hubungan pola asuh ibu dengan kemandirian_siap print out

67
HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA SEKOLAH USIA 4 - 6 TAHUN DI TK MELATI DHARMA WANITA III MOJOROTO KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH Oleh: RETNO YUNITA SARI NIM. 10.054 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Upload: retno-ayu

Post on 30-Dec-2014

259 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA SEKOLAH USIA 4 - 6 TAHUN

DI TK MELATI DHARMA WANITA III MOJOROTO KOTA KEDIRI

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

RETNO YUNITA SARINIM. 10.054

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI2012

Page 2: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan

sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana dia

hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang

terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat

memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan

individu yang optimun (Ihsan, 2010: 4). Sedangkan kemandirian adalah

kemampuan mengatur diri sendiri sesuai dengan hak dan kewajiban, tidak

bergantung pada orang lain sampai batas kemampuannya, mampu

bertanggungjawab atas keputusan, tindakan dan perasaannya sendiri serta mampu

membuang pola perilaku yang mengingkari kenyataan.

Keluarga sebagai unit sosial terkecil terdiri dari anggota keluarga seperti

ayah, ibu, dan anak-anak (Dariyo, 2007: 9). Pola asuh orang tua merupakan salah

satu faktor penting dalam mengembangkan ataupun menghambat tumbuhnya

kreativitas. Seorang anak yang dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka,

saling menghargai, saling menerima dan mendengarkan pendapat keluarganya,

maka ia akan tumbuh menjadi generasi yang terbuka, fleksibel, penuh inisiatif,

dan produktif, suka akan tantangan dan percaya diri. Perilaku kreatif dapat

Page 3: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

tumbuh dan berkembang dengan baik. Kehidupan keluarga merupakan

lingkungan pertama dan utama bagi anak. Oleh karena itu, pola pengasuhan orang

tua menjadi sangat penting bagi anak dan akan mempengaruhi kehidupan anak

hingga ia dewasa (Rachmawati dan Kurniati, 2010: 8).

Data dari TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri jumlah anak

pra-sekolah didapatkan tahun 2009 sebanyak 49 anak, tahun 2010 sebanyak 43

anak dan tahun 2011 sebanyak 46 anak. Selain itu didapat data dari para guru TK

Melati Dharma Wanita Mojoroto Kediri bahwa sebagian besar anak pra-sekolah

belum bisa mandiri sesuai perkembangan usianya (4 – 6 tahun) sesuai dengan

lingkungan sekitarnya, hal ini dibuktikan dengan sebagian besar anak pra-sekolah

belum bisa mengikat tali sepatu sendiri tetapi masih membutuhkan bantuan dari

para guru di sekolah.

Pola asuh orang tua yang menerima, akan membuat anak merasa disayang,

dilindungi, dianggap berharga, dan diberikan dukungan oleh orang tuanya. Pola

asuh ini sangat kondusif mendukung pembentukan kepribadian yang pro-sosial,

percaya diri, dan mandiri namun sangat peduli dengan lingkungannya. Sementara

itu, pola asuh yang menolak dapat membuat anak merasa tidak diterima, tidak

disayang, dikecilkan, bahkan dibenci oleh orang tuanya. Anak-anak yang

mengalami penolakan dari orang tuanya akan menjadi pribadi yang tidak mandiri,

atau kelihatan mandiri tetapi tidak mempedulikan orang lain. Dampak negatif

yang lain, anak akan mudah tersinggung, dan berpandangan negatif terhadap

Page 4: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

orang lain, bahkan terhadap kehidupannya, bersikap sangat agresif kepada orang

lain, atau merasa minder dan tidak merasa dirinya berharga (Wibowo, 2012: 79).

Orang tua harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan

pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri (asalkan

tidak membahayakan atau merugikan orang lain atau diri sendiri. Jangan

mengancam atau menghukum anak kalau pendapat atau perbuatannya dianggap

salah oleh orang tua. Anak tidak salah, mereka umumnya belum tahu, dalam

tahap belajar. Selain itu orang tua harus mendorong kemandirian anak dalam

melakukan sesuatu, menghargai usaha-usaha yang telah dilakukannya, memberi

pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Cara-cara ini

merupakan salah satu unsur penting pengembangan kreativitas anak (Ayuningsih,

2010: 91).

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Kemandirian Anak Pra Sekolah di TK Melati

Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dianalisa

pada penelitian ini adalah “Adakah hubungan pola asuh ibu dengan kemandirian

anak prasekolah di TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri?”

Page 5: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengidentifikasi hubungan pola asuh ibu dengan kemandirian anak

prasekolah di TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri?”

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pola asuh ibu yang digunakan pada anak usia pra

sekolah di TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri.

b. Mengidentifikasi kemandirian anak prasekolah di TK Melati Dharma

Wanita III Mojoroto Kota Kediri.

c. Menganalisa hubungan pola asuh ibu dengan kemandirian anak pra

sekolah di TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu atau Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan pada ibu

tentang pola asuh dalam memandirikan anak, sehingga anak bisa memenuhi

kebutuhan sehari-hari secara mandiri.

2. Bagi Guru

Page 6: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi guru

TK untuk mengajarkan kemandirian pada anak selama berada di sekolah dan

diterapkan sampai di rumah.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang

telah di dapat selama kuliah, dalam rangka pemahaman pola asuh ibu tentang

kemandirian anak prasekolah.

