hubungan pola asuh orang tua dengan …repository.poltekkes-kdi.ac.id/650/1/skripsi lengkap.pdf ·...
TRANSCRIPT
21
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN
ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOMEETO
KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Jurusan Kebidanan Diploma IV Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH:
ATIN SAGITA RAHMAT NIM: P00312014009
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI DIV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2018
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Perkembangan Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2018”.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada kepada Ibu Sultina
Sarita, SKM, M.kes selaku Pembimbing I dan Ibu Feriyani, S.Si.T, MPH
selaku Pembimbing II yang dengan penuh keikhlasan memberikan
motivasi dan bimbingan dalam proses penyusunan Skripsi ini.
Proses penulisan Skripsi ini telah melewati perjalanan panjang
dalam penyusunannya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril dan
materil pihak lain. Karena itu sudah sepatutnya penulis dengan segala
kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari
3. Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan
Poltekkes kemenkes kendari
4. Ibu Hasmia Naningsih, SST, M.Keb selaku penguji 1, Ibu Arsulfa,
S.Si.T, M.Keb selaku penguji 2 dan Ibu Andi Malahayati N, S.Si.T,
v
M.Kes selaku penguji 3 yang telah banyak memberikan masukan
dalam penulisan Skripsi ini
5. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari
6. Kepala Litbang Daerah Konawe Selatan yang telah memberikan izin
penelitian
7. drg. Hj. Ulfiandani Sultriany Imran selaku Kepala Puskesmas
Ranomeeto yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian di Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
8. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang teristimewa dan penuh
rasa hormat kepada ayahanda Rahmat dan ibunda Tina serta saudara
saya Abdan Ulil Albab, Muhammad Jakir, dan Muhammad Alif yang
telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril dan materil
serta segala pengorbanan yang tidak dapat ternilai dalam mendidik
sejak kecil hingga menyelesaikan pendidikan.
9. Sahabatku Ade Astuti Anggraini Bambi dan Megah Raten Sari serta
teman-teman semua khususnya seluruh angkatan 014 yang tidak bisa
di sebutkan satu persatu.
10. Sepupuku Nur Faizah dan sahabat-sahabatku Iyhan, Nining Mustika,
,Wd Siti Hajar Rahmadania, Wd.Saba Indah, Almuzakir H, Zainudin,
Risna, Asdar Jaya, Andriyadi, Asmawati, Hamka putra mangidi yang
telah banyak memberikan dukungan dan motivasi serta membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih terdapat kekurangan
dan kekeliruan, karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat
penulis harapkan. Demikian Skripsi ini disusun, semoga bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya.
Kendari, Juli 2018
Penulis
vii
ABSTRAK
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN
ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOMEETO
KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2018
Atin Sagita Rahmat1,Sultina Sarita2,Feryani3
Latar Belakang : Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Data yang diperoleh di Puskesmas Ranomeeto pada bulan Desember tahun 2017 jumlah anak balita sebesar 265 anak yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Ranomeeto. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2018 Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional dengan populasi semua anak balita yang ada di wilayah kerja puskesmas ranomeeto. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Stratified sampling sehingga di dapatkan sampel sebesar 72 responden. Data analisis dengan uji chi square pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05).
Saran : Diharapkan perlu adanya penyuluhan kepada orang tua tentang pentingnya memberikan pola asuh yang tepat sehingga mendukung perkembangan anak-anaknya. Daftar Bacaan : (34 literatur) (2006-2016) Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Balita dan Perkembangan balita
viii
DAFTAR RIWAYAR HIDUP
A. Identitas Penulis
Nama : Atin Sagita Rahmat
Tempat/Tanggal Lahir : Maligano, 24 Agustus 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Muna
Agama : Islam
Alamat : Desa Katapi, Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 15 Parigi Tahun 2008
2. SMP Negeri 2 Parigi Tahun 2011
3. SMA Negeri 2 Parigi Tahun 2014
4. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan DIV Kebidanan Tahun 2014
hingga saat ini
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................. iv ABSTRAK ................................................................................................ vii RIWAYAT HIDUP .................................................................................... viii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9 E. Keaslian Penelitian ............................................................................. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 11 B. Landasan Teori ................................................................................. 39 C. Kerangka Teori .................................................................................. 41 D. Kerangka Konsep .............................................................................. 42 E. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 42 BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 43 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 44 C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 44 D. Definisi Operasional ........................................................................... 45 E. Pengumpulan Data ............................................................................. 47 F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 47 G. Alur Penelitian .................................................................................... 50 H. Pengolahan Data ................................................................................ 51 I. Analisis Data ...................................................................................... 51 J. Penyajian Data ................................................................................... 54
x
BAB IV PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 55
Analisis Univariat ......................................................................................... 56 Analisis Bivariat ........................................................................................... 57 Pembahasan ................................................................................................ 59
BAB V PENUTUP Kesimpulan .................................................................................................. 63
Saran ............................................................................................................ 63 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
1. Kerangka Teori 41
2. Kerangka Konsep 42
3. Kerangka Cross Sectional 43
4. Alur Penelitian 50
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Tahun 2018 ......................... 56
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Tahun 2018 ........................................................................... 57
Tabel 3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Tahun 2018 ................................................................ 58
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1. Persetujuan menjadi responden
2. Kuesioner Penelitian Pola Asuh
3. 4.
Kuesioner Penelitian Perkembangan anak balita Master Tabel Penelitian
4. Hasil Analisa Statistik Menggunakan SPSS 5. Dokumentasi Penelitian 6. Surat Izin Penelitian oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
7. Surat Izin Penelitian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Konawe Selatan
8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian oleh Puskesmas Ranomeeto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan
bagian yang sangat penting (Riskedes, 2013). Pada masa ini anak
juga mengalami periode kritis. Berbagai bentuk penyakit, kekurangan
gizi, serta kekurangan kasih sayang maupun kekurangan stimulasi
pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap sampai
dewasa berkaitan dengan masa dewasa bahkan sampai usia lanjut
(Depkes, 2013).
Perkembangan anak juga tidak terlepas dari peran caregiver
atau orang yang merawat balita (Soetjiningsih, 2013). Caregiver paling
banyak diperankan oleh orang tua atau orang terdekat anak. Mereka
seharusnya mengenali dan memahami tentang kebutuhan anak serta
berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak (WHO, 2012).
Proses utama perkembangan anak merupakan hal yang saling
berkaitan antara proses biologis, proses sosial-emosional dan proses
kognitif. Ketiga hal tersebut akan saling berpengaruh satu sama lain
dan sepanjang perjalanan hidup manusia. Selama proses
perkembangan tidak tertutup kemungkinan anak menghadapi berbagai
masalah yang akan menghambat proses perkembangan selanjutnya.
Perkembangan tersebut mencakup perkembangan perilaku sosial,
2
bahasa, kognitif, fisik atau motorik (motorik kasar dan motorik halus),
(Depkes, 2012).
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis yaitu periode
usia anak di bawah lima tahun. Pada lima tahun pertama kehidupan,
proses tumbuh kembang anak berjalan sangat pesat dan optimal
dimana anak sangat memerlukan rangsangan atau stimulus yang
berguna untuk perkembangannya. Perkembangan anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang
tuanya. (Adriani, 2013)
Salah satu faktor dalam perkembangan anak yaitu lingkungan
pengasuhan. Dalam pengasuhan peran orang tua sangat penting
untuk memantau agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Orang tua perlu mengetahui dan mengenali ciri-ciri serta prinsip
perkembangan seorang anak. Interaksi antara anak dan orang tua
sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara
keseluruhan. Anak yang pertumbuhan dan perkembanganya baik akan
menjamin kelangsungan hidup yang baik untuk masa depannya kelak
(Maryam, 2015).
Pola asuh orang tua bertujuan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal. Dalam penerapan pola asuh, orangtua
perlu memperhatikan keunikan anak. Anak memiliki kekhasan sifat-
sifat yang berbeda dari satu anak dengan anak yang lain, sehingga
orang tua dapat menerapkan beberapa pola asuh secara bergantian
3
untuk menghadapi anak (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, Bina Keluarga Balita dan Anak, 2013).
Pengasuhan keluarga selama 5 tahun pertama kehidupan
sangat berpengaruh terhadap 4 dominan perkembangan yaitu
motorik,kognitif,bahasa dan sosial-emosional anak. Berbagai aspek
inilah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan perilaku anak
di masa mendatang (Kariger dkk, 2012).
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan
skrining untuk mengetahui penyakit-penyakit yang potensial yang
dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Skrinning
perkembangan merupakan prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh
kembang anak sehari- hari yang dapat memberikan petunjuk ada
tidaknya sesuatu yang perlu mendapat perhatian. (Soetjiningsih,
2012).
Penyimpangan sekecil apapun pada masa ini apabila tidak
terdeteksi akan mengurangi kualitas sumber daya manusia di
kemudian hari. Angka kejadian gangguan perkembangan anak di
seluruh dunia masih tergolong tinggi yaitu di Amerika Serikat bekisar
12-16%, Thailand 24%, Argentina 22%, dan Indonesia 13-18%
(Hidayat, 2010). Prevalensi Gangguan perkembangan anak di
Indonesia cenderung meningkat dalam 6 tahun terakhir.
Perkembangan anak balita di Indonesia perlu mendapat perhatian
4
serius,karena jumlah balita di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan
data Riskesdas 2013 jumlah penduduk di Indonesia di perkirakan
mencapai 248.422.956 jiwa, sekitar 23 juta jiwa diantaranya
merupakan anak balita.
Struktur populasi kelompok usia anak di Indonesia pada tahun
2013 mencakup 37,66% dari seluruh kelompok usia atau ada 89,5 juta
penduduk termasuk dalam kelompok usia anak. Berdasarkan
kelompok usia, jumlah anak kelompok usia 0-4 tahun sebanyak 22,7
juta jiwa (9,54%), (Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan lebih dari 200
juta anak di negara berkembang gagal mencapai potensi
perkembangan optimalnya karena masalah kemiskinan, malnutrisi, dan
lingkungan yang tidak mendukung, sehingga mempengaruhi
perkembangan kognitif, motorik, emosi, dan sosial anak (Kesehatan
masyarakat, 2014).
Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan
di hanya satu rana perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari
satu ranah perkembangan. Keterlambatan perkembangan umum atau
global developmental delay merupakan keadaan keterlambatan
perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah
perkembangan. Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami
keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan
perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun
5
diperkirakan sekitar 1-3% anak dibawah usia 5 tahun mengalami
keterlambatan perkembangan umum (IDIA, 2013).
Departemen kesehatan RI Dalam (Widati,2013) melaporkan
bahwa 0,4 juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan
perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar,
gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Sedangkan menurut Dinas Kesehatan dalam (Widati,2013) sebesar
85.779 (62,02%) anak usia prasekolah mengalami gangguan
perkembangan.
Cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2016 sebesar 65,11%, dimana angka ini masih
dibawah target yang diharapkan yaitu 85%. Bila dilihat berdasarkan
kabupaten kota, maka hanya ada 5 (lima) Kabupaten Kota yaitu Muna,
Konawe Selatan, Buton Selatan, Kendari dan Wakatobi yang telah
mencapai target yang diharapkan (Profil Kesehatan Sulawesi
Tenggara 2016)
Ada beberapa bentuk gaya pengasuhan yang di terapkan orang
tua yang dapat me mpengaruhi perkembangan anak yaitu pola asuh
demokratis,pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif. Pola asuh
demokratis adalah pola asuh yang memberikan kebebasan pada anak
untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal yang sesuai dengan
kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik
dari orang tua. Pola asuh otoriter adalah pengasuh yang bersifat
6
pemakasaan, keras dan kaku dimana orang tua membuat berbagai
aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu
perasan sang anak (Djamarah, 2014). Pola Asuh Permisif adalah pola
asuh dimana orang tua jarang atau tidak pernah mengkontrol
perbuatan anakanya(Septriari, 2012).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2014,
Jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sebesar 2.412.525 jiwa (Profil
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014). Sedangkan
menurut kabupaten/kota Sulawesi tenggara Jumlah penduduk
Kabupaten konawe selatan sebesar 280.595 jiwa urutan ke dua
setelah Kota Kendari (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2014).
Cakupan balita di Puskesmas Ranomeeto pada tahun 2017
yaitu bulan januari sebanyak 1670 (8,97 %) anak balita, februari
sebanyak 1652 (8,88 %) anak balita, maret sebanyak 1641(8,82 %)
anak balita, april sebanyak 1630 (8,76 %) anak balita, mei sebanyak
1629 (8,75 %) anak balita, juni sebanyak 1608 (8,64 %) anak balita,
juli sebanyak 1579 (8,48 %) anak balita, agustus sebanyak 1660 (8,92
%) anak balita, september sebanyak 1714 (9,21 %) anak balita,
oktober sebanyak 1770 (9,51 %) anak balita, november sebanyak
1785 (9,59%) anak balita, dan desember sebanyak 256 (1,42 %) anak
balita (Puskesmas Ranomeeto, 2017),
Untuk wilayah kerja Puskesmas Ranomeeto Kecamatan
Ranomeeto pada tahun 2017, jumlah penduduk 18.386 jiwa dengan
wilayah kerja 12 Desa. (Puskesmas Ranomeeto, 2017). Data yang
diperoleh di Puskesmas Ranomeeto pada bulan Desember tahun
7
2017 jumlah anak balita sebesar 265 anak yang tersebar di wilayah
kerja Puskesmas Ranomeeto. (Puskesmas Ranomeeto, 2017)
Berdasarkan survey pendahuluan dengan cara pengamatan
sementara yang dilakukan peneliti terhadap 10 ibu yang membawa
anaknya untuk di timbang berat badan ke Puskesmas Ranomeeto
Kabupaten Konawe Selatan pada tanggal 25 Desember 2017, hasil
yang didapatkan 2 ibu yang selalu memberikan penjelasan mengenai
hal-hal yang tidak dimengerti oleh anak, memandikan, menemani
anaknya bermain, terlihat anaknya mandiri, mudah berinteraksi
dengan orang lain, ceria, penurut, aktif dalam beraktivitas dan
mengalami perkembangan yang pesat. Sedangkan 3 ibu yang jarang
dalam memberikan penjelasan, membebaskan anaknya dalam
melakukan hal apapun tanpa ada batasan, terlihat anaknya manja,
kurang mandiri, dan kurang matang dalam perkembangannya. Dan 5
ibu yang tidak pernah memberikan penjelasan kepada anaknya,
membentak ketika anaknya menangis, menghukum anaknya ketika
melakukan kesalahan dan tidak mematuhi perintah orang tua, terlihat
anaknya pendiam, penakut, sulit bergaul dan berkumpul dengan
teman sebayanya, dan sering bertengkar .
