hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap angka kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah...

Upload: nur-rachmawati

Post on 01-Mar-2016

97 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Distribusi kapsul Fe kepada ibu hamil ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil dan mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Hasil pantauan terhadap pelaksanaan distribusi kapsul Fe kepada ibu hamil belum menunjukkan hasil yang optimal. Laporan kabupaten/kota tahun 2011 menunjukkan distribusi kapsul Fe1 mengalami penurunan dari 92,81% di tahun 2010 menjadi 92,61% di tahun 2011. Sedangkan Fe3 meningkat dari 86,57% di tahun 2010 menjadi 86,59% di tahun 2011. Dari hasil cakupan Fe dan angka anemia pada ibu hamil di atas, terlihat bahwa capaian Fe tinggi tidak diikuti dengan turunnya angka anemia pada ibu hamil, karena alasan inilah kajian tentang gambaran hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap angka kejadian anemia pada ibu hamil perlu dilakukan

TRANSCRIPT

Mini Re-Search

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP ANGKA KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON IIDisusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik

Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA

iiDAFTAR PUSTAKA

vDAFTAR TABEL

viDAFTAR GAMBAR

1BAB I

1PENDAHULUAN

1A.Latar Belakang Masalah

3B.Rumusan Masalah

4C.Tujuan Peneitian

41.Tujuan Umum

42.Tujuan Khusus

4D.Manfaat Penelitian

5BAB II

5TINJAUAN PUSTAKA

5A.Landasan Teori

51.Anemia

52.Anemia Kehamilan

73.Tanda dan Gejala Anemia

74.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil

95.Pencegahan

106.Pengetahuan

127.Sikap

20B.Hipotesis

21BAB III

21METODOLOGI PENELITIAN

21A.Desain Penelitian

21B.Tempat dan Waktu Penelitian

211.Tempat

212.Waktu

22C.Populasi dan Sampel

22D.Variabel dan Definisi Operasional

221.Variabel

232.Definisi Operasional

24E.Instrumen Penelitian

24F.Cara Pengumpulan Data

241.Persiapan Penelitian

242.Pelaksanaan Penelitian

253.Tahap penyelesaian

25G.Kesulitan Penelitian

25H.Etika Penelitian

27BAB IV

27HASIL DAN PEMBAHASAN

27A.Hasil Penelitian

271.Karakteristik Responden

292.Analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku kepatuhan minum obat hipertensi

313.Analisis hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku gaya hidup

324.Analisis hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku kontrol tekanan darah

34B.Pembahasan

341.Karakteristik responden

352.Gambaran tingkat pengetahuan tentang hipertensi

383.Alternatif jalan keluar

41BAB V

41KESIMPULAN DAN SARAN

41A.Kesimpulan

41B.Saran

43DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

6Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII tahun 2013

24Tabel 2 Matriks Prioritas Masalah

27Tabel 3 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan di Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon II.

28Tabel 4 Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku kepatuhan minum obat hipertensi

29Tabel 5 Uji korelasi tingkat pengetahuan dan perilaku kepatuhan minum obat hipertensi

29Tabel 6 Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku gaya hidup

30Tabel 7 Uji korelasi tingkat pengetahuan dan perilaku gaya hidup

31Tabel 8 hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku kontrol tekanan darah

31Tabel 9 Uji korelasi antara tingkat pengetahuan dan perilaku kontrol darah

35Tabel 10 Tabel alternatif jalan keluar

36Tabel 11 Tabel Matriks Jalan Keluar

DAFTAR GAMBAR

21Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahAngka kematian ibu atau AKI merupakan salah satu indikator target keberhasilan Millenium Development Goals (MDGs). AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dalam masa khamilan, persalinan dan nifas. Survey demografi dan kesehatan indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target dalam millennium development goals (MDGs) yaitu sebesar 125 pada tahun 2015. Salah satu masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan (KEMENKES RI, 2011). Perdarahan tersebut dapat terjadi pada ibu yang mengalami anemia.Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraaan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut potential danger to mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak) dan biasanya disebabkan oleh defisiensi zat besi.

