i analisis soal ujian sekolah mata pelajaran ilmu …digilib.unila.ac.id/32979/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS SOAL UJIAN SEKOLAH MATA PELAJARAN ILMUPENGETAHUAN ALAM SEKOLAH DASAR
TAHUN AJARAN 2016/2017
(Skripsi)
Oleh
HARTOYO ADI SAPUTRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
ANALISIS SOAL UJIAN SEKOLAH MATA PELAJARAN ILMUPENGETAHUAN ALAM SEKOLAH DASAR
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh
HARTOYO ADI SAPUTRO
Penelitian ini bertujuan menentukan kualitas butir soal Ujian Sekolah Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2016/2017 dan
karakteristik dari jenis stimulus, keterampilan berpikir tingkat rendah,
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Subjek
penelitian adalah Instrumen Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2016/2017. Desain penelitian berupa metode
deskriptif jenis analisis isi atau dokumen. Data penelitian berupa data kualitatif.
Teknik pengumpulan data menggunakan lembar penilaian dan Focus Group
Discussion (FGD). Hasil Penelitian menunjukkan kualitas butir Soal Ujian
Sekolah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Tahun Ajaran
2016/2017 sebagian besar (75%) bertipe LOTS sedangkan kurang dari setengah
(25%) bertipe HOTS. Karakteristik butir Soal Ujian Sekolah pada jenis stimulus
kurang dari setengahnya berupa gambar, sedangkan sebagian kecil berupa tabel,
iii
contoh, dan penggalan kasus. Keterampilan berpikir tingkat rendah setengahnya
berupa indikator memahami (C2). Keterampilan berpikir kritis sebagian kecil
berupa “memfokuskan pada pertanyaan” sedangkan pada keterampilan
pemecahan masalah sebagian kecil berupa “mengidentifikasi masalah”.
Ditemukan bahwa hampir semua (97,5%) butir soal sesuai dengan indikator pen-
capaian kompetensi.
Kata kunci: HOTS, Kesesuaian Indikator Pencapaian Kompetensi, LOTS,Stimulus
ANALISIS SOAL UJIAN SEKOLAH MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH DASAR
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh
HARTOYO ADI SAPUTRO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Srikaton pada tanggal 21
Oktober 1995, merupakan anak keempat dari empat
bersaudara, pasangan Bapak Dikun dengan Ibu
Dakiyem. Penulis beralamat di Jl. Srikaton Kelurahan
Srikaton, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten
Pringsewu. No. Hp 081379974297.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Adiluwih Pringsewu (2002-
2008), SMP Negeri 1 Adiluwih Pringsewu (2008-2011), dan SMA Negeri 1
Pringsewu (2011-2014). Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (jalur prestasi).
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2
Blambangan Umpu, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan dan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kampung Umpu Bhakti, Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan (Tahun 2017), serta melakukan
penelitian pendidikan di Universitas Lampung untuk meraih gelar sarjana
pendidikan/S.Pd. (Tahun 2018).
Motto
“Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah”
(Al-Imran: 159)
“Sesungguhnya dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah: 6)
“ Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu maka ia adalah seperti berperang
di jalan Allah hingga pulang ”
(H.R.Tirmidzi)
“Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka
terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja.
Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.”
(Ernest Newman)
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHANAlhamdulillahirrobbil’alamin, segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT,
atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan, serta kekuatan, kesehatan, dankesabaran untukku dalam mengerjakan skripsi ini
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada junjunganku Rasulullah MuhammadSAW
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada orang-orang yang selalu berharga dan berarti dalam hidupku:
Ayahku (Dikun) dan Ibuku (Dakiyem)Kedua orang tuaku, yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segalausaha dan doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu
menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dankebahagian.
Keluargaku (Puryani, Leny Astuti dan Desi Arianti)Kakak-kakakku yang selalu memberikan bantuannya ketika aku dalam kesulitan,
memotivasiku dan menyayangiku.
Terimakasih atas ilmu, nasihat, arahan, cinta, dan kasih sayang yang telahdiberikan.
Para pendidikku, atas ilmu, nasihat, serta arahan yang membuat aku mampu untukmelihat betapa indahnya ilmu pengetahuan.
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
xi
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “ANALISIS SOAL UJIAN SEKOLAH
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH DASAR
TAHUN AJARAN 2016/2017.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi
hingga skripsi ini dapat terselesaikan;
4. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini
dapat terselesaikan;
5. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan
motivasi yang sangat berharga dan berarti;
xii
6. Seluruh dosen FKIP Pendidikan Biologi yang telah memberikan ilmu dan
nasihat.
7. Narasumber yaitu Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku dosen Pendidikan Fisika
yang telah memberikan ilmu nya dan bantuan selama penelitian;
8. Lita Yudhitya, S.Pd., selaku guru kelas yang telah memberikan ilmu nya dan
bantuan selama penelitian.
9. Tim skripsi (Desi Lestari Ningsih dan Lambok Verayanty Siregar) yang telah
memberi semangat, dukungan, dan bantuan kepada penulis.
10. Tim PA Ibu Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. (Dini Aji, Dian Priyanti,
Lusi Rahayu, Devi Andriani, Kartika Jaya, Nora Pramarta, Elan Dwi, Isra
Mirana) yang telah berjuang bersama dalam keadaan suka dan duka penulis.
11. Sahabat (Asih Lestari, Mursidi, Febri Sulih Pambudi) terimakasih atas
kebersamaannya dan kekeluargaanya.
12. Kakak-kakak (Nina Nabilah dan Putri Janati), terimakasih atas dukungan dan
bantuan selama pengerjaan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Demikian, skripsi ini dibuat. Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah
SWT dan terimakasih kepada seluruh pihak yang terkait. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 14 Agustus 2018Penulis
Hartoyo Adi Saputro
xiii
xiii
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................. 9C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 10D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penilaian................................................................................................ 14B. Kemampuan Berpikir ........................................................................... 20C. Lower & Higher Order Thinking Skill .................................................. 22D. Ujian Sekolah ........................................................................................ 31E. Kerangka Pikir ...................................................................................... 35
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................................... 37B. Subjek Penelitian .................................................................................. 37C. Desain Penelitian .................................................................................. 37D. Prosedur penelitian................................................................................ 37E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 38F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 39
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 43B. Pembahasan .......................................................................................... 46
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 58B. Saran ................................................................................................... 59
xiv
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
1. Rubrik Penilaian ................................................................................... 66
2. Lembar Penilaian ................................................................................. 73
3. Koesioner Biodata Peneliti ................................................................... 104
4. Koesioner Biodata Guru Kelas ............................................................ 105
5. Koesioner Biodata Dosen ..................................................................... 106
6. Surat Pernyataan Peneliti ....................................................................... 108
7. Surat Pernyataan Guru Kelas ................................................................. 109
8. Surat Pernyataan Dosen ......................................................................... 110
9. Berita Acara Focus Group Discussion (FGD) ...................................... 112
10. Daftar Hadir Focus Group Discussion (FGD) .................................... 113
11. Tabulasi Hasil Analisis Peneliti .......................................................... 114
12. Tabulasi Hasil Analisis Guru Kelas .................................................... 115
13. Tabulasi Hasil Analisis Dosen ............................................................ 116
14. Tabulasi Hasil Focus Group Discussion (FGD .................................. 117
15. Foto-foto Focus Group Discussion (FGD) ......................................... 118
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Tingkatan Berpikir Tingkat Tinggi ..................................................... . 23
2. Deskripsi dan Kata Kunci Taksonomi Bloom Revisi ......................... . 24
3. Karakteristik Kemampuan Berpikir ..................................................... .. 28
4. Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. ......................................... .. 30
5. Tabulasi Data Angket ................................................. ......................... 40
6. Perhitungan Persentase ……………………………….......................... 41
7. Kesesuaian Butir Soal dengan Indikator Soal …….............................. 42
8. Kriteria Kesesuaian …………………...…………............................... 42
9. Kualitas Soal US IPA SD 2016/2017................................................... 43
10. Karakteristik Jenis Stimulus ……………………............................... 44
11. Karakteristik keterampilan Berpikir Tingkat Rendah .......................... 44
12. Karakteristik keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ............................ 45
13. Kesesuaian Butir Soal dengan Indikator Pencapaian Kompetensi ..... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. LOTS dan HOTS ......................................................................... 25
2. Kerangka Pikir ........................................................................ 36
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di era globalisasi seperti saat ini menjadi suatu tantangan bagi
setiap bangsa dalam rangka menciptakan generasi yang dapat memperkuat
landasan disegala sektor kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa
peningkatan kualitas pendidikan suatu bangsa, bagaimanapun harus
diprioritaskan. Sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan
diperlukan adanya berbagai inovasi dalam kurikulum, salah satunya adalah
dengan memasukkan pendidikan kecakapan hidup dan pendidikan berkarakter.
Peran pendidikan sangat penting dalam menentukan keberhasilan
pembangunan di suatu negara. Semakin baik kualitas pendidikan, maka
semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya.
Guru menjadi salah satu pemegang peran penting dalam upaya peningkatan
kualitas pendidikan. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru yaitu
merencanakan penilaian yang merupakan bagian dari pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan syarat guru yang dikatakan profesional
berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 pasal 20 ayat 1 bahwa dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban: merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
2
dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Sedangkan peran guru menurut
Djamarah (2010: 48) adalah sebagai evaluator yang baik dan jujur, dengan
memberikan penilaian yang tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran).
