idem idem an

9
TUGAS INDIVIDU BLOK 21 Menejemen Kesehatan Unggas Komersial UNIT PEMBELAJARAN 1 Nama : Nada Lathifah Rasyid No. Mhs. : 2011/311560/KH/6961/SU Kel. : 13 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Upload: chandra-noor-rachman

Post on 17-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gj,ahf.AFJa;ia;kdalsudkahd,ak

TRANSCRIPT

1

TUGAS INDIVIDUBLOK 21Menejemen Kesehatan Unggas KomersialUNIT PEMBELAJARAN 1

Nama: Nada Lathifah Rasyid

No. Mhs.: 2011/311560/KH/6961/SU

Kel.

: 13

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014Learning ObjectiveMengetahui penyakit pada ayam yang menyerang saluran pencernaan ( bakteri, viral, fungi, parasit) meliputi etiologi, gejala klinis, patogenesis, diagnosa, pengobatan

KolibasilosisEtiologikolibasilosis disebabkan oleh bakteri E. coli yang tergolong gram negatif, tidak tahan asam, tercat uniform, merupakan basilus yang tidak membentuk spora dan mempunyai ukuran 2-3 x 0,6 mikro meter. Bakteri ini dapat tumbuh di berbagai media yang lazim digunakan untuk isolasi bakteri dan membutuhkan temperatur 18 derajat celcius sampai 44 derajat celcius atau lebih rendah (Tabbu, 2000).Patogenesisayam muda lebih sensitif dibandingkan dengan ayam dewasa. Penularan dapat terjadi secara kontak langsung antara ayam sakit dengan ayam yang sensitif. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui kontak ayam yang sensitif dengan bahan-bahan yang tercemar oleh leleran tubuh atau feses ayam yang menderita kolibasilosis. Penularan terjadi secara oral melalui pakan, minuman atau debu/ kotoran yang tercemar oleh E.coli. Debu dan kotoran yang mengandung bakteri tersebut, dapat juga dihirup melalui saluran pernafasan (Tabbu, 2000).

Gejala Klinis

anak ayam yang terserang biasanya terlihat lesu, lemah, perut membesar, tubuh terasa empuk tanpa tonus, cendrung bertumpu pada persendian tarsometatarsus di dekat pemanas dan dapat berakhir dengan kematian, umbilikus tampak membuka, basah dan berwarna kemerahan, kadang-kadang menebal, meonjol dan berwarna merah tua akibat adanya nekrosis dan keradangan pada jaringan.

Diagnosa

melakukan diagnosa dengan isolasi dan identifikasi bakteri (Tabbu,2000).

Pengobatan

kelompok aminoglikosida misalnya neomisin, gentamisin, kelompok aminosiklitol misalnya spektinomisin yang digunakan untuk menanggulangi ayam pedaging, kelompok polipeptida misalnya kolistin/polimiksin, kelompk tetrasiklin misalnya oksitetrasiklin, klortetrasiklin dan doksisiklin untuk menanggulangi bakteri gram positif dan gram negatif seperti sulfonamida, trimetroprim, kelompok kuinolon meliputi generasi asam nalidiksik/asam oksolinat, flumekuin (Tabbu, 2000).New Castle DiseaseEtiologi

Tergolong genus avian paramyxovirus dan famili paramyxoviridae yang merupakan virus RNA yang memiliki genom ss dengan polaritas negatif. Merupakan virus beramplop, berbentuk pleomorfik biasanya berbentuk bulat dengan diameter 100-500 nm, namun adapula yang berbentuk filament (Yuniati, 2012).

Gejala Klinis

virus ND strain velogenik menimbulkan penyakit parah yang fatal pada ayam dengan angka kematian yang mencapai 100 persen. Gejala klinisnya bervariasi dari gejala lesu, tidak ada nafsu makan, bulu kusam, konjungtiva merah dan oedem. Selain itu terdapat pula diare cair yang berwarna kehijauan atau keputihan (Yuniati, 2012).

