hubungan trauma from occlusion dengan penyakit periodontal

Upload: dika-ajach-ez

Post on 05-Apr-2018

287 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    1/13

    Hubungan Trauma from Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    Pendahuluan

    Oklusi dan hubungannya dengan penyakit periodontal telah dan masih menjadi bahan kontroversi.

    Selama bertahun-tahun, sejumlah penelitian pada manusia dan binatang percobaan berusaha

    menyelidiki hubungan tersebut. tujuan Clinical Update ini adalah untuk meringkas penelitian

    terdahulua, mendeskripsikan tanda dan gejala trauma oklusi, dan membahas pertimbangan-

    pertimbangan perawatan.

    Definisi

    Sebelum membahas trauma oklusi, pemaparan definisi yang umum digunakan dapat membantumemahami subyek ini.

    Trauma oklusal: Suatu perlukaan pada apparatus perlekatan akibat tekanan oklusal yang berlebihan.

    Trauma oklusal adalah perlukaan jaringan, bukan tekanan oklusal. Trauma oklusal dapat dibagi

    menjadi 3 kategori umum:

    1)Trauma oklusal primer: Perlukaan akibat tekanan oklusal berlebihan yang diaplikasikan pada gigi-

    geligi yang memiliki dukungan normal. Contohnya, restorasi yang tinggi, bruksisme, pergeseran atau

    ekstrusi ke ruang edentulous, dan pergerakan ortodontik.

    2)Trauma oklusal sekunder: Perlukaan akibat tekanan oklusal normal yang diaplikasikan pada gigi-

    geligi tanpa dukungan yang adekuat.

    3)Trauma oklusal kombinasi: Perlukaan akibat tekanan oklusal berlebihan pada periodonsium yang

    berpenyakit. Dalam kasus ini, terjadi inflamasi gingiva, pembentukan poket, dan tekanan oklusal

    berlebihan yang umumnya disebabkan oleh tekanan parafungsional.

    Oklusi traumatogenik: Oklusi yang dapat menghasilkan tekanan penyebab perlukaan pada apparatusperlekatan.

    Traumatisme oklusal: Proses keseluruhan dimana oklusi traumatogenik mengakibatkan perlukaan

    apparatus perlekatan periodontal.

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    2/13

    Latar Belakang

    Kurang lebih 100 tahun lalu, diduga bahwa oklusi berperan signifikan dalam penyakit periodontal

    dan pembentukan celah vertikal. Glickman memperkenalkan Theory of Codestruction untuk

    menjelaskan hubungan antara oklusi dengan penyakit periodontal. Beliau mendeskripsikan dua regio

    dalam periodonsium: zona iritasi [gingiva marginal dan interdental dan serat transeptal] dan zona

    kodestruksi [ligamentum periodontal, tulang alveolar, sementum, serat transeptal dan crest

    alveolar]. Beliau menduga bahwa inflamasi gingiva yang diinduksi oleh plak terjadi di zona iritasi.

    Tekanan oklusi atau oklusi traumatogenik menyerang zona kodestruksi namun tidak menyebabkan

    inflamasi gingiva. Namun, trauma oklusal yang dikombinasikan dengan inflamasi yang diinduksi oleh

    plak menimbulkan tekanan kodestruktif akibat perubahan jalur normal inflamasi dan pembentukan

    defek tulang angular serta poket infrabony.

    Berbeda dengan teori kodestruksi, Warhaug menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa traumaoklusal menyebabkan atau berperan sebagai suatu kofaktor dalam pembentukan defek angular.

    Beliau menduga bahwa poket infrabony disebabkan oleh peningkatan plaque front atau

    perkembangan plak subgingiva di apikal, dan pembentukan defek tulang horisontal ataupun angular

    tergantung pada lebar tulang interproksimal. Gigi-geligi yang memiliki tulang interproksimal sempit

    mengalami defek horisontal sedangkan gigi-geligi yang memiliki tulang interproksimal lebar

    cenderung mengalami defek angular atau vertikal.

