hukum ketenagakerjaan
TRANSCRIPT
1
1. Ketenagakerjaan menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 2003 adalah “Segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja.
Maksudnya adalah ketenagakerjaan ini meliputi semua hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja baik pada waktu pekerja itu belum bekerja pada suatu perusahaan
misalanya tentang kesempatan mendapatkan pekerjaan. Pada waktu tenaga kerja
tersebut ada dalam masa kerja segala hal yang berkitan tentang peraturan-peraturan
ketika tenaga kerja tersebut telah bekerja di sebuah oerusahan misalnya tentang Upah
minimum dan PHK. Pada waktu sesudah masa kerja artinya segala hal yang mengatur
tentang semua hal yang berkaitan dengan tenaga kerja pada saat tenaga kerja tersebut
habis masa kerjanya. Misalnya adalah uang pensiun.
2. Tugas Pemerintah dalam Ketenagakerjaan yaitu :
1. Perencanaan tenaga kerja
Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan
kebijakan dan menyusun perencanaan tenaga kerja melalui pendekatan
perencanaan tenaga kerja nasional, daerah dan sektoral, yaitu : pendekatan secara
makro (penjelasan pasal 7 UU no.13 tahun 2003)
Perencanaan kerja meliputi :
A. perencanaan tenaga kerja makro (skala nasional), dan
B. Perencanaan tenaga kerja mikro. (skala instansi/ perusahaan)
Dalam perencanaan tenaga kerja, hal itu disusun dengan berdasarkan
informasi sebagai berikut :
a. penduduk dan tenaga kerja.
b. kesempatan kerja
c. pelatihan kerja
d. produktivitas tenaga kerja.
e. hubungan industrial.
f. kondisi lingkungan kerja.
g. pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja.
h. JAMSOSTEK
2
2. Perluasan kesempatan kerja.
Pada pasal 41 UU no.13 tahun 2003 telah ditetapkan bahwa pemerintah
menetapkan kebijakan ketenagakerjaan dan perluasan kesempatan kerja.
Pengawasan serta pelaksanaan kebijakan ini tidak hanya dibebankan pada
pemerintah semata, tapi juga dibebankan pada masyarakat.
Tanggung jawab pemerintah dalam perluasan kesempatan ini meliputi di
dalam dan di luar hubungan kerja.
3. Pembinaan.
Penjelasan pasal 173 UU no.13 tahun 2003 mengatakan bahwa pembinaan
adalah kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik untuk meningkatkan dan mengembangkan
semua kegiatan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan. Dalam pelaksanaan
hal ini, pemerintah bekerjasama dengan pengusaha, serikat buruh serta organisasi
profesi terkait.
Adapun dalam pasal 29 UU no.13 tahun 2003 menentukan bahwa
pembinaan ketenagakerjaan itu meliputi :
- relevansi
- kualitas
- efisiensi penyelenggaraan pelatihan kerja
- produktivitas
4. Pengawasan
Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan perundangan dalam bidang ketenagakerjaan. Yang berwenang dalam
hal ini adalah pegawai pengawasan ketenagakerjaan yang memiliki kompetensi dan
independensi sehubungan dengan pelaksanaan peraturan ketenagakerjaan.
Tugas pelaksana pengawas ketenagakerjaan adalah:
1. wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada
menaker, khusus bagi unit kerja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota.
2. wajib merahasiakan segala suatu yang menurut sifatnya adalah patut
dirahasiakan serta tidak melakukan penyalah gunaan wewenang.
3
3. Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
a. Kesepakatan dua belah pihak
Kesepakatan dua belah pihak artinya adanya perjanijian atau kesepakatan antara kedua
belah pihak yaitu pengusaha dan pekerja dan harus tidak ada perselisahan antara
pengusaha dan pekerja tentang perjanjian kerja tersebut. Serta perjanjian kerja tersebut
harus disepakti bersama antara pengusaha dan pekerja.
b. Kemampuan Kecakapan melakukan perbuatan hukum
Yang dimaksud dengan kemampuan atau kecakapan adalah para pihak yang mampu
atau cakap menurut hukum untuk membuat perjanjian. Bagi tenaga kerja anak, yang
menandatangani perjanjian adalah orang tua atau walinya.
c. Adanya pekerjaan yang dijanjikan
Perjanjian kerja dibuat atas dasar adanya suatau pekerjaan yang akan diberikan
pengusaha kepada pekerja. Atau pekerja disini akan dijanjikan diberi suatu pekerjaan
oleh pengusaha. Mustahil akan adanya perjanjian kerja bila tidak ada suatu pekerjaan
yang dijanjikan oleh pengusha kepada pekerja.
d. Pekerjaan yang dijanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan peraturan perundang-undangan.
Peekerjaan yang dijanjikan pengusha terhadap pekerja tentu saja harus sesuai dengan
peraturan perauturan yang ada. Tidak boleh menentang peraturan perundang-undangan
seperti mengganggu ketertiban umum dan bertentangan dengan kesusilaan.
