hukum islam

14
HUKUM ISLAM, SYARI’AT DAN FIQIH In Uncategorized on 1 Februari 2011 at 2:39 am A. Latar Belakang Masalah Di dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa inggris, Syari’at Islam diterjemahkan dengan Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurispudence. Di dalam bahasa Indonesia, untuk syari’at Islam, sering, dipergunakan istilah hukum syari’at atau hukum syara’ untuk fikih Islam dipergunakan istilsh hukum fikih atau kadang-kadang Hukum Islam.[1] Dalam praktek seringkali, kedua istilah itu dirangkum dalam kata hukum Islam, tanpa menjelaskan apa yang dimaksud. Ini dapat dipahami karena hubungan ke duanya memang sangat erat, dapat dibedakan, tetapi tidak mungkin dicerai pisahkan. Syari’at adalah landasan fikih adalah pemahaman tentang syari’at. Perkataan syari’at dan fikih (kedua-duanya) terdapat di dalam al- Qur’an, syari’at dalam surat al-jatsiyah (45):18 Artinya :. Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui. [2] Sedangkan perkataan fikih tersebut surat at-Taubah (9): 122. Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Akan tetapi, perangkuman kedua istilah itu ke dalam satu perkataan, sering menimbulkan salah pengertian terutama kalau dihubungkan dengan perubahan dan pengembangan hukum Islam. [3] Oleh karena itu seorang ahli hukum di Indonesia harus dapat membedakan mana hukum islam yang di sebut (hukum syari’at) dan mana pula hukum Islam yang disebut dengan (hukum fikih). Ungkapan bahwa hukum Islam adalah hukum suci, hukum Tuhan, syariah Allah, dan semacamnya, sering dijumpai. Juga demikian yang beranggapan bahwa hukum Islam itu pasti benar dan diatas segala-galanya, juga tidak jarang kita dengar. Disini tampak tdak adana kejelasan possi dan wilayah antara istilah hukum Islam dan syariah Allah dalam arti konkritnya adalah wahyu yang murni yang posisinya diluar jangkaan manusia. [4] Pengkaburan istilah antara hukum islam, hukum syar’i / syari’ah, atau bahkan syari’ah Islam, pada hakikatnya tidak ada masalah. Namun pengkaburan esensi dan posisi antara hukum Islam yang identik dengan fiqh, karena merupakan hasil ijtihad tadi, dengan syari’ah yang identik

Upload: nur-alfiyatur-rochmah

Post on 03-Jul-2015

116 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum islam

HUKUM ISLAM, SYARI’AT DAN FIQIH

In Uncategorized on 1 Februari 2011 at 2:39 am

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa inggris, Syari’at Islam diterjemahkan dengan

Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurispudence. Di dalam bahasa Indonesia, untuk syari’at Islam, sering, dipergunakan istilah hukum syari’at atau hukum syara’

untuk fikih Islam dipergunakan istilsh hukum fikih atau kadang-kadang Hukum Islam.[1]

Dalam praktek seringkali, kedua istilah itu dirangkum dalam kata hukum Islam, tanpa menjelaskan apa yang dimaksud. Ini dapat dipahami karena hubungan ke duanya memang sangat erat, dapat dibedakan, tetapi tidak mungkin dicerai pisahkan. Syari’at adalah landasan fikih

adalah pemahaman tentang syari’at. Perkataan syari’at dan fikih (kedua-duanya) terdapat di dalam al-Qur’an, syari’at dalam surat al-jatsiyah (45):18

Artinya :. Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan

(agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui. [2]

Sedangkan perkataan fikih tersebut surat at-Taubah (9): 122.

Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa

tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Akan tetapi,

perangkuman kedua istilah itu ke dalam satu perkataan, sering menimbulkan salah pengertian terutama kalau dihubungkan dengan perubahan dan pengembangan hukum Islam.[3]

Oleh karena itu seorang ahli hukum di Indonesia harus dapat membedakan mana hukum islam

yang di sebut (hukum syari’at) dan mana pula hukum Islam yang disebut dengan (hukum fikih). Ungkapan bahwa hukum Islam adalah hukum suci, hukum Tuhan, syariah Allah, dan semacamnya, sering dijumpai. Juga demikian yang beranggapan bahwa hukum Islam itu pasti

benar dan diatas segala-galanya, juga tidak jarang kita dengar. Disini tampak tdak adana kejelasan possi dan wilayah antara istilah hukum Islam dan syariah Allah dalam arti

konkritnya adalah wahyu yang murni yang posisinya diluar jangkaan manusia. [4]

Pengkaburan istilah antara hukum islam, hukum syar’i / syari’ah, atau bahkan syari’ah Islam, pada hakikatnya tidak ada masalah. Namun pengkaburan esensi dan posisi antara hukum Islam

yang identik dengan fiqh, karena merupakan hasil ijtihad tadi, dengan syari’ah yang identik

Page 2: Hukum islam

dengan wahyu, yang berarti diluar jangkauan manusia, adalah masalah besar yang harus diluruskan dan diletakkan pada posisi yang seharusnya.

