ii. kajian pustaka - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0612028_bab2.pdf ·...
TRANSCRIPT
7
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Sumber Pustaka
1. Rujukan
Proses penciptaan karya yang dibuat mengambil tulisan atau kajian
yang berhubungan dengan dunia anak-anak, karya ilmiah yang relevan yaitu
dalam bentuk skripsi atau tugas akhir maupun karya. Karya-karya tersebut
antara lain:
Tugas Akhir Findri Ari Hartanto Mahasiswa Seni Rupa Murni
Universitas Sebelas Maret tahun 2009 dengan judul “Kehidupan Anak-Anak
Marginal di Perkotaan Sebagai Sumber Ide dalam penciptaan Karya Seni
Lukis” meneyebutkan bahwa: Kehidupan anak-anak marginal di perkotaan
merupakan kehidupan anak-anak miskin yang tinggal di kota yang berusaha
membantu orang tua mereka mencari uang karena penghasilan orang tua
mereka belum mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup. Padahal anak-anak
marginal di perkotaan bukan termasuk usia kerja, hak mereka adalah belajar
dan bermain, agar peran mereka sebagai penerus bangsa dapat mereka pikul
dengan baik (Hartanto, 2009: xii).
Tugas Akhir karya Sandi Sanjaya tahun 2015 dengan Judul “Ekspresi
Wajah Anak-Anak sebagai Sumber Ide dalam Penciptan Karya Seni Lukis”,
mahasiswa Seni Rupa Murni, Universitas Sebelas Maret Surakarta,
menyebutkan bahwa anak-anak memberikan inspirasi dalam berkarya, anak-
anak memiliki karakter dan ekspresi yang bervariasi dan sangat ditentukan oleh
lingkungan mereka. Dasar pembuatan karya adalah ekspresi wajah anak-anak,
8
dimana ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal.
Penulis melihat dan mengamati dengan jelas ekspresi wajah atau mimik pada
anak-anak, dari kehidupan sosial sekitar penulis. Dari pengamatan ini terlihat
ekspresi yang apa adanya tanpa dibuat-buat (Sanjaya, 2015: 1, 3).
Skripsi karya Ni Nyoman Dinna Arwati, mahasiswa jurusan Seni Rupa
Murni Institut Seni Indonesia Denpasar dengan judul “Aktivitas Anak sebagai
Sumber Inspirasi dalam Berkarya Seni Lukis”. Skripsi membahas tentang
aktivitas anak-anak dalam permainan sehari-hari yang ada di sekitar
lingkungan pencipta. Ide yang diangkat dari pengalaman pencipta di masa
kecil. Di sini ditekankan pada aktivitas bermain dengan memvisualkan figur
anak-anak antara usia 3 – 10 tahun dengan tingkah pola yang khas serta
ekspresi wajah yang lucu, polos, lugu dan jujur (Arwati, 2011: 4).
Karya Tugas Akhir dengan judul “Suasana Permainan Tradisional Anak
sebagai Sumber Ide dalam Karya Seni Grafis” merupakan Tugas Akhir karya
Agung Setio Utomo tahun 2012 mahasiswa Seni Rupa Murni Universitas
Sebelas Maret jurusan seni grafis. Agung Setio Utomo mengangkat tentang
suasana kemeriahan, kebersamaan, keceriaan dan kekompakan dari permainan
tradisional yang dimainkan saat masih anak-anak (Utomo, 2012: 3).
Penciptaan karya seni yang dibuat ini berbeda dengan penulisan yang
ada sebelumnya seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini, penulis
berusaha mengisi celah-celah yaitu melihat dunia anak-anak khususnya anak
pedesaan usia 5-8 tahun. Dari yang sudah dipaparkan di atas, perbedaannya
dengan karya yang dibuat penulis adalah: karya yang dibuat oleh penulis
mengangkat tema anak-anak pedesaan dengan usia anak 5-8 tahun, dengan
9
menampilkan kesan yang ceria dan menyenangkan. Karya yang dibuat
menampilkan kegiatan anak-anak pedesaan seperti bermain. Jadi, dalam karya
ini tidak hanya menampilkan kegiatan bermain anak saja, namun juga
menampilkan imajinasi dan fantasi anak usia 5-8 tahun.
2. Referensi
a. Perkembangan Anak
Perkembangan dalam diri anak dibagi dalam beberapa fase. Penulis
mengambil salah satu fase perkembangan yang dijadikan sebagai acuan
dalam pengamatan dan pembuatan karya, salah satunya yaitu
perkembangan menurut Charlotte Buhler.
Fase pertama, 0-1 tahun, masa menghayati obyek-obyek di luar
sendiri, fase ke dua, 2-4 tahun, masa pengenalan dunia obyektif di luar diri
sendiri, disertai penghayatan obyektif. Fase ketiga, 5-8 tahun, masa
sosialisasi anak. Fase ke empat, 9-11 tahun, masa sekolah rendah. Fase ke
lima, 14-19 tahun, masa tercapainya sintese antara sikap ke dalam batin
sendiri dengan sikap dasar keluar kepada dunia obyektif (Kartono, 1990:
28-29).
