ii · 2019. 12. 5. · riau di lapangan. dengan demikian, kehadiran buku ini se-yogyanya...

90
ii

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ii

ISLAMIC BRANDING DAN RELIGIUSITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN OLEH KONSUMEN PADA SWALAYAN AL-BAIK KOTA

TANJUNGPINANG

Muhammad Ilham, S.H.I.,M.S.I Firdaus, S.H.I.,M.H

ii

ISLAMIC BRANDING DAN RELIGIUSITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OLEH KONSUMEN PADA

SWALAYAN AL-BAIK KOTA TANJUNGPINANG

All rights reserved @ 2019, Indonesia: Bintan

Muhammad Ilham, S.H.I.,M.S.I

Firdaus, S.H.I.,M.H

ISBN: 978-623-90371-5-4

Editor: Saepuddin, M,Ag

Doni Septian, S.Sos.,M.IP

Penyunting: P3M STAIN KEPRI

Lay Out dan Design Cover:

Eko Riady, S.H

Diterbitkan oleh STAIN SULTAN ABDURRAHAMAN PRESS

Jalan Lintas Barat Km.19 Ceruk Ijuk, Bintan, Kabupaten Bintan Cetakan Pertama, Maret 2019

Muhammad Ilham, S.H.I.,M.S.I

Firdaus, S.H.I.,M.H

V + 83 page 15,5 x 23,5 cm

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa pengurangi pembatasan menurut Peraturan Perundang-Undangan yang berlalu.

Ketentuan Pidana Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja ataau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2), dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000. 000,00 (lima ratus juta rupiah).

iii

Sambutan Ketua STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah Swt. atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga “STAIN Sultan Abdur-rahman Kepulauan Riau Press” mampu menambah koleksi produk pengetahuan yang lebih aplikatif, yakni Buku (dummy) hasil penelitian Dosen-Dosen STAIN Sultan Abdur-rahman Kepulauan Riau. Buku yang dihasilkan dari serang-kaian kajian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam penguatan visi dan misi STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau melalui penelitian dan pe-ngabdian kepada masyarakat. Semoga pencapaian ini men-jadi langkah yang baik menuju kampus STAIN Sultan Abdur-rahman Kepulauan Riau yang unggul dalam mensinergikan keislaman, keilmuan dan khazanah kemelayuan. Buku ini merupakan perwujudan dari hasil kajian penelitian Litapdimas Dosen STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau di lapangan. Dengan demikian, kehadiran buku ini se-yogyanya diapresiasi agar dapat mendorong insan-insan Kampus untuk terus mengembangkan kualitas dan kuanti-tas penelitiannya yang berkonstribusi pada peningkatan kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya disampaikan kepada Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau yang telah memberi dukungan dan kerjasamanya atas lahirnya buku ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang membantu atas kelan-caran penelitian dan penerbitan buku ini. Semoga buku ini memberikan manfaat bagi para pem-baca dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT Aamin.

Bintan, Juni 2019 Ketua,

Dr. Muhammad Faisal, M.Ag

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah SWT Sang Pemilik dan Sang Penguasa Alam

Semesta karena atas limpahan Rahmat dan Karunia Nya yang tiada terhingga

sehingga kita terus diberikan kekuatan untuk menjalankan aktivitas baik yang berupa

duniawi maupun berupa ukhrowi, semoga Ibadah yang dijalankan mendapatkan Ridho

dari pada Nya.

Terbitnya buku Islamic Branding dan Religiusitas Serta Pengaruhnya Ter-hadap

Keputusan Pembelian Oleh Konsumen Pada Swalayan Al-Baik Kota Tanjung pinang

merupakan hasil karya Penulis yang dilakukan melalui penelitian di Swalayan Al Baik

Tanjungpinang. Penelitian ini kami penulis mulai pada tahun 2018 dan kami diberi

kesempatan dipublikasikan dalam bentuk buku. Buku ini besar harapan kami semoga

dapat dibaca oleh masyarakat luas semoga menambah wawasan keilmuan. Ucapan

terimakasih yang tiada terhingga kepada yang terlihat dalam penerbitan buku ini atas

segala partisipasi dalam proses menyelesaikan mulai dari penelitian hingga sampai

penerbitan buku ini.

Penyusunan buku ini jauh dari kata “sempurna” dan karenanya diharapkan kepada

para pembaca untuk dapat memberikan kritikan dan masukannya terkait penyem-

purnaan buku ini pada masa-masa mendatang.

Pada kesempatan ini juga penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan kritikan dan masukan terhadap penyusunan buku ini.

Semoga buku ini mendatangkan manfaat bagi masyarakat Indonesia pada umumnya.

Aamiin

Bintan, Maret 2019

Penulis

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................ iv

B A B I : P E N D A H U L U A N ........................ 1

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Permasalahan .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 7

D. Signifikansi ........................................................................ 7

B A B II : KAJIAN TEORI ..................................... 8

A. Kajian tentang Islamic Branding ....................................... 8

B. Kajian tentang Religiusitas .............................................. 24

C. Kajian tentang Keputusan Pembelian ........................... 38

D. Penelitian Terdahulu ........................................................ 50

B A B III: METODE PENELITIAN ..................... 52

A. Jenis Penelitian .................................................................. 54

B. Pendekatan Penelitian ...................................................... 54

C. Kerangka Pikir .................................................................. 55

D. Teknik Penetapan Responden ........................................ 55

E. Teknik Analisa Data ......................................................... 57

B A B IV: PEMBAHASAN ....................................... 59

A. Penyajian Data Responden .................................. 59

B. Pengujian dan Analisa Data ................................ 60

C. Uji Heteroskedatisitas ........................................... 66

B A B V: KESIMPULAN DAN SARAN .................. 71

A. Kesimpulan ....................................................................... 71

B. Saran ............................................................................ 72

Daftar Pustaka ............................................................................ 73

Daftar Indeks ............................................................................ 76

Glossarium ............................................................................ 77

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi dan milenial yang dapat kita

rasakan saat ini, Segala bentuk kegiatan yang kita jalan-

kan tentu bersumber dari usaha-usaha yang kita laku-

kan. Hal ini tampak begitu banyaknya usaha produktif

yang dijalankan demi kelangsungan hidup. Sehingga

disetiap daerah banyak memunculkan pengusaha-pe-

ngusaha baru.

Perkembangan dunia usaha semakin hari terus

melonjak mengingat kebutuhan pasar cukup besar, hal

ini yang menyebabkan para pengusaha berlomba untuk

memenangkan usaha mereka mencapai tujuan yang di

inginkan yakni keuntungan. Salah satu yang menye-

babkan usaha mereka menjadi baik dalam arti diguna-

kan oleh masyarkat dan atau menjadi buruk dalam arti

tidak menjadi kebutuhan utama adalah dalam hal pe-

masaran.

Sebagaimana diketahui bahwa pemasaran menu-

rut Philp Kotler adalah kegiatan manusia yang di-

arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

melalui proses pertukaran (Philip Kotler: 2002). Tentu-

2

nya hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, ada banyak

yang harus dicapai dalam mendapatkan keuntungan

dalam memasarkan suatu produk.

Indonesia sebagai salah satu Negara dengan ting-

kat Muslim mayoritas didunia, tentu segala aspek da-

lam kehidupan menjalankan ibadah dan muamalah

mengikuti Syariat Islam. Hal ini dapat kita lihat dalam

prilaku bermuamalah sangat menjunjung nilai-nilai

Syariat salah satunya membeli suatu barang dengan

melihat label halal.

Prinsip halal bukan serta merta sebagai anjuran

semata, akan tetapi merupakan suatu kewajiban bagi

seorang muslim, yang atur dalam Firman Allah SWT

QS. Al-Baqarah : 168.

Oleh Karena ini, dalam memasarkan sebuah pro-

duk, peran dari seluruh stakeholder perusahaan dalam

hal ini adalah marketing sangat diperlukan. Dibutuh-

kan kemampuan maksimal dalam hal ini adalah stra-

tegi pemasaran yang baik sehingga suatu unit bisnis

dapat meningkatkan laba operasional. (Ahmad Miftah,

2015)

Mayoritas Muslim ini dimanfaatkan para produ-

sen. Para produsen sadar bahwa konsumen muslim

3

merupakan sasaran empuk bagi pemasaran produk

mereka. Salah satu strategi yang mereka terapkan ada-

lah Islamic Branding yaitu menggunakan identitas Islam

(dengan kata Islam, Syariah, nama-nama Islam, label

halal) dalam pemasaran produk mereka (Muhammad

Nasrullah, 2015).

Konsep dilapangan dari islamic branding telah me-

ndapatkan perhatian serius di kalangan praktisi dan

akademisi pada beberapa tahun terakhir. Para ahli me-

ngemukakan bahwa konsep Islamic branding semakin

banyak diminati oleh para produsen. Hal ini melihat

populasi muslim di dunia yang semakin bertambah.

Data dari CIA (2009) menyebutkan bahwa pasar mus-

lim mencakup 21,01 persen atau sekitar 1,43 miliar dari

seluruh penduduk dunia dan muslim merupakan ma-

yoritas di lebih dari 50 negara di Asia, Afrika dan

Eropa. Data ini didukung dengan fakta bahwa pasar

muslim akan tumbuh sampai US$ 30 triliun pada tahun

2050 (Baker Ahmad Alserhan, 2010)

Tanjungpinang sebagai salah satu kota yang ter-

letak di Provinsi Kepulauan Riau dan sekaligus sebagai

Ibu Kota Provinsi. secara umum Tanjungpinang terle-

tak di Pulau Bintan dengan mayoritas pemeluk agama

4

nya adalah Islam, hal ini sejalan dengan awal masuk-

nya Islam dengan masuknya Kesultanan Johor-Riau ke

Tanah melayu untuk menyebarkan Islam.

Dalam hal perdagangan, tampaknya yang lebih

banyak menguasi perdangan di Kota Tanjungpinang

adalah dari kalangan etnis China, disamping mereka

memiliki kemampuan secara finansial juga karena

keuletan dalam bekerja, salah satu yang dapat ditemui

adalah banyaknya Minimarket dalam bentuk Swalayan

yang didirikan oleh etnis tersebut yang sudah cukup

lama dan tersebar diseluruh wilayah Kota Tanjung

pinang.

Sejak tahun 2017 lalu di inisiasi oleh tokoh Mus-

lim bernama Zulkaminullah untuk mendidikan sebuah

swalayan yang awal nya nama tersebut “757 Super-

market”, sehingga beberapa bulan berikutnya diganti

nama menjadi “al-Baik Supermarket” dengan konsep

logo Arab-Melayu.

Dalam penelitian sementara penulis, bahwa kon-

sep logo seperti ini setidaknya sudah mengubah cara

pandang masyarakat/konsumen untuk membeli di sw-

alayan tersebut mengingat sebagian masyarakat yang

penulis temui bahwa swalayan tersebut telah menerap-

5

kan prinsip-prinsip syariah. Ditambah lagi dengan sisi

religiusitas swalayan ini misalnya memberikan arahan

kepada konsumen dan kasir saat masuk waktu sholat.

Ketertarikan penulis untuk mengungkapkan sisi Bran-

ding dan Religius terhadap keputusan konsumen mem-

beli di Swalayan Al-Baik cukup besar, sebab Swalayan

yang berprinsip Syariah khususnya di Kota Tanjung-

pinang hanya swalayan tersebut. Penelitian penulis

berharap sebagai kajian awal dalam memahami konsep

Ekonomi Islam.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis

dapat mengidentifikasi masalah-masalah pada peneli-

tian ini. Adapun masalah-maslah tersebut, yakni:

a. Pada Al Baik Supermarket masih menjual ba-

rang-barang yang masuk dalam kategori syub-

hat, misalnya rokok.

b. Harga yang berikan oleh Al Baik Supermarket

tentunya belum bersaing dengan Supermarket

lainnya yan dimiliki oleh non muslim.

c. Al Baik Supermarket pada saat ini secara par-

king area kadang tidak mencukupi.