Sumber utama hukum islam adalah al-qur’an, maka hukum islam berfungsi sebagai pemberi

petunjuk, pemberi pedoman dan batasan terhadap manusia. Jika sesuatu itu haram, maka hukum islam berfungsi sebagai pemberi petunjuk bahwa hal tersebut tidak boleh dikerjakan, sebaliknya

jika sesuatu itu wajib maka haruslah dikerjakan.. dengan istilah lain ketentuan hukum islam itu berarti hasil ijtihad fuqaha dalam menjabarkan petunjuk dari wahyu itu. Namun yang terjadi selama ini seolah-olah hukum islam itu merupakan seperangkat aturan dan batasan yang sudah

mati, sehingga selalu terkesan pasif. Akhirnya hukum islam menimbulkan kesan menakutkan bagi masyarakat sekitarnya, padahal hukum islam itu harus bersifat aktif sesuai dengan pendapat

Abu Hanifah adanya istilah ma’rifat (mengetahui) dimana kalimah tersebut memberi inspirasi untuk aktif tidak terlambat memberi ketentuan hukum islam, jika muncul kasus baru. Batasan-batasan tersebut dalam ilmu hukum disebut sebagai fungsi sosial control.[5]

Berangkat dari masalah tersebut penuls akan mengkaji dan membahas Hukum Islam , Syariat dan Fiqh karakter dan tantangannya.

B. Pertanyaan Masalah

Sebagai arah dari penulisan ini akan dibatasi bahasan ini dengan pertanyaan masalah yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Islam , Syariat dan Fiqh?

2. Bagaimana karakter dan tantangannya ?.

BAB. II

( KARAKTER DAN TANTANGANNYA)

A Hukum Islam

1. Pengertian Hukum Islam :

Menurut Hasby Ash Shiddieqie menyatakan bahwa hukum islam yang sebenarnya tidak lain

dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yaitu koleksi daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. [6]

المجتمع مجموع محاوالت الفقهاء لتطبيق الشريعة علي حاجات

Page 3: Hukum islam

Kumpulan daya upaya para ahli hukum untuk menetapkan syari’at atas kebutuhan masyarakat.

Istilah hukum islam walaupun berlafad Arab, namun telah dijadikan bahasa Indoneisa, sebagai terjemahan dari Fiqh Islam atau syari’at Islam yang bersumber kepada al-Qur’an As-Sunnah dan

Ijmak para sahabat dan tabi’in.lebih jauh Hasby menjelaskan bahwa Hukum Islam itu adalah hukum yang terus hidup, sesuai dengan undang-undang gerak dan subur. Dia mempunyai gerak

yang tetap dan perkembangan yang terus menerus.[7]

Hukum islam menekankan pada final goal, yaitu untuk mewujudkan kemaslahatan manusia.. fungsi ini bisa meliputi beberapa hal yaitu : a. fungsi social engineering. Hukum islam dihasilkan

untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemajuan umuat. Untuk merealisasi ini dan dalam kapasitasnya yang lebih besar, bisa melalui proses siyasah syariyyah, dengan produk qanun atau perundang-undangan ; b. perubahan untuk tujuan lebih baik. Disini berarti sangat besar

kemungkinannya untuk berubah, jika pertimbangan kemanfaatan untuk masyarakat itu muncul.

2. Ruang Lingkup Hukum Islam

Dalan hukum islam tidak dibedakan antara hukum perdata dengan hukum publik. Hal ini disebabkan menurut sistem hukum islam pada hukum perdata terdapat segi-segi publik dan pada

hukum publik ada segi-segi perdatanya. Oleh karena itu dalam hukum Islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu. Yang disebutkan hanya bagian-bagiannya saja, seperti (1). Munakahat., (2.).wirasah (3). Muamalat dalam arti khusus (4). Jinayat atau ukubat (5). Al-ahkam as-

sultoniyyah (khalifa) (6). Siyar.; (7). Mukhasshamat[8]

Kalau bagian bagian-bagian tersebut disusun menurut sistimatika hukum barat yang membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik Maka susunan hukum muamalah

dalam arti luas itu adalah sebagai berikut : Hukum Privat : 1. Munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya ; 2. wirasah (faraidl) mengaur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta

peninggalan serta pembagian warisan ;

Muamalah dalam arti yang khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan

sebagainya.

Hukum Publik adalah : Jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud maupun dalam jarimah takzir. Al-ahkam

assultoniyyah membicarakan soal-soal yang berpusat kepada negara, ke pemerintah 3. Siyar mengatur urusan perang dan damai, tata hubungannya dengan pemeluk agama dan negara lain ; 4. Mukshshonat mengatur soal; peradilan, kehakiman dan hukum acara. [9]

3. Prinsip-prinsip Hukum Islam

Maksud prinsip dalam bahasan ini adalah titik tolak pembinaan hukum Islam dan pengembangannya. Prinsip ini berlaku dimanapun dan kapanpun di wilayah hukum Islam. Prinsip-prinsp itu adalah :

Page 4: Hukum islam

Pertama : Tauhid Allah, prinsip ini menyatakan bahwa segala hukum dan tindakan seorang muslim mesti menuj kepada satu tujuan, yaitu Tauhid Allah, Tauhid Allah disini berarti kesatuan

substansi hukum dan tujuan setiap tindakan manusia dalam rangka menyatu dengan kehendak Tuhan. Jalan untuk meraihnya tidak bisa lain kecuali dengشn pernyataan : الاله االهللا محمد رسول هللا

Kedua : الموافقت الصحيح المنقول للصحيح المأقول

prinsip ini menyatakan bahwa wahyu yang shah bersesuaian dengan penalaran yang sarih.

