hukum kedokteran

119
HUKUM KEDOKTERAN HUKUM KEDOKTERAN Dr H Tatang Kartawan Dr H Tatang Kartawan 2012 2012

Upload: ganang-aji-h

Post on 11-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sdzxdcsdfcsdc

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Kedokteran

HUKUM KEDOKTERANHUKUM KEDOKTERAN

Dr H Tatang KartawanDr H Tatang Kartawan20122012

Page 2: Hukum Kedokteran

RUANG LINGKUPRUANG LINGKUP

1.1. PengantarPengantar

2.2. Perbandingan Perbandingan Etika dan HukumEtika dan Hukum

3.3. Hubungan Dokter Hubungan Dokter dan Pasiendan Pasien

4.4. KUHAPidana, KUHAPidana, KUHPidana dan KUHPidana dan KUHPerdataKUHPerdata

5. UU No 36/2009 5. UU No 36/2009 tentang Kesehatantentang Kesehatan

6. UU No 29/2004 tentang 6. UU No 29/2004 tentang Praktik KedokteranPraktik Kedokteran

7. UU No 35/2009 tentang 7. UU No 35/2009 tentang Narkotika Narkotika

8. UU No 5/1997 tentang 8. UU No 5/1997 tentang PsikotropikaPsikotropika

9. UU No 8/1999 tentang 9. UU No 8/1999 tentang Perlindungan KonsumenPerlindungan Konsumen

10.UU No 44/2009 tentang10.UU No 44/2009 tentang Rumah Sakit.Rumah Sakit.11.Kasus Jurisprudensi11.Kasus Jurisprudensi

Page 3: Hukum Kedokteran

PENGANTAR (1)PENGANTAR (1)

• Hukum Kedokteran adalah subsistem dari Ilmu Hukum Kedokteran adalah subsistem dari Ilmu Hukum (Bandingkan dengan ilmu Kedokteran Hukum (Bandingkan dengan ilmu Kedokteran Forensik yang merupakan subsistem dari Ilmu Forensik yang merupakan subsistem dari Ilmu Kedokteran)Kedokteran)

• Dokter harus mengenal dan memahami Hukum Dokter harus mengenal dan memahami Hukum Kedokteran, karena dengan demikian ia : Kedokteran, karena dengan demikian ia : tahu rambu-rambu hukum tahu rambu-rambu hukum dalam melakukan praktek profesi dokter agar tidak dalam melakukan praktek profesi dokter agar tidak gegabah dilanggar gegabah dilanggar siap siap menyiapkan pembelaan/upaya hukum bila dituntut menyiapkan pembelaan/upaya hukum bila dituntut pasien atau pihak lain pasien atau pihak lain tahu tahu menggunakan haknya dalam upaya hukum bila menggunakan haknya dalam upaya hukum bila berperkara yang menyangkut profesinya.berperkara yang menyangkut profesinya.

Page 4: Hukum Kedokteran

PENGANTAR (2)PENGANTAR (2)

• Dokter jangan jadi bulan-bulanan oknum Dokter jangan jadi bulan-bulanan oknum hukum karena tidak tahu hukumhukum karena tidak tahu hukum

• Jangan menghindari hukum, tetapi juga Jangan menghindari hukum, tetapi juga tidak perlu menjadi ahli hukumtidak perlu menjadi ahli hukum

• Hukum Kedokteran sangat luas meliputi Hukum Kedokteran sangat luas meliputi KUHPidana, KUHPerdata, UU No 36/2009, KUHPidana, KUHPerdata, UU No 36/2009, UU lain yang berkaitan dengan Kedokteran UU lain yang berkaitan dengan Kedokteran dan Kesehatan (Kefarmasian, Alkes, Bahan, dan Kesehatan (Kefarmasian, Alkes, Bahan, dll), PP terkait, Ketentuan/Keputusan dll), PP terkait, Ketentuan/Keputusan Menkes /Dirjen /Badan POM, dll.Menkes /Dirjen /Badan POM, dll.

Page 5: Hukum Kedokteran

PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (1)PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (1)

• Persamaannya : Persamaannya : Berisi aturan, Berisi aturan, petunjuk, keharusan dan petunjuk, keharusan dan larangan larangan Ada yang tertulis Ada yang tertulis maupun yang tidak tertulismaupun yang tidak tertulis

Page 6: Hukum Kedokteran

PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (2)PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (2)PERBEDAANNYAPERBEDAANNYA

ETIKAKEDOKTERAN

HUKUMKEDOKTERAN

Terjadinya Tradisi yangdiwariskan darigenerasi ke generasi

Dibuat oleh Negaraatau InstitusiKenegaraan

Kepentingan Kelompok profesi Publik

Tujuan Menjaga/memeliharamartabat dankehormatan

Melindungimasyarakat

Ciri-ciri Lebih bersifat statis,fleksibel danhimbauan

Lebih bersifatdinamis dan rigid

Page 7: Hukum Kedokteran

PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM (3)PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM (3)PERBEDAANNYA PERBEDAANNYA

ETIKAKEDOKTERAN

HUKUMKEDOKTERAN

Lama berlakunya Relatif lebih lama Relatif berubah lebihcepat

Sanksi Sanksi moralSanksi psikologisSanksi sosialSanksi spiritual(Sanksi dijatuhkanoleh KelompokProfesi -> MKEK)

Sanksi hukum(pidana/perdata)-> Hukum badan(kurungan, denda)-> Ganti rugi-> Administratif (ijindicabut) => dijatuh-kan oleh MDTK

ProsedurPelanggaran

Diajukan kepadaKelompok Profesi

Diajukan oleh yangdirugikan atau olehMDTK dan juga MKEK

Page 8: Hukum Kedokteran

HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN (1)HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN (1)

• Kedudukan menurut hukum samaKedudukan menurut hukum sama• Wujud hubungannya transaksional - Wujud hubungannya transaksional -

profesional yang bersifat kontrak berdasar profesional yang bersifat kontrak berdasar upayaupaya ( (inspannings verbintennisinspannings verbintennis) dan ) dan bukannya kontrak berdasar bukannya kontrak berdasar hasil.hasil.

• Masing-masing memiliki hak dan Masing-masing memiliki hak dan kewajibankewajiban

• Secara umum yang menjadi kewajiban Secara umum yang menjadi kewajiban pasien adalah hak dokterpasien adalah hak dokter

Page 9: Hukum Kedokteran

HUBUNGAN DOKTER-PASIEN (2)HUBUNGAN DOKTER-PASIEN (2)

• Keberhasilan suatu prosedur medis tergantung pada Keberhasilan suatu prosedur medis tergantung pada 1. Kompetensi para dokter dan stafnya.1. Kompetensi para dokter dan stafnya. 2. Tersedianya alat peralatan yang memadai.2. Tersedianya alat peralatan yang memadai. 3. Tersedianya waktu.3. Tersedianya waktu. 4. Kondisi penyakit.4. Kondisi penyakit. 5. Faktor-faktor lingkungan.5. Faktor-faktor lingkungan. 6. Kepatuhan pasien.6. Kepatuhan pasien. 7. Faktor konstitusional pasien sendiri.7. Faktor konstitusional pasien sendiri. 8. (Kekuasaan Allah).8. (Kekuasaan Allah).• Tidak semua faktor-faktor diatas dapat dikendalikan Tidak semua faktor-faktor diatas dapat dikendalikan

dokter. dokter.

Page 10: Hukum Kedokteran

HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN (3)HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN (3)

• Hak PasienHak Pasien (menurut (menurut Declaration of Human RightDeclaration of Human Right i.e. i.e. The right of self determinationThe right of self determination dan dan The right ofThe right of having having carecare, dan dari , dan dari UU No 36/2009UU No 36/2009) : ) :

Hak untuk mendapat informasi Hak Hak untuk mendapat informasi Hak untuk memberi persetujuan Hak untuk untuk memberi persetujuan Hak untuk merahasiakan Hak untuk merahasiakan Hak untuk memilih dokter Hak untuk memilih dokter Hak untuk mendapatkan mendapatkan second opinionsecond opinion Hak untuk memilih Rumah Sakit Hak untuk memilih Rumah Sakit Hak untuk menolak suatu tindakan medik Hak untuk menolak suatu tindakan medik Hak untuk menolak pengobatan Hak untuk menolak pengobatan Hak untuk mengakhiri pengobatan Hak untuk mengakhiri pengobatan Hak untuk mati secara bermartabat Hak untuk mati secara bermartabat Hak untuk mendapatkan dukungan moral/spiritual Hak untuk mendapatkan dukungan moral/spiritual

Page 11: Hukum Kedokteran

HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN (4)HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN (4)

• Kewajiban pasienKewajiban pasien : : Memberi keterangan Memberi keterangan yang benar danyang benar dan

jujur tentang penyakitnya jujur tentang penyakitnya Menaati Menaati anjuran/instruksi dokter anjuran/instruksi dokter Menaati ketentuan-ketentuan Rumah Menaati ketentuan-ketentuan Rumah

Sakit dan beberapa kewajiban lain Sakit dan beberapa kewajiban lain Memberi imbalan/jasa Memberi imbalan/jasa

Page 12: Hukum Kedokteran

HUBUNGAN DOKTER PASIEN (5)HUBUNGAN DOKTER PASIEN (5)

• Hak dokterHak dokter : : Hak untuk menolak melakukan tindakan Hak untuk menolak melakukan tindakan medis yang tidak dapat dipertanggung-medis yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan secara profesional jawabkan secara profesional Hak untuk menolak melakukan tindakan Hak untuk menolak melakukan tindakan medis yang menurut hati nuraninya medis yang menurut hati nuraninya (conscience) adalah tidak atau kurang baik (conscience) adalah tidak atau kurang baik Hak Hak atas imbalan/jasa atas imbalan/jasa Hak Hak untuk membela diri untuk membela diri Hak-hak lainHak-hak lain

Page 13: Hukum Kedokteran

KUHAPidana (1)Pengertian (1)

• Penyidik Penyidik Pejabat Polri/PNS untuk Pejabat Polri/PNS untuk penyidikan (Mencari/mengumpulkan bukti penyidikan (Mencari/mengumpulkan bukti tindak pidana)tindak pidana)

• Penyelidik Penyelidik Pejabat Polri utk penyelidikan Pejabat Polri utk penyelidikan (Menemukan peristiwa sebagai tindak pidana (Menemukan peristiwa sebagai tindak pidana

=> Dapat/tidak dilakukan penyidikan)=> Dapat/tidak dilakukan penyidikan)• Jaksa Jaksa wewenang Penuntut Umum, wewenang Penuntut Umum,

melaksanakan Ketetapan Hakimmelaksanakan Ketetapan Hakim• Penuntutan Penuntutan Tindakan untuk melimpahkan Tindakan untuk melimpahkan

ke Pengadilan.ke Pengadilan.

