i. pendahuluan a. latar belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/bab 1 sampe 5.pdf · 2016-01-25 ·...

49
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam hal ini termasuk melaksanakan pembinaan terhadap industri-industri yang sudah ada. Upaya tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk, hal ini seperti yang dikemukakan Nursid Sumaatmadja (1988:183), bahwa pembangunan industri yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan penduduk, juga harus sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak menimbulkan masalah baru yang lebih gawat. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam pembangunan industri perlu juga dipikirkan dampak negatif dari industri. Pembangunan sektor industri antara lain bertujuan a) meningkatkan penyerapan tenaga kerja, b) meningkatkan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian, c) meningkatkan penyebaran industri. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan di sektor industri diharapkan dapat berkembang dengan baik.

Upload: lebao

Post on 09-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

1945 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Salah satu

upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam

hal ini termasuk melaksanakan pembinaan terhadap industri-industri yang sudah

ada.

Upaya tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan penduduk, hal ini seperti yang dikemukakan Nursid

Sumaatmadja (1988:183), bahwa pembangunan industri yang dimaksudkan untuk

meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan penduduk, juga harus

sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak

menimbulkan masalah baru yang lebih gawat. Berdasarkan pendapat tersebut,

dalam pembangunan industri perlu juga dipikirkan dampak negatif dari industri.

Pembangunan sektor industri antara lain bertujuan a) meningkatkan penyerapan

tenaga kerja, b) meningkatkan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi

perekonomian, c) meningkatkan penyebaran industri. Berdasarkan hal tersebut,

pembangunan di sektor industri diharapkan dapat berkembang dengan baik.

Page 2: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

2

Perkembangan industri tersebut, seperti halnya yang terjadi di Kelurahan Sawah

Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. Industri tempe

merupakan salah satu upaya penduduk di kelurahan tersebut untuk memenuhi

kebutuhan materi. Hal tersebut seperti yang dikemukakan juga oleh Nursid

Sumaatmdja (1988:181), Perkembangan industri merupakan perkembangan

kehidupan lebih lanjut dari proses cara manusia memenuhi kebutuhan materi.

Hal yang perlu diperhatikan dan dicermati sehubungan dengan dampak industri

yaitu adanya pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran daratan. Hal

tersebut seperti dikemukakan Wisnu Arya Wardhana (2004:24), dampak langsung

(yang bersifat negatif) akibat kegiatan industri dan teknologi, antara lain

terjadinya masalah-masalah berikut ini : a) pencemaran udara, b) pencemaran air,

c) pencemaran daratan.

Limbah industri tempe berupa whey (air rebusan kedelai) dan kulit ari (kulit

kedelai), limbah tersebut mengandung protein yang cukup tinggi untuk

dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan, hal ini sesuai pendapat M. Gempur

Adnan (2006:3), limbah tempe mengandung protein cukup tinggi, sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan. Namun jika limbah industri tempe

tidak diolah dan dibuang langsung ke parit atau ke sungai, maka dapat

menurunkan kualitas air sungai.

Industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kota Bandar Lampung merupakan industri rumah tangga. Dalam melakukan

proses produksinya, industri tempe yang berjumlah 22 KK ini menggunakan

sistem injak dalam proses pencucian kedelai dan proses peragian serta

Page 3: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

3

pembungkusan menggunakan tenaga manusia, modal usaha yang kecil, belum

mengutamakan faktor kelestarian lingkungan, dan belum mampu mengolah

limbah yang dihasilkan. Hal ini terbukti dari belum adanya pengolahan limbah

industri tempe dan pembuangan air limbah yang langsung dibuang ke parit atau

sungai.

Pembuangan limbah industri tempe yang tidak diolah terlebih dahulu dapat

menurunkan kualitas lingkungan, hal ini terbukti dari timbulnya bau yang tidak

sedap, lingkungan yang kotor, serta sungai yang beralih fungsi menjadi tempat

pembuangan limbah industri tempe. Menurunnya kualitas lingkungan, merupakan

indikator dari terganggunya kesehatan lingkungan. Hal tersebut seperti yang

dikemukakan Daryanto (1995:131) bahwa kesehatan lingkungan merupakan

kesehatan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan hidup, apabila kualitas

lingkungan hidup rendah kesehatan lingkungan hidup juga rendah, sebaliknya

apabila kualitas lingkungan hidup tinggi kesehatan juga tinggi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai

keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah

Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka penulis

mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan Keberadaan Industri Tempe

Terhadap Kesehatan Lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung

Karang Timur Kota Bandar Lampung antara lain sebagai berikut :

Page 4: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

4

1. Pembuangan limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan

Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

2. Keadaan air limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan

Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

3. Dampak pembuangan limbah industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di

Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar

Lampung.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tempat pembuangan limbah industri tempe di wilayah

Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar

Lampung?

2. Bagaimanakah kondisi air limbah industri tempe yang dibuang dari segi

kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung

Karang Timur Kota Bandar Lampung?

3. Bagaimanakah dampak keberadaan industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes

Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung terhadap kesehatan

lingkungan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan:

1. Untuk mengetahui informasi tentang tempat pembuangan limbah industri

tempe di wilayah Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kota Bandar Lampung.

Page 5: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

5

2. Untuk mengetahui informasi tentang kondisi air limbah industri tempe di

Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar

Lampung.

3. Untuk mengetahui informasi tentang dampak pembuangan limbah industri

tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan

Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan sosial yang diperoleh di perguruan

tinggi khususnya yang berhubungan dengan kajian geografi, khususnya

Geografi Industri.

3. Sebagai informasi tentang kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes

Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

4. Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran Geografi di :

a. Sekolah Menengah Atas Kelas XII Semester Genap, pokok bahasan

Perindustrian.

b. Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Semester Ganjil, pokok bahasan

Pembangunan Berkelanjutan.

Page 6: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

6

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah:

1. Ruang Lingkup Subjek, yaitu keberadaan industri tempe, air limbah industri

tempe, pengusaha tempe, dan penduduk sekitar industri tempe di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

2. Ruang Lingkup Objek, yaitu kondisi air limbah industri tempe dan dampak

industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes

Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup Tempat, yaitu di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan

Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Waktu, yaitu Tahun 2009.

5. Ruang Lingkup Ilmu yaitu Ekologi Geografi

Ekologi Geografi adalah salah satu cabang ilmu geografi yang mempelajari

tentang hubungan antara populasi makhluk hidup dengan lingkungannya

(Nursid Sumaatmadja, 1988:230).

Dalam penelitian ini digunakan Ekologi Geografi karena penelitian ini mengkaji

aspek keruangan yang berhubungan dengan penyelenggaraan aktivitas industri

serta hubungan antara manusia dan lingkungannya, yang dalam hal ini adalah

dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri tempe terhadap kesehatan

lingkungan yang meliputi tempat pembuangan limbah industri tempe, kondisi air

limbah industri tempe, dan dampak industri tempe terhadap kesehatan lingkungan.

Page 7: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Industri Tempe

Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:179) industri adalah kegiatan mengolah

bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi (manufacturing industry).

Menurut Kartasapoetra (1987:6), industri adalah kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi

menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan

rancang bangun dan perekayasaan industri.

Menurut Philip Kristanto (2002:166), pada dasarnya kegiatan suatu industri

adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output).

