hubungan stres terhadap burnout pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53739...1...

82
HUBUNGAN STRES TERHADAP BURNOUT PADA MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh : Risa Azzahra Khatami 11151030000025 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN STRES TERHADAP BURNOUT PADA

    MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN

    AJARAN 2018/2019

    Laporan Penelitian ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA KEDOKTERAN

    Disusun oleh :

    Risa Azzahra Khatami

    11151030000025

    PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H/2018 M

  • ii

  • v

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum wr. wb.

    Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

    karena berkat limpahan rahmat, anugerah, serta nikmat-Nya penulis dapat belajar dan

    menyelesaikan penelitian di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam

    tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat Muslim

    dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh dengan perkembangan ilmu dan teknologi

    sehingga penulis dapat belajar kala ini.

    Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada

    Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa

    penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku dekan FK UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2. dr. Fika Ekayanti, DKK, M.Med.Ed. dan dr. Isa Multazam Noor, MSc, SpKJ(K)

    selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk

    membimbing, member masukan serta arahan dan motivasi penulis selama

    pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

    3. drg. Laifa Hendarmin, DDS, Ph.D. dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D. selaku dosen

    penanggung jawab riset mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta angkatan 2015 yang telah memotivasi kami untuk dapat menyelesaikan

    riset tepat waktu dan memberi arahan serta masukan dalam penelitian yang kami

    lakukan.

    4. dr. Lucky Brilliantina, M.Biomed selaku dosen pembimbing akademik penulis

    yang selalu membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

    5. Kedua orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Drs. Nana Priyatna dan ibunda

    Dra. Yayat Nurhayati, serta kakak tersayang Rezha Baihaqi yang sangat penulis

    cintai. Mereka selalu mencurahkan cinta dan kasih sayangnya dan selalu memberi

  • vi

    dukungan baik moral, materil dan spiritual yang tak kunjung hentinya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

    6. Teman seperjuangan penelitian, yaitu Lahzatin Atiqah dan Aminah Oktavia yang

    merupakan sahabat seperjuangan dalam penelitian dan pembuatan skripsi ini, yang

    telah bekerja sama dengan baik dan saling bahu membahu memberikan dukungan,

    semangat, dan motivasi selama penelitian dan penyusuan skripsi ini.

    7. Sahabat-sahabat penulis, yaitu Khadijah Alhaura, Annisa Delia K., Hanifa Syafly

    Nailufar Hamro dan sahabat penulis lainnya saat duduk dibangku sekolah yaitu

    Nazilatul Fakhirah, Lu’lu Falaesifah, Indriani Dwi Rahayu yang sudah mendoakan

    dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.

    8. Seluruh teman-teman program studi kedokteran angkatan 2015 yang selalu

    memberi dukungan dan semangat.

    9. Teman-teman dari Universitas Telkom Bandung dimana penulis sempat berkuliah

    disana sebelumnya, yaitu Rafida Ajib, Sherly Widi, Yudha, Hasna, Ilham Mogu,

    Raihan Amin, dan yang lainnya selalu saling menyemangati.

    10. Teman-teman dunia maya penulis yaitu Fabian Esa Nugraha, Budi Juliantara,

    Putra Maula dan Indra Mahayana yang selalu menghibur penulis melalui discord

    disaat mengerjakan skripsi.

    11. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan skripsi yang tidak

    dapat disebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan

    ketidaksempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu penulis

    mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir

    kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca dalam mempelajari

    dan mengembangkan ilmu kedokteran.

    Ciputat, 12 November 2018

    Penulis

  • vii

    ABSTRAK

    Risa Azzahra Khatami. Program Studi Kedokteran. Hubungan Stres Terhadap

    Burnout pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta Tahun Ajaran 2018/2019.

    Latar Belakang: Mahasiswa yang merupakan peralihan menuju remaja dewasa

    mempunyai resiko yang sangat tinggi tepapar oleh stres yang berkibat dampak panjang,

    sehingga muncul kecenderungan burnout. Tujuan: Mengetahui hubungan stres terhadap

    burnout pada mahasiswa tingkat awal dan akhir Fakultas Kedokteran UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta tahun 2018/2019. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan

    adalah cross sectional. Sampel dipilih dengan metode total sampling sebanyak 369

    sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Burnout Freudenberger and

    Richelson dan DASS-42. Analisis data bivariabel menggunakan uji Korelasi Kontingensi

    Koefisien . Hasil: Didapatkan hubungan positif bermakna antara stres dan burnout

    (p=0,001), yakni nilai uji korelasi (r=0,376). Kesimpulan: Stres berhubungan secara

    bermakna tehadap kejadian burnout pada mahasiswa tingkat awal dan akhir Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    Kata kunci: stres, burnout, mahasiswa, kedokteran.

  • viii

    ABSTRACT

    Risa Azzahra Khatami. Medical Study Program. Stress Relation to Burnout on Pre-

    Clinical Student Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Year 2018/2019.

    Background: Students who transition to adult teens have a very high risk of being exposed

    to stress-related stress, resulting in a burnout tendency. Objective: To know the relation

    between stress level to burnout in early and final year students of Faculty of Medicine

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2018/2019. Method: Research design used is cross

    sectional. Samples were selected by total sampling method as much as 369 samples. Data

    collection using Burnout Freudenberger and Richelson and DASS-42 questionnaires.

    Bivariable data analysis uses Contingency Coefficient tests. Results: Obtained a

    significant positive relationship between stress and burnout (p = 0.001), namely the

    correlation test value (r = 0.376). Conclusion: Stress was significantly related to burnout

    incidence in early and late students of Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta in 2018/2019 .

    Keywords: stress, burnout, student, medicine.

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................................... ivii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................. iv

    KATA PENGANTAR .................................................................................................................... v

    ABSTRAK ..................................................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................... viix

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... xi

    DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

    1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................ 1

    1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................ 2

    1.3 HIPOTESIS ............................................................................................................................. 2

    1.4 TUJUAN ................................................................................................................................. 2

    1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................................................... 2

    1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................................................. 3

    1.5 MANFAAT PENILITIAN ...................................................................................................... 3

    1.5.1 Untuk Peneliti ................................................................................................................... 3

    1.5.2 Untuk Penelitian ............................................................................................................... 3

    1.5.3 Untuk Perguruan Tinggi ................................................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 4

    2.1 BURNOUT............................................................................................................................... 4

    2.1.1 Definisi Burnout ............................................................................................................... 4

    2.1.2 Dimensi Burnout ............................................................................................................... 4

    2.1.3 Karakteristik Burnout ....................................................................................................... 6

    2.1.4 Gejala yang Terlihat pada Penderita Burnout .................................................................. 6

    2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Burnout .................................................................... 7

    2.2 STRES ..................................................................................................................................... 8

    2.2.1 Definisi Stres ..................................................................................................................... 8

    2.2.2 Jenis-jenis Stres ................................................................................................................. 9

    2.2.3 Tingkatan Stres ............................................................................................................... 10

    2.2.4 Sumber-sumber Stres ...................................................................................................... 11

    2.2.5 Klasifikasi Stres .............................................................................................................. 12

    2.2.6 Fisiologi Stres ................................................................................................................. 12

    2.3 Kerangka Teori ...................................................................................................................... 14

    2.4 Kerangka Konsep .................................................................................................................. 15

    2.5 Definisi Operasional.............................................................................................................. 16

  • x

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 19

    3.1 Desain Penelitian ................................................................................................................... 19

    3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................................................... 19

    3.3 Populasi Penelitian ................................................................................................................ 19

    3.4 Teknik Sampling ................................................................................................................... 19

    3.5 Besar Sampel ......................................................................................................................... 20

    3.6 Kriteria Sampel ..................................................................................................................... 21

    3.6.1 Kriteria Inklusi ................................................................................................................ 21

    3.6.2 Kriteria Eksklusi ............................................................................................................. 21

    3.7 Identifikasi Variabel Penelitian............................................................................................. 22

    3.7.1 Variabel Bebas (independent) ....................................................................................... 22

    3.7.2 Variabel Terikat (dependent) ......................................................................................... 22

    3.8 Alur Penelitian ....................................................................................................................... 23

    3.9 Manajemen data .................................................................................................................... 24

    3.9.1 Pengumpulan data ........................................................................................................... 24

    3.9.2 Instrumen penelitian ....................................................................................................... 24

    3.9.2.1 Kuesioner MBI (Masclah Burnout Inventory) ................................................ 24

    3.9.2.2 Kuesioner Burnout Freudenberger ................................................................... 25

    3.9.2.3 Kuesioner DASS-42 ............................................................................................... 26

    3.10 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................ 28

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 29

    4.1 Analisis Univariat .................................................................................................................. 29

    4.1.1 Karakteristik Sampel ...................................................................................................... 30

    4.1.2 Frekuensi Stres ................................................................................................................ 31

    4.1.2.1 Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Urutan kelahiran dan

    Jumlah saudara .................................................................................................................... 33

    4.1.3 Frekuensi Burnout........................................................................................................... 35

    4.1.3.1 Distribusi tingkat Burnout Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Urutan kelahiran dan

    Jumlah saudara .................................................................................................................... 36

    4.1.3.2 Distribusi Burnout Berdasarkan Dimensi .............................................................. 38

    4.2 Analisis Bivariat ................................................................................................................. 39

    4.2.1 Uji Korelasi Hubungan Tingkat Stres dengan Burnout ................................................. 39

    4.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................................... 42

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 44

    5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 44

    5.2 Saran .................................................................................................................................... 44

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 45

    LAMPIRAN.................................................................................................................................. 49

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Skala penilaian kuesioner Burnout Freudenberger and Richelson ............................... 26

    Tabel 3.2 Indikator kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42) ............................ 26

    Tabel 3.3 Alternatif jawaban kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42) ............ 27

    Tabel 3.4 Skala penilaian kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42) .................. 28

    Tabel 4.1 Respon rate kuesioner pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019 tingkat 2015, 2016, 2017 dan 2018 ...................... 30

    Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan angkatan, jenis kelamin, dan usia mahasiswa

    Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. ............... 30

    Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan kategori tingkat Stres pada mahasiswa Kedokteran UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. .................................................................... 31

    Tabel 4.4 Distribusi sampel kategori tingkat Stres berdasarkan jenis kelamin, usia, urutan

    kelahiran dan jumlah saudara pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. ............................................................................... 33

    Tabel 4.5 Distribusi sampel berdasarkan kategori tingkat Burnout pada mahasiswa Kedokteran

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. ............................................................ 35

    Tabel 4.6 Distribusi sampel kategori tingkat Burnout berdasarkan jenis kelamin, usia, urutan

    kelahiran dan jumlah saudara pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. 7 ............................................................................ 36

    Tabel 4.7 Distribusi sampel kategori dimensi Burnout berdasarkan dimensi Burnout pada

    mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    ......................................................................................................................................................... 38

    Tabel 4.8Distribusi sampel berdasarkan hasil analisis uji korelasi hubungan tingkat Stres dan

    Burnout pada mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    ......................................................................................................................................................... 39

  • xii

    DAFTAR SINGKATAN

    WHO : World Health Organization

    Riskesdas : Riset kesehatan dasar

    DASS-42 : Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42)

    MBI : Maslach Burnout Inventory

    KE : Kelelahan Emosi

    D : Depersonalisasi

    PPD : Pennurunan Prestasi Diri

    CRF : Corticotropin-Releasing Factor

    ACTH : Adrenocorticotropic Hormone

  • xiii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Stres merupakan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang

    tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres normal dialami setiap

    individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Stres membuat

    seseorang yang mengalaminya berpikir dan berusaha keras dalam menyelesaikan suatu

    permasalahan atau tantangan dalam hidup sebagai bentuk respon adaptasi untuk tetap

    bertahan.1

    Pada tahun 2013 Riskesdas melakukan penilaian gangguan mental

    emosional pada penduduk Indonesia seperti pada Riskesdas 2007. Gangguan mental

    emosional adalah istilah yang sama dengan distres psikologik. Kondisi ini adalah keadaan

    yang mengindikasikan seseorang sedang mengalami perubahan psikologis. Berbeda

    dengan gangguan jiwa berat psikosis dan skizofrenia, gangguan mental emosional adalah

    gangguan yang dapat dialami semua orang pada keadaan tertentu, tetapi dapat pulih

    seperti semula. Gangguan ini dapat berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila

    tidak berhasil ditanggulangi. 2

    Stres yang dihadapi mahasiwa dapat berdampak pada aspek psikologis. Dampak

    tersebut dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari stres

    tersebut berupa peningkatan kreativitas dan memicu pengembangan diri, selama stres

    yang dialami masih dalam batas kapasitas individu tersebut. Dampak negatif dari stres

    dapat berupa penurunan konsentrasi dan pemusatan perhatian selama kuliah, penurunan

  • 2

    minat, demotivasi diri bahkan dapat menimbulkan perilaku kurang baik seperti sengaja

    terlambat datang ketika kuliah, minum alkohol, merokok dan sebagainya.2,3,4

    Gaya hidup yang penuh stressor dan tekanan dapat menempatkan seseorang pada

    kondisi tertekan secara terus-menerus sampai ke titik jenuh, dimana mereka mengalami

    burnout (kejenuhan). Burnout merupakan suatu perasaan tak berdaya yang diakibatkan

    oleh stres dalam jangka panjang yang mengakibatkan suatu kondisi fisik, emosi dan

    mental yang sangat drop.5 Seseorang yang mengalami burnout akan mengalami gangguan

    yang mengenai sistem biologis salah satunya yaitu kelelahan, dan juga mengenai sistem

    psikologis, seperti emosional, apatis, depresi, mudah tersinggung, merasa bosan,

    merendahkan harga diri dan berkurangnya rasa percaya diri. Dampak yang terjadi dalam

    lingkup sistem sosial salah satunya adalah orang tersebut akan menjauhkan diri dari

    sesamanya.

    Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dan bagaimana gambaran

    stres dengan burnout pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta dan perbandingannya pada tingkat awal sampai tingkat akhir.

    1.2 Rumusan Masalah

    Adakah hubungan antara tingkat stres dengan burnout pada Mahasiswa Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019?

    1.3 Hipotesis

    Pada penelitian ini, peneliti mengambil hipotesis yaitu adanya hubungan

    bermakna antara tingkat stres dengan burnout pada mahasiswa preklinik Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan gambaran antara kejadian

    stres dan burnout pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019 pada tiap periode angkatan.

  • 3

    1.4.2 Tujuan Khusus

    a. Menganalisis banyaknya angka kejadian stres dan burnout pada mahasiswa

    preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tiap periode

    angkatan.

    b. Menganalisis hubungan tingkat stres dan burnout pada mahasiswa preklinik

    Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Untuk Peneliti

    1. Melatih kemampuan diri dalam melakukan penyusunan penelitian

    2. Sebagai penambah wawasan tentang besarnya angka kejadian stres dan burnout

    pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Menjadi motivasi untuk mengembangkan penelitian lanjutan yang berhubungan

    dengan hasil penelitian yang didapatkan.

    1.5.2 Untuk Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut

    mengenai hubungan tingkat stres dan burnout yang dialami mahasiswa, khususnya pada

    mahasiswa kedokteran.

    1.5.3 Untuk Perguruan Tinggi

    1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi berkaitan dengan fungsi dan tugas

    perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian,

    dan pengabdian masyarakat.

    2. Sebagai data untuk dilakukan penelitian selanjutnya.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 BURNOUT

    2.1.1 Definisi Burnout

    Burnout adalah sebagai sindrom kelelahan emosional, depersonalisasi dan reduced

    personal accomplishment yang terjadi diantara individu-individu yang melakukan

    pekerjaan yang memberikan pelayanan kepada orang lain dan sejenisnya. Menurut Pines

    dan Aranson “burnout akan membuat penderitanya merasa sangat kelelahan secara fisik

    dan emosional”. 7 Sedangkan menurut Namora menjelaskan bahwa “burnout adalah

    keadaan seseorang yang ditandai dengan menurunnya produktivitas karena stres yang

    terus menerus”.8 Taufik, T., & Ifdil, I. juga menerangkan bahwa “aktivitas belajar yang

    berlebihan berdampak pada kondisi ini yang akan menjadi pemicu stres pada pelajar, dari

    waktu yang lama pengaruhnya terhadap pembelajaran”. Dengan kata lain Burnout

    merupakan kondisi emosional dimana seseorang merasa tidak berdaya, tidak memiliki

    harapan dan bahkan jenuh secara mental ataupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan

    yang meningkat ataupun stres berlebih yang berkepanjangan.9

    Pada awalnya Burnout hanya diamati dalam lingkungan pelayanan masyarakat seperti

    rumah sakit, namun saat ini burnout juga dapat dialami oleh mahasiswa. Burnout pada

    mahasiswa merujuk pada rasa lelah secara emosional yang disebabkan oleh tuntutan

    belajar, memiliki perilaku sinis, dan merasa sebagai pelajar yang tidak berkompeten.10

    2.1.1 Dimensi Burnout

    1. Exhaustion (Kelelahan Emosional)

    Maslach dan Laiter menjelaskan bahwa exhaustion menyebabkan

    seseorang merasakan hal-hal lain secara berlebihan, baik secara emosional dan

    fisik. Perasaan yang timbul itu seperti : merasa kering, dimanfaatkan, tidak dapat

    bersantai, ketika bangun pagi tidak bersemangat dan lain-lain. Kelelahan akan

    membuat individu merasa kekurangan energi untuk menghadapi pekerjaan atau

    orang lain. Exhaustion adalah reaksi pertama terhadap stres dari tuntutan pekerjaan

    atau perubahan besar. Kelelahan emosional yang dijelaskan oleh Namora

  • 5

    “merupakan perasaaan seluruh energi habis digunakan”. Seseorang yang sedang

    mengalami exhaustion akan mencoba mengurangi stres emosional terhadap orang

    lain dengan cara memisahkan diri dari sekitarnya.10,11

    2. Sinisme atau Depersonalisasi

    Maslach dan Laiter menjelaskan perasaan sinis akan membuat seseorang

    mengambil sikap dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang

    disekitarnya. Perasaan tersebut meminimalisir keterlibatan mereka di lingkungan

    tempat mereka beraktivitas dan bahkan melupakan cita-cita mereka. Disatu sisi,

    sinisme merupakan upaya untuk melindungi diri dari kelelahan kekecawaan.

    Merasa lebih aman untuk menjadi acuh tak acuh, terutama ketika berkaitan dengan

    masa depan yang tidak pasti atau menganggap hal-hal tidak akan berhasil.

    Berpandangan negatif dapat menghancurkan kesejahteraan dan kapasitas

    seseorang untuk bekerja secara efektif. Sedangkan menurut Namora menjelaskan

    bahwa “seseorang dengan burnout mereka memperlakukan orang lain dengan

    kasar dan kritis”.10,11

    3. Ketidakefektifan atau Penurunan Prestasi Diri

    Maslach dan Laiter menjelaskan ketidakefektifan merupakan perasaan

    tidak efektif sama halnya dengan merasa semakin tidak mampu. Setiap pekerjaan

    baru tampaknya terasa terlalu besar. Dunia terasa bersekongkol melawan setiap

    upaya yang dilakukan untuk membuat kemajuan, menyepelekan apa yang ingin

    dicapai. Kehilangan kepercayaan dalam kemampuan untuk membuat perbedaan.

    Dan karena kehilangan kepercayaan pada diri sendiri hal ini berdampak pada

    orang lain yang kehilangan kepercayaan padanya. Namora juga menjelaskan

    bahwa seseorang dengan burnout mencoba mengurangi beban kerjanya dengan

    menghindari kerja, absen, mengerjakan sesedikit mungkin, tidak mengerjakan

    tugas tertentu yang dianggap lebih berat dan memakan waktu lebih lama. Hasilnya

    adalah menurunnya kualitas serta kuantitas pekerjaannya. 10,11

  • 6

    2.1.2 Karakteristik Burnout

    Karakteristik burnout menurut Baron dan Greenberg, yaitu: Kelelahan fisik yang

    ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, dan kurangnya nafsu makan.

