hubungan pola asuh demokratis dan kecenderungan …
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN
KECENDERUNGAN MELAKUKAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA
REMAJA
SKRIPSI
Diajukan utuk memenuhi
salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Dian Pranacitra
069114090
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
S K R I P S I
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN
KECENDERUNGAN MELAKUKAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA
REMAJA
Disusun oleh:
Dian Pranacitra
06 9114 090
Telah Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
iii
Y. Heri Widodo,S.Psi., M.Psi Tanggal : .......................2010
HALAMAN PENGESAHAN
S K R I P S I
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN
KECENDERUNGAN MELAKUKAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA
REMAJA
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Dian Pranacitra
06 9114 090
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 23 Juli 2010
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda tangan
Ketua : Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi .........................
Penguji 1 : P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si ..........................
Penguji 2 : C. Siswa Widyatmoko, S.Psi ...........................
Yogyakarta, ........................... 2010
Fakultas Psikolgi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
HALAMAN MOTTO
Tiada yang mustahil bagi DIA
ALLAH ku dasyat
“Janganlah takut, sebab AKU menyertai engkau, janganlah bimbang,
sebab AKU ini ALLAHmu; AKU akan meneguhkan, bahkan akan
menolong engkau; AKU akan memegang engkau dengan tangan kanan-
KU yang membawa kemenangan”
(Yesaya 41 : 10)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Papa dan Mama
Galih Adinugraha
Diriku sendiri
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta 19 Juni 2010
Dian Pranacitra
vi
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA
REMAJA
Dian Pranacitra
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan kecenderungan remaja melakukan interaksi sosial positif. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan dua variabel, yaitu pola asuh demokratis sebagai variabel bebas dan kecenderungan melakukan interaksi sosial sebagai variabel tergantung. Subjek penelitian ini berjumlah 116 orang, dengan kriteria 16 – 22 tahun. Alat yang digunakan untuk mengambil data penelitian adalah skala pola asuh demokratis dan skala kecenderungan melakukan interaksi sosial. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil analisis deta penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran data adalah normal dan linier. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,527 pada taraf signifikansi 0,01 dengan probabilitas 0,000 (p < 0,05). Hal tersebut berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kecenderungan melakukan interaksi sosial dapat diterima.
Kata Kunci: Pola asuh demokratis, kecenderungan melakukan interaki sosial, remaja
vii
THE RELATIONSHIP BETWEEN DEMOCRATIC PARENTING AND TENDENCY TO DO POSITIVE SOCIAL INTERACTION IN TEENAGERS
Dian Pranacitra
ABSTRACT
This research aimed to find out the relationship between democratic parenting and tendency
to do positive social interaction. This research was a correlation research with two variable. They were democratic parenting as the independent variable and tendency to do social interaction as the dependent variable. The research subjects are 116 people between 16 – 22 years old. The research data was obtained using democratic parenting scale and tendency to do social interaction scale. Data obtained was analyzed using Pearson’s product moment correlation technique. The result of the analysis was a normal curve with linear correlation. The correlation coefficient (r) was 0,527 and significant 0,01 with probability 0,000 (p<0,05). The result means that hypothesis that is a positive correlation between democratic parenting and tendency to do positive social interaction was accepted.
Key words: Democratic parenting, tendency to do social interaction, teenagers
viii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
NAMA : Dian Pranacitra
NIM : 069114090
Adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, memberikan
skripsi saya yang berjudul:
“Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dan Kecenderungan Melakukan
Interaksi Sosial Positif pada Mahasiswa”
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.
Oleh karena itu Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berhak menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mempublikasikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet maupun media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya atau memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk digunakan dengan
semestinya.
Yogyakarta,……………2010
Penulis,
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan kasih karuniaNya yang senantiasa penulis rasakan selama penulis
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara pola asuh demokratis dan
kecenderungan melakukan interaksi sosial positif pada remaja”. Tujuan
penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Psikologi sesuai program studi yang saya tempuh di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Sejak awal sampai akhir penulisan banyak sekali pihak yang telah membantu
saya, maka pada kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih
yang sedalam dalamya kepada Bapak Y. Heri Widodo., S.Psi., M.Psi, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang tidak pernah lelah membimbing saya dalam menyelesaikan
skripsi ini. Juga untuk semua masukan dan kritikan yang menguatkan skripsi ini, Ibu
Dr. Ch. Siwi Handayani., S.Psi., M.Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Santa Dharma, ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Psi, selaku kepala
Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan semua dosen serta
karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Orang tua ku, papi Johny Agustanto dan mami Nancy Setyawati
terimakasih buat doa dan dukungan kalian selama ini. Adikku tersayang Galih
Adinugraha yang selalu mengingatkan ku “cicik skripsinya udah belom?”
Edwin Pratama, makasih buat dukungan dan doa yang diberikan selama ini
(ayo ndut kapan skripsi mu jadi?).
x
Sahabat – sahabat ku kos flaurent: Vanni (tetep semangat ya Van, jangan
menyerah), Grace (makasih buat dukungannya selama ini, makasih buat
pertanyaan tentang skripsi yang bikin ak semangat), Yustine (makasih ya Tine
buat tumpangan nya kemana mana dan makasih juga dah minjemin motor
buatku juga buat doa dan dukungannya), Fifi (makasih Phie buat dukungannya
selama ini). Juga Yacob dan Yoseph persahabatan kita tidak akan pernah pudar
teman.
Sahabat – sahabatku Spicy (Thea, Nita, Andien, Melida, Thia, Ina) kalian
sangat berharga buatku, tetep inget persahabatan kita ya kawan, terimakasih buat
dukungan kalian, dan bantuan kalian dalam menyebarkan skala penelitian.
Teman – teman GE2 (Yustine, Nesya, Kak Gie, Ko Bil, Ko Fan, Om Jepri,
Om Edo, Ko Den, Yoseph, Ko Bud) terimakasih teman buat doa dan dukungannya,
terimakasih buat semuanya. Aku senang dapat mengenal kalian.
Teman-teman seperjuangan skripsi : Ana, Cecil, Suster Ariati, Sinta, Nobi,
Rhona, Winda, Made, dan Linga, mas Renda, mas Ajay terima kasih buat
dukungan, bantuan, kesabaran dan kebersamaannya.
Teman-teman Psikologi angkatan 2006. Ayo semangat nyelesaikan
kuliahnya, jangan ditunda-tunda lagi dan semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna karena
katerbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dan
kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.
xi
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………………. i
Halaman Persetujuan Pembimbing …………………………………………………. ii
Halaman Pengesahan …………………………………………………………......... iii
Halaman Persembahan ……………………………………………………….......….iv
Halaman Pernyataan Keaslian Karya …………………………………………..….... v
Abstrak ……………………………………………………………………….……. .vi
Abstract …………………………………………………...………………………. .vii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ...............................…..… viii
Kata Pengantar ……………………………………………………………………… ix
Daftar Isi ………………………………………………………….….………...……. x
Daftar Tabel ……………………………………………………………..………… xiii
Daftar Skema…………………………………………………..……………………xiv
Daftar Lampiran ……………………………………………….………...…………. xv
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………….……………. 1
A. Latar Belakan Masalah ………………………………………….………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………….……………….……...…. 6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………….………….. 6
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….………… 6
BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………………….….….….. 7
A. Interaksi Sosial ......…………………………………...……….……….....7
1. Pengertian ……………………………………………………….……7
2. Aspek-aspek interaksi sosial ………………………………….….…..7
xiii
3. Faktor-faktor interaksi sosial ………………………………....…….. 9
4. Interaksi sosial positif pada remaja ……………………….…...….…10
B. Pola Asuh Demokratis ………………………………………….……….10
1. Pengertian …………………………………………………………...10
2. Aspek-aspek pola asuh demokratis …………………………………11
3. Pola asuh demokratis pada remaja …………………………………..12
C. Hubungan Pola Asuh Demokratis dan Kecenderungan Melakukan
Interaksi Sosial …………………………………………………….……14
D. Hipotesis Penelitian ……………………………………………….……19
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………………….…. 20
A. Jenis Penelitian …………………………………………………….……20
B. Identifikasi Variabel ……………………………………………….……20
C. Definisi Operasional ……………………………………………….……20
1. Interaksi Sosial ……………………………………………….……..20
2. Pola Asuh Demokrtatis …………………………………..…………21
D. Subjek Penelitian …………………………………………….………… 22
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ………………………….………. 22
1. Pola Asuh Demokratis ………………………………………….…. 23
2. Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial ………………………. 25
F. Pertanggungjawaban Mutu ……………………………………………. 28
1. Estimasi Validitas ………………………………………………….. 28
2. Uji Daya Beda ………………………………………………………28
3. Estimasi Reliabilitas ……………………………………..………… 31
xiv
G. Metode dan Analisis Data ……………………………………..………. 31
1. Uji Asumsi ………………………………………………..……….. 32
2. Uji Hipotesis ………………………………………………………. 31
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………….… 33
A. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………. 33
B. Data Demografi Subjek Pelitian ……………………………………….. 34
C. Uji Asumsi ……………………………………………………...……… 34
D. Hasil Penelitian …………………………………………………...……. 35
1. Uji Hipotesis ……………………………………………….……… 36
2. Hasil Tambahan ……………………………………….…………….35
E. Pembahasan ……………………………………………………………. 38
BAB V. PENUTUP..................................………………………………………….. 41
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. .41
B. Saran …………………………………………………………………… 41
Daftar Pustaka …………………………………………………………….……….. 42
Lampiran …………………………………………………………………………… 44
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Blue Print Skala Pola Asuh Demokratis 24
Tabel 2. Skor Butir Favorable Skala Pola Asuh Demokratis 25
Tabel 3. Skor Butir Unfovorable Skala Pola Asuh Demokratis 25
Tabel 4 Blue Print Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi
Sosial Positif 26
Tabel 5. Skor Butir Favorable Skala Kecenderungan
Melakukan Interaksi Sosial 27
Tabel 6. Skor Butir Unfavorable Skala Kecenderungan
Melakukan Interaksi Sosial 27
Tabel 7. Blue Print Skala Pola Asuh Demokratis Sebelum dan
Sesudah Uji Coba 30
Tabel 8. Blue Print Skala Pola Asuh Demokratis Sesudah Uji Coba 30
Tablel 9. Data Usia Subjek Penelitian 34
Tabel 10. Data Teoritis dan Empiris Skala Pola Asuh Demokratis dan Skala
Melakukan Interaksi Sosial 37
xvi
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1. Skema hubungan pola asuh demokratis dan
kecenderungan melakukan interaksi sosial pada remaja 18
xvii
DAFTAR Lampiran
Halaman
LAMPIRAN I Estimasi Reliabilitas dan Uji Daya Beda Aitem
Skala Pola Asuh Demokratis dan Skala Kecenderungan
Melakukan Interaksi Sosial 44
LAMPIRAN II Uji Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Korelasi 55
LAMPIRAN III Skala Pola Asuh Demokratis dan Skala Kecenderungan
Melakukan Interaksi Sosial (Penelitian) 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial artinya adalah bahwa manusia telah memiliki
naluri untuk bergaul dengan sesamanya sejak ia dilahirkan. Hubungan dengan
sesamanya merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan pemenuhan
kebutuhan tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan lainnya, seperti keinginan
diterima orang lain, menjadi anggota suatu kelompok, dan diakui keberadaannya
(Soekanto, 1996). Agar dapat terpenuhi kebutuhan tersebut, seseorang dituntut
untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi adalah hal saling
melakukan aksi atau saling mempengaruhi.(Soekanto, 1996). Proses sosialisasi
terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan
media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan
lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses belajar seseorang.
