i · web viewmelaksanakan pengendalian pemakaian biaya bidang umum dengan berpedoman kepada rko dan...

30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Tata letak perusahaan PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas berlokasi di Jl. Raya Palembang – Sekayu yang berjarak Km 20 dari kota Palembang, Telp (0711) 430569, Kecamatan Musilandas, Kabupaten Banyuasin III, Propinsi Sumatra Selatan dan berjarak 504 Km dari Kantor Direksi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Bandar Lampung. Kondisi Topografi relative datar dan bergelombang dengan jenis tanah umunya latosal dengan ketinggian 15-40 meter dari permukaan laut, curah hujan rata-rata 2500-3000 mm, dengan musim basah 10 bulan, musim kering 2 bulan. 4.1.2 Sejarah perusahaan Perkebunan Unit Usaha Musilandas semula adalah milik perusahaan orang asing yaitu Belanda yang bernama

Upload: buinguyet

Post on 31-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Tata letak perusahaan

PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas berlokasi di Jl.

Raya Palembang – Sekayu yang berjarak Km 20 dari kota Palembang, Telp

(0711) 430569, Kecamatan Musilandas, Kabupaten Banyuasin III, Propinsi

Sumatra Selatan dan berjarak 504 Km dari Kantor Direksi PT Perkebunan

Nusantara VII (Persero) Bandar Lampung. Kondisi Topografi relative datar dan

bergelombang dengan jenis tanah umunya latosal dengan ketinggian 15-40 meter

dari permukaan laut, curah hujan rata-rata 2500-3000 mm, dengan musim basah

10 bulan, musim kering 2 bulan.

4.1.2 Sejarah perusahaan

Perkebunan Unit Usaha Musilandas semula adalah milik perusahaan orang

asing yaitu Belanda yang bernama “INTERNATIO”, yang didirikan pada tahun

1957. Pada zaman Trikora ketika terjadi konflik Irian Barat, semua perkebunan

milik pemerintah Belanda diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia,

sedangkan Perkebunan Swasta tetap dimiliki pemiliknya, seperti pada masa

penjajahan Belanda.

Setelah pemerintah dapat mengusir Belanda dari Irian Barat dengan

didasarkan pada Undang-Undang No. 86 tahun 1958, semua perusahaan

perkebunan milik Belanda tersebut dinasionalisasikan. Dibawah naungan Badan

Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara (BPUPPN) yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1959 perkebunan-perkebunan

yang diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia tersebut dikelompokan

menjadi satu yaitu dengan terbentuknya Perusahaan Negara Baru (PPN Baru).

Pada tahun 1963 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 25 PPN Baru

wilayah Lampung dan PPN Baru cabang Sumatera Selatan termasuk Unit Usaha

Musilandas menjadi satu di bawah naungan PPN Karet IX yang kantor pusatnya

berkedudukan di Tanjung Karang.

Selanjutnya berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1968

PPN Karet direorganisir sehingga berubah menjadi Perusahaan Negara

Perkebunan X (PNP X) yaitu didirikan pada tanggal 13 April 1968. Pada tanggal

01 Juli 1980 berdasarkan Akte Notaris G.A.S Loban Tobing, S.H. No. 53

Perusahaan Negara Perkebunan X berubah Menjadi PT Perkebunan X (Persero).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia No. 12 tahun 1996,

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan X dan Perusahaan Perseroan

(Persero) PT Perkebunan XXXI dilebur menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)

PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang berlaku sampai dengan sekarang.

4.1.3 Struktur organisasi

Struktur organisasi mempunyai peran dalam menunjang tugas, wewenang,

tanggung jawab serta hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan yang ada

pada organisasi tersebut, yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur dan

mengarahkan aktivitas yang dilakukan perusahaan sehingga seluruh aktivitas

dapat terkoordinir dengan baik dan konsisten sesuai dengan tujuan, adanya

struktur organisasi akan lebih memudahkan dalam hal koordinasi sehingga akan

22

timbul suatu kerjasama diantara bagian-bagian organisasi dan informasi-informai

yang tercipta akan lebih dapat dipercaya. Berikut adalah gambaran dari struktur

organisasi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas:

