hukum ketenagakerjaan

7
1 1. Ketenagakerjaan menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 2003 adalah “Segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Maksudnya adalah ketenagakerjaan ini meliputi semua hal yang berhubungan dengan tenaga kerja baik pada waktu pekerja itu belum bekerja pada suatu perusahaan misalanya tentang kesempatan mendapatkan pekerjaan. Pada waktu tenaga kerja tersebut ada dalam masa kerja segala hal yang berkitan tentang peraturan-peraturan ketika tenaga kerja tersebut telah bekerja di sebuah oerusahan misalnya tentang Upah minimum dan PHK. Pada waktu sesudah masa kerja artinya segala hal yang mengatur tentang semua hal yang berkaitan dengan tenaga kerja pada saat tenaga kerja tersebut habis masa kerjanya. Misalnya adalah uang pensiun. 2. Tugas Pemerintah dalam Ketenagakerjaan yaitu : 1. Perencanaan tenaga kerja Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan kebijakan dan menyusun perencanaan tenaga kerja melalui pendekatan perencanaan tenaga kerja nasional, daerah dan sektoral, yaitu : pendekatan secara makro (penjelasan pasal 7 UU no.13 tahun 2003) Perencanaan kerja meliputi : A. perencanaan tenaga kerja makro (skala nasional), dan B. Perencanaan tenaga kerja mikro. (skala instansi/ perusahaan) Dalam perencanaan tenaga kerja, hal itu disusun dengan berdasarkan informasi sebagai berikut : a. penduduk dan tenaga kerja. b. kesempatan kerja c. pelatihan kerja d. produktivitas tenaga kerja. e. hubungan industrial. f. kondisi lingkungan kerja. g. pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja. h. JAMSOSTEK

Upload: ginanjar-waluya

Post on 08-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Ketenagakerjaan

1

1. Ketenagakerjaan menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 2003 adalah “Segala hal yang

berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa

kerja.

Maksudnya adalah ketenagakerjaan ini meliputi semua hal yang berhubungan dengan

tenaga kerja baik pada waktu pekerja itu belum bekerja pada suatu perusahaan

misalanya tentang kesempatan mendapatkan pekerjaan. Pada waktu tenaga kerja

tersebut ada dalam masa kerja segala hal yang berkitan tentang peraturan-peraturan

ketika tenaga kerja tersebut telah bekerja di sebuah oerusahan misalnya tentang Upah

minimum dan PHK. Pada waktu sesudah masa kerja artinya segala hal yang mengatur

tentang semua hal yang berkaitan dengan tenaga kerja pada saat tenaga kerja tersebut

habis masa kerjanya. Misalnya adalah uang pensiun.

2. Tugas Pemerintah dalam Ketenagakerjaan yaitu :

1. Perencanaan tenaga kerja

Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan

kebijakan dan menyusun perencanaan tenaga kerja melalui pendekatan

perencanaan tenaga kerja nasional, daerah dan sektoral, yaitu : pendekatan secara

makro (penjelasan pasal 7 UU no.13 tahun 2003)

Perencanaan kerja meliputi :

A. perencanaan tenaga kerja makro (skala nasional), dan

B. Perencanaan tenaga kerja mikro. (skala instansi/ perusahaan)

Dalam perencanaan tenaga kerja, hal itu disusun dengan berdasarkan

informasi sebagai berikut :

a. penduduk dan tenaga kerja.

b. kesempatan kerja

c. pelatihan kerja

d. produktivitas tenaga kerja.

e. hubungan industrial.

f. kondisi lingkungan kerja.

g. pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja.

h. JAMSOSTEK

Page 2: Hukum Ketenagakerjaan

2

2. Perluasan kesempatan kerja.

Pada pasal 41 UU no.13 tahun 2003 telah ditetapkan bahwa pemerintah

menetapkan kebijakan ketenagakerjaan dan perluasan kesempatan kerja.

Pengawasan serta pelaksanaan kebijakan ini tidak hanya dibebankan pada

pemerintah semata, tapi juga dibebankan pada masyarakat.

Tanggung jawab pemerintah dalam perluasan kesempatan ini meliputi di

dalam dan di luar hubungan kerja.

3. Pembinaan.

Penjelasan pasal 173 UU no.13 tahun 2003 mengatakan bahwa pembinaan

adalah kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik untuk meningkatkan dan mengembangkan

semua kegiatan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan. Dalam pelaksanaan

hal ini, pemerintah bekerjasama dengan pengusaha, serikat buruh serta organisasi

profesi terkait.