6

d. Tata letak swalayan ini sewaktu-waktu bisa

membuat disekitaran tersebut menjadi macet

karena dekat juga dengan perumahan.

2. Batasan Masalah

Dari beberapa permasalahan di atas tersebut,

maka penulis membatasi hanya pada Islamic Branding,

Religiusitas serta pengaruh terhadap Keputusan pem-

belian konsumen pada Swalayan Al Baik Kota Tanjung-

pinang.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan gejala-gejala yang peneliti dapatkan

dilapangan, kemudian peneliti uraikan dalam latar be-

lakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai beri-

kut:

a. Bagaimana Pengaruh antara Variabel Islamic

Branding dan Religiusitas terhadap keputusan

pembelian oleh konsumen di Swalayan al-Baik

Tanjungpinang?

b. Bagaimana Tingkat Signifikansi Variabel Islamic

Branding dan Religiusitas terhadap keputusan

pembelian oleh konsumen di Swalayan al-Baik

Tanjungpinang?

7

C. Tujuan Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini tentu memiliki

tujuan agar dapat memecahkan masalah-masalah. Ada-

pun tujuannya sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pengaruh antara Variabel Isla-

mic Branding dan Religiusitas terhadap keputu-

san pembelian oleh konsumen di Swalayan al-

Baik Tanjungpinang

2. Untuk Mengetahui Tingkat Signifikansi Variabel

Islamic Branding dan Religiusitas terhadap keputu-

san pembelian oleh konsumen di Swalayan al-

Baik Tanjungpinang.

D. Siginifikansi

Dalam mengkaji ini banyak hal yang dapat kita

ambil signifiknsinya, sehingga kedepannya ini bisa jadi

bahan kajian berikutnya.

1. Bagi Akademisi dan prodi

Akademisi dan prodi tentunya sangat berperan

penting dalam mendukung dan mengkaji suatu

gejala-gejala yang ditimbulkan sehingga dapat

memberikan suatu ilmu baru dan pengetahuan

baru guna dapat dikaji berikutnya tentang ilmu

tersebut.

8

2. Bagi Pemilik Usaha

Dengan adanya kajian ini tentunya akan sangat

berguna bagi pemilik usaha dalam membuat stra-

tegi terutama strategi marketing guna menarik

minat konsumen untu datang ke swalayan ter-

sebut.

3. Bagi Masyarakat Umum

Adanya penelitian ini tentunya sangat bermanfaat

bagi masyarakat umum dalam memilih dan

memutuskan untuk membeli barang kebutuhan

diswalayan ini.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

Pembahasan mengenai islamic branding, religiusi-

tas dan keputusan pembelian tentunya banyak kita te-

mui dalam berbagai literatur yang ada baik dalam buku

maupun dalam bentuk jurnal lainnya yang penulis

dapatkan. Sehingga pembahasan ketiga poin tersebut

diatas sudah selayaknya penulis lakukan dengan mem-

berikan penjelasan secara perpoint masing-masing. Hal

ini untuk memudahkan kepada yang lain dalam mem-

perhatikan poin yang ingin dibaca secara seksama.

A. Kajian Tentang Islamic Branding

1. Merek (Brand)

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol at-

au rancangan atau kombinasi hal-hal tersebut, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa

dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk mem-

bedakannya dari pesaing (P. Kotler & L.K. Kevin, 2012).

Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau

jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu

mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang

dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama (P.

Kotler & L.K. Kevin, 2012).

10

Lebih lanjut lagi Menurut Tjiptono dan Diana Me-

rek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang/

logo, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut-atri-

but produk lainnya yang diharapkan dapat memberi-

kan identitas dan diferensiasi yang membedakannya

dengan produk pesaing (Fandy Tjiptono & Anastasia

Diana, 2000). Pada dasarnya merek juga merupakan

janji produsen untuk secara konsisten menyampaikan

serangkaian ciri-ciri/fitur, manfaat, dan layanan ter-

tentu kepada para konsumen.

Dalam perkembangan dan implementasi, merek

bisa diartikan menjadi enam macam bentuk pengertian

yakni (P. Kotler, 2000):

a. Merek diartikan sebagai atribut sebagai cara

untuk mengingatkan pada unsur tertentu dari

sebuah produk.

b. Manfaat menunjukkan bagi konsumen bahwa

sebuah merek tidak sekadar menyatakan atri-

but, tetapi manfaat. Mereka membeli produk

tidak membeli atribut, tetapi membeli manfaat.

Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat

diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan

atau emosional.

11

c. Nilai juga menyatakan sesuatu tentang nilai

produsen.

d. Merek sebagai budaya menunjukkan bahwa

merek merepresentasikan budaya tertentu yang

mewakili produk.

e. Kepribadian menunjukkan merek mencermin-

kan kepribadian tertentu.

f. Merek sebagai pemakai menunjukkan jenis

konsumen yang membeli atau menggunakan

produk tersebut.

Penggunaan merek memiliki berbagai macam tu-

juan, yaitu: (1) sebagai identitas perusahaan yang mem-

bedakaannya dengan produk pesaing, sehingga pelang-

gan mudah mengenali dan melakukan pembelian ul-

ang. (2) sebagai alat promosi yang menonjolkan daya

tarik produk (misalnya dengan bentuk desain dan war-

na-warna yang menarik). (3) untuk membina citra, yai-

tu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas,

serta citra prestise tertentu kepada konsumen. Serta (4)

untuk mengendalikan dan mendominasi pasar. Arti-

nya, dengan membangun merek yang terkenal, bercitra

baik, dan dilindungi hak eksklusif berdasarkan hak

cipta/paten, maka perusahaan dapat meraih dan mem-

12

pertahankan loyalitas konsumen (Fandy Tjiptono &

Anastasia Diana, 2000).

Agar suatu merek dapat mencerminkan makna-

makna yang ingin disampaikan, maka ada beberapa

persyaratan yang harus diperhatikan yaitu (Fandy Tjip-

tono & Anastasia Diana, 2000):

a. Merek harus khas atau unik

b. Merek harus menggambarkan sesuatu menge-

nai manfaat produk dan pemakainya.

c. Merek harus menggambarkan kualitas produk.

d. Merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan

diingat.

e. Merek tidak boleh mengandung arti yang bu-

ruk di negara dan dalam bahasa lain.

f. Merek harus dapat menyesuaikan diri (adap-

table) dengan produk-produk baru yang mung-

kin ditambahkan ke dalam lini produk.

Branding bukan hanya sekedar desain dari sebuah

logo perusahaan. Branding merupakan sebuah hubung-

an antara konsumen dan perusahaan, antara konsumen

dan produk atau antara Konsumen dan jasa. Branding

harus dibuat sebaik mungkin untuk memberikan kesan

yang positif kepada konsumennya. Terkadang, sebuah

13

bisnis perlu memasukkan citra baru dalam produk atau

jasa mereka dengan cara rebranding. Rebranding sang-

at diperlukan ketika citra suatu perusahaan dinilai ne-

gatif oleh konsumennya, karena adanya permasalahan

pada perusahaan itu sendiri atau dengan adanya peru-

bahan pasar. Rebranding dapat juga diartikan sebagai

suatu proses pemberian nama brand baru atau identitas

baru pada produk atau jasa yang sudah mapan tanpa

perubahan berarti dari manfaat yang ditawarkan oleh

produk. Proses rebranding dapat dilakukan pada suatu

produk baru atau pada produk yang sudah mapan (H.

Stuart & L. Muzellec, 2004).

Pemasaran yang berlandaskan syariah adalah

bentuk muamalah yang dibenarkan dalam Islam, se-

panjang dalam segala proses transaksinya terpelihara

dari hal-hal terlarang oleh ketentuan syariah. Beberapa

perusahaan berbasis yang syariah maupun tidak telah

menerapkan konsep ini dan telah mendapatkan hasil

yang positif. Kedepannya diprediksikan pemasaran

syariah ini akan terus berkembang dan dipercaya ma-

syarakat karena nilai-nilainya yang sesuai dengan apa

yang dibutuhkan masyarakat yaitu kejujuran. Penera-

pan konsep syariah dalam pemasaran ini akan me-

14

nolong perusahaan untuk mendapatkan simpati dari

konsumennya. Konsumen akan merasa dilayani deng-

an nilai kejujuran yakni adanya kesesuaian antara janji

iklan dengan manfaat yang didapatkan. Pemasaran

syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang

mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan peru-

bahan value atau nilai dari suatu inisiator kepada pe-

mangku kepentingan yang dalam keseluruhan proses-

nya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah

(bisnis) dalam Islam (H. Kartajaya & M.S. Sula, 2006)

2. Islamic Branding

Ketertarikan konsumen baik individu maupun ke-

lompok terhadap suatu produk barang maupun jasa

bisa dilihat dari kekuatan merek yang dimiliki oleh

produk tersebut. Merek yang melekat di produk terse-

but merupakan representasi dari citra yang mewakili

setiap perilaku dari konsumen yang menggunakan pro-

duk tersebut. Merek (branding) berada di dalam benak

konsumen karena merek buka sebuah usaha untuk me-

nentukan produk lebih baik, namun usaha untuk men-

ciptaakan persepsi lebih baik (J. Tai & W. Chew, 2012).

Kemunculan tren atau gaya hidup halal menjadi-

kan konsumen memiliki pilihan dalam mengkonsumsi

15

produk. Produk yang berbasis halal atau syariah memi-

liki dampak baik, kesehatan yang terjaga dan gaya

hidup yang terangkat (U Priyadi, 2016). Kemunculan

gaya hidup halal ini terbangun menjadi sebuah merek

yang dipersepsikan oleh konsumen. Merek syariah bisa

diasosiasikn sebagai bentuk penggunaan nama atau

unsur yang berkaitan dengan hal-hal islami atau sesuai

syariah sebagai sebuah identitas produk baik barang

maupun jasa (Baker Ahmad Alserhan, 2010).

Ogilvynoor dalam tulisannya yang berjudul what

is Islamic branding and why is it significant? menjelaskan

Islamic branding adalah sebuah konsep yang relatif baru.

Praktek branding Islam, yaitu merek yang sesuai de-

ngan prinsip syariah, yang banyak memunculkan nilai-

nilai seperti kejujuran, hormat pada akuntabilitas dan

pemahaman inti dengan prinsip-prinsip syariah. Tuju-

an dari branding Islam yang menerapkan empati deng-

an nilai-nilai syariah adalah dalam rangka untuk me-

narik konsumen muslim, mulai dari perilaku dan ko-

munikasi pemasaran yang dilakukan (Dwi Wahyu Pril

Ranto, 2013).

Pemunculan istilah islamic branding yang banyak

ditemui saat ini adalah salah satu upaya segmentasi

16

pasar yang dilakukan oleh perusahaan penyedia pro-

duk ataupun jasa. Tidak dapat dipungkiri bahwa kon-

sumen muslim di Indonesia merupakan target pasar

yang sangat besar. Pasar ini menyediakan sumber po-

tensi yang sangat besar untuk dimasuki (Dwi Wahyu

Pril Ranto, 2013).

Islamic branding dapat didefinisikan dalam tiga ca-

ra yang berbeda, (Muhammad Nasrullah, 2015), yaitu:

a. Islamic branding by compliance

Merek Islam harus menunjukkan dan memiliki

daya tarik yang kuat pada konsumen dengan

cara patuh dan taat kepada syariah Islam. Bra-

nd yang masuk dalam kategori ini adalah pro-

duknya halal, diproduksi oleh negara Islam,

dan ditujukan untuk konsumen muslim.

b. Islamic brand by origin

Penggunaan merek tanpa harus menunjukkan

kehalalan produknya karena negara asal pro-

duk tersebut sudah dikenal sebagai negara Is-

lam.

c. Islamic brand by customer

Merek ini berasal dari negara non muslim te-

tapi produknya dinikmati oleh konsumen mus-

17

lim. Merek ini biasanya menyertakan label halal

pada produknya agar dapat menarik konsu-

men.

