hukum perkosaan

Upload: adesambora

Post on 10-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum PerkosaaHukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan n Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan Hukum Perkosaan

TRANSCRIPT

TENTANG PERADILAN ANAK

Untuk anak yang berhadapan dengan hukum dalam kedudukan disangka melakukan tindak pidana, maka ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, selainUU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana,(KUHAP) maka harus juga diperhatikanUU No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak(UU No. 3/1997) danUU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak(UU Perlindungan Anak)Khusus untuk Anak yang dapat diproses pidana, Mahkamah Konstitusi telah menaikkan batas minimum anak yang dapat diproses secara pidana dari 8 tahun menjadi 12 tahun (videPutusan MK No 1/PUU-VIII/2010).Khusus untuk penahanan terdapat syaratsyarat yang harus dipenuhi dan harus dicantumkan secara tegas dalam Surat Perintah Penahanan yaitu syarat berdasarkanPasal 21 ayat (1) dan ayat (4) huruf a KUHAP jo Pasal 45 ayat (1) UU No. 3/1997yaitu:Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidanaPenahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal: tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebihPenahanan dilakukan setelah dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan kepentingan anak dan atau kepentingan masyarakat.Sementara jangka waktu penahanan anak sebagaimana diatur oleh UU No. 3 Tahun 1997 adalah sebagai berikutJenis PenahananLama PenahananPenahanan/Perpanjangan Penahanan oleh

Penahanan di PenyidikanMaks. 20 hariPenyidik

Perpanjangan Penahanan di PenyidikanMaks. 10 hariPenuntut Umum

Penahanan di tingkat PenuntutanMaks. 10 hariPenuntut Umum

Perpanjangan Penahanan di tingkat penuntutanMaks. 15 hariKetua PN

Penahanan di tingkat pemeriksaan PengadilanMaks. 15 hariHakim

Perpanjangan Penahanan di tingkat pemeriksaan PengadilanMaks. 30 hariKetua PN

Penahanan di tingkat pemeriksaan BandingMaks. 15 hariHakim Banding

Perpanjangan Penahanan di tingkat pemeriksaan BandingMaks. 30 hariKetua PT

Penahanan di tingkat pemeriksaan KasasiMaks. 25 hariHakim Kasasi

Perpanjangan Penahanan di tingkat pemeriksaan KasasiMaks. 30 hariKetua MA

Untuk anak yang berhadapan dengan hukum dalam kedudukan disangka melakukan tindak pidana, maka ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, selainUU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana,(KUHAP) maka harus juga diperhatikanUU No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak(UU No. 3/1997) danUU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak(UU Perlindungan Anak)Khusus untuk Anak yang dapat diproses pidana, Mahkamah Konstitusi telah menaikkan batas minimum anak yang dapat diproses secara pidana dari 8 tahun menjadi 12 tahun (videPutusan MK No 1/PUU-VIII/2010).Khusus untuk penahanan terdapat syaratsyarat yang harus dipenuhi dan harus dicantumkan secara tegas dalam Surat Perintah Penahanan yaitu syarat berdasarkanPasal 21 ayat (1) dan ayat (4) huruf a KUHAP jo Pasal 45 ayat (1) UU No. 3/1997yaitu:Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidanaPenahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal: tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebihPenahanan dilakukan setelah dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan kepentingan anak dan atau kepentingan masyarakat.Sementara jangka waktu penahanan anak sebagaimana diatur oleh UU No. 3 Tahun 1997 adalah sebagai berikutJenis PenahananLama PenahananPenahanan/Perpanjangan Penahanan oleh

