya tindakan seseorang anak
mempelajari kebiasaan - kebiasaan dalam keluarganya.
b. Kontak antara kelompok dengan kelompok, misalnya pertandingan
bola voli antarsiswa SMA se-Bandung.
c. Kontak antara individu dengan kelompok, misalnya tindakan
seorang guru yang sedang mengajar siswanya agar mereka
mempunyai persepsi yang sama tentang sebuah masalah.
Contohnya guru tari yang melatih beberapa murid, sehingga terjadi
persamaan gerak di antara mereka.
3) Berdasarkan Bentuk
Dilihat dari bentuknya, kita mengenal dua macam kontak, yaitu
kontak positif dan kontak negatif.
a. Kontak positif mengarah pada suatu kerja sama. Misalnya seorang
pedagang melayani pelanggannya dengan baik.
b. Kontak negatif mengarah pada suatu pertentangan, bahkan
berakibat putusnya interaksi sebagaimana tampak dalam perang
Lebanon dan Israel.
4) Berdasarkan Sifat Hubungan
Menurut tingkat hubungannya, kita mengenal kontak primer dan
kontak sekunder.
96
a. Kontak primer terjadi apabila orang yang mengadakan hubungan
langsung bertemu dan bertatap muka. Misalnya orang yang saling
berjabat tangan, saling melempar senyum, dan sebagainya.
b. Kontak sekunder memerlukan suatu perantara atau media, bisa
berupa orang atau alat. Selain itu juga dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya
berbicara melalui telepon. Contoh sekunder tidak langsung dapat
Anda pahami dari cerita berikut ini. "Toni berkata kepada Sigit
bahwa Ani mengagumi permainannya sebagai pemegang peran
utama dalam pementasan sandiwara yang lalu. Ani mendapat
ucapan terima kasih dari Sigit atas pujiannya melalui Toni." Dari
cerita tersebut dapat diketahui bahwa walaupun Toni sama sekali
tidak bertemu dengan Ani, tetapi di antara mereka telah terjadi
suatu kontak karena masing - masing memberi tanggapan.
b. Komunikasi
Dalam berinteraksi dengan teman - teman, tentu Anda juga
melakukan komunikasi. Apakah komunikasi itu? Komunikasi dapat
diwujudkan dengan pembicaraan gerak - gerik fisik, ataupun perasaan.
Selanjutnya, timbul sikap dan ungkapan perasaan seperti senang, ragu,
takut, atau menolak, bersahabat, dan sebagainya yang merupakan reaksi
atas pesan yang diterima. Saat ada aksi dan reaksi itulah terjadi
komunikasi. Jadi, komunikasi adalah tindakan seseorang
menyampaikan pesan terhadap orang lain dan orang lain itu memberi
tafsiran atas sinyal tersebut serta mewujudkannya dalam perilaku.
Dari uraian di atas, tampak bahwa komunikasi hampir sama dengan
kontak. Namun, adanya kontak belum tentu berarti terjadin komunikasi.
Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan
tujuan bersama antara masing - masing pihak.
Dalam komunikasi terdapat empat unsur, yaitu pengirim, penerima,
pesan, dan umpan balik.
1) Pengirim (sender) atau yang biasa disebut communicator adalah
pihak yang mengirimkan pesan kepada orang lain.
2) Penerima (receiver) yang biasa disebut communicant adalah pihak
yang menerima pesan dari sender.
97
3) Pesan (message) adalah isi atau informasi yang disampakan
pengirim kepada penerima.
4) Media adalah alat / sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan di komunikator kepada khalayak. Media digolongkan
menjadi 4, yaitu: media antarpribadi, media kelompok, media
publik, dan media massa.
5) Umpan balik (feed back) adalah reaksi dari penerima atas pesan
yang diterima.
c. Kelompok-Kelompok Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat
Kelompok sosial (social group) merupakan suatu himpunan atau suatu
kesatuan-kesatuan manusia manusia yang hidup bersama, yang disebabkan
oleh adanya hubungan antara mereka yang menyangkut hubungan timbal-
balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling tolong
menolong.
Menurut Soerjono Soekanto, suatu himpunan manusia dikatakan
kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan berikut ini :
a. Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia bagian dari
kelompok tersebut.
b. Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok
tergantung pada kesungguhan para anggotanya dalam melaksanakan
perannya.
c. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para
anggotanya.
d. Memiliki kepentingan bersama.
e. Adanya interaksi dan komunikasi diantara anggotanya.
