i. pendahuluan a. latar belakangdigilib.unila.ac.id/19798/2/bab i ii iii iv v.pdf · perusahaan...
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (selanjutnya disingkat CSR), bila dikaitkan dengan motivasinya
mulanya identik dengan corporate giving (bantuan amal) kemudian berkembang
menjadi corporate fhilantrophy (bantuan kemanusiaan). Istilah selanjutnya,
corporate community relations (mendongkrak citra perusahaan) dan terakhir
dikenal dengan corporate community development (pemberdayaan masyarakat).
Konsep community development saat ini diidentikan dengan tanggung jawab
sosial perusahaan, karena tanggung jawab sosial perusahaan bukan lagi sebagai
tanggung jawab fhilantrophy semata melainkan sebuah investasi sosial perusahaan
yang menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang (corporate social
investment).
Secara tidak langsung tanggung jawab sosial perusahaan lahir karena adanya
ketidakpercayaan dari masyarakat terhadap berbagai praktik bisnis yang dilakukan
oleh perusahaan, tidak hanya terbatas pada Perseron Terbatas (selanjutnya
disingkat PT) ataupun hanya berkaitan langsung dengan sumber daya alam.
Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang dikemas dalam berbagai
program diibaratkan sebagai sogokan perusahaan kepada masyarakat, karena tidak
2
terlepas dari bagian strategi bisnis guna membentuk kesan menyeluruh tentang
perusahaan. Masyarakat merupakan bagian utama dari perusahaan yang tidak
dapat dipisahkan,1 namun pada kenyataannya sering dirugikan dalam praktik
bisnis yang ada. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
masyarakat semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap berbagai
kegiatan dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan
usahanya dengan semakin bertanggung jawab.
Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
33 Ayat (4), bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi, yang bertujuan menjamin
kemakmuran bagi rakyat. Dunia usaha tidak lagi hanya dihadapkan dengan
tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, keberadaan perusahaan
bukan sebatas melakukan kegiatan ekonomi yang hanya dituntut untuk
memperoleh keuntungan melainkan juga diminta memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan sosialnya.
Parameter keberhasilan sebuah perusahaan dalam sudut pandang tanggung jawab
sosial perusahaan adalah sejauh mana perusahaan mengedepankan prinsip moral
dan etis untuk sustainability perusahaan, lingkungan, dan sosial. Sehingga konteks
1)
Menurut Pandangan The Business Roundtable, keberadaan perusahaan bergantung kepada
dukungan masyarakat secara luas. Perusahaan juga memperoleh berbagai keistimewaan perlakuan
(privileges) seperti kewajiban terbatas (limited liabilities), umur kegiatan usaha yang tidak terbatas
(indefinite life) dan perlakuan pajak khusus. Oleh sebab itu, perusahaan memiliki tanggung jawab
terhadap masyarakat secara luas sebagai salah satu bagian dari konstituen, karena masyarakat dan
para konstituen telah memungkinkan perusahaan memperoleh berbagai perlakuan istimewa
tersebut. (Ismail Solihin, 2008, Corporate Social Responsibility: from charity to sustainability,
Salemba Empat: Jakarta, hlm. 8)\
3
dalam tanggung jawab sosial perusahaan mencakup 3P yaitu triple bottom line,
selain memperoleh laba besar (Profit) juga dapat mengangkat kehidupan
masyarakat (People) dan menjaga kelestarian lingkungan hidup (Planet).
Di beberapa negara kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan sudah lazim
dilakukan oleh suatu perusahaan sejak lama, bukan dikarenakan telah diatur oleh
pemerintahnya, melainkan untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholders.2
Tanggung jawab sosial perusahaan menjadi bagian dalam atmosfer bisnis
Indonesia dimuali sejak 10 (sepuluh) tahun terakhir, baik dilaksanakan oleh
perusahaan multinasional maupun domestik yang terkait dalam sektor apapun.
Sebagian perusahaan di Indonesia mulai gencar melaksanaan berbagai program
tanggung jawab sosial perusahaan, yang diikuti dengan pembentukan divisi
khusus, mempromosikan aktivitasnya melalui media iklan, membentuk
perkumpulan perusahaan yang telah menjalankan, berdirinya lembaga khusus
menangani dan bertindak sebagai konsultan, hingga digelarnya berbagai award
terhadap program maupun pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan adalah satu dari hal baru dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disingkat
UUPT),3 sedangkan pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan bagi Badan
2 http://cms.sip.co.id/hukumonline/detail.asp?id=18664&cl=Berita diakses Tanggal 05 September
2009, pukul 20:25:58 WIB. 3 Secara etimologis CSR diartikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Pasal 15 huruf (b) UUPM
istilah yang digunakan adalah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, sedangkan dalam Pasal 74
UUPT adalah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). TJSL bukanlah CSR (untuk
penganut beyond compliance) atau maksimum adalah sepertiga CSR (untuk penganut within and
beyond compliance), social dalam CSR maksudnya economic-social-environmental. (Jalal Lingkar
Studi CSR disampaikan pada FGD dengan LPBH FAS, Jakarta 30 Mei 2008
http://pkbl.bumn.go.id/file/jalal-CSR.pdf diakses Tanggal 20 Mei 2009, pukul 12:17:20 WIB).
4
Usaha Milik Negara (selanjutnya disingkat BUMN) telah lama diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang relatif lebih terinci
dibandingkan UUPM dan UUPT.4
Dimasukkannya klausul tanggung jawab sosial perusahaan ke dalam peraturan
perundang-undangan memang mendapat sorotan khusus dari kalangan
pengusaha.5 Bentuk penolakan klausul tanggung jawab sosial perusahaan ditandai
dengan diajukannya judicial review Pasal 74 UUPT beserta penjelasannya ke
Mahkamah Konstitusi (MK) oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
(HIPMI), Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), dan Kamar Dagang
Indonesia (KADIN) pada November 2008. Namun dalam prosesnya MK menolak
permohonan judicial review tersebut dengan putusan perkara Nomor 53/PUU-
VI/2008 Tertanggal 13 April 2009.
Perbedaan penafsiran pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dalam
kerangka Pasal 74 UUPT, antara pemerintah dan kalangan dunia usaha akan terus
berlanjut. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan dalam substansi Pasal 74
UUPT masih sangatlah sempit dibandingkan konsep tanggung jawab sosial
perusahaan yang telah berkembang di beberapa negara, baik yang dikembangkan
4 Aturan rinci pelaksanaan terdapat dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep.236/MBU/2003
tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), Peraturan Menteri Nomor 4 Tahun
2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tata cara pelaksanaan CSR, dan Surat
Keputusan Menteri BUMN Nomor Keputusan PER-5/MBU/2007 yang mewajibkan BUMN untuk
melaksanakan CSR dalam bentuk PKBL. 5 Perkembangan CSR untuk konteks Indonesia (terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan CSR
untuk kategori discretionary responsibilities) dapat dilihat dari dua prespektif yang berbeda.
Pertama, pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara sukarela (discretionary
business practice) artinya pelaksanaan CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan
bukan merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia. Kedua, pelaksanaan CSR bukan lagi
discretionary business practice, melainkan pelaksanaannya sudah diatur oleh undang-undang
(bersifat mandatory). (Ismail Solihin, op. cit., hlm. 161).
5
para ahli ataupun organisasi internasional.6 Bahkan sudah 3 (tiga) tahun UUPT
disahkan, pemerintah belum merampungkan Peraturan Pemerintah terkait tekhnis
Pasal 74 UUPT yang telah diamanatkan dalam ayat (4).7
Mengacu kepada peraturan tanggung jawab sosial perusahaan dalam UUPM, jelas
terlihat bahwa kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan bagi perusahaan
penanaman modal yang tunduk pada dan kegiatan operasional dan investasinya
diatur oleh UUPM tidak tergantung pada kegiatan usaha (lini usaha) yang
dilaksanakan perusahaan tersebut, jadi perusahaan yang bergerak di lapangan
usaha produksi maupun jasa tetap diwajibkan untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan.8 Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 74 Ayat (1) UUPT
disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan bagi
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam tidak hanya melihat pada bisnis inti perusahaan.
Walaupun perusahaan tersebut tidak secara langsung melakukan eksploitasi
sumber daya alam, tetapi selama kegiatan usahanya berdampak pada fungsi
6 Walaupun telah menjadi sebuah isu global, sampai saat ini belum ada suatu defenisi tunggal dari
CSR yang diterima secara global. (Widjaja Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama, 2008, Risiko
Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR, Forum Sahabat: Jakarts, hlm.7). Seperti halnya dalam
defenisi CSR yang belum menemukan suatu rumusan yang pasti dan tegas, pandangan konsepsi
CSR-pun tampaknya belum sepenuhnya seragam. (Ibid., hlm. 34). The Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) memandang bahwa CSR dapat memiliki arti yang berbeda
bagi masing-masing organisasi, sektor, dan stakeolders dan pengertian ini berkembang. (Ibid.,
hlm. 37). 7 Perkembangan ekonomi yang maju dengan pesat sekali, sementara hukum ketinggalan,
perkembangan antara ekonomi dan hukum menjadi tidak seimbang. Dunia bisnis memerlukan
kepastian hukum untuk bisa bertindak dan melakukan transaksi-transaksi bisnis yang mengikat
untuk jangka waktu tertentu. Bisnis memerlukan perangkat hukum berupa undang-undang beserta
PP untuk memberi rambu-rambu dimana boleh dan tidaknya berbuat. Bisnis tidak saja terikat
dengan etika bisnis, tetapi lebih terikat dengan perangkat hukum positif yang berlaku dengan
segala sanksinya. (Sukamdani Sahid Gitosardjono, dan dkk, 1993, Bisnis dan Pembangunan
Ekonomi, Haji Masagung: Jakarta, hlm. 270). 8 Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, 2009, Organ Perseroan Terbatas, Sinar Grafika:
Jakarta, hlm. 102.
6
kemampuan sumber daya alam, maka perusahaan tersebut wajib melaksanakan
tanggung jwab sosialnya.9
Meskipun masih banyak polemik atas klausul tanggung jawab sosial perusahaan
yang belum menemukan titik temu, tidak mengurungkan sebagian perusahaan
untuk tetap melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bagian dari
komitmen perusahaan. Apabila ditelaah lebih jauh, pada dasarnya perusahaan
dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan justru mentaati self
regulation karena berawal dari komitmen stakeholders. Sejalan dengan apa yang
telah dikemukakan di atas, dalam hal ini akan dilihat pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan oleh PT Indosat Tbk sebagai salah satu perusahaan
penyelenggara jasa dan jaringan telekomunikasi terpadu penuh di Indonesia.
PT Indosat Tbk pada awalnya didirikan dalam rangka Undang-Undang
Penanaman Modal Asing Nomor 1 Tahun 1967 untuk memberikan layanan
telekomunikasi internasional di Indonesia. Tahun 1980, perusahaan dijual oleh
American Cable and Radio Corporation kepada pemerintah Indonesia, dengan
demikian Indosat menjadi BUMN (Persero). Desember 2002 pemerintah menjual
41,9% dari saham Seri B kepada (bekas) anak perusahaan dari STT, dan
memperoleh persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas perubahan status hukum dari
BUMN (Persero) menjadi perusahaan PMA kembali pada Tahun 2003.10
9 Widjaja Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama, op. cit., hlm. 95.
10 Laporan Tahunan 2008 PT Indosat Tbk, Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasi, Umum,
Pendirian Perusahaan (http://www.indosat.com/html/annual _report_ 2008/id/1701_notes.html
diakses Tanggal 20 November 2009 pukul 12:07:28 WIB). Laporan Tahunan 2008 PT Indosat
Tbk, Laporan Tahunan dalam Format 20-F, Bagian 1 butir 4: Informasi Tentang Perusahaan,
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan (http://www.indosat.com/html/annual_report
7
Sebagai perusahaan telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia
untuk jasa seluler, Indosat berkomitmen menjadi perusahaan yang bertanggung
jawab kepada stakeholders dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan sebagai dasar terciptanya keberlanjutan usaha dan kesejahteraan
kehidupan sekitar sekaligus mematuhi regulasi yang berlaku. Komitmen tanggung
jawab sosial perusahaan oleh PT Indosat Tbk secara tidak langsung dapat dilihat
melalui Indosat Sustainability Report 2008 serta diraihnya penghargaan dalam
Indonesia Cellular Award 2009 dan Indonesia Sustainability Reporting Awards
(ISRA) 2009.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Indosat Tbk dilakukan pada
wilayah operasionalnya meliputi Galeri dan Griya Indosat yang terbagi dalam
beberapa area. Lampung termasuk dalam Galeri Indosat Wilayah Regional
Sumatera Bagian Selatan. Galeri Indosat Cabang Lampung salah satunya
berlokasi di Kantor Perwakilan Kotabumi, Jalan Jendral Sudirman Nomor 5C
Kotabumi - Lampung Utara. Indosat Lampung telah memberikan fasilitas melalui
Indosat Lampung Community dan Indosat Komunikasi Masa Depan dalam blog
version yang dapat diakses oleh siapapun, antara lain berisi informasi local events
berkaitan dengan program dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di
wilayah kantor cabang maupun kantor perwakilan.
Tanggung jawab sosial perusahaan yang diimplementasikan ke dalam berbagai
bidang kehidupan merupakan salah satu upaya penyerasian perkembangan
bersama, dengan harapan mengurangi dampak negatif yang terwujud dalam
_2008/id/1504_ 20f.html diakses Tanggal 20 November 2009 pukul 12:34:59 WIB).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Indosat diakses Tanggal 20 November 2009 pukul 12:44:06 WIB).
8
bentuk kesenjangan antara kemajuan gerak perusahaan dengan keadaan
masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial perusahaan masih menjadi tema
yang menarik untuk ditelaah lebih lanjut, karena didasarkan pada status hukum
perusahaan dan masing-masing perusahaan memiliki bentuk, wujud, kepada siapa
diberikan, cara pelaksanaan, serta persentasi biaya yang berbeda-beda. Oleh sebab
itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam
sebuah karya tulis yang berjudul Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan PT Indosat Tbk (Studi Pada Kantor Perwakilan Kotabumi).
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Indosat Tbk
adalah:
a. apa saja bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan
oleh PT Indosat Tbk?
b. bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT Indosat
Tbk?
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Ruang Lingkup Kajian
Berdasarkan permasalahan di atas agar tidak meluas dan terarahnya pembahasan
maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada bentuk-bentuk tanggung jawab
9
sosial perusahaan yang dilaksanakan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan oleh PT Indosat Tbk pada wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi.
b. Ruang Lingkup Bidang Ilmu
Lingkup bidang ilmu penelitian ini adalah hukum ekonomi, karena PT Indosat
Tbk langsung maupun tidak langsung memiliki kontribusi terhadap pasar, salah
satunya pada wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi. Aktivitas pasar tersebut
menimbulkan kepentingan ekonomi yakni kepentingan perseroan untuk
memperoleh profit, kepentingan masyarakat mendapat kontribusi berupa tanggung
jawab perusahaan atas berbagai praktik bisnis, dan kepentingan pemerintah agar
perusahaan mengikuti regulasi yang berlaku. Sehingga, untuk menyelaraskan
kepentingan ekonomi tersebut maka perlu diatur oleh hukum dalam hal ini hukum
ekonomi.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan pokok bahasan, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara jelas, sistematis, dan rinci
mengenai bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dan pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT Indosat Tbk pada wilayah Kantor
Perwakilan Kotabumi, ditinjau dari peraturan perundang-undangan, konsep
tanggung jawab sosial perusahaan yang berkembang, dan kebijakan perusahaan.
10
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian secara teoritis berguna sebagai upaya pengembangan wawasan
keilmuan dan peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum keperdataan ekonomi
dalam kajian hukum bisnis, hukum perusahaan dan hukum penanaman modal.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian secara praktis berguna sebagai acuan atau referensi dan perbandingan
bagi pendidikan hukum dan penelitian hukum lanjutan, praktisi hukum dalam
mengemban tugas profesi hukum, pengusaha dalam menjalankan kegiatan bisnis,
pengambil keputusan dalam bidang legislatif dan eksekutif, dan sumber bacaan
baru bidang hukum keperdataan ekonomi khususnya bidang hukum bisnis, hukum
perusahaan dan hukum penanaman modal mengenai pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan pada wilayah operasionalnya, oleh salah satu perusahaan
penyelenggara telekomunikasi di Indonesia.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perseroan Terbatas
1. Pengertian Perusahaan
Perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (selanjutnya disingkat KUHD) dan perundang-undangan di luar
KUHD. Namun, dalam KUHD sendiri tidak dijelaskan pengertian resmi istilah
perusahaan itu.11
Molengraff merumuskan pengertian perusahaan dari sudut ekonomi, perusahaan
adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak
keluar, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau
menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.12
Polak
memandang perusahaan dari sudut komersial, baru dapat dikatakan perusahaan
apabila diperlukan perhitungan laba dan rugi yang dapat diperkirakan dan dicatat
11
Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti: Bandung,
hlm. 7. Menurut para pembuat undang-undang (dalam hlm ini KUHD), pengertian perusahaan
sengaja tidak dicantumkan atau tidak diberi batasan yang tegas dengan maksud agar pengertian
perusahaan dapat berkembang sesuai dengan gerak langkah dalam lalu lintas perusahaan itu
sendiri, juga diserahkan kepada perkembangan ilmu pengetahuan jurisprudensi. (H.M.N.
Purwasutjipto, sebagaimana dikutip oleh Habib Adjie, 2008, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip
dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, Mandar Maju: Bandung, hlm. 55). 12
Ibid., hlm. 7.
12
dalam pembukuan.13
Arti lain perusahaan dikemukakan pula oleh Sri Redjeki
Hartono, bahwa perusahaan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus dengan terang-terangan untuk memperoleh
keuntungan (maksudnya keuntungan ekonomi).14
Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang
Dokumen Perusahaan ditentukan bahwa:
perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan
terus-menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang
diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam
wilayah negara Republik Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian perusahaan dari segi hukum adalah
setiap badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang perekonomian
dilakukan secara terus-menerus, bersifat tetap dan terang-terangan, dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba yang dicatatkan dalam pembukuan sebagai
bukti, baik berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum dan didirikan atau
berkedudukan di wilayah Indonesia, dalam hal ini perusahaan berbentuk badan
hukum salah satunya adalah PT Indosat Tbk.
2. Klasifikasi Perusahaan
Dilihat dari kriteria jumlah pemilik, perusahaan diklasifikasikan menjadi:
a) perusahaan perseorangan, didirikan dan dimiliki oleh satu orang pengusaha;
13
Ibid., hlm. 8. Senada dengan Webter’s Dictionary, perusahaan adalah bussiness astabishment or
commercial house, yaitu lembaga bisnis atau badan komersial. (Francis Tantri, 2009, Pengantar
Bisnis, PT RajaGrafindo: Jakarta, hlm. 3). 14
Sri Redjeki Hartono, sebagaimana dikutip oleh Habib Adjie, op. cit., hlm. 56.
13
b) perusahaan persekutuan, didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang
pengusaha yang bekerja sama dalam satu persekutuan (maatschap,
partnership).15
Adapun dilihat dari status pemiliknya, perusahaan diklasifikasikan menjadi:
a) perusahaan swasta, didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta.
b) perusahaan negara, didirikan dan dimiliki oleh negara, lazim disebut
BUMN.16
Dilihat dari bentuk hukumnya, perusahaan diklasifikasikan menjadi:
a) perusahaan badan hukum, ada yang dimiliki oleh pihak swasta, yaitu PT dan
koperasi, ada pula yang dimiliki negara, yaitu BUMN, perusahaan umum
(Perum) dan perusahaan perseroan (Persero). Perusahaan badan hukum PT
dan koperasi selalu berupa persekutuan, sedangkan
b) perusahaan bukan badan hukum dapat berupa perseorangan dan perusahaan
persekutuan, dan hanya dimiliki pihak swasta.17
Francis Tantri mengelompokan jenis perusahaan menurut:
a) Badan Pusat Statistik, yaitu: pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan;
pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; industri penyedia listrik,
gas, dan air minum; bangunan konstruksi; perdagangan, hotel, dan industri;
pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan;
dan jasa-jasa.
b) objek kegiatan, yaitu: pertanian; pertambangan; pengolahan; perdagangan;
dan jasa.
c) status hukum, yaitu:
1. perusahaan negara meliputi BUMN di tingkat pusat, BUMD, BUMNIS
(Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis), BHMN (Badan Hukum
Milik Negara);
2. perusahaan swasta meliputi perusahaan swasta nasional (usaha
perseorangan, CV, dan PT (limited company) atau NV (naamlooze
vennotschaap), dan perusahaan swasta asing (PMA);
3. koperasi.
d) peringkat usaha, yaitu: usaha kecil; usaha menengah; mengembangkan usaha
kecil; dan hubungan kemitraan perusahaan besar dan perusahaan kecil.
15
Abdulkadir Muhammad, op. cit., hlm. 83. 16
Ibid. 17
Ibid.