Gambar 2.1. Kategori Islamic Branding

Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.1, dari ke-

tiga bentuk Islamic branding di atas menciptakan em-

pat tipe dari Islamic branding (Baker Ahmad Alserhan,

2010), yaitu :

a. True Islamic brands, merek ini memenuhi ketiga

deskripsi dari Islamic branding; merek yang ha-

lal, diproduksi di negara Islam, dan menarget-

kan konsumen Islam. Kata “True” yang digu-

nakan di sini bukan berarti kategori yang lain

dari Islamic branding salah. Misalnya, sebagian

besar merek yang berasal dari negara-negara

18

Islam yang halal, hanya karena mereka dimak-

sudkan untuk konsumen muslim di tempat

asal.

b. Traditional Islamic brands, merek yang berasal

dari negara-negara Islam dan menargetkan

konsumen muslim. Seperti dijelaskan di atas,

ini diasumsikan halal. Sebelum globalisasi pa-

sar Islam, hal ini dianggap bahwa semua merek

yang tersedia adalah halal.

c. Inbound Islamic brands, merek halal yang menar-

getkan konsumen muslim namun berasal dari

negara non-Islam. Kebanyakan dari merek ini

di Islamisasi, yaitu diubah untuk dibuat menja-

di merek halal.

d. Outbound Islamic brands, merek halal yang bera-

sal dari negaranegara Islam tetapi tidak harus

menargetkan konsumen Muslim.

Umat Islam menyukai produk barat, tetapi mere-

ka memliki tiga alasan mengapa mereka memiliki ha-

rapan untuk kembali kepada produk Islam(Paul Tem-

poral, 2011):

a. Merek barat sering tidak sesuai dengan nilai-

nilai Islam (atau etika dasar mereka). Misalnya,

19

rumah sakit, makanan dan minuman, obat-

obatan, produk medis dan pasar jasa.

b. Negara Islam ingin menciptakan merek-merek

global mereka sendiri, yang mereka lihat seba-

gai aset bisnis strategis dan duta merek nasi-

onal.

c. Pertumbuhan kelas menengah yang terdidik

dari minoritas muslim dan mayoritas budaya

dan negara telah menciptakan dorongan untuk

membangun bisnis, produk, dan jasa yang ko-

mpetitif dengan merek yang dapat diterima.

Temporal juga menjelaskan bahwa banyak alasan

untuk meningkatkan minat dari Islamic branding. Per-

tama, ada yang menarik disediakan oleh pasar, dengan

populasi yang relatif muda dan berkembang, dan me-

ningkatnya kesejahteraan. Hal ini dapat membuat terse-

dianya permintaan pada produk Islam. Yang kedua,

adanya kesadaran yang tumbuh dan pembedayaan

yang lebih besar dari konsumen Islam. Dan alasan yang

ketiga, adalah fakta bahwa negara dan perusahaan

Islam telah melihat kekuatan dari merek di pasar glo-

bal, dan menyaksikan merek-merek barat pindah ke

pasar mereka. Ditambah dengan kenyataan bahwa me-

20

rek Islam berpotensi untuk menyebrang ke pasar non-

Muslim, Karena:

a. Nilai-nilai universal yang sama yang berkaitan

dengan kemurniaan, kesehatan dan kesejahte-

raan.

b. Meningkatnya kualitas standar dari produk

dan jasa Islam.

c. Meningkatnya ketersediaan produk dan jasa

Islam di pasar mayoritas non-muslim (Paul

Temporal, 2011).

Islam sebagai jalan hidup, hal itu didasarkan pada

seperangkat nilai dan prinsip-prinsip yang mempenga-

ruhi kehidupan setiap orang muslim setiap hari sampai

batas tertentu, tergantung pada seberapa ketat mereka

taat dengan Iman mereka. Jika dimulai dari sudut pan-

dang Islam sebagai merek dalam hidup, jelas kita dapat

menghubungkan segala sesuatu yang dianggap ”Islam”

di dalam bisnis kedalam tiga kelompok utama. Hal ini

terdiri dari tiga kelompok atau sumber utama dari me-

rek, produk, dan jasa asal.

Peluang Merek Islami

Meskipun berbeda dalam ukuran dan perilaku

seluruh dunia, pasar muslim di Indonesia memberikan

21

banyak peluang bisnis di semua kategori produk dan

layanan, seperti:

a. Pendidikan

Saat ini telah banyak muncul lembaga-lembaga

pendidikan yang menggunakan branding Is-

lam. Lembaga pendidikan mulai dari tingkat

dasar maupun jenjang pendidikan tinggi. Seba-

gai contoh saat ini banyak kita jumpai sekolah

dasar Islam terpadu (SDIT), yang menawarkan

program pendidikan belajar yang banyak mem-

berikan pelajaran bermuatan Islam.

b. Pariwisata dan perhotelan

Produk dan pelayanan pariwisata dan hotel ba-

nyak diberikan oleh berbagai perusahaan un-

tuk melayani khususnya pasar muslim. Paket

mulai perjalanan wisata sampai kebutuhan ho-

tel dan restoran dikemas dalam konsep syariah.

c. Perawatan medis, farmasi, kosmetik

Khususnya pada pasar ini sangat menjanjikan

sekali, karena semakin banyaknya umat Mus-

lim yang ingin mematuhi hukum Syariah dan

hanya mengkonsumsi apa yang halal, terdapat

banyak perusahaan yang menyediakan pera-

22

watan medis untuk menunjang kebutuhan kon-

sumen muslim. Begitu juga terkait dengan pro-

duk farmasi dan komestik. Produk-produk ya-

ng dihasilkan bukan produk yang mengandung

zat yang dilarang dan yang tidak melanggar

syariat agama. Misalnya tidak memproduksi

produk yang didalamnya mengandung gelatin.

d. Hiburan

Pada kategori ini, produk yang terkait dengan

hiburan adalah adanya televisi yang mena-

yangkan acara-acara religius, siraman rohani,

pengajian dan sebagainya.

e. Internet, media dan digital

Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi, pemunculan produk yang ber-

kaitan dengan teknologi saat ini suda berkem-

bang sangat pesat. Saat ini, khusunya umat

Muslim sudah banyak dimudahkan oleh kema-

juan teknologi tersebut. Seperti adanya layanan

yang memberikan petunjuk untuk mengetahui

arah kiblat, waktu shalat. Selain itu juga sudah

adanya Al-Qur‟an digital, dan kalkulator peng-

hitung zakat.

23

f. Produk keuangan

Adanya krisis ekonomi global menyebabkan

kepercayaan masyarakat terhadap sistem per-

bankan konvensional mulai menurun. Hal ini

memicu banyak munculnya lembaga keuangan

syariah menandakan semakin besarnya keper-

cayaan masyarakat muslim pada layanan ini,

karena sistem keuangan Islam yang menggu-

nakan konsep syariah pada umumnya relatif

tidak terpengaruh oleh gejolak ekonomi dunia.

Bukti kongkrit dari layanan ini adalah banyak

bermunculan lembagalembaga keuangan sya-

riah seperti bank Syariah, BPR syariah, koperasi

syariah (BMT), Pegadaian Syariah.

g. Gaya hidup dan produk fashion

Kategori gaya hidup dan produk fashion meru-

pakan produk yang mengalami perkembangan

sangat cepat dari waktu ke waktu, karena un-

tuk perkembangannya mengikuti trend yang

ada. Tidak dipungkiri untuk kategori ini per-

kembangannya banyak dipengaruhi oleh trend

global. Produk-produk yang dihasilkan dalam

kategori ini yaitu menggabungkan fashion de-

24

ngan prinsipprinsip Islam. Seperti saat ini ba-

nyak bermunculan pakaian atau busana mus-

lim (Dwi Wahyu Pril Ranto, 2013).

B. Kajian Tentang Religiusitas

1. Pengertian Religiusitas

Menurut etimologi kuno, religi berasal dari ba-

hasa Latin “religio”yang akar katanya adalah “re” dan

“ligare” yang mempunyai arti mengikat kembali. hal

ini berati dalam religi terdapat aturan-aturan dan ke-

wajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dan mempu-

nyai fungsi untuk mengikat diri seseorang dalam hubu-

ngannya dengan sesama, alam dan Tuhan (Driyarkara,

1988).

Menurut R.H. Thouless dalam Darajat, agama ia-

lah proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap

sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi

daripada manusia (Zakiyah Darajat, 1991). Sedangkan

Shihab dalam M. Nur Ghufron mengatakan bahwa aga-

ma yaitu hubungan antara makhluk dengan Tuhan ya-

ng berwujud ibadah yang dilaksanakan dalam bentuk

sikap sehari-hari (M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S,

2014). Pada istilah agama maka muncul istilah lainnya

yani religiusitas. Bahwasannya Anshori membedakan

25

antara religi atau agama dengan religiusitas. Jika religi

menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan de-

ngan aturan dan kewajiban, maka religiusitas menun-

juk pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang

dalam hati.

Dister juga berpendapat senada dengan Anshori,

yang mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan

karena adanya internalisasi agama ke dalam diri sese-

orang. Selain itu, Monks dkk. juga memaknai kebera-

gamaan itu sebagai keterdekatan yang lebih ting-gi dari

manusia kepada Yang Maha Kuasa dimana itu mem-

berikan rasa aman (M. Nur Ghufron & Rini Risna-wita

S, 2014). Semakin manusia mengakui keberadaan Tu-

han dan kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi

tingkat religiusitasnya.

Religiusitas menurut Glock dan Strak (dalam Sari,

Yunita dkk 2012: 312) adalah tingkat konsepsi seseora-

ng terhadap agama dan tingkat komitmen seseorang

terhadap agamanya. Tingkat konseptualisasi adalah ti-

ngkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya, se-

dangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen ad-

alah sesuatu hal yang perlu dipahami secara menye-

luruh, sehingga terdapat berbagai cara bagi individu

26

untuk menjadi religious. Menurut Mensen Religiusitas

berasal dari bahasa latin “relegare” yang berarti mengi-

kat secara erat atau ikatan kebersamaan. Religiusitas

adalah sebuah ekspresi spiritual seseorang yang ber-

kaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang

berlaku dan ritual (Ahmad Thontowi, 2014).

Definisi lain mengatakan bahwa religiusitas meru-

pakan sebuah proses untuk mencari sebuah jalan kebe-

naran yang berhubungan dengan sesuatu yang sakral .

Menurut Majid religiusitas adalah tingkah laku manu-

sia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan kepa-

da kegaiban atau alam gaib, yaitu kenyataan-kenyataan

supra-empiris. Manusia melakukan tindakan empiris

sebagaimana layaknya tetapi manusia.

Pendapat lain juga dikatakan bahwa Religiusitas

adalah seberapa hal dalam pengetahuan, seberapa ko-

koh tingkat keyakinan, seberapa dalam melaksanakan

ibadah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama

yang dianut oleh seseorang (Nashori Fuad, 2002).

Religiusitas umumnya bersifat individual. Tetapi

karena religiusitas yang dimiliki umunya selalu mene-

kankan pada pendekatan keagamaan bersifat pribadi,

hal ini senantiasa mendorong seseorang untuk meng-

27

embangkan dan menegaskan keyakinan itu dalam si-

kap, tingkah laku, dan praktek keagamaan yang di-

anutnya. Inilah sisi sosial (kemasyarakatan) yang men-

jadi unsur pemeliharaan dan pelestarian sikap para in-

dividu yang menjadi anggota masyarakat tersebut.

