hubungan status depresi dengan perilaku …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/188/1/manuskripsi...

13
HUBUNGAN STATUS DEPRESI DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SAMARINDA Siti Aisyah 1) , Andi Parellangi 2) , Tini 2) 1) Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan, Poltekkes Kaltim 2) Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim Abstrak Pendahuluan : Remaja adalah masa krisis bagi perkembangan seseorang karena dihadapkan dengan berbagai tugas yang merupakan transisi dalam menuju kedewasaan. Kegagalan remaja dalam mencapai tugas perkembangan membuat remaja rentan mengalami gangguan pisikologis seperti depresi. Sebagian remaja beranggapan bahwa dengan merokok dapat menghilangkan stress ataupun depresi pada dirinya. Perilaku merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya lingkungan, keluarga, masyarakat, pertemanan dan keinginan peribadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status depresi dengan perilaku merokok pada remaja di SMK Negeri 2 Samarinda. Metode : Jenis Penelitian ini adalah studi analitik korelasi dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Besar sampel 93 orang dengan teknik probaility sampling dengan metode simple random sampling di SMK Negeri 2 Samarinda. Hasil : Didapatkan nilai bahwa sebagian besar remaja depresi sebanyak (64,5%), dan sebagian besar remaja berperilaku merokok sebanyak (52,7%). Hasil uji hipotesis dengan chi-square nilai p value = 0,026 dengan nilai OR=3,008. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status depresi dengan perilaku merokok pada remaja. Kesimpulan : Ada hubungan antara status depresi dengan perilaku merokok pada remaja di SMK Negeri 2 Samarinda. Saran: Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menyertakan variabel lain yang belum diteliti yang berhubungan dengan perilaku merokok seperti faktor diri dan lingkungan pada remaja. Kata kunci : Depresi, Perilaku merokok, Remaja

Upload: dinhtu

Post on 18-Jul-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN STATUS DEPRESI DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA

REMAJA DI SMK NEGERI 2

SAMARINDA

Siti Aisyah1), Andi Parellangi2), Tini 2)

1) Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan, Poltekkes Kaltim 2) Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim

Abstrak

Pendahuluan : Remaja adalah masa krisis bagi perkembangan seseorang karena dihadapkan

dengan berbagai tugas yang merupakan transisi dalam menuju kedewasaan. Kegagalan remaja

dalam mencapai tugas perkembangan membuat remaja rentan mengalami gangguan pisikologis

seperti depresi. Sebagian remaja beranggapan bahwa dengan merokok dapat menghilangkan

stress ataupun depresi pada dirinya. Perilaku merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor diantaranya lingkungan, keluarga, masyarakat, pertemanan dan

keinginan peribadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status depresi dengan

perilaku merokok pada remaja di SMK Negeri 2 Samarinda.

Metode : Jenis Penelitian ini adalah studi analitik korelasi dengan menggunakan desain

penelitian cross sectional. Besar sampel 93 orang dengan teknik probaility sampling dengan

metode simple random sampling di SMK Negeri 2 Samarinda.

Hasil : Didapatkan nilai bahwa sebagian besar remaja depresi sebanyak (64,5%), dan sebagian

besar remaja berperilaku merokok sebanyak (52,7%). Hasil uji hipotesis dengan chi-square

nilai p value = 0,026 dengan nilai OR=3,008. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara status depresi dengan perilaku merokok pada remaja.

Kesimpulan : Ada hubungan antara status depresi dengan perilaku merokok pada remaja di

SMK Negeri 2 Samarinda.

Saran: Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan

menyertakan variabel lain yang belum diteliti yang berhubungan dengan perilaku merokok

seperti faktor diri dan lingkungan pada remaja.