Berdasarkan data-data dan studi pendahuluan yang diperoleh,
Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Perkembangan Anak Balita Di
8
Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah “ adakah hubungan pola asuh
orang tua dengan perkembangan anak balita di wilayah kerja
Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2018?”.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan
anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten
Konawe Selatan tahun 2018
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pola asuh orang tua pada anak balita di wilayah
kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun
2018.
2. Mengetahui perkembangan anak balita di wilayah kerja
Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun
2018.
3. Menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2018.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan
ibu tentang perkembangan anak, serta dapat meningkatkan
kewaspadaan dan kesadaran kepada ibu yang memiliki anak balita
sehingga dapat memberikan pola asuh yang baik untuk
meningkatkan perkembangan anak.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat sebagai data pendukung pada penelitian
berikutnya tentang Hubungan pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak balita dan menambah wawasan peneliti
mengenai metode penelitian dan perkembangan anak
3. Bagi Petugas Kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi masukan data atau informasi bagi
tenaga kesehatan terutama profesi bidan dalam meningkatkan
kesehatan anak khususnya mengenai pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak balita.
4. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bacaan
diperpustakaan untuk mahasiswi khususnya yang berkaitan
dengan pola asuh orang tua dan perkembangan anak balita tahun.
10
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian dengan topik perkembangan anak pernah
dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu:
1. Wahyu Kartika (2013) dengan judul penelitian “Hubungan tingkat
stimulasi ibu dalam pola asuh dengan perkembangan motorik
kasar anak usia 1-2 tahun di Posyandu Anggrek Gilangharjo
Bantul”. Desain penelitian cross sectional ,dengan jumlah populasi
sebanyak 29 ibu dan anak. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu dari variabel penelitian,waktu penelitian,
tempat penelitian, teknik pengambilan sampel dan hasil penelitian.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah jenis
penelitian dan pendekatan yang digunakan.
2. Reski Amalia Sapril (2013) dengan judul penelitian “ Hubungan
antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia 3-5
tahun di TK Islam Qalbin Salim Makassar. Desain penelitian yang
digunakan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel
sebanyak 42 orang yang didapatkan dengan menggunakan
pendekatan survey analitik dengan rancangan cross sectional
study. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dari
variabel penelitian,waktu penelitian, tempat penelitian, teknik
pengambilan sampel dan hasil penelitian. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah jenis penelitian dan pendekatan
yang digunakan
11
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Perkembangan Anak
a. Pengertian Perkembangan Anak
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Andriana (2011),menyebutkan bahwa perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses kematangan. Hal ini
berarti menyangkut proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Perkembangan juga merupakan perubahan secara
kualitatif, yaitu bertambahnya fungsi tubuh sebagai hasil dari
proses kematangan dan pengalaman.
b. Parameter Perkembangan Anak Balita
Dalam masa perkembangan anak, terdapat masa kritis
dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna
bagi potensi perkembangan anak. Oleh karena itu perlu adanya
12
perhatian yang lebih serius, agar anak dapat berkembang lebih
optimal sesuai dengan usianya. Perkembangan anak akan
maksimal bila interaksi sosial dilakukan sesuai dengan
kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan (Adriana,
2011). Frankenburg, dkk (1981) dalam Adriana (2011)
mengemukakan ada 4 parameter perkembangan yang
digunakan dalam menilai perkembangan anak balita melalui
DDST (Denver Developmental Screening Test), yaitu:
1. Kepribadian/tingkah laku sosial (Personal social)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Contoh : membuka pakaian, mengikat tali sepatu.
2. Gerakan motorik halus (Fine motor adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Contoh : menggenggam, melipat dan menggunting, meniru,
membuat garis.
3. Bahasa (Language)
Mengikuti perintah dan berbicara spontan. Perkembangan
bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi
antara anak dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.
13
Perkembangan bahasa akan optimal bila kemampuan
berbahasa anak disesuaikan dengan usianya yaitu dengan
dilatih melafalkan atau mendengarkan suara. Sedangkan
lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat
perkembangan anak.
Contoh: mengucap nama, bersuara.
4. Perkembangan motorik kasar (Gross motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
Contoh: merangkak, berjalan, berlari, melompat, naik turun
tangga.
c. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan individu
memiliki konsep yang sama. Fida dan Maya (2012) menyatakan
bahwa setiap individu memiliki ciri pertumbuhan dan
perkembangan sebagai berikut :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.
Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensi pada seorang anak
akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal
menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak
14
akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelumsebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai
contoh: seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan
fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan
awal ini merupakan mas kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda. Pertumbuhan, perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda,baik dalam pertumbuhan fisik
maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan
pada masing-masing anak.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat perkembangan
pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya
nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat bertambah umur,
bertambah berat dan tinggi serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua
hokum yang tetap,yaitu :
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah kepala,
Kemudian menuju kearah kaudal/anggota tubuh (pola
sefalokaudal).
15
b) Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal
(gerak kasar) lalu berkembangan ke bagian distal seperti
jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus ( pola
proksimodistal).
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang
teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi
terbalik,misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat
lingkaran sebelum mampu gambar kontak,anak mampu
berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
d. Prinsip-prinsip Perkembangan
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-
prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI, 2014) :
1. Perkembangan menurut hasil proses kematangan dan
belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsic yang terjadi dengan
sendirinya,sesuai dengan potensi yang ada pada individu.
Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan
dan usaha. Melalui belajar,anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang
dimiliki anak.
2. Pola perkembangan dapat diramalkan.
16
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak.
Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat
diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum
ke tahapan spesifik , dan terjadi berkesinambungan.
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh
Kembang Anak.
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal dan merupakan hasil interaksi banyak
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
menurut berbagai sumber, antara lain sebagai berikut:
Menurut Kementerian Kesehatan R1,2014 secara umum
terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak yaitu :
a) Faktor Dalam (Internal)
1. Ras/etnik atau Bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia, begitu
pula sebaliknya.
2. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
yang tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
3. Umur
17
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
4. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang
lebih cepat daripada anak laki-laki. Akan tetapi setalah
melewati masa pubertas,pertumbuhan anak laki-laki akan
lebih cepat bila dibandingkan dengan anak perempuan.
5. Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan
genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak,
misalnya yaitu kekerdilan.
6. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada umumnya disertai kegagalan
pertumbuhan dan perkembangan, misalnya pada anak
Sindrom Down dan Sindrom Turner.
b) Faktor Luar (Eksternal)
Faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi
tumbuh dan kembang anak. Salah satu faktor eksternal
adalah lingkungan. Lingkungan berfungsi sebagai penyedian
kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang. Lingkungan
menentukan tercapai tidaknya potensial anak. Lingkungan
yang cukup baik akan memungkinkan tercapai potensial
18
anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan
menghambat tercapai potensial anak. Faktor genetik
menentukan potensial anak sedangkan faktor lingkungan
menentukan tercapai tidaknya potensial tersebut.
Pada setiap periode tumbuh kembang terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi:
1. Faktor prenatal
a. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir
kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
b. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan
kelainan kongenital seperti club foot yang dapat
berpengaruh pada perkembangan motorik anak di
masa yang akan datang.
c. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau
Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital
seperti palatoskikis yang dapat menyebabkan
gangguan perkembangan bahasa pada anak.
d. Endokrin
19
e. Penyakit yang disebabkan karena kelainan endokrin
misalnya diabetes melitus dapat menyebabkan
makrosomia,kardiomegali, dan hiperplasi adrenal.
f. Radiasi
Paparan radiasi dan sinar rontgent dapat
mengakibatkan kelainan seperti mikrosefali, retardasi
mental, spina bifida, deformitas anggota gerak,
,kelainan kongenital mata serta kelainan jantung. Hal
tersebut tentu dapat menyebabkan gangguan
perkembangan pada anak.
g. Infeksi
Infeksi pada kehamilan trimester pertama dan kedua
oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo
virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali,
retardasi mental dan kelainan jantung.
h. Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetalis muncul karena perbedaan
golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu
membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian masuk melalui plasenta ke dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan
20
hemolisis yang selanjutnya akan menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
i. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan
fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan janin terganggu.
j. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan,perlakuan yang
salah atau kekerasan mental pada ibu hamil dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin selanjutnya.
2. Faktor persalinan
Komplikasi persalinan seperti asfiksi dan trauma kepala
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. Kerusakan
otak tentu berpengaruh besar terhadap perkembangan.
3. Faktor pascapersalinan
a. Gizi
Makanan dengan gizi adekuat diperlukan untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal.
b. Penyakit kronis atau kelainan congenital
Anemia, tuberkulosis atau kelainan jantung bawaan
dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan maupun
perkembangan.
21
c. Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan yang sering disebut milieu adalah tempat
anak hidup yang berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan
yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif dan zat kimia tertentu (seperti timbal,
merkuri, rokok, dan lain-lain) memiliki efek negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
d. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitar dapat
mempengaruhi pekembangan. Seorang anak yang
tidak dikehandaki orang tua akan merasa tertekan
dan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
e. Endokrin
Gangguan hormon seperti pada penyakit hipertiroid
dapat menyebabkan anak mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
f. Sosial ekonomi
Kemiskinan hampir selalu berkaitan dengan
kekurangan makanan serta kesehatan lingkungan
yang kurang baik dan ketidaktahuan. Hal tersebut
22
menghambat pertumbuhan dan mempengaruhi
perkembangan anak.
g. Lingkungan pengasuhan
Interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
h. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan dan
stimulasi,khususnya dalam keluarga. Stimulasi dapat
diberikan dalam bentuk penyediaan mainan,
sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan
menghambat pertumbuhan,demikian halnya dengan
pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf
yang menyebabkan terhambatnya produksi hormone
pertumbuhan
f. Perkembangan Anak Balita
Perkembangan anak mencakup 4 aspek yaitu motorik
kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial.
a. Motorik Kasar
Motorik kasar merupakan gerakan yang dilakukan oleh
seluruh atau sebagian besar anggota tubuh. Gerakan
23
motorik kasar memerlukan tenaga yang lebih besar karena
melibatkan penggunaan otot-otot besar. Contoh gerakan
motorik kasar adalah duduk, merangkak, bangkit, dan berdiri
tanpa dibantu. Pandangan kuno menyatakan bahwa
perkembangan motorik hanya merupakan hasil kematangan
yang terkait dengan usia dan pandangan yang tidak lengkap.
Namun, sebenarnya bayi-bayi tersebut memperoleh
keterampilan-keterampilan baru tersebut dari bantuan
pengasuhnya di lingkungannya sehari-hari yang berisi
berbagai benda, permukaan dan bidang. Perkembangan
motorik kasar pada bayi dimulai dari masa neonatus diawali
dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai
mengangkat kepala.
Pada usia 1-4 bulan, anak mulai dapat mengangkat
kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar tanpa
ditopang, duduk dengan kepala tegak, berguling dari
terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi
dan sudah terdapat usaha untuk merangkak.
Anak usia 4-8 bulan sudah meningkatkan
kemampuannya dengan mengangkat kepala ke kanan dan
kiri, duduk dengan kepala tegak, membalikkan badan,
berguling dari terlentang ke tengkurap serta duduk dengan
bantuan dalam waktu singkat. Menjelang usia 12 bulan, anak
24
sudah dapat duduk tanpa pegangan, berdiri dengan
pegangan, bangkit lalu berdiri, dan berdiri sendiri.Anak mulai
dapat berjalan pada usia 12 bulan dan dapat berjalan
dengan baik pada usia 18 bulan. Anak mengalami
perkembangan signifikan pada usia 1-2 tahun.
Pada usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga,
berlari kecil, menendang bola, melangkah, berjalan, dan
mulai mencoba melompat. Pada usia 24 bulan, anak dapat
berlari dan naik turun tangga dengan cukup gesit.
Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun mulai
berkembang pesat. Anak sudah mampu berlari, melompat,
melakukan berbagai macam permainan yang memerlukan
koordinasi banyak otot-otot besar.
b. Motorik Halus
Motorik halus merupakan gerakan yang dilakukan oleh
bagianbagian tubuh tertentu. Gerakan motorik halus.
biasanya tidak begitu memerlukan tenaga, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat. Contoh gerakan
motorik halus misalnya menjangkau, mencengkram,
memasukkan benda ke dalam mulut, mengenal benda
dengan menggunakan jempol dan satu jari, meronce,
memindahkan benda dari tangan, sampai dengan
kemampuan menulis. Perkembangan motorik halus diawali
25
dengan kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila bayi
diberikan respons berupa gerakan jari atau tangan.