23

24

25

4.1.4 Tugas-tugas

Tugas dari masing-masing bagian di atas adalah sebagai berikut:

a. Manajer Unit Usaha

Manajer Unit Usaha membawahi seluruh karyawan yang ada di PT

Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas yang mempunyai

tugas wewenang sebagai berikut:

1. Memimpin dan mengelola unit usaha perusahaan dan secara kreatif

mengembangkan kebijakan direksi

2. Sebagai wakil direksi di unit usaha, mengkoordinir dan bertanggung jawab

atas pelaksanaan kegiatan produksi dan operasional yang ditujukan untuk

meningkatkan nilai tambah guna memperoleh pendapatan dan keuntungan

bagi perusahaan.

3. Mengelola dan menjaga aset perusahan dengan cara efektif dan efisien

serta bertanggung jawab atas mutu hasil kerja bidang teknik, pengolahan,

keuangan, kesehatan dan umum di unit usaha yang dipimpin.

4. Mengkoordinir atas Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan

(RKAP), Rencana Kerja Operasional (RKO) dan Surat Permintaan Modal

Kerja (SPMK) di unit usaha.

5. Membina keterampilan dan kemampuan pekerja di unit usaha dalam

peningkatan, prestasi kerja dan mutu kerja, serta mempersiapkan kader

tetangga di unit usaha bekerja sama dengan sumber daya manusia.

26

b. Sinder Teknik

Sinder Teknik Mempunyai Tugas:

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan,

pemeliharaan mesin atau instalasi pabrik sesuai prosedur, norma,

ketentuan kerja yang berlaku serta menyelenggarakan pengawasan RKAP,

RKO dan SPMK bidang teknik.

2. Mengkoordinir pelaksanaan pengendalian pengoperasian mesin-mesin atau

instalasi alat pengolahan.

3. Mengevaluasi hasil kerja bidang teknik, membuat rencana tindak lanjut

hasil evaluasi serta membuat laporan kerja kepada manajer unit usaha.

4. Memberikan motivasi dan melaksanakan pengawasan melekat pada

seluruh pekerja dalam ruang lingkup tugasnya untuk meningkatkan

prestasi dan produktivitas kerja serta peningkatan karier kerja bawahan.

5. Membuat dan menyampaikan daftar penilaian prestasi kerja pekerja

(PP2K) bawahan kepada manajer unit usaha.

c. Sinder Pengolahan

Sinder pengolahan mempunyai tugas:

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan,

pemeliharaan mesin atau instalasi pabrik sesuai prosedur, norma,

ketentuan kerja yang berlaku serta menyelanggarakan pengawasan RKAP,

RKO dan SPMK bidang pengolahan.

2. Mengevaluasi hasil kerja bidang pengolahan serta membuat rencana tindak

lanjut hasil evaluasi serta membuat laporan kerja kepada manajer unit

usaha.

27

3. Bertanggung jawab dalam pengawasan dan pelaksanaan proses

pengolahan.

4. Melaksanakan pengendalian pemakaian biaya bidang pengolahan dengan

berpedoman kepada RKO dan RKAP yang telah disetujui atau disahkan.

5. Membuat dan manyampaikan daftar penilaian pretasi kerja pekerja

(DP2K) bawahannya kepada manajer unit usaha.

d. Sinder Tanaman

Sinder Tanaman mempunyai tugas:

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab dalam pengawasan pelaksanaan

teknik, pengawasan naik turunnya produksi dan SPMK di bidang

tanaman.

2. Mengevaluasi hasil kerja bidang pengolahan serta membuat rencana tindak

lanjut hasil evaluasi serta membuat laporan kerja kepada manajer unit

usaha.

3. Melaksanakan penyuluhan petani peserta program kemitraan dan

memberikan perhitungan kebutuhan biaya dan sarana produksi.

