hubungan perilaku operator dan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi damiu

97
USULAN PENELITIAN SKRIPSI UNIVERSITAS ANDALAS HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS TAHUN 2013 Oleh : NELLA MUTIA ARWIN No. BP. 0910332017 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat

Upload: nanda-pramana-sjahmenan

Post on 27-Dec-2015

136 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

usulan skripsi, FKM UNAND

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

UNIVERSITAS ANDALAS

HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DEPOT AIR MINUM ISI

ULANG DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN

PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR

MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS ANDALAS

TAHUN 2013

Oleh :

NELLA MUTIA ARWIN

No. BP. 0910332017

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan

Penelitian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

Page 2: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

PADANG, 2013

Page 3: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN

HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS

TAHUN 2013

Oleh :

NELLA MUTIA ARWIN

No. BP : 0910332017

Usulan penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk

dipertahankan dihadapan tim penguji proposal penelitian skripsi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

Padang, 24 Juni 2013

Menyetujui

Pembimbing I

Vitria, S.Si, M. Biomed

NIP. 19790206 200812 2 002

Pembimbing II

Suksmerri, S.Pd, M.Pd, M.Si

NIP. 19600325 198403 2 002

Page 4: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

PERNYATAAN PENGESAHAN

DATA MAHASISWA:

Nama Lengkap : Nella Mutia Arwin

Nomor Buku Pokok : 0910332017

Tanggal Lahir : 17 Mei 1991

Tahun Masuk : 2009

Peminatan : Kesehatan Lingkungan &

Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)

Nama Pembimbing Akademik : Nizwardi Azkha,SKM, MPPM, M.Si, M.Pd

Nama Pembimbing I : Vitria, S.Si, M. Biomed

Nama Pembimbing II : Suksmerri, S.Pd, M.Pd, M.Si

JUDUL PENELITIAN:

HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DAN

PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE

SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS ANDALAS TAHUN 2013

Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik

dan administrasi untuk mengikuti ujian usulan penelitian skripsi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

Padang, 24 Juni 2013

Mengetahui,Dekan FKM UNAND

Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, M.Sc, Ph.D, Sp.GKNIP. 196305071990012001

Mengesahkan,Koordinator Skripsi

Defriman Djafri, SKM, MKM NIP. 198008052005011004

Page 5: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama Lengkap : Nella Mutia Arwin

Nomor Buku Pokok : 0910332017

Tanggal Lahir : 17 Mei 1991

Tahun Masuk : 2009

Peminatan : Kesehatan Lingkungan &

Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)

Nama Pembimbing Akademik : Nizwardi Azkha,SKM, MPPM, M.Si, M.Pd

Nama Pembimbing I : Vitria, S.Si, M. Biomed

Nama Pembimbing II : Suksmerri, S.Pd, M.Pd, M.Si

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan

usulan skripsi saya yang berjudul :

“HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DAN

PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE

SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS ANDALAS TAHUN 2013”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, 24 Juni 2013

Nella Mutia Arwin

No.BP:0910332017

Page 6: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Swt. yang telah

memberikan penulis nikmat, rahmat, karunia, hidayah, dan pertolonganNya. Berkat

segala hal itulah, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian skripsi. Usulan

penelitian skripsi ini berjudul “Hubungan Perilaku Operator Depot Air Minum Isi

Ulang dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot

Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Tahun 2013” yang

penulis ajukan untuk memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Shalawat beserta salam penulis mohonkan kepada Allah Swt. agar

disampaikan kepada Rasulullah SAW. Allahummashalli ‘alaa sayyidinaa

Muhammad wa’ala aalii sayyidinaa Muhammad.

Selama proses penyusunan usulan penelitian skripsi ini, penulis mendapat

bimbingan, bantuan, dukungan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, pada

kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

Ibu Vitria, S.Si., M.Biomed sebagai pembimbing I dan Ibu Suksmerri, S.Pd., M.Si.,

M.Pd sebagai pembimbing II, yang telah banyak memberikan pengetahuan,

bimbingan, koreksi serta saran-saran dan kritikan sehingga usulan penelitian skripsi

ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada :

1. Ibu Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, M.Sc., Ph.D., Sp.GK selaku Dekan

Fakultas Kesehatan Mayarakat.

2. Bapak Nizwardi Azkha,SKM, MPPM, M.Si, M.Pd selaku pembimbing

akademik yang juga telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada

penulis.

i

Page 7: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

3. Seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang

telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama di bangku

perkuliahan.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang beserta jajaran dan petugas kesehatan

Puskesmas Andalas yang telah membantu penulis dalam melengkapi data

guna penelitian.

5. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Papa, Mama, Ni Ari, dan Yeni yang

telah mendampingi, membimbing, menyemangati, mendoakan dan

memberikan cinta kasih yang tidak pernah bisa penulis balas.

6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 dan semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian skripsi yang tidak

dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas semangat dan kesediaannya

dalam meluangkan waktu bagi penulis untuk berdiskusi.

Peneliti menyadari dalam penyusunan usulan penelitian skripsi ini masih

banyak ditemukan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya

kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca untuk

kesempurnaan usulan penelitian skripsi ini. Akhirnya terima kasih untuk semua

bimbingan, arahan, kritikan, dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak,

penulis hanya bisa mendoakan agar Allah Swt. memberikan balasan yang lebih baik.

Aaamiin Ya Rabbal’alamin.

Padang, 24 Juni 2013

Nella Mutia Arwin

No. BP : 0910332017

ii

Page 8: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

DAFTAR TABEL.......................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN..........................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................ix

BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 . Perumusan Masalah..........................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................6

1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................8

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................9

2.1 Pengertian Air.....................................................................................................9

2.2 Macam-macam Sumber Air..............................................................................11

2.2.1 Air Angkasa...............................................................................................11

iii

Page 9: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

2.2.2 Air Permukaan...........................................................................................11

2.2.3 Air Tanah...................................................................................................12

2.3 Air Minum........................................................................................................13

2.3.1 Persyaratan Bakteriologis.........................................................................14

2.3.2 Persyaratan Fisik........................................................................................15

2.3.3 Persyaratan Kimia......................................................................................17

2.3.4 Persyaratan Radioaktif...............................................................................18

2.4 Depot Air Minum Isi Ulang..............................................................................19

2.5 Hygiene Sanitasi DAMIU.................................................................................25

2.6 Perilaku.............................................................................................................30

2.6.1 Pengetahuan...............................................................................................31

2.6.1.1 Proses Adopsi Perilaku.......................................................................32

2.6.1.2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif...............................32

2.6.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan..............................34

2.6.2 Sikap..........................................................................................................35

2.6.3 Tindakan....................................................................................................36

2.7 Perilaku Kesehatan...........................................................................................37

2.8 Peran Petugas Kesehatan..................................................................................38

2.9 Kerangka Teori.................................................................................................43

2.10 Kerangka Konsep............................................................................................44

BAB 3 : METODE PENELITIAN.............................................................................45

3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................45

iv

Page 10: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................45

3.2.1.1 Waktu Penelitian.................................................................................45

3.2.1.2 Tempat Penelitian...............................................................................45

3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................45

3.3.1 Populasi......................................................................................................45

3.3.2 Sampel.......................................................................................................45

3.4 Definisi Operasional.........................................................................................47

3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................48

3.6 Teknik Pengolahan Data..................................................................................48

3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................49

3.7.1 Analisis Univariat......................................................................................49

3.7.2 Analisis Bivariat........................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v

Page 11: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsumsi Air Bersih di Perkotaan Indonesia berdasarkan Keperluan

Rumah Tangga.........................................................................................10

Tabel 2.2 Parameter Wajib Kualitas Air Minum.....................................................18

Tabel 2.3 Perbedaan DAMIU dengan AMDK.........................................................20

vi

Page 12: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur Penularan dan Contoh Patogen Bawaan Air..............................15

Gambar 2.2 Skema Instalasi Depot Air Minum......................................................24

Gambar 2.3 Diagram The Precede-Proceed Model Green, L.W and Kreuter, M.W.