Page 7: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pola Asuh

1. Definisi pola asuh

Pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara

signifikan turut membentuk karakter anak. Hal ini didasari bahwa pendidikan

dalam keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang

tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun. Keluarga harmonis,

rukun dan damai, akan tercermin dari kondisi psikologis dan karakter anak-

anaknya. Begitu sebaliknya, anak kurang berbakti, tidak hormat, bertabiat

buruk, sering melakukan tindakan di luar moral kemanusiaan atau berkarakter

buruk, lebih banyak disebabkan oleh ketidakharmonisan dalam keluarganya

yang bersangkutan (Wibowo, 2012: 75).

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam

mengembangkan ataupun menghambat tumbuhnya kreativitas. Seorang anak

yang dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai,

saling menerima dan mendengarkan pendapat keluarganya, maka ia akan

Page 8: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

tumbuh menjadi generasi yang terbuka, fleksibel, penuh inisiatif, dan

produktif, suka akan tantangan dan percaya diri. Perilaku kreatif dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik. Kehidupan keluarga merupakan lingkungan

pertama dan utama bagi anak. Oleh karena itu, pola pengasuhan orang tua

menjadi sangat penting bagi anak dan akan mempengaruhi kehidupan anak

hingga ia dewasa (Rachmawati dan Kurniati, 2010: 8).

2. Macam-macam pola asuh

a. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter ini ciri utamanya adalah orang tua membuat

hampir semua keputusan. Anak-anak mereka dipaksa tunduk, patuh, dan

tidak boleh bertanya apalagi membantah. Iklim demokratis dalam keluarga

sama sekali tidak terbangun. Laksana dalam dunia militer, anak tidak

boleh membantah perintah sang komadan/ orang tua meski benar atau

salah. Secara lengkap, ciri khas pola asuh otoriter ini diantaranya:

1) Kekuasaan orang tua sangat dominan

2) Anak tidak diakui sebagai pribadi

3) Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat

4) Orang tua akan sering menghukum jika anak tidak patuh (Wibowo,

2012: 76)

Kondisi tersebut mempengaruhi perkembangan diri pada anak.

Banyak anak yang dididik dengan pola asuh otoriter ini, cenderung

tumbuh berkembang menjadi pribadi yang suka membantah,

Page 9: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

memberontak dan berani melawan arus terhadap lingkungan sosial.

Kadang-kadang anak tidak mempunyai sikap peduli, antipati, pesimis dan

anti sosial. Hal ini, akibat dari tidak adanya kesempatan bagi anak untuk

mengemukakan gagasan, ide, pemikiran maupun insentifnya. Apapun

yang dilakukan oleh anak tidak pernah mendapat perhatian, penghargaan

dan penerimaan yang tulus oleh lingkungan keluarga atau orang tuanya

(Dariyo, 2007: 206).

b. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat

2) Dominasi pada anak

3) Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua

4) Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua

5) Kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang, bahkan

tidak ada (Wibowo, 20012: 77).

Bila anak mempu mengatur seluruh pemikiran, sikap dan

tindakannya dengan baik, kemungkinan kebebasan yang diberikan oleh

orang tua dapat dipergunakan untuk mengembangkan kreativitas dan

bakatnya, sehingga ia menjadi seorang individu yang dewasa, inisiatif dan

kreatif. Tetapi hal itu tak banyak ditemui dalam kenyataan, karena

ternyata sebagian besar anak tidak mampu menggunakan kesempatan itu

dengan sebaik-baiknya. Mereka justru menyalahgunakan suatu

Page 10: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

kesempatan, sehingga cenderung melakukan tindakan-tindakan yang

melanggar nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan sosial. Dengan

demikian perkembangan diri anak cenderung menjadi negatif (Dariyo,

2007: 207).

c. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis ialah gabungan antara pola asuh permisif dan

otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan

tindakan antara anak dan orang tua. Baik orang tua maupun anak

mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan,

ide atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. Dengan demikian

orang tua dan anak dapat berdiskusi, berkomunikasi atau berdebat secara

konstruktif, logis, rasional demi mencapai kesepakatan bersama. Karena

hubungan komunikasi antara orang tua dengan anak dapat berjalan

menyenangkan, maka terjadi pengembangan kepribadian yang mantap

pada diri anak. Anak makin mandiri, matang dan dapat menghargai diri

sendiri sendiri dengan baik. Pola asuh demokratis akan berjalan secara

efektif bila ada 3 syarat yaitu:

1) Orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua yang memberi

kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya.

2) Anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan

menghargai orang tua sebagai tokoh utama yang tetap memimpin

keluarganya.

Page 11: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

3) Orang tua belajar memberi kepercayaan dan tanggungjawab terhadap

anaknya (Dariyo, 2007: 208).

Pola asuh demokratis bertolak belakang dengan pola asuh otoriter.

