iht dasar transmisi

104
1 Dasar - Dasar Transmisi Tujuan Instruksional : Para perserta diharapkan dapat menguasai pengetahuan dasar transmisi

Upload: pramukajabar

Post on 20-Jan-2015

4.600 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Iht dasar transmisi

1

Dasar - Dasar Transmisi

Tujuan Instruksional :

Para perserta diharapkan dapat menguasai pengetahuan dasar transmisi

Page 2: Iht dasar transmisi

2

1. Konfigurasi Sistem Transmisi1. Konfigurasi Sistem Transmisi

Sistem Transmisi berfungsi untuk menyalurkan paket informasi baik suara, gambar maupun data , dari suatu titik ke titik lain dalam suatu jaringan telekomunikasi

Media Transmisi

Fiber Optik

Page 3: Iht dasar transmisi

3

1.1 Sub-Sistem Transmisi

PerangkatTransmisi

Switching,Terminal,

dll

MediaTransmisi

PerangkatTransmisi

Switching,Terminal,

dll

Page 4: Iht dasar transmisi

4

1.2 Jenis Media Transmisi

Media Phisik Kawat tanpa pelindung Kawat berpelindung

Pair Cable Coaxial Cable

Serat Optik Media Non Phisik

Radio Satelit

Page 5: Iht dasar transmisi

5

1.3 Konfigurasi Media Phisik1.3 Konfigurasi Media Phisik

LTE,HDSL,MUX,OLTE

Switching,Terminal,

dll

Open Wire,Pair Cable,

Coaxial,Fiber Optik

LTE,HDSL,

MODEM,MUX,OLTE

Switching,Terminal,

dll

• LTE = Line Terminal Equipment

• HDSL = High bit rate Digital Subscriber Line

• MUX = Multiplex

• OLTE = Optical Line Terminal Equipment

Page 6: Iht dasar transmisi

6

1.4 Konfigurasi Media Non Phisik

MUX,MOD,DEM,

TRANCEIVER

Switching,Terminal,

dll

GelombangRadio

MUX,MOD,DEM,

TRANSCEIVER

Switching,Terminal,

dll

• MUX = Multiplex

• MOD = Modulator

• DEM = Demodulator

• TRANSCEIVER = Transmitter - Receiver

Page 7: Iht dasar transmisi

7

2. Parameter Satuan Transmisi

Daya (Power) Penguatan (gain) Redaman (Loss) Lebar Pita Frekwensi (Bandwidth) Signal to Noise Ratio (S/N) Interferensi Gema (Echo) Kecepatan Bit (Bit Rate) Kecepatan Kesalahan Bit (BER/Bit Error Rate) Pergeseran Pulsa (Jitter)

Page 8: Iht dasar transmisi

8

2.1 Daya (Power) (P) adalah suatu besaran keluaran sinyal,

yang dihasilkan oleh suatu perangkat dan dinyatakan dalam satuan Watt (W) atau desiBelWatt (dBW)

P (Watt) = E(Volt) x I(Amp) P (Watt) = E2(Volt2) / R(Ohm) P (Watt) = I2(Amp) x R(Ohm) P (dbW) = 10 Log P/(1 Watt) P (dBm) = 10 Log p/(1 mWatt)

Page 9: Iht dasar transmisi

9

2.2 Penguatan (Gain) (G) adalah suatu besaran yang dihasilkan oleh

perbandingan antara besar sinyal masukan dan sinyal keluaran dalam bilangan Logaritmis 10 dengan satuan dB , dimana sinyal keluar lebih besar dari sinyal masuk

P (in) = 20 mW ; P (out) = 1000 mW G = 10 Log P(in)/P(out) dB G = 16,99 dB

AmplifierP In P Out

20 mW 1000 mWG = 16,99 dB

Page 10: Iht dasar transmisi

10

2.3 Redaman (Loss) (A)2.3 Redaman (Loss) (A) adalah suatu besaran yang dihasilkan oleh

perbandingan antara besar sinyal masukan dan sinyal keluaran dalam bilangan Logaritmis 10 dengan satuan dB , dimana sinyal keluar lebih kecil dari sinyal masuk

P (in) = 100 mW ; P (out) = 20 mW A = 10 Log P(in)/P(out) dB A = 6,99 dB

P In P Out

100 mW 20 mWA = 6,99 dB

Page 11: Iht dasar transmisi

11

2.4 Lebar pita frekwensi (Bandwidth) Adalah lebar suatu bidang frekwensi dari

suatu bentuk sinyal Gambar dibawah menunjukkan lebar dari

suatu sinyal informasi yang menduduki bidang frekwensi 300 Hz s/d 3.400 Hz

F=300 Hz F=3400 Hz

Bandwidth = 3.400 - 300 = 3.100 Hz

Page 12: Iht dasar transmisi

12

2.5 Noise adalah sinyal yang tidak diinginkan yang

selalutimbul dalam sebuah proses sistem transmisi

Internal Noise Thermal Noise Intermodulasi Noise Crosstalk Noise Impulse Noise

*>External Noise *> Atmospheric Noise *> Extraterrestrial Noise *> Man Mad Noise

Page 13: Iht dasar transmisi

13

2.6 Signal to Noise Ratio (S/N)

adalah perbandingan antara daya sinyal terhadap daya Noise pada suatu titik pengukuran , dan merupakan ukuran baik buruknya kualitas sinyal.

