hubungan tingkat konsumsi fe, protein dan vitamin c dengan...

21
i HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA SISWI DI MTSN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : DESTI FARAHDIBA J 310 100 019 PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: hoangdien

Post on 30-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

i

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C

DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA SISWI DI MTSN NGEMPLAK

KABUPATEN BOYOLALI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

DESTI FARAHDIBA

J 310 100 019

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

ii

i

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

iii

ii

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

iv

iii

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

1

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN

KADAR HEMOGLOBIN PADA SISWI DI MTSN NGEMPLAK KABUPATEN

BOYOLALI

Abstrak

Dampak anemia putri yaitu pertumbuhan terhambat, tubuh pada masa

pertumbuhan mudah terinfeksi mengakibatkan berkurangnya semangat belajar

dan prestasi menurun. Rendahnya status besi (Fe) mengakibatkan anemia dengan

gejala pucat, lelah, sesak nafas, dan kurang nafsu makan serta gangguan

pertumbuhan. Asupan protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi,

maka dari itu protein bekerja sama dengan rantai protein mengangkut elektron

yang berperan dalam metabolisme energi. Selain itu vitamin C dalam tubuh

remaja harus tercukupi karena vitamin C merupakan reduktor, maka di dalam usus

zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam bentuk fero sehingga lebih mudah

diserap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, hubungan tingkat konsumsi

Fe, protein, dan vitamin C dengan kadar hemoglobin pada siswi di MTSN

Ngemplak Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan

metode crosssectional, dengan jumlah sampel sebanyak 51 responden.

Pengambilan sampel menggunakan teknik Kuota Sampling. Data Kadar

hemoglobin yang diperoleh dari pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas

laboratorium dan di uji kenormalan data menggunakan kolmogorov smirnov

untuk data tingkat asupan fe, protein dan vitamin C dan di uji perbedaan dengan

Rank Spearman.Hasil univariat diperoleh siswi MTSN Ngemplak Kabupaten

Boyolali yang memiliki kadar hemoglobin tergolong anemia sebesar 64,7%. Hasil

bivariat menunjukkan hubungan tingkat konsumsi Fe dengan kadar hemoglobin

dengan nilai sig 0,000, hubungan tingkat konsumsi protein dengan kadar

hemoglobin nilai sig 0,000,konsumsi vitamin C dengan kadar hemoglobin dengan

nilai sig 0,003. Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe, protein, dan

vitamin C dengan kadar hemoglobin pada siswi di MTSN ngemplak Kabupaten

Boyolali.

Kata kunci: anemia, tingkat konsumsi Fe, protein, vitamin C, kadar hemoglobin

Abstract

Impact of anemia on daughters is that growth is inhibited, the body during times

of easy infection can result in reduced learning enthusiasm and decreased

performance. The low status of iron causes anemia with pale symptoms, fatigue,

shortness of breath, and lack of appetite and impaired growth. The intake of

protein in the body greatly helps the absorption of iron, so proteins work in

conjunction with protein chains that carry electrons that play a role in metabolism

energy. In addition, vitamin C in adolescents must be fulfilled because vitamin C

is a reducing agent, so iron will be retained in ferrous form so that it is more easily

absorbed. This study aims to determine the relationship between consumption

levels of Fe, protein, and vitamin C with hemoglobin levels in female students at

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

2

MTSN Ngemplak, Boyolali Regency. This type of research is observational with

cross-sectional method, with total sample of 51 respondents. Sampling uses the

Quota Sampling technique. Data on hemoglobin levels obtained from

examinations carried out by laboratory officers and normality of the data were

tested using kolmogorov smirnov for data on levels of fe, protein and vitamin C

intake and tested differences with Rank Spearman. The results of the univariate

were obtained by the Ngemplak MTSN student in Boyolali Regency who had an

anemia hemoglobin level of 64.7%. Bivariate results showed a correlation

between Fe consumption level and hemoglobin level with a sig value of 0,000, the

relationship between protein consumption level and hemoglobin level sig 0,000,

consumption of vitamin C with hemoglobin level with sig 0,003. There is a

relationship between the level consumption of Fe, protein, and vitamin C with

hemoglobin levels in students at MTSN ngemplak Boyolali Regency.