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang harus memiliki keinginan untuk
berinteraksi sosial agar lebih mudah untuk menyesuaikan diri. Interaksi sosial
adalah pola-pola yang saling mempengaruhi dalam hubungan dua orang atau
lebih (Forsyth dalam Soekanto, 1996). Roucek dan Warren (dalam Soekanto,
1996) menuliskan bahwa interaksi sosial merupakan proses timbal balik dimana
satu kelompok dipengaruhi tingkah laku pihak lain dan dengan demikian ia juga
mempengaruhi tingkah laku orang lain.
1
2
Dalam lingkungan sosial, individu mengadakan interaksi sehingga melakukan
penyesuaian dengan individu lain. Penyesuaian adalah proses seseorang dalam
memberikan respon terhadap situasi dari dalam maupun dari luar dirinya. Dengan
demikian, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) beragam aksi
saling mempengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok
dan antar kelompok dengan kelompok. Interaksi terjadi jika satu individu
melakukan tindakan, sehingga menimbulkan reaksi pada individu individu
lainnya. Interaksi sosial dalam kehidupan bermasayrakat, adalah proses saling
mempengaruhi antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar
kelompok.s Interaksi sosial dibentuk oleh faktor-faktor : tindakan sosial, kontak
sosial dan komunikasi sosial (Max Weber).
Jika seorang remaja tidak termotivasi untuk berinteraksi sosial maka remaja
tersebut tidak mempunyai teman, sehingga tidak dapat menambah pengalaman
dalam hidupnya. Selain itu orang lain tidak menghargai kita, hal ini dapat
berdampak buruk kita akan dikucilkan dari masayarakat dan dalam diri kita juga
akan menimbulkan rasa curiga pada diri sendiri sehingga kita berpikiran negatif
pada diri sendiri. (“sap ketidakmauan” ,2009)
Lingkungan sosial pertama kali bagi seorang anak adalah keluarga. Orang tua
sangat berpengaruh pada perkembangan anaknya, karena pada tahun-tahun
perkembangannya anak sepenuhnya bergantung pada orang tua dan anak tersebut
akan belajar merespon sesuatu berdasarkan nilai-nilai dan pola asuh yang
3
diterimanya. Keluarga adalah inti dari proses perkembangan anak karena keluarga
telah menjadi tempat awal bagi anak untuk mendapatkan kasih sayang, perasaan
aman, model perilaku, bimbingan dalam memecahkan masalah, bantuan untuk
aktualisasi diri dan sumber inspirasi dalam membina persahabatan (Hurlock,
1994). Selain itu keluarga juga sering dikatakan sebagai tempat awal bagi anak
untuk mulai belajar bersosialisasi. Ada banyak hal yang mempengaruhi
kecenderungan melakukan interaksi sosial salah satunya adalah pola asuh.
Kemampuan berinteraksi seseorang sangat dipengaruhi oleh kebiasaan yang
ditanamkan oleh orang tua. Karena hal tersebut akan ditiru dan dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pola asuh adalah keseluruhan interaksi orang tua dengan anaknya yang
melibatkan sikap, nilai-nilai, dan kepercayaan orang tua dalam memelihara anak
(Sears, 1994). Oleh sebab itu orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mengarahkan dan membimbing anak agar mampu berhubungan dengan orang lain
dan lingkungan sekitarnya. Setiap keluarga memiliki cara-cara pengasuhan yang
berbeda-beda hal ini disebabkan karena orang tua sebagai individu yang berbeda
tentu akan mempunyai kecenderungan pola asuh yang berbeda pula.
Pola asuh demokratis adalah dimana orang tua menekankan hak-hak anak
untuk mengetahui mengapa peraturan-peraturan dibuat dan memperoleh
kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri apabila ia menganggap
peraturan tersebut tidak adil. Selain itu, orang tua menghargai dan mempercayai
4
segala keputusan yang berkaitan dengan anak (Singgih dan Susantoputri dalam
Gunarsa, 2004). Mengingat bahwa remaja adalah subjek yang secara langsung
mengalami pengasuhan dari orang tua, maka dalam penelitian ini pola asuh
demokratis akan dilihat melalui presepsi remaja terhadap pola asuh demokratis
yang mereka dapatkan dari orang tua.
Ciri pola asuh demokratis adalah adanya kesempatan untuk berdiskusi,
memberikan ide atau gagasan kepada orang tuanya dan orang tua juga
memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan apa yang mereka inginkan.
Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis akan memiliki sikap mandiri,
tegas terhdap diri sendiri, memiliki kemampuan introspeksi dan kemampuan
mengendalikan diri, mudah bekerjasama dengan orang lain, ramah terhadap orang
lain (Prasetya, 2003).
Semakin orang tua menerapkan diskusi dan memberikan kesempatan anak
untuk memberikan pendapat maka semakin demokratis orang tua tersebut.
Sebaliknya semakin orang tua tidak membekikan kesempatan pada anak untuk
memberikan pendapat dan berdiskusi maka semakin orang tua tersebut tidak
menerapkan pola demokratis.
Perbedaan pola asuh orang tua ini dapat mendasari seseorang dalam
berinteraksi. Oleh karena itu pola asuh yang diterapkan orang tua dapat
mempengaruhi motivasi berinteraksi sosial pada seorang anak. Pola asuh orang
tua ini dipresepsikan oleh seorang anak melalui aktivitas pengindraan,
5
penginterpretasian, dan penilaian, sehingga anak tersebut memiliki kesan atau
perasaan mengenai pola asuh yang diterapkan orang tua kepada dirinya di dalam
keluarga. Pola asuh orang tua yang dipresepsikan oleh anak ini kemudian akan
dilihat hubungannya terhadap motivasi berinteraksi sosial.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melihat apakan ada hubungan
antara presepsi remaja terhadap pola asuh demokratis dengan interaksi sosial pada
remaja.
6
B. Rumusan Permasalahan
Dari penjelasan diatas dapat diungkapkan bahwa masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Apakah ada hubungan antara pola pengasuhan demokratis dengan interaksi
sosialnya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk melihat apakah ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan
interaksi sosial.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pada ilmu psikologi
khususnya bidang psikologi sosial, terutama dalam topik tentang pola asuh
demokratis dan kaitannya dengan interaksi sosial.
2. Manfaat Praktis
Bagi orang tua, penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pola
pengasuhan demokratis dalam kaitannya dengan interaksi sosial.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Interaksi sosial
1. Pengertian
Menurut Soerjono Soekanto interaksi sosial adalah dasar proses-proses
sosial, pengertian mana menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang
dinamis. Interaksi sosial adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi
saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu
dengan yang lain (Soekanto, 1996). Interaksi sosial menurut Gerungan (1988)
adalah suatu hubungan antara dua manusia atau lebih dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya. Interaksi sosial adalah hubungan-
hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan
orang perorangan dengan kelompok (Gillin and Gillin dalam Soekanto).
2. Aspek-aspek interaksi sosial
Menurut Soerjono Soekanto (1982) aspek-aspek yang mendasari interaksi
sosial adalah:
7
8
a. Kontak sosial
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya
bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Jadi artinya secara
hurufiyah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru
terjadi apabila terjadi hubungan badaniyah, sebagai gejala sosial itu tidak
perlu berarti suatu hubungan badaniyah, oleh karena itu orang dapat
mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti
misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu: Kontak
sosial antara orang-perorangan, antara orang-perorangan dengan suatu
kelompok, dan antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia
lainnya. Selain itu kontak sosial dapat pula bersifat primer atau sekunder.
Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung
bertemu dan berhadapan muka. Sebaliknya kontak sekunder memerlukan
suatu perantara.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada
perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniyah
atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-
9
perasaan suatu kelompok manusia atau orang-perseorangan dapat
diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya.
3. Faktor-faktor interaksi sosial
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial menurut Soekanto (1982)
adalah:
a. Faktor imitasi
Salah satu segi positif faktor imitasi adalah imitasi ini dapat mendorong
seseorang untuk mematuhi kaedah-kaedah dan nilai-nilai yang berlaku.
b. Faktor sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan
atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh
pihak lain.
c. Faktor identifikasi
Merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan dala diri
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
d. Faktor simpati
Merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan pihak
lain.
