identifikasi gaya belajar berdasarkan gender dan …digilib.unila.ac.id/27598/20/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR BERDASARKAN GENDER DANHUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII
SE-KECAMATAN TANJUNG KARANG BARAT BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2015/2016
(Skripsi)
Oleh
HAYATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ii
ABSTRAK
IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR BERDASARKAN GENDER DANHUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII
SE-KECAMATAN TANJUNG KARANG BARAT BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
HAYATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis gaya belajar siswa,
mengetahui perbedaan gaya belajar antar gender, dan mengetahui hubungan gaya
belajar berdasarkan gender dengan hasil belajar. Sampel penelitian adalah 61 %
siswa kelas VIII SMP Se-Kecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung
yang berjumlah 259 siswa yang dipilih secara purposive sampling. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan
tes tertulis dan angket. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif
untuk jenis gaya belajar siswa, serta secara statistik menggunakan uji
perbedaan Mann-Whitney U Test untuk mengetahui perbedaan gaya belajar antar
gender, dan uji korelasi Kendall’s Tau untuk mengetahui hubungan antara gaya
belajar berdasarkan gender dengan hasil belajar.
iii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar yang dominan pada siswa kelas
VIII SMP Se-Kecamatan Tanjung karang Barat adalah auditorial (59 %). Terdapat
perbedaan sigfikan antara gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik antar
siswa laki-laki dan perempuan, dan tidak terdapat perbedaan signifikan antara
gaya belajar auditorial antar siswa laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian juga
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar
berdasarkan gender dengan hasil belajar. Ditemukan juga tingkat keeratan
hubungan antara gaya belajar berdasarkan gender dengan hasil belajar siswa
adalah “sangat rendah”. Dengan demikian, gaya belajar siswa mempunyai
hubungan yang tidak terlalu besar terhadap hasil belajar siswa, sehingga terdapat
kemungkinan adanya faktor lain yang berhubungan dengan hasil belajar siswa.
Kata kunci : gaya belajar, gender, hasil belajar
IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR BERDASARKAN GENDER DANHUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII
SE-KECAMATAN TANJUNG KARANG BARAT BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
HAYATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan BiologiJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Negeri Ratu pada tanggal 5 Juli 1993,
yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan
Bapak M. Siddik (Alm) dan Ibu Patah Ronnah. Penulis
beralamat di Desa Negeri Ratu, Kecamatan Bengkunat,
Kabupaten Pesisir Barat. Nomer telepon 082375623862.
Penulis mengawali pendidikan formal di SDN Negeri Ratu (2000-2006), SMP
Negeri 1 Bengkunat (2006-2009), dan SMA Negeri 1 Pesisir Tengah (2009-2012).
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Lampung pada tahun 2012 melalui jalur PMPAP.
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1
Atap dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
di Kabupaten Pesisir Barat (Tahun 2015), serta melaksanakan penelitian
pendidikan di se-Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung untuk
meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).
ix
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, nikmat, dankarunianya yang tiada terkira
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, teladan dalamsegala bentuk kebaikan
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya terbaikku untuk orang-orangyang begitu berharga dan berjasa dalam hidupku:
Ayahanda M.Siddik (Alm) dan Ibunda Patah Ronnah, sosok yang telah mendidik danmembesarkanku dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan penuh kesabaran, serta selalu
mendukung setiap langkahku menuju kebaikan dan kesuksesan.
Kakakku Rodi Satria dan istrinya Rohimah, Admen Khozi dan istrinya Siti Aisyah jugaadikku Suryani dan Aida Wati yang selalu memberi ku semangat disetiap langkahku,
mendoakan dan memotivasi. Serta seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung danmenanti kesuksesanku.
Keponakanku M. Asiddiki Rinra, Elvina Dhoiba, dan Amran Mahesa yang selalumembuatku bahagia dengan bercanda gurau, lucu dan menyenangkan.
Teman-teman yang kenal denganku Para Pendidik dan Dosen tercinta, dan Almamatertercinta Universitas Lampung.
x
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras ( untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap
(QS. Al.Insyirah ayat 6-8)
Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan
(Robert F. Kennedy)
Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tetapi dengan
ketekunan dan kegigihan
(Samuel Jhonson)
xi
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Identifikasi Gaya Belajar Berdasarkan Gender
dan Hubungan dengan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII Se-Kecamatan
Tanjung karang Barat Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita,M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat
selesai;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing 1 yang telah telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, ilmu pengetahuan dan saran, hingga skripis ini
dapat selesai;
xii
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing 2 sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
nasihat, motivasi, bimbingan, ilmu pengetahuan, dan saran hingga skripsi ini
dapat selesai;
6. Dr. Arwin Surbakti M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, saran perbaikan, dan motivasi yang sangat berharga hingga
skripis ini dapat selesai;
7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIII SMP se-Kecamatan
Tanjung karang Barat Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016 atas
kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;
8. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2012, kakak dan adik tingkat Pendidikan
Biologi FKIP UNILA atas persahabatan dan keceriaannya;
9. Teman-teman FKIP Unila yang ada di jurusan MIPA, IPS, IP, dan Bahasa
yang telah memberikan dukungan terbaiknya, dan;
10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita
semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Juli 2017
Penulis
HAYATINPM. 1213024030
xiii
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL............................................................................................ xvDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 5F. Kerangka Pikir ..................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Gaya Belajar......................................................................................... 8B. Gender ................................................................................................. 12C. Hasil belajar ........................................................................................ 14