.............................................................................................................43

Gambar 2.4 Diagram Konsep Hubungan Perilaku Operator DAMIU dan Peran

Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan Hygiene Sanitasi DAMIU

.............................................................................................................44

vii

Page 13: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

1. DAMIU : Depot Air Minum Isi Ulang

2. MDGs : Millenium Development Goals

3. WHO : World Health Organization

4. APHA : American Public Health Association

5. PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

6. AMDK : Air Minum Dalam Kemasan

viii

Page 14: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Dummy Table

Lampiran 4. Master Tabel

Lampiran 5. Kartu Kontak Bimbingan Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 6. Formulir Menghadiri Seminar

ix

Page 15: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.

Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air. Volume air dalam tubuh

manusia rata-rata 65% dari total berat badannya dan volume tersebut sangat

bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang.

Air minum dalam tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan

metabolisme dan fisiologis tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena tubuh

selalu bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga digunakan untuk melarutkan

dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta-

juta sel. Komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Apabila tubuh mengalami

kekurangan air, maka sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik.

Saat ini masalah air adalah persoalan seluruh dunia. Pada januari 2001, WHO

dalam rangka Intercountry Consultation on Quality in Water Supply System telah

mencetuskan Deklarasi Bangkok mengenai air minum yang aman dan sehat, yang

antara lain menyatakan bahwa air minum yang sehat dan terjangkau dalam jumlah

yang mencukupi adalah hak azazi setiap manusia sebagai syarat untuk mencapai

kesehatan yang optimal, dalam rangka keadilan untuk mengurangi kemiskinan,

meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma pembangunan

global yang mempunyai 8 tujuan dan 18 sasaran. Sasaran yang berkaitan dengan

penyediaan air bersih adalah sasaran kesepuluh yaitu penurunanan sebesar separuh

proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum yang aman

dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015.

1

Page 16: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

2

Kebutuhan air minum di banyak negara di dunia tidak sama satu dengan

lainnya. Warga di negara maju lebih banyak memerlukan air minum dari pada di

negara berkembang. Di negara maju, semua keperluan air dipenuhi dengan air

minum, sedangkan di negara berkembang, air minum khusus digunakan untuk makan

dan minum. Hal ini dibuktikan berdasarkan beberapa data World Health

Organization (WHO) menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi

penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah

lebih kurang 500 liter seorang setiap hari (lt/or/hr). Sedangkan kota besar di

Indonesia, kebutuhan air minumnya adalah sebanyak 200-400 lt/or/hr dan di daerah

pedesaan hanya 60 lt/or/hr.

Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah

penyediaan air selalu meningkat untuk setiap saat. Pengadaan air bersih untuk

kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus

memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan Internasional (WHO dan

APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Di Indonesia, persyaratan air yang

diperbolehkan dalam penggunaannya sebagai air minum diatur dalam Permenkes RI

No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.

Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Ada

masyarakat yang mengambil air minum dari sumber air, seperti air sungai dan air

tanah, baik dengan menggunakan sumur dangkal maupun dalam, serta dari air

perpipaan yang diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat,

yang dimasak dahulu sebelum dikonsumsi.

Masyarakat di kota besar, dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum, juga

mengonsumsi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap

lebih higienis. AMDK diproduksi oleh industri melalui proses otomatis dan disertai

Page 17: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

3

dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke masyarakat. Akan tetapi kelamaan

masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal, sehingga muncul alternatif lain

yaitu air minum yang diproduksi oleh Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU).

DAMIU adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat

dalam bentuk curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari kepraktisannya, DAMIU jauh

lebih praktis, karena konsumen tidak perlu memasak air, wadah yang digunakan

dapat dipakai berulang kali, dan air produksi DAMIU dapat diperoleh konsumen

tanpa harus keluar rumah (pelayanan antar). Ditinjau dari harganya, Air Minum Isi

Ulang (AMIU)jauh lebih murah dibandingkan AMDK, bahkan ada yang mematok

harga hingga 1/4 dari harga AMDK.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, terdapat pergeseran pola pemakaian

sumber air minum, terutama di perkotaan, di mana pemakaian air kemasan sebagai

air minum meningkat dari 6,0 persen pada tahun 2007 menjadi 7,2 persen pada tahun

2010. Sementara itu rumah tangga yang menggunakan depot air minum sebagai

sumber air minum lebih tinggi (13,8%).

Berdasarkan tempat tinggal, terdapat perbedaan persentase rumah tangga

dalam hal akses terhadap sumber air minum terlindung antara di perkotaan dan di

pedesaan, di mana di pedesaan (48,8%) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan

(41,6%). Akan tetapi, bila memperhitungkan air kemasan dan air dari depot air

minum, persentase rumah tangga yang akses terhadap air minum terlindung

menunjukkan keadaan yang sebaliknya, di mana di perkotaan (75,9%) lebih tinggi

dibandingkan dengan di perdesaan (56,9%).

Meningkatnya konsumsi masyarakat akan penggunaan air minum dari

DAMIU tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas air yang diproduksi oleh

DAMIU sendiri. Hasil studi 120 sampel AMIU dari 10 kota besar di Indonesia

Page 18: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

4

(Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,

Medan, dan Denpasar) sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa

sampel ditemukan sekitar 16% terkontaminasi bakteri coliform. Hal ini

mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang.

Buruknya kualitas air minum produksi DAMIU dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Beberapa di antaranya adalah air baku yang tidak memenuhi syarat

Permenkes No. 416/MENKES/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat kesehatan dan

pengawasan kualitas air bersih, tidak terlaksananya hygiene sanitasi DAMIU

sebagaimana mestinya, dan distribusi air produksi DAMIU yang tidak terjamin

keamanannya. Kualitas air minum yang tidak memenuhi syarat menjadi salah satu

penyebab mewabahnya sejumlah penyakit yang menular melalui air dan

berkontribusi pada buruknya kesehatan masyarakat di suatu daerah pada rentang

waktu tertentu.

Kota Padang merupakan salah satu kota yang memiliki DAMIU terbanyak di

Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kota Padang tahun 2012, Kota Padang memiliki 538 DAMIU yang tersebar di 11

kecamatan. Jumlah ini terus berfluktuasi setiap tahunnya. Sebelumnya, pada tahun

2009 terdapat 367 DAMIU di Kota Padang, kemudian terjadi peningkatan pada

tahun 2010 yaitu menjadi 511 DAMIU. Di tahun 2011, jumlah DAMIU di Kota

Padang mencapai 603 DAMIU.

