hubungan perilaku operator dan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi damiu
DESCRIPTION
usulan skripsi, FKM UNANDTRANSCRIPT
USULAN PENELITIAN SKRIPSI
UNIVERSITAS ANDALAS
HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DEPOT AIR MINUM ISI
ULANG DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN
PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR
MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ANDALAS
TAHUN 2013
Oleh :
NELLA MUTIA ARWIN
No. BP. 0910332017
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan
Penelitian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DEPOT AIR MINUM ISI ULANG
DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN
HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS
TAHUN 2013
Oleh :
NELLA MUTIA ARWIN
No. BP : 0910332017
Usulan penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk
dipertahankan dihadapan tim penguji proposal penelitian skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Padang, 24 Juni 2013
Menyetujui
Pembimbing I
Vitria, S.Si, M. Biomed
NIP. 19790206 200812 2 002
Pembimbing II
Suksmerri, S.Pd, M.Pd, M.Si
NIP. 19600325 198403 2 002
PERNYATAAN PENGESAHAN
DATA MAHASISWA:
Nama Lengkap : Nella Mutia Arwin
Nomor Buku Pokok : 0910332017
Tanggal Lahir : 17 Mei 1991
Tahun Masuk : 2009
Peminatan : Kesehatan Lingkungan &
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)
Nama Pembimbing Akademik : Nizwardi Azkha,SKM, MPPM, M.Si, M.Pd
Nama Pembimbing I : Vitria, S.Si, M. Biomed
Nama Pembimbing II : Suksmerri, S.Pd, M.Pd, M.Si
JUDUL PENELITIAN:
HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DAN
PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE
SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ANDALAS TAHUN 2013
Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik
dan administrasi untuk mengikuti ujian usulan penelitian skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Padang, 24 Juni 2013
Mengetahui,Dekan FKM UNAND
Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, M.Sc, Ph.D, Sp.GKNIP. 196305071990012001
Mengesahkan,Koordinator Skripsi
Defriman Djafri, SKM, MKM NIP. 198008052005011004
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama Lengkap : Nella Mutia Arwin
Nomor Buku Pokok : 0910332017
Tanggal Lahir : 17 Mei 1991
Tahun Masuk : 2009
Peminatan : Kesehatan Lingkungan &
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)
Nama Pembimbing Akademik : Nizwardi Azkha,SKM, MPPM, M.Si, M.Pd
Nama Pembimbing I : Vitria, S.Si, M. Biomed
Nama Pembimbing II : Suksmerri, S.Pd, M.Pd, M.Si
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan
usulan skripsi saya yang berjudul :
“HUBUNGAN PERILAKU OPERATOR DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DAN
PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PELAKSANAAN HYGIENE
SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ANDALAS TAHUN 2013”
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Padang, 24 Juni 2013
Nella Mutia Arwin
No.BP:0910332017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Swt. yang telah
memberikan penulis nikmat, rahmat, karunia, hidayah, dan pertolonganNya. Berkat
segala hal itulah, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian skripsi. Usulan
penelitian skripsi ini berjudul “Hubungan Perilaku Operator Depot Air Minum Isi
Ulang dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot
Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Tahun 2013” yang
penulis ajukan untuk memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Shalawat beserta salam penulis mohonkan kepada Allah Swt. agar
disampaikan kepada Rasulullah SAW. Allahummashalli ‘alaa sayyidinaa
Muhammad wa’ala aalii sayyidinaa Muhammad.
Selama proses penyusunan usulan penelitian skripsi ini, penulis mendapat
bimbingan, bantuan, dukungan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
Ibu Vitria, S.Si., M.Biomed sebagai pembimbing I dan Ibu Suksmerri, S.Pd., M.Si.,
M.Pd sebagai pembimbing II, yang telah banyak memberikan pengetahuan,
bimbingan, koreksi serta saran-saran dan kritikan sehingga usulan penelitian skripsi
ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada :
1. Ibu Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, M.Sc., Ph.D., Sp.GK selaku Dekan
Fakultas Kesehatan Mayarakat.
2. Bapak Nizwardi Azkha,SKM, MPPM, M.Si, M.Pd selaku pembimbing
akademik yang juga telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada
penulis.
i
3. Seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang
telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama di bangku
perkuliahan.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang beserta jajaran dan petugas kesehatan
Puskesmas Andalas yang telah membantu penulis dalam melengkapi data
guna penelitian.
5. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Papa, Mama, Ni Ari, dan Yeni yang
telah mendampingi, membimbing, menyemangati, mendoakan dan
memberikan cinta kasih yang tidak pernah bisa penulis balas.
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian skripsi yang tidak
dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas semangat dan kesediaannya
dalam meluangkan waktu bagi penulis untuk berdiskusi.
Peneliti menyadari dalam penyusunan usulan penelitian skripsi ini masih
banyak ditemukan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca untuk
kesempurnaan usulan penelitian skripsi ini. Akhirnya terima kasih untuk semua
bimbingan, arahan, kritikan, dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak,
penulis hanya bisa mendoakan agar Allah Swt. memberikan balasan yang lebih baik.
Aaamiin Ya Rabbal’alamin.
Padang, 24 Juni 2013
Nella Mutia Arwin
No. BP : 0910332017
ii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN..........................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................ix
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 . Perumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................8
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................9
2.1 Pengertian Air.....................................................................................................9
2.2 Macam-macam Sumber Air..............................................................................11
2.2.1 Air Angkasa...............................................................................................11
iii
2.2.2 Air Permukaan...........................................................................................11
2.2.3 Air Tanah...................................................................................................12
2.3 Air Minum........................................................................................................13
2.3.1 Persyaratan Bakteriologis.........................................................................14
2.3.2 Persyaratan Fisik........................................................................................15
2.3.3 Persyaratan Kimia......................................................................................17
2.3.4 Persyaratan Radioaktif...............................................................................18
2.4 Depot Air Minum Isi Ulang..............................................................................19
2.5 Hygiene Sanitasi DAMIU.................................................................................25
2.6 Perilaku.............................................................................................................30
2.6.1 Pengetahuan...............................................................................................31
2.6.1.1 Proses Adopsi Perilaku.......................................................................32
2.6.1.2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif...............................32
2.6.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan..............................34
2.6.2 Sikap..........................................................................................................35
2.6.3 Tindakan....................................................................................................36
2.7 Perilaku Kesehatan...........................................................................................37
2.8 Peran Petugas Kesehatan..................................................................................38
2.9 Kerangka Teori.................................................................................................43
2.10 Kerangka Konsep............................................................................................44
BAB 3 : METODE PENELITIAN.............................................................................45
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................45
iv
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................45
3.2.1.1 Waktu Penelitian.................................................................................45
3.2.1.2 Tempat Penelitian...............................................................................45
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................45
3.3.1 Populasi......................................................................................................45
3.3.2 Sampel.......................................................................................................45
3.4 Definisi Operasional.........................................................................................47
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................48
3.6 Teknik Pengolahan Data..................................................................................48
3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................49
3.7.1 Analisis Univariat......................................................................................49
3.7.2 Analisis Bivariat........................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konsumsi Air Bersih di Perkotaan Indonesia berdasarkan Keperluan
Rumah Tangga.........................................................................................10
Tabel 2.2 Parameter Wajib Kualitas Air Minum.....................................................18
Tabel 2.3 Perbedaan DAMIU dengan AMDK.........................................................20
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jalur Penularan dan Contoh Patogen Bawaan Air..............................15
Gambar 2.2 Skema Instalasi Depot Air Minum......................................................24
Gambar 2.3 Diagram The Precede-Proceed Model Green, L.W and Kreuter, M.W.
