hubungan peran kader jumantik dengan...

15
1 HUBUNGAN PERAN KADER JUMANTIK DENGAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG 3M PLUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERSARI JEMBER Dwi Mayserga Prastyabudi* Ns. Cipto Susilo, S.Pd., S.Kep., M.Kep.** *Mahasiswa Fikes Universitas Muhammadiyah Jember ([email protected]). **Dosen Fikes Universitas Muhammadiyah Jember. Abstract The 3M-Plus-behavior is a preventive attempt to be implemented by society. The actions include drain the bathing container; bury unused objects, particularly the ones which may contain water; close the areas in which mosquito larvae may grow; apply mosquito repellent or other anti-mosquito agents; put on blanket while sleeping, etc. The larvae observing agents play significant role in the effort of changing the society’s behavior regarding the 3M-Plus programs. These agents are well-trained, and are well-acquainted with the dengue fever and the preventive attempts. The objective of this research is to identify the correlation between the roles of the larvae observing agents and the public behavior regarding the 3M Plus at the coverage area of Sumbersari Local Health Center Jember Regency. This research employs correlational study with cross-sectional design. The population of this research is the entire larvae observing agents and the local community at the coverage area of Sumbersari Local Health Center Jember Regency, numbering 50 individuals, with equal number of 25 of both larvae observing agents and local community respondents. This research employs purposive sampling as its sampling collection technique. Data is taken using questionnaire extension. The result of this research reveals that of 50 individuals, 25 larvae observing agents are reported to show a majority (80%) good role. Regarding the role of the community respondents, again, the majority (76%) is reported to show good role. When tested using the spearman rho testing, the p value of this research is obtained at 0,00< 0,05, thus H 1 is accepted. This means that the correlation between the roles of the larvae observing agents and the public behavior regarding the 3M Plus at the coverage area of Sumbersari Local Health Center Jember Regency exists, respectively. Keywords : Larvae observing agents, behavior and 3M Plus Bibliography : 23 (1996-2013)

Upload: lyanh

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1

HUBUNGAN PERAN KADER JUMANTIK DENGAN PERILAKU

MASYARAKAT TENTANG 3M PLUS DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SUMBERSARI JEMBER

Dwi Mayserga Prastyabudi* Ns. Cipto Susilo, S.Pd., S.Kep., M.Kep.**

*Mahasiswa Fikes Universitas Muhammadiyah Jember ([email protected]).

**Dosen Fikes Universitas Muhammadiyah Jember.

Abstract

The 3M-Plus-behavior is a preventive attempt to be implemented by society. The

actions include drain the bathing container; bury unused objects, particularly the

ones which may contain water; close the areas in which mosquito larvae may grow;

apply mosquito repellent or other anti-mosquito agents; put on blanket while

sleeping, etc. The larvae observing agents play significant role in the effort of

changing the society’s behavior regarding the 3M-Plus programs. These agents are

well-trained, and are well-acquainted with the dengue fever and the preventive

attempts. The objective of this research is to identify the correlation between the roles

of the larvae observing agents and the public behavior regarding the 3M Plus at the

coverage area of Sumbersari Local Health Center Jember Regency. This research

employs correlational study with cross-sectional design. The population of this

research is the entire larvae observing agents and the local community at the

coverage area of Sumbersari Local Health Center Jember Regency, numbering 50

individuals, with equal number of 25 of both larvae observing agents and local

community respondents. This research employs purposive sampling as its sampling

collection technique. Data is taken using questionnaire extension. The result of this

research reveals that of 50 individuals, 25 larvae observing agents are reported to

show a majority (80%) good role. Regarding the role of the community respondents,

again, the majority (76%) is reported to show good role. When tested using the

spearman rho testing, the p value of this research is obtained at 0,00< 0,05, thus H1

is accepted. This means that the correlation between the roles of the larvae

observing agents and the public behavior regarding the 3M Plus at the coverage area

of Sumbersari Local Health Center Jember Regency exists, respectively.