    Kelelahan emosional ditandai dengan depresi, perasaan tidak berdaya, merasa

    terperangkap dalam pekerjaannya, mudah marah serta cepat tersinggung. Kelelahan

    mental, ditandai dengan bersikap sinis terhadap orang lain, bersikap negatif terhadap

    orang lain, cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan, organisasi dan kehidupan pada

    umumnya. Rendahnya pengharhagaan terhadap diri sendiri, ditandai dengan tidak pernah

    puas terhadap hasil kerja sendiri, merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang

    memuaskan. Menurut Ayala Pines dan Elliot Aronso, penderita merasa tidak tertarik lagi

    akan kegiatan yang dikerjakannya, yaitu: Kelelahan fisik dicirikan seperti sakit kepala,

    demam, sakit punggung, tegang pada otot leher dan bahu, sering flu, susah tidur, rasa letih

    yang kronis. Kelehan emosi dicirikan seperti rasa bosan, mudah tersinggung, sinisme,

    suka marah, gelisah, putus asa, sedih, tertekan, tidak berdaya. Kelelahan mental dicirikan

    seperti acuh tak acuh pada lingkungan, sikap negatif terhadap orang lain, konsep diri yang

    rendah, putus asa dengan jalan hidup, merasa tidak berharga.12

    2.1.3 Gejala yang Terlihat pada Penderita Burnout

    Terdapat suatu kenyataan yang mengejutkan bahwa semua penderita burnout

    awalnya orang-orang yang bersemangat. Penderita burnout adalah orang-orang yang

    bersemangat, energik, ambisius, dan memiliki prinsip yang kuat untuk tidak menjadi gagal

    dan merupakan figur pekerja keras.13

    Gejala yang terlihat pada penderita burnout , yaitu :

    1. Kelelahan yang merupakan proses kehilangan energi disertai keletihan.

    2. Lari dari kenyataan, merupakan alat untuk menyangkal penderitaan yang

    dialami.

    3. Kebosanan dan sinisme

    Penderita merasa tidak tertarik lagi akan kegiatan yang dikerjakannya, bahkan

    timbul rasa bosan dan pesimis akan bidang pekerjaan tersebut.

    4. Emosional

  • 7

    Hal ini dikarenakan karena selama ini individu mampu mengerjakan

    pekerjaannya dengan cepat, dengan menurunnya kemampuan mengerjakan

    pekerjaan secara cepat, akan menimbulkan gelombang emosional pada diri

    individu.

    5. Merasa yakin akan kemampuan dirinya, selalu menganggap dirinya sebagai

    yang terbaik.

    6. Merasa tidak dihargai.

    7. Disorientasi.

    8. Masalah psikosomatis.

    9. Curiga tanpa alasan yang jelas.

    10. Depresi.

    11. Penyangkalan kenyataan akan keadaan dirinya sendiri. 13

    2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Burnout

    Menurut Baron dan Greenberg mengungkapkan ada dua faktor yang dipandang

    mempengaruhi munculnya burnout, yaitu: 14,15

    a. Faktor Eksternal Meliputi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik,

    kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak

    mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan,

    pekerjaan yang monoton. Misalnya, dukungan sosial diartikan sebagai

    kesenangan, bantuan, yang diterima seseorang melalui hubungan formal

    dan informal dengan yang lain atau kelompok. Menurut Pines dan Aronson

    adanya faktor yang saling berinteraksi dalam menimbulkan burnout, yaitu

    faktor lingkungan kerja dan individu.

    b. Faktor Internal Meliputi usia, jenis kelamin, harga diri, dan karakteristik

    kepribadian. Seperti, pengetahuan bahwa “saya seorang pria” atau “saya

    seorang wanita” merupakan salah satu bagian inti dari identitas pribadi,

    dan di dalam benak kita sudah tertanam siapa itu pria dan siapa itu wanita.

    Demikian pula tentang pemikiran apa kekhasan perilaku seorang pria dan

    seorang wanita. Pria dan wanita tidak hanya berbeda secara fisik saja,

    tetapi berbeda pula dari segi psikologis dan sosiologisnya.

  • 8

    Burnout tidak selalu terjadi pada setiap orang, karena ada perbedaan individual

    yang turut berpengaruh. Satu hal yang memiliki kontribusi besar terhadap timbulnya

    burnout, yaitu jika mereka merasa tidak bernilai, tidak dihargai, dan pekerjaan mereka

    merasa tidak berarti. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa burnout

    dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal yang meliputi lingkungan kerja

    psikologis dan faktor internal seperti usia, jenis kelamin, harga diri, dan karakteristik

    kepribadian.14,15

    2.2 Stres

    Stres merupakan istilah yang membingungkan karena adanya pendapat-pendapat

    yang sangat beranekaragam. Dalam arti umum stres merupakan pola reaksi serta adaptasi

    umum, dalam arti pola reaksi menghadapi stressor, yang dapat berasal dari dalam maupun

    luar individu yang bersangkutan, dapat nyata maupun tidak nyata sifatnya. Stres pada

    individu dapat diartikan sebagai adanya tuntutan-tuntutan dalam diri individu tersebut.

    Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak

    menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.16

    Stres sendiri dapat berbentuk bermacam-macam tergantung dan ciri-ciri individu

    yang bersangkutan, kemampuan untuk menghadapi (coping skills) dan sifat stressor yang

    dihadapinya (Cameron dan Meichenbaum). Kaplan dan Sadock menekankan pula adanya

    sumber-sumber pribadi serta mekanisme pertahanan sebagai ciri yang khusus pada

    individu tersebut. Apabila stressor yang dihadapi dapat diatasi secara memadai tidak akan

    timbul stres. Bila terjadi ketidakmampuan, baru akan timbul stres. Tidak selamanya

    seseorang yang punya kemampuan mengatasi berhasil dengan pengatasan stressor.

    Sesudah stressor dapat diatasi individu akan cenderung kembali kepada keseimbangan

    semula. Bila gangguan keseimbangan ini terjadi cukup lama akan timbul ansietas kronik.17

    Perubahan psikososial dapat berupa tekanan mental (stressor psikososial) sehingga bagi

    sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha

    beradaptasi untuk menanggulanginya. Stressor psikososial, seperti masalah orang tua,

    banyaknya kenakalan remaja, hubungan interpersonal yang tidak baik dengan teman dan

    sebagainya. Namun, tidak semua orang dapat beradaptasi dan mengatasi stressor akibat

  • 9

    perubahan tersebut sehingga ada yang mengalami stres, gangguan penyesuaian diri,

    maupun sakit.18 Perlu ditekankan disini, stres tidak selamanya membuat orang menjadi

    tidak waras sehingga terpaksa harus berada di rumah sakit jiwa, karena stres mempunyai

    beberapa tingkatan. Jadi selama individu tersebut masih mengalami stres yang ringan,

    maka individu tersebut hanya akan sering memikirkannya dan berusaha untuk

    memecahkan masalah yang menjadi penyebab stres. Tapi tidak juga menutup

    kemungkinan bahwa semua orang mungkin saja dalam keadaan stres. 19

    Menghadapi stressor berarti memberi individu bersangkutan pelajaran agar lebih

    trampil di kemudian hari dengan kemungkinan memperkembangkan berbagai

    kemampuan dan strategi pengatasan stressor yang serupa. Ia dapat pula justru

    memberikan ide-ide yang menakutkan yang bertalian dengan berbagai emosi tertentu dan

    berkenaan dengan keharusan menghadapi stressor serupa.20

    Seiring adanya harapan peningkatan pencapaian diri untuk memenuhi tuntutan

    tersebut, ketidaksanggupan dalam memenuhinya akan menimbulkan stres dalam diri

    seseorang. Stres pada mahasiswa secara umum berkaitan dengan beban tugas yang

    diberikan, konflik dan persaingan akademis. Sumber stres pada mahasiswa adalah

    keterbatasan waktu untuk menyelesaikan tugas kuliah, kesulitan tugas perkuliahan, ujian,

    kurangnya rasa percaya diri, kurangnya waktu luang untuk istirahat, takut menghadapi

    kegagalan, kurangnya suasana rumah dan lain-lain. Tingkat stres yang dan berlangsung

    dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya burnout.21

    2.2.1 Jenis-Jenis Stres

    Stres merupakan pengalaman pribadi, subyektif dan perorangan. Jenis stres

    diantaranya eustress dan distress. Eustress merupakan jenis stres yang berperan baik dan

    berdampak positif bagi individu sehingga menghasilkan kinerja yang optimal. Sedangkan

    distress merupakan stres yang bersifat buruk dan merusak yang mengakibatkan kerugian

    bagi individu tersebut. Mahasiswa yang merasa terbebani dan mengalami kesulitan-

    kesulitan akan mencetuskan timbulnya perasaan negatif yang dapat menimbulkan stres,

    ketegangan, kekhawatiran, hilang motivasi yang tentunya akan berdampak pada

    perkuliahan yang sedang dijalaninya. Timbulnya stres dalam tingkat keparahan yang

  • 10

    tinggi dapat menekan tingkat ketahanan tubuh. Pada mahasiswa yang memiliki kerentanan

    psikologis sampai dapat terjadi tindakan anarkis. 22

    2.2.2 Tingkatan Stres

    Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan diantaranya adalah stres normal, stres

    ringan, stres sedang dan stres berat. Selain itu terdapat stres normal biasanya dapat dialami

    oleh setiap individu. Ster ringan dapat diartikan sebagai stressor yang dihadapi selama

    kurun waktu beberapa menit. Stres berat adalah keadaan dimana terjadi dalam beberapa

    minggu sampai dengan beberapa tahun.23

    Tingkatan stres tiap individu berbeda-beda, stres pada mahasiswa disebabkan oleh

    berbagai macam stressor. Tingkatan stres secara umum diantaranya adalah:

    a. Stres normal

    Stres normal merupakan bagian alamiah pada kehidupan setiap manusia dan

    setiap manusia pasti akan mengalami stres normal, bahkan saat dalam

    kandunganpun seorang bayi mengalami stres normal ini. Gejala stres normal

    bisanya muncul saat dalam situasi kelelahan mengerjakan tugas, takut tidak lulus

    ujian, setelah aktivitas detak jantung berdebar lebih cepat.

    b. Stres ringan

    Adalah kejadian stres yang dipicu stressor yang dialami selama beberapa menit

    sampai beberapa jam. Stres ringan biasanya terjadi saat dimarahi dosen,

    mengalami kemacetan dan terlalu banyak tidur. Gejala dari stres ringan adalah

    bibir kering, bernafas terengah-engah, kesulitan menelan merasa lemas, goyah,

    berkeringat belebihan saat temperatur suhu normal, takut tanpa alasan yang jelas

    dan merasa sangat lega saat situasi berakhir, dengan demikian adanya stressor

    ringan dalam jumlah banyak dalam waktu singkat akan menyebabkan

    peningkatan risiko penyakit bagi mahasiswa.