Satuan dB

0

+ 10

- 20

Sinyal Informasi

Sinyal Noise

Page 14: Iht dasar transmisi

14

2.7 Interferensi

adalah gangguan pada sistem transmisi yang disebabkan oleh adanya sinyal lain yang mempunyai frekwensi sama dengan frekwensi yang digunakan oleh sinyal aslinya dimana sinyal pengganggu tsb memiliki daya yang cukup besar

Page 15: Iht dasar transmisi

15

2.8 Gema (Echo) adalah sinyal kembali yang disebabkan karena adanya

ketidakcocokan impedansi pada sebuah saluran, sehingga akan menimbulkan refleksi sinyal, yang apabila diterima kembali oleh pengirim dengan delay yang cukup besar , echo tsb akan sangat mengganggu.

Echo lebih sering muncul pada sebuah sistem transmisi yang menggunakan pengubah saluran dari 2 kawat menjadi 4 kawat (Hybrid)

Hybrid2 Wire

4 Wire Out

4 Wire In

Echo

Page 16: Iht dasar transmisi

16

2.9 Bit Rate

adalah suatu ukuran kecepatan pengiriman bit-bit informasi (sinyal digital) dalam waktu 1 detik

Satuannya : bit/detik

Page 17: Iht dasar transmisi

17

2.10 Bit Error Rate (BER)

adalah ukuran kecepatan kesalahan bit informasi yang terkirim

BER adalah salah satu ukuran kualitas dari suatu sistem transmisi digital

Page 18: Iht dasar transmisi

18

2.11 Pergeseran Bit (Jitter)

adalah kondisi yang menunjukan bergesernya letak atau posisi pulsa dari kondisi seharusnya

Satuannya : UI (Unit Interval)

Clock

AmplitudoJitter

UI

Freq JitterHz

PosisiNormal

Page 19: Iht dasar transmisi

19

2.12 Satuan Daya Daya Relatif

adalah suatu besaran daya di titik tertentu dibandingkan dengan besaran daya referensi yang telah ditentukan

Pr (dBr) = 10 log Pr/Pref

Daya Absolut adalah suatu besaran daya di titk tertentu

dibandingkan dengan daya referensi nol dBm = dBmO + dBr

Page 20: Iht dasar transmisi

20

INSTRUKTUR : SOENANTYO E.S/ 560310

BIDANG :

*> KOMPONEN TRANSMISI*> MULTIPLEXING*> MODULASI

Page 21: Iht dasar transmisi

21

3. Komponen Transmisi Hybrid Filter Attenuator Equalizer Compandor Echo Suppressor & Echo Canceller Pre-Emphasis & De-Emphasis Automatic Gain Control / AGC Automatic Frequency Control / AFC Squelch

Page 22: Iht dasar transmisi

22

3. 1 Hybrid

alat ini berfungsi mengubah sistem transmisi 2 kawat menjadi 4 kawat dan sebaliknya

Hybrid2 Wire

4 Wire Out

4 Wire In

Page 23: Iht dasar transmisi

23

3.2 Penyaring Frekwensi (Filter)

alat ini berfungsi sebagai penyaring frekwensi suatu sinyal pada sistem transmisi

LPF = Low Pass Filter HPF = High Pass Filter BPF = Band Pass Filter BRF = Band Rejection Filter / Band Stop Filter

f

A

f

A

f

A

f

A

Page 24: Iht dasar transmisi

24

3.3 Peredam (Attenuator) alat ini berfungsi sebagai peredam sinyal yang

dilalukan pada sebuah sistem transmisi PAD (Peredam dengan besaran tetap) Variable Attenuator

P In P Out

P In > P Out

P OutP In

Page 25: Iht dasar transmisi

25

3.4 Equalizer Alat ini berfungsi memperbaiki

perubahan level sinyal akibat pengaruh saluran

Redaman

Frekwensi

Redaman Equalizer

Sinyal Output

Sinyal Input

Page 26: Iht dasar transmisi

26

3.5 Compressor dan Expandor (Compandor)

Compressor pada sisi kirim Expandor pada sisi terima Keuntungan

Memperbesar S/N Memperkecil Crosstalk Memperkecil overload akibat terlalu besarnya sinyal

masukanVario Losser

PhaseDetector

Vario Losser

PhaseDetector

Compressor Expandor

60 dB 60 dB30 dB

Transmisi

Page 27: Iht dasar transmisi

27

3.6 Echo Suppressor & Echo Canceller

Berpengaruh memperkecil pengaruh gema pada komunikasi suara

Parameter Echo : ERL = Echo Return Loss ERLE = Echo Return Loss Enhancement Waktu Konfergensi

Page 28: Iht dasar transmisi

28

3.7 Pre-Emphasis & De-Emphasis Berfungsi menjaga agar S/N berharga sama pada

sistim transmisi berpita lebar Biasa digunakan pada sistem transmisi FDM Pre-Emphasis dipasang pada bagian kirim De-Emphasis dipasang pada bagian terima

A

f

De-EmphasisA

f

Pre-Emphasis

Page 29: Iht dasar transmisi

29

3.8 Automatic Gain Control / AGC Berfungsi memperkuat sinyal masukan

Sinyal InputOp Amp

Sinyal Output

Detector

Feedback

Page 30: Iht dasar transmisi

30

3.9 Automatic Frequency Control / AFC

Berfungsi menstabilkan harga frekwensi yang diperlukan

VCO

Freq. Out

Phase Detector

LPF

Control Voltage

Reference Freq.