Keywords : Larvae observing agents, behavior and 3M Plus

Bibliography : 23 (1996-2013)

2

Abstrak

Perilaku 3M Plus merupakan upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh

masyarakat seperti menguras kamar mandi, mengubur barang-bekas terutama yang

dapat menampung air serta menutup tempat-tempat yang memungkinkan nyamuk

berkembangbiak, menggunakan obat nyamuk, menggunakan selimut saat tidur, dll.

Kader Jumantik memiliki peran yang signifikan dalam upaya perubahan perilaku

masyarakat terutama tentang 3M Plus. Karena Kader Jumantik telah dilatih sehingga

dapat mengenal penyakit Demam Berdarah dan cara-cara pencegahannya. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Hubungan Peran Kader Jumantik dengan

Perilaku Masyarakat tentang 3M Plus di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari

Jember. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah study

corelasional dengan rancangan cross sectional. Sebagai populasi penelitian ini adalah

kader jumantik dan masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Jember

dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden yang terdiri dari 25 responden adalah

kader jumantik dan 25 responden adalah masyarakat. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan lembar

kuisioner. Hasil penelitian dari 50 responden, 25 responden (kader jumantik) yang

didapatkan peran kader jumantik mayoritas (80%) baik. Dan 25 responden

(masyarakat) perilaku masyarakat tentang 3M Plus mayoritas (76%) baik.

Berdasarkan uji spearmen rho didapatkan nilai p value penelitian sebesar 0,00 < 0,05,

maka H1 diterima yang bermakna ada hubungan peran kader jumantik dengan

perilaku masyarakat tentang 3M Plus di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari

Jember.

Kata Kunci : Kader Jumantik, Perilaku dan 3M Plus

Daftar Pustaka : 23 (1996 – 2013)

3

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau

yang disebut Dengue Haemorragic

Fever (DHF) merupakan salah satu

jenis penyakit menular akut yang

menjadi masalah kesehatan dunia

terutama pada Negara-negara

berkembang termasuk Indonesia.

Penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) menjadi masalah kesehatan di

Indonesia yang menimbulkan

keresahan masyarakat karena

perjalanan penyakitnya yang cepat dan

dapat menyebabkan kematian dalam

waktu singkat. Sampai saat ini yang

jadi vektor utama yaitu nyamuk Aedes

aegypti. Peningkatan insidensi dan

penyebarluasan DBD tersebut diduga

erat kaitannya dengan kepadatan

vektor yang sangat tinggi dan

didukung dengan meningkatnya

mobilitas penduduk oleh karena

meningkatnya sarana transportasi

dalam kota maupun luar kota. Seluruh

wilayah Indonesia mempunyai resiko

untuk terjangkit penyakit DBD kecuali

daerah yang memiliki ketinggian lebih

dari 1000 meter diatas laut. (Depkes.

R.I, 2006).

Penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) banyak ditemukan di daerah

tropis dan sub-tropis. Asia menempati

urutan pertama dalam jumlah penderita

DBD setiap tahunnya. Terhitung sejak

tahun 1968 hingga tahun 2009, World

Health Organization (WHO) mencatat

negara Indonesia sebagai negara

dengan kasus DBD tertinggi di Asia

Tenggara. Data dari Depkes RI tahun

2010 mencantumkan peningkatan

jumlah kasus DBD pada tahun 2008

137.469 kasus menjadi 158.912 kasus

pada tahun 2009. Berdasarkan data

yang dirangkum oleh Dinas Kesehatan

(dinkes) Jawa Timur, jumlah kasus

Demam Berdarah Dengue (DBD) di

Jawa Timur sampai Maret tahun 2013

sebesar 7.496 penderita dan 68 orang

diantaranya meninggal dunia. Kondisi

tersebut mengakibatkan peningkatan

kasus sebesar 66,98% bila

dibandingkan tahun lalu pada periode

yang sama (Januari - Maret 2012).