Sebagai evaluator yang baik, salah satu kemampuan guru yang harus dimiliki
dan menjadi bagian yang paling penting adalah kemampuan membuat dan
mengembangkan alat evaluasi hasil belajar peserta didik. Hal ini tidak terlepas
dari peran seorang guru dalam mengetahui kapasitas dari peserta didik,
sehingga guru dituntut untuk tahu sejauh mana tingkat kemampuan dari
peserta didik dalam menyerap pelajaran yang diberikan mencakup
pengetahuan dan keterampilan. Tetapi pada kenyataannya, guru tidak terlalu
mengetahui kapasitas berpikir dari peserta didik, sehingga dalam membuat
soal ujian guru tidak mempertimbangankan kemampuan berpikir peserta didik,
baik kemampuan berpikir tingkat rendah dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Hal ini menyebabkan soal yang dibuat oleh guru kurang sesuai dengan
tingkat kemampuan peserta didik, sehingga kemampuan berpikir peserta didik
baik kemampuan berpikir tingkat rendah dan kemampuan tingkat tinggi
kurang terasah, sehingga menyebabkan peserta didik kurang mampu untuk
berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam menyelesaikan permasalahan.
Penilaian dalam pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar dari peserta didik.
Penilaian hasil belajar oleh seorang guru menggunakan berbagai teknik
penilaian seperti tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan
bentuk lainnya yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
3
perkembangan peserta didik. Penilaian yang ideal menurut Permendikbud No
23 Tahun 2016 (Kemendikbud, 2016: 5-6), penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan dan/atau
bentuk lain yang diperlukan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan
untuk mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik,
memperbaiki proses pembelajaran, menyusun laporan kemajuan hasil belajar
harian, tengah semester, akhir semester, akhir tahun, dan/atau kenaikan kelas.
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk ujian nasional
dan atau bentuk lain yang diperlukan. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan
melalui tahapan seperti: menyusun perencanaan penilaian, mengembangakan
instrumen penilaian, melaksanakan penilaian, memanfaatkan hasil penilaian,
dan melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan
deskripsi.
Penilaian perlu dilakukan untuk mengukur sejauh mana kompetensi yang
telah dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran, dimana pada
kurikulum 2013, penilaian diatur dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun
2013 (Kemendikbud, 2013: 6) tentang Standar Penilaian Pendidikan meliputi
penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian ini
merupakan penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan dan pemerintah. Banyak upaya dari pemerintah dalam menjamin
mutu pendidikan, salah satunya yaitu kegiatan ujian nasional. Ujian nasional
diselenggarakan untuk mengukur dan menilai ketercapaian standar nasional
4
pendidikan terkait dengan pencapaian standar kompetensi lulusan dari peserta
didik secara nasional.
Ujian sekolah dilakukan melalui tes objektif dalam bentuk pilihan ganda.
Penggunaan tes jenis ini tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang
dimilikinya sebagai instrumen penilaian. Beberapa kelebihan tes tertulis
bentuk pilihan ganda menurut Supranata (2007) antara lain memuat materi,
mengukur berbagai tingkatan kognitif, memiliki keandalan yang cenderung
lebih tinggi dari pada soal uraian, dapat digunakan pada ujian dengan jumlah
peserta yang sangat banyak dan menghendaki hasil yang cepat, serta memiliki
sistem penskoran yang mudah, cepat dan objektif.
Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat dituntut untuk dapat
berpikir kritis, kreatif, logis, dan rasional agar dapat memilah segala informasi
yang diperoleh dan diharapkan mampu memecahkan suatu permasalahan
terutama dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu keterampilan berpikir
kritis dapat digunakan ketika menghadapi suatu permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena setiap individu akan selalu menghadapi suatu
permasalahan, meskipun itu masalah kecil maupun permasalahan dalam sekala
besar, untuk itu berpikir kritis dalam pemecahan suatu permasalahan sangatlah
diperlukan. Proses berpikir kritis dalam pemecahan suatu permasalahan dapat
diperoleh mulai dari pembelajaran pada tingkat SD. Proses berpikir tingkat
tinggi diperlukan suatu pembelajaran konseptual yang dapat memfasilitasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
Dalam proses tersebut, peserta didik menguji dan mereview ide-idenya
5
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, menerapkannya dalam suatu
situasi yang baru, dan mengintegrasikan pengetahuan tersebut ke struktur
kognitif yang dimiliki.
Penerapan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang produktif, kreatif inovatif dan afektif, melalui penguatan
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Puskurbuk dalam Setiadi
(2016: 167). Untuk mencapai tujuan tersebut, kurikulum menekankan pada
proses pembelajaran saintifik yang menganut paradigma konstruktivisme.
Dengan demikian maka peserta didik diharapkan dapat memahami konsep
sehingga hasil proses pembelajaran dapat masuk dalam longterm memory dan
siswa dapat memahami esensi belajar.
Pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan scientific, instrumen
penilaian harus dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkan sampai kreatif. Untuk
menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk menilai hasil
belajar IPA dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik menjawab soal
melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja operasional dalam
taksonomi Bloom (Kemdikbud, 2014: 87).
Instrumen penilaian atau soal-soal HOTS adalah soal-soal yang menuntut
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam membentuk kualitas peserta didik
yang lebih baik, soal-soal semacam ini memang harus dikembangkan oleh guru
dengan baik dan diterapkan di kelas yang diampunya. HOTS atau keterampilan
berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan
6
masalah, membuat keputusan, berfikir kritis, dan berfikir kreatif (Nitko &
Brookhart, 2011: 223–225).
Struktur kogntif dalam High Order Thinking Skill (HOTS) merupakan hal
penting yang harus diterapkan dalam proses pembelajaran. Hal ini diperlukan
untuk menunjang kemampuan berpikir peserta didik khususnya dalam bidang
sains pada mata pelajaran IPA juga masih dianggap sulit oleh kebanyakan
peserta didik. Karthwol dan Lewy (2009: 16) menyatakan bahwa indikator
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis,
mengevaluasi, mencipta. HOTS menjadi salah satu aspek penting yang perlu
diterapkan dalam pembuatan soal agar peserta didik dapat berpikir secara kritis
dan mampu memecahkan suatu permasalahan yang ada serta dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik mampu menghasilkan suatu inovasi yang didukung
oleh karakter yang mampu dalam mengendalikan inovasi itu sendiri sehingga
kemampuan berpikir tingkat tinggi sangatlah penting, menurut Devi (dalam
Laily 2015:29) menyatakan ada beberapa pedoman para penulis soal untuk
menuliskan butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi, yakni materi yang
akan ditanyakan diukur dengan prilaku yang sesuai dengan ranah kognitif
Bloom, yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta kemudian agar butir
soal yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi, maka setiap butir soal
yang diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber bahan
bacaan sebagai bahan informasi. Untuk menstimulus agar kemampuan berpikir
tingkat tinggi itu terbentuk yaitu dengan memberikan soal-soal yang mampu
7
menstimulus kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti pada soal Ujian
Sekolah (US).
Pada tingkat sekolah dasar peserta didik mudah diarahkan untuk berpikir lebih
luas, imajinatif, dan kreatif. Perlakuan dari pembiasaan berpikir kritis sangat
baik dilakukan sejak dini. Berpikir kritis dan pemecahan masalah pada
pembelajaran dasar pada jenjang SD dapat dilakukan pada mata pelajaran yang
merupakan ilmu dasar, salah satunya yaitu mata pelajaran ilmu pengetahuan
alam. Ilmu pengetahuan alam adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang
alam secara sistematis, sehingga ilmu pengetahuan alam bukan saja penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep-konsep atau prinsip,
melainkan penemuan. Sehingga peserta didik lebih dituntut untuk dapat
berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam menyikapi segala permasalahan
yang ada. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dicapai apabila kemapuan
berpikir tingkat rendah sudah dikuasai sehingga peserta didik akan menjadi
terbiasa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan
masalah.
Hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan
keterampilan berpikir akan lebih mudah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
dibandingkan dengan seseorang yang kurang menggunakan keterampilan
berpikir (Hamzah dan Masri dalam Ariani, 2014: 2). Keterampilan berpikir
tersebut dapat dimulai dari berpikir tingkat rendah hingga berpikir tingkat
tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dicapai apabila keterampilan
berpikir tingkat rendah telah dikuasai. Keterampilan berpikir tingkat rendah
8
adalah keterampilan berpikir dari aspek mengingat sampai dengan
mengaplikasi. Sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi aspek
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Ariani, 2014: 2).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah satu guru IPA SD IT Permata
Bunda, peserta didik yang memiliki prestasi belajar yang baik akan
memudahkannya untuk menyelesaikan soal dengan level kognitif tingkat
rendah, namun keterampilan berpikir tingkat tingginya belum terlatih. Hal ini
dapat dikatakan keterampilan berpikir siswa masih tergolong rendah baik
keterampilan berpikir tingkat rendah dan keterampilan tingkat tingginya. Hasil
rata-rata ujian sekolah 2 tahun terakhir memperoleh hasil yang tinggi karena
banyak soal-soal yang tergolong mudah, namun hasil rata-rata ujian sekolah
untuk tahun kemarin memperoleh hasil yang tergolong rendah karena banyak
soal analisis dan umum sehingga dapat dikatakan peserta didik terlalu nyaman
dengan soal-soal yang tergolong mudah dan mengalami kesulitan apabila
memperoleh soal yang tingkatannya lebih tinggi. Sehingga keterampilan
berpikir kritis dan pemecahan masalah cenderung belum diasah atau digali.
