hubungan perdagangan antara pantai timur sumatera selatan...

85
Volume 19 Nomor 2 November 2014 ISSN 0853-9030 Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan Dengan Dunia Luar Budi Wiyana Analisis Teknologi Laboratoris Tembikar Dari Situs Air Sugihan, Sektor Nusakarta, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan M. Fadhlan S. Intan Situs Gua Batu Napal Licin Sigit Eko Prasetyo Sebaran Tinggalan Megalitik di Situs Pagerdewa Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Sondang M.Siregar Perubahan Gaya Arsitektur pada Rumah Tinggal di Situs Almunawar, Palembang Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Arkeologi Aryandini Novita Situs Waduk Pacal Titet Fauzi Rachmawan Vol. 19 No. 2 Hal. 78-154 November 2014 ISSN 0853-9030

Upload: others

Post on 28-Oct-2019

25 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Volume 19 Nomor 2 November 2014 ISSN 0853-9030

Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan Dengan Dunia Luar Budi Wiyana

Analisis Teknologi Laboratoris Tembikar Dari Situs Air Sugihan, Sektor Nusakarta, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan M. Fadhlan S. Intan

Situs Gua Batu Napal Licin Sigit Eko Prasetyo

Sebaran Tinggalan Megalitik di Situs Pagerdewa Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Sondang M.Siregar

Perubahan Gaya Arsitektur pada Rumah Tinggal di Situs Almunawar, Palembang Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Arkeologi Aryandini Novita

Situs Waduk Pacal Titet Fauzi Rachmawan

Vol. 19 No. 2 Hal. 78-154 November 2014

ISSN 0853-9030

Page 2: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

ISSN 0853-9030 Volume 19 Nomor 2 November 2014

Jurnal Arkeologi

Pimpinan Redaksi

Retno Purwanti

Dewan Redaksi Budi Wiyana (Arkeologi)

Tri Marhaeni S. B. (Arkeologi) Kristantina Indriastuti (Arkeologi)

Sondang Martini Siregar (Arkeologi) Sigit Eko Prasetyo (Arkeologi)

Wahyu Rizky Andhifani(Arkeologi) Ade Oka Hendrata(Arkeologi)

Muhamad Nofri Fahrozi (Antropologi) Dewi Patriana (Geografi)

Mitra Bestari Anggraeni (Arkeologi)

Amilda Sani (Antropologi) Kresno Yulianto (Arkeologi )

Ninie Susanti (Arkeologi

Alamat Redaksi Balai Arkeologi Palembang, Jl. Kancil Putih, Lr Rusa, Demang Lebar Daun – Palembang, 30137. Telp: 0711-445247 Fax: 0711-445246, e-mail: [email protected]. Website: www.arkeologi.palembang.go.id

Page 3: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

PENGANTAR REDAKSI

Jurnal Arkeologi Siddhayatra Volume 9 Nomor 2 November 2014 kembali menyajikan enam makalah kajian arkeologi, yang meliputi kajian maritim, permukiman, dan arsitektur. Kajian yang dilakukan oleh para penulis kali ini ada yang menggunakan pendekatan ilmu sosial dan ilmu pengetahun alam.

Adapun keenam tulisan tersebut adalah: Tulisan dengan judul “Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan Dengan Dunia Luar” ditulis oleh Budi Wiyana, yang menguraikan tentang hubungan dagang kawasan pantai timur Sumatera Selatan dengan dunia luar sejak milenium pertama masehi berdasarkan bukti-bukti arkeologi. Temuan arkeologi berupa komoditi dagang dan alat transportasi air berupa perahu/kapal.

M. Fadlan S Intan memaparkan artikel dengan judul “Analisis Teknologi Laboratoris Tembikar Dari Situs Air Sugihan, Sektor Nusakarta, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan”. Artikel ini mengulas tentang hasil analisis teknologi laboratoris terhadap temuan tembikar sehingga dapat diketahui fungsinya, yaitu untuk menampung air, mengolah makanan, penyajian makanan dan minuman, selain itu juga untuk keperluan penyimpanan atau membawa bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk menyimpan abu jenazah, tulang-tulang manusia maupun mayat.

“Situs Gua Batu Napal Licin” hasil penelitian di daerah Napal Licin merupakan hasil karya Sigit Eko Prasetyo yang mengulas tentang aktifitas manusia yang pernah dilakukan di dalam gua berdasarkan temuan alat-alat batu berupa serpih batu dari bahan rijang dan obsidian.

Aktifitas permukiman dalam bentuk perkampungan di Situs Pagerdewa berada di Desa Pagerdewa, Kecamatan Warkuk Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan yang ditandai deengan adanya temuan dolmen, batu datar, lesung batu, bilik batu dan punden berundak dipaparkan oleh Sondang M. Siregar. Selanjutnya dikemukakan, bahwa perkampungan tersebut awalnya berada di atas bukit, yang kemudian berpindah ke dataran rendah. Hasil kajian tentang permukiman ini mengambil judul “Sebaran Tinggalan Megalitik di Situs Pagerdewa Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan”.

”Perubahan Gaya Arsitektur pada Rumah Tinggal di Situs Almunawar, Palembang Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Arkeologi’ merupakan judul artikel yang ditulis oleh Aryandini Novita. Tulisan ini mengulas tentang perubahan bentuk arsitektur rumah kelompok etnis Arab di Situs Almunawar yang awalnya berupa rumah yang didirikan di atas tiang menjadi rumah yang didirikan tidak menggunakan tiang. Perubahan pada masyarakat kelompok etnis Arab di Situs Almunawar tidak sekedar terjadi pada penerapan gaya arsitektur bangunan rumah tinggal saja, tetapi juga pada cara hidup masyarakat tersebut yang awalnya mencirikan kehidupan di tepi sungai beralih ke kehidupan di ‘daratan’. Tulisan keenam ditulis oleh Titet Fauzi Rachmawan dengan judul “Situs Waduk Pacal”, yang membahas tentang tinggalan arkeologi masa kolonial yang masih terbilang langka diangkat sebagai karya tulis, yaitu waduk

i

Page 4: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

.Daftar Isi

Pengantar Redaksi……………………………………………………………………………….i

Daftar Isi………………………………………………………………………………………….ii

Daftar Abstrak…………………………………………………………………………………..iii

Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan Dengan Dunia Luar ……………………………………………………78 Budi Wiyana Analisis Teknologi Laboratoris Tembikar Dari Situs Air Sugihan, Sektor Nusakarta, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan……………………………………………………………………..92 M. Fadhlan S. Intan Situs Gua Batu Napal Licin …………………………………………………………………102 Sigit Eko Prasetyo Sebaran Tinggalan Megalitik di Situs Pagerdewa Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan ................................................................................120 Sondang M.Siregar Perubahan Gaya Arsitektur pada Rumah Tinggal di Situs Almunawar, Palembang Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Arkeologi …………………………………………………………………..132 Aryandini Novita Situs Waduk Pacal ……………………………………………………………………………141 Titet Fauzi Rachmawan

ii

Page 5: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Jurnal Siddhayatra Volume 19 Nomor 2 Nov 2014

ISSN 0853-9030

930.1 Wiyana, Budi Balai Arkeologi Palembang Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan Dengan Dunia Luar Jurnal Siddhayatra, 19 (2) 2014: 78 - 91 Kawasan pantai timur Sumatera Selatan sejak milenium pertama masehi telah mengadakan hubungan dagang dengan dunia luar. Hal itu ditandai dengan ditemukannya bukti-bukti arkeologi di kawasan tersebut berupa komoditi dagang dan alat transportasi air berupa perahu/kapal. Keramik Cina, Birma, Thailand, dan Vietnam berupa guci, tempayan, mangkuk, dan pasu banyak diketemukan di pantai timur Sumatera Selatan. Selain keramik, di kawasan tersebut juga terdapat temuan manik-manik, logam, damar, dan fragmen kaca berupa botol; gelas; dan vas dari Timur Tengah. Sebagai media transportasi yang menghubungkan antara kawasan pantai timur Sumatera Selatan dengan dunia luar tentunya diperlukan perahu atau kapal. Di kawasan ini banyak diketemukan sisa-sisa perahu kuna tradisi Asia Tenggara. Berdasarkan carbon dating, perahu tersebut berasal dari abad I-XIII M.

(Budi Wiyana) Kata Kunci: Hubungan, perdagangan, pantai timur Sumsel, dunia luar

930.1 Intan, M. Fadlan S. Pusat Arkeologi Nasional Analisis Teknologi Laboratoris Tembikar Dari Situs Air Sugihan, Sektor Nusakarta, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan Jurnal Siddhayatra, 19 (2) 2014: 92-101

Tembikar merupakan salah satu sisa benda budaya yang paling sering ditemukan dalam penelitian arkeologi, yang terbuat dari tanah liat dan dibakar. Tembikar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat masa lampau, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan religius. Berdasarkan hasil analisis teknologi laboratoris tembikar dari Situs Air Sugihan, Sektor Nusakarta, tembikar-tembikar tersebut berfungsi untuk menampung air, mengolah makanan, penyajian makanan dan minuman, selain itu juga untuk keperluan penyimpanan atau membawa bahan makanan, mungkin juga untuk menyimpan abu jenazah, tulang-tulang manusia maupun mayat.

(M. Fadlan S. Intan) Kata Kunci: Tembikar, Analisis Teknologi Laboratoris

iii

Page 6: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

930.1 Prasetyo, Sigit Eko Balai Arkeologi Palembang Situs Gua Batu Napal Licin Jurnal Siddhayatra, 19 (2) 2014: 102-119 Penelitian di daerah Napal Licin masih dalam tahap penjajagan untuk mencari dan mengetahui tinggalan arkeologi di daerah tersebut. Penelitian ini diawali dengan survei yang menghasilkan beberapa tempat yang memiliki tinggalan arkeologis seperti batu silindrik dan Gua Batu. Gua Batu merupakan tempat yang awalnya dikenal sebagai salaha satu objek wisata di desa ini. Dari hasil survei gua ditemukan beberapa serpih batu dari bahan rijang dan obsidian yang merupakan indikasi adanya aktifitas manusia masa lalu. Dari bentuknya, gua ini juga sangat ideal sebagai gua hunian dimana terdapat sumber air yang dekat dengan gua, lantai gua yang landai serta kering, frekuensi cahaya matahari yang cukup, dan sirkulasi udara yang baik. Hasil ekskavasi yang dilakukan di gua ini berhasil mendapatkan artefak batu, gerabah/tembikar, fragmen tulang, dan gigi, namun jika dilihat dari frekuensi temuan masih sangat sedikit

(Sigit Eko Prasetyo) Kata kunci: gua, ekaskavasi, artefak

930.1 Siregar, Sondang M. Balai Arkeologi Palembang Sebaran Tinggalan Megalitik di Situs Pagerdewa Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Jurnal Siddhayatra, 19 (2) 2014: 120-131 Situs Pagerdewa berada di Desa Pagerdewa, Kecamatan Warkuk Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional tahun 1993 melakukan penelitian di kawasan Danau Ranau dan berhasil menemukan tinggalan megalitik yang tersebar sampai ke daerah Lampung. Tahun 2008 sampai tahun 2012 Balai Arkeologi Palembang melakukan penelitian kampung-kampung lama masa megalitik di kawasan Danau Ranau. Di dalam kampung lama ditemukan dolmen, batu datar, lesung batu, bilik batu dan punden berundak. Umumnya lokasi hunian nenek moyang berdekatan dengan lokasi ritual. Di situs Pagerdewa juga ditemukan tinggalan megalitik, permasalahan yang muncul adalah bagaimana jenis tinggalan megalitik dan persebarannya di situs Pagerdewa. Tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui jenis tinggalan megalitik dan persebarannya di situs Pagerdewa dan juga untuk mengetahui kronologi situs Pagerdewa. Sasaran penelitian adalah teridentifikasikan tinggalan arkeologi dan persebarannya di situs Pagerdewa sehingga dapat menggambarkan aktivitas hunian di situs Pagerdewa. Keberadaan tinggalan megalitik dan keramik/tembikar kuno di situs Pagerdewa menunjukkan dahulu manusia memilih lokasi tempat tinggal di atas bukit (dataran tinggi) dikarenakan alasan keamanan dan tempat yang cocok untuk kegiatan ritual. Begitupula diatas bukit tersedia sumber mata air yang berguna untuk kebutuhan sehari-hari. Permukiman selanjutnya berpindah ke daerah lebih rendah yaitu daerah lembah dikarenakan mata air di atas bukit sudah kering dan adanya kemudahan komunikasi/transportasi ke daerah lain.

(Sondang M. Siregar) Kata kunci: situs, sebaran, megalitik, bukit, daerah rendah

iv

Page 7: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

930.1 Novita, Aryandini Balai Arkeologi Palembang Perubahan Gaya Arsitektur pada Rumah Tinggal di Situs Almunawar, Palembang Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Arkeologi Jurnal Siddhayatra, 19 (2) 2014: 132-140

Meskipun data sejarah menyebutkan bahwa kelompok etnis Arab telah ada di Palembang sejak abad VII M namun rumah-rumah di situs tersebut diperkirakan dibangun antara abad XIX – XX M. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Palembang pada tahun 2006 tentang pemukiman kelompok etnis Arab di Kota Palembang Pasca Kerajaan Sriwijaya diketahui telah mengalami perubahan pada bentuk bangunan rumah tinggal kelompok etnis Arab di Situs Almunawar yang awalnya berupa rumah yang didirikan di atas tiang menjadi rumah yang didirikan tidak menggunakan tiang. Perubahan pada masyarakat kelompok etnis Arab di Situs Almunawar tidak sekedar terjadi pada penerapan gaya arsitektur bangunan rumah tinggal saja, tetapi juga pada cara hidup masyarakat tersebut yang awalnya mencirikan kehidupan di tepi sungai beralih ke kehidupan di ‘daratan’.

(Aryandini Novita) Kata Kunci: perubahan sosial, Situs Almunawar, akulturasi

Bojonegoro sebagai salah satu kota yang dibangun oleh Belanda banyak sekali memiliki potensi arkeologis. Salah satu tinggalan kolonial yang ada di kabupaten ini adalah bangunan Waduk Pacal yang terletak di Dusun Tretes, Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro. Waduk ini sekarang dikelola oleh unit pelaksana teknis (UPT) pengelola sumber daya air wilayah Bengawan Solo. Pengelolaan irigasinya dilakukan oleh departemen pekerjaan umum (PU).Waduk Pacal saat ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan air di areal pertanian seluas 16.696 ha di sejumlah desa di Kecamatan Temayang, Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberejo, dan Kanor.

(Titet Fauzi Rachmawan) Kata kunci : waduk, tinggalan kolonial, Bojonegoro

v

930.1Rachmawan, Titet Fauzi Balai Arkeologi Palembang Situs Waduk Pacal Jurnal Siddhayatra, 19 (2) 2014: 141-154

Page 8: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

HUBUNGAN PERDAGANGAN ANTARA PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN

DENGAN DUNIA LUAR

Budi Wiyana Balai Arkeologi Palembang [email protected]

Naskah diterima tanggal 11/10/2014; dikembalikan untuk revisi tanggal 12/11/2014;

disetujui tanggal 26/11/2014

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang dan PerumusanMasalah

Pada tahun 2010 di Desa

Margomulyo, Kecamatan Muara Sugihan,

Kabupaten Banyuasin diketemukan

sekeping papan perahu kuna. Secara

umum, lokasi temuan berada di Jalur 16.

Abstrak Kawasan pantai timur Sumatera Selatan sejak milenium pertama masehi telah mengadakan hubungan dagang dengan dunia luar. Hal itu ditandai dengan ditemukannya bukti-bukti arkeologi di kawasan tersebut berupa komoditi dagang dan alat transportasi air berupa perahu/kapal. Keramik Cina, Birma, Thailand, dan Vietnam berupa guci, tempayan, mangkuk, dan pasu banyak diketemukan di pantai timur Sumatera Selatan. Selain keramik, di kawasan tersebut juga terdapat temuan manik-manik, logam, damar, dan fragmen kaca berupa botol; gelas; dan vas dari Timur Tengah. Sebagai media transportasi yang menghubungkan antara kawasan pantai timur Sumatera Selatan dengan dunia luar tentunya diperlukan perahu atau kapal. Di kawasan ini banyak diketemukan sisa-sisa perahu kuna tradisi Asia Tenggara. Berdasarkan carbon dating, perahu tersebut berasal dari abad I-XIII M. Kata Kunci: Hubungan, perdagangan, pantai timur Sumsel, dunia luar

Abstract The east coast of South Sumatra since the first millennium BC have entered trade relations with the outside world. It was marked by the discovery of archaeological evidence in the form of regional trade komoditi and water transport in the form of a boat / ship. Ceramic China, Burma, Thailand, and Vietnam in the form of jars, jars, bowls, and bowls found in many east coast of South Sumatra. In addition to ceramics, in the region there are also findings beads, metal, resin, and glass fragments in the form of a bottle; glass; and vases from the Middle East. As a transport medium that connects between the east coast of South Sumatra with the outside world certainly needed a boat or ship. In this area, many found the remains of the ancient tradition of Southeast Asian boat. Based on carbon dating, the boat came from the I-XIII century AD. Keywords: relations, trade, the eastern coast of South Sumatra, the outside world

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

Trade Relation Between South Sumatrans East Coast With International

Page 9: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Papan sepanjang 10,7 m tersebut

mempunyai tambuku atau tonjolan pada

papan untuk menempatkan gading perahu.

Selain papan perahu, di Desa Margomulyo

juga diketemukan gerabah, keramik,

manik-manik, logam, kaca, kayu, tulang,

dll.

Margomulyo adalah salah satu desa

yang terdapat di daerah Air Sugihan pada

kawasan pantai timur Sumatera Selatan.

Penelitian di Air Sugihan telah dimulai

sejak tahun 2001 sampai 2013, baik yang

dilakukan oleh Balai Arkeologi Palembang

maupun Pusat Arkeologi Nasional

(Wiyana, 2001; 2003; 2013; Hardiati,

2007; 2008; 2009; 2010; Indradjaja,

2011; dan 2012). Penelitian selama ini

lebih menekankan pada persebaran

permukiman di kawasan tersebut.

Persebaran situs-situs di Air Sugihan

terkonsentrasi di kiri dan kanan sungai

lama/kuna. Hal ini sama dengan yang

terdapat di daerah Karangagung Tengah,

Kabupaten Musi Banyuasin (Marhaeni,

2005).

Pemukiman kuna mengikuti pola

aliran sungai lama. Di kiri-kanan sungai

terdapat tiang rumah dari kayu nibung

maupun kayu lainnya. Artefak berupa

gerabah, keramik, manik-manik, logam,

kaca, damar, dan komponen perahu

ditemukan tidak jauh dari pemukiman

tersebut. Banyak artefak yang

diketemukan di pantai timur Sumatera

Selatan merupakan komoditi dagang dan

alat transportasi (perahu, kapal).

Berdasarkan latar belakang di atas,

permasalahan yang diangkat pada tulisan

ini adalah bagaimana hubungan

perdagangan dengan dunia luar di pantai

timur Sumatera Selatan?

2. TujuanBerdasarkan latar belakang dan

permasalahan di atas, maka tujuan

penulisan ini adalah mengetahui hubungan

perdagangan antara pantai timur

Sumatera Selatan dengan dunia luar.

3. MetodeMetode pengumpulan data

hubungan perdagangan antara pantai timur

Sumatera Selatan dengan dunia luar

dilakukan dengan survei dan ekskavasi.

Survei permukaan dimaksudkan untuk

mengetahui keberadaan sungai lama,

komoditi dagang yang berasal dari dalam

maupun luar pulau Sumatera serta

komponen perahu yang tampak di

permukaan tanah. Sedangkan ekskavasi

dilakukan untuk mendata lebih jauh

tinggalan yang terdapat di dalam tanah.

Setelah pengumpulan data

dilakukan analisis tipologi dan konteks.

Analisis tipologi dimaksudkan untuk

mengetahui bahan, teknik, dan ragam hias

atau ciri-ciri khusus data. Sedangkan dari

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

79

Page 10: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

analisis konteks diharapkan dapat

diketahui hubungan antara data arkeologi

dengan lokasi tempat data tersebut

diketemukan.

Apabila diketemukan perahu

maupun komponennya, dilakukan analisis

berdasarkan teknik maupun tradisi

pembuatannya. Dengan diketahuinya

teknik dan tradisi pembuatan perahu dapat

diperkirakan umur relatif dan

berkembangnya. Untuk memperkuat

pertanggalan atau kronologi perahu,

dilakukan carbon dating terhadap bahan

(kayu) perahu dan tali ijuk.

4. Kerangka Pikir

Perdagangan akan timbul apabila

terdapat dua pihak atau lebih yang saling

tukar menukar barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhannya. Perdagangan

sudah ada sejak mulai adanya manusia.

Barter adalah salah satu bentuk

perdagangan yang paling sederhana.

Berdasarkan sifat aktivitasnya, ada

perdagangan insuler dan interinsuler.

Perdagangan insuler artinya perdagangan

dalam satu pulau, sedangkan perdagangan

intersuler adalah perdagangan antar pulau

(Utomo, 2007).

Perdagangan dengan menggunakan

jalur air mulai timbul seiring dengan mulai

dikenalnya alat transportsi air (perahu,

kapal). Dalam perkembangannya,

perdagangan melalui jalur air tidak dapat

dipisahkan dengan pelayaran sehingga

pelayaran dan perdagangan menjadi satu

kesatuan. Pelayaran dan perdagangan

sudah ada sejak ribuan tahun sebelum

masehi. Di Asia Tenggara, pelayaran dan

perdagangan sudah ada sejak 3.000 SM

dan mulai tampak jelas pada akhir masa

neolitik sekitar 1.500 SM dan zaman

logam sekitar 1.000 SM (Utomo, 2007).

Dalam sejarah pelayaran dan

perdagangan internasional, kawasan

perairan Asia Tenggara menjadi salah satu

jalur pelayaran dan perdagangan yang

sangat ramai. Perairan Asia Tenggara

dengan Selat Malakanya merupakan salah

satu perairan tersibuk di dunia pada

periode sejarah, antara abad III – IX

Masehi (Utomo, 2007). Hal ini sesuai

dengan yang disampaikan Wolters,

pelayaran dan perdagangan di Asia

Tenggara (khususnya Sriwijaya) ramai

sekitar abad III – VII M (Wolters, 2011).

Kontak awal yang terjadi pada

millenium pertama Masehi berkaitan

dengan kegiatan perdagangan maritim.

Jaringan perdagangan regional di Asia

Tenggara, beberapa dari mereka telah

terlibat dalam perdagangan jarak jauh

sebelum pengaruh India atau Tiongkok di

awal millenium pertama. Beberapa temuan

nekara dan kapak Dongson adalah bukti

adanya jaringan perdagangan jarak jauh

tersebut (Manguin, 1996).

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

80

Page 11: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

B. Analisis dan Pembahasan

1. Lokasi

Margomulyo adalah salah satu desa

yang terdapat di kawasan pantai timur

Sumatera Selatan yang menjadi sampel

data tulisan ini. Selain Margomulyo, di

kawasan tersebut terdapat puluhan desa

yang menyimpan cagar budaya. Cagar

budaya itu tersebar di daerah Karangagung

dan Air Sugihan yang meliputi Kabupaten

Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Ogan

Komering Ilir (OKI).

