hukum acara mahkamah konstitusi
DESCRIPTION
sengketa kewenangan lembaga negaraTRANSCRIPT
Tugas Hukum acara Mahkamah Konstitusi
1. diskripsi perkembangan kewenangan memutus sengketa kewenangan lembaga Negara di
beberapa Negara
2. diskripsi dasar filosofi atau gagasan sengketa kewenangan lembaga Negara merupakan
kewenangan Mahkamah Konstitusi
3. review kasus sengketa kewenangan lembaga Negara, meliputi :
a. siapa pihak yang berperkara
b. apa objek yang disengketakan
c. bunyi amar putusan
Jawab :
1. perkembangan kewenangan memutus sengketa lembaga Negara di beberapa Negara
telah diadopsi dalam praktik sistem ketatanegaraan diberbagai Negara yaitu
diantaranya :
a. Amerika serikat,
kewenangan supreme court memutus snegketa kewenangan lembaga Negara
bertolak dari ketentuan dalam the united State Constitution pada article III tentang the
judicial branch section 2 clause. Dalam ketentuan itu menjelaskan bahwa di amerika
serikat, Konstitusi federal memang tidak ada artinya kecuali jika dilaksanakan dengan
Konstitusi Negara bagian. Konstitusi Negara bagian bukan sekedar tambahan yang
berguna bagi Konstitusi federal. Tetapi menjadi pelengkapnya yang sangat diperlukan.
Oleh karena itu, dengan menganggap segala perselisihan hukum dalam urusan-urusan
yang tidak disebutkan dalam Konstitusi merupakan cakupan otoritas federal. Maka tidak
ada pengajuan naik banding ke Mahkamah agung. Akan tetapi dalam urusan-urusan yang
menurut Konstitusi secara spesifik menjadi bagian dai uni sebagai suatu keseluruhan,
kekuasaan Mahkamah agung bersifat absolute dan penguasa federal wajib menjalankan
putusannya secara mutlak.
b. Jerman
kewenangan memutus sengketa kewenangan Mahkamah Konstitusi lembaga
Negara Mahkamah Konstitusi diatur dalam pasal 93 ayat (3) Konstitusi federal jerman.
Disebutkan bahwa the federal constitutional court berwenang memutus.
Ini dipertegas lagi dalam Undang- undang Mahkamah Konstitusi Federal Jerman
Pasal 13 ayat (5) mengenai sengketa kewenangan Negara federal jerman. Dan dalam
pasal 13 ayat (7) mengenai sengketa kewenangan lembaga pemerintah federal dengan
dan atau lembaga pemeritntah Negara bagian terutama yang berkaitan dengan penerapan
pembagian kekuasaan federal.
Undang –undang Mahkamah Konstitusi jerman mengatur bahwa yang berhak
untuk menjadi tergugat dan penggungat dalam perkara sengketa kewenangan adalah
presiden, boundestag,boundesrat, pemerintah federal sera bagian-bagian lembaga yang
memiliki kewenangan tersendiri sesuai dengan kententuan Konstitusi, atau peraturan tata
tertib boundestag, atau boundesrat. Disamping itu, pemerintah federal dalam kasus
sengketa kewenangan lembag Negara federasi dan pemerintah Negara bagian dalam
kasus sengketa kewenangan lembaga Negara bagian berhak menjadi penggugat dan
tergugatdalam sengketa kewenangan lembaga Negara.
c. Korea selatan
lembaga yang memiliki kewenangan memutus sengketa kewenangan lembaga
Negara yaitu Mahkamah Konstitusi korea selatan. Berdasarkan Konstitusi korea selatan
article 111., Mahkamah Konstitusi korea selatan memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa kewenangan antar pemerintah pusat, pemeritah pusat dengan
pemerintah daerah, dan antarpemerintah daerah (disputes between state agencies between
state agencies and local governments and between local government ). Mahkamah
Konstitusi korea selatan berwenang mebekukan aktivitas lembaga Negara yang digugat
sampau ada putusan final oleh Mahkamah Konstitusi korea selatan.
d. Rusia
federasi rusia, kewenangan memutus sengketa kewenanganan lembaga Negara
dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi federasi Rusia. Konstitusi Federasi Rusia Pasala 125
ayat (3) yang ditegaskan pula dalam Undang-undang Mahkamah Konstitusi federasi
Rusia pasal 3 ayat (2) mengatur bahwa Mahkamah Konstitusi Federasi Rusia berwenang
memutus sengketa kewenangan lembaga pemerintah federal , sengketa kewenangan
lembaga pemerintahan masing- masing Negara yang tergabung dalam konstituen federasi
Rusia, dan sengketa kewenangan lembaga tinggi pemerintah Negara-negara ysng
tergabung di dalam konsitusi federal Rusia dengan lembaga pemerintahan dibawahnya (
dispute aout competences between federal bodies, between a federal bodi, and a subject
of the federation, and between the highest bodies of state power of te subject of the
federation ).