Pada usia 1-4 bulan, anak dapat memegang suatu
objek, mencoba memegang dan memasukkan benda ke
dalam mulut, mengikuti objek dari sisi ke sisi,
memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan
keduatangan, dan menahan benda di tangan walau
sebentar.
Perkembangan motorik halus anak usia 4-8 bulan lebih
berkembang. Anak mulai mengamati benda, menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi
benda yang sedang dipegang, menahan kedua benda
dengan kedua tangan, mengambil objek dengan tangan
tertangkup, menggunakan bahu dan tangan sebagai saatu
kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ke
tangan yang lain.
Anak usia 8-12 bulan dapat mencari atau meraih benda
kecil, memindahkan, mengambil, memegang dan
membenturkan kubus yang diberikan, serta meletakkan
benda atau kubus ke tempatnya. Perkembangan motorik
halus anak usia 1-2 tahun ditunjukkan dengan adanya
kemampuan mencoba menyusun atau membuat menara
pada kubus.Perkembangan motorik halus anak masa
26
prasekolah yaitu anak mulai dapat menggoyangkan kaki,
menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih
panjang, menggambar orang, menjepit benda, melepas
objek dengan garis lurus, melambaikan tangan, bermain
dengan tangan, menempatkan benda ke dalam wadah,
makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan,
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari,
serta mencoret-coret di atas kertas.
c. Bahasa
Bahasa merupakan segala bentuk komunikasi, baik
yang disampaikan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, gerak
tubuh maupun ekspresi wajah. Perkembangan bahasa
meningkat sesuai
Perkembangan bahasa anak usia 0-28 hari diawali
dengan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan
bereaksi terhadap suara bel.
Pada usia 1-4 bulan, perkembangan bahasa anak
ditandai dengan adanya kemampuan tersenyum dan
bersuara, berceloteh, mengucapkan kata “ooh/ahh”,
mengucapkan huruf hidup, tertawa dan berteriak, mengoceh
spontan, serta bereaksi dengan mengoceh. Tahun pertama
merupakan periode dimana anak mengucapkan kata-kata
yang belum dapat dimengerti seperti babbling atau cooing.
27
Perkembangan bahasa anak usia 8-12 bulan yaitu
adanya kemampuan mengucapkan kata “papa” dan “mama
yang belum jelas, mengoceh, serta mengucapkan 1-2 kata.
Sementara itu, anak usia 1-2 tahun lebih berkembang
ditandai dengan kemampuan anak menyebutkan sepuluh
perbendaharaan kata, meniru, mengenal, dan responsif
terhadap orang lain, mempu menunjukkan dua gambar,
mengkombinasikan kata-kata dan mampu menunjukkan
lambaian anggota badan.
Anak usia 18 bulan memiliki kosakata 5-20 kata, yang
kebanyakan adalah kata benda. Anak usia 24 bulan memiliki
150-300 kata dan dapat berespon pada perintah.
Pada masa prasekolah anak mulai dapat menyebutkan
hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan
dua kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa
kata sifat dan jenis barang lainnya, mengidentifikasi objek,
orang dan aktivitas, menirukan kata, memahami larangan
serta merespons panggilan orang tua dan anggota keluarga
dekat. Anak usia 3 tahun memiliki 900-1000 kata,
mengetahui bagian tubuh, dapat menyebutkan nama, usia
serta jenis kelaminnya.
28
d. Personal social
Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial
dapat diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap normanorma kelompok, moral, tradisi, dan
meleburkan diri menjadi satu serta saling menjalin kerja
sama dan komunikasi.
Perkembangan personal sosial anak usia 0-28 hari
ditunjukkan dengan tanda-tanda tersenyum dan mulai
menatap mata seseorang untuk dikenali. Anak usia 1 bulan
akan merespon dengan senyum, tertawa atau memekik
gembira. Ia juga akan bereaksi terhadap berbagai suara
dengan berbagai cara, seperti reflex terkejut, menangis, atau
terdiam.Sementara itu, anak usia 1-4 bulan mampu
mengamati tangannya, tersenyum spontan, membalas
senyuman, mengenali ibunya dengan penglihatan,
penciuman dan kontak mata, waktu tidur dalam sehari lebih
sedikit dari pada waktu terjaga, membentuk siklus tidur
bangun, menangis apabila ada sesuatu yang aneh,
membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal,
senang menatap wajah-wajah yang dikenal, serta terdiam
apabila ada orang asing.Bayi usia 2-3 bulan menyukai
29
kebersamaan. Pada usia ini, bayi akan selalu mengawasi
ibunya atau menangis jika ditinggalkan sendiri terlalu lama.
Pada usia 4-8 bulan, anak mulai merasa takut dan
terganggu dengan kedatangan orang yang belum dikenal,
mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi, serta
memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal. Anak
usia 4-5 bulan akan menoleh ke suara-suara yang menarik
dan minta gendok oleh siapa saja yang mendekatinya. Anak
usia 6-7 bulan akan tersenyum atau bahkan tertawa ketika
bermain dengan orang dewasa yang sudah akrab. Namun,
ia akan menjaga jarak, malu, atau ketakutan pada orang
asing yang ditemuinya. Anak usia 8-12 bulan mulai dapat
bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum
dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola
atau permainan lainnya dengan orang lain.
Anak usia 1 tahun dapat melambaikan tangannya dan
berkata “da-da” ketika ibunya pergi dan senang jika
menarima ciuman. Anak usia 1-2 tahun menunjukkan
adanya kemampuan membantu kegiatan di rumah,
menyuapi boneka, mampu menggosok gigi, dan mencoba
memakai baju sendiri. Sementara, di usia prasekolah anak
mampu bermain dengan permainan sederhana, membuat
permintaan sederhanan dengan gaya tubuh, menangis jika
30
dimarahi, cemas ketika berpisah dan mampu mengenali
anggota keluarga.
2. Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian pola asuh
Pola asuh orang tua dalam perkembangan anak
merupakan yang digunakan dalam proses interaksi
berkelanjutan antara orang tua dan anak untuk membentuk
hubungan yang hangat, dan memfasilitasi anak untuk
mengembangkan kemampuan anak yang meliputi
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal
sosial sesuai dengan tahap perkembangannya (Kurniawati
dkk,2011).
Pola asuh adalah suatu tindakan, perbuatan, dan
interaksi orang tua untuk mendorong pertumbuhan dan
perkembangan anak agar mereka tumbuh dan berkembang
dengan baik dan benar (Surbakti, 2012).
Menurut Djamarah (2014), pola asuh orang tua adalah
upaya orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga
dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola
asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan
perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Orang tua memiliki
31
cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing
anaknya.
1. Hal-hal yang mempengaruhi pola asuh
Menurut Gunarsa (2012) aspek-aspek yang mempengaruhi
pola asuh orang tua terhadap anaknya adalah:
1) Karakter orang tua dan anak
2) Kepribadian orang tua dan anak
3) Temperamen orang tua dan anak
4) Kemauan dan kemampuan anak untuk menerima
perubahan
5) Asal usul dan latar belakang orang tua
6) Pendidikan orang tua
7) Budaya yang diterapkan di keluarga
8) Demografi dan domisili keluarga
9) Sistem religi yang dianut oleh keluarga
10) Tekanan dan dukungan dari keluarga dan masyarakat
11) Pekerjaan dan karier atau jabatan orang tua
12) Kemampuan penalaran anggota keluarga
2. Tipe pola asuh orang tua
Menurut Braumrind dalam Yusuf (2014) secara garis
besar pola asuh orang tua terhadap anak dapat dibedakan
menjadi tiga tipe, yaitu otoriter/otoritarian (authoritarian),
autoritatif (authoritative), dan permisif (permissive).
32
1) Authoritarian (Otoriter)
Orangtua yang memiliki pola asuh jenis ini
berusaha membentuk,mengendalikan, dan mengevaluasi
perilaku serta sikap anak berdasarkan serangkaian
standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghormati
otoritas, kerja tradisi, tidak saling memberi dan menerima
dalam komunikasi verbal. Orangtua kadang-kadang
menolak anak dan sering menerapkan hukuman
(Widyarini, 2009).
Menurut Gunarsa (2006), pada pola pengasuhan
otoriter,orang tua tidak melakukan komunikasi yang baik
dengan anak. Komunikasi yang terjadi hanyalah
komunikasi satu arah, yaitu dari orang tua ke anak.
Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak akan
menyebabkan keterampilan komunikasi anak remaja juga
berkurang.
Menurut Yusuf (2014) sikap atau perilaku orang
tua pada model pola asuh authoritarian atara lain:
a. Sikap acceptance rendah, namun kontrolnya tnggi.
b. Suka menghukum secara fisik.
c. Bersikap mengomando (mengharuskan/memerintah
anak
d. untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi)
33
e. Bersikap kaku (keras)
f. Cenderung emosional dan bersikap menolak
Profil perilaku anak dari pola asuh otoriter, yaitu
mudah tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia,
mudah terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai
arah masa depan yang jelas, dan tidak bersahabat
(Yusuf, 2014)
2) Authoritative (Demokrasi)
Orang tua yang memiliki pola asuh jenis ini
berusaha mengarahkan anaknya secara rasional,
berorientasi pada masalah yang dihadapi, menghargai
komunikasi yang saling memberi dan menerima,
menjelaskan alasan rasional yang mendasari tiap-tiap
permintaan atau disiplin tetapi juga menggunakan
kekuasaan bila perlu, mengharapkan anak untuk
mematuhi orang dewasa tetapi juga mengharapkan anak
untuk mandiri dan mengarahkan diri sendiri, saling
menghargai antara anak dan orangtua, memperkuat
standar-standar perilaku. Orang tua tidak mengambil
posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada
kebutuhan anak semata (Widyarini, 2009). Orang tua
yang autoritatif menekankan pentingnya peraturan,
norma, nilai-nilai, tetapi mereka bersedia untuk
34
mendengarkan, menjelaskan, dan bernegosiasidengan
anak.
Menurut Yusuf (2014), bentuk sikap atau perilaku
orang tua dalam pola asuh autoritatif:
a) Sikap acceptance dan kontrolnya tinggi
b) Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak
c) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau
pertanyaan
d) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan
yang baik dan buruk
Profil perilaku anak dari pola asuh autoritatif yaitu
bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu
mengendalikan diri (sefl control), bersikap sopan, mau
bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
mempunyai tujuan/arah hidup yang jelas, berorientasi
terhadap prestasi (Yusuf, 2014)
3) Permissive (Permisif)
Pola pengasuhan permisif dapat dibedakan
menjadi pengasuhan yang mengabaikan (neglectful) dan
pengasuhan yang memanjakan (indulgent). Pada
pengasuhan mengabaikan orang tua tidak mempedulikan
anak, memberikan izin bagi anak remaja untuk bertindak
semau mereka. Pada pengasuhan yang memanjakan,
35
orang tua sangat menunjukkan dukungan emosional
pada anak namun kurang menerapkan control pada
mereka (Gunarsa, 2006).
Menurut Widyarini (2009) orang tua yang memiliki
pola asuh jenis ini berusaha berperilaku menerima dan
bersikap positif terhadap impuls (dorongan emosi),
keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, hanya sedikit
menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak,
hanya sedikit memeri tanggung jawab rumah tangga,
membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri
dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran
tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa
menunjukkan kekuasaan.
Orang tua dengan pola asuh permisif memberikan
kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan/
keinginannya dan memiliki sikap acceptance tinggi
namun kontrolnya rendah (Yusuf, 2014).
Profil perilaku anak yang terbentuk dari pola asuh
permisif antara lain: bersikap impulsif dan agresif, suka
memberontak,kurang memiliki rasa percaya diri dan
pengendalian diri, suka mendominasi, tidak jelas arah
hidupnya, prestasinya rendah (Yusuf, 2014).
36
3. Hubungan Pola Asuh dan Pekembangan
Proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah,
yang dalam prose tersebut sangat berkaitan pada hubungan
dengan orang tua. Periode penting ini dalam tumbuh kembang
anak adalah balita. Masa balita merupakan pertumbuhan dasar
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Masa balita terhadi perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan
intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar
kepribadian juga yang dibentuk pada masa ini. Pada masa periode
kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar
potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila
interaksi sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap
perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan
(Kania,2006 dalam Yulita ,2014)
Untuk membantu para professional menilai factor yang
mempengaruhi perkembangan anak,mereka telah dikelompokkan
ke dalam empat bidang yaitu :
1. Environmental factors (Rumah, penghasilan, pekerjaan,
pendidikan)
2. Biological factors (Jenis kelamin, kesehatan umum, kesehatan
mental, praktek kesehatan)
37
3. Interpersonal relatinakships (kedekatan pola asuh orang tua,
jaringan sosial).
Interaksi dengan manusia lain merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi seorang anak. Kontak mata, senyuman,
memberikan lingkungan untuk mereka agar dapat
berkomunikasi lebih lanjut, adanya pertukaran makna dalam
berkomunikasi, dan keterlibatan orang tua atau pengasuh akan
membantu mengembangkan dunia mereka dalam
berkomunikasi atau berhubungan denga orang lain. (Field
dkk,2007).