Banyaknya jumlah DAMIU di Kota Padang tidak diiringi dengan

peningkatan kualitas air minum produksi DAMIU yang dikonsumsi masyarakat.

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2010, jumlah laik sehat

depot air minum yang diterbitkan adalah 121 buah. Sedangkan pada tahun 2011,

Page 19: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

5

terjadi penurunan jumlah laik sehat depot air minum yang diterbitkan yaitu sebanyak

64 buah.

Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya penurunan jumlah laik sehat

depot air minum di Kota Padang, salah satunya adalah kurangnya pelaksanaan

hygiene sanitasi di DAMIU. Pelaksanaan hygiene sanitasi yang tidak sesuai dengan

standar akan berkorelasi dengan penurunan kualitas air minum yang diproduksi.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada beberapa DAMIU di Kota Padang,

sebagian besar DAMIU tidak dalam keadaan bersih, terutama alat dan perlengkapan

yang digunakan saat pengisian air minum. Lokasi DAMIU yang berada di sisi jalan

raya berpengaruh terhadap kuantitas debu yang menempel pada alat dan

perlengkapan tersebut. Operator DAMIU yang ditemui saat observasi banyak

melakukan tindakan yang tidak hygienis seperti tidak mencuci tangan sebelum

mengisi air minum, makan dan minum saat pengisian air minum, dan belum ada

yang memiliki surat keterangan mengikuti kursus operator depot air minum.

Puskesmas Andalas merupakan salah satu puskesmas di Kota Padang yang

memiliki jumlah DAMIU terbanyak, yaitu 80 DAMIU. Sebagian besar masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Andalas mengandalkan DAMIU yang ada untuk memenuhi

kebutuhan air minum sehari-hari. Namun, hanya 20 dari 80 DAMIU yang melakukan

pemeriksaan bakteriologis secara berkala dan mendapatkan stiker memenuhi syarat

yang diterbitkan Dinas Kesehatan kota Padang pada tahun 2012. Keadaan ini

tentunya berdampak negatif pada kesehatan masyarakat yang berdomisili di wilayah

kerja Puskesmas Andalas ke depannya, mengingat minimnya persentase DAMIU

yang memenuhi syarat. Luasnya wilayah kerja puskesmas tidak diimbangi dengan

jumlah petugas sanitarian yang ada di Puskesmas Andalas. Hal ini dapat

Page 20: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

6

memengaruhi peran petugas kesehatan dalam pelaksanaan pengawasan DAMIU di

setiap tahunnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan perilaku operator DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan

pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

1.2 . Perumusan Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun

2012, bahwasanya terdapat 20 dari 80 DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas

yang melakukan pemeriksaan bakteriologis secara berkala dan dilaporkan ke Dinas

Kesehatan Kota Padang. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh DAMIU di

wilayah kerja Puskesmas Andalas tidak memenuhi syarat. Salah satu penyebabnya

adalah kurangnya kesadaran operator DAMIU dalam pelaksanaan hygiene sanitasi

DAMIU yang dikelola. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan perilaku

operator DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi

pada DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku operator DAMIU dan peran petugas

kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi pada DAMIU di wilayah kerja

Puskesmas Andalas.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya pelaksanaan hygiene sanitasi oleh operator masing-masing

DAMIU yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

Page 21: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

7

2. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku operator DAMIU terhadap

pelaksanaan hygiene sanitasi di DAMIU.

3. Diketahuinya distribusi frekuensi peran petugas kesehatan terhadap

pelaksanaan hygiene sanitasi di DAMIU.

4. Diketahuinya hubungan perilaku operator DAMIU dengan pelaksanaan

hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

5. Diketahuinya hubungan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene

sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Untuk menyelesaikan tugas akhir dalam meraih gelar S1 di bidang kesehatan

masyarakat. Di samping itu juga bermanfaat untuk melatih serta

mengembangkan kemampuan penulis dalam penelitian terkait pelaksanaan

hygiene sanitasi pengelola DAMIU dalam upaya peningkatan kualitas air

yang digunakan untuk minum oleh masyarakat.

2. Bagi Institusi

Sebagai literatur dalam menambah wawasan mengenai keilmuan di bidang

kesehatan lingkungan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Bagi Lahan Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menentukan program penyehatan

lingkungan dan memberikan gambaran tentang hubungan perilaku operator

DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi

pada DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

Page 22: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini antara lain.

1. Gambaran umum tentang hygiene sanitasi oleh operator masing-masing

DAMIU yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

2. Gambaran umum tentang perilaku operator DAMIU terhadap pelaksanaan

hygiene sanitasi di DAMIU.

3. Gambaran umum tentang peran petugas kesehatan terhadap pelaksanaan

hygiene sanitasi di DAMIU.

4. Gambaran umum tentang hubungan perilaku operator DAMIU dengan

pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

5. Gambaran umum tentang hubungan peran petugas kesehatan dengan

pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

Page 23: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

9

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Air menjadi salah satu aspek penting bagi kehidupan. Tanpa air, kehidupan

tidak akan pernah ada. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia tidak terlepas dari

air, seperti minum, mencuci, mandi, memasak, dan lain-lain.

Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta

km3 (Angel dan Wolseley, 1992). Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap

air, es, cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah

(ground water), dan gunung es (glacier).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Sedangkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Tubuh manusia terdiri dari sekitar 50-70% air dari seluruh berat tubuh. Air

terdapat di seluruh badan; di tulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, di darah

dan ginjal sebanyak 83%. pentingnya air bagi kesehatan dapat silihat dari jumlah air

yang dalam organ. kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan

kematian. Air digunakan sebagai pengatur suhu, pelarut zat yang masuk ke dalam

tubuh, dan membantu metabolisme. Kekurangan air mengakibatkan dehidrasi dan

mengganggu kesehatan manusia.

Page 24: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

10

Tabel 2.1 Konsumsi Air Bersih di Perkotaan Indonesia Berdasarkan Keperluan Rumah Tangga

Sumber : Kamil, dkk., 1989

Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar

sekali peranannya dalam kesehatan manusia. Kira-kira terdapat 20-30 macam

penyakit infektif yang dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Modus

penyebaran penyakit dibagi menjadi 4 (empat) kelompok sebagai berikut :

A. Water Borne Disease

Adalah infeksi yang tersebar melalui penyediaan air atau penyakit yang

dihantarkan oleh air. Jenis penyakit tersebut diantaranya thypoid, cholera,

hepatitis infektiosa, dysentri, gastroenteritis.

B. Water Washed Disease

Adalah penyakit yang disebabkan karena kurangnya air untuk pemeliharaan

kebersihan perseorangan, misalnya penyakit kulit, mata, diare.

C. Water Based Disease

Adalah penyakit yang ditularkan melalui hewan-hewan air atau yang kontak

dengan air tersebut. Contohnya schistosomiasis.