Ciri-ciri kelompok sosial tersebut adalah sebagai berikut:
a. Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kelompok
atau kesatuan manusia yang lain.
b. Memiliki struktur social
c. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para
anggotanya.
d. Memiliki faktor pengikat.
98
e. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya.
1) Proses Pembentukan Kelompok Sosial
a. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial
1) Dorongan untuk mempertahankan hidup
2) Dorongan untuk meneruskan keturunan
3) Dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.
b. Dasar Pembentukan Kelompok Sosial
1) Kesatuan Genealogis atau Faktor Keturunan
2) Kesatuan Religius
3) Kesatuan Teritorial (Community)
4) Kesatuan Kepentingan (Asosiasi)
2) Klasifikasi Kelompok Sosial
a. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Solidaritas Antara anggota
Istilah ini dipopulerkan oleh seorang sosiolog yang bernama Emile
Durkheim.
1) Solidaritas Mekanik
Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang muncul pada
masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran
kolektif serta belujm mengenal adanya pembagian kerja diantara
para anggota kelompok.
2) Solidaritas Organik
Solidaritas organik adalah solidaritas yang mengikat masyarakat
yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang
teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan
antaranggota.
b. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Erat Longgarnya Ikatan
dalam Kelompok.
Klasifikasi ini diperkenalkan oleh Ferdinand Tonnies
1) Gemeinschaft (Paguyuban)
Gemeinschaft adalah kelompok sosial yang memiliki ikatan erat
dan intim.
2) Gesellschaft (Patembayan)
Gesellschaft adalah kehidupan publik yang bersifat sementara
dan semu.
c. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Indentifikasi Diri
99
1) In-Group
2) out-Group
d. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Hubungan diantara Para
Anggotanya.
1) Kelompok Primer
Kelompok Primer adalah kelompok sosial yang memiliki
hubungan saling mengenal dan memiliki perasaan kebersamaan.
2) Kelompok Sekunder
Kelompok Sekunder adalah kelompok sosial yang terbentuk
karena adanya kepentingan yang sama sehingga kerjasama
didasarkan pada hitungan untung rugi.
e. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Sistem Hubungan
1) Kelompok Formal
Kelompok Formal adalah kelompok yang memiliki sistem
hubungan yang sengaja diciptakan, sehingga unsur-unsur dalam
suatu organisasi merupakan bagian-bagian fungsional yang
berhubungan.
2) Kelompok Informal
Kelompok informal adalah kelmpok yang memiliki hubungan
secara pribadi, bersifat erat dan intim.
3) Kelompok-Kelompok Sosial Yang Tidak Teratur
a. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan (Crowd) adalah individu-individu yang berkumpul
secara kebetulan di suatu tempat dan juga pada waktu yang
bersamaan. Bentuk-bentuk kerumunan:
1) Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial :
a. khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal
audiences).
b. kelompok ekspresif yang telah direncanakan.
2) Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crouwds)
a. kumpulan yang kurang menyenangkan. Seperti orang yang
menunggu bis dan antri karcis.
b. kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik,
yaitu orang yang bersama sama menyelamatkan diri dari
bahaya.
100
c. kerumunan penonton.
3) kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (
lawless crowds)
a. kerumunan yang bertindak emosional
b. kerumunan yang bersifat inmoral seperti orang-orang
mabuk.
b. Publik
Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.
Interksi terjadi secara tidak langsung melalui alat/media
komunikasi.
4) Konsep Kebudayaan
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan. Dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak
mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah pendukungnya. Dalam pengertian sehari-
hari, kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian. Akan tetapi
apabila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu social, kesenian
merupakan salah satu saja dari kebudayaan. Dua orang antropolog
terkemuka yaitu Melvile J. Herskovit dan Bronislaw Malinowski,
mengemukakan bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan adanya kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu. Kemudian Herskovits memandang
kebudayaan sebagai suatu yang super organic karena kebudayaan yang
turun temurun dari generasi kegenerasi tetap hidup terus, walaupun
orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti
disebabkan kematian dan kelahiran.