Dengan kata lain wahyu tidak akan pernah bertentangan dengan akal. Ini berarti bahwa kebanaran wahyu adalah kebenaan yang mutlak dengan sendirinya. Wahyu tidak memerlukan

pembuktian kebenarannya, baik secara rasional maupun empirik. Ia telah benar dengan sendirinya.

Ketiga : الرجع الى القران وا لسنة

Kembali kepada al-qur’an dan assunnah yang tidak pernah berlawanan dengan penalaran akal yang sarih. Namun demikian karena wahyu telah terhenti seiring dengan wafatnya Rasululah

SAW. Maka pokok-pokok ajaran agama dianggap telah sempurna. Sementara response masyarakat muslim terhadap perubahan sosial budaya dapat berkembang melalui proses ijtihadi.

Ke empat رسولان اصول الدين وفروعها قد يينها ال

hal-hal yang berkenaan dengan pokok-pokok agama an sich telah dijelaskan oleh Rasul. Ini

berarti bahwa dalam hal-hal kehidupan dunia yang terus berubah menganut prinsip-prinsip keadlan dan kebenaran.

Kelima al-adalah, العذالة yang berarti keadilan. Yaitu keseimbangan dan moderasi yang

menghendaki adanya keseimbangan dan kelayakan antara apa yang seharusnya dilakukan dengan kenyataan, keseimbangan antara kehendak manusia dan kemampuan merealisasikannya.

Keenam, االن الفى االضحا الحقيقة في

Bahwa kebenaran itu bukan pada alam idea, bukan pada alam cita-cita dan apa seharusnya,

melainkan apa yang menjadi kenyataan. Prinsip ini menghendaki pelaksanaan. Hukum Islam itu dilakukan sesuai dengan apa yang paling mungkin dan tidak selalu mengharuskan dilaksanakan sesuai dengan apa yang diyakini paling tepat dan benar.

Ketujuh Al-Huriyyah. الحرية

Ini berarti kemerdekaan atas kebebasan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap orang mempunyai

kebebasan baik untuk beragama ataupun tidak. Tidak ada paksaan dalam beragama. Namun demikian sesuai dengan prinsif tauhid Allah, manusia telah diberi dua pilihan bersyukur atau

berkufur.

Kedelapan al-musawah المساوةprinip ini secara etimologis berarti persamaan, prinsip menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai derajat yang sama. Pembentukan qonun hanya mungkin jika

Page 5: Hukum islam

setiap individu masyarakat muslim terlindungi hak-hak asasinya yang sesuai prinsip hukum islam, adalah al-hurriyyah, dan al-musawwah الحرية المساوة . Hak-hak asasi setiap individu

muslim yang merupakan prinsip hukum islam dalam bermasyarakat itulah yang memungkinkan terjadinya keseimbangan masyarakat,

Prinsip kesembilan al-musyawarah المشوارة. Musyawarah dapat berarti meminta pendapat dari

pihak pimpinan kepada yang dipimpin atau berupa usul dari arus bawah, yakni dari lapisan masyarakat yang dipimpin kepada yang memimpinnya. Prinsip ini merupakan landasan hukum islam melalui proses taqnin dan menjadikannya sebagai hukum positif.[10]

4. Tujuan Hukum Islam

Agama Islam diturunkan Alloh mempunyai tujuan yaitu untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia secara individual dan masyarakat. Begitu pula dengan hukum-hukumnya. Menurut Abu

Zahroh ada tiga tujuan hukum Islam.[11]

1. Mendidik individu agar mampu menjadi sumber kebajikan bagi masyarakatnya dan tidak

menjadi sumber malapetakata bagi orang lain;

2. Menegakkan keadilan di dalam masyarakat secara internal di antara sesama ummat Islam maupun eksternal antara ummat Islam dengan masyarakat luar. Agama Islam tidak membedakan

manusia dari segi keturunan, suku bangsa, agama. Warna kulit dan sebagainya. Kecuali ketaqwaan kepada-Nya.

3. Mewujudkan kemaslahatan hakiki bagi manusia dan masyarakat. Bukan kemaslahatan semu

untuk sebagian orang atas dasar hawa nafsu yang berakibat penderitaan bagi orang ain, tapi kemaslahatan bagi semua orang, kemaslahatan yang betul-betul bisa dirasakan oleh semua pihak.

