i. kimia kayu
DESCRIPTION
I. Kimia KayuTRANSCRIPT
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
BAB 1PENDAHULUAN
Sejak jaman purbakala, manusia selalu memanfaatkan kayu dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Teknologi pemanfaatan kayu secara kimia juga
telah dikembangkan ratusan tahun yang lalu. Contoh sederhana adalah konversi
kayu secara termal yaitu merubah kayu menjadi arang dan abu. Selanjutnya arang
digunakan sebagai bahan bakar bermutu tinggi dan saat sekarang telah digunakan
untuk berbagai keperluan seperti arang aktif, bahan absorbsi, penghilang bahan
pencemar air dan lain-lain.
Teknologi sederhana yang diterapkan oleh masyarakat pedalaman atau
masyarakat desa, misalnya teknik pembuatan racun sumpit, teknik perekatan
perkakas rumah tangga dengan damar, teknik pengawetan bambu dengan system
perendaman dan masih banyak lagi. Metoda sederhana yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia sebenarnya merupakan teknik pengolahan secara kimia
tingkat tinggi, walaupun belum berdasarkan pada kajian secara ilmiah di
laboratorium. Kajian-kajian oleh masyarakat biasanya hanya berdasarkan pada
pengalaman dan ilmu turunan.
Perkembangan teknologi di barat telah mampu membuka rahasia alam
tersebut dengan suatu bukti kajian ilmiah baik secara teori maupun praktek di
laboratorium. Perkembangan teknologi kimia kayu telah membuka wawasan
secara luas. Komponen dan unsur kimia di dalam kayu dapat diambil untuk
dipisah-pisahkan menjadi suatu golongan tertentu. Namun teknologi ini juga tidak
semudah yang dibayangkan oleh masyarakat umum. Proses pengolahan kayu
secara kimia tidak hanya memberikan manfaat yang positif, namun akhir-akhir ini
juga telah dibicarakan dampak negatif dari proses pengolahan kayu secara kimia.
Dampak negatif tersebut secara umum disebut sebagai pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan pun dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu
tingkat tidak membahayakan lingkungan, sedikit membahayakan hingga tingkat
sangat membahayakan lingkungan. Para ahli kimia di negara barat dan Jepang
saat sekarang telah mengembangkan proses pengolahan secara kimia yang
berwawasan lingkungan. Namun permasalahan ini juga kadangkala terbentur pada Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
1
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
masalah ekonomis suatu produk. Contohnya adalah teknologi pemutihan pulp
ramah lingkungan yang menggunakan sistem TCF (Totally Chlorine Free/bebas
klorin secara total dan Bio-bleaching), namun sistem tersebut belum dapat
dipertanggungjawabkan secara ekonomis.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan kimia kayu dan teknologinya
tentu harus turut dibahas untuk mengkaji masalah teknologi pengolahan kayu
secara kimia. Di dalam buku ini juga dibahas mengenai aspek kimia kayu dan
teknologinya secara umum.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
2
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
BAB 2KIMIA KAYU
2.1 Komposisi Dasar dan Komponen Kimia Kayu
2.1.1 Komposisi Dasar Kayu
Kayu tersusun dari unsur kimia organik tertentu. Sebagai gambaran secara
umum, bahan kayu disusun oleh unsur Karbon (C) sebesar 50%, oksigen (O)
sebesar 44%, hidrogen (H) sebesar 6% dan adakalanya disusun oleh sedikit
Nitrogen. Persentase unsur di dalam kayu berlaku untuk semua jenis kayu, yang
selanjutnya unsur-unsur tersebut membentuk suatu molekul yang saling berikatan
satu dengan lainnya di dalam sel kayu.
2.1.2 Komponen Kimia Kayu
Komponen kimia kayu yang terpenting antara lain selulosa, hemiselulosa,
karbohidrat lain, Lignin, zat ekstraktif, kadar abu dan mineral. Komponen kimia
kayu ini berasosiasi di dalam sel kayu. Sel kayu juga terbagi-bagi menjadi
beberapa bagian seperti inti sel, dinding primer, dinding sekunder, saluran damar,
lamela tengah dan bagian lainnya. Masing-masing bagian sel kayu mengandung
komponen kimia dan persentasenya tidak sama. Lamela tengah dan sudut sel
didominasi oleh Lignin, dinding sekunder didominasi oleh selulosa dan
hemiselulosa, sementara saluran damar didominasi oleh zat ekstraktif dan lain-
lain.
Selulosa adalah polisakarida linier yang dibentuk dari unit anhidroglukosa
yang berhubungan satu sama lain dengan ikatan 1-4 beta glukosidik dan
mempunyai struktur yang rapi. Selulosa berfungsi sebagai kerangka dan
memberikan kekuatan pada batang atau kayu. Hemiselulosa merupakan
polisakarida non-selulosa yang disusun oleh molekul heksosa, Pentosa, asam
uronik dan turunannya. Fungsi dari hemiselulosa tidak sejelas selulosa, namun
keberadaannya bersama-sama selulosa di dalam dinding sekunder sel kayu.
Karbohidrat lain yang terdiri dari atas tepung dan pektin (zat warna).
Tepung dibagi menjadi dua yaitu amilosa (rantai lurus) dan amilopektin (rantai
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
3
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
bercabang) yang disusun oleh molekul - D unit glukopiranosa, sedangkan
pektin disusun oleh molekul pentosa dan asam uronik.
Lignin merupakan suatu zat dengan struktur polimer yang rumit. Molekul
penyusun lignin adalah fenil propana. Fenil propana membentuk tiga molekul
yaitu koniferil, sinapin dan para kumar aldehida. Ketiga molekul tersebut saling
berikatan pada posisi gugus benzena atau pada posisi atom C , dan propane.
Persentase liqnin antara kayu daun jarum dan daun lebar sangat berbeda, begitu
pula antara daerah temperit dan tropis juga menunjukkan perbedaan yang jelas.
Zat ekstraktif terdiri atas sejumlah besar senyawa organik. Zat ekstraktif
dapat dikeluarkan melalui proses ekstraksi dengan pelarut organik dan air.
Beberapa zat ekstraktif seperti damar, terpentin, kofal, gondorukem, tannin dan
lain-lain. Zat ekstraktif juga sangat bervariasi tergantung jenis kayu (faktor
genetik) dan faktor luar seperti tempat tumbuh, iklim dan lain-lain.
Abu terdiri dari komponen dan unsur anorganik seperti karbonat, silikat,
natrium, mangan dan lain-lain dalam jumlah yang relatif kecil.
Distribusi selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam dinding sel dapat
diterangkan pada Gambar 2-1.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
4
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-1. Pembagian Komponen Kayu di Dalam Dinding Sel
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
5
Lamela Tengah, mengandung:Lignin: 40 – 60% beratSelulosa: 0% - sedikit
Dinding Sel Primer, mengandung:Lignin: 40 – 60% beratSelulosa: sedikitHemiselulosa: 40% - lebih
Lapisan Luar (S1)
Lapisan Tengah (S2)Lapisan Dalam (S3)
Dinding Sel SekunderMengandung:Lignin: 20 – 30% beratHemiselulosa: sedikitSelulosa: komponen utama,
konsentrasi meningkat dari S1>S2>S3
Lignin: 85 – 100% berat
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
2.2 Selulosa
2.2.1 Keberadaannya Dalam Dunia Tumbuh-Tumbuhan
Selulosa merupakan salah satu zat organik yang berlimpah di dunia, yang
terbentuk di dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Selulosa membentuk komponen
pokok dinding sel dan membentuk mikrofibril. Mikrofirbil mempunyai komposisi
yang agak panjang dari molekul selulosa yang tersusun kurang paralel atau lebih
satu sama lainnya. Di dalam alam tumbuh-tumbuhan seringkali selulosa
ditemukan bersatu dengan hemiselulosa dan lignin, tetapi untuk serat katun
(kapas), hampir semuanya merupakan selulosa murni. Oleh sebab itu secara
teknik sangat penting dan memerlukan pertimbangan khusus. Secara keseluruhan
jumlah persediaan selulosa di dunia diperkirakan lebih dari 1011 ton yaitu sekitar
80% terdapat di hutan. Tabel 2-1 menunjukan proporsi selulosa dalam beberapa
tanaman.
Tabel 2-1. Proporsi Selulosa di dalam Berbagai Jenis Tumbuhan
Kriteria Jenis kayuProporsi Selulosa
(%)Gymnospermae 50Angiospermaea.
DicotiledonaeJute 65Flax (Linum usitatissimum) 70 – 80Hemp (Cannabis sativa) 78Ramie (Bochmeria nivea) (Bochmeria virdis)
78
Katun/Kapas (Gossypium Hirsutun)
70-86 dan lebih
Kapok (Ceiba petandra) 55-65b. Monocotiled
onaeBagasse (Saccharum officinale) 30Bambu (Bambuseae) 60Alfagras (Stifa tenacissima) 47-60Esparto (Lyganum spartum) 47-60Gandum (Triticum vulgare) 33Rye (Secale cereale) 38Oat (Avena sativa) 37
2.2.2 Struktur Kimia
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
6
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Pada permulaan abad ini, selulosa sebagai komponen dinding sel, telah
memberikan satu rumus dasar yaitu (C6H10O5)n, yang mana sejumlah besar unit
glukosa dikombinasikan dengan satu rantai, pada akhirnya secara erat membentuk
satu lingkaran. Tetapi setelah itu, suatu penelitian menunjukan bahwa selulosa
adalah makro molekul yang linier dibentuk dari unit anhidro - - glukopiranosa.
Rantai selulosa memiliki 700 hingga 2000 unit glukosa. Unit-unit anhidrid
glukosa saling bersambungan membentuk polimer berantai panjang yaitu selulosa
dengan unit glukosa 500 – 10.000. Molekul selulosa yang panjang memiliki
panjang kira-kira 5 mikron (1/2000 cm).
Selulosa adalah homopolisakarida yang tersusun oleh unit-unit -D-
glukopiranosa yang saling berikatan membentuk rantai lurus dengan ikatan
glukosidik (1 4) (Gambar 2-1). Molekul selulosa berupa rantai lurus dan
dengan ikatan hidrogen yang mempunyai peranan penting dalam membentuk
ikatan antar molekul.
Gambar 2-1. Rumus bangun selulosa
Residu glukosa dalam selulosa berada dalam kedudukan C-1,
menyesuaikan dengan tiga susunan hidroksil, semuanya secara ekuatorial.
(Gambar 2-1).
Gambar 2-2. Penyesuaian kedudukan Cl pada selulosa
Jenis ikatan antara -D-glukopiranosa diperoleh melalui hidrolisa dari
selulosa yang sangat cermat, di mana sebagai tambahan dari selubiosa terhadap
unit glukosa dapat ditemukan selotriosa dan selotetrosa (Gambar 2-3). Adapun
rumus selulosa dapat dilihat pada Gambar 2-5.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
7
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-3. Rumus bangun selobiosa, selotriosa dan selotetraosa
Daerah selulosa terbagi menjadi 2 bagian yaitu kristalin dan amorfous.
Dengan sinar x kemungkinan dapat dihitung dimensi unit selulosa
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
8
Selobiosa Selotriosa
Selotetraosa
Keterangan Gambar 2-4:
Dua selulosa yang
terakhir berbeda satu
sama lain. Satu
mempunyai gugus OH
yang dapat menjadi eter
dengan mengikatnya
pada selulosa lain. Gugus
OH dari yang satunya
lagi mampu mengubah
dalam bentuk aldehida
terbuka. Oleh karena itu
satu menyusut dan yang
lainnya tidak menyusut
(Gambar 2-4)
Bentuk Aldehida TerbukaOEter
Bentuk Aldehida Terbuka - D Glukosa
Gambar 2-4. Bentuk Aldehida terbuka pada Selulosa
-D-Glukosa
H – C = O|
H – C - OH|
HO – C - H|
H – C - OH|
H – C - OH|CH2OH
HO – C – H|
H – C - OH|
HO – C - H|
H – C - OH|
H – C - O|CH2OH
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
kristalografiknya. Gambar 2-6 menunjukan satu unit sel monoklinik berdasarkan
bukti analisa sinar X.