Rendahnya kemampuan peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan
perlu diperbaiki dengan cara memberikan latihan soal-soal yang berbeda yaitu
dengan menggunakan soal yang berkarakter Lower & Higher Order Thinking
Skill. Ujian Sekolah tingkat SD/MI merupakan salah satu penentu atau syarat
peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya yang
memerlukan tingkat kognitif yang lebih tinggi lagi yaitu SMP/MTS. Peserta
didik perlu diujikan menggunakan soal-soal dengan karakater HOTS, dengan
9
diujiakan soal HOTS keterampilan berpikir peserta didik tersebut akan semakin
terasah. Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal berpikir tingkat
tinggi dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam kegiatan pembelajaran.
Peserta didik perlu dilatih dalam hal keterampilan berpikirnya dengan cara
memberikan peserta didik tersebut soal yang memiliki tipe LOTS dan HOTS
yang dapat digunakan untuk memperbaiki keterampilan berpikir dari peserta
didik. Soal tipe LOTS dan HOTS tersebut dapat mengindikasikan soal dengan
menerapkan kompetensi dasar yang dapat digunakan untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi dari peserta didik. Berdasarkan uraian di
atas, maka dianggap perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang
analisis soal ujian sekolah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah
Dasar Tahun ajaran 2016/2017. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian
dengan judul “Analisis Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana kualitas butir soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran IPA Sekolah
Dasar Tahun Ajaran 2016/2017?
2. Bagaimana karakterisik butir soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran IPA
Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2016/2017:
a. Jenis stimulus?
10
b. Keterampilan berpikir tingkat rendah?
c. Keterampilan berpikir tingkat tinggi?
3. Apakah terdapat kesesuaian antara butir soal dengan indikator pencapaian
kompetensi pada soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar
Tahun Ajaran 2016/2017?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan:
1. Kualitas butir soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar Tahun
Ajaran 2016/2017.
2. Karakteristik butir soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar
Tahun Ajaran 2016/2017:
a. Jenis stimulus
b. Keterampilan berpikir tingkat rendah
c. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
3. Kesesuaian antara butir soal dengan indikator pencapaian kompetensi pada
soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar Tahun Ajaran
2016/2017.
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti, mendapatkan pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan bekal
berharga bagi peneliti sebagai calon guru IPA, terutama dalam menyusun
soal ujian sekolah berbasis LOTS dan HOTS.
11
2. Guru, menambah pengetahuan guru terhadap pembuatan LOTS dan HOTS
dalam soal ujian sekolah.
3. Sekolah, memberikan sumbangan berupa hasil penelitian yang nantinya
dapat digunakan untuk meningkatkan proses evaluasi tiap tahunnya.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Analisis adalah suatu aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan yang
meliputi mengurai, membedakan, memilah sesuatu yang selanjutnya untuk
digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu dan
kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya.
2. Soal Ujian Sekolah adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
pencapaian kompetensi dari peserta didik dalam satuan pendidikan. Soal
ujian sekolah ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses
pendidikan yang telah diterima oleh peserta didik sehingga hasilnya dapat
diketahui, mengenai tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik
tersebut. Soal ujian sekolah yang dianalisis yaitu soal ujian sekolah pada
tahun ajaran 2016/2017 karena soal tersebut merupakan soal tahun terakhir
sebelum dilakukan penelitian ini dan pada tahun tersebut sudah
dicanangkannya kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 kemampuan berpikir
tingkat tinggi ditanamkan kepada peserta didik. Kurikulum 2013
menekankan pada proses pembelajaran saintifik sehingga penilaiannya harus
dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
3. Stimulus merupakan dasar pertanyaan yang perlu dimunculkan pada setiap
butir soal, agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi,
12
maka setiap butir soal harus diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang
berbentuk sumber/bahan bacaan sebagai bahan informasi seperti: teks
bacaan, paragraf, teks drama, penggalan novel/ cerita/ dongeng, puisi, kasus,
gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/ simbol, contoh, peta, film,
atau rekaman suara.
4. Lower Order Thinking Skills adalah keterampilan berpikir yang tingkatannya
masih rendah meliputi dimensi mengingat, mengerti/ memahami dan
menerapkan. Pada masing-masing aspek seperti mengingat, contohnya hafal
atau ingat tentang simbol, istilah, fakta, konsep, definisi, dalil, prosedur,
pendekatan, dan metode. Memahami berhubungan dengan penguasaan atau
mengerti tentang sesuatu tetapi tahap pengertiannya masih rendah,
contohnya mengubah suatu informasi ke dalam suatu bentuk paralel yang
lebih bermakna, memberikan interpretasi, semua itu dilakukan atas dasar
perintah. Pemahaman ada tiga macam yang berupa pengubahan
(Translation), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi
(ekstrapolation). Mengaplikasi merupakan kemampuan peserta didik
menggunakan apa yang diperolehnya dalam situasi khusus yang baru dan
konkrit.
5. Higher Order Thinking Skills adalah suatu keterampilan berpikir pada
tingkatan yang lebih tinggi atau penalaran yang lebih tinggi dari pada
menghafal dan mengingat informasi. Berpikir tingkat tinggi meliputi dimensi
proses berpikir seperti menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi diukur dengan 2 keterampilan, yaitu
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.
13
Keterampilan berpikir kritis memiliki beberapa indikator yang terdiri dari
memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,
menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut, serta mengatur strategi dan
taktik. Keterampilan pemecahan masalah memiliki beberapa indikator yang
terdiri dari mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan, memahami kata dalam kontek, mengidentifikasi masalah yang
tidak sesuai, memilih masalah sendiri, mendeskripsikan berbagai strategi,
mengidentifikasi asumsi, mendeskripsikan masalah, memberikan alasan
masalah yang sulit, memberikan alasan solusi, memberikan alasan strategi
yang digunakan, memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah,
membuat strategi lain, menggunakan analogi, menyelesaikan secara
terencana, mengevaluasi kualitas solusi, mengevaluasi strategi sistematika.
6. Jenjang Pendidikan adalah tahap atau tingkat-tingkat pada suatu pendidikan
yang berkelanjutan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
dari peserta didik, keluasan atau kedalaman bahan pengajaran dan tujuan
pendidikan yang tercantum dalam kurikulum. Sekolah Dasar merupakan
suatu jenjang pendidikan yang paling minimal pada pendidikan formal di
Indonesia.
7. Triangulasi sumber adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan suatu informasi untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Narasumber pertama adalah peneliti
sendiri selaku mahasiswa. Narasumber kedua adalah dosen program Studi
Pendidikan Biologi dan Fisika Universitas Lampung dan narasumber
ketiga adalah guru kelas.
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penilaian
Penilaian merupakan suatu prosedur yang sistematis dan mencakup kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, serta menginterprestasikan informasi yang
dapat digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik
seseorang atau objek. Secara khusus Gronlund dan Linn (dalam Kusaeri dan
Suprananto, 2012: 8) mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses yang
sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menginterprestasikan
informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik atau seke-
lompok peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam penilaian: (1) proses penilaian
harus merupakan dari bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part
of,not a part from instruction); (2) penilaian harus mencerminkan masalah
dunia nyata (real world problem), bukan dunia sekolah (school work-kind
of problems); (3) penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode,
dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman
belajar; dan (4) penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua
15
aspek dari tujuan pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan sensori-motorik
(Depdiknas dalam Kusaeri dan Suprananto, 2012: 8-9).
Pengertian Penilaian Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah
assessment, bukan dari istilah evaluation. penilaian adalah suatu kegiatan
untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa”. Kata
“menyeluruh” mengandung arti bahwa penilain tidak hanya ditujukan kepada
penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. (Arifin, 2009: 4). Penilaian
harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menentukan
keberhasilan proses dan hasil belajar, bukan hanya sebagai cara yang
digunakan untuk menilai hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat
memberikan
Informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan
membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya secara optimal.
Prinsip Penilaian Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian bahwa penilaian hasil belajar
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Sahih b. Objektif c. Adil d. Terpadu e.
Terbuka f. Menyeluruh dan berkesinambungan g. Sistematis h. Beracuan
kriteria i. Akuntabel. Dilihat dari fungsinya, penilaian terdiri atas beberapa
macam yakni penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik,
penilaian selektif dan penilaian penempatan.
16
a. Penilaian formatif adalah penilaianyang dilaksanakan pada akhir program
belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar itu sendiri. Penilaian formatif berorientasi pada proses, yang
akan memberikan informasi kepada guru apakah program atau proses
belajar mengajar masih perlu diperbaiki.
b. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit
program misalnya penilaian yang dilaksanakan pada akhir caturwulan,
akhir semester atau akhir tahun.Tujuan penilaian ini adalah untuk
mengetahui hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh siswa
telah mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian
ini berorientasi pada produk/hasil.
c. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa serta factor-faktor penyebabnya. Pelaksanaan
penilaian semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan bimbingan
belajar, pengajaran remedial, menemukan kasusdasus dan lain-lain.
d. Penilaian selektif adalah penilaian yang dilaksanakan dalam rangka
menyeleksi atau menyaring. Memilih siswa untuk mewakili sekolah dalam
lomba-lomba tertentu termasuk jenis penilaian selektif. Untuk kepentingan
yang lebih luas penilaian selektif misalnya seleksi penerimaan mahasiswa
baru atau seleksi yang dilakukan dalam rekrutmen tenaga kerja.
e. Penilaian penempatan adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan
17
belajar untuk program itu. Dengan kata lain penilaian ini berorientasi pada
kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program
belajar dengan kemampuan yang telah dimiliki siswa.
