hukum bisnis

18
DI SUSUN OLEH : 1. Anastasia Evelyn / 115100195 / EX 2. Junianto / 115100428 / EX 3. Kenvin / 115100515 / EX 4. Jaclyn Chang / 115100517 / EX

Upload: wenny-wijaya

Post on 04-Jul-2015

113 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Bisnis

DI SUSUN OLEH :

1. Anastasia Evelyn / 115100195 / EX

2. Junianto / 115100428 / EX3. Kenvin / 115100515 / EX4. Jaclyn Chang / 115100517 / EX

Page 2: Hukum Bisnis

BAB IV

Permasalahan atau Kasus Surat Berharga

KPK Tetap Selidiki Kasus NCD Unibank

Jakarta (ANTARA News) - Komisi Pembarantasan Korupsi (KPK) tetap melakukan langkah penyelidikan tentang adanya indikasi korupsi dan kerugian negara dalam kasus penjualan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) Unibank kepada PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP). "Kami masih melakukan langkah penyelidikan," kata Juru Bicara KPK, Johan Budi SP, di Jakarta, Senin. Johan menyatakan hal itu terkait putusan Mahkamah Agung (MA) yang menyatakan CMNP tidak bisa mendapatkan ganti rugi setelah NCD yang dibeli CMNP tidak dapat dicairkan karena Unibank telah dilikuidasi. Meski sudah ada putusan MA, penyelidikan di KPK tetap berjalan sesuai kewenangan yang dimiliki KPK sebagai badan yang berwenang membuktikan dugaan tindak pidana korupsi dan kerugian keuangan negara. MA mengabulkan kasasi Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk tidak mancairkan NCD PT Unibank Tbk senilai 28 juta dolar AS. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) menolak pencairan itu karena menanggap Unibank milik Sukanto Tanoto itu bodong atau melanggar ketentuan yang berlaku. Kasus itu berawal ketika PT CMNP melakukan transaksi tukar menukar surat berharga senilai Rp153,5 miliar dengan PT Bank CIC pada 27 April 1999.

CMNP menyerahkan surat berharga dalam bentuk obligasi dengan nilai nominal Rp153,5 miliar sedangkan Bank CIC menyerahkan Negotiable Medium Term Note (MTN) dengan nilai yang sama. MTN tersebut tidak dikenakan bunga dan jatuh tempo pada Mei 2003. Pada Mei 1999, CMNP melalui PT Bhakti Investama melakukan transaksi jual-beli surat berharga dengan sebuah perusahaan Singapura Drosophila Enterprise Pte.Ltd, yang keduanya dimiliki oleh Hari Tanoesoedibjo. CMNP menjual surat berharga dalam bentuk obligasi CMNP II yang dikeluarkan pada 1997 dengan tingkat bunga tetap dan nilai nominal Rp189 miliar berikut MTN Bank CIC senilai Rp153,5 miliar. Pembayaran yang diterima oleh CMNP dari Drosophila berupa NCD tanpa bunga yang dikeluarkan oleh PT Unibank senilai 28 juta dolar AS dan akan jatuh tempo pada 9 dan 10 Mei 2002. Pada 26 September 2001, Unibank yang oleh Bank Indonesia dinyatakan termasuk dalam Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) menyatakan NCD yang diserahkan kepada PT CMNP telah dilaporkan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasonal (BPPN) dalam laporan posisi simpanan dan kewajiban sehingga CMNP memiliki hak tagih atas NCD tersebut.