Yang dimaksud dengan kemaslahatan hakiki itu meliputi lima hal yaitu Agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Yang lima ini merupakan pokok kehidupan manusia di dunia dan manusia

tidak akan bisa mencapai kesempurnaan hidupnya di dunia ini kecuali dengan kelima hal itu. Menurutnya yang dimaksud dengan lima ini adalah:[12]

1. Memelihara Agama Memelihara agama adalah memelihara kemerdekaan manusia di

dalam menjalankan agamanya. Agamalah yang meninggikan martabat manusia dari hewan. Tidak ada paksaan di dalam menjalankan agama. Sudah jelas mana yang benar dan mana yang salah.

2. Memelihara jiwa adalah memelihara hak hidup secara terhormat memelihara jiwa dari segala macam ancaman, pembunuhan, penganiayaan dan sebagainya. Islam menjaga

kemerdekaan berbuat, berpikir dan bertempat tinggal, Islam melindungi kebebasan berkreasi di lingkungan sosial yang terhormat dengan tidak melanggar hak orang lain.

3. Memelihara akal adalah memelihara manusia agar tidak menjadi beban sosial, tidak

menjadi sumber kejahatan dan penyakit di dalam masyarakat. Islam berkewajiban memelihara akal sehat manusia karena dengan akal sehat itu manusia mampu melakukan

kebajikan dan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat laksana batu merah di dalam bangunan sosial.

Page 6: Hukum islam

4. Memelihara keturunan, adalah memelihara jenis anak keturunan manusia melalui ikatan perkwainan yang sah yang diikat dengan suatu aturan hukum agama.

5. Memelihara harta benda adalah mengatur tatacara mendapatkan dan mengembang biakkan harta benda secara benar dan halal, Islam mengatur tatacara bermuamalah secara

benar, halal, adil dan saling ridla merdlai. Islam melarang cara mendapatkan harta secara paksa, melalui tipuan dan sebagainya seperti mencuri, merampok, menipu, memeras dan sebagainya.

Muhammad Abu Zahro telah membagi kemaslahatan kepada 3 tingkatan : (1). Bersifat dlaruri

(2). Haaji; (3). Tahsini.[13]

1. Yang bersifat daruri adalah sesuatu yang tidak boleh tidak harus ada untuk terwujudnya suatu maslahat seperti kewajiban melaksanakan hukuman qisas bagi yang melakukan

pembunuhan sengaja, diyat bagi pembunuhan yang tidak sengaja. 2. Masalahat yang bersifat haaji adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk menolak timbulnya

kemadlaratan dan kesusahan di dalam hidup manusia. Seperti diharamkan bermusuhan, iri dengki terhadap orang lain, tidak boleh egois.

3. Maslahat yang bersifat tahsini adalah sesuatu yang diperlukan untuk mewujudkan

kesempurnaan hidup manusia.

Menurut Abdul Wahab Khalaf bahwa tujuan hukum Islam itu ada dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Dimaksud dengan tujuan umum ditetapkannya aturan hukum Islam

adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia didalam hidupnya, yang prinsifnya adalah menarik manfaat dan menolak kemadlaratan. Kemaslahatan manusia itu ada yang bersifat daruri, haaji dan tahsini.[14] Tujuan hukum Islam yang bersifat khusus adalah yang berkaitan dengan

satu persatu aturan hukum Islam. Hal ini dapat diketahui dengan memahami asbabun nuzul dan hadits-hadits yang shahih.

B. SYARI’AT

Pengertian syariat islam menurut Mahmud Syaltut adalah ;

والصطالحا االحكام والنظم التي شرعها الشريعة لغة المورد تؤمه الناس اوالدواب للشرب

نصرف الي عنى االصطالحى والتعبير بالشريعة يهنا بم هللا لعباده التباعها وعلي قطهم بالناس بعضهم ببعض واننانعني

د الحكم ويدخل فى االجتها القران الكريم والسنة المحمد ية ثم ما اجمع عليه الصحا بة مما اجتهدوا فيه االحكام التي جاء بها

بالقياس والقرائن واالمارات والدالئل

Syariat menurut bahasa ialah : tempat yang didatangi atau dituju oleh manusia dan hewan guna

meminum air. Menurut istilah ialah : hukum-hukum dan aturan yang Allah syariatkan buat hambanya untuk diikuti dan hubungan mereka sesama manusia. Disini kami maksudkan makna secara yang istilah yaitu syari’at tertuju kepada hukum yang didatangkan al-qur’an dan rasulnya,

kemudian yang disepakati para sahabat dari hukum hukum yang tidak datang mengenai urusannya sesuatu nash dari al-qur’an atau as-sunnah. Kemudian hukum yang diistimbatkan

dengan jalan ijtihad, dan masuk ke ruang ijtihad menetapkan hukum dengan perantaraan qiyas, karinah, tanda-tanda dan dalil-dalil.[15]

Page 7: Hukum islam

Sedangkan Syariat menurut Salam Madkur adalah

علي االحكام اطلقهاالفقهاء المسلمون والتي التئ من معا نيها عند العرب الطريقة المستقيمة التشريع لفظ ماخذ من الشريعة