    Sejumlah penelitian pada binatang percobaan menggunakan Squirrel Monkey dan Beagle Dog

    mengevaluasi efek tekanan jiggling/goncangan yang berlebihan dalam kondisi periodontitis

    eksperimental. Kedua kelompok ini memberikan hasil yang berbeda dan mungkin disebabkan oleh

    perbedaan desain penelitian dan model binatang yang digunakan.

    Kesimpulan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

    1)Trauma oklusal tidak memicu inflamasi gingiva

    2)Jika tidak terjadi inflamasi, oklusi traumatogenik akan meningkatkan mobilitas, pelebaran PDL,

    penurunan tinggi tulang crestal dan volume tulang, namun tidak terjadi kehilangan perlekatan.

    3)Jika terjadi inflamasi gingiva, tekanan jiggling yang berlebihan tidak akan mempercepat kehilangan

    perlekatan pada squirrel monkey namun peningkatan tekanan oklusal akan mempercepat

    kehilangan perlekatan pada Beagle dog.

    4)Perawatan inflamasi gingiva dalam kondisi mobilitas kontinyu atau trauma jiggling akan

    mengurangi mobilitas dan meningkatkan densitas tulang, namun tidak akan mengubah tinggi

    perlekatan atau tulang alveolar.

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    3/13

    Tanda dan Gejala

    Saat mengevaluasi pasien yang dicurigai mengalami trauma oklusal, terdapat sejumlah gejala klinis

    dan radiografik. Indikator trauma oklusi tersebut adalah sebagai berikut:

    Klinis

    1.mobilitas [progresif]

    2.nyeri saat mengunyah atau perkusi

    3.fremitus

    4.prematuritas/diskrepansi oklusal

    5.keausan yang disertai dengan beberapa indikator klinis lainnya

    6.migrasi gigi

    7.gigi retak atau fraktur

    8.sensitivitas termal

    Radiografik

    1.pelebaran ruang PDL

    2.kehilangan tulang [furkasi, vertikal, sirkumferensial]

    3.resorpsi tulang

    Tujuan terapeutik dan pertimbangan perawatan

    Tujuan terapi periodontal dalam perawatan traumatisme oklusal harus dilakukan untuk memelihara

    kenyamanan dan fungsi periodonsium. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dipertimbangkan

    beberapa pilihan perawatan, sebagai berikut:

    a.penyesuaian oklusal [occlusal adjustment]

    b.penatalaksanaan kebiasaan parafungsional

    c.stabilisasi gigi-geligi yang goyang secara temporer, provisional, atau jangka panjang menggunakan

    alat lepasan ataupun cekat

    d.pergerakan gigi ortodontik

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    4/13

    e.rekonstruksi oklusal

    f.pencabutan gigi tertentu

    Penyesuaian oklusal atau grinding selektif didefinisikan sebagai reshaping permukaan oklusi gigi-

    geligi melalui grinding untuk menciptakan relasi kontak yang harmonis antara gigi-geligi rahang atas

    dan bawah. Karena terdapat kontroversi dalam hal trauma oklusi dan perannya dalam

    perkembangan penyakit periodontal, hal tersebut juga berlaku dalam subyek penyesuaian oklusal.

    Workshop in Periodontics tahun 1989 membuat daftar indikasi dan kontraindikasi penyesuaian

    oklusal sebagai berikut:

    Indikasi penyesuaian oklusal

    1)Untuk mengurangi tekanan traumatik gigi-geligi yang menimbulkan:

    - Peningkatan mobilitas atau fremitus agar terjadi perbaikan apparatus perlekatan periodontal

    - Ketidaknyamanan selama kontak atau fungsi oklusal

    2)Untuk memperoleh hubungan fungsional dan efisiensi pengunyahan melalui perawatan restoratif,

    ortodontik, bedah ortognatik, ataupun trauma rahang jika diindikasikan.