  • 11

    c. Stres sedang

    Stres ini berlangsung lebih lama berkisar beberapa jam sampai beberapa hari.

    Stres sedang dapat terjadi saat terdapat masalah perselisihan yang tak bisa

    terselesaikan. Gejala yang timbul diantaranya mudah marah, bereaksi berlebihan,

    sulit beristirahat, merasa cemas hingga mengalami kelelahan.

    d. Stres berat

    Adalah stres yang dialami mulai dari beberapa minggu hingga beberapa tahun,

    contohnya adalah adanya perselisihan dengan dosen dan teman-teman secara

    terus menerus, kebutuhan finansial yang kurang memadai dan penyakit kronis

    pada pasien. Stres ini dapat menimbulkan gejala tidak dapat merasakan perasaan

    positif, tidak kuat melakukan kegiatan, merasa pesimis secara berlebihan, sedih,

    tertekan dan sangat mudah untuk putus asa. Pada prinsipnya adalah semakin lama

    dan sering stressor menyebabkan stres maka semakin tinggi risiko stres yang

    ditimbulkan dan ketika terdapat risiko stres yang tinggi maka akan menyebabkan

    penurunan energi dan respon adaptif pada mahasiswa. 23

    2.2.3 Sumber-sumber stres

    Terdapat berbagai macam pencetus stres diantaranya dapat berupa peristiwa atau

    keadaan yang menantang secara fisik atau psikologis yang sering disebut sebagai

    stressor.24 Stressor diklasifikasikan kedalam lima kategori, yaitu frustrasi, konflik,

    tekanan, identifikasi perubahan, dan keyakinan pribadi.

    Pada tipe frustrasi (frustration) terjadi ketika kebutuhan pribadi terhalangi dan

    seseorang gagal dalam mencapai tujuan yang diinginkannya. Frustrasi dapat terjadi

    sebagai akibat dari keterlambatan, kegagalan, kehilangan, kurangnya sumberdaya, atau

    diskriminasi. Tipe konflik (conflicts), terjadi ketika pengalaman seseorang dihadapi oleh

    dua atau lebih motif secara bersamaan. Tekanan (pressure), didefinisikan sebagai stimulus

    yang menempatkan individu dalam posisi untuk mempercepat, meningkatkan kinerjanya,

    atau mengubah perilakunya. Tipe perubahan (changes), tipe sumber stres ini seperti hal

    nya yang ada di seluruh tahap kehidupan, tetapi tidak dianggap penuh tekanan sampai

    mengganggu kehidupan seseorang baik secara positif maupun negatif. Self-imposed

  • 12

    merupakan sumber stres yang berasal dalam sistem keyakinan pribadi pada seseorang,

    bukan dari lingkungan.25

    2.2.4 Klasifikasi Stressor

    Selain itu terdapat dua klasifikasi stressor yaitu stressor internal dan eksternal.

    Stressor internal adalah penyebab stres dari dalam diri individu dan stressor eksternal

    adalah yang berasal dari dunia luar. Penyebab stres yang terjadi pada mahasiswa

    diantaranya ialah adanya tuntutan akademik, penilaian sosial, manajemen waktu serta

    biaya perkuliahan yang dapat memicu keadaan stres akademik. Pada tingkatan stres

    akademik akan berhubungan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan

    akademik bagi mahasiswa. Stres akademik diartikan sebagai adanya kondisi atau keadaan

    individu yang mengalami tekanan sebagai hasil dari presepsi dan penilaian mahasiswa

    tentang stressor akademik, yang dapat dikaitkan dengan adanya hubungan dengan ilmu

    pengetahuan dan pendidikan di perguruan tinggi. Stres akademik dalam keadaan ringan

    dan sedang dapat berhubungan dengan motivasi proses pembelajaran. Sedangkan tingkat

    stres yang berat dapat menghambat pembelajaran, jika terjadi keadaan stres berat

    berkepanjangan maka akan menimbulkan ketidakmampuan memperhatikan atau

    mengerjakan sesuatu, seperti tugas kuliah bahkan skripsi.26

    2.2.5 Fisiologi Stres

    Stres fisik atau emosional mengaktivasi amigdala yang merupakan bagian dari

    sistem limbik yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak. Respon

    emosional yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang lebih tinggi di forebrain. Respon

    neurologis dari amigdala ditransmisikan dan menstimulasi respon hormonal dari

    hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (Corticotropin-Releasing

    Factor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH

    (Adrenocorticotropic Hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai gantinya menstimulasi

    kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol, suatu kelenjar kecil yang berada di atas

    ginjal. Semakin berat stres, kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol semakin banyak

    dan menekan sistem imun.27

  • 13

    Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem otonom untuk

    merangsang respon yang segera terhadap stres. Sistem otonom sendiri diperlukan dalam

    menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom terbagi dua yaitu sistem simpatis dan

    parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung jawab terhadap adanya stimulasi atau stres.

    Reaksi yang timbul berupa peningkatan denyut jantung, napas yang cepat, penurunan

    aktivitas gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh kembali ke

    keadaan istirahat melalu penurunan denyut jantung, perlambatan pernapasan,

    meningkatkan aktivitas gastrointestinal. Perangsangan yang berkelanjutan terhadap

    sistem simpatis menimbulkan respon stres yang berulang-ulang dan menempatkan sistem

    otonom pada ketidakseimbangan. Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting

    bagi kesehatan tubuh. Dengan demikian tubuh dipersiapkan untuk melawan atau reaksi

    menghindar melalui satu mekanisme rangkap : satu respon saraf, jangka pendek dan satu

    respon hormonal yang bersifat lebih lama. 27

    \

  • 14

    2.3 Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Faktor internal

    Tingkat Stres

    Stres berkepanjangan

    dan tak mampu diatasi

    Ketidakefektifan

    /penurunan

    prestasi diri

    Sinisme/

    Depersonalisasi

    Exhaustion

    (kelelahan

    emosional)

    Burnout syndrome

    Tidak Stres Stres

    Stres yang diterima

    melebihi ambang

    batas individu

    Faktor eksternal

    Usia

    Jenis kelamin

    Lingkungan

    Dukungan

    sosial

    Stressor

    Eustress Distress

    Stress normal

    Faktor lain

    penyebab

    Burnout

    Coping Skills

    Karakteristik

    kepribadian

    Faktor

    organisasi Jumlah saudara

    Urutan Kelahiran

    Stres menjadi

    pengalaman dan

    pembelajaran bagi

    individu

  • 15

    2.4 Kerangka Konsep

    Keterangan :

    = Variabel yang diteliti

    = Variabel yang tidak diteliti

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    Variabel independen

    (variabel bebas) :

    Tingkat stres

    Variabel dependen

    (variabel terikat) :

    Burnout

    Tidak Stres

    Stres

    Faktor lain penyebab

    Burnout :

    Faktor kepribadian

    Faktor organisasi

    Faktor interpersonal

  • 16

    2.5 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala

    Variabel dependen

    1 Burnout Burnout merupakan

    sindrom kelelahan, baik

    secara fisik maupun

    mental yang termasuk di

    dalamnya berkembang

    konsep diri yang

    negatif, kurangnya

    konsentrasi serta

    perilaku yang negatif

    (Pines & Maslach,

    1993)11

    Kuesioner

    Skala Burnout

    Freudenberger

    and Richelson

    1. Tidak burnout

    (Skor total Skala

    Burnout

    Freudenberger

    and Richelson

    sebesar 0-35,

    tidak termasuk

    dalam kategori

    burnout

    2. Burnout (Skor

    total Skala

    Burnout

    Freudenberger

    and Richelson

    sebesar (36->65)

    Nominal

    Variabel independen

    2 Stres Perasaan yang tidak

    menyenangkan dan

    diinterpretasikan secara

    berbeda antara individu

    yang satu dengan

    individu yang lainnya

    yang merupakan respon

    tubuh yang bersifat

    tidak spesifik terhadap

    setiap tuntutan atau

    bebas atasnya.14

    Kuesioner

    DASS-42

    1. Tidak stres

    (Skor total

    DASS-42 sebesar

    0-14, tidak

    termasuk dalam

    kategori stres)

    2. Stres (skor total

    DASS-42 sebesar

    15-42)

    Nominal

    3 Kelelahan

    emosional

    Kelelahan emosi

    ditunjukkan dengan

    sering merasa lelah,

    frustasi, mudah

    tersinggung, sedih,

    putus asa, tidak berdaya,

    Kuesioner

    MBI (Masclah

    Burnout

    Inventory)

    1. Rendah/Menenga

    h (skor total

    27)

    Ordinal

  • 17

    merasa tertekan, mudah

    marah, dan perasaan

    tidak nyaman dalam

    melakukan tugas-tugas

    sekolah. Maslach dan

    Leiter (2002, dalam

    Muna, 2013)