Proses pembelajaran IPA ditandai dengan adanya perubahan pada setiap
individu yang belajar, baik, perilaku, pengetahuan, pola pikir, dan konsep
nilai yang dianut. Konsep belajar telah banyak dikemukakan oleh beberapa
ahli pendidikan dan psikologi diantaranya yaitu: (1) belajar menurut Skinner
adalah suatu proses adaptasi dan penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
progresif; (2) belajar menurut Gagne merupakan kegiatan kompleks, dan hasil
belajar berupa kapabilitas. Timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang
berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan siswa; (3) belajar
menurut Piaget adalah proses perubahan konsep. Dalam proses tersebut,
siswa selalu membangun konsep baru melalui asimilasi dan akomodasi skema
mereka; (4) belajar menurut Rogers, jika diaplikasikan pada proses belajar
IPA maka akan terjadi sesuatu korelasi positif. Hal ini berakar pada
pembelajaran IPA berlandaskan discovery-inquiry; dan (5) belajar menurut
Bloom yang diaplikasikan dalam pembelajaran IPA adalah perumusan tujuan-
tujuan pendidikan yang sesuai dengan dimensi kognitif (mengingat,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) dan
dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, proseudral), dan metakognitif
(Wisudawati dan Sulistyowati, 2015: 46).
Pembelajaran IPA yang ideal menurut Sobiroh (2006: 8), yakni: pembelajaran
IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan
18
cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi ke-
sempatan pada siswa untuk melakukan keterampilan proses meliputi:
mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Menurut De Vito
(dalam Kurnia, 2014: 174), pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan
IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, dan membangun rasa
ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya.
Salah satu alat evaluasi yang sering digunakan adalah tes, sebagai mana
yang dikemukakan oleh Arikunto (2009: 53) bahwa “Tes adalah merupakan
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditemukakan”.
Sebagaimana tahap awal untuk mendapatkan alat evaluasi yang baik perlu
dianalisis bentuk soal. Dalam hal ini alat evaluasi perlu diuji coba untuk
melihat kriterianya.
Kegiatan penilaian dalam dunia pendidikan sering disamaartikan dengan
istilah kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan bagian dari proses dan secara
keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan
evaluasi telah diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XVI Pasal 58 Ayat 1,
menyatakan bahwa “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan”. Oleh karena itu, evaluasi hasil
belajar bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi dan memperbaiki
19
proses pembelajaran serta pedoman penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar siswa.
Tenaga profesional guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan
yang sangat penting untuk mencapai visi pendidikan 2025 yaitu
menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Di dalam
Permendiknas nomor 16 Tahun 2007 kompetensi guru meliputi kompetensi
Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Profesional. Salah satu kompetensi
guru dalam dimensi Pedagogik adalah dapat menyelenggarakan penilaian,
evaluasi proses dan hasil belajar, dengan kompetensi inti diantaranya dapat
menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai
dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik dan mengembangkan instrumen
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Kegiatan evaluasi diperlukan alat atau teknik penilaian, sehingga
pelaksanaannya akan lebih terarah. Alat evaluasi dalam pendidikan yang
digunakan untuk mengumpulkan data dapat berupa tes atau non tes. Tes
adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok
siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa
sebagai peserta didik. Tes dapat disusun berupa tes (soal) berbentuk
objektif atau subjektif. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan
informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Tes
subjektif merupakan suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau
suruhan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relatif
20
panjang. Dua bentuk tes yang digunakan dalam evaluasi ini harus dapat
dipertanggungjawabkan, artinya bahwa tes tersebut dapat memenuhi syarat
sebagai alat evaluasi yang baik bila dilihat dari kualitas butir soal.
Keperluan evaluasi proses belajar mengajar, dapat digunakan tes yang telah
distandardisasikan (Standardized test), maupun tes buatan guru sendiri
(Teacher-made test). Standardized test adalah tes yang telah mengalami
proses standardisasi, yakni proses validitas dan reliabilitas, sehingga tes
tersebut benar-benar valid (shahih) dan reliable (ajeg) untuk suatu tujuan
dan bagi kelompok tertentu. Standardized test oleh pemerintah pusat
digunakan dalam ujian nasional. Sedangkan tes buatan guru sendiri adalah
suatu tes yang disusun oleh guru sendiri untuk mengevaluasi keberhasilan
proses belajar mengajar. Biasanya tes buatan guru sendiri banyak
dipergunakan di sekolah-sekolah. Tes buatan guru sendiri ini biasanya
terbatas pada suatu kelas atau sekolah.
B. Kemampuan Berpikir
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.
Pengertian berpikir baik secara umum atau khusus berdasarkan pernyataan
Soemanto (2006: 31) yang menyatakan berpikir mempunyai arti yaitu
meletakkan hubungan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia.
Adapun yang dimaksud pengetahuan disini mencakup segala konsep,
gagasan, dan pengertian yang telah dimiliki atau diperoleh manusia.
Berpikir merupakan proses yang dinamis yang menempuh tiga langkah
berpikir yaitu, pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan
21
pembentukan keputusan. Berdasarkan hal tersebut berpikir dapat diartikan
sebagai pengetahuan awal yang dapat diperoleh dengan cara
menghubungkan antara satu dengan yang lainnya baik berupa konsep,
gagasan, ataupun pengertian sehingga baru terbentuk suatu kesimpulan.
Berpikir menurut Dalyono (2007: 224) yaitu seorang siswa dapat menemukan
sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh guru dengan begitu
diharapkan siswa akan lebih jauh mengerti dan memahami materi yang
diberikan oleh guru. Selain itu pendapat menurut para ahli mengenai berpikir
itu bermacam-macam, misalnya dari ahli psikologi asosiasi yang
menganggap bahwa berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan
dimana subyek yang berpikir pasif. Pengertian dari subjek yang berpikir pasif
adalah siswa, sehingga dalam pembelajaran diharapkan guru yang aktif,
siswa hanya menyimpulkan dari semua penjelasan materi yang telah
diberikan oleh guru. Sehubungan dengan kalimat tersebut Plato (dalam
Suryabrata 2001: 54), menyatakan bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional.
Kemudian Plato juga beranggapan bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam
hati. Berdasarkan pendapat terakhir dari Plato dikemukakan dua kenyataan
yaitu, 1.) Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subyek yang berpikir aktif;
2.) Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris atau motoris,
walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berpikir itu mempergunakan
abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
Apabila seorang siswa telah berpikir dalam memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi, maka pada diri siswa tersebut terjadi suatu
22
proses berpikir yang menurut Suryabrata (2001: 54-55) yaitu “melalui tiga
tahap yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan penarikan
kesimpulan”. Seorang siswa dalam berpikir dan saat memecahkan suatu
permasalahan maka siswa akan melalui tiga tahapan sebelum terbentuknya
suatu kesimpulan yaitu diawali dengan pembentukan pengertian,
pembentukan pendapat barulah terbentuk suatu keputusan atau kesimpulan.
Selanjutnya tugas dari seorang guru yaitu dituntut untuk mampu
mengembangkan kemampuan berpikir setiap siswanya, dengan harapan
siswanya akan mampu memecahkan masalah dan dapat memberikan
pendapat sehingga terbentuklah suatu kesimpulan. Seorang siswa yang
mampu memecahkan suatu permasalahan serta dapat menyelesaikannya
dengan baik maka dapat dikatakan kemampuan berpikir dan kerja pikir
siswa tersebut baik
C. Lower & Higher Order Thinking Skills
Berpikir adalah memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat
keputusan berperilaku menurut Dharma (dalam Tawil & Liliasari, 2013).
Untuk membuat keputusan memerlukan proses mental yang lebih tinggi
yang di sebut berpikir terjadi didalam otak. Secara umum berpikir
merupakan suatu proses kognitif, suatu aktifitas mental untuk memperoleh
pengetahuan (Tawil & Liliasari, 2013). Tingkatan berpikir tingkat tinggi
menurut Rustaman (2011) adalah: “Tingkatan berpikir tingkat tinggi (HOT)
yaitu mengumpulkan dan memahami pengetahuan, pemprosesan dan
analisis informasi, serta penalaran dan berpikir tingkat tinggi”. Inti urutan
23
berpikir lebih tingkat tinggi terdapat pada mensintesis dan evaluasi
(Rustaman, 2013). Hal yang dapat dilihat pada Tabel 1. tingkatan berpir
tingkat tinggi.
Tabel 1. Tingkatan Berpikir Tingkat TinggiTingkatanberpikir
Aspek dan aktivitas padalevel
Proses berpikir untukmerangsang tingkat berpikir
Higher OrderThinking
Mensintesis1. Menggunakan
pengetahuan untukmenghasilkankomunikasi baru
2. Merancang untukmenggunakanmemngimplementasikan pengetahuan
3. Mengumpulkanintisari relasi danhubungan terhadappengetahuan lain
Merancang, merancangkembali, menggabungkan,menambah, menyusun,membuat hipotesis,membangun,membayangkan, membuatkesimpulan, jika... maka...mengintergrasikan denganhasil belajar yang lain,menciptakan,mengaplikasikan.
Mengevaluasi1. Menyelidiki bukti-
bukti internalkonsistensiinformasi yang dipelajari
2. Menyelidiki bukti-bukti eksternalkonsistensiinformasi yang dipelajari
3. Menginvestasikanpembelajarandengan kepentingandan kebermaknaanpersonal
Menginterpretasikan,menilai, mengkritisi,memutuskan,memperkirakan,meramalkan,berspekulasi,menjelaskan, pentingnya,menceritakan maknapersonal.
