identifikasi hambatan belajar epistimologis pada … · 2020. 5. 2. · didik materi hukum newton...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI HAMBATAN BELAJAR EPISTIMOLOGIS PADA PESERTA
DIDIK MATERI HUKUM NEWTON MELALUI TES
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
HANI MULYANI
NPM. 1511090196
Jurusan : Pendidikan Fisika
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1441 H / 2019 M
IDENTIFIKASI HAMBATAN BELAJAR EPISTIMOLOGIS PADA PESERTA
DIDIK MATERI HUKUM NEWTON MELALUI TES
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
HANI MULYANI
NPM. 1511090196
Jurusan : Pendidikan Fisika
Pembimbing I : Dr. Yetri, M.Pd
Pembimbing II : Antomi Saregar, M. Pd, M.Si
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
1441 H / 2019 M
ABSTRAK
IDENTIFIKASI HAMBATAN BELAJAR EPISTIMOLOGIS PADA PESERTA
DIDIK MATERI HUKUM NEWTON MELALUI TES
(Studi pada Peserta Didik SMA Muhammadiyah Gisting)
Oleh:
HANI MULYANI
Hambatan belajar epistimologis pada peserta didik merupakan keterbatasan
konteks pengetahuan. Seseorang yang lebih paham dalam mendalami materi, akan
melakukan tindakan yang lebih baik lagi. Namun, jika pemahaman siswa pada materi
sebelumnya kurang baik dan terbatas maka akan berkelanjutan hingga ke materi
seterusnya mengakibatkan siswa mengalami keterbatasan dalam berpikir
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 65 orang peserta didik kelas XII IPA SMA Muhammadiyah
Gisting. Teknik pengumpulan data mengunakan tes dan wawancara. Teknik analisis
data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan
uji keabsahan data menggunakan triangulasi teknik.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hambatan epistimologis pada materi
Hukum Newton kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2. Untuk kelas XII IPA 1 hambatan
belajar epistimologis pada Hukum I Newton sebesar 61.97 %, untuk Hukum II
Newton sebesar 70.56 %, dan 74.49 % pada Hukum III Newton. Untuk kelas XII IPA
2 hambatan belajar epistimologis pada Hukum I Newton sebesar 55.25 %, Hukum II
Newton 70.69 %, dan Hukum III Newton 78.39 %.
Motto
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan.”(QS. Ar Rahman: 33)
PERSEMBAHAN
Salam silaturahmi peneliti sampaikan, semoga kita semua senantias
mendapatkan rahmat dan hidayah Allah, Rabb semesta alam. Skripsi ini peneliti
persembahkan kepada orang-orang yang selalu mencintai dan memberi makna dalam
hidup peneliti, terutama bagi :
1. Orang yang kuharapkan ridhanya dan selalu mencintaiku tanpa syarat, yaitu orang
tuaku tercinta ayahanda Imam Supadi dan ibunda Samiyah Hestiana. Dengan
cintanya, Ayah dan Ibu didik diri ini penuh sabar. Dalam sujudnya, Ayah dan Ibu
merangkai tiap bait do‟a untuk diri ini dengan tulus. Dan dengan penuh peluh jua,
Ayah dan Ibu senantiasa berkorban untuk diri ini tanpa bosan. Semoga Allah
senantiasa melindungi dan merahmati Ayahanda dan Ibunda, serta memberikan
balasan terindah dengan Jannah Nya.
2. Sahabat dan teman yang selalu membantuku, terimakasih kepada, Syifalia Zatara
Ilma, S.Pd Tri Fidiyanti dan teman lain yang berperan penting dalam pengerjaan
skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Hani Mulyani, dilahirkan di Gisting, Tanggamus pada
tanggal 8 Januari 1998. Peneliti erupakan anak ketiga dari 2 bersaudara dri pasangan
bapak Imam Supadi dan Ibu Samiyah Hestiana. Pendidikan yang dimulai peneliti dari
Pendidikan Dasar yaitu Madrasah Ibtidaiyyah Mathlaul Anwar Landbaw. Lulus pada
tahun 2009. Selanjutnya penulis menempuh Pendidikan di SMP Negeri 1 Gisting dan
lulus pada ahun 2012. Selama menempuh pendidikan ini peneliti pernah meraih juara
harapan 1 olimpiade biologi di SMA Negeri 1 Pringsewu.
Jenjang sekolah menengah atas peneliti tempuh di SMA Muhammadiyah
Gisting dan lulus pada tahun 2015, selama menempuh di jenjang ini peneliti pernah
mendapatkan juara 2 Olimpiade Sains Kabupaten (OSK) di tingkat kabupaten
Tanggamus pada mata pelajaran biologi, meraih juara 1 dari kelas 10 sampai kelas
12. Terhitung sejak tahun 2015 peneliti terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas
Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung program studi Pendidikan Fisika. Selama
menempuh kuliah di UIN peneliti pernah menjadi pengurus HIMAFI UIN Raden
Intan Lampung sebagai Anggota Muda pada tahun 2015-2016. Pada tahun 2018,
penulis melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 16
Bandar Lampung dan pada tahun 2019 penulis melaksanakan penelitian di SMA
Muhammadiyah Gisting.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaykum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang telah memberikan
nikmat_Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“IDENTIFIKASI HAMBATAN BELAJAR EPISTIMOLOGIS PADA
PESERTA DIDIK KELAS XII IPA SMA MUHAMMADIYAH GISTING
PADA MATERI HUKUM NEWTON DENGAN TES KEMAMPUAN
RESPONDEN DAN NON TES”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Sang Musthafa yakni suri
taudalan kita Rasulullaah SAW, beserta keluarga, para sahabat, para tabi‟in, tabiut
tabi‟in, dan kita sebagai pengikutnya semoga tetap istiqomah dalam memegang apa
saja yang telah beliau ajarkan, sehingga kita termaksud orang-orang yang mendapat
syafaatnya di akhirat kelak. Amin. Peneliti menyusun skripsi ini sebagai bagian dari
prasyarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah UIN
Raden Intan Lampung dan alhamdulillah dapat peneliti selesaikan sesuai dengan
rencana.
Dalam upaya menyelesaikan skripsi ini, peneliti telah menerima banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta dengan tidak mengurngi rasa terima
kasih atas bantuan semua pihak, maka secara khusus peneliti ingin menyebutkan
sebagai berikut:
1. Ibu Prof. Dr. Nirva Diana M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan
Lampung.
2. Ibu Dr. Yuberti, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika UIN Raden
Intan Lampung.
3. Ibu Dr. Yetri, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing,
mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Antomi Saregar, M. Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak/ibu Dosen di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan
Lampung khususnya di prodi Pendidikan Fisika yang telah memberikan saran dan
masukan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.
6. Siswa-Siswi kelas XII IPA di SMA Muhammadiyah Gisting yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini.
7. Sahabatku Syifalia Zatara Ilma S.Pd dan Tri Fidiyanti yang selalu siap memberikan
bantuan berupa do‟a dan dukungan kepada peneliti.
9. Teman-teman Pendidikan Fiska angkatan 2015 khususnya kelas D, teman-teman
KKN, dan teman-teman PPL yang selalu menjadi teman mengejar impian dan
mengukir sejarah dalam hidupku, yang telah menjadi keluarga terbaik selama ini.
10. Almamater UIN Raden Intan Lampung yang telah membimbing peneliti untuk
lebih bijak dan dewasa dalam berfikir dan bertindak.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan, ketidaksempurnaan dan
kesalahan dalam penyusunan skripsi ini, maka kritik dan saran akan peneliti terima
dengan segenap hati terbuka untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya peneliti
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak yang
membutuhkan serta dapat menjadi amal ibadah yang diterima disisi-Nya. Aaamiin.
