hutan kota2

Upload: abdulbasir-languha

Post on 11-Jul-2015

152 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

HUTANKOTA Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan kota sering lebih banyak dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan oleh sarana dan prasarana yang ada. Gejala pembangunan kota pada masa yang lalu mempunyai kecenderungan untuk meminimalkan ruang terbuka hijau dan juga menghilangkan wajah alam. Lahan-lahan bertumbuhan banyak dialih-fungsikan menjadi pertokoan, pemukiman, tempat rekreasi, industri dan lain-lain. Ternyata dengan semakin tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam tetumbuhan mengakibatkan keadaan lingkungan di perkotaan menjadi hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Padahal kestabilan kota secara ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai kestabilannya secara ekonomi. Oleh karena terganggunya kestabilan ekosistem perkotaan, maka alam menunjukkan reaksinya berupa : meningkatnya suhu udara di perkotaan, penurunan air tanah, banjir/genangan, penurunan permukaan tanah, intrusi air laut, abrasi pantai, pencemaran air berupa air minum berbau, mengandung logam berat, pencemaran udara seperti meningkatnya kadar CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor. Hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk namun aspek kelestarian, keserasian, keselarasan dan keseimbangan sumberdaya alam, yang pada giliran selanjutnya akan membaktikan jasajasa berupa kenyamanan, kesegaran, terbebasnya kota dari polusi dan kebisingan serta sehat dan cerdasnya warga kota. Dari catatan sejarah dinyatakan, taman kerajaan milik bangsawan, taman rumah milik pedagang kaya raya, alun-alun dengan pohon beringin yang indah merupakan cerminan kehidupan manusia sejak jaman dulu sangat membutuhkan tumbuhan. Pada kenyataan selanjutnya dengan meningkatnya taraf hidup, kemampuan dan kebutuhan manusia, maka sejak tahun 1950-an sampai dengan 1970-an ruang terbuka hijau banyak dialih-fungsikan menjadi pemukiman, bandar udara, industri, jalan raya, bangunan perbelanjaan dan lain-lain. Dengan semakin meningkatnya kemampuan dan kesejahteraan masyarakat, pembangunan fisik kota terus melaju dengan pesat, di lain pihak korbannya antara lain menyusutnya luasan lahan bervegetasi. Baru setelah manusia menyadari akan kekeliruannya selama ini, yakni terjadinya kekurang-akraban manusia dengan tumbuhan/hutan, khususnya di perkotaan, bahkan ada kecenderungan untuk memusnahkannya., maka hubungan yang kurang baik tersebut ingin diperbaiki kembali. Hutan kota kemudian menjadi perhatian utama untuk dibangun dan dikembangkan di seluruh kota, baik kota besar, kota menengah, kota kecil bahkan sampai tingkat kecamatan. BAB II KOTA DAN PERMASALAHANNYA

1.

Upaya Perbaikan Mutu Lingkungan Kota

Kota merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjung dan menginapnya tamu negara, tempat mengukur prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman domestik dan manca negara, tempat rekreasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kota perlu dikembangkan untuk memenuhi tuntutannya yang terus meningkat. Di dalam menentukan arah kebijakan pengembangannya perlu dibuatkan pola perencanaan pengembangan berdasarkan data yang ada dan kebutuhan yang harus dipenuhi kota tersebut. Kota dengan perencanaan yang kurang memadai akan menjadi lesu, sakit dan semrawut yang jika tidak dilakukan usaha penataan kembali, akan menghadapi kematian. Kota-kota seperti itu layak diberi julukan miserapolis (ghetto) yang berarti kota yang sakit, menyedihkan, melarat, kotor dan acak-acakan. Kesadaran pemerintah akan perlunya pengelolaan lingkungan di perkotaan sesungguhnya sudah sejak lama. Namun pada waktu itu gerakan tersebut masih belum menyeluruh diterima oleh seluruh warga masyarakat dan belum semua kota benar-benar mengusahakannya secara sungguh-sungguh. Baru setelah tahun 1970-an pemerintah memperlombakan gelar "Adipura" bagi kota yang bersih, maka gerakan kebersihan dan penataan kota mulai memasyarakat. Maka semua kota berlomba menata dan mengelola kotanya menjadi kota yang indah, sejuk, hijau, berbunga, nyaman dan bersih, selain untuk mendapatkan gelar Adipura juga takut mendapat julukan kota paling kotor. Bukti nyata perhatian pemerintah pusat dalam masalah ini antara lain berupa dimasukkannya pembangunan perkotaan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun kelima 1989/90 - 1993/94 seperti

1

tercantum dalam Buku I halaman 423 : "Perkotaan perlu dibangun secara terencana dan terpadu dst ... Perhatian khusus perlu diberikan kepada perbaikan pengelolaan limbah kota, pengangkutan umum, tata ruang kota, taman kota, dst ..." Pada halaman 431 juga dinyatakan : "... daerah hijau paru- paru kota dst ... dalam Repelita V akan dilanjutkan pembangunannya untuk meningkatkan fungsi lindung daerah tersebut". Selanjutnya pada Pekan Penghijauan Nasional ke 33 tahun 1990 di Palu Bapak Presiden telah menyatakan tentang perlu dibangunnya hutan kota. Banyak sekali landasan operasional yang dapat dipergunakan untuk membangun hutan kota antara lain : Undang-undang No. 5 tahun 1974, No. 5 tahun 1979, No. 4 tahun 1982, No. 5 tahun 1990, No. 6 tahun 1990, Inmendagri No. 14 tahun 1988 dan Keppres No. 32 tahun 1990. Beberapa kegiatan dalam memacu masyarakat agar berperan aktif dalam upaya pengelolaan lingkungan perkotaan di antaranya dengan membuat moto seperti : beriman (Bogor), bestari (Probolinggo), bercahaya (Cilacap), berseri (Yogyakarta), bersemi (Cianjur), bersih manusiawi-wibawa (DKI Jakarta), sihmponi (Ponorogo), berhiber (Bandung, Ikhlas (Pemalang) dan Satria (Purwokerto). 2. Hutan Kota dan Hubungannya dengan Ketahanan/Masa Depan Bangsa