III. METODOLOGI PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 21B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 21C. Desain Penelitian.................................................................................. 22D. Prosedur Penelitian............................................................................... 22E. Jenis dan Teknik pengumpulan Data .................................................. 23F. Teknik Analisis Data............................................................................ 25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian .................................................................................... 30B. Pembahasan.......................................................................................... 34
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan .............................................................................................. 39B. Saran..................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................... 461. Kisi-kisi Angket Gaya Belajar ........................................................... 472. Angket Gaya Belajar………………………………………………... 49
xiv
3. Lembar Sebaran Soal .......................................................................... 514. Kisi-Kisi Soal IPA .............................................................................. 565. Lembar Pilihan Jamak Tes Tertulis .................................................... 836. Nilai Gaya Belajar Siswa SMP DCC Global School………………. 917. Nilai Gaya Belajar Siswa SMP Wiyatama…………………………. 928. Nilai Gaya Belajar Siswa SMP Negeri 10 Bandar Lampung............. 949. Nilai Hasil Belajar Siswa SMP DCC Global School......................... 9610. Nilai Hasil Belajar Siswa SMP Wiyatama......................................... 9711. Nilai Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 10 Bandar Lampung............. 9912. Analisis Uji Statistik Data Penelitian………………………………. 10213. Foto-foto penelitian………………………………………………… 151
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sampel penelitian ............................................................................. 212. Kriteria penilian hasil belajar siswa ................................................. 253. Kriteria penilian gaya belajar yang dimiliki siswa........................... 264. Pedoman interpretasi koefisien korelasi...........................................285. Gaya belajar siswa pada siswa kelas VIII SMP se-Kecamatan
Tanjung karang Barat………………………………………….…..296. Perbedaan gaya belajar siswa berdasarkan gender…………...…....307. Hubungan gaya belajar visual berdasarkan gender dengan
hasil belajar………………………………………………………...318. Hubungan gaya belajar auditorial berdasarkan gender dengan
hasil belajar………………………………………………………. 329. Hubungan gaya belajar kinestetik berdasarkan gender dengan
hasil belajar………………………………………………………...33
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir Hubungan antara Gaya Belajardengan Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar………………… 21
2. Foto-foto penelitian………………………………………………… 151
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan suatu bangsa yang berorientasi pada keunggulan komparatif
dengan lebih mengandalkan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah,
saat ini mulai mengalami pergerseran menuju pembangunan yang lebih
menekankan keunggulan kompetetif. Dalam paradigma baru ini, kualitas
sumber daya manusia, penguasaan teknologi tinggi dan peningkatan peran
masyarakat memperoleh perhatian (Fadjar, 1999: 157). Keberhasilan
pembangunan terutama ditentukan oleh kualitas manusianya, bukan oleh
melimpah-ruahnya kekayaan alam (Pamungkas, 1993: 20).
Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat
dilakukan melalui berbagai jalur, diantaranya melalui pendidikan. Pendidikan
ini merupakan jalur peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih
menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya keimanan dan
ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreativiatas dan
sebagainya (Latif, 1996: 11). Kualitas sumber daya manusia sangat terkait
dengan kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan IPA
adalah salah satu aspek pendidikan yang menggunakan IPA
2
sebagai alat mencapai tujuan pendidikan, khususnya tujuan pendidikan IPA
(Suastra, 2009: 2).
Tujuan IPA yang diterangkan dalam KTSP adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat, dan mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah,
dan membuat keputusan, serta meningkatkan kesadaran untuk berperan
serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
(Depdiknas, 2006: 162). Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami fenomena alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari secara
ilmiah (Puskur, 2006: 4).
IPA merupakan proses ilmiah yang bersifat empiris, sistematis, dan logis
serta sikap ilmiah seperti sikap ingin tahu, sabar, kritis, tidak putus asa,
kreatif dan berdaya cipta (Lukum, 2013: 64). Namun pada kenyataanya
hasil belajar IPA siswa rendah berdasarkan hasil studi Trend in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011, menunjukkan
bahwa Indonesia berada pada urutan ke-40 untuk prestasi sains dengan skor
406 dari 42 negara. Selain itu, terdapat juga hasil survey Program for
International Student Asessment (PISA) tahun 2012 menunjukan bahwa pada
3
bidang IPA Indonesia berada pada peringkat ke 64 dengan skor 382 dari 65
negara (Cholisoh, 2014: 1). Salah satu faktor penting dalam meningkatkan
hasil belajar adalah gaya belajar (DePorter, 2003: 113). Gaya belajar adalah
cara manusia mulai berkonsentrasi, menyerap, memproses, dan menampung
informasi yang baru dan sulit (Prashnig, 2007: 31). Karakteristik belajar
siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu karakteristik
gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik
(Sukirno, 2010: 27).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013: 16) mengenai
pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa kelas X SMK Barunawati
Surabaya menunjukkan bahwa gaya belajar mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran mengelola peralatan
kantor. Adapun menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Qodriyah
(2011: 48) pada siswa kelas IV MI Miftakhul Akhlaqiyah Beringin Ngaliyan
Semarang berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif antara gaya
belajar dengan hasil belajar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014: 2) pada siswa kelas
XI MIA SMA N I Kota Jambi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar biologi. Berdasarkan uraian
tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan gaya
belajar berdasarkan gender dengan hasil belajar IPA di SMP Kelas VIII Se-
kecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah jenis gaya belajar siswa pada mata pelajaran IPA SMP kelas VIII
sekecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung ?
2. Apakah terdapat perbedaan gaya belajar siswa berdasarkan gender pada
mata pelajaran IPA SMP kelas VIII sekecamatan Tanjung karang Barat
Bandar Lampung ?
3. Apakah terdapat hubungan antara gaya belajar siswa berdasarkan gender
dengan hasil belajar IPA SMP kelas VIII sekecamatan Tanjung karang
Barat Bandar Lampung ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis gaya belajar siswa pada mata pelajaran IPA SMP kelas
VIII sekecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung.
2. Mengetahui perbedaan gaya belajar siswa berdasarkan gender pada mata
pelajaran IPA SMP kelas VIII sekecamatan Tanjung karang Barat Bandar
Lampung.