Religiusitas atau sikap keagamaan yang dimiliki

oleh seorang individu terbentuk oleh teradisi keagama-

an merupakan bagian dari pernyataan jati diri individu

tersebut dalam kaitan dengan agama yang dianutnya.

Religiusitas ini akan ikut mempengaruhi cara berfikir,

cita rasa, ataupun penilaian seseorang terhadap sesuatu

yang berkaitan dengan agama.

Tradisi keagamaan dalam pandangan Robert C.

Monk yang ditulis kembali oleh Jalaludin (Jalaludin

Rahmat, 2001) memiliki dua fungsi utama yang mem-

punyai peran ganda, yaitu bagi masyarakat maupun in-

dividu. Fungsi yang pertama, adalah sebagai kekuatan

yang mampu membuat kestabilan dan keterpaduan

masyarakat maupun individu.

Sedangkan individu yang kedua tradisi keagama-

an berfungsi sebagai agen perubahan dalam masya-

rakat atau diri individu bahkan dalam situasi ter-

jadinya konflik sekalipun.

28

Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik ke-

simpulan bahwa yang dimaksud dengan tingkat reli-

giusitas adalah kadar atau tingkat pengabdian sese-

orang terhadap agama yang diyakini dan dianutnya,

dalam hal ini yaitu agama Islam.

Pada pendapat lain bahwa Ananto menerangkan

religius seseorang terwujud dalam berbagai bentuk dan

dimensi, yaitu (Ahmad Thontowi, 2014):

a. Seseorang boleh jadi menempuh religiusitas da-

lam bentuk penerimaan ajaran-ajaran agama

yang bersangkutan tanpa merasa perlu berga-

bung dengan kelompok atau organisasi penga-

nut agama tersebut. Boleh jadi individu berga-

bung dan menjadi anggota suatu kelompok ke-

agamaan, tetapi sesungguhnya dirinya tidak

menghayati ajaran agama tersebut.

b. Pada aspek tujuan, religiusitas yang dimiliki

seseorang baik berupa pengamatan ajaran-aja-

ran maupun mengabungkan diri ke dalam ke-

lompok keagamaan adalah semata-mata kegu-

naan atau manfaat intrinsic itu, melainkan ke-

gunaan manfaat yang justru tujuannya lebih

bersifat ekstrinsik yang akhirnya dapat ditarik

29

kesimpulan dalam empat dimensi religius, yai-

tu aspek intrinsik dan aspek ekstrinsik, serta

sosial intrinsic dan sosial ekstrinsik.

Dari beberapa definisi yang diungkapkan di atas,

dapat diambil kesimpulan bahwa religiusitas merupa-

kan suatu bentuk hubungan manusia dengan pencip-

tanya melalui ajaran agama yang sudah terinternalisasi

dalam diri seseorang dan tercermin dalam sikap peri-

lakunya sehari-hari.

3. Dimensi Religiusitas

Hurlock dalam M. Nur Ghufron dan Rini Risna-

wita S mengatakan bahwa religi terdiri dari dua unsur

yaitu keyakinan terhadap ajaran agama dan pelak-

sanaan akan ajaran agama.

Glock dan Stark membagi dimensi religiusitas

menjadi lima dimensi. Dimana pendapat Glock dan

Stark tersebut sesuai dengan lima aspek agama Islam

tentang aspekaspek religiusitas (M. Nur Ghufron &

Rini Risnawita S, 2014).

a. Dimensi keyakinan

Menunjukkan tingkatan sejauh mana keyaki-

nan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran

agamanya. Seperti keyakinan tentang Allah,

30

adanya malaikat, surga, para Nabi, dan seba-

gainya.

b. Dimensi praktik agama atau peribadatan

Menunjukkan tingkat kepatuhan muslim dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban ritual da-

lam agamanya. Seperti menunaikan shalat, za-

kat, puasa, haji, dan sebagainya.

c. Dimensi feeling atau penghayatan

Dimensi penghayatan yaitu menunjukkan pera-

saan keagamaan yang pernah dialami dan dira-

sakan seperti merasa dekat dengan Tuhan, ten-

tram saat berdoa, tersentuh ketika mendengar

ayat kitab suci, merasa takut ketika berbuat do-

sa, merasa senang doanya dikabulkan, dsb.

d. Dimensi pengetahuan agama

Menunjukkan seberapa jauh tingkat pengeta-

huan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-

ajaran agamanya terutama yang ada dalam Al-

Qur‟an, hadis, pengetahuan fikih, dan seba-

gainya.

e. Dimensi pengamalan

Menunjukkan sejauh mana implikasi atau pe-

ngaruh ajaran agamanya terhadap perilaku se-

31

orang muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini menyangkut tentang hubungan dengan

sesama manusia dan hubungan dengan ling-

kungannya.

Aspek religiusitas menurut kementrian dan ling-

kungan hidup RI 1987 religiusitas (agama Islam) terdiri

dalam lima aspek yaitu (Ahmad Thontowi, 2014):

a. Aspek iman menyangkut keyakinan dan hubu-

ngan manusia dengan Tuhan, malaikat, para

nabi dan sebagainya.

b. Aspek Islam menyangkut frekuensi, intensitas

pelaksanaan ibadah yang telah ditetapkan, mi-

salnya sholat, puasa dan zakat.

c. Aspek ihsan menyangkut pengalaman dan pe-

rasaan tentang kehadiran Tuhan, Takut mela-

nggar larangan dan lain-lain.

d. Aspek ilmu yang menyangkut pengetahuan se-

seorang tentang ajaranajaran agama.

e. Apsek amal menyangkut tingkah laku dalam

kehidupan bermasyarakat, misalnya menolong

orang lain, membela orang lemah, bekerja dan

sebagainya.

32

4. Fungsi Religiusitas

Nico Syukur Dister mengemukakan empat fungsi

(emosionalefektif, sosio-moral, intelektual-kognitif dan

psikologis) dari religiusitas, yaitu:

a. Untuk mengatasi frustasi

Ketika seseorang mengalami frustasi maka dia

akan mencoba mengatasinya dengan mengesa-

mpingkan kebutuhan atau keinginannya akan

hal yang bersifat keduniawian kepada Tuhan.

b. Untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib mas-

yarakat Dimana dalam sebuah agama itu ter-

dapat norma-norma yang mengatur kehidupan

manusia, sehingga dengan adanya religiusitas

maka kehidupan masyarakat akan tertib.

c. Untuk memuaskan intelek yang ingin tahu Ter

dapat tiga sumber kepuasan dalam agama bagi

intelek yang ingin tahu, yaitu:

1) Menyajikan pengetahuan rahasia yang dapat

menyelamatkan manusia dari kejasmanian

yang dianggap menghambat dan menghan-

tarkan manusia kepada keabadian.

2) Memuasakan keinginan manusia yang men-

dalam agar hidup manusia bermakna.

33

3) Menyajikan suatu moral, apa yang harus di

lakukan manusia dalam hidup agar tercapai

tujuan hidup manusia.

d. Untuk mengatasi ketakutan

Setiap manusia yang mempunyai keyakinan

bahwa Tuhan selalu berada didekatnya maka

kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan

akan dapat hilang (Nico Syukur Dister, 1992).

Pengukuran variabel Islamic Brand mengacu pada

penelitian yang dilakukan oleh Yunus et al., yaitu:

a. Pentingnya merek

b. Keakraban merek

c. Kepercayaan konsumen

d. Label Halal

5. Dasar Religiusitas

Sebagaimana Allah berfiman dalam Surat Al-

Baqarah : 177 (“Mushaf Al-Quran Terjemah,” 2002):

كي ٱلجز هي ءاهي ثٱلل۞ليش ٱلجز أى تىلىا وجىهكن قجل ٱلوشزق وٱلوغزة ول

ت وٱلجي ئكخ وٱلكت و وٱليىم ٱلخز وٱلول ج و ٱلزث وٱليت ل ي وءات ٱلوب

ح كى ح وءات ٱلز لى قبة وأقبم ٱلص بئليي وفي ٱلز كيي وٱثي ٱلضجيل وٱلض وٱلوض

ئك يي ٱلجأس أول اء و ز جزيي في ٱلجأصبء وٱلض هدوا وٱلص وٱلوىفىى ثعهدهن إا

ىى ٱلذيي صدق ئك هن ٱلوت ٧١١ىا وأول

Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah

timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguh-

34

nya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudi-

an, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan

harta yang dicintainya kepada kerabat-nya, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolong-

an) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerde-

kakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan

zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia

berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,

penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-ora-

ng yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang

yang bertakwa

Ayat ini menegaskan pula bahwa kebajikan yang

sempurna ialah orang yang beriman kepada Allah dan

hari kemudian sebenarbenarnya iman, sehingga mere-

sap kedalam jiwa dan membuahkan amalamal saleh

yang lahir pada perilaku kita (M. Quraish Shihab,

2002).

5. Faktor-Faktor Yang Menghasilkan Sikap Keaga-

maan

Beberapa faktor yang bisa memainkan peranan

dalam pembentukan sikap keagamaan atau yang me-

nyebabkan manusia berusaha mendekatkan diri kepa-

da dzat yang adikodrati yaitu Tuhan adalah sebagai

berikut (Noer Rahmah, 2013):

35

a. Faktor Sosial

Faktor ini mencangkup semua pengaruh sosial

dalam mengembangkan sikap keagamaan itu: pendi-

dikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, dan teka-

nan-tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan

berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh

lingkungan itu. Konsep psikologik yang paling erat

kaitannya dengan pengaruh-pengaruh seperti itu

adalah konsep sugesti yakni proses komunikasi yang

menyebabkan diterimanya dan disadarinya suatu

gagasan yang dikomunikasikan tanpa alasan-alasan

rasional yang cukup.

b. Faktor Alami

Pada umunya ada anggapan bahwa kehadiran

keindahan, keselarasan, dan kebaikan yang dirasa-

kan dalam dunia nyata secara psikologik turut me-

mainkan peran dalam membentuk sikap keagama-

an. Sebenarnya ada tiga unsur yang bisa dibedakan

dalam sumbangan-sumbangan pengalaman di dunia

nyata kepada sikap keagamaan yaitu: Pengalaman

pengalaman mengenai manfaat, keharmonisan dan

keindahan.

36

c. Faktor Konflik Moral

Konflik moral dapat dianggap sebagai salah

satu faktor yang menentukan sikap keagamaan sama

halnya dengan pengalaman di alam ini. Konflik itu

merupakan konflik antara kekua-tan-kekuatan yang

baik dan kekuatan yang ja-hat yang ada pada dirinya

sendiri. Kekuatan-kekuatan yang baik bisa dijelaskan

sebagai kekuatan-kekutan yang ada pada pihak ma-

khluk yang baik, sedangkan kekuatan yang jahat me-

rupakan kekuatan yang ada pada pihak lawannya,

atau kekuatan jahat bisa dipersonifikasikan, missal-

nya sebagai sifat makhluk-makhluk jahat. Dengan

demikian kepercayaan akan adanya Tuhan yang ba-

ik, antara lain bisa dianggap sebagai intelektualisasi

konflik moral itu.

d. Faktor Intelektual

Proses-proses intelektual itu merupakan bagian

dari landasan sikap keagamaan, karena memang ada

benarnya bahwa suatu kepercayaan secara diam-di-

am akan lebih kuat dipengangi bila proses pemikiran

dapat digunakan untuk memberikan alasan pembe-

narannya, dan kebanyakan orang cenderung menin-

ggalkan kepercayaan-kepercayaan yang dimata me-

37

reka tampak kurang mendapatkan dukungan inte-

lektual meskipun kepercayaan-kepercayaan ini me-

narik perhatian mereka berdasarkan pertimba-ngan-

pertimbangan lainnya.

e. Faktor Afektif (Emosional)

Salah satu faktor yang membantu pembentu-

kan sikap keagamaan adalah sistem pengalaman

emosional yang dimiliki setiap seseorang dalam kai-

tannya dengan agama mereka. Ini bisa disebut “emo-

sional” atau afektif” dalam sikap keagamaan. Penga-

laman keagamaan di sini bisa berupa pengalaman

yang meskipun secara orisinal terjadi dalam kaitan

bukan keagamaan tetapi ia cenderung mengakibat-

kan perkembangan keyakinan keagamaan atau bisa

juga su-atu corak pengalaman yang timbul sebagai

ba-gian dari perilaku keagamaan yang mungkin

memperkuat, memperkaya atau justru memodifikasi

kepercayaan-kepercayaan keagamaan yang sudah

dianut sebelumnya.

f. Faktor Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi

Faktor lainnya yang dianggap juga sebagai

sumber keyakinan agama ialah adanya kebutuhan-

kebutuhan yang tidak terpenuhi secara sempurna di

38

mana-mana sehingga mengaikatkan terasa adanya

kebutuhan akan kepuasan-kepuasan agama.

