ibm kelompok usaha mikro jamu jawa tradisional - sudarmi, intan niken tari, nugraheni, sri rahayu -...

Upload: dianmas

Post on 18-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • IbM KELOMPOK USAHA MIKRO JAMU JAWA TRADISIONAL KELURAHAN GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO

    KABUPATEN SUKOHARJO Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu

    Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Univet Bantara Sukoharjo Jl. Letjen S. Humardani No. 1 Sukoharjo, kode pos 57512,

    Telp. (0271) 593156, Fax (0271) 591065,

    Abstrak

    Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pelaku usaha mikro jamu jawa tradisional tentang : pasca panen empon-empon, pembuatan simplisia yang berkualitas baik, pembukuan usaha, pengemasan jamu baik bentuk simplisia, tepung jamu maupun jamu kemasan. Dengan adanya kegiatan ini agar pelaku usaha mikro dapat lebih mengembangkan usahanya sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu memberi penyuluhan (ceramah dan tanya jawab), pelatihan produksi dan pendampingan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan menyebabkan adanya peningkatan : pengetahuan pembukuan 46,67 %; pengetahuan pasca panen empon-empon dan simplisia 48,77% ; ketrampilan pembuatan simplisia55,17 % ; ketrampilan pengemasan jamu 55,64 % ; produksi simplisia (kunyit 49,82 % ; temu lawak 32,95 % ; jahe 52,76 % ) , peningkatan jamu tepung (kunyit 48,56 % ; kunyit putih 49,05 % ; temu lawak 63,30 ; sambiloto 42,16 % ; jahe 55,53 %), juga terjadi peningkatan jamu kemasan 31,436 %. Dengan adanya bantuan alat pengemas aluminium foil dapat menstimulasi UM II memproduksi jamu baru bentuk instan untuk anak-anak dengan kemasan yang lebih baik dan disukai konsumen.

    Kata kunci : Usaha mikro, jamu Jawa tradisional.

    A. PENDAHULUAN

    Usaha Mikro jamu jawa di Sukoharjo ini keberadaannya sudah turun temurun lebih dari 40 tahun. Jamu jawa tradisional merupakan bagian dari kekayaan bangsa yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan kualitasnya melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi , sehingga pada saatnya nanti akan menjadi obat alternatif disamping obat modern sejauh khasiatnya dipertanggung jawabkan secara medis (Soebandrio dan Danur, 1996). Dewasa ini kecenderungan masyarakat mengkonsumsi obat tradisional semakin meningkat karena tumbuhan obat mempunyai efek samping yang lebih aman , harga terjangkau apalagi adanya isu global back to nature semakin meningkatkan industri jamu tradisional baik dalam skala besar maupun industri rumah tangga / usaha mikro (Kartasaputra, 1992; Winarto, 2003 ).

    Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu 37

  • Sebagai mitra dalam kegiatan IbM ini ada dua usaha mikro yaitu :

    1. Usaha Mikro pembuat simplisia ( UM I )

    UM I ini memproduksi simplisia dari rimpang tanaman empon-empon khususnya Kunyit, Temu lawak dan Jahe. Simplisia adalah produk bahan kering yang berupa rimpang, daun, batang, bunga, buah dan lain-lain dari tanaman obat yang digunakan sebagai bahan obat/jamu tradisional (Dalimartha, 2003). Produk dari UM I yang berupa simplisia ini dijual kepada pembuat jamu jawa tradisional (seperti UM II pada IbM ini) sebagai bahan baku jamu dalam proses produksi. Usaha Mikro I ini pada musim kemarau dapat menghasilkan simplisia yang yang jumlahnya relatif banyak, tetapi pada musim penghujan produksi menurun karena pembuatan simplisia hanya dilakukan oleh anggota keluarganya dan kegiatan perajangan hanya menggunakan pisau dapur, sehingga tidak dapat memasok simplisia kekonsumen secara kontinu dan pada musim penghujan biasanya harga simplisia meningkat hampir 100 % , yang biasanya harga Rp.10.000; / kg menjadi Rp.20.000; / kg. Pengelolaan UM I ini masih bersifat tradisional, belum ada pembagian tugas yang nyata ,semua pekerjaan dilakukan secara bersama- sama , sehingga pemilik usaha juga menjadi tenaga kerja.

