hubungan perawatan payudara dengan kejadian …repository.poltekkes-kdi.ac.id/503/1/skripsi...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST
PARTUM DI RUANG KEBIDANAN DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Jurusan Kebidanan Diploma IV Bidan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH :
ELIS PITRIA P00312017109
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV KEBIDANAN
2018
2
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN
BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG
KEBIDANAN DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2018
Disusun dan Diajukan Oleh :
ELIS PITRIA P00312017109
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian di hadapan Tim
Penguji Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan.
Pembimbing I Pembimbing II
Sitti Aisa, AM.Keb, S.Pd, M.Pd NIP. 19681031 199203 2001
Wahida, S.Si.T, M.Keb NIP : 19691231 198912 2001
Mengetahui, Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
Sultina Sarita, SKM, M.Kes NIP. 19680602 199203 2003
3
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN
BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG
KEBIDANAN DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2018
Disusun dan Diajukan Oleh:
ELIS PITRIA
P00312017109
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang
dilaksanakan pada tanggal tahun 2018.
TIM PENGUJI
1. Aswita, S.Si.T, MPH (……………………...)
2. Hendra Yulita, SKM, M.PH (……………………...)
3. Hj. Sitti Zaenab, SKM, SST, M.Keb (……………………...)
4. Sitti Aisa, AM.Keb, S.Pd, M.Pd (……………………...)
5. Wahida, S.Si.T, M.Keb (……………………...)
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
Sultina Sarita, SKM, M.Kes NIP. 19680602 199203 2003
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PENULIS
Nama : Elis Pitria
Tempat, tanggal lahir : Kendari, 29 Juni 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Konda
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 1 Lawoila, Tamat Tahun 2007
2. MTS Negeri Konda, Tamat Tahun 2010
3. MAN Konda, Tamat Tahun 2013
4. STIK Avicenna Kendari, Tamat Tahun 2017
5. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan D-IV Kebidanan Tahun 2017
sampai sekarang.
5
ABSTRAK
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG
KEBIDANAN DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2018
Elis Pitria1, Sitti Aisa2, Wahida, S.Si.T, M.Keb2
Latar Belakang : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI ) tahun 2012 ada beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif, diantaranya adalah karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar yaitu sebesar 19,07%. ada beberapa hal yang menghambat terjadinya pengeluaran ASI tidak lancar, diantaranya rendahnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan payudara, kurangnya pelayanan konseling tentang cara perawatan payudara dari petugas kesehatan, kurangnya keinginan ibu untuk melakukan perawatan payudara. Tujuan : Untuk mengetahui Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Postpartum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu yaitu suatu metode pengambilan data yang dilakukan pada suatu waktu yang bersamaan
Hasil Penelitian : Ibu postpartum yang mengalami bendungan ASi sebanyak 56,3% dan hanya 43,7% yang tidak mengalami bendungan ASI. Ibu yang melakukan perawatan payudara dengan kategori terbanyak kurang baik (62,5%) dan sedilit pada kategori baik(37,5%).Ada hubungan antara Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018. Kesimpulan : Ada hubungan antara Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018.
Kata Kunci : Perawatan payudara, bendungan ASI.
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian
Bendungan ASI pada Ibu Postpartum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota
Kendari Tahun 2018”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini banyak pihak yang membantu,
oleh karenanya penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-
besarnya kepada Ibu Sitti Aisa, AM.Keb, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing I
dan Ibu Wahida, S.Si.T, M.Keb selaku Pembimbing II atas waktu dan
kesempatan dalam memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan skripsi. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Hasmia Naningsi, SST, M. Keb selaku Ketua Jurusan Prodi D IV
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Ibu dr. Hj. Asrida Mukaddim, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
7
5. Aswita, S.Si.T, MPH, Hendra Yulita, SKM, M.PH, Hj. Sitti Zaenab,
SKM, SST, M.Keb Hj. Sitti Zaenab, SKM, SST, M.Keb sebagai penguji
skripsi atas saran dan kritik untuk kelengkapan skripsi.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari yang telah memotivasi dan memberikan ilmu pengetahuan
selama penulis mengikuti pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kesempurnaan penulisan. Akhir kata penulis berharap semoga
membawa manfaat bagi pembaca.
Kendari, Agustus 2018
Elis Pitria
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………… ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………. iii
ABSTRAK………………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………. v
DAFTAR ISI…................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… x
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................... 5
E. Keaslian Penelitian.............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka................................................................... 8
B. Landasan Teori................................................................... 30
C. Kerangka Teori.................................................................... 33
D. Kerangka Konsep................................................................ 34
E. Hipotesis Penelitian............................................................. 34
9
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian......................................... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................. 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................... 35
D. Variabel Penelitian.............................................................. 36
E. Definisi Operasional............................................................ 37
F. Instrumen Penelitian............................................................ 38
G. Jenis dan Sumber Data………...………………................... 38
H. Alur Penelitian..................................................................... 38
I. Pengelolahan dan Analisis Data...................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………… 41
B. Hasil ……………………………………………………………. 45
C. Pembahasan………………………………………………….. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 54
B. Saran…………………………………………………………. 54
DAFTAR PUSTAKA
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Bendungan Payudara…………………………………. 8
Gambar 2.2 Pengurutan Payudara…………………………………. 28
Gambar 2.3 Kerangka Teori…………………………………………. 32
Gambar 2.4 Kerangka Konsep………………………………………. 33
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian…............................... 34
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian…………………………………... 34
11
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Data Ketenagaan RSUD Kota Kendari
tahun 2018………………………………………………
43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Bendungan ASI pada Ibu
Postpartum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota
Kendari Tahun 2018…………………………………
45
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perawatan Payudara pada Ibu
Postpartum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota
Kendari Tahun 2018…………………………………...
46
Tabel 4.4 Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian
Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang
Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018 Kota
Kendari…………………………………………………..
47
12
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian
2. Surat Izin Meneliti
3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
4. Lembar Permohonan Menjadi Responden
5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
6. Kuesioner Penelitian
7. Master Tabel
8. Hasil Analisis SPSS
9. Dokumentasi Penelitian
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia pengetahuan, kesadaran, kemampuan ibu dalam
memberikan hak asasi ibu dan hak asasi bayi menikmati air susunya
sangat memprihatinkan. Padahal seorang ibu dikodratkan untuk dapat
memberikan ASI nya pada bayi yang telah dilahirkannya. Dengan
kodrat itu merupakan suatu proses alamiah dan juga merupakan tugas
mulia bagi ibu sendiri demi keselamatan diri si bayi di kemudian hari
(Manuaba, 2010).
Banyak ibu masih beranggapan bahwa aktifitas menyusui kerap
dihubungkan dengan keindahan payudara. Sesungguhnya bukan
menyusui yang mengubah bentuk payudara, tapi proses kehamilanlah
yang menyebabkan perubahan tersebut. Namun itu bukan berarti tidak
ada cara membuat payudara indah dan kencang. Apalagi setelah
persalinan dan di saat menyusui selain terlihat indah, perawatan
payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan
si kecil mengkonsumsi ASI (Riksani, 2012).