C. Kajian Tentang Keputusan Pembelian

Suatu keputusan dapat dibuat hanya jika ada be-

berapa alternatif yang dipilih. Apabila alternatif pilihan

tidak ada maka tindakan yang dilakukan tanpa adanya

pilihan tersebut tidak dapat dikatakan membuat ke-

putusan.

Pada dasarnya keputusan pembelian ialah suatu

tindakan atau perilaku konsumen jadi atau tidak-nya

melakukan suatu pembelian atau transaksi, banyak

tidaknya jumlah konsumen dalam mengambil keputu-

san menjadi salah satu penentu tercapai atau tidaknya

tujuan perusahaan.

Menurut Kotler dan Armstrong (2004) mengemu-

kakan bahwa: “keputusan pembelian adalah tahap pro-

ses keputusan dimana konsumen secara actual melaku-

kan pembelian produk”. Menurut Kotler dan Armstro-

ng proses pengambilan keputusan pembelian terdiri

dari lima tahap: pengenalan kebutuhan, pencarian in-

formasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembeli-

an, dan perilaku setelah pembelian. Dengan demikian

keputusan pembelian dapat menjadi ukuran tercapai

39

atau tidaknya tujuan suatu perusahaan (P. Kotler & G.

Amstrong, 2001).

1. Tahapan Mengambil Keputusan

Tahap-tahap pengambilan keputusan menurut

Kotler dan Armstrong adalah sebagai berikut (P. Kotler

& G. Amstrong, 2004):

a. Pengenalan kebutuhan (need recognition)

Pengenalan kebutuhan merupakan tahap per-

tama proses keputusan pembelian dimana konsu-

men mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pem-

beli merasakan adanya perbedaan antara keadaan

aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan. Ke-

butuhan itu dapat dipicu oleh stimulan internal ke-

tika salah satu kebutuhan normal, lapar, haus naik

ke tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi pen-

dorong. Selain itu pula kebutuhan juga dipicu oleh

rangsangan eksternal.

b. Pencarian informasi

Pencarian informasi merupakan tahap proses

pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen

tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsu-

men mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau

mungkin pula mencari informasi secara aktif. Konsu-

40

men dapat memperoleh informasi dari berbagai su-

mber. Sumber itu meliputi:

1) Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga,

rekan kerja)

2) Sumber komersial (iklan, penjualan, penge-

cer, bungkus, situs Web, dll)

3) Sumber publik (media masa, organisasi pem-

beri peringkat)

4) Sumber berdasarkan pengalaman (meme-

gang, meneliti, menggunakan produk)

c. Pengevaluasian alternative

Pengevaluasian alternatif merupakan tahap

proses keputusan pembeli dimana konsumen meng-

gunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai

merek alternatif di dalam serangkaian pilihan. Cara

konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif

pembelian tergantung pada konsumen individual

dan situas pembelian tertentu. Dalam beberapa ka-

sus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat

dan pikiran yang logis. Dalam waktu yang lain,

konsumen bersangkutan mengerjakan sedikit atau

tidak mengerjakan evaluasi sama sekali; melainkan

41

mereka membeli secara impulsif atau bergantung

pada intuisi.

d. Menentukan pembelian

Menentukan pembelian merupakan tahap pro-

ses keputusan dimana konsumen secara aktual mela-

kukan pembelian produk. Secara umum, keputusan

pembelian konsumen akan membeli merek yang pa-

ling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul di-

antara kecenderungan pembelian dan keputusan

pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain,

karena konsumen mungkin membentuk kecenderu-

ngan pembelian berdasar pada pendapat yang di-

harapkan. Faktor kedua adalah faktor situasi yang

tak terduga, karena keadaan tak terduga dapat me-

ngubah kecenderungan pembelian.

Dalam keputusan membeli konsumen seringka-

li ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam pro-

ses pembelian. Umumnya ada lima peran yang da-

pat dilakukan seorang konsumen. Adakalanya keli-

ma peran ini dipegang oleh satu orang, namun seri-

ng kali pula peranan tersebut dilakukan oleh bebe-

rapa orang. Menurut Kotler (1997) kelima peranan

tersebut meliputi:

42

1) Pemrakarsa (Initiator), yaitu orang yang per-

tama kali menyadari adanya keinginan atau

kebutuhan yang belum terpenuhi dan meng-

usulkan ide untuk membeli suatu barang

atau jasa tertentu.

2) Pemberi Pengaruh (Influencer), yaitu orang

yang pandangan, nasihat atau pendapatan-

nya mempengaruhi keputusan pembelian.

3) Pengambilan Keputusan (Decider), yaitu ora-

ng yang mengambil keputusan pembelian.

4) Pembeli (Buyer), yaitu orang yang melaku-

kan pembelian.

5) Pemakai (User), yaitu orang yang mengkon-

sumsi atau menggunakan barang atau jasa

yang dibeli.

e. Perilaku setelah pembelian

Perilaku setelah pembelian merupakan tahap

proses keputusan pembeli konsumen melakukan tin-

dakan lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan

pada kepuasan atau ketidak puasan mereka. Pada

dasarnya yang menentukan puas tidak puasnya

pembelian terletak pada hubungan antara harapan

konsumen dan kinerja produk yang dirasakan. Jika

43

produk jauh di bawah harapan konsumen, maka

konsumen kecewa; jika produk memenuhi harapan-

nya, konsumen terpuaskan; jika melebihi harapan-

nya, maka konsumen akan sangat senang. Tahap-ta-

hap pengambilan keputusan di atas dapat digambar-

kan sebagai berikut (P. Kotler & G. Amstrong, 2004):

Gambar 2.2. Proses Pengabilan Keputusan

Informasi mengenai produk mendasari proses

membeli sehingga akhirnya muncul suatu kebu-

tuhan, di sini konsumen akan mempertimbangkan

dan memahami kebutuhan tersebut, apabila peni-

laian pada produk sudah jelas maka konsumen akan

mencari produk yang dimaksud, yang kemudian

akan berlanjut pada evaluasi produk dan akhirnya

konsumen akan mengambil keputusan untuk mem-

beli atau memutuskan untuk tidak membeli yang

disebabkan produk tidak sesuai dan mempertim-

bangkan atau menunda pembelian pada masa yang

akan datang.

Dalam memahami perilaku konsumen dalam

memenuhi kebutuhannya, dapat dikemukakan dua

44

model proses pembelian yang dilakukan oleh kon-

sumen, yaitu (Basu Swasta & Irawan, 2001):

1) Model phenomenologis, model perilaku kon-

sumen ini berusaha mereprodusir perasaan-

perasaan mental dan emosional yang diala-

mi konsumen dalam memecahkan masalah

pembelian yang sesungguhnya.

2) Model logis, model perilaku konsumen yang

berusaha menggambarkan struktur dan ta-

hap-tahap keputusan yang diambil konsu-

men mengenai (a) jenis, bentuk, modal, dan

jumlah yang akan dibeli, (b) tempat dan saat

pembelian, (c) harga dan cara pembayaran.

Setelah konsumen memperoleh informasi ten-

tang suatu produk mereka menggunakan informasi

tersebut untuk mengevaluasi sumbersumber pada

ciri-ciri seperti karakteristik barang dagangan yang

dijual, pelayanan yang diberikan, harga, kenyama-

nan, personil dan fisik (Boyd, 2000). Konsumen bia-

sanya memilih sumber yang mereka anggap mem-

perlihatkan ciri yang paling penting bagi mereka.

Suatu pembelian tidak langsung terjadi terlebih da-

hulu dengan mengetahui, mengenal dan kemudian

45

memiliki produk tersebut. Tahap-tahap proses pem-

belian ini dapat dibagi atas lima langkah, yaitu:

1) Mengetahui masalahnya (Recognation of pro-

blem)

2) Mencari informasi (Search for information)

3) Mengevaluasi setiap alternatif (Evaluation of

alternatif)

4) Memilih salah satu alternatif (Choice)

5) Menentukan hasil pilihan (Outcome) (Boyd,

2000)

2. Tipe Keputusan Pembelian

Berikut ini merupakan tipe dari keputusan pem-

belian suatu produk/jasa:

a. Keputusan pembelian berdasarkan kebiasaan

dimana pembelian dilakukan berdasarkan

kebiasaan yang menimbulkan loyalitas pada

suatu merek;

b. Keputusan pembelian untuk mencari keraga-

man dimana keterlibatan konsumen rendah te-

tapi dihadapkan pada berbagai pilihan merek;

c. Keputusan pembelian komplek dimana konsu-

men mengalami keterlibatan yang tinggi dalam

melaksanakan pembelian produk dimana pro-

46

duk tersebut harganya mahal dan jarang dibeli

dan;

d. Keputusan pembelian untuk mengurangi ketid-

akcocokan dimana konsumen melakukan pem-

belian pada saat memiliki keterlibatan yang ti-

nggi dalam pembelian sebuah produk tetapi

tidak melihat adanya perbedaan yang nyata di

antara berbagai merek produk yang ada

(Djaslim Saladin, 2003).

3. Khiyar dalam Islam

Allah SWT membolehkan jual beli yang sesuai de-

ngan hukum Islam yang sesuai dengan ketetapan-Nya.

Terjadinya interaksi antara penjual dan pembeli yang

saling berhubungan yaitu dengan adanya khiyar (me-

milih) dengan tujuan agar antara penjual dan pembeli

tidak terjadi sengketa apabila terdapat masalah dalam

transaksi jual beli dikemudian hari, karena sejatinya

jual beli berdasarkan pada suka sama suka dan kere-

laan antar penjual dan pembeli. Para Ulama fikih men-

definisikan Alkhiyar, antara lain menurut Sayyid Sabiq

(Sayyid Sabiq, 1983).

47

Artinya: Khiyar adalah mencari kebaikan dari dua per-

kara, melangsungkan atau meninggalkan (jual-beli).

Adapun landasan khiyar sebagai berikut:

a. al-Quran surat An-nisa : 29 (“Mushaf Al-Quran

Terjemah,” 2002):

ي زح أى تكىى تج طل إل لكن ثيكن ثٱلج أيهب ٱلذيي ءاهىا ل تأكلىا أهى ي

يوب تزاض كبى ثكن ر تلىا أفضكن إى ٱلل كن ول ت ٩٢ه

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janglah

kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan ya-

ng batil kecuali dengan jalan perniagaan berlaku dengan

suka sama suka diantara kamu.

b. Hadits Nabi saw.

Artinya: Dua orang yang melakukan jual beli boleh

melakukan khiyar selama belum berpisah. Jika keduanya

benar dan jelas maka keduanya diberkahi dalam jual beli

mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta, maka

akan dimusnahkanlah keberkahan jual beli mereka.

Khiyar itu ada yang bersumber dari syara‟,

seperti khiyar majlis, „aib, dan ru‟yah. Selain itu, ada

juga khiyar yang bersumber dari kedua belah pihak

yang berakad, seperti khiyar syarat dan khiyar ta‟-

yin (Nasroen Haroen, 2007).

