humanistik curruculum

13
The Humanistic Curriculum The Humanistic curriculum memiliki indikator menempatkan pembelajar sebagai subject dalam pendidikan, dalam hal ini pendidikan yang bebas (liberating education) mendapatkan posisi yang sepantasnya. Esensi dari kurikulum ini adalah mempertemukan antara affectife domain (emotions, attitude, values) dengan cognitive domain (intelectual knowladge and abilities). Kedua aspek domain ini dapat ditemukan dalam karakter aktifitas pembelajaran sebagai berikut: 1. Partisispasi : power sharing, negotiations dan tanggungjawab bersama 2. Integrasi : interaksi, interpretasi dan integrasi pemikiran, perasaan dan tindakan 3. Relevan : pembelajaran yang memiliki hubungan dengan kebutuhan dasar dalam kehidupan siswa baik secara emosional maupun intelectual 4. Mandiri : diri sendiri merupakan obyek dari pembelajaran 5. Tujuan : memiliki tujuan sosial untuk mengembangkan diri sebagai manusia dalam kehidupan sosial Pendekatan Humanistik Ahli Psikologi dalam pendekatan ini adalah seperti Abraham Maslow, Rollo May, Carls Rogers dan Gordon Allport. Teori pendekatan humanistik memberi tumpuan kepada apa yang berlaku dalam diri seorang individu seperti perasaan atau emosinya. Teori ini menyatakan bahwa individu terdorong bertindak melakukan

Upload: lukyaemha

Post on 13-Jun-2015

1.405 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: humanistik curruculum

The Humanistic CurriculumThe Humanistic curriculum memiliki indikator menempatkan pembelajar sebagai

subject dalam pendidikan, dalam hal ini pendidikan yang bebas (liberating education)

mendapatkan posisi yang sepantasnya. Esensi dari kurikulum ini adalah mempertemukan

antara affectife domain (emotions, attitude, values) dengan cognitive domain (intelectual

knowladge and abilities). Kedua aspek domain ini dapat ditemukan dalam karakter aktifitas

pembelajaran sebagai berikut:

1. Partisispasi : power sharing, negotiations dan tanggungjawab bersama

2. Integrasi : interaksi, interpretasi dan integrasi pemikiran, perasaan dan tindakan

3. Relevan : pembelajaran yang memiliki hubungan dengan kebutuhan dasar dalam

kehidupan siswa baik secara emosional maupun intelectual

4. Mandiri : diri sendiri merupakan obyek dari pembelajaran

5. Tujuan : memiliki tujuan sosial untuk mengembangkan diri sebagai manusia

dalam kehidupan sosial

Pendekatan Humanistik

Ahli Psikologi dalam pendekatan ini adalah seperti Abraham Maslow, Rollo May, Carls

Rogers dan Gordon Allport. Teori pendekatan humanistik memberi tumpuan kepada apa yang

berlaku dalam diri seorang individu seperti perasaan atau emosinya. Teori ini menyatakan

bahwa individu terdorong bertindak melakukan sesuatu kerana mempunyai satu kemauan atau

keperluan dan bertanggung jawab atas segala tindakkannya. Menurut pendekatan ini, motivasi

seseorang individu adalah kecenderungannya untuk berkembang dan mencapai keperluan

untuk mengembangkan potensinya ke tahap maksimum.

Abraham Maslow (1970) mengemukakan Teori Hierarki Keperluan Maslow dengan

praduga bahwa manusia tidak pernah puas dengan apa yang telah dicapai. Menurut Maslow

keinginan manusia terdiri dari lima hirarki kepentingan, antara lain: kebutuhan fisiologi,

keselamatan, penghargaan dan kasih sayang, penghormatan dan keperluan sempurna.

Sedangkan Rogers (1956) mengatakan bahawa manusia sentiasa berusaha memahami diri

sendiri, mempengaruhi dan mengawal perlakuan dirinya dan orang lain. Rogers berpendapat

Page 2: humanistik curruculum

bahwa manusia lahir dengan kecenderungan untuk kesempurnaan yang akan memandunya

menjadi manusia yang matang.