Kata kunci : Depresi, Perilaku merokok, Remaja

THE RELTIONSHIP BETWEEN DEPRESSION STATUS AND SMOKING IN

ADOLESCENTS IN STATE SENIOR HING SCHOOL 2

SAMARINDA

Siti Aisyah1), Andi Parellangi 2), Tini 2)

1Applied Nursing Student, Health Polytechnics East Borneo 2Nursing Studies, Health Polytechnics East Borneo

Abstract

Preface: : Teenage is a period of crisis for one's development because it is faced with various

tasks which are a transition to maturity. Adolescent failure in achieving developmental tasks

makes adolescents vulnerable to physical difficulties such as depression. Some teens think that

smoking can relieve stress without depression in themselves. Habitual factors in adolescents

can be questioned by various factors related to the environment, family, community, friendship

and personal desires. This study aims to determine the relationship between depression status

and smoking behavior in adolescents at SMK Negeri 2 Samarinda.

Method: This type of research is a correlation analytic study using a cross sectional research

design. The sample size is 93 people with probability sampling technique with simple random

sampling method at SMK Negeri 2 Samarinda.

Results: It was found that the majority of adolescents were depressed as much (64.5%), and

the majority of adolescents behaved smoking as much (52.7%). The results of hypothesis testing

with chi-square value p value = 0.026 with OR = 3.008. It can be concluded that there is a

relationship between depression status and smoking behavior in adolescents.

Conclusion: There is a relationship between depression status and smoking behavior in

adolescents at SMK Negeri 2 Samarinda.

Suggestion: For further research, it is expected to conduct research by including other variables

that have not been studied related to smoking behavior such as self and environmental factors

in adolescents.

Keywords: Depression, Smoking Behavior, Youth

PENDAHULUAN

Remaja adalah masa krisis bagi

perkembangan seseorang karena

dihadapkan dengan berbagai tugas

perkembangan yang merupakan transisi

dalam mencapai tugas untuk menuju

kedewasaan. kegagalan remaja dalam

mencapai tugas perkembangan membuat

remaja rentan mengalami gangguan

pisikologis seperti depresi. Perilaku remaja

pada dasarnya banyak faktor yang

mempengaruhi diantaranya krisis identitas

pada diri remaja, teman dalam pergaulan,

media massa atau elektronik, orang tua

yang kurang peduli dengan aktifitas remaja,

tidak adanya wadah atau organisasi bagi

remaja untuk menyalurkan bakat remaja

(Chaplin, 2006)

Prevalensi remaja yang mengalami

depresi mulai meningkat, Mojabai.et al.

(2016) pada 172,495 remaja usia antara 18-

25 tahun di Amerika Serikat, menunjukkan

terjadinya peningkatan dari 8,7% ditahun

2005 menjadi 11,3% di tahun 2014 pada

usia remaja, dan dari 8,8% menjadi 9,6%

pada dewasa awal. Selanjutnya penelitian

Vardanyan.(2013) pada 713 siswa di

Amerika menunjukkan bahwa rata-rata

prevalensi kemungkinan terjadinnya

depresi adalah 16,7%, 6,2% adalah laki-laki

dan 21,6% adalah perempuan.

Ketidakmampuan remaja dalam

mengendalikan emosi mereka yang akan

menjadi lebih labil dapat mengarahkan pada

terjadinya gangguan mood seperti depresi.

Prevalensi depresi pada remaja perempuan

meningkat hingga 50% lebih besar

dibandingkan remaja laki-laki (Davis,

2005). Menurut Cynthia & Zulikaida.

(2009) menjelaskan bahwa perempuan

memiliki keinginan dua kali lebih banyak

dibandingkan laki-laki, serta kebanyakan

masalahnya berhubungan dengan masalah

psikologis dan sosial.

Remaja dengan rentan usia 15-17

tahun pada umumnya sedang menempuh

pendidikan di sekolah menengah, Santrock

(2002) mengemukakan bahwa tahun

pertama pada remaja dapat menyulitkan

bagi banyak siswa karena mengalami

perubahan suasana dari lingkungan sekolah.

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas, 2018) menunjukkan pervalensi

gangguan mental emosional yang

menunjukkan gejala depresi dan kecemasan

untuk usia 15 tahun ke atas mencapai

sekitar 9,8% dari jumlah penduduk

Indonesia.

Selama ini depresi pada remaja SMK

kurang mendapat perhatian dari peneliti jika

dibandingkan dengan Seklah Menegah Atas

(SMA), padahal bisa jadi terdapat kondisi

tertentu yang hanya terjadi atau dimiliki

oleh SMK sehingga dapat mempengaruhi

depresi yang dialami siswa SMK (Reyza &

Hamida,2012).

