i (kechtmatigheid) majelis kehormatan dalam … · dibiayai bersumber dari daftar isian pelaksanaan...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN DANA PRODI MAGISTERKENOTARIATAN
IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGA]\I(KECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM
PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK
TIM PENELITI
Proi DR. I WAYAN PARSA, SH., M.Hum. (19591231 198602 I 007)
KADEK SARNA, SH., M.Kn. (19810424 2008 121 002)
NENGAH St.rlIARTA, SH., MH. (19551107 198602 1 001)
I WAYAN ADI SLMIARTA, SH (1292462011)
r GEDE PRAPTAJAYA, SH (l292462021)
Dibiayai bersumber dari daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Badan Layanan
Umum (BLU) Satuan Kerj a UNUD Nomor i0 42.04.2.400107 12015, T€l]Legal I 5 April 201 5,
Kode MAK.5308.022.01 1.5251 19
DENGAN SL]RAT PERIANJIAN KERIANOMOR : 30OMLM.Kn/UN.14.4/KU/2015
TANGGAL:I Juli2015
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATANUNIVERSITAS UDAYANA
20rs
FALAMAN PENGOSAHAN
l. Judul
2. Ketua Pelaksana
2.1. Nama
2.2. NIP.
2.3. GoYPangkat/Jab.Frmgsional
2.4. Jabatan
2.5. Fakultas
3. Personalia
3.1. Junlah Anggota Pelaksana
3.2. Jun ah Personalia
4. Jangka Waktu Kegiatan
5. Bentuk Kegiatan
6. Tempat Kegiatan
7. Biaya yang diperlulao
Implikasi Yuridis Legrlitas Kew€nangan
( Rec harrattg h e i d) M^jelis KehormataD
Dahm Pembirasn Notrris Sebagai Peisb.t Publik
Prcf. Dr- I wayan Pars4 SH., MHum.
19591231 198602 l 007
fvd/ Guru Besar
Dosen FH tlNIlDHukum Unud
5 (Lima) Orang
5 Oima) Oreng
6 (Enam Bulan)
Ceramah dan Tatrya Jawab
Desa Buahan Kaj4 Kecamatan Payangan , Kabupaten
Gianyar
Rp.12.500.000,- (Duabelas Juta lima RatLrs Ribu
Rupiah)
Denpasar, 26 September 2015
{Prof. f)r- I Wavan Parsa. SH.. M.Hum. }
MP: 19591231 198602 1 007I 19800 I 004
Magister (S2) Kenot6iatan
1989112001
rtI: i JI{1SJ \'T]RIDJS LEGALITAS KEWENANGAN (N'CIITMATIGHEID)MA.IELIS KEHORMATAN
D \L I\{ PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK
RINGKASAN
. ..:gi] \otarial mcrupakal lembaga iabatan publik yang meDpunyai kewenangan
-:-.jri akta-akta dan surat-surat otentik sebagai bagian dari pelayanan kepada
- - --r : r 3ng membutuhkan kepaslian hukum Kcberadaan lembaga nolariat sebenamya
-- .- ..,ti zaman pemerintihan pcnjajahan Belanda, yang dikenal d€ngan istilah
:: , ?iilicum" alaLt "Notdriut Publicus" Zafia kemerdekaan lembatsd notariat
:- ' :- >ibagai lernbaga publik berclasarkan dsas l@nkotdansi yang diatur dalam
--', . HJt Notariei Aibt in Nederlantls Indie (staatsblad 1860 No 3) atar dikenal
- -=-. ::.:liuran Jabatan Nolaris. Pada zaman rcformdsl stadtshlad 1860 No3 tersebut
-:--,: ::i,i a lembaga jabatan notaris kemudian diatur dalam Undang-Undang No30
- - - -l \ang relanjuinya untuk saat ini telah dirubah dengan Undang Undang No2
,: -: : I rselanjutnya disebut dengan UIJJN).
.:!3ir .lengan pengawasan dan pemeriksaan bagi notaris -vang melakukan
:: :-::j:]jl jabatan. sebelunr berlakunya Undang-tlndang Nomor 30 fahun 2004 tentang
-,.-.1\.-,*i, k"*..oangan dilakukan oleh badan peradilan sebagaimana ditatur dalam pasal
- ...:.entenr o1t tle Richtstelijke Organisdtie en Het Det iustilie (Stb 184? No 23) dan
,--- -. t- ndang-iJndang Nomor 8 Tahun 2004. Namun se{elah bcrlakunya IJUJN, Pasal 9l
-: :::r! kcrve;angan tersebut dengan menciptakan lembaga bam yaitu Majelis Pengawas
: -- . tbagaimana diatur dalam Pasal 67 UU.IN.