Jadi, anak-anak yang berumur 5-8 tahun merupakan masa dimana
mereka mulai bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, misalnya saja
ketika di Taman Kanak-kanak dan di Sekolah Dasar.
b. Arti Bermain bagi Anak-anak dan Tahapan Perkembangan Bermain
Menurut Huges (1995) dalam Anggani Sudono (2000: 77) dalam
buku Sumber Belajar dan Alat Permainan: untuk Pendidikan Anak Usia
10
Dini menyebutkan bahwa: “bermain pada hakekatnya adalah meningkatkan
daya kreativitas dan citra diri anak yang positif”.
Dalam buku Hurlock yang berjudul Perkembangan Anak jilid 1
meyebutkan bahwa bermain (play) merupakan istilah yang digunakan
secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat
adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan
secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban (Brooks, J.B., and D. M, Ellinot: 1971 dalam Hurlock, 1999:
320).
Menurut Kartini Kartono (1990) dalam buku Psikologi Anak
menjelaskan:
Menurut teori fenomenologis permainan mempunyai beberapa
arti dan nilai bagi anak, salah satunya adalah: dalam situasi
bermain anak bisa menampilkan fantasi, bakat-bakat, dan
kecenderungannya. Anak laki-laki bermain dengan mobil-
mobilan, dan anak perempuan dengan boneka-bonekanya. Jika
kita memberikan kertas dan gunting pada sekelompok anak-
anak kecil, masing-masing akan menghasilkan “karya” yang
berbeda, sesuai dengan bakat dan kemampuan (Kartono,
1990: 119-123).
Bentuk permainan bisa kita bagikan dalam 3 kelompok yaitu:
permainan gerakan, memberi bentuk, dan ilusi.
1. Permainan gerakan. Pada mulanya bayi bermain-main sendirian, untuk
“melatih” gerakan-gerakan badan dan angota tubuh. Pada usia 3-4
tahun timbul kebutuhan untuk bermain-main dengan teman-temannya.
Selanjutnya, anak melakukan melakukan kerjasama dengan teman
sepermainannya dengan beraneka ragam gerak dan olah tubuhnya.
11
2. Permainan memberi bentuk. Alat permainan dan bahan permainan yang
paling baik adalah: materi tanpa bentuk, misalnya lilin atau malam,
kertas, air, tanah liat, balok-balok kayu, pasir dan lain-lain.
3. Permainan ilusi. Pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang
peranan paling menonjol. Misalnya sebuah sapu menjadi “kuda
tunggangan”, kursi menjadi sebuah kereta api. Juga permainan meniru
dimasukkan dalam kategori permainan ini. Misalnya bermain ibu-ibuan,
dokter-dokteran, serdadu-serdaduan. Seoranga anak menjadi “guru” dan
adik-adiknya menjadi “murid-murid”, main kusir-kusiran, dan lain-lain.
Dalam permainan tersebut anak dengan semangat memasuki dunia ilusi
yang dijadikan dunia sungguhan oleh fantasi anak (Kartono, 1990: 119-
123).
Tahapan perkembangan bermain dijelaskan dalam buku
Perkembangan Anak jilid 1 bahwa ada empat tahapan. Tahapan eksplorasi,
tahap ini dimulai hingga bayi berusia 3 bulan, permainan mereka terutama
melihat orang dan benda yang ada di sekitarnya, serta menggapai benda
yang diacungkan di hadapannya. Tahap permainan, dimulai dari tahun
pertama hingga antara 5-6 tahun. Pada mulanya hanya mengeksplorasi
mainannya. Antara 2-3 tahun mereka membayangkan bahwa mainannya
memiliki sifat hidup, dapat bergerak, dapat berbicara, dan merasakan.
Semakin anak berkembang, mereka tidak lagi menganggap benda mati
sebagai sesuatu yang hidup. Tahap bermain, setelah masuk sekolah, jenis
permainan mereka beragam, mulai dari olahraga, hobi dan lainnya. Tahap
melamun, semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat
12
dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan
waktu dengan melamun (Hurlock, 1999: 324).
c. Kreativitas pada Masa Anak-anak
Kreativitas merupakan suatu hal yang baru atau menciptakan
sesuatu yang baru, unik, bersifat inovatif dan juga berbeda dari yang lain.
Menurut Mangunhardjana (1986) menyebutkan bahwa:
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang
sifatnya baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar,
menarik, aneh, mengejutkan. Berguna (useful): lebih enak, lebih
praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong,
mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi
hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih
baik/banyak. Dapat dimengerti (undersatandable): hasil yang
sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat
dimengerti, tak dapat diramalkan, tak dapat diulangi – mungkin
saja baru dan berguna, tetapi lebih merupakan hasil
keberuntungan (luck), bukan kreativitas (Mangunhardjana,
1986:11-12).