10
4. Interaksi sosial positif pada remaja
Interaksi sosial pada remaja adalah dimana remaja merasa bahwa
interaksi sosial menjadi sangat penting dan kemajuan kognitif pada masa
remaja memungkinkan mereka mengambil prespektif teman dan kawan
dengan lebih cepat sehingga mereka merasa perlu untuk berinteraksi sosial.
(Santrock, 2002)
B. Pola asuh Demokratis
1. Pengertian
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang menekankan hak anak untuk
mengetahui mengapa peraturan-peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan
mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap peraturan tersebut
tidak adil (Hurlock, 1999). Pola asuh demokratis adalah pola pengasuhan
orang tua yang menerapkan unsur kepercayaan, penerimaan, kebebasan yang
terarah, motivasi, sikap mandiri, dan sikap yang penuh tanggung jawab dalam
mengasuh dan mendidik anak. Kebutuhan anak dalam pola asuh ini mendapat
perhatian dan pemenuhan yang cukup dari orang tua, sehingga anak selalu
merasa diterima dan diperhatikan oleh orang tua (Hauck, 1995).
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang dilakukan orang tua dengan
cara memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan
11
tersebut tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh perhatian antara
kedua belah pihak yaitu anak dengan orang tua. (Gunarsa dan Gunarsa, 1986).
2. Aspek-aspek pola asuh demokratis
Menurut Santrock (2007) dalam perkembangan anak terdapat 3 aspek
dalam pola pengasuhan demokratis:
a. Aspek keseimbangan kendali dan otonomi
Orang tua yang demokratis menerapkan keseimbangan yang tepat
antara kendali dan otonomi, sehingga memberi anak kesempatan untuk
membentuk kemandirian sembari memberikan standar, batas, dan
panduan yang dibutuhkan anak.
b. Aspek komunikasi antara anak dan orang tua
Orang tua yang otoritatif lebih cenderung melibatkan anak dalam
kegiatan memberi dan menerima secara verbal dan memperbolehkan
anak mengutarakan pandangan mereka.
c. Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua
Kehangatan dan keterlibatan orang tua yang diberikan oleh orang tua
yang otoritatif membuat anak lebih bisa menerima pengaruh orang tua.
12
3. Pola asuh demokratis pada remaja
Perubahan lingkungan sosial yang dialami remaja menuntut remaja
untuk lebih mandiri dan matang dalam pengendalian emosinya. Namun
tuntutan dan harapan lingkungan baru terhadap remaja memerlukan
bimbingan dari orang tua.
Pola asuh yang berbeda akan membentuk remaja menjadi orang yang
berbeda. Ketika remaja mendapatkan pola asuh demokratis, maka remaja akan
menjadi individu yang mandiri, mampu memahami dan mengelola emosi diri
serta memiliki kemampuan dalam memotivasi diri (Malcom, 1988).
Dampak pola asuh demokratis pada remaja
Prasetya (2003) mengemukakan dampak positif pengasuhan secara
demokratis terhadap perkembangan kepribadian remaja, baik secara kognitif
maupun emosional, yaitu:
a. Mandiri
Remaja yang memperoleh pengasuhan secara demokratis dari orang
tuanya memiliki kebebasan dan arahan untuk melakukan aktivitas atau
mempraktekkan ketrampilan yang dimiliki. Oleh sebab itu, remaja
memiliki dorongan yang kuat untuk mengembangkan keberaniannya
dalam mencoba hal-hal yang diinginkannya secara sendiri, sehingga dapat
meningkatkan kemandiriannya.
13
b. Tegas terhadap diri sendiri
Remaja dengan pola asuh demokratis pada umumnya dibimbing untuk
menentukan atau mengambil keputusan sendiri tanpa dituntun oleh orang
tua. Hal ini melatih remaja untuk terbiasa bersikap tegas terhadap diri
sendiri, sehingga dalam dirinya tidak terbentuk sikap manja.
c. Memiliki kemampuan introspeksi dan pengendalian diri
Dalam penerapan pola asuh demokratis, orang tua menekankan untuk
mengendalikan perilaku remaja agar anak mampu berbuat benar.
Penerapan pola asuh yang demikian mengajarkan kepada remaja
mengenai hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, sehingga ia
dapat mengevaluasi setiap rangsangan yang diterima. Disamping itu,
remaja akan dapat memahami kesalahan-kesalahan yang dilakukannya
dan belajar memperbaikinya.
d. Mudah bekerja sama dengan orang lain
Adanya komunikasi dan keterbukaan yang dijalin oleh orang tua dalam
menerapkan pola asuh demokratis melatih remaja untuk berhubungan
dengan orang lain. Anak dengan pola asuh demokratis cenderung lebih
mudah menjalin kerjasama dengan orang lain, karena kemampuan
memahami orang lain telah dibentuk dan dibina dalam lingkungan
keluarga.
14
e. Ramah terhadap orang lain
Pola pengasuhan demokratis oleh orang tua diwujudkan melalui
pemberian pengertian, kasih sayang dan pengajaran tentang kehidupan
sosial. Hal ini dapat meningkatkan ketrampilan remaja dalam menjalin
hubungan diluar keluarga dalam bentuk keramahtamahan.
f. Mudah bergaul dengan teman sebaya dan orang yang lebih dewasa
Suasana dalam keluarga yang nyaman dengan adanya interaksi,
keterbukaan dan komunikasi yang lancar antara anggota keluarga menjadi
bekal remaja untuk mengenal dunia luar keluarga. Remaja dengan pola
asuh demokratis akan lebih mudah menjalin pergaulan baik dengan teman
sebaya maupun dengan orang yang lebih dewasa. Hal ini disebabkan oleh
adanya kebiasaan yang telah diciptakan dalam keluarganya terutama oleh
orang tua untuk berusaha memahami orang lain.
C. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dan Kecenderungan Melakukan
Interaksi Sosial
Seorang individu dapat dikatakan memiliki kecenderungan membangun
interaksi dengan orang lain apabila individu termotivasi untuk melakukan
interaksi dengan orang lain.
Dalam perkembangannya, seorang individu akan memperoleh suatu
pengasuhan dari orang yang berada didekatnya yaitu keluarga khususnya orang
15
tua. Pengasuhan ini merupakan suatu interaksi antara orang tua dengan anaknya
yang melibatkan sikap, nilai, dan kepercayaan orang tua dalam memelihara
anaknya (Sears, 1994). Pola asuh demokratis akan diungkap melalui presepsi
remaja terhadap pola asuh demokratis yang mereka dapatkan dari orang tua.
Karena keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan
menentukan kepribadian anak maka, kecenderungan melakukan interaksi sosial
seorang individu berkaitan dengan pola asuh orang tua di dalam keluarga. Pola
asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak ini akan
mempengaruhi perilaku dan kepribadian anak, perilaku dan kepribadian ini akan
terbawa ke lingkungan sosial anak dan mempengaruhi pola sosialisasi anak
dengan orang lain (Kartono, 1985). Pola asuh yang berbeda akan menghasilkan
seorang anak dengan perilaku dan kepribadian yang berbeda.
Orang tua yang mendidik anak dengan pola asuh demokratis dalam
prakteknya selalu menerapkan unsur kepercayaan dan penerimaan. Orang tua
dalam pola asuh ini selalu memberikan motivasi dan kebebasan yang terarah
kepada anak. Orang tua juga megajarkan sikap mandiri dan sikap yang penuh
tanggung jawab kepada anak. Pola komunikasi dua arah menjadi cirri utama
dalam pola asuh ini karena dengan pola komunikasi ini hubungan antara orang tua
dengan anak menjadi lebih terbuka (Hauck, 1995).
Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis akan memiliki sikap mandiri,
tegas terhadap diri sendiri, mudah bekerja sama dengan orang lain, ramah
16
terhadap orang lain, dan mempunyai rasa tanggung jawab untuk memperlihatkan
tingkah laku yang baik yang mana akan memupuk rasa percaya dirinya (Gunarsa,
1995). Pemenuhan kebutuhan anak dalam pola asuh ini juga mendapat perhatian
dan pemenuhan yang cukup dari orang tua. Anak mendapat kasih sayang yang
cukup dari orang tua kepada anak. Berbagai kebutuhan anak yang berhubungan
dengan pendidikan juga mendapat pemenuhan yang cukup dari orang tua (Hauck,
1995).
Prasetya (2003) menambahkan bahwa anak yang diasuh dengan pola asuh
demokratis akan memiliki sikap tegas terhadap diri sendiri, memiliki kemampuan
introspeksi diri dan mengendalikan diri, mampu membuat keputusan sendiri,
mampu berdiskusi dengan orang lain, dan berkompeten secara sosial.
Sedangkan anak yang diasuh dengan pola asuh non demokratis tidak diberi
kesempatan untuk berdiskusi, mendapatkan motivasi, tidak diberi kepercayaan
dan tidak diberikan kebebasan, sehingga remaja tersebut tidak memiliki
kemampuan introspeksi diri, tidak mudah bekerjasama sebaik anak yang diasuh
dengan pola asuh demokratis.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak yang diasuh dan
dididik dengan pola asuh demokratis akan memiliki kecenderungan untuk
melakukan interaksi sosial, berkomunikasi dengan orang lain, mengadakan
kerjasama dengan orang lain, mudah bergaul dan ramah terhadap orang lain,
karena menurut Kartono (1985) keluarga dapat memberikan dasar-dasar
17
pemebentukan sikap, watak, tingkah laku, moral dan pendidikan yang baik bagi
anak.
Pola asuh demokratis dapat dipresepsikan oleh anak melalui sikap dan
perilaku orang tua dalam mengasuh dan mendidik dirinya dalam keluarga.