Orang tua memberikan kebebasan kepada putra-putrinya untuk

berpendapat dan menentukan masa depannya. Secara lengkap, pola asuh

demokratis ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Orang tua senantiasa mendorong anak untuk membicarakan apa yang

menjadi cita-cita, harapan dan kebutuhan mereka

2) Pada pola asuh demokratis ada kerjasama yang harmonis antara orang

tua dan anak

3) Anak diakui sebagai pribadi, sehingga segenap kelebihan dan potensi

mendapat dukungan serta dipupuk dengan baik

4) Karena sifat orang tua yang demokratis, mereka akan membimbing

dan mengarahkan anak-anak mereka

5) Ada kontrol dari orang tua yang tidak kaku (Wibowo: 2012: 77)

d. Pola Asuh Indulgent (Penelantaran)

Karakter pola asuh penelantaran mempunyai ciri sebagai berikut:

1) Menelantarkan secara psikis.

2) Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak.

3) Anak dibiarkan berkembang sendiri.

Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar anak :

Page 12: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

1) Anak dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan

remaja seperti penggunaan narkoba, merokok diusia dini dan tindak

kriminal lainnya.

2) Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu

aktivitas atau kegiatan (RaiSamba, 2012)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan

kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam

masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan

pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang

datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami

perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimun

(Ihsan, 2010: 4).

b. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Menurut Mariner yang dikutip

dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang tau kelompok (Wawan dan Dewi, 2010:

18).

c. Sosial budaya

Page 13: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan dan Dewi,

2010: 18).

B. Konsep Kemandirian

1. Definisi kemandirian

Menurut Lie (2004) kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan

kegiatan atau tugas sehari-hari sesuai dengan tahapan perkembangan dan

kapasitasnya. Sedangkan menurut Mu’tadin (2002) kemandirian merupakan

suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan,

dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi

berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu mampu berfikir dan

bertindak sendiri. Dengan demikian seseorang dapat memilih jalan hidupnya

untuk berkembang yang lebih mantap (Purno, 2007).

2. Klasifikasi tingkat kemandirian

a. Minimal care

Mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan, mampu makan dan

minum sendiri, mampu berjalan sendiri, mampu berpakaian dan

berdandan sendiri, mampu BAB dan BAK tanpa bantuan.

b. Partial care

Page 14: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Memerlukan bantuan orang lain sebagian, membutuhkan bantuan

untuk berjalan, membutuhkan bantuan makan (menyuapi), membutuhkan

dalam berpakaian dan berdandan, membutuhkan bantuan BAB dan BAK.

c. Total care

Memerlukan bantuan orang lain sepenuhnya dan memerlukan waktu

yang lama, membutuhkan dua orang atau lebih dalam berjalan,

membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan,

membutuhkan bantuan penuh dalam makan, memrlukan bantuan penuh

dalam mandi, membutuhkan bantuan penuh dalam BAB dan BAK

3. Bentuk-bentuk kemandirian anak pra-sekolah

Bentuk-bentuk kemandirian yang perlu dikuasai anak pra sekolah adalah

sebagai berikut:

a. Usia 3-4 Tahun

1) Sikat gigi sendiri meski belum sempurna

Ajak anak menyiapkan sikat gigi, odol dan gelas berisi air

matang untuk berkumur. Dengan arahan orangtua, biarkan anak

menggosok sendiri giginya.

2) Buka-pakai baju kaus dan celana berkaret

Di akhir usia 3 tahun, anak dapat membedakan mana bagian

depan dan mana bagian belakang baju kausnya sehingga tidak lagi

terbolak-balik.

Page 15: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Ajak anak menyediakan baju dan celana yang akan dipakai.

Biarkan ia membuka baju/celana dan memakainya sendiri. Tak

masalah jika dia memakai baju dari bagian tangannya terlebih dulu

atau dari bagian kepalanya, tergantung mana yang lebih disukai anak.

Begitupun untuk celana, boleh kaki kiri atau kanan duluan, suka-suka

si kecil. Biasanya anak akan memakai celana dalam posisi duduk, baru

kemudian berdiri setelah kedua kakinya masuk ke dalam masing-

masing lubang celana.

3) Memakai sepatu berperekat

Sediakan sepatu dengan “kancing” berperekat, sehingga mudah

dilepas-pasang oleh si kecil. Biarkan anak memakai dan membuka

sepatunya sendiri. Umumnya anak 3 tahun sudah dapat memasukkan

kakinya ke dalam sepatu.

4) Mandi sendiri dengan arahan

Minta anak menyiram badannya dengan air, lalu menyabuninya.

Sebaiknya gunakan sabun cair. Ingatkan bila ada bagian yang terlupa.

Untuk menyabuni tubuh bagian belakang, si kecil masih butuh

dibantu. Setelah itu, minta ia membilas badannya. Beri tahu jika masih

ada busa sabun yang tersisa di badannya, agar ia menyiramkan air ke

bagian tersebut. Usai mandi, minta anak mengeringkan badannya

dengan handuk.

4) Pipis di toilet

Page 16: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Begitu anak bilang ingin pipis, minta ia segera ke toilet dan

membuka celananya sendiri. Usai pipis, ajari anak untuk membasuh

alat kelaminnya dengan menyiramkan air pakai gayung atau

semprotan air. Anak sudah bisa kok memegang dan menyendok air

dengan gayung kecil, juga menekan semprotan air sendiri.

