hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu tentang …repository.helvetia.ac.id/1622/2/skripsi...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU
TENTANG PERAN KADER BINA KELUARGA BALITA
DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM PROGRAM BINA
KELUARGA BALITA DI LINGKUGAN V DAN VI
KELURAHAN PULAU SIMARDAN
KOTA TANJUNGBALAI
TAHUN 2018
SKRIPSI
OLEH :
DELIANA
1602022003
PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
2
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU
TENTANG PERAN KADER BINA KELUARGA BALITA
DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM PROGRAM BINA
KELUARGA BALITA DI LINGKUGAN V DAN VI
KELURAHAN PULAU SIMARDAN
KOTA TANJUNGBALAI
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat dan Memeroleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(S.K.M)
Oleh :
DELIANA
1602022003
PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
3
4
Telah Diuji pada Tanggal : 1 Desember 2017
Panitia Penguji Skripsi
Ketua : Dian Maya Sari Siregar, S.K.M., M.Kes
Anggota : 1. Wahyuni, S.Psi., M.Kes
2. Tengku Moriza, S.E., M.M
5
i
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU TENTANG
PERAN KADER BINA KELUARGA BALITA DENGAN PARTISIPASI
IBU DALAM PROGRAM BINA KELUARGA BALITA DI LINGKUGAN V DAN VI KELURAHAN PULAU SIMARDAN
KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2018
DELINANA
1602022003
Program Bina Keluarga Balita merupakan kegiatan pendidikan yang
melibatkan orang tua dan anaknya, orang tua sebagai sasaran utama karena yang
akan merawat dan mengasuh anaknya sehingga pertumbuhan dan perkembangan
anak akan bergantung pada kemampuan orang tua. Berdasarkan survei awal yang
dilakukan peneliti kepada 10 orang ibu di Kampung KB Kelurahan Pulau
Simardan Kota Tanjungbalai menunjukkan bahwa 4 orang ibu mengikuti BKB,
sedangkan 6 orang ibu tidak berpartisipasi dalam program BKB. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan
perilaku lansia hipertensi dalam upaya pencegahan kekambuhan di Puskesmas
Semula Jadi Kota Tanjungbalai tahun 2018.
Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 60 ibu dengan jumlah sampel adalah semua populasi.
Metode pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Analisis data yang
digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-
square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 37 responden (61,7%), sikap negatif sebanyak 33
responden (55,0%), persepsi negatif sebanyak 32 responden (53,3%) dan sebagian
besar tidak ikut berpartisipasi dalam BKB sebanyak 34 responden (6,7%). Hasil uji
chi-square menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p = 0,000), sikap (p =
0,012) dan persepsi (p = 0,001) dengan partisipasi ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018.
Disarankan bagi tempat penelitian agar dapat menjadi acuan bagi kader-
kader di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan agar lebih memahami
pentingnya mencari kader program bina keluarga balita agar menciptakan
keluarga yang harmonis dan sejahtera.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Persepsi, Program BKB
Daftar Pustaka : 18 Buku dan 4 Jurnal (2010-2014)
ii
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena Berkat dan Rahmat dan Karunia Nya maka penulis dapat menyelesaikan
Proposal ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi ibu
tentang Peran Kader Bina Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program
Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai tahun 2018”.
Dalam penyusunan Proposal ini penulis menyadari masih banyak kesalahan
dan kekurangannya, namun harapan penulis, Pembaca dapat memperoleh manfaat
dan memberi masukan untuk penelitian selanjutnya dengan harapan penelitian ini
dapat berkembang dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan Proposal ini, terutama :
1. dr. Hj. Razia B. Suroyo, M.Sc., M.Kes selaku Pembina Yayasan Helvetia.
2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., MM., M.Kes, selaku Ketua Yayasan Helvetia.
3. Drs. H. Ismail Efendy, M.Si selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan.
4. Dr. dr. Arifah Devi Fitriani, M.Kes., selaku Wakil Rektor Bidang
Akademik, SDM dan Kemahasiswaan Helvetia.
5. Teguh Suharto, SE., M.Kes., selaku Wakil Bidang Administrasi dan
Keuangan Institut Kesehatan Helvetia.
6. Dr. Ayi Darmana, M.Si selaku Dekan Program S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
7. Nuraini, S.Pd., M.Kes selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia, sekaligus penguji
Proposal penelitian ini.
8. Khairatunnisa, SKM., M.Kes selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
9. Dian Maya Sari Siregar, SKM, M.Kes., selaku Ketua Prodi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia,
iv
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
dukungan dan masukkan dalam penyusunan Proposal Penelitian ini.
10. Wahyuni, S.Psi., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, dukungan dan masukkan dalam penyusunan
Proposal Penelitian ini.
11. Tengku Moriza, S.E., M.M, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
bimbingan, masukkan dan arahan dalam penyusunan Proposal Penelitian ini.
12. Kepada Dosen dan Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan Proposal ini.
13. dr. Ronal Saragih, selaku Kepala Dinas Kesehatan Pematang Siantar yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
14. Kepada ayah, Ibu, Suami dan keluarga yang telah banyak memberikan
dukungan baik moral, material dan doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal ini.
Kemudian kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Dalam kesempatan ini penulis mengharapkan kritik ataupun saran yang
bermanfaat dan Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan Karunia dan
Hidayah Nya kepada kita semua hingga Proposal ini bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, 01 Desember 2018
Penulis
Deliana
Nim : 1602022003
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 8
2.2. Program Bina Keluarga Balita (BKB) ..................................... 12
2.2.1. Definisi Bina Keluarga Balita (BKB) .......................... 12
2.2.2. Ciri Khusus Program Bina Keluarga Balita (BKB) ..... 13
2.2.3. Tujuan Program Bina Keluarga Balita (BKB) ............. 13
2.2.4. Sasaran Program Bina Keluarga Balita (BKB) ............ 14
2.2.5. Kegiatan Pogram Bina Keluarga Balita (BKB) .......... 15
2.2.6. Peran Kader Bina Keluarga Balita ............................... 18
2.2.7. Syarat-Sayarat Kader Bina Keluarga Balita ................. 19
2.2.8. Tugas Kader Bina Keluarga Balita .............................. 20
2.2.9. Peran Kader Bina Keluarga Balita ............................... 20
2.3. Partisipasi ................................................................................. 21
2.3.1. Definisi Partisipasi ....................................................... 21
2.3.2. Faktor-faktor Mempengaruhi Pasrtisipasi .................... 22
2.3.3. Bentuk-Bentuk Partisipasi ............................................ 25
2.4. Pengetahuan ............................................................................. 27
2.4.1. Definisi Pengetahuan ................................................... 27
2.4.2. Pembagian Pengetahuan............................................... 27
2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........ 32
2.5. Sikap (Sikap) ............................................................................ 33
2.5.1. Definisi Sikap ............................................................... 33
2.6. Persepsi .................................................................................... 35
2.7. Hipotesis Penelitian .................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 37
3.1. Desain Penelitian ..................................................................... 37
vi
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 37
3.2.1. Lokasi Penelitian .......................................................... 37
3.2.2. Waktu Penelitian ........................................................... 37
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................ 37
3.3.1. Populasi ........................................................................ 37
3.3.2. Sampel .......................................................................... 37
3.4. Kerangka Konsep ..................................................................... 38
3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran .......................... 38
3.5.1. Definisi Operasional ..................................................... 38
3.5.2. Aspek Pengukuran ........................................................ 39
3.6. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 39
3.6.1. Jenis Data ...................................................................... 39
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 40
3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................ 40
3.7. Teknik Pengolahan Data ......................................................... 43
3.8. Analisis Data ............................................................................ 44
3.8.1. Analisis Univariat ......................................................... 44
3.8.2. Analisis Bivariat ........................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 46
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 46
4.2. Hasil Penelitian ........................................................................ 47
4.2.1. Karakteristik Responden ............................................... 47
4.2.2. Analisis Univariat ......................................................... 48
4.2.3. Analisis Bivariat ........................................................... 56
4.3. Pembahasan .............................................................................. 59
4.3.1. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Peran Kader Bina
Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program
Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan
Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018 .............. 59
4.3.2. Hubungan Sikap Ibu tentang Peran Kader Bina Keluarga
Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan
Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018 .............. 62
4.3.3. Hubungan Persepsi Ibu tentang Peran Kader Bina
Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program
Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI
Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun
2018 ............................................................................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 68
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 68
5.2. Saran ........................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran......................................................................... 39
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan .................................. 41
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap .............................................. 41
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi .......................................... 42
Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... 43
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018 ............................................................... 47
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan
Ibu di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018 ............................................................... 48
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018 ............................................................... 50
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Ibu di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018 ............................................................... 50
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018 ............................................................... 53
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Persepsi Ibu
di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018 ............................................................... 53
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Ibu di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018 ............................................................... 55
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Partisipasi Ibu
dalam Program Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI
Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018 ............ 56
viii
Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Ibu tentang Peran Kader Bina
Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau
Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018 ....................................... 56
Tabel 4.10. Tabulasi Silang antara Sikap Ibu tentang Peran Kader Bina
Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau
Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018 ....................................... 57
Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Persepsi Ibu tentang Peran Kader Bina
Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau
Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018 ....................................... 58
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 38
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 : Master Data Uji Validitas
Lampiran 3 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 4 : Output Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 5 : Output Hasil SPSS
Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Perbaikan Skripsi (Revisi)
Lampiran 7 : Surat Izin Survei Awal dari Institut Kesehatan Helvetia Medan
Lampiran 8 : Surat Izin Uji Validitas dari Institut Kesehatan Helvetia Medan
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari Institut Kesehatan Helvetia Medan
Lampiran 10 : Surat Balasan Izin Survei Awal
Lampiran 11 : Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 12 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 13 : Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 1
Lampiran 14 : Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 2
Lampiran 15 : Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesejahteraan keluarga adalah terciptanya suatu keadaan yang harmonis
dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa
mengalami hambatan-hambatan yang serius di dalam lingkungan keluarga, dan
dalam menghadapi masalah–masalah keluarga akan mudah untuk di atasi secara
bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar kehidupan keluarga dapat
terwujud. Konsepsi tersebut mengandung arti bahwa, kesejahteraan keluarga
adalah suatu kondisi yang harus diciptakan oleh keluarga dalam membentuk
keluarga yang sejahtera.
Proses pembangunan kualitas sumber daya manusia diperlukan satu upaya
yang terarah pada siklus kehidupan manusia melalui pembinaan dan pembentukan
karakter sejak dini, bahkan sejak anak dalam kandungan. Program Bina Keluarga
Balita merupakan program yang diperuntukan bagi keluarga yang memiliki balita.
Program Bina Keluarga Balita bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan dan
keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh
kembang balita melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan emosional, dan
prilaku sosial, juga merupakan salah satu upaya untuk dapat mengembangkan
fungsi pendidikan, sosialisasi, dan kasih sayang dalam keluarga. (1)
Salah satu kepedulian pemerintah terhadap pendidikan anak ini dilakukan
dengan Program Bina Keluarga Balita (BKB). Program ini lahir dari prakarsa
Menteri Negara Urusan Peranan Wanita tahun 1984 yang merupakan bagian
2
integral dari upaya nasional dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia
seutuhnya. Konsep kualitas manusia Indonesia seutuhnya ini tentu tidak sebatas
pada pendidikan saja, tetapi dengan memberi penekanan pada pendidikan bagi
penduduknya, kualitas sumber daya manusia ini akan mampu mengatasi masalah-
masalah sosial lainnya yang bersumber dari persoalan kependudukan itu sendiri. (1)
Layanan Bina Keluarga Balita ini diperuntukkan bagi ibu yang memiliki
balita. Para ibu yang memiliki balita mendapatkan penyuluhan sehingga
pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam mengasuh anak akan meningkat. Layanan
ini telah dikembangkan di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Pendekatan
Bina Keluarga Balita adalah melalui pendidikan oranngtua khusunya ibu dan
anggota keluarga lainnya. (2)
Program Bina Keluarga Balita merupakan kegiatan pendidikan yang
melibatkan orang tua dan anaknya, orang tua sebagai sasaran utama karena yang
akan merawat dan mengasuh anaknya sehingga pertumbuhan dan perkembangan
anak akan bergantung pada kemampuan orang tua. Bina Keluarga Balita
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memberikan pengetahuan dan
ketrampilan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya mengenai bagaimana
mendidik, mengasuh, dan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita.
Layanan kegiatan Bina Keluarga Balita pada dasarnya merupakan pembinaan
tumbuh kembang balita yang terdiri dari tiga aspek, yakni : kesehatan, gizi, dan
psikososial. (2)
Tujuan diadakan Bina Keluarga Balita (BKB) ini yaitu untuk
meningkatkan peran ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengusahakan
3
sedini mungkin tumbuh kembang anak yang menyeluruh dan terpadu baik
intelektual atau pun spiritual, emosional dan sosial yang berarti pula menjadikan
anak Indonesia menjadi anak yang berkualitas. Tujuan ini jelas menekankan pada
upaya membangun kesadaran pengetahuan orang tua dan anggota keluarga
lainnya dalam proses pendidikan anak. Program ini sendiri dari sisi waktu telah
cukup lama yakni sekitar 29 tahun. Dalam masa tersebut, program ini berjalan
secara fluktuatif dan mengalami pasang surut. Program ini sendiri tidak
sepenuhnya steril dari perubahan politik yang terjadi, seperti pergantian
departemen, alokasi dana yang disediakan, sumber daya yang ada, dan faktor-
faktor lain. Meskipun demikian, program dan kegiatannya di beberapa tempat di
Indonesia masih berjalan dan masih bernaung di bawah koordinasi BKKBN. (1)
Secara teknis program ini ditangani oleh kader atau pelatih yang berasal
dari daerah masing-masing. Kader dipilih berdasarkan penilaian masyarakat
setempat. Kader BKB adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela
dalam membina dan memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang
bagaimana cara merawat dan mengasuh anak dengan baik dan benar. Tugas kader
BKB yaitu memberikan penyuluhan kepada orang tua serta bertanggung jawab
atas jalannya penyuluhan dan memberikan pelayanan pengasuhan terhadap anak
balita yang ikut orang tuanya ke tempat penyuluhan. (3)
Implementasi atau pelaksanaan adalah aktivitas-aktivitas atau usaha-usaha
yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan yang telah
dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan atau alat-alat
yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana melaksanakannya, kapan
4
waktu berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilakukan. Implementasi
Program Bina Keluarga Balita (BKB) ini dilakukan secara hirarkis. Pada tingkat
Kabupaten, program ini langsung dibawah tanggung jawab Bupati/Walikota.
Penanggung jawab operasional adalah Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Tingkat II (Pemerintah Kabupaten). Pada
tingkat II (Pemerintah Kabupaten) ini dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan Program Bina Keluarga Balita (BKB).