.............................................................................................................43
Gambar 2.4 Diagram Konsep Hubungan Perilaku Operator DAMIU dan Peran
Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan Hygiene Sanitasi DAMIU
.............................................................................................................44
vii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
1. DAMIU : Depot Air Minum Isi Ulang
2. MDGs : Millenium Development Goals
3. WHO : World Health Organization
4. APHA : American Public Health Association
5. PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
6. AMDK : Air Minum Dalam Kemasan
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Dummy Table
Lampiran 4. Master Tabel
Lampiran 5. Kartu Kontak Bimbingan Usulan Penelitian Skripsi
Lampiran 6. Formulir Menghadiri Seminar
ix
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air. Volume air dalam tubuh
manusia rata-rata 65% dari total berat badannya dan volume tersebut sangat
bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang.
Air minum dalam tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan fisiologis tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena tubuh
selalu bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga digunakan untuk melarutkan
dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta-
juta sel. Komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Apabila tubuh mengalami
kekurangan air, maka sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Saat ini masalah air adalah persoalan seluruh dunia. Pada januari 2001, WHO
dalam rangka Intercountry Consultation on Quality in Water Supply System telah
mencetuskan Deklarasi Bangkok mengenai air minum yang aman dan sehat, yang
antara lain menyatakan bahwa air minum yang sehat dan terjangkau dalam jumlah
yang mencukupi adalah hak azazi setiap manusia sebagai syarat untuk mencapai
kesehatan yang optimal, dalam rangka keadilan untuk mengurangi kemiskinan,
meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma pembangunan
global yang mempunyai 8 tujuan dan 18 sasaran. Sasaran yang berkaitan dengan
penyediaan air bersih adalah sasaran kesepuluh yaitu penurunanan sebesar separuh
proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum yang aman
dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015.
1
2
Kebutuhan air minum di banyak negara di dunia tidak sama satu dengan
lainnya. Warga di negara maju lebih banyak memerlukan air minum dari pada di
negara berkembang. Di negara maju, semua keperluan air dipenuhi dengan air
minum, sedangkan di negara berkembang, air minum khusus digunakan untuk makan
dan minum. Hal ini dibuktikan berdasarkan beberapa data World Health
Organization (WHO) menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi
penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah
lebih kurang 500 liter seorang setiap hari (lt/or/hr). Sedangkan kota besar di
Indonesia, kebutuhan air minumnya adalah sebanyak 200-400 lt/or/hr dan di daerah
pedesaan hanya 60 lt/or/hr.
Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah
penyediaan air selalu meningkat untuk setiap saat. Pengadaan air bersih untuk
kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus
memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan Internasional (WHO dan
APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Di Indonesia, persyaratan air yang
diperbolehkan dalam penggunaannya sebagai air minum diatur dalam Permenkes RI
No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Ada
masyarakat yang mengambil air minum dari sumber air, seperti air sungai dan air
tanah, baik dengan menggunakan sumur dangkal maupun dalam, serta dari air
perpipaan yang diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat,
yang dimasak dahulu sebelum dikonsumsi.
Masyarakat di kota besar, dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum, juga
mengonsumsi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap
lebih higienis. AMDK diproduksi oleh industri melalui proses otomatis dan disertai
3
dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke masyarakat. Akan tetapi kelamaan
masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal, sehingga muncul alternatif lain
yaitu air minum yang diproduksi oleh Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU).
DAMIU adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat
dalam bentuk curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari kepraktisannya, DAMIU jauh
lebih praktis, karena konsumen tidak perlu memasak air, wadah yang digunakan
dapat dipakai berulang kali, dan air produksi DAMIU dapat diperoleh konsumen
tanpa harus keluar rumah (pelayanan antar). Ditinjau dari harganya, Air Minum Isi
Ulang (AMIU)jauh lebih murah dibandingkan AMDK, bahkan ada yang mematok
harga hingga 1/4 dari harga AMDK.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, terdapat pergeseran pola pemakaian
sumber air minum, terutama di perkotaan, di mana pemakaian air kemasan sebagai
air minum meningkat dari 6,0 persen pada tahun 2007 menjadi 7,2 persen pada tahun
2010. Sementara itu rumah tangga yang menggunakan depot air minum sebagai
sumber air minum lebih tinggi (13,8%).
Berdasarkan tempat tinggal, terdapat perbedaan persentase rumah tangga
dalam hal akses terhadap sumber air minum terlindung antara di perkotaan dan di
pedesaan, di mana di pedesaan (48,8%) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan
(41,6%). Akan tetapi, bila memperhitungkan air kemasan dan air dari depot air
minum, persentase rumah tangga yang akses terhadap air minum terlindung
menunjukkan keadaan yang sebaliknya, di mana di perkotaan (75,9%) lebih tinggi
dibandingkan dengan di perdesaan (56,9%).
Meningkatnya konsumsi masyarakat akan penggunaan air minum dari
DAMIU tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas air yang diproduksi oleh
DAMIU sendiri. Hasil studi 120 sampel AMIU dari 10 kota besar di Indonesia
4
(Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Medan, dan Denpasar) sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa
sampel ditemukan sekitar 16% terkontaminasi bakteri coliform. Hal ini
mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang.
Buruknya kualitas air minum produksi DAMIU dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Beberapa di antaranya adalah air baku yang tidak memenuhi syarat
Permenkes No. 416/MENKES/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat kesehatan dan
pengawasan kualitas air bersih, tidak terlaksananya hygiene sanitasi DAMIU
sebagaimana mestinya, dan distribusi air produksi DAMIU yang tidak terjamin
keamanannya. Kualitas air minum yang tidak memenuhi syarat menjadi salah satu
penyebab mewabahnya sejumlah penyakit yang menular melalui air dan
berkontribusi pada buruknya kesehatan masyarakat di suatu daerah pada rentang
waktu tertentu.
Kota Padang merupakan salah satu kota yang memiliki DAMIU terbanyak di
Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kota Padang tahun 2012, Kota Padang memiliki 538 DAMIU yang tersebar di 11
kecamatan. Jumlah ini terus berfluktuasi setiap tahunnya. Sebelumnya, pada tahun
2009 terdapat 367 DAMIU di Kota Padang, kemudian terjadi peningkatan pada
tahun 2010 yaitu menjadi 511 DAMIU. Di tahun 2011, jumlah DAMIU di Kota
Padang mencapai 603 DAMIU.