Fenomena yang terjadi di masyarakat

tentang remaja khususnya siswa di

lingkungan sekolah begitu

memprihatinkan. Banyaknya remaja yang

terjerumus pada perilaku-perilaku yang

menyimpang dari norma kehidupan sebagai

contoh perilaku sexs bebas, kecenderungan

narkoba, miras, tawuran dan merokok.

Remaja cenderung mempunyai perilaku

merokok disebabkan oleh pergaulan remaja

yang lebih luas dan sering menghabiskan

waktu bersama teman-teman. Berbagai

fakta menggungkapkan bahwa bila semakin

banyak remaja yang merokok, maka

semakin besar kemungkinan teman-teman

adalah perokok demikian sebaliknya

(Aryani, 2010).

Menurut penelitan Ervina (2013)

kecenderungan perilaku merokok pada

remaja tergolong sedang, besar sumbang

efektif 12,2%, yang berarti masih terdapat

87,8% faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kecenderungan perilaku

merokok.

Kemenkes (2016) menyebutkan

pemerintah berharap dapat mencapai target

indikator rencana pembangunan jangka

menegah nasional terkait prevensi perokok

anak usia 18 tahun, yaitu turun dari 7,8 %

pada 2009 menjadi 5,4 % pada 2013.

Namun, kenyataannya justru angka ini

meningkat menjadi 8,8 % pada 2016.

Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan pada tanggal 08 maret 2019

menurut Kepala Tata Usaha SMK Negeri 2

Samarinda siswa ditemukan merokok saat

dilingkungan sekolah seperti merokok

dalam kamar mandi, merokok dilingkungan

belakang sekolah maupun ditemukan

membawa rokok kesekolah dan tidak dapat

menutupi kemungkinan juga banyak siswa

yang merokok diluar lingkungan sekolah,

dari 10 siswa yang ditanya 7 diantaranya

mengaku merokok dan alasan mereka

merokok ialah diajak teman, ingin

mencoba-coba, karena enak, merasa rileks,

ingin terlihat keren dan dapat

menghilangkan masalah.

Perilaku merokok pada remaja

dipengaruhi oleh berbagi macam faktor-

faktor yang terdapat dalam lingkungan,

keluarga, masyarakat, pertemanan dan

keinginan pribadi. Oleh sebab itu identitas

sosial yang terbentuk pun berbeda-beda.

Beberapa identitas sosial yang terbentuk

yaitu remaja yang merokok karena

pengaruh teman memiliki identitas bahwa

merokok sebagai salah satu tolak ukur suatu

kedewasaan seseorang dan juga dapat

meningkatkan kepercayaan diri. Remaja

yang merokok dipengaruhi oleh faktor

pertemanan cenderung dianggap terbuka

dan easy going oleh teman-teman satu

lingkungannya (Rizky Septi, 2017).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri

2 Samarinda. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan April 2019.

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian kuantitatif dengan

studi analitik dan desain cross sectional.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa SMK N 2 Samarinda

berjumlah 1,332 orang dengan sampel

sebanyak 93 orang menggunakan teknik

simple random sampling.

Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data dilakukan

dengan menyebarkan kuesioner BDI II dan

kuesioner perilaku merokok milik peneliti

sebelumnya.

Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan

dianalisis secara univariat, dan bivariat

menggunakan uji chi square untuk

mengetahui adanya hubungan status depresi

dengan perilaku merokok pada remaja.

HASIL PENELITIAN

Analisa Univariat

Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin, Umur, dan Pendidikan

Tabel 1.

Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di SMK Negeri 2

Samarinda tahun 2019

Klasifikasi

Karakteristik

Responden

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Jenis Kelamin

Laki – Laki

Perempuan

Total

90

3

93

77

2

100

Usia

15 tahun

16 tahun

17 tahun

18 tahun

19 tahun

20 tahun

24

39

15

11

3

1

20

33

12

9

2

9

Berdasarkan tabel 1 di atas,

menunjukkan bahwa karakteristik

responden sebagian besar berjenis kelamin

laki-laki berjumlah 90 orang (77%), berusia

16 th berjumlah 39 orang (33%), dan

sebagian kecil berusia 20 th 1 orang (9 %).