3. Mengetahui hubungan antara gaya belajar siswa berdasarkan gender
dengan hasil belajar IPA SMP kelas VIII sekecamatan Tanjung karang
Barat Bandar Lampung.
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti, dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi
peneliti untuk menjadi calon guru yang profesional.
2. Guru, dapat membantu guru dalam menentukan gaya belajar siswa.
3. Siswa, dapat mengetahui gaya belajar yang dimilikinya sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :
1. Gaya belajar siswa ialah cara yang lebih disukai siswa dalam melakukan
kegiatan berpikir memproses dan mengerti suatu informasi (Gunawan.
2004: 139). Gaya belajar diidentifikasi dengan menggunakan lembar
angket.
2. Gender yang dimaksud merupakan istilah dari dua macam jenis kelamin
seseorang, yaitu laki-laki dan perempuan.
3. Hasil belajar yang diambil sebagai data kuantitatif adalah hasil belajar
ranah kognitif yang diperoleh dari tes. Tes terdiri dari soal-soal ujian
nasional dari tahun 2008 hingga tahun 2014 yang sudah dipelajari oleh
siswa.
4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
sekecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung tahun pelajaran
2015/2016 yang berjumlah tiga sekolah.
6
D. Kerangka Fikir
Kemampuan siswa dalam menerima informasi tergantung pada bagaimana
siswa menyerap informasi yang diberikan, kemudian mengatur dan mengolah
informasi tersebut. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, guru berperan
sangat penting dalam proses pembelajaran yang baik sehingga diperoleh hasil
belajar yang baik pula. Salah satunya yang harus diperhatikan guru yaitu
memahami karakteristik siswa. Dengan memahami karakteristik siswa guru
akan mengenali gaya belajar darimasing-masing siswa.
Mengetahui gaya belajarnya sendiri dapat memudahkan siswa untuk
menyerap informasi, berpikir, dan belajar serta menerima informasi yang
diberikan, berbeda dengan siswa yang belum mengenali gaya belajarnya
kesulitan dalam menyerap informasi, berpikir serta belajar. Ada tiga tipe gaya
belajar yaitu visual, aunditorial, dan kinestetik. Masing-masing siswa
memiliki gaya belajar yang bebeda-beda, ada yang gaya belajarnya visual,
ada juga yang gaya belajarnya auditorial dan ada yang gaya belajarnya
kinestetik.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penggolongan gender di sekolah dibedakan menjadi dua yaitu laki-laki dan
perempuan. Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam
perkembangan fisik, emosional, dan intelektual, namun sebenarnya tidak ada
7
bukti yang berhubungan antara perbedaan fisik dengan kemampuan
intelektual.
Gambar 1. Hubungan antara gaya belajar dengan faktor yang mempengaruhinyadan hasil belajar.
Faktor Eksternal:1. Budaya2. Ekonomi3. Kesulitan tugas4. Latar belakang keluarga5. Reward
Faktor Internal:1. Psikologis2. Fisiologis3. Gender
Hasil Belajar
Gaya Belajar Siswa
Kegiatan BelajarMengajar
Guru
Sarana dan PrasaranaLingkungan
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gaya Belajar
Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan
memecahkan soal (Nasution, 2009: 94). Menurut Gunawan (dalam
Nurochma, 2012: 6) keberhasilan pembelajaran selain dipengaruhi oleh
metode yang digunakan oleh guru juga dipengaruhi oleh faktor lain, salah
satunya adalah gaya belajar. Gaya belajar adalah cara yang lebih disukai
dalam melakukan kegiatan berpikir memproses dan mengerti suatu
informasi. Menurut Sukirno (2010: 27) karakteristik belajar siswa dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu karakteristik gaya belajar visual,
gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Dan menurut Prashnig
(2007: 31) gaya belajar adalah cara manusia mulai berkonsentrasi,
menyerap, memproses, dan menampung informasi yang baru dan sulit.
Ada dua kategori secara umum tentang bagaimana siswa belajar. Pertama,
bagaimana siswa menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua,
cara siswa mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak).
Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana siswa menyerap,
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter, 2010: 10).
9
Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama
siswa adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas auditorial,
auditorial, atau kinestetik (V-A-K) (DePorter, 2003: 112).
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman
penglihatan dengan ciri-ciri diantaranya sebagai berikut: (1) Rapi dan
teratur, (2) Berbicara dengan cepat, (3) Perencana dan pengatur jangka
panjang yang baik, (4) Teliti terhadap detail, (5) Mementingkan
penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi, (6) Pengeja yang
baik dan melihat kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka,
(7) Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar, (8) Mengingat
dengan asosiasi visual, (9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan,
(10) Mempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali jika
ditulis dan sering kali meminta bantuan orang untuk mengulanginya, (11)
Pembaca cepat dan tekun, (12) Lebih suka membaca dari pada dibacakan,
(13) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang sesuatu masalah
atau proyek, (14) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan
dalam rapat, (15) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, (16)
Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak,
(17) Lebih senang melakukan demonstrasi daripada berpidato, (18) Lebih
senang seni dari pada musik, (19) Seringkali mengetahui apa yang harus
dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata, (20) Kadang-Kadang
kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan (DePorter,
2002: 116).
10
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran
untuk bisa memahami dan mengingatnya dengan ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, (2) Mudah terganggu oleh
keributan, (3) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di
buku ketika membaca, (4) Senang membaca keras dan mendengarkan, (5)
Dapat mengulangi kembali dan menurikan nada, birama, dan warna suara,
(6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita, (7)
Berbicara dalam irama yang terpola, (8) Biasanya pembicara yang fasih,
(9) Lebih suka musik daripada seni, (10) Belajar dengan mendengarkan
dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (11) Suka
berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, (12)
Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain,
(13) Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya, (14)
Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik (DePorter, 2002: 117).