Banyaknya jumlah DAMIU di Kota Padang tidak diiringi dengan
peningkatan kualitas air minum produksi DAMIU yang dikonsumsi masyarakat.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2010, jumlah laik sehat
depot air minum yang diterbitkan adalah 121 buah. Sedangkan pada tahun 2011,
5
terjadi penurunan jumlah laik sehat depot air minum yang diterbitkan yaitu sebanyak
64 buah.
Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya penurunan jumlah laik sehat
depot air minum di Kota Padang, salah satunya adalah kurangnya pelaksanaan
hygiene sanitasi di DAMIU. Pelaksanaan hygiene sanitasi yang tidak sesuai dengan
standar akan berkorelasi dengan penurunan kualitas air minum yang diproduksi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada beberapa DAMIU di Kota Padang,
sebagian besar DAMIU tidak dalam keadaan bersih, terutama alat dan perlengkapan
yang digunakan saat pengisian air minum. Lokasi DAMIU yang berada di sisi jalan
raya berpengaruh terhadap kuantitas debu yang menempel pada alat dan
perlengkapan tersebut. Operator DAMIU yang ditemui saat observasi banyak
melakukan tindakan yang tidak hygienis seperti tidak mencuci tangan sebelum
mengisi air minum, makan dan minum saat pengisian air minum, dan belum ada
yang memiliki surat keterangan mengikuti kursus operator depot air minum.
Puskesmas Andalas merupakan salah satu puskesmas di Kota Padang yang
memiliki jumlah DAMIU terbanyak, yaitu 80 DAMIU. Sebagian besar masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Andalas mengandalkan DAMIU yang ada untuk memenuhi
kebutuhan air minum sehari-hari. Namun, hanya 20 dari 80 DAMIU yang melakukan
pemeriksaan bakteriologis secara berkala dan mendapatkan stiker memenuhi syarat
yang diterbitkan Dinas Kesehatan kota Padang pada tahun 2012. Keadaan ini
tentunya berdampak negatif pada kesehatan masyarakat yang berdomisili di wilayah
kerja Puskesmas Andalas ke depannya, mengingat minimnya persentase DAMIU
yang memenuhi syarat. Luasnya wilayah kerja puskesmas tidak diimbangi dengan
jumlah petugas sanitarian yang ada di Puskesmas Andalas. Hal ini dapat
6
memengaruhi peran petugas kesehatan dalam pelaksanaan pengawasan DAMIU di
setiap tahunnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan perilaku operator DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan
pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
1.2 . Perumusan Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun
2012, bahwasanya terdapat 20 dari 80 DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas
yang melakukan pemeriksaan bakteriologis secara berkala dan dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota Padang. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh DAMIU di
wilayah kerja Puskesmas Andalas tidak memenuhi syarat. Salah satu penyebabnya
adalah kurangnya kesadaran operator DAMIU dalam pelaksanaan hygiene sanitasi
DAMIU yang dikelola. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan perilaku
operator DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi
pada DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan perilaku operator DAMIU dan peran petugas
kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi pada DAMIU di wilayah kerja
Puskesmas Andalas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya pelaksanaan hygiene sanitasi oleh operator masing-masing
DAMIU yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
7
2. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku operator DAMIU terhadap
pelaksanaan hygiene sanitasi di DAMIU.
3. Diketahuinya distribusi frekuensi peran petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan hygiene sanitasi di DAMIU.
4. Diketahuinya hubungan perilaku operator DAMIU dengan pelaksanaan
hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
5. Diketahuinya hubungan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene
sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk menyelesaikan tugas akhir dalam meraih gelar S1 di bidang kesehatan
masyarakat. Di samping itu juga bermanfaat untuk melatih serta
mengembangkan kemampuan penulis dalam penelitian terkait pelaksanaan
hygiene sanitasi pengelola DAMIU dalam upaya peningkatan kualitas air
yang digunakan untuk minum oleh masyarakat.
2. Bagi Institusi
Sebagai literatur dalam menambah wawasan mengenai keilmuan di bidang
kesehatan lingkungan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3. Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menentukan program penyehatan
lingkungan dan memberikan gambaran tentang hubungan perilaku operator
DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi
pada DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini antara lain.
1. Gambaran umum tentang hygiene sanitasi oleh operator masing-masing
DAMIU yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
2. Gambaran umum tentang perilaku operator DAMIU terhadap pelaksanaan
hygiene sanitasi di DAMIU.
3. Gambaran umum tentang peran petugas kesehatan terhadap pelaksanaan
hygiene sanitasi di DAMIU.
4. Gambaran umum tentang hubungan perilaku operator DAMIU dengan
pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
5. Gambaran umum tentang hubungan peran petugas kesehatan dengan
pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
9
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air
Air menjadi salah satu aspek penting bagi kehidupan. Tanpa air, kehidupan
tidak akan pernah ada. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia tidak terlepas dari
air, seperti minum, mencuci, mandi, memasak, dan lain-lain.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta
km3 (Angel dan Wolseley, 1992). Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap
air, es, cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah
(ground water), dan gunung es (glacier).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Sedangkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Tubuh manusia terdiri dari sekitar 50-70% air dari seluruh berat tubuh. Air
terdapat di seluruh badan; di tulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, di darah
dan ginjal sebanyak 83%. pentingnya air bagi kesehatan dapat silihat dari jumlah air
yang dalam organ. kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan
kematian. Air digunakan sebagai pengatur suhu, pelarut zat yang masuk ke dalam
tubuh, dan membantu metabolisme. Kekurangan air mengakibatkan dehidrasi dan
mengganggu kesehatan manusia.
10
Tabel 2.1 Konsumsi Air Bersih di Perkotaan Indonesia Berdasarkan Keperluan Rumah Tangga
Sumber : Kamil, dkk., 1989
Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar
sekali peranannya dalam kesehatan manusia. Kira-kira terdapat 20-30 macam
penyakit infektif yang dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Modus
penyebaran penyakit dibagi menjadi 4 (empat) kelompok sebagai berikut :
A. Water Borne Disease
Adalah infeksi yang tersebar melalui penyediaan air atau penyakit yang
dihantarkan oleh air. Jenis penyakit tersebut diantaranya thypoid, cholera,
hepatitis infektiosa, dysentri, gastroenteritis.
B. Water Washed Disease
Adalah penyakit yang disebabkan karena kurangnya air untuk pemeliharaan
kebersihan perseorangan, misalnya penyakit kulit, mata, diare.
C. Water Based Disease
Adalah penyakit yang ditularkan melalui hewan-hewan air atau yang kontak
dengan air tersebut. Contohnya schistosomiasis.