    4 Depersonal

    isasi

    Depersonalisasi

    ditunjukkan dengan

    menjauhnya individu

    dari lingkungan sekitar,

    merasa tidak mampu

    bersosialisasi terhadap

    orang lain, mudah

    menegeluh setiap hari,

    merasa tidak perduli

    dengan orang lain,

    emosi tidak terkontrol,

    kehilangan harapan

    dalam belajar, merasa

    terjebak, dan merasa

    gagal. Maslach dan

    Leiter (2002, dalam

    Muna, 2013)

    Kuesioner

    MBI (Masclah

    Burnout

    Inventory)

    1. Rendah/menenga

    h (skor total 13)

    Ordinal

    5 Penurunan

    prestasi

    diri

    Penurunan ditandai

    dengan perasaan rendah

    diri terhadap dirinya

    sendiri, kehilangan

    semangat belajar,

    merasa tidak kompeten,

    individu mengalami

    ketidak puasan terhadap

    prestasi yang didapat

    dan merasa tidak pernah

    melakukan sesuatu yang

    bermanfaat bagi dirinya

    dan orang lain. Maslach

    Kuesioner

    MBI (Masclah

    Burnout

    Inventory)

    1. Menengah/tinggi

    (total skor > 39)

    2. Rendah (total

    skor

  • 18

    dan Leiter (2002, dalam

    Muna, 2013)

    6 Periode

    angkatan

    Perbedaan tahun

    angkatan ketika

    mahasiswa memulai

    perkuliahan pertama

    kali

    Pengisian

    kuesioner

    1. 2015

    2. 2016

    3. 2017

    4. 2018

    Ordinal

    7 Jenis

    kelamin

    Perbedaan jenis kelamin

    berdasarkan

    organ reproduksi

    (Kamus Besar Bahasa

    Indonesia, 2004)

    Pengisian

    identitas

    1. Perempuan

    2. Laki-laki

    Nominal

    8 Usia Usia responden

    merupakan usia

    responden dari awal

    kelahiran sampai pada

    saat penelitian ini

    dilakukan. Menurut

    Menteri Kesehatan RI

    tahun 2010, batas usia

    remaja adalah antara 10

    sampai 19 tahun dan

    belum kawin.

    Pengisian

    identitas

    1. < 19 tahun

    2. >19 tahun

    Ordinal

    9 Urutan

    kelahiran

    Posisi dalam keluarga

    yang memiliki

    karakteristik dan gaya

    hidup yang berbeda

    sehingga perkembangan

    kondisi psikologisnya

    pun berbeda.

    Pengisian

    identitas

    1. Tunggal

    2. Sulung

    3. Tengah

    4. Bungsu

    Ordinal

    9 Jumlah

    saudara

    Banyaknya saudara

    kandung yang

    dimiliki responden

    Pengisian

    identitas

    1. Tidak ada

    2. 1 saudara

    3. 2 saudara

    4. > 3 Saudara

    Rasio

  • 19

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik yang dilakukan

    dengan metode cross sectional. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada

    satu waktu, baik data tingkat stres maupun data burnout. Studi ini dilakukan untuk

    mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat stres (variabel independen) dan

    burnout (variabel dependen) dengan pengambilan data yang dilakukan pada seluruh

    mahasiswa preklnik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran

    2018/2019.

    3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

    3.2.1 Lokasi penelitian ini dilakukan di Kampus Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    3.2.2 Waktu yang digunakan untuk penelitian ini yakni dari bulan Oktober 2017 hingga

    bulan Oktober 2018. Kegiatannya meliputi penyusunan proposal, pemilihan

    instrument, pengambilan data, analisis data hingga penyelesaian laporan

    3.3 Populasi Penelitian

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa preklinik Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019 meliputi mahasiswa

    tahun pertama, kedua, ketiga dan keempat.

    3.4 Teknik Sampling

    Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling sehingga seluruh

    individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel

    penelitian.

  • 20

    3.5 Besar Sampel

    Rumus yang digunakan untuk mendapatkan besar sampel minimal pada penelitian

    ini adalah rumus estimasi besar sampel untuk penelitian analitik kategorik tidak

    berpasangan.28

    Rumus Minimal Sampling :

    𝑛 = (𝑍𝛼 √2𝑃𝑄) + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)

    2

    (𝑃1 − 𝑃2)2

    Keterangan :

    𝑛1 = 𝑛2 = besar sampel

    𝑍𝛼 = derivat baku normal untuk 𝛼 5% adalah 1,96

    𝑍𝛽 = derivat baku normal untuk 𝛽 20% adalah 0,84

    𝛼 = kesalahan tipe satu yang nilannya ditetapkan oleh peneliti, yaitu 5%

    𝛽 = kesalahan tipe dua yang nilannya ditetapkan oleh peneliti, yaitu 20%

    P = proporsi total = (𝑃1+𝑃2)

    2

    𝑃1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti

    𝑃2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya, yaitu 0,5

    Q = 1- P

    𝑄1 = 1 – 𝑃1

    𝑄2 = 1 - 𝑃2 atau (𝑄1−𝑄2)

    2

    Maka besar sampel yang diperlukan:

    𝑛 = [(𝑍𝛼 √2𝑃𝑄) + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)]2

    (𝑃1 − 𝑃2)2

    𝑛 = [(1,96 √2(0,6)(0,4)) + 0,84√(0,7)(0,3) + (0,7)(0,5)]

    2

    (0,7 − 0,5)2

    𝑛 = 97,18 = 97

    𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 194

  • 21

    Untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada penelitian ini, maka sampel

    ditambahkan dengan menggunakan rumus :

    𝑛′ = 𝑛

    (1−𝑓) =

    97

    (1−0,10) = 215,5 = 215 sampel

    𝑛′ = besar sampel setelah antispasi drop out

    𝑛 = besar sampel yang dibutuhkan

    𝑓 = prediksi drop out = 10%

    Berdasarkan rumus besar sampel diatas, didapatkan jumlah minimum yang

    dibutuhkan sebesar 194 responden. Untuk mengantisipasi adanya drop out karena

    tereklusi dari penelitian, maka jumlah sampel ditambah 10 % dari jumlah sampel sehingga

    total sampel menjadi minimal 215 responden. Namun, untuk meminimalkan terjadinya

    bias, maka peneliti mengambil jumlah sampel dengan metode total sampling. Total

    jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 369 responden.

    3.6 Kriteria Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria

    sampel, berupa :

    3.6.1 Kriteria inklusi pada penelitian ini diantaranya yaitu:

    a. Mahasiswa preklinik Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

    pertama sampai tahun keempat

    b. Telah menandatangani lembar persetujuan penelitian

    3.6.2 Kriteria eksklusi pada penelitian ini diantaranya yaitu :

    a. Mahasiswa yang tidak mengumpulkan kuesioner penelitian.

    b. Mahasiswa yang memiliki kelainan jiwa atau penyakit psikiatri tertentu, dilihat dari

    riwayat penyakit yg diderita.

    c. Mahasiswa yang melakukan penelitian ini (peneliti).

  • 22

    3.7 Identifikasi Variabel Penelitian

    Variabel penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas (independent) dan

    variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan

    variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi. Adapun penelitian ini mengambil

    variabel tersebut sebagai berikut :

    3.7.1 Variabel bebas (independent)

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat stres pada mahasiwa

    preklinik Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018.

    3.7.2 Variabel terikat (dependent)

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah burnout pada mahasiwa preklinik

    Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015,

    2016, 2017 dan 2018.

  • 23

    3.8 Alur Penelitian

    Gambar 3.1 Alur penelitian

    Menentukan tema dan judul penelitian

    Menentukan design dan metode penelitian

    Memilih kuesioner DASS-42, kuesioner Maslach dan

    kuesioner Burnout Freudenberger and Richelson

    Pengumpulan data

    Kriteria Inklusi Kriteria eksklusi

    Pengolahan dan

    analisis data

    Pembuatan hasil penelitian

    Kesimpulan dan saran

    Analisis univariat dan bivariat

  • 24

    3.10 Manajemen data

    3.10.1 Pengumpulan data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer karena

    kuesioner diisi langsung oleh responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

    adalah Total Sampling.

    3.10.2 Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diinginkan dari

    sebuah penelitian dengan menggunakan skala sebagai jawaban dari responden berupa

    pertanyaan tertulis untuk selanjutnya diteliti dan ditarik kesimpulan sebagai hasil

    penelitian. Skala yang digunakan pada kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42

    (DASS-42) berisi pernyataan mengenai identitas atau informasi tentang tingkatan stres

    responden. Selanjutnya skala yang digunakan pada kuesioner Burnout Freudenberger and

    Richelson berisi pernyataan mengenai identitas atau informasi tentang tingkatan burnout

    responden.

    3.10.2.1 Kuesioner MBI (Masclah Burnout Inventory)

    Kuesioner Maslach Burnout Inventory merupakan instrument yang dipakai untuk

    mengukur tingkat burnout. Terdapat 22 butir pertanyaan terlampir dalam lampiran 2.

    Penilaian burnout pada kuesioner ini dibagi bedasarkan tiga dimensi burnout yaitu

    kelelahan emosional, depersonalisasi/sinisme, maupun penurunan prestasi diri

    (ketidakefektifan) yang dilami oleh individu.

