hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang sectio caesaria

70
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SECTIO CAESARIA DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA DI RSUD AJIBARANG PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Upload: miqmouse

Post on 09-Aug-2015

1.963 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post Partum Dengan Sectio Caesaria

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SECTIO CAESARIA

DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU POST PARTUM DENGAN

SECTIO CAESARIA

DI RSUD AJIBARANG

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

Page 2: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Febriana Dian Puspita Sari

NIM : 070665

AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO

2010

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa

pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Setiap

wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang

sempurna. Namun, tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan

dengan operasi, baik karena pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan janinnya ataupun

keinginan pribadi pasien (Kasdu, 2003).

Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina, lebih dikenal dengan

persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi caesar, yaitu bayi dikeluarkan

Page 3: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003). Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC adalah pembedahan untuk melahirkan

janin dengan membuka dinding rahim, namun pada kenyataannya masih sering terjadi

komplikasi pada ibu post partum seperti; infeksi puerperal, perdarahan, luka pada kandung

kencing, embolisme paru-paru, ruptur uteri dan juga dapat terjadi pada bayi seperti kematian

perinatal (Mansjoer, et.all, 1999).

Banyaknya kasus persalinan dengan sectio caesar semakin sering dilakukan dan

semakin tinggi tingkat keberhasilannya, walaupun tetap dipandang sebagai suatu upaya

terakhir, saat ini operasi Caesar sudah menjadi sesuatu yang umum (Kasdu, 2003). Sectio

Caesaria jauh lebih aman dibandingkan masa dahulu berkat kemajuan dalam antibiotika,

transfusi darah, anestesi, dan tekhnik operasi yang lebih sempurna. Karena itu saat ini ada

kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. (Muchtar,

2000).

Angka persalinan dengan operasi Caesar di Indonesia cukup tinggi menurut survey

yang dilakukan oleh Prof. Dr. Gulardi dan dr. A. Basalamah, terhadap 64 rumah sakit di

Jakarta menunjukkan dari 17.665 kelahiran, sebanyak 35,7-55,3 % melahirkan dengan

operasi Caesar. Sebanyak 19,5-27,3 % di antaranya merupakan operasi Caesar karena

adanya komplikasi Cephalopelvik Disproportion/CPD (ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin). Berikutnya, operasi Caesar akibat perdarahan

hebat yang terjadi selama persalinan sebanyak 11,9-21 % dan kelahiran caesar karena janin

sungsang berkisar antara 4,3-8,7 %  (Kasdu, 2003).

Page 4: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa persalinan dengan bedah caesar

adalah sekitar 10 - 15 % dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di

Indonesia sendiri, presentasi operasi caesar sekitar 5%. Di samping itu sumber lain

mengatakan bahwa Sectio Caesaria berhubungan dengan peningkatan 2 kali lipat resiko

mortalitas ibu

dibandingkan pada persalinan Vaginal. Kematian ibu akibat operasi caesar itu sendiri

menunjukkan angka 1 per 1.000 persalinan. Menurut Bensons dan Pernolls (2007), angka

kematian pada operasi caesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini

menunjukkan risiko 25 kali lebih besar di banding persalinan pervagina. Malahan untuk

kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan

pervaginaan. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 % dari seluruh angka kematian ibu

(Farrer, 2010).

Persalinan melalui Sectio Caesaria tetap mengandung risiko dan kerugian yang lebih

besar seperti risiko kematian dan komplikasi yang lebih besar seperti resiko kesakitan dan

menghadapi masalah fisik pasca operasi seperti timbulnya rasa sakit, perdarahan, infeksi,

kelelahan, sakit punggung, sembelit dan gangguan tidur juga memiliki masalah secara

psikologis karena kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan bayi dan merawatnya

(Depkes RI, 2006).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasca operasi caesar adalah

perawatan luka insisi, tempat perawatan pasca operasi, pemberian cairan, diit, nyeri,

mobilisasi dini, kateterisasi, pemberian obat-obatan dan perawatan rutin (Yuni, 2008).

Page 5: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu

injuri atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidupnya yang normal. Mobilisasi

secara bertahap sangat berguna membantu jalannya penyembuhan luka penderita. Miring ke

kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai setelah 6-10 jam (Suzanne, 1999). Menurut Novaria

(2000), salah satu pra kondisi yang menyebabkan rendahnya mobilisasi dini ibu bersalin

adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Khususnya ibu-ibu

post partum yang bersalin dengan operasi caesar.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari dengan

pemahaman yang tepat akan menumbuhkan perilaku baru yang diharapkan, khususnya

tindakan mobilisasi dini pasca oeprasi caesar. Pengetahuan yang dimiliki ibu bersalin juga

dapat dipengaruhi oleh faktor seperti usia ibu, paritas, pendidikan, dan pekerjaan (Depkes RI,

2000).

