hubungan stres terhadap burnout pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53739...1...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN STRES TERHADAP BURNOUT PADA
MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN
AJARAN 2018/2019
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh :
Risa Azzahra Khatami
11151030000025
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
-
ii
-
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
karena berkat limpahan rahmat, anugerah, serta nikmat-Nya penulis dapat belajar dan
menyelesaikan penelitian di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam
tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat Muslim
dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh dengan perkembangan ilmu dan teknologi
sehingga penulis dapat belajar kala ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku dekan FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Fika Ekayanti, DKK, M.Med.Ed. dan dr. Isa Multazam Noor, MSc, SpKJ(K)
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing, member masukan serta arahan dan motivasi penulis selama
pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
3. drg. Laifa Hendarmin, DDS, Ph.D. dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D. selaku dosen
penanggung jawab riset mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2015 yang telah memotivasi kami untuk dapat menyelesaikan
riset tepat waktu dan memberi arahan serta masukan dalam penelitian yang kami
lakukan.
4. dr. Lucky Brilliantina, M.Biomed selaku dosen pembimbing akademik penulis
yang selalu membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
5. Kedua orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Drs. Nana Priyatna dan ibunda
Dra. Yayat Nurhayati, serta kakak tersayang Rezha Baihaqi yang sangat penulis
cintai. Mereka selalu mencurahkan cinta dan kasih sayangnya dan selalu memberi
-
vi
dukungan baik moral, materil dan spiritual yang tak kunjung hentinya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
6. Teman seperjuangan penelitian, yaitu Lahzatin Atiqah dan Aminah Oktavia yang
merupakan sahabat seperjuangan dalam penelitian dan pembuatan skripsi ini, yang
telah bekerja sama dengan baik dan saling bahu membahu memberikan dukungan,
semangat, dan motivasi selama penelitian dan penyusuan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat penulis, yaitu Khadijah Alhaura, Annisa Delia K., Hanifa Syafly
Nailufar Hamro dan sahabat penulis lainnya saat duduk dibangku sekolah yaitu
Nazilatul Fakhirah, Lu’lu Falaesifah, Indriani Dwi Rahayu yang sudah mendoakan
dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.
8. Seluruh teman-teman program studi kedokteran angkatan 2015 yang selalu
memberi dukungan dan semangat.
9. Teman-teman dari Universitas Telkom Bandung dimana penulis sempat berkuliah
disana sebelumnya, yaitu Rafida Ajib, Sherly Widi, Yudha, Hasna, Ilham Mogu,
Raihan Amin, dan yang lainnya selalu saling menyemangati.
10. Teman-teman dunia maya penulis yaitu Fabian Esa Nugraha, Budi Juliantara,
Putra Maula dan Indra Mahayana yang selalu menghibur penulis melalui discord
disaat mengerjakan skripsi.
11. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan skripsi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan
ketidaksempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca dalam mempelajari
dan mengembangkan ilmu kedokteran.
Ciputat, 12 November 2018
Penulis
-
vii
ABSTRAK
Risa Azzahra Khatami. Program Studi Kedokteran. Hubungan Stres Terhadap
Burnout pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun Ajaran 2018/2019.
Latar Belakang: Mahasiswa yang merupakan peralihan menuju remaja dewasa
mempunyai resiko yang sangat tinggi tepapar oleh stres yang berkibat dampak panjang,
sehingga muncul kecenderungan burnout. Tujuan: Mengetahui hubungan stres terhadap
burnout pada mahasiswa tingkat awal dan akhir Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2018/2019. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan
adalah cross sectional. Sampel dipilih dengan metode total sampling sebanyak 369
sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Burnout Freudenberger and
Richelson dan DASS-42. Analisis data bivariabel menggunakan uji Korelasi Kontingensi
Koefisien . Hasil: Didapatkan hubungan positif bermakna antara stres dan burnout
(p=0,001), yakni nilai uji korelasi (r=0,376). Kesimpulan: Stres berhubungan secara
bermakna tehadap kejadian burnout pada mahasiswa tingkat awal dan akhir Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
Kata kunci: stres, burnout, mahasiswa, kedokteran.
-
viii
ABSTRACT
Risa Azzahra Khatami. Medical Study Program. Stress Relation to Burnout on Pre-
Clinical Student Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Year 2018/2019.
Background: Students who transition to adult teens have a very high risk of being exposed
to stress-related stress, resulting in a burnout tendency. Objective: To know the relation
between stress level to burnout in early and final year students of Faculty of Medicine
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2018/2019. Method: Research design used is cross
sectional. Samples were selected by total sampling method as much as 369 samples. Data
collection using Burnout Freudenberger and Richelson and DASS-42 questionnaires.
Bivariable data analysis uses Contingency Coefficient tests. Results: Obtained a
significant positive relationship between stress and burnout (p = 0.001), namely the
correlation test value (r = 0.376). Conclusion: Stress was significantly related to burnout
incidence in early and late students of Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta in 2018/2019 .
Keywords: stress, burnout, student, medicine.
-
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................................... ivii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... viix
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................ 2
1.3 HIPOTESIS ............................................................................................................................. 2
1.4 TUJUAN ................................................................................................................................. 2
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................................................... 2
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................................................. 3
1.5 MANFAAT PENILITIAN ...................................................................................................... 3
1.5.1 Untuk Peneliti ................................................................................................................... 3
1.5.2 Untuk Penelitian ............................................................................................................... 3
1.5.3 Untuk Perguruan Tinggi ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 4
2.1 BURNOUT............................................................................................................................... 4
2.1.1 Definisi Burnout ............................................................................................................... 4
2.1.2 Dimensi Burnout ............................................................................................................... 4
2.1.3 Karakteristik Burnout ....................................................................................................... 6
2.1.4 Gejala yang Terlihat pada Penderita Burnout .................................................................. 6
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Burnout .................................................................... 7
2.2 STRES ..................................................................................................................................... 8
2.2.1 Definisi Stres ..................................................................................................................... 8
2.2.2 Jenis-jenis Stres ................................................................................................................. 9
2.2.3 Tingkatan Stres ............................................................................................................... 10
2.2.4 Sumber-sumber Stres ...................................................................................................... 11
2.2.5 Klasifikasi Stres .............................................................................................................. 12
2.2.6 Fisiologi Stres ................................................................................................................. 12
2.3 Kerangka Teori ...................................................................................................................... 14
2.4 Kerangka Konsep .................................................................................................................. 15
2.5 Definisi Operasional.............................................................................................................. 16
-
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 19
3.1 Desain Penelitian ................................................................................................................... 19
3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................................................... 19
3.3 Populasi Penelitian ................................................................................................................ 19
3.4 Teknik Sampling ................................................................................................................... 19
3.5 Besar Sampel ......................................................................................................................... 20
3.6 Kriteria Sampel ..................................................................................................................... 21
3.6.1 Kriteria Inklusi ................................................................................................................ 21
3.6.2 Kriteria Eksklusi ............................................................................................................. 21
3.7 Identifikasi Variabel Penelitian............................................................................................. 22
3.7.1 Variabel Bebas (independent) ....................................................................................... 22
3.7.2 Variabel Terikat (dependent) ......................................................................................... 22
3.8 Alur Penelitian ....................................................................................................................... 23
3.9 Manajemen data .................................................................................................................... 24
3.9.1 Pengumpulan data ........................................................................................................... 24
3.9.2 Instrumen penelitian ....................................................................................................... 24
3.9.2.1 Kuesioner MBI (Masclah Burnout Inventory) ................................................ 24
3.9.2.2 Kuesioner Burnout Freudenberger ................................................................... 25
3.9.2.3 Kuesioner DASS-42 ............................................................................................... 26
3.10 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................ 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 29
4.1 Analisis Univariat .................................................................................................................. 29
4.1.1 Karakteristik Sampel ...................................................................................................... 30
4.1.2 Frekuensi Stres ................................................................................................................ 31