Prevalensi anemia defisiensi besi masih tergolong tinggi sekitar dua miliar atau 30% lebih dari populasi manusia di dunia yang terdiri dari anak-anak, wanita menyusui, wanita usia subur, dan wanita hamil (WHO, 2011). Wanita hamil berisiko tinggi mengalami anemia defisiensi besi karena kebutuhan zat besi meningkat secara signifikan selama kehamilan (Waryana, 2010). Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 51%, terutama di negara berkembang dan pada kelompok sosial ekonomi rendah. Secara keseluruhan anemia terjadi 45 % wanita di negara berkembang dan 13 % di negara maju. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008, prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia Tenggara 48,2%. Dari Profil Kesehatan DIY tahun 2005, prevalensi anemia DIY tahun 2004 sebesar 73,9%. Dari laporan KIA Konprehensif Kabupaten Bantul terjadi kenaikan kejadian anemia ibu hamil dari tahun 2004 ke tahun 2005. Dimana angka kejadian anemia ibu hamil pada tahun 2004 sebesar 6,98% dan pada tahun 2005 sebesar 8,24%. Prevalensi anemia ibu hamil saat ini berkisar 70%, atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia, yang disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat, serta kehamilan berulang dalam waktu singkat . Kejadian anemia memberikan kontribusi terhadap kematian ibu di Indonesia sebesar 1,6% (Siswono, 2003).Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil yaitu terfokus pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil. Departemen Kesehatan masih terus melaksanakan progam penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan membagikan tablet besi atau tablet tambah darah kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap satu hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan (Depkes RI, 2010). Distribusi kapsul Fe kepada ibu hamil ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil dan mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Hasil pantauan terhadap pelaksanaan distribusi kapsul Fe kepada ibu hamil belum menunjukkan hasil yang optimal. Laporan kabupaten/kota tahun 2011 menunjukkan distribusi kapsul Fe1 mengalami penurunan dari 92,81% di tahun 2010 menjadi 92,61% di tahun 2011. Sedangkan Fe3 meningkat dari 86,57% di tahun 2010 menjadi 86,59% di tahun 2011. Dari hasil cakupan Fe dan angka anemia pada ibu hamil di atas, terlihat bahwa capaian Fe tinggi tidak diikuti dengan turunnya angka anemia pada ibu hamil, karena alasan inilah kajian tentang gambaran hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap angka kejadian anemia pada ibu hamil perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan angka kejadian anemia ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sewon II?2. Adakah hubungan antara sikap ibu hamil dengan angka kejadian anemia ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sewon II?3. Adakah hubungan antara perilaku ibu hamil dengan angka kejadian anemia ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sewon II?C. Tujuan Peneitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil dengan angka kejadian anemia ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sewon II.

2. Tujuan Khususa) Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kejadian anemia pada kehamilan

b) Mengetahui sikap ibu hamil terhadap kejadian anemia pada kehamilan

c) Mengetahui perilaku perilaku pola makan ibu hamil terhadap kejadian anemia pada kehamilan

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi pendukung untuk evaluasi program pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil.2. Untuk meningkatkan kualitas materi penyuluhan ibu hamil dengan fakta-fakta yang ada di lapangan.3. Sebagai bahan masukan bagi peningkatan pemberdayaan keluarga terutama ibu hamil dalam upaya pencegahan anemia selama kehamilan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. AnemiaAnemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Wasnidar, 2007). Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin menurun sehingga akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dalam darah berkurang (Dorland, 1999). Anemia adalah istilah yang digunakan pada keadaan menurunnya kadar hemoglobin kurang dari 12 gr% darah pada wanita tidak hamil dan hemoglobin kurang dari 10 gr% pada wanita hamil (Nuritjojo, H.K., 1999). Menurut WHO (1972), anemia pada ibu hamil dibagi menjadi tiga kategori yaitu normal yang mana kadar Hb > 11gr%, anemia ringan 8-11gr%, anemia berat < 8gr%.2. Anemia KehamilanAnemia sering dijumpai dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang pada kehamilan (Depkes, 2000; Katz, 2000). Pada kehamilan dikenal istilah hidremia atau hemodilusi yaitu suatu keadaan dimana volume darah bertambah banyak. Volume darah yang bertambah banyak pada ibu hamil menyebabkan kurang lebih 50% konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan. Apabila konsentrasi sel darah merah turun terlalu rendah menyebabkan penurunan hemoglobin sampai < 11gr%. Penurunan konsentrasi darah atau pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi terhadap kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama, pengenceran tersebut akan meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat pada saat hamil, kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah, resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua,saat terjadi perdarahan pada waktu persalinan, jumlah unsur besi yang hilang akan lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya volume darah dalam kehamilan sudah mulai sejak usia kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada usia 32 sampai 36 minggu (Hanifa, 1994).Pada kehamilan janin menggunakan sel darah ibu untuk pertumbuhan dan perkembangan terutama pada tiga bulan terakhir kehamilan. Apabila ibu telah mempunyai cadangan zat besi dalam sumsum tulang belakang sebelum hamil maka pada saat hamil cadangan zat besi dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Akan tetapi apabila pertumbuhan sel-sel darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma akan menyebabkan konsentrasi atau kadar hemoglobin tidak mencapai normal dan akan terjadi anemia (Arisman,M.B., 1998).Pengambilan nilai sebesar 11 g/dl sebagai batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan. Ibu hamil yang memiliki kadar Hb < 11g/dl dinyatakan menderita anemia dalam kehamilan. Oleh karena itu, para ibu hamil yang memiliki Hb antara 11 dan 12 g/dl tidak dianggap sebagai anemia patologis, akan tetapi anemia fisiologis atau pseudoanemia (Supariasa, 2001). 3. Tanda dan Gejala AnemiaTanda dan gejala anemia antara lain nafsu makan turun atau anoreksia, lemah, mengantuk, pusing, lelah, sakit kepala, mual dan muntah, 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamila) Umur