Bandar Lampung, Oktober 2019
Peneliti
Hani Mulyani
NPM. 1511090196
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN.............................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ..............................................................................................1
B. Alasan Memilih Judul………..........................................................................2
C. Latar Belakang Masalah...................................................................................3
D. Fokus Penelitian. ............................................................................................10
E. Rumusan Masalah`..........................................................................................10
F. Tujuan Penelitian.............................................................................................10
G. Signifikasi Penelitian......................................................................................11
H. Metode Penelitian...........................................................................................11
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hambatan Belajar Epistemologis.......................................................................31
2. Hukum Newton .................................................................................................41
3. Tes Kemampuan Responden..............................................................................49
B. Tinjauan Pustaka……………...........................................................................50
BAB III. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek……….......................................................................53
B.Deskripsi Data Penelitian……...........................................................................61
BAB IV. TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Penelitian….......................................................................................65
B. Pembahasan….............................................…................................................87
BAB V. KESIMPULAN dan SARAN…..........................................................158
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Data Guru Di SMA Muhammadiyah Gisting.………………............58
Tabel 3.2. Data Peserta Didik……………………………………….................. 61
Tabel 3.3. angket untuk mengidentifikasi hambatan belajar pada siswa………62
Tabel 4.1. Daftar hasil tes hambatan belajar epistimologis materi Hukum Newton
pada kelas XII IPA 1………….…………..…………………….…..67
Tabel 4.2. Daftar Hasil Tes Hambatan Belajar Epistimologis Materi Hukum
Newton pada Kelas XII IPA 2………………………………………68
Tabel 4.3 Kategori hambatan belajar epistimologis pada kelas XII IPA 1
berdasarkan tes kemampuan responden…………..……….………69
Tabel 4.4. Kategori hambatan belajar epistimologis pada kelas XII IPA 2 berdasarkan
tes kemampuan responden………………..……..……69
Tabel 4.5. Kategori tingkat tes kemampuan responden……………………….70
Tabel 4.6. Distribusi perolehan nilai tes kemampuan responden
kelas XII IPA 1……………..……….…………………….….……70
Tabel 4.7. Distribusi Perolehan Nilai Tes Kemampuan Responden
kelas XII IPA 2……………………………………………………..71
Tabel 4.8. Persentase Peserta Didik Kelas XII IPA 1 yang Menjawab Benar Tiap
Butir Soal……………………………..…………..………………131
Tabel 4.9. Persentase Peserta Didik Kelas XII IPA 2 yang Menjawab Benar Tiap
Butir Soal………………………….….…………..………………132
Tabel 4.10. Tafsiran Persentase……………………………………….………132
Tabel 4.11. Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum I Newton Kelas
XII IPA 1………………………………………..…...……………135
Tabel 4.12. Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum II Newton Kelas
XII IPA 1………..………………………………..………………136
Tabel 4.13. Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum III Newton Kelas
XII IPA 1……..……………………………………………….…..138
Tabel 4.14. Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum I Newton Kelas XII
IPA 2……………………………………………………...……143
Tabel 4.15. Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum II Newton Kelas
XII IPA 2………………………………………………..……….…144
Tabel 4.16. Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum III Newton Kelas
XII IPA 2…………………………………………………………...145
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Persentase Peserta Didik Kelas XII IPA 1 yang Menjawab Keliru Tiap Butir
Soal………………………………………………………………………..133
Grafik 4.2 Persentase Peserta Didik Kelas XII IPA 2 yang Menjawab Keliru Tiap Butir
Soal...……………………………………………………………………...134
Grafik 4.3 Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum I Newton Kelas XII
IPA 1…………………………………………………………...140
Grafik 4.4 Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum II Newton Kelas XII
IPA 1…………………………………………………………...141
Grafik 4.5 Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum III Newton Kelas XII
IPA 1…………………………………………………………...142
Grafik 4.6 Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum I Newton Kelas XII
IPA 2.………………………………………………………….147
Grafik 4.7 Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum II Newton Kelas XII
IPA 2…………………………………………………………..148
Grafik 4.8 Persentase Hambatan Belajar Epistimologis Hukum III Newton Kelas XII
IPA 2…………………………………………………………..149
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Motor yang di rem tiba-tiba….........................................................45
Gambar 2.2. Pasangan gaya aksi reaksi..............................................................49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi Angket Pra Penelitian.....................................................164
Lampiran 2. Instrumen Angket Identifikasi Hambatan Belajar Epistemologis Mata
Pelajaran Fisika......................................................................165
Lampiran 3. Kisi Kisi Instrumen Soal Tes ambatan Epistimologis...................166
Lampiran 4. Soal Tes Kemampuan Responden Materi Hukum Newton..........170
Lampiran 5. Kunci Jawaban Dan Rubik Penilaian Soal Tes……......................173
Lampiran 6. Analisis Hasil Angket atau kuesioner Kelas 12 IPA 1 dan 2….............177
Lampiran 7. Analisis Hasil Jawaban Soal Tes Peserta Didik Kelas 12 IPA 1 dan XII
IPA 2…………………………………….…………………….......179
Lampiran 8. Lembar Validasi Soal Ahli 1……..………………………..…… 180
Lampiran 9. Lembar Validasi Soal Ahli 3……………..……………………...181
Lampiran 10. Notta Dinas Pembimbing 1……………………………………..182
Lampiran 11. Notta Dinas Pembimbing 2……………………………………..183
Lampiran 12. Surat Izin Pra Penelitian………………………………………..184
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian…………………………………………….185
Lampiran 14. Surat Balasan Pra Penelitian……………………………………186
Lampiran 15. Surat Balasan Penelitian………………………………………..187
Lampiran 16. Pengesahan Proposal…………………...………………………188
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Pada bagian subab ini penulis akan menjelaskan maksud dari judul skripsi
ini agar tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi pembaca. Skripsi ini berjudul
: ”Identifikasi Hambatan Belajar Epistimologis Pada Peserta Didik Kelas XII
IPA SMA Muhammadiyah Gisting Pada Materi Hukum Newton Dengan Tes
Kemampuan Responden dan Non Tes”. Adapun istilah yang perlu dijelaskan
yaitu :
Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu
dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu1. Menurut ahli
psikoanalisis identifikasi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang, secara
tidak sadar, seluruhnya atau sebagian, atas dasar ikatan emosional dengan tokoh
tertentu, sehingga ia berperilaku atau membayangkan dirinya seakan-akan ia
adalah tokoh tersebut2.
Hambatan Belajar Epistimologis adalah hambatan terkait pengetahuan
peserta didik terhadap suatu konten. Salah satu penyebabnya yaitu keterbatasan
1 J.P Chaplin,. Kamus Lengkap Psikologi diterjemahkan oleh Kartini Kartono.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008 ) h. 8.
2 Poerwadarminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai Pustaka, 1976), h. 369.
pengetahuan yang dimiliki seseorang hanya pada suatu konteks tertentu atau
pemahaman sebuah konsep yang tidak lengkap3.
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi
dasar mekanika klasik dan hukum yang menjelaskan sifat-sifat gerak benda yang
bersifat deterministic4. Tes Kemampuan Responden (TKR) yang berupa tes
uraian yang terdiri dari atas tes tertulis sebanyak yang mencangkup konsep dari
materi tersebut5.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan judul skripsi ini adalah mengidentifikasi seberapa besar hambatan belajar
epistimologis atau keterbatasan konteks pengetahuan peserta didik pada materi
Hukum Newton dengan memberikan tes tertulis pada peserta didik.
B. Alasan Memilih Judul
Alasan memilih judul skripsi ini adalah:
1. Alasan Objektif
a. Hambatan belajar merupakan suatu kesalahan yang tidak pasti dan tidak
diinginkan. Kesalahan dapat merupakan akibat dari pengetahuan peserta
3 Gita Wahyu Pebriyanti,Harun Imansyah, A. F. C. Wijaya,Heni Rusnayati, „ Profil Hambatan
Belajar Epistimologis Peserta didik Pada Materi Asas Bernoulli Kelas XI Sma Berbasis Analisis Tes
Kemampuan Responden‟, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2017, 6.1 (2017), h. 2.
4 Serway and J.W Jewett, Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics,
2012.h.114
5 Restina Septiani, Heni Rusnayati, Parsaoran Siahaan, A.F.C Wijaya, Profil Hambatan
Balajar Epistimologis Peserta didik Pada Materi Suhu dan Kalor Kelas XI Sma Berbasis Analisis Tes
Kemampuan Responden, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, 3.1 (2018), h. 31.
didik yang mereka fikir menarik dan tepat sekarang terbukti salah atau
tidak dapat diterima dengan mudah.
b. Dari hasil Pra penelitian banyak peserta didik di SMA Muhammadiyah
Gisting terindikasi mengalami hambatan belajar epistimologis.
2. Alasan Subyektif
a. Berdasarkan aspek yang diteliti mengenai permasalahan tersebut, serta
dengan tersedianya literatur yang menunjang maka sangat
memungkinkan untuk dilakukan penelitian.
b. Pembahasan skripsi ini berkaitan dengan bidang keilmuan yang penulis
pelajari di Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung. serta
berdasarkan data fakultas, belum ada yang membahas pokok
permasalahan ini, sehingga memungkinkan untuk mengangkatnya sebagai
judul skripsi.
C. Latar Belakang Masalah
Usaha dalam penguasaan suatu materi pembelajaran terdapat banyak unsur
secara bersama-sama mempengaruhi keberhasilannya antara lain peserta didik,
guru, metode pembelajaran yang digunakan serta lingkungan yang ada6.
Penguasaan materi pembelajaran tersebut dapat memberikan sumbangan
6Gita Wahyu Pebriyanti,Harun Imansyah, A. F. C. Wijaya,Heni Rusnayati, „ Profil Hambatan
Belajar Epistimologis Peserta didik Pada Materi Asas Bernoulli Kelas XI SMA Berbasis Analisis Tes
Kemampuan Responden‟, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2017, 6.1 (2017), h. 2.
sebanyak beberapa persen dalam keberhasilan belajar pada peserta didik7.
Keberhasilan peserta didik dalam suatu pembelajaran salah satunya didukung
oleh pemahaman suatu konsep dalam materi tersebut8.
Fisika ialah salah satu mata pelajaran yang sangat mengutamakan pada
pemahaman konsep9. Pemahaman pada suatu konsep membantu peserta didik
dalam menyelesaikan masalah, selain itu peserta didik dapat menemukan
pemecahan secara logis dari permasalahan tersebut10
. Pemecahan dan
penyelesaian soal fisika oleh peserta didik terkadang berjalan tidak begitu baik
dan banyak kekeliruan, hal ini karena peserta didik teridentifikasi mengalami
hambatan belajar epistimologis, yaitu apabila peserta didik tidak mampu
menggunakan pengetahuannya dengan baik dan maksimal dalam mengerjakan
soal.11
Al Quran telah menjelaskan tentang memahami suatu pelajaraan yang
terkandung dalam surat Al Maidah ayat 31
7Dr. S. Eko Putro Widoyoko, Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Peserta
didik, Jurnal Pendidikan UMPWR, 2009, h. 2.
8Padma Mike Putri, Mukhni, Irwan, Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi Turunan
Melalui Pembelajaran Teknik Probing, Jurnal Pendidikan Matematika,2012, h. 68.
9Fitri Nurul Sholihat, Achmad Samsudin, and Muhamad Gina Nugraha, „Identifikasi
Miskonsepsi Dan Penyebab Miskonsepsi Peserta didik Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test Pada
Sub-Materi Fluida Dinamik: Azas Kontinuitas‟, Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan
Fisika, 3.2(2017), h. 176.
10
Nurkhasanah Sukimin Putri, Agung Hartoyo, Yulis Jamiah, Desain Didaktis Melalui Naïve
Geometri Untuk Mengatasi Hambatan Epistemologis Dalam Persamaan Kuadrat Di Sma, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran UNTAN, 2018, h. 2.
11
ibid, h. 3.
Artinya : Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di
bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya
menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa
aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan
mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang
yang menyesal.
Quran surat Al Maidah ayat 31 tersebut menerangkan pada kita sebagai
manusia agar dapat belajar dan memahami suatu pelajaran, dikisahkan disitu
bahwa Qabil kebingungan bagaimana cara agar mayat saudaranya tidak
membusuk, lalu Allah mengutus burung gagak agar Qabil dapat belajar dan
mengamati bagaimana cara mengubur mayat saudaranya yang telah mati. Kisah
tersebut mengajarkan untuk memahami dan mempelajari suatu pelajaran.
Hambatan belajar merupakan suatu kesalahan yang tidak pasti dan tidak
diinginkan. Kesalahan dan kekeliruan dalam hambatan belajar ini merupakan
akibat dari pengetahuan peserta didik yang mereka fikir suatu konsep benar dan
tepat namun faktanya terbukti salah sehingga tidak dapat diterima dengan
mudah dalam memahaminya12
. Dalam suatu wawancara kepada sejumlah peserta
didik didapatkan bahwa beberapa peserta didik sulit dalam menghafal rumus,
sulit dalam menerapkan penggunaan rumusnya, dan kurang faham saat guru
menerangkan, hal ini diindikasi peserta didik tersebut mengalami hambatan
12 Loc.cit.
belajar13
. Brosseu menglompokan hambatan belajar menjadi tiga, yaitu hambatan
ontogeny, hambatan hambatan didaktis dan hambatan epistimologis14
.