X-Tal Oscillator

Page 31: Iht dasar transmisi

31

3.10 Squelch Berfungsi menghilangkan Noise yang muncul

dibagian penerima , yang biasanya muncul akibat terlalu rendahnya sinyal terima

Tone Generator

Sinyal Output

Sinyal Input

Ref Signal Comparator

Detector

Page 32: Iht dasar transmisi

32

4. Multiplexing

Adalah proses penggabungan beberapa saluran atau kanal pembicaraan menjadi satu kedalam bentuk sinyal lain, untuk disalurkan secara bersamaan tanpa saling mengganggu

Jenis-jenis Multiplexer FDM (Frequency Division Multiplex) TDM (Time Division Multiplex)

Page 33: Iht dasar transmisi

33

4.1 FDM

Page 34: Iht dasar transmisi

34

4.2 TDM

12

43

CH.1

CH.2

CH.3

CH.4

12

43

CH.2

CH.1

CH.4

CH.3

SISI KIRIM SISI TERIMA

Page 35: Iht dasar transmisi

35

5. Modulasi

Adalah proses perubahan sinyal masukan menjadi sinyal lain agar memudahkan proses transmisi

Amplitudo Modulation (AM) Frequency Modulation (FM) Pulse Code Modulation (PCM)

Page 36: Iht dasar transmisi

36

5.1 AM

• Amplitudo dari frekwensi Carrier diubah-ubah sesuai dengan amplitudo sinyal informasi

Modulator AMSinyal Informasi Sinyal AM

Sinyal Carrier

Page 37: Iht dasar transmisi

37

5.2 FM

Frekwensi Carrier diubah-ubah sesuai dengan frekwensi sinyal informasi

Modulator AMSinyal Informasi

Sinyal Carrier

Sinyal FM

Page 38: Iht dasar transmisi

38

5.3 PCM Sisi Kirim

Sampling,Compressing, Quantizing, Coding Sisi Terima

Decoding,Expanding,Low Pass Filter

Sampling

R

Compressor Quantizing

ExpandorCh Gate

Coding T

Decoding

CH.1

CH.n

LPF

LPF

CH.1

CH.n

LPF

LPF

Transmisi

Page 39: Iht dasar transmisi

39

5.3.1 Sampling

Adalah proses modulasi amplitudo yang merupakan langkah persiapan untuk merubah sinyal analog menjadi sinyal digital atau sinyal PAM

LPFSinyal Input

Freq Sampling

Sinyal PAM

Page 40: Iht dasar transmisi

40

5.3.2 Quantizing Adalah proses awal untuk merubah sinyal

PAM menjadi susunan digit, dimana sinyal hasil sampling dihargakan pada tegangan pembanding terdekat

Quantisasi Uniform Quantisasi Non-Uniform

Sinyal PAM Sinyal PAM Ter-Kuantisasi

Page 41: Iht dasar transmisi

41

5.3.4 Coding

Pada tahapan ini semua sinyal yang sudah dikuantisasi diubah menjadi kode 8 bit

S A B C W X Y Z S = Polaritas sinyal PAM ABC = Nomor Segmen dalam 0 s/d 7

(biner) WXYZ = Nomor interval 0 s/d 15

(Biner)

Page 42: Iht dasar transmisi

42

5.3.5 Alternate Mark Inverse (AMI) Code

Untuk setiap Mark (tanda) / Bit “1” yang berurutan akan dinyatakan dengan tegangan (+) dan tegangan (-) secara bergantian

Untuk setiap Space / Bit “0” akan dinyatakan dengan tegangan 0

Dapat digunakan pada sistim transmisi saluran

Kelemahannya adalah jika terdapat bit “0” yang panjang , akan menyulitkan penerjemahan disisi penerima

Page 43: Iht dasar transmisi

43

5.3.6 HDB-3 Code

Penyempurnaan dari AMI code Jika terdapat deretan bit “0” sebanyak

4 bit , maka bit “0” yang keempat akan dirubah menjadi Mark , dan disebut sebagai bit Violation

Biasa digunakan pada sistim multiplex Ordo-1 s/d Ordo-3

Page 44: Iht dasar transmisi

44

Terdiri dari dua level yaitu height dan low Untuk bit “1” yg berurutan dikodekan

dengan height atau low secara bergantian di sepanjang interval waktunya

Untuk bit “0” setengah interval waktunya dikodekan dengan height dan setengahnya dengan low