Perawatan payudara dan puting sangat penting dalam proses
laktasi. Kedua perawatan ini seringkali menjadi “penyelamat” bagi ibu
dalam melewati masa-masa awal menyusui yang kadang terasa
sangat berat.Misalnya jika terjadi puting lecet, seringkali lecetnya
8
ringan saja. Awal yang baik niscaya membuat proses selanjutnya
berjalan dengan baik pula. Dari awal yang baik tersebut tidak terlepas
dari pengetahuan ibu sendiri dalam merawat payudaranya. Demikian
halnya dengan menyusui, ibu yang lebih tahu tentang perawatan
payudara maka cenderung mempunyai keinginan lebih besar dalam
menyusui (Riksani, 2012).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI ) tahun 2012
ada beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif,
diantaranya adalah karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai
manfaat ASI dan cara menyusui yang benar yaitu sebesar 19,07%,
kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas
kesehatan sebesar 15,23%, persepsi masyarakat yang salah kaprah
mengartikan tentang ASI sebesar 20,40%, prilaku bagi para ibu
bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 21,12%, dan
pemasaran agresif oleh perusahaan-perusahaan pembuat susu bayi
yang tidak hanya mempengaruhi para ibu, namun juga para petugas
kesehatan sebesar 24,18% (Hipgrave et al, 2011).
Berdasarkan survei pendahuluan data yang diperoleh dari RSUD
Kota Kendari . Jumlah ibu post partum pada bulan Januari s/d bulan
April 2018 sebanyak 89 ibu nifas, beberapa Ibu nifas yang tidak
melakukan perawatan payudara mengatakan ASI tidak lancer. Ada
beberapa hal yang menghambat terjadinya pengeluaran ASI tidak
lancar, diantaranya rendahnya pengetahuan ibu dalam melakukan
9
perawatan payudara, kurangnya pelayanan konseling tentang cara
perawatan payudara dari petugas kesehatan, kurangnya keinginan ibu
untuk melakukan perawatan payudara. Dampak dari tidak
melakukannya perawatan payudara dapat mengakibatkan beberapa
dampak negatif yaitu puting susu tidak menonjol, anak susah
menyusui, ASI lama keluar, produksi ASI terbatas, payudara
meradang, payudara kotor, ibu belum siap menyusui, kulit payudara
terutama puting akan mudah lecet, pembekakan payudara atau
bendungan ASI. Bendungan ASI (Engorgement) itu dikarenakan
penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul pada
system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembekakan,
penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada puting susu,
payudara bengkak, nyeri, dan panas. Pembekakan biasanya terjadi
pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan.Jika payudara
masih membengkak, nyeri dan kemerahan dikarenakan infeksi maka
terjadi mastitis.Mastitis merupakan radang pada payudara, dan jika
tetap masih membengkak disertai ada nanah disebut abses.Abses
payudara yang merupakan kelanjutan dari mastitis. Demi
keberlangsungan proses menyusui, payudara harus dirawat dengan
baik dan tepat agar terhindar dari gangguan serta penyakit yang
mungkin akan terjadi selama proses menyusui. Selain akan membuat
payudara indah kembali, perawatan yang benar dan dilakukan secara
teratur akan memudahkan bayi saat menyusu, merangsang produksi
10
ASI, dan mencegah payudara terluka selama menyusui.Agar lebih
optimal, sebaiknya mulai melakukan perawatan payudara sejak masa
kehamilan. Perawatan payudara pada masa ini bertujuan untuk
mempersiapkan payudara untuk menyusui setelah melahirkan.
Pelaksanaan perwatan payudara setelah melahirkan dimulai sedini
mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan. Perawatan tersebut
lakuakan 2 kali sehari (Hullyana, 2007).
Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Perawatan Payudara dengan
Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Postpartum di Ruang kebidanan di
RSUD Kota Kendari Tahun 2018”
B. Rumusan Masalah
Adakah “Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan
ASI pada Ibu Postpartum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota Kendari
Tahun 2018?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Perawatan Payudara dengan
Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Postpartum di Ruang
Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018.
11
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kejadian bendungan ASI pada ibu
postpartum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota Kendari tahun
2018.
b. Untuk mengetahui perawatan payudara pada ibu postpartum di
Ruang Kebidanan di RSUD Kota Kendari tahun 2018.
c. Untuk menganalisis hubungan perawatan payudara dengan
kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum di Ruang
Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya
mengenai kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau
informasi pada ibu postpartum mengenai bendungan ASI.
3. Manfaat bagi Pihak Rumah sakit
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit mengenai kejadian
bendungan ASI agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya kesehatan ibu dan anak dalam upaya menurunkan
jumlah kasus bendungan ASI pada ibu postpartum.
12
4. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi
peneliti mengenai hubungan perawatan payudara dengan kejadian
bendungan ASI pada ibu postpartum.
E. Keaslian Penelitian
1. Safitri, Hanum Dwi (2010) dengan penelitian berjudul “Hubungan
Teknik Menyusui dengan Kejadian bendungan ASI di BPS Amalia
Sidoarjo”. Hasil Penelitian Responden yang mengalami bendungan
ASI mayoritas tidak menerapkan teknik menyusui yang benar
dengan persentase (75%), Uji statistik dengan exact fisher
didapatkan ρ = 0,074 > α =0,05, artinya tidak ada hubungan antara
teknik menyusui dengan kejadian bendungan ASI. Simpulan
penelitian ini tidak ada hubungan antara tehnik menyusui dengan
kejadian bendungan ASI, bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti
pengosongan mammae yang tidak sempurna. Perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel bebas dan
teknik pengambilan sampel. Variabel bebas adalah teknik
menyusui dan teknik pengambilan sampel adalah simple random
sampling. Sedangkan variabel bebas pada penelitian yang akan
dilakukan adalah Perawatan Payudara, pengambilan sampel
adalah accidental sampling.
2. Yanti Penti Dora (2017), dalam penelitian yang berjudul “Hubungan
Pengetahuan, Sikap Ibu dengan Bendungan ASI di Puskesmas
13
Sidomulyo Pekanbaru”. Hasil penelitian menunjukkan p value =
0,003 < α 0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan tentang perawatan payudara dengan kejadian
bendungan ASI dan untuk variabel sikap p value = 0,001 < α 0,05
yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap tentang
perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI. Perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel
bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Pengetahuan dan
Sikap, sedangkan variabel bebas pada penelitian yang akan
dilakukan adalah Perawatan Payudara.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan tentang Bendungan ASI
a. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
putting susu. Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan
pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe
sehingga menyebabkan bendungan air susu dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan (Winkjosastro, 2010).
Gambar 2.1 Bendungan ASI
Sumber : Angelina Jessica,2018.
35
b. Etiologi
Bendungan ASI disebabkan oleh penyempitan duktus
laktiferus, kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau kelainan pada putting susu. Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI
pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi
sudah kenyang dan selesai menyusu & payudara tidak
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam
payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya
sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka
akan menimbulkan bendungan ASI.
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan
rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau
menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
36
4) Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap putting
dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi
bendungan ASI.
5) Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan
pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan
ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan
ASI ( Winkjosastro, 2010).
c. Patofisiologi
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan,
ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat
penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang
efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut
pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi
bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh
dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik
tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada
saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara yang terbendung
membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat
terlihat mengkilat dan edema di daerah eritema difus. Puting
37
susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah,
dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-
kadang menjadi demam.
d. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
1) Jangan bersihkan payudara dengan sabun.
2) Gunakan teknik menyusui yang benar.
3) Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah
selesai menyusui.
4) Jangan pakai bra yang tidak dapat menyerap keringat.
e. Penanganan bendungan ASI pada ibu postpartum
Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
bendungan ASI pada ibu postpartum adalah sebagai berikut:
1) Susukan payudara sesering mungkin
2) Kedua payudara disusukan
3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
4) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui.
5) Sangga payudara menggunakan bra.
6) Kompres dingin pada payudara diantara menyusui.
7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg Peroral setiap 4
jam (Winkjosastro 2010).