Melalui wawancara pada guru fisika yaitu ibu Ani Masniati, S.T
didapatkan bahwa kebanyakan peserta didik kelas XII IPA masih banyak
mengalami kesulitan dalam mempelajari pelajaran fisika terutama materi Hukum
Newton. Seperti mengalami hambatan belajar epistimologis yaitu masih
kesulitan dalam memahami soal fisika, kesulitan dalam pengaplikasian rumus,
sulit dalam menggerjakan soal latihan yang berbeda dengan contoh dan tidak
mampu dalam menjelaskan mengkorelasikan dan menentukan rumus. Dan
melalui sebaran angket yang dilakukan pada sejumlah 65 peserta didik di dua
kelas didapatkan hasil 26.18 % peserta didik mengalami hambatan ontogeny, 24
% peserta didik mengalami hambatan didaktis dan 49.8 % peserta didik
mengalami hambatan epistimologis. Oleh karena itu perlunya diadakan
penelitian mengenai hambatan belajar epistimologis pada peserta didik kelas XII
IPA di SMA Muhammadiyah gisting.
Hambatan belajar epistimologis terjadi pada peserta didik jika peserta didik
tersebut tidak dapat menggunakan pengetahuannya pada soal yang berbeda
13 Harun, Sugiatno, Bistari, Penanganan Hambatan Epistemologi Pemahaman Konseptual
Matematis Peserta didik Melalui Pendekatan Reciprocal Teaching Dengan Tutor Sebaya, jurrnal
pendidikan dan pembelajaran, 2018, h. 3.
14
Yunia Maghfirah , Heni Rusnayati, A. F. C. Wijaya, Profil Hambatan Belajar Epistimologis
Peserta didik Kelas VIII SMP Terhadap Materi Energi Dan Perubahannya Berbasis Analisis Tes
KemampuanResponden,Prosiding Seminar Nasional Fisika, 4.2 ( 2017), h. 2.
dalam menyelesaikan masalah15
. Mayoritas peserta didik menyelesaikan masalah
tanpa memahami apa yang dimaksud oleh masalah tersebut, sehingga terjadi
kekeliruan saat menyelesaikan soal, peserta didik terbiasa mengerjakan soal rutin
berbentuk soal latihan yang hanya memanfaatkanxkemampuan menghitung,
tanpa harus menganalisis lagi apa masalahnya16
. Penyelesaian masalah yang
terjadi pada penelitian hambatan belajar epistimologis pada materi momentum
dan impuls saat diberi soal beberapa peserta didik tidak mampu dalam
mengidentifikasi, menjelaskan, menentukan mengkorelasikan hubungan pada
materi tersebut, Hal ini merupakan hambatan epistimologis pada materi
tersebut17
.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan materi Hukum Newton sebagai
fokus materi karena materi hukum Newton membutuhkan pemahaman yang
lebih mendalam, peserta didik terkadang tidak terlalu mempelajari secara
mendalam sehingga menyebabkan kekeliruan dalam konsep.18
Hukum Newton
juga sangat penting dalam pembelajaran fisika sehingga penguasaan materi ini
menjadi yg utama untuk dikuasai peserta didik. Tapi realitanya Hukum Newton
15Nurhazizah,Sugiatno.,Dian Ahmad, Mengatasi Hambatan Belajar Problem Solving
Matematis Peserta didik Dengan Antisipasi Didaktis Di Sekolah Menengah Pertama, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran,2017, h. 2.
16
Loc.Cit.
17
Arin Budiarti, Heni Rusnayati, Parsaoran Siahaan, A.F.C Wijaya, Profil Hambatan Balajar
Epistimologis Peserta didik Pada Materi Momentum Dan Impuls Kelas X Sma Berbasis Analisis Tes
Kemampuan Responden, Jurnal Wahana Fisika, 3.1 (2018), h. 42.
18 Putri Retno Artiawati, Riski Muliyani, and Yudi Kurniawan, „Identifikasi Kuantitas Siswa
Yang Miskonsepsi Menggunakan Three Tier- Test Pada Materi Gerak Lurus Beraturan ( GLB
)‟,Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika, 1.1 (2016).h.13; Nursarifa Zahra, Kamaluddin, and
Muslimin,„Identifikasi Miskonsepsi Fisika Pada Siswa SMAN Di Kota Palu‟, Jurnal Pendidikan
Fisika Tadulako, 3.3 (2015).h.61.
tentang gerak tetap dianggap sulit. Hal ini dapat di telaah dari beberapa hasil
penelitian dan implikasinya pada pembelajaran sebagai salah satu faktor
menyebababkan hambatan pada peserta didik dalam mendalami materi sains
salah satunya adalah Hukum Newton tentang gerak19
.
Seseorang yang lebih paham dalam mendalami materi, akan melakukan
tindakan yang lebih baik lagi. Namun, jika pemahaman peserta didik pada materi
sebelumnya kurang baik dan terbatas maka akan berkelanjutan hingga ke materi
seterusnya, seperti pada sebuah teori bahwa tindakan yang dilakukan pada
pemahaman baru akan terkoneksi pada pemahaman yang pernah ia lakukan
sebelumnya20
. Jadi mengakibatkan peserta didik mengalami keterbatasan dalam
berpikir21
. Karena penyebab dan akibat dari hambatan belajar epistimologis dan
pendahuluan diatas maka peneliti mengadakan identifikasi hambatan belajar
epistimologis pada materi Hukum Newton tentang gerak dengan menggunakan
tes kemampuan responden.
Pada penelitian sebelumnya telah diadakan beberapa bentuk identifikasi
hambatan belajar epistimologis yaitu tentang mengidentifikasi hambatan belajar
19Arman maislangara, Sutopo Sutopo, Parno , Kesulitan Peserta didik dalam Memahami
Hukum Newton dan Solusinya pada Pembelajaran Sains di SMP, Seminar Nasional Pengembangan
Profesionalisme Pendidik Untuk Mebangun Anak Bangsa, 2016, h. 2.
20
Dara Nurul Istiqomah, Learning Obstacles Terkait Kemampuan Problem Solving Pada
Konsep Fungsi Matematika SMP, Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika UNY,
2015, h. 410.
21Harun, Sugiatno, Bistari, Op.Cit, h. 3.
epistimologis pada materi momentum dan impuls22
, fluida statis23
, tekanan pada
zat cair24
, asas bernoulli25
, energy dan perubahannya26
. Perbedaan identifikasi
hambatan belajar epistimologis dalam penelitian ini dari penelitian-penelitian
sebelumnya terletak pada materinya, hal ini dikarenakan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi hambatan belajar epistimologis yang terfokus pada masing
masing materi.
Berdasarkan bahwa penyebab hambatan belajar epistimologis peserta didik
yaitu keterbatasan peserta didik dalam memahami suatu konsep karena
pemahamannya yang tidak lengkap atau utuh27
, sehingga dapat membuat peserta
didik kesulitan dalam berfikir28
serta pentingnya menguasai Hukum Newton
karna hukum Newton membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam, peserta
didik terkadang tidak terlalu mempelajari secara mendalam sehingga
menyebabkan kekeliruan dalam konsep serta Hukum Newton sangat penting
dalam pembelajaran fisika sehingga penguasaan materi nya menjadi yg utama
untuk dikuasai peserta didik29
. Maka yang membedakan penelitian ini dari
22 Gita Wahyu Pebriyanti,Harun Imansyah, A. F. C. Wijaya,Heni Rusnayati, Op.Cit.h.3.
23
Gadis Argi Kiranti, Heni Rusnayati, A.F.C Wijaya, Parsaoran Siahaan, „ Profil Hambatan
Belajar Epistimologis Peserta didik Pada Materi Fluida Statis Kelas XI SMA Berbasis Analisis Tes
Kemampuan Responden, Jurnal Wahana Fisika, 3.2 (2018), h. 19.
24
Kartika Mega Lestari , Heni Rusnayati, Agus Fany Chandra Wijaya, Profil Hambatan Belajar
Epistimologis Peserta didik Kelas VIII SMP Pada Materi Tekanan Zat Cair Melalui Tes Kemampuan
Responden, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2017, 4.5 (2017), h. 1.
25Gita Wahyu Pebriyanti,Harun Imansyah, A. F. C. Wijaya,Heni Rusnayati, Op.Cit, h. 3.
26
Yunia Maghfirah , Heni Rusnayati, A. F. C. Wijaya, Op.Cit.h.1
27
Gita Wahyu Pebriyanti,Harun Imansyah, A. F. C. Wijaya,Heni Rusnayati, Op.Cit, h. 3.
28
Harun, Sugiatno, Bistari, Op.Cit, h. 3.
29
Arman maislangara, Sutopo Sutopo, Parno, Op.Cit, h. 2.
penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini peneliti mengidentifikasi
hambatan belajar epistimologis pada materi Hukum Newton.
D. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, tampak bahawa hambatan
belajar epistimologis merupakan bahasan yang luas. Oleh karena itu peneliti
menetapkan fokus penelitian ini sebagai berikut:
Fokus penelitian ini adalah hambatan belajar epistimologis pada
peserta didik kelas XII SMA Muhammadiyah 1 Gisting pada materi Hukum
Newton tentang gerak
E. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah hambatan belajar epistimologis pada materi Hukum Newton
pada peserta didik kelas XII SMA Muhammadiyah Gisting ?
2. Berapakah besar presentase hambatan belajar epistimologis pada materi
Hukum Newton pada peserta didik kelas XII SMA Muhammadiyah Gisting?
F. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimanakah hambatan belajar epistimologis pada
materi Hukum Newton pada peserta didik kelas XII SMA Muhammadiyah
Gisting
2. Untuk mengetahui berapakah besar presentase hambatan belajar
epistimologis pada materi Hukum Newton pada peserta didik kelas XII SMA
Muhammadiyah Gisting.
G. Signifikasi Penelitian
Adapun signifikasi penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara
lain :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keabsahan ilmu
pengetahuan khususnya dalam pembelajaran fisika dan dapat dijadikan
sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru, dapat memberikan rujukan soal tes hambatan belajar
epistimologis.
b. Bagi peserta didik selaku objek penelitian, dapat mengetahui hambatan
belajar epistimologisnya.
H. Metode Penelitian
1 . Pendekatan dan Prosedur Penelitian
Penelitian merupakan pencarian suatu fakta untuk menemukan
kebenaran yang juga merupakan pemikiran kritis30
. Sedangkan pendapat lain
mengatakan bahwa Penelitian atau riset adalah upaya yang sistematis untuk
memberikan jawaban terhadap suatu permasalahan atau fenomena yang kita
hadapi31
.