Umur mempengaruhi bagaimana ibu bersalin caesar mengambil keputusan dalam

mobilisasi dini, semakin bertambah umur (tua) maka pengalaman dan pengetahuan semakin

bertambah. (Notoatmodjo, 2003). Dalam proses persalinan, ibu yang Menurut Perinansia

(2003), paritas adalah pengalaman perawatan pasca persalinan, pengalaman pasca persalinan

pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan mobilisasi dini dalam keluarga serta pengetahuan

tentang manfaat mobilisasi dini berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk mobilisasi dini

atau tidak. Dukungan dokter, bidan/petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat

dibutuhkan terutama untuk ibu yang pertama kali operasi caesar. pertama kali operasi caesar

pengetahuan terhadap mobilisasi dini masih awam dibandingkan dengan mobilisasi dini pada

Page 6: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

persalinan normal. Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dalam

hal mobilisasi dini pasca caesar. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila

dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan

karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik

terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang arti penting mobilisasi

dini pasca persalinan (Depkes RI, 2000).

Rumah Sakit Ajibarang dengan jumlah pasien persalinan kurang lebih satu bulan rata-

rata sekitar 90 pasien pada tahun 2009. Dari angka tersebut, sebanyak 15 pasien atau 16.67 %

melahirkan dengan operasi Caesar rata-rata tiap bulannya. Sebagai studi pendahuluan yang

dilakukan kepada 15 ibu post operasi caesar, 13 diantaranya mengatakan, tidak mengetahui

tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini setelah melakukan persalinan dengan operasi

sectio caesar atau persalinan dengan komplikasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, masih terdapat kepercayaan ibu post sectio caesar

terhadap mitos-mitos yang ada di masyarakat seperti: tidak boleh banyak bergerak karena

melawan pantangan dan makanan yang dikonsumsi tidak boleh yang amis-amis misalnya

ikan laut, telur dan sebagainya sebanyak 10 orang. Dari permasalahan tersebut, penulis

tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan

pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria di Rumah Sakit

Ajibarang Kabupaten Banyumas.

Rumusan Masalah

Page 7: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Pengetahuan tentang perawatan pasca operasi caesar penting dimiliki ibu post partum

dengan SC salah satunya mengenai mobilisasi dini. Mengingat data yang diperoleh dari

catatan Medical Record RSUD Ajibarang tahun 2009, didapatkan data bahwa angka kejadian

SC di RSUD Ajibarang sebesar 16.67 % dari total persalinan (Medical Record, 2010) dan

pengetahuan yang kurang tentang pentingnya mobilisasi dini setelah melakukan persalinan

dengan operasi sectio caesar, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post

partum dengan sectio caesaria di Rumah Sakit Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2010.

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, pertanyaan penelitiannya adalah:

”Adakah hubungan tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum

dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang?”

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Page 8: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan

pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang

tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

1. Menggambarkan karakteristik responden (umur, pendidikan dan pekerjaan)

2. Menggambarkan tingkat pengetahuan ibu pot partum di RSUD Ajibarang.

3. Menggambarkan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio

caesaria di RSUD Ajibarang.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan referensi tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan

pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman baru tentang metode penelitian khususnya penelitian

kesehatan dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai mobilisasi dini

post sectio caesar.

Page 9: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan di

perpustakaan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi adik kelas

dalam melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi RS

Sebagai bahan masukan bagi RS untuk dapat lebih mengoptimalkan dalam perawatan

pada ibu post  sectio Caesar sebagai upaya pendampingan tindakan mobilisasi dini.

4. Bagi Ibu

Sebagai bahan informasi mengenai mobilisasi dini bagi ibu-ibu post sectio caesar.

Keaslian Penelitian

1. Matrik Keaslian Penelitian

No. Peneliti & tahun

penelitian

Judul Variabel penelitian

Jenis & desain

penelitian

Populasi dan sampel

Tujuan Hasil

1. Amalia (2010)

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesar Di RS XXX

Variabel bebas : Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu.

