hujan dan bintang

7
HUJAN DAN BINTANG Ridhofia Widya Ningtyas Raisa… Aku sangat menyukai hujan. Terutama saat malam, ketika aku sedang merenungi hal-hal yang telah terjadi dalam hidupku. Hujan selalu mengingatkan aku tentang Mama. Dulu Ma-ma selalu mengajakku melihat pelangi setelah hujan turun. Mama juga sering mengatakan bahwa hujan membawa banyak kebahagiaan, sebab petani-petani dapat panen dan bumi ini tidak kekeringan. Hujan juga membawa kecariaan bagi manusia. Hujan juga membuatku ingat tetang seseorang. Seseorang yang selalu aku impikan, yang terkadang kehadirannya membuatku takut, takut ia pergi lagi. Namun, aku senang saat berada dengannya sering kali hujan turun. Seakan mengerti hal yang aku inginkan. Menahan orang itu untuk terus berada di dekatku. “Hal yang paling gue sukai adalah bintang. Entah kenapa gue sangat menyukainya atau mungkin karena bintang terlihat hebat. Ia dapat bersinar terang dalam gelap, walaupun ukurannya tak seberapa namun ia dapat menerangi kegelapan dengan cahayanya sekaligus juga gue merasa bahwa bintang itu setia. Selalu saja menemani bulan setiap malam.” katanya sambil menerawang. Raisa memperhatikan setiap perubahan ekspresi di wajah Keno saat mengatakan bintang. Cowok satu ini memang tampan, Raisa sangat menyukai bentuk wajahnya. Sifatnya juga baik dan periang, ia selalu bisa membuat orang disekitarnya tersenyum. Tiba- tiba dia menoleh pada Raisa, “Kayaknya hujan ini awet ya? By the way, kenapa jam segini belom pulang?” “Tadi ada pelajaran tambahan. Hmm… kalo yang lain sih enak. Mereka ke sekolah bawa kendaraan, kalo aku?” Raisa menggelengkan kepalanya. Pasrah dengan ketidakmampuannya dalam mengendari kendaraan.

Upload: ridhofia-ningtyas

Post on 14-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

my own,, my mind,, my creativity..

TRANSCRIPT

HUJAN DAN BINTANGRidhofia Widya NingtyasRaisaAku sangat menyukai hujan. Terutama saat malam, ketika aku sedang merenungi hal-hal yang telah terjadi dalam hidupku. Hujan selalu mengingatkan aku tentang Mama. Dulu Ma-ma selalu mengajakku melihat pelangi setelah hujan turun. Mama juga sering mengatakan bahwa hujan membawa banyak kebahagiaan, sebab petani-petani dapat panen dan bumi ini tidak kekeringan. Hujan juga membawa kecariaan bagi manusia. Hujan juga membuatku ingat tetang seseorang. Seseorang yang selalu aku impikan, yang terkadang kehadirannya membuatku takut, takut ia pergi lagi. Namun, aku senang saat berada dengannya sering kali hujan turun. Seakan mengerti hal yang aku inginkan. Menahan orang itu untuk terus berada di dekatku.