4. Early environments and experiences (pengalaman dan
lingkungan sebelumnya)
(shanker,Blair & Diamond, 2008)
Pengasuhan dalam keluarga sangatlah penting untuk
perkembangan anak di masa mendatang. Pengasuhan ini
termasuk pengaruhan di aspek psikososial yang mengarah kepada
perkembangan yang positif. Indikator-indikator yang mempengaruhi
perkembangan yang positiflah yang dibutuhkan untuk menilai
seberapa jauh pengasuhan yang diberikan oleh keluarga atau
bagaimana penerapan nilai-nilai budaya dalam keluarga tersebut.
Pengasuhan dalam keluarga merupakan serangkaian
tindakan atau aktivitas yang diperankan oleh pengasuh dalam
keluarga merupakan serangkaian tindakan atau aktivitas yang
38
diperankan oleh pengasuh dalam keluarga merupakan serangkaian
tindakan atau aktivitas yang diperankan oleh pengasuh dalam
keluarga di lingkungannya, atau kondisi lingkungan yang diatur oleh
pengasuh agar anak mampu untuk beradaptasi sehingga apa yang
menjadi tujuan dari pengasuhan tersebut dapat tercapai. (Kariger
dkk,2012)
Untuk mendukung beberapa teori, maka para peneliti
melakukan penelitian yang membalas tentang perkembangan anak
yang dipengaruhi oleh status perkawinan , hubungan antara orang
tua dan anak dan hubungan anak dengan saudaranya. (Grodendyk
& Brendan2007).
Pengasuhan dalam keluarga mengacu kepada perilaku atau
nilai-nilai yang diberikan oleh ayah dan ibu berupa pemberian
dukungan satu sama lain atau juga bisa tidak adanya dukungan
yang diberikan oleh orang tua tergantung bagaimana orang tua
tersebut. (Groenendyk & Brenda 2007)
Pencarian perhatian oleh anak merupakan cara mereka
dalam menunjukan harapan-harapan mereka tentang dunia sosial
mereka. Menurut teori kedekatan internal adalah anak-anak
mempunyai keinginan kepada orang tuanya agar diberikan respon
saat mereka mengharapkan suatu hal ketika diberikan perawatan
dalam keluarganya . Adanya respon orang tua terhadap harapan-
harapan anak dapat mengajarkan mereka tentang adanya sebuah
39
hubungan timbale balik atau adanya komunikasi yang dua arah
(Pierre & Forman, 2012)
B. Landasan Teori
Anak memiliki suatu cirri yang khas yaituselalu tumbuh dan
berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini
membedakan anak dengan dewasa. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan
perkembangannya.
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal dan merupakan interaksi banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak menurut berbagai sumber
yaitu faktor dalam (Internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak terdiri dari ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin,
genetik, dan kelainan kromosom sedangkan faktor dari luar terdiri
antara lain faktor prenatal, faktor persalinan, dan faktor pascasalin.
Faktor prenatal yaitu gizi, mekanis, Toksin/zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi, kelainan imunologi, anoreksia embrio, dan psikologi ibu. Pada
faktor persalinan yaitu komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma
kepala,asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Sedangkan faktor pascasalin terdiri dari gizi, penyakit kronis,
lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi,
40
lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan. (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
41
C. Kerangka Teori
Sumber : Kementerian Kesehatan RI,2014.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Eksternal Internal :
1. Ras
2. Keluarga
3. Umur
4. Jenis Kelamin
5. Genetik
6. Kelainan
Kromosom
Faktor
prenatal
Faktor
persalinan
Faktor
Pascasalin
stimulasi
Pertumbuhan:
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar kepala
Gizi
Jaringan lemak
Organ-organ tubuh
Perkembangan :
Motorik Kasar
Motorik Halus
Bahasa
Personal Sosial
Sosial
ekonomi
Obat-
obatan
Pola
Asuh
Gizi Psikologis
42
2) Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel Independent : Pola Asuh Ibu
Variabel Dependent : Perkembangan anak usia balita
3) Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas ,maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah “ Ada hubungan pola asuh ibu dengan perkembangan anak
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe
Selatan Tahun 2018” .
Pola Asuh Ibu
Perkembangan anak
balita
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Rancangan
penelitian cross sectional merupakan rancangan penelitian yang
pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara stimulan pada
suatu saat atau sekali waktu (Hidayat, 2007).
Gambar 3.1 Rancangan penelitian Scross sectional
Perkembangan
anak balita
Pola Asuh
Otoriter
Pola Asuh
Demokratis
Pola Asuh
Primitif
Perkembangan anak
normal
Perkembangan anak
meragukan
Perkembangan anak
tidak normal
Perkembangan anak
tidak normal
Perkembangan anak
meragukan
Perkembangan anak
normal
Perkembangan anak
tidak normal
Perkembangan anak
normal
Perkembangan anak
meragukan
44
B. Tempat dan waktu penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto
Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2018.
b. Waktu Penelitian
Penelitian telah di lakukan pada bulan Februari - Maret tahun 2018
C. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang ada di
wilayah kerja puskesmas ranomeeto pada bulan Desember tahun
2017 berjumlah 265 balita.
b. Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
Stratified sampling yaitu dilakukan pada suatu populasi yang
terbagi atas beberapa sub kelompok dan dari masing-masing sub
kelompok diambil sampel-sampel terpisah. Kriteria sampel meliputi
kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Dimana kriteria tersebut
menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan.
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
1. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini antara lain :
a) Responden yang memiliki anak balita
45
b) Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian yang penyebabnya adalah :
a) Anak balita sedang mengalami sakit atau gangguan
kesehatan.
Apabila jumlah populasi (N) diketahui maka dalam pengambilan
sampel dapat menggunakan rumus Slovin :
𝑛 =N
1 + N(d)²
Keterangan :
N : Jumlah Populasi
n : Ukuran Sampel
d : Derajat ketentuan 90% (0,1)
Maka besar sampel adalah :
n =𝑁
1 + 𝑁(𝑑)2=
265
1 + 256(0,1)2=
265
1 + 2,65=
265
3,65 n = 72 sampel
D. Defenisi Operasional
1. Perkembangan anak balita
Perkembangan anak balita adalah peningkatan kemampuan anak
untuk melakukan tugasnya sesuai dengan usianya.
Alat Ukur : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang
terdiri dari 9-10 pertanyaan. Jawaban dikategorikan
46
dengan skala guttman. Bila Jawaban dinyatakan “ya”,
skor = 1 dan “tidak”,skor = 0.
Hasil ukur : Hasil pengukuran akan di kategorikan sebagai
berikut :
a. Normal : Perkembangan anak sesuai ,skor = 9-10
b. Meragukan :Perkembangan anak meragukan, skor
= 7-8
c. Abnormal : Kemungkinan ada penyimpangan.
Skor = ≤6
Skala : Ordinal
Sumber : (Kementerian Kesehatan RI,2014).
2. Pola Asuh
Pola asuh adalah tindakan orang tua dalam memberikan asuhan
pada anaknya.
Alat Ukur : Jumlah pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini
ada 24 pernyataan dengan menggunakan skala Likert
dengan 3 pilihan jawaban yaitu :
1= Tidak pernah
2= Kadang- kadang
3= Selalu
Hasil ukur : dikelompokan menjadi 3 yaitu :
a) Demokratis = 24-39
b) Primitif = 40-55
47
c) Otoriter = 56-72
Skala : Ordinal
Sumber : (Harahap, Risma 2014).
E. Pengumpulan Data
1. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden
menggunakan kuesioner. Data primer berupa identitas responden
yang terdiri dari : identitas responden, serta pertanyaan tentang
pola asuh dan perkembangan anak balita.
2. Data sekunder di ambil dari data pencatatan laporan tahunan 2017
cakupan balita . Berupa catatan tentang jumlah balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe selatan Provinsi
Sulawesi Tenggara.
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui
(Arikunto,2012).
Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan adalah
kuesioner (daftar pertanyaan) yang terdiri dari item petunjuk pengisian
48
kuesioner,item inisial nama data karakteristik responden dan item
daftar pertanyaan.
a. Kuesioner A
Kuesioner disusun dalam bentuk tertutup dengan menggunakan
skala Likert. Artinya, jawaban responden telah termuat dalam tiga
option skala. Option yang digunakan adalah selalu (SL), kadang-
kadang (KK), dan tidak pernah (TP).
Kuesioner pola asuh orang tua ada 24 pernyataan yang terdiri dari
pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif terdiri dari 16
pernyataan yaitu pernyataan dengan nomor 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20. Bentuk pilihan pernyataan
positif yaitu selalu (SL), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah
(TP), dengan skor 1-3. Skor 1 adalah tidak pernah, skor 2 adalah
kadang- kadang, skor 3 adalah selalu. Pernyataan negatif terdiri
dari 8 pernyataan yaitu pernyataan dengan nomor 1, 2, 3, 4, 21,
22, 23 dan 24. Bentuk pilihan pernyataan negatif yaitu selalu
(SL), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP), dengan skor
1-3. Skor 1 adalah selalu, skor 2 adalah kadang-kadang, skor 3
adalah tidak pernah. Total skor terendah adalah 24, yang tertinggi
adalah 72.
b. Kuesioner B
Kuesioner ini yaitu KPSP yang berisi 9-10 pernyataan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran
49
KPSP anak usia 0-72 bulan. Yang akan digunakan pada penelitian
ini adalah anak usia 0,3,9,12,15,18,21,24,27,30,33,36,42,48 bulan
untuk seluruh aspek yang ada, yaitu motorik kasar, motorik kasar,
bahasa dan personal sosial. (Depkes RI,2005)
Interpretasi hasil KPSP meliputi :
a. Jawaban Ya : orang tua anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
Dengan skor 1.
b. Jawaban Tidak : orang tua menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak
tahu. Dengan skor 0.
Interpretasi hasil KPSP dengan jawaban Ya adalah :
a. 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangan
b. 7 atau 8, perkembangan anak meragukan
c. ≤ 6 ,perkembangan anak tidak normal
50
G. Alur Penelitian
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Setelah mendapat surat ijin dari kampus peneliti
melaksanakan studi pendahuluan dengan tujuan
mencari permasalahan yang muncul berkaitan tentang
perkembangan anak balita
Pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti sendiri
Data diperoleh dengan membagikan kuesioner
Kuesioner diisi oleh responden diberi waktu sekitar satu
jam
Peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner
yang telah diisi oleh responden dan apabila ada
jawaban yang belum lengkap maka peneliti akan
meminta responden untuk melengkapinya
Pengolahan data
Analisis data
Penyajian data
51
H. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan dengan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data
yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang
dalam pengumpulan data tersebut dapat diperiksa kembali.
2. Coding
Dilakukan dengan mengklasifikasikan data sesuai variabel
penelitian.
3. Scoring
Dilakukan dengan menghitung jumlah kejadian (frekuensi) setiap
kategori variabel penelitian.
4. Tabulating
Dilakukan dengan memasukkan data hasil penelitian ke dalam
tabel frekuensi selanjutnya dianalisis.
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah mendeskripsikan setiap variable yang
diteliti, diagnosis asumsi statistic lanjut deteksi nilai ekstrim/outlier
(Amran, 2012). Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui berbagai karakteristik responden dengan anak
52
balita,jenis kelamin anak balita,pola asuh responden serta
perkembangan anak balita.
𝑃₁ =f1
Nx100%
Keterangan :
P₁ = presentase masing-masing kelompok
f₁ = frekuensi atau jumlah pada setiap kelompok
N = total sampel penelitian (Siswanto dkk, 2015)
K = Konstanta (100%)
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
variabel dependent dan independent. Dalam analisis ini dilakukan
dengan pengujian statistik yaitu dengan uji chi square pada taraf
kepercayaan 95%. Adapun rumus uji chi-square yaitu :
𝑥2 = ∑(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)
𝑓ℎ
k
i=1
Dimana :
X2 = chi kuadrat fo
Fo = frekunsi yang di observasi
Fh = frekunsi yang di harapkan
Karena rancangan penelitian ini adalah cross sectional,
maka uji statistic yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95%
(α=0,05). Dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis
(Budiarto, 2002 dalam Fitrianti,2015):
53
a. H0 diterima jika X2
hitung ≤ X² table atau nilai signifikasi (P) >
0,05
b. H0 ditolak jika X2 hitung ≥ X² tabel atau nilai signifikasi (P) <
0,05
Pengambilan keputusan Ha diterima atau ditolak dengan
melihat taraf signifikansi. Pada penelitian ini menggunakan taraf
signifikansi 5% (α=0,05) dengan criteria pengujian ditetapkan Ho
diterima apabila p≥0,05, Ho ditolak apabila p ≤ 0,05 (Sugiyono,
2009 dalam Nonsi,2015).
Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program
komputerisasi seperti SPSS adalah sabagai berikut:
1. Bila pada table kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact
Test.
2. Bila pada table kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity
Correction.
3. Bila pada table kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2,
3x3 dan lain- lain, maka hasil yang digunakan adala Person
Chi-Square.
4. Bila pada table kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger
54
sehingga menjadi tabel kontigency 2x2 (Budiarto, 2002 dalam
ahmad,2015 )
J. Penyajian Data
Data yang sudah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dinarasikan secara deskriptif dan dipresentasikan.