Gambar 2-6. Sel Unit Selulosa
Keterangan Gambar 2-6: Sinar x tertentu dengan refleksi elektron tidak bisa diterangkan dengan model ini.
Didalam bidang a-b residu glukosa diikat bersama dengan ikatan hidrogen
(“Jembatan” hidrogen) yang banyak dan sangat kuat, dalam bidang a-c dengan
tekanan Van der Waal yang lebih lemah dan dalam bidang b-c dengan ikatan
kovalen. Oleh karena itu kisi-kisi selulosa adalah kisi-kisi rantai dan kisi-kisi
lapisan (Kollmann, 1968).
Adanya bagian kristalin dan amorfous dalam mikrofibril disebut sebagai
“Teori Fringe Micellar” (teori misel berumbai). Oleh karena itu satu rantai
selulosa tunggal bisa melewati beberapa bagian/daerah kristalin (disebut kristalit
atau misel) dan juga melewati bagian amorfous di sela-selanya.
Untuk menentukan kristalinitas yang relatif dari selulosa dengan metoda
fisik yang terbaik adalah :
a. Difraksi sinar XLaboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
9
Gambar 2-5. Deskripsi Rumus Selulosa
b =
103
Ǻ
a = 8,35 Ǻ = 840
c = 7,9 Ǻ
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
b. Pertukaran deuterium, dengan mudah diikuti oleh spektrokopis sinar infra
merah,
c. Metoda pertukaran tritium yang sensitif,
d. Daerah lembab.
Kebanyakan teknik-teknik fisika menunjukan 70%
hingga 80% kristalinitas untuk selulosa kapas, 60% hingga
70% untuk selulosa kayu pulp dan 40% hingga 50% untuk
pembaharuan selulosa (rayon).
Selulosa asetat dapat membentuk beberapa kristal
yang mana ikatan-ikatan selulosa disusun dalam satu arah
penampang tegak lurus dan terlipat ke permukaan kristal.
Dalam hal ini teori Fringe micellar tidak berlaku.
2.2.3 Derajat Polimerisasi (DP)
DP adalah jumlah unit-unit anhidroglukosa dalam ikatan selulosa.
Gambar 2-8. Rumus Bangun Selulosa dengan Derajat Polimerisasi = P-2
Dalam rumus bangun ini derajat polimerisasi sama dengan P, yang bisa
menjadi nomor genap atau ganjil. Massa molekul relatif dari anhidroglukosa kira-
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
10
Gambar 2-7. Daerah bagian kristalin dan amorfous dari selulosa.
Keterangan Gambar 2-7: A, A1, B1 adalah rantai akhir dalam daerah kristal, B adalah rantai akhir di luar daerah kristal; L adalah panjang dari daerah kristal. Daerah kristal mempunyai diameter 50 sampai 100 A
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
kira 162. Data analitik yang terakhir berturut-turut adalah C = 44,4%, H = 6,6%
dan O = 49,4%.
Sangatlah penting untuk mengetahui banyak anhidroglukosa di dalam
ikatan selulosa (P). Untuk menentukan DP (= P) dapat digunakan metoda berikut
ini :
a. Selulosa dalam ester dikonversikan dengan asam nitrat.
b. Selulosa ester dengan asam nitrat dilarutkan dalam aseton.
c. Dengan penambahan air distilasi fraksi, DP bisa ditentukan.
Nilai DP untuk fraksi-fraksi yang berbeda tidak sama. Oleh karena itu,
secara umum kita ambil nilai rata-rata DP sebagai derajat polimerisasi. Untuk
menghitung nilai rata-rata DP, ada dua macam cara, yaitu :
a. Rata-Rata Massa
Rata-rata massa selulosa dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut:
(2-1)
mi = Massa ikatan selulosa dengan unit I dari anhidroglukosa Pi = Jumlah unit-unit glukosa dalam gugus tertentu dari ikatan
selulosa = Menunjukkan nilai rata-rata
b. Jumlah Rata-Rata
Jumlah rata-rata massa selulosa dapat dicari menggunakan rumus:
(2-2)
ni = Jumlah ikatan dengan unit i dari anhidroglukosa
Hubungan berikut ini terdapat di antara mi dan ni
mi = mo . Pi . ni (2-3)
di mana: mo = massa molekul relatif dari sub unit anhidroglukosa, sehingga
dapat ditulis :
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
DPm = mi – Pi
mi
DPn = ni – Pi
ni
DPm = mo P
i 2 n
i=
ni Pi2
mo Pi n
i ni Pi DPm DPn
11
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
(2-4)
Untuk menentukan pulp DP secara teknik dapat digunakan metoda
viskosimetrik.
Metoda Viskosimetrik
Seri Polimer Homolog
Polimer yang mempunyai struktur sama tetapi panjang ikatannya berbeda
disebut seri polimer homolog. Menurut STAUDINGER, larutan viskositas
polimer homolog hanya tergantung pada derajat polimerisasi selama
konsentrasi dan temperaturnya sama.
Menurut STAUDINGER: = Km . M - (2-5)
Keterangan: = Pembatas viskositasKm = Konstanta STAUDINGER
M = Rata-rata massa molekul- = Konstanta
Angka viskositas didefinisikan sebagai berikut :
(2-6)
(2-7)
Keterangan: = viskositas larutan0 = viskositas pelarutc = konsentrasi dalam gram/ml
Hubungan antara viskositas spesifik nsp dan pembatas viskositas
diterangkan melalui rumus Martin berikut ini.
(2-8)
Nilai DP selulosa dari bahan yang berbeda diberikan dalam Tabel 2-2 dan
sebagai tambahan diagram pembagian DP dapat dilihat pada Gambar 2-9.Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
= lim - 0
0 cC 0
- 0 = spViskositas
spesifik0
sp =K c
.c.l0 k [] c
12
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Tabel 2-2. Nilai DP Selulosa dari Bahan-Bahan yang BerbedaBahan Nilai DP dari dua sumber berbeda
Kapas 2020 14100Rami 2660 ca 7000Picea sp 1550 hingga 8000Hardwood - hingga 7500 – 9500Fagus sp 1350 -Pulp sulfit dari: - Picea- Fagus
660 -860
Sutera Viskos 220-520
Gambar 2-9. Diagram pembagian DP dari selulosa yang berbeda
2.2.4 Struktur submikroskopik selulosa
Struktur submikroskopik selulosa dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Sel-sel unit selulosa dan ikatan selulosa (seperti dijelaskan pada halaman 8
dan 9).
b. Fibril dasar merupakan ikatan selulosa dari diameter yang terkecil.
Diameter dari fibril dasar tersebut kira-kira 35 A0.
c. Mikrofibril terdiri dari fibril-fibril dasar dan terdapat dalam ukuran-ukuran
spektrum alam, tergantung pada sumber selulosa tersebut. Menurut Kollmann
(1968), kemungkinan lebar fibril tersebut di dalam kayu mencapai 100 hingga
200 A0 dengan panjang tertentu.
d. Makrofibril adalah unit yang lebih besar dari mikrofibril.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
13
Hem
lock Fag
us
Kap
as
DP1000 3000 5000
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
e. Lamella terdiri dari mikrofibril dan disusun ke dalam lapisan dinding sel.
Unit-unit sel ikatan selulosa
Elementary fibril (dasar)
Mikrofibril
Makrofibril
Lamella tengah
Gambar 2-10. Ilustrasi Beberapa Macam Unit Selulosa
Gambar 2-11. Struktur submikroskopik dari selulosa (BFH, Hamburg).
Gugus -OH di dalam struktur molekular selulosa memiliki sifat tidak larut
dalam air. Sifat ini disebabkan oleh ikatan air seperti yang disebutkan dalam
gambar berikut ini.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
14
Hidrolisa
Daerah AmorfusDaerah
Kristalin
Serat Elementer
Penampang Melintang Serat Elementer
Air
Ca. 250 Å
Ca.
150
Å
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
2.2.5 Sifat-sifat kimia selulosa
Gugus fungsional berikut ini dapat ditemukan di dalam selulosa.
a. Ikatan glukosidik
b. Gugus OH
c. Gugus CHO (penyusutan akhir)
2.2.5.1 Ikatan Glukosidik
Ikatan glukosidik didalam selulosa dapat diputuskan dengan cara hidrolisa.
Pemutusan hidrolisa mulai dari daerah amorfous dan selanjutnya terus ke daerah
kristalin. Hidrolisa pada daerah amorfous lebih cepat dibandingkan daerah
kristalin. Terdapat tiga metoda hidrolisa selulosa, yaitu :
- Hidrolisa dalam asam, menurut rumus berikut :
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
15
Gambar 2-12. Prinsip ikatan air dengan bantuan Jembatan-Jembatan H antar ikatan selulosa.
dan lain-lain
H+
+ H2O
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-13. Rumus Hidrolisa Asam
Hidrolisa asam digunakan untuk memperoleh gula dari kayu atau untuk
pemisahan lignin.
- Hidrolisa dalam alkali (lebih lambat daripada di dalam asam)
- Pemisahan secara enzimatis dari ikatan glukosidik dengan bantuan -
glukosidase. Metoda biologi ini dipakai untuk memperoleh monomer
karbohidrat.
2.2.5.2 Gugus Hidroksil
Prinsip-prinsip gugus fungsional dalam selulosa murni adalah merupakan
gugus hidroksi. Sebagai polilkohol, selulosa mengalami oksidasi dan gugus-
gugusnya membentuk suatu reaksi seperti gugus aldehida, keto dan gugus
karboksil.
- Gugus aldehida dapat dibentuk pada atom C – 6 dari rantai selulosa
Gambar 2-14. Skema Pembentukan Gugus Aldehida pada Atom C-6 Selulosa
- Sebagai tambahan gugus aldehida dapat dibentuk pada atom C – 2 dan
atau atom C – 3, dimana lingkaran piranosa telah diputuskan.
Gambar 2-15. Pembentukan Gugus Aldehida pada Atom C-2 atau C-3 Selulosa
- Gugus Keto dibentuk pada atom C – 2 dan atau atom C – 3
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
16
Oksidasi
Oksidasi
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-16. Skema Pembentukan Gugus Keto pada Atom C-2 atau C-3 Selulosa
- Gugus karboksil dapat dibentuk pada atom C – 1 dari reducing end
(penyusutan akhir) atau C – 6 dan juga pada atom C – 2 dan atau C – 3 setelah
lingkaran piranosa terbuka.
Gambar 2-17. Skema Pembentukan Gugus Karboksil pada Atom C-1 atau C-6 dan Atom C-2 atau C-3
2.2.5.3 Gugus Aldehida (Reducing End/Penyusutan Akhir).
Teknik-teknik yang terpenting adalah oksidasi untuk gugus karboksil
dengan larutan alkali kuprisulfat (Angka Kopper) dan reaksi dengan alkali,
terutama pada pemanasan. Reaksi dari alkali dapat dilihat dalam rumus berikut
ini.
Gambar 2-18. Skema Reaksi Karbohidrat dengan Alkali
2.2.5.4 Pelarut Selulosa
Selulosa larut dalam beberapa asam yang kuat seperti H2SO4 72%, HCl
41% dan H3PO4 85%. Oleh karena itu, degradasi selulosa ini berjalan sangat
cepat, khususnya larutan asam sulfat pekat dan asam klorida pekat. Pelarut-
pelarut selulosa lain adalah hidroksida qupramonium, cupri etilen diamin dan
kadmium tri etilendiamin (kadoksen). Kadoksen adalah pelarut yang terbaik,
memberikan larutan yang tak berwarna yang stabil pada setiap jenis selulosa.
Dalam aqua alkali, selulosa mengembang akan tetapi tidak larut. Alkali
akan mendegradasi selulosa dengan beberapa cara. Pada temperatur rendah dan
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
17
Oksidasi atau
OH‾ H2O
+ HO-Sel + OH¯
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
adanya oksigen, ikatan glukosidik diputuskan oleh suatu reaksi rantai yang
melibatkan radikal-radikal bebas. Pada temperatur tinggi alkali itu sendiri dapat
mematahkan ikatan glukosidik.