    2. Usaha mikro dua ( UM II ) bergerak dalam bidang :

    a. Mengolah simplisia bahan jamu tradisional (dari kunyit, temu lawak, jahe, sambiloto dll) menjadi bentuk tepung, kemudian dijual dalam bentuk kemasan tepung (1 kg, kg).

    b. Memproduksi Jamu Jawa antara lain Raket Wangi dengan kemasan plastik (bagian dalam) dan kertas (bagian luar). Kadang-kadang membuat simplisia.

    Profil Wilayah : UM I dan UM II berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo, tepatnya Di Kalurahan Gayam, kecamatan / kabupaten Sukoharjo, berjarak 1km dari pasar kota Sukoharjo sebagai tempat pemasaran produk dari usaha mikro ini. Kabupaten Sukoharjo mempunyai topografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian tempat 110 m dpl, sebagian besar tanah di wilayah ini berupa sawah (20,937) ha dan lahan kering (25,729) ha maka sebagian penduduknya bermata pencaharian bertani 47,352 % (Anonim, 2008). Dari mata pencaharian tersebut

    38 Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu

    DIAN MAS, Volume 2 Nomor 1 April 2013

  • belum bisa memenuhi kebutuhan sehari hari , karena pemilikan lahan pertanian rata-rata relatif sempit 0,25 0,5 ha. Tetapi Sukoharjo lebih terkenal sebagai sentra Jamu Gendong , karena sebagian besar wanita di pedesaan setelah selesai membantu pekerjaan suami di sawah juga berprofesi sebagai penjual jamu gendong di luar wilayah Sukoharjo (istilahnya merantau). Dalam waktu 1-3 bulan mereka menengok keluarganya sekaligus membeli bahan-bahan jamu yang akan dijualnya .Ada juga yang seluruh anggota keluarganya diajak merantau (biasanya ke luar pulau Jawa), karena di Sukoharjo merasa kurang mampu mendapatkan kehidupan yang layak. Orang-orang seperti ini biasanya menengok orang tuanya setahun sekali saat Hari Raya Idul Fitri, sehingga apabila diperantauan membutuhkan bahan jamu, maka dia memesannya lewat pos paket. Kondisi yang demikian ini sangat mempengaruhi volume penjualan.

    B. SUMBER INSPIRASI

    Permasalahan yang dihadapi Di UM I : SDM mengelola usahanya belum baik, kegiatan usahanya belum dibukukan, semua kegiatan ditentukan pemilik usaha. Dalam proses produksi belum menguasai pasca panen empon-empon, pengirisan menggunakan pisau dapur, maka produksi per satuan waktu yang dihasilkan tidak maksimal (kapasitas produksi maksimum 30 kg/hari/orang). Pengeringan tergantung sinar matahari dengan alas sekedarnya, sehingga tidak bisa menjaga kontinuitas produksi, dan kualitas simplisia. Permasalahan yang dihadapi UM II : SDM dalam mengelola usahanya belum profesional, perencanaan, pengontrolan, pembukuan belum secara terperinci. Dalam proses produksi : Penggilingan dengan alat sederhana : penggiling tepung 2 HP, kelembutan tepung belum sesuai harapan. Pengemasan tepung jamu sangat sederhana, kemasan plastik polos belum berlabel dan kemasan jamu Raket Wangi dengan plastik dan kertas, sehingga tidak tahan air, kurang aman dan menarik.

    C. METODE

    Metode yang digunakan pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pelaku usaha mikro jamu jawa tradisional tentang : pasca panen empon-empon, pembuatan simplisia yang berkualitas baik, pembukuan usaha dan pengemasan jamu jawa tradisional adalah :

    Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu 39

    IbM Kelompok Usaha Mikro Jamu Jawa Tradisional

  • 1. Metode ceramah : penyuluhan teori tentang pasca panen tanaman empon-empon meliputi pemilihan bahan baku (dipilih yang tua agar rendemen tinggi ), pencucian, penjemuran. Volume kegiatan 1 x pertemuan durasi waktu 120 menit, jumlah peserta 9 orang. Partisipasi mitra : menyediakan tempat(di UM I).