Bidang spektrumnya sangat besar sehingga efektif hanya untuk jarak pendek

5.3.7 Code Mark Inverse / CMI

Page 45: Iht dasar transmisi

45

Re-Shaping (Pembentukan kembali) , prosesnya melalui penggunaan Equalizer dan amplifier

Re-Timing (Pengambilan sinyal clock), prosesnya melalui Clock Extraction / Clock Retrieval

Re-Generating (Pembangkitan kembali) prosesnya melalui penggunaan Comparator

5.3.8 Regenerasi sinyal Digital

Page 46: Iht dasar transmisi

46

INSTRUKTUR : AHMAD DJUNAEDI/ 611108

BIDANG :

*> TRANSMISI SERAT OPTIK*> MODULASI/ DEMODULASI

Page 47: Iht dasar transmisi

47

Sistem Transmisi Serat Optik terdiri dari : Pemancar Optik (Optical Transmitter)

Berfungsi merubah sinyal elektris menjadi sinyal optik / cahaya

Terdiri dari LED (Light Emitting Diode) daya tinggi atau Diode Laser

Kabel Serat Optik Berupa selubung fiber gelas dengan ukuran yg sangat

kecil, dengan diameter 5 mikrometer s/d 250 mikrometer Terbuat dari material kelas tinggi yang bebas air Berfungsi memandu cahaya / jalan cahaya dari pengirim

ke penerima Penerima Optik (Optical Receiver)

Berfungsi mengubah sinyal cahaya menjadi sinyal elektris

Menggunakan diode PIN atau APD (Avalanche Photo Diode)

6. Transmisi Serat Optik

Page 48: Iht dasar transmisi

48

Dapat mentransmisikan sinyal digital dengan data rate yang sangat tinggi

Kebal terhadap interferensi gelombang elektromagnetik

Memiliki redaman yang sangat kecil sehingga memungkinkan mentransmisikan sinyal s/d 100 km tanpa perlu menggunakan repeater

Tidak dapat disadap

6.1 Keuntungan Penggunaan Serat Optik

Page 49: Iht dasar transmisi

49

Kabel Serat Optik tidak dapat menyalurkan energi elektris, sehingga setiap terminal harus memiliki catuan tersendiri

Relatif Sulit pada saat Instalasi Bila putus , perbaikannya membutuhkan waktu

yang lama Memiliki rugi-rugi transmisi a.l :

Penghaburan Rayleigh (Rayleigh scatering loss) Penyerapan (Absorbtion Loss) Pembengkokan (Bending Loss) Refleksi Freshnel (Freshnel Loss)

6.2 Kerugian penggunaan Serat Optik

Page 50: Iht dasar transmisi

50

6.3 Konfigurasi Komunikasi Serat Optik

ELECTRICAL CCT

ELECTRICAL INTERFACE CODE CONVERTER

OLTE

LEDLASER DIODE

FIBER OPTIK CABLE

STEP INDEX MULTI MODEGRADED INDEX MULTIMODE

STEP INDEX MONOMODE

OLTE

APD DIODEPIN DIODE

CONNECTOR

Page 51: Iht dasar transmisi

51

MFUHFInfra RedUVSinar Rontgen

SinarGamma

6.3 Spektrum gelombang

1 pm 1 nm 1 µm 1 mm 1 m 1 km 1 Mm

LF

Cahaya nampak400 ~ 800nm

Panjang Gelombang (m)

Page 52: Iht dasar transmisi

52

Step Index Multimode Graded Index Multimode Step Index Monomode

6.4 Jenis-Jenis Fiber Optik

Page 53: Iht dasar transmisi

53

Index Bias Core Konstan Ukuran Core besar (50~250 mm) dan dilapisi cladding yang sangat

tipis Penyambungan core lebih mudah karena memiliki core yang besar Terjadi dispersi Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate

yang rendah

6.4 Step Index Multimode

100 µm 140 µm

Index Biasn2

n1

Page 54: Iht dasar transmisi

54

Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki index bias yang berbeda

Index bias tertinggi terdapat pada pusat core dan turun sampai dengan batas core dan cladding

Cahaya merambat karena diffraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat

Dispersi minimum Harganya lebih mahal dari Step Index karena proses pembuatannya lebih

sulit

6.5 Graded Index Multimode

50 µm 125 µm

Page 55: Iht dasar transmisi

55

Memiliki diameter core yang sangat kecil dibandingkan dengan ukuran claddingnya

Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu serat optik

Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi

6.6 Step Index Single Mode

9 µm 125 µm

Index Biasn2

n1

Page 56: Iht dasar transmisi

56

7. Modulasi / Demodulasi Modulasi adalah proses menumpangkan sinyal

informasi kedalam gelombang pembawa Demodulasi adalah proses mengambil kembali

sinyal informasi yang ditumpangkan Teknik Modulasi / Demodulasi dilakukan dengan

mengubah parameter gelombang pembawa, antara lain :

Amplitudo Frekwensi Phasa

Page 57: Iht dasar transmisi

57

7.1 Jenis Modulasi Modulasi Analog

Modulasi Analog dengan carrier berbentuk gelombang sinus Modulasi Amplitudo (Amplitudo Modulation/AM) Modulasi Frekwensi (Frequency Modulation / FM) Modulasi Phasa (Phase Modulation / PM)