2.2.6 Turunan Selulosa
2.2.6.1 Metil Selulosa (Eter)
Pada molekul glukosa gugus OH yaitu pada atom C- 2, 3 dan 6 dapat
dimetilisasi ke atom C- 2, 3, 6 – trimetil glukosa (Eter).
Gambar 2-19. Skema Reaksi Metilasi pada Atom C-2, 3, dan 6 Selulosa
Gugus OH pada atom C-1 dan C-4 tidak dapat dimetilisasi. Oleh karena
itu, dengan metilisasi dapat dibuktikan bahwa residu glukosa dalam molekul
selulosa digabungkan dengan 1 4 jembatan oksigen (ikatan glukosidik).
Gambar 2.20. Ikatan 1 4 (Ikatan Glukosidik) pada Selulosa
Metil selulosa larut dalam air dingin. Metil selulosa dan hidroksil metil
selulosa (Rsel – O- CH2OH) digunakan sebagai pengemulsi dan bahan pengikat.
2.2.6.2 Selulosa Nitrat (Ester)
Menurut derajat nitrasi, selulosa nitrat (Rsel – O- NO2) larut dalam
alkohol, ester atau keton jernih. Larutan-larutan ini digunakan untuk menentukan
viskositas dan distribusi DP (derajat polimerisasi). Selulosa nitrat dipakai untuk
memproduksi kapas sintetis, larutan nitro, bahan peledak dan sebagai bahan
pelembut untuk pembuatan bahan-bahan sintetis.
2.2.6.3 Selulosa Asetat (Ester)
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
18
Metilasi
- D -Glukopiranosa 2,3,6 – Trimetil Glukosa
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Oligosakarida yang terasetilisasi terbentuk di dalam degradasi asetilitik
selulosa. Hal ini dapat dipisahkan dengan analisis kromatografi kedalam asetat
selubiosa, selotriosa, selotetraosa, selopentaosa dan seloheksosa dan
diidentifikasikan sebagai bentuk-bentuk kristal.
Kebebasan pada derajat-derajat asetilisasinya menyebabkan selulosa asetat
dapat larut dalam pelarut organik. Pelarutan penuh hasil asetilisasi lebih buruk
daripada asetilisasi yang terurai.
Selulosa asetat digunakan untuk membuat sutera sintetis, asetat, foil, films,
dan pelarut. Bahkan frame kacamata juga sering terbuat dari selulosa asetat.
2.2.6.4 Selulosa Xanthogenat (Ester)
Selulosa xanthogenat dan garamnya tidak mempunyai penggunaan secara
teknik, tetapi digunakan sebagai bahan dasar untuk memproduksi sutera buatan
(untuk tekstil) dan rayon (serta ban). Selulosa dapat diturunkan sebagai akibat dari
adanya reaksi antara garam selulosa xanthogenat dengan asam.
Gambar 2-21. Skema Reaksi Garam natrium selulosa xanthogenat dengan Selulosa
2.3 Hemiselulosa
2.3.1 Pertimbangan–pertimbangan umum
Hemiselulosa terdapat pada dinding sel tanaman bersama-sama dengan
selulosa dan lignin. Hemiselulosa mempunyai berat molekul yang rendah dan
polisakarida non-selulosa. Hemiselulosa terbagi menjadi dua yaitu rantai linier
dan rantai bercabang, pengecualian pada arabinogalaktan yang memiliki rantai
cabang dan dijumpai pada jenis kayu Larix. Hemiselulosa jarang mempunyai
lebih dari 150 – 200 residu gula pada rantai molekul, sehingga makro-
molekularnya sangat kecil dibandingkan dengan selulosa. Jumlah hemiselulosa
antara 20% dan 35% dari berat kayu (Wenzel, 1970).
Hemiselulosa pada tanaman dibentuk dari senyawa-senyawa yang
tercantum pada Gambar 2-22.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
19
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-22. Rumus Bangun Senyawa-Senyawa Penyusun Hemiselulosa
Deskripsi singkatan-singkatan hemiselulosa yang dipakai :Gal = Galaktosa Me = MetilKsil = Xilosa A = Asam (= asam uronik)Ara = Arabinosa Xilp = XilopiranosaGlu = Glukosa P = PiranosaMa = Mannosa F = FuranosaContoh :-D-Glup = -D-Glukopiranosa-D-Glup A = -D-Asam glukopiranuronik4 – O – Me – D - Glup A = 4 – 0 – Metil – D - Asam Glukopiranuronik
Hemiselulosa dalam kayu angiospermae dan gimnospermae tidak sama.
Polisakarida pada gimnospermae lebih kompleks daripada kayu angiospermae.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
20
-D-Glukopiranosa -D-Glukopiranosa -D- asamglukopiranuronik
4-O-Metil--D- asamGlukopiranuronik
-D- Mannopiranosa -D- Galaktopiranosa -D-Galaktopiranosa
-D-Xilopiranosa -D-Arabinopiranosa-L-Arabinofuranosa
L – Rhamnosa
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
2.3.2 Hemiselulosa Kayu Daun Lebar
Dua prinsip hemiselulosa pada kayu angiospermae adalah O-Asetil-4-O-
metil-glukurono-xilan dan glukomannan. Xilan merupakan hemiselulosa yang
dominan untuk semua kayu daun lebar.
2.3.2.1 O-Asetil 4-O-Metil glukoronoxilan
Polisakarida ini dapat diisolasi melalui ekstraksi langsung antara kayu dan
KOH dan diperoleh hasil 80-90%, sementara isolasi dengan NaOH menyebabkan
hasilnya akan berkurang. 10-20% Xilan yang tersisa dalam kayu kemungkinan
tidak mampu terdifusi keluar dari dinding sel (Kollmann, 1968). Struktur dasar
xilan yang terdapat pada semua kayu daun lebar, digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2-23. Struktur dari 4-0-Metil glukuronoxilan
Polisakarida ini terdiri dari kerangka ikatan 1 4 residu -D-
ksilopiranosa. Beberapa diantaranya merupakan ikatan langsung rantai sisi residu
4-0-Metil--D-Asam glukoronik pada dua posisi.
Kebanyakan kayu daun lebar berisi xilan dengan sepuluh residu xilosa
setiap rantai sisi asam. Seperti halnya selulosa, sebagian 4-0-Metil glukoronoxilan
merupakan daerah kristalin dan dapat diperoleh dalam bentuk kristal tunggal.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
21
55
-- 4 - - D - Xilp – 1 4 - - D - Xilp – 1 4 - - D - Xilp – 1 4 - - D - Xilp – 1
Asetil
3
7
4 – O – Me - - D - GlupA1
2
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-24. Rumus Bangun 0-Asetil-4-0-Metil glukuronoxilan
Xilan alam yang terasetilisasi di dalam kayu memiliki kemungkinan
bersifat amorfus, namun hal ini lebih berorientasi pada arah sumbu serat dan
kelarutan di dalam air. Xilan terasetilisasi yang diperoleh melalui ekstraksi alkali,
tidak larut di dalam air (Kollmann, 1968).
2.3.2.2 Glukomannan
Xilan dapat dipisahkan melalui ekstraksi kayu daun lebar dengan KOH.
Sisa glukomannan dapat dipisahkan dari selulosa dengan perlakuan larutan NaOH
yang mengandung boraks dan dapat larut di dalam larutan tersebut. Polisakarida
ini terdiri dari -D-glukopiranosa yang tersebar secara acak dan -D-
mannopiranosa residu terikat bersama-sama dengan 1 4 ikatan glukosidik.
Perbandingan antara glukosa dan mannosa biasanya 1 : 2, tetapi pada kayu Betula
perbandingannya adalah 1 : 1, glukomannan lebih cepat terdepolimerisasi dengan
asam daripada selulosa, dan juga lebih mudah terdegradasi dengan alkali.
Gambar 2-25. Rumus bangun glukomannan dari kayu daun lebar.
2.3.2.3 Galaktan kayu tekan.
Polisakarida ini diisolasi dari kayu tekan beech, yang terdiri dari residu
asam galaktoronik dan asam glukoronik. Terbukti bahwa keduanya (1 4) dan
(1 6) terdapat ikatan unit-unit galaktan.
2.3.3 Hemiselulosa pada kayu Daun Jarum
Pada dinding sel sekunder, kayu daun jarum mempunyai kadar lignin yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kayu daun lebar. Oleh karena itu tidak seperti
halnya kayu daun lebar, kayu daun jarum ketika direaksikan dengan alkali tidak
menunjukan adanya perubahan. Untuk isolasi hemiselulosa kayu daun jarum,
biasanya lignin dieliminasi dengan asam klorida (HCl) dan menghasilkan
holoselulosa, sementara hasil ekstraksi dengan Kalium hidroksida memberikan
hasil suatu campuran dari dua hemiselulosa yaitu arabino 4-O-metil
glukoronoxilan dan galaktoglukomannan.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
22
-- 4 - - D - Manp – 1 4 - - D - Glup – 1 4 - - D - Manp – 1 4 - - D - Manp – 1
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
2.3.3.1 Arabino-4-0-Metilglukuronoxilan
Polisakarida ini terdapat pada xilan kayu daun lebar. Akan tetapi sebagai
tambahan, residu -L-Arabinofuranosa juga mengikat atom C-3 pada residu-
residu xilosa dengan kemungkinan penyebaran secara random di sepanjang rantai.
Tidak seperti halnya xilan kayu daun lebar, xilan kayu daun jarum tidak
terasetilisasi pada daerah aslinya walaupun demikian larut dalam air karena
jumlah dari 4-0-asam metil glukuronok dan ikatan samping arabinosa.
Gambar 2-26. Rumus Bangun Arabino 4-0-Metil glukuronoxilan
2.3.3.2. Galaktoglukomannan
Hemiselulosa yang paling banyak pada kayu daun jarum adalah
galaktoglukomannan, merupakan satu kesatuan polisakarida yang sangat erat dan
berisi beberapa jumlah residu galaktosa. Komposisi galaktoglukomannan terdiri
atas galaktosa, glukosa dan mannosa dengan perbandingan 0,1 : 1 : 3.
Gambar 2-27. Rumus Bangun O-Asetil-Galaktoglukomannan
Punggung baris heksosan terdiri dari 1 4 ikatan -D-glukopiranosa dan
residu -D-mannopiranosa yang memiliki kemungkinan untuk tersebar secara
random. Beberapa residu glukosa dan mannosa mengangkut sejumlah residu -
D-galaktopiranosa,yang langsung mengikat pada ke 6 posisi. Rangka
glukomannan sedikit bercabang dan berisi sekurang-kurangnya 150 residu
heksosa. Polisakarida ini sangat labil terhadap alkali, di mana alkali ini dapat
mendegradasi polisakarida pada gugus penyusutan akhir (reducing end).
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
23
4--D-Xilp-1 4--D-Xilp-1 4--D-Xilp-1 4--D-Xilp-1 4--D-Xilp-1 4--D-Xilp-1
-L-Arab
1
3
4-0-Me--D-Glupa
2
1
4DManp14DGlup14DManp14DManp14DManp14DGlup14DManp1
Asetil
2 atau 3
DGalp
6
1
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
2.3.3.3 Galaktan kayu kompresi
Galaktan pada kayu kompresi spruce kebanyakan terdiri dari galaktosa,
tetapi kemungkinan terdapat pula residu asam uronik. Bagian netral pada galaktan
ini terdiri dari ikatan 1 4 residu -D-galaktropiranosa. Galaktan ini berbeda
dengan galaktan yang ada pada tension wood (kayu tekan).
2.3.3.4 Larix Arabinogalaktan
Larix Arabinogalaktan ditemukan dalam kuantitas genus larix dan menurut
persepsi baru termasuk ke dalam golongan pektin.