Sementara di Jember, Jawa Timur

menurut Kepala Humas Dinas

Kesehatan Jember Yumarlis tahun

2007 Kecamatan tertinggi angka

DBDnya adalah Kecamatan

4

Sumbersari, dengan 131 kasus. Pada

tahun 2013 kasus yang terjadi di

Kabupaten Jember dengan jumlah

penderita demam berdarah dari bulan

Januari hingga November ini mencapai

870 kasus dengan 5 orang meninggal

dunia. Kebanyakan yang meninggal

adalah balita. Sedangkan tahun 2012

lalu, jumlah penderita demam berdarah

260 kasus. Hal ini berarti dari tahun

2012-2013 jumlah penderita DBD

meningkat 3 kali lipat dengan

persebarannya di tiga kecamatan kota,

yaitu Patrang, Kaliwates dan

Sumbersari.

Peningkatan dan penyebaran kasus

DBD tersebut kemungkinan

disebabkan oleh mobilitas penduduk

yang tinggi, perkembangan wilayah

perkotaan, perubahan iklim, perubahan

kepadatan dan distribusi penduduk

serta faktor epidemiologi lainnya yang

masih memerlukan penelitian lebih

lanjut (Kementerian Kesehatan RI,

2010). Untuk menanggulangi dan

mencegah mewabahnya bahaya

penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) diperlukan peran serta

masyarakat terutama kader kesehatan.

Salah satu upaya tersebut, pemerintah

bahkan Kabupaten Jember membentuk

petugas yang dapat memantau adanya

jentik-jentik yang disebut Jumantik

(Juru Pemantuau Jentik). Di kelurahan

Sumbersari sendiri mempunyai kader

jumantik sebanyak 115 kader, salah

satu kegiatannya bisa melalui program

jum’at bersih dimana kegiatan ini tidak

hanya membersikan lingkungan, tetapi

juga memantau jentik nyamuk

sehingga kejadian DBD dapat

berkurang.

Jumantik (Juru Pemantau Jentik)

merupakan kelompok kerja kegiatan

pemberantasan penyakit Demam

Berdarah Dengue di tingkat desa.

Kader Jumantik bertujuan

menggerakan masyarakat dalam usaha

pemberantasan penyakit DBD

terutama dalam pemberantasan jentik

nyamuk penularnya sehingga

penularan penyakit DBD ditingkat

desa dapat dicegah dan dibatasi. Peran

Jumantik ini sengat besar dalam

membasmi dan memutus mata rantai

penularan jentik nyamuk Aedes

Aegypti sebagai pembawa virus DBD.

Tugas pokok Jumantik adalah

5

mendatangi rumah penduduk, tempat-

tempat umum dan tempat-tempat

ibadah untuk melakukan pemeriksaan

jentik secara berkala 1 minggu sekali.

Selain itu, kader Jumantik juga wajib

memberikan penyuluhan kepada

masyarakat, memasang dan mengisi

Kartu Rumah Pemeriksaan Jentik,

mencatat hasil pemeriksaan jentik ke

buku register lalu melaporkan hasilnya

ke koordinator / petugas kesehatan

setempat. Penyuluhan yang dapat

disampaikan kepada masyarakat

adalah perilaku 3M Plus (Nugroho,

2008).

Perilaku 3M Plus merupakan upaya

pencegahan yang dapat dilakukan oleh

masyarakat seperti menguras kamar

mandi, mengubur barang-bekas

terutama yang dapat menampung air

serta menutup tempat-tempat yang

memungkinkan nyamuk

berkembangbiak. Tetapi, dari hasil

observasi peneliti di beberapa rumah

menunjukkan bahwa kesadaran

masyarakat dalam melakukan ketiga

hal tersebut masih rendah. Hal ini

dibuktikan dengan adanya jentik

nyamuk disekitar rumah bahkan di

kamar mandipun jentik nyamuk

diabaikan keberadaannya. Padahal,

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember

telah berupaya untuk terus

memotivasi, menyadarkan bahkan

melibatkan masyarakat tentang

pentingnya perilaku 3M Plus dengan

membentuk Juru Pemantau Jentik

dengan harapan, masyarakat mampu

mencegah perkembangbiakan jentik di

sekitar tempat tinggal.