14
e) status kepemilikan, yaitu: perusahaan tertutup dan perusahaan terbuka.18
PT Indosat Tbk dalam hal ini dilihat dari objek kegiatan merupakan
penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi terpadu di Indonesia. Dilihat dari
bentuk hukumnya Indosat diklasifikasikan menjadi perusahaan badan hukum
yang berbentuk PT dengan status kepemilikan perusahaan terbuka, dan dimiliki
oleh swasta asing (PMA).
3. Pengertian Perseroan Terbatas
Istilah perseroan merujuk pada cara menentukan modal, yaitu terbagi dengan
saham, sedangkan istilah terbatas merunjuk pada batas tanggung jawab pemegang
saham, yaitu sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki. PT adalah perusahaan
persekutuan badan hukum.19
Menurut Pasal 1 Angka 1 UUPT ditentukan:
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian20
,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksananya.
Status badan hukum PT dalam UUPT menganut sistem campuran, yakni status
badan hukum diperoleh karena ditentukan oleh undang-undang dan setelah
18
Francis Tantri, op. cit., hlm. 15-64. 19
Abdulkadir Muhammad, op. cit., hlm. 104. Hal senada ditemukan dalam Jurnal Hukum Bisnis,
Kajian Hukum Bisnis Atas UU No.40/2007 Tentang PT, volume 26-No. 3 Tahun 2007, hlm. 5. 20
Pasal 15 KUHD disebutkan bahwa segala jenis Perseroan yang ada dalam KUHD dikuasai oleh
persetujuan (perjanjian) pihak-pihak bersangkutan. (Pasal 15 juncto Pasal 1 KUHD juncto Pasal
1618 KUHPdt). PT yang didirikan berdasarkan perjanjian di depan notaris tidak cukup untuk dapat
melakukan perbuatan hukum ke luar, tetapi perseroan itu harus disahkan akta pendiriannya oleh
Menteri Hukum dan HAM RI. Apabila telah disahkan, PT baru dapat melakukan perbuatan hukum
untuk dan atas nama PT secara mandiri. (Salim HS, dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum Investasi di
Indonesia, RajaGrafindo Persada: Jakarta, hlm. 175).
15
pengesahan dari instansi yang berwenang. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 1 Angka 1 UUPT bahwa PT adalah badan hukum dan memperoleh status
badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan menteri mengenai
pengesahan badan hukum perseroan (Pasal 7 Ayat 4 UUPT).21
Sebagai badan
hukum, perseroan harus memenuhi unsur-unsur badan hukum, yaitu organisasi
yang teratur, memiliki kekayaan sendiri, melakukan hubungan hukum sendiri, dan
mempunyai tujuan sendiri.22
Perseroan sebagai organisasi yang teratur
mempunyai organ yang terdiri atas RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris.
Perseroan memiliki kekayaan sendiri berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh
nilai nominal saham. Sebagai badan hukum yang memiliki kekayaan sendiri,
perseroan melakukan hubungan hukum dengan pihak ketiga yang diwakili oleh
Direksi. Perseroan melakukan kegiatan bisnis maka tujuan utama perseroan
mengadakan hubungan dengan pihak lain adalah mencari keuntungan atau laba
(profit oriented).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa PT adalah suatu badan hukum
yang terdapat pemisahan kekayaan antara milik perusahaan dengan milik pribadi
pengusaha, didirikan berdasarkan perjanjian sehingga bukanlah perusahaan
perorangan tetapi suatu persekutuan yang memungkinkan adanya akumulasi
modal dan dibagi ke dalam saham-saham. PT sebagai badan hukum harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan UUPT serta peraturan pelaksananya,
dan status badan hukum diperoleh karena undang-undang dan pengesahan dari
instansi berwenang.
21
Habib Adjie, op. cit., hlm. 19-20. 22
Meyers (1948), doktrin ilmu hukum menetapkan syarat-syarat pembentukan badan hukum.,
sebagaimana dikutip oleh Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra
Aditya Bakti: Bandung, hlm. 31-33.
16
4. Organ Perseroan Terbatas
Menurut ketentuan Pasal 1 Angka 2 UUPT Organ Perseroan Terbatas terdiri atas
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris. RUPS
dalam Pasal 1 Angka 4 UUPT adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam UUPT dan/atau anggaran dasar. RUPS minimal
dilakukan setahun sekali untuk laporan atas perhitungan laba rugi perusahaan untu
mendapatkan persetujuan pemegang saham, yang terbagi atas RUPS tahunan dan
RUPS luar biasa. Di dalam RUPS biasanya diperlukan kuorum kehadiran sebesar
lebih 50% dan seluruh saham yang telah dikeluarkan dan keputusan rapat minimal
harus disetujui oleh minimal 50% dari jumlah suara sah dari pemegang saham
yang hadir dalam RUPS tersebut. Ketentuan RUPS lebih lanjut termuat dalam
Bab IV, Pasal 75 sampai dengan Pasal 91 UUPT.
Direksi di dalam Pasal 1 Angka 5 UUPT adalah organ perseroan yang berwenang
dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan (fungsi manajemen), dan
mewakili perseroan untuk segala perbuatan hukum dengan pihak ketiga (fungsi
representasi). Dewan Komisaris sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1 Angka
6 UUPT, adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan sesuai
anggaran dasar perseroan. Direksi dan Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS
untuk jangka waktu tertentu untuk kemudian dapat diangkat kembali setelah
jabatannya berakhir. Di dalam PT/Publik dikenal pula Komite Audit) dan
17
Komisaris Independen. Ketentuan Direksi dan Dewan Komisaris diatur dalam
BabVII, Pasal 92 sampai dengan Pasal 121.23
5. Jenis-Jenis Perseroan Terbatas
PT adalah suatu bentuk perusahaan yang paling popular dalam bisnis dan paling
banyak digunakan oleh para pelaku bisnis di Indonesia dalam menjalankan
kegiatan usaha diberbagai bidang. Berdasarkan jenis Perseroan, maka PT dibagi
menjadi:
1) PT-Non Fasilitas Umum atau PT. Biasa,
2) PT-Fasilitas PMA,
3) PT-Fasilitas PMDN,
4) PT-Persero BUMN,
5) PT-Perbankan,
6) PT-Lembaga Keuangan Non Perbankan,
7) PT-Usaha Khusus.24
Berdasarkan penanaman modalnya, jenis PT terbagi menjadi:
1) PT dalam rangka Penanaman Modal Asing (PT-PMA),
2) PTdalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PT-PMDN),
3) PT yang modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia/Badan Hukum
Indonesia (PT-Swasta Nasional),
4) PT-Perseroan BUMN, PT yang telah go public yaitu perusahaan yang
sebagian modalnya telah dimiliki publik dengan jalan membeli saham lewat
pasar modal (capital market) melalui bursa-bursa saham.25
Arif Djohan T membagi jenis PT menjadi:
1) PT Biasa,
2) PT yang berfasilitas (subject to peraturan BKPM, PT PMA dan PT PMDN),
23
Arif Djohan T, 2008, Aspek Hukum Perseroan Terbatas, Harvarindo: Jakarta, hlm. 38-40. 24
http://nuiysavira.ngeblogs.com/2009/12/16/jenis-jenis-perusahaan/ diakses Tanggal 07 Januari
2010, pukul 09:42:12 WIB. 25
Ibid.
18
3) Perseroan Terbuka (Perusahaan Publik) yang ketentuannya diatur dalam Pasal
1 Angka 7 dan Angka 8 UUPT.26
Menurut Sanusi Bintang dan Dahlan terdapat dua macam PT, yaitu:
1) PT Tertutup yang disingkat PT, merupakan Perseoan Terbatas yang modalnya
dimiliki para pemegang saham yang masih saling mengenal satu sama lainnya,
misalnya anggota keluarga, sahabat, kenalan, dan tetangga yang pendiriannya
tunduk pada UUPT.
2) PT Terbuka, yang pada nama perusahaannya memakai singkatan PT (pada
awal) dan Tbk (pada akhir) nama PT tersebut, dalam PT Terbuka pemegang
sahamnya sudah tidak saling mengenal lagi bahkan melintasi batas negara.27
C. Penanaman Modal Asing
1. Pengertian Penanaman Modal Asing
Salah satu istilah yang erat kaitannya dalam praktik bisnis adalah penanaman
modal. Istilah lainnya yang sering digunakan adalah investasi, berasal dari bahasa
Latin yaitu investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut
investment.28
Berbagai kepustakaan hukum ekonomi atau bisnis, terminologi
penanaman modal dapat berarti dilakukan secara langsung oleh investor lokal,
investor asing dan yang dilakukan secara tidak langsung oleh pihak asing.29
Istilah
penanaman modal asing juga merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, foreign
investment.30
26
Arif Djohan T, loc. cit., hlm. 40. 27
Sanusi Bintang, dan Dahlan, 2000, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi Dan Bisnis, PT. Citra Aditya
Bakti: Bandung, hlm. 33. 28
Salim HS, dan Budi Sutrisno, op. cit., hlm. 31. 29
Sentosa Sembiring, 2007, Hukum Investasi Pembahasan Dilengkapi dengan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Nuansa Aulia: Bandung, hlm. 55. 30
Salim HS, dan Budi Sutrisno, op. cit., hlm. 149.
19
Pengertian penanaman modal asing telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 3
UUPM, penanaman modal asing adalah:
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,31
baik yang menggunakan
modal asing32
sepenuhnya maupun berpatungan dengan penanam modal dalam
negeri.33
M. Sornarajah memberikan defenisi tentang penanaman modal asing, merupakan
transfer modal, baik yang nyata maupun tidak nyata dari suatu negara ke negara
lain, tujuannya untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan
di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara total atau sebagian,34
dalam
defenisi ini PMA dikonstruksikan sebagai pemindahan modal dari negara yang
satu ke negara lain, baik secara total atau sebagian.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami, PMA merupakan kegiatan
memasukkan modal atau investasi untuk melakukan kegiatan usaha, yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun berpatungan dengan penanam modal dalam negeri yang
tujuannya memperoleh keuntungan lebih besar di kemudian hari serta mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional dengan terbukanya peluang pasar regional dan
internasional.
31
Pihak yang menentukan dalam penanaman modal asing adalah penanam modal asing dengan
pemerintah negara yang menerima modal. Apabila mengkaji defenisi dalam Pasal 1 Angka 6
UUPM, maka penanam modal asing dikategorikan: perseorangan warga negara asing; badan usaha
asing; badan hukum asing; dan/atau pemerintah asing. 32
Pasal 1 Angka 8 UUPM juga telah ditentukan pengertian modal asing. Apabila mengkaji
defenisi dalam pasal tersebut, pemilik modal asing dikategorikan menjadi: negara asing;
perseorangan warga negara asing; badan usaha asing; badan hukum asing; dan/atau badan hukum
Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 33
Modal asing yang berpatungan merupakan modal asing yang bekerja sama dengan penanam
modal Indonesia, di mana saham yang dimiliki oleh pihak asing maksimal 95%, sedangkan pihak
penanam modal Indonesia, minimal 5%. (Salim HS, dan Budi Sutrisno, loc. cit., hlm. 149). 34
Ibid.
20
2. Dasar Hukum Penanaman Modal Asing
Momentum dimulainya penanaman modal asing di Indonesia adalah sejak
diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing. Undang-undang ini merupakan payung di dalam menjalankan
penanaman modal asing di Indonesia. Namun undang-undang tersebut telah
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi, yakni dengan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disingkat UUPM). UUPM
mengatur dua macam investasi, yaitu penanaman modal asing dan penanaman
modal dalam negeri. Secara sistematika UUPM terdiri dari 18 Bab dan 40 Pasal.
Ketentuan-ketentuan yang mempunyai hubungannya dengan PMA di dalam
substansi UUPM :
1. Pasal 1 Angka 3, Angka 6, dan Angka 8 tentang pengertian penanaman modal
asing, penanam modal asing, modal asing;
2. Pasal 3 tentang asas dan tujuan penanaman modal;
3. Pasal 4 tentang kebijakan dasar penanaman modal;
4. Pasal 5 Ayat (2) dan Ayat (3) tentang bentuk badan usaha;
5. Pasal 6 tentang perlakuan terhadap penanaman modal;
6. Pasal 7 tentang pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau
pengambilalihan hak;
7. Pasal 8 tentang kebebasan mengalihkan aset;
8. Pasal 9 tentang tanggung jawab hukum yang belum diselesaikan oleh
penanam modal;
9. Pasal 10 tentang penggunaan tenaga kerja;
10. Pasal 11 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial;
11. Pasal 12 tentang bidang usaha;
12. Pasal 15 sampai dengan Pasal 17 tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab
penanam modal;
13. Pasal 8 sampai dengan Pasal 24 tentang fasilitas penanaman modal;
14. Pasal 32 Ayat (1) dan Ayat (3) tentang penyelesaian sengketa;
15. Pasal 33 tentang larangan bagi investor asing dan pengakhiran perjanjian atau
kontrak kerja;
16. Pasal 34 tentang sanksi.
21
3. Kewajiban dan Tanggung Jawab Penanam Modal
Kewajiban penanam modal di atur dalam Pasal 15 UUPM, yang menentukan
bahwa setiap penanam modal berkewajiban:
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal; dan
e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 15 huruf (b) UUPM menentukan:
yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung
jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan
nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Penjelasan Pasal 15 huruf (c) UUPM menentukan:
laporan kegiatan penanam modal yang memuat perkembangan penanaman modal
dan kendala yang dihadapi penanam modal disampaikan secara berkala kepada
BKPM dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang penanaman
modal.
Pasal 16 UUPM menentukan bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab:
a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam
modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan
usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli,
dan hal lain yang merugikan negara;
d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja;
dan
f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
22
Selanjutnya, dalam Pasal 17 UUPM ditentukan:
penanaman modal yang mengusahakan sumber daya alam tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi
standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
D. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
1. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perkembangannya
Corporate Social Responsibility atau Sosial Responsibility of Corporation
disingkat CSR adalah istilah lain dari tanggung jawab perusahaan. Istilah ini
umum dikenal di berbagai negara terutama Amerika. Meskipun corporate identik
dengan korporasi/perusahaan, sesungguhnya pengertian korporasi tidak semata-
mata dimaknai sebagai perusahaan besar, tetapi lebih luas lagi yaitu badan
hukum.35
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan pertama kali dikemukakan Howard R.
Bowen (1953) dengan diterbitkan buku Social Responsibilities of the
Businessman, dan Carroll menyebut Bowen sebagai The Father’s of Corporate
Social Responsibility.36
Periode awal tahun 1970-an mencatat babak penting
35
I Gede AB Wiranata, 2009, Hukum-Bangun Teori dan Telaah dalam Implementasinya,
Universitas Lampung: Bandar Lampung, hlm. 327. Istilah CSR atau tanggung jawab sosial
korporat, yang sering dikenal dengan istilah tanggung jawab sosial perusahaan kepada seluruh
stakeholders. Istilah korporat diartikan sebagai tingkat manajemen puncak/CEO pada setiap
organisasi laba atau nirlaba; skala kecil, menengah atau besar; skala lokal, nasional, regional, atau
global. Oleh karena itu apabila ada istilah tanggung jawab sosial perusahaan dimaksudkan sebagai
tanggung jawab sosial korporat di perusahaan bisnis (berorientasi pada laba). (Dwi Kartini, 2009,
Corporate Social Responsibility-Transformasi Sustainability Management dan Implementasi di
Indonesia, Refika Aditama: Bandung, hlm. 1.) 36
Ismail Solihin, op. cit., hlm. 15-19., Dwi Kartini, op. cit., hlm. 5-7.,
http://www.csrindonesia.com/data/articles/20070823075915-a.pdf diakses Tanggal 28 Desember
2009, pukul 15:06:13 WIB. Prinsip derma (charity principle), prinsip perwalian (stewardship
principle) merupakan faktor pendorong lahirnya konsep CSR di era 1950-1960an. (Ismail Solihin,
op. cit., hlm. 17-19).
23
perkembangan konsep tanggung jawab sosial perusahaan, yakni dibentuknya
Committee for Economic Development dengan laporannya (1971) yang berjudul
Social Responsibilities of Business Corporations.37
Archie B. Carroll (1979) menjelaskan model evaluasi kinerja tanggung jawab
sosial perusahaan ke dalam empat kategori, yaitu:
1) tanggung jawab ekonomi (economic responsibility), karena lembaga bisnis
terdiri atas berisi aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi
masyarakat secara menguntungkan.
2) tanggung jawab aturan atau hukum (legal responsibility), bisnis dijalankan
dengan menaati hukum dan peraturan yang berlaku di mana hukum dan
peraturan tersebut pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga
legislatif.
3) tanggung jawab etika (ethical responsibility), perusahaan menjalankan bisnis
secara etis, kebijakan dan keputusan perusahaan didasarkan pada keadilan,
bebas dan tidak memihak, menghormati hak-hak individu serta memberikan
perlakuan berbeda untuk kasus yang berbeda menyangkut tujuan perusahaan.
4) tanggung jawab diskresioner (discretionary responsibility), kebijakan yang
murni sukarela dan didasarkan pada keinginan perusahaan untuk memberi
kontribusi sosial yang tidak memiliki kepentingan timbal balik secara
langsung, namun secara tidak langsung membantu membangun atau
meningkatkan citra perusahaan.38
Di penghujung tahun 1980an, The World Commission on Environment and
Development (The Brundtland Commission) mengeluarkan laporan yang
dipublikasikan Oxford University Press berjudul Our Common Future, dengan
point penting konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development).39
Pada Earth Summit di Rio de Janeiro 1992 menetapkan pendekatan pembangunan
37
Ibid., hlm. 20-21. Perkembangan CSR pada periode ini dipengaruhi oleh konsep stakeholders
management (Standford Research Institute (1963)), sehingga ikut memperjelas kepada bagian
masyarakat (society) mana perusahaan memiliki kewajiban. (Ibid., hlm. 48 dan Dwi Kartini, op.
cit., hlm. 7-8). 38
Archie B. Carroll, 1979, A Three-Dimensional Conceptual Model of Corporate Performance,
dan 1991, The Pyramid of Corporate Responsibility: Toward the Moral Management of Corporate
Stakeholders, sebagaimana dikutip oleh Poerwanto, op. cit., hlm. 177-181. Lihat Ismail Solihin op.
cit., hlm. 21-22., Reza Rahman,, 2009, Corporate Social Responsibility Antara Teori dan
Kenyataan, Media Presindo: Jakarta, hlm. 37-41., Dwi Kartini, op. cit., hlm. 14-16. 39
Ismail Solihin, op. cit., hlm. 26-27.
24
berkelanjutan sebagai isu global dalam konteks penyelamatan bumi.40
Pengenalan
konsep ini memberikan dampak besar perkembangan konsep tanggung jawab
sosial perusahaan selanjutnya. Beberapa organisasi internasional memberikan
rumusan tanggung jawab sosial perusahaan sejalan dengan konsep tersebut.
John Elkington (1997) melalui bukunya Cannibals with Forks, The Triple Bottom
Line of Twentieth Century Business mengembangkan konsep triple bottom line
(economic prosperity, environmental quality and social justice). Elkington
berpandangan jika perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya,
maka selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan
dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut
berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).41
2. Pengertian dan Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
The World Bussiness Council for Sustainable Development (Business Action for
Sustainable Development) merumuskan CSR:
the continuing commitmen by business to behave ethically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the workforce and
their families as well as of the local community and society at large. (human
rights, employee rights, environmental protection, supplier relations, community
involvement, stakeholders rights and, CSR performence monitoring and
assessment).42
40
Poerwanto, 2008 op. cit., hlm. 168. Lebih lanjut KTT Bumi Rio de Janerio dalam Yusuf
Wibisono, 2004, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing: Gersik, hlm. 15-19. 41
Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, op. cit., hlm. 33. Konsep triple bottom line
merupakan perluasan dari konsep akuntansi tradisional yang hanya memuat bottom line tunggal
yakni hasil-hasil keuangan dari aktivitas ekonomi perusahaan. (Ismail Solihin, op. cit., hlm. 30-32
dan Yusuf Wibisono, op. cit., hlm. 32-33). 42
Ismail Solihin, op. cit., hlm. 28., Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, op. cit., hlm.
36-37., Yusuf Wibisono, op. cit., hlm. 7., Dwi Kartini, op. cit., hlm. 2.
25
The Commission for European Communities dalam publikasi Green Paper-nya,
memandang CSR sebagai:
essentially a concept where by companies decide voluntarily to contribute to a
better society and a cleaner environment.
Green Paper membagi CSR yang dilakukan perusahaan, yaitu:
1) internal dimension of CSR (mencakup manajemen SDM, kesehatan dan
keselamatan kerja, adaptasi terhadap perubahan dan pengolahan dampak
lingkungan, serta SDA).