38
2. Tinjauan tentang Post Partum
a. Pengertian
Nifas/ post partum adalah masa pulihnya, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra hamil, lama masa nifas ini 6-8 minggu (Mochtar R ,2011).
Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu
(Winkjosastro , 2010).
b. Tahapan Postpartum
Tahapan masa nifas Menurut (Suherni, Widyasih, &
Rahmawati, 2009)
1) Puerperium dini adalah masa kepulihan yakni seorang ibu di
perbolehkan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial adalah masa kepulihan menyeluruh
dari organ-organ genetalia kira-kira 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna apabila ibu selama hamil
(persalinan mempunyai komplikasi), berlangsung 3 bulan.
39
c. Perubahan fisik dan psikologis masa postpartum
1) Perubahan fisik
a) Perubahan uterus
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan, setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk
panggul, setelah 2 minggu kembali pada ukuran sebelum
hamil) (Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2009).
b) Lochea
Ada beberapa jenis lochea, yakni (Suherni, Widyasih,
& Rahmawati, 2009) :
(1) Lochea Rubra ( Cruenta)
Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, selsel darah desidua (Desidua yakni selaput
tenar rahim dalam keadaan hamil), venix caseosa
(yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau
semacam noda dan sel-sel epitel yang menyelimuti
kulit janin), lanugo (yakni bulu halus pada anak yang
baru lahir), dan mekonium (yakni isi usus janin cukup
bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air
ketuban berwarna hijau)
(2) Lochea Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir.
Ini terjadi pada hari ke 3-7 setelah persalinan.
40
(3) Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 setelah persalinan.
(4) Lochea Alba
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2
minggu setelah persalinan.
c) Perubahan vagina dan perineum
(1) Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul
rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.
(2) Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan
perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan
setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi
akibat ekstrasi dengan cunam, terlebih apabila kepala
janin harus diputar, robekan terdapat pada dinding
lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
(3) Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih
41
kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dan
pada sirkumfarensia suboksipito bregmatika. Bila
ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk
mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan
dan perawatan dengan baik (Suherni, Widyasih, &
Rahmawati, 2009).
d) Perubahan pada sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah
melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu
melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi),
kurang makan, hemorroid, dan laserasi jalan lahir.
Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan
diit atau makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak
berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan
pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat
laksan yang lain (Suherni, Widyasih, Rahmawati, 2009)
42
e) Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2
sampai 8 minggu, tergantung pada keadaan/status
sebelum persalinan, lamanya partus kalla II yang dilalui,
Bersarnya tekanan kepala yang menekan pada saat
persalinan (Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2009).
f) Perubahan tanda-tanda vital
(1) Suhu badan
Sekitar hari ke empat setelah persalinan suhu tubuh
mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C.
Kemungkinan di sebabkan karena ikutan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari ke
dua sampai hari-hari berikutnya, harus di waspadai
infeksi atau sepsis nifas.
(2) Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar
60 kali permenit, yakni pada waktu habis persalinan
karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi
utamanya pada minggu pertama postpartum.
Tekanan darah Tekanan darah <140/90 mmHg.
Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari sebelum
persalinan pada 1-3 hari postpartum.
43
(3) Respirasi
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan
normal. (Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2009)
2) Perubahan-perubahan psikis ibu nifas
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi
yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian
anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk
ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase sebagai berikut (Suherni, Hesty
Widyasih, Anita Rahmawati, 2009)
a) Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama
pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai
akhir.
b) Fase taking hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir
akan ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam
44
merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitive
mudah tersinggung dan gampang marah.
c) Fase letting go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya.
d. Proses laktasi
1) Pengertian
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai
dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan
menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia.Masa laktasi
mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eklusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun
secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan
tubuh secara alami.
2) Stadium Laktasi
a) Kolostrum
Merupakan cairan yang pertama kali diskresi oleh
kelenjar payudara, mengandung tissue dan residual
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari
kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
45
puerperium. Diskresi oleh kelenjar payudara dari hari
pertama sampai hari ketiga atau keempat. Komposisi dari
kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan
dengan ASI yang matur, dapat memberikan perlindungan
bagi bayi sampai umur 6 bulan. Kadar karbohidrat dan
lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur.
Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi
jika dibandingkan dengan susu matur. Total energi lebih
rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58
Kal/100 ml kolostrum. Vitamin yang larut dalam lemak
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur,
sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi
atau lebih rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal,
sedangkan ASI matur tidak. PH lebih alkalis
dibandingkan dengan ASI matur. Lipidnya lebih banyak
mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan dengan
ASI matur. Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis
protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal
ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada
bayi. Volume berkisar 150-300 ml/24 jam (Riskani, 2012).
46
b) Air Susu Masa Peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai
menjadi ASI yang matur. Diskresi dari hari ke-4 sampai
hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat
yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada
minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein Asi
peralihan makin merendah sedangkan kadar karbohidrat
dan lemak makin meninggi. Juga volume akan makin
meningkat.
c) ASI Matur
Merupakan ASI yang di skresi pada hari ke-10 dan
seterusnya, komposisi relatif konstan baru mulai minggu
ke-3 sampai minggu ke-5). Pada ibu yang sehat dimana
produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-
satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai
umur 6 bulan. ASI Matur Merupakan suatu cairan
berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan
warna dari Garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten
yang terdapat didalamnya. Jika dipanaskan ASI Tidak
menggumpal, terdapat antimikrobial faktor antara lain :
(1) Antibodi terhadap bakteri dan virus
(2) Sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe
T)
47
(3) Enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase,
katalase,fosfatase, amilase, fosfodiesterase,
alkalinfosfatase)
(4) Protein (laktoferin, B12binding protein)
(5) Resistance factor terhadap stafilokokus
(6) Komplemen
(7) Interferron producing cell
(8) Sifat biokimia yang khas, kapasitas bufer yang rendah
dan adanya faktor bifidus
(9) Hormon-hormon (Riskani, 2012).
3) Proses pembentukan ASI
a) Laktogenesis I
Pada fase akhir kehamilan, payudara wanita
memasuki fase laktogenesis I. Saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang
kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang
tinggi mencegah produksi ASI yang sebenarnya. Namun
hal ini bukan merupakan masalah medis. Apabila ibu
mengeluarkan kolostrum sebelum bayi lahir, hal ini bukan
merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI
sebenarnya nanti
48
b) Laktogenesis II
Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan
turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL,
secara tiba-tiba. Namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal
ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran. Apabila
payudara dirangsang, jumlah prolaktin dalam darah akan
meningkat dan mencapai puncaknya pada periode 45
menit, kemudian kembali ke level sebelumnya
rangsangan 3 jam kemudian. Keluarnya kadar hormon
prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI
sendiri. Penelitian mengindikasikan apabila produksi ASI
lebih banyak, yaitu sekitar pkl 02.00 dini hari hingga pkl
06.00 pagi. Sedangkan jumlah prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh.
c) Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi
ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama
setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil,
sistem kontrol otokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
dengan banyak pula. Dengan demikian, produksi ASI
sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa
49
baik bayi menghisap, juga seberapa sering payudara
dikosongkan (Ransjo Arvidson, 2001).
4) Refleks yang mempengaruhi produksi ASI
Terdapat banyak releks yang mempengaruhi produksi
ASI. Ada reflex pada ibu dan refleks pada bayi, keduanya
berperan besar dalam proses tubuh untuk menghasilkan
ASI. Refleks pada ibu ada tiga, yaitu:
a) Refleks prolaktin
Bayi menghisap payudara dan menstimulasi ujung
syaraf. Syaraf inilah yang kemudian memerintahkan otak
untuk mengeluarkan hormon, yaitu hormon prolaktin.