Variabel terikat : Mobilisasi Dini Pada Ibu

Jenis penelitian dekriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional

Populasi : ibu post partum dengan sectio caesaria

Sampel : Studi populasi

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dan sikap ibu dengan mobilisasi dini post sectio Caesar di RS XXX

Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dan sikap ibu dengan mobilisasi dini post sectio Caesar di RS XXX

Page 10: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

No. Peneliti & tahun

penelitian

Judul Variabel penelitian

Jenis & desain

penelitian

Populasi dan sampel

Tujuan Hasil

Post Sectio Caesar

2 Febriana Dian P.S. (2010)

Hubungan tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang

Variabel bebas: tingkat pengetahuan

Variabel terikat: pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria

Jenis penelitian deskriptif korelatif

dengan pendekatan cross sectional

Populasi:ibu post partum dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang. Pengambilan sampel :total sampling

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden

b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan

c. Mengetahui gambaran pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria

Dari tabel di atas terlihat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan

penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2010). Perbedaannya terletak pada

variabel yang diteliti khususnya variabel bebas, pada penelitian Amalia variabel bebas terdiri

dari dua macam yaitu pengetahuan dan sikap sedangkan penelitian penulis variabel bebasnya

hanya satu yaitu pengetahuan. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang

mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria, selain itu sama-sama memiliki jenis

penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional dan sama-sama

menggunakan total sampling dalam pengambilan sampelnya.

Page 11: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Ruang Lingkup Responden

Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan Bulan Oktober 2010.

1. Ruang Lingkup Tempat

Tempat yang menjadi penelitian ini adalah di RSUD Ajibarang.

2. Ruang Lingkup Materi

Materi penelitian ini adalah kesehatan ibu dan anak khususnya tentang perawatan pasca

operasi caesar.

Page 12: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yaitu indera penglihatan, pandengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun

pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Dalam pengertian lain pengetahuan adalah sebagai yang ditemui dan

diperoleh melalui suatu pengamatan. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan indera atau akal pikirannya untuk mengendali benda atau peristiwa

tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa seseorang mengambil perilaku yang

baru dalam dirinya, orang tersebut melakukan beberapa proses tertentu yaitu:

Page 13: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

1. Kesadaran (Awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulasi.

2. Merasa tertarik (Interest)

Seseorang tersebut merasa tertarik terhadap benda atau obyek yang dilihatnya.

3. Menimbang-nimbang (Evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik buruknya objek atau benda tersebut bagi

dirinya.

4. Mencoba (Trial)

Mulai mencoba perilaku yang baru setelah orang tersebut menerimanya.

5. Beradaptasi

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

terhadap benda atau obyek yang ia terima.

Page 14: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Berdasarkan beberapa definisi diatur bisa diambil kesimpulan bahwa

pengetahuan yang luas dapat diperoleh dari aktifitas manusia berupa pengalaman

mendengar dan membaca.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang sedangkan perilaku akan bersifat langgeng apabila

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Secara terinci perilaku manusia merupakan

reflkesi dari gejala kejiwaan yang salah satunya adalah pengetahuan. Menurut

Notoatmodjo (2007) tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam) yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh karnea itu “tahu” adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur apakah orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

Page 15: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang sebenarnya. Aplikasi ini bisa

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja. Dapat

menggunakan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan

dan sebagainya.

5. Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

Page 16: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu evaluasi didasari suatu

kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Sukanto (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan adalah :

1. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi

perubahan perilaku positif yang meningkat.

2. Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

3. Informasi dan teknologi

Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas.

Page 17: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

4. Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang

meliputi sikap dan kepercayaan.

5. Pengalaman

Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengalaman.

4. Sumber pengetahuan

Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman dari berbagai sumber,

misalnya : media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media

poster, kerabat dekat, dsb. Pengetahuan sangat berhubungan dengan pendidikan,

sedangkan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat

dibutuhkan untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah

menerima serta mengembangkan pengetahuan dan tekhnologi (Notoatmodjo, 2007).

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau lewat

angket yang menanyakan tentang suatu materi yang ingin di ukur dari subjek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

Pengukuran dapat di kategorikan menjadi 4 yaitu (Arikunto, 2000):

1. Pengetahuan baik 76 – 100%

2. Pengetahuan cukup baik 56 – 75%

Page 18: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

3. Pengetahuan kurang baik 40 – 55%

4. Pengetahuan tidak baik <40%

2. Mobilisasi Dini Ibu Post Partum

1. Pengertian

Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu

aktivitas / kegiatan. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas

mungkin berjalan (Soelaiman, 2000).

Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang

terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan

kemandirian..Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini

adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara

membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.

Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas

dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan

bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan

imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di

antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi

imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas.

Page 19: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat

pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Banyak

keuntungan bisa diraih dari latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode dini

pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi

resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,

kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan

terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan

keluhan nyeri di daerah operasi klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun

dengan alasan takut jahitan lepas klien tidak berani merubah posisi. Disinilah peran

perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami

suatu komplikasi yang tidak diinginkan.