D. Water Related Disease

KeperluanKonsumsi

l/or/h %Mandi, Cuci, KakusMinumCuci PakaianKebersihan RumahTamanCuci KendaraanWudhuLain-lain

12,02,010,731,411,,821,116,221,711,6

8,71,47,722,78,515,211,715,78,4

Page 25: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

11

Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya bergantung pada

air. Misalnya penyakit malaria, demam berdarah dengue.

2.2 Macam-macam Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.

Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air

permukaan, dan air tanah.

2.2.1 Air Angkasa

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Wapau pada

saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami

pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu

dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon

dioksida, nitrogen, dan amonia.

2.2.2 Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau,

telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air

hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami

pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

Keadaan pengotoran untuk masing-masing permukaan akan berbeda-beda,

tergantung pada keadaan daerah aliran air permukaan tersebut. Jenis pengotoran yang

sering dijumpai berupa kotoran fisik, kimia, dan bakteriologis. Air permukaan dapat

dibedakan atas :

A. Air Sungai

Air sungai mempunyai derajat pengotoran yang cukup tinggi. Debit yang tersedia

untuk memenuhi kebutuhan domestik pada umumnya dapat mencukupi.

Page 26: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

12

B. Air rawa dan danau

Kebanyakan air rawa dan danau mempunyai warna, yang disebabkan oleh adanya

zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humod yang larut dalam air.

dengan adanya pembusukan maka kadar zat organis dalam air rawa akan tinggi,

dan umumnya kadar Fe dan Mn juga akan tinggi. Pada permukaan air rawa

terdapat tumbuhan algae, karena adanya sinar matahari dan O2 sehingga Fe dan

Mn mengendap.

2.2.3 Air Tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan

bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan

mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan

tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih

baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.

Berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas :

A. Air tanah dangkal

Terjadi karena daya peresapan air pada permukaan tanah. Air tanah dangkal dapat

diperoleh pada kedalaman sekitar 15 meter. Kualitas air tanah dangkal sebagai

sumur-sumur air minum cukup baik, tetapi kuantitasnya kurang dan tergantung

pada musim.

B. Air tanah dalam

Terdapat setelah lapisanrapat air yang pertama. untuk pengambilan air tanah

dangkal memerlukan bor dan memasukkan pipa hingga kedalaman 100-300

meter. Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal,

Page 27: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

13

karena penyaringan air lebih sempurna. kandungan kimianya tergantung pada

lapisan tanah yang dilalui.

C. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.

mata air yang berasal dari tanaf dalam hampir tidak berpengaruh oleh musim dan

kualitasnya sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan cara munculnya ke

permukaan tanah, mata air dibedakan atas :

1. Air yang keluar dari lereng-lereng atau rembesan

2. Air yang keluar ke permukaan pada suatu dataran atau air artesis

2.3 Air Minum

Air minum adalah air yang melalui poses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi

standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Secara umum, air

yang akan dikonsumsi hendaklah air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak berasa, serta bebas dari bakteri dan zat kimia berbahaya. Hal ini bertujuan agar

air yang dikonsumsi tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan bagi orang

yang mengonsumsinya dan mencegah timbulnya penyakit bawaan air (water-borne

diseases).

Di Indonesia, standar air minum yang berlaku telah diatur dan berlaku sejak

tahun 2010 sebagai perbaikan untuk peraturan yang sebelumnya telah dibuat pada

tahun 1990. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air minum, terdapat empat persyaratan yang harus dipenuhi air

untuk dapat diminum, yaitu :

A. Persyaratan bakteriologis

Page 28: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

14

B. Persyaratan fisik

C. Persyaratan kimia

D. Persyaratan radioaktif

Menurut berbagai pihak yang berwenang, masih banyak penyediaan air

minum yang tidak memenuhi standar tersebut, baik karena keterbatasan pengetahuan,

teknologi, sosial, ekonomi, ataupun budaya. Artinya bahwa penyakit bawaan air di

Indonesia masih banyak terjadi dan tergolong menjadi salah satu dari 10 penyakit

utama.

2.3.1 Persyaratan Bakteriologis

Keamanan suplai air minum terhadap mikroba dijamin dengan menggunakan

perlindungan berganda, mulai dari penampungan air hingga konsumen, untuk

mencegah kontaminasi air minum atau untuk mengurangi kontaminasi hinggga ke

tingkat yang tidak membahayakan kesehatan.

Pada umumnya, risiko terbesar terhadap mikroba diakibatkan oleh konsumsi

air yang terkontaminasi kotoran manusia atau hewan (termasuk burung). Kotoran

tersebut dapat menjadi sumber patogen bakteri, virus, protozoa, dan cacing.

Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen, virus, dan parasit

(mis., protozoa, cacing) merupakan risiko kesehatan terkait air minum yang paling

umum dan tersebar luas. Beban kesehatan masyarakat ditentukan oleh tingkat

keparahan penyakit yang dikaitkan dengan patogen, infektifitasnya, dan populasi

yang terpajan.

Page 29: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

15

*Khususnya dari kontak dengan air permukaan yang sangat terkontaminasi

Gambar 2.2 Jalur Penularan dan Contoh Patogen Bawaan Air

Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai

berikut.

A. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, Salmonella

typhi, vibrio cholerae. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted

by water).

B. Tidak mengandung bakteri non patogen, seperti actinomycetes, phytoplankton

coliform, dadocera.

Ingesti(minum)

Inhalasi dan aspirasi(aerosol)

Kontak(mandi)

Gastrointestinal Pernafasan

Kulit (terutama jika lecet), membrane

mukus, luka, mata

Jalur Penularan Infeksi (sepsis dan infeksi umum dapat terjadi)

Acanthamoeba spp.

Aeromonas spp.Burkholderia pseudomalleiMikobakteria

(non-tuberkulosis)Leptospirosis

spp.*Pseudomonas

aeruginosaSchistosoma

mansoni*

Legionella pneumophilaMikobakteria

(non-tuberkulosis)

Berbagai infeksi virus

Berbagai agens lain

dalam lingkungan berpajanan

tinggi

VirusAdenovirusAstrovirusEnterovirusHepatitis AHepatitis ENorovirus

RotatovirusSapovirus

BakteriCampylobacter spp.

E.coliSalmonella spp.

Shigella spp.Vibrio choleraeYersinia spp.

Protozoa dan Cacing

Cryptosporidium parvum

Dracunculus medinensisEntamoeba hystolytica

Giardia intestinalis

Toxoplasma gondii

Page 30: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

16

2.3.2 Persyaratan Fisik

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik sebagai berikut.

A. Bau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari

dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yyang sedang

mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.

B. Warna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berati

mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

C. Total Dissolved Solid (TDS)

Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan, walaupun jernih, air

yang mengandung padatan yang terapung tidak baik digunakan sebagai air

minum. Apabila air dididihkan, zat padat tersebut dapat larut sehingga

menurunkan kualitas air minum.

D. Kekeruhan

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah

liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat

kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.

E. Rasa

Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin

menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh

adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan

adanya asam organik maupun asam anorganik.

F. Suhu

Air yang baik memiliki temperatur yang sama dengan temperatur udara (20º-26º

C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah

Page 31: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

17

temperatur udara, berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang

terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses

dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi)

yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.