Pendekatan penelitian dilakukan untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu32
. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang yang diamati33
.
Penelitian jenis ini adalah penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan
suatu gejala peristiwa secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi atau daerah tertentu. Sehingga dapat dikatakan penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap gejala secara
holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami sebagai
30Yuberti and Antomi Saregar, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Dan
Sains (Bandar Lampung: Aura, 2017), h. 12.
31
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengebangan (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), h. 34.
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014),h.
3.
33
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 1.
sumber langsung dari instrumen kunci yakni peneliti itu sendiri34
. Dalam
penelitian ini pula, sang peneliti berusaha menggambarkan secara kompleks
suatu isu atau masalah yang ditelitinya.
Adapun jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang digunakan
untuk menggambarkan (to describe), men jelaskan, dan menjawab persoalan-
persoalan tentang peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena
sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antara berbagai variabel
dalam suatu peristiwa35
. Jadi, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
mendeskripsikan peristiwa atau fenomena tertentu secara lebih rinci.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
hambatan belajar epistimologis peserta didik pada materi Hukum Newton
tentang gerak pada peserta didik SMA Muhammadiyah 1 Gisting. Dalam
penelitian ini peneliti berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh
melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti
sebagai instrumen kunci, karena selain pengumpul data, peneliti juga terlibat
langsung dalam proses penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif karena
peneliti harus mengungkapkan gambaran tentang hambatan belajar
epistimologis peserta didik pada materi tentang Hukum Newton. Gambaran
tersebut diungkapkan dengan cara menganalisis hambatan belajar peserta
34 Sugiyono, Op.Cit., h. 14.
35
Yuberti and Antomi Saregar, Op.Cit., h. 18.
didik pada aspek epistimologisnya di SMA Muhammadiyah 1 Gisting.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Proses deskripsi pada
penelitian ini merupakan proses terpenting, adapun langkah-langkah dalam
metode deskriptif sebagai berikut36
:
a. Masalah penelitian dideskripsikan secara tegas dengan mengungkapkan
tujuan yang jelas, sehingga pada penelitian dapat mengarahkan peneliti
dalam mengumpulkan data-data dan analisisnya.
b. Menentukan prosedur penelitian, yaitu sasaran penelitian meliputi populasi
dan sampel, teknik penentuan sumber data, serta teknik yang digunakan
dalam pengumpulan, pengolahan, menganalisis data.
c. Mengumpulkan dan menganalisis data.
2. Desain Penelitian
Metode dan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan desain tipe studi kasus. Metode kualitatif adalah metode
yang berlandaskan pada pospositive digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, dengan peneliti sebagai instrument kunci, teknik
36 Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustak Setia, 2011), h.
100.
pengumpulan datanya dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih mengutamakan makna daripada generalisasi.37
Studi kasus merupakan pengujian secaraa rinci terhadap satu latar atau
satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa
tertentu.38
Definisi lain dari studi kasus adalah suatu inquiri empiris yang dalam konteks
kehidupan nyata, yang mana batas batas antara fenomena dan konteks tak
tampak dengan tegas. 39
Alasan menggunakan desain ini adalah karena akan meneliti secara
mendalam hambatan belajar peserta didik kususnya hambatan epistimologis
dan dalam penelitian ini peneliti akan menelusuri indicator hambatan
epistimologis pada peserta didik.
3. Partisipan dan Tempat Penelitian
1. Partisipan Penelitian
Partisipan merupakan orang yang ikut berperan dalam kegiatan
tertentu. Partisipan pada penelitian ini adalah peserta didik yang telah
mempelajari tentang Hukum Newton kususnya kelas XII IPA 1 dan XII
IPA 2 SMA Muhammadiyah I Gisting yang berjumlah 64 peserta didik.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta,2008), h.
9.
38 Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaa, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
2009), h. 175.
39 Yin, Robert K, Studi Kasus: Desain dan Metode (Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2011), h. 19.
Berdasarkan kriteria yang peneliti paparkan dalam pemilihan
sampel penelitian, maka pemilihan sampel penelitian pada penelitian ini
menggunakan purposive sampling, yakni penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu mulai dari perolehan nilai pada kategori tinggi,
sedang, dan rendah.40
Pemilihan teknik purposive sampling dikarenakan
pada penelitian kualitatif tidak mempersoalkan sampel dan populasi
sebagaimana pada penelitian kuantitatif, sampel tidak dipilih secara acak
melainkan digunakan pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling).
Cara mengambil sampel didasarkan pada karakteristik tertentu yang
dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian karena sampel tidak
dimaksudkan untuk generalisasi. Hal ini juga dijelaskan oleh Suharsimi
Arikanto, bahwa sampel bertujuan atau purposive sampling dilakukan
dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random
atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.41
Sampel yang
dimaksudkan pada penelitian kualitatif adalah untuk menyaring sebanyak
mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya
(contruction). Oleh karena itu penelitian kualitatif tidak memiliki sampel
acak melainkan sampel bertujuan (purposive sampling). Purposive
sampling ditandai dengan sampel yang tidak dapat ditentukan atau ditarik
40 Sugiono, op.cit., h. 124. 41 Suharsimi, op.cit., h.183
lebih dahulu dan jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan-
pertimbangan, informasi-informasi yang diperlukan.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah I Gisting.
Alasan SMA Muhammadiyah I Gisting dipilih menjadi lokasi penelitian
karena berdasarkan dari studi pendahuluan didapatkan bahwa kebanyakan
peserta didik di SMA Muhammadiyah I Gisting masih banyak mengalami
hambatan dan kesulitan dalam mata pelajaran fisika.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah kegiatan mencari data di lapangan yang
akan digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Menurut
Sugiono, pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau
keterangan-keterangan dari seluruh elemen populasi yang akan menunjang
atau mendukung penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Tes
Tes adalah suatu kumpulan pertanyaan ataupun latihan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampaun atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok42
. Tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah soal Hukum Newton tentang gerak berbentuk
essai yang sebelumnya sudah diuji validitasnya. Adapun tujuan
pemberian tes soal ini adalah untuk mengidentifikasi hambatan belajar
epistimologis peserta didik pada materi Hukum Newton tentang gerak.
b. Wawancara
Pertemuan antara 2 orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
kegiatan tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topic tertentu disebut dengan wawancara. Dalam kegiatan wawancara
terdapat pewawancara (interviewer) yaitu sebagai pengaju atau pemberi
pertanyaan, dan yang diwawancarai (interview) yaitu sebagai pemberi
jawaban ataspertanyaan itu43
. Wawancara merupakan alat re-checking
atau pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya. Tujuan
dilakukannya wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana
sang pewawancara memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab
oleh yang diwawancarai.
42
Suharismi Arikanto, Op. Cit., h. 193. 43
Basrowi and Suwandi, Op. Cit, h. 127.
Melalui kegiatan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal
secara mendalam tentang partisipan yang diteliti dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana
wawancara dilakukan bukan hanya untukmengetahui ada atau tidaknya
sesuatu melainkan diharapkan dapat membantu peneliti dapat lebih
memahami suatu keadaan dan perisriwa tertentu44
.
Menurut Esterberg, wawancara dibagi menjadi 3 macam yaitu
wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan
secara terorganisir dan disusun secara terperinci. Pada wawancara
ini peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Oleh karena itu, peneliti telah mempersiapkan
instrument wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
telah disertai dengan alternatif jawaban yang ada. Dalam
wawancara ini, setiap responden diberikan pertanyaan yang sama
dan pengumpul data (peneliti) mencatatnya.
2) Wawancara Semistruktur (Semistructure Interview)
Wawancara semistruktur adalah wawancara dalam kategori
indepth interview yang dalam pelaksanaannnya lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
44
Yuberti dan Antomi Saregar, Op.Cit, h. 37.
wawancara jenis ini adalah untuk menentukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai
pendapat serta ideidenya.
3) Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas,
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap dalam pengumpulan
data-datanya serta hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan45
.
Berdasarkan 3 jenis wawancara tersebut, maka dalam
penelitian ini peneliti melakukan wawancara semi terstruktur
(Semistructure Interview). Bersifat semi terstruktur sebab
pertanyaan pada saat wawancara bisa berkembang namun tetap
disesuaikan dengan pendekatan historis dengan tujuan untuk
menggali informasi secara terbuka untuk mendukung dari data-data
yang telah diperoleh.
c. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dan dapat
berupa tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang.
45
Sugiono, Op.Cit., h. 233.
Dokumentasi ini merupakan teknik yang paling banyak menonjol
digunakan oleh para peneliti lapangan dan dapat menambah informasi
bagi peneliti46
. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi
sebagai alat yang memperkuat penelitian peneliti agar hasil dari penelitian
ini lebih kredibel atau terpercaya.
d. Kuesioner atau Angket
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui
formulirformulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.47
Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioer, daftar pertanyaannya
dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan dua pilihan.
5. Prosedur Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan mendata secara sistematis
dari hasil tes, catatan lapangan, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi orang lain48
. Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai
46 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta: Rajawali
Pers,2012), h. 172.
47 Mardalis, Metodologi Peneitian: Suatu Pendekatan Proposal. ( Jakarta:
Bumi Aksara. 2008),h. 66.
48
Burhan Bungin, Op.Cit., h.185.
pengumpulan data dalam periode tertentu49
. Miles dan Huberman
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga
datanya sudah jenuh50
, dan langkah-langkah dalam reduksi data ini
diantaranya adalah data reduction, data display, dan conclusion drawing atau
verification 51
. Analisis data yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan,
penyederhanaan,pemusatan perhatian, transformasi data mentah di
lapangan, dan memilah- milahkannya ke dalam suatu kategori tertentu52
.
Reduksi data adalah bentuk analisis yang mengacu pada proses
menajamkan, menggolongkan, membuang, yang tidak diperlukan dan
mengorganisasikan data mentah yang diperoleh dari lapangan. Semua data
dipilih sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan penelitian53
.
b. Data Display (Penyajian Data)
Menyajikan data merupakan langkah yang dilakukan setelah data
selesai direduksi. Penyajian data yaitu kegiatan mengidentifikasi dan
menjelaskan data yang ditemukan dan dapat disajikan dalam bentuk
49 Sugiyono, Op.Cit., h. 337.
50
Saeful Rohman, Ani Rusilowati, dan Sulhadi, „Analisis Pembelajaran Fisika Kelas X SMA
Negeri dii Kota Cirebon Berdasarkan Literasi Sains‟, Physics Communication, 1.2 (2017), h. 14.
