hubungan peran perempuan dalam sistem … · perempuan dalam gerakan petani lahan pasir kulon progo...

127
HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM PENGHIDUPAN PENDUDUK DENGAN PERAN PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA FIKA FATIA QANDHI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: truongtram

Post on 13-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM

PENGHIDUPAN PENDUDUK DENGAN PERAN

PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR

KULON PROGO YOGYAKARTA

FIKA FATIA QANDHI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

ii

Page 3: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Peran

Perempuan dalam Sistem Penghidupan Penduduk dengan Peran Perempuan dalam

Gerakan Petani Lahan Pasir Kulon Progo Yogyakarta adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Fika Fatia Qandhi

NIM I34100132

Page 4: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

iv

Page 5: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

v

ABSTRAK

FIKA FATIA QANDHI Hubungan Peran Perempuan dalam Sistem Penghidupan

Penduduk dengan Peran Perempuan dalam Gerakan Petani Lahan Pasir Kulon

Progo Yogyakarta. Di bawah bimbingan SATYAWAN SUNITO

Gerakan petani tidak pernah luput dari peran dan keterlibatan perempuan di

dalamnya. Perempuan tidak hanya berperan di bidang domestik, namun peran

perempuan juga dirasakan sebagai pendorong dan penyokong gerakan petani.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran perempuan dalam gerakan

petani lahan pasir Kulon Progo, serta menganalisis hubungannya dengan peran

perempuan dalam sistem penghidupan penduduk pesisir. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode penelitian survei. Metode penarikan sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah acak sederhana dengan jumlah responden

sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa perempuan terlibat

secara sadar di dalam perjuangan, namun secara umum pembagian kerja di dalam

gerakan petani di Kulon Progo masih mengikuti pembagian kerja gender

tradisional. Perempuan terlibat aktif dalam perlawanan-perlawanan lingkup lokal,

dimana aksi-aksi tersebut bersifat spontan, tanpa ada perencanaan, dan setiap

warga berkesempatan untuk ikut serta.

Kata kunci: Gerakan petani, Peran gender, Peran perempuan

ABSTRACT

FIKA FATIA QANDHI The Relationship between Women Role in Livelihood

System with Their Role in The Movement of Sand Land Farmer of Kulon Progo

Yogyakarta. Under the guidance of SATYAWAN SUNITO

The farmer movement never occur without women role in the movement.

Women not only play domestic role, but also as a booster and advocate in the

farmer movement. The purpose of this study is to analyze the role of women in

the movement of Kulon Progo farmer, as well as to analyze the relationship

between women role in livelihood system of coastal society. The study was

conducted using research survey method. The sampling method used in this study

is simple random sampling with 30 correspondences. This study uses a

quantitative approach and qualitative approach. The results shows that women

consciously involved in the movement, but in general the division of labor in the

movement still follow the traditional gender. Women are actively involved in the

local fight, where the actions were spontaneous, without any plan and every

member of the society had the chance to participate.

Key Words: Farmer movement, Gender role, Women role

Page 6: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

vi

Page 7: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM

PENGHIDUPAN PENDUDUK DENGAN PERAN PEREMPUAN

DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR

KULON PROGO YOGYAKARTA

FIKA FATIA QANDHI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

viii

Page 9: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

ix

Judul Skripsi : Hubungan Peran Perempuan dalam Sistem Penghidupan

Penduduk dengan Peran Perempuan dalam Gerakan Petani

Lahan Pasir Kulon Progo Yogyakarta

Nama : Fika Fatia Qandhi

NIM : I34100132

Disetujui oleh

Dr Satyawan Sunito

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus: _______________

Page 10: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

x

Page 11: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah yang berjudul Hubungan Peran Perempuan dalam Sistem

Penghidupan Penduduk dengan Peran Perempuan dalam Gerakan Petani Lahan

Pasir Kulon Progo Yogyakarta dengan baik. Penelitian yang dilaksanakan sejak

bulan Februari 2014 ini mengangkat tema peran perempuan dengan lokasi

penelitian di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo,

Yogyakarta.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak

Dr Satyawan Sunito selaku pembimbing skripsi. Penulis juga menyampaikan

hormat dan terima kasih kepada orang tua tersayang, Ayahanda Saiful Fikri dan

Ibunda Elidawati serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan,

bantuan, dan doa untuk penulis. Selain itu, penghargaan dan terima kasih penulis

sampaikan untuk Keluarga Besar Mas Warsito, Mas Widodo, Mbak Isyanti,

Keluarga Besar Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo, dan seluruh

responden serta masyarakat pesisir Kulon Progo. Kemudian penulis ucapkan

terima kasih kepada Mas Eko dan Muhammad Ichsan yang membantu penulis

dalam proses penelitian ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh keluarga besar

SKPM terutama kepada para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah

memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis. Ungkapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada sahabat-sahabat SKPM 47 sebagai keluarga kedua yang telah

memberikan banyak dukungan dan semangat. Kemudian terima kasih juga penulis

sampaikan kepada para sahabat Fida, Arin, Chakim, Aktiandari dan Idah, atas

dukungannya. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah berkontribusi dalam kehidupan penulis yaitu Badan Eksekutif

Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per

satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Oktober 2014

Fika Fatia Qandhi

Page 12: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

xii

Page 13: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Gerakan Petani 5

Bentuk-bentuk dan Strategi Perlawanan Petani 6

Faktor-faktor Munculnya Gerakan Petani 9

Bentuk-bentuk Peran Perempuan 12

Peran Gender 14

Analisis Gender 15

Kerangka Penelitian 17

Hipotesis Penelitian 19

Definisi Operasional 19

PENDEKATAN LAPANGAN 25

Metode Penelitian 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 25

Teknik Pengambilan Informan dan Responden 26

Teknik Pengumpulan Data 27

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 27

PROFIL DESA BUGEL 29

Kondisi Geografis 29

Kondisi Sosial Budaya 29

Kondisi Pertanian Lahan Pasir 31

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir 35

Ikhtisar 39

PENDAPAT PEREMPUAN TENTANG KONFLIK DI KULON PROGO

DAN GERAKAN PETANI KULON PROGO

41

Pendapat Perempuan tentang Konflik di Kulon Progo 41

Pendapat Perempuan tentang Gerakan Petani Lahan Pasir Kulon Progo 43

Ikhtisar 49

PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM PENGHIDUPAN PENDUDUK 51

Peran Gender 51

Peran Reproduktif 52

Peran Produktif 53

Peran Sosial (Masyarakat) 57

Akses dan Kontrol 58

Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya Fisik/Material 58

Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya Sosial-Budaya 60

Page 14: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

xiv

Akses dan Kontrol terhadap Pasar Komoditas dan Tenaga Kerja 61

Akses dan Kontrol terhadap Manfaat 62

Ikhtisar 62

PERAN PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR

KULON PROGO

65

Keterlibatan Perempuan dalam Gerakan Petani 65

Akses dan Kontrol Perempuan terhadap Gerakan Petani 74

Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Peran Perempuan dalam

Gerakan Petani

78

Ikhtisar 80

PENUTUP 83

Simpulan 83

DAFTAR PUSTAKA 85

LAMPIRAN 87

RIWAYAT HIDUP 111

Page 15: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi peran gender 15

Tabel 2 Tabel kronologi gerakan petani lahan pasir Kulon Progo 46

Tabel 3 Pembagian peran reproduktif laki-laki dan perempuan Desa

Bugel,2014

53

Tabel 4 Pembagian peran produktif laki-laki dan perempuan Desa

Bugel pada pertanian komoditas cabai keriting, 2014

54

Tabel 5 Pembagian peran produktif laki-laki dan perempuan Desa

Bugel pada pertanian komoditas melon, 2014

55

Tabel 6 Pembagian peran produktif laki-laki dan perempuan Desa

Bugel pada sektor perdagangan dan peternakan, 2014

56

Tabel 7 Pembagian peran sosial laki-laki dan perempuan Desa

Bugel, 2014

57

Tabel 8 Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan Desa Bugel

terhadap sumberdaya fisik/material, 2014

60

Tabel 9 Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan Desa Bugel

terhadap sumberdaya sosial-budaya, 2014

61

Tabel 10 Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan Desa Bugel

terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja, 2014

62

Tabel 11 Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan Desa Bugel

terhadap manfaat, 2014

62

Tabel 12 Keterlibatan perempuan dalam gerakan petani Desa Bugel,

2014

70

Tabel 13 Tingkat keterlibatan perempuan Desa Bugel dalam gerakan

petani, 2014

72

Tabel 14 Tabulasi silang antara tingkat pendidikan perempuan

dengan tingkat keterlibatan perempuan Desa Bugel dalam

gerakan petani, 2014

74

Tabel 15 Akses dan kontrol perempuan Desa Bugel dalam gerakan

petani, 2014

75

Tabel 16 Tingkat akses dan kontrol perempuan Desa Bugel dalam

gerakan petani, 2014

76

Page 16: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka penelitian peran perempuan dalam gerakan

petani lahan pasir kulon progo

18

Gambar 2 Peta Desa Bugel 89

Gambar 3 Salah satu ladang cabe keriting di Desa Bugel 106

Gambar 4 Salah satu contoh tanaman cabe keriting di Kulon Progo 106

Gambar 5 Kegiatan konvoi Ulang Tahun PPLP tahun 2014 106

Gambar 6 Salah satu kegiatan Fundrising PPLP yakni penyablonan

baju

106

Gambar 7 Wawancara dengan petani Kulon Progo 106

Gambar 8 Masyarakat pesisir saat memeriahkan Ulang Tahun PPLP

tahun 2014

106

Gambar 9 Hasil lukisan bertema perlawanan petani oleh seniman 107

Gambar 10 Wawancara dengan petani Kulon Progo 107

Gambar 11 Perempuan Desa Bugel ketika menyiangi tanaman 107

Gambar 12 Aksi solidaritas petani Kulon Progo di Titik 0 KM,

Jogjakarta

107

Gambar 13 Perempuan memetik cabe keriting ketika panen raya 107

Gambar 14 Kegiatan panen raya di Garongan 107

Gambar 15 Aksi demontrasi Kulon Progo pada 22 Desember 2010 108

Gambar 16 Aksi demontrasi Kulon Progo pada 22 Desember 2010 108

Gambar 17 Aksi demontrasi Kulon Progo pada 22 Desember 2010 108

Gambar 18 Aksi demontrasi Kulon Progo pada 22 Desember 2010 108

Gambar 19 Aksi demontrasi Kulon Progo pada 15 Desember 2010 108

Gambar 20 Aksi demontrasi Kulon Progo pada 15 Desember 2010 108

Gambar 21 Aksi demontrasi Kulon Progo pada 15 Desember 2010 109

Gambar 22 Kegiatan Ulang Tahun PPLP tahun 2014 109

Gambar 23 Aksi demontrasi Kulon Progo pada 15 Desember 2010 109

Gambar 24 Aksi demontrasi Kulon Progo pada 15 Desember 2010 109

Gambar 25 Kegiatan diskusi petani Kulon Progo di Bandung 109

Gambar 26 Kegiatan menonton film perjuangan petani Trisik 109

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Desa Bugel 89

Lampiran 2 Jadwal kegiatan penelitian 90

Lampiran 3 Kerangka responden 91

Lampiran 4 Kuesioner penelitian 96

Lampiran 5 Panduan pertanyaan wawancara mendalam 105

Lampiran 6 Dokumentasi penelitian 106

Page 17: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris. Bagi sebagian besar penduduk

Indonesia yang kehidupannya masih tergantung pada sektor pertanian, maka

pemilikan dan penguasaan lahan merupakan faktor penting. Dilema yang dihadapi

tentang peruntukan lahan pada sektor pertanian seringkali bersaing dengan sektor

lain seperti industri, pemukiman, dan perdagangan. Dilihat dari segi aspek hukum,

hak memiliki dan menguasai pada umumnya melekat pada tiga jenis subyek

hukum yaitu masyarakat, negara atau pemerintah, dan perusahaan swasta.

Fauzi (1999) menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan politik agraria yang

dibangun oleh Orde Baru, pertama adalah menjadikan masalah land reform hanya

sebagai masalah teknis. Kedua, menghapus semua legitimasi partisipasi organisasi

petani di dalam program land reform. Ketiga, penerapan kebijakan massa

mengambang (floating mass) pada menjelang pemilu tahun 1971 dengan

memotong hubungan massa pedesaan dengan partai-partai politik. Keempat,

diundangkannya UUPD (Undang-undang Pemerintahan Desa) tahun 1979. Dan

kelima, terlibatnya unsur polisi dan militer di dalam pengawasan dinamika

pembangunan desa. Pembangunan kapitalisme di sektor agraria terlihat dari

dilaksanakannya program revolusi hijau, eksploitasi hutan, dan agroindustri.

Pembangunan kapitalisme ini melahirkan konflik agraria dan aksi protes agraria.

Terdapat sejumlah konflik utama yang muncul: Pertama, pemerintah

mewajibkan petani untuk mempergunakan unsur-unsur revolusi hijau, demi

tercapai-terjaganya swasembada beras. Kedua, perkebunan mengambil alih tanah

tanah yang sebelumnya dikuasai oleh rakyat. Ketiga, terdapat sejumlah kasus

dimana pemerintah melakukan pengambilalihan (penggusuran) tanah untuk apa

yang dinyatakan sebagai “program pembangunan” baik oleh pemerintah sendiri

maupun swasta. Keempat, konfilik akibat eksploitasi hutan. Aksi protes terhadap

penindasan dan penaklukan petani ini mempunyai ciri khas, yakni: protes

dilakukan oleh sejumlah petani korban, dengan didampingi oleh Organisasi Non

Pemerintah (Ornop) tertentu; protes disalurkan pada parlemen dan pemerintah; isu

protes bersifat kausitis; dan media massa dipercaya akan membantu penyelesain

masalah.

Kondisi inilah yang membuat petani melakukan perlawanan-perlawanan.

Perlawanan-perlawanan tersebut diwujudkan dalam sebuah gerakan, yang sering

digaungkan dengan gerakan petani. Henry A. Landsberger dan Yu. G. Alexandrov

dalam Landsberger (1984) mendefinisikan gerakan sebagai reaksi kolektif

terhadap kedudukan rendah. Kedudukan rendah ini digambarkan sebagai petani

yang posisinya selalu termarjinalkan dari berbagai aspek, baik ekonomi maupun

politik. Wolf dalam Landsberger (1984) mendefinisikan petani sebagai penduduk

yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan yang

otonom tentang proses cocok tanam, termasuk proses penggarapan atau penerima

bagi hasil maupun pemilik-penggarap selama mereka berada pada posisi pembuat

keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman mereka. Hal ini

jelas memperlihatkan bahwa petani adalah individu yang mandiri, berhak

Page 18: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

2

menentukan apa yang terbaik bagi hidup mereka, berhak mengambil keputusan,

dan berhak memperjuangkan yang menjadi hak-hak mereka.

Di dalam pergerakan petani, jarang sekali digambarkan secara terperinci

bagaimana peran perempuan. Padahal keterlibatan perempuan dalam kegiatan

pertanian tidak saja menjadi bagian terbesar dari tenaga kerja di sektor pertanian,

tetapi juga memiliki pengetahuan dan keterampilan utama dalam kegiatan

pekerjaan pertanian. Rasa kepemilikan atas lahan yang melekat pada perempuan

tidak dapat memungkiri keterlibatan perempuan dalam setiap gerakan petani.

Kodrat perempuan sebagai yang melahirkan anak membuat perempuan menjadi

produsen primer dan pekerja pemeliharaan sedangkan laki-laki identik dengan

pengelola kebudayaan. Identifikasi ini mengakibatkan perempuan diberi peran di

sektor domestik, mengurus rumah tangga dan laki-laki dalam peran publik,

mengurus berbagai hal yang berhubungan dengan sektor produksi. Hampir secara

universal, berlaku batas-batas sosial dan politik atas laki-laki dan perempuan yang

disebabkan berlakunya perbedaan peran gender (Wahyuni 2007).

Salah satu contoh kasus yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah

gerakan petani lahan pasir yang berada di Kulon Progo. Saouki, dkk (2010)

menyatakan bahwa di Kulon Progo, terjadi konflik perebutan penguasaan lahan

pantai yang mengandung bijih besi, antara Raja, yakni pihak Kraton Yogyakarta,

Paku Alaman, dan masyarakat pesisir Kulon Progo. Pihak Kerajaan ingin

membuka pertambangan pasir besi di lahan ini. Bermula dari rencana proyek

besar penambangan pasir besi oleh PT. Jogja Magasa Mining (JMM) yang saham

utamanya dimiliki oleh keluarga besar Kraton Yogyakarta dan Paku Alaman serta

bekerja sama dengan PT Indomine Australia. Rencana ini disetujui oleh Pemda

Kulon Progo dengan alasan dapat meningkatkan pemasukan daerah. Lahan pantai

yang direncanakan sebagai lahan tambang seluas lebih dari 3000 Ha, sepanjang 22

Km dari garis pantai. Pembangunan ini direncanakan di sejumlah desa di empat

kecamatan. Desa-desa tersebut adalah Jangkaran dan Palihan di Kecamatan

Temon, Glagah dan Karangwuni di Kecamatan Wates, Nomporejo, Kranggan dan

Banaran di Kecamatan Galur, dan Garongan, Pleret, Bugel, dan Karangsewu di

Kecamatan Panjatan.

Konsesi penambangan pasir besi jelas sangat merugikan petani lahan pasir.

Lahan pasir yang selama ini memberikan kehidupan kepada petani. Lahan pasir

yang dulunya lahan kering kini dengan teknologi hasil temuan petani mampu

menumbuhkan berbagai macam tanaman. Kondisi ini lah yang membuat petani

lahan pasir Kulon Progo melakukan perlawanan. Pada kasus ini peneliti

melakukan penelitian di salah satu desa yang lahan pertaniannya termasuk dalam

wilayah konsesi penambangan pasir besi, yakni Desa Bugel. Desa Bugel memiliki

sejarah panjang atas pengolahan lahan pasir. Lahan pasir telah menghidupi

keluarga-keluarga petani Kulon Progo dan masyarakat luas melalui hasil pertanian

mereka. Petani-petani di wilayah selatan Desa Bugel secara langsung maupun

tidak langsung terlibat dalam gerakan petani, baik laki-laki maupun perempuan,

tua maupun muda. Sebagai salah satu daerah basis perlawanan, salah satu tokoh

perempuan gerakan petani lahan pasir Kulon Progo berasal dari Desa Bugel. Hal

ini mendorong keterlibatan perempuan desa Bugel lainnya untuk ikut dalam

perlawanan. Perempuan Desa Bugel terlibat aktif dalam perlawanan-perlawanan

menolak pertambangan pasir besi. Keberhasilan perlawanan petani hingga saat ini

menolak penambangan pasir besi merupakan hasil dari berbagai upaya

Page 19: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

3

perlawanan yang telah petani lakukan, yang melibatkan berbagai kalangan, baik

perlawanan secara terbuka maupun secara sembunyi-sembunyi. Oleh karena itu,

menarik bagi peneliti untuk menganalisis bagaimana hubungan peran perempuan

dalam sistem penghidupan penduduk dengan peran perempuan dalam gerakan

petani lahan pasir Kulon Progo Yogyakarta?

Rumusan Masalah

Peranan perempuan tidak hanya dirasakan dalam rumah tangga.

Perempuan juga terlibat dan berperan di bidang pertanian. Wahyuni (2007)

menyatakan bahwa keterlibatan perempuan dalam kegiatan pertanian tidak saja

menjadi bagian terbesar dari tenaga kerja di sektor pertanian, tetapi perempuan

juga memiliki pengetahuan dan keterampilan utama dalam kegiatan pekerjaan

pertanian. Secara tradisional perempuan memiliki keterampilan memilih benih

padi yang baik dan menyimpannya untuk ditanam pada musim tanam berikutnya.

Perempuan juga mampu memilih lahan yang cocok untuk budidaya pertanian.

Mereka juga mampu memilih tanaman yang cocok untuk pengobatan.

Kemampuan tersebut dipelajari para perempuan untuk kebutuhan bertahan hidup

keluarganya. Keterlibatan perempuan dalam bidang pertanian inilah yang

memupuk rasa memiliki atas lahan dan hasil pertanian. Hal ini merupakan salah

satu alasan perempuan terlibat langsung dalam gerakan petani. Perempuan

memiliki pendapat dan gambaran tersendiri mengenai konflik yang mereka hadapi

dan perlawanan-perlawanan yang mereka lakukan. Oleh karena itu penting bagi

peneliti untuk mengetahui bagaimana pendapat perempuan tentang konflik yang

terjadi di Kulon Progo dan gerakan petani Kulon Progo?

Di dalam sistem penghidupan penduduk secara alami tumbuh pembagian

kerja atas laki-laki dan perempuan. Selain itu juga terdapat perbedaan akses dan

kontrol terhadap sumber daya yang dimiliki bersama antara laki-laki dan

perempuan. Nilai-nilai gender antara satu budaya dengan budaya lain adalah

berbeda. Begitu pula dengan budaya masyarakat pesisir selatan yang mayoritas

bermata pencaharian sebagai petani lahan pasir. Baik perempuan maupun laki-laki

petani lahan pasir tidak pernah terlepas dari aktivitas reproduktif, aktivitas

produktif, dan aktivitas sosial atau yang bersifat kemasyarakatan. Di mana di

setiap aktivitas tersebut muncul pembagian kerja serta akses dan kontrol yang

berbeda antara laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya yang dimiliki

bersama. Oleh karena itu penting bagi peneliti untuk menganalisis bagaimana

peran perempuan dalam sistem penghidupan penduduk petani lahan pasir Kulon

Progo?

Perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh petani tidak pernah terlepas

dari keterlibatan perempuan di dalamnya. Hafid (2001) menyatakan bahwa

masuknya perempuan dalam kelompok elit petani telah mendorong semangat

perjuangan petani. Partisipasi kaum perempuan telah mendorong petani untuk

terjun dalam kancah perjuangan hak milik tanahnya. Dalam kasus tanah

Jenggawah, terlihat bahwa perempuan juga ikut andil dalam proses pengambilan

keputusan, dalam hal ini diidentikkan dengan menggunakan pertimbangan hati

nurani. Sehingga komposisi antara laki-laki dan perempuan akan melahirkan

komposisi strategis yang harmonis. Perempuan juga berperan dalam mobilisasi

Page 20: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

4

massa dan dalam mengomunikasikan perjuangan-perjuangan yang mereka

lakukan kepada sesama perempuan lainnya. Selain itu, kehadiran perempuan juga

memperkuat kesan bahwa persoalan menuntut hak oleh petani Jenggawah bukan

hanya persoalan kaum pria saja. Perjuangan tersebut tidak semata persoalan

politis, tetapi sudah masuk pada persoalan keluarga dan kesejahteraan anak-

anaknya. Oleh karena itu penting bagi peneliti untuk menganalisis bagaimana

peran perempuan dalam gerakan petani lahan pasir Kulon Progo?

Tidak dapat dipungkiri perempuan banyak terlibat dalam kegiatan-

kegiatan produktif seperti dalam halnya kegiatan pertanian, kegiatan sosial

kemasyarakatan, kegiatan pendidikan, dan kegiatan-kegiatan sosial

kemasyarakatan lainnya. Tidak jarang perempuan menempati posisi penting dan

terlibat aktif di dalamnya. Begitu pula dalam hal gerakan petani. Perempuan yang

terlibat langsung dalam kegiatan pertanian dan merasakan langsung manfaat dari

adanya lahan pasir memiliki rasa kepemilikan yang besar terhadap lahan pasir.

Posisi dan peran-peran yang yang diambil atau diberikan perempuan dalam

gerakan petani diduga memiliki hubungan dengan posisi dan peranan perempuan

dalam sistem penghidupan penduduk. Oleh karena itu penting bagi peneliti untuk

menganalisis bagaimana hubungan peran perempuan dalam sistem penghidupan

penduduk dengan peran perempuan dalam gerakan petani?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian umum

pada penelitian ini adalah menganalisis peran perempuan dalam gerakan petani

lahan pasir Kulon Progo. Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui pendapat perempuan tentang konflik yang terjadi di Kulon

Progo dan gerakan petani Kulon Progo.

2. Menganalisis peran perempuan dalam sistem penghidupan penduduk

petani lahan pasir Kulon Progo.

3. Menganalisis peran perempuan dalam gerakan petani lahan pasir Kulon

Progo.

4. Menganalisis hubungan antara peran perempuan dalam sistem

penghidupan penduduk dengan peran perempuan dalam gerakan petani

lahan pasir Kulon Progo.

Kegunaan Penelitian

Secara khusus kegunaan dari penelitian ini bagi peneliti adalah untuk

menambah pengetahuan yang berkaitan dengan peran perempuan dalam gerakan

petani lahan pasir Kulon Progo yang diperlukan sebagai bahan penelitian dan

skripi peneliti guna memenuhi syarat kelulusan sebagai sarjana pada Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor. Secara umum, kegunaan dari penelitian ini adalah

menambah pengetahuan dan hasil penelitian terkait peran perempuan dalam

gerakan petani lahan pasir Kulon Progo.

Page 21: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Gerakan Petani

Wolf dan Moore dalam Landsberger (1984) mengatakan terdapat tiga

karakteristik yang mencirikan petani, diantaranya adalah subordinasi legal,

kekhususan kultural, dan khususnya ‘pemilikan de facto’ atas tanah. Sepuluh

tahun kemudian Wolf dalam monografnya, mendefiniskan peasants sebagai

tukang cocok tanam pedesaan yang surplusnya dipindahkan kepada kelompok

penguasa yang dominan. Bukan pemilikan, tetapi lepasnya penguasaan

terhadapnya dan penguasaan atas tenaga kerjanya sendiri. Dengan kata lain telah

ditutupi oleh sistem lain dimana kontrol atas alat-alat produksi, termasuk

penentuan tenaga kerja manusia, berpindah-pindah dari tangan produsen primer

kepada kelompok-kelompok yang tidak melakukan proses produktif itu sendiri.

Namun kemudian Wolf juga mendefinisikan petani sebagai penduduk yang secara

ekstensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan yang otonom

tentang proses cocok tanam, mencakup penggarapan atau penerima bagi hasil

maupun pemilik-penggarap selama mereka ini berada pada posisi pembuat

keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman mereka.

Landsberger dan Alexandrov dalam Landsberger (1984) mendefinisikan

bahwa petani adalah para tukang cocok tanam pedesaan yang menduduki posisi

yang relatif rendah pada berbagai dimensi yang penting. Dimensi penting yang

dimaksudkan disini adalah dimensi ekonomi dan politik. Dimensi ekonomi dan

politik dapat dibagi ke dalam tiga rangkaian dimensi yang setara yakni

pengendalian atas masukan ekonomi dan politik yang relevan, pengendalian

proses transformasi dalam ekonomi dan politik, dan dimensi yang berkaitan

dengan tingkat faedah dari keluaran (output) dari masing-masing sektor ini di

masyarakat. Suatu contoh dalam hal masukan ekonomi, para tukang cocok tanam

desa dapat diukur dari (1) jumlah masukan yang mereka kendalikan (tanah,

modal, tenaga kerja); dan (2) kepastian dengan mana mereka mengendalikan

masukan itu. Dalam hal proses transformasi, petani dapat melakukan partisipasi,

kurang lebih dalam perumusan nyata keputusan-keputusan politik. Pada akhirnya

petani, sedikit atau banyak, memperoleh keuntungan dari isi keputusan yang

dibuat.

Namun seringkali posisi petani disubordinatkan. Petani sering

dianalogikan sebagai masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan untuk merubah

struktur, pasrah terhadap kondisi yang menimpa mereka dan patuh terhadap

aturan-aturan yang ada. Petani seringkali hanya dijadikan obyek-obyek

pembangunan lewat program-program yang terlihat revolusiener, padahal

terkadang sama sekali tidak menyuntuh kebutuhan petani. Kondisi-kondisi ini

menimbulkan ketidakpuasan dalam diri petani. Landsberger dan Alexandrov

(1984) menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis situasi yang seringkali memainkan

peranan dalam merangsang ketidakpuasan petani, diantaranya yakni inkonsistensi

status, kemorosotan relatif dari status lama seseorang atau dari harapan orang

Page 22: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

6

tentang statusnya yang sekarang dan perasaan adanya ancaman terhadap status di

masa depan. Inkonsistensi status didefinisikan sebagai kedudukan yang relatif

baik menurut satu karakteristik sementara tetap rendah menurut karakteristik lain,

yang merupakan salah satu pencetus pemberontakan petani di Inggris di tahun

1831 dan di Perancis di tahun 1789. Dalam kedua kasus tersebut, perbaikan nasib

petani telah terjadi dalam berbagai hal, namun di sisi lain justru hal tersebut lah

yang membuat ketaksanggupan yang masih ada seperti dalam hal pajak

perkawinan dan kerja bakti yang menyulitkan petani. Kemudian, kedudukan yang

tak menguntungkan dibandingkan dengan yang lain –kemorosotan relatif-

sedikitnya memainkan peranan di Mexico, dimana meningkatnya kontak dengan

Amerika Serikat memungkinkan petani untuk membandingkan nasibnya dengan

tetangganya dan akibatnya menjadi tidak puas. Dan yang terakhir adalah

kemorosotan sehubungan dengan masa lalu atau yang diharapkan sekarang

ataupun ancaman terhadapnya di masa depan, sebagaimana terjadi dalam kasus

pemberontakan Pugachev.

Salah satu perubahan masyarakat yang dapat menghasilkan ketidakpuasan

petani adalah penggusuran petani dan komunitas petani yang telah ada

sebelumnya, pencaplokan hak-hak meraka oleh tuan-tuan tanah dan negara dalam

suatu proses feodalisasi, yang akan membawa kepada perasaan merosotnya status

petani. Kebijaksanaan pencaplokan serupa itu mungkin dicetuskan oleh

perangsang-perangsang seperti keinginan untuk mengambil keuntungan dari

kesempatan komersial dan teknik yang baru, atau dari tekanan negatif pada elite

politik dan ekonomi, seperti kekalahan perang.

Rasa ketidakpuasan yang timbul tersebut kemudian mendorong petani

untuk melakukan gerakan-gerakan perlawanan terhadap kondisi yang

memarginalkan mereka. Landsberger dan Alexandrov dalam Landsberger (1984)

mendefinisikan gerakan sebagai reaksi kolektif terhadap kedudukan rendah.

Kedudukan rendah ini digambarkan sebagai petani yang posisinya selalu

termarginalkan dari berbagai aspek, baik ekonomi maupun politik. Rasa-rasa

ketidakpuasan inilah yang juga mendasari gerakan-gerakan petani yang ada di

Indonesia seperti dalam kasus Serikat Petani Pasundan, SPPQT, kasus tanah

Jenggawah, dan kasus petani di Desa Cisarua. Di negara-negara lain kondisi ini

juga terlihat dalam gerakan-gerakan petani yang ada di negara India, Zimbabwe,

dan Filipina.

Bentuk-bentuk dan Strategi Perlawanan Petani

Bentuk-bentuk perlawanan petani sangat beragam, mulai dari yang bersifat

sembunyi-sembunyi hingga aksi terbuka, mulai dari laten hingga manifes.

Perlawanan-perlawanan petani merupakan representasi dari rasa ketidakpuasan

petani dan permasalahan-permasalahan agraria yang terjadi. Bentuk-bentuk

perlawanan petani berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Oleh

karenanya gerakan petani bersifat unik. Gerakan-gerakan ini juga berkaitan erat

dengan pengetahuan lokal masyarakat petani setempat, jaringan yang dimiliki

oleh petani dan kultur yang berkembang di daerah tersebut. Hal ini lah yang akan

menentukan strategi apa yang dipilih oleh petani dalam perlawanan-

perlawanannya. Beberapa gerakan petani disokong oleh organisasi non

Page 23: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

7

pemerintah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Aprianto (2008) yang

menyatakan bahwa kelahiran gerakan sosial baru di Indonesia tidak bisa

dilepaskan dari hadirnya organisasi non pemerintah (Ornop) sebagai aktor kritis

terhadap pembangunan di tingkat lokal, nasional dan internasional.

Terdapat dua pendekatan yang dilakukan oleh gerakan sosial dalam rangka

memasuki ruang politik kenegaraan yakni, pertama, mendorong keterlibatan tokoh

atau pemimpin dari gerakan sosial untuk memasuki ranah politik praktis dari

tingkat yang paling rendah yaitu kepala desa maupun level eksekutif dan legislatif

baik lokal maupun nasional. Kedua, menyiapkan upaya-upaya untuk melakukan

intervensi dan mempengaruhi agenda-agendda negara dalam rangka pelaksanaan

gerakan sosial. Atas alasan tersebut, berbagai serikat tani kemudian mendorong

upaya untuk memasuki ranah politik praktis dalam rangka membuka peluang

jalannya gagasan dari gerakan sosial. Hal ini pula lah yang dilakukan oleh petani-

petani di Salatiga melalui SPPQT.

Hasil penelitian Purwandari (2006) menunjukkan bahwa pola perlawanan

yang dikembangkan oleh organisasi petani SPPQT (Serikat Paguyuban Petani

Qoryah Thoyibah) tidak dilakukan dengan mengubah struktur yang ada,

melainkan mempergunakan struktur yang ada dan menjadi bagian dari sistem

tersebut untuk kemudian memperbaiki sistem dari dalam. Perlawanan dilakukan

terhadap kemapanan yang ada dengan cara memperkuat aliansi dan menjadi

bagian dari agenda negara.Gerakan perlawanan yang dikembangkan SPPQT

merupakan basis dekonstruksi sosial. Saat ini strategi yang dikembangkan adalah

SPPQT mulai masuk dalam pembahasan APBD dan masuk dalam ranah politik.

SPPQT mulai ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. Upaya yang

saat ini dikembangkan adalah penguatan pola gerakan sebagai upaya

mempengaruhi kebijakan lokal.

Selain itu juga terdapat perlawanan-perlawanan yang dilakukan secara

kolektif melalui afiliasi dengan lembaga swadaya masyarakat dan lembaga

hukum. Hafid (2001) menyatakan bahwa strategi perlawanan yang dilakukan oleh

petani Jenggawah adalah perlawanan kolektif. Cara yang digunakan adalah

dengan unjuk rasa. Selain itu, petani Jenggawah juga menguatkan jaringan dengan

beberapa lembaga hukum dan LSM. Perlawanan petani dalam bentuk yang lebih

radikal dan langsung yakni lewat aksi massa juga merupakan jalan yang dipilih

petani. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Serikat Petani Pasundan (SPP). Aji

(2005) menyatakan bahwa salah satu kewajiban anggota SPP adalah melakukan

aksi massa. Beberapa aksi massa tersebut adalah reclaiming atau secara aktif

melakukan penguasaan tanah, ekspansi anggota baru di lingkungan sekitarnya

untuk menambah jumlah anggota OTL, dukungan solidaritas terhadap OTL-OTL

yang lain melalui pengerahan massa, dan (d) aksi demonstrasi untuk mendesakkan

isu-isu penyelesaian sengketa tanah dan reformasi agraria yang dilakukan secara

bersama-sama dengan organisasi lain.

Strategi yang dilakukan SPP berbeda antara aksi massa yang dilakukan “di

dalam” dengan aksi massa “di luar”. Sebagai suatu bentuk perlawanan langsung,

aksi massa “di dalam” seringkali dilakukan secara rahasia (underground),

terutama aksi reclaiming yang mana mereka harus berhadapan dengan “preman

perkebunan”, kepolisian, bahkan militer. Massa SPP ini tidak terlihat karena

menyatu dengan warga desa lainnya, sementara secara bergerilya mereka

melakukan perlawanan sehingga pihak lawan akan kesulitan mendeteksi gerakan-

Page 24: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

8

gerakannya. Sedangkan aksi massa “di luar” atau yang sering disebut dengan

demonstrasi dilakukan dengan cara sebaliknya. Aksi massa ini dilakukan secara

terbuka dan justru menggalang kekuatan-kekuatan dari organisasi tani di luar SPP.

Strategi aksi massa yang terbuka antara lain diperlihatkan pada jumlah massa

yang sangat besar di tempat-tempat tertentu seperti kantor DPR, DPRD, di jalan-

jalan protokol; sejumlah poster, baliho, bendera SPP, lagu-lagu perjuangan dan

menyebarkan “statement” yang terkait dengan tema aksi saat itu.

Hal ini juga dilakukan oleh gerakan-gerakan petani di Zimbabwe, India,

dan Filipina. Kasus gerakan petani di India, Routledge (2005) menyatakan bahwa

gerakan petani di India dipelopori oleh organisasi Narmada Bachao Andolan

(NBA). NBA melancarkan dua bentuk perjuangan yang saling berkait. Pertama,

disebut dengan perlawanan wacana. Perang-perang kata ini meliputi kesaksian,

lagu, syair dan naras (slogan-slogan), disertai riset serta analisis rinci tentang

dampak waduk dan alternatif-alternatif pembangunan berkelanjutan. Kedua,

dikenal dengan istilah perlawanan fisik. Taktik-taktik perjuagan mereka melebar

menjangkau berbagai macam repetoar perlawanan, termasuk bentuk-bentuk

konflik institusional dan ekstra-institusional, serta aneka metode aksi langsung

non-kekerasan- mulai dari demonstrasi dan pawai, perkemahan dan pendudukan

satyagraha, puasa serta mogok makan.

Kemudian kasus gerakan petani di Filipina, Boras dan Franco (2005)

menyatakan bahwa jenis-jenis aksi yang digunakan adalah dengan melakukan

pendudukan tanah, pemogokan, demonstrasi jalan, aksi di tempat kerja dan dialog.

Gerakan petani di Filipina juga diwakili oleh nama organisasi UNORKA

(Koordinator Nasional Organisasi Lokal Rakyat Pedesaan Otonom). Aksi-aksi

kolektif UNORKA tampil beragam mulai dari pendudukan tanah paksa sampai

dialog, dari turun ke jalan sampai serangan-serangan legal, dari surat petisi sampai

menyegel gerbang DAR (Departemen Reforma Agraria) untuk mendramatisasi

protes mereka. Selanjutnya kasus yang terjadi di Zimbabwe, Moyo (2005)

menyatakan bahwa perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh petani adalah

dengan melakukan pendudukan tanah dan invansi. Invasi mencakup kunjungan

sementara yang berlangsung hanya sekian hari, serta kunjungan sporadis yang

berulang-ulang dan tidak diikuti aksi menetap berkepanjangan.

Namun kondisi sebaliknya, yakni perlawanan yang dilakukan secara

sembunyi-sembunyi dan lokalistik terjadi pada kasus petani di Desa Cisarua.