Kata „kebudayaan‟ berasal dari budhayyah (bahasa sanksekerta)
yang merupakan bentuk jamak dari „buddhi‟, yang berarti budi atau
akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan
budi atau akal.
101
Adapaun istilah culture yang merupakan bahasa asing, sama artinya
dengan kebudayaan yang berasal dari kata latin colere. Artinya
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani.
Sehingga culture dipahami sebagai segala daya dan kegiatan manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.
Antropolog EV Tylor memberikan definisi kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-
kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
1. Unsur – Unsur Budaya
Sarjana antropologi Melville J Herskovits merumuskan unsur-
unsur kebudayaan , yaitu:
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik
Sarjana antropologi lainnya, Malinowski yang dikenal dengan
Teori Fungsionalnya, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan,
yaitu:
1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekitarnya
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat
bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama
4. Organisasi kekuatan
Unsur-unsur kebudayaan untuk kepentingan ilmiah dan
analisisnya diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur pokok atau besar
kebudayaan, lazim disebut culture universals. Istilah ini
menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, yaitu
dapat dijumpai pada setiap kebudayaan di mana di dunia ini. Tujuh
unsur kebudayaan yang dianggap sebagai culture universals, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian,
perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi,
transport, dan sebagainya)
102
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya)
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum, sistem perkawinan)
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem pengetahuan
7. Religi
2. Wujud Kebudayaan
Menurut JJ Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga : gagasan, aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (wujud ideal).
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang terbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,
dan sebagainya yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba dan
disentuh.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering
disebut dengan system social. Sistem social ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan, kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas , perbuatan dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan.
3. Norma Budaya
Bagian penting dari kebudayaan suatu masyarakat adalah nilai
social. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima,
kalau tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan
dijunjung tinggi oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan.
Dalam sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kesalehan
103
beribadah, maka apabila ada orang yang malas beribadah tentu akan
menjadi bahan pergunjingan.
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Horton and Hunt mendefinisikan nilai adalah gagasan mengenai apakah
suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Dalam rumusan lain,
nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah hal itu pantas
atau tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina.
Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, pengalaman, tindakan, dan
seterusnya.
Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu:
1) Nilai material, meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu
yang berguna bagi jasmani
2) Nilai vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan
segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan
berbagai aktivitas
3) Nilai kerohanian, meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani
manusia: nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai moral, dan nilai
keagamaan.
104
BAB X
PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN
A. Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilaku
di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Banyak para sosiolog dan ahli-ahli lainnya yang mengemukakan
tentang teori-teori perubahan sosial dan kebudayaan:
1. William F. Ogburn,mengemukakan ruang lingkup perubahan-
perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material
maupun immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-
unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
2. Kingsley Davis, mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat
kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan
antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-
perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
3. Maclver, perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-
perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
4. Gillin, mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan
kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi
maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat.
5. Emile Durkheim, perubahan sosial yang terjadi sebagai hasil dari
faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan
masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik,
ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas
organistik.
6. Selo Soemardjan,perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
105
system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola
perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan
pada definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
sebagai himpunan pokok manusia, yang kemudian mempengaruhi segi-
segi struktur masyarakat lainnya.
B. Syarat-syarat Terjadinya Perubahan Sosial
Menurut Ayat Suryatna, agar dapat diterima oleh masyarakat secara
luas, perubahan sosial harus memenuhi beberapa persyaratan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat harus merasa butuh dengan perubahan, serta ada
kesadaran bersama bahwa kehidupan saat ini sudah tidak cocok
lagi, mengingat pergeseran waktu telah berdampak pada perubahan
lingkungan. Akibatnya kebudayaan masyarakat masa lampau tidak
mungkin lagi dapat diterapkan dalam kehidupan saat ini atau
bahkan kebudayaan yang tengah berlangsung saat ini harus
dipersiapkan untuk menciptakan kebudayaan masyarakat
mendatang.
2. Perubahan yang disebabkan terjadinya inovasi harus dapat dipahami
dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya. Inovasi itu harus
bermanfaat bagi kehidupan bersama pada waktu mendatang. Seperti
dapat kita contohkan dalam menjelaskan pentingnya inovasi melalui
pembangunan.