Teori Belajar Humanistik

Tujuan utama dari humanisme adalah perkembangan dari aktualisasi diri manusia

secara otonom. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan

dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator. Afeksi dan kebutuhan

kognitif adalah kuncinya, sedangkan tujuannya adalah membangun manusia yang dapat

mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa

pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal

untuk berkembang dan menentukan perilakunya.

Karena itu, setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan

berkembang mencapai aktualisasi diri secara maksimal.

Menurut Carl Rogers, teori belajar humanis :

a) Setiap individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.

b) Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan

aktualisasi.

c) Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri

dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.

d) Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3)

penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif

(positive self-regard).

Penerapan Teori Humanis Dalam Kurikulum Pendidikan

Menurut Gage dan Berline beberapa prinsip dasar dari pendekatan humanistik yang

dapat kita pakai untuk mengembangkan kurikulum pendidikan adalah :

1. Murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu ketahui . Saat

mereka telah mengembangkan kemampuan untuk menganalisa apa dan mengapa sesuatu

Page 3: humanistik curruculum

penting untuk mereka sesuai dengan kemampuan untuk mengarahkan perilaku untuk mencapai

yang dibutuhkan dan diinginkan, mereka akan belajar dengan lebih mudah dan lebih cepat.

Sebagian besar pengajar dan ahli teori belajar akan setuju dengan pernyataan ini, meskupun

mereka mungkin akan tidak setuju tentang apa tepatnya yang menjadi motivasi murid.

2. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada membutuhkan banyak

pengetahuan. Dalam kelompok sosial, dewasa ini di mana pengetahuan berganti dengan sangat

cepat , pandangan ini banyak dibagi di antara kalangan pengajar, terutama mereka yang datang

dari sudut pandang kognitif

3. Evaluasi diri adalah satu satunya evaluasi yang berarti untuk pekerjaan murid.

Penekanan di sini adalah pada perkembangan internal dan regulasi diri. Sementara banyak

pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang penting, mereka juga akan mengusung sebuah

kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan murid untuk berhadapan dengan kemauan

eksternal.

4. Perasaan adalah sama penting dengan kenyataan . Banyak tugas dari pandangan

humanistik seakan memvalidasi poin ini dan dalam satu area, pengajar yang berorientasi

humanistik membuat sumbangan yang berarti untuk dasar pengetahuan.

5. Murid akan belajar dengan lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam. Ini

adalah salah satu area dimana pengajar humanistik telah memiliki dampak dalam praktek

pendidikan. Orientasi yang mendukung saat ini adalah lingkungan harus tidak mengancam baik

secara psikologis, emo,sional dan fisikal. Bagaimanapun, ada penelitian yang menyarankan

lingkungan yang netral bahkan agak sejuk adalah yang terbaik untuk murid.

Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih

tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan ini. Beberapa

psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang,

untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh

bakat dan kreatifitas dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi

bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara

fisiologis. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk

Page 4: humanistik curruculum

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam

Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme. Singkat kata, pendekatan

humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang

berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka

punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan

interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya

diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan

membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena

keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha

agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini

berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang

pengamatnya.

Para pendidik hanya membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu

membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang

unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi - materi yang bersifat pembentukan kepribadian,

hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena social. Indikator keberhasilan dari

teori ini adalah : Siswa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola

pikir siswa, serta meningkatnya kemauan sendiri.

Menurut teori ini ciri-ciri guru yang baik adalah yang memiliki rasa humor,

adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan

wajar. Mampu mengatur ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikannya

pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa

humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan

komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap

perubahan yang ada.

Page 5: humanistik curruculum

Kritik Terhadap Teori Maslow

Secara garis besar kami mendukung teori belajar humanistik dan menolak teori

behavioristik dengan argumen sebagai berikut:

Teori behaviorisme sangat tidak manusiawi karena memandang manusia

setingkat dengan hewan yang hanya memiliki insting sebagaimana keyakinan

para penganut Darwinis, Frudian dan penganut behaviorisme radikal. Menurut

kami manusia sudah terbebas dari insting karena sesungguhnya manusia

adalah animal rationale yang memposisikannya sebagai mahluk yang

tertinggi. Mereka tidak melompat dari simpanse yang berekor menjadi homo

sapien yang berjalan tegak, tetapi manusia merupakan mahluk yang terlahir

secara utuh melalui proses alamiah dengan segala perangkatnya yang paling

mutakhir. Kemampuan otak manusia cukup untuk mengidentifikasi stimulus

tanpa harus diulang-ulang. Mead berargumen tentang adanya perbedaan yang

signifikan dan bersifat kualitatif yang terletak pada penguasan kemampuan

mental yang memungkinkan seseorang menggunakan bahasa antara stimulus

dan respons untuk memutuskan bagaimana merespon (Ritzer dan Goodman.