Umur reproduksi yang optimal untuk ibu hamil berkisar antara umur 20-35 tahun. Apabila terjadi kehamilan dibawah usia 20 tahun akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan karena pada usia muda organ-organ reproduksi pada wanita belum berkembang secara sempurna serta perkembangan kejiwaannya belum siap untuk menerima kehamilan sehingga cenderung kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu yang berusia > 35 tahun organ-organ reproduksi sudah siap menerima kehamilan dan diharapkan lebih memperhatikan kehamilannya karena lebih banyak pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh mengenai kehamilan serta lebih dewasa dan mempunyai rasa tanggung jawab dan percaya diri yang lebih besar (Damanik, 2009).

Menurut Hall dan Dornan (1990) menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemilihan pelayanan kesehatan. Semakin dewasa seseorang akan lebih mengerti mengenai pemilihan pelayanan kesehatan karena berhubungan dengan pola pikir.b) Pendidikan

Wanita yang berpendidikan lebih rendah atau tidak berpendidikan sama sekali biasanya mempunyai anak yang lebih banyak dibandingkan pada wanita yang berpendidikan lebih tinggi. Mereka yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah biasanya sulit diajak memahami dampak negatif dari mempunyai banyak anak.

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan yang akan berdampak pada derajat kesehatan (Aman, 1997). Menurut Muzaham (1995) menyatakan bahwa orang yang tidak berpendidikan atau golongan rendah kurang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.c) Pendapatan

Status ekonomi masyarakat seperti pendapatan mempengaruhi pola pemanfaatan fasilitas kesehatan (Lapau, 1997). Menurut Alkatiri (1997) mengatakan bahwa golongan menengah dengan pendapatan yang lebih memadai cenderung berperilaku sebagai pengguna yang lebih selektif sedangkan golongan ekonomi lemah dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai akan bersikap sebagai pengguna yang pasif.5. PencegahanUntuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil, Empat pendekatan dasar yang digunakan untuk mencegah anemia antara lain:a) Pemberian suplemen zat besi

b) Pendidikan dan langkah-langkah yang berhubungan dengan peningkatan masukan zat besi melalui makanan

c) Pencegahan terjadinya infeksi

d) Memperkaya makanan pokok yang kaya kandungan zat besi.

Ibu hamil yang mempunyai frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya diberikan Sulfas ferrous 1 tablet perhari serta diberikan nasehat seperti :a) Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi yang berasal dari nabati, seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan segar dan nasi. Sedangkan yang berasal dari hewani seperti hati, daging sapi, ikan dan susu sapi.b) Mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat seperti arcis, brokoli, daging dan susu. Pada wanita hamil anemia sering disebabkan oleh kekurangan kedua zat gizi tersebut.c) Mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar vitamin C yang tinggi seperti buah-buahan yang mempermudah penyerapan zat besi.d) Menghindari minum teh atau kopi sebelum dan setelah makan karena teh dan kopi mengandung senyawa Tania yang dapat menghambat penyerapan zat besi.e) Menghindari senyawa Edta (biasa digunakan sebagai pengawet makanan) dengan melihat label makanan (Wasnidar, 2007).6. Pengetahuan