4.1.2.1 Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Urutan kelahiran dan
Jumlah saudara .................................................................................................................... 33
4.1.3 Frekuensi Burnout........................................................................................................... 35
4.1.3.1 Distribusi tingkat Burnout Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Urutan kelahiran dan
Jumlah saudara .................................................................................................................... 36
4.1.3.2 Distribusi Burnout Berdasarkan Dimensi .............................................................. 38
4.2 Analisis Bivariat ................................................................................................................. 39
4.2.1 Uji Korelasi Hubungan Tingkat Stres dengan Burnout ................................................. 39
4.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 44
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 44
5.2 Saran .................................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 45
LAMPIRAN.................................................................................................................................. 49
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skala penilaian kuesioner Burnout Freudenberger and Richelson ............................... 26
Tabel 3.2 Indikator kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42) ............................ 26
Tabel 3.3 Alternatif jawaban kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42) ............ 27
Tabel 3.4 Skala penilaian kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42) .................. 28
Tabel 4.1 Respon rate kuesioner pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019 tingkat 2015, 2016, 2017 dan 2018 ...................... 30
Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan angkatan, jenis kelamin, dan usia mahasiswa
Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. ............... 30
Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan kategori tingkat Stres pada mahasiswa Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. .................................................................... 31
Tabel 4.4 Distribusi sampel kategori tingkat Stres berdasarkan jenis kelamin, usia, urutan
kelahiran dan jumlah saudara pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. ............................................................................... 33
Tabel 4.5 Distribusi sampel berdasarkan kategori tingkat Burnout pada mahasiswa Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. ............................................................ 35
Tabel 4.6 Distribusi sampel kategori tingkat Burnout berdasarkan jenis kelamin, usia, urutan
kelahiran dan jumlah saudara pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019. 7 ............................................................................ 36
Tabel 4.7 Distribusi sampel kategori dimensi Burnout berdasarkan dimensi Burnout pada
mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
......................................................................................................................................................... 38
Tabel 4.8Distribusi sampel berdasarkan hasil analisis uji korelasi hubungan tingkat Stres dan
Burnout pada mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
......................................................................................................................................................... 39
-
xii
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
Riskesdas : Riset kesehatan dasar
DASS-42 : Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42)
MBI : Maslach Burnout Inventory
KE : Kelelahan Emosi
D : Depersonalisasi
PPD : Pennurunan Prestasi Diri
CRF : Corticotropin-Releasing Factor
ACTH : Adrenocorticotropic Hormone
-
xiii
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stres merupakan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres normal dialami setiap
individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Stres membuat
seseorang yang mengalaminya berpikir dan berusaha keras dalam menyelesaikan suatu
permasalahan atau tantangan dalam hidup sebagai bentuk respon adaptasi untuk tetap
bertahan.1
Pada tahun 2013 Riskesdas melakukan penilaian gangguan mental
emosional pada penduduk Indonesia seperti pada Riskesdas 2007. Gangguan mental
emosional adalah istilah yang sama dengan distres psikologik. Kondisi ini adalah keadaan
yang mengindikasikan seseorang sedang mengalami perubahan psikologis. Berbeda
dengan gangguan jiwa berat psikosis dan skizofrenia, gangguan mental emosional adalah
gangguan yang dapat dialami semua orang pada keadaan tertentu, tetapi dapat pulih
seperti semula. Gangguan ini dapat berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila
tidak berhasil ditanggulangi. 2
Stres yang dihadapi mahasiwa dapat berdampak pada aspek psikologis. Dampak
tersebut dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari stres
tersebut berupa peningkatan kreativitas dan memicu pengembangan diri, selama stres
yang dialami masih dalam batas kapasitas individu tersebut. Dampak negatif dari stres
dapat berupa penurunan konsentrasi dan pemusatan perhatian selama kuliah, penurunan
-
2
minat, demotivasi diri bahkan dapat menimbulkan perilaku kurang baik seperti sengaja
terlambat datang ketika kuliah, minum alkohol, merokok dan sebagainya.2,3,4
Gaya hidup yang penuh stressor dan tekanan dapat menempatkan seseorang pada
kondisi tertekan secara terus-menerus sampai ke titik jenuh, dimana mereka mengalami
burnout (kejenuhan). Burnout merupakan suatu perasaan tak berdaya yang diakibatkan
oleh stres dalam jangka panjang yang mengakibatkan suatu kondisi fisik, emosi dan
mental yang sangat drop.5 Seseorang yang mengalami burnout akan mengalami gangguan
yang mengenai sistem biologis salah satunya yaitu kelelahan, dan juga mengenai sistem
psikologis, seperti emosional, apatis, depresi, mudah tersinggung, merasa bosan,
merendahkan harga diri dan berkurangnya rasa percaya diri. Dampak yang terjadi dalam
lingkup sistem sosial salah satunya adalah orang tersebut akan menjauhkan diri dari
sesamanya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dan bagaimana gambaran
stres dengan burnout pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan perbandingannya pada tingkat awal sampai tingkat akhir.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat stres dengan burnout pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019?
1.3 Hipotesis
Pada penelitian ini, peneliti mengambil hipotesis yaitu adanya hubungan
bermakna antara tingkat stres dengan burnout pada mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan gambaran antara kejadian
stres dan burnout pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019 pada tiap periode angkatan.
-
3
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisis banyaknya angka kejadian stres dan burnout pada mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tiap periode
angkatan.
b. Menganalisis hubungan tingkat stres dan burnout pada mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Untuk Peneliti
1. Melatih kemampuan diri dalam melakukan penyusunan penelitian
2. Sebagai penambah wawasan tentang besarnya angka kejadian stres dan burnout
pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Menjadi motivasi untuk mengembangkan penelitian lanjutan yang berhubungan
dengan hasil penelitian yang didapatkan.
1.5.2 Untuk Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan tingkat stres dan burnout yang dialami mahasiswa, khususnya pada
mahasiswa kedokteran.
1.5.3 Untuk Perguruan Tinggi
1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi berkaitan dengan fungsi dan tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian masyarakat.
2. Sebagai data untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
-
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BURNOUT
2.1.1 Definisi Burnout
Burnout adalah sebagai sindrom kelelahan emosional, depersonalisasi dan reduced
personal accomplishment yang terjadi diantara individu-individu yang melakukan
pekerjaan yang memberikan pelayanan kepada orang lain dan sejenisnya. Menurut Pines
dan Aranson “burnout akan membuat penderitanya merasa sangat kelelahan secara fisik
dan emosional”. 7 Sedangkan menurut Namora menjelaskan bahwa “burnout adalah
keadaan seseorang yang ditandai dengan menurunnya produktivitas karena stres yang
terus menerus”.8 Taufik, T., & Ifdil, I. juga menerangkan bahwa “aktivitas belajar yang
berlebihan berdampak pada kondisi ini yang akan menjadi pemicu stres pada pelajar, dari
waktu yang lama pengaruhnya terhadap pembelajaran”. Dengan kata lain Burnout
merupakan kondisi emosional dimana seseorang merasa tidak berdaya, tidak memiliki
harapan dan bahkan jenuh secara mental ataupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan
yang meningkat ataupun stres berlebih yang berkepanjangan.9
Pada awalnya Burnout hanya diamati dalam lingkungan pelayanan masyarakat seperti
rumah sakit, namun saat ini burnout juga dapat dialami oleh mahasiswa. Burnout pada
mahasiswa merujuk pada rasa lelah secara emosional yang disebabkan oleh tuntutan
belajar, memiliki perilaku sinis, dan merasa sebagai pelajar yang tidak berkompeten.10
2.1.1 Dimensi Burnout
1. Exhaustion (Kelelahan Emosional)
Maslach dan Laiter menjelaskan bahwa exhaustion menyebabkan
seseorang merasakan hal-hal lain secara berlebihan, baik secara emosional dan
fisik. Perasaan yang timbul itu seperti : merasa kering, dimanfaatkan, tidak dapat
bersantai, ketika bangun pagi tidak bersemangat dan lain-lain. Kelelahan akan
membuat individu merasa kekurangan energi untuk menghadapi pekerjaan atau
orang lain. Exhaustion adalah reaksi pertama terhadap stres dari tuntutan pekerjaan
atau perubahan besar. Kelelahan emosional yang dijelaskan oleh Namora
-
5
“merupakan perasaaan seluruh energi habis digunakan”. Seseorang yang sedang
mengalami exhaustion akan mencoba mengurangi stres emosional terhadap orang
lain dengan cara memisahkan diri dari sekitarnya.10,11
2. Sinisme atau Depersonalisasi
Maslach dan Laiter menjelaskan perasaan sinis akan membuat seseorang
mengambil sikap dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang
disekitarnya. Perasaan tersebut meminimalisir keterlibatan mereka di lingkungan
tempat mereka beraktivitas dan bahkan melupakan cita-cita mereka. Disatu sisi,
sinisme merupakan upaya untuk melindungi diri dari kelelahan kekecawaan.
Merasa lebih aman untuk menjadi acuh tak acuh, terutama ketika berkaitan dengan
masa depan yang tidak pasti atau menganggap hal-hal tidak akan berhasil.
Berpandangan negatif dapat menghancurkan kesejahteraan dan kapasitas
seseorang untuk bekerja secara efektif. Sedangkan menurut Namora menjelaskan
bahwa “seseorang dengan burnout mereka memperlakukan orang lain dengan
kasar dan kritis”.10,11
3. Ketidakefektifan atau Penurunan Prestasi Diri
Maslach dan Laiter menjelaskan ketidakefektifan merupakan perasaan
tidak efektif sama halnya dengan merasa semakin tidak mampu. Setiap pekerjaan
baru tampaknya terasa terlalu besar. Dunia terasa bersekongkol melawan setiap
upaya yang dilakukan untuk membuat kemajuan, menyepelekan apa yang ingin
dicapai. Kehilangan kepercayaan dalam kemampuan untuk membuat perbedaan.
Dan karena kehilangan kepercayaan pada diri sendiri hal ini berdampak pada
orang lain yang kehilangan kepercayaan padanya. Namora juga menjelaskan
bahwa seseorang dengan burnout mencoba mengurangi beban kerjanya dengan
menghindari kerja, absen, mengerjakan sesedikit mungkin, tidak mengerjakan
tugas tertentu yang dianggap lebih berat dan memakan waktu lebih lama. Hasilnya
adalah menurunnya kualitas serta kuantitas pekerjaannya. 10,11
-
6
2.1.2 Karakteristik Burnout
Karakteristik burnout menurut Baron dan Greenberg, yaitu: Kelelahan fisik yang
ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, dan kurangnya nafsu makan.