    3)Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kerusakan akibat kebiasaan parafungsional

    4)Reshape gigi-geligi yang berperan dalam perlukaan jaringan lunak ini

    5)Untuk menyesuaikan relasi marginal ridge dan cusp yang menyebabkan impaksi makanan

    Kontraindikasi penyesuaian oklusal

    1)Penyesuaian oklusal tanpa pemeriksaan, dokumentasi, dan penyuluhan pasien pra-perawatan

    yang cermat

    2)Penyesuaian profilaktik tanpa tanda dan gejala trauma oklusal

    3)Sebagai perawatan primer inflamasi penyakit periodontal yang diinduksi oleh mikroba

    4)Jika status emosional pasien tidak memberikan hasil yang memuaskan

    5)Kasus ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi-geligi yang tidak akan memberikan respon jika

    hanya dilakukan penyesuaian oklusal saja.

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    5/13

    Sejumlah penelitian melaporkan bahwa terjadinya diskrepansi oklusal tidak berhubungan dengan

    peningkatan kerusakan yang disebabkan oleh penyakit periodontal. Burgett menemukan bahwa

    pasien yang menjalani perawatan penyesuaian oklusal sebagai salah satu bagian dari perawatan

    periodontal, secara statistik, memperoleh peningkatan tinggi perlekatan yang lebih baik

    dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani perawatan penyesuaian oklusal. Meskipun hasil

    tersebut dinyatakan signifikan secara statistik, perbedaan klinis tersebut tidak memiliki signifikansi

    klinis. World Workshop in Periodontics pada tahun 1996 menemukan beberapa penelitian tentang

    peran oklusi dalam penyakit periodontal. Mereka tidak menemukan penelitian prospektif terkontrol

    tentang peran oklusi dalam penyakit periodontal yang tidak dirawat dan pertimbangan etika

    membatasi dilakukannya penelitian semacam itu. Baru-baru ini, dua penelitian pada manusia

    menemukan bahwa gigi-geligi yang mengalami diskrepansi oklusal memiliki kedalaman probing yang

    lebih dalam, mobilitas yang lebih besar dan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan gigi-

    geligi tanpa diskrepansi oklusal. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa perawatan diskrepansi

    oklusal berhasil mengurangi perkembangan penyakit periodontal, secara signifikan, dan merupakan

    salah satu faktor penting dalam keseluruhan perawatan penyakit periodontal.

    Telah diketahui bahwa penyesuaian oklusal yang hanya ditujukan untuk menentukan pola

    konseptual yang ideal, dikontraindikasikan. Perawatan tersebut sebaiknya hanya dilakukan jika

    ditujukan untuk mempermudah perawatan atau menghambat tekanan destruktif aktif. Jika

    direncanakan untuk melakukan terapi oklusal sebagai bagian dari perawatan periodontal, biasanya

    ditunda sampai terapi awal yang ditujukan untuk meminimalisir inflamasi periodonsium telah

    selesai. Langkah ini didasarkan pada fakta bahwa inflamasi saja dapat berperan signifikan dalam

    mobilitas gigi.

    Berikut ini adalah indikasi dan kontraindikasi splinting seperti yang dibuat dalam World Workshop in

    Periodontics tahun 1989:

    Indikasi splinting

    1.Menstabilkan gigi-geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan respon terhadap

    penyesuaian oklusal dan perawatan periodontal.

    2.Menstabilkan gigi-geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan respon terhadap

    penyesuaian oklusal dan perawatan, serta terjadi gangguan fungsi normal dan kenyamanan pasien

    3.Mempermudah perawatan gigi-geligi pasien yang sangat mobile melalui splinting sebelum

    instrumentasi periodontal dan prosedur penyesuaian oklusal

    4.Mencegah tipping atau pergeseran gigi-geligi dan ekstrusi gigi-geligi yang tidak memiliki antagonis

    5.menstabilkan gigi-geligi setelah pergerakan ortodontik, jika perlu

    6.Menciptakan stabilitas oklusal yang adekuat jika akan dilakukan penggantian gigi-geligi

    7.Splint gigi-geligi sehingga akar dapat dicabut dan mahkota tertahan di tempatnya