Keywords: anemia, level consumption of Fe, protein, vitamin C, hemoglobin

level

1. PENDAHULUAN

Masa remaja sangat membutuhkan zat gizi yang memadai seperti kecukupan

energi, protein, lemak dan zat gizi lainnya. Zat gizi tersebut akan mempengaruhi

kematangan sosial pada remaja (Soetjiningsih, 2010). Selama masa ini terjadi

pertumbuhan yang sangat pesat, yang ditandai dengan perubahan fisik remaja,

hormonal, kognitif dan emosional.Perubahan – perubahan ini memerlukan energi

dan zat gizi yang tinggi sehingga sangat mempengaruhi kebutuhan gizi dari

makanan yang dikonsumsinya (Marmi, 2013).

Masalah gizi remaja merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak

yang salah satunya anemia. Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di

Indonesia. Dampak anemia pada remaja putri yaitu pertumbuhan terhambat, tubuh

pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi mengakibatkan berkurangnya semangat

belajar dan prestasi menurun.rendahnya status besi (Fe) mengakibatkan anemia

dengan gejala pucat, lelah, sesak nafas, dan kurang nafsu makan serta gangguan

pertumbuhan (Barasi, 2009).

Penyebab anemia antara lain, defisiensi asupan gizi dari makanan (zat besi,

asam folat, protein, vitamin C, vitamin A, seng dan vitamin B12), adanya zat

penghambat penyerapan besi dari yang berasal dari makanan, penyakit infeksi,

melabsorbsi, dan pendarahan juga dipengaruhi faktor biologis seperti, menstruasi

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

3

tiap bulan, kehamilan, melahirkan, dan masa nifas (Prayitno dan Fadhilah, 2012).

Kekurangan zat besi (Fe) dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan

kekurangan darah yang dikenal sebagai anemia gizi besi (AGB). Asupan protein

dalam tubuh juga dapat membantu penyerapan zat besi, protein juga bekerja sama

dengan rantai protein mengangkut elektron yang berperan dalam metabolisme

energi. Selain itu vitamin C dalam tubuh remaja harus tercukupi karena vitamin C

merupakan reduktor di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam

bentuk fero sehingga lebih mudah diserap (Muchtadi, 2009).

Data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008

mengungkapkan prevalensi anemia defisiensi remaja putri (15-19 tahun) sebesar

26,5% dan wanita usia subur sebesar 26,9%. Menurut riset kesehatan dasar tahun

2013 prevalensi anemia di Indonesia sebesar 23,9%, sedangkan prevalensi anemia

umur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan remaja putri umur 15-25 tahun sebesar

18,4%.

Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali yang

dilakukan oleh petugas laboratorium kesehatan Puskesmas ngemplak, pada tahun

2016 didapat siswi putri yang menderita anemia sebesar 33,48%. Permasalahan

ini melebihi prevalensi anemia nasional RISKESDAS 2013 yaitu 26,4 %. Hasil

survey pendahuluan terhadap 32 siswi di peroleh konsumsi protein dan zat besi

termasuk dalam kategori kurang masing-masing sebesar 77% dan 97%.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Hubungan Tingkat Konsumsi Fe,Protein dan Vitamin C dengan

Kadar hemoglobin Remaja Putri di MTSN Ngemplak Boyolali”. Tujuan umum

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi Fe, protein,

dan vitamin C pada siswi di MTSN Ngemplak Boyolali.