4. Membuat dan manyampaikan daftar penilaian pretasi kerja pekerja

(DP2K) bawahannya kepada manajer unit usaha.

e. Sinder Tata Usaha Kantor (TUK)

Sinder Tata Usaha Kantor mempunyai tugas:

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan,

pengoperasian, pemeliharaan mesin, atau instalasi sesuai prosedur,

norma, ketentuan kerja yang berlaku serta menyelenggarakan

28

pengawasan dan bertanggung jawab dalam menyampaikan RKAP, RKO,

dan SPMK bidang keuangan.

2. Mengevaluasi hasil kerja bidang keuangan, membuat rencana tindak lanjut

hasil evaluasi serta membuat laporan kerja kepada manajer unit usaha.

3. Melaksanakan pengendalian pemakaian biaya bidang umum dengan

berpedoman kepada RKO dan RKAP yang telah disetujui atau disahkan.

4. Memberikan motivasi dan melaksanakan pengawasan melekat kepada

seluruh pekerja dalam lingkup tugasnya untuk meningkatkan prestasi dan

produktivitas kerja serta peningkatan karier kerja bawahannya.

5. Membina keterampilan dan kemampuan pekerja bawahannya.

6. Membuat dan menyampaikan daftar penilaian pretasi kerja pekerja

(DP2K) bawahannya kepada manajer unit usaha.

f. Sinder SDM dan Umum

Sinder SDM dan UMUM mempunyai tugas:

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan

hal-hal yang berkaitan dengan tenaga kerja sesuai prosedur, norma,

ketentuan atau peraturan yang berlaku.

2. Menyelenggarakan pengawasan dan bertanggungjawab dalam penyusunan

RKO, RKAP, SPMK bidang sumber daya manusia dan umum.

3. Mengevaluasi hasil kerja di bidang umum dan membuat rencana tindak

lanjut hasil evaluasi serta membuat laporan kerja kepada manajer unit

usaha melalui sinder TUK.

4. Melaksanakan pengendalian pemakaian biaya bidang umum dengan

berpedoman kepada RKO dan RKAP yang telah disetujui atau disahkan.

29

5. Menciptakan iklim kerja agar tercapai prestasi kerja optimal sehingga

mendapatkan produktivitas yang tinggi.

6. Memelihara hubungan yang harmonis dengan instansi yang berkaitan

dengan tugas-tugasnya guna kelancaran pelaksanaan tugas.

7. Membuat dan menyampaikan daftar penilaian pretasi kerja pekerja

(DP2K) bawahannya kepada manajer unit usaha.

g. Kepala Laboratorium

Kepala Laboratorium mempunyai tugas:

1. Melaksanakan pemeriksaan hasil pengolahan secara cermat guna menjaga

kualitas yang tinggi.

2. Bertanggung jawab atas penempatan jenis produksi yang diperiksanya.

h. Wakil Laboratorium.

Wakil Labolatorium mempunyai tugas yaitu: membantu kepala laboratorium

dalam melaksanakan pemeriksaan hasil pengolahan produksi.

i. Mandor Besar

Mandor Besar mempunyai tugas:

1. Membantu sinder dalam mengawasi dan memeriksa mandor bawahannya

ketika melaksanakan pekerjaan.

2. Membina dan memberikan petunjuk kepada mandor dan pekerja lainnya

dalam pelaksanaan tugas guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

j. Mandor

Mandor mempunyai tugas:

30

1. Mengawasi dan memeriksa hasil kerja bawahannya.

2. Memberikan petunjuk secara langsung kepada pekerja dalam hal

pelaksanaan tugas.

k. Krani Kepala

Krani Kepala mempunyai tugas yaitu: membantu sinder dalam segala urusan

yang berkaitan dengan administrasi sesuai dengan masing-masing bagian.

l. Bagian Gudang

Bagian Gudang mempunyai tugas:

1. Menyimpan barang

2. Menerima barang dari pemasok

3. Mengeluarkan barang ke karyawan.

4.2 Metode Pengukuran Biaya Sumber Daya Manusia

Metode pengukuran terhadap biaya sumber daya manusia yang dipilih

adalah metode historis sumber daya manusia (historical cost of human resource).