55
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Letak Geografis dan Batas Wilayah Puskesmas Ranomeeto
terletak di pusat kota Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe
Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara yang terletak ± 21 Km di sebelah
Barat Daya dengan ibu kota Kendari. Jarak Puskesmas Ranomeeto
dengan pusat pemerintahan kecamatan + 500 m. Batas- batas
wilayah kerja Puskesmas Ranomeeto sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Baruga
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Landono
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lameeru
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Konda
1. Topografi dan iklim
Keadaan topografi Kecamatan Ranomeeto sangat bervariasi,
dalam ketinggian antara 0 s/d 255 Meter di atas permukaan laut,
dengan struktur wilayah umumnya dataran rendah dan bukan
pesisir pantai. Dengan curah hujan 001122 mm/tahun, dengan
temperatur konstan berada pada kisaran rata-rata 30˚-32˚ C
menurut data Stasiun Meteorologi dan Geofisika. Keadaan musim
di wilayah Ranomeeto, umumnya sama seperti daerah-daerah lain
di Sulawesi Tenggara, mempunyai dua musim yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Musim hujan terjadi antara bulan Oktober dan
56
Maret. Pada musim tersebut angin barat yang tertiup dari Asia dan
Samudera Fasifik mengandung banyak uap air. Musim kemarau
terjadi antara bulan april dan September, pada bulan-bulan ini
angin timur yang tertiup dari Australia sifatnya kering dan kurang
mengandung uap air.
2. Luas wilayah
Wilayah kecamatan Ranomeeto seluas ± 157,99 km2 atau
15.799 Ha yang terdiri dari 11 desa definitif dan 1 kelurahan yaitu :
Langgea, Kota Bangun, Ranomeeto, Laikaaha, Ranooha, Onewila,
Ambaipua, Amoito, Amoito Siama, Rambu-Rambu Jaya, Duduria
dan Boro-Boro R.
B. Analisis Univariat
Berikut ini distribusi responden berdasarkan pola asuh orang
tua dengan perkembangan anak balita :
1. Pola Asuh Orang Tua
Distribusi responden berdasarkan pola asuh orangtua dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang
Tua di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Tahun 2018
Pola Asuh
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Demokrasi 27 37,5
Permisif 26 36,1
Otoriter 19 26,4
Jumlah 72 100,0
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
57
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas
responden memiliki pola asuh demokratis yaitu sebanyak 27 orang
(37,5%), pola asuh permisif yaitu 26 orang (36,1%) dan paling
sedikit responden memiliki pola asuh otoriter 19 orang (14,1%).
2. Perkembangan anak balita
Berdasarkan distribusi responden dengan perkembangan anak
balita dapat dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.:
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan
Anak Balita Di wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto
Tahun 2018
Perkembangan
Balita
Jumlah (n)
Persentase
(%)
Normal 27 37,5
Meragukan 20 27,8
Abnormal 25 34,7
Jumlah 72 100,0
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa mayoritas
responden memiliki perkembangan normal yaitu sebanyak 27 orang
(37,5%) dan paling sedikit responden memiliki perkembangan
meragukan yaitu 20 orang (27,8%).
C. Analisis Bivariat
Untuk menguji hubungan variabel independen yang meliputi
pola asuh orang tua dengan variabel dependen yaitu perkembangan
anak balita dilakukan secara analisis bivariat menggunakan uji chi-
square dengan α= 0,05 yang dijabarkan sebagai berikut.
58
1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak
Balita.
Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perkembangan Anak Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ranomeeto Tahun 2018
Pola asuh
Perkembangan Anak Balita Jumlah P
Value Normal Meragukan Abnormal
n % n % n % n %
Demokrasi Permisif
Otoriter
16 4
7
36,8 15,4
36,8
6 8
6
31,6 30,8
31,6
5 14
6
18,5 53,8
31,6
27 26
19
100 100
100
0,016
Sumber : Data diolah dari SPSS 16
Berdasarkan tabel hubungan antara pola asuh orang tua
dengan perkembangan anak balita diperoleh bahwa dari 27
responden yang memiliki pola asuh demokrasi yaitu 16 responden
(36,8%) memiliki perkembangan normal, 6 responden (31,6%)
memiliki perkembangan meragukan dan 5 responden (18,5%)
memiliki perkembangan abnormal. Kemudian dari 26 responden
dengan pola asuh permisif yaitu 4 responden (15,4%) memiliki
perkembangan normal, 8 responden (30,8%) memiliki
perkembangan meragukan dan 14 orang (53,8%) memiliki
perkembangan abnormal. Kemudian 19 responden dengan pola
asuh otoriter yaitu 7 responden (36,8%) memiliki perkembangan
normal, 6 responden (31,6%) memiliki perkembangan meragukan
dan 6 responden (31,6%) memiliki perkembangan abnormal.
59
(p=0,016). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p-value sebesar 0,016 (p- value
< α ) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan
pola asuh dengan perkembangan anak balita.
2. Pembahasan
a. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak
Balita
Hasil analisis univariat pada variabel pola asuh diketahui
bahwa mayoritas responden memiliki pola asuh demokratis yaitu
sebanyak 27 orang (37,5%), pola asuh primitif yaitu 26 orang
(36,1%) dan paling sedikit responden memiliki pola asuh otoriter 19
orang (14,1%).
Hasil analisis hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak balita diperoleh bahwa dari 27 responden
yang memiliki pola asuh demokratis yaitu 16 responden (36,8%)
memiliki perkembangan normal, 6 responden (31,6%) memiliki
perkembangan meragukan dan 5 responden (18,5%) memiliki
perkembangan abnormal. Kemudian dari 26 responden dengan
pola asuh primitif yaitu 4 responden (15,4%) memiliki
perkembangan normal, 8 responden (30,8%) memiliki
perkembangan meragukan dan 14 orang (53,8%) memiliki
perkembangan abnormal. Kemudian 19 responden dengan pola
asuh otoriter yaitu 7 responden (36,8%) memiliki perkembangan
60
normal, 6 responden (31,6%) memiliki perkembangan meragukan
dan 6 responden (31,6%) memiliki perkembangan abnormal.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p=0,016 yang berarti bahwa
ada hubungan pola asuh dengan perkembangan anak balita.
Pola asuh orang tua adalah salah satu faktor interpersonal
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, tetapi bukanlah
satu satunya faktor interpersonal yang mempengaruhi
perkembangan anak, faktor interpersonal lain adalah kedekatan
anak terhadap orang tua dan jaringan sosial anak dan jaringan
sosial orang tua (Yulita,2014).
Pengalaman yang dimiliki, maka pengetahuan seseorang
juga akan bertambah. Sehingga dengan pengalaman yang dimiliki
oleh orang tua dapat membantu dalam mengasuh anak serta
memenuhi kebutuhan anak (Yusuf, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan teori yang
mengacu pada hubungan pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak balita, dimana hasil penelitian tentang pola
asuh orang tua otoriter,demokrasi dan permisif terdapat keterkaitan
dengan perkembangan anak usia dini. Orang tua dengan pola asuh
demokrasi yaitu pola asuh dengan sikap acceptance dan control
tinggi, bersikap responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong
anak untuk menyatakan pendapat dan memberikan penjelasan
61
tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk akan cenderung
mendukung perkembangan anak dengan baik dibandingkan orang
tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan pola asuh permisif.
Adapun yang dimaksud dengan pola asuh otoriter yaitu sikap
acceptance rendah, namun kontrolnya tinggi, menghukum secara
fisik, bersikap mengomando (mengharuskan atau memerintah
anak), bersikap kaku dan cenderung emosional dan bersikap
menolak. Sedangkan pola asuh permisif yaitu pola asuh yang
mengabaikan, dan pengasuhan yang memanjakan. Orang tua
dengan pola asuh permisif memberikan kebebasan kepada anak
untuk menyatakan dorongan/keinginannya dan memiliki sikap
acceptance tinggi namun kontrolnya rendah. (Yusuf, 2014).
Sehingga perlu dilakukan penyuluhan tentang pola asuh orang tua
terhadap anak, sehingga dapat meningkatkan kualitas
perkembangan anak.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan anak
balita yaitu gizi, psikologis, sosial ekonomi, stimulasi, dan obat-
obatan. Perkembangan pada masa balita sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dan pola asuh dari orang tuanya (Adriana, 2011).
Hasil penelitian ini didukung oleh Ibnu, Aktriana Malik (2017)
dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan
pola asuh orang tua dengan perkembangan anak toddler (1-3
tahun). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
62
dilakukan oleh Deni Laili Kurniawati (2014) Posyandu Arjuna RW IV
POS 3 Kelurahan Kemayoran Kecamatan Krembangan Surabaya.
yang menyebutkan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua
dengan perkembangan balita.
63
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Responden berdasarkan pola asuh orang tua dapat dilihat bahwa
mayoritas responden memiliki pola asuh demokratis yaitu (37,5%),
pola asuh primitif yaitu (36,1%) dan paling sedikit responden
memiliki pola asuh otoriter sebanyak (14,1%).
2. Responden berdasarkan perkembangan anak balita dapat dilihat
bahwa mayoritas responden memiliki perkembangan normal yaitu
(37,5%) dan paling sedikit responden memiliki perkembangan
meragukan sebanyak (27,8%).
3. Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan
anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2018 dimana pada uji Chi Square di
peroleh nilai Pvalue = 0,016.
B. Saran
1. Bagi Responden (Orang Tua)
Orang tua sebagai pemberi pola asuh diharapkan mampu
meningkatkan perkembangan anak dan meningkatkan
kewaspadaan dan kesadaran kepada ibu dalam mengasuh anak-
anaknya.
64
2. Bagi Petugas Kesehatan
Secara umum terlihat adanya hubungan pola asuh orang tua
dengan perkembangan anak balita perlu adanya penyuluhan
kepada orang tua tentang pentingnya memberikan pola asuh yang
tepat sehingga mendukung perkembangan anak-anaknya.
3. Bagi Institusi
Diharapkan mampu menjadi bahan referensi atau bacaan
diperpustakaan untuk mahasiswi khususnya yang berkaitan dengan
pola asuh orang tua dan perkembangan anak balita
4. Bagi Peneliti Lainnya
Diharapkan mampu melakukan penelitian yang lebih mendalam
tentang pola asuh orang tua dengan perkembangan anak sehingga
didapatkan hasil yang lebih luas dan dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana Dian, 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak.
Jakarta: Salemba Medika Afandi,dkk. 2013. Orientasi baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana Preda Media Group. Amran, Yulia. 2012. Pengelolaan dan Analisis Data Statistik di Bidang
Kesehatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Jakarta: Jakarta
Arikunto, S. 2012. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Bina Keluarga
B. alita dan Anak. 2013. Menjadi Orang Tua Hebat dalam
Mengasuh Anak (usia 0-6 tahun). Di akses dari 25 September
201www.slideshare.net/cara-menjadi-orang-tua-hebat buku-1-bina-keluarga-balita pada tanggal 5 pukul 08.20 WIB
Deni, Laili Kurniawati. 2014. Pola Asuh Orang Tua dengan Perkebangan
Balita Di Posyandu Arjuna RW IV POS 3 Kelurahan Kemayoran
Kecamatan Krembangan Surabaya. Artikel Penelitian
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Dinkes Provinsi Sultra, 2016. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara. http://www.profil kesehatan sultra.net. (Diakses tanggal 15 Desember 2017).
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi
Dalam Keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta
Fatmala, Nuzulia Hana. 2016. Hubungan pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak pra sekolah Di Tk Pertiwi 1 Desa
Purbowangi Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Artikel
Penelitian
Groenendyk & Brenda. Coparenting and Early Coscience Development in the Family. The Journal of Genetic Psychology. Vol.168 no.2
(2007): h.201-224
Gunarsa, S.D. 2006. Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Cetakan
ke 12. Jakarta: Gunung Mulia
Harahap, Risma.2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
perkembangan Temperamen Anak Di Desa Tanjung Rejo Dusun
Xi Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Artikel
Penelitian. Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik penulisan Ilmiah edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika. , A. 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Ibnu, Aktriana Malik. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perkembangan Anak Toddler (1-3 Tahun) Di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Jorogoto Kabupaten Jombang. Artikel Penelitian
IDAI. 2003. Mengenai Keterlambatan Perkembangan Umur Pada Anak.
Diakses pada tanggal 23 September 2016. www.idai.or.id
Kariger, dkk. 2012. Indicators of Family Care For Development for Use in Multicountry Surveys. Bangladesh. Journal Health Popu Nutr, 30 (4), 472-486.
Kartika, Wahyu. 2013. Hubungan Tingkat Stimulasi Ibu Dan Pola Asuh
Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-2 Tahun Di
Posyandu Anggrek Gilangharjo Bantul. Artikel Penelitian
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
Deteksi dan Interverebsi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar . Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI
Kesehatan Masyarakat. 2014. Pengertian dan Faktor yang Dinilai Pada
Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita. Di unduh dari
http://www.indonesian-publichealth.com/2014/08/html pada tanggal 25 September 2015 pukul 08.35 WIB
Kurniawati, dkk. 2011. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Anak Toddler (Usia 1-3 Tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
Maryam Siti. 2015. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan.
Jakarta : EGC.
Pierre & Forman . Attention-Seeking During Caregiver Unavailability and Collaboration at Age 2. Child Development. Vol.83 no.2 (Maret-
April 2012): h 712-727 Rahayuningsih, Melani. 2010. Hubungan pola asuh orang tua dengan
perkembangan bahasa pada anak usia 2-4 tahun di Dusun Mrayun Desa Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Artikel Penelitian.
Sapril, Reski Amalia. 2013. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Di TK Islam Qalbin
Salim Makassar. Artikel Penelitian.