Dari uraian tersebut, peran kader

Jumantik tidak memiliki dampak yang

signifikan terhadap perubahan perilaku

masyarakat 3M Plus di wilayah kerja

Puskesmas Sumbersari, sehingga

peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian berjudul “Hubungan Peran

Kader Jumantik Dengan Perilaku

Masyarakat Tentang 3M Plus di

Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari

Jember”.

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Hubungan Peran Kader

Jumantik Dengan Perilaku Masyarakat

Tentang 3m Plus Di Wilayah Kerja

6

Puskesmas Sumbersari Jember.

Populasi dalam penelitian ini adalah

KK yang ada di Lingkungan krajan

Barat Kelurahan Sumbersari yang

berjumlah 1897 kepala keluarga

dengan radius 1 Km dengan responden

berjumlah 50 responden. Teknik

sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah probability

sampling. Jenis yang dipakai peneliti

adalah purposive sampling. Tempat

penelitian ini dilakukan di Wilayah

Kerja Puskesmas Sumbersari Jember

dengan waktu penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juni 2014.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengumpulan data di Wilayah

Kerja Puskesmas Sumbersari Jember:

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Peran Kader

Jumantik di Wilayah Kerja Puskesmas

Sumbersari Jember

Peran Frekuensi Presentase

Baik 20 80 %

Kurang

Baik 5 20 %

Total 25 100 %

Berdasarkan tabel diatas dapat

disimpulkn bahwa mayoritas (80%)

peran kader jumantik baik.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Perilaku

Masyarakat Tentang 3M Plus di

Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari

Jember

Perilaku Frekuensi Presentase

Baik 19 76 %

Kurang

Baik 6 24 %

Total 25 100 %

Berdasarkan tabel diatas dapat

disimpulkan bahwa perilaku

masyarakat tentang 3M plus ssebagian

besar (76%) baik.

Tabel 3

Analisa Hubungan Peran Kader Jumantik

dengan Perilaku Masyarakat Tentang 3M

Plus di Wilayah Kerja Puskesmas

Sumbersari Jember

Peran

Perilaku

Total p

value Baik Kurang

Baik

Baik 18

(90%)

2

(10%)

20

0,00 Kurang

Baik

1

(20%)

4

(80%)

5

Total 19 6 25

7

Berdasarkan tabel silang diatas dapat

disimpulkan bahwa perilaku

masyarakat yang baik terkait 3M plus

dipengaruhi oleh peran kader jumantik

yang baik. Sebaliknya, apabila peran

kader jumantik kurang baik dapat

berdampak pada kurang baiknya

perilaku masyarakat terkait perilaku

3M plus.

Berdasarkan uji spearmen rho

didapatkan nilai p value penelitian

sebesar 0,00 < 0,05, maka H1 diterima

yang bermakna ada hubungan peran

kader jumantik dengan perilaku

masyarakat tentang 3M plus di

Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari

Jember.

1. Berdasarkan tabel 6.0 dapat

disimpulkan bahwa mayoritas (80

%) peran kader jumantik baik dan

hanya 20 % peran kader jumantik

kurang baik.

Peran kader yang baik tersebut

meliputi melakukan pemantauan

tempat sarang nyamuk Aedes

aegypti, melakukan pemeriksaan

pada tempat-tempat yang dapat

menggenangkan air seperti pot

bunga, botol dan lain-lain. Selain

itu, kader jumantik juga

memberikan penjelasan tentang

tindakan-tindakan apabila di rumah

warga terdapat sarang nyamuk dan

lain sebagainya.

Peran merupakan seperangkat

tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang

sesuai kedudukannya dalam suatu

sistem. Peran dipengaruhi oleh

keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil

(Fadli dalam Kozier Barbara,

2008). Selain itu, menurut

Friedman (1998) peran merupakan

serangkaian perilaku yang

diharapkan pada seseorang sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan

baik secara formal maupun secara

informal. Peran didasarkan pada

preskripsi (ketentuan) dan harapan

peran yang menerangkan apa yang

individu-individu harus lakukan

dalam suatu situasi tertentu agar

dapat memenuhi harapan-harapan

mereka sendiri atau harapan orang

lain menyangkut peran-peran

tersebut.