Gambar 2-28 .Rumus Bangun dari Larix arabinogalaktanKeterangan:R = -D-Galaktopiranosa atau jarang, L-Arabinofuranosa atau D-asam uronik glukopiranosa
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
24
3DGalp13DGalp13-DGalp13DGalp13DGalp-1
DGalp
1
6
DGalp
6
1
L - Arap
1
6
R
1
6
DGalp
1
6
DGalp
1
6
DGalp
6
1
- L - Arap
1
3
DGalp
1
6
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
25
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Tabel 2-3. Data mengenai Hemiselulosa (BFH Hamburg)
PolisakaridaTerdapat
Pada
Jumlah dalam Kayu
(%)Komposisi Bagian Ikatan
Linier/Cabang
Pelarut DPn DPm
O-Asetil-4-O-Metil-Glukoronoxilan Kayu daun
lebar
10 – 35 -D-Xilp4-O-Me--D-GlupA
O-Asetil
101
7
1 41 2
Sedikit Bercabang
Air, Alkali 200 180 s/d 250
Glukomannan Kayu daun lebar
3 – 5 -D-Xilp-D-Glup
1 – 21
1414
Tidak Ada Data Alkali >70 >120
Arabino-4-O-metil-Glukoronoxilan
Kayu daun jarum
10 – 15 -D-Xilp4-O-Me--D-GlupA
L-Arap
102
1,3
141214
Tidak AdaData
Air >120
Galaktoglukomannan(larut dalam air) Kayu daun
jarum
5 – 10 -D-Manp-D-Glup-D-GalpO-Asetil
311
0,24
141416
Kemung-kinan bercabang
Air >100
>150
Galakto-Glukomannan
(larut dalam air)Kayu daun
jarum
10 – 15 -D-Manp-D-Glup-D-GalpO-Asetil
31
0,10,24
141416
Kemungkinan bercabang
Akali >100
>150
Arabinogalaktan
Kayu Larix
10 - 20 -D-GalpL-Arap-D-Arap-D-GlupA
62/31/3
Sedikit
1->3, 1->6161316
Bercabang Banyak
Air 220 100 dan 600
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
25
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
2.3.4 Struktur Submikroskopik dan Sifat Fisik Hemiselulosa
Berlawanan dengan selulosa, hemiselulosa tidak mampu membentuk
daerah kristalin, menurut Tabel 2-3 untuk struktur kimianya bercabang. Oleh
karena itu ditemukan satu struktur submikroskopik tertentu seperti yang terdapat
pada selulosa. Hemiselulosa didominasi oleh daerah amorfous, di mana daerah
tersebut terletak di antara rantai kristalin dalam rongga intermiselar. Disamping
itu, pada semua kemungkinan terdapat ikatan kimia antara gugus OH glukosidik
hemiselulosa dan gugus OH pada C - dalam rantai cabang lignin (lihat Bab
Lignin).
Hemiselulosa dari rantai cabang dapat dipisahkan di bawah pengaruh
alkali atau asam. Rantai linier hemiselulosa menjadi kristal pada permukaan
selulosa dan membentuk hemiselulosa kristalin.
Derajat polimerisasi (DP) hemiselulosa lebih pendek daripada DP
selulosa. Nilai rata-rata (DP) kira-kira 200. Absorpsi/penyerapan air dan
pengembangan pada hemiselulosa lebih tinggi dibandingkan dengan selulosa dan
lignin (lihat Tabel 2-4).
Tabel 2-4. Penyerapan Air dari Komponen Kayu (BFH Hamburg)
KomponenKomposisi
dalam kayu (%)
Penyerapan air dibandingkan dengan kayu
Dihubungkan dengan total penyerapan air dari kayu
(%)KayuHemiselulosaSelulosaLignin
100235324
1,01,560,940,60
100 35,8 49,8 14,4
2.3.5 Sifat-sifat Kimia Hemiselulosa
Seperti halnya selulosa, gugus OH hemiselulosa bersatu dengan eter dan
ester. Namun, produk eter dan ester dari hemiselulosa tidak mempunyai
kegunaan/kepentingan teknis secara komersial. Dalam alkali, penyusutan akhir
hemiselulosa menunjukan reaksi yang sama seperti selulosa. Degradasi rantai-
rantai selulosa atau hemiselulosa melalui alkali disebut “peeling off “. Alkali dan
temperatur yang sangat tinggi menyebabkan dekomposisi hidrolitik pada ikatan
glukosodik, di mana dekomposisi hidrolitik ini disebabkan oleh asam.
Berdasarkan struktur amorfusnya, semua reaksi kimia hemiselulosa lebih cepat
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
26
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
dibandingkan selulosa namun alkalinitas dan resisten hidrolitik dari berbagai
hemiselulosa berbeda. Sebagai contoh, glukomannan dan xilan mempunyai
resisten terhadap larutan alkali yang tinggi. Gugus asetil sangat sensitif terhadap
alkali, tetapi gugus arabinosa membuatnya menjadi lebih seimbang sehingga
hemiselulosa lebih resisten terhadap alkali. Asam glukoronik dapat memperlambat
terjadinya pemutusan rantai karbohidrat melalui gugus akhir.
2.3.6 Furfural
Furfural merupakan produk kimia yang penting. Furfural diperoleh dari
sisa pertanian dan juga dari hemiselulosa. Pentosa furfural diperoleh melalui
penambahan air ke dalam pentosa (xilosa dan arabinosa) dan terakhir dengan cara
pemisahan dengan gugus OH sehingga air masuk kedalam furfural.
Gambar 2-29. Reaksi Pemisahan dengan Gugus OH pada Pembentukan Furfural
Furfural mempunyai satu gugus aldehida yang reaktif dan dapat bergabung
dengan komponen-komponen kayu yang lain.
Reaksi dari furfural dengan komponen-komponen kayu diperlihatkan pada
Gambar 2-30.
Gambar 2-30. Reaksi Furfural dengan Komponen Kayu
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
C5H8O4 C5H10O5 C5H4O2+ H2O - 3 H2O
FurfuralPentosa
CH2OH – CHOH – CHOH – CHOH -C/H
\\O
- H2OHC – CH
|| ||
HC C – C\O
//H
\\O
OH
+ 2 — C /H
\\O
——C——|
H
OH|
——C——|
H
OH|O
OO
OH
27
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
2.4 Polisakarida Lain Dari Kayu
2.4.1 Pektin
Pektin terbentuk hanya selama tahap pengembangan sel dan lebih banyak
terdapat pada kulit kayu dibandingkan pada kayu itu sendiri. Jumlah pektin dalam
kayu kira-kira 1% sampai 3% yang mendominasi dalam sel-sel muda. Umumnya
jumlah pektin pada angiospermae lebih tinggi daripada gimnospermae. Pada
hidrolisa biasanya pektin membentuk asam galaktoronik dan sedikit jumlah
arabinosa dan galaktosa. Secara garis besar struktur pektin belum diketahui.
Berdasarkan persepsi baru, larix arabinogalaktan termasuk ke dalam pektin.
2.4.2 Kanji/Starch
Kanji mendominasi dalam angiospermae daun jarum dan ini merupakan
persediaan utama polisakarida untuk sebuah pohon. Kanji terdiri dari dua
komponen yaitu amilosa dan amilopektin.
2.4.2.1 Amilosa
Amilosa terdiri dari rantai panjang -D-residu glukopiranosa yang
dihubungkan dengan ikatan glukosidik antara atom C-1 dan atom C-4.
Gambar 2-31. Rumus Bangun Amilosa
Berat molekul amilosa antara 50.000 dan 160.000 dan amilosa larut air
dalam bentuk koloidal. Reaksi iodida dengan kanji digunakan untuk
mengidentifikasi amilosa, yang berubah menjadi biru setelah perlakuan dengan
iodida.
2.4.2.2 Amilopektin
Amilopektin terdiri dari rantai-rantai bercabang -D-residu glukopiranosa.
Ada dua macam hubungan antara unit-unit amilopektin, yaitu:
- (14) antara atom C-1 dan C-4 dalam rantai linier
- (16) antara atom C-1 pada rantai-rantai cabang dan atom C-6 pada rantai-
rantai linier.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
Gambar 2-32.Prinsip Struktur Amilopektin
28
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Berat molekul amilopektin diperhitungkan lebih tinggi daripada berat
molekul selulosa yaitu kira-kira 400.000. Amilopektin tidak larut dalam air, tetapi
dapat mengembang di dalam air dan menjadi kental. Amilopektin dapat juga
diidentifikasi dengan bantuan reaksi iodine-starch. Reaksi ini menyebabkan
amilopektin berwarna violet.
Pada kanji normal, biasanya proporsi antara amilosa dan amilopektin adalah 1 : 2.
2.5 Lignin
2.5.1 Pertimbangan Umum
Lignin ditemukan hampir di dalam semua tanaman, baik pada lumut,
gimnospermae maupun angiospermae. Bakteri, algae dan fungsi/ jamur tidak
mengandung lignin.
Lignin dalam tumbuhan merupakan substansi yang tidak larut. Isolasi
lignin dari kayu telah menarik perhatian peneliti sejak lama. Untuk penentuan
kuantitas lignin dalam kayu, selulosa dan hemiselulosa didegradasi melalui
metode hidrolisa menggunakan asam sulfat kuat yang diperlakukan terhadap
molekul gula yang rendah dan sisanya residu coklat tua ditetapkan sebagai lignin.
Seperti diketahui lignin dalam literatur adalah sebagai Lignin Klason. Untuk
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
29
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Pemisahan/isolasi lignin dari kayu dapat menggunakan asam klorida (HCl)
berkonsentrasi tinggi, yang dikenal dalam literatur sebagai lignin Willsätter.
2.5.2 Komponen dasar Lignin
Komponen-komponen dasar lignin terdiri dari sinapin-alkohol, koniferil-
alkohol dan p-kumaralkohol, merupakan turunan dari fenil propana, seperti yang
terlihat pada gambar 2-34.
Gambar 2-33. Rumus Umum Lignin
Sinapin , Koniferil dan p-kumaralkohol merupakan turunan propil
alkohol yang masing-masing berhubungan dengan radikal siringil, guaisil dan 4-
hidroksifenil. Komponen-komponen ini kurang larut dalam air, sehingga di dalam
tanaman, komponen tersebut terdapat dalam bentuk glukosida yang larut dalam air
dan juga dapat berpindah-pindah didalam tanaman tersebut. Glukosida dari ketiga
alkohol ini disebut siringil, koniferin dan p-kumar-glukosida. Pada tempat-tempat
dimana lignin terbentuk, alkohol ini berpindah ke komponen lignin
(sinapinalkohol), koniferilalkohol, dan p-kumaralkohol) dengan bantuan/ melalui
- glukosidase. Kegiatan seperti ini dapat diamati dengan indican dalam daerah
kambium.
Gambar 2-35. Identifikasi Indican di dalam daerah Kambium
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
O-1--Glu
H2O-Glukosidase
+ glu-1-OH
H2O2
Indigotin (2x) (tidak berwarna)
Indigo (biru)
Indican
30
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-34. Rumus Bangun Komponen Dasar Lignin
Menurut Wenzel (1970), lignin kayu konifer semata-mata hanya terdiri
dari unit-unit quaiacilpropil, dimana lignin kayu decidous sebagian berisi quaiacil
dan siringilpropil. Namun, dalam penyesuaiannya dengan sumber-sumber lain,
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
Koniferil Alkohol
Radikal 4- HidroksifenilP-Kumaral Alkohol
Sinapin Alkohol
Radikal Guaisil Alkohol
Radikal Siringil Alkohol
31
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
unit-unit siringil ditemukan juga dalam lignin kayu koniferus. Jumlah komponen
lignin di dalam lignin tanaman diberikan pada Tabel 2-5.
Tabel 2-5. Jumlah Komponen Lignin dalam Tanaman (%) (BFH-Hamburg)Jenis Tanaman Unit-Unit p-kumar Unit-unit Siringil Unit-unit GuaisilGimnospermaeAngiospermaeTanaman rumput
144
30
64320
805350
Keterangan: Nilai-nilai dalam tabel ini tidak pasti (harus mempertimbangkan deviasi yang signifikan)
2.5.3 Prinsip Ikatan
Kombinasi antara komponen-komponen lignin dapat terjadi baik melalui
ikatan eter dan/atau dengan karbon ke ikatan karbon. Prinsip-prinsip ikatan
sebagai berikut :
a. Dengan oksidasi enzim (dehidrasi) satu
elektron pada gugus fenolik OH bergeser/berpindah dan terbentuk radikal .