51
Sugiyono, Loc.Cit., h.333.
52
Burhan Bungin, Op.Cit., h.70.
53
Sugiono, Op.Cit., h. 338.
kalimat sistematis, uraian singkat, tabel, bagan, hubungan antar kategori,
flowhart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data maka akan
mempermudah peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dialami. Penyajian data pada
penelitian ini adalah dari hasil tes kemampuan responden dan hasil
wawancara.
c. Conclusion Drawing / Verivication (Penarikan Kesimpulan)
Setelah data disajikan sedemikian rupa dan dikategorikan dengan
baik, maka langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari paparan
data tersebut dengan landasan yang kuat. Kesimpulan yang dibuat masih
bersifat sementara dan akan berubah bila tidak diperlukan dan tidak
ditemukan bukti bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal54
. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa
data kuantitatif, oleh sebab itu untuk melakukan penarikan kesimpulan
secara kualitatif data dikonversikan terlebih dahulu ke dalam penskoran
kualitatif.
Setelah data kuantitatif terkumpul dari proses pengumplan data
tersebut maka data yang telah ada harus diolah oleh peneliti, adapun
langkah lagkah yang ditempuh dalam pengolahan data tersebut adalah
54Ibid., h. 345
1) Seleksi
Data yang terkumpul yaitu berupa jawaban yang diseleksi
dengan mengetahui maksud mana data yang lengkap dan mana data
yang tidak lengkap serta mana data yang bisa diolah dan data yang
tidak bisa diolah.
2) Tabulasi
Tabulasi sangat berguna dalam mempermudah perhitungan
yang biasanya dibuat dalam tabel, sehingga dapat diketahui
alternative jawaban yang diberikan oleh responden.
3) Penafsiran data
Maksudnya adalah menafsikan data mentah hasil dari
lapangan agar mempunyai arti dan makna agar dapat menjawab
masalah penelitian. Adapun langkah langkahnya adalah sebagai
berikut :
a) Membuat tabel yang emuat kolom, nomor pertanyaan, alternative
jawaban , frekuensi jawaban dan presentase.
b) Menjumlah alternative jawaban untuk mencari frekuensi
c) Menjumlah semua alternative jawaban untuk mencari frekuensi
keseluruhan
d) Mencari presentase untuk mendapatkan gambaran seberapa besar
frekuensi tiap jawaban dengan rumus55
:
Keterangan :
P = Presentase jawaban
fo = frekuensi jawaban responden
n = jumlah responden
Demikianlah teknik analisis tes kemampuan responden dalam
penelitian ini, adapun analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk
mengidentifikasi hambatan belajar epistimologis dengan tes kemampuan
responden pada peserta didik kelas XII SMA Muhammadiyah Gisting,
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan
setelah selesai di lapangan.
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
Penelitian kualitatif harus mempunyai standar validitas dan reliabilitas
untuk menguji keabsahan data. Dalam pengujian keabsahan data, penelitian
kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif.
Terdapat empat standar atau kriteria utama dalam menjamin keabsahan hasil
55 Winarno surahmad, Pengantar Metodologi Sosial Dasar Metode Tehnik, (Bandung : Tarsito,
1998 ), h. 209.
P = 𝑓𝑜
𝑛 x 100 %
penelitian kualitatif yang meliputi uji credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan
conformability (objektivitas)56
.
a. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas identik dengan validitas internal dalam penelitian
kuantitatif. Ada bermacam cara dalam pengujian kredibilitas data agar
penelitian kualitatif memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai
dengan fakta yang ada di lapangan. Uji kredibilitas meliputi:
1) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan merupakan memperpanjang
keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data di lapangan.
Semakin lama peneliti terlibat dalam pengumpulan data, maka akan
semakin memungkinkan meningkatnya derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan. Dengan memperpanjang pengamatan maka hubungan
peneliti dengan sumber data akan semakin terbentuk, terbuka, dan
saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan. Lamanya perpanjangan pengamatan ini sangat
bergantung pada kedalaman, keluasan, dan kepastian data itu sendiri.
2) Peningkatan Ketekunan
56 Ibid, h. 366-378
Peningkatan ketekunan merupakan melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan sehingga kepastian data
urutan peristiwa dapat direkam dengan pasti dan sistematis. Dengan
meningkatkan ketekunan, peneliti dapat mengecek kembali salah atau
benarnya data yang telah dikumpulkan. Selain itu, dengan
meningkatkan ketekunan ini peneliti dapat memberikan deskripsi data
yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3) Triangulasi
Pada uji kredibilitas, triangulasi merupakan pengecekan data dari
beberapa sumber dengan berbagai cara dan waktu. Triangulasi terdiri
atas triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
triangulasi waktu.
a) Triangulasi Sumber
Pada triangulasi sumber, menguji keabsahan data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Data yang diperoleh dari beberapa sumber tersebut
kemudian dideskripsikan, dikategorikan antara pandangan yang
sama, berbeda dan spesifik dari ketiga sumber tersebut. Setelah
dianalisis dan menghasilkan suatu kesimpulan, maka data tersebut
dimintakan kesepakatan kepada sumber.
b) Triangulasi Teknik
Menguji kredibilitas data menggunakan triangulasi teknik
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
namun dengan teknik yang berbeda. Contohnya jika data diperoleh
menggunakan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner.
c) Triangulasi Waktu
Kredibilitas data juga dipengaruhi oleh waktu. Jika data
dikumpulkan menggunakan teknik wawancara dan wawancara
tersebut dilakukan di pagi hari saat kondisi narasumber masih
segar dan belum banyak masalah, akan memberikan data
yang lebih valid sehingga data akan lebih kredibel.
4) Diskusi Dengan Teman Sejawat
Kita dapat melibatkan teman yang tidak melakukan penelitian
untuk berdiskusi untuk memberikan masukan maupun kritik terhadap
penelitian yang kita lakukan dari awal hingga tersusunnya hasil
penelitian. Ini perlu dilakukan karena mengingat keterbatasan
kemampuan peneliti yang dihadapi oleh kompleksitas fenomeena sosial
yang diteliti.
5) Analisis Data Kasus Negatif
Kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga pada saat
tertentu disebut dengan kasus negatif. Melakukan analisis kasus
negative berarti peneliti mencari data yang berbeda bahkan
bertentangan dengan data yang ditemukan. Jika tak ada lagi data yang
berbeda dengan temuan, maka data yang ditemukan sudah dapat
dipercaya. Sedangkan, jika peneliti masih memperoleh data-data yang
bertentangan dengan data yang ditemukannya, maka peneliti akan
merubah temuannya.
6) Member Check
Member check merupakan suatu proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada sumber data, bertujuan untuk mengetahui kesesuaian
data yang ditemukan dengan data yang diberikan oleh sumber data.
Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu
periode pengumpulan data selesai atau setelah mendapat
kesimpulan. Mamber check dilakukan dengan cara individual, dengan
cara peneliti mendatangi pemberi data, atau melalui forum diskusi
kelompok.
Pada penelitian ini uji kredibilitas yang akan peneliti gunakan
adalah triangulasi yakni triangulasi teknik. Dalam melakukan uji
kredibilitas data menggunakan triangulasi teknik, maka yang akan
peneliti lakukan adalah dengan mengecek data dengan sumber atau
subjek penelitian yang sama namun dengan teknik yang berbeda yakni
dengan melihat hasil tes kemampuan responden dan hasil wawancara.
b. Pengujian Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif Pada prinsipnya Transferability merupakan pernyataan empirik
yang tidak mampu dijawab oleh peneliti melainkan dijawab dan dinilai
oleh para pembaca laporan penelitian. Hasil dari penelitian kualitatif akan
memperoleh Transferability yang tinggi bila para pembaca laporan
memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan
fokus penelitian. Oleh karena itu dalam pembuatan laporannya peneliti
harus memberikan uraian yang jelas, rinci, sitematis, dan dapat dipercaya.
c. Pengujian Depenability
Depenability boleh dikatakan mirip dengan reliabilitas. Penelitian
yang reliabel adalah penelitian yang bila orang lain dapat mengulangi
atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Pada penelitian kualitatif, uji
depenability dilakukan dengan melaukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Depenability dilakukan oleh auditor yang independen
atau oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti
dalam melakukan penelitian, mulai bagaimana dari peneliti menentukan
masalah atau fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
menganalisis data, menguji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan,
semuanya harus dapat ditunjukkan oleh peneliti.
d. Pengujian Konfirmability
Dalam penelitian kualitatif, konfirmability disebut juga dengan uji
objektivitas. Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah
disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability
mirip dengan uji depenability, sehingga penelitiannya dapat dilakukan
secara bersama-sama. Dalam uji konfirmability yang diuji adalah hasil
penelitiannya. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah dikatakan
memenuhi standar konfirmability.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hambatan Belajar Epistimologis
a. Belajar
Kegiatan belajar tidak sekadar usaha mengingat, jauh lebih dari
itu ia memliki makna yang lebih luas dan mendalam, yakni
mengalami. Tujuan hasil belajar tidak sekadar hanya menjadi suatu
penguasaan pada hasil dari latihan, lebih dari itu diharapkan dapat
memberikan perubahan perilaku yang bersifat progresif serta
bertanggung jawab. Para ahli menyatakan pengertian lain tentang
belajar, yang menyatakan seperti belajar adalah memperoleh
pengetahuan dan belajar adalah proses latihan-latihan pembentukan
kebiasaan menuju otomatisasi respon57
.
Sejalan dengan perumusan tersebut, Hamalik menyatakan
bahwa belajar adalah suatu proeses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan58
. Pendapatnya tentang proses
belajar lebih kepada usaha individu dalam beradaptasi terhadap
lingkungan. Adaptasi dalam bahasan ini merupakan kegiatan yang
57
Muhammad Arie Firmansyah, Analisis Hambatan Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah
Statistika, JPPM, 2017, h. 115.
58
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara.,2007), h. 36-37.
bersifat kerjasama sosial guna menyelesaikan permasalahan yang
timbul. Senada dengan itu Sudjana berpendapat, belajar pada
hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu59
.
Sedangkan Witherington berpendapat bahwa, belajar adalah
suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
pola baru, pada ranah reaksi kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian
atau suatu pengertian60
. Belajar merupakan kegiatan berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang
pendidikan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok
dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Belajar adalah
proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memeroleh suatu
perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
Kegiatan belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, tergantung
pada kemampuan individu dalam menangkap pesan yang terjadi
59 Rusman, Model-Model Pembelajaran.( Jakarta: Raja Grafindo.2013), h. 1.
60
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya.2010), h. 84.
dilingkungannya. Belajar merupakan tindakan dan perilaku individu
yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh
individu sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar61
.
Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya
teaching & Media-A systematic Approach 1971 mengemukakan
bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu
adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah
suatu tindakan yangdapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh
tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati62
.
Menurut slameto belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya63
.
Lebih lanjut Abdillah dalam menyimpulkan bahwa belajar
adala suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
61Muhammad Arie Firmansyah, Op.Cit, h. 116.
62
A Arsyad, Media Pembelajaran.( Jakarta:Rajawali Pers.2011), h. 3.
63
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.( Jakarta: PT. Rineka
Cipta.2003), h. 5.
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh
tujuan tertentu64
.
Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan
tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu
sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan
pribadi manusia seutuhnya65
.
b. Hambatan Belajar (Learning Obstacle)
Hambatan belajar atau Learning obstacle merupakan
hambatan atau kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa ketika belajar tidak
selalu sama, hal ini terjadi karena siswa mempunyai hambatan yang
berbeda-beda dalam pembelajarannya. Dengan kata lain, hambatan
atau kesulitan belajar ini tidak dapat dihindari karena merupakan
bagian dari setiap proses pembelajaran66
.
` Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tidak dapat
dipungkiri keberadaannya, karena hal ini merupakan bagian dari
64Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran ( Bandung: Penerbit Alfabeta.2010), h. 35.
65 Muhammad Arie Firmansyah, Op.Cit, h.116.
66Redi Hermanto, Satya Santika, Eksplorasi epistemological dan didactical obstacle serta
hypothetical learning trajectory pada pembelajaran konsep jarak, Jurnal Penelitian Pendidikan dan
Pengajaran Matematika, 2017,h. 117.
proses pembelajaran. Ketika belajar siswa mengalami proses pem
belajaran yang dipengaruhi oleh factor luar dan factor dalam. Factor-
faktor inilah yang dapat menyebabkan munculnya hambatan belajar
siswa. Berdasarkan penyebabnya hambatan belajar dikategorikan ke
dalam tiga jenis, yaitu; hambatan ontogeni, hambatan didaktis, dan
hambatan epistimologis67
.
1) Hambatan Ontogeni
Hambatan Ontogeni adalah hambatan terkait ketidaksiapan
mental belajar siswa karena perkembangan mental dan kognitif
yang jauh tertinggal dengan perkembangan biologisnya. Salah satu
penyebabnya yaitu pembatasan konsep pembelajaran pada saat
perkembangan anak.
2) Hambatan Didaktis
Hambatan Didaktis adalah hambatan terkait kekeliruan
proses pembelajaran di sekolah itu sendiri. Salah satu penyebabnya
yaitu cara guru membuat atau merancang pembelajaran kurang
tepat atau kesalahan dari sumber belajar siswa. Misalnya
menggunakan analogi yang kurang tepat sehingga pengetahuan
yang disampaikan memungkinkan dimaknai berbeda oleh siswa.
3) Hambatan Epistimologis
67 Arin Budiarti, Heni Rusnayati, Parsaoran Siahaan, A.F.C Wijaya, Profil Hambatan Balajar
Epistimologis Siswa Pada Materi Momentum Dan Impuls Kelas X SMA Berbasis Analisis Tes Kemampuan
Responden, Jurnal Wahana Fisika,2018, h. 36.
Hambatan Epistimologis adalah hambatan terkait
pengetahuan siswa terhadap suatu konten. Salah satu penyebabnya
yaitu keterbatasan pengetahuan yang dimiliki seseorang hanya
pada suatu konteks tertentu atau pemahaman sebuah konsep yang
tidak lengkap. Jika dihadapkan pada konteks lain yang berbeda,
maka akan mengalami hambatan untuk menggunakan pengetahuan
tersebut68
.
c. Hambatan Epistimologis
Menurut Brosseau hambatan epistimologis adalah hambatan
yang muncul karena ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa tidak utuh,
sehingga mengakibatkan siswa mengalami keterbatasan dalam
berpikir.
Menurut Irawan dalam bukunya, hambatan epistimologis
adalah Jika siswa tidak dapat menggunakan pengetahuannnya terhadap
suatu konsep untuk menyelesaikan masalah pada konteks yang
berbeda maka siswa tersebut diindikasi mengalami hambatan belajar
epistimologis. Hambatan dalam menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya berarti kurangnya siswa dalam memahami konsep materi.
68Gita Wahyu Pebriyanti,Harun Imansyah, A. F. C. Wijaya,Heni Rusnayati, „ Profil Hambatan
Belajar Epistimologis Siswa Pada Materi Asas Bernoulli Kelas XI Sma Berbasis Analisis Tes
Kemampuan Responden‟, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2017, 6.1 (2017), h. 2.
Hambatan epistimologis hakekatnya merupakan pengetahuan
seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu69
.
Hercovics menjelaskan bahwa perkembangan penge-tahuan
ilmiah seorang individu banyak me-ngalami kendala epistimologi,
dimana sche-mata konseptual pada diri pelajar mengalami kendala
kognitif70
. Sejalan dengan pendapat tersebut Suryadi mengungkapkan
hambatan epistimologis pada hakekatnya merupakan pengetahuan
seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu saja, sehingga
saat ia dihadapkan pada situasi yang berbeda dapat mengakibatkan
pengetahuan yang dimilikinya menjadi tidak bisa digunakan atau
mengalami kesulitan dalam menggunakannya. Dari beberapa pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa hambatan epistimologis merupakan
halangan atau rintangan yang dihadapi oleh siswa karena kurangnya
pengetahuan yang dimiliki terkait konsep materi yang dipelajari71
.
69Nurkhasanah Sukimin Putri, Agung Hartoyo, Yulis Jamiah, Desain Didaktis Melalui Naïve
Geometri Untuk Mengatasi Hambatan Epistemologis Dalam Persamaan Kuadrat Di SMA, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran UNTAN, 2018, h. 2.
70
Euis, Hambatan Epistimologis (Epistimological Obstacle) dalam Persamaan Kuadrat pada
Siswa Madrasah Aliyah, International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics
Education, 2011, h. 793.
71
Rasmania, Sugiatno, Dede Suratman, Hambatan Epistimologis Siswa Dalam Menentukan
Domain Dan Range Fungsi Kuadrat di Sekolah Menengah Atas, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran,
2018, h. 2.
Menurut Brosseau dalam bukunya yang berjudul Theory of
Didactical Situation, hambatan epistimologis siswa dapat dilihat
melalui analisis pendekatan historis72
, yaitu :
a) Menjelaskan dan memahami pengetahuan yang dipelajari.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
obyek73
.
Dalam hal ini menjelaskan dan memahami pengetahuan
diartikan suatu kemampuan menguraikan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan menyebutkan cotoh
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari74
.
b) Memahami penggunaan pengetahuan yang mereka pelajari
72 Brousseau, Theory of Didactical Situations in Mathematics, (Kluwer Academic Plublisher :
New York), 2002,h. 101.
73 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta : Rineka Cipta,
2007), h. 143
74
Soekidjo NotoatmodjoIlmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2003), h. 122.
Memahami penggunaan pengetahuan berarti siswa
mampu mengaplikasikan kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip.
c) Melihat hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep-
konsep lain yang berhubungan.
Dalam proses pembelajaran factor yang sangat penting
adalah pengetahuan yang dipelajari sebelumnya. Pengetahuan-
pengetahuan peserta didik yang diperoleh pada saat mempelajari
materi-materi sebelumnya berguna untuk memahami materi
selanjutnya. Faktor penting dalam proses pembelajaran tersebut
ada kaitannya dengan salah satu standar proses yang
dikemukakan oleh National Council of Teacher of Mathematics
(NCTM). Standar proses tersebut adalah kemampuan koneksi
matematis. Koneksi matematis adalah kemampuan peserta didik
dalam menghubungkan antar konsep di dalam maupun di luar
matematika. Dengan memahami hubungan antara konsep yang
sebelumnya telah dipelajari dengan konsep yang saat ini sedang
dipelajari, maka pembelajaran yang berlangsung akan menjadi
lebih bemakna75
d) Mengidentifikasi permasalahan dan menjelaskan alasan atas
penyelesaian yang diberikan
Pembelajaran fisika memiliki tujuan diantaranya
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis siswa terhadap lingkungan dan sekitarnya. Pembelajaran
fisika pada siswa diharapkan tidak hanya untuk menguasai konsep
tetapi juga menerapkan konsep yang telah mereka pahami dalam
penyelesaian masalah fisika. Namun, pembelajaran dalam kelas
cenderung menekankan pada penguasaan konsep dan
mengesampingkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.
Pada pembelajaran fisika, kemampuan menyelesaikan
masalah siswa masih tergolong rendah. Dalam mengerjakan soal-
soal fisika yang diberikan oleh guru, siswa lebih sering langsung
menggunakan persamaan matematis tanpa melakukan analisis,
menebak rumus yang digunakan dan menghafal. contoh soal yang
telah dikerjakan untuk mengerjakan soal-soal lain. Siswa
mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan permasalahan yang
75
Linto, R.L., Elniati, S., & Rizal, Y., Kemampuan Koneksi Matematis dan Metode
Pembelajaran Quantum Teaching dengan Peta Pikiran, Jurnal Pendidikan Matematika Part 2, 1.1
(2012), h. 83.
kompleks. Siswa mampu menyelesaikan permasalahan kuantitatif
sederhana namun kurang memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang lebih kompleks.76
e) Mengulangi jawaban yang salah pada permasalahan yang sama,
serta cara masing-masing siswa memahami permasalahan.