Dapat dijelaskan bahwa kota merupakan tempat untuk berbagai kegiatan. Presiden, menteri, gubernur, walikota, bupati, dosen, guru, mahasiswa, pelajar, pelancong, duta besar, tamu negara, pelaku ekonomi, olahragawan, seniman dan komponen penting lainnya banyak melakukan kegiatannya dan banyak pula yang tinggal di perkotaan. Dengan meningkatnya pembangunan berbagai kegiatan seperti pembangunan jalan, kegiatan transportasi, industri, pemukiman dan kegiatan lainnya sering mengakibatkan luasan ruang terbuka hijau menurun dan sering juga disertai dengan menurunnya mutu lingkungan hidup. Hal ini akan mengakibatkan kota menjadi sakit, tercemar dan kotor. Pada keadaan yang menyedihkan seperti ini, pejabat pemerintah mungkin tidak lagi dapat berpikir tenang, tajam dan terarah, sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang kompleks dan yang bersifat futuristik akan menurun. Pelajar dan mahasiswa pada kota yang sakit dan tercemar mempunyai sifat yang mengarah ke temperamental-brutal dengan daya asah otak yang kurang kuat, karena selama perjalanan pergi dan pulangnya banyak tercemar oleh gas CO dan logam berat Pb yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Seniman dan olahragawan pun tidak dapat menunjukkan kemampuan secara maksimal pada kondisi yang tercemar, bising dan panas. Mereka semua dapat keracunan gas CO, NOx, SOx, O3 dan partikel Pb yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dan industri. Akibatnya, tingkat kesehatan mereka menurun, bahkan pada tingkat yang lebih parah lagi dapat menemui kematian. Bencana seperti ini pernah juga dilemparkan oleh Rachel Carson dalam bukunya Silent Spring. Mungkin gejala seperti ini sudah mulai merambah dan menghantui kota besar seperti Jakarta. Hal ini diantaranya ditandai dengan udara kota yang semakin panas serta udara di terminal terasa menyesakkan pernapasan dan memedihkan mata. Oleh sebab itu nampaknya untuk menghindari keadaan tersebut, seminar, konperensi, rapat dan beberapa kegiatan lainnya sering tidak lagi diselenggarakan di dalam kota, namun di luar kota yang sejuk, bersih dan tidak bising, seperti : Puncak, Cipanas, Cisarua, Gadog dan Ciawi. Ataupun jika kegiatan tersebut dilakukan di Jakarta pada ruangan yang ber-AC. Pada keadaan kota yang sakit seperti ini kesehatan, unjuk tampil (performance) dan unjuk kerja (produktivitas) dari subjek penting di perkotaan, seperti yang telah disebutkan di atas menjadi buruk dan pada akhirnya akan menghasilkan kekuatan dan masa depan bangsa dan negara yang lemah dan suram. Lain halnya dengan kota yang ditata dengan baik kualitas lingkungannya. Hutan kota yang dibangun dan dikembangkan akan mengurangi monotonitas, meningkatkan keindahan, membersihkan lingkungan dari pencemaran, meredam kebisingan, menjadi lebih alami dan beberapa keuntungan lainnya yang akan dijabarkan secara rinci pada bab selanjutnya, sehingga semua warga kota dan tamu kota dan negara akan betah, karena lingkungannya yangbersih, nyaman dan indah. Mereka hidup dalam kesehatan, keceriaan dan kecerahan dengan unjuk tampil dan unjuk kerja yang tinggi. Dengan demikian negara akan menjadi kuat dengan masa depan yang baik dan cerah. BAB III PENGERTIAN HUTAN KOTA

Ada dua pendekatan yang dipakai dalam membangun hutan kota Pendekatan pertama, hutan kota dibangun pada lokasi-lokasi tertentu saja. Pada pendekatan ini hutan kota merupakan bagian dari suatu kota. Penentuan luasannya pun dapat berdasarkan : (1) Prosentase, yaitu luasan hutan kota ditentukan dengan menghitungnya dari luasan kota

2

(2) Perhitungan per kapita, yaitu luasan hutan kota ditentukan berdasarkan jumlah penduduknya. (3) Berdasarkan isu utama yang muncul. Misalnya untuk menghitung luasan hutan kota pada suatu kota dapat dihitung berdasarkan tujuan pemenuhan kebutuhan akan oksigen, air dan kebutuhan lainnya. Perhitungan luasan hutan kota dari ketiga cara tersebut di atas akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab VI (Pembangunan). Pendekatan kedua, semua areal yang ada di suatu kota pada dasarnya adalah areal untuk hutan kota. Pada pendekatan ini komponen yang ada di kota seperti pemukiman, perkantoran dan industri dipandang sebagai suatu enklave (bagian) yang ada dalam suatu hutan kota. Negara Malaysia dan Singapura membangun hutan kota dengan menggunakan pendekatan kedua. Oleh sebab itu pada saat penulis berkunjung ke sana definisi hutan kota tidak terlalu dipersoalkan benar. Yang penting kota harus dihijaukan dengan tanaman secara maksimal, agar lingkungan menjadi bersih terbebas dari pencemaran udara, sejuk , indah, alami dan nyaman. Walaupun mungkin pada lokasi terbuka yang luasnya kurang dari 10 m2 saja, jika dimungkinkan untuk dapat ditanami, maka akan ditanami dengan tanaman, sehingga akan diperoleh lingkungan yang lebih indah dari segi tata letak, komposisi, aksentuasi, keseimbangan, keserasian dan kealamian, tanpa melupakan persyaratan silvikulturnya. Negara Indonesia menggunakan pendekatan pertama. Difinisi hutan kota (urban forest) menurut Fakuara (1987) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaankegunaan khusus lainnya. Sedangkan menurut hasil rumusan Rapat Teknis di Jakarta pada bulan Pebruari 1991 hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota. Hutan kota merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau dinyatakan sebagai ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membulat maupun dalam bentuk memanjang/jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988). Pelaksanaan program pengembangan Ruang Terbuka Hijau dilakukan dengan pengisian hijau tumbuhan secara alamiah ataupun tanaman budidaya seperti pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya. BAB IV PERANAN HUTAN KOTA

1.

Identitas Kota Jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota dapat dikoleksi pada areal hutan kota. Propinsi Sumatera Barat misalnya, flora yang dipertimbangkan untuk tujuan tersebut di atas adalah enau (Arenga pinnata) dengan alasan pohon ini serba guna. Serta istilah pagar-ruyung menyiratkan makna pagar enau. Jenis pilihan lainnya adalah kayu manis (Cinnamomum burmanii), karena potensinya besar dan banyak diekspor dari daerah ini (PKBSI, 1989). Sedangkan untuk fauna yang diusulkan adalah : Trulek kayu, pelatuk jambul jingga dan kambing gunung (Capricornis sumatranensis). Pilihan ini berdasarkan pertimbangan khas dan endemik (PKBSI, 1989). 2. Pelestarian Plasma Nutfah Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati (Buku I Repelita V hal. 429). Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara exsitu. Salah satu tanaman yang langka adalah nam-nam (Cynometra cauliflora). 3. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota.

3

4.

Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Krishnayya dan Bedi, 1986). Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur, Pringgodigdo dan Sigit (1990) menyatakan damar (Agathis alba), mahoni (Swietenia macrophylla), jamuju (Podocarpus imbricatus) dan pala (Mirystica fragrans), asam landi (Pithecelobiumdulce), johar (Cassia siamea), mempunyai kemampuan yang sedang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman berikut ini : glodogan (Polyalthea longifolia) keben (Barringtonia asiatica) dan tanjung (Mimusops elengi), walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara. Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan kesumba (Bixa orellana) mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. 5. Penyerap dan Penjerap Debu Semen Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis akan yaitu : mahoni (Swietenia macrophylla), bisbul (Diospyrosdiscolor), tanjung (Mimusops elengi), kenari (Canarium commune), meranti merah (Shorealeprosula), kere payung (Filicium decipiens), kayu hitam (Diospyros clebica), duwet (Eugenia cuminii), medang lilin (Litsea roxburghii) dan sempur (Dillenia ovata) telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kere payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati, 1990). 6. Peredam Kebisingan Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke, 1978). Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%. 7. Mengurangi Bahaya Hujan Asam Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula (Smith, 1981). Menurut Henderson et al., (1977) bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses troughfall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian pH air dari pada pH air hujan asam itu sendiri. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman et al. (1980) menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon. 8. Penyerap Karbon-monoksida Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah (Phaseolus vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari. Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Inman dan kawan-kawan dalam Smith (1981) mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja. 9. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil

4

oksigen adalah : damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan beringin (ficus benyamina). 10. Penahan Angin Dalam mendisain hutan kota untuk menahan angin faktor yang harus diperhatikan adalah 1. 2. 3. 4. 5. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat. Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang. Akarnya menghunjam masuk ke dalam tanah. Jenis ini lebih tahan terhadap hembusan angin yang besar daripada tanaman yang akarnya bertebaran hanya di sekitar permukaan tanah. Memiliki kerapatan yang cukup (50-60%). Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi wilayah yang diinginkan dengan baik (Grey dan Deneke, 1978).