2. METODE

Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan menggunakan pendekatan cross

sectional dimana variable independen dan dependen diukur dan diamati pada saat

bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan di MTSN Ngemplak Boyolali. Populasi

dalam penelitian ini berjumlah 95 dengan jumlah sampel 51 siswa. Pengambilan

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

4

sampel menggunakan metode Simple Random Sampling yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

Pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dengan metode cyanmethemoglobin

yang di bantu oleh petugas laboratorium Gizi Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Data kadar hemoglobin kemudian dikategorikan menjadi anemia (jika

kadar hb ≥12 gr/dl) dan tidak anemia (jika kadar hb <12 gr/dl). Selanjutnya data

tingkat konsumsi Fe, protein dan vitamin C diambil menggunakan metode recall

24 jam selama tiga hari tidak berturut-turut. Data yang diperoleh masing-masing

akan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan yaitu untuk

tingkat konsumsi Fe 26 mg, protein 69 gram, dan vitamin C 65 mg. Selanjutnya

tingkat asupan Fe, protein, dan vitamin C reponden dikatakan kurang jika asupan

<80% dari AKG, baik jika asupan 80%-110% dari AKG, lebih jika asupan >110%

dari AKG. Uji kenormalan data menggunakan Kolmogorov Smirnov. Analisis

bivariat menggunakan uji perbedaan uji Rank Spearman.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Distribusi Karakteristik Umur Responden

Penelitian ini dilakukan di MTSN Ngemplak Boyolali pada bulan

September 2018. Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri di

MTSN Ngemplak Kabupaten Boyolali yang berjumlah 51 responden.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik responden sebagai

berikut:

Tabel 1

Distribusi Karakteristik Umur Responden

Umur

(Tahun)

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

13 28 54,9

14 23 45,1

Total 51 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

berumur 13 tahun yaitu sebesar 54,9%, sedangkan responden yang

berusia 14 tahun sebesar 45,1%. Umur 13-15 tahun merupakan dalam

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

5

kategori remaja awal dan 16-18 tahun merupakan masa remaja akhir.

Pada usia tersebut kebutuhan dan kecukupan gizi pada remaja sangatlah

penting, dengan gizi yang seimbang maka dapat memberikan berbagai

manfaat diantaranya membantu konsentrasi belajar, beraktivitas,

bersosialisasi, untuk kesempurnaan fisik dan tercapai kematangan fungsi

seksual (Kemenkes, 2013).

3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Fe

Asupan Fe pada penelitian ini diukur menggunakan metode Food

recall 24 jam selama 3 hari tidak berturut-turut. Prinsip dari metode

recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu (kemarin).

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan, distribusi

responden berdasarkan tingkat konsumsi Fe dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Fe

Kategori Frekuensi Presentase

(%)

Kurang 40 78.4

Baik 11 21.6

Total 51 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat konsumsi Fe dalam kategori kurang (<80%

dari angka kecukupan gizi) yaitu sebesar 78,4%, sedangkan responden

yang memiliki tingkat konsumsi Fe dalam kategori cukup (80%-110%

dari angka kecukupan gizi) yaitu sebesar 21,6%. Fungsi utama dari zat

besi adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan

mengangkut elektron di dalam proses pembentukan energi di dalam sel.

Untuk mengangkut oksigen, zat besi harus bergabung dengan protein

dan membentuk hemoglobin di dalam sel darah merah dan myoglobin di

dalam serabut otot. Bila bergabung dengan protein di dalam sel, zat besi

membentuk enzim yang berperan di dalam pembentukan energi di dalam

sel (Efran, 2013).

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

6

Asupan zat besi yang kurang pada penelitian ini disebabkan karena

responden mengkonsumsi dalam jumlah sedikit sumber makanan yang

mengandung zat besi baik heme dan non heme. Menurut Food Recall 24

jam selama 3 haei tidak berturut-turut, diperoleh bahwa responden lebih

suka jajan dari pada makan nasi dan lauk pauk serta sayur. Responden

juga sering melewatkan waktu makan siang. Jajanan yang paling sering

dikonsumsi di sekolah adalah siomay, pentol, bakso goreng, minuman

kemasan dan makanan ringan seperti wafer.

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 24

jam selama 3 hari tidak berturut-turut, diperoleh bahwa responden yang

mengkonsumsi sumber zat besi tempe sebesar (100%), tahu (54,90%),

bayam (56,86%), brokoli (29,41%), telur (68,63%), daging ayam

(41,17%), ikan (35,29%), kangkung (37,25%), hati ayam (13,72%) dan

kacang merah (27,45%). Kebanyakan responden kurang mengkonsumsi

makanan yang berasal dari sumber heme (bahan pangan hewani)

dibanding sumber non heme (bahan pangan nabati). Hal ini dikarenakan

bahan makanan sumber non heme seperti tempe dan tahu goreng

tergolong murah dan mudah di dapatkan untuk menu hidangan sehari-

hari.