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang
bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar
siswa bisa mengingatnya dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Berbicara
dengan perlahan, (2) Menanggapi perhatian fisik, (3) Menyentuh orang
untuk mendapatkan perhatian mereka, (4) Berdiri dekat ketika berbicara
dengan orang, (5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (6)
Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, (7) Belajar melalui
memanipulasi dan praktik, (8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
(9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, (10) Banyak
11
menggunakan isyarat tubuh, (11) Tidak dapat duduk diam dalam waktu
lama, (12) Tidak dapat meningat geografi, kecuali jika mereka memang
berada di tempat itu, (13) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi,
(14) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot mereka
mencerminkan aksi dan gerakan tubuh saat membaca, (15) Kemungkinan
tulisannya jelek, (16) Ingin melakukan segala sesuatu, (17) Menyukai
permainan yang menyibukkan (DePorter, 2002: 118).
Seorang pendidik atau orang tua tidak bisa memaksakan seorang siswa
harus belajar dengan suasana dan cara yang orang tua inginkan karena
masing-masing siswa memiliki tipe atau gaya belajar sendiri-sendiri (Uno,
2006: 180).
Nasution (1992: 93) menegaskan bahwa para peneliti menemukan adanya
berbagai gaya belajar pada siswa yang digolongkan menurut kategori-
kategori tertentu yang berkesimpulan bahwa :
1. Tiap siswa belajar menurut cara sendiri yang disebut dengan gaya
belajar, juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2. Siswa dapat menemukan gaya belajar itu dengan intrumen tertentu.
3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektifitas
belajar.
Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat menyesuaikan gaya
mengajarnya dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan
berbagai gaya mengajar sehingga siswa dapat memperoleh cara yang efektif
(Nasution, 1992: 115).
12
B. Gender
Gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender merupakan prioritas dunia dalam mensejahterakan
masyarakat, terutama dalam hal pendidikan. Hubungan antara gender
dengan prestasi dalam dunia pendidikan di sekolah menurut Sugihartono dkk
(2007: 37 ) bahwa anak perempuan lebih bagus dalam mengerjakan
tugas-tugas verbal di tahun-tahun awal dan dapat dipertahankan, sedangkan
anak laki-laki menunjukkan masalah-masalah bahasa yang lebih banyak
dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih superior dalam kemampuan spasial
yang belanjut selama masa sekolah, di bidang ilmu matematika hanya ada
sedikit perbedaan di tahun-tahun awal seorang laki-laki menunjukkan
superioritas selama SMA, sedangkan di bidang ilmu sains perbedaaan gender
terlihat meningkat, perempuan mengalami kemunduran, sementara prestasi
laki-laki meningkat.
Bila dihubungkan dengan minat, dan sikap menunjukkan adanya perbedaan
yang besar yaitu laki-laki lebih agresif sedangkan perempuan lebih
menunjukkan ketidakstabilan. Perbedaan-perbedaan emosional juga terlihat
lebih berkaitan dengan perbedaan-perbedaan biologis yang dasar dengan
perbedaan-perbedaan kemampuan (Desmita, 2009: 82). Gallagher (dalam
Sugiharto, 2012: 37) menyatakan bahwa meskipun laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan dalam perkembangan fisik, emosional, dan intelektual,
namun sebenarnya tidak ada bukti yang berhubungan antara perbedaan fisik
dengan kemampuan intelektual. Prestasi akademik tidak dapat dijelaskan
melalui perbedaan biologis. Faktor sosial dan kultural merupakan alasan
13
utama yang menyebabkan terdapat perbedaan gender dalam prestasi
akademik. Faktor-faktor tersebut meliputi familiaritas terhadap mata
pelajaran, persepsi terhadap mata pelajaran khusus, gaya penampilan laki-laki
dan perempuan serta perlakuan guru.
Gender apabila dihubungkan dengan bakat atau kemampuan yang di tes
menunjukkan antara lain bahwa dalam kemampuan intelektual sampai dengan
umur 14 tahun nampak bahwa seorang perempuan secara konsisten lebih
tinggi dari pada laki-laki. Rata-rata anak perempuan melebihi skor yang
dicapai anak laki-laki dalam berbagai pengukuran kemampuan verbal, jumlah
kosakata, pemahaman bahan tertulis yang sulit, dan kelancaran verbal.
Meskipun siswa laki-laki tebelakang dalam kemampuan verbal, mereka rata
rata cenderung lebih unggul daripada siswa perempuan dalam tes visual ruang
(Sulistiana, 2013:103). Sementara, Hyde (dalam Santrock, 2009:227)
menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan itu sama dalam sebagian besar
faktor psikologis termasuk dalam kemampuan matematika, komunikasi, dan
agresi dimana tidak ditemukan perbedaan atau hanya ada sedikit perbedaan.
Guru mempunyai pengaruh besar tehadap siswa. Misalnya melalui instruksi
kelas, pengaturan tugas, tanggapan anak-anak dalam pembelajaran, apresiasi
terhadap siswa, dan pengelompokkan siswa di kelas (Williams, 2014:81).
Perbedaan perlakuan yang dilakukan guru di kelas juga sering menimbulkan
ketimpangan gender antara siswa laki-laki dan perempuan. Adanya perbedaan
perlakuan yang diberikan di kelas pada hakekatnya dapat menghambat
prestasi belajar siswa. Siswa yang banyak mendapatkan perhatian akan lebih
14
memiliki motivasi yang besar untuk meningkatkan prestasi dan siswa yang
kurang mendapatkan perhatian akan kurang memiliki motivasi untuk
berprestasi (Yuniarti, 2014:19).