2) external dimension of CSR (mencakup pemberdayaan komunitas lokal, rekan
bisnis termasuk pemasok dan konsumen, hak asasi manusia, permasalahan
lingkungan global). Selain itu melakukan pendekatan holistik pada CSR,
mencakup social responsibility intergrated management, social responsibility
reporting dan auditing, quality in work, social and eco labesl, and socially
responsible investment.43
UN Global Compact yang diinisiasi mantan Sekjen PBB Kofi Anan juga telah
menetapkan pedoman yang berhubungan dengan CSR, dengan kontennya:
1) mendukung dan menghormati perlindungan HAM;
2) menghindari keterlibatan di dalam pelanggaran HAM;
3) mempertahankan kebebasan berserikat dan perjanjian kolektif;
4) penghapusan kerja paksa;
5) penghapusan kerja oleh kanak-kanak;
6) peniadaan disriminasi dalam penempatan tenaga kerja dan penugasan;
7) mendukung kehati-hatian dalam penanganan lingkungan;
8) penyebarluasan tanggung jawab lingkungan;
9) mendorong penggunaan ramah lingkungan;
10) secara aktif melawan segala bentuk korupsi, termasuk pemerasan dan
penyuapan.44
Rencana implementasi ISO 26000 (Internasional Organization for
Standardization) yang mengatur standar social reponsibility juga menjadi
43
Ibid., hlm. 29 dan Ibid., hlm. 39. Bandingkan dengan lingkup CSR yang dilakukan perusahaan
dengan pendapat A. Sonny Keraf (relasi primer dan relasi sekunder) dan Habib Adjie (internal dan
eksternal) dalam Adjie, Habib, op. cit., hlm. 68. 44
Dwi Kartini, op. cit., hlm. 47-48.
26
perhatian dunia usaha di berbagai negara, yang saat ini telah dalam tahap
sosialisasi. ISO 26000, definisi dalam Draft 4.1 (Maret 2008), CSR adalah:
responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on
society and the environment, through transparent and ethical behaviour that
contributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes
into account the expectations of stakeholders; is in compliance with applicable
law and consistent with international norms of behaviour; and is integrated
throughout the organization and practiced in its relationships.
Sosial responsibility dalam Draft ISO 26000 mencakup 7 (tujuh) isu utama:
1) isu 1. tata kelola organisasi mencakup proses dan struktur pengambilan
keputusan (transparensi, etis, akuntabel, perspektif jangka panjang,
memperhatikan dampak terhadap pemangku kepentingan,berhubungan dengan
pemangku kepentingan), dan pendelegasian kekuasaan (kesamaan tujuan,
kejelasan mandat, desentralisasi untuk menghindari keputusan yang otoriter).
2) isu 2. hak asasi manusia mencakup nondiskriminasi dan perhatian pada
kelompok rentan, menghindari kerumitan, hak-hak sipil dan politik, hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya, dan hak-hak dasar pekerja.
3) isu 3. praktik ketenagakerjaan mencakup kesempatan kerja dan hubungan
pekerjaan, kondisi kerja dan jaminan sosial, dialog dengan berbagai pihak,
kesehatan dan keamanan kerja, dan pengembangan sumberdaya manusia.
4) isu 4. lingkungan mencakup pencegahan polusi, penggunaan sumber daya
yang berkelanjutan, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, dan
perlindungan dan pemulihan lingkungan.
5) isu 5. praktik operasi yang adil mencakup anti korupsi, keterlibatan yang
bertanggung jawab dalam politik, kompetisi yang adil, promosi tanggung
jawab sosial dalam rantai pemasok (supply chain), dan penghargaan atas
property rights.
6) isu 6. konsumen mencakup praktik pemasaran, informasi dan kontrak yang
adil, penjagaan kesehatan dan keselamatan konsumen, konsumsi yang
berkelanjutan, penjagaan data dan privasi konsumen, pendidikan dan
penyadaran.
7) isu 7. pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat mencakup keterlibatan di
masyarakat, penciptaan lapangan kerja, pengembangan teknologi, kekayaan
dan pendapatan, investasi yang bertanggung jawab, pendidikan dan
kebudayaan, kesehatan, dan peningkatan kapasitas.45
45
Jalal Lingkar Studi CSR disampaikan pada FGD dengan LPBH FAS, Jakarta 30 Mei 2008,
(http://pkbl.bumn.go.id/file/jalal-CSR.pdf diakses Tanggal 20 Mei 2009, pukul 12:17:20 WIB).
Lihat juga Ismail Solihin, op. cit., hlm. 30-31., Yusuf Wibisono, op. cit., hlm. 37-39., Dwi Kartini,
op. cit., hlm. 123-128., http://www.iso.org diakses Tanggal 29 Desember 2009 pukul 19.45 WIB.
27
Saat ini berbagai perusahaan mayoritas multinasional mengumumkan laporan tata
kelola perusahaan beserta dampak yang ditimbulkannya dalam sebuah
sustainability report yang dikembangkan Global Reporting Initiative (GRI)
(Guidelines Versi 3 2000-2006), yang mencakup:
1) dampak ekonomi yaitu kinerja ekonomi, interaksi pasar, dan pengaruh
ekonomi tidak langsung;
2) dampak sosial yaitu hak asasi manusia, tenaga kerja, masyarakat, serta
tanggung jawab produk;
3) dampak lingkungan mencakup aspek bahan baku, aspek energi, aspek air,
aspek keanekaragaman hayati, aspek emisi, effluents, dan limbah, aspek
produk, aspek kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku di bidang
lingkungan hidup, aspek transportasi, dan aspek lingkungan menyeluruh.46
Sebuah analisis dari Harvard dan University of Michigan pada 95 studi atas CSR
menunjukkan adanya korelasi positif antara kinerja sosial korporat dan kinerja
finansial korporat, dengan dimensi:
1) filantropi korporat, dimensi tanggung jawab sosial yang meliputi sumbangan
amal;
2) inisiatif sosial korporat, bentuk lanjut filantropi korporat yang lebih berkaitan
secara langsung dengan kompetensi perusahaan;
3) tanggung jawab korporat, dimensi tanggung jawab sosial yang meliputi
semuanya dari mempekerjakan pekerja minoritas hingga membuat produk
yang aman;
4) kebijakan korporat, dimensi tanggung jawab sosial yang merujuk pada posisi
yang diambil perusahaan pada isu sosial dan politik.47
Defenisi CSR sangatlah beragam, bergantung pada visi dan misi korporat yang
disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas. Meski memiliki
banyak defenisi, namun secara esensi CSR merupakan wujud dari giving back dari
korporat kepada komunitas. Perihal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
46
Ibid., hlm. 27-35. Lihat juga Ismail Solihin, op. cit., hlm. 149-160. 47
Thomas Donaldson, Defining the Value of Doing Good Business, FT mastering Corporate
Governance, 3 juni 2005, hlm. 2-3, sebagaimana dikutip dalam William G. Nilckels, dkk, 2009,
Pengantar Bisnis, Understanding Business, Edisi 8 Buku 1, Salemba Empat: Jakarta, hlm. 129.
28
dan menghasilkan bisnis berdasar pada niat tulus guna memberi kontribusi yang
paling positif pada komunitas.48
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai bagian dari komitmen perusahaan, suatu konsep bahwa organisasi
khususnya perseroan harus memiliki tanggung jawab terhadap stakeholdersnya
dalam segala aspek operasional perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan
berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, dan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan faktor keuangan, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi
sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
3. Dasar Hukum Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tujuan finansial dan tujuan sosial dalam tanggung jawab sosial perusahaan tidak
berjalan dalam korelasi yang berimbang, tetapi lebih banyak menjadi relasi sebab
akibat dikarenakan adanya ongkos yang dikeluarkan untuk mendapatkan
keuntungan. Akibatnya pemberlakuannya menjadi simbol bahwa perusahaan telah
menjalankan etika bisnis dan memiliki budi pekerti.
Salah satu cara merubah simbolisasi menjadi implementasi yang mengarah pada
substansi program tanggung jawab sosial perusahaan adalah dengan monitoring
pihak lain, sistem akuntabilitas yang ditingkatkan, dan transparansi. Tanggung
jawab perusahaan kepada publik secara keseluruhan di negara maju didekati dan
diimplementasikan lewat hukum pelaporan perusahaan, bukan lewat pemaksaan
48
Reza Rahman, op. cit., hlm. 10.
29
pelaksanaan suatu kegiatan khusus yang disebut tanggung jawab sosial
perusahaan, sehingga klausul tanggung jawab sosial perusahaan jarang tampak ke
permukaan dalam produk hukum, tetapi masuk dan diinternalisir lewat
mekanisme administratif yang jauh lebih substansial. Berbeda dengan pemerintah
Indonesia yang mengambil inisiatif melakukan regulasi pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan. Ada dua instrumen hukum yang mewajibkan PT untuk
melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, yakni UUPM dan UUPT yang
disahkan pada tahun 2007.
Sebagai sebuah konsep yang baru dimasukkan ke dalam UUPT, pemerintah
diharapkan tidak salah menafsirkan konsep tanggung jawab sosial perusahaan.
Kontroversi yang terjadi dikalangan pengusaha sejak diwajibkannya pelaksanaan
tanggung jawab sosial bagi sebuah PT adalah ketidakpahaman sejumlah kalangan
pengusaha dalam mengartikan tanggung jawab sosial perusahaan dan adanya
ketakutan bahwa pemerintah juga salah tafsir sehingga pada akhirnya perusahaan
akan dirugikan melalui kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Perdebatan tentang regulasi tanggung jawab sosial perusahaan terus bergulir.
Pihak pro terhadap regulasi tanggung jawab sosial perusahaan, belum semua
perusahaan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga perlu ada
payung hukum yang memaksa agar mereka mau melakukannya. Tidak hanya itu,
dengan adanya regulasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan, maka akan
memberikan keseragaman/stadardisasi dalam aplikasi tanggung jawab sosial
perusahaan. Pandangan ini dilatarbelakangi oleh beragamnya defenisi tanggung
jawab sosial perusahaan, sehingga beragam aplikasinya di lapangan, dengan
adanya stadardisasi akan memudahkan pelaksanaan audit sosial perusahaan
terhadap lingkungan internal dan eksternalnya.49
49
Reza Rahman, op. cit., hlm. 104.
30
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, substansi mengenai tanggung
jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari kewajiban dan tanggung jawab
penanam modal termasuk PMA, yang diamanatkan dalam Pasal 15 huruf (b),
Pasal 16 huruf (d) dan huruf (e), Pasal 17 UUPM. Selanjutnya ketentuan tersebut
dipertegas dengan Pasal 34 Ayat (1) UUPM, yaitu:
badan usaha atau usaha perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang
tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai
sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
Pasal 1 Angka 3 UUPT, tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Sekalipun tidak dengan jelas dikemukakan namun dapat dipastikan bahwa yang
dimaksudkan oleh pembuat undang-undang dengan tanggung jawab sosial dan
lingkungan tidak lain adalah apa yang di dalam bahasa Inggris disebut social and
evironmental responsibility atau yang disebut juga dengan istilah Corporate
Social Responsibility yang pemahamannya adalah sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya.
Pasal 66 Ayat (2) huruf (c) UUPT ditentukan laporan tahunan perseroan yang
disampaikan direksi kepada RUPS salah satunya harus memuat laporan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan
tahunan.
31
Menurut Pasal 74 UUPT ditentukan:
(1) perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
(2) tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud Ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3) perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial perusahaan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut Penjelasan Pasal 74 UUPT Ayat (1) dan Ayat (2):
(1) ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang
serasi dan seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya
masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam adalah perseroan yang
kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam. Yang
dimaksud dengan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan
dengan sumber daya alam adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak
memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada
fungsi kemampuan sumber daya alam.
(2) yang dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan terkait.
Bagian penjelasan Pasal 74 Ayat (1) UUPT sangat jelas menggambarkan latar
belakang dan tujuan pembentukan bagi PT, yaitu penciptaan suatu hubungan
yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai masyarakat lokal,
norma masyarakat lokal, budaya masyarakat lokal. Jelas bahwa tujuan tanggung
jawab sosial yang diatur dalam Pasal 74 UUPT tersebut mengadopsi dalam
penjelasan tanggung jawab sosial Pasal 15 huruf (b) UUPM, yang menegaskan
bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat
pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan
32
yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan nilai, norma, dan budaya
masyarakat setempat.50
Penjelasan Pasal 74 Ayat (1) UUPT disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan bagi perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam tidak hanya
melihat pada bisnis inti perusahaan. Walaupun perusahaan tersebut tidak secara
langsung melakukan eksploitasi sumber daya alam, tetapi selama kegiatan
usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam, maka
perusahaan tersebut wajib melaksanakan tanggung jwab sosialnya. Hal ini berarti
bahwa baik itu perusahaan pertambangan, industri perkayuan, industri makanan,
yang dalam kegiatan usahanya berhubungan langsung dengan sumber-sumber
daya alam, maupun rumah sakit, perusahaan telekomunikasi, perbankan,
percetakan dan perusahaan-perusahaan lain yang walaupun tidak secara langsung
menggunakan sumber daya alam dalam kegiatan usahanya, wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.51
50
Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, op. cit., hlm. 98. 51
Widjaja Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama, op. cit., hlm. 95. Mengacu kepada peraturan
tanggung jawab sosial perusahaan dalam UUPM, jelas terlihat bahwa kewajiban tanggung jawab
sosial perusahaan bagi perusahaan penanaman modal yang tunduk pada dan kegiatan operasional
dan investasinya diatur oleh UUPM tidak tergantung pada kegiatan usaha (lini usaha) yang
dilaksanakan perusahaan tersebut, jadi perusahaan yang bergerak di lapangan usaha produksi
maupun jasa tetap diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan
bagi perusahaan pada umumnya, yaitu perusahaan-perusahaan yang tidak tunduk pada UUPM
tersebut, maka untuk mengetahui adanya kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan pertama sekali harus mengacu pada ketentuan anggaran dasar perusahaan tersebut (dan
sepanjang relevan, juga izin usaha perusahaan tersebut) guna mengetahui dan memastikan apakah
perusahaan bergerak di bidang sumber daya alam yaitu mengelola dan memanfaatkan sumber daya
alam, seperti KLU Sisminbakum. Jika anggaran dasar dan/atau izin usaha perusahaan ternyata
tidak mencantumkan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam, maka harus ditelaah secara
cermat apakah kegiatan usaha perusahaan tersebut berdampak pada fungsi kemampuan sumber
daya alam. (Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, 2009, loc. cit., hlm. 102-103).
33
Pasal 74 Ayat (2) UUPT disebutkan bahwa biaya pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan diperhitungkan sebagai salah satu komponen biaya perusahaan.
Biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
ini seharusnya pada akhir tahun buku diperhitungkan sebagai salah satu
pengeluaran perusahaan, dan agar dapat dijadikan sebagai biaya pengurangan
penghasilan kena pajak maka rencana kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan
yang akan dilaksanakan dan anggaran yang dibutuhkan wajib untuk dimasukkan
dalam rencana kerja tahunan. Selain itu dengan memperhatikan ketentuan pajak
yang berlaku biaya tanggung jawab sosial perusahaan merupakan biaya yang
dikeluarkan perseroan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghsilan.
Hal ini tidak berarti keuntungan perusahaan setelah pajak, dipotong lagi untuk
kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, jadi seharusnya tidak
menjadi pajak tambahan bagi perseroan. Mengenai besarnya anggaran dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, dengan pengertian biaya-biaya
tersebut harus diatur besarnya sesuai dengan manfaat yang hendak dituju dari
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri berdasarkan
kemampuan keuangan perseroan, potensi risiko, dan besarnya tanggung jawab
yang harus ditanggung sesuai kegiatan usahanya.52
Penjelasan Pasal 74 Ayat (3) UUPT, artinya sanksi yang dikenakan bukan karena
perusahaan tidak melakukan tanggung jawab sosial perusahaan menurut UUPT
melainkan karena mengabaikan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga
perusahaan tersebut melanggar aturan terkait di bidang sosial dan lingkungan.53
52
Ibid., hlm. 96-97. 53
Ibid., hlm. 98.
34
Berdasarkan uraian di atas, konsekuensi hukum bagi PT berkaitan dengan
perumusan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Pasal 74 UUPT adalah PT
harus memiliki corporate identity. PT harus mampu merumuskan kegiatan
tanggung jawab sosial perusahaannya dengan memperhatikan bahwa tanggung
jawab sosial perusahaan bukan kegiatan kedermawanan (philanthropy),
pelaksanaannya memerlukan keterlibatan dari stakeholders dan menuntut
keterlibatan aktif perusahaan, dengan tujuan sustainability perusahaan,
lingkungan, dan sosial.
Selanjutnya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan perusahaan
dan khususnya, peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang
berhubungan dengan masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. PT diwajibkan
merumuskan tanggung jawab sosial perusahaannya dalam setiap rancangan kerja
perusahaan dan melaporkannya dalam laporan tahunan perusahaan sesuai dengan
ketentuan Pasal 74 Ayat (2) UUPT. Selanjutnya, secara internal PT harus
mensosialisasikan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan mereka kepada
seluruh stakeholders perusahaan agar setiap stakehoders dapat bersama-sama
terlibat secara aktif dan berkesinambungan dalam mendukung kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaan perusahaan.
4. Stakeholders Perusahaan
Stakeholders dapat didefenisikan sebagai seorang atau sekelompok orang yang
memiliki satu atau lebih kepentingan (stake) yang berbeda dalam sebuah
perusahaan. Stakeholders dapat diartikan juga sebagai setiap orang atau
sekelompok orang yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan,
35
keputusan, kebijakan, praktik atau tujuan dari sebuah perusahaan, yang dapat
timbul karena legal right dan moral right. 54
Menyadari adanya realitas baru hubungan antara perusahaan korporasi dengan
pemangku kepentingan, Freeman dan Reid mengajukan dua rumusan pemangku
kepentingan, yakni:
1) dalam arti luas adalah kelompok maupun individu-individu yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan mereka atau pencapaian perusahaan
dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan pada saat mengejar tujuannya
(kelompok kepentingan publik, kelompok yang melakukan aktivitas protes,
pegawai pemerintah, asosiasi perdagangan, pesaing, serikat pekerja dan
karyawan, pelanggan pada segmen tertentu, serta pemegang saham).
2) dalam arti sempit, perusahaan memiliki ketergantungan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya kepada pemangku kepentingan yang
terdiri atas kelompok-kelompok maupun beberapa individu (karyawan,
pelanggan pada segmen tertentu, pemasok tertentu, pegawai kunci di
pemerintahan, kreditur tertentu, dan pemegang saham).55
Rhenald Kasali menyatakan bahwa setiap kelompok yang berada di dalam
maupun di luar perusahaan mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan
perusahaan, yaitu:
a. stakeholders internal (karyawan, manajer, pemegang saham) dan stakeholders
external (penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat,
pemerintah, pers, kelompok social responsible investor, licensing partner).
b. skala prioritas, stakeholders primer (paling penting), stakeholders sekunder
(kurang penting), dan stakeholders marjinal (bisa diabaikan).
c. stakeholders tradisional (karyawan dan konsumen saat ini sudah berhubungan
dengan organisasi) dan stakeholders masa depan (diperkirakan akan
memberikan pengaruhnya pada organisasi, seprti mahasiswa, peneliti,
konsumen potensial).
d. proponents (kelompok yang memihak organisasi), opponents (menentang
organisasi), dan uncommitted (ada yang tak peduli), organisasi perlu mengenal
stakeholders yang berbeda agar dengan jernih melihat permasalahan,
menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang proposional.
54
Ibid., hlm. 48-49. Pendapat hampir senada diungkapkan oleh Post dalam Ismail Solihin, op.
cit., hlm. 2, dan Yusuf Wibisono, op. cit., hlm. 90. 55
Ismail Solihin, op. cit., hlm 50-52.
36
e. dilihat dari aktivitas dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan
tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara aktif (vocal
majority), namun ada pula secara pasif (silent majority).56
Jones (1955) mengklasifikasikan stakeholders dalam 2 (dua) kategori yaitu:
1) inside stakeholders terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan
tuntutan terhadap sumber daya perusahaan, yaitu pemegang saham
(shareholders), para manajer (managers), dan karyawan (employees).
2) outside stakeholders terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak
(constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, namun memiliki kepentingan
terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan, yaitu pelanggan (customers), pemasok (suppliers),
pemerintah (goverment), mayarakat lokal (local communities), dan masyarakat
secara umum (general publik).57
David Wheeler dan Maria Sillanpää dalam bukunya The Stakeholders
Corporation: A Blueprint for Maximizing Stakeholder Value menggolongkan
stakeholders:
1) stakeholders primer meliputi pemegang saham, investor, karyawan,
pelanggan, komunitas lokal, pemasok dan rekanan bisnis, yang memiliki
kepentingan langsung dalam sebuah perusahaan dan sangat mempengaruhi
sukses atau tidaknya perusahaan;
2) stakeholders sekunder meliputi pemerintah, institusi sipil, LSM, pers, pesaing
usaha, asosiasi pengusaha, dan masyarakat pada umunya, meskipun tidak
memiliki kepentingan langsung tetapi berpengaruh terhadap reputasi dan
dukungan terhadap perusahaan.58
Berdasarkan uraian di atas, berkaitan dengan penelitian ini maka kata social
responsibility dalam konsep tanggung jawab sosial perusahaan merujuk kepada
entitas sosial yang luas. Penggunaan konsep manajemen para pemangku
kepentingan yang merumuskan pemangku kepentingan sebagai individu atau
kelompok yang dipengaruhi atau mempengaruhi keputusan organisasi/perusahaan
akan sangat memperjelas kepada entitas sosial mana perusahaan bertanggung
56
Yusuf Wibisono, op. cit., hlm. 90-92. 57
Ismail Solihin, loc. cit., hlm. 2. 58
Gunawan Widjaja, dan Yeremia Ardi Pratama, loc. cit., hlm. 48-49.