Patogenesis

Penularan ND terjadi melalui pakan atau infeksi secara per-oral. Selanjutnya virus bereplikasi pada epitel saluran pencernaan, penyebaran virus melalui aliran darah yang disebut dengan viremia primer kemudian menyebar mengikuti aliran darah menuju ke ginjal dan sumsum tulang yang menyebabkan viremia skunder (Yuniati, 2012).

Diagnosa

melihat dari gejala klinis yang ditimbulkan kemudian melihat perubahan yang terjadi secara makros dan mikros, perubahan yang menciri ditemukan pada berbagai organ seperti perdarahan ptekie sampai ekimose pada esofagus, proventrikulus, ventrikulus, dan disepanjang usus. Pada bagian usus perubahan yang menciri adalah ditandai dengan ulsera dan nekrosis. Perdarahan heroraghi pada usus dan nekrosis ulseratif pada sekatonsil (Yuniati, 2012).

Melakukan diagnosa secara laboratorium yaitu dengan melakukan isolasi dan identifikasi dari unggas yang terinfeksi. Virus dapat diisolasi dari beberapa organ seperti saluran pencernaan. Perbanyakan virus dilakukan pada telur ayam berembrio yang berumur 9-10 hari. Penanaman dengan cara menyuntikan 0,1 ml inokulum steril berkonsentrasi 5-10 % melalui jalur ruang alantois (Yuniati, 2012).

Pengobatan

Memberikan suportif dan penanganan biosecurity yang baik dan benar (Tabbu, 2000).Kandidiasismerupakan penyakit infeksi pada saluran pencernaan terutama tembolok dan kadang-kadang pada rongga mulut, esofagus dan proventrikulus. Kandidiasis tersifat oleh adanya penebalan yang berwarna keputihan pada mukosa tembolok dan kadang-kadang pada rongga mulut, esofagus dan proventrikulus (Tabbu, 2000).

Etiologi

Kandidiasi disebabkan oleh Candida albicans yang merupakan ragi (yeast) dan tergolong famili fungi (jamur). Jamur ini dapat tumbuh pada pembenihan agar sabourauds dan menghasilkan koloni yang berbentuk konveks, berwarna kekuning-kuningan atau putih mengkilat dan mempunyai bau yang mirip dengan soda kue. Pada kultur yang tua dapat ditemukan adanya septate hypha dan kadang-kadang klamidospora yang merupakan sel yang berbentuk bulat, membengkak dan mempunyai membran tebal. Candida albicans relatif resisten didalam tanah dan tahan terhadap berbagai disinfektan (Tabbu, 2000).

Gejala Klinis

terlihat bersifat tidak spesifik, ayam muda lebih sensitif terhadap mikosis bentuk pencernaan dibandingkan dengan ayam tua. Kandidiasis dapat ditemukan ayam mulai umur 1-2 minggu. Anak ayam yang menderita kandidiasis menunjukan gangguan pertumbuhan, pucat, lesu dan bulu berdiri. Ayam petelur yang terinfeksi jamur akan terlihat seperti obesitas tetapi menderita anemik. Ayam yang menderita keradangan pada kloaka akibat kandidiasis akan menunjukan bulu yang ternoda kotoran berwarna putih disekitar kloaka (Tabbu, 2000).

Patogenesis

Kandidiasis tidak menular dari ayam satu ke ayam lainnya. Penyakit ini dapat menular melalui oral karena mengkonsumsi pakan atau air minum yang tercemar oleh jamur tersebut. Dapat menular dengan mudah melaui tempat minum yang kotor dan tercemar oleh Candida albicans. Pakan atau bahan baku pakan misalnya jagung yang tercemar oleh jamur tersebut yang dapat menjadi sumber infeksi pada ayam (Tabbu, 2000).