Sedangkan pada tingkat kecamatan, camat sebagai penanggung jawab. (3)
Sementara Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sebagai
penanggung jawab operasional. Untuk membantu camat dalam pelaksanaan
program, di tingkat kecamatan dibentuk tim operasional Bina Keluarga Balita
(BKB). Tingkat desa atau kelurahan, Kepala Desa atau Lurah sebagai penanggung
jawab umum program Bina Keluarga Balita (BKB). Sedangkan Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB) sebagai penanggung jawab opersional. Untuk
membantu pelaksanaan program Bina Keluarga Balita (BKB) ditingkat desa
dibentuk Kelompok Pelaksana (Poklak) Program Bina Keluarga Balita (BKB). Di
samping itu Program Bina Keluarga Balita (BKB) dalam implementasinya juga
dibantu oleh Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di semua tingkatan,
yang secara operasional masuk ke dalam PokJa II PKK. (1)
Pelaksanaan Bina Keluarga Balita (BKB) di tingkat desa atau kelurahan
dilakukan dengan membentuk beberapa kelompok berdasarkan letak
geografisnya. Pelaksanaan ini secara operatif dapat dilakukan pada tingkat dusun
(Kadus), Rukum Warga (RW) atau pun Rukun Tetangga (RT). Dalam struktur
5
budaya dan adat tertentu, program ini dapat dilakukan mengkikuti struktur adat
yang ada. Kegiatan ini biasanya dilakukan dalam kelompok-kelompok. Dalam
setiap kelompok itu dibagi beberapa kelas. Sementara dari sisi waktu pelaksanaan,
program ini kegiatannya ada yang dilakukan sebulan sekali, dua minggu sekali
atau seminggu sekali. Semua tergantung dengan situasi dan kondisi daerah
masing-masing. (2)
Kegiatan tersebut, seseorang yang bertanggung jawab memberikan materi
penyuluhan disebut sebagai kader. Sebagaimana disebutkan sendiri dalam
Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis di dalam materi program tersebut, definisi kader
diartikan sebagai relawan yang bertugas memberikan penyuluhan terhadap
masyarakat. Pada kenyataannya, para kader ini kebanyakan ibu-ibu atau remaja
putri yang telah dilatih oleh petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) untuk memberikan materi Bina Keluarga Balita (BKB)
kepada keluarga balita. (1)
Keluarga dalam hal ini orangtua merupakan wadah lingkungan universal
yang utama dan pertama bagi setiap individu untuk belajar makan, berjalan,
berbicara, dan mengenal identitas dan berbagai perilaku. Pada kondisi tertentu,
orang lain dapat mengganti peran orangtua sebagai pengasuh anak untuk
sementara yang bertugas menjaga anak seperti kakek, nenek, paman, bibi,
pembantu rumah tangga, dan lain-lain. Dengan kata lain, orang tua mempunyai
peran yang sangat penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Oleh karena itu, kemampuan orang tua dalam memenuhi
kebutuhan akan asah, asih dan asuh melalui komunikasi yang baik dan benar,
6
akan mempengaruhi mutu kepribadian anak menuju manusia dewasa di kemudian
hari. (4)
Menurut Tunnisa, Keluarga Balita merupakan Kegiatan yang dilakukan
oleh keluarga yang memiliki anak dan balita untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan orangtua, anggota keluarga dalam mengasuh dan membina tumbuh
kembang anak secara optimal melalui interaksi orangtua dan anak. Pengetahuan
mengenai perkembangan balita yang baik dan peran serta orangtua yang aktif
terutama seorang ibu dalam mengikuti BKB, sangat penting dibutuhkan guna
mewujudkan perkembangan anak yang berkualitas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita dengan
keteraturan ibu balita dalam mengikuti BKB. (5)
Persoalan ini cukup menjadi dilema mengingat Program Bina Keluarga
Balita (BKB), seharusnya banyak diminati oleh ibu-ibu ataupun remaja sebagai
kader. Namun kondisi ini justru menjadi tanda tanya mengingat cukup banyaknya
warga atau kepala keluarga yang mempunyai balita umur 0-5 tahun di
Lingkungan 5 dan 6 Kampung KB Kelurahan Pulau Simardan yaitu berjumlah 60
Kepala Keluarga (KK). Keluarga yang sudah mengikuti BKB di Lingkungan 5
dan 6 Kampung yaitu sebanyak 22 orang dan yang tidak mengikuti BKB yaitu
sebanyak 38 orang. Berdasarkan data terdapat 60 jiwa ibu-ibu yang seharusnya
berperan aktif sebagai kader dalam menyukseskan Program BKB namun yang
ikut mensukseskan Program Bina Keluarga hanya 7 orang kader, terlebih lagi
kegiatan dari program ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan
pendidikan.
7
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti kepada 10 orang ibu di
Kampung KB Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai menunjukkan bahwa
4 orang ibu mengikuti BKB yaitu dikarenakan mereka memiliki persepsi atau
reaksi yang baik tentang peran kader Bina Keluarga Balita seperti ibu sudah
memiliki wawasan tentang manfaat dari mengikuti BKB bagi balita, ibu merasa
BKB sangat penting dan harus selalu ikut berpartisipasi dan ibu ingin berperan
aktif untuk sebagai kader guna membina, menjaga serta merawat dan mengasuh
anaknya agar tumbuh kembang anak dapat terpantau dengan baik.
Sedangkan 6 orang ibu tidak berpartisipasi dalam program BKB
dikarenakan ibu masih memiliki perilaku yang acuh terhadap anak contohnya
adalah ketika si anak ingin membeli mainan namun ibu melarangnya sehingga
anak menangis, namun pada saat anak menangis ibu bukannya memeluk atau
menggendong anak dengan kasih sayang yang terjadi adalah ibu menarik lengan
anak lalu membentak anak agar tidak menangis. Selain itu ibu juga tidak memiliki
wawasan yang baik seperti ibu tidak mengetahui tentang manfaat dan tujuan dari
BKB, ibu juga memiliki sikap yang negatif ketika menanggapi promosi atau
penyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan karena ibu merasa sudah
mengetahui dan bahkan informasi tentang BKB dianggap tidak penting yang
mengakibatkan tindakan ibu menjadi tidak baik dalam mengasuh dan merawat
anaknya sehinggah pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi tidak terpantau
dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Ibu tentang Peran Kader Bina
8
Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina Keluarga Balita di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: “Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu
tentang peran kader bina keluarga balita dengan partisipasi ibu dalam Program
Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai tahun 2018”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang peran kader
bina keluarga balita di Kampung KB Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai tahun 2018.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang peran kader bina
keluarga balita di Kampung KB Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai tahun 2018.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi persepsi ibu tentang peran kader bina
keluarga balita di Kampung KB Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai tahun 2018.
4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi partisipasi ibu dalam program bina
keluarga balita di Kampung KB Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai tahun 2018.
9
5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang peran kader bina
keluarga balita dengan partisipasi ibu dalam Program Bina Keluarga Balita di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun
2018.
6. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu tentang peran kader bina keluarga
balita dengan partisipasi ibu dalam Program Bina Keluarga Balita di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun
2018.
7. Untuk mengetahui hubungan persepsi ibu tentang peran kader bina keluarga
balita dengan partisipasi ibu dalam Program Bina Keluarga Balita di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun
2018.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong ibu balita agar lebih aktif
lagi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan berpartisipasi mengikuti
program Bina Keluarga Balita.
1.4.2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi kader-kader di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan agar lebih memahami
pentingnya mencari kader program bina keluarga balita agar menciptakan
keluarga yang harmonis dan sejahtera.
10
1.4.3. Bagi Institut Kesehatan Helvetia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa tentang program Bina Keluarga
Balita.
1.4.4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengaplikasikan teori penelitian
yang telah didapatkan tentang penyusunan penelitian sehingga dapat di
jadikan acuan dan mendapat informasi yang lengkap untuk dikembangkan
mengenai persepsi ibu tentang peran kader bina keluarga balita dengan
partisipasi ibu dalam program bina keluarga balita.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Tunnisa tentang Hubungan Pengetahuan
Ibu Balita Mengenai Bina Keluarga Balita (BKB) dengan Keteraturan Ibu Balita
Dalam Mengikuti BKB di Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan
Utara Kota Pekalongan Tahun 2014, menunjukkan hasil bahwa diperoleh p-value
= 0,000 (< 0,05) berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
balita dengan keteraturan ibu balita dalam mengikuti BKB di Kelurahan Panjang
Wetan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. (5)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariesta, yang berjudul
Hubungan Sikap ibu dengan Peran Kader Bina Keluarga Balita dalam Upaya
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Melalui Layanan Bina Keluarga Balita di
Desa Kupang Semarang Tahun 2011, menunjukkan hasil bahwa terdapat ada
hubungan sikap ibu dengan peran kader bina keluarga balita dalam upaya
pembinaan kesejahteraan keluarga melalui layanan bina keluarga balita dengan p-
value = 0,004 (< 0,05). (6)
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fauziah, dengan judul
Hubungan Persepsi Ibu dengan Efektifitas Program Bina Keluarga Balita
Kecamatan Batujajar Tahun 2011, menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki
ketahanan dapat mendukung pengasuhan anak. Hasil uji chi-square menunjukkan
11
12
hasil nilai sig-p 0,004 (< 0,05) yang berarti ada hubungan persepsi ibu dengan
efektifitas Program Bina Keluarga Balita. (7)
2.2. Program Bina Keluarga Balita (BKB)
2.2.1. Definisi Bina Keluarga Balita (BKB)
Program Bina Keluarga Balita merupakan program yang diperuntukan
bagi keluarga yang memiliki balita (Keluarga Mandiri, 2009). Program Bina
Keluarga Balita bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan dan keterampilan
orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang balita
melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan emosional, dan prilaku social, juga
merupakan salah satu upaya untuk dapat mengembangkan fungsi pendidikan,
sosialisasi, dan kasih sayang dalam keluarga. (8)
Menurut BKKBN, pengertian mengenai Bina Keluarga Balita (BKB) yaitu
suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang balita
melalui rangsangan fisik, motorik kecerdasan, emosional dan sosial ekonomi
dengan sebaik-sebaiknya merupakn salah satu upaya untuk dapat mengembangkan
fungsi-fungsi pendidikan, sosialisasi dan kasih sayang dalam keluarga. Dengan
bekal pengetahuan dan ketrampilan tersebut
diharapkan orangtua mampu
mendidik dan mengasuh anak balitanya sejak dini agar anak tersebut dapat
tumbuh dan berkembang menjadi manusia indonesia berkualitas”. (9)
Jadi bina keluarga balita adalah suatu program yang bertujuan untuk
meningkatkan pengelolaan dan keterampilan keluarga dalam membina tumbuh
13
kembang balita dimana kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk dapat
mengembangkan fungsi pendidikan, sosialisasi, dan kasih sayang dalam keluarga.
2.2.2. Ciri Khusus Program Bina Keluarga Balita (BKB)
Program Bina Keluarga Balita (BKB) memiliki beberapa ciri utama
diantaranya sebagai berikut :
1. Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga lainnya yang
memiliki balita.
2. Membina tumbuh kembang anak.
3. Menggunakan alat bantu seperti Alat Permainan Edukatif (APE), dongeng,
nyanyian sebagai perangsang tumbuh kembang anak.
4. Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik fisik maupun
mental.
5. Tidak langsung ditujukan kepada balita.
6. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya agar dapat
mendidik balitanya. (9)
2.2.3. Tujuan Program Bina Keluarga Balita (BKB)
Program Bina Keluarga Balita (BKB) dilaksanakan dengan tujuan sebagai
berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya
tentang pentingnya :
a. Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental dan sosial.
b. Pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya di
Posyandu.
14
2. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam
mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan
stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia.
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap orang tua serta anggota keluarga untuk mempersiapkan
pendidikan anak usia nol (0) sampai dengan usia dibawah lima tahun (5) dalam
mengasuh dan mendidik anak balitanya. Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan
upaya untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera. (9)
2.2.4. Sasaran Program Bina Keluarga Balita (BKB)
Program Bina Keluarga Balita (BKB) ditujukan pada keluarga atau orang
tua yang memiliki anak balita usia 0-5 tahun. Perkembangan anak dimulai sejak
dalam kandungan dan dilanjutkan pada usia dini. Oleh karena itu, penting bagi
para ibu yang memiliki anak usia dini mendapatkan intervensi (parent
intervention), seperti pemberian wawasan tentang kehamilan, gizi, dan cara
merawat dan mendidik anak (usia dini (0-8 tahun) sering dikenal dengan istilah
golden age atau tahun emas, disinilah anak sedang dalam tahap pertumbuhan baik
fisik maupun mental yang paling pesat. Usia dini dianggap penting karena dimasa
ini mudah untuk menanamkan dasar-dasar kepribadian yang baik bagi anak-anak.
Sasaran dari Program Bina Keluarga Balita (BKB) ini adalah Ibu dan atau anggota
keluarga lainnya yang mempunyai anak balita. (10)
15
2.2.5. Kegiatan Program Bina Keluarga Balita (BKB)
Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dilakukan satu kali dalam sebulan.
Penanggung jawab umum gerakan Bina Keluarga Balita (BKB) adalah Lurah atau
Kepala Desa. Bina Keluarga Balita (BKB) direncanakan dan dikembangkan oleh
kader, LPMK dan PKK serta Tim Pembina Keluarga Berencana tingkat
kecamatan. Penyelenggaraannya dilakukan oleh kader terlatih berasal dari anggota
masyarakat yang bersedia secara sukarela bertugas memberikan penyuluhan
kepada sasaran gerakan Bina Keluarga Balita (BKB). Bina Keluarga Balita (BKB)
dilaksanakan untuk membina ibu kelompok sasaran yang mempunyai anak balita.
Ibu sasaran ini, dibagi menjadi 5 kelompok menurut umur anaknya, yaitu :
1. Kelompok ibu dengan anak umur 0-1 tahun
2. Kelompok ibu dengan anak umur 1-2 tahun
3. Kelompok ibu dengan anak umur 2-3 tahun
4. Kelompok ibu dengan anak umur 3-4 tahun
5. Kelompok ibu dengan anak umur 4-5 tahun
Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tugas perkembangan anak,
dimana tiap-tiap kelompok umur tersebut mempunyai tugas perkembangan anak.
