identifikasi kelelawar (ordo chiroptera) …...didasarkan pada karakter morfologi. analisis data...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
IDENTIFIKASI KELELAWAR (ORDO CHIROPTERA)
DI GUA TOTO DAN LUWENG TOTO KABUPATEN
GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh:
Euis Inayati
NIM. M0407032
JURUSAN BIOLOGI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian
saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan
maka gelar kesarjanaan yang telah
diperoleh dapat ditinjau dan/atau
dicabut.
Surakarta, September
2012
Euis Inayati
NIM. M0407032
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
IDENTIFIKASI KELELAWAR (ORDO CHIROPTERA)
DI GUA TOTO DAN LUWENG TOTO KABUPATEN
GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA
Euis Inayati
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
ABSTRAK
Gua Toto dan luweng Toto merupakan sebagian gua di kawasan karst
Gunung Kidul yang dihuni kelelawar. Penelitian mengenai identifikasi kelelawar
di kawasan karst di Pulau Jawa masih sangat terbatas. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui jenis kelelawar yang ada di gua Toto dan luweng Toto
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan di Gua Toto dan luweng Toto, Desa Wedi Utah,
Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta pada bulan Februari-
November 2011. Koleksi kelelawar dilakukan menggunakan mistnet yang
dipasang di mulut gua, sebanyak empat kali ulangan. Identifikasi kelelawar
didasarkan pada karakter morfologi. Analisis data menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Untuk penentuan jauh dekatnya hubungan kekerabatan
dilakukan dengan metode taksonomi numerik.
Di gua Toto ditemukan tiga spesies, yaitu Miniopterus sp., Hipposideros
diadema, dan Rhinolophus canuti, sedangkan luweng Toto ditemukan 2 spesies,
yaitu Megaderma spasma dan Nycteris javanica. Hubungan kekerabatan terdekat
berdasarkan persamaan karakter morfologi terdapat antara Rhinolophus canuti
dengan Hipposideros diadema, sedangkan hubungan kekerabatan terjauh terdapat
antara Hipposideros diadema dengan Nycteris javanica dan Hipposideros
diadema dengan Miniopterus sp.
Kata kunci: Gua Toto dan Luweng Toto, Karst, Keanekaragaman Hayati,
Kelelawar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
IDENTIFICATION OF BAT (ORDER CHIROPTERA) IN THE CAVE OF
TOTO AND LUWENG TOTO OF GUNUNG KIDUL REGENCY-
YOGYAKARTA
Euis Inayati
Biology department, Faculty of Mathematic and Natural Science
Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
The Cave of Toto and Luweng (deep hole) of Toto is a part of caves in the
area Gunung Kidul Geo which are inhabited by bats. This research regarding to
bats identification in Geo of Java Island is still limited. The aim of this research is
to know some kinds of bats which are inhabited in the cave of Toto and luweng
Toto in Gunung Kidul Regency of Yogyakarta.
This research was performed in the cave of Toto and luweng Toto in the
village of Wedi Utah, District of Semanu, Gunung Kidul Regency-Yogyakarta on
in February up to November 2011. Collection of bats was performed by mistnet
which are arranged in the mouth of the cave, it was reviewed for four times. Bat
identification is based on character of morfology. Data analysis used is
qualitative-descriptive approach. The method of Taxsonomy numeric is used for
determining the relation of descent.
Three species of bat were found in the cave of Toto, they are Miniopterus
sp., Hipposideros diadema and Rhinolophus canuti, while in luweng Toto two
species were found, they are Megaderma spasma and Nycteris Javanica. The
nearest relation of descent based on the similarity of character of morfology are
among Rhynolophus canuti and Hipposideros diadema, while the furthest relation
of descent are among Hipposideros diadema and Nycteris Javanica, and
Hipposideros diadema and Miniopterus sp.
Keywords: Cave of Toto and Luweng (deep hole) of Toto, Geo, Bat, Biodiversity.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan
sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kami berharap (QS. Al Insyiroh: 6-8)
Aku adalah aku
Tak peduli apa yang orang lain katakan tentang diriku
Aku akan tetap menjadi aku
Be my self and get the best for my self
-Euis-
Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya
-Anonim-
Safety first…then go wild!
-Garry K. Smith-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya yang sangat sederhana ini saya persembahkan untuk
mama dan bapak tercinta
Dan untuk seseorang yang telah mengorbankan seluruh
waktunya….
kehidupan pribadinya…
bahkan meninggalkan skripsinya…
terima kasih…
Hanafi Eko Prasetyo
Skripsi ini hanya untukmu walaupun tak kan pernah
menggantikan skripsimu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta
penyusunan skripsi dengan judul: “Identifikasi Kelelawar (Ordo Chiroptera) di
Gua Toto dan Luweng Toto Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta” yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Selama melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapat banyak masukan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang
sangat bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Mama dan bapak tercinta yang telah memberikan dukungan, materi,
semangat, kasih sayang, dan do’anya untuk kelancaran studi penulis.
Bapak Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., (Hons)., Ph.D., selaku
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta yang telah memberikan izin penelitian untuk keperluan skripsi.
Bapak Dr. Agung Budiharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta serta pembimbing I yang telah memberikan izin penelitian, bimbingan,
petunjuk, dan saran-sarannya sebelum penelitian sampai selesainya penyusunan
skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Bapak Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi ini.
Ibu Dra. Noor Soesanti Handajani, M.Si., selaku penguji I yang telah
memberikan saran-saran yang positif pada penyusunan skripsi ini.
Bapak Dr. Sunarto, M.S., selaku pembimbing akademik serta penguji II
yang telah memberikan saran-saran yang positif pada penyusunan skripsi ini dan
masukan yang sangat berarti bagi kelancaran studi akademik penulis.
Hanafi Eko Prasetyo yang telah membantu banyak, baik materi, tenaga,
pikiran, waktu, perhatian, do’a, semangat, dan semuanya telah dicurahkan demi
kelancaran skripsi ini.
Siti Annisa Amalia yang telah merelakan waktunya untuk membantu pada
saat pengambilan sampel, meminjamkan alat untuk keperluan sampling, perizinan
dan masih banyak lagi bantuan yang telah diberikan demi kelancaran skripsi ini.
Bapak ketua desa Wedi Utah, yang telah mengizinkan dan merelakan
rumahnya kami jadikan basecamp.
Mas Topan Cahyono, S.Si., yang telah meminjamkan naskah skripsinya
bertahun-tahun kepada penulis sejak penyusunan proposal sampai selesainya
penyusunan skripsi ini.
Evi Irina, Evi Rosiana, Mas Cepot, Mas Kaspo, Priska, Hafiz, Fajar, dan
kawan-kawan Matalabiogama Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada yang
telah membantu pengambilan sampel kelelawar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Kawan-kawan Biologi 2007 yang telah memberikan bantuan berupa
dukungan, semangat, perhatian, dan do’anya dalam penyelesaian skripsi ini.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan
penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan
sangat membantu. Semoga skripsi ini bias bermanfaat bagi kita semua dan pihak-
pihak terkait.
Surakarta, September 2012
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. ii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………. iii
ABSTRAK………………………………………………………………... iv
ABSTRACT………………………………………………………………. v
MOTTO…………………………………………………………………... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xv
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………. xvi
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………... 1
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 2
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 2
D. Manfaat Penelitian………………………………………………... 2
BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………… 4
A. Tinjauan Pustaka………………………………………………….. 4
1. Biologi Kelelawar…………………………………………….. 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
a. Klasifikasi Kelelawar……………………………………... 4
b. Morfologi…………………………………………………. 5
2. Gua……………………………………………………………. 9
B. Kerangka Pemikiran………………………………………………. 9
BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………. 11
A. Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………….. 11
B. Alat dan Bahan……………………………………………………. 11
C. Cara Kerja………………………………………………………… 12
D. Analisis Data……………………………………………………… 16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………… 18
A. Jenis-Jenis Kelelawar di Gua Toto dan Luweng Toto……………. 19
B. Analisis Kekerabatan Fenetik Jenis-Jenis Kelelawar di Gua Toto
dan Luweng Toto………………………………………………….