Kinseng dan Ariendi (2011) menyatakan bahwa bentuk perlawanan kecil yang

dilakukan di Desa Cisarua ialah memperluas lahan garapan secara diam-diam

dengan koordinasi yang dilakukan hanya berdasarkan asas sama tahu saja.

Organisasi yang anonim, bersifat non formal, dengan bentuk perlawanan kecil dan

sembunyi-sembunyi yang dilakukan setiap hari oleh petani Desa Cisarua dengan

penuh kesabaran dan kehati-hatian serta berpura-pura bodoh dengan berpura-pura

tidak mengetahui bahwa lahan yang mereka garap merupakan tanah HGU yang

tidak boleh digarap oleh petani. Perjuangan yang dilakukan oleh petani ialah

bersifat individual, tidak secara kolektif.

Beberapa kasus di atas, terlihat bahwa terdapat berbagai macam bentuk

perlawanan yang dilakukan oleh petani, diantaranya perlawanan secara sembunyi-

sembunyi dan perlawanan terbuka dan langsung. Perlawanan secara terbuka dan

langsung diantaranya dilakukan dengan melakukan aksi massa, unjuk rasa,

pendudukan tanah, pemogokan, reclaiming, demonstrasi, pawai, perkemahan,

Page 25: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

9

puasa, mogok makan, dialog, melancarkan serangan-serangan legal melalui surat

petisi. Sedangkan perlawanan secara sembunyi-sembunyi dilakukan dalam bentuk

perlawanan kecil secara diam-diam dan berpura-pura bodoh. Selain itu bentuk

perlawanan tidak langsung dapat terlihat dengan memasuki ruang politik

kenegaraan dan mempergunakan struktur yang ada dan menjadi bagian dari sistem

tersebut untuk kemudian memperbaiki sistem dari dalam. Selain itu terdapat pula

perlawanan yang dilakukan secara individual maupun kolektif serta perlawanan

wacana dan perlawanan fisik. Perlawanan wacana meliputi perang-perang kata

seperti kesaksian, lagu, syair, dan naras (slogan-slogan), disertai riset serta

analisis rinci tentang dampak waduk dan alternatif-alternatif pembangunan

berkelanjutan.

Faktor-faktor Munculnya Gerakan Petani

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya

masih menggantungkan penghidupannya pada sektor pertanian. Oleh karena itu

lahan memegang peranan penting bagi kesejahteraan masyarakat. Lahan

merupakan hal yang paling esensial dan keberadaannya seringkali diperebutkan

oleh berbagai pihak, pada umumnya diwakili oleh tiga aktor yakni, masyarakat,

negara, dan pihak swasta. Lahan merupakan bagian dari kajian agraria. Berbicara

mengenai agraria di Indonesia tidak pernah terlepas dari historis Indonesia sejak

dari zaman kolonialisme, era Orde Lama hingga Orde Baru. Era Orde Lama

ditandai dengan lahirnya UUPA. Fauzi (1999) menyatakan bahwa berlakunya

UUPA berusaha mengatasi dualisme hukum agraria masa kolonial, yakni: hukum

yang berasal dari penjajah (kolonial), disebut juga Hukum Barat, dan hukum yang

berasal dari adat asli Indonesia. Dengan UUPA, pemerintah, dan masyarakat

pasca kolonial melaksanakan rekonstruksi bangunan politik agraria untuk

pemenuhan tujuan-tujuan pendirian negara bangsa sebagaimana tercantum pada

dokumen-dokumen dasar negara: Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

UUPA beserta peraturan-peraturan jabarannya, ingin mengubah kenyataan yang

berkembang di masa kolonial. Yakni, menjamin hak rakyat petani atas sumber

daya agraria (bumi, air, ruang angkassa, dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya) dan mengatur perolehan hasilnya agar rakyat menjadi makmur. Usaha

ini disebut juga sebagai pembaruan agraria (land reform).

Fauzi (1999) dalam bukunya Petani dan Penguasa menyatakan bahwa pada

masa selanjutnya terjadi perubahan penguasa politik (suksesi rezim) dari Orde

Lama ke Orde Baru, yang berakibat pada berhentinya pelaksanaan populisme dan

dimulainya skenario politik agraria yang baru yang merubah seluruh sendi-sendi

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Retorika “Revolusi” dan praktek politik

agraria populis digantikan secara drastis dan dramatis oleh retorika

“Pembangunan” dan praktek politik agraria kapitalis. Strategi pembangunisme ini

dijalankan dengan mengaitkan diri dengan kapitalisme internasional, yang

dilakukan dengan membuka diri terhadap agen-agen donasi internasional seperti

World Bank (WB), International Monetary Funds (IMF), dan International Group

for Goverment of Indonesia (IGGI). Kebijakan-kebijakan politik agraria yang

dibangun oleh Orde Baru, pertama adalah menjadikan masalah land reform hanya

sebagai masalah teknis. Kedua, menghapus semua legitimasi partisipasi organisasi

Page 26: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

10

petani di dalam program land reform. Ketiga, penerapan kebijakan massa

mengambang (floating mass) pada menjelang pemilu tahun 1971 dengan

memotong hubungan massa pedesaan dengan partai-partai politik. Keempat,

diundangkannya UUPD (Undang-undang Pemerintahan Desa) tahun 1979. Dan

kelima, terlibatnya unsur polisi dan militer di dalam pengawasan dinamika

pembangunan desa. Pembangunan kapitalisme di sektor agraria terlihat dari

dilaksanakannya program revolusi hijau, eksploitasi hutan dan agroindustri.

Pembangunan kapitalisme ini melahirkan konflik agraria dan aksi protes

agraria. Terdapat sejumlah konflik utama yang meruyak: Pertama, pemerintah

mewajibkan petani untuk mempergunakan unsur-unsur revolusi hijau, demi

tercapai terjaganya swasembada beras. Kedua, perkebunan mengambil alih tanah

tanah yang sebelumnya dikuasai oleh rakyat. Ketiga, terdapat sejumlah kasus

dimana pemerintah melakukan pengambilalihan (penggusuran) tanah untuk apa

yang dinyatakan sebagai “program pembangunan” baik oleh pemerintah sendiri

maupun swasta. Keempat, konfilik akibat eksploitasi hutan.

Berdasarkan sejarah panjang politik agraria di atas, terlihat bahwa

landasan terciptanya konflik atas lahan di Indonesia yang terus terjadi hingga saat

ini adalah hasil dari sebuah perencanaan panjang pada era Orde Baru yang secara

sengaja mengaburkan agenda land reform. Hal tersebut berdampak pada

terciptanya kondisi tumpang tindih kepemilikan lahan, perebutan lahan,

penguasaaan lahan yang tidak seimbang, dan berbagai kondisi ketimpangan

lainnya. Alexandrov dan Landsberger dalam Landsberger (1984) menyatakan

bahwa permulaan suatu gerakan petani tidak hanya sendirinya mewakili suatu

perubahan, tetapi merupakan konsekuensi dari perubahan yang mendahului

sebagaimana halnya setiap kejadian historis. Gerakan petani tidak hanya terjadi

secara simultan. Pembentukan gerakan petani dapat dilatarbelakangi oleh berbagai

kejadian, diantaranya yakni: (a) kejadian jangka pendek yang mempercepat –

kalah perang, pajak baru, sederetan panen yang gagal—sebagai hal yang berbeda

dari perubahan jangka panjang dalam struktur sosial, ekonomi maupun politik:

seperti kemorosotan aristokrasi yang berdasar feodal, pembukaan kemungkinan

komersial dalam pertanian dan tendensi sentralistis pada pemerintah nasional, (b)

perubahan pada fase pertama membawa akibat kepada kelas yang mendominasi

petani dan baru kemudian diteruskan kepada petani, (c) perubahan-perubahan di

sektor ekonomi dan (d) perubahan-perubahan obyektif.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Purwandari (2006) yang

menyatakan bahwa petani-petani di Salatiga mendapatkan tekanan struktural yang

tidak hanya terkait persoalan teknik produksi, namun juga menyentuh akar

kehidupan petani terutama terkait dengan hak atas tanah. Kondisi ini juga dialami

oleh petani di Desa Cisarua yang memiliki keterbatasan akses dan penguasaan

lahan akibat dilegitimasinya lahan di wilayah desa tersebut sebagai HGU untuk

perkebunan milik negara. Kasus tanah jenggawah juga muncul sebagai bentuk

kekecewaan panjang petani terhadap kebijakan pemerintah, yang memberikan

kewenangan kepada PTPN X untuk mengambil tanah milik petani di Jenggawah.

Kasus serupa juga terjadi di Tanah Pasundan, dimana sebagian besar lahan

dikuasai oleh PTPN dan PT. Perhutani. Hal ini juga diperkuat dengan hasil

penelitian Aprianto (2008) yang menyatakan bahwa munculnya gerakan sosial,

walau masih embrional, pada tingkat tertentu merupakan bagian dialektika untuk

melakukan perubahan kebijakan atas proses pembangunan yang tidak adil. Hal ini

Page 27: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

11

mengindikasikan bahwa akar-akar pembangunan yang ditanamkan pada era Orde

Baru tidak menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sangat mendasar

yakni permasalahan pendistribusian lahan secara adil dan merata, sebagaimana

yang diamanahkan dalam UUPA Tahun 1960. Padahal kepemilikan dan

penguasaan atas lahan mutlak diperlukan untuk pengembangan sektor pertanian.

Pergolakan agraria juga terjadi di beberapa negara belahan lain di dunia.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa permasalahan agraria bukan hanya menjadi

agenda bangsa namun juga dunia. Boras dan Franco (2005) menyatakan bahwa

pergolakan agraria di Filipina berpangkal dari periode kolonial Spanyol (1565-

1898). Selama kurun waktu tiga setengah abad penjajahan Spanyol inilah, konsep

kepemilikan privat individu sebesas-bebasnya atas tanah diperkenalkan. Konsep

yang diperkenalkan pada abad-16 ini, membentuk landasan sosial dan ekonomi

untuk perkembangan bertahap distribusi kepemilikan dan kontrol tanah yang

sangat kacau balau. Selama kurun waktu tersebut terjadi pemberontakan-

pemberontakan besar. Kondisi yang melatarbelakangi terjadinya pergolakan di

Filipina tidak jauh berbeda dengan kondisi yang terjadi di Indonesia, yang sama-

sama mengalami masa penjajahan yang sangat panjang. Pada masa tersebut

Indonesia dan Filipina sebagai negara terjajah tidak memiliki kekuasaan untuk

mengatur kepemilikan lahan bagi warga negaranya sendiri dan hal ini diperparah

dengan langgengnya sistem tersebut di masa pemerintahan selanjutnya.

Hal yang sama juga terjadi di Zimbabwe. Moyo (2005) menyatakan bahwa

di Zimbabwe, masyarakat sipil yang didominasi kaum perkotaan, termasuk

gerakan ornop tidak pernah memprioritaskan agenda land reform, sementara

masyarakat sipil pedesaan secara formal telah disisihkan dari debat pertanahan

akibat mengalami kemiskinan berbasis kelas. Selain itu, prospek akan

demokratisasi dan land reform egaliter di Zimbabwe pupus akibat perubahan arah

kebijakan dari sosialisme ke neoliberalisme. Pemaksaan program-program

penyesuaian struktural di seantero Afrika pada tahun 1980an dirasionalisasi

dengan penjelasan tentang adanya ‘krisis’ ekonomi politik di Afrika.

Selain itu, kondisi yang melatarbelakangi lahirnya permasalahan agraria

juga dapat dipengaruhi oleh adanya adopsi budaya barat yang diinisiasi dalam

bentuk proyek-proyek pembangunan, sebagaimana yang terjadi di India.

Routledge (2005) menyatakan bahwa pergolakan di India terjadi bersamaan

dengan pembangunan waduk raksasa, yang diasosiasikan sebagai wujud

pembangunan berkelanjutan mengenai penanggulangan kemarau. Penerapan

pembangunan kerap didahului oleh penciptaan abnormalitas di suatu tempat.

Masalah-masalah ini karenanya membutuhkan profesionalisasi dan

institusionalisasi praktek-praktek pembangunan. Hal ini terjadi melalui wacana

pakar-pakar pembangunan, kolonisasi proses pembangunan oleh otoritas seperi

otoritas Kontrol Narmada serta diperkuat dengan iming-iming manfaat dan

kegunaan bagi calon pengguna dan penerima manfaat.

Berdasarkan kasus-kasus di atas, jelas petani adalah pihak yang selalu

dijadikan obyek pembangunan dan paling dirugikan dari program-program

pembangunan yang ada. Petani menjadi kaum mayoritas yang terpinggirkan di

tanahnya sendiri. Petani sering berada di posisi yang tersudutkan dan tertekan.

Tekanan-tekanan ini datang dari berbagai pihak mulai dari kebijakan pemerintah

yang tidak berpihak kepada petani hingga pengambilalihan dan penguasaan lahan

secara besar-besaran oleh pemilik modal. Hal ini lah yang mendorong petani

Page 28: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

12

untuk melakukan perlawanan-perlawanan yang diwujudkan dalam bentuk

tindakan-tindakan nyata, yang sering disebut sebagai gerakan petani. Petani secara

mandiri mengorganisir dan melakukan perlawanan-perlawanan.

Hasil-hasil penelitian di atas menunjukan bahwa banyak hal yang

melatarbelakangi lahirnya perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh petani.

Diantaranya adalah keterbatasan akses dan penguasaan lahan akibat

dilegitimasinya lahan petani oleh pihak pemerintah maupun swasta atau dengan

kata lain kebijakan pemerintah tidak berpihak kepada nasib petani. Kondisi ini

memperlihatkan bahwa land reform tidak menjadi primadona dalam agenda

pemerintah yang berakibat pada terjadinya tumpang tindih kepemilikan lahan dan

dominasi penguasaan lahan oleh sejumlah pihak yang berkuasa. Hal ini diperkuat

dengan belum adanya perubahan kebijakan yang tegas atas proses pembangunan

yang tidak adil. Perlawanan-perlawanan yang mencuat juga dapat disebabkan oleh

adanya proses adopsi budaya barat yang diinisiasi dalam bentuk proyek-proyek

pembangunan yang telah merasuki di hampir semua negara-negara dunia ketiga.

Bentuk-bentuk Peran Perempuan

Peranan perempuan meliputi banyak hal, baik dalam rumah tangga, bidang

pertanian, perkebunan, dan gerakan-gerakan sosial. Wahyuni (2007) menyatakan

bahwa keterlibatan perempuan dalam kegiatan pertanian tidak saja menjadi bagian

terbesar dari tenaga kerja di sektor pertanian, tetapi perempuan juga memiliki

pengetahuan dan keterampilan utama dalam kegiatan pekerjaan pertanian. Secara

tradisional perempuan memiliki keterampilan memilih benih padi yang baik dan

menyimpannya untuk ditanam pada musim tanam berikutnya. Perempuan juga

mampu memilih lahan yang cocok untuk budidaya pertanian. Mereka juga mampu

memilih tanaman yang cocok untuk pengobatan. Kemampuan tersebut dipelajari

para perempuan untuk kebutuhan bertahan hidup keluarganya. Kodrat perempuan

sebagai yang melahirkan anak membuat perempuan menjadi produsen primer dan

pekerja pemeliharaan. Peran perempuan diidentifikasi dengan alam dan

pemelihara kehidupan, sedangkan laki-laki identik dengan pengelola kebudayaan.

Identifikasi ini mengakibatkan perempuan diberi peran di sektor domestik,

mengurus rumah tangga dan laki-laki dalam peran publik, mengurus berbagai hal

yang berhubungan dengan sektor produksi.

Kemudian Sukesi (1995) menyatakan bahwa dalam perkebunan tebu

rakyat, wanita menunjukkan peran kerja yang nyata, baik pekerjaan pengelolaan

maupun pekerjaan fisik. Keterampilan kerjanya tidak berbeda dengan pekerja pria,

namun ruang geraknya dibatasi oleh nilai-nilai gender di rumah tangga dan di

perkebunan tebu. Curahan kerja wanita diperlukan terutama dalam kedudukan

sebagai pekerja keluarga dan buruh tani. Di rumah tangga, wanita mendominasi

pekerjaan rumah tangga dan melakukan pekerjaan jasa bagi terlaksananya

produksi tebu, namun kurang mendapat perhatian. Kekuasaan wanita nyata tetapi

sebatas rumah tangga dan pengelolaan tanaman pangan yang subsisten.

Di sisi lain, perempuan juga berperan dalam gerakan petani. Hafid (2001)

menyatakan bahwa masuknya perempuan dalam kelompok elit petani telah

mendorong semangat perjuangan petani. Partisipasi kaum perempuan telah

mendorong petani untuk terjun dalam kancah perjuangan hak milik tanahnya.

Page 29: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

13

Dalam kasus tanah Jenggawah, terlihat bahwa perempuan juga ikut andil dalam

proses pengambilan keputusan, dalam hal ini diidentikkan dengan menggunakan

pertimbangan hati nurani. Sehingga komposisi antara laki-laki dan perempuan

akan melahirkan komposisi strategis yang harmonis. Perempuan juga berperan

dalam mobilisasi massa dan dalam mengomunikasikan perjuangan-perjuangan

yang mereka lakukan kepada sesama perempuan lainnya. Selain itu, kehadiran

perempuan juga memperkuat kesan bahwa persoalan menuntut hak oleh petani

Jenggawah bukan hanya persoalan kaum pria saja. Perjuangan tersebut tidak

semata persoalan politis, tetapi sudah masuk pada persoalan keluarga dan urusan

perut anak-anaknya.

Tidak hanya sebatas itu, perempuan juga terlibat dalam gerakan-gerakan

sosial yang meliputi aspek-aspek yang lebih luas. Suryochondro (1995) dalam

tulisannya memaparkan gerakan-gerakan wanita di beberapa negara. Gerakan

wanita di Inggris memperjuangkan perolehan hak pilih. Di Amerika, setelah

Revolusi Amerika berakhir (1861-1863) kaum wanita mulai ikut bergerak dalam

rangka pembaharuan kehidupan agama. Selain itu, kaum wanita juga berperan

dalam gerakan anti perbudakan yang dimulai tahun 1830. Kemudian, gerakan

wanita di Jepang dimulai pada abad ke-19 yang menuntut persamaan hak pria dan

wanita dalam keluarga dan masyarakat, peningkatan kesempatan pendidikan bagi

wanita, penghapusan sistem selir, dan penghapusan perizinan pelacuran. Di India,

yang menjadi jajahan Inggris sejak tahun 1857 dan memperoleh kemerdekaan

tahun 1947, timbuk gerakan wanita yang bergandengan dengan gerakan

kemerdekaan. Dalam hal ini Mahatma Gandhi sangat berjasa dengan mendorong

wanita berpartisipasi dalam perjuangan memperoleh kemerdekaan bangsa. Dan

terakhir gerakan wanita di Filipina sangat dipengaruhi oleh kekuasaan politik.

Sedangkan di Indonesia pada awal pergerakan perempuan berperan dalam

memperjuangkan kemerdekaan dengan mengusung semangat nasionalisme.

Rahayu, dkk (2005) mengatakan bahwa berdasarkan sejarah panjang

perjuangan SPP, peran perempuan sangat besar. Mulai dari awal penguasaan

lahan sampai pada penataan produksi dan upaya mempengaruhi kebijakan baik di

tingkat desa maupun tingkat nasional. Upaya keterlibatan perempuan dalam

organisasi sangat penting. Upaya keterlibatan ini bisa dilihat dalam musyawarah-

musyawarah organisasi. Keterlibatan mereka tidak hanya dalam persoalan

penggarapan lahan akan tetapi keterlibatan perempuan dalam kegiatan-kegiatan

organisasi dari mulai pendidikan sampai pada pengambilan keputusan, itu tersebut

merupakan hal penting bagi agenda SPP ke depan karena peranan perempuan

dalam gerakan reforma agraria merupakan hal yang tidak terbantahkan dalam

perjuangannya. Munculnya pemimpin-pemimpin perempuan di desa-desa bagi

SPP adalah keharusan. Pelibatan perempuan secara aktif mulai dari menentukan

bibit tanaman, pengolahan dan pemeliharaan tanaman, panen, dan sampai pada

pemasaran bersama. Di dalam organisasi SPP perempuan harus terlibat dalam

musyawarah-musyawarah organisasi, ikut menentukan jalan atau tidaknya

organisasi, ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan organisasi, ikut

terlibat dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah, baik di tingkat desa, maupun

di tingkat nasional. Hal-hal yang sudah dan harus dilakukan perempuan dalam

organisasi SPP adalah:

Page 30: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

14

1. Ikut ambil bagian dalam musyawarah keluarga dan berani memutuskan

sikap menghadapi persoalan-persoalan keluarga dan persoalan

kampungnya.

2. Ikut ambil bagian dalam musyawarah keluarga dan musyawarah

kampungnya menentukan sikap dalam pengelolaan organisasi SPP.

3. Ikut ambil bagian dalam musyawarah kampungnya dan menentukan sikap

apa yang harus diambil dalam musyawarah tersebut.

4. Ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam musyawarah-musyawarah di

kampungnya dari tingkat kelompok, kampung, desa, kabupaten dan

tingkat nasional.

5. Bersama-sama dengan petani laki-laki, pemuda dan pihak lain mengurus

organisasi SPP dan melakukan pembagian kerja yang adil sehingga

organisasi tertata dan terkelola dengan baik.

6. Ikut ambil bagian dalam merumuskan dan melaksanakan kerja-kerja

organisasi SPP yang telah disepakati bersama.

7. Bersama-sama dengan petani lainnya baik laki-laki dan perempuan belajar

bersama dalam mengelola organisasi dan mengelola desanya.

8. Ikut ambil bagian dalam upaya penyelesaian sengketa agraria di desanya

melalui organisasi SPP dan pemerintahan desa.

9. Memperkuat peran-peran perempuan dalam organisasi, misalnya membuat

kegiatan-kegiatan khusus perempuan, contohnya: pengajian perempuan,

pendidikan ibu-ibu, diskusi, dan lain-lain.

Dari penjelasan kasus di atas, terlihat bahwa peranan perempuan pada

nyatanya sangat esensial dan beragam. Terlihat bahwa perempuan berperan dalam

proses pengembangan pertanian, beperan dalam bidang perkebunan, gerakan-

gerakan petani dan gerakan-gerakan sosial. Peranan perempuan di berbagai

bidang ini menggugat pemikiran-pemikiran pihak yang mengsubordinatkan

peranan perempuan.

Peran Gender

Peran merupakan suatu status yang dijalankan oleh seorang individu yang

berada pada suatu kelompok atau situasi sosial tertentu. Maksud dari peran gender

menurut Hubeis (2010):

“Peran gender menampilkan kesepakatan pandangan dalam

masyarakat dan budaya tertentu perihal ketepatan dan kelaziman

bertindak untuk seks tertentu (jenis kelamin tertentu) dan masyarakat

tertentu”.

Sementara itu, lebih terperinci lagi, Mugniesyah yang diacu oleh Aini

(2014) mengemukakan bahwa peranan gender adalah suatu perilaku yang

diajarkan dalam masyarakat, komunitas, dan kelompok sosial tertentu yang

menjadikan aktivitas-aktivitas, tugas-tugas dan tanggung jawab tertentu

dipersepsikan umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi,

dan sosial. Definisi ini menunjukkan bahwa peran gender di suatu wilayah akan

berbeda dari peran gender lainnya sesuai dengan karakterisktik wilayahnya.

Secara universal peran gender antara laki-laki dan perempuan diklasifikasikan ke

Page 31: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

15

dalam tiga peran pokok, yaitu peran reproduktif (domestik), peran produktif

(publik) dan peran sosial (masyarakat), Hubeis (2010):

1) Peran Reproduktif (domestik)

Merupakan peran yang dilakukan seseorang untuk melakukan

kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumber daya insani (SDI) dan

tugas kerumahtanggaan. Tidak jarang kegiatan reproduktif ini tidak

dianggap sebagai suatu pekerjaan yang konkret dan tidak diperhitungkan

sebagai kerja produktif yang menghasilkan pendapatan.

2) Peran Produktif

Merupakan peran yang menyangkut pekerjaan yang menghasilkan

barang dan jasa perihal kebedaan tanggung jawab antara laki-laki dengan

perempuan. Misalnya laki-laki identik melakukan pekerjaan yang berat

dengan menggunakan bantuan mesin, sedangkan perempuan melakukan

pekerjaan yang ringan.

3) Peran Masyarakat (sosial)

Peran masyarakat terkait dengan kegiatan jasa partisipasi politik.

Kegiatan jasa masyarakat banyak yang bersifat relawan dan biasanya

dilakukan oleh perempuan. Sedangkan kegiatan politik di masyarakat

terkait dengan status dan kekuasaan seseorang, sehingga pada umumnya

dilakukan oleh laki-laki. Terdapat klasifikasi tiga peran gender (Hubeis

2010):

Tabel 1 Klasifikasi peran gender

Gender Reproduktif Produktif Sosial

Perempuan Peran utama:Istri,

ibu, ibu rumah

tangga (keluarga)

Acap diasumsikan

tidak memiliki

peran produktif

Pembantu (turut)

mencari nafkah

keluarga

Manajemen, jasa,

penyuluhan

terkait pada aspek

peran reproduktif

Pekerja tidak

dibayar

(informal)

Laki-laki Bapak kepala

rumah tangga

Peran utama:

mencari nafkah

keluarga

Kepemimpinan

Politik

Ketahanan/militer

Pekerja dibayar

Sumber: Hubeis 2010

Analisis Gender

Salah satu alat analisis gender adalah kerangka Harvard yang dapat

digunakan untuk keperluan menganalisis situasi hubungan gender dalam keluarga

dan masyarakat. Kerangka Harvard terdiri atas tiga komponen, Overholt et al.

(1986) yang diacu oleh ILO (tanpa tahun) menyatakan komponen tersebut adalah

aktivitas, profil akses dan kontrol, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

pembagian kerja, akses dan kontrol.

Page 32: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

16

1) Profil Aktivitas

Profil aktivitas didasarkan pada pembagian kerja gender yang

dapat dilihat dari profil kegiatan. Profil ini mencakup informasi mengenai

siapa yang melakukan kegiatan, kapan, dan dimana kegiatan dilaksanakan,

berapa frekuensi dan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut, dan

berapa pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Analisis

pembagian kerja pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi

peran perempuan dalan sistem penghidupan penduduk dan dalam gerakan

petani.

2) Profil Akses dan Kontrol

Akses adalah kesempatan untuk menggunakan sumber daya

maupun hasilnya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan

terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Selanjutnya

kontrol adalah penguasaan atau kewenangan penuh untuk mengambil

keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Profil akses dan

kontrol (peluang dan penguasaan) terhadap sumber daya mencakup

informasi mengenai siapa yang mempunyai peluang dan penguasaan

terhadap sumber daya fisik atau material, pasar komoditas dan pasar kerja,

dan sumber daya sosial-budaya. Berikutnya, profil peluang dan

penguasaan terhadap manfaat mencakup informasi mengenai siapa yang

mempunyai peluang dan penguasaaan atas hasil pendapatan, kekayaan

bersama, kebutuhan dasar, pendidikan, prestise, dan seterusnya.

Akses dan kontrol juga dapat dilihat dari tinggi rendahnya

partisipasi. Aksesbilitas dapat diukur dengan partisipasi kuantitatif, yaitu

berapa jumlah laki-laki dan perempuan yang berperanserta dalam lembaga

tertentu dengan kedudukan dan tugas apa. Selanjutnya kontrol diukur

dengan partisipasi kualitatif yaitu bagaimana peranan laki-laki dan

perempuan dalam pengambilan keputusan kebijakan di dalam sistem

penghidupan penduduk dan gerakan petani. Kegunaan analisis ini adalah

untuk memperlihatkan hierarki wewenang, pengambilan keputusan dan

peran serta perempuan. Selain itu pola pengambilan keputusan dalam

keluarga juga dapat digunakan untuk melihat siapa yang bertanggung

jawab untuk apa dan siapa memperoleh manfaat apa.

3) Faktor-faktor pengaruh

Untuk memecahkan permasalahan yang menyangkut hubungan

gender perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian kerja,

akses, dan kontrol terhadap sumber daya dan manfaat, partisipasi dalam

lembaga, dan pengambilan keputusan dalam keluarga. Faktor-faktor

tersebut bisa berupa struktur kependudukan, kondisi ekonomi, kondisi

politik, pola-pola sosial budaya, sistem norma, perundang-undangan,

sistem pendidikan, lingkungan, religi, dan lain-lain. Analisis ini berguna

untuk mengkaji fator-faktor apa saja yang mendorong keterlibatan

perempuan dalam gerakan petani.

Page 33: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

17

Kerangka Penelitian

Gerakan petani merupakan bentuk perlawanan petani terhadap sistem yang

dengan sengaja berupaya untuk mengambil hak petani atas tanah. Gerakan petani

dilakukan atas dasar kesadaran petani dan rasa kepemilikan atas tanah yang telah

menghidupi keluarga dan orang banyak. Oleh karena itu, gerakan petani

melibatkan seluruh pihak dan seluruh lapisan dari masyarakat, laki-laki dan

perempuan. Peran-peran yang diambil atau diberikan kepada perempuan dalam

gerakan petani berhubungan dengan peran perempuan dalam sistem penghidupan

penduduk. Peran perempuan dalam sistem penghidupan penduduk mencakup tiga

peran, yakni: peran reproduktif, peran produktif, dan peran sosial (masyarakat).

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis gender kerangka

Harvard untuk mengetahui peran perempuan dalam sistem penghidupan penduduk

serta untuk mengetahui peran perempuan dalam gerakan petani. Variabel yang

digunakan adalah aktivitas, akses, kontrol, dan faktor-faktor pengaruh lainnya.

Pada sistem penghidupan penduduk, variabel aktivitas meliputi aktivitas pada

kegiatan reproduktif, kegiatan produktif, kegiatan sosial. Kemudian variabel akses

meliputi akses terhadap sumberdaya fisik/material, akses terhadap sumberdaya

sosial-budaya, akses terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja serta akses

terhadap manfaat. Selanjutnya variabel kontrol meliputi kontrol terhadap

sumberdaya fisik/material, kontrol terhadap sumberdaya sosial-budaya, kontrol

terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja serta kontrol terhadap manfaat.

Sedangkan pada gerakan petani, variabel aktivitas meliputi kegiatan-kegiatan

yang terdapat dalam gerakan petani. Sedangkan variabel akses dan kontrol

meliputi akses dan kontrol terhadap kegiatan-kegiatan gerakan petani. Adapun

faktor-faktor pengaruh yang terdapat dalam analisis gender akan dianalisis

menggunakan metode kualitatif, untuk mengetahui hubungan peran perempuan

dalam sistem penghidupan penduduk terhadap posisi dan peran perempuan dalam

gerakan petani. Kerangka penelitian disajikan pada gambar di bawah ini.

Page 34: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

18

Perkembangan politik-

ekonomi makro

Agenda pembangunan

untuk pertumbuhan

ekonomi

Rencana proyek

pertambangan pasir besi

Perlawanan petani

Peran perempuan dalam

gerakan petani

1. Keterlibatan

perempuan dalam

gerakan petani

2. Akses dan kontrol

perempuan dalam

gerakan petani

Peran perempuan dalam

sistem penghidupan

penduduk

1. Peran reproduktif

2. Peran produktif

3. Peran sosial

Peran perempuan dalam

sistem penghidupan

penduduk

1. Akses dan kontrol

terhadap sumberdaya

fisik/material

2. Akses dan kontrol

terhadap sumberdaya

sosial-budaya

3. Akses dan kontrol

terhadap pasar

komoditas dan tenaga

kerja

4. Akses dan kontrol

terhadap manfaat

Faktor-faktor

pengaruh lainnya

1. Hubungan

penduduk dengan

keraton Jogjakarta

2. Ancaman dari

rencana

eksploitasi pasir

besi

Keterangan:

: hubungan (secara kuantitatif deskriptif)

: hubungan (secara kualitatif deskriptif)

: fokus penelitian

Gambar 1 Kerangka penelitian hubungan peran perempuan dalam sistem penghidupan penduduk

dengan peran perempuan dalam gerakan petani

Page 35: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

19

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan nyata antara peran perempuan dalam kegiatan

reproduktif, produktif, dan sosial masyarakat petani dengan peran

perempuan dalam gerakan petani.

2. Diduga terdapat hubungan nyata antara akses (kesempatan) perempuan

terhadap sumber daya dan manfaat dengan peran perempuan dalam

gerakan petani.

3. Diduga terdapat hubungan nyata antara kontrol (penguasaan) perempuan

terhadap sumber daya dan manfaat dengan peran perempuan dalam

gerakan petani.

Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang digunakan oleh peneliti dalam

mengukur variabel-variabel yang diteliti. Adapun definisi operasional yng

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pembagian kerja reproduktif adalah pembagian kerja gender yang dapat

dilihat dari profil kegiatan peran yang dilakukan seseorang untuk

melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumberdaya

manusia dan tugas kerumahtanggaan. Adapun aktivitas reproduktif dalam

penelitian ini adalah berbelanja kebutuhan rumah sehari-hari, memilih

pangan yang akan dikonsumsi, memasak, membereskan rumah,

menyetrika pakaian, mengasuh anak-anak, merawat orang sakit, dan

mencuci pakaian. Skala pengukuran yang dipakai adalah skala nominal

yang terbagi menjadi tiga kategori yakni:

- Dominan laki-laki, apabila laki-laki melakukan sebagian atau lebih

pekerjaan reproduktif tertentu.

- Dominan perempuan, apabila perempuan melakukan sebagian atau

lebih pekerjaan reproduktif tertentu.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan melakukan sebagian atau

lebih pekerjaan reproduktif tertentu.

2. Pembagian kerja produktif adalah pembagian kerja gender yang dapat

dilihat dari profil kegiatan peran yang menyangkut pekerjaan yang

menghasilkan barang dan jasa perihal kebedaan tanggung jawab antara

laki-laki dengan perempuan. Kerja produktif dalam penelitian ini terdiri

dari lima kategori, yakni pertanian komoditas cabai keriting, pertanian

komoditas melon, perdagangan, peternakan, dan lain-lainnya terkait

bidang jasa. Masing-masing kategori pada pembagian kerja produktif akan

dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang terangkum dalam kuesioner.

Berikut aktivitas produktif pada berbagai sektor:

Pertanian komoditas cabe keriting: mengolah lahan, membersihkan

lahan, mencangkul, membuat petak-petak tanaman/bedengan,

menyebar pupuk dasar, memasang mulsa dan penyempurnaan

kompos, menanam, menyiram tanaman, menyiang tanaman,

Page 36: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

20

mengendalikan hama dan penyakit, melakukan pemupukan

sususlan, dan memetik hasil panen.

Pertanian komoditas melon: mengolah lahan, membersihkan lahan,

mencangkul, melakukan pemupukan dasar, menanam, menyiram

tanaman, menyiang tanaman, mengendalikan hama/menyemprot

pestisida, memupuk tanaman, memetik hasil panen, dan menjarang

buah.

Perdagangan: menjaga toko/warung/berjualan di pasar, membeli

barang/bahan baku, membuat produk, dan mengatur keuangan.

Peternakan: membersihkan kandang, menyiapkan makan ternak,

menggembalakan ternak, merawat ternak, dan melakukan

pemasaran hasil.

Sektor jasa: mengajar, menarik ojek, kuli bangunan, bekerja di

pabrik, bekerja di kantor.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Variabel

pembagian kerja produktif dibagi menjadi tiga kategori, yakni:

- Dominan laki-laki, apabila laki-laki melakukan sebagian atau lebih

jenis pekerjaan produktif tertentu.

- Dominan perempuan, apabila perempuan melakukan sebagian atau

lebih jenis pekerjaan produktif tertentu.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan melakukan sebagian atau

lebih jenis pekerjaan produktif tertentu.

3. Pembagian kerja sosial adalah pembagian kerja gender yang dapat dilihat

dari profil kegiatan peran masyarakat terkait dengan kegiatan sosial dan

jasa partisipasi politik. Aktivitas sosial dalam penelitian ini adalah

kegiatan keagamaan, kegiatan PNPM, kegiatan kelompok tani/Gapoktan,

gotong-royong, rapat RT/lainnya, penyuluhan pertanian, dan hajatan.

Skala pengukuran yang dipakai adalah skala nominal yang terbagi menjadi

tiga kategori yakni:

- Dominan laki-laki, apabila laki-laki melakukan sebagian atau lebih

pekerjaan sosial tertentu.

- Dominan perempuan, apabila perempuan melakukan sebagian atau

lebih pekerjaan sosial tertentu.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan melakukan sebagian atau

lebih pekerjaan sosial tertentu.

4. Akses terhadap sumberdaya fisik adalah kesempatan untuk menggunakan

sumber daya fisik/material maupun hasilnya tanpa memiliki wewenang

untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber

daya tersebut. Sumberdaya fisik diantaranya adalah lahan pertanian, modal

uang untuk kebutuhan keluarga, modal uang untuk kegiatan pertanian,

sarana produksi pertanian, dan hasil pertanian. Skala pengukuran yang

dipakai adalah skala nominal yang terbagi menjadi tiga kategori yakni:

- Laki-laki, apabila laki-laki memiliki kesempatan untuk menggunakan

sebagian atau lebih sumberdaya fisik/material tertentu.

- Perempuan, apabila perempuan memiliki kesempatan untuk

menggunakan sebagian atau lebih sumberdaya fisik/material tertentu.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk

menggunakan sebagian atau lebih sumberdaya fisik/material tertentu.

Page 37: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

21

5. Akses terhadap sumberdaya sosial-budaya adalah kesempatan untuk

menggunakan sumber daya sosial-budaya tanpa memiliki wewenang untuk

mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya

tersebut. Sumberdaya sosial-budaya adalah mengeyam pendidikan,

mengikuti penyuluhan pertanian, mengikuti penyuluhan lainnya, ikut

menentukan komoditas tanaman, dan ikut menentukan strategi

pengelolaan pertanian. Skala pengukuran yang dipakai adalah skala

nominal yang terbagi menjadi tiga kategori yakni:

- Laki-laki, apabila laki-laki memiliki kesempatan untuk menggunakan

sebagian atau lebih sumberdaya sosial-budaya tertentu.

- Perempuan, apabila perempuan memiliki kesempatan untuk

menggunakan sebagian atau lebih sumberdaya sosial-budaya tertentu.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk

menggunakan sebagian atau lebih sumberdaya sosial-budaya tertentu.