Bina Keluarga Balita (BKB) sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi
oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian
kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang
telah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RT (Rumah Tangga)
atau di tempat khusus yang dibangun oleh masayarakat. (11)
16
Adapun kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dilakukan oleh kader yang
terlatih dengan 3 kegiatan :
1. Penyuluhan Bina Keluarga Balita (BKB)
Pertemuan penyuluhan Bina Keluarga Balita (BKB) adalah forum pertemuan
yang diselenggarakan oleh kader dan ibu peserta sebagai wadah penyampaian
pesan dari kader kepada ibu peserta. (1)
a. Materi Penyuluhan Bina Keluarga Balita (BKB)
Isi materi pada kegiatan penyuluhan Bina Keluarga Balita (BKB) berbeda
pada setiap kelompok umur balita. Hal ini sesuai dengan tugas
perkembangan anak yang berbeda masing-masing kelompok umur,
sehingga cara stimulasi maupun media yang diperlukan untuk interaksi
antara ibu dan anak pun berbeda. Pada Program Bina Keluarga Balita
(BKB), secara garis besarnya materi penyuluhan diantaranya :
1) Materi I : Integrasi KB dengan BKB
2) Materi II : Konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita
3) Materi III : Proses tumbuh kembang anak
4) Materi IV : Gerakan kasar
5) Materi V : Gerakan halus
6) Materi VI : Komunikasi Pasif
7) Materi VII : Komunikasi Aktif
8) Materi VIII : Kecerdasan
9) Materi IX : Menolong Diri Sendiri
10) Materi X : Tingkah laku sosial. (9)
17
2. Bermain APE (Alat Permainan Edukatif)
APE (Alat Permainan Edukatif) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk :
a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak.
b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar.
c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk, warna, dan lain-lain.
d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. (11)
3. Pencatatan hasil perkembangan ke dalam Kartu Kembang Anak (KKA)
Kartu Kembang Anak (KKA) dapat berfungsi ganda yaitu sebagai alat
penanda dan sekaligus sebagai alat komunikasi dalam membahas perkembangan
anak, dari dan untuk ibu dan keluarga dalam masyarakat. Namun yang paling
utama adalah untuk memfasilitasi interaksi antara ibu (beserta keluarga
seluruhnya) dengan anak. Kartu tersebut dapat dipergunakan dalam setiap
kesempatan interaksi ibu dan anak. Juga dalam keluarga dan pertemuan ibu-ibu,
sebagai wahana belajar bersama. Sehingga penggunaan Kartu Kembang Anak
(KKA) di kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) bersama di Posyandu, dan dapat
untuk memantau tumbuh kembang anak. (11)
18
Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) adalah kegiatan pelayanan yang
dilakukan satu hari dalam sebulan. Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik,
sesuai dengan pedoman yang berlaku, maka jumlah kader setiap BKB minimal 10
orang yang dibagi dalam 5 kelompok umur. Setiap kelompok umur dibina kader
inti yang memberikan penyuluhan, kader piket yang mengasuh anak balita dan
kader bantu yang membantu dan dapat menggantikan tugas kader inti atau kader
piket demi kelancaran tugas. (9)
2.2.6. Peran Kader Bina Keluarga Balita
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu meliputi :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peratuaran yang membimbing seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Peran dalam suatu konsep perihal apa yang bisa dilakukan individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat. (12)
Kader Bina Keluarga Balita merupakan anggota masyarakat yang bekerja
secara sukarela dalam membina dan memberikan penyuluhan kepada orang tua
tentang bagaimana cara merawat dan mengasuh anak dengan baik dan benar.
Dalam satu kelompok Bina Keluarga Balita yang dibagi dalam kelompok umur,
19
maka masing-masing kelompok umur idealnya mempunyai 2-3 kader. Dari 2-3
kader tersebut dipilih : satu orang sebagai kader inti, satu orang sebagai kader
piket dan satu orang sebagai kader bantu dengan tugas sebagai berikut :
1. Kader inti bertugas sebagai penyuluh yang menyampaikan materi kepada
orang tua dan bertanggung jawab atas jalannya penyuluhan.
2. Kader piket bertugas mengasuh anak balita yang ikut orang tuanya.
3. Kader bantu bertugas membantu tugas kader inti dan atau kader piket demi
kelancaran tugas mereka, dan dapat menggantikan tugas apabila kader inti/
piket berhalangan hadir. (13)
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Peran
Kader Bina Keluarga Balita (BKB) adalah kedudukan atau perilaku yang
diharapkan dari seseorang dalam masyarakat dengan sukarela yang memberikan
pembinaan dan penyuluhan terhadap keluarga balita dalam upaya membina
tumbung kembang anak secara optimal.
2.2.7. Syarat-syarat Kader Bina Keluarga Balita
Menurut Pedoman Kelompok Kerja (Pokja) Bina Keluarga Balita (BKB)
Prov. Jateng, menyebutkan bahwa prasyarat keder BKB adalah :
1. Diutamakan wanita berumur 20-24 tahun dan telah mengikuti KB.
2. Sehat jasmani dan Rohani.
3. Bertempat tinggal di lokasi kegiatan.
4. Dapat membaca dan menulis serta menguasai bahasa Indonesia dan bahasa
daerah setempat.
5. Sebaiknya mempunyai pengalaman sebagai kader.
20
6. Bersedia mengikuti latihan BKB sesuai dengan petunjuk yang ada/diterapkan.
7. Bersedia menjalankan tugas-tugas kader BKB dengan penuh tanggung jawab. (13)
2.2.8. Tugas Kader Bina Keluarga Balita
Tugas-tugas kader BKB, sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pertemuan pemyuluhan dan alat bantu yaitu Alat
Permainan Edukatif (APE).
2. Melakukan kegiatan pengamatan perkembangan badan ibu dan anak.
3. Mengadakan kunjungan rumah.
4. Membantu ibu dalam memecahkan masalah dalam mengasuh dan merawat
anak.
5. Membuat catatan dan laporan kegiatan. (13)
2.2.9. Peran Kader Bina Keluarga Balita
Berdasarkan buku Panduan Kader Bina Keluarga Balita peran yang sangat
menentukan dalam kegiatan BKB, yaitu :
1. Menyusun jadwal kegiatan Jadwal kegiatan disepakati bersama anggota
kelompok BKB dan pengelola menyangkut : waktu, tempat dan materi
pertemuan.
2. Menyelenggarakan pertemuan Sesuai jadwal kegiatan yang telah disepakati,
maka kader menyelenggarakan pertemuan dengan orang tua yang mempunyai
anak balita. Untuk kelancaran penyelenggaraan pertemuan tersebut langkah-
langkah yang perlu dilakukan adalah :
a. Melakukan koordinasi dengan petugas lapangan dan kader lainnya.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan dan undangan.
21
3. Menjadi fasilitator dalam pertemuan dan diluar pertemuan Di dalam
pertemuan, selain sebagai fasilitator (orang yang memberikan penyuluhan),
kader dapat pula bertindak sebagai penghubung tokoh masyarakat, tokoh
agama, petugas/tenaga profesional dari sektor terkait yang akan menjadi
pembicara atau narasumber Diluar pertemuan kader melakukan kunjungan
rumah untuk mengetahui permasalahan yang mungkin ada dalam keluarga
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak balita, untuk dicarikan upaya
pemecahan masalah atau mengunjungi keluarga yang mempunyai anak balita
yang tidak hadir dalam pertemuan BKB, selanjutnya dimotivasi untuk hadir
dalam pertemuan.
4. Melakukan rujukan Kader membantu keluarga yang mempunyai
permasalahan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak balita di tempat
rujukan seperti pusat pelayanan kesehatan atau para ahli dibidang
perkembangan anak.
5. Pencatatan dan pelaporan.
a. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan kader mengikuti pencatatan
pelaporan yang ada.
b. Selanjutnya hasil pencatatan tersebut dilaporkan kepada petugas yang
membina kelompok BKB. (14)
2.3. Partisipasi
2.3.1. Definisi Partisipasi
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam
perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat. Selain itu, partisipasi juga
22
diartikan Mikkelsen sebagai keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan
lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri. Kemudian Adi menjelaskan lebih
jauh mengenai partisipasi bahwa masyarakat terlibat dalam program
pemberdayaan dimulai dari proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang
ada di dalam masyarakat, pemilihan dan pengembalian keputusan tentang alternatif
solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. (15)
Melihat sisi lain dari partisipasi yaitu adanya kesediaan masyarakat untuk
membantu berhasilnya setiap program yang dijalankan sesuai dengan kemampuan
setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan sendiri sebagai suatu hal yang
penting untuk diperhatikan. Partisipasi harus berasal dari masyarakat dan dikelola
oleh masyarakat itu sendiri karena ini adalah tujuan dari proses demokrasi. (15)
2.3.2. Faktor-faktor Mempengaruhi Partisipasi
Terkait dengan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam
menjalankan program-program pemberdayaan, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi keterlibatan mereka, baik yang mendukung maupun yang
menghambat. Dari faktor tersebut masih dapat dibagi lagi ke dalam dua bidang,
faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah segala
sesuatu yang berasal dari pribdi seseorang. Sedangkan yang termasuk faktor
internal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar pribadi seseorang. Faktor
internal maupun eksternal dapat dipakai sebagai faktor pendukung maupun faktor
penghambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi pastisipasi antara lain :
23
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi. Partisipasi
yang dilakukan oleh seseorang laki-laki akan berbeda dengan partisipasi yang
dilakukan oleh perempuan. Hal ini disebabakan karena adanya sistem pelapisan
sosial yangterbentuk dalam masyarakat yang membedakan kedudukan dan derajat
laki-laki dan perempuan, sehinggga menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan
kewajiban. Pada umumnya, kaum laki-laki akan lebih berpartisipasi dibandingkan
dengan perempuan.
2. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi dalam berpartisipasi karena dengan
latar belakang pendidikan yang diperoleh, seseorang akan lebih mudah
berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap duntuk berinovasi dan
mempunyai pikiran yang kreatif. Hal ini juga berkaitan dengan seberapa besar
pengetahuan yang dimiliki seseorang dari latar belakang pendidikan yang
dimilikinya.
3. Tingkat penghasilan
Tingkat penghasilan seseorang di dalam masyarakat biasanya akan
mempengaruhi dirinya dalam berpartisipasi. Jika penghasilan seseorang dalam
masyarakat itu besar, maka kemungkinan orang tersebut akan turut aktif
berpartisipasi akan semakin besar pula. Tingkat pendapatan ini mempengaruhi
kemampuan untuk melakukan investasi, sehingga bila pengahasilan seseorang
dalam masyarakat tersebut rendah maka akan turut mempengaruhi peran sertanya
24
dalam suatu kegiatan, atau dengan kata lain tingkat partisipasinya akan cenderung
kecil.
4. Mata pencaharian/pekerjaan
Tingkat pengahasilan seseorang tentunya berkaitan erat dengan jenis
dengan pekerjaan orang tersebut. Jenis pekerjaan seseorang akan berpengaruh
terhadap banyaknya waktu luang yang dimilikinya dalam turut serta dalam
berbagai kegiatan di dalam masyarakat.
5. Usia
Usia juga mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi, hal ini terkait
dengan perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas dalam masyarakat,
sehingga memunculkan golongan tua dan golongan muda yang berbeda-beda
dalam hal tertentu, misalnya menyaluran pendapat dan mengambil keputusan.
Kecenderungan golongan usia yang lebih tua lebih banyak berpartisipasi
dibandingkan dengan golonan usia yang lebih muda.
6. Lama tinggal
Faktor lama tinggal juga dianggap mempengaruhi seseorang dalam
berpartisipasi, dimana seseorang yang lebih lama tinggal dalam suatu masyarakat
akan memiliki perasaan yang lebih besar daripada yang tinggal untuk sementara
waktu saja dalam lingkungan masyarakat tersebut. (16)
Ife, juga mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi patisipasi,
antara lain :
25
1. Pengahargaan
Berbagai bentuk pastisipasi harus diakui serta dihargai. Ini akan semakin
membuat masyarakat untuk terdorong dalam berpartisipasi.
2. Dukungan struktur masyarakat
Dalam proses pastisipasi, sruktur masyarakat di lingkungan tersebut tidak
mengucilkan setiap orang yang turut berpartisipasi. Lingkungan masyarakat
tertentu harus mendukung kelemahan yang mungkin ada di dalam diri setiap
warganya, seperti ketidakpercayaan diri, lemah dalam berpikir atau berkata-kata.
3. Dukungan sarana
Seseorang dalam berpartisipasi harus juga didukung dalam partisipasinya,
seperti adanya sarana transportasi. Kemudian kemudahan untuk mengakses lokasi
atau tempat kegiatan harus diperhitungkan, begitu pula dengan waktu pelaksana
kegiatannya.
4. Kebutuhan masyarakat
Orang-orang akan berpartisipasi dalam merasakan isu atau aktivitas-
aktivitas yang dilakukan merupakan hal yang penting. Masyarakat akan meras isu
tersebut penting ketika sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya.
2.3.3. Bentuk-Bentuk Partisipasi
Terkait dengan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
program pemberdayaan, terdapat bentuk-bentuk partisipasi yang biasa diberikan
membedakan bentuk partisipasi dalam lima bentuk yaitu partisipasi buah pikiran,
tenaga, keterampilan, materi dan harta benda dan partipasi sosial. (18)
26
1. Partisipasi buah pikiran
Partisipasi ini diwujudkan untuk memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang di ikutinya. Sumbangan
pemikiran diarahkan kepada panataan cara pelayanan dari lembaga atau badan
yang ada, sehigga dapat berfungsi sosial secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan
anggota masyarakat.
2. Partisipasi tenaga
Partisipasi jenis ini diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan
usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan dari suatu kegiatan.
3. Partisipasi keterampilan
Jenis keterampilan ini adalah memberikan dorongan melalui keterampilan
yang dimilikinya kepada anggota masyarakat yang lain yang membutuhkan nya.
Kegiatan ini biasanya diadakan dalam bentuk latihan bagi anggota masyarakat.
Partisipasi ini pada umumnya bersifat membina masyarakat agar dapat memiliki
kemampuan memenuhi kebutuhannya.
4. Partisipasi uang (materi) dan harta benda
Partispasi ini adalah memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian
kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. Selain uang, partisipan juga
memeberikan alat-alat kerja yang berguna bagi kelangsungan program/kegiatan.
5. Partisipasi Sosial
Partisipasi ini biasanya dilakukan sebagai tanda perkumpulan atau
peguyuban warga desa , seperti kegiatan arisan, menghadiri upacara kematian, dan
lain-lain. (18)
27
2.4. Pengetahuan
2.4.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tidakan seseorang (Overt Behaviour). Apabila seseorang
menerima perilaku baru atau adopsi perilaku berdasarkan pengetahuan, kesadaran,
dan sikap yang positif, maka perilaku akan berlangsung lama. Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama. (19)
2.4.2. Pembagian Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam ranah kognitif yang telah direvisi adalah
sebagai berikut :
a. Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun
yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan
penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan
pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk
28
menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat
meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling).
b. Memahami/Mengerti (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari
berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti
berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan
membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang
siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori
pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau
informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua
atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan
berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek
yang diperbandingkan.
c. Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan
prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan
prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Menjalankan
prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah dan
melaksanakan percobaan di mana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan
mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika
29
siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan
permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur
baku yang sudah ditetapkan.
d. Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-
tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat
menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis
kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah.
Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis
dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis
sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain
seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar
mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat,
menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut
(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul
apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan
membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa
pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan
diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil
komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat
menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa
30
membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan
informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah
mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan,
kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi
yang telah diberikan.
e. Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau
standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa
kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu
diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi
mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan
penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang
merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika
standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan
dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka
apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing).
Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau
kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir
merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada
penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah
31
pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar
eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan
penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian
melakukan penilaian menggunakan standar ini.
f. Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan
siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa
unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan
sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan
sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif,
namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan
menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan
ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti
mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang
sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan
memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang
diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang
merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan
32
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat
dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi. (19)
2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjukan kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalm pembangunan, pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Wawan, Pekerjaan adalah keburukan
yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga. (19)
33
3) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan berkerja. Dari segi
kepercayaan masyrakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang
yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman
dan kematangan jiwa. (19)
2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok.
b. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi. (19)
2.5. Sikap (Attitude)
2.5.1. Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap seseuatu situmulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap situmulus sosial. Newcomb salah seorang psikolog sosial
34
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum meupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan ‘predisposisi’ tindakan atau perilaku. Sikap itu
masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. (19)
Pengertian lain sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
obyek dengan cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman
kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap akan
mempengaruhi proses berfikir, respon afeksi, kehendak dan perilaku berikutnya.
Jadi sikap merupakan respon evaluatif didasarkan pada proses evaluasi diri, yang
disimpulkan berupa penilaian positif atau negatif yang kemudian mengkristal
sebagai reaksi terhadap obyek.
Tiga komponem pokok sikap, yakni:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to believe).
Ketiga komponen ini membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi
memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni : (19)
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek).
35
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah sikap yang paling tinggi. (19)
2.6. Persepsi
Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau
proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.
Persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu
yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. (20)
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai
berikut :
1. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,
gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
36
2. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,
pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu
objek. (21)
Syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut :
1. Adanya objek yang dipersepsi
2. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan persepsi.
3. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus.
4. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang
kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon. (21)
2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah yaitu hipotesa yang dirumuskan untuk
menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya
(relevan) dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan
data yang nyata di lapangan. (22)
Hipotesis dalam penelitian ini ada hubungan pengetahuan, sikap dan
persepsi ibu tentang peran kader bina keluarga balita dengan partisipasi ibu dalam
program bina keluarga balita di Kampung KB Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai tahun 2018.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah survei analitik. Survei analitik
adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu
terjadi. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran pada saat bersamaan. (22)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau
Simardan Kecamatan Datuk Bandar.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Juli – September 2018.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti atau
keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. (21) Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yaitu sebanyak 60 ibu.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diteliti dan dianggap mampu mewakili
seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 60 ibu.
37
38
3.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan,
Sikap dan Persepsi Ibu Tentang Peran Kader Bina Keluarga Balita dengan Partisipasi
Ibu Dalam Program Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau
Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018” yaitu :
Variabel Independen Variabel Dependen
`
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.5. Defenisi Operasional dan Aspek Pengukuran
3.5.1. Definisi Operasional
1. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang
program BKB.
2. Sikap ibu adalah reaksi yang dilakukan ibu untuk ikut serta dalam program
BKB.
3. Persepsi ibu adalah kemampuan ibu dalam menerjemahkan atau menafsirkan
tentang peran kader Bina Keluarga Balita.
4. Partisipasi ibu adalah keterlibatan ibu secara sukarela dalam mengikuti
Program Bina Keluarga Balita.
Partisipasi Ibu Dalam Program
Bina Keluarga Balita
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Persepsi
39
3.5.2. Aspek Pengukuran
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran
No. Nama
Variabel
Jumlah
Pertanyaan
Cara dan Alat
Ukur
Skala
Pengukuran Value
Skala
Ukur
Variabel X
1 Pengetahuan 10
Pertanyaan
Menghitung skor
(skor max 10)
1 : Benar
0 : Salah
1. Skor
6-10
2. Skor
0-5
3. Baik
(2)
4. Kura
ng Baik (1)
Ordinal
2 Sikap 10
Pernyataan
Menghitung skor
(skor max 40)
4 : SS
3 : S
2 : TS
1 : STS
5. Skor
25-40
6. Skor
10-24
7. Positi
f (2)
8. Nega
tif (1)
Ordinal
3 Persepsi Ibu
tentang
Peran Kader
Bina
Keluarga
8
Pernyataan
Menghitung skor
(skor max 32)
4 : SS
3 : S
2 : TS
1 : STS
9. Skor
20-32
10. Skor
8-19
11. Positi
f (2)
12. Nega
tif (1)
Ordinal
Variabel Y
1 Partisipasi
Ibu Dalam
Program Bina
Keluarga
Balita
1
Pernyataan
Kuesioner 13. Apab
ila
menjawab
Ya
14. Apab
ila
menjawab
Tidak
15. Ikut
(2)
16. Tidak
Ikut (1)
Ordinal
3.6. Metode Pengumpulan Data
3.6.1. Jenis Data
1. Data primer merupakan data karakteristik responden, motivasi kerja responden
dan kualitas pelayanan keperawatan.
40
2. Data sekunder meliputi deskriptif di lokasi penelitian, misalnya: fasilitas
pelayanan kesehatan, jumlah tenaga dan pelaksanaan pelayanan serta data lain
yang mendukung analisis terhadap data primer.
3. Data tertier diperoleh dari berbagai referensi yang sangat valid, seperti: jurnal,
text book, sumber elektronik (tidak boleh sumber anonim).
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui survei dengan menggunakan
kuesioner yang telah dipersiapkan dan dibagikan kepada responden.
2. Data Sekunder dalam penelitian ini yaitu data dari Kelurahan Pulau Simardan
Kota Tanjungbalai.
3. Data Tertier dalam penelitian ini yaitu BKBBN.
3.6.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu di uji dengan uji
korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) sengan skor total kuesioner
tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna (construct
validity). Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti
semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang
kita ukur. Pengujian validitas konstruk dengan SPSS adalah menggunakan korelasi,
instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif dan nilai
probabilitas korelasi (sig 2-tailed) < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. (22) Uji
41
validitas ini dilakukan di Kelurahan Selat Lancang Kota Tanjungbalai kepada 10
responden.
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan
Variabel No. Soal r-hitung r-tabel Keterangan
Pengetahuan 1 0,974 0,632 Valid
2 0,974 0,632 Valid
3 0,240 0,632 Tidak Valid
4 0,887 0,632 Valid
5 0,241 0,632 Tidak Valid
6 0,974 0,632 Valid
7 0,750 0,632 Valid
8 0,676 0,632 Valid
9 0,450 0,632 Tidak Valid
10 -0,037 0,632 Tidak Valid
11 0,750 0,632 Valid
12 0,974 0,632 Valid
13 0,974 0,632 Valid
14 0,838 0,632 Valid
15 0,378 0,632 Tidak Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 15 item soal variabel
pengetahuan menunjukkan bahwa 10 item soal dinyatakan valid karena memiliki
nilai rhitung > rtabel, sedangkan 5 item soal lainnya dinyatakan tidak valid karena
memiliki rhitung < rtabel.
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap
Variabel No. Soal r-hitung r-tabel Keterangan
Sikap 1 0,655 0,632 Valid
2 0,696 0,632 Valid
3 0,458 0,632 Tidak Valid
4 0,866 0,632 Valid
5 0,680 0,632 Valid
6 0,551 0,632 Tidak Valid
7 0,804 0,632 Valid
8 0,309 0,632 Tidak Valid
9 0,866 0,632 Valid
10 0,802 0,632 Valid
11 0,696 0,632 Valid
12 0,699 0,632 Valid
13 0,031 0,632 Tidak Valid
42
14 0,161 0,632 Tidak Valid
15 0,676 0,632 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 15 item soal variabel sikap
menunjukkan bahwa 10 item soal dinyatakan valid karena memiliki nilai rhitung >
rtabel, sedangkan 5 item soal lainnya dinyatakan tidak valid karena memiliki rhitung
< rtabel.
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi
Variabel No. Soal r-hitung r-tabel Keterangan
Persepsi 1 0,753 0,632 Valid
2 0,483 0,632 Tidak Valid
3 0,778 0,632 Valid
4 0,928 0,632 Valid
5 0,903 0,632 Valid
6 0,897 0,632 Valid
7 0,951 0,632 Valid
8 0,309 0,632 Tidak Valid
9 0,862 0,632 Valid
10 0,897 0,632 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 10 item soal variabel persepsi
menunjukkan bahwa 8 item soal dinyatakan valid karena memiliki nilai rhitung >
rtabel, sedangkan 2 item soal lainnya dinyatakan tidak valid karena memiliki rhitung
< rtabel.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan
alat ukur yang sama.
43
Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala social (non
fisik) harus mempunyai reliabilitas yang tinggi. Untuk itu sebelum digunakan,
untuk penelitian harus dites (diuji coba) sekurang-kurangnya dua kali. Uji coba
tersebut kemudian diuji dengan tes menggunakan rumus korelasi pearson
(pearson correlation), seperti tersebut di atas. Perlu dicatat bahwa perhitungan
reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah
memiliki validitas. Dengan demikian harus menghitung validitas terlebih dahulu
sebelum menghitung reliabilitas. (22)
Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel r-hitung r-tabel Keterangan
Pengetahuan 0,761 0,632 Reliabel
Sikap 0,753 0,632 Reliabel
Persepsi 0,779 0,632 Reliabel
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen diperoleh hasil bahwa nilai uji
reliabilitas diperoleh rhitung dari variabel pengetahuan sebesar 0,761, sikap sebesar
0,753 dan persepsi 0,779 yang menunjukkan bahwa hasil rhitung pada kedua
variabel lebih besar dari nilai rtabel 0,632, sehingga instrumen penelitian
dinyatakan reliabel (handal).
3.7. Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan cara komputerisasi dengan
langkah – langkah sebagai berikut :
1. Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuisioner, angket maupun observasi.
44
2. Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar
observasi dengan tujuan agar data di olah secara benar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang valid dan reliabel dan terhindar dari bias.
3. Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-
variabel yang di teliti, misalnya nama responden di rubah menjadi nomor 1,2,3
dan seterusnya.
4. Entering
Data entri, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) di masukkan ke dalam program
komputer yang di gunakan peneliti yaitu SPSS.
5. Data processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan di olah
sesuai dengan kebutuhan dari peneliti. (22)
3.8. Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, data diolah dengan menggunakan program
statistik dengan tahap sebagai berikut :
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk menggambarkan
karakteristik masing-masing variabel independen dan variabel dependen. Data
yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
45
3.8.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan ada tidak hubungan yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan
analisis Chi-square pada batas kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05).
Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < p value (0,05) maka dikatakan
H0 ditolak Ha diterima, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai
hubungan yang signifikasi. (22)
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Wilayah Kecamatan Datuk Bandar Timur merupakan bagian dari wilayah
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1987 tanggal 14 September 1987 tentang
perubahan batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjung Balai dan
Kabupaten Daerah Tingkat II Asahan. Instruksi menteri dalam negeri nomor 22
tahun 1987. Sebagian wilayah Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Daerah
Tingkat II Asahan diserahkan menjadi Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Tanjung Balai. Penyerahan tersebut dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 1988
melalui Bupati Kepala Daerah Tingkat II Asahan ( Kol. Drs. H. Zulfirman Siregar
dan Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II Tanjung Balai (Ir.Marshal
Hutagalung) di lapangan Stadion Asahan Sakti Kota Tanjung Balai.
Kelurahan Pulau Simardan merupakan Kelurahan yang ada di Kecamatan
Datuk Bandar Timur dengan luas wilayah ±11,9 Hektar. Batas-batas wilayah
Kelurahan Pulau Simardan antara lain :
1. Sebelah barat berbatasan dgn Kelurahan Pantai Johor.
2. Sebelah timur berbatasan dgn Kec. Tanjungbalai Selatan.
3. Sebelah selatan berbatasan dgn Kel. Gading.
4. Sebelah Utara berbatasan dgn Kec. Sei Tualang Raso.
46
47
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian dan penjelasan tentang karakteristik responden dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018
No. Karakteristik Jumlah
Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Umur
18-22 Tahun
18
30,0
2. 23-27 Tahun 23 38,3
3. 28-32 Tahun 19 31,7
Jumlah 60 100,0
1. Pendidikan
DIII/S1
5
8,3
2. SMA 36 60,0
3. SMP 18 30,0
4. SD 1 1,7
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa karakteristik responden
berdasarkan umur sebanyak 18 responden (30,0%) memiliki umur 18-22 tahun,
sebanyak 23 responden (38,3%) berumur 23-27 tahun dan sebanyak 19 responden
(31,7%) memiliki umur 28-32 tahun. Selanjutnya berdasarkan karakteristik
pendidikan dapat dilihat bahwa sebanyak 5 responden (8,3%) memiliki
pendidikan DIII/S1, pendidikan SMA sebanyak 36 responden (60,0%), SMP
sebanyak 18 responden (30,0%) dan SD sebanyak 1 responden (1,7%).