Dalam penelitian ini, industri yang dimaksud adalah industri tempe yaitu industri

yang mengolah kedelai menjadi tempe. Menurut M. Gempur Adnan (2006:1),

tempe merupakan makanan tradisional sebagian besar masyarakat di Indonesia,

yang digemari hampir oleh semua lapisan masyarakat. Selain mengandung gizi

yang baik, pembuatan tahu tempe juga relatif mudah. Untuk lebih jelasnya proses

produksi tempe dapat dilihat pada bagan halaman 8 berikut ini :

Page 8: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

8

Gambar I. Proses Produksi Tempe

Kedelai

Air Pembersihan Air cucian

(kotoran)

Panas Perebusan

½ matang

Air Pencucian dan Air dan

Pengupasan kulit kulit

Perendaman

Semalam

Air Pencucian Air cucian

(organik)

Panas Perebusan

(Sampai masak)

Penirisan Air cucian

(organik)

6-8 jam

Ragi baru Pencampuran Limbah

cair

Plastik,

Daun pisang Pembungkusan

Fermentasi

Tempe

Keterangan :

Bahan baku

Limbah cair

Limbah padat

Page 9: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

9

Berdasarkan Gambar 1 pada halaman 8, dapat diketahui bahwa dalam melakukan

proses produksi tempe dihasilkan bahan buangan atau yang disebut dengan

limbah. Limbah yang dihasilkan antara lain berupa limbah cair yang dihasilkan

dari air cucian bekas pembersihan kedelai, pencucian, penirisan, serta

pencampuran ragi baru. Selain limbah cair, produksi tempe juga menghasilkan

limbah padat yang berasal dari pengupasan kulit kedelai dan sisa-sisa

pembungkusan tempe yang berupa plastik atau daun pisang.

Menurut M. Gempur Adnan (2006:1), industri tahu tempe di Indonesia

mempunyai ciri-ciri yang hampir sama di setiap daerah, yaitu berkembang dengan

modal usaha kecil, teknik produksi sederhana, belum mengutamakan faktor

kelestarian lingkungan, belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan,

keselamatan dan kesehatan kerja kurang mendapat perhatian serta masih

minimnya kegiatan riset dan pengembangan usaha. Seperti pendapat yang

dikemukakan di atas, industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan

Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung merupakan industri rumah tangga

dengan jumlah pekerja kurang dari lima orang termasuk tenaga kerja keluarga

yang tidak dibayar.

Industri tempe di kelurahan tersebut belum mengolah limbah yang dihasilkan dan

membuangnya langsung ke sungai, sehingga menyebabkan Sungai Way Awi yang

mengalir di Kelurahan tersebut menjadi tercemar. Hal tersebut seperti yang

dikemukakan oleh Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Mitra

Lingkungan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Bandar Lampung

Page 10: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

10

Budiono dalam Harian Kompas (22 Juli 2008), 21 Sungai di Bandar Lampung

hampir semuanya tercemar berat oleh limbah rumah tangga dan industri.

Catatan BPLH Bandar Lampung menyebutkan, sungai yang tercemar tersebut

adalah Sunga Way Awi, Way Penengahan, Way Simpur, Way Kuala, Way Galih,

Way Kupang, Way Lunik, Way Kunyit, Way Kuripan, Way Kedamaian, Anak

Way Kuala, Way Belau, Way Halim, Way Langkapura, Way Keteguhan, Way

Sukabumi, Way Kedaton, Way Gading, Way Kandis, Way Limus, dan Way Batu

Lengguh.

2. Dampak Industri

Dampak industri ada yang bersifat tak langsung dan langsung. Menurut Wisnu

Arya Wardhana (2004:20), dampak tak langsung industri pada umumnya

berhubungan dengan masalah sosial masyarakat, atau lebih jelasnya diungkapkan

sebagai dampak psikososioekonomi. Adapun dampak langsung (yang bersifat

negatif) akibat kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya

masalah-masalah berikut ini: a) pencemaran udara, b) pencemaran air, c)

pencemaran daratan.

Pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan dapat mengurangi

daya dukung alam sehingga perlu dihindari sebagai bagian usaha untuk menjaga

kelestarian maupun kesehatan lingkungan.

Page 11: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

11

3. Kesehatan Lingkungan

Menurut Retno Widyati dan Yuliarsih (2002:2), Kesehatan lingkungan adalah

usaha-usaha pengendalian/pengawasan keadaan lingkungan yang dapat

mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan

perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Kesehatan lingkungan mencakup aspek yang sangat luas yang meliputi hampir

seluruh aspek kehidupan manusia. Pentingnya lingkungan yang sehat akan

mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Menurut Retno Widyati dan Yuliarsih

(2002:3), Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi:

1) penyediaan air minum

2) pengolahan air buangan dan pencemaran air

3) pengolahan sampah padat

4) pengendalian vektor (pemindah penyakit)

5) pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh kotoran manusia dan

lain-lain

6) sanitasi (kebersihan) makanan/minuman

7) pengendalian pencemaran udara

8) pengendalian bising

9) kesehatan kerja dan pencegahan kecelakaan

10) perumahan dan pemukiman

11) pengawasan terhadap tempat-tempat rekreasi umum dan pariwisata

Menurut Juli Soemirat Slamet (2000:19), di dalam lingkungan terdapat faktor-

faktor yang dapat menguntungkan manusia (eugenik), ada pula yang merugikan

manusia (disgenik). Usaha-usaha di bidang kesehatan lingkungan ditujukan untuk

meningkatkan faktor eugenik dan mengurangi peran atau mengendalikan faktor

disgenik.

Berdasarkan pendapat di atas, kesehatan lingkungan merupakan usaha-usaha

pengendalian/pengawasan terhadap ruang lingkup kesehatan lingkungan. Dalam

Page 12: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

12

penelitian ini ruang lingkup kesehatan lingkungan dibatasi pada pengolahan air

buangan dan pencemaran air. Untuk memberikan pengertian dan parameter, akan

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengolahan Air Buangan

Menurut Juli Soemirat Slamet (2000:126) yang dimaksud dengan air buangan

adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya

mungkin baik. Air yang digunakan manusia untuk aktivitas sehari-hari akan

dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor dan tercemar. Ditinjau dari sudut

kesehatan lingkungan dan keindahan, masalah pembuangan air limbah perlu

mendapat perhatian, baik pembuangan air limbah di desa maupun di kota.

Menurut Daryanto (1995:22), salah satu contoh tahap-tahap proses penanganan air

buangan adalah sebagai berikut:

a) Penanganan primer, yaitu membuang bahan-bahan padatan yang mengendap

atau mengapung.

b) Penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara

biologis

c) Pengendapan, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan padatan

tersuspensi

d) Absorpsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut

e) Elektrodialis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut sampai

pada konsentrasi air semula, sebelum digunakan

f) Chlorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit

b. Pencemaran Air

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:72) Air yang ada di bumi tidak pernah

terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral

(unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air di

Page 13: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

13

bumi ini telah tercemar. Air yang mengandung bakteri atau mikroorganisme tidak

dapat langsung digunakan sebagai air minum tetapi harus direbus dulu agar

bakteri dan mikroorganismenya mati. Pada batas-batas tertentu air minum justru

diharapkan mengandung mineral agar air terasa segar. Air murni tanpa mineral

justru tidak enak untuk diminum.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa air tercemar apabila air tersebut

telah menyimpang dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung

pada faktor penentu, yaitu kegunaan air dan asal sumber airnya.

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:74), indikator atau tanda bahwa air

lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati

melalui:

a. Adanya perubahan suhu air

b. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen

c. Adanya perubahan bau, warna, dan rasa air

d. Adanya perubahan endapan, kolodial, dan bahan terlarut

e. Adanya mikro organisme

f. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

Dalam menilai kualitas air, pemerintah melalui menteri kesehatan telah

merumuskan standar kualitas air yang digunakan sebagai dasar rujukan. Pada

awalnya standar kualitas air dari pemerintah tertuang dalam Permenkes No

01/BIRHUKMAS/1/1975 yang kemudian diperbaharui dengan Permenkes RI

Nomor 416/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air.