6. Akses terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja adalah kesempatan untuk

menggunakan sumber daya pasar komoditas dan tenaga kerja tanpa

memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara

penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Sumberdaya pasar komoditas

dan tenaga kerja adalah menyediakan (membeli) bibit dan saprotan,

menentukan waktu penjualan, menentukan tempat penjualan, menentukan

jumlah komoditas yang akan dijual, menentukan jumlah buruh tani,

pengelolaan usaha pertanian, dan pengelolaan usaha non pertanian. Skala

pengukuran yang dipakai adalah skala nominal yang terbagi menjadi tiga

kategori yakni:

- Laki-laki, apabila laki-laki memiliki kesempatan untuk menggunakan

sebagian atau lebih sumberdaya pasar komoditas dan tenaga tertentu.

- Perempuan, apabila perempuan memiliki kesempatan untuk

menggunakan sebagian atau lebih sumberdaya pasar komoditas dan

tenaga tertentu.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk

menggunakan sebagian atau lebih sumberdaya pasar komoditas dan

tenaga tertentu.

7. Akses terhadap manfaat adalah kesempatan untuk menggunakan hasil

pendapatan, kekayaan bersama, kebutuhan dasar, pendidikan, prestise, dan

lain-lain tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap

cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Sumberdaya manfaat

adalah hasil pendapata, kekayaan bersama, kebutuhan dasar, dan

pendidikan di keluarga. Skala pengukuran yang dipakai adalah skala

nominal yang terbagi menjadi tiga kategori yakni:

- Laki-laki, apabila laki-laki memiliki kesempatan untuk menggunakan

sebagian atau lebih hasil pendapatan, kekayaan bersama, kebutuhan

dasar, pendidikan, dan prestise.

- Perempuan, apabila perempuan memiliki kesempatan untuk

menggunakan sebagian atau lebih hasil pendapatan, kekayaan bersama,

kebutuhan dasar, pendidikan, dan prestise.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk

menggunakan sebagian atau lebih hasil pendapatan, kekayaan bersama,

kebutuhan dasar, pendidikan, dan prestise.

Page 38: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

22

8. Kontrol terhadap sumberdaya fisik/material adalah penguasaan atau

kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil

sumber daya fisik atau material. Sumberdaya fisik diantaranya adalah

lahan pertanian, modal uang untuk kebutuhan keluarga, modal uang untuk

kegiatan pertanian, sarana produksi pertanian, dan hasil pertanian. Skala

pengukuran yang dipakai adalah skala nominal yang terbagi menjadi tiga

kategori yakni:

- Laki-laki, apabila laki-laki memiliki kewenangan untuk mengambil

keputusan atas sebagian atau lebih sumberdaya fisik/material tertentu.

- Perempuan, apabila perempuan memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan atas sebagian atau lebih sumberdaya

fisik/material tertentu.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan atas sebagian atau lebih sumberdaya

fisik/material tertentu.

9. Kontrol terhadap sumberdaya sosial-budaya adalah penguasaan atau

kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan

sumberdaya sosial-budaya. Sumberdaya sosial-budaya adalah mengeyam

pendidikan, mengikuti penyuluhan pertanian, mengikuti penyuluhan

lainnya, ikut menentukan komoditas tanaman, dan ikut menentukan

strategi pengelolaan pertanian. Skala pengukuran yang dipakai adalah

skala nominal yang terbagi menjadi tiga kategori yakni:

- Laki-laki, apabila laki-laki memiliki kewenangan untuk mengambil

keputusan atas sebagian atau lebih sumberdaya sosial-budaya tertentu.

- Perempuan, apabila perempuan memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan atas sebagian atau lebih sumberdaya sosial-

budaya tertentu.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan atas sebagian atau lebih sumberdaya sosial-

budaya tertentu.

10. Kontrol terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja adalah penguasaan atau

kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan pasar

komoditas dan tenaga kerja. Sumberdaya pasar komoditas dan tenaga kerja

adalah menyediakan (membeli) bibit dan saprotan, menentukan waktu

penjualan, menentukan tempat penjualan, menentukan jumlah komoditas

yang akan dijual, menentukan jumlah buruh tani, pengelolaan usaha

pertanian, dan pengelolaan usaha non pertanian. Skala pengukuran yang

dipakai adalah skala nominal yang terbagi menjadi tiga kategori yakni:

- Laki-laki, apabila laki-laki memiliki kewenangan untuk mengambil

keputusan atas sebagian atau lebih sumberdaya pasar komoditas dan

tenaga kerja tertentu.

- Perempuan, apabila perempuan memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan atas sebagian atau lebih sumberdaya pasar

komoditas dan tenaga kerja tertentu.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan atas sebagian atau lebih sumberdaya pasar

komoditas dan tenaga kerja tertentu.

Page 39: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

23

11. Kontrol terhadap manfaat adalah penguasaan atau kewenangan penuh

untuk mengambil keputusan atas hasil pendapatan, kekayaan bersama,

kebutuhan dasar, pendidikan, prestise, dan lain-lain. Sumberdaya manfaat

adalah hasil pendapata, kekayaan bersama, kebutuhan dasar, dan

pendidikan di keluarga. Skala pengukuran yang dipakai adalah skala

nominal yang terbagi menjadi tiga kategori yakni:

- Laki-laki, apabila laki-laki memiliki kewenangan untuk mengambil

keputusan atas sebagian atau lebih hasil pendapatan, kekayaan

bersama, kebutuhan dasar, pendidikan, dan prestise.

- Perempuan, apabila perempuan memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan atas sebagian atau lebih hasil pendapatan,

kekayaan bersama, kebutuhan dasar, pendidikan, dan prestise.

- Bersama, apabila laki-laki dan perempuan memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan atas sebagian atau lebih hasil pendapatan,

kekayaan bersama, kebutuhan dasar, pendidikan, dan prestise.

12. Tingkat keterlibatan perempuan dalam gerakan petani adalah pembagian

kerja gender yang dapat dilihat dari profil kegiatan-kegiatan gerakan

petani. Kegiatan dalam gerakan petani dapat dibagi ke dalam tiga kategori

besar yakni:

Kegiatan dalam internal PPLP-KP: proses inisiasi pembentukan

PPLP, diskusi terkait rencana pertambangan di awal pembentukan

PPLP, memberi pendapat ketika diskusi berlangsung, mengambil

keputusan ketika menentukan sikap terkait rencana pertambangan,

dan kegiatan perayaan hari terbentuknya PPLP-KP.

Kegiatan diskusi dan menjalin solidaritas: diskusi tentang

perjuangan masyarakat di kampus-kampus, pementasan teater di

kampus Atma Jaya, diskusi tentang perjuangan masyarakat di

beberapa kumpulan masyarakat yang juga memperjuangkan lahan

pertaniannya, pementasan teater di kampus Universitas Gadjah

Mada, kunjungan ke Kebumen dalam rangka menjalin solidaritas,

pembentukan kesenian teater “unduk gurun”, pembentukan FKMA

(Forum Komunikasi Masyarakat Agraris), diskusi di Gerbang

Revolusi, Garongan, menjalin solidaritas dengan seniman,

menjalin solidaritas dengan agamawan, menjalin solidaritas dengan

akademisi, kampanye di dunia maya, menjalin solidaritas dengan

masyarakat pendukung penolakan penambangan pasir besi yang

bertempat di Australia, dan menjalin solidaritas dengan CAF

(Casual Anarchist Federalism) yang berada di Inggris.

Kegiatan aksi dan demontrasi: memblokade jalur lalu lintas

pertambangan, aksi penutupan jalan menuju pilot plan proyek,

pencegatan pekerja pilot proyek PT.JMI, mendatangi gedung-

gedung pemerintahan, kampanye penolakan pertambangan pasir

besi di Filipina, aksi-aksi demontrasi, pembuatan surat presiden

pertama, kedua dan ketiga, aksi demo di pemerintahan Kabupaten

Kulon Progo, aksi demo di kantor DPR yang pertama sampai

kelima, dan mengorganisir petani-petani ketika sebelum dan saat

aksi-aksi demontrasi berlangsung.

Page 40: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

24

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang terbagi

menjadi tiga kategori, yakni:

- Tinggi, apabila skor total variabel pada setiap jenis kegiatan berada

pada rentang 1-3

- Sedang, apabila skor total variabel pada setiap jenis kegiatan berada

pada rentang 4-6

- Rendah, apabila skor total variabel pada setiap jenis kegiatan berada

pada rentang 7-9

13. Tingkat akses perempuan terhadap gerakan petani adalah kesempatan

untuk mengikuti kegiatan-kegiatan gerakan petani. Akses terhadap

kegiatan kegiatan dalam gerakan petani diantaranya adalah kesempatan

untuk mengikuti diskusi-diskusi terkait rencana penolakan penambangan

pasir besi, kesempatan untuk mengikuti pertemuan dengan kelompok

gerakan petani lainnya, kesempatan untuk mengikuti diskusi dengan

kelompok gerakan petani lainnya, kesempatan untuk menjalin solidaritas

dengan kelompok gerakan petani lainnya, kesempatan untuk menjalin

solidaritas dengan individu-individu lainnya (seniman, agamawan, dan

akademisi), kesempatan untuk mengikuti aksi-aksi, demonstrasi, atau

kampanye, dan kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan gerakan

petani lainnya (pementasan drama, pencegatan pihak penambang, dll).

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang terbagi

menjadi tiga kategori, yakni:

- Tinggi, apabila skor total variabel berada pada rentang 6-8

- Sedang, apabila skor total variabel berada pada rentang 9-11

- Rendah, apabila skor total variabel berada pada rentang 12-14

14. Tingkat kontrol perempuan terhadap gerakan petani adalah penguasaan

atau kewenangan penuh perempuan untuk mengambil keputusan atas

kegiatan-kegiatan gerakan petani. Kontrol terhadap kegiatan kegiatan

dalam gerakan petani diantaranya adalah kewenangan untuk mengikuti

diskusi-diskusi terkait rencana penolakan penambangan pasir besi,

kewenangan untuk mengikuti pertemuan dengan kelompok gerakan petani

lainnya, kewenangan untuk mengikuti diskusi dengan kelompok gerakan

petani lainnya, kewenangan untuk menjalin solidaritas dengan kelompok

gerakan petani lainnya, kewenangan untuk menjalin solidaritas dengan

individu-individu lainnya (seniman, agamawan, dan akademisi),

kewenangan untuk mengikuti aksi-aksi, demonstrasi, atau kampanye, dan

kewenangan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan gerakan petani lainnya

(pementasan drama, pencegatan pihak penambang, dll). Skala pengukuran

yang digunakan adalah skala ordinal yang terbagi menjadi tiga kategori,

yakni:

- Tinggi, apabila skor total variabel berada pada rentang 6-8

- Sedang, apabila skor total variabel berada pada rentang 9-11

- Rendah, apabila skor total variabel berada pada rentang 12-14

Page 41: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

25

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian survei.

Penelitian survei adalah penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas

populasi untuk mewakili seluruh populasi. Informasi yang dikumpulkan dalam

penelitian survei adalah informasi dari responden dengan menggunakan

kuesioner. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif.

Menurut Bungin (2005), penelitian deskriptif dimaksudkan hanya untuk

menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi, situasi,

fenomena atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian sebagaimana adanya

yang dapat dipotret, diwawancara, diobservasi, serta yang dapat diungkapkan

melalui bahan dokumenter.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan

pendekatan penelitian kualitatif untuk memperkaya data dan informasi yang

diperoleh. Pendekatan kuantitatif akan diteliti menggunakan instrumen kuesioner.

Terdapat tiga konsep yang diukur secara kuantitatif. Pertama, ialah konsep

mengenai peran perempuan dalam sistem penghidupan penduduk dengan variabel

yang diukur berupa peran (pembagian kerja) reproduktif, peran (pembagian kerja)

produktif, peran (pembagian kerja) sosial, akses dan kontrol terhadap sumberdaya

fisik/material, akses dan kontrol terhadap sumberdaya sosial-budaya, akses dan

kontrol terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja serta akses dan kontrol

terhadap manfaat. Kedua ialah konsep peran perempuan dalam gerakan petani

dengan variabel yang diukur peran perempuan dalam kegiatan-kegiatan gerakan

petani, serta akses dan kontrol terhadap kegiatan-kegiatan gerakan petani

Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara wawanacara mendalam,

observasi, dan studi dokumentasi terkait. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk

menjelaskan atau menggambarkan mengenai sejarah pertanian lahan pasir, sejarah

kepemilikan, penguasaan, dan penggarapan lahan pasir, gerakan petani lahan pasir

Kulon Progo, faktor-faktor yang mempengaruhi peran perempuan dalam gerakan

petani dan untuk menggambarkan pendapat perempuan mengenai masalah yang

sedang mereka hadapi dan perlawanan yang mereka lakukan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di desa yang lahan pertaniannya terkena

konsesi penambangan pasir besi. Hal ini dikarenakan desa tersebut berada di

sepanjang pesisir pantai selatan yang memiliki sejarah panjang atas pengolahan

lahan pasir. Lahan pasir telah menghidupi keluarga-keluarga petani Kulon Progo

dan masyarakat luas melalui hasil pertanian mereka. Petani-petani di wilayah

selatan secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam gerakan petani, baik

laki-laki maupun perempuan, tua mapun muda. Hal ini disebabkan besarnya rasa

kepemilikan atas lahan pertanian dan hasil pertanian petani.

Page 42: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

26

Lokasi penelitian bertempat di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan,

Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Jogjakarta. Pemilihan lokasi ini dilakukan

secara purposive. Terdapat tiga alasan peneliti memilih Desa Bugel, yakni:

pertama, lokasi ini termasuk lokasi konsesi proyek pertambangan pasir besi;

kedua, Desa Bugel merupakan salah satu desa yang menjadi basis perlawanan

petani Kulon Progo; dan ketiga, salah satu tokoh perempuan dalam pergerakan

petani Kulon Progo berasal dari Desa Bugel. Penelitian ini akan dilaksanakan

selama delapan bulan, yaitu terhitung sejak Februari 2014 sampai dengan Oktober

2014. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi penyusunan

proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data

lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan

perbaikan skripsi. Adapun tabel jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terlampir pada Lampiran 2.

Teknik Pengambilan Informan dan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan yang bertempat tinggal di

Desa Bugel wilayah selatan. Sumber data dalam penelitian ini adalah responden

dan informan. Responden akan diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah

dibuat karena jawabannya dianggap dapat mewakili keberadaannya sebagai

individu yang lahan pertaniannya terancam oleh konsesi pertambangan pasir besi

dan terlibat dalam gerakan petani. Responden hanya memberikan informasi terkait

dengan dirinya. Unit analisa atau unit yang akan diteliti oleh peneliti adalah

perempuan yang terlibat dalam gerakan petani. Alasan pemilihan unit analisa ini

dikarenakan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yakni menganalisis hubungan

peran perempuan dalam sistem penghidupan penduduk peran perempuan dalam

gerakan petani lahan pasir Kulon Progo. Metode penarikan sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan sampel acak sederhana dari

populasi perempuan pesisir Desa Bugel bagian selatan, yang mencakup dua

dusun. Hal ini dikarenakan unit penelitian atau satuan elementer dari populasi

bersifat homogen yakni petani lahan pasir dan terlibat dalam gerakan petani. Oleh

karena itu, jumlah sampel yang akan diambil adalah sebanyak 30 perempuan yang

lahan pertaniannya terkena konsesi penambangan pasir besi dari 458 perempuan.

Penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan aplikasi Microsoft Excell

2010 dengan menggunakan rumus =randbetween(1;458).

Informan diperlukan untuk melengkapi data yang didapat melalui

responden. Warga yang dapat berperan sebagai informan adalah mereka yang

terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perlawanan petani

lahan pasir Kulon Progo. Informan kunci dalam penelitian ini adalah tokoh

masyarakat maupun tokoh yang dituakan, laki-laki dan perempuan baik di desa

yang bersangkutan maupun di dalam internal kelompok PPLP-KP. Pemilihan

informan di wilayah ini menggunakan teknik bola salju (snow ball). Metode ini

dipilih untuk mendapatkan informan yang benar-benar terlibat, mengetahui, dan

memahami pergerakan dan perlawanan yang dilakukan.

Page 43: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

27

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam peneilitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara observasi,

kuesioner, serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada

responden maupun informan. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen

tertulis yang terdapat di Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo (PPLP-KP).

Data sekunder berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini,

seperti dokumen sejarah penguasaan lahan, data lahan yang terkena konsesi

penambangan pasir besi, data masyarakat yang menjadi anggota PPLP-KP

maupun data mengenai kegiatan-kegiatan perlawanan yang dilakukan oleh PPLP-

KP. Data sekunder juga diperoleh melalui berbagai literatur yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu buku, laporan

hasil penelitian, artikel, dan sebagainya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis,

yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi

Microsoft Excell 2010. Pembuatan tabel frekuensi untuk melihat data awal

responden untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi

Microsoft Excell 2010. Selanjutnya pembuatan tabulasi silang untuk melihat

hubungan antara tingkat pendidikan perempuan dengan peran perempuan dalam

gerakan petani.

Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian

data, dan verifikasi.Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses

pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara

mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk

mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak

perlu. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan

data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam

sebuah laporan. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan

kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi.

Page 44: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

28

Page 45: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

29

PROFIL DESA BUGEL

Profil Desa Bugel menjelaskan mengenai kondisi keadaan Desa Bugel yang

dijadikan sebagai tempat penelitian. Informasi yang terkandung dalam bab ini

antara lain kondisi geografis, kondisi sosial budaya, serta kehidupan sosial

ekonomi masyarakat pesisir sebelum dan sesudah pengolahan lahan pasir.

Kondisi Geografi

Desa Bugel merupakan dataran rendah yang terletak di pinggiran

Samudera Hindia meluas ke arah utara. Menurut sejarah lisan yang dituturkan

warga, istilah ‘bugel’ menunjuk pada satu sisa akar pohon (bugel) yang tersisa

dari kebakaran besar di desa tersebut. Secara demografis, desa ini terletak di

Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo. Desa ini terletak di sebelah utara

jalan Daendeles dengan ketinggian 0.5 meter diatas permukaan laut. Batas-batas

wilayah Desa Bugel yakni sebelah barat berbatasan dengan Desa Pleret; sebelah

timur berbatasan dengan Desa Tirtorahayu dan Desa Karangsewu; sebelah utara

berbatasan dengan Desa Depok dan Desa Kanoman; dan sebelah selatan

berbatasan dengan Samudera Hindia. Jarak desa Bugel dengan kecamatan kurang

lebih 3 Km, ke kota Kabupaten kurang lebih 8 Km, ke ibukota Provinsi kurang

lebih 20 Km.

Secara administratif Desa Bugel memiliki luas wilayah sebesar 642.32 ha

dan terdiri dari 10 pedukuhan, 20 RW dan 41 RT, yang terdiri dari pekarangan

seluas 443.69 ha, persawahan 127.63 ha dan lainnya seluas 20.25 ha. Pola

penggunaan lahan terdiri atas: tegalan 26.73 %; pertanian sawah 17.36 %; lahan

pasir 16.35% (untuk pertanian 119 Ha). Selain itu adalah kawasan industri, hutan,

bangunan, pemukimam, kawasan peternakan, perdagangan, rekreasi dan olahraga,

perikanan darat dan tawar. Di Desa Bugel terdiri dari wilayah lahan pasir dan

lahan tanah liat. Lahan pasir di pedukuhan I dan II, sedangkan lahan tanah liat

terletak di pedukuhan III sampai dengan pedukuhan X. Desa Bugel terletak di

kawasan tepi pantai dengan kondisi topografi yang landai dan datar. Elevasi

ketinggian rata-rata Desa Bugel adalah 0.5 meter sampai dengan 10 meter diatas

permukaan laut.

Kondisi Sosial Budaya

Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk Desa Bugel ialah

Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Salah satu tokoh pelopor utama penemu

pengelolaan lahan pasir tinggal di Desa Bugel, beliau bernama Pak KMN.

Temuan-temuannya adalah budidaya cabe keriting, palawija dan buah-buahan

lainnya, seperti semangka dan jeruk. Beliau juga penemu teknologi pertanian lain

seperti irigasi sumur bronjong. Sejarah kelompok tani dan sistem lelang juga

datang salah satunya dari Pak KMN dan salah satunya dimulai dari Desa Bugel,

sebelum akhirnya tersebar ke desa-desa pesisisir lainnya. Sehingga bisa dikatakan

pertanian lahan pasir untuk budidaya cabe keriting dan buah semangka di pesisir

Page 46: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

30

Kulon Progo yang terbaik (dari segi kualitas dan kuantitas) adalah di Garongan

dan Bugel. Pak KMN juga merupakan pendiri dan ‘sesepuh’ Paguyuban Petani

Lahan Pasir (PPLP) Kulon Progo, sehingga salah satu inisiator perundingan dan

gerakan atau mobilisasi masa kerap datang dari Beliau, selain tentunya tokoh

lainnya.

Terdapat beberapa kelompok di desa ini yakni Kelompok Tani Sugih

Mulyo, kelompok pasar lelang, Garuda, dan kelompok pengajian. Keseluruhan

kelompok yang ada di Desa Bugel merupakan basis bagi pergerakan perlawanan

petani menolak rencana pertambangan pasir besi. Kelompok tani Sugih Mulyo

merupakan bagian dari Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo (PPLP-KP).

Garuda merupakan basis gerakan petani bagi pemuda-pemuda Desa Bugel.

Keberadaan kelompok perjuangan pemuda dirasa penting oleh PPLP-KP, agar

perjuangan tetap ada dan terus berlanjut. Penting menanamkan kesadaran bahwa

lahan pertanian yang kini telah mengubah kesejahteraan hidup para petani layak

diperjuangkan dari segala bentuk penindasan. Kegiatan-kegiatan dari kelompok

pemuda ini diantaranya adalah touring menggunakan sepeda motor. Kegiatan ini

diadakan untuk mempererat tali silaturahmi diantara sesama pemuda pesisir.

Kegiatan tersebut juga aktif untuk menyebarkan semangat perjuangan pemuda

untuk melawan rencana pertambangan pasir besi serta sebagai media saling

berbagi informasi.

Berbeda dengan kelompok pemuda, kelompok pengajian diikuti oleh

seluruh kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun tua serta baik

perempuan maupun laki-laki. Kelompok pengajian ini ada di tujuh desa di

sepanjang desa pesisir. Setiap malam secara bergantian masyarakat desa pesisir

berdoa untuk menolak rencana pertambangan pasir besi. Pengajian ini tidak

pernah terputus, berlangsung secara terus-menerus hingga saat ini. Di Desa Bugel

sendiri pengajian diadakan pada hari rabu. Masyarakat pesisir menyebutnya

dengan “mujadahan”. Mujadahan ada atas inisiatif dari masyarakat pesisir. Ide

untuk melakukan mujadahan bermula dari kejadian penangkapan salah satu

masyarakat pesisir yang tidak bersalah oleh aparat Kepolisian Pemerintah Daerah

Kabupaten Kulon Progo. Sejak saat itu masyarakat pesisir merasa perlu adanya

kegiatan untuk mendoakan agar rencana pertambangan pasir besi tidak pernah

terlaksana di Kulon Progo.

Sejak adanya isu pertambangan pasir besi, masyarakat pesisir Desa Bugel

terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok masyarakat pro pertambangan dan

kelompok masyarakat kontra pertambangan. Masyarakat kontra pertambangan

memiliki kesepakatan bersama untuk memberikan sanksi sosial kepada

masyarakat yang pro pertambangan. Sanksi sosial tersebut berupa diputuskannya

hubungan kekeluargaan, baik antara tetangga maupun sesama saudara kandung.

Masyarakat kontra pertambangan tidak lagi memiliki rasa empati kepada

masyarakat yang pro pertambangan. Menurut pengakuan warga, ketika

masyarakat pro pertambangan mengadakan hajatan maka masyarakat yang kontra

tidak menghadiri hajatan tersebut. Bahkan jika ada diantara masyarakat yang pro

pertambangan meninggal dunia, maka masyarakat kontra pertambangan tidak

melayat orang tersebut. Selain itu, antara masyarakat pro dan kontra

pertambangan memiliki tempat ibadah masing-masing dalam satu Desa Bugel.

Masyarakat pro pertambangan Bugel memiliki kelompok sendiri yang dinamakan

Peduli Rakyat yang disingkat dengan Perak. Kelompok ini dibentuk dan dibiayai

Page 47: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

31

oleh JMI (Jogja Magasa Iron), yang merupakan salah satu pemilik saham dalam

proyek pertambangan pasir besi.

Kondisi Pertanian Lahan Pasir1

Penemuan pengetahuan dan teknologi pengolahan lahan pasir merupakan

temuan warga petani pesisir sendiri. Dari satu kondisi kehidupan yang serba

miskin dan tertinggal kemudian sejak tahun 1985, pengetahuan hasil

eksperimentasi tanpa lelah akhirmya menunjukkan hasilnya. Lahan pasir yang

sebelumnya kering dan tandus dapat diubah menjadi lahan subur yang bisa di

tanamai beragam tanaman pangan, palawija dan buah-buahan yang dapat menjadi

produk unggulan2. Kehidupan kemiskinan ekonom dan ketertinggalan secara

sosial dan budaya yang dialami wong cubung berbalik secara revolusioner sejak

ditemukannya pengolahan lahan pasir. Pak KMN di desa Bugel pada mulanya

hanya melakukan eksperimentasi kecil-kecilan mengolah lahan pasir dengan

pupuk kandang, sebab ia terinspirasi atas temuan satu pohon cabe yang tetap

hidup di lahan pasir dekat pantai. Setelah bertahun-tahun mencoba pengolahan

lahan pasir dengan pupuk kandang sebagai pengikat dan ditambahkan dengan

obat-obat kimia yang sesuai kebutuhkan tanaman palawijanya ternyata dapat

berhasil. Sejak tahun 1985 kemudian pengetahuan dan teknologi itu menyebar di

sekitar desa-desa pesisir. Pada tahun 1990-an telah menjadi model pertanian lahan

pasir diseluruh pesisir Kulon Progo, dengan tanaman utamanya cabe keriting dan

semangka.

Budidaya Palawija dan Buah-buahan (Cabe Keriting dan Semangka)

Sejak ditemukannya pengolahan lahan pasir, para petani di Bugel dan

Garongan terinspirasi untuk mengeksperimentasikan pertanian lahan pasir ini

dengan beragam tanaman pangan. Sudah banyak jenis tanaman pangan yang

diujicobakan di lahan pasir, dari padi, kedelai, jagung kacang-kacangan, segala

umbi-umbian, beragam buah-buahan; jeruk, melon, blewah, dan segala macam

sayur mayur dapat tumbuh dengan sehat. Namun, hasil produksinya di pasaran

cukup rendah. Lalu eksperimentasi para petani pesisir inipun berlanjut untuk

mencoba jenis tanaman lain yang orientasinya menjadi tanaman unggulan. Sejak

ditemukannya cabe keriting dengan jenis Lado dan Helik yang prosesnya cukup

panjang, setelah menyeleksi dan mencoba jenis cabe keriting lainnya, kemudian

buah semangka sebagai produk unggulan petani pesisir. Mayoritas petani pesisir

cenderung menanam keduanya sebagai produk unggulan (khususnya di desa

Garongan dan Bugel). Meskipun dalam prakteknya model tanam tumpang sari

dengan tanaman sayur mayur dan palawija lainnya tetap dilakukan, seperti kacang

1 Kondisi pertanian lahan pasir ini berdasarkan hasil riset yang dilaksanakan atas kerjasama STPN

(Sekolah Tinggi Pertanahan Negara) dan SAINS (Sajogyo Institute) yang berjudul Laporan

Kabupeten Kulon Progo. Laporan ini menganalisis dinamika penguasaan agraria dan sistem

produksi di wilayah pesisir yang berhimpitan dengan benturan klaim penguasaan dan kepentingan

peruntukan uang. 2 Secara Lebih detail sejarah penemuan pengetahuan dan teknologi pertanian lahanpasir ini telah di

dokumentasikan dalam sebuah film yang mengangkat kisah biografi Pak karman (dari dusun

Bugel) dengan Judul “ Menyebar Asa di Pasir” (sebuah Film Dokumenter), oleh Jurusan Ilmu

Komunikasi FISIP UNS.

Page 48: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

32

panjang, sawi, terong dan sebagainya, namun tanaman tersebut hanya untuk

tambahan saja. Atau menurut bahasa warga “sekedar untuk tambahan beli pulsa”.

Sebab, bagaimanapun warga Garongan dan Bugel sudah mapan dengan cabe

keriting dan buah semangka.

Penghasilan dari tanaman cabe merah kriting dan lahan pasir yang subur

telah mengubah drastis kehidupan sosial ekonomi masyarakat garongan dan

sekitarnya. Meski luas lahan mereka rata-rata hanya 2000-3000 m2 (dan paling

luas di Desa Garongan hanya 7000 m2) sudah cukup bahkan lebih untuk

kebutuhan sehari-hari. Setiap panen raya pada bulan Juni hingga Agustus, dengan

luas lahan 2000-3000 m2 dengan harga cabe Rp 7000-10.000/Kg untung bersih

(setelah dipotong ongkos produksi dan buruh panen) yang masuk 15-20 juta.

Tanaman semangka mesipun tidak sebesar cabe keriting, namun penghasilan

panennya hampir separuh dari panen cabe keriting. Dengan penghasilan seperti

itu, masyarakat dipesisir Kulon Progo (khususnya di desa Bugel dan Garongan)

akan mempertahankan mati-matian atas lahan mereka, dan sangat wajar jika

mereka sangat bergantung sekali dengan hasil tanaman cabe dan semangka dari

lahan pasir mereka.

Tonggak-tonggak irigasi

Salah satu temuan penting dari petani pesisir yang mendukung

pengetahuan dan teknologi pertanian lahan pasir adalah teknologi irigasi. Seiring

ditemukannya teknik pengolahan lahan pasir dengan pupuk kandang yang telah

berhasil untuk tanaman cabe dan palawija, petani juga memikirkan bagaimana

irigasi untuk tanaman tersebut. Tonggak-tonggak perubahan dari teknologi irigasi

ala pesisir Kulon Progo ini bertahap. Pada mulanya, tahap pertama, kebutuhan air

di pasok dari sumur-sumur sederhana yang dibuat dengan menggali pasir sedalam

mungkin agar muncul air tawar untuk tanaman. Namun setiap dua meter, selalu

ambruk lagi, meski air sudah di dapatkan.

Tahap kedua, dibuat sumur bronjong. Dengan membuat anyaman bambu

yang bungkus sarung untuk menayaringnya dari pasir. Cukup lumayan hasilnya

namun tidak terlalu mencukupi untuk kebutuhan tanaman dan pertanian yang ada.

Tahap ketiga, mulai dibuat sumur renteng. Setelah lubang-lubang sumur dibuat

dibawah sumur utama dipasang bambu-bambu panjang yang telah dilubangi

tengahnya untuk menghubungkan ke sumur-sumur lain untuk ditimba airnya dan

disiramkan secara manual dengan gembor ke tanaman-tanaman cabe.

Tahap keempat, dibuat sumur renteng yang menggunakan asbes. Pada

tahap ini sumur-sumur renteng lebih kuat karena telah dibuat dengan asbes yang

memagari sumur-sumur tersebut, sehingga tidak mudah runtuh kembali dan

menjaga agar air tetap tergenang banyak. Tahap kelima, sumur dengan paralon.

Setelah melalui usaha-usaha untuk memudahkan mendapatkan air para petani

melirik paralon sebagai pengganti bambu-bambu dan sumur asbes. Dengan pompa

air dan paralon yang saling menghubungkan akhirnya air dapat dipompa keluar

dan mudah dialirkan dan diambil untuk disiramkan ke tanaman.

Tahap keenam, siram dengan selang. Semakin hari petani berusaha

memudahkan untuk menyiram tanaman cabe mereka yang memang membutuhkan

siraman setiap hari. Saat mengenal selang, mereka tidak lagi menggunakan

gembor. Penggunaan paralon yang lebih rapi dan saling menghubungkan di titik-

titik tertentu sepanjang luas lahan yang ada, mereka memasang selang panjang

Page 49: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

33

yang di ujungnya diberi semacam shower yang bisa menjadi alat siram pengganti

gembor. Sehingga sampai saat ini, dengan cadangan air tawar yang cukup dan

peralatan siram selang paralon ini sangat dimudahkan dan tercukupi untuk

menyirami tanaman cabe mereka. Belakangan ini mereka mulai melirik modal

penyiraman tanaman yang dikembangkan untuk tanaman buah naga di daerah

Gelagah yang memakai teknologi siraman yang berputar sendiri ala siraman

rumput kebun untuk diuji cobakan. Sayang masih tergolong mahal, sehingga

belum banyak yang mencoba.

Jalan Usaha Tani

Faktor penting lainnya yang mendukung penemuan teknologi pengolahan

lahan pasir hingga produktifitas cabe keriting dan semangka di desa Bugel dan

Garongan serta beberapa desa di sekitar pesisir Kulon Progo adalah keberadaan

jalan usaha tani yang menembus dari jalan utama ke lahan garapan dan pemajekan

warga. Sebelumnya para petani sangat kesulitan untuk mengangkut hasil panen

mereka, sehingga membuat banyak petani tidak maksimal untuk menanam

beragam tanaman di lahan pasir mereka (baik pemajekan maupun garapan).

Berkat kerja keras, negosiasi dan tekanan beberapa tokoh kelompok tani ke pihak

pemerintah desa (Garongan dan Bugel), ke kecamatan Panjatan, ke kabupaten

hingga provinsi untuk menyuarakan pentingnya jalan usaha tani ini akhirnya

berhasil. Pak Karman di desa Bugel dan Pak Diro di desa Garongan dengan

kelompok taninya adalah beberapa orang yang ikut mendorong keberhasilan

dibangunnya jalan usaha tani tersebut.

Jalan makadam (dengan batu putih) ini dibangun untuk memudahkan

transportasi dari lahan sawah warga ke jalan raya. Mereka menyebut jalan ini

sebagai ‘jalan usaha tani’. Sebagian besar jalan usaha tani yang ada di daerah

Bugel dan Garongan adalah hasil perjuangan warga sendiri, meski awalnya

ditolak oleh pemerintah desa maupun pemerintah daerah setempat dengan alasan

akan memperluas lahan pertanian warga di tanah Paku Alaman Grond. Namun,

akhirnya warga tetap diberi keleluasaan untuk membangun jalan tersebut,

sebagian dana pembangunan berasal dari pemerintah sementara para petani

membangun dan meratakan jalan secara swadaya dan bergotong royong. Dengan

dibangunnya jalan usaha tani tersebut warga pesisir sekarang semakin

dimudahkan untuk mengangkut hasil panen dan hasil bumi ke jalan utama.

Sistem Lelang

Sejarah Lelang, di temukan dan dimulai dari gagasan Pak Sudiro (Ketua

Kelompok Tani Bangun Karyo) di Desa Garongan sejak tahun 2002. Latar

belakang munculnya sistem lelang ini di dasari oleh keresahan para petani pesisir

yang kerap dibohongi dan dipermainkan soal harga, hasil pertanian mereka

(terutama semangka dan cabe keriting). Sebab sebelumnya (saat sistem lelang

belum ditemukan), para pembeli dan juragan membeda-bedakan harga hasil panen

petani pesisir sesuai hasil negosiasi dengan para petani. Jika petani bisa ditekan,

maka akan dapat harga murah dan sebaliknya.

Akibatnya, diantara para petani sering terjadi ketegangan dan konflik.

Sehingga antar mereka berkompetisi untuk ‘saling mendekat dan menjilat’ para

juragan dan pembeli hasil panen mereka, yang mengarah pada kompetisi yang

tidak sehat. Bahkan, lebih jauh konflik tersebut merembet sampai pada unit

Page 50: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

34

keluarga, sebab antar satu keluarga dengan keluarga lain saling bersaing dan

mengejek hasil penjualan cabe mereka yang dihargai lebih murah dan yang lain

membanggakan diri karena terjual dengan harga yang tinggi dan lebih mahal.

Pada tahun 2002, Pak Sudiro sebagai ketua kelompok tani Bangun Karyo,

berusaha mencari jalan penyelesaian nasib petaninya dengan berusaha

mengumpulkan hasil panen cabe di kelompoknya di satu tempat, yaitu di

rumahnya sendiri. Kemudian para pembeli dan juragan cabe diminta datang dan

menawar harga. Bagi para pembeli dan juragan yang mampu menawar paling

tinggi dialah yang berhak untuk membawa pulang semua hasil panen di kelompok

Pak Sudiro.

Ternyata inisiatif awal ini dilihat oleh kelompok dan para juragan cabe

yang lain. Sehingga para juragan dan pembeli cabe yang belum dapat kula’an

(bahan jualan) meminta jatah dari Pak Diro dan kelompoknya. Melihat permintaan

dan kemampuan untuk menentukan harga yang lebih baik seperti itu, Pak Diro

berinisiatif untuk mengajak kelompok tani lainnya untuk mengumpulkan hasil

panen cabe mereka di satu tempat untuk kemudian di “lelang” kan ke juragan dan

pembeli cabe. Ternyata gagasan itu disambut baik dan antusias.

Pada awalnya, para juragan dan pembeli cabe menulis harga tawaran

mereka pada secarik kertas dan dimasukkan ke dalam kotak kecil (seperti kotak

amal masjid), kemudian kotak tersebut diputarkan ke rumah-rumah para juragan

dan pembeli cabe. Sehingga pada saat itu masih terjadi manipulasi harga, ketika

pembawa kotak berkunci itu ‘kong kalikong’ dengan salah satu juragan dan

pembeli cabe, yang kemudian memberi harga lebih tinggi, setelah melihat harga

dari pembeli lainnya.

Namun sekarang, kotak tempat harga para juragan itu harus ditaruh di

tempat terbuka dan ketika para juragan dan pembeli cabe memasukkan secarik

kertas harga pembelian mereka dimaksukkan di depan khalayak umum. Sehingga

keamanan kotak tersebut bisa terjaga. Dan setelah semua juragan dan pembeli

selesai memasukkan harga mereka, maka panitia membuka dan membacakan

harga-harga tersebut, dan menuliskannya di white board yang telah disediakan,

sesuai dengan jenis cabe yang dibeli dan dari kelompok mana yang hendak dibeli.