48

c. Khiyar Majlis

Yaitu hak pilih dari kedua belah pihak yang

berakad untuk membatalkan akad, selama keduanya

masih berada dalam majlis akad dan belum berpisah

badan. Menurut Mahzab Syafi‟i dan Hambali bahwa

masing-masing pihak berhak mempunyai khiyar

selama masih berada dalam satu majlis, sekalipun

sudah terjadi ijab kabul.

Berbeda dengan Mahzab Hanafi dan Maliki,

bahwa suatu akad telah dipandang sempurna apabi-

la telah terjadi ijab kabul, menurut mereka ijab kabul

itu terjadi setelah ada kesepakatan (M. Ali Hasan,

2003).

d. Khiyar „aib

Yaitu hak untuk membatalkan atau melang-

sungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang ber-

akad apabila terdapat suatu cacat pada objek yang

diperjualbelikan, baik cacat itu tidak diketahui pe-

miliknya ketika akad berlangsung.

„Aib diartikan sebagai sesuatu yang dapat

mengurangi nilai ekonomis barang (objek) transaksi.

Para ulama memprioritaskan khiyar aib bagi pihak

pembeli. Karena kebanyakan uang yang dipakai se-

49

bagai alat pembayaran bersifat resmi sehingga jarang

terjadi adanya kecacatan (kepalsuan).

e. Khiyar ru‟yah

Yaitu hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan

berlaku atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap

suatu objek yang belum ia lihat ketika akad berlang-

sung (Nasroen Haroen, 2007).

Akad seperti ini, menurut Mahzab Hanafi, Ma-

liki, Zahiri boleh terjadi disebabkan objek yang akan

dibeli tidak ada ditempat berlangsungnya atau kare-

na sulit dilihat. Khiyar ru‟yah berlaku sejak pembeli

melihat barang yang akan dibeli. Sedangkan, Mah-

zab Syafi‟i menyatakan jual beli barang yang ghaib

tidak sah, baik disebutkan sifatnya waktu akad mau-

pun tidak.

f. Khiyar syarat

Yaitu hak pilih yang dijadikan syarat oleh ke-

duanya (pembeli atau penjual), atau salah seorang

dari keduanya sewaktu terjadi akad untuk menerus-

kan atau membatalkan akadnya itu agar dipertim-

bangkan setelah sekian hari. Lama syarat diminta

paling lama tiga hari (Sayyid Sabiq, 1983) .

50

e. Khiyar ta‟yin

Yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menen-

tukan barang yang berbeda kualitas dalam jual beli.

Tujuan dari khiyar ta‟yin agar pembeli tidak tertipu

dan agar produk yang ia cari sesuai dengan keper-

luannya (Abdul Rahman Ghazaly & dkk, 2010).

D. Penelitian Terdahulu

1. Muhammad Hafiz (2017) penelitian ini berjudul

“Pengaruh Islamic Branding dan Prilaku Religius

terhadap kepuasan konsumen serta dampaknya

terhadap Loyalitas konsumen pada produk kose-

mtik wardah” diceritakan bahwa Variabel yang

menjadi terikat atau Varibel y nya adalah kepua-

san konsumen, sehingga memiliki pengaruh lang-

sung dari variael x.

2. Sari Utami (2017) diambil dari skripsi yang ber-

judul “Pengaruh Persepsi Kualitas, Harga, dan Is-

lamic Branding terhadap minat beli produk kos-

metik halal” dalam penelitian ini diceritakan bah-

wa Persepsi Kualitas dan Islamic Branding seba-

gai variable x sangat berpengaruh terhadap minat

beli (Variabel y), sedangkan Harga tidak berpe-

ngaruh terhadap minal beli.

51

3. Muhammad Nasrullah (2015) dalam jurnal “Isla-

mic Branding, religiusitas dan keputusan konsu-

men terhadap produk” dijelaskan bahwa Islamic

branding berpengaruh signifikan terhadap kepu-

tusan konsumen untuk membeli sebuah produk.

Sedangkan Religiusitas sebagai variabel modera-

ting memperlemah hubungan antara variabel Isla-

mic branding dengan keputusan konsumen.

4. Iip Irawan Hisanuddin (2015) dalam jurnal “Pe-

ngaruh citra merek islam terhadap loyalitas nasa-

bah bank syariah (studi kasus pada bank syariah

di Kota Bandung)” dijelaskan bahwa Islamic cor-

porate image, islamic product image dan islamic

user image berpengaruh secara positif dan signifi-

kan terhadap loyalitas nasabah secara parsial ma-

upun secara simultan.

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berasal dari kata “metode”

yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu;

dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi

metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan

menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai

suatu tujuan (Cholid Narbuko & Abu Ahmadi, 2005).

Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan un-

tuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis

sampai menyusun laporannya (Cholid Narbuko & Abu

Ahmadi, 2005) .

Metode penelitian merupakan ilmu yang mempe-

lajari tentang cara penelitian ilmu tentang alat-alat da-

lam suatu penelitian. Oleh karena itu metode penelitian

membahas tentang konsep teoritis berbagai metode, ke-

lebihan dan kelemahan yang dalam suatu karya ilmiah.

Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metode yang

digunakan dalam penelitian nantinya (Noeng Muhajir,

2000).

Salah satu unsur terpenting dalam metodologi pe-

nelitian adalah penggunaan metode ilmiah tertentu ya-

ng digunakan sebagai sarana yang bertujuan untuk me-

53

ngidentifikasi besar kecilnya objek atau gejala dan men-

cari pemecahan masalah yang sedang diteliti, sehingga

hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya secara ilmiah. Pada dasarnya fakta- fakta

tidak tergeletak disekitar begitu saja tetapi butuh suatu

metode untuk mengetahui dan mengambil masalah ter-

sebut.

Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa metodolo-

gi pada hakikatnya memberikan pedoman, tentang ca-

ra-cara seorang ilmuan mempelajari, menganalisa dan

memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya.

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa metodologi me-

rupakan suatu unsur yang mutlak harus ada didalam

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

(Soerjono Soekanto, 1986). Arold M. Rese (1965) dalam

buku karangan Soerjono Soekanto pernah menyatakan

bahwa:

“Facts do not simply lie around waiting to be picked

up. Facts must be carved out of the continuous web of

ongoing reality, must be observed within a specified

frame of reference, must be measured with precision,

must be observed where they can be related to other

relevant facts. All of this involves methods”.

54

Jadi metodologi penelitian adalah ilmu mengenai

jalan yang harus dilalui untuk mencapai pemahaman.

Jalan itu harus di dipertanggung jawabkan secara ilmi-

ah dan data yang dicari untuk membangun/ memper-

oleh pemahaman melalui syarat ketelitian, artinya da-

pat dipercaya kebenarannya (Cholid Narbuko & Abu

Ahmadi, 2005).

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis

Korelasi. Penelitian ini sering disebut dengan penelitian

sebab akibat, dengan tujuan untuk mengetahui hubu-

ngan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Pe-

nelitian ini dibangun dengan teori yang sudah matang,

yang berfungsi untuk mengatahui, meramalkan dan

mengontrol suatu fenomena.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuanti-

tatif. Metode survei dipilih sebagai sumber data primer.

Metode survei fokus pada pengumpulan data respon-

den yang memiliki informasi tertentu sehingga memu-

ngkinkan peneliti untuk menyelesaikan masalah. Peng-

umpulan data dilakukan menggunakan instrumen kue-

sioner atau angket. Berdasarkan tingkat eksplanasinya,

55

tergolong sebagai penelitian asosiatif atau hubungan,

yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan sebab ak-

ibat. Hubungan atau pengaruh variabel bebas (X) ter-

hadap variabel (Y) (Sugiyono, 2013)

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini melibatkan empat variabel yang

terdiri atas dua variable independen dan satu variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah Islamic Branding dan Religiusitas sedangkan va-

riable dependen dalam penelitian ini adalah keputusan

pembelian.

Gambar 3.1. Kerangka Pikir

D. Teknik Penetapan Responden

Dalam memperoleh data penelitian, peneliti me-

nggunakan dua sumber data yakni: a) Data primer; dan

b) Data Sekunder.

Dalam hal Data primer, peneliti menyebarkan

koesioner ke subjek agar bisa dijawab pernyataan-per-

nyataan yang sudah peneliti siapkan secara terstruktur

sesuai dengan Indikator Variabel-variabel yang diteliti.

Islamic Branding ( X1)

Religiusitas (X2)

Keputusan Pembelian

(Y)

56

Pertanyaan tersebut peneliti buat dalam skala likert de-

ngan menggunakan 5 (lima) tingkat jawaban, yakni (1)

Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak setuju; (3) Kurang setuju;

(4) Setuju; dan (5) Sangat Setuju.

Sedangkan untuk data primer penulis dapatkan

dari sumber-sumber lain selain dari sumber utama se-

perti jurnal, buku, majalah dan lain-lain sesuai dengan

objek yang diteliti.

Menurut Arikunto (Suharsimi Arikunto, 2002) po-

pulasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi

merupakan sobjek penelitian yang akan dikenai gene-

ralisasi dari hasil penelitian tersebut. Dalam penelitian

ini populasi adalah konsumen pada Al Baik Supermar-

ket Kota Tanjungpinang.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat

dipakai untuk menyimpulkan populasi, dan sebagian

dari populasi tersebut benar-benar mewakili populasi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

konsumen Al Baik Supermarket Kota Tanjungpinang,

di mana jumlah populasinya tidak diketahui. Untuk

memudahkan jumlah sampel sejumlah 35 orang. Bila-

mana penelitian akan melakukan analisis dengan mul-

tivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya) maka

57

jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah

variabel yang diteliti (Tukiran Taniredja & Musfidah,

2012). Peneliti menentukan anggota sample 35 agar

penelitian ini lebih valid dan memudahkan perhitu-

ngan peneliti dalam melakukan penelitian.

Setelah data didapatkan, maka peneliti melakukan

pengumpulan data dengan teknik personally administer-

red quetionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan di-

kumpulkan secara langsung oleh peneliti.

E. Teknik Analisa Data

Analisis data pada penelitian ini terdiri dari tiga

tahap. Tahap pertama, pengujian kualitas data dengan

menggunakan uji validitas dan reliabitas data. Tahap

kedua, uji asumsi klasik dengan menggunakan uji nor-

malitas data, uji heterokedastisitas dan uji multikoli-

nearitas. Tahap terakhir adalah pengujian hipotesis de-

ngan menggunakan analisis regresi berganda untuk

mengetahui pengaruh variabel independen (Islamic

Branding) terhadap variabel dependen (keputusan kon-

sumen) dan pengaruh religiusitas terhadap hubungan

kedua variabel tersebut. Persamaan regresi berganda

penelitian ini adalah:

Y=a+b1 X1+b2 X2 Y : Keputusan Pembelian

58

a : Konstanta X1 : Islamic Branding X2 : Religiusitas b1 : Koefesiensi Islamic Branding b2 : Koefesiensi Religiusitas

59

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Responden

Responden dari penelitian ini adalah para konsu-

men Al Baik Supermarket Tanjungpinang. Kuesioner

secara langsung disebarkan sebanyak 35 kuesioner ke-

pada responden. Berikut ini tabel menyajikan rangku-

man informasi karakteristik responden

Tabel 4.1 Tabel Data Responden

No Keterangan Jumlah Persentase

1 Usia

18 – 25 Tahun 14.29%

26 – 35 Tahun 40%

> 35 Tahun 45.71%

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 54.29%

Perempuan 45.71%

3 Perkerjaan

PNS 6 17.14%

Pegawai Swasta 6 17.14%

TNI/Polri 1 2.86%

Wiraswasta 13 37.14%

Lainnya 9 25.71%

Sumber: Data Olahan Penulis, Tahun 2018

Berdasarkan keterangan dari tabel 4.1 dapat di

ketahui bahwa data responden yang peneliti dapatkan

yakni berdasarkan tingkatn usia, maka yang berusia 18-

25 tahun berjumlah 14.29%, berdasarkan usia 26-35

60

Tahun sebanyak 40% dan > 35 tahun jum-lahnya ada-

lah 45.71%.