Dennis dan Lehman menyebutkan dalam Buku Hurlock yang
berjudul Perkembangan Anak jilid 2 yang mempelajari kreativitas terutama
di bidang ilmu pengetahuan melaporkan bahwa mereka yang mencapai
kemashuran karena kreatif dalam bidangnya sejak awal masa kanak-kanak
telah menunjukkan perhatian pada bidang keberhasilan mereka (Dennis:
1968, Lehman: 1968 dalam Hurlock, 1999: 11).
Menurut penemuan Hulson, wanita yang kreatif semasa anak-anak,
menunjukkan baik minat maupun pengalaman yang yang berkaitan dengan
kegiatan kreatif seperti bermain imajinatif, melukis, mengarang cerita, atau
bermain sandiwara. Ini kontras dengan wanita yang yang tidak kreatif pada
masa kanak-kanaknya yang menyukai kegiatan kelaki-lakian (tomboy)
13
termasuk agresi dan persaingan, atau mereka yang menyukai permainan
konvensional dan melakukan dimana permainan yang tidak menuntut
kreativitas (Helson: 1965 dalam Hurlock, 1999: 11-12).
Dalam buku Kreativitas (1999: 15) karangan Julius Chandra,
definisi kreativitas menurut para ahli diantaranya yaitu:
1. Dr. Myron S. Allen, dalam Pshycodinamic Synthetis mengatakan bahwa
kreativitas adalah perumusan-perumusan dari makna melalui sintesis.
2. John W. Haefele, dalam Creativity and Innovation mengataan bahwa
kreativitas dirumuskan sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-
kombinasi baru yang bernilai sosial.
3. George J. Seidel, dalam The Crisis of Creativity, kreatifitas merupakan
kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang
dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar
pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau
lapangan manapun.
d. Pengertian Fantasi dan Macam-macam Fantasi
Kehidupan dalam dunia anak merupakan masa yang penuh dengan
berbagai imajinasi dan fantasi. Anak-anak juga memiliki rasa ingin tahu
yang sangat tinggi terhadap sesuatu. Menurut Agus Sujanto dalam buku
Psikologi Umum (2004) meyebutkan fantasi bahwa:
Orang kadang-kadang dapat meninggalkan dunia yang
dihuninya pergi ke dunia yang lain, dengan kekuatan jiwanya.
Daya jiwa itu adalah fantasi. Yaitu suatu daya yang dapat
membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-
tanggapan lama. Ilmu jiwa modern memberi batasan sebagai
berikut: Fantasi ialah suatu daya jiwa untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Jadi, dengan fantasi ini manusia dapat
14
membentuk sesuatu yang sebelum ini belum ada, sehingga
sesuatu yang baru itu merupakan suatu kreasi, meski dengan
jalan bagaimanapun juga (Sujanto, 2004: 50).
Bimo Walgito (2004: 142) dalam bukunya Pengantar Psikologi
Umum menyebutkan: Yang dimaksud dengan fantasi ialah kemampuan
jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan
baru. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
1. Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan
fantasinya.
2. Secara tidak disadari, yaitu apabila individu tidak secara sadar telah
dituntun oleh fantasinya. Keadaan seperti ini bnyak dijumpai pada
anak-anak. Anak sering menggunakan hal-hal yang bersifat fantastis,
sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk berdusta.
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, fantasi adalah:
Fan.ta.si n 1 gambar (bayangan) dl angan-angan; khayalan:
cerita itu berdasarkan--, bukan kejadian yg sebenarnya; 2 daya
untuk menciptakan sesuatu dl angan-angan: pengarang harus
kuat--nya; 3 hiasan tiruan: gaun itu diberi kancing dan saku--;--
biologis bayangan secara biologi: krn -- biologis itu, keinginan
untuk melakukan eksplorasi thd wilayah yg masih menyimpan
misteri ilmu pengetahuan tsb makin meningkat; ber·fan·ta·si
berangan-angan; berkhayal: anak-anak hendaknya dilatih agar
pandai ~ dng memberi mereka buku-buku bacaan yg dapat
menunjang pengembangan daya khayal mereka;
mem·fan·ta·si·kan v mengangan-angankan; mengkhayalkan
(KBBI, 1997: 274).
Fantasi umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Fantasi
dibedakan menjadi dua yaitu fantasi yang menciptakan dan fantasi yang
dipimpin.
15
a. Fantasi yang menciptakan, yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi
yang menciptakan sesuatu.
b. Fantasi yang dituntun atau dipimpin: bentuk atau jenis fantasi yang
dituntun oleh pihak lain (Walgito, 2004: 142).
Fantasi juga memiliki manfaat yang sangat baik bagi perkembangan
dalam diri anak, seperti yang dijelaskan oleh Agus Sujanto (2004) dalam
buku Psikologi Umum:
Dengan mengetahui peranan fantasi pada anak kita tidak
tergesa-gesa menghukum, karena dusta anak, sebab itu bukan
disengaja oleh anak, tetapi terbawa oleh perkembangannya.