Menurut Soekanto (2002), pengetahuan merupakan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda kepercayaan, takhayul dan penerangan yang keliru. Sedangkan Notoatmodjo (2002) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat atau intensitas yang berbeda-beda. Secara garis besar dibedakan menjadi 6 tingkat pengetahuan antara lain :a) Tahu (know)Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah.b) Memahami (comprehension)Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan hal tersebut secara benar.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi dapat diartikan bahwa orang tersebut mampu untuk menerapkan materi yang telah dipahami sebelumnya ke dalam kehidupan nyata (riil)d) Analisis

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen penegtahuan yang dimiliki.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek tertentu.Pengetahuan dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket (Notoatmodjo, 2003).7. SikapSikap merupakan suatu perilaku, tendensi, kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial (Azwar, 2000). Sikap merupakan respon seseorang yang masih terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2002).Menurut Azwar (2003), menyatakan bahwa struktur sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu :a) Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama menyangkut masalah isu atau problem yang controversial.

b) Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Komponen ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. hal ini juga berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Sikap mempunyai fungsi, antara lain:

a) Sebagai alat ukur untuk menyesuaikan diri. Sikap merupakan sesuatu yang dapat diadopsi oleh semua orang.

b) Alat ukur untuk mengukur tingkah laku. Pada orang dewasa hingga usia lanjut, terdapat adanya pertimbangan antara adanya stimulus dengan reaksi. Proses untuk menilai stimulus-stimulus itu aka nada secara sadar. Hal ini berhubungan erat dengan ciat-cita seseorang, tujuan hidup, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan yang ada pada diri orang tersebut.

c) Sebagai alat pengatur pengalamn. Pengalaman yang berasal dari luar diri seseorang akan diterima secara aktif oleh orang tersebut yang menandakan bahwa seseorang memilih hal-hal yang perlu atau tidak perlu untuk dilayani. Jadi semua pengalamn akan diberi penilaian, lalu dipilih.d) Alat ukur untuk menyatakan kepribadian. Sikap dan pribadi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, dengan melihat sikap seseorang, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut.Metode pengungkapan sikap secara historic yang telah dilakukan orang, antara lain :a) Observasi perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadapa sesuatu dapat dengan memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indicator sikap individu. Perilaku yang kita amati bisa menjadi indicator sikap dalam konteks situasional tertentu. Akan tetapi interpretasi sikap harus hati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampilkan seseorangb) Penanyaan langsung

Sikap seseorang dapat diketahui dengan menanyakan langsung (direct questioning) pada orang yang bersangkutan. Asumsi yang mendasari metode ini guna pengungkapan sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan asumsi kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Metode ini akan menghasilkan ukuran yang valid hanya apabila situasi dan kondisinya memungkinkan kebebasan berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik.c) Pengungkapan langsung

Metode pengungkapan langsung merupakan pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal ataupun item ganda (Ajzen dalam Azwar, 2003). Prosedur dilakukan dengan responden diminta menjawab langsung pertanyaan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian responnya yang dilakukan lebih jujur bila ia tidak perlu menuliskan nama dan identitasnya. Variasi bentuk pengungkapan dengan item tunggal menggunakan kata sifat ekstrim pada suatu kontinum sepuluh titik suka sampai benci.

Problem utama dalam pengukuran dengan item tunggal adalah masalah reliabilitas hasilnya. Item tunggal terlalu terbuka terhadap sumber error pengukuran.d) Skala sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap.

Skala sikap berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu obyek sikap. Respon setiap subyek pada setiap pertanyaan ini disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Pada beberapa bentuk skala dapat pula diungkap mengenai keluasan serta konsistensi sikap.

Salah satu sifat sikap skala adalah isi pertanyaannya yang dapat berupa pertanyaan langsung yang jelas tujuan ukurnya akan tetapi dapat pula berupa pertanyaan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi responden.

Proses pengungkapan sikap merupakan proses yang rentan terhadap berbagai kemungkinan eror dikarenakan sikap itu sendiri, merupakan suatu konsep psikologis yang tidak mudah untuk dirumuskan secara operasional. Oleh karena itu, untuk mengurangi kemungkinan adanya error pengukuran, skala sikap harus dirancang dengan hati-hati dan sungguh-sungguh dan ditulis dengan mengikuti kaidah penyusunan skala yang berlaku.e) Pengukuran terselubung

Metode ini sebenarnya berorientasi kembali ke metode observasi perilaku yang telah dikemukakan diatas, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau sengaja dilakukan seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi lebih diluar kendali orang tersebut.