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    6/13

    8.Menstabilkan gigi-geligi setelah trauma akut

    Kontraindikasi splinting

    1)jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan

    2)jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum pernah dilakukan

    3)jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas

    Beberapa penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan resorpsi tulang dan kehilangan perlekatan

    pada gigi-geligi yang mobile dan fremitus. Mobilitas gigi dapat disebabkan oleh trauma oklusi,

    resorpsi tulang alveolar dan kehilangan perlekatan periodontal, serta inflamasi periodontal. Pada

    kenyataannya, splinting gigi-geligi dalam kondisi hiperoklusi akan membahayakan gigi-geligi lainnya

    yang di-splint. Sejumlah penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan antara gigi-geligi yang di-

    splint selama atau setelah terapi awal [skeling dan root planing], atau bedah resektif tulang

    dibandingkan dengan gigi-geligi yang tidak di-splint. Meskipun data yang ada sangat terbatas,

    mobilitas gigi pada gigi-geligi yang sangat mobile perlu dilakukan saat mempertimbangkan prosedur

    regeneratif.

    Ringkasan

    Meskipun peran oklusi dalam perkembangan penyakit periodontal telah dibahas dan diselidiki

    selama lebih dari 100 tahun, serta telah dan masih menjadi salah satu subyek kontroversi. Telah

    dipahami bahwa trauma oklusi tidak memicu atau mempercepat kehilangan perlekatan akibat

    penyakit periodontal inflamasi. Namun, masih dipertanyakan apakah ada hubungan antara trauma

    oklusi dengan peningkatan mobilitas gigi progresif menyebabkan kehilangan perlekatan pada pasien

    yang mengalami penyakit periodontal inflamasi. Oleh karena itu, perawatan pasien periodontal yang

    mengalami gangguan oklusal merupakan tujuan pertama terapi harus ditujukan untuk meredakan

    inflamasi yang diinduksi oleh plak. Jika hal ini telah dilakukan, kemudian dapat dilakukan perawatan

    untuk menyesuaikan oklusi. Hal ini akan mengurangi mobilitas, mengurangi lebar ruang ligamentum

    periodontal, dan meningkatkan volume tulang. Terakhir, untuk kasus terapi degeratif, perludipertimbangkan untuk menstabilkan gigi-geligi yang mobile, sebelum pembedahan dilakukan.

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    7/13

    Trauma From Occlusion (TFO)

    Trauma From Occlusion (TFO) dapat menghasilkan deteksi radiografi dimana terdapat perubahan

    lamina dura, morfologi alveolar crest, ketebalan dari saraf PDL, dan densitas di sekeliling tulang

    lancellous. Lesi traumatik bermanifestasi lebih jelas pada bagian fasiolingual, karena bagian

    mesiodistal dari gigi mempunyai tambahan stabilitas oleh daerah kontak dengan gigi tetangga.

    Untuk itu sedikit variasi pada permukaan proximal dapat mengedintifikasikan perubahan yang hebat

    pada bagian fasial dan lingual.1

    Perubahan radiografik pada daftar berikutnya tidak patognomonic dari TFO dan harus

    diinterpretasikan dalam kombinasi dengan tanda klinis, kegoyangan gigi, tampak ada masalah, poket

    yang dalam. Analisis kontak oklusal dan kebiasaan pada fase injuri dari traumatik oklusi

    memperlihatkan kehilangan laminadura yang dapat terjadi pada apeks, furkasi dan daerah margin.

    Kehilangan laminadura ini menghasilkan panebalan jarak PDL. Perubahan ini, terutama ketika baru

    mulai atau terbatas; dapat lebih mudah pusing dengan variasi tehnik disebabkan oleh sudut sinar X

    atau malposisi dari gigi. Ini dapat didiagnosis dengan pasti hanya dengan radiografi dengan kualitas

    tinggi.

    Fase repair dari trauma oklusi menghasilkan percobaan untuk memperkuat struktur periodontal

    dengan dukungan yang lebih baik menunggu penambahan. Radiografinya, ini bermanifestasi dan dan

    pelebaran jarak PDH, secara umum untuk secara khusus. Beberapa kerusakan lebih lanjut yang dapat

    terjadi adalah kehilangan tulang alveolar yang labih dalam, kombinasi dengan inflamasi pada

    marginal, dapat memberi petunjuk formasi poket infraboni. Pada tahapterminal, lesi ini memperluas

    ke ujung akar, bertambah lebar, foto radiolusen pada periapikal. Resorbsi akar dapat dihasilkan