Page 14: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

14

Menurut peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari kualitasnya harus memenuhi syarat kesehatan

dan dapat diminum setelah dimasak. Dalam penelitian ini yang menjadi titik

perhatian adalah parameter pH, BOD, kekeruhan, total solid, warna, bau dan rasa.

a. pH

pH adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suatu cairan. Organisme dalam air

sangat sensitif terhadap perubahan ion hidrogen. Pada proses penjerihan air, pH

menjadi indikator untuk meningkatkan efisiensi proses penjernihan ( Totok

Sutrisno, 1996:73). pH merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui

intensitas asam atau basa suatu larutan.

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:74), air normal yang memenuhi syarat

suatu kehidupan mempunyai pH berkisar 6,5-7,5, air dapat bersifat asam atau basa

tergantung pada besar kecilnya pH. Air yang mempunyai pH lebih kecil daripada

pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar

daripada pH normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari

kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada

akhirnya mengganggu kehidupan organisme. Sedangkan menurut Sharma dalam

Suripin (2001:157), untuk sistem air bersih pH air normal 7-8,5. bila pH melebihi

standar tersebut air akan bersifat asam dan basa.

Untuk mengukur pH dapat digunakan kertas lakmus ataupun menggunakan pH

meter. Hal ini sesuai dengan pendapat Totok Sutrisno (2002:74), pengukuran pH

dapat menggunakan pH meter, kertas lakmus dan kalori meter.

Page 15: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

15

b. BOD

BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis adalah

jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan

untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air

lingkungan tersebut (Wisnu Arya Wardhana, 2004:93). Nilai BOD tidak

menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, melainkan hanya

mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

secara kimiawi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang

ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti bahan-

bahan organik yang ada membutuhkan oksigen tinggi (Setiay Pandia, dkk

1996:43).

Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 200C

selama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi

(disebut sebagai BOD5) dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi

oksigen terlarut sebelum dan setelah inkubasi (Setiay Pandia, dkk 1996:43).

c. Total Suspended Solid

Total Suspended Solid adalah jumlah zat padat yang tidak terlarut dalam air yang

disebabkan oleh adanya unsur anorganik dalam air (Abdullah Muthalib, 1994:12).

Apabila bahan buangan padat larut dalam air maka kepekatan air atau berat jenis

cairan akan naik. Adakalanya bahan buangan padat dalam air akan disertai pula

dengan perubahan warna air, akibatnya proses fotosintesis tanaman dalam air akan

terganggu. Jumlah oksigen yang terlarut akan mengalami pengurangan. Hal ini

Page 16: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

16

sudah barang tentu berakibat pula terhadap kehidupan organisme yang hidup di

dalam air (Wisnu Arya Wardhana, 2004:79).

Menurut Sharma dalam Suripin (2001:157), untuk sistem air bersih total

suspended solid tidak melebihi dari 1500 mg/l dan lebih baik jika kurang dari

1500 mg/l. pengaruh negatif jika melebihi dari batas akan berpengaruh pada rasa,

kesadahan dan korositas.

Total Suspended Solid dapat diukur dengan metode pengeringan sampel. Hal ini

sesuai dengan pendapat Totok Sutrisno (2002:77), dalam pengukuran total

Suspended solid dengan cara pengeringan sampel. Sampel di tempatkan di atas

mangkok kemudian dipanaskan pada suhu 1030C-105

0C sampai air menguap

seluruhnya. Adapun perbedaan berat mangkok sebelum dan sesudah menunjukkan

konsentrasi solid di air.

4. Lingkungan

Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal

ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan

untuk kelangsungan hidupnya.

Menurut Juli Soemirat Slamet (2000:18), bahwasannya lingkungan berpengaruh

pada terjadinya penyakit sudah sejak lama diperkirakan orang. Sebagai contoh,

nama “Malaria” yang berarti udara jelek, diberikan pada penyakit yang

mempunyai gejala-gejala demam, menggigil, berkeringat, demam lagi, menggigil

lagi, dan seterusnya, serta didapatkan diantara masyarakat yang bertempat tinggal

Page 17: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

17

di sekitar rawa-rawa. Udara di sekitar rawa-rawa memang tidak segar dan orang

saat itu beranggapan udara itulah yang menyebabkan penyakit tersebut. Sekarang

diketahui bahwa nyamuk-nyamuk yang bersarang di rawa-rawa itulah yang

menyebabkan penyakit Malaria.

Menurut Bintarto (1979:22), lingkungan hidup manusia dapat digolongkan dalam

beberapa kelompok yaitu lingkungan fisikal (physical environment), lingkungan

biologis (biological environment), dan lilngkungan sosial (social environment).

Dalam penelitian ini lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisikal

(physical environment) dan lingkungan sosial (social environment).

a) Lingkungan Fisikal

Menurut Bintarto (1979:22) lingkungan fisikal adalah segala sesuatu di sekitar

manusia yang berbentuk mati seperti pegunungan, sungai, air, sinar matahari,

kendaraan, rumah, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini lingkungan fisikal

yang dimaksud adalah sungai, air limbah industri tempe, air limbah yang di

alirkan ke sungai dan air sumur kepala keluarga yang berada di Kelurahan Sawah

Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

b) Lingkungan Sosial

Menurut Bintarto (1979:22) lingkungan sosial mempunyai beberapa aspek seperti

sikap kemasyarakatan, sikap kejiwaan, dan sikap kerohanian. Dalam penelitian ini

lingkungan sosial yang dikaji adalah sikap kemasyarakatan, yang dalam hal ini

adalah sikap masyarakat yaitu upaya yang dilakukan masyarakat di Kelurahan

Page 18: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

18

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung terhadap

dampak keberadaan industri tempe yang berupa limbah dan sampah padat.

B. Kerangka Pikir

Industri adalah kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau

setengah jadi. Dalam setiap proses produksinya setiap industri pasti menghasilkan

limbah. Limbah dari proses produksi industri apabila tidak diolah dapat

berdampak terhadap lingkungan, antara lain dapat menyebabkan a) pencemaran

air, b) pencemaran udara, c) pencemaran daratan.

Industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kota Bandar Lampung menghasilkan limbah yang berupa Whey dan kulit ari.

Limbah industri tempe ini tidak diolah dan langsung dibuang ke parit atau sungai.

Sehingga penulis memiliki dugaan keberadaan industri tempe di Kelurahan Sawah

Brebes berdampak terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes

Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. Untuk lebih jelasnya

kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pikir

Keberadaan

industri tempe

Kesehatan lingkungan:

- Tempat pembuangan limbah industri tempe

- Kondisi air limbah industri tempe

- Dampak pembuangan air limbah industri tempe

Page 19: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

19

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi dengan

uji laboratorium. Menurut Pabundu Tika (2005:4), penelitian deskriptif adalah

penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan

sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-

kadang diberikan interpretasi atau analisis.

Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang dampak keberadaan industri tempe terhadap kesehatan

lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota

Bandar Lampung Tahun 2009.

B. Populasi dan Sampel

I. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,

1993:115). Populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah (area) dalam

mengambil air limbah industri tempe. Jumlah responden dalam penelitian yaitu 42

responden, yang terdiri dari 22 pengusaha tempe dan 20 KK sebagai responden

Page 20: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

20

masyarakat di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota

Bandar Lampung yang diambil dengan menggunakan teknik purposif sampling.

Menurut Pabundu Tika (2005:41):

“sampel purposif disebut juga judgement sampling adalah sampel yang dipilih

secara cermat dengan mengambil orang atau subjek penelitian yang selektif dan

mempunyai ciri-ciri yang spesifik. Sampel yang diambil memiliki ciri-ciri yang

khusus dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Ciri-ciri

maupun strata yang khusus tersebut sangat tergantung dari keinginan peneliti“.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

I. Variabel Penelitian

Menurut Sumadi Suryabrata (2000:72) variabel penelitian diartikan sebagai

faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang diteliti.