Kelelahan emosional ditandai dengan depresi, perasaan tidak berdaya, merasa
terperangkap dalam pekerjaannya, mudah marah serta cepat tersinggung. Kelelahan
mental, ditandai dengan bersikap sinis terhadap orang lain, bersikap negatif terhadap
orang lain, cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan, organisasi dan kehidupan pada
umumnya. Rendahnya pengharhagaan terhadap diri sendiri, ditandai dengan tidak pernah
puas terhadap hasil kerja sendiri, merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang
memuaskan. Menurut Ayala Pines dan Elliot Aronso, penderita merasa tidak tertarik lagi
akan kegiatan yang dikerjakannya, yaitu: Kelelahan fisik dicirikan seperti sakit kepala,
demam, sakit punggung, tegang pada otot leher dan bahu, sering flu, susah tidur, rasa letih
yang kronis. Kelehan emosi dicirikan seperti rasa bosan, mudah tersinggung, sinisme,
suka marah, gelisah, putus asa, sedih, tertekan, tidak berdaya. Kelelahan mental dicirikan
seperti acuh tak acuh pada lingkungan, sikap negatif terhadap orang lain, konsep diri yang
rendah, putus asa dengan jalan hidup, merasa tidak berharga.12
2.1.3 Gejala yang Terlihat pada Penderita Burnout
Terdapat suatu kenyataan yang mengejutkan bahwa semua penderita burnout
awalnya orang-orang yang bersemangat. Penderita burnout adalah orang-orang yang
bersemangat, energik, ambisius, dan memiliki prinsip yang kuat untuk tidak menjadi gagal
dan merupakan figur pekerja keras.13
Gejala yang terlihat pada penderita burnout , yaitu :
1. Kelelahan yang merupakan proses kehilangan energi disertai keletihan.
2. Lari dari kenyataan, merupakan alat untuk menyangkal penderitaan yang
dialami.
3. Kebosanan dan sinisme
Penderita merasa tidak tertarik lagi akan kegiatan yang dikerjakannya, bahkan
timbul rasa bosan dan pesimis akan bidang pekerjaan tersebut.
4. Emosional
-
7
Hal ini dikarenakan karena selama ini individu mampu mengerjakan
pekerjaannya dengan cepat, dengan menurunnya kemampuan mengerjakan
pekerjaan secara cepat, akan menimbulkan gelombang emosional pada diri
individu.
5. Merasa yakin akan kemampuan dirinya, selalu menganggap dirinya sebagai
yang terbaik.
6. Merasa tidak dihargai.
7. Disorientasi.
8. Masalah psikosomatis.
9. Curiga tanpa alasan yang jelas.
10. Depresi.
11. Penyangkalan kenyataan akan keadaan dirinya sendiri. 13
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Burnout
Menurut Baron dan Greenberg mengungkapkan ada dua faktor yang dipandang
mempengaruhi munculnya burnout, yaitu: 14,15
a. Faktor Eksternal Meliputi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik,
kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak
mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan,
pekerjaan yang monoton. Misalnya, dukungan sosial diartikan sebagai
kesenangan, bantuan, yang diterima seseorang melalui hubungan formal
dan informal dengan yang lain atau kelompok. Menurut Pines dan Aronson
adanya faktor yang saling berinteraksi dalam menimbulkan burnout, yaitu
faktor lingkungan kerja dan individu.
b. Faktor Internal Meliputi usia, jenis kelamin, harga diri, dan karakteristik
kepribadian. Seperti, pengetahuan bahwa “saya seorang pria” atau “saya
seorang wanita” merupakan salah satu bagian inti dari identitas pribadi,
dan di dalam benak kita sudah tertanam siapa itu pria dan siapa itu wanita.
Demikian pula tentang pemikiran apa kekhasan perilaku seorang pria dan
seorang wanita. Pria dan wanita tidak hanya berbeda secara fisik saja,
tetapi berbeda pula dari segi psikologis dan sosiologisnya.
-
8
Burnout tidak selalu terjadi pada setiap orang, karena ada perbedaan individual
yang turut berpengaruh. Satu hal yang memiliki kontribusi besar terhadap timbulnya
burnout, yaitu jika mereka merasa tidak bernilai, tidak dihargai, dan pekerjaan mereka
merasa tidak berarti. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa burnout
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal yang meliputi lingkungan kerja
psikologis dan faktor internal seperti usia, jenis kelamin, harga diri, dan karakteristik
kepribadian.14,15
2.2 Stres
Stres merupakan istilah yang membingungkan karena adanya pendapat-pendapat
yang sangat beranekaragam. Dalam arti umum stres merupakan pola reaksi serta adaptasi
umum, dalam arti pola reaksi menghadapi stressor, yang dapat berasal dari dalam maupun
luar individu yang bersangkutan, dapat nyata maupun tidak nyata sifatnya. Stres pada
individu dapat diartikan sebagai adanya tuntutan-tuntutan dalam diri individu tersebut.
Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.16
Stres sendiri dapat berbentuk bermacam-macam tergantung dan ciri-ciri individu
yang bersangkutan, kemampuan untuk menghadapi (coping skills) dan sifat stressor yang
dihadapinya (Cameron dan Meichenbaum). Kaplan dan Sadock menekankan pula adanya
sumber-sumber pribadi serta mekanisme pertahanan sebagai ciri yang khusus pada
individu tersebut. Apabila stressor yang dihadapi dapat diatasi secara memadai tidak akan
timbul stres. Bila terjadi ketidakmampuan, baru akan timbul stres. Tidak selamanya
seseorang yang punya kemampuan mengatasi berhasil dengan pengatasan stressor.
Sesudah stressor dapat diatasi individu akan cenderung kembali kepada keseimbangan
semula. Bila gangguan keseimbangan ini terjadi cukup lama akan timbul ansietas kronik.17
Perubahan psikososial dapat berupa tekanan mental (stressor psikososial) sehingga bagi
sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha
beradaptasi untuk menanggulanginya. Stressor psikososial, seperti masalah orang tua,
banyaknya kenakalan remaja, hubungan interpersonal yang tidak baik dengan teman dan
sebagainya. Namun, tidak semua orang dapat beradaptasi dan mengatasi stressor akibat
-
9
perubahan tersebut sehingga ada yang mengalami stres, gangguan penyesuaian diri,
maupun sakit.18 Perlu ditekankan disini, stres tidak selamanya membuat orang menjadi
tidak waras sehingga terpaksa harus berada di rumah sakit jiwa, karena stres mempunyai
beberapa tingkatan. Jadi selama individu tersebut masih mengalami stres yang ringan,
maka individu tersebut hanya akan sering memikirkannya dan berusaha untuk
memecahkan masalah yang menjadi penyebab stres. Tapi tidak juga menutup
kemungkinan bahwa semua orang mungkin saja dalam keadaan stres. 19
Menghadapi stressor berarti memberi individu bersangkutan pelajaran agar lebih
trampil di kemudian hari dengan kemungkinan memperkembangkan berbagai
kemampuan dan strategi pengatasan stressor yang serupa. Ia dapat pula justru
memberikan ide-ide yang menakutkan yang bertalian dengan berbagai emosi tertentu dan
berkenaan dengan keharusan menghadapi stressor serupa.20
Seiring adanya harapan peningkatan pencapaian diri untuk memenuhi tuntutan
tersebut, ketidaksanggupan dalam memenuhinya akan menimbulkan stres dalam diri
seseorang. Stres pada mahasiswa secara umum berkaitan dengan beban tugas yang
diberikan, konflik dan persaingan akademis. Sumber stres pada mahasiswa adalah
keterbatasan waktu untuk menyelesaikan tugas kuliah, kesulitan tugas perkuliahan, ujian,
kurangnya rasa percaya diri, kurangnya waktu luang untuk istirahat, takut menghadapi
kegagalan, kurangnya suasana rumah dan lain-lain. Tingkat stres yang dan berlangsung
dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya burnout.21
2.2.1 Jenis-Jenis Stres
Stres merupakan pengalaman pribadi, subyektif dan perorangan. Jenis stres
diantaranya eustress dan distress. Eustress merupakan jenis stres yang berperan baik dan
berdampak positif bagi individu sehingga menghasilkan kinerja yang optimal. Sedangkan
distress merupakan stres yang bersifat buruk dan merusak yang mengakibatkan kerugian
bagi individu tersebut. Mahasiswa yang merasa terbebani dan mengalami kesulitan-
kesulitan akan mencetuskan timbulnya perasaan negatif yang dapat menimbulkan stres,
ketegangan, kekhawatiran, hilang motivasi yang tentunya akan berdampak pada
perkuliahan yang sedang dijalaninya. Timbulnya stres dalam tingkat keparahan yang
-
10
tinggi dapat menekan tingkat ketahanan tubuh. Pada mahasiswa yang memiliki kerentanan
psikologis sampai dapat terjadi tindakan anarkis. 22
2.2.2 Tingkatan Stres
Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan diantaranya adalah stres normal, stres
ringan, stres sedang dan stres berat. Selain itu terdapat stres normal biasanya dapat dialami
oleh setiap individu. Ster ringan dapat diartikan sebagai stressor yang dihadapi selama
kurun waktu beberapa menit. Stres berat adalah keadaan dimana terjadi dalam beberapa
minggu sampai dengan beberapa tahun.23
Tingkatan stres tiap individu berbeda-beda, stres pada mahasiswa disebabkan oleh
berbagai macam stressor. Tingkatan stres secara umum diantaranya adalah:
a. Stres normal
Stres normal merupakan bagian alamiah pada kehidupan setiap manusia dan
setiap manusia pasti akan mengalami stres normal, bahkan saat dalam
kandunganpun seorang bayi mengalami stres normal ini. Gejala stres normal
bisanya muncul saat dalam situasi kelelahan mengerjakan tugas, takut tidak lulus
ujian, setelah aktivitas detak jantung berdebar lebih cepat.
b. Stres ringan
Adalah kejadian stres yang dipicu stressor yang dialami selama beberapa menit
sampai beberapa jam. Stres ringan biasanya terjadi saat dimarahi dosen,
mengalami kemacetan dan terlalu banyak tidur. Gejala dari stres ringan adalah
bibir kering, bernafas terengah-engah, kesulitan menelan merasa lemas, goyah,
berkeringat belebihan saat temperatur suhu normal, takut tanpa alasan yang jelas
dan merasa sangat lega saat situasi berakhir, dengan demikian adanya stressor
ringan dalam jumlah banyak dalam waktu singkat akan menyebabkan
peningkatan risiko penyakit bagi mahasiswa.