8

Peneliti berasumsi bahwa peran

merupakan suatu rangkaian

tugas yang dilakukan seseorang

berdasarkan kedudukannya di

dalam masyarakat. Menurut

Mubarok (2007), peran dapat

ditentukan oleh beberapa faktor

seperti Pendidikan, pekerjaan,

umur, minat, pengalaman,

kebudayaan dan informasi.

Pendidikan berarti bimbingan

yang di berikan seseorang pada

orang lain terhadap sesuatu hal

agar mereka dapat memahami.

Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah pula

mereka menerima informasi,

dan pada akhimya makin

banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Sebaliknya jika

seseorang tingkat

pendidikannya rendah akan

menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap

penerimaan informasi dan nilai-

nilai yang baru diperkenalkan.

Berdasarkan tabel 5.4,

pendidikan kader jumantik

sebagian besar (52,0%) adalah

SMA. Peneliti berasumsi bahwa

tingkat pendidikan SMA

merupakan tingkat pendidikan

yang baik sehingga kader

jumantik mampu memahami

pentingnya upaya pencegahan

demam berdarah melalui

perilaku 3M plus sehingga

dapat memberikan peran yang

baik dalam upaya-uapaya

tersebut.

Pekerjaan juga merupakan

faktor yang dapat

mempengaruhi suatu peran.

Pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan

baik secara langsung maupun

secara tidak langsung.

Pengalaman adalah suatu

kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Ada

kecenderungan pengalaman

yang kurang baik seseorang

akan berusaha untuk

melupakan, namun jika

pengalaman terhadap obyek

9

tersebut menyenangkan maka

secara psikologis timbul kesan

yang sangat mendalam dan

membekas dalam emosi

kejiwaannya dan akhimya dapat

pula membentuk sikap positif

dalam kehidupannya.

Apabila dalam suatu wilayah

mampu menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin

masyarakat sekitarya mempunyai

sikap untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan, karena

lingkungan sangat berpengaruh

dalam pembentukan sikap pribadi

atau sikap seseorang (Saifuddin A,

2002) dalam (Mubarak, dkk, 2007)

bertambahnya umur seseorang akan

terjadi perubahan pada aspek fisik

dan psikologis (mental).

Pertumbuhan pada fisik secara garis

besar ada empat kategori perubahan

pertama perubahan ukuran, kedua,

perubahan proporsi, ketiga,

hilangnya ciri-ciri lama, keempat,

timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ.

Pada aspek psikologis atau mental

taraf berpikir seseorang semakin

matang dan dewasa. Kemudahan

memperoleh informasi dapat

membantu mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang

baru. (Mubarak, dkk, 2007).

2. Berdasarkan tabel diatas dapat

disimpulkan bahwa perilaku

masyarakat terkait 3M plus

sebagian besar (76 %) baik.

Peneliti berasumsi bahwa perilaku

masyarakat terkait 3M plus telah

memenuhi harapan. Artinya bahwa

masyarakat telah memiliki

pengetahuan dan perhatian terkait

3M plus khususnya dalam menjaga

agar nyamuk Aedes aegypti tidak

berkembang biak. 3M plus meliputi

menggunakan obat nyamuk atau

anti nyamuk (lotion atau obat

nyamuk bakar), menggunakan

kelambu saat tidur (selimut),

menanam tanaman pengusir

nyamuk (lavender), memelihara

ikan yang dapat mengurangi jentik

nyamuk, Menghindari daerah gelap

di dalam rumah agar tidak ditempati

nyamuk dengan mengatur ventilasi

dan pencahayaan, Memberi bubuk

larvasida pada tempat air yang sulit

10

dibersihkan dan Tidak

menggantung pakaian di dalam

rumah serta tidak menggunakan

hordeng atau korden gelap yang

bisa menjadi tempat istirahat

nyamuk, dan lain-lain.