Hal yang paling gue sukai adalah bintang. Entah kenapa gue sangat menyukainya atau mungkin karena bintang terlihat hebat. Ia dapat bersinar terang dalam gelap, walaupun ukurannya tak seberapa namun ia dapat menerangi kegelapan dengan cahayanya sekaligus juga gue merasa bahwa bintang itu setia. Selalu saja menemani bulan setiap malam. katanya sambil menerawang. Raisa memperhatikan setiap perubahan ekspresi di wajah Keno saat mengatakan bintang. Cowok satu ini memang tampan, Raisa sangat menyukai bentuk wajahnya. Sifatnya juga baik dan periang, ia selalu bisa membuat orang disekitarnya tersenyum. Tiba- tiba dia menoleh pada Raisa, Kayaknya hujan ini awet ya? By the way, kenapa jam segini belom pulang? Tadi ada pelajaran tambahan. Hmm kalo yang lain sih enak. Mereka ke sekolah bawa kendaraan, kalo aku? Raisa menggelengkan kepalanya. Pasrah dengan ketidakmampuannya dalam mengendari kendaraan. Keno tersenyum. Ya udah, nanti kalo hujannya udah reda gue anter lo pulang ya?Raisa terkejut mendengar tawaran Keno. Senyum pun merekah di bibir mungil Raisa, segera ia mengiyakan tawaran Keno. Oke, tapi aku nggak ngerepotin kamu kan? Nggak koq, lagian arah rumah kita kan searah, jadi gak mungkin ngerepotin lah! katanya sambil mengacak rambutku. Raisa tersenyum, dalam hati ia bersorak kegirangan melihatnya bersikap perhatian padaku. Terima kasih Tuhan, Engkau telah menurunkan hujan yang dapat menahannya ada disisiku, batinnya.

Hari ini Raisa merasa sangat bahagia. Sebelum mengantarnya pulang Keno mengajaknya makan siang di rumah makan yang memiliki suasana hangat dan nyaman. Melihat menu makanan yang terlihat enak, membuat Raisa bingung. Dengan santai Keno membantu memilihkan pesanan makanan untuk Raisa. Ayam bakar sambal hijau dan segelas ice chocolate. Disana Keno bercerita banyak tentang dirinya, tentang keluarganya serta kenangan tentang almarhum ayahnya. Ternyata cita-citanya adalah menjadi seorang pilot. Itu semua karena ayahnya juga mantan seorang pilot. Keno mengatakan bahwa ia ingin sekali berada dekat dengan bintang yang menurutnya itu adalah ayahnya. Suara mobil yang sangat dikenalnya terdengar memasuki pekarangan rumah. Ayahnya telah pulang. Sudah 3 tahun setelah kepergian ibunya tempat tinggal Raisa itu terasa sangat sunyi. Ayahnya lebih sering lembur daripada saat mediang ibunya masih ada. Jarak antara dirinya dan ayahnya terasa semakin jauh. Apalagi akhir-akhir ini ayahnya telihat lebih rapi dan pulang lebih larut daripada biasanya. Ia tahu tanda apakah itu, namun ia enggan mengakui kebenaran yang ada.

Ken... Kenooo... panggil Raisa. Keno yang berniat menuju kantin menoleh dan tersenyum saat melihat Raisa melambai. Ia menunggu Raisa menghampirinya. Raisa berlari kecil menghampiri Keno sambil membawa sebuah buku. Aku mau kembalikan buku tulis kamu yang sempat aku pinjam. Makasih ya. kata Raisa. Ya elah repot amat sih. Lo balikin kapan-kapan juga nggak apa-apa. By the way, mau ke kantin bareng nggak? Kebetulan gue baru mau kesana.Boleh, yuk! Seusai Raisa mengiyakan ajakan Keno, mereka langsung menuju kantin dengan tangan Keno yang menarik lembut tangan Raisa. Rona merah langsung menjalari wajah Raisa dan degup jantungnya pun berdetak lebih kencang saat itu juga.