Panfilov dalam Robinette (1983) mengemukakan, angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa hutan kota. 11. Penyerap dan Penapis Bau Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum antara lain : Cempaka (Michelia champaka) dan tanjung (Mimusops elengi). 12. Mengatasi Penggenangan Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula. Menurut Manan (1976) tanaman penguap yang sedang tinggi diantaranya adalah : nangka (Artocarpus integra), albizia (Paraserianthes falcataria), Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia spp., mahoni (Swietenia spp), jati (Tectona grandis), kihujan (Samanea saman) dan lamtoro (Leucanea glauca). 13. Mengatasi Intrusi Air Laut Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan karena : 1. 2. Penanaman dengan tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang sedang-agak tinggi akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian. Penanaman dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi akan menguras air dari dalam tanah, sehingga konsentrasi garam adalah tanah akan meningkat. Dengan demikian penghijauan bukan lagi memecahkan masalah intrusi air asin, malah sebaliknya akan memperburuk keadaannya.

Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. 14. Produksi Terbatas Hutan kota berfungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta (Pikiran Rakyat, 18-3-1991). Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi/kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung diambil bunganya. Buah sawo, kawista, pala, lengkeng, duku, asem, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna meningkatkan gizi dan kesehatan warga kota. 15. Ameliorasi Iklim Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke, 1978 dan Robinette, 1983). Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. Wenda (1991) telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari hutan kota di Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa : 1. Pada areal bervegetasi suhu hanya berkisar 25,5-31,0 C dengan kelembaban 66-92%.

5

2. 3.

Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal suhu yang terjadi 27,7-33,1 C dengan kelembaban 62-78%. Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3-32,1 C dengan kelembaban 62-78%.

Koto (1991) juga telah melakukan penelitian di beberapa tipe vegetasi di sekitar Gedung Manggala Wanabakti. Dari penelitian ini dapat dinyatakan, hutan memiliki suhu udara yang paling rendah, jika dibandingkan dengan suhu udara di taman parkir, padang rumput dan beton. 16. Pengelolaan Sampah Hutan kota dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal : (1) sebagai penyekat bau (2) sebagai penyerap bau (3) sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah (4) sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya. 17. Pelestarian Air Tanah Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan memperbd 9.321 691 848 19. Surakarta 711 644 410 1.761 2.383 2.182 20. Telawa 381 517 1.164 772 805 1.038 Jumlah 6.764 13.723 14.889 16.343 24.618 31.313 Dari Luas Tebangan seperti tabel 2 rata-rata produksi kayu pertukangan untuk kayu Jati sebesar 364.644 m3/tahun sedang untuk kayu Rimba adalah 173.338 m3/ tahun. Adapn rIcian proi'G H2

BAB V TIPE DAN BENTUK HUTAN KOTA 1. Tipe Hutan Kota Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama untuk pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat bermain dan bersantai. Kawasan industri yang memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan keindahan. Kota yang memiliki kuantitas air tanah yang sedikit dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka fungsi hutan yang harus diperhatikan adalah sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air. Maka hutan yang cocok adalah hutan lindung di daerah tangkapan airnya. a. Tipe Pemukiman Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai, bermain dan sebagainya. b. Tipe Kawasan Industri Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan. Beberapa jenis tanaman telah diketahui kemampuannya dalam menyerap dan menjerap polutan. Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari beberapa jenis tanaman terhadap polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik. Dengan demikian informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan dikembangkan di kawasan industri. c. Tipe Rekreasi dan Keindahan Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha memenuhi kebutuhan rohaniahnya, antara lain rekreasi dan keindahan. Rekreasi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan manusia untuk memanfaatkan waktu luangnya (Douglass, 1982). Pigram dalam Mercer (1980) mengemukakan bahwa rekreasi dapat dibagi menjadi dua golongan yakni : (1) Rekreasi di dalam bangunan (indoor recreation) dan (2) Rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Brockman (1979) mengemukakan, rekreasi dalam bangunan yaitu mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun rohani, serta meningkatkan ketrampilan. Dewasa ini terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk perkotaan untuk rekreasi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan pendapatan, peningkatan sarana transportasi, peningkatan sistem informasi baik cetak maupun elektronika, semakin sibuk dan semakin besar kemungkinan untuk mendapat stress. Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan. d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang memenuhi kriteria ini antara lain : kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada 2 sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu :

6

1. 2.

Sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ. Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan

Manusia modern menginginkan back to nature. Hutan kota dapat diarahkan kepada penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali mempunyai kekhasan dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu diperhatikan kelestariannya. Untuk melestarikan burung tertentu, maka jenis tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai dengan keperluan hidup satwa yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk keperluan bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk bertelur. Hutan yang terdapat di pesisir pantai menghasilkan bahan organik. Dedaunan yang jatuh ke air laut kemudia dapat berubah menjadi detritus. Pada permukaan detritus dapat menjumpai mikroorganisme air. Sebagian hewan merupakan pemakan detritus (detritus feeder). Nampaknya organisme yang memakan detritus ini, sesungguhnya memangsa mikroorganismenya, karena mikroorganisme mengandung protein, karbohidrat dan lain-lain. Apabila hutan ini hilang, maka detritus tidak tersedia lagi dan akibatnya hewan pemakan detritus pun akan musnah. e. Tipe Perlindungan Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran. Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai. Untuk beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat penting. Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah dangkal dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air harus dibangun di daerah resapan airnya. Dengan demikian ancaman bahaya intrusi air laut dapat dikurangi. f. Tipe Pengamanan Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi. Pada kawasan ini tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang tidak mengundang masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman yang tidak enak rasanya seperti pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini. 2. Bentuk Hutan Kota a. Jalur Hijau Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan. Kawasan riparian seperti : delta sungai, kanal, saluran irigasi, tepian danau dan tepi pantai dapat merupakan bagian lokasi dari kegiatan pengembangan hutan kota. Penanaman tanaman di kawasan ini diharapkan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas air serta untuk memperkecil erosi. Seperti telah disebutkan di atas, jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. b. Taman Kota Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Ada pohon yang bentuk tajuknya kecil tinggi dan lurus (cemara lilin), tajuk pohon berbentuk piramida (cemara) dan ada juga yang bentuk tajuknya besar, bulat dan rindang (beringin). Tekstur daun dapat pula dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu komposisi taman. Ada daun dengan tekstur yang kasar (Ficus elastica), tekstur sedang (duren) dan ada yang halus (lamtoro). Bentuk percabangan juga dapat dijadikan sebagai komponen dari suatu komposisi. Ada beberapa bentuk percabangan seperti : mendatar, menyudut (acute), menjumbai (weeping) dan tegak. c. Kebun dan Halaman Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah seperti : mangga, durian, sawo, rambutan, jambu, pala, jeruk, delima, kelapa dan lain-lain serta dari jenis yang tidak diharapkan hasil buahnya seperti : cemara, palem, pakis, filisium dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya ditanam dengan tanaman seperti tersebut di atas, namun dilengkapi juga dengan tanaman bebungaan yang indah. Tanaman lainnya yang dapat dijumpai adalah : sayuran, empon-empon dan tanaman apotik hidup lainnya. Pada halaman rumah pun dapat dijumpai unggas, ikan dan heawan lainnya. Menurut Soemarwoto (1983) tanaman halaman rumah mempunyai fungsi integrasi antara fungsi alam hutan dengan fungsi sosial-budaya-ekonomi masyarakat. d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri

7

maupun di luar negeri. Soemarwoto (1983) berpendapat, kebun raya ada yang bersifat ekonomi dan yang bertujuan utama untuk ilmiah. e. Hutan Lindung Mintakat kota ke lima yaitu darah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung. f. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan.

BAB VI PEMBANGUNAN HUTAN KOTA

1.

Perencanaan Dalam studi kajian perencanaan aspek yang diteliti meliputi : lokasi, fungsi dan pemanfaatan, aspek tehnik silvikultur, arsitektur lansekap, sarana dan prasarana, tehnik pengelolaan lingkungan. Bahan informasi yang dibutuhkan dalam studi meliputi : (1) Data fisik (letak, wilayah, tanah, iklim dan lain-lain); (2) Sosial ekonomi (aktivitas di wilayah bersangkutan dan kondisinya); (3) Keadaan lingkungan (lokasi dan sekitarnya); (4) Rencana pembangunan wilayah (RUTR,RTK,RTH), serta (5) Bahan-bahan penunjang lainnya. Hasil studi berupa Rencana Pembangunan Hutan Kota yang terdiri dari tiga bagian, yakni: 1. 2. 3. 2. Rencana jangka panjang, yang memuat gambaran tentang hutan kota yang dibangun, serta target dan tahapan pelaksanaannya. Rencana detail yang memuat desain fisik atau rancang bangun untuk masing- masing komponen fisik hutan kota yang hendak dibangun serta tata letaknya. Rencana tahun pertama kegiatan, meliputi rencana fisik dan biayanya.

Kelembagaan dan Organisasi Pelaksanaannya Organisasi pembangunan dan pengelolaan hutan kota sangat bergantung kepada perangkat yang ada dan keperluannya. Sistem pengorganisasian di suatu daerah mungkin berbeda dengan daerah lainnya. Walikota atau Bupati sebagai kepala wilayah bertanggung jawab atas pembangunan dan pengembangan hutan kota di wilayahnya. Bidang perencanaan dan pengendalian dipegang oleh Bappeda Tingkat II yang dibantu oleh tim pembina yang terdiri dari Kanwil Departemen Kehutanan, Kanwil Departemen Pertanian dan Perkebunan, Kanwil Departemen Pekerjaan Umum, Kanwil Departemen Kesehatan, Biro Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan yang lainnya menurut kebutuhan masing- masing kota atau daerah. Untuk pelaksanaannya dapat ditunjuk dinas-dinas yang berada di wilayahnya. Pengelolaan hutan kota pada areal yang dibebani hak milik diserahkan kepada pemiliknya, namun dalam pelaksanaannya harus memperhatikan petunjuk dari bidang perencanaan dan pengendalian. Guna memperlancar pelaksanaannya kiranya perlu dipikirkan jasa atau imbalan apa yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada yang bersangkutan. 3. Pemilihan Jenis Guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan, jenis yang ditanam dalam program pembangunan dan pengembangan hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh baik dan tanaman tersebut dapat menanggulangi masalah lingkungan yang muncul di tempat itu dengan baik. Untuk mendapat hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara lain : 1. 2. 3. 4. Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude,salinitas dan lain-lain. Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari. Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan kemudahan dalam tingkat pemeliharaan. Persyaratan umum tanaman: o Tahan terhadap hama dan penyakit, o Cepat tumbuh, o Kelengkapan jenis dan penyebaran jenis, o Mempunyai umur yang panjang, o Mempunyai bentuk yang indah, o Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada, o Kompatibel dengan tanaman lain, o Serbuk sarinya tidak bersifat alergis, Persyaratan untuk pohon peneduh jalan: o Mudah tumbuh pada tanah yang padat, o Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah,

5.

8

6.

7.

o Tanah terhadap hembusan angin yang kuat, o Dahan dan ranting tidak mudah patah, o Pohon tidak mudah tumbang, o Buah tidak terlalu besar, o Serasah yang dihasilkan sedikit, o Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri, o Luka akibat benturan mobil mudah sembuh, o Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap, o Kompatibel dengan tanaman lain, o Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan indah, o Pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia, o Berumur panjang, o Pertumbuhannya cepat, o Tahan terhadap hama dan penyakit. Persyaratan estetika: o Mempunyai tajuk dan bentuk percabangan yang indah, o Bunga dan buahnya memiliki warna dan bentuk yang indah. Persyaratan unruk pemanfaatan khusus. Pertimbangan ini harus disesuaikan dengan tujuannya, sehingga memenuhi salah satu kriteria berikut ini : o Tahan terhadap kadar garam yang relatif tinggi, o Tahan terhadap pencemar dari industri dan kendaraan bermotor, o Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap gas, o Mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap hujan asam, o Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam pengelolaan tata air, o Sebagai habitat burung, o Penghasil wewangian dan lain-lain.

Selayaknya setiap jenis yang akan ditanam sudah diketahui terlebih dahulu data tentang tanaman yang meliputi: 1. Nama Lokal dan nama latin : Bentuk tajuk : - oval/vase/round/irregular/fastigiate/pyramidal Tanah : o rentangan pH: o tekstur: o jenis tanah: o ketinggian dpl: Kebutuhan akan naungan : - butuh/tidak Kerindangan tajuk : - sangat rindang/sedang/kurang rindang Ketahanan terhadap pangkasan : - kuat/sedang/tidak tahan Kelas Tinggi : - pendek (< 3 m), sedang (3-7 m), tinggi (> 7 m) Kelas diameter lebar naungan : - sempit (< 3 m),sedang (3-6 m),tinggi (> 6 m) Kecepatan Tumbuh : - rendah/menengah/cepat Kekuatan terhadap angin (dilihat dari kekuatan kayunya) : - kuat/sedang/rapuh Ketahanan terhadap robohan oleh angin (dilihat dari sistem perakarannya) Sifat pengguguran daun : - Deciduous/evergreen Ketahanan terhadap gas (NOx,SOx,Ozon,CO,Hidrokarbon dan lain-lain) : - tinggi/sedang/rendah Kemampuan dalam menyerap gas (NOx,SOx,Ozon,CO,Hidrokarbon dan lain-lain) : - tinggi/sedang/rendah Ketahanan terhadap partikel padat (debu tanah,silikat,semen,asbes dan lain-lain) : - tinggi/sedang/rendah Ketahanan terhadap genangan air : tinggi/sedang/rendah Kemampuan dalam menguapkan air : tinggi/sedang/rendah Ketahanan terhadap cahaya buatan : tinggi/sedang/rendah Fungsi lansekap : - hiasan rumah dan kantor/peneduh jalan/kebun/hutan

2.3.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

12.13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Beberapa jenis tanaman yang dapat dipilih untuk dipergunakan sebagai tanaman hutan kota yang selama ini sering dijumpai di beberapa kota dapat dilihat pada Tabel 6.1, 6.2, 6.3, 6.4 dan 6.5. Tabel 6.1. Tanaman Hias No. Nama Daerah Nama Latin

9

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.