Distribusi Variabel

a. Distribusi Responden Berdasarkan

Status Depresi pada Remaja.

Tabel 2

Distribusi Responden berdasarkan Status Depresi pada Remaja SMK N 2 Samarinda

Tahun 2019

Distribusi Status

Depresi pada

Remaja

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Depresi 60 64,5 Tidak Depresi 33 35,5

Total 93 100

Berdasarkan tabel 2 di atas,

menunjukkan distribusi responden

berdasarkan status depresi pada remaja

adalah sebagian besar depresi sebanyak 60

orang (64,5%) dan sebagian kecil tidak

depresi sebanyak 33 orang (33,5%).

b. Distribusi Responden Berdasarkan

Perilaku Merokok pada Remaja

Tabel 3

Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Merokok pada Remaja di Samarinda Tahun

2019

Berdasarkan tabel 3 di atas,

menunjukkan distribusi responden

berdasarkan perilaku merokok pada remaja

sebanyak 49 orang (52,7%) dan sebagian

kecil perilaku tidak merokok pada remaja

sebanyak 44 orang (47,3).

Analisa Bivariat

a. Hubungan status depresi dengan perilaku merokok pada remaja

Berdasarkan hasil analisis bivariat

pada tabel 4.4 didapatkan, responden yang

depresi dengan perilaku merokok sebanyak

34 orang (36,6%), sedangkan reponden

yang depresi dengan perilaku tidak

merokok sebanyak 26 orang (28,0%).

Perilaku Merokok

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Merokok

Tidak Merokok

Total

49

44

93

52,7 %

47,3 %

100 %

Status

Depresi

Perilaku Merokok Total P

Value OR

Ya Tidak (95% CI)

n % n % n %

Depresi 34 36,6 26 28,0 60 100,0 0,026

3,008

Tidak Depresi 10 10,8 23 24,7 33 100,0 (1,222-7,406)

Sementara itu responden yang tidak depresi

dengan perilaku merokok sebanyak 10

orang (10,8%), sedangkan responden yang

tidak depresi dengan perilaku tidak

merokok sebanyak 23 orang (24,7%)

dengan total jumlah responden sebanyak 93

orang.

Hasil analisis menggunakan uji chi

square diperoleh nilai p value = 0,026 ≤

nilai α = 0,05 yang artinya Ho ditolak dan

Ha diterima atau secara statistik ada

hubungan antara variabel tingkat depresi

dengan perilaku merokok pada remaja di

SMK Negeri 2 Samarinda. Dari hasil

analisis didapatkan juga nilai OR sebesar

3,008 yang artinya menunjukan bahwa

remaja mengalami depresi beresiko 3 kali

lebih besar untuk merokok.

PEMBAHASAN

a. Status depresi pada remaja

Berdasarkan hasil penelitian pada 93

remaja yang berada di SMK Negeri 2

Samarinda, menunjukan bahwa sebagian

besar remaja (64,5%) mengalami depresi

dan sebagian kecil (35,5%) tidak

mengalami depresi.

Berdasarkan perhitungan jumlah skor

untuk setiap aspek dari kuesioner (BDI) di

ketahui bahwa urutan teratas atau aspek

depresi paling banyak dikeluhkan oleh

siswi laki-laki adalah kegagalan masa lalu,

rasa bersalah, kelelahan, kekritisan diri, dan

tidak berharga.

Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Byeon (2015) bahwa ada

hubungan yang signifikan antara

kecemasan dan depresi pada remaja.

Bahkan setelah pembaur disesuaikan,

perokok 1,3 kali lebih mungkin untuk

mengalami depresi dan 1,5 kali lebih

mungkin untuk memliki kecemasan dari

non perokok.