20
BAB V. PENUTUP………………………………………………………. 23
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 23
B. Saran……………………………………………………………… 23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 24
LAMPIRAN……………………………………………………………… 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis-Jenis Kelelawar yang Terdapat di Gunung Kidul………… 19
Tabel 2. Ukuran Tubuh Luar Kelelawar Gua Toto………………………. 27
Tabel 3. Ukuran Tubuh Luar Kelelawar Luweng Toto………………….. 28
Tabel 4. Ukuran Tengkorak Kelelawar Gua Toto……………………….. 29
Tabel 5. Ukuran Tengkorak Kelelawar Luweng Toto…………………… 29
Tabel 6. Deskripsi Karakter……………………………………………… 33
Tabel 7. Tabulasi Karakter Taksonomi…………………………………... 35
Tabel 8. Indeks Similaritas……………………………………………...... 36
Tabel 9. Data Pengambilan Sampel……………………………………... 37
Tabel 10. Tests of Between-Subjects Effects Ukuran Tengkorak…………. 38
Tabel 11. Tests of Between-Subjects Effects Ukuran Tubuh……………… 41
DAFTAR GAMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Halaman
Gambar 1. Morfologi Kelelawar……………………………………… 5
Gambar 2. Kerangka Pemikiran……………………………………… 10
Gambar 3. Tree Plot Indeks Similaritas 5 Spesies Kelelawar di Gua
Toto dan Luweng Toto……………………………………
20
Gambar 4. Hidung yang Kompleks pada Famili Rhinolophidae……... 44
Gambar 5. Selaput Kulit Antar Paha Famili Vespertilionidae……….. 45
Gambar 6. Ujung Ekor Berbentuk Huruf T pada Famili Nycteridae… 46
Gambar 7. Bagian Hidung Famili Hipposideridae…………………… 47
Gambar 8. Peta Lokasi Penelitian…………………………………….. 49
Gambar 9. Peta Gua Toto…………………………………………….. 50
Gambar 10a. Rhinolophus canuti……………………………………….. 51
Gambar 10b. Megaderma spasma…………………………………......... 51
Gambar 10c. Hipposideros diadema …………………………………… 51
Gambar 10d. Miniopterus sp…………………………………………..... 51
Gambar 10e. Nycteris javanica………………………………………..... 51
Gambar 11. Mulut Gua Toto…………………………………………... 52
Gambar 12a. Mulut Luweng Toto Horizontal…………………………... 52
Gambar 12b. Mulut Luweng Toto Vertikal……………………………... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Ukuran Tubuh Luar Kelelawar…………………………… 27
Lampiran 2. Ukuran Tengkorak Kelelawar…………………………….. 29
Lampiran 3. Numerasi Karakter Taksonomi…………………………… 30
Lampiran 4. Deskripasi Karakter………………………………………. 33
Lampiran 5. Tabulasi Karakter Taksonomi…………………………….. 35
Lampiran 6. Indeks Similaritas………………………………………… 36
Lampiran 7. Data Sampling……………………………………………. 37
Lampiran 8. Tests of Between-Subjects Effects Ukuran Tengkorak……. 38
Lampiran 9. Tests of Between-Subjects Effects Ukuran Tubuh………… 41
Lampiran 10. Deskripsi Jenis Kelelawar………………………………… 44
Lampiran 11. Kunci Identifikasi Kelelawar di Gua Toto dan Luweng
Toto………………………………………………………..
48
Lampiran 12. Peta Lokasi Penelitian…………………………………….. 49
Lampiran 13. Peta Gua Toto…………………………………………….. 50
Lampiran 14. Foto Penelitian……………………………………………. 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Kepanjangan
C1-C
1 Lebar gigi taring atas
C1-M
3 Panjang baris gigi atas dari ujung belakang gigi geraham ketiga
sampai bagian depan gigi taring
C1-M3 Panjang baris gigi bawah dari ujung belakang gigi geraham ketiga
sampai bagian depan gigi taring
cc centimeter cubic
CCL Condylocanine Length
dsb dan sebagainya
E Ear
FA Forearm
GSL Greatest Skull Length
HB Head and Body
HF Hindfoot
km kilometer
M3-M
3 Lebar geraham ketiga atas
mdpl meter diatas permukaan laut
mm milimeter
NTSys Numerical Taxonomy System
ºC derajat celcius
sp. spesies
SPSS Statistical Package for the Social Sciences
STO Satuan Taksonomi Operasional
T Tail
Tb Tibia
WIB Waktu Indonesia bagian Barat
ZB Zygomata Bold
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
111111sff
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis posisi Indonesia
sangat strategis, yaitu diapit oleh dua benua dan dua samudra sehingga
keanekaragaman hayatinya sangat tinggi. Terkait dengan keanekaragaman
kelelawar, Indonesia memiliki 21% spesies dari total keseluruhan spesies
kelelawar yang telah diketahui di dunia, terdiri dari 9 famili dan 52 genus
kelelawar (Suyanto, 2001).
Kelelawar sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Indonesia karena
peranannya sebagai pemencar biji buah-buahan, penyerbuk bunga tumbuhan
bernilai ekonomi, pengendali hama serangga, penghasil pupuk guano dan
tambang fosfat di gua (Suyanto, 2001). Selain itu, kelelawar tidak hanya makan,
tetapi juga berperan memancarkan biji beragam tanaman seperti sawo, srikaya,
jamblang, dan cendana ke berbagai daerah, sebab daya jelajah kelelawar hingga
radius 60 km (Pramono, 2011).
Habitat kelelawar adalah di dalam gua, batu karang, pepohonan, dan alam
terbuka (Sudartin, 2009). Kelelawar yang tinggal di dalam gua, 20% pemakan
buah, dan lebih dari 50% pemakan serangga (Suyanto, 2001).
Indonesia memiliki kawasan karst yang sangat luas. Penelitian mengenai
fauna karst dan gua di Jawa masih sangat minim (Deharveng and Bedos, 2000;
Deharveng, 2003), dibandingkan dengan jumlah gua yang sudah terdata dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
211111sff
terpetakan. Dengan demikian, penelitian inventarisasi dan keragaman fauna di
kawasan karst sangat perlu dilakukan, mengingat data mengenai biodiversitas
fauna masih terbatas, di sisi lain laju tekanan terhadap ekosistem ini semakin
meningkat, hingga dikhawatirkan banyak jenis yang tidak bisa bertahan akan
punah sebelum diketahui keberadaannya.
Salah satu gua di Gunung Kidul yang merupakan habitat kelelawar adalah
gua Toto dan luweng Toto yang berada di wilayah karst Gunung Kidul,
Yogyakarta. Kelelawar di wilayah ini belum banyak diteliti secara mendalam
mengenai keragaman jenisnya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana jenis dan hubungan kekerabatan antar spesies kelelawar di gua
Toto dan luweng Toto Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kelelawar dan hubungan
kekerabatan antar spesies kelelawar yang ada di gua Toto dan luweng Toto
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini diharapkan memiliki manfaat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
311111sff
1. Sebagai informasi dan bahan referensi berupa database yang berisi
klasifikasi taksonomi kelelawar terhadap upaya konservasi dan
pelestarian mamalia bersayap di gua Toto dan luweng Toto.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan gua
Toto dan luweng Toto dalam bidang pariwisata, pertanian, dsb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
411111sff
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Biologi Kelelawar
a. Klasifikasi Kelelawar
Secara taksonomi kelelawar dapat dituliskan Koopman dan
Jones (1970), dalam klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Infraclass : Eutheria
Super-ordo: Laurasiatheria
Ordo : Chiroptera
Kelelawar terbagi dalam dua sub-ordo, yaitu kelelawar
pemakan serangga (Microchiroptera) dan kelelawar pemakan buah
(Megachiroptera). Megachiroptera terdiri dari satu famili yaitu
Pteropodidae, 42 genus, dan 175 spesies. Microchiroptera terdiri dari
16 famili, 145 genus, dan 788 spesies (Corbet & Hill, 1992).
Indonesia memiliki 21% dari jumlah kelelawar yang sudah
diketahui di dunia. Setidaknya ada 92 spesies kelelawar tersebar di
Kalimantan (Suyanto, 2001), 91 spesies kelelawar tersebar di Papua
dengan 19 spesies endemik (Pattiselanno, 2003), dan 21 spesies
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
511111sff
tersebar di Sulawesi dengan 3 spesies endemik (Bergmans et al.,
1988).