Menurut Friedman (2006: 4) bahwa anak laki-laki mempunyai kemampuan
yang lebih baik sedangkan anak perempuan lebih mahir dalam mengerjakan
tugas-tugas membaca dan menulis. Perempuan dideskripsikan sebagai
makhluk yang emosional, berwatak pengasuh, mudah menyerah,
komunikatif, mudah bergaul dan lemah dalam ilmu matematika, subjektif,
pasif dan mudah dipengaruhi. Sedangkan laki-laki dideskripsikan sebagai
makhluk yang rasional, mandiri, agresif, dominan, berorientasi pada prestasi,
dan aktif.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil penilaian dari proses belajar siswa atas
pencapaian suatu tujuan yang memuaskan dari proses belajar (Djamarah,
2011: 175). Menurut Sudjana (2003: 22) hasil belajar adalah kemampuan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalamannya.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kondisional, artinya
terkait erat dengan kondisi-kondisi tertentu oleh sebab itu, pencapaian hasil
juga terkait dengan kondisi-kondisi tertentu, baik yang ada dalam diri siswa
maupun yang berasal dari luar diri siswa. Dalam mengevaluasi terhadap
kegiatan belajar siswa atau hasil belajar siswa hendaknya guru
15
memperhatikan aspek-aspek psikologis siswa. Kondisi psikologis siswa
sangat mempengarui aktivitas dan hasil belajarnya (Tohirin, 2005: 158).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu
berasal dari dalam diri (internal) dan dari luar dirinya (eksternal).
Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) menurut Dalyono (2012: 55)
adalah:
1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat dapat
mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika
kesehatan rohani (jiwa) kurang baik juga dapat mengganggu semangat
belajar. Oleh karena itu pemeliharaan kesehatan fisik dan mental
seseorang sangat penting untuk dapat selalu bersemangat dalam belajar.
2. Intelegensi dan Bakat
Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya
mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang
intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar,
lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat, juga
besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Misalnya
belajar main piano, apabila dia memiliki bakat musik, akan lebih mudah
dan cepat pandai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat
itu.
16
3. Minat dan Motivasi
Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari
hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal
yang besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan
yang diminati itu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi. Sebaliknya minat belajar yang kurang akan
menghasilkan prestasi yang rendah. Motivasi merupakan daya
penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Seseorang
yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan
belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat.
Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan
tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.
4. Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya.
Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisologis, psikologis, dan
ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain
itu, teknik-teknik belajar perlu diperhatikan bagaimana caranya
membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan/kesimpulan,
apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari teknik-teknik
tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas,
penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran.
17
Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) menurut Dalyono (2012:
59) adalah:
1. Keluarga
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
anak dalam belajar. Tinggi randahnya pendidikan orang tua, besar
kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan
orang tua, rukun atau tidaknya orang tua, akrab atau tidaknya
hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi
dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil
belajar anak.
2. Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya,
kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan
fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid
perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, semua ini
turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
3. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di
sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang
orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata
bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak
lebih giat belajar. Tapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan
banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran,
18
hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan
tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.
4. Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam
mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan
rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim, dan sebagainya.
Misalnya bangunan rumah penduduk yang sangat rapat akan
mengganggu belajar.
Proses belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan
dalam bidang pengetahuan atau pemahaman, keterampilan nilai dan sikap,
adanya perubahan itu tampak dari jawaban yang dihasilkan oleh siswa
terhadap pertanyaan (persoalan) atau tugas yang diberikan oleh guru, setiap
kegiatan pembelajaran menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar
atau prestasi belajar (Winkel, 2002: 102).
Ada tiga ranah dalam evaluasi hasil belajar (Imron, 1996:135-139), yaitu:
1. Ranah cognitive, yang terdiri atas:
a. Knowledge, diartikan dengan pengetahuan dan mementingkan aspek
ingatan.
b. Comprehension, diartikan dengan kemampuan untuk menangkap
pengertian sesuatu.
c. Application, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan
apa-apa yang pernah dipelajari ke dalam situasi yang senyatanya.
d. Analysis, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk merinci,
19
menghubungkan, menguraikan rincian, dan saling hubungan antara
bagian satu dengan bagian lainnya.
e. Synthesis, diartikan sebagai kemampuan untuk menyatukan hal-hal
yang tak menyatu menjadi sebuah kesatuan yang utuh.
f. Evaluation, diartikan sebagai kemampuan untuk menentukan baik
buruk mengenai suatu hal.
2. Ranah affective, yang terdiri atas:
a. Receiving, diartikan sebagai kemampuan untuk menghadirkan
kedirinya pada sebuah stimulus yang diterima.
b. Responding, diartikan sebagai kemampuan memberikan tanggapan
atas stimulus yang diterima.
c. Valuing, diartikan sebagai pemberian harga terhadap suatu fenomena.
d. Organization, diartikan sebagai upaya untuk memadukan berbagai
jenis nilai yang berbeda-beda.
e. Characteristization by a value or value complex, diartikan sebagai
sebuah sistem nilai yang mengendalikan tingkah laku seseorang
sehingga berbeda dengan orang lain.
3. Ranah psychomotor yang terdiri atas:
a. Perception, diartikan sebagai penggunaan indera untuk memperoleh
petunjuk ke arah motorik.
b. Set, diartikan sebagai seseorang yang bersedia mengambil tindakan
berdasarkan persepsinya terhadap stimulus yang berasal dari
lingkungannya
c. Guided respons, diartikan sebagai seseorang yang melakukan
20
peniruan yang selanjutnya menggunakan tanggapan dalam menangkap
suatu motorik.
d. Mechanism, diartikan sebagai respon yang telah dipelajari seseorang
telah berubah menjadi kebiasaan.
e. Complex overt respons, diartikan sebagai seseorang yang lagi belajar,
melakukan gerakan dengan mudah disamping mempunyai kontrol
yang baik.
f. Adaptation (diartikan sebagai keterampilan di mana seseorang dapat
mengolah gerakan sesuai dengan tuntutan kondisional dan
situasional), dan
g. Originition, diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal
yang baru.
Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata
pelajaran yang ditempuh. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar
dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka –
angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah
dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi (Sukmadinata, 2009: 103).
21
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016 di tiga SMP sekecamatan
Tanjung karang Barat Bandar Lampung, yaitu SMP Negeri 10 Bandar
Lampung, SMP Wiyatama Bandar Lampung, dan SMP S DCC Global
School Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII dari tiga SMP
sekecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung. Total populasi adalah
sebanyak 490 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 240 siswa dan
siswa perempuan sebanyak 250 siswa.
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik ini dalam penentuan sampel menggunakan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2014: 85). Pada penelitian ini yang menjadi pertimbangan
adalah jumlah siswa tiap kelas dan gender-nya. Dalam menentukan jumlah
sampel, Arikunto (2006: 134) menyatakan apabila ukuran populasi lebih dari
100, sampel dapat diambil dari kisaran 10 – 15%, 20 – 25%, atau lebih dari
22
25 %. Berdasarkan teori-teori tersebut, maka sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah sebanyak 259 siswa atau sebesar 61 %.
Tabel 1. Sampel Penelitian
No. Nama Sekolah KelasJumlah Siswa
TotalL P
VIIIA 14 10 24
1.SMP Wiyatama BandarLampung
VIIIB 15 10 25
VIIIC 20 10 30
2.SMP Negeri 10 BandarLampung
VIIIE 16 18 34
VIIIF 15 23 38
VIIIG 11 23 34
VIIIH 14 16 30
VIII I 16 14 30
3.SMP S DCC Global SchoolBandar Lampung
VIII 7 7 14
Jumlah Sampel 128 131 259
Keterangan : P = Perempuan; L = Laki-laki
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif
(Arikunto, 2010: 3). Peneliti mengambil langsung informasi yang ada di
lapangan tentang hubungan learning styles berdasarkan gender dengan hasil
belajar IPA siswa kelas VIIISMP se-Kecamatan Tanjung karang Barat
Bandar Lampung.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
23
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan persiapan sebagai
berikut:
a. Membuat surat izin pra-penelitian untuk melakukan observasi ke
sekolah.
b. Melakukan observasi pendahuluan di sekolah untuk menetapkan jumlah
siswa di kelas yang dijadikan sampel penelitian, menanyakan data-data
absensi siswa yang didapat dari guru mata pelajaran IPA yang dijadikan
sampel penelitian.
c. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari soal-soal IPA kelas
VIII yang berjumlah 35 soal yang dipilih dari kumpulan soal-soal Ujian
Nasional dari tahun 2008 sampai tahun 2014 dan angket gaya belajar
siswa diambil dari Deporter (2002: 111).
2. Tahap Pelaksanaan
a. Dalam pelaksanaannya, pengambilan data dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan untuk mendistribusikan soal-soal IPA kelas VIII
dengan waktu pelaksanaan tes selama 2 jam pelajaran.
b. Memberikan lembar kuisioner learning style siswa setelah
mengerjakan tes soal IPA.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif didapat dari hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai
hasil pengerjaan soal-soal IPA yang berjumlah 35 soal yang dipilih
24
berdasarkan KD. Sedangkan data kualitatif didapat dari skor kuisioner
angket siswa yang berisi tentang hubungan gaya belajar berdasarkan
gender dengan hasil belajar, yang kemudian dideskripsikan untuk
mengetahui gaya belajar siswa.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Absensi Siswa
Pengumpulan data absensi siswa diperoleh dari guru IPA kelas VIII dari
masing-masing SMP se-Kecamatan Tanjung karang Barat Bandar
Lampung. Tujuan untuk mengidentifikasi jumlah siswa laki-laki dan
perempuan.
b. Angket Gaya Belajar Siswa
Lembar angket dilakukan peneliti terhadap siswa laki-laki dan
perempuan kelas VIII sebagai informasi awal mengenai gaya belajar
siswa tersebut. Angket ini diisi oleh siswa untuk mengetahui gaya
belajar siswa. Angket berisi 24 pertanyaan yang diisi dengan member
lingkaran pada nomor pertanyaan yang disetujui.
c. Data Hasil Belajar Siswa
Nilai hasil belajar siswa diambil dari hasil pengerjaan soal-soal IPA
kelas VIII yang berjumlah 35 soal yang diperoleh dari kumpulan soal-
soal Ujian Nasional tahun 2008 sampai tahun 2014.
25
F. Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data hasil pengisian angket gaya belajar siswa dan data
hasil pengerjaan 35 soal IPA yang diperoleh dari kumpulan soal-soal Ujian
Nasional, tahap pelaksanaan selanjutnya yaitu:
a. Mengolah data yang telah diperoleh untuk mengetahui karakteristik
gaya belajar siswa berdasarkan gender.
b. Menganalisis hubungan antara gaya belajar dengan gender siswa.
c. Menganalisis hubungan antara gaya belajar berdasarkan gender dengan
hasil belajar siswa berdasarkan data yang telah didapatkan.
Selanjutnya di analisis data penelitian ini sebagai berikut:
1. Data kuantitatif
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa
menjawab soal-soal ujian nasional yang dipilih berdasarkan KD yang telah
dipelajari siswa dengan melakukan penskoran secara manual
menggunakan kunci jawaban. Dan jika jawaban benar maka mendapat
skor 1 dan jika salah atau tidak menjawab diberi skor 0. Menghitung nilai
hasil belajar siswa yang dilihat dari kemampuan menjawab soal-soal ujian
nasional yang dipilih berdasarkan SKL yang telah dipelajari siswa
menggunakan rumus menurut Purwanto (2013: 112) dengan cara:
= × 100
26
Keterangan:S = nilai hasil belajar siswan = jumlah skor soal yang dijawab benarN = skor maksimum dari tes
Sehingga nilai yang diperoleh siswa dikelompokan ke dalam kriteria
sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria penilaian hasil belajar siswa
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
81 – 10061 – 8041 – 6021 – 400 – 20
Sangat tinggiTinggiCukupRendah
Sangat rendah
Sumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89).