3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein

Protein merupakan zat yang paling penting dalam setiap organisme.

Protein selain berfungsi sebagai zat pembangun dalam tubuh protein

juga berfungsi sebagai penyokong berbagai aktivitas organ tubuh dan

metabolisme (Ellya, 2010). Tingkat konsumsi protein responden dalam

penenlitian ini diukur menggunakan metode Food recall 24 jam. Hasil

distribusi responden berdasarkan tingkat konsumsi protein dapat dilihat

pada Tabel 3.

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

7

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein

Kategori Frekuensi Presentase

(%)

Kurang 31 60.8

Baik 20 39.2

Total 51 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

mengkonsumsi protein dalam kategori kurang (<80% dari angka

kecukupan gizi) yaitu sebesar 60,8%. Protein merupakan zat gizi yang

sangat penting bagi tubuh karena selain berfungsi sebagai sumber energi

dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.

Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh.

Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transformasi zat besi

terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 24

jam selama 3 kali tidak berturut-turut kepada responden diperoleh

responden yang mengkonsumsi tempe sebesar (100%), telur (68,63%),

tahu (54,90%), daging ayam (41,17%), telur puyuh (13,72%), ikan

(35,29%), kangkung (37,52%), kacang panjang (74,51%), daun papaya

(31,37%). Berdasarkan kebutuhan angka kecukupan gizi atau (AKG)

2013 yang dianjurkan untuk orang Indonesia per orang/hari, kebutuhan

protein pada remaja putri atau wanita usia 13-15 tahun adalah 69 gram

(Kemenkes, 2013).

3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin C

Vitamin C mempunyai peranan penting dalam proses penyerapan zat

besi. Konsumsi vitamin C sebesar 200 mg lebih dalam sehari akan

meningkatkan penyerapan zat besi (Almatsier, 2009). Pada penelitian ini

tingkat konsumsi vitamin C diukur dengan menggunakan metode Food

recall 24 jam, sama dengan metode yang digunakan untuk mengukur

tingkat konsumsi Fe dan juga protein. Berdasarkan penelitian yang telah

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

8

dilakukan, distribusi responden berdasarkan tingkat konsumsi vitamin C

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin C

Kategori Frekuensi Presentase

(%)

Kurang 25 49,0

Baik 26 51,0

Total 51 100

Sebagian besar responden mengkonsumsi vitamin C dalam

kategori baik (80%-110% dari angka kecukupan gizi) yaitu sebesar

51,0%, sedangkan responden yang mengkonsumsi vitamin C dalam

kategori kurang (<80% dari angka kecukupan gizi) yaitu sebesar 49,0%.

Vitamin C berperan penting dalam memindahkan besi dari transferin ke

dalam plasma ke ferritin hati (Almatsier, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 24

jam selama 3 kali tidak berturut-turut menunjukkan bahwa responden

yang mengkonsumsi makanan sumber vitamin C jambu biji sebesar

(25,49%), jeruk nipis (45,09%), daun singkong (17,65%), kangkung

(37,52%), bayam (56,86%), daun pepaya (31,37%), tomat (23,53%),

brokoli (29,41%), sawi (11,76%) dan kol (39,21%).

Tingkat konsumsi vitamin C responden yang tergolong dalam

kategori kurang dikarenakan responden jarang mengkonsumsi sayur-

sayuran dan sumber makanan vitamin C lainnya setiap hari, sehingga

asupan vitamin C nya tidak dapat terpenuhi sesuai dengan angka

kecukupan gizi yang telah dianjurkan. Angka kecukupan gizi yang

dianjurkan untuk remaja putri usia 13-18 tahun adalah 65 mg/hari

(Kemenkes RI, 2013).