Gambar 1. Kawasan pantai timur Sumatera Selatan di daerah Air Sugihan

2. Data dan Analisis

Artefak atau tinggalan arkeologi

yang menjadi data adanya hubungan

perdagangan antara pantai timur Sumatera

Selatan dengan dunia luar berupa keramik,

manik-manik, kaca, logam, damar, dan

perahu. Data tersebut bukan hanya

diketemukan di desa Margomulyo saja,

melainkan desa-desa lain di daerah Air

Sugihan dan Karangagung dalam kawasan

pantai timur Sumatera Selatan.

Pada penelitian tahun 2011 dan

2013 banyak diketemukan fragmen

keramik dan stoneware. Berdasarkan asal

dan kronologinya, keramik dan stoneware

tersebut berasal dari Timur Tengah (VII –

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

81

Page 12: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

VIII M), Cina (Tang, Tang Akhir, Song,

Yuan, Qing), Birma (XII-XVI M),

Thailand (XIV-XV M), dan Vietnam

(XIV-XV M) (Indradjaja, 2011: 107).

Fragmen tersebut merupakan bagian dari

guci, tempayan, mangkuk, dan pasu.

Gambar 2. Mangkuk Tang dari Margomulyo

Sedangkan pada survei dan

ekskavasi tahun 2011 dan 2013

diketemukan 130 buah manik-manik,

terdiri dua buah manik-manik batu dan 128

buah manik-manik kaca (Indradjaja, 2011:

77 dan Wiyana, 2013: 56). Diantara

manik-manik tersebut sebagian besar

merupakan hasil dari temuan penduduk,

bahkan masih banyak penduduk yang

menyimpannya. Manik-manik hasil survei

mempunyai jumlah, bentuk, dan variasi

yang lebih beragam dibanding dari hasil

ekskavasi. Terdapat sembilan bentuk

manik-manik, yaitu bentuk bulat, bulat

dempak, cincin, cakram, tong, silinder,

beruas tiga, kerucut segi empat, dan

piramida.

Manik-manik kaca terdiri dari

monokrom dan polikrom. Manik-manik

kaca monokrom termasuk manik-manik

Indo-Pasifik berwarna hijau kusam, biru

tua, biru transparan, biru muda, kuning,

dan merah muda (mutisala). Termasuk

dalam manik-manik monokrom adalah

manik-manik kaca berlapis emas dari

Mesir atau Asia Barat.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

82

Page 13: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Gambar 3. Manik-manik Indo-Pasifik

Selain keramik dan manik-manik,

fragmen kaca juga diketemukan pada

penelitian tahun 2011 dan 2013, baik pada

saat survei maupun ekskavasi. Fragmen

kaca tersebut berwarna hijau transparan

dan hijau kobalt dengan ketebalan 0,1 - 0,3

cm. Salah satu fragmen tersebut memiliki

jejak adanya sambungan (pegangan?).

Wadah-wadah kaca merupakan barang

impor yang biasanya berupa botol, gelas,

dan vas (Indradjaja, 2011: 81).

Gambar 4. Fragmen kaca hijau muda

Adapun temuan logam yang

dijumpai di Margomulyo pada tahun 2011

dan 2013 berupa wadah perunggu, rantai

logam (timah), kawat timah, dan bandul

(anting-anting?) perunggu. Logam

berbentuk seperti anting-anting disamping

diketemukan di kawasan Air Sugihan juga

di kawasan Karangagung Tengah, bahkan

di Asia Tenggara Daratan (Oc Eo). Artefak

ini mempunyai persebaran yang luas dan

diperkirakan merupakan salah satu

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

83

Page 14: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

komoditi dagang atau paling tidak sebagai alat tukar.

Gambar 5. Salah satu bentuk logam dari Air Sugihan

Damar (Agathis dammara (Lamb.)

adalah sejenis pohon anggota tumbuhan

runjung (Gymnospermae) yang merupakan

tumbuhan asli Indonesia. Pohon ini banyak

tumbuh di Sumatera, Sulawesi, Maluku

sampai Jawa. Bagian pohon damar yang

bernilai ekonomis adalah getahnya. Damar

(getah) telah lama menjadi komoditi

dagang andalan dari Nusantara, termasuk

Sumatera.

Fragmen damar yang terdata

selama penelitian tahun 2013 terdapat di

dalam kotak S24T16 sebanyak 2 buah,

S23T19 sebuah, dan S18T19 sebanyak dua

buah. Kelima fragmen damar tersebut

dalam ukuran kecil dengan berat antara 5 -

10 gram. Damar yang diketemukan di

Margomulyo bukan termasuk damar kelas

satu. Selain damar dalam bentuk fragmen,

juga diketemukan fragmen gerabah yang

dilapisi getah damar (Wiyana, 2013: 64).

Gambar 6. Temuan damar

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

84

Page 15: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Kayu adalah salah satu data yang

banyak diketemukan di pantai timur

Sumatera Selatan terutama pada waktu

ekskavasi tahun 2013. Kayu tersebut ada

yang terpisah dengan temuan lainnya dan

ada yang masih in situ. Data kayu yang

masih in situ dan belum berubah dari

konsteksnya terdapat pada kotak S18T19,

S18T20, dan S18T21. Kayu pada ketiga

kotak tersebut berupa kayu nibung

(Oncosperma filamentosum) yang berderet

di pinggir sungai kuna dan merupakan

bagian dari tiang rumah. Deretan kayu

nibung tersebut sengaja ditancapkan

karena pada bagian ujungnya terdapat

bekas pengerjaan (lancipan).

Gambar 7. Kayu nibung sebagai tiang rumah di tepi sungai lama

Selain kayu nibung yang

merupakan bagian tiang rumah, juga

dketemukan beberapa kayu yang

merupakan bagian dari alat transportasi

(papan perahu, kemudi, dan dayung).

Kayu yang merupakan bagian dari perahu

berupa bagian badan, haluan, pasak, dan

penguat gading (stringer). Bagian haluan

berbentuk simetris, bagian kanan dan kiri

sama. Pada bagian badan terdapat tambuku

dan lubang-lubang untuk pasak dan tali

ijuk. Dengan ciri berupa bentuk haluan

yang simetris dan terdapat tambuku pada

badan perahu, maka perahu tersebut

merupakan perahu tradisi Asia Tenggara

dengan teknik papan ikat dan kupingan

pengikat (sewn-plank and lashed-lug

technique).

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

85

Page 16: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Gambar 8. Papan dengan tambuku dan bagian haluan perahu

Selain kayu, di Situs Margomulyo

banyak diketemukan ijuk (Arenga

pinnata), baik yang berdiri sendiri maupun

bersatu dengan kayu. Hampir di setiap

kotak ekskavasi diketemukan ijuk. Ijuk ada

yang berupa rangkaian atau tidak.

Rangkaian ijuk yang bersatu dengan kayu

(perahu) berdasarkan carbon dating

menghasilkan angka 1804±25 BP atau

abad II M (Badan Tenaga Nuklir Nasional,

2013).

Selain sebagai pengikat atau

penyambung antar papan perahu, ijuk

diduga kuat juga dimanfaatkan sebagai

pengikat rumah. Di sepanjang sungai lama

di Situs Margomulyo banyak dijumpai

kayu nibung sebagai penyangga atau tiang

rumah panggung yang banya terdapat di

sepanjang atau pinggir sungai.

Gambar 9. Rangkaian tali ijuk

3. Pembahasan

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

86

Page 17: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Situs Margomulyo-1 atau

Margomulyo secara keseluruhan yang

berada di kiri-kanan aliran sungai

lama/kuna mempunyai peran penting pada

masanya. Arti penting peran tersebut dapat

dilihat dari banyaknya variasi data yang

menunjukkan fungsi dan peran yang

berbeda. Terdapat data yang bisa

menggambarkan subsistensi pendukung

Situs Margomulyo, komoditi dagang, alat

transportasi dan sebagainya.

Secara umum Situs Margomulyo

berada di aliran sungai lama yang

bermuara ke sungai yang lebih besar yaitu

Sungai Air Sugihan. Jarak antara lokasi

ekskavasi dengan Sungai Air Sugihan jika

ditarik garis lurus berkitar delapan

kilometer. Di sepanjang sungai lama inilah

banyak terdapat situs permukiman

berdasarkan banyaknya tinggalan

arkeologi. Adanya permukiman kuna di

sepanjang aliran sungai lama diperkuat

dengan temuan deretan kayu nibung

(Oncosperma filamentosum) dan peralatan

rumah tangga dari gerabah, stoneware, dan

keramik.

Berdasarkan banyaknya data

(perahu, kemudi, dayung, dan tungku

sepatu) yang terkumpul dari penelitian

tahun 2011 dan 2013, Situs Margomulyo

diduga merupakan pelabuhan atau tempat

memperbaiki perahu. Alasan yang

mendasari dugaan tersebut karena adanya

temuan komponen alat transportasi air dan

adanya artefak yang diduga merupakan

komoditi dagang. Komoditi dagang

tersebut berupa getah damar,

stoneware/keramik, manik-manik, wadah

kaca, manik-manik, dan alat logam.

Getah damar diketemukan di kotak

gali maupun permukaan tanah. Menurut

informasi penduduk (Suroto), di daerah

Air Sugihan dahulu juga banyak terdapat

pohon damar. Getah damar juga

diketemukan bersama dengan gerabah

sebagai pelapis gerabah. Adanya getah

damar pada gerabah terdapat beberapa

dugaan. Pertama, getah damar disimpan

dalam wadah gerabah. Kedua, wadah

gerabah sengaja dilapisi damar untuk

menutup pori-pori. Damar juga bisa

digunakan untuk menutup/memperkuat

sambungan antar papan perahu/kapal.

Hasil penelitian arkeologi di Barus

(Sumatera Utara) diketahui bahwa pada

sekitar abad X M Sumatera telah

mengadakan kontak dagang dengan

kawasan Timur Tengah (Persia dan jasirah

Arab). Barang dari kaca didatangkan dari

kawasan tersebut, sedangkan dari

Nusantara dibawa hasil hutan berupa kapur

barus, kemenyan, damar, gaharu, dan

rempah-rempah (Utomo, 2010: 54).

Pada penelitian tahun 2011 dan

2013 banyak ditemukan manik-manik pada

waktu ekskavasi dan sebagian merupakan

koleksi penduduk. Manik-manik

Margomulyo berdasarkan bahannya

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

87

Page 18: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

sebagian kecil berupa manik-manik batu

dan sebagian besar manik-manik kaca.

Sebagian besar manik-manik kaca

Margomulyo merupakan manik-manik

monokrom (hijau kusam, biru tua, biru

muda, biru transparan, merah

bata/mutisala, dan kuning) dan termasuk

manik-manik Indo-Pasifik (Indradjaja,

2011: 78). Manik-manik Indo-Pasifik

mempunyai persebaran luas dan waktu

yang lama. Manik-manik ini banyak

diketemukan di Indonesia, termasuk di

pantai timur Sumatera (Selatan).

Dari beberapa artefak yang

diketemukan di kawasan pantai timur

Sumatera Selatan (khususnya

Margomulyo) mengindikasikan telah

adanya hubungan dan perdagangan jarak

jauh antara pantai timur Sumatera Selatan

dengan Asia Tenggara Daratan, Cina, dan

Timur Tengah. Sifat aktivitas perdagangan

tersebut bukan hanya antar kawasan, antar

pulau, melainkan antar negara. Untuk

menghubungkan dan melakukan

perdagangan tersebut diperlukan alat

transportasi (perahu, kapal) yang memadai.

Jika perdagangan dilakukan secara

langsung, tentunya diperlukan kapal yang

mempunyai daya jelajah atau jarak tempuh

yang jauh dengan tonase besar. Sedangkan

jika perdagangan tersebut tidak dilakukan

secara langsung, tentunya terdapat sebuah

atau beberapa pelabuhan yang

menghubungkan antara kedua daerah yang

saling berhubungan tersebut.

Perahu atau kapal yang

mengadakan perjalanan jauh dilengkapi

dengan peralatan untuk masak dan salah

satu diantaranya adalah tungku. Tungku ini

bentuknya seperti sepatu sehingga disebut

tungku sepatu. Tungku sepatu ada yang

diketemukan bersamaan dengan temuan

perahu atau kapal kuna, seperti di perairan

Laut Jawa utara Cirebon (Utomo, 2008).

Di Situs Margomulyo juga banyak

diketemukan tungku sepatu, meskipun

tidak utuh lagi. Tungku sepatu tersebut

merupakan perlengkapan yang terdapat

pada perahu atau kapal.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

88

Page 19: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Gambar 10. Rekonstruksi tungku sepatu yang biasa terdapat pada perahu/kapal

dari Margomulyo

Di wilayah pantai timur Sumatera

(khususnya daerah Air Sugihan) terdapat

temuan beberapa perahu atau kapal kuna.

Alat transportasi air tersebut diketemukan

di Desa Banyubiru, Kertamukti,

Sugihwaras, dan Margomulyo. Perahu

atau kapal tersebut dibuat dengan teknik

papan ikat dan kupingan pengikat (sewn-

plank and lashed-lug technique). Teknik

ini berkembang luas di wilayah Asia

Tenggara sehingga sering disebut

teknologi Asia Tenggara. Kapal teknologi

Asia Tenggara berkembang sekitar abad I

– XIII M.

Berdasarkan carbon dating

terhadap temuan papan perahu di

Margomulyo tahun 2011 dan 2013 didapat

pertanggalan XII-XIV M dan I M.

Sedangkan berdasarkan pertanggalan

absolut terhadap tali ajuk (Arenga pinnata)

hasil penelitian tahun 2013 yang melekat

pada papan kayu abad I menghasilkan

angka 1804±25 BP atau abad II M (Badan

Tenaga Nuklir Nasional, 2013).

Dari data yang terdapat di pantai

timur Sumatera Selatan, khususnya Situs

Margomulyo, sudah terdapat hubungan

(perdagangan) antara kawasan tersebut

dengan dunia luar, baik langsung maupun

tidak langsung. Hal ini dapat diketahui dari

banyaknya komoditi dagang dari Asia

Tenggara, Cina, dan Timur Tengah yang

diketemukan di kawasan ini. Selain

mengimpor komoditi dagang, kawasan ini

diduga juga telah melakukan ekspor

komoditi dagang yang diperlukan oleh

dunia luar, seperti damar. Jadi pada

millenium pertama Masehi, kawasan

pantai timur Sumatera Selatan telah

menjalin hubungan dengan duia luar.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

89

Page 20: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Tentunya telah terdapat pedagang yang

melakukan transaksi bisnis (ekonomi) di

kawasan ini.

C. Kesimpulan Pantai timur Sumatera Selatan

(Margomulyo - Air Sugihan) merupakan

wilayah yang strategis lokasinya karena

berhadapan dengan Selat Bangka. Selat ini

bersambung dengan Selat Malaka

merupakan jalur pelayaran dan

perdagangan penting yang

menghubungkan India/Arab - Kepulauan

Nusantara - Cina. Posisinya yang berada di

muara sungai di jalur pelayaran dan

perdagangan ini memungkinkan adanya

komunikasi dengan daerah luar sejak awal

Masehi sehingga wilayah tersebut

merupakan pintu masuk pengaruh budaya

dari luar yang nantinya akan

menumbuhkan peradaban besar di bagian

barat Kepulauan Nusantara.

Permukiman di daerah rawa

pasang-surut telah menjalin hubungan

dengan dunia luar (Cina, India, Timur

Tengah, dan Asia Tenggara Daratan). Hal

ini dapat dibuktikan dengan

diketemukannya tinggalan atau komoditas

dagang dari daerah tersebut di kawasan Air

Sugihan. Sebagai penghubung antara

kawasan pantai timur Sumatera Selatan

dengan dunia luar tentunya diperlukan alat

transportasi berupa perahu atau kapal. Di

kawasan Air Sugihan banyak diketemukan

perahu atau kapal tradisi Asia Tenggara

dan sebagian kecil tradisi Laut Cina

Selatan.

D. Daftar Pustaka Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2013.

Certificate of Analysis. Laboratorium Pengujian Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Jakarta.

Hardiati, Endang Sri. 2007. Peradaban Awal Masa Sejarah: Permukiman Awal Masa Sejarah (Pra-Sriwijaya) Di Panta Timur Sumatera Selatan (Tahap I). Laporan Penelitian. Puslitbang Arkenas, Jakarta.

----------. 2008. Peradaban Awal Masa Sejarah: Permukiman Awal Masa Sejarah (Pra-Sriwijaya) Di Panta Timur Sumatera Selatan (Tahap II). Laporan Penelitian. Puslitbang Arkenas, Jakarta.

----------. 2009. Peradaban Awal Masa Sejarah: Permukiman Awal Masa Sejarah (Pra-Sriwijaya) Di Panta Timur Sumatera Selatan (Tahap III). Laporan Penelitian. Puslitbang Arkenas, Jakarta.

----------. 2010. Peradaban Awal Masa Sejarah: Permukiman Awal Masa Sejarah (Pra-Sriwijaya) Di Panta Timur Sumatera Selatan (Tahap IV). Laporan Penelitian. Puslitbang Arkenas, Jakarta.

Indradjaja, Agustijanto. 2011. Peradaban Awal Masa Sejarah: Permukiman Awal Masa Sejarah (Pra-Sriwijaya) Di Panta Timur Sumatera Selatan (Tahap V). Laporan Penelitian. Puslitbang Arkenas, Jakarta.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

90

Page 21: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

----------. 2012. Peradaban Awal Masa Sejarah: Permukiman Awal Masa Sejarah (Pra-Sriwijaya) Di Panta Timur Sumatera Selatan (Tahap VI). Laporan Penelitian. Puslitbang Arkenas, Jakarta.

Manguin, Pierre-Yes. 1996. Southeast Asia Shipping in the Indian Ocean During the First Millennium AD. Dalam Himamshu Prabha Ray dan Jean Francois Kates (Ed.). Tradition and Archaeology Early Maritime Contact in the Ocean. New Delhi.

Marhaeni, Tri. 2005. Pemukiman Pra-Sriwijaya Di Pantai Timur Sumatera Kawasan Karangagung Tengah Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. BPA No 13. Balai Arkeologi Palembang, Palembang.

Utomo, Bambang Budi. 2007. Pandanglah Laut Sebagai Pemersatu Nusantara. DepartemenKebudayaan dan Pariwisata, Jakarta.

----------. 2008. Kapal Karam Abad Ke-10 di Laut Jawa Utara Cirebon. PANNAS BMKT, Jakarta.

----------. 2010. Budaya Teknologi Asia Tenggara pada Perahu Millenium Pertama Tarikh Masehi. Ekspedisi Sriwijaya Mecari Jalur yang Hilang. Balai Arkeologi Palembang, Palembang.

Wiyana, Budi. 2001. Perdagangan Pada Kawasan Pantai Timur Sumatera Bagian Selatan Di Kecamatan Muarapadang, Kabupaten Musi Banyuasin. Laporan Penelitian. Balai Arkeologi Palembang, Palembang.

----------. 2003. Permukiman Di Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Laporan Penelitian. Balai Arkeologi Palembang, Palembang.

----------. 2013. Gambaran Perdagangan di Pantai Timur Sumatera Selatan.

Laporan Penelitian. Balai Arkeologi Palembang, Palembang.

Wolters. 2011. Kemaharajaan Maritim Sriwijaya dan Perniagaan Dunia Abad III – Abad VII. Komunitas Bambu, Jakarta.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

91

Page 22: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Analisis Teknologi Laboratoris Tembikar Dari Situs Air Sugihan, Sektor Nusakarta,

Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

Analysis Technology Laboratory Pottery Sites Of Air Sugihan, Nusakarta Sector

Ogan Komering Ilir District, South Sumatra Province

M. Fadhlan S. Intan Pusat Arkeologi Nasional

[email protected]

Naskah diterima tanggal 11/10/2014; dikembalikan untuk revisi tanggal 12/11/2014; disetujui tanggal 26/11/2014

1. PENDAHULUAN Pemukiman adalah tempat dimana

manusia melakukan segala macam

Abstrak

Tembikar merupakan salah satu sisa benda budaya yang paling sering ditemukan dalam penelitian arkeologi, yang terbuat dari tanah liat dan dibakar. Tembikar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat masa lampau, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan religius. Berdasarkan hasil analisis teknologi laboratoris tembikar dari Situs Air Sugihan, Sektor Nusakarta, tembikar-tembikar tersebut berfungsi untuk menampung air, mengolah makanan, penyajian makanan dan minuman, selain itu juga untuk keperluan penyimpanan atau membawa bahan makanan, mungkin juga untuk menyimpan abu jenazah, tulang-tulang manusia maupun mayat.

Kata Kunci: Tembikar, Analisis Teknologi Laboratoris

Abstract

Pottery is one of the remaining cultural objects are most often found in archaeological research, which is made of clay and baked. Pottery plays an important role in the public traditional life, both in social and religious life. Based on the analysis technology laboratoris pottery from the site of Air Sugihan , nusakarta sector, the pottery pottery well-functioned to accommodate the water , processing food , presentation of food and drink , in addition also for purposes of storage or carrying food , perhaps also to hold the ashes of the bodies , and the bodies of human bones

Keywords: Pottery, Laboratory Analysis Technology

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

Page 23: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

kegiatannya. Untuk tetap dapat hidup

melangsungkan kehidupannya, manusia

secara langsung atau tidak, akan selalu

tergantung pada lingkungan alam dan fisik

tempatnya hidup. Akan tetapi pada

hakekatnya, hubungan manusia dengan

lingkungan alam dan fisiknya, tidaklah

semata-mata terwujud sebagai hubungan

ketergantungan manusia terhadap

lingkungannya, tetapi juga terwujud sebagai

suatu hubungan dimana manusia

mempengaruhi dan merubah lingkungannya.

Lingkungan alam dan fisik memberikan

tantangan kepada manusia untuk dapat

mempertahankan hidup. Sebagai jawaban

terhadap tantangan lingkungan, manusia

menciptakan kebudayaan (Yacob, 1983,

dalam Utomo B.B., 1988). Dengan

kebudayaan tadi manusia beradaptasi

dengan lingkungannya. Dari lingkungan

diperoleh makanan untuk dapat bertahan

hidup, dan dari lingkungan pula manusia

dapat membuat segala macam peralatan

untuk berbagai kebutuhannya. Olehnya itu,

dengan meningkatnya peradaban manusia,

maka tingkat kehidupan dan kreativitas

manusia dalam memenuhi kebutuhannya

akan meningkat pula. Hal ini terlihat pada

temuan-temuan dalam setiap penelitian

arkeologi, bahan bakunya terbuat dari batu,

kayu, dan tanah.

Tembikar merupakan salah satu sisa

benda budaya yang paling sering ditemukan

dalam penelitian arkeologi. Kajian terhadap

aspek teknologis dari tembikar belum

banyak dilakukan, selama ini lebih banyak

dititikberatkan pada aspek bentuk aspek

gaya (Soegondho, 1995). Melalui kajian

teknologis dapat digambarkan kualitas

tembikar yang dibuat oleh para pengrajin

pada masa lampau, atau dengan kata lain

analisis teknologi laboratoris, bertujuan

untuk memperoleh hasil yang akurat tentang

sifat fisik dari suatu tembikar.