-
11
c. Stres sedang
Stres ini berlangsung lebih lama berkisar beberapa jam sampai beberapa hari.
Stres sedang dapat terjadi saat terdapat masalah perselisihan yang tak bisa
terselesaikan. Gejala yang timbul diantaranya mudah marah, bereaksi berlebihan,
sulit beristirahat, merasa cemas hingga mengalami kelelahan.
d. Stres berat
Adalah stres yang dialami mulai dari beberapa minggu hingga beberapa tahun,
contohnya adalah adanya perselisihan dengan dosen dan teman-teman secara
terus menerus, kebutuhan finansial yang kurang memadai dan penyakit kronis
pada pasien. Stres ini dapat menimbulkan gejala tidak dapat merasakan perasaan
positif, tidak kuat melakukan kegiatan, merasa pesimis secara berlebihan, sedih,
tertekan dan sangat mudah untuk putus asa. Pada prinsipnya adalah semakin lama
dan sering stressor menyebabkan stres maka semakin tinggi risiko stres yang
ditimbulkan dan ketika terdapat risiko stres yang tinggi maka akan menyebabkan
penurunan energi dan respon adaptif pada mahasiswa. 23
2.2.3 Sumber-sumber stres
Terdapat berbagai macam pencetus stres diantaranya dapat berupa peristiwa atau
keadaan yang menantang secara fisik atau psikologis yang sering disebut sebagai
stressor.24 Stressor diklasifikasikan kedalam lima kategori, yaitu frustrasi, konflik,
tekanan, identifikasi perubahan, dan keyakinan pribadi.
Pada tipe frustrasi (frustration) terjadi ketika kebutuhan pribadi terhalangi dan
seseorang gagal dalam mencapai tujuan yang diinginkannya. Frustrasi dapat terjadi
sebagai akibat dari keterlambatan, kegagalan, kehilangan, kurangnya sumberdaya, atau
diskriminasi. Tipe konflik (conflicts), terjadi ketika pengalaman seseorang dihadapi oleh
dua atau lebih motif secara bersamaan. Tekanan (pressure), didefinisikan sebagai stimulus
yang menempatkan individu dalam posisi untuk mempercepat, meningkatkan kinerjanya,
atau mengubah perilakunya. Tipe perubahan (changes), tipe sumber stres ini seperti hal
nya yang ada di seluruh tahap kehidupan, tetapi tidak dianggap penuh tekanan sampai
mengganggu kehidupan seseorang baik secara positif maupun negatif. Self-imposed
-
12
merupakan sumber stres yang berasal dalam sistem keyakinan pribadi pada seseorang,
bukan dari lingkungan.25
2.2.4 Klasifikasi Stressor
Selain itu terdapat dua klasifikasi stressor yaitu stressor internal dan eksternal.
Stressor internal adalah penyebab stres dari dalam diri individu dan stressor eksternal
adalah yang berasal dari dunia luar. Penyebab stres yang terjadi pada mahasiswa
diantaranya ialah adanya tuntutan akademik, penilaian sosial, manajemen waktu serta
biaya perkuliahan yang dapat memicu keadaan stres akademik. Pada tingkatan stres
akademik akan berhubungan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan
akademik bagi mahasiswa. Stres akademik diartikan sebagai adanya kondisi atau keadaan
individu yang mengalami tekanan sebagai hasil dari presepsi dan penilaian mahasiswa
tentang stressor akademik, yang dapat dikaitkan dengan adanya hubungan dengan ilmu
pengetahuan dan pendidikan di perguruan tinggi. Stres akademik dalam keadaan ringan
dan sedang dapat berhubungan dengan motivasi proses pembelajaran. Sedangkan tingkat
stres yang berat dapat menghambat pembelajaran, jika terjadi keadaan stres berat
berkepanjangan maka akan menimbulkan ketidakmampuan memperhatikan atau
mengerjakan sesuatu, seperti tugas kuliah bahkan skripsi.26
2.2.5 Fisiologi Stres
Stres fisik atau emosional mengaktivasi amigdala yang merupakan bagian dari
sistem limbik yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak. Respon
emosional yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang lebih tinggi di forebrain. Respon
neurologis dari amigdala ditransmisikan dan menstimulasi respon hormonal dari
hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (Corticotropin-Releasing
Factor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH
(Adrenocorticotropic Hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai gantinya menstimulasi
kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol, suatu kelenjar kecil yang berada di atas
ginjal. Semakin berat stres, kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol semakin banyak
dan menekan sistem imun.27
-
13
Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem otonom untuk
merangsang respon yang segera terhadap stres. Sistem otonom sendiri diperlukan dalam
menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom terbagi dua yaitu sistem simpatis dan
parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung jawab terhadap adanya stimulasi atau stres.
Reaksi yang timbul berupa peningkatan denyut jantung, napas yang cepat, penurunan
aktivitas gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh kembali ke
keadaan istirahat melalu penurunan denyut jantung, perlambatan pernapasan,
meningkatkan aktivitas gastrointestinal. Perangsangan yang berkelanjutan terhadap
sistem simpatis menimbulkan respon stres yang berulang-ulang dan menempatkan sistem
otonom pada ketidakseimbangan. Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting
bagi kesehatan tubuh. Dengan demikian tubuh dipersiapkan untuk melawan atau reaksi
menghindar melalui satu mekanisme rangkap : satu respon saraf, jangka pendek dan satu
respon hormonal yang bersifat lebih lama. 27
\
-
14
2.3 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Faktor internal
Tingkat Stres
Stres berkepanjangan
dan tak mampu diatasi
Ketidakefektifan
/penurunan
prestasi diri
Sinisme/
Depersonalisasi
Exhaustion
(kelelahan
emosional)
Burnout syndrome
Tidak Stres Stres
Stres yang diterima
melebihi ambang
batas individu
Faktor eksternal
Usia
Jenis kelamin
Lingkungan
Dukungan
sosial
Stressor
Eustress Distress
Stress normal
Faktor lain
penyebab
Burnout
Coping Skills
Karakteristik
kepribadian
Faktor
organisasi Jumlah saudara
Urutan Kelahiran
Stres menjadi
pengalaman dan
pembelajaran bagi
individu
-
15
2.4 Kerangka Konsep
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Variabel independen
(variabel bebas) :
Tingkat stres
Variabel dependen
(variabel terikat) :
Burnout
Tidak Stres
Stres
Faktor lain penyebab
Burnout :
Faktor kepribadian
Faktor organisasi
Faktor interpersonal
-
16
2.5 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala
Variabel dependen
1 Burnout Burnout merupakan
sindrom kelelahan, baik
secara fisik maupun
mental yang termasuk di
dalamnya berkembang
konsep diri yang
negatif, kurangnya
konsentrasi serta
perilaku yang negatif
(Pines & Maslach,
1993)11
Kuesioner
Skala Burnout
Freudenberger
and Richelson
1. Tidak burnout
(Skor total Skala
Burnout
Freudenberger
and Richelson
sebesar 0-35,
tidak termasuk
dalam kategori
burnout
2. Burnout (Skor
total Skala
Burnout
Freudenberger
and Richelson
sebesar (36->65)
Nominal
Variabel independen
2 Stres Perasaan yang tidak
menyenangkan dan
diinterpretasikan secara
berbeda antara individu
yang satu dengan
individu yang lainnya
yang merupakan respon
tubuh yang bersifat
tidak spesifik terhadap
setiap tuntutan atau
bebas atasnya.14
Kuesioner
DASS-42
1. Tidak stres
(Skor total
DASS-42 sebesar
0-14, tidak
termasuk dalam
kategori stres)
2. Stres (skor total
DASS-42 sebesar
15-42)
Nominal
3 Kelelahan
emosional
Kelelahan emosi
ditunjukkan dengan
sering merasa lelah,
frustasi, mudah
tersinggung, sedih,
putus asa, tidak berdaya,
Kuesioner
MBI (Masclah
Burnout
Inventory)
1. Rendah/Menenga
h (skor total
27)
Ordinal
-
17
merasa tertekan, mudah
marah, dan perasaan
tidak nyaman dalam
melakukan tugas-tugas
sekolah. Maslach dan
Leiter (2002, dalam
Muna, 2013)
4 Depersonal
isasi
Depersonalisasi
ditunjukkan dengan
menjauhnya individu
dari lingkungan sekitar,
merasa tidak mampu
bersosialisasi terhadap
orang lain, mudah
menegeluh setiap hari,
merasa tidak perduli
dengan orang lain,
emosi tidak terkontrol,
kehilangan harapan
dalam belajar, merasa
terjebak, dan merasa
gagal. Maslach dan
Leiter (2002, dalam
Muna, 2013)
Kuesioner
MBI (Masclah
Burnout
Inventory)
1. Rendah/menenga
h (skor total 13)
Ordinal
5 Penurunan
prestasi
diri
Penurunan ditandai
dengan perasaan rendah
diri terhadap dirinya
sendiri, kehilangan
semangat belajar,
merasa tidak kompeten,
individu mengalami
ketidak puasan terhadap
prestasi yang didapat
dan merasa tidak pernah
melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya
dan orang lain. Maslach
Kuesioner
MBI (Masclah
Burnout
Inventory)
1. Menengah/tinggi
(total skor > 39)
2. Rendah (total
skor
-
18
dan Leiter (2002, dalam
Muna, 2013)
6 Periode
angkatan
Perbedaan tahun
angkatan ketika
mahasiswa memulai
perkuliahan pertama
kali
Pengisian
kuesioner
1. 2015
2. 2016
3. 2017
4. 2018
Ordinal
7 Jenis
kelamin
Perbedaan jenis kelamin
berdasarkan
organ reproduksi
(Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2004)
Pengisian
identitas
1. Perempuan
2. Laki-laki
Nominal
8 Usia Usia responden
merupakan usia
responden dari awal
kelahiran sampai pada
saat penelitian ini
dilakukan. Menurut
Menteri Kesehatan RI
tahun 2010, batas usia
remaja adalah antara 10
sampai 19 tahun dan
belum kawin.