Pemecahan masalah dalam matematika sekolah diwujudkan
melalui soal cerita. Dalam penyelesaian soal cerita, terlebih dahulu
siswa harus dapat memahami isi soal cerita tersebut, setelah itu
menarik kesimpulan obyek-obyek yang harus diselesaikan dan
memisalkannya dengan simbol-simbol matematika, sampai pada
tahap akhir yaitu penyelesaian. Kesalahan siswa dalam
menyelesaikan pemecahan masalah berupa soal uraian adalah
karena siswa kurang memahami konsep. Melihat kesalahan yang
dilakukan siswa tidak hanya terpaku pada jawaban akhir saja tetapi
dari proses penentuan metode yang digunakan untuk
menyelesaikan soal uraian yang diberikan. Sehingga siswa dapat
mengetahui letak kesalahannya dalam menyelesaikan pemecahan
masalah soal uraian secara lebih spesifik, agar siswa lebih
76
Rismatul A, Lia Y, Eny L, Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika Pada Siswa SMA, Jurnal
Penelitian Fisika dan Aplikasinya, 5.2 (2015), h. 44.
termotivasi untuk memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan
yang sama.77
2. Hukum Newton
Benda di alam bergerak, diam dan sebagainya tidak terjadi secara
tibatiba, ada penyebab sehingga gerak tersebut terjadi dan proses gerakpun
tidak terjadi secara bebas. Benda selalu bergerak mengikuti aturan yang
sudah pasti. Hal ini sesuai dengan Islam, mengenai semua makhluk
bergerak mengikut aturan Allah SWT. Terdapat di dalam surat Ar-Ra‟ad
ayat 15
Artinya: “Hanya kepada Allah lah tunduk/patuh segala apa yang
ada di langit dan di bumi baik atas kesadarannya sendiri ataupun karena
77 Desy, Y., Harina, F., Identifikasi Kesalahan Siswa Menggunakan Newman‟s Error Analysis
(Nea) Pada Pemecahan Masalah Operasi Hitung Bentuk Aljabar, Seminar Nasional Pendidikan, Sains
dan Teknologi, 2017, h.78.
terpaksa, (dan sujud pula) bayang-bayangnya diwaktu pagi dan petang”
(ar Raad :15)
Dalam ayat ini mengingatkan bahwa semua yang ada di langit
maupun di Bumi mengikuti sistem yang sudah Allah SWT tentukan. Paku
yang didekatkan ke magnet akan ditarik kearah magnet. Bumi selalu
bergerak mengelilingi matahari pada orbit yang sudah tertentu. Benda
yang dilepas dari ketinggian tertentu pasti bergerak jatuh jika tidak ada
dorongan lain yang membelokkan arah gerak. Benda yang dilempar dalam
arah horizontal selalu bergerak melengkung ke bawah. Hal ini apabila
dianalogikan sesuai dalam Islam, maka gerak horizontal adalah hubungan
sesama makhluk Allah dan gerak vertical adalah hubungan makhluk
dengan Allah. Islam mengajarkan bahwa hanya berharap kepada Allah
SWT agar tidak mendapatkan kekecewaan. Hal ini terdapat dalam surat
Al-Insyirah ayat 8 dan perkataan dari Imam Syafi‟I
Artinya: “dan hanya kepada tuhan mu lah engkah berharap” (QS. Al-
Insyirah: 8)
“Ketika hatimu berharap kepada
seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah
pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui
hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara
tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.” (Imam Syafi‟i)
Dengan kata lain gerak benda umumnya bersifat determinsitik,
artinya dapat diramalkan di mana lintasan yang akan diambil, ke mana
arah kecepatan pada tiap titik di lintasan tersebut, dan berapa percepatan
tiap saat. Jika saat ini sebuah benda didorong dengan kekuatan tertentu
kearah tertentu maka benda akan bergerak dalam satu lintasan. Jika besok
benda yang sama didorong dengan kekuatan yang sama dan dalam arah
yang sama maka benda menempuh lintasan yang persis sama dengan
lintsan yang kemarin, kecuali ada pengganggu lain yang berpengaruh.
Dengan sifat yang deterministik tersebut tentu ada hukum yang
menjelaskan sifat-sifat gerak benda tersebut. Dengan hukum tersebut kita
dapat memperdiksi ke mana benda akan bergerak jika diberikan dorongan
tertentu.
a. Hukum I Newton
Hukum I Newton berbunyi “Jika resultan gaya yang bekerja
pada benda yang sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam
akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan
tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap” dari hukum I Newton ini
dapat diketahui bahwa semua benda cenderung mempertahankan
keadaannya awalnya, benda yang awalnya diam akan tetap
mempertahankan keadaan diamnya dan benda yang awalnya bergerak
akan tetap berusaha untuk bergerak.
Hukum I Newton mendefinsikan adanya sifat kelembaman benda,
yaitu keberadaan besaran yang dinamai massa. Karena sifat
kelembaman ini maka benda cenderung mempertahankan keadaan
awalnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa apabila ingin bergerak maka
harus ada gaya yang diberikan kepada benda tersebut hal ini juga
berlaku untuk benda yang sudah bergerak dengan kecepatan konstan
jika ingin mengalami percepatan maka harus ada gaya yang
ditambahkan. Di dalam islam juga telah diajarkan bahwa jika ingin
merubah nasib, maka harus ada usaha yang dilakukan. Hal ini tertuang
di dalam Al-Quran potongan surat Ar-Ra‟ad ayat 11.
Artinya:
“..Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri...(QS. Ar-Ra’ad: 11)
Σ𝐹 = 0
Dalam kehidupan sehari-hari, hukum I Newton sering dijumpai
salah satu contoh penerapan dari hukum I Newton adalah ketika
kendaraan yang sedang melaju tiba-tiba berhenti maka yang akan
terjadi adalah pengendara kendaraan akan terdorong kedepan atau saat
kendaraan yang keadaan awalnya diam sesaat akan melaju maka
pengendara akan terdorong kebelakang. Dari kedua contoh yang sudah
disebutkan, terdapat sifat kelembaman suatu benda yaitu
kecenderungan untuk selalu diam ataupun kecenderungan untuk selalu
diam. Kelembaman suatu benda dipengaruhi oleh massa benda
tersebut. Semakin besar massa maka semakin besar pula kelambaman
benda tersebut. Berikut contoh gambar dari hukum I Newton.
Gambar 2.1 Motor yang direm tiba-tiba
b. Hukum II Newton
Hukum I Newton baru mendefinisikan besaran yang
bernama massa, tetapi belum membahas penyebab benda bergerak
atau berhenti. Hukum II Newton berbunyi “Percepatan sebuah benda
berbanding lurus dengan gayatotal yang bekerja padanya dan
berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan
arah gaya total yang bekerja padanya”. Berdasarkan bunyi hukum II
Newton dapat diketahui bahwa semakin besar gaya maka percepatan
benda akan semakin besar dan berbanding terbalik apabila semakin
besar massa maka percepatan akan semakin kecil. Massa adalah
properti dari suatu objek yang menentukan berapa banyak resistensi
suatuobjek menunjukkan perubahan kecepatannya.
Hal ini menjelaskan perubahan keadaan gerak benda. Hukum
ini menyatakan bahwa benda dapat diubah keadaan geraknya jika pada
benda ada gaya yang bekerja. Gaya yang bekerja berkaitan langsung
dengan perubahan keadaan gerak benda. Besarnya perubahan keadaan
gerak sama dengan gaya yang diberikan kepada benda dengan
persamaan sebagai berikut:
Perubahan kecepatan benda bergantung dengan gaya yang di
berikan terhadap benda tersebut. Al-Quran merupakan petunjuk hidup
bagi manusia, apa yang tertuang di dalam Al-Quran merupakan
petunjuk. Mengenai hukum II Newton, Al-Quran telah menjelaskan
yaitu bergerak/bertebaranlah untuk mencari karunia Allah di muka
Σ𝐹 = 𝑚. 𝑎
Bumi. Apabila ingin mendapat karunia Allah, Rizq Allah, hidup
mengalami perubahan maka harus bergerak. Semakin banyak bergerak
maka akan semakin pula karunia Allah yang didapat. Hal ini terdapat
pada surat Al-Jumuah ayat 10.
Artinya: “Apabila telah dilaksanakan, maka bertebaranlah
kamu di Bumi, carilah karunia allah, dan ingatlah Allah banyak-
banyak agar kamu beruntuk” (QS. Al-Jumuah: 10)
Dalam kehidupan sehari-hari penerapan hukum II Newton
adalah saat kita melemparkan benda keatas secara vertikal, pada
awalnya benda akan bergerak dengan laju yang konstan akan tetapi
semakin keatas laju benda akan berkurang hingga pada titik tertinggi
yang dicapai benda tersebut akan berhenti sejenak lalu turun kembali
menuju Bumi dengan laju yang bertambah apabila semakin dekat
jaraknya dengan Bumi.
c. Hukum III Newton
Hukum ini mengungkapkan keberadaan gaya reaksi yang sama
besar dengan gaya aksi, tetapi berlawanan arah. Jika benda pertama
melakukan gaya pada benda kedua (gaya aksi), maka benda kedua
melakukan gaya yang sama besar pada benda pertama tetapi arahnya
berlawanan (gaya reaksi). Jika kamu mendorong dinding dengan
tangan, maka pada saat bersamaan dinding mendorong tanganmu
dengan gaya yang sama tetapi berlawanan arah. Bumi menarik tubuh
kamu dengan gaya yang sama dengan berat tubuhmu, maka pada saat
bersamaan tubuh kamu juga menarik bumi dengan gaya yang sama
besar tetapi berlawanan arah78
Faksi = -F reaksi
Mengenai hukum aksi reaksi dalam fisika, Al-Quran terlebih
dahulu menjelaskan mengenai apa yang kita lakukan maka itulah yang
kita dapat. Terdapat pada surat Ar-Rahman ayat 60 yaitu:
Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali dengan
kebaikan pula.” (QS.Ar Rahman: 60).
Sudah jelas bahwa apa yang kita lakukan (aksi) sesuai dengan
apa yang kita dapatkan (reaksi), tak dapat dipungkiri. Apabila kita
78 Serway and J.W Jewett, Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics,
2012.h.114
melakukan kebaikan, maka akan dibalas dengan kebaikan dan begitu
pula sebaliknya jika kita melakukan keburukan maka keburukan pula
yang akan kita dapatkan.
(Gambar 2.2 )
Gambar 2.2 Contoh pasangan gaya aksi reaksi. Setiap ada
gaya aksi maka selalu ada gaya reaksi yang sama besar tetapi
berlawanan arah. Tetapi perlu diingat bahwa gaya aksi dan reaksi
tidak bekerja pada benda yang sama. Gaya aksi dan reaksi bekerja
pada benda yang berbeda sehingga tidak saling meniadakan. Saat
mendorong tembok gaya aksi adalah gaya oleh tangan pada tembok
sedangkan gaya reaksi adalah gaya oleh tembok pada tangan.