D. Water Related Disease
KeperluanKonsumsi
l/or/h %Mandi, Cuci, KakusMinumCuci PakaianKebersihan RumahTamanCuci KendaraanWudhuLain-lain
12,02,010,731,411,,821,116,221,711,6
8,71,47,722,78,515,211,715,78,4
11
Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya bergantung pada
air. Misalnya penyakit malaria, demam berdarah dengue.
2.2 Macam-macam Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air
permukaan, dan air tanah.
2.2.1 Air Angkasa
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Wapau pada
saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu
dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon
dioksida, nitrogen, dan amonia.
2.2.2 Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau,
telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
Keadaan pengotoran untuk masing-masing permukaan akan berbeda-beda,
tergantung pada keadaan daerah aliran air permukaan tersebut. Jenis pengotoran yang
sering dijumpai berupa kotoran fisik, kimia, dan bakteriologis. Air permukaan dapat
dibedakan atas :
A. Air Sungai
Air sungai mempunyai derajat pengotoran yang cukup tinggi. Debit yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan domestik pada umumnya dapat mencukupi.
12
B. Air rawa dan danau
Kebanyakan air rawa dan danau mempunyai warna, yang disebabkan oleh adanya
zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humod yang larut dalam air.
dengan adanya pembusukan maka kadar zat organis dalam air rawa akan tinggi,
dan umumnya kadar Fe dan Mn juga akan tinggi. Pada permukaan air rawa
terdapat tumbuhan algae, karena adanya sinar matahari dan O2 sehingga Fe dan
Mn mengendap.
2.2.3 Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan
tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih
baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.
Berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas :
A. Air tanah dangkal
Terjadi karena daya peresapan air pada permukaan tanah. Air tanah dangkal dapat
diperoleh pada kedalaman sekitar 15 meter. Kualitas air tanah dangkal sebagai
sumur-sumur air minum cukup baik, tetapi kuantitasnya kurang dan tergantung
pada musim.
B. Air tanah dalam
Terdapat setelah lapisanrapat air yang pertama. untuk pengambilan air tanah
dangkal memerlukan bor dan memasukkan pipa hingga kedalaman 100-300
meter. Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal,
13
karena penyaringan air lebih sempurna. kandungan kimianya tergantung pada
lapisan tanah yang dilalui.
C. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
mata air yang berasal dari tanaf dalam hampir tidak berpengaruh oleh musim dan
kualitasnya sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan cara munculnya ke
permukaan tanah, mata air dibedakan atas :
1. Air yang keluar dari lereng-lereng atau rembesan
2. Air yang keluar ke permukaan pada suatu dataran atau air artesis
2.3 Air Minum
Air minum adalah air yang melalui poses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi
standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Secara umum, air
yang akan dikonsumsi hendaklah air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa, serta bebas dari bakteri dan zat kimia berbahaya. Hal ini bertujuan agar
air yang dikonsumsi tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan bagi orang
yang mengonsumsinya dan mencegah timbulnya penyakit bawaan air (water-borne
diseases).
Di Indonesia, standar air minum yang berlaku telah diatur dan berlaku sejak
tahun 2010 sebagai perbaikan untuk peraturan yang sebelumnya telah dibuat pada
tahun 1990. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air minum, terdapat empat persyaratan yang harus dipenuhi air
untuk dapat diminum, yaitu :
A. Persyaratan bakteriologis
14
B. Persyaratan fisik
C. Persyaratan kimia
D. Persyaratan radioaktif
Menurut berbagai pihak yang berwenang, masih banyak penyediaan air
minum yang tidak memenuhi standar tersebut, baik karena keterbatasan pengetahuan,
teknologi, sosial, ekonomi, ataupun budaya. Artinya bahwa penyakit bawaan air di
Indonesia masih banyak terjadi dan tergolong menjadi salah satu dari 10 penyakit
utama.
2.3.1 Persyaratan Bakteriologis
Keamanan suplai air minum terhadap mikroba dijamin dengan menggunakan
perlindungan berganda, mulai dari penampungan air hingga konsumen, untuk
mencegah kontaminasi air minum atau untuk mengurangi kontaminasi hinggga ke
tingkat yang tidak membahayakan kesehatan.
Pada umumnya, risiko terbesar terhadap mikroba diakibatkan oleh konsumsi
air yang terkontaminasi kotoran manusia atau hewan (termasuk burung). Kotoran
tersebut dapat menjadi sumber patogen bakteri, virus, protozoa, dan cacing.
Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen, virus, dan parasit
(mis., protozoa, cacing) merupakan risiko kesehatan terkait air minum yang paling
umum dan tersebar luas. Beban kesehatan masyarakat ditentukan oleh tingkat
keparahan penyakit yang dikaitkan dengan patogen, infektifitasnya, dan populasi
yang terpajan.
15
*Khususnya dari kontak dengan air permukaan yang sangat terkontaminasi
Gambar 2.2 Jalur Penularan dan Contoh Patogen Bawaan Air
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai
berikut.
A. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, Salmonella
typhi, vibrio cholerae. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted
by water).
B. Tidak mengandung bakteri non patogen, seperti actinomycetes, phytoplankton
coliform, dadocera.
Ingesti(minum)
Inhalasi dan aspirasi(aerosol)
Kontak(mandi)
Gastrointestinal Pernafasan
Kulit (terutama jika lecet), membrane
mukus, luka, mata
Jalur Penularan Infeksi (sepsis dan infeksi umum dapat terjadi)
Acanthamoeba spp.
Aeromonas spp.Burkholderia pseudomalleiMikobakteria
(non-tuberkulosis)Leptospirosis
spp.*Pseudomonas
aeruginosaSchistosoma
mansoni*
Legionella pneumophilaMikobakteria
(non-tuberkulosis)
Berbagai infeksi virus
Berbagai agens lain
dalam lingkungan berpajanan
tinggi
VirusAdenovirusAstrovirusEnterovirusHepatitis AHepatitis ENorovirus
RotatovirusSapovirus
BakteriCampylobacter spp.
E.coliSalmonella spp.
Shigella spp.Vibrio choleraeYersinia spp.
Protozoa dan Cacing
Cryptosporidium parvum
Dracunculus medinensisEntamoeba hystolytica
Giardia intestinalis
Toxoplasma gondii
16
2.3.2 Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik sebagai berikut.
A. Bau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yyang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
B. Warna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berati
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
C. Total Dissolved Solid (TDS)
Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan, walaupun jernih, air
yang mengandung padatan yang terapung tidak baik digunakan sebagai air
minum. Apabila air dididihkan, zat padat tersebut dapat larut sehingga
menurunkan kualitas air minum.
D. Kekeruhan
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah
liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat
kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
E. Rasa
Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin
menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh
adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organik maupun asam anorganik.
F. Suhu
Air yang baik memiliki temperatur yang sama dengan temperatur udara (20º-26º
C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah
17
temperatur udara, berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang
terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi)
yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
2.3.3 Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut.
A. pH netral
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun
basa. Air yang mempunyai pH rendah akan terasa asam. Contoh air alam yang
terasa asam adalah air gambut. Skala pH diukur dengan pHmeter atau lakmus.
Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7, berarti air bersifat sama.
Bila di bawah 7, berarti bersifat basa (rasanya pahit).
B. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida
sulfida dan fenolik.
C. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe,
Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, D, dan Cr.
D. Kesadahan rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam
air terutama air garam Ca dan Mg.
E. Tidak mengandung bahan organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH, H2S, SO42-, dan
NO3.
18
2.3.4 Persyaratan Radioaktif
Air minum disyaratkan tidak mengandung bahan radioaktif. Ambang yang
diperolehkan adalah 10-9 mikrocurie/cm3/det untuk sinar alfa dan 10-8
mikrocurie/cm3/det untuk sinar beta. Adapun parameter wajib kualitas air minum
terdapat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Parameter Wajib Kualitas Air Minum
No Jenis Parameter SatuanKadar maks
yang diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatanA. Parameter Mikrobiologi
1. E. Coli Jumlah per 100 ml sampel
0
2. Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel
0
B. Kimia an-organik1. Arsen mg/l 0,012. Fluorida mg/l 1,53. Total Kromiun mg/l 0,054. Kadmium mg/l 0,0035. Nitrit (sebagai NO2) mg/l 36. Nitrat (sebagai NO3) mg/l 507. Sianida mg/l 0,078. Selenium mg/l 0,01
2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatanA. Parameter Fisik
1. Bau Tidak Berbau2. Warna TCU 153. Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 5004. Kekeruhan NTU 55. Rasa Tidak Berasa6. Suhu LC Suhu udara ±3
B. Parameter Kimiawi1. Alumunium mg/l 0,22. Besi mg/l 0,33. Kesadahan mg/l 5004. Khlorida mg/l 2505. Mangan mg/l 0,46. pH 6,5-8,57. Seng mg/l 38. Sulfat mg/l 2509. Tembaga mg/l 210. Amonia mg/l 1,5
19
Ada beberapa jenis air minum dan standar air minum yang dapat dijadikan
acuan dalam menetapkan mutu air minum. Jenis air minum dan standar mutu air
minum dalam kemasan antara lain :
A. Air Mineral Alami
Produk impor (produk luar negeri yang masuk ke Indonesia) menggunakan
aturan Codex Alimentarius Commision (CAC) tahun 1996, yaitu Air Mineral
Alami. Definisi air mineral alami adalah air yang dengan jelas dapat dibedakan
dari air minum biasa karena kandungan garam-garam mineralnya (trace
elements) lebih tinggi, karena diperoleh secara langsung dari alam.
B. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Dalam SNI 01-3553-2006, air minum dalam kemasan adalah air baku yang telah
diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral dan air demineral.
Contoh AMDK yang ada di pasar merek Aqua, Prima, 2 Tang, Ades, dan lain-
lain. Persyaratan AMDK diatur berdasarkan SNI 01-3553-2006.
C. Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Persyaratan air minum isi ulang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI No.
492/MENKES/Per/VI/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
2.4 Depot Air Minum Isi Ulang
Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia,
dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum.
tujuan dari kegiatan pengolahan air minum adalah :
A. Menurunkan kekeruhan
B. Mengurangi bau, rasa, dan earna
C. Menurunkan dan mematikan organisme
D. Mengurangi kadar bahan-bahan yang terlarut dalam air
20
E. Menurunkan kesadahan
F. Memperbaiki derajat keasaman
Perbedaan DAMIU dengan AMDK dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Perbedaan DAMIU dengan AMDKKeterangan AMDK DAMIU
Prosedur Pengoperasian
Pengawasan lebih ketatMemiliki SOP (Standard Operating Prosedur)
Pengawasan Tidak terstandar
Laboratorium Harus Punya, dengan standar minimal tertentu melalui proses kalibrasi oleh lembaga terakreditasi
tidak Ada sama sekali
Sekat Ruang Sekat /pemisah ruang yang jelas antara R. mesin, R. pengisian, R. Lab bakteri. R. Lab Kimis fisika dll.
Tidak ada sekat yang terstandar
Perijinan SNI dengan biaya yang tinggi atau langsung BPOM RI
Cukup Lab Depkes Sesuai MenPerkes
Proses filterisasi Lebih terstandar dari item media, kelayakan proses sterilisasi, pipanisasi standar foodgrade dll.
Pengawasan dan proses filtrisasi dengan item media tidak terstandar
Lokasi Lokasi khusus dengan perijinan IUI
Bisa dilingkungan perumahan
Ijin Usaha Minimal CV atau lebih tinggi Bisa Perseorangan
Depot air minum adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk
keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas.
Proses produksi DAMIU meliputi tiga hal, yaitu :
A. Pengambilan dan Pengangkutan Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang
terjamin kualitasnya dan sesuai dengan Permenkes No. 416/MENKES/per/ IX/
1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Menurut
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
651/MPP/kep/10/2004 tentang persyaratan teknis depot air minum dan
21
perdagangannya, depot air minum dilarang mengambil air baku yang berasal
dari air PDAM yang ada dalam jaringan distribusi untuk rumah tangga dan
transportasi air baku dari lokasi sumber air baku ke depot air minum harus
menggunakan tangki pengangkut air yang tara pangan (food grade).
Pengangkutan air baku juga harus memiliki Surat Jaminan Pasok Air Baku dari
PDAM atau perusahaan yang memiliki Izin Pengambilan Air dari instansi yang
berwenang dan pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air
minum. Depot air minum tidak boleh melakukan penyimpanan air minum yang
siap dijual dalam bentuk dikemas. Dengan demikian tidak ada stok air minum
dalam wadah yang siap dijual. Penyimpanan hanya boleh dilakukan untuk air
baku dalam tangki penampung. (2)
B. Pengolahan Air Minum
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki
dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak
penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari
bahan-bahan yang dapat mencemari air. Secara prinsip proses pengolahan air
yang dilakukan pada DAMIU (sebagaimana proses pengolahan lainnya), harus
mampu menghilangkan semua jenis pencemar, baik fisik, kimia maupun
mikrobiologi. Sedangkan secara garis besar, proses pengolahan air pada Depot
Air Minum Isi Ulang terdiri atas penyaringan (filtrasi) dan desinfeksi.
Pada proses filtrasi, air akan melewati filter dari bahan silica untuk menyaring
partikel kasar. Setelah itu memasuki tabung karbon aktif untuk menghilangkan
bau. Tahap berikutnya adalah penyaringan air dengan mata saringan berukuran
Sepuluh mikron kemudian melalui saringan satu mikron untuk menahan bakteri.
Air yang keluar dari saringan satu mikron yang dinyatakan telah bebas dari bau
22
dan bakteri, ditampung pada tabung khusus yang berukuran lebih kecil
dibanding tabung penampung air baku. Selanjutnya adalah tahap mematikan
bakteri yang mungkin masih tersisa dengan menggunakan sinar ultraviolet,
ozonisasi dan Reversed Osmosis (Suprihatin, 2003).