37
jawab. Perumusan stakeholders beserta isu-isu yang dianggap relevan akan sangat
membantu perusahaan di dalam merumuskan strategi, kebijakan, dan program-
program tanggung jawab sosial perusahaan.
5. Tahap-Tahap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Umumnya, perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR
menggunakan tahap perencanaan (awareness building, CSR assessement, CSR
manual bulding), tahap implementasi (sosialisasi, pelaksanaan, internalisasi),
tahap evaluasi, dan pelaporan.59
Kerangka global dan pendekatan prinsip-prinsip dasar yang dapat dipedomani
untuk penerapan CSR secara umum, antara lain:
a. menyusun perencanaan program CSR;
b. menetapkan visi;
c. memformulasikan misi;
d. menetapkan tujuan;
e. menetapkan kebijakan
f. merancang struktur organisasi;
g. menyediakan SDM;
h. merencanakan program operasional;
i. membagi wilayah;
j. implementasi program CSR;
k. mekanisme;
l. self managing vs outsourcing;
m. evaluasi program CSR
n. ukuran keberhasilan;
o. reporting program CSR.60
DeMartinis menyebutkan beberapa langkah yang dilakukan oleh perusahaan
nonprofit dalam menyusun program CSR, antara lain:
1) merumuskan komunitas organisasi;
59
Yusuf Wibisono, op. cit., hlm. 121-151. 60
Ibid.
38
2) menentukan tujuan CSR (visi, misi, dan tujuan organisasi, tujuan divisi CSR,
aktivitas CSR);
3) menyusun pesan yang hendak disampaikan (pilih isu yang paling tepat, pilih
isu yang mendukung positioning organisasi, pilih isu yang menarik);
4) memilih metode yang paling baik dalam penyampaian pesan;
5) realisasi program;
6) analisis hasil/evaluasi.61
Sementara itu, Brown menunjukkan langkah yang dapat dilakukan korporat bisnis
dalam menyusun program CSR, adalah segmentasi, skala prioritas, penelitian
tentang need, desires, dan interest komunitas, dialog dengan opinion leader dalam
komunitas. Meskipun ada pembedaan dalam penyusunan program CSR, Reza
Rahman memberikan gambaran secara umum penyusunan program CSR:
1) memilih struktur program;
2) mengajak komuniti untuk terlibat secara strategis;
3) mencari saran/masukan dari masyarakat lokal;
4) hubungkan program dengan nilai-nilai dan reputasi;
5) nyatakan tujuan perusahaan yang relevan dengan program;
6) pertimbangangkan pihak-pihak yang memungkinkan untuk menjadi partner;
7) komunikasikan komitmen perusahaan;
8) penilaian dan pengukuran;
9) pengawasan terhadap anggaran dan proyek.62
Setelah menyusun program CSR dan merealisasikan aktivitas CSR, tahap
selanjutnya adalah mengomunikasikan program CSR, dengan langkah: pemilihan
media yang tepat, mengungkapkan program berdasarkan fakta, mengajak seluruh
stakeholders untuk terlibat, mengritisi, ataupun menyebarluaskan informasi
tentang esensi program CSR.63
Ismail Solihin memberikan gambaran berbeda mengenai tahap pelaksanaan CSR:
1) perencanaan, meliputi strategi, kebijakan, prosedur, program, dan anggaran;
61
Reza Rahman, op. cit., hlm. 62. 62
Ibid., hlm. 68. 63
Ibid., hlm. 62-89.
39
2) perumusan tujuan, didasarkan pada analisis perusahaan terhadap lingkungan
internal dan eksternal perusahaan;
3) implementasi program CSR, dalam pelaksanaanya diperlukan persetujuan dan
dukungan pihak yang terlibat dan adanya pola hubungan di antara pihak yang
terlibat secara jelas;
4) pelaporan program CSR, mencakup dampak operasi perusahaan.64
6. Manfaat Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Yusuf Wibisono dalam bukunya Membedah Konsep dan Aplikasi CSR,
mengungkapkan keuntungan dari penerapan CSR:
1) mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan;
2) layak mendapatkan social license to operate;
3) mereduksi risiko bisnis perusahaan;
4) melebarkan akses sumber daya;
5) membentangkan akses menuju market;
6) mereduksi biaya;
7) memperbaiki hubungan dengan stakeholders;
8) memperbaiki hubungan dengan regulator;
9) meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan;
10) peluang mendapatkan penghargaan.65
Survey juga menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaksanakan CSR
telah memperoleh manfaat langsung, antara lain berupa:
1) pelaksanaan CSR telah meningkatkan reputasi perusahaan;
2) reputasi yang baik memudahkan perusahaan untuk dapat melakukan
rekrutmen pegawai yang berkualitas dan bereputasi baik;
3) para pegawai lebih betah untuk bekerja di perusahaan yang melaksanakan
CSR sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya yang timbul karena harus
melakukan rekrutmen baru dan melakukan pelatihan bagi pegawai baru;
4) para pegawai lebih termotivasi dan karena itu lebih produktif;
5) CSR membantu perusahaan untuk mematuhi ketentuan perundang-undangan;
6) keterlibatan perusahaan dalam kegiatan yang dilakukan oleh komunitas
setempat menghasilkan liputan yang baik dari media mengenai perusahaan;
7) pelaksanaan CSR menghasilkan hubungan-hubungan yang baik itu
memudahkan bagi perusahaan untuk melakukan bisnisnya;
8) pelaksanaan CSR yang menghasilkan pengaruh yang luas bagi bisnis
perusahaan dapat membantu perusahaan untuk menciptakan produk dan jasa
baru yang menguntungkan;
64
Ismail Solihin, op. cit., hlm. 129-160. 65
Yusuf Wibisono, op. cit., hlm. 78-81.
40
9) CSR dapat membuat perusahaan lebih kompetetif dan dapat mengurangi
munculnya risiko yang akan mengakibatkan rusaknya reputasi perusahaan;
10) bila para investor dan lembaga-lembaga pemberi pinjaman mengetahui telah
menerapkan CSR akan lebih bersedia memberikan tambahan dana investasi
atau kredit.66
Kgiatan CSR akan menjamin keberlanjutan (sustainability) bisnis yang dilakukan,
hal ini disebabkan karena:
1) menurunnya gangguan sosial yang sering terjadi akibat pencemaran
lingkungan, bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan
oleh masyarakat setempat;
2) terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang;
3) tambahan keuntungan daru unit usaha baru, yang semula merupakan kegiatan
CSR yang dirancang korporat.67
E. Kerangka Pikir
Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 mengamanatkan perekonomian
nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi, yang tentunya ini untuk menjamin kemakmuran bagi rakyat.
Para pelaku bisnis memegang peranan dominan di dalam melakukan aktivitas
bisnisnya yang kerap menimbulkan masalah berkaitan dengan aspek moral
maupun hukum. Regulasi tanggung jawab sosial perusahaan dalam UUPM dan
UUPT memberikan kepastian hukum, berawal dari shareholders ke stakeholders
dan dari etika bisnis ke norma hukum. Tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak secara etis, beroperasi
66
Business Link, tt. Sebagaimana dikutip oleh Jurnal Hukum Bisnis, loc. cit., hlm. 64. 67
Majalah Bisnis & CSR, 2009, Reference for Decision Maker, Edisi Khusus 40 Tahun Prof Dr Ir
Totok Mardikanto MS Menjadi Penyuluh, Jakarta: Latofi.
41
secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan
menjaga hubungan baik dengan stakeholders dan lingkungannya.
Berdasarkan konsep tanggung jawab sosial perusahaan yang telah tertuang dalam
UUPT dan UUPM, mewajibkan bagi setiap penanaman modal atau perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Maka dalam
hal ini akan dilihat pada sebuah Perseroan Terbuka-berfasilitas PMA, yakni PT
Indosat Tbk sebagai penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi terpadu di
Indonesia terkait apa sajakah bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
yang telah dilaksanakan dan bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan PT Indosat Tbk pada wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi ditinjau
dari peraturan perundang-undangan, konsep tanggung jawab sosial perusahaan
yang berkembang, dan kebijakan perusahaan.
42
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis, Lokasi, dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari segi fokus kajiaannya, penelitian hukum dapat dibedakan menjadi
penelitian hukum normatif (normative law research), penelitian hukum normatif-
empiris yang disebut juga penelitian hukum normatif-terapan (applied law
research), dan penelitian hukum empiris (empirical law research).68
Berdasarkan
jenis penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
hukum normatif-terapan, dengan mengkaji bentuk-bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT Indosat
Tbk pada wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi. Penelitian hukum normatif-
terapan adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi
ketentuan hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu
yang terjadi dalam masyarakat.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan pada PT Indosat Tbk-Kantor Perwakilan Kotabumi
yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman Nomor 5C Kotabumi, Lampung Utara.
68
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti: Bandung,
hlm. 52. dan hlm. 134.
43
3. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum deskriptif. Penelitian
hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
(deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu, atau
mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi
dalam masyarakat.69
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan
memaparkan dan menggambarkan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilaksanakan serta pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan oleh PT Indosat Tbk pada wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi,
didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan kebijakan perusahaan.
B. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonjudicial case
study, yaitu pendekatan studi kasus hukum tanpa konflik.70
Pada tipe pendekatan
ini peneliti akan melihat bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang
dilaksanakan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT Indosat
Tbk pada wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi.
C. Data dan Sumber Data
Berdasarkan jenis penelitian yang telah ditentukan di atas, data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi
data perilaku terapan dari ketentuan normatif terhadap peristiwa hukum in
69
Ibid., hlm. 50. 70
Ibid., hlm. 150.
44
concreto.71
Berkaitan dengan penelitian ini, data primer diperoleh dari lokasi
penelitian, responden yang terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan yaitu stakeholders Indosat. Sumber data yang ada di lokasi penelitian
yaitu wawancara dan observasi. Data sekunder pada dasarnya adalah data
normatif terutama yang bersumber dari perundang-undangan, dokumen terkait
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Indosat tbk, dan literatur
terkait. Data sekunder meliputi:
1. Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, meliputi:
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 67 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4724 Tentang Penanaman
Modal;
b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 106 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756 Tentang Perseroan
Terbatas; dan
c. Dokumen terkait pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT
Indosat Tbk, yakni Sustainability Report PT Indosat Tbk 2008.
2. Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa literatur hukum yang
menjelaskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian.
3. Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan
hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini bahan hukum yang
diperoleh dari jurnal hukum dan internet.
71
Ibid., hlm. 151.
45
D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. studi pustaka, yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang
berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan
dalam penelitian ini.72
Pelaksanaan studi pustaka tersebut dilakukan dengan
tahap-tahap penentuan sumber data sekunder, mengidentifikasi sumber bahan
hukum yang diperlukan, inventarisasi data yang relevan dengan rumusan
masalah, dengan cara pengutipan atau pencatatan, serta mengkaji data sesuai
dengan masalah dan tujuan penelitian.
b. studi dokumen, yaitu pengkajian informasi tertulis yang dilakukan dengan
cara membaca, meneliti, dan mempelajari serta menelaah dokumen yang
berkaitan dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Indosat Tbk, yakni
Sustainability Report PT Indosat Tbk 2008.
c. wawancara, yaitu kegiatan pengumpulan data primer yang bersumber
langsung dari responden penelitian di lapangan.73
Berkaitan dengan penelitian
ini, wawancara tersebut dilakukan secara langsung dan dengan cara
mengajukan pertanyaan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun.
Wawancara dilakukan kepada stakeholders perusahaan yang terkait dengan
pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT Indosat Tbk pada
wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi, dengan responden Satrio Sukarno
(Head of Representative Office Kotabumi), Pedrik (Pelaksana Harian pada
72
Ibid., hlm. 81-83. dan hlm. 125. 73
Ibid., hlm. 86.
46
Kantor Perwakilan Kotabumi), Rumah Zakat Indonesia (RZI) Cabang
Lampung sebagai mitra dalam pelaksanaan program Mobil Klinik Indosat
yaitu Apriadi (Branch Manager RZI Cabang Lampung), Damar dan Emi
Susanti (Staff Project RZI Cabang Lampung), serta penerima manfaat
pelaksanaan program Indonesia Belajar (ISMS) yaitu Drs. Matsoleh (Kepala
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kotabumi) dan Drs. Mawardi
Ishaq (Pimpinan/Pengasuh Pondok Pesantren Al-Qur’an Salafiyah Hidayatul
Mustafid).
2. Metode Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. pemeriksaan data (editing), yaitu mengoreksi apakah data yang terkumpul
sudah cukup lengkap, sudah benar, dan sudah sesuai/relevan dengan masalah.
b. penandaan data (coding), yaitu pemberian tanda pada data yang diperoleh
dengan tujuan menyajikan data sempurna, memudahkan rekonstruksi serta
analisis data.
c. rekonstruksi data (reconstructing), yaitu menyusun ulang data secara teratur,
berurutan, logis, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
d. sistematisasi data (sistematizing), yaitu merupakan data menurut kerangka
sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.74
Berkaitan dengan penelitian ini, data yang telah diperoleh melalui metode studi
pustaka, studi dokumen, dan wawancara, kemudian diolah melalui tahapan
pemeriksaan data, penandaan data, rekonstruksi data, dan sistematisasi data.
74
Ibid., hlm. 91. dan hlm. 126.
47
E. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif. Analisis
kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang
teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan
interpretasi data dan pemahaman hasil analisis serta pengambilan kesimpulan
secara deduktif.75
Berdasarkan analisis data kualitatif, maka dalam penelitian ini
dapat memperoleh gambaran secara lengkap dan kemudian pada akhirnya dapat
disimpulkan, yakni berkaitan dengan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilaksanakan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan
oleh PT Indosat Tbk pada wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi.
75
Ibid., hlm. 91. dan hlm. 127.
48
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT Indosat Tbk
1. Status Badan Hukum PT Indosat Tbk
PT Indosat Tbk merupakan salah satu penyelenggara telekomunikasi dan
informasi terkemuka di Indonesia yang memberikan layanan jasa Seluler,
Telekomunikasi Tetap, MIDI – Multimedia, Komunikasi Data dan Internet, yang
berkantor pusat di Jalan Merdeka Barat Nomor 21 Jakarta.
PT Indosat Tbk didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal
Asing Nomor 1 Tahun 1967 berdasarkan akta notaris Mohamad Said Tadjoedin,
S.H. No. 55 Tanggal 10 November 1967 di Negara Republik Indonesia. Akta
pendirian ini diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 26
Tanggal 29 Maret 1968, Tambahan No. 24 dan mulai beroperasi secara komersial
pada Bulan September 1969.
Tahun 1980, perusahaan dijual oleh American Cable and Radio Corporation,
anak perusahaan dari International Telephone & Telegraph, kepada pemerintah
Republik Indonesia dan menjadi BUMN (Persero). Indosat sebagai BUMN
49
pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya,
dan New York Stock Exchange pada Tahun 1994.76
Berdasarkan Undang-Undang Telekomunikasi Nomor 36 Tahun 1999, status
perusahaan sebagai badan penyelenggara tidak berlaku lagi dan perusahaan harus
memperoleh izin dari pemerintah untuk menyelenggarakan jaringan dan jasa
telekomunikasi tertentu, atau dengan kata lain dari penyelenggara jasa
telekomunikasi internasional utama menjadi penyelenggara jasa dan jaringan
telekomunikasi terpadu penuh.
Tahun 2000, pemerintah memberlakukan Undang-Undang Telekomunikasi untuk
mendorong liberalisasi industri yang memberikan dampak langsung pada bisnis
Indosat. Tahun 2001, sebagai bagian dari inisiatif pemerintah untuk
merestrukturisasi industri telekomunikasi, Indosat mengadakan suatu perjanjian
dengan Telkom yang bertujuan untuk menghapus kepemilikan silang Indosat
masing-masing di beberapa anak-anak perusahaan. Setelah diadakan perjanjian
dengan Telkom, Indosat membeli 45,0% kepemilikan saham di Satelindo, melalui
pembelian PT Bimagraha Telekomindo pada Tahun 2001 dan membeli 25,0%
kepemilikan saham lainnya di Satelindo dari DeTe Asia pada Bulan Juni 2002.
Tahun 2002, pemerintah melakukan divestasi secara dua tahap atas 517,5 juta
sahamnya, yaitu sekitar 50,0% dari saham seri B perusahaan pada saat itu. Pada
76
Dikutip dari Laporan Tahunan 2008 PT Indosat Tbk, Catatan Atas Laporan Keuangan
Konsolidasi, Umum, Pendirian Perusahaan. (http://www.indosat.com/html/annual _report_
2008/id/1701_notes.html diakses Tanggal 20 November 2009 pukul 12:07:28 WIB). Penjelas lebih
lanjut dalam Laporan Tahunan 2008 PT Indosat Tbk, Laporan Tahunan dalam Format 20-F,
Bagian 1 butir 4: Informasi Tentang Perusahaan, Sejarah dan Perkembangan Perusahaan.
(http://www.indosat.com/html/annual_report_2008/id/150420f.html diakses Tanggal 20 November
2009 pukul 12:34:59 WIB).
50
Bulan Mei 2002, pemerintah menjual 8,1% dari saham biasa yang ditempatkan di
Perusahaan melalui tender global yang dipercepat. Pada Bulan Desember 2002,
Pemerintah menjual 41,9% dari saham seri B di Perusahaan kepada (bekas) anak
perusahaan dari STT. Tanggal 7 Februari 2003, perusahaan memperoleh
persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Surat No.
14/V/PMA/2003 atas perubahan status dari BUMN (Persero) menjadi perusahaan
PMA. Selanjutnya, pada Tanggal 21 Maret 2003, Perusahaan memperoleh
persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
atas perubahan anggaran dasar yang berkaitan dengan perubahan status hukum
tersebut.
Berdasarkan akta penggabungan usaha dari notaris Poerbaningsih Adi Warsito,
S.H. No. 57 Tanggal 20 November 2003 (tanggal penggabungan usaha),
Perusahaan, PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo), PT Bimagraha Telekomindo
(Bimagraha) dan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3) sepakat untuk melakukan
penggabungan usaha, dengan perusahaan sebagai entitas yang dipertahankan.
Seluruh aktiva dan kewajiban yang dimiliki oleh Satelindo, Bimagraha dan IM3
dialihkan kepada perusahaan pada tanggal penggabungan. Ketiga perusahaan
tersebut bubar secara hukum tanpa kewajiban untuk melakukan proses likuidasi.
Pada Tanggal 22 Juni 2008, Qtel membeli seluruh saham yang telah ditempatkan
dan disetor dalam masing-masing ICLM dan ICLS, berdasarkan perjanjian jual
beli saham (share purchase agreement) Tanggal 6 Juni 2008 antara Qtel dan STT,
suatu perusahaan yang didirikan di Singapura. Berdasarkan perjanjian jual beli
saham, Qtel melalui anak perusahaannya Qatar South East Asia Holding S.P.C.,
51
melakukan akuisisi atas saham ICLM dan ICLS dari Asia Mobile Holdings Pte.
Ltd. atau AMH, suatu perusahaan yang didirikan di Singapura, yang 75,0%
sahamnya secara tidak langsung dimiliki oleh STT dan 25,0% secara tidak
langsung dimiliki oleh Qtel.77
Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan
terakhir diaktakan dengan akta notaris Sutjipto, S.H., No. 109 tanggal 14 Juli
2008 dengan tujuan memenuhi persyaratan dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, untuk memperkuat
tata kelola perusahaan (good corporate governance) yang baik di dalam
lingkungan perusahaan dan untuk semua mendukung kegiatan usaha perusahaan.
Perubahan terakhir anggaran dasar perusahaan ini telah dilaporkan ke dan
disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-48398.AH.01.02 Tanggal 6 Agustus
2008.
Per Tanggal 31 Maret 2009, ICLM dan ICLS memiliki 65,0% dari saham biasa
seri B di Perusahaan,78
Pemerintah memiliki 14,29% dari saham yang telah
ditempatkan oleh perusahaan melalui Kementerian BUMN termasuk satu saham
seri A, dan 20,71% dari saham seri B perusahaan dimiliki oleh masyarakat.79
77
Ibid. 78
ICLM dan ICLS dimiliki oleh Qtel. Qtel adalah perusahaan terbuka yang mayoritas sahamnya
dimiliki oleh negara Qatar dan perusahaan afiliasinya. Qtel didirikan berdasarkan hukum negara
Qatar dengan saham yang terdaftar di Doha Securities Market, Abu Dhabi Securities Market serta
memiliki Global Depository Receipts yang diperdagangkan di London Stock Exchange. Qtel
adalah satu-satunya perusahaan penyelenggara telekomunikasi di Qatar dan salah satu perusahaan
publik terbesar di negara tersebut serta menyediakan pilihan produk telekomunikasi yang luas. 79
Op.cit., Laporan Tahunan 2008 PT Indosat Tbk.