e. Swiss
Berbeda dengan yang dilakukan dalam praktik di federasi Rusia, di swiss
pengadilan tinggi atas semua konflik antara otoritas Negara bagian dan otoritas federal
bukan ada di pengadilan federal, akan tetapi ada pada majelis federal. Menurut Strong : “
and the federal court canot question the cinstitutionalityaf act passed by the federal
assembly.
dengan demikian pengadilan federal tidak dapat mempertanyakan
Konstitusionalitas putusan yang disahkan oleh majelis federal/
f. Thailand
di thailand ketentuan mengenai kewenangan memutus sengketa kewenangan
lembaga Negara diatur dalam Konstitusi Thailand bagian 226. Kewenangan ini dimiliki
oleh Mahkamah Konstitusi Thailand. Lembaga Negara yang dapat menjadi objek
sengketa kewenangan lembaga Negara yaitu lembaga Negara yang kewenangan,
kekuasaan,dan tugas lembaga tersebutdicantumkan di dalam Konstitusi.
Demikian gambaran singkat menegenai praktik-praktik penanganan secara yudisial
sengketa lembaga Negara di berbagai Negara. Gambaran ini semakin mengukuhkan perspektif,
bahwa penyelesaian sengketa kewenangan lembag Negara di bawah Mahkamah Konstitusi
merupakan praktik penyelenggaraan kekuasaan yudisial yang sudah berjalan dan diakui dalam
berbagai Konstitusi Negara-negara modern.
2. Dasar filosofi sengketa kewenangan lembaga Negara merupakan kewenangan
Mahkamah Konstitusi
Kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk memutus sengketa kewenangan Konstitusi
lembaga Negara yang kewenanganya diberikan oleh UUD, disamping melakukan pengujian
undang- undang terhadap UUD pada dasar nya merupakan kewenangan Konstitusional yang
dibentuk dengan tujuan untuk menegakkan ketentuan yang terdapat di dalam UUD. Ini
disebabkan karena dari dua hal inilah persoalan Konstitusionalitas dapat timbul. Fungsi
Mahkamah Konstitusi sebagai peradilan Konstitusi tercermin dalam dua kewenangan
tersebut yaitu : (1) kewenangan untuk menguji Undang-undang terhadap UUD, dan (2)
kewenangan untuk memutus SKLN yang kewenangannya bersumber dari UUD.
Apabila ditelusuri dari sejarah pembetukan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk
memutus SKLN sebagai mana tercantum pada pasal 24C ayat (1) UUD 1945, ternyata lahir
dari berbagai pemikiran yang melatarbelakanginya. Pemikiran-pemikiran tersebut dapat
ditelusuri dari sejarah bagaimana rumusan tentang kedudukan dan kewenangan Mahkamah
Konstitusi itu dibahas dalm persidangan – persidangan panitia ad hoc ( PAH) I Badan
Pekerja ( BP ) MPR RI yang pada saat itu sedang membahas perubahan ( amandemen ) UUD
1945. Berikut ini beberapa pemikiran tersebut akan didefinisikan.
Pertama adalah jimly asshidiqie anggota tim ahli Ad Hoc (PAH) mengusulkan
kewenangan Mahkamah Konstitusi berkaitan dengan memberikan putusan atas sengketa
lembaga tinggi Negara, jadi antar lembaga tinggi Negara, antar pemerintah pusat dengan
daerah, antar pemerintah daerah dalam menjalankan peraturan perundang-undangan. Jadi
bukan sengketa diluar pelaksanaan peraturan perundang – undangan dan tempat penyelesaian
pengambilan keputusan di MK.
Kedua adalah pendapat soetjipto dari F-UG, menurut sutjipto : kita tahu bahwa UU kita
banyakproduk-produk yang dihasilkan oleh pemerintahan belanda dan itu juga setingkat
dengan UU, oleh karena itu F-UG menganggap perlu adanya Mahkamah Konstitusi yang
menguji UU. Fungsinya bukan hanya untuk hak uji UU tetapi Mahkamah Konstitusi dinegara
lain juga mengadili persengketaan antara pemerintah pusat dengan pemrintah daerah dan
juga mengadili persengketaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan juga
mengadili persengketaan adanya pembubaran partai politik dan juga mengadili apabila terjadi
persengketaan dalam pemilu.