Metode ini mengkapitalisasi seluruh biaya yang berkaitan dengan penerimaan

pegawai dan biaya pengembangan pegawai. Gaji dan upah rutin tidak termasuk

dalam kelompok biaya yang dikapitalisasi, karena jika dianalogikakan dengan

aktiva, terutama aktiva tetap produktif lainnya, biaya gaji dan upah merupakan

biaya untuk mempertahankan atau memelihara pegawai agar tetap bekerja dan

berprestasi seperti yang diharapkan perusahaan. Hal ini sama dengan biaya bahan

bakar untuk aktiva berbentuk mesin-mesin produksi atau dalam bentuk kendaraan

dinas perusahaan.

Berdasarkan identifikasi historis sumber daya manusia, maka biaya

sumber daya manusia pada PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha

31

Musilandas yang dijadikan dasar perhitungan aktiva sumber daya manusia dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar biaya sumber daya manusia PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas Tahun 2003 sampai dengan 2005

Tahun Biaya Sumber Daya Manusia Total BiayaBiaya Perekrutan Biaya Pelatihan2003 Rp 43.765.000,00 Rp 8.455.000,00 Rp 52.220.000,002004 Rp 56.890.000,00 Rp 7.878.000,00 Rp 64.768.000,002005 Rp 72.530.000,00 Rp 12.540.000,00 Rp 85.070.000,00

Sumber: PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas

4.2.1 Perlakuan terhadap biaya sumber daya manusia

Konsep akuntansi sumber daya manusia yang memperlakukan manusia

sebagai aktiva sebenarnya merupakan upaya untuk memperbaiki ketidakpastian

penyajian informasi keuangan dalam akuntansi konvensional, yang berupa laporan

keuangan yang akurat. Ketidaktepatan ini karena pembebanan secara langsung

seluruh biaya sumber daya manusia pada periode berjalan.

Biaya perekrutan dan biaya pelatihan yang dikeluarkan oleh perusahaan

pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 dibebankan sebagai biaya periode

berjalan yang dimasukkan ke dalam pos biaya administrasi (biaya operasional

kandir/BOK). Seharusnya biaya tersebut dikapitalisasi menjadi investasi sumber

daya manusia mengingat bahwa biaya-biaya tersebut akan mendatangkan manfaat

bagi perusahaan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

Biaya-biaya sumber daya manusia yang oleh perusahaan dicatat sebagai

bagian dari biaya administrasi (biaya operasional kandir) pada periode berjalan

akan dipisahkan terlebih dahulu dari pos biaya administrasi (biaya operasional

kandir), dan kemudian dicatat sebagai aktiva sumber daya manusia pada sisi debet

32

dan mengkredit biaya sumber daya manusia pada sisi kredit. Untuk itu perlu

diadakan perhitungan sebagai berikut:

Tahun 2003Aktiva Sumber Daya Manusia Rp 52.220.000,00

Biaya Administrasi (BOK) Rp 52.220.000,00

Tahun 2004Aktiva Sumber Daya Manusia Rp 64.768.000,00

Biaya Administrasi (BOK) Rp 64.768.000,00

Tahun 2005Aktiva Sumber Daya Manusia Rp 85.070.000,00

Biaya Administrasi (BOK) Rp 85.070.000,00

4.2.2 Pencatatan amortisasi nilai aktiva sumber daya manusia

Setelah biaya sumber daya manusia dikapitalisasi dan dicatat sebagai

aktiva sumber daya manusia, permasalahan akuntansi selanjutnya adalah

pengukuran bagian dari masa manfaat aktiva yang dikonsumsi selama periode

akuntansi. Untuk jenis aktiva fisik, seperti mesin produksi dan kendaraan proses

ini dikenal dengan depresiasi atau penyusutan. Sedangkan untuk aktiva tidak

berujud, proses ini disebut amortisasi. Nilai aktiva sumber daya manusia harus

diamortisasi untuk menunjukkan berapa yang menjadi beban periode sekarang dan

berapa yang akan dibawa periode mendatang sebagai aktiva. Petunjuk dasar

dalam mengamortisasi aktiva sumber daya manusia adalah mengamortisasi masa

manfaat yang diharapkan atau yang diperkirakan.