Pada taksonomi Bloom (Zohar & Dori, 2003) menyatakan menghafal dan
mengingat informasi diklasifikasikan sebagai berpikir tingkat rendah
sedangkan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi diklasifikasikan
sebagai bepikir tingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian pendapat di atas
maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat di
artikan penalaran yang lebih tinggi dimana dalam taksonomi bloom
menghafal dan mengingat informasi diklasifikasikan sebagai berpikir tingkat
24
rendah sedangkan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi
diklasifikasikan sebagai bepikir tingkat yang lebih tinggi. Serta inti dari
berpikir tingkat tinggi yaitu terdapat pada mensintesis dan mengevaluasi.
Klasifikasikan dimensi proses berpikir menurut Anderson & Krathwohl,
menjadi tiga level kognitif yaitu; (1) kemampuan berpikir tingkat rendah (Low
Order Thinkhing Skill/ LOTS) meliputi dimensi proses berpikir; mengetahui
(mengingat), (2) kemampuan berpikir tingkat menengah (Middle Order Thinking
Skill/ MOTS) meliputi dimensi proses berpikir; memahami dan mengaplikasi,
dan (3) kemampuan berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinkhing Skill/
HOTS) meliputi dimensi proses berfikir; menganalisis, mengevaluasi dan
mengkreasi. Untuk lebih jelasnya mengenai level kognitif dan dimensi proses
berfikir pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Deskripsi dan Kata Kunci Taksonomi Bloom Revisi
Kategori Kata kunci Tingkat KemampuanMengingat Menyebutkan definisi,
menirukan ucapan, menyatakanstruktur, mengucapkan,mengulangi, menyatakan.
LOTS-Lower Order ThinkingSkill
Memahami Klasifikasikan, deskripsikan,jelaskan identifikasi,penempatan, laporkan, jelaskan,terjemahkan, diparafrasekan.
Menerapkan Memilih, mendemonstrasikan,bertindak, menggunakan,menggambarkan, menafsirkan,mengatur jadwal, membuatsketsa, memecahkan masalah,menuliskan.
Menganalisis Memeriksa, membandingkan,membedakan, melakukandiskriminasi, memisahkan,menguji, melakukaneksperimen, bertanya.
HOTS-Higher OrderThinking Skill
Mengevaluasi Memberikan argumentasi,membela, menyatakan,memilih, member dukungan,member penilaian, melakuakanevaluasi.
25
Kategori Kata kunci Tingkat KemampuanMenciptakan Merakit, mengubah,
membangun, membuat,merancang, merumuskan,menulis.
Sumber: Kusuma (2017: 47)
Berdasarkan tingkatan proses, berpikir dibagi menjadi 2 tingkat yaitu berpikir
tingkat rendah (lower-order thinking) dan berpikir tingkat tinggi (higher-
order thinking). Pada dasarnya kedua tingkatan berpikir tersebut mengacu
pada taksonomi bloom yang terdiri dari 6 aspek (Ganbar 1). Tiga aspek
pertama yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan
menerapkan (applying) merupakan kemampuan berpikir tingkat rendah
(LOT). Tiga aspek berikutnya yaitu menganalisis (analyzing), mengevaluasi
(evaluating), dan mengkreasi (creating) merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi (HOT) (Anderson dalam Purbaningrum, 2017: 63).
Gambar 1. LOTS dan HOTS
Level kognitif dan dimensi proses berpikir tercermin dalam KD pengetahuan
semua mapel termasuk mata pelajaran IPA. KD merupakan kemampuan spesifik
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau
mapel (Lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016). Aspek pengetahuan
26
berkaitan dengan pengembangan materi/bahan pembelajaran, dan aspek
keterampilan berkaitan keterampilam dan pengalaman belajar peserta didik
(Direktorat Pembinaan SMA, 2014: 1). Sedangkan aspek sikap (spiritual dan
sosial) dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi siswa (Permendikbud
Nomor 24 Tahun 2016).
Berpikir kritis menurut Johnson (2009: 183) merupakan sebuah proses yang
terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan
masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis pendapat atau
asumsi, dan melakukan ilmiah. Lebih spesifik lagi, Williams (2011)
mendefinisikan bahwa kemampuan berpikir kritis dalam ilmu sains adalah
kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan yang relevan dan reliabel
tentang alam semesta. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui serangkaian
pengujian hipotesis yang sisematis, sehingga kemampuan berpikir kritis
diperlukan agar serangkaian proses tersebut berakhir pada penarikan
kesimpulan yang benar. William (2011) berpendapat sains diidentifiksi
sebagai tempat yang baik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Hal ini dikarenakan hubungan antara pemikiran ilmiah dan kemampuan
berpikir kritis.
Berdasarkan tingkatan proses, berpikir dibagi menjadi dua tingkat yaitu
berpikir tingkat rendah (lower order thinking) dan berpikir tingkat tinggi
(higher order hinking). Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki
27
seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya
dan memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam
situasi yang baru. Taksonomi Bloom menjelaskan bahwa kemampuan
melibatkan analisis, evaluasi dan mengkreasi dianggap berpikir tingkat tinggi
(Pohl, 2000).
Berpikir kritis menurut Cottrell (2005: 1) mengemukakan bahwa “Critical
thinking is a cognitive activity, associated with using the mind” yang artinya
berpikir kritis merupakan aktifitas kognitif, yaitu berhubungan dengan
penggunaan pikiran. Berdasarkan dimensi kognitif Bloom, kemampuan
berpikir kritis menempati bagian dimensi analisis (C4), sintesis (C5), dan
evaluasi (C6). Tampak bahwa dimensi-dimensi ini diambil dari sistem
taksonomi Bloom yang lama. Jika dicocokkan dengan taksonomi Bloom
yang telah direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2010), maka kemampuan
berpikir kritis menempati bagian dimansi analisis (C4), dan evaluasi (C5),
karena pada versi revisi, dimensi sintesis diintegrasikan ke dalam dimensi
analisis.
Dimensi analisis menurut Anderson & Krathwohl (2010) merupakan dimensi
dimana terjadi pemecahan suatu materi menjadi bagian-bagian yang kecil
dalam suatu keterkaitan hubungan antar bagian-bagian tersebut. Dimensi
menganalisis meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi,dan
mengatribusikan. Selanjutnya, Anderson & Krathwohl (2010) mendefinisikan
dimensi evaluasi sebagai dimensi dimana terjadi pengambilan keputusan
berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kriteri-kriteria yang biasanya
28
digunakan yaitu kualitas, efektivitas, efisien, dan konsistensi. Anderson &
Krathwohl menjelaskan lebih lanjut bahwa pada kategori mengevaluasi
mencakup proses kognitif yaitu memeriksa keputusan yang telah diambil
berdasarkan kriteria internal dan mengkritik keputusan yang diambil
berdasarkan kriteria eksternal.
Kemampuan berpikir kritis menurut Nitko & Brookhart (2011: 236) yaitu
kemampuan berpikir kritis paling baik diukur dan dinilai dalam konteks
pembelajaran tertentu, bukan secara umum. Untuk itu, guru yang
berkepentingan mengukur kemampuan berpikir kritis perlu menjalankan
indikator-indikator kemampuan berpikir kritis ke dalam konteks materi
pembelajaran yang bersangkutan. Selain itu, penting pula menghubungkan
materi pembelajaran tersebut dengan kondisi kehidupan keseharian dalam
melakukan pengukuran terhadapa kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis merupakan untuk menganalisis suatu situasi atau
masalah melalui pemeriksaan yang ketat. Kemampuan berpikir kritis menurut
Swartz dan Perkin (dalam Yudhitya, 2015:17)
Tabel 3. Karakteristik Kemampuan Berpikir
Tipekemampuan
Tujuan Komponen kemampuan
Berpikir kritis Untuk mengevaluasi suatuperbedaan dalam keadaanatau mengklarifikasi ide
Mengidentifikasi keadaan atauide, menganalisis berbagaipandangan,mempertimbangkan fakta,mengumpulkan informasi baru
Berpikir kreatif Untuk menciptakan ide baru,membangun produk baru
Menetapkan kebutuhan untukide, menstruktur ulang sudutpandang permasalahan,menciptakan berbagaikemungkinan
29
Membuatkeputusan
Untuk mencapai keputusanyang telah dibuat
Mempertimbangkan informasiyang ada, mengevaluasiinformasi, mengidentifikasiopsi, mempertimbangkan opsi,membuat keputusan
Pemecahanmasalah
Untuk mencapai satu ataubeberapa solusi yangmemungkinkan untuk suatupermasalahan
Mengidentifikasi,mengambarkan, memilihstrategi, menjalankan strategi,mengevaluasi proses
Kemampuan berpikir kritis dapat masuk kedalam kategori kemampuan yang
sulit. Walaupun terlihat mendasar, akan tetapi kemampuan berpikir kritis
membutuhkan suatu proses yang cukup rumit dalam pencapaiannya. Terlebih
lagi, manusia sendiri tidak secara alami dapat berpikir kritis. Sekalipun
manusia terlahir dengan kemampuan berpikir kritis, manusia sendiri masih
belum mampu menguasainya karena kemampuan berpikir kritis adalah
aktivitas kompleks yang dibangun dengan kemampuan lainnya yang lebih
mudah diperoleh (Gelder, 2005:42).