Page 14: Hukum Kedokteran

KUHAPidana (2)Pengertian (2)

• Hakim Hakim Mengadili Mengadili• Pra Peradilan Pra Peradilan Wewenang Pengadilan Negeri Wewenang Pengadilan Negeri

untuk => untuk => Sah/tidak penangkapan => Sah/tidak penangkapan => Sah/tidak penghentian penyidikan => Sah/tidak penghentian penyidikan => Permintaan ganti rugi/rehabilitasiPermintaan ganti rugi/rehabilitasi

• Putusan Pengadilan Putusan Pengadilan Vonis Vonis• Upaya hukum Upaya hukum Upaya tersangka/terdakwa/ Upaya tersangka/terdakwa/

terhukum untuk menggunakan haknya minta terhukum untuk menggunakan haknya minta keadilan (banding, kasasi, peninjauan kembali, keadilan (banding, kasasi, peninjauan kembali, grasi, menuntut balik, didampingi Penasihat grasi, menuntut balik, didampingi Penasihat Hukum/Pembela, dll)Hukum/Pembela, dll)

Page 15: Hukum Kedokteran

KUHAPidana (3)Pengertian (3)

• Penasehat Hukum Penasehat Hukum Mendampingi Mendampingi tersangka/terdakwa/terhukum melakukan tersangka/terdakwa/terhukum melakukan tindakan upaya hukumtindakan upaya hukum

• Tersangka Tersangka Diduga Pelaku tindak pidana Diduga Pelaku tindak pidana• Terdakwa Terdakwa Sedang diselidiki/diadili Sedang diselidiki/diadili• Terhukum/terpidana Terhukum/terpidana Sudah dijatuhi vonis Sudah dijatuhi vonis• Keputusan dengan kekuatan hukum tetap -> Keputusan dengan kekuatan hukum tetap ->

Vonis yang sudah diterima oleh semua pihak Vonis yang sudah diterima oleh semua pihak atau yang sudah diupayakan maksimalatau yang sudah diupayakan maksimal.

Page 16: Hukum Kedokteran

KUHAPidana (4)KUHAPidana (4)

• Pasal 20 s/d 31 (terutama 21) Pasal 20 s/d 31 (terutama 21) Penahanan terhadap tersangka Penahanan terhadap tersangka Pasal 21 ayat 4 : Penahanan hanya dapat dikenakan Pasal 21 ayat 4 : Penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal :bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal :

=> Tindak pidana dengan ancaman penjara => Tindak pidana dengan ancaman penjara

5 tahun atau lebih (Penyakit/luka derajat5 tahun atau lebih (Penyakit/luka derajat

III dan IV)III dan IV)

=> Tindak pidana termaksud dalam a.l. Pasal=> Tindak pidana termaksud dalam a.l. Pasal

351 ayat 1 (Penyakit/luka derajat II)351 ayat 1 (Penyakit/luka derajat II)

Page 17: Hukum Kedokteran

KUHAPidana (5)KUHAPidana (5)

• Untuk memberi bukti bahwa minimal telah terjadi Untuk memberi bukti bahwa minimal telah terjadi penyakit/luka derajat II dikeluarkan suatu penyakit/luka derajat II dikeluarkan suatu Visum etVisum et Repertum Sementara (VRS)Repertum Sementara (VRS) yang menerangkan yang menerangkan tentang penyakit atau luka yang diderita korban serta tentang penyakit atau luka yang diderita korban serta penyebabnya dan bahwa korban masih dlm penyebabnya dan bahwa korban masih dlm perawatan, derajat luka blm dpt ditentukan, karena perawatan, derajat luka blm dpt ditentukan, karena perawatan belum selesai dan blm dpt diambil perawatan belum selesai dan blm dpt diambil kesimpulan kesimpulan Tidak termasuk KUHP pasal 352 ayat 1 Tidak termasuk KUHP pasal 352 ayat 1

=> Menahan si pelaku tanpa adanya suatu VRS dan=> Menahan si pelaku tanpa adanya suatu VRS dan

hanya karena korban masih dirawat di rumah hanya karena korban masih dirawat di rumah sakitsakit

tidak dapat dibenarkan secara yuridis.tidak dapat dibenarkan secara yuridis.

Page 18: Hukum Kedokteran

KUHAPidana (6)KUHAPidana (6)

• Pasal 133 ayat 1 : Pasal 133 ayat 1 : Permintaan keterangan Ahli kepada Dokter (termasuk Permintaan keterangan Ahli kepada Dokter (termasuk pemeriksaan mayat) pemeriksaan mayat) Permintaan penyidik yang tidak disertai alasan kuat atau masuk Permintaan penyidik yang tidak disertai alasan kuat atau masuk akal harus ditolak akal harus ditolak Jangan Jangan berlindung dibalik KUHP Pasal 50, kalau permintaan penyidik berlindung dibalik KUHP Pasal 50, kalau permintaan penyidik seperti tsb diatas dilakukan, Dokter dapat dituntut ahli waris seperti tsb diatas dilakukan, Dokter dapat dituntut ahli waris mayat : mayat :

=> Secara pidana, dokter dikatakan merusak mayat => Secara pidana, dokter dikatakan merusak mayat

(KUHPidana Pasal 406 ayat 1)(KUHPidana Pasal 406 ayat 1)

=> Secara perdata, dokter telah melanggar hukum => Secara perdata, dokter telah melanggar hukum

menimbulkan kerugian bagi orang lain (KUHPerdata menimbulkan kerugian bagi orang lain (KUHPerdata

Pasal 1365 dan 1366). Pasal 1365 dan 1366).

Page 19: Hukum Kedokteran

KUHAPidana (7)KUHAPidana (7)• Pasal 133 ayat 2 : Pasal 133 ayat 2 :

Ada dua jenis pemeriksaan mayat : Ada dua jenis pemeriksaan mayat :

=> Pemeriksaan mayat (pemeriksaan luar saja),=> Pemeriksaan mayat (pemeriksaan luar saja),

dengan ini tidak mungkin ditentukan sebabdengan ini tidak mungkin ditentukan sebab

kematiankematian

=> Pemeriksaan bedah mayat (pemeriksaan luar => Pemeriksaan bedah mayat (pemeriksaan luar

dan dalam), menentukan sebab kematian dandan dalam), menentukan sebab kematian dan

menjawab apakah perbuatan si tertuduhmenjawab apakah perbuatan si tertuduh

merupakan satu-satunya penyebab kematianmerupakan satu-satunya penyebab kematian

ataukah pada si korban juga terdapat penyakitataukah pada si korban juga terdapat penyakit

atau kelainan (bawaan) yang mempermudahatau kelainan (bawaan) yang mempermudah

atau mempercepat kematiannya. atau mempercepat kematiannya.

Page 20: Hukum Kedokteran

KUHPidana (1)KUHPidana (1)

• Pasal 10 -> Pembagian PidanaPasal 10 -> Pembagian Pidana• Pasal 35 -> Hak terpidana yang dapat dicabutPasal 35 -> Hak terpidana yang dapat dicabut• Pasal 44 -> Tidak dipidana perbuatan yang Pasal 44 -> Tidak dipidana perbuatan yang

tidak dapat dipertanggung-jawabkantidak dapat dipertanggung-jawabkan• Pasal 48 -> Perbuatan karena pengaruh daya Pasal 48 -> Perbuatan karena pengaruh daya

paksapaksa• Pasal 50 -> Perbuatan utk melaksanakan Pasal 50 -> Perbuatan utk melaksanakan

ketentuan UUketentuan UU• Pasal 51 -> Perbuatan utk melaksanakan Pasal 51 -> Perbuatan utk melaksanakan

perintah jabatanperintah jabatan

Page 21: Hukum Kedokteran

KUHPidana (2)KUHPidana (2)

• Pasal 89 -> Membuat orang pingsanPasal 89 -> Membuat orang pingsan• Pasal 90 -> Luka beratPasal 90 -> Luka berat• Pasal 222 -> Menghalangi pemeriksaan Pasal 222 -> Menghalangi pemeriksaan

mayatmayat• Pasal 224 -> Dipanggil sebagai saksiPasal 224 -> Dipanggil sebagai saksi• Pasal 242 -> Keterangan palsu diatas Pasal 242 -> Keterangan palsu diatas

sumpahsumpah• Pasal 263 -> Membuat surat palsuPasal 263 -> Membuat surat palsu• Pasal 267 dan 268 -> Dokter yang sengaja Pasal 267 dan 268 -> Dokter yang sengaja

memberikan surat/keterangan palsu.memberikan surat/keterangan palsu.

Page 22: Hukum Kedokteran

KUHPidana (3)KUHPidana (3)Pelanggaran susilaPelanggaran susila

• Pasal 284 -> Penyerangan seksualPasal 284 -> Penyerangan seksual• Pasal 286 -> Bersetubuh dengan wanita yang Pasal 286 -> Bersetubuh dengan wanita yang

pingsan (diluar perkawinan)pingsan (diluar perkawinan)• Pasal 287 -> Bersetubuh dengan wanita dibawah Pasal 287 -> Bersetubuh dengan wanita dibawah

umur (diluar perkawinan)umur (diluar perkawinan)• Pasal 290 -> Perbuatan cabul dengan seseorang Pasal 290 -> Perbuatan cabul dengan seseorang

yang pingsan dan belum cukup umuryang pingsan dan belum cukup umur• Pasal 291 -> Jika perbuatan dalam pasal 286-290 Pasal 291 -> Jika perbuatan dalam pasal 286-290

mengakibatkan luka berat atau kematianmengakibatkan luka berat atau kematian• Pasal 294 -> Perbuatan cabul dengan anak atau Pasal 294 -> Perbuatan cabul dengan anak atau

bawahannya yang belum dewasa (Termasuk yang bawahannya yang belum dewasa (Termasuk yang dilakukan dokter)dilakukan dokter)

Page 23: Hukum Kedokteran

KUHPidana (4)KUHPidana (4)PengguguranPengguguran

• Pasal 299 -> Mengobati wanita untuk Pasal 299 -> Mengobati wanita untuk menggugurkanmenggugurkan