48
4.2.2. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan
pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang terkumpul disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
1. Pengetahuan
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang pengetahuan dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan
Ibu di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018
No. Pengetahuan
Jawaban Total
Benar Salah
f % f % f %
1. Program Bina Keluarga Balita (BKB)
merupakan program yang diperuntukkan
bagi keluarga yang memiliki balita
37 61,7 23 38,3 60 100,0
2. Meningkatkan pengelolaan dan
keterampilan orang tua dalam membina
tumbuh kembang balita merupakan tujuan
dari BKB
44 73,3 16 26,7 60 100,0
3. Melakukan pembinaan terhadap ibu yang
memiliki balita merupakan cirri khusus
program BKB
38 63,3 22 36,7 60 100,0
4. Sasaran yang paling utama dari program
BKB adalah orang tua dan keluarga yang
memiliki anak balita usia 0-5 tahun
39 65,0 21 35,0 60 100,0
5. Kegiatan program BKB dilakukan
sebanyak 1 x sebulan
42 70,0 18 30,0 60 100,0
6. Penanggung jawab umum dari program
BKB adalah lurah dan kepala desa
43 71,7 17 28,3 60 100,0
7. Peran kader merupakan salah satu upaya
untuk mensukseskan program BKB
36 60,0 24 40,0 60 100,0
8. Menekankan pembangunan manusia pada
usia dini baik fisik maupun mental
merupakan ciri khusus dari program BKB
37 61,7 23 38,3 60 100,0
9. Usia dini dianggap penting karena dimasa
ini mudah untuk menanamkan dasar-
dasar kepribadian yang baik bagi anak-
anak
41 68,3 19 31,7 60 100,0
49
Tabel 4.2. Lanjutan
No. Pengetahuan
Jawaban Total
Benar Salah
f % f % f %
10. Ibu mampu mengasuh dan mendidik anak
balitanya dengan baik merupakan tujuan
dari program bina keluarga
32 53,3 28 46,7 60 100,0
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden tentang pengetahuan menunjukkan bahwa pada pertanyaan No. 1
sebagian besar responden menjawab “Benar” yaitu sebanyak 37 responden
(61,7%). Pada pertanyaan No. 2 sebagian besar responden menjawab “Benar”
yaitu sebanyak 44 responden (73,3%). Pertanyaan No. 3 sebagian besar responden
menjawab “Benar” yaitu sebanyak 38 responden (63,3%). Pertanyaan No. 4
sebagian besar responden menjawab “Benar” yaitu sebanyak 39 responden
(65,0%). Pertanyaan No. 5 sebagian besar responden menjawab “Benar” yaitu
sebanyak 42 responden (70,0%). Pertanyaan No. 6 sebagian besar responden
menjawab “Benar” yaitu sebanyak 43 responden (71,1%). Pertanyaan No. 7
sebagian besar responden menjawab “Benar” yaitu sebanyak 36 responden
(60,0%). Pertanyaan No. 8 sebagian besar responden menjawab Benar yaitu
sebanyak 37 responden (61,7%). Selanjutnya pada pertanyaan No. 9 sebagian
besar responden menjawab Benar yaitu sebanyak 41 responden (68,3%) dan pada
pertanyaan No. 10 sebagian besar responden menjawab Benar yaitu sebanyak 32
responden (53,3%).
Berdasarkan distribusi jabawan responden maka pengetahuan responden
dapat dikategorikan sebagai berikut :
50
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018
No. Pengetahuan Jumlah
f %
1. Baik 23 38,3
2. Kurang Baik 37 61,7
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa dari 60 responden, sebanyak 23
responden (38,3%) memiliki pengetahuan yang baik dan 37 responden (61,7%)
memiliki pengetahuan kurang baik.
2. Sikap
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang sikap dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Ibu di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018
No. Sikap
Jawaban Total
SS S TS STS
f % f % f % f % f %
1. Penyuluhan tentang
program BKB harus
dilakukan untuk
menambah wawasan
bagi orang tua balita
secara jelas
12 20,0 22 36,7 20 33,3 6 10,0 60 100,0
2. BKB sangat perlu
ditingkatkan bagi
kader-kader agar
balita dapat selalu
dapat dipantau
tumbuh kembangnya
17 28,3 8 13,3 11 18,3 24 40,0 60 100,0
3. Para orang tua
terutama ibu harus
selalu ikut serta demi
mengasuh balitanya
dengan baik
25 41,7 16 26,7 3 5,0 16 26,7 60 100,0
51
Tabel 4.4. Lanjutan
No. Sikap
Jawaban Total
SS S TS STS
f % f % f % f % f %
4. Pembinaan kader
BKB harus lebih
ditingkatkan guna
mewujudkan orang
tua untuk ikut
berpartisipasi dalam
program BKB
11 18,3 10 16,7 21 35,0 18 30,0 60 100,0
5. Selain peran kader,
peran ibu juga harus
lebih diperhatikan
dalam mengusahakan
sedini mungkin
tumbuh kembang
anak balita
16 26,7 15 25,0 16 26,7 13 21,7 60 100,0
6. Program BKB harus
dibuat dengan
perencanaan dan
kebijakan yang efektif
21 35.0 17 28,3 21 35,0 1 1,7 60 100,0
7. Fasilitas atau
peralatan-peralatan
yang dibutuhkan
dalam
menyelenggarakan
program BKB harus
lengkap
15 25,0 17 28,3 17 28,3 11 18,3 60 100,0
8. Pemilihan kader harus
dilakukan dengan
seleksi berdasarkan
kemampuan
mengelola program
BKB
19 31,7 13 21,7 25 41,7 3 5,0 60 100,0
9. Kader BKB harus
memiliki kemampuan
komunikasi yang
baik dalam
menjelaskan kepada
masyarakat
26 43,3 8 13,3 17 28,3 9 15,0 60 100,0
10. Selain kader,
petugas kesehatan
juga harus sangat
berperan dalam
membantu
melaksanakan
program BKB
22 36,7 10 16,7 14 23,3 14 23,3 60 100,0
52
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden tentang daya tanggap menunjukkan bahwa pada pernyataan No. 1
sebagian besar responden menjawab Setuju (S) yaitu sebanyak 22 responden
(36,7%). Pada pernyataan No. 2 tentang sebagian besar responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) yaitu sebanyak 24 responden (40,0%). Pernyataan No.
3 tentang sebagian besar responden menjawab Sangat Setuju (SS) yaitu sebanyak
25 responden (41,7%). Pernyataan No. 4 tentang sebagian besar responden
menjawab Tidak Setuju (TS) yaitu sebanyak 21 responden (35,0%). Pernyataan
No. 5 tentang sebagian besar responden menjawab Sangat Setuju (SS) yaitu
sebanyak 16 responden (26,7%).
Selanjutnya pada pernyataan No. 6 tentang sebagian besar responden
menjawab Sangat Setuju (SS) yaitu sebanyak 21 responden (35,0%). Pernyataan
No. 7 tentang sebagian besar responden menjawab Setuju (S) yaitu sebanyak 17
responden (28,3%). Begitu juga dengan pernyataan No. 8 tentang sebagian besar
responden menjawab Tidak Setuju (TS) yaitu sebanyak 25 responden (41,7%).
Pernyataan No. 9 tentang sebagian besar responden menjawab Sangat Setuju (SS)
yaitu sebanyak 26 responden (43,3%). Selanjutnya pernyataan No. 10 tentang
sebagian besar responden menjawab Sangat Setuju (SS) yaitu sebanyak 22
responden (36,7%).
Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden, maka dapat dibuat
kategori variabel sikap sebagai berikut :
53
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018
No. Sikap Jumlah
f %
1. Positif 27 45,0
2. Negatif 33 55,0
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.5. dapat dilihat bahwa dari 60 responden, sebanyak 27
responden (45,0%) memiliki sikap positif dan 33 responden (55,0%) memiliki sikap
negatif.
3. Persepsi
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang persepsi dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Persepsi Ibu
di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018
No. Persepsi
Jawaban Total
SS S TS STS
f % f % f % f % f %
1. Kader BKB sudah
melakukan
pelayanan dengan
baik
19 31,7 17 28,3 12 20,0 12 20,0 60 100,0
2. Kegiatan yang
dilakukan kader
BKB sangat
membantu orang tua
untuk memantau
tumbuh kembang
balita
22 36,7 11 18,3 19 31,7 8 13,3 60 100,0
3. Program BKB yang
dilakukan kader
bukan saja
bermanfaat bagi
balita namun juga
sangat bermanfaat
bagi orang tua dan
keluarga
16 26,7 10 16,7 17 28,3 17 28,3 60 100,0
54
Tabel 4.6. Lanjutan
No. Persepsi
Jawaban Total
SS S TS STS
f % f % f % f % f %
4. Penyuluhan yang
dilakukan oleh
kader sangat mudah
dipahami oleh
masyarakat
22 36,7 13 21,7 9 15,0 16 26,7 60 100,0
5. Banyak para ibu
yang ingin ikut serta
menjadi kader
program BKB
19 31,7 10 16,7 20 33,3 11 18,3 60 100,0
6. Dengan adanya
peran kader BKB
para orang tua
terutama ibu
menjadi lebih
terampil dalam
membina tumbuh
kembang balita
22 36,7 16 26,7 15 25,0 7 11,7 60 100,0
7. Lurah dan Kepala
Desa sangat
berperan dalam
mensukseskan
pemilihan kader-
kader BKB
17 28,3 18 30,0 21 35,0 4 6,7 60 100,0
8. Selain pendidikan
dan tumbuh kembag
dapat dibina dengan
baik, peran kader
BKB juga sangat
membantu dalam
memberikan
informasi tentang
asupan gizi yang
baik bagi balita
21 35,0 11 18,3 13 21,7 15 25,0 60 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden tentang daya tanggap menunjukkan bahwa pada pernyataan No. 1
sebagian besar responden menjawab Sangat Setuju (S) yaitu sebanyak 19
responden (31,7). Pada pernyataan No. 2 tentang sebagian besar responden
menjawab Sangat Setuju (SS) yaitu sebanyak 22 responden (36,7%). Pernyataan
55
No. 3 tentang sebagian besar responden menjawab Tidak Setuju (TS) yaitu
sebanyak 17 responden (28,3%). Pernyataan No. 4 tentang sebagian besar
responden menjawab Sangat Setuju (TS) yaitu sebanyak 22 responden (36,7%).
Pernyataan No. 5 tentang sebagian besar responden menjawab Tidak
Setuju (TS) yaitu sebanyak 20 responden (33,3%). Selanjutnya pada pernyataan
No. 6 tentang sebagian besar responden menjawab Sangat Setuju (SS) yaitu
sebanyak 22 responden (36,7%). Pernyataan No. 7 tentang sebagian besar
responden menjawab Tidak Setuju (TS) yaitu sebanyak 21 responden (35,0%).
Begitu juga dengan pernyataan No. 8 tentang sebagian besar responden menjawab
Sangat Setuju (SS) yaitu sebanyak 21 responden (35,0%).
Berdasarkan distribusi frekuensi responden, maka dapat dibuat kategori
variabel persepsi sebagai berikut :
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Ibu di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018
No. Persepsi Jumlah
f %
1. Positif 28 46,7
2. Negatif 32 53,3
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.7. dapat dilihat bahwa dari 60 responden, sebanyak 28
responden (46,7%) memiliki persepsi positif dan 32 responden (53,3%) memiliki
persepsi negatif.
4. Partisipasi
Berdasarkan distribusi frekuensi responden, maka dapat dibuat kategori
variabel partisipasi sebagai berikut :
56
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Partisipasi Ibu
dalam Program Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI
Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018
No. Partisipasi Jumlah
f %
1. Ikut 26 43,3
2. Tidak Ikut 34 56,7
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa dari 60 responden, sebanyak 26
responden (43,3%) ikut berpartisipasi dan 34 responden (6,7%) yang tidak ikut
berpartisipasi.
4.2.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan (korelasi) antara
variabel independen dengan variabel dependen. Untuk membuktikan adanya
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen
di gunakan uji chi-square.
1. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Peran Kader Bina Keluarga Balita
dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina Keluarga Balita
Hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan partisipasi dapat
dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Ibu tentang Peran Kader Bina
Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau
Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018
No. Pengetahuan
Partisipasi Total p-
value Ikut Tidak Ikut
f % f % f %
1 Baik 21 35,0 2 3,3 23 38,3 0,000
2 Kurang Baik 5 8,3 32 53,3 37 61,7
Total 26 43,3 34 56,7 60 100,0
57
Berdasarkan Tabel 4.9. tabulasi silang antara pengetahuan dengan
partisipasi, diketahui bahwa sebanyak dari 23 responden (38,3%) yang memiliki
pengetahuan baik, sebanyak 21 responden (35,0%) ikut berpartisipasi dan
sebanyak 2 responden (3,3%) tidak ikut berpartisipasi. Selanjutnya sebanyak 37
responden (51,5%) yang menyatakan sikap dalam kategori kurang baik, 5
responden (8,3%) ikut berpartisipasi dan 32 responden (53,3%) tidak ikut
berpartisipasi.
Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
probabilitas pengetahuan adalah p-value = 0,000 atau < nilai-α = 0,05. Hal ini
membuktikan pengetahuan memiliki hubungan dengan partisipasi ibu dalam
Program Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan
Kota Tanjungbalai Tahun 2018.
2. Hubungan Sikap Ibu tentang Peran Kader Bina Keluarga Balita dengan
Partisipasi Ibu dalam Program Bina Keluarga Balita
Hasil penelitian tentang hubungan sikap dengan partisipasi dapat dilihat
pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Tabulasi Silang antara Sikap Ibu tentang Peran Kader Bina
Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau
Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018
No. Sikap
Partisipasi Total p-
value Ikut Tidak Ikut
f % f % f %
1 Positif 17 28,3 10 16,7 27 45,0 0,012
2 Negatif 9 15,0 24 40,0 33 55,0
Total 26 43,3 34 56,7 60 100,0
Berdasarkan Tabel 4.10. tabulasi silang antara sikap dengan partisipasi,
diketahui bahwa sebanyak dari 27 responden (45,0%) yang memiliki sikap positif,
58
sebanyak 17 responden (28,3%) ikut berpartisipasi dan sebanyak 10 responden
(16,7%) tidak ikut berpartisipasi. Selanjutnya sebanyak 33 responden (55,0%)
memiliki sikap negatif, 9 responden (15,0%) ikut berpartisipasi dan 24 responden
(40,0%) tidak ikut berpartisipasi.
Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
probabilitas sikap adalah p-value = 0,012 atau < nilai-α = 0,05. Hal ini
membuktikan sikap memiliki hubungan dengan partisipasi ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018.
3. Hubungan Persepsi Ibu tentang Peran Kader Bina Keluarga Balita dengan
Partisipasi Ibu dalam Program Bina Keluarga Balita
Hasil penelitian tentang hubungan persepsi dengan partisipasi dapat dilihat
pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Persepsi Ibu tentang Peran Kader Bina
Keluarga Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau
Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018
No. Persepsi
Partisipasi Total p-
value Ikut Tidak Ikut
f % f % f %
1 Positif 19 31,7 9 15,0 28 46,7 0,001
2 Negatif 7 11,7 25 41,7 32 53,3
Total 26 43,3 34 56,7 60 100,0
Berdasarkan Tabel 4.11. tabulasi silang antara persepsi dengan partisipasi,
diketahui bahwa sebanyak dari 28 responden (46,7%) yang memiliki persepsi
positif, sebanyak 19 responden (31,7%) ikut berpartisipasi dan sebanyak 9
responden (15,0%) tidak ikut berpartisipasi. Selanjutnya sebanyak 32 responden
59
(53,3%) memiliki sikap negatif, 7 responden (11,7%) ikut berpartisipasi dan 25
responden (41,7%) tidak ikut berpartisipasi.
Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
probabilitas persepsi adalah p-value = 0,001 atau < nilai-α = 0,05. Hal ini
membuktikan persepsi memiliki hubungan dengan partisipasi ibu dalam Program
Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018.