Secara umum, kelelawar hidup secara berkelompok namun ada
juga yang hidup sendiri (Suyanto, 2001). Kelelawar menghabiskan
setengah hidupnya di tempat bertenggernya. Kelelawar lebih banyak
hidup di dalam gua, karena di dalam gua memiliki iklim mikro yang
stabil, kondisi cahaya yang stabil, dan dapat membuat koloni yang
besar (Clements et al., 2006).
b. Morfologi
Gambar 1. Morfologi kelelawar (Anonim, 2011)
Kelelawar termasuk ordo Chiroptera yang terdiri dari dua sub-
ordo yaitu Megachiroptera dan Microchiroptera. Megachiroptera
umumnya berukuran relatif besar, telinga tidak memiliki
tragus/antitragus, mempunyai cakar pada jari sayap kedua, dan terdiri
dari dua tulang jari. Microchiroptera umumnya berukuran kecil, telinga
memiliki tragus/antitragus, jari sayap kedua tidak bercakar dan tidak
memiliki tulang jari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
611111sff
Menurut Suyanto (2001), beberapa karakter yang dipakai untuk
identifikasi jenis-jenis kelelawar yaitu:
1) Cakar jari kedua
Ada beberapa jenis kelelawar yang memiliki cakar pada
jari kedua, terutama famili Pteropodidae, tetapi kebanyakan
kelelawar tidak memiliki ciri ini.
2) Rambut
Pada jenis-jenis kelelawar tertentu rambut sangat jarang
atau bahkan gundul, namun ada juga yang rambutnya sangat
lebat. Warna rambut juga dapat membantu dalam identifikasi,
meskipun tidak berlaku untuk semua jenis kelelawar.
3) Selaput kulit
Selaput kulit yang diperhatikan terutama selaput kulit
antar paha. Selaput kulit pada Microchiroptera (kecuali famili
Rhinopomatidae) sangat berkembang, sedangkan selaput kulit
pada Megachiroptera kurang berkembang. Selaput kulit antar
paha ini berlekatan dengan ekor atau tulang ekor. Pelekatan
dapat terjadi seluruhnya atau sebagian kecil saja. Kelelawar
yang memiliki selaput kulit antar paha umumnya memiliki ekor
yang relatif pendek, sedangkan kelelawar yang tidak memiliki
selaput kulit antar paha ataupun selaput kulit antar pahanya
belum berkembang dengan baik, memiliki ekor yang relatif
panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
711111sff
4) Ekor
Ada atau tidak adanya ekor juga dapat membantu
identifikasi.
5) Telinga
Selain ukuran dan bentuk daun telinga, bagian telinga
yang perlu diperhatikan adalah tragus atau antitragus. Tragus
adalah suatu bagian yang menonjol dari dalam daun telinga,
berbentuk seperti tongkat. Antitragus adalah suatu bagian yang
menonjol dari luar daun telinga, bentuknya bundar atau tumpul.
6) Bentuk hidung
Beberapa kelelawar mempunyai hidung yang berbentuk
tabung.
7) Lipatan kulit sekitar lubang hidung (Noseleaf)
Jenis kelelawar tertentu, terutama famili Rhinolophidae
dan Hipposideridae memilliki bagian khusus pada wajah,
terutama disekitar lubang hidung, yang disebut daun hidung.
Pada jenis-jenis kelelawar lain, daun hidungnya sangat
sederhana, berupa lipatan kulit yang kecil tunggal dan tumbuh
di ujung moncong saja.
8) Gigi
Seperti halnya mamalia lain, gigi kelelawar terdiri dari
dua set gigi sepanjang hidupnya, yaitu gigi susu dan gigi
permanen. Pada megachiroptera biasanya memiliki tonjolan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
811111sff
geraham yang tumpul, sedangkan microchiroptera memiliki
tonjolan yang runcing dan pola permukaan kunyah yang
menyerupai huruf w.
9) Rigi palatum
Rigi palatum adalah tonjolan kulit pada langit-langit.
Ada tiga tipe, yang depan berupa garis-garis yang tidak
terputus, yang tengah berupa garis-garis yang terputus, dan
yang belakang berupa garis-garis yang tidak terputus
menyerupai busur.
10) Penebalan kulit
Pada beberapa jenis kelelawar ada penebalan kulit pada
pada pangkal ibu jari sayap dan telapak kaki yang selanjutnya
disebut bantalan kulit.
11) Tengkorak
Ciri pada tengkorak juga penting dalam menentukan
jenis kelelawar. Ciri ini terutama berupa ada atau tidak adanya
processuss postorbitalis yaitu tonjolan tulang dahi di belakang
mata, tonjolan pada tulang pipi yang disebut processuss
zygomaticus postorbitalis, dan lekukan garis wajah dan dahi.
Ukuran tengkorak juga dapat membantu dalam identifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
911111sff
12) Panjang ruas jari akhir
Pada anggota genus Miniopterus panjang ruas akhir
(kedua) jari sayap nomor tiga hampir tiga kali panjang ruas jari
pertama.
13) Ukuran tubuh luar
Ukuran tubuh luar dapat membantu dalam identifikasi.
Ukuran ini biasanya dalam milimeter.
2. Gua
Ciri khas gua terletak pada kondisi lingkungan yang berbeda dengan
lingkungan di luar gua. Kondisi yang khas di dalam gua yaitu tidak adanya
cahaya, kelembaban yang relatif tinggi, dan temperatur yang relatif stabil dari hari
ke hari. Namun pada lingkungan yang seperti ini masih dijumpai adanya
kehidupan salah satunya kelelawar (Wahyuni, 2006). Gua di daerah Gunung
Kidul memiliki potensi sebagai habitat berbagai jenis kelelawar (Septantri, 2006).
B. Kerangka Pemikiran
Gua Toto dan luweng Toto di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta,
merupakan salah satu gua yang menjadi habitat kelelawar. Kelelawar yang
terdapat di gua ini diidentifikasi menggunakan karakter morfologi, sehingga dapat
dibedakan antara spesies satu dengan spesies lainnya.
Karakter morfologi juga dapat digunakan untuk mengetahui keragaman
jenis kelelawar dan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar spesies yang
dijumpai di Gua Toto dan Luweng Toto. Semakin banyak kesamaan karakter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1011111sff
morfologi antara spesies satu dengan spesies lain, maka semakin dekat hubungan
kekerabatan kedua spesies tersebut. Dengan membandingkan semua karakter
morfologi antara masing-masing spesies, maka didapatkan hubungan kekerabatan
jenis-jenis kelelawar di Gua Toto dan Luweng Toto. Data dari analisis keragaman
jenis dan hubungan kekerabatan ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
database kelelawar.
Gambar 2. Kerangka pemikiran
Gua Toto dan luweng Toto
sebagai daerah Karst
Fauna
Kelelawar
Karakter Morfologi
Hubungan kekerabatan
antar spesies
Keragaman jenis
kelelawar
Sumber informasi berupa
database kelelawar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1111111sff
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di gua Toto dan luweng Toto di Desa Wedi
Utah, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, pada Februari-
November 2011. Selain itu penelitian juga dilakukan di Laboratorium Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah mistnet, kantung blacu, dan sarung
tangan untuk sampling; higrometer, termometer, luxmeter, dan altimeter untuk
parameter lingkungan; jangka sorong untuk mengukur panjang bagian tubuh
kelelawar; suntikan untuk membius dan memfiksasi kelelawar; botol koleksi
untuk tempat kelelawar awetan basah; kertas label tahan air dan tinta tahan air
untuk label spesimen; botol pot plastik 20 cc dan 30 cc untuk tempat awetan
tengkorak kelelawar; dan alat bedah seperti skalpel, gunting bedah, dan pinset
untuk membuat awetan kering. Bahan penelitian untuk identifikasi kelelawar
adalah spesies kelelawar dari gua Toto dan luweng Toto dan alkohol 70%
untuk pengawetan kelelawar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1211111sff
C. Cara Kerja
Penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu:
1. Pengukuran Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan yang diukur meliputi suhu, kelembapan
udara, intensitas cahaya, serta keadaan hujan atau tidak hujan. Pertama
yang dilakukan adalah mencatat keadaan hujan atau tidak hujan, karena
hal ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Suhu udara diukur
dengan alat pengukur suhu yaitu termometer, intensitas cahaya dengan
menggunakan luxmeter, dan kelembapan udara dengan menggunakan
higrometer. Parameter ini diukur disekitar pemasangan mistnet (mulut
gua), yaitu ± 5 meter di luar mulut gua, di mulut gua, dan ± 5 meter di
dalam mulut gua.