Proses amortisasi ini biaya sumber daya manusia akan diamortisasikan

untuk jangka waktu yang sama yaitu selama 4 tahun. Hal ini didasarkan pada

kebijakan estimasi perusahaan akan mengadakan evaluasi terhadap kinerja

karyawannya. Hal tentang penetapan jumlah masa manfaat juga sesuai dengan

33

PSAK No. 19 yang menyatakan bahwa “periode amortisasi untuk aktiva tidak

berwujud tidak boleh melebihi 20 tahun”.

Untuk menghitung amortisasi dilakukan dengan menggunakan metode

garis lurus. Pemilihan metode ini didasarkan pada PSAK No. 19 yang

menyatakan: “Metode amortisasi aktiva tidak berwujud adalah metode garis lurus

(straight line method), kecuali jika metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi

perusahaan”. Berikut akan disajikan perhitungan dalam bentuk tabel uraian

perhitungan amortisasi terhadap aktiva sumber daya manusia untuk tahun 2003

sampai dengan tahun 2005.

Tabel 3. Perhitungan nilai aktiva sumber daya manusia

KeteranganTahun

2003(Rp)

2004(Rp)

2005(Rp)

Opening Value - 39.165.000,00 74.686.000,00Biaya Perekrutan 43.765.000,00 56.890.000,00 72.530.000,00Biaya Pelatihan 8.455.000,00 7.878.000,00 12.540.000,00Nilai Investasi SDM 52.220.000,00 103.933.000,00 159.756.000,00Amortisasi (13.055.000,00) (29.247.000,00) (50.514.500,00)Nilai Investasi SDM Bersih 39.165.000,00 74.686.000,00 109.241.500,00

Perhitungan:1. Tahun 2003

Biaya amortisasi 2003:Rp 52.220.000,00 / 4 tahun Rp 13.055.000,00

2. Tahun 2004Biaya amortisasi 2003 Rp 13.055.000,00Biaya amortisasi 2004:(Rp 103.933.000,00 – Rp 39.165.000,00)/4 tahun Rp 16.192.000,00Total biaya amortisasi Rp 29.247.000,00

3. Tahun 2005Biaya amortisasi 2003 Rp 13.055.000,00

34

Biaya amortisasi 2004 Rp 16.192.000,00Biaya amortisasi 2005:(Rp 159.756.000,00 – Rp 74.686.000,00)/4 tahun Rp 21.267.500,00Total biaya amortisasi Rp 50.514.500,00

Pengalokasian biaya amortisasi untuk pencatatan atas perhitungan diatas

adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2003Biaya Amortisasi SDM Rp 13.055.000,00

Aktiva Sumber Daya Manusia Rp 13.055.000,00

2. Tahun 2004Biaya Amortisasi SDM Rp 29.247.000,00

Aktiva Sumber Daya Manusia Rp 29.247.000,00

3. Tahun 2005Biaya Amortisasi SDM Rp 50.514.500,00

Aktiva Sumber Daya Manusia Rp 50.514.500,00

4.3 Dampak Penerapan Akuntansi Sumber Daya Manusia terhadap Laporan Keuangan

Perbedaan perlakuan biaya berdasarkan konsep akuntansi sumber daya

manusia dengan akuntansi konvensional akan berpengaruh terhadap laporan

keuangan. Berikut akan dibahas antara laporan keuangan berdasarkan akuntansi

sumber daya manusia dan akuntansi konvensional terhadap Neraca dan Laporan

Laba Rugi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas.

4.3.1 Analisis perbandingan laporan laba rugi

Perbandingan kedua laporan laba rugi atas 2 (dua) metode akuntansi di

atas maka terdapat selisih laba untuk laporan laba rugi tahun 2003 sampai dengan

tahun 2005 yang akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 4. Perbandingan laba bersih tahun 2003 sampai dengan tahun 2005

35

Keterangan Laba Tahun2003 (Rp) 2004 (Rp) 2005 (Rp)

Akt. SDM 9.032.011.026,- 9.756.882.983,- 9.312.124.878,-Akt. Konvensional 8.992.846.773,- 9.682.196.983,- 9.202.883.378,-Selisih Laba 39.165.000,- 74.686.000,- 109.241.500,-

Berdasarkan perbandingan laba tahun 2003 sampai dengan tahun 2005

dapat dilihat bahwa laporan laba rugi berdasarkan akuntansi konvensional

menghasilkan laba lebih kecil dibandingkan dengan laba bersih berdasarkan

akuntansi sumber daya manusia (lihat pada lampiran 1 dan 2).