Air mancur Air mata pengantin Alamanda Alokasia Anyelir Arairut Bambu kuning Bakung Begonia rambut Begonia rex Bintang buni Bunga angsa Bunga harumsari Bunga bokor Bunga kana Bunga kupu-kupu Bunga kancing Bunga kuku macan Bunga matahari Bunga mentega Bunga pukul empat Bunga tiga hari Bugenvil Bungur Cempaka Cente Cocor bebek Daun beludru Daun panah Daun saputangan Daun zebra Dilem Drasena Duranta Duri cangkang Ekor cendrawasih Ekor keledai Ekor musang Kere payung Flamboyan Gladiol Gloxinia Handeleum Hanjuang Herbras Homalomena Jarak Kalatea Kastuba Kecubung Keladi hias Kembang bulan Kembang emas Kembang merak Kembang pita Kamboja putih Kembang sepatu Kembang soka Kembang sungsang Kemuning Kol banda Koreopsis Landep Lidah mertua

Aechinea sp. Aglaonema sp. Jakobinia cornea Antigonon leptosus Allamanda cathartica Alocasia sp. Dianthus caryophyllus Marantha arundinacea Bambusa vulgaris Cainum asiaticum Ciscus bicolor Bigonia sp. Crytanthus sp. Aristolochia sp. Buddleja asiatica Hydrangea hortensis Canna indica Bauhinia purpurea Gomphrena globosa Mucuna bennetii Helianthus annus Taberna emontana coronaria Mirabilis jalapa Brunfelsia ansericana Bougainvillea spectabilis Lagerstroemia indica Michelia champaka Lantana camara Kalanchoe pinnuta Gynura aurantiaca Syngonium albolineatum Maniltoa grandiflora Zebrina pendula Coleus sp. Dracaena sp. Duranta erecta Opuntia schumanii Phylanthus alternifolia Sedum morgalianum Lycopodium carinatum Filicium decipiens Delonix regia Gladiolus hortulanus Gloxinia speciosa Graptohylum pictum Cordylin sp. Gerbera jamesonii Homalomena rubra Jatropha multifida Calathea sp. Euphorbia pulcherrima Dafura metel Caladium sp. Tethonia diversifolia Stephanotis floribunda Caesalpinia pulcherrima Storophanthus grandiflora Plumeria alba Hibiscus rosasinensis Ixora coccinea Gloriosa superba Muraya paniculata Pisonia alba Coreopsis sp. Barleria crisfota Sanseviera trifasciata

10

67. Lili paris Chlorophytum sp. 68. Mawar Rosa hybrida 69. Melati Jasminum sambac 70. Miyana mangkuk Iresina herbstii 71. Monstera Monstera deliciosa 72. Nona makan sirih Clerodendrum sp. 73. Nusa indah Musaena ahphillippica 74. Ohna Ochna kirkii 75. Oleander Nerium olender 76. Pacar Impatiens balsamina 77. Pacar cina Agloia odorata 78. Pacing Costus sp. 79. Palem australia Normanbya normanbyi 80. Palem bambu Chamaedorea erumpius 81. Palem bambu Mascarena sp. 82. Palem botol Revaogehaganii 83. Palem ekor ikan Caryota mitis 84. Palem pilifina Veitchia philippinensis 85. Palem jari Rhapis excelsa 86. Palem kipas Livistona rotundifolia 87. Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens 88. Palem kol Licuala grandis 89. Palem merah Cyatostachys lakka 90. Palem raja Roystonea regia 91. Paku pelanduk Pteris ensiformis 92. Pandan hias Pandanus dubius 93. Pinang irisan Ptychosperma macorthurii 94. Pinang monyet Areca vestiara 95. Pinang tutul Pinanga densiflora 96. Pisang hias Heliconia Collinsiana 97. Pohon bahagia Dieffenbachia sp. 98. Pohon saputangan Browned sp. 99. Portulaka Portulaca grandiflora 100. Primula Primula denticulata 101. Pucuk emas Galphinia gracilis 102. Pulkra Kaemferia pluchra 103. Puring Codeaum variegatum 104. Rane Selaginella plana 105. Sambang Lapsia spinosa 106. Sambang colok Aerva sp. 107. Selandang darah Hemigraphis alternata 108. Selandang putih Spathiphylum cannaefalium 109. Senduduk Melastoma malabathricum 110. Seruni Wedelia montana 111. Sirih belanda Scindapsus aureus 112. Sirih Gading Rhaphidophora aurea 113. Sirih hias Peperomia sanderii 114. Suji Pleomele angustifolia 115. Tanaman lurik Geogenanthus undatus 116. Tanaman mosaik Fittonia sp. 117. Tanaman perak Pilea cadierei 118. Tapak darah Catharanthus rosea 119. Tatarompetan Ipomoea tripida 120. Teratai kecil Nymphaea lotus 121. Terompet gading Randia maculata 122. Verbena Verbena laciniata 123. Violces Saintpaulia ionantha 124. Wanga Pigafetta filaris. Tabel 6.2. Daftar Tanaman Sebagai Peneduh Jalan No. Nama Daerah Nama Latin 1. Flamboyan Delonix regia 2. Angsana Pterocarpus indicus 3. Ketapang Terminalia cattapa 4. Kupu-kupu Bauhinia purpurea 5. Kere payung Filicium decipiens 6. Johar Cassia multiyoga

11

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Tanjung Mahoni Akasia Bungur Kenari Johar Damar Nyamplung Jakaranda Liang liu Kismis Ganitri Saga Anting-anting Asam kranji Johar Cemara Pinus Beringin

Mimusops elengi Swientenia mahagoni Acacia auriculiformis Lagerstroemia loudonii Canarium commune Cassia sp. Agathis alba Calophyllum inophyllum Jacaranda filicifolia Salix babilinica Muehlenbeckia sp. Elaeocarpus spahaericus Adenanthera povoniana Elaeocarpus grandiflorus Pithecelobium dulce Cassia grandis Cupresus papuana Pinus merkusii Ficus benjamina