Modulasi analog dengan carrier berbentuk pulsa Modulasi Amplitudo Pulsa (Pulse Amplitudo Modulation/PAM) Modulasi Lebar Pulsa (Pulse Width Modulation / PWM) Modulasi Posisi Pulsa (Pulse Posisition Modulation / PPM)

Modulasi Digital Amplitudo Shift Keying (ASK) Frequency Shift Keying (FSK) Phase Shift Keying (PSK) Quadrature Amplitudo Modulation (QAM)

Page 58: Iht dasar transmisi

58

7.2 Modulasi Amplitudo

Modulator AMSinyal Informasi Sinyal AM

Sinyal Carrier

• Amplitudo dari frekwensi Carrier diubah-ubah sesuai dengan amplitudo sinyal informasi

Page 59: Iht dasar transmisi

59

7.3 Modulasi Frekwensi Frekwensi Carrier diubah-ubah sesuai dengan frekwensi

sinyal informasi

Modulator AMSinyal Informasi

Sinyal Carrier

Sinyal FM

Page 60: Iht dasar transmisi

60

7.4 Bandwidth & Spectrum

Amplitudo Amplitudo

Frekwensi

Ei/2

Ec

Ei/2

Fc-FiFc

LSB

Fc+Fi

USBSinyal AM

ma = Ei/Ec

BW = 2 Fi

FrekwensiFc

mf = 0.2

Sinyal FM

mf = DFc/Fm

BW = 2Fm (1+mF)

Page 61: Iht dasar transmisi

61

7.5 Modulasi Analog carrier pulsa

Sinyal Informasi

Sinyal PAM

Sinyal PWM

Sinyal PPM

Page 62: Iht dasar transmisi

62

7.6 Modulasi ASK

0 1 0 1 0 1 0 Sinyal Input

Sinyal Carrier

Sinyal ASK

Page 63: Iht dasar transmisi

63

7.7 Modulasi FSK

0 1 0 1 0 1 0 Sinyal Input

Sinyal Carrier

Sinyal FSK

Page 64: Iht dasar transmisi

64

7.8 Modulasi PSK

0 1 0 1 0 1 0 Sinyal Input

Sinyal Carrier

Sinyal PSK

Page 65: Iht dasar transmisi

65

7.9 Modulasi QAM

0 1 0 1 0 1 0 Sinyal Input

Sinyal Carrier

Sinyal QAM

Amplitudo dan fasa carrier berubah-ubah sesuai sinyal data

Page 66: Iht dasar transmisi

66

INSTRUKTUR : BAGUS NANDONO/ 630320

BIDANG :

*> PROPAGASI GELOMBANG RADIO*> KOMPONEN RADIO*> ANTENNA*> RADIO AKSES

Page 67: Iht dasar transmisi

67

Radio Tower

8. Propagasi Gelombang Radio

Adalah peristiwa perambatan gelombang radio dari antena pemancar ke antena penerima

Radio Tower

Page 68: Iht dasar transmisi

68

8.1 Ciri-ciri Gelombang Radio Gelombang Radio memiliki :

Sifat Gelombang Elektromagnetik , yaitu memiliki Kuat Medan Listrik (E) dan kuat medan magnet (H)

Arah rambatan Frekwensi Panjang gelombang Polarisasi Rumus Panjang gelombang

= c / f , dimana = panjang gelombang (m) , c = kecepatan cahaya (3.108 m/dt) , frekwensi (Hz)

Page 69: Iht dasar transmisi

69

8.2 Spektrum Frekwensi Radio Ground Wave / Surface Wave (Gelombang Tanah

VLF (Very Low Frequency) : 3 ~ 30 kHz LF (Low Frequency) : 30 ~ 300 kHz MF (Medium Frequency) : 300 ~ 3000 kHz ( 0.3 ~ 3 MHz ) Merambat mengikuti bentuk permukaan tanah Efektif dengan polarisasi vertikal

Sky Wave (Gelombang Angkasa) HF (High Frequency) : 3 ~ 30 MHz Merambat langsung keangkasa dan dipantulkan oleh lapisan ionosphere

Gelombang Ruang (Space Wave) VHF (Very High Frequency) : 30 ~ 300 MHz UHF (Ultra High Frequency) : 300 ~ 3000 MHz ( 0.3 ~ 3 GHz) SHF (Super High Frequency) : 3 ~ 30 GHz EHF (Extra High Frequency) : 30 ~ 300 GHz Perambatan pada ruang bebas agar bebas dari pengaruh redaman tanah maka :

untuk polarisasi vertikal , tinggi pemancar harus lebih dari 2 lambda untuk polarisasi horizontal harus lebih besar dari 0.1 lambda

Page 70: Iht dasar transmisi

70

8.3 Redaman ruang bebas (Free Space Loss / FSL)

FSL = 32.45 + 20 Log d + 20 Log f

FSL dalam satuan dB d Jarak antena pemancar - penerima dalam

satuan km f Frekwensi dalam satuan MHz

Page 71: Iht dasar transmisi

71

8,4 Fresnell Zone

d

a b

a + b - d = n x 0,5 L

n = bil bulat positif (1,2,…)