Bagaimanapun, anak memang terlahir dengan rasa keingintahuan yang alami,
dan menjadi salah satu pengenalan awal untuk pembelajaran dan lingkungan
harus mengajarkan mereka untuk mengeksplorasi, bertanya, dan
menyelesaikan masalah mereka dalam pembelajaran informal yang mereka
dapati. Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang disisipkan suasana
yang sesuai terlihat lebih siap untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dan siap pula untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya
(Thompson, 2011:3).
Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Jufri (2013:104-105)
menyatakan terdapat 6 indikator kemampuan berpikir kritis pada peserta
didik yang terdapat dalam Tabel 4 berikut:
30
Tabel 4. Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Indikator kemampuanberpikir kritis
Deskripsi kemampuan berpikir kritis
Merumuskan masalah a. memformulasikan pertanyaanyang mengarahkan investigasijawaban
Memberikan argumen a. argumen sesuai dengankebutuhan
b. menunjukkan persamaan danperbedaan
c. argumen yang ditunjukkanorisinil dan utuh
Melakukan deduksi a. mendeduksi secara logisb. menginterpretasikan secara
tepatMelakukan induksi a. menganalisis data
b. membuat generalisasic. menarik kesimpulan
Melakukan evaluasi a. mengevaluasi berdasarkan faktab. memberikan alternatif lain
Mengambil keputusan danmenentukan tindakan
a. menentukan jalan keluarb. memilih kemungkinan yang
akan dilaksanakan
Menurut Rowles dkk (dalam Yudhitya, 2015:19), Asosiasi Universitas dan
Kampus Amerika, Standar dan Akreditasi Program Pendidikan Kedokteran,
dan beberapa organisasi lainnya menempatkan suatu kemampuan berpikir
kritis sebagai sebuah kemampuan intelektual dan praktikal terbesar, terutama
pada bidang kesehatan, sains, dan terutama di bidang pendidikan.
Kemampuan berpikir kritis merupakan sesuatu yang telah banyak ditemukan
pada sekolah tingkat dasar, menengah atas, dan menengah tinggi, dimana
peserta didik diajarkan untuk belajar sebagaimana mereka mengolah dan
menganalisis informasi yang mereka dapatkan dan temukan.
Kemampuan pemecahan masalah menurut Suprananto (2012: 155-158)
terdapat 17 indikator pemecahan masalah, yaitu: mengidentifikasi masalah,
31
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, memahami kata dalam
kontek, mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai, memilih masalah sendiri,
mendeskripsikan berbagai strategi, mengidentifikasi asumsi, mendeskripsikan
masalah, memberikan alasan masalah yang sulit, memberikan alasan solusi,
memberikan alasan strategi yang digunakan, memecahkan masalah
berdasarkan data dan masalah, membuat strategi lain, menggunakan analogi,
menyelesaikan secara terencana, mengevaluasi kualitas solusi, mengevaluasi
strategi sistematika.
Stimulus diperlukan dalam penyususnan soal karena dengan adanya stimulus
butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi, maka setiap
butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus). Menurut Suprananta
(2012: 152) jenis stimulus berupa gambar,diagram, tabel, simbol, rumus,
persamaan, contoh, dan penggalan kasus.
D. Ujian Sekolah
Ujian Nasional bagi sekolah dasar sudah berubah menjadi Ujian sekolah
berdasarkan peraturan Kemendikbud nomer 009/H/HK/2015 pada ketentuan
umum menyatakan ujian sekolah/madrasah yang selanjutnya disebut US/M
adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik untuk
semua mata pelajaran dan muatan lokal dengan pembagian persentasenya
yaitu kementrian menyusun dan menetapkan soal sebanyak 25% sedangkan
pemerintah provinsi sebanyak 75%.
Berdasarkan Permendikbud nomer 23 tahun 2016, penilaian hasil belajar oleh
pemerintah dilakukan dilakukan dalam bentuk ujian nasional dan/atau bentuk
32
lain dalam rangka pengendalian mutu pendidikan. Ujian Nasional adalah
kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional
pada akhir program pembelajaran di setiap jenjang pendidikan. UN bertujuan
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK).
Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan
di Indonesia. Ujian nasional merupakan bagian dari tes standardisasi yang
artinya format soal dan kriteria penilaian ditentukan oleh pusat dan
diberlakukan dalam satuan wilayah yang cakupannya luas. Ujian nasional
adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada dunia pendidikan dan
disesuaikan dengan standar pencapaian hasil secara nasional (Wahyu,
2012).
Pengertian ujian nasional pada awalnya adalah sebagai langkah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di
setiap wilayah negeri ini. Dengan pelaksanaan ujian nasional diharapkan
dapat dipetakan tingkat kemampuan sekolah sehingga dapat menentukan
skala prioritas penanganan proses pendidikan. Tetapi pada kelanjutannya,
pengertian ujian nasional mengalami perubahan orientasi sehingga
dijadikan sebagai salah satu, bahkan satu-satunya penentu keberhasilan atau
kelulusan anak didik.
Adapun jenis-jenis ujian dalam pendidikan menurut Fathoni (2008: 3-5)
dijelaskan sebagai berikut:
33
a. Ujian Harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan
satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.
b. Ujian Tengah Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengkur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ujian
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada
periode tersebut.
c. Ujian Akhir Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir
semester. Cakupan ujian meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada semester tersebut.
d. Ujian Kenaikan Kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang
menggunakan sistem paket. Cakupan ujian meliputi seluruh indikator
yang merepresentasikan seluruh KD pada semester tersebut.
e. Ujian Sekolah/Madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan
untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan
salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata
pelajaran yang diujikan adalah kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional
dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik kelompok mata pelajaran
34
agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diukur dalam pos ujian
sekolah/madrasah.
f. Ujian Nasional (UN) adalah kegitan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangka melalui pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Fungsi Ujian Nasional (UN) adalah:
1. quaity control, yaitu: UN menjadi instrumen pengendali mutu lulusan
agar sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan sebagai
instrumen
untuk memastikan dan menjamin kualifikasi/standar yang ditetapkan.
2. motivator, UN diharapkan memotivasi atau mendorong siswa
untuk belajar sungguh-sungguh dalam rangka mencapai standar
kompetensi
3. public accountabillity, UN digunakan sebagai instrumen
akuntabilitas publik untuk menyampaikan informasi kepada orang
tua dalam masyarakat
4. selection, screening, dan streaming, UN dijadikan bahan untuk
seleksi, dan penempatan pada jenjang pendidikan selanjutnya
5. alat diagnostik, UN sebagai alat untuk menilai dan mengevaluasi
sistem maupun kebijakan pendidikan.
35
E. Kerangka Pikir
Praktik pembelajaran harus dapat memaksimalkan kerja otak dalam berpikir
sehingga keterampilan berpikir terutama berpikir tingkat tinggi pada siswa
dapat terakomodasi dengan baik. Pembelajaran harus melibatkan aktifan
siswa dalam belajar. Belajar dan mengajar merupakan suatu konsep yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, belajar merujuk kepada apa
yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima suaru
pelajaran (peserta didik), sedangkan mengajar merujuk pada apa yang harus
dilakukan oleh seorang guru.
Evaluasi dari hasil belajar merupakan tahapan yang harus ditempuh oleh
seorang guru untuk mengukur sejauh mana kemampuan peserta didik dalam
memahami dan menguasai materi yang telah diberikan oleh seorang guru.
Evaluasi dari hasil belajar dapat dilakukan oleh guru melalui teknik tes. Tes
yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya merupakan salah satu dari
instrumen yang digunakan guru dalam mengukur hasil belajar peserta didik.
Maka dari itu, tes yang diberikan haruslah berupa tes yang berkualitas.
Tes sangat memiliki peranan penting karena dengan adanya tes, kemampuan
dari setiap peserta didik dapat diukur dan tes juga sebagai alat evaluasi,
sehingga tes perlu diperhatikan semua asperk yang mendukung seperti aspek
kualitatif dan kuantitatif. Tes harus sesuai dengan perkembangan dunia
pendidikan pada saat ini sehingga tes yang digunakan sebagai alat evalusi
harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini.
36
Selanjutnya hasil dari analisis soal dapat diketahui soal yang seperti apa yang
perlu diperbaiki atau direvisi dan dapat diketahui apakah soal yang ada sudah
mengandung stimulus dan mengandung indikator dari keterampilan berpikir
kritis, sehingga analisis soal yang dilakukan harapannya dapat dijadikan
sumber yang dapat menjadi bahan kajian dalam penyusunan soal yang
berkualitas.
Adapun kerangka pikir pada penelitian ini, yakni:
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir
Soal UjianSekolah
Digunakan:Sebagaipenilaian hasilpembelajarandalam mencapaiKompetensiDasar
Dipengaruhi oleh:- Kurikulum- Dinas
Pendidikan danKebudayaan
- SatuanPendidikan
Memenuhi Kriteria
StimulusBerpikir TingkatRendah
PemecahanMasalah
Analisis soal tipe Lower and Higher OrderThinking Skill
Karakteristik dan persentase soal ujiansekolah tahun ajaran 2016/2017
Berpikir Kritis
37
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan pada semester genap pada tanggal 8 Maret 2018
sampai dengan 18 April 2018 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini memiliki subjek yaitu soal Ujian Sekolah Ilmu Pengetahuan
Alam Sekolah Dasar tahun ajaran 2016/2017.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif jenis
analisis isi atau dokumen.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
38
Menyiapkan surat izin untuk melakukan penelitian pendahuluan untuk
memperoleh dokumen berupa soal ujian sekolah dan membuat
instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan langkah, yaitu:
a. Melakukan analisis soal berdasarkan karakteristik stimulus,
keterampilan berpikir tingkat rendah, ketrampialn berpikir kritis,
dan keterampilan pemecahan masalah.
b. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) di Laboratorium
Pembelajaran Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
c. Melakukan tabulasi data berdasarkan hasil akhir dari analisis soal
dan Focus Group Discussion (FGD).