2. Pengambilan Sampel di Lapangan
Alat penangkapan kelelawar yang digunakan adalah mistnet,
karena mulut gua relatif besar. Mistnet dipasang di mulut gua pada sore
hari (sekitar pukul. 17.00 WIB) dan pagi hari (sekitar pukul 05.00 WIB).
Mistnet dipasang pada sebagian mulut gua. Kelelawar yang tertangkap
mistnet dikeluarkan secara hati-hati dengan menggunakan sarung tangan
untuk menghindari resiko tergigit kelelawar. Kelelawar yang sudah
dikeluarkan kemudian dimasukkan ke dalam kantung blacu sebagai tempat
sementara sebelum diidentifikasi. Jenis yang berlainan di tempatkan dalam
kantung yang berbeda untuk menghindari perkelahian antar jenis. Mereka
biasanya saling menggigit sehingga badannya tidak utuh lagi. Kelelawar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1311111sff
juga sangat peka terhadap kebisingan, sehingga dalam pengambilan
sampel ini harus hati-hati dan tidak mengeluarkan suara-suara yang akan
membuat gaduh supaya kelelawar tidak lari ke tempat lain.
3. Penanganan Sampel di Lapangan
Dari kantung blacu kelelawar selanjutnya dimasukkan ke dalam
kantung plastik yang telah diberi kapas beralkohol 70% agar kelelawar
pingsan. Segera setelah kelelawar mati, diukur bagian tubuhnya yaitu
panjang badan, panjang ekor, panjang kaki belakang, panjang telinga,
panjang lengan bawah sayap, panjang betis serta pemberian label dari
bahan tahan air. Data lapangan, seperti lokasi, tanggal koleksi dan nama
kolektor dicatat. Selanjutnya mulut kelelawar disumpal kapas dan difiksasi
dengan menyuntik tubuh kelelawar dengan alkohol 70%. Selanjutnya,
kelelawar langsung dimasukkan ke dalam alkohol 70% untuk dikoleksi
secara langsung di lapangan.
4. Identifikasi Kelelawar
Identifikasi kelelawar dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas
Maret, Surakarta. Identifikasi dilakukan dengan mengamati bentuk wajah
dan ciri morfologi kelelawar tersebut. Dalam mencari identitas kelelawar,
digunakan kunci identifikasi kelelawar dan buku panduan Kelelawar di
Indonesia (Suyanto, 2001). Data morfometri tiap individu kelelawar
tersebut disesuaikan dengan data morfometri jenis kelelawar yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1411111sff
dalam buku identifikasi (Suyanto 2001) untuk mengetahui jenis kelelawar
yang ditemukan.
5. Pembuatan Awetan Basah
Langkah selanjutnya yang dilakukan sesampainya di laboratorium
untuk membuat preparat awetan basah yakni:
1. Spesimen yang berasal dari lapangan dapat langsung diidentifikasi.
2. Setelah dilakukan identifikasi kemudian tiap jenis dimasukkan ke
dalam botol koleksi yang berisi alkohol 70%.
3. Botol koleksi yang telah berisi spesimen kelelawar dan alkohol
70%, siap diberi label tahan basah yang ditulis dengan tinta tahan
air yang berisi nomor registrasi, jenis kelamin, lokasi, ketinggian
tempat (mdpl), tanggal koleksi dan kolektor.
6. Pembuatan Awetan Kering
Pembuatan awetan kering merupakan pembuatan awetan yang
memerlukan proses yang lebih kompleks lagi dibandingkan dengan
pembuatan awetan basah. Biasanya pembuatan awetan kering dimulai
dengan melakukan proses pengulitan (skinning), pembersihan lemak, dan
pengeringan.
7. Pembuatan Awetan Tengkorak
1. Setelah selesai menguliti spesimen, dilanjutkan dengan
membersihkan tengkorak dari daging dan otot yang melekat
dengan menggunakan skalpel dan pinset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1511111sff
2. Bagian otak dikeluarkan secara hati-hati dengan cara mengorek
bagian dalam tengkorak dengan menggunakan kawat pengumpil
yang tidak tajam.
3. Tengkorak yang telah bersih ditempatkan pada pot plastik
berukuran 20 cc atau 30 cc (sesuai besar tengkorak) dan diberi
label dan nomor pada tengkoraknya dengan tinta tahan air sesuai
dengan nomor pada badannya.
4. Tengkorak kemudian dikering anginkan, biasanya diletakkan
didepan kipas angin selama beberapa waktu atau dibiarkan begitu
saja pada suhu kamar.
Sebelum disimpan bersama-sama dengan kulitnya dalam lemari
koleksi, tengkorak diberi perlakuan temperatur yang sama seperti pada
kulit.
8. Penentuan Kekerabatan dengan Karakter Morfologi
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagi
berikut:
1. Penentuan Satuan Taksonomi (STO)
Sampel spesies yang mewakili setiap jenis kelelawar
diambil, yaitu diambil salah satu spesies kelelawar untuk masing-
masing spesies yang berbeda.
2. Pemilihan karakter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1611111sff
3. Pemilihan karakter taksonomi diusahakan sebanyak
mungkin menggunakan karakter morfologi. Karakter yang dipilih
diterapkan pada setiap STO.
4. Pemberian nilai karakter.
5. Karakter taksonomi yang telah dipilih diberi nilai dengan
angka 0 untuk jawaban tidak, dan 1 untuk jawaban ya.
6. Menentukan hubungan kekerabatan antar STO dilakukan
pengukuran indeks similaritas dengan menggunakan jarak
taksonomi menggunakan software NTSys ver.2.0.
D. Analisis Data
1. Keragaman Jenis
Analisis data keragaman jenis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif yaitu dengan cara memberikan penjelasan dan keterangan
mengenai hasil yang diperoleh dari pengambilan dan pengamatan sampel.
Teknik tersebut digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang ada
dalam pengamatan dan menghubungkan dengan teori yang melandasi data
yang diperoleh dalam penelitian. Dalam mencari identitas kelelawar
menggunakan literatur buku panduan Kelelawar di Indonesia (Suyanto,
2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1711111sff
2. Hubungan Kekerabatan
Penentuan jauh dekatnya hubungan kekerabatan dilakukan dengan
metode taksonomi numerik yang dapat dibagi ke dalam beberapa langkah,
yaitu sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data tentang karakter-karakter tiap spesimen
yang akan dibandingkan. Pemilihan karakter diusahakan
sebanyak mungkin.
b. Data beberapa karakter taksonomik dikodekan menurut
nilainya dengan menggunakan angka 0 untuk jawaban tidak,
dan 1 untuk jawaban ya.
c. Untuk menentukan hubungan kekerabatan antar genus
dilakukan pengukuran indeks similaritas dengan menghitung
persamaan karakter taksonomi antara 2 spesies dibagi
banyaknya karakter taksonomi yang digunakan dikali 100%.
d. Dari perhitungan jarak taksonomi, kemudian data yang
diperoleh diolah menggunakan software NTSys. Hasilnya
berupa sebuah diagram pohon (tree plot) jarak taksonomi.
e. Data yang diperoleh dari pengukuran morfologi tubuh dan
tengkorak kelelawar dianalisis dengan metode Tests of
Between-Subjects Effects menggunakan program SPSS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1811111sff
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gua Toto dan luweng Toto terletak di Desa Wedi Utah, Kecamatan
Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Mulut gua terletak pada
ketinggian 307 mdpl. Gua ini belum dikelola oleh pemerintah kabupaten
setempat, sehingga gua ini masih alami. Jarak antar kedua mulut gua ini cukup
dekat, hanya sekitar ± 50 meter.
Luweng Toto mempunyai dua mulut gua. Mulut pertama merupakan mulut
vertikal (Luweng) (lampiran 14, gambar 12b), dan mulut kedua berupa gua
horizontal (lampiran 14, gambar 12a). Kondisi lorong gua kering (phreatic), tidak
ada mata air maupun aliran sungai (Anonim, 2009).
Gua Toto mempunyai mulut gua relatif besar dengan ukuran lebar mulut
gua ± 10 meter, dan tinggi ± 5 meter (lampiran 14, gambar 11). Lorong gua
menurun yang kemudian berlanjut ke dalam lorong gua dengan sebuah aliran
sungai bawah tanah. (Anonim, 2009).