2. KERANGKA TEORI

Tembikar dibuat menurut cara-cara

tradisional dengan menggunakan tanah liat

sebagai bahan bakunya, kemudian dibakar

pada temperatur tertentu hingga dianggap

matang. Tembikar memegang peranan

penting dalam kehidupan masyarakat masa

lampau, baik dalam kehidupan sosial

maupun dalam kehidupan religius

(Soegondho, 1995).

Dalam kehidupan sosial ekonomi,

tembikar merupakan perlengkapan

kehidupan sehari-hari, misalnya menyimpan

air, atau makanan, serta memasak atau

mengawetkan bahan makanan. Dalam

kehidupan religi, tembikar sering dipakai

sebagai bekal kubur (buril gift) atau sebagai

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

93

Page 24: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

wadah kubur yang disebut dengan kubur

tempayan (jar burial) (Soegondho, 1995;

Soegondho, 2000).

Tembikar yang ditemukan dalam

penelitian arkeologi menunjukkan ragam

dan fungsinya, baik sebagai peralatan sehari-

hari maupun sebagai peralatan religi

(Wibisono, 2000).

Jenis-jenis tembikar untuk kehidupan

sehari-hari adalah berupa unsur bangunan,

perangkat rumah tangga, dan alat produksi.

Unsur bangunan dari tembikar adalah bata

kuno, genteng, bubungan, momolo, tiang

semu, ubin, dan miniatur rumah, kolam air,

terowongan air, pipa saluran air dan dinding

sumur (jobong). Perangkat rumah tangga

sehari-hari dari tembikar yang berfungsi

untuk menampung air (tempayan, buyung,

jambangan, pasu, bak air), untuk mengolah

makanan (periuk, kuali tutup, anglo, dan

tungku), untuk penyajian makanan dan

minuman (mangkuk, piring, teko dan kendi).

Tembikar juga berfungsi sebagai alat untuk

penerangan yaitu pelita (clupak), Selain itu,

berbagai jenis figuratif dari tembikar seperti

miniatur bangunan, manusia, dan binatang

dipakai sebagai hiasan dengan berbagai

ekspresi yang sangat dinamis. Misalnya

dalam hal berpakaian, menata rambut,

pemakaian perhiasan. Tembikar sebagai alat

produksi adalah berupa wadah pelebur

logam, dan dan alat cetak (Wibisono, 2000).

Penggunaan tembikar juga

digunakan untuk tujuan ritual keagamaan,

yaitu stupika (terbuat dari tanah liat biasanya

tidak dibakar), bagian dalam dari stupika

terdapat tablet (terbuat dari tanah liat) yang

ditulisi mantra budhis Selain stupika dan

tablet, ternyata kendi (kundika atau

kamandalu) juga dipergunakan dalam ritual

keagamaan (Wibisono, 2000).

Secara umum ada tiga kegiatan

pokok yang dilaksanakan untuk

mendapatkan gerabah siap pakai yaitu, tahap

penyiapan bahan, tahap pembentukan, dan

tahap pembakaran (Astiti Komang Ayu,

1999).

3. LOKASI SITUS DAN KONDISI

GEOLOGI

Ogan Komering Ilir merupakan salah

satu kabupaten dalam wilayah Provinsi

Sumatera Selatan, dimana wilayahnya

dilalui oleh Sungai Air Sugihan. Situs-situs

Air Sugihan termasuk dalam Satuan

Morfologi Dataran dengan prosentase

kemiringan lereng antara 0 - 2%, dengan

ketinggian wilayah situs secara umum

adalah 5 hingga 10 meter dpl. Situs Air

Sugihan umumnya tersusun oleh aluvial, dan

endapan rawa yang umumnya bersifat tufaan

serta berumur Holosen (Intan, 2008). Sungai

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

94

Page 25: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

terbesar yang mengalir di wilayah ini adalah

Sungai Air Sugihan yang disebut juga

Sungai Buluran. Sungai Air Sugihan berhulu

di kawasan rawa dan bermuara di Selat

Bangka. Sungai Air Sugihan memiliki

sejumlah anak sungai, antara lain (dimulai

dari hilir) adalah Sungai Simpang, Sungai

Betet, Sungai Buluh, dan Sungai Raden

(Intan, 2008).

Lokasi pengambilan sampel

tembikar di Desa Nusakarta dilakukan di

beberapa tempat, yaitu

• Sektor Nusakarta-1 (NSK-1) yang

terletak pada koordinat 2o34’59,3” LS –

105o 18’43,5” BT. Lokasinya berada di

ladang 1 blok F no. 9 milik Bapak

Suryadi. Bentang lahan situs merupakan

dataran berupa kebun kelapa sawit.

Bekas sungai lama ditumbuhi rumput

pedangan, rumput mendongan, dan

rumput kerisan, berarah barat-timur yang

terletak di utara situs. Menurut Bapak

Suryadi, di lokasi ini beliau pernah

menemukan manik-manik.

• Sektor Nusakarta-2 (NSK-2) yang

terletak pada koordinat 2o34’40,7” LS –

105o 20’07,5” BT. Lokasinya berada di

ladang 8 blok F no. 53 milik Bapak

Samudi. Bentang lahan situs merupakan

dataran berupa sawah tadah hujan. Bekas

sungai lama ditumbuhi rumput

pedangan, rumput mendongan, dan

rumput kerisan, berarah barat laut-

tenggara yang terletak di utara-timur

situs.

• Sektor Nusakarta-3 (NSK-3) yang

terletak pada koordinat 2o34’12,6” LS –

105o 20’14,8” BT. Lokasinya terletak di

lahan Dinas Pekerjaan Umum, yang

merupakan garapan Bapak Slamet blok

F2 no. 64. Bentang lahan situs

merupakan dataran berupa sawah tadah

hujan. Bekas sungai lama ditumbuhi

rumput pedangan, rumput mendongan,

dan rumput kerisan, berarah utara-

selatan yang terletak di timur situs.

• Sektor Nusakarta-4 (NSK-4) yang

terletak pada koordinat 2o35’17,2” LS –

105o 18’32,7” BT. Lokasinya terletak di

lahan pekarangan rumah Ibu Bidan blok

F RT.05/RW.01. Bentang lahan situs

merupakan dataran, dimana bekas sungai

lama berarah barat laut-tenggara yang

melintasi pekarangan rumah Ibu Bidan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Analisi Laboratoris

Hasil analisis teknologi laboratoris

tembikar dari Situs Air Sugihan, Sektor

Nusakarta dengan metode analisis fisik

adalah sebagai berikut (Tabel-1):

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

95

Page 26: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

• Sektor Nusakarta-1 (NSK-2), berupa

fragmen tembikar, badan, polos, tebal,

kasar. Berwarna coklat sangat muda

(7/4-10YR), berat sampel 22,07 gram,

tebal 7,1-11,3 mm, dengan kekerasan 3

skala Mohs. Berat jenis 2,15 dengan

porositas 29,60% serta daya serap air

15,28%. Komposisi bahan baku utama

(lempung) 36%, bahan baku tambahan

(pasir) 64%, dengan ukuran butir

lempung 0,0039-0,0156 mm dan pasir

berukuran butir 0,0625-0,1250 mm.

Tingkat pembakaran tembikar tersebut

adalah 500° Celcius. Komposisi mineral

adalah kuarsa, plagioklas, hornblende,

biotit, piroksen, dan lempung, sedangkan

komposisi non mineral adalah fragmen

batuan.

• Sektor Nusakarta-2 (NSK-2), berupa

fragmen tembikar, badan, polos, tipis,

halus. Berwarna coklat muda (6/3-

10YR), berat sampel 7,20 gram, tebal

2,7-3,8 mm, dengan kekerasan 3 skala

Mohs. Berat jenis 2,70 dengan porositas

22,65% serta daya serap air 10,85%.

Komposisi bahan baku utama (lempung)

53%, bahan baku tambahan (pasir) 47%,

dengan ukuran butir lempung 0,0012-

0,0024 mm dan pasir berukuran butir

0,0312-0,0526 mm. Tingkat pembakaran

tembikar tersebut adalah 600° Celcius.

Komposisi mineral adalah kuarsa,

plagioklas, hornblende, biotit, piroksen,

dan lempung, sedangkan komposisi non

mineral tidak ada.

• Sektor Nusakarta-3 (NSK-3), berupa

fragmen tembikar, badan, polos, tebal,

kasar. Berwarna coklat muda (6/4-

7,5YR), berat sampel 13,11 gram, tebal

4,9-11,8 mm, dengan kekerasan 3 skala

Mohs. Berat jenis 2,15 dengan porositas

29,10% serta daya serap air 13,52%.

Komposisi bahan baku utama (lempung)

35%, bahan baku tambahan (pasir) 65%,

dengan ukuran butir lempung 0,0039-

0,0156 mm dan pasir berukuran butir

0,0625-0,1250 mm. Tingkat pembakaran

tembikar tersebut adalah 500° Celcius.

Komposisi mineral adalah kuarsa,

plagioklas, hornblende, biotit, piroksen,

dan lempung, sedangkan komposisi non

mineral adalah fragmen batuan.

• Sektor Nusakarta-4 (NSK-4), berupa

fragmen tembikar, badan, polos, tipis,

halus. Berwarna coklat kemerahan (5/4-

5YR), berat sampel 10,85 gram, tebal

2,5-3,8 mm, dengan kekerasan 3 skala

Mohs. Berat jenis 2,70 dengan porositas

22,10% serta daya serap air 10,67%.

Komposisi bahan baku utama (lempung)

55%, bahan baku tambahan (pasir) 45%,

dengan ukuran butir lempung 0,0012-

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

96

Page 27: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

0,0024 mm dan pasir berukuran butir

0,0312-0,0526 mm. Tingkat pembakaran

tembikar tersebut adalah 600° Celcius.

Komposisi mineral adalah kuarsa,

plagioklas, hornblende, biotit, piroksen,

dan lempung, sedangkan komposisi non

mineral tidak ada.

Dari analisis fisik tembikar, didapatkan data-

data sebagai berikut, kekerasan (hardness)

tembikar adalah 3 Skala Mohs, dengan berat

jenis 2,15-2,70 serta porositas 22,10%-

29,60% dan daya serap air 10,67%-15,28%.

Perbandingan komposisi bahan baku

tembikar, yaitu bahan baku utama (lempung)

35%-55%, sedangkan bahan baku tambahan

(pasir) 45%-65%. Lempung sebagai bahan

baku utama berukuran butir antara 0,0012

mm hingga 0,0156 mm, sedangkan pasir

sebagai bahan baku tambahan berukuran

butir antara 0,0312 mm - 0,1250 mm.

Komposisi mineral umumnya adalah

Komposisi mineral dari setiap fragmen

tembikar adalah kuarsa, plagioklas,

hornblende, biotit, piroksen, dan lempung,

sedangkan komposisi non mineral adalah

fragmen batuan. Tingkat pembakaran

tembikar mencapai 500°-600° Celcius, yang

dibakar pada udara terbuka (open air

baked). Warna dari tembikar-tembikar

tersebut didominasi warna terang (light

colors) dibanding dengan warna gelap (dark

colors). Warna terang pada tembikar

disebabkan oleh kandungan mineral kuarsa,

dan plagioklas bahan baku, sedangkan

warna gelap pada tembikar disebabkan oleh

kandungan mineral piroksen, hornblende,

dan biotit pada bahan baku (untuk lebih

jelasnya, dapat dilihat tabel 1 pada halaman

lampiran).

b. Kualitas Tembikar

Berdasarkan atas hasil analisis teknologi

laboratoris tembikar dengan metode

analisis fisik, maka dapat dijelaskan

tentang kualitas dari tembikar-tembikar

yang ditemukan di Situs Air Sugihan,

Sektor Nusakarta, dengan menggunakan

acuan yang diajukan oleh Soegondho

(1993:337) (Tabel-2).

TABEL-2: ACUAN PENENTU KUALITAS TEMBIKAR

No Pengukuran Buruk Sedang Baik

1 Berat Jenis 1 - 1,90 g/cm3 2 - 3,5 g/cm3 Diatas 3,5 g/cm3

2 Kekerasan Dibawah 3 Skala

Mohs

3 - 3,5 Skala

Mohs

Diatas >3,5 Skala

Mohs

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

97

Page 28: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

3 Porositas Diatas 50% 40-50% Dibawah 40%

Sumber: Soegondho, 1993:337

b.1 Sektor Nusakarta-1 (NSK-1)

Fragmen tembikar badan, polos,

tebal, kasar. Tiga aspek dari sifat fisik

tembikar kasar yaitu kekerasan 3 skala

Mohs, berat jenis 2,15 dan porositas

29,60%, yang apabila dibandingkan dengan

acuan dari Santoso (1993), maka kualitas

tembikar termasuk pada Kualitas Sedang,

didasarkan pada berat jenis (2,18 g/cm3),

Kualitas Baik, berdasarkan pada porositas

(29,60%), dan Kualitas Sedang, berdasarkan

pada kekerasan (3 skala Mohs).

b.2 Sektor Nusakarta-2 (NSK-2)

Fragmen tembikar badan, polos, tipis,

halus. Tiga aspek dari sifat fisik tembikar

kasar yaitu kekerasan 3 skala Mohs, berat

jenis 2,70 dan porositas 22,65%, yang

apabila dibandingkan dengan acuan dari

Santoso (1993), maka kualitas tembikar

termasuk pada Kualitas Sedang, didasarkan

pada berat jenis (2,70 g/cm3), Kualitas Baik,

berdasarkan pada porositas (22,65%), dan

Kualitas Sedang, berdasarkan pada

kekerasan (3 skala Mohs).

b.3 Sektor Nusakarta-3 (NSK-3)

Fragmen tembikar badan, polos,

tebal, kasar. Tiga aspek dari sifat fisik

tembikar kasar yaitu kekerasan 3 skala

Mohs, berat jenis 2,15 dan porositas

29,10%, yang apabila dibandingkan dengan

acuan dari Santoso (1993), maka kualitas

tembikar termasuk pada Kualitas sedang,

didasarkan pada berat jenis (2,15 g/cm3).

Kualitas baik, berdasarkan pada porositas

(29,10%). Kualitas sedang-baik, berdasarkan

pada kekerasan (3 skala Mohs).

b.4 Sektor Nusakarta-3 (NSK-3)

Fragmen tembikar badan, polos,

tipis, halus. Tiga aspek dari sifat fisik

tembikar kasar yaitu kekerasan 3 skala

Mohs, berat jenis 2,70 dan porositas

22,10%, yang apabila dibandingkan dengan

acuan dari Santoso (1993), maka kualitas

tembikar termasuk pada Kualitas sedang,

didasarkan pada berat jenis (2,70 g/cm3).

Kualitas baik, berdasarkan pada porositas

(22,10%). Kualitas sedang, berdasarkan

pada kekerasan (3 skala Mohs).

5. KESIMPULAN

Dari hasil analisis teknologi

laboratoris tembikar dari Situs Air Sugihan

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

98

Page 29: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Sektor Nusakarta dengan menggunakan

metode analisis fisik, maka dapat

disimpulkan bahwa tembikar dari Sektor

Nusakarta-2 (NSK-2) dan Sektor Nusakarta-

4 (NSK-4) termasuk dalam kategori

peralatan sehari-hari yang berfungsi untuk

menampung air (tempayan, buyung,

jambangan, pasu, bak air), untuk mengolah

makanan (periuk, kuali tutup, anglo, dan

tungku), untuk penyajian makanan dan

minuman (mangkuk, piring, teko dan kendi).

Sedangkan tembikar dari Sektor Nusakarta-1

(NSK-1) dan Sektor Nusakarta-3 (NSK-3)

termasuk dalam kategori peralatan yang

tidak dipergunakan sebagai wadah barang

cair, misalnya wadah untuk keperluan

penyimpanan atau membawa bahan

makanan (misalnya padi, jagung, gandum,

beras, dan lain-lain), mungkin juga sebagai

wadah untuk menyimpan abu jenazah yang

telah dikremasi, atau juga untuk menyimpan

(berfungsi sebagai kubur) tulang-tulang

manusia bahkan mayat manusia.

DAFTAR PUSTAKA Adhyatman, Sumarah, 1987 Kendi: Wadah

Air Minum Tradisonal (Traditional Drinking water Container). Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia.

Astiti Komang Ayu, 1999 Analisis Sifat-

Sifat Fisik Dan Unsur-Unsur Kimia Beberapa Tembikar Situs Gedungkarya, Muara Jambi, Sumatera Selatan. Laporan Penelitian Arkeologi Bidang Arkeometri, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Eriawati Yusmaini dan Intan S. Fadhlan M.,

1998 Kendi Tembikar Situs Gedungkarya: Gambaran Tingkat Keterampilan Penganjun Lokal. Siddhayatra, Jurnal Arkeologi 3 (2): hal. 1-14.

Eriawati Yusmaini, Intan S. Fadhlan M.,

Lelono Harry, 2001 Studi Etnoarkeologi: Pola Tata Kerja dan Tata Ruang Kerja Pengrajin Tembikar di Kec. Bayat, Kab. Klaten, Prov. Jawa Tengah. Laporan Penelitian Arkeologi Bidang Program, Sub Bidang Arkeometri, Pusat Penelitian Arkeologi. Jakarta.

Intan S. Fadhlan M., 1996 Industri Tembikar

Di Kolo-Kolo, Selayar. Majalah Kebudayaan 6 (12): hal: 74-82.

Intan S. Fadhlan M., 2008 Lingkungan

Geologi Situs Air Sugihan, Kab. Oki, Sumatera Selatan. Bagian Laporan Penelitian Arkeologi Peradaban Awal Masa Sejarah: Permukiman Awal Masa Sejarah (Pra-Sriwijaya) Di Pantai Timur Sumatra Selatan, Puslitbang Arkenas. Jakarta

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

99

Page 30: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Intan S. Fadhlan M., 2011 Analisis Teknologi Laboratoris Tembikar Dari Situs Minanga Sipakko, Kec. Kalumpang, Kab. Mamuju, Prov. Sulawesi Barat. Kalpataru, Majalah Arkeologi, Vol. 20 No. 1 – Maret 2011. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata.

Kraus, Hunt, Ramsdell, 1959 Mineralogy,

An Introduction to the Study of Minerals and Crystals. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York, Toronto, London, Kogakusha Company, Ltd. Tokyo.

Ong, H.L. dkk, 1981 Mineralogi.

Laboratorium Mineralogi, Departemen Teknik Geologi ITB, Bandung.

Pettijohn, P.J., 1975 Sedimentary Rocks.

New York, Harper and Brothers.

Rangkuti N., dan Intan S. Fadhlan M., 1993

Tembikar Tradisi Sriwijaya Di Kayu Agung. SRIWIJAYA dalam perspektif arkeologi dan sejarah. Pemda Tk. I Sumatera Selatan, hal: C7 1-14.

Soegondho, Santoso, 1993 Wadah Keramik

Tanah Liat Dari Gilimanuk dan Plawangan: Sebuah Kajian Teknologi dan Fungsi. Disertasi Bidang Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.

Soegondho Santoso, 1995 Tradisi Tembikar

Di Indonesia: Dari Masa

Prasejarah Hingga Masa Kini. Jakarta : P.T Dian Rakyat.

Soegondho Santoso, 2000 Terakota Masa

Prasejarah. dalam buku 3000 Tahun Terakota Indonesia: Jejak Tanah dan Api. Museum Nasional Indonesia, Jakarta, hal: 3-10.

Utomo, B. Budi, 1988 Permasalahan Umum

Arkeologi Jambi. REHPA III, Pandeglang, 5-9 Desember 1986, Puslit Arkenas, Depdikbud.

Wibisono, S., 2000 Terakota Masa Klasik. dalam buku 3000 Tahun Terakota Indonesia: Jejak Tanah dan Api. Museum Nasional Indonesia, Jakarta, hal: 13-18.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

100

Page 31: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Lampiran

TABEL-1: Hasil Analisis Laboratoris Tembikar Dari Situs Air Sugihan Sektor Nusakarta

No Sampel Warna Berat Tebal Keras Berat Porositas Daya Komposisi Bahan (%) Besar Butir (mm) Komposisi Tingkat Sampel Fragmen Gerabah (gram) (mm) Skala

Mohs Jenis (%) Serap

Air (%) Bahan Dasar

(lempung)

Bahan Campuran

(pasir)

Bahan Dasar (lempung)

Bahan Campuran

(pasir)

Mineral Non Mineral

Pembakaran (°C)

1 Badan, polos, tebal, kasar

Coklat sangat muda (7/4-10YR)

22.07 7,1-11,3

3 2,15 29,60 15,28 36 64 0,0039-0,0156

0,0625-0,1250

Kuarsa, plagioklas, hornblende,

biotit, piroksen, lempung,

Fragmen batuan

500

2 Badan, polos, tipis, halus

Coklat muda (6/3-10YR)

7,20 2,7-3,8 3 2,70 22,65 10,85 53 47 0,0012-0,0024

0,0312-0,0526

Kuarsa, plagioklas, hornblende,

biotit, piroksen, lempung

Tidak ada 600

3 Badan, polos, tebal, kasar

Coklat muda (6/4-

7,5YR)

13,11 4,9-11,8

3 2,15 29,10 13,52 35 65 0,0039-0,0156

0,0625-0,1250

Kuarsa, plagioklas, hornblende,

biotit, piroksen, lempung

Fragmen batuan

500

4 Badan, polos, tipis, halus

Coklat kemerahan (5/4-

5YR)

10,85 2,5-3,8 3 2,70 22,10 10,67 55 45 0,0012-0,0024

0,0312-0,0526

Kuarsa, plagioklas, hornblende,

biotit, piroksen, lempung

Tidak ada 600

KETERANGAN:

No. Sampel-1 : Sektor Nusakarta-1 (NSK-1) No. Sampel-3 : Sektor Nusakarta-3 (NSK-3)

No. Sampel-2 : Sektor Nusakarta-2 (NSK-2) No. Sampel-4 : Sektor Nusakarta-4 (NSK-4)

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

101

Page 32: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

SITUS GUA BATU NAPAL LICIN Stone Cave Site In Napal Licin

Sigit Eko Prasetyo

Balai Arkeologi Palembang [email protected]

Naskah diterima tanggal 11/10/2014; dikembalikan untuk revisi tanggal 12/11/2014; disetujui tanggal 26/11/2014

[email protected]

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sejarah alam semesta jauh lebih panjang jika

dibandingkan dengan sejarah umat manusia.