• Pasal 346 -> Sengaja menggugurkanPasal 346 -> Sengaja menggugurkan• Pasal 347 -> Menggugurkan kandungan Pasal 347 -> Menggugurkan kandungan

tanpa persetujuantanpa persetujuan• Pasal 348 -> Menggugurkan kandungan Pasal 348 -> Menggugurkan kandungan

dengan persetujuandengan persetujuan• Pasal 349 -> Dokter yang membantu Pasal 349 -> Dokter yang membantu

perbuatan dalam pasal 346-348perbuatan dalam pasal 346-348

Page 24: Hukum Kedokteran

KUHPidana (5)KUHPidana (5)

• Pasal 304 -> Sengaja membiarkan orang Pasal 304 -> Sengaja membiarkan orang yang perlu ditolongyang perlu ditolong

• Pasal 322 -> Membuka rahasiaPasal 322 -> Membuka rahasia• Pasal 338 -> Sengaja merampas nyawa Pasal 338 -> Sengaja merampas nyawa

orang lainorang lain• Pasal 340 -> Sengaja merampas nyawa Pasal 340 -> Sengaja merampas nyawa

dengan rencanadengan rencana• Pasal 341 -> Ibu yang merampas nyawa Pasal 341 -> Ibu yang merampas nyawa

anaknya pada waktu melahirkananaknya pada waktu melahirkan

Page 25: Hukum Kedokteran

KUHPidana (6)KUHPidana (6)Penganiayaan Penganiayaan Penyakit/luka Penyakit/luka

• Pasal 351 ayat 1 Pasal 351 ayat 1 Penyakit/luka Penyakit/luka sedang (derajat II)sedang (derajat II)

• Pasal 351 ayat 2 Pasal 351 ayat 2 Penyakit/luka Penyakit/luka berat (derajat III)berat (derajat III)

• Pasal 351 ayat 3 Pasal 351 ayat 3 Penyakit/luka Penyakit/luka yang menyebabkan kematian yang menyebabkan kematian (derajat IV)(derajat IV)

• Pasal 352 ayat 1 Pasal 352 ayat 1 Penyakit/luka Penyakit/luka ringan (derajat I)ringan (derajat I)

Page 26: Hukum Kedokteran

KUHPidana (7)KUHPidana (7)

•ORANORANG G HIDUPHIDUP

•Tidak Tidak dirawat/dirawat/

tidak perlutidak perlu

istirahat (I) istirahat (I)

• Jika orang luka dibawa ke rumah Jika orang luka dibawa ke rumah sakit, maka terdapat kemungkinan sakit, maka terdapat kemungkinan sebagai berikut :sebagai berikut :

•Dirawat

•Selesai Selesai perawataperawatann

•HiduHidupp

•KUHPidanaKUHPidana

Ps 90 (II)Ps 90 (II)

•KUHPidanKUHPidana a

Ps 90 (III)Ps 90 (III)

•Mati Mati (IV)(IV)

Page 27: Hukum Kedokteran

KUHPidana (8)KUHPidana (8)

• Pasal 359 -> Karena kelalaiannya Pasal 359 -> Karena kelalaiannya menyebabkan orang lain mati (Ini menyebabkan orang lain mati (Ini sebenarnya untuk pelanggaran lalu lintas)sebenarnya untuk pelanggaran lalu lintas)

• Pasal 360 -> Karena kelalaiannya Pasal 360 -> Karena kelalaiannya menyebabkan orang lain luka berat (Ini menyebabkan orang lain luka berat (Ini juga untuk pelanggaran lalu lintas)juga untuk pelanggaran lalu lintas)

• Pasal 361 -> Kejahatan yang Pasal 361 -> Kejahatan yang menyebabkan mati/luka karena menyebabkan mati/luka karena menjalankan suatu jabatanmenjalankan suatu jabatan

Page 28: Hukum Kedokteran

KUHPidana (9)KUHPidana (9)

• Pasal 372 jo Pasal 209 -> Pidana Pasal 372 jo Pasal 209 -> Pidana perpajakanperpajakan

• Pasal 382 -> Penipuan dan Pasal 382 -> Penipuan dan misrepresentasimisrepresentasi

• Pasal 406 -> Sengaja merusak Pasal 406 -> Sengaja merusak barang/hewan (termasuk mayat) milik barang/hewan (termasuk mayat) milik orang lain.orang lain.

Page 29: Hukum Kedokteran

KUHPidana (10)KUHPidana (10)

• Pasal 512 -> Melakukan praktek tidak legalPasal 512 -> Melakukan praktek tidak legal• Pasal 512a -> Dokter yang tidak punya Pasal 512a -> Dokter yang tidak punya

surat ijinsurat ijin• Pasal 522 -> Dipanggil sebagai saksi ahli Pasal 522 -> Dipanggil sebagai saksi ahli

tidak datangtidak datang• Pasal 531 -> Tidak memberi pertolongan Pasal 531 -> Tidak memberi pertolongan

terhadap orang yang sedang menghadapi terhadap orang yang sedang menghadapi mautmaut

• Pasal 534 -> Terang-terangan menunjukkan Pasal 534 -> Terang-terangan menunjukkan sarana mencegah kehamilan.sarana mencegah kehamilan.

Page 30: Hukum Kedokteran

KUHPerdataKUHPerdata

• Pasal 1365 -> Kewajiban memberi ganti rugi Pasal 1365 -> Kewajiban memberi ganti rugi kepada orang lain yang mengalami kepada orang lain yang mengalami kerugian karena perbuatan melanggar kerugian karena perbuatan melanggar hukumhukum

• Pasal 1366 -> Setiap orang bertanggung Pasal 1366 -> Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.kelalaian atau kurang hati-hatinya.

• Pasal 1370 dan 1371 -> Mempertimbangkan Pasal 1370 dan 1371 -> Mempertimbangkan kedudukan, kemampuan dan keadaan kedudukan, kemampuan dan keadaan kedua belah pihak.kedua belah pihak.

Page 31: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009TENTANG KESEHATANTENTANG KESEHATAN

PengantarPengantar

• UU No 36 tahun 2009 merupakan produk hukum UU No 36 tahun 2009 merupakan produk hukum (semacam Health Act) dan sekaligus sebagai (semacam Health Act) dan sekaligus sebagai guidelinesguidelines tentang sistem kesehatan di negara tentang sistem kesehatan di negara kita yang menggantikan UU No 23 tahun 1992 kita yang menggantikan UU No 23 tahun 1992 dan berbagai UU terdahulu yang berkaitan dan berbagai UU terdahulu yang berkaitan dengan kesehatandengan kesehatan

• Sebagai salah satu hukum pidana berisikan Sebagai salah satu hukum pidana berisikan materi hukum serta sanksinya yang dapat materi hukum serta sanksinya yang dapat melengkapi KUHPidana yang sudah adamelengkapi KUHPidana yang sudah ada

Page 32: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009Pengantar (2)Pengantar (2)

• Namun ada pula yang tidak Namun ada pula yang tidak bersifat normatif yaitu tidak jelas bersifat normatif yaitu tidak jelas sanksinya bila dilanggar, dimana sanksinya bila dilanggar, dimana harus ada : harus ada : Unsur kerugian Unsur kerugian Hubungan Hubungan kepentingan kepentingan Hakikat norma yang dilanggar Hakikat norma yang dilanggar

Page 33: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009Pengantar (3)Pengantar (3)

• Selain itu UU ini juga memiliki aspek lain yaitu : Selain itu UU ini juga memiliki aspek lain yaitu : -> Pasal 21, -> Pasal 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 dan 29 tentang22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 dan 29 tentang

hukum administrasi.hukum administrasi.

-> Pasal 178, 179, 180 dan 181 tentang -> Pasal 178, 179, 180 dan 181 tentang Pembinaan.Pembinaan.

-> Pasal 182, 183, 184, 185, 186, 187 dan 188 -> Pasal 182, 183, 184, 185, 186, 187 dan 188 tentangtentang

Pengawasan. Pengawasan.

-> Pasal 175, 176 dan 177 tentang Badan -> Pasal 175, 176 dan 177 tentang Badan

Pertimbangan Kesehatan. Pertimbangan Kesehatan.

Page 34: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009UmumUmum

• Dasar hukum : UUD 1945 Dasar hukum : UUD 1945 Pasal 20, Pasal Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)

• Penyempurnaan/PengintegrasianPenyempurnaan/Pengintegrasian• Dasar PenyusunanDasar Penyusunan• Dasar PertimbanganDasar Pertimbangan• Pembangunan Kesehatan (sasaran, Pembangunan Kesehatan (sasaran,

orientasi, bagaimana diselenggarakan, orientasi, bagaimana diselenggarakan, peran Pemerintah dan masyarakat, peran Pemerintah dan masyarakat, kaitan dengan keberhasilan kaitan dengan keberhasilan pembangunan)pembangunan)

Page 35: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009UmumUmum

• Semangat Otonomi Daerah (Semangat Otonomi Daerah (UU No 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU No 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah) • Perangkat hukum kesehatanPerangkat hukum kesehatan• PengertianPengertian

Page 36: Hukum Kedokteran

Umum (2)Umum (2)

• Hal-hal pokokHal-hal pokok : : Asas dan tujuan (Bab II) Asas dan tujuan (Bab II)

Hak dan kewajiban (Bab III) Hak dan kewajiban (Bab III) Tanggung jawab Pemerintah Tanggung jawab Pemerintah (Bab IV) (Bab IV)

Sumberdaya di bidang kesehatan (Bab V) Sumberdaya di bidang kesehatan (Bab V) Upaya kesehatan (Bab VI)Upaya kesehatan (Bab VI) Kesehatan Kelompok Rentan (Bab VII)Kesehatan Kelompok Rentan (Bab VII) Gizi (Bab VIII)Gizi (Bab VIII) Kesehatan Jiwa (Bab IX)Kesehatan Jiwa (Bab IX) Penyakit Menular dan Tidak Menular (Bab Penyakit Menular dan Tidak Menular (Bab

X)X) Kesehatan Lingkungan (Bab XI)Kesehatan Lingkungan (Bab XI) Kesehatan Kerja (Bab XII)Kesehatan Kerja (Bab XII)

Page 37: Hukum Kedokteran

Umum (2)Umum (2)

Pengelolaan Kesehatan (Bab XIII)Pengelolaan Kesehatan (Bab XIII) Informasi Kesehatan (Bab XIV)Informasi Kesehatan (Bab XIV) Pembiayaan Kesehatan (Bab XV)Pembiayaan Kesehatan (Bab XV) Peran Serta Masyarakat (Bab XVI)Peran Serta Masyarakat (Bab XVI) Badan Pertimbangan Kesehatan (Bab XVII)Badan Pertimbangan Kesehatan (Bab XVII) Pembinaan dan Pengawasan (Bab XVIII)Pembinaan dan Pengawasan (Bab XVIII) Penyidikan (Bab XIX)Penyidikan (Bab XIX) Ketentuan pidana (Bab XX)Ketentuan pidana (Bab XX) Ketentuan Peralihan (Bab XXI)Ketentuan Peralihan (Bab XXI) Ketentuan Penutup (Bab XXII)Ketentuan Penutup (Bab XXII)

Page 38: Hukum Kedokteran

Umum (2)Umum (2)

• Validitas ketentuan hukumValiditas ketentuan hukum : : 1 UU tidak berlaku lagi yaitu UU No 23 1 UU tidak berlaku lagi yaitu UU No 23

Tahun Tahun 1992 tentang Kesehatan 1992 tentang Kesehatan

PP untuk UU No 23 Tahun 1992 yang PP untuk UU No 23 Tahun 1992 yang tidaktidak

bertentangan masih berlakubertentangan masih berlaku PP diterbitkan satu tahun setelah PP diterbitkan satu tahun setelah

diundangkandiundangkan

• Isi Isi : 22 bab, 205 pasal.: 22 bab, 205 pasal.