Dengan antasi terpimpin kita dapat membentuk watak anak-
anak. Karena itu kepada anak bolehlah diberi dongeng-dongeng,
ceritera-ceritera dan film-film yang memuat tokoh-tokoh yang
baik sekali di dalam hidupnya, misalnya tokoh kepahlawanan,
tokoh keadilan, tokoh pencipta ulung dan sebagainya (Sujanto,
2004: 55).
Pada waktu kecil anak-anak sangat suka berimajinasi dan berfantasi
dengan hal-hal yang ada disekitarnya. Pada masa itu anak bisa
mengekspresikan apa yang diinginkan dan disamping dari kehidupan anak-
anak yang menyenangan, anak-anak lebih suka dengan hal-hal yang
imajinatif dan fantasi. Pengalaman yang pernah dialami pada masa lalu
(khususnya pada masa anak-anak) sebenarnya juga masih melekat pada diri
seseorang walaupun orang tersebut telah tumbuh dewasa.
e. Pengertian Imajinasi
Imajinasi berasal dari kata bahasa Inggris imagination, yaitu
kemampuan untuk menciptakan image dengan “mata otak” atau di dalam
benak diri kita. Imajinasi adalah kemampuan otak kanan yang akan
mengaktifkan kerja otak kanan secara keseluruhan, sekaligus untuk
16
memadukannya dengan kinerja otak kiri sehingga timbul daya ingat yang
luar biasa (Windura, 2010: 42).
Dalam buku Diksi Rupa karangan Mikke Susanto menjelaskan
bahwa imajinasi adalah:
Daya pikir untuk membayangkan atau mengangan-angan atau
menciptakan gambar-gambar kejadian berdasarkan pikiran dan
pengalaman seseorang. Imajinasi berpaut erat dengan proses
kreatif, serta berfungsi untuk menggabungkan berbagai serpihan
informasi yang didapat dari bagian-bagian indera menjadi suatu
gambaran utuh dan lengap (Susanto, 2012: 190).
Imajinasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu 1. Daya pikir
untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar
(lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau
pengalaman seseorang, 2. Khayalan (KBBI, 1997: 372).
f. Pengertian Seni Lukis
Menurut Dharsono dalam buku seni Rupa Modern seni lukis adalah:
“Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik
seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra), dengan
menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan
sebagainya (Kartika, 2004: 36)”.
Dapat disimpulkan bahwa seni lukis merupakan suatu daya cipta dari
imajinasi manusia yang diekspresikan atau diungkapkan melalui media
garis, warna, tekstur, gelap terang, bidang dan bentuk pada bidang dua
dimensi. Melukis termasuk dalam fine art karena lebih mementingkan
fungsi utama atau merupakan ekspresi murni dari ungkapan seniman.
17
g. Komponen Karya Seni
1. Tema
Tema atau subject matter merupakan suatu tema yang diangkat
atau bisa disebut juga suatu pokok permasalahan dalam berkarya seni.
Pokok permasalahan atau subject matter dalam pembuatan karya seni
penulis adalah kehidupan dunia anak-anak. Anak-anak dalam karya yang
dibuat menampilkan kegiatan anak-anak yaitu bermain.
Dharsono Sony Kartika dalam buku Seni Rupa Modern
menyebutkan bahwa subject matter adalah:
Subject matter atau tema pokok ialah rangsang cipta seniman
dalam usahanya untuk meciptakan bentuk-bentuk yang
menyenangkan. Bentuk menyenangkan adalah bentuk yang
dapat memberikan konsumsi batin manusia secara utuh, dan
perasaan keindahan kita dapat menangkap harmoni bentuk
yang disajikan serta mampu merasakan lewat sensivitasnya
(Kartika, 2004:28).
Menurut Mikke Susanto dalam buku Diksi Rupa subject matter
adalah objek-objek atau ide-ide yang dipakai dalam berkarya atau ada
dalam sebuah karya seni (Susanto, 2012: 383).
2. Bentuk
Dharsono Sony Kartika (2004) menyebutkan bahwa bentuk (form)
adalah:
Pada dasarnya yang dimaksud dengan bentuk (form) adalah
totalitas daripada karya seni. Bentuk itu merupakan organisasi
atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung
karya. Ada sua macam bentuk: pertama visual form, yaitu
bentuk fisik dari sebuah karya seni atau satu kestuan dari
unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. Kedua special
form, yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan
timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh
18
fenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan kesadaran
emosionalnya (Kartika, 2004: 30).