3. Perubahan itu harus dapat diajarkan. Hal ini mengingat inovasi
adalah suatu konfigurasi mental atau adanya perubahan dalam
tatanan sistem berpikir seseorang. Konfigurasi mental tersebut akan
menghasilkan perilaku dan hasil perilaku itu di antaranya dalam
bentuk benda-benda.
4. Perubahan itu harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada
masa yang akan datang. Perubahan yang dilakukan oleh inovator-
inovator harus senantiasa didasarkan pada fakta yang diambil dari
kondisi saat ini dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan
manusia yang lebih baik.
5. Perubahan tidak merusak prestise pribadi atau golongan. Seorang
pembaru yang berhasil adalah mereka yang memiliki tidak hanya
106
sekadar kecerdasan, tetapi juga peluang. Ia juga harus memiliki
kepribadian yang fleksibel, sehingga dapat menghargai orang lain.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial
Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi itu terdiri dari faktor pendorong dan
penghambat yang dapat berasal dari dalam maupun luar masyarakat.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dan
budaya dalam masyarakat:
1. Faktor-faktor yang Mendorong Jalannya Perubahan Sosial
a. Kontak dengan kebudayaan lain
Perubahan sosial dan budaya akan berjalan dengan cepat apabila
masyarakat sering melakukan kontak dengan kebudayaan lain. Salah
satu proses yang mempercepat kontak dengan kebudayaan lain adalah
proses difusi. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah
diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada
masyarakat luas sampai semua masyarakat dapat menikmati
kegunaannya. Selain difusi, proses yang mempercepat kontak sosial
juga dapat terjadi karena akulturasi, namun akulturasi bersifat continue
dan memerlukan hubungan dekat.
b. Sistem pendidikan yang maju
Pendidikan formal sangat penting, karena dengan pendidikan
formal masyarakat akan mendapatkan nilai-nilai tertentu untuk
menerima hal-hal baru dan berpikir lebih rasional dan ilmiah serta cara
pandang terhadap masalah yang lebih obyektif.
c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-
keinginan untuk maju
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat
merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel,
misalnya, merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya
yang baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan yang tertentu,
walaupun masih dalam arti yang sangat terbatas dan belum merata.
107
d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang
Masyarakat yang memiliki sikap toleransi cenderung akan mudah
menerima hal-hal yang baru, sehingga proses perubahan sosial budaya
akan berjalan lebih cepat karena masyarakat sangat toleran dengan
perilaku menyimpang. Dalam hal ini dapat berupa penyimpangan
positif maupun negatif. Contoh: dahulu pekerjaan sopir hanya
dilakukan oleh seorang laki-laki, namun sekarang ini masyarakat tidak
merasa risih apabila perempuan bekerja sebagai sopir.
e. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
Dengan sistem stratifikasi terbuka maka hal itu akan memberikan
kesempatan adanya gerak sosial vertical dan peluang yang luas bagi
individu untuk meningkatkan diri untuk maju dan berusaha menaikkan
status sosial dalam masyarakat. Contoh: seorang anak yang terlahir dari
keluarga petani miskin, dengan kemampuan secara akademis anak itu
mendapatkan pekerjaan yang bagus. Dengan begitu anak itu mampu
menaikkan status sosial dirinya dan keluarganya.
f. Penduduk yang heterogen
Dalam masyarakat heterogen yang memiliki latar kebudayaan, ras
dan ideologi yang berbeda akan mudah dan sering terjadi pertentangan
yang akan memicu terjadinya perubahan tersebut. Contoh: masyarakat
di perkotaan di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda-beda
kebudayaan. Misalnya : Suku Batak, Jawa, Bugis, dsb. Dengan keadaan
itu masyarakat sering berinteraksi dan memungkinkan terjadi
perubahan.
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan
tertentu
Ketidakpuasan ini baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi dan
keamanan akan mendorong masyarakat melakukan perubahan sistem
yang ada dengan cara menciptakan sistem baru agar sesuai dengan
kebutuhan. Contoh: masyarakat tidak puas dengan kebijakan ekonomi
dari pemerintah, kemudian masyarakat menyampaikan aspirasi
terhadap pemerintah melalui DPR.
108
h. Orientasi ke depan
Seseorang dalam masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa
masa yang akan datang berbeda dengan masa sekarang sehingga
masyarakat berusaha menyesuaikan diri baik yang sesuai keinginannya.