3.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) merupakan parameter yang biasa digunakan untuk

mendeteksi keadaan anemia seseorang. Hemoglobin merupakan

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

9

senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah (Gandasoebrata,

2009). Kadar hemoglobin pada penelitian ini diukur menggunakan

metode cyanmethemoglobin yang kemudian hasilnya akan

dibandingkan dengan kadar hemoglobin menurut umur dan jenis

kelamin dari WHO (2004).

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin

Kategori Frekuensi Presentase

(%)

Normal 18 35,3

Anemia 33 64,7

Total 51 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar

memngalami anemia yaitu sebesar 64,7%, sedangkan responden yang

memiliki kadar hemoglobin dalam kategori normal yaitu sebesar

35,3%. Angka kejadian anemia ini cukup tinggi jika dibandingkan

dengan prevalensi anemia nasional berdasarkan Riskesdas (2013) yaitu

sebesar 26,4%. Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar

hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal. Batasan normal kadar

hemoglobin untuk remaja putri usia 13-15 tahun adalah 12 gr/dl (WHO,

2004).

Kadar hemoglobin merupakan parameter yang paling mudah

digunakan dalam menentukan status anemia pada skala luas. Secara

umum penyebab anemia defisiensi besi adalah kehilangan darah secara

kronis, asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapan yang tidak

adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan

sel darah merah, yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi,

masa pubertas, masa kehamilan dan menyusui (Arisman, 2010).

Anemia pada remaja akan berdampak pada menurunnya aktivitas

kerja ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena tidak adanya

gairah belajar dan konsentrasi terganggu. Anemia juga dapat

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

10

menganggu pertumbuhan dimana tinggi dan berat badan menjadi tidak

sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah

terserang penyakit. Anemia juga dapat menyebabkan menurunnya

produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot (Poltekes Depkes

Jakarta, 2012).

3.6 Hubungan Tingkat Konsumsi Fe dengan Kadar Hemoglobin pada

Siswi di MTSN Ngemplak Boyolali

Asupan zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh dalam

pembentukan sel darah, akan mengakibatkan terjadinya anemia. Hasil

distribusi tingkat konsumsi Fe berdasarkan kadar hemoglobin dan

analisis hubungan tingkat konsumsi Fe dengan kadar hemoglobin pada

siswi di MTSN Ngemplak Boyolali masing-masing dapat dilihat pada

Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6

Distribusi Tingkat Konsumsi Fe Berdasarkan Kadar Hemoglobin

Kadar

Hemoglobin

Tingkat Konsumsi Fe Total

Kurang Baik

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Normal 8 44,4 10 55,6 18 100

Anemia 32 97,0 1 3,0 33 100

Total 40 78,4 11 21,6 51 100

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa responden yang tergolong

anemia dan memiliki tingkat konsumsi Fe kurang sebesar 97,0%,

sedangkan responden yang memiliki kadar hemoglobin normal dan

memiliki tingkat konsumsi Fe baik sebesar 55,6%.

Tabel 7

Hubungan Tingkat Konsumsi Fe degan Kadar Hemoglobin

pada Siswi di MTSN Ngemplak Boyolali

N Min Max Mean ±SD p R

Tingkat

konsumsi Fe 51 32,71 92,12 59,51±16,98

0,000 0,536

Kadar Hb 51 9,14 14,16 10,99±1,44 *Uji Rank Spearman

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

11

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi Fe

memilikii nilai minimum 32,71, nilai maksimum 92,12 dan nilai rata-

rata 59,51±16,98. Hasil Uji Rank Spearman diperoleh nilai p=0,000 (p <

0,05) yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat

hubungan tingkat konsumsi Fe dengan kadar hemoglobin pada siswi di

MTSN Ngemplak Boyolali. Kekuatan hubungan ditunjukkan dengan

nilai R atau Correlation Coefficient sebesar 0,536. Hal ini berarti

hubungan antar variabel adalag sedang dan bersifat positif atau searah

yaitu semakin besar tingkat konsumsi Fe maka semakin besar kadar

hemoglobin.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Denistikasari (2016) yang

mengatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan zat besi

dengan kejadian anemia. Penelitian Arifin dkk (2013), juga

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan anatara asupan zat besi

(Fe) dengan kadar hemoglobin. Begitu juga menurut Permaesih dan

Herman (2005), yang mengatakan bahwa faktor utama penyebab anemia

adalah asupan zat besi yang kurang, dengan sekitar dua per tiga zat besi

dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah hemoglobin.