Namun, pada 29 Januari 2002, BPPN menyatakan rekening NCD Unibank tidak dijamin dan tidak dapat dibayarkan melalui program penjaminan pemerintah karena termasuk dana milik pihak terafiliasi. BPPN juga menyatakan NCD tersebut melanggar ketentuan Bank Indonesia (BI) tentang penerbitan sertifikat deposito oleh bank dan lembaga keuangan bukan bank. BPPN akhirnya mengumumkan NCD yang diterbitkan Unibank melanggar peraturan perundang-undangan sehingga tidak diakui dan tidak dijamin pembayarannya. BI juga menyatakan laporan simpanan berjangka bulanan Unibank tidak diketahui terdapat deposito dalam dolar AS dan penerbitan NCD itu tidak sesuai aturan. Kerugian transaksi yang dialami CMNP sebesar Rp153,5 miliar dan kehilangan aset senilai 28 juta dolar AS berakibat pula kerugian pada pemegang saham CMNP yang sebagian besar dimiliki oleh BUMN, yakni PT Krakatau Steel dan PT Jasa Marga (persero). Hingga saat ini KPK setidaknya telah memeriksa sejumlah pihak terkait kasus tersebut, diantaranya mantan anggota komisaris PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) periode 1999-2004, M. Jusuf Hamka.Selain itu, KPK juga telah memeriksa mantan anggota komisaris CMNP periode 2000-2005, Shadik Wahono serta Direktur CMNP Daddy Hariadi.

Page 3: Hukum Bisnis

Kasus Bank Asiatic dan BDB

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus menelusuri aliran dana dan transaksi yang dilakukan oleh Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali (BDB). Selain itu, BI bekerja sama dengan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) memeriksa order penjualan surat-surat berharga BDB yang dilakukan oleh perusahaan sekuritas. Direktur Direktorat Pengawasan Bank I BI, S Anton Tarihoran mengatakan, di samping melibatkan Bapepam, pihaknya terus memantau pelaksanaan verifikasi oleh Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah (UP3) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

"Kita jaga mereka dalam melakukan tugas verifikasi karena BI yang mengangkat pengurus, sedangkan bank bersangkutan membantu tim verifikasi. Semua informasi nanti akan dijadikan acuan oleh UP3 dalam melakukan pembayaran sehingga nasabah tidak resah," tuturnya, kemarin. Setelah pembayaran dilakukan UP3, kata dia, proses selanjutnya adalah penyelenggaraan rapat umum pemegang saham dan kemudian membentuk tim likuidasi yang akan menjual aset-aset bank untuk mengganti dana yang dikeluarkan oleh pemerintah lewat penjaminan.

Ketua Bapepam Herwidayatmo mengatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap empat perusahaan efek yang terlibat dalam transaksi fiktif Bank Asiatic dan BDB. Dia menjelaskan, pemeriksaan terhadap perusahaan efek yang terlibat itu sudah selesai dan sekarang mengarah kepada para pelakunya. "Kami perlu mengonsolidasikan pemeriksaan tersebut dengan BI untuk mengetahui sejauh mana kasus itu berada dalam kewenangan kami atau BI," ujarnya.

Mengaku

Herwidayatmo menambahkan, surat-surat berharga yang diakui ditransaksikan oleh Bank Asiatic dan DBD dengan empat perusahaan efek yang terlibat berbentuk surat utang atau obligasi. "Bank Asiatic mengaku membeli obligasi dari salah satu dana pensiun melalui SNC, sedangkan BDB melalui PT PS," jelasnya. Dari pengakuan tersebut, lanjut dia, Bapepam melakukan penyidikan cukup lama karena transaksi obligasi menggunakan sistem scriptless (tidak tercatat). Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Bursa Efek Surabaya (BES) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jelas dia, ditemukan data yang menunjukkan transaksi obligasi oleh kedua bank tersebut, SNC, dan PT PS. Setelah ditanya, lanjut Herwidayatmo, oknum di Bank Asiatic dan DBD menyatakan obligasi itu disimpan di dua perusahaan efek yang bertindak sebagai bank kustodian, yakni PT GLU dan PT GLI.

Akan tetapi setelah diperiksa, obligasi tersebut tidak ada di dua perusahaan efek yang ternyata belum memiliki izin dari Bapepam itu. Walaupun sudah menjatuhkan sanksi penghentian sementara (suspend) operasional terhadap dua perusahaan efek yang memiliki izin Bapepam, yakni SNC dan PT PS, pihaknya terus memeriksa oknum-oknum dari kedua perusahaan tersebut. Jika terbukti melanggar peraturan pasar modal, tegas dia, para oknum itu dapat dikenai sanksi denda, bahkan dapat mengarah ke pidana. Perusahaan efek yang terlibat dan memiliki izin dari Bapepam bisa dikenai sanksi minimal pencabutan izin usaha. Bagi dua perusahaan efek yang tidak memiliki izin, kata dia, Bapepam tetap memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan. "Kalau dalam pemeriksaan kami menemukan hal-hal di luar kewenangan hukum pasar modal maka tidak tertutup kemungkinan kami meminta polisi untuk membantu proses penyidikan," tandasnya.