    Kelelahan Emosional (KE) yaitu perasaan lebih luas dari aliran emosional dan

    sumber-sumber fisik dalam pekerjaan sehingga seseorang merasa tidak mampu

    memberikan pelayanan secara psikologis. Skor didapat dengan menjumlahkan nilai dari

    pertanyaan nomor 1, 2, 3, 6, 8, 13, 14, 16, 20. Kelelahan emosional dinilai tinggi jika

    jumlah rata-rata skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut >27 dan dinilai

    rendah/menengah jika jumlah total skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut

  • 25

    Depersonalisasi (D) adalah perasaan negatif, tidak memihak atau pandangan sinis

    berkaitan dengan pekerjaan. Skor didapat dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan

    nomor 5, 10, 11, 15, dan 22. depersonalisasi dinilai tinggi jika jumlah rata-rata skor

    jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut >13 dan dinilai rendah/menengah jika

    jumlah total skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut 39 dan dinilai menengah/tinggi jika jumlah total skor jawaban dari pertanyaan-

    pertanyaan tersebut

  • 26

    Tabel 3.1 Skala penilaian kuesioner Burnout Freudenberger and Richelson

    0 - 25 tidak perlu khawatir

    26 - 35 ada hal-hal yang harus diwaspadai

    36 -50 risiko burnout tinggi

    51 - 65 burnout telah ada

    >65 burnout termanifestasikan dalam masalah fisik dan kesejahteraan jiwa (well-being) dari

    orang tersebut

    Dimana alternatif jawabannnya adalah skor 1 sampai 5. Skor 1 apabila tidak ada atau

    terdapat sedikit perubahan. Urutan angka selanjutnya sesuai dengan peningkatan derajat

    keparahan sampai ke skor 5 apabila terdapat banyak sekali terjadi perubahan sesuai

    dengan tingkat penilaian anda secara subyektif.

    3.10.2.3 Kuesioner DASS-42

    DASS-42 istrument yang dipakai untuk mengukur tingkat depresi, kecemasan dan

    stres yang berisi 42 butir pertanyaan yang terlampir dalam lampiran 4. Kuesioner terdiri

    dari pertanyaan tentang gejala depresi, gejala kecemasan dan gejala stres.

    Terdapat 14 pertanyaan mengenai depresi, kecemasan dan stres dari kuesioner

    DASS-42 dengan 4 pilihan jawaban sehingga skor minimal masing-masing pertanyaan

    adalah 0 dan skor maksimal masing-masing pertanyaan adalah 3. Indikator – indikator

    tersebut dijabarkan sebagai pada tabel berikut :

    Tabel 3.2 Indikator kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42)23

    Variabel Dimensi Indikator No.Soal

    Gangguan

    Mental

    Emosional

    Depresi

    (Crawford &

    Henry, 2003; Imam

    Syed, 2005)

    - Tidak ada perasaan positif

    - Tidak bisa berkembang

    - Tidak ada harapan

    - Sedih, Murung & tertekan

    - Tidak ada minat

    - Orang yang tidak berharga

    - Hidup tak berguna dan berarti

    - Tak mendapat kesenangan

    - Tidak Antusias

    - Sulit berinisiatif

    3

    5

    10,37

    13,26

    16

    17

    21,34,38

    24

    31

    42

  • 27

    Anxiety (Crawford

    & Henry, 2003;

    Imam Syed, 2005)

    - Mulut kering

    - Sesak nafas

    - Sering gemetar

    - Berada di situasi yang cemas

    - Pusing

    - Berkeringat tanpa sebab

    - Ketakutan

    - Sulit menelan

    - Sadar akan aksi gerak jantung

    - Dekat dengan kepanikan

    - Tidak berdaya

    2

    4

    7,41

    9

    15

    19

    20,36

    23

    25

    28,40

    30

    Stres (Crawford &

    Henry, 2003; Imam

    Syed, 2005)

    - Jengkel pada hal yang kecil

    - Reaksi berlebihan

    - Sulit rileks

    - Energi yang terbuang percuma

    - Tidak sabaran

    - Menjengkelkan bagi orang lain

    - Sulit mentolelir gangguan

    - Tegang

    - Gelisah

    1,11,18

    6

    8,22,29

    12

    14

    27

    32,35

    33

    39

    DASS 42 merupakan tes standar yang telah diterima secara international, sehingga

    tidak perlu dilakukan uji validitas maupun uji reliabilitas. Dalam penelitian ini peniliti

    hanya mengambil variabel stres pada kuesioner sehingga nomor yang diambil adalah 1, 6,

    8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.

    Adapun alternatif jawaban yang digunakan dan skala penilaian adalah sebagai berikut :

    Tabel 3.3 Alternatif jawaban kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42)

    No Alternatif Jawaban Skor

    1 Tidak pernah merasakan 0

    2 Pernah merasakan 1

    3 Merasakan 2

    4 Sering merasakan 3

    Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, dan sangat

    berat. Jumlah skor dari pertanyaan item tersebut, memiliki makna, yaitu:23

  • 28

    Tabel 3.4 Skala penilaian kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42)

    No Alternatif Jawaban Skor

    1 Normal 0-14

    2 Stres ringan 15-18

    3 Stres sedang 19-25

    4 Stres berat 26-33

    5 Stres sangat berat ≥ 34

    Jenis kuesioner yang digunakan pada penilaian ini adalah kuesioner tertutup.

    3.11 Metode Pengolahan dan Analisis Data

    Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS

    (Statistic Package for Social Sciences) versi 22.0. Tahapan yang dilakukan untuk

    pengolahan data adalah sebagai berikut :

    1. Editing

    Pemeriksaan kembali kebenaran dan kelengkapan data kuesioner

    2. Coding

    Pemberian kode numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori

    3. Input data ke dalam program SPSS

    4. Analisis data

    Pada penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan

    bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat frekuensi atau distribusi data

    yang tersebar. Analisis bivariat digunakan untuk melihat korelasi antara kedua

    variabel, yaitu tingkatan stres sebagai variabel dependent dan tingkatan burnout

    sebagai variabel independent.

  • 29

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisis Univariat

    Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang

    meliputi karakteristik sampel yang terdiri dari : angkatan, jenis kelamin, usia, frekuensi

    tingkat stres dan tingkat burnout. Jumlah seluruh sampel pada penelitian ini adalah

    sebanyak 413 mahasiswa pre-klinik aktif Program Studi Kedokteran UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Namun sebanyak 44 mahasiswa tidak mengisi kuesioner sehingga

    didapatkan sampel sebanyak 369 mahasiswa. Dengan rincian tiap angkatan adalah sebagai

    berikut : Angkatan 2015 berjumlah 93 mahasiswa yang mengisi dari total 105 mahasiswa,

    yakni 3 diantaranya adalah peneliti, 8 mahasiswa termasuk ke dalam kriteria eksklusi, dan

    1 orang dropout. Angkatan 2016 berjumlah 69 mahasiswa yang mengisi dari total 83

    mahasiswa, yakni 14 mahasiswa termasuk ke dalam kriteria eksklusi. Angkatan 2017

    berjumlah 94 mahasiswa yang mengisi dari total 98 mahasiswa, yakni 3 mahasiswa

    termasuk ke dalam kriteria eksklusi, dan 1 orang dropout. Angkatan 2018 berjumlah 113

    mahasiswa yang mengisi dari total 127 mahasiswa, yakni 13 mahasiswa termasuk ke

    dalam kriteria eksklusi, dan 1 orang dropout.

    Dalam penelitian ini, jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 413 eksemplar.

    Kuesioner yang kembali sejumlah 372 (respon rate 90%) yaitu 94 mahasiswa angkatan

    2015 (respon rate 89%), 69 mahasiswa angkatan 2016 (respon rate 83%), 95 mahasiswa

    angkatan 2017 (respon rate 96%), dan 114 mahasiswa angkatan 2018 (respon rate 89%).

    Kuesioner yang lengkap dan layak dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 369

    eksemplar. Kuesioner sejumlah 3 eksemplar tidak dapat diolah disebabkan pengisian yang

    tidak lengkap. Rincian perolehan kuesioner dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel

    berikut :

  • 30

    Tabel 4.1 Respon rate kuesioner pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta tahun ajaran 2018/2019 tingkat 2015, 2016, 2017 dan 2018.

    No Angkatan Respon rate

    N %

    1 2015 94 89

    2 2016 69 83

    3 2017 95 96

    4 2018 114 89

    Total 372 90

    4.1.1 Karakteristik Sampel

    Karakteristik sampel yang diamati oleh peneliti adalah angkatan, jenis kelamin, dan

    usia. Sebagaimana tabel berikut :

    Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan mahasiswa tiap angkatan, jenis kelamin, dan usia mahasiswa

    Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    No Variabel

    Angkatan Total

    2015 2016 2017 2018

    N % N % N % N % N %

    1 Jumlah mahasiswa 93 25.2 69 18.7 94 25.5 113 30.6 369 100

    2

    Jenis Kelamin

    Laki-laki 26 25.7 26 25.7 19 18.8 30 29.7 101 100

    Perempuan 67 25.0 43 16.0 75 28.0 83 31.0 268 100

    3

    Usia

    19 91 59.1 48 31.2 13 8.4 2 1.3 154 100

    4

    Urutan Kelahiran

    Tunggal 2 10.0 8 40.0 2 10.0 8 40.0 20 100

    Sulung 46 27.5 33 19.8 43 25.7 45 26.9 167 100

    Tengah 25 27.8 17 18.9 23 25.6 25 27.8 90 100

    Bungsu 20 21.7 11 12.0 26 28.3 35 38.0 92 100

    5

    Jumlah saudara

    Tidak ada 2 10.0 8 40.0 2 10.0 8 40.0 20 100

    1 saudara 19 20.4 19 20.4 21 22.6 34 36.6 93 100

    2 saudara 38 25.2 26 17.2 38 25.2 49 32.5 151 100

    >2 saudara 34 32.4 16 15.2 33 31.4 22 21.0 105 100

  • 31

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi jumlah sampel yang

    mengisi kuesioner berdasarkan angkatan sebanyak 369 orang. Jumlah sampel mahasiswa

    perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Berdasarkan kategori usia, lebih banyak

    usia remaja akhir yaitu usia yang 19 tahun kebawah dimana menurut Menteri Kesehatan

    RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.

    Distribusi sampel berdasarkan urutan kelahiran dan jumlah saudara adalah anak sulung

    dengan jumlah 2 saudara.

    4.1.2 Frekuensi Stres

    Pada penelitian ini, frekuensi stres didapat berdasarkan nilai skor stres.