Cara mengukur sikap, maka digunakan:

a) Pertanyaan positif (favorable)b) Pertanyaan negative (unfavorable)

(Hidayat, 2007)

8. Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Becker, Maiman, 1999).

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus ( organisasi ( respon, sehingga teori Skiner disebut teori S-O-R (Stimulus-organisasi-respon).

Berdasarkan teori SOR, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :a) Perilaku tertutup (covert behavior). Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.b) Perilaku terbuka (over behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan yang dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior, contoh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke bidan. Respon manusia bisa bersifat aktif (tindakan nyata atau praktis) maupun pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap). Stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian perilaku kesehatan mencakup:

1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespons, baik secara aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit tersebut ataupun pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi) penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya.2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini meliputi respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatnya yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yaitu respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik terhadap makanan serta unsure-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan dan sebagainya.4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan merupakan respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.Indicator dan pengukuran perilaku, antara lain :a) Pengetahuan kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhdapa cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) ataupun melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indicator pengetahuan adalah tingginya pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal.

b) Sikap terhadap kesehatan

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau obyek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang obyek tertentu, dengan menggunakan skala likert.

c) Praktik kesehatan

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran perilaku paling baik yaitu secara langsung, yakni pengamatan (observasi) dengan mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan, secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subyek tentang apa.B. Hipotesis

1. Terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan angka kejadian anemia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sewon II

2. Terdapat hubungan sikap dengan angka kejadian anemia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sewon II

3. Terdapat hubungan perilaku dengan angka kejadiang anemia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sewon II.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental berbentuk survey deskriptif yaitu dengan melakukan pengukuran Hb dan pengisian kuisioner terhadap subyek.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sewon II Bantul dengan subyek adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di KIA, Puskesmas Sewon II.2. Waktu

Penelitian dilakukan selama 3 hari pada hari Senin sampai dengan hari Kamis pada tanggal 4 November 2013 dan 7 November 2013.C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sewon II Bantul. Sampel penelitian yang digunakan adalah ibu hamil yang akan melakukan ANC di KIA, Puskesmas Sewon II

Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang akan melakukan ANC dan pemeriksaan Hb di KIA, Puskesmas Sewon II, yang bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ibu hamil yang memiliki penyakit kronis, ibu hamil yang memiliki kelainan sel darah merah baik secara kongenital maupun yang didapat, dan ibu hamil yang diketahui memiliki kelainan pada sumsum tulang.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas pada penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil, sedangkan variabel tergantungnya adalah angka kejadian anemia pada ibu hamil.

2. Definisi Operasional

Kadar Hb dalam penelitian merupakan pengukuran kadar hb pada ibu hamil dengan interpretasi Hb di atas 11 gr% sebagai kondisi tidak anemia, dan Hb di bawah 11 gr% sebagai kondisi anemia.

Tingkat Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang Anemia, seperti pengertian anemia, penyebab, gejala, pengobatan, serta pencegahan anemia pada ibu hamil. Pengetahuan diukur dengan menggunakan skala ordinal dengan ukuran tinggi, sedang dan rendah.

Sikap dalam penelitian ini merupakan perilaku ibu hamil yang masih tersembunyi atau tertutup yang belum merupakan tindakan nyata. Pertanyaan yang diberikan menggunakan jawaban setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju. Perilaku dalam penelitian ini merupakan perilaku ibu hamil akan pentingnya makanan dengan gizi seimbang serta pola hidup sehat. Pada peneltian ini, perilaku subyek dikaji dalam beberapa aspek, yaitu pola makan, makanan dengan gizi seimbang, dan rutinitas olahraga. Dari tiap tiap aspek tersebut dimasukan dalam poin poin dalam kuisioner yang kemudian dibuat skala ordinal yaitu baik, sedang dan buruk.E. Instrumen Penelitian

Informed Consent

Kuisioner

Hasil pengukuran Hb

F. Cara Pengumpulan Data

1. Persiapan Penelitian

a. Penetapan masalah dan judul yang akan diteliti

b. Mencari segala informasi terkait dengan permasalahan ini baik dari text book, jurnal, ataupun segala referensi yang terkait dengan penelitian ini.