4.3. Pembahasan Penelitian
4.3.1. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Peran Kader Bina Keluarga Balita
dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina Keluarga Balita di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai
Tahun 2018
Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
probabilitas pengetahuan adalah p-value = 0,000 atau < nilai-α = 0,05. Hal ini
membuktikan pengetahuan memiliki hubungan dengan partisipasi ibu dalam
Program Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan
Kota Tanjungbalai Tahun 2018.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tunnisa
tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Bina Keluarga Balita (BKB)
dengan Keteraturan Ibu Balita Dalam Mengikuti BKB di Kelurahan Panjang
Wetan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan Tahun 2014, menunjukkan
hasil bahwa diperoleh p-value = 0,000 (< 0,05) berarti ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu balita dengan keteraturan ibu balita dalam
60
mengikuti BKB di Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara Kota
Pekalongan. (5)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. (19)
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tidakan seseorang (Overt Behaviour). Apabila seseorang
menerima perilaku baru atau adopsi perilaku berdasarkan pengetahuan, kesadaran,
dan sikap yang positif, maka perilaku akan berlangsung lama. Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama. (19)
Secara teknis program ini ditangani oleh kader atau pelatih yang berasal
dari daerah masing-masing. Kader dipilih berdasarkan penilaian masyarakat
setempat. Kader BKB adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela
dalam membina dan memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang
bagaimana cara merawat dan mengasuh anak dengan baik dan benar. Tugas kader
BKB yaitu memberikan penyuluhan kepada orang tua serta bertanggung jawab
atas jalannya penyuluhan dan memberikan pelayanan pengasuhan terhadap anak
balita yang ikut orang tuanya ke tempat penyuluhan. (3)
Implementasi atau pelaksanaan adalah aktivitas-aktivitas atau usaha-usaha
yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan yang telah
61
dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan atau alat-alat
yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana melaksanakannya, kapan
waktu berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilakukan. Implementasi
Program Bina Keluarga Balita (BKB) ini dilakukan secara hirarkis. Pada tingkat
Kabupaten, program ini langsung dibawah tanggung jawab Bupati/Walikota.
Penanggung jawab operasional adalah Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Tingkat II (Pemerintah Kabupaten). Pada
tingkat II (Pemerintah Kabupaten) ini dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan Program Bina Keluarga Balita (BKB).
Sedangkan pada tingkat kecamatan, camat sebagai penanggung jawab. (3)
Menurut peneliti pengetahuan ibu memiliki hubungan dengan partisipasi
ibu dalam program bina keluarga balita. Pengetahuan ibu yang baik akan
meningkatkan wawasan ibu, rasa keingintahuan ibu serta dapat menambah
kemampuan pemikiran ibu dalam upaya untuk ikut serta dalam program bina
keluarga balita, semakin baik pengetahuan ibu maka wawasan tentang partsipasi
dalam bina keluarga balita juga akan baik, begiti juga sebaliknya, apabila
pengetahuan kurang baik maka ibu tidak akan mau untuk ikut serta dalam
program bina keluarga balita. Beberapa masalah yang terjadi diantaranya banyak
ibu yang tidak mengetahui apa itu program BKB sehingga ibu tidak mau untuk
berperan aktif dalam program bina keluarga balita.
62
4.3.2. Hubungan Sikap Ibu tentang Peran Kader Bina Keluarga Balita dengan
Partisipasi Ibu dalam Program Bina Keluarga Balita di Lingkungan V
dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018
Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
probabilitas sikap adalah p-value = 0,012 atau < nilai-α = 0,05. Hal ini
membuktikan sikap memiliki hubungan dengan partisipasi ibu dalam Program Bina
Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariesta, yang berjudul
Hubungan Sikap ibu dengan Peran Kader Bina Keluarga Balita dalam Upaya
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Melalui Layanan Bina Keluarga Balita di
Desa Kupang Semarang Tahun 2011, menunjukkan hasil bahwa terdapat ada
hubungan sikap ibu dengan peran kader bina keluarga balita dalam upaya
pembinaan kesejahteraan keluarga melalui layanan bina keluarga balita dengan p-
value = 0,004 (< 0,05). (6)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap seseuatu situmulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap situmulus sosial. Newcomb salah seorang psikolog sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum meupakan suatu tindakan atau
63
aktivitas, akan tetapi merupakan ‘predisposisi’ tindakan atau perilaku. Sikap itu
masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. (19)
Pengertian lain sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
obyek dengan cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman
kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap akan
mempengaruhi proses berfikir, respon afeksi, kehendak dan perilaku berikutnya.
Jadi sikap merupakan respon evaluatif didasarkan pada proses evaluasi diri, yang
disimpulkan berupa penilaian positif atau negatif yang kemudian mengkristal
sebagai reaksi terhadap obyek. (19)
Proses pembangunan kualitas sumber daya manusia diperlukan satu upaya
yang terarah pada siklus kehidupan manusia melalui pembinaan dan pembentukan
karakter sejak dini, bahkan sejak anak dalam kandungan. Program Bina Keluarga
Balita merupakan program yang diperuntukan bagi keluarga yang memiliki balita.
Program Bina Keluarga Balita bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan dan
keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh
kembang balita melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan emosional, dan
prilaku sosial, juga merupakan salah satu upaya untuk dapat mengembangkan
fungsi pendidikan, sosialisasi, dan kasih sayang dalam keluarga. (1)
Salah satu kepedulian pemerintah terhadap pendidikan anak ini dilakukan
dengan Program Bina Keluarga Balita (BKB). Program ini lahir dari prakarsa
Menteri Negara Urusan Peranan Wanita tahun 1984 yang merupakan bagian
integral dari upaya nasional dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia
seutuhnya. Konsep kualitas manusia Indonesia seutuhnya ini tentu tidak sebatas
64
pada pendidikan saja, tetapi dengan memberi penekanan pada pendidikan bagi
penduduknya, kualitas sumber daya manusia ini akan mampu mengatasi masalah-
masalah sosial lainnya yang bersumber dari persoalan kependudukan itu sendiri. (1)
Layanan Bina Keluarga Balita ini diperuntukkan bagi ibu yang memiliki
balita. Para ibu yang memiliki balita mendapatkan penyuluhan sehingga
pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam mengasuh anak akan meningkat. Layanan
ini telah dikembangkan di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Pendekatan
Bina Keluarga Balita adalah melalui pendidikan oranngtua khusunya ibu dan
anggota keluarga lainnya. (2)
Menurut asumsi peneliti menunjukkan bahwa sikap ibu memiliki
hubungan dengan parstisipasi dalam program bina keluarga balita. Hal ini
dikarenakan sikap yang positif dapat meningkatkan rasa ingin tahu ibu dalam
mengikuti program bina keluarga balita secara aktif, sedangkan reaksi yang
negatif maka akan menurunkan kemauan ibu. Hasil ini sejalan dengan penelitian
dimana sebagian besar ibu memiliki sikap yang negatif, sehingga kebanyak ibu
tidak mau ikut berperan aktif dalam program bina keluarga balita.
4.3.3. Hubungan Persepsi Ibu tentang Peran Kader Bina Keluarga Balita
dengan Partisipasi Ibu dalam Program Bina Keluarga Balita di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai
Tahun 2018
Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
probabilitas persepsi adalah p-value = 0,001 atau < nilai-α = 0,05. Hal ini
membuktikan persepsi memiliki hubungan dengan partisipasi ibu dalam Program
Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan Kota
Tanjungbalai Tahun 2018.
65
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fauziah, dengan judul
Hubungan Persepsi Ibu dengan Efektifitas Program Bina Keluarga Balita
Kecamatan Batujajar Tahun 2011, menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki
ketahanan dapat mendukung pengasuhan anak. Hasil uji chi-square menunjukkan
hasil nilai sig-p 0,004 (< 0,05) yang berarti ada hubungan persepsi ibu dengan
efektifitas Program Bina Keluarga Balita. (7)
Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau
proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.
Persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu
yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. (20)
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai
berikut : faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan
kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. Faktor eksternal: latar
belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar,
intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar
atau ketidak asingan suatu objek. (21)
Syarat-syarat terjadinya persepsi adalah adanya objek yang dipersepsi,
adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
mengadakan persepsi, adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima
stimulus dan Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang
kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon. (21)
66
Pelaksanaan Bina Keluarga Balita (BKB) di tingkat desa atau kelurahan
dilakukan dengan membentuk beberapa kelompok berdasarkan letak
geografisnya. Pelaksanaan ini secara operatif dapat dilakukan pada tingkat dusun
(Kadus), Rukum Warga (RW) atau pun Rukun Tetangga (RT). Dalam struktur
budaya dan adat tertentu, program ini dapat dilakukan mengkikuti struktur adat
yang ada. Kegiatan ini biasanya dilakukan dalam kelompok-kelompok. Dalam
setiap kelompok itu dibagi beberapa kelas. Sementara dari sisi waktu pelaksanaan,
program ini kegiatannya ada yang dilakukan sebulan sekali, dua minggu sekali
atau seminggu sekali. Semua tergantung dengan situasi dan kondisi daerah
masing-masing. (2)
Kegiatan tersebut, seseorang yang bertanggung jawab memberikan materi
penyuluhan disebut sebagai kader. Sebagaimana disebutkan sendiri dalam
Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis di dalam materi program tersebut, definisi kader
diartikan sebagai relawan yang bertugas memberikan penyuluhan terhadap
masyarakat. Pada kenyataannya, para kader ini kebanyakan ibu-ibu atau remaja
putri yang telah dilatih oleh petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) untuk memberikan materi Bina Keluarga Balita (BKB)
kepada keluarga balita. (1)
Menurut peneliti persepsi merupakan salah satu faktor yang berhubungan
dengan partisipasi ibu dalam program bina keluarga balita. Hal ini dikarenakan
persepsi yang positif akan membuat ibu akan mau ikut serta dalam mengikuti
program bina keluarga balita. Untuk itu pengetahuan, sikap dan persepsi harus
67
sejalan dimiliki bersama secara baik, sehingga ibu akan mau untuk ikut dalam
program bina keluarga balita.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 37
responden (61,7%).
2. Sebagian besar responden memiliki sikap negatif sebanyak 33 responden
(55,0%).
3. Sebagian besar responden memiliki persepsi negatif sebanyak 32 responden
(53,3%).
4. Ada hubungan pengetahuan (p-value = 0,000 < nilai-α = 0,05) dengan
partisipasi ibu dalam Program Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI
Kelurahan Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018.
5. Ada hubungan sikap (p-value = 0,012 < nilai-α = 0,05) dengan partisipasi ibu
dalam Program Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau
Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018.
6. Ada hubungan persepsi (p-value = 0,001 < nilai-α = 0,05) dengan partisipasi
ibu dalam Program Bina Keluarga Balita di Lingkungan V dan VI Kelurahan
Pulau Simardan Kota Tanjungbalai Tahun 2018.
5.2. Saran
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong ibu balita agar lebih aktif
lagi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan berpartisipasi mengikuti
program Bina Keluarga Balita.
68
69
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi kader-kader di
Lingkungan V dan VI Kelurahan Pulau Simardan agar lebih memahami
pentingnya mencari kader program bina keluarga balita agar menciptakan
keluarga yang harmonis dan sejahtera.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa tentang program Bina Keluarga Balita
4. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengaplikasikan teori penelitian yang
telah didapatkan tentang penyusunan penelitian sehingga dapat di jadikan
acuan dan mendapat informasi yang lengkap untuk dikembangkan mengenai
persepsi ibu tentang peran kader bina keluarga balita dengan partisipasi ibu
dalam program bina keluarga balita.
70
DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN. Strategi Nasional Program Bina Keluarga Balita 2014-2025. Jakarta
: BKKBN ; 2014.
2. Isjoni. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung : Alfabeta ; 2011.
3. Apriastuti DA. Analisis tingkat pendidikan dan pola asuh orangtua dengan
perkembangan anak usia 48-60 bulan. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan,
4(1): 1-14. 2013.
4. Puspitawati H. Gender dan Keluarga : Konsep dan Realita di Indonesia.
Bogor : IPB Press ; 2012.
5. Tunnisa, A. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Bina Keluarga
Balita (BKB) dengan Keteraturan Ibu Balita Dalam Mengikuti BKB di
Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan
Tahun 2014. Jurnal. 2016. [Diakses 18 Juli 2018]. http://www.e-
skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=show_detail&id=788.
6. Hubungan Sikap ibu dengan Peran Kader Bina Keluarga Balita dalam Upaya
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Melalui Layanan Bina Keluarga Balita di
Desa Kupang Semarang Tahun 2011. [Diakses 18 Juli 2018].
http://lib.unnes.ac.id/7390/1/10350.pdf.
7. Fauziah. Hubungan Persepsi Ibu dengan Efektifitas Program Bina Keluarga
Balita Kecamatan Batujajar Tahun 2011. Jurnal. [Diakses 18 Juli 2018].
http://jurnal.unpad.ac.id/share/article/view/13059.
8. Keluarga Mandiri. BKB Membentuk Generasi Unggul. Jakarta ; 2010.
9. BKKBN. Pembentukan Karakter Sejak Dini melalui Bina Keluarga Balita.
Jakarta : BKKBN ; 2010.
10. Suyanto. Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional ; 2010.
11. Soetjiningsih. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I
Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta : Sagungseto ; 2012.
12. Soekanto, S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV. Rajawali Pers ; 2012.
13. BKKBN. Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak. Provinsi
Jawa Tengah ; 2013.
14. BKKBN. Buku Panduan Kader BKB. Bandung ; 2012.
15. Mikkelsen, B. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia ; 2003.
16. Slamet, Y. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta :
Sebelas Maret University Press ; 2010.
17. Ife. J & Frank. T. Community Development : Alternatif Pengembangan
Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ; 2010.
18. Sastropoetro, S. Partisipasi Komunikasi Persuasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional. Bandung : Penerbit Alumni ; 2011.
19. Notoadmojo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2014.
20. Thoha, M. Kepemimpinan dalam manajemen. Jakarta : Rajawali Pers ; 2013.
21. Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC ; 2010.