Remaja yang sudah dalam kategori

depresi menunjukan adanya perasaan sedih,

ingin menangis, khawatir tentang sesuatu

yang buruk, menjadi terganggu dan kecewa

terhadap kejadian tertentu, dan menjadi

tidak mampu untuk mengubah

pemikirannya (negative mood). Ditemukan

juga adanya beberapa permasalahan yang

dialami yaitu sebagaian besar dari remaja

yang mengalami depresi maupun yang

masih berpotensi mengalami depresi,

memiliki ketidakpuasaan terhadap

penampilan, masalah prestasi belajar,

mendapatkan perlakuan yang kurang

menyenangkan dari orang lain, dalam hal

ini teman dan orang tua.

Pada remaja yang tidak merokok

tetapi depresi, hal ini selaras dengan

pendapat yang diungkapkan oleh Ball, dkk

(2002, dalam van Berkel, 2009) bahwa

individu yang lebih pesimis atau penakut

lebih cenderung mengalami depresi, dan

menyebabkan individu berfikir bahwa

situasi ini sebagai hal negative dan

menyepelekan kemampuan mereka dalam

menghadapi stressor. Hal ini menyebabkan

mereka memilih tipe koping yang lebih

pasif.

Tipe koping seperti ini yang membuat

para pesimis cenderung lebih gampang

menyerah dan makin cenderung mengarah

pada perilaku maladaptive Carver dkk,

(2010). Tipe koping yang berfokus pada

emosi dan pikiran negative seperti diatas

semakin meningkatkan tekanan psikologi

sehingga memungkinkan terjadinya depresi

pada remaja yang tidak merokok.

Menurut asumsi peneliti secara

umum, baik remaja yang mengalami

depresi maupun yang masih berpotesnsi

mengalami depresi sama-sama merasakan

bahwa diri mereka buruk, tidak dapat

berkonsentrasi sebaik biasanya, adanya

perasaan tidak tertarik untuk yang cukup

drastis. Remaja tersebut merasa kesulitan

untuk merasakan kegembiraan dalam

hidupnya.

b. Perilaku merokok pada remaja

Hasil penelitian pada 93 remaja yang

berada di SMK Negeri 2 Samarinda,

peneliti menemukan bahwa hampir

sebagian perilaku remaja yang merokok

sebanyak 49 responden (52,7%).

Sedangkan sebagian besar perilaku remaja

yang tidak merokok sebanyak 44 responden

(47,3%).

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian (Yulianto, 2015) banyak factor

yang menyebabkan siswa berperilaku

merokok. Factor teman dan latar belakang

keluarga ikut andili memberikan kontribusi

pada perilaku tersebut.

Remaja cenderung memiliki rasa

ingin tahu yang besar. Karena masa remaja

adalah masa dimana seseorang masih

mencari jati dirinya dan labil terutama

terhadap pengaruh lingkungan. Remaja

merupakan masa dimana individu

mengalami perubahan baik emosi, tubuh,

minat, pola perilaku dan juga penuh dengan

masalah-masalah. (Nurmiyanto &

Rahmani, 2013)

Gejala merokok dikalangan remaja

disebabkan oleh rasa ingin tahu dan

mencoba pengalaman baru, mencoba

menghilangkan kejenuhan ingin dianggap

lebih jantan, ingin diterima di kelompoknya

atau pengaruh panutannya, misal orang tua

atau kakaknya yang merokok, dimana hal

tersut ditunjang oleh mudahnya rokok

didapakan baik penjualan maupun

hargannya. (Cahyo, 2012).

Hasil penelitian (Rudi, 2017)

mengatakan bahwa terpengaruh orang tua

yang merokok lebih banyak dibandingkan

dangan orang tua yang tidak merokok. Hal

ini didasari karena melihat orang tua

merokok maka ingin mencoba untuk

merokok dengan alasan ingin tahu atau

hanyya ingin mencoba-coba merokok.

Namun, rasa ingin tahu atau mencoba-coba

justu mengarahkan kebiasaan ingin terus

menerus untuk merokok.