Ketiga adalah I Dewa Gede Palguna dari fraksi PDI Perjuangan dalam pandangan akhir
fraksinya, yang mengusulkan agar Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan –
kewenangan seperti dalam pandangan fraksi sebagai berikut : pasal 29 dalam usulan mereka
ayat (2) “ Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan untuk menguji undang-undang dan
peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang. Member perimbangan kepada
dewan perwakilan rakyat dalam hal dewan perwakilan rakyat hendak meminta persidangan
majelis permusyawaratan rakyat mengenai laporan perilakupresiden yang menghianati
Negara dan/atau merendahkan martabat lembaga kepresidenan. Memberikan keputusan
apabila terdapat perselisihan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah otonom.
Masih banyak sebenarnya pandangan-pandangan yang disampaika oleh tokoh politik di
PAH 1 BP MPR Ri itu berkenaan dengan pembentukan kewenangan Mahkamah Konstitusi
untuk menyelesaikan perkara SKLN di Indonesia. Akan tetapi apabila dicermati pandangan-
pandangan tesebut pada dasarnya menyetujui bahwa Mahkamah Konstitusi diberi
kewenangan untuk memutus SKLN . dan dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia
penyelesaian SKLN itu tidak deserahkan kepada proses politik yang hanya didasarkan atas
posisi politik lembaga Negara yang bersengketa , melainkan diserahkan kepada proses
hukum. UUD hanya menetapkan sengketa kewenangan yang diberikan oleh UUD saja yang
diputus oleh Mahkamah konsitusi, sedangkan kewenangan yang diberikan oleh undang –
undang termasuk dalam lingkup penafsiran undang-undang tidak menjadi kewenangan
Mahkamah Konstitusi. Degan mencermati dinaamika ketatanegaraan dan perkembangan
pemikiran yang pesat dibidang hukum acara Mahkamah Konstitusi serta tuntutan masyarakat
terhadap penegakan supremasi Konstitusi dan perlindungan hak – hak konstiutusional warga
masyarakat, tidak tertutup peluang kedepan akan timbul perubahan-perubahan peraturan
dibidang ini. Termasuk gagasan-gagasan agar Mahkamah kewenangan Mahkamah kontitusi
dalam memutus perkara SKLN tidak hanya terbatas pada perkara SKLN yang bersumber
kewenangannya berasal dari UUD saja. Akan tetapi juga mencakup SKLN yang bersumber
dari kewenangan diperoleh dari undang-undang.
3. Review kasus sengketa kewenangan lembaga Negara, putusan No 2/SKLN-X/2012
1. siapa pihak yang berperkara
a. pemohon :
Dr. H susilo Bambang Yudhoyono bertindak sebagai Presiden Rapublik Indonesia
Dr amir syamsudin bertindak sebagai Menteri hukum dan HAM RI
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Agus D.W. Martowardojo
b. termohon :
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia,
2. apa objek yang disengketakan
UUD 1945 Memuat Prinsip Pemisahan Kekuasaan (Separation Of Powers)
Presiden Mempunyai Kewenangan Konstitusional Dalam Melakukan Pengelolaan
Keuangan Negara Sebagai Bagian Kekuasaan Pemerintahan Berdasarkan UUD 1945
Pelaksanaan Pembelian 7% Saham Divestasi PT NNT Tahun 2010 Merupakan
Perwujudan Kewenangan Konsitusional Presiden Dalam Rangka Mewujudkan
Amanat Konstitusi
Keharusan Adanya Persetujuan DPR Dalam Pembelian 7% Saham Divestasi PT NNT
Tahun 2010 Akan Mengakibatkan Terdilusinya Fungsi Pengawasan DPR dan
Menciderai Prinsip Pemisahan Kekuasaan Dalam UUD 1945
Surat DPR dan LHP BPK Merupakan Bukti Kewenangan Konstitusional Presiden
Telah Diambil, Dikurangi, Dihalangi, Diabaikan, dan/atau Dirugikan Oleh DPR dan
BPK
3. bunyi amar putusan
Permohonan Pemohon terhadap Termohon II tidak dapat diterima;
Menolak permohonan Pemohon terhadap Termohon I untuk seluruhnya;
TUGAS UKD 2
HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI
“DISKRIPSI SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA”
Dosen Pengampu : ibu. Sunny Ummul, S.H, M.H.
Disusun oleh :
Yanuar Dwi Anggara
( E0010356 )
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014