Penahanan di PenyidikanMaks. 20 hariPenyidik

Perpanjangan Penahanan di PenyidikanMaks. 10 hariPenuntut Umum

Penahanan di tingkat PenuntutanMaks. 10 hariPenuntut Umum

Perpanjangan Penahanan di tingkat penuntutanMaks. 15 hariKetua PN

Penahanan di tingkat pemeriksaan PengadilanMaks. 15 hariHakim

Perpanjangan Penahanan di tingkat pemeriksaan PengadilanMaks. 30 hariKetua PN

Penahanan di tingkat pemeriksaan BandingMaks. 15 hariHakim Banding

Perpanjangan Penahanan di tingkat pemeriksaan BandingMaks. 30 hariKetua PT

Penahanan di tingkat pemeriksaan KasasiMaks. 25 hariHakim Kasasi

Perpanjangan Penahanan di tingkat pemeriksaan KasasiMaks. 30 hariKetua MA

BerdasarkanPasal 1 angka 1UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak(UU Pengadilan Anak) yaitu:Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.Mengenai batas usia anak untuk dapat dituntut pertanggungjawaban pidananya, MK berdasarkanPutusan MK No. 1/PUU-VIII/2010 Tahun 2010menaikkan batas minimal usia anak yang dapat dituntut pertanggung jawaban pidana menjadi 12 Tahun.Di samping itu, saat initelah adaRancanganUndang-Undang (RUU)tentang Sistem Peradilan Anakyang baru disetujui DPR(lebih jauh simak artikelDPR telah Menyetujui RUU Sistem Peradilan Anak) namun masih menunggu tanda tangan dari Presiden. RUU Sistem Peradilan Anak yang baru ini mengaturbeberapa hal penting dan salah satunya adalah batasan usia pertanggungjawaban pidana yaitu 12 tahun sampai 18 tahun serta batasan usia anak dapat dikenakan penahanan yaitu 14 tahun sampai 18 tahun (Pasal 32 ayat [2]RUU Sistem Peradilan Anak).Sebenarnya dari sejak anak masih menjadi tersangka atau terdakwa, penahanan terhadap anak sudah harus dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa (Pasal 45 ayat [3] UU Pengadilan AnakjoPasal 19 ayat (2)PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, sebagaimana telah diubah denganPP No. 58 Tahun 2010).Dalam penjelasanPasal 19 ayat (2) PP 27/1983tersebut dikatakan bahwatempat tahanan anak perlu dipisahkan dari orang dewasa, agar jangan sampai anak tersebutmendapat pengaruh yang kurang baik.Lebih jauh mengenai penahanan anak bisa Saudara simak dalam artikelKetentuan dan Persyaratan Penahanan Anak yang Berhadapan dengan Hukum.Ketika seorang anak telah diputus bersalah dan dikenakan pidana penjara, anakakan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan.Anak yang ditempatkan di LAPAS disebut dengan Anak Didik Pemasyarakatan.Anak Didik Pemasyarakatan terdiri dari(Pasal 1 angka 8UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan):a.Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;b.Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;c.Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahunAnak Didik Pemasyarakatan ditempatkan diLAPAS khusus untuk anak yang disebut dengan LAPAS Anak. Anak yang ditempatkan di LAPAS Anak untuk menjalani hukuman pidana penjara disebut anak pidana (Pasal 18 UU Pemasyarakatan). Di dalam LAPAS,Anak tersebut, akan digolongkan berdasarkandasar umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan (Pasal 20 UU Pemasyarakatan) dalam rangka pembinaan anak pidana tersebut.Jadi, penempatananak di penjaramemangdipisahkan dengan orang dewasa dalamsemua tahap proses pidana untukmenghindari anak mendapat pengaruh buruk selama di penjara. Bahkan di dalam LAPAS Anak itu sendiri masih dipisahkan lagi menurut kriteriaumur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.