Prolaktin merangsang alveoli (sel kelenjar) untuk
menghasilkan lebih banyak air susu. Menyusui dengan
sering adalah cara terbaik untuk mendapatkan ASI dalam
jumlah banyak.
b) Let-Down Reflex
Hormon oksitosin yang dikeluarkan tubuh
menyebabkan sel-sel otot disekitar alveoli berkontraksi
sehingga mendorong air susu masuk ke saluran
penyimpanan dan akhirnya bayi dapat menghisapnya.
Terjadinya refleks ini dipengaruhi oleh kondisi jiwa ibu.
Melalui reflex ini, terjadi pula kontraksi rahim yang
membantu lepasnya plasenta dan mengurangi
50
perdarahan. Oleh karena itu, bayi perlu disusui segera
mungkin. Semakin bayi menghisap, semakin banyak
susu yang dihasilkan.
c) Refleks Prolaktin dan Oksitosin
Sama seperti refleks pada ibu, refleks pada bayi yang
berpengaruh dalam proses menyusui pun ada tiga.
(1) Rooting Refleks atau Refleks Mencari Bayi baru lahir
bila disentuh pipinya akan menoleh ke arah sentuhan.
Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan
membuka mulut dan berusaha mencari puting untuk
menyusu. Refleks ini sangat penting selama proses
menyusui karena bayi akan menggunakan refleks ini
untuk memulai menyusu.
(2) Refleks menghisap Bayi sudah bisa menghisap sejak
lahir. Semakin sering menghisap, produksi ASI pun
akan semakin berlimpah. Refleks ini akan terlihat bila
ada sesuatu yang merangsang langit-langit mulutnya,
biasanya puting susu.
(3) Refleks menelan Saat ada sesuatu yang masuk ke
dalam mulutnya, dalam hal ini air susu, bayi sudah
bisa menelanya (Adlecreutz, 1995).
51
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
pengeluaran ASI
a) Faktor anatomis buah dada
Produksi ASI akan menjadi dilobulus yang akan
berkumpul menjadi lobus. Apabila jumlah lobus dalam
buah dada berkurang, jumlah lobulus juga akan
berkurang sehingga produksi ASI berkurang karena sel-
sel acini yang menghisap zat-zat makanan dari pembuluh
darah akan berkurang.
b) Faktor fisisologis
Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin
yang dikeluarkan oleh selalfa dari lobus anterior kelenjar
hipophyse. Hormon ini merangsang sel acini untuk
membentuk ASI, apabila ada kelainan rangsanganl pada
sel acini berkurang sehingga pembentukan ASI
berkurang.
c) Nutrisi
Apabila dalam makanan ibu terus menerus
kekurangan gizi, persediaan alam tubuh akan habis
sehingga kualitas dan kuantitas ASI menurun.
d) Faktor istirahat
52
Istirahat diperlukan untuk pelemasan sel-sel jaringan
tubuh, apabila kurang istirahat akan mengalami kelelahan
sehingga pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
e) Faktor isapan anak
Isapan anak akan merangsang otot puting susu yang
akhirnya merangsang otot polos dalam payudara agar
berkontraksi. Kontraksi sangat penting untuk
pembentukan dan pengeluaran ASI.
f) Faktor obat
Obat yang dapat mempengaruhi adalah obat yang
mengandung hormon. Hormon akan mempengaruhi
hormon prolaktin yang sangat penting mempengaruhi
produksi dan pengeluaran ASI. (Pillitteri.,A, 2010).
2. Tinjauan tentang Perawatan Payudara pada Ibu Postpartum
a. Pengertian
Perawatan payudara pada postpartum merupakan
perawatan payudara yang dilakukan pada ibu pasca
melahirkan/ nifas untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan
payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi
dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Perawatan payudara
53
untuk ibu nifas yang menyusui merupakan salah satu upaya
dukungan terhadap pemberian ASI bagi bayi.
b. Tujuan Perawatan Payudara
1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar
dari infeksi
2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah
lecet
3) Untuk menonjolkan puting susu
4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6) Untuk memperbanyak produksi ASI
7) Untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara
c. Persiapan Alat
a) Baby oil secukupnya
b) Kapas secukupnya
c) Waslap, 2 buah
d) Handuk bersih, 2 buah
e) Bengkok
f) 2 baskom berisi air (hangat dan dingin)
g) BH yang bersih dan terbuat dari katun
d. Persiapan Ibu
a) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan
keringkan dengan handuk
b) Baju ibu bagian depan dibuka
54
c) Pasang handuk
e. Pelaksanaan Perawatan Payudara
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan perawatan payudara pasca persalinan, yaitu:
1) Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4
menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.
2) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari
dan jari telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.
3) Penonjolan puting susu yaitu : Puting susu cukup ditarik
sebanyak 20 kali, dirangsang dengan menggunakan
ujung waslap, memakai pompa puting susu
4) Pengurutan payudara:
Gambar 2.2 Pengurutan Payudara
Sumber : Angelina Jessica,2018.
(a) Telapak tangan diberi baby oil kemudian diratakan.
Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke
putting susu sebanyak 30 kali.
55
(b) Sanggalah payudara kiri anda menggunakan tangan
kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari
tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan
berakhir pada daerah puting susu dengan gerakan
spiral.
(c) Buatlah gerakan melingkar sambil sedikit menekan
dimulai dari daerah pangkal payudara hingga ke
puting susu di seluruh bagian payudara. Lakakukan
hal yang sama pada payudara berikutnya.
(d) Letakkan kedua telapak tangan di antara kedua
payudara. Pijatlah dari tengah-tengah antara
payudara sambil sedikit mengangkat kedua payudara
dan lepaskan kedua secara perlahan. Dianjurkan
mengulangi gerakan ini hingga 30 kali.
(e) Gerakan lainnya adalah mengerakkan payudara kiri
dengan kedua tangan, ibu jari berada di atas puting,
sementara keempat jari lain berada di bawah. Dengan
lembut, lakukan grakan memeras payudara sambil
meluncurkan kedua tangan ke depan (kearah puting).
Lakukan gerakan yang sama pada payudara lain.
(f) Kemudian, cobalah posisi tangan paralel. Sangga
payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah
56
pangkal payudara kearah puting susu dengan cara
memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua
bagian payudara terkena urutan. Semua gerakan
pemijatan payudara ini mempunyai banyak manfaat,
diantaranya untuk melancarkan reflex produksi
meningkatkan volume ASI) dan pengeluaran ASI.
Selain itu, dapat mencegah terjadinya bendungan ASI
pada payudara.
(g) Perangsangan payudara setelah selesai pengurutan,
payudara disiram dengan air hangat dan dingin
secara bergantian selama ± 5 menit (air hangat
dahulu kemudian air dingin).
(h) Kemudian pakailah BH (kutang) yang menyangga
payudara. Diharapkan dengan melakukan perawatan
payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan,
proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna
(Pilleteri A, 2010).
f. Pelaksanakan dan Frekuensi perawatan payudara
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan
dimulai sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi
dilahirkan, hal itu dilakukan 2 kali sehari. Adapun langkah-
langkah perawatan payudara sebagai berikut :
1) Ibu mencuci tangan.
57
2) Ibu meletakkan kain bersih pada kedua payudara.
3) Ibu mengompres payudara dengan minyak/baby oil
dengan menggunakan kapas.
4) Ibu mengolesi minyak/baby oil pada kedua telapak
tangan ibu.
