ii kajian kepustakaan 2.1. itik...

14
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateup Itik Cihateup adalah itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Selain dikembang biakkan di daerah asalnya, itik Cihateup juga telah dikembangbiakkan didaerah- daerah di sekitar Tasikmalaya seperti Garut. Daerah Cihateup berada pada ketinggian 378 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi, sehingga itik tersebut disebut juga dengan itik gunung. Daya adaptasinya dengan lingkungan dingin yang baik, membuat itik tersebut sesuai dipelihara untuk daerah dingin atau pegunungan. Itik tersebut merupakan salah satu kebanggaan peternak itik di Propinsi Jawa Barat di samping itik Cirebon. Berikut adalah klasifikasi itik Cihateup menurut (Srignano, 1977; Scannes dkk., 2004) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Subkingdom : Metazoa Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Aves Ordo : Anseriformes Famili : Anatidae Genus : Anas Spesies : Anas platyrhyncos javanica

Upload: buithu

Post on 08-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1. Itik Cihateup

Itik Cihateup adalah itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan

Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Selain dikembang

biakkan di daerah asalnya, itik Cihateup juga telah dikembangbiakkan didaerah-

daerah di sekitar Tasikmalaya seperti Garut. Daerah Cihateup berada pada

ketinggian 378 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi,

sehingga itik tersebut disebut juga dengan itik gunung. Daya adaptasinya dengan

lingkungan dingin yang baik, membuat itik tersebut sesuai dipelihara untuk

daerah dingin atau pegunungan. Itik tersebut merupakan salah satu kebanggaan

peternak itik di Propinsi Jawa Barat di samping itik Cirebon.

Berikut adalah klasifikasi itik Cihateup menurut (Srignano, 1977; Scannes

dkk., 2004) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Aves

Ordo : Anseriformes

Famili : Anatidae

Genus : Anas

Spesies : Anas platyrhyncos javanica

Page 2: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

10

Pada itik betina asal Tasikmalaya dan Garut ditemui dua macam corak bulu

yaitu laced dan buttercup. Pada bagian leher, punggung, dada, ekor dan kaki

didominasi oleh corak bulu laced. Corak bulu laced itik betina asal Tasikmalaya

(63,16%) lebih banyak daripada corak buttercup (36,84%). Demikian halnya

dengan itik asal Garut corak bulu laced (64,86%) lebih banyak daripada corak

buttercup (35,14). Sedangkan itik Alabio betina (Hardijosworo, 1985)

Di Tasikmalaya, itik Cihateup merupakan komoditas ternak unggas lokal

yang sangat potensial sebagai penghasil telur. Perannya dalam menunjang

perekonomian petani cukup besar, karena produktivitasnya sangat tinggi yakni

rataan produksi telur 290 butir per ekor per tahun, tingkat kematian dewasa sekitar

2 - 5%, dan berdaya adaptasi dengan kondisi lingkungan agraris cukup tinggi.

(Dudi, 2007)

2.2. Perubahan Metabolisme sebagai Dampak Pemeliharaan Minim Air

Itik pada umumnya memiliki behavior berenang di dalam kolam air maupun

ditepatkan dekat dengan sawah. Mengapa itik senang dekat dengan air karena itik

merupakan unggas air yang cara melepaskan panasnya dengan cara membasahi

tubuhnya, itu adalah cara untuk itik berevaporasi dengan panas dalam tubuhnya

dengan cara konveksi dalam kolam air. Sistem pemeliharaan yang masih

dipergunakan saat ini pada umumnya yaitu dengan cara tradisional yaitu itik

dipelihara dengan secara intensif serta dilengkapi dengan kolam air (Hardi

Prasetyo, 2007).

Kebiasaan Behavior itik dengan cara membasahi tubuhnya dengan cara

berenang dalam kolam air menyebabkan kondisi fisiologik pada itik dalam

kondisi panas mengalami kesulitan membuang panas tubuhnya ke lingkungan.

Page 3: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

11

Akibatnya, ternak unggas yang dipelihara di daerah tropis rentan terhadap bahaya

stres panas. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi pada ternak yang

menyebabkan meningkatnya suhu atau stressor lain yang berasal dari luar ataupun

dari dalam tubuh ternak maka itu dapat menimbulkan radikal bebas yang

diakibatkan dari stress karena tidak cukupnya pula ketersediaan antioksidan yang

adal dalam tubuh itik (Ewing dkk., 1999)

Heat increament terutama merupakan penghambat yang cukup penting

terhadap produksitivas ternak yang akan menimbulkan stress. Pada suhu

lingkungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme,

aktivitas hormonal dan kontrol suhu tubuh. Kondisi fisiologis itik secara langsung

dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan dengan cara memberikan pengaruh

terhadap beberapa fungsi organ tubuh seperti denyut jantung, sistem pernafasan,

serta meningkatnya aktivitas-aktivitas hormonal.