2.3.3 Persyaratan Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut.

A. pH netral

Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun

basa. Air yang mempunyai pH rendah akan terasa asam. Contoh air alam yang

terasa asam adalah air gambut. Skala pH diukur dengan pHmeter atau lakmus.

Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7, berarti air bersifat sama.

Bila di bawah 7, berarti bersifat basa (rasanya pahit).

B. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida

sulfida dan fenolik.

C. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe,

Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, D, dan Cr.

D. Kesadahan rendah

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam

air terutama air garam Ca dan Mg.

E. Tidak mengandung bahan organik

Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang

berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH, H2S, SO42-, dan

NO3.

Page 32: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

18

2.3.4 Persyaratan Radioaktif

Air minum disyaratkan tidak mengandung bahan radioaktif. Ambang yang

diperolehkan adalah 10-9 mikrocurie/cm3/det untuk sinar alfa dan 10-8

mikrocurie/cm3/det untuk sinar beta. Adapun parameter wajib kualitas air minum

terdapat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Parameter Wajib Kualitas Air Minum

No Jenis Parameter SatuanKadar maks

yang diperbolehkan

1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatanA. Parameter Mikrobiologi

1. E. Coli Jumlah per 100 ml sampel

0

2. Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel

0

B. Kimia an-organik1. Arsen mg/l 0,012. Fluorida mg/l 1,53. Total Kromiun mg/l 0,054. Kadmium mg/l 0,0035. Nitrit (sebagai NO2) mg/l 36. Nitrat (sebagai NO3) mg/l 507. Sianida mg/l 0,078. Selenium mg/l 0,01

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatanA. Parameter Fisik

1. Bau Tidak Berbau2. Warna TCU 153. Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 5004. Kekeruhan NTU 55. Rasa Tidak Berasa6. Suhu LC Suhu udara ±3

B. Parameter Kimiawi1. Alumunium mg/l 0,22. Besi mg/l 0,33. Kesadahan mg/l 5004. Khlorida mg/l 2505. Mangan mg/l 0,46. pH 6,5-8,57. Seng mg/l 38. Sulfat mg/l 2509. Tembaga mg/l 210. Amonia mg/l 1,5

Page 33: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

19

Ada beberapa jenis air minum dan standar air minum yang dapat dijadikan

acuan dalam menetapkan mutu air minum. Jenis air minum dan standar mutu air

minum dalam kemasan antara lain :

A. Air Mineral Alami

Produk impor (produk luar negeri yang masuk ke Indonesia) menggunakan

aturan Codex Alimentarius Commision (CAC) tahun 1996, yaitu Air Mineral

Alami. Definisi air mineral alami adalah air yang dengan jelas dapat dibedakan

dari air minum biasa karena kandungan garam-garam mineralnya (trace

elements) lebih tinggi, karena diperoleh secara langsung dari alam.

B. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

Dalam SNI 01-3553-2006, air minum dalam kemasan adalah air baku yang telah

diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral dan air demineral.

Contoh AMDK yang ada di pasar merek Aqua, Prima, 2 Tang, Ades, dan lain-

lain. Persyaratan AMDK diatur berdasarkan SNI 01-3553-2006.

C. Air Minum Isi Ulang (AMIU)

Persyaratan air minum isi ulang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI No.

492/MENKES/Per/VI/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.

2.4 Depot Air Minum Isi Ulang

Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia,

dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum.

tujuan dari kegiatan pengolahan air minum adalah :

A. Menurunkan kekeruhan

B. Mengurangi bau, rasa, dan earna

C. Menurunkan dan mematikan organisme

D. Mengurangi kadar bahan-bahan yang terlarut dalam air

Page 34: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

20

E. Menurunkan kesadahan

F. Memperbaiki derajat keasaman

Perbedaan DAMIU dengan AMDK dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Perbedaan DAMIU dengan AMDKKeterangan AMDK DAMIU

Prosedur Pengoperasian

Pengawasan lebih ketatMemiliki SOP (Standard Operating Prosedur)

Pengawasan Tidak terstandar

Laboratorium Harus Punya, dengan standar minimal tertentu melalui proses kalibrasi oleh lembaga terakreditasi

tidak Ada sama sekali

Sekat Ruang Sekat /pemisah ruang yang jelas antara R. mesin, R. pengisian, R. Lab bakteri. R. Lab Kimis fisika dll.

Tidak ada sekat yang terstandar

Perijinan SNI dengan biaya yang tinggi atau langsung BPOM RI

Cukup Lab Depkes Sesuai MenPerkes

Proses filterisasi Lebih terstandar dari item media, kelayakan proses sterilisasi, pipanisasi standar foodgrade dll.

Pengawasan dan proses filtrisasi dengan item media tidak terstandar

Lokasi Lokasi khusus dengan perijinan IUI

Bisa dilingkungan perumahan

Ijin Usaha Minimal CV atau lebih tinggi Bisa Perseorangan

Depot air minum adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk

keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas.

Proses produksi DAMIU meliputi tiga hal, yaitu :

A. Pengambilan dan Pengangkutan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang

terjamin kualitasnya dan sesuai dengan Permenkes No. 416/MENKES/per/ IX/

1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Menurut

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor

651/MPP/kep/10/2004 tentang persyaratan teknis depot air minum dan

Page 35: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

21

perdagangannya, depot air minum dilarang mengambil air baku yang berasal

dari air PDAM yang ada dalam jaringan distribusi untuk rumah tangga dan

transportasi air baku dari lokasi sumber air baku ke depot air minum harus

menggunakan tangki pengangkut air yang tara pangan (food grade).

Pengangkutan air baku juga harus memiliki Surat Jaminan Pasok Air Baku dari

PDAM atau perusahaan yang memiliki Izin Pengambilan Air dari instansi yang

berwenang dan pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air

minum. Depot air minum tidak boleh melakukan penyimpanan air minum yang

siap dijual dalam bentuk dikemas. Dengan demikian tidak ada stok air minum

dalam wadah yang siap dijual. Penyimpanan hanya boleh dilakukan untuk air

baku dalam tangki penampung. (2)

B. Pengolahan Air Minum

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki

dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak

penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari

bahan-bahan yang dapat mencemari air. Secara prinsip  proses pengolahan air

yang dilakukan pada DAMIU (sebagaimana proses pengolahan lainnya),  harus

mampu menghilangkan semua jenis pencemar, baik fisik, kimia maupun

mikrobiologi.  Sedangkan secara garis besar, proses pengolahan air pada Depot

Air Minum Isi Ulang terdiri atas penyaringan (filtrasi) dan desinfeksi.

Pada proses filtrasi, air akan melewati filter dari bahan silica untuk menyaring

partikel kasar. Setelah itu memasuki tabung karbon aktif untuk menghilangkan

bau. Tahap berikutnya adalah penyaringan air dengan mata saringan berukuran

Sepuluh mikron kemudian melalui saringan satu mikron untuk menahan bakteri.

Air yang keluar dari saringan satu mikron yang dinyatakan telah bebas dari bau

Page 36: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

22

dan bakteri, ditampung pada tabung khusus yang berukuran lebih kecil

dibanding tabung penampung air baku. Selanjutnya adalah tahap mematikan

bakteri yang mungkin masih tersisa dengan menggunakan sinar ultraviolet,

ozonisasi dan Reversed Osmosis (Suprihatin, 2003).