Landasan teori di atas telah menunjukkan bahwa ada hubungan antara presepsi
remaja terhadap pola asuh demokratis dengan kecenderungan melakukan interaksi
sosial.
18
Pola asuh
Demokratis Non Demokratis
Memberi motivaasi
Memberi kepercayaan
Memberi Kebebasan
Memiliki kemampuan introspeksi
Mudah bekerjasama
Mudah bergaul
Memiliki kecenderungan tinggi untuk membangun interaksi sosial
Tidak memberi motivasi
Tidak memberi kepercayaan
Tidak memberi kebebasan
Tidak memiliki kemampuan introspeksi
Tidak mudah bekerjasama Tidak
mudah bergaul
Kurang memiliki kecenderungan untuk membangun interaksi sosial
19
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoretis di atas maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ada hubungan yang positif antara pola asuh demokratis dengan interaksi sosial
remaja.
Hubungan ini mengandung arti bahwa semakin demokratis pola asuh yang
diterima maka semakin tinggi kecenderungan melakukan interaksi sosial pada
remaja tersebut. Sebaliknya, semakin negatif pola asuh yang diterima remaja
maka semakin rendah pula kecenderungan melakukan interaksi sosial.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian inferensial kuantitatif
korelasional. Menurut Deauna, 1996 penelitian inferensial adalah metode
penelitian yang dirancang untuk membuat suatu kesimpulan tentang populasi
melalui pengambilan sample. Dalam penelitian ini yang ingin dilihat peneliti
adalah hubungan pola asuh demokratis dan kecenderungan melakukan interaksi
positif pada mahasiswa
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan untuk mengendalikan fungsi masing-
masing variabel penelitian ini, maka diidentifikasikan:
1. Variabel Prediktor : pola asuh demokratis
2. Variabel Kriterium : kecenderungan melakuakan interaksi sosial
C. Definisi Operasional Penelitian
1. Interaksi Sosial
Adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih (antar pribadi)
maupun individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi, mengubah,
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Untuk
20
21
mengungkap hubungan ini digunakan kuesioner Interaksi sosial. Subjek
dianggap memiliki interaksi sosial yang tinggi apabila mempunyai skor yang
tinggi, demikian juga subjek yang mempunyai skor rendah dianggap
mempunyai skor interaksi sosial rendah. Skala ini disusun oleh peneliti
dengan menggunakan dua aspek menurut Soekanto (1982):
a. Kontak Sosial
Aspek kontak sosial meliputi: kontak sosial antara orang-perorangan,
antara orang dengan satu kelompok, dan antar kelompok.
b. Komunikasi
Aspek komunikasi meliputi: pembicaraan, gerak-gerik badaniyah,
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan
2. Pola Asuh Demokratis
Adalah pola asuh yang dilakukan orang tua dengan cara
memperhatikan dan menghargai kebebasan anak. Untuk mengungkap
hubungan ini digunakan kuesioner Pola Asuh Demokratis. Subjek dianggap
memiliki pola asuh yang tinggi apabila mempunyai skor yang tinggi,
demikian juga subjek yang mempunyai skor rendah dianggap mempunyai
skor pola asuh rendah. Skala ini disusun oleh peneliti dengan menggunakan
tiga aspek meurut Santrock (2007):
22
a. Keseimbangan Kendali dan Otonomi
b. Komunikasi antara Anak dan Orang Tua
c. Kehangatan dan Keterlibatan Orang Tua.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik sampling yang bertujuan. Ciri dari sampling ini, yaitu ada
penilaian dan upaya cermat dari peneliti untuk memperoleh sample
representative. Cara ini dilakukan dengan melihat wilayah-wilayah atau
kelompok-kelompok tertentu yang diduga sesuain untuk menjadi anggota sampel.
Adapun kriteria yang ditetapkan sebagai berikut
1. Remaja berusia 10-22 tahun (Santrock, 2007)
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner atau angket yang berisi skala. Metode ini lazim
digunakan dalam penelitian-penelitian sosial. Metode angket adalah metode yang
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report (Hadi, 1996).
Ciri khas yang membedakan metode ini dengan alat serta teknik pengumpulan
data lainnya adalah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang
disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi dari sumber data yang
23
berupa orang. Daftar pertanyaan tersebut bukanlah menguji kemampuan
responden, melainkan untuk merekam dan menggali informasi atau keterangan
yang relevan dan bisa dijelaskan responden. Menurut Hadi (1996), alasan-alasan
digunakan metode angket langsung adalah:
1. Bahwa subjek penelitian adalah orang yang paling tahu mengenai dirinya dan
ia dapat memberikan pendapatnya secara langsung tanpa pengaruh dari orang
lain dan tanpa diketahui orang lain.
2. Bahwa pendapat yang diberikan subjek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya.
3. Bahwa subjek dapat memahami penyataan-pernyataan yang diajukan padanya
sesuai dengan apa yang dimaksud peneliti.
Adapun skala untuk masing-masing variabel penelitian ini adalah:
1. Skala Pola Asuh Demokratis
Alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur pola asuh demokratis
adalah Skala Pola Asuh Demokratis. Skala yang digunakan berupa
pernyataan-pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat alternatif
jawaban, yaitu “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak
Setuju”. Penulis membuat alat ukur ini berdasarkan aspek-aspek dari Santrock
(2007):
24
a. Keseimbangan antara kendali dan otonomi
b. Komunikasi antara anak dan orang tua
c. Kehangatan dan keterlibatan orang tua
Berdasarkan aspek-aspek diatas, peneliti menyusun 51 butir pernyataan
yang terdiri dari 27 butir pernyataan favorable dan 23 butir pernyataan
unfavorable. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Tabel spesifikasi item-item skala pola asuh demokratis
Aspek No item favorable No aitem unfavorable Jumlah Keseimbangan
antara kendali dan otonomi
1, 2, 3, 5, 7, 13, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27,
4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 17, 19, 23, 25, 28, 29, 30 30
Komunikasi antara anak dan orang tua
31, 32, 34, 35, 37, 38, 44, 47, 49, 50, 51, 52, 53, 59, 60
33, 36, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 48, 54, 55, 56, 57,
58 30
Kehangatan dan keterlibatan orang
tua
61, 62, 64, 65, 69, 70, 71, 75, 77, 79, 81, 83, 85, 87, 89
63, 66, 67, 68, 72, 73, 74, 76, 78, 80, 82, 84, 86, 88,
90
30
Jumlah 30 30 90
Penilaian subjek untuk pernyataan positif (favorable) pada Skala Pola
Asuh Demokratis, yaitu:
25
Tabel 2
Skor butir butir favorable Skala Pola Asuh Demokratis
Respon Skor Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3 Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Semakin tinggi skor subjek, maka semakin tinggi pola asuh yang
diterima. Sebaliknya semakin rendah skor subjek, maka semakin rendah pola
asuh yang diterima oleh subjek.
Penilaian terhadap jawaban subjek untuk pernyataan unfavorable
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Skor butir-butir unfavorable Skala Pola Asuh Demokratis
Respon Skor Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2 Tidak Setuju (TS) 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 4
Skor yang rendah menunjukkan rendahnya pola asuh yang diterima
oleh subjek. Semakin tinggi skor, semakin tingginya pola asuh yang diterima
subjek.
2. Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial
Pengukuran kecenderungan melakukan interaksi sosial menggunakan
Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial yang disusun oleh
26
Hiashinta Aurelia (2010) dan disusun berdasarkan aspek-aspek dari Soekanto
(1982):
a. Kontak Sosial
b. Komunikasi
Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial ini memiliki 77 aitem
berdasarkan aspek – aspek tersebut dengan taraf realibilitas 0,966. Spesifikasi
aitem dalam skala ini dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4
Spesifikasi aitem pada Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial
Aspek No Item Favorable No Item Unfaforable Jumlah
Kontak Sosial
1, 6, 7, 14, 20, 21, 28, 29, 34, 37, 44, 54, 55, 59, 61, 63,
65, 68, 71
2, 3, 4, 5, 12, 13, 18, 19, 26, 27, 32, 33,
43, 47, 52, 64, 67,73 38
Komunikasi
10,11, 18, 24, 25, 31, 38, 39, 44, 45, 46, 50, 51, 53, 57, 58,
62, 71, 75
8, 9, 15, 16, 22, 23, 30, 35, 36, 40, 41, 48, 49, 56, 60, 66,
69, 74, 76, 77
39
Jumlah 38 39 77
Skala kecenderungan melakukan interaksi sosial ini disajikan dalam
pernyataan favorable dan unfavorable. Subjek diminta memilih satu dari
empat alternatif jawaban yaitu “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan
“Sangat Tidak Setuju”. Subjek dibebaskan memilih salah satu dari empat
alternatif jawaban yang sesuai dengan diri subjek sebenarnya. Penilaian untuk
pernyataan positif (favorable), yaitu
27
Tabel 5
Skor butir butir favorable Skala kecenderungan melakukan interaksi sosial
Respon Skor Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3 Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Semakin tinggi skor subjek, maka semakin tinggi kecenderungan
subjek untuk melakukan interaksi sosial. Sebaliknya, semakin rendah skor
subjek, maka semakin rendah kecenderungan subjek untuk melakukan
interaksi sosial.
Penilaian terhadap jawaban subjek untuk pernyataan unfavorable
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 6
Skor butir butir unfavorable Skala kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial
Respon Skor Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2 Tidak Setuju (TS) 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 4
Skor yang rendah menunjukkan rendahnya kecenderungan subjek
untuk melakukan interaksi sosial. Semakin tinggi skor, menunjukkan semakin
tinggi pula kecenderungan subjek untuk melakukan interaksi sosial.
28
F. Pertanggung Jabawan Mutu
1. Estimasi Validitas
Dalam penelitian ilmiah yang menggunakan alat pengumpulan data
dan kuesioner, pengujian validitas sangat diperlukan. Uji Validitas adalah
pengujian alat ukur untuk melihat seberapa jauh suatu alat ukur memiliki
ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000).