Menurut Skinner, (1938 dalam

Notoadmodjo, 2007), perilaku

adalah respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Oleh karena perilaku ini

terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organism dan

kemudian organism tersebut

merespons. Perilaku manusia

adalah refleksi dari berbagai gejala

kejiwaan seperti pengetahuan,

persepsi, minat, keinginan dan

sikap. Hal-hal yang mempengaruhi

perilaku seseorang sebagian terletak

dalam diri individu sendiri yang

disebut juga faktor internal

sebagian lagi terletak di luar dirinya

atau disebut dengan faktor eksternal

yaitu faktor lingkungan.

Menurut L.W.Green Perilaku

dipengaruhi oleh beberapa faktor.

meliputi Faktor-faktor predisposisi

(redisposing factors), merupakan

faktor yang terwujud dalam

kepercayaan, kayakinan, nilai-nilai

dan juga variasi demografi, seperti :

status ekonomi, umur, jenis kelamin

dan susunan keluarga. Faktor ini

lebih bersifat dari dalam diri

individu tersebut. Faktor-faktor

pemungkin (Enambling Factors),

merupakan faktor pendukung yang

terwujud dalam lingkungan fisik,

termasuk di dalamnya adalah

berbagai macam sarana dan

prasarana, misal : dana,

transportasi, fasilitas, kebijakan

pemerintah dan lain sebagainya.

Faktor-faktor pendukung

(reinforcing factors) meliputi faktor

sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, sikap dan

perilaku petugas termasuk petugas

kesehatan, undang-undang

peraturan-peraturan baik dari pusat

maupun pemerintah daerah yang

terkait dengan kesehatan.

Berdasarkan teori-teori tersebut,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa

perilaku masyarakat dapat dirubah

melalui pemberian stimulus berupa

informasi dan penjelasan terutama

11

tentang bahaya apabila tidak

menjaga perilaku 3M. Melalui

stimulus sperti ini, masyarakat

diharapkan dapat berespon dengan

melakukan tindakan-tindakan

terkait 3M plus seperti menguras,

menutup, mengubur serta

melakukan pencegahan lain

misalnya menggunakan selimut saat

tidur, memberikan abate pada bak

mandi dan tidak menggantung

pakaian terlalu banyak atau

sembarangan.

Pemberian stimulus dan arahan

kepada masyarakat agar perilaku

terkait 3M plus semakin baik juga

didukung oleh latar belakang

masyarakat sterutama pendidikan.

Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka kemampuan

memahami akan semakin baik.

Berdasarkan tabel 5.4, pendidikan

masyarakat sebagian besar (48%)

adalah SMA sehingga peneliti

berasumsi bahwa masyarakat

mampu memahami pentingnya

menjaga dan merubah perilaku

terkait 3M plus agar terhindar dari

penyakit DBD.

3. Berdasarkan tabel silang diatas

dapat disimpulkan bahwa perilaku

masyarakat yang baik terkait 3M

plus dipengaruhi oleh peran kader

jumantik yang baik. Sebaliknya,

apabila peran kader jumantik

kurang baik dapat berdampat pada

kurang baiknya perilaku masyarakat

terkai perilaku 3M plus.

Penilaian hubungan peran kader

jumantik dengan perilaku

masyarakat tentang 3M plus

didapatkan nilai p value 0,00

sehingga ada hubungan peran kader

jumantik dengan perilaku

masyarakat tentang 3M plus di

Wilayah Kerja Puskesmas

Sumbersari Jember.

Peran merupakan seperangkat

tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang

sesuai kedudukannya dalam suatu

sistem. Peran dipengaruhi oleh

keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil

(Fadli dalam Kozier Barbara,

2008). Selain itu, menurut

Friedman (1998) peran merupakan

serangkaian perilaku yang

12

diharapkan pada seseorang sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan

baik secara formal maupun secara

informal. Peran didasarkan pada

preskripsi (ketentuan) dan harapan

peran yang menerangkan apa yang

individu-individu harus lakukan

dalam suatu situasi tertentu agar

dapat memenuhi harapan-harapan

mereka sendiri atau harapan orang

lain menyangkut peran-peran

tersebut.