5) Ibu mengurut dari atas ke arah puting susu.
6) Ibu mengurut dari atas ke samping dan ke arah puting
susu.
7) Ibu melakukan pengurutan pada payudara dengan cara
melingkar dimulai dari atas, ke samping dan ke bawah.
8) Ibu melakukan kompres air hangat setelah melakukan
pengurutan dengan menggunakan washlap bergantian
dengan menggunakan air hangat dan air dingin.
9) Ibu kompres air hangat dan air dingin pada kedua
payudara secara bergantian.
10) Ibu mengeringkan payudara setelah.melakukan
perawatan payudara (Anggraini Yeti, 2010).
B. Landasan Teori
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan air susu dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat
nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema di daerah eritema
58
difus. Puting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan
mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-
kadang menjadi demam (Winkjosastro, 2010).
Perawatan payudara pada postpartum merupakan perawatan
payudara yang dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan
perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi
dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Perawatan payudara untuk ibu
nifas yang menyusui merupakan salah satu upaya dukungan terhadap
pemberian ASI bagi bayi (Pilleteri A, 2010).
Perawatan payudara pada masa nifas sangat penting di lakukan
oleh para ibu untuk meningkatkan produksi Asi untuk merangsang
kelenjar air susu. Perawatan payudara yang di lakukan selama masa
nifas sangat berguna bagi ibu selain untuk meningkatkan produksi Asi
juga mencegah kekendoran payudara selama menyusui. Payudara
adalah “asset” berharga seorang ibu bagi bayinya, dengannya ibu bisa
memberikan makanan terbaik dan berkualitas bernama ASI. layaknya
asset yang berharga lain yang membutuhkan perawatan terbaik,
payudara pun sama. Demi keberlangsungan proses menyusui,
payudara harus dirawat dengan baik dan tepat agar terhindar dari
gangguan serta penyakit yang mungkin akan menimpa selama proses
laktasi (Riskani, 2012).
59
C. Kerangka Teori
Gambar 2.3 Kerangka Teori Hubungan Perawatan Payudara dengan
Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang
Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018.
Modifikasi dari Riskani (2012)
dan Winkjosastro (2010).
Penyempitan
duktus
laktiferus
Kelenjar-
kelenjar
payudara yang
tidak
dikosongkan
dengan
sempurna Kelainan
puting susu
Bendungan ASI
Perawatan
Payudara
Faktor-
faktor
penyebab
bendungan
ASI
60
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Hubungan Perawatan Payudara dengan
Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang
Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018.
Keterangan :
Variabel Bebas : Perawatan Payudara
Variabel Terikat : Bendungan ASI
E. Hipotesis
Ada hubungan antara Perawatan Payudara dengan Kejadian
Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan di RSUD
Kota Kendari Tahun 2018.
Perawatan Payudara
Bendungan ASI
61
BAB III
METODE PENELITIAN
F. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik
dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu yaitu suatu metode
pengambilan data yang dilakukan pada suatu waktu yang bersamaan.
Metode ini bertujuan agar diperoleh data yang lengkap dalam waktu
yang relatif singkat (Chandra B, 2008). Secara sistematis desain
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian Hubungan Perawatan
Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post
Partum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota Kendari
Tahun 2018. Modifikasi dariRiskani (2012)
dan Winkjosastro (2008).
Ibu Post Partum
Berisiko :≥4 Tidak berisiko:< 4
Perawatan Payudara
Baik
Kurang Baik
Bendungan ASI
Ya
Tidak
42
G. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di bagian ruang bersalin RSUD
Kota Kendari pada Juli 2018.
H. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum
periode bulan januari s/d bulan Mei 2018 berjumlah 128 ibu.
2. Sampel
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ibu post
partum hari ke tiga di RSUD Kota Kendari pada periode bulan Juli
sebanyak 32 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini
menurut Arikunto (2002) adalah sebagai berikut:
keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
Sehingga jumlah sampel adalah
n = 25% x 128
n = 0,25 x 128
n = 32 orang
43
I. Variabel Penelitian
Variabel Bebas : Perawatan Payudara
Variabel Terikat : Bendungan ASI
J. Defenisi Operasional
1. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe yang disertai
dengan rasa nyeri pada payudara (Winkjosastro, 2010).
Kriteria Objektif :
a. Ya (ada bendungan) : Bila ada pembengkakan yang
disertai nyeri pada payudara
b. Tidak (tidak ada bendungan) : Bila tidak ada pembengkakan
yang disertai nyeri pada
payudara (Saryono, 2011).
2. Perawatan Payudara
Perawatan payudara pada postpartum merupakan
perawatan payudara yang dilakukan pada ibu pasca melahirkan/
nifas untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran
ASI .
Kriteria Objektif :
a. Baik : jika jawaban responden ≥ 50%,
b. Kurang Baik :jika jawaban responden < 50%
(Saryono, 2011).
44
K. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
penelitian dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari dua, yakni
kuesioner tentang Perawatan Payudara dan Kuesioner tentang
Bendungan ASI. Pada kuesioner tentang Perawatan Payudara
memuat mengenai pernyataan tentang tata cara perawatan payudara
yang baik dan benar dengan pilihan jawaban Benar dan Salah.
Sementara kuesioner tentang Bendungan ASI memuat pertanyaan
tentang aktifitas menyusui dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak.
Penentuan skor diperoleh dari presentase jawaban dari responden
menggunakan skala Guttman. Adapun rumus umum menurut skala
Gutman yaitu:
Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)
Range (R) = skor tertinggi - skor terendah = 100 - 0 = 100%
Kategori (K) = 2 adalah banyaknya kriteria yang disusun Pada kriteria
objektif suatu variabel, kategori yaitu Baik dan Kurang Baik
Interval (I) = 100 / 2 = 50%
Kriteria penilaian = skor tertinggi - interval = 100 - 50 = 50%, sehingga,
Baik = jika skor ≥ 50%, Kurang Baik = jika skor < 50%
(Saryono, 2011)
45
L. Jenis dan Sumber Data
Jenis data adalah data Primer yakni data yang dikumpulkan oleh
peneliti terhadap responden secara langsung. Data diperoleh dari
responden ibu post partum di RSUD Kota Kendari periode bulan Juni
tahun 2018.
M. Alur Penelitian
Alur penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
N. Pengelolaan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi,
dimana analisis data dilakukan melalui tiga tahap, sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan
cara mendeskripsikan setiap variabel yang digunakan dalam
Populasi
Sampel
Pengambilan data
Analisis Data
46
penelitian untuk melihat distribusi frekuensi, baik dalam bentuk
tabel maupun dalam bentuk grafik.
2. Analisis Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas
(Perawatan Payudara) dengan variabel terikat (Bendungan ASI),
dengan menggunakan uji Chi Squere.
Rumus Chi Squere (x2):
∑ (f0-fe)
2
X2 = fe
Keterangan :
X2 = Chi kuadrat
fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi harapan (Notoatmodjo, 2012)
Interpretasi hasil uji dikatakan bermakna bila memenuhi kriteria :
a. Jika X2hitung > X2
tabel maka H diterima yang berarti ada hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat dengan taraf
kepercayaan 95%
b. Jika X2hitung < X2
tabel maka H ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan
taraf kepercayaan 95%
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak geografis RSUD Kota Kendari
Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas terletak di Kota
Kendari, tepatnya di Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu atau
terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No. 39 Kel.Kambu Kec.Kambu
Kota Kendari dengan luas lahan 13.000 M2. Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari memiliki batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mokoau
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wua-Wua
2. Sejarah Singkat
RSUD Kota Kendari awalnya terletak di kota Kendari,
tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas
lahan 3.527 M2 dan luas bangunan 1.800 M2.