    perubahan berlebihan dari periodontium. Terutama disebabkan oleh alat ortodonsi. Walaupun

    traumaoklusi menghasilkan banyak daerah resorbsi akar, area ini biasanya tidak cukup untuk

    dideteksi secara radiografi

    2.1.2 Etiologi

    Beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan tekanan pada jaringan periodonsium yaitu:

    o Hambatan oklusal pada waktu oklusi sentris ( kontak ke premature dan gerak artikulasi (blocking) )

    o Gigi hilang tidak diganti

    o Perbandingan mahkota akar tidak seimbang

    o Kontak edge to edge

    o Alat prostetik dan restorasi yang buruk

    o Bruxism

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    8/13

    o Cleancing

    o Menggunakan tusuk gigi

    Etiologi lainnya :

    1. Perubahan pada tekanan oklusal

    si meningkat sehingga pelebaran ruang periodontal, peningkatan jumlah

    dan lebar serat ligament periodontal, dan peningkat densitas tulang alveolar.

    sehingga serat ligament periodontal utama diatur sedemikian rupa untuk mengkomodasi tekanan

    oklusi sepanjang sumbu utama gigi.

    intermiten.

    ak frekuensi tekanan intermiten, semakin besar injuri

    terhadap jaringan periodonsium.

    2. Berkurangnya kemampuan jaringan periodonsium uantuk menerima tekanan oklusi.

    Stress oklusal yang melebihi batas adaptasi jaringan dapat menimbulkan trauma oklusi, karena :

    o Menggeletuk, mengerot dan menggigit benda asing

    o Geligi tiruan sebagian lepasan kurang baik dan orthodontic

    o Kontak gigi yang mengganggu kelancaran gerak menutup disepanjang setiap arah ke posisi

    intercuspal.1

    2.1.3 Klasifikasi

    Berdasarkan efek :

    1. Trauma Akut (Acute TFO)

    Dihasilkan dari occlusal impact yang tiba-tiba, seperti saat menggigit benda keras. Restorasi atau

    alat-alat prostetik juga dapat mengubah arah gaya oklusal sehingga dapat menimbulkan trauma

    akut.

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    9/13

    Trauma akut menyebabkan nyeri pada gigi, sensitivitas terhadap perkusi, dan peningkatan mobilitas

    gigi. Bila tekanan oklusalnya dikurangi, luka akan sembuh dan gejala di atas akan berkurang. Bila

    tidak, luka periodontal akan bertambah parah dan menjadi nekrosis, yang diikuti oleh pembentukan

    abses periodontal, atau menjadi kronis dan tanpa gejala. Trauma akut juga dapat menyebabkan

    pecahnya sementum.

    2. Trauma Kronis (Chronic TFO)

    Biasanya disebabkan oleh perubahan pada oklusi karena ausnya gigi, drifting, dan ekstrusi, ditambah

    dengan parafungsi. Gaya oklusal tidak terlalu besar, tetapi terus-menerus menekan dan mengiritasi

    jaringan periodontal.

    Berdasarkan etiologi :

    1. TFO Primer

    Adalah gaya oklusal berlebihan pada jaringan periodontal yang sehat (tidak ada migrasi apikal dari

    epitel jungsional atau kehilangan jaringan ikat gingiva). Salah satu contohnya adalah TFO karena

    penempatan restorasi atau insersi fixed bridge atau partial denture. Perubahan yang tampak adalah

    penebalan ligament periodontal, mobilitas gigi, bahkan nyeri. Perubahan ini reversible bila trauma

    dihilangkan.