Masing-masing juragan dan pembeli boleh menaruh dua atau tiga harga

sekaligus, baik langsung maupun melalui titipan ke orang lain (melalui pesan

singkat atau telepon) yang hadir di tempat lelang. Dan bagi pemilik harga

tertinggilah yang akan menjadi pemenang untuk mengangkut semua hasil panen

di tempat lelang tersebut. Rata-rata harga selisih antar pembeli tidaklah jauh,

berkisar Rp.2000-3000. Sehingga prediksi dan keahlian untuk menakar pasar

mutlak diperlukan bagi para pembeli dan juragan cabe di pesisir, jika tidak ia akan

mudah kalah.

Bagi para petani cabe di pesisir Kulon Progo, sistem Lelang sangat

menguntungkan hasil lelang mereka. Selain daulat harga cabe mereka ada dari

para pembeli dan juragan cabe, juga sebagai media untuk memutus konflik antar

petani dan ketegangan di dalam keluarga yang dulu kerap terjadi di setiap musim

panen cabe. Sekarang sistem lelang telah jamak digunakan dan tersebar di

kalangan petani pesisir Kulon Progo, khususnya dan hanya untuk tanaman cabe,

tidak pernah untuk hasil panen pertanian yang lain.

Setelah marak dan dipakai oleh banyak kelompok Tani Cabe di pesisir

Kulon Progo, kini sistem lelang sudah mulai diakui pemerintah dan mulai

Page 51: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

35

didukung untuk dikembangkan lebih luas dengan bantuan pembuatan tempat tetap

dan alat pendukung dari pasar lelang. Jika dihitung, maka dapat disebutkan bahwa

fasilitas pasar lelang yang sudah ada di desa-desa adalah sebagai berikut:

1. Desa Glagah : 2 tempat

2. Desa Garongan : 1 tempat

3. Desa Bugel : 1 tempat

4. Desa Karang Sewu : 2 tempat

5. Desa Trisik : 1 tempat

6. Desa Karangwuni : belum ada

Penanganan Hama ala Petani

Beberapa petani pesisir telah menemukan teknologi dan pengetahuan

tentang bagaimana menangani hama-hama tanaman di lahan pasir mereka secara

mandiri. Salah satu yang pernah diseminarkan dan diakui oleh pihak Fakultas

Pertanian Kampus Universitas Gajah Mada (UGM) dalah temuan Pak Karman,

pelopor pertanian lahan pasir dari Bugel, tentang hama Uret di cabe keriting3.

Meskipun pengetahuannya pada mulanya didapatkan dari pendidikan dan

pelatihan dari Dinas Pertanian, namun keuletannya dalam menekuni dan

menghayati tanaman lahan pasirnya menjadikan ia peka dan tahu persis beragam

hama dan virus yang menghinggapi tanamannya sejak hama tersebut dikeluarkan

dari induknya hingga berkembang menjadi bentuk hama dan kemudian menjadi

induk baru. Namun banyak temuan pengetahuan data teknologi dalam pertanian

lahan pasir yang hanya ia ingat saja dan sebagian ia tulis ala kadarnya. Namun

begitu, sampai saat ini telah banyak mahasiswa dari beragam jurusan dan beragam

strata S1, S2 dan S3 dan mendampingi doktor-doktor dalam bidang pertanian dari

beragam kampus di Indonesia dalam studi dan penelitiannya tentang pertanian di

lahan pasir.

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir4

I. Sebelum Pengolahan Lahan Pasir

Kondisi lahan pasir di pesisir Kulon Progo sebelum ditemukannya teknik

dan teknologi pengolahan menjadi lahan subur seperti sekarang ini, merupakan

gurun pasir tandus yang penuh alang-alang. Orang-orang yang dulu ingin

memanfaatkan lahan pasir tersebut hanya bisa dilakukan di musim kemarau

3 Lebih jauh lihat, makalah Pak karman tentang “Penaganan Hama Uret di Cabe Keriting” makalah

sipresentasikan di UGM pada tahun 2007 (tidak diterbitkan), kemudian atas seizin beliau,

temuanitu dikembangkan salah seorang calon doktor pertanian di UGM dan menjadikan

temuannya itu sebagai bahan desertasinya, dan menjadikannya seorang Doktor pertanian. Pada

bulan agustus 2009 lalu, pak Karman berkat jasa dan temuannya dalam dunia pertanian lahan pasir

dan telah membantu dunia akademik dengan membimbing dan membantu puluhan mahasiswa S1,

S2 dan S3 dalam kajian di pertanianlahan pasir, dianugerahi penghargaan sebagai petani pelopor

petanian lahan pasir oleh fakultas Pertanian UGM. Lihat, Kompas, 29 September 2009. 4 Sejarah kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir ini berdasarkan hasil riset yang

dilaksanakan atas kerjasama STPN (Sekolah Tinggi Pertanahan Negara) dan SAINS (Sajogyo

Institute) yang berjudul Laporan Kabupeten Kulon Progo. Laporan ini menganalisis dinamika

penguasaan agraria dan sistem produksi di wilayah pesisir yang berhimpitan dengan benturan

klaim penguasaan dan kepentingan peruntukan uang.

Page 52: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

36

dengan beberapa tanaman saja yaitu tanaman ketela dan kentang kleci (kecil).

Sulit diharapkan gurun pasir tersebut memenuhi kebutuhan sehari-hari

masyarakat. Ketika musim kemarau datang angin laut yang keras yang mengarah

ke desa selalu membawa penyakit debu dan pasir yang menyebabkan sakit mata

massal (belek’an) di hampir seluruh desa di pesisir. Banyak warga yang keluar

dan bekerja di luar desa karena tidak tahan hidup dalam kemiskinan dan

kemelaratan. Sebagian kecil menjadi TKI ke Malaysia, Hongkong, dan Timur

Tengah.

Sebagian warga hidup dengan berdagang kecil-kecilan, berjualan ternak

(blantik), buruh tani dan penggembala kambing. Menurut Pak Diro seorang

pelopor dan ketua kelompok tani di Garongan, banyak warga Garongan dulu yang

bekerja sebagai Rembang tebu (pemanen tebu), pembuat sungai, atau pencari batu

apung di pantai, sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Banyak diceritakan warga Garongan dan Bugel, bahwa dalam kehidupan

sehari-hari untuk makan nasi saja hanya bisa sekali, selebihnya adalah ketela (ubi

jalar atau ubi kayu) yang rebus atau digoreng. Rata-rata warga tidak mengecap

pendidikan, jikapun ada hanya sampai Sekolah Dasar saja, dan sebagian besar

tidak lulus. Sebagaimana diceritakan sebelumnya, kondisi lingkungan masyarakat

desa Garongan dan Bugel tergolong sangat tertinggal dan miskin secara sosial dan

ekonomi dibanding desa-desa lain di kecamatan Panjatan.

Secara fisik tempat tinggal mereka masih berupa gedek anyaman (bambu)

dan beratap blarak (anyaman daun kelapa). Mayoritas basis subsitensi warga

adalah buruh tani dan landless hanya bergantung pada petani kaya di sebelah desa

(non-pasir). Meskipun mereka ada yang menanam tanaman di lahan pasir, di

musim kemarau seperti: kacang tanah, ketela kaspo, ketela muntul dan kentang

kleci. Namun tak cukup untuk kebutuhan minimum keseharian, maka apapun

kerja buruh yang bisa menghasilkan akan dilakukan.

Kondisi kemiskinan dan ketertinggalan inilah yang kemudian membuat

orang luar (non-pasir) yang lebih sejahtera sering menyebut mereka sebagai

“Wong Cubung”. Jika ditelusuri lebih jauh setidaknya ada empat hal yang

menjadikan kemiskinan warga desa pesisir atau wong cubung ini bertahan terus

menerus, yaitu; pertama: Persepsi terhadap lahan pasir dan gurun atau bentuk

hubungan dengan alam (gurun pasir). Bagi masyarakat pesisir waktu itu gurun

pasir hanyalah lahan kering yang sudah tak bisa diolah lagi ibarat tanah mati.

Kalaupun mereka coba-coba untuk mengolahnya adalah sekedar saja, dan itupun

bergantung pada air hujan atau ladang tadah hujan, dan sifatnya berpindah-

pindah sesuai dengan kondisi lahan yang hendak ditanamai. Karena itu mayoiritas

‘wong cubung’ tidak berharap banyak dari lahan pertanian pasir mereka, tetapi

lebih banyak kerja di luar pertanian, sebgaimana dijelaskan di muka.

Kedua, keterbatasan kemampuan untuk pemanfaatan lahan pasir.

Ketidaktahuan, ketiadaan pengetahuan dan teknologi pertanian pengolahan lahan

pasir menjadikan masyarakat pesisir atau wong cubung berasumsi bahwa sampai

kapanpun tanaman yang cocok bagi lahan pasir kering mereka adalah tanaman

tahan kering seperti kacang tanah, ketela kaspo, ketela muntul dan kentang kleci.

Meskipun sebenarnya mereka tahu bahwa tanaman tersebut tidak akan mencukupi

kebutuhan subsistensi mereka sehari-hari. Namun, hanya itulah yang mereka

mampu saat itu. Sementara untuk keluar dari dunia pertanian, tingkat

keterampilan dan pendidikan mereka tak memungkinkan untuk berkompetisi.

Page 53: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

37

Maka, sebagian anak muda mengadu nasib menjadi buruh kasar di kota terdekat

atau merantau ke kota besar, sebagian kecil keluar negeri menjadi TKI, khususnya

ke Singapura, Hongkong dan Timur Tengah.

Ketiga, Ketidakpastian ‘Identitas ‘ Lahan Pasir. Sebab pertama dan kedua

tak bisa dilepaskan dari faktor ketiga ini. Sebagian nenek-moyang pertama yang

mendiami gurun pasir ini mengerti bahwa mereka hanyalah nunut (numpang) di

lahan milik Paku Alaman Grond. Meskipun dapat dipastikan mereka tak tahu

persis bagaimana bentuk legalitas identitas lahan Pakualaman Grond itu termasuk

batas wilayahnya. Yang mereka tahu waktu itu adalah seluruh pesisir Kulon Progo

adalah milik keraton Paku Alaman. Ketidaktahuan pengetahuan hukum formal

pertanahan di lahanpasir ini mengakibatkan para ‘wong cubung’ tak punya

kemampuan dan imajinasi lebih untuk mengolah lahan pasir yang mereka diami

selama ini. Yang penting masih bisa hidup, tinggal dan menetap diatas lahan pasir

tersebut sudah untung. Meskipun demikian seiring terbukanya informasi,

mendorong sebagian kecil dari warga memahami status lahan yang disebut

terlantar atau tanah merah dan boleh untuk diolah oleh warga yang mendiaminya

selama tidak mengubah bentuk aslinya. Sebagian lain kemudian jug amengetahui

status tanah absente, tanah swapraja dan UU Pokok Agraria 1960 yang

mendorong dan menjamin mereka untuk mengelola lahan pasir tersebut sebgai

lahan pertanian mereka.

Keempat, Relasi kuasa Timpang Pembangunan: Pusat-Pinggiran. Ketika

sebagian warga pesisir sudah mulai menetap dan mengembangkan lahan pasir

mereka menjadi pertanian meskipun belum seperti sekarang ini, mereka

dihadapkan pada kenyataan bahwa daerah pesisir belum dipandang ‘potensial’

secara ekonomi-politik bagi pemerintah daerah dan provinsi. Sehingga

pembangunan di sekitar pesisir tidak sekuat dan sepesat di daerah kabupaten lain,

seperti Bantul dan Sleman. Disain pembangunan yang timpang ini bukan saja

karena daya potensi pesisir Kulon Progo yang secara ekonomi politik tidak sekuat

kabupaten lain, namun secara sosial daerah Garongan khususnya, dianggap tempat

kriminalitas (para Garong) tinggal dan bersembunyi. Sehingga memakai istilah

Chambers (1983), pembangunan pedesaan hanya berorientasi menurut kacamata

kalangan ‘elit’ dan ‘orang luar’ dan menutup potret ‘kemiskinan’ yang sebenarnya

berdiam kuat di dalam pinggir-pinggir pedesaan yang hampir ‘tak terdengar’

karena terlapisi oleh kebijakan pembangunanisasi yang melulu pada orientasi ke

pusat dan meminggirkan yang pinggiran.

Keempat faktor yang saling terhubung dan membangun relasi secara

dinamis inilah yang ikut mendorong proses kemiskinan di masyarakat pesisir atau

wong cubung sebelum ditemukannya teknologi dan pengetahuan pengolahan

lahan pasir.

II. Sesudah Pengolahan Lahan Pasir

Pada tahun 19855 setelah berulangkali berusaha untuk merubah lahan pasir

sebagai lahan pertanian yang tidak berhasil, salah seorang dari (penduduk) yang

2 Dalam sebuah presentasi di UGM seorang petani Kulo Progo bernama Karman menjelaskan

secara kronologis bagaimana mula rencana penambangan Pasir Besi di Kulon Progo. Disampaikan

dalam acara Kuliah Umum Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian UGM, 23 Agustus 2008, Gedung

Auditorium Harjono Danusastro, Bulaksumur. Sukarman adalah Pengurus Paguyuban Petani

Lahan Pasir (PPLP) Pesisir Kulon Progo D.I. Yogyakarta, penangkar benih cabe, pengiat lembaga

Page 54: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

38

sedang berjalan-jalan di bibir pantai tanpa sengaja melihat sebatang tanaman cabe

liar yang tumbuh dan berbuah di tengah gumuk pasir yang menggurun. Muncullah

gagasan, “mengapa cabe ini bisa tumbuh di pasir ini, kenapa tak dicoba menanam

cabe?”. Maka, dimulailah sejarah pertama penanaman cabe di lahan pasir yang

tandus dan kerontang itu.

Persolan awal yang muncul adalah air tawar. Lalu warga pesisir mulai

menggali pasir yang terus-menerus longsor untuk menemukan air. Dari usaha

keras tersebut warga menemukan bahwa 3 meter di bawah hamparan gumuk pasir

pantai ini ternyata tersimpan air tawar, benar-benar tawar, sehingga ikan sungai

pun mampu hidup. Penemuan ini oleh petani pesisir dianggap sebagai berkah

yang luar biasa.

Namun kondisi pasir yang mudah longsor membuat warga kesulitan

mengambil air setiap saat. Maka, berbagai macam eksperimentasi untuk

mengatasi longsoran pasir tersebut di coba. Awalnya warga mencoba membuat

dinding sumur dari anyaman kelapa berkerangka bambu (gronjong) bahkan

dengan kain sarung. Cara ini pada mulanya cukup membantu. Akan tetapi timbul

masalah baru, angin pantai yang membawa serta garam ternyata dapat

mengeringkan tanaman warga. Maka, mulailah para petani pesisir memagari

hamparan ladangnya dengan anyaman daun kelapa. Dengan pupuk, teknologi dan

teknik pengolahan pertanian yang sederhana sudah cukup membawa dan mampu

membantu warga pesisir pantai memperbaiki keadaan, setidaknya dua tahun

berikutnya.

Pada tahun 1987-1989, sumur berdinding gronjong tradisional mulai diganti

dengan sumur berdinding semen dan dilengkapi dengan timba. Pekerjaan

menimba menjadi lebih ringan dari sebelumnya ketika masih harus mengangkut

air ke atas. Simpanan penghasilan warga yang mulai cukup dikumpulkan secara

gotong royong digunakan untuk memperbaiki pengairan dalam jangka waktu dua

tahun.

Pada tahun 1990-1992, petani pesisir Kulon Progo mulai memikirkan cara

pengairan yang lebih menghemat tenaga, yaitu dengan sumur renteng. Sumur

induk yang sudah dibikin warga sebelumnya, dilengkapi dengan sumur-sumur

kecil yang dihubungkan oleh pipa, yang pada awalnya terbuat dari bambu lalu kini

berganti menjadi pipa plastik. Dengan adanya sumur-sumur penampung ini, petani

pesisir tidak harus bolak-balik ketika menyiram tanaman. Bahkan akhirnya setelah

cukup dana dan kemampuan warga dengan bergotong royong mampu membeli

pompa air untuk mengangkut air dari sumur induk. Kini, beberapa kelompok tani

termasuk PPLP (Paguyuan Petani Lahan Pasir) telah mengembangkan penyiraman

dengan selang, tanpa sumur renteng lagi.

Menurut keterangan dari petani pesisir,6 pada tahun 1995, menteri pertanian

waktu itu sempat berkunjung di daerah Kulon Progo dan membawa serta para

pakar dan perwakilan kelompok tani dari seluruh Indonesia untuk belajar dari

ekonomi petani Gisik Pranaji. Bab ini hendak menjelaskan kilasan sejarah berdasarkan dari

persepekif warga petani Kulon Progo tersebut dengan menambahkan, menganalisa dan membahas

beberapa bagian yang terkait dengan tema kajian ini berdasarkan pada hasil diskusi dan

wawancara penulis dengan petani Pesisir kulon Progo. 6 Presentasi dan Diskusi Petani Pesisir Kulon Progo di Sajogyo Institute (SAINS) Bogor, tanggal

19 November 2008.

Page 55: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

39

pengalaman petani pesisir tersebut mengubah lahan tandus menjadi lahan

produktif yang subur. Satu tahun berikutnya, Universitas Gadjah Mada melakukan

penelitian untuk membantu menanggulangi angin dengan menanam cemara

udang, sebagai benteng pertahanan menggantikan peran gumuk pasir yang telah

berubah menjadi hamparan palawija. Kehadiran para ilmuwan kampus ini cukup

sangat membantu petani pesisir Kulon Progo meningkatkan produksi dan

keuntungan pertanian mereka. Pada saat teknologi sederhana dan tepat guna

diterapkan, seperti: mulsa (penutup tanah) jerami dan pelapisan tanah liat di

bawah permukaan ladang pasir membuat tanaman mereka lebih sehat dan subur.

Bisa dibayangkan kesenangan dan kebahagiaan warga atas hasil pertanian

mereka, ketika harga cabe di tingkat petani Rp. 7000,00/kg pendapatan petani

pesisir bisa mencapai per bulan (3-4 kali panen) dapat 5-10 juta rupiah. Padahal

harga cabe belakangan ini rata-rata Rp. 15.000/ kg. Maka tak heran, menurut

pengakuan para petani pesisir tersebut, mereka mampu meningkatkan taraf hidup

serta kepercayaan diri atas kemampuan mereka sendiri. Selain itu petani Pesisir

juga mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai jenjang perguruan tinggi,

dengan harapan generasi mendatang tak perlu lagi mengulang sejarah kemiskinan

di pesisir Kulon Progo dulu.

Dampak lainnya, keberhasilan pengelolaan tanaman cabe ini membuat para

pemuda di desa lebih memilih untuk menetap di desanya ketimbang migrasi ke

kota, sebab lahan kini pasir telah menjanjikan penghidupan. Warga pesisir juga

mampu membantu menolong petani lain di luar daerah mereka untuk menjadi

buruh petik dengan upah yang di atas rata-rata (Rp. 25.000,00 per orang belum

termasuk makan). Maka, tak heran jika petani pesisir Kulon Progo sekarang

termasuk menjadi pemasok cabe yang cukup penting bagi pasar nasional, dengan

hasil rata-rata 70 ton per hari. Belum lagi hasil tani yang lain seperti sawi, melon,

semangka, jagung, dan bawang merah yang menjadi hasil sampingan yang juga

dapat tumbuh subur di lahan pasir yang dulu tandus-kerontang itu.

Keberhasilan gemilang seperti inilah yang membawa petani pesisir

bermimpi, suatu hari kelak, kawasan di mana mereka tinggal, akan berubah

menjadi lebih kaya akan jenis tanaman dan satwa serta memberi manfaat kepada

banyak orang disekitarnya, suatu ketika dapat menjadi kawasan wisata tani yang

berwawasan lingkungan (desa wisata). Selain akan mendatangkan pemasukan

bagi pemerintah melalui desa wisata, keanekaragaman dan keajaiban alam di

kawasan ini akan melahirkan ilmuwan kampus yang mumpuni di bidang pertanian

dan lebih banyak lagi.

Ikhtisar

Desa Bugel merupakan dataran rendah yang terletak di pinggiran

Samudera Hindia meluas ke arah utara. Lahan yang digunakan untuk pertanian

seluas 119 Ha.Salah satu tokoh pelopor utama penemu pengelolaan lahan pasir

tinggal di Desa Bugel, beliau bernama Pak KMN. Temuan-temuannya adalah

budidaya cabe keriting, palawija dan buah-buahan lainnya, seperti semangka dan

jeruk. Beliau juga penemu teknologi pertanian lain seperti irigasi sumur bronjong.

Sejarah kelompok tani dan sistem lelang juga datang salah satunya dari Pak KMN

dan salah satunya dimulai dari Desa Bugel, sebelum akhirnya tersebar ke desa-

Page 56: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

40

desa pesisisir lainnya. Sehingga bisa dikatakan pertanian lahan pasir untuk

budidaya cabe keriting dan buah semangka di pesisir Kulon Progo yang terbaik

(dari segi kualitas dan kuantitas) adalah di Garongan dan Bugel. Pak KMN juga

merupakan pendiri dan ‘sesepuh’ Paguyuban Petani Lahan Pasir (PPLP) Kulon

Progo, sehingga salah satu inisiator perundingan dan gerakan atau mobilisasi

masa kerap datang dari Beliau, selain tentunya tokoh lainnya.

Kondisi lahan pasir di pesisir Kulon Progo sebelum ditemukannya teknik

dan teknologi pengolahan menjadi lahan subur seperti sekarang ini, merupakan

gurun pasir tandus yang penuh alang-alang. Sebagian warga hidup dengan

berdagang kecil-kecilan, berjualan ternak (blantik), buruh tani dan penggembala

kambing. Kondisi lingkungan masyarakat Desa Bugel tergolong sangat tertinggal

dan miskin secara sosial dan ekonomi dibanding desa-desa lain di kecamatan

Panjatan. Namun, sejak adanya pengolaan lahan pasir, mereka mampu

meningkatkan taraf hidup serta kepercayaan diri atas kemampuan mereka sendiri.

Selain itu petani Pesisir juga mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai

jenjang perguruan tinggi, dengan harapan generasi mendatang tak perlu lagi

mengulang sejarah kemiskinan di pesisir Kulon Progo dulu. Dampak lainnya,

keberhasilan pengelolaan tanaman cabe ini membuat para pemuda di desa lebih

memilih untuk menetap di desanya ketimbang migrasi ke kota, sebab lahan kini

pasir telah menjanjikan penghidupan. Warga pesisir juga mampu memmbantu

menolong petani lain di luar daerah mereka untuk menjadi buruh petik dengan

upah yang di atas rata-rata (Rp. 25.000,00 per orang belum termasuk makan).

Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk Desa Bugel ialah Bahasa

Jawa dan Bahasa Indonesia. Terdapat beberapa kelompok di desa ini yakni

Kelompok Tani Sugih Mulyo, kelompok pasar lelang, Garuda, dan kelompok

pengajian. Keseluruhan kelompok yang ada di Desa Bugel merupakan basis bagi

pergerakan perlawanan petani menolak rencana pertambangan pasir besi. Sejak

adanya isu pertambangan pasir besi, masyarakat pesisir Desa Bugel terbagi

menjadi dua kelompok yakni kelompok masyarakat pro pertambangan dan

kelompok masyarakat kontra pertambangan. Masyarakat kontra pertambangan

memiliki kesepakatan bersama untuk memberikan sanksi sosial kepada

masyarakat yang pro pertambangan. Sanksi sosial tersebut berupa diputuskannya

hubungan kekeluargaan, baik antara tetangga maupun sesama saudara kandung.

Page 57: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

PENDAPAT PEREMPUAN DESA BUGEL TENTANG KONFLIK

PEREBUTAN LAHAN PASIR KULON PROGO

Bab ini berisi tentang pendapat perempuan pesisir Desa Bugel terhadap

masalah yang mereka hadapi yakni konflik perebutan lahan pasir Kulon Progo

antara JMI (PT. Indomines Australia, Kesultanan Jogjakarta, Paku Alaman),

pemerintah, dan masyarakat pesisir serta pendapat mereka terhadap perlawanan

yang mereka lakukan, baik perlawanan fisik maupun perlawanan non fisik.

Pendapat Perempuan Desa Bugel tentang Konflik Perebutan Lahan

Bagi perempuan Desa Bugel konflik yang berlangsung antara masyarakat

pesisir, Paku Alaman Ground, Sultan Ground, dan korporasi tidak hanya konflik

perebutan lahan. Namun konflik perampasan ruang hidup ribuan masyarakat

pesisir yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian. Menurut cerita

perempuan Desa Bugel TSB, 41 tahun

Isu penambangan sudah ada sejak lama. Beberapa tahun lalu ada

beberapa pihak yang masuk ke beberapa desa pesisir. Mereka meminta

izin kepada sesepuh-sesepuh desa untuk meneliti kandungan-kandungan

yang terdapat dalam lahan pasir. Kami tidak mengetahui hal tersebut,

kami hanya melihat mereka sedang mengebor lahan pasir. Kami tidak

tahu siapa mereka dan untuk apa itu dilakukan. Usut punya usut ketika isu

pertambangan santer di masyarakat, kami tahu bahwa itu semua adalah

untuk kepentingan penambangan. Tahun 2008 puncak-puncaknya tekanan

yang diberikan kepada kami. JMI terus memaksa kami untuk menyetujui

penambangan. Mereka mengklaim bahwa lahan pertanian kami milik

PAG dan SG. Padahal kami jelas-jelas mempunyai bukti bahwa pada

masa Sultan Hamengku Buwono IX lahan tersebut telah diberikan kepada

kami dan dalam isi surat tersebut disebutkan bahwa lahan pesisir Kulon

Progo hanya diperuntukan untuk kegiatan pertanian, tidak boleh

diperuntukan untuk penambangan ataupun aktivitas-aktivitas yang dapat

mengubah fungsi lahan. Kami benar-benar tidak menyangka bahwa

Sultan Hamengku Buwono X menarik kembali surat tersebut, apa yang

telah diberikan kepada rakyat. Mereka sudah dibutakan dengan

kekuasaan dan uang. Raja justru berpihak kepada kepentingan asing.

Kami seolah-seolah penghambat proyek pembangunan yang harus

disingkirkan. Tidak hanya itu, sekarang Sultan sedang gencar membangun

hotel-hotel diikuti aksi penggusuran di atas lahan masyarakat. Selain itu

juga sudah dicanangkan pembangunan bandara untuk mendukung

beroperasinya penambangan. Dimana hati nurani mereka semua?

Selain itu, Konflik di Kulon Progo juga merubah tatanan sosial

masyarakat. Masyarakat jadi terkotak-kotak ke dalam tiga kelompok, yakni

kelompok masyarakat pro pertambangan, kelompok masyarakat kontra

pertambangan, dan kelompok masyarakat netral. Kelompok masyarakat netral

tidak berpihak ke kelompok mana pun, masyarakat pesisir menyebutnya “mereka

pihak yang mengambil posisi aman, mereka hanya memikirkan kepentingan

Page 58: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

42

mereka sendiri, mereka tidak ikut melawan, namun sebenarnya posisi mereka

diuntungkan dengan adanya perlawanan masyarakat pesisir,”. Setidaknya terdapat

tiga penyebab terbentuknya kelompok pro dan netral terhadap pertambangan.

Pertama, kelompok masyarakat pro pertambangan dan kelompok masyarakat

netral pada umumnya adalah masyarakat pesisir yang tidak bermata pencaharian

sebagai petani. Pada umumnya mereka bekerja di setor pemerintahan, sebagai

pegawai negeri sipil dan lain sebagainya. Mereka tidak menggantungkan

hidupnya pada lahan pertanian. Kedua, mereka adalah penduduk pendatang di

pesisir Kulon Progo sehingga mereka tidak memiliki keterikatan sejarah dengan

lahan pasir. Mereka tidak menjadi bagian dalam sejarah masyarakat pesisir Kulon

Progo yang telah berhasil mengubah lahan tandus menjadi lahan subur untuk

pertanian. Ketiga, mereka yang berpegang teguh pada nilai-nilai adat Kesultanan

Jogjakarta. Kelompok ini menganggap bahwa seluruh tanah yang mereka miliki

adalah milik raja. Raja berhak menentukan untuk apa diperuntukan lahan yang

dimiliki rakyat. Segala sesuatu yang datang dari raja akan membawa berkah.

Masyarakat harus “manut” dan menghormati perintah raja. Membangkang

terhadap keputusan raja maka akan membawa petaka. Oleh karena itu ketika isu

pertambangan pasir besi berhembus, masyarakat kelompok ini mempercayai

bahwa pertambangan akan membawa pada kemakmuran dan kemajuan masyakat

pesisir Kulon Progo.

Sejak adanya rencana pertambangan pasir besi, timbul kesenjangan di

antara masyarakat pro dan kontra pertambangan. Perempuan pesisir Desa Bugel

ELS, 29 tahun dan WWI, 44 tahun menuturkan bahwa

Kesenjangan tersebut sangat nyata terlihat di masyakarat. Kami

sangat ketat menerapkan sanksi sosial kepada masyarakat yang pro

pertambangan. Itu telah menjadi kesepakatan di seluruh desa pesisir

Kulon Progo. Bentuk sanksi sosial tersebut adalah terputusnya hubungan

dengan kelompok masyarakat pro pertambangan. Jika mereka adalah ibu

dan anak, maka terputuslah hubungan antara ibu dan anak kandungnya,

jika mereka adalah tetangga maka terputus lah hubungan tetangga

diantara mereka. Antara kelompok masyarakat pro dan kontra

pertambangan tidak boleh saling berkomunikasi, tidak boleh melayat

masyarakat pro yang meninggal dunia, tidak boleh menghadiri hajatan

yang diadakan oleh masyarakat pro, dan tidak boleh menjenguk

masyarakat pro yang sedang sakit. Di Desa Karang Huni, bahkan mayat

masyarakat pro tidak boleh dikebumikan di tanah pesisir Kulon Progo. Di

Desa Bugel sendiri, tempat ibadah masyarakat pro dan kontra

pertambangan terpisah. Pernah terjadi insiden bentrok antara masyarakat

pro dan kontra pertambangan karena tiba-tiba masyarakat pro

pertambangan melarang kami melintas jalan di depan masjid orang-orang

pro. Kami ya tidak bisa menerima diperlakukan seperti itu. Itu kan jalan

umum, mereka tidak berhak bertindak seperti itu. Kesenjangan tersebut

tidak saja terjadi di antara kami orang dewasa, bahkan anak-anak secara

otomatis di dalam alam bawah sadar mereka tertanam rasa untuk

melawan dan menolak orang-orang yang pro pertambangan. Di sekolah,

anak-anak kontra pertambangan tidak mau berteman dengan anak-anak

pro pertambangan, bahkan mereka menolak sekelas dengan anak-anak

pro. Kami para orang tua padahal tidak pernah mengajarkan seperti itu,

Page 59: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

43

karena mereka masih anak-anak. Di sekolah, anak-anak kami tidak

menggambar pemandangan seperti pada anak umumnya seumuran

mereka, yang mereka gambar adalah truk-truk pihak penambangan yang

datang ke desa kami, mereka juga menggambarkan mobil-mobil yang

digunakan orang tuanya untuk melakukan aksi demonstrasi.

Namun menurut salah satu anggota PPLP, jumlah masyarakat yang pro

pertambangan sekitar 10% dari total keseluruhan masyakat pesisir Kulon Progo.

Pada umumnya mereka bertempat tinggal di bagian utara Kulon Progo. Di sisi

lain, konflik tersebut juga menyatukan antara masyarakat desa pesisir satu dengan

desa pesisir lainnya di sepanjang pantai selatan Kulon Progo. Sebelumnya

perempuan pesisir tidak mengenal perempuan pesisir di desa lain karena kegiatan

perkumpulan kelompok tani dihadiri oleh laki-laki. Sehingga mobilitas mereka

terbatas di dalam desa tempat mereka tinggal. Rencana pertambangan membuat

masyarakat pesisir memutuskan untuk menyatukan kekuatan melawan

pertambangan. Seiring perlawanan dan pergerakan yang berlangsung intensitas

interaksi antara masyarakat pesisir meningkat. Hal ini meningkatkan rasa

memiliki dan rasa senasib sepenanggungan diantara masyarakat pesisir. Salah satu

prakarsa yang dilakukan oleh perempuan pesisir adalah dilaksanakannya

“mujadahan”. Mujadahan merupakan bentuk perlawanan dari sisi agamawi

melalui doa-doa yang dipanjatkan setiap malam untuk menolak rencana

pertambangan pasir besi.

Pendapat Perempuan Desa Bugel tentang Gerakan Petani Lahan Pasir

Kulon Progo

Perempuan Desa Bugel berpendapat bahwa terdapat perbedaan perlawanan

yang dilakukan oleh petani pada masa awal pergerakan petani dan pergerakan

petani saat ini. Berbagai dinamika perlawanan mewarnai gerakan petani lahan

pasir Kulon Progo baik dalam internal maupun eksternal masyarakat pesisir. Pada

masa awal pergerakan, petani banyak melakukan perlawanan secara fisik. Di awal

pergerakan, masyarakat pesisir berada pada tahap mempelajari strategi

perlawanan yang tepat untuk diterapkan. Untuk itu, masyarakat pesisir melalui

wadah PPLP banyak melakukan diskusi-diskusi dengan kelompok gerakan petani

lainnya, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), LBH (Lembaga Bantuan

Hukum), aktivis, salah seorang kesultanan Jogjakarta, dan lain-lainnya. PPLP

banyak menjalin solidaritas dengan kelompok-kelompok dan pihak-pihak yang

berpihak kepada nasib petani. Seperti kebanyakan pergerakan petani di daerah

maupun belahan dunia lain, PPLP juga menempuh berbagai jalur birokrasi untuk

menyuarakan konflik perebutan lahan yang mereka hadapi.

Langkah yang telah ditempuh petani pesisir diantaranya adalah

berdemonstrasi di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo menuntut

pembatalan proyek pertambangan pasir besi; berdemonstrasi di Universitas

Gadjah Mada menuntut penghentian kerjasama reklamasi lahan

pascapenambangan oleh Fakultas Kehutanan dengan PT. JMI, dimana dalam aksi

ini melibatkan sebanyak 3000 massa; menduduki kantor DPRD Kulon Progo

menuntut pembatalan proyek pertambangan pasir besi karena berpotensi pada

Page 60: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

44

pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia); melakukan audiensi dengan komisi VII

DPR RI dan Kedutaan Besar Australia untuk meminta kejelasan identitas Indo

Mines Ltd, pihak Kedutaan Besar Australia menyatakan ketidaktahuannya atas

keterlibatan Indo Mines Ltd dan memberikan keterangan bahwa alamat

perusahaan Indo Mines Ltd tidak sesuai dengan yang diinformasikan kepada

publik; melakukan dialog dengan Komnas HAM terkait proyek penambangan

pasir besi yang berpotensi terjadinya pelanggaran HAM; mengadakan pertemuan

dengan LBH; mengirimkan surat kepada DPRD untuk mengajukan pembatalan

PERDA No.2 Tahun 2010; dan mengirimkan surat pernyataan sikap penolakan

rencana pertambangan pasir besi kepada presiden RI.

Selain itu masyarakat juga banyak melakukan perlawanan-perlawanan

fisik, seperti melakukan aksi-aksi demonstrasi, baik di Kantor Pemerintahan

Daerah Kabupaten Kulon Progo, Universitas Gadjah Mada maupun di Kantor

DPR RI; aksi memblokir jalan menuju kawasan pesisir untuk kepentingan

pengagkutan material bahan Pilot Project PT. JMI; aksi langsung

menghentindakan tindakan yang meresahkan masyarakat yakni datangnya enam

mobil tanpa seizin warga yang dilakukan oleh oknum Pakualaman di Bugel; dan

aksi melakukan penutupan Pilot Project di Gupit setelah tiga tahun beroperasi

tanpa mengindahkan kepentingan lingkungan. Gerapan petani tersebut ada yang

direncanakan dan ada pula yang dilakukan secara spontan. Aksi spontan tersebut

banyak dilakukan oleh perempuan. Menurut pengakuan salah satu laki-laki pesisir

PJO, 50 tahun menyatakan bahwa,

Perempuan-perempuan disini sangar mbak, pemberani-pemberani.

Kalau ada orang asing yang masuk kesini, perempuan-perempuan disini

langsung keluar bawa parang ngehadang, pernah kaca mobil dihancurin.

Saya aja gak berani mbak. Istri saya sama anak perempuan saya itu gak

takut sama sekali. Kalau ada aksi-aksi istri saya paling depan meneriakan

“bertani atau mati, tolak tambang besi!”. Kami para laki-laki pesisir,

khususnya saya sendiri tidak pernah memaksa istri ataupun anak saya

untuk ikut dalam aksi-aksi perlawanan fisik tersebut, tetapi itu kemauan

mereka sendiri.

Namun masyarakat pesisir mengakui bahwa segala bentuk perlawanan

fisik melalui jalur birokrasi dan aksi-aksi demontrasi ke kantor pemerintah

tersebut tidak menghasilkan perubahan apa-apa, dalam artian rencana proyek

pertambangan pasir besi belum dibatalkan. Berbagai bentuk aksi demonstrasi

tersebut tidak pernah ditindaklanjuti oleh pemerintah, baik pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat. Proses perlawanan panjang tersebut membuat

masyarakat menyadari bahwa penguasa (pemerintah, Kesultanan Jogjakarta, dan

Paku Alaman) tidak pernah berpihak kepada nasib masyarakat pesisir Kulon

Progo. Pihak penguasa justru berpihak kepada kepentingan pemodal dan memaksa

masyarakat pesisir menerima logika-logika ekonomi pembangunan.

Bahkan salah satu desa pesisir, yakni Desa Karang Huni, sebagian besar

warganya telah menjual lahan pertanian mereka kepada PT. JMI. Hal ini terjadi,

salah satunya karena masyarakat Desa Karang Huni menokohkan salah satu warga

sebagai pemimpin mereka. Hal ini berdampak ketika pemimpin tersebut

memutuskan untuk menjual lahannya maka masyarakat lain juga ikut menjual

Page 61: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

45

lahan mereka. Lahan Desa Karanghuni kini telah dibangun pabrik. Menurut

masyarakat pesisir Desa Bugel WST, 29 tahun

Masyarakat pesisir Desa Karang Huni kini menyesal telah menjual

lahannya. Mereka tidak dapat menanam lagi. Mereka kehilangan mata

pencaharian yang selama ini menghidupi mereka. Mereka menjual

lahannya dengan harga Rp. 75.000/m2. Harga yang sangat murah dan

tidak sebanding dengan manfaat yang kami dapatkan jika ditanami cabai

keriting, semangka, dan melon. Warga Karang Huni telah termakan janji-

janji manis PT. JMI. PT. JMI membuat kesepakatan dengan warga Desa

Karang Huni yang menjual lahannya dalam sebuah perjanjian. Perjanjian

yang sifatnya rahasia. Kami mengetahui perjanjian tersebut dari warga

Desa Karang Huni yang masih mempertahankan lahan pertaniannya.