Pada proses desinfeksi, sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu metode
pengolahan air adalah dengan penyinaran sinar ultraviolet. Spesifikasi sinar jenis
ini antara lain mempunyai panjang gelombang pendek serta memiliki daya anti
mikroba yang kuat. Metode lain desinfeksi, dilakukan dengan ozonisasi
(sterilisasi air dengan ozon). Proses ozonisasi sebenarnya telah dikenal selama
kurang lebih 100 tahun yang lalu. Proses ozonisasi pertama kali diperkenalkan
oleh Nies dari Negara Perancis sebagai metode untuk mensterilisasi air minum
pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi ini kemudian berkembang cepat.
Hingga hanya dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun telah terdapat kurang
lebih 200 lokasi pengolahan air minum yang menggunakan sistem ozonisasi di
Amerika Serikat. (Prasetyo dalam Jasman, 2007).
Metode lain yang umum digunakan pada tahap sterilisasi, menggunakan sistem
RO (Reversed Osmosis). Metode sterilisasi ini merpakan proses pemurnian air
melalui membran semi permiabel dengan tekanan tinggi (50-60 psi).
C. Penjualan
Sebelum dijual, untuk pertama kali produk air minum harus dilakukan pengujian
mutu yang dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi. Depot Air Minum
tidak boleh melakukan penjualan secara eceran melalui toko/kios/warung dan
hanya diperbolehkan menjual di tempat usaha langsung kepada konsumen yang
membawa wadah miliknya sendiri atau disediakan oleh depot. Pelaksanaan
23
penjualan/pengisian dilakukan seperti uraian pada proses pengisian air minum
yang dimulai dari pembilasan/ pencucian/sterilisasi wadah, pengisian dan
penutupan.
Menurut Sri Yuniarti, masalah pencemaran yang sering dihadapai dalam
pengelolaan air minum isi ulang adalah sumber air (bahan baku), proses pengolahan
air, wadah galon, dan pengisian (filling).
A. Sumber Air
Sumber utama semua air adalah daur hidrologi (Soebandi, 1990). pencemaran
air dapat terjadi melalui daur hidrologi, misalnya oleh kotoran manusia, pupuk
pertanian, hasil buangan industri (Trichloroethylene).
B. Proses Pengolahan Air
Masalah pencemaran dapat pula terjadi pada proses pengolahan air (Hall dan
Overby, 1997), misalnya :
a. Karyawan tidak menjaga sanitasi dan hygiene pada waktu bekerja di ruang
pengisian seperti tidak menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan sepatu
yang sesuai, tidak mencuci tangan, merokok, meludah atau makan.
b. Alat-alat proses pengolahan yang digunakan tidak dipelihara sanitasi dan
kebersihannya.
c. Bahan pelumas yang digunakan sebagai sekat pengaman berbentuk lingkaran
pada alat produksi bersifat toksik.
d. Pipa-pipa yang digunakan untk mengalirkan air tidak dipelihara sanitasi dan
kebersihannya.
e. Bahan desinfektan digunakan dalam perlakuan ozonisasi yang tidak
mencukupi (standar yang digunakan 0,1 ppm) atau penggunaan dari ultra
24
violet tidak sesuai dengan standar, sehingga dapat menimbulkan bakteri dan
jamur pada air minum.
f. Pengisian (filling)
Pengisian air ke dalam kemasan botol plastik ataupun botol kaca dan
penutupan harus dilakukan di tempat khusus yaitu du tempat pengisian.
Desain dan konstruksi depo harus sesuai dengan pedoman cara produksi yang
baik depo air minum.
Gambar 2.2 Skema Instalasi Depot Air Minum
25
2.5 Hygiene Sanitasi DAMIU
Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor-
faktor air minum, penjamah, tempat, dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
Penilaian DAMIU didasarkan pada nilai pemeriksaan yang dituangkan dalam
berita acara kelaikan fisik DAMIU dan berita acara pemeriksaan sampel yang
tertuang dalam Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air
Minum yang diterbitkan oleh Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian
Kesehatan tahun 2010.
Adapun penyelenggaraan hygiene sanitasi DAMIU terdiri dari :
A. Lokasi
a. Lokasi depot air minum harus berada di daerah yang bebas dari pencemaran
lingkungan.
b. Tidak pada daerah : tergenang air rawa, tempat pembuangan kotoran dan
sampah, penumpukkan barang-barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun
(B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air
minum.
B. Bangunan
a. Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.
b. Tata ruang usaha depot air minum paling sedikit terdiri dari :
1) Ruangan proses pengolahan
2) Ruangan tempat penyimpanan
3) Ruangan tempat pembagian/penyediaan
4) Ruangan tunggu pengunjung
c. Lantai
Lantai depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :
26
1) Bahan kedeap air
2) Permukaan rata, halus, tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan
3) Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan
4) Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu
d. Dinding
Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Bahan kedap air
2) Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan
3) Warna diding terang dan cerah
4) Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu, dan bebas dari pakaian
tergantung
e. Atas dan langit-langit
1) Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan
tidak bocor.
2) Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof)
3) Bahan langit-langit mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu
4) Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang
5) Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai
f. Pintu
1) Bahan pintu harus kuat, tahan lama
2) Permukaan rata, halus, berwarna terang, dan mudah dibersihkan
3) Pemasangannya rapih sehingga dapat menutup dengan baik
27
g. Pencahayaan
Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan
minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.
h. Ventilasi
Untuk kenyamanan depor air minum harus diatur ventilasi yang dapat menjaga
suhu yang nyaman dengan cara :
1) Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik
2) Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum
3) Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan
C. Akses Terhadap Ventilasi Sanitasi
Depot air minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
sebagai berikut :
a. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran
limbah
b. Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan)
c. Tempat sampah yang memenuhi syarat
d. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkansebagai sampel setiap pengisian
air baku
D. Sarana Pengolahan Air Minum
a. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus
menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade)
seperti :
1) Pipa pengisisan air baku
2) Tendon air baku
3) Pompa penghisap dan penyedot
28
4) Filter
5) Mikro filter
6) Kran pengisian air minum curah
7) Kran pencucian/pembilasan botos
8) Kran penghubung (hose)
9) Peralatan sterilisasi
b. Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang
dapat larut dalam air, seperti timah hitam (Pb), tembaga (Cu), Seng (Zn),
Cadnium (Cd).
c. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter dan alat
sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).
E. Air Baku
a. Air baku adalah yang memenuhi syarat air bersih, sesuai dengan Permenkes
No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum.
b. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan
kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.
c. Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan sampel secara
periodik.
F. Air Minum
a. Air minum yang dihasilkan adalah yag harus memenuhi Kepmenkes No.
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
b. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian
air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan metode H2S.
29
c. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara
periodik.
G. Pelayanan Konsumen
a. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih.
b. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/pengelola depot air
minum.
c. Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang
saniter.
d. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan
dan tidak boleh disimpan di depot air minum (>1x24 jam).