52
53
54
Satrio Sukarno selaku Head of Representative Office Kotabumi memberikan
penjelasan mengenai kedudukan kantor pusat, kantor regional, kantor cabang,
kantor perwakilan, galeri, dan griya di dalam struktur organisasi Indosat, yakni:
a. kantor pusat adalah tempat CEO dan Dewan Direksi Indosat berkantor dan
merupakan pusat manajemen Indosat di Indonesia;
b. kantor regional adalah kantor Indosat yang membawahi sebuah region
(wilayah kerjanya biasanya terdiri beberapa provinsi);
c. kantor cabang adalah kantor Indosat yang membawahi sebuah cabang
(wilayah kerjanya biasanya berupa satu propinsi, atau satu wilayah yang
terdiri dari beberapa kabupaten);
d. kantor perwakilan adalah kantor Indosat yang membawahi sebuah wilayah
perwakilan (wilayah kerjanya bisa berupa satu atau beberapa kabupaten);
e. galeri adalah pusat pelayanan pelanggan yang berada di bawah manajemen
Indosat, bisa berlokasi baik di kantor pusat/kantor regional/kantor
cabang/kantor perwakilan;
f. griya adalah pusat pelayanan pelanggan Indosat yang berada di bawah
manajemen Indosat namun berlokasi di kantor dealer resmi Indosat.80
80
Hingga akhir tahun 2008, Indosat telah memiliki 162 (seratus enam puluh dua) Galeri (kantor
pelayanan bagi pelanggan Indosat) yang tersebar di delapan wilayah operasional regional Indosat
dan telah beroperasi Griya Indosat di 163 (seratus enam puluh tiga) titik (kantor pelayanan
pelanggan yang dikelola bersama oleh Indosat dan mitra dealer untuk melayani pelanggan di
lokosi yang tidak terjangkau oleh Galeri Indosat) dengan 10 (sepuluh) diantaranya Griya Online.
Making The World a Better Place - Laporan Keberlanjutan 2008 Sustainability Report PT Indosat
Tbk., hlm. 24-25.
(http://www.indosat.com/template/media/editor/content/SR%2708_ISAT%281%29.pdf diakses
Tanggal 05 September 2009 pukul 19:11:48 WIB.)
Laporan Tahunan 2008 PT Indosat Tbk, Struktur Organisasi dan Karyawan.
(http://www.indosat.com/html/annual_report_2008/id/0900_organization.html diakes pada
Tanggal 30 Nopember 2009 pukul 12:25:43 WIB).
55
B. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang Dilaksanakan
oleh PT Indosat Tbk
Meskipun tanggung jawab sosial perusahaan menjadi kewajiban yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam hukum, namun konsep tanggung jawab sosial
perusahaan dan lingkup pelaksanaannya belum memiliki kejelasan secara teknis.
Substansi pasal tanggung jawab sosial perusahaan dalam UUPT mengenai
bentuk-bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan yang harus dilaksanakan
oleh perseroan bersifat luas, di mana memberikan kebebasan bagi masing-masing
perusahaan. Sedangkan di dalam UUPM lebih spesifik, bentuk-bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan sebagaimana diamanatkan Pasal 15 huruf (b) secara tidak
langsung termuat dalam Pasal 15 huruf (d), Pasal 16 huruf (d) dan (e), yaitu
menjaga kelestarian lingkungan hidup serta menciptakan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja.
Diaturnya tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan mewujudkan
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya, dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya
hubungan yang serasi dan seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, dan
budaya masyarakat setempat. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa menyangkut
bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan perusahaan
tidak ada bentuk yang baku, akan tetapi bentuk-bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan tujuan dan maksud tanggung
jawab sosial perusahaan sebagaimana yang telah diamanatkan Pasal 1 Angka 3,
penjelasan Pasal 74 Ayat (1), alenia ke-8 Penjelasan Umum UUPT, dan Pasal 15
56
huruf (b) UUPM. Selama ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan belum diatur ke dalam PP sebagaimana yang telah diamantkan Pasal
74 Ayat (4) UUPT yaitu menyangkut hal teknis, maka masing-masing perusahaan
akan memiliki kebijakan yang berbeda dalam menentukan bentuk-bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan.
Belum adanya defenisi tunggal tanggung jawab sosial perusahaan yang diterima
secara global oleh semua pihak, menimbulkan beragamnya pendapat mengenai
ruang lingkup pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Hingga saat ini,
masing-masing perusahaan menentukan sendiri bentuk-bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan yang akan dilakukannya, sesuai dengan kemampuan perusahaan
tersebut. Bila bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan
berjalan sesuai konsep dasarnya diperlukan pedoman (guidelines) dan tata etika
(codes of conduct), sistem dan kebijakan manajemen korporat, strategi
kepemimpinan korprat dalam tanggung jawab sosial perusahaan, serta komitmen
dan kemitraan di antara stakeholders.
Tabel 1. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang Dilaksanakan
oleh PT Indosat Tbk Berdasarkan Prinsip-Prinsip UN Global Compact
Konten UN Global Compact Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
Hak Asasi
Manusia
(HAM)
1) Mendukung dan
menghormati
perlindungan HAM;
2) menghindari
keterlibatan di dalam
pelanggaran HAM.
1) untuk menjaga prinsip hak
asasi manusia, Indosat
secara teratur menelaah
kebijakan sumber daya
manusia untuk memastikan
kepatuhannya terhadap
aturan-aturan Departemen
Tenaga Kerja.
Aturan
Perburuhan
3) mempertahankan
kebebasan berserikat
2) mengadakan diskusi secara
rutin dengan Serikat Pekerja
57
dan perjanjian kolektif;
4) penghapusan kerja
paksa;
5) penghapusan kerja oleh
kanak-kanak;
6) peniadaan disriminasi
dalam penempatan
tenaga kerja dan
penugasan.
untuk menelaah
kesepakatan Indosat dengan
karyawan serta untuk
memastikan bahwa Indosat
selalu patuh terhadap
standar perburuhan yang
berlaku.
Lingkungan 7) mendukung kehati-
hatian dalam
penanganan lingkungan;
8) penyebarluasan
tanggung jawab
lingkungan;
9) mendorong penggunaan
ramah lingkungan.
3) Dalam penerapan prinsip-
prinsip lingkungan hidup,
Indosat telah melakukan
usaha dan investasi yang
cukup besar dalam program
tanggung jawab perusahaan
(CSR) termasuk
kemungkinan pemakaian
energi alternatif untuk
menara BTS guna
mengurangi penggunaan
bahan bakar.
Anti
Korupsi
10) secara aktif melawan
segala bentuk korupsi,
termasuk pemerasan dan
penyuapan.
4) Prinsip anti korupsi melalui
penerapan kebijakan
whistleblower dan kode
etik.81
Sumber: Sustainability Report PT Indosat Tbk 2008.
Sebagaimana yang tertuang dalam Laporan Keberlanjutan 2008 (Sustainability
Report PT Indosat Tbk), sejak Tahun 2006 Indosat telah mendukung UN Global
Compact suatu inisiatif dari Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai strategi dan
bagian budaya perusahaan. Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
yang dilaksankan Indosat dalam Tabel 1 mengacu pada konten/prinsip-prinsip UN
Global Compact. Konten mengenai HAM dan aturan perburuhan dalam UN
Global Compact dimplementasikan oleh Indosat sebagai bentuk tanggung jawab
81
Sustainability Report PT Indosat Tbk, op. cit., hlm. 17.
58
sosial perusahaan dengan sasarannya adalah karyawan Indosat dan lingkungan
wilayah operasional.
Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dilaksanakan
maupun yang sedang dilaksanakan oleh Indosat sedikit banyak dipengaruhi
dengan lingkup pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah
dikembangkan oleh organisasi internasional, yakni UN Global Compact dan Draft
ISO 26000. Guidelines yang menjadi acuan Indosat tidak hanya satu sehingga
saling melengkapi satu dengan lainnya. Hal tersebut menggambarkan bagaimana
Indosat memang menginginkan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
yang dilaksanakan dapat sesuai dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan
yang selalu berkembang dan tujuan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah
diamanatkan dalam UUPT maupun UUPM. Sehingga Indosat menciptakan
pertumbuhan usaha seiring dengan perkembangan yang bermanfaat bagi para
stakeholder.
Gambar 1. 5 (lima) Inisiatif CSR Indosat Gambar 2. ISO 26000, Cakupan dalam
Draft 4.1
Sumber Gambar 1: Sustainability Report PT Indosat Tbk 2008.
Sumber Gambar 2: Jalal Lingkar Studi CSR.82
82
www.iso.org, sebagaimana dikutip oleh Jalal Lingkar Studi CSR disampaikan pada FGD dengan
LPBH FAS, Jakarta 30 Mei 2008 http://pkbl.bumn.go.id/file/jalal-CSR.pdf diakses Tanggal 20
Mei 2009, pukul 12:17:20 WIB).
59
5 (lima) Inisiatif CSR Indosat Berdasarkan Isu-Isu dalam Draft ISO 26000, yaitu:
1. Organizational Governance, penerapan tata kelola perusahaan yang baik
termasuk mematuhi regulasi dan ketentuan yang berlaku, berlandaskan 5
(lima) prinsip: transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, interpendensi
dan kesetaraan;
2. Consumer Issues, menyediakan dan mengembangkan produk dan jasa
telekomunikasi yang memberikan manfaat luas bagi pemakainya, layanan
yang transparan dan terpercaya.
3. Labor Practices, mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan
antara perusahaan dan karyawan serta pengembangan sistem, organisasi dan
fasilitas pendukung sehingga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi perusahaan;
4. Environment, mengembangkan budaya peduli lingkungan termasuk upaya-
upaya nyata untuk mengurangi penggunaan emisi karbon dalam kegiatan
perusahaan;
5. Community Involvement, ikut mengembangkan kualitas hidup komunitas
dalam hal kualitas pendidikan sekolah dan olahraga, kualitas kesehatan, serta
ikut serta dalam mendukung kegiatan sosial komunitas termasuk bantuan saat
bencana/musibah.83
5 (lima) Isu tanggung jawab sosial perusahaan dalam Draft ISO 26000 yang
diimplementasikan Indosat ke dalam berbagai program tanggung jawab sosial
perusahaannya, kecuali isu human rights dan fair operating practices, dari
penjelasan sebelumnya telah Indosat implementasikan dengan mengacu pada UN
Global Compact. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, Indosat
berkomitmen menciptakan pertumbuhan usaha seiring dengan perkembangan
yang bermanfaat bagi para stakeholder Indosat yang tersebar di wilayah
operasionalnya. Sehingga bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang
dilaksanakan meliputi Galeri dan Griya Indosat yang terbagi dalam beberapa area.
83
Sustainability Report PT Indosat Tbk, op. cit., hlm. 14-15.
60
Tabel 2. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang Dilaksanakan
oleh PT Indosat Tbk (2008)
Stakeholders Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Customers
(pelanggan)
1) Service excellence year, meliputi:
a. people development,
b. business proces,
c. infrastruktur pelayanan pelanggan,
2) penanganan keluhan;
3) peningkatan kualitas teknis;
4) shariah compliance;
5) perlindungan pelanggan;
6) program pemasaran dan promosi;
7) retensi pelanggan.
Community
(komunitas)
1) Indonesia Belajar
Program yang berfokus pada pendidikan ini bertujuan ikut
membantu meningkatkan kecerdasan generasi muda
sebagai tulang punggung masa depan bangsa serta
meningkatkan ketrampilan guru dalam proses pengajaran
di sekolah. Program turunan yang telah diselenggarakan:
a. Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC);
b. peningkatan kompetensi guru IPA dan matematika;
c. pengembangan dan pembinaan sekolah;
d. program beasiswa;
e. program pembinaan bagi tim panahan junior,
f. Indosat Science and Multimedia School (ISMS).
2) Indonesia Sehat
Program yang berfokus pada upaya ikut meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan anak,
sebagai salah satu tolak ukur tingkat kesejahteraan bangsa.
3) Berbagi Bersama Indosat
Program yang menyalurkan bantuan donasi ini
diselenggarakan dengan melibatkan partisipasi pelanggan,
sebagai salah satu komponen para stakeholder perusahaan.
4) Indosat Peduli
Program yang berfokus pada penanganan bencana yang
menimpa masyarakat di sekitar wilayah operasional
Indosat serta pemberian donasi bagi kegiatan-kegiatan
masyarakat. Program-program tersebut kemudian
dijabarkan dalam berbagai kegiatan terpadu dan
berkesinambungan untuk dapat memberikan manfaat
terbaik bagi komunitas. Program ini mencakup Tim SAR
Indosat, kegiatan bagi komunitas di sekitar BTS.
Environment
(Lingkungan)
Program yang telah diimplementasikan antara lain:
1) BTS dengan energi alternatif;
2) program sejuta pohon untuk Indonesia;
3) aksi internal ramah lingkungan (pembentukan budaya
61
peduli lingkungan bagi seluruh karyawan perusahaan
melalui program bertajuk 8 aksi internal ramah lingkungan
yang diharapkan dapat ikut membantu kondisi lingkungan
dan bumi. Delapan aksi tersebut mencakup kegiatan hemat
kertas, hemat air, hemat listrik, pemilahan sampah
(organik dan non organik), lingkungan kerja bebas rokok,
aksi tanam pohon dan pembuatan biopori, pengembangan
green-building, dan penggunaan energi alternatif untuk
operasional BTS);
4) bantuan mesin pemroses biji jarak untuk produksi biofuel.
Distributors
(Distributor)
1) Membina komunitas jaringan distribusi:
a. Komunitas outlet atau IOC (Indosat Outlet
Community);
b. Komunitas tenaga penjual (frontliner) atau FMC
(Frontliner Mentari, IM3 Club);
c. Komunitas tenaga canvaser atau ICC (Indosat
Canvaser Community).
2) Sistem distribusi voucher yang efektif dan ramah
lingkungan (lebih efesien, penghematan sumber daya
alam, lebih aman, ramah lingkungan).
3) Pembinaan hubungan distributor berbasis kemitraan:
a. menyelenggarakan pelatihan wirausaha dan
pembekalan wawasan management, serta
pelatihanpelatihan lainnya guna meningkatkan kualitas
para distributor binaan Indosat;
b. menyediakan nomor layanan (call center) khusus bagi
para distributor, dalam rangka mempermudah
koordinasi distribusi produk dan layanan dari Indosat;
c. mengimplementasikan sistem reward dan punishment
bagi para distributor secara transparan, sesuai dengan
KPI (sales dan non sales) yang disepakati bersama
antara Indosat dan distributor, antara lain melalui event
Dealer Gathering;
d. peningkatan reliability system dari Indosat, serta
kualitas program dari para distributor.
Suppliers/
Vendors
(Pemasok)
1) E-Procurement;
2) tertib administrasi dan persyaratan yang ketat;
3) edukasi bagi para mitra;
4) pemasok mendukung proses edukasi masyarakat.
Employees
(Karyawan)
1) Penciptaan suasana kerja kondusif dan perlindungan
sosial:
a. fasilitas cuti tahunan dan cuti khusus (anggota keluarga
sakit, pindah rumah, dsb) yang Indosat tetapkan
melebihi ketentuan minimum yang ditetapkan oleh UU
Ketenagakerjaan RI;
b. penerapan waktu kerja yang fleksibel, sehingga;
c. karyawan dapat mengatur waktu kerja sesuai dengan
kebutuhannya, dengan tetap total jam kerja yang telah
62
ditetapkan oleh perusahaan;
d. fasilitas ruang menyusui yang disediakan dalam rangka
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi para
ibu bekerja;
e. mendukung pembentukan koperasi karyawan yang
produktif, aktivitas keagamaan dan kesenian serta
olahraga bagi para karyawan.
2) Optimalisasi dialog sosial sebagai sarana pembinaan
hubungan kemitraan dengan karyawan:
a. Indosat memberikan hak kepada karyawan untuk
membentuk Serikat Pekerja Indosat (SPI) dan
menempatkan SPI sebagai mitra kerja perusahaan;
b. setiap 2 tahun sekali melakukan pengkajian ulang
Perjanjian Kerja Bersama (PKB), yang melibatkan
manajemen dan para anggota SPI;
c. manajemen juga menyediakan berbagai sarana
komunikasi antara manajemen dengan karyawan
termasuk intranet yang dapat diakses oleh setiap
karyawan di seluruh Indonesia untuk memperoleh
informasi terkini atas kegiatan perusahaan, portal unit
kerja untuk mempermudah penyebaran informasi
seperti regulasi terkini, ketentuan bagi karyawan dan
lain-lain.
3) Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja (fasilitas
kesehatan dalam bentuk pemeriksaan kesehatan
menyeluruh secara berkala, tersedianya nursery room,
tersedianya poliklinik umum dan gigi bagi karyawan dan
keluarganya, jaminan dan fasilitas kesehatan lainnya baik
dalam masa perawatan (operasi atau melahirkan),
termasuk pemeriksan penunjang (laboratorium, fisioterapi,
rontgen, dan lain-lain. Fasilitas dan program tambahan
yang telah Indosat selenggarakan secara
berkesinambungan, antara lain berupa penyelenggaraan
seminar kesehatan dan keselamatan kerja; fasilitas
perlindungan keselamatan kerja yang lengkap bagi seluruh
karyawan; fasilitas poliklinik umum dan poliklinik gigi;
kebijakan dilarang merokok di lingkungan kantor;
penghargaan khusus bagi karyawan yang sehat dan
produktif; serta fasilitas olahraga berupa fitness center
serta mensponsori berbagai aktivitas olahraga karyawan).
4) Pengembangan kompetensi karyawan. Beberapa program
pengembangan kompetensi yang telah Indosat terapkan
adalah:
a. mewajibkan setiap karyawan untuk mengalokasikan
minimal dua hari kerja pada setiap pelatihan. Program
pelatihan mencakup 988 program, baik inhouse
training, exhouse training, online training, dan project
training;
63
b. menjamin persamaan hak dan tidak adanya praktik
deskriminasi berdasarkan suku, agama, gender atau
hal-hal lainnya dalam proses pengembangan
kompetensi dan promosi karyawan;
c. mengelola pusat pelatihan, sebagai tempat
penyelenggaraan pelatihan internal perusahaan;
d. memberikan apresiasi khusus kepada karyawan
dengan prestasi kerja istimewa, baik berupa promosi
karir, kompensasi gaji, pemberian bonus atau pelatihan
khusus di luar negeri;
e. fasilitas perpustakaan dan pengetahuan karyawan
(Library and Knowledge Center), sebagai bagian
upaya peningkatan wawasan karyawan.
5) Beberapa inovasi dalam bidang pengelolaan dan
peningkatan kompetensi SDM yang Indosat lakukan
antara lain adalah:
a. pelatihan khusus bagi Direksi dan Group Head antara
lain yaitu Telecommunication Strategy and Marketing,
Executive Development Program, Transition to
General Management, dan lain sebagainya;
b. penerapan Knowledge Management sebagai bagian
dari inisiatif pengembangan kompetensi dan
meningkatkan budaya belajar serta merangsang
tumbuhnya inovasi di dalam perusahaan, diantaranya
dengan penyelenggaraan program rutin Knowledge
Cafe dengan 11 topik seminar dari berbagai pembicara
ternama;
c. menurunkan turn-over rate karyawan, sehingga
berhasil mencapai angka yang lebih rendah
dibandingkan standar rata-rata industri.
Sumber: Sustainability Report PT Indosat Tbk 2008.
Berdasarkan uraian di dalam Tabel 2, bentuk-bentuk tanggung jawab perusahaan
yang telah dilaksanakan Indosat pada Tahun 2008 disesuaikan dengan kebutuhan
dan keinginan stakeholders Indosat. Indosat berkomitmen menciptakan
pertumbuhan usaha seiring dengan perkembangan yang bermanfaat bagi para
stakeholder. Hal tersebut dikarenakan, Indosat beranggapan bahwa keterlibatan
stakeholders dalam proses usaha dan sistem manajemen perusahaan sangat
penting, yaitu terkait proses pengambilan keputusan perusahaan.
64
Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana gambaran dalam
UUPM, diberikan kepada masyarakat setempat, pekerja, dan lingkungan hidup,
dan di dalam UUPT bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya. Sehingga berdasarkan tabel di atas bentuk-bentuk
tanggung jawab yang diberikan Indosat kepada pelanggan, distributor, pemasok,
dan karyawan merupakan peran serta Indosat dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna peningkatan kualitas kehidupan bagi perusahaan sendiri, dan
bentuk-bentuk tanggung jawab sosial Indosat terhadap komunitas setempat dan
masyarakat pada umumnya diimplementasikan dalam Program Indosat Belajar,
Indosat Sehat, Berbagi Bersama Indosat, dan Indosat Peduli.
Pasal 4 Rancangan Peratutan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan
lingkungan mensyaratkan bahwa pelaksanaannya dilaksankan baik di dalam
maupun di luar lingkungan perseroan. Artinya perseroan bertanggungjawab sosial
tidak hanya bagi masyarakat dan lingkungan disekitarnya tetapi juga bagi
lingkungan internal perusahaan misalnya bagi karyawan, shareholder dan lain-
lain. Begitu pula komitmen Indosat terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan, bentuk-bentuk tanggung jawab perusahaan yang dilaksanakan tidak
hanya diberikan kepada komunitas dan lingkungan tetapi juga mencakup
pelanggan, distributor, pemasok, dan karyawan, dalam hal ini stakeholders
Indosat. Baik yang terlibat secara langsung maupun tidak dalam kegiatan
operasional Indosat sebagai salah satu penyelenggara telekomunikasi dan
informasi yang memberikan layanan jasa seluler, telekomunikasi tetap, dan MIDI.