Pada proses desinfeksi, sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu metode

pengolahan air adalah dengan penyinaran sinar ultraviolet. Spesifikasi sinar jenis

ini antara lain mempunyai panjang gelombang pendek serta memiliki daya anti

mikroba yang kuat. Metode lain desinfeksi, dilakukan dengan ozonisasi

(sterilisasi air dengan ozon). Proses ozonisasi sebenarnya telah dikenal selama

kurang lebih 100 tahun yang lalu. Proses ozonisasi pertama kali diperkenalkan

oleh Nies dari Negara Perancis sebagai metode untuk mensterilisasi air minum

pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi ini kemudian berkembang cepat.

Hingga hanya dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun telah terdapat kurang

lebih 200 lokasi pengolahan air minum yang menggunakan sistem ozonisasi di

Amerika Serikat. (Prasetyo dalam Jasman, 2007).

Metode lain yang umum digunakan pada tahap sterilisasi, menggunakan sistem

RO (Reversed Osmosis). Metode sterilisasi ini merpakan proses pemurnian air

melalui membran semi permiabel dengan tekanan tinggi (50-60 psi).

C. Penjualan

Sebelum dijual, untuk pertama kali produk air minum harus dilakukan pengujian

mutu yang dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk

oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi. Depot Air Minum

tidak boleh melakukan penjualan secara eceran melalui toko/kios/warung dan

hanya diperbolehkan menjual di tempat usaha langsung kepada konsumen yang

membawa wadah miliknya sendiri atau disediakan oleh depot. Pelaksanaan

Page 37: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

23

penjualan/pengisian dilakukan seperti uraian pada proses pengisian air minum

yang dimulai dari pembilasan/ pencucian/sterilisasi wadah, pengisian dan

penutupan.

Menurut Sri Yuniarti, masalah pencemaran yang sering dihadapai dalam

pengelolaan air minum isi ulang adalah sumber air (bahan baku), proses pengolahan

air, wadah galon, dan pengisian (filling).

A. Sumber Air

Sumber utama semua air adalah daur hidrologi (Soebandi, 1990). pencemaran

air dapat terjadi melalui daur hidrologi, misalnya oleh kotoran manusia, pupuk

pertanian, hasil buangan industri (Trichloroethylene).

B. Proses Pengolahan Air

Masalah pencemaran dapat pula terjadi pada proses pengolahan air (Hall dan

Overby, 1997), misalnya :

a. Karyawan tidak menjaga sanitasi dan hygiene pada waktu bekerja di ruang

pengisian seperti tidak menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan sepatu

yang sesuai, tidak mencuci tangan, merokok, meludah atau makan.

b. Alat-alat proses pengolahan yang digunakan tidak dipelihara sanitasi dan

kebersihannya.

c. Bahan pelumas yang digunakan sebagai sekat pengaman berbentuk lingkaran

pada alat produksi bersifat toksik.

d. Pipa-pipa yang digunakan untk mengalirkan air tidak dipelihara sanitasi dan

kebersihannya.

e. Bahan desinfektan digunakan dalam perlakuan ozonisasi yang tidak

mencukupi (standar yang digunakan 0,1 ppm) atau penggunaan dari ultra

Page 38: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

24

violet tidak sesuai dengan standar, sehingga dapat menimbulkan bakteri dan

jamur pada air minum.

f. Pengisian (filling)

Pengisian air ke dalam kemasan botol plastik ataupun botol kaca dan

penutupan harus dilakukan di tempat khusus yaitu du tempat pengisian.

Desain dan konstruksi depo harus sesuai dengan pedoman cara produksi yang

baik depo air minum.

Gambar 2.2 Skema Instalasi Depot Air Minum

Page 39: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

25

2.5 Hygiene Sanitasi DAMIU

Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor-

faktor air minum, penjamah, tempat, dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin

dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

Penilaian DAMIU didasarkan pada nilai pemeriksaan yang dituangkan dalam

berita acara kelaikan fisik DAMIU dan berita acara pemeriksaan sampel yang

tertuang dalam Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air

Minum yang diterbitkan oleh Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian

Kesehatan tahun 2010.

Adapun penyelenggaraan hygiene sanitasi DAMIU terdiri dari :

A. Lokasi

a. Lokasi depot air minum harus berada di daerah yang bebas dari pencemaran

lingkungan.

b. Tidak pada daerah : tergenang air rawa, tempat pembuangan kotoran dan

sampah, penumpukkan barang-barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun

(B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air

minum.

B. Bangunan

a. Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.

b. Tata ruang usaha depot air minum paling sedikit terdiri dari :

1) Ruangan proses pengolahan

2) Ruangan tempat penyimpanan

3) Ruangan tempat pembagian/penyediaan

4) Ruangan tunggu pengunjung

c. Lantai

Lantai depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Page 40: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

26

1) Bahan kedeap air

2) Permukaan rata, halus, tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah

dibersihkan

3) Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan

4) Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu

d. Dinding

Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Bahan kedap air

2) Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan

3) Warna diding terang dan cerah

4) Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu, dan bebas dari pakaian

tergantung

e. Atas dan langit-langit

1) Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan

tidak bocor.

2) Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof)

3) Bahan langit-langit mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu

4) Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang

5) Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai

f. Pintu

1) Bahan pintu harus kuat, tahan lama

2) Permukaan rata, halus, berwarna terang, dan mudah dibersihkan

3) Pemasangannya rapih sehingga dapat menutup dengan baik

Page 41: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

27

g. Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan

minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.

h. Ventilasi

Untuk kenyamanan depor air minum harus diatur ventilasi yang dapat menjaga

suhu yang nyaman dengan cara :

1) Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik

2) Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum

3) Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan

C. Akses Terhadap Ventilasi Sanitasi

Depot air minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi

sebagai berikut :

a. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran

limbah

b. Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan)

c. Tempat sampah yang memenuhi syarat

d. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkansebagai sampel setiap pengisian

air baku

D. Sarana Pengolahan Air Minum

a. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus

menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade)

seperti :

1) Pipa pengisisan air baku

2) Tendon air baku

3) Pompa penghisap dan penyedot

Page 42: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

28

4) Filter

5) Mikro filter

6) Kran pengisian air minum curah

7) Kran pencucian/pembilasan botos

8) Kran penghubung (hose)

9) Peralatan sterilisasi

b. Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang

dapat larut dalam air, seperti timah hitam (Pb), tembaga (Cu), Seng (Zn),

Cadnium (Cd).

c. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter dan alat

sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

E. Air Baku

a. Air baku adalah yang memenuhi syarat air bersih, sesuai dengan Permenkes

No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas

Air Minum.

b. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan

kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.

c. Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan sampel secara

periodik.

F. Air Minum

a. Air minum yang dihasilkan adalah yag harus memenuhi Kepmenkes No.

907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Minum.

b. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian

air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan metode H2S.

Page 43: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

29

c. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara

periodik.

G. Pelayanan Konsumen

a. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih.

b. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/pengelola depot air

minum.

c. Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang

saniter.

d. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan

dan tidak boleh disimpan di depot air minum (>1x24 jam).