Gambar 2-36 . Skema Pembentukan Radikal Radikal dapat terjadi dalam bentuk mesomer yang berbeda (radikal-radikal
, radikal ).
Gambar 2-37. Mesomer Radikar
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
2 + 2H+221e1e
Radikal ½O2 + 2e + 2H+ H2O
| O - H | O | + H+ + H+ | O |
32
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
b. Dengan kombinasi dua radikal, terbentuk
dimmer baru yang stabil dan mempunyai karakter/ sifat fenolik.
Gambar 2-38. Skema Pembentukan Dimer Stabil melalui Kombinasi dua Radikal
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
+
Sambungan Kemungkinan Dehidrasi
atau
+
Sambungan Kemungkinan Dehidrasi
R - OH
Keterangan: Kombinasi lain juga memungkinkan
33
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Dehidrasi enzim dimmer dapat membentuk radikal yang baru. Kombinasi
dari satu monomer dan satu dimer menghasilkan satu formasi trimer, sementara
tetramer dapat terbentuk dengan kombinasi antara dua dimmer. Makromolekul
lignin dibentuk melalui dehidrasi kontinyu dari produk-produk tersebut.
Gambar 2-39. Rumus Bangun Fenil Propana
Rumus struktur-struktur seperti ini mampu menghubungkan dengan
struktur R–O–H. Hubungan R–O–H menghasilkan formasi eter. Karbohidrat
terbentuk melalui pengikatan oleh ikatan gugus glukosidik OH.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas dapat dibentuk satu skema untuk
lignin yang digambarkan pada halaman berikut ini. Dalam skema ditemukan
segala kemungkinan mengenai elemen-elemen struktur lignin, yang terdiri dari
unit-unit guaisil. Seperti halnya dengan skema tersebut dapat dibentuk skema
struktur lignin berdasarkan p-kumar-alkohol dan sinapinalkohol. Namun, sinapin-
alkohol sebagai komponen lignin, -radikal tidak dapat terbentuk karena adanya
atom C No 5 pada lingkaran fenolik yang tidak bebas. Dengan kata lain pada p-
kumaralkohol terdapat dua atom C (C-3 dan C-5) yang berdekatan dengan gugus
fenolik OH.
Oleh karena itu, dengan adanya p-kumaralkohol sebagai komponen lignin,
jumlah -radikal menjadi meningkat. Gambar 2-39 menunjukan skema mengenai
struktur lignin yang berbeda dengan skema pada Gambar 2-40.
Berlawanan dengan selulosa, lignin merupakan suatu komponen kayu
yang bersifat amorf, tidak mempunyai struktur linier dan berada dalam bentuk
formasi bundar (globular).
Lignin mempunyai gugus hidrofil yang lebih sedikit dibandingkan dengan
karbohidrat, sehingga memiliki daya serap air yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan komponen kayu lainnya (lihat Tabel 2-4). Selulosa
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
34
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
mempengaruhi elastisitas kayu, sementara lignin lebih mempengaruhi kekakuan
kayu.
2.5.4 Sifat-sifat kimia Lignin
Gugus-gugus fungsional berikut ini ditemukan dalam lignin.
- Gugus-gugus OH fenolik
- Atom-atom hidrogen pada lingkaran fenolik yang bersebelahan dengan
gugus OH.
- Gugus-gugus OH pada rantai samping, terutama pada atom karbon-.
- Ikatan eter pada rantai samping, terutama pada atom karbon-.
- Gugus-gugus metoksil
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
Gambar 2-40. Bentuk Ringkas dari Rumus Bangun Lignin menurut Adler (Kollmann, 1968)
Gam
bar
2-40
. Mod
el S
truk
tur
Lig
nin
35
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
2.5.4.1 Pengaruh gugus-gugus OH fenolik
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
36
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
a. Kondensasi dengan gugus karbonil reaktif dapat diperlihatkan dengan cara
reaksi-reaksi berikut ini. Kondensasi terjadi pada atom C no. 5 yang
berdekatan dengan gugus OH fenolik dan menggambarkan reaksi lignin
dengan aldehida-aldehida, contohnya pada furfural dan formaldehida.
Gambar 2-41. Skema Reaksi Kondensasi pada Gugus Karbonil Reaktif (Atom C-5)
b. Reaksi dengan gugus-gugus OH reaktif yang penting untuk pembentukan
lignin.
Gambar 2-42. Skema Reaksi Pembentukan Lignin melalui Gugus OH Reaktif
c. Reaksi dengan halogen-halogen digunakan untuk pencucian dalam industri
pulp sebagai berikut:
Gambar 2-43. Reaksi pada Proses Pencucian di dalam Industri Pulp
d. Pengaruh ikatan-ikatan Eter dari bagian Alifatik
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
+ +atau
+ + H2O
+ HClCl2
37
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Ikatan-ikatan eter, terutama pada posisi- dipisahkan secara hidrolitik.
Dengan pemisahan ikatan eter, terbentuk gugus-gugus OH yang bebas dan sangat
reaktif. Reaksi ini penting untuk proses pemisahan pada lignin
Gambar 2-44. Pemisahan Ikatan Eter pada Posisi –
2.5.4.2 Kereaktifan Gugus-Gugus OH pada Bagian Alifatik
Gugus-gugus OH, terutama dalam posisi mampu bereaksi dengan
hidrogen-hidrogen yang reaktif. Reaksi ini juga penting untuk kondensasi lignin
dibawah pengaruh asam, sebagaimana untuk kondensasi lignin dengan ekstraktif
kayu-fenolik.
Gambar 2-45. Skema Reaksi Gugus OH pada Posisi dengan Hidrogen–Hidrogen Reaktif
2.5.4.3 Reaksi-reaksi dari gugus metoksil (OCH3)
Metoksil (OCH3) adalah gugus karakteristik dari lignin. Dalam kehadiran
alkali, terutama alkalimetal – hidrogensulfida, CH3 terpisah seperti terlihat pada
Gambar 2-46, kemudian metil merkaptan bereaksi lagi dengan gugus metoksil
(Gambar 2-47).
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
+ H-O-R
OH
+ HOH
+ + H2O
+ NaSH + CH3SH
Metilmerkaptan
38
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-46. Skema Reaksi Pemisahan –CH3 dari Lignin
Gambar 2-47. Skema Reaksi Pembentukan Dimetilsulfida
Disamping gugus-gugus fungsional, oksidasi bagian-bagian alifatik dengan
oksigen dari udara atau dengan nitrobenzena dalam kehadiran alkali adalah suatu
hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Dalam reaksi ini rantai propana
terdegradasi sedemikian rupa, sehingga C- tertinggal pada lingkaran aromatik
dengan sebuah gugus aldehida.
Gambar 2-48. Skema Reaksi Pembentukan Vanilin
2.5.5 Beberapa reaksi Lignin yang penting secara teknis
Proses terpenting untuk pembuatan pulp adalah proses Sulfit dan Alkali.
2.5.5.1 Reaksi-reaksi dari proses Sulfit
Selama proses sulfit, ikatan-ikatan eter dipisahkan secara hidrolitis
menurut skema pada Gambar 2-49. Sementara reaksi-reaksi yang sama juga
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
+ CH3 – S – CH3
Dimetilsulfida
+ CH3SH
Metilmerkaptan
Vanilin
O2, Alkali
CH2OH
39
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
diperlihatkan antara sulfit dan gugus OH pada posisi (Gambar 2-50). Namun,
pada kenyataaanya terdapat 4 gugus khas berbeda yang harus diperhatikan
(Gambar 2-51).
Gambar 2-49. Skema Reaksi Pemisahan Ikatan Eter secara Hidrolitis
Gambar 2-50. Skema Reaksi antara Sulfit dan Gugus OH pada Posisi .
.
Gambar 2-51. Rumus Bangun 4 Gugus Khas pada Reaksi antara Sulfit dan Gugus OH
Gugus-gugus Ax bereaksi sangat cepat disebabkan gugus OH fenolik.
Reaksi gugus-gugus Az sangat lambat dan gugus-gugus B menjadi reaktif pada
nilai –pH kurang dari 4. selama proses penggabungan, lignin sebagai suatu
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
+ NaOR+ NaHSO3
Asam Lignosulfonik
+ H2O+ NaHSO3
NaOH
OH
Struktur 1 Struktur 2
Gugus AX
Struktur 3
Gugus B
Struktur 4
Gugus -AZ
40
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
makromolekul yang tidak larut diuraikan dalam fragmen-fragmen kecil yang
mengandung gugus-gugus SO3H dan dapat larut dalam air. Ini berarti bahwa
lignin terpisah/dikeluarkan dari kayu sebagai asam lignosulfonik.
Sulfitasi dapat diperlihatkan dengan struktur lain dari lignin, misalnya
seperti pada skema berikut ini.
Gambar 2-52. Skema Reaksi Sulfitasi pada salah satu bentuk Model Lignin
Bila nilai pH lebih rendah dari 4, terdapat kemungkinan timbulnya reaksi-
reaksi kondensasi. Namun, jumlah ekstraktif kayu fenolik yang lebih tinggi
(sekitar 0,5%) dan nilai pH yang lebih rendah (pH4) menyebabkan reaksi
kondensasi juga timbul antara fenol-fenol yang reaktif dan molekul-molekul
lignin pada posisi . Oleh karena itu, lignin tidak diubah ke dalam bentuk asam
lignosulfat yang dapat larut.
Beberapa reaksi kondensasi terlihat pada Gambar 2-53, sedangkan reaksi
kondensasi dengan ekstraktif kayu fenolik terlihat pada Gambar 2-54.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
- HSO3 + OH¯
dan
+ OH¯- HSO3
+ H2O+
41
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-53. Skema Reaksi Kondensasi pada Lignin
Gambar 2-54. Skema Reaksi Kondensasi antara Lignin dengan Ekstraktif Pinosylvin
Akibat terjadi kondensasi seperti tersebut di atas, maka proses sulfit tidak
dapat digunakan untuk menghasilkan pulp dari jenis-jenis kayu yang mengandung
ekstraktif fenolik dalam jumlah yang relatif tinggi (sebagai contoh pinus,
Sylvestris).
2.5.5.2 Proses Alkali
Pada proses ini, lignin dikeluarkan dari kayu dengan cara alkali saja atau
alkali dan alkali hidrogen sulfida. Pada proses ini terjadi pula pemisahan ikatan
eter (Gambar 2-55).
Lignin diubah ke dalam fragmen-fragmen yang dapat larut dalam alkali.
Reaksi kondensasi jarang terjadi selama proses sulfat berlangsung.
Sejalan dengan pemisahan ikatan-ikatan eter pada posisi , gugus-gugus
metoksil terdegradasi seperti pada skema yang terdapat di dalam Gambar 2-56.
Disamping proses pulping sulfat dan sulfit, lignin dapat dikeluarkan dari
kayu dengan klor atau klordioksida. Pada industri pulp, klor dan klordioksida ini
digunakan sebagai bahan pemutih.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
+ H2O+
Pinosylvin
OH¯+
( - )+ H2O
- SH
+
42
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-55. Skema Reaksi terhadap Lignin di dalam Proses Alkalin
Gambar 2-56 . Skema Reaksi Pendegradasian Gugus Metoksil
2.5.6 Kepentingan Teknis dari Lignin
Jumlah alkali lignin dan lignosulfonik yang diperoleh selama proses
pulping adalah sekitar 45.106 ton/tahun pada tahun 1985. Sebagian besar lignin ini
dibakar untuk pengadaan energi panas.
Alkali dan sulfur dapat diperoleh kembali dengan adanya pembakaran
lignin di pabrik-pabrik pulp. Disamping sebagai pembakaran, asam lignosulfonat
digunakan pula sebagai bahan pengikat, pelet dan bahan pengurai. Selain itu
lignin juga digunakan untuk memproduksi vanillin, dimetilsulfoksida dan
berbagai fenol.