ق وهو من باالخال رسوله ليعملوا بها عنىايمان سواء كانت متعلقة بافعال ام با لعقائد ام التي سنها هللا لعباده وعلي لسان

انين سواء كا قواعد ها فالتشريع بناء علي هذا هو سن القو التشريع بمعني انشاء الشريعة وسنالشريعة بهذ المعني اشتق

اتشريعا وضعي تشريعا سماويا ام كا نت من وضع البشر وتفكيرهم وسمي ويسمئ االديان نت اتية عن طريق

Tasyri ialah lafadl yang diambil dari kata syari’at yang diantara maknanya dalam pandangan

orang Arab ialah ; jalan yang lurus dan yang dipergunakan oleh ahli fikih islam untuk nama bagi hukum-hukum yang Allah tetapkan bagi hambanya dan dituangkan dengan perantaraan rasul-

Nya agar mereka mengerjakan dengan penuh keimanan baik hukum-hukum itu berkaitan dengan perbuatan ataupun dengan aqidah maupun dengan akhlak budi pekerti. dan dinamakan dengan makna ini dipetik kalimat tasyri yang berarti menciptakan undang-undang dan membuat qaidah-

qaidah Nya, maka tasyri menurut pengertian ini ialah membuat undang-undang baik undang-undang itu datang dari agama dan dinamakan tasyri samawi atau pun dari perbuatan manusia dan

pikiran mereka dinamakan tasyri wadl’i. [16]

Syari’at seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu terdapat di dalam al-Qur’an Dan kitab kitab Hadits. Kalau kita berbicara tentang syari’at, yang dimaksud adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah

Apabila diihat dari segi ilmu hukum, maka syari’at merupakan dasar-dasar hukumyang

ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti oleh orang islam berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam hubunganya dengan Allah maupun dengan sesama

manusia dan benda dalam masyarakat. Dasar-dasar hukum ini dijelaskan dan atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai Rosul-Nya. Karena itu, syariat terdapat didalam al qur an dan di dalam kitab kitab Hadits.

Menurut Sunnah Nabi Muhammad, ummat islam tiak akan pernah sesat dalam perjalanan

hidupnya di dunia ini selama mereka berpegang teguh atau berpedoman kepada Qur’an dan Sunnah Rasulullah.[17]

Dengan perkataan lain, ummat islam tidak pernah akan sesat dalam perjalanan hidupnya di dunia

ini selama ia mempergunakan pola hidup, pedoman lhidup, tolok ukur hidup dan kehidupan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits yang sahih.

Karena norma-norma dasar yang terdapat di dalam AL Quran itu masih bersifat umum, demikian

juga halnya dengan aturan yang ditentukan oleh nabi Muhammad terutama mengenai muamalah, maka setelah Nabi Muhammad wafat, norma-norma dasar yang masih bersifat umum itu perlu dirinci lebih lanjut. Perumusan dan penggolongan norma-norma dasar yang bersifat umum itu ke

dalam kaidah-kaidah lebih konkrit agar dapat dilaksanakan dalam praktek, memerlukan disiplin dan cara – cara tertentu.

Muncullah ilmu pengetahuan baru yang khusus menguraikan syariat dimaksud. Dalam

kepustakaan, ilmu tersebut dinamakan ilmu fiqih yang ke dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan ilmu hukum islam. Ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari atau memahami syari’at

Page 8: Hukum islam

dengan memusatkan perhatiannya pada perbuatan (hukum) manusia mukallaf yaitu manusia yang berkewajiban melaksanakan hukum islam karena telah dewasa dan berakal sehat. Orang

yang faham tentang ilmu fikih disebut fakih atau fukaha (jamaknya). Artinya ahli atau para ahli hukum islam.[18]

Kata yang sangat dekat hubungannya dengan perkataan syari’at seperti telah disebut di atas

adalah syara’ dan syar’i yang diterjemahkan dengan agama. Oleh karena itu, jika orang berbicara tentang hukum syara’ yang dimaksudnya adalah hukum agama yaitu hukum yang ditetapkan oleh Allah dan dijelaskan oleh Rosul-Nya, yakni hukum syari’at. Dari perkataan syari’at ini

lahir kemudian perkataan tasyri’, artinya pembuatan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari wahyu dan sunnah yang disebut tasyri’ samawi dalam kepustakaan (samawi =

langit), dan peraturan perundang–undangan yang bersumber dari pemikiran manusia, yang disebut tasyri’ wadh’i (wadha’a = membuat sesuatu menjadi lebih jelas dengan karya manusia). Membicarakan soal pemikiran atau penalaran manusia dalam bidang hukum, kita telah

membicarakan soal fiqih.