RSUD Kota Kendari merupakan bangunan peninggalan
pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan
telah mengalami beberapa kali perubahan antara lain :
a. Dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1927
b. Dilakukan rehabilitasi oleh Pemerintah Jepang pada tahun
1942-1945Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945-1960
54
c. Menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun 1960-1989
d. Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989-2001
e. Menjadi RSU Kota Kendari pada Tahun 2001 berdasarkan
Perda Kota Kendari No.17 Tahun 2001
f. Pada tahun 2008, oleh pemerintah Kota Kendari telah
membebaskan lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah
Sakit, yang dibangun secara bertahap.
g. Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah
Abunawas Kota Kendari resmi menempati gedung baru yang
terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No:39 Kel. Kambu Kec.
Kambu Kota Kendari
h. Pada tanggal 12-14 Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan berhasil
terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan (Administrasi dan
Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan Keperawatan,
Pelayanan Medik, dan IGD)
i. Berdasarkan SK Walikota Kendari No.16 Tahun 2015 tanggal
13 Mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota
Kendari sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 tahun 2001
3. Visi dan Misi RSUD Abunawas Kota Kendari
Dalam menjalankan tugas dan fungsi RSUD Abunawas Kota
Kendari mempunyai visi dan misi :
1) Visi
55
Visi RSUD Kota Kendari yaitu sebagai “Rumah Sakit Pilihan
Masyarakat
2) Misi
a) Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan
pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau
b) Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota
Kendari menjadi rumah sakit mitra keluarga.
c) Meningkatkan SDM, sarana dan prasarana medis dan non
medis serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang
aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan kelurganya
serta masyarakat pada umumnya.
4. Sarana Gedung
RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung sebagai
berikut :
a. Gedung Anthurium (Kantor)
b. Gedung Bougenville (Poliklinik)
c. Gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD)
d. Gedung Matahari (Radiologi)
e. Gedung Crysant (Kamar Operasi)
f. Gedung Asoka ( ICU)
g. Gedung Teratai (Obgyn-Ponek)
h. Gedung Lavender ( Rawat Inap Penyakit Dalam)
i. Gedung Mawar (Rawat Inap Anak)
j. Gedung Melati (Rawat Inap Bedah)
56
k. Gedung Tulip (Rawat Inap Saraf dan THT)
l. Gedung Angggrek (Rawat Inap VIP, Kelas I dan Kelas II)
m. Gedung Instalasi Gizi
n. Gedung Loundry
o. Gedung Laboratorium
p. Gedung Kamar Jenazah
q. Gedung VIP (dalam tahap penyelesaian)
r. Gedung PMCC (Private Medical Care Centre) dalam proses
pembangunan
Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan, RSUD Kota Kendari
dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah mobil direktur,
10 buah mobil operasional dokter spesialis dan 10 buah sepeda
motor.
5. Ketenagaan
Tabel 4.1
Distribusi Data Ketenagaan RSUD Kota Kendari tahun 2018.
No. Jenis Tenaga PNS Non PNS
PNS MOU
Jumlah
I. Tenaga Dokter 1. Dokter spesialis 2. Dokter Umum 3. Dokter Gigi
12 9 3
4 5 0
8 3 1
24 17 4
II. Tenaga Paramedis 1. S1 Ners 2. S1 Perawat 3. DIII Perawat 4. SPK 5. DIV Kebidanan
3 19 31 11 8
18 7 100 1 0
0 0 1 0 0
21 26 132 12 8
57
6. DIII Kebidanan 7. S1 Perawat Gigi 8. D3 Perawat Gigi 9. SPRG 10. S2 Kesmas 11. S1 Kesmas 12. D3 Kesling 13. Apoteker 14. S1 Farmasi 15. D3 Farmasi 16. S1 Gizi 17. D3 Gizi 18. D3 Analis Kesehatan 19. S1 Fisioterapi 20. D3 Fisioterapi 21. D3 Rekam Medik 22. D3 Akupuntur 23. D3 Okupasi Terapi 24. Radiologi 25. Teknik Gigi 26. S1 Psikologi
20 1 2 1 7 14 2 4 3 4 0 6 4 1 1 1 1 1 1 1 2
35 0 3 0 0 10 0 0 1 3 3 2 12 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
55 1 5 1 7 24 2 4 4 7 3 8 16 1 1 1 1 1 2 1 2
III. Tenaga Non Medis 1. S1 Ekonomi 2. S1 Komputer 3. D3 komputer 4. D1 Komputer 5. S1 Sosial Politik 6. S1 Teknologi Pangan 7. S2 Hukum 8. S2 Manajemen 9. D3 Manajemen 10. S1 Informatika 11. SMA 12. SMP 13. SD
1 1 1 1 2 1 1 2 0 0 9 1 1
4 1 0 0 1 0 0 0 1 1 25 3 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 2 1 1 3 1 1 2 1 1 34 4 5
Jumlah 194 244 13 451
Sumber : Profil RSUD Kota Kendari, 2018
B. Hasil Penelitian
58
1. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan kuisioner
yang dilakukan di RSIA Sitti Fatimah Makassar pada tanggal 06
sampai 20 agustus 2010, banyaknya populasi yaitu 116 ibu
postpartum dan banyaknya sampel yang diambil adalah 9 orang
yang mengalami bendungan ASI. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut selanjutnya pengolahan dan hasil disajikan dalam tabel
frekuensi dan presentase sebagai berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Bendungan ASI pada Ibu Postpartum di
Ruang Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018
Sumber : Data Primer Terolah, RSUD Kota Kendari (2018).
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dari 32 ibu
postpartum terdapat 56,3% yang mengalami bendungan ASI
sedangkan yang tidak mengalami bendungan ASI berjumlah 43,7%
Bendungan Asi F(n) %
Ya 18 56,3
Tidak 14 43,7
Jumlah 32 100
59
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Perawatan Payudara pada Ibu
Postpartum di Ruang Kebidanan di RSUD
Kota Kendari Tahun 2018
Sumber : Data Primer Terolah, RSUD Kota Kendari (2018).
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa dari 32 ibu
postpartum mayoritas ditemukan kurang baik melakukan
perawatan payudara yakni sebesar 62,5%, sedangkan ibu
postpartum yang melakukan perawatan payudara dengan baik
presentasenya berjumlah 37,5.
2. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara Perawatan Payudara
dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang
Kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018, dilakukan
perhitungan dengan menggunakan analisis chi-square, hasilnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Perawatan Payudara F(n) %
Baik 12 37,5
Kurang Baik 20 62,5
Jumlah 32 100
60
Tabel 4.4
Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan
di RSUD Kota Kendari Tahun 2018
Sumber : Data Primer Terolah, RSUD Kota Kendari (2018).
Tabel 4.4 di atas menunjukkan dari 12 responden baik dalam
perawatan payudara, 6,3% di antaranya mengalami bendungan
ASI, sedangkan sisanya 31,2% tidak mengalami bendungan ASI.
Sementara itu responden yang kurang baik melakukan perawatan
payudara dan mengalami bendungan asi sebanyak 50%
sedangkan yang tidak mengalami bendungan ASI sebanyak 12,5%.
Dari hasil uji Chi square menggunakan SPSS diperoleh nilai X2
hitung lebih besar dari X2 tabel (12,2>3,8), dengan demikian maka
hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara Perawatan Payudara dengan Kejadian
Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan di
RSUD Kota Kendari Tahun 2018.