Variabel dalam penelitian ini adalah kondisi air limbah industri tempe dengan

parameter: pH, BOD, dan total suspended solid, dan kesehatan lingkungan.

2. Definisi Operasional Variabel

1) Kondisi Air Limbah

Limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan usaha yang

dibuang ke sumber-sumber air atau perairan umum dan diduga dapat

menurunkkan kualitas lingkungan (Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Lampung Nomor : G/624/B.VII/HK/1995). Menurut sumbernya limbah dapat

dibagi menjadi tiga yaitu: a) limbah domestik (rumah tangga); b) limbah industri;

dan c) limbah rembesan dan limpahan air hujan.

Page 21: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

21

Dalam penelitian ini, limbah yang dimaksud adalah limbah industri khususnya

industri tempe. Limbah industri tempe berupa whey (air rebusan kedelai) dan kulit

ari (kulit kedelai). Limbah yang dikaji pada penelitian ini adalah limbah industri

tempe yang berupa Whey (air rebusan kedelai) dengan parameter pH, BOD, dan

Total Suspended Solid. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

a) pH

pH merupakan konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu cairan. Dalam penelitian ini

pH dikatakan baik jika berkisar antara 6,0-9,0 dan buruk jika <6,0 dan >9,0.

b) BOD

BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan mikro organisme

untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan organik buangan dalam air. BOD

dikatakan baik jika <75 mg/L, sedang jika 75 mg/L, dan buruk jika >75 mg/L.

c) Total Suspended Solid

Total Suspended Solid dalam penelitian ini tanpa membedakan zat terlarut

maupun zat tersuspensi, tetapi Total Suspended Solid dalam penelitian ini

digabungkan antara zat terlarut dan zat tersuspensi. Dalam penelitian ini dikatakan

baik jika total Suspended solidnya di bawah 50 ppm, total suspended solidnya

sama dengan 50 ppm dikatakan sedang, total suspended solidnya melebihi 50 ppm

dikatakan buruk.

2) Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah usaha-usaha pengendalian atau pengawasan keadaan

lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan

Page 22: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

22

hal-hal yang dapat mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan hal-

hal yang merugikan perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia

(Retno Widyarsih, 2002:2). Kesehatan lingkungan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah dampak yang ditimbulkan dari industri tempe tehadap

lingkungan.

Dalam penelitian ini lingkungan dikatakan sehat bila lingkungan belum tercemar,

yang ditandai dengan udara yang dihirup terasa segar dan lingkungannya bersih.

Lingkungan dikatakan tidak sehat bila lingkungannya telah tercemar, yang

ditandai dengan udara yang dihirup tidak segar dan lingkungannya kotor.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang

ada pada objek penelitian (Pabundu Tika, 2005 : 44)

Observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai kondisi atau keadaan di

lapangan secara langsung mengenai lokasi penelitian seperti : jumlah industri

tempe di Kelurahan di Kelurahan Saawah Brebes, tempat pembuangan limbah

industri tempe, pengambilan sampel air limbah industri, dan keadaan lingkungan

di sekitar Industri tempe.

Page 23: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

23

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang

dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Pabundu

Tika, 2005 : 44). Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data primer

dari pengusaha tempe, tokoh masyarakat, dan instansi terkait seperti: dampak

yang ditimbulkan dari keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misal catatan harian, sejarah kehidupan (life story), cerita,

biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya

misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi

dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2008 : 329).

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dalam rangka menganalisa masalah

yang sedang diteliti dalam hal ini beberapa informasi dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan subyek yang diteliti. Studi dokumentasi ini digunakan untuk

mendapatkan data sekunder berupa data monografi dari kelurahan, peta daerah

penelitian, dan foto daerah penelitian.

Page 24: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

24

4. Uji Laboratorium

Uji laboratorium digunakan untuk menguji sampel air limbah industri tempe.

Sampel air diambil dari salah satu industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes

Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung pada tanggal 26 juni

2009 dengan menggunakan botol plastik warna hitam yang di masukkan ke dalam

termos es agar suhu terjaga dan menghindari penguapan, sampel tesebut kemudian

dengan sesegera mungkin dibawa ke laboratorium untuk menghindari kesalahan

analisa. Analisa sampel dilakukan oleh petugas laboratorium instrumentasi

FMIPA Unila, hasil terlampir. Dari data uji laboratorium tersebut dapat diketahui

kandungan dari pH, BOD dan total solved solid. Prosedur kerja untuk mengukur

masing-masing parameter akan dijabarkan sebagai berikut.

a. pH

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur pH dalam penelitian ini menggunakan

pHmeter. Cara kerjanya sebagai berikut: (1) air yang akan diukur pHnya

dimasukan ke wadah yang bersih dan bebas dari kotoran, (2) pH meter

dikeluarkan dari tempatnya dan ujung dari pHmeter dibersihkan dengan

menggunakan kain yang bersih, (3) ujung pH meter dimasukan ke wadah yang

berisi air yang akan diukur pHnya dan didiamkan beberapa detik, (4) hasil akan

langsung dapat dilihat dan pH meter akan menunjukkan hasil pengukuran

tersebut.

Page 25: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

25

b. BOD

Pengukuran BOD dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengoksidasi air

pada suhu 200C selama 5 hari, kemudian dihitung selisih konsentrasi oksigen

terlarut sebelum dan setelah inkubasi.

c. Total Suspended Solid

Pengukuran total suspended solid dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengeringan dan bahan yang digunakan antara lain: gelas kimia ukuran 300gram,

neraca analitis, pemanas listrik, kamar bebas debu, pipet volumetri. Cara kerja

sebagai berikut: (1) timbang gelas kimia sampai ketelitian 0,0001g, (2) masukan

air yang akan diukur total suspended solidnya ke dalam gelas kimia, (3) panaskan

gelas kimia yang berisi air pada suhu 1030C-105

0C sampai kering pada kamar

bebas debu, (4) hitung berat gelas kimia sebelum dan sesudah pengeringan, selisih

yang terjadi antara sebelum dan sesudah menunjukkan jumlah larutan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

persentase. Untuk menghitung persentase dapat menggunakan rumus sebagai

berikut:

100% N

f%

Keterangan:

% = Persentase

F = Jumlah Frekuensi

N = Jumlah Sampel

100% = Konstanta

(Arif Sadiman, 1993)

Page 26: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Geografis Kelurahan Sawah Brebes

Gambaran daerah penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu keadaan

fisik maupun sosial di daerah penelitian. Dalam penelitian ini keadaan geografis

Kelurahan Sawah Brebes dilihat dari: letak, luas, dan batas wilayah, keadaan

topografi, keadaan hidrografi dan iklim.

1. Letak, Luas dan Batas Wilayah

Secara Astronomis, Kelurahan Sawah Brebes terletak pada 05024’04”LS –

05024’38”LS dan 105

015’08”BT – 105

015’50”BT. Letak astronomis adalah letak

suatu tempat berdasarkan garis lintang dan garis bujur yang akan membentuk

suatu koordinat, (Katijan Sugianto, 1997:23). Berdasarkan letak astronomisnya,

posisi kelurahan Sawah Brebes termasuk ke dalam wilayah lintang rendah. Ini

berarti Kelurahan Sawah Brebes berada pada daerah tropis yang terletak pada

zona garis lintang antara garis lintang 23030’LU (Tropic of Cancer) dan zona

garis lintang 23030’LS (Tropic of Capricorn). Oleh karena itu keberadaan letak

astronomis di atas telah berperan dalam menentukan iklim wilayah ini.