Sedangkan perilaku menurut

Skinner, (1938 dalam

Notoadmodjo, 2007), adalah respon

atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar).

Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme dan kemudian

organisme tersebut merespons.

Perilaku manusia adalah refleksi

dari berbagai gejala kejiwaan

seperti pengetahuan, persepsi,

minat, keinginan dan sikap. Hal-hal

yang mempengaruhi perilaku

seseorang sebagian terletak dalam

diri individu sendiri yang disebut

juga faktor internal sebagian lagi

terletak di luar dirinya atau disebut

dengan faktor eksternal yaitu faktor

lingkungan.

Menurut L.W.Green Perilaku

dipengaruhi oleh beberapa faktor.

meliputi Faktor-faktor predisposisi

(predisposing factors), merupakan

faktor yang terwujud dalam

kepercayaan, kayakinan, nilai-nilai

dan juga variasi demografi, seperti :

status ekonomi, umur, jenis kelamin

dan susunan keluarga. Faktor ini

lebih bersifat dari dalam diri

individu tersebut. Faktor-faktor

pemungkin (enambling factors),

merupakan faktor pendukung yang

terwujud dalam lingkungan fisik,

termasuk di dalamnya adalah

berbagai macam sarana dan

prasarana, misal : dana,

transportasi, fasilitas, kebijakan

pemerintah dan lain sebagainya.

Faktor-faktor pendukung

(reinforcing factors) meliputi faktor

sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, sikap dan

perilaku petugas termasuk petugas

kesehatan, undang-undang

peraturan-peraturan baik dari pusat

13

maupun pemerintah daerah yang

terkait dengan kesehatan.

Menurut peneliti, semakin baik

peran kader jumantik, maka

perilaku masyarakat terkait 3M plus

akan semakin baik pula. Demikian

pula sebaliknya, apabila peran

kader kurang baik, maka perilaku

masyarakat juga berada pada

kategori kurang baik. Peneliti

berasumsi bahwa peran kader

jumantik untuk mengubah perilaku

masyarakat merupakan langkah

efektif untuk meningkatkan

lingkungan yang bebas jentik

sehingga angka kejadian DBD

dapat ditekan.

Oleh karena itu, peneliti berasumsi

bahwa terdapat pengaruh antara

pran kader jumantik terhadap

perilaku masyarakat tertang 3M

plus. Asumsi peneliti juga didukung

oleh penelitian lain seperti

penelitian yang dilakukan oleh

Asniati, dkk (2008) bahwa peran

memiliki pengaruh yang signifikan

(0,00) terhadap perilaku Ibu dalam

melakukan pencegahan DBD.

Penelitian lain yang dilakukan oleh

Yulian Thaviv (2010) juga

menyebutkan bahwa peran kader

jumantik dapat mempengaruhi

perilaku masyarakat sehingga angka

bebas jentik dapat ditingkatkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Peran kader jumantik di Wilayah Kerja

Puskesmas Sumbersari Jember

mayoritas (80%) baik.

Perilaku masyarakat tentang 3M plus

di Wilayah Kerja Puskesmas

Sumbersari Jember sebagian besar

(76%) baik.

Ada hubungan peran kader jumantik

dengan perilaku masyarakat tentang

3M plus di Wilayah Kerja Puskesmas

Sumbersari Jember.

Saran ditujukan kepada :

1. Kader Jumantik

Peran kader jumantik sudah baik,

namun perlu terus ditingkatkan agar

perilaku masyarakat tetap berada

pada kondisi baik. Peran kader yang

kurang baik karena kader jarang

mendiskusikan dengan ketua RT

setempat jika ada warganya yang

menolak dilakukan pemeriksaan

jentik dan kader jarang memeriksa

14

minimal 60 rumah tiap bulan. Jadi,

Kader Jumantik perlu memperbaiki

kedua hal tersebut.