Konsep mobilisasi mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan

pengembalian secara berangsur–angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk

mencegah komplikasi (Roper, 2000).

Sedangkan mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau

adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan

persalianan Caesar

2. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi

Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

1. Rentang gerak pasif.

Page 20: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan

persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat

mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

2. Rentang gerak aktif.

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara

menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan

kakinya.

3. Rentang gerak fungsional.

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang

diperlukan.

3. Manfaat Mobilisasi Dini

Manfaat Mobilisasi Dini Menurut Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi ibu

post operasi adalah :

1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot –

otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali

dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu

memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih

Page 21: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini

juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.

2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya.

Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi

uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bias merawat anaknya dengan

cepat.

3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah

normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi :

1. Peningkatan suhu tubuh. Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa

darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi

adalah peningkatan suhu tubuh.

2. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga

fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena

kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka

3. Involusi uterus yang tidak baik. Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat

pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi

uterus

4. Tahap-tahap Mobilisasi Dini :

Page 22: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini

akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea :

1. Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca operasi seksio sesarea harus tirah baring

dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,

menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,

menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

2. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah

trombosis dan trombo emboli.

3. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.

4. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan

1. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

1. Hari ke 1 :

a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam

setelah penderita / ibu sadar

b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin

setelah sadar.

2. Hari ke 2 :

Page 23: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu

menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk

melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri

ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.

b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk

c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah

melahirkan dianjurkanbelajar duduk selama sehari,

3. hari ke 3 sampai 5

a. belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.

b.Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat

membantu penyembuhan ibu.

3. Sectio Caesaria

1. Pengertian Sectio Caesaria

Istilah Sectio Caesaria berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya

memotong. Pengertian ini sering dijumpai dalam roman law (lex regia) dan emperor’s

law (lex caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam

kandungan ibu-ibu yang meninggal harus keluarkan dari dalam rahim (Muchtar,

2001).

Page 24: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Pengertian-pengertian Sectio Caesaria diantaranya :

1. Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada

dinding abdomnen dan uterus (Oxorn, 2000).

2. Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada

dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Muchtar, 2001).

3. Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi

pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin diatas 500 gram (Prawiharto, 2004).

4. Sectio Caesaria adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut

hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi (Muchtar, 2001)

5. Sectio Caesaria adalah lahirnya janin plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang

dibuat pada dinding perut dan rahim. (Muchtar, 2001)

1. Jenis-jenis Sectio Caesaria

1. Sectio Caesara Transperitoneal

1. Sectio Caesaria klasik atau korporal yaitu dengan

melakukan sayatan vertikal sehingga

memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan

keluar bayi.

2. Sectio Caesaria ismika atau profunda yaitu dengan

melakukan sayatan/insisi melintang dari kiri ke

Page 25: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

kanan pada segmen bawah rahim dan diatas tulang

kemaluan.

2. Sectio Caesaria Ekstraperitonealis

Yaitu tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak membuka

kavum abdominal. (Muchtar, 2001)

1. Indikasi Sectio Caesaria

1. Plasenta previa, terutama plasenta previa totalis dan subtotalis

2. Panggul sempit

3. Ruptura uteri mengancam

4. Partus lama

5. Tumor yang menghalangi jalan lahir

6. Kelainan letak/bayi besar

7. Keadaan dimana usaha-usaha untuk melahirkan anak pervasinam gagal

8. Kematian janin

9. Komplikasi preeklampsia dan hipertensi

1. Komplikasi Sectio Caesaria

1. Infeksi puerperal (nifas)

1. Ringan : bila ada kenaikan suhu beberapa hari saja

2. Sedang : bila suhu naik lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut kembung

3. Berat : bila terjadi peradangan, ada nanah, bengkak

Page 26: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

2. Perdarahan disebabkan karena :

1. Banyak pembuluh darah yang terlepas dan terbuka

2. Atonia uteri

3. Perdarahan pada plasenta bed

3. Luka kandung kemih

4. Bisa terjadi ruptur uteri spontan

1. Penatalaksanaan medis post-sp Sectio Caesaria secara singkat :

1. Awasi TTV sampai pasien sadar

2. Pemberian cairan dan diit

3. Atasi nyeri yang ada

4. Mobilisasi secara dini dan bertahap

5. Kateterisasi

6. Jaga kebersihan luka operasi

7. Berikan obat antibiotik dan analgetik (Muchtar, 2001)

1. Anastesi oeprasi caesar dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Anastesi lumbal

Yaitu sistim atau proses pembiusan yang efeknya menyeluruh pada

beberapa bagian tubuh. Sedangkan anesthesi tumble (lokal) adalah pembiusan

hanya pada bagian tubuh tertentu. Jenis – jenis general anestesi meliputi :