3. Isi atau Makna
Dharsono Sony Kartika (2004) menyebutkan bahwa bentuk (form)
adalah:
Isi atau makna sebenarnya adalah bentuk psikis dari seorang
penghayat yang baik. Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak
pada diri penghayat. Bentuk hanya cukup hanya cukup
dihayati secara indrawi tetapi isi atau arti dihayati dengan
mata batin seorang penghayat secara kontemplasi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa isi disamakan dengan subject matter
seorang penghayat (Kartika, 2004: 30).
h. Unsur-unsur Rupa
Ada beberapa unsur yang terdapat dalam pembuatan sebuah karya,
yaitu meliputi unsur visual maupun yang dapat dirasakan. Unsur-unsur
tersebut adalah:
1. Garis
Garis dimulai dari sebuah titik, merupakan “jejak” yang
ditimbulkan oleh titik-titik yang digerakkan atau merupakan sederetan
titik yang terhimpit. Juga merupakan suatu goresan atau sapuan yang
sempit dan panjang sehingga membentuk seperti benang atau pita
(Hakim, 1987:42).
Menurut Nooryan Bahari dalam buku Kritik Seni (2008: 98-99)
garis memiliki dimensi dan ukuran tertentu. Garis bisa berbentuk
pendek, panjang, halus, tebal, lurus, melengkung dan banyak sifat yang
lain.
19
2. Bidang (shape)
Bidang merupakan suatu area yang dibatasi oleh contour (garis
pinggir atau batas, garis formal maupun garis ilusif). Ada dua jenis
bidang (shape) yaitu shape geometric dan shape biomorphic. Shape
geometric merupakan suatu bentuk yang standar (ukuran, aturan,
batasan) dalam sifat dan asal dari ilmu ukur, misalnya lingkaran,
segitiga, trapesium dan lain-lain dan shape biomorphic (bidang bebas
atau yang tidak beraturan) (Hakim, 1987: 63-64).
Menurut A. Agung Suryahadi dalam buku Seni Rupa Menjadi
Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif, menyebutkan bahwa:
Bentuk ada karena dibatasi oleh garis. Garis yang membatasi
bidang menjadikan bentuk dan karakter bentuk itu ditentukan
oleh jenis garis yang membatasinya itu. Bentuk yang dibatasi
oleh garis lurus karakternya berbeda dengan bentuk yang
dibatasi oleh garis lengkung. Pembatasan bidang oleh garis ini
menghasilkan dua jenis bentuk yaitu bentuk geometris dan
bentuk organis. Bentuk geometris struktumya teratur
misalnya: segitiga, segiempat dan bulat; sedangkan bentuk
organis strukturnya tidak teratur dan banyak terdapat pada
bentuk-bentuk alami seperti pepohonan, akar, tulang binatang,
mahluk di dalam lautan dan sebagainya (Suryahadi, 2008:
178-179).
3. Warna
Warna merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalm seni
rupa. Warna bisa menumbuhkan suasana, harmoni, ritme dan lainnya
dalam sebuah karya seni.
Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang
dapat mempengruhi penglihatan kita. Warna memiliki tiga
dimensi dasar yaitu hue, nilai (value), dan intensitas
(intensity). Hue adalah gelombang khusus dalam spektrum
dan warna tertentu. Misalnya spektrum merah disebut hue
merah. Nilai (value) adalah nuansa yang terdapat dalam
20
warna, seperti nuansa cerah atau gelap, sedangkan intensitas
adalah kemurnian dari hue warna (Bahari, 2008: 100).
Warna merupakan suatu konsep yang membantu kita mengenali
sifat eragai objek dan mendefinisikannya dengan lebih tepat. Jika kita
memikiran warna disekitar kita, nuansa warna sangat beraneka ragam
(Yahya, 2005:16).
Teori pigmen menyatakan bahwa warna itu terdapat pada pigmen
dan hanya ada tiga jenis warna pokok, yaitu merah, biru dan kuning.
Warna-warna itu tidak bisa didapat dengan mencampur, warna-warna
tersebut adalah warna murni. Teori ini dipelopori oleh Prang Brewster
(Suryahadi, 2008: 186).
Warna didefiniskan sebagai getaran atau gelombang yang
diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya
melalui sebuah benda (Susanto, 2012: 433).
4. Cahaya dan Bayang-bayang
Citra cahaya dalam seni rupa terdiri dari dua jenis, yaitu cahaya
nyata dan cahaya semu. Cahaya nyata dalam karya seni tiga dimensi
menerangi benda-benda karya secara alamiah sehingga terdapat bagian
yang terang dan bagian gelap yang tidak terkena cahaya. Sedangkan
dalam karya dua dimensi, ilusi terang yang diakibatkan oleh pemberian
warna terang pada bagian tertentu dari subyek lukisan yang
membedakannya dengan warna gelap pada bagian lain secara bergradasi
(Bahari, 2008:103).
21
5. Ruang dan Volume
Ruang dan volume dalam seni lukis dimanfaatkan secara ilusif
karena teknik penggarisan yang perspektifis atau adanya tone (nada)
dalam pewarnaan yang bertingkat dan berbeda-beda (Bahari, 2008:103).
6. Tekstur
Tekstur dalam buku Nirmana Dwimatra merupakan sifat
permukaan dari suatu benda atau bidang, yang memberi karakter atas
suatu benda atau bidang tersebut, apakah permukannya halus, sedang
atau kasar dan lain-lain (Hakim, 1987: 100).