Pengisian
identitas
1. < 19 tahun
2. >19 tahun
Ordinal
9 Urutan
kelahiran
Posisi dalam keluarga
yang memiliki
karakteristik dan gaya
hidup yang berbeda
sehingga perkembangan
kondisi psikologisnya
pun berbeda.
Pengisian
identitas
1. Tunggal
2. Sulung
3. Tengah
4. Bungsu
Ordinal
9 Jumlah
saudara
Banyaknya saudara
kandung yang
dimiliki responden
Pengisian
identitas
1. Tidak ada
2. 1 saudara
3. 2 saudara
4. > 3 Saudara
Rasio
-
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik yang dilakukan
dengan metode cross sectional. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada
satu waktu, baik data tingkat stres maupun data burnout. Studi ini dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat stres (variabel independen) dan
burnout (variabel dependen) dengan pengambilan data yang dilakukan pada seluruh
mahasiswa preklnik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran
2018/2019.
3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
3.2.1 Lokasi penelitian ini dilakukan di Kampus Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.2.2 Waktu yang digunakan untuk penelitian ini yakni dari bulan Oktober 2017 hingga
bulan Oktober 2018. Kegiatannya meliputi penyusunan proposal, pemilihan
instrument, pengambilan data, analisis data hingga penyelesaian laporan
3.3 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019 meliputi mahasiswa
tahun pertama, kedua, ketiga dan keempat.
3.4 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling sehingga seluruh
individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
penelitian.
-
20
3.5 Besar Sampel
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan besar sampel minimal pada penelitian
ini adalah rumus estimasi besar sampel untuk penelitian analitik kategorik tidak
berpasangan.28
Rumus Minimal Sampling :
𝑛 = (𝑍𝛼 √2𝑃𝑄) + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)
2
(𝑃1 − 𝑃2)2
Keterangan :
𝑛1 = 𝑛2 = besar sampel
𝑍𝛼 = derivat baku normal untuk 𝛼 5% adalah 1,96
𝑍𝛽 = derivat baku normal untuk 𝛽 20% adalah 0,84
𝛼 = kesalahan tipe satu yang nilannya ditetapkan oleh peneliti, yaitu 5%
𝛽 = kesalahan tipe dua yang nilannya ditetapkan oleh peneliti, yaitu 20%
P = proporsi total = (𝑃1+𝑃2)
2
𝑃1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti
𝑃2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya, yaitu 0,5
Q = 1- P
𝑄1 = 1 – 𝑃1
𝑄2 = 1 - 𝑃2 atau (𝑄1−𝑄2)
2
Maka besar sampel yang diperlukan:
𝑛 = [(𝑍𝛼 √2𝑃𝑄) + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)]2
(𝑃1 − 𝑃2)2
𝑛 = [(1,96 √2(0,6)(0,4)) + 0,84√(0,7)(0,3) + (0,7)(0,5)]
2
(0,7 − 0,5)2
𝑛 = 97,18 = 97
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 194
-
21
Untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada penelitian ini, maka sampel
ditambahkan dengan menggunakan rumus :
𝑛′ = 𝑛
(1−𝑓) =
97
(1−0,10) = 215,5 = 215 sampel
𝑛′ = besar sampel setelah antispasi drop out
𝑛 = besar sampel yang dibutuhkan
𝑓 = prediksi drop out = 10%
Berdasarkan rumus besar sampel diatas, didapatkan jumlah minimum yang
dibutuhkan sebesar 194 responden. Untuk mengantisipasi adanya drop out karena
tereklusi dari penelitian, maka jumlah sampel ditambah 10 % dari jumlah sampel sehingga
total sampel menjadi minimal 215 responden. Namun, untuk meminimalkan terjadinya
bias, maka peneliti mengambil jumlah sampel dengan metode total sampling. Total
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 369 responden.
3.6 Kriteria Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria
sampel, berupa :
3.6.1 Kriteria inklusi pada penelitian ini diantaranya yaitu:
a. Mahasiswa preklinik Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
pertama sampai tahun keempat
b. Telah menandatangani lembar persetujuan penelitian
3.6.2 Kriteria eksklusi pada penelitian ini diantaranya yaitu :
a. Mahasiswa yang tidak mengumpulkan kuesioner penelitian.
b. Mahasiswa yang memiliki kelainan jiwa atau penyakit psikiatri tertentu, dilihat dari
riwayat penyakit yg diderita.
c. Mahasiswa yang melakukan penelitian ini (peneliti).
-
22
3.7 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas (independent) dan
variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan
variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi. Adapun penelitian ini mengambil
variabel tersebut sebagai berikut :
3.7.1 Variabel bebas (independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat stres pada mahasiwa
preklinik Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018.
3.7.2 Variabel terikat (dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah burnout pada mahasiwa preklinik
Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015,
2016, 2017 dan 2018.
-
23
3.8 Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur penelitian
Menentukan tema dan judul penelitian
Menentukan design dan metode penelitian
Memilih kuesioner DASS-42, kuesioner Maslach dan
kuesioner Burnout Freudenberger and Richelson
Pengumpulan data
Kriteria Inklusi Kriteria eksklusi
Pengolahan dan
analisis data
Pembuatan hasil penelitian
Kesimpulan dan saran
Analisis univariat dan bivariat
-
24
3.10 Manajemen data
3.10.1 Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer karena
kuesioner diisi langsung oleh responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah Total Sampling.
3.10.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diinginkan dari
sebuah penelitian dengan menggunakan skala sebagai jawaban dari responden berupa
pertanyaan tertulis untuk selanjutnya diteliti dan ditarik kesimpulan sebagai hasil
penelitian. Skala yang digunakan pada kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42
(DASS-42) berisi pernyataan mengenai identitas atau informasi tentang tingkatan stres
responden. Selanjutnya skala yang digunakan pada kuesioner Burnout Freudenberger and
Richelson berisi pernyataan mengenai identitas atau informasi tentang tingkatan burnout
responden.
3.10.2.1 Kuesioner MBI (Masclah Burnout Inventory)
Kuesioner Maslach Burnout Inventory merupakan instrument yang dipakai untuk
mengukur tingkat burnout. Terdapat 22 butir pertanyaan terlampir dalam lampiran 2.
Penilaian burnout pada kuesioner ini dibagi bedasarkan tiga dimensi burnout yaitu
kelelahan emosional, depersonalisasi/sinisme, maupun penurunan prestasi diri
(ketidakefektifan) yang dilami oleh individu.
