idul fitri berbeda? - · pdf filedosen iain walisongo semarang dul fitri sekarang mengapa...

Download Idul Fitri Berbeda? - · PDF fileDosen IAIN Walisongo Semarang DUL FITRI sekarang mengapa berbeda? Mengapa selalu berbeda? Mengapa tidak bisa disatukan? Kapan selesainya perbedaan

If you can't read please download the document

Upload: letruc

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Idul Fitri Berbeda? Oleh : Dr Ahmad Izzuddin

    Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Falak Indonesia,

    Anggota Badan Hisab Rukyah Kemenag RI,

    Dosen IAIN Walisongo Semarang

    DUL FITRI sekarang mengapa berbeda? Mengapa selalu berbeda? Mengapa tidak

    bisa disatukan? Kapan selesainya perbedaan ini? Demikianlah pertanyaan-

    pertanyaan klasik, namun selalu aktual yang selalu muncul di tengah-tengah

    masyarakat ( awam ) Muslim Indonesia menjelang berakhirnya bulan Ramadhan. Hal

    ini tidak lain karena di Indonesia memang sudah sering terjadi perbedaan berhari raya

    Idul Fitri. Berbeda dengan negara lain yang tidak pernah terjadi perbedaan. Mengapa

    demikian?

    Melalui tulisan ini, penulis memaparkan mengapa di Indonesia dalam penetapan Idul

    Fitri masih sering terjadi perbedaan? Bagaimana dengan penetapan Idul Fitri 1432 H,

    ( sekarang ini ) terjadi perbedaan ataukah tidak? Pemaparan ini kiranya sangat

    membantu dalam menumbuhkan keyakinan ( bahkan secara ainul yakin ) dalam

    menjalankan ibadah. Di samping itu, dengan memahami sebab perbedaan, jika terjadi

    perbedaan kiranya akan dapat menumbuhkan sikap menghargai -- sikap toleransi

    ( tasammuh ) -- dalam berhari raya.

    Berdasarkan pemahaman hadis, penetapan awal Ramadan dan Syawal: "Berpuasalah

    kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Apabila tertutup

    awan, maka sempurnakanlah ( 30 hari )," secara makro melahirkan dua aliran, yakni

    aliran rukyat dan aliran hisab.

    Dalam permasalahan hisab rukyat ada aliran Asapon dan ada aliran Aboge. Di

    Indonesia banyak muncul aliran dalam hisab rukyat.

    Di antaranya, (1) Aliran Aboge, yakni aliran yang berpedoman pada tahun jawa lama

    dengan ketetapan tahun alif jatuh pada hari Rabu wage sebagaiman diikuti oleh

    masyarakat Muslim dusun Golak Ambarawa Jawa Tengah.

    (2) Aliran Asapon, yakni aliran yang berpedoman pada kalender Jawa Islam yang sudah

    diperbaharui , yang diikuti keraton Yogyakarta.

    (3) Aliran Rukyah dalam satu negara ( rukyatul hilal fi wilayatil hukmi ). Aliran ini

    berpegang pada hasil rukyat yang dilakukan setiap akhir bulan ( tanggal 29 ), jika

    berhasil merukyat, maka hari esoknya sudah masuk tanggal satu, sedangkan jika tidak

    berhasil maka harus diistikmalkan ( disempurnakan 30 hari ) dan hisab hanya sebagi

    alat bantu dalam melakukan rukyat. Aliran ini, dipegang oleh Nahdlatul Ulama.

    (4) Aliran Hisab Wujudul Hilal, prinsipnya jika menurut perhitungan ( hisab ) hilal

    sudah dinyatakan di atas ufuk, maka hari esoknya sudah dapat ditetapkan sebagai

    tanggal satu tanpa harus menunggu hasil rukyat. Aliran ini yang dipakai oleh

    I

  • 2

    Muhammadiyah.

    (5) Aliran Rukyah Internasional ( Rukyah Global ). Aliran ini berprinsip di mana pun

    tempat di muka dunia ini, jika ada yang menyatakan berhasil melihat hilal, maka waktu

    itu pula mulai tanggal satu dengan tanpa mempertimbangkan jarak geografisnya. Aliran

    ini diikuti oleh Hizbut Tahrir.

    (6) Aliran Hisab Imkanurrukyah, yakni penentuan awal bulan berdasarkan hisab yang

    memungkinan untuk dilakukan rukyat. Aliran inilah yang dipegangi pemerintah.

    (7) Aliran mengikuti Makkah, di mana penetapannya atas dasar kapan Makkah

    menetapkannya.