Perawatan Payudara
Bendungan ASI Total X2
Ya Tidak
F % F % F % Hitung Tabel
Baik 2 6,3 10 31,2 12 37,5
12,2 3,8 Kurang Baik 16 50 4 12,5 20 62,5
Jumlah 18 56,3 14 43,7 32 100
61
C. Pembahasan
Berdasarkan survei pendahuluan data yang diperoleh dari RSUD
Kota Kendari . Jumlah ibu post partum pada bulan Januari s/d bulan
Mei 2018 sebanyak 128 ibu nifas, 46 orang tidak melakukan
perawatan payudara dan ASI tidak lancer (36,6%), 82 orang
melakukan perawatan payudara angka keberhasilannya ASI lancer
sebanyak 60 orang (73,17%), ASI tidak lancar 22 orang (26,82%).
Sehingga penulis melakukan penelitian mengenai hubungan
perawatan payudara dengan bendungan ASI. penelitian ini
menggunakan 32 orang responden ibu nifas di RSUD Kota Kendari,
dimana 12 responden yang melakukan perawatan payudara dan
sebahagian responden lainnya tidak melakukan perawatan payudara
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa dari 32 ibu
postpartum terdapat 56,3% yang mengalami bendungan asi
sedangkan yang tidak mengalami bendungan asi berjumlah 43,7%.
Menurut Handajani (2006) Bendungan ASI atau engoregement of the
breast adalah menumpuknya ASI didalam payudara. Produksi ASI
merupakan suatu proses yang berkesinambungan
sehingga bila tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka volume ASI
dalam payudara akan melebihi kapasitas alveoli untuk menyimpan ASI,
bila tidak diatasi kondisi ini dapat menyebabkan bendungan ASI.
Bendungan ASI terjadi sejak hari ketiga sampai hari keenam
persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi
62
sangat penuh. Payudara yang terbendung membesar, membengkak,
dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema
dengan daerah eritema difus. Putting susu teregang menjadi rata, ASI
tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI.
Dari 32 ibu postpartum mayoritas ditemukan ibu kurang baik
melakukan perawatan payudara yakni sebesar 62,5%, sedangkan ibu
postpartum yang baik melakukan perawatan payudara presentasenya
berjumlah 37,5. Penemuan ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Meihartati Tuti (2017) dimana terdapat 56,5% yang
tidak melakukan perawatan payudara. Menurut Rustam (2009),
perawatan payudara adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI,
selain itu untuk kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang
masuk ke dalam atau datar. Puting susu demikian sebenarnya
bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan
mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan
agar puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga
sangat penting memperhatikan kebersihan personal hygiene.
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan
perawatan payudara semasa hamil, menurut Notoadmodjo (2008),
perawatan payudara bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara
sehingga mencegah terjadinya penyumbatan dan terhindar dari infeksi.
63
Dari hasil uji Chi square menggunakan SPSS diperoleh nilai X2
hitung lebih besar dari X2 tabel (12,2>3,8), dengan demikian maka
hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan
ASI pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan di RSUD Kota Kendari
Tahun 2018. Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Justine, S (2011), yang
berjudul A breast that is inflamed suggests that the taste of the milk.
Pada hasil penelitianya bahwa terdapat hubungan antara perawatan
payudara dengan bendungan ASI sesuai dengan teori yang ada
bahwa semakin memberikan ASI on demand dan mengosongkan ASI
secara sempurna maka akan menghindari terjadinya bendungan ASI.
penelitian oleh Hardika Mufida.,D (2016) ditemukan ada hubungan
yang signifikan antara perawatan payudara pada ibu nifas dengan
kelancaran ASI. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Haeriaty Nita
(2010) menyebutkan bahwa Ada hubungan perawatan payudara
dengan produksi ASI pada ibu nifas di RSUD Sinjai.
Menurut (Astutik, 2015) penanganan bendungan ASI sebaiknya
dimulai selama hamil dengan perawatan payudara yaitu membersihkan
puting susu dari kerak dan kotoran dan tidak boleh melakukan
massase payudara untuk mencegah terjadinya kelainan sementara
responden di tempat penelitian ini lebih banyak melakukan perawatan
payudara setelah mereka memasuki masa nifas.
64
Secara fisiologis menurut Rustam (2000) sejak hari ketiga sampai
hari ke enam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan,
payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan
penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh
tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi
bendungan. Payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan
jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat
dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meningkat dengan
merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan. Hal ini dapat
dilihat dari item pertanyaan melakukan pengurutan pada payudara
dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan
gerakan (keatas, kesamping, kebawah, dan kedepan) sambil
menghentakkan, melakukan pengurutan pada payudara dengan jari-
jari tangan, mengompres payudara dengan air dingin setelah
melakukan pengurutan dan mengakhiri mengompres payudara dengan
air hangat. Menurut Indiarti (2007) cara meningkatkan kualitas ASI
selain perawatan payudara juga diperlukan minum 8-12 gelas perhari,
daun pucuk katuk dan sayur asin membuat air susu lebih banyak
keluar, faktor jiwa pun penting, ibu yang hidup tenang lebih banyak
mengeluarkan susu dari pada ibu yang sedang dalam kesedihan,
dengan obat-obatan sesuai petunjuk dokter. Cara yang terbaik untuk
menjamin pengeluaran air susu ibu ialah bagaimana mengusahakan
agar setiap kali menyusui buah dada betul-betul kosong, karena
65
pengosongan buah dada dengan waktu tertentu itu merangsang
kelenjar buah dada untuk membuat susu lebih banyak. Sebab buah
dada akan terisap habis antara lain disebabkan bayi lemah, puting
susu lecet, produksi susu berlebihan. Dalam hal buah dada belum
kosong betul sehabis menyusui, biasanya harus dikosongkan dengan
jalan memompa atau mengurut. Susu yang diperas itu boleh diberikan
pada bayi.
Menurut Tamboyang perawatan payudara merupakan upaya untuk
merangsang sekresi hormon oksitosin untuk menghasilkan ASI sedini
mungkin dan memegang peranan penting dalam menghadapi masalah
menyusui. Tehnik pemijatan dan rangsangan pada putting susu yang
dilakukan pada perawatan payudara merupakan latihan semacam efek
hisapan bayi sebagai pemicu pengeluaran ASI. Sedangkan menurut
Pramitasari dan Saryono (2008) gerakan pada perawatan payudara
bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ibu postpartum yang mengalami bendungan ASi sebanyak 56,3%
dan hanya 43,7% yang tidak mengalami bendungan ASI.
2. Ibu yang melakukan perawatan payudara dengan kategori
terbanyak kurang baik (62,5%) dan sedilit pada kategori
baik(37,5%).
3. Ada hubungan antara Perawatan Payudara dengan Kejadian
Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan di
RSUD Kota Kendari Tahun 2018
B. Saran
1. Bagi tempat penelitian
Diharakan lebih memberikan informasi atau penyuluhan kepada ibu
nifas untuk melakukan perawatan payudara pada hari pertama post
partum.
2. Bagi instansi pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi dan menjadi masukan yang
berarti bagi institusi pendidik dalam penerapan perawatan
payudara.
3. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan penerapannya
pada masyarakat .
4. Bagi profesi
Diharapkan tenaga kesehatan lebih berperan aktif dalam rangka
meningkatkan penyuluhan, pengawasan serta memberikan motifasi
kepada ibu nifas tentang pentingnya perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya bendungan ASI.
5. Bagi responden
Diharapkan ibu nifas dan keluarga menyadari untuk teratur
melakukan perawatan payudara sehingga tidak terjadi bendungan
ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Adlercreutz, H., Bannwart, C., Wahalasnm, K., et al. (1995). Inhibition of human aromatase by mammalian lignans and isoflavonoid and phytoestrogen. J Steroid Biochem Mol Biol; 44: 147-53.