Setiadi. 2012. Pengaruh tingkat pendidikan dan tipe pola asuh orang tua
terhadap perkembangan psikososial anak prasekolah di taman kanak-kanak. Jurnal Kesehatan AIPTINA KESJATIM. (Vol 2 No 1)
Surabaya:STIKESHangTuah.http://adysetiadi.files.wordpress.com
/2012/03/jurnal-aiptinakes-maret-2012.pdf Septiari, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang
Tua. Yogyakarta: Nuha Medika
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Widati, 2013. Perkembangan Anak Balita. Jakarta: Fittria Maya
Widyarini, N. 2009. Relasi Orang Tua Dan Anak. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Yulita, Refi. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Perkembangan Anak Balita Di Posyandu Sakura Ciputat Timur.
Artikel Penelitian Yusuf, Syamsu. 2014. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN
ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOMEETO
KABUPATEN KONAWE SELATAN
TAHUN 2018
Oleh : AtinSagita Rahmat
Saya adalah mahasiswa Jurusan DIV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini
merupakan sa lah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Jurusan DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari.
Saya mengharapkan partisipasi ibu dalam memberikan jawaban
atas segala pertanyaan yang diajukan peneliti, sesuai dengan pendapat
ibu tanpa di pengaruhi oleh orang lain.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas
menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sangsi
apa pun. Jika ibu bersedia menjadi responden penelitian, silahkan
menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan
di bawah ini sebagai bukti kesukarelaan ibu. Terima kasih atas partisipasi
ibu untuk penelitian ini.
Kendari,……………..2018
Responden
( )
Lampiran : 2
LEMBAR KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN
ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN
TAHUN 2018
Kode Responden :
Bagian 1. Kuesioner Data Demografi
Kuesioner berikut ini menanyakan tentang data pribadi bapak/ibu dan data
tentang anak bapak/ibu. Isilah tanda checklist (√) pada satu kotak jawaban
( ) dan tanda …yang menurut bapak/ibu paling tepat, sesuai dengan
keadaan bapak/ibu saat ini.
Data Responden
1. Umur responden ….
2. Pendidikan terakhir
( ) 1. SD/sederajat
( ) 2. SMP/sederajat
( ) 3. SMA/sederajat
( ) 4. Perguruan tinggi/sederajat
3. Pekerjaan
( ) 1. IRT
( ) 2. Wiraswasta
( ) 3. Peawai Swasta
( ) 4. PNS
Bagian 2. Kuesioner Pola Asuh Orang Tua
Kuesioner berikut terdiri dari beberapa pernyataan untuk mengetahui pola
asuh yang diberikan oleh orang tua di Wilayah Kerja Puskesmas
Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Kuesioner ini terdiri dari 24
peryataan. Isilah dengan tanda checklist ( √ ) pada salah satu kotak
jawaban yang menurut bapak/ibu paling tepat.
Keterangan:
SL : Selalu
KK : Kadang-kadang
TP : Tidak pernah
No Pernyataan
Pilihan
SL KK TP
1. Saya mengatur segala kegiatan anak saya.
2. Saya memberikan perintah apapun yang saya
inginkan kepada anak saya.
3. Saya mewajibkan disiplin dalam segala hal pada
anak saya.
4. Apabila anak saya tidak mematuhi peraturan yang
saya berikan, maka saya akan menghukumnya.
5. Saya mengatur pergaulan anak saya.
6. Apapun peraturan yang saya berikan, maka anak
saya tidak boleh membantah dan harus
mematuhinya.
7 Apabila anak saya tidak mengerjakan tugas
sekolah, saya akan menghukumnya tanpa
penjelasan darinya.
8. Saya memberikan bimbingan dengan penuh
perhatian.
9. Saya membina hubungan yang baik dengan anak
saya.
10. Saya tidak menekan anak saya untuk melakukan
sesuatu yang saya inginkan.
11. Saya akan mendengarkan alasan anak saya
ketika melakukan kesalahan.
12. Saya menyisihkan sebagaian waktu saya untuk
berkomunikasi dengan anak saya.
13. Saya memberikan alasan kepada anak saya,
apabila saya melarangnya bermain.
14. Saya memberikan pertimbangan serta penjelasan
yang dapat diterima oleh anak saya sebelum saya
memenuhi keinginan anak saya.
15. Saya tidak mewajibkan disiplin dalam segala hal
pada anak saya
16. Apapun yang menjadi keinginan anak saya akan
saya penuhi tanpa mempertimbangkan baik
ataupun buruknya lebih dahulu.
17. Saya tidak perduli dengan anak saya.
18. Saya sangat memanjakan anak saya.
19. Saya dan anak saya akrab dalam hal apapun.
20. Saya berbicara kepada anak saya tanpa
mengeluarkan kata-kata kasar.
21. Saya memberikan dorongan untuk meningkatkan
potensi anak saya.
22. Saya tidak mewajibkan disiplin dalam segala hal
pada anak saya
23. Apapun yang menjadi keinginan anak saya akan
saya penuhi tanpa mempertimbangkan baik atau
buruknya terlebih dahulu
24. Saya tidak perduli dengan anak saya
( Harahap, Risma 2014).
Lampiran 3
LEMBAR KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN
ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOMEETO
KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2018
Kode Responden :
1. Data Responden
Umur Anak :
Jenis Kelamin :
2. Kuesioner Perkembangan Anak Balita
Kuesioner ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak. Sasaran KPSP anak usia
0-59 bulan. Isilah dengan tanda checklist ( √ ) pada salah satu kotak
jawaban “Ya” atau “Tidak” yang sesuai dengan perkembangan anak.
SKRINING / PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ANAK MENGGUNAKAN KUESIONER PRA SKRINING
PERKEMBANGAN (KPSP)
Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3,
6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak
belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu dating kembali pada
umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur
7 bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan.
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang
lebih muda.
Alat / instrument
Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.
Cara menggunakan KPSP
Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.
Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh
: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur
bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
“Dapatkah bayi makan kue sendiri?”
Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi anda pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke
posisi duduk.”
Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
Interpretasi hasil KPSP :
Hitunglah berapa jawaban Ya.
o Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya.
o Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
Jumlah jawaban Ya
o 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)
o 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)6 atau kurang, kemungkinan
ada penyimpangan (P)
Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian)
KPSP pada bayi 3 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Pada waktu bayi telentang, apakah
masing- masing lengan dan tungkai
bergerak dengan mudah? Jawab TIDAK
bila salah satu atau kedua tungkai atau
lengan bayi bergerak tak terarah/tak
terkendali.
Gerak kasar
2 Pada waktu bayi telentang apakah ia
melihat dan menatap wajah anda?
Sosialisasi
dan
kemandiria
n
3 Apakah bayi dapat mengeluarkan suara-
suara lain (ngoceh), disamping
menangis?
Bicara dan
bahasa
4 Pada waktu bayi telentang, apakah ia
dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari kanan/kiri
ke tengah?
Gerak halus
5 Pada waktu bayi telentang, apakah.
Ia dapat mengikuti gerakan anda
dengan menggerakkan kepalanya
dari satu sisi hampir sampai pada
sisi yang lain?
Gerak halus
6 Pada waktu anda mengajak bayi
berbicara dan tersenyum, apakah ia
tersenyum kembali kepada anda?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
7 Pada waktu bayi telungkup di alas yang
datar, apakah ia dapat mengangkat
kepalanya seperti pada gambar ini?
Gerak kasar
8 Pada waktu bayi telungkup di alas yang
datar, apakah ia dapat mengangkat
kepalanya sehingga membentuk sudut
45° seperti pada gambar ?
Gerak kasar
9 Pada waktu bayi telungkup di alas yang
datar, apakah ia dapat mengangkat
kepalanya dengan tegak seperti pada
gambar?
Gerak kasar
10 Apakah bayi suka tertawa keras walau
tidak digelitik atau diraba-raba?
Bicara dan
bahasa
Kuesioner Praskrining untuk Bayi 6 bulan
N
o
PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Pada waktu bayi telentang, apakah ia
dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepala sepenuhnya dari
satu sisi ke sisi yang lain?
gerak halus
2 Dapatkah bayi mempertahankan posisi
kepala dalam keadaan tegak clan stabil?
Jawab TIDAK bila kepala bayi
cenderung
jatuh ke kanan/kiri atau ke dadanya
gerak kasar
3 Sentuhkan pensil di punggung tangan atau
ujung jari bayi. (jangan meletakkan di atas
telapak tangan bayi). Apakah bayi dapat
menggenggam pensil itu selama beberapa
detik?
gerak halus
4 Ketika bayi telungkup di alas datar,
apakah ia dapat mengangkat dada
dengan kedua lengannya sebagai
penyangga seperti pada gambar ?
Gerak kasar
5 Pernahkah bayi mengeluarkan suara
gembira bernada tinggi atau memekik
tetapi bukan menangis?
Bicara &
bahasa
6 Pernahkah bayi berbalik paling sedikit
dua kali, dari telentang ke telungkup
atau sebaliknya?
gerak kasar
7 Pernahkah anda melihat bayi
tersenyurn ketika melihat mainan
yang lucu, gambar atau binatang
peliharaan pada saat ia
Sosialisasi&
kemandirian
bermain sendiri?
8 Dapatkah bayi mengarahkan matanya
pada benda kecil sebesar kacang,
kismis atau uang logam? Jawab TIDAK
jika ia tidak dapat mengarahkan
matanya.
gerak halus
9 Dapatkah bayi meraih mainan yang
diletakkan agak jauh namun masih berada
dalam jangkauan tangannya?
gerak halus
1 Pada posisi bayi telentang, pegang kedua Gerak kasar
0 tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke
posisi
duduk. Dapatkah bayi mempertahankan
lehernya secara kaku seperti gambar di
sebelah kiri? Jawab TIDAK bila kepala
bayi
jatuh kembali seperti gambar sebelah
kanan.
Kuesioner Praskrining untuk Bayi 9 bulan
N
o
PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Pada posisi bayi telentang, pegang kedua
tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke
posisi clucluk. Dapatkah bayi
mempertahankan lehernya secara kaku
seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab
TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali
seperti gambar sebelah kanan.
Gerak kasar
2 Pernahkah anda melihat bayi
memindahkan mainan atau kue kering
dari satu tangan ke tangan yang lain?
Benda-benda panjang seperti sendok
atau kerincingan bertangkai tidak ikut
dinilai.
Gerak halus
3 Tarik perhatian bayi dengan
memperlihatkan selendang, sapu tangan
atau serbet, kemudian jatuhkan ke lantai.
Apakah bayi mencoba mencarinya?
Misalnya mencari di
bawah meja atau di belakang kursi?
Gerak halus
4 Apakah bayi dapat memungut dua
benda seperti mainan/kue kering, dan
masing- masing tangan memegang satu
benda pada saat yang sama? Jawab
TIDAK bila bayi tidak pernah melakukan
perbuatan ini.
Gerak halus
5 Jika anda mengangkat bayi melalui Gerak kasar
ketiaknya ke posisi berdiri, dapatkah ia
menyangga sebagian berat badan dengan
kedua kakinya? Jawab YA bila ia mencoba
berdiri dan sebagian berat badan tertumpu
pada kedua kakinya.
6 Dapatkah bayi memungut dengan
tangannya benda-benda kecil seperti
kismis,
kacang-kacangan, potongan biskuit,
dengan gerakan miring atau menggerapai
seperti gambar ?
Gerak halus
7 Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau
dinding, dapatkah bayi duduk sendiri
selama 60 detik?
Gerak kasar
8 Apakah bayi dapat makan kue kering
sendiri?
Sosialisasi
&
kemandirian
9 Pada waktu bayi bermain sendiri dan
anda diam-diam datang berdiri di
belakangnya, apakah ia menengok ke
belakang seperti mendengar kedatangan
anda? Suara keras tidak ikut dihitung.
Bicara &
bahasa
Jawab YA hanya jika anda
melihat reaksinya terhadap suara yang
perlahan atau bisikan.
1
0
Letakkan suatu mainan yang
dinginkannya di luar jangkauan bayi,
apakah ia mencoba mendapatkannya
dengan mengulurkan lengan atau
badannya?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
Kuesioner Praskrining untuk Bayi 12 Bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Jika anda bersembunyi di belakang
sesuatu/di pojok, kemudian muncui dan
menghilang secara berulang-ulang di
hadapan anak, apakah ia mencari anda
atau mengharapkan anda muncul
kembali?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
2 Letakkan pensil di telapak tangan bayi.
Coba ambil pensil tersebut dengan
perlahan-lahan. Sulitkah anda
mendapatkan
pensil itu kembali?
Gerak halus
3 Apakah anak dapat berdiri selama 30
detik atau lebih dengan berpegangan
pada kursi/meja?
Gerak kasar
4 Apakah anak dapat mengatakan 2 suku
kata yang sama, misalnya: “ma-ma”, “da-
da”
Bicara &
bahasa
atau “pa-pa”. Jawab YA bila ia
mengeluarkan salah—satu suara tadi.
5 Apakah anak dapat mengangkat
badannya ke posisi berdiri tanpa
bantuan anda?
Gerak kasar
6 Apakah anak dapat membedakan anda
dengan orang yang belum ia kenal? la
akan menunjukkan sikap malu-malu atau
ragu- ragu pada saat permulaan bertemu
dengan orang yang belum dikenalnya.
Sosialisasi
&
kemandiria
n
7 Apakah anak dapat mengambil Benda
kecil seperti kacang atau kismis,
dengan meremas di antara ibu jari dan
jarinya seperti pada gambar?
Gerak halus
8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa
bantuan?
Gerak kasar
9 Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak
(tidak perlu kata-kata yang lengkap).
Apakah ia mencoba meniru
menyebutkan kata-kata tadi ?
Bicara &
bahasa
10 Tanpa bantuan, apakah anak dapat
mempertemukan dua kubus kecil yang ia
pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup
panel tidak ikut dinilai.