1. Anestesi Inhalasi

Page 27: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Istilah pernapasan pada Sistem Anestesi Inhalasi

1. Volume Tidal (VT):volume udara yang dihisap/dikeluarkan dalam lx napas biasa.

Besarnya 8-1 Oml/kgBB

2. Minute Volume (MV) : VT dalam 1 menit

3. Dead Space (VD) : bagian saluran napas atau VT yang tidak ikut dalam pertukaran udara.

Normal 1/3 VT

4. Ventilasi Alveoli (VA) : udara di alveoli yang terlibat dalam pertukaran udara, selama 1

menit. VA = (VD – VT) x F (frekuensi selama 1 menit)

5. Rebreathing : udara ekshalasi yang terhirup kembali

1. Sistem Anestesi Inhalasi

1. Sistem open

Rebreathing (-)

CO2 absorber (-)

Terutama untuk anak-anak

- Contoh: - open drop,

- Ayre's T-tube dan Jackson Rees (bila aliran 02 sama

dengan 2x volume semenit)

2. Sistem semi open Partial Rebreathing CO2 absorber (-)

- Aliran Oksigen > Minute Volume

Contoh: T-Piece, Jackson Reys, open drop dengan sungkup yang

dilapisi plastik, alai untuk ether (E.M.0 atau Losco)

3. Sistem semi closed Partial Rebreathing CO2 absorber (+)

Page 28: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

4. Sistem closed

1. Total Rebreathing - CO2 absorber (+)

2. Parenteral (IV, IM, drip thiopental, propofol, ketamin, midazolam, diazepam)

3. Per-rectal (thiopental)

2. Anestesi lumbal

Anestesi lumbal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan

penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi lumbal/

subaraknoid juga disebut sebagai analgesi/blok lumbal intradural atau blok

intratekal. Hal –hal yang mempengaruhi anestesi lumbal ialah jenis obat, dosis

obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan

intraabdomen, lengkung tulang belakang, operasi tulang belakang, usia pasien,

obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat.

Pada penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis

dan parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba, dan tekan

dalam. Yang mengalami blokade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar

(vibratory sense) dan proprioseptif. Blokade simpatis ditandai dengan adanya

kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi

dengan urutan sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali akan pulih. Di

Page 29: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

dalam cairan serebrolumbal, hidrolisis anestetik lokal berlangsung lambat.

Sebagian besar anestetik lokal meninggalkan ruang subaraknoid melalui aliran

darah vena sedangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening. Lamanya

anestesi tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrolumbal.

Indikasi :

Anestesi lumbal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai

bawah, panggul, dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan

khusus seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang

panggul, bedah obstetric, dan bedah anak.

Kontraindikasi :

Kontraindikasi mutlak meliputi infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi

lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan peningkatan

tekanan intracranial. Kontraindikasi relatif meliputi neuropati, prior spine

surgery, nyeri punggung, penggunaan obat-obatan preoperasi golongan AINS,

heparin subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil, serta a resistant

surgeon.

Persiapan Pasien :

Page 30: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

concernt) meliputi pentingnya tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan untuk

menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi. Perhatikan juga adanya

scoliosis atau kifosis. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah

penilaian hematokrit. Masa protrombin (PT) dan masa tromboplastin parsial

(PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan darah. Perlengkapan

Tindakan anestesi lumbal harus diberikan dengan persiapan perlengkapan

operasi yang lengkap untuk monitor pasien, pemberian anestesi umum, dan

tindakan resusitasi. Jarum lumbal dan obat anestetik lumbal disiapkan. Jarum

lumbal memiliki permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan

ukuran 16G sampai dengan 30G. obat anestetik lokal yang digunakan adalah

prokain, tetrakain, lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal

mempengaruhi aliran obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi

lumbal jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka

akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil

(hipobarik), obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama

(isobarik), obat akan berada di tingkat yang sama di tempat penyuntikan. Pada

suhu 37oC cairan serebrolumbal memiliki berat jenis 1,003-1,008. Perlengkapan

lain berupa kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan duk steril juga harus

disiapkan.