    2. TFO Sekunder

    Adalah gaya oklusal abnormal pada jaringan periodontal tidak sehat yang telah lemah karena adanya

    periodontitis. TFO sekunder terjadi pada gigi yang jaringan periodontalnya telah mengalami migrasi

    apikal epitel jungsional dan kehilangan perlekatan. Gigi dengan jaringan periodontal yang tidak sehatdan terinflamasi, ditambah gaya oklusal yang berlebihan akan mengalami kehilangan tulang dan

    pembentukan poket yang cepat.1,2

    2.1.4 Mekanisme

    Stage I: Injury

    Besar lokasi dan pola kerusakan jaringan tergantung pada besar, frekuensi dan arah gaya yang

    menyebabkan kerusakan tersebut. Tekanan berlebih yang ringan akan menstimulasi resopsi padatulang alveolar disertai terjadinya pelebaran ruang ligamen periodontal. Tegangan berlebih yang

    ringan juga menyebabkan pemanjangan serat-serat ligamen periodontal serta aposisi tulang

    alveolar. Pada area dimana terdapat peningkatan tekanan, jumlah pembuluh darah akan berkurang

    dan ukurannya mengecil. Sedangkan pada area yang keteganganya meningkat, pembuluh darahnya

    akan membesar.

    Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan periodonsium, dimulai

    dengan tekanan dari serat-serat yang menimbulkan area hyalinisasi. Kerusakan fibroblast dan

    kematian sel-sel jaringan ikat kemudian terjadi yang mengarah kepada area nekrosis pada ligamen

    periodontal. Perubahan pembuluh darah terjadi: selama 30 menit, hambatan dan stase(penghentian) pembuluh darah terjadi: selama dua sampai tiga jam, pembuluh darah terlihat

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    10/13

    bersama eritrosit yang mulai terbagi menjadi kepingan-kepingan dan dalam waktu antara satu

    hingga tujuh hari, terjadi disintegrasi dinding pembuluh darah dan melepaskan isinya kejaringan

    sekitarnya.pada keadaan ini terjadi peningkatan resopsi tulang alveolar permukaan gigi.

    Stage II: Repair

    Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang normal dan trauma oklusi

    menstimulasi peningkatan aktivitas perbaikan. Jaringan yang rusak dihilangakan, sel-sel dan serat-

    serat jaringan ikat, tulang dan sementum dibentuk dalam usaha untuk mengantikan jaringan

    periodonsium yang rusak.

    Stage III: Adaptasi

    Ketika proses perbaikan tidak dapat menandingi kerusakan yang diakibatkan oklusi, jaringan

    periodonsium merubah bentuk dalam usaha untuk menyesuaikan struktur jaringan dimana tekanan

    tidak lagi melukai jaringan. Hasil dari proses ini adalah penebalan pada ligamen periodontal yang

    mempunyai bentuk funnel pada puncak dan angular pada tulang tanpa formasi poket dan terjadi

    kelonggaran pada gigi yang bersangkutan.1

    2.1.5 Gambaran Klinis

    Gambaran klinis dari TFO:

    1. Sakit atau rasa ketidaknyamanan.

    2. Sensitif pada tekanan.

    3. Sakit pada wajah atau sendi temporomandibula.

    4. Resesi pada gingival.

    5. Celah pada gingival yang hiperplastis dan menyeluruh atau disebut juga Mc Calls Festoon.

    6. Poket periodontal/ kehilangan perlekatan epitel gingival.

    7. Kegoyangan gigi.

    8. Migrasi dan atau posisi gigi yang abnormal.1

    2.1.6 Gambaran Radiografis

    Interpretasi Radiografik Kelainan Periodontal

    Yang harus dibaca pada radiograf jaringan periodontal

    1. Keadaan tulang yang ada

    Kuantitas (tinggi/lebar) dan kualitas (pola/densitas)

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    11/13

    Gambaran keseluruhan

    /menyeluruh)

    2. Alveolar crest (merupaka bagian penting)

    Kortikal lamina dura

    Tinggi ; 0,5-1,5mm d bawah CEJ 2 gigi bertetangga

    Bentuk; tergantung posisi gigi

    Outline; halus, rata, kesinambungan, kepadatan, lebar

    3. Ruang periodontal

    Ada/tidak, lebarnya

    4. Keterlibatan furkasi (akar ganda)

    5. Perbandingan mahkota-akar keterlibatan furkasi (akar ganda)1,3

    2.1.7 Dampak dari TFO

    rjadi injuri pada jaringan-jaringan pendukung periodontal.

    osteoporosis tulang alveolar dan reduksi tulang yang tinggi.