2. Puskesmas

Puskesmas Sumbersari Jember

harus menggencarkan penyuluhan-

penyuluhan terkait pencegahan

DBD untuk menurunkan angka

kejadian penyakit tersebut.

3. Lembaga Pendidikan Kesehatan

Lembaga pendidikan kesehatan

perlu memberikan pengetahuan dan

wawasan kepada mahasiswa

terutama mahasiswa keperawatan

tentang pentingnya kader, fungsi

kader serta peran kader dalam

masyarakat untuk mencegah

bersarangnya nyamuk aedes

aegypti.

DAFTAR PUSTAKA

Aryatmo Tjokronegoro. 2006. Naskah

Lengkap Demam Berdarah

Dengue, Pelatihan bagi Dokter

Spesialis Anak dan dokter

Spesialis Penyakit Dalam

dalam Tatalaksana kasus DBD

Edisi kedua, Jakarta: FKUI

Depkes RI. 2005. Pemberantasan dan

Pencegahan Demam Berdarah

Dengue di Indonesia. Dirjen

P2PL.

Depkes. 2004. Petunjuk Pelaksanaan

PSN DBD oleh Juru Pemantau

Jentik (Jumantik). Depkes RI,

Dirjen. PPM & PL, Jakarta.

Depkes, RI. 2006. Pencegahan dan

Pemberantasan Demam Berdarah

Dengue di

Fathi, dkk. 2005. Peran faktor

lingkungan dan prilaku

terhadap penularan demam

berdarah dengue dikota

mataram, jurnal kesehatan

lingkungan, (online).

http://journal.unair.ac.id/filerP

DF/KESLING-2-1-01.pdf (

diakses 8 november 2012)

Friedman, M. M. 1998. Keperawatan

Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta:

EGC

http://www.upikke.staff.ipb.ac.id/2011

/09/23/jumantik/ diperoleh

tangggal 27 April 2014

http://www.cendanapos.com/2008/11/

perangi-dbd-kader-jumantik-

dilatih.html diperoleh tangggal

27 April 2014

http://www.prosalinaradio.com/wp/?p

=3823Indonesia, Jakarta:

Ditjen PP dan PL diperoleh

tangggal 27 April 2014

Indriyani, Diyan, dkk. 2010. Panduan

penulisan Skripsi. Jember: Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Jember.

Kemenkes RI. 2011. Profil data

kesehatan Indonesia tahun

15

2011. Online:

www.depkes.go.id/downloads/

PROFIL_DATA_KESEHATA

N_INDONESIA_TAHUN_201

1.pdf diperoleh tangggal 27

April 2014

Kementerian Kesehatan, Profil

Kesehatan Indonesia Tahun

2010, Jakarta, 2011.

Mubarok, W. I., dkk. 2007. Promosi

Kesehatan Sebuah Pengantar

Proses Belajar Mengajar dalam

Pendidikan. Yogyakarta :

Graha Ilmu

Noer, M Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Edisi

ketiga. FKUI

Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan

Masyarakat (Prinsip - Prinsip

Dasar). Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo. 2005. Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Notoatmojo. 2007. Kesehatan

Masyarakat Ilmu dan Seni.

Jakarta: Rineke cipta

Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku

Kesehatan hal. 20–26. Jakarta:

Rineka cipta

Nursalam. 2013. Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3.

Jakarta: Salemba Medika

Prijanto Juni DKK,. 1999. Atlas

Parasitologi Kedokteran.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama

Saifudin, A.B. 2002. Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal & Neonatal. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

WHO. 2004. Panduan lengkap

pencegahan dan pengendalian

dengue dan demam berdarah

dengue. Jakarta: EGC.

Zulkarnaini, Siregar, YI, Dameria.

2008. Hubungan Kondisi Sanitasi

Lingkungan Rumah Tangga

Dengan Keberadaan Jentik Vektor

Dengue Di Daerah Rawan Demam

Berdarah Dengue Kota Dumai

Tahun 2008. 2008. . [Online]. 2

(3)

http://lib.unri.ac.id/data/images/ph

ocadownload/2_3__ZKN_dameria

_115-124_.pdf [diakses 12

November 2012]