Page 31: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

2. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan oleh Sukanto (2002), Mochtar

(2001) dan Kasdu (2003), dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :

Tingkat

Pengetahuan

Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post Partum dengan sectio caesaria

Page 32: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

1. Tingkat pendidikan

2. Sosial ekonomi

3. Informasi dan teknologi

4. Budaya

5. Pengalaman

Page 33: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang

berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Saryono, 2008). Dalam penelitian ini ada

2 variabel penelitian yaitu:

1. Variabel Independent (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau variabel

yang mempengaruhi (Sugiyono, 2006). Variabel Independent (bebas) dalam penelitian ini

adalah pengetahuan ibu tentang Sectio Caesaria.

2. Variabel Dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

(Sugiyono, 2006) yaitu mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari

suatu penelitian (Notoatmodjo, 2007). Dengan melihat perumusan masalah pada bab

sebelumnya maka hipotesis penelitian yang ditetapkan adalah :

Page 34: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

H1 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post

partum dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang.

3. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori pada Bab II, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai

berikut :

Tingkat

Pengetahuan

Pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria

Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

6. Tingkat pendidikan

7. Sosial ekonomi

8. Informasi dan teknologi

9. Budaya

10. Pengalaman

Page 35: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak teliti

: Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak teliti

Bagan 2

Kerangka Konsep

4. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Menurut Notoatmodjo (2007)

penelitian deskriptif korelatif yaitu penelitian yang menelaah hubungan antar variabel-

variabel yang diteliti, yaitu untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

Page 36: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria di Puskesmas

Rakit I Kabupaten Banjaraegara.

2. Cara Pendekatan Terhadap Subyek

Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan Cross

Sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko

dan variabel-variabel efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (point time

approach} (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian variabel tingkat tingkat pengetahuan

dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria diteliti dalam

waktu yang bersamaan.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data penelitian.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi. Data pada penelitian terdiri

dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan didapat

langsung dari responden pada saat berlangsungnya suatu penelitian (Sugiyono, 2006).

Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari jawaban responden atas kuesioner

yang digunakan untuk mengetahui variabel tingkat pengetahuan dan pelaksanaan

mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria.

Page 37: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Sumber data untuk pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum tidak hanya

dari jawaban responden atas kuesioner, tetapi penulis juga melakukan cross check

dengan petugas yang menangani persalinannya.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penunjang penelitian yang dari pihak lain selain

responden. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data RSUD Ajibarang

tentang jumlah ibu post partum dengan sectio caesaria.

4. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik-karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan secara caesar di RSUD Ajibarang yang

berjumlah 130 ibu pada tahun 2009.

5. Prosedur Sampel dan Pengambilan Sampel

Sugiyono (2006) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Besar sampel pada penelitian ini

dihitung dengan menggunakan rumus sederhana untuk populasi kecil yaitu lebih kecil

dari 10.000 (Umar, 2007).

Page 38: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat kesalahan pengambilan sampel yang ditentukan sebesar 10%

Dengan menggunakan rumus di atas, dari populasi sebanyak 130 didapatkan

sampel :

= 56,52 = 57 orang

Teknik pemilihan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

accidental sampling. Accidental sampling yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2006).

Sampel dalam penelitian ini adalah mereka yang memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ibu yang melahirkan di RSUD Ajibarang

Page 39: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

2. Ibu yang melahirkan dengan cara caesar

3. Bersedia menjadi responden penelitian

Sedangkan kriteria eksklusinya adalah :

1. Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis

2. Tidak bersedia menjadi responden penelitian

6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan

Skala Data

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel

dengan cara memberikan arti, menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu

operasional untuk menjelaskan suatu variabel (Nasir, 1999).

Tabel 3 Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur dan Hasil Ukur

N o

Variabel

Definisi Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

l Bebas :

Tingkat pengetahuan

Wawasan yang dimiliki ibu bersalin tentang

Pelaksanaan mobilisasi dini pasca sectio caesaria yang meliputi :

1. pengertian 2. gerakan3. manfaat4. tahap

pelaksanaan5. pelaksanaan

Diukur dengan kuesioner

yang berisi 10 item

pernyataan tentang

mobilisasi dini pasca sectio caesaria. Kuesioner

menggunakan pilihan

Hasil skor

diprosentasekan

kemudian dibagi

menjadi 4

kategori, yaitu

- 76 – 100% menjawab benar=

Baik

- 56 – 75% :

Ordinal

Page 40: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

N o

Variabel

Definisi Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

jawaban Benar-Salah.

