hubungan lingkungan rumah dengan kejadian pneumonia …/hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN
PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN
PANULARAN LAWEYAN SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains Terapan
HAPPY PRIMARIASARI
NIM. R1111016
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi
dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dirugikan.
(Q.S. Al. Anfaal: 8:60)
A women wants to be loved with no condition; not because she is pretty, or kind,
or elegant, or smart; but, she wants to be loved just the way she is.
(Henri Frederic Amiel)
Pemimpin yang terlahirkan hanyalah mitos, sebab kepemimpinan
bagi pemimpin sejati bisa diajarkan dan dibentuk.
(Ir. Joko Widodo)
Apapun yang terjadi, terimalah sebagai bagian dari kenikmatan Allah
yang telah diamanahkan kepada diri kita.
(Muksin Heriyanto, S.Ag., M.Ag)
Menjadi diri sendiri adalah jauh lebih baik, daripada baik
karena menjadi orang lain.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk:
1. Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Almamater yang telah
mendewasakan saya.
2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor UNS yang telah menjadi
teladan bagi saya selama menempuh pendidikan ini.
3. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.P.D.-K.R.-Finasim., selaku Dekan
Fakultas Kedokteran (FK) UNS yang telah menjadi teladan bagi saya
selama menempuh pendidikan ini.
4. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.O.G.(K)., selaku Ketua Program Studi Diploma
IV (Prodi DIV) Bidan Pendidik FK UNS yang telah memberikan
bimbingan kepada saya selama menempuh pendidikan ini.
5. Erindra Budi C., S.Kep.Ns., M.Kes., selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
(KTI) Prodi DIV Bidan Pendidik FK UNS yang telah memberikan
bimbingan dalam penulisan KTI ini.
6. S. Bambang Widjokongko, dr., P.H.K., M.Pd.Ked. dan Ika Sumiyarsi,
S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing dalam penulisan KTI yang telah
membantu dan membimbing penulisan KTI ini dengan penuh kesabaran
dan kasih sayang.
7. Putu Suriyasa, dr., M.S., Sp.O.K. dan Sumardiyono, S.K.M., M.Kes.,
selaku Penguji KTI yang telah menguji dan memberikan bimbingan
dengan baik.
8. Slamet Widodo, S.Pd., M.Pd. dan Sri Diyati, S.Pd., Ayahhanda dan Ibunda
tercinta yang telah memotivasi saya untuk terus belajar dan berusaha
mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan saya.
9. Ratih Sulistyo Maherawati, S.S.T., Kakak tersayang yang telah banyak
berbagi pengetahuan dalam penulisan KTI ini.
10. Ardy Yudhanto, S.E., Sahabat terkasih yang telah memberikan
kesempatan dan membantu saya untuk menjadi pribadi yang jauh lebih
baik dari diri saya yang sebelumnya selama menempuh pendidikan ini.
11. Dwi Erni Ratnasari, Teman tercantik, terpandai, dan terbijaksana yang
sedang menempuh pendidikan dokter, terimakasih atas penghargaan
teristimewa yang diberikan kepada saya selama menempuh pendidikan ini.
12. Pembaca yang budiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.,
Syukur alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga Penulis mendapatkan
kesempatan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan
Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Kelurahan
Panularan Laweyan Surakarta” pada waktunya.
Penulis memahami bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini, Penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.P.D.-K.R.-Finasim., selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,
3. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.O.G.(K)., selaku Ketua Program Studi Diploma
IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
4. Erindra Budi C., S.Kep.Ns., M.Kes., selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta,
5. S. Bambang Widjokongko, dr., P.H.K., M.Pd.Ked., selaku Pembimbing I
dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah,
6. Ika Sumiyarsi, S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing II dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah,
7. Putu Suriyasa, dr., M.S., Sp.O.K, selaku Penguji I dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah,
8. Sumardiyono, S.K.M., M.Kes., selaku Penguji II dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah,
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sebagai sarana penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, dan
membangun wawasan Penulis sehingga dapat lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum wr. wb.,
Surakarta, Juli 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
ABSTRACT .................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................ 7
B. Kerangka Teori ........................................................................... 25
C. Hipotesis .................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 27
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 28
D. Definisi Operasional Variabel .................................................... 30
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data ......................................... 31
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Panularan ................................... 38
B. Karakteristik Responden ............................................................ 40
C. Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan ............................. 43
D. Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan .......................... 45
E. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia ... 46
BAB V PEMBAHASAN
A. Lingkungan rumah di Kelurahan Panularan .............................. 48
B. Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan ........................... 52
C. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia ... 54
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 55
BABA VI SIMPULAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................... 56
B. Saran .......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-Kisi Formulir Penilaian Lingkungan Rumah ............................. 31