3. Tes Kemampuan Responden (TKR)
Tes Kemampuan Responden (TKR) yang berupa tes uraian yang
terdiri dari atas tes tertulis sebanyak yang mencangkup konsep dari materi
hukum newton. Soal berbentuk essay ini bertujuan supaya tergambar pola
pikir siswa dalam menjawab soal serta jawaban yang dipilih merupakan
hasil pemikiran terlebih dahulu. TKR diberikan pada siswa yang telah
mempelajari materi tersebut. Subjek penelitian ini yaitu siswa yang telah
mempelajari materi tersebut.79
B. Tinjauan Pustaka
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan identifikasi
hambatan belajar epistimologis antara lain sebagai berikut:
1) Arin Budiarti, Heni Rusnayati, Parsaoran Siahaan, A.F.C Wijaya, “Profil
Hambatan Balajar Epistimologis Siswa Pada Materi Momentum Dan
Impuls Kelas X SMA Berbasis Analisis Tes Kemampuan Responden”,
Dari hasil penelitian ini teridentifikasi beberapa hal yang menjadi
hambatan belajar epistimologis siswa mengenai momentum dan impuls
tetapi hasil pada penelitian ini tidak menggunakan presentase seberapa
besar hambatan belajar epistimologis pada masing masing konsep.80
2) Kartika Mega Lestari , Heni Rusnayati, Agus Fany Chandra Wijaya, Profil
Hambatan Belajar Epistimologis Siswa Kelas VIII SMP pada Materi
Tekanan Zat Cair Melalui Tes Kemampuan Responden pada penelitian
ini sudah menggunakan presentase berapa besar siswa mengalami
79 Restina Septiani, Heni Rusnayati, Parsaoran Siahaan, A.F.C Wijaya, Profil Hambatan Balajar
Epistimologis Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor Kelas XI Sma Berbasis Analisis Tes Kemampuan
Responden, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, 3.1 (2018), h. 31.
80
Arin Budiarti, Heni Rusnayati, Parsaoran Siahaan, A.F.C Wijaya, Profil Hambatan Balajar
Epistimologis Siswa Pada Materi Momentum Dan Impuls Kelas X SMA Berbasis Analisis Tes
Kemampuan Responden, Jurnal Wahana Fisika, 3.1(2018), h. 35.
hambatan belajar epistimologis per sub bab dan siswa mengalami
hambatan yang paling besar pada konsep Hukum Pascal dan Hukum
Archimedes tetapi pada penelitian ini tidak dijelaskan secara terperinci
poin yang menjadi acuan dalam hambatan belajar epistimologis dan hanya
terfokus pada sub bab..81
3) Gita Wahyu Pebriyanti,Harun Imansyah, A. F. C. Wijaya, Heni Rusnayat
“Profil Hambatan Belajar Epistimologis Siswa Pada Materi Asas
Bernoulli Kelas XI SMA Berbasis Analisis Tes Kemampuan Responden.”
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masih terdapat hambatan
belajar epistimologis pada materi Asas Bernoulli namun pada penelitian
ini masih sama dengan penelitian sebelumnya hanya terfokus pada hasil
presentase sub bab siswa yang mengalami hambatan belajar epistimologis
tanpa adanya poin terperinci indicator hambatan belajar epistimologis .82
4) Mohammad Dadan Sundawana, Irmawati Liliana Kusuma Dewi,
Muchamad Subali Noto, Kajian Kesulitan Belajar Mahasiswa Dalam
Kemampuan Pembuktian Matematis Ditinjau Dari Aspek Epistemologi
Pada Mata Kuliah Geometri Transformasi. Pada penelitian ini peneliti
meneliti pada mata pelajaran matematika yaitu materi transformasi
geometri. Yang menjadi topik pembahasan pada penelitian ini lebih
81Kartika Mega Lestari , Heni Rusnayati, Agus Fany Chandra Wijaya, Profil Hambatan Belajar
Epistimologis Siswa Kelas VIII SMP Pada Materi Tekanan Zat Cair Melalui Tes Kemampuan
Responden, Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2017, 4.5( 2017), h. 1.
82
Gita Wahyu Pebriyanti,Harun Imansyah, A. F. C. Wijaya,Heni Rusnayat, Op.Cit. h. 1.
mengarah kepada kesulitan belajar siswa pada aspek epistimologis tanpa
adanya presentase berapa besar kesulitan belajar pada materi geometri.83
83
Mohammad Dadan Sundawana, Irmawati Liliana Kusuma Dewi, Muchamad Subali Noto,
Kajian Kesulitan Belajar Mahasiswa Dalam Kemampuan Pembuktian Matematis Ditinjau Dari Aspek
Epistemologi Pada Mata Kuliah Geometri Transformasi, Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran
Matematika, 4.1 (2018), h. 1.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta:Rajawali Pers.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: Rineka
Cipta.
Brousseau. (2002). Theory of Didactical Situations in Mathematics. In Theory of
Didactical Situations in Mathematics. https://doi.org/10.1007/0-306-47211-2
Budiarti, A. Rusnayati, H. Siahaan, P., Wijaya, A. F. C. (2018). Profil Hambatan
Balajar Epistimologis Siswa Pada Materi Momentum Dan Impuls Kelas X
Sma Berbasis Analisis Tes Kemampuan Responden. Jurnal Wahana Fisika.
3(1).
Bungin, B. (2015) . Metodologi Penelitian Kualitatif . Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Bungin, B. (2015). Analisis Data Penelitian Kualtatif . Jakarta: Rajawali Pers.
Desy, Y. Harina, F. (2017). Identifikasi Kesalahan Siswa Menggunakan Newman‟s
Error Analysis (Nea) Pada Pemecahan Masalah Operasi Hitung Bentuk Aljabar.
Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan Teknologi.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif . Jakarta:
Rajawali Pers
Euis. (2011). Hambatan Epistimologis (Epistimological Obstacle) dalam Persamaan
Kuadrat pada Siswa Madrasah Aliyah. International Seminar and the Fourth
National Conference on Mathematics Education.
Firmansyah, M. A., (2017) Analisis Hambatan Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah
Statistika, JPPM.
Hamalik, O. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Harun, Sugiatno, Bistari. (2018). Penanganan Hambatan Epistemologi Pemahaman
Konseptual Matematis Siswa Melalui Pendekatan Reciprocal Teaching Dengan
Tutor Sebaya. jurrnal pendidikan dan pembelajaran.
Hermanto, R., Santika, S. (2017). Eksplorasi epistemological dan didactical obstacle
serta hypothetical learning trajectory pada pembelajaran konsep jarak. Jurnal
Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika.
Istiqomah, D. N. (2015). Learning Obstacles Terkait Kemampuan Problem Solving
Pada Konsep Fungsi Matematika SMP. Seminar Nasional Matematika Dan
Pendidikan Matematika UNY.
Kiranti, G. A., Rusnayati, H., Wijaya, A. F. C., Siahaan, P., (2018). Profil Hambatan
Belajar Epistimologis Siswa Pada Materi Fluida Statis Kelas XI SMA Berbasis
Analisis Tes Kemampuan Responden. Jurnal Wahana Fisika, 3(2).
Linto, R.L. Elniati, S., & Rizal, Y. ( 2012). Kemampuan Koneksi Matematis dan Metode
Pembelajaran Quantum Teaching dengan Peta Pikiran. Jurnal Pendidikan Matematika.
Lestari, K. M., Rusnayati, H., Wijaya, A. F C., (2017). Profil Hambatan Belajar
Epistimologis Siswa Kelas VIII SMP Pada Materi Tekanan Zat Cair Melalui
Tes Kemampuan Responden, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal)
SNF2017, 4(5).
Maghfirah, Y.,Rusnayati, H,. Wijaya, A. F. C. ( 2017). Profil Hambatan Belajar
Epistimologis Siswa Kelas VIII SMP Terhadap Materi Energi Dan
Perubahannya Berbasis Analisis Tes Kemampuan Responden. Prosiding
Seminar Nasional Fisika, 4(2) .
Maislangara, A., Sutopo, Parno. (2016). Kesulitan Siswa dalam Memahami Hukum
Newton dan Solusinya pada Pembelajaran Sains di SMP. Seminar Nasional
Pengembangan Profesionalisme Pendidik Untuk Mebangun Anak Bangsa.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nurhazizah, Sugianto , Ahmad, D. (2017). Mengatasi Hambatan Belajar Problem
Solving Matematis Siswa Dengan Antisipasi Didaktis Di Sekolah Menengah
Pertama, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Pebriyanti, G. W., Imansyah, H., Wijaya, A. F. C., Rusnayati H. (2017). Profil
Hambatan Belajar Epistimologis Siswa Pada Materi Asas Bernoulli Kelas XI
SMA Berbasis Analisis Tes Kemampuan Responden‟, Prosiding Seminar
Nasional Fisika (E-Journal) SNF2017, 6(1).
Pupuh Fathurahman. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustak
Setia.
Purwanto, N. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Putri, N. S., Hartoyo,A. Jamiah, Y. (2018). Desain Didaktis Melalui Naïve Geometri
Untuk Mengatasi Hambatan Epistemologis Dalam Persamaan Kuadrat Di
SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran UNTAN
Putri, P. M., Mukhni, Irwa. (2012). Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi
Turunan Melalui Pembelajaran Teknik Probing. Jurnal Pendidikan Matematika
Rasmania, Sugiatno, Suratman, D. (2018). Hambatan Epistimologis Siswa Dalam
Menentukan Domain Dan Range Fungsi Kuadrat di Sekolah Menengah Atas.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
.
Rohman, S. Rusilowati, A. Sulhadi. (2017). Analisis Pembelajaran Fisika Kelas X
SMA Negeri dii Kota Cirebon Berdasarkan Literasi Sains. Physics
Communication, 1(2)
Rusma. (2013), Model-Model Pembelajaran.Jakarta: Raja Grafindo
Septiani, R., Rusnayati, H., Siahaan, P., Wijaya, A. F. C., (2018). Profil Hambatan
Balajar Epistimologis Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor Kelas XI SMA
Berbasis Analisis Tes Kemampuan Responden. Jurnal Wahana Pendidikan
Fisika, 3(1).
Serway, & Jewett, J. . (2012). Physics for Scientists and Engineers with Modern
Physics.
Setyosari, P,. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengebangan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Sholihat, F. N., Samsudin, A. and Nugraha, M. G. (2017). Identifikasi Miskonsepsi
Dan Penyebab Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test
Pada Sub-Materi Fluida Dinamik: Azas Kontinuitas. Jurnal Penelitian &
Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(2).
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan
Tenaga Kependidikan (Surabaya, 2009)
Widoyoko, E. P. (2009). Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Siswa.
Jurnal Pendidikan UMPWR.
Winarno S. (1998), Pengantar Metodologi Sosial Dasar Metode Tehnik. Bandung : Tarsito.
Yuberti, & Saregar, A. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan
Matematika dan Sains. Bandarlampung: Aura.