Jawaban betul atau

sesuai kunci jawaban

diberi skor 1 dan

jawaban tidak betul atau

tidak sesuai dengan

kunci jawaban diberi

skor 0

menjawab benar=

Cukup Baik,

- 41 – 55 % : menjawab benar=

kurang baik

- < 40 % : menjawab benar = tidak

baik

2 Terikat:

Pelaksanaan mobilisasi dini pasca sectio caesaria

Kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan Caesar yang meliputi :

1. berbaring miring2. latihan

pernafasan3. latihan duduk4. latihan berjalan

Dilihat dari jawaban ibu atas kuesioner tentang Pelaksanaan mobilisasi dini pasca sectio caesaria dengan observasi langsung pada reponden.

Hasil penilaian dibagi 2, yaitu :

1. Dini,bila mobilisasi dilakukan dalam 2 jam pertama post partum

2. Tidak Dini, bila mobilisasi dilakukan mulai lebih dari 2 jam pertama post partum

Nominal

7. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian

Page 41: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

1. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan

dalam bentuk kuesioner. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup dan

dijawab langsung oleh responden tanpa diwakilkan kepada orang lain.

Kuesioner terdiri dari 3 bagian, bagian pertama adalah kuesioner untuk

mengetahui karakteristik responden, yang meliputi nama, umur, pekerjaan dan

pendidikan. Kuesioner kedua adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu.

Jumlah item kuesioner kedua adalah 10 item dengan teknik pertanyaan tertutup

dengan pilihan jawaban Benar-Salah. Kuesioner ketiga berbentuk checklist yang diisi

langsung oleh peneliti dengan mengobservasi langsung pada responden apakah

melaksanakan mobilisasi dini atau tidak.

2. Cara Penelitian

Sebelum melakukan pengumpulan data, penulis mengurus perijinan untuk

pelaksanaan penelitian. Setelah proses perijinan terlewati, peneliti melakukan

pendekatan kepada calon responden. Calon responden diberikan penjelasan mengenai

maksud, tujuan, manfaat, jaminan kerahasiaan yang dilakukan responden dalam

memberikan jawaban atas persetujuan dalam kuesioner. Responden yang bersedia

diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Calon

responden yang tidak bersedia, tidak ada paksaan bagi responden untuk ikut serta

dalam penelitian ini.

Page 42: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Setelah prosedur terlewati dan telah mendapatkan calon responden, penulis

mulai melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara peneliti membagi kuesioner terhadap responden yang telah

memenuhi kriteria inklusi. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sendiri tanpa

diwakilkan atau meminta pendapat orang lain. Apabila terdapat ketidaksesuaian data

antara jawaban ibu tentang pelaksanaan mobilisasi dini dengan petugas kesehatan,

maka maka penulis melakukan konfirmasi kepada ibu pelaksanaan mobilisasi dini.

8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Kegiatan mengolah data dalam penelitian meliputi:

1. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar yang telah diserahkan oleh para

pengumpul data. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau

kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan.

2. Coding

Coding adalah mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para responden

kedalam kategori-kategori.

3. Scoring

Page 43: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Langkah berikutnya setelah coding adalah melakukan scoring. Scoring

dilakukan untuk mengetahui total skor dari jawaban responden atas kuesioner

tentang pengetahuan dan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan

sectio caesaria.

1. Kuesioner tingkat pengetahuan

Scoring untuk pertanyaan tingkat pengetahuan dilakukan dengan

memasukan jumlah jawaban yang benar ke dalam rumus berikut (Sugiyono,

2006):

Keterangan:

P = Persentase

k = Jumlah jawaban yang benar

F = Jumlah pilihan jawaban

n = Jumlah responden

Kemudian dikategorikan sebagai berikut:

Baik : 76 – 100% menjawab benar

Cukup Baik : 56 – 75% menjawab benar

Page 44: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Kurang baik : 41 – 55 % menjawab benar

Tidak baik : < 40 % menjawab benar

2. Kuesioner pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria

Pemberian scoring pada kuesioner pelaksanaan mobilisasi dini ibu

post partum dengan sectio caesaria adalah sebagai berikut :

1. Apabila responden melaksanakan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria,

maka akan diberi skor 1.

2. Apabila responden tidak melaksanakan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio

caesaria, maka akan diberi skor 0.

4. Tabulating

Pekerjaan tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban

yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel.

2. Analisis Data

Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan analisis data. Analisis

data pada penelitian dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses

komputerisasi.

1. Analisis Univariat

Page 45: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan hanya pada satu

pengukuran (variabel) pada jumlah sampel tertentu (Santoso, 2001). Analisis

univariat dilakukan untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari variabel

penelitian yaitu karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan), tingkat

pengetahuan dan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio

caesaria.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang mempunyai dua pengukuran atau

variabel (Santoso, 2001). Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria

dengan menggunakan skala ordinal maka uji analisis bivariat menggunakan

korelasi uji Chi-Square.