4. Waktu kerja menurut UU No.13 tahun tahun 2003 pasal 77 ayat 2 yaitu :
1) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
2) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
5. Program Jamsostek terdiri dari :
a. Jaminan berupa uang
• Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
• Jaminan Kematian (JK)
• Jaminan Hari Tua (JHT)
b. Jaminan berupa Pelayanan
• Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
4
6. Alasan-alasan yang nenjadi dasar pemutusan kerja yaitu :
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan;
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha di lingkungan kerja;
f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang
milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam
keadaan bahaya di tempat kerja;
i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan
kecuali untuk kepentingan negara; atau
j. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
k. Mangkir
7. Mangkir adalah tidak bekerjanya pekerja secara tidak sah dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Dari definisi ini dapat diperjelas dengan memperhatikan 3 kata
kunci yang dipertebal yaitu :
a. Tidak bekerja
Tidak bekerja berarti pekerja tidak hadir atau berada di tempat kerja perusahaan
(majikan) dan/atau melakukan pekerjaan yang telah diperjanjikan atau diperintahkan
majikan.
b. Tidak sah
Tidak sah berarti tidak ada dasar atau legalitas yang menjadi alasan pembenar
tidak masuk bekerjanya seorang pekerja. Dasar atau legalitas dapat saja berasal dari
Peraturan Perundang-Undangan, Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
5
Pada beberapa perusahaan sangat lazim diatur dalam instrumen
ketenagakerjaannya mengenai alasan diperbolehkannya seorang pekerja meninggalkan
pekerjaannya/tidak masuk bekerja di luar yang telah ditentukan dalam Peraturan
Perundang-Undangan atau juga dalam beberapa kasus hal tersebut belum diatur namun
terdapat kebijakan perusahaan yang memberikan toleransi atas tidak masuk pekerja.
Dalam Peraturan Perundang-Undangan seperti UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan telah diatur secara tegas mengenai alasan yang dibenarkan bagi
pekerja untuk tidak meninggalkan pekerjaannya/tidak masuk bekerja, antara lain :
1) Karena berhalangan, seperti sakit, terdapat keluarga yang meninggal, dan
sebagainya.
2) Karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya, seperti melaksanakan tugas
sebagai pengurus Serikat Pekerja, tugas negara, atau melaksanakan ibadah
keagamaan.
3) Karena melaksanakan hak istirahat dan cuti, seperti istirahat di antara jam kerja,
istirahat mingguan, cuti tahunan, istirahat panjang, atau istirahat karena
bersalin/melahirkan.
c. Tidak dapat dipertanggungjawabkan
Tidak dapat dipertanggungjawabkan dapat berarti tidak ada bukti pendukung atas
alasan tidak masuk pekerja, baik alasan yang diatur dalam Peraturan Perundang-
Undangan, Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
Bukti pendukung haruslah berasal dari pihak yang berwenang untuk memberikannya.
8. Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau
pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau
kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda, maka
disebut Upah Minimum Propinsi.
Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan
terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi
mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring
pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan
Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan.
Menurut Pasal 94 Undang-Undang (UU) no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok
sedikit-dikitnya 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Definisi tunjangan
6
tetap disini adalah tunjangan yang pembayarannya dilakukan secara teratur dan tidak
dikaitkan dengan kehadiran atau pencapaian prestasi kerja contohnya : tunjangan jabatan,
tunjangan komunikasi, tunjangan keluarga, tunjangan keahlian/profesi. Beda halnya
dengan tunjangan makan dan transportasi, tunjangan itu bersifat tidak tetap karena
penghitungannya berdasarkan kehadiran atau performa kerja.
9. Perjanjian Kerja terbagi 2 yaitu :
Perjanjian kerja dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
• Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (PKWT) – yang pekerjanya sering disebut
karyawan kontrak – dibuat berdasarkan jangka waktu tertentu atau berdasarkan
selesainya pekerjaan tertentu. Klausul ini untuk memenuhi syarat suatu hal tertentu
seperti dalam syarat umum sahnya perjanjian, yaitu obyeknya ditentuakan
berdasarkan “waktu pekerjaan” atau “selesainya pekerjaan”. Suatu PKWT wajib
dibuat secara tertulis dan didaftarkan pada intansi ketenagakerjaan terkarit (Disnaker).
PKWT yang tidak dibuat secara tertulis dan didaftarkan pada instansi ketenagakerjaan
terkait akan dianggap sebagai PKWTT, sehingga jika perusahaan melakukan PHK
maka karyawan berhak menerima uang pesangon.
Menurut UU No.13 tahun 2003 pasal 59 yaitu :
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertentu, yaitu:
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama
c. dan paling lama 3 (tiga) tahun;
d. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
e. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
f. tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang
bersifat tetap.
3. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
7
4. Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu)
kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
5. Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu
tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu
berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja/buruh
yang bersangkutan.
6. Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi
masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu
tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh
dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun.
• Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
Sebaliknya, Perjanjian kerja untuk Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) merupakan
perjanjian kerja yang tidak ditentukan waktunya – bersifat tetap dan berlaku untuk
selamanya sampai terjadi PHK. Selain tertulis, PKWTT dapat juga dibuat secara lisan.
Jika PKWTT dibuat secara lisan, maka hubungan kerja yang mengatur mereka
(pengusaha dan kekerja) adalah UU Ketenagakerjaan – Pengusaha dan pekerja
dianggap menyetujui seluruh isi UU Ketenagakerjaan sebagai sumber hubungan
hukum kerja mereka. Jika PKWTT dibuat secara lisan maka pengusaha wajib
membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang bersangkutan.
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 pasal 60 yaitu :
1. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan
kerja paling lama 3 (tiga) bulan.
2. Dalam masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pengusaha
dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku.
10. PJTKI (Perusahan Jasa Tenaga Kerja) adalah Badan Usaha yang berbentuk Perseroan
Terbatas yang mendapat izin dari Menteri untuk berusaha di bidang jasa penempatan dan
mempunyai kantor cabang yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan Transimigrasi
Kabupaten. Juga sebagai perusahan yang berusaha untuk menyalurkan tenaga kerja
indonesia dan menempatkan tenaga kerja indonesia.