Perubahan behavior pada ayam yang dapat diamati berada dalam cekaman

panas dan mengalami stresss panas antara lain hiperventilasi (panting), yaitu

meningkatnya kecepatan respirasi sampai lebih dari 20 kali per menit. Selama

stress panas metabolisme dalam tubuh berlangsung cepat sehingga membutuhkan

banyak oksigen, sedangkan karbondioksida dalam darah meningkat.

Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan oksidasi asam lemak

(melalui glukoneogenesis) menjadi meningkat untuk memenuhi kebutuhan tubuh

untuk segera menghasilkan ATP. Selain itu juga terjadi proses glikogenolisis

dalam hati untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetp ada dalam batas

yang dapat dipertahankan.

Page 4: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

12

Cekaman lingkungan menyebabkan meningkatnya ACTH yang menyebabkan

korteks adrenal meningkatkan sekresi glukokortikoid (Von Borell, 2001; Hardy

dkk., 2005; Garriga dkk., 2006).

Abbas (2009) mengemukakan bahwa meningkatnya glukokortikoid

menyebabkan naiknya metabolisme protein dan glukoneogenesis, karena perlu

segera menyediakan substrat energi untuk proses thermoregulasi dan homeostasis.

Laju glikogenolisis ini terjadi dalam tubuh karena kadar glukosa dalam tubuh

sudah mulai kekurangan glukosa akibat berbagai aktivitas baik dalam maupun

luar tubuh glikogenolisis terjadi jika asupan makanan tidak cukup memenuhi

energi yang dibutuhkan tubuh sehingga untuk mendapatkan energi tubuh

mengambil alternatif lain yaitu dengan menggunakan simpanan glikogen yang

terdapat dalam hati atau otot karena darah ingin segera membutuhkan energi.

Laju glikogenolisis merupakan reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa,

perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

sumber energi. Enzim utama yang berperan dalam glikogenolisis ini adalah glikogen

fosforilase. Suatu proses hidrolisa glikogen sel posporolitik di dalam saluran

gastrointestinal (di sitosol). Didalam dinding sel terdapat reseptor yang disebut reseptor

Prot-G-terkopol yang mengaktifkan second messenger yang berada di membransel yang

disebut adenily cyclise didalam membran. Adenily cyclise ini mengaktifkan ATP dari

ADP, mengaktifkan protein kinase yang tidak aktif menjadi protein kinase aktif, protein

kinase yang aktif mengaktifkan phosporilase kinase tidak aktif menjadi phosporilase

kinase aktif, kemudian phosporilase kinase aktif menghasilkan phosforilase yang tidak

aktif menjadi phosforilase yang aktif kemudian mengaktifkan glikogen menjadi glukosa-

6-phosfat lalu mengubah glukosa-6-phosfat menjadi glukosa-3-phossfat kemudian

menjadi glukosa (A. Mushawwir, 2014), yang berbeda dalam proses glikogenolisis di

Page 5: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

13

hati dan otot adalah hormone yang terlibat yaitu glucagon. Bila dihati terjadi konsentrasi

gula darah menurun, maka glucagon diproduksi tinggi di sel, maka glikogen hati akan di

degradasi akibatnya glukosa darah normal kembali.

2.3. Buah Makasar (Brucea javanica L.Merr)

Ilustrasi 1. Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr)

Dalam usaha peternakan yang intensif, pakan merupakan faktor yang

menentukan biaya produksi yaitu 60 – 70 %. Peternak harus berupaya

semaksimal mungkin agar pakan yang digunakan dapat optimal dengan cara

meningkatkan tingkat konversi ransum. Peningkatan efisiensi penggunaan

ransum adalah salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk menekan biaya

produksi, yaitu dengan meningkatkan daya cerna ternak. Upaya yang dapat

ditempuh antara lain dengan penambahan bahan berupa suplemen atau pakan

tambahan (feed additive). Feed additive adalah suatu substansi yang secara alami

tidak terdapat di dalam bahan baku pakan yang berfungsi meningkatkan daya

cerna ternak dengan hasil akhir perbaikan feed effisiensi dan produksi

daging/telur serta kesehatan ternak (Piliang, 1996). Beberapa jenis feed additive

yang banyak digunakan antara lain antibiotika pemacu pertumbuhan (APP),

probiotik, dan bahan-bahan alami (herbal). Feed additive tersebut memiliki

target kerja yang sama yaitu memanipulasi kondisi saluran pencernaan sehingga

proses pemecahan dan penyerapan sari makanan dapat lebih optimal (Sundari

dkk., 2003).