Asupan zat besi memiliki peranan penting dengan kejadian anemia.

Jika asupan zat besi baik maka kadar hemoglobin baik maka tidak

mengalami anemia (Setijowati, 2012). Keterkaitan zat besi dengan kadar

hemoglobin bahwa zat besi merupakan komponen utama yang

memegang peranan penting dalam pembentukan darah yaitu mensintesis

hemoglobin. Anemia besi ditunjukkan dengan kadar hemoglobin dan

serum feritin yang turun di bawah normal, serta naiknya Transferin

reseptor (TfRs) (Susiloningtyas, 2004).

Taraf gizi besi bagi seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah

konsumsinya melalui makanan, bagian yang diserap melalui saluran

pencernaan, cadangan zat besi dalam jaringan, kebutuhan tubuh dan

ekskresi (Adriani dan Bambang, 2012). Kekurangan zat besi selain dapat

menimbulkan turunnya kadar hemoglobin juga dapat menimbulkan

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

12

gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel

otak, bahkan penderita kekurangan zat besi akan mengalami penurunan

daya tahan tubuh (Linder, 2009).

Allah berfirman: (QS. An-

Nahl: 5) Artinya: “Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu,

padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan

sebagiannya kamu makan”. Dalam surat ini menjelaskan makna bahwa

daging hewan mengandung berbagai manfaat dan zat gizi serta dapat

menghindarkan dari berbagai penyakit yang salah satunya adalah

kandungan zat gizi mikromineral Fe (zat besi). Kekurangan konsumsi

zat besi dapat berdampak pada penyakit anemia. Sebaliknya konsumsi

zat besi yang cukup sesuai dengan angka kecukupan gizi yang

dianjurkan akan membantu mencegah terjadinya anemia.

3.7 Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Kadar Hemoglobin

pada Siswi di MTSN Ngemplak Boyolali

Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh.

Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transformasi zat besi

terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi. Hasil distribusi tingkat

konsumsi protein berdasarkan kadar hemoglobin dan analisis hubungan

tingkat konsumsi protein dengan kadar hemoglobin pada siswi di MTSN

Ngemplak Kabupaten Boyolali masing-masing dapat dilihat pada Tabel

8 dan Tabel 9.

Tabel 8

Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Berdasarkan Kadar Hemoglobin

Kadar

Hemoglobin

Tingkat Konsumsi Protein Total

Kurang Baik

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Normal 2 11,1 16 88,9 18 100

Anemia 29 87,9 4 22,1 33 100

Total 31 60,8 20 39,2 51 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

kadar hemoglobin dalam kategori normal dan memiliki tingkat konsumsi

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

13

protein baik sebesar 88,9%, sedangkan responden yang tergolong

anemia dan memiliki tingkat konsumsi protein dalam kategori kurang

sebesar 87,9%. Protein terutama protein hewani seperti daging dan ikan

dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi terutama besi non

heme (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

Tabel 9

Hubungan Tingkat Konsumsi Protein degan Kadar Hemoglobin

Pada Siswi di MTSN Ngemplak Boyolali

N Min Max Mean ±SD P R

Tingkat

konsumsi

Protein

51 48,91 104,51 75,97±15,45 0,000 0,474

Kadar Hb 51 9,14 14,16 10,99±1,44 *Uji Rank Spearman

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi protein

memilikii nilai minimum 45,62, nilai maksimum 102,45 dan nilai rata-

rata 74,48±14,64. Hasil Uji Rank Spearman diperoleh nilai p=0,000 (p <

0,05) yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat

hubungan tingkat konsumsi protein dengan kadar hemoglobin pada siswi

di MTSN Ngemplak Boyolali. Kekuatan hubungan ditunjukkan dengan

nilai R atau Correlation Coefficient sebesar 0,474. Hal ini berarti

hubungan antar variabel adalah sedang dan bersifat positif atau searah

yaitu semakin besar tingkat konsumsi protein maka semakin besar kadar

hemoglobin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Syatriani dan Aryani (2010), yang mengatakan bahwa terdapat hubungan

yang bersifat positif antara asupan protein dengan kejadian anemia.