Page 72: Iht dasar transmisi

72

8.5 Line of Sight

t hc

hc >>> t

Page 73: Iht dasar transmisi

73

8.6 Multipath Fading

Page 74: Iht dasar transmisi

74

8.7 Loss Propagasi ditinjau dari daerah yang dilalui

Letak AreaFree Space Loss

92,44 + 20Log f (GHz) + 20 Log d (km)Kondisi Geografis

Metropolitan Area 69,5 + 26,16 log f - 13,82 log h1 - 3,2 (log 11,72 x h2 )2 - 4,97

+ (44,9-6,55 log h1) x log 4

Gedung bertingkat dgn

tinggi rata-rata 5

tingkat dan lebar jalan

lebih dari 15 m

Urban Area 69,5 + 26,16 log f - 13,82 log h1 - (1,1 log f - 0,7 ) x h2 - (1,56

log f - 0,8) + (44,9-6,55 log h1) x log 4

Gedung bertingkat

dengan tinggi kurang dari

5 tingkat dan lebar jalan

kurang dari 15 m

Sub-Urban Area 69,5 + 26,16 log f - 13,82 log h1 - (1,1 log f - 0,7 ) x h2 - (1,56

log f - 0,8) + (44,9-6,55 log h1) x log 4 - 2 log (f / 28)2 -5,4

Area dengan perumahan

padat dan pepohonan

Rural Area 69,5 + 26,16 log f - 13,82 log h1 - (1,1 log f - 0,7 ) x h2 - (1,56

log f - 0,8) + (44,9-6,55 log h1) x log 4 - 4,78 (log f )2 +18,33

log f

Sawah dan padang

rumput

Page 75: Iht dasar transmisi

75

9. Komponen Radio Komponen Radio adalah peralatan-peralatan

yang mempunyai fungsi pembangkitan, memproses dan menyalurkan atau mentransmisikan sinyal RF

Terdiri dari : Transmitter

Up Converter Power Amplifier

Receiver Down Converter RF Amplifier / AGC / LNA (Low Noise

Amplifier) Branching , Feeder dan Antena

Page 76: Iht dasar transmisi

76

9.1 Komponen Radio

MUX

DEMUX

MOD

DEM

TX

RX

Branchcircuit

CH BB IF RF

CH BB IF RF

Page 77: Iht dasar transmisi

77

9.2 Converter

S1 S1+S2

S2

S1

S2

S1+S2

MIXER

S1 S1 x S2

S2

S1

S2

S1 x S2

COMBINER

Page 78: Iht dasar transmisi

78

9.3 Up & Down Converter

IF INPUT

L.O

BPF

MIXER

RF OUTPUT

UP CONVERTER

RF INPUT

L.O

BPF

MIXER

IF OUTPUT

DOWN CONVERTER

Page 79: Iht dasar transmisi

79

9.4 Low Noise Amplifier (LNA)

AMPSinyal Input

Noise Input

Sinyal Output

Noise Output

Gain dan Noise Internal

Noise Figure NF =

(S/N) Input

(S/N) Input

Page 80: Iht dasar transmisi

80

9.5 Branching Circuit & Feeder

BPF

TX

BPF

TX

BPF

RX

BPF

RX

RF-1 RF-2 RF-1’ RF-2’

Page 81: Iht dasar transmisi

81

10. Antena Antena merupakan bagian dari sistim komunikasi radio yang

berfungsi untuk memancarkan / meradiasikan gelombang elektromagnetik

Antena memancarkan gelombang radio dari ouput pemancar (Transmitter) yang disalurkan melalui feeder ke arah antena.

Antena menerima gelombang radio untuk diteruskan kearah penerima (Receiver)

Gain Antena (dB) didefinisikan sebagai perbandingan intensitas radiasi maksimum suatu antena terhadap intensitas radiasi maksimum antena referensi, jika kedua antena tersebut memberikan daya yang sama.

Tahanan Radiasi suatu antena didefinisikan sebagai tahanan fiktif yang akan mendisipasikan daya yang akan diradiasikan jika antena tersebut dicatu dengan suatu gelombang elektromagnetik

Bandwidth Antena didefinisikan sebagai suatu range frekwensi dimana antena tersebut tetap memiliki kinerja yang baik