2. Data Kualitatif
Data kualitatif tentang gaya belajar yang dimiliki siswa diambil melalui
angket yang diisi sendiri oleh siswa. Langkah-langkah pengolahan data
angket dilakukan sebagai berikut:
1) Menghitung skor kuisioner siswa dengan melihat rubrik penilaian
kuisioner.
2) Menghitung persentase jawaban siswa dan guru dengan rumus
menurut Ali (2013: 201) sebagai berikut:% = × 100Keterangan:% = persentase gaya belajar siswan = skor yang diperolehN = jumlah seluruh skor
27
3) Merangkum persentase jawaban siswa untuk mengetahui termasuk ke
dalam kategori manakah gaya belajar yang dimiliki siswa.
Tabel 3. Kriteria penilaian learning style yang dimiliki oleh siswa
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
81 – 10061 – 8041 – 6021 – 400 – 20
Sangat tinggiTinggiCukupRendah
Sangat rendah
Sumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89).
Hubungan gaya belajar berdasarkan gender dengan hasil belajar, dilakukan
uji sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini digunakan untuk mengukur
data berskala ordinal, interval, atau pun rasio. Apabila analisis
menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus
terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data
tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data
adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah
statistik non parametric. Menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5%
atau 0,05.
b. Uji Mann Whitney U
Sebelum menguji hipotesis dengan uji korelasi sederhana, terlebih
dahulu dilakukan uji Mann Whitney U untuk mengetahui perbedaan 2
28
kelompok bebas apabila skala data variabel terikatnya adalah ordinal
atau tidak berdistribusi normal uji ini menggunakan bantuan program
software SPSS 17. Kedua variabel penelitian ini dinyatakan linier
apabila taraf signifikansi kurang dari 0,05.
c. Uji Korelasi Product Moment
Uji korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa erat
hubungan antara dua variabel penelitian, yaitu hubungan antara gaya
belajar siswa berdasarkan gender dengan hasil belajarnya,
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment (Margono, 2010:
207) dengan bantuan program software SPSS 17. Adapun rumus dari
uji korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:
= ∑ − (∑ )(∑ )[∑X − (∑ ) ] [∑ − (∑ ) ]Keterangan:
r = koefisien korelasi∑X = jumlah skor dalam sebaran X∑Y = jumlah skor dalam sebaran Y∑XY = jumlah hasil kali skor X dengan skor Y yang berpasangan∑X2 = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X∑Y2 = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Yn = banyaknya subjek skor X danskor Y yang berpasangan(Margono, 2010: 207)
Teknik ini menghasilkan koefisien korelasi yang dapat mendeskripsikan
derajat keeratan hubungan dari dua variabel tersebut. Koefisien korelasi
diinterpretasikan ke dalam tingkatan hubungan sebagai berikut:
29
Tabel 4. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,1990,20 – 0,3990,40 – 0,5990,60 – 0,7990,80 – 1,000
Sangat RendahRendahSedang
KuatSangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2014: 184).
39
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan
berikut:
1. Jenis gaya belajar yang dimiliki oleh siswa kelas VIII SMP sekecamatan
Tanjung karang Barat terdiri dari visual, auditorial, dan kinestetik. Gaya
belajar yang paling dominan yakni gaya belajar auditorial.
2. Terdapat perbedaan sigfikan antara gaya belajar visual dan gaya belajar
kinestetik antar siswa laki-laki dan perempuan, dan tidak terdapat
perbedaan signifikan antara gaya belajar auditorial antar siswa laki-laki
dan perempuan pada kelas VIII SMP sekecamatan Tanjung karang Barat.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar berdasarkan
gender dengan hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP sekecamatan
Tanjung karang Barat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas saran-saran yang dapat diajukan dalam
penelitian ini adalah:
40
1. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya dalam mencari gaya belajar siswa
tidak hanya menggunakan angket melainkan melakukan wawancara
dengan siswa.
2. Bagi guru, diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi untuk menyesuaikan gaya belajar siswa yang setiap individunya
berbeda.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat mengetahui gaya belajarnya masing-masing
dan menggunakan gaya belajar yang dimilikinya secara konsisten agar
prestasi belajar dapat meningkat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H, A. dan Supriyono W. 2004. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta:PT. Rineka Cipta. 174 hlm.
Ali, M. 2013. Prosedur dan Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.233 hlm.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. 380 hlm.
_______ , Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. 418 hlm.
Cholisoh, Lilis. 2014. Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu MenggunakanStrategi Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain (PDEODE) danSmall Group Discussion (SGD) Serta Motivasi Belajar TerhadapKemampuan Berpikir Kritis. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri. Skripsi.64 hlm.
Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 268 hlm.
Damayanti, Andia Kusuma. 2012. Gaya Belajar Ditinjau dari Tipe Kepribadiandan Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 1, No. 2, hal 88-98
Depdiknas. 2006. Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: BSNP. (isi-dps.ac.id, diakses pada 16 November 2015, 08.30 WIB).59 hlm.
DePorter, Bobby & Hernacki, Mike. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.214 hlm.
_____________________________. 2002. Quantum Learning: MembiasakanBelajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:Kaifa. 248 hlm.
_____________________________ .2003. Quantum Learning(Penerjemah:Abdurrahman, A.). Bandung: Kaifa. 315 hlm
42
_____________________________. 2010. Quantum Learning: MembiasakanBelajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:Kaifa. 356 hlm.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosda. 147hlm.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 230 hlm.
Fadjar, A. Malik, 1999, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung:Mizan.Cet II. 218 hlm.
Friedman, Howard S dan Schustack, Miriam W. 2006. Kepribadian Teori Klasikdan Riset Modern.Jakarta: Erlangga. 326 hlm.