Page 39: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009

• Bab I Pasal 1 Ketentuan UmumBab I Pasal 1 Ketentuan Umum Pengertian Pengertian

• Bab II Asas dan TujuanBab II Asas dan Tujuan Pasal 2 Asas penyelenggaraan pembangunan Pasal 2 Asas penyelenggaraan pembangunan

kesehatankesehatan

Pasal 3 Tujuan Pembangunan KesehatanPasal 3 Tujuan Pembangunan Kesehatan

• Bab III Hak dan KewajibanBab III Hak dan Kewajiban• Pasal 4-8 Hak seseorangPasal 4-8 Hak seseorang• Pasal 9-13 Kewajiban seseorang Pasal 9-13 Kewajiban seseorang

Page 40: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009

• Bab IV Tanggung Jawab PemerintahBab IV Tanggung Jawab Pemerintah

Pasal 14 Pelayanan Publik.Pasal 14 Pelayanan Publik. Pasal 15-17 Ketersediaan Pasal 15-17 Ketersediaan

Lingkungan, Sumber Daya dan Lingkungan, Sumber Daya dan Akses.Akses.

Pasal 18 Peran Masyarakat.Pasal 18 Peran Masyarakat. Pasal 19 Upaya Kesehatan.Pasal 19 Upaya Kesehatan. Pasal 20 Jaminan Kesehatan.Pasal 20 Jaminan Kesehatan.

Page 41: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009

• Bab V Sumber Daya di Bidang Bab V Sumber Daya di Bidang Kesehatan :Kesehatan :

Pasal 21-29 Tenaga Kesehatan.Pasal 21-29 Tenaga Kesehatan.

Pasal 30-35 Fasilitas Pelayanan Pasal 30-35 Fasilitas Pelayanan Kesehatan.Kesehatan.

Pasal 36-41 Perbekalan kesehatan.Pasal 36-41 Perbekalan kesehatan.

Pasal 42-45 Teknologi dan Produk Pasal 42-45 Teknologi dan Produk Teknologi. Teknologi.

Page 42: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009Bab VI Upaya KesehatanBab VI Upaya Kesehatan

• Pasal 46-51 Umum. Ada 17 Upaya Kesehatan.Pasal 46-51 Umum. Ada 17 Upaya Kesehatan.• Pasal 52-55 Pasal 52-55 Pemberian PelayananPemberian Pelayanan. . • Pasal 56-58 Perlindungan Pasien. Pasal 56-58 Perlindungan Pasien. • Pasal 59-61 Pasal 59-61 Pelayanan Kesehatan TradisionalPelayanan Kesehatan Tradisional..• Pasal 62 Pasal 62 Peningkatan Kesehatan dan Peningkatan Kesehatan dan

Pencegahan PenyakitPencegahan Penyakit..• Pasal 63-70 Pasal 63-70 Penyembuhan Penyakit dan Penyembuhan Penyakit dan

Pemulihan KesehatanPemulihan Kesehatan..• Pasal 71-77 Pasal 71-77 Kesehatan ReproduksiKesehatan Reproduksi.. Pasal 75-77 Tindakan Aborsi (PerubahanPasal 75-77 Tindakan Aborsi (Perubahan dari UU No 23 tahun 1992 Pasal 15).dari UU No 23 tahun 1992 Pasal 15).

Page 43: Hukum Kedokteran

Bab V Upaya Kesehatan (2)

• Pasal 78 Pasal 78 Keluarga BerencanaKeluarga Berencana..• Pasal 79 Pasal 79 Kesehatan SekolahKesehatan Sekolah..• Pasal 80-81 Pasal 80-81 Kesehatan Olah RagaKesehatan Olah Raga..• Pasal 82-85 Pasal 82-85 Pelayanan Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan pada

BencanaBencana..• Pasal 86-92 Pasal 86-92 Pelayanan DarahPelayanan Darah..• Pasal 93-94 Pasal 93-94 Kesehatan Gigi dan MulutKesehatan Gigi dan Mulut..• Pasal 95-96 Pasal 95-96 Penanggulangan Gangguan Penanggulangan Gangguan

Penglihatan dan Gangguan PendengaranPenglihatan dan Gangguan Pendengaran..

Page 44: Hukum Kedokteran

Bab V Upaya Kesehatan (2)

• Pasal 98-108 Pasal 98-108 Pengamanan dan Penggunaan

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.

• Pasal 109-112 Pasal 109-112 Pengamanan Makanan dan Minuman.

• Pasal 113-116 Pasal 113-116 Pengamanan Zat Adiktif.

• Pasal 117-125 Pasal 117-125 Bedah Mayat.

Page 45: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB VII

KESEHATAN IBU, BAYI, ANAK,REMAJA, LANJUT USIA, DAN PENYANDANG

CACAT

• Pasal 126-135 Kesehatan Ibu, Bati dan Anak.Pasal 126-135 Kesehatan Ibu, Bati dan Anak.• Pasal 136-137 Kesehatan Remaja.Pasal 136-137 Kesehatan Remaja.• Pasal 138-140 Kesehatan Lanjut Usia dan Pasal 138-140 Kesehatan Lanjut Usia dan

Penyandang Cacat.Penyandang Cacat.

Page 46: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB VIII

GIZI

• Pasal 141-143Pasal 141-143 Gizi.Gizi.

BAB IX

KESEHATAN JIWA

• Pasal 144-151 Kesehatan Jiwa.

Page 47: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB X

PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR

• Pasal 152-157 Penyakit Menular.• Pasal 158-161 Penyakit Tidak Menular.

BAB XI

KESEHATAN LINGKUNGAN

• Pasal 162-163 Kesehatan Lingkungan.

Page 48: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB XII

KESEHATAN KERJA

• Pasal 164-166 Kesehatan Kerja.

BAB XIII

PENGELOLAAN KESEHATAN

• Pasal 167 Pengelolaan Kesehatan.

Page 49: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB XIV

INFORMASI KESEHATAN

• Pasal 168-169 Informasi Kesehatan.

BAB XVPEMBIAYAAN KESEHATAN

• Pasal 170-173 Pembiayaan Kesehatan.

Page 50: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB XVI

PERAN SERTA MASYARAKAT

• Pasal 174 Peran Serta Masyarakat.

BAB XVIIBADAN PERTIMBANGAN KESEHATAN

• Pasal 175-177 Badan Pertimbangan Kesehatan BPKN dan BPKD).

Page 51: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB XVI

PERAN SERTA MASYARAKAT

• Pasal 174 Peran Serta Masyarakat.

BAB XVIIBADAN PERTIMBANGAN KESEHATAN

• Pasal 175-177 Badan Pertimbangan Kesehatan (BPKN dan BPKD).

Page 52: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB XVIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

• Pasal 178-181 Pembinaan.• Pasal 182-188 Pengawasan.

BAB XIXPENYIDIKAN

• Pasal 189 Penyidikan.

Page 53: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB XX

KETENTUAN PIDANA

• Pasal 190 Fasilitas Pelayanan Kesehatan tidak memberikan Pertolongan Pertama.

• Pasal 191 Praktik Pelayanan Kedsehatan Tradisional tanpa izin yang mengakibatkan kerugian.

• Pasal 192 Memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh.

• Pasal 193 Melakukan bedah plastik untuk mengubah identitas.

Page 54: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB XX

KETENTUAN PIDANA

• Pasal 194 Melakukan Aborsi.• Pasal 195 Memperjualbelikan darah.• Pasal 196 Sediaan Farmasi yang tidak

memenuhi Standar Keamanan.• Pasal 197 Sediaan Farmasi yang tidak memiliki

izin edar.• Pasal 198 Praktik Kefarmasian tanpa memiliki

keahlian dan kewenangan.

Page 55: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009BAB XX

KETENTUAN PIDANA

• Pasal 199 Tentang Rokok.• Pasal 200 Menghalangi Program Pemberian Air

Susu Ibu Eksklusif.• Pasal 201 tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal 196, Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200 dilakukan oleh korporasi.

Page 56: Hukum Kedokteran

UU No 36/2009UU No 36/2009

BAB XXIKETENTUAN PERALIHAN

• Pasal 202-203 Ketentuan Peralihan.

BAB XXIIKETENTUAN PENUTUP

• Pasal 204-205 Ketentuan Penutup.

Page 57: Hukum Kedokteran

UU NO 29 TAHUN 2004 TENTANG UU NO 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN (UUPK)PRAKTIK KEDOKTERAN (UUPK)

PENDAHULUANPENDAHULUAN• Naskah UUPK disetujui DPR 7/9/2004, disyahkan Naskah UUPK disetujui DPR 7/9/2004, disyahkan

Presiden / /2004 dan berlaku 1 tahun sejak Presiden / /2004 dan berlaku 1 tahun sejak diundangkan.diundangkan.

• Dimulai adanya gagasan membentuk Konsil Kedokteran Dimulai adanya gagasan membentuk Konsil Kedokteran pada awal 1980-an.pada awal 1980-an.

• Perumusan RUU 1988 oleh para ahli dari CHS, PB IDI Perumusan RUU 1988 oleh para ahli dari CHS, PB IDI dan Biro Hukum Depkes dan Biro Hukum Depkes Draft diserahkan kepada Draft diserahkan kepada DPR.DPR.

• Draft inisiatif DPR disampaikan kepada Presiden Draft inisiatif DPR disampaikan kepada Presiden ditanggapi Pemerintah dan dibuat Naskah tandingan.ditanggapi Pemerintah dan dibuat Naskah tandingan.