Anggraini Yeti. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Anonim. (2018). Gambar Bendungan ASI. http://bundanet.com/bendungan-asi-bundanet/ sumber informasi kesehatan ibu dan anak. Diakses : 6 Juli 2018.
_______. (2018). Pengurutan Payudara. http://bundanet.com/bendungan- asi-bundanet/. Diakses : 6 Juli 2018.
Chandra, B. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: ECG. Haeriaty Nita. (2010). Hubungan Perawatan Payudara dengan Produksi
ASI pada Ibu Nifas di RSUD Sinjai. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. UIN Alauddin Makassar.
Hardika Mufida.,D (2016). Hubungan Perawatan Payudara pada Ibu Nofas dengan Kelancaran ASI di BPM Atika, Amd.Keb, Kab Madiun. Penelitian Dosen. Akademi Kebidanan Muhammadyah Madiun.
Hipgrave, D. B., Assefa, F., Winoto, A. & Sukotjo, S., (2011). Donated breast milk substitutes and incidence of diarrhoea among infants and young children after the May 2006 earthquake in Yogyakarta and Central Java. Public Health Nutrition, 15(2), pp.307–315.
Hullyana. (2007). Produksi ASI dan Faktor Yang Mempengaruhinya. http://www.dinkesjateng.org/profil2005/bab5.htm. Diakses : 22 Mei 2018.
Justin, Sheilla. (2011). A breast that is inflamed suggests that the teste of the milk. http://Pubmed.com. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2018.
Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Meihartati Tuti. (2017). Hubungan antara Perawatan Payudara dengan kejadian Bendungan ASI (engorment) pada Ibu Nifas. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan.
Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Pillitteri, A. (2010). Buku Saku Asuhan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Ransjo Arvidson. (2001). Agar ASI Lancar Dimasa Menyusui
http://www.asi.blogsome.com. Diakses : 22 Mei 2018.
Riksani, Ria. (2012). Keajaiban ASI ( Air Susu Ibu). Dunia Sehat : Jakarta. Rustam, Mochtar. (2009). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi edisi 2
Jakarta: EGC.
Safitri, Hanum Dwi. (2010). Hubungan Teknik Menyusui dengan Kejadian bendungan ASI di BPS Amalia Sidoarjo”. University of Nahdlatul Ulama Surabaya. Jurnal
Saryono. (2011). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Jogjakarta.
Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC : Jakarta.
Suherni., Widyasih., Rahmawati. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Verralls, Sylvia. (2003). Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.
Winkjosastro. (2008). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
_____________. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
LAMPIRAN
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada:
Yth. Ny...............
Yang bertanda tangan di bawah ini, Mahasiswi Poltekkes
Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan Program Studi D-IV Kebidanan:
Nama : Elis Pitria
NIM : P00312017109
Bersama ini kami mengajukan permohonan kepada ibu untuk
menjadi responden dalam penelitian karya tulis ilmiah yang berjudul
“Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada
Ibu Postpartum di Ruang kebidanan di RSUD Kota Kendari Tahun 2018”.
Oleh karena itu kami berharap ibu memberikan jawaban dengan yang
sejujur-jujurnya.
Atas perhatiannya dan kerjasam untuk menjadi responden, kami
mengucapkan terima kasih.
Kendari,......Juli 2018
Peneliti
Elis Pitria
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN
BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG KEBIDANAN DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2018
Yang bertandatangan di bawah ini saya:
Nama :...........................
Umur :................tahun
Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi peserta penelitian yang
akan dilakukan oleh Elis Pitria Mahasiswi dari Poltekkes Kemenkes
Kendari Jurusan Kebidanan Program Studi D-IV Kebidanan.
Kendari, ....... Juli 2018
Responden
(.................................)
KUESIONER
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN
BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG
KEBIDANAN DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2018
I. Biodata Responden
A. Nama :..................................... B. Umur :.................th
II. Kuesioner
Petunjuk pengisian kuesioner : A. Pilihlah jawaban dengan Y = Ya, T = Tidak B. Pilih salah salah satu jawaban yang saudara anggap paling
sesuai dengan pendapat saudara seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang tersedia.
C. Berilah tanda ( ) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan jawaban.
1. Kuesioner Perawatan Payudara
No. Pernyataan Perawatan Payudara yang Dilakukan oleh Ibu Post Partum
Ya Tidak
1. Ibu mencuci tangan.
2. Ibu meletakkan kain bersih pada kedua payudara.
3. Ibu mengompres payudara dengan minyak/baby oil dengan menggunakan kapas.
4. Ibu mengolesi minyak/baby oil pada kedua telapak tangan ibu.
5. Ibu mengurut dari atas ke arah puting susu.
6. Ibu mengurut dari atas ke samping dan ke arah puting susu.
7. Ibu melakukan pengurutan pada payudara dengan cara melingkar dimulai dari atas, ke samping dan ke bawah.
8. Ibu melakukan kompres air hangat setelah melakukan pengurutan dengan menggunakan washlap bergantian dengan menggunakan air hangat dan air dingin.
9. Ibu kompres air hangat dan air dingin pada kedua payudara secara bergantian.
10. Ibu mengeringkan payudara setelah.melakukan perawatan payudara.
2. Kuesioner Bendungan ASI
No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah ibu merasakan ada
pembengkakan pada payudara
2. Jika jawaban “Ya”, apakah disertai rasa
nyeri?
3. Apakah ibu memiliki kesulitan dalam
menyusui?
JAWABAN KUESIONER
A. Kuesioner Perawatan Payudara
1. Ya
2. Ya
3. Ya
4. Ya
5. Ya
6. Ya
7. Ya
8. Ya
9. Ya
10. Ya
B. Kuesioner Bendungan ASI
1. Ya
2. Ya
3. Ya
MASTER TABEL PENELITIAN
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN
BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG KEBIDANAN DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2018
No. Nama/Inisial Perawatan Payudara Bendungan ASI
Skor Baik Kurang Baik Ya Tidak
1. Ny. H 45% √ √
2. Ny. D 48% √ √
3. Ny. A 38% √ √
4. Ny. W 36% √ √
5. Ny. N 80% √ √
6. Ny.B 45% √ √
7. Ny.B 48% √ √
8. Ny.D 45% √ √
9. Ny.R 90% √ √
10. Ny.A 45% √ √
11. Ny.Y 48% √ √
12. Ny.U 45% √ √
13. Ny.M 48% √ √
14. Ny.J 45% √ √
15. Ny.F 45% √ √
16. Ny.D 48% √ √
17. Ny.S 45% √ √
18. Ny.A 48% √ √
19. Ny.D 88% √ √
20. Ny.A 84% √ √
21. Ny.N 49% √ √
22. Ny.M 68% √ √
23. Ny.E 80% √ √
24. Ny.Q 80% √ √
25. Ny.M 90% √ √
26. Ny.P 47% √ √
27. Ny.L 70% √ √
28. Ny.K 65% √ √
29. Ny.Y 80% √ √
30. Ny.I 47% √ √
31. Ny.F 39% √ √
32. Ny.A 88% √ √
Jumlah
12 20 18 14
HASIL ANALISIS SPSS
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 12.224a 1 .000
Continuity Correctionb 9.786 1 .002
Likelihood Ratio 13.031 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
Association
11.842 1 .001
N of Valid Cases 32
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.25.
b. Computed only for a 2x2 table
DOKUMENTASI PENELITIAN
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG
KEBIDANAN DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2018