C. Fiqh

1. Pengertian Fiqh

العلم بالشيء والفهم له والفطنة و غللب على علم الدين لشرقهالفقه

Fiqh ialah mengetahui sesuatu memahaminya dan menanggapnya dengan sempurna. [19]

Di dalam bahasa Arab, perkataan fiqih yang di dalam bahasa Indonesia ditulis fikih atau fiqih

atau kadang–kadang feqih, artinya faham atau pengertian. Kalau dihubungkan perkataan ilmu tersebut di atas, dalam hubungan ini dapat juga dirumuskan, ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan- ketentuan umum

yang terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab Hadits. Dengan kata lain, ilmu fikih, selain rumusan di atas, adalah ilmu yang berusaha

memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah nabi Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum islam. [20]

Pengertian fiqh menurut sebagian para ulama adalah :

االحكام الشرعية التى يحتاج ي استنبتهاالي تامل وفهم وجتهاد

“Hukum-hukum syara-syara yang diperlukan kedalam renungan yang mendalam, pemahaman dari ijtihad.[21]

Menurut pendapat sayid Ridla :

ما عامال متتقناويكثر فى القران ذكرالفقه وهو الفهم الدقيق للحقائق الذى يكون به العالم حكي

Page 9: Hukum islam

Dan banyak dalam al-qur’an sebutan kalimat fiqh yaitu faham yang mendalam yang amat halus bagi segenap haqiqat yang dengan mengetahui fiqh. Itulah para alim menjadi hakim yang

sempurna lagi amat teguh.[22]

Hasil pemahaman tentang hukum islam itu disusun secara sistematis dalam kitab fiqih dan disebut hukum fiqih. Contoh hukum fiqih islam yang ditulis dalam bahasa Indonesia oleh orang

Indonesia adalah, misalnya, Fiqih islam karya H. Sulaiman Rasjid yang sejak di terbitkan pertama kali tahun 1954 sampai kini (1990) telah puluhan kali dicetak ulang. Beberapa kitab hukum fikih yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Diantaranya adalah karya Mohammad Idris

as-Syafi’i, salah seorang pendiri mazhab hukum fikih islam, yang bernama : al-Um, artinya (kitab) Induk.[23]

Fiqh arti asal katanya Paham. Disini fiqh merupakan pemahaman terhadap ilmu yang berupa

wahyu (yaitu al-qur’an dan al-hadits sahih). Jadi fiqh sebagai suplemen dan sekaligus perbedaan prinsip dengan ilmu. Kelanjutan pengertian seperti ini adalah bahwa fiqih identik dengan al-ra’yi

yang menjadi kebalikan ilmu tadi. Pengertian fiqh yang demikian kemudian berkembang menjadi berarti ilmu agama. Atau ilmu yang berdasar agama yakni fase kedua. Dalam fase ini fiqh mencakup kepada semua jenis, termasuk akidah tasawuf, dan lain-lain. Kitab al-fiqh akbar

karya Abu Hanifah sama sekali tidak menyinggung hukum, namun isinya adalah hal-hal yang berkaitan dengan akidah . pada akhirnya pada fase ketiga fiqh difahami sebagai disiplin hukum

Islam. Kalau pada awalnya fiqh itu alat untuk memahami atau untuk mengkaji dalam fase tarkhir ini fiqh menjadi sosok objek kajian. Suatu disiplin yang dikaji tidak lagi alat apalagi suatu proses. Fiqh berarti hukum Islam atau ada pula yang menyebut sebagai hukum positif Islam, oleh

karena adanya dominasi akal manusia dalam memahami wahyu. [24]

Dalam kenyataannya meskipun fiqh bisa diartikan dengan hukum Islam, namun mengandung aspek-aspek selain hukum. Dalam kitab-kitab fiqh dengan konsep etika agama, juga terkadang

mengandung pembahasaan akidah yang berarti wilayah kajian ilmu kalam. Dan dalam kenyataannya pula, meskipun fiqh bisa diartikan dengan hukum Islam, namun hukum di sini tidak selalu identik dengan law atau peraturan perundang-undangan Hukum yang mempunyai al-

ahkam al-khamsah (wajib, sunat, makruh harm, jaiz) dalam fiqh lebih identik dengan konsep etika agama, dalam hal ini Islam yakni ciri utamanya adalah terwujudnya kandungan nilai

ibadah yang sarat dengan pahala dan siksa dan berkonsekuensi akhirat. Inilah ciri utama dalam hal-hal yang digabungkan dengan fiqh.

Dilihat dari cakupannya yang sarat dengan muatan religious ethic, fiqh bisa diartikan dengan ilmu tentang perilaku manusia yang landasan utamanya adalah nas / wahyu, atau lebih singkat

ilmu Islam tentang perilaku manusia. Istilah perilaku dimaksudkan dengan al-amaliyah yaitu dengan mengecualikan diskursus teologis, perasaan, dan filsafat, sehingga ilmu kalam dan

filsafat tidak masuk disini.. sedangkan predikat Islam atau landasan utamanya wahyu membedaan fiqih dengan ilmu atau konsep non islam.