2009: 376) selajutnya Neitzsche meyakini bahwa pada dasarnya kejadian-

kejadian dalam alam kesadaran manusia adalah kumpulan-kumpulan

fenomena yang saling berhubungan yang kemudian dibentuk menjadi sebuah

aksioma yang absurt dan kontemporer, artinya belum memiliki kebenaran

yang hakiki. Disamping itu manusia memiliki kemampuan berkontempalasi

dengan pikirannya dalam menerjemahkan alam, manusia tidak hanya

bergantung kepada fakta-fakta yang bisa dilihat (prilaku) sebab apabila ukuran

rasio hanya seluas jarak pandang maka rasio harus mengakui bahwa tuhan itu

negatif. Pendek kata, teori behaviorisme lebih cenderung pada atheisme

sebagaimana Materialisme Dialektis yang dikembangkan oleh Karl Marx dan

Engles yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah

pengetahuan manusia terhadap dunia nyata atau kenyataan obyektif,

Page 6: humanistik curruculum

karena kebenaran pengetahuan hanya ada pada dunia nyata bukan dalam

dunia ide pikiran manusia bahkan pada tingkat selanjutnya materialisme

hanya mempercayai bahwa pengetahuan ilmiah merupakan satu-satunya

pengetahuan yang memadai (Katsoff, 1992:221 dalam Listyono Santoso Dkk,

2007:45) mereka menganggap ide yang paling murni sekalipun merupakan

reflesi dari materi artinya materi yang memproduksi ide dan bukan ide yang

melahirkan materi, dalam hal ini Leahey dan Harris menganggap ide tidak

ilmiah padahal terdapat banyak cabang ilmu yang mempelajari kebenaran

yang bersifat ilmiah sekalipun (aksioma, postulat, dll) Bahkan psikologi yang

mengklaim sangat kuat tentang behaviorisme juga menggunakan metologi dan

mimpi sebagai bahan analisis (bisa dilihat dalam psikologi Frued dan CG. Jung )

Begitu juga dengan teori Skinner yang memandang kebenaran sebagai sesuatu

yang sudah pasti sehingga perlu diberikan reinforcement sementara kebenaran

itu sendiri sangat relatif dan bahkan kemungkinan hanya kumpulan dari

kesalahan-kesalahan yang dibenarkan sebagaimana mata uang yang dijadikan

medali padahal tidak lebih dari sekedar logam. Pemberian reinforcement yang

kontinyu dan selang seling (ratio dan interval) merupakan wujud dari gagalnya

mencapai kebenaran yang otonom yang akhirnya kebenaran sendiri akan

meragukan eksistensinya. Skinner sama sekali tidak memberikan peluang

kepada individu untuk berfikir bebas serta tidak memberikan peluang mental

untuk memutuskan dalam merespon stimulus. Sementara Hill berupaya

menyusupkan doktrin kedalam otak manusia dengan konsep yang lebih halus

tanpa memberikan ruang untuk meragukannya. Dalam hal ini Nietzsche

berpendapat bahwa kebenaran tidak harus mengacu pada antitesis kekeliruan,

tetapi dalam hal-hal yang paling mendasar hanyalah merupakan hubungan

antara berbagai macam kekeliruan, kadang kekeliruan yang sudah tua tidak

bisa diganggugugat lagi. Bahwa dunia ini tampak logis bagi kita, karena kita

membuatnya logis. (Listyono Santoso, dkk.,2007: 65) Selanjutnya Karl Popper

yang dikutip oleh Alfons Taryadi menyatakan bahwa sikap dogmatis jelas

Page 7: humanistik curruculum

berhubungan dengan kecenderungan untuk meneguhkan hukum-hukum dan

skemata dengan berusaha menerapkan dan meneguhkan, bahkan sampai

pada batas melalaikan penyangkalannya, sementara sikap kritis adalah sikap

yang bersedia mengubah hukum-hukum, menguji, menyangkal, dan bahkan

memfalsifikasikannya kalau mungkin.( Listyono Santoso, dkk., 2007: 63) Ini

menyarankan kepada kita bahwa kita boleh mengidentikkan sikap kritis kita

dengan sikap ilmiah, dan dogmatis sebagai sikap ilmiah yang semu.