c. Menentukan lokasi, populasi dan pengurusan izin penelitian pada lokasi yang telah ditentukan.

d. Penyediaan informed concent dan kuisioner serta instrumen penelitian yang dibutuhkan.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Dilakukan pengukuran Hb pada ibu hamil yang akan melakukan ANC di KIA

b. Penyaringan bu hamil yang masuk criteria inklusi

c. Ibu hamil diminta untuk mengisi informed concent, dan dibantu oleh peneliti dalam mengisi kuisioner

d. Pengumpulan kuisioner, melakukan koding, scoring dan rekapitulasi kuisioner sehingga diperoleh skor untuk tiap responden.

3. Tahap penyelesaian

a. Deskriptif hasil data yang didapat.

b. Penyusunan laporan penelitian.G. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dialami selama penelitian ini adalah dalam hal pengumpulan data dikarenakan waktunya yang terbatas membuat minimalnya jumlah responden.H. Etika Penelitian

Penelitian yang berjudul "Gambaran Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku terhadap Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon II memiliki surat ijin dari program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY yang sah untuk melakukan penelitian. Segala bentuk jawaban dan data pribadi dari responden akan dijaga kerahasiaannya. Karena subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti menggunakan Informed consent yang merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.Identitas dari subyek penelitian tidak disebarluaskan baik melalui media clektronik maupun media cetak.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan di Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon II.

No.Karakteristik Subyek PenelitianJumlah%

1.Jenis Kelamin

Laki-laki1136,7%

Perempuan1963,3%

Total30

2.Umur Lansia

60-74 tahun1653,3%

75-90 tahun1446,7%

>90 tahun0

Total30

3.Pendidikan

SD1860%

SLTP723,3%

SLTA310%

PT26,7%

Total30

4.Pekerjaan

PNS620%

Swasta26,7%

Buruh1550%

Ibu Rumah Tangga723,3%

Total30

Berdasarkan tabel diatas, dari 30 responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu 19 orang (63,3%), sedangkan responden laki-laki sebanyak 11 orang (36,7%).

Berdasarkan umur dapat diketahui bahwa sebagian besar responden lanjut usia berumur 60-74 tahun yaitu sebanyak 16 responden dengan prosentase 53,3% dan responden lanjut usia yang berumur 75-90 tahun sebanyak 14 responden dengan prosentase 46,7%.

Berdasarkan tingkat pendidikan responden dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan pendidikan terakhir SD merupakan jumlah terbesar, lalu disusul oleh SLTP dan hanya sedikit yang berpendidikan terakhir SLTA dan PT. Sebanyak 18 responden dengan prosentase 60% merupakan responden yang berpendidikan terakhir SD. Responden yang memiliki pendidikan terakhir SLTP sebanyak 7 responden dengan prosentase 23,3%. Jumlah responden terkecil adalah responden dengan pendidikan terakhir SLTA sebanyak 3 responden dengan prosentase 10% lalu PT sebanyak 2 responden dengan prosentase 6,7%.

Berdasarkan status pekerjaan dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 15 responden dengan prosentase 50%.

2. Analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku kepatuhan minum obat hipertensi

Tabel 4 Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku kepatuhan minum obat hipertensi

Tingkat PengetahuanPerilaku kepatuhan minum obatTotal

KurangBaik

frekuensi%frekuensi%frekuensi%

Rendah dan Sedang1343,3%310%1653,3%

Tinggi26,7%1240%1446,7%

Total1550%1550%30100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah responden yang memiliki pengetahuan rendah dan sedang serta mempunyai perilaku kepatuhan minum obat yang kurang berjumlah 13 responden (43,3%), sedangkan responden kategori pengetahuan rendah dan sedang serta memiliki perilaku kepatuhan minum obat yang baik berjumlah 3 responden (10%). Responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan mempunyai perilaku kepatuhan minum obat yang kurang berjumlah 2 responden (6,7%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan memiliki kepatuhan minum obat yang baik berjumlah 12 responden (40%).Tabel 5 Uji korelasi tingkat pengetahuan dan perilaku kepatuhan minum obat hipertensi

HubunganPearson CorrelationSignifikansi (p)Keterangan

Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Kepatuhan minum obat0, 7330,000Signifikan

Sumber : data primer

Berdasarkan hasil analisis data antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi terhadap kepatuhan minum obat didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p