Page 4: Hukum Bisnis

BAB II

SURAT BERHARGA

Pengertian Surat Berharga atau Waarde Papier atau Negotiable Instrument

adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. Atau sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut , baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga kepada siapa surat berharga tersebut dialihkan.

Perbedaan Surat Berharga dengan Surat Yang Berharga adalah

Surat berharga, terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda disebut “Waarde Papier” dan di negara Anglo Saxon dikenal dengan istilah “Negotiable Instruments”. Sedangkan surat yang mempunyai harga atau nilai, terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda disebut “Papier van Waarde”, dalam bahasa Inggrisnya disebut “Letter of Value”.

Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran ini tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa surat yang didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ke tiga atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat itu. Sedangkan surat-surat yang mempunyai harga atau nilai bukan alat pembayaran, penerbitannya tidak untuk diperjualbelikan, melainkan sekedar sebagai alat bukti diri bagi pemegang bahwa dia sebagai orang yang berhak atas apa yang disebutkan atau untuk menikmati hak yang disebutkan di dalam surat itu. Bahkan bagi yang berhak, apabila surat bukti itu lepas dari penguasaannya, ia masih dapat memperoleh barang atau haknya itu dengan menggunakan alat bukti lain.

Surat berharga itu surat tuntutan utang, pembawa hak dan mudah diperjualbelikan, sedangkan surat yang berharga adalah surat bukti tuntutan utang yang sukar diperjualbelikan.

Suatu surat yang disebut sebagai surat berharga, haruslah di dalam surat itu tercantum nilai yang sama dengan nilai dari perikatan dasarnya. Perikatan dasar inilah yang menjadi causa dari diterbitkannya surat berharga. Dengan perkataan lain, bahwa sepucuk surat disebut surat berharga, karena didalam surat itu tercantum nilai yang sama dengan nilai perikatan dasarnya. Perikatan dasar antara dua orang, adalah yang menjadi sebab diterbitkannya surat berharga.

Page 5: Hukum Bisnis

Pengertian surat berharga secara sempit hanya mencakup surat atau instrument yang berisi janji tak bersyarat dari penerbit untuk membayar sejumlah uang. Sedangkan surat atau instrument lainnya tidak dapat dikategorikan sebagai surat berharga.

Surat berharga adalah suatu alat bukti dari suatu tagihan atas orang yang menandatangani surat itu, tagihan mana dipindahtangankan dengan menyerahkan surat itu dan akan dilunasi sesudah surat itu diunjukkan.

Dengan demikian unsur yang penting dalam surat berharga itu adalah dapat dipindahtangankan atau diperdagangkan ( negotiable ) secara mudah. Oleh karena itu, semua surat yang diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang dengan sendirinya dapat dikategorikan sebagai Surat Berharga.

Fungsi surat berharga secara yuridis adalah

Sebagai alat pembayaran Sebagai alat pemindahan hak tagih ( karena dapat diperjualbelikan ). Sebagai surat legitimasi ( surat bukti hak tagih ).

Dilihat dari segi fungsinya , ada 3 macam surat berharga yaitu

Surat yang bersifat hukum kebendaaan ( Zakenrechtelijke Papieren). Surat tanda keanggotaan dari persekutuan ( Lidmaatschaps Papieren). Surat tagihan hutang ( Schuldvorderings Papieren).

Teori secara cauisa yuridis suatu surat berharga mempunyai kekuatan mengikat antara lain

Teori Kreasi ( Creatie Theorie ) - Menurut teori ini sebabnya surat berharga mengikat penerbitnya adalah karena tindakan penerbit menandatangani surat berharga. Karena penandatanganan tersebut, penerbit terikat meskipun pihak pemegang surat berharga sudah beralih kepada pihak lain dari pemegang semula.