H. Karyawan

a. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

b. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber

pencemaran.

c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun).

d. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapih.

e. Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen.

f. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek

hidung/telinga, gigi pada waktu melayani konsumen.

g. Telah memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air

Minum.

I. Pekarangan

a. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan.

b. Selalu dijaga kebersihannya setiap saat.

c. Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya.

Page 44: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

30

J. Pemeliharaan

a. Pemilik/penanggung jawab dan operator wajib memelihara sarana yang

menjadi tanggung jawabnya.

b. Melalukan sistem pencatatan dan pematauan secara ketat meliputi :

1) Tugas dan kewajiban karyawan.

2) Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstren.

3) Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi dan

pembuktian).

2.6 Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup

mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena

mereka mempunyai aktifitas masing-masing.

Menurut Notoatmodjo dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku

dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

A. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

B. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice)

yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.

Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi

perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive),

Page 45: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

31

afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan,

sikap, dan praktik atau tindakan.

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

A. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan,sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.

B. Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah,

tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb.

Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga.

C. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada petugas kesehatan. Termasuk juga

disini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan.

2.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Page 46: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

32

pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

2.6.1.1 Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni :

A. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

B. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

C. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

D. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

E. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.6.1.2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan.

A. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ni adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yanf spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

Page 47: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

33

rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

B. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

C. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

D. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

E. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

F. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuakan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaianitu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

Page 48: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

34

2.6.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

A. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan terhadap perkembangan orang

lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat

dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi.

b. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih

banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan

banyak tantangan.

c. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip oleh Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai berulang

tahun.Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja.

B. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) Lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang

dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

Page 49: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

35

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.

2.6.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sese\irang

terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial.

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan.

A. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

B. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

C. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain utnuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

D. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Page 50: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

36

Baron dan Byrne juga Myres dan Gerungan menyatakan ada 3 komponen

yang membentuk sikap yaitu :

A. Komponen Kognitif (komponen perseptual)

yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan

yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan

terhadap sikap.

B. Komponen afektif (komponen Emosional)

Yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang

terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa

tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah

sikap, yaitu positif dan negatif.

C. Komponen Konatif (komponen perilaku, atau action, component)

Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap

objek sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecendrungan bertindak atau

berprilaku seseorang terhadap objek sikap.

2.6.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan

mempunyai beberapa tingkatan.

A. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambiladalah merupakan praktek tingkat pertama.

Page 51: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

37

B. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

C. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga.

D. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

2.7 Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon

(organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Perilaku

pemeliharaan kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sebagai

berikut.

A. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak salit dan usaha untuk penyembuhan bilaman sakit. Oleh

sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek, yaitu :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

Page 52: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

38

B. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan

atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan. Perilaku ini adalah

menyangkut upaya atau tidakan pencarian pengobatan. Perilaku ini adalah

menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan

atau kecelakaan. Perilaku ini mulai dari mengobati sendiri sampai dengan

pengobatan ke luar negeri.

C. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak

memengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri,

keluarga atau masyarakatnya.

2.8 Peran Petugas Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.

Petugas atau tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam meningkatkan

pengetahuan masyarakat dengan promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan

terhadap masyarakat. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku

sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku

kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat

sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.

Petugas kesehatan terdiri dari beberapa profesi, salah satunya adalah

sanitarian. Sanitarian merupakan tenaga profesi kesehatan yang telah mengikuti

Page 53: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

39

pendidikan formal sesuai dengan standar Departemen Kesehatan RI dan mempunyai

ketrampilan dan keahlian dibidang penyehatan lingkungan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No.19/KEP/M.PAN/11/2000 yang tertuang pada BAB I pasal 1 menyatakan, bahwa

Sanitarian adalah pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan

kegiatan pengamatan, pengawasan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka

perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan

meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat.

Kegiatan tenaga sanitarian adalah upaya-upaya peningkatan derajat

kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit berbasis lingkungan yang

meliputi kegiatan penyusunan, perencanaan, pengamatan dan pengawasan kesehatan

lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan kegiatan penunjang lainnya untuk

meningkatkan kualitas lingkungan.

Mengingat besarnya pengaruh lingkungan terhadap derajat kesehatan

masyarakat, sanitarian merupakan profesi yang sangat dibutuhkan di puskesmas.

Dalam melaksanakan tugas profesinya, seorang sanitarian harus bekerjasama dengan

profesi lain dan berkoordinasi dengan lintas sektor terkait untuk mengatasi

permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya. Salah satu kegiatan pokok

sanitarian puskesmas adalah melaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air secara

berkala.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan di Daerah,

strategi dasar utama promosi kesehatan adalah :

A. Pemberdayaan

Page 54: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

40

a. Pemberdayaan individu

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan

menigkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan

masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,

menciptakan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam penyelenggaraan

setiap upaya kesehatan. Tujuan dari upaya tersebut adalah memperkenalkan

prilaku baru yang selama ini dipraktekan oleh individu tersebut.

Metode yang di gunakan dapat berupa pilihan atau kombnaasi dari dialog,

demontrasi, konseling dan bimbingan. Demikian pula media komunikasi yang

digunakan dapat berupa lebar baik, leaflet, gambar/foto (poster) atau media lai

yang mudah dibawa untuk kunjungan rumah.

b. Pemberdayaan keluarga

1) Pemberdayaan keluarga yang dilakukan petugas kesehatan yang

melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari

individu atau keluarga-keluarga yang berada di wilayah kerja puskesmas

2) Tujuan dari pemberdayaan keluarga juga untuk memperkenalkan prilaku

baru yang mungkin mengubah prilaku yang selama ini dipraktikan oleh

keluarga tersebut.

3) Pemberian informasi tentang perilaku yang di perkenalkan seperti tersebut

diatas perlu dilakukan secra sistematis agar anggota keluarga yang

dikunjungi oleh petugas kesehatan dapat menerima dari tahap “tahu” “ke”

“mau” dan jika sarana untuk melaksanakan perilaku yang diperkenalkan

tersedia diharapkan sampai ke tahap “mampu” melaksanakan.

4) Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk pemberdayaan

keluarga dapat berupa pilihan atau kombinasi.

Page 55: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

41

c. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh petugas puskesmas

merupakan upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat.

Penggerakan masyarakat diawali dengan membantu kelompok masyarakat

mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan sehingga masalah

tersebut di musyawarahkan untuk dipecahkan bersama.

B. Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang

mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan

meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan

aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.

Seseorang akan terdorong untuk melakukan perilaku yang diperkenalkan apabila

lingkungan sosialnya (keluarga, tokoh panutan, kelompok pengajian )

mendukung. Petugas kesehatan mempunyai pengaruh untuk menciptakan

lingkungan yang kondunsif atau mendukung opini yang positif terhadap perilaku

yang sedang diperkenalkan. Petugas kesehatan dapat menjadi panutan atau teladan

dalam sikap dan tingkah lau. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap dan perilaku

petugas kesehatan yang melayani harus benar-benar konsisten dengan pelayanan

yang diberikan.

C. Advokasi

Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan

komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (Tokoh masyarakat

informal dan formal) agar masyarakat berdaya untuk mencegah serta

meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.

D. Kemitraan

Page 56: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

42

Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan harus

ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan dengan

sasarannya dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi.