    2. Pelatihan: teori dan praktek pembuatan pembukuan meliputi kebutuhan bahan baku, produksi, jumlah tenaga kerja , upah dan perencanaan kedepan. Volume kegiatan 1 x pertemuan, durasi waktu 120 menit, jumlah peserta 4 orang. Partisipasi mitra menyediakan tempat. (di UM I dan UM II).

    3. Pelatihan : teori dan praktek pembuatan simplisia yang baik meliputi: kebersihan, keseragaman ketebalan, keseragaman kekeringan,kesera gaman warna , aroma dan campuran benda/kotoran lain 5 % sehingga memenuhi standar kualitas bahan baku obat tradisional (Sudiyatsa, 2000). Volume kegiatan 1x pertemuan, durasi waktu 120 menit, jumlah peserta 9 orang. Partisipasi mitra :Menyediakan tempat, bahan baku , peralatan (di UM I)

    4. Pelatihan : teori dan praktek pengemasan simplisia. Pengemasan simplisia biasanya menggunakan karung bekas dengan ukuran bervariasi, bahkan bekas pupuk urea TSP, KCl dll dengan kapasitas muat bervariasi sehingga tidak menarik dan tingkat kebersihan kurang. Maka diberi pengertian tentang pentingnya pengemasan yang bersih dan sehat yaitu dengan karung yang baik, bersih dan sehat, ukuran seragam maka akan lebih menarik dan meningkatkan nilai. Volume kegiatan 1 x pertemuan, durasi waktu 120 menit, jumlah peserta 9 orang. Partisipasi mitra menyediakan tempat dan simplisia (di UM I).

    5. Pelatihan : teori dan praktek pengemasan produk bahan baku jamu berupa tepung jahe, kunyit, temu lawak dll, yang sebelumnya kemasan berupa plastik polos maka diarahkan dengan pengemasan yang lebih aman (plastik tebal) dan menarik yaitu plastik berlabel/bercap. Volume kegiatan 1 x pertemuan, durasi 120 menit, jumlah peserta 10 orang. Partisipasi mitra menyediakan tempat dan bahan. Pengemasan produk jamu Raket Wangi yang sebelumnya menggunakan kemasan plastik (bungkus bagian dalam) dan bungkus bagian luar kertas maka supaya tahan air bungkus bagian dalam diarahkan dengan kemasan aluminium foil Volume kegiatan 1 x pertemuan, durasi waktu 120 menit, jumlah peserta 5 orang Partisipasi mitra : menyediakan tempat dan bahan yang akan dikemas (di UM II).

    40 Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu

    DIAN MAS, Volume 2 Nomor 1 April 2013

  • 6. Pengadaan alat perajang empon-empon dengan tenaga mesin di UM I supaya tingkat ketebalan seragam dan kapasitas produksi simplisia lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat (efektif) sehingga dapat memenuhi kebutuhan bahan baku (Sunarno,2000) terutama usaha mikro pembuat jamu jawa tradisional seperti UM II. Dan pengadaan tempat penjemuran simplisia yang bersih, ukuran 7x6 m2. Volume kegiatan 2 x pertemuan, durasi @ 120 menit, jumlah peserta 9 orang.

    7. Pendampingan produksi simplisia dengan alat mesin selama 2 bulan di UM I. Pendampingan dititik beratkan pada cara pengoperasian alat mesin, perajangan dengan tingkat ketebalan seragam supaya dapat kering serentak, penjemuran yang sempurna sampai kadar air tidak lebih dari 10 %, ini supaya simplisia lebih awet, tidak mudah terkontaminasi hama dan penyakit gudang ( Heyne, 1987 ). Volume kegiatan 2 x pertemuan, durasi @ 120 menit, jumlah peserta 8 orang. Partisipasi mitra : menyediakan tempat dan bahan yang diolah.