Hasil pengamatan yang dilakukan

peneliti di SMK Negeri 2 Samarinda telah

menerapkan aturan tentang larangan untuk

tidak merokok di lingkungan sekolah, akan

tetapi kurangnya penerapan atau pemasang

poster tentang larangan merokok belum ada

di lingkungan sekolah. Segala upaya baik

pendekatan secara penyuluhan atau sanksi-

sanksi melalui tata tertib sekolah belum

sepenuhnya dilakukan oleh pihak sekolah

untuk menekan bentuk-bentuk perilaku

merokok di kalangan siswa.

Menurut asumsi peneliti remaja pada

umumnya memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi, karena didorong oleh rasa ingin tahu

yang tinggi remaja cenderung ingin

berpetualang atau ingin mencoba segala

sesuatu yang belum pernah dialaminya dan

juga didorong oleh keinginan seperti orang

dewasa menyebabkan remaja ingin

mencoba melakukan apa yang dilakukan

oleh orang dewasa.

c. Hubungan status depresi dengan

perilaku merokok pada remaja

Berdasarkan hasil penelitian,

menunjukkan adanya hubungan status

depresi dengan perilaku merokok pada

remaja di SMK Negeri 2 Samarinda dengan

nilai signifikan sebesar 0,026 (p<0,05).

Hal ini di dukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh (Asmika, dkk, 2008) dengan

menggunakan 3 sekolah menengah atas

yang berbeda, menunjukan hasil terdapat

hubungan yang bermakna antara tingkat

depresi dan tingkat stressor psikososial

(x=22,633;p<0,001). Selain itu juga

ditemukan OR= 5,87 yang berarti

responden dengan tingkat tinggi memiliki

resiko menderita depresi berat 5,87 kali

dibandingkan dengan tingkat stressor

rendah. Namun demikian, pengaruh

lingkungan sekolah dan lingkungan rumah

yang baik juga dapat mendukung proses

adaptasi bagi siswa untuk mengatasi

depresinya.

Buku psikiologis perkembangan anak

dan remaja Syamsu juga mengungkapkan

bahwa untuk mencapai kematangan

emosional, remaja dipengaruhi oleh kondisi

sosio-emosional lingkungannya, terutama

lingkungan keluarga dan teman sebaya.

Bila lingkungan tempat ia tinggal adalah

lingkungan yang kondusif, maka anak

cenderung dapat mencapai kematangan

emosionalnya dan bila lingkungan tersebut

tidak kondusif maka akan terjadi

kecemasan, perasaan tertekan atau ketidak

nyamanan emosional. (Syamsu, 2001).

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian (Ervina, 2013) perhitungan

teknik analisis product moment pearson

diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar

0,356, signifikansi p = 0,031 (p,0,05). Hasil

ini menunjukan ada korelasi positif yang

signifikan antara depresi dengan

kecenderungan perilaku merokok remaja,

dengan demikian dapat di interpretasi

bahwa variable depresi dengan aspek-aspek

di dalamnya dapat dijadikan sebagai

predictor (varibel bebes) untuk

memprediksikan atau mengukur perilaku

merokok. Semakin tinggi perilaku merokok

pada subjek penelitian. Sebaliknya semakin

rendah depresi maka semakin rendah

perilaku merokok pada subjek penelitian.

Pada penelitian yang berbeda juga

ditemukan bahwa pencapaian akademis

dapat memprediksi adanya episode depresi

saat dewasa (Koster et al., 2006). Pada

penelitian yang dilakukan di Jamaika

dengan menggunakan 3 sekolah yang

berbeda, menunjukan hasil bahwa adanya

hubungan antara prestasi akademis dan

gejala depresi. (Lipps et al., 2010).

Menurut asumsi peneliti, remaja yang

sudah masuk ke dalam kategori depresi

menunjukkan adanya perasaan sedih, ingin

menangis, khawatir tentang sesuatu yang

buruk hingga menjadi tidak mampu untuk

mengubah pemikirannya (negative mood).

