hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih sehat
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan
kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Dengan perkataan lain masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri, dengan demikian masyarakat
mampu menjadi subjek dalam pembangunan kesehatan (Dinkes Propsu, 2002).
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat
(Syafrudin, 2009)
Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini terkait
dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit berbasis lingkungan yang
secara epidimiologis masih tinggi di Indonesia (Tursilowati et al., 2007). Data Departemen
Kesehatan menyebutkan, sedikitnya 30 ribu desa di 440 kabupaten di Tanah Air memiliki
sanitasi lingkungan yang buruk. Ini berarti banyak kabupaten yang masyarakatnya belum
berperilaku hidup sehat. Akibatnya,angka kesakitan masyarakat sangat tinggi, terutama diare,
DBD, thypoid, dan kolera (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2009).
Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
(penyakit), masih banyak berorientasi pada penyembuhan penyakit. Dalam arti apa yang
dilakukan masyarakat dalam bidang kesehatan hanya untuk mengatasi penyakit yang telah terjadi
atau menimpanya, di mana hal ini dirasa kurang efektif karena banyaknya pengeluaran. Upaya
yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan sebenarnya adalah dengan memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dengan berperilaku hidup sehat, namun
hal ini ternyata belum disadari dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat (Kusumawati, 2004) .
Sesuai tuntutan reformasi pembangunan kesehatan, maka sekitar kesehatan juga
mengalami perubahan yang sangat mendasar yaitu mengajak dan memotivasi masyarakat pada
umumnya dan penyelenggara pelayanan kesehatan pada khususnya untuk mulai mengubah pola
pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat yang lebih dikenal paradigma sehat.
Paradigma Sehat tersebut perlu dijabarkan dan dioperasikan antara lain dalam bentuk Program
Perilaku Hidup Bersih Sehat atau PHBS (Dinkes Sumatera Utara, 2002).
Program PHBS adalah bentuk perwujudan Paradigma Sehat dalam budaya hidup
perorangan, keluarga, masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental spiritual maupun sosial (Dinkes
Sumatera Utara, 2002).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya ádalah pendidikan. Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat
memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang rendah, akan menghambat
perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan. Pendidikan lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap
dan nilai-nilai) (Mubarak et al., 2007). Tetapi pada kenyataanya fakta tidak selalu mendukung
teori, karena di Daerah Labuang Baji ada dua orang dokter yang meninggal dunia karena
terserang penyakit demam berdarah (Saroso, 2007). Selain itu di daerah Simalingkar Kecamatan
Pancur Batu terdapat 2 warga yang meninggal dunia akibat terserang penyakit DBD.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah benar atau tidak ada hubungan
tingkat pendidikan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih sehat