Diagnosa

Sangkaan terhadap kandidiasis dapat didasarkan pada perubahan patologik. Secara makros pada tembolok dan kadang-kadang pada rongga mulut, esofagus dan proventrikulus. Pada kasus akut. Mukosa tembolok akan menebal, berlipat dan keruh. Pada kasus yang lebih kronis akan ditemukan adanya daerah yang menonjol dan berwarna putih yang disertai dengan pembentukan ulser yang berbentuk sirkular pada mukosa tembolok. Pada kasus yang berat, permukaan mukosa yang menebal cendrung mengelupas, lesi pada mukosa tembolok dikenal dengan nama ' turkish towel'. Perubahan pada mukosa dapat juga berbentuk daerah membran semu yang mengandung material nekrotikan yang mudah lepas daripermukaan mukosa tersebut. Esofagus dan rongga mulut dapat menunjukan adanya pembentukan ulser, proventikulus dapat mengalami penebalan pada dinding dan nekrosis serta perdarahan pada mukosa. Terlihat serosa yang mengkilat.

Diagnosis akhir melakukan isolasi dan identifikasi penyebab kandidiasis, dapat juga diperkuat dengan preparat pemeriksaan apus mukosa tembolok yang diwarnai dengan metylene blue untuk mendeteksi adanya hypha atau klamidospora.

Pengobatan

pemberian nistatin melalui pakan dengan dosis 142 mg/kg pakan selama 4 minggu dapat mencegah kandidiasis. Pemberian nistatin pada air minum dengan dosis 62,5-250 mg / L yang dicampur dengan Na-lauril sulfat pada dosis 7,8 25 mg/L selama 5 hari. Pengobatan terhadap kandidiasis dapat dilakukan dengan pemberian CuSO4 melaui air minum dengan dosis 1 : 2000 selama penyakit tersebut berlangsung (Tabbu, 2000).KoksidiosisEtiologi

Disebabkan oleh protozoa parasit bersel satu yang tergolong kelas sporozoa ordo coccidia famili eimeriidae dan genus eimeria. Coccidia mempunyai siklus hidup yang kompleks dan menciri yang berlangsung sekitar 7 hari meliputi beberapa stadia aseksual dan seksual. Coccidia memiliki satu generasi ookista, 2-4 stadia aseksual (skisogoni atau merogoni) dan satu stadium seksual (sporogoni). Sporokista harus mengalami sporulasi agar menjadi infektif (Tabbu, 2002).

Gejala Klinis

eimeria yang patogenik dapat menyebabkan diare yang bersifat mukoid atau hemoraghic. Gejala diare diikuti dehidrasi, bulu berdiri, anemia, lesu, lemah, menekuk kepala dan leher, dan mengantuk (Tabbu, 2002).

Patogenesis

Tidak menular secara langsung dari ayam satu ke ayam yang lain. Penularan alami koksidiosis hanya terjadi dengan cara menelan ookista hidup yang telah bersporulasi. Ayam yang terinfeksi dapat mengeluarkan oosista bersama feses selama beberapa hari atau beberapa minggu. Ookista menjadi infektif setelah sporulasi selama 2 hari (Tabbu, 2002).

Diagnosa

dapat didasarkan atas gejala klinis perubahan patologik yang berhubungan dengan lokasi sejumlah besar ookista atau stadium aseksual dan riwayat kasus. Melakukan pemeriksaan mikroskopik dan identifikasi. Beberapa ookista ditemukan pada pemeriksaan mikrokopik preparat apus dari mukosa usus. Melakukan pemeriksaan feses dengan metode mc master (Tabbu, 2002).

Pengobatan

memberikan sulfonamida karna sulfonamida menyerang skizone yang sedang berkembang dan juga pada stadium seksual. Nikarbasin, robedin, dan zoalen dapat merusak skizone generasi satu dan dua. Kelompok kuinolon dan ionofor menghambat dan membunuh sporozoit dan topozoit yang awal (Tabbu, 2002).Daftar Pustaka

Tabbu, 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Yogyakarta : Kanisius

Tabbu, 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya vol 2. Yogyakarta : Kanisius

Yuniati. 2012.Penyakit Virus Unggas.Bali : Udayana University Press