5) Mencuci tangan tanpa dibantu

Setiap kali hendak makan atau setelah melakukan suatu aktivitas

seperti bermain dan buang air, biasakan anak untuk mencuci

tangannya dengan sabun hingga bersih. Ajak anak ke wastafel atau ke

tempat keran air. Biarkan ia sendiri yang membuka keran air dan

membasahi tangannya di bawah air yang mengalir, menyabuninya,

sebaiknya menggunakan sabun cair, lalu membilasnya. Setelah itu,

mengeringkannya dengan lap bersih yang telah tersedia.

6) Sediakan peralatan makan khusus untuk anak baik dalam bentuk,

ukuran maupun bahannya yang tak mudah pecah. Orangtua bisa

membantu menaruhkan makanan sesuai porsi makan si anak, baik

berupa nasi dengan lauk pauknya, mie, dan sebagainya.

7) Menuang air tanpa tumpah dan minum sendiri dari gelas tanpa gagang

maupun cangkir bergagang.

Sediakan gelas/cangkir dan teko/botol kecil berisi air, letakkan di

tempat yang mudah dijangkau anak. Setiap kali anak minta minum,

Page 17: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

suruh ia untuk menuangkan air minum dari teko/botol tersebut ke

dalam gelas/cangkirnya. Ingat, semua peralatan tersebut terbuat dari

bahan yang tak mudah pecah. Sebagai latihan menuang air, sangat

baik bila orangtua juga menyediakan mainan seperangkat alat minum

teh, sehingga anak bisa bermain tuang air ke dalam cangkir-cangkir

kecilnya. Ingatkan untuk tidak terlalu penuh menuangnya agar tidak

tumpah.

8) Membereskan mainan usai bermain

Sediakan beberapa kotak dengan warna berbeda sebagai wadah

penyimpan mainan. Setiap kali usai bermain, ajak anak menyimpan

kembali mainannya ke dalam kotak-kotak tersebut. Bila ada mainan

yang tercecer, minta anak untuk mengambil mainan itu dan menaruh

ke dalam wadahnya.

9) Buka-tutup pintu, baik dengan pegangan yang diputar maupun ditekan

ke bawah. Anak juga dapat memutar anak kunci.

Minta anak untuk membukakan pintu ketika terdengar suara

ketukan di pintu atau menutup pintu kamar ketika ia habis keluar-

masuk kamar. Hindari menggantungkan anak kunci di sisi dalam pintu

untuk menghindari risiko anak terkunci sendirian di dalam

ruangan/kamar.

b. Usia 4-6 Tahun

Page 18: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Selain kemampuan-kemampuan yang sudah dikuasai di usia 3-4

tahun, maka di usia 4-5 tahun anak seharusnya dapat pula melakukan

aktivitas-aktivitas berikut ini:

1) Menggunakan pisau untuk memotong makanan.

Berikan pisau yang tidak terlalu tajam. Di atas piring, letakkan

makanan yang mudah dipotong seperti sejuring pepaya yang sudah

dikupas, ubi atau kentang rebus, dan lainnya. Tunjukkan bagaimana

cara memotongnya, lalu minta anak untuk melakukannya sendiri. Bila

anak mengalami kesulitan, bantu dengan cara memegang tangannya.

Bisa juga, saat ibu sedang memotong-motong sayuran yang

hendak dimasak, libatkan si kecil. Atau, ajak anak bermain masak-

masakan, misal memotong tahu yang dibuat dari lilin mainan.

2) Buka-pakai baju berkan-cing depan

Latih anak membuka kancing dan memasangkannya dengan

menggunakan kancing agak besar. Tunjukkan bagaimana caranya, lalu

minta anak untuk melakukannya sendiri. Bila anak mengalami

kesulitan, bantu dengan memegang tangannya. Setelah anak terampil

buka-pasang kancing besar, barulah latih dia buka-pasang kancing dari

bajunya.

3) Buka-tutup celana beresleting

Page 19: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Contohkan bagaimana cara membuka dan menutup resleting, lalu

minta anak melakukannya sendiri. Bila mengalami kesulitan barulah

dibantu dengan memegang tangannya.

4) Menalikan sepatu

Tunjukkan bagaimana cara mengikat dan membuka tali sepatu.

Minta anak melakukannya sambil dibantu. Sering-seringlah mengajak

anak melakukan latihan ikat-buka tali sepatu.

5) Mandi sendiri tanpa arahan.

Anak sudah bisa mandi sendiri dengan menggunakan gayung

mandi maupun shower tanpa arahan. Begitupun membersihkan

badannya dengan sabun. Meski demikian, tak ada salahnya orangtua

sesekali mengontrol cara anak mandi dan menyabuni badan.

6) Cebok sehabis buang air kecil/besar

Khusus anak perempuan, ajarkan cara membasuh alat

kelaminnya dari arah depan ke belakang dan bukan sebaliknya,

terutama usai buang air besar. Jelaskan alasannya dengan bahasa

sederhana, yakni agar kotoran dan kuman yang mungkin tertinggal di

anus tidak terbawa ke vagina. Setelah itu, minta anak untuk

mengeringkan alat kelaminnya dengan handuk kecil yang bersih agar

tidak lembap. Saat memakai celana kembali, ingatkan anak untuk

Page 20: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

berpegangan pada dinding kamar mandi agar tidak terjatuh akibat

ketidakseimbangan tubuhnya.