Adapun dalam pasal 29 UU no.13 tahun 2003 menentukan bahwa

pembinaan ketenagakerjaan itu meliputi :

- relevansi

- kualitas

- efisiensi penyelenggaraan pelatihan kerja

- produktivitas

4. Pengawasan

Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kegiatan mengawasi dan

menegakkan perundangan dalam bidang ketenagakerjaan. Yang berwenang dalam

hal ini adalah pegawai pengawasan ketenagakerjaan yang memiliki kompetensi dan

independensi sehubungan dengan pelaksanaan peraturan ketenagakerjaan.

Tugas pelaksana pengawas ketenagakerjaan adalah:

1. wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada

menaker, khusus bagi unit kerja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota.

2. wajib merahasiakan segala suatu yang menurut sifatnya adalah patut

dirahasiakan serta tidak melakukan penyalah gunaan wewenang.

Page 3: Hukum Ketenagakerjaan

3

3. Perjanjian kerja dibuat atas dasar :

a. Kesepakatan dua belah pihak

Kesepakatan dua belah pihak artinya adanya perjanijian atau kesepakatan antara kedua

belah pihak yaitu pengusaha dan pekerja dan harus tidak ada perselisahan antara

pengusaha dan pekerja tentang perjanjian kerja tersebut. Serta perjanjian kerja tersebut

harus disepakti bersama antara pengusaha dan pekerja.

b. Kemampuan Kecakapan melakukan perbuatan hukum

Yang dimaksud dengan kemampuan atau kecakapan adalah para pihak yang mampu

atau cakap menurut hukum untuk membuat perjanjian. Bagi tenaga kerja anak, yang

menandatangani perjanjian adalah orang tua atau walinya.

c. Adanya pekerjaan yang dijanjikan

Perjanjian kerja dibuat atas dasar adanya suatau pekerjaan yang akan diberikan

pengusaha kepada pekerja. Atau pekerja disini akan dijanjikan diberi suatu pekerjaan

oleh pengusaha. Mustahil akan adanya perjanjian kerja bila tidak ada suatu pekerjaan

yang dijanjikan oleh pengusha kepada pekerja.

d. Pekerjaan yang dijanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,

kesusilaan dan peraturan perundang-undangan.

Peekerjaan yang dijanjikan pengusha terhadap pekerja tentu saja harus sesuai dengan

peraturan perauturan yang ada. Tidak boleh menentang peraturan perundang-undangan

seperti mengganggu ketertiban umum dan bertentangan dengan kesusilaan.

4. Waktu kerja menurut UU No.13 tahun tahun 2003 pasal 77 ayat 2 yaitu :

1) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)

hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

2) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)

hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

5. Program Jamsostek terdiri dari :

a. Jaminan berupa uang

• Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

• Jaminan Kematian (JK)

• Jaminan Hari Tua (JHT)

b. Jaminan berupa Pelayanan

• Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Page 4: Hukum Ketenagakerjaan

4

6. Alasan-alasan yang nenjadi dasar pemutusan kerja yaitu :

a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik

perusahaan;

b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;

c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan

narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;

d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;

e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau

pengusaha di lingkungan kerja;

f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang

milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;

h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam

keadaan bahaya di tempat kerja;

i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan

kecuali untuk kepentingan negara; atau

j. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5

(lima) tahun atau lebih.

k. Mangkir

7. Mangkir adalah tidak bekerjanya pekerja secara tidak sah dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan. Dari definisi ini dapat diperjelas dengan memperhatikan 3 kata

kunci yang dipertebal yaitu :

a. Tidak bekerja

Tidak bekerja berarti pekerja tidak hadir atau berada di tempat kerja perusahaan

(majikan) dan/atau melakukan pekerjaan yang telah diperjanjikan atau diperintahkan

majikan.

b. Tidak sah

Tidak sah berarti tidak ada dasar atau legalitas yang menjadi alasan pembenar

tidak masuk bekerjanya seorang pekerja. Dasar atau legalitas dapat saja berasal dari

Peraturan Perundang-Undangan, Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau

Perjanjian Kerja Bersama.

Page 5: Hukum Ketenagakerjaan

5

Pada beberapa perusahaan sangat lazim diatur dalam instrumen

ketenagakerjaannya mengenai alasan diperbolehkannya seorang pekerja meninggalkan

pekerjaannya/tidak masuk bekerja di luar yang telah ditentukan dalam Peraturan

Perundang-Undangan atau juga dalam beberapa kasus hal tersebut belum diatur namun

terdapat kebijakan perusahaan yang memberikan toleransi atas tidak masuk pekerja.