Rumus dasar yang digunakan :

Keterangan :

Eij = nilai frekuensi harapan

Oij = nilai frekuensi observasi

Page 46: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

N = jumlah sampel

i = baris

j = kolom

Dengan ketentuan bila Ho ditolak, bila X2 hitung > X2 atau bila X2

hitung < X2 tabel. X2 hitung diperoleh dari perhitungan sedangkan X2 tabel

diperoleh dari distribusi chi quadrat dengan memperhatikan dk, yaitu dengan taraf

kesalahan () = 0,05.

9. Etika Penelitian

Peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi dari institusi atau pihak lain yang

terkait dengan mengajukan ijin kepada institusi atau lembaga terkait tempat penelitian.

Adapun mengenai etika penelitian yaitu:

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Inform Concent)

Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan

data sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden. Jika responden

bersedia diteliti maka diberi lembar persetujuan menjadi responden yang harus

Page 47: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

ditanda tangani, tetapi jika menolak peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghargai keputusan.

2. Penulisan Nama

Kepada responden dalam hal nama responden diterangkan terlebih dahulu

bahwa penulisan nama boleh tidak ditulis, hal tersebut bertujuan untuk

menghormati dan menjaga kerahasiaan pasien, tetapi untuk identifikasi responden

cukup menggunakan nomor responden pada masing-masing lembar pengumpul

data yang diberikan pada responden.

3. Kerahasiaan

Informasi dari responden dijamin oleh peneliti kerahasiaannya dengan cara

informasi tersebut hanya akan diketahui oleh peneliti dan pembimbing atas

persetujuan responden dan hanya kelompok data tertentu yang disajikan sebagai

hasil penelitian selanjutnya lembar pengumpul data dimusnahkan dengan cara

dibakar.

10. Jadwal Penelitian

1. Tahap penyusunan laporan

Setelah peneliti melakukan studi pendahuluan pada objek penelitian dan data

terkumpul, peneliti mulai menyusun laporan yang dilaksanakan antara bulan

Desember 2010 sampai dengan bulan Juni 2011. Rentang waktu tersebut peneliti

Page 48: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

gunakan untuk membuat proposal penelitian dan melakukan konsultasi dengan dosen

pembimbing.

2. Tahap Seminar Proposal

Setelah laporan disetujui, peneliti mengajukan seminar proposal yang akan

dilaksanakan pada bulan juni 2011.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah mengurus perizinan untuk melakukan penelitian kepada pihak-pihak yang

terkait peneliti melakukan penelitian di RSUD Ajibarang.

4. Tahap Penyusunan Bab IV-V

Analisis data dilakukan dengan melakukan koding, kemudian setelah itu ditindak

lanjuti dengan penarikan kesimpulan yang dipadukan dengan kepustakaan yang ada.

Tahap ini akan dilakukan pada bulan Juni-Juli 2011.

5. Sidang KTI

Dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2011.

Page 49: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, (2010). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesar di rs XXX. Karya Tulis Ilmiah

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian pendekatan praktek. Jakarta : Rieneka Cipto.

Carpenito (2000)

Depkes RI, (2000). Pedoman PWS KIE. Jakarta : Depkes RI

Depkes RI, (2006). Pedoman pelayanan kesehatan perinatal di puskesmas. Jakarta : Depkes RI

Farrer, Helen (2001). Perawatan maternitas, edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Kasdu, 2003

Mansjoer, et.all, 1999

Muchtar, Rustam (2000). Sinopsis obstetri. jilid I dan II. Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta

Page 50: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Nazir, M. (1999). Metode penelitian. Jakarta : Gahlia Indonesia

Notoatmodjo (2003). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

. (2007). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Novaria (2000). Perawatan kesehatan ibu dan anak.Jakarta:EGC

Oxorn, Harry (2000). Ilmu kebidanan. Yayasan Essentia Medica

Perinasia,(2003) .Melindungi, meningkatkan dan mendukung menyusui, Cetakan Ke- 2.Bina Rupa Akasara:Jakarta.

Prawiharto, 2004

Roper, 2000

Santoso, Singgih. (2001). Prosedur penelitian (aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS). Jakarta: Rineka Cipta Saryono, 2008

Soelaiman, 2000

Sugiyono, (2006). Statistika untuk penelitian . Bandung : Alfa Beta

Soekanto, S. (2002). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Page 51: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria

Suzanne, 1999

Umar, Husein. (2007), Metode penelitian survey. Jakarta: Gramedia

Yuni, 2008

Sumber lain :

Medical Record Rumah Sakit Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2009