Teori Kepatutan ( Redelijkheids Theorie ) - Menurut teori ini penerbit surat berharga terikat dan harus membayar surat berharga kepada siapapun pemegangnya secara patut.

Teori Perjanjian ( Overeenkomst Theorie) - Menurut teori ini penerbit surat berharga terikat karena penerbit telah membuat perjanjian dengan pihak pemegang surat berharga .

Teori Penunjukan ( Vertonings Theorie ) - Menurut teori ini sebabnya surat berharga mengikat penerbitnya adalah karena pihak pemegang surat berharga tersebut menunjukkan surat berharga tersebut kepada penerbit untuk mendapatkan pembayaran.

Jenis - Jenis Surat Berharga

Page 6: Hukum Bisnis

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dalam Buku I title 6 dan title 7 mengatur jenis surat berharga seperti

1. Wesel.2. Surat Sanggup bayar.3. Cek.4. Kwitansi - kwitansi dan promes atas tunjuk, dll.

Sedangkan di dalam perkembangannya sekarang muncul jenis surat berharga seperti

1. Bilyet Giro 2. Travels Cheque3. Credit Card, dsb.

Beberapa istilah – istilah yang berhubungan dengan surat berharga yaitu Negotiable Instruments, Negotiable Papers, Transferable Papers, Commercial Papers, dan Waarde Papieren. Menurut Wirjono Prodjodikoro, istilah surat-surat berharga itu terpakai untuk surat - surat yang bersifat seperti uang tunai, jadi yang dapat dipakai untuk melakukan pembayaran. Ini berarti bahwa surat - surat itu dapat diperdagangkan agar sewaktu - waktu dapat ditukarkan dengan uang tunai atau Negotiable Instruments.

Penerbitan Surat Berharga

Terdapat dua cara penerbitan surat berharga yaitu

Penerbitan secara langsung kepada investor jangka panjang seperti lembaga keuangan, atau biasanya dilakukan oleh lembaga keuangan yang memiliki kebutuhan tetap atas pinjaman dalam jumlah besar yang memilih melakukan penerbitan langsung yang lebih ekonomis dibandingkan menggunakan pialang investasi. Di Amerika perusahaan yang melakukan penerbitan surat berharga komersial secara langsung ini dapat menghemat 3 basis poin ( 1 basis poin = 1/10000%) setahunnya. Diluar Amerika imbalan jasa pialang investasi ini lebih murah.

Penerbitan secara tidak langsung yaitu dijual kepada pialang dan pialang tersebutlah yang memperdagangkannya di pasar uang. Bursa perdagangan surat berharga komersial ini melibatkan perusahaan-perusahaan pialang yang besar dan anak perusahaan bank dimana banyak diantaranya juga merupakan pialang pada pasar keuangan Amerika ( US Treasury Securities ).

Berikut ini contoh jenis - jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar uang : 

Page 7: Hukum Bisnis

Treasury Bills (T-Bills)

T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang telah ditetapkan.

Instrumen ini berjangka waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang. Instrumen yang sangat aman karena diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya oleh Bank

Sentral. Oleh karena itu instrumen ini sangat mudah diperjualbelikan dan disukai oleh perusahaan - perusahaan, terutama oleh lembaga – lembaga keuangan untuk dijadikan sebagai cadangan likuiditas sekuner yang memberikan hasil.

T-Bills ( istilah umum digunakan di dunia internasional ) kalau di Indonesia adalah SBI ( Sertifikat Bank Indonesia ).

Commercial Paper

Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan ( unsequred promissory notes ), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah perusahaan yang mempunyai kredibilitas tinggi.