2.5.6.1 Vanillin.
Vanillin dapat diperoleh baik dari kayu konifer maupun dari kayu pohon-
pohon yang menggugurkan daunnya. Namun demikian, produksi dari
angiospermae tidak ekonomis karena disamping vanillin terbentuk, siringilaldehid
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
+ NaSHONa
+ CH3SH
Metil Merkaptan
+ CH3SHOH
+ CH3 – S – CH3
Dimetilsulfida
43
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
juga harus dipisahkan dari vanillin. Vanillin dapat digunakan sebagai bahan
pewangi dan pelezat Makanan.
Gambar 2-57. Rumus Bangun Vanilin
2.5.6.2 Dimetilsulfoksida
Dimetilsulfoksida terbentuk dari reaksi antara lignin dengan sulfur atau
lignin dengan logam alkali hidrogensulfida.
Gambar 2-58. Skema Reaksi Pembentukan Dimetilsulfida
Dimetilsulfida dioksidasi dengan sistem NO/O2/NO2 menjadi
Dimetilsulfoksida.
Gambar 2-59. Skema Reaksi Pembentukan Dimetilsulfoksida
Dimetilsulfoksida digunakan baik sebagai pelarut dalam industri kimia
sintetis maupun untuk penggunaan dalam bidang farmasi.
c. Fenol - Fenol yang Terbuat dari Lignin
Metoda untuk pembuatan fenol adalah hidrogenolisis dibawah tekanan dan
temperatur tinggi. Namun demikian metoda ini secara teknis tidak digunakan
untuk menghasilkan fenol dari lignin karena hasilnya rendah. Selain itu, isolasi
berbagai fenol dari campuran fenol memerlukan biaya yang mahal. Fenol-fenol
yang dapat dibuat dari lignin terlihat pada Gambar 2-60.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
+ NaSHONa
+ CH3SHMetil Merkaptan
+ CH3SHOH
+ CH3 – S – CH3
Dimetilsulfida
CH3 — S — CH3NO / O2 / NO2 CH3 — S — CH3
O
Dimetilsulfoksida
Fenol O-Cresol P-CresolEtil Fenol
Propil Fenol
44
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-60. Rumus Bangun Fenol-Fenol yang terbuat dari Lignin
2.6 Ekstraktif Kayu
2.6.1 Pengertian Umum
Ekstraktif kayu dapat diekstraksi dengan bahan-bahan pelarut organik atau
dengan air. Diantaranya adalah senyawa-senyawa alifatik, aromatik dan alisiklik,
hidrokarbon, alkohol, keton dan bermacam-macam tipe asam, ester dan senyawa-
senyawa fenolik. Selanjutnya sterol, tannin, minyak-minyak tal, resin, bahan
pewarna, lignan, protein, lilin dan beberapa alkaloid ditemukan dalam ekstraktif
kayu.
Kebanyakan ekstraktif terdapat dalam kayu teras. Senyawa-senyawa yang
bersifat racun terdapat diantara ekstraktif kayu, sehingga menyebabkan kayu teras
menjadi relatif tahan terhadap serangan mikroorganisme yang merusak kayu.
Contohnya pada kayu jati (Tectona grandis) merupakan kayu yang sangat tahan
terhadap serangan mikroorganisme karena mengandung ekstraktif Tectochinon,
demikian pula halnya dengan kayu ulin (Eusyderoxylon zwageri) yang
mengandung ekstraktif eusiderin dan jenis kayu lainnya. Beberapa ekstraktif kayu
menyebabkan kayu teras berwarna gelap.
Menurut Kollmann (1968) unsur-unsur anorganik (abu) juga terkandung
dalam ekstraktif kayu. Namun tidak dapat dikeluarkan dari kayu dengan cara
ekstraksi menggunakan bahan pelarut organik, karena pelarut organik tidak dapat
melarutkan unsur-unsur anorganik.
Adapun pengaruh-pengaruh positif dari ekstraktif kayu adalah sebagai
berikut :
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
45
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
a. Warna kayu (dekoratif) yang indah
b. Meningkatkan ketahanan kayu terhadap kerusakan secara biologis.
c. Meningkatkan ketahanan kayu terhadap pengaruh bahan kimia.
d. Meningkatkan ketahanan kayu terhadap kelecetan atau kerusakan secara
mekanik.
Adanya ekstraktif kayu kadang-kadang tidak menguntungkan karena
pengaruh-pengaruh negatif sebagai berikut :
a. Terpen dan resin menyebabkan terjadinya penggumpalan dan dapat mengotori
permukaan selama pengerjaan kayu secara mekanis misalnya penggergajian,
pembuatan finir dan pembuatan pulp.
b. Fenol dan tannin mengganggu pemisahan lignin selama proses pulping sulfat,
sehingga menyebabkan terjadinya reaksi kondensasi antara lignin dan fenol.
c. Terjadinya korosi pada pisau pengupas kayu dan gergaji.
d. Reaksi warna dengan logam (Fe, Cu) sehingga menyebabkan terjadinya
perkaratan.
e. Sebagian bersifat racun.
f. Perubahan warna kayu oleh cahaya.
g. Unsur-unsur anorganik merusak alat-alat (gergaji, pisau) mesin-mesin
pengolah kayu, sehingga alat tersebut menjadi mudah tumpul atau rusak.
h. Karbohidrat molekul rendah mengganggu pengerasan semen untuk pembuatan
papan semen-kayu.
2.6.2 Terpen dan Resin
Terpen dan resin terutama ditemukan pada jenis-jenis Pinus. Terpen dan
resin dapat dipisahkan dari kayu dengan cara destilasi dengan uap. Untuk
memperoleh terpen dan asam resin terdapat 3 metoda:
a. mengumpulkan dari pohon-pohon hidup dengan cara peneresan
b. ekstraksi dari kayu-kayu yang mengandung resin dengan pelarut
yang sesuai (contohnya menggunakan benzena atau naftalena)
c. sebagai hasil sampingan dari proses pulping alkali.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
46
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Terpen merupakan komponen yang mudah menguap dan dipisahkan
sebagai minyak terpentin sulfat. Asam resin mempunyai titik didih yang lebih
tinggi dan diperoleh dalam bentuk sabun sulfat.
Terpen dan asam resin termasuk dalam senyawa-senyawa terpenoida yang
merupakan turunan dari Isoprena (2-Metilbutadiena – 1,3).
Gambar 2-61. Rumus Bangun Isoprena
Terpen dalam kelompok-kelompok berikut ini :
a. Monoterpena mengandung dua unit isoprena.
b. Sesquiterpena mempunyai tiga unit isoprena.
c. Diterpen yang dibangun dari 4 unit isoprena.
Asam resin termasuk dalam kelompok ini
Terpen dari jenis konifer yang paling penting terlihat pada Gambar 2-62.
Gambar 2-62. Terpen dari Kayu Konifer
Salah satu asam resin yang terpenting adalah asam abietik (Gambar 2-63).
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
- Pinen - Pinen
Limonen - Phellandren Camphen -Caren
47
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-63. Rumus Bangun Asam Abietik
Asam resin lainnya seperti asam Dextropinar, asam Levopimarik, asam
Neoabietik dan lain-lain berbeda dari asam abietik dengan perbedaan susunan dari
ikatan ganda dalam system lingkaran atau rantai samping.
Kayu-kayu konifer mengandung lebih banyak resin dibandingkan dengan
kayu-kayu yang menggugurkan daun (deciduous trees), kecuali pada jenis birch
dan poplar memiliki resin sehingga berpengaruh negatif pada industri pulp. Kayu-
kayu konifer umumnya mengandung resin lebih dari 1% berdasarkan bahan kayu
kering tanur, tetapi kayu yang menggugurkan daun dapat mengandung resin
kurang dari 1%. Pengecualian pada jenis-jenis pinus yang mengandung hingga
mencapai 10% atau lebih resin yang dapat diekstraksi, sementara pada kayu birch
dan poplar hanya mengandung resin 2% atau lebih
Terpen digunakan sebagai bahan pelarut untuk mengambangkan biji
minyak atau sebagai bahan dasar untuk kamper sintetis dan bahan pengharum
(pewangi), serta untuk memproduksi insektisida.
Asam resin (callophium) digunakan dalam industri sintetis untuk
modifikasi alkilresin. Garam dari asam resin (resinate) berfungsi sebagai perekat
kertas.
2.6.3 Lemak
Asam lemak dipisahkan dari ekstrak beberapa jenis kayu. Jumlah asam
lemak dari ekstrak kayu-kayu daun jarum adalah antara 40% hingga 60% perberat
ekstrak dan dalam ekstrak kayu-kayu yang menggugurkan daun sekitar 60%
hingga 90% perberat ekstrak (Wenzel, 1970). Pada kayu yang baru ditebang (kayu
segar), asam-asam ini terdapat dalam bentuk ester, tetapi apabila kayu disimpan
lama, ester-ester akan mengalami hidrolisa.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
48
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Pemisahan asam lemak dari asam resin dilakukan dengan cara destilasi
atau esterifikasi dari campuran dasar kedua asam tersebut. Esterifikasi asam-asam
lemak lebih mudah daripada esterifikasi asam-asam resin.
Asam lemak merupakan senyawa-senyawa alifatik, yaitu asam-asam jenuh
dan tak jenuh. Beberapa asam lemak yang penting adalah sebagai berikut:
a. Asam-asam tak jenuh.
- Asam oleat : C17H33–COOH atau CH3–(CH2)7–CH=CH–(CH2)7–
COOH
- Asam linoleat: C17H31–COOH atau
CH3–(CH2)4–CH=CH–CH2–CH=CH–(CH2)7-COOH
- Asam linolenat: C17H29–COOH atau CH3–CH2–CH=CH–CH2–CH=CH–CH2–CH=CH–(CH2)7–COOH
b. Asam Jenuh
- Asam palmitat: C15H31–COOH atau CH3–(CH2)14–COOH
- Asam stearik: C17H35–COOH atau CH3–(CH2)16–COOH
- Asam lignocerat: C23H47–COOH atau CH3 – (CH2)22 – COOH
Apabila dibandingkan dengan asam lemak jenuh maka asam-asam lemak
tak jenuh lebih mendominasi di dalam kayu. Selanjutnya distribusi dari asam-
asam ini dalam kayu gubal dan kayu teras harus dipertimbangkan. Sebagai contoh
pada jenis kayu aspe, jumlah asam-asam jenuh dan tak jenuh di dalam kayu gubal
tidak berbeda jauh dengan kayu teras, sementara pada jenis kayu birch memiliki
kayu teras dengan kandungan asam jenuh yang tinggi dan asam tak jenuh yang
rendah bila dibandingkan dengan kayu gubal (Wenzel, 1970).
Panjang rantai asam lemak yang telah diidentifikasi bervariasi antara C-6
dan C-24 untuk yang jenuh, dan antara C-12 dan C-18 untuk asam-asam yang tak
jenuh. Asam lemak digunakan dalam industri untuk menghasilkan bahan pewarna
dan juga untuk pembuatan resin sintetis.
2.6.4 Tannin
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
49
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Tannin digunakan sebagai bahan penyamak kulit hewan dan pengolahan
kulit seperti pembuatan jaket, sepatu, sandal, dan lain-lain. Tannin diperoleh
dengan cara ekstraksi kulit kayu menggunakan air panas (40-130ºC).
Ekstraksi menggunakan temperatur yang tergantung pada sensitifitas dari
berbagai macam tannin. Tabel 2-6 menunjukkan tannin yang terjadi dari
penggabungan dalam berbagai famili tumbuhan. Sementara keberadaan tannin
yang dapat dihidrolisa dalam beberapa tumbuhan terlihat pada Tabel 2-7.