    8. Pengadaan mesin untuk kemasan aluminium foil di UM II dan pendampingan selama 2 bulan. Pendampingan ini dititik beratkan pada cara pengoperasian alat dan cara mengemas yang menarik sehingga dapat meningkatkan nilai jual. Pengadaan plastik kemasan yang berlabel/ bercap untuk jamu bentuk tepung sehingga lebih aman dan menarik. Volume kegiatan 2 x pertemua , durasi @120 menit, jumlah peserta 5 orang. Partisipasi mitra : menyediakan tempat dan bahan.

    Evaluasi dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mitra terhadap teori dan praktek yang telah diberikan, yaitu terdiri dari : 1. Rancangan evaluasi dengan mengerjakan soal pre test dan post test yang berkaitan

    dengan teori dan praktek yang telah diberikan. 2. Rancangan evaluasi untuk introduksi alat mesin, yaitu meliputi : penguasaan mesin

    (cara pengoperasian, pemeliharaan), produksi : jumlah produksi (kuantitatif )dan kualitatif yang meliputi : keseragaman ketebalan, keseragaman kekeringan, keseragaman warna, dibandingkan sebelum dan sesudah menggunakan alat mesin, terjadi peningkatan berapa persen.

    Setiap jawaban diberi skor berdasarkan criteria pemahaman yaitu : Skor 4 = sangat baik, Skor 3 = baik, Skor 2 = sedang, Skor 1 = kurang , Skor 0 = tidak paham. Nilai peserta program adalah rerata skor seluruh jawaban. Nilai keseluruhan adalah

    Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu 41

    IbM Kelompok Usaha Mikro Jamu Jawa Tradisional

  • rerata seluruh peserta program. Evaluasi terhadap indicator keberhasilan program, bila skor post test mengalami peningkatan 25 % dari pada skor pre test. Maka alir kegiatannya dapat digambarkan sbb:

    Gambar 1. Diagram Alir Metode Penerapan Iptek bagi Kelompok Usaha Mikro Jamu Jawa Tradisional di Kabupaten Sukoharjo.

    Mulai

    Persiapan : materi, perijinan, tempat

    Tahap I 1. Penyuluhan tentang Pasca panen

    tanaman empon-empon. 2. Penyuluhandan pelatihan

    administrasi / pembukuan.

    Tahap I Penyuluhan dan pelatihan tentang administrasi / pembukuan suatu usaha.

    Tahap II Penyuluhan dan praktek pembuatan Simplisia yang memenuhi standart Mutu bahan obat tradisional. Pengadaan tempat penjemuran simplisia. Pengemasan simplisia dengan ukuran seragam.

    Tahap II Penyuluhan dan praktek pengemasan Produk bahan jamu bentuk tepung Yang aman , berlabel dan menarik. Pengadaan plastik kemasan yang berlabel.

    Tahap III 1. Bantuan mesin pengemas tenaga listrik 1000W, bahan pengemas aluminium foil. 2. Pendampingan pengemasan 2 bln.

    Tahap III 1. Bantuan alat perajang empon-2 dengan tenaga mesin, power 2 HP. 2. Pendampingan selama 2 bulan, pembuatan simplisia dgn mesin.

    Post Test

    UM I Pre Test UM II

    42 Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu

    DIAN MAS, Volume 2 Nomor 1 April 2013

  • D. KARYA UTAMA

    1. Pemberian materi / teori dengan cara memberi penyuluhan tentang : pasca panen empon-empon, pembuatan simplisia yang berkualitas baik di UM I dan cara pembukuan maupun pengemasan di UM I dan UM II, setelah dilakukan pre test dan post test diperoleh hasil sebagai berikut :

    Tabel 1. Evaluasi hasil pre test dan pos test pengabidian di UM I dan UM II.

    Evaluasi Sebelum

    Pengabdian Sesudah

    Pengabdian Persentase Peningktan

    UM I UM II UM I UM II Pengetahun pasca panen empon dan simplisia 1,85 - 3, 563 - 48,77 % Pengetahuan pembukuan usaha dan pengemasan 2,0 2,0 3,75 3,75 46,67 % Ketrampilan pembuatan simplisia 1,625 - 3,625 - 55,17 % Ketrampilan pengemas an jamu - 1,69 - 3,81 55,64 % Sumber : Analisis data primer.