    (8) Aliran rukyat Air Pasang oleh golongan an-Nadir Gua Sulawesi Selatan.

    Namun demikian, yang populer di kalangan masyarakat awam Indonesia adalah aliran

    rukyah yang dipegangi Nahdlatul Ulama, aliran Hisab Wujudul Hilal yang dipegangi

    Muhammadiyah dan aliran Hisab Imkanurrukyah yang dipegangi pemerintah. Bahkan,

    ketiga aliran itulah yang mewarnai fenomena perbedaan penetapan awal Ramadhan,

    Syawal, dan Dzulhijah yang sering membingungkan masyarakat awam.

    Menurut perhitungan hisab hakiki kontemporer yang diakui keakuratannya, ijtimak

    ( konjungsi ) matahari dan bulan akhir Ramadhan 1432 terjadi pada hari Senin wage,

    29 Agustus 2011 / 29 Ramadhan 1432 pada pukul 10.04. 17.75 WIB. Situasi pada saat

    gurub di Pantai Pelabuhan Ratu: matahari terbenam pada pukul 17. 54. 26 WIB,

    ketinggian hilal mar'i +01 derajat 53 menit dua detik.

    Untuk seluruh wilayah Indonesia, dari Merauke sampai Sabang ketinggian hilal mar'i

    masih di bawah dua derajat. Namun, dari data hisab di banyak kalender ada yang

    menyatakan hilal sudah di atas dua derajat. Penulis menduga para hasib yang

    mencantumkan data ketinggian hilal sudah di atas dua derajat menggunakan metode

    taqribi.

    Dari data hisab tersebut jelas bahwa aliran hisab dalam posisi "aman", sedangkan

    rukyatul hilal dalam posisi "rawan". Mengapa demikian? Karena dengan data hisab

    tersebut, maka secara gamblang aliran Hisab Wujudul Hilal yang dipegangi

    Muhammadiyah akan berani langsung menetapkan bahwa 1 Syawal 1432 H jatuh pada

    hari Selasa kliwon, 30 Agustus 2011 karena menurut perhitungan ( hisab ), hilal sudah

    ada yang di atas ufuk.

    Sedangkan Nahdlatul Ulama dengan dasar rukyatul hilal fi wilayatil hukmi , harus

    menunggu hasil rukyatul hilal yang dilaksanakan pada hari Senin wage, 29 Ramadhan

    1432 yang bertepatan 29 Agustus 2011. Dengan data hisab ketinggian hilal mar'i dalam

    ketinggian yang "rawan", yakni masih di bawah dua derajat, maka kiranya sangat sulit

    untuk berhasil melihat hilal, apalagi menurut ramalan BMG , seluruh Indonesia pada

    saat itu dalam kondisi mendung.

    Sehingga kemungkinan hilal bisa dirukyat sangatlah kecil sekali, apalagi secara tradisi

    dan secara ilmiah ketinggian hilal di bawah dua derajat tidak mungkin bisa dilihat.

  • 3

    Oleh karena itu, jika tidak berhasil melihat hilal, maka tentunya Nahdlatul Ulama akan

    menentukan 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari Rabu legi, 31 Agustus 2011, dengan

    menyempurnakan bulan puasa Ramadan 30 hari .

    Begitu pula pemerintah, jika memang konsisten dengan prinsip Hisab Imkanurrukyah,

    maka tentunya menunggu hasil rukyatul hilal terlebih dahulu. Apalagi, kalau

    pemerintah mendasarkan pada kriteria Hisab Imkanurrukyah "tradisi Indonesia", yakni

    ketinggian minimal dua derajat, hilal baru dapat berhasil dilihat, maka dengan data

    hisab tersebut di atas, tentunya pemerintah akan "berani" menetapkan 1 Syawal 1432

    H jatuh pada hari Rabu legi, 31 Agustus 2011.

    Sebagai masyarakat awam sebaiknya mengikuti penetapan pemerintah, mengingat

    pemerintah dalam penetapan selalu merujuk pada hasil musyawarah Badan Hisab

    Rukyah yang beranggotakan para pakar dalam bidang keilmuan terkait yang objektif

    ilmiah. Lebih baik tunggu pengumuman sidang isbat pe merintah tentang 1 Syawal

    1432 yang akan dilaksanakan pada hari Senin malam Selasa, 29 Agustus 2011.

    Sumber : Opini, Republika, Kamis , 25 Agustus 2011 | 25 Ramadhan 1432 H

    Jalan Kehidupan | http://jalmilaip.wordpress.com/agama/ramadhan/