Untuk itu masyarakat umumnya berusaha melakukan perubahan-
perubahan agar dapat menerima masa depan. Contoh: sekarang ini
masyarakat harus berusaha memperbaiki keadaan ekonomi karena
untuk menghadapi krisis global.
i. Nilai meningkatkan taraf hidup
Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk
memperbaiki hidupnya.
2. Faktor-faktor yang Menghambat Terjadinya Perubahan Sosial
a. Kurangnya berhubungan dengan masyarakat-masyarakat lain
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada
masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya kebudayaannya
sendiri. Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat terkungkung
pola-pola pemikirannya oleh tradisi.Contoh: masyarakat suku
pedalaman akan sulit mengetahui perkembangan-perkembangan yang
terjadi pada masyarakat lain karena kurang dan sulit berkomunikasi.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan
tertutup atau mungkin karena lama dijajah oleh masyarakat lain.
Contoh: masyarakat kelas bawah sulit mendapatkan pendidikan yang
layak, sehingga pemikirannya kurang terbuka.
c. Sikap masyarakat yang tradisionalistis
Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau
serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah
menghambat jalannya proses perubahan. Keadaan tersebut akan
menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai
109
oleh golongan konservatif. Contoh: di zaman modern ini masih banyak
masyarakat yang mengkaitkan keadaan alam dengan hal-hal yang
irasional, walaupun sebenarnya fenomena alam itu dijelaskan secara
ilmiah.
d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan
kuat
Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti
aka nada sekelompok orang yang menikmati kedudukan perubahan-
perubahan. Misalnya dalam masyarakat feodal dan juga pada
masyarakat yang sedang mengalami tradisi. Dalam hal yang terakhir,
ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai
pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri dengan
usaha-usaha dan jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka untuk
melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi
kebudayaan
Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur
suatu kebudayaan bersifat sempurna. Beberapa perkelompokan unsur-
unsur tertentu mempunyai derajat integrasi tinggi. Maksudnya unsur-
unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan
menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu
masyarakat.
f. Prasangka terhadap sesuatu yang baru/asing
Sikap yang demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat
yang pernah dijajah bangsa-bangsa barat. Mereka sangat mencurigai
sesuatu yang berasal dari barat karena tidak pernah bisa melupakan
pengalaman-pengalaman pahit selama penjajahan. Kebetulan unsur-
unsur baru kebanyakan berasal dari barat, sehingga prasangka kian
besar lantaran khawatir bahwa melalui unsur-unsur tersebut penjajahan
bisa masuk lagi. Contoh: sebagian masyarakat masih mempunyai
anggapan bahwa munculnya internet adalah salah satu bentuk
penjajahan bangsa barat melalui media elektronik.
110
g. Hambatan ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah
biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideology
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
Contoh: masyarakat Minang menganut matrialisme, maka masyarakat
akan sulit menerima ideologi baru bahwa derajatnya lebih tinggi.
h. Kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota
masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya apabila
kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut efektif lagi di dalam
memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau
kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem mata
pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh
sehingga sukar untuk diubah. Contoh: seorang ibu yang hidup dalam
masyarakat desa telah terbiasa menumbuk pada secara manual,
walaupun sekarang telah ada adat yang lebih efisien namun kebanyakan
masyarakat enggan menggunakannya.
i. Nilai pasrah
Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin
diperbaiki.
D. Pembangunan dan Perubahan Sosial
Perubahan sosial di Indonesia antara lain perubahan pola perilaku.
Hal ini disebabkan karena globalisasi dan modernisasi. Modernisasi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pergeseran
sikap dan mentalitas warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan
tuntutan hidup masa kini, sedangkan globalisasi menurut Selo
Soemardjan adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi
antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-
kaidah yang sama. Perubahan sosial masyarakat Indonesia ditandai
dengan munculnya sifat egoisme. Perubahan corak kehidupan (dari
masyarakat rural yang bersifat kekeluargaan ke masyarakat urban yang
berciri individualistik). Dengan tuntutan pembangunan yang diarahkan
111
ke pembangunan partisipatif, masyarakat diharapkan mampu
berpartisipasi dalam pembangunan. Sehingga pola perilaku masyarakat
sekarang yang individualis bukan menjadi hambatan pada
pembangunan karena pembangunan di Indonesia diarahkan untuk hajat
hidup masyarakat, sehingga perubahan sosial yang terjadi diharapkan
mampu menjadi stimulan ke arah yang lebih baik.
Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan ke perencanaan
yang partisipatif. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa apabila
masyarakat ikut berperan dalam pembangunan maka kecil
kemungkinan terjadinya penyimpangan kebijakan pembangunan dari
pemerintah dengan pembangunan kecil yang dibuat oleh masyarakat.
Perubahan sosial di Indonesia seperti perubahan cara pandang, pola
pikir dan tingkah laku yang notabene berawal dari kekeluargaan
berubah ke arah individualistic diharapkan bukan hambatan yang
mendasar. Perubahan sikap individual sebenarnya dapat memicu
seseorang untuk menjadi manusia yang lebih pandai dalam menyikapi
tuntutan kehidupan pada masa globalisasi dan modernisasi yang terjadi
belakangan ini. Karena perubahan sosial membentuk pola pikir yang
lebih ilmiah dan rasional sehingga sumberdaya manusianya menjadi
lebih berkualitas dan membentuk tenaga ahli dan professional dalam
pembangunan. Seperti dikutip dalam Wertheim (1999:257) bahwa
periode perubahan sosial yang bergejolak dan keras yang dilewati
bangsa Indonesia mendorong kemajuan sosial, meskipun ada tekanan
politik dan ekonomi. Tidak ada kekuatan di bumi ini yang dapat
menolak kecenderungan perkembangan sosial.
Kemajuan ilmu, teknologi dan perkembangan zaman yang tidak
dapat ditolak seharusnya menjadi dasar dalam pembangunan. Informasi
yang beredar tentang pembangunan yang berhasil di negara lain mampu
dijadikan sebagai tolok ukur dalam pembangunan di Indonesia. Media
sosial di Indonesia, yang dinilai sangat dinamis dan bakal terus
berkembang sehingga menjadi salah satu penggerak perubahan sosial di
Indonesia. Pemerintah pun sudah mulai berupaya untuk menuju
pembangunan Indonesia yang maksimal. Terbukti dari upaya reshuffle
kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang dikukuhkan tanggal 19 Oktober
2011 dimaksudkan pemerintah untuk mencapai negara Indonesia yang
112
lebih baik. Memang tidak dapat dipungkiri, perubahan pasti akan
banyak yang kurang mendukung, tetapi perlu dikaji kembali bahwa
perubahan tidak akan bisa dipungkiri karena dengan perubahan akan
diketahui adanya perbedaan mendasar sehingga upaya pembangunan
untuk mencapai tujuan nasional yang tercantum dalam Preambule UUD
1945. Mari kita telaah bahwa perubahan sosial seharusnya bukan
menjadi hambatan dalam pembangunan, tetapi sebagai katalisator
dalam mewujudkan Indonesia ke arah yang lebih baik.
113
PENUTUP
Saran
Perkembangan budaya di indonesia sangant berkembang pesat sekarang
ini banyak sekali budaya dari luar yang ingin masuk di indonesia.
maraknya kebudayaan yang masuk membuat bangsa indonesia harus lebih
teliti dan menyaring kembali dalam menyikapi budaya yang masuk ke
indonesia agar jati diri masyarakat indonesia tidak berubah.
114
DAFTAR PUSTAKA
Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek
Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. 2007. Pendidikan Lingkungan Sosial
Harjosahputro, suhadi dkk. 2005. Studi Masyarakat Indonesia, Surabaya : UNESA
Pers
Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi. 2007. Perspektif Sosial Budaya.
Bandung: UPI PRESS
Hermawan, Ruswandi dkk. 2006 . perkembangan masyarakat dan Budaya.
Bandung : UPI PRESS
Kuswanto dan Bambang Siswanto. 2003. Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai
Mukhaer,P dan M. Faisal B. 2005. Membangun Bangsa Membnagun
Kewirausahaan, Equilibrium Vol.2 No. 2 Januari – April.
Nasikun. 2012. Sistem sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali pers
Tonnies, Ferdinand. 1957. Community and society (gemeinschaft and
gesselschaft). Edisi 4 Page 31. New jersey: Transction Publisher.