H. Karyawan
a. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
b. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber
pencemaran.
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun).
d. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapih.
e. Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen.
f. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek
hidung/telinga, gigi pada waktu melayani konsumen.
g. Telah memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air
Minum.
I. Pekarangan
a. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan.
b. Selalu dijaga kebersihannya setiap saat.
c. Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya.
30
J. Pemeliharaan
a. Pemilik/penanggung jawab dan operator wajib memelihara sarana yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Melalukan sistem pencatatan dan pematauan secara ketat meliputi :
1) Tugas dan kewajiban karyawan.
2) Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstren.
3) Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi dan
pembuktian).
2.6 Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena
mereka mempunyai aktifitas masing-masing.
Menurut Notoatmodjo dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
A. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
B. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice)
yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.
Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi
perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive),
31
afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini
dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan,
sikap, dan praktik atau tindakan.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
A. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan,sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.
B. Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah,
tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga
fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb.
Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga.
C. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),
tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada petugas kesehatan. Termasuk juga
disini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan.
2.6.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
32
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
2.6.1.1 Proses Adopsi Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :
A. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
B. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
C. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
D. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
E. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.6.1.2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan.
A. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ni adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yanf spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
33
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
B. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
C. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
D. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
E. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
F. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaianitu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
34
2.6.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
A. Faktor Internal
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan terhadap perkembangan orang
lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi.
b. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan
banyak tantangan.
c. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip oleh Nursalam (2003), usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai berulang
tahun.Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja.
B. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) Lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
35
b. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
2.6.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sese\irang
terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan.
A. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
B. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
C. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain utnuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
D. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
36
Baron dan Byrne juga Myres dan Gerungan menyatakan ada 3 komponen
yang membentuk sikap yaitu :
A. Komponen Kognitif (komponen perseptual)
yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan
yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan
terhadap sikap.
B. Komponen afektif (komponen Emosional)
Yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa
tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah
sikap, yaitu positif dan negatif.
C. Komponen Konatif (komponen perilaku, atau action, component)
Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
objek sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecendrungan bertindak atau
berprilaku seseorang terhadap objek sikap.
2.6.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan
mempunyai beberapa tingkatan.
A. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambiladalah merupakan praktek tingkat pertama.
37
B. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
C. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
D. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
2.7 Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon
(organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Perilaku
pemeliharaan kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sebagai
berikut.
A. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak salit dan usaha untuk penyembuhan bilaman sakit. Oleh
sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek, yaitu :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
38
B. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan. Perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tidakan pencarian pengobatan. Perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan
atau kecelakaan. Perilaku ini mulai dari mengobati sendiri sampai dengan
pengobatan ke luar negeri.
C. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
memengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri,
keluarga atau masyarakatnya.
2.8 Peran Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Petugas atau tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat dengan promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan
terhadap masyarakat. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku
sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku
kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat
sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.
Petugas kesehatan terdiri dari beberapa profesi, salah satunya adalah
sanitarian. Sanitarian merupakan tenaga profesi kesehatan yang telah mengikuti
39
pendidikan formal sesuai dengan standar Departemen Kesehatan RI dan mempunyai
ketrampilan dan keahlian dibidang penyehatan lingkungan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
No.19/KEP/M.PAN/11/2000 yang tertuang pada BAB I pasal 1 menyatakan, bahwa
Sanitarian adalah pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
kegiatan pengamatan, pengawasan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka
perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan
meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat.
Kegiatan tenaga sanitarian adalah upaya-upaya peningkatan derajat
kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit berbasis lingkungan yang
meliputi kegiatan penyusunan, perencanaan, pengamatan dan pengawasan kesehatan
lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan kegiatan penunjang lainnya untuk
meningkatkan kualitas lingkungan.
Mengingat besarnya pengaruh lingkungan terhadap derajat kesehatan
masyarakat, sanitarian merupakan profesi yang sangat dibutuhkan di puskesmas.
Dalam melaksanakan tugas profesinya, seorang sanitarian harus bekerjasama dengan
profesi lain dan berkoordinasi dengan lintas sektor terkait untuk mengatasi
permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya. Salah satu kegiatan pokok
sanitarian puskesmas adalah melaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air secara
berkala.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan di Daerah,
strategi dasar utama promosi kesehatan adalah :
A. Pemberdayaan
40
a. Pemberdayaan individu
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan
menigkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan
masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
menciptakan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya kesehatan. Tujuan dari upaya tersebut adalah memperkenalkan
prilaku baru yang selama ini dipraktekan oleh individu tersebut.
Metode yang di gunakan dapat berupa pilihan atau kombnaasi dari dialog,
demontrasi, konseling dan bimbingan. Demikian pula media komunikasi yang
digunakan dapat berupa lebar baik, leaflet, gambar/foto (poster) atau media lai
yang mudah dibawa untuk kunjungan rumah.
b. Pemberdayaan keluarga
1) Pemberdayaan keluarga yang dilakukan petugas kesehatan yang
melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari
individu atau keluarga-keluarga yang berada di wilayah kerja puskesmas
2) Tujuan dari pemberdayaan keluarga juga untuk memperkenalkan prilaku
baru yang mungkin mengubah prilaku yang selama ini dipraktikan oleh
keluarga tersebut.
3) Pemberian informasi tentang perilaku yang di perkenalkan seperti tersebut
diatas perlu dilakukan secra sistematis agar anggota keluarga yang
dikunjungi oleh petugas kesehatan dapat menerima dari tahap “tahu” “ke”
“mau” dan jika sarana untuk melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
tersedia diharapkan sampai ke tahap “mampu” melaksanakan.
4) Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk pemberdayaan
keluarga dapat berupa pilihan atau kombinasi.
41
c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh petugas puskesmas
merupakan upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat.
Penggerakan masyarakat diawali dengan membantu kelompok masyarakat
mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan sehingga masalah
tersebut di musyawarahkan untuk dipecahkan bersama.
B. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan
aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.
Seseorang akan terdorong untuk melakukan perilaku yang diperkenalkan apabila
lingkungan sosialnya (keluarga, tokoh panutan, kelompok pengajian )
mendukung. Petugas kesehatan mempunyai pengaruh untuk menciptakan
lingkungan yang kondunsif atau mendukung opini yang positif terhadap perilaku
yang sedang diperkenalkan. Petugas kesehatan dapat menjadi panutan atau teladan
dalam sikap dan tingkah lau. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap dan perilaku
petugas kesehatan yang melayani harus benar-benar konsisten dengan pelayanan
yang diberikan.
C. Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (Tokoh masyarakat
informal dan formal) agar masyarakat berdaya untuk mencegah serta
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.
D. Kemitraan
42
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan harus
ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan dengan
sasarannya dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi.
Berdasarkan permenkes No. 736 Tahun 2010 tentang tata laksana
pengawasan kualitas air minum, petugas kesehatan berperan sebagai pengawas.