Penelitian Sartono dan Maesaroh (2007), juga menunjukkan bahwa ada

hubungan tingkat konsumi protein dengan kadar hemoglobin pada

remaja putri di ponpes Aribatul Semarang.

Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transformasi zat besi

terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi dan kekurangan kadar

hemoglobin. Absorpsi besi yang terjadi di usus halus dibantu oleh alat

angkut protein yaitu transferin dan feritin. Transferin mengandung besi

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

14

berbentuk ferro yang berfungsi mentranspor besi ke sumsum tulang

untuk pembentukkan hemoglobin (Almatsier, 2011).

Allah berfirman: (QS. An-Nahl:

14) Artinya: “Dan Dia-lah yang menundukkan lautan (untukmu), agar

kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya”. Dalam surat

ini menjelaskan bahwa kita dianjurkan untuk mengkonsumsi ikan karena

pada ikan terdapat banyak kandungan zat gizi yang baik untuk kesehatan

seperti protein. Ikan merupakan bahan makanan yang mengandung

protein tinggi dan baik untuk kesehatan.

3.8 Hubungan Tingkat Konsumsi Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin

pada Siswi di MTSN Ngemplak Boyolali

Vitamin C juga memiliki peranan membantu penyerapan zat besi.

Absorbsi besi dalam bentuk non heme meningkat empat kali lipat bila

ada vitamin C. Hasil distribusi tingkat konsumsi vitamin C berdasarkan

kadar hemoglobin dan analisis hubungan tingkat konsumsi vitamin C

dengan kadar hemoglobin pada siswi di MTSN Ngemplak Kabupaten

Boyolali masing-masing dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10

Distribusi Tingkat Konsumsi Vitamin C Berdasarkan Kadar Hemoglobin

Kadar

Hemoglobin

Tingkat Konsumsi Vitamin C Total

Kurang Baik

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Normal 4 22,1 14 77,8 18 100

Anemia 21 63,6 12 36,4 33 100

Total 25 49,0 26 51,0 51 100

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa responden yang tergolong

anemia dan memiliki tingkat konsumsi vitamin C kurang sebesar 63,6%,

sedangkan responden yang memiliki kadar hemoglobin normal dan

memiliki tingkat konsumsi vitamin C dalam kategori baik sebesar

77,8%.

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

15

Tabel 11

Hubungan Tingkat Konsumsi Vitamin C degan Kadar Hemoglobin

Pada Siswi di MTSN Ngemplak Kabupaten Boyolali

N Min Max Mean ±SD P R

Tingkat

konsumsi

Vitamin C

51 45,62 102,45 74,48±14,64 0,003 0,409

Kadar Hb 51 9,14 14,16 10,99±1,44 *Uji Rank Spearman

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi

vitamin C memiliki nilai minimum 45,62, maksimum 102,45 dan rata-

rata 74,48±14,64. Hasil Uji Rank Spearman diperoleh nilai p=0,003 (p <

0,05) yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat

hubungan tingkat konsumsi vitamin C dengan kadar hemoglobin pada

siswi di MTSN Ngemplak Boyolali. Kekuatan hubungan ditunjukkan

dengan nilai R atau Correlation Coefficient sebesar 0,409. Hal ini berarti

hubungan antar variabel adalah sedang dan bersifat positif atau searah

yaitu semakin besar tingkat konsumsi vitamin C maka semakin besar

kadar hemoglobin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Choiriyah (2015) dan Suria (2017) yang mengatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi vitamin C

dengan kadar hemoglobin.

Vitamin C juga berperan dalam memindahkan besi dari transferin di

dalam plasma ke ferritin dan juga menghambat pembentukan

hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila

diperlukan (Almatsier, 2003). Selain itu. vitamin C juga bertindak

sebagai enhancer yang kuat dalam mereduksi ion ferri menjadi ion ferro,

sehingga mudah diserap dalam pH lebih tinggi dalam duodenum dan

usus halus (Almatsier, 2003).