Gallgher, C.M. 2004. Pemulihan pasca operasi caesar. Jakarta: erlangga. 84 hlm.
Husain , Siti Azizah A. 2013. Perbedaan Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1Telaga. Universitas Negeri Gorontalo.Skripsi. 142 hlm.
Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.. 178hlm.
Kartono, K. 1996. PsikologiUmum. Bandung: Mandar Maju. 138 hlm.
Lukum, A. 2013. “.Evaluation of Science Learning Supervision on SecondarySchool”, International Journal of Edu-cation Vol. 5, no:74, pp. 61-81.
Latif, Abdul I, 1996, Pengembanagan Sumber Daya Manusia yang BerkualitasMenghadapi Era Pasar Bebas, Jakarta: DPP HIPPI. 274 hlm.
Margono. S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Rineka Ci. 258hlm.
Mite, Yakobus.2016 .HubunganAntara Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar SiswaSMA Katolik Santa Maria Malang Berbasis Skor Terkoreksi DalamPembelajaran Biologi Melalui Pembelajaran Group Investigation (Gi).Universiatas Negeri Malang. Skripsi. 167 hlm.
Nasution, S. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,Jakarta: PT.Bumi Aksara. 143 hlm.
Nasution, S. 2009.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,Jakarta: PT.Bumi Aksara. 162 hlm.
43
Nurochma, Rofa. 2012. Perbedaan Hasil Belajar dengan Penerapan StrategiPembelajaran GuidedInquiry dan Demonstrasi Ditinjau dari Gaya BelajarSiswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten. Skripsi. 140 hlm.
Pamungkas, Sri Bintang, 1993, Dengan Sumber Daya Manusia dan IPTEKMengatasi Kemiskinan, Mencapai Kemandirian, Jakarta: Seminar DanSeresahan Teknologi. 216 hlm.
Paskur. 2006. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Dan RencanaPelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Balitbang. 136 hlm.
Prashnig, Barbara. 2007. The power of learning style: memacu anak melejitkanprestasi dengan mengenali gaya belajarnya. Bandung: Kaifa. 241 hlm.
Purwanto, N. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. RemajaRosda Karya. Bandung. 165 hlm.
Putri, Widya, Asti.2013. Pengaruh Gaya Belajar Siswa (Visual, Kinestetik, DanAuditorial) Pada Mata Pelajaran Mengelola Peralatan Kantor TerhadapHasil Belajar. Surabaya: universitas negeri surabaya. Skripsi. 115 hlm.
Qodriyah, Annie. 2011. Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan Hasil BelajarMata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas IVMi MiftakhulAkhlaqiyah. Semarang : Institut Agama Islam Walisongo. Skripsi. 104 hlm.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Bandung:Alfabeta. 244 hlm.
Rose, Colin.,Nicholl, Malcolm., J. 1997. Accelerated Learning For The 21Centuri Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: PT Nuansa. 120 hlm.
Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan Edisi 3 Buku 1. Jakarta: .SalembaHumanika. 315 hlm.
Suastra, I W. 2009. Pembelajaran Sains Terkini Mendekatkan Siswa denganLingkungan Alamiah dan Sosial Budayanya. Singaraja: UniversitasPendidikan Ganesha. 124 hlm.
Sudjana, N. 2003. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: RemajaRosdakarya. 230 hlm.
________. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: RemajaRosdakarya. 248 hlm.
44
Sugihartono, at.al. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 86 hlm.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.Bandung. 334 hlm.
Sukirno. 2010.Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum Untuk YangIngin Cepat Terampil Menulis kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 310 hlm.
Sukmadinata, Nana, Syaodiah. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 269 hlm.
Sulistiana, dkk.2013. Pengaruh Gender, Gaya Belajar, dan Reinforcement GuruTerhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA Negeri Se-KabupatenPurworejo. (Jurnal Vol. 3 Hlm 102-106). (portalgaruda.org, diakses pada 20November 2015, 06.15 WIB). 5 hlm.
Susilo, M. Djoko. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta:PINUS. 202 hlm.
Tohirin, 2005.Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 130 hlm.
Uno, Hamzah B.2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara. 175 hlm.
______________. 2010. OrientasiBarudalamPsikologiSiswa yang memiliki gayabelajar. Jakarta: Bumi Aksara. 210 hlm.
Wijayanti, I. O. 2013. Perbedaan Gaya Belajar Antara Siswa Laki-Laki danPerempuan dalam Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP KristenSatya Wacana Salatiga. Skripsi. 160 hlm.
Williams, Jane Webb. 2014. Gender Diffeences in School Children’s Self EfficacyBeliefs: Students’ and Teacher’s Perspectives (Journal Vol. 9 Pp 75-82).(academicjournals.org, diakses pada 24 Desember 2015, 13.08 WIB). 8 hlm.
Winkel, W.S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 142 hlm.
Wulandari, mira,dkk, 2014,Analisis Gaya Belajar Siswa dan Hubungannyadengan Hasil Belajar BiologiSiswa Kelas XI Di SMA Negeri I KotaJambi.Universitas Jambi. Jurnal. 10 hlm. Diunduh dari httpwww.e-campus.fkip.unja.ac.ideskripsidatapdfjurnalmhsartikelA1C410037.pdf. pada10 Februari 2016 pukul 08.50 WIB.
45
Yuniarti, Rohmah Dwi. 2013. Pengaruh Sikap dan Gender Terhadap PrestasiBelajar Bahasa Indonesia Pada Siswa SMP Negeri Kelas VII di KecamatanSleman Yogyakarta. (skripsi). (uny.ac.id, diakses pada 20 November 2015,06.10 WIB). 148 hlm.
Yusnabawi. 2014. Gaya Belajar Siswa laki-Laki dan Perempuan SMA Negeri 3Tanjung Medan. (digilib.ac.id, diakses pada 19 Desember 2015, 10.15 WIB).148 hlm.