Usia remaja juga pada umumnya memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi dan cenderung

ingin berpetualang mencoba segala sesuatu

yang belum pernah dialami sehingga remaja

yang mengalami depresi berpotensi lebih

besar untuk berperilaku merokok karena

dengan merokok remaja memperoleh efek

fisiologis yang menyenangkan juga dapat

menghindari kecemasan sebagai upaya

untuk relaksasi menghilangkan kelelahan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan

yang signifikan antara status depresi dengan

perilaku merokok pada remaja di SMK

Negeri 2 Samarinda dengan nilai signifikan

sebesar p value 0,026 (p<0,05). Hasil OR=

3,008 hal ini menunjukan bahwa remaja

yang mengalamai depresi beresiko 3 kali

lebih besar untuk merokok

DAFTAR PUSTAKA

Abil Rudi, L. M. H. N. K. (2017).

EFEKTIVITAS PERINGATAN

KESEHATAN BERGAMBAR

BUNGKUS ROKOK PADA

PELAJAR. Volume 4,.

Ardy Widya Pangestu, K. C. A. K. (2017).

FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU MEROKOK SHISHA

PADA SISWA SMA X DI KOTA

SEMARANG. JURNAL

KESEHATAN MASYARAKAT (e-

Journal), Volume 5,. Retrieved from

http://ejournal-

s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Armine Vardanyan, MPharm, M. C.

(2013). Risk factors and prevalence of

adolescent depression in Yerevan,

Armenia (A Cross-Sectional Study).

School of Public Health American

University of Armenia Yerevan,

Armenia 2013.

Asmika, Harijanto, nina handayani.

(2008). pervalensi depresi dan

gambaran stressor psikososial pada

remaja sekolah menegah umum di

wilayah kota madya malang. Jurnal

Kedokteran Brawijaya, XXIV No. 1.

Ati Siti Rochayati, & Hidayat, E. (2015).

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERILAKU

MEROKOK REMAJA DI

SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN KABUPATEN

KUNINGAN. Jurnal Keperawatan

Soedirman (The Soedirman Journal of

Nursing, Volume 10,.

Byeon, H. (2015). Association among

smoking, depression, and anxiety:

findings from a representative sample

of Korean adolescents Haewon Byeon

Department of Speech Language

Pathology & Audiology, Nambu

University, Gwangju, Republic of

Korea. Department OfSpeech

Language Pathology & Audiology,

Nambu University, Gwangju,

Republic OfKorea.

https://doi.org/10.7717/peerj.1288

Carver C.S. dan Smith, J. C. (2010). .

(2010). Personality and coping:

annual review psychology.

Chaplin, J. P. (2006). Kamus lengkap

psikologi / J.P. Chaplin; penerjemah

Kartini Kartono. Retrieved from

http://library.um.ac.id/free-

contents/download/pub/download-

print5.php/31745.pdf

Dan Bilsker PhD, Merv Gilbert PhD,

David Worling PhD, E. Jane Garland

MD, F. (2016). MELAWAN DEPRESI

Ketrampilan anti-depresi untuk

remaja (D. Oleh, P. . Irwan

Supriyanto, MD, F. K. Departemen

Ilmu Kedokteran Jiwa, & U. G. Mada,

eds.). Diterjemahkan oleh Irwan

Supriyanto, MD, Ph.D Departemen

Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Departemen Kesehatan RI. (2005). Profi

Kementrian Kesehatan RI. Retrieved

from http://www.depkes.go.id

Erviana Dwi Rahayu. (2013). Hubungan

Antara Depresi Dengan

Kecenderungan Perilaku Merokok

Pada Remaja. Solo.

Fajar Juliansyah. (2010). Perilaku

Merokok Pada Remaja. Retrieved

from

https://fajarjuliansyah.wordpress.com/

2010/02/07/perilaku-merokok-pada-

remaja/

IDAI-Soetjiningsih. (2010). Buku Ajar

Tumbuh Kembang Remaja dan

Permasalahannya. Retrieved from

http://kin.perpusnas.go.id/DisplayDat

a.aspx?pId=476&pRegionCode=JIPK

MAL&pClientId=111

Indri Kemala Nasution. (2007).

PERILAKU MEROKOK PADA

REMAJA.

Iyus Yosep, S.Kp., M. S. (2007).

Keperawatan Jiwa. PT Refika

Aditama.