    Pengkategorian skor dibagi menjadi dua yaitu tidak stres dan stres. Sampel dengan nilai

    skor 0-14 dikategorikan mempunyai tidak stres dan responden dengan nilai skor 15-42

    dikategorikan mempunyai stres.

    Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan kategori tingkat Stres pada mahasiswa Kedokteran UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    Tingkat Stres

    Angkatan Total

    2015 2016 2017 2018

    N % N % N % N % N %

    Tidak Stres 63 67.8 54 78.2 68 72.3 80 70.8 265 71.8

    Stres 30 32.2 15 21.8 26 27.7 33 29.2 104 28.2

    Total 93 100 69 100 94 100 113 100 369 100

    Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sampel dengan kategori tidak stres sebesar 265

    orang (28.2%) dan sampel dengan stres sebesar 104 orang (71.8%) dari total sampel 369

    mahasiswa yang mengisi. Sampel stres tertinggi terdapat pada angkatan 2015 yakni

    sebesar 30 orang (32.2%). Selain itu, stres pada angkatan 2018 memiliki angka yang

    hampir setara dengan angkatan 2015 yaitu sebesar 33 orang (29.2%).

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran memiliki prevalensi

    kejadian stres yang cukup tinggi. Bagi mahasiswa tahun pertama, permasalahan adaptasi

    terhadap sistem pembelajaran di perkuliahan menjadi penyebab stres.3 Hal ini dibuktikan

    oleh Abdulghani di Arab Saudi, diketahui bahwa prevalensi stres pada mahasiswa tingkat

  • 32

    pertama sebanyak 78,7%, merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan tahun tahun-

    tahun di atasnya.4

    Pada mahasiswa tingkat akhir stressor yang didapat tentunya lebih banyak dan lebih

    berat dari tahun pertama. Disamping mengerjakan tugas-tugas kuliah, beban pelajaran,

    mengerjakan skripsi, tuntutan orang tua untuk berhasil atau untuk lulus di kuliahnya dan

    penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi

    perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama

    semakin sulit.

  • 33

    4.1.2.1 Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Urutan

    kelahiran dan Jumlah saudara

    Tabel 4.4 Distribusi sampel kategori tingkat Stres berdasarkan jenis kelamin, usia, urutan kelahiran dan

    jumlah saudara pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    tahun ajaran 2018/2019.

    No Variabel

    Stres Total

    Tidak Stres Stres

    N % N % N %

    1

    Jenis Kelamin

    Laki-laki 75 74.26 26 25.74 101 100

    Perempuan 190 70.9 78 29.1 268 100

    2

    Usia

    19 tahun 110 71.4 44 28.6 154 100

    3.

    Urutan kelahiran

    Tunggal 12 60.0 8 40.0 20 100

    Sulung 114 68.7 53 31.3 167 100

    Tengah 69 76.7 21 23.3 90 100

    Bungsu 69 75.0 23 25.0 92 100

    4.

    Jumlah saudara

    Tidak ada 12 60.0 8 40.0 20 100

    1 saudara 60 64.5 33 35.5 93 100

    2 saudara 109 72.2 42 27.8 151 100

    >2 saudara 84 80.0 21 20.0 105 100

    Berdasarkan tabel 4.4 diketahui kategori stres berdasarkan jenis kelamin terbanyak

    adalah perempuan yakni sebesar 78 orang (29.1%). Jenis kelamin adalah karakteristik

    biologis dan fisiologis yang membedakan seseorang laki-laki maupun perempuan.

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurazizah disebutkan bahwa dalam kaitannya

    dengan stres, perempuan mempunyai kecenderungan mengalami stres lebih besar dimana

    didalam tubuh seorang perempuan terjadi perubahan hormonal. Perempuan lebih mudah

    merasakan perasaan bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan nafsu makan,

    gangguan tidur dan gangguan makan. Penurunan estrogen pada perempuan akan

  • 34

    berpengaruh pada emosi. Saat stres perempuan lebih mudah untuk sedih, sensitif, marah

    serta mudah menangis. Begitu juga dengan karakteristik perempuan yang lebih emosional

    dibandingkan pria. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi pada

    perawat di RSUD Cilacap tahun 2015 bahwa jenis kelamin perempuan memiliki resiko

    stres sebesar 88.2% dibandingkan pria.30,31

    Kategori stres berdasarkan usia diatas 19 tahun yaitu dewasa muda sebanyak 44

    orang (28.6%) tidak jauh berbeda dengan kategori stres dengan usia dibawah 19 tahun

    yaitu sebanyak 60 orang (27.9%). Faktor usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan

    atau kematangan seseorang dalam menghadapi permasalahan. Namun pada penelitian ini,

    usia tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap seseorang mengalami kejadian stres.

    Pada dasarnya stres dapat dialami siapapun dan dari usia berapapun tergantung berat

    ringannya stressor dan bagaimana kemampuan mengatasi (coping skill) dari tiap

    individu.32

    Kategori stres berdasarkan urutan kelahiran dan jumlah saudara tertinggi adalah

    pada anak tunggal atau anak yang tidak memiliki saudara yaitu masing-masing 8 orang

    (40%). Selain itu, kategori stres pada anak sulung memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu

    53 orang (31.3%). Urutan kelahiran dan jumlah saudara mempunyai peranan penting

    dalam perkembangan anak. Menurut Gunarsa di dalam keluarga dan hubungan antar

    anggota keluarga terbentuk pola penyesuaian sebagai dasar bagi hubungan sosial dan

    interaksi yang lebih luas lagi. Anak sulung seringkali harus menjadi contoh dan panutan

    untuk adik-adiknya. Oleh karena itu biasanya anak sulung dibebani dengan tanggung

    jawab yang lebih dibandingkan adik-adiknya dan secara tidak langsung dituntut untuk

    berperilaku secara lebih matang untuk menghadapi tanggung jawab

    yang dipikulnya. Anak tengah mencari persahabatan dengan teman sebaya di luar rumah

    yang mengakibatkan penyesuaian sosial yang baik. Anak kedua atau anak tengah lebih

    mudah bergaul, karena tidak hidup dengan kecemasan orang tua yang berlebihan. Dalam

    menghadapi lingkungan yang masih asing baginya, biasanya anak kedua juga lebih berani

    menghadapinya. Anak bungsu biasanya lebih populer, tetapi karena kurangnya keinginan

    untuk memikul tanggung jawab lebih, maka stressor yang dihadapi jauh lebih sedikit

    dibandingkan anak sulung. Sementara anak tunggal, walaupun tidak perlu bersaing

    dengan saudara-saudara kandungnya untuk mendapat perhatian, bantuan dan sumber daya

    orang tua namun anak tunggal tidak pernah merasakan persaingan, dominasi atau

  • 35

    diremehkan saudara sehingga anak tunggal menjadi seorang yg cenderung kesepian. Hal

    ini berpengaruh pada coping skill pada anak tunggal atau yang tidak memiliki saudara,

    yaitu bagaimana cara seseorang mengurangi stressor yang dihadapinya. Anak tunggal

    cenderung kesulitan mengungari stressor dikarenakan kurangnya tempat untuk dapat

    berbagi fikiran, menceritakan keluh kesah, dan sebagainya jika dibandingkan dengan yang

    memiliki saudara. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andry Putra

    Pratama pada Fakultas Universitas di Semarang pada tahun 2014 bahwa anak tunggal

    cenderung pemurung, mencari perhatian, kurang percaya diri, kurang fleksibel,

    egosentris, merasa kesepian ingin memiliki saudara.34,35

    4.1.3 Frekuensi Burnout

    Pada penelitian ini, tingkat burnout pada mahasiswa juga diteliti sebagai variabel

    independent dari tingkat stres. Frekuensi burnout didapat berdasarkan nilai skor burnout.

    Pengkategorian skor dibagi menjadi dua yaitu tidak burnout dan burnout. Sampel dengan

    nilai skor 0-35 dikategorikan mempunyai tidak burnout dan sampel dengan nilai skor 36-

    >65 dikategorikan mempunyai burnout.

    Tabel 4.5 Distribusi sampel berdasarkan kategori tingkat Burnout pada mahasiswa Kedokteran UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    Tingkat Burnout

    Angkatan Total

    2015 2016 2017 2018

    N % N % N % N % N %

    Tidak Burnout 40 43.0 30 43.5 38 40.4 53 46.9 161 43.6

    Burnout 53 57.0 39 56.5 56 59.6 60 53.1 208 56.4

    Total 93 100 69 100 94 100 113 100 369 100

    Berdasarkan tabel 4.5 diketahui sampel dengan kategori tidak burnout sebesar 161

    orang (43.6%) dan sampel dengan burnout sebesar 208 orang (56.4%) dari total 369

    mahasiswa yang mengisi. Kategori burnout tertinggi yaitu pada angkatan 2017 yaitu

    sebanyak 56 orang (59.6%). Sistem pembelajaran tahun kedua Fakultas Kedokteran UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan peralihan dari materi fisiologis menuju patologis,

    sehingga masalah kesulitan beradaptasi pada masa peralihan tersebut memungkinkan

  • 36

    terjadinya Burnout pada angkatan 2017. Menurut Potter & Perry perubahan tersebut

    terkadang tidak sesuai dengan pribadi yang dimiliki oleh individu sehingga perlu

    melakukan adapatasi. Selain itu, konflik dalam diri mahasiswa dapat terjadi karena

    stressor dari lingkungan perkuliahan, teman sebaya, dan berbagai kegiatan kampus

    lainnya. Oleh karena itu, adaptasi dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mengembangkan

    mekanisme koping yang adaptif dan gaya perilaku yang akan digunakan atau diadaptasi

    sepanjang kehidupan. Tantangan dalam mengembangkan mekanisme koping yang adaptif

    dapat menyebabkan mahasiswa menjadi murung dan stres, dan apabila terjadi

    berkepanjangan maka akan menyebabkan burnout.