Tabel 6.3 Daftar Tanaman Taman Hutan No. 1. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. Nama Daerah Bungur 2. Jening Khaya Pingku Lamtorogung Puspa Kenanga Locust Kisireum Manglid Cengal Flamboyan Tanjung Trembesi Beringin Kepuh Angsret Nyamplung Leda Tengkawanglayar Johar Merbau pantai Tengkawangmajau Hoe Merawan Blabag Pala hutan Cemara sumatra Palur raja Kibeusi leutik Kaliandra Balam sudu Sawo duren Kedinding Dadap Salam Sungkai Matoa/kasai Ebony/kayuhitam Kempas Sawo kecik Asam Johar Nama Latin Lagerstromia speciosa Pithecolobium lobatum Khaya anthotheca Dysoxylum excelsum Leucaena lecocephala Schima wallichii Canangium adoratum Hymenaena courburil Eugenia cymosa Michelia velutina Hopea sangkal Delonix regia Mimusops elengi Samanea saman Ficus benjamina Sterculia foetida Spathodea campanulata Callophylum inophyllum Eucalyptus deglupta Shorea mecistopteryx Cassia siamea Intsia bijuga Shorea palembanica Eucaliyptus platyphylla Hopea mangarawan Terminalia citrina Myristica fatua Casuarina sumatrana Oreodoxa regia Lindera srtichchytolia Calliandra marginata Palaguium sumatranum Crysophyllum cainito Albizzia leppecioides Erythrina cristagalli Eugenia polyantha Pheronema canescens Pometia pinnata Dyospiros celebica Kompasia excelsa Manilkara kauki Tamarindus indica Cassia grandis

12

44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57.

Angsana Kecapi Palem Raja Kalak Saputangan Bacang Kayu manis Kawista Kenanga Khaya Khaya

Pterocarpus indicus Shandoricum koetjape Oerodoxa regia Poliantha lateriflora Maniltoa brawneodes Manejitera foetida Cinnamomun burmanni Feronia limonia Canangium odoratum Hopea bancana Shorea selanica Pterogota alata K. sinegalensis K. grandiflora Tabel 6.4. Daftar Tanaman Kebun dan Halaman

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

Nama Daerah Nangka Kenanga Sirsak Srikaya Pala Alpokat Belimbing Jeruk Mangga Rambutan Kedondong Kemiri Wuni Jambu monyet Durian Manggis Coklat Duwet Cengkeh Jambu bol Jambu air Sawo manila Sawo kecik Kopi Kopi Randu Petai

Nama Latin Artocarpus integra Canangium odoratum Annona muricata A. squamosa Myristica fragrans Persea americana Averrhoa carambola Citrus sp. Mangifera indica Nephelium lappaceum Spondias rarak Aleurites moluccana Antidesma bunius Anacardium occidentale Durio zibethinus Garcinia mangostana Theobroma cacao Eugenia cuminii E. aromatica E. malaccensis E. aquea Achras zapota Manilkara kauki Coffea robusta C. Arabica Ceiba pentandra Parkia speciosa Tabel 6.5. Daftar Tanaman yang dapat Ditanam di Pantai

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Nama Daerah Lenggundi Mengkuang Cemara laut Ketapang Bintangor laut Angsana Tembusu padang Pong-pong Waru laut Mempari Gelam Keben Menasi Kelat Jambu Laut Dungun Ambong-ambong

Nama Latin Vitex trifolia var simplicifolia Pandanus odoratissimus Casuarina equisetifolia Terminalia catappa Colophyllum inophyllum Pterocarpus indicus Fragraea fragrans Cerbera odollam Hibiscus tiliaceus Pongamia pinnata Melaleuca cajuputi Baringtonia asiatica Planchonella obovata Eugenia grandis Heritiera littoralis Scaevola taccada

13

4.

Penentuan Luasan Beberapa pakar mengemukakan luas hutan kota yang harus dibangun ditetapkan meneurut : 1. 2. Persentase dari luas kota. Ada yang menyatakan 10%, 20%, 25%, 30%, 40%, 50% bahkan ada juga yang menetapkan 60%. Penentuan luas lahan hutan kota dihitung berdasarkan jumlah penduduk. Luasan hutan kota di Malasyia ditetapkan sebesar 1,9 m2/penduduk, sedangkan di Jepang sebesar 5,0 m2/penduduk (Tong Yiew, 1991). Dewan kota Lancashire Inggris menentukan 11,5 m2/penduduk dan Amerika 60 m2/penduduk sedangkan di DKI Jakarta taman untuk bermain dan berolahraga diusulkan 1,5 m2/penduduk (Rifai, 1981). Berdasarkan isu penting. Luas hutan kota yang harus dibangun pada kota yang memiliki masalah kekurangan air bersih, dapt ditetapkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan akan air seperti rumus yan tertera pada halaman 38 (Sutisna dkk., 1987). Lain halnya dengan kota dengan penduduk yang padat dan dengan jumlah kendaraan bermotor dan industri yang tinggi, maka luas hutan kota yang dibangun dapat dihitung berdasarkan pendekatan pemenuhan oksigen (Kunto, 1986) dengan rumus : a.V + b.W L = ------------20 L a b V W 20 : : : : : : luas hutan kota (m2) kebutuhan oksigen per orang (kg/jam) rerataan kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam) jumlah penduduk jumlah kendaraan bermotor tetapan (kg/jam/ha)

3.

Sistem penentuan luasan kota berdasarkan cara pertama dan kedua sangat mudah dan sederhana. Tanpa turut diperhitungkan faktor lainnya. Namun kedua-duanya tidak memeliki alasan (justification) yang mendasar dan kuat. Misalnya jika ditetapkan 15%, mengapa dipilih 15% ? Mengapa tidak 13 atau 16% bahkan 20 atau 30% ? Boleh jadi dengan perhitungan kedua cara ini, jika dikaji secara ekonomi, efisiensi penggunaan sumberdaya alam menjadi tidak efisien, karena hasil perhitungan sesungguhnya over estimate, atau malah hutan kota ini kurang efektif karena perhitungan yang under estimate. Dengan sistem perhitungan kedua dapat diterima akal, jika semakin tinggi populasi manusia, hutan kota yang harus dibangun juga semakin luas. Namun pada kenyataannya, dengan semakin padat dan semakin meningkatnya kegiatan manusia, maka biasanya harga lahan akan semakin mahal dengan peruntukan lahan yang semakin beragam. Sehingga pada pelaksanaannya sering mengalami hambatan. Dengan menggunakan sistem perhitungan kedua, maka hutan kota yang harus disediakan juga cenderung bergerak naik, sesuai dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Cara ketiga memang nampak lebih padat memecahkan masalah yang muncul. Bukankah hutan kota yang dibangun dimaksudkan untuk mengatasi masalah tersebut ? Walaupun dengan cara ini penentuan luasannya lebih dapat dipertanggungjawabkan, namun cara ini mempunyai beberapa kesulitan antara lain : 1. 2. Perhitungannya agak sulit. Kadang-kadang sulit menentukan mana yang sesungguhnya menjadi masalah utama. Andaikata ada lebih dari satu isu utama, maka akan dihasilkan lebih dari satu angka luasan hutan kota. Kemudian muncul masalah luasan mana yang harus diambil. Karena penentuannya perlu penelitian, maka dibutuhkan waktu, tim peneliti, sarana dan biaya yang mungkin tidak sedikit. Nilai luasannya akan cenderung bergerak naik dengan bertambahnya waktu, karena aktifitas dan populasi manusia, jumlah kendaraan dan industri akan meningkat dengan bertambahnya waktu. Boleh jadi luasan hutan kota yang harus disediakan melebihi luasan kota itu secara administratifnya.