Manusia baru muncul pertama kali di muka

bumi kira-kira tiga juta tahun yang lalu

(Butzer, 1971:29), bersamaan dengan

terjadinya berkali-kali glasiasi dalam zaman

yang disebut Plestosen. Dalam keseluruhan

Abstrak Penelitian di daerah Napal Licin masih dalam tahap penjajagan untuk mencari dan mengetahui tinggalan arkeologi di daerah tersebut. Penelitian ini diawali dengan survei yang menghasilkan beberapa tempat yang memiliki tinggalan arkeologis seperti batu silindrik dan Gua Batu. Gua Batu merupakan tempat yang awalnya dikenal sebagai salaha satu objek wisata di desa ini. Dari hasil survei gua ditemukan beberapa serpih batu dari bahan rijang dan obsidian yang merupakan indikasi adanya aktifitas manusia masa lalu. Dari bentuknya, gua ini juga sangat ideal sebagai gua hunian dimana terdapat sumber air yang dekat dengan gua, lantai gua yang landai serta kering, frekuensi cahaya matahari yang cukup, dan sirkulasi udara yang baik. Hasil ekskavasi yang dilakukan di gua ini berhasil mendapatkan artefak batu, gerabah/tembikar, fragmen tulang, dan gigi, namun jika dilihat dari frekuensi temuan masih sangat sedikit Kata kunci: gua, ekaskavasi, artefak

Abstact Research in the area of Napal Licin still in exploratory phase to search and find out the archaeological remains in the area. This study begins with a survey that resulted in some place that has archaeological remains such as batu silindrik and Batu Caves. Batu Caves is a place originally known as one of the attractions in this village. From the results of the survey found a few flakes of chert and obsidian material which is indicative of past human activity. From its shape, this cave is also ideal as a cave dwelling where there is a water source close to the cave, the cave floor ramps and dry, the frequency of sufficient sunlight and good air circulation. The results of the excavations carried out in this cave managed to get the stone artifacts, earthenware / pottery, bone fragments, and teeth, but when viewed from the frequency of the findings are still very few Keywords: cave, excavation, artifact

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

Page 33: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

sejarah bumi, kala Plestosen merupakan

bagian masa geologi paling muda dan paling

singkat, namun bagi sejarah umat manusia,

kala ini merupakan bagian yang paling tua.

Bukti kehadiran manusia paling tua yang

ditemukan di muka bumi berasal dari masa

Plestosen dengan umur 2,5 juta tahun yang

lalu, melalui alat-alat batu yang ditemukan

di daratan Afrika tepatnya di Lembah

Olduvai oleh Mary Leakey (Leakey, 2007:

46). Batu merupakan bahan yang tersedia

oleh alam yang jumlahnya sangat banyak

dan mudah didapatkan, sehingga digunakan

oleh manusia sebagai alat. Pada awalnya,

penggunaan alat dilakukan secara insidental

dan terbatas pada batu-batu alam berbentuk

tajam yang terdapat di sekitarnya.

Kemudian, seiring dengan semakin

banyaknya kebutuhan hidup, timbul

pemikiran untuk memecah batu dengan

menggunakan batu lainnya untuk

memperoleh batu dengan tajaman yang

diinginkan, jika bentuk tajaman tersebut

tidak terdapat pada batu-batu alam sekitar.

Hal ini kemudian memperkenalkan manusia

pada teknologi batu yang melahirkan

berbagai alat batu untuk pemenuhan

kebutuhan hidup (Oakley, 1950:13).

Manusia dan lingkungan merupakan dua

unsur yang tidak dapat dipisahkan. Tingkat

ketergantungan manusia terhadap

lingkungan tentu saja berbeda-beda. Hal ini

sejalan dengan tingkat evolusi manusia dari

masa ke masa. Keberadaan manusia dalam

mengisi kehidupan sehari-hari sangat

didukung oleh lingkungan di sekitarnya. Di

dalam lingkungan tersebut terdapat tiga jenis

kebutuhan pokok manusia, yaitu sandang

(pakaian), pangan (makanan), dan papan

(tempat tinggal). Manusia pada awal-awal

kehadirannya di muka bumi masih

bergantung pada alam. Mereka

menggunakan semua sumberdaya alam

untuk pemenuhan hidup sehari-hari. Berburu

dan mengumpulkan makanan merupakan

mata pencarian yang paling awal yang

dilakukan manusia. Manusia memanfaatkan

ceruk, atau gua sebagai tempat berlindung

dari panas dan hujan. Aktivitas manusia

yang masih tinggal di dalam gua atau ceruk

meninggalkan bekas-bekas kehidupan yang

kemudian ditemukan oleh para peneliti.

Penelitian arkeologi tentang hunian di dalam

gua di Indonesia sudah banyak dilakukan

oleh para arkeolog, baik dari dalam negeri

maupun luar negeri. Dari hasil-hasil

penelitian tentang gua yang telah dilakukan,

diketahui bahwa gua-gua di Indonesia dan

Asia Tenggara umumnya telah dihuni

semenjak paruh kedua Plestosen Atas (Tim

Peneliti Padang Bindu, 2010:4).

Pertanggalan tertua sampai saat ini masih

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

103

Page 34: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

dimiliki oleh gua Song Terus di Pacitan

dengan umur 45.000 tahun yang lalu.

Beberapa gua hunian lain yang telah diteliti

secara intensif adalah Gua Braholo, Song

Keplek, dan Song Gupuh di wilayah

Gunung Sewu, Leang Burung 2 dan Leang

Sakapao di Sulawesi Selatan, Leang Bua di

Flores. Di wilayah Sumatera Selatan, gua

yang masih intensif diteliti oleh Pusat

Arkeologi Nasional adalah Gua Harimau

yang terletak di Desa Padang Bindu,

Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera

Selatan. Gua ini begitu terkenal karena

temuan rangka yang sangat banyak serta

terdapat lukisan gua di salah satu

dindingnya. Kehadiran lukisan gua di

Sumatera Selatan ini menggugurkan

anggapan sebelumnya bahwa lukisan gua

hanya terdapat di Indonesia bagian timur. Di

wilayah tersebut juga telah dilakukan

penelitian beberapa gua antara lain Gua

Silabe, Gua Putri, Gua Pandan, Gua karang

Pelaluan, dan Gua Karang Beringin. Gua

Harimau sampai sekarang masih intensif

diteliti. Dari penelitian beberapa gua

tersebut diperoleh gambaran hunian gua

sekitar 9.000 tahun yang lalu di Gua Pandan

dan 5.000 tahun yang lalu pada Gua Selabe

(Tim Peneliti Padang Bindu, 2010:5).

Menjelang akhir tahun 2012, Balai

Arkeologi Palembang melakukan survei di

Kabupaten Musi Rawas. Survei ini

berdasarkan laporan masyarakat yang

menyebutkan adanya tinggalan bata candi

yeng terletak di tepi Sungai Rupit, Desa

Beringin Jaya, Kecamatan Rupit, Kabupaten

Musi Rawas, Sumatera Selatan. Lokasi ini

tidak jauh dari situs Candi Tingkip, dan

Lesung Batu. Pada saat kedatangan tim, bata

candi tidak dapat terlihat karena air pasang

dari Sungai Rupit menyebabkan bata candi

tersebut tenggelam. Survei kemudian

dilanjutkan ke Desa Napal Licin, Kecamatan

Ulu Rawas. Di desa ini ditemukan beberapa

tinggalan arkeologi berupa batu silindrik

(batu larung) mirip yang ada di dataran

tinggi Jambi (Merangin dan Kerinci).

Ukuran panjang batu ini: 278 cm, lebar

pangkal: 108 cm, lebar ujung: 75 cm, tebal

pangkal 65 cm, dan tebal ujung 58 cm. Batu

ini terletak di lahan Bapak Hamzah (80

tahun) dengan orientasi timur laut-barat

daya. Orientasi ini mengarah ke Desa Napal

Licin dan Bukit Sabit. Letak batu ini juga

menghadap ke sungai Kerali (anak sungai

Rawas) dengan jarak ±50 meter. Temuan

lainnya adalah batu megas (batu berbentuk

segi empat). Bahan batuan terbuat dari batu

kali (andesit). Batu ini berbentuk balok

dengan ukuran batu ini adalah panjang: 192

cm, lebar: 97 cm, dan tebal 42,5 cm.

Menurut cerita masyarakat, batu ini

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

104

Page 35: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

merupakan tempat beristirahat warga yang

sedang melakukan perjalanan pada zaman

dahulu untuk makan nasi. Letak batu ini

berjarak ±50 meter ke arah barat laut dari

sungai Rawas.

Survei dilanjutkan ke Desa Napal Licin yang

memiliki kawasan karst yang terdapat di

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Menurut informasi dari penduduk, desa ini

memiliki gua yang telah menjadi objek

wisata. Salah satu gua yang berhasil diamati

pada survei sebelumnya adalah Gua Batu.

Gua ini terletak di tepi jalan dengan

ketinggian ±25 meter dari permukaan jalan.

Keletakaan gua ini sudah masuk ke dalam

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Keletakkan gua berdekatan dengan Sungai

Rawas yang berada di depan gua dengan

jarak ±25 meter (jika ditarik garis lurus).

Mulut gua menghadap ke arah barat.

Keadaan di dalam gua cukup kering, dengan

permukaan yang cukup datar. Tanah

permukaan gua juga kering dengan jenis

tanah lempung berpasir. Sebagian

permukaan tanah gua tertutup oleh kotoran

kelelawar (guano). Permukaan tanah gua

terlihat banyak berlubang karena aktivitas

masyarakat untuk mengambil guano ini

sebagai pupuk.

Pengamatan di dalam gua dilakukan dari

mulut gua hingga ke bagian dalam yang

masih bisa ada sinar matahari. Temuan

arkeologi yang terdapat di dalam gua berupa

alat-alat batu berupa serpih dan serpih dari

bahan obsidian. Temuan artefak batu

seluruhnya berjumlah 13 buah temuan.

Serpih obsidian berjumlah enam temuan

dengan ukuran antara 1,5 – 3 sentimeter,

sedangkan serpih berjumlah enam temuan

yang berbahan batuan gamping serta andesit.

Terdapat satu buah temuan alat masif berupa

kapak perimbas (chopper) dengan bagian

tajaman melintang. Temuan lainnya berupa

bekas-bekas botol, piring, pecahan gelas,

serta bekas perapian yang terdapat di ruang

dalam gua memperlihatkan bahwa gua ini

masih sering dijadikan tempat beraktifitas

bagi warga sekitar.

I.2. Permasalahan

Permasalahan umum yang melatarbelakangi

penelitian ini adalah masih sangat jarang

penelitian yang berlokasi di Napal Licin,

sementara dari hasil survei yang dilakukan

Balai Arkeologi Palembang menunjukkan

adanya tinggalan arkeologi di wilayah

tersebut. Wilayah ini terletak di sebelah

barat Kabupaten Musi Rawas dan

berbatasan dengan Provinsi Jambi di sebelah

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

105

Page 36: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

utara dan Provinsi Bengkulu di sebalah

barat. Penelitian kali ini dilakukan

berdasarkan hasil survei yang dilakukan

Balai Arkeologi Palembang pada tahun

2012. Penelitian ditekankan pada pencarian

data arkeologi di Desa Napal Licin dan

hunian gua di Napal Licin. Pertanyaan-

pertanyaan yang ingin dijawab pada

penelitian awal kali ini adalah bagaimana

potensi arkeologi Napal Licin, tinggalan apa

saja yang ada di dalamnya, serta bagaimana

bentuk tinggalan tersebut?

I.3. Tujuan dan Sasaran

Desa Napal Licin merupakan salah satu desa

terujung di Kabupaten Musi Rawas.

letaknya yang cukup jauh dari kota terdekat

(± 150 km dari kota Lubuk Linggau) serta

akses yang masih sulit untuk dicapai

mungkin menyebabkan desa ini luput dari

kalangan para peneliti. Desa ini pernah

menjadi salah satu tujuan wisata turis asing

pada tahun 1992-1998 dan dilengkapi

dengan penginapan bernama Rawas River

Lodge yang dikelola oleh pihak swata.

Namun adanya krisis ekonomi serta

reformasi dan terbakarnya penginapan

tersebut pada tahun 1998, menyebabkan

desa ini sudah jarang dikunjungi wisatawan

lagi.

Gua-gua yang terdapat di Desa Napal Licin

saat ini dimanfaatkan masyarakat sebagai

tempat untuk mencari pupuk yang berasal

dari kotoran kelelawar. Sepengetahuan

penulis, sampai saat ini belum ada penelitian

yang dilaksanakan di gua-gua Desa Napal

Licin. Dengan demikian, penelitian ini

masih bisa dikatakan tahap awal yang

memiliki tujuan

1. Mengumpulkan data arkeologi di

Napal Licin termasuk dalamnya

mengetahui potensi arkeologi di

wilayah tersebut.

2. Mengumpulkan data hunian dalam

gua-gua Napal Licin. Pada umumnya

hunian periode terakhir prasejarah

dalam gua terdapat pada lapisan atas

deposit gua tersebut. Hal ini

dicirikan keberadaan pecahan-

pecahan tembikar atau serpih-serpih

batu baik yang diduga merupakan

alat atau limbah bekas pemakaian

atau pembuatan alat batu.

I.4. Kerangka Pikir

Penilitian tentang gua-gua di Provinsi

Sumatera Selatan mulai sering dilakukan

secara intensif selama 13 tahun terakhir.

Adanya Gua Harimau di daerah Padang

Bindu, Baturaja, Sumatera Selatan telah

menjadikan wilayah ini terkenal dengan

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

106

Page 37: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

adanya temuan kubur manusia yang begitu

banyak sejumlah 76 individu (Simanjuntak,

2013) serta keberadaan lukisan gua di

dalamnya. Dari fisik yang terlihat di wilayah

Baturaja, daerah ini merupakan daerah yang

banyak terdapat gugusan karst yang

menghasilkan banyaknya gua-gua di

wilayah tersebut. Banyaknya sungai yang

mengalir, menjadikan tempat ini merupakan

tempat yang ideal untuk kelangsungan hidup

manusia. Survey wilayah karst terus

dilanjutkan untuk menambah data tentang

gua-gua hunian di Sumatera Selatan. Salah

satu wilayah karst yang terdapat di Sumatera

Selatan terdapat di Kabupaten Musi Rawas.

Informasi tentang adanya gua sudah ada

sejak lama diketahui di Desa Napal Licin

dari internet. Gua tersebut merupakan salah

satu objek wisata di kawasan TNKS.

Keletakkan gua dan bentuk gua diketahui

memenuhi parameter tentang gua hunian.

Parameter tersebut menurut Yuwono

(Yuwono 2007 dalam Sofian 2012: 3)

adalah sebagai berikut.

a. Parameter morfologi dan ganesa

Parameter morfologi mencakup bentuk,

ukuran, serta aspek keruangan mikro gua

yang diamati. Pada umumnya, gua yang

mengandung potensi arkeologis adalah gua

paying (rockshelter) dan gua horisontal.

Parameter morfologi lain yaitu dimensi

mulut dan ruangan, intensitas cahaya dan

sirkulasi udara di ruangan gua. Kondisi

lantai gua terutama posisi dan beda tinggi

lantai terhadap mulut, kemiringan,

kelembaban, perkiraan tebal sedimen, materi

penyusun, kondisi asli atau terubah,

merupakan faktor-faktor yang juga penting

sebagai parameter gua hunian.

b. Parameter lingkungan

Parameter ini menyangkut kondisi

lingkungan fisik gua dalam konteks

bentanglahan sekitarnya. Parameter ini

meliputi ketinggian relatif atau beda tinggi

mulut gua dengan dasar lembah, kemiringan

lereng di depan mulut gua, posisi mulut gua

di bagian lereng, bentuk lembah dan

ketersediaan lahan datar di depan mulut gua,

faktor jarak dan aksesibilitas gua terhadap

komponen-komponen bentang lahan lainnya

seperti sumber air dan jaringan lembah

kering.

c. Parameter kandungan

Berupa indikasi adanya temuan-temuan

arkeologis di permukaan lantai gua beserta

kemungkinan perubahan konteks. Indikasi

tersebut antara lain berupa fragmen tulang

hewan, sisa makanan (misalnya cangkang

moluska dan biji-bijian yang mengeras),

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

107

Page 38: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

tatal batu, fragmen tulang manusia, fragmen

gerabah atau keramik, peralatan dari batu,

tulang binatang, tanduk, logam, dan sisa abu

pembakaran di lantai gua.

I.5. Metode

Penelitian di Desa Napal Licin masih

tergolong dalam tahap awal, walaupun

sebelumnya sudah dilakukan survei di

wilayah ini. Untuk memperoleh gambaran

umum tentang potensi hunian situs, maka

penelitian ini akan diarahkan untuk

melakukan ekskavasi untuk memperoleh

data vertikal. Melalui ekskavasi ini

diharapkan dapat mencapai lapisan hunian

yang dalam untuk mengetahui potensi data

hunian yang paling awal. Ekskavasi masih

dibatasi pada beberapa kotak di beberapa

bagian gua, sementara pencarian data secara

horisontal tetap dilakukan untuk menjadi

sasaran penelitian berikutnya.

Ekskavasi akan menggunakan teknik spit

dengan kedalaman 10 cm pada tiap spitnya.

Teknik pengukuran kedalaman dilakukan

dengan sistem level dengan melihat

kesetaraan tinggi permukaan air yang diukur

dari titik bantu kedalaman (SDP-Secondary

Datum Point). Semua SDP kemudian akan

“diikat” pada titik pusat pengukuran (DP-

Datum Point) yang akan ditentukan pada

titik tertentu yang sifatnya permanen dalam

situs. Perekaman dilakukan secara

berkesinambungan pada masing-masing

lapisan dan secara khusus dilakukan pada

temuan-temuan penting.

Peralatan yang digunakan dalam proses

penggalian adalah alat gali berupa petel,

cetok, scrapper, alat ukur, alat ayakan.

Perekaman gambar dilakukan dengan

pemotretan menggunakan kamera digital

dan penggambaran peta situs. Penanganan

temuan dilakukan dengan membersihkan

temuan baik secara kering maupun basah

dan dilanjutkan dengan pemberian identitas

terhadap artefak (pelabelan). Tahap akhir

adalah analisis terhadap temuan tersebut.

Kegiatan lainnya adalah pengambilan

sampel tanah atau arang yang terdapat di

dalam kotak gali.

I. Keadaan dan Lingkungan

Situs

Situs penelitian terdapat di Desa Napal Licin

dan Desa Kuto Tanjung yang terdapat di

Kecamatan Ulu Rawas. Keletakkan kedua

desa tersebut terdapat di bagian paling barat

sehingga lokasinya berbatasan dengan

Provinsi Jambi di sebelah utara dan Provinsi

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

108

Page 39: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Bengkulu di sebelah barat. Sebelum

pertengahan tahun 2013, wilayah ini masuk

dalam Kabupaten Musi Rawas, Provinsi

Sumatera Selatan, namun menjelang

pertengahan 2013, wilayah kedua desa ini

masuk dalam pemekaran Kabupaten Musi

Rawas Utara yang ditetapkan oleh Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2013 tentang Pembentukan

Kabupaten Musi Rawas Utara di Provinsi

Sumatera Selatan. Kabupaten Musi Rawas

Utara menaungi tujuh kecamatan, yaitu

Kecamatan Rupit, Karang Jaya, Ulu Rawas,

Karang Dapo, Rawas Ulu, Nibung, dan

Kecamatan Rawas Ilir.

Morfologi Kabupaten Musi Rawas Utara ini

masih mengacu pada morfologi Kabupaten

Musi Rawas. Morfologi daerah Kabupaten

Musi Rawas secara umum merupakan

perbukitan bergelombang terjal di bagian

selatan termasuk jalur dari Bukit Barisan,.

Daerah morfologi ini di bagian selatan

terutama disusun oleh batuan

gunungapi dari Lujur Barisan, merupakan

hutan dan semak belukar dan sebagian kecil

merupakan ladang/kebun kopi penduduk

setempat, Pola aliran sungai morfologi ini

sebagian parallel dan sub dendritik.

Sedangkan bagian tengah, barat dan utara

merupakan daerah perbukitan bergelombang

rendah sampai landai, yang disusun oleh

batuan sedimen dari berbagai formasi

terutama dari Lajur Palembang, dan endapan

permukaan, merupakan daerah pemukiman

dan lahan pertanian penduduk. Pola aliran

morfologi ini sub dendritik. dengan sungai

utama adalah Sungai Lematang, Sungai Air

Musi, Sungai Kikim, Sungai Lingsin,

Sungai Endikat, Sungai Klingi, Lakitan, dan

Sungai Beliti yang mengalir dari selatan ke

utara, dengan aliran yang berliku-liku,

lembah lebar merupakan sumber air

penduduk sekitarnya.

II. Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan penelitian Gua-gua di Napal

Licin secara operasional dilaksanakan

selama 8 hari pada tanggal 18 Agustus

sampai 25 Agustus 2013. Tim penelitian

menginap di rumah penduduk di Desa Napal

Licin (rumah kerabat dari Bapak Kades

Napal Licin : Gamal Abdul Nasir. Penelitian

diawali dengan melakukan survei lapangan,

yaitu mencari gua di wilayah Taman

Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Bukit

Batu, Bukit Payung, Bukit Semambang,

Bukit Sabit, dan Bukit Krakatau.

Penyebutan bukit tersebut berdasarkan

informasi dari warga Napal Licin. Dari hasil

survei, ditentukan lokasi ekskavasi di Gua

Batu yang terdapat di Bukit Batu.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

109

Page 40: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Bukit Batu terletak di kawasan TNKS

tepatnya di sisi sebalah timur jalan antara

Desa Napal Licin dan Desa Kuto Tanjung.

Survei yang dilakukan terhadap bukit ini

mendapatkan satu gua yang dinamakan atau

dikenal penduduk sebagai Gua Batu. Pintu

gua ini menghadap ke Sungai Rawas (barat)

dengan ketinggian gua 178 meter (diukur

dengan menggunakan GPS Garmin 76CSx).

Tinggi gua batu dari lantai sampai atap gua

sekitar 8 meter, mulut gua memiliki lebar

18,30 meter. Lantai permukaan gua cukup

datar, dengan keadaan kering, serta

mendapat cahaya matahari yang cukup. Gua

batu ini memiliki beberapa pintu pada sisi

lainnya, namun untuk menuju pintu-pintu

lainnya harus ditempuh dengan menelusuri

gua batu ke sisi timur dengan jalan yang

agak sulit untuk ditempuh.

Ekskavasi pada Gua Batu ini dilakukan di

sekitar mulut gua hingga ke dalam (hingga

12 meter ke dalam gua) dengan membuka 6

kotak ekskavasi. Pembukaan kotak

ekskavasi ini berdasarkan grid yang dibuat

di dalam gua dengan interval tiap kotak

adalah 1,5 x 1,5 meter, dengan titik nol

berada di pinggir mulut gua sisi selatan.

Keenam kotak itu adalah G1, H2, A’8, G2’,

B6, dan E5. Dari keenam kotak tersebut,

hanya kotak H2 yang dapat digali hingga

kedalaman akhir 1,7 meter dari permukaan

lantai gua. Sedangkan lima kotak lainnya

hanya dapat digali antara 20 cm – 50 cm

dari permukaan lantai gua. Lapisan tanah di

dalam gua diawali dengan lapisan top soil,

yaitu lapisan tanah yang paling atas dengan

ketebalan rata-rata 0,5 cm hingga 2 cm.

Lapisan kedua berupa lapisan guoano

(kotoran kelelawar) berwarna hitam yang

sudah mengeras, sehingga sangat sulit untuk

digali. Lapisan berikutnya berupa lapisan

batuan gamping yang berwarna putih kusam.

Sama halnya dengan lapisan guoano, lapisan

inipun sangat keras, sehingga sulit untuk

digali. Lapisan berikutnya berupa tanah

pasiran bercampur lempung, dengan warna

yang berbeda, tergantung kedaalaman kotak.