7) Menyisir rambut

Setiap usai mandi, minta anak untuk menyisir sendiri rambutnya.

Bagi si Upik yang berambut panjang, tentu masih perlu bantuan

orangtua bila rambutnya hendak diikat kuda ataupun dikepang

(Basuki, 2012)

4. Fakor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak

Menurut Soetjiningsih faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian

anak usia sekolah adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal merupakan faktor yang ada dari diri anak itu sendiri,

meliputi:

1) Faktor emosi yang ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi

dan tidak terganggunya kebutuhan emosi anak.

2) Faktor intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk

mengatasi masalah yang dihadapi anak.

b. Faktor eksternal merupakan faktor yang datang atau ada dari luar diri anak

itu sendiri, meliputi:

1) Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya

atau tidak tingkat kemandirian anak usia prasekolah. Pada usia ini

Page 21: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

anak memerlukan kebebasan untuk bergerak kesana-kemari dan

mempelajari lingkungan.

2) Karekteristik sosial dapat mempengaruhi kemandirian anak, misalnya:

tingkat kemandirian abak dari keluarga miskin berbeda dengan anak

dari keluarga kaya.

3) Stimulasi, anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih

cepat mandiri dibanding dengan anak yang kurang atau tidak

mendapat stimulasi

4) Pola asuh, anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatan,

dukungan dan dorongan. Peran orang tua sebagai pengasuh sangat

diperlukan bagi anak sebagai penguat perilaku yang telah

dilakukannya. Oleh karena itu pola pengasuhan merupakan hal yang

penting dalam pembentukan kemandirian anak.

5) Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya

karena ini akan mempengaruhi kemandirian anak bila diberikan

berlebihan akan menjadi anak kurang mandiri.

6) Kualitas informasi anak-orang tua yang dipengaruhi pendidikan orang

tua, dengan pendidikan yang baik informasi dapat diberikan kepada

anak karena orang tua dapat menerima informasi dari luar terutama

tentang cara meningkatkan kemandirian anak.

7) Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja diluar rumah untuk mencari

nafkah maka ibu tidak dapat memantau kemandirian anak sesuai

Page 22: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

perkembangan usianya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja bisa

memantau langsung kemandirian anak dan memandirikan anaknya

(Wulandari, 2007).

C. Konsep Anak Pra-sekolah

1. Definisi

Masa prasekolah merupakan fase perkembangan individu pada usia 2-6

tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria dan

wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal

beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Mansur,

2011: 78).

Menurut Munandar masa prasekolah merupakan masa-masa untuk

bermain dan mulai memasuki taman kanak- kanak. Waktu bermain

merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam

belajar formal. Pada tahap perkembangan anak usia prasekolah ini, anak mulai

menguasai berbagai ketrampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai memiliki

rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya. Pendidikan

prasekolah merupakan suatu pola pendidikan formal dan informal yang di

lakukan dari usia lahir sampai umur enam tahun sebelum memasuki usia

sekolah dasar (Wibowo, 2012).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

a. Faktor instrinsik

Page 23: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Faktor instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama

berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:

1) Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)

2) Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid,

kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya.

3) Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan

kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan

keterlambatan pertumbuhan.

4) Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan

gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh

tubuh

5) Anemia atau penyakit darah lainnya

6) Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi

atau hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak

terpenuhi.

Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang

mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan

faktor lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar

dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini

adalah bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa/

bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan

oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan

Page 24: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik juga faktor lingkungan

yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.

b. Faktor ekstrinsik

1) Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan

atau kekerasan dari orang tua)

2) Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang. Depresi bisa

terjadi jika anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup,

seperti yang dapat terjadi pada bayi yang diisolasi dalam suatu

inkubator atau pada anak yang kurang mendapatkan perhatian dari

orang tuanya.

3) Faktor ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian makanan

kepada anak, tempat tinggal dan perilaku orang tua). Keadaan

ekonomi yang pas-pasan dapat menyebabkan anak tidak memperoleh

gizi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhannya.

4) Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau

racun).

Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya

potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan

tercapainya potensi bawaan sedangkan lingkungan yang kurang baik akan

menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-psiko-

fisiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari

konsepsi sampai akhir hayatnya.

Page 25: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

c. Faktor pendukung

Faktor-faktor pendukung perkembangan anak, antara lain:

1) Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut

2) Peran aktif orang tua

3) Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak

4) Peran aktif anak

5) Pendidikan orang tua

3. Perkembangan dalam masa prasekolah

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan

berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik yang

menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya,

memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan ketrampilan

fisiknya dan mengeksplorasi lingkungannya dengan atau tanpa bantuan

dari orang tuanya. Perkembangan sistem saraf pusat memberikan kesiapan

kepada anak untuk dapat lebih meningkatkan pemahaman dan penguasaan

terhadap tubuhnya.

Proporsi tubuhnya berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga

tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg,

sedangkan pada usia lima tahun tingginya mencapai 100-110 cm. Tulang

kakinya tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak

Page 26: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

secepat usia sebelumnya. Pertumbuhan tulang-tulangnya semakin besar

dan kuat. Pertumbuhan giginya semakin lengkap/ komplit, sehingga dia

sudah menyenangi makanan padat, seperti daging, sayuran, buah-buahan,

dan kacang-kacangan (Mansur, 2011: 78).

b. Perkembangan emosi

Pola emosi umum yang terjadi pada masa anak-anak antara lain

adalah sebagai berikut:

1) Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap

membahayakan.

2) Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada

objeknya.

3) Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap

orang lain, diri sendiri atau objek tertentu yang diwujudkan dalam

bentuk verbal (kata-kata kasar/makian/ sumpah serapah) atau

nonverbal (seperti mencuit, memukul, menampar, menendang, dan

merusak).

4) Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang

dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah

mencurahkan kasih sayang kepadanya.

5) Kegembiraan, kesenangan, dan kenikmatan, yaitu perasaan yang

positif, nyaman karena terpenuhinya keinginannya.

Page 27: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

6) Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian atau

perlindungan terhadap orang lain, hewan atau bend.

7) Fobia, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya

(takut yang abnormal) seperti takut ulat, kecoa, dan lain-lain.

8) Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu

atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.

c. Perkembangan bahasa

Beberapa perkembangan bahasa menurut Clara dan William Sterm, adalah

sebagai berikut:

1) Prastadium (tahun pertama)

Kata pertama yang diucapkan anak dimulai dari suara-suara raban

seperti yang kita dengar keluar dari mulut seorang bayi.

2) Kalimat satu kata (12-18 bulan)

Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan atau

satu keinginan.

3) Masa memberi nama (18-24 bulan)

Perkembangan bahasa ini seakan-akan terhenti selama beberapa bulan

karena anak memusatkan perhatiannya untuk belajar berjalan.

4) Masa kalimat tunggal (24-30 bulan)

Page 28: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Bahasa dan bentuk kalimat makin baik dan sempurna. Anak telah

menggunakan kalimat tunggal. Sekarang ia mulai menggunakan

awalan dan akhiran yang membedakan bentuk dana warna bahasanya.

5) Masa kalimat majemuk (>30 bulan)

Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan bagus. Anak

telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk.

Sesekali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya timbullah anak

kalimat.

d. Perkembangan bermain

Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena

setiap waktunya diisi dengan kegiatan barmain. Kegiatan bermain yang

dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin

untuk memperoleh kesenangan.

e. Perkembangan kepribadian

Pada masa ini berkembang kesadaran dan kemampuan untuk

memenuhi tuntutan dan tanggung jawab. Oleh karena itu, agar tidak

berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol, pihak orang

tua perlu menhadapinya secara bijaksana, penuh kasih sayang, dan tidak

bersikap keras. Meskipun mereka mulai menampakkan keinginan untuk

bebas dari tuntutan orang tua, namun pada dasarnya mereka masih sangat

Page 29: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

membutuhkan perasaan, asuhan, bimbingan, atau curahan kasih sayang

orang tua.

f. Perkembangan moral

Pada masa ini anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas

terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya).

Melalui pengalaman berinteraksi dengan temannya, anak belajar

memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/ boleh/

diterima/ disetujui atau buruk/ tidak boleh. Berdasarkan pengalamannya

itu, maka pada masa ini anak harus bertingkah laku (seperti mencuci

tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur) (Mansur, 2011:

78).

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2005: 69).

Otoriter

Faktor-faktor pola asuh:1. Faktor

pendidikan2. Faktor

lingkungan3. Faktor sosial

budayaKemandirian

Faktor internal:1. Emosi2. IntelektualFaktor eksternal:1) Lingkungan2) Karekteristik

sosial 3) Stimulasi 4) Pola asuh5) Cinta dan kasih

sayang 6) Kualitas informasi

anak-orang tua 7) Status pekerjaan

ibu

Minimal care

Parsialcare

Total care

Anak pra-sekolah

Pola asuh ibu

Permisif Demokratis

Page 30: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Berpengaruh

: Berhubungan

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Kemandirian Anak Pra-Sekolah di TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dri rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (1994) hipotesis adalah suatu

pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang

diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2008:

56).

Ho : Tidak ada hubungan pola asuh ibu dengan kemandirian anak prasekolah di

TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri.

Penelantaran

Page 31: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Pada bab ini akan disajikan

antara lain:

A. Desain Penelitian

Desain atau rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap

keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu

penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2008: 77). Sedangkan menurut Alimul

Page 32: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

(2003), desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian.

Desain penelitian yang digunakan adalah korelasi, dimana penelitian ini

bertujuan untuk menentukan faktor apakah yang terjadi sebelum atau bersama-

sama tanpa adanya suatu intervensi dari peneliti (Nursalam, 2008: 80). Rancangan

penelitian yang digunakan cross sectional, yaitu peneliti hanya melakukan

observasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja, setiap subjek

hanya dikenai satu kali pengukuran tanpa dilakukan tindak lanjut atau

pengulangan penelitian (Saryono, 2008: 49).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2012.

2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian di di TK Melati Dharma Wanita Mojoroto Kota Kediri.

C. Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian (Alimul, 2003:

58).

