hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih sehat

4
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dengan perkataan lain masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri, dengan demikian masyarakat mampu menjadi subjek dalam pembangunan kesehatan (Dinkes Propsu, 2002). Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat (Syafrudin, 2009) Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini terkait dengan berbagai permasalahan

Upload: asnita-naiborhu

Post on 04-Jul-2015

319 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan

kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. Dengan perkataan lain masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri, dengan demikian masyarakat

mampu menjadi subjek dalam pembangunan kesehatan  (Dinkes Propsu, 2002).

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin

dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai

oleh penduduknya  hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat

(Syafrudin, 2009)

Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia saat ini  masih rendah, hal ini terkait

dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit berbasis lingkungan yang

secara epidimiologis masih tinggi di Indonesia (Tursilowati et al., 2007). Data Departemen

Kesehatan menyebutkan, sedikitnya 30 ribu desa di 440 kabupaten di Tanah Air memiliki

sanitasi lingkungan yang buruk. Ini berarti banyak  kabupaten yang masyarakatnya belum

berperilaku hidup sehat. Akibatnya,angka kesakitan masyarakat sangat tinggi, terutama diare,

DBD, thypoid, dan kolera (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2009).

Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan

(penyakit), masih banyak berorientasi pada penyembuhan penyakit. Dalam arti apa yang

dilakukan masyarakat dalam bidang kesehatan hanya untuk mengatasi penyakit yang telah terjadi

atau menimpanya, di mana hal ini dirasa kurang efektif karena banyaknya pengeluaran. Upaya

yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan sebenarnya adalah dengan memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dengan berperilaku hidup sehat, namun

hal ini ternyata belum disadari dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat (Kusumawati, 2004) .

Sesuai tuntutan reformasi pembangunan kesehatan, maka sekitar kesehatan juga

mengalami perubahan yang sangat mendasar yaitu mengajak dan memotivasi masyarakat pada

umumnya dan penyelenggara pelayanan kesehatan pada khususnya untuk mulai mengubah pola

pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat yang lebih dikenal paradigma sehat.

Paradigma Sehat tersebut perlu dijabarkan dan dioperasikan antara lain dalam bentuk Program

Perilaku Hidup Bersih Sehat atau PHBS (Dinkes Sumatera Utara, 2002).

Program PHBS adalah bentuk perwujudan Paradigma Sehat dalam budaya hidup

perorangan, keluarga, masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,

memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental spiritual maupun sosial (Dinkes

Sumatera Utara, 2002).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus

yang berkaitan dengan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya ádalah pendidikan. Pendidikan berarti

bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat

memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang rendah, akan menghambat

perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan. Pendidikan lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap

dan nilai-nilai) (Mubarak et al., 2007). Tetapi pada kenyataanya fakta tidak selalu mendukung

teori, karena di Daerah Labuang Baji ada dua orang dokter yang meninggal dunia karena

terserang penyakit demam berdarah (Saroso, 2007). Selain itu di daerah Simalingkar Kecamatan

Pancur Batu terdapat 2 warga yang meninggal dunia akibat terserang penyakit DBD.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah benar atau tidak ada hubungan

tingkat pendidikan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih sehat