Page 6: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

14

Dalam hal ini langkah yang diambil adalah salah satunya dengan

memanfaatkan minyak buah makassar Brucea javanica (L.) Merr. Hasil analisis

komposisi kimia minyak buah makasar menggunakan GC-MS menunjukkan

bahwa terdapat dua kelompok senyawa di dalamnya yaitu asam lemak dan

senyawa organik lainnya. Asam lemak yang paling banyak terkandung dalam

minyak buah makasar adalah asam linoleat (CH3(CH2)16COOH), yaitu sebesar

52,89%. Asam linoleat atau dikenal dengan istilah asam lemak omega 6 adalah

asam lemak yang memiliki rantai karbon sebanyak 18 dan mengandung dua ikatan

rangkap pada posisi 9 (C9-C10) dan 12 (C12-C13) dengan isomer geometris cis.

Ikatan rangkap ini menyebabkan asam linoleat disebut asam lemak tidak jenuh

(Murhadi, 2005). Ilustrasi 2 . merupakan komponen – komponen zat yang terdapat

dalam minyak buah makassar.

Ilustrasi. 2. Kromatogram Komposisi Kimia dalam Buah Makassar Brucea

javanica (L.) Merr.

Keterangan : 1) 2-ethyl hexanol,2) 2-ethyl hexanol, 3) o-phthalic acid anhydride,

4) ethyl palmitat, 5) palmitinic acid, 6) ethyl oleat, 7) linoleic acid,

8) linoleic acid, 9) di-(9-octadecenoyl)-glycerol, dan 10) myristyl

oleat.

Page 7: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

15

Minyak esensial disebut juga minyak atsiri (essential oils) atau minyak yang

menguap (volatile oils) yang terbentuk di dalam retikulum endoplasma sel

tanaman dan diperoleh dengan penyulingan dengan uap atau ekstraksi bagian

buah, bunga, kayu, akar, daun, dan biji tanaman. Umumnya minyak esensial

dianalisa dengan gas-chromatography (Supriadi, 2001). Salah satu komposisi

yang sangat dibutuhkan pada ternak itik yaitu asam linoleat.

Kemampuan minyak esensial untuk menstimulasi sistem saraf pusat

mengakibatkan ternak lebih toleran terhadap stres (meningkatkan kekebalan), baik

stres akibat pemisahan dengan induknya (terutama pada ternak babi) maupun stres

akibat kondisi lingkungan. Penelitian invitro menunjukkan bahwa minyak

esensial dari berbagai macam tanaman mempunyai antimikroba dan antifungisida

yang dapat menghambat dan membunuh bakteri, virus dan jamur, maupun bakteri

patogen lain dalam saluran pencernaan (Harjo, A., 2006).

Kemampuan asam linoleat dalam mempertahankan kadar glukosa darah dan

menurunkan kreatinin, memperbaiki sistem metabolisme, memcegah kerusakan

sel an meningkatkan pemeliharaan membran sel, telah dilaporkan oleh (Shim

dkk., 2006; Fesler dkk., 2011; Suekasombat dkk., 2006; Shin dkk., 2011; dan

Jieng dkk., 2014)

2.4. Glukosa Darah

Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di

dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat,

galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan

proteoglikan. Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang

digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh (Murray R. K. dkk., 2003).

Page 8: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

16

Glukosa merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan

sebagai sumber energi dalam tubuh hewan. Kadar glukosa darah diatur agar selalu

berada dalam kondisi stabil dalam tubuh melalui proses homeostasis (Adisuworjo

dkk., 2001), proses ini melibatkan sumber lain glukosa dalam tubuh seperti

glikogen, asam-asam lemak, dan asam amino.

Menurut Piliang (1996), kadar glukosa darah yang konstan dipertahankan

setiap saat, yaitu homeostasis gula dalam darah dicapai melalui beberapa

mekanisme yang mengatur kecepatan konversi glukosa menjadi glikogen atau

menjadi lemak untuk simpanan dan dilepaskan kembali dari bentuk simpanan

yang kemudian dikonversi menjadi glukosa yang masuk ke dalam system

peredaran darah (Asril, 2002).

Hati dapat mengubah glukosa menjadi asam lemak melalui jalur metabolik,

kemudian disimpan menjadi trigeliserida atau asam amino untuk pembentukan

protein. Hati berperan penting dalam metabolisme glukosa karena memiliki

banyak enzim untuk konversi metabolik, hati juga penting untuk distribusi

glukosa untuk disimpan atau sebagai energi. Hati akan membentuk glukosa dari

asam lemak dan asam amino glukoneogenesis jika kebutuhan energi bertambah.