Warna lapisan ini umumnya coklat

kehitaman dan coklat kekuningan.

Proses ekskavasi dilakukan dengan alat-alat

ekskavasi arkeologi, yaitu petel, cetok

(sendok semen), scrap. Untuk lapisan tanah

keras, digunakan pahat (baji) untuk

menembus lapisan guano serta lapisan

gamping. Pengukuran kedalaman dilakukan

dengan mengikat semua titik ukur menjadi

satu, yaitu pada bagian dinding gua dan dari

permukaan kotak ekskavasi. Ekskavasi atau

penggalian arkeologi ini dilaksanakan

dengan menggunakan metode spit, yaitu

penggalian yang dilakukan dengan interval

kedalaman tertentu (dalam penelitian ini

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

110

Page 41: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

menggunakan interval kedalaman 10 cm).

Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan

perekaman data arkeologi di dalam lapisan

tanah gua. Setiap penggalian kedalaman 10

cm, maka keadaan kotak harus difoto, serta

temuan-temuan yang ada harus dipisahkan

antar spit yang satu dengan spit yang lain.

Dari enam kotak ekskavasi di Gua Batu,

hanya kotak H2 yang memiliki kedalaman

hingga 170 cm dari permukaan kotak,

sedangkan empat kotak lainnya hanya

mampu hingga kedalaman 50 cm dari

permukaan kotak. Hal ini disebabkan karena

kadaan tanah yang bercampur dengan

batuan ataupun sudah terbentur pada lapisan

batuan, sehingga penggalian sangat sulit

untuk diteruskan. Lapisan batuan ini

kemungkinan besar merupakan runtuhan

dari atap gua, jika melihat keadaan atap gua

yang memiliki bekas patahan. Hal yang

sama juga dialami pada kota H2, namun

lapisan batu ini berhasil ditembus hingga

kedalaman 170 cm. Tujuan pendalaman

kotak ini untuk mendapatkan kembali

lapisan budaya. Namun hingga akhir

penggalian (spit 17), tidak ditemukan

artefak.

Temuan selama penggalian di Gua Batu

didominasi oleh temuan artefak batu.

Artefak merupakan benda tinggalan manusia

masa lalu yang sudah mengalami modifikasi

oleh manusia itu sendiri. Temuan artefak

batu ini terdiri dari batuan chert (gamping

kersikan), andesit, serta obsidian. Temuan

selama proses penggalian dari kelima kotak

cukup sedikit. Frekuensi temuan hanya

terdapat pada permukaan hingga spit 5 (50

sentimeter dari permukaan kotak). Temuan

tersebut berupa serpih, obsidian, batuan

kerakal, gerabah, fragmen tulang, gigi, dan

biji tumbuhan (lihat lampiran tabel).

Batuan kerakal dimasukkan dalam kategori

temuan karena kemungkinan besar batuan

ini diperoleh dari luar lingkungan gua yang

biasanya digunakan sebagai perkutor (alat

pemukul) untuk menghasilkan atau

memodifikasi alat batu pada situs gua.

Survei yang dilakukan di permukaan gua

berhasil menemukan serpih batu yang

terbuat dari batuan rijang, batu inti,

obsidian, pecahan gerabah, beliung persegi,

dan kapak penetak (chopping tool). Perlu

diketahui sebelumnya bahwa keadaan lantai

gua sebelum dilakukan ekskavasi telah

mengalami penggalian yang dilakukan oleh

penduduk dengan tujuan mencari kotoran

kelelawar (guano) yang digunakan sebagai

pupuk. Hal ini meninggalkan bekas lubang-

lubang galian di permukaan lantai gua.

Temuan beliung persegi dan kapak penetak

berada dalam satu lokasi yang sama, namun

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

111

Page 42: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

besar kemungkinan bahwa sebelumnya

temuan ini berasal dari dalam tanah, karena

kondisi artefak yang tertutup oleh tanah di

seluruh bagiannya. Temuan ini didapat

dipermukaan mungkin disebabkan oleh

galian yang dilakukan oleh penduduk,

sehingga artefak ini terangkat di permukaan.

Hasil temuan dari Gua Batu ini relatif

sedikit. Dari analisis yang dilakukan,

temuan batu berjumlah 143 temuan. Temuan

batu ini digongkan menjadi tiga jenis yaitu

batu non obsidian, obsidian, dan kerakal

andesit. Ketiga jenis batuan ini merupakan

batuan yang bukan berasal dari dalam gua,

namun dibawa dari luar gua. Batuan non

obsidian berjumlah 61 temuan yang terdiri

atas temuan serpih, batu inti, calon beliung,

dan tatal, 11 temuan berupa kerakal andesit,

dan 71 temuan serpih obsidian. Dari hasil

pengamatan yang dilakukan, alat masif

hanya berupa kerakal andesit yang

kemungkinan besar digunakan sebagai

perkutor dengan indikasi luka pukul (bekas

penggunaan dengan membenturkan kerakal

andesit ke batu rijang sebagai kegiatan

penyerpihan) di ujung batu kerakal tersebut.

Alat serpih yang dari situs ini tidak

memperlihatkan adanya pola persiapan

dalam penyerpihan, sehingga morfologi

serpih cenderung tidak beraturan. Alat masif

dengan ciri neolitik berhasil ditemukan di

dalam gua ini berupa beliung persegi.

Beliung ini sudah diupam sehingga memiliki

permukaan yang halus dan berukuran

panjang 8 cm, lebar 3,6 cm dan tebal 1 cm.

Bekas pemakaian beliung ini terlihat pada

bagian tajaman yang memperlihatkan retus

pemakaian. Artefak obsidian berjumlah 71

temuan yang terdiri batu inti, serpih dan

bilah. Sangat menarik bila diperhatikan

jumlah temuan obsidian yang lebih banyak

dibandingkan dengan temuan batu non

obsidian. Temuan artefak obsidian pada

umumnya berukuran kecil antara 2-5 cm.

Bahan batuan obsidian merupakan jarang

ditemukan pada formasi Karst yang artinya

dibawa dari luar kawasan sekitar situs.

Temuan lainnya berupa fragmen tembikar,

tulang, dan gigi. Selama proses penggalian

di Situs Gua Batu ini hanya ditemukan tiga

buah fragmen tembikar bagian badan dan

tidak berhias (polos). Hal ini cukup aneh,

mengingat pada umumnya lapisan atas di

gua-gua hunian banyak ditemukan tembikar

yang mewakili lapisan neolitik, namun pada

situs ini temuan tembikar ini sangat sedikit.

Fragmen tulang dari situs ini jika dilihat dari

ukurannya merupakan tulang-tulang yang

berasal dari hewan-hewan kecil di dalam

gua, namun belum bisa diidentifikasi jenis

spesies hewan tersebut. Temuan tulang ini

terdapat pada lapisan topsoil lantai gua.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

112

Page 43: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

III. Penutup

Gua Batu di Desa Napal Licin merupakan

gua yang telah dijadikan objek wisata di

Taman Nasional Kerinci Seblat. Dari hasil

penggalian di gua ini diketahui bahwa

lapisan budaya gua ini tidak dalam. Hasil

penggalian membuktikan bahwa temuan

budaya hanya terdapat pada kedalaman 50

cm dari lantai gua. Jika dilihat dari

parameter gua yang disebutkan sebelumnya,

gua ini sudah memenuhi ketiga parameter

tersebut. Parameter morfologi yang terdapat

pada gua ini adalah bentuk gua yang

merupakan gua payung dan hosontal,

memiliki intensitas cahaya yang cukup

terang pada mulut gua serta sirkulasi udara

yang baik karena ukuran mulut gua yang

cukup besar. Keadaan lantai gua pun cukup

landai, sehingga memudahkan untuk

melakukan aktifitas di dalam gua. Parameter

lingkungan yang terdapat di gua ini berupa

ketinggian gua yang terjangkau serta

lokasinya yang dekat dengan sumber air

(Sungai Rawas), sedangkan parameter

kandungan gua sendiri terdapat temuan

serpih dan serpih obsidian yang cukup

banyak disertai dengan sejumlah kecil

fragmen gerabah. Namun dari hasil

penggalian, frekuensi temuan di dalam kotak

cukup rendah. Situs Gua Batu Napal Licin

kemungkinan besar berada pada masa

neolitik dengan adanya temuan beliung

persegi dan tembikar walaupun hanya

sedikit. Frekuensi temuan yang tidak banyak

ini mengindikasikan bahwa gua ini tidak

menjadi pilihan utama untuk hunian

manusia masa lalu.

Daftar Pustaka

B, Tri Marhaeni. 2012. Laporan Penelitian Arkeologi. Laporan Peninjauan dan Eksplorasi Arkeologis di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau. Balai Arkeologi Palembang: Palembang (tidak diterbitkan)

Butzer, Karl W. 1971. Environment and Archaeology: An introduction to Plestocene Geography. Aldine Publishing Company: Chicago

Leakey, Mary. 2007. Asal-Usul Manusia. Gramedia: Jakarta

Oakley, Keneth P. 1950. Man The Tool-Maker. London: The Trustees of the British Museum

Poesponegoro, Marwati Djoened. 2010. Sejarah Nasional Indonesia I. Zaman Prasejarah di Indonesia. Edisi Pemutakhiran. Balai Pustaka: Jakarta

Prasetyo, Sigit Eko. 2013. Laporan Penelitian Arkeologi. Penelitian Gua-Gua Di Napal Licin Kabupaten Musi Rawas Utara. Balai Arkeologi Palembang: Palembang (tidak diterbitkan)

Simanjuntak, H. Truman, Adhi Agus Oktaviana, Dyah Prastiningtyas (ed). 2013. Peradaban Di Lingkungan Karst Kabupaten OKU, OKU Timur,

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

113

Page 44: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

dan OKU Selatan. Pusat Arkeologi Nasional: Jakarta (tidak diterbitkan)

Sofian, Harry Octavianus. 2012. Laporan

Penelitian Arkeologi. Survei Arkeologi Potensi Gua Di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan. Balai Arkeologi Palembang; Palembang (tidak diterbitkan)

Tim Peneliti Padang Bindu. 2010. Laporan

Penelitian Arkeologi. Penelitian Hunian Prasejarah Di Padang Bindu, Baturaja Sumatera Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional: Jakarta (tidak diterbitkan)

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

114

Page 45: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

LAMPIRAN

DAFTAR REKAPITULASI TEMUAN KOTAK GUA BATU NAPAL

LICIN

NAMA

KOTAK SPIT TEMUAN JUMLAH KETERANGAN

A'8 1 obsidian 10

A'8 1 rijang 8

A'8 2 obsidian 19

A'8 2 rijang 13

A'8 2 kerakal 1

A'8 2 tulang 1

A'8 2 gigi 2

B6 5 obsidian 3

B6 5 tulang 1

B6 4 obsidian 1

B6 4 rijang 1

B6 4 kerakal 1

B6 3 kerakal 1

B6 3 obsidian 3

B6 3 arang −

B6 3 rijang 1

B6 2 obsidian 8

B6 2 rijang 6

E5 1 arang −

E5 1 rijang 4

E5 1 obsidian 5

E5 2 obsidian 4

E5 2 rijang 5

E5 2 kerakal 3

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

115

Page 46: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

G2' 1 obsidian 1

G2' 2 obsidian 4

G2' 2 rijang 2

G2' 2 gerabah 2

G2' 2 tulang 18 fr tulang kecil

G2' 2 arang −

G2' 3 obsidian 5

G2' 3 rijang 6 basaltik

G2' 3 arang −

G2' 3 tulang 42 fr tulang kecil

G2' 4 obsidian 5

G2' 4 rijang 10

G2' 4 kerakal 1

G2' 4 biji 1

G2' 4 arang −

G2' 4 tulang 32 fr tulang kecil

H2 1 rijang 3

H2 1 gerabah 1

H2 2 obsidian 1

H2 2 rijang 2

H2 3 obsidian 1

H2 4 pecahan gamping −

H2 5 obsidian 1

H2 6 pecahan gamping −

H2 7 pecahan gamping −

H2 8 pecahan gamping −

H2 9 pecahan gamping −

H2 10 pecahan gamping −

H2 11 pecahan gamping −

H2 12 kerakal 2

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

116

Page 47: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

H2 13 kerakal 2

H2 14 pecahan gamping −

H2 15 pecahan gamping −

H2 16 pecahan gamping −

H2 17 pecahan gamping −

FREKUENSI JENIS TEMUAN GUA BATU

RIJANG OBSIDIAN KERAKAL GERABAH TULANG GIGI BIJI

61 71 11 3 94 2 1

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

117

Page 48: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Gambar 1. Foto Bukit Batu Desa Napal Licin

Gambar 2. Keadaan Gua Batu Desa Napal Licin

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

118

Page 49: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Gambar 3. Stratigrafi kotak H2

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

119

Page 50: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Sebaran Tinggalan Megalitik di Situs Pagerdewa Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

Megalithical Remains Distribution in Pagerdewa Ogan Komering Ulu District South Part

Sondang M. Siregar Balai Arkeologi Palembang [email protected]

Naskah diterima tanggal 11/10/2014; dikembalikan untuk revisi tanggal 12/11/2014; disetujui tanggal 26/11/2014

Abstrak

Situs Pagerdewa berada di Desa Pagerdewa, Kecamatan Warkuk Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional tahun 1993 melakukan penelitian di kawasan Danau Ranau dan berhasil menemukan tinggalan megalitik yang tersebar sampai ke daerah Lampung. Tahun 2008 sampai tahun 2012 Balai Arkeologi Palembang melakukan penelitian kampung-kampung lama masa megalitik di kawasan Danau Ranau. Di dalam kampung lama ditemukan dolmen, batu datar, lesung batu, bilik batu dan punden berundak. Umumnya lokasi hunian nenek moyang berdekatan dengan lokasi ritual. Di situs Pagerdewa juga ditemukan tinggalan megalitik, permasalahan yang muncul adalah bagaimana jenis tinggalan megalitik dan persebarannya di situs Pagerdewa. Tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui jenis tinggalan megalitik dan persebarannya di situs Pagerdewa dan juga untuk mengetahui kronologi situs Pagerdewa. Sasaran penelitian adalah teridentifikasikan tinggalan arkeologi dan persebarannya di situs Pagerdewa sehingga dapat menggambarkan aktivitas hunian di situs Pagerdewa. Keberadaan tinggalan megalitik dan keramik/tembikar kuno di situs Pagerdewa menunjukkan dahulu manusia memilih lokasi tempat tinggal di atas bukit (dataran tinggi) dikarenakan alasan keamanan dan tempat yang cocok untuk kegiatan ritual. Begitupula diatas bukit tersedia sumber mata air yang berguna untuk kebutuhan sehari-hari. Permukiman selanjutnya berpindah ke daerah lebih rendah yaitu daerah lembah dikarenakan mata air di atas bukit sudah kering dan adanya kemudahan komunikasi/transportasi ke daerah lain. Kata kunci: situs, sebaran, megalitik, bukit, daerah rendah

Abstract Pagerdewa site located in the village of Pagerdewa, the district of South Warkuk, the Regency of South Ogan Komering Ulu. The Center of Archaeological Research National Jakarta researched in 1993 and found the distribution of megalithic remains in the region of Ranau Lake until Lampung area. The Center of Archaeological Research Palembang in 2008 until 2012 did research the old megalithic villages in the region of Ranau Lake. In the old village found dolmen, flat stone, mortar stone, chamber stone and punden berundak. Generally residential location near to ritual location.The problem in this paper is how the variety of megalithic remains and the distribution of megalithic remains in Pagerdewa site. The paper purposed known the variety of megalithic remains and the distribution of megalithic remains in Pagerdewa site, and known the chronology Pagerdewa site. The target of research are identified the variety of megatlihic remains

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

Page 51: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

A. Pengantar

Vander Der Hoop melaporkan di

dalam bukunya Megalitic Remains in

Sout Sumatera bahwa di tepi Danau

Ranau ditemukan tinggalan megalitik

antara lain Subik, Jepara dan Pagerdewa

(Hoop 1932:57-58). Pusat Penelitian

arkeologi Nasional tahun 1993 mendata

situs-situs di kawasan Danau Ranau.

Situs-situs tersebut Jepara, Surabaya,

Subik, Pagardewa, Kotabatu, Payah,

Tanjungraya, Haurkuning dan

Sukabanjar. Tinggalan arkeologi dari

masa Prasejarah antara lain batu

bersusun, batu lesung, batu tumpat, batu

kursi, beliung atap, belincung, makam si

pahit lidah, makam si mata empat, gua

Kubu Manuk, gua Kubu Rawong,

kereweng. Sedangkan tinggalan

arkeologi dari masa Hindu/Buddha

yaitu reruntuhan candi, naskah kulit

kayu, naskah kertas, lempeng tembaga

bertulis, batu bertulis, prasasti bawang,

tanduk bertulis, naskah kertas dan

keramik Cina. Berdasarkan hasil

penelitian Balai Arkeologi Palembang

tahun 2008 diketahui kronologi keramik

tertua dari situs Jepara berasal dari abad

ke-8 Masehi.

Situs-situs di kawasan Danau

Ranau umumnya berada pada

ketinggian 500-900 meter di atas

permukaan air laut, dan memiliki jarak

200 meter sampai dengan satu tiga

kilometer dari Danau Ranau.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui

situs-situs di kawasan Danau Ranau

berkarakter situs pemukiman,

keagamaan dan perdagangan.

Penempatan situs-situs di kawasan

Danau Ranau berkaitan erat dengan

sumber daya lingkungannya sehingga

keberadaanya menggambarkan aktivitas

pada masa lampau. Komunikasi dan

perdagangan di kawasan Danau Ranau

terjadi dengan menggunakan jalur darat

dan air. Situs-situs berada di perbukitan

berinteraksi dengan situs lainnya

dengan menggunakan jalur darat

sedangkan, jalur air menghubungkan

kawasan Danau Ranau baik dari hulu

dan hilir. Di hilir Danau Ranau juga

and the distribution that described of residential activity in Pagerdewa site Megalithic remains and old ceramic/pottery were found on the hill. These are shown that people choosen the location of residence on the hill for security and a suitable place for ritual activity. Similarly on the hill provided a useful the source of water for their daily needs. Next the people moved to the lower area because water source was dry on the hill. Moreover people communicated more easily on the lower land. Keywords: sites, distribution, megalithic, hill, lowland.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

121

Page 52: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

ditemukan situs-situs arkeologi,

diantaranya situs Kota Batu, Pagerdewa

dan Hanakau. Di Kota Batu terdapat

sumber air panas dan saat ini Kota Batu

menjadi pusat perdagangan di kawasan

Danau Ranau. Kegiatan perdagangan

diperkirakan sudah berlangsung sejak

dahulu, yaitu tempat berkumpulnya para

pedagang dari daerah pedalaman yang

membawa hasil bumi untuk

diperdagangkan di Kota Batu. Berjarak

10 km sebelah selatan Kota Batu

terdapat situs Pagerdewa. Di situs

Pagerdewa ditemukan rumah tradisional

dan keramik kuna. Sebelah selatan situs

Pagerdewa berjarak 120 km ditemukan

situs Hanakau, Di dalam situs

ditemukan prasasti Hujung Langit dari

paleografi prasasti berasal dari abad ke-

11 Masehi.

Daerah hilir Danau Ranau

merupakan daerah subur. Situs

Pagerdewa merupakan salah satu situs

yang berada di hilir Danau Ranau.

Secara administratif berada di Desa

Pagerdewa, Kecamatan Werkuk,

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.

Berdasarkan informasi penduduk bahwa

situs Pagerdewa merupakan kampung

lama di kawasan Danau Ranau. Van Der

Hoop melaporkan bahwa di dalam situs

ditemukan tinggalan megalitik seperti

arca dan dolmen. (Hoop 1932: 57).

Penduduk menginformasikan bahwa di

lokasi Padangguci banyak ditemukan

keramik kuno. Sampai sekarang

beberapa penduduk masih menyimpan

keramik kuno. Keberadaan tinggalan

arkeologi di Pagerdewa menunjukkan

sisa-sisa aktivitas masa lampau. Oleh

karena itu diduga sejak dahulu situs

Pagerdewa telah dimukimi penduduk.

Pemilihan lokasi situs tidak

dapat dilepaskan dari pertimbangan

keberadaan sumber daya alam

sekitarnya, sehingga dalam

penempatannya akan memilih tempat

yang sesuai dengan aturan yang berlaku

dan dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. Penempatan situs-situs di

daerah aliran sungai menunjukkan

bahwa manusia memilih lokasi yang

layak dan strategis untuk bermukim. Di

dalam lokasi hunian manusia

melakukan kegiatan sehari-hari dan

kegiatan ritualnya.

Permasalahan dalam penulisan

ini adalah bagaimana jenis tinggalan

megalitik dan persebarannya di situs

Pagerdewa. Tujuan dari penulisan ini

adalah untuk mengetahui jenis tinggalan

megalitik dan persebarannya di situs

Pagerdewa, dan juga untuk mengetahui

kronologi situs Pagerdewa. Sasaran

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

122

Page 53: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

penelitian adalah teridentifikasikan

tinggalan arkeologi dan persebarannya

yang menggambarkan aktivitas hunian

di situs Pagerdewa.

Kerangka pikir adalah mengenai

permukiman, bahwa permukiman

merupakan tempat dimana manusia

melakukan segala kegiatannya. Untuk

tetap dapat melangsungkan

kehidupannya, manusia secara langsung

atau tidak langsung akan selalu

bergantung pada lingkungan alam dan

fisiknya, tidaklah semata-mata terwujud

sebagai hubungan ketergantungan

manusia terhadap lingkungannya, tetapi

juga terwujud sebagai suatu hubungan

dimana manusia mempengaruhi dan

merubah lingkungannya. (Yacob 1983:

101, Utomo 1988: 160)

Persebaran situs-situs arkeologi

jika dilihat aspek keruangannya

menunjukkan adanya perbedaan

kawasan dan letak geografisnya. Ada

situs-situs yang berada di dataran

rendah, tepi sungai, tepi pantai dan

perbukitan. Hal ini menunjukkan

adanya perilaku manusia yang selalu

mengikuti norma-norma dan aturan-

aturan tertentu yang telah ditetapkan

masyarakatnya. Oleh karenanya dalam

menentukan lokasi untuk melakukan

aktivitas dan tempat tinggalnya manusia

tidak akan berperilaku acak, sehingga

persebaran situs-situsnya juga tidak

terjadi acak melainkan berpola

mengikuti zona-zona tertentu (Parson

1951: 130-133; Hodder 1976: 9).

Kajian yang dipakai adalah

ruang skala semi makro yaitu dengan

cara mempelajari sebaran dan hubungan

lokasional antara benda-benda arkeologi

di dalam situs. Dengan analisis ini

diharapkan dapat diketahui pola sebaran

benda-benda arkeologi dalam situs dan

kaitannnya dengan sumber daya

lingkungan.

Metode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah deduksi-induksi,

yakni membuktikan teori dengan data

yang diperoleh dari lapangan. Langkah-

langkah penelitian yang ditempuh

adalah pengumpulan, pengolahan dan

penafsiran data. Pada mulanya diadakan

survey situs-situs di daerah hilir Danau

Ranau Pengumpulan data dilakukan

baik data tertulis dan data di lapangan.