Jangka waktu jatuh tempo CP ini berkisar mulai dari beberapa hari sampai 270 hari. Penjualan CP dilakukan umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya

menggunakan bunga sebagaimana halnya dengan kredit. Dalam pelaksanaannya seringkali CP diterbitkan dengan backup fasilitas credit line dari bank

yang jumlahnya mendekati atau sama dengan nilai CP yang diterbitkan. Dalam perkembangannya di beberapa negara, CP diterbitkan dengan dukungan aset perusahaan lainnya misalnya piutang, dsb. Bahkan perkembangan terakhir CP diterbitkan dengan bank garansi atau jaminan dari perusahaan induknya. Namun kasus ini terjadi bila investor tertentu meminta jaminan dari nilai CP yang dibeli dalam jumlah besar.

Penerbitan CP dapat dilakukan secara langsung kepada investor maupun secara tidak langsung dengan menggunakan jasa perantara.

Kelebihan CP bagi penerbit dan investor antara lain

Bagi Penerbit :

a. Tingkat bunga CP lebih rendah daripada prime rate, yaitu tingkat bunga kredit yang dikenakan perbankan kepada nasabah utamanya, sehingga biaya dana akan menjadi lebih murah.

b. Tidak perlu menyediakan jaminan.

c. Penerbitannya relatif lebih mudah karena pada prinsipnya hanya melibatkan penerbit dan investor.

d. Jangka waktu jatuh temponya lebih fleksibel, dapat diperpanjang atas persetujuan investor.

Bagi Investor :

Page 8: Hukum Bisnis

a. CP menawarkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan misalnya Sertifikat Deposito, Treasury Bills.

b. Dapat dijual kembali (didiskontokan) tanpa perlu menunggu jatuh temponya.

c. Tingkat keamanannya relatif tinggi karena penerbit CP umumnya perusahaan dengan rating yang tinggi.

Kelemahan CP dilihat dari kepentingan investor dan penerbit antara lain

1. Bagi investor, CP merupakan instrumen yang tidak disertai dengan jaminan. Kemungkinan penerbit melakukan rekayasa laporan keuangan untuk memperlihatkan keadaan likuiditas dan kemampuan perolehan labanya.

2. Bagi perusahaan penerbit, CP merupakan sumber dana jangka pendek sehingga perusahaan kurang leluasa untuk dijadikan sebagai modal investasi.

Sertifikat Deposito atau Negotiable Certificate of Deposit ( CD )

Deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Jadi mempunyai ciri pokok dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuh temponya.

Di Indonesia, CD diterbitkan oleh bank-bank umum atas dasar diskonto. Perhitungan diskonto CD tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Banker’s Acceptance ( BA )

adalah time draft ( wesel berjangka ) yang ditarik oleh seorang eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing. Apabila bank menyetujui wesel tersebut, bank akan menstempel dengan kata ”accepted” di atas wesel tersebut dan memprosesnya. Dengan demikian bank yang menerima dan memproses tersebut memiliki suatu janji atau jaminan tak bersyarat untuk membayar sebesar nilai nominal aksep tersebut pada saat jatuh tempo. Hal tersebut berarti bank yang bersangkutan menjamin eksportir dan investor dalam pasar uang internasional dari kemungkinan adanya gagal bayar (default). Jangka waktu akseptasi biasanya berkisar 30 sampai 270 hari, namun umumnya 90 hari. Aksep ini merupakan instrumen pasar uang yang berkualitas tinggi. Akseptasi bank sangat aktif diperdagangkan antar lembaga-lembaga keuangan, perusahaan industri, dealer surat-surat berharga sebagai investasi yang berkualitas tinggi dan sangat mudah diuangkan. Aksep digunakan dalam perdagangan ekspor impor karena banyak eksportir yang tidak pasti dan tidak yakin betul terhadap credit standing importir yang dikirimi barang. Eksportir sangat tergantung paa pembiayaan akseptasi oleh bank domestik atau suatu bank asing. Dengan demikian, aksep adalah instrumen keuangan yang dirancang untuk mengalihkan resiko perdagangan internasional kepada pihak ketiga yang akan mengambil resiko tersebut karena ia memiliki keahlian dalam menilai resiko kredit dan menyebarkan resiko tersebut dalam berbagai pinjaman.