65
Tabel 3. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang Dilaksanakan
oleh PT Indosat Tbk (2009)
Pelaksanaan Tema Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
1. Indonesia Belajar
Berangkat dari pemikiran bahwa
generasi muda merupakan tulang
punggung masa depan bangsa, sejak
tahun 2004 Indosat melaksanakan
program CSR yang berfokus pada
pendidikan dengan tema Indonesia
Belajar. Pendidikan dipilih dengan
latar belakang kondisi masyarakat
Indonesia yang menurut statistik dan
hasil penelitian masih tertinggal jauh
dengan negara lain. Padahal kunci
peningkatan kualitas kehidupan
bangsa terletak pada kualitas
pendidikan masyarakatnya, khususnya
generasi muda, untuk dapat meraih
masa depan yang lebih baik.
a. ISMS (Indosat Science and
Multimedia School);
b. IWIC (Indosat Wireless
Innovation Contest);
c. Peningkatan kompetensi guru
IPA dalam pengelolaan dan
pemanfaatan laboratorium serta
peningkatan kecerdasan
matematika;
d. 2 (dua) sekolah dasar unggulan
untuk masyarakat Nangroe Aceh
Darussalam;
e. Program beasiswa;
f. Bantuan panahan yunior.
2. Indonesia Sehat
Indonesia Sehat merupakan salah satu
program Indosat yang berfokus pada
kesehatan, khususnya ibu hamil dan
anak-anak, serta masyarakat yang
berada di sekitar lingkungan
operasional Indosat. Kegiatan Mobil
Klinik Sehat Keliling (Mobil Klinik)
Indosat adalah suatu terobosan baru
dalam layanan kesehatan secara gratis
dengan tujuan meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat di Indonesia.
Melihat tingkat kematian Ibu
melahirkan yang cukup tinggi, Mobil
Klinik Indosat memberikan pelayanan
kesehatan gratis terutama bagi Ibu
hamil dan anak-anak.
a. Pemeriksaan kesehatan;
b. Konsultasi gizi dan kesehatan;
c. Bantuan obat dan makanan sehat
bagi balita;
d. Pengasapan (jika dibutuhkan);
e. Pos Layanan Terpadu (untuk Ibu
dan Anak);
f. Mobil Klinik Sehat Keliling
Indosat ini dilengkapi dengan alat
USG, tabung oxigen, suction
pump, obat-obatan, perlengkapan
operasi minor, alat timbang bayi.
3. Indonesia Hijau
Program Indonesia Hijau adalah salah
satu bentuk kepedulian dan bakti
Indosat untuk menciptakan pelestarian
lingkungan yang lebih baik bagi
generasi masa depan.
a. Implementasi BTS Energi
Alternatif;
b. Penanaman Sejuta Pohon;
c. Aksi Internal Ramah Lingkungan
(Hemat Kertas Menuju Paperless,
Hemat Air, Hemat Listrik,
Pemilahan Sampah Organik dan
Non Organik, Tidak Merokok di
66
Tempat Kerja, Pembuatan
Biopori di Lingkungan Kantor,
Penggunaan Energi Alternatif
Bagi BTS, Green Office).
4. Berbagi Bersama Indosat
Merupakan program CSR Indosat
dalam mengajak para pelanggan untuk
turut menyumbangkan donasi dalam
membantu masyarakat yang
membutuhkan, baik melalui sms,
melalui percakapan telepon serta
layanan Indosat lainnya.
a. SMS Donasi Berbagi Bersama-
Satukan Cinta Negeri;
b. SMS Cinta Dhuafa;
c. SMS Donasi Korban Bencana;
d. Pemberian kontribusi langsung
kepada masyarakat (Roadshow
Ramadhan, dan bantuan
e. kepada masyarakat).
5. Indosat Peduli
Merupakan program Indosat dalam
memberikan bantuan tanggap darurat
bagi korban bencana dan juga
kegiatan pembinaan komunitas di
daerah yang rawan bencana.
a. Penanganan dan pemulihan pasca
bencana;
b. Kampung Siaga (Community
Development);
c. Program Community
Engagement.
Sumber: hasil wawancara dengan responden Head of Representative Office
Kotabumi dan www.indosat.com.84
Program tanggung jawab sosial perusahaan di Tahun 2008 memiliki tema Indosat
Cinta Indonesia, yang kemudian pada Tahun 2009 berkembang menjadi Satukan
Cinta Negeri sebagai bentuk refleksi komitmen dan tanggung jawab Indosat
sebagai perusahaan di Indonesia yang peduli atas kesejahteraan masyarakat dan
lingkungan, serta upayanya untuk senantiasa berkarya, memberikan manfaat, serta
mengajak peran serta seluruh stakeholder untuk mewujudkan bangsa Indonesia
yang lebih baik, yang merupakan terjemahan dari keinginan masyarakat pada
umumnya untuk terlibat secara aktif dalam berbagai program sosial Indosat.
84
http://www.indosat.com/Corporate_Responsibility/Corporate_Social_Responsibility_CSR/Indon
esia_Belajar, diakses Tanggal 05 September 2009 pukul 19:25:54 WIB.
http://www.indosat.com/Corporate_Responsibility/Corporate_Social_Responsibility_CSR/Indones
ia_Sehat, diakses Tanggal 05 September 2009 pukul 19:26:16 WIB.
http://www.indosat.com/Corporate_Responsibility/Corporate_Social_Responsibility_CSR/Indones
ia_Hijau , diakses Tanggal 05 September 2009 pukul 19:25:36 WIB.
http://www.indosat.com/Corporate_Responsibility/Corporate_Social_Responsibility_CSR/Berbagi
_Bersama_Indosat, diakses Tanggal 05 September 2009 pukul 19:25:12 WIB.
http://www.indosat.com/Corporate_Responsibility/Corporate_Social_Responsibility_CSR/Indosat
_Peduli, diakses Tanggal 05 September 2009 pukul 19:25:00 WIB.
67
Bentuk-bentuk tangung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan Indosat pada
Tahun 2009 dengan tema Program Indosat Satukan Cinta Negeri diterapkan
melalui berbagai aktifitas antara lain adalah: Indonesia Belajar, Indonesia Sehat,
Indonesia Hijau, Berbagi Bersama Indosat, dan Indosat Peduli dapat dikategorikan
community support dengan sasaran penerima manfaat adalah komunitas Indosat
baik masyarakat secara umum atau komunitas yang terkait langsung dengan
kegiatan operasional Indosat.
Semakin luas wilayah operasional Indosat tentunya semakin bertambah pula
lingkup tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Lampung termasuk dalam
Galeri Indosat Wilayah Regional Sumatera Bagian Selatan. Galeri Indosat Cabang
Lampung salah satunya berlokasi pada Kantor Perwakilan Kotabumi
(Representative Office of Kotabumi), beralamat di Jalan Jendral Sudirman Nomor
5C Kotabumi-Lampung Utara. Kotabumi menjadi bagian wilayah operasional
Indosat Lampung, karena pengguna produk Indosat telah tersebar di berbagai
wilayah di Lampung. Galeri Indosat Kotabumi yang berlokasi di Kantor
Perwakilan Kotabumi merupakan satu dari ratusan Galeri Indosat yang telah
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Tabel 4. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang Dilaksanakan
oleh PT Indosat Tbk pada Kantor Perwakilan Indosat Kotabumi (2009)
Bidang Program
Indosat
Pusat
Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan yang Dilaksanakan
Pendidikan Indonesia
Belajar
a. Penyerahan bantuan untuk pembangunan
intansi pendidikan (Pondok Pesantren
Hidayatul Mustafid, Kotabumi);
b. Pelaksanaan Program Praktek Industri dari
SMKN 3 Kotabumi (2 orang);
68
c. Seminar tentang Teknologi Telekomunikasi
di SMAN 1 Kotabumi dan pengembangan
sistem absensi siswa dan guru yang
berbasis SMS.
Kesehatan Indonesia
Sehat
Pelaksanaan pengobatan gratis di daerah
Ketapang Sungkai.
Lingkungan Indonesia
Hijau/Go
Green
Penyerahan bibit pohon kepada karyawan-
karyawan Indosat, sekolah-sekolah yang
tergabung dalam komunitas IM3, dan mitra-
mitra Indosat.
Sumber: hasil wawancara dengan responden Head of Representative Office
Kotabumi dan www.indosatlampung.com
Uraian yang disajikan dalam Tabel 3 dan Tabel 4, terlihat perbandingan program
Indosat Pusat pada Tahun 2009 dengan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang telah dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Kotabumi pada
Tahun 2009. Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan Indosat di Tahun
2009 berfokus kepada stakeholders Indosat yang diterapkan melalui berbagai
aktifitas, antara lain Indonesia Belajar, Indonesia Sehat, Indonesia Hijau, Berbagi
Bersama Indosat, dan Indosat Peduli. Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilaksanakan oleh Kantor Perwkilan Kotabumi selama Tahun
2009 menganngkat isu pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, isu
lingkungan, dan isu konsumen, mencakup bidang pendidikan termasuk
pengembangan teknologi, kesehatan, dan lingkungan, dengan sasaran penerima
manfaat adalah komunitas.
Pada Tabel 4 bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan
Kantor Perwkilan Kotabumi merupakan upaya Indosat mendukung aktivitas
belajar mengajar di wilayah Kotabumi, sebagai implementasi Program Indonesia
Belajar (ISMS). Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan di bidang
69
pendidikan terlihat beragam, yakni bantuan untuk pembangunan intansi
pendidikan, pelaksanaan program praktik industri, dan seminar teknologi
telekomunikasi serta pengembangan sistem absensi berbasis SMS. Selanjutnya
untuk di bidang kesehatan sebagai implementasi Program Indonesia Sehat adalah
layanan Kegiatan Mobil Klinik Sehat Keliling (Mobil Klinik) Indosat.
Implementasi Program Indonesia Hijau atau di bidang lingkungan (Go Green)
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan adalah penyerahan
bibit pohon dengan sasaran penerima manfaat adalah karyawan, sekolah yang
tergabung dalam komunitas IM3 dan mitra Indosat.
Indosat dalam melaksanakan program tanggung jawab perusahaan menyentuh tiga
aspek dasar kehidupan (triple bottom lines) yang menjadi pedoman Indosat hingga
pelaksanaan pada kantor perwakilannya. Sebagai gambaran, ketika pelaksanaan
seminar tentang teknologi telekomunikasi dan pemberian bibit pohon yang
menjadi sasaran penerima manfaat adalah komunitas, dalam hal ini
pelajar/sekolah yang telah tergabung dalam anggota komunitas IM3. Tidak dapat
dipungkiri bahwa tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan (profit)
begitu pula Indosat, akan tetapi Indosat tetap menyeimbangkan dengan tetap
menjaga kelangsungan komunitas dan lingkungan sekitar.
Pada bagian lain, bentuk-bentuk tanggung jawab perusahaan yang diterapakan
Indoat dengan sasaran penerima manfaat pelanggan terlihat dengan tersebarnya
Galeri dan Griya Indosat dan portal www.indosat.com, untuk wilayah operasional
Lampung sendiri memiliki Indosat Blog Version-Komunikasi Masa Depan dan
Indosat Lampung Community. Pelanggan dapat memperoleh informasi yang
70
dibutuhkan. Terutama menjadi perhatian pelanggan/pengguna produk Indosat
adalah peningkatan kualitas teknis (BTS) yang jangkauannya semakin luas.
Selanjutnya, menurut Satrio Sukarno bentuk-bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang diberikan Kantor Perwakilan Kotabumi untuk kesejahteraan
karyawan berupa tambahan saat perusahaan memperoleh laba dan tambahan saat
hari raya, bagi anak karyawan adanya pemberian beasiswa mulai dari SD hingga
kuliah serta diadakan pesantren kilat saat musim liburan. Sedangkan untuk di
bidang kesehatan, Satrio Sukarno menjelaskan bahwa untuk fasilitas di bidang
kesehatan bagi karyawan merupakan hak karyawan yang harus diterima.
Komitmen diwujudkan dalam berbagai program tanggung jawab perusahaan
Indosat sebagai bentuk-bentuk tanggung jawab soaial perusahaan Indosat kepada
stakeholders-nya, bukan hanya sekedar social marketing/branding. Bentuk-
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan tersebut telah dilaksankan Indosat pada
wilayah operasionalnya dengan mengangkat beberapa isu-isu utama tanggung
jawab perusahaan. Hanya saja ketika kebijakan tanggung jawab perusahaan
Indosat Pusat telah diprogram sedemikian rupa, apa yang telah dilaksanakan pada
wilayah kantor perwakilan belum dapat sedetail dengan bentuk-bentuk tanggung
jawab perusahaan yang telah diprogram oleh Indosat Pusat, atau dengan kata lain
belum sepenuhnya bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan tersebut
dapat diimplementasikan hingga wilayah kantor perwakilan.
Meskipun wilayah operasional kantor perwakilan, tentunya dapat memperluas dan
meningkatkan bentuk-bentuk dapat yang dilaksankan setiap tahunnya, baik
dengan mengacu pada program yang telah ada ataupun mengimplementasikan
71
dalam bentuk lain namun tetap mengangkat isu yang telah menjadi kebijakan
pusat. Semakin intense kantor perwakilan Indosat melaksanakan bentuk-bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan maka pihak yang berhak mendapat manfaat
program tanggung jawab sosial perusahaan semakin bertambah pula, khususnya
pada wilayah operasional yang jangkauannya adalah kabupaten sehingga tidak
hanya terpusat di wilayah operasional kantor cabang yang berkedudukan di
ibukota provinsi.
Dibalik itu semua, jelas Indosat tidak hanya sekedar menaati regulasi yang
berlaku, tetapi komitmen Indosat yang ingin menciptakan pertumbuhan usaha
seiring dengan perkembangan yang bermanfaat bagi para stakeholder dan bersifat
berkelanjutan telah benar dilaksanakan dan dirasakan manfaatnya terutama oleh
komunitas. Terbukti dengan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
Indosat dilaksanakan meliputi wilayah operasional Indosat yakni Galeri dan Griya
Indosat yang terbagi dalam beberapa area, dalam hal ini telah dilaksankan di
wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi. Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang diwujudkan dengan berbagai program Indosat mencakup bidang
pendidikan termasuk pengembangan teknologi, kesehatan, dan lingkungan secara
tidak langsung telah membantu program pemerintah sekaligus mengurangi
permasalahan yang dihadapi Indonesia hingga saat ini.
Bila ditelaah lebih lanjut, bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang
paling terkait ditinjau dari bidang usaha yakni Indosat sebagai perusahaan
penyelenggara telekomunikasi dan informasi adalah BTS energi alternatif, ISMS,
dan IWIC. Sepanjang Tahun 2009, implementasi ISMS (Program Indonesia
72
Belajar) menjadi pilihan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang sering
dilaksanakan, selain program intervensi pusat berupa layanan Mobil Klinik dan
pemberian bibit pohon. Sasaran penerima manfaat dari bentuk-bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan yang telah dilaksanakan adalah stakeholders Indosat yang
berada di wilayah Kotabumi yaitu komunitas secara umum maupun komunitas
pengguna produk Indosat.
Begitu luasnya ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan, tidak berarti
perusahaan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan yang tak terbatas, dengan
dalil pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan tidak berarti perusahaan
dibebani setumpuk kewajiban sebagai alasan bagian dari tanggung jawab sosial
perusahaan. Sebagai badan hukum yang memiliki fungsi ekonomis, perusahaan
tidak hanya memiliki tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi juga memiliki hak
untuk melakukan kegiatan usahanya dan mendapatkan keuntungan.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan sebuah konsep dengan ruang
lingkup yang sangat luas dan memang tidak ada bentuk yang baku dari tanggung
jawab sosial perusahaan. Maka perusahaan berhak menentukan sendiri bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan yang akan mereka lakukan sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas mereka. Namun tetap memperhatikan hal-hal yang
sudah disepakati secara umum mengenai konsep dan konsepsi tanggung jawab
sosial perusahaan, perusahaan berhak menentukan pandangan, bentuk
pelaksanaan, maupun target dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan
mereka, dan menentukan area-area yang menjadi fokus dari pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan, adalah hak dari perusahaan dan stakeholders mereka.
73
UUPM dan UUPT memberikan kebebasan mengenai bentuk-bentuk tanggung
jawab sosial yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan. Oleh sebab itu, masing-
masing perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam menentukan bentuk-
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan, namun tetap sesuai
dengan tujuan dan maksud tanggung jawab sosial perusahaan dalam UUPM dan
UUPT. Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh
Indosat berpedoman pada prinsip dalam UN Global Compact dan Draft ISO
26000 yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan. Bentuk-bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan pada Kantor Perwakilan Kotabumi
merupakan implementasi dari program pusat, yakni Indonesia Belajar (ISMS),
Indonesia Sehat (Mobil Klinik), dan Go Green, dengan sasaran penerima manfaat
utama adalah komunitas.
C. Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan oleh PT Indosat Tbk
Visi Indosat sebagaimana yang tertuang dalam Laporan Keberlanjutan 2008
Sustainability Report PT Indosat Tbk adalah menjadi perusahaan penyedia solusi
informasi dan komunikasi pilihan dengan:
1) menawarkan produk, layanan, dan solusi informasi dan komunikasi yang
lengkap dan berkualitas;
2) berada pada top-of-mind pelanggan dalam menyediakan produk, layanan, dan
solusi informasi dan komunikasi;
74
3) menyediakan produk dan layanan yang dapat meningkatkan kualitas hidup
dari masyarakat yang dilayani.85
Misi Indosat yang tertuang dalam Laporan Keberlanjutan 2008 Sustainability
Report PT Indosat Tbk adalah:
1) menyediakan dan mengembangkan produk, layanan dan solusi inovatif dan
berkualitas untuk cmemberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para
pelanggan;
2) meningkatkan shareholder value secara terus menerus;
3) mewujudkan kualitas kehidupan stakeholder yang lebih baik.86
Sesuai misi perusahaan, Indosat telah menempatkan program tanggung jawab
sosial perusahaan sebagai salah satu kegiatan utama perusahaan. Indosat adalah
salah satu perusahaan di Indonesia yang telah menjadikan tanggung jawab sosial
perusahaan sebagai bagian dari sistem manajemen perusahaan dan salah satu
kegiatan utama perusahaan dengan menempatkan tanggung jawab sosial
perusahaan di dalam visi dan misi Indosat. Selanjutnya, sejalan dengan alenia ke-8
Penjelasan Umum UUPT dan Penjelasan Pasal 15 huruf (b) UUPM, tujuan
tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan Indosat adalah bertumbuh,
mematuhi ketentuan dan regulasi yang berlaku serta peduli kepada masyarakat.
Tujuan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diamanatkan dalam UUPM
dan UUPT menjadi bagian Indosat dalam melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan dengan menyentuh tiga aspek dasar kehidupan (triple bottom lines).
Indosat percaya bahwa dengan memberikan kontribusi bagi peningkatan standar
85
Sustainability Report PT Indosat Tbk, op. cit., hlm. 2. 86
Ibid.
75
ekonomi, sosial dan lingkungan, Indosat telah turut berperan dalam menciptakan
kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Efek jangka panjang dari kehidupan
yang lebih baik adalah kesinambungan pertumbuhan ekonomi dan industri, hingga
membentuk sebuah rantai kehidupan yang berkesinambungan bagi perusahaan,
para stakeholder maupun seluruh masyarakat, tanpa dukungan para stakeholder
dan masyarakat, Indosat tidak akan dapat mempertahankan eksistensi perusahaan.
Upaya Indosat dalam rangka mewujudkan visi dan misi perusahaan adalah dengan
menerapkan nilai-nilai Insan Gemilang sebagai landasan cara kerja dan berpikir
seluruh kalangan internal perusahaan yang dimuat dalam Sustainability Report PT
Indosat Tbk 2008, meliputi integritas, kerjasama, keunggulan, kemitraan, fokus
pada pelanggan. Selain itu, sejak 2004 Indosat telah menerbitkan Kode Etik, yang
diperbaharui dari waktu ke waktu sebagai acuan praktek bisnis oleh direksi dan
seluruh karyawan untuk memastikan kegiatan usaha dijalankan dengan penuh
integritas serta sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan yang
berlaku.
Indosat senantiasa berupaya maksimal untuk menjalankan kegiatan bisnis secara
bertanggung jawab agar dapat memberi manfaat berkelanjutan bagi para
pemegang saham dan para stakeholders. Oleh karena itu, Indosat beranggapan
bahwa tata kelola perusahaan yang baik (good coperate governance) merupakan
syarat penting bagi tercapainya tujuan perusahaan dan tujuan tanggung jawab
sosial perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, Indosat berkomitmen untuk
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dengan standar tertinggi yang
mencakup transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran
76
dan kesetaraan. Sejalan dengan prinsip-prinsip transparansi, pertanggungjawaban
dan akuntabilitas Indosat juga telah membentuk Komite CSR guna melaksanakan
program-program tanggung jawab sosial perusahaan Indosat secara komprehensif
melibatkan direksi dan manajemen senior.