Pengukuran atau pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi
antara nilai dari tiap-tiap item pernyataan dengan skor total. Dari perhitungan
tersebut dapat diketahui seberapa besar masing-masing sumbangan item
pernyataan terhadap skor total.
Jenis validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas ini ditujukan untuk melihat sejauh mana item-item tes dapat
mewakili komponen dalam keseluruhan kewasan isi objek yang ingin diukur
dan sejauh mana item-item tes mencerminkan cirri perilaku yang hendak
diukur. Validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau professional judgement (Azwar, 2000).
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana item-item tes dapat
membedakan antara individu dengan individu lainnya yang mempunyai
maupun yang tidak mempunyai atribut yang ingin diukur (Azwar, 2000).
29
Pengujian daya beda item akan dilakukan dengan komputasi koefesien
korelasi antara distribusi skor item total. Semua item yang mencapai
koefesien korelasi minimal 0.3 (≥0.3) dianggap memiliki daya beda item yang
memuaskan. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara item dengan
skala berarti semakin tinggi kosistensi antara item dan skala secara
keseluruhan (Azwar, 2000).
Peneliti melakukan ujia coba Skala Pola Asuh Demokratis dengan
melibatkan 50 mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Setalah data terkumpul
Skala Pola Asuh Demokratis kemudian diproses menggunakan SPSS for
windows seri 16. Hasil analisis pengukuran Skala Pola Asuh Demokratis.
Hasil analisis pengukuran Skala Pola Asuh Demokratis menunjukkan bahwa
dari 90 item yang diujikan, terdapat 63 item yang baik. Hasil uji daya beda
item dapat dilihat pada tabel berikut
30
Tabel 7
Tabel Skala Pola Asuh Demokratis Sebelum dan sesudah uji coba
Aspek No Item Baik No Item Tidak Baik Jumlah Favorable Unvaforable Favorable Unvaforable
Keseimbangan kendali dan otonommi
1, 2, 3, 5, 7, 13,15, 16, 20, 24
4, 9,10, 11, 17, 28, 30
18, 21, 22, 26, 27
6, 8, 12, 14, 19, 23, 25, 29 30
Komunikasi antara anak
dan orang tua
31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 44, 47, 50, 51, 52,
53, 59, 60
36, 41, 42, 43, 45, 46, 48, 54,
56, 57, 58 49 33, 39, 40, 30
Kehangatan dan
keterlibatan orang tua
61, 65, 70, 71, 77, 79, 81, 87,
89
63, 67, 68, 72, 73, 74, 78, 80, 82, 84, 88, 90
62, 64, 69, 75, 83, 85 66, 76, 86 30
Jumlah 34 30 12 14 90
Tabel 8
Tabel Spesifikasi Skala Pola Asuh Demokratis sesudah uji coba
Aspek No Item Favorable No Item Unfaforable Jumlah
Keseimbangan kendali dan otonommi
1, 3, 5, 6, 10, 11, 12, 14, 15
2, 4, 7, 8, 9, 13, 16, 17 17
Komunikasi antara anak dan
orang tua
18, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 32, 33 24, 25, 27, 31, 35 17
Kehangatan dan keterlibatan orang tua
36, 38, 39, 45, 49, 50 34, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48 16
Jumlah 27 23 50
31
3. Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil ukur. Taraf reliabilitas
dapat diartikan sebagai taraf sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan
konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam ketepatan dan
ketelitian hasil. Reliabilitas dicari dengan menggunakan koefisien Alpha
Cronbach. Pendekatan ini memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi,
karena hanya dilakukan satu kali percobaan pada satu kelompok subjek
(Azwar, 2000). Nilai reliabilitas dianggap memuaskan apabila mendekati
0.900.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS for windows seri
16, Skala Pola Asuh Demokratis memiliki koefisien Alpha Cronbach sebesar
0.96. Hasil koefisien alpha Skala Pola Asuh Demokratis menunjukkan bahwa
skala tesebut reliabel.
G. Metode dan Analisis Data
1. Uji Asumsi
Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam penggunaan teknik
korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data yang
ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara distribusi
sebaran variabel prediktor dan variabel kriterium dalam penelitian ini
32
bersifat normal atau tidak. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
klomogorof sminov. Data dinyatakan berdistribusi normal apabila P lebih
besar dari 5% atau 0.05. Sebaliknya, apabila nilai P yang diperoleh lebih
kecil dari 5% atau 0.05, maka sebaran data tersebut tidak berdistribusi
normal.
b. Uji linearitas, yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara skor
variabel prediktor dan variabel kriterium merupakan bergaris lurus atau
tidak. Dalam penelitian ini menggunakan tabel anova. Jika hubungan
antara dua variabel tersebut menunjukkan garis lurus maka dapat
dikatakan terdapat korelasi linier antara kedua variabel. Data dinyatakan
linear apabila dia variabel mempunyai P kurang dari 0.05 (Priyatno,
2008).
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
positif antara pola asuh demokratis dan kecenderungan melakukan interaksi
sosial. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis korelasi
dengan perangkat lunak SPSS for windows seri 16.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan alat ukur yang
akan digunakan. Penelitian yang akan dilaksanakan mencakup pelaksanaan uji
coba alat ukur dan pengumpulan data penelitian.
2. Proses Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 24-29 Mei 2010 dengan subjek
mahasiswa Universitas Sanata Dharma Paingan dan Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Penelitian ini melibatkan 116 subjek Pengumpulan data
penelitian dilakukan dengan cara meminta subjek memberi jawaban pada
kuesioner yang dibagikan. Kuesioner yang dibagikan berisi dua skala, yaitu
Skala Pola Asuh Demokratis dan Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi
Sosial dengan Teman Sebaya.
Awalnya peneliti mebagikan 150 eksemplar dan skala yang kembali
berjumlah 124 skala sedangkan 8 skala lainnya dianggap tidak sesuai dengan
penelitian.
33
34
B. Data Demografi Subjek
Usia subjek dalam penelitian ini berkisar dari 17-20 tahun. Subjek
yang berusia 17 tahun sebanyak 3 subjek atau sebesar 2,63%. Jumlah subjek
yang berusia 18 tahun sebanyak 36 subjek atau sebesar 31.04%. Jumlah
subjek yang berusia 19 tahun sebanyak 57 subjek atau sebesar 49.14%.
Sedangkan subjek yang berusia 20 tahun sebanyak 20 subjek atau sebesar
17.24%.
Berikut ini merupakan table data demografi subjek penelitian
berdasarkan usia:
Tabel 9
Data Usia Subjek Penelitian
Usia Jumlah Presentase 17 3 2.63% 18 36 31.04% 19 57 49.14% 20 20 17.24%
Jumlah 116 100%
B. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan SPSS for windows seri 16 dan hasilnya
adalah sebagai berikut:
35
a. Nilai probabilitas (P) pada variabel pola asuh demokratis sebesar 0.39.
Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa
sebaran data pada variabel pola asuh demokratis adalah normal.
b. Nilai probabilitas (P) pada variabel kecenderungan melakukan
interaksi sosial sebesar 0.242. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 yang
menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel kecenderungan
melakukan interaksi adalah normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan SPSS for windows seri 16. Nilai
probabilitas pada penelitian ini sebesar 0.00. Hal tersebut menunjukkan
bahwa hubungan antara variabel pola asuh demokratis dan kecenderungan
melakukan interaksi sosial dikatakan linier karena nilai probabilitasnya lebih
kecil dari 0.05.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi
pearson product moment pada taraf signifikansi 5% (0.05) dengan perangkat
lunak SPSS for windows seri 16. Uji hipotesis satu ekor (one tailed) dilakukan
36
pada penelitian ini karena hipotesis dalam penelitian ini sudah mengarah,
yaitu berarah positif.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa korelasi koefisien antara
variabel pola asuh demokratis dan kecenderugnan melakukan interaksi sosial
adalah 0.527 dengan probabilitas 0.00. Hal ini berarti terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara variabel pola asuh demokratis dan kecenderungan
melakukan interaksi sosial. Jadi, semakin tinggi pola asuh demokratis yang
diterima seorang remaja maka semakin tinggi pula kecenderungan melakukan
interaksi sosial. Sebaliknya, semakin rendah pola asuh demokratis yang
diterima seorang remaja, maka semakin rendah pula kecenderungan untuk
melalukan interaksi sosial.
Dari penelitian ini, diketahui bahwa r = 0.527 dan koefisien
determinan (r²) sebesar 27%. Hal ini berarti pola asuh demokratis memiliki
sumbangan efektif sebesar 27% terhadap kecenderungan melakukan interaksi
sosial, sedangkan 73% lainnya dipengaruhi oleh variabel lainnya.
2. Uji Tambahan
Uji tambahan dilakukan untuk mengetahui apakah keseluruhan subjek
memiliki pola asuh demokratis dan kecenderungan melakukan interaksi sosial
yang tinggi. Pada tabel berikut ini disajikan data teoritis dan empiris Skala
37
Pola Asuh Demokratis dan Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial
dengan Teman Sebaya:
Tabel 10
Data Teoritis dan Empiris Skala Pola Asuh Demokratis dan Skala
Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial
Variabel N X max
X min SD P Mean
Teoritis Empiris Pola Asuh
Demokratis 116
240 112 20.843 0.00 125 152.95
Kecenderungan Melakukan
Interaksi Sosial 312 167 24.556 0.00 192.5 235.03
Mean teoritis merupakan rata-rata skor pada alat ukur penelitian,
sedangkan mean empiris merupakan rata-rata skor data hasil penelitian. Mean
teoritis pada Skala Pola Asuh Demokratis sebesar 125 dan mean empirisnya
sebesar 152.95. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar
dari pada mean teoritisnya sehingga dapat diartikan bahwa pola asuh yang
diterima subjek penelitian tergolong tinggi. Nilai P pada Skala Pola Asuh
Demokratis sebesar 0.00. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris pada Skala
Pola Asuh Demokratis.