Tekstur dapat dibedakan menjadi dua yaitu tekstur nyata dan
tekstur semu.
a. Tekstur nyata, yaitu nilai permukaannya nyata atau cocok antara
tampak dengan nilai rabanya. Misalnya sebuah lukisan
menampakkan tekstur yang kasar, ketika lukisan tersbut diraba,
maka yang dirasakan adalah rasa kasar sesuai tekstur lukisan
tersebut (Bahari, 2008: 101).
b. Tekstur semu, memberikan kesan kasar karena penguasaan teknik
gelap terang pelukisnya, ketika diraba, maka rasa kasarnya tidak
kelihatan, atau justru sangat halus (Bahari, 2008: 102).
7. Proporsi
Proporsi merupakan hasil dari hubungan perbandingan antara
jarak, jumlah, tingkatan, dan bagian disebut sebagai proporsi atau
hubungan satu bagian dengan bagian lain dan keseluruhan dalam suatu
susunan. Sebuah karya seni rupa dan seni kerajinan dikatakan berhasil
22
jika unsur-unsurnya disusun berdasarkan suatu proporsi. Proporsi dapat
diterapkan pada karya nirmana datar maupun nirmana ruang. Dengan
proporsi dapat ditelaah bagian-bagian dari sebuah karya atau
keseluruhan dari karya itu. Pada dasarnya proporsi dapat dilihat dari
empat tingkatan, yaitu : 1) Di dalam satu bagian, seperti perbandingan
antara panjang dan lebar. 2) Di antara bagian-bagian, perbandingan
antara satu bentuk dengan bentuk lainnya dalam satu susunan. 3) Bagian
dengan keseluruhan, perbandingan antara bentuk-bentuk dalam susunan
dengan keseluruhannya. 4) Keseluruhan dengan sekitarnya,
perbandingan antara seluruh susunan dengan apa yang ada disekitarnya
(Suryahadi: 2008: 221).
i. Perubahan Bentuk dalam Seni Rupa
1. Distorsi
Distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang
dibelokkan. Pada keadaan tertentu dalam berkarya seni dibutuhkan
karena merupakan salah satu cara mencoba menggali kemungkinan-
kemunginan lain pada suatu bentuk atau figur (Susanto, 2012: 107).
Distorsi atau penyimpangan ialah sebagai langkah penggeliatan,
melebih-lebihkan, menyangatkan bentuk sehingga menguatkan karakter
(https://wisnujadmika.wordpress.com/tag/deformasi/, diakses pada Rabu,
29 Juni 2016, 01.41 WIB).
2. Deformasi
Perubahan susunan bentuk yang dilakukan dengan sengaja, untuk
kepentingan seni yang sering terkesan sangat kuat atau besar sehingga
23
kadang-kadang tidak lagi berwujud figur semula atau yang sebenarnya
(Susanto, 2012: 98).
Deformasi atau pemisahan ialah mengubah atau memisahkan-
misahkan bagian-bagian bentuk tetapi tidak meninggalkan kesatuan atau
keselarasan (https://wisnujadmika.wordpress.com/tag/deformasi/, diakses
pada Rabu, 29 Juni 2016, 01.41 WIB).
3. Stilasi
Mike Susanto (2012: 378) menyebutkan bahwa: “stilasi atau
penggayaan merupakan salah satu bentuk deformasi, tetapi lazimnya
dikhususkan untuk menamai perubahan bentuk dalam ornamentasi.”
B. Sumber Ide
Pembuatan karya seni lukis yang dibuat dari awal karya-karya tersebut
sangat terinspirasi dari seniman dan juga ilustrator. Peran serta beberapa karya
seni tersebut secara tidak langsung memberi masukan atau pemahaman dalam
mendukung ide penulis, baik berupa konsep karya jadi maupun secara teknik
yang diperoleh melalui pengamatan.
Ada berapa karya seniman yang menjadi sumber kajian yaitu:
1. Nicoletta Ceccoli
Nicoletta Ceccoli adalah seniman San Marinian terkenal yang kaya
akan kedetailanya, bekerja seperti dalam mimpi. Ia lahir dan masih tinggal
di The Republic of San Marino dan mempelajari animasi di Institut Seni di
San Marino, Italia (https://en.wikipedia.org/wiki/Nicoletta_Ceccoli, diakses
pada Jum’at, 25 Maret 2016 pukul 21.58 WIB).
24
Ada beberapa karya Nicoletta Ceccoli yang bertemakan sejenis
dengan tema yang diangkat oleh penulis (lihat gambar 1 dan gambar 2 pada
halaman 25) maupun tema tentang fairy tale. Sebagian besar karya yang
dibuat oleh Nicoletta ini bertemakan tentang nightmare. Gambar yang
ditampilkan memiliki kesan menyeramkan, menyedihkan namun tetap
menggunakan figur anak kecil yang polos.