Pengamatan juga dilakukan terhadap

lingkungan sekitar situs. Selanjutnya

melakukan ekskavasi di situs

Pagerdewa, yang menjadi salah satu

yang mewakili situs yang berada di

daerah hilir Danau Ranau. Ekskavasi

dilakukan dengan membuka kotak

galian ukuran dua kali dua meter

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

123

Page 54: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

dengan titik pengukuran pada datum

point (DP). Khususnya keramik

dilakukan analisis khusus bentuk, hiasan

kronologi. Selanjutnya setelah analisis

dilakukan penafsiran data yaitu diambil

kesimpulan dari hasil penelitian.

b. Lingkungan

Pagerdewa dahulu namanya

pagar dua, sekarang menjadi lokasi

pemukiman penduduk yang padat. Desa

Pagerdewa termasuk dalam Kecamatan

Warkuk Ranau Selatan. Kecamatan

Warkuk Ranau Selatan terdiri dari 16

desa : 1) Desa Sukajaya, 2) Desa

Kotabatu, 3) Pagerdewa, 4) Tanjung

Jati, 5) Tanjung Baru, 6) Pilla, 7)

Gunung Aji, 8) Bedeng Tiga, 9) Mekar

Sari, 10) Gunung Raya, 11) Kiwis Raya,

12) Segiguk Raya, 13) Remenam Jaya,

14) Bumi Agung, 15) Wai Wangi

Seminung, 16) Gedung Ranau. Tim

melaksanakan survey yaitu Desa

Pagerdewa, Tanjung Jati, Way Tani dan

Suka Banjar (Lampung Selatan).

Desa Pagerdewa memiliki empat

dusun yaitu Tanjungjati, Kota Batu,

Suka Jaya dan Pagerdewa. Desa

Pagerdewa dikitari oleh Sungai Warkuk

yang mengalir sampai ke Desa

Sukajaya. Penduduk sekarang sebagian

bermukim di rumah tiang dan sebagian

lagi rumahnya dibangun semi permanen

(kayu dan batu) tanpa tiang penyangga.

Rumah penduduk nampak berjejer

umumnya dengan arah hadap ke jalan.

Di dalam pekarangan penduduk masih

dijumpai pecahan-pecahan keramik dan

ditemukan satu dolmen di salah satu

pekarangan penduduk. Padang Guci

berada di atas bukit, banyak ditemukan

keramik, lokasi terletak di dalam kebun

Bapak Tjik Nam luas tanah sekitar satu

hektar. Lokasi Padang Guci berada di

ketinggian 500 dpl, tanahnya banyak

mengandung batu cadas, sehingga kopi

yang ditanam kurang baik. Oleh karena

itu lokasi sekarang tidak dijadikan

kebun, dan tak terawat yaitu ditumbuhi

semak belukar. Bukit Padang Guci

dikitari oleh parit Hambali yang

bermuara ke anak Sungai Warkuk.

Anak Sungai Warkuk mengalir dari

tenggara ke arah barat laut, selanjutnya

bermuara ke Sungai Warkuk.

Pucuk berada di puncak bukit,

dari lokasi dapat memandang beberapa

desa di Kecamatan Warkuk Selatan,

ketinggian lokasi sekitar 600 meter dpl.

Di atas bukit Pucuk ditemukan

tinggalan megalitik, sekarang berada di

dalam kebun kopi milik Bapak Burlian.

Tanah milik Bapak Burlian berbatasan

dengan tanah Bapak Alkap. Di atas

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

124

Page 55: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

permukaan tanah milik Bapak Alkap

banyak dijumpai sebaran pecahan

keramik dan tembikar. Sayangnya

lokasi tidak diijinkan untuk diekskavasi.

c. Tinggalan Megalitik

Tinggalan megalitik ditemukan

di Desa Pagerdewa, satu ditemukan di

pekarangan rumah penduduk, satu batu

datar lagi ditemukan di sawah

penduduk. Berbatasan dengan Desa

Pagerdewa yaitu Desa Tanjungjati

ditemukan 2 batu datar, tepatnya

berlokasi di persawahan penduduk. Batu

datar terbuat dari bahan batu andesit. Di

lokasi Pucuk termasuk dalam Desa

Pagerdewa ditemukan dua dolmen dan

di atas bukit yaitu di Pucuk ditemukan

12 dolmen yang berjejer dari arah timur

ke barat. Arah hadap dolmen Gunung

Raya, yang berada di sebelah timur.

Dolmen termasuk dalam

peninggalan tradisi megalitik.

Berdasarkan bentuk peninggalannya,

tradisi megalitik dapat dibedakan

menjadi dua yaitu megalitik tua dan

megalitik muda. Megalitik tua seperti

menhir, dolmen, punden berundak dan

batu datar. Dolmen sering disebut meja

batu terdiri dari sebuah batu yang

ditopang oleh batu-batu kecil lainnya

sebagai kaki. Fungsi dolmen adalah

untuk menaruh sesaji yang ditujukan

kepada roh nenek moyang. Ukuran

dolmen yang terpanjang adalah 178 dan

lebar 170 cm, sedangkan ukuran yang

terkecil adalah panjang 70 cm, lebar 50

cm.

Tinggalan megalitik tua lainnya

yang ditemukan di lokasi Pucuk adalah

punden berundak. Punden berundak

merupakan susunan batu yang agak

melingkar terdiri dari 10 batu besar dan

di tengahnya terdapat tiga batu. Di

bagian tengahnya terdapat lubang

diameter sekitar satu meter. Ukuran

panjang dan lebar batu rata-rata adalah

110 dan 98 cm, dengan tinggi 97 cm.

d. Keramik dan Tembikar Kuno

Hasil survey dan ekskavasi di

situs Pagerdewa, Padang Guci, Pucuk

dan Way igkondisi ½ atau ¾ utuh.

Bentuk yang paling banyak ditemukan

adalah mangkuk (172 fragmen), piring,

cepuk, guci, dan wadah. Keramik yang

ditemukan terbuat dari bahan batuan

dan porselein. Keramik porselein paling

banyak ditemukan, memiliki partikel

halus dan tekstur halus serta partikel

kasar dan tekstur yang renggang. Warna

keramik putih, putih keabuan, abu-abu

dan krem. Glasir yang digunakan putih

keabuan, biru kehitaman, putih biru dan

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

125

Page 56: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

warna polikrom merah,hijau dan hitam,

Teknik yang digunkan adalah teknik

oles dan teknik cetak. Sedangkan hiasan

yang digunakan motif geometris, flora,

fauna, sulur-sulur, labuganda, motif

flora dan geometris di dalam panil-

panil.

Hasil analisis menunjukkan

bahwa temuan keramik berasal dari

berbagai negara yaitu Cina, Thailand

dan Eropah, juga ditemukan jenis

Swatow (sedikit). Keramik tertua

berasal dari Cina yaitu dari dinasti Sung

(abad 12-14 Masehi ditemukan di lokasi

Pucuk dan Padang Guci berjumlah 4

fragmen, yang terbanyak adalah dari

dinasti Qing (abad 18-19 M) : 197

fragmen, selain itu juga ditemukan

keramik dari dinasti Ming (abad 16-17

M) : 14 fragmen, keramik dari Thailand

(abad 14-16 M) : 73 fragmen dan

keramik Eropah (abad 19-20 M) : 40

fragmen.

Tembikar dari hasil survey dan

ekskavasi dari situs Pagerdewa, Padang

Guci, pucuk dan Way Tani sejumlah

277 fragmen, dalam pembuatannya

menggunakan bahan kasar, sedang dan

halus. Adapula ditemukan tanah liat

putih. Tanah liat kasar berwarna

kehitaman didominasi campuran pasir

sebagai tempat memasak terbukti dari

perbedaan warnanya bagian luar lehitam

daripada bagian dalam. Bahan yang

kekasarannya sedang berwarna abu-abu

kecoklatan, campuran antara tanah liat

dan pasir cukup baik sehingga relatif

kedap air. Tanah liat putih dibuat halus,

namun ditemukan sangat sedikit.

Keramik ditemukan berjumlah 318

fragmen, dengan benruk bervarisi, yang

paling banyak ditemukan adalah bentuk

periuk (137 fragmen) selain itu adalah

kendi (79 fragmen), tempayan (22

fragmen), pasu 16 (fragmen), dan

jambangan (6 fragmen.

Pada wadah berukuran kecil

terlihat indikasi dengan menggunakan

tangan yaitu metode pijat dan tekan.

Sedangkan pada wadah periuk dan

tempayan menggunakan metode roda

putar dan metode sambung. Metode

sambung ini khususnya pada pembuatan

pegangan tempayan. Umunya tembikar

tidak memiliki hiasan (polos).

e. Pembahasan

Masa megalitik adalah suatu

masa yang menghasilkan benda-benda

atau bangunan dari batu yang

berhubungan dengan upacara

keagamaan. Bangunan-bangunan

monumental yang dihasilkan biasanya

berkaitan dengan usaha-usaha para

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

126

Page 57: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

pimpinan atau kepala desa, raja dan

ketua adat untuk menjaga harkat dan

mertabat mereka. Pendukung tradisi

megalitik percaya bahwa arwah nenek

moyang yang telah meninggal masih

hidup terus di dunia arwah. Mereka juga

percaya bahwa kehidupan mereka

sangat dipengaruhi oleh arwah nenek

moyang yang telah meninggal,

khususnya kepercayaan akan adanya

pengaruh kuat dari yang telah mati

terhadap kesejahteraan masyarakat dan

kesuburan tanah. Tradisi yang

berhubungan dengan pendirian

bangunan megalitik ini sekarang

sebagian sudah musnah dan ada yang

masih berkembang.Tradisi megalitik

yang masih hidup hingga sekrang antara

lain di Indonesia adalah di Nias, Toraja,

Flores dan Sumba. Bangunan megalitik

memiliki bentuk bermacam-macam, ada

yang bentuk berdiri sendiri maupun

beberapa bentuk merupakan suatu

kelompok.

Di kawasan Danau Ranau

ditemukan tinggalan arkeologi dari

masa Prasejarah sampai dengan masa-

masa kemudian. Berdasarkan hasil

penelitian Balai Arkeologi Palembang

ditemukan tinggalan megalitik di situs

Jepara (2008), Subik (2009) dan

Pagerdewa. Umumnya tinggalan

megalitik berada di perbukitan dengan

ketinggian sekitar 500-600 meter dpl.

Di lokasi tinggalan megalitik umumnya

merupakan bekas perkampungan yang

tidak dihuni lagi oleh penduduk. Bekas

kampung lama biasanya merupakan

daerah subur, yang memiliki humus

tebal. Di situs Jepara ditemukan

kampung yang berlokasi di atas bukit

dikitari oleh parit yang bermuara ke

Danau Ranau. Di Subik ditemukan dua

batu tegak dengan empat lesung butu

yang berada di atas bukit, di sekitar

lokasi Subik terdapat beberapa mata air.

Permukiman dari masa kemudian

ditemukan di Subik Tuha, yang

berdekatan pantai Danau Ranau. Diatas

permukaan tanahnya banyak ditemukan

pecahan keramik.

Di situs Pagerdewa ditemukan

bekas kampung lama yaitu di daerah

Pucuk dan Padang Guci. Di Pucuk

dengan luas ½ hektar ditemukan

kompleks permukiman dari masa

megalitik. Di pinggir kampung

berbatasan dengan jurang ditemukan

umpak-umpak batu dan di belakangnya

rumpun bambu diduga dahulu sebagai

pagar dari kampung.Di bagian ujung

lokasi terdapat lubang yang sekarang

kondisi sekarang kering, diameter

lubang empat meter dengan kedalaman

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

127

Page 58: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

satu meter, diduga dahulu adalah kolam,

sebagai tempat penampungan air.

Lokasi Pucuk memilki

ketinggian berbeda, di tengah tanahnya

agak lebih tinggi yaitu 0,5 meter

daripada sekitarnya dengan punden

berundak di bagian tengahnya. Temuan

punden berundak. Terlihat batu dalam

posisi berbaris berjarak 0,5 sampai 1

meter antar batu. Terlihat 12 dolmen

berbaris mengarah ke punden berundak.

Temuan punden berundak cukup

menarik, karena di kawasan Danau

Ranau baru pertama kali ditemukan. Di

Padang Guci, khususnya di kotak lima

diduga adalah bekas sisa teras berundak.

Di Desa Hanakau juga ditemukan

punden berundak, yatu batu disusun

agak meninggi dengan diletakkan

prasasti di bagian atasnya. Di Lampung

tengah juga ditemukan teras berundak

dari susunan batu-batu kali besar dan

kecil di bagian atasnya terdapat pahatan

phallus. Di situs Pugung Raharjo juga

ditemukan teras berundak berbentuk

empat persegi panjang. Tujuan

pembuatan punden berundak adalah

untuk sarana pemujaan kepada arwah

nenek moyang.

Di kaki bukit lokasi Pucuk

ditemukan dua dolmen, sepertinya

dahulu sengaja dibuat sebagai pintu

masuk ke lokasi, oleh karena itu diduga

lokasi pucuk dahulu merupakan

perkampungan dan terdapat tempat

untuk melaksanakan kegiatan upacara

keagamaan, dengan sentralnya yaitu di

punden berundak. Berdasarkan hasil

penggalian di lokasi ditemukan 183

pecahan tembikar, bentuk yang paling

banyak adalah periuk, selain itu

ditemukan bentuk kendi, pasu,

jambangan dan tempayan. Keramik

ditemukan sejumlah 119 pecahan, yang

paling banyak ditemukan adalah

keramik yang berbahan porselein dan

bentuk mangkuk. Keramik yang tertua

adalah berasal dari Cina yaitu

duapecahan keramik Sung (abad ke-12-

14 Masehi) dan temuan yang terbanyak

adalah 78 pecahan keramik Qing (abad

ke-18-19 M) selain itu juga ditemukan

pecahan keramik dari Thailand dan

Eropah. Oleh karena itu lokasi diduga

dahulu digunakan sebbagai

perkampungan dari masa megalitik

sampai dengan masa-masa kemudian.

Di kaki bukit, lokasinya agak rendah

dari Pucuk juga ditemukan banyak

pecahan keramik, yang sekarang

menjadi tanah milik Bapak Alkaf,

diduga dahulu lokasi ini juga digunakan

sebagai pemukiman penduduk,

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

128

Page 59: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

(sayangnya lokasi tidak diijinkan

pemilik tanah untuk digali.).

Di Padang Guci juga ditemukan

pecahan keramik berjumlah 114

pecahan dan 56 pecahan tembikar.

Pecahan keramik yang paling banyak

bentuk mangkuk dan berbahan

porselein.Di Padang Guci diduga adalah

bekas kampung lama, dan dahulu

terdapat teras berundak. Hal ini

berdasarka hasil penggalian di lokasi

ditemukan sisa runtuhan teras berundak

khususnya di kotak lima.

Di Desa Pagaerdewa dan

Tanjungjati juga ditemukan empat batu

datar, satu berada di pekarangan

penduduk dan tiga berada di

persawahan penduduk. Lokasi berada di

daerah lembah berbeda dengan lokasi

Pucuk dan Padang Guci yang berada di

atas bukit. Hal ini menunjukkan

permukiman dahulu memiliki dua jenis

yaitu permukiman di atas bukit dan di

daerah dataran rendah. Berdasarkan

tinggalan keramik, kronologinya

menunjukkan pertanggalan yang lebih

muda khsusunya keramik yang

ditemukan di daerah dataran rendah.

Oleh karena diduga awalnya kampung

lama berada di atas bukit pada masa

selanjutnya penduduk lebih memilih

bertempat tinggal di daerah dataran

rendah (lembah). Hal ini dimungkinkan

karena untuk kemudahan dalam

berkomunikasi dan transportasi lebih

cepat ke daerah lain.

Dari Pagerdewa ke Way Tani

dapat ditempuh ¼ jam jikalau memakai

transportasi darat berhasil menemukan

pecahan keramik (survey) namun

penggalian belum menemukan keramik.

Hasil analisis menujukkan pecahan

keramik dari Way Tani memiliki

kronologi lebih muda dari situs

Pagerdewa. Oleh karena itu

permukiman penduduk di Way Tani

berasal dari abad ke-16-17 Masehi

sampai dengan masa-masa kemudian.

f. Penutup

Tinggalan megalitik banyak

ditemukan di atas bukit (dataran tinggi),

selain tinggalan megalitik juga

ditemukan keramik dan tembikar kuno

khususnya di lokasi Pucuk dan Padang

Guci. Pendukung tradisi megalitik

dahulu mendirikan bangunan megalitik

seperti dolmen, batu datar dan punden

berundak dengan tujuan untuk

pemujaan kepada nenek moyang.

Keberadaan tinggalan megalitik dan

keramik/tembikar kuno menunjukkan

dahulu manusia memilih lokasi tempat

tinggal adalah diatas bukit (dataran

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

129

Page 60: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

tinggi). Hal ini dimungkinkan karena

alasan keamanan dan tempat yang

cocok untuk kegiatan ritual. Penduduk

juga dapat bertahan hidup dikarenakan

di atas bukit ditemukanan sumber mata

air yang berguna untuk kebutuhan

sehari-hari. Permukiman selanjutnya

berpindah ke daerah lebih rendah yaitu

daerah lembah dengan tujuan

dikarenakan mata air di atas bukit sudah

kering dan kemudahan

komunikasi/transportasi ke daerah lain.

Penelitian di kawasan Danau

Ranau tidak dapat dilaksanakan secara

utuh, karena berbatasan dengan wilayah

kerja Balai Arkeologi Bandung. Oleh

karena itu diharapkan di masa yang

akan datang terjalin kerjasama antar

Balar Palembang dan Balar Bandung

dalam kegiatan penelitian di 2 wilayah

kerja masing-masing sehingga

data/informasi dapat diperoleh

maksimal dan tujuan penelitian dapat

tercapai.

DAFTAR PUSTAKA Damais, L.CH, 1952, “Old Javanese

Inscription Dated 997 A.D.” BEFEO.

Dinas Purbakala, 1985. “Kisah

Perjalanan ke Sumatera Selatan dan Jambi” dalam Amerta, No. 3, hlm. 1-36.

Hoop, Van Der, 1932. Megalitic

Remains in South Sumatra. Netherlands: W.J. Thieme & Cie Zutphen.

Lembaga Purbakala dan Peninggalan

Nasional, 1954. Laporan Penelitian Arkeologi di Sumatera 1973.ed. Bernet Bronson et. El. Jakarta.

Marhaeni S.B, Tri, 1996. Situs-Situs

Arkeologi di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan. Palembang: Balai Arkeologi Palembang.

R.R. Triwurjani, 1993. Survei Arkeologi di Situs Danau Ranau Sumatera Selatan. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Siregar, Sondang M, 2008. Laporan

Penelitian Situs Jepara, Kecamatan Buay Pematang Ribu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Palembang: Balai Arkeologi Palembang

Siregar, Sondang M, 2009. Laporan

Penelitian Situs Subik, Kecamatan Buay Pematang Ribu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Palembang: Balai Arkeologi Palembang

Suhadi, Drs. Machi, dkk., 1984.

Laporan Penelitian Arkeologi Klasik di Situs Jepara, Sumatera Selatan. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Widiatmoko, Agus. 1996. Laporan

Hasil Survei Situs-Situs di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

130

Page 61: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Jambi: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi

Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

131

Page 62: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Perubahan Gaya Arsitektur pada Rumah Tinggal di Situs Almunawar, Palembang

Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Arkeologi

Architecture style changes in Al-Munawar site dwelling places, Palembang Sociological approaches in archeological research

Aryandini Novita Balai Arkeologi Palembang [email protected]

Naskah diterima tanggal 11/10/2014; dikembalikan untuk revisi tanggal 12/11/2014; disetujui tanggal 26/11/2014

Pendahuluan

Data sejarah menyebutkan bahwa

kelompok etnis Arab telah ada di

Palembang sejak abad VII M. Dalam

sumber berita Arab disebutkan bahwa

kelompok etnis ini singgah di Palembang

sebelum melanjutkan perjalanannya ke

Cina (Purwanti, tt: 4). Beberapa ahli

berpendapat bahwa umumnya kelompok

etnis Arab di Indonesia, termasuk

Palembang, berasal dari Hadramaut yang

Abstrak

Meskipun data sejarah menyebutkan bahwa kelompok etnis Arab telah ada di Palembang sejak abad VII M namun rumah-rumah di situs tersebut diperkirakan dibangun antara abad XIX – XX M. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Palembang pada tahun 2006 tentang pemukiman kelompok etnis Arab di Kota Palembang Pasca Kerajaan Sriwijaya diketahui telah mengalami perubahan pada bentuk bangunan rumah tinggal kelompok etnis Arab di Situs Almunawar yang awalnya berupa rumah yang didirikan di atas tiang menjadi rumah yang didirikan tidak menggunakan tiang. Perubahan pada masyarakat kelompok etnis Arab di Situs Almunawar tidak sekedar terjadi pada penerapan gaya arsitektur bangunan rumah tinggal saja, tetapi juga pada cara hidup masyarakat tersebut yang awalnya mencirikan kehidupan di tepi sungai beralih ke kehidupan di ‘daratan’. Kata Kunci: perubahan sosial, Situs Almunawar, akulturasi

Abstract

Although the historical data notes that the Arabian have existed in Palembang since the7th century, but the houses on the site was probably built between the19th-20th century. Results of research conducted Centre for Archaeology Palembang in 2006 on the settlement of Arabian in Palembang at Post Srivijaya Era known that there were a change in the form of houses in the Arabian at Almunawar Site that was originally a stick house into the house built on the ground. Changes in Arabian society at Almunawar Site does not just happen on the application of architectural style, but also the way of life of the communities that initially characterizes riverine culture turning to life on the 'mainland'. Keywords: social change, Almunawar Site, aculturation

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

Page 63: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

terletak di daerah pesisir jazirah Arab

bagian selatan, yang sekarang merupakan

wilayah negara Yaman. Kelompok etnis

ini awalnya merupakan pedagang

perantara, seiring dengan perjalanan waktu

mereka kemudian menetap dan menikah

dengan penduduk Palembang (Purwanti, tt:

2; Mujib, 2000: 1).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Balai Arkeologi Palembang pada tahun

2006 tentang pemukiman kelompok etnis

Arab di Kota Palembang Pasca Kerajaan

Sriwijaya diketahui bahwa cara hidup

kelompok etnis Arab di Situs

Almunawarmemiliki kemiripan dengan

cara hidup masyarakat Palembang yang

terlihat dari bentuk rumah tinggal dan

pemilihan lokasi tempat tinggal. Bentuk

bangunan hunian tersebut merupakan cara

masyarakat kelompok etnis Arab ini dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan

situs yang berupa dataran rendah yang

selalu tergenang oleh pengaruh pasang

surut Sungai Musi dan rawa-rawa.