• Awal 2004 s/d Agustus 2004 diadakan pembicaraan Awal 2004 s/d Agustus 2004 diadakan pembicaraan intensif intensif menghasilkan rumusan akhir. menghasilkan rumusan akhir.

Page 58: Hukum Kedokteran

SUBSTANSI DAN STRUKTUR SUBSTANSI DAN STRUKTUR UUPK (1)UUPK (1)

• Mengatur banyak hal : Konsil Kedokteran (KKI), Mengatur banyak hal : Konsil Kedokteran (KKI), Standar pendidikan, regristrasi, perizinan, dll.Standar pendidikan, regristrasi, perizinan, dll.

• Tujuan UUPK :Tujuan UUPK : 1. Memberikan perlindungan kepada pasien.1. Memberikan perlindungan kepada pasien. 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.pelayanan. 3. Memberikan kepastian hukum.3. Memberikan kepastian hukum.

Page 59: Hukum Kedokteran

SUBSTANSI DAN STRUKTUR SUBSTANSI DAN STRUKTUR UUPK (2)UUPK (2)

• KKI dibentuk untuk melindungi masyarakatKKI dibentuk untuk melindungi masyarakat penerima jasa dan meningkatkan mutupenerima jasa dan meningkatkan mutu pelayanan.pelayanan. • Tugas KKI :Tugas KKI : 1. Melakukan registrasi.1. Melakukan registrasi. 2. Mengesahkan standar pendidikan dokter.2. Mengesahkan standar pendidikan dokter. 3. Melakukan pembinaan praktik dokter. 3. Melakukan pembinaan praktik dokter.

Page 60: Hukum Kedokteran

RUANG LINGKUPRUANG LINGKUP1.1. Ketentuan Umum.Ketentuan Umum.2.2. Azas dan Tujuan.Azas dan Tujuan.3.3. Konsil Kedokteran.Konsil Kedokteran.4.4. Standar Pendidikan Profesi Dokter.Standar Pendidikan Profesi Dokter.5.5. Pendidikan dan Pelatihan.Pendidikan dan Pelatihan.6.6. Registrasi dokter.Registrasi dokter.7.7. Penyelenggaran Praktik Kedokteran.Penyelenggaran Praktik Kedokteran.8.8. Disiplin dokter.Disiplin dokter.9.9. Pembinaan dan Pengawasan.Pembinaan dan Pengawasan.

Setiap unsur dalam UUPK dielaborasi lebih detil danSetiap unsur dalam UUPK dielaborasi lebih detil dandalam beberapa hal ada mandat tindak lanjut.dalam beberapa hal ada mandat tindak lanjut.

Page 61: Hukum Kedokteran

PENGATURAN PRAKTIK PENGATURAN PRAKTIK KEDOKTERANKEDOKTERAN

Setiap dokter yang melakukan praktik :Setiap dokter yang melakukan praktik :• Wajib memiliki SIP.Wajib memiliki SIP.• SIP diterbitkan oleh Dinas Kesehatan.SIP diterbitkan oleh Dinas Kesehatan.• SIP diberikan maksimum untuk 3 tempat praktik.SIP diberikan maksimum untuk 3 tempat praktik.• Satu SIP untuk satu tempat.Satu SIP untuk satu tempat.• Untuk memperoleh SIP harus :Untuk memperoleh SIP harus : 1. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR).1. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). 2. Mempunyai tempat praktik.2. Mempunyai tempat praktik. 3. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.3. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.• SIP berlaku sepanjang :SIP berlaku sepanjang : 1. STR masih berlaku.1. STR masih berlaku. 2. Tempat praktik masih sesuai. 2. Tempat praktik masih sesuai.

Page 62: Hukum Kedokteran

PRAKTIK KEDOKTERAN (1)PRAKTIK KEDOKTERAN (1)• Diselenggarakan berdasarkan kesepakatan atara Diselenggarakan berdasarkan kesepakatan atara

dokter dan pasien.dokter dan pasien.• Wajib memasang papan nama.Wajib memasang papan nama.• Pimpinan sarana pelayanan kesehatan hanya Pimpinan sarana pelayanan kesehatan hanya

boleh memperkerjakan dokter yang memiliki SIP.boleh memperkerjakan dokter yang memiliki SIP.• Pimpinan harus membuat daftar dokter yang Pimpinan harus membuat daftar dokter yang

berpraktikberpraktik• Wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran.Wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran.

Page 63: Hukum Kedokteran

PRAKTIK KEDOKTERAN (2)PRAKTIK KEDOKTERAN (2)

• Setiap tindakan harus mendapat persetujuan Setiap tindakan harus mendapat persetujuan setelah pasien mendapat penjelasan setelah pasien mendapat penjelasan lengkap.lengkap.

• Setiap tindakan yang mengandung risiko Setiap tindakan yang mengandung risiko harus diberikan dengan persetujuan tertulis.harus diberikan dengan persetujuan tertulis.

• Wajib membuat rekam medis yang harus Wajib membuat rekam medis yang harus dilengkapi setelah pasien selesai menerima dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan.pelayanan.

Page 64: Hukum Kedokteran

PRAKTIK KEDOKTERAN (3)PRAKTIK KEDOKTERAN (3)

..

• Dokuman RM merupakan milik dokter atau Dokuman RM merupakan milik dokter atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi RM sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi RM merupakan milik pasien.merupakan milik pasien.

• Setiap dokter wajib menyimpan rahasia Setiap dokter wajib menyimpan rahasia kedokteran ; hanya boleh dibuka untuk kedokteran ; hanya boleh dibuka untuk kepentingan pasien, permintaan penegak hukum, kepentingan pasien, permintaan penegak hukum, permintaan pasien dan perintah undang-undang.permintaan pasien dan perintah undang-undang.

Page 65: Hukum Kedokteran

HAK DOKTERHAK DOKTER

1.1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional.dan standar prosedur operasional.

2.2. Memberikan pelayanan medis menurut standar Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional.profesi dan standar prosedur operasional.

3.3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.dari pasien atau keluarganya.

4.4. Menerima imbalan jasa.Menerima imbalan jasa.

Page 66: Hukum Kedokteran

KEWAJIBAN DOKTERKEWAJIBAN DOKTER

1.1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.standar prosedur operasional.

2.2. Merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai keahlian atau Merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan dan pengobatan.suatu pemeriksaan dan pengobatan.

3.3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

4.4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali apabila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu kecuali apabila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.melakukannya.

5.5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran. kedokteran.

Page 67: Hukum Kedokteran

HAK PASIENHAK PASIEN

1.1. Mendapatkan penjelasan secara Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis.lengkap tentang tindakan medis.

2.2. Meminta pendapat dokter lain.Meminta pendapat dokter lain.

3.3. Mendapatkan pelayanan sesuai Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.dengan kebutuhan medis.

4.4. Menolak tindakan medis.Menolak tindakan medis.

5.5. Mendapatkan isi rekam medis.Mendapatkan isi rekam medis.

Page 68: Hukum Kedokteran

KEWAJIBAN PASIENKEWAJIBAN PASIEN

1.1. Memberikan informasi lengkap dan Memberikan informasi lengkap dan jujur tentang masalah kesehatan.jujur tentang masalah kesehatan.

2.2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.

3.3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.sarana pelayanan kesehatan.

4.4. Memberikan imbalan jasa atas Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.pelayanan yang diterima.

Page 69: Hukum Kedokteran

DISIPLIN DOKTERDISIPLIN DOKTER

Untuk menegakkan disiplin dokter Untuk menegakkan disiplin dokter dalam menyelenggarakan praktik dalam menyelenggarakan praktik kedokteran kedokteran dibentuk Majelis dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (disingkat MKDKI).Indonesia (disingkat MKDKI).

Page 70: Hukum Kedokteran

MKDKI (1)MKDKI (1)

1.1. Merupakan lembaga otonomi KKI.Merupakan lembaga otonomi KKI.2.2. Dalam menjalankan tugasnya bersifat Dalam menjalankan tugasnya bersifat

independen.independen.3.3. Bertanggung jawab kepada KKI.Bertanggung jawab kepada KKI.4.4. Berkedudukan di ibu kota negara RI.Berkedudukan di ibu kota negara RI.5.5. Dapat mengusulkan kepada KKI untuk Dapat mengusulkan kepada KKI untuk

membentuk MKDK daerah.membentuk MKDK daerah.6.6. Keanggotaanya terdiri dari 3 dokter, 3 Keanggotaanya terdiri dari 3 dokter, 3

dokter gigi dan 3 sarjana hukum.dokter gigi dan 3 sarjana hukum.

Page 71: Hukum Kedokteran

MKDKI (2)MKDKI (2)

7. Keanggotaannya ditetapkan oleh Menteri 7. Keanggotaannya ditetapkan oleh Menteri atas saran organisasi profesi.atas saran organisasi profesi.

8. Masa bhakti lima tahun.8. Masa bhakti lima tahun.9. Tugas :9. Tugas : a. Menerima pengaduan, memeriksa dan a. Menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter.dokter. b. Menyusun pedoman dan tata cara b. Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter.dokter.

Page 72: Hukum Kedokteran

PENGADUAN (1)PENGADUAN (1)

• Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter dalam menjalankan dirugikan atas tindakan dokter dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua MKDKI.kepada Ketua MKDKI.

• MKDKI memeriksa dan memberikan keputusan terhadap MKDKI memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter.pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter.

• Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, MKDKI meneruskan pengaduan kepada etika, MKDKI meneruskan pengaduan kepada organisasi profesi.organisasi profesi.

Page 73: Hukum Kedokteran

PENGADUAN (2)PENGADUAN (2)

• Keputusan MKDKI mengikat dokter, dokter gigi dan KKI.Keputusan MKDKI mengikat dokter, dokter gigi dan KKI.• Keputusan dapat berupa :Keputusan dapat berupa : 1. Dinyatakan tidak bersalah, atau1. Dinyatakan tidak bersalah, atau 2. Pemberian sanksi disiplin.2. Pemberian sanksi disiplin.• Sanksi disiplin dapat berupa :Sanksi disiplin dapat berupa : 1. Pemberian peringatan tertulis.1. Pemberian peringatan tertulis. 2. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP, dan 2. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP, dan atauatau 3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau 3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan.pelatihan.

Page 74: Hukum Kedokteran

PENGADUAN (3)PENGADUAN (3)

• Pengaduan atas adanya dugaan Pengaduan atas adanya dugaan pelanggaran disiplin pada saat pelanggaran disiplin pada saat belum terbentuknya MKDKI belum terbentuknya MKDKI ditangani oleh Kepala Dinas ditangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di tingkat Kesehatan Propinsi di tingkat pertama dan Menteri pada tingkat pertama dan Menteri pada tingkat banding.banding.