(Frances K Widmann,1989)

Mekanisme yang dipakai dalam pengaturan kadar glukosa darah melibatkan

berbagai peran sebagai berikut : (1) Pengaturan kadar glukosa darah sangat

tergantung pada keberadaan penyimpanan glikogen di hati. Jika kadar glukosa

darah rendah, glikogen di hati akan dipecah menjadi glukosa melalui proses

Page 9: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

17

glikogenolisis dan kemudian mengalir di darah untuk dikirim ke otot rangka dan

organ lain yang membutuhkannya, dan jika kadar glukosa darah tinggi glukosa

akan diserap oleh jaringan oleh bantuan hormone insulin. (2) Peran insulin dan

glukagon adalah sebagai system pengatur umpan balik untuk mempertahankan

konsentrasi glukosa darah agar normal. Bila konsentrasi glukosa darah meningkat

tinggi, maka timbul sekresi insulin, insulin selanjutnya akan mengurangi

konsentrasi glukosa darah agar kembali ke nilai normal. (Guyton 2006: 834),

2.5. Kreatinin Darah

Kreatininin berbanding lurus dengan ketersediaan masa otot yang ada di

dalam tubuh. Terkait dengan stress masa otot yang tinggi akibat meningkatnya

masa otot dalam darah itu menyebabkan perlu segera menyediakan substrat

energi. Berikut Ilustrasi 3. sumber-sumber nutrient yang dipergunakan untuk

metabolisme energi bagi masa otot :

Ilustrasi 3. Sumber – sumber nutrient untuk metabolisme energi bagi masa otot.

Energi yang digunakan untuk kontraksi otot berasal dari proses sebagai berikut :

Page 10: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

18

ATP ADP + asam fosfat Energi yang dilepaskan dapat segera digunakan

untuk kontraksi otot.

Fosfokreatine Asam Fosfat + Keratin Energi yang dilepas dari reaksi ini

digunakan untuk sintesis kembali ATP (Adenosin Trifosfat). Otot kerangka

membutuhkan ATP tidak hanya untuk melangsungkan peluncuran filamen aktif

sepanjang miosin atau filamen tebal tetapi juga untuk mengendurkan otot kembali.

Kontraksi otot diawali dengan impuls syaraf motorik, yang dikirimkan ke tubulus

melintang dan reticulum sarkoplasmik, tempat asal Ca2+ yang dibebaskan ke

dalam sarkoplasma.Ca2+ diikat oleh tropin. Tropoin adalah protein pengatur

yang menterjemahkan isyarat ini menjadi peluncuran filamen-filamen aktin

dengan menggunakan energi ATP. Pada saat impuls saraf motor berhenti, Ca2+di

dalam sarkoplasma harus diikatlagi untuk mengendurkan otot.Ca2+ diangkut

kembali ke dalam retikulum sarkoplasmik oleh ATP asemembran pengangkat

Ca2+ diangkut ke dalam bagi setiap molekul ATP yang dihidrolisis. Jumlah ATP

yang dibutuhkan untuk mengendurkan otot kerangka hampir sebanyak yang

diperlukan untuk mendukung kontraksinya.( Lehninger, A. L. 1982)

Keratinin sangat bergantung dari masa otot. Secara kimiawi, kreatinin

merupakan derivat dari keratin. Biosintesis kreatinin sendiri juga berasal dari

glisin, arginin, dan metionin. Pemindahan gugus guanidine dari arginin kepada

glisin, yang membentuk senyawa guanidoasetat (glikosiamina), berlangsung

didalam ginjal dan tidak terjadi didalam hati atau otot jantung. Peredaran

kreatinin dikeluarkan dari darah oleh ginjal. Ginjal hampir tidak sama sekali

Page 11: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

19

melakukan reabsorpsi kreatinin. Kadar kreatinin dalam darah akan tinggi jika

kontraksi dalam otot semakin berat.

Kreatinin merupakan molekul yang penting untuk produksi energi di otot,

yang kemudian dialirkan oleh darah menuju ginjal. Darah dipompa dari jantung

melalui pembuluh darah arteri ke ginjal dan ke seluruh tubuh, kemudian darah

dialirkan kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena. Sehingga, darah yang

berasal dari pembuluh darah vena dapat mewakili seluruh proses metabolisme

dalam tubuh. Energi yang dibutuhkan untuk metabolisme khususnya protein,

sebanding dengan kadar kreatinin yang dibutuhkan untuk menghasilkan ATP.