    open-bite dan tidak adanya fungsi antagonis

    2.1.8 Cara Pemeriksaan TFO

    Pemeriksaan oklusi untuk melihat ada atau tidaknya Trauma From Occlusion bisa dilakukan dengan:

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    12/13

    1. Maximum Intercuspation or Intercuspal position

    Pasien diperintahkan untuk menutup mulut dengan posisi intercuspal maksimum tanpa mencari

    gigitan yang nyaman (posisi menelan ludah). Cara yang paling efisien untuk melihat kontak oklusal

    adalah dengan meletakkan matriks Mylar antara gigi dan menyuruh pasien untuk menutup mulut

    dan kemudian matriks dipindahkan. Dari matriks terlihat seberapa banyak gigi yang berkontak. Ada

    atau tidaknya kontak dapat terlihat untuk gigi molar, premolar, kaninus,dan insisivus.

    2. Excursive movement

    Kualitas kontak gigi selama pergerakan mandibula dapat dilihat dengan menyuruh pasien

    menggerakkan rahang bawah ke depan, kanan dan kiri.

    3. Initial contact in centric relation closure arc

    Jika ada gigi yang berkontak sebelum ada gigi yang lain berkontak sempurna (kurang dari 50%) maka

    terjadi bloking.

    4. Tooth mobility

    Kegoyangan gigi dapat diperkirakan dengan tekanan gigi. Setelah gigi berkontak, maka pasien dapat

    menghentakkan gigi dan dokter dapat melihat kegoyangan gigi pasien.

    5. Attrition

    Yaitu penggunaan gigi karena sering berkontak. Atrisi yang berlebihan terlihat sebagai kebiasaan

    parafungsi yang dapat meningkatkan trauma oklusi dan menyebabkan jaringan periodonsium

    dimana otot penguyahan mayor mengganggu dan mengguncang gigi dalam alveolus.

    6. Penggunaan kertas artikulasi

    Berguna untuk mengindentifikasi kontak oklusal yang dapat merusak mandibula, kegoyangan gigi

    atau menyebabkan trauma pada gigi dan periodonsiumnya. Dalam kasus spesifik, metode ini

    digunakan untuk melihat hubungan oklusi, lokalisasi sisi pengunyahan gigi, oklusal adjustment dan

    melihat peningkatan perubahan oklusi.5

    2.1.9 Perbedaan TFO dan TO

  • 8/2/2019 Hubungan Trauma From Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

    13/13

    Trauma karena oklusi adalah gaya oklusal yang berlebihan terhadap penyesuaian kapasitas jaringan

    yang menghasilkan injuri pada jaringan. Trauma oklusi adalah oklusi yang dapat menyebabkan

    trauma, contohnya premature kontak.

    Ketika tekanan oklusal melebihi kapasitas adaptif jaringan periodonsium, maka akan terjadi

    kerusakan jaringan periodonsium. Kerusakan ini disebabkan karena trauma oklusi. Trauma from

    occlusion adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusi yang melebihi kapasitas

    adaptasi jaringan, sedangkan oklusi yang menyebabkan kerusakan disebut traumatic oklusi.

    Trauma karena oklusi mengarah pada kerusakan jaringan bukan pada tekanan okusalnya. Daya

    oklusi yang berlebihan dapat mengganggu fungsi otot pengunyahan dan menyebabkan nyeri yang

    berupa sentakan, cedera Temporo Mandibular Joint (TMJ) atau menghasilkan penggunaan gigi yang

    berlebihan.1

    2.1.10 Diagnosis dan Prognosis

    Diagnosis: Gigi 31 mengalami Trauma From Occlusion (TFO) karena adanya blocking.

    Prognosis: baik, karena masih ada dukungan tulang, OH baik, gigi goyang 2, kooperatif pasien dan

    tidak disertai penyakit sistemik.1

    2.1.11 Rencana Perawatan6

    I. Terapi Inisial

    DHE + fisioterapi oral

    RA/RB=scaling dan root planning

    Oklusal adjustment

    Evaluasi untuk melihat keberhasilan perawatan.

    IV. Terapi Pemeliharaan setelah perawatan berhasil.

    II. Terapi Bedah tidk dilakukan (-).

    III. Rekonstruksi tidak dilakukan (-).