    4.1.3.1 Distribusi tingkat Burnout Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Urutan

    kelahiran dan Jumlah saudara

    Tabel 4.6 Distribusi sampel kategori tingkat Burnout berdasarkan jenis kelamin, usia, urutan kelahiran

    dan jumlah saudara pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    No Variabel

    Burnout Total

    Tidak Burnout Burnout

    N % N % N %

    1

    Jenis Kelamin

    Laki-laki 45 44.6 56 55.4 101 100

    Perempuan 116 43.3 152 56.7 268 100

    2

    Usia

    19 tahun 65 42.2 89 57.8 154 100

    3.

    Urutan kelahiran

    Tunggal 7 40.0 13 60.0 20 100

    Sulung 70 42.2 97 57.8 167 100

    Tengah 43 47.8 47 52.2 90 100

    Bungsu 40 43.5 52 56.5 92 100

    4.

    Jumlah saudara

    Tidak ada 7 40.0 13 65.0 20 100

    1 saudara 41 44.1 52 55.9 93 100

    2 saudara 64 42.4 87 57.6 151 100

  • 37

    >2 saudara 49 46.7 56 53.3 105 100

    Berdasarkan tabel 4.6 diketahui kategori burnout berdasarkan jenis kelamin

    perempuan yaitu sebanyak 152 orang (56.7%), hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan

    burnout pada laki-laki yaitu sebanyak 56 orang (55.4%). Hal ini menunjukkan bahwa jenis

    kelamin tidak memiliki pengaruh yang besar untuk terjadinya burnout. Pada dasarnya

    semua jenis kelamin dapat mengalami burnout yang dikarenakan berbagai situasi

    menekan yang dialami. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Prawasti & Windayanti

    pada tahun 2007 menunjukkan pria dan wanita berbeda dalam hal dimensi emosi dan

    depersonalisasi yang berpengaruh terhadap kelelahan mereka.36

    Diketahui kategori burnout berdasarkan usia adalah diatas 19 tahun yaitu sebanyak

    89 orang (57.8%), hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan burnout pada usia dibawah 19

    tahun yaitu sebanyak 119 orang (55.3%). Hal ini menunjukkan bahwa usia tidak memiliki

    pengaruh yang besar untuk terjadinya burnout. Seperti pada kategori jenis kelamin, pada

    dasarnya semua usia dapat mengalami burnout yang dikarenakan berbagai situasi

    menekan yang dialami. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iwan M.

    Ramdan menyatakan orang yang berusia muda memiliki kemungkinan mengalami

    burnout lebih besar dibandingkan orang yang berusia lebih tua. Namun hal ini tidak

    menutup kemungkinan terjadinya burnout pada usia yang lebih tua. Semakin tingginya

    umur dan tingkatan, menjadi semakin tingginya juga permasalahan yang dihadapi,

    sehingga berpengaruh terhadap terjadinya burnout.37

    Diketahui kategori burnout berdasarkan urutan kelahiran dan jumlah saudara

    terbanyak pada anak tunggal atau anak yang tidak memiliki saudara. Menurut pendapat

    Rosyid dalam penelitian Eka Yunita megatakan bahwa ketiadaan atau kurangnya

    dukungan sosial akan mengakibatkan timbulnya burnout. Sumber dukungan sosial dapat

    berasal dari keluarga, saudara dan lain-lain. Apabila dukungan sosial baik maka kinerja

    juga akan lebih baik. Bilamana seorang mahasiswa tidak mendapat dukungan sosial, maka

    ia akan mengalami kebingungan, merasa tidak punya sandaran untuk mengadukan

    permasalahannya.38

  • 38

    4.1.3.2 Distribusi Burnout Berdasarkan Dimensi

    Tabel 4.7 Distribusi sampel kategori dimensi Burnout berdasarkan dimensi Burnout pada mahasiswa

    Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    Dimensi Burnout Burnout

    N %

    1.

    Kelelahan Emosional

    Rendah/menengah 168 80.8

    Tinggi 40 19.2

    Total 208 100

    2.

    Depersonalisasi/sisnisme

    Rendah/menengah 152 73.0

    Tinggi 56 27.0

    Total 208 100

    3

    Penurunan prestasi diri

    Rendah 19 9.1

    Menengah/tinggi 189 90.9

    Total 208 100

    Berdasarkan tabel 4.7 diketahui total sampel burnout dengan kategori kelelahan

    emosional yang rendah/menengah sebesar 168 orang (80.8%), dan sampel burnout dengan

    kategori kelelahan emosional yang tinggi sebesar 40 orang (19.2%). Hal ini menandakan

    bahwa mahasiswa lebih sedikit yang mengalami kelelahan emosional. Sampel Burnout

    dengan kategori depersonalisasi/sisnisme yang rendah/menengah sebesar 152 orang

    (73.0%), dan sampel burnout dengan kategori Depersonalisasi/sisnisme yang tinggi

    sebesar 56 orang (27.0%). Hal ini menandakan bahwa mahasiswa lebih sedikit yang

    mengalami depersonalisasi/sisnisme. Sampel burnout dengan kategori penurunan prestasi

    diri yang rendah sebesar 19 orang (9.1%), sampel Burnout dengan kategori penurunan

    prestasi diri yang menengah/tinggi sebesar 189 orang (90.9%). Hal ini menandakan bahwa

    mahasiswa memiliki penurunan prestasi diri yang tinggi. Menurut Chernis permasalahan

    akan muncul apabila stres yang dialami oleh individu dalam jangka waktu yang lama

    dengan intesitas yang cukup tinggi akan mengalami burnout syndrome. Burnout syndrome

  • 39

    ini diindikasikan dengan adanya kelelahan fisik mental maupun emosional,

    depersonalisasi dan penurunan prestasi diri. Mahasiswa dalam kegiatannya juga tidak

    terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari

    kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya

    sendiri. Dalam penelitian ini, dimensi Penurunan Prestasi diri memiliki nilai tertinggi

    dibandingkan dimensi lainnya. Penurunan Prestasi diri pada individu biasanya ditandai

    dengan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, perkerjaan bahkan terhadap kehidupan.

    Apabila seorang mahasiswa telah melakukan upaya yang cukup tinggi dalam hal belajar

    untuk ujian misalnya, dan hasil akhirnya tidak sesuai yang diharapkan, maka perasaan

    tidak puas seringkali akan muncul pada mahasiswa.

    4.2 Analisis Bivariat

    Analisis bivariat adalah yang dilakukan untuk menganalisis korelasi variabel

    independen dan dependen. Analisis bivariat pada penelitian ini menganalisis variabel

    bebas kategorik dengan variabel terikat kategorik tidak berpasangan.

    4.2.1 Uji Korelasi Hubungan Tingkat Stres dengan Burnout

    Tabel 4.8 Distribusi sampel berdasarkan hasil analisis uji korelasi hubungan tingkat Stres dan Burnout

    pada mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.

    Tingkat

    Stres

    Burnout

    Total % Koefisien

    korelasi (r) Nilai P Tidak Burnout Burnout

    N % N %

    Tidak Stres 149 40.4 116 31.4

    265 71.8

    0.376 0.001 Stres 12 3.2 92 25.0 104 28.2

    Total 161 43.6 208 56.4 369 100

    Berdasarkan tabel 4.8 didapat bahwa sampel pada kategori tidak stres dan

    mengalami burnout yaitu sebanyak 116 orang (31.4%) dan sampel pada kategori stres dan

    mengalami burnout yaitu sebanyak 92 orang (25.0%). Hal ini menunjukkan adanya faktor

    lain selain stres yang dapat menyebabkan burnout pada mahasiswa antara lain faktor

  • 40

    organisasi, faktor interpersonal, dan faktor kepribadian.41 Hal ini dapat menjadi saran bagi

    penelitian selanjutnya untuk mengidentifikasi faktor lain terjadinya burnout selain stres.

    Berdasarkan hasil perhitungan uji Korelasi Koefisien Kontingensi diperoleh

    hubungan positif yang signifikan antara tingkat stres dengan burnout pada mahasiswa

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nilai koefisien korelasi (r) antara stres

    dengan burnout sebesar 0,376, nilai parameter koefisien korelasi tersebut menunjukkan

    pada tingkatan yang lemah dan karena nilai koefisien korelasi (r) tersebut lebih dari 0 yang

    berarti menujukkan hubungan yang positif. Nilai kesignifikanan dari penelitian ini adalah

    0,001 (p

  • 41

    angka terjadinya burnout. Pernyataan ini didukung oleh Lee & Asforth pada tahun 1996

    yang dikutip dari penelitian Femmy Lekahena pada tahun 2015 yang meniliti hubungan

    stres dengan burnout pada pekerja, bahwa stres dapat terjadi apabila tekanan yang dialami

    oleh seseorang yang bersifat menetap dalam jangka waktu yang lama, maka akan

    menyebabkan terjadinya burnout karena kondisi tubuhnya tidak mampu membangun

    kembali kemampuannya untuk menghadapi stressor.44

  • 42

    4.3 Keterbatasan Penelitian

    1. Keterbatasan dalam teknik penyebaran kuesioner sebagian dilakukan dengan

    menitipkan kepada perwakilan mahasiswa sehingga peniliti tidak dapat melihat

    langsung responden.

    2. Pengambilan data dengan pengisian kuesioner yang memungkinkan terjadinya recall

    bias

    3. Metode yang digunakan hanya sekali dengan menggunakan metode cross sectional,

    dimana penelititan ini tidak mengikuti perkembangan psikologis responden.

    4. Penelitian hanya dilakukan di satu kampus mahasiswa jurusan Kedokteran di UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta sehinggan hasil penelitian kurang bermakna secara

    menyeluruh atau hasil penelitian tidak dapat mewakili seluruh populasi mahasiswa

    jurusan kedokteran di Indonesia.

    5. Penelitian ini hanya dilakukan untuk menilai hubungan stres terhadap burnout saja.

    Namun, penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang memungkinkan mahasiswa

    mengalami burnout khususnya pada mahasiswa jurusan kedokteran.

  • 43

  • 44

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KESIMPULAN

    1. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu adanya hubungan positi