Menurut Rahmawati (2009) metabolisme protein berbanding lurus dengan massa

otot. Oleh karena itu, kadar kreatinin dapat digunakan sebagai penduga bobot

badan atau peningkatan massa otot pada ternak.

Lehninger (1982) menyatakan bahwa fosfokereatin berperan sebagai bentuk

cadangan sementara gugus fosfat berenergi tinggi. Fosfokreatin (juga disebut

kreatinin fosfat) memiliki bagi hidrolisis ATP. Fosfokreatin dapat

memindahkan gugus fosfatnya kepada ATP, dalam suatu reaksi yang dikatalisis

oleh enzim keratin kinase.

Fosfokreatin berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi ATP didalam sel

otot pada tingkatan tinggi yang tetap, terutama di dalam otot kerangka yang harus

melakukan kerja berselang-seling dan kadang-kadang kerja keras pada kecepatan

tinggi. Jika sebagian ATP pada otot dipergunakan untuk kontraksi, terjadi

Page 12: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

20

pembentukan ADP melalui kerja keratin kinase, fosfokreatin dengan cepat

memberikan gugus fosfatnya ke ADP untuk mengembalikan tingkat normal ATP.

Karena kandungan fosfokreatin otot kira-kira 3 sampai 4 kali lebih besar dari

kandungan ATP, senyawa ini dapat menyimpan gugus fosfat dalam jumlah cukup

untuk mempertahankan tingkat ATP supaya tetap selama selang waktu yang

singkat pada aktivitas intensif ini.

Kreatininfosfat dapat bereaksi dengan ADP secara reversible untuk

membentuk ATP dengan jalan memberikan gugus fosfat kepada ADP dan

berubah menjadi kratinin. Apabila ATP banyak dibutuhkan maka reaksi berkisar

ke kanan, sedangkan apabila ATP telah dapat terbentuk kembali ke proses

glikolisis dan siklus asam sitrat maka reaksi tersebut berjalan ke kiri, artinya

kreatininfosfat terbentuk kembali. (Supriyanti dkk., 2006 )

Pembentukan kreatinin dari keratin berlangsung secara konstab. Berikut ini

merupakan proses pembentukan kreatinin yang dapat dilihat pada ilustrasi 4.

Ilustrasi 4. Pembentukan kreatin

Kreatin fosfat adalah simpanan energi pertama yang digunakan pada awal

aktivitas kontraktil seperti ATP, kratin fosfat mengandung sebuah gugusfosfat

Page 13: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

21

berenergi tinggi, yang dapat diberikan secara langsung ke ADP untuk membentuk

ATP. Seperti terjadinya pelepasan energi sewaktu ikatan fosfatterminal di ATP

diputuskan, energi juga dibebaskan ketika ikatan fosfat dan kreatin diputuskan.

Energi yang dibebaskan dari hidrolisis kreatin fosfat, bersama dengan fosfatnya,

dapat diberikan secara langsung ke ADP untuk membentuk ATP. Reaksi ini,

yang dikatalisis oleh enzim sel otot kreatinkinase bersifat reversibel; energi dan

fosfat dari ATP dapat dipindahkan kreatin untuk membentuk kreatin fosfat

(Sherwood, 2001). Ketika cadangan energi bertambah pada otot yang beristirahat,

peningkatan konsentrasi ATP cenderung menyebabkan pemindahan gugus fosfat

berenergi tinggi ke kreatin fosfat, sesuai dengan hukum aksi massa. Dengan

demikian, sebagian besar energi di dalam otot tersimpan dalam bentuk kreatin

fosfat (Sherwood, 2001).

Meskipun jalur metabolisme kreatin tampak sederhana, tetapi sebenarnya

pada sebagian besar jaringan mengalami kekurangan enzim yang diperlukan,

sehingga mengharuskan pengangkutan antar jaringan melalui darah untuk

memungkinkan seluruh kaskade reaksi untuk melanjutkan. Sebagian kreatin akan

mengalami refosforilasi kembali menjadi kreatin fosfat dan sebagian lagi akan

mengalami degradasi menjadi kreatinin (Marks, 2000).

Page 14: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Itik Cihateupmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120246_2_7120.pdf · perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan

22

Berikut ini merupakan gambaran metabolism kreatinin dapat dilihat pada

Ilustrasi 5. Metabolisme Kreatinin, (diambil dari Wyss, M. dan Kaddurah-

Daouk R. 2000. Creatine and Creatinine Metabolism:

PubMed.gov. Vol. (30):80)