    2. Pengadaan bantuan alat perajang empon-empon dengan alat mesin dan pendampingan pembuatan simplisia di UM I, ternyata menyebabkan pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan produksi simplisia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

    Tabel 2. Rata -rata produksi simplisia per bulan di UM I

    Macam empon-empon

    Sebelum menggunakan mesin perajang empon

    ( April Mei 2011 )

    Sesudah menggunakan mesin perajang empon

    (Juni-September 2011) Persentase

    peningkatan ( % ) Bahan segar

    (kg) Simplisia

    ( kg ) Bahan segar(

    kg ) Simplisia

    ( kg ) Kunir Temu lawk Jahe

    431,00 447,00 182,50

    58,40 57,75 25,60

    922,25 662,50 470,50

    116,375 86,125 54,00

    49,82 32,95 52,76

    Sumber : Analisis data primer 3. Produksi jamu bentuk tepung mengalami peningkatan seiring dengan permintaan konsumen karena dengan kemasan yang lebih baik dan aman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. berikut :

    Tabel 3. Rata-rata per bulan produksi jamu bentuk tepung di UM II.

    Macam bahan jamu

    Kemsan lama (plastik polos) (April-Mei 20011)

    Kemasan baru (plastik ber label) (Juni-September 2011) Persentase peningkatan

    ( % ) Simplisia (kg/bulan) Jamu tepung

    (kg/bulan) Simplisia

    (kg/bulan) Jamu tepung

    (kg/bulan) Kunir 265,00 196,50 457,50 381,75 48,56 Kunir putih 160,00 140,50 345,05 275,75 49,05 Temu lawk 130,00 106,50 368,75 288,00 63,30 Sambiloto 145,00 116,50 328,75 285,25 42,16 Jahe 100,00 84,50 242,50 190,00 55,53 Sumber : Analisis data primer.

    Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu 43

    IbM Kelompok Usaha Mikro Jamu Jawa Tradisional

  • 4. Penggunaan alatmesin pengemas jamu aluminium foil, dapat meningkatkan produksi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut :

    Tabel 4. Rata- rata produksi per bulan jamu kemasan aluminium foil. Kemasan lama (bungkus kertas)

    (April-Mei 2011 ) Kemasan baru (aluminium foil)

    (Juni-September 2011 ) Persentase peningkatan

    (%) Rata kebutuhan

    Tepung jamu (kg / bulan )

    Jumlah hasil jamu kemasan ( pak/ 10 bks)

    Rata kebutuhan tepung jamu ( kg / bulan )

    Jumlah hasil jamu kemasan ( kg / 10 bks )

    88,50 1723,00 126,00 2513,00 31,436

    Sumber : Analisis data primer.

    E. ULASAN KARYA

    Dari tabel 2. dapat diketahui bahwa dengan menggunakan alat mesin untuk perajang empon-empon ternyata dapat meningkatkan produksi, karena pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat lebih meningkatkan pendapatan pelaku usaha mikro ini. Peningkatan produksi simplisia sesuai tabel 2 yaitu : kunir meningkat 49,82 %, temu lawak 32,95 % , jahe meningkat 52,76 %. Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa produksi jamu bentuk tepung mengalami peningkatan seiring dengan permintaan konsumen karena dengan kemasan yang lebih baik dan aman, yaitu tepung kunir 48,56 %, Tepung kunir putih 49,05 %, Tepung temu lawak 63,30 %, tepung sambiloto 42,16 % dan tepung jahe 55,53 %. Dengan kemasan baru yaitu plastik tebal dan berlabel ternyata lebih disukai konsumen, sehingga bisa lebih menguntungkan bagi pelaku usaha mikro tersebut. Demikian juga dari tabel 4 , maka dapat diketahui bahwa dengan adanya alat pengemas aluminium foil maka kemasan jamu menjadi lebih aman (tahan air ) dan produksi meningkat yaitu terjadi peningkatan sebesar 31,436%. Dengan adanya bantuan alat pengemas aluminium foil dapat menstimulas di UM II yaitu bahwa mulai bulan agustus 2011 UM II membuat produk baru yaitu berupa jamu anak-anak dalam bentuk instan dengan berbagai rasa seperti anggur, coklat, jeruk , strowbery dll , ternyata sangat disukai konsumen. Pengurusan ijin produksi ke Pemerintah Daerah ( Pemda ) setempat sudah dilaksanakan sebelum dana pengabdian terealisasi, sehingga kegiatan dialihkan untuk pembuatan tempat penjemuran simplisia di UM I supaya lebih layak karena biasanya hanya dijemur dengan alas anyaman dari bambu.