Gerak halus
Kuesioner Praskrining untuk 15 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Tanpa bantuan, apakah anak dapat
mempertemukan dua kubus kecil yang ia
pegang? Kerincingan bertangkai dan
tutup, panci tidak ikut dinilai
Gerak halus
2 Apakah anak dapat jalan sendiri atau
jalan
dengan berpegangan?
Gerak kasar
3 Tanpa bantuan, apakah anak dapat
bertepuk tangan atau melambai-
lambai? Jawab TIDAK bila ia
membutuhkan kemandirian bantuan.
Sosialisasi
&
kemandiria
n
4 Apakah anak dapat mengatakan “papa”
ketika ia memanggil/melihat ayahnya,
atau mengatakan “mama” jika
memanggil/melihat ibunya? Jawab YA
bila anak mengatakan
salah satu diantaranya.
Bicara &
bahasa
5 Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa
berpegangan selama kira-kira 5 detik?
Gerak kasar
6 Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa
berpegangan selama 30 detik atau lebih?
Gerak kasar
7 Tanpa berpegangan atau menyentuh
lantai, apakah anak dapat membungkuk
untuk memungut mainan di lantai dan
kemudian berdiri kembali?
Gerak kasar
8 Apakah anak dapat menunjukkan apa
yang diinginkannya tanpa menangis
atau merengek? Jawab YA bila ia
menunjuk, menarik atau mengeluarkan
Sosialisasi
&
kemandiria
n
suara yang
Menyenangkan
9 Apakah anak dapat berjalan di
sepanjang ruangan tanpa jatuh atau
terhuyung- huyung?
Gerak kasar
10 Apakah anak dapat mengambil benda
kecil seperti kacang, kismis, atau
potongan biskuit dengan menggunakan
ibu seperti pada gambar ini
Gerak halus
Kuesioner Praskrining untuk Anak 18 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDA
K
1 Tanpa bantuan, apakah anak dapat
bertepuk tangan atau melambai-
lambai? Jawab TIDAK bila ia
membutuhkan bantuan.
Sosialisasi &
kemandirian
2 Apakah anak dapat mengatakan
“papa” ketika ia memanggil/melihat
ayahnya, atau mengatakan “mama”
jika
memanggil/melihat ibunya?
Bicara &
bahasa
3 Apakah anak dapat berdiri sendiri Gerak kasar
tanpa berpegangan selama kira-kira 5
detik?
4 Apakah anak dapat berdiri sendiri
tanpa berpegangan selama 30 detik
atau
lebih?
Gerak kasar
5 Tanpa berpegangan atau menyentuh
lantai, apakah anak dapat
membungkuk
untuk memungut mainan di lantai clan
kemudian berdiri kembali?
Gerak kasar
6 Apakah anak dapat menunjukkan
apa yang diinginkannya tanpa
menangis atau merengek? Jawab
YA bila ia menunjuk, menarik atau
mengeluarkan suara yang
menyenangkan.
Sosialisasi
&kemandirian
7 Apakah anak dapat berjalan di
sepanjang ruangan tanpa jatuh
atau terhuyung-huyung?
Gerak kasar
8 Apakah anak anak dapat mengambil
benda kecil seperti kacang, kismis,
atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
seperti pada gambar ?
Gerak halus
9 Jika anda menggelindingkan bola ke
anak, apakah ia
menggelindingkan/melemparkan
kembali bola pada anda?
Gerak
halus;
Sosialisasi
&
kemandiria
n
10 Apakah anak dapat memegang sendiri
cangkir/gelas dan minum dari tempat
tersebut tanpa tumpah?
Sosialisasi &
kemandirian
Kuesioner Praskrining untuk Anak 21 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDA
K
1 Tanpa berpegangan atau menyentuh
lantai, apakah anak dapat membungkuk
untuk memungut mainan di lantai dan
kemudian berdiri kembali?
Gerak kasar
2 Apakah anak dapat menunjukkan apa
yang diinginkannya tanpa menangis
atau merengek? Jawab YA bila ia
menunjuk,
menarik atau mengeluarkan suara yang
menyenangkan.
Sosialisasi
&kemandirian
3 Apakah anak dapat berjalan di sepanjang
ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-
huyung?
Gerak kasar
4 Apakah anak dapat mengambil benda
kecil seperti kacang, kismis, atau
potongan biskuit dengan menggunakan
ibu jari clan jari telunjuk seperti pada
gambar ?
Gerak halus
5 Jika anda menggelindingkan bola ke anak,
apakah ia
menggelindingkan/melemparkan kembali
bola pada anda?
Gerak halus
6 Apakah anak dapat memegang sendiri
cangkir/gelas clan minum dari tempat
tersebut tanpa tumpah?
Sosialisasi
&kemandirian
7 Jika anda sedang melakukan pekerjaan
rumah tangga, apakah anak meniru apa
yang anda lakukan?
Sosialisasi
&kemandirian
8 Apakah anak dapat meletakkan satu
kubus di atas Gerak halus Ya Tida
kubus yang lain tanpa menjatuhkan
kubus itu? Kubus yang digunakan
ukuran 2.5-5.0 cm
Gerak halus
9 Apakah anak dapat mengucapkan paling
sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain
“papa” dan “mama”?.
Bicara &
bahasa
10 Apakah anak dapat berjalan mundur 5
langkah atau lebih tanpa kehilangan
keseimbangan? (Anda mungkin dapat
Gerak kasar
melihatnya ketika anak menarik
mainannya)
Kuesioner Praskrining untuk Anak 24 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Jika anda sedang melakukan
pekerjaan rumah tangga, apakah
anak meniru apa yang anda lakukan?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
2 Apakah anak dapat meletakkan 1 buah
kubus di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang
digunakan ukuran 2.5 — 5 cm.
Gerak
halus
3 Apakah anak dapat mengucapkan
paling sedikit 3 kata yang mempunyai
arti selain "papa" dan "mama"?
Bicara &
bahasa
4 Apakah anak dapat berjalan mundur 5
langkah atau lebih tanpa kehilangan
keseimbangan?
(Anda mungkin dapat melihatnya ketika
anak menarik mainannya).
Gerak
kasar
5 Dapatkah anak melepas pakaiannya
seperti: baju, rok, atau celananya?
(topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai).
Gerak halus
; sosialisasi
&
kemandirian
6 Dapatkah anak berjalan naik tangga
sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga
dengan posisi tegak atau berpegangan
pada dinding atau pegangan tangga.
Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan
merangkak atau anda tidak
membolehkan anak naik tangga atau
anak harus
berpegangan pada seseorang.
7 Tanpa bimbingan, petunjuk atau
bantuan anda, dapatkah anak
menunjuk dengan benar paling sedikit
satu bagian badannya (rambut, mata,
hidung, mulut, atau bagian
badan yang lain)?
8 Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa
banyak tumpah?
9 Dapatkah anak membantu memungut
mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta?
10 Dapatkah anak menendang bola kecil
(sebesar bola tenis) ke depan tanpa
berpegangan pada apapun?
Mendorong tidak ikut dinilai.
Kuesioner Praskrining untuk Anak 30 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Dapatkah anak melepas pakaiannya
seperti: baju, rok, Sosialisasi & atau
celananya? (topi clan kaos kaki tidak ikut
dinilai)
Sosialisasi &
kemandirian
2 Dapatkah anak berjalan naik tangga
sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga
dengan posisi tegak atau berpegangan
pada Binding atau pegangan tangga.
Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan
merangkak atau anda tidak
membolehkan
anak naik tangga atau anak harus
berpegangan pada seseorang.
Gerak kasar
3 Tanpa bimbingan, petunjuk atau
bantuan anda, dapatkah anak menunjuk
dengan benar paling seclikit satu bagian
badannya (rambut, mata, hidung, mulut,
atau bagian
badan yang lain)?
Bicara &
bahasa
4 Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa
banyak tumpah?
Sosialisasi &
kemandirian
5 Dapatkah anak membantu memungut
mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta?
Bicara &
bahasa
6 Dapatkah anak menendang bola kecil
(sebesar bola tenis) Gerak kasar ke
depan tanpa berpegangan pada
apapun?
Mendorong tidak ikut dinilai.
Gerak kasar
7 Bila diberi pensil, apakah anak
mencoret- coret kertas tanpa
bantuan/petunjuk?
Gerak halus
8 Dapatkah anak meletakkan 4 buah
kubus satu persatu di atas kubus yang
Gerak halus
lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang
digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
9 Dapatkah anak menggunakan 2 kata
pada saat berbicara seperti “minta
minum”, “mau tidur”? “Terimakasih” dan
“Dadag” tidak ikut dinilai.
Bicara &
bahasa
10 Apakah anak dapat menyebut 2
diantara gambar-gambar ini tanpa
bantuan?
Bicara &
bahasa
Kuesioner Praskrining untuk Anak 36 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-
coret
kertas tanpa bantuan/petunjuk?
Gerak
halus
2 Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus
satu persatu di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang
digunakan ukuran 2.5 – 5
cm.
Gerak
halus
3 Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada
saat
berbicara seperti “minta minum”;
“mau tidur”? “Terimakasih” dan
“Dadag” tidak ikut dinilai.
Bicara &
bahasa
4 Apakah anak dapat menyebut 2 diantara
gambar- gambar ini tanpa bantuan?
Bicara &
bahasa
5 Dapatkah anak melempar bola lurus ke
arah perut
atau dada anda dari jarak 1,5 meter?
Gerak
kasar
6 Ikuti perintah ini dengan seksama.
Jangan memberi isyarat dengan telunjuk
atau mata pada saat memberikan
perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada
ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga
perintah tadi?
Bicara &
bahasa
7 Buat garis lurus ke bawah
sepanjang sekurangkurangnya
2.5 cm. Suruh anak menggambar
garis lain di
samping garis tsb.
Gerak
halus
8 Letakkan selembar kertas seukuran buku
di lantai. Apakah anak dapat melompati
bagian lebar kertas dengan mengangkat
kedua kakinya secara
bersamaan tanpa didahului lari?
Gerak
kasar
9 Dapatkah anak mengenakan sepatunya
sendiri?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda
tiga sejauh
sedikitnya 3 meter?
Gerak
kasar
Kuesioner Praskrining untuk Anak 42 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Dapatkah anak mengenakan
sepatunya sendiri?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
2 Dapatkah anak mengayuh sepeda rods tiga Gerak
sejauh sedikitnya 3 meter? kasar
3 Setelah makan, apakah anak mencuci
clan mengeringkan tangannya dengan
balk sehingga anda ticlak perlu
mengulanginya?
Sosialisasi
&
kemandiri
a
4 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa
berpegangan. Jika perlu tunjukkan
caranya clan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam
waktu
2 detik atau lebih?
Gerak
kasar
5 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini
di lantai. Apakah anak dapat melompati
panjang
kertas ini dengan mengangkat kedua
kakinya secara bersamaan tanpa didahului
lari?
Gerak
kasar
6 Jangan membantu anak clan jangan
menyebut lingkaran. Suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang tersedia.
Dapatkah anak menggambar lingkaran?
Gerak
halus
7 Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus
satu persatu di atas yang lain tanpa
menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
Gerak
halus
8 Apakah anak dapat bermain petak umpet,
ular naga atau permainan lain dimana ia
ikut bermain clan mengikuti aturan
bermain?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
9 Dapatkah anak mengenakan celana
panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa
di bantu? (Tidak termasuk kemandirian
memasang kancing, gesper atau ikat
pinggang)
Sosialisasi
&
kemandiria
n
Kuesioner Praskrining untuk Anak 48 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga
sejauh sedikitnya 3 meter?
Gerak kasar
2 Setelah makan, apakah anak mencuci dan
mengeringkan tangannya dengan baik
sehingga anda tidak perlu mengulanginya?
Sosialisasi &
kemandirian
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa
berpegangan. Jika perlu tunjukkan
caranya dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 2 detik atau lebih?
Gerak kasar
4 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini
di lantai. Apakah anak dapat melompati
panjang kertas ini dengan mengangkat
Gerak kasar
kedua kakinya
secara bersamaan tanpa didahului lari?
5 Jangan membantu anak dan jangan
menyebut lingkaran. Suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang tersedia.
Dapatkah anak menggambar lingkaran?
Gerak halus
6 Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus
satu persatu di atas yang lain tanpa
menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
Gerak halus
7 Apakah anak dapat bermain petak umpet,
ular
naga atau permainan lain dimana ia ikut
bermain dan mengikuti aturan bermain?
Sosialisasi &
kemandirian
8 Dapatkah anak mengenakan celana
panjang, kemeja, baju atau kaos kaki
tanpa di bantu? (Tidak termasuk
memasang kancing, gesper atau ikat
pinggang)
Sosialisasi &
kemandirian
9 Dapatkah anak menyebutkan nama
lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK
jika ia hanya menyebutkan sebagian
namanya atau ucapannya sulit dimengerti.
Bicara &
bahasa
Kuesioner Praskrining untuk Anak 54 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus
satu persatu di atas yang lain tanpa
menjatuhkan kubus tersebut? Kubus
yang digunakan ukuran 2-5 – 5 cm.
Gerak halus
2 Apakah anak dapat bermain petak
umpet, ular naga atau permainan lain
dimana ia ikut
bermain dan mengikuti aturan bermain?
Sosialisasi &
kemandirian
3 Dapatkah anak mengenakan celana
panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa
di bantu? (Tidak termasuk memasang
kancing, gesper atau ikat pinggang)
Sosialisasi &
kemandirian
4 Dapatkah anak menyebutkan nama
lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK
jika ia hanya menyebut sebagian
namanya atau
ucapannya sulit dimengerti.