Pengawasan yang dilakukan berupa pengawasan eksternal yang mendukung
pelaksanaan pengawasan internal oleh penyelenggara DAMIU. Pengawasan
eksternal oleh petugas kesehatan dilakukan secara berkala. Adapun kegiatan
pengawasan kualitas air minum meliputi :
A. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas fisik
air minum dan faktor risiko
B. Pengambilan sampel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi sanitasi
C. Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi
D. Analisis hasil pengujian laboratorium
E. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut
F. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.
43
2.9 Kerangka Teori
Teori precede-proceed oleh Lawrence Green adalah suatu model perencanaan
untuk promosi kesehatan, yaitu suatu kegiatan upaya peningkatan kesehatan yang
terdiri atas pendidikan kesehatan bersama upaya lain berupa kebijakan, peraturan,
dan organisasi. Dalam kerangka ini, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-
faktor individu maupun lingkungan.Teori ini menganalisisi kebutuhan kesehatan
masyarakat dengan cara menetapkan lima diagnosis berbeda, yaitu: diagnosis sosial,
epidemiologi, perilaku/lingkungan, pendidikan/organisasi, dan
administrasi/kebijakan. Sesuai dengan perspektif perilaku teori ini memberikan
penekanan pada faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor pendukung.
= tidak diteliti
= area penelitian
Gambar 2.3 Diagram The Precede-Proceed Model Green, L.W and Kreuter,M.W.
Promosi Kesehatan
Pendidikan Kesehatan
Kebijakan Peraturan Organisasi
Faktor Predisposisi
FaktorPendukung
Genetik
Kesehatan
Lingkungan
Perilaku
KUALI
TAS
HIDUP
FaktorPendorong
44
2.10 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang merupakan dari hasil penelitian didapatkan
variabel yang diduga mempunyai hubungan dengan pelaksanaan yang dapat
digambarkan dalam diagram di bawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.4 Diagram Konsep Hubungan Perilaku Operator DAMIU dan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan Hygiene Sanitasi DAMIU
Perilaku Operator
DAMIU
Peran Petugas
Kesehatan
Pelaksanaan Hygiene Sanitasi
DAMIU
BAB 3 : METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah cross sectional. Penelitian ini
mengambil data dari sampel yang sudah memenuhi syarat pada satu titik waktu
untuk menentukan apakah terdapat hubungan perilaku operator DAMIU dan peran
petugas kesehatan dengan pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja
Andalas.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan mulai Bulan April 2013 sampai dengan Bulan
Juli 2013.
3.2.1.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Andalas, Kota Padang.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah operator Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu sebanyak 80
DAMIU.
3.3.2 Sampel
Pada penelitian ini, sampel yang diteliti diambil berdasarkan besaran sampel
berikut.
45
46
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan = 0,1
Dengan demikian jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 44 operator
DAMIU dan ditambah dengan sampel Drop Out 10% yaitu 4,4 sehingga total sampel
keseluruhan adalah 48 operator DAMIU. Operator yang dimaksud adlah orang yang
melakukan pengisian air minum produksi DAMIU yang ditemui di DAMIU.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling yang
berarti pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memerhatikan strata yang ada dalam populasi.
Adapun kriteria inklusi sampel penelitian antara lain :
A. Individu yang bekerja sebagai operator di DAMIU
B. Individu yang bersedia diwawancarai
C. Individu yang mampu berkomunikasi
D. Individu yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Andalas
Adapun kriteria ekslusi sampel penelitian antara lain :
A. Individu yang tidak berada di tempat setelah 3 kali kedatangan
B. Individu tidak bersedia di wawancarai
47
3.4 Definisi Operasional
Variabel Definisi OperasionalCara
PengukuranSkala Hasil Ukur
Pelaksanaan
Hygiene
Sanitasi
Gambaran
pelaksanaan hygiene
sanitasi oleh operator
DAMIU/orang yang
melakukan pengisisan
air minum di DAMIU
yang menjadi sampel
di wilayah kerja
Puskesmas Andalas
yang menjadi tempat
penelitian
Menggunakan
metode
checklist dan
observasi
Ordinal A. Memenuhi
syarat,
minimal nilai
70 maksimal
nilai 100
B. Tidak
memenuhi
syarat, nilai
<70
Perilaku Gambaran secara
umum perilaku
operator DAMIU
dalam rangka
pelaksanaan hygiene
sanitasi DAMIU di
wilayah kerja
Puskesmas Andalas
Menggunakan
metode
kuesioner
dengan 42
pertanyaan
Ordinal Baik apabila ≥ 60,
kurang apabila
<60
Peran Petugas
Kesehatan
Gambaran secara
umum peran petugas
kesehatan dalam
rangka pelaksanaan
hygiene sanitasi
DAMIU di wilayah
kerja Puskesmas
Andalas
Menggunakan
metode
kuesioner
dengan 5
pertanyaan
Ordinal Baik apabila ≥ 60,
kurang apabila
<60
48
3.5 Teknik Pengumpulan Data
A. Data Primer
Data ini diperoleh dari responden melalui wawancara dan pengamatan langsung
ke Depot Air Minum Isi Ulang oleh peneliti, menggunakan kuesioner yang
berisikan pertanyaan tentang perilaku operator DAMIU, peran petugas
kesehatan, dan pelaksanaan hygiene sanitasi DAMIU di wilayah kerja
Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2013.
B. Data Sekunder
Data sekunder peneliti diperoleh dari laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat, Dinas Kesehatan Kota Padang, dan data program sanitasi dari
Puskesmas Andalas.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap berikut :
A. Editing
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diperiksa kembali untuk mengetahui
kelengkapan pengisian (jawaban) dan kesalahan serta konsistensi jawaban.
B. Coding
Pemberian kode untuk setiap jawaban agar dapat dikonversikan dengan angka dan
memudahkan dalam entry data.
C. Entry Data
Memasukkan kode jawaban dengan menggunakan program SPSS versi 11,5.
D. Cleaning
Sebelum dilakukan analisa data terhadap data yang sudah dimasukkan, dilakukan
pengecekan, kalau terdapat kesalahan pada saat entry dapat diperbaiki sehingga
nilai yang ada sesuai dengan hasil pengumpulan data.
49
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel yang
diteliti, yaitu perilaku operator DAMIU, peran petugas kesehatan, dan pelaksanan
hygiene sanitasi DAMIU.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan dengan menggunakan program SPSS yang
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
dan uji Chi Square (X2) dengan tingkat kepercayaan 90%. Bila p-value < 0,05
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen
dengan variabel dependen.
Bila diperoleh p < (α = 0,05) maka Ho ditolak, yang berarti ada hubungan
antara perilaku operator DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan pelaksanan
hygiene sanitasi DAMIU.
Bila diperoleh nilai p > (α = 0,05) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada
hubungan antara perilaku operator DAMIU dan peran petugas kesehatan dengan
pelaksanan hygiene sanitasi DAMIU.
DAFTAR PUSTAKA
50