Pada awalnya Kelurahan Sawah Brebes merupakan suatu pendukuhan dari Desa

Sukajawa yang sekarang berada dalam wilayah Kecamatan Tanjung Karang

Page 27: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

27

Barat. Pada Tahun 1944, karena pendukuhan ini telah memiliki penduduk yang

cukup banyak maka dikembangkan menjadi desa tersendiri yang diberi nama

Desa Sawah Ketoprak (karena penduduknya banyak yang menggemari kesenian

ketoprak). Nama Desa Sawah Ketoprak tidak berlangsung lama, karena

penduduknya banyak yang berasal dari Brebes Tegal Jawa Tengah maka pada

tahun 1946 nama Desa Sawah Ketoprak diganti menjadi Desa Sawah Brebes

dengan luas wilayah termasuk daerah Gunung Sari, karena perkembangan

penduduk dan untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan maka pada

tahun 1958 sebagian wilayah Desa Sawah Brebes dimekarkan menjadi desa

tersendiri yaitu Desa Sawah Lama.

Saat ini Kelurahan Sawah Brebes mempunyai luas 46 Ha. Berdasarkan letak

adminstratifnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota

Bandar Lampung. Letak administrasi adalah letak suatu daerah berdasarkan

pembagian wilayah administrasi pemerintahan, (Katijan Sugianto, 1997:28).

Adapun batas-batas administratif Kelurahan Sawah Brebes adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Jagabaya 1

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sawah lama, Kelurahan

Tanjung Agung, dan Kelurahan Gunung Sari

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pasir Gintung

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kedamaian dan Kelurahan

Jagabaya II

(Monografi Kelurahan Sawah Brebes Tahun 2008)

Untuk lebih jelasnya lokasi penelitian dapat dilihat pada peta lokasi berikut ini.

Page 28: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

28

Page 29: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

29

2. Keadaan Topografi

Topografi menurut Budiyono (2003:12) adalah lahan muka bumi baik

bergelombang, miring, lereng gunung, lembah dan lainnya yang sangat

berpengaruh pada kegiatan manusia baik untuk pertanian, perindustrian, sumber

daya air, pembangkit tenaga listrik jalur lalu lintas, perikanan, yang semua jenis

topografi ini akan berpengaruh pada jenis aktivitas manusia di permukaan bumi.

Secara umum daerah penelitian merupakan dataran rendah yang terletak pada 96

meter di atas permukaan laut (Monografi Kelurahan Sawah Brebes tahun 2008).

3. Keadaan Hidrografi

Hidrologi menurut Suharyono dan Moch Amien (1994:20) adalah ilmu yang

mempelajari air tawar di daratan (baik di permukaan atau di bawah tanah) dalam

kaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan akan air untuk kehidupan (kehidupan

sehari-hari, irigasi, kebutuhan industri, dan sebagainya).

Pada Kelurahan Sawah Brebes terdapat sebuah aliran sungai yang berhulu di

Gunung Betung dan bermuara di Teluk Lampung yaitu Sungai Way Awi. Sungai

Way Awi digunakan oleh penduduk sekitar sebagai tempat pembuangan limbah

industri tempe sehingga menyebabkan sungai tersebut terlihat kotor, keruh dan

berbau. Sehingga Sungai Way Awi tidak digunakan lagi oleh penduduk sekitar

untuk kebutuhan air bersih.

Page 30: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

30

4. Iklim

Menurut Susilo Prawirowardoyo dalam Subarjo (2001:4), iklim adalah keadaan

yang mencirikan atmosfir pada suatu daerah dalam jangka waktu yang cukup

lama, yaitu kira-kira 30 tahun. Untuk menentukan iklim Kelurahan Sawah Brebes

dilakukan dengan membandingkan rata-rata curah hujan bulan kering dan bulan

basah. Data curah hujan Kelurahan Sawah Brebes dapat dilihat pada Tabel

berikut.

Tabel 1. Data Curah Hujan Kelurahan Sawah Brebes dan Sekitarnya Selama

10 Tahun Terakhir

Bulan Tahun Jumlah

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 262 149 235 383 128 289 308 233 102 262 2351

Februari 359 256 159 171 200 300 366 333 175 284 2603

Maret 176 169 146 331 297 281 142 150 238 302 2232

April 107 42 74 167 189 157 77 92 180 99 1184

Mei 260 67 142 158 167 140 112 6 104 118 1274

Juni 60 144 91 116 35 63 198 68 81 87 934

Juli 130 141 299 216 22 98 110 161 75 0 1252

Agustus 50 48 73 16 15 152 146 3 36 135 674

September 20 76 81 0 122 116 79 0 0 213 707

Oktober 204 158 139 51 354 56 1171 12 101 121 1367

November 99 156 230 65 163 172 150 47 20 466 1568

Desember 180 111 205 116 237 435 120 192 200 464 2260

Jumlah

Bulan

Lembab

2

2

4

1

0

2

2

2

2

2

19

Jumlah

Bulan

Kering

2

2

0

3

3

1

0

5

3

1

20

Jumlah

Bulan Basah

8 8 8 8 9 9 10 5 7 9 81

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Panjang

Kota Bandar lampung, 2008.

Untuk menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah, Schmidth-

Fergusson menggolongkan kriteria sebagai berikut yaitu:

1. Bulan kering (BK) : bulan dengan curah hujan < 60 mm

2. Bulan lembab (BL): bulan dengan curah hujan antara 60-100 mm

3. Bulan basah (BB): bulan dengan curah hujan > 100 mm

Page 31: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

31

Rumus iklim menurut Schmidt- Fergusson adalah Q = Rata-rata bulan kering/rata-

rata bulan basah X 100 %. Berdasarkan Tabel 11 tersebut dapat dijelaskan bahwa

banyaknya bulan kering adalah 20, bulan lembab 19 dan bulan basah 81, sehingga

nilai Q dapat dihitung sebagai berikut:

Q = Rata-rata bulan kering/rata-rata bulan basah X 100 %

Q = x 100 %

Q = 24,69 %

Untuk menentukan tipe iklim berdasarkan nilai Q tersebut maka dirujuk pada

Tabel Tipe Iklim Schmidt-Fergusson sebagai berikut:

Tabel 2. Tipe Iklim Menurut Scmidth-Ferguson

Tipe

Iklim

Besarnya Nilai Q Besarnya nilai Q dalam % Kondisi iklim

A 0 ≤ Q < 0,143 0,0-14,3 Sangat basah

B 0,143 ≤ Q< 0,333 14,3 -33,3 Basah

C 0,333 ≤ Q < 0,60 33,3 – 60 Agak basah

D 0,60 ≤ Q< 1,00 60 -100 Sedang

E 1,00 ≤ Q <1,67 100 -167 Agak kering

F 1,67 ≤ Q < 3,00 167 -300 Kering

G 3,00 ≤ Q < 7,00 300 -700 Sangat kering

H 7,00 ≤ Q < - 700 - ke atas Luar biasa kering

Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra (2004 : 21-22)

Berdasarkan Tabel 2 tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa tipe iklim di

Kelurahan Sawah Brebes dan sekitarnya berdasarkan klasifikasi iklim menurut

Schmidt-Fergusson adalah bertipe iklim B yaitu basah dengan vegetasi hutan

hujan tropis. Untuk mengetahui batas besar nilai Q dari masing-masing tipe curah

hujan, maka Schmidt-Fergusson menyajikan gambar sebagai berikut:

2

8,1

Page 32: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

32

Gambar 4. Batas Besar Nilai Q dari Masing-masing

Tipe Curah Hujan Schmidt-Fergusson

Tipe iklim B ini memiliki kondisi iklim basah dengan ciri-ciri vegetasi hutan

hujan tropis. Dengan diketahuinya kondisi iklim di Kelurahan Sawah Brebes yaitu

basah dengan bulan basah selama 10 tahun yaitu 81 bulan, dan bulan kering 20

bulan serta curah hujan rata-rata tahunan yang dihitung selama 10 tahun yaitu

1.534mm/tahun, maka dapat dikatakan Kelurahan Sawah Brebes mempunyai

cadangan air yang cukup. Hal ini dapat dibuktikan dengan kedalaman air Sungai

Way Awi di Kelurahan Sawah Brebes berkisar antara 1,5 meter sampai 2 meter

pada musim penghujan dan 0,5 meter sampai 1 meter pada musim kemarau.