Page 75: Hukum Kedokteran

KETENTUAN PIDANA (1)KETENTUAN PIDANA (1)

Sanksi hukuman pidana penjara dan atau denda dapat Sanksi hukuman pidana penjara dan atau denda dapat diberikan kepada mereka yang :diberikan kepada mereka yang :

1. Melakukan praktik tanpa memiliki STR.1. Melakukan praktik tanpa memiliki STR. 2. Melakukan praktik tanpa SIP.2. Melakukan praktik tanpa SIP. 3. Menyalahgunakan gelar dokter oleh yang 3. Menyalahgunakan gelar dokter oleh yang tidak berhak.tidak berhak.

Page 76: Hukum Kedokteran

KETENTUAN PIDANA (2)KETENTUAN PIDANA (2)

4. Menggunakan alat, metoda dll yang ingin 4. Menggunakan alat, metoda dll yang ingin mengesankan penggunanya seolah-olah mengesankan penggunanya seolah-olah dokter.dokter. 5. Tidak memasang papan nama, tidak5. Tidak memasang papan nama, tidak membuat RM dan tidak memenuhi membuat RM dan tidak memenuhi kewajiban.kewajiban. 6. Memperkerjakan dokter dan dokter gigi 6. Memperkerjakan dokter dan dokter gigi yang tidak memiliki SIP. yang tidak memiliki SIP.

Page 77: Hukum Kedokteran

KETENTUAN PIDANA (2)KETENTUAN PIDANA (2)

Pasal-pasal tentangPasal-pasal tentang Ketentuan Pidana ini telahKetentuan Pidana ini telah

diamandemen diamandemen oleh Majelis Konstitusi oleh Majelis Konstitusi

dan mengganti sanksi pidana dan mengganti sanksi pidana dengan sanksi administrasi.dengan sanksi administrasi.

Page 78: Hukum Kedokteran

TANTANGAN UNTUK TANTANGAN UNTUK ORGANISASI PROFESIORGANISASI PROFESI

Proaktif dan memberikan masukan terhadap :Proaktif dan memberikan masukan terhadap :• Pembentukan KKI.Pembentukan KKI.• Membuat 6 Peraturan KKI.Membuat 6 Peraturan KKI.• Membuat 8 Peraturan Menteri.Membuat 8 Peraturan Menteri.• Membuat Standar :Membuat Standar : 1. Pendidikan profesi.1. Pendidikan profesi. 2. Kompetensi dokter.2. Kompetensi dokter. 3. Pelayanan kedokteran.3. Pelayanan kedokteran. 4. Profesi.4. Profesi. 5. Prosedur Operasional.5. Prosedur Operasional.

Page 79: Hukum Kedokteran

UU No 35/2009UU No 35/2009TENTANG NARKOTIKATENTANG NARKOTIKA

• Narkotika Narkotika Zat/obat yang berasal dari tanaman Zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman (sintetis/ atau bukan tanaman (sintetis/ semisintetis) yang dapat menyebabkan : semisintetis) yang dapat menyebabkan : => Penurunan/perubahan kesadaran=> Penurunan/perubahan kesadaran => Hilangnya rasa => Hilangnya rasa => Mengurangi/menghilangkan rasa nyeri => Mengurangi/menghilangkan rasa nyeri => Dapat menimbulkan ketergantungan => Dapat menimbulkan ketergantungan

Dibedakan kedalam Gol I, II, III.Dibedakan kedalam Gol I, II, III.

Page 80: Hukum Kedokteran

UU No 35/2009UU No 35/2009TENTANG NARKOTIKATENTANG NARKOTIKA

• Prekursor Narkotika Prekursor Narkotika

Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana

terlampir dalam Undang-Undang ini.

Dibedakan dalam Tabel I (14 jenis) dan

Tabel II (9 jenis).

Page 81: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (2)NARKOTIKA (2)

• Gol I (ada 65 jenis) Gol I (ada 65 jenis) Hanya untuk Hanya untuk kepentingan pengembangan ilmu kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang untuk pengetahuan dan dilarang untuk kepentingan lain.kepentingan lain.

• Gol II (ada 86 jenis) dan III (ada 14 Gol II (ada 86 jenis) dan III (ada 14 jenis)jenis) Yang berupa bahan baku dapat Yang berupa bahan baku dapat diedarkan tanpa wajib daftar pada diedarkan tanpa wajib daftar pada Kemkes.Kemkes.

Page 82: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (2)NARKOTIKA (2)

• Tujuan UU : Tujuan UU : Menjamin ketersediaan untuk pelayanan Menjamin ketersediaan untuk pelayanan

kesehatan dan ilmu pengetahuan. kesehatan dan ilmu pengetahuan. Mencegah penyalah Mencegah penyalah gunaan. gunaan. Memberantas Memberantas peredaran gelap.peredaran gelap.

menjamin pengaturan upaya rehabilitasi

medis dan sosial bagi Penyalah Guna dan

pecandu Narkotika.

Page 83: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (3)NARKOTIKA (3)

• Kandungan isi : 17 bab, 155 pasal, 2 lampiran.Kandungan isi : 17 bab, 155 pasal, 2 lampiran.• Ruang lingkup : Umum, Dasar-Asas-Tujuan, Ruang lingkup : Umum, Dasar-Asas-Tujuan,

Pengadaan, Impor/Ekspor, Peredaran, Label Pengadaan, Impor/Ekspor, Peredaran, Label dan Publikasi, Prekursor Narkotika, dan Publikasi, Prekursor Narkotika, Pengobatan dan Rehabilitasi, Pembinaan dan Pengobatan dan Rehabilitasi, Pembinaan dan Pengawasan, Pencegahan dan Pengawasan, Pencegahan dan Pemberantasan, Penyidikan-Penuntutan-Pemberantasan, Penyidikan-Penuntutan-Pemeriksaan di Sidang Pengadilan, Peran Pemeriksaan di Sidang Pengadilan, Peran serta masyarakat, Penghargaan, Ketentuan serta masyarakat, Penghargaan, Ketentuan Pidana, Ketentuan Peralihan, Ketentuan Pidana, Ketentuan Peralihan, Ketentuan Penutup.Penutup.

• Lampiran : I dan II.Lampiran : I dan II.

Page 84: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (4)NARKOTIKA (4)

• Gol I : Gol I : Papaver somniferum L (kecuali Papaver somniferum L (kecuali bijinya) bijinya) Opium mentah Opium mentah

Opium masakOpium masak

Tanaman koka (Erythroxylaceae)Tanaman koka (Erythroxylaceae)

Daun kokaDaun koka

Kokain mentah Kokain mentah Kokaina (Metil-ester-l-bensoil- Kokaina (Metil-ester-l-bensoil-ekgonina) ekgonina) Tanaman ganja dan Tanaman ganja dan derivatnyaderivatnya

Page 85: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (4)NARKOTIKA (4)

• Gol I : Gol I : Asetorfina dan derivatnya Asetorfina dan derivatnya

Fentanyl dan derivatnyaFentanyl dan derivatnya

Desmorfina

Etorfina Heroina (diasetil morfina) Heroina (diasetil morfina)

MPPP (metil-fenil-piperidinol-propionat) MPPP (metil-fenil-piperidinol-propionat)

KetobemidonaKetobemidona

PEPAPPEPAP

Page 86: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (4)NARKOTIKA (4)

• Gol I : Gol I : Brolamfetamin (DOB) Brolamfetamin (DOB)

DETDET

DMADMA

DMHPDMHP

DMTDMT

DOETDOET

ETISIKLIDINA

ETRIPTAMINA

KATINONA

Page 87: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (4) NARKOTIKA (4)

• Gol I : Gol I : LISERGIDA

LSD-25

MDMA

Meskalina

METKATINONA

4- metilaminoreks MMDA

N-etil MDA (metilendioksi)fenetilamin

N-hidroksi MDA

Paraheksil

Page 88: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (4) NARKOTIKA (4)

• Gol I : Gol I : PMA

psilosina, psilotsin

PSILOSIBINA

ROLISIKLIDINA

PHP,PCPY

STP, DOM

TENAMFETAMINA

MDA

TENOSIKLIDINA

Page 89: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (4) NARKOTIKA (4)

• Gol I : Gol I : TCP

TMA

AMFETAMINA

DEKSAMFETAMINA

α –metilfenetilamina

FENETILINA

FENMETRAZINA

Page 90: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (4) NARKOTIKA (4)

• Gol I : Gol I : FENSIKLIDINA LEVAMFETAMINA Levometamfetamina MEKLOKUALON METAMFETAMINA METAKUALON ZIPEPPROL piperazinetano Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika

Page 91: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (5)NARKOTIKA (5)

• Gol II : Gol II : Morfina dan derivatnya Morfina dan derivatnya Ekgonina Ekgonina Furetidin Furetidin Fentanil Fentanil Metadona Metadona Metopon Metopon Opium Opium Petidina Petidina Garam-garam Garam-garam tersebut diatas.tersebut diatas.

Page 92: Hukum Kedokteran

NARKOTIKA (6)NARKOTIKA (6)

• Gol III : Gol III : Kodeina Kodeina Derivat kodeina Derivat kodeina Campuran Campuran Opium dan bahan lain Opium dan bahan lain Campuran narkotika lain dan bahan Campuran narkotika lain dan bahan

lain lain Etil-morfina Etil-morfina Dihidrokodeina. Dihidrokodeina.

Page 93: Hukum Kedokteran

UU No 35 Tahun 2009UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Tentang Narkotika

Sejak 12 Oktober 2009, Sejak 12 Oktober 2009, UU No 22 TahunUU No 22 Tahun 19971997 tentang tentang NarkotikaNarkotika dan dan Lampiran Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan IIdan Golongan II sebagaimana tercantum sebagaimana tercantum dalam dalam Lampiran UU No 5 Tahun 1997Lampiran UU No 5 Tahun 1997 tentang tentang PsikotropikaPsikotropika yang telah yang telah dipindahkan menjadi dipindahkan menjadi Narkotika GolonganNarkotika Golongan II menurut UU ini, dicabut dan dinyatakan menurut UU ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.tidak berlaku.

UU baru ini terdiri dari 155 pasal.UU baru ini terdiri dari 155 pasal.