Page 82: Iht dasar transmisi

82

10.1 Antena Isotropic Adalah antena hipotesis yang digunakan sebagai acuan

model-model antena dipresentasikan sebagai sebuah titik yang memancarkan

gelombang radio kesegala arah sama besar Diagram Pancaran Antena Isotropic

Y

X

Y

Z

Z

X

Page 83: Iht dasar transmisi

83

10.2 Pola Radiasi dan Beamwidth0

30

60

90

330

300

120

270

240

150210180

Page 84: Iht dasar transmisi

84

10.3 Antena Dipole 1/2 Sebuah kawat tunggal dengan panjang 1/2 panjang

gelombang yang dipancarkan Dicatu pada titik tengah Diagram pancaran adalah biderectional dengan arah tegak

lurus thd antena Gain antena adalah 1.64 Isotropic atau 2.15 dBi Beamwidth 780

1/2 Panjang gelombang

I Max

Input

Page 85: Iht dasar transmisi

85

10.4 Antena Yagi Terdiri dari beberapa elemen Strukturnya terdiri dari satu elemen driven (diberi catuan

sinyal) dan beberapa elemen parasitik (sebagai penyearah) Driven Elemen biasanya antena dipole 1/2 Parasitik elemen disebut sebagai Director , jika elemen

tersebut meradiasikan kembali daya kearah yang sama dengan arah daya yang diinduksikan oleh Driven elemen

Parasitik elemen disebut sebagai Reflector, jika elemen tersebut meradiasikan kembali daya kearah yang berlawanan dengan arah daya yang diinduksikan Driven Elemen

Gain Antena Yagi 7 dB

Page 86: Iht dasar transmisi

86

10.5 Antena Parabola

Terdiri dari Antena Pencatu (Feed Horn) Elemen Parasitik Refektor berbentuk Parabola Gain Antena 40 ~ 55 dBi

Page 87: Iht dasar transmisi

87

11. System Protection

Hot Standby

Twin Path Standby system

MOD

MOD

TX.1

TX.2

f1

f2

f1 = f2

MOD

MOD

TX.1

TX.2

f1

f2

f1 = f2

Page 88: Iht dasar transmisi

88

11. Radio Akses Radio Akses / JarLokAr Adalah sistem transmisi

radio yang digunakan untuk menghubungkan antara Sentral Telepon ke Pelanggan sebagai media alternatif pengganti Jaringan kabel

Apabila pada saat pemilihan jenis Jarlokar dilakukan dengan seksama maka jika dibandingkan dengan Jaringan Kabel , biaya investasi yang diperlukan JarLokAr akan lebih murah dibandingkan JarLokKab, yaitu antara $300 dibandingkan $1.000

Keterbatasan yang paling menonjol dalam penerapan teknologi JarLokAr adalah terbatasnya penggunaan spektrum Frekwensi

Page 89: Iht dasar transmisi

89

11.1 Konfigurasi Jaringan Akses Radio

LOKALEXCHANGE

RK

BS

DP

Radio Tower

TERMINAL

Page 90: Iht dasar transmisi

90

11.2 Keuntungan dan Kerugian Keuntungan :

Kapasitas fleksible Dapat dikonfigurasikan sesuai dengan kondisi wilayah pelayanan

dan kepadatan telepon per penduduk Percepatan Instalasi Mampu melayani wilayah yang cukup luas

Kelemahan Keterbatasan Spektrum Frekwensi Interferensi

Page 91: Iht dasar transmisi

91

11.3 Jenis Radio Akses Ditinjau dari arah penggunaan kanal

Dedicated Channel Mode ( Point to Point ) Shared Channel Mode ( Point to Multipoint ) / Multi Akses

Ditinjau dari segi mobilitas pelanggan Fixed Radio Akses

IRT (Integrated Rural Telephony) STJJ Ultraphone WLL

Mobile Radio Akses STB Cellular Telephone

Page 92: Iht dasar transmisi

92

11.4 Effisiensi Spektrum Frequency

Meningkatkan jumlah kanal radio pada band frequency sempit dengan metoda Spread Spectrum atau Time Division

Menggunakan Metoda Frequency Re-Use Menggunakan Metode Frequency

management dan Channel Assignment

Page 93: Iht dasar transmisi

93

11.5 Multiple Access Adalah suatu teknik transmisi yang memungkinkan

suatu titik catuan dapat diakses oleh beberapa titik tanpa saling mengganggu

Jenis Transmisi Multiple Akses FDMA (Frequency Division Multiple Access TDMA (Time Division Multiple Access) CDMA (Code Division Multiple Access)

Page 94: Iht dasar transmisi

94

11.6 FDMA (Frequency Division Multiple Access)

Setiap Link Komunikasi pada teknik FDMA terdiri dari satu pasang frequency, yaitu frequency kirim dan terima

Untuk komunikasi kapasitas besar, teknik FDMA sudah jarang digunakan , karena bidang frekwensi yang diperlukan sangat lebar

Amplitudo

Time

Frequencyf1 f2 f3 f1’ f2’ f3’

Page 95: Iht dasar transmisi

95

11.7 TDMA (Time Division Multiple Access)

TDMA menggunakan prinsip pemakaian frekwensi tunggal dengan pembagian waktu pengiriman menjadi slot-slot yang berbeda untuk setiap remote station

Pada saat tidak melakukan komunikasi , Remote station memancarkan dan menerima informasi pada periode waktu yang cukup pendek / Burst

Sistem ini di terapkan pada perangkat IRT (Fixed) dan DAMPS (Mobile)