70
71
22. Iman. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Ilmiah Bandung : Cita Pustaka Media Perintis ; 2015.
72
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU TENTANG
PERAN KADER BINA KELUARGA BALITA DENGAN PARTISIPASI
IBU DALAM PROGRAM BINA KELUARGA BALITA DI LINGKUGAN V DAN VI KELURAHAN PULAU
SIMARDAN KOTA TANJUNGBALAI
TAHUN 2018
No. Responden :
Identitas Responden :
Umur :
Pendidikan :
A. Pengetahuan
Pilih dan beri tanda (√) sesuai dengan jawaban atau pilihan yang menurut
anda benar
No. Pertanyaan Benar Salah
1 Program Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan
program yang diperuntukkan bagi keluarga yang
memiliki balita
2 Meningkatkan pengelolaan dan keterampilan orang tua
dalam membina tumbuh kembang balita merupakan
tujuan dari BKB
3 Melakukan pembinaan terhadap ibu yang memiliki balita
merupakan cirri khusus program BKB
4 Sasaran yang paling utama dari program BKB adalah
orang tua dan keluarga yang memiliki anak balita usia
0-5 tahun
5 Kegiatan program BKB dilakukan sebanyak 1 x sebulan
6 Penanggung jawab umum dari program BKB adalah
lurah dan kepala desa
7 Peran kader merupakan salah satu upaya untuk
mensukseskan program BKB
8 Menekankan pembangunan manusia pada usia dini baik
fisik maupun mental merupakan ciri khusus dari
program BKB
9 Usia dini dianggap penting karena dimasa ini mudah
untuk menanamkan dasar-dasar kepribadian yang baik
bagi anak-anak
10 Ibu mampu mengasuh dan mendidik anak balitanya
dengan baik merupakan tujuan dari program bina keluarga
73
B. Sikap
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Pilih dan beri tanda (√) sesuai dengan jawaban atau pilihan yang menurut
anda benar
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Penyuluhan tentang program BKB harus dilakukan untuk
menambah wawasan bagi orang tua balita secara jelas
2 BKB sangat perlu ditingkatkan bagi kader-kader agar
balita dapat selalu dapat dipantau tumbuh kembangnya
3 Para orang tua terutama ibu harus selalu ikut serta demi
mengasuh balitanya dengan baik
4 Pembinaan kader BKB harus lebih ditingkatkan guna
mewujudkan orang tua untuk ikut berpartisipasi dalam
program BKB
5 Selain peran kader, peran ibu juga harus lebih
diperhatikan dalam mengusahakan sedini mungkin
tumbuh kembang anak balita
6 Program BKB harus dibuat dengan perencanaan dan
kebijakan yang efektif
7 Fasilitas atau peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam
menyelenggarakan program BKB harus lengkap
8 Pemilihan kader harus dilakukan dengan seleksi
berdasarkan kemampuan mengelola program BKB
9 Kader BKB harus memiliki kemampuan komunikasi yang
baik dalam menjelaskan kepada masyarakat
10 Selain kader, petugas kesehatan juga harus sangat
berperan dalam membantu melaksanakan program BKB
74
C. Persepsi
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Pilih dan beri tanda (√) sesuai dengan jawaban atau pilihan yang menurut
anda benar
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Kader BKB sudah melakukan pelayanan dengan baik
2 Kegiatan yang dilakukan kader BKB sangat membantu
orang tua untuk memantau tumbuh kembang balita
3 Program BKB yang dilakukan kader bukan saja bermanfaat
bagi balita namun juga sangat bermanfaat bagi orang tua dan
keluarga
4 Penyuluhan yang dilakukan oleh kader sangat mudah
dipahami oleh masyarakat
5 Banyak para ibu yang ingin ikut serta menjadi kader
program BKB
6 Dengan adanya peran kader BKB para orang tua terutama
ibu menjadi lebih terampil dalam membina tumbuh
kembang balita
7 Lurah dan Kepala Desa sangat berperan dalam
mensukseskan pemilihan kader-kader BKB
8 Selain pendidikan dan tumbuh kembag dapat dibina
dengan baik, peran kader BKB juga sangat membantu
dalam memberikan informasi tentang asupan gizi yang
baik bagi balita
D. Partisipasi Ibu
Pilih dan beri tanda (x) sesuai dengan jawaban atau pilihan yang menurut
anda benar
1. Apakah ibu terlibat langsung atau mengikuti Program Bina Keluaga Balita
(BKB) yang diadakan dilingkungan tempat tinggal ibu ?
a. Ya
b. Tidak
75
Lampiran 2 : Master Data Uji Validitas
MASTER TABEL
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENGETAHUAN
No. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Jumlah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 3
3 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13
5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13
6 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 11
7 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3
8 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13
9 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 4
10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
Keterangan :
1 : Benar
0 : Salah
76
MASTER TABEL
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS SIKAP
No. S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 Jumlah
1 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 56
2 1 1 4 1 4 4 1 4 1 2 1 1 4 4 1 34
3 1 2 2 1 1 2 1 3 1 1 2 2 3 3 1 26
4 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 4 4 2 25
5 1 4 4 1 4 4 1 4 1 1 4 4 4 3 1 41
6 3 4 1 1 1 1 3 1 1 3 4 3 1 1 3 31
7 2 1 4 1 2 4 1 4 1 1 1 1 4 4 1 32
8 1 4 4 4 4 3 2 2 4 2 4 4 2 2 1 43
9 1 1 4 1 1 4 1 4 1 1 1 1 4 4 1 30
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
Keterangan :
4 : Sangat Setuju
3 : Setuju
2 : Tidak Setuju
1 : Sangat Tidak Setuju
77
MASTER TABEL
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PERSEPSI
No. S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Jumlah
1 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 38
2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 13
3 2 2 1 1 1 1 1 4 1 1 15
4 1 4 2 1 2 2 1 1 2 2 18
5 4 3 1 2 1 1 1 1 1 1 16
6 4 4 3 1 1 3 1 2 1 3 23
7 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 14
8 4 4 1 4 4 2 4 4 4 2 33
9 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 13
10 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38
Keterangan :
4 : Sangat Setuju
3 : Setuju
2 : Tidak Setuju
1 : Sangat Tidak Setuju
78
MASTER TABEL
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU TENTANG PERAN KADER BINA KELUARGA BALITA DENGAN PARTISIPASI
IBU DALAM PROGRAM BINA KELUARGA BALITA DI LINGKUGAN V DAN VI KELURAHAN PULAU SIMARDAN KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2018
No Pengetahuan
Jumlah Kategori Sikap
Jumlah Kategori Persepsi
Jumlah Kategori Partisipasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39 2 1 4 2 1 2 1 1 3 15 1 2
2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 2 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 36 2 4 4 4 3 4 3 4 2 28 2 2
3 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 4 1 2 1 1 2 3 3 3 4 2 2 23 1 2 1 2 3 2 4 3 2 19 1 1
4 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 4 1 1 2 4 1 1 2 2 3 1 3 20 1 1 2 1 1 3 1 4 1 14 1 1
5 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 5 1 3 1 3 2 2 2 1 2 4 1 21 1 2 4 4 4 1 2 3 4 24 2 1
6 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 5 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 2 1 2 3 1 1 1 2 1 12 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 4 4 1 4 4 2 4 4 3 34 2 3 1 2 3 1 1 2 3 16 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 2 1 1 3 1 2 3 2 3 1 19 1 2 4 1 1 2 4 2 1 17 1 2
9 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 4 1 3 4 3 1 3 4 3 2 4 4 31 2 4 4 4 4 4 2 4 3 29 2 1
10 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 4 1 2 1 4 2 2 3 2 4 2 2 24 1 3 2 1 1 2 3 2 3 17 1 1
11 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 1 1 2 2 1 1 2 1 3 1 3 17 1 4 2 2 3 1 4 2 1 19 1 2
12 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 5 1 3 1 2 2 2 4 1 2 4 1 22 1 2 1 1 1 2 3 1 1 12 1 1
13 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 2 4 3 4 1 4 3 2 4 4 3 32 2 1 2 1 1 1 2 3 3 14 1 2
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 2 1 1 3 1 4 3 2 3 1 21 1 4 4 4 4 3 4 2 4 29 2 2
15 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 5 1 3 4 4 2 3 3 4 2 4 4 33 2 3 3 2 4 4 3 2 2 23 2 1
16 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 5 1 2 1 1 2 2 2 3 4 2 2 21 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2 1
17 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 5 1 1 2 4 1 1 2 2 3 1 3 20 1 4 2 3 3 2 1 3 1 19 1 1
18 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5 1 3 1 3 2 2 2 1 2 2 1 19 1 1 2 1 1 3 4 2 2 16 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 37 2 2 3 3 3 2 3 4 2 22 2 2
20 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 5 1 2 1 3 4 1 4 2 1 1 2 21 1 1 3 2 2 1 2 3 1 15 1 1
21 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5 1 3 3 4 3 2 4 4 2 3 4 32 2 2 1 1 2 3 2 3 4 18 1 2
22 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 5 1 2 1 1 2 4 2 3 2 2 1 20 1 3 4 4 4 4 2 3 4 28 2 1
23 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 7 2 3 2 4 1 3 2 3 3 4 4 29 2 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2 2
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 2 1 3 2 2 3 2 4 2 2 23 1 3 2 2 2 2 3 4 1 19 1 2
25 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 5 1 3 4 3 4 1 4 4 2 4 4 33 2 3 3 3 4 4 4 3 4 28 2 1
79
26 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 4 1 2 1 1 2 3 2 3 4 2 2 22 1 4 4 3 4 3 4 2 2 26 2 1
27 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 5 1 1 2 4 1 2 2 2 3 1 3 21 1 2 1 1 1 3 2 2 4 16 1 1
28 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 4 1 3 1 3 2 4 2 1 2 4 1 23 1 1 4 3 3 3 3 2 4 23 2 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 3 4 1 3 4 2 4 4 3 32 2 3 4 4 4 4 2 3 4 28 2 2
30 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 4 1 2 3 1 3 1 2 1 2 3 1 19 1 2 1 1 2 1 2 3 4 16 1 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 4 3 1 3 2 3 2 4 4 29 2 3 4 1 4 4 2 3 4 25 2 2
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 2 1 1 2 4 3 2 1 2 2 20 1 4 4 4 4 2 4 4 4 30 2 2
33 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 1 4 3 4 3 2 3 4 3 4 4 34 2 3 2 2 2 2 3 2 1 17 1 1
34 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 5 1 2 1 3 4 1 1 2 3 1 2 20 1 1 2 1 2 1 2 3 3 15 1 1
35 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 2 3 3 4 3 2 4 3 2 3 4 31 2 4 4 2 4 3 4 2 4 27 2 2
36 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 2 2 2 1 2 4 2 3 2 2 2 22 1 3 3 2 3 4 3 2 2 22 2 2
37 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 4 1 3 2 4 1 3 2 4 3 4 4 30 2 2 2 1 1 2 4 2 1 15 1 1
38 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3 1 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 36 2 4 3 4 4 4 2 4 3 28 2 2
39 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5 1 2 1 1 4 2 2 3 1 2 2 20 1 3 2 1 1 2 3 2 3 17 1 1
40 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 5 1 1 2 1 1 4 2 2 3 2 3 21 1 4 1 2 3 1 4 1 2 18 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 4 4 4 3 4 2 4 2 4 35 2 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2 2
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 36 2 3 2 2 2 2 3 4 1 19 1 2
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 2 1 1 2 3 3 3 4 2 2 23 1 3 3 3 4 4 4 3 4 28 2 2
44 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 5 1 3 4 3 1 3 4 3 2 4 4 31 2 4 2 3 3 2 1 3 1 19 1 1
45 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 4 1 2 1 4 2 2 3 2 4 2 2 24 1 1 2 1 1 3 4 2 2 16 1 1
46 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 5 1 3 1 3 1 2 3 1 2 1 1 18 1 2 3 3 3 2 3 4 2 22 2 2
47 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 4 1 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 35 2 1 3 2 2 1 2 3 1 15 1 1
48 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 1 3 1 3 2 2 3 1 2 4 1 22 1 1 2 1 1 1 2 3 3 14 1 1
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 2 4 4 4 4 3 4 2 4 29 2 2
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 4 4 1 4 4 2 4 3 3 33 2 3 3 2 4 4 3 2 2 23 2 2
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1 2 2 1 1 2 1 3 1 1 15 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2 2
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 1 1 2 2 4 1 2 4 1 21 1 1 4 2 1 2 1 1 3 15 1 1
53 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 5 1 4 3 4 1 4 3 2 4 2 3 30 2 4 4 4 3 4 3 4 2 28 2 2
54 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 5 1 2 3 1 3 1 4 3 2 3 1 23 1 2 1 2 3 2 4 3 2 19 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 2 4 1 3 2 2 3 4 4 28 2 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2 2
56 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 5 1 2 1 3 2 2 3 1 4 2 2 22 1 3 2 2 2 2 3 4 1 19 1 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 4 3 4 1 4 4 2 1 4 30 2 3 3 3 4 4 4 3 4 28 2 2
58 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 5 1 2 1 1 2 3 2 3 4 2 2 22 1 2 2 1 1 2 4 2 1 15 1 1
80
59 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 5 1 2 1 1 3 1 4 3 2 3 1 21 1 4 4 4 4 4 2 4 4 30 2 1
60 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5 1 3 4 4 2 3 3 4 2 4 4 33 2 3 2 1 1 2 3 2 3 17 1 1
Keterangan :
Pengetahuan Sikap Persepsi Partisipasi
2 : Baik 2 : Positif 2 : Positif 2 : Ikut
1 : Kurang Baik 1 : Negatif 1 : Negatif 1 : Tidak Ikut
81
Lampiran 4 : Ouput Hasil Uji Validitas
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENGETAHUAN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Jumlah
P1 Pearson Correlation 1 1.000** .356 .816
** .167 1.000
** .667
* .612 .408 -.089 .667
* 1.000
** 1.000
** .802
** .356 .974
**
Sig. (2-tailed) .000 .312 .004 .645 .000 .035 .060 .242 .807 .035 .000 .000 .005 .312 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P2 Pearson Correlation 1.000** 1 .356 .816
** .167 1.000
** .667
* .612 .408 -.089 .667
* 1.000
** 1.000
** .802
** .356 .974
**
Sig. (2-tailed) .000 .312 .004 .645 .000 .035 .060 .242 .807 .035 .000 .000 .005 .312 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P3 Pearson Correlation .356 .356 1 .218 -.535 .356 .089 -.327 -.218 -.429 .089 .356 .356 .048 .524 .240
Sig. (2-tailed) .312 .312 .545 .111 .312 .807 .356 .545 .217 .807 .312 .312 .896 .120 .505
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P4 Pearson Correlation .816** .816
** .218 1 .000 .816
** .816
** .500 .333 -.218 .816
** .816
** .816
** .655
* .655