Suatu keajaiban akan datang ketika bintang muncul bersamaan saat hujan turun. Raisa sangat berharap akan ada keajaiban yang seperti kata-kata tersebut. Kata-kata yang ia buat sendiri. Hujan dan bintang memang tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Sama seperti ia dan Keno. Bagai hujan dan bintang, ia dan hanya akan memaksakan keadaan dan melukai diri sendiri apabila tetap ingin bersama dengannya. Rasa sakit hati dan kekecewaan kembali menjalari perasaannya. Kenyataan yang tidak pernah ingin diketahuinya terbongkar juga. Kemarin dan semua kejadian yang telah terjadi sudah direncanakan. Semua rasa perhatian dan kasih itu tidak pernah ada. Itu semua hanya sandiwara. Sampai tadi ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Suara mobil yang sangat dikenalnya memasuki pekarangan rumah. Rasa heran menghantui pikiran Raisa. Rasa penasaran tersebut berubah menjadi rasa ingin tahu sehingga menghilangkan sikap cuek yang biasa ditunjukkannya pada ayahnya. Raisa turun dari kamarnya menuju ruang tamu tempat ayahnya berada. Tumben, Pa. Ada angin apa nih... sore begini kok udah ada di rumah? tanya Raisa. Ayahnya yang sedang duduk melamun di sofa ruang tamu, terkejut karena suara Raisa yang mengagetkan. Ayahnya menghela napas panjang, merasa sudah saatnya jarak antara mereka berdua dipisahkan. Raisa... Papa perlu biacara dengan kamu. Bisa kamu kemari dan temani Papa bicara? pinta Papa Raisa. Raisa mengernyitkan dahi. Heran dengan permintaan ayahnya yang tidak biasa. Ayahnya pasti sangat lelah, makanya meminta hal yang tidak-tidak. Namun, ia merasa tidak dapat menolak permintaan ayahnya. Diturutinya juga permintaan ayahnya barusan. Ia menghampiri ayahnya dan duduk di sebelahnya. Lama sekali waktu berjalan, sampai saat ayahnya memulai pembicaraan. Sudah 3 tahun Mama meninggalkan kita. Deg jantung Raisa terasa berdetak dengan cepat saat ayahnya menyinggung hal yang sama sekali tidak pernah dibicarakan di rumah ini. Terdengar helaan napas ayahnya yang terasa berat. Tapi, walau begitu Mama akan selalu ada di hati kita. Sudah lama rasanya, rumah ini tidak mendapat sentuhan tangan seorang ibu lanjut ayahnya. Bik Suni kan juga seorang ibu. potong Raisa. Suaranya bergetar saat mengetakan itu, ia mencoba menahan emosinya yang hampir meledak. Tolong Raisa, jangan potong omongan Papa dulu. Papa telah menemukan seorang wanita yang rasanya pas untuk menjadi ibu kamu. Papa bukan ingin menggantikan posisi Mama, Papa hanya ingin kamu mendapatkan kasih sayang yang seharusnya kamu dapatkan dari seorang ibu.... Oke... siapa wanita itu? Ayahnya tersenyum. Nanti malam, Papa akan kenalkan kamu padanya.

Tap... tapi... kenapa kamu ngelakuin ini sama aku? kata Raisa dengan suara bergetar dan air mata yang hampir keluar. Keno berhasil menarikku menjauh dari ayah Raisa dan ibu Keno saat melihat keterkejutan merayapi hinggap di wajah mungil Raisa. Maaf... gue harus lakuin ini semua buat nyokap gue. Gue nggak mau ngeliat dia menderita terus-menerus setelah kepergian bokap gue. Maaf kalo lo ngerasa gue udah nyakitin lo. tutur Keno tanpa memandang mata Raisa. Dia bahkan nggak sudi ngeliat mataku, apa sebegitu jahatnya dia? Setelah berhasil menyatukan Papa dan ibunya ia nggak menganggapku pernah ada. Tapi, aku juga nggak mungkin melarang Papa berhubungan dengan wanita lain. Papa juga sudah telalu lama menyendiri. , batin Raisa. Oke kalo itu mau kamu. Mulai sekarang anggap aja kita nggak pernah kenal. Biar aja kita saudaraan, tapi jangan harap aku akan akuin kamu sebagai saudaraku. Raisa berlari menuju kamar dan menumpahkan air matanya di atas kasur. Sorry Rai, bukan maksud gue nyakitin lo. Gue bener- bener nyesel udah nyakitin hati lo. Tapi, gue nggak bisa ngebiarin nyokap gue sedih terus- terusan, batin Keno. Melihat dua wajah bingung dihadapannya. Keno segera menjelaskan hal yang telah terjadi. Tentu bukan cerita sebenarnya.