Allah berfirman dalam surat Abasa (80) ayat 28 artinya

dan anggur dan sayur-sayuran, ayat 29 artinya dan zaitun dan

pohon kurma, ayat 30 artinya dan kebun-kebun (yang)

rindang, ayat 31 artinya dan buah-buahan serta rerumputan.

Kandungan ayat tersebut menjelaskan bahwa makanan mengandung

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

16

banyak zat gizi seperti buah dan syur-sayuran yang banyak mengandung

vitamin C. Konsumsi vitamin C 200 mg lebih dalam sehari akan

meningkatkan penyerapan zat besi (Proverawati, 2009).

3.9 Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki keterbatasan

yaitu tidak menggunakan food model pada saat recall asupan makan

sehari-hari.

4. PENUTUP

Tingkat konsumsi Fe pada siswi di MTSN Ngemplak Kabupaten

Boyolali yang tergolong dalam kategori kurang sebesar 78,4%. Tingkat

konsumsi protein pada siswi di MTSN Ngemplak Kabupaten Boyolali yang

tergolong dalam kategori kurang sebesar 60,8%. Tingkat konsumsi vitamin C

pada siswi di MTSN Ngemplak Kabupaten Boyolali yang tergolong dalam

kategori baik sebesar 51,0%. Terdapat hubungan tingkat konsumsi Fe, protein,

vitamin C dengan kadar hemoglobin pada siswi di MTSN Ngemplak

Kabupaten Boyolali.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., Wiradmaja, B. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan:

Kencana. Jakarta.

Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi: PT Gramedia Pustaka. Jakarta

Barasi, M. 2009. Ilmu Gizi. Penerjemah: Penerbit Erlangga. Hal 52-53. Jakarta

Choiriyah, EW. 2015. Hubungan Tingkat Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C

dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri Kelas X dan XI SMAN 1

Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Naskah Publikasi Program Studi

Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Ellya, 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi: Transinfo Media. Hal 30-42,

Jakarta.

Kemenkes RI. 2013. Permenkes RI Nomor 57 Tahun 2013 Tentang Angka

Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia: Kemenkes RI.

Jakarta.

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI FE, PROTEIN DAN VITAMIN C DENGAN …eprints.ums.ac.id/69187/1/naspub.pdf · 2018-11-15 · 18,4%. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin di MTSN Ngemplak Boyolali

17

Linder, M. C. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara

Klinis: UI Press.Jakarta.

Marmi. 2013. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi: Pustaka Pelajar 45-56.

Yogyakarta

Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi: Alfabeta 25-35. Bandung

Poltekes Depkes Jakarta I. 2012. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya.:

Salemba Medika. Jakarta.

Permaesih, D. dan Herman, S. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia

pada Remaja. Buletin Penelitian Kesehatan Vol.33 No. 4.

Proverawati dan Misaroh.2009.Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.

Nuha Medika. Yogyakarta

Soetjiningsih. 2010. Buku Ajar Tumbuh Kembang dan Permasalahannya: Agung

Seto. Jakarta.

Sartono, A dan Maesaroh. 2007. Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Zat Besi

dan Hubungannya dengan Kadar Hb pada Santri Remaja Putri: Program

Stusi S1 Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

Setijowati, N. 2012. “Pengaruh Karakteristik Ibu dan Konsumsi Pangan Terhadap

Status Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Dinoyo Kota Malang”.

Jurnal Ilmu Gizi FKUB Vol.2 No.1. Malang.

Susiloningtyas, I. 2004. Pemberian Zat Besi dalam Kehamilan: UNISULA.

Semarang.

Syatriani S, dan Aryani A. 2010. “ Konsumsi Makanan Dan Kejadian Anemia

Pada Siswi Satu SMP Di kota Makassar,” Jurnal Kesehatan Masyarakat

Nasional Makassar Vol. 4. Makassar

WHO. 2004. Iron Defisiensi Anemia:assessment, prevention, and control. A guide

for programme managers. Geneva: World Health Organization Press.