Dalam Peraturan Perundang-Undangan seperti UU No. 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan telah diatur secara tegas mengenai alasan yang dibenarkan bagi

pekerja untuk tidak meninggalkan pekerjaannya/tidak masuk bekerja, antara lain :

1) Karena berhalangan, seperti sakit, terdapat keluarga yang meninggal, dan

sebagainya.

2) Karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya, seperti melaksanakan tugas

sebagai pengurus Serikat Pekerja, tugas negara, atau melaksanakan ibadah

keagamaan.

3) Karena melaksanakan hak istirahat dan cuti, seperti istirahat di antara jam kerja,

istirahat mingguan, cuti tahunan, istirahat panjang, atau istirahat karena

bersalin/melahirkan.

c. Tidak dapat dipertanggungjawabkan

Tidak dapat dipertanggungjawabkan dapat berarti tidak ada bukti pendukung atas

alasan tidak masuk pekerja, baik alasan yang diatur dalam Peraturan Perundang-

Undangan, Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

Bukti pendukung haruslah berasal dari pihak yang berwenang untuk memberikannya.

8. Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau

pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau

kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda, maka

disebut Upah Minimum Propinsi.

Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan

terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi

mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring

pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan

Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan.

Menurut Pasal 94 Undang-Undang (UU) no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok

sedikit-dikitnya 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Definisi tunjangan

Page 6: Hukum Ketenagakerjaan

6

tetap disini adalah tunjangan yang pembayarannya dilakukan secara teratur dan tidak

dikaitkan dengan kehadiran atau pencapaian prestasi kerja contohnya : tunjangan jabatan,

tunjangan komunikasi, tunjangan keluarga, tunjangan keahlian/profesi. Beda halnya

dengan tunjangan makan dan transportasi, tunjangan itu bersifat tidak tetap karena

penghitungannya berdasarkan kehadiran atau performa kerja.

9. Perjanjian Kerja terbagi 2 yaitu :

Perjanjian kerja dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

• Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (PKWT) – yang pekerjanya sering disebut

karyawan kontrak – dibuat berdasarkan jangka waktu tertentu atau berdasarkan

selesainya pekerjaan tertentu. Klausul ini untuk memenuhi syarat suatu hal tertentu

seperti dalam syarat umum sahnya perjanjian, yaitu obyeknya ditentuakan

berdasarkan “waktu pekerjaan” atau “selesainya pekerjaan”. Suatu PKWT wajib

dibuat secara tertulis dan didaftarkan pada intansi ketenagakerjaan terkarit (Disnaker).

PKWT yang tidak dibuat secara tertulis dan didaftarkan pada instansi ketenagakerjaan

terkait akan dianggap sebagai PKWTT, sehingga jika perusahaan melakukan PHK

maka karyawan berhak menerima uang pesangon.

Menurut UU No.13 tahun 2003 pasal 59 yaitu :

1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu

yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu

tertentu, yaitu:

a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu

lama

c. dan paling lama 3 (tiga) tahun;

d. pekerjaan yang bersifat musiman; atau

e. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk

f. tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang

bersifat tetap.

3. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.

Page 7: Hukum Ketenagakerjaan

7

4. Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat

diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu)

kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

5. Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu

tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu

berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja/buruh

yang bersangkutan.

6. Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi

masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu

tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh

dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun.

• Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Sebaliknya, Perjanjian kerja untuk Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) merupakan

perjanjian kerja yang tidak ditentukan waktunya – bersifat tetap dan berlaku untuk

selamanya sampai terjadi PHK. Selain tertulis, PKWTT dapat juga dibuat secara lisan.

Jika PKWTT dibuat secara lisan, maka hubungan kerja yang mengatur mereka

(pengusaha dan kekerja) adalah UU Ketenagakerjaan – Pengusaha dan pekerja

dianggap menyetujui seluruh isi UU Ketenagakerjaan sebagai sumber hubungan

hukum kerja mereka. Jika PKWTT dibuat secara lisan maka pengusaha wajib

membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang bersangkutan.

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 pasal 60 yaitu :

1. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan

kerja paling lama 3 (tiga) bulan.

2. Dalam masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pengusaha

dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku.

10. PJTKI (Perusahan Jasa Tenaga Kerja) adalah Badan Usaha yang berbentuk Perseroan

Terbatas yang mendapat izin dari Menteri untuk berusaha di bidang jasa penempatan dan

mempunyai kantor cabang yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan Transimigrasi

Kabupaten. Juga sebagai perusahan yang berusaha untuk menyalurkan tenaga kerja

indonesia dan menempatkan tenaga kerja indonesia.