Disamping itu dalam Undang Undang No.2 lahun 2014 perubahan atas Undang-
--:3 \o.30 l;hun 2004 tepatnya pasal 66 A dibentuk lagi lembaga baru yang bemama
,::; Kehormatan Notaris. Lembaga ini bertugas membeikan pembinaan kepada para
: --:. Jalam menjalankan jabat rnnya. IIal menarik untuk dikaji adalah lenbaga ini muncul
:-.. LLjJN Perubahan tanpa ada penjelasan terlebih dahulu apa yang dimaksud Majelis
r.:.rrmatan Notaris serta apa saja ruang lingkup kewenangan yang dimiliki disamping telah
::=r}a lembaga Majelis Pengawas Notaris. Disamping itu munculnya lembaga Majelis
r,::.rrma!an, m"nghapus kewenaDgan yang semula dirniliki olch Majeiis Pengawas Nota'is
\1PDt sementari berdasarkan Putusan MK Nomor 49lPLru-X'4012 men]'atakan
:.:leriksaan prcses hukun yang melibatkan notaris lak perlu persctujuan MPD llal ini
-:dmbulkan irnplikasi luridis adanya lumpang tindih tugas penegakan hukum oleh
..ir okat. penyidik, penuntut umum, dan hakim yang berujung hilangnya independensi dalam
:iojes peradilan apabila notaris melakukan perbuatan nlclawan hukum.
EI5lEI>t
nEls-o,l35l--hlsFil E
!136l *->1..)
r -lqr.l r-)
Elsat<
a!cEo'6
lgc
o-!2 (E
a!f
Eg
stF{oalltEolt
atl!oboco
=
c,-\iD lt'FP>'=._l!E-
{EECLluLbgOl!e FrnEt8ut._na6: E
l!l!EE
=sEE Sd -^,tt:Eg'6'6gb
I
'a'El!-cJ
tos.Ei5htorEg
EE
R\l.sr€E
^c)\:l
ttsr€qt%
vj
a
z
ar(rdnv
.\|\Bsv\1.
!.'eqr
\so
Itl
oNFoa!tz:t\cYix
ol+
it1i.4S€::
.i
-r
it r'x":+''*ii*;g;
-.-.rg*d
,?ri*.il
z Zs
? <s3 f$EtSS
=iE33iriEEh{9p6xE=SgS=>^S.E <;z 6*= o*E ES
\
o\ooo\
a\
s\oo\
gz
rl
I
oY
(!
tl!4
IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK
TIM PENELITI
Prof. DR. I WAYAN PARSA, SH., M.Hum. (19591231 198602 1 007)
KADEK SARNA, SH., M.Kn. (19810424 2008 121 002)
I WAYAN ADI SUMIARTA, SH (1292462011)
I GEDE PRAPTAJAYA, SH (1292462021)
Latar Belakang
pengawasan dan pembinaan, sebelum dicabut oleh pasal 91 Undang-undang No.30 tahun 2004, pengawasan, pemeriksaan danpenjatuhan sanksi dilakukan oleh Badan peradilan yang berada dibawah Departemen Kehakiman sebagaimana pernah diatur dalam :• pasal 140 Regelement op de Rechtstelijke Organisatie en Het Der
justitie (Stb. 1847 No. 23),• pasal 96 Reglement Buitengewesten,• pasal 3 Ordonantie Buitengerechtelijke Verrichtingen-Lembaran
Negara 1946 Nomor 135• Pasal 50 Peraturan Jabatan Notaris.• Pasal 2 Undang-Undang No.4 tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman• Pasal 1 Undang-Undang No.5 tahun 2004 tentang Mahkamah
Agung.
Berlakunya UUJN (Undang-Undang No.30 tahun 2004) pengawasandan pembianaan yang semula dilakukan oleh lembaga peradilandicabut dan diganti dengan menciptakan lembaga baru yang disebutdengan Majelis Pengawas Notaris yang terdiri dari (Pasal 67 UUJN) :• Majelis Pengawas Pusat,• Majelis Pengawas Wilayah dan• Majelis pengawas Daerah.
perkembangan saat ini, dengan diundangkannya UU Perubahan AtasUUJN yaitu Undang Undang No.2 Tahun 2014, muncul lembaga baruyang disebut Majelis Kehormatan Notaris (Pasal 66 dan Pasal 66A)
Munculnya Majelis Kehormatan Notaris disini mengakibatkan terjaditumpang tindih tugas dan wewenang antara Majelis Pengawas danMajelis Kehormatan yang mana disini berdasarkan UU Perubahan AtasUUJN Pasal 1 angka (6) “Majelis Pengawas Notaris yang selanjutnyadisebut Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyaikewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan danpengawasan terhadap Notaris.