Dilihat data reponden berdasarkan peekerjaan pa-

da tabel diatas bahwa dari yang bekerja PNS berjumlah

17.14%, pegawai swasta sebanyak 17.14%, TNI/Porli

sebanyak 2.86%, untuk wiraswasta sebanyak 37.14%

dan lainnya sebesar 25.71%. Dilihat berdasarkan jenis

kelamin, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah res-

ponden laki-laki seba-nyak 54.29% dan jumlah repon-

den perempuan sebesar 45.71%.

B. Pengujian dan Analisa Data

1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian digunakan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat ukur, semakin

tepat alat ukur tersebut mengenai sasaran. Uji validitas

yang digunakan dengan menggunakan Pearson Correla-

tion. Adapun dasar pengambilan keputusan dengan

membandingkan nilai rhitung dan nilai r-tabel, kriteria

pengujian adalah sebagai berikut:

a. Jika r-hitung > r-tabel, maka item pertanyaan valid

b. Jika r-hitung < r-tabel, maka item pertanyaan tidak Valid

61

Teknik ini membandingkan nilai rhitung dengan

rtabel, rtabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi

dan jumlah data (n) = 100, df = n-2 maka didapat rtabel

sebesar 0,3388.

Tabel 4.2 Uji Validitas Variabel X1

Variabel Correlation Total

X1 Kriteria

IB_1 0.866 Valid

IB_2 0.904 Valid

IB_3 0.823 Valid

IB_4 0.750 Valid

IB_5 0.794 Valid

IB_6 0.856 Valid

IB_7 0.875 Valid

IB_8 0.732 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 23 for Windows

Pada tabel diatas dilihat 8 butir pernyataan dari

variabel X1 (Islamic Branding) dinyatakan valid. Hasil

perhitungan pada tabel diatas menunjukan r hitung >

dari r tabel yaitu 0,3388. Dengan demikian butir perta-

nyaan tersebut dianggap valid.

Tabel 4.3 Uji Validitas Variabel X2

Variabel Correlation Total X2 Kriteria

RE_1 0.862 Valid

RE_2 0.745 Valid

RE_3 0.891 Valid

RE_4 0.767 Valid

RE_5 0.783 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 23 for Windows

62

Pada tabel di atas dilihat 5 butir pernyataan dari

variabel X2 (Religiusitas) dinyatakan valid. Hasil per-

hitungan pada tabel diatas menunjukan r hitung > dari

r tabel yaitu 0,3388. Dengan demikian butir pertanyaan

tersebut dianggap valid.

Tabel 4.4 Uji Validitas Variabel Y

Variabel Correlation Total Y Kriteria

KP_1 0.607 Valid

KP_2 0.351 Valid

KP_3 0.732 Valid

KP_4 0.860 Valid

KP_5 0.791 Valid

KP_4 0.844 Valid

KP_5 0.876 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 23 for Windows

Pada tabel diatas dilihat 7 butir pernyataan dari

variabel Y (Keputusan Pembelian) dinyatakan valid.

Hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukan r

hitung > dari r tabel yaitu 0,3388. Dengan demikian

butir pertanyaan tersebut dianggap valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ting-

kat konsistensi hasil pengukuran jika dilakukan pengu-

kuran ulang terhadap gejala dan alat ukur yang sama.

Reabilitas adalah menunjukan pada suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

63

pengumpulan data (J. Supranto & Nandan Limakrisna,

2012). Selanjutnya, jika memperoleh nilai alfa > 0.7

maka hasil instrumen dapat dikatakan reliabel. Berikut

adalah tabel uji reabilitas pada variabel X1, X2, dan Y.

Tabel 4.5 Reliabilitas Variabel X1, X2 dan Y

Variabel Nilai Alfa Butir Kesimpulan

Islamic Branding 0.834 8 Reliable

Religiusitas 0.856 5 Reliable

Keputusan konsumen 0.844 7 Reliable

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 23 for Windows

Pada tabel diatas tampak hasil perhitungan

memperuleh nilai alfa > 0.7 sehingga dapat disimpul-

kan instrumen pengukuran variabel X1, X2 dan Y

adalah reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan verifikasi model regresi, se-

rangkaian uji asumsi klasik perlu dilakukan pada mo-

del regresi. Hal ini dilakukan untuk menguji bahwa

model yang digunakan dalam penelitian ini telah ter-

penuhi dan untuk menghindari hasil penaksiran yang

bersifat bias. Macam-macam uji ini ialah uji normalitas,

uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas. Model reg-

resi yang baik disyaratkan harus memenuhi tidak ada-

nya masalah asumsi klasik. Hal ini agar model regresi

64

yang digunakan benar-benar menunjukkan hubungan

yang signifikan dan representative.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel penganggu atau resi-

dual memiliki distribusi normal, variabel dalam pe-

nelitian ini diuji menggunakan Uji Kolmogoro-Smir-

nov, dengan membandingkan nilai Sig.(2-tailed) de-

ngan α=0,05. Hasil pengujian Normalitas dengan

menggunakan SPSS 23 diperoleh hasil sebagai beri-

kut:

Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 35 Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.57304780 Most Extreme Differences Absolute .206

Positive .206 Negative -.137

Test Statistic .206 Asymp. Sig. (2-tailed) .521c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji normalitas di

atas menunjukkan hasil bahwa Asymp. Sig diperoleh

65

nilai sebesar 0.521 hal ini bila dibandingkan dengan

probabilitas 0,05 maka lebih besar, yang berarti data

yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi

secara normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah didalam model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali,

2011). Variabel yang menyatakan multikolinearitas

dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih besar

dari 0,1 atau nilai Variance Inflation Factor (VIF)

yang lebih kecil dari 10. Hasil pengujian multiko-

linearitas dengan menggunakan SPSS 23 diperoleh

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas

Variable Tolerance VIF Ket

X1 0.952 1.050 Tidak terjadi gejala multikolinearitas

X2 0.952 1.050 Tidak terjadi gejala multikolinearitas

Y 0,915 1,093 Tidak terjadi gejala multikolinearitas

Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai

tolerance untuk masing-masing variabel independen

Islamic Branding (0,952), Religiusitas (0,952), Keputu-

66

san Pembelian (0,915). Dari ketiga variabel indepen-

den di atas nilai tolerance > 0,1 sehingga dapat di

simpulkan dalam model regresi ini tidak terjadi geja-

la multikolinearitas yaitu korelasi antar variabel be-

bas. Kemudian nilai VIF untuk masing-masing varia-

bel independen Islamic Branding (1,050), Religiusitas

(1,050), Keputusan Pembelian (1,093). Dari ketiga

variabel independen di atas nilai VIF < 10, sehingga

dapat disimpulkan dalam model regresi ini tidak

terjadi gejala multikolinearitas yaitu korelasi antar

variabel bebas.

C. Uji Heteroskedatisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pe-

ngamatan yang lain tetap, maka disebut homokedas-

tisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Tabel 4.8. Hasil Uji Heteroskedatisitas

Variable Tolerance Ket

X1 0.352 Tidak terjadi gejala Heteroskedatisitas

X2 0.552 Tidak terjadi gejala Heteroskedatisitas

Y 0,315 Tidak terjadi gejala Heteroskedatisitas

67

Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji

glejser dari tabel 4.8 menunjukkan nilai sig variabel

kesadaran halal, islamic branding dan product

ingredients masing-masing sebesar 0,352; 0,553; 0,315

yang berarti bahwa semua nilai sig > 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas.

1. Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunya) varia-

bel dependen, bila dua atau lebih variable independen

sebagai faktor predictor. Dalam uji analisis ini dapat

digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel

bebas islamic branding, Religiusitas terhadap variable

terikat Keputusan Pembelian. Hasil analisis regresi

linear berganda menggunakan SPSS 23 dapat dilihat

sebagai berikut:

Tabel 4.8 Uji Regresi Linear Berganda

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .377a .142 .089 2.46205

a. Predictors: (Constant), Religiusitas (X2), Islamic Branding (X1) b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

68

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 21.344 5.717 3.733 .001

Islamic Branding (X1)

-.106 .140 -.134 -.762 .452

Religiusitas (X2) .525 .228 .404 2.303 .028

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

Berdasarkan tabel coefficients diatas maka

fungsi regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Y = 19,928 + 0,003 X1 + 0,413 X2. Dari model regresi

diatas dapat di jelaskan sebagai berikut:

1) Nilai konstanta sebesar 15,007 yang menunjuk-

kan bahwa jika nilai X1 dan X2 tidak ada atau

nol maka nilai Y atau keputusan pembelian se-

besar 19,928.

2) Nilai koefisien regresi X1 = 0.003, menunjukan

bahwa jika X1 atau Islamic Branding menga-

lami kenaikan 1% maka Y atau keputusan pem-

belian akan mengalami kenaikan sebesar 0,3%

dengan asumsi variable lain dianggap tetap.

Hubungan searah ini dapat dilihat dari koe-

fisien X1 dari fungsi regresi yang bernilai

positif.

69

3) Nilai koefisien regresi X2 = 0.003, menunjukan

bahwa jika X2 atau Label Halal mengalami

kenaikan 1% maka Y atau keputusan pembelian

akan mengalami kenaikan sebesar 41,3% deng-

an asumsi variable lain dianggap tetap. Hubu-

ngan searah ini dapat dilihat dari koefisien X2

dari fungsi regresi yang bernilai positif. Selan-

jutnya, untuk menguji T dibentuk hipotesis se-

bagai berikut: Ho = Religiusitas secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap keputu-

san pembelian.

Ha =kesalihan dan label halal secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian.

Untuk membuktikan hipotesis maka dilihat da-

ri nilai t hitung dan tingkat signifikansinya:

a. Diketahui nilai signifikansi dari Islamic

Branding sebesar 0.000 < 0.05 dan diketahui t

hitung = 4,928 dengan derajat kebebasan 32,

diketahui nilai t tabel sebesar 1,9740 sehing-

ga t hitung > t tabel (4,928>1,9740). maka da-

pat dinyatakan bahwa Islamic Branding

70

secara parsial berpengaruh signifikan ter-

hadap keputusan pembelian.

b. Diketahui nilai signifikansi dari label halal

sebesar 0.005 < 0.05 dan diketahui t hitung =

1,990 dengan derajat kebebasan 33, diketahui

nilai t tabel sebesar 1,9740 sehingga t hitung

> t tabel (1,990>1,9740). maka dapat dinyata-

kan label halal secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian.

Dari pernyataan diatas maka dapat disimpul-

kan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, karena

variabel Islaimic Branding dan variabel Religiusitas

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ke-

putusan pembelian.

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penyajian diatas, maka dapat

disimpulkan sesuai dengan permasalahan diatas adalah

sebagai berikut:

i. Berdasarkan uji F Islamic Branding secara parsial

secara simultan berpengaruh terhadap keputusan

pembelian. dilihat dari nilai F hitung > F tabel

(3,547 > 3,25) dengan signifikansi sebesar 0.05.

Hasil dari pengolahan data menunjukan bahwa

variabel religiusitas dan label halal sama-sama

memiliki hubungan terhadap keputusan pembeli-

an sebesar 0.589. selanjutnya, nilai koefesien deter-

minasi atau R square sebesar 0,347 atau sebesar

34,7% yang dapat ditafsirkan bahwa variabel be-

bas religiusitas dan label halal memiliki pengaruh

kontribusi sebesar 34,7% terhadap variabel terikat

keputusan pembelian.

ii. Berdasarkan uji T religiusitas berpengaruh signi-

fikan secara parsial terhadap keputusan pembe-

lian dilihat dari nilai t hitung > t tabel (4,928>

1,9740) dengan signifikansi sebesar 0,000. Selanjut-

72

nya, label halal berpengaruh secara parsial ter-

hadap keputusan pembelian hal ini dilihat dari

nilai T hitung > T tabel (1,990>1,9740) dengan nilai

signifikansi 0.005< 0.05.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, berikut ini saran-saran

untuk penelitian berikutnya:

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada satu faktor

dari keputusan pembelian yaitu Islamic Branding.