Mean teoritis pada Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial
dengan Teman Sebaya sebesar 192.5 dan mean empirisnya sebesar 235.03.
Jumlah tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean
38
teoritis dan dapat diartikan bahwa kecenderungan melakukan interaksi sosial
dengan teman sebaya pada subjek penelitian tergolong tinggi. Nilai P pada
Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya
sebesar 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara mean teoritis dan mean empiris pada skala tersebut.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara pola
asuh demokratis dan kecenderungan melakukan interaksi sosial pada remaja.
Dari analisis yang dilakukan, terdapat nilai koefisien korelasi antara pola asuh
demokratis dan kecenderungan melakukan interaksi sosial pada remaja
sebesar 0.528 dengan nilai probabilitas 0.00. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh
demokratis dan kecenderungan melakukan interaksi sosial. Hal ini berarti
semakin tinggi skor pola asuh demokratis maka semakin tinggi pula skor
kecedenrungan melakukan interaksi sosial. Sebaliknya, semakin rendah skor
pola asuh demokratis, maka semakin rendah pula skor kecenderungan
melakukan interaksi sosial. Melalui hasil penelitian, dapat diketahui bahwa
pola asuh demokratis memiliki peran bagi remaja dalam interaksi sosialnya.
Dalam penelitian ini, pola asuh demokratis mempunyai sumbangan sebesar
39
27% terhadap kecenderungan melakukan interaksi sosial. Sedangkan 73%
lainnya dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Remaja yang dididik dengan pola asuh demokratis akan memiliki sikap
mandiri, tegas terhadap diri sendiri, mudah bekerja sama dengan orang lain,
ramah terhadap orang lain dan mempunyai rasa tanggung jawab untuk
memperlihatkan tingkah laku yang baik yang akan memupuk rasa percaya
dirinya (Gunarsa, 2004) sehingga mampu berdiskusi dengan orang lain dan
berkompeten secara sosial.
Hasil dari penelitian ini membuktikan teori dari Armsden dan Lynch
(dalam Santrock,1995) yang mengatakan bahwa relasi yang nyaman dengan
orang tua membuat remaja memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional
yang baik. Oleh sebab itu hubungan antara orang tua dengan anak dapat
menyediakan landasan yang kokoh dimana remaja dapat menjelajahi dan
menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas
dalam suatu cara yang secara psikologis sehat (Santrock, 1995), sehingga
remaja memiliki dorongan untuk melakukan interaksi sosial.
Subjek dalam penelitian ini cenderung memiliki kecenderungan
melakukan interaksi sosial yang tinggi. Subjek penelitian ini merupakan
remaja yang diidentikan dengan kebutuhan berinteraksi yang tinggi. Seperti
yang diungkapkan Hurlock (1998) bahwa remaja memiliki kebutuhan
interaksi sosial yang tinggi.
40
Subjek dalam penelitian ini juga mendapatkan pengasuhan demokratis
yang tergolong tinggi. Hal ini disebaban karena kemajuan dalam pola
pengasuhan dan keterbukaan pikiran di masa ini yang tidak lagi menerapkan
pola pengasuhan yang terlalu ketat dan mengekang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Santorck (2007) yang mengungkapkan bahwa perkembangan zaman
menuntut orang tua lebih mengerti akan anak-anak mereka sehingga
kebanyakan orang tua zaman sekarang telah memahami serta menerapkan
pola asuh demokratis pada anak-anaknya sehingga pengasuhan otoritarian
sudah jarang ditemui dibandingkan masa yang lalu.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif
antara pola asuh demokratis dan kecenderungan melakukan interaksi sosial
pada remaja. Semakin tinggi pola asuh yang diterima, maka semakin tinggi
pula kecenderungan melakukan interaksi sosial. Sebaliknya, semakin rendah
pola asuh yang diterima remaja tersebut maka semakin rendah pula
kecenderungan melakukan interaksi sosial.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa
dapat mengembangkan berbagai kemungkinan variabel lainnya yang
dapat mempengaruhi kecenderungan melakukan interaksi sosial.
2. Bagi Orang Tua
Semoga para orang tua menerapkan pola asuh demokratis kepada anak
anaknya.
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Aurelia, Hiasintha (2010). Hubungan Antara Harga Diri dan Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial pada Remaja.Skripsi, Universitas Sanata Dharma, yogyakarta
Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
------------ (2002). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Deauna, Melecio. (1996). Elementary Statistic for Basic Education. Quezon City:
Phoenix Publishing. Gerungan. (1988). Psikologi Sosial. Bandung : Gresco. Gunarsa & Gunarsa. (1986). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : BPK
Gunung Mulia. Gunarsa, S.D. (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Buku Kita. Hadi, S. (1996). Statistika Jilid 2. Yogyakarta : Andi Ofset Hauck, P. (1995). Mendidik Anak Dengan Berhasil-Psikologi populer. Jakarta :
Arean. Hetherington, E.M & Parke, R.D. (1986). Child Psycholog: A Cotemporary
Viewpoint. N.Y: Mc. Graw – Hill Book Company. Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Kartono, K. (1985). Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta : CV Rajawali. Malcom, Handy & Steve, Heyes (1988). Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga. Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Indonesia. Prasetya, G.T. (2003). Pola Pengasuhan Ideal. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik.
Jakarta : Buku Kita.
42
43
Santrock, John W. (2002). Life Span Develompent : Perkembangan Masa hidup jilid
II. Jakarta : Erlangga. --------------------- (2007). Perkembangan Anak, University of Texas Dallas. Jakarta :
Erlangga. Sears, O. David., Freedman, J.L & Peplau. A. (1994). Psikologi Sosial. Jakarta :
Erlangga. Soekanto, Soerjono. ( 2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. Dari Internet
Sap Ketidakmauan (2009). Diunduh 24 Maret 2010 dari, http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/.html
44
LAMPIRAN I
Estimasi Reliabilitas dan Uji Daya Beda Aitem Skala Pola Asuh Demokratis
45
Case Processing Summary N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
.909 .944 90
46
Tahap Pertama
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 263.42 558.004 .415 .908 VAR00002 262.64 561.256 .419 .908 VAR00003 263.74 559.747 .411 .908 VAR00004 262.72 563.634 .364 .908 VAR00005 262.88 560.842 .385 .908 VAR00006 263.06 575.486 -.087 .911 VAR00007 262.76 560.227 .475 .908 VAR00008 263.56 575.721 -.103 .911 VAR00009 262.86 563.266 .360 .908 VAR00010 262.84 561.974 .403 .908 VAR00011 262.58 562.208 .383 .908 VAR00012 263.92 577.789 -.162 .911 VAR00013 263.08 552.687 .568 .907 VAR00014 263.80 572.735 -.003 .910 VAR00015 262.94 559.160 .463 .908 VAR00016 262.68 561.324 .450 .908 VAR00017 262.74 562.564 .411 .908 VAR00018 263.42 572.208 .010 .910 VAR00019 263.08 574.851 -.079 .910 VAR00020 263.10 562.949 .421 .908 VAR00021 263.44 568.904 .079 .910 VAR00022 263.48 569.316 .104 .910 VAR00023 262.90 570.296 .098 .909 VAR00024 262.66 560.841 .466 .908 VAR00025 263.66 579.494 -.204 .911
47
VAR00026 263.46 567.356 .050 .912 VAR00027 263.56 567.353 .155 .909 VAR00028 262.90 560.337 .492 .908 VAR00029 262.74 568.237 .182 .909 VAR00030 262.82 562.722 .327 .908 VAR00031 263.14 549.878 .664 .906 VAR00032 262.76 556.104 .634 .907 VAR00033 262.94 564.792 .254 .909 VAR00034 262.88 559.904 .538 .907 VAR00035 262.86 552.817 .642 .906 VAR00036 262.94 562.384 .317 .908 VAR00037 262.96 556.774 .557 .907 VAR00038 262.94 556.180 .601 .907 VAR00039 263.00 564.082 .265 .909 VAR00040 263.30 565.929 .183 .909 VAR00041 262.74 562.319 .421 .908 VAR00042 263.00 559.633 .477 .908 VAR00043 262.96 559.713 .517 .907 VAR00044 263.08 562.034 .482 .908 VAR00045 263.10 563.724 .357 .908 VAR00046 262.82 561.865 .512 .908 VAR00047 263.14 554.613 .572 .907 VAR00048 262.94 557.282 .528 .907 VAR00049 263.34 563.780 .247 .909 VAR00050 263.04 557.753 .541 .907 VAR00051 262.98 558.102 .650 .907 VAR00052 262.82 558.518 .563 .907 VAR00053 262.82 551.987 .687 .906 VAR00054 262.98 554.224 .625 .907 VAR00055 262.28 525.430 .153 .935 VAR00056 263.20 560.245 .368 .908