Sedangkan disebutkan dalam Pasal 66A ayat (1), “Dalammelaksanakan pembinaan Menteri membentuk Majelis KehormatanNotaris”. Permasalahan yang muncul dikarenakan kurang adanyabatasan yang jelas antara pembinaan yang dilakukan baik itu olehMajelis Pengawas Notaris maupun Majelis Kehormatan Notaris.Hal ini ditambah dalam UU Perubahan Atas UUJN tidak terdapatpenjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan Majelis KehormatanNotaris itu sendiri.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka hal-hal yangdapat dikaji sebagai berikut :
1. Bagaimanakah ruang lingkup kewenangan keberadaanMajelis Pengawas Notaris dan Majelis Pengawas Notaris?
2. Bagaimanakah legalitas kewenangan fungsi MajelisKehormatan Notaris dalam lembaga notariat?
Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian hukum Normatif.
Jenis Pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini di antaranya adalah
Pendekatan Perundang-undangan (Statue Approach) dan Pendekatan Analisis
Konsep Hukum (Analitical Conceptual Approach)
METODE PENELITIAN
Sumber Bahan Hukum
Bahan hukum yang dipergunakan pada penelitian ini bersumber pada:
• Bahan hukum primer diperoleh dari asas dan kaidah-kaidah hukum atau
peraturan perundangundangan diantaranya:
• Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
• Undang-Undang No.2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
• Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI Nomor :
M.02.PR.08.10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota,
Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis
Pengawas Notaris
• Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M39-
PW.07.10 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis
Pengawas Notaris
Sumber Bahan Hukum Lanjutan...
• Bahan Hukum Sekunder adalah sumber yang diperoleh dari bahan
kepustakaan. Bahan ini diperoleh melalui membaca dan meneliti
beberapa buku atau literatur yang ada hubungannya dengan masalah
yang di bahas.
• Bahan Hukum Tersier merupakan bahan yang bersifat menunjang atau
memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder, seperti
kamus dan bibliografi.
METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum merupakan langkah yang utama dalam
mencari bahan-bahan hukum. Dalam pengumpulan bahan hukum, teknik
yang digunakan adalah teknik studi kepustakaan
Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis bahan hukum dalam penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif analitis.
METODE PENELITIAN
Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum lanjutan....
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dianalisis berdasarkanmetode kualitatif, yaitu dengan melakukan :a. Menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan
hukum yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasiterhadap bahan hukum tersebut;
b. Mengklasifikasikan dan mengolah konsep-konsep dari sejumlahperaturan-peraturan serta mencari hubungan di antara kesamaanserta perbedaan yang ada;
c. Menjelaskan dan menguraikan secara deskriptif untuk menemukanhasil yang diharapkan serta kesimpulan atas permasalahan yangada.
PEMBAHASAN
Majelis Kehormatan Notaris dalam Lembaga Notariat
Lembaga Majelis Kehormatan Notaris tidak muncul seketika, namun
melalui proses kebijakan yang kemudian secara lebih lanjut dicantumkan
secara tegas dalam Undang-undang no. 2 Tahun 2014.
� diawali dengan adanya permohonan uji materiil (judicial review) terhadap
Pasal 66 (ayat (1) UU No.30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang
diajukan Kant Kamal karena dianggap bertentangan dengan UUD 1945
dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.
� Kemudian atas uji materiil tersebut MK mengabulkan dengan putusan No.
49/PUUX/2012 tanggal 23 Maret 2013. Dalam Amar putusan tersebut MK
membatalkan frasa dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah (MPD)
sebagaimana diatur dalam pasal 66 (ayat (1) UU No.30 Tahun 2004.
Sehingga dengan demikian pemeriksaan proses hukum yang melibatkan
notaris tidak memerlukan persetujuan MPD lagi.
� Menyikapi putusan Mahkamah Konstitusi tersebut kemudianpemerintah melalui Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusiamengadakan perubahan terhadap Undang-Undang No.30 Tahun2004 dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2014.
� Dalam Undang-Undang yang baru tersebut kewenangan untukmemberikan persetujuan pemanggilan Notaris tidak dapatdilakukan lagi oleh Majelis Pengawas Daerah. Namun jikadicermati di dalam Pasal 66 muncul lembaga yang berbeda yaituMajelis Kehormatan Notaris.
Maka pertanyaan yang timbul adalah apakah kewenangan yang dimiliki
Majelis Kehormatan Notaris ini sama dengan Majelis Pengawas yaitu
pembinaan dan pengawasan terhadap notaris sebagai pejabat publik dalam
menjalankan kode etiknya?.