E. Jenis, dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yaitu dengan rubrik
analisis soal ujian sekolah mata pelajaran IPA tahun ajaran 2016/2017.
2. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik dalam pengambilan data pada penelitian ini yaitu
menggunakan lembar penilaian. Lembar penilaian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu lembar penilaian karakteristik berbentuk daftar dengan
skor 1 jika sesuai dan apabila tidak sesuai maka akan mendapatkan skor 0.
Indikator yang digunakan sebagai pedoman disusun berdasarkan kajian
39
teori yang telah dikumpulkan. Lembar penilaian dibuat berdasarkan
masing-masing karakteristik yang dianalisis yaitu: stimulus, keterampilan
berpikir tingkat rendah, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan
pemecahan masalah.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yaitu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan objek secara kualitatif. Data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu:
berupa lembar penilaian, rubrik dan disertai dengan soal ujian sekolah tahun
ajaran 2016/2017. Kategori yang digunakan sebagai pedoman disusun
berdasarkan kajian teori yang telah dikumpulkan. Lembar penilaian dibuat
berdasarkan masing-masing karakteristik yang berupa dasar pertanyaan dan
indikator dari berpikir tingkat rendah, stimulus, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan pemecahan masalah. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu teknik analisis data yang
digunakan untuk menggambarkan keadaan objek secara kualitatif. Langkah-
langkah analisis data pada penelitian ini adalah:
1. Menentukan Soal yang Berkategori LOTS & HOTS
Berdasarkan indikator LOTS & HOTS menurut A. Thomas dan G.
Thorne. Indikator LOTS & HOTS yang digunakan yaitu: berpikir tingkat
rendah, dasar pertanyaan (stimulus), keterampilan berpikir kritis,
keterampilan pemecahan masalah.
2. Mengelompokkan butir soal Ujian Sekolah IPA tingkat SD yang
termasuk dalam kategori LOTS & HOTS.
40
Pada penelitian ini menjawab apakah terdapat kelompok butir soal tipe
LOTS & HOTS, yaitu berpikir tingkat rendah, stimulus, kemampuan
berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan masalah, serta persentasenya
dalam soal US IPA SD tahun 2016/2017. Pada proses FGD adalah
keberadaan karakteristik soal tipe LOTS & HOTS, yaitu berpikir tingkat
rendah, stimulus, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan
masalah. Perolehan data yang diperoleh dari angket melalui proses FGD
ini kemudian akan ditabulasikan ke dalam tabel berikut
Tabel 5. Tabulasi data angket
Nomorsoal
Karakteristik
kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
Jumlah
Kemudian hasilnya dijumlahkan pada masing-masing indikator dan
selanjutnya direkapitulasi dengan cara mempersentasekan dari masing-
masing indikator dari setiap karakteristik yaitu dengan cara jumlah skor
dibagi 40 lalu dikali 100%. Untuk memperoleh persentase skor pada tiap
butir soal menggunakan perhitungan persentase keberadaan karakteristik
soal tipe LOTS & HOTS, yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah,
stimulus, kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
menggunakan rumus:
41
Sumber: dimodifikasi dari Ali (2013: 201)
Keterangan:
K : Persentase indikator dari masing-masing karakteristik soal tipe LOTS &HOTS dalam soal US IPA SD tahun 2016/2017.
Ki : banyaknya butir soal hasil analisis dari indikator masing-masingkarakteristik soal tipe LOTS & HOTS dalam soal US IPA SD tahun2016/2017.
Proses perhitungan persentase dilakukan pada masing-masing indikator
dari setiap karakteristik baik stimulus, keterampilan berpikir tingkat
rendah, keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang
ditabulasikan ke dalam tabel berikut:
Tabel 6. Perhitungan persentase
No. Indikator Persentase (%) Kriteria
Setelah diperoleh persentase dari masing-masing karakteristik dari setiap
narasumber kemudian dihitung persentase keseluruhan dengan cara
merata-ratakan persentase dari ketiga narasumber kemudian menentukan
kategori di setiap indikator dari masing-masing karakteristik, sesuai
dengan kriteria-kriteria tertentu.
Proses perhitungan pada indikator kesesuaian diperoleh dari menghitung
jumlah soal yang sesuai indikator pencapaian kompetensi dari peneliti,
guru dan dosen lalu dijumlahkan setelah diperoleh hasilnya dibagi dengan
K = Ki X 100%Total soal
42
banyaknya soal dan dikalikan dengan seratus persen, sehingga diperoleh
hasil keseluruhan analisis kesesuaian butir soal dengan indikator
pencapaian kompetensi. Berikut tabulasi dari kesesuaian butir soal dengan
indikator pencapaian kompetensi.
Tabel 7. Kesesuaian Butir Soal dengan Indikator Pencapaian Kompetensi
No. Kesesuaian Persentase (%) Kriteria1. Sesuai2. Tidak Sesuai
Setelah diperoleh hasil persentase dari kesesuaian butir soal dengan
indikator pencapaian kompetensi, selanjutnya mendeskripsikan dari hasil
persentase keseluruhan yang diperoleh dari kesesuaian butir soal dengan
indikator pencapaian kompetensi.
Tabel 8. Kriteria Kesesuaian
Skala Keterangan
0 – 20 % Sebagian Kecil
21 – 40 % Kurang dari Setengah
41 – 60 % Setengah
61 – 80 % Sebagian Besar
81 – 100 % Hampir Semua
Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2001: 245)
Setelah diperoleh persentasenya dan diperoleh kriterianya, maka yang
selanjutnya yaitu mendeskripsikan masing-masing karakteristik, baik
stimulus, keterampilan berpikir tingkat rendah, keterampilan berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah dengan berdasarkan kriteria-kriteria
dari masing-masing karakteristik tersebut.
58
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kualitas butir Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2016/2017 sebagian besar (75%)
bertipe LOTS sedangkan kurang dari setengah (25%) bertipe HOTS.
2. Karakteristik butir Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2016/2017 dilihat
dari:
a. Jenis stimulus kurang dari setengahnya berupa gambar, sedangkan
sebagian kecil berupa tabel, contoh, dan penggalan kasus.
b. Keterampilan berpikir tingkat rendah setengahnya berupa indikator
memahami (C2), kurang dari setengah berupa mengingat (C1),
sedangkan sebagian kecil berupa menerapkan (C3).
c. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diukur dengan
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah
memperoleh hasil keterampilan berpikir kritis sebagian kecil
berupa “memfokuskan pada pertanyaan” sedangkan pada
59
keterampilan pemecahan masalah sebagian kecil berupa
“mengidentifikasi masalah”.
3. Ditemukan bahwa hampir semua (97,5%) butir soal sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensi.
B. Saran
Guna kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Peneliti selanjutnya perlu membatasi indikator dari masing-masing
karakteristik, supaya tidak terlalu banyak dan lebih fokus. Apabila
peneliti merujuk penelitian dengan judul penelitian ini, maka subyeknya
harus disesuaikan dengan judulnya yakni bentuk stimulus tidak boleh di
sejajarkan dengan keterampilan berpikir lainnya.
2. Peneliti selanjutnya, perlu melibatkan peserta didik dalam menjawab
soal yang telah analisis, untuk melihat perubahan dari soal yang
sebelum dilakukan analisis dan sesudah dilakukan analisis.
3. Kesesuaian indikator harus di pertimbangkan antara keluasan dan
kedalam materi berdasarkan kompetensi dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Adelar, S. B & Saragih, S. 2003. Adolescence, Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.607 hlm.
Ali, M. 2013. Prosedur dan Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.215 hlm.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. 2009. Pembelajaran, Pengajaran danAsesmen. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 430 hlm.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (Eds). 2010. Kerangka landasan untukpembelajaran, pengajaran, dan asesmen: revisi taksonomi pendidikanBloom.(Terjemahan Agung Prihantoro). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.(Buku asli diterbitkan tahun 2001). 434 hlm.
Ariani, E. 2014. Analisis Keterampilan Berpikir Berdasarkan TaksonomiAnderson Pada Siswa Gaya Belajar Assimilator dalam MenyelesaikanSoal Eksponen dan Logaritma Kelas X SMA Negeri 3 Kota Jambi.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Tanggal 07Januari 2018. Pukul 14.30 WIB. 12 hlm.
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran (Prinsip Teknik Prosedur). PT RemajaRosdakarya. Bandung.
Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.310 hlm.
_______. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 310hlm.
Asy’ari, M. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalamPembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Universitas Sanata DharmaYogyakarta. Yogyakarta. 217 hlm.
Cottrell, S. 2005. Critical Thinking Skills, Developing Effective analysis andArgument. Palgrave Macmillan. New York. 296 hlm.
Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 267 hlm.
61
Depdiknas. 2005. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen. Depdiknas. Jakarta. 54 hlm.
Devi, P. k. 2012. Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” dalamPembelajaran IPA SMP/MTs. http://p4t-kipa.net/datajournal/HOTs.Poppy.pdf. (diakses tanggal 02 November 2017, pukul 17.00WIB). 9 hlm.
Dharma, S. 2013. Manajemen Kinerja : Falsafah, Teori Dan Penerapannya.Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 245 hlm.
Djamarah, S. B. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. PT RinekaCipta. Jakarta. 438 hlm.