Namun, karena sungai tersebut digunakan untuk pembuangan limbah industri

tempe maka pada musim kemarau kondisi air berubah keruh dan kotor bahkan

menimbulkan bau sehingga tidak digunakan lagi oleh masyarakat sekitar sebagai

sumber air bersih.

G

E

D J

um

lah

ra

ta-r

ata

bu

lan

ker

ing

H 700%

300

%

167%

60%

100%

14%

33%

0%

Q F

C

B

A

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

0

11

12

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jumlah rata-rata bulan basah

Tipe Iklim

Kelurahan Sawah Brebes

Page 33: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

33

6.544 jiwa

0,46 Km2

B. Keadaan penduduk

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kelurahan Sawah Brebes memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.544 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga sebanyak 1.586 KK yang menenmpati wilayah seluas 46

Ha atau 0,46 Km2 (Monografi Kelurahan Sawah Brebes Tahun 2008).

Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:74) kepadatan penduduk adalah jumlah

penduduk per satuan unit wilayah. Kepadatan penduduk dalam penelitian ini akan

dihitung menggunakan kepadatan aritmatik. Kepadatan aritmatik adalah

banyaknya penduduk per satuan luas (Ida Bagoes Mantra, 2003:74). Kepadatan

aritmatik dapat diperoleh dengan rumus:

Kepadatan penduduk =

Keterangan: P = jumlah penduduk suatu wilayah (jiwa)

L = luas wilayah (Km2 atau Ha)

Berdasarkan rumus tersebut, maka kepadatan penduduk di Kelurahan Sawah

Brebes yaitu:

Kepadatan penduduk =

= 14.226,087 jiwa/ Km2 dibulatkan menjadi 14.226

jiwa/Km2

Menurut Suyono,dkk. (1995:246), indikator kepadatan penduduk yaitu:

a) Antara 0-50 jiwa/km2 tergolong tidak padat

b) Antara 51-250 jiwa/km2

tergolong kurang padat

c) Antara 251-400 jiwa/km2

tergolong cukup padat

d) Antara 401 jiwa/km2

lebih tergolong sangat padat

P

L

Page 34: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

34

Berdasarkan indikator di atas dan hasil penghitungan, maka penduduk di

Kelurahan Sawah Brebes tergolong sangat padat yaitu berjumlah 14.226

jiwa/Km2. Padatnya penduduk di Kelurahan Sawah Brebes dikarenakan daerah

ini dekat dengan pasar yaitu Pasar Tugu, Pasar Bawah, Pasir Gintung, dan Pasar

Koga yang dijadikan sebagai tempat pemasaran tempe.

2. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variabel-variabel

tertentu (Ida Bagoes Mantra, 2003:23). Menurut Said Rusli dalam Ida Bagoes

Mantra (2003:23), komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang

dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik

yang sama. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai komposisi penduduk

menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari Tabel 4 berikut ini.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung

Tahun 2008

No Kelompok

Umur

Jenis Kelamin Jumlah

(jiwa)

Persentase

(%) Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa)

0 – 4 217 433 650 9,93

2 5 – 9 289 419 708 10,82

3 10 – 14 492 561 1053 16,09

4 15 – 19 943 981 1924 29,40

5 20 – 24 315 417 732 11,19

6 25 – 29 288 285 573 8,75

7 30 – 34 205 214 419 6,40

8 35 – 39 102 116 218 3,33

9 40 – 44 52 56 108 1,65

10 45 – 49 26 45 61 0,93

11 50 – 54 20 34 54 0,83

12 55 – 59 11 13 24 0,37

13 60 – 64 6 9 15 0,23

14 65+ 3 2 5 0,08

Jumlah 2.969 3575 6544 100

Sumber: Monografi Kelurahan Tahun 2008

Page 35: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

35

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, dapat dijelaskan jumlah penduduk paling banyak

terdapat pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 1924 jiwa (29,40%).

Kelompok ini merupakan kelompok umur produktif, sedangkan jumlah penduduk

paling sedikit terdapat pada kelompok umur 65 tahun ke atas yaitu sebanyak 5

jiwa (0,08%) yang merupakan kelompok umur tidak produktif. Menurut jenis

kelamin, penduduk yang berjenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki.

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat

pada diagram berikut.

Gambar 5. Diagram Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin.

Page 36: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

36

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang dalam rangka

pemenuhan kebutuhan hidupnya. Untuk melihat komposisi penduduk berdasarkan

mata pencahariannya di Kelurahan Sawah Brebes dapat dilihat pada Tabel 5

berikut ini.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung

Tahun 2008.

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase

Karyawan( PNS, Swasta, ABRI, POLRI) 950 17,94

2 Wiraswasta/Dagang 1.354 25,57

3 Tani 24 0,45

4 Pertukangan 263 4,97

5 Buruh 1.575 29,75

6 Pensiunan 382 7,21

7 Nelayan - -

8 Pemulung 15 0,28

9 Jasa 732 13,83

Jumlah 5.295 100%

Sumber: Monografi Kelurahan Tahun 2008.

Berdasarkan Tabel 4 di atas, sebagian besar penduduk di kelurahan Sawah Brebes

memiliki mata pencaharian sebagai buruh 29,75% dan wiraswasta/dagang

25,57%. Hal ini mungkin dikarenakan Kelurahan Sawah Brebes dekat dengan

pasar sehingga banyak penduduknya yang menjadi buruh dan pedagang di pasar,

serta 22 orang dari 25,57% penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta dan

pedagang merupakan pengusaha industri tempe.

Page 37: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

37

4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Penduduk Kelurahan Sawah Brebes dapat digolongkan berdasarkan kriteria

pendidikannya. Berdasarkan pendidikan dapat digolongkan pada jenjang

pendidikan dasar, menengah yaitu SMP dan SMA, dan jenjang perguruan tinggi.

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Sawah Brebes

dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung

Tahun 2008.

No Jenjang Pendidikan Jumlah (orang) Persentase

Taman Kanak-kanak 419 6,40

2 Sekolah Dasar 2.247 34,34

3 SMP 1.751 26,76

4 SMA 1.642 25,09

5 Akademi (D1-D3) 218 3,33

6 Sarjana (S1-S3) 267 4,08

Jumlah 6.544 100%

Sumber: Monografi Kelurahan Tahun 2008.

Berdasarkan Tabel 5 di atas, kelurahan Sawah Brebes memiliki komposisi

pendidikan yang tergolong rendah karena penduduknya paling banyak yaitu

26,76% lulusan SMP.

C. Deskripsi Data Penelitian dan Hasil Pembahasan

1. Tempat Pembuangan Limbah Industri Tempe

Limbah industri tempe sebenarnya masih dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak

dan ikan karena masih mengandung protein yang cukup tinggi. Namun di

Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar

Lampung limbah industri tempe tidak diolah dan langsung dibuang ke parit atau

Page 38: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

38

sungai yang ada di lingkungan sekitar. Berikut adalah Tabel tempat pembuangan

limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang

Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

Tabel 6. Tempat Pembuangan Limbah Industri Tempe di Kelurahan Sawah

Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun

2009.