Kondisi kedua gua ini sangat lembap, yakni kelembapan mencapai 100%
dengan suhu berkisar antara 24-25º C di dalam gua. Pada saat mistnet dipasang
sekitar pukul 17.00 WIB intensitas cahaya di dalam gua 0 lux, di tempat
pemasangan mistnet (mulut gua) 40 lux, dan ±5 meter di luar mulut gua 55 lux.
Pintu masuk (mulut gua) ditutupi oleh pepohonan yang rimbun, jadi intensitas
cahaya di luar mulut gua pun sangat minim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1911111sff
A. Jenis-Jenis Kelelawar di Gua Toto dan Luweng Toto
Dari hasil sampling ditemukan 5 jenis kelelawar, 2 jenis dari luweng dan 3
jenis dari gua Toto. Dari kelima jenis tersebut masuk ke dalam 5 famili yang
berbeda.
Kelelawar di gua Toto dan luweng Toto apabila dibandingkan dengan
kelelawar yang biasa ditemukan di kawasan karst Gunung Kidul lebih beragam.
Karena 60% kelelawar yang ditemukan di kawasan karst Gunung Kidul
ditemukan juga di gua Toto, dan 20% ditemukan di luweng Toto (Tabel 1).
Tabel 1. Jenis-jenis kelelawar yang terdapat di Gunung Kidul
No. Spesies
kelelawar
Famili Gua
Toto
Luweng
Toto
Jenis yang paling
banyak di Karst
Gunung Kidul
1 Megaderma
spasma
Megadermatidae - √ -
2 Nycteris
javanica
Nycteridae - √ √
3 Miniopterus
sp.
Vespertilionidae √ - √
4 Rhinolophus
canuti
Rhinolophidae √ - √
5 Hipposideros
diadema
Hipposideridae √ - √
*Ket : √ = ada
- = tidak ada
Berdasarkan tabel 1, diperkirakan persebaran kelelawar di gua-gua karst
Gunung Kidul hampir sama. Karena jenis-jenis kelelawar itulah yang biasa hidup
di gua karst Gunung Kidul. Dari kelima jenis kelelawar, hanya Megaderma
spasma yang jarang ditemukan, dan berada di luweng Toto. Megaderma spasma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2011111sff
mungkin menyukai habitat yang kering, oleh karena itu jenis ini memilih luweng
Toto sebagai tempat hidupnya.
B. Analisis Kekerabatan Fenetik Jenis-Jenis Kelelawar di Gua
Toto dan Luweng Toto
Indeks similaritas terbesar adalah 81,8%, yakni antara Rhinolophus canuti
dengan Hipposideros diadema. Persamaan dari kedua spesies ini adalah 18
karakter, sedangkan perbedaannya hanya 4 karakter, yakni tulang jari kaki, warna
rambut, bentuk antitragus, dan ekor. Indeks similaritas terkecil adalah 36,4%,
yakni antara Hipposideros diadema dengan Nycteris javanica dan Miniopterus sp.
Persamaan karakter morfologi antara Hipposideros diadema dengan Nycteris
javanica dan Miniopterus sp . hanya 8 karakter, sedangkan perbedaannya
sebanyak 12 karakter dari 22 karakter yang dipakai. Di bawah ini disajikan tree
plot indeks similaritas 5 spesies kelelawar.
Gambar 3. Tree plot indeks similaritas 5 spesies kelelawar di Gua Toto
dan Luweng Toto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2111111sff
Tree plot di atas dapat membantu untuk memberikan informasi jauh
dekatnya hubungan antar spesies. Dari tree plot dapat dilihat bahwa hubungan
antara Rhinolophus canuti dan Hipposideros diadema sangat dekat dilihat dari
morfologinya. Kelima spesies ini masuk dalam 1 sub-ordo yang sama, yakni
Microchiroptera, karena persamaan habitat, yakni tinggal di dalam gua.
Kebanyakan kelelawar yang tinggal di dalam gua masuk dalam sub-ordo
Microchiroptera. Kelima spesies ini hanya dibedakan dalam familinya saja, yaitu
Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolophidae, dan
Hipposideridae. Dengan demikian keragaman kelelawar di gua dan luweng Toto
tinggi.
Hubungan antara spesies dengan ukuran morfologi kelelawar sangat kuat,
karena ukuran tubuh luar kelelawar dapat membantu dalam hal identifikasi. Oleh
karena itu ukuran morfologi sangat penting dalam identifikasi spesies. Hubungan
antara jenis kelamin dengan ukuran tubuh kelelawar sangat lemah. Hal ini
dikarenakan antara betina dan jantan tidak ada perbedaan ukuran tubuh.
Hubungan antara lokasi dengan ukuran tubuh juga sangat lemah. Hal ini
dikarenakan semua kelelawar tinggal pada habitat yang sama, yakni di dalam gua.
Hubungan antara jenis kelelawar dengan ukuran tengkorak kelelawar
sangat kuat. Hal ini karena antar spesies yang berbeda, ukuran tengkoraknya pun
akan berbeda pula. Oleh karena itu dalam melakukan identifikasi juga diperlukan
data ukuran tengkorak kelelawar. Sama seperti halnya ukuran tubuh, ukuran
tengkorak kelelawar dengan lokasi penelitian dan jenis kelamin juga tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2211111sff
hubungan. Hal ini disebakan karena kelelawar-kelelawar ini hidup di habitat yang
sama, yakni di dalam gua.
Bila kelima jenis kelelawar ini dibandingkan, akan lebih mudah
membedakannya melalui ekornya. Karena ekor dari kelima jenis kelelawar ini
berbeda antara satu jenis dengan yang jenis yang lain. Megaderma spasma tidak
mempunyai ekor, Nycteris javanica ujung ekornya membentuk huruf T,
Miniopterus sp. selaput antar pahanya membentuk huruf V, Hipposideros
diadema ujung ekornya melebihi selaput kulit antar paha, dan Rhinolophus canuti
ujung selaput antar pahanya datar.
Hubungan kekerabatan tidak mempengaruhi pemilihan gua bagi kelelawar.
Hal ini disebabkan karena kedua gua tersebut, yakni gua dan luweng Toto,
mempunyai jarak yang berdekatan. Selain itu, gua yang dihuni oleh kelelawar-
kelelawar tersebut adalah habitat terbaik bagi mereka. Hampir di setiap gua di
daerah karst Gunung Kidul ditemukan spesies-spesies itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2311111sff
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Di Gua Toto ditemukan 3 spesies, yaitu Miniopterus sp. (Famili
Vespertilionidae), Rhinolophus canuti (Famili Rhinolophidae), dan
Hipposideros diadema (Famili Hipposideridae), sedangkan di luweng
Toto ditemukan 2 spesies kelelawar , yaitu Megaderma spasma
(Famili Megadermatidae) dan Nycteris javanica (Famili Nycteridae).
2. Hubungan kekerabatan terdekat berdasarkan persamaan karakter
morfologi terdapat antara Rhinolophus canuti dengan Hipposideros
diadema, sedangkan hubungan kekerabatan terjauh terdapat antara
Hipposideros diadema dengan Nycteris javanica dan Hipposideros
diadema dengan Miniopterus sp.
B. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut, yang difokuskan pada roosting area, analisis pakan kelelawar, pupuk
guano yang dihasilkan dari kotoran kelelawar, dan penelitian yang fokus pada
salah satu spesies kelelawar yang ada di gua Toto dan luweng Toto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2711111sff
Lampiran 1. Ukuran tubuh luar kelelawar
Tabel 2. Ukuran tubuh luar kelelawar gua Toto
Characters Spesies HB
(mm)
T
(mm)
HF
(mm)
E
(mm)
FA
(mm)
Tb
(mm)
T1♂ Miniopterus sp. 36,54 32,50 5,81 6,71 35,13 14,33
T2♀ Miniopterus sp. 40,50 41,98 7,45 7,36 35,17 13,62
T3♂ Miniopterus sp. 38,52 27,07 8,07 7,52 34,91 14,86
T4♂ Miniopterus sp. 35,91 32,18 7,03 6,13 35,17 13,31
T5♂ Miniopterus sp. 38,24 32,48 7,50 8,29 36,83 14,55
T6♀ Miniopterus sp. 37,98 32,77 7,15 6,69 34,61 13,51
T7♀ Miniopterus sp. 46,16 42,13 8,23 8,65 44,14 19,54
T8♂ Miniopterus sp. 41,26 34,20 6,00 6,56 35,33 13,62
T9♂ Miniopterus sp. 40,77 31,95 6,48 8,00 35,40 15,77
T10♂ Miniopterus sp. 48,80 34,79 8,36 8,18 47,96 20,12
T11♂ Miniopterus sp. 36,98 34,26 6,36 8,24 35,68 13,85
T12♂ Miniopterus sp. 34,50 33,36 6,65 7,73 35,04 14,21
T13♂ Miniopterus sp. 47,13 43,53 9,11 10,45 46,02 19,96
T14♀ Miniopterus sp. 36,23 35,26 8,09 8,58 35,97 14,19
T15♀ Miniopterus sp. 38,01 29,51 7,50 8,31 34,67 14,45
T16♂ Miniopterus sp. 36,78 26,69 6,40 6,47 36,92 13,72
T17♂ Miniopterus sp. 40,31 31,36 7,27 8,75 36,05 14,82
T18♀ Miniopterus sp. 41,04 37,03 7,37 8,84 35,53 14,75
T19♀ Miniopterus sp. 38,46 24,76 6,29 5,87 36,61 13,80
T20♀ Miniopterus sp. 37,84 31,92 7,66 8,16 34,64 13,88
T21♂ Miniopterus sp. 34,13 25,57 7,48 6,81 34,33 14,37
T22♂ Miniopterus sp. 36,16 25,65 7,86 6,18 35,76 15,06
T23♂ Miniopterus sp. 39,78 38,52 8,23 7,90 35,38 14,35
T24♀ Miniopterus sp. 40,35 36,30 6,16 7,59 36,96 14,87
T25♂ Miniopterus sp. 38,78 28,18 8,63 6,74 36,47 14,17
T26♂ Miniopterus sp. 39,01 42,69 6,91 8,59 36,73 13,36
T27♂ Miniopterus sp. 49,04 44,66 10,79 10,97 46,55 19,44
T28♂ Miniopterus sp. 37,25 36,44 7,04 4,96 35,06 14,76
T29♀ Miniopterus sp. 39,74 35,24 6,77 8,07 35,15 13,88
T30♀ Miniopterus sp. 35,70 27,50 7,25 6,40 35,10 13,77
T31♂ Miniopterus sp. 38,52 27,40 6,70 6,70 36,40 14,02
T32♀ Miniopterus sp. 36,11 33,22 7,59 7,06 34,74 13,63
T33♀ Miniopterus sp. 39,26 35,69 7,06 8,97 34,84 14,15
T34♂ Rhinolophus canuti 36,58 20,65 6,93 17,73 40,29 18,10
T35♂ Miniopterus sp. 37,65 35,85 7,12 6,91 34,95 13,99
T36♀ Miniopterus sp. 37,64 37,05 6,44 6,01 36,83 14,19
T37♀ Miniopterus sp. 37,20 23,09 7,66 6,21 34,51 14,55
T38♀ Miniopterus sp. 36,04 34,35 6,79 6,89 35,34 14,66
T39♂ Miniopterus sp. 36,39 32,08 7,58 7,78 36,12 14,28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2811111sff
Tabel 3. Ukuran tubuh luar kelelawar luweng Toto
T40♀ Miniopterus sp. 36,82 28,46 6,46 7,17 35,00 13,72
Characters Spesies HB
(mm)
T
(mm)
HF
(mm)
E
(mm)
FA
(mm)
Tb
(mm)
L1♂ Megaderma spasma 61,36 - 16,02 29,30 57,19 33,95
L2♂ Megaderma spasma 60,53 - 10,77 29,50 60,39 36,33
L3♂ Megaderma spasma 51,98 - 16,67 29,38 67,83 3,24
L4♂ Megaderma spasma 61,89 - 16,10 31,68 60,30 36,32
L5♂ Nycteris javanica 44,18 51,10 8,93 21,30 45,60 24,70
L6♀ Megaderma spasma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2911111sff
Lampiran 2. Ukuran tengkorak kelelawar
Tabel 4. Ukuran tengkorak kelelawar gua Toto
Tabel 5. Ukuran tengkorak kelelawar luweng Toto
Characters Spesies GSL
(mm)
CCL
(mm)
ZB
(mm)
C1-M
3
(mm)
M3-M
3
(mm)
C1-C
1
(mm)
C1-M3
(mm)
T1♂ Miniopterus sp. 13,40 11,58 3,50 2,43 5,38 3,63 5,00
T2♀ Miniopterus sp. 13,39 12,23 3,39 2,60 5,36 3,60 4,84
T3♂ Miniopterus sp. 13,39 11,58 3,46 3,17 5,44 3,74 4,53
T4♂ Miniopterus sp. 13,34 11,76 3,50 3,04 5,39 3,58 4,68
T6♀ Miniopterus sp. 13,35 11,64 3,70 3,08 5,45 3,50 5,19
T8♂ Miniopterus sp. 13,23 11,48 3,43 2,71 5,23 3,46 4,80
T9♂ Miniopterus sp. 13,61 11,56 3,43 2,71 5,31 3,65 4,37
T11♂ Miniopterus sp. 13,47 11,88 3,36 2,49 5,60 3,74 5,15
T12♂ Miniopterus sp. 13,86 11,90 3,54 2,98 5,43 3,49 4,97
T13♂ Miniopterus sp. 16,25 14,43 3,87 3,43 6,90 4,89 6,69
T18♀ Miniopterus sp. 13,44 11,84 3,34 2,82 5,19 3,51 4,14
T19♀ Miniopterus sp. 13,27 11,89 3,40 2,92 5,28 3,34 5,51
T22♂ Miniopterus sp. 13,43 11,71 3,44 3,02 5,40 3,57 5,27
T25♂ Miniopterus sp. 13,49 11,86 3,55 2,95 5,55 3,53 5,12
T27♂ Miniopterus sp. 16,11 14,82 3,92 3,92 7,10 4,85 6,18
T30♀ Miniopterus sp. 13,74 12,03 3,45 2,35 5,49 3,91 5,15
T31♂ Miniopterus sp. 13,61 12,04 3,62 2,77 5,60 3,55 5,85
T32♀ Miniopterus sp. 13,19 11,72 3,38 2,90 5,28 3,39 4,70
T34♂ Rhinolophus
canuti
18,84 16,37 3,06 3,81 6,81 4,13 7,18
T35♂ Miniopterus sp. 14,05 11,73 3,41 3,03 5,28 3,62 4,43
T36♀ Miniopterus sp. 13,13 11,62 3,52 2,93 5,31 3,40 4,70
T37♀ Miniopterus sp. 13,38 11,90 3,44 2,82 5,21 3,54 4,72
T39♂ Miniopterus sp. 13,33 11,69 3,37 2,98 5,20 3,54 4,67
T40♀ Miniopterus sp. 13,20 11,71 3,26 2,84 5,34 3,40 3,68
Characters Spesies GSL
(mm)
CCL
(mm)
ZB
(mm)
C1-M
3
(mm)
M3-M
3
(mm)
C1-C
1
(mm)
C1-M3
(mm)
L1♂ Megaderma spasma 25,39 22,11 3,54 5,91 8,26 5,21 10,17
L2♂ Megaderma spasma 25,96 23,59 3,73 6,38 8,05 5,35 10,02
L3♂ Megaderma spasma 26,69 23,54 3,73 6,65 8,64 5,67 11,04
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3011111sff
Lampiran 3. Numerasi Karakter Taksonomi
Numerasi Karakter Taksonomi
1. Mempunyai ekor
0) Tidak
1) Ya
2. Ujung ekor bercabang
0) Tidak
1) Ya
3. Hidung berbentuk tabung
0) Tidak
1) Ya
4. Mempunyai daun hidung
0) Tidak
1) Ya
5. Daun hidung lebih kompleks
0) Tidak
1) Ya
6. Mempunyai lipatan kulit sederhana di sekitar hidung
0) Tidak
1) Ya
7. Memiliki tragus
0) Tidak
1) Ya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3111111sff
8. Memiliki antitragus
0) Tidak
1) Ya
9. Tragus relatif panjang
0) Tidak
1) Ya
10. Ujung tragus terbelah
0) Tidak
1) Ya
11. Ujung tragus tumpul
0) Tidak
1) Ya
12. Tragus bengkok
0) Tidak
1) Ya
13. Tragus sempit
0) Tidak
1) Ya
14. Telinga kanan dan kiri bersambung pada pangkalnya
0) Tidak
1) Ya
15. Telinga besar
0) Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3211111sff
1) Ya
16. Telinga bundar
0) Tidak
1) Ya
17. Selaput kulit antar paha runcing
0) Tidak
1) Ya
18. Panjang tulang jari kedua pada jari tangan/sayap nomor 3, tiga kali
tulang jari pertama
0) Tidak
1) Ya
19. Tulang jari kaki nomor II-IV memiliki 2 buah tulang jari
0) Tidak
1) Ya
20. Rambut berwarna kemerah-merahan (oranye)
0) Tidak
1) Ya
21. Ujung ekor melebihi selaput kulit antar paha
0) Tidak
1) Ya
22. Antitragus membulat
0) Tidak
1) Ya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3311111sff
Lampiran 4. Deskripsi Karakter
Tabel 6. Deskripsi karakter
No. Karakter Spesimen
Megaderma
spasma
Nycteris
javanica
Miniopterus
sp.