Hanya tiga warga Desa Karang Huni yang masih bertahan. Setelah kami

pelajari, perjanjian tersebut sangat merugikan warga Desa Karang Huni

sebagai penjual. Dalam satu pasal disebutkan bahwa jika ada pihak

ketiga yang mengklaim lahan milik penjual, maka penjual wajib

mengembalikan uang yang telah diterima dari pihak pembeli. Pihak ketiga

tersebut bisa saja orang-orang PT. JMI dengan mengatasnamakan pihak

lain. Yaa, orang-orang bayaran PT. JMI lah mbak. Namun, warga Desa

Karang Huni tidak mempelajari bahkan tidak membaca isi perjanjian

tersebut. PT. JMI sangat licik menggelabui masyarakat. Mereka

menyodorkan isi perjanjian tersebut yang harus ditandatangi masyarakat

beserta uang senilai Rp. 10.000.000,- sebagai uang muka. Hebatnya lagi

mereka tidak berhubungan langsung dengan masyarakat Desa Karang

Huni. JMI memanfaatkan kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat untuk

memuluskan proses penjualan lahan tersebut.

Menyadari hal tersebut, masyarakat pesisir melalui wadah PPLP

menyusun strategi perlawanan baru. Perlawanan-perlawanan yang dilakukan

secara mandiri, tidak bekerjasama dengan lembaga atau partai politik manapun.

Masyarakat pesisir menunjukan bahwa perlawanan mereka tidak mewakili

kepentingan pihak manapun, murni memperjuangkan ribuan ruang hidup

masyarakat pesisir. Perlawanan panjang yang telah dilakukan membuat

masyarakat pesisir selektif terhadap pihak-pihak yang berusaha masuk ke dalam

kawasan pesisir Kulon Progo, dalam bentuk apapun baik sebagai peneliti,

akademisi, aktivis, kaum intelektual, maupun calon-calon legislatif dari salah satu

partai politik. Masyarakat mengakui tidak semua pihak dapat dipercaya dan loyal

kepada masyarakat pesisir. Oleh karena itu, masyarakat pesisir memutuskan hanya

ada satu pintu masuk bagi pihak yang ingin berinteraksi dan bersolidaritas dengan

masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir memiliki kesepakatan untuk menolak

semua pihak yang masuk ke desa tanpa izin terlebih dahulu. Reaksi penolakan

tersebut dapat berupa menutup mulut, mengintrogasi, mengusir, hingga aksi

kekerasan. Menurut salah satu informan WDD, 34 tahun menyatakan bahwa

Kami harus tetap waspada kepada semua pihak yang datang kepada

kami. Banyak pengkhianat berkeliaran di sekitar kami. Contohnya banyak

orang yang mengaku mahasiswa untuk melakukan penelitian disini,

padahal sebenarnya intel. Banyak lembaga yang mengaku ingin

membantu kami, padahal ingin mempengaruhi kami untuk menerima

Page 62: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

46

pertambangan. Kami pernah ditawarkan untuk melakukan AMDAL

(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Mereka mengatakan bahwa

jika proyek pertambangan pasir besi tidak lolos AMDAL maka kami punya

bukti untuk menolak pertambangan. Tapi kami tidak bodoh, kami tahu

AMDAL dilakukan untuk kepentingan siapa. Semua itu hanya akal-akalan

pemodal dan peguasa saja. Dengan kami menyetujui dilakukannya

AMDAL sama saja dengan kami menyutujui dilaksanakannya proyek

pertambangan. Oleh karena itu, kami harus sangat hati-hati memutuskan

dengan siapa kami bersolidaritas. Kami tidak ingin dibuat bergantung

dengan pihak mana pun.

Berikut adalah kronologi gerakan petani lahan pasir Kulon Progo

Tabel 2 Kronologi Perjuangan Petani Lahan Pasir Kulon Progo

No Tanggal Kegiatan Penolakan Petani Lahan Pasir Kulon Progo

1 1 April 2006 Masyarakat pesisir dari 4 kecamatan dan 10 desa

yang berkepentingan mempertahankan fungsi

ekosistem dan matapencaharian sebagai petani lahan

pantai membentuk organisasi perjuangan yang

bersifat independen, yaitu Paguyuban Petani Lahan

Pantai Kulon Progo (PPLP KP), dengan agenda

utama penolakan rencana pertambangan pasir besi.

2 27 Agustus 2007 PPLP KP berdemonstrasi di Kantor Pemerintahan

Daerah Kabupaten Kulon Progo dengan tuntutan

pembatalan proyek pertambangan pasir besi. Bupati

(Toyo S, Dipo) dan Ketua DPRD Kulon Progo

(Kasdiyono) menyetujui tuntutan masyarakat secara

tertulis, dengan konsekuensi pengunduran diri.

3 1 Maret 2008 Warga Bugel melakukan aksi memblokir jalan

menuju kawasan pesisir untuk kepentingan

pengangkutan material bahan Pilot Project PT JMI.

Aksi ini terjadi karena Bupati dan Ketua DPRD

Kulon Progo mengingkari kesepakatan dengan

masyarakat yang ditandatangani di depan ribuan

warga Kulon Progo pada 27 Agustus 2007.

4 4 Februari 2008 Sejumlah perwakilan masyarakat pesisir melakukan

audiensi dengan Komisi VII DPR RI dan Kedutaan

Australia untuk meminta kejelasan identitas Indo

Mines Ltd, pihak Kedutaan Besar Australia

menyatakan ketidaktahuannya atas keterlibatan Indo

Mines Ltd dan memberikan keterangan bahwa

alamat perusahaan Indo Mines Ltd tidak sesuai

dengan yang diinformasikan kepada publik.

5 21 Juni 2008 Sebanyak 3000 massa PPLP KP berdemonstrasi di

Universitas Gadjah Mada menuntut penghentian

kerjasama reklamasi lahan pascapenambangan oleh

Fakultas Kehutanan UGM dengan PT.JMI. Tuntutan

Page 63: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

47

ini disetujui oleh Rektor UGM Prof. Soedjarwadi

dan Dekan Fakultas Kehutanan UGM Prof. M.

Na’iem dengan penandatangan surat pernyataan.

Aksi ini terjadi karena UGM tidak memberi sikap

secara resmi setelah PPLP KP mengirim surat

permintaan klarifikasi sebanyak 3 kali.

6 23-25 Oktober

2008

Masyarakat pesisir menduduki kantor DPRD Kulon

Progo untuk menuntut pembatalan proyek

penambangan pasir besi karena berpotensi pada

pelanggaran Hak Azasi Manusia. Dalam aksi ini,

legislatif tidak bersedia menemui masyarakat.

Selanjutnya, PPLP KP meminta bantuan LBH DIY

untuk mengirimkan surat pengaduan ke KOMNAS

HAM agar KOMNAS HAM meminta kejelasan

sikap Gubernur DIY dan Pemerintah Kabupaten

Kulon Progo tentang aspek HAM dalam proyek

tersebut.

7 3-6 Juni 2008 KOMNAS HAM telah melakukan penyilidikan dan

pemeriksaan terhadap rencana proyek penambangan

pasir besi di Kulon Progo Yogyakarta. Pemantauan

tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi yang

menjelaskan bahwa berdasarkan data, informasi, dan

fakta proyek penambagan pasir besi di Kulon Progo

sangat berpotensi memicu terjadinya pelanggaran

Hak Asasi Manusia (HAM), khususnya hak atas

tanah, hak atas pekerjaan, hak atas aman, hak atas

informasi, dan hak petani.

8 27 Oktober 2008 Sekumpulan massa (sekitar 300 orang) dari luar

kawasan konflik melakukan perusakan dan

pembakaran 7 posko penolakan proyek dan 1 rumah

milik warga pesisir yang menolak pertambangan.

Peristiwa ini terdomentasikan melalui media televisi

swasta, menurut kesaksian dan dokumentasi

lapangan, satuan kepolisian yang siap di tempat

kejadian melakukan pembiaran dan pengarahan

tindakan kekerassan massa tidak bertanggungjawab

tersebut.

9 19 Juli 2009 PPLP KP mengadakan pertemuan di LBH membahas

kasus kriminalisasi terhadap Tukijo atas tuduhan

pencemaran nama baik Kepala Dusun Bedoyo,

Isdiyanto, karena Tukijo menyakan tujuan pendataan

tanah warga.

10 20 Oktober 2009 Konsultasi publik terkait KA AMDAL oleh

pemrakarsa yang tidak melibatkan masyarakat

terundang dan tidak menampung aspirasi masyarakat

terdampak. Konsultasi publik ini diwarnai aksi

pemukulan dan penembakan gas air mata, jumlah

terbesar korban kekerasan aparat negara adalah kaum

Page 64: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

48

perempuan.

11 April 2010 Warga mengirimkan surat pernyataan sikap

penolakan rencana pertambangan pasir besi kepada

Presiden RI.

12 Mei 2010 Kunjungan ESDM di Bugel untuk investigasi

permasalahan sosial di tingkat masyarakat terkait

penolakan rencana pertambangan pasir besi. Warga

mengirim surat kepada DPRD DIY yang isinya

menuntut DPRD DIY mengusut dugaan skandal

perundang-undangan dalam proses penyusunan

Perda No 2 Tahun 2010 tentang RTRWP DIY 2009-

2029 oleh Pemerintah DIY (Gubernur).

13 Juni 2010 Warga mengirimkan surat kepada DPRD untuk

mengajukan pembatalan Perda No 2 Tahun 2010

karena secara hukum melanggar UU No 10 Tahun

2004 dan Permendagri No 28 Tahun 2008.

14 15 Desember 2010 Aksi rapat akbar menolak rencana pertambangan

pasir besi bertepatan dengan penilain dokumen KA

AMDAL di Bugel.

15 16 Desember 2010 Aksi langsung warga menghentikan tindakan yang

meresahkan masyarakat yang dilakukan oleh oknum

Pakualaman di Bugel, dimana datang enam mobil

tanpa seizin warga.

16 9 Februari 2011 Mediasi oleh KOMNAS HAM di Bugel,

menghasilkan rekomendasi deadlock untuk konteks

mediasi (mempertemukan kepentingan para pihak).

Sumber: Dokumen PPLP-KP “Bertani atau Mati”

Periode berikutnya masyarakat pesisir banyak melakukan aksi-aksi untuk

menunjukan perlawanan mereka melalui sebuah buku yang berjudul “menanam

adalah melawan”, melalui hasil karya petani pesisir Kulon Progo tersebut,

masyarakat pesisir Kulon Progo banyak diundang ke kampus-kampus dalam

kegiatan bedah buku dan diskusi terkait konflik agraria. Selain itu, masyarakat

pesisir memiliki dua website PPLP dan satu website solidaritas Australia, proses

pembuatan website ini melibatkan aktivis yang bersolidaritas dengan PPLP.

Beberapa masyarakat pesisir juga aktif menyuarakan issu-issu konflik agraria

melalui media sosial seperti facebook. PPLP juga membentuk kesenian teater

yang diberi nama “unduk gurun”. Kesenian teater ini menceritakan tentang

konflik yang terjadi di Kulon Progo dan langsung diperankan oleh masyarakat

pesisir Kulon Progo. Teater ini telah tampil di beberapa universitas, diantaranya

yakni Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Kampus

Atma Jaya, dan di berbagai aksi solidaritas dan diskusi yang dilakukan di

beberapa kota seperti Jakarta, Jogjakarta, dan Bogor.

Selain itu, masyarakat pesisir juga melakukan solidaritas dengan seniman

Yogyakarta. Salah satu bentuk aksi solidaritas tersebut adalah kegiatan bedah

buku, diskusi, dan kegiatan penggalangan dana. Kegiatan penggalangan dana

tersebut berupa penjualan buku “menanam adalah melawan”, penjualan kaos yang

bertemakan perlawanan, penjualan hasil lukisan yang mengangkat tema konflik

pertambangan, penjualan kalender yang mengusung tema perlawanan dan

Page 65: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

49

pergolakan konflik di pesisir Kulon Progo dan didesain langsung oleh seniman,

dan penjualan DVD yang mengangkat kasus konflik perebutan lahan. Hasil

penjualan dalam kegiatan penggalangan dana tersebut didonasikan sepenuhnya

untuk kegiatan-kegiatan gerakan petani.

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh petani pesisir melalui PPLP

adalah bersama-sama dengan Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan

(FPPKAS) dan FOSWOT Lumajang melakukan pertemuan dan diskusi. Hasil dari

beberapa pertemuan dan diskusi tersebut menyepakati untuk membantu sebuah

wadah perjuangan petani mandiri dan independen yang dinamai Forum

Komunikasi Masyarakat Agraris (FKMA). Organisasi ini memiliki orientasi yang

lepas dari campur tangan dan intervensi dari LSM, partai politik, dan lembaga

donor. Hingga saat ini setidaknya ada dua belas komunitas petani yang tergabung

di dalamnya dan berasal dari beberapa daerah, diantaranya adalah: FPPKS

Kebumen, ARMP Bantul, PPLP Kulon Progo, SPBS Blora, JMPPK Pati, KT

Berdikari Sumedang, Bale Ruhayat Ciamis, Grapad Banten, Foswot Lumajang,

FPR Ogan Ilir, SKKL Al Faz Sidoerjo, Fornel, dan PMS Jepara. Salah satu

agenda kegiatan FKMA adalah sekolah tani, sebagai langkah untuk saling

bertukar pengetahuan dalam sektor pengorganisasian perjuangan, teknologi

pertanian, mekanisme pasar berbasis komunitas, dan hal-hal lain terkait dengan

visi misi keadilan agraria. Tidak hanya dalam skala lokal maupun nasional,

masyarakat pesisir juga menjalin solidaritas dengan CAF (Casual Anarchist

Federalism) yang berada di Inggris, dengan masyarakat pendukung penolakan

pertambangan pasir besi yang bertempat di Australia, dan melakukan kampanye di

Filipina.

Ikhtisar

Bagi perempuan Desa Bugel konflik yang berlangsung antara masyarakat

pesisir, Paku Alaman Ground, Sultan Ground, dan korporasi tidak hanya konflik

perebutan lahan. Namun konflik perampasan ruang hidup ribuan masyarakat

pesisir yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian. Konflik di Kulon

Progo merubah tatanan sosial masyarakat. Masyarakat jadi terkotak-kotak ke

dalam tiga kelompok, yakni kelompok masyarakat pro pertambangan, kelompok

masyarakat kontra pertambangan, dan kelompok masyarakat netral. Berbagai

dinamika perlawanan mewarnai gerakan petani lahan pasir Kulon Progo baik

dalam internal maupun eksternal masyarakat pesisir. Pada masa awal pergerakan,

petani banyak melakukan perlawanan secara fisik. Selanjutnya masyarakat pesisir

juga menempuh berbagai jalur birokrasi untuk menyuarakan konflik perebutan

lahan yang mereka hadapi. Masyarakat juga banyak melakukan perlawanan-

perlawanan fisik, seperti melakukan aksi-aksi demonstrasi di berbagai instansi

Proses perlawanan panjang tersebut membuat masyarakat menyadari

bahwa penguasa tidak pernah berpihak kepada nasib masyarakat pesisir Kulon

Progo. Pihak penguasa justru berpihak kepada kepentingan pemodal dan memaksa

masyarakat pesisir menerima logika-logika ekonomi pembangunan. Oleh karena

itu, masyarakat pesisir melalui wadah PPLP menyusun strategi perlawanan baru.

Perlawanan-perlawanan yang dilakukan secara mandiri, tidak bekerjasama dengan

lembaga atau partai politik manapun.

Page 66: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

50

Page 67: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

51

PERAN PEREMPUAN DESA BUGEL DALAM SISTEM

PENGHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR

Bab ini menjelaskan mengenai peran perempuan desa bugel dalam sistem

penghidupan penduduk masyarakat pesisir. Dilihat dari tiga aspek yakni

pembagian kerja, akses, dan kontrol. Pembagian kerja perempuan dan laki-laki

meliputi tiga peran yakni peran reproduktif, peran produktif, dan peran sosial.

Akses meliputi akses terhadap sumberdaya fisik dan material, akses terhadap

sumberdaya sosial dan budaya, akses terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja,

dan akses terhadap manfaat. Sedangkan kontrol meliputi kontrol terhadap

sumberdaya fisik dan material, kontrol terhadap sumberdaya sosial dan budaya,

kontrol terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja, dan kontrol terhadap manfaat.

Peran Gender

Peran merupakan suatu status yang dijalankan oleh seorang individu yang

berada pada suatu kelompok atau situasi sosial tertentu. Peran gender menurut

Hubeis (2010) menampilkan kesepakatan pandangan dalam masyarakat dan

budaya tertentu perihal ketepatan dan kelaziman bertindak untuk seks tertentu

(jenis kelamin tertentu) dan masyarakat tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa

peran gender disuatu wilayah akan berbeda dari peran gender lainnya sesuai

dengan karakterisktik wilayahnya. Pun dengan peran gender yang ditampilkan

masyarakat pesisir yang berada di Desa Bugel. Setidaknya terdapat tiga hal yang

menjadikan peran gender di Desa Bugel berbeda dengan peran gender di daerah

lainnya. Pertama, kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Bugel sebelum

berkembanganya pertanian lahan pasir. Di mana pada masa itu masyarakat hidup

dalam kondisi kemiskinan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat

bekerja sebagai buruh tani, menanam tanaman apa saja yang dapat tumbuh di

lahan pasir yang gersang dan tandus, serta banyak pula yang bekerja ke luar

daerah untuk mengadu nasib. Kondisi keterbelakangan dan kemiskinan yang

menghimpit masyarakat kala itu membentuk karakteristik peran gender yang

berbeda pada masyarakat pesisir. Secara alami timbul peran-peran apa saja yang

harus dilakukan oleh perempuan dan peran-peran apa saja yang harus dilakukan

oleh laki-laki dalam rangka untuk terus mempertahankan dan memenuhi

kebutuhan hidup. Oleh karena itu, peran gender pada masyarakat pesisir

cenderung egaliter.

Kedua, pengelolaan lahan pasir yang membutuhkan keterampilan dan

pengetahuan khusus. Hanya masyarakat pesisir yang mengetahui bagaimana

mengolah lahan pasir milik mereka, apa yang dibutuhkan oleh tanaman,

bagaimana merawat tanaman, bagaimana memilih bibit yang cocok dengan lahan

pasir, dan hal-hal lainnya. Pengolahan pertanian di lahan pasir sangat berbeda

dengan pengolahan pertanian di lahan biasa. Membutuhkan dana yang tidak

sedikit dan tenaga yang banyak, terutama ketika mulai menanam dan saat musim

panen. Pengelolaan pertanian lahan pasir tidak hanya dilakukan oleh laki-laki,

tetapi perempuan juga menjadi bagian terbesar dalam sejarah pertanian lahan pasir

Kulon Progo. Ketiga, adanya konflik semenjak berhembusnya isu rencana

pertambangan pasir besi di pesisir Kulon Progo. Konflik yang melibatkan

Page 68: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

52

masyarakat pesisir, pemerintah, dan pihak Kesultanan ini dalam prosesnya sangat

menguras tenaga dan pikiran masyarakat pesisir. Secara fisik masyarakat pesisir

harus mempersiapkan diri untuk melawan pihak-pihak yang dengan sengaja ingin

mengambil ruang hidup mereka. Masyarakat juga harus mengerahkan tenaga dan

pikiran mereka untuk terus berjuang melawan mega proyek rencana pertambangan

pasir besi. Di sisi lain, sebagai petani masyarakat juga harus tetap melangsungkan

hidup mereka dengan menanam dan merawat tanaman mereka. Hasil tanaman

yang menjadi sumber kehidupan mereka. Di dalam kondisi seperti ini lah

perempuan dan laki-laki masyarakat pesisir tampil saling melengkapi peran

gender yang pada awalnya telah tumbuh secara alami. Kondisi-kondisi dan

tekanan-tekanan yang mereka hadapi membuat masyarakat demikian tanggap

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Masyarakat tidak lagi

mempermasalahkan peran apa yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki dan peran

apa yang harus dilakukan oleh perempuan. Masyarakat menyadari perjuangan

melawan rencana pertambangan pasir besi adalah milik bersama. Terlihat bahwa

masyarakat tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. Bagi masyarakat

pesisir “menanam adalah melawan”. Perempuan mengambil peran-peran yang

dapat dilakukan oleh mereka. Apapun yang mereka lakukan pada dasarnya

bermuara pada hal yang sama yakni untuk mempertahankan lahan pertanian

mereka. Secara universal peran gender antara laki-laki dan perempuan

diklasifikasikan ke dalam tiga peran pokok, yaitu peran reproduktif (domestik),

peran produktif (publik) dan peran sosial (masyarakat), Hubeis (2010).

Pembagian Peran Reproduktif

Peran reproduktif (domestik) merupakan peran yang dilakukan seseorang

untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumber daya insani

(SDI) dan tugas kerumahtanggaan. Tidak jarang kegiatan reproduktif ini tidak

dianggap sebagai suatu pekerjaan yang konkret dan tidak diperhitungkan sebagai

kerja produktif yang menghasilkan pendapatan. Kegiatan-kegiatan

kerumahtanggaan masyarakat pesisir Desa Bugel banyak dilakukan oleh kaum

perempuan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pembagian kerja reproduktif di

wilayah-wilayah lainnya di Indonesia, mengikuti budaya timur pada umumnya.

Bagi masyarakat pesisir tugas-tugas kerumahtanggaan telah menjadi tanggung

jawab kaum perempuan sebagai istri. Dapat dikatakan bahwa peran reproduktif

diberikan kepada kaum perempuan dan telah menjadi kesepakatan bersama di

dalam keluarga dan masyarakat pesisir. Berikut pada tabel di bawah ini dapat

dilihat pembagian peran reproduktif antara laki-laki dan perempuan di Desa

Bugel.

Page 69: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

53

Tabel 3 Pembagian peran reproduktif laki-laki dan perempuan Desa Bugel, 2014

Aktivitas reproduktif

Pelaku Dominan

peran Dominan

perempuan Bersama

Dominan

laki-laki

Berbelanja kebutuhan rumah

sehari-hari 30 0 0 Perempuan

Memilih pangan yang akan

dikonsumsi 29 1 0 Perempuan

Memasak 30 0 0 Perempuan

Membereskan rumah 27 3 0 Perempuan

Menyetrika pakaian 29 0 0 Perempuan

Mengasuh anak-anak 0 28 0 Bersama

Merawat orang sakit 0 30 0 Bersama

Mencuci pakaian 29 0 0 Perempuan

Dominan peran reproduktif Perempuan

Dari tabel 3 terlihat bahwa dari 30 responden keseluruhannya menyatakan

bahwa aktivitas reproduktif dominan dilakukan oleh perempuan, baik dilakukan

oleh ibu maupun anak perempuan. Aktivitas-aktivitas reproduktif tersebut

diantaranya adalah berbelanja kebutuhan rumah sehari-hari, memilih pangan yang

akan dikonsumsi, memasak, membereskan rumah, mencuci pakaian, dan

menyetrika pakaian. Adapun aktivitas reproduktif yang dilakukan secara bersama-

sama antara laki-laki dan perempuan adalah mengasuh anak-anak dan merawat

orang sakit.

Pembagian Peran Produktif

Peran produktif merupakan peran yang menyangkut pekerjaan yang

menghasilkan barang dan jasa perihal kebedaan tanggung jawab antara laki-laki

dengan perempuan. Misalnya laki-laki identik melakukan pekerjaan yang berat

dengan menggunakan bantuan mesin, sedangkan perempuan melakukan pekerjaan

yang ringan. Masyarakat pesisir Desa Bugel sangat menggantungkan hidupnya

pada pertanian lahan pasir. Komoditas unggulan pertanian lahan pasir adalah

cabai, semangka, dan melon. Selain itu masyarakat juga menanam berbagai jenis

sayuran yang ditanam secara tumpang sari dengan komoditas unggulan cabai,

semangka, dan melon. Oleh sebab itu mayoritas masyarakat pesisir aktivitas

produktifnya adalah bertani. Selain bertani, ada juga beberapa masyarakat yang

berdagang menjual berbagai jenis kebutuhan hidup sehari-hari dengan membuka

warung kecil-kecilan dan ada yang beternak ayam dan kerbau. Namun, pada

umumnya tidak untuk dijual, namun untuk konsumsi keluarga. Selain itu, ada juga

beberapa masyarakat pesisir yang bekerja sebagai guru. Namun, tetap bagi

masyarakat pesisir mata pencahariaan utama mereka adalah bertani. Walaupun

setiap harinya mereka mengajar di sekolah dan setiap harinya pula ke ladang

untuk bertani. Menurut salah satu pengakuan responden DRT, 46 tahun

menyatakan bahwa

Page 70: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

54

Bertani adalah pekerjaan pilihan hati mbak. Bertani itu pekerjaan

yang paling menyenangkan. Saya bebas dan mandiri untuk mengatur

waktu, tidak terikat dengan jam kerja seperti kebanyakan yang telah

dirasakan masyarakat pesisir yang bekerja ke kota besar sebagai buruh-

buruh pabrik maupun tenaga kerjadi Indonesia (TKI). Benar-benar

berbeda bekerja sebagai petani dengan menjadi buruh pabrik. Saya

merasa menjadi orang yang merdeka dengan bertani.

Bertani di lahan pasir tidak hanya melibatkan laki-laki, perempuan juga

ikut serta di dalamnya. Bahkan beberapa anak remaja mengolah lahan pertanian

pemberian orang tuanya secara mandiri. Bertani bagi masyarakat pesisir tidak

hanya milik laki-laki sebagai kepala rumah tangga, namun milik keluarga. Tabel

berikut adalah pembagian kerja pada aktivitas produktif.

Tabel 4 Pembagian kerja produktif laki-laki dan perempuan Desa Bugel pada

pertanian komoditas cabai keriting, 2014

Aktivitas produktif

Pelaku Dominan

peran Dominan

perempuan Bersama

Dominan

laki-laki

Mengolah lahan 0 2 28 Laki-laki

Membersihkan lahan 3 2 25 Laki-laki

Mencangkul 0 0 27 Laki-laki

Membuat petak-petak

tanaman/bedengan 0 0 30 Laki-laki

Menyebar pupuk dasar (5

kompos) 26 1 3 Perempuan

Memasang mulsa dan

menyempurnakan kompos 0 2 28 Laki-laki

Menanam 2 28 0 Bersama

Menyiram tanaman 24 1 5 Perempuan

Menyiang tanaman 30 0 0 Perempuan

Mengendalikan hama dan

penyakit tanaman 0 20 10 Bersama

Memberi pupuk susulan 24 1 5 Perempuan

Memetik hasil panen 30 0 0 Perempuan

Dominan peran produktif pada pertanian cabai keriting Bersama

Pada pertanian komoditas cabai keriting, pekerjaan yang dominan

dilakukan oleh perempuan adalah menyebar pupuk dasar, menyiang tanaman, dan

memetik hasil panen. Pada umumnya di Desa Bugel, pemetikan hasil panen

komoditas cabai keriting selalu menggunakan jasa buruh. Hal ini dikarenakan

luasnya lahan yang dimiliki setiap masing-masing keluarga, sehingga tidak

memungkinkan jika dilakukan secara mandiri atau hanya dalam lingkup keluarga.

Buruh yang digunakan untuk memetik hasil panen adalah buruh perempuan.

Karena bagi masyarakat pesisir Desa Bugel perempuan sangat teliti dan hati-hati.

Buruh perempuan ini ada yang berasal dari dalam desa pesisir, adapula yang

didatangkan dari luar desa pesisir, tergantung kebutuhan dari luas lahan pertanian

Page 71: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

55

yang dimiliki. Upah yang diberikan untuk buruh petik tergantung dari harga pasar

cabai saat panen. Harga tertinggi yang pernah dicapai oleh petani yakni pada

panen tahun 2013 dengan kisaran harga Rp.30.000,-/kg. Pada harga puncak

tersebut petani menghargai buruh petik dengan kisaran harga bersih Rp.50.000,-

/hari. Selain itu buruh petik juga mendapatkan makanan ringan di pagi hari dan

makan berat di siang hari. Jam kerja buruh petik perempuan berlangsung dari jam

08.00-16.00. Di samping itu pada pertanian komoditas cabai keriting, pekerjaan

yang dominan dilakukan oleh laki-laki adalah mengolah lahan, membersihkan

lahan, mencangkul, membuat petak-petak tanaman/bedengan, pemasangan mulsa

dan penyempurnaan kompos. Beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki

juga menggunakan tenaga kerja upahan. Beberapa pekerjaan yang pada umumnya

dilakukan oleh tenaga kerja upahan adalah ketika pengolahan lahan, pembuatan

petak tanaman/bedengan, pemasangan mulsa, dan pada saat penanaman.

Sedangkan kegiatan yang dilakukan bersama-sama adalah ketika menanam,

menyiram tanaman, dan mengendalikan hama dan penyakit. Pembagian kerja

tersebut ada dan terjadi secara alami.

Tabel 5 Pembagian kerja produktif laki-laki dan perempuan Desa Bugel pada

pertanian komoditas melon, 2014

Aktivitas produktif

Pelaku Dominan

peran Dominan

perempuan Bersama

Dominan

laki-laki

Mengolah lahan 0 2 28 Laki-laki

Membersihkan lahan 0 2 28 Laki-laki

Mencangkul dan melakukan

pemupukan dasar 2 1 27 Laki-laki

Menanam 2 25 3 Bersama

Menyiram tanaman 24 1 5 Perempuan

Menyiang tanaman 30 0 0 Perempuan

Mengendalikan hama dan

penyakit tanaman 0 20 10 Bersama

Memberi pupuk tanaman 28 1 1 Perempuan

Memetik hasil panen dan

menjarang buah 8 22 0 Bersama

Dominan peran produktif pada pertanian komoditas melon Bersama

Pada pertanian komoditas semangka dan melon pembagian kerja antara

laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda dengan pertanian pada komoditas

cabai keriting. Pekerjaan yang dominan dilakukan perempuan diantaranya adalah

menyiram tanaman, menyiangi tanaman, dan memupuk tanaman. Pekerjaan yang

dominan dilakukan oleh laki-laki adalah mengolah lahan, membersihkan lahan

serta mencangkul dan melakukan pemupukan dasar. Sedangkan pekerjaan yang

dominan dilakukan bersama-sama diantaranya adalah menanam, mengendalikan

hama/menyemprot pestisida, dan memetik hasil panen serta penjarangan buah. Di

samping itu, petani pesisir juga menanam berbagai jenis sayuran, dimana sebagian

hasilnya digunakan untuk konsumsi keluarga dan sebagian lainnya untuk dijual ke

pasar. Pembagian kerja pada tanaman sayuran ini adalah sama dengan pembagian

Page 72: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

56

kerja pada tanaman komoditas cabai keriting, semangka atau melon. Hal ini

dikarenakan sayuran ditanaman secara tumpang sari bersamaan dengan cabai

keriting, semangka atau melon. Dengan kata lain, pengerjaannya dilakukan secara

bersamaan, yang membedakan adalah waktu pemanenan. Tanaman sayuran dapat

dipanen dalam waktu yang lebih singkat, yakni, dua hingga tiga minggu. Pada

umumnya, pemetikan hasil panen tanaman sayuran juga dilakukan oleh

perempuan. Sebagian masyarakat pesisir menjual tanaman sayuran kepada

pengumpul dan sebagian lagi langsung ke pasar.

Tabel 6 Pembagian kerja produktif laki-laki dan perempuan Desa Bugel pada

sektor perdagangan dan peternakan, 2014

Aktivitas produktif

Pelaku

Dominan

perempuan Bersama

Dominan

laki-laki

n % N % N %

Perdagangan menjaga warung/berjualan

di pasar 3 10.0 0 0.0 0 0.0

membeli barang/bahan baku 3 10.0 0 0.0 0 0.0

membuat produk 0 0.0 0 0.0 0 0.0

mengatur keuangan 3 10.0 0 0.0 0 0.0

Peternakan

membersihkan kandang 5 16.7 0 0.0 0 0.0

menyiapkan makan ternak 5 16.7 0 0.0 1 3.0

memberi makan ternak 5 16.7 0 0.0 1 3.0

menggembalakan ternak 0 0.0 0 0.0 0 0.0

merawat ternak 2 6.0 2 5.0 1 3.0

memasarkan hasil ternak 5 16.7 1 3.0 0 0.0

Selanjutnya pembagian kerja produktif di sektor perdagangan dan

peternakan lebih didominasi oleh perempuan. Dari 30 responden terdapat 3

responden yang memiliki usaha sampingan membuka warung. Pembagian kerja

pada ketiga responden tersebut didominasi oleh perempuan mulai dari menjaga

warung, membeli barang/bahan baku, membuat produk hingga mengatur

keuangan. Di samping itu, dari 30 responden terdapat 6 responden yang beternak.

Pekerjaan ini juga didominasi oleh perempuan. Dari 6 responden, 5 diantaranya

segala pekerjaan yang terkait hewan ternak dilakukan oleh perempuan. Pekerjaan

tersebut diantaranya membersihkan kandang, menyiapkan makan ternak, memberi

makan ternak, merawat ternak. Dan hanya satu responden yang pekerjaan tersebut

dominan dilakukan oleh laki-laki. Adapun pekerjaan yang dilakukan bersama-

sama adalah merawat ternak. Selain keempat aktivitas produktif di atas, terdapat

satu kategori aktivitas produktif lainnya yang bersifat jasa. Namun, diantara 30

responden tidak ada yang melakukan aktivitas tersebut. Adapun kegiatan yang

termasuk di dalamnya adalah mengajar, menarik ojek, bekerja sebagai kuli

bangunan, bekerja di pabrik, dan bekerja di kantor.

Page 73: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

57

Pembagian Peran Sosial

Peran sosial (masyarakat) terkait dengan kegiatan jasa partisipasi politik.

Kegiatan jasa masyarakat banyak yang bersifat relawan dan biasanya dilakukan

oleh perempuan. Sedangkan kegiatan politik di masyarakat terkait dengan status

dan kekuasaan seseorang, sehingga pada umumnya dilakukan oleh laki-laki.

Kegiatan sosial pada masyarakat pesisir Desa Bugel cukup beragam. Budaya

tolong-menolong sangat melekat di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

pesisir. Ketika musim tanam tiba, masyarakat pesisir saling bahu-membahu untuk

membantu petani lainnya mengolah lahan dan menanam tanaman. Demikian pula

saat musim panen tiba masyarakat petani secara bergantian saling membantu

memetik hasil panen. Selain itu juga terdapat kegiatan-kegiatan keagamaan seperti

pengajian bagi anak-anak dan remaja serta mujadahan yang khusus

diselenggarakan untuk menolak rencana pertambangan pasir besi.

Selain itu, di Desa Bugel juga terdapat kelompok tani yang bergerak

secara aktif. Bagi masyarakat pesisir, kelompok tani merupakan wadah bagi

petani untuk saling berkumpul dan berdiskusi dalam menyelesaikan masalah-

masalah yang dihadapi petani pada tanaman mereka. Hal ini membuat petani

secara mandiri terus mengembangkan teknologi pertanian lahan pasir,

mengembangkan teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman, dan lain-

lainnya. Kelompok tani Sugih Mulyo juga aktif mengikuti penyuluhan-

penyuluhan yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo.

Sebagai salah satu pelopor teknologi pertanian lahan pasir, tidak jarang para

tokoh-tokoh pengembang pertanian lahan pasir yang ada di Desa Bugel juga

memberikan penyuluhan-penyuluhan dan kuliah-kuliah di Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada. Berikut adalah pembagian kerja pada aktivitas sosial di

Desa Bugel.

Tabel 7 Pembagian kerja sosial laki-laki dan perempuan Desa Bugel, 2014

Aktivitas sosial

Pelaku Dominan

peran Dominan

perempuan Bersama

Dominan

laki-laki

Kegiatan keagamaan 1 29 0 Bersama

Kegiatan PNPM 0 0 21 Laki-laki

Kegiatan kelompok tani 0 0 30 Laki-laki

Mengikuti mujadahan 0 30 0 Bersama

Gotong-royong 0 27 3 Bersama

Mengikuti rapat RT/lainnya 0 1 29 Laki-laki

Kegiatan penyuluhan 0 0 30 Laki-laki

Menghadiri hajatan 2 27 1 Bersama

Dominan peran sosial Laki-laki

Tabel 7 memperlihatkan bahwa mayoritas aktivitas sosial yang

berlangsung di masayarakat Desa Bugel dilakukan oleh laki-laki. Dari delapan

aktivitas sosial tersebut terdapat empat akvitas yang dominan dilakukan secara

bersama-sama yakni kegiatan keagamaan (mujadahan), kegiatan pengajian,

kegiatan gotong-royong, dan menghadiri hajatan. Sedangkan kegiatan PNPM,

Page 74: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

58

kegiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan, dan kegiatan rapat RT/lainnya

dominan dilakukan oleh laki-laki. Terlihat bahwa peran-peran yang diambil oleh

perempuan dalam aktivitas sosial merupakan aktivitas yang terbatas di dalam

desa, sukarela, non-komersial serta yang berhubungan dengan warga desa

sedangkan peran-peran yang diambil oleh laki-laki merupakan aktivitas yang

termasuk dalam ranah publik, melibatkan pihak luar, dan komersial. Perempuan

menyerahkan kegiatan-kegiatan kelompok tani, penyuluhan, PNPM, dan rapat

RT/lainnya untuk diikuti oleh laki-laki atau suaminya. Dengkan kata lain

perempuan terlibat aktif dalam aktivitas sosial informal sedangkan laki-laki

terlibat aktif dalam aktivitas sosial-formal. Pembagian peran ini merupakan model

pembagian kerja yang umum di pedesaan.

Akses dan Kontrol

Akses adalah kesempatan untuk menggunakan sumber daya maupun

hasilnya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara

penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Selanjutnya kontrol adalah

penguasaan atau kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan

dan hasil sumber daya. Profil akses dan kontrol (peluang dan penguasaan)

terhadap sumber daya mencakup informasi mengenai siapa yang mempunyai

peluang dan penguasaan terhadap sumber daya fisik atau material, pasar

komoditas dan pasar kerja, dan sumber daya sosial-budaya. Berikutnya, profil

peluang dan penguasaan terhadap manfaat mencakup informasi mengenai siapa

yang mempunyai peluang dan penguasaaan atas hasil pendapatan, kekayaan

bersama, kebutuhan dasar, pendidikan, prestise, dan seterusnya.

Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya Fisik/Material

Akses terhadap sumberdaya fisik/material adalah kesempatan untuk

menggunakan sumber daya fisik/material maupun hasilnya tanpa memiliki

wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil

sumber daya tersebut. Akses terhadap sumberdaya fisik meliputi kesempatan

untuk memanfaatkan lahan pertanian, kesempatan menggunakan modal uang

untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, kesempatan menggunakan modal uang

untuk pemenuhan kegiatan pertanian, kesempatan untuk menggunakan sarana

produksi pertanian, dan kesempatan menggunakan hasil pertanian untuk

pemenuhan kebutuhan keluarga. Berdasarkan hasil kuesioner terlihat bahwa di

Desa Bugel akses perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya fisik/material

cenderung sama. Khususnya pada kesempatan untuk memanfaatkan lahan

pertanian, kesempatan untuk menggunakan sarana produksi pertanian, dan

kesempatan menggunakan hasil pertanian untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.

Selanjutnya kesempatan menggunakan modal uang untuk pemenuhan kebutuhan

keluarga dominan dimiliki perempuan, sedangkan kesempatan menggunakan

modal uang untuk pemenuhan kegiatan pertanian dominan dimiliki laki-laki.

Hal ini sebanding dengan kontrol yang sama antara laki-laki dan

perempuan terhadap sumberdaya fisik dan material. Kontrol terhadap sumberdaya

Page 75: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

59

fisik/material adalah penguasaan atau kewenangan penuh untuk mengambil

keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya fisik atau material. Laki-laki

dan perempuan memiliki kewenangan yang sama atas penggunaan lahan

pertanian, sarana produksi pertanian, dan hasil pertanian untuk pemenuhan

kebutuhan keluarga. Sementara itu, perempuan memiliki kewenangan penuh atas

modal uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Modal uang untuk pemenuhan

kebutuhan keluarga ini merupakan sejumlah uang yang dimiliki oleh rumah

tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pembagian

peran reproduktif pada masyarakat pesisir Desa Bugel, yakni kerja reproduktif

dominan dilakukan oleh perempuan dan kewenangan modal uang untuk

pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari juga dikuasai oleh perempuan.

Kondisi ini memperlihatkan perempuan diberi dan mengambil kewenangan dalam

ranah kerumahtanggan yang terkait pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Hal ini berbeda dengan penguasaan modal uang untuk pemenuhan

kegiatan pertanian dimana dikuasai oleh laki-laki. Pengelolaan pertanian lahan

pasir membutuhkan modal yang besar. Pada umumnya sebelum mulai menanam

cabai keriting, petani lahan pasir Desa Bugel meminjam sejumlah uang ke Bank

sebagai modal awal, yang akan dikembalikan secara bertahap ketika panen raya

berlangsung. Modal ini untuk penyediaan bibit, pupuk, pestisida, pekerja, dan

segala keperluan dan perlengkapan untuk menanam cabai keriting. Akses pada

kredit bank berbeda dengan akses pada modal uang untuk pemenuhan kebutuhan

keluarga sehari-hari. Akses pada kredit bank, secara resmi juga dimiliki oleh

perempuan selama memenuhi syarat-syarat pengajuan kredit pada bank setempat.

Namun, pengajuan kredit pada bank setempat bukanlah pekerjaan yang mudah,

membutuhkan kemampuan bernegosiasi dengan pihak bank setempat. Kemudian

modal uang tersebut harus dikelola secara efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan

petani berkewajiban untuk mengembalikan uang pinjaman tersebut, disamping

juga harus mengelola modal uang untuk keperluan kegiatan pertanian dalam satu

musim tanam dan menabung untuk persiapan musim tanam berikutnya. Di sisi

lain, seluruh perencanaan penanaman komoditas cabai keriting juga didiskusikan

oleh laki-laki dalam kelompok tani, mulai dari waktu tanam, harga bibit unggul

yang akan digunakan, cara pengendalian hama dan penyakit tanaman serta harga

obat yang akan digunakan, harga pupuk, dan lain-lainnya. Dengan kata lain, laki-

laki adalah pelaku yang lebih mengetahui modal uang yang dibutuhkan untuk

menanam komoditas cabai keriting, perkiraan hasil yang didapatkan, dan

tabungan yang akan disimpan. Oleh karena itu kewenangan atas modal uang

untuk pemenuhan kegiatan pertanian dikendalikan oleh laki-laki. Berikut disajikan

tabel yang memperlihatkan akses dan kontrol terhadap sumberdaya fisik 30

responden yang berada di Desa Bugel

Page 76: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

60

Tabel 8 Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan Desa Bugel terhadap

sumberdaya fisik/material, 2014

Sumberdaya fisik/material Akses Kontrol

PR B LK PR B LK

Lahan pertanian 0 30 0 0 30 0

Modal uang untuk

kebutuhan keluarga 24 6 0 28 2 0

Modal uang untuk kegiatan

pertanian 0 5 25 0 2 28

Sarana produksi pertanian 0 25 5 0 22 8

Hasil pertanian 0 30 0 3 27 0

Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya Sosial-Budaya

Akses terhadap sumberdaya sosial-budaya adalah kesempatan untuk

menggunakan sumber daya sosial-budaya tanpa memiliki wewenang untuk

mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut,

sedangkan kontrol adalah penguasaan atau kewenangan penuh untuk mengambil

keputusan atas penggunaan sumberdaya sosial-budaya. Variabel dari akses

terhadap sumberdaya sosial-budaya diantaranya adalah kesempatan untuk

mengeyam pendidikan, kesempatan untuk mengikuti kegiatan penyuluhan

pertanian, kesempatan untuk mengikuti kegiatan penyuluhan lainnya, kesempatan

untuk menentukan tanaman apa yang akan ditanami pada musim-musim tertentu,

dan kesempatan utuk menentukan strategi pengelolaan pertanian. Dari

keseluruhan variabel akses tersebut, data dominan menunjukan laki-laki memiliki

akses yang besar terhadap sumberdaya sosial-budaya. Laki-laki juga memiliki

kewenangan penuh atas sumberdaya sosial budaya. Laki-laki memiliki

kesempatan dan kewenangan penuh khususnya akses dan kontrol yang

menyangkut bidang pertanian, diantaranya yakni mengikuti kegiatan penyuluhan

pertanian, mengikuti kegiatan penyuluhan lainnya, menentukan tanaman apa yang

akan ditanami pada musim-musim tertentu, dan menentukan strategi pengelolaan

pertanian. Hal-hal yang menyangkut bidang pertanian seperti menentukan waktu

tanam, menentukan strategi pengelolaan pertanian, bagaimana membasmi hama

pada tanaman media lahan pasir, dan lain sebagainya selalu didiskusikan secara

bersama-sama di dalam kelompok tani yang diikuti oleh laki-laki. Oleh karena itu

laki-laki memiliki kesempatan dan kewenangan lebih besar dalam menentukan

pengelolaan pertanian lahan pasir. Sedangkan untuk kesempatan dan kewenangan

untuk menentukan siapa yang berhak mengeyam pendidikan diputuskan secara

bersama-sama. Keseluruhan responden tidak membeda-bedakan pendidikan antara

anak laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki kesempatan yang sama atas

pendidikan.

Page 77: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

61

Tabel 9 Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan Desa Bugel terhadap

sumberdaya sosial-budaya, 2014

Sumberdaya sosial-budaya Akses Kontrol

PR B LK PR B LK

Mengeyam pendidikan 0 30 0 0 30 0

Mengikuti penyuluhan pertanian 0 0 30 0 0 30

Mengikuti penyuluhan lainnya 0 0 30 0 0 30

Ikut menentukan komoditas tanaman 0 0 30 0 0 30

Ikut menentukan strategi

pengelolaan pertanian 0 2 28 0 2 28

Akses dan Kontrol terhadap Pasar Komoditas dan Tenaga Kerja

Akses terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja adalah kesempatan untuk

menggunakan sumber daya pasar komoditas dan tenaga kerja tanpa memiliki

wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil

sumber daya tersebut. Akses terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja

diantaranya adalah kesempatan untuk menyediakan (membeli) bibit dan saprotan,

kesempatan untuk menentukan waktu penjualan hasil pertanian, kesempatan untuk

menentukan tempat penjualan hasil pertanian, kesempatan untuk menentukan

jumlah hasil pertanian yang akan dijual, kesempatan untuk menentukan jumlah

buruh tani yang akan digunakan ketika panen berlangsung, kesempatan untuk

pengelolaan usaha pertanian, dan kesempatan pengelolaan usaha non pertanian.

Pada tabel di bawah terlihat bahwa laki-laki memiliki akses yang lebih besar

terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja dibandingkan perempuan. Sebanyak 30

responden perempuan menyatakan bahwa kesempatan untuk penyediaan bibit dan

saprotan, menentukan waktu penjualan hasil pertanian, dan menentukan tempat

penjualan hasil pertanian dimiliki oleh laki-laki dalam wadah kelompok tani.

Adapun dalam menentukan jumlah hasil pertanian yang akan dijual dan

pengelolaan usaha pertanian, perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang

sama. Sedangkan perempuan memiliki kesempatan lebih besar dalam menentukan

jumlah buruh tani yang akan digunakan ketika panen berlangsung. Hal ini

dikarenakan buruh tani yang digunakan untuk memetik hasil panen adalah

perempuan. Perempuan dianggap lebih teliti, hati-hati, dan telaten. Jumlah buruh

tani ini disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki petani. Perempuan-

perempuan pesisir Desa Bugel menggunakan jaringan yang mereka miliki untuk

mendapatkan buruh petik. Pada umumnya adalah orang-orang yang memiliki

hubungan kerabat dengan mereka. Kondisi yang sama juga terlihat dalam kontrol

terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja. Laki-laki memiliki kewenangan penuh

atas penyediaan bibit dan saprotan, menentukan waktu penjualan hasil pertanian,

dan menentukan tempat penjualan hasil pertanian. Perempuan memiliki

kewenangan penuh dalam menentukan jumlah buruh tani yang akan digunakan

ketika panen berlangsung. Selanjutnya laki-laki dan perempuan memiliki

kewenangan yang sama atas pengelolaan usaha pertanian dan dalam menentukan

jumlah hasil pertanian yang akan dijual.

Page 78: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

62

Tabel 10 Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan Desa Bugel terhadap pasar

komoditas dan tenaga kerja, 2014

Pasar komoditas dan

tenaga kerja

Akses Kontrol

PR B LK PR B LK

Menyediakan (membeli) bibit dan

saprotan 0 1 29 0 1 29

Menentukan waktu penjualan 0 0 30 0 0 30

Menentukan tempat penjualan 0 0 30 0 0 30

Menentukan jumlah komoditas yang

akan dijual 0 28 2 0 28 2

Menentukan jumlah buruh tani 22 8 0 25 5 0

Pengelolaan usaha pertanian 0 30 0 0 27 3

Pengelolaan usaha non pertanian 1 1 1 0 2 1

Akses dan Kontrol terhadap Manfaat

Akses terhadap manfaat meliputi kesempatan atas pemanfaatan hasil

pendapatan, kesempatan atas pemanfaatan kekayan bersama, kesempatan atas

pemanfaatan kebutuhan dasar, dan kesempatan atas pendidikan keluarga. Kontrol

terhadap manfaat adalah penguasaan atau kewenangan penuh untuk mengambil

keputusan atas pemanfaatan kekayan bersama, pemanfaatan kebutuhan dasar, dan

pendidikan keluarga. Masyarakat pesisir Desa Bugel memperlihatkan bahwa

antara laki-laki dan perempuan memiliki akses dan kontrol yang sama atas

pemanfaatan kekayaan bersama, pemanfaatan kebutuhan dasar, dan pendidikan

keluarga. Hal ini berdasarkan pernyataan dari 30 responden dalam kuesioner. Hal

ini sebagaimana diperlihatkan tabel di bawah ini.

Tabel 11 Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan Desa Bugel terhadap

manfaat, 2014

Manfaat Akses Kontrol

PR B LK PR B LK

Hasil pendapatan 0 30 0 0 30 0

Kekayaan bersama 0 30 0 0 30 0

Kebutuhan dasar 3 27 0 0 30 0

Pendidikan di keluarga 0 30 0 0 30 0

Ikhtisar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas reproduktif pada

masyarakat pesisir Desa Bugel dominan dilakukan oleh perempuan. Aktivitas-

aktivitas reproduktif tersebut diantaranya adalah berbelanja kebutuhan rumah

sehari-hari, memilih pangan yang akan dikonsumsi, memasak, membereskan

rumah, mencuci pakaian, dan menyetrika pakaian. Adapun aktivitas reproduktif

yang dilakukan secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan adalah

Page 79: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

63

mengasuh anak dan merawat orang sakit. Hal ini berbeda dengan pembagian kerja

pada aktivitas produktif. Dominan peran di sejumlah jenis kegiatan produktif

dilakukan secara bersama. Jenis kegiatan produktif tersebut diantaranya adalah

pertanian komoditas cabai keriting dan pertanian komoditas semangka dan melon.

Sedangkan aktivitas pada sektor perdagangan dan peternakan didominasi oleh

perempuan.

Selanjutnya pada peran sosial, dominan dilakukan oleh laki-laki. Terdapat

empat akvitas sosial yang dominan dilakukan secara bersama-sama yakni kegiatan

keagamaan (mujadahan), kegiatan pengajian, kegiatan gotong-royong, dan

menghadiri hajatan. Sedangkan kegiatan PNPM, kegiatan kelompok tani, kegiatan

penyuluhan, dan kegiatan rapat RT/lainnya dominan dilakukan oleh laki-laki.

Terlihat bahwa peran-peran yang diambil oleh perempuan dalam aktivitas sosial

merupakan aktivitas yang terbatas di dalam desa, sukarela, non-komersial serta

yang berhubungan dengan warga desa sedangkan peran-peran yang diambil oleh

laki-laki merupakan aktivitas yang termasuk dalam ranah publik, melibatkan

pihak luar, dan komersial. Pembagian peran ini merupakan kesepakatan bersama

antara laki-laki dan perempuan. Perempuan menyerahkan kegiatan-kegiatan

kelompok tani, penyuluhan, PNPM, dan rapat RT/lainnya untuk diikuti oleh laki-

laki atau suaminya.

Sementara itu, akses dan kontrol antara perempuan dan laki-laki terhadap

sumberdaya fisik/material cenderung sama pada masyarakat pesisir Desa Bugel.

Khususnya pada kesempatan untuk memanfaatkan lahan pertanian, menggunakan

sarana produksi pertanian, dan menggunakan hasil pertanian untuk pemenuhan

kebutuhan keluarga. Selanjutnya kesempatan menggunakan modal uang untuk

pemenuhan kebutuhan keluarga dominan dimiliki perempuan, sedangkan

kesempatan menggunakan modal uang untuk pemenuhan kegiatan pertanian

dominan dimiliki laki-laki.

Hal ini berbeda dengan akses dan kontrol terhadap sumberdaya sosial dan

budaya yang didominasi oleh laki-laki. Laki-laki memiliki kesempatan dan

kewenangan penuh khususnya akses dan kontrol yang menyangkut bidang

pertanian, karena didiskusikan secara bersama-sama di dalam kelompok tani yang

diikuti oleh laki-laki. Oleh karena itu laki-laki memiliki kesempatan dan

kewenangan lebih besar dalam menentukan pengelolaan pertanian lahan pasir.

Sedangakan untuk kesempatan dan kewenangan untuk menentukan siapa yang

berhak mengeyam pendidikan diputuskan secara bersama-sama.

Hal ini juga terlihat dalam akses dan kontrol terhadap pasar komoditas dan

tenaga kerja yang dominan dimiliki oleh laki-laki. Kesempatan untuk penyediaan

bibit dan saprotan, menentukan waktu penjualan hasil pertanian, dan menentukan

tempat penjualan hasil pertanian dimiliki oleh laki-laki dalam wadah kelompok

tani. Adapun dalam menentukan jumlah hasil pertanian yang akan dijual dan

pengelolaan usaha pertanian, perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang

sama. Sedangkan perempuan memiliki kesempatan lebih besar dalam menentukan

jumlah buruh tani yang akan digunakan ketika panen berlangsung. Kondisi yang

sama juga terlihat dalam kontrol terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja.

Sedangkan pada akses dan kontrol terhadap manfaat memperlihatkan bahwa

antara laki-laki dan perempuan memiliki akses dan kontrol yang sama, yakni atas

pemanfaatan kekayaan bersama, pemanfaatan kebutuhan dasar, dan pendidikan

keluarga.

Page 80: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

64

Page 81: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

PERAN PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI

LAHAN PASIR KULON PROGO

Bab ini menjelaskan mengenai peran perempuan pesisir Desa Bugel dalam

gerakan petani lahan pasir Kulon Progo. Peran perempuan dilihat dari berbagai

aspek, yakni keterlibatan perempuan dalam berbagai aktivitas pergerakan

perlawanan petani, kesempatan perempuan terlibat dalam gerakan petani, dan

kewenangan perempuan dalam gerakan petani.

Keterlibatan Perempuan dalam Aktivitas Gerakan Petani

Gerakan petani tidak dapat menghindari kegiatan pertanian dan kegiatan

kerumahtanggaan yang merupakan proses biologis. Pekerjaan pertanian (budidaya

tanaman dan ternak) dan pekerjaan rumah tangga tidak dapat ditinggalkan, secara

berkelanjutan harus ada yang mengurus. Suatu bentuk pembagian kerja

merupakan keharusan. Pembagian kerja yang berlaku pada masyarakat pedesaan

di Indonesia umumnya dipengaruhi oleh pembagian gender yang tradisional.

Dimana perempuan ditempatkan pada kerja reproduktif dan laki-laki pada kerja

produktif.

Tahun 2006 merupakan tonggak awal perjuangan masyarakat pesisir

menolak rencana penambangan pasir besi, yakni dibentuknya Paguyuban Petani

Lahan Pantai Kulon Progo (PPLP-KP). PPLP-KP merupakan wadah bagi seluruh

petani untuk saling berbagi informasi dan menyusun strategi rencana penolakan

pertambangan pasir besi. Seluruh petani lahan pasir tergabung dalam kelompok

tani yang ada di setiap desa. Seluruh kelompok tani ini kemudian menghimpun

diri dalam wadah PPLP-KP. Ide pembentukan PPLP-KP pada awalnya timbul

karena keresahan warga atas issu yang berkembang di masyarakat terkait adanya

rencana pertambangan di sepanjang lahan pasir Kulon Progo. Jauh sebelum issu

pertambangan pasir besi berkembang, pihak penambang telah melakukan

penelitian-penelitian terkait kandungan yang terdapat dalam pasir. Namun, pada

masa itu masyarakat belum menyadari sepenuhnya. Berdasarkan hasil penelitian-

penelitian tersebut, ditemukan tidak hanya kandungan besi yang terkandung

dalam lahan pasir, namun terdapat kandungan-kandungan mineral lainnya yang

memiliki daya jual tinggi. Hal ini lah yang membuat pihak penambang terus

mendesak masyarakat untuk menjual lahannya.

Desa Bugel merupakan salah satu basis perlawanan petani melawan

rencana mega proyek pertambangan pasir besi. Sejak tahun 2006 hingga saat ini,

masyarakat pesisir Desa Bugel telah melakukan banyak perlawanan, baik

perlawanan yang bersifat terbuka maupun secara sembunyi-sembunyi, baik secara

fisik maupun secara non-fisik. Oleh karena itu, Desa Bugel memiliki sejarah

panjang dalam memperjuangkan lahan pertanian mereka. Beberapa inisiator dan

tokoh perjuangan petani lahan pasir berasal dari Desa Bugel, yang tidak hanya

laki-laki, namun juga perempuan. Tokoh perempuan ini lah yang mengawali

pergerakan perempuan di Desa Bugel. Berikut profil singkat mengenai tokoh

perempuan yang berasal dari Desa Bugel.

Page 82: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

66

Keterlibatan peran perempuan Desa Bugel dalam gerakan petani tidak

terlepas dari peran Ibu IST. Dari sudut pandang perempuan pesisir, peran-peran

yang lakukan oleh laki-laki adalah sama dengan peran-peran yang dilakukan oleh

perempuan dalam gerakan petani. Antara laki-laki dan perempuan saling

melengkapi. Perempuan mengambil peran sesuai kapasitas yang mereka miliki.

Adapun peran perempuan dalam gerakan petani dapat dibagi ke dalam beberapa

jenis aksi perlawanan petani, yakni:

1. Menanam sebagai suatu prinsip

Perempuan pesisir memiliki konsepsi bahwa menanam dan

merawat tanaman yang mereka lakukan setiap harinya adalah bagian

dalam melawan. Dengan mereka tetap menanam, masyarakat pesisir ingin

Ibu IST, Tokoh Pergerakan Perempuan Desa Bugel

Beliau bernama Ibu IST. Ibu IST adalah penduduk asli Desa Bugel, yang lahir

dan dibesarkan di desa pesisir Kulon Progo. Beliau bekerja sebagai petani lahan pasir.

Selain sebagai petani, beliau terlibat aktif dalam program-program PNPM Mandiri

yakni sebagai tim pengelola kegiatan desa tahun 2014, pengelolaan lembaga PAUD

(Pendidikan Anak Usia Dini), program pengembangan desa pesisir tangguh, dan

terlibat aktif dalam Para Legal LBH (Lembaga Bantuan Hukum). Keterlibatan beliau

dalam LBH adalah awal mula keterlibatan beliau dalam PPLP-KP (Paguyuban Petani

Lahan Pasir-Kulon Progo). Sejak berdiri pada tahun 2006, PPLP-KP bersolidaritas

dengan Para Legal LBH. PPLP-KP banyak melakukan diskusi-diskusi dengan LBH

untuk membahas kasus kriminalisasi terhadap Pak Tukijo atas tuduhan pencemaran

nama baik Kepala Dusun Bedoyo, Isdiyanto, karena Pak Tukijo menanyakan tujuan

pendataan tanah warga. Sejak saat itu lah interaksi antara Ibu IST dengan PPLP-KP

meningkat dan beliau memutuskan untuk bergabung dengan PPLP-KP. Bagi beliau

keputusan untuk ikut melawan menolak rencana pertambangan pasir besi dan

mempertahankan lahan pertanian adalah panggilan hati. Setelah bergabung dengan

PPLP-KP beliau menyadari bahwa perlawanan ini harus dilakukan bersama-sama,

laki-laki dan perempuan. Gerakan petani ini adalah milik bersama. Perjuangan ini

adalah milik bersama. Perjuangan untuk mempertahankan ruang hidup petani lahan

pasir yang ingin direnggut oleh sekelompok penguasa, baik penguasa modal maupun

penguasa kebijakan. Menurut beliau, kesadaran perempuan Desa Bugel untuk

menolak rencana pertambangan pasir besi tidaklah serta merta ketika issu rencana

pertambangan pasir besi berhembus sejak tahun 2006. Oleh karena itu, Beliau

memanfaatkan kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat pesisir untuk

menyebarkan semangat perjuangan seperti kelompok-kelompok pengajian. Selain itu

beliau juga banyak berkomunikasi dengan para petani perempuan ketika di ladang.

Secara bertahap perempuan-perempuan di Desa Bugel terdorong untuk terlibat dalam

gerakan petani. Beliau terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan dalam PPLP-KP. Ibu

IST adalah satu-satunya perempuan yang ikut dalam rapat-rapat inti yang dilakukan

oleh PPLP-KP. Beliau ikut memberikan pendapat dalam diskusi-dikusi yang terkait

strategi perjuangan petani. Beliau adalah salah seorang perempuan yang memberikan

orasi ketika aksi-aksi demo berlangsung. Ketika orasi berlangsung, beliau adalah

orang yang mengumpulkan massa perempuan, menggerakkan perempuan, dan

mengkoordinir perempuan dalam beberapa kesempatan aksi-aksi perlawanan. Beliau

menyebarkan semangat perjuangan kepada perempuan-perempuan Desa Bugel

melalui berbagai kesempatan seperti ketika perempuan-perempuan sedang bekerja di

ladang, ketika berkumpul istirahat di ladang, dan dalam kegiatan-kegiatan sosial

lainnya, seperti pengajian, hajatan, dan gotong-royong.

Page 83: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

67

menunjukan keberadaan mereka dan sikap keras penolakan mereka atas

rencana pertambangan pasir besi. Rencana pembangunan yang diagung-

agungkan oleh kelompok penguasa, sama sekali tidak bernilai di mata

masyarakat pesisir Kulon Progo.

2. Aksi-aksi politik.

Perempuan-perempuan Desa Bugel juga terlibat aktif dalam

perlawanan-perlawanan fisik yang dilakukan oleh PPLP-KP. PPLP-KP

telah melakukan banyak aksi-aksi perlawanan secara fisik di masa awal

pergerakan petani. Hal ini merespon aksi JMI (Jogja Magasa Iron) yang

secara terang-terangan meneror dan menekan masyarakat agar menyetujui

rencana pertambangan pasir besi dengan menjual lahan mereka. Namun

masyarakat pesisir yang tergabung dalam PPLP-KP telah mendeklrasikan

bahwa menolak pertambangan pasir besi adalah harga mati. Tidak dapat

ditawar-tawar, tidak ada negosiasi, dan tidak ada kata menerima dengan

syarat dan ketentuan apapun. Diantara perlawanan-perlawanan fisik

tersebut adalah aksi yang bertujuan menuntut hak politik.

Aksi tersebut diantaranya adalah aksi mendatangi gedung-gedung

pemerintahan, aksi-aksi demonstrasi, aksi pembuatan surat untuk presiden

yang dilakukan sebanyak tiga kali, aksi demo di pemerintah Kabupaten

Kulon Progo, aksi demo di kantor DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) baik

DPRD maupun DPR RI yang dilakukan sebanyak lima kali, dan aksi-aksi

mengorganisir petani ketika sebelum dan saat aksi-aksi demosntrasi

berlangsung. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 responden

perempuan, terlihat bahwa mayoritas perempuan terlibat aktif dalam

kegiatan-kegiatan aksi dan demonstrasi. Diantaranya yakni aksi demo di

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, aksi demo di kantor DPRD Kulon

Progo, dan aksi demo ke UGM (Universitas Gadjah Mada) terkait

keberpihakan UGM kepada JMI dengan kesediannya melakukan penelitian

terkait reklamasi lahan pasca penambangan. Aksi-aksi demo yang diikuti

oleh perempuan adalah aksi-aksi yang masih dalam lingkup Kulon Progo

dan dilakukan dalam waktu satu hari. Ketika aksi demo berlangsung,

perempuan ikut menyuarakan menolak rencana pertambangan pasir besi.

Selain itu, masyarakat pesisir juga pernah menduduki kantor

DPRD Kulon Progo untuk menuntut pembatalan proyek pertambangan

pasir besi karena berpotensi pada pelanggaran Hak Asasi Manusia. Aksi

ini dilakukan selama tiga hari dan hanya diikuti oleh laki-laki. Selama tiga

hari tersebut perempuan-perempuan pesisir setiap harinya memasak untuk

dikirimkan kepada suami dan anak laki-laki mereka yang sedang

memperjuangkan hak atas ruang hidup petani lahan pasir Kulon Progo.

Selama tiga hari pula perempuan-perempuan lah yang mengambil peran

laki-laki di ladang untuk merawat tanaman. Disinilah terlihat, perempuan-

perempuan pesisir menggantikan peran-peran yang biasanya dilakukan

oleh laki-laki, terutama peran-peran produktif di sektor pertanian. Di

dalam aksi tersebut petani pesisir melibatkan orang-orang yang

bersolidaritas dengan PPLP-KP. Orang-orang yang berpihak kepada

petani, yang ikut memperjuangkan nasib petani lahan pasir sesuai

kemampuan yang mereka miliki.

3. Aksi-aksi fisik mencegah masuknya JMI (Jogja Magasa Iron)

Page 84: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

68

Aksi-aksi fisik ini merupakan aksi-aksi yang tidak direncanakan,

sehingga bersifat spontan. Aksi ini menjadi kewajiban seluruh masyarakat

pesisir untuk menjaga agar tidak ada pihak asing yang masuk ke desa

pesisir Kulon Progo. Masyarakat pesisir telah memiliki kesepakatan untuk

tidak menerima pihak manapun yang berusaha masuk ke desa pesisir tanpa

izin dari pihak yang telah ditunjuk oleh PPLP. Baik mahasiswa yang ingin

melakukan penelitian, LSM yang ingin bersolidaritas, dan peneliti yang

mengatasnamakan lembaga tertentu. Seluruh pihak yang ingin masuk ke

desa pesisir harus melalui “satu pintu”. Menurut salah satu pengakuan

perempuan Desa Bugel DRT, 46 tahun menyatakan bahwa

Saat itu ketika menjelang magrib terdapat enam mobil Paku

Alaman yang melintas di Desa Bugel tanpa seizin warga.

Kemudian secara otomatis saya langsung keluar membawa parang

untuk mencegat keenam mobil tersebut. Saya berdiri di tengah

jalan dan mengatakan “berhenti!”. Suasana hening petang itu

membuat ibu-ibu yang lain seketika keluar membawa parang.

Beberapa warga langsung menghubungi warga di desa pesisir

lainnya. Tidak sampai lima menit warga pesisir lain sudah

berkumpul di Desa Bugel. Kami para ibu-ibu langsung

menghadang orang per orang pekerja JMI. Satu orang pekerja di

hadang oleh tiga perempuan lengkap dengan parang masing-

masing. Saya sudah tidak berpikir lagi bagaimana keselamatan

saya atas tindakan saya tersebut. Bagi saya menolak

pertambangan adalah harga mati.

4. Aksi-aksi non fisik

Selain perlawanan secara fisik, masyarakat pesisir yang tergabung

dalam PPLP-KP juga melakukan aksi-aksi non fisik seperti menjalin

solidaritas dan melakukan diskusi-diskusi. Kegiatan-kegiatan diskusi

dilakukan di sepanjang perjuangan petani lahan pasir. Pada awal

pergerakan PPLP-KP banyak melakukan diskusi-diskusi dengan petani-

petani di daerah lain yang juga menghadapi mega proyek pertambangan.

Tujuannya adalah untuk mempelajari strategi perlawanan, memperluas

jaringan, dan menjalin solidaritas. Hasil dari solidaritas yang terjalin

diantara petani tersebut terbentuk FKMA (Forum Komunikasi Masyarakat

Agraris).

Petani pesisir juga melakukan diskusi dengan mahasiswa-

mahasiswa di kampus-kampus. Diskusi-diskusi terkait perjuangan

masyarakat pesisir melawan kepentingan korporasi dan penguasa. Di

dalam kegiatan diskusi tersebut, petani pesisir Kulon Progo juga

menampilkan pementasan teater yang mengisahkan kehidupan petani

pesisir sebelum dan setelah adanya proyek pertambangan pasir besi. Teater

yang diberi nama “unduk gurun” ini bersolidaritas dengan seniman-

seniman Jogja. Selain teater PPLP-KP juga mendorong kampanye di dunia

maya melalui media sosial seperti facebook dan website. Alamat website

PPLP-KP adalah http://petanimerdeka.tk/. Semua itu dilakukan untuk

menyebarkan dan memperluas isu rencana pertambangan pasir besi.

Menurut petani pesisir WDD, 34 tahun hal ini dikarenakan

Page 85: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

69

Selama ini media massa bungkam terhadap nasib kehidupan

petani lahan pasir atas rencana mega proyek pertambangan pasir

besi Kulon Progo. Media massa dikuasai oleh pihak-pihak tertentu

yang memiliki kepentingan. Padahal kasus-kasus perampasan

tanah dan konflik agraria sangat penting diangkat dan diketahui

masyarakat luas. Kami sangat menyadari perjuangan ini akan

tetap terus berlanjut. Untuk itu kami harus terus

mengkampanyekan perjuangan kami, menyebarkan issu mengenai

rencana pertambangan yang tidak berdampak pada pembangunan

ekonomi kami, justru merusak kehidupan kami. Kami

menginginkan lahan kami. Kami hanya ingin ruang hidup kami

tidak diusik. Kami hanya ingin menanam karena menanam adalah

kehidupan kami.

Perjuangan petani lahan pasir Kulon Progo tidak hanya berada

dalam lingkup lokal maupun nasional. Namun mereka juga menjalin

solidaritas dengan orang-orang luar negeri yang peduli terhadap nasib

kehidupan petani pesisir Kulon Progo. Diantaranya yakni mereka

bersolidaritas dengan CAF (Casual Anarchist Federalism) yang berada di

Inggris, warga Australia, dan warga Filipina. Solidaritas dengan

masyarakat Filipina diwujudkan dalam bentuk diskusi masyarakat pesisir

Kulon Progo dengan masyarakat Filipina yang dilaksanakan di Filipina.

Berdasarkan hasil kuesioner terlihat bahwa mayoritas perlawanan-

perlawanan non fisik tersebut dilakukan oleh laki-laki dan banyak

melibatkan solidaritas-solidaritas PPLP. Hal ini sama halnya dengan

kegiatan-kegiatan internal PPLP seperti proses inisiasi pembentukan

PPLP, diskusi internal PPLP terkait strategi perlawanan petani, dan

keputusan-keputusan kunci yang diambil petani dalam rangka menolak

rencana pertambangan pasir besi.

Mayoritas kegiatan-kegiatan tersebut diikuti oleh petani laki-laki.

Hanya satu perempuan yang ikut dalam rapat-rapat inti PPLP-KP, yakni

tokoh perempuan dari Desa Bugel. Namun, hal ini tidak berarti perempuan

pesisir tidak mengetahui perlawanan-perlawanan apa saja yang akan

dilakukan oleh PPLP. Sebagian besar perempuan pesisir mengetahui

langsung dari suami apa hasil yang dirapatkan oleh PPLP. Sebagian lain

mengetahui hal tersebut dari perempuan-perempuan pesisir lainnya ketika

sama-sama bekerja di ladang. Perempuan pesisir Desa Bugel STY, 33

tahun menyatakan bahwa

Kami menyerahkan berbagai keputusan perlawanan tersebut

di tangan petani-petani laki-laki dalam forum PPLP. Kami

percaya semua itu dilakukan untuk mempertahankan lahan

pertanian kami. Kami selalu mendukung segala bentuk perjuangan

yang menjadi keputusan dalam PPLP. Kami tidak ingin terpecah.

Saya sebagai istri tidak mungkin ikut dalam rapat-rapat yang

dilakukan oleh PPLP karena biasanya rapat berlangsung hingga

larut malam. Dan terkadang memang dilakukan pada dini hari

untuk menghindari mata-mata ataupun intel JMI maupun Paku

Alaman. Saya berkewajiban untuk menjaga anak-anak. Toh pada

Page 86: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

70

akhirnya suami saya juga menyampaikan hasil rapat kepada saya.

Oleh karena itu, untuk urusan tersebut saya serahkan kepada

suami dan laki-laki pesisir Kulon Progo lainnya.

Sebagai bentuk protes, masyarakat pesisir juga mengirimkan surat

pernyataan sikap penolakan rencana pertambangan pasir besi kepada

presiden RI. Ini dilakukan oleh petani-petani pesisir (laki-laki) dan orang-

orang yang bersolidaritas dengan petani. Perempuan tidak terlibat dalam

proses pembuatannya. Namun mereka mengetahui aksi dan isi dari surat

tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa ketidakikutsertaan perempuan di

dalamnya bukan karena ketidaktahuan perempuan akan aksi tersebut,

namun karena mereka memilih menyerahkan hal tersebut kepada orang-

orang yang mumpuni melakukan hal tersebut. Segala bentuk gerakan

menolak pertambangan selalu didukung oleh kaum perempuan.

5. Aksi-aksi internal petani pesisir dalam wadah PPLP-KP

Petani-petani pesisir yang tergabung dalam PPLP-KP memiliki

sejumlah kegiatan-kegiatan yang bersifat internal seperti perayaan Ulang

Tahun PPLP yang bertepatan pada tanggal 1 April, panen raya, syawalan,

mujadahan. Di dalam kegiatan tersebut, perempuan terlibat aktif di

dalamnya. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak kalah pentingnya dengan

perlawanan-perlawanan petani yang telah dijabarkan di atas. Kegiatan

ulang tahun, panen raya, syawalan, dan mujadahan merupakan momen

penting bagi masyarakat pesisir untuk berkumpul dan bersilaturahmi

antarsesama. Di dalam kegiatan ini pula masyarakat saling menguatkan

dalam perjuangan menolak penambangan pasir besi. Selain itu juga bentuk

apresiasi atas hasil kerja keras petani dan menunjukkan eksistensi petani

pesisir Kulon Progo, khususnya di mata JMI, Paku Alaman, dan

Kasultanan Yogyakarta. Berikut merupakan gambaran tingkat keterlibatan

perempuan dalam gerakan petani.