HUKUM PENCABUTAN PENGADUAN KORBAN

Pasal 75Wetboek van Strafrecht(KUHP)pada dasarnya diatur dalam rumpun Bab VII tentangMengajukan dan Menarik Kembali Pengaduan dalam Hal Kejahatan-Kejahatan yang Hanya Dituntut Atas Pengaduan.Pasal 75 KUHP berbunyi Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik kembali dalam waktu tiga bulan setelah pengaduan diajukan.Dengan demikian Pasal 75 KUHP hanya bisa berlaku untuk kejahatankejahatan yang sifat deliknya adalah delik aduan, sehingga bila pengaduan dicabut maka akan menghentikan proses hukum yang berjalan.Namun ketentuan Pasal 75 KUHP tidak bisa diterapkan untuk kejahatankejahatan biasa, yang menyebabkan bila pengaduan dicabut tidak bisa menghentikan proses hukum yang sedang berjalan.Selain itu yang harus diperhatikan adalah batas waktu 3 bulan setelah pengaduan diajukan bila pengaduan ditarik setelah 3 bulan, maka pengaduan tersebut tidak dapat dicabut kembali.Namun demikian sehubungan dengan pencabutan pengaduan yang melampaui waktu tersebut, ada perkembangan menarik berdasarkanPutusan Mahkamah Agung (MA) No. 1600 K/PID/2009yang menyatakan pada pokoknya sebagai berikut:walaupun pencabutan pengaduan telah melewati 3 bulan, yang menurut pasal 75 KUHP telah lewat waktu, namun dengan pencabutan itu keseimbangan yang terganggu dengan adanya tindak pidana tersebut telah pulih karena perdamaian yang terjadi antara pelapor dengan terlapor mengandung nilai yang tinggi yang harus diakui, karena bagaimanapun juga bila perkara ini dihentikan manfaatnya lebih besar dari pada bila dilanjutkan.Lebih lanjut, MA dalam putusan tersebut juga menyatakan:Bahwa ajaran keadilan Restoratif mengajarkan bahwa konflik yang disebut kejahatan harus dilihat bukan semata-mata sebagai pelanggaran terhadap negara dengan kepentingan umum tetapi konflik juga merepresentasikan terganggunnya, bahkan mungkin terputusnya hubungan antara dua atau lebih individu di dalam hubungan kemasyarakatan dan Hakim harus mampu memfasilitasi penyelesaian konflik yang memuaskan untuk para pihak yang berselisih.DELIK DALAM PEMROSESAN PERKARATerdapat dua jenis delik dalam pemrosesan perkara, yaitu delik aduan dan delik biasa. Dalam delik biasa, perkara dapat diproses tanpa adanya persetujuan dari yang dirugikan (korban). Jadi, walaupun korban telah mencabut laporan/pengaduannya kepada polisi, penyidik tetap berkewajiban untuk melanjutkan proses perkara.Sedangkan, mengenai delik aduan berarti delik yanghanya bisa diproses apabila ada pengaduan atau laporan dari orang yang menjadi korban tindak pidana. MenurutMr. Drs. E Utrechtdalam bukunyaHukum Pidana II, dalam delik aduan penuntutan terhadap delik tersebutdigantungkan pada persetujuan dari yang dirugikan (korban). Pada delik aduan ini, korban tindak pidana dapat mencabut laporannya kepada pihak yang berwenang apabila di antara mereka telah terjadi suatu perdamaian.R. Soesilodalam bukunya dalam bukunyaKitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal(hal. 88) membagi delik aduan menjadi dua jenis yaitu:a.Delik aduan absolut, ialah delik (peristiwa pidana) yang selalu hanya dapat dituntutapabila ada pengaduanseperti tersebut dalam pasal-pasal: 284, 287, 293, 310 dan berikutnya, 332, 322, dan 369. Dalam hal ini maka pengaduan diperlukan untuk menuntut peristiwanya, sehingga permintaan dalam pengaduannya harus berbunyi: ..saya minta agar peristiwa ini dituntut.Oleh karena yang dituntut itu peristiwanya, maka semua orang yang bersangkut paut (melakukan, membujuk, membantu) dengan peristiwa itu harus dituntut, jadi delik aduan initidak dapat dibelah. Contohnya, jika seorang suami jika ia telah memasukkan pengaduan terhadap perzinahan (Pasal 284) yang telah dilakukan oleh istrinya, ia tidak dapat menghendaki supaya orang laki-laki yang telah berzinah dengan istrinya itu dituntut, tetapi terhadap istrinya (karena ia masih cinta) jangan dilakukan penuntutan.b.Delik aduan relatif, ialah delik-delik (peristiwa pidana) yang biasanya bukan merupakan delik aduan, akan tetapi jika dilakukan oleh sanak keluarga yang ditentukan dalam Pasal 367, lalu menjadi delik aduan. Delik-delik aduan relatif ini tersebut dalam pasal-pasal: 367, 370, 376, 394, 404, dan 411. Dalam hal ini maka pengaduan itu diperlukan bukan untuk menuntut peristiwanya, akan tetapi untuk menuntut orang-orangnya yang bersalah dalam peristiwa itu, jadi delik aduan inidapat dibelah. Misalnya, seorang bapa yang barang-barangnya dicuri (Pasal 362) oleh dua orang anaknya yang bernama A dan B, dapat mengajukan pengaduan hanya seorang saja dari kedua orang anak itu, misalnya A, sehingga B tidak dapat dituntut. Permintaan menuntut dalam pengaduannya dalam hal ini harus bersembunyi: ,,saya minta supaya anak saya yang bernama A dituntut.Untuk delik aduan, pengaduan hanya boleh diajukan dalam waktu enam bulan sejak orang yang berhak mengadu mengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal di Indonesia, atau dalam waktu sembilan bulan jika bertempat tinggal di luar Indonesia (lihatPasal 74 ayat [1]KUHP). Dan orang yang mengajukan pengaduan berhak menarik kembali pengaduan tersebut dalam waktu tiga bulan setelah pengaduan diajukan (lihatPasal 75 KUHP).Lebih lanjut, Soesilo menjelaskan bahwa terhadap pengaduan yang telah dicabut, tidak dapat diajukan lagi. Khusus untuk kejahatan berzinah dalam Pasal 284 KUHP, pengaduan itu dapat dicabut kembali, selama peristiwa itu belum mulai diperiksa dalam sidang pengadilan. Dalam praktiknya sebelum sidang pemeriksaan dimulai, hakim masih menanyakan kepada pengadu, apakah ia tetap pada pengaduannya itu. Bila tetap, barulah dimulai pemeriksaannya.Di sisi lain, tindak pidana perkosaan diatur dalamPasal 285 KUHPyang berbunyi:Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.Dari rumusan Pasal 285 KUHP di atas dapat diketahui bahwa perkosaan adalah delik biasa, dan bukan delik aduan. Karena itu, polisi dapat memproses kasus perkosaan tanpa adanya persetujuan dari pelapor atau korban.Jadi, tidak semua pasal dalam KUHP tentang kesusilaan termasuk dalam delik aduan. Untuk dapat mengetahui apakah suatu pengaturan mengenai suatu tindak pidana merupakan delik aduan atau delik biasa, kita harus melihat konstruksi dari pasal yang mengatur.