Bicara &
bahasa
5 Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban
anak. Jangan membantu kecuali
mengulangi pertanyaan.
"Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?"
"Apa yang kamu lakukan jika kamu
lapar?" "Apa yang kamu lakukan jika
kamu lelah?" Jawab YA biia anak
merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan
benar, bukan dengan gerakan atau
isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar
adalah "menggigil" ,"pakai mantel’ atau
"masuk kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah
"makan"
Jika lelah, jawaban yang benar adalah
"mengantuk", "tidur", "berbaring/tidur-
tiduran", "istirahat" atau "diam sejenak"
Bicara &
bahasa
6 Apakah anak dapat mengancingkan
bajunya
atau pakaian boneka?
Sosialisasi &
kemandirian
7 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa
berpegangan. Jika perlu tunjukkan
caranya dan beri anak ands kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 6 detik atau lebih?
Gerak kasar
8 Jangan mengoreksi/membantu anak.
Jangan menyebut kata "lebih panjang".
Perlihatkan gambar kedua garis
ini pada anak.
Tanyakan: "Mana garis yang
lebih panjang?"
Minta anak menunjuk garis yang
lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar
lembar ini dan ulangi pertanyaan
tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini
lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang
lebih panjang sebanyak 3 kali dengan
benar?
Gerak halus
9 Jangan membantu anak dan jangan
memberitahu nama gambar ini, suruh
anak menggambar seperti contoh ini di
kertas kosong yang tersedia. Berikan 3
kali kesempatan. Apakah anak dapat
menggambar seperti contoh ini?
Gerak halus
10 Ikuti perintah ini dengan seksama.
Jangan memberi isyarat dengan
telunjuk atau mats pads saat
memberikan perintah berikut ini:
"Letakkan kertas ini di atas lantai".
"Letakkan kertas ini di bawah kursi".
"Letakkan kertas ini di depan kamu"
"Letakkan kertas ini di belakang kamu"
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti
"di atas", "di bawah", "di depan" dan "di
belakang”
Bicara &
bahasa
Kuesioner Praskrining untuk Anak 60 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban
anak. Jangan membantu kecuali
mengulangi pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
lapar?” “Apa yang kamu lakukan jika
kamu lelah?” Jawab YA biia anak
merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan
benar, bukan dengan gerakan atau
isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar
adalah “menggigil” ,”pakai mantel’ atau
“masuk kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah
“makan”
Bicara &
bahasa
Jika lelah, jawaban yang benar adalah
“mengantuk”, “tidur”, “berbaring/tidur-
tiduran”,
“istirahat” atau “diam sejenak”
2 Apakah anak dapat mengancingkan
bajunya atau pakaian boneka?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa
berpegangan. Jika perlu tunjukkan
caranya dan beri anak ands kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 6 detik atau lebih?
Gerak
kasar
4 Jangan mengoreksi/membantu anak.
Jangan menyebut kata “lebih panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis
ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang
lebih panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang
lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar
Gerak
halus
lembar ini dan ulangi pertanyaan
tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini
lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang
lebih panjang sebanyak 3 kali dengan
benar?
5 Jangan membantu anak dan jangan
memberitahu nama gambar ini, suruh
anak menggambar seperti contoh ini di
kertas kosong yang tersedia. Berikan 3
kali
kesempatan. Apakah anak dapat
Gerak
halus
menggambar seperti contoh ini?
6 Ikuti perintah ini dengan seksama.
Jangan memberi isyarat dengan
telunjuk atau mats pads saat
memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti
“di
Bicara &
bahasa
atas”, “di bawah”, “di depan” dan “di
belakang”
7 Apakah anak bereaksi dengan tenang
dan tidak rewel (tanpa menangis atau
menggelayut pada anda) pada saat anda
meninggalkannya?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
8 Jangan menunjuk, membantu
atau membetulkan, katakan pada
anak : “Tunjukkan segi empat
merah” “Tunjukkan segi empat
kuning” ‘Tunjukkan segi empat
biru” “Tunjukkan segi empat
hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna
itu dengan benar?
Bicara &
bahasa
9 Suruh anak melompat dengan satu kaki
beberapa kali tanpa berpegangan
(lompatan dengan dua kaki tidak ikut
dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali
dengan satu kaki?
Gerak kasar
10 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian
sendiri tanpa bantuan?
Sosialisasi
&
kemandiria
n
Lampiran 4
HASIL OUTPUT PENELITIAN
ANALISIS UNIVARIAT
UMUR BALITA
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
3-20 47 65.3 65.3 65.3
21-40 24 33.3 33.3 98.6
41-59 1 1.4 1.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
JENIS KELAMIN ANAK
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid LAKI-LAKI 30 41.7 41.7 41.7
PEREMPU
AN 42 58.3 58.3 100.0
Total 72 100.0 100.0
UMUR IBU
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 20-30 41 56.9 56.9 56.9
31-40 31 43.1 43.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
PENDIDIKAN TERAKHIR
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 2 2.8 2.8 2.8
SMP 10 13.9 13.9 16.7
SMA 47 65.3 65.3 81.9
AKADEMI/PERGUR
UAN TINGGI 3 4.2 4.2 86.1
5 10 13.9 13.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
PEKERJAAN
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid IRT 63 87.5 87.5 87.5
WIRASWASTA 1 1.4 1.4 88.9
PEGAWAI
SWASTA 3 4.2 4.2 93.1
PNS 5 6.9 6.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
POLA ASUH ORANG TUA
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Demokrasi 27 37.5 37.5 37.5
Permisif 26 36.1 36.1 73.6
Otoriter 19 26.4 26.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
PERKEMBANGAN ANAK BALITA
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 27 37.5 37.5 37.5
Meraguka
n 20 27.8 27.8 65.3
Abnormal 25 34.7 34.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
POLA ASUH
ORANG TUA *
PERKEMBANGAN
ANAK BALITA
72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
POLA ASUH ORANG TUA * PERKEMBANGAN ANAK BALITA
Crosstabulation
PERKEMBANGAN ANAK
BALITA
Tota
l
NORM
AL
MERAG
UKAN
ABNOR
MAL
POLA ASUH
ORANG TUA
OTORIT
ER
Count 7 6 6 19
% within POLA
ASUH ORANG
TUA
36.8% 31.6% 31.6% 100.
0%
DEMOK
RASI
Count 16 6 5 27
% within POLA
ASUH ORANG
TUA
59.3% 22.2% 18.5%
100.
0%
PERMISI
F
Count 4 8 14 26
% within POLA
ASUH ORANG
TUA
15.4% 30.8% 53.8% 100.
0%
Total Count 27 20 25 72
% within POLA
ASUH ORANG
TUA
37.5% 27.8% 34.7% 100.
0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 12.119a 4 .016
Likelihood Ratio 12.625 4 .013
Linear-by-Linear
Association
3.865 1 .049
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 5.28.
Lampiran 5
MASTER TABEL PENELITIAN
NO. RES
UMUR IBU
PENDIDIKAN PEKERJAAN UMUR ANAK
JK POLA ASUH
SKOR NILAI KATEGORI
1 22
Tahun SMA IRT 12 bln 1 hari P 59 81.9 Otoriter
2 23
tahun SMA IRT 9 Bln
10 hari P 58 80.5 Otoriter
3 32
tahun SMA IRT 5 bln L 59 81.9 Otoriter
4 40
Tahun SMA IRT 15
Bulan L 58 80.5 Otoriter
5 28
tahun SMA IRT 12 Bln 3 hari P 56 77.7 Otoriter
6
29
tahun S1 PNS
24 bulan
2 hari P 63 87.5 Otoriter
7
32
tahun SMA IRT
19
bulan L 61 84.8 Otoriter
8 20
tahun SMA IRT 4
Bulan L 57 79.2 Otoriter
9 38
Tahun SMA IRT
15 bulan 6 hari L 57 79.2 Otoriter
10 32
Tahun SMA IRT 7
bulan L 58 80.5 Otoriter
11 32
Tahun SMP IRT 21
bulan P 57 79.2 Otoriter
12
22
Tahun SMA IRT
9 bulan
13 hari P 60 83.3 Otoriter
13
29
tahun SMP IRT
13
bulan L 57 79.2 Otoriter
14 32
Tahun SMA IRT
4
bulan 12 hari L 59 81.9 Otoriter
15
29
tahun SMA IRT
14 bulan
2 hari L 60 83.3 Otoriter
16
27
Tahun D3 IRT
8
bulan L 39 54.2 demokrasi
6 hari
17 36
Tahun S1 PNS 10
bulan P 57 79.2 Otoriter
18
40
Tahun SMP IRT
12 bulan
13 hari P 38 52.8 demokrasi
19 21
Tahun SMA IRT
3
bulan 1 hari P 39 54.2 demokrasi
20 35
Tahun SMA IRT 20
bulan L 56 77.8 Otoriter
21 39
Tahun SMA IRT 15
Bulan P 39 54.2 demokrasi
22
22
Tahun SMA IRT
21 bulan
3 hari L 57 79.2 Otoriter
23
29
tahun SMP IRT
25
bulan L 61 84.8 Otoriter
24
31
Tahun SD IRT
18
bulan L 38 52.8 demokrasi
25
34
Tahun SMA IRT
6 bln
11 hari P 38 52.8 demokrasi
26
27
Tahun SMA IRT
4
bulan P 38 52.8 demokrasi
27
25
Tahun SMA IRT
7
bulan L 36 50 demokrasi
28
22
Tahun SMA IRT
4
bulan P 38 52.8 demokrasi
29 20
tahun SMA IRT 24
bulan L 38 52.8 demokrasi
30 36
Tahun SMA IRT 21 Bln 2 hari L 39 54.2 demokrasi
31 30
Tahun S1 Honorer
11 bulan
14 hari L 37 51.4 demokrasi
32
22
Tahun SMA IRT
22 bulan
8 hari L 39 54.2 demokrasi
33
39
Tahun S1 PNS
24
bulan P 38 52.8 demokrasi
34 32
Tahun S1 PNS
26
bulan 5 hari P 37 51.4 demokrasi
35 26
Tahun SMA IRT 28
bulan L 37 51.4 demokrasi
36 20
tahun SMA IRT 17
bulan P 39 54.2 demokrasi
37
24
Tahun SMA IRT
20 bulan
13 hari P 38 52.8 demokrasi
38 32
Tahun S1 IRT
28
bulan 12 hari L 39 54.2 demokrasi
39 27
Tahun SMA IRT
21 bulan 5 hari P 37 51.4 demokrasi
40 28
tahun S1 Honorer
24
bulan 15 hari P 39 54.2 demokrasi
41 22
Tahun SMA IRT
18 bulan 2 hari P 39 54.2 demokrasi
42
20
tahun SMA IRT
17 bulan
11 hari P 38 52.8 demokrasi
43 36
Tahun SMA IRT
22
bulan 14 hari L 39 54.2 demokrasi
44 29
tahun S1 IRT 6
bulan P 39 54.2 demokrasi
45 26
Tahun SMA IRT 11
bulan P 36 50 demokrasi
46 33
Tahun SMP IRT
14 bulan 7 hari L 39 54.2 demokrasi
47
38
Tahun SMA IRT
9
bulan P 44 61.1 Permisif
48 22
Tahun SMA IRT
8
bulan 15 hari P 54 75 Primitif
49 20
tahun SMP IRT
12 bulan
11 hari L 49 68 Primitif
50
26
Tahun SMP IRT
30 bulan
1 hari P 43 59.8 Primitif
51 25
Tahun SMA Wiraswasta
25
bulan 4 hari P 50 69.4 Primitif
52 34
Tahun S1 IRT 27
bulan P 52 72.2 Primitif
8 hari
53
24
Tahun D3 Honorer
32 bulan
10 hari P 54 75 Primitif
54
39
Tahun SMA IRT
5
bulan P 53 73.6 Primitif
55 37
Tahun SMA IRT
14
bulan 3 hari P 43 59.8 Primitif
56 26
Tahun SMP IRT 16
bulan L 52 72.2 Primitif
57 20
tahun SMA IRT
8 bulan 2 hari P 41 56.9 Primitif
58
37
Tahun S1 PNS
32
bulan P 49 68 Primitif
59 21
Tahun D3 IRT
24
bulan 7 hari L 52 72.2 Primitif
60 22
Tahun SMA IRT 11
bulan P 42 58.4 Primitif
61 32
tahun SMA IRT
10 bulan 6 hari P 54 75 Primitif
62
36
Tahun SMA IRT
41 bulan
1 hari P 50 69.4 Primitif
63 30
Tahun SMA IRT
7
bulan 4 hari P 52 72.2 Primitif
64 22
Tahun SMA IRT
18 bulan 3 hari L 44 61.1 Primitif
65 37
Tahun SMA IRT
13
bulan 6 hari L 53 73.6 Primitif
66 31
Tahun SMP IRT 22
bulan P 49 68.1 Primitif
67 26
Tahun SMA IRT 9
bulan L 53 73.6 Primitif
68 25
Tahun SMA IRT
17 bulan
14 hari P 55 76.3 Primitif
69 20
tahun SMP IRT 15
bulan P 54 75 Primitif
2 hari
70
33
Tahun SMA IRT
14 bulan
8 hari L 41 56.94 Primitif
71
40
Tahun SD IRT
21
Bulan P 51 70.83 Primitif
72
25
Tahun SMA IRT
9 bln
11 hari P 45 62.5 Primitif
DOKUMENTASI PENELITIAN