Janet Audrain-McGovern Daniel

Rodriguez Daniel Rodriguez Daniel

Rodriguez Daniel Rodriguez Daniel

Rodriguez Daniel Rodriguez 1 & Jon

D. Kassel. (2009). Adolescent

Smoking and Depression : Evidence

for Slef-Medication and Peer Smoking

Mediation. Departemen Psikologi.

University in Chicago.

https://doi.org/doi: 10,1111 / j.1360-

0443.2009.02617.x

Komalasari, D dan Helmi, A. . (2000).

Faktor-faktor penyebab perilaku

merokok pada remaja. Yogyakarta.

Jurnal Psikologi, No. 1, 37-47.

Ktut Dianovinina. (2018). Depresi pada

Remaja: Gejala dan Permasalahannya.

Jurnal Psikologi.

Kusyogo Cahyo, Putri Asmita Wigati, Z.

S. (2012). Rokok, pola pemasaran dan

perilaku merokok siswa

SMA/Sederajat di Kota Semarang,

Jurna, Vol 11 No. 1. Media Kesehatan

Masyarakat. Media Kesehatan

Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No.

1, April 2012.

Muhammad Khotibuddin. (2017).

Hubungan depresi dan perilaku

makan terhadap berat badan lebih

mahasiswa kedokteran. Mutiara

Medika, 17 No. 1.

Murti, R. D., & Hamidah. (2012).

Pengaruh Expressive Writing

terhadap Penurunan Depresi pada

Remaja SMK di Surabaya. Fakultas

Psikologi Universitas Airlangga

Surabaya, Pengaruh E.

National Institute of Mental Health

(NIMH). (2016). No Title. What Is

Depression. Retrieved from website:

www.nimh.nih.gov

Noel M. Davis, RN, B. (2015). No Title.

Depression in Children and

Adolescents. Retrieved from

https://doi.org/10.1177/10598405050

210060201

Nurmiyanto1, A., & Destya Rahmani2.

(2013). SOSIALISASI BAHAYA

ROKOK GUNA MENINGKATKAN

KESADARAN MASYRARAKAT

AKAN BESARNYA DAMPAK

BURUK ROKOK BAGI

KESEHATAN. Seri Pengabdian

Masyarakat 2013 Jurnal, Volume 2 N,

Halaman 224-232.

prof. Dr.. Zulfan Saam, M.S. & Sri

Wahyuni, M. K. J. S. K. (2012).

PISIKOLOGI KEPERAWATAN. In

PSIKOLOGI KEPERAWATAN.

Profil Sekolah SMK Negeri 2 Samarinda.

(2015). profil SMK Negeri 2

Samarinda. Profil SMK Negeri 2

Samarinda.

Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar.

Kementrian Kesehatan RI.

Rizky Septi Nugroho. (2017). PERILAKU

MEROKOK REMAJA (Perilaku

Merokok Sebagai Identitas Sosial

Remaja Dalam Pergaulan Di

Surabaya).

Santrock, J. W. (2002). Life - Span

development : perkembangan masa

hidup jilid 1 / John W. Santrock; alih

bahasa Achmad Chusairi, Juda

Damanik.

Sue Armstrong. (2007). Pengaruh Rokok

Terhadap Kesehatan.

Trida Cynthia&Zulkaida, A. (2009).

kecenderungan depresi pada

proceeding PESAT (pisikologi,

ekonomi, sastra, arsitektur dan sipil).

Wismanto, Y. B., & Budi Sarwo, Y.

(2007). Strategi Penghentian Perilaku

Merokok / Y. Bagus Wismanto , Y.

Budi Sarwo. Semarang : Universitas

Katolik Soegijapranata ; 2007.

World Health Organization (WHO).

(2010). Depression, a hidden burden.

WHO.

World Health Organization (WHO),

(2012). (2012). No Title. Depression,

a Hidden Burden. Retrieved from

www.who.int/mental_health

Yuan-Pang WangI and Clarice Gorenstein.

(2013). Assessment of depression in

medical patients: A systematic review

of the utility of the Beck Depression

Inventory-II.

https://doi.org/10.6061/clinics/2013(0

9)15epidemiology/scabies/en.