Amplitudo

Timet1 t2 t3 tn

Guard Time

Page 96: Iht dasar transmisi

96

11.8 FDMA - TDMA Teknik TDMA/FDMA merupakan gabungan dari teknik TDMA / FDMA ,

teknik ini menggunakan beberapa pasang kanal frekwensi radio (FDMA) yang mana pada setiap kanal frekwensi radio tersebut dibagi-bagi menjadi beberapa slot waktu (TDMA)

Penerapan FDMA - TDMA Fixed Station

Ultraphone Mobile Station

Cellular Amplitudo

Frequencyf1 f2 f3 f1’ f2’ f3’

Time

Page 97: Iht dasar transmisi

97

11.9 TDD - FDMA TDD = Time Division Duplex TDD adalah teknik yang memungkinkan sebuah frequency dapat

digunakan sekaligus sebagai frekwensi kirim dan frekwensi terima TDD dilakukan dengan cara membagi satu frekwensi menjadi dua

time slot untuk kirim dan terima Dengan teknologi TDD maka kapasitas kanal dengan teknik FDMA

menjadi dua kali lipat Diterapkan pada sistem CT-2 (Cordless Telephone - 2)

Amplitudo

Frequencyf1 f2 f3 f4 f5 fn

TimeTX RX

Page 98: Iht dasar transmisi

98

11.10 TDMA/TDD/FDMA Teknologi ini merupakan pengembangan dari

teknologi TDD/FDMA Diterapkan pada sistim DECT (Digital European

Cordless Telephone)

Amplitudo

Frequencyf1 f2 f3 f4 f5 fn

TimeTX1 RX1 TX2 RX2

Page 99: Iht dasar transmisi

99

11.11 CDMA (Code Division Multiplex Access)

Teknik CDMA disebut juga sebagai teknik spread spectrum (tersebar) , karena menggunakan spectrum frekwensi yang lebih lebar dibandingkan dengan rate informasi yang dikirimkan

CDMA dilakukan dengan dua metoda , yaitu : Metoda direct sequence CDMA (DS-CDMA) , dan Metoda Frequency Hopping CDMA (FH-CDMA) Seluruh remote station yang ada mengirimkan dan

menerima informasi ke central station pada lebar bidang frekwensi dan time slot yang sama

Pengenalan link setiap remote station dilakukan dengan cara melihat kode urutan “Pseudo-Noise Sequence”

Kebal thd Jamming dan Interference

Page 100: Iht dasar transmisi

100

DS-CDMA dilakukan dengan cara mengalikan data informasi yang dikirimkan dengan deretan Pseudo Noise Sequence , dan pada bagian terima data informasi dapat dikenali dengan mengalikan spread spectrum tsb dengan PN Sequence yang berpola sama

FH-CDMA dilakukan dengan mengatur synthesizer frekwensi pemancar dengan PN Sequence sehingga frekwensi carrier akan meloncat-loncat dengan pola loncatan sesuai dengan PN Sequence yang sama

Digunakan pada sistem Fixed dan Cellular telephone

Amplitudo

Frekwensi

Time

Page 101: Iht dasar transmisi

Harian : Pemeriksaan yang sifatnya phisik.Misalnya : *> Pemeriksaan kebersihan ruangan &

perangkat *> Pemeriksaan alarm & lampu-lampu

indikatorMingguan : Pembersihan phisikMisalnya : *> Pembersihan ruangan & perangkat *> Meter Reading (penggunaan VU Meter)Bulanan : Pengecekan saluran phisikMisalnya : *> Kelenturan fiber optik (KU) *> Tiang & accessories KU *> Pembabatan pohon & alang-alang sekitar

rute *> Pengecekan pipa, pondasi untuk rute KT

*> Pemeriksaan kondisi man-hole, hand-hole dll.

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO)

PEMELIHARAAN

Page 102: Iht dasar transmisi

Tahunan : Pemeriksaan kualitas sistem (over all test)

Misalnya : *> Pengukuran : - Output Power

- Receive Sensitivity Level- Bit Error Rate (BER)- Power Suplly

*> Pengetesan :- Fungsi Software & Hardware- Supervisory & Control

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO)

PEMELIHARAAN

Page 103: Iht dasar transmisi

Harian : Pemeriksaan yang sifatnya phisik.Misalnya : *> Pemeriksaan kebersihan ruangan &

perangkat *> Pemeriksaan alarm & lampu-lampu

indikator

Mingguan : Pembersihan phisikMisalnya : *> Pembersihan ruangan & perangkat *> Meter Reading (penggunaan VU Meter)

Bulanan : Setting hasil pengukuran Meter ReadingMisalnya : *> Pengukuran AGC Volt *> Pengukuran Tx Power *> Pengukuran Power Supply

PEMELIHARAAN RADIO LINK DIGITAL

Page 104: Iht dasar transmisi

Tahunan : Pemeriksaan kualitas sistem (over all test)Misalnya : *> Pengukuran : - Output Level Local Oscillator

- Level & Frequency IF- Output Power RF- AGC Characteristic- Bit Error Rate (BER)- Power Suplly

*> Pengecekan Menara/ Tower :- Lampu Tower- Pemeriksaan phisik & pengecatan- Pengencangan baut/ mur

PEMELIHARAAN RADIO LINK DIGITAL