3.4. 5. 6.

5.

Komponen Pendukung Beberapa komponen pendukung yang diperlukan untuk pembangunan dan pengembangan hutan kota antara lain : 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Tersedianya kebun pembibitan yang dapat menyediakan bibit secara massal, Ilmu dan teknologi yang memadai, Pelayanan jasa konsultasi untuk umum, Dukungan dari penentu kebijakan, Peraturan-perundangan, Dukungan masyarakat, dan Tenaga ahli.

14

BAB VII PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN

1.

Penanaman Pohon-pohon yang kecil mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan akibat pemindahan daripada pohon-pohon yang besar. Oleh sebab itu untuk menanam pohon- pohon yang besar perlu ahli yang berpengalaman, alat-alat, kendaraan dan biaya yang relatif mahal. Ukuran pohon yang optimum untuk dapat dipindahkan sangat bervariasi tegantung kepada jenisnya. Walaupun demikian ukuran pohon yang banyak ditanam yang mempunyai diameter batang antara 5-10 mm dan tingginya antara 30-100 cm. Cara pemindahan pohon yang besar seperti yang pernah dilakukan di California untuk pohon deodara (Cedrus deodara yang tingginya 26 m, peppertree (Schinus molle) yang tingginya 47 m dan diameter batangnya 1,27 m dan beratnya 52 ton serta pohon palm yang tingginya 32 m dan beratnya 35 ton adalah sebagai berikut. Pertama-tama akar diputar dengan membuat bongkahan tanah yang besarnya seukuran daerah minimal perakaran tapi cukup besar untuk tidak terlalu mengganggu pertumbuhan pohon itu sendiri. Dengan menggunakan dua buah bulldozer yang satu mendorong dan lainnya mengangkatnya, maka akar berikut tanahnya digali. Bulatan tanah (putaran) itu kemudian dibungkus dengan menggunakan plastik atau karung yang kuat. Bungkusan itu kemudian diikat dengan menggunakan rantai besi yang kuat. Rantai besi ini dipergunakan untuk mengangkat tanaman berikut tanahnya dan dinaikkan ke atas truk/trailer untuk dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Lubang harus disiapkan sebelum tanaman dipindahkan ke tempat yang baru. Ukuran lubang hendaknya lebih besar daripada ukuran daerah perakaran pohon yang hendak ditanam, biasanya satu setengah atau dua kali dari ukuran bulatan perakaran tanaman. Jika daerah perakaran mempunyai diameter 1,5 m dan 0,75 m dalamnya, maka diameter ukuran lubang sekitar 2,5 m dan tingginya 1,5 m. Pada tanah kurang subur ukuran lubang ini harus betul-betul diperhatikan. Pembuatan lubang dengan ukuran yang besar ini perlu dikerjakan mengingat beberapa saat setelah tanaman itu dipindahkan ke tempat yang baru, akar akan mulai tumbuh ke luar dari dalam putaran dan menembus media yang baru. Satu atau dua minggu sebelum tanam, lubang ini diisi dengan pupuk kandang atau kompos yang diperkaya dengan pupuk buatan, Jika daerah tersebut merupakan tempat sarang rayap, maka perlu diberi insektisida butiran yang persisten. Bila tanah sangat asam dan tanaman yang hendak ditanam merupakan tanaman yang membutuhkan kisaran pH tanah normal sampai basa, maka tanah perlu diberi kapur 3-4 minggu sebelum tanam. Sebaliknya jika tanahnya agak basa, sedangkan tanaman yang akan ditanam lebih menyenangi tanah asam, maka tanah perlu diberi belerang atau pupuk yang bersifat asam seperti Amonium sulfat. Pemberian media yang cocok dengan keperluan tanaman ini sangat perlu untuk diperhatikan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Saluran drainase perlu dibuatkan khususnya untuk tanah yang kandungan liat dan humusnya sangat tinggi. Pada kondisi yang seperti ini air yang berlebih dapat mengakibatkan akar menjadi busuk karena serangan penyakit atau karena menderita kekurangan oksigen (asphyxia). Akar harus pula cukup mendapatkan udara untuk pernapasannya. Oleh sebab itu, pada saat akar tanaman ditimbun kembali dengan tanah tidak boleh terlalu dipadatkan, agar tanah masih tetap berpori dan gembur. Pohon dapat dipindahkan ke tempat lain melalui dua cara. Cara yang pertama, tanaman dipindahkan tanpa disertai dengan tanahnya. Cara ini lebih mudah penggaliannya dan membawanyapun lebih ringan. Sedangkan cara kedua yaitu tanaman dipindahkan dengan sedikit menyertakan tanahnya. Cara yang terakhir ini lebih sulit karena lebih berat, namun mengingat nilai kegagalannya lebih kecil, maka cara ini banyak juga dilakukan. Untuk cara pertama yakni akar tanpa tanah, akar yang telanjang itu harus dibungkus dengan karung, koran atau jerami yang sebelumnya telah direndam dalam air. Akar perlu dihindarkan dari sengatan cahaya matahari. Apabila waktu pengangkutan dan jarak waktu antara penggalian dan penanaman lebih dari satu hari, maka cara ini hanya dapat dianjurkan dilakukan pada musim hujan. Selama pengangkutan bahan penutup harus selalu basah dengan jalan menyemprot atau menyiramnya selama dalam perjalanan. Cara yang kedua yaitu mendapatkan tanaman beserta tanahnya atau yang lebih dikenal dengan cara bola (putaran). Nama ini diberikan karena bentuk tanah yang menyertai akar hampir menyerupai bola. Walaupun demikian pada kenyataannya bentuknya tidak selalu bulat, kadang-kadang berupa silinder. Ukuran bola hendaknya menurut proporsi ukuran pohon. Biasanya diameter bola 8-10 kali lebih besar daripada diameter pohon. a. Penyiapan Putaran Untuk tanaman yang sudah tua sebaiknya penyiapan putaran (bola) tidak dilakukan dalam jangka waktu yang sangat pendek. Penyiapan putaran sudah dilakukan 5 bulan sampai 1 tahun sebelum pohon tersebut dipindah-tanamkan. Pada bulan pertama bagian akar yang di luar putaran digali dan akarnya dipotong dan dibuang ke luar. Batu dan kerikil juga diangkat dan dibuang, lubang kemudian diurug kembali dengan tanah. Pada bulan ketiga perlakuan seperti itu dilakukan lagi namun pada bulan ketiga ini pemotongan akar lebih mendekat ke arah pohon yaitu tepat pada ukuran putaran yang akan kita bentuk. Pada bulan kelima pohon siap diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Semakin besar tinggi dan lebar tajuk, maka waktu yang diperlukan untuk perlakuan tersebut semakin lama, bisa sampai satu tahun. Perlakuan yang diberikan dalam jangka waktu 2-5 tahun tidak dianjurkan, karena memakan waktu terlalu lama dan akar yang semula kecil akan tumbuh berubah menjadi terlalu besar. Perlakuan seperti diterangkan di atas dimaksudkan untuk merangsang terbentuknya sistem perakaran yang kompak di dalam putaran. Selain itu untuk melatih tanaman unuk dapat hidup dengan akar yang lebih sedikit. Sehingga pada saat pemindahan nanti tidak terjadi guncangan (shock) hebat, akibat akarnya banyak berkurang.