NO Tempat Pembuangan Limbah Jarak dengan

sungai

Jumlah

pengusaha

Persentase

(%)

1. Industri – Sungai 0 m -15 m 14 63,64

2. Industri - Parit + Sungai >15 m - 30 m 4 18,18

3. Industri – Parit >30 m – 45 m 4 18,18

Jumlah 22 100

Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran)

Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat diketahui paling banyak pengusaha tempe di

Kelurahan Sawah Brebes membuang limbah industrinya langsung ke sungai yaitu

sebanyak 14 orang (63,64%). Hal ini dikarenakan jarak lokasi industri yang dekat

dengan sungai. Air limbah yang dibuang ke sungai dapat mempengaruhi kualitas

air sungai dan menyebabkan air sungai menjadi tercemar. Hal tersebut seperti

yang dikemukakan Philip Kristanto (2002:167), bahan pencemar keluar bersama-

sama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air, dan tanah yang

merupakan komponen alam.

Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia.

Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa air menjadi tidak

bermanfaat lagi dan air menjadi penyebab timbulnya penyakit (Wisnu Arya

Wardhana, 2004:135).

Jarak tempat pembuangan limbah industri tempe dengan sungai yang dekat

menyebabkan pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke sungai dan

Page 39: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

39

parit. Hal ini dikarenakan pengusaha tempe dikelurahan tersebut tidak memiliki

tempat pembuangan limbah dan merasa lebih praktis karena tidak perlu

melakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya berikut adalah Tabel

tentang alasan pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke sungai atau

parit.

Tabel 7. Alasan Pengusaha Tempe Membuang Limbah Industri Tempe ke Sungai

atau Parit di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

No.

Alasan Pengusaha Tempe

Membuang Limbah Industri

Tempe ke Sungai atau Parit

Jumlah pengusaha Persentase (%)

1. Lebih praktis 13 59,09

2. Tidak memiliki tempat

pembuangan 9 40,91

Jumlah 22 100

Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran)

Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa paling banyak pengusaha

tempe di kelurahan tersebut beralasan membuang limbah industrinya ke sungai

atau parit karena merasa lebih praktis yaitu sebanyak 13 orang (59,09%). Hal ini

dikarenakan pengusaha tempe merasa lebih praktis dan tidak perlu melakukan

pengolahan lebih lanjut.

Air limbah industri tempe yang langsung dibuang ke sungai atau parit

menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan tidak nyaman untuk dihuni. Hal

tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Wisnu Arya Wardhana (2004:137), air

lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen

pencemar menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni.

Page 40: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

40

Berikut ini adalah gambar limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes yang

dibuang ke parit dan sungai :

Gambar 7. Limbah Cair Industri Tempe yang langsung dibuang ke sungai

Gambar 6. Limbah Cair Industri Tempe yang dialirkan melalui siring.

Page 41: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

41

2. Kondisi Air Limbah Industri Tempe

Industri tempe menghasilkan limbah yang berupa Whey (air rebusan kedelai) dan

kulit ari (kulit kedelai). Limbah yang dibuang ke parit ataupun langsung dibuang

ke sungai dapat menurunkan kualitas air.

Kualitas air menunjukkan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu

dalam kehidupan sehari-hari manusia, mulai dari air untuk kebutuhan langsung

yaitu sebagai air minum, mandi, mencuci, atau kebutuhan tidak langsung yaitu

irigasi, pertanian, peternakan, rekreasi dan transportasi.

Kualitas air mencakup tiga aspek yaitu aspek fisik, kimia, dan biologis. Aspek

fisik meliputi; jumlah bahan padat, warna, bau, rasa, kekeruhan, temperatur.

Aspek kimia meliputi; pH, alkalinitas, kesadahan, dan kandungan bahan mineral

lainnya. Aspek biologi meliputi; kandungan bakteri koli, dan jumlah organisme

lainnya di dalam perairan.

Dalam penelitian ini untuk menilai kualitas air limbah industri tempe

menggunakan aspek fisik dan kimia. Aspek fisik meliputi; total suspended solid,

sedangkan aspek kimia meliputi pH dan BOD.

Untuk mengetahui keadaan air limbah industri tempe berikut disajikan Tabel data

hasil uji laboratorium yang dibandingkan dengan baku mutu limbah cair di

Propinsi Daerah Tingkat I lampung melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Lampung Nomor:G/624/B.VII/HK/1995. Sampel diambil kemudian

diuji di Laboratorium Instrumen Fakultas MIPA Universitas Lampung untuk

mengukur kadar pH, BOD, total suspended solid.

Page 42: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

42

Tabel 8. Kondisi Air Limbah Industri Tempe Dengan Parameter pH, TSS

Pada Sungai Way Awi di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung

Karang Timur Kota Bandar Lampung tahun 2009

Sampel Air Parameter Baku Mutu Hasil uji laboratorium Keterangan

Limbah

industri

tempe

BOD

TSS

pH

75 mg/l

50 ppm

6,0 - 9,0

16.400 mg/l

74,3 ppm

3,2

Melewati batas

Melewati batas

Melewati batas

Sumber : Hasil Uji di Lab. Instrumen Fakultas MIPA, Tahun 2009.

Berdasarkan Tabel 8 tersebut, Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan, maka

air limbah industri tempe di kelurahan tersebut telah melewati ambang batas baku

mutu limbah cair di Propinsi Daerah Tingkat I lampung melalui Keputusan

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor:G/624/B.VII/HK/1995.

Air limbah industri tempe memiliki pH 3,2 yang berarti bersifat asam. Air yang

baik mempunyai pH yang berkisar 6,5–7,5. Air limbah dan bahan buangan

industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat

menggangu kehidupan organisme di dalam air seperti berkurangnya jumlah

populasi ikan yang ada di Sungai Way Awi. Selain itu, pH yg rendah atau bersifat

asam juga dapat mengakibatkan air menjadi berbau.

Air limbah industri tempe memiliki TSS 74,3 ppm. Berarti telah melewati baku

mutu yang telah ditetapkan yaitu 50 ppm. TSS menunjukkan jumlah zat padat

yang tidak terlarut dalam air, secara tidak langsung padatan tersuspensi

mempengaruhi parameter lain seperti temperatur dan oksigen terlarut, akibatnya

proses fotosintesis tanaman dalam air akan terganggu serta jumlah oksigen terlarut

air juga mengalami pengurangan. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan

Page 43: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

43

dari penyimpangan TSS yakni air akan memberikan rasa yang tidak enak pada

lidah dan menimbulkan rasa mual.

Air limbah industri tempe juga memiliki BOD yang telah melewati baku mutu

yang telah ditetapkan, yaitu 16.400 mg/L. BOD yang tinggi menunjukkan

kebutuhan oksigen terlarut yang tinggi, hal ini berarti kebutuhan oksigen biologis

untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme juga tinggi.

Semakin tinggi oksigen yang dibutuhkan oleh air maka dapat dikatakan air

semakin tercemar, hal ini berakibat pada kehidupan manusia yaitu menimbulkan

penyakit mata dan penyakit gatal-gatal bila air ini digunakan.

Limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes memiliki pH, BOD dan TSS

yang telah melewati ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga

dapat menimbulkan pencemaran lingkungan diantaranya menimbulkan bau yang

tidak sedap dan menyebabkan penurunan kualitas Sungai Way Awi. Bau yang

tidak sedap ditimbulkan dari air sisa rebusan kedelai yang dialirkan melalui parit

atau langsung di buang ke sungai. Penurunan kualitas Sungai Way Awi dapat

diketahui dari perubahan warna, bau, dan juga banyaknya sampah yang

menumpuk di sungai tersebut. Pengusaha industri tempe di Kelurahan Sawah

Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung membuang

limbah industrinya ke siring ataupun langsung ke sungai karena merasa lebih

praktis dan tidak memiliki tempat pembuangan limbah, (Hasil Wawancara dengan

Pengusaha Industri Tempe, April 2009).