Menurut definisi Abu Hanifah fiqh adalah marifat al-nafs malaha waman alaiha amalan. (mengetahui hak dan kewajiban yang berkaitan dengan perilaku seseorang). Konsep hak dan

kewajiban adalah konsep etika. Sedangkan definisi yang

Page 10: Hukum islam

sering diketahui adalah العلم بالحكام الصريه العملية المكتسب من ادلتها التفصلية

ilmu tentang hukum-hukum atau etika agama syara untuk hal-hal yang berkaitan dengan amaliyah perilaku manusia yang diuwujudkan dengan landasan utama dari dalil-dalil syara yang

rinci). Bisa juga didefiniskan sebagai kumpulan hukum-hukum atau etika syara untuk hal-hal yang berkaitan dengan amaliyah perilaku manusia yang termasuk dengan landasan utama dari

dalil-dalil syara yang rinci.[25]

Di samping uraian di atas, dalam membahas fiqh sering ditemui pengertian hukum dalam pengertiannya menurut ilmu hukum (hukum sekuler), artinya fiqh juga memuat pembahasan

beberapa ketentuan sanksi terhadap tindak criminal (jarimah), bagian-bagian hukum waris (mawaris), hukum perkawinan ( munakahat), hukum perdagangan, hukum pidana (jinayah) dan lain-lain. Meskipun matan fiqh tersebut dalam beberapa hal masih tampak sederhana, namun

sudah bisa dikatakan cukup maju untuk masanya. Jadi kesederhanaan itu bukan lantaran ketinggalan jaman, namun sesuai dengan tuntutan waktu ketika pemikiran fiqh dihasilkan.

Di pihak lain adanya anggapan atau pemikiran yang membuat sacral dan absolute terhadap

pengertian hukum islam. Dalam hal ini tidak ada pemisahan antara hukum atau fiqh yang merupakan hasil ijtihad ulama dengan konsep syariah Allah yang identik dengan wahyu, yang memang bisa dikatakan sebagai hal yang absolute, retorika seperti inilah yang sering dijumpai di

kalangan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Muhamad Muslihudin “Islamic law is diviney ordained syatem, the Will of Good to be established on earth. It is called Shari’ah or the

rigt path, Qur’an and the sunnah (traditions of the Prophet) are its two primary and original sources. ( Hukum islam adalah system illahiyyah, kehendak Allah yang ditegakan di atas bumi. Hukum islam itu disebut syariah atau jalan yang benar. Qur’an dan sunnah Nabi merupakan dua

sumber utama dan asli bagi hukum Islam tersebut.

2. Pencabangan Fiqh.

Fiqh atau hokum Islam mempunyai cakupan yang sangat luas, seluas aspek perilaku menusia dengan segala macam jenisnya. Dalam pembagian klasik fiqh meliputi empat kelompok a.

ibadah b. muamalat. . munakahat; d. jinayat.

Keempat kelompok ini juga memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan Negara dan politik juga tidak terlewatkan menjadi obyek pembahasan dalam buku fiqh.

Dengan kata lain, dari kandungan yang ada dalam buku-buku fiqh, sasaran kajian fiqh meliputi banyak hal yang kemudian tidak jarang mempunyai nama sendiri.[26]

Kemudian muncul istilah fiqh politik (fiqh siyasah ) dan fiqih-fiqih lainnya. Fiqh siyasah sebenarnya tidak sekedar diterjemahkan sebagai ilmu tata Negara dalam Islam, namun

disejajarkan dengan ilmu politik islam atau Islamic Poltical Thought dan seterusnya sehingga istilah- istilah tersebut menampakkan ciri fiqh yang berupa exersice pemikiran yang tidak

berhenti dan tetap berkelanjutan, tidak malah didominasi oleh ciri fiqh yang sarat dengan nilai ibadah yang berkonsekwensi mandeg. Selanjutnya ketka beribicara mengenai hukum pidana maka sudah memakai bahasa hukum yang lazim dipergunakan dalam ilmu hukum. Hal yang

samapun juga berlaku bagi cabang fiqh yang lainnya yang sudah muncul atau yang belum

Page 11: Hukum islam

muncul, seperti fiqh ekonomi, fiqh perdagangan, fiqh keluarga, fiqh lingkungan, fiqh perbankan dan lainnya.

Apabila hal ini bisa dikenal maka disini tidak hanya bicara mengenai hukum, namun hukum

Islam yang menjadi ruhnya pada dasarnya berarti etika atau ruh islam, tidak diskursus hukum dalam ilmu hukum atau perundang-undangan. Dengan demikian maka metode induktif harus

bisa dipakai dengan leluasa sambil mengakui deduktif dan bahkan landasan wahyu yang dalam banyak sisi bisa dilihat sebagai metafisika. Ini proyek besar, dimana mengerjakannya harus menguasai pula ilmu-ilmu sosial dan humaniora modern.

Dari uraian tersebut diatas, ada dua hal yang bisa dikemukakan yaitu :

Pertama : Cakupan fiqh baik dalam pengertiannya yang bercabang-cabang tadi maupun masih dalam pengertian hukum Islam, adalah sangat luas, seluas perilaku manusia. Sehingga kasus-kasus baru yang sedang dan akan bermunculan akan selalu menuntut jawaban dari fiqh atau

hukum islam.