Kelelahan Emosional (KE) yaitu perasaan lebih luas dari aliran emosional dan
sumber-sumber fisik dalam pekerjaan sehingga seseorang merasa tidak mampu
memberikan pelayanan secara psikologis. Skor didapat dengan menjumlahkan nilai dari
pertanyaan nomor 1, 2, 3, 6, 8, 13, 14, 16, 20. Kelelahan emosional dinilai tinggi jika
jumlah rata-rata skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut >27 dan dinilai
rendah/menengah jika jumlah total skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut
-
25
Depersonalisasi (D) adalah perasaan negatif, tidak memihak atau pandangan sinis
berkaitan dengan pekerjaan. Skor didapat dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan
nomor 5, 10, 11, 15, dan 22. depersonalisasi dinilai tinggi jika jumlah rata-rata skor
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut >13 dan dinilai rendah/menengah jika
jumlah total skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut 39 dan dinilai menengah/tinggi jika jumlah total skor jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut
-
26
Tabel 3.1 Skala penilaian kuesioner Burnout Freudenberger and Richelson
0 - 25 tidak perlu khawatir
26 - 35 ada hal-hal yang harus diwaspadai
36 -50 risiko burnout tinggi
51 - 65 burnout telah ada
>65 burnout termanifestasikan dalam masalah fisik dan kesejahteraan jiwa (well-being) dari
orang tersebut
Dimana alternatif jawabannnya adalah skor 1 sampai 5. Skor 1 apabila tidak ada atau
terdapat sedikit perubahan. Urutan angka selanjutnya sesuai dengan peningkatan derajat
keparahan sampai ke skor 5 apabila terdapat banyak sekali terjadi perubahan sesuai
dengan tingkat penilaian anda secara subyektif.
3.10.2.3 Kuesioner DASS-42
DASS-42 istrument yang dipakai untuk mengukur tingkat depresi, kecemasan dan
stres yang berisi 42 butir pertanyaan yang terlampir dalam lampiran 4. Kuesioner terdiri
dari pertanyaan tentang gejala depresi, gejala kecemasan dan gejala stres.
Terdapat 14 pertanyaan mengenai depresi, kecemasan dan stres dari kuesioner
DASS-42 dengan 4 pilihan jawaban sehingga skor minimal masing-masing pertanyaan
adalah 0 dan skor maksimal masing-masing pertanyaan adalah 3. Indikator – indikator
tersebut dijabarkan sebagai pada tabel berikut :
Tabel 3.2 Indikator kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42)23
Variabel Dimensi Indikator No.Soal
Gangguan
Mental
Emosional
Depresi
(Crawford &
Henry, 2003; Imam
Syed, 2005)
- Tidak ada perasaan positif
- Tidak bisa berkembang
- Tidak ada harapan
- Sedih, Murung & tertekan
- Tidak ada minat
- Orang yang tidak berharga
- Hidup tak berguna dan berarti
- Tak mendapat kesenangan
- Tidak Antusias
- Sulit berinisiatif
3
5
10,37
13,26
16
17
21,34,38
24
31
42
-
27
Anxiety (Crawford
& Henry, 2003;
Imam Syed, 2005)
- Mulut kering
- Sesak nafas
- Sering gemetar
- Berada di situasi yang cemas
- Pusing
- Berkeringat tanpa sebab
- Ketakutan
- Sulit menelan
- Sadar akan aksi gerak jantung
- Dekat dengan kepanikan
- Tidak berdaya
2
4
7,41
9
15
19
20,36
23
25
28,40
30
Stres (Crawford &
Henry, 2003; Imam
Syed, 2005)
- Jengkel pada hal yang kecil
- Reaksi berlebihan
- Sulit rileks
- Energi yang terbuang percuma
- Tidak sabaran
- Menjengkelkan bagi orang lain
- Sulit mentolelir gangguan
- Tegang
- Gelisah
1,11,18
6
8,22,29
12
14
27
32,35
33
39
DASS 42 merupakan tes standar yang telah diterima secara international, sehingga
tidak perlu dilakukan uji validitas maupun uji reliabilitas. Dalam penelitian ini peniliti
hanya mengambil variabel stres pada kuesioner sehingga nomor yang diambil adalah 1, 6,
8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.
Adapun alternatif jawaban yang digunakan dan skala penilaian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Alternatif jawaban kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42)
No Alternatif Jawaban Skor
1 Tidak pernah merasakan 0
2 Pernah merasakan 1
3 Merasakan 2
4 Sering merasakan 3
Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, dan sangat
berat. Jumlah skor dari pertanyaan item tersebut, memiliki makna, yaitu:23
-
28
Tabel 3.4 Skala penilaian kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS-42)
No Alternatif Jawaban Skor
1 Normal 0-14
2 Stres ringan 15-18
3 Stres sedang 19-25
4 Stres berat 26-33
5 Stres sangat berat ≥ 34
Jenis kuesioner yang digunakan pada penilaian ini adalah kuesioner tertutup.
3.11 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS
(Statistic Package for Social Sciences) versi 22.0. Tahapan yang dilakukan untuk
pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Editing
Pemeriksaan kembali kebenaran dan kelengkapan data kuesioner
2. Coding
Pemberian kode numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori
3. Input data ke dalam program SPSS
4. Analisis data
Pada penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan
bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat frekuensi atau distribusi data
yang tersebar. Analisis bivariat digunakan untuk melihat korelasi antara kedua
variabel, yaitu tingkatan stres sebagai variabel dependent dan tingkatan burnout
sebagai variabel independent.
-
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang
meliputi karakteristik sampel yang terdiri dari : angkatan, jenis kelamin, usia, frekuensi
tingkat stres dan tingkat burnout. Jumlah seluruh sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 413 mahasiswa pre-klinik aktif Program Studi Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Namun sebanyak 44 mahasiswa tidak mengisi kuesioner sehingga
didapatkan sampel sebanyak 369 mahasiswa. Dengan rincian tiap angkatan adalah sebagai
berikut : Angkatan 2015 berjumlah 93 mahasiswa yang mengisi dari total 105 mahasiswa,
yakni 3 diantaranya adalah peneliti, 8 mahasiswa termasuk ke dalam kriteria eksklusi, dan
1 orang dropout. Angkatan 2016 berjumlah 69 mahasiswa yang mengisi dari total 83
mahasiswa, yakni 14 mahasiswa termasuk ke dalam kriteria eksklusi. Angkatan 2017
berjumlah 94 mahasiswa yang mengisi dari total 98 mahasiswa, yakni 3 mahasiswa
termasuk ke dalam kriteria eksklusi, dan 1 orang dropout. Angkatan 2018 berjumlah 113
mahasiswa yang mengisi dari total 127 mahasiswa, yakni 13 mahasiswa termasuk ke
dalam kriteria eksklusi, dan 1 orang dropout.
Dalam penelitian ini, jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 413 eksemplar.
Kuesioner yang kembali sejumlah 372 (respon rate 90%) yaitu 94 mahasiswa angkatan
2015 (respon rate 89%), 69 mahasiswa angkatan 2016 (respon rate 83%), 95 mahasiswa
angkatan 2017 (respon rate 96%), dan 114 mahasiswa angkatan 2018 (respon rate 89%).
Kuesioner yang lengkap dan layak dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 369
eksemplar. Kuesioner sejumlah 3 eksemplar tidak dapat diolah disebabkan pengisian yang
tidak lengkap. Rincian perolehan kuesioner dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel
berikut :
-
30
Tabel 4.1 Respon rate kuesioner pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun ajaran 2018/2019 tingkat 2015, 2016, 2017 dan 2018.
No Angkatan Respon rate
N %
1 2015 94 89
2 2016 69 83
3 2017 95 96
4 2018 114 89
Total 372 90
4.1.1 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel yang diamati oleh peneliti adalah angkatan, jenis kelamin, dan
usia. Sebagaimana tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan mahasiswa tiap angkatan, jenis kelamin, dan usia mahasiswa
Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
No Variabel
Angkatan Total
2015 2016 2017 2018
N % N % N % N % N %
1 Jumlah mahasiswa 93 25.2 69 18.7 94 25.5 113 30.6 369 100
2
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 25.7 26 25.7 19 18.8 30 29.7 101 100
Perempuan 67 25.0 43 16.0 75 28.0 83 31.0 268 100
3
Usia
19 91 59.1 48 31.2 13 8.4 2 1.3 154 100
4
Urutan Kelahiran
Tunggal 2 10.0 8 40.0 2 10.0 8 40.0 20 100
Sulung 46 27.5 33 19.8 43 25.7 45 26.9 167 100
Tengah 25 27.8 17 18.9 23 25.6 25 27.8 90 100
Bungsu 20 21.7 11 12.0 26 28.3 35 38.0 92 100
5
Jumlah saudara
Tidak ada 2 10.0 8 40.0 2 10.0 8 40.0 20 100
1 saudara 19 20.4 19 20.4 21 22.6 34 36.6 93 100
2 saudara 38 25.2 26 17.2 38 25.2 49 32.5 151 100
>2 saudara 34 32.4 16 15.2 33 31.4 22 21.0 105 100
-
31
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi jumlah sampel yang
mengisi kuesioner berdasarkan angkatan sebanyak 369 orang. Jumlah sampel mahasiswa
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Berdasarkan kategori usia, lebih banyak
usia remaja akhir yaitu usia yang 19 tahun kebawah dimana menurut Menteri Kesehatan
RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.
Distribusi sampel berdasarkan urutan kelahiran dan jumlah saudara adalah anak sulung
dengan jumlah 2 saudara.
4.1.2 Frekuensi Stres
Pada penelitian ini, frekuensi stres didapat berdasarkan nilai skor stres.
Pengkategorian skor dibagi menjadi dua yaitu tidak stres dan stres. Sampel dengan nilai
skor 0-14 dikategorikan mempunyai tidak stres dan responden dengan nilai skor 15-42
dikategorikan mempunyai stres.
Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan kategori tingkat Stres pada mahasiswa Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
Tingkat Stres
Angkatan Total
2015 2016 2017 2018
N % N % N % N % N %
Tidak Stres 63 67.8 54 78.2 68 72.3 80 70.8 265 71.8
Stres 30 32.2 15 21.8 26 27.7 33 29.2 104 28.2
Total 93 100 69 100 94 100 113 100 369 100
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sampel dengan kategori tidak stres sebesar 265
orang (28.2%) dan sampel dengan stres sebesar 104 orang (71.8%) dari total sampel 369
mahasiswa yang mengisi. Sampel stres tertinggi terdapat pada angkatan 2015 yakni
sebesar 30 orang (32.2%). Selain itu, stres pada angkatan 2018 memiliki angka yang
hampir setara dengan angkatan 2015 yaitu sebesar 33 orang (29.2%).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran memiliki prevalensi
kejadian stres yang cukup tinggi. Bagi mahasiswa tahun pertama, permasalahan adaptasi
terhadap sistem pembelajaran di perkuliahan menjadi penyebab stres.3 Hal ini dibuktikan
oleh Abdulghani di Arab Saudi, diketahui bahwa prevalensi stres pada mahasiswa tingkat
-
32
pertama sebanyak 78,7%, merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan tahun tahun-
tahun di atasnya.4
Pada mahasiswa tingkat akhir stressor yang didapat tentunya lebih banyak dan lebih
berat dari tahun pertama. Disamping mengerjakan tugas-tugas kuliah, beban pelajaran,
mengerjakan skripsi, tuntutan orang tua untuk berhasil atau untuk lulus di kuliahnya dan
penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi
perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama
semakin sulit.
-
33
4.1.2.1 Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Urutan
kelahiran dan Jumlah saudara
Tabel 4.4 Distribusi sampel kategori tingkat Stres berdasarkan jenis kelamin, usia, urutan kelahiran dan
jumlah saudara pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun ajaran 2018/2019.
No Variabel
Stres Total
Tidak Stres Stres
N % N % N %
1
Jenis Kelamin
Laki-laki 75 74.26 26 25.74 101 100
Perempuan 190 70.9 78 29.1 268 100
2
Usia
19 tahun 110 71.4 44 28.6 154 100
3.
Urutan kelahiran
Tunggal 12 60.0 8 40.0 20 100
Sulung 114 68.7 53 31.3 167 100
Tengah 69 76.7 21 23.3 90 100
Bungsu 69 75.0 23 25.0 92 100
4.
Jumlah saudara
Tidak ada 12 60.0 8 40.0 20 100
1 saudara 60 64.5 33 35.5 93 100
2 saudara 109 72.2 42 27.8 151 100
>2 saudara 84 80.0 21 20.0 105 100
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui kategori stres berdasarkan jenis kelamin terbanyak
adalah perempuan yakni sebesar 78 orang (29.1%). Jenis kelamin adalah karakteristik
biologis dan fisiologis yang membedakan seseorang laki-laki maupun perempuan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurazizah disebutkan bahwa dalam kaitannya
dengan stres, perempuan mempunyai kecenderungan mengalami stres lebih besar dimana
didalam tubuh seorang perempuan terjadi perubahan hormonal. Perempuan lebih mudah
merasakan perasaan bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan nafsu makan,
gangguan tidur dan gangguan makan. Penurunan estrogen pada perempuan akan
-
34
berpengaruh pada emosi. Saat stres perempuan lebih mudah untuk sedih, sensitif, marah
serta mudah menangis. Begitu juga dengan karakteristik perempuan yang lebih emosional
dibandingkan pria. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi pada
perawat di RSUD Cilacap tahun 2015 bahwa jenis kelamin perempuan memiliki resiko
stres sebesar 88.2% dibandingkan pria.30,31
Kategori stres berdasarkan usia diatas 19 tahun yaitu dewasa muda sebanyak 44
orang (28.6%) tidak jauh berbeda dengan kategori stres dengan usia dibawah 19 tahun
yaitu sebanyak 60 orang (27.9%). Faktor usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan
atau kematangan seseorang dalam menghadapi permasalahan. Namun pada penelitian ini,
usia tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap seseorang mengalami kejadian stres.
Pada dasarnya stres dapat dialami siapapun dan dari usia berapapun tergantung berat
ringannya stressor dan bagaimana kemampuan mengatasi (coping skill) dari tiap
individu.32
Kategori stres berdasarkan urutan kelahiran dan jumlah saudara tertinggi adalah
pada anak tunggal atau anak yang tidak memiliki saudara yaitu masing-masing 8 orang
(40%). Selain itu, kategori stres pada anak sulung memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu
53 orang (31.3%). Urutan kelahiran dan jumlah saudara mempunyai peranan penting
dalam perkembangan anak. Menurut Gunarsa di dalam keluarga dan hubungan antar
anggota keluarga terbentuk pola penyesuaian sebagai dasar bagi hubungan sosial dan
interaksi yang lebih luas lagi. Anak sulung seringkali harus menjadi contoh dan panutan
untuk adik-adiknya. Oleh karena itu biasanya anak sulung dibebani dengan tanggung
jawab yang lebih dibandingkan adik-adiknya dan secara tidak langsung dituntut untuk
berperilaku secara lebih matang untuk menghadapi tanggung jawab
yang dipikulnya. Anak tengah mencari persahabatan dengan teman sebaya di luar rumah
yang mengakibatkan penyesuaian sosial yang baik. Anak kedua atau anak tengah lebih
mudah bergaul, karena tidak hidup dengan kecemasan orang tua yang berlebihan. Dalam
menghadapi lingkungan yang masih asing baginya, biasanya anak kedua juga lebih berani
menghadapinya. Anak bungsu biasanya lebih populer, tetapi karena kurangnya keinginan
untuk memikul tanggung jawab lebih, maka stressor yang dihadapi jauh lebih sedikit
dibandingkan anak sulung. Sementara anak tunggal, walaupun tidak perlu bersaing
dengan saudara-saudara kandungnya untuk mendapat perhatian, bantuan dan sumber daya
orang tua namun anak tunggal tidak pernah merasakan persaingan, dominasi atau
-
35
diremehkan saudara sehingga anak tunggal menjadi seorang yg cenderung kesepian. Hal
ini berpengaruh pada coping skill pada anak tunggal atau yang tidak memiliki saudara,
yaitu bagaimana cara seseorang mengurangi stressor yang dihadapinya. Anak tunggal
cenderung kesulitan mengungari stressor dikarenakan kurangnya tempat untuk dapat
berbagi fikiran, menceritakan keluh kesah, dan sebagainya jika dibandingkan dengan yang
memiliki saudara. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andry Putra
Pratama pada Fakultas Universitas di Semarang pada tahun 2014 bahwa anak tunggal
cenderung pemurung, mencari perhatian, kurang percaya diri, kurang fleksibel,
egosentris, merasa kesepian ingin memiliki saudara.34,35
4.1.3 Frekuensi Burnout
Pada penelitian ini, tingkat burnout pada mahasiswa juga diteliti sebagai variabel
independent dari tingkat stres. Frekuensi burnout didapat berdasarkan nilai skor burnout.
Pengkategorian skor dibagi menjadi dua yaitu tidak burnout dan burnout. Sampel dengan
nilai skor 0-35 dikategorikan mempunyai tidak burnout dan sampel dengan nilai skor 36-
>65 dikategorikan mempunyai burnout.
Tabel 4.5 Distribusi sampel berdasarkan kategori tingkat Burnout pada mahasiswa Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
Tingkat Burnout
Angkatan Total
2015 2016 2017 2018
N % N % N % N % N %
Tidak Burnout 40 43.0 30 43.5 38 40.4 53 46.9 161 43.6
Burnout 53 57.0 39 56.5 56 59.6 60 53.1 208 56.4
Total 93 100 69 100 94 100 113 100 369 100
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui sampel dengan kategori tidak burnout sebesar 161
orang (43.6%) dan sampel dengan burnout sebesar 208 orang (56.4%) dari total 369
mahasiswa yang mengisi. Kategori burnout tertinggi yaitu pada angkatan 2017 yaitu
sebanyak 56 orang (59.6%). Sistem pembelajaran tahun kedua Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan peralihan dari materi fisiologis menuju patologis,
sehingga masalah kesulitan beradaptasi pada masa peralihan tersebut memungkinkan
-
36
terjadinya Burnout pada angkatan 2017. Menurut Potter & Perry perubahan tersebut
terkadang tidak sesuai dengan pribadi yang dimiliki oleh individu sehingga perlu
melakukan adapatasi. Selain itu, konflik dalam diri mahasiswa dapat terjadi karena
stressor dari lingkungan perkuliahan, teman sebaya, dan berbagai kegiatan kampus
lainnya. Oleh karena itu, adaptasi dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mengembangkan
mekanisme koping yang adaptif dan gaya perilaku yang akan digunakan atau diadaptasi
sepanjang kehidupan. Tantangan dalam mengembangkan mekanisme koping yang adaptif
dapat menyebabkan mahasiswa menjadi murung dan stres, dan apabila terjadi
berkepanjangan maka akan menyebabkan burnout.