Sudah dua bulan sejak pernikahan ayahnya dengan ibu Keno berlalu. Raisa yang masih memendam rasa sakit hati kini tengah berada di daerah kawasan Bandung. Ia memutuskan pindah sekolah dengan alasan ingin berada dekat dengan neneknya yang memang tinggal di daerah Bandung. Besok tepat tahun ketiga, ibunya meninggal. Ia akan kembali ke Jakarta dan mengunjungi makam ibunya. Ia akan bertemu lagi dengan seseorang yang menyebabkannya seperti ini.

Tempat ini masih seperti tiga bulan yang lalu, saat ia ke tempat itu bersama dengan seseorang. Suasana hangat dan nyaman langsung menjalari hatinya saat memasuki tempat itu. Raisa memesan makanan yang sama seperti tiga bulan yang lalu. Ayam bakar sambal hijau dengan segelas ice chocolate. Matanya masih sembab setelah mengunjungi ibunya di TPU Jeruk Purut. Ia menoleh ke arah luar jendela dan melihat hujan turun di malam yang kelabu. Ia memandang langit yang terlihat pekat. Raisa tersentak sebuah cahaya kecil berada di langit. Ia menajamkan matanya dan meyakinkan diri bahwa cahaya itu adalah sebuah bintang. Bintang di saat hujan. Kembali, pikirannya melayang entah kemana. Kata- kata yang ia buat. Keajaiban. Apa benar? Sampai sebuah suara mengagetkannya Gue kangen banget sama lo, Rai. sebuah suara berat mengagetkannya. Bagai petir menyambar, suara itu membuat batinnya mengakui bahwa ia merindukan suara berat itu. Wajah itu tersenyum lembut, begitu tampan. Wajah yang sangat disukai Raisa, apalagi senyumnya. Mengingat kejadian lalu, Raisa langsung memasang wajah marah. Ngapain kamu disini? Apa Jakarta itu begitu kecil ya, sampai harus bertemu denganmu di tempat ini. Gue kangen sama lo, gue janji nggak akan pernah nyakitin hati lo lagi. Gue disini karena gue mau jelasin semuanya. Ekspresi marah di wajah Raisa berubah melembut. Melihat itu Keno kembali melanjutkan omongannya. Mama Arin itu nyokap angkat gue. Dari lahir gue nggak pernah tau siapa ortu gue. Papa sama Mama ngadopsi gue dan ngejadiin gue sebagai anak mereka. Mama nggak bisa punya anak, makanya gue ini jadi anak kesayangan mereka. Keno menghela napas berat. Lo tau gimana perasaan gue saat ngelihat orang yang udah ngebesarin gue keliatan sangat sedih dan gue nggak bisa ngelakuin apa-apa. Makanya, gue coba buat deketin lo saat gue tau Mama udah kembali seperti semula saat kenal bokap lo. Tapi saat gue deketin lo, gue malah ngerasa sayang sama lo. Rasa sayang yang nggak mungkin ada dari kakak ke adiknya. Gue minta maaf, Rai. Gue terima kalo lo nggak bisa maafin gue. Gue gue Keno menghentikan omongannya karena Raisa langsung memeluk tubuhnya erat. Gue janji gue janji nggak akan nyakitin lo lagi. Lo nggak tau apa yang gue rasain saat lo pergi. Raisa melepaskan pelukannya dari Keno, dan memberikan senyum termanisnya pada Keno. Wah, kalian akrab sekali ya! Papa kira kalian ada masalah sehingga Raisa harus pindah ke Bandung suara Papa Raisa menyentak Keno dan Raisa. Rona merah langsung menjalari wajah Raisa dan Keno. Raisa benar- benar melepaskan pelukannya. Tak ada yang pernah tau bahwa bintang dan hujan di takdirkan untuk bersama atau tidak. Namun, bagi Raisa keajaiban benar-benar ada. Keajaiban yang datang saat bintang muncul bersamaan dengan turunnya hujan.