48
VAR00057 263.02 554.061 .702 .906 VAR00058 262.96 558.162 .579 .907 VAR00059 263.02 558.020 .592 .907 VAR00060 263.02 558.347 .628 .907 VAR00061 263.26 553.911 .536 .907 VAR00062 263.90 564.704 .209 .909 VAR00063 263.78 557.889 .301 .908 VAR00064 264.22 568.910 .097 .910 VAR00065 263.82 555.334 .546 .907 VAR00066 263.42 574.330 -.049 .911 VAR00067 263.14 557.551 .477 .907 VAR00068 262.98 558.428 .399 .908 VAR00069 264.22 569.032 .108 .910 VAR00070 263.00 556.694 .586 .907 VAR00071 262.92 554.198 .660 .907 VAR00072 263.04 559.264 .458 .908 VAR00073 263.06 561.976 .306 .908 VAR00074 263.20 558.612 .418 .908 VAR00075 263.62 567.506 .132 .910 VAR00076 263.28 562.940 .281 .908 VAR00077 263.32 550.426 .640 .906 VAR00078 262.88 559.618 .387 .908 VAR00079 263.22 554.502 .434 .907 VAR00080 263.30 557.276 .485 .907 VAR00081 263.44 555.843 .494 .907 VAR00082 263.20 554.898 .652 .907 VAR00083 263.60 561.469 .265 .909 VAR00084 262.82 559.947 .381 .908 VAR00085 263.84 561.607 .295 .908 VAR00086 263.44 569.272 .107 .909
49
VAR00087 263.54 553.560 .493 .907 VAR00088 262.96 555.264 .610 .907 VAR00089 263.16 554.382 .665 .907 VAR00090 262.90 556.582 .533 .907
50
Tahap kedua
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-
Total Correlation Cronbach's Alpha
if Item Deleted
V1 191.20 435.510 .425 .959 V2 190.42 438.942 .409 .959 V3 191.52 438.255 .379 .960 V4 190.50 439.398 .429 .959 V5 190.66 438.025 .397 .960 V6 190.54 437.682 .481 .959 V7 190.64 440.194 .374 .960 V8 190.62 439.179 .410 .959 V9 190.36 438.480 .428 .959 V10 190.86 432.368 .528 .959 V11 190.72 437.022 .457 .959 V12 190.46 438.825 .448 .959 V13 190.52 438.296 .484 .959 V14 190.88 440.230 .421 .959 V15 190.44 437.394 .510 .959 V16 190.68 436.998 .534 .959 V17 190.60 438.122 .398 .959 V18 190.92 429.136 .649 .959 V19 190.54 434.702 .611 .959 V20 190.66 436.392 .593 .959 V21 190.64 428.970 .728 .958 V22 190.72 437.471 .396 .960 V23 190.74 434.564 .565 .959 V24 190.72 433.634 .626 .959 V25 190.52 437.561 .518 .959
51
V26 190.78 435.155 .567 .959 V27 190.74 436.768 .544 .959 V28 190.86 438.409 .534 .959 V29 190.88 439.904 .402 .959
V30 190.60 437.796 .591 .959
V31 190.92 432.320 .591 .959
V32 190.72 433.757 .585 .959
V33 190.82 435.293 .555 .959
V34 190.76 434.962 .700 .959
V35 190.60 434.082 .664 .959
V36 190.60 429.837 .714 .958
V37 190.76 431.696 .657 .959
V38 190.98 437.163 .391 .960
V39 190.80 430.816 .770 .958
V40 190.74 435.217 .614 .959
V41 190.80 434.163 .671 .959
V42 190.80 435.633 .654 .959
V43 191.04 432.529 .525 .959
V44 191.56 435.353 .309 .961
V45 191.60 434.653 .504 .959
V46 190.92 436.442 .441 .959
V47 190.76 435.941 .408 .960
V48 190.78 432.951 .659 .959
V49 190.70 430.663 .736 .958
V50 190.82 435.579 .512 .959
52
V51 190.84 437.933 .353 .960
V52 190.98 435.898 .434 .959
V53 191.10 428.541 .660 .959
V54 190.66 436.637 .408 .960
V55 191.00 434.245 .391 .960
V56 191.08 434.442 .513 .959
V57 191.22 432.502 .543 .959
V58 190.98 432.755 .668 .959
V59 190.60 436.857 .405 .960
V60 191.32 436.385 .359 .960
V61 190.74 431.911 .672 .959
V62 190.94 430.751 .745 .958
V63 190.68 433.447 .577 .959
53
Tahap Ketiga
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
V1 191.20 435.510 .425 . .959 V2 190.42 438.942 .409 . .959 V3 191.52 438.255 .379 . .960 V4 190.50 439.398 .429 . .959 V5 190.66 438.025 .397 . .960 V6 190.54 437.682 .481 . .959 V7 190.64 440.194 .374 . .960 V8 190.62 439.179 .410 . .959 V9 190.36 438.480 .428 . .959 V10 190.86 432.368 .528 . .959 V11 190.72 437.022 .457 . .959 V12 190.46 438.825 .448 . .959 V13 190.52 438.296 .484 . .959 V14 190.88 440.230 .421 . .959 V15 190.44 437.394 .510 . .959 V16 190.68 436.998 .534 . .959 V17 190.60 438.122 .398 . .959 V18 190.92 429.136 .649 . .959 V19 190.54 434.702 .611 . .959 V20 190.66 436.392 .593 . .959 V21 190.64 428.970 .728 . .958 V22 190.74 434.564 .565 . .959 V23 190.72 433.634 .626 . .959 V24 190.78 435.155 .567 . .959
54
V25 190.60 437.796 .591 . .959 V26 190.92 432.320 .591 . .959 V27 190.76 434.962 .700 . .959 V28 190.60 434.082 .664 . .959 V29 190.60 429.837 .714 . .958 V30 190.76 431.696 .657 . .959 V31 190.80 430.816 .770 . .958 V32 190.74 435.217 .614 . .959 V33 190.80 434.163 .671 . .959 V34 190.80 435.633 .654 . .959 V35 191.04 432.529 .525 . .959 V36 191.60 434.653 .504 . .959 V37 190.92 436.442 .441 . .959 V38 190.76 435.941 .408 . .960 V39 190.78 432.951 .659 . .959 V40 190.70 430.663 .736 . .958 V41 190.82 435.579 .512 . .959 V42 190.98 435.898 .434 . .959 V43 191.10 428.541 .660 . .959 V44 191.08 434.442 .513 . .959 V45 191.22 432.502 .543 . .959 V46 190.98 432.755 .668 . .959 V47 190.60 436.857 .405 . .960 V48 190.74 431.911 .672 . .959 V49 190.94 430.751 .745 . .958 V50 190.68 433.447 .577 . .959
55
LAMPIRAN II
Uji Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Korelasi
56
Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PolaAsuhDemokratis 116 112 240 152.95 20.843
InteraksiSosial 116 167 312 235.03 24.556
Valid N (listwise) 116
a. Variabel Pola asuh demokratis
b. Variabel Interaksi Sosial
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
PolaAsuhDemokratis
116 152.95 20.843 1.935
One-Sample Test Test Value = 125
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
PolaAsuhDemokratis
14.442 115 .000 27.948 24.11 31.78
57
One-Sample Test Test Value = 192.5
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
InteraksiSosial 18.652 115 .000 42.526 38.01 47.04
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PolaAsuhDemo
kratis InteraksiSosial
N 116 116 Normal Parametersa Mean 152.95 235.03
Std. Deviation 20.843 24.556 Most Extreme Differences Absolute .084 .095
Positive .084 .095 Negative -.045 -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .902 1.027 Asymp. Sig. (2-tailed) .390 .242
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from Data
Uji Linearitas
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
InteraksiSosial 116 235.03 24.556 2.280
58
ANOVA Table Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
PolaAsuhDemokratis * InteraksiSosial
Between Groups
(Combined) 34418.273 61 564.234 1.960 .006
Linearity 13876.781 1
13876.781
48.216 .000
Deviation from Linearity
20541.492 60 342.358 1.190 .259
Within Groups 15541.417 54 287.804
Total 49959.690 115
Uji Korelasi
Correlations PolaAsuhDe
mokratis InteraksiSosia
l
PolaAsuhDemokratis
Pearson Correlation
1 .527**
Sig. (1-tailed) .000
N 116 116
InteraksiSosial Pearson Correlation
.527** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 116 116
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
59
LAMPIRAN III
Skala Pola Asuh Demokratis dan Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi
Sosial (Penelitian)
Skala Penelitian
60
Disusun oleh: Dian Pranacitra
069114090
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2010 Usia: Jenis Kelamin: Petunjuk:
61
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Dalam skala ini anda diminta untuk memberikan salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri anda, dengan cara memberikan salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri anda, dengan cara memberikan tanda (X) pada salah satu alternatif jawaban yang tersedia SS : Bila anda merasa Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut S : Bila anda merasa Setuju dengan pernyataan tersebut TS : Bila anda merasa Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut STS : Bila anda merasa Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut Dalam skala ini tidak ada jawaban benar atau salah oleh karena itu
Jangan melewatkan setiap pernyataan atau membiarkan ada pernyataan tidak dijawab
jawablah setiap pernyataan yang tersedia sesuai dengan keadaan diri anda masing-masing.