Perbedaan tersebut disebabkan adanya perkiraan biaya sumber daya

manusia yang pada akuntansi konvensional dibiayakan dalam pos biaya

administrasi yang pada akuntansi sumber daya manusia, biaya sumber daya

manusia tersebut dipisahkan dari pos biaya administrasi dan dikapitalisasi menjadi

aktiva sumber daya manusia, serta diadakan pembebanan berkala terhadap aktiva

sumber daya manusia ini melalui amortisasi.

Pada laporan laba rugi tahun 2003 biaya sumber daya manusia yang

dikapitalisasi sebesar Rp 52.220.000,00 dengan beban amortisasinya sebesar Rp

13.055.000,00 sehingga terdapat selisih sebesar Rp 39.165.000,00, tahun 2004

biaya sumber daya manusia yang dikapitalisasi sebesar Rp 103.933.000,00 dengan

beban amortisasinya sebesar Rp 29.247.000,00 sehingga terdapat selisih sebesar

Rp 74.696.000,00 dan tahun 2005 biaya sumber daya manusia yang dikapitalisasi

sebesar Rp 159.756.000,00 dengan beban amortisasinya sebesar Rp 50.514.500,00

sehingga terdapat selisih sebesar Rp 109.241.500,00. Jika dicermati pada tabel

perbandingan laporan laba rugi akuntansi konvensional dan laporan laba rugi

sumber daya manusia maka dapat diketahui bahwa nominal jumlah selisih laba

36

untuk tahun 2003 sampai dengan tahun 2005, merupakan jumlah nilai bersih

investasi sumber daya manusia untuk masing-masing tahun yang bersangkutan.

Dengan demikian selisih laba bersih sebelum pajak pada kedua jenis

laporan laba rugi di atas disebabkan:

1. Berdasarkan konsep akuntansi sumber daya manusia maka biaya sumber

daya manusia dikapitalisasi dan dimasukkan ke dalam perkiraan aktiva ke

dalam laporan keuangan neraca.

2. Adanya pembebanan amortisasi dari aktiva sumber daya manusia yang

berdasarkan pada estimasi masa manfaat yang diharapkan.

4.3.2 Analisis perbandingan laporan neraca

Pada neraca yang disusun berdasarkan akuntansi sumber daya manusia

terlihat adanya perkiraan investasi sumber daya manusia. Investasi sumber daya

manusia ini digolongkan ke dalam perkiraan aktiva lain-lain. Perlakuan ini sesuai

pernyataan PSAK NO. 16 tentang aktiva tetap dan aktiva lain-lain, menyebutkan

“Pos-pos yang tidak terdapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap, dan

juga tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi atau pernyataan

maupun aktiva tidak berwujud, bebab yang ditangguhkan dak aktiva lancar

lainnya disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain”.

Investasi sumber daya manusia pada Neraca tahun 2003 sebesar

Rp 52.220.000,00 yang dikurangi dengan biaya amortisasi sebesa

Rp 13.055.000,00 sehingga akan didapat nilai investasi bersih sumber daya

manusia sebesar Rp 39.165.000,00 untuk neraca tahun 2004 sebesar

Rp 103.933.000,00 yang dikurangi dengan biaya amortisasinya sebesar

Rp 29.247.000,00 sehingga akan didapat nilai investasi bersih sumber daya

37

manusia sebesar Rp 74.686.000,00 dan untuk neraca tahun 2005 sebesar

Rp 159.756.000,00 yang dikurang dengan biaya amortisasinya sebesar

Rp 50.514.500,00 sehingga akan didapat nilai investasi bersih sumber daya

manusia sebesar Rp 109.241.500,00.