Ketiga pihak dalam transaksi tersebut yaitu eksportir, importir, dan bank penerbit, mendapatkan keuntungan dari metode pembiayaan perdagangan internasional ini sebagai berikut

Page 9: Hukum Bisnis

1. Eksportir dapat menerima uangnya segera tanpa penundaan.2. Importir dapat menunda pembayarannya sesuai dengan jangka waktu credit line yang disepakati

dengan bank.3. Bank penerbit yang memegang Banker’s Acceptance ( didiskonto dari eksportir ) merupakan

instrumen keuangan yang sangat likuid yang dapat dijual sebelum jatuh tempo melalui dealer bila membutuhkan likuiditas.

Bill of Exchange

Bill of Exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau pembawa.

Karena sifatnya yang likuid, artinya penjual boleh melakukan pembayaran lebih awal sebelum wesel tersebut jatuh tempo dengan cara mendiskontokannya kepada bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan lainnya sebagai investasi jangka pendek, maka instrumen ini sangat umum digunakan dalam perdagangan.

Penarikan wesel ini biasanya selalu didahului dengan adanya transaksi jual beli barang. Dimana penjual akan menjadi penarik wesel dan pembeli barang sebagai tertarik.

Jangka waktu jatuh tempo wesel ini umumnya berkisar 6 hari sampai 180 hari. Pada prinsipnya Bill of exchange ini akan berubah menjadi Banker’s Acceptance apabila telah

diakses oleh bank. Oleh karena itu, wesel ini dapat diperjualbelikan secara diskonto.

Repurchase Agreement ( Repo )

Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual; tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Surat-surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo adalah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalnya SBI, SBPU, CD, CP dan T-bills.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

Karakteristik SBI :

Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,- ( satu juta rupiah ). Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan. Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan sistem diskonto. Diterbitkan tanpa warkat, artinya SBI diterbitkan tanpa adanya fisik SBI itu sendiri dan bukti

kepemilikan bagi pemegang hanya berupa pencatatan elektronis.

Dapat dipindahtangankan ( Negotiable ).

Page 10: Hukum Bisnis

SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka, terutama untuk tujuan kontraksi moneter. SBI yang ditebitkan dan diperdagangkan dengan sistem lelang, pada dasarnya penggunaannya sama dengan penggunaan T-Bills di pasar uang Amerika Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, BI dapat secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate (SO ).

SOR adalah tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari peserta lelang. Selanjutnya, SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.

SOR merupakan kebijakan Bank Indonesia dalam melakukan penjualan SBI secara lelang kepada Bank atau Lembaga Keuangan atau melalui Broker, dengan tujuan :

a) Untuk mengendalikan baik volume uang beredar maupun tingkat bunga melalui target volume yang diinginkan dan tingkat bunga dalam suatu batas tertentu.

b) Dengan menyerahkan tingkat bunga pada Prime Dealer untuk jumlah 60%, maka tingkat bunga menjadi wajar.

Pola pembelian SBI :

a) Pembelian melalui Pasar Perdana ( langsung ke BI ).b) Pembelian melalui Pasar Sekunder.c) Pembelian melalui Broker.

Sebelum jatuh tempo SBI boleh diperjualbelikan, baik oleh Bank, LKBB, maupun masyarakat atau dunia usaha setiap saat melalui pasar sekunder. Untuk itu Security House (perantara) akan membeli atau menjual SBI setiap hari dengan tingkat diskonto yang berlaku di pasar. Untuk memperlancar perdagangan SBI ini Bank Sentral Indonesia menunjukkan beberapa market dan broker yang terdiri dari Bank-bank Umum sebagai lembaga penunjang dalam perdagangan SBI. Market maker disini bertindak sebagai penggerak pasar sekunder. Dalam hal ini market maker bertindak sebagai dealer yang berkewajiban sebagai berikut

Membuat dan mengumumkan quotation. Secara aktif mengajukan penawaran dan permintaan SBI di pasar sekunder. Membeli dan menjual SBI dari dan kepada pihak yang mencari dan menawarkan SBI di pasar

sekunder. Pembelian dan penjualan SBI dapat dilakukan baik secara outright maupun repo. ( Transaksi Outright adalah transaksi jual beli SBI atas dasar sisa jangka waktu SBI yang

bersangkutan, tidak ada kewajiban bagi penjual untuk membeli kembali sebelum jatuh tempo, sedangkan Transaksi Repo adalah transaksi dengan perjanjian bahwa penjual wajib membeli kembali SBI yang bersangkutan sesuai jangka waktu yang dijanjikan).

Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU )

Page 11: Hukum Bisnis

SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. SBPU sama halnya dengan SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU.

Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan :

a) Surat Sanggup ( aksep / promes ), dapat berupa

Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu.

Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.

b) Surat wesel, dapat berupa

Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank.

Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan nasabah berbentuk badan usaha maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel (sebagai surat utang) untuk mendapatkan dana dari Bank atau LKBB ( Lembaga Keuangan bukan Bank ). Kemudian SBPU dijualbelikan oleh Bank dan LKBB melalui security house ( perantara ) maupun melalui pasar sekunder, yaitu diperjualbelikan antara lembaga-lembaga keuangan itu sendiri serta dunia usaha atau masyarakat. SBPU ini melalui security house juga bisa dijualbelikan ke Bank Sentral Indonesia.

Call Money ( Interbank Call Money Market )

Call Money adalah penempatan atau peminjaman dana jangka pendek ( dalam hitungan hari ) antar bank.

Call Money merupakan instrument bank dalam mengatasi kekurangan atau kelebihan dana jangka pendek yang bersifat sementara.

Page 12: Hukum Bisnis

Surat berharga di Indonesia berkembang mulai tahun 1980 setelah adanya deregulasi ekonomi dalam bidang keuangan. Aturan ini membawa perubahan kepada berkembangnya pasar keuangan di Indonesia dimana surat berharga komersial ini adalah merupakan salah satu bentuk pengembangan pasar financial. Dimana selanjutnya pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No.28 / 52 / DIR dan No. 49 / 52 / UPG yang masing –masing tentang “persyaratan perdagangan dan penerbitan surat berharga komersial” melalui bank umum di Indonesia, dimana dengan adanya peraturan tersebut maka, bank umum di Indonesia mempunyai pedoman yang seragam serta memiliki dasar hukum yang kuat terhadap keberadaan surat berharga komersial. Lalu yang menjadi pertanyaan bagaimana perlindungan hukum yang di miliki oleh setiap pemegang surat-surat berharga?. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa surat berharga adalah alat yang berfuungsi sebagai alat pembayaran, sebagai alat pemindahan hak tagih ( karena dapat diperjualbelikan ), dan sebagai surat legitimasi ( surat bukti hak

Page 13: Hukum Bisnis

tagih ). Maka dengan adanya surat ini dengan secara otomatis timbullah suatu perikatan antara masing-masing pihak yang membuatnya.

Karena Perlindungan hukum merupakan suatu tindakan, segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan hukum maka perlindungan hukum yang dimiliki oleh seorang pemegang surat berharga terdapat pada kitab undang - undang hukum dagang dan kitab undang - undang hukum perdata pada pasal 1233-1352 tentang perjanjian. Di karenakan hukum dagang juga merupakan hukum yang mengatur tentang hubungan pribadi antara manusia dan manusia merupakan salah satu subjek - subjek hukum karena bersamaan hidup dalam suatu masyarakat misalnya barang - barang yang dibawa oleh pihak perempuan dalam perkawinan, perwarisan, jual beli, pegadaian sawah, dll tetapi hubungan pribadi tersebut selalu terdapat antara subjek - subjek hukum saja, sedangkan benda-benda tersebut hanya bersangkutan dalam hubungan tersebut hanya merupakan objek saja. Negarapun sebagai subjek hukum sebagai badan hukum dapat terlibat dalam hubungan pribadi tersebut. Apalagi Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila haruslah memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan hukum berdasarkan pancasila berarti pengakuan dan perlindungan hukum akan harkat dan martabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Permusyawaratan, serta Keadilan Sosial. Nilai-nilai tersebut melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wadah negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai kesejahteraan bersama.