Jika kita lihat dari pasal 66 dan pasal 66 A Undang-Undang No.2 Tahun 2014
maka kedudukan antara Majelis Pengawas dengan Majelis Kehormatan
adalah sama, yaitu sama-sama mewakili menteri Hukum dan hak Asasi
Manusia dengan kewenangan yang bersifat atributif guna mengadakan
pembinaan dan pengawasan terhadap notaris sebagai pejabat publik dalam
menjalankan kode etik profesinya.
Ruang Lingkup Kewenangan Majelis Kehormatan Notaris dan Majelis
Pengawas NotarisMajelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan
dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
Notaris yang meliputi perilaku dan pelaksanaan jabatan Notaris.
Majelis Pengawas Notaris secara umum mempunyai ruang lingkup
kewenangan menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan
pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris
(Pasal 63, Pasal 67, Pasal 69, 70 huruf a, Pasal 73 ayat (1) huruf a dan b,
Pasal 77 huruf a dan b , Pasal 78 dan Pasal 79 UUJN (UU No.30 Tahun 2204dan perubahannya UU No.2 Tahun 2014) Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI Nomor : M39-PW.07.10 Tahun 2004 dan Peraturan Menteri
Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.02.PR.08.10 Tahun 2004 .
Berdasarkan substansi pasal tersebut bahwa Majelis Pengawas Notaris
berwenang melakukan untuk memeriksa:
1. Adanya dugaan pelanggaran Kode Etik;
2. Adanya dugaan pelanggaran pelaksana tugas jabatan Notaris;
3. Perilaku para Notaris yang di luar menjalankan tugas jabatannya sebagai
Notaris yang dapat menggangu atau mempengaruhi pelaksanaan tugas
jabatan Notaris.
Ruang Lingkup Kewenangan Majelis Kehormatan Notaris
“Pasal 66
1. Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan
persetujuan majelis kehormatan Notaris berwenang:
a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta
Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan
b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta atau
Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.
2. Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a,dibuat berita acara penyerahan.
3. Majelis kehormatan Notaris dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak diterimanya surat permintaan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memberikan jawaban menerima atau menolak permintaan persetujuan.
4. Dalam hal majelis kehormatan Notaris tidak memberikan jawaban dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), majelis kehormatan Notaris dianggap menerima
permintaan persetujuan.”
“Pasal 66A
(1) Dalam melaksanakan pembinaan, Menteri membentuk majelis kehormatan Notaris.
(2) Majelis kehormatan Notaris berjumlah 7 (tujuh) orang, terdiri atas unsur:
a. Notaris sebanyak 3 (tiga) orang;www.hukumonline.com
b. Pemerintah sebanyak 2 (dua) orang; dan
c. ahli atau akademisi sebanyak 2 (dua) orang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi, syarat dan tata cara pengangkatan
dan pemberhentian, struktur organisasi, tata kerja, dan anggaran majelis kehormatan
Notaris diatur dengan Peraturan Menteri.”
KESIMPULAN
1. Ruang lingkup kewenangan Majelis Pengawas dan Majelis Kehormatan
Notaris Saling tumpang tindih dalam bidang pembinaan hal ini
dikarenakan dalam perubahan Undang-Undang No. 30 tahun 2004 yaitu
Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris hanya
mencantumkan 2 pasal perubahan. Yang tidak secara tegas mengatur
susunan organisasi, tata kerja, tugas dan fungsi. Disi lain tidak
dicantumkan mengenai apa yang dimaksud majelis kehormatan notaris
dalam ketentuan umum. Namun dalam pasal 66 angka (1) dapat dilihat
secara tersirat dan tersurat bahwa pembinaan sebagaimana dimaksud
dalam hal untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum,
atau hakim
2. Legalitas kewenangan dari majelis kehormatan diperoleh secara atributif
yaitu diperoleh melalui undang-Undang No.2 Tahun 2014. kedudukannya
sama dengan lembaga Majelis Pengawas Notaris namun mempunyai
ruang lingkup tugas fungsi dan lingkup kewenangan yang berbeda
SARAN
1. Perlu segera adanya peraturan menteri yang mengatur khusus tentangtugas
dan fungsi, syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian, struktur
organisasi, tata kerja, dan anggaran majelis kehormatan Notaris, sehingga
tidak ada tumpang tindih dengan lingkup kewenangan dengan lembaga
notariat lain sebagaimana dengan majelis pengawas notaris
2. Perlunya perubahan dalam UU No. 2 tahun 2014 dan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M39-PW.07.10 Tahun 2004 dan
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI Nomor :
M.02.PR.08.10 Tahun 2004, sehingga batas wewenang, tugas dan fungsi
dari majelis pengawas tidak saling tumpang tindih dengan Majelis Kehormatan Notaris
TERIMA KASIH
MATUR SUKSEMA