    44 Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu

    DIAN MAS, Volume 2 Nomor 1 April 2013

  • F. KESIMPULAN

    Dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penyuluhan di UM I dan UMII meningkat pengetahuannya tentang pembukuan

    46,67 %, pengetahuan tentang empon-empon dan simplisia 48,77 %, ketrampilan pembuatan simplisia yang baik 55,17 %, dan ketrampilan tentang pengemasan jamu 55,64 % ( tabel 1).

    2. Bantuan mesin perajang empon-empon terjadi peningkatan produksi simplisia : kunyit meningkat 49,82 %, temu lawak 32,95 % , jahe meningkat 52,76 %.

    3. Bantuan pengemas plastik berlabel terjadi peningkatan permintaan jamu tepung : yaitu tepung kunyit 48,56 %, tepung kunyit putih 49,05 %, tepung temu lawak 63,30 %, tepung sambiloto 42,16 % dan tepung jahe 55,53 %.

    4. Bantuan alat pengemas aluminium foil terjadi peningkatan produksi jamu kemasan sebesar 31, 436 % dan dapat menstimulasi produk jamu baru bentuk instan untuk anak-anak dengan kemasan lebih baik.

    G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN

    Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dalam bentuk penyuluhan tentang : pasca panen empon-empon, simplisia yang berkualitas baik, pembukuan usaha dan cara-cara pengemasan jamu yang baik ternyata membawa semangat baru bagi anggota UM I dan UM II. Hal ini terlihat dari antusias para peserta dalm mengikuti penyuluhan hingga selesai. Para peserta merasa senang karena mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang selama ini tidak pernah diperolehnya. Dari hasil pre test dan post test baik di UM I maupun UM II meningkat pengetahuannya tentang pembukuan 46,67 %, pengetahuan tentang empon-empon dan simplisia 48,77 %, peningkatan ketrampilan pembuatan simplisia yang baik 55,17 %, dan ketrampilan tentang pengemasan jamu 55,64 %

    Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu 45

    IbM Kelompok Usaha Mikro Jamu Jawa Tradisional

  • H. DAFTAR PUSTAKA

    (1) Anonim, 2008. Monografi Sukoharjo Dalam Angka, Pemda Sukoharjo. (2) Dalimartha, 2003. Tumbuhan Obat. Penebar Swadaya. Jakarta. (3) Heyne, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. (4) Kartasaputra, 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat Meningkatkan Apotik

    Hidup Dan Pendapatan Para Keluarga Petani dan PKK. Rineka Cipta. Jakarta. (5) Subandrio T dan I.A.I Danur, 1996. Irradiasi Pangan Dan Apliiasinya Pada

    Jamu dan Tumbuhan Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. (6) Sudiyatsa, 2000. Budidaya dan Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat

    Langkah awal Standarisasi Bahan Obat Tradisional/ obat asli Indonesia. Makalah . BPTO Puslitbang Depkes RI. Tawangmangu.

    (7) Sunarno, 2000. Model Model Rekayasa Teknologi Tepat Guna di Bidang Pertanian Dan Industri Kecil. Makalah Dies Natalis UNS ke XXIV, Surakarta.

    (8) Winarto, 2003. Sambiloto, Budidaya dan Pemanfaatan Untuk Obat. Penebar Swadaya Jakarta.

    I. PENGHARGAAN Terima kasih kepada Ditlitabmas, Ditjen Dikti, Kemdikbud RI yang telah mendanai kegiatan ini melalui program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Tahun 2011, dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan No : 088 / 006.2 / PP / SP / 2011.

    46 Sudarmi, Intan Niken Tari, Nugraheni, Sri Rahayu

    DIAN MAS, Volume 2 Nomor 1 April 2013