Tabel 12 Keterlibatan perempuan Desa Bugel dalam gerakan petani,2014

Keterlibatan perempuan dalam gerakan petani Jumlah

responden

Kegiatan dalam PPLP-KP

Proses inisiasi pembentukan PPLP 0

Diskusi terkait rencana penambangan pasir besi di awal

pembentukan PPLP

0

Memberikan pendapat ketika diskusi berlangsung 0

Mengambil keputusan ketika menentukan sikap terkait perencanaan

penambangan pasir besi

0

Perayaan hari terbentuknya PPLP-KP 30

Kegiatan diskusi dan menjalin solidaritas

Diskusi tentang perjuangan masyarakat pesisir di kampus-kampus 0

Pementasan teater di kampus Atma Jaya, Jakarta 0

Diskusi tentang perjuangan masyarakat pesisir di beberapa

kumpulan masyarakat yang juga memperjuangkan lahan

pertaniannya

0

Page 87: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

71

Pementasan teater di kampus Universitas Gajah Mada 0

Kunjungan ke Kebumen dalam rangka menjalin solidaritas 0

Proses pembentukan kesenian teater “unduk gurun” 0

Proses pembentukan FKMA (Forum Komunikasi Masyarakat

Agraris)

0

Diskusi di Gerbang Revolusi, Garongan 0

Menjalin hubungan dengan seniman terkait strategi perlawanan

penambangan pasir besi

0

Menjalin hubungan dengan agamawan terkait strategi perlawanan

penambangan pasir besi

30

Menjalin hubungan dengan akademisi terkait strategi perlawanan

penambangan pasir besi

0

Kampanye permasalahan petani di dunia maya 0

Menjalin solidaritas dengan masyarakat pendukung penolakan

penambangan pasir besi yang bertempat di Australia

0

Menjalin solidaritas dengan CAF (Casual Anarchist Federalism)

yang berada di Inggris

0

Kegiatan aksi dan demonstrasi

Memblokade jalur lalu lintas rencana penambangan untuk

menghalangi aktivitas rutin pihak penguasa pertambangan pasir

besi

21

Aksi penutupan jalan menuju pilot plan proyek penambangan pasir

besi

22

Pencegatan pekerja pilot proyek PT. Jogja Magasa Iron (JMI) oleh

warga masyarakat Gupit

22

Mendatangi gedung-gedung pemerintahan 27

Kampanye penolakan pertambangan pasir besi di Filipina 0

Mengikuti aksi-aksi demosntrasi 27

Pembuatan surat untuk presiden yang pertama 0

Pembuatan surat untuk presiden yang kedua 0

Pembuatan surat untuk presiden yang ketiga 0

Aksi demo di pemerintah Kabupaten Kulon Progo 9

Aksi demo di kantor DPR yang pertama 27

Aksi demo di kantor DPR yang kedua 27

Aksi demo di kantor DPR yang ketiga 27

Aksi demo di kantor DPR yang keempat 27

Aksi demo di kantor DPR yang kelima 27

Mengorganisir petani-petani ketika sebelum dan saat aksi-aksi

demontrasi berlangsung

0

Page 88: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

72

Tabel 13 Tingkat keterlibatan perempuan Desa Bugel dalam gerakan petani,

2014

Variabel tingkat keterlibatan perempuan

dalam gerakan petani Skala Jumlah responden

Kegiatan dalam PPLP-KP Tinggi -

Sedang -

Rendah 30

Kegiatan diskusi dan menjalin solidaritas Tinggi -

Sedang -

Rendah 30

Kegiatan aksi dan demonstrasi Tinggi 3

Sedang 24

Rendah 3

Tabel 13 memperlihatkan tingkat keterlibatan perempuan yang dibagi

dalam ke dalam tiga kategori kegiatan. Pemberian skor dan dan pemberian skala

ke dalam tingkat tinggi, sedang, dan rendah adalah upaya penulis untuk

mengetahui tingkat keterlibatan perempuan pesisir Desa Bugel secara kuantitatif.

Upaya penulis untuk mengkuantitatifkan data kuesioner tersebut pada dasarnya

banyak kelemahan. Pertama, pengkategorian kegiatan perlawanan yang hanya

dibagi ke dalam tiga bagian umum. Seharusnya dapat dibedakan perlawanan-

perlawanan yang berada dalam lingkup lokal dan nasional, perlawanan-

perlawanan yang membutuhkan mobilitas tinggi dan perlawanan sehari-hari.

Perlawanan-perlawanan dalam lingkup lokal diantaranya adalah aksi-aksi

memblokade jalur lalu lintas rencana pertambangan untuk menghalangi aktivitas

rutin pihak penguasa pertambangan pasir besi, aksi penutupan jalan menuju pilot

plan proyek pertambangan pasir besi, dan aksi pencegatan pekerja pilot priyek PT.

JMI (Jogja Magasa Iron) oleh masyarakat Gupit. Aksi-aksi tersebut bersifat

spontan, tanpa ada perencanaan, dan setiap warga berkesempatan untuk ikut serta.

Di Desa Bugel, terlihat bahwa perempuan terlibat aktif dalam aksi-aksi ini.

Perempuan Desa Bugel menjadi garda terdepan untuk aksi-aksi tersebut. Namun

beda halnya dengan aksi-aksi demontrasi di UGM dan kantor DPR, baik DPRD

Kabupaten Kulon Progo maupun DPR RI. Aksi-aksi tersebut merupakan aksi-aksi

yang direncanakan, membutuhkan koordinasi dan kerjasama. Aksi-aksi ini banyak

melibatkan laki-laki dalam hal perencanaan melalui diskusi-diskusi dan rapat.

Namun hal ini tidak berarti perempuan tidak terlibat di dalamnya. Perempuan

terlibat secara sadar di dalam perjuangan, namun secara umum pembagian kerja di

dalam gerakan petani di Kulon Progo masih mengikuti pembagian kerja gender

tradisional. Hal ini terlihat dari salah satu peran perempuan pesisir ketika akan

melakukan aksi demontrasi yakni menyiapkan segala perlengkapan makanan dan

minuman. Selain itu, saat demo berlangsung, perempuan juga ikut berpartisipasi

dengan menyuarakan tuntutan petani lahan pasir Kulon Progo.

Perempuan juga terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan panen raya,

mujadahan, syawalan, dan Ulang Tahun PPLP-KP. Ulang Tahun PPLP-KP

misalnya perempuan menjadi bagian dalam panitia pelaksanaan, terutama di

bidang yang membutuhkan keterampilan yang secara tradisional dikaitkan dengan

perempuan, seperti memasak. Namun beda halnya dalam aksi-aksi solidaritas dan

Page 89: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

73

diskusi, baik dalam lingkup lokal, nasional maupun internasional, yang dilakukan

oleh laki-laki. Hal ini dikarenakan ada bagian yang harus tetap dilakukan dan

berlanjut seperti menjaga anak, memasak, dan bekerja di ladang. Hal-hal yang

tidak dapat ditinggalkan. Oleh karena itu, untuk beberapa kondisi terdapat aksi-

aksi yang hanya dapat diikuti oleh laki-laki. Namun, bukan berarti perempuan

tidak terlibat di dalamnya. Dukungan perempuan diwujudkan dalam bentuk

kesediaannya untuk tetap menjalankan kelangsungan hidup keluarganya melalui

kesepatakan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Kondisi ini

memperlihatkan bahwa peran perempuan di dalam gerakan tani mengikuti

pembagian kerja tradisional.

Keterlibatan perempuan dalam gerakan petani berhubungan dengan peran

perempuan dalam aktivitas reproduktif, aktivitas produktif, dan aktivitas sosial.

Kondisi ini terlihat dari peran perempuan yang mengemuka dalam setiap kegiatan

gerakan petani berhubungan dengan kerja-kerja reproduktif, yang dominan

dilakukan oleh perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat aksi dan

demontrasi misalnya, perempuan-perempuan diberi tanggung jawab untuk

menyiapkan konsumsi. Begitu pula dengan kegiatan-kegiatan syawalan, ulang

tahun PPLP, dan panen raya, perempuan berperan aktif dalam kerja-kerja

reproduktif yang terdapat di dalamnya. Peran perempuan dalam gerakan petani

tidak terlepas dari pembagian peran gender pada sistem penghidupan masyarakat

pesisir Kulon Progo. Perempuan diberi dan mengambil peran sesuai kapasitas

yang mereka miliki. Perempuan-perempuan di Desa Bugel tidak hanya dituntut

untuk menjadi istri yang menjalankan tugas kerumahtanggan, menjadi ibu yang

mengurus anak-anaknya, dan menjadi pelaku kerja produktif yang merawat

tanaman melainkan juga dituntut oleh keadaan untuk melakukan perlawanan

untuk mempertahankan ruang hidup mereka.

Peran perempuan dalam gerakan petani juga berhubungan dengan

pembagian peran produktif, khususnya peran produktif pada pertanian komoditas

unggulan cabe keriting dan melon. Pada pembagian peran produktif terlihat bahwa

perempuan melakukan aktivitas diantaranya yakni menyebar pupuk dasar (5

kompos), menyiram tanaman, menyiangi tanaman, memberi pupuk susulan, dan

memetik hasil panen. Sedangkan laki-laki melakukan aktivitas mengolah lahan,

membersihkan lahan, mencangkul, membuat petak-petak tanaman/bedengan, dan

menyempurnakan kompos. Berdasarkan pembagian peran tersebut, empat di

antaranya perempuan mengerjakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara

kontinu setiap harinya sedangkan laki-laki lebih dominan pada pekerjaan yang

dilakukan sewaktu-waktu namun membutuhkan tenaga yang lebih besar. Kondisi

ini berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi perempuan untuk terlibat dalam

kegiatan-kegiatan gerakan petani yang berada dalam lingkup nasional dan

internasional serta aksi-aksi yang berlangsung dalam beberapa hari seperti

pendudukan kantor DPRD Kabupaten Kulon Progo yang berlangsung selama tiga

hari. Oleh karena itu, aksi-aksi tersebut banyak dilakukan oleh laki-laki sedangkan

perempuan berperan untuk menggantikan peran-peran produktif sehari-hari yang

dilakukan oleh laki-laki. Sebab mengurus tanaman merupakan keharusan.

Hal ini juga berhubungan dengan pembagian peran sosial dalam

masyarakat pesisir Kulon Progo yang dominan dilakukan oleh laki-laki. Pada

aktivitas sosial perempuan terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang terbatas di dalam

desa, sukarela, non komersial serta yang berhubungan dengan warga desa

Page 90: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

74

sedangkan peran-peran yang diambil oleh laki-laki merupakan aktivitas yang

termasuk dalam ranah publik, melibatkan pihak luar, dan komersial. Gerakan

petani merupakan bagian dari aktivitas sosial. Pembagian peran dalam aktivitas

sosial sejalan dengan pembagian peran dalam gerakan petani. Kondisi ini tidak

berarti perempuan berkurang perannya dalam gerakan petani.

Peran perempuan pesisir Desa Bugel juga tidak dibeda-bedakan

berdasarkan status pendidikan. Tidak ada perlakukan khusus bagi siapa saja yang

ikut berjuang karena semuanya memperjuangkan atas ruang hidup yang sama.

Secara keseluruhan, peran antara satu perempuan dengan perempuan lainnya di

pesisir Desa Bugel adalah sama. Terlihat bahwa dari 30 responden, sebanyak 12

responden berpendidikan tamat SLTA/SMA, 12 responden tamat SLTP/SMP, 4

responden tamat SD, dan 2 responden tidak tamat SD. Namun, data tingkat

keterlibatan perempuan dalam gerakan petani menunjukan bahwa tidak terdapat

perbedaan peran antara perempuan yang berpendidikan SD, SLTP/SMP, dan

SLTA/SMA. Hal ini sebagaimana terlihat dalam tabulasi silang berikut,

Tabel 14 Tabulasi silang antara tingkat pendidikan perempuan dengan tingkat

Keterlibatan Perempuan Desa Bugel dalam Gerakan Petani, 2014

Tingkat

peran

perempuan

Tingkat pendidikan perempuan Total

Tinggi Sedang Rendah

N % N % N % N %

Tinggi 0 0 0 0 0 0 0 0

Sedang 12 100 12 100 6 100 30 100

Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 12 100 12 100 6 100 30 100

Akses dan Kontrol Perempuan dalam Gerakan Petani

Di dalam pergerakan petani lahan pasir Kulon Progo, perempuan dan laki-

laki pada dasarnya memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat di dalam setiap

kegiatan gerakan petani. Sebagai salah satu daerah basis perlawanan petani,

perempuan-perempuan Desa Bugel justru didorong untuk terlibat aktif dalam

gerakan petani. Namun, keterlibatan perempuan sama sekali tidak didasari atas

dasar unsur paksaan dari pihak manapun. Perempuan-perempuan desa Bugel

tergerak atas dasar kemauan dalam diri sendiri. Menurut LKM, 59 tahun dan

PRD, 50 tahun menyatakan bahwa

Walaupun secara fisik dan pemikiran kami tidak menyumbangkan

apa-apa untuk perlawanan petani lahan pasir, setidaknya kami selalu

mendukung apapun bentuk perlawanan yang dilakukan oleh petani

pesisir. Kami ikut mendoakan agar penambangan tidak pernah terjadi di

lahan pasir Kulon Progo. Kami ikut mendoakan untuk keselamatan semua

masyarakat pesisir yang sedang berjuang mempertahankan lahan

pertaniannya. Tidak ada lagi lapangan pekerjaan yang bisa menerima

Page 91: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

75

orang tua seusia kami selain menjadi petani. Perusahaan tambang tidak

mungkin menerima kami sebagai buruh di pabrik mereka.

Namun dalam prosesnya, kesempatan antara laki-laki dan perempuan Desa

Bugel untuk terlibat dalam gerakan petani tidak lah sama. Hal ini bukan karena

adanya kesenjangan akses antara laki-laki dan perempuan melainkan situasi dan

kondisi perlawanan yang menuntut mereka untuk membagi peran serta tanggung

jawab yang harus diemban oleh laki-laki dan perempuan, baik peran reproduktif,

peran produktif, peran sosial, maupun peran-peran dalam gerakan petani.

Perbedaan akses berdampak pada perbedaan kontrol antara laki-laki dan

perempuan dalam gerakan petani.

Secara normatif tidak ada pembatasan keterlibatan perempuan. Namun

secara riil harus ada pengaturan peran yang dibatasi oleh kegiatan pertanian yang

bersifat biologis. Dalam hal ini pembagian pekerjaan tradisional mengemuka dan

menempatkan peranan perempuan lebih dominan di aspek “lokal” dan “dapur”.

Hal ini berdampak pada kontrol yang lemah dari perempuan di dalam kegiatan

gerakan-gerakan petani. Pola ini akan menghambat peranan dan pengetahuan

perempuan secara umum di ranah politik. Tetapi, peran “dapur” dari perempuan di

dalam gerakan, tidak berarti perempuan kurang kesadaran politiknya. Berikut

disajikan tabel yang menunjukan akses dan kontrol perempuan dalam gerakan

petaani dan tingkat akses dan kontrol perempuan dalam gerakan petani.

Tabel 15 Akses dan kontrol perempuan Desa Bugel dalam gerakan petani, 2014

Kegiatan dalam gerakan petani Akses Kontrol

Diskusi-diskusi terkait rencana penolakan penambangan

pasir besi

8 0

Pertemuan dengan kelompok gerakan petani lainnya 0 0

Diskusi dengan kelompok gerakan petani lainnya 0 0

Menjalin solidaritas dengan kelompok gerakan petani

lainnya

0 0

Menjalin solidaritas dengan individu-individu lainnya

(seniman, dan lain-lain)

0 0

Aksi-aksi, demonstrasi, atau kampanye terkait rencana

penolakan penambangan pasir besi

30 0

Kegiatan-kegiatan gerakan petani lainnya (pementasan

drama, penjegatan pihak penambang, dll)

30 0

Page 92: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

76

Tabel 16 Tingkat akses dan kontrol perempuan Desa Bugel dalam gerakan

petani, 2014

Variabel tingkat akses dan kontrol perempuan

dalam gerakan petani Skala Jumlah responden

Tingkat akses Tinggi -

Sedang 30

Rendah -

Tingkat kontrol Tinggi -

Sedang -

Rendah 30

Dari tabel 15 terlihat bahwa akses perempuan dalam aktivitas gerakan

petani berada dalam posisi sedang. Akses terhadap kegiatan-kegiatan dalam

gerakan petani meliputi kesempatan untuk mengikuti diskusi-diskusi terkait

rencana penolakan penambangan pasir besi, kesempatan untuk mengikuti

pertemuan dengan kelompok gerakan petani lainnya, kesempatan untuk menjalin

solidaritas dengan kelompok gerakan petani lainnya, kesempatan untuk menjalin

solidaritas dengan individu-individu lainnya seperti seniman dan agamawan,

kesempatan untuk mengikuti aksi, demonstrasi, atau kampanye terkait rencana

penolakan pertambangan pasir besi, dan kesempatan untuk mengikuti kegiatan-

kegiatan gerakan petani lainnya (pementasan teater, penjegatan pihak penambang,

dll). Hasil kuesioner kepada 30 responden menunjukan bahwa seluruh responden

memiliki kesempatan untuk mengikuti aksi, demonstrasi, atau kampanye terkait

rencana penolakan pertambangan pasir besi, dan kesempatan untuk mengikuti

kegiatan-kegiatan gerakan petani lainnya seperti penjegatan pihak penambang dan

pihak-pihak asing lain yang berusaha masuk ke kawasan pesisir Kulon Progo.

Sementara itu, laki-laki memiliki akses untuk semua kegiatan dalam gerakan

petani.

Hal ini menunjukan bahwa perempuan memiliki kesempatan untuk

kegiatan-kegiatan yang bersifat perlawanan fisik, baik perlawanan yang dilakukan

secara spontan maupun perlawanan yang direncanakan. Perempuan melakukan

kegiatan-kegiatan gerakan petani yang telah menjadi keputusan bersama para

petani laki-laki dalam forum PPLP. Perempuan tidak memiliki kesempatan untuk

ikut dalam kegiatan-kegiatan gerakan petani yang berlangsung dalam forum rapat,

diskusi, dan menjalin solidaritas. Hal ini dikarenakan kegiatan tersebut

memerlukan mobilitas yang tinggi, membutuhkan waktu, dan tanggung jawab

serta komitmen yang tinggi. Perempuan memiliki tanggung jawab lain dalam

rumah tangga. Hal ini telah menjadi kesepakatan bersama antara laki-laki dan

perempuan. Disinilah terlihat perempuan dan laki-laki saling melengkapi peran

antara satu dengan lainnya yang sama-sama ditujukan untuk mempertahankan hak

mereka atas tanah dari pertambangan. Dapat dikatakan bahwa antara perempuan

dan laki-laki pesisir Desa Bugel memiliki akses yang sama dalam gerakan petani,

namun dalam bentuk yang berbeda. Laki-laki memiliki kesempatan dalam

kegiatan-kegiatan yang langsung berkaitan dengan gerakan petani.

Kondisi ini berkaitan dengan kontrol perempuan terhadap kegiatan-

kegiatan dalam gerakan petani. Tabel di atas menunjukkan bahwa kontrol

perempuan terhadap kegiatan-kegiatan dalam gerakan petani adalah rendah. Hal

Page 93: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

77

ini dikarenakan perempuan tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti rapat-

rapat dalam forum PPLP, diskusi dengan kelompok-kelompok gerakan petani

lainnya, dan menjalin solidaritas. Oleh karena itu perempuan berperan

menjalankan hasil keputusan dalam forum PPLP. Laki-laki memiliki kewenangan

penuh untuk menentukan strategi perlawanan petani dan langkah-langkah apa

yang harus ditempuh untuk menolak pertambangan pasir besi. Salah satu

koordinator PPLP WDD, 34 tahun mengutarakan bahwa

Tahun 2008 merupakan puncak-puncaknya perlawanan petani

pesisir. Kita menghadapi tekanan luar biasa dari pihak JMI. Mereka tidak

hanya meneror kami petani pesisir, tetapi mereka juga melakukan aksi-

aksi kekerasan seperti merusak dan membakar tujuh posko penolakan

proyek dan satu rumah milik warga pesisir yang menolak pertambangan.

Hal ini diperparah dengan dukungan pemerintah daerah setempat dalam

bentuk pembiaran dan pengarahan terhadap tindakan kekeran massa yang

tidak bertanggung jawab tersebut tersebut oleh aparat kepolisian. Banyak

sekali intel yang memata-matai aktivitas yang kami lakukan dalam PPLP.

Oleh karena itu kami harus sangat berhati-hati dengan pihak manapun

yang berusaha masuk dalam PPLP. Kami harus melakukan rapat-rapat

rahasia dan mengelabui intel-intel tersebut. Untuk itu kami melibatkan

laki-laki pesisir di dalamnya yang harus siap kapan saja jika dibutuhkan.

Perempuan tidak mungkin kami libatkan dalam rapat-rapat yang sering

kami lakukan ketika dini hari. Hanya ada satu perempuan yang kami ajak

dalam rapat-rapat tersebut yang berasal dari Desa Bugel. Karena beliau

memiliki tekad baja dan benar-benar berkomitmen dalam perjuangan ini.

Kami mempertimbangkan banyak hal karena yang kami hadapi

merupakan penguasa yang dapat bertindak sesuai keinginan mereka.

Kami harus sangat hati-hati. Kami berbagi peran dengan istri dan anak-

anak kami. Cara melawan yang sudah pasti dan sampai sekarang yang

kami lakukan adalah menanam.

Akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya dan manfaat

berhubungan dengan akses dan kontrol perempuan dalam gerakan petani. Akses

dan kontrol perempuan terhadap manfaat dan sumberdaya fisik khususnya

terhadap lahan pertanian dan hasil pertanian berhubungan dengan keterlibatan dan

akses perempuan dalam gerakan petani. Akses dan kontrol terhadap manfaat dan

sumberdaya fisik yang dimiliki dan dikuasai bersama berhubungan dengan

besarnya rasa kepemilikan perempuan atas lahan pertanian yang mendorong

perempuan untuk terllibat aktif dalam setiap gerakan petani. Sementara itu, akses

dan kontrol perempuan yang rendah terhadap sumberdaya sosial-budaya dan pasar

komoditas dan tenaga kerja berhubungan dengan rendahnya kontrol perempuan

terhadap keputusan-keputusan dalam gerakan petani. Hal ini dikarenakan wadah

PPLP berkesinambungan dengan kelompok tani, yang sejak lama diikuti oleh

laki-laki. Perempuan tidak memiliki kontrol terhadap kegiatan-kegiatan dalam

kelompok tani, hal ini linier dengan rendahnya kontrol perempuan dalam gerakan

petani.

Upaya penulis untuk mengkategorikan skala akses dan kontrol ke dalam

tingkat tinggi, sedang, dan rendah tidak dapat menggambarkan semua aspek

gerakan petani yang kompleks. Hal ini dikarenakan penulis tidak membedakan

Page 94: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

78

akses dan kontrol ke dalam kegiatan yang bersifat publik dan politik. Seharusnya

terdapat pembedaan antara akses dan kontrol kepada kegiatan-kegiatan seperti

mujadahan, panen raya, syawalan, ulang tahun, menanam dan akses dan kontrol

kepada kegiatan-kegiatan yang masuk dalam ranah politik seperti aksi-aksi

demontrasi ke kantor DPRD, DPR RI, dan UGM. Hal ini berkaitan dengan

keterlibatan perempuan dalam gerakan petani. Perempuan pesisir Desa Bugel

memiliki akses dan kontrol yang tinggi pada kegiatan-kegiatan yang berada dalam

internal petani dan PPLP-KP, sedangkan untuk kegiatan-kegiatan diskusi, aksi ke

luar kota, dan aksi-aksi solidaritas yang membutuhkan mobilitas tinggi perempuan

tidak memiliki akses dan kontrol. Namun, hal ini tidak berarti perempuan tidak

berperan di dalamnya.

Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Peran Perempuan

dalam Gerakan Petani

Selain peran perempuan dalam sistem penghidupan penduduk, banyak

faktor-faktor lain yang mempengaruhi peran perempuan dalam gerakan petani.

Faktor-faktor tersebut dapat berupa struktur kependudukan, kondisi ekonomi,

kondisi politik, pola-pola sosial budaya, sistem norma, perundang-undangan,

sistem pendidikan, lingkungan, religi, dan lain-lain. Melihat konflik yang terjadi

di Kulon Progo setidaknya terdapat dua faktor yang mempengaruhi peran

perempuan dalam gerakan petani. Pertama, pengaruh dari perkembangan politik-

ekonomi skala besar dan cepat, dalam hal ini adalah penambangan pasir besi.

Pada masa orde baru, pemerintah membuka seluas-luasnya pintu bagi pemodal

untuk mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia yang ditukar dengan

pemberian pinjaman uang (hutang luar negeri). Pemerintah beralasan karena

kebutuhan yang mendesak akan suntikan dana untuk pembangunan ekonomi

Indonesia. Oleh karena itu sumberdaya alam pertama yang “dijual” oleh

pemerintah Orba adalah sumberdaya hutan. Pemerintah juga memberikan

konsensi untuk perusahaan tambang, perusahaan perkebunan, dan lain sebagainya.

Untuk mendukung seluruh kegiatan eksploitasi tersebut, pemerintah merumuskan

dan mensahkan berbagai kebijakan untuk memuluskan berbagai proyek tersebut.

Kebijakan-kebijakan tersebut jelas sangat melindungi kepentingan pemodal. Hal

ini tidak lepas dari intervensi lembaga-lembaga asing, penguasa asing, dan

pemodal. Masa orde baru merupakan peletak dasar eksploitasi besar-besaran atas

sumberdaya alam Indonesia.

Tidak jauh berbeda yang terjadi pada masa sekarang, perkembangan

politik-ekonomi skala besar dan berlangsung cepat mempengaruhi perkembangan

politik dan ekonomi di Indonesia. Indonesia sebagai negara yang sangat

bergantung kepada suntikan dana asing tidak pernah lepas dari intervensi asing.

Negara-negara maju sengaja menciptakan kondisi ketergantungan kepada negara-

negara berkembang untuk melanggengkan kekuasaan dan kekayaan negara

mereka. Ini merupakan bentuk penjajahan baru, penjajahan yang tidak tampak.

Hal ini didukung dengan sikap serakah para penguasa Indonesia yang korup. Bagi

pemerintah Indonesia ini adalah ladang untuk menumpuk pundi-pundi kekayaan.

Proyek pertambangan pasir besi di Kulon Progo salah satu contohnya adalah

merupakan bagian dari program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan

Page 95: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

79

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025). MP3EI merupakan proyek besar-

besaran untuk mengeruk sumberdaya alam Indonesia, dari Sabang sampai

Merauke. Untuk kepentingan program MP3EI pemerintah memangkas regulasi

yang menghambat pengusaha; menyusun daftar mega proyek dengan membuat

peta lokasi proyek MP3EI yang dibagi-bagi ke dalam lima koridor yakni koridor

Sumatera, koridor Jawa, koridor Kalimantan, koridor Sulawesi, koridor Bali-Nusa

Tengara, dan koridor Maluku-Papua; mengubah individu menjadi subyek

industri; dan melayani pengusaha dengan infrastruktur; dan memeras keringat

rakyat dengan memangkas subsidi. Untuk pelaksanaan proyek ini pemerintah

membentuk Komite Eksekutif yang disingkat dengan KP3EI. KP3EI disusun

segaris dengan struktur pemerintahan. Artinya setiap pejabat negara secara

langsung merupakan para panitia pelaksana MP3EI7. Hal ini menunjukan

pemerintah atas nama pembangunan telah menjual seluruh aset sumberdaya alam

Indonesia untuk dieksploitasi secara besar-besaran. Di beberapa daerah Indonesia,

masyarakat tidak menyadari kepentingan siapa yang dilayani oleh pemerintah,

untuk siapa proyek MP3EI. MP3EI didesain seolah-seolah untuk kemakmuran

masyarakat dan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi

Indonesia. Sehingga banyak masyarakat Indonesia tidak melakukan perlawanan

dan secara tidak sadar mendukung MP3EI. Hanya sedikit masyarakat Indonesia

yang “konsisten” melakukan perlawanan terhadap proyek MP3EI. Salah satunya

adalah yang dilakukan masyarakat pesisir Kulon Progo. Perkembangan politik dan

ekonomi yang begitu cepat tidak dapat dihindari. Masyarakat pesisir selatan

Kulon Progo yang sebagian besar adalah petani dipaksa berhadapan dengan

proyek MP3EI, yakni proyek pertambangan pasir besi. Proyek pertambangan pasir

besi jelas menyangkut ribuan nasib petani Kulon Progo yang telah berpuluh-puluh

tahun menggantungkan hidupnya pada pertanian lahan pasir. Pertanian lahan

pasir, yang tidak hanya dimiliki dan dikuasai oleh laki-laki, melainkan juga

perempuan. Oleh karena itu melawan merupakan suatu keharusan bagi

masyarakat pesisir untuk mempertahankan dan melangsungkan hidup. Perlawanan

petani yang terjadi di Kulon Progo, dilakukan oleh laki-laki dan perempuan secara

bersama-sama. Hal ini dikarenakan rencana proyek penambangan tidak hanya

menyangkut hajat hidup lelaki, namun juga perempuan. Perempuan pesisir juga

berkewajiban ikut melakukan perlawanan. Perempuan Desa Bugel yang pada

awalnya tidak tergerak untuk terlibat dalam gerakan petani, lambat laun akibat

tekanan yang semakin besar dari proyek pertambangan pasir besi (JMI sebagai

pemilik saham) mendorong perempuan untuk terlibat aktif dalam perlawanan-

perlawanan. Menurut penuturan seorang warga pesisir WDD, 34 tahun

Rasanya kalau saya tidak ikut dalam aksi-aksi demonstrasi “rugi”.

Keputusan kami untuk bertahan dengan menanam adalah keputusan

politik. Mengapa? Karena setiap manusia itu berpolitik. Setiap orang

berkuasa dan kekuasaan ada di setiap diri orang. Jika keputusan politik

pemodal adalah menambang untuk mendapatkan keuntungan, maka kami

7 Dalam sebuah persentasi di Galeri Garuda, Jakarta. Hendro Sangkoyo membedah buku

“Menanam adalah Melawan” karya Widodo, petani Kulon Progo dan menjelaskan

kesinambungannya dengan Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI). Disampaikan dalam acara Solidaritas Menembus Batas, 27 Maret 2014, Galeri

Garuda, Pinang Ranti, Jakarta Timur.

Page 96: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

80

juga bisa melawan dengan membuat keputusan untuk terus menanam

karena kami punya kekuasaan atas lahan kami.

Kedua, hubungan penduduk dengan Keraton Yogyakarta yang berubah

besar. Sejak bergulirnya rencana pertambangan pasir besi di Kulon Progo,

masyarakat memiliki konsepsi sendiri atas Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan

dan Keraton Jogjakarta. Hubungan antara Keraton Yogyakarta dengan masyarakat

pesisir Kulon Progo berubah besar. Masyarakat memiliki sikap skeptis dan apatis

terhadap Keraton Yogyakarta. Sikap apatis ini salah satunya ditunjukan dengan

ketidakikutsertaannya dalam pemilihan calon legislatif dan pemilihan calon

presiden. Masyarakat pesisir tidak lagi menghargai dan mempercayai Raja dalam

hal ini Sultan sebagaimana masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Bagi WST,

27 tahun

DIY tidak layak disebut sebagai daerah Istimewa. Kalau orang

banyak yang mengatakan bahwa Yogyakarta adalah istimewa, bagi kami

ya istimewa menindas rakyatnya. Banyak mitos berkembang mengatakan

bahwa dalam angka Jawa idealnya berhenti pada angka 9, seperti jumlah

wali sembilan. Nah seharusnya jumlah sultan juga sembilan. Oleh karena

itu sebagian masyarakat berkeyakinan bahwa sultan kesepuluh terlalu

memaksakan kehendaknya. Sejak masa Sultan Hamengku Buwono X

banyak dilakukan penggusuran mukim masyarakat untuk dibangun hotel-

hotel, rencana pertambangan diizinkan, dan telah diagendakan untuk

pembangunan bandara. Sultan mengatasnamakan kesejahteraan

masyarakat. Sejahtera apanya? Wong tanah kami mau diambil. Kami ya

sejahtera jika kami bisa menanam, gak diganggu, harga cabai gak

dimainkan. Kami itu udah sejahtera. Padahal pesisir Kulon Progo itu

pernah mendapatkan penghargaan dari pemerintah karena pertanian dan

teknologi pertanian lahan pasir yang kami kembangkan, kok aneh

sekarang tanah kami mau ditambang. Mereka pikir kami bisa hidup

dengan makan hasil tambang. Kami hidup ya dari hasil pertanian.

Harusnya kan Sultan itu mensejahterakan rakyat, memikirkaan

bagaimana rakyat itu bisa sejahtera, mandiri, bukannya malah mau

merampas kesejahteraan rakyat.

Perubahan hubungan masyarakat pesisir dengan Keraton Yogkarta

berakibat pada perubahan nilai-nilai gender yang terdapat dalam tradisi adat Jawa.

Mobilisasi-mobilisasi yang dilakukan petani pesisir dalam perlawanan menuntut

perempuan tampil di dalamnya. Hal ini juga lah yang mendorong peran

perempuan pesisir Desa Bugel dalam gerakan petani.

Ikhtisar

Perempuan terlibat secara sadar di dalam perjuangan, namun secara umum

pembagian kerja di dalam gerakan petani di Kulon Progo masih mengikuti

pembagian kerja gender tradisional. Perempuan terlibat aktif dalam perlawanan-

perlawanan lingkup lokal, diantaranya adalah aksi-aksi memblokade jalur lalu

lintas rencana pertambangan untuk menghalangi aktivitas rutin pihak penguasa

Page 97: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

81

pertambangan pasir besi, aksi penutupan jalan menuju pilot plan proyek

pertambangan pasir besi, dan aksi pencegatan pekerja pilot priyek PT. JMI (Jogja

Magasa Iron) oleh masyarkat Gupit. Aksi-aksi tersebut bersifat spontan, tanpa ada

perencanaan, dan setiap warga berkesempatan untuk ikut serta. Namun beda

halnya dengan aksi-aksi demontrasi di UGM dan kantor DPR, baik DPRD

Kabupaten Kulon Progo maupun DPR RI. Aksi-aksi tersebut merupakan aksi-aksi

yang direncanakan, membutuhkan koordinasi dan kerjasama. Aksi-aksi ini banyak

melibatkan laki-laki dalam hal perencanaan melalui diskusi-diskusi dan rapat.

Perempuan juga terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan panen raya,

mujadahan, syawalan, dan Ulang Tahun PPLP-KP. Namun beda halnya dalam

aksi-aksi solidaritas dan diskusi, baik dalam lingkup lokal, nasional maupun

internasional, perempuan menyerahkan hal tersebut kepada laki-laki. Namun,

bukan berarti perempuan tidak terlibat di dalamnya. Dukungan perempuan

diwujudkan dalam bentuk kesediaannya untuk tetap menjalankan kelangsungan

hidup keluarganya melalui kesepatakan pembagian kerja antara laki-laki dan

perempuan. Secara normatif tidak ada pembatasan keterlibatan perempuan.

Namun secara riil harus ada pengaturan peran yang dibatasi oleh kegiatan

pertanian yang bersifat biologis. Dalam hal ini pembagian pekerjaan tradisional

mengemuka dan menempatkan peranan perempuan lebih dominan di aspek

“lokal” dan “dapur”. Hal ini berdampak pada kontrol yang lemah dari perempuan

di dalam kegiatan gerakan-gerakan petani. Pola ini akan menghambat peranan dan

pengetahuan perempuan secara umum di ranah politik. Tetapi, peran “dapur” dari

perempuan di dalam gerakan, tidak berarti perempuan kurang kesadaran

politiknya. Keterlibatan perempuan dalam gerakan petani juga dipengaruhi oleh

pengaruh dari perkembangan politik-ekonomi skala besar dan cepat, dalam hal ini

adalah penambangan pasir besi dan perubahan hubungan masyarakat pesisir

dengan Keraton Yogkarta berakibat pada perubahan nilai-nilai gender yang

terdapat dalam tradisi adat Jawa. Mobilisasi-mobilisasi yang dilakukan petani

pesisir dalam perlawanan menuntut perempuan tampil di dalamnya. Hal ini juga

lah yang mendorong peran perempuan pesisir Desa Bugel dalam gerakan petani.

Page 98: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

82

Page 99: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

83

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan tujuan penelitian ini, maka dapat dirusmuskan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Perempuan Desa Bugel berpendapat bahwa konflik yang terjadi di Kulon

Progo merupakan konflik perampasan ruang hidup ribuan masyarakat

pesisir yang menggantungkan hidupnya pada pertanian lahan pasir. Selain

itu, juga merubah tatanan sosial masyarakat. Masyarakat menjadi terkotak-

kotak ke dalam tiga kelompok, yakni kelompok masyarakat pro

pertambangan, netral, dan kontra pertambangan. Namun di sisi lain,

konflik juga yang menyatukan masyarakat desa pesisir satu dengan desa

pesisir lainnya di sepanjang pantai selatan Kulon Progo.

2. Peran reproduktif dominan dilakukan oleh perempuan; peran produktif

dilakukan secara bersama-sama khususnya pada pertanian komoditas cabai

keriting, semangka atau melon; dan peran sosial dominan dilakukan oleh

laki-laki. Sementara itu, akses dan kontrol antara perempuan dan laki-laki

terhadap sumberdaya fisik/material cenderung sama pada masyarakat

pesisir Desa Bugel; akses dan kontrol terhadap sumberdaya sosial dan

budaya serta pasar dan tenaga kerja didominasi oleh laki-laki; dan akses

dan kontrol terhadap manfaat didominasi bersama.

3. Pembagian peran ini berhubungan dengan peran-peran yang diberi dan

diambil oleh perempuan dalam gerakan petani. Perempuan terlibat secara

sadar dalam gerakan, namun secara umum pembagian kerja di dalam

gerakan petani masih mengikuti pembagian kerja gender tradisional.

Perempuan terlibat aktif dalam setiap aksi-aksi yang berada dalam lingkup

lokal, dimana aksi-aksi tersebut bersifat spontan, tanpa ada perencanaan,

dan setiap warga berkesempatan untuk ikut serta. Di dalam gerakan,

perempuan berperan lebih besar dalam aspek kerja reproduktif, seperti

menyediakan memasak dan mempersiapkan konsumsi untuk aksi-aksi

demonstrasi. Perempuan juga berperan untuk menggantikan peran laki-laki

dalam kerja produktif ketika aksi-aksi berlangsung. Selain itu, juga

dipengaruhi oleh perkembangan politik-ekonomi skala besar dan cepat

(penambangan pasir besi yang merupakan bagian dari proyek MP3EI) dan

perubahan hubungan masyarakat pesisir dengan Keraton Yogyakarta yang

berakibat pada perubahan nilai gender yang terdapat dalam tradisi Jawa.

4. Secara normatif tidak ada pembatasan keterlibatan perempuan, namun

secara riil harus ada pengaturan peran yang dibatasi oleh kegiatan

kerumahtangaan dan kegiatan pertanian. Hal ini berdampak pada kontrol

yang lemah dari perempuan di dalam kegiatan-kegiatan gerakan petani.

Pola ini akan menghambat peranan dan pengetahuan perempuan secara

umum di ranah politik. Tetapi peran kerja reproduktif dan produktif dari

perempuan di dalam gerakan, tidak berarti perempuan kurang kesadaran

politiknya. Akses yang besar yang dimiliki oleh perempuan terhadap lahan

pertanian, hasil pertanian, dan manfaat bersama membuat perempuan

memiliki rasa kepemilikan yang besar terhadap lahan pasir. Walaupun

perempuan memiliki akses dan kontrol yang lemah terhadap kegiatan-

kegiatan pertanian yang berada dalam kelompok tani.

Page 100: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan
Page 101: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

85

DAFTAR PUSTAKA

Aji GB. 2005. Tanah Untuk Penggarap: Pengalaman Serikat Petani Pasundan

Menggarap Lahan-lahan Perkebunan dan Kehutanan. Bogor: Pustaka Latin.