Dengan demikian, kondisi air limbah industri tempe berpengaruh terhadap

kesehatan lingkungan diantaranya menyebabkan lingkungan menjadi bau dan

Page 44: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

44

penurunan kualitas Sungai Way Awi. Hal ini disebabkan air rebusan kedelai yang

langsung dibuang ke parit dan sungai.

Selain itu, limbah industri tempe yang langsung dibuang ke parit atau sungai

berpengaruh juga terhadap kesehatan masyarakat karena air dapat berfungsi

sebagai penyebar penyebab penyakit atau sarang insekta penyebar penyakit. Hal

ini sesuai dengan pendapat Juli Soemirat Slamet, (2002:92) pengaruh langsung

terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, karena air berfungsi

sebagai penyalur ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang

insekta penyebar penyakit.

3. Dampak Industri Tempe Terhadap Kesehatan Lingkungan

Keberadaan industri memiliki dampak langsung dan tidak langsung. Dampak tak

langsung industri pada umumnya berhubungan dengan masalah sosial masyarakat,

atau lebih jelasnya diungkapkan sebagai dampak psikososioekonomi. Adapun

dampak langsung (yang bersifat negatif) akibat kegiatan industri dan teknologi,

dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah berikut ini: a) pencemaran udara, b)

pencemaran air, c) pencemaran daratan.

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat asing. Zat-zat

asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara

dari keadaan normalnya, (Wisnu Arya Wardhana, 2004:28). Kehadiran bahan atau

zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu

yang cukup lama, akan menggangu kehidupan manusia, tumbuhan dan binatang.

Pencemaran udara berasal dari komposisi gas dari limbah industri, biasanya

Page 45: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

45

pencemaran udara ditandai dengan asap sisa pembakaran ataupun bau yang tak

sedap.

Air tercemar apabila air tersebut tidak menyimpang dari keadaan normalnya

(Wisnu Arya Wardhana, 2004:73). Air yang normal adalah air yang tidak

berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Keadaan normal air masih tergantung

pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air.

Pencemaran air dapat berasal dari limbah industri yang berupa limbah cair,

biasanya pencemaran air ditandai dengan pencemaran sungai dan pengeruhan air

tanah.

Daratan mengalami pencemaran apabila ada bahan-bahan asing, baik yang

bersifat organik maupun bersifat anorganik, berada dipermukaan tanah yang

menyebabkan daratan menjadi rusak, tidak dapat memberikan daya dukung bagi

kehidupan manusia, (Wisnu Arya Wardhana, 2004:97). Pencemaran daratan dapat

berasal dari limbah industri yang berupa limbah padat, pencemaran daratan

biasanya ditandai dengan menurunnya kualitas tanah.

Pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan yang berasal dari

limbah industri dapat berdampak terhadap kehidupan manusia. Dampak yang ada

dari keberadaan industri antara lain berdampak peada kesehatan lingkungan

sekitar seperti menyebabkan lingkungan menjadi bau, penurunan kualitas air dan

sampah yang menumpuk.

Industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kota Bandar Lampung telah berdampak kepada kesehatan lingkungan di

Page 46: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

46

kelurahan tersebut. Dampak industri terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung dapat

dilihat pada Tabel 9 dan 10

Tabel 9. Dampak Keberadaan Industri Terhadap Kesehatan Lingkungan di

Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota

Bandar Lampung Tahun 2009.

NO Dampak Keberadaan Industri

Terhadap Lingkungan Jumlah Responden Persentase (%)

1. Bau Tak Sedap 12 60

2. Sungai menjadi Kotor 8 40

Jumlah 20 100

Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran)

Berdasarkan Tabel 9 di atas, paling banyak responden menyatakan dampak

industri terhadap kesehatan lingkungan adalah menyebabkan lingkungan menjadi

berbau yaitu sebanyak 12 responden (60%). Hal ini disebabkan air rebusan

kedelai yang dibuang ke parit menimbulkan bau yang menyengat dan sampah

yang menumpuk di sungai membusuk.

Sungai menjadi kotor karena limbah industri tempe yang bersifat padat seperti

kulit kacang kedelai, plastik, dan daun pisang langsung dibuang ke sungai. Hal ini

dikarenakan pengusaha tempe merasa lebih praktis dan jarak lokasi industri yang

tidak terlalu jauh dengan sungai

.

Lingkungan yang berbau dan sungai yang kotor dapat menyebabkan gangguan

terhadap kesehatan masyarakat. Untuk mengetahui dampak industri tempe

terhadap kesehatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 10 halaman 47.

Page 47: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

47

Tabel 10. Dampak Keberadaan Industri Terhadap Kesehatan Masyarakat di

Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota

Bandar Lampung Tahun 2009.

NO Dampak Keberadaan Industri

Terhadap Kesehatan Jumlah Responden Persentase (%)

1. Sering Demam 5 25

2. Gangguan Pernapasan 15 75

Jumlah 20 100

Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran)

Berdasarkan Tabel 10 tersebut, paling banyak responden menyatakan dampak

industri terhadap kesehatan masyarakat adalah mengalami gangguan pernapasan

yaitu sebanyak 15 responden (75%). Hal ini dikarenakan lingkungan yang berbau

tak sedap.

Sering demam yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh juga dirasakan warga di

Kelurahan Sawah Brebes. Demam dapat disebabkan karena terganggunya organ

tubuh antara lain infeksi saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan gangguan

pernapasan.

Page 48: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

48

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah penelitian dilakukan dengan cara pengambilan sampel air limbah industri

tempe dan wawancara dengan penduduk di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan

Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung dengan cara purposif sampling,

maka penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebanyak 63,64% pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke sungai

dengan jarak dari tempat pembuangan industri ke sungai 0 m – 15 m, 18,18%

pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke parit dan sungai dengan

jarak dari tempat pembuangan industri ke sungai antara 16 m – 30 m dan

18,18% pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke parit dengan jarak

dari tempat pembuangan industri ke sungai antara 31 m – 45 m.

2. Kualitas air limbah tempe memiliki pH 3,2 yang berarti bersifat asam, yang

dapat mengganggu kehidupan organisme dalam air, selain itu juga

menyebabkan air menjadi berbau. TSS 74,3 ppm yang menyebabkan

perubahan warna pada air, menimbulkan rasa pahit pada lidah dan

menimbulkan rasa mual. BOD 16.400 mg/l yang menyebabkan air menjadi

tercemar sehingga menyebabkan penyakit mata dan penyakit gatal-gatal bila

air digunakan.

Page 49: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unila.ac.id/19792/1/BAB 1 SAMPE 5.pdf · 2016-01-25 · sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak ... mengidentifikasi

49

3. Sebanyak 60% responden menyatakan bahwa dampak industri tempe terhadap

kesehatan lingkungan menyebabkan lingkungan menjadi bau dan 40%

responden menyatakan sungai menjadi kotor seperti air sungai yang berwana

putih susu kekuningan dan juga banyak terdapat sampah. Sebanyak 25%

responden) menyatakan sering demam dan 75% responden menyatakan

mengalami gangguan pernapasan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat diberikan saran kepada

masyarakat dan pengusaha industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan

Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung guna menyikapi keberadaan

industri tempe terhadap kesehatan lingkungan sebagai berikut:

1. Agar pengusaha tempe tidak membuang limbah industrinya langsung ke

sungai atau ke parit, melainkan dibuatkan tempat pembuangan limbah atau

terlebih dahulu di tampung dan diendapkan sehingga dapat dijadikan pakan

ternak karena limbah industri tempe masih mengandung protein yang tinggi.

2. Agar masyarakat di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang

Timur Kota Bandar Lampung dapat melestarikan Sungai Way Awi dengan

cara tidak membuang sampah dan limbahnya ke Sungai Way Awi.