1. Kebijakan dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT
Indosat Tbk
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebuah komitmen bersama dari seluruh
stakeholders perusahaan baik yang dinyatakan dalam code of conduct, code of
ethics, corporate policy maupun statement of principles perusahaan. Selanjutnya
diwujudkan dalam setiap tindakan yang diambil oleh perusahaan tersebut, dan
harus ditaati oleh setiap stakeholders termasuk di dalamnya komitmen untuk
menaati setiap aturan pemerintah.
Komitmen Indosat adalah untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan,
sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1 Angka 3 UUPT. Sejalan dengan itu
Indosat sejak tahun 2006 telah mendukung prinsip-prinsip dalam UN Global
Compact dan menjadikan prinsip-prinsip tersebut sebagai bagian dari strategi dan
budaya perusahaan yakni menyangkut HAM, perburuhan, lingkungan, dan anti
korupsi. Sebelumnya telah disinggung, beberapa negara telah menjadikan UN
Global Compact menjadi suatu kebijakan yang disesuaikan lagi dengan kebijakan
negara mereka masing-masing.
Berbeda dengan Indonesia yang telah memasukan klausul tanggung jawab sosial
perusahaan dalam peraturan perundang-undangan, sehingga berkaitan dengan
penelitian ini Indosat dalam mengakomodasi prinsip-prinsip UN Global Compact
77
merupakan kebijakan dari Indosat sendiri sebagai perusahaan yang disesuaikan
lagi dengan presepsi serta kebijakan perusahaan mereka. Adanya pedoman dari
UN Global Compact perusahaan menjadi paham mengenai lingkup serta apa yang
menjadi substansi tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri.
Rencana implementasi ISO 26000 (Internasional Organization for
Standardization) yang mengatur standar social reponsibility yang saat ini masih
dalam tahap sosialisasi juga menjadi perhatian Indosat. Indosat bertujuan
menerapkan Draft ISO 26000 dengan menjadikan bagian dalam inisiatif tanggung
jawab sosial perusahaan Indosat. Draft ISO 26000 dibutuhkan sebagai pedoman
atau panduan mengenai Social Responsibility bersifat komprehensif dan universal,
karena ISO telah mengantisipasi bagaimana mengelola isu-isu yang berkaitan
dengan profit, people, dan plenet. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya
bahwa penerapan tanggung jawab sosial perusahaan Indosat mencakup 5 (lima)
inisiatif yaitu Organizational Governance, Consumer Issues, Labor Practices,
Environment, Community Involvement, di mana saling melengkapi demi
tercapainya tanggung jawab sosial perusahaan yang mampu memenuhi tujuan
Indosat dalam menerapkan ISO 26000 di perusahaan.
Penjabaran Draft ISO 26000 ditujukan untuk membantu organisasi dalam
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang harus memperhatikan kondisi
budaya, sosial, lingkungan, hukum yang berlaku dan pembangunan, sebagai
panduan praktis yang berhubungan dengan operasional tanggung jawab sosial
perusahaan, identifikasi stakeholders dan komitmen para stakeholders-nya serta
meningkatkan kredibilitas laporan yang terkait dengan pelaksanaan, mengarah
78
kepada hasil dan kualitas kinerja, meningkatkan kredibilitas dan kepuasan baik
dalam organisasi, bagi para pelanggan dan stakeholders lainnya, menghormati dan
tidak bersengketa dengan peraturan yang berlaku, tidak digunakan untuk
mengurangi peran atau otoritas pemerintah dalam konteks tanggung jawab sosial
organisasi, membentuk persamaan persepsi menyangkut pengertian dari tanggung
jawab sosial, serta memperluas kesadaran akan tanggung jawab sosial.
Tidak hanya UN Global Compact dan Draft ISO 26000, pedoman yang dijadikan
Indosat sebagai acuan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaannya.
Indosat Sustainability Report 2008 merupakan laporan keberlanjutan yang
pertama kali Indosat susun dan dipublikasikan sebagai bagian dari komitmen dan
pertanggungjawaban Indosat kepada para stakeholder, dalam penyajian telah
merujuk pada standar penyusunan Sustainability Report yang ditetapkan oleh
Global Reporting Initiatives (GRI), sebagai implementasi prinsip transparansi dan
akuntabilitas oleh perusahaan. Laporan tersebut mencakup pembahasan mengenai
berbagai program dan kebijakan yang telah Indosat laksanakan sepanjang tahun
2008 dalam rangka menjamin keberlanjutan usaha dan kehidupan komunitas
sekitar. Eksistensi dari laporan tersebut adalah dengan diraihnya Indosat Raih
ISRA 2009-The Best Runner Up Sustainability Report dan Best Runner Up
Sustainability Report on Website, dan Cellular Awards 2008: Best CSR Program.
Saat ini, penyusunan sustainability report perusahaan lebih banyak mengacu
kepada pedoman penyusunan sustainability report dari GRI versi 3, 2000-2006.
Perusahaan harus menjelaskan dampak operasi perusahaan terhadap ekonomi,
lingkungan, dan sosial pada bagian standard disclosures. Bagian dampak operasi
79
perusahaan secara sosial mencakup aspek labor practices dan decent work; human
rights, society, dan product responsibility. Ketentuan yang menyangkut laporan
pelaksanaan telah dimuat dalam Pasal 66 ayat (2) huruf c UUPT, yang
menentukan laporan tahunan perseroan yang disampaikan direksi kepada RUPS
salah satunya harus memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan dimuat dalam laporan tahunan, dan pada UUPM dimuat dalam laporan
kegiatan penanaman modal, namun tidak ada bentuk baku dari laporan tersebut.
Selain itu, mulai dimasukkannya pertimbangan perusahaan yang melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan dalam aktivitas pasar modal. New York Stock
Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham
perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan
salah satu kriterianya adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sebagai perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya secara dual listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan New York Stock Exchange (NYSE), Indosat
berupaya mematuhi seluruh ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal,
baik di Indonesia maupun di Amerika Serikat serta peraturan yang terkait lainnya.
Tanggung jawab sosial perusahaan bebeda dengan sikap perusahaan untuk taat
pada hukum atau aturan yang berlaku seperti aturan tentang tindak pidana
korupsi, pengelolaan lingkungan hidup, ketenagakerjaan, perlindungan konsumen,
persaingan usaha tidak sehat, dan hak asasi manusia. Taat pada hukum adalah hal
yang sangat penting bagi perusahaan, tetapi hanya sekedar mematuhi standar
tenaga kerja, melindungi hak asasi karyawan, mengikuti standar prosedur
80
pengelolaan lingkungan hidup dan berbagai peraturan lainnya bukan menjadi
perhatian utama dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sebenarnya perusahaan menaati
aturan yang dibuat sendiri berdasarkan komitmen stakeholders, dan berbeda
dengan sekedar taat pada peraturan yang telah dibuat pemerintah. Oleh karena itu,
Indosat dalam pelaksanaan selain mematuhi regulasi yang berlaku sebagaimana
yang terangkum dalam Penjelasan Umum UUPT alenia ke-8 dan Penjelasan
Umum UUPM alenia ke-6, Indosat membuat kebijakan tanggung jawab sosial
perusahaan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip tanggung jawab sosial
perusahaan yang telah dikeluarkan UN Global Compact, Sustainability Report
GRI, dan Draft ISO 26000.
Ketika perusahaan telah menaati regulasi yang berlaku di Indonesia terhadap
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, akan tetapi di sisi lain aturan yang
sudah ada belum mampu menjangkau hal teknis. Tanggung jawab sosial menjadi
sebuah kewajiban dengan konsekuensi adanya pemberian sanksi bila tidak
melaksanakan. Sehingga yang dibutuhkan dunia usaha untuk mencapai tujuan dari
tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri adalah pedoman tanggung jawab
sosial perusahaan yang disusun secara rinci. Mulai dari konsep apa itu tanggung
jawab sosial perusahaan, bagaimana mengembangkan dan mengimplemen-
tasikannya, menyusun strategi dan membangun komitmen perusahaan terhadap
tanggung jawab sosial perusahaan, hingga tahap evaluasi dan penyusunan lapoan
kinerjanya.
81
2. Manajemen Stakeholders dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan PT Indosat Tbk
Indosat dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan menerapkan
strategic stakehoders management model, sebagaimana yang tertuang dalam
Laporan Keberlanjutan 2008 Sustainability Report PT Indosat Tbk dengan
mengambil tema Making The World a Better Place. Stakeholders Indosat antara
lain pelanggan, komunitas, lingkungan, karyawan, distributor, dan pemasok.87
Indosat sangat memperhatikan langkah-langkah selanjutnya dalam
mengintegrasikan keterlibatan para stakeholder ke dalam proses usaha dan sistem
manajemen perusahaan, dan berkomitmen menciptakan pertumbuhan usaha
seiring dengan perkembangan yang bermanfaat bagi para stakeholder.
Bisnis Indosat melayani segmen sosial ekonomi masyarakat di seluruh Indonesia,
sehingga para stakeholder yang terlibat semakin beragam, baik pengguna layanan,
karyawan, pemasok, distributor hingga komunitas masyarakat sekitar. Tingkat
keterlibatan tinggi juga terjadi pada seluruh tahapan operasional bisnis, mulai dari
penyelenggaraan dan pemeliharaan jaringan layanan, distribusi, pemasaran,
pelayanan pelanggan hingga berbagai proses penunjang lainnya. Setiap pihak
memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing dalam berkontribusi
menggerakkan roda perekonomian.
Menyadari pentingnya peranan para stakeholder bagi pertumbuhan perusahaan
yang berkelanjutan, Indosat menerapkan strategi manajemen dan pembinaan
hubungan baik dengan para stakeholder yang mengacu pada prinsip tata kelola
87
Sustainability Report PT Indosat Tbk, op. cit., hlm. 20-52.
82
perusahaan dan nilai budaya kerja Indosat. Sesuai komitmen tanggung jawab
sosial perusahaan yang ditujukan bagi para stakeholder, Indosat berupaya
menciptakan pertumbuhan yang harmonis dan berkelanjutan. Indosat menyadari
bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya terbatas pada peningkatan
kualitas hidup semata, namun juga mencakup keberlangsungan hidup aspek
pendukung eksistensi perusahaan. Melalui program terencana yang
berkesinambungan, Indosat berupaya mewujudkan cita-cita untuk menciptakan
kualitas kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
3. Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Indosat Tbk
Indosat pada Wilayah Kantor Perwakilan Kotabumi
Kontribusi dunia usaha semakin lebih menonjol dengan berkembangnya praktik
tanggung jawab sosial perusahaan. Berbagai kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan, mulai dari pendidikan, kesehatan,
lingkungan, sampai pengentasan masyarakat miskin dan pembangunan
infrastruktur, tidak dapat dipungkiri bahwa program-program yang dijalankan
pada beberapa hal tampak seperti mengambil tugas dan fungsi pemerintah.
Namun, bila dilihat secara komprehensif adalah wajar mengingat begitu besarnya
masalah sosial, dan dapat dipastikan bahwa pemerintah pusat maupun daerah
tidak akan sanggup mengatasinya sendirian.
Pembangunan suatu negara juga bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat
atau pemerintah daerah saja. Setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, terutama dunia
83
usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan
mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup.
Sisi lain, kalangan dunia usaha dituntut mencari pola-pola kemitraan dengan
seluruh stakeholders-nya agar dapat berperan dalam pembangunan sekaligus
meningkatkan kinerjanya agar tetap bertahan bahkan berkembang menjadi
perusahaan yang mampu bersaing. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah
strategi bisnis yang tujuan akhirnya kelangsungan hidup perusahaan, dan dalam
upaya menjaga kelangsungan tersebut ada hal yang sama pentingnya yang harus
diperhatikan yaitu sustainability ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Menurut Satrio Sukarno selaku Head of Representative Office Kotabumi, dasar
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan adalah adanya Nota Dinas dari
Direksi (untuk scope nasional), dan diperjelas petunjuk pelaksanaannya melalui
Nota Dinas Regional Head. Kemudian pelaksanaan di kantor cabang dan kantor
perwakilan mengikuti petunjuk pelaksana (juk-lak) yang sudah ditetapkan.
Satrio Sukarno menambahkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan di wilayah Lampung termasuk Kotabumi, dilakukan baik bekerjasama
dengan pihak lain maupun dikelola secara langsung oleh pihak Indosat.
Sedangkan penentuan objek tanggung jawab sosial perusahaannya dilakukan
melalui survey kelayakan khusus oleh tim Indosat. Pelaksanaan program tanggung
jawab sosial perusahaan Pusat pada kantor perwakilan di bawahi oleh Divisi
Marketing and Communication. Pada tahap pelaporan, kantor perwakilan
mengrimkan laporan pelaksanaan berbentuk dokumentasi ke pada kantor cabang
yang dilakukan setiap mengadakan event.
84
Model tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan Indosat merupakan
model bermitra dengan pihak lain dan keterlibatan langsung. Bermitra dengan
pihak lain adalah perusahaan menyelenggarakan tanggung jawab sosial
perusahaan melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah,
instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Keterlibatan langsung adalah
dimana perusahaan menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan
secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara, biasanya untuk
menjalankannya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate
secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dan tugas pejabat public
relation dengan dibantu oleh staf lain dalam menjalankan berbagai aktivitas
tanggung jawab sosial perusahaannya.
Indosat memiliki Komite CSR, sebagaimana yang diuraikan pada bagian
sebelumnya. Satrio Sukarno menjelaskan, bahwa keberadaan Komite CSR hanya
pada pusat, yang bertanggungjawab menggagas dan konsep secara nasional dan
selanjutnya diimplementasikan pada kantor cabang dan kantor perwakilan.
Komite yang beranggotakan direksi dan manajemen senior, hanya yang
mengawasi perencanaan, strategi dan implementasi inisiatif tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilaksanakan pada kantor cabang maupun kantor perwakilan
dalam pelaksanaannya di bawahi oleh Divisi Marketing and Communication.
Tanpa bermaksud mengabaikan betapa pentingnya peranan marketing bagi
perusahaan, anggapan yang ada selama ini divisi marketing hanya meng-cover
85
isu-isu yang bersifat temporer. Tanggung jawab sosial perusahaan dan marketing
adalah hal yang berbeda. Marketing/branding bersifat jangka pendek, isu tunggal,
konsisten pada produk, memperkuat identitas, brand, tanggung jawab sosial
perusahaan sendiri bersifat jangka panjang, interdisiplin, komunikasi bersinergi
dengan tindakan, bersifat dua arah dan dialogis dengan stakeholders, dan
mengedepankan mutual partnership principles. Proses komunikasi dalam
tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kampanye yang bersinergi dengan
tindakan bukan kampanye publisitas, kegiatan sosialisasi aktivitas tidak hanya
eksternal tetapi juga secara internal. Sehingga terkesan kurang tepat penempatan
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di bawahi oleh Divisi Marketing
and Communication.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap stakeholders Indosat yang terlibat dalam
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan pada wilayah Kantor Perwakilan
Kotabumi, Laporan Sembilan Bulan Layanan Mobil Klinik Sehat Keliling
Indosat-RZI, Proposal/RAB mengenai rehab gedung dan melengkapi sarana santri
Pondok Pesantren Al-Qur’an Salafiyah Hidayatul Mustafid, serta website Indosat
Lampung, berikut ini dijelaskan proses pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Kotabumi pada periode 2009:
a) Bidang pendidikan;
Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dilaksanakan Indosat
Kotabumi dalam bidang pendidikan salah satunya adalah penyerahan bantuan
untuk pembangunan instansi pendidikan kepada Pondok Pesantren Hidayatul
Mustafid - Kotabumi. Proses pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan
86
berawal dari penentuan lokasi yang dilakukan melalui sejumlah tahap survey.
Pada tahap pelaksanaan pemberian donasi dilakukan secara transparan dan tidak
melalui perantara. Hingga kondisi sebelum maupun sesudah perbaikan pndok
pesantren tetap dipantau oleh pihak Kantor Perwakilan Kotabumi.
Mawardi Ishaq selaku Pimpinan/Pengasuh Pondok Pesantren Al-Qur’an Salafiyah
Hidayatul Mustafid yang beralamat di Tanjung Aman-Kotabumi, membenarkan
hal tersebut. Indosat Kotabumi memberikan dengan bentuk uang tunai dan
nominalnya sebesar Rp. 4.000.000,00 yang diberikan saat buka bersama di bulan
Ramadhan tahun lalu.
Lebih lanjut Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mustafid menjelaskan proses
pemberian bantuan yang diberikan Indosat Kotabumi. Berawal dari silahturahmi
pihak Indosat Kotabumi ke Pondok Pesantren Hidayatul Mustafid yang sekaligus
melakukan survey, Indosat telah melakukan survey ke beberapa pondok pesantren
di Kotabumi guna penyaluran bantuan. Selanjutnya, pihak Pondok Pesantren
Hidayatul Mustafid dalam hal ini Panitia Pembangunan mengajukan proposal
rehab gedung dan melengkapi sarana santri Pondok Pesantren Al-Qur’an
Salafiyah Hidayatul Mustafid pada September 2009 dengan rencana anggaran
biaya (RAB) sebesar 10.000.000,00. Uang tunai yang telah diberikan digunakan
untuk renovasi ruangan komputer, pembelian 1 (satu) unit lemari buku, serta 10
(sepuluh) unit meja makan santri, pembiayaannya ditambahkan pula oleh pihak
pondok. Panitia Pembangunan juga memberikan laporan pertanggungjawaban atas
penggunaan dana yang telah diberikan, dan pihak Kantor Perwakilan Indosat
87
Kotabumi melakukan dokumentasi sebagai laporan terhadap pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dilaksanakan.
Pihak Pondok Pesantren Hidayatul Mustafid tidak begitu mementingkan bahwa
bantuan tersebut merupakan bagian kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan
Indosat atau bukan, karena bagi pondok sendiri adalah yang penting pemberian
infaq dan sadaqah-nya untuk pondok. Bagi Pondok Pesantren Hidayatul Mustafid
dengan adanya bantuan yang diberikan Indosat Kotabumi sangat memberikan
manfaat karena teratasi atau terpenuhinya kebutuhan sarana pondok, dan untuk
kedepannya pondok tentunya akan menerima bila ada program bantuan Indosat
Kotabumi yang berkaitan di bidang pendidikan.
Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan lainnya yang dilaksanakan Indosat
Kotabumi adalah dengan pelaksanaan program praktek industri dari SMKN 3
Kotabumi yang diikuti oleh 2 (dua) orang siswa dan dilaksanakan selama 2 (dua)
bulan. Siswa yang mengikuti program praktik industri tersebut mendapat
bimbingan dari seorang mentor serta melaksanakan tugas-tugas dan laporan yang
telah diberikan oleh mentornya. 2 (dua) orang dari SMKN 3 Kotabumi mengikuti
program magang di divisi-divisi yang ada di Kantor Perwakilan Indosat
Kotabumi. Selain itu siswa tersebut mendapat uang saku harian dari manajemen
Indosat.
Kantor Perwakilan Kotabumi mengadakan salah satu kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan pada Komunitas IM3 yang ada di SMA Negeri 1 Kotabumi.
Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan adalah Seminar sehari
tentang Teknologi Telekomunikasi yang diikuti oleh 30 orang peserta dari
88
perwakilan komunitas IM3 yang ada di SMAN 1. Kegiatan diadakan di ruang
Multimedia SMAN 1 pada 19 Juni 2009, dibuka oleh Haruji selaku Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kesiswaan dan Satrio Sukarno selaku Head of Representative
Office Kotabumi. Sebagai pembicara utama pada seminar tersebut adalah Wahyu
Setyoaji dari Divisi Technical Operation Kantor Perwakilan Indosat Kotabumi.
Indosat telah menjalin kerjasama dengan SMAN 1 kurang lebih 1 (satu) tahun
(2009), dan pada periode tersebut telah dilakukan kegiatan yang berkaitan dengan
tema tanggung jawab sosial perusahaan pada dunia pendidikan, salah satunya
adalah sistem absensi siswa dan guru yang berbasis SMS. Hal ini dikembangkan
Indosat di SMAN 1 dalam rangka memajukan pendidikan, khususnya di
Kotabumi dengan prasarana yang ditunjang oleh teknologi yang dimiliki Indosat,
yaitu jaringan selular. Pada kesempatan seminar tersebut yang juga diwarnai
dengan games interaktif dan pembagian hadiah, Indosat juga menghadirkkan Staff
Customer Service dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap pelanggannya
yang ingin melakukan tanya jawab secara langsung seputar layanan Indosat.