Page 33: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

di Puskesmas Mrican Kota Kediri

Penelitian MasalahHubungan pola asuh ibu dengan pembentukan kemandirian anak prasekolah

di TK Melati Dharma Wanita Mojoroto Kota Kediri

PopulasiSemua ibu dan semua anak pra sekolah usia 4-6 thn di Tkmelati darmawanita Wanita Mojoroto Kota Kediri sebanyak 46 anak

Tehnik sampling“Consecutive sampling”

SampelSebagian ibu dan anak pra sekolah usia 4-6 tahun di TK Melati Dharma

Wanita Mojoroto Kota Kediri yang sesuai dengan kriteria inklusi

Instrumen dan Pengumpulan DataIbu yang sesuai dengan kriteria inklusi diberi penjelasan dan menandatangani

informed consent kemudian diberi kuesioner untuk diisi setelah selesai dikumpulkan kembali pada peneliti

Page 34: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Diagram 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Pembentukan Kemandirian Anak Prasekolah di TK Melati Dharma Wanita Mojoroto Kota Kediri

D. Samping Desain

1. Populasi penelitian

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2008: 89). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005: 79)

populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi

dalam penelitian adalah semua ibu dan anak prasekolah di TK Melati Dharma

Wanita III Mojoroto Kota Kediri sebanyak 46 anak.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008: 91). Sedangkan menurut

Notoatmodjo (2005: 79) sampel adalah sebagian yang diambil dari

Analisa DataSetelah data terkumpul kemudian ditabulasikan dan dikelompokkan sesuai dengan sub variabel yang diteliti, kemudian untuk mencari

hubungan menggunakan uji statistik spearman rank

Hasil

Kesimpulan

Page 35: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu dan anak prasekolah di TK

Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri yang sesuai dengan kriteria

inklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Alimul, 2003: 35). Kriteria inklusi dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1) Ibu yang mempunyai anak prasekolah

2) Ibu yang mempunyai anak sekolah di TK Melati Dharma Wanita III

Mojoroto Kota Kediri

3) Ibu yang bersedia menjadi responden

4) Ibu yang bisa membaca dan menulis

3. Sampling Penelitian

Sampling adalah proses penyeleksi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang tepat dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008: 93).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik “consecutive

sampling”, di mana teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah

dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili karakteristik populasi

yang telah dikenal sebelumnya berdasarkan kriteria (Nursalam, 2008: 94).

Page 36: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

E. Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2008: 97). Variabel

adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian

(Arikunto, 2006: 118).

1. Variabel independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap

menentukan variabel terikat. Variabel ini dapat merupakan faktor risiko,

prediktor, kausa/ penyebab (Suryono, 2008: 36). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pola asuh ibu.

2. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel ini

disebut juga kejadian, luaran, manfaat, efek atau dampak (Saryono, 2008: 36).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemandirian anak prasekolah.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Alimul, 2009: 79). Adapun definisi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 37: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian Anak Prasekolah di TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri

VariabelDefinisi

OperasionalParameter Alat Ukur Skala Skor

Independen:Pola asuh ibu

Kemampuan orang tua dalam menyediakan waktu, perhatian dan dukungan agar dapat berkembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial

Pola asuh ibu:1. Otoriter2. Permisif3. Demokratis4. Penelantaran

Kuesioner Nominal

Jawaban Ya: 1Tidak : 0Tiap pola asuh skor maksimal adalah 5, maka jawaban yang paling banyak adalah pola asuh yang digunakan orang tua

Dependen:kemandirian anak prasekolah

kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sesuai dengan tahapanperkembangandan kapasitasnya

1. Menggunakan pisau untuk memotong makanan.

2. Buka-pakai baju berkan-cing depan

3. Buka-tutup celana beresleting

4. Menalikan sepatu

5. Mandi sendiri tanpa arahan.

6. Cebok sehabis buang air kecil/besar

7. Menyisir rambut

Kuesioner Ordinal

Skor jawaban jika:4 : Selalu3 : Sering2 : Kadang1 : Tidak pernahSelanjutnya dijumlahkan kemudian dikategorikan:22-28 : minimal

care15-21 : partial

care7-14 : total care

G. Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

Page 38: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160).

Dalam penelitian ini alat ukur pengumpulan data yang digunakan adalah

angket/ kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006: 151).

2. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data

dalam penelitian (Alimul, 2009: 86). Dalam proses pengumpulan data terlebih

dahulu peneliti meminta permohonan ijin kepada beberapa pihak terkait, yaitu

kepada Kepala TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri.

Selanjutnya peneliti meminta ijin kepada responden secara door to door

melalui lembar informed consent untuk proses pengambilan data yang ada di

tempat penelitian. Untuk pola asuh pengumpulan data secara primer (langsung

pada ibu) sedangkan untuk kemandirian anak pengumpulan data secara

sekunder (melalui ibu).

3. Analisa Data

Analisa data adalah kegiatan dalam penelitian dengan melakukan

analisis data yang meliputi: persiapan, tabulasi dan aplikasi data (Alimul,

2003: 40). Setelah semua data terkumpul melalui angket atau kuesioner, maka

langkah selanjutnya adalah analisa data yaitu dengan melakukan tabulasi atau

pengelompokkan suatu sub variabel yang diteliti dengan cara pemberian skor

dan penilaian.