Oleh karena itu penelitian lanjutan tentang faktor

faktor keputusan pembelian masih perlu dilan-

jutkan.

2. Bagi peneliti berikutnya diharapkan penelitian

sejenis untuk meningkatkan pengetahuan menge-

nai perilaku konsumen terutama konsumen mus-

lim sehingga dapat digunakan sebagai referensi

untuk pembelajaran perilaku konsumen.

73

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazaly, & dkk. (2010). Fiqh Muamalah. Jakarta: Prenada Media.

Ahmad Miftah. (2015). Mengenal Marketing dan Marketers Syariah. Jurnal Ekonomi Islam, I No.2.

Ahmad Thontowi. (2014). Hakekat Religiusitas [open source]. Retrieved from sumsel.kemenag.go.id

Baker Ahmad Alserhan. (2010). On Islamic Branding : Brands As Good Deeds. Journal of Islamic Marketing, 1 No. 2.

Basu Swasta, & Irawan. (2001). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Boyd. (2000). Manajemen Pemasaran; Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga.

Cholid Narbuko, & Abu Ahmadi. (2005). Metodologi Penelitian (7th ed.). Jakarta: Bumi Aksara.

Djaslim Saladin. (2003). Manajemen Pemasaran. Bandung: Linda Karya.

Driyarkara. (1988). Percikan Filsafat. Jakarta: Lembaga Penunjang Pembanguanan Nasional.

Dwi Wahyu Pril Ranto. (2013). Menciptakan Islamic Branding Sebagai strategi Menarik Minat Beli Konsumen. JBMA, I Nomor 2.

Fandy Tjiptono, & Anastasia Diana. (2000). Prinsip & Dinamika Pemasaran. Yogyakarta: J&J Learning.

H. Kartajaya, & M.S. Sula. (2006). Syariah Marketing. Bandung: PT Mizan Pustaka.

H. Stuart, & L. Muzellec. (2004). Corporate Makeover  : Can A Hyena Be Rebranted. Journal.of Brand Management (Vol. II).

J. Supranto, & Nandan Limakrisna. (2012). Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah Untuk Menyusun Skripsi,

74

Tesis, dan Disertasi (3rd ed.). Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

J. Tai, & W. Chew. (2012). Brand Management. Jakarta: PT Indeks.

Jalaludin Rahmat. (2001). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

M. Ali Hasan. (2003). Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

M. Nur Ghufron, & Rini Risnawita S. (2014). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

M. Quraish Shihab. (2002). Tafsir Al Misbah Kesan dan Keserasian Al Qur‟an (Vol. I). Jakarta: Lentera Hati.

Muhammad Nasrullah. (2015). Islamic Branding, Religiusitas dan Keputusan Konsumen Terhadap Produk. Jurnal Hukum Islam, 13 Nomor 2.

Mushaf Al-Quran Terjemah. (2002). Jakarta. Nashori Fuad. (2002). Agenda Psikologi Islami.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasroen Haroen. (2007). Fiqh Muamalah (2nd ed.).

Jakarta: Gaya Media Pratama. Nico Syukur Dister. (1992). Pengalaman dan Motivasi

Beragama. Yogyakarta: Kanisius. Noeng Muhajir. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Rake Sarasih. Noer Rahmah. (2013). Pengantar Psikologi Agama.

Yogyakarta: Teras. P. Kotler. (2000). Marketing Management: Millenium

Edition. Jakarta: Pearson Education Asia, Pte, Ltd. Dan PT Prehallindo.

P. Kotler, & G. Amstrong. (2001). Dasar-Dasar Pemasaran (6th ed.). Jakarta: Erlangga.

P. Kotler, & G. Amstrong. (2004). Principles of Marketing (Tenth Edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

75

P. Kotler, & L.K. Kevin. (2012). Marketinng Management 14e. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Paul Temporal. (2011). Islamic Branding And Marketing. Singapura: Wiley.

Sayyid Sabiq. (1983). Fiqh Sunnah. Beirut: Dar al-Fikr. Soerjono Soekanto. (1986). Pengantar Penelitian Hukum

(3rd ed.). Jakarta: UI Press. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif

Dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Renika Cipta. Tukiran Taniredja, & Musfidah. (2012). Penelitian

Kuantitatif. Bandung: CV. Alfabeta. U Priyadi. (2016). Pariwisata Syariah (Prospek dan

Perkembangan). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Zakiyah Darajat. (1991). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan

Bintang.

76

DAFTAR INDEKS

B

branding . 3, 10, 16, 17, 18, 19, 21, 23, 57, 75, 76

G

globalisasi ................ 1, 20

H

halal ... 2, 3, 16, 18, 19, 20, 24, 56, 75, 78, 80, 81

I

islamic 3, 10, 17, 57, 75, 76

K

kebutuhan .... 1, 8, 11, 23, 24, 35, 42, 43, 44, 46, 48

keputusan pembelian . 6, 7, 10, 42, 43, 45, 47, 50, 61, 77, 78, 79, 80, 81

Khiyar .. 51, 52, 53, 54, 55 konsumen . 3, 4, 5, 6, 7, 8,

11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 36, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 51, 56, 57, 62, 63, 64, 65, 71, 81

L

label .... 2, 3, 18, 78, 80, 81

M

Merek .. 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 21, 23

milenial .......................... 1

P

pemasaran . 1, 2, 3, 15, 17 Pengaruh . 6, 7, 46, 56, 57 perusahaan 2, 12, 14, 15,

17, 21, 23, 24, 42 produsen ........... 3, 11, 12

R

Religiusitas6, 7, 9, 26, 28, 29, 32, 34, 36, 57, 61, 64, 69, 71, 74, 76, 78, 79, 82, 83

S

Signifikansi ............... 7, 9 Swalayan ........... 4, 5, 6, 7

syariah .. 5, 15, 16, 17, 18,

23, 25, 57

77

GLOSSARIUM

Aqad

Akad. secara bahas berarti ikatan (ar-ribthu), perikatan,

perjanjian dan permufakatan (al-ittifaq); Dalam fiqh

didefinisikan dengan irtibathu ijabin bi qabulin „ala

wajhin masyruin‟ yatsbutu atsaruhu fi mahallihi, yakni

pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul

(pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehen-

dak syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan

Bank Syariah

Bank Syariah : Bank yang kegiatannya berdasarkan

prinsip-prinsip syariah/hukum Islam, dan dikenal juga

dengan bank Islam. Sedangkan yang dimaksud dengan

prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan

hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan

usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai

dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan

prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasar-

kan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip

jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (mu-

rabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan

prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan

78

adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang

yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina)

Fiqih Muamalah

Fiqh yang berkaitan dengan aktifitas perbuatan manu-

sia dalam melakukan interaksi dengan sesamanya,

termasuk di dalamnya masalah ekonomi.

Fiqh

Secara bahasa berarti pemahaman atau pengetahuan

yang mendalam tentang sesuatu. Menurut istilah, kata

fiqh dalam perjalanan sejarahnya mengalami beberapa

kali perubahan pengertian. Pada masa awal Islam

sampai dengan menjelang munculnya madzhab di

bidang fiqh, kata fiqh berarti semua ajaran Islam baik

yang berhubungan dengan masalah aqidah, syariah

atau hukum atau akhlak. Sejak kemunculan imam

Syafi‟i, fiqh diartikan ajaran atau hukum Islam yang

berhubungan dengan tingkah laku dan perbuatan

manusia dewasa/ mukallaf yang digali dari dalil-dalil

hukum Islam yang bersifat tafshili (terperinci). Secara

populer Prof KH Ibrahim Husen, LML, mendefinisikan

fiqh dengan hukum Islam yang belum diterangkan

secara jelas dan tegas oleh al-Qur‟an atau al-Hadits/ al-

79

Sunnah, dimana hal itu baru diketahui setelah digali

melalui ijtihad oleh imam mujtahidin.

Gharar

Ketidakjelasan, tipuan; Transaksi yang mengandung

ketidakjelasan dan/ atau tipuan dari salah satu pihak;

seperti bai‟ ma‟dum (jual beli sesuatu yang belum ada

barangnya).

Halal

Tindakan yang dibenarkan untuk dilakukan menurut

syara‟.

Ijtihad

Upaya maksimal yang dilakukan oleh para mujtahid/

faqih untuk mengetahui suatu permasalahan yang be-

lum ada nashnya baik dari al-Qur‟an maupun al-

Hadits. Dan pelaku ijtihad wajib memenuhi persya-

ratan-persyaratan tertentu.

Khiyar Majlis

Hak pilihan ketika dalam majlis: Hak menentukan pili-

han bagi kedua belah pihak, antara penjual dan pem-

beli untuk melangsungkan jual beli atau membatal-

kannya selama masih di tempat (majlis) jual beli. Apa-

bila keduanya telah berpisah dari majlis akad tersebut,

80

maka hilanglah hak khiyar ini sehingga perubahan

tidak dapat dilakukan lagi.

Khiyar al-„Aib

Hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli

bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila terdapat

suatu cacat pada obyek yang diperjualbelikan, dan ca-

cat itu tidak diketahui pemiliknya ketika akad ber-

langsung.

Khiyar

Hak memilih atau hak menentukan pilihan diantara

dua hal.

Komoditas

sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagang-

kan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan un-

tuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukar-

kan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama,

yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor

melalui bursa berjangka.

Laba

kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari

transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi

dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau

kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama

81

satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan

(revenue) atau investasi pemilik.

Marketing

aktivitas, serangkaian institusi, dan proses mencipta-

kan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan mem-

pertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan,

klien, mitra, dan masyarakat umum.

Merek

sebuah nama, gambar, tanda, desain, simbol atau gabu-

ngan yang digunakan untuk menjadi identitas suatu

perorangan, perusahaan, organisasi atau UKM pada

barang dan jasa yang dimiliki untuk membedakan

antara barang dan jasa yang lainnya.

Mubah

Boleh; Status hukum yang berhubungan dengan per-

kara-perkara yang boleh dikerjakan dan boleh untuk

tidak dikerjakan, seperti makan, minum, tidur, istira-

hat, olahraga, dan lain-lain.

Madzhab

Tempat pergi, jalan, pendapat, aliran. Menurut istilah

berarti pendapat atau aliran yang berkaitan dengan

pemahaman ajaran agama Islam dalam bidang hukum/

fiqh. Empat madzhab yang paling dikenal di kalangan

82

umat Islam ialah: madzhab Hanafi (80-150 H), madzhab

Maliki (90-179 H), madzhab Syafi‟i (150-204 H), dan

madzhab Hanbali (164-241 H).

Perusahaan

tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpul-

nya semua faktor produksi. Setiap perusahaan ada

yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak.

Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka

mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan

usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang

terdaftar di pemerintah secara resmi.

Riba

Tambahan (ziyadah), tumbuh dan berkembang (usury);

Riba ada tiga macam, yaitu riba fadl, riba nasi‟ah dan

riba jahiliah.

Shadaqah

Pemberian sesuatu dari seseorang kepada orang lain

karena ingin mendapatkan pahala.

Ujrah

Upah (fee). Lihat ratib.

Zakat

Suci, bersih dan tumbuh (zaka). Menurut istilah syara‟

ialah mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk

83

diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima-

nya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh

syara‟. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang

lima dan hukumnya adalah wajib.

ii