Aini FN. 2014. Analisis Gender dalam Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani

Hutan Rakyat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Aprianto TC. 2008. Wajah Prakarsa Partisipatif: Dinamika Gagasan Reforma

Agraria dan Gerakan Sosial di Indonesia Pasca 1998. [Jurnal]. Jurnal Ilmu

Sosial dan Politik. Volume 12, Nomor 1.

Boras S dan Franco JC. Gerakan-gerakan Rakyat Dunia Ketiga: Perubahan Pola-

Pola Mobilisasi Petani untuk Tanah dan Demokrasi di Filipina. Yogyakarta:

Resist Book.

Budirahayu, dkk. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada

Media Group.

Bungin B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Kecana

Prenada Media Group.

Chambers R. 1987. Pembangunan Desa; Mulai dari Belakang. Jakarta: LP3ES.

Fakih M. 1999. Analisis Gender dan Transformasi Sosial: Analisis Gender dan

Ketidakadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fauzi N. 1999. Petani dan Penguasa. Yogyakarta: Insist, KPA bekerjasama

dengan Pustaka Pelajar.

Hafid JOS. 2001. Perlawanan Petani Kasus Tanah Jenggawah: Strategi dan Taktik

Perlawanan. Bogor: Pustaka Latin.

Hubeis AVS. 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor (ID):

IPB Press.

[ILO] International Labour Organization. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 25];

Tersedia pada:

http://www.ilo.org/public/english/region/asro/mdtmanila/training/unit1/harv

rdfw.htm.

Kedzior S. 2006. A Political Ecology of the Chipko Movement: Women’s

Participation in the Chipko Movement. [Master Theses]. University of

Kentucky, Uknowledge.

Page 102: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

86

Kinseng RA dan Ariendi GT. 2011. Strategi Perjuangan Petani dalam

Mendapatkan Akses dan Penguasaan atas Lahan. [Jurnal]. Sodality. Vol. 05,

No.01, Hal. 13-31.

Landsberger HA. 1984. Pergolakan Petani dan Perubahan Sosial: Pergolakann

Petani, Beberapa Tema dan Variasinya. Jakarta: CV. Rajawali.

Moyo S. 2005. Gerakan-gerakan Rakyat Dunia Ketiga: Gerakan Pendudukan

Tanah dan Demokratisasi di Zimbabwe: Kontradiksi Neoliberalisme.

Yogyakarta: Resist Book.

Purwandari H. 2006. Perlawanan Tersamar Organisasi Petani (Upaya Memahami

Gerakan Sosial Petani). [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.

Rahayu, dkk. 2005. Gerakan Rakyat untuk Pembaruan Agraria. Garut: Serikat

Petani Pasundan.

Routledge P. 2005. Gerakan-gerakan Rakyat Dunia Ketiga: Pekik Kaum

Terkutuk: Perlawanan di Tengah Pengenyahan Lembah Narmada.

Yogyakarta: Resist Book.

Sukesi K. 1995. Kajian Wanita dalam Pembangunan: Wanita dalam Perkebunan

Rakyat: Hubungan Kekuasaan Pria-Wanita dalam Perkebunan Tebu.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Suryochondro S. 1995. Kajian Wanita dalam Pembangunan: Timbulnya dan

Perkembangan Gerakan Wanita di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Wahyuni ES. 2007. Perempuan Petani dan Penanggulangan Kemiskinan. [Jurnal].

Agrimedia. Vol.12, No.1. hal:26-32

Page 103: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

87

LAMPIRAN

Page 104: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

88

Page 105: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

89

Lampiran 1 Peta Desa Bugel

Gambar 2 Peta Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo

Page 106: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

90

Lampiran 2 Jadwal kegiatan penelitian

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Okt

Penyusunan

proposal

skripsi

Kolokium

Perbaikan

proposal

penelitian

Pengambilan

data

lapangan

Pengolahan

data dan

analisis data

Penulisan

draft skripsi

Sidang

skripsi

Perbaikan

skripsi

Page 107: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

91

Lampiran 3 Kerangka responden

No Nama Umur

1 Katem Kurniyawati 40

2 Rukinem 57

3 Ny.Duljabar 88

4 Ny.Wardani 62

5 Ny.Rumsiyah S 82

6 Kun Dwi Andani 44

7 Lia Daru Calista 20

8 Anita Arum Sukma 19

9 WWI 44

10 Dwi Haryantiani 24

11 Tri Widiawati 22

12 TSB 41

13 Ny. Marto Wiyono 67

14 Sumiyati 48

15 Murjiyem 54

16 Rahayu 31

17 Hj. Mukirah 64

18 Kartinah 44

19 Lufiana R.P 23

20 Saijem 68

21 Ny. Rujinah 52

22 Ny. Wongsodiharjo 77

23 Sartinem 34

24 Pariyah 69

25 Warnipah 29

26 Egy Wulandari 21

27 Ny.Kasan W.A.S 84

28 Ny. Tuminah 73

29 Ny. Ngadinah K.D 83

30 Ane Widyantari 28

31 RNA 25

32 Karni 53

33 Ngadinah 83

34 Sutriyati 44

35 Kania Dewi Astuti 20

36 Sutriyati 38

37 Sri Wasono P 64

38 Hj. Sukartinah 66

39 Sarinah 64

40 Ny. Kromoyadi 99

41 Pariyah 56

42 Paradita 17

43 Dra Supraptinah 53

44 Maharani Cintya D 19

45 Sri Hidayati 41

46 Ninik E.S 36

47 Wasini 46

48 Dina Supangga 19

49 Jiyem 67

50 Kusilah 83

51 Sumarsi 49

52 Sri Puruhitani 46

53 Wiwara S 24

54 Pratista A 18

55 Suyatun 27

56 Tukijem 53

57 Musaroh D 37

58 Lyta 35

59 Aminah K.T 81

60 Ny. Udi W 69

61 Sukarni 37

62 Jumiyatun 48

63 Siti Budi Astuti 35

64 Supiyem 59

65 Dian Heri Ariana 19

66 Asriyah 44

67 Giyem 83

68 TSN 21

69 Sri Suharni 49

70 Ny Rono J.A.M 100

71 Subandiyah 47

72 Payem 67

73 Saniyem 58

74 Katiyem 50

75 Lilia M.U 18

76 Sri Muryani 48

77 Anis Fitriani 26

78 Ny Samirah M. W 81

79 Riyana Rurita 29

80 Nur Aini Latifah 27

81 Rumanti 24

82 Suparmi 42

83 Kemirah 59

84 Tri Mulyani 26

85 Keminem 63

86 Senen 53

Page 108: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

92

87 Tri Purwanti 23

88 Rubinem 52

89 Sri Endang R 48

90 Endah Suci Lestari 19

91 Nur Khasanah 26

92 Sukarni 45

93 Yuliyanti 41

94 Warsinem 33

95 Srimarlena 29

96 Endang Wulandari 31

97 Sumarsih 46

98 Arsiati Widiyantari 44

99 Puput Arni Astuti 19

100 Esti Sukamsih 46

101 Varida Maryatun 50

102 Ery Safitri W 24

103 Warsilah 46

104 Ginah 68

105 Rubinem 36

106 Ny. Harjo Wiyono 76

107 Daliyem 58

108 Samirat 82

109 Ngatiyem 59

110 Suratmi 32

111 Kasinah 49

112 Rusiyem 58

113 Keminem 54

114 Suminem 49

115 Ny. Sastro W 74

116 Jariyah 38

117 Nnrika M 20

118 Kartini 42

119 Subandini 37

120 Dian Septi P 18

121 Nasilem 35

122 Poniyem 79

123 Saminem 56

124 Sumaryatun 44

125 Rubiyem 40

126 Ny. Sadini 73

127 Mukinem 44

128 Nurmawati 49

129 Suyatni 40

130 Sri Murtiningsih 45

131 Iriani R. R 17

132 Winda Dwiastuti 17

133 Ngatini 45

134 Ruminah 44

135 Yatinem 74

136 Tuti Ismawati 37

137 Iskawati 24

138 Sugiyarti 27

139 Ngaipah 45

140 Ratun 54

141 Ny. Lasiyem P. U 67

142 SMF 41

143 Dwi Astuti 28

144 Kasilah 54

145 Ulfa M.A 17

146 Dwi Wahyuningsih 44

147 Marjiyati 38

148 Kurnia Cipta D 24

149 Anik Rahayu 31

150 Pariyem 37

151 Rini Ernawati 24

152 Kartika Dewi H 27

153 Sukiyem 67

154 Soerjana 48

155 Parjiyati 36

156 Tinuk Wasmiyati 45

157 Siti Rokhana 18

158 RMN 45

159 Suryanto 38

160 Semi Puryani 38

161 Ny. Amat S 79

162 Mursiyem 43

163 Surati 31

164 Muryani 31

165 Sutriantini 42

166 Cacik M.I 20

167 Ngadilah 74

168 Aris Sukayati 34

169 Purwanti 32

170 Ngatemi 46

171 SST 32

172 Hartini 43

173 Sukinem 55

174 Siti Astuti 31

175 Tusiyani 22

176 Sumini 38

177 MSH 31

178 Wainah 44

Page 109: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

93

179 Siti Romlah 30

180 Estri Mursilah 38

181 Wartini 37

182 Jariyah 35

183 Markilah 25

184 MYT 39

185 Tuyem 76

186 Sarminah 34

187 Kaminten 79

188 Subiyah 67

189 LKM 59

190 Kuntarsih 31

191 Ny. Tuginem S.W 73

192 Rubiyem 85

193 Tiyasi Karni 31

194 Suwarti 39

195 Wakinem 60

200 Mamik Anggreani 23

201 Tunem 61

202 Suryati 41

203 Isnarni 25

204 Dwi Yuli Yani 24

205 Suwarni 48

206 Ny.Sunti Saliman 53

207 Siti Resiyah 33

208 Minem 48

209 Sri Nurhayati 35

210 Sri Subekti 27

211 Latifa Sari 25

212 Pebri Sisulowati 23

213 Rini Ernawati 24

214 Kosiatun 34

215 Fauziah 23

216 Sarinah 48

217 Yanti K.H 37

218 Deviana Arista 22

219 Sunarsih 45

220 Sudarti 40

221 Waljuni Astuti 19

222 Arum Setyaningsih 17

223 Suryani 36

224 JMN 41

225 Sumiyatun 32

226 Sunimi 60

227 Siti Rohayah 23

228 Saminten 43

229 Istiyem 40

230 Riska Ratnasari 18

231 Sarmi 53

232 Kartinem 65

233 Sri Marfuah 40

234 Satiyem 71

235 Peni Arumsasi 18

236 DRT 46

237 Nurkhayati 23

238 Sugiyem 45

239 Tumirah 79

240 Siti Anisah 42

241 Waijem 65

242 Sumidah 57

243 Sri Lestari 28

244 Satini 75

245 Ngaisah 71

246 Poniyem 58

247 Tri Yaningsih 29

248 Epon Winarsih 40

249 Waginah 60

250 Suratini 48

251 Krisnanti 43

252 Ana Rizki P 19

253 Kadilah 73

254 Mijem 70

255 Sugiyem 57

256 Rahmi Nastiti 36

257 Helda Kurnia Sari 17

258 Suprapti 36

259 Erika A 18

260 Ayusnah 37

261 Warsiti 40

262 Sri Purwaningsih 30

263 Sudiyah 64

264 Rukiyati 34

265 Ngatijem 72

266 Mujiyem 74

267 Suharti 38

268 Fahmi Rahmawati 31

269 Siti Badriyah 39

270 Rusmiyati 37

271 Purwati 37

272 Sujimah 73

273 Jeminten 42

274 Rubinem 64

Page 110: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

94

275 Suratin 47

276 Susi Rahmawati 18

277 Sri Suwarni 42

278 Kuspriyati 43

279 Natalia S 24

280 Suyatmi 27

281 Irma Nuryani 18

282 Sariyati 38

283 Rubinah 44

284 SGT 27

285 Sunarni 37

286 Sukarni 30

287 Wagiyem 71

288 Dwi Lestari 21

289 Sainah 54

290 Emy Cornia 28

291 Tumirah 28

292 Paimah 50

293 Tumijah 36

294 Maryani 36

295 Sutirah 42

296 TantMaryani 18

297 Lestari 36

298 Sarmi 29

299 Sumini 57

300 Tri Susanti 38

301 Purwaningsih 64

302 Murtiah 60

303 Ina hidanah 37

304 Tita Fitriyana 19

305 Erlina E.S 24

306 Kamini 46

307 Wiyanti 43

308 Sumiyati 44

309 Sumiyem 49

310 Tri Purwanti 44

311 Saparilah 44

312 Mustini 40

313 Supiyem 39

314 Nur Suryati AMD 34

315 Tumijem 67

316 Sumartini 43

317 Muhyati 42

318 Upi Wiyanti 35

319 Ngadiyem 84

320 Kasihati 52

321 Munfangatun 26

322 Murtinem 51

323 Tukinah 83

324 Semi 73

325 Suparinah 56

326 Sudiyem 35

327 Ngadiyem 69

328 Rahmawati 19

329 NDH 49

330 Kartinem 61

331 Subandilah 55

332 Sri Widayati 59

333 ELT 29

334 Suratmi 63

335 Prihandari 34

336 Sri Cahyana S 17

337 Hartiyah 43

338 Parinem 71

339 Sugi 74

340 Sutinem 44

341 Wafiratul Janah 19

342 Tumilah 73

343 SRM 46

344 Sirep 82

345 Uminem 57

346 Musiyem 59

347 Dwi Apriliani 18

348 Rebyuk Rubiati 46

349 Tika Fitriana 20

350 Ginem 57

351 Ngadinah 55

352 STY 33

353 Mariana Ulfah 20

354 Tumijem 64

355 Sutilah 77

356 Kasiyati 34

357 Titin Agustiyani 19

358 Lafi Marsuti 44

359 Karwinih 59

360 Sutarti 43

361 Nadhatul Mari’ah 28

362 Sumirah 76

363 Suprihatin 34

364 Nunik 25

365 Temu Wahyuni 38

366 Wuryanti 34

Page 111: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

95

367 Nurjanah Isman 23

368 Sumiyem 75

369 Kemiyem 63

370 Ndari Purwanti 37

371 Ny. Weryo 79

372 Supiyah 83

373 Mujiyem 33

374 Suyati 43

375 Siti Robiah 17

376 Desi Wahyuningsih 31

377 Parinah 50

378 Martini 27

379 Titin A.M 33

380 Sudiyati 49

381 Sri Rika 17

382 Sunarti 36

383 Hariyani 44

384 Wagirah 35

385 Samiyem 72

386 Tuminem 81

387 Tukinah 77

388 Suprihatin 33

389 Rubiyem 57

390 Wuryaningsih 61

391 Yeni M.K 21

392 Waliyem 44

393 Fitri Patimah 18

394 Lestari 17

395 Eny Widarti 53

396 Rukini 56

397 TKM 42

398 Rubiyah 62

399 Indah N.R 18

400 Sutarti Dra 48

401 Sri Suryati 35

402 Keminem 67

403 Wasini 64

404 Sarinah 66

405 Istikhomah 18

406 Sariyah 49

407 SKN 41

408 KTY 54

409 RYN 38

410 Suparmi 39

411 Sumini 48

412 Rusiana Lestari 24

413 Lilik Sunarti 32

414 Martini 61

415 Puji Astuti 34

416 Sri Khayati 35

417 PWT 42

418 Kadiyem 54

419 Sri Maryati 30

420 Sutinah 58

421 Eko Siti Soleha 20

422 MRY 46

423 Sarinah 54

424 RYT 26

425 Suwarti 48

426 Murtini 47

427 Ninng Pratiwi 23

428 Salbiyah 44

429 Nur Agus T.W 21

430 Tutik Nasihah 54

431 Parjiyem 58

432 DES 30

433 Tumiyem 60

434 PDL 50

435 Radiyem 71

436 Sumarni 52

437 Satiyem 74

438 Yunitasari 24

439 Soyem 73

440 Erna K 35

441 RML 34

442 SNY 39

443 Estri Mursilah 38

444 Erni Ernawati 26

445 Sudinem 32

446 Legiyem 31

447 Sutiyah 33

448 Karini 28

449 Isnawati 25

450 RSY 45

451 Erna Hartuti 33

452 Rusmini 40

453 RR.Ramadhani B 21

454 Indarsih 34

455 Kamirah 59

456 Ani Ana F 37

457 Nanik Ekatini 36

458 SMR 34

Page 112: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

96

Lampiran 4 Kuesioner penelitian

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

PERAN PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI

LAHAN PASIR KULON PROGO

Nomor responden

Hari, tanggal survei

Tanggal entri data

Identitas Karakteristik Responden

1 Nama ………………………………………………

2 Umur ……………………………………………… tahun

3 Jenis kelamin ……………………………………………………………

4 Agama ……………………………………………………………

5 Alamat ………………………………………………………

6 Nomor telepon …………………………………………………………

7 Pendidikan (1) Tidak Tamat SD

(2) Tamat SD

(3) Tamat SLTP/SMP

(4) Tamat SLTA/SMA

(5) Perguruan Tinggi

(6) Lainnya:………………………………………

8 Pekerjaan Utama …………………………………………………………

9 Pekerjaan

Sampingan/

Tambahan

……………………………………………………………

……………………………………………………………

……………………………………………………............

Saya, Fika Fatia Qandhi, mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Program

Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Sehubungan dengan

penelitian yang saya lakukan, saya meminta kesediaan

Saudara/Saudari/Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan keadaan yang

sebenar-benarnya. Jawaban Saudara/Saudari/Bapak/Ibu akan dijamin

kerahasiaannya dan digunakan semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian

ini. Terima kasih.

Petunjuk :

Berilah centang (√) pada kolom yang telah disediakan

Untuk kolom yang di dalamnya terdapat titik-titik, maka isilah sesuai

dengan informasi

yang ditanya

Page 113: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

97

II. Analisis Gender

(Berikan tanda (√) pada kondisi yang sesuai)

*) P: Dominan perempuan/istri

L: Dominan laki-laki/suami

B: Bersama

PERAN (PEMBAGIAN KERJA) GENDER

No Pertanyaan Pelaku

P L B

Pembagian kerja reproduktif

1 Siapa yang berbelanja kebutuhan rumah sehari-hari?

2 Siapa yang memilih pangan yang akan dikonsumsi?

3 Siapa yang memasak?

4 Siapa yang membereskan rumah?

5 Siapa yang menyetrika pakaian?

6 Siapa yang mengasuh anak-anak?

7 Siapa yang merawat orang sakit?

8 Siapa yang mencuci pakaian?

JUMLAH

Pembagian kerja produktif (pertanian komoditas cabai keriting)

1 Siapa yang melakukan pengolahan lahan?

2 Siapa yang melakukan pembersihan lahan?

3 Siapa yang mencangkul?

4 Siapa yang membuat petak-petak tanaman/bedengan?

5 Siapa yang menyebar pupuk dasar (5 kompos)?

6 Siapa yang melakukan pemasangan mulsa dan

penyempurnaan kompos?

7 Siapa yang melakukan penanamn?

8 Siapa yang menyiram tanaman?

9 Siapa yang melakukan penyiangan tanaman?

10 Siapa yang melakukan pengendalian hama dan penyakit

tanaman?

11 Siapa yang melakukan pemupukan susulan?

12 Siapa yang melakukan pemetikan hasil panen?

JUMLAH

Pembagian kerja produktif (pertanian komoditas melon)

1 Siapa yang mengolah lahan?

2 Siapa yang membersihkan lahan?

3 Siapa yang mencangkul dan melakukan pemupukan

dasar?

4 Siapa yang menanam?

5 Siapa yang menyiram tanaman?

6 Siapa yang menyiang tanaman?

7 Siapa yang mengendalikan hama/menyemprot pestisida?

8 Siapa yang memupuk tanaman?

Page 114: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

98

9 Siapa yang melakukan pemetikan hasil panen dan

penjarangan buah?

JUMLAH

Pembagian kerja produktif (perdagangan)

1 Siapa yang menjaga toko/warung/berjualan di pasar?

2 Siapa yang membeli barang/bahan baku?

3 Siapa yang membuat produk?

4 Siapa yang mengatur keuangan?

JUMLAH

Pembagian kerja produktif (peternakan)

1 Siapa yang membersihkan kandang?

2 Siapa yang menyiapkan makan ternak?

3 Siapa yang memberi makan ternak?

4 Siapa yang menggembalakan ternak?

5 Siapa yang merawat ternak?

6 Siapa yang melakukan pemasaran hasil?

JUMLAH

Pembagian kerja produktif (sektor jasa, dll)

1 Siapa yang mengajar?

2 Siapa yang menarik ojek?

3 Siapa yang bekerja sebagai kuli bangunan?

4 Siapa yang bekerja di pabrik?

5 Siapa yang bekerja di kantor?

JUMLAH

Pembagian kerja social

1 Siapa yang mengikuti kegiatan keagamaan?

2 Siapa yang mengikuti kegiatan PNPM?

3 Siapa yang mengikuti kegiatan kelompok

tani/GAPOKTAN?

4 Siapa yang mengikuti kegiatan gotong-royong?

5 Siapa yang mengikuti rapat RT/lainnya?

6 Siapa yang mengikuti penyuluhan?

7 Siapa yang menghadiri hajatan?

JUMLAH

AKSES

No Pertanyaan Pelaku

P L B

Akses terhadap sumberdaya fisik/material

1 Siapa yang memiliki kesempatan untuk memanfaatkan

lahan pertanian?

Page 115: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

99

2 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menggunakan

modal uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarga?

3 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menggunakan

modal uang untuk pemenuhan kegiatan pertanian?

4 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menggunakan

sarana produksi pertanian?

5 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menggunakan

hasil pertanian untuk pemenuhan kebutuhan keluarga?

JUMLAH

Akses terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja

1 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menyediakan

(membeli) bibit dan saprotan?

2 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menentukan

waktu penjualan hasil pertanian?

3 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menentukan

tempat penjualan hasil pertanian?

4 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menentukan

jumlah hasil pertanian yang akan dijual?

5 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menentukan

jumlah buruh tani yang akan digunakan ketika panen

berlangsung?

6 Siapa yang memiliki kesempatan untuk pengelolaan

lahan pertanian?

7 Siapa yang memiliki kesempatan untuk pengelolaan

usaha non pertanian?

JUMLAH

Akses terhadap sumberdaya sosial-budaya

1 Siapa yang memiliki kesempatan untuk mengeyam

pendidikan?

2 Siapa yang memiliki kesempatan untuk mengikuti

kegiatan penyuluhan pertanian?

3 Siapa yang memiliki kesempatan untuk mengikuti

kegiatan penyuluhan lainnya?

4 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menentukan

tanaman apa yang akan ditanami pada musim-musim

tertentu?

5 Siapa yang memiliki kesempatan untuk menentukan

strategi pengelolaan pertanian?

JUMLAH

Akses terhadap manfaat

1 Siapa yang memiliki kesempatan atas pemanfaatan

hasil pendapatan?

2 Siapa yang memiliki kesempatan atas pemanfaatan

kekayaan bersama?

Page 116: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

100

3 Siapa yang memiliki kesempatan atas pemanfaatan

kebutuhan dasar?

4 Siapa yang memiliki kesempatan atas pendidikan di

kelurga?

JUMLAH

KONTROL

No Pertanyaan Pelaku

P L B

Kontrol terhadap sumberdaya fisik/material

1 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) atas penggunaan lahan pertanian?

2 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) atas modal uang untuk pemenuhan

kebutuhan keluarga?

3 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) atas modal uang untuk pemenuhan kegiatan

pertanian?

4 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) atas sarana produksi pertanian?

5 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) atas hasil pertanian untuk pemenuhan

kebutuhan keluarga?

JUMLAH

Kontrol terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja

1 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk menyediakan (membeli) bibit dan

saprotan?

2 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk menentukan waktu penjualan hasil

pertanian?

3 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk menentukan tempat penjualan hasil

pertanian?

4 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk menentukan jumlah hasil pertanian

yang akan dijual?

5 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk menentukan jumlah buruh tani yang

akan digunakan ketika panen berlangsung?

6 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk pengelolaan lahan pertanian?

7 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk pengelolaan usaha non pertanian?

Page 117: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

101

JUMLAH

Kontrol terhadap sumberdaya sosial-budaya

1 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk menentukan siapa yang berhak

mengeyam pendidikan?

2 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk mengikuti kegiatan penyuluhan

pertanian?

3 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk mengikuti kegiatan penyuluhan

lainnya?

4 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk menentukan tanaman apa yang akan

ditanami pada musim-musim tertentu?

5 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) untuk menentukan strategi pengelolaan

pertanian?

JUMLAH

Kontrol terhadap manfaat

1 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) atas pemanfaatan hasil pendapatan?

2 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) atas pemanfaatan kekayaan bersama?

3 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) atas pemanfaatan kebutuhan dasar?

4 Siapa yang memiliki kewenangan penuh (mengambil

keputusan) atas pendidikan di kelurga?

JUMLAH

AKTIVITAS PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI

No Pertanyaan Jawaban

Posisi Peran Ya Tidak

Kegiatan dalam PPLP-KP (Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo)

1 Apakah Saudari ikut dalam proses

inisiasi pembentukan PPLP?

2 Apakah Saudari mengikuti diskusi

terkait rencana penambangan pasir

besi di awal pembentukan PPLP?

3 Apakah Saudari ikut memberikan

pendapat ketika diskusi berlangsung?

4 Apakah Saudari ikut dalam

mengambil keputusan ketika

menentukan sikap terkait perencanaan

penambangan pasir besi?

Page 118: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

102

5 Apakah Saudari ikut dalam kegiatan

perayaan hari terbentuknya PPLP-KP?

Kegiatan diskusi dan menjalin solidaritas

6 Apakah Saudari mengikuti kegiatan

diskusi tentang perjuangan masyarakat

pesisir di kampus-kampus?

7 Apakah Saudari ikut dalam

pementasan teater di kampus Atma

Jaya, Jakarta?

8 Apakah Saudari mengikuti kegiatan

diskusi tentang perjuangan masyarakat

pesisir di beberapa kumpulan

masyarakat yang juga

memperjuangkan lahan pertaniannya?

9 Apakah Saudari ikut dalam

pementasan teater di kampus

Universitas Gajah Mada?

10 Apakah Saudari ikut dalam kunjungan

ke Kebumen dalam rangka menjalin

solidaritas?

11 Apakah Saudari ikut dalam proses

pembentukan kesenian teater “unduk

gurun”?

12 Apakah Saudari ikut dalam proses

pembentukan FKMA (Forum

Komunikasi Masyarakat Agraris)

13 Apakah Saudari ikut dalam diskusi di

Gerbang Revolusi, Garongan?

14 Apakah Saudari menjalin hubungan

dengan seniman terkait strategi

perlawanan penambangan pasir besi?

15 Apakah Saudari menjalin hubungan

dengan agamawan terkait strategi

perlawanan penambangan pasir besi?

16 Apakah Saudari menjalin hubungan

dengan akademisi terkait strategi

perlawanan penambangan pasir besi?

17 Apakah Saudari ikut dalam proses

kampanye permasalahan petani di

dunia maya?

18 Apakah Saudari menjalin solidaritas

dengan masyarakat pendukung

penolakan penambangan pasir besi

yang bertempat di Australia?

19 Apakah Saudari menjalin solidaritas

dengan CAF (Casual Anarchist

Federalism) yang berada di Inggris?

Kegiatan aksi dan demonstrasi

Page 119: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

103

20 Apakah Saudari ikut memblokade

jalur lalu lintas rencana penambangan

untuk menghalangi aktivitas rutin

pihak penguasa pertambangan pasir

besi?

21 Apakah Saudari ikut dalam aksi

penutupan jalan menuju pilot plan

proyek penambangan pasir besi?

22 Apakah Saudari ikut dalam

pencegatan pekerja pilot proyek PT.

Jogja Magasa Iron (JMI) oleh warga

masyarakat Gupit?

23 Apakah Saudari ikut mendatangi

gedung-gedung pemerintahan?

24 Apakah Saudari ikut serta dalam

kampanye penolakan pertambangan

pasir besi di Filipina?

25 Apakah Saudari mengikuti aksi-aksi

demosntrasi ?

26 Apakah Saudari ikut andil dalam

proses pembuatan surat untuk presiden

yang pertama?

27 Apakah Saudari ikut andil dalam

proses pembuatan surat untuk presiden

yang kedua?

28 Apakah Saudari ikut andil dalam

proses pembuatan surat untuk presiden

yang ketiga?

29 Apakah Saudari mengikuti aksi demo

di pemerintah Kabupaten Kulon

Progo?

30 Apakah Saudari mengikuti aksi demo

di kantor DPR yang pertama?

31 Apakah Saudari mengikuti aksi demo

di kantor DPR yang kedua?

32 Apakah Saudari mengikuti aksi demo

di kantor DPR yang ketiga?

33 Apakah Saudari mengikuti aksi demo

di kantor DPR yang keempat?

34 Apakah Saudari mengikuti aksi demo

di kantor DPR yang kelima?

35 Apakah Saudari ikut bertugas

mengorganisir petani-petani ketika

sebelum dan saat aksi-aksi demontrasi

berlangsung?

JUMLAH

Page 120: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

104

Akses terhadap Kegiatan-kegiatan dalam Gerakan Petani

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1 Apakah Saudari memiliki kesempatan untuk mengikuti diskusi-

diskusi terkait rencana penolakan penambangan pasir besi?

2 Apakah Saudari memiliki kesempatan untuk mengikuti

pertemuan dengan kelompok gerakan petani lainnya?

3 Apakah Saudari memiliki kesempatan untuk mengikuti diskusi

dengan kelompok gerakan petani lainnya?

4 Apakah Saudari memiliki kesempatan untuk menjalin

solidaritas dengan kelompok gerakan petani lainnya?

5 Apakah Saudari memiliki kesempatan untuk menjalin

solidaritas dengan individu-individu lainnya (seniman, dan lain-

lain)?

6 Apakah Saudari memiliki kesempatan untuk mengikuti aksi-

aksi, demonstrasi, atau kampanye terkait rencana penolakan

penambangan pasir besi?

7 Apakah Saudari memiliki kesempatan untuk mengikuti

kegiatan-kegiatan gerakan petani lainnya (pementasan drama,

penjegatan pihak penambang, dll)

JUMLAH

Kontrol terhadap Kegiatan-kegiatan Gerakan Petani

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1 Apakah Saudari memiliki kewenangan (mengambil keputusan)

dalam kegiatan diskusi-diskusi terkait rencana penolakan

penambangan pasir besi?

2 Apakah Saudari memiliki kewenangan (mengambil keputusan)

dalam pertemuan dengan kelompok gerakan petani lainnya?

3 Apakah Saudari memiliki kewenangan (mengambil keputusan)

dalam kegiatan diskusi dengan kelompok gerakan petani

lainnya?

4 Apakah Saudari memiliki kewenangan (mengambil keputusan)

dalam menjalin solidaritas dengan kelompok gerakan petani

lainnya?

5 Apakah Saudari memiliki kewenangan (mengambil keputusan)

dalam menjalin solidaritas dengan individu-individu lainnya

(seniman, dan lain-lain)?

6 Apakah Saudari memiliki kewenangan (mengambil keputusan)

di setiap kegiatan aksi-aksi, demonstrasi, atau kampanye terkait

rencana penolakan penambangan pasir besi?

7 Apakah Saudari memiliki kewenangan (mengambil keputusan)

dalam kegiatan-kegiatan gerakan petani lainnya (pementasan

drama, penjegatan pihak penambang, dll)

JUMLAH

Page 121: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

105

Lampiran 5 Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam

1. Pedoman Wawancara Mendalam Kepada Tokoh Gerakan Petani

(Perempuan)

Hari, Tanggal Wawancara :

Lokasi Wawancara :

Nama dan Umur Informan :

Pekerjaan :

Pertanyaan Penelitian :

a. Sejak kapan Ibu mengikuti kegiatan-kegiatan gerakan petani?

b. Bagaimana bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh petani?

c. Bagaimana keterlibatan perempuan di masa-masa awal terbentuknya

gerakan petani?

d. Kapan terakhir kali Ibu melakukan aksi terhadap rencana

penambangan pasir besi? Seperti apa aksi yang dilakukan?

e. Bagaimana pendapat Ibu mengenai konflik yang terjadi antara petani

dan pihak penambang pasir besi?

f. Bagaimana pendapat Ibu mengenai perlawanan yang telah dilakukan

oleh petani?

g. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keterlibatan perempuan dalam

gerakan petani?

h. Menurut Ibu, apakah laki-laki dan perempuan memiliki hak dan

kewajiban yang sama dalam kehidupan sehari-hari?

i. Menurut Ibu, apakah laki-laki dan perempuan memiliki peran yang

sama dalam masyarakat?

j. Apakah ada aturan di masyarakat lahan pasir Kulon Progo yang

membedakan antara laki-laki dan perempuan?

2. Pedoman Wawancara Mendalam Kepada Tokoh Gerakan Petani

Hari, Tanggal Wawancara :

Lokasi Wawancara :

Nama dan Umur Informan :

Pekerjaan :

Pertanyaan Penelitian :

a. Bagaimana sejarah kepemilikan lahan pasir Kulon Progo?

b. Bagaimana kronologi asal mula adanya rencana penambangan pasir

besi yang memicu munculnya konflik agraria?

c. Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya gerakan petani?

d. Bagaimana kronologi perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh

petani?

e. Bagaimana bentuk strategi perlawanan yang dilakukan oleh petani?

f. Bagaimana keterlibatan perempuan dalam setiap gerakan petani?

g. Bagaimana bentuk solidaritas antara petani dengan paguyuban petani

lainnya?

h. Bagaimana proses pembentukan PPLP-KP (Paguyuban Petani Lahan

Pasir Kulon Progo)?

i. Kegiatan-kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh PPLP-KP?

Page 122: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

106

Lampiran 6 Dokumentasi penelitian

Gambar 3 Salah satu ladang cabe

keriting di Desa Bugel

Gambar 4 Tanaman cabe

keriting di Kulon Progo

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 5 Kegiatan konvoi Ulang

Tahun PPLP Tahun 2014

Gambar 6 Penyablonan baju

(kegiatan fundrising PPLP)

Gambar 7 Wawancara dengan

petani Kulon Progo

Gambar 8 Masyarakat pesisir saat

memeriahkan Ulang Tahun PPLP

Page 123: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

107

Gambar 9 Hasil lukisan bertema

perlawanan petani oleh seniman

Gambar 10 Wawancara dengan

petani Kulon Progo

Gambar 11 Perempuan Desa

Bugel ketika menyiangi tanaman

Gambar 12 Aksi Solidaritas

Petani Kulon Progo di titik 0 KM

Jogjakarta

Gambar 13 Perempuan memetik

cabai ketika panen raya

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 14 Kegiatan panen raya

di Garongan

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Page 124: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

108

Gambar 15 Aksi demonstrasi

petani Kulon Progo pada 22

Desember 2010

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 16 Aksi demonstrasi

petani Kulon Progo pada 22

Desember 2010

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 17 Aksi demonstrasi

petani Kulon Progo pada 22

Desember 2010

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 18 Aksi demonstrasi

petani Kulon Progo pada 22

Desember 2010

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 19 Aksi demonstrasi

petani Kulon Progo pada 15

Desember 2010

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 20 Aksi demonstrasi

petani Kulon Progo pada 15

Desember 2010

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Page 125: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

109

Gambar 21 Aksi demonstrasi

petani Kulon Progo pada 15

Desember 2010

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 23 Aksi demonstrasi

petani Kulon Progo pada 15

Desember 2010

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 24 Aksi demonstrasi

petani Kulon Progo pada 15

Desember 2010

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 25 Kegiatan diskusi

petani Kulon Progo di Bandung

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 26 Kegiatan menonton

film perjuangan petani Trisik

Sumber: Dokumen PPLP-KP

Gambar 22 Kegiatan Ulang

Tahun PPLP tahun 2014

Page 126: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

110

Page 127: HUBUNGAN PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM … · PEREMPUAN DALAM GERAKAN PETANI LAHAN PASIR KULON PROGO YOGYAKARTA ... Mahasiswa FEMA IPB, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan

111

RIWAYAT HIDUP

Fika Fatia Qandhi dilahirkan di Langsa, pada tanggal 27 September 1992.

Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara, pasangan Saiful Fikri dan

Elidawati, yang kini bermukim di Kampung Jawa Belakang, Kota Langsa,

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Pendidikan formal yang penulis jalani

diantaranya sekolah dasar di SD Negeri 1 Langsa (1998-2004), dilanjutkan

dengan SMP Negeri 1 Bireuen (2004-2007) dan SMA Negeri 1 Sumbawa Besar,

Nusa Tenggara Barat (2007-2010). Pada tahun 2010 penulis melanjutkan

pendidikannya di Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN). Kuliah di bidang ilmu sosial yang jauh berbeda

dengan latar belakang jurusan yang diambil penulis ketika SMA

mengharuskannya untuk belajar lebih tekun dan gigih lagi.

Selama di Institut Pertanian Bogor, penulis tidak hanya aktif dalam

kegiatan perkuliahan, tetapi juga aktif dalam berorganiasi dan kegiatan

kepanitiaan. Penulis tercatat dalam bidang kepanitiaan, antara lain sebagai

sekretaris Manajemen Fundrising Leadership and Enterpreneurship Schools

(LES), staf divisi acara Open House Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan

Mahasiswa Tanah Rencong (IMTR) 2011, staf divisi humas gebyar nusantara

IMTR 2011, sekretaris Gebyar Nusantara IMTR 2011, anggota kegiatan 1000

mahasiswa Turun Desa I-Share 2012, staf divisi pengajar Himasiera Pengajar

2012, staff divisi medis Masa Perkenalan Fakultas, Fakultas Ekologi Manusia

2012, ketua kadiv konsumsi Masa Perkenalan Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat 2012, staf divisi konsumsi Sunatan Massal Fema

Care and Share 2013, staf divisi konsumsi Donor Darah Fema Care and Share

2013, staf divisi sponsorship dan dana usaha Kemah riset 2013, dan staf divisi

dana usaha Indonesian Ecology Expo 2013. Selain itu, penulis juga tercatat

sebagai sekretaris Divisi Internal Forum Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA) IPB,

Anggota Divisi Sosial Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi

Manusia (BEM FEMA) periode 2012-2013, Koordinator Divisi Pendidikan Anak

Desa Mitra Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (Samisaena BEM FEMA)

2013, dan ketua Bedah Desa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi

Manusia (BEM FEMA) 2013.