Kedua : agar selalu tetap eksis hukum islam harus mampu memberi jawaban dengan cepat terhadap tuntutan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Disatu sisi jawaban itu harus cepat dan

tepat., untuk itu diperlukan pemikir yang mumpuni, dari sisi lain spesialisasi cabang-cabang fiqh perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan sosial budaya dan tehnologi yang ada. [27]

BAB. III

KESIMPULAN

Bab ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan masalah yang penulis ajukan dalam bab. I.

yaitu bahwa yang dimaksud dengan :

1. Hukum Islam sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yaitu koleksi daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersumber kepada al-Qur’an As-Sunnah dan Ijmak para sahabat dan tabi’in.

2. Syariat : Bawa syari’at, yang dimaksud adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah, merupakan dasar-dasar hukum yang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti oleh orang islam dasar-dasar hukum ini dijelaskan lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai

Rosul-Nya.

3. Fiqh artinya faham atau pengertian., dapat juga dirumuskan sebagai ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan- ketentuan umum yang terdapat

di dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab hadits, dan berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah nabi Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya

yang berkewajiban melaksanakan hukum islam.

2. Karakter dan tantangannya

Page 12: Hukum islam

Hukum islam menekankan pada final goal, yaitu mewujudkan kemaslahatan manusia. dan kemajuan umuat melalui proses siyasah syariyyah, dengan produk qanun atau perundang-

undangan ;

Dalam membahas fiqh sering ditemui pengertian hukum dalam pengertiannya menurut ilmu hukum, artinya fiqh. tidak ada pemisahan antara hokum Islam atau fiqh yang merupakan hasil

ijtihad ulama dengan konsep syariah Allah. Karena norma-norma dasar yang terdapat di dalam AL Quran itu masih bersifat umum, perlu dirinci lebih lanjut ke dalam kaidah-kaidah lebih konkrit agar dapat dilaksanakan dalam praktek..

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an dan terjemahannya 1978, Departemen Agama Republik Indonesia, Bumi

Abdul wahab Khalaf, 1968 Ilmu ushul Fikih, Kuwait,

Al-Jurjawi, Ahmad ali, Himatut tasyri Wafalsafatuhu, Juz. I al-Harmain, jedah

Ahmad hanafi, 1967, Asas-asas Hukum, Pidana Islam, , Bulan Bintang, Jakarta

Amir Syarifudin, 2009, Ushul Fiqh II, cet. Ke 5. Perpustakan Nasional, Jakarta.

Ali-Juncio Abdul halim, 1966, Abu hanifah Batsahil hurriyyah Watasamuh Fil islam, juz III, Majlis al kairo, Mesir.

Ahmad malik Tauhid, 1981, Membina Pribadi Muslim dan Masyarakat, al-Hidayah.

Abdul Qodri A.Azizy, 2001, Transformasi Foqh dalam Hukum Nasional, membedah Peradilan

Agama, PPHIM Jawa Tengah, Semarang,

Mahmasoni, sobhi, 1981, falsafah Tasyri Fil Islam, Maarif Bandung.

Muhammad abduh Malik,2003, Perilaku zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP, bulan bintang, jakarta .

Mohammad Daud Ali, Asas-asas hukum islam, 1991, , Rajawali Pers, Jakarta.

Hasby ash shiddieqi ,1975, Falsafah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta

Satria Efendi M. Zein, 2005, Ushul Fiqh, Prenada Media, Jakarta ;

Abdul Kadir, dkk. 2001, Membedah Peradilan Agama, Mencari Solusi untuk Reformasi Hukum di Indonesia. LPKBHI Fak Syariah IAIN Walisongo dengan PPHIM PTA Jawa Tengah semarang.

Page 13: Hukum islam

[1] Maksun Faiz, Konstitusionaisasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, membedah Peradilan Agama, PPHIM Jawa Tengah, Semarang, 2001, hlm. 171

[2] Al-qur’an dan terjemahannya 1978, Departemen Agama Republik Indonesia, Bumi,

hlm.817

[3]I b I d. hlm. 301

[4] Maksun Faiz , Op. Cit.. 172

[5] I b I d., hlm. 175

[6] Hasby ash Shiddieqy, 1974, Falsafah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakrta, hlm. 44

[7] I b I d. hlm.112

[8] I b I d.

[9] I b i d. Hlm. 150

[10] Maksun Faiz, Op. Cit. hlm.175

[11] Abu Zahroh, Ushul Fiqh, hlm. 364.

[12] I b I d.

[13] I b I d. hlm. 366

[14] Abdul Waha1. b khalaf, ilmu ushul fiqh hlm. `97

[15] Hasby ash shiedieqi, Op. Cit. hlm. 200

[16] Muhammad salam Madkur, Al-madkhal lil fiqhil Islami., hlm. 44

[17] I b I d.

[18] H. A. Qodri A.Azizy, Transformasi Fiqh dalam Hukum Nasional, membedah Peradilan Agama, PPHIM Jawa Tengah, Semarang, 2001, hlm.99.

[19] I b i d. Hlm.34

[20] H. A. Qodri A.Azizy, Op. Cit. hlm. 100

[21] Hsby , Op. Cit. hlm. Hlm. 35

[22] I b i d.