62
=SKALA A=
No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya bebas berteman dengan siapa saja dengan
catatan saya mengenalkan teman saya kepada orang tua saya
2. Saya tidak diperbolehkan pergi di malam hari 3. Saya diberi uang jajan sebanyak yang saya minta
tetapi saya harus mencantumkan laporan keuangan kepada orang tua saya
4. Orang tua tidak pernah bertanya kepada saya kemana saya akan pergi
5. Saya dibebaskan membeli barang apa saja yang saya mau asalkan itu dibutuhkan
6. Saya dibebaskan memilih extrakulikuler yang saya ingini asalkan saya dapat menekuni ekstrakulikuler tersebut
7. Orang tua tidak pernah bertanya dengan siapa saya pergi
8. Orang tua tidak pernah mengecek dan melihat nilai nilai yang saya peroleh
9. Orang tua jarang mencari saya apabila saya pergi hingga larut malam
10. Orang tua membebaskan saya berhubungan dengan lawan jenis saya asalkan saya mengenalkan lawan jenis tersebut kepada orang tua saya
11 Orang tua membebaskan saya pergi kemana saja asal saya berpamitan terlebih dahulu dengan mereka
12. Orang tua membebaskan saya memilih hal hal yang saya sukai dengan catatan saya harus tanggung jawab dengan apa yang saya pilih
13. Orang tua tidak memperbolehkan saya bepergian dengan lawan jenis saya
14. Orang tua memberikan waktu bermain yang cukup saat saya sudah mengerjakan seluruh kewajiban saya
15. Saya dibebaskan memilih fakultas yang saya ingini akan tetapi saya harus dapat mempertanggungjawabkan nilai yang saya peroleh
16. Apabila mendapat nilai bagus orang tua saya tidak memberikan pendapat apapun
63
17. Orang tua membiarkan saya bermain terus menerus tanpa menegur saya
18. Orang tua sering duduk dan bercerita di meja makan bersama sama
19. Orang tua sering bertanya kepada saya mengenai kehidupan perkuliahan yang saya alami
20. Saya sering mengemukakan pendapat saya kepada orang tua saya
21. Saya biasa berbicara mengenai banyak hal dengan orang tua saya
22. Orang tua sering bertanya kepada saya mengenai pelajaran pelajaran yang saya dapatkan di perkuliahan
23. Orang tua memberikan saya kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan apabila saya melakukan kesalahan
24. Orang tua tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk menjelaskan alasan saya melakukan sesuatu
25. Orang tua tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk berpendapat
26. Orang tua sering bertanya kepada saya mengenai hari hari yang saya lalui
27. Saya jarang diajak bercerita dengan orang tua saya 28. Orang tua sering memberikan waktu luang untuk
kami mengobrol
29. Saya merasa nyaman bercerita dengan orang tua saya
30. Orang tua memberikan kesempatan saya menjelaskan apabila terjadi kesalah pahaman antara kami
31. Orang tua jarang bertanya mengenai kehidupan perkuliahan saya
32. Saya sering berdiskusi dengan orang tua saya mengenai suatu hal
33. Orang tua sering memberikan kesempatan untuk mencurahkan isi hati saya
34. Orang tua saya sering membantu saya saat saya menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas saya
35. Orang tua saya sering membantu saya mengerjakan tugas tugas yang saya dapatkan
36. Orang tua saya tidak pernah membantu saya jika
64
saya mendapati kesulitan dalam mengerjakan tugas saya
37. Orang tua saya tidak pernah memberikan pujian apabila saya mendapatkan nilai bagus
38. Saya sering duduk dan menonton televisi bersama orang tua saya
39. Saya sering bersenda gurau dengan orang tua saya 40. Saya jarang menonton televisi bersama orang tua
saya
41. Orang tua saya jarang memberi kado ulang tahun kepada saya
42. Orang tua saya tidak pernah membantu saya apabila saya menemui kesulitan dalam berbagai hal
43. Saya tidak pernah dipeluk orang tua saya 44. Saya merasa pipi saya tidak pernah dicium oleh
orang tua saya
45. Orang tua saya memberikan hadiah kepada saya pada saat saya mendapatkan nilai bagus
46. Saya jarang duduk dan makan satu meja dengan orang tua saya
47. Orang tua saya jarang bepergian dengan saya 48. Orang tua saya jarang duduk dan menonton televisi
bersama saya
49 . Orang tua saya memberikan pujian kepada saya apabila saya mendapatkan nilai bagus
50. Orang tua saya sering memberikan pelukan kepada saya
65
=SKALA B=
No Pernyataan Pilihan Jawaban SS S TS STS
1. Saya tergabung dalam suatu kelompok yang beranggotakan teman-teman seumuran
2. Saya lebih senang menyendiri di dalam kamar 3. Saya merasa canggung apabila berada di
tengah-tengah kumpulan teman sebaya
4. Saya lebih senang mengerjakan tugas secara individual daripada bersama teman
5. Saya merasa senang saat tidak ada teman-teman di sekitar saya
6. Saya senang turut serta dalam kegiatan yang melibatkan banyak teman
7. Saya senang dapat berkunjung ke rumah teman 8. Saya lebih senang menyimpan kebahagiaan
saya sendiri daripada menceritakannya pada teman-teman
9. Saya menghindari kontak mata apabila bertemu dengan teman
10. Saya akan menyapa sekelompok teman yang sedang berkumpul
11. Saya senang mengobrol melalui telepon atau SMS dengan teman
12. Saya bisa membuat hidup saya lebih nyaman tanpa kehadiran teman meskipun sedang mengalami suatu masalah
13. Saat memiliki masalah, saya memilih menyelesaikannya sendiri tanpa kehadiran teman
14. Mengerjakan tugas dalam kelompok bersama teman-teman dapat meringankan beban saya
15. Saya kurang tertarik mendengarkan keluhan dari teman-teman
16. Saya tidak menggunakan ekpresi wajah maupun gerak tubuh saat mengobrol dengan teman
17. Saya lebih senang mengisi kekosongan waktu dengan mengobrol bersama teman-teman
18. Saya menghindari aktifitas-aktifitas yang
66
melibatkan kehadiran teman-teman
19. Saya lebih senang menikmati kesendirian daripada berkumpul dengan teman-teman
20. Saya senang mengikuti kegiatan ekstakurikuler karena dapat bertemu dengan teman-teman
21. Saya bahagia dengan keberadaan diri saya saat berkumpul dengan teman-teman
22. Saya lebih memilih diam daripada menceritakan kesedihan saya pada teman
23. Saya menghindari pembicaraan dengan teman-teman
24. Forum diskusi merupakan kesempatan yang mengasyikan untuk bertukar pikiran dengan teman-teman
25. Saya akan menceritakan pengalaman menyenangkan maupun menyedihkan pada teman-teman
26. Saya dapat menemukan kebahagiaan saya sendiri tanpa kehadiran teman-teman
27. Hidup saya terasa lengkap meskipun tanpa kehadiran teman-teman
28. Saya senang mengikuti suatu diskusi yang melibatkan teman-teman sebaya
29. Pada saat sedih, saya menghibur diri dengan berkumpul bersama teman-teman
30. Saya lebih senang menundukkan kepala daripada harus menyapa apabila berpapasan dengan teman di jalan
31. Bagi saya, ekspresi wajah merupakan hal yang penting untuk mengungkapkan perasaan kepada teman
32. Bagi saya, bekerja sama dalam satu kelompok yang beranggotakan teman-teman sebaya hanya membuang waktu saja
33. Saya merasa terbebani apabila bekerja dalam kelompok yang beranggotakan teman-teman sebaya
34. Saya akan mencari kesempatan untuk dapat menghabiskan waktu dengan teman-teman
35. Saya merasa kurang nyaman apabila terlibat
67
suatu pembicaraan dengan teman-teman 36. Mengobrol dengan teman merupakan hal yang
membosankan
37. Masa liburan merupakan saat menyenangkan bagi saya karena dapat bermain sepuasnya dengan teman-teman
38. Saya akan menanyakan kabar apabila bertemu teman yang sudah lama tak dijumpai
39. Saya senang dapat memulai pembicaraan dengan teman
40. Saya cenderung bersikap pasif saat mengikuti diskusi bersama teman-teman
41. Saya lebih suka segera beranjak tidur di malam hari daripada harus bercerita pada teman tentang kegiatan saya seharian
42. Bagi saya, bekerja sama dalam satu tim dengan teman-teman merupakan hal yang menyenangkan
43. Saya merasa terganggu dengan keberadaan teman-teman
44. Saya selalu tersenyum apabila bertemu dengan teman di jalan
45. Walaupun berjauhan tempat, saya tetap meluangkan waktu untuk berbincang dengan teman
46. Saya senang mengobrol dengan teman- teman seumuran
47. Saya menghindari kesempatan untuk bertemu dengan teman
48. Saya merasa kesulitan dalam menunjukkan ekspresi wajah maupun gerak tubuh yang mendukung dalam suatu pembicaraan
49. Saya akan berusaha menghentikan obrolan dengan teman karena hanya membuang waktu saja
50. Saat memiliki masalah, saya cenderung ingin menceritakannya pada teman
51. Saya mampu menyampaikan apa yang sedang saya pikirkan menggunakan kata-kata kepada teman
52. Saya menghindari sekumpulan teman-teman sebaya yang sedang bersenda gurau
68
53. Saya berusaha memberikan respon yang baik saat teman berbicara
54. Saat sakit, saya ingin teman saya datang menjenguk
55. Berkumpul dengan teman-teman merupakan kebahagiaan bagi saya
56. Saya merasa kesulitan saat harus mengutarakan apa yang sedang saya pikirkan dan rasakan pada teman
57. Saya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti saat mengobrol dengan teman-teman
58. Saya suka mendengarkan cerita dan pengalaman dari teman
59. Saya senang mengerjakan tugas kelompok bersama teman-teman
60. Saya merasa canggung saat menyapa teman terlebih dahulu
61. Saya menghabiskan sebagian besar waktu untuk berkumpul bersama teman-teman
62. Saya akan mencari kesempatan agar dapat mengobrol dengan teman-teman
63. Kehadiran teman sangat berarti dalam hidup saya
64. Saat memiliki waktu luang, saya menggunakannya untuk menjauh dari keberadaan teman-teman
65. Saat liburan, saya memilih berkumpul dan bermain bersama teman-teman
66. Saya merasa malu apabila ada teman yang menegur saya di jalan
67. Saya merasa takut apabila berjumpa dengan teman
68. Saya membutuhkan kehadiran teman-teman dalam hidup saya
69. Saya memilih untuk diam saat teman-teman asyik mengobrol
70. Saya senang melibatkan diri dalam aktifitas kelompok bersama teman-teman sebaya
71. Saya cenderung menggunakan ekspresi wajah untuk memperlihatkan apa yang sedang saya rasakan kepada teman
69
72. Saya merasa nyaman tanpa kehadiran seorang teman
73. Saya senang melakukan berbagai aktifitas tanpa melibatkan teman-teman
74. Saya merasa ragu-ragu apabila harus mengawali pembicaraan dengan teman
75. Saya senang meluangkan waktu agar dapat berbagi cerita dengan teman-teman
76. Saya malu untuk tersenyum lebih dulu apabila bertemu teman di jalan
77. Saya merasa tidak membutuhkan kata-kata penghibur dari teman saat saya putus asa
Koreksi kembali jawaban Anda Jangan sampai ada yang terlewati
Terimakasih atas kerjasamanya
GOD Bless you ^___^