Berdasarkan permenkes No. 736 Tahun 2010 tentang tata laksana

pengawasan kualitas air minum, petugas kesehatan berperan sebagai pengawas.

Pengawasan yang dilakukan berupa pengawasan eksternal yang mendukung

pelaksanaan pengawasan internal oleh penyelenggara DAMIU. Pengawasan

eksternal oleh petugas kesehatan dilakukan secara berkala. Adapun kegiatan

pengawasan kualitas air minum meliputi :

A. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas fisik

air minum dan faktor risiko

B. Pengambilan sampel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi sanitasi

C. Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi

D. Analisis hasil pengujian laboratorium

E. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut

F. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.

Page 57: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

43

2.9 Kerangka Teori

Teori precede-proceed oleh Lawrence Green adalah suatu model perencanaan

untuk promosi kesehatan, yaitu suatu kegiatan upaya peningkatan kesehatan yang

terdiri atas pendidikan kesehatan bersama upaya lain berupa kebijakan, peraturan,

dan organisasi. Dalam kerangka ini, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-

faktor individu maupun lingkungan.Teori ini menganalisisi kebutuhan kesehatan

masyarakat dengan cara menetapkan lima diagnosis berbeda, yaitu: diagnosis sosial,

epidemiologi, perilaku/lingkungan, pendidikan/organisasi, dan

administrasi/kebijakan. Sesuai dengan perspektif perilaku teori ini memberikan

penekanan pada faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor pendukung.

= tidak diteliti

= area penelitian

Gambar 2.3 Diagram The Precede-Proceed Model Green, L.W and Kreuter,M.W.

Promosi Kesehatan

Pendidikan Kesehatan

Kebijakan Peraturan Organisasi

Faktor Predisposisi

FaktorPendukung

Genetik

Kesehatan

Lingkungan

Perilaku

KUALI

TAS

HIDUP

FaktorPendorong

Page 58: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

44

2.10 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang merupakan dari hasil penelitian didapatkan

variabel yang diduga mempunyai hubungan dengan pelaksanaan yang dapat

digambarkan dalam diagram di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.4 Diagram Konsep Hubungan Perilaku Operator DAMIU dan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan Hygiene Sanitasi DAMIU

Perilaku Operator

DAMIU

Peran Petugas

Kesehatan

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi

DAMIU

Page 59: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

BAB 3 : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah cross sectional. Penelitian ini

mengambil data dari sampel yang sudah memenuhi syarat pada satu titik waktu

untuk menentukan apakah terdapat hubungan perilaku operator DAMIU dan peran

petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja

Andalas.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan mulai Bulan April 2013 sampai dengan Bulan

Juli 2013.

3.2.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Andalas, Kota Padang.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah operator Depot Air Minum Isi Ulang

(DAMIU) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu sebanyak 80

DAMIU.

3.3.2 Sampel

Pada penelitian ini, sampel yang diteliti diambil berdasarkan besaran sampel

berikut.

45

Page 60: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

46

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan = 0,1

Dengan demikian jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 44 operator

DAMIU dan ditambah dengan sampel Drop Out 10% yaitu 4,4 sehingga total sampel

keseluruhan adalah 48 operator DAMIU. Operator yang dimaksud adlah orang yang

melakukan pengisian air minum produksi DAMIU yang ditemui di DAMIU.

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling yang

berarti pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memerhatikan strata yang ada dalam populasi.

Adapun kriteria inklusi sampel penelitian antara lain :

A. Individu yang bekerja sebagai operator di DAMIU

B. Individu yang bersedia diwawancarai

C. Individu yang mampu berkomunikasi

D. Individu yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Andalas

Adapun kriteria ekslusi sampel penelitian antara lain :

A. Individu yang tidak berada di tempat setelah 3 kali kedatangan

B. Individu tidak bersedia di wawancarai

Page 61: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

47

3.4 Definisi Operasional

Variabel Definisi OperasionalCara

PengukuranSkala Hasil Ukur

Pelaksanaan

Hygiene

Sanitasi

Gambaran

pelaksanaan hygiene

sanitasi oleh operator

DAMIU/orang yang

melakukan pengisisan

air minum di DAMIU

yang menjadi sampel

di wilayah kerja

Puskesmas Andalas

yang menjadi tempat

penelitian

Menggunakan

metode

checklist dan

observasi

Ordinal A. Memenuhi

syarat,

minimal nilai

70 maksimal

nilai 100

B. Tidak

memenuhi

syarat, nilai

<70

Perilaku Gambaran secara

umum perilaku

operator DAMIU

dalam rangka

pelaksanaan hygiene

sanitasi DAMIU di

wilayah kerja

Puskesmas Andalas

Menggunakan

metode

kuesioner

dengan 42

pertanyaan

Ordinal Baik apabila ≥ 60,

kurang apabila

<60

Peran Petugas

Kesehatan

Gambaran secara

umum peran petugas

kesehatan dalam

rangka pelaksanaan

hygiene sanitasi

DAMIU di wilayah

kerja Puskesmas

Andalas

Menggunakan

metode

kuesioner

dengan 5

pertanyaan

Ordinal Baik apabila ≥ 60,

kurang apabila

<60

Page 62: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

48

3.5 Teknik Pengumpulan Data

A. Data Primer

Data ini diperoleh dari responden melalui wawancara dan pengamatan langsung

ke Depot Air Minum Isi Ulang oleh peneliti, menggunakan kuesioner yang

berisikan pertanyaan tentang perilaku operator DAMIU, peran petugas

kesehatan, dan pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja

Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2013.

B. Data Sekunder

Data sekunder peneliti diperoleh dari laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat, Dinas Kesehatan Kota Padang, dan data program sanitasi dari

Puskesmas Andalas.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap berikut :

A. Editing

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diperiksa kembali untuk mengetahui

kelengkapan pengisian (jawaban) dan kesalahan serta konsistensi jawaban.

B. Coding

Pemberian kode untuk setiap jawaban agar dapat dikonversikan dengan angka dan

memudahkan dalam entry data.

C. Entry Data

Memasukkan kode jawaban dengan menggunakan program SPSS versi 11,5.

D. Cleaning

Sebelum dilakukan analisa data terhadap data yang sudah dimasukkan, dilakukan

pengecekan, kalau terdapat kesalahan pada saat entry dapat diperbaiki sehingga

nilai yang ada sesuai dengan hasil pengumpulan data.

Page 63: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

49

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel yang

diteliti, yaitu perilaku operator DAMIU, peran petugas kesehatan, dan pelaksanan

hygiene sanitasi DAMIU.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan dengan menggunakan program SPSS yang

bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

dan uji Chi Square (X2) dengan tingkat kepercayaan 90%. Bila p-value < 0,05

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen

dengan variabel dependen.

Bila diperoleh p < (α = 0,05) maka Ho ditolak, yang berarti ada hubungan

antara perilaku operator DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan pelaksanan

hygiene sanitasi DAMIU.

Bila diperoleh nilai p > (α = 0,05) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada

hubungan antara perilaku operator DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan

pelaksanan hygiene sanitasi DAMIU.

Page 64: HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DAMIU

DAFTAR PUSTAKA

50