Eptiarti, R. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap PrestasiBelajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Survey Pada 5 SMA diKabupaten Purwakarta). 123 hlm.
Fathoni, T. 2008. Memahami Penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/jur._kurikulum_dan_Tek._pendidikan/196005081985031-toto_fathoni/memahami_penilaian_BSNP.pdf. DiaksesTangal 22 Oktober 2017. Pukul 18. 35 WIB. 31 hlm.
Fatmawati, H. 2014. Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan MasalahMatematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat.Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Universitas Sebelas Maret.Surakarta. Vol. 2, No.9, 899-910.
Feriati, Y. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis pada Pelajaran IPAMelalui Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas IV SD NegeriKarangtalun 1 Tanon Sragen Tahun 2012/2013. UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Surakarta. 12 hlm.
Gelder, T. V. 2005.Teaching Critical Thinking: Some Lessons from CognitiveScience. College teaching. Vol. 53. No. 1. 2005. 41-46. (online).(https://docs.google.com/viewer?a=v&pid=sites&srcid=ZGVmYXVsdGRvbWFpbnx0aW12YW5nZWxkZXJ8Z3g6NDI4Y2UyNjc4MDUxMzQxMg, diakses pada 02 Januari 2018; 13:35 WIB).
Johnson, L. 2009. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik: Cara MembangkitkanMinat Siswa melalui Pemikiran. PT Indeks. Jakarta. 434 hlm.
Jufri, W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. PT. Rineka Cipta. Bandung. 200hlm.
62
Kemendikbud. 2014. Modul Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013 MataPelajaran Sosiologi SMA/ SMK Tahun 2014/ 2015. P4-BPSDM-PKPMP.Jakarta.
Kemendikbud. 2015. Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah pada SekolahDasar/Madrasah Ibtidahiyah, Sekolah Dasar Luar Biasa danPenyelenggara Program A/ULA. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.Jakarta. 8 hlm.
Kurnia, dkk. 2014. Pengembangan Instrumen Penilaian Aspek Psikomotorik padaPraktikum Kimia SMA/ MA Kelas XI Materi Pokok Faktor-faktor yangMempengaruhi Laju Reaksi Berdasarkan Standar Isi 2006. Skripsi.Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.Yogyakarta. 203 hlm.
Kusaeri dan Suprananta. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. GrahaIlmu. Yogyakarta. 240 hlm.
Kusuma, M. D. 2017. Pengembangan Penilaian Keterampilan Berpikir TingkatTinggi (HOTS) Dalam Studi Fisika. Jurnal. Universitas Lampung. Vol 7.32 hlm.
Lailly, N. R., Wisudawati, A. W. 2015.Analisis Soal Tipe Higher Order ThinkingSkill (HOTS) Dalam Soal UN Kimia Rayon B Tahun 2012/2013.KauniaVol.XI No.1. 39 hlm.
Lestari, A. 2016. Pengembangan Soal Tes Berbasis HOTS pada ModulPembelajaran Latihan Penelitian di Sekolah Dasar. Jurnal IlmiahPendidikan. 20(2): 74-83 (Online),(http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/article/viewFile/4801/3364, diakses 31Juli 2018).
Lewy. 2014. Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan Berpikir TingkatTinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX AkselerasiSMP Xaverius Maria Palembang, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3.No. 2, Desember 2009. 14-28. (online).(http://eprints.unsri.ac.id/820/1/2_Lewy_14-28.pdf, diakses pada 21Oktober 2017; 21.03 WIB).
Mardapi, D. 2008. Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Mitra CendikiaPress. Yogyakarta. 166 hlm.
Miles, B. M dan Michael, H. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber TentangMetode-metode Baru. UIP. Jakarta. 491 hlm.
Muslich, M. 2009. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Bumi Aksra.Jakarta. 247 hlm.
63
Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. 2011. Educational Assessment of Student (6th ed).Pearson Education. Boston.
Nuryati, R dkk. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka.Jakarta. 76 hlm.
Pane, K. I dan Derlina. 2016. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMAdalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Metode KNOW-WANT-LEARN (KWL). Jurnal Saintech. Universitas Negeri Medan.Medan. Vol 08. No 03. 10 hlm.
Permendikbud. 2013. Penilaian. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta. 47 hlm.
Permendikbud. 2016. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. MenteriPendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta. 59 hlm.
Permendikbud. 2016. Standar Penilaian Pendidikan. Menteri Pendidikan danKebudayaan RI. Jakarta. 12 hlm.
Permendiknas. 2007. Standar Penilaian Pendidikan. Mentri Pendidikan NasionalRI. Jakarta. 14 hlm.
Pohl. 2000. Learning to Think, Thinking to Learn: tersedia diwww.purdue.edu/geri.
Purbaningrum, K. A. 2017. Berpikir Tingkat Rendah Menuju Berpikir TingkatTinggi. Jurnal. Universitas Muhammadiyah Tangerang. Tangerang. 61-76hlm.
Purwanto, M. N. 2015. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pegajaran. RosdaKarya. Bandung. 165 hlm.
Rusyati, L., N. Rustaman, dan Saefudin. 2013. Pengembangan Soal PilihanGanda Berpikir Kritis Inch dan Profil Pencapaiannya di SMA Negeri KotaBandung pada Tema Penyakit Manusia. UPI. Bandung. 11 hlm.
Samosir, M. 2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Edisi KesembilanJilid I. Penerbit Indeks . Jakarta. 350 hlm.
Sanjaya, w. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. KencanaPrenada Media Grup. Jakarta. 235 hlm.
Santyasa, I. W. 2009. Pengembangan Pemahaman Konsep dan KemampuanPemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA dengan PemberdayaanModel Perubahan Konseptual Bersetting Investigasi Kelompok. 1-26 hlm.
64
Setiadi, H. 2016. Pelaksanaan Penilaian pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitiandan Evaluasi Pendidikan. UHAMKA. Jakarta. 178 hlm.
Setyawati, LY. 2013. Wawasan Globalisasi dalam Pendidikan. (online).(http://punya-lilyyunisetyawati.blogspot.com/2013/10/makalah-wawasan-globalisasi-dalam.html, diakses pada 20 Oktober 2017; 16:21 WIB).
Siagian, S. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. 380hlm.
Sobiroh, A. 2006. Pemanfaatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil BelajarBiologi Peserta Didik Kelas 2 SMA Se-Kabupaten Banjarnegara Semester1 Tahun 2004/2005. Skripsi. Universitas Negeri semarang. Semarang. 97hlm.
Soemanto, W. 2006. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja PemimpinPendidikan (Cetakan Ke 5). Rineka Cipta. Jakarta. 256 hlm.
Sudarma, M. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. RajawaliPers. Jakarta. 266 hlm.
Sulaeman, A. A. 2016. Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran IPA SekolahMenengah Pertama (SMP), Kelompok Kompetensi G, PengembanganInstrumen Penilaian Pembelajaran. Pusat Pengembangan danPemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu PengetahuanAlam (PPPPTK IPA) Direktorat Jenderal Guru dan TenagaKependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 58hlm.
Sumadi, S. 2001. Psikologi Kepribadian. Cetakan ke 4. Raja Grafindo Pustaka.Jakarta. 370 hlm.
Suparno, P. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah: Suatu Tinjauan Umum.Kanisius. Yogyakarta. 114 hlm.
Surahman, R. I. P, dan Dewi, T.2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalamPembelajaran IPA Pokok Bahasan Makhluk Hidup dan Proses KehidupanMelalui Media Gambar Kontekstual pada Siswa Kelas II SD AlkhairaatTowera. Jurnal Kreatif Tadulako. Universitas Tadulako. Vol 3, No 4. 107hlm.
Surapranata, S. 2007. Panduan Penulisan Tes Tertulis: Implementasi Kurikulum2004. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 346 hlm.
Thompson, C. 2011. Critical Thinking across the Curriculum: Process overOutput. International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 1.No. 9. Special Issue, July 2011. 1-7. (online).
65
(http://www.ijhssnet.com/journals/Vol._1_No._9_Special_Issue_July_2011/1.pdf, diakses pada 02 Januari 2018; 14:00 WIB).
Trianingsih, R. 2016. Pengantar Praktik Mendidik Anak Usia Sekolah Dasar.Journal Al Ibtida. 3(2): 197-211, (Online), (http://syekhnur-jati.ac.id/jurnal/index.php/ibtida/article/view/880, diakses 31 Juli 2018).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. 2003. Sistem PendidikanNasional. DPR RI. Jakarta. 26 hlm.
Warli. 2006. Pembelajaran Kooperatif Berbasis Gaya Kognitif RefklektifImpulsif. Prosiding dipresentasikan dalam Seminar Nasional.Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA Universitas NegeriYogyakarta. 574 hlm.
William, J.D. 2011. How science works: Teaching and Learning in The ScienceClassroom. Continuum. Chennai. 160 hlm.
Wisudawati, A.W. dan E. Sulistyowati. 2015. Metodologi Pembelajaran IPA.Bumi Aksara. Jakarta. 279 hlm.
Yudhitya, L. 2015. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) TerhadapKemampuan Berpikir Kritis dan Aktivitas Belajar Siswa pada MateriPokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan. Skripsi. UniversitasLampung. Lampung. 157 hlm.
Yuniar, M. 2015. Analisis HOTS (High Order Thinking Skills) Pada Soal ObjektifTes Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas V SDNegeri 7 Ciamis. Jurnal. Universitas Pendidikan Indonesia. 195 hlm.
Zohar, D dan Marshall, L. 2003. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual. Mizan.Bandung. 121 hlm.
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalamLembaga Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 418 hlm.