Ketertarikan penulis pada karya ini adalah karena teknisnya yang
halus dengan menggunakan acrylic di atas kertas, figur anak kecil yang
ditampilkan terlihat lucu, serta warna-warna yang terkesan lembut pada
setiap objeknya yang sangat menarik sehingga menjadi inspirasi dan
dorongan bagi penulis untuk membuat karya.
Gambar 1. Nicoletta Ceccoli, Candyland, 11.2" x 14.8" Acrylic on Paper
(Sumber Gambar: http://www.copronason.com/nicolettaweb/, diakses pada 5 November 2015
pukul 21.48 WIB).
25
Gambar 2. Nicoletta Ceccoli, Eat Me, Drink Me, Acrylic on Paper
(Sumber Gambar: www.nicolettaceccoli.com/public/images/gallery/work1355843697.jpg,
diakses pada Jum’at, 25 Maret 2016 pukul 22.18 WIB).
2. Mark Ryden
Mark Ryden (lahir pada tanggal 20 Januari tahun 1963) merupakan
seorang pelukis Amerika, yang merupakan bagian dari lowbrow (gerakan
pop surealis). Mark Ryden dijuluki sebagai god-father pop surealisme oleh
majalah wawancara. Mark Ryden juga menggambar inspirasinya dari apa
saja yang akan menimbulkan misteri seperti mainan-maina tua, model
anatomi, binatang isian, kerangka.
(https://en.wikipedia.org/wiki/Mark_Ryden, diakses pada Jum’at, 25 Maret
2016 pukul 21.58 WIB).
26
Karya-karya yang dibuat oleh Mark Ryden sebagian besar
memberikan kesan misterius dengan berbagai macam obyek dan symbol-
simbol dalam lukisannya seperti binatang, daging, kerangka dan lain
sebagainya. Namun figur manusia dan anak-anak yang digambarkan oleh
Mark Ryden dalam karya terlihat imut dan polos (lihat gambar 3 di bawah
ini dan gambar 4 pada halaman 27).
Gambar 3. Mark Ryden, Queen Bee, 2013, Oil on Canvas, 45 x 28 inches
(Sumber Gambar: http://www.kohngallery.com/ryden/, diakses pada Senin, 5 November 2015
pukul 22.05 WIB).
27
Gambar 4. Mark Ryden, Goodbye Bear, 2006, Oil on Canvas
(Sumber Gambar: markryden.com/paintings/treeshow/index.html, diakses pada Jum’at, 25 Maret
2016, pukul 22.01 WIB).
Ketertarikan penulis berikutnya pada karya Mark Ryden ini adalah
karakteristik figur manusia, beberap karya Mark ryden menggunakan figur-
figur seperti anak kecil dengan raut wajah yang yang polos dan misterius,
kemudian penulis juga terinspirasi pada teknik yang digunakan oleh Mark
28
Ryden dengan menggunakan sapuan cat minyak di atas kanvas serta warna-
warna yang digunakan terkesan lembut.
3. Benjamin Lacombe
Benjamin Lacombe adalah penulis dari Perancis dan seorang
ilustrator yang lahir di Paris pada Juli 12 tahun 1982. Dia adalah salah satu
kepala perwakilan ilustrasi baru Perancis. Pada tahun 2001, dia mengikuti
Cole Nationale Sup Rieure Des Seni D Coratifs (Ensad) di Paris, di mana ia
menempuh pelatihan keseniannya. Sementara di sekolah, ia juga bekerja di
bagian iklan dan animasi (www.benjminlacombe.com/info_e.html, diakses
pada Jum’at, 25 Maret 2016 pukul 21.59 WIB).
Pada karya Benjamin Lacombe ini menampilkan dunia anak-anak
yang dipenuhi dengan buku, peri-peri dan imajinasi (lihat gambar 5
halaman 29 dan karya 6 halaman 30). Penulis terinspirasi dengan karya
Benjamin Lacombe karena tema yang diangkat dan tehnik yang digunakan.
29
Gambar 5. Karya Benjamin Lacombe, The Little Witch
(Sumber Gambar: www.kaifineart.com/2013/03/benjamin-lacombe.html, diakses pada 5
November 2015, pukul 22.22 WIB).
30
Gambar 6. Karya Benjmin Lacombe
(Sumber Gambar: benjaminlacombe.hautetfort.com/media/02/01/2282851080.jpg, diakses
pada Jum’at, 25 Maret 2016 pukul 22.10 WIB0.
4. Mulyadi W.
Mulyadi W. merupakan seorang seniman yang lahir di Pasuruan,
Jawa Timur pada 22 Agustus 1938. Ia beljar melukis secara formal di ASRI
Yogyakarta pda tahun 1955-1960. Mulyadi W. pernah memperoleh
Indofood Art Award pada tahun 2002 (M.Agus dkk, 2014: 35).