4.1.3.1 Distribusi tingkat Burnout Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Urutan
kelahiran dan Jumlah saudara
Tabel 4.6 Distribusi sampel kategori tingkat Burnout berdasarkan jenis kelamin, usia, urutan kelahiran
dan jumlah saudara pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
No Variabel
Burnout Total
Tidak Burnout Burnout
N % N % N %
1
Jenis Kelamin
Laki-laki 45 44.6 56 55.4 101 100
Perempuan 116 43.3 152 56.7 268 100
2
Usia
19 tahun 65 42.2 89 57.8 154 100
3.
Urutan kelahiran
Tunggal 7 40.0 13 60.0 20 100
Sulung 70 42.2 97 57.8 167 100
Tengah 43 47.8 47 52.2 90 100
Bungsu 40 43.5 52 56.5 92 100
4.
Jumlah saudara
Tidak ada 7 40.0 13 65.0 20 100
1 saudara 41 44.1 52 55.9 93 100
2 saudara 64 42.4 87 57.6 151 100
-
37
>2 saudara 49 46.7 56 53.3 105 100
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui kategori burnout berdasarkan jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 152 orang (56.7%), hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan
burnout pada laki-laki yaitu sebanyak 56 orang (55.4%). Hal ini menunjukkan bahwa jenis
kelamin tidak memiliki pengaruh yang besar untuk terjadinya burnout. Pada dasarnya
semua jenis kelamin dapat mengalami burnout yang dikarenakan berbagai situasi
menekan yang dialami. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Prawasti & Windayanti
pada tahun 2007 menunjukkan pria dan wanita berbeda dalam hal dimensi emosi dan
depersonalisasi yang berpengaruh terhadap kelelahan mereka.36
Diketahui kategori burnout berdasarkan usia adalah diatas 19 tahun yaitu sebanyak
89 orang (57.8%), hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan burnout pada usia dibawah 19
tahun yaitu sebanyak 119 orang (55.3%). Hal ini menunjukkan bahwa usia tidak memiliki
pengaruh yang besar untuk terjadinya burnout. Seperti pada kategori jenis kelamin, pada
dasarnya semua usia dapat mengalami burnout yang dikarenakan berbagai situasi
menekan yang dialami. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iwan M.
Ramdan menyatakan orang yang berusia muda memiliki kemungkinan mengalami
burnout lebih besar dibandingkan orang yang berusia lebih tua. Namun hal ini tidak
menutup kemungkinan terjadinya burnout pada usia yang lebih tua. Semakin tingginya
umur dan tingkatan, menjadi semakin tingginya juga permasalahan yang dihadapi,
sehingga berpengaruh terhadap terjadinya burnout.37
Diketahui kategori burnout berdasarkan urutan kelahiran dan jumlah saudara
terbanyak pada anak tunggal atau anak yang tidak memiliki saudara. Menurut pendapat
Rosyid dalam penelitian Eka Yunita megatakan bahwa ketiadaan atau kurangnya
dukungan sosial akan mengakibatkan timbulnya burnout. Sumber dukungan sosial dapat
berasal dari keluarga, saudara dan lain-lain. Apabila dukungan sosial baik maka kinerja
juga akan lebih baik. Bilamana seorang mahasiswa tidak mendapat dukungan sosial, maka
ia akan mengalami kebingungan, merasa tidak punya sandaran untuk mengadukan
permasalahannya.38
-
38
4.1.3.2 Distribusi Burnout Berdasarkan Dimensi
Tabel 4.7 Distribusi sampel kategori dimensi Burnout berdasarkan dimensi Burnout pada mahasiswa
Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
Dimensi Burnout Burnout
N %
1.
Kelelahan Emosional
Rendah/menengah 168 80.8
Tinggi 40 19.2
Total 208 100
2.
Depersonalisasi/sisnisme
Rendah/menengah 152 73.0
Tinggi 56 27.0
Total 208 100
3
Penurunan prestasi diri
Rendah 19 9.1
Menengah/tinggi 189 90.9
Total 208 100
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui total sampel burnout dengan kategori kelelahan
emosional yang rendah/menengah sebesar 168 orang (80.8%), dan sampel burnout dengan
kategori kelelahan emosional yang tinggi sebesar 40 orang (19.2%). Hal ini menandakan
bahwa mahasiswa lebih sedikit yang mengalami kelelahan emosional. Sampel Burnout
dengan kategori depersonalisasi/sisnisme yang rendah/menengah sebesar 152 orang
(73.0%), dan sampel burnout dengan kategori Depersonalisasi/sisnisme yang tinggi
sebesar 56 orang (27.0%). Hal ini menandakan bahwa mahasiswa lebih sedikit yang
mengalami depersonalisasi/sisnisme. Sampel burnout dengan kategori penurunan prestasi
diri yang rendah sebesar 19 orang (9.1%), sampel Burnout dengan kategori penurunan
prestasi diri yang menengah/tinggi sebesar 189 orang (90.9%). Hal ini menandakan bahwa
mahasiswa memiliki penurunan prestasi diri yang tinggi. Menurut Chernis permasalahan
akan muncul apabila stres yang dialami oleh individu dalam jangka waktu yang lama
dengan intesitas yang cukup tinggi akan mengalami burnout syndrome. Burnout syndrome
-
39
ini diindikasikan dengan adanya kelelahan fisik mental maupun emosional,
depersonalisasi dan penurunan prestasi diri. Mahasiswa dalam kegiatannya juga tidak
terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari
kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya
sendiri. Dalam penelitian ini, dimensi Penurunan Prestasi diri memiliki nilai tertinggi
dibandingkan dimensi lainnya. Penurunan Prestasi diri pada individu biasanya ditandai
dengan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, perkerjaan bahkan terhadap kehidupan.
Apabila seorang mahasiswa telah melakukan upaya yang cukup tinggi dalam hal belajar
untuk ujian misalnya, dan hasil akhirnya tidak sesuai yang diharapkan, maka perasaan
tidak puas seringkali akan muncul pada mahasiswa.
4.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah yang dilakukan untuk menganalisis korelasi variabel
independen dan dependen. Analisis bivariat pada penelitian ini menganalisis variabel
bebas kategorik dengan variabel terikat kategorik tidak berpasangan.
4.2.1 Uji Korelasi Hubungan Tingkat Stres dengan Burnout
Tabel 4.8 Distribusi sampel berdasarkan hasil analisis uji korelasi hubungan tingkat Stres dan Burnout
pada mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2018/2019.
Tingkat
Stres
Burnout
Total % Koefisien
korelasi (r) Nilai P Tidak Burnout Burnout
N % N %
Tidak Stres 149 40.4 116 31.4
265 71.8
0.376 0.001 Stres 12 3.2 92 25.0 104 28.2
Total 161 43.6 208 56.4 369 100
Berdasarkan tabel 4.8 didapat bahwa sampel pada kategori tidak stres dan
mengalami burnout yaitu sebanyak 116 orang (31.4%) dan sampel pada kategori stres dan
mengalami burnout yaitu sebanyak 92 orang (25.0%). Hal ini menunjukkan adanya faktor
lain selain stres yang dapat menyebabkan burnout pada mahasiswa antara lain faktor
-
40
organisasi, faktor interpersonal, dan faktor kepribadian.41 Hal ini dapat menjadi saran bagi
penelitian selanjutnya untuk mengidentifikasi faktor lain terjadinya burnout selain stres.
Berdasarkan hasil perhitungan uji Korelasi Koefisien Kontingensi diperoleh
hubungan positif yang signifikan antara tingkat stres dengan burnout pada mahasiswa
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nilai koefisien korelasi (r) antara stres
dengan burnout sebesar 0,376, nilai parameter koefisien korelasi tersebut menunjukkan
pada tingkatan yang lemah dan karena nilai koefisien korelasi (r) tersebut lebih dari 0 yang
berarti menujukkan hubungan yang positif. Nilai kesignifikanan dari penelitian ini adalah
0,001 (p
-
41
angka terjadinya burnout. Pernyataan ini didukung oleh Lee & Asforth pada tahun 1996
yang dikutip dari penelitian Femmy Lekahena pada tahun 2015 yang meniliti hubungan
stres dengan burnout pada pekerja, bahwa stres dapat terjadi apabila tekanan yang dialami
oleh seseorang yang bersifat menetap dalam jangka waktu yang lama, maka akan
menyebabkan terjadinya burnout karena kondisi tubuhnya tidak mampu membangun
kembali kemampuannya untuk menghadapi stressor.44
-
42
4.3 Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan dalam teknik penyebaran kuesioner sebagian dilakukan dengan
menitipkan kepada perwakilan mahasiswa sehingga peniliti tidak dapat melihat
langsung responden.
2. Pengambilan data dengan pengisian kuesioner yang memungkinkan terjadinya recall
bias
3. Metode yang digunakan hanya sekali dengan menggunakan metode cross sectional,
dimana penelititan ini tidak mengikuti perkembangan psikologis responden.
4. Penelitian hanya dilakukan di satu kampus mahasiswa jurusan Kedokteran di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sehinggan hasil penelitian kurang bermakna secara
menyeluruh atau hasil penelitian tidak dapat mewakili seluruh populasi mahasiswa
jurusan kedokteran di Indonesia.
5. Penelitian ini hanya dilakukan untuk menilai hubungan stres terhadap burnout saja.
Namun, penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang memungkinkan mahasiswa
mengalami burnout khususnya pada mahasiswa jurusan kedokteran.
-
43
-
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu adanya hubungan positi