Rhinolophus
canuti
Hipposideros
diadema
1 Mempunyai ekor Tidak Ya Ya Ya Ya
2 Ujung ekor
bercabang
Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
3 Hidung berbentuk
tabung
Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
4 Mempunyai daun
hidung
Ya Tidak Tidak Ya Ya
5 Daun hidung lebih
kompleks
Tidak Tidak Tidak Ya Ya
6 Mempunyai lipatan
kulit sederhana di
sekitar hidung
Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
7 Memiliki tragus Ya Ya Ya Tidak Tidak
8 Memilliki antitragus Tidak Tidak Tidak Ya Ya
9 Tragus relatif
panjang
Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
10 Ujung tragus
terbelah
Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
11 Ujung tragus tumpul Tidak Ya Ya Tidak Tidak
12 Tragus bengkok Tidak Ya Ya Tidak Tidak
13 Tragus sempit Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
14 Telinga kanan dan
kiri bersambungan
pada pangkalnya
Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
15 Telinga besar Ya Ya Tidak Tidak Tidak
16 Telinga bundar Tidak Tidak Ya Ya Ya
17 Selaput kulit antar
paha runcing
Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
18 Panjang tulang jari
terakhir pada jari
tangan/sayap nomor
3, tiga kali tulang
jari pertama
Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
19 Tulang jari kaki
nomor II-IV
memiliki 2 buah
tulang jari
Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
20 Rambut berwarna
kemerah-merahan
Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3411111sff
(oranye)
21 Ujung ekor melebihi
selaput kulit antar
paha
Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
22 Antitragus
membulat
Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3511111sff
Lampiran 5. Tabulasi Karakter Taksonomi
Tabel 7. Tabulasi karakter taksonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3611111sff
Lampiran 6. Indeks Similaritas
Tabel 8. Indeks similaritas
Rows/Cols Megaderma
spasma
Nycteris
javanica
Miniopterus
sp.
Rhinolophus
canuti
Hipposideros
diadema
Megaderma
spasma
100%
Nycteris
javanica
59,1% 100%
Miniopterus
sp.
40,9% 63,6% 100%
Rhinolophus
canuti
59,1% 54,5% 54,5% 100%
Hipposideros
diadema
40,9% 36,4% 36,4% 81,8% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3711111sff
Lampiran 7. Data Sampling
Tabel 9. Data pengambilan sampel
No. Tanggal
sampling
Lokasi Keadaan
cuaca
Spesies yang didapat
1 11 Februari
2011
Gua Toto Hujan 4 ekor Miniopterus sp.
2 7 Mei 2011 Gua Toto Tidak hujan 35 ekor Miniopterus sp.
1 ekor Rhinolophus canuti
3 Luweng
Toto
Tidak hujan 4 ekor Megaderma spasma
1 ekor Nycteris javanica
4 23 September
2011
Luweng
Toto
Tidak hujan -
5 24 September
2011
Gua Toto Tidak hujan 1 ekor Miniopterus sp.
6 26-27
November
2011
Gua Toto Tidak hujan 2 ekor Miniopterus sp.
1 ekor Rhinolophus canuti
1 ekor Hipposideros diadema
7 Luweng
Toto
Tidak hujan -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3811111sff
Lampiran 8. Tests of Between-Subjects Effects Ukuran Tengkorak
Tabel 10. Tests of Between-Subjects Effects Ukuran Tengkorak
Source
Dependent
Variable
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model GSL 430.901a 4 107.725 1.368E3 .000
CCL 348.197b 4 87.049 909.217 .000
ZB .643c 4 .161 16.519 .000
C1M1A 32.320d 4 8.080 130.765 .000
M3M3A 26.727e 4 6.682 308.977 .000
C1C1A 14.629f 4 3.657 49.623 .000
C1M3B 85.742g 4 21.436 92.245 .000
Intercept GSL 3866.283 1 3866.283 4.910E4 .000
CCL 3035.379 1 3035.379 3.170E4 .000
ZB 136.621 1 136.621 1.403E4 .000
C1M1A 196.099 1 196.099 3.174E3 .000
M3M3A 511.915 1 511.915 2.367E4 .000
C1C1A 228.625 1 228.625 3.102E3 .000
C1M3B 575.598 1 575.598 2.477E3 .000
Spesies GSL 34.949 2 17.474 221.924 .000
CCL 31.025 2 15.513 162.028 .000
ZB .518 2 .259 26.609 .000
C1M1A 1.801 2 .900 14.573 .000
M3M3A 5.685 2 2.843 131.446 .000
C1C1A 2.919 2 1.460 19.806 .000
C1M3B 7.974 2 3.987 17.158 .000
Sex GSL .156 1 .156 1.981 .173
CCL .064 1 .064 .666 .423
ZB .007 1 .007 .699 .412
C1M1A .013 1 .013 .208 .653
M3M3A .031 1 .031 1.428 .245
C1C1A .034 1 .034 .465 .502
C1M3B .143 1 .143 .615 .441
Lokasi GSL .000 0 . . .
CCL .000 0 . . .
ZB .000 0 . . .
C1M1A .000 0 . . .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3911111sff
M3M3A .000 0 . . .
C1C1A .000 0 . . .
C1M3B .000 0 . . .
Spesies * Sex GSL .000 0 . . .
CCL .000 0 . . .
ZB .000 0 . . .
C1M1A .000 0 . . .
M3M3A .000 0 . . .
C1C1A .000 0 . . .
C1M3B .000 0 . . .
Spesies * Lokasi GSL .000 0 . . .
CCL .000 0 . . .
ZB .000 0 . . .
C1M1A .000 0 . . .
M3M3A .000 0 . . .
C1C1A .000 0 . . .
C1M3B .000 0 . . .
Sex * Lokasi GSL .000 0 . . .
CCL .000 0 . . .
ZB .000 0 . . .
C1M1A .000 0 . . .
M3M3A .000 0 . . .
C1C1A .000 0 . . .
C1M3B .000 0 . . .
Spesies * Sex *
Lokasi
GSL .000 0 . . .
CCL .000 0 . . .
ZB .000 0 . . .
C1M1A .000 0 . . .
M3M3A .000 0 . . .
C1C1A .000 0 . . .
C1M3B .000 0 . . .
Error GSL 1.732 22 .079
CCL 2.106 22 .096
ZB .214 22 .010
C1M1A 1.359 22 .062
M3M3A .476 22 .022
C1C1A 1.621 22 .074
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4011111sff
C1M3B 5.112 22 .232
Total GSL 6705.418 27
CCL 5209.417 27
ZB 330.489 27
C1M1A 331.284 27
M3M3A 957.422 27
C1C1A 430.752 27
C1M3B 955.024 27
Corrected Total GSL 432.634 26
CCL 350.303 26
ZB .858 26
C1M1A 33.679 26
M3M3A 27.203 26
C1C1A 16.251 26
C1M3B 90.855 26
a. R Squared = .996 (Adjusted R Squared = .995)
b. R Squared = .994 (Adjusted R Squared = .993)
c. R Squared = .750 (Adjusted R Squared = .705)
d. R Squared = .960 (Adjusted R Squared = .952)
e. R Squared = .983 (Adjusted R Squared = .979)
f. R Squared = .900 (Adjusted R Squared = .882)
g. R Squared = .944 (Adjusted R Squared = .934)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4111111sff
Lampiran 9. Tests of Between-Subjects Effects Ukuran Tubuh
Tabel 11. Tests of Between-Subjects Effects Ukuran Tubuh
Source
Dependent
Variable
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model HB 388.044a 5 77.609 23.246 .000
T 767.679b 5 153.536 6.674 .000
HF 18.337c 5 3.667 7.008 .000
E 299.877d 5 59.975 56.156 .000
FA 503.326e 5 100.665 160.579 .000
Tb 216.880f 5 43.376 154.441 .000
Intercept HB 11374.132 1 11374.132 3.407E3 .000
T 9520.692 1 9520.692 413.861 .000
HF 414.912 1 414.912 792.834 .000
E 1207.220 1 1207.220 1.130E3 .000
FA 11312.571 1 11312.571 1.805E4 .000
Tb 2431.072 1 2431.072 8.656E3 .000
Spesies HB 260.490 2 130.245 39.011 .000
T 415.369 2 207.684 9.028 .001
HF 9.065 2 4.532 8.661 .001
E 95.229 2 47.615 44.583 .000
FA 275.992 2 137.996 220.128 .000
Tb 87.539 2 43.769 155.842 .000
Lokasi HB .000 0 . . .