Tabel 2-6. Tannin yang terjadi dari penggabungan berbagai tumbuhan (Wenzel, 1970)
Famili Bahan Tumbuhan Hasil (%)Myrtaceae Eucalyptus adstringes (kulit)
Eucalyptus wandoo (kulit dan kayu teras)4 – 5012 – 15
LeguminosaeAcacia catechu (kayu teras)
Acacia mangium (kulit)Acacia mollisima (kulit)
Fobinia pseudoacacia (kulit)
1515 - 2535 – 40
7
AnacardiaceaeSchinopsis balansae (kayu teras)Schinopsis lorenzill (kayu teras)
Nama dagang untuk keduanya adalah Quebracho
20 – 2516 – 17
Rhizophoraceae Rhizophora candelaria (kulit)Rhizophora mangle (kulit)
Keduanya termasuk jenis mangrove
25 – 3020 – 25
Fagacease Castanea sativa (kulit)Quercus robur (kulit)
8 – 1412 – 16
PinaceaePicea abies (kulit)
Pinus sylvestris (kulit)Larix deciduas(kulit)
5 – 2016
5 - 20
Tabel 2-7. Tannin yang dapat dihidrolisa (BFH – Hamburg)Nama Tannin A s a l Hasil (%)
Sumach Rhus coriaria (daun)Rhus typhina (daun)
13 – 5513 – 55
Valonea Quercus valanea (buah) 16 – 38
Chestnut Castanea sativa (kayu) 6 – 15
Divi-Divi Caesalpina coriaria (buah)Caesalpina brevifolia (buah)
25 – 5035 - 52
Seperti telah diterangkan di atas, terdapat dua kelompok utama tannin yaitu tannin
yang terjadi karena kondensasi tannin dan tannin yang dapat dihidrolisa.
2.6.4.1 Tannin Terkondensasi
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
50
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Tannin yang mengalami reaksi kondensasi disebut sebagai tannin
terkondensasi dibangun dari monomer-monomer catechin. Tannin ditemukan
terutama di dalam kulit kayu, tetapi kadang-kadang terdapat di dalam kayu
dengan jumlah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan di dalam kulit kayu.
Gambar 2-64. Rumus Bangun Tannin Terkondensasi
2.6.4.2 Tannin terhidrolisa
Tannin yang mengalami hidrolisa disebut sebagai tannin terhidrolisa.
Tannin ini merupakan ester-ester dari gula, terutama glukosa, dengan satu atau
beberapa asam polifenol karbosiklik, tergantung apabila asam gallik atau asam
ellagik yang dibentuk pada hidrolisa maka tannin-tanin ini disebut dengan “galo
tannin” atau “ellagik tannin”. Rangkaian-rangkaian ester dipecah oleh asam-asam,
alkalis (basa) atau enzim-enzim. Sedangkan ester dari glukosa dengan asam gallik
dan asam heksaoksidifen mempunyai rumus bangun seperti pada Gambar 2-65.
Gambar 2-65. Asam yang terbentuk pada Hidrolisa
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
Asam Gallik
Asam Digallik
Asam Ellagik Asam Heksaoksidifen
51
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-66. Rumus Bangun Ester dari Glukosa dengan Asam Gallik dan Asam Heksaoksidifen
2.6.5 Ekstraktif-ekstraktif fenol lainnya
2.6.5.1 Lignan
Lignan dibangun dari dua gugus fenilpropana, terutama dengan struktur
guaisil. Kombinasi dari gugus-gugus ini adalah melalui ikatan karbon ke karbon
dalam rantai samping.
Gambar 2-67. Rumus Bangun Lignan
2.6.5.2 Stilben Fenol
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
Conidendrin
Pinoresinol
52
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Stilben fenol terdapat di dalam kayu teras Pinus. Fenol-fenol ini
bergabung dengan lignin selama proses pulping sulfit dan menghalangi terjadinya
pemisahan pada lignin.
Gambar 2-68. Rumus Bangun Stilben fenol pada Kayu Pinus
2.6.6 Unsur-unsur Anorganik
Jumlah unsur-unsur anorganik di dalam kayu berbeda-beda untuk berbagai
jenis kayu, yaitu kira-kira 0,2 sampai 1% pada jenis-jenis kayu di daerah beriklim
sedang dan sampai 4% untuk kayu-kayu di daerah tropis.
Umumnya abu kayu mengandung oksida-oksida seperti yang tercantum di
dalam tabel 2-8.
Tabel 2-8. Kandungan Oksida di dalam Abu KayuOksida Komposisi
CaOK2OMgOFe2O3
Na2O
40 – 70%10 – 30%5 – 10%0,5 – 2%
10%
Sebagai tambahan, terdapat pula sejumlah kecil oksida-oksida mangan,
aluminium dan logam.
Unsur-unsur anorganik (unsur-unsur mineral) terdapat dalam kayu dalam
bentuk karbonat, fosfat, sulfat, oksalat dan silikat. Unsur-unsur ini tersebar ke
dalam seluruh bagian struktur kayu. Pada beberapa jenis kayu terdapat agregat-
agregat unsur mineral yang lebih besar (batu kapur, endapan-endapan belerang)
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
Stilben Pinosylvin
Pinosylvin-monometileter
53
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
terutama pada kayu afzelia, iroko dan palisandra. Mineral ini terbentuk di dalam
kayu sebagai kristal kalsium karbonat.
Ca (HCO3) 2 Ca CO3 + H2O + CO2
2.7 Kimia Organik
Dasar untuk mempelajari kimia kayu adalah kimia organik. Untuk
mengingatkan kembali mengenai kimia organik, maka disini akan diberi sedikit
pembahasan mengenai kimia organik.
Elemen-elemen yang terpenting di dalam kimia organik adalah karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen. Material organik terdiri dari kayu,
tumbuh-tumbuhan, minyak dan arang. Bentuk senyawa organik terbagi menjadi
dua, yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik.
2.7.1 Senyawa Alifatik
Senyawa alifatik merupakan senyawa karbon yang memiliki ikatan
terbuka. Ikatan karbon itu sendiri terbagi menjadi ikatan jenuh dan ikatan tidak
jenuh. Senyawa alifatik jenuh merupakan senyawa karbon rantai terbuka yang
memiliki ikatan tunggal, sementara senyawa alifatik tidak jenuh adalah senyawa
karbon rantai terbuka yang memiliki ikatan rangkap. Senyawa alifatik terdiri dari
alkana, alkena dan alkuna.
2.7.1.1 Alkana atau Parafin
Rumus umum alkana adalah CnH2n+2. Penamaan senyawa alkana
berdasarkan jumlah atom C dan memiliki akhiran –ana, seperti yang terlihat pada
Tabel 2-9.
Gugus alkil terbentuk melalui pengurangan satu atom hidrogen pada
senyawa alkana. Gugus alkil memiliki rumus umum CnH2n+1. Penamaan gugus
alkil sama dengan alkana, hanya merubah akhiran –ana menjadi –il.
Contoh: metana (CH4) metil (CH3)
Etana (C2H6) etil (C2H5), dan seterusnya.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
54
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Tabel 2-9. Deret Homolog Senyawa AlkanaRumus Elektron Rumus Struktur Rumus Molekul Nama
CH4 Metana
CH3 – CH3 C2H6 Etana
CH3 – CH2– CH3 C3H8 Propana
CH3 – CH2 – CH2 – CH3 C4H10 Butana
CH3 – CH2 – CH2 –CH2 – CH3C5H12 Pentana
CH3 – CH2 – CH2 –CH2 – CH2 – CH3
C6H14 Heksana
CH3 – CH2 – CH2 –CH2 – CH2 – CH2 – CH3
C7H16 Heptana
CH3 – CH2 – CH2 –CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
C8H18 Oktana
CH3 – CH2 – CH2 –CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
C9H20 Nonana
CH3 – CH2 – CH2 –CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
C10H22 Dekana
CH3 – CH2 – … – CH2 – CH3 CnH2n+2 Alkana
2.7.1.2 Olefin atau Alkena
Alkena membentuk deret homolog dengan rumus total CnH2n. Pada
golongan ini ikatan kimia antara 2 atom karbon terdapat ikatan rangkap, yaitu dua
pasang elektron mengikat dua atom karbon. Namun, alkena merupakan senyawa
yang tidak larut karena hanya memiliki satu ikatan rangkap.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
:
··HH
HH ::
··C
H |H— C—H | H
C:··H
H:H··C H:
H····H
··H
H:H··C C:
H····HC: ··
H
H··H:
··H
H··C:··
HH:
H··C C:
H····HC: ··
H
H··H:
··H
H··C:··
HH:
H··C C:
H····HC: ··
H
H··C:··H
H··H:
··H
H··C:··
HH:
H··C C:
H····HC: ··
H
H··C:··H
H··C: ··H
H··H:
··H
H··C:··
HH:
H··C C:
H····HC: ··
H
H··C:··H
H··C: ··H
H··C:··H
H··H:
··H
H··H:
··H
H··C:··
HH:
H··C C:
H····HC: ··
H
H··C:··H
H··C: ··H
H··C:··H
H··C:
··H
H··C:··
H
H··C:··
HH:
H··C C:
H····HC: ··
H
H··C:··H
H··C: ··H
H··C:··H
H··C:
··H
H··H:
··H
H··H:
··H
H··C:··
H
H··C:··
HH:
H··C C:
H····HC: ··
H
H··C:··H
H··C: ··H
H··C:··H
H··C:
··H
H··C:
55
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Penamaan suku-suku alkena sama dengan penamaan pada suku-suku
alkana, hanya dengan merubah akhiran –ana pada suku alkana menjadi akhiran –
ena untuk suku alkena. Beberapa unsur penting untuk alkena dapat dilihat pada
Tabel 2.10.
Tabel 2.10. Deret Homolog Beberapa Senyawa Penting pada Alkena atau Olefin Rumus Elektron Rumus Struktur Rumus Molekul Nama
CH2 = CH2 C2H4
Etena atau
etilen
CH2 = CH – CH3 C3H6
Propena atau
Propilen
CH2 = CH – CH2 – CH3 C4H8
Butena atau
Butilen
CH2 = CH – CH2 – CH2 – CH3 C5H10
Pentena atau
PentilenCH3 = CH2 – … – CH2 – CH3 CnH2n Alkena
Seperti halnya dengan gugus alkil, maka gugus alkenil (rumus umum
CnH2n–1) pun terbentuk melalui pemindahan satu atom hidrogen dari alkena,
contohnya: CH2 = CH2 (etena) - CH = CH2 (etenil)
CH2 = CH – CH3 (propena) -CH = CH – CH3 (propenil);
dan seterusnya.
Penamaan suku alkena juga berdasarkan pada posisi ikatan rangkap yaitu
dengan menambahkan nomor atom C yang memiliki ikatan rangkap.
Contoh: CH3 – CH = CH – CH3 (2 butena)
CH3 – CH2 – CH = CH2 (1 butena)
2.7.1.3 Alkuna atau Asetilena
Rumus umum alkuna adalah CnH2n – 3. Alkuna dapat pula membentuk deret
homolog dari senyawa alifatik yang memiliki ikatan rangkap tiga diantara dua
atom karbon. Oleh karena itu, alkuna atau asetilena termasuk senyawa yang tidak
larut. Deret-deret terpenting dari asetilena dapat dilihat pada Tabel 2-11.
Tabel 2.11. Deret Homolog Beberapa Senyawa Penting pada Alkuna atau Asetilena
Rumus Elektron Rumus Struktur Rumus Molekul Nama
CH ≡ CH C2H2Etuna atau Asetilena
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
··H
H····HC
H··C::
:
:
··H
H··C
H····HC::
H····HC H:
··H
H··C
H····HC::
H····HC:
H····HC H:
::H····HC:··
H
H··C
H····HC
H····HC:
H····HC: H:
C:HC:::::
H:
H····H
C C HC:::::
H:
H····HC::
H····HC H:C:::
::H:
56
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
CH ≡ C – CH3 C3H4
Propuna atau
Allilen
CH ≡ C – CH2 – CH3 C4H6
Butunaatau
CrotonilenCH ≡ CH2 – … – CH2 – CH3 CnH2n-2 Alkuna
Gugus alkinil (CnH2n-3) terbentuk dengan mengurangi satu atom hidrogen
dari alkuna (CnH2n-2).
Contoh: CH ≡ CH (etuna) - C ≡ CH (etinil)
CH ≡ C – CH3 (Propuna) - C ≡ C – CH3 (Propinil)
CH ≡ C – CH2 – CH3 (Butuna) - C ≡ C – CH2 – CH3 (Butinil)
2.7.1.4 Senyawa yang Memiliki Ikatan Rangkap Dua lebih dari Satu
Senyawa hidrokarbon yang memiliki dua ikatan rangkap dua (ganda)
termasuk ke dalam alkadiena, sementara yang memiliki tiga ikatan rangkap dua
termasuk ke dalam alkatriena ,dan seterusnya.