Secara umum, bentuk rumah tinggal di

pemukiman kelompok etnis Arab di Situs

Almunawar memiliki tiga bentuk, yaitu

rumah limas, rumah gudang dan rumah

Indies. Secara kronologis bentuk rumah

limas dan gudang memiliki usia yang lebih

tua dibanding dengan Indies. Meskipun

data sejarah menyebutkan bahwa

kelompok etnis Arab telah ada di

Palembang sejak abad VII M namun

rumah limas dan gudang di Situs

Almunawar diperkirakan berasal dari abad

XIX M; sedangkan rumah Indies berasal

dari awal abad XX M.Hal ini

menunjukkan adanya perubahan yang

terjadi pada bentuk bangunan rumah

tinggal kelompok etnis Arab di Situs

Almunawar yang awalnya berupa rumah

yang didirikan di atas tiang menjadi rumah

yang didirikan langsung di tanah.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka

permasalahan yang akan dikaji pada

tulisan ini mengenai perubahan cara hidup

masyarakat kelompok etnis Arab di Situs

Almunawar. Untuk menjawab

permasalahan tersebut tulian ini bertolak

dari pertanyaan yaitu “bagaimana bentuk

perubahan sosial yang terjadi pada

masyarakat kelompok etnis Arab di Situs

Almunawar dan faktor-faktor apa saja

yang menyebabkan perubahan tersebut

terjadi?”

Pembahasan mengenai perubahan cara

hidup ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran tentang kehidupan masyarakat

kelompok etnis Arab sebagai masyarakat

pendatang yang telah menetap di

Palembang sejak masa lalu dan secara

turun temurun menempati kawasan tepi

Sungai Musi.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

133

Page 64: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Kerangka Pikir

Pada dasarnya dalam suatu kelompok

masyarakat senantiasa terjadi proses

perubahan sosial. Perubahan-perubahan

tersebut dapat diketahui dengan cara

membandingkan keadaan suatu kelompok

masyarakat pada masa tertentu dengan

keadaan pada masa lampau. Menurut

Panopio, Cordero dan Raymundo seperti

yang dikutip oleh Ahmad Sihabudin,

perubahan sosial menunjuk kepada

pengubahan dalam pola organisasi sosial

dari bagian-bagian kelompok di dalam

suatu masyarakat atau dari masyarakat

keseluruhan (2011: 8)

Menurut August Comte, masyarakat

berkembang secara linier, yakni dari

primitif ke arah masyarakat yang lebih

maju. Proses berkembangnya masyarakat

tersebut mengakibatkan perubahan-

perubahan yang berdampak terhadap

perubahan nilai-nilai dan berbagai

anggapan yang dianut masyarakat tersebut.

Perubahan sosial yang terjadi dari

masyarakat sederhana ke arah masyarakat

modern berlangsung lambat, tanpa

menghancurkan fondasi yang membangun

masyarakat, sehingga memerlukan waktu

yang panjang (Sihabudin 2011: 5-6)

Haferkamp menyatakan bahwa perubahan

yang terjadi pada masyarakat dapat

dikategorikan sebagai perubahan yang

terjadi karena disengaja atau direncanakan

di mana salah satu faktor penyebab

perubahan adalah faktor eksternal yang

dibawa dan dikomunikasikan melalui

agen-agen perubahan dari luar masyarakat.

Dalam perubahan sosial yang

direncanakan terkandung ide-ide baru yang

disebarkan ditengah masyarakat yang akan

membawa pada perubahan baik yang

membawa pada hal-hal yang lebih baik

maupun yang dapat merugikan anggota

masyarakat itu sendiri (Sihabudin 2011:

8).

Menurut Selo Sumarjan (1981) terdapat

dua faktor yang menyebabkan terjadinya

perubahan sosial dalam masyarakat, yaitu

faktor intern dan ekstern. Faktor intern

terdiri dari empat faktor penyebab, yaitu

bertambah dan berkurangnya penduduk;

adanya penemuan-penemuan baru yang

meliputi berbagai proses seperti discovery,

invention dan inovasi; konflik dalam

masyarakat; pemberontakan dalam tubuh

masyarakat. Faktor ekstern terdiri dari dua

faktor penyebab, yaitu faktor alam yang

ada di sekitar masyarakat seperti bencana

alam dan pengaruh kebudayaan lain

dengan melalui adanya kontak kebudayaan

antar dua kelompok masyarakat atau lebih

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

134

Page 65: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

melalui proses akulturasi maupun

asimilasi.

Hasil Penelitian

Situs Almunawar termasuk dalam wilayah

administrasi Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan

Seberang Ulu II. Situs ini merupakan

dataran rendah yang dibatasi oleh Sungai

Musi di bagian selatan, Sungai

Temenggungan di bagian barat dan Sungai

Kangkang di bagian timur dan batas utara

berupa rawa-rawa.

Keterangan : Situs Almunawar

Peta 1. Situasi Situs Almunawar, Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I

Secara umum jumlah rumah yang

termasuk dalam obyek penelitian di Situs

Almunawar sebanyak 10 buah dengan

jumlah penghuni sebesar 34 KK.

Berdasarkan pengamatan terhadap bentuk-

bentuk rumah yang terdapat di Situs

Almunawar diketahui ada tiga jenis rumah,

yaitu rumah limas, rumah gudang dan

rumah Indies. Hasil pengamatan terhadap

bentuk, ragam hias dan informasi yang

didapat dalam wawancara diketahui secara

relatif kronologi rumah-rumah tersebut

berasal dari abad XIX M hingga awal abad

XX M.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

135

Page 66: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Foto 1. Rumah limas di Situs Almunawar,

oleh masyarakat setempat disebut

‘rumah darat

Foto 2. Rumah gudang di Situs

Almunawar, oleh masyarakat setempat disebut

‘rumah tinggi

Foto 3. Rumah indies di Situs

Almunawar, oleh masyarakat setempat disebut

‘rumah batu’

Foto 4. Rumah Indies berlantai

dua di Situs Almunawar,

oleh masyarakat setempat disebut ‘rumah kembar

darat’

Foto 5.Rumah Indies berlantai

dua di Situs Almunawar,

oleh masyarakat setempat disebut

‘rumah kaca’

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

136

Page 67: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Foto 6. Rumah Indies berlantai

dua di Situs Almunawar,

oleh masyarakat setempat disebut ‘rumah kembar

laut’

Foto 7.Rumah indies di Situs

Almunawar yang

diperkirakan dibangun pada

pertengahan abad XX M

Foto 8.Rumah indies di Situs

Almunawar yang

diperkirakan dibangun pada

pertengahan abad XX M

Ragam hias yang terdapat di rumah-rumah

di Situs Almunawar bermotif flora, fauna

dan geometris. Rumah-rumah di situs ini

mempunyai kesamaan pola ruang, yaitu

adanya ruang terbuka, yang terdapat di

bagian tengah dan belakang rumah. Pada

rumah limas pembagian ruang dibuat

dengan bentuk bertingkat-tingkat. Secara

umum denah rumah-rumah di Situs

Almunawar berupa persegi, huruf ‘U’, ‘U’

terbalik dan ‘I’.

Tata ruang permukiman di Situs

Almunawar memiliki pola konsentris

dimana rumah-rumah yang dibangun di

situs tersebut disusun mengelilingi sebuah

lahan terbuka. Sebagai salah satu unsur

dari sebuah permukiman adalah adanya

bangunan religi. Bangunan religi yang

terdapat di Situs Almunawar berupa satu

buah masjid yang terletak di tepi Sungai

Musi, yang sampai saat ini masih

digunakan tetapi bentuknya sudah

mengalami perubahan.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

137

Page 68: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Foto 9. Pola konsentris pada permukiman di Situs Almunawar Pembahasan

Secara umum bentuk dan bahan bangunan

rumah-rumah di permukiman kelompok

etnis Arab di Siitus Almunawar

merupakan refleksi adaptasi kelompok

masyarakat tersebut dengan lingkungan

setempat. Sebagai masyarakat pendatang,

kelompok etnis Arab telah menyerap unsur

budaya setempat dalam menerapkan

bentuk rumah tinggalnya yaitu rumah

limas. Demikian juga dalam

perkembangan berikutnya kelompok etnis

Arab juga menerapkan bentuk bangunan

yang sedang menjadi tren pada saat itu.

Perubahan bentuk rumah tinggal yang

terjadi di Situs Almunawar cenderung

lebih dikarenakan oleh gaya arsitektur

yang sedang berkembang pada masanya.

Abad XIX M merupakan masa peralihan

dari pemerintahan Kesultanan Palembang

Darussalam ke pemerintahan Hindia

Belanda. Keadaan ini tercermin pada

bangunan-bangunan rumah tinggal di Situs

Almunawar yang masih berbentuk limas

dan panggung namun mulai digunakannya

ragam-ragam hias yang bergaya Eropa

yang berupa motif flora, fauna dan

geometris yang diterapkan pada ventilasi

dan pembatas ruangan. Sejalan dengan

perkembangan jaman bentuk rumah

tinggal di Situs Almunawar yang didirikan

pada awal abad XX M mengikuti tren gaya

arsitektur yang sedang berkembang pada

masa itu yang dikenal dengan istilah ‘gaya

Indies’ yang merupakan perpaduan gaya

arsitektur lokal dan gaya arsitektur

Eropa.Yang dimaksud gaya arsitektur

lokal adalah gaya arsitektur yang

berkembang di suatu daerah sebelum

bangsa Eropa datang ke daerah tersebut.

Perubahan pada masyarakat kelompok

etnis Arab di Situs Almunawar tidak

sekedar terjadi pada penerapan gaya

arsitektur bangunan rumah tinggal saja,

tetapi juga pada cara hidup masyarakat

tersebut. Seperti halnya masyarakat

Palembang, sungai bagi masyarakat

kelompok etnis Arab di Situs Almunawar

merupakan sumber kehidupan sebagai

tempat mandi, mencuci, sebagai sarana

transportasi dan bahkan sebagai tempat

JARAK ANTAR BANGUNAN AL-MUNAWAR

460

JL. A

L M

UNAW

AR

460

40 0

40 0

4980

TAMAN

1660

1480180

R. TINGGI R. KACA / MADRASAH R. KEMBAR DARAT 2

R. KEMBAR DARAT 1R. BATUR. LIMAS

OPEN SPACE

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

138

Page 69: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

anak-anak bermain. Perubahan bentuk

rumah secara tidak langsung juga

mempengaruhi perubahan makna sungai

pada masyarakat kelompok etnis Arab di

Situs Almunawar. Aktivitas mandi dan

cuci yang dulunya dilakukan di sungai

juga beralih dengan bertambahnya satu

ruangan di rumah mereka yang berfungsi

sebagai kamar mandi. Pada rumah limas

dan rumah gudang yang terbuat dari bahan

kayu, kamar mandi diletakkan di bagian

kolong rumah, sedangkan pada rumah

Indies terletak di bagian belakang rumah.

Pada masa kini dengan kondisi sungai

yang semakin kotor makna sungai semakin

tergeser dengan program pemerintah

berupa pengadaan air bersih yang

disediakan oleh PDAM. Masyarakat

kelompok etnis Arab di Situs Almunawa

lebih memilih menggunakan air yang

disediakan oleh PDAM sebagai sarana

terhadap pemenuhan kebutuhan air sehari-

hari mereka. Semakin mudahnya akses

transportasi darat juga semakin menggeser

makna sungai pada masyarakat kelompok

etnis Arab di Situs Almunawaryng

merupakanjalur transportasi terutama

dalam membawa berbagai jenis barang

dari dan ke daerah pedalaman atau dari

dan ke wilayah-wilayah di luar Palembang.

Saat ini masyarakat kelompok etnis Arab

di Situs Almunawar lebih memilih jalan

darat sebagai akses utama perjalanan

sehingga mereka sekarang sudah tidak lagi

memiliki kendaraan sungai secara pribadi.

Masyarakat kelompok etnis Arab di Situs

Almunawar umumnya menggunakan alat

transportasi sungai dengan cara menyewa

karena lebih praktis karena bebas dari

biaya perawatan sehari-hari dan terjangkau

karena keberadaan kendaraan sungai yang

disewakan cukup banyak dan harga sewa

yang tidak terlalu mahal.

Penutup

Hasil penelitian Balai Arkeologi

Palembang menunjukkan bahwa telah

terjadi perubahan cara hidup masyarakat

kelompok etnis Arab di Situs Almunawar.

Perubahan tersebut dapat dilihat dari

bentuk rumah tinggal mereka di mana pada

awalnya mereka mendirikan rumahnya di

atas tiang kemudian berubah menjadi

bangunan yang didirikan menempel

langsung di tanah. Mengacu pada

pernyataan Haferkamp maka perubahan

yang terjadi di Situs Almunawar dapat

dikategorikan sebagai perubahan yang

terjadi karena disengaja di mana telah

terjadi kontak budaya dengan kelompok

etnis lainnya yaitu masyarakat Palembang

sendiri yang merupakan penduduk lokal

maupun etnis Eropa yang merupakan

kelompok penguasa.

Keadaan ini juga sesuai dengan pendapat

Selo Sumarjan yang menyatakan bahwa

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

139

Page 70: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

salah satu faktor yang menyebabkan

adanya perubahan sosial adalah faktor

ekstern berupa pengaruh kebudayaan lain

melalui proses akulturasi yang berlangsung

antara masyarakat kelompok etnis Arab

dengan masyarakat Palembang maupun

orang-orang Eropa. Akulturasi tersebut

dapat dilihat pada bentuk rumah limas dan

panggungyang merupakan unsur budaya

Palembang yang diserap oleh masyarakat

kelompok etnis Arab di Situs Almunawar,

demikian juga rumah Indies yang secara

umum merupakan bentuk rumah yang

menjadi tren pada awal abad XX M di

nusantara. Selain itu baik di rumah gudang

dan limas, ragam hias bergaya Eropa juga

digunakan di rumah-rumah masyarakat

kelompok etnis Arab di Situs Almunawar.

Adapun perubahan bentuk rumah tersebut

mengakibatkan berubahnya cara hidup

masyarakat kelompok etnis Arab yang

awalnya mencirikan kehidupan di tepi

sungai beralih ke kehidupan di ‘daratan’.

Daftar Pustaka

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Press

Mujib. 2000. Pemberdayaan “Masyarakat Asing” di Palembang Pada Masa Kesultanan, makalah dalam EHPA, Bedugul 14 -18 Juli 2000.

Novita, Aryandini. 2006. “Permukiman Kelompok Etnis Arab. Sejarah Perkembangan Permukiman Kota Palembang Pasca Masa Sriwijaya” dalam Berita Penelitian Arkeologi no 14. Palembang: Balai Arkeologi Palembang.

Purwanti, Retno. tt. Komunitas Arab Palembang dalam Perspektif Arkeo-Historis (belum diterbitkan).

Rahim, Husni. 1998. Sistem Otorasi dan Administrasi Islam. Studi tentang Pejabat Agama Masa Kesultanan dan Kolonial di Palembang. Jakarta: Logos.

Sevenhoven, J.L. van. 1971, Lukisan Tentang Ibukota Palembang. Jakarta: Bhratara.

Sihabudin, Ahmad. 2011. “Strategi Pemberdayaan Komunitas Adat Terasing Baduy. Suatu Upaya Menuju Perubahan” dalam Perubahan Sosial Sebuah Bunga Rampai hal. 1 – 21. Serang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tirtayasa.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

140

Page 71: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

SITUS WADUK PACAL Waduk Pacal Site

Titet Fauzi Rachmawan Balai Arkeologi Palembang

[email protected]

Naskah diterima tanggal 11/10/2014; dikembalikan untuk revisi tanggal 12/11/2014; disetujui tanggal 26/11/2014

Abstrak

PENDAHULUAN

Pemanfaatan dan pengelolaan air

pada masa pemerintahan Hindia Belanda

mulai ditingkatkan pada masa tanam paksa

(Cultuurstelsel) tahun 1830.Pada masa

tersebut pemerintah mulai secara aktif

mengadakan pemeriksaan saluran-saluran

air untuk pengairan sawah.Pejabat

memerintahkan perbaikan serta perluasan

saluran air dengan teknologi sederhana yang

telah dikuasai sejak jaman dahulu. Perbaikan

Abstrak Bojonegoro sebagai salah satu kota yang dibangun oleh Belanda banyak sekali memiliki potensi arkeologis. Salah satu tinggalan kolonial yang ada di kabupaten ini adalah bangunan Waduk Pacal yang terletak di Dusun Tretes, Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro. Waduk ini sekarang dikelola oleh unit pelaksana teknis (UPT) pengelola sumber daya air wilayah Bengawan Solo. Pengelolaan irigasinya dilakukan oleh departemen pekerjaan umum (PU).Waduk Pacal saat ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan air di areal pertanian seluas 16.696 ha di sejumlah desa di Kecamatan Temayang, Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberejo, dan Kanor. Kata kunci : waduk, tinggalan kolonial, Bojonegoro

Abstract Bojonegoro as one of the city built by the Dutch have a lot of archaeological potential. One of the colonial remains in this district is building Pacal Reservoir, located in the Dusun Tretes, Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Bojonegoro. This reservoir is now managed byUnit Pelaksana Terpadu (UPT) pengelola sumber daya air wilayah Bengawan Solo. Irrigation management is done by departeman Pekerjaan Umum (PU). Pacal reservoir is currently used to meet the water needs in the area of 16 696 ha of agricultural area in a number of villages in Temayang, Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberejo, and Kanor. Keywords: reservoir, colonial remains, Bojonegoro.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

Page 72: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

tersebut akan meningkatkan produksi

pangan dan pajak tanah bagi Negara

(Suroyo, 2000: 119-120). Tahun 1832

pemerintah mengirim Ir. van Thiel ke

Situbondo untuk membuat bendung di Kali

Sampean.Bendungan ini terbuat dari

kerangka kayu jati yang diisi batu kali

dengan panjang 45 m dan tinggi 8 m serta

menjadi bendungan pertama yang dibangun

pemerintah Belanda (Angoedi, 1984: 60).

Pada tahun 1848 dan 1849 terjadi

musim kemarau panjang yang menyebabkan

kegagalan tanaman rakyat dan kematian

sekitar 200.000 orang penduduk di daerah

Demak, Jawa Tengah. Bencana kelaparan

ini menyebabkan dibangunnya Bendung

Glagap di Kali Tuntang yang melewati

Demak.Bendung dan irigasi Glagap

dibangun tahun 1852 dan selesai tahun 1859

(Angoedi, 1984: 67-68).Setelah 30 Tahun

dilaksanakan tanam paksa di Hindia Belanda

rencana jaringan irigasi teknis di Indonesia

baru terselenggara di irigasi Glagap di Kali

Tuntang ini (Angoedi, 1984: 71).

Pengalaman membangun irigasi

selama sekitar 50 tahun mulai dari

pembangunan irigasi Glagap ini sudah

cukup memberikan pelajaran bagi

pemerintah Hindia Belanda.Hal tersebut

membuat irigasi dimasukkan sebagai salah

satu instrumen kebijakan dalam politik etis

(Ethiesche Politiek). Kebijakan ini

diumumkan oleh Ratu Wilhelmina pada

permulaan abad ke-XX di depan parlemen

Belanda dalam upaya mengatasi kemiskinan

dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat

pribumi di Hindia Belanda (Pasandaran,

2005: 220).

Setelah diumumkannya politik etis,

irigasi modern kemudian mengalami

perkembangan pesat.Pembangunan saluran

irigasi untuk pertanian dan perkebunan

banyak dibangun di Pulau Jawa.Penemuan

teknologi irigasi di dataran rendah juga ikut

membantu perkembangan sistem irigasi

modern tersebut (Pasandaran, 1991: 5).

Pada tahun 1893-1898, di

Bojonegoro ada rencana pembangunan

proyek irigasi Solovalleiwerken dengan

membuat aliran sungai baru sebagai

pemecahan Bengawan Solo.Proyek ini

dirancang untuk mengatasi banjir yang

mulai membahayakan Kota Bojonegoro

sebagai akibat dari pendangkalan pada

daerah aliran Sungai Bengawan Solo.Aliran

sungai baru tersebut dinamakan Bengawan

Suwang yang direncanakan untuk

mengendalikan banjir dan irigasi pada

musim kemarau (Panitia Penggali dan

Penyusun Sejarah Hari Jadi Kabupaten

Tingkat II Bojonegoro, 1988: 197).Proyek

ini ternyata gagal diwujudkan sampai

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

142

Page 73: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

sekarang dan meninggalkan hamparan tanah

luas yang panjangnya 72 km dengan lebar

berkisar 200-300 m yang disebut tanah

Solovaleiwerken.

Setelah munculnya politik etis tahun

1901, di Hindia Belanda mulai terjadi

pembangunan waduk dan irigasi secara

besar-besaran termasuk di antaranyaWaduk

Pacal yang dibangun pada tahun 1927

sampai 1933. Waduk ini dibangun dengan

membendung Sungai Pacal dan terletak di

tengah-tengah hutan jati Dukuh Tretes, Desa

Kedungsumber, Kecamatan Temayang,

Kabupaten Bojonegoro, memiliki bendung

dengan tinggi 41 m dan panjang tanggulnya

50 m, Waduk Pacal memiliki luas sekitar

4.761 m2 dengan kedalaman 25 m. Pada

awal dibangun waduk tersebut mampu

menampung air sebanyak 41.558.000 m3,

tetapi semakin berkurang karena adanya

sedimentasi sehingga sekarang hanya

mampu menampung air sebesar 26.427.747

m3 (Balai Pengelolaan Sumber Daya Air

Wilayah Bojonegoro: tanpa tahun, 11-12).

Waduk Pacal berada 35 km sebelah

selatan Kota Bojonegoro, waduk ini

merupakan waduk terbesar yang ada di

Kabupaten Bojonegoro dan saat ini dikelola

oleh unit pelaksana teknis (UPT) pengelola

sumber daya air wilayah Bengawan Solo.

Pengelolaan irigasinya dilakukan oleh

departemen pekerjaan umum (PU).Waduk

Pacal saat ini dipakai untuk memenuhi

kebutuhan air di areal pertanian seluas

16.696 ha di sejumlah desa di Kecamatan

Temayang, Sukosewu, Kapas, Balen,

Sumberejo, dan Kanor.

DESKRIPSI DAN REKONSTRUKSI

DATA WADUK PACAL

Pada tahun 1900 Kabupaten

Bojonegoro masih merupakan bagian dari

Karesidenan Rembang dan Propinsi Jawa

Tengah.Kabupaten Bojonegoro dibagi

menjadi distrik administrasi Baureno,

Pelem, dan Bojonegoro.Termasuk di

dalamnya chief town Ngumpak, Padangan,

dan Tambakrejo. Baru pada tanggal 1 Juli

1928 Bojonegoro menjadi karesidenan

sendiri dengan wilayah meliputi Kabupaten

Bojonegoro dan Kabupaten Tuban serta

dimasukkan dalam wilayah Propinsi Jawa

Timur, kemudian pada tahun 1931

Kabupaten Gresik juga dimasukkan ke

dalam wilayah karesidenan baru ini

(Penders, 1984: 3).

Pada saat Kabupaten Bojonegoro

masih termasuk dalam wilayah Karesidenan

Rembang, residen Rembang saat itu, J. F.

Wildering melaporkan bahwa jika

dibandingkan dengan panen di daerah lain di

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

143

Page 74: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Jawa dan Madura kegagalan panen yang

terjadi di daerah Rembang saat itu termasuk

urutan ke dua setelah Surabaya. Hasilnya

termasuk rendah bahkan lebih rendah

daripada Madura yang hasil panennya tidak

tinggi (Wildering, 1977: LV).