T .000 0 . . .
HF .000 0 . . .
E .000 0 . . .
FA .000 0 . . .
Tb .000 0 . . .
Sex HB 2.409 1 2.409 .722 .401
T 2.420 1 2.420 .105 .748
HF .987 1 .987 1.887 .178
E .746 1 .746 .698 .409
FA 6.277 1 6.277 10.013 .003
Tb .161 1 .161 .573 .454
Spesies * Lokasi HB .000 0 . . .
T .000 0 . . .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4211111sff
HF .000 0 . . .
E .000 0 . . .
FA .000 0 . . .
Tb .000 0 . . .
Spesies * Sex HB 4.174 1 4.174 1.250 .271
T .111 1 .111 .005 .945
HF .968 1 .968 1.850 .183
E 1.342 1 1.342 1.256 .270
FA 3.948 1 3.948 6.298 .017
Tb .009 1 .009 .034 .855
Lokasi * Sex HB .000 0 . . .
T .000 0 . . .
HF .000 0 . . .
E .000 0 . . .
FA .000 0 . . .
Tb .000 0 . . .
Spesies * Lokasi
* Sex
HB .000 0 . . .
T .000 0 . . .
HF .000 0 . . .
E .000 0 . . .
FA .000 0 . . .
Tb .000 0 . . .
Error HB 116.852 35 3.339
T 805.159 35 23.005
HF 18.316 35 .523
E 37.380 35 1.068
FA 21.941 35 .627
Tb 9.830 35 .281
Total HB 62810.528 41
T 47312.135 41
HF 2248.783 41
E 3032.616 41
FA 56424.363 41
Tb 9568.477 41
Corrected Total HB 504.896 40
T 1572.839 40
HF 36.653 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4311111sff
E 337.257 40
FA 525.267 40
Tb 226.710 40
a. R Squared = .769 (Adjusted R Squared = .735)
b. R Squared = .488 (Adjusted R Squared = .415)
c. R Squared = .500 (Adjusted R Squared = .429)
d. R Squared = .889 (Adjusted R Squared = .873)
e. R Squared = .958 (Adjusted R Squared = .952)
f. R Squared = .957 (Adjusted R Squared = .950)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
4411111sff
Lampiran 10. Deskripsi Jenis Kelelawar
1) Rhinolophus canuti Thomas & Wroughton, 1909
Famili :Rhinolophidae
Genus : Rhinolophus
Spesies :Rhinolopus canuti (Thomas & Wroughton, 1909)
Ciri-ciri paling menonjol dari genus ini adalah daun hidung yang
kompleks (gambar 4) yang dibedakan dari daun hidung belakang yang
berbentuk seperti segitiga, daun hidung tengah, dan daun hidung depan
yang berbentuk tapal kuda. Gigi seri atas kecil, ekor terbenam dalam
selaput kulit antar paha, dan tidak memiliki tragus tetapi sebagai gantinya
memiliki antitragus (lampiran 14, gambar 10a).
Gambar 4. Hidung yang komplek pada Famili Rhinolophidae
(Suyanto,2001)
2) Miniopterus Bonaparte, 1837
Famili :Vespertilionidae
Genus : Miniopterus
Spesies : Miniopterus sp.
Ciri penting dari genus ini adalah panjang tulang jari terakhir pada
sayap nomor tiga lebih dari tiga kali panjang tulang jari pertama (lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4511111sff
14, gambar 10d). Seperti halnya Famili Vespertilionidae, selaput kulit
antar pahanya berbentuk seperti huruf V (gambar 5). Telinganya pendek
dan bundar dengan lipatan di bagian belakang dan tragus yang pendek
melengkung sedikit ke depan.
Gambar 5. Selaput kulit antar paha Famili Vespertilionidae
(Suyanto,2001)
3) Megaderma spasma Linnaeus, 1758
Famili :Megadermatidae
Genus : Megaderma
Spesies :Megaderma spasma (Linnaeus, 1758)
Telinga pada spesies ini besar dan tegak (lampiran 14, gambar
10b). Spesies ini memiliki tragus yang panjang dan terbelah serta
kelelawar ini juga tidak memiliki ekor, tetapi selaput kulit antar paha
tumbuh baik.
4) Nycteris javanica E. Geoffroy, 1813
Famili : Nycteridae
Genus : Nycteris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4611111sff
Spesies : Nycteris javanica (E. Geoffroy, 1813)
Ciri-ciri dari genus ini ialah memiliki telinga besar dan sangat
panjang, kanan dan kirinya terpisah. Ujung ekor berbentuk huruf T,
terbenam dalam selaput kulit antar paha (gambar 6). Spesies ini memiliki
lipatan kulit sederhana di sekitar hidung, telinga yang panjang dan tragus
pendek dan bengkok (lampiran 14, gambar 10e).
Gambar 6. Ujung ekor berbentuk huruf T pada Famili Nycteridae
(Suyanto, 2001)
5) Hipposideros diadema Geoffroy, 1813
Famili : Hipposideridae
Genus : Hipposideros
Spesies : Hipposideros diadema (Geoffroy, 1813)
Ciri-ciri dari spesies ini diantaranya memiliki ekor yang tumbuh hingga
melebihi selaput kulit antar paha, dan selaput kulit antar paha tumbuh baik. Daun
hidung anterior dari spesies ini berbentuk seperti ladam kuda (gambar 7), bagian
tengah daun hidung merupakan suatu bangunan daging yang berbentuk seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4711111sff
bantal pendek, sedangkan daun hidung posterior membentuk struktur seperti
kantong yang bersekat-sekat. Warna seluruh rambut dari spesies ini oranye
(kemerah-merahan) (lampiran 14, gambar 10c).
Gambar 7. Bagian hidung Famili Hipposideridae (Suyanto, 2001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4811111sff
Lampiran 11. Kunci identifikasi kelelawar di gua dan luweng Toto
1.a. Tidak berekor…………………………………………….. 2
2.b. Ekor ada………………………………………………….. 3
2.a. Telinga besar dan panjang, telinga kanan dan kiri
bersambung pada pangkalnya…………………………….
Megadermatidae
3.b. Telinga relatif kecil dan pendek, telinga kanan dan kiri
tidak bersambung pada pangkalnya………………………
3
3.a. Seluruh ekor terbenam dalam selaput kulit antar
paha……………………………….....................................
4
4.b. Tidak seluruh ekor terbenam dalam selaput kulit antar
paha……………………………………………………….
6
4.a. Tidak memiliki daun hidung……………………………... Vespertilionidae
5.b. Memiliki daun hidung……………………………………. 5
5.a. Ujung tulang ekor berbentuk huruf T................................. Nycteridae
6.b. Ujung ekor tidak berbentuk huruf T……………………... 6
6.a. Daun hidung belakang tumbuh baik sehingga berbentuk
segitiga/lanset……………………………………………..
Rhinolophidae
7.b. Daun hidung belakang tumpul…………………………… Hipposideridae
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4911111sff
Lampiran 12. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 8. Peta lokasi penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
5011111sff
Lampiran 13. Peta Gua Toto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
5111111sff
Gambar 9. Peta gua Toto
Lampiran 14. Foto Penelitian
1. Kelelawar
Gambar 10. a. Rhinolophus canuti, b. Megaderma spasma,
c. Hipposideros diadema d. Miniopterus sp., e. Nycteris javanica
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
5211111sff
2. Gua Toto
Gambar 11. Mulut gua Toto
3. Luweng Toto
a b
Gambar 12. a. Mulut luweng Toto horizontal, b. Mulut luweng Toto
vertikal