Page 94: Hukum Kedokteran

UU No 5/1997UU No 5/1997TENTANG PSIKOTROPIKATENTANG PSIKOTROPIKA

• PsikotropikaPsikotropika zat/obat alamiah/sintetis zat/obat alamiah/sintetis bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan perubahan khas pada menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, berpotensi aktivitas mental dan perilaku, berpotensi mengakibatkan sindroma ketergantunganmengakibatkan sindroma ketergantungan

• PenggunaanPenggunaan : hanya untuk kepentingan : hanya untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan terbatas (Gol I pengetahuan terbatas (Gol I barang barang terlarang dan dilarang diproduksi).terlarang dan dilarang diproduksi).

Page 95: Hukum Kedokteran

PSIKOTROPIKA (2)PSIKOTROPIKA (2)

• Tujuan UU : Menjamin ketersediaan untuk Tujuan UU : Menjamin ketersediaan untuk pelayanan kesehatan dan ilmu pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah penyalah-pengetahuan, mencegah penyalah-gunaan, memberantas peredaran gelapgunaan, memberantas peredaran gelap

• Kandungan : 16 bab, 74 pasalKandungan : 16 bab, 74 pasal• Ruang lingkup : Umum, Tujuan, Produksi, Ruang lingkup : Umum, Tujuan, Produksi,

Peredaran, Ekspor-Impor, Label dan Iklan, Peredaran, Ekspor-Impor, Label dan Iklan, Kebutuhan, Penggunaan ,Pemantauan, Kebutuhan, Penggunaan ,Pemantauan, Pembinaan/Pengawasan, Pemusnahan, Pembinaan/Pengawasan, Pemusnahan, Penyelidikan, Ketentuan Pidana.Penyelidikan, Ketentuan Pidana.

Page 96: Hukum Kedokteran

PSIKOTROPIKA (3)PSIKOTROPIKA (3)

• Gol I :Gol I : Brol Amfetamin dan derivatnya (DOB, Brol Amfetamin dan derivatnya (DOB,

DET, DMA, DMHP, DMT, DOET) DET, DMA, DMHP, DMT, DOET) Etisiklidina (PCE) Etisiklidina (PCE) Lisergida dan derivatnya (LSD-25, Lisergida dan derivatnya (LSD-25,

MDMA, Meskalin) MDMA, Meskalin) Metkatinona (MMDA, MDA lain) Metkatinona (MMDA, MDA lain) Psilosibina Psilosibina Rolisiklidina (PHP, PCPY, STP, DOM) Rolisiklidina (PHP, PCPY, STP, DOM) Tenosiklidina (TCP, TMA)Tenosiklidina (TCP, TMA)

Page 97: Hukum Kedokteran

PSIKOTROPIKA (4)PSIKOTROPIKA (4)

• Gol II :Gol II : Amfetamin dan derivatnya (Met--, Amfetamin dan derivatnya (Met--, Lev--) Lev--) Fenetilin Fenetilin Fenmetrazin Fenmetrazin Fensiklidin Fensiklidin Sekobarbital, Amobarbital, dll. Sekobarbital, Amobarbital, dll.

• Gol III :Gol III : Flunitazepam Flunitazepam Norpseudoefedrin Norpseudoefedrin Pentobarbital Pentobarbital Siklobarbital. Siklobarbital.

Page 98: Hukum Kedokteran

PSIKOTROPIKA (5)PSIKOTROPIKA (5)

• Gol IV :Gol IV : Allobarbital dan --tal lain Allobarbital dan --tal lain Alprazolam dan -- Alprazolam dan --lam lain lam lain Bromazepam, Diazepam dan --pam Bromazepam, Diazepam dan --pam

lain lain Etil amfetamin Etil amfetamin Klordiazepoksida Klordiazepoksida Meprobamat Meprobamat

Page 99: Hukum Kedokteran

UU NO 8 TAHUN 1999UU NO 8 TAHUN 1999TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMENTENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PASIEN MERUPAKAN KONSUMENPASIEN MERUPAKAN KONSUMEN

Konsumen adalah setiap orang pemakai Konsumen adalah setiap orang pemakai produk barang dan jasa (Pasal 1 ayat 2 UUPK)produk barang dan jasa (Pasal 1 ayat 2 UUPK)

Produk barang : Obat, suplemen Produk barang : Obat, suplemen makanan, makanan,

alat kesehatanalat kesehatan

Produk jasa : Jasa pelayanan Produk jasa : Jasa pelayanan dokter/drg,dokter/drg,

jasa asuransi kesehatan.jasa asuransi kesehatan.

Page 100: Hukum Kedokteran

UU NO. 8 TAHUN 1999UU NO. 8 TAHUN 1999

HAK KONSUMEN SEBAGAI PASIENHAK KONSUMEN SEBAGAI PASIENMENURUT UUPKMENURUT UUPK

1.1. Kenyamanan, keamanan dan keselamatan.Kenyamanan, keamanan dan keselamatan.2.2. Memilih.Memilih.3.3. Informasi yang benar-jelas-jujur.Informasi yang benar-jelas-jujur.4.4. Didengar pendapat dan keluhannya.Didengar pendapat dan keluhannya.5.5. Mendapatkan advokasi, pendidikan dan perlindungan Mendapatkan advokasi, pendidikan dan perlindungan

konsumen.konsumen.6.6. Dilayani secara benar, jujur dan tidak diskriminatif.Dilayani secara benar, jujur dan tidak diskriminatif.7.7. Memperoleh kompensasi, ganti-rugi dan/atau Memperoleh kompensasi, ganti-rugi dan/atau

penggantian.penggantian.8.8. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundang- perundang- -undangan lain.-undangan lain.

Page 101: Hukum Kedokteran

UU NO. 8 TAHUN 1999UU NO. 8 TAHUN 1999

KEWAJIBAN PASIEN SEBAGAI KONSUMENKEWAJIBAN PASIEN SEBAGAI KONSUMEN

1.1. Membaca atau mengikuti petunjuk, informasi Membaca atau mengikuti petunjuk, informasi dan prosedur.dan prosedur.

2.2. Beritikad baik.Beritikad baik.

3.3. Membayar sesuai nilai tukar yang disepakati.Membayar sesuai nilai tukar yang disepakati.

4.4. Mengikuti upaya penyelesaian sengketa Mengikuti upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.perlindungan konsumen secara patut.

Page 102: Hukum Kedokteran

UU NO. 8 TAHUN 1999UU NO. 8 TAHUN 1999PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP

JASA PELAYANAN KESEHATANJASA PELAYANAN KESEHATAN1.1. TangiblesTangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi fasilitas (bukti langsung dan nyata) meliputi fasilitas

fisik, perlengkapan, tenaga kesehatan dan sarana fisik, perlengkapan, tenaga kesehatan dan sarana komunikasi.komunikasi.

2.2. ReliabilityReliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.memuaskan.

3.3. ResponsivenessResponsiveness (daya tanggap) yaitu keinginan tenaga (daya tanggap) yaitu keinginan tenaga kesehatan untuk membantu pasien/konsumen dan kesehatan untuk membantu pasien/konsumen dan memberikan pelayanan dengan tanggap.memberikan pelayanan dengan tanggap.

4.4. AssuranceAssurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat dipercaya yang dimiliki tenaga kesehatan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki tenaga kesehatan dan bebas dari resiko bahaya atau keragu-raguan.bebas dari resiko bahaya atau keragu-raguan.

5.5. EmphatyEmphaty (empati) meliputi kemudahan dalam (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien/konsumen. memahami kebutuhan pasien/konsumen.

Page 103: Hukum Kedokteran

UU NO. 8 TAHUN 1999UU NO. 8 TAHUN 1999HARAPAN KONSUMEN DALAM HARAPAN KONSUMEN DALAM

MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATANMEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN1.1. Kenyamanan, keamanan dan keselamatan.Kenyamanan, keamanan dan keselamatan.2.2. Memilih.Memilih.3.3. Informasi yang benar-jelas-jujur.Informasi yang benar-jelas-jujur.4.4. Didengar pendapat dan keluhannya.Didengar pendapat dan keluhannya.5.5. Dilayani secara benar, jujur dan tidak diskriminatif.Dilayani secara benar, jujur dan tidak diskriminatif.6.6. Memperoleh kompensasi, ganti-rugi dan/atau Memperoleh kompensasi, ganti-rugi dan/atau

penggantian dalam hal tenaga kesehatan terbukti penggantian dalam hal tenaga kesehatan terbukti melakukan kesalahan.melakukan kesalahan.

7.7. Memberikan persetujuan.Memberikan persetujuan.8.8. Rahasia kedokteran.Rahasia kedokteran.9.9. Pendapat kedua (second opinion).Pendapat kedua (second opinion).10.10. Hubungan kesetaraan antara Pemberilayanan dengan Hubungan kesetaraan antara Pemberilayanan dengan

Konsumen.Konsumen.

Page 104: Hukum Kedokteran

UU NO. 8 TAHUN 1999UU NO. 8 TAHUN 1999CONTOH KASUS PENGADUAN CONTOH KASUS PENGADUAN

TERHADAP TENAGA KESEHATAN TERHADAP TENAGA KESEHATAN

MELALUI YPKKI (YAYASAN PEMBERDAYAAN MELALUI YPKKI (YAYASAN PEMBERDAYAAN KONSUMENKONSUMEN

KESEHATAN INDONESIA)KESEHATAN INDONESIA)

1.1. Pengangkatan ginjal pasien berumur 17 tahun tanpa Pengangkatan ginjal pasien berumur 17 tahun tanpa informasi kepada keluarganya.informasi kepada keluarganya.

2.2. CatheterCatheter tertinggal dalam tubuh pasien bedah ESWL tertinggal dalam tubuh pasien bedah ESWL selama 2,5 tahun.selama 2,5 tahun.

3.3. Kain kasa tertinggal saat operasi Caesar.Kain kasa tertinggal saat operasi Caesar.

4.4. Pasca operasi usus buntu tanpa pengawasan dokter, Pasca operasi usus buntu tanpa pengawasan dokter, pasien mengalami komplikasi Pyoderma Gangrenosa pasien mengalami komplikasi Pyoderma Gangrenosa sehingga harus dilakukan operasi sehingga harus dilakukan operasi Skin GraftSkin Graft (peneneman (peneneman kulit).kulit).

Page 105: Hukum Kedokteran

UU NO. 8 TAHUN 1999UU NO. 8 TAHUN 1999

CONTOH KASUS PENGADUAN (2)CONTOH KASUS PENGADUAN (2)

5.5. Komplikasi jantung akibat suntik lemak oleh dokter Komplikasi jantung akibat suntik lemak oleh dokter umum bersertifikat perawatan kulit tingkat dasar dan umum bersertifikat perawatan kulit tingkat dasar dan lanjut.lanjut.