Meskipun kami mendukung teori humanistik tetapi penting untuk dikritisi tentang

piramida Maslow yang tampak sudah tidak relevan dengan kehidupan sekarang dengan

hipotesa bahwa Maslow berasumsi tentang manusia dalam bentuknya yang paling primitif dan

atheis, dalam hal ini Maslow masih terpengaruh oleh teori behaviorisme. Dalam perkebangan

sosiologi postmodern manusia tidak lagi berfikir tentang bagaimana mereka harus memenuhi

kebutuhan fisiologisnya tetapi lebih kepada kebutuhan estetis atau lebih tepatnya kebutuhan

teologis, manusia butuh tuhan untuk mengendalikan egonya yang tidak beradab. Maslow lupa

terhadap manusia yang rakus dan serakah yang merupakan sublimasi dari sifat hewaniah yang

naif dan bukan kehendak ego yang tertinggi.

Neokapitalisme telah mereduksi teori Maslow dan Adam Smith dalam bentuk

semboyan “greed is good” yang melahirkan semangat homo homini lupus dalam segala

bentuknya. Sebangun dengan semboyan tersebut kapitalis menerapkan epistimologi “We and

other” yang memperjuangkan hegemoni, dominasi dan penindasan (M. Karim, 2009: 19) Dalam

taraf ini nalar sama sekali tidak membawa semangat pengembangan pengetahuan tetapi

pengetahuan justru dijadikan alat untuk menguasai subyek lain di luar dirinya. Pendek kata

pengetahuan digunakan untuk membodohi orang yang bodoh. Pengetahuan hanya akan

terpaut erat dalam momen politik untuk kepentingan penguasaan terhadap kaum tertindas

(Gramsci 1891-1937)

Kami menganggap piramida Maslow harus dijungkirbalikan supaya sesuai dengan

fitrah manusia sebagai mahluk tertinggi yang merefleksi sifat-sifat ketuhanan dan bukan

sekedar spesies primata yang bersepatu. Budaya konsumtif yang tak terkendali dengan dalil

Page 8: humanistik curruculum

pasar bebas yang ceroboh terbukti melahirkan suatu ekosistem kehidupan yang sama sekali

jauh dari harmoni di seantero bumi. Kesenjangan sosial yang dianggap sebagai konsekwensi

dari sebuah sistem persaingan terbuka semakin menggila dan hanya angka-angka konyol yang

dilaporkan pemerintah untuk menjawab kemiskinan yang tidak semakin kecil. Andil Maslow

sangat besar dalam pembentukan peradaban manusia modern yang semakin keluar dari batas-

batas kemanusiaan dan kurikulum humanistik harus ditempatkan pada posisi yang sebenarnya

yaitu “pengetahuan untuk kemanusian”, dalam hal ini kami nyatakan Maslow harus bertobat!

Daftar Buku Bacaan

Adve. Ed. 2008. Zarathustra Friedrich Nietzshe. Jogjakarta: Quills Publisher

Boeree, George.2008. General Psychology. Jogjakarta: Prisma Shopie

Karim, Muhammad. 2009. Pendidikan Kritis Transformatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Muzir, Ridwan Inyiak.Ed. 2009. Teori Sosiologi. Jogjakarta: Kreasi Wacana

Ridley, Matt. 2005. Genom Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab. Jakarta: gramedia

Suryabrata, Sumadi.1996. Psikologi Kepribadian. Jogjakarta: Rajawali Pers

Suyomukti, Nurani. 2008. Metode Pendidikan Marxis Sosialis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

http://www.geocities.com/norlionline [email protected] Teori Belajar Humanisme diakses 4

Juli 2009

Page 9: humanistik curruculum