15

Ukuran yang tepat dari diameter dan tinggi putaran berlainan untuk setiap jenis tanaman. Jenis tanaman yang mempunyai akar tunggang yang panjang seperti cemara lilin, tinggi putaran harus jauh lebih besar daripada diameternya. Demikian sebaliknya tanaman yang akarnya menyebar dangkal seperti angsana dan kenari, ukuran diameter putaran harus lebih besar daripada tingginya. Putaran kemudian diletakkan di atas truk atau trailer. Putaran disimpan di bagian depan, sedangkan bagian tajuk diletakkan di bagian belakang. Akan sangat bermanfaat bila ada penyangga cabang dan pohon dari kayu agar pohon dapat lebih stabil terhindar dari bobot cabang, ranting dan dedaunan, khususnya untuk pengangkutan yang melewati jalan yang bergelombnag/berlubang, karena ranting dan dedaunan yang berat dengan guncangan yang kuat dapat mengakibatkan cabang/batang menjadi tertekuk atau patah. Pohon atau batang yang bersinggungan dengan kayu penyangga hendaknya dibalut dengan busa yang tebal untuk menghindarkan perlukaan karena gesekn. Ranting dan cabang diikat dengan ditali untuk mengurangi gerakan yang hebat oleh angin selama dalam perjalanan. Untuk pohon yang rindang dan besar sebaiknya pengangkutan dilakukan pada kondisi angin yang lemah pada cuaca yang mendung. Pengangkutan sangat dianjurkan di malam hari, jika jarak pengangkutannya sangat jauh. Di negara maju pada saat ini telah tersedia kendaraan khusus pengangkut untuk membawa pohon seperti Big John Tree Transpalnter atau Vermeer Tree Spade (Haller, 1986). b. Penanaman Kembali Jika ukuran putaran sangat besar dan terlalu berat untuk dipindahkan dengan tenaga manusia, maka pohon dapat dipindah-turunkan dengan menggunakan crane. Kedalaman akar pada saat penanaman kembali harus sama dengan kedalamannya semula. Jika pada tempat yang baru tanaman ditanam lebih dalam, maka akarnya dapat menderita kekurangan udara (asphyixia). Sebaliknya jika tanaman ditanam terlalu dangkal, maka dikhawatirkan tanaman akan menderita kekeringan dan kepanasan akibat sengatan sinar matahari. Sistem pemindahan tanaman dengan akar terbuka membutuhkan perhatian yang lebih khusus daripada pemindahan tanaman dengan sistem putaran. Akar yang rusak karena patah atau luka harus dipotong dan diberi parafin atau media tumbuh disekelilingnya ditaburi dengan fungisida dan insektisida yang persisten. Pohon harus diletakkan ditengah-tengah lubang dengan arah yang tegak. Jika pohon itu kecil seseorang dapat memegangnya supaya tegak dan yang lainnya menguburnya dengan tanah. Pada tanah yang kurang baik sistem drainasenya, di bagian bawah akar harus diberi batu, kerikil dan pasir, agar akar tidak menjadi tergenang akibat kelebihan air. Dengan menggunakan pipa paralon yang ujungnya telah dibalut dengan ijuk yang disimpan di bawah putaran, kelebihan air ini dapat dibuang ke saluran drainase. Jika pengangkatan putaran dengan menggunakan plat besi di bagian bawah putaran, maka putaran diturunkan dulu pada lokasi di luar posisi yang diinginkan yang ada beberapa pohon kecil yang lurus. Pohon ini berguna untuk mempermudah memindahkan putaran untuk diletakkan pada lokasi yang diinginkan. Tali pengikat yang terbuat dari kawat atau plat dibuka dan dibuang ke luar lubang, sedangkan tali serta karung goni pembungkus putaran yang dapat hancur dapat dibiarkan saja tetap melilit dan membungkusnya. c. Penyiraman Segera setelah pohon selesai ditanam, pohon harus diberi air. Pemberian air tidak dianjurkan diberikan pada saat atau sebelum pohon ditanam, karena dapat mengakibatkan terbentuknya lumpur, tanah menjadi padat dan pengerjaan penanaman menajdi sulit karena licin. Pada musim kemarau pemberian air harus dilakukan pagi dan sore hari, sedangkan pada musim penghujan hanya diberikan, jika tidak ada hujan untuk beberapa hari atau apabila tanah terlihat sangat kering. Pemberian air tidak boleh terlalu berlebihan dan tidak boleh terlalu sedikit. Penyiraman dianggap cukup jika tanah terlihat lembab sampai basah. d. Pemupukan Mengingat tanah-tanah di perkotaan mempunyai kesuburan yang rendah, maka untuk mempercepat pertumbuhan tanaman perlu pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dengan memberikan bahan-bahan organik ke dalam tanah, tanah menjadi lebih dapat menyimpan air, lebih gembur dan juga akar cukup mendapat oksigen. Pada tanah yang gembur akar lebih mudah menembus tanah. Selain itu air penyiraman akan lebih mudah masuk ke dalam tanah yang lebih dalam. Karena pupuk organik juga banyak mengandung mikroba, maka kesuburan hayati tanah akan dapat meningkat pula. Jumlah pupuk yang diberikan untuk setiap tanaman juga harus diperhatikan benar. Jika pupuk yang diberikan terlalu sedikit, maka hasil pemupukan tidak begitu nampak hasilnya. Sebaliknya jika jumlah pupuk yang diberikan terlalu banyak, tanaman akan menderita keracunan. Mengingat pupuk TSP agak sukar larut dalam air dan ketersediaannya bagi tanaman lambat, maka pupuk ini biasanya diberikan pada saat tanam. Pupuk urea diberikan sedikit pada saat tanaman telah berumur sebulan dan pemberian dengan dosis sebenarnya hanya diberikan setelah tanaman terlihat pertumbuhannya. Pupuk urea yang diberikan terlalu awal dan dalam jumlah yang besar akan mengganggu pertumbuhan tanaman, karena akar masih belum cukup kuat. Yang harus diperhatikan dalam peletakan pupuk adalah sebagai berikut : 1. Meletakkan pupuk tidak terlalu dekat ke pohon. Tempat pupuk diletakkan di sekeliling pohon sebaiknya antara 3/4 sampai sama dengan jari-jari lebar tajuk.

16

2. 3.

Tidak terlalu dangkal. Jika terlalu dangkal maka yang akan memanfaatkan pupuk tersebut mungkin hanya rerumputan yang perakarannya berkeliaran di sekitar permukaan tanah dan pupuk mungkin mengalami penguapan. Juga tidak terlalu dalam. Selain aplikasinya sulit juga melalui proses pencurian pupuk ini akan terbawa hanyut ke lapisan yang lebih bawah dari mintakat perakaran.

e. Penyanggaan/Pengairan Tanaman yang baru ditanam perlu penyangga buatan sampai tanaman tersebut dapat menahan bebannya sendiri melalui penahanan dan cengkraman akar-akarnya. Jika tidak diberi penyangga dengan hembusan angin yang kecil saja tumbuhan akan mudah sekali roboh. Untuk pohon yang sangat kecil dapat dipergunakan ajir yang terbuat dari bambu atau kayu satu batang

17