6.6. Pemberian obat untuk obesitas yang menimbulkan Pemberian obat untuk obesitas yang menimbulkan ketagihan /adiksi pada pasien .ketagihan /adiksi pada pasien .

7.7. Operasi payu dara hingga empat kali tanpa Operasi payu dara hingga empat kali tanpa persetujuan medis.persetujuan medis.

8.8. Wajah menjadi keloid akibat proses pelaseran.Wajah menjadi keloid akibat proses pelaseran.

Page 106: Hukum Kedokteran

UU NO. 8 TAHUN 1999UU NO. 8 TAHUN 1999

CONTOH KASUS PENGADUAN (3)CONTOH KASUS PENGADUAN (3)

9.9. Dokter khilaf, vaksin BCG pada bayi dilakukan Dokter khilaf, vaksin BCG pada bayi dilakukan sebanyak dua kali.sebanyak dua kali.

10.10. Apotiker mengganti resep obat generik menjadi obat Apotiker mengganti resep obat generik menjadi obat paten tanpa sepengetahuan dokter.paten tanpa sepengetahuan dokter.

11.11. Adanya kerjasama antara pabrik obat dengan rumah Adanya kerjasama antara pabrik obat dengan rumah sakit dengan sistem target.sakit dengan sistem target.

12.12. Pasien miskin disandera, apakah rumah sakit sudah Pasien miskin disandera, apakah rumah sakit sudah berubah fungsinya menjadi Rumah Sandera ?berubah fungsinya menjadi Rumah Sandera ?

------- Sebagian besar kasus tersebut dapat ------- Sebagian besar kasus tersebut dapat diselesaikan diselesaikan

secara Mediasi, hanya 2 kasus yang ke secara Mediasi, hanya 2 kasus yang ke Pengadilan.Pengadilan.

Page 107: Hukum Kedokteran

MEDICAL JURISPRUDENCEMEDICAL JURISPRUDENCE

Medical jurisprudence has been Medical jurisprudence has been defined as that branch of state defined as that branch of state medicine which treats of the application medicine which treats of the application of medical knowledge to certain of medical knowledge to certain questions of civil and criminal law. questions of civil and criminal law.

Page 108: Hukum Kedokteran

The term medical jurisprudence, though The term medical jurisprudence, though sanctioned by long usage, is not really sanctioned by long usage, is not really appropriate, since the subject is strictly a appropriate, since the subject is strictly a branch of medicine rather than of branch of medicine rather than of jurisprudence (as lawyers understand the jurisprudence (as lawyers understand the word); it does not properly include sanitation word); it does not properly include sanitation or hygiene, both this and medical or hygiene, both this and medical jurisprudence proper being distinct branches jurisprudence proper being distinct branches of state medicine.of state medicine.

Page 109: Hukum Kedokteran

In its widest sense, medical jurisprudence also In its widest sense, medical jurisprudence also includes forensic medicine. The connection between includes forensic medicine. The connection between medicine and the law is ancient, and was perceived medicine and the law is ancient, and was perceived long before medical jurisprudence was formally long before medical jurisprudence was formally recognized, or had obtained a distinct appellation. It recognized, or had obtained a distinct appellation. It first took its rise in Germany, and more tardily first took its rise in Germany, and more tardily received recognition in Great Britain and elsewhere. received recognition in Great Britain and elsewhere. (Chisholm, Hugh, ed (1911). Encyclopædia (Chisholm, Hugh, ed (1911). Encyclopædia Britannica (Eleventh ed.). Cambridge University Britannica (Eleventh ed.). Cambridge University Press).Press).

Page 110: Hukum Kedokteran

MEDICAL JURISPRUDENCEMEDICAL JURISPRUDENCE

Medical jurisprudenceMedical jurisprudence: The branch of the : The branch of the law that deals with the application of law to law that deals with the application of law to medicine or, conversely, the application of medicine or, conversely, the application of medical science to legal problems. Medical medical science to legal problems. Medical jurisprudence may be involved in cases jurisprudence may be involved in cases concerning genetic relationships (eg, concerning genetic relationships (eg, paternity testing) or injury or death resulting paternity testing) or injury or death resulting from violence. from violence.

Page 111: Hukum Kedokteran

An autopsy may be done to help determine the An autopsy may be done to help determine the agent of death (eg, a gun shot, poison) and agent of death (eg, a gun shot, poison) and how long the person has been dead. Forensic how long the person has been dead. Forensic medicine is also important in cases involving medicine is also important in cases involving rape. Modern techniques use such specimens rape. Modern techniques use such specimens as semen, blood, and hair to identify the body as semen, blood, and hair to identify the body of a victim and to compare the DNA of the of a victim and to compare the DNA of the criminal to that of the defendant through DNA criminal to that of the defendant through DNA fingerprinting.fingerprinting.

Page 112: Hukum Kedokteran

MEDICAL JURISPRUDENCEMEDICAL JURISPRUDENCE

Medical Jurisprudence, also called Legal Medicine, Medical Jurisprudence, also called Legal Medicine, science that deals with the relation and application science that deals with the relation and application of medical facts to legal problems. Medical of medical facts to legal problems. Medical persons giving legal evidence may appear before persons giving legal evidence may appear before courts of law, administrative tribunals, inquests, courts of law, administrative tribunals, inquests, licensing agencies, boards of inquiry or licensing agencies, boards of inquiry or certification, or other investigative bodies.certification, or other investigative bodies.

Page 113: Hukum Kedokteran

MEDICAL JURISPRUDENCEMEDICAL JURISPRUDENCE

• Kasus baru yang belum ada dasar Kasus baru yang belum ada dasar hukumnya dalam UU atau Ketentuan lainhukumnya dalam UU atau Ketentuan lain

• Biasanya Hakim memutuskan Biasanya Hakim memutuskan berdasarkan hati nuraninya dengan berdasarkan hati nuraninya dengan mempertimbangkan bukti-bukti mempertimbangkan bukti-bukti kedokteran di Pengadilan.kedokteran di Pengadilan.

• Keputusan Hakim ini menjadi Keputusan Hakim ini menjadi MedicalMedical JJurisprudenceurisprudence untuk boleh diterapkan untuk boleh diterapkan bagi kasus-kasus lain yang serupa yang bagi kasus-kasus lain yang serupa yang akan muncul di kemudian hari.akan muncul di kemudian hari.

Page 114: Hukum Kedokteran

MEDICAL JURISPRUDENCEMEDICAL JURISPRUDENCE

Karen Ann Quinlan (March 29, 1954 – June 11, Karen Ann Quinlan (March 29, 1954 – June 11, 1985) was an important person in the history of the 1985) was an important person in the history of the right to die controversy in the United States.right to die controversy in the United States.When she was 21, Quinlan became unconscious When she was 21, Quinlan became unconscious after coming home from a party. She had consumed after coming home from a party. She had consumed diazepam, dextropropoxyphene, and alcohol. After diazepam, dextropropoxyphene, and alcohol. After she collapsed and stopped breathing twice for 15 she collapsed and stopped breathing twice for 15 minutes or more, the paramedics arrived and took minutes or more, the paramedics arrived and took Karen Ann to the hospital, Karen Ann to the hospital, where she lapsed into a persistent vegetative state. where she lapsed into a persistent vegetative state.

Page 115: Hukum Kedokteran

MEDICAL JURISPRUDENCEMEDICAL JURISPRUDENCE

After she was kept alive on a ventilator for several After she was kept alive on a ventilator for several months without improvement, her parents requested months without improvement, her parents requested the hospital discontinue active care and allow her to the hospital discontinue active care and allow her to die. The hospital refused, and the subsequent legal die. The hospital refused, and the subsequent legal battles made newspaper headlines and set battles made newspaper headlines and set significant precedents. The tribunal eventually ruled significant precedents. The tribunal eventually ruled in her parents' favor.in her parents' favor.Although Quinlan was removed from mechanical Although Quinlan was removed from mechanical ventilation during 1976, she lived on in a persistent ventilation during 1976, she lived on in a persistent vegetative state for almost a decade until her death vegetative state for almost a decade until her death from pneumonia in 1985.from pneumonia in 1985.

Page 116: Hukum Kedokteran

Legal cases in medical ethics :Legal cases in medical ethics :

Andrew Bedner · Betancourt v. Trinitas · Tony Bland · Andrew Bedner · Betancourt v. Trinitas · Tony Bland · Mordechai Dov Brody · Coleman v. Lantz · Betty and Mordechai Dov Brody · Coleman v. Lantz · Betty and George Coumbias · Dax Cowart · Carol Carr · Nancy George Coumbias · Dax Cowart · Carol Carr · Nancy

Cruzan · Doctors' Trial · Eluana Englaro · Tirhas Cruzan · Doctors' Trial · Eluana Englaro · Tirhas Habtegiris · June Hartley · Rom Houben · Sun Hudson Habtegiris · June Hartley · Rom Houben · Sun Hudson

case · Baby K · Jack Kevorkian · Jesse Koochin · case · Baby K · Jack Kevorkian · Jesse Koochin · Robert Latimer · Moore v. Regents of the University of Robert Latimer · Moore v. Regents of the University of California · Spiro Nikolouzos · Giovanni Nuvoli · California · Spiro Nikolouzos · Giovanni Nuvoli · Karen Karen

Ann QuinlanAnn Quinlan · Sue Rodriguez · Ramón Sampedro · · Sue Rodriguez · Ramón Sampedro · Terri Schiavo case · Tuskegee syphilis experiment · Terri Schiavo case · Tuskegee syphilis experiment · Jana Van Voorhis · Piergiorgio Welby · Willowbrook Jana Van Voorhis · Piergiorgio Welby · Willowbrook

State School ·State School ·

Page 117: Hukum Kedokteran

Referensi :Referensi :

1.1. KUHAPidana.KUHAPidana.

2.2. KUHPidana.KUHPidana.

3.3. KUHPerdata.KUHPerdata.

4.4. UU No 36 Tahun 2009 tentang UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.Kesehatan.

5.5. UU No 8 Tahun 1999 tentang UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Perlindungan Konsumen.

Page 118: Hukum Kedokteran

6. UU No 35 Tahun 2009 tentang 6. UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.Narkotika.

7. UU No 5 Tahun 1997 tentang 7. UU No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.Psikotropika.

8.8. UU No 29 Tahun 2004 tentang UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.Praktik Kedokteran.

9.9. UU No 44 Tahun 2009 tentang UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.Rumah Sakit.

10.10.Publikasi dan Artikel lain. Publikasi dan Artikel lain.

Page 119: Hukum Kedokteran