Hasil pertanian penduduk yang

rendah ini karena pertanian padi terlalu

banyak bergantung kepada hujan.Kegagalan

panen tanaman padi cukup luas. Kegagalan

ini disebabkan oleh kurangnya air atau hama

di daerah di luar Bengawan Solo dan di

daerah sepanjang aliran Bengawan Solo

karena banjir. Kondisi lingkungan di

Kabupaten Bojonegoro ini sangat

mempengaruhi kehidupan penduduk yang

menggantungkan hidupnya pada pertanian

padi.

A. KONDISI LINGKUNGAN DI

SEKITAR WADUK PACAL

Secara administratif Waduk Pacal

terletak di Dukuh Tretes, Desa

Kedungsumber, Kecamatan Temayang,

Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa

Timur.Dilihat dari segi topografi Waduk

Pacal terletak di kaki-kaki bukit yang

merupakan bagian dari gugusan Pegunungan

Kendeng.Waduk ini dibangun dengan

membendung daerah pertemuan anak-anak

Kali Pacal yaitu Kali Sugihan atau Kali

Dodol dan Kali Gondang.Sekitar waduk

terdapat tanggul alam berbentuk bukit-bukit

kecil yang ditumbuhi hutan jati.

Usaha dalam melakukan

pembangunan bendungan memiliki beberapa

tahap, yaitu: studi kelayakan pendahuluan

(pre feasibility study), studi kelayakan

(feasibility study), perencanaan teknis

(detailed design), dan pelaksanaan

pembangunan (construction) (Sukardi, 1998:

8). Studi kelayakan pendahuluan dilakukan

untuk menentukan lokasi pembangunan

bendungan.Studi kelayakan dilakukan

setelah ditentukan lokasi pembangunan

dengan melakukan studi topografi, hidrologi

dan geologi yang lebih lengkap pada lokasi

yang dipilih. Perencanaan teknis dilakukan

dengan membuat rancangan detail bangunan

yang akan dibuat dan biaya pembuatan.

Setelah semua perencanaan dilakukan

barulah dilaksanakan pembangunan

bendungan.

Hal ini menyebabkan pada tahun

1915 pemerintah kolonial melakukan studi

meteorologi dengan memasang alat

pengukur curah hujan di sekitar lokasi

waduk.Pengukuran ini menunjukan luas

potensi daerah tangkapan air 84 km2 dan

curah hujan dengan rata-rata sebesar 2100

mm pertahun. Dari pengukuran tersebut

diprediksi akan didapati volume air sebesar

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

144

Page 75: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

90.000.000 m3 (Balai Pengelolaan Sumber

Daya Air Wilayah Bojonegoro, tanpa tahun:

2).

Data geologi tentang Waduk Pacal

diperoleh dari penelitian geologi oleh Ir.

Hobgovald tahun 1917.Dalam penelitian di

lokasi rencana Waduk Pacal ditemukan

adanya formasi batu kapur dan tanah liat

(lempung/margalit) yang memungkinkan

dilakukan pembangunan waduk.Formasi

batu kapur dan tanah liat merupakan

endapan campuran (mergel) antara tanah liat

dan kapur dalam perbandingan yang tidak

tentu.Pada umumnya batuan endapan ini

berlapis-lapis karena pengendapan yang

terjadi dalam waktu lama dan tidak

bersamaan (Sosroprawiro, 1957: 36-

37).Formasi kapur memiliki efek fisik yaitu

memiliki kecenderungan untuk bergabung

dengan rapat.Keadaan semacam ini sangat

menghambat gerakan air dan udara

(Buckman, 1982: 518). Sedangkan tanah

yang memiliki formasi lempung atau tanah

liat cenderung lambat dalam melakukan

penyerapan air (Kartasapoetra, 1991: 25).

B. SEJARAH WADUK PACAL

Pembangunan Waduk Pacal dimulai

setelah pemerintah kolonial membatalkan

rencana pembangunan proyek

Solovaleiwerken.Solovaleiwerken awalnya

merupakan proyek untuk membuat sungai

lain dari aliran Bengawan Solo. Proyek ini

mengalami kegagalan karena harus

memindahkan jalan raya dan jalan kereta api

sehingga perkiraan dana yang dibutuhkan

untuk mewujudkan proyek solovaleiwerken

ini sangat besar. Padahal tanah untuk

pelaksanaan proyek ini telah disediakan.

Setelah kegagalan proyek ini

Kabupaten Bojonegoro menjadi salah satu

daerah yang perkembangan ekonomi

penduduknya paling tertinggal di seluruh

Pulau Jawa.Perkembangan ekonomi yang

buruk ini disebabkan oleh pertanian yang

terlalu mengandalkan hujan, padahal

sebagian besar penduduk masih

menggantungkan hidupnya pada pertanian.

Hasil pertanian di Kabupaten

Bojonegoro sebagian besar berupa padi pada

musim penghujan dan palawija serta

tembakau pada musim kemarau.Pada

tanaman tembakau Kabupaten Bojonegoro

termasuk salah satu penghasil terbesar

setelah Deli dan Jember (Panitia Penggali

dan Penyusun Sejarah hari Jadi Kabupaten

Tingkat II Bojonegoro, 1988:

172).Perkebunan tebu diusahakan di sekitar

lembah Bengawan Solo tetapi

pengolahannya dilakukan di luar

Karesidenan Rembang karena di

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

145

Page 76: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Karesidenan Rembang tidak ada perusahaan

gula (Wildering, 1977: LV).

Pada awal abad ke 20 di Kabupaten

Bojonegoro sudah terdapat beberapa

bendungan-bendungan kecil yang

dimanfaatkan untuk mengairi daerah

pertanian. Daftar nama bendungan-

bendungan tersebut terdapat pada tabel

dibawah:

Nama Waduk Area yang dialiri (dalam bau)

Pandjang 95 Tlogo Hadji 1950 Koedoer 475 Pasinan 150 Blongsong 154 Karangdinoyo 256 Metooenan 147

Keterangan: 1 Bau = 7000 meter

Tabel 2.1. Daftar nama waduk yang

berada di kawasan Bojonegoro sebelum

tahun 1923 (Penders, 1984: 33).

Dengan irigasi yang masih sedikit,

tingkat keberhasilan panen menjadi sangat

tergantung pada hujan, dan bendungan yang

ada masih kurang untuk mengairi seluruh

wilayah Kabupaten Bojonegoro. Kurangnya

pasokan air untuk daerah-daerah pertanian

ini menyebabkan pemerintah merasa perlu

untuk mengusahakan adanya bangunan-

bangunan pengairan, terutama di lembah

bengawan solo, sehingga panen padi akan

lebih terjamin. Untuk itu residen Rembang

saat itu J. F. Wildering mengusulkan agar

dibangun waduk untuk memperbaiki

pengairan di Kabupaten Bojonegoro di

daerah Kali Pacal, Kali Kerjo dan Kali

Cowak, Kali Tidu dan Kali Keduwang

(Wildering, 1977: LVI).

Sebelum rekomendasi tempat itu

diajukan, telah ada survei di daerah Klino,

Gondang, Klepek, Kapas dan Bojonegoro

untuk mencari tempat yang sesuai untuk

pembuatan waduk yang dapat menggantikan

fungsi dari proyek Solovalleiwerken, sebagai

pengendali banjir dan pengairan pertanian.

Hasil survei di Dusun Tretes, Desa

Kedungsumber, Kecamatan Temayang

didapati pertemuan anak Kali Pacal dengan

kondisi topografi yang memungkinkan

untuk dibangun sebuah bendungan dengan

kapasitas air yang cukup besar (Balai

Pengelolaan Sumber Daya Air, tanpa tahun:

2).

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

146

Page 77: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Setelah mendapat laporan dari

residen Rembang pada tanggal 17

November 1925, minister of colonies saat itu

Welter memberikan sebuah rekomendasi

atas usul-usul dari J. F. Wildering, sehingga

pada tanggal 30 Agustus 1927 pemerintah

Kolonial mengabulkan pembangunan

Waduk Pacal sedangkan pembangunan

waduk-waduk yang lain ditunda sampai

proyek Waduk Pacal ini menunjukkan hasil

(Penders, 1984: 35).

Setelah rencana anggaran disetujui

oleh pemerintah kolonial yaitu anggaran

total 1,2 juta gulden dengan 37.000 gulden

di antaranya berupa bahan bangunan seperti

kayu dan batu (Penders, 1984: 35). Pada

tahun 1926 dilakukan desain lengkap

dengan rencana anggarannya.Rencana

anggaran ini kemudian oleh Kepala

Pengairan Kali Solo Hilir Ir. Bogoman

ditetapkan sebagai rencana anggaran dan

belanja pembangunan waduk.

Antara tahun 1927-1933 merupakan

masa pelaksanaan pembangunan

waduk.Pada tahun 1931 biaya pembangunan

keseluruhan waduk dan saluran irigasi naik

menjadi 3 juta gulden (Penders, 1984: 36),

kenaikan ini sebagian besar digunakan untuk

pembangunan saluran irigasi di hilir Kali

Pacal. Pembangunan Waduk Pacal sendiri

menelan biaya 2.567.210 Gulden (Balai

Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah

Bojonegoro, tanpa tahun: 2).

Foto 1 Waduk pacal pada saat pembangunannya tahun 1930 (dok. UPT wilayah sungai bengawan solo kabupaten Bojonegoro)

Waduk besar ini dapat menampung

40 juta m3 air, digunakan untuk mengairi

sawah di Kecamatan Pelem dan

Bojonegoro.Sebuah bendungan distribusi

yang bernama Bendungan Sokosewu

dibangun di bagian bawah aliran air dari

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

147

Page 78: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

waduk yang berada di sekitar Desa Klepek,

di sini kemudian baru aliran airnya

diarahkan menuju ke saluran-saluran irigasi.

C. DESKRIPSI WADUK PACAL

1. Waduk (reservoir)

Kebanyakan pembangunan waduk di

Pulau Jawa dilakukan karena sifat dari

sungai-sungai di Pulau Jawa yang memiliki

air yang berlebihan di musim penghujan dan

debit air sungai menjadi sangat kecil di

musim kemarau.Dengan adanya

pembangunan waduk diharapkan air yang

berlebihan tidak menimbulkan banjir saat

musim penghujan dan dapat dimanfaatkan

pada musim kemarau (Broto, 2008: 220).

Berdasarkan fungsinya waduk dapat

dibedakan menjadi 2 macam yaitu, waduk

eka guna (single purpose) dan waduk serba

guna (multi purpose) (Sudjarwadi, 1987: 56-

57).Waduk eka guna adalah waduk yang

fungsinya hanya digunakan untuk satu

keperluan saja, sedangkan waduk serba guna

dapat digunakan untuk memenuhi beberapa

keperluan sekaligus secara

bersamaan.Berdasarkan hal tersebut maka

Waduk Pacal dapat dimasukkan sebagai

waduk eka guna, karena memiliki fungsi

sebagai pemasok air untuk irigasi. Dalam

perkembangannya sejak tahun 1990-an

waduk ini juga dimanfaatkan sebagai objek

wisata.

Waduk Pacal memiliki luas

genangan air sekitar 4. 761 km2 yang

dibatasi oleh bukit-bukit dengan hutan jati di

sekelilingnya Volumenya saat penuh (pada

+25 pp) sebesar 42 ribu m3 tetapi sekarang

telah menurun menjadi 26 ribu m3 saja.

Penurunan ini karena adanya sedimentasi

pada waduk akibat berkurangnya hutan jati

di sekitar waduk.Saat ini Waduk Pacal

dipakai untuk mengairi 17 ribu ha sawah di

daerah Kecamatan Kapas, Kecamatan

Temayang, Kecamatan Balen, dan

Kecamatan Bojonegoro.

2. Bendungan (dam)

Dalam kawasan Waduk Pacal

bangunan yang paling penting adalah

bangunan bendungan. Bendungan ini

memiliki panjang 90 m, tinggi 41 m, dan

lebar 8 m. Konstruksi tubuh bangunan

terdiri dari susunan tumpukan batu yang

setiap batu diatur bergerigi sedangkan pada

bagian lereng di bagian bawah bendungan

berupa tumpukan batu yang disusun tegak

lurus. Pada bagian hilir bendungan

urugannya berupa susunan batu tegak lurus

dengan elevasi puncak bendungan kurang

lebih 28,00 shvp, sedangkan dibagian

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

148

Page 79: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

lerengnya diberi lapisan bahan kedap air tinggi berupa beton lapis aspal

Foto 2. Bendungan

Berdasarkan konstruksinya Waduk

Pacal merupakan waduk dengan tipe

bendungan urugan bersekat, karena tubuh

bendungan terbuat dari timbunan batu kapur

dengan penahan rembesan air lempengan-

lempengan beton dibagian sisi yang

menghadap ke air.Lempengan-lempengan

beton ini bertumpu pada penahan dari beton

yang tertanam dalam pondasi (Angoedi,

1984: 165).

Di dalam struktur bendungan ini

terdapat bangunan terjun (drop structure)

yang memiliki tinggi sekitar 5

meter.Bangunan terjun ini digunakan karena

kemiringan saluran yang terlalu besar.

Aliran air yang terlalu deras akan

menyebabkan dasar saluran air cepat rusak,

dengan adanya bangunan terjun maka

aterjun terdapat di bawah bangunan terjun

ini yang dibangun untuk menahan terjunan

air yang deras. Bangunan terjun dan kolam

ini dibuat dari bahan beton.

3. Tower

Kontruksi bendungan dilengkapi

dengan bangunan tower yang berfungsi

sebagai tempat dan rumah pengaman pintu

air.Pintu air yang terdapat di dalam tower ini

sebanyak 6 buah yang terdiri dari pintu

eksploitasi sebanyak 2 buah dan pintu

penguras 4 buah. Pintu air ini terbuat dari

lembaran plat baja dan memiliki ukuran

1,75x1,75 m.

Pada masa awal pembangunan

Waduk Pacal untuk membuka pintu-pintu

air tersebut masih memakai tenaga manusia.

Kemudian pada awal tahun 1980-an sudah

dipakai mesin diesel untuk menggantikan

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

149

Page 80: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

tenaga manusia, dan pada tahun 1997 telah

dipasang actuator elektrik.

Pintu eksploitasi berfungsi sebagai

penyalur air untuk keperluan irigasi.Pintu ini

dibuka dengan menggunakan actuator

elektrik yang berwarna hitam, sedangkan

pintu penguras berfungsi untuk membuang

kelebihan air yang bisa membahayakan

kondisi waduk.Pintu ini dibuka dengan

menggunakan actuator elektrik yang

berwarna biru.Pintu penguras dibangun

untuk menanggulangi keadaan yang

berbahaya, seperti jumlah air yang terlalu

banyak sehingga membahayakan tanggul

atau saat dilakukan perbaikan tanggul dan

pengerukan dasar waduk untuk mengurangi

pendangkalan.Dengan bangunan pelimpah

ini air yang menuju ke saluran primer bisa

dikurangi volumenya.

Pada bagian depan bangunan tower

terdapat jembatan yang dilengkapi dengan

rel. Rel dipakai apabila peralatan yang

berada di dalam tower memerlukan

perawatan atau memerlukan pergantian,

peralatan yang dibawa melalui rel kemudian

diangkat menggunakan peralatan

pengangkat barang yang berada di dalam

tower.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

150

Page 81: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Gambar 1. Susunan Menara (tower) Waduk Pacal (UPT wilayah sungai bengawan solo kabupaten Bojonegoro)

Di samping sebagai tempat

penyimpanan pintu air, di dalam bangunan

tower juga tersimpan alat pengukur debit air

dan alat yang digunakan untuk melakukan

pergantian barang yang rusak Alat pengukur

debit air ini dipakai untuk menentukan debit

air dalam waduk. Alat pengangkat barang

dirancang untuk mengangkat peralatan berat

yang ada di dalam tower.Alat ini dipakai

untuk melakukan penggantian pintu air yang

sudah rusak.Untuk melakukan penggantian

pintu air ini maka lantai tower dirancang

untuk mudah dilepaskan oleh karena itu

dibuat lantai berbahan jeruji-jeruji baja dan

kayu yang tidak permanen tetapi kuat dan

mudah dilepaskan ataupun dipasang

kembali.

Foto. 3 Alat pengukur debit air

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

151

Page 82: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Foto 4 Alat pengangkat barang

Pada tembok bagian dalam dan luar

tower terdapat ukuran ketinggian air yang

dilukis menggunakan cat.Alat pengukur

yang berada di luar tembok tower dilukis

dengan cat hitam dan putih, sedangkan alat

ukur yang di dalam tower dilukis dengan cat

hitam saja. Ukuran ini dipakai untuk melihat

ketinggian permukaan air, apabila

ketinggian permukaan air sudah mencapai

tingkatan yang dirasa membahayakan

bendungan maka pintu penguras akan segera

dibuka.

4. Pintu outlet

Pada bagian hilir terdapat pintu

outlet yang berfungsi sebagai jalan keluar air

dari pintu penguras dan pintu eksplorasi,

pintu ini sekarang sudah tidak terpakai

lagi.Dahulu pintu ini terbuat dari baja tetapi

skot balok yang terbuat dari kayu rusak,

sehingga sistem pintu ini tidak bisa dipakai

lagi.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

152

Page 83: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Foto 5. Pintu outlet tampak dari atas

5. Bangunan Pelimpah (overlaat/spillway)

Selain bangunan-bangunan tersebut

juga terdapat sebuah bangunan pelimpah

(overlaat) yang berlokasi di Dusun

Kedungjati Desa Sugihan. Bangunan

pelimpah ini memiliki tinggi + 25 pp,

panjang 45 m dan memiliki debit 135 m per

detik. Bangunan ini dibuat sebagai saluran

limpahan air supaya tekanan air tidak terlalu

membebani tubuh bendungan

DAFTAR PUSTAKA Angoedi, Abdoelah, 1984. Sejarah Irigasi di Indonesia I. Komite Nasional Indonesia International Commision on Irigation and Drainage (ICID). Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSA) Wilayah Bojonegoro.Gambaran Umum Bendungan Waduk Pacal.Bojonegoro.Balai Pengelolaan Sumber Daya Air. Broto, Sudaryo dan Hadi Susanto, 2008.“Perancangan Model Pendugaan Efektivitas Waduk Resapan di Kota Bogor”.Jurnal Teknik 29 (3): 220-227.

Diperoleh dari www.geologi.ft.undip.ac.id/index.php/berita-lainnya/1257 2 Desember 2010. Buckman, O. Harry dan Nyle C. Brandy, 1982.Ilmu Tanah. Jakarta, Bharata Karya Aksara. Kartasapoetra dan Mul Mulyani Sutedjo, 1991. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi. Jakarta. Bumi Aksara. Pasandaran, Effendi, 1991. Irigasi Indonesia, Strategi dan Pengembangan. Jakarta. Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan, Ekonomi dan Sosial.

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

153

Page 84: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

Pasandaran, Effendi 2005.“Reformasi Irigasi Dalam Kerangka Pengelolaan Terpadu Sumber Daya Air”.Analisis Kebijakan Pertanian 3 (3): 217-135. Diperoleh dari http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART3-3a.pdf 2 Desember 2010.

Panitia Penggali dan Penyusun Sejarah Hari Jadi Kabupaten Tingkat II Bojonegoro, 1988.Sejarah Bojonegoro (Menyingkap Kehidupan dari masa ke masa), Bojonegoro, Pemerintah Kabupaten Tingkat II Bojonegoro, Percetakan Monalisa.

Penders, C. L. M., 1984.Bojonegoro 1900-1942 “A Story of Endemic Poverty in North-East Java-Indonesia, Singapore.Chong Moh Offset Printing Pte.Ltd.

Sudjarwadi, 1987.Teknik Sumber Daya Air.Yogyakarta.Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Gajah Mada.

Sukardi,1998.“Langkah-langkah Perencanaan dan Pembangunan Sebuah

Waduk”.Makalah. Bandung, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Pendidikan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diperoleh darihttp://file.upi.edu/Direktori/E%20-% 20FPTK/JUR.%20PEND.TEKNIK%20SIPIL/196409101991011%20-%20SUKADI/02-Penelitian/01-Perencanaan%20Bendungan-Waduk.pdf.2 Desember 2010.

Suroyo, A M Djuliati, 2000. Eksploitasi Kolonial Abad XIX, Kerja Wajib di Keresidenan Kedu 1800-1890. Yogyakarta. Yayasan Untuk Indonesia

Sosroprawiro, R.S., 1957. Tanah.Djakarta, Soeroengan.

Wildering, J. F., 1977. “Memori Residen Rembang, 6 Agustus 1924”. Dalam Memori Serah Jabatan 1921-1930 Jawa Tengah. Jakarta, Arsip Nasional Republik Indonesia. Hal.LII-LXIV.

`

Siddhayatra Vol.19 No 1 Mei 2014: 78-154

154

Page 85: Hubungan Perdagangan Antara Pantai Timur Sumatera Selatan ...repositori.kemdikbud.go.id/7188/1/Siddhayatra Vol 19 (2) nov 2014.pdf · bahan makanan, termasuk di dalamnya fungsi untuk

PEDOMAN PENULISAN NASKAH SIDDHAYATRA

Pedoman penulisan artikel yang dapat dimuat di Siddhayatra, adalah sebagai berikut:

1. Tulisan dalam bentuk artikel hasil penelitian, kajian, telaahan mendalam yang didukung data referensi yang akurat.

2. Naskah tulisan harus asli, belum pernah diterbitkan media lain. 3. Naskah diketik diatas kertas A4, maksimum 25 halaman, huruf Times New Roman,

naskah diserahkan berupa hardcopy atau softcop. 4. Tulisan menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Di luar kata dalam bahasa

Indonesia harus dicetak miring. 5. Tulisan disajikam berdasarkan sistematika seperti:

a. Judul artikel harus singkat, jelas, mencerminkan isi naskah b. Nama penulis dicantumkan di bawah judul c. Abstrak, merupakan ringkasan sigkat yang bersifat informatif dan menyeluruh, tidak

lebih dari 250 kata, disaikan dalam bentuk bahasa Indonesia dan bahasa Inggris d. Jata kunci (keywords), merupakan konsepatau kata-kata penting dalam artikel dimana

pemilihan kata harus tepat, memudahkan dalam memahami dan penelusuran naskah, berjumlah 2-4 kata yang tersaji dalam bahasa Inggris dan dicantumkan di bawah abstrak.

6. Bila dalam tulisan terdapat foto, table, grafik atau gambar maka harus dilengkapi dengan nomor, judul dan keterangan singkat dan jelas.

7. Editor sepenuhnya berhak mengedit, mengurangi, menambah (bila perlu) tanpa meninggalkan pengertian yang sebenarnya

8. Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel 9. Penulis akan menerima nskah artikel sebagai contoh hardcopy yang akan dicetak 10. Penulis akan menerima Jurnal Karya Ilmiah dalam bentuk cetak lepas. 11. Daftar pustaka disajikan sesuai dengan standar penulisan ilmiah, dlam hal ini abjad tanpa

no. urut dengan urutan sebagai berikut: nama pengarang, tahun penerbitan, judul artikel, judul buku / nama dan nomor jurnal, penerbit dan kotanya.