* .887
**
Sig. (2-tailed) .004 .004 .545 1.000 .004 .004 .141 .347 .545 .004 .004 .004 .040 .040 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P5 Pearson Correlation .167 .167 -.535 .000 1 .167 -.167 .612 .408 .802** -.167 .167 .167 .356 -.535 .241
Sig. (2-tailed) .645 .645 .111 1.000 .645 .645 .060 .242 .005 .645 .645 .645 .312 .111 .502
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P6 Pearson Correlation 1.000** 1.000
** .356 .816
** .167 1 .667
* .612 .408 -.089 .667
* 1.000
** 1.000
** .802
** .356 .974
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .312 .004 .645 .035 .060 .242 .807 .035 .000 .000 .005 .312 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P7 Pearson Correlation .667* .667
* .089 .816
** -.167 .667
* 1 .408 .272 -.356 1.000
** .667
* .667
* .535 .535 .750
*
Sig. (2-tailed) .035 .035 .807 .004 .645 .035 .242 .447 .312 .000 .035 .035 .111 .111 .013
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P8 Pearson Correlation .612 .612 -.327 .500 .612 .612 .408 1 .667* .218 .408 .612 .612 .764
* -.327 .676
*
Sig. (2-tailed) .060 .060 .356 .141 .060 .060 .242 .035 .545 .242 .060 .060 .010 .356 .032
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P9 Pearson Correlation .408 .408 -.218 .333 .408 .408 .272 .667* 1 -.218 .272 .408 .408 .509 -.218 .450
Sig. (2-tailed) .242 .242 .545 .347 .242 .242 .447 .035 .545 .447 .242 .242 .133 .545 .192
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P10 Pearson Correlation -.089 -.089 -.429 -.218 .802** -.089 -.356 .218 -.218 1 -.356 -.089 -.089 .048 -.429 -.037
Sig. (2-tailed) .807 .807 .217 .545 .005 .807 .312 .545 .545 .312 .807 .807 .896 .217 .919
82
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P11 Pearson Correlation .667* .667
* .089 .816
** -.167 .667
* 1.000
** .408 .272 -.356 1 .667
* .667
* .535 .535 .750
*
Sig. (2-tailed) .035 .035 .807 .004 .645 .035 .000 .242 .447 .312 .035 .035 .111 .111 .013
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P12 Pearson Correlation 1.000** 1.000
** .356 .816
** .167 1.000
** .667
* .612 .408 -.089 .667
* 1 1.000
** .802
** .356 .974
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .312 .004 .645 .000 .035 .060 .242 .807 .035 .000 .005 .312 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P13 Pearson Correlation 1.000** 1.000
** .356 .816
** .167 1.000
** .667
* .612 .408 -.089 .667
* 1.000
** 1 .802
** .356 .974
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .312 .004 .645 .000 .035 .060 .242 .807 .035 .000 .005 .312 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P14 Pearson Correlation .802** .802
** .048 .655
* .356 .802
** .535 .764
* .509 .048 .535 .802
** .802
** 1 .048 .838
**
Sig. (2-tailed) .005 .005 .896 .040 .312 .005 .111 .010 .133 .896 .111 .005 .005 .896 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P15 Pearson Correlation .356 .356 .524 .655* -.535 .356 .535 -.327 -.218 -.429 .535 .356 .356 .048 1 .378
Sig. (2-tailed) .312 .312 .120 .040 .111 .312 .111 .356 .545 .217 .111 .312 .312 .896 .282
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Jumlah
Pearson Correlation .974** .974
** .240 .887
** .241 .974
** .750
* .676
* .450 -.037 .750
* .974
** .974
** .838
** .378 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .505 .001 .502 .000 .013 .032 .192 .919 .013 .000 .000 .002 .282
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.761 16
83
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS SIKAP
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 Jumlah
S1 Pearson Correlation 1 .473 -.208 .553 .191 .000 .900** -.143 .553 .857
** .473 .330 -.168 .084 .969
** .655
*
Sig. (2-tailed) .167 .565 .097 .597 1.000 .000 .694 .097 .002 .167 .352 .642 .817 .000 .040
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S2 Pearson Correlation .473 1 .023 .642* .380 .023 .723
* -.178 .642
* .651
* 1.000
** .962
** -.543 -.543 .551 .696
*
Sig. (2-tailed) .167 .950 .045 .279 .950 .018 .624 .045 .042 .000 .000 .104 .104 .099 .025
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S3 Pearson Correlation -.208 .023 1 .304 .445 .933** -.060 .831
** .304 .000 .023 .166 .465 .383 -.262 .458
Sig. (2-tailed) .565 .950 .393 .198 .000 .868 .003 .393 1.000 .950 .646 .176 .274 .465 .183
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S4 Pearson Correlation .553 .642* .304 1 .592 .304 .769
** .000 1.000
** .738
* .642
* .648
* -.195 .022 .590 .866
**
Sig. (2-tailed) .097 .045 .393 .071 .393 .009 1.000 .000 .015 .045 .043 .588 .953 .073 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S5 Pearson Correlation .191 .380 .445 .592 1 .445 .296 .191 .592 .382 .380 .459 .270 .270 .235 .680*
Sig. (2-tailed) .597 .279 .198 .071 .198 .406 .597 .071 .276 .279 .182 .451 .451 .514 .031
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S6 Pearson Correlation .000 .023 .933** .304 .445 1 .074 .900
** .304 .138 .023 .102 .546 .546 -.060 .551
Sig. (2-tailed) 1.000 .950 .000 .393 .198 .839 .000 .393 .703 .950 .778 .102 .102 .868 .099
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S7 Pearson Correlation .900** .723
* -.060 .769
** .296 .074 1 -.138 .769
** .969
** .723
* .601 -.383 -.139 .933
** .804
**
Sig. (2-tailed) .000 .018 .868 .009 .406 .839 .703 .009 .000 .018 .066 .274 .703 .000 .005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S8 Pearson Correlation -.143 -.178 .831** .000 .191 .900
** -.138 1 .000 -.071 -.178 -.066 .673
* .589 -.208 .309
Sig. (2-tailed) .694 .624 .003 1.000 .597 .000 .703 1.000 .845 .624 .856 .033 .073 .565 .385
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S9 Pearson Correlation .553 .642* .304 1.000
** .592 .304 .769
** .000 1 .738
* .642
* .648
* -.195 .022 .590 .866
**
Sig. (2-tailed) .097 .045 .393 .000 .071 .393 .009 1.000 .015 .045 .043 .588 .953 .073 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S10 Pearson Correlation .857** .651
* .000 .738
* .382 .138 .969
** -.071 .738
* 1 .651
* .528 -.336 -.084 .900
** .802
**
Sig. (2-tailed) .002 .042 1.000 .015 .276 .703 .000 .845 .015 .042 .117 .342 .817 .000 .005
84
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S11 Pearson Correlation .473 1.000** .023 .642
* .380 .023 .723
* -.178 .642
* .651
* 1 .962
** -.543 -.543 .551 .696
*
Sig. (2-tailed) .167 .000 .950 .045 .279 .950 .018 .624 .045 .042 .000 .104 .104 .099 .025
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S12 Pearson Correlation .330 .962** .166 .648
* .459 .102 .601 -.066 .648
* .528 .962
** 1 -.404 -.482 .409 .699
*
Sig. (2-tailed) .352 .000 .646 .043 .182 .778 .066 .856 .043 .117 .000 .247 .159 .240 .025
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S13 Pearson Correlation -.168 -.543 .465 -.195 .270 .546 -.383 .673* -.195 -.336 -.543 -.404 1 .901
** -.220 .031
Sig. (2-tailed) .642 .104 .176 .588 .451 .102 .274 .033 .588 .342 .104 .247 .000 .541 .932
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S14 Pearson Correlation .084 -.543 .383 .022 .270 .546 -.139 .589 .022 -.084 -.543 -.482 .901** 1 .024 .161
Sig. (2-tailed) .817 .104 .274 .953 .451 .102 .703 .073 .953 .817 .104 .159 .000 .947 .657
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S15 Pearson Correlation .969** .551 -.262 .590 .235 -.060 .933
** -.208 .590 .900
** .551 .409 -.220 .024 1 .676
*
Sig. (2-tailed) .000 .099 .465 .073 .514 .868 .000 .565 .073 .000 .099 .240 .541 .947 .032
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Jumlah Pearson Correlation .655* .696
* .458 .866
** .680
* .551 .804
** .309 .866
** .802
** .696
* .699
* .031 .161 .676
* 1
Sig. (2-tailed) .040 .025 .183 .001 .031 .099 .005 .385 .001 .005 .025 .025 .932 .657 .032
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.753 16
85
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS PERSEPSI
Correlations
PS1 PS2 PS3 PS4 PS5 PS6 PS7 PS8 PS9 PS10 Jumlah
PS1 Pearson Correlation 1 .473 .551 .731* .551 .651
* .642
* .063 .473 .651
* .753
*
Sig. (2-tailed) .167 .099 .016 .099 .042 .045 .862 .167 .042 .012
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
PS2 Pearson Correlation .473 1 .415 .378 .415 .500 .369 -.510 .286 .500 .483
Sig. (2-tailed) .167 .233 .282 .233 .141 .294 .132 .424 .141 .158
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
PS3 Pearson Correlation .551 .415 1 .550 .530 .969** .590 .049 .485 .969
** .778
**
Sig. (2-tailed) .099 .233 .100 .115 .000 .073 .892 .156 .000 .008
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
PS4 Pearson Correlation .731* .378 .550 1 .916
** .693
* .976
** .337 .882
** .693
* .928
**
Sig. (2-tailed) .016 .282 .100 .000 .026 .000 .341 .001 .026 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
PS5 Pearson Correlation .551 .415 .530 .916** 1 .692
* .947
** .296 .969
** .692
* .903
**
Sig. (2-tailed) .099 .233 .115 .000 .026 .000 .406 .000 .026 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
PS6 Pearson Correlation .651* .500 .969
** .693
* .692
* 1 .738
* .127 .643
* 1.000
** .897
**
Sig. (2-tailed) .042 .141 .000 .026 .026 .015 .726 .045 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
PS7 Pearson Correlation .642* .369 .590 .976
** .947
** .738
* 1 .428 .922
** .738
* .951
**
Sig. (2-tailed) .045 .294 .073 .000 .000 .015 .218 .000 .015 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
PS8 Pearson Correlation .063 -.510 .049 .337 .296 .127 .428 1 .382 .127 .309
Sig. (2-tailed) .862 .132 .892 .341 .406 .726 .218 .276 .726 .385
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
PS9 Pearson Correlation .473 .286 .485 .882** .969
** .643
* .922
** .382 1 .643
* .862
**
Sig. (2-tailed) .167 .424 .156 .001 .000 .045 .000 .276 .045 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
86
PS10 Pearson Correlation .651* .500 .969
** .693
* .692
* 1.000
** .738
* .127 .643
* 1 .897
**
Sig. (2-tailed) .042 .141 .000 .026 .026 .000 .015 .726 .045 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Jumlah Pearson Correlation .753* .483 .778
** .928
** .903
** .897
** .951
** .309 .862
** .897
** 1
Sig. (2-tailed) .012 .158 .008 .000 .000 .000 .000 .385 .001 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.779 11
87
Lampiran 5 : Output Hasil Penelitian
Frequencies
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 28-32 Tahun 19 31.7 31.7 31.7
23-27 Tahun 23 38.3 38.3 70.0
18-22 Tahun 18 30.0 30.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 1 1.7 1.7 1.7
SMP 18 30.0 30.0 31.7
SMA 36 60.0 60.0 91.7
DIII/SI 5 8.3 8.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang Baik 37 61.7 61.7 61.7
Baik 23 38.3 38.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Sikap
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Negatif 33 55.0 55.0 55.0
Positif 27 45.0 45.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
88
Persepsi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Negatif 32 53.3 53.3 53.3
Positif 28 46.7 46.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Partisipasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Ikut 34 56.7 56.7 56.7
Ikut 26 43.3 43.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
89
Crosstabs
Pengetahuan * Partisipasi
Crosstab
Partisipasi
Total Tidak Ikut Ikut
Pengetahuan Kurang Baik Count 32 5 37
Expected Count 21.0 16.0 37.0
% within Pengetahuan 86.5% 13.5% 100.0%
% within Partisipasi 94.1% 19.2% 61.7%
% of Total 53.3% 8.3% 61.7%
Baik Count 2 21 23
Expected Count 13.0 10.0 23.0
% within Pengetahuan 8.7% 91.3% 100.0%
% within Partisipasi 5.9% 80.8% 38.3%
% of Total 3.3% 35.0% 38.3%
Total Count 34 26 60
Expected Count 34.0 26.0 60.0
% within Pengetahuan 56.7% 43.3% 100.0%
% within Partisipasi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 56.7% 43.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 34.953a 1 .000
Continuity Correctionb 31.857 1 .000
Likelihood Ratio 39.211 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 34.371 1 .000
N of Valid Casesb 60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,97.
b. Computed only for a 2x2 table
90
Sikap * Partisipasi
Crosstab
Partisipasi
Total Tidak Ikut Ikut
Sikap Negatif Count 24 9 33
Expected Count 18.7 14.3 33.0
% within Sikap 72.7% 27.3% 100.0%
% within Partisipasi 70.6% 34.6% 55.0%
% of Total 40.0% 15.0% 55.0%
Positif Count 10 17 27
Expected Count 15.3 11.7 27.0
% within Sikap 37.0% 63.0% 100.0%
% within Partisipasi 29.4% 65.4% 45.0%
% of Total 16.7% 28.3% 45.0%
Total Count 34 26 60
Expected Count 34.0 26.0 60.0
% within Sikap 56.7% 43.3% 100.0%
% within Partisipasi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 56.7% 43.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.703a 1 .006
Continuity Correctionb 6.318 1 .012
Likelihood Ratio 7.841 1 .005
Fisher's Exact Test .009 .006
Linear-by-Linear Association 7.575 1 .006
N of Valid Casesb 60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,70.
b. Computed only for a 2x2 table
91
Persepsi * Partisipasi
Crosstab
Partisipasi
Total Tidak Ikut Ikut
Persepsi Negatif Count 25 7 32
Expected Count 18.1 13.9 32.0
% within Persepsi 78.1% 21.9% 100.0%
% within Partisipasi 73.5% 26.9% 53.3%
% of Total 41.7% 11.7% 53.3%
Positif Count 9 19 28
Expected Count 15.9 12.1 28.0
% within Persepsi 32.1% 67.9% 100.0%
% within Partisipasi 26.5% 73.1% 46.7%
% of Total 15.0% 31.7% 46.7%
Total Count 34 26 60
Expected Count 34.0 26.0 60.0
% within Persepsi 56.7% 43.3% 100.0%
% within Partisipasi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 56.7% 43.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.858a 1 .000
Continuity Correctionb 11.054 1 .001
Likelihood Ratio 13.323 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 12.644 1 .000
N of Valid Casesb 60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,13.
b. Computed only for a 2x2 table
92
Lampiran 1
93
Lampiran 2
94
95
Lampiran 3
96
Lampiran 4
97
Lampiran 5
98
Lampiran 6
99
Lampiran 7
100
Lampiran 8
101
Lampiran 9
102
Lampiran 10
103
Lampiran 11
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Pembagian Kuesioner Gambar 2. Program Bina Keluarga Balita
Gambar 3. Program Bina Keluarga Balita Gambar 4. Pembagian Kuesioner
104
Gambar 5. Program Bina Keluarga Balita
Gambar 6. Pembagian Kuesioner