Kepala SMAN 1 Kotabumi Matsoleh, membenarkan adanya program tanggung
jawab sosial perusahaan Kantor Perwakilan Kotabumi yang diberikan kepada
SMAN 1 Kotabumi. Lebih lanjut menegaskan bahwa antara Kantor Perwakilan
Kotabumi dan SMAN 1 Kotabumi hingga saat ini sudah terjalin hampir 2 (dua)
tahun. SMAN 1 Kotabumi merupakan Indosat School Community, dan kegiatan
seminar teknologi informasi pada Juni 2009 yang diberika kepada siswa berisi
sosialisasi perangkat teknologi. Selanjutnya, mengenai absensi elektronik yang
merupakan bagian program Indosat School (I-school) hingga sekarang berjalan
efektif. Nomor ponsel (produk Indosat) siswa digunakan sebagai ID elektrik
89
untuk absensi masing-masing siswa, yang dapat juga dapat diberikan laporan
langsung kepada orang tua siswa. Kegiatan terakhir yang diberikan Indosat
kepada Indosat Community-nya adalah touring yakni mengunjungi Dufan dan
Mekarsari, untuk perwakilan siswa dari SMAN 1 Kotabumi berjumlah 4 (empat)
orang siswa.
Berdasar uraian di atas, sebagai badan hukum yang memiliki fungsi ekonomis,
Indosat tidak hanya memiliki tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi juga
memiliki hak untuk melakukan kegiatan usahanya dan mendapatkan keuntungan.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan Indosat menyentuh tiga aspek
dasar kehidupan (triple bottom lines) hingga pada kantor perwakilannya. Hal
tersebut terlihat dalam implementasi Program Indonesia Belajar pada wilayah
Kantor Perwakilan Kotabumi dengan sasaran komunitas yakni sekolah atau
pelajar. Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dilaksanakan
Indosat dalam arti sustainability sosial (people), tergambar dalam pembangunan
instansi pendidikan kepada Pondok Pesantren Hidayatul Mustafid dan program
praktek industri dari SMKN 3 Kotabumi. Bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilakukan dengan sasaran penerima manfaat diutamakan bagi
komunitas yakni sekolah atau pelajar yang telah tergabung pada anggota
komunitas IM3 sebagai sustainability perusahaan (profit), hal itu terlihat dalam
kegiatan seminar teknologi pada SMAN 1 Kotabumi. Pihak Indosat yang terlibat
secara langsung dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di bidang
pendidikan antara lain Head of Representative Office Kotabumi, Divisi Marketing
and Communication, Divisi Technical Operation, Staff Customer Service.
90
b) Bidang kesehatan;
Berdasarkan penjelasan yang dutarakan Head of Representative Office Kotabumi,
dalam pelaksanaan pengobatan gratis di daerah Ketapang Sungkai yang
dilaksanakan dalam satu hari melibatkan unsur pemerintah daerah setempat dalam
hal ini adalah kepala daerah setempat, melibatkan tenaga medis dari tim Rumah
Zakat Indonesia (RZI) beserta armada mobil klinik Indosat. Pelayanan
pengobatan tersebut meliputi periksa kesehatan umum, pengobatan gigi dan tes
golongan darah.
Damar, salah satu Staff Project RZI Cabang Lampung membenarkan adanya
program tanggung jawab sosial perusahaan yaitu Mobil Klinik Indosat, yang
dalam pelaksanaannya Indosat bekerjasama dengan RZI. Lebih lanjut pihak RZI
Cabang Lampung memberikan penjelasan lebih rinci. Apriadi selaku Branch
Manager RZI Cabang Lampung menjelaskan keterlibatan RZI dalam pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan Indosat yakni layanan
Kegiatan Mobil Klinik Sehat Keliling Indosat, didasarkan pada MOU yang telah
disepakati antara Indosat Pusat dan RZI Pusat. Staf Project RZI Cabang Lampung
Emi Susanti menambahkan kerjasama RZI dan Indosat yang terjalin bersifat
nasional dan lokal. Keberdaan RZI Cabang Lampung sendiri pun karena adanya
program intervensi pusat yakni terkait pelaksanaan Mobil Klinik Indosat atau
yang disebut PMKKI (Program Mobil Klinik Keliling Indosat) dengan pengadaan
Mobil Klinik Keliling 1 (unit) sebesar RP. 390.000.000, yang untuk
dioperasionalkan pada wilayah opersinal Lampung.
91
Terkait pelaksanaan Mobil Klinik Indosat atau yang disebut PMKKI, dalam
proses pelaksanaanya kantor perwakilan mengajukan kepada kantor cabang dan
kemudian dilajutkan kepada pihak RZI untuk tekhnis pelaksanaannya. PMKKI
dalam pelaksanaannya dibawahi bagian Healthcare Project (bagian program
corporate) RZI. RZI dalam hal ini merupakan pihak ke tiga di antara corporate
(donatur) dan masyarakat (penerima manfaat). Atau dengan Istilah lain dapat
diibaratkan RZI menjual/menawarkan program kepada corporate sebagai donatur
yang selanjutnya disalurkan kepada masyarakat sebagai penerima manfaat.
Berkaitan dalam penelitian ini, PMKKI merupakan bagian dari program RZI sub
yunit Rumah Sehat, besaran biaya yang dikeluarkan untuk layanan kesehatan
sebesar Rp. 40.000/per penerima manfaat.
Sebelum melakukan kegiatannya pada titik yang telah ditentukan, dilakukan
terlebih dahulu survey agar sasaran penerima manfaat memang benar yang
berhak, antara lain kondisi geografisnya, biasanya wilayah tersebut merupakan
daerah yang padat penduduknya, secara sosial keadaannya kurang
menguntungkan atau jika dilihat secara ekonomi penerima manfaat berada di
bawah garis UMR (upah minimum rata-rata), dengan tingkat kesehatan dinilai
kurang baik. Kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan koordinasi dengan
posyandu setempat bila telah aktif, ketua RT setempat, seta melibatkan kader
PKK dan karang taruna setempat.
Sebagaimana yang diuraikan dalam Laporan Sembilan Bulan Layanan Mobil
Klinik Sehat Keliling Indosat, PMKKI daerah operasi Regional Sumatera Bagian
Selatan (Bandar Lampung) telah berjalan selama 10 (sepuluh) bulan, Desember
92
2008 hingga September 2009. Selama beroperasi layanan kesehatan ini telah
melayani 14.173 penerima manfaat baik kegiatan reguler di wilayah binaan RZI
(8.954 penerima manfaat), maupun kegiatan tanggung jawab sosial PT. Indosat
Tbk (5.579) penerima manfaat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pelayanan kesehatan umum
(termasuk pemberian obat gratis, hingga pemeriksaan golongan darah),
pemeriksaan kehamilan, penimbangan bayi, pemberian makanan tambahan,
penyuluhan kesehatan, dan khitanan. Di setiap aksi pelayanan kesehatan ini rata-
rata melibatkan 10 (sepuluh) orang personil yang terdiri dari 1 (satu) orang
koordinator lapangan, 2 (dua) orang dokter umum, 2 (dua) orang para medis, 2
(dua) orang apoteker, 2 (dua) orang asisten apoteker, dan 1 driver. Semua proses
pelaksanaan tersebut didasarkan dengan standar yang dimiliki oleh RZI. Sasaran
penerima manfaat bila dikategorikan berdasarkan usia balita (0-5 tahun), anak-
anak (6-14 tahun), dewasa pria (15-50 tahun), dewasa wanita (15-50 tahun), lansia
(51 tahun-dst).
Berkaitan dengan pelaksanaan pada wilayah Kotabumi telah dilaksanakan pada 2
titik dan tidak bersifat reguler sepanjang 2009. Lokasi kelayakan tempat benar
menjadi perhatian dan yang membedakan bila dilaksanakan pada wilayah kantor
perwakilan adanya sistem kupon untuk membatasi kepada benar-benar yang
membutuhkan. Sebagai perbandingan, pelaksanaan reguler yang dilakukan di
wilayah kecamatan yang ada di Bandar Lampung minimal sekitar 150-200an
orang, sehingga bila kegiatan tersebut dilakukan pada wilayah kantor perwakilan
yang sifatnya tidak reguler maka mencapai 2 (dua) kali lipat.
93
Tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaannya, hanya bila wilayah di
kabupaten masih banyak masyarakat yang menggunakan Bahasa Lampung,
culture masyarakat setempat mempengaruhi sikap masyarakat, hal tekhnis lainnya
pengeras suara Mobil klinik (radius suara) serta tidak dapat membawa USG untuk
daerah yang kondisi jalannya tidak memungkinkan. Menjadi perhatian adalah
ketika dilaksankan di luar Bandar Lampung harus dilaksanakan semaksimal
mungkin agar biaya opersional yang telah dikeluarkan hasilnya sesuai dengan
manfaat yang diterima masyarakat sekitar. Pelaksanaan di wilayah luar Bandar
Lampung masih belum dapat bersifat reguler atau berkelanjutan, berbeda dengan
di wilayah Bandar Lampung yang di setiap titiknya dilaksanakan setiap sebulan
sekali sehingga pencapaian tingkat kesehatan lebih optimal.
Manfaat apa yang diterima komunitas sekitar yakni masyarakat umum telah jelas,
terutama dalam hal pelayanan kesehatan gratis bagi ibu hamil dan anak. Bagi RZI
sendiri keuntungan atau manfaat apa yang telah diterima dari pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan Indosat di bidang kesehatan adalah tercapainya
misi dari RZI sendiri yang salah satunya adalah menyelamatkan masyarakat dari
kefakiran, adanya sinergi program antara Indosat dan RZI yaitu sinergi PMKKI
dengan Program Senyum Sehat (layanan rumah bersalin gratis, siaga sehat,
operasi-operasi gratis, dan khitanan masal), selain itu mitra RZI semakin
bertambah pula. Emi Susanti menegaskan, semakin besar dana yang dianggarkan
untuk program tanggung jawab sosial oleh suatu perusahaan, maka akan semakin
banyak yang akan dimandirikan dan semakin banyak yang dibantu.
94
Berdasarkan uraian di atas, Mobil Klinik Indosat merupakan salah satu program
Indosat yang berfokus pada kesehatan, khususnya ibu hamil dan anak-anak, serta
masyarakat yang berada di sekitar lingkungan operasional Indosat. Tidak salah
jika Indosat meraih meraih Metro TV MDGs Award (category Mother and Child
Healthcare Development), bahkan MDGs telah didapat Indosat sebanyak dua kali.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial Indosat di dibidang kesehatan merupakan
salah satu bentuk community support yang diberikan oleh Indosat dalam
membantu program pemerintah.
c) Bidang lingkungan;
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan Kantor Perwakilan
Kotabumi di bidang lingkungan adalah dengan penyerahan bibit pohon kepada
karyawan. Selain itu sekolah-sekolah yang telah menjadi anggota komunitas IM3,
salah satunya SMAN 1 Kotabumi, dan dealer/mitra-mitra Indosat Kotabumi. Bibit
pohon yang diserahkan sejumlah 300 unit, yang selanjutnya ditanam di daerah
masing-masing. Program ini disebut Go Green, dan pada wilayah Lampung
termasuk Kotabumi untuk implementasi program ini tidak begitu menjadi fokus
utama, karena Lampung dianggap sebagai wilayah yang memiliki kondisi hutan
masih cukup baik. Pedrik yang beralamat di Kelurahan Kota Alam-Kotabumi
Selatan sebagai Pelaksana Harian di Kantor Perwakilan Indosat Kotabumi
membenarkan, seluruh karyawan menerima bibit pohon yang masing-masing
menerima minimal 1-2 bibit pohon dan daerah tanamnya tidak ditentukan, namun
karyawan dapat menanamnya di lingkungan tempat tinggal masing-masing.
Pemberian bibit berupa bibit pohon buah-buahan, antara lain rambutan, durian,
mangga, jambu.
95
Head of Representative Office Kotabumi mengutarakan bahwa sejauh ini respon
dari kalangan komunitas dan pelanggan cukup baik terhadap pelaksanaan
program tanggung jawab sosial Indosat. Hal ini terbukti dengan adanya masukan
dari pelanggan di Galeri Indosat, agar Indosat dapat melakukan kegiatan serupa
secara berkelanjutan. Bagi jajaran manajemen perusahaan berbasis syariah, selain
daripada memperoleh laba seoptimal mungkin dan memenangkan persaingan
bisnis, aspek keberkahan dalam usaha juga menjadi spirit perusahaan, dengan
sebutan give more save more. Seluruh keluarga besar Indosat yakin bahwa dengan
memberikan sesuatu yang berarti kepada sesama pasti akan menimbulkan akibat
yang baik bagi kita sendiri (perusahaan). Sedangkan di level kantor cabang
maupun kantor perwakilan, spirit serupa juga sangat dijunjung tinggi, keyakinan
tersebut seolah mengatakan bahwa, Indosat bisa memberi, pasti akan semakin
besar achievement yang akan diraih Indosat.
Sebagaimana yang telah diuraikan, dapat dipahami bahwa Indosat memandang
tanggung jawab sosial perusahaan sebagai sebuah investasi jangka panjang, bukan
sebagai sebuah beban biaya tertentu. Sebagai sebuah investasi sosial, tanggung
jawab sosial perusahaan akan memberikan keuntungan dua arah bagi perusahaan
dan masyarakat. Investasi sosial secara tepat sasaran selama rentang waktu
tertentu, dilengkapi tujuan dan dijalankan secara berkesinambungan. Meskipun
dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan sebagai sebuah investasi sosial,
bukan berarti program tanggung jawab sosial perusahaan diwarnai dengan
marketing yang bertujuan meningkatkan angka penjualan produk. Sehingga harus
96
dipahami agar pelaksanaan dan komunikasi program tanggung jawab sosial
perusahaan tidak tumpang tindih dengan aktivitas marketing.
Tidak ada tolak ukur yang pasti dari keberhasilan tercapainya tujuan pelaksanaan
tanggung jawab sosial oleh suatu perusahaan, baik telah membuat laporan
keberlanjutan tanggung jawab sosial perusahaan yang kemudian dipublikasikan
secara luas ataupun sampai dengan diraihnya awards. Indosat membuktikan
laporan keberlanjutan 2008 yang disusun dan dipublikasikan merupakan bagian
dari komitmennya terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan
dengan menjadikannya sebagai bagian dari perusahaan, bertumbuh, mematuhi
ketentuan dan regulasi yang berlaku serta peduli kepada masyarakat. Begitu pula
terhadap awards yang telah diraih, menjadikan Indosat untuk terus meningkatkan
berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan, dalam
arti pelaksanaan tanggung jawab sosial Indosat bersifat berkelanjutan. Paling
prinsip adalah komitmen Indosat terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan sampai pada Kantor Perwakilan Indosat di wilayah kabupaten dengan
spirit yang sama dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan mulai dari
level atas hingga level bawah.
Mengajak seluruh stakeholders untuk terlibat dan mengritisi ataupun
menyebarluaskan informasi tentang esensi program tanggung jawab sosial
perusahaan, merupakan upaya yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah
masukan guna meningkatkan performa dari aktivitas tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilakukan. Salah satu indikator bahwa program tanggung jawab
sosial perusahaan memiliki efektivitas yang tinggi adalah meningkatnya
97
partisipasi stakeholders, dalam perencanaan maupun evaluasinya. Kesuksesan
program tanggung jawab sosial perusahaan sangat ditentukan oleh pemilihan isu
yang tepat, pemilihan isu dapat mempertimbangkan sejumlah data yang diperoleh
dari lapangan melalui need assesment kemudian disesuaikan dengan kebutuhan
stakeholders. Program tanggung jawab sosial perusahaan yang mencerminkan
karakter perusahaan dapat mendukung dan memberikan posisi yang baik bagi
perusahaan di mata stakeholders.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dibutuhkan keterlibatan dari
semua pihak (stakeholders), dari sisi bisnis perusahaan sebisa mungkin
memaksimalkan potensinya untuk melakukan program tanggung jawab sosial
perusahaan secara komprehensif dan sinambung, selanjutnya komunitas berperan
proaktif dengan memberi input yang baik pada perusahaan dan berpartisipasi aktif
untuk menyukseskan program tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun dari sisi
pemerintah, menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk berkembangnya
program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan kalangan dunia usaha.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan Indosat merujuk pada UN Global
Compact, Draft ISO 26000, dan Global Reporting Initiative, serta menerapkan
strategic stakeholders management. Pelaksanaan pada kantor perwakilan,
didasarkan pada Nota Dinas Direksi diperjelas petunjuk pelaksanaannya melalui
Nota Dinas Regional Head. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dilakukan baik
bekerjasama dengan pihak lain maupun dikelola secara langsung.
98
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bagian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa bentuk-bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PT Indosat Tbk
merujuk kepada prinsip dalam UN Global Compact dan Draft ISO 26000,
bukan kepada UUPM dan UUPT. Program tanggung jawab sosial perusahaan
PT Indosat Tbk (2009) yaitu Indonesia Belajar, Indonesia Sehat, Indonesia
Lingkungan (Go Green), Berbagi Bersama Indosat, Indosat Peduli. Bentuk-
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan pada wilayah
Kantor Perwakilan Kotabumi merupakan implementasi dari program pusat,
yakni Indonesia Belajar (ISMS), Indonesia Sehat (Mobil Klinik), dan Go
Green, dengan sasaran utama adalah komunitas.
2) Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Indosat Tbk yang merujuk
pada UN Global Compact, Draft ISO 26000, dan Global Reporting Initiative,
terjadi penyimpangan hukum dalam arti tidak taat pada UUPM dan UUPT.
Pelaksanaan pada kantor perwakilan didasarkan pada Nota Dinas Direksi
diperjelas petunjuk pelaksanaannya melalui Nota Dinas Regional Head,
99
kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan baik bekerjasama dengan pihak
lain maupun dikelola secara langsung.
B. Saran
Berdasarkan hasil simpulan dalam penelitian ini, kepada pemerintah segera
membuat kebijakan publik terkait hal-hal teknis pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan, agar tujuan sebagaimana yang diamanatkan Penjelasan Pasal
74 Ayat (1) UUPT dan Penjelasan Pasal 15 huruf (b) UUPM tercapai,
mempermudah perusahaan dalam melaksanakannya, serta menyelaraskan antara
kepentingan perusahaan, masyarakat, dan pemerintah. Selanjutnya kepada
penanam modal atau perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, dalam pelaksanaan tanggung jwab
sosial perusahaan mengacu kepada ketentuan tanggung jawab sosial perusahaan
dalam UUPM atau UUPT, agar tujuan dari pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan tercapai.
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adjie, Habib. 2008. Status Badan Hukum, Prinsip-prinsip dan Tanggung Jawab
Sosial Perseroan Terbatas. CV. Mandar Maju. Bandung.
Anonim. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.
Universitas Lampung Perss. Lampung.
Bintang, Sanusi. dan Dahlan. 2000. Pokok-Pokok Hukum Ekonomi Dan Bisnis.
Citra Aditya Bakti. Bandung.
Gitosardjono, Sahid Sukamdani dan dkk. 1993. Bisnis dan Pembangunan
Ekonomi. Haji Masagung. Jakarta.
HS, Salim dan Budi Sutrisno. 2008. Hukum Investasi di Indonesia. Rajawali Pers.
Jakarta.
Kartini, Dwi 2009. Corporate Social Responsibility-Transformasi Sustainability
Management dan Implementasi di Indonesia. Refika Aditama. Bandung.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya
Bakti. Bandung.
_____________. 2004. Hukum Perusahaan Indonesia. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Nilckels, McHugh, dan McHugh. 2009. Pengantar Bisnis. Understanding
Business, Edisi 8 Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
Poerwanto. 2008. Budaya Perusahaan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
101
Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility: Antara Teori dan
Kenyataan. Media Pressindo. Jakarta.
Sembiring, Sentosa. 2007. Hukum Investasi Pembahasan Dilengkapi dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Nuansa
Aulia. Bandung.
Simanjuntak, Cornelius, dan Natalie Mulia. 2009. Organ Perseroan Terbatas.
Sinar Grafika. Jakarta.
Solihin, Ismail. 2008. Corporate Social Responsibility-from Charity to
Sustainability. Salemba Empat. Jakarta.
Tantri, Francis. 2009. Pengantar Bisnis. PT RajaGrafindo. Jakarta.
Wibisono, Yusuf. 2004. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing.
Gersik.
Widjaja, Gunawan dan Yeremia, Ardi Pratama. 2008. Risiko Hukum dan Bisnis
Perusahaan Tanpa CSR. Forum Sahabat. Jakarta.
Wiranata, I Gede AB. 2009. Hukum-Bangun Teori dan Telaah dalam
Implementasinya. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Lembaran Negara 2007 Nomor 67
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4724 Tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Lembaran Negara 2007 Nomor 106
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756 Tentang Perseroan Terbatas.
B. Bahan Hukum Lain-Lain
Jurnal Hukum Bisnis. Volume 26-No. 3 Tahun 2007. Kajian Hukum Bisnis Atas
UU No.40/2007 Tentang PT.
Laporan Keberlanjutan-Sustainability Report PT Indosat Tbk. 2008. Making The
World a Better Place. PT Indosat Tbk. Jakarta.
102
Majalah Bisnis & CSR. 2009. Reference for Decision Maker, Edisi Khusus 40
Tahun Prof Dr Ir Totok Mardikanto MS Menjadi Penyuluh. Jakarta. Latofi.
http://id.wikipedia.org
http://nuiysavira.ngeblogs.com
http://pkbl.bumn.go.id
http://pustaka.uns.ac.id
http://radarkotabumi.com
http://www.iso.org
http://www.indosat.com
http://www.indosatlampung.com