Ketertarikan penulis pada karya berikunya adalah pada karya
Mulyadi W ini karena tema yang diangkat. Pelukis ini banyak mengungkap
31
hubungan manusia dalam suasana yang mesra dan damai. Karakter anak-
anak yang digambarkan dalam karya ini sangat menarik, memperlihatkan
ekspresi wajah yang polos dengan mata yang digambarkan dengan warna
hitam, seperti pada karya di bawah ini:
Gambar 7. Mulyadi W, Kakak dan Adik, Oil on Canvas, 1972
(Sumber Gambar: M.Agus dkk. 2014. Masterpieces of Indonesian National Gallery. Jakarta:
Gramedia).
32
Gambar 8. Mulyadi W, Perjalanan, Oil on Canvas, 1989
(Sumber Gambar: Burhan, M.Agus dkk. 2014. Masterpieces of Indonesian National
Gallery. Jakarta: Gramedia).
5. Erica Hestu Wahyuni
Erica Hestu Wahyuni merupakan seniman Yogyakarta yang lahir di
Yogyakarta pada tahun 1971. Erica sudah mulai melukis sejak masih duduk
di bangku Sekolah Dasar, ketika itu ia bergabung di sebuah sanggar anak-
anak, “Sanggar Katamsi” namanya. Selanjutnya dia belajar di Fakultas Seni
Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Di institut itu ia
dibimbing oleh Nyoman Gunarsa, Agus Burhan, dan Wardoyo. Ia
menerima beberapa penghargaan, antara lain di bidang Sketsa dan Lukisan
33
Cat Air Terbaik tahun 1989 dan Lukisan Terbaik saat ISI Yogyakarta
merayakan Dies Natalis yang ke-9 tahun 1993. Pada tahun yang sama,
karyanya terpilih untuk dipamerkan di “International Triennial
Competition of Painting” di Osaka, Jepang. Ia kemudian melanjutkan
studinya di Monumental Art di Sukinov Art Institute Moskow, Russia dari
tahun 2001 hingga 2005.
Lukisan yang dibuat Erica sering menampilkan berbagai macam
subjek yang memadati satu kanvas, yang biasanya merupakan ekspresi atau
pengalaman pribadinya. Karyanya cenderung seperti lukisan anak-anak,
namun lukisan anak-anak yang rumit. Setiap karyanya mempunyai narasi
yang menarik, yang menceritakan mengenai pandangannya akan dunia
(http://indonesianfineart.org/id/erica-hestu-wahyuni-
backroom/biography.html, diakses pada Senin, 28 Maret 2016 pukul 20.32
WIB).
Ketertartarikan penulis pada karya Erica ini adalah karena ini
karena tema yang diangkat yaitu tentang anak-anak serta warna-warna yang
digunakan sangat meriah (lihat gambar 9 dan 10 halaman 34). Sebagian
besar karya-karya Erica menampilkan warna yang banyak, warna-warna
yang cerah sesuai dengan karakter dunia anak-anak. Figur-figur yang
dibuat juga memenuhi kanvas. Sehingga penulis terinspirasi akan karya
yang dibuat oleh Erica.
34
Gambar 9. Erica Hestu Wahyuni, 2006, Rendezvous to the Golden Prosperity, Acrylic on Canvas,
90 x 120 cm
(Sumber Gambar: http://arsip.galeri-nasional.or.id/pelaku_seni/erica-hestu-wahyuni/karya,
diakses pada Senin, 28 Maret 2016 pukul 20.42 WIB).
Gambar 10. Erica Hestu Wahyuni, 2011, Happy Sweet Harvest, Acrylic on Canvas, 80 x 70
cm
(Sumber Gambar: http://www.artnet.com/artists/erica-hestu-wahyuni/past-auction-results/2,
diakses pada Senin, 28 Maret 2016 pukul 20.46 WIB).
35
Pembuatan karya seni lukis ini terinspirasi dari berbagai seniman dan
juga ilustrator. Dari berbagai seniman dan ilustrator yang sudah disebutkan
di atas, karakter anak-anak yang ditampilkan oleh penulis dalam kaya seni
lukis yang dibuat merupakan karakter yang diciptakan oleh penulis. Penulis
menggunakan distorsi pada karakter anak-anak yang menggambarkan
keceriaan dan kelucuan. Mulai dari bentuk wajah anak-anak, hidung dibuat
lebih panjang sehingga menyerupai hidung rusa, seperti pada aslinya hidung
rusa berbentuk panjang dan pada bagian ujungnya berwarna coklat
kehitaman. Bentuk tersebut merupakan bagian dari karakter yang dibuat
oleh penulis agar berbeda dari karya-karya yang dijadikan sumber referensi
oleh penulis dan agar menjadi karakter murni dari penulis. Selain itu, pada
kanan kiri wajah anak-anak didekat telinga terdapat satu helai rambut yang
melingkar, sehingga menambah karakter lucu anak tersebut. Kemudian
ukuran tangan lebih kecil dan lebih panjang. Ekspresi yang ditampilkan juga
merupakan ekspresi yang ceria. Warna-warna yang ditampilkan merupakan
warna-warna yang cerah.