Contoh: H2C = C = CH2 (propadiena atau allene)
H2C = CH – CH = CH2 (1,3 butadiena)
H2C = C = C = CH2 (butatriena)
2.7.1.5 Senyawa yang Memiliki Ikatan Rangkap Tiga lebih dari Satu
Senyawa hidrokarbon yang memiliki dua buah ikatan rangkap tiga
termasuk ke dalam alkadiuna, sementara yang memiliki tiga buah ikatan rangkap
tiga termasuk ke dalam alkatriuna, dan seterusnya.
Contoh: HC ≡ C – C ≡ CH (1,3 butatriuna atau diasetilena)
HC ≡ C – C ≡ C – C ≡ CH (1,3,5 heksatriuna atau triasetilena)
2.7.1.6 Alkohol monohidrik/bermartabat satu
Senyawa organik yang memiliki satu gugus OH disebut sebagai alkohol
monohidrik. Rumus umum alkohol bermartabat satu adalah CnH2n+1OH atau R-
OH. R merupakan CnH2n+1 atau alkil.
Contoh: CH3 – OH (metanol atau metil alkohol)
CH3 – CH2 – OH (etanol atau etil alkohol)
CH3 – CH2 – CH2 – OH (propanol atau propil alkohol)
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
: :
C
57
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
2.7.1.7 Alkohol dihidrik/bermartabat dua
Alkohol bermartabat dua memiliki dua gugus OH, dengan contoh sebagai
berikut: OH – CH2 – CH2 – OH (etilena glikol)
Etilena glikol merupakan senyawa yang sangat penting di dalam alkohol
bermartabat dua dan dapat dibuat menurut persamaan pada Gambar 2-69.
Gambar 2-69. Skema Reaksi Pembentukan Senyawa Etilena Glikol
Senyawa-senyawa hidrokarbon yang memiliki tiga atau lebih gugus OH disebut
sebagai trihidrik atau polihidrik alkohol.
2.7.1.8 Aldehida
Rumus umum aldehida adalah yang terbentuk melalui oksidasi
alkohol (Gambar 2-70).
Gambar 2-70. Skema Reaksi Pembentukan Asetaldehida
Gambar 2-71. Skema Reaksi Pembentukan Asetaldehida
2.7.1.9 Alifatik Keton
Keton terdiri dari gugusan karbonil ( ) diantara dua alkil (C nH2n+1).
Adapun rumus umum keton adalah: . Keton yang terpenting adalah
aseton (Gambar 2-72).
Gambar 2-72. Skema Rumus Struktur Aseton
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
CH2 = CH2 OH – CH2 – CH2 - OH+ HOCl
CH - CH2 – CH2 - Cl OH – CH2 – CH2 - OH+ NaHCO3
-NaCl – CO2
R - C/H
\\O
CH3 – CH2 – OH + O CH3 – C– OH\OH
/ H
- H2O CH3 - C/H
\\O
Etil alkohol Asetaldehida
Metil alkohol Formaldehida
CH3– OH + ½ O2Ag
H - C/H
\\O
+ H2O
- C -||O
R - C - Ŕ||O
CH3 – CO – CH3 CH3 - C – CH3||O
atau
58
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Keton dapat terbentuk melalui oksidasi dari alkohol sekunder, seperti yang
terlihat pada Gambar 2-73.
Gambar 2-73. Skema Reaksi Pembentukan Keton2.7.1.10 Asam Alifatik
Asam alifatik merupakan turunan yang diperoleh melalui oksidasi alkohol
dan mempunyai sekurang-kurangnya satu COOH. Asam karboksilat yang
terpenting antara lain:
H – COOH (asam formiat)
CH3 – COOH (asam asetat)
CH3 – CH2 – COOH (asam propionat)
CH3 – CH2 – CH2 – COOH (asam butirat)
Gambar 2-74. Skema Reaksi Pembentukan Asam Asetat
Berikut ini adalah asam alifatik yang memiliki dua atau lebih gugus
COOH (Gambar 2-75).
Gambar 2-75. Rumus Struktur Beberapa Asam Alifatik yang memiliki dua atau lebih Gugus COOH
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
R - C – Ŕ||O
R – CH – Ŕ|
OH
+ O- H2O
Alkohol Keton
CH3 - C// O
\OH
Etil alkohol (etanol)
Asam Asetat
CH3 - C/H
\\O
- H2O
CH3 – CH2 – OH + O CH3 – C– OH\OH
/ H
+ O CH3 – C– OH\OH
/ OH
- H2O
Asam Oksalat
COOH|
COOH H2C
/
\
COOH
COOH
Asam Malonat
|
| H2C
CH2 - COOH
COOH OH
CH2 - COOH
Asam Sitrat
59
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Senyawa asam alifatik yang tidak larut disebut sebagai asam tak larut,
misalnya asam maleat (Gambar 2-76)
Gambar 2-76. Rumus Struktur Asam Maleat
2.7.1.11 Ester
Ester merupakan hasil reaksi antara alkohol dan asam anorganik, seperti
yang terlihat pada Gambar 2-77.
Gambar 2-77. Skema Reaksi Pembentukan Ester
2.7.1.12 Eter
Eter memiliki rumus umum R – O – Ŕ. Beberapa senyawa eter adalah
sebagai berikut:
C2H5 – O – C2 H5 (Dietil eter)
CH3 – O – CH3 (Dimetil eter)
CH3 – O – C2H5 (Metil etil eter)
2.7.2 Senyawa Aromatik
Semua senyawa yang terdiri dari benzena, turunan benzena atau beberapa
ikatan benzena merupakan senyawa aromatik.
2.7.2.1 Benzena
Benzena memiliki rumus molekul C6H6 dengan rumus struktur yang
terlihat pada Gambar 2-78.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
Asam maleat
H – C – COOH||
H– C – COOH
C2H5OH – O – H + HO – SO3H C2H5 – O – SO3 H + H2O
H2SO4
Asam SulfatEtil alkohol
(etanol)Ester
C2H5OH – O – H + HO – NO2 C2H5 – O – NO2 + H2O
H2NO3
Asam NitratEtil alkohol
(etanol)Ester
60
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-78. Rumus Struktur Benzena 2.7.2.2 Turunan Halogen dari Benzena
Contoh turunan halogen dari benzena antara lain senyawa klor benzena, O
– dikor benzena, iod benzena dan P – diklor benzena. Rumus bangun senyawa-
senyawa tersebut terlihat pada Gambar 2-79.
Gambar 2-79. Rumus Bangun Senyawa Turunan Halogen dari Benzena
2.7.2.3 Senyawa Aromatik Nitro
Reaksi antara benzena dengan asam nitrat membentuk nitro benzena
(Gambar 2-80). Sementara beberapa senyawa aromatik nitro dapat dilihat pada
Gambar 2-81.
Gambar 2-80. Skema Reaksi Pembentukan Nitro Benzena
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
H
Benzena
atau
Klor Benzena O – Diklor Benzena
P - Diklor Benzena
Cl
Cl
I
Iod Benzena
+ HNO3(H2SO4) + H2O
NO2
Nitro Benzena
61
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-81. Rumus Bangun Beberapa Senyawa Aromatik Nitro2.7.2.4 Aromatik Asam Sulfat
Contoh senyawa aromatik asam sulfat, antara lain: 1,3,5, asam trisulfonat
benzena dan asam sulfonat benzena (Gambar 2-82).
Gambar 2-82. Rumus Bangun Beberapa Senyawa Aromatik Asam Sulfat
2.7.2.5 Fenol
Fenol memiliki rumus struktur seperti tampak pada Gambar 2-83,
sementara beberapa monomer fenol dapat dilihat pada Gambar 2-84.
Gambar 2-83. Rumus Struktur Fenol
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
NO2O2N
NO2
Trinitro benzena
NO2
NO2
m-dinitro benzena
1,3,5, asam trisulfonat benzena
16
54
2
3
SO3H
SO3HSO3H
SO3H
Benzena – asam sulfonat
O-CH3
Metil fenileter (anisol)
OH
OHHidrokinon
OH
OHResorkin
OH
OH
Brenzcatekin
OH
62
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-84. Rumus Struktur Beberapa Monomer Fenol
2.7.3 Karbohidrat
Karbohidrat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
2.7.3.1 Monosakarida
Contoh monosakarida antara lain: pentosa, heksosa. Heksosa yang
mengandung gugus aldehida disebut sebagai aldoheksosa, sedangkan heksosa
yang mengandung gugus keton disebut ketoheksosa dengan rumus bangun yang
terdapat pada Gambar 2-85. Heksosa memiliki 6 atom karbon dengan rumus
molekul C6 H12O6, sementara pentosa memiliki 5 atom karbon dengan rumus
molekul C5H10O5. Heksosa terdiri dari fruktosa dan glukosa.
Gambar 2-85. Rumus Struktur Aldoheksosa dan Ketoheksosa
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
Aldoheksosa
CH2OH – CHOH – CHOH – CHOH – CHOH - C/H
\\O
Ketoheksosa
CH2OH – CHOH – CHOH – CHOH – C – CH2OH ||O
D (+) –Glukosa
L (-) –Glukosa
Aldoheksosa
L (-) –Fruktosa D (-) –Fruktosa
Ketoheksosa
63
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-86. Bentuk Dekstro (D) dan Leuvo (L) pada Aldoheksosa dan KetoheksosaHeksosa dapat menjadi lingkaran dengan adanya ikatan intermolekular
antara gugus karbonil (CO) dengan gugus hidroksil (OH) di dalam molekul gula,
misalnya aldoheksosa D-glukosa menjadi bentuk lingkaran -D-glukosa dan -D-
glukosa (Gambar 2-87).
-D-glukosa dan -D-glukosa di dalam larutan seimbang satu dengan
yang lainnya. Proporsi -D-glukosa dan -D-glukosa masing-masing sebanyak
38% dan 62%. Rumus lingkaran/konfigurasi dari monosakarida tersebut
diilustrasikan pada Gambar 2-88.
Sama halnya dengan glukosa, maka fruktosa pun dapat ditulis dalam
bentuk lingkaran seperti terlihat pada Gambar 2-89.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
-D-Glukosa
OO
D-Glukosa(Aldoheksosa)
- D-Glukosa(Aldoheksosa)
-D-Glukopiranosa -D-Glukopiranosa
atau atau
64
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Gambar 2-87. Bentuk Lingkaran -D-Glukopiranosa dan -D-glukopiranosa
Gambar 2-88. Bentuk Lingkaran dari Fruktosa
2.7.3.2 Oligosakarida
Oligosakarida terdiri dari 2,3,4,5, atau 6 monosakarida. Disakarida terdiri
dari dua monosakarida yang memiliki rumus molekul C12H22O11. Berikut ini
adalah beberapa disakarida yang terpenting, yaitu:
- D – Glukosa + - D – Fruktosa Sakarosa
- D – Galaktosa + - D – Glukosa Laktosa
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
O
-D-Fruktosa D-Fruktosa
O
- D-Fruktosa
atau atau
-D-Fruktopiranosa -D-Fruktopiranosa
65
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
- D – Glukosa + - D – Glukosa Maltosa
D – Glukosa + D – Glukosa Selubiosa
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2-89.
Gambar 2-89. Rumus Bangun Maltosa dan Selubiosa
2.7.3.3 Polisakarida
Polisakarida terdiri lebih dari dua monosakarida. Contoh polisakarida
antara lain amilum atau kanji dan selulosa. Amilum terdiri dari molekul-molekul
glukosa yang dihubungkan dalam bentuk (maltosa), sedangkan selulosa terdiri
atas molekul-molekul glukosa yang dihubungkan dalam bentuk . Kerangka
bangunan selulosa adalah selubiosa.
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
D-Glukosa D-Glukosa
Maltosa (bentuk )
D-Glukosa D-Glukosa
Selubiosa (bentuk )
66
Kimia Kayu dan Teknologi Pembuatan Pulp
Laboratorium Pulp dan Kertas Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda
67