Tabel 5. Perbandingan komposisi neraca tahun 2003

Keterangan Tahun 2003 (Rp) Selisih (Rp) Akt. Konvensional Akt. SDMNilai Investasi SDM - 39.165.000,00 39.165.000,00Total Aktiva 48.960.576.674,00 48.999.741.674,00 39.165.000,00R/K Antar Kebun 18.416.571.455,00 18.455.736.455,00 39.165.000,00

Tabel 6. Perbandingan komposisi neraca tahun 2004

Keterangan Tahun 2004 (Rp) Selisih (Rp)Akt. Konvensional Akt. SDMNilai Investasi SDM - 74.686.000,00 74.686.000,00Total Aktiva 63.789.056.976,00 63.863.742.976,00 74.686.000,00R/K Antar Kebun 16.853.950.380,00 16.928.636.380,00 74.686.000,00

Tabel 7. Perbandingan komposisi neraca tahun 2005

Keterangan Tahun 2005 (Rp) Selisih (Rp)Akt. Konvensional Akt. SDMNilai Investasi SDM - 109.241.500,00 109.241.500,00Total Aktiva 60.595.895.440,00 60.705.136.940,00 109.241.500,00R/K Antar Kebun 11.178.006.794,00 11.287.248.294,00 109.241.500,00

Berdasarkan tabel-tabel di atas dapat dijelaskan bahwa:

1. Terdapat penambahan aktiva pada tampilan neraca tahun 2003 sebesar

Rp 39.156.000,00, untuk tahun 2004 sebesar Rp 74.686.000,00 dan untuk

tahun 2005 sebesar Rp 109.241.500,00. Hal ini terjadi karena aktiva lain-lain

yang memuat nilai investasi bersih sumber daya manusia dan penambahan

aktiva ini mengakibatkan total aktiva meningkat sebesar nilai investasi bersih

investasi sumber daya manusia.

38

2. Rekening antar kebun pada akhir tahun mengalami perubahan karena

pengkapitalisasian biaya sumber daya manusia sebesar Rp 39.156.000,00

untuk tahun 2003, untuk tahun 2004 sebesar Rp 74.686.000,00 dan untuk

tahun 2005 sebesar Rp 109.241.500,00.

4.3.3 Analisis perbandingan ROI (Return On Investment)

Berikut ini akan diadakan perbandingan perhitungan antara ROI akuntansi

konvensional dengan ROI dengan menggunakan akuntansi sumber daya manusia.

Tabel 8. Perbandingan ROI (Return On Investment) tahun 2003

Keterangan Tahun 2003 (Rp) Selisih (Rp)Akt. Konvensional Akt. SDMLaba Usaha 8.992.846.773,00 9.032.011.026,00 39.165.000,00Aktiva Bersih 48.960.576.674,00 48.999.741.674,00 39.165.000,00ROI ( % ) 18,37 18,43 0,07

Tabel 9. Perbandingan ROI (Return On Invstment) tahun 2004

Keterangan Tahun 2004 Selisih (Rp)Akt. Konvensional Akt. SDMLaba Usaha 9.682.196.983,00 9.756.882.983,00 74.686.000,00Aktiva Bersih 63.789.056.976,00 63.863.742.976,00 74.686.000,00ROI ( % ) 15,18 15,28 0,10

Tabel 10. Perbandingan ROI (Return On Invstment) tahun 2005

Keterangan Tahun 2005 Selisih (Rp)Akt. Konvensional Akt. SDMLaba Usaha 9.202.883.378,00 9.312.124.878,00 109.241.500,00Aktiva Bersih 60.595.895.440,00 60.705.136.940,00 109.241.500,00ROI ( % ) 15,19 15,34 0,15

Perbandingan perhitungan ROI pada tabel 8, 9 dan 10 di atas dapat dilihat

selisih perhitungan yang terjadi. Untuk tahun 2003 selisih perhitungan sebesar

0,07 %, tahun 2004 sebesar 0,10 %, dan untuk tahun 2005 sebesar 0,15 %.

39

Selisih perhitungan ini terjadi karena komponen dari ROI akuntansi

konvensional berbeda dengan komponen pembentuk ROI akuntansi sumber daya

manusia yang mengkapitalisasi biaya sumber daya manusia.

40