Page 39: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

a. Mengukur pola asuh ibu

Variabel pola asuh ibu diberi kode sebagai berikut:

1 : Otoriter

2 : Permisif

3 : Demokratis

4 : Penelantaran

Selanjutnya menetapkan pemberian skor, skor diukur dengan

menggunakan jawaban ya = 1 dan jawaban tidak = 0 kemudian

dijumlahkan sesuai tiap pola asuh dengan skor maksimal adalah 5, maka

jawaban yang paling banyak adalah pola asuh yang digunakan orang tua.

b. Mengukur pembentukan kemandirian

Kemandirian anak diberi kode sebagai berikut:

4 : Selalu

3 : Sering

2 : Kadang

1 : Tidak pernah

Selanjutnya dijumlahkan kemudian dikategorikan:

22-28 : Minimal care

15-21 : Partial care

7-14 : Total care

Nilai terendah adalah 7

Page 40: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Data yang dikumpulkan kemudian diuji dengan menggunakan tabulasi

silang ”Spearman Rank” dengan menggunakan rumus:

ρ = 1 −6∑ b

i2

n (n2 − 1 )

Keterangan:

ρ = Koefisien korelasi Spearman Rank

n = Jumlah responden

Setelah nilai ditemukan, ada tidaknya korelasi antara pola asuh ibu

dengan pembentukan kemandirian anak prasekolah di TK Melati Dharma

Wanita III Mojoroto Kota Kediri dikonsulkan ke dalam SPSS pada taraf

kesalahan 0,05%.

a. Tidak ada hubungan pola asuh ibu dengan kemandirian anak prasekolah di

TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri, bila harga rho hitung

≥ harga rho tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima.

b. Tidak ada hubungan pola asuh ibu dengan kemandirian anak prasekolah di

TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri, bila harga rho hitung

≤ harga rho tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak.

(Sugiyono, 2006)

c. Tabulating

Tabulasi penyusunan data dalam bentuk tabel adalah kegiatan untuk

mengolah data yang rusak (data mentah) ke dalam tabel-tabel yang telah

Page 41: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

disiapkan (Nursalam, 2003). Rencana tabel yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1) Distribusi frekuensi berdasarkan data khusus responden

Tabel 3.3 Distribusi frekuensi pola asuh ibu di TK Melati Dharma

Wanita III Mojoroto Kota Kediri

No. Pola Asuh Frekuensi Prosentase1 Otoriter2 Permisif3 Demokratis4 Penelantaran

Jumlah

Tabel 3.4 Distribusi frekuensi kemandirian anak prasekolah di TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri

No. Kemandirian Frekuensi Prosentase1 Minimal care2 Partial care3 Total care

Jumlah

2) Tabulasi silang pola asuh ibu dengan pembentukan kemandirian anak

Tabel 3.5 Tabulasi silang pola asuh ibu dengan kemandirian anak prasekolah di TK Melati Dharma Wanita III Mojoroto Kota Kediri

Pola AsuhKemandirian

Otoriter Permisif Demokratis Situasional ∑

Minimal care (a) (b) (c) (d)

Page 42: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Partial care (e) (f) (g) (h)Total care (i) (j) (k) (l)

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin dari

kepada Kepala TK Melati Dharma Wanita Mojoroto untuk mendapatkan

persetujuan. Kemudian kuesioner dikirim ke subjek yang diteliti dengan

menekankan pada masalah etik yang meliputi:

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan

Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya (Alimul, 2008: 83). Responden yang memenuhi

syarat akan diberi penjelasan tentang tujuan penelitian, jika responden

bersedia untuk diteliti. Maka responden harus menandatangani lembar

persetujuan (Informed), hanya diberi kode tertentu.

2. Anonomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dan lembar tersebut

hanya diberi kode tertentu.

3. Confidentility (kerahasiaan)

Page 43: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Alimul, 2008: 83).

4. Keterbatasan

Keterbatasan merupakan suatu masalah dalam suatu penelitian baik

berupa waktu, tempat, dan alamat, serta masalah-masalah lainnya yang dapat

menghambat peneliti dalam melakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

___________. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayuningsih, Diah. (2010). Psikologi Perkembangan Anak: Pola Pendidikan Sesuai Karakter dan Kepribadian Anak. Yogyakarta: Pustaka Larasati.

Basuki. (2011). Kemandirian Anak, tigamedia.blogspot.com, diunduh tanggal 23 Juni 2012, jam 10.07 WIB

Page 44: Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian_siap Print Out

Fuad Ihsan, Haji. (2010). Dasar-dasar Kependidikan: Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta.

Dariyo, Agoes. (2007). Psikologi Perkembangan: Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT. Refika Aditama.

Mansur, Herawati. (2011). Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Purno, Arief. (2007). Pola Asuh dengan Kemandirian Anak Usia Sekolah, digilib.unimus.ac.id, diunduh tanggal 07 Juni 2012, jam 14.46 WIB.

Rachmawati, Yeni dan Kurniati, Euis. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saryono. (2008). Metodologi Keperawatan Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Jakarta: Mitra Cendikia Press.

Sugiyono, (2006). Statistika untuk Penelitian. Jawa Barat: IKAPI.Wibowo, Agus. (2012). Pendidikan Karakter Usia Dini: Strategi Membangun

Karakter di Usia Emas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wawan dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran: Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wulandari, Isni. (2007). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Usia Prasekolah, digilib.unimus.ac.id, diunduh tanggal 23 Juni 2012, jam 11.32 WIB