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta ............................. 40
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta .................. 41
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta ..................... 41
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Penghasilan Keluarga di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta . 42
Tabel 6 Hasil Penilaian Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan
Surakarta ............................................................................................ 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori Penelitian ........................................................... 25
Gambar 2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan
Laweyan Surakarta ...................................................................... 44
Gambar 3 Distribusi Frekuensi Kejadian Pneumonia di Kelurahan
Panularan Laweyan Surakarta ..................................................... 45
Gambar 4 Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia di
Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta ................................... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Time Schedule Penelitian
Lampiran II Surat Permohonan Izin Penelitian ke Kementerian Kesehatan
Kota Surakarta
Lampiran III Surat Keterangan Izin Penelitian dari Kementerian Kesehatan
Kota Surakarta
Lampiran IV Surat Permohonan Izin Penelitian ke Kelurahan Panularan
Laweyan Surakarta
Lampiran V Lambar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I
Lampiran VI Lambar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II
Lampiran VII Pengantar Penelitian
Lampiran VIII Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran IX Lembar Karakteristik Responden
Lampiran X Lembar Observasi atau Wawancara Penilaian Lingkungan
Rumah
Lampiran XI Tabulasi Hasil Penilaian Lingkungan Rumah
Lampiran XII Tabulasi Data Hasil Penelitian
Lampiran XIII Uji Statistik Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian
Pneumonia pada Anak Balita di Kelurahan Laweyan Surakarta
Lampiran XIV Peta Wilayah Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Lampiran XV Dokumentasi Kegiatan Penelitian Lingkungan Rumah dengan
Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Kelurahan Panularan
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
HUBUNGAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN
PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN
PANULARAN LAWEYAN SURAKARTA1
Happy Primariasari2, S. Bambang Widjokongko dan Ika Sumiyarsi
3
ABSTRAK
Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan Kota Surakarta terdapat
86 persen dari total 56 Kejadian Pneumonia di Puskesmas Penumping tahun 2011
dan studi Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2012 menunjukkan
53,6 persen Kejadian Pneumonia pada anak balita berasal dari Kelurahan
Panularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan rumah
dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan
Surakarta.
Penelitian ini menggunakan desain suvei analitik dengan pendekatan
waktu Cross Sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita
di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta. Teknik pengambilan sampel dengan
cara Quota Sampling nonproporsional dengan sampel sebanyak tiga puluh
responden. Pengujian data secara komputer menggunakan uji statistik Chi Square
kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan gambar.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat belas rumah tidak sehat
dengan 80,0 persen Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan
Laweyan Surakarta. Hasil uji statistik Chi Square, didapatkan nilai X2 hitung
sebesar 13,393 dan nilai probablilitas (p) sebesar 0,000 dan dengan df=2 dan taraf
signifikansi 5% didapatkan X2 tabel 5,991. Dapat disimpulkan ada hubungan
yang signifikan antara lingkungan rumah dan Kejadian Pneumonia pada anak
balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.
Saran bagi warga Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta adalah
memahami syarat-syarat terwujudnya rumah yang sehat dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci : Lingkungan rumah dan Pneumonia.
Kepustakaan : 24 buku (2002-2012), 10 internet (2006-2009), 3 jurnal (2009-
2010), dan 2 Laporan tidak dipublikasikan(2012).
Jumlah halaman : xiii, 61 halaman, tabel 6 buah, gambar 5 buah, dan lampiran 13
buah.
1 Judul Karya Tulis Ilmiah 2 Mahasiswa DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
3 Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
THE CORRELATION OF HOME ENVIRONMENT WITH PNEUMONIA
INCIDENCE AMONG CHILDREN TODDLERS IN PANULARAN
SUB-DISTRICT LAWEYAN SURAKARTA4
Happy Primariasari5, S. Bambang Widjokongko and Ika Sumiyarsi
6
ABSTRACT
Based on the result from Surakarta Ministry of Public Health there are
eighty six percent from total fifty six of Pneumonia Incidence in Penumping
Community Health Center in year 2011 and Based on the preliminary study
conducted on 15th
May 2012, it is shown that there are 53,6 percent Pneumonia
Incidence among children toddlers come from Panularan sub-district. This study
aims at determining the correlation of home environment with Pneumonia
Incident among children toddlers in Panularan Sub-district, Laweyan Surakarta.
This study uses an analytical survey method with Cross Sectional time
approach. The population in this study is all children toddlers in Panularan sub-
district, Laweyan Surakarta. The sampling technique used is Quota Sampling
Nonproportional and with thirty respondents. Computerized data processing
Computer is done using Chi Square statistical test, which the results, then, are
presented in distribution tables and figures.
The result of the study shows there fourteen unhealthy houses with 80,0
percent Pneumonia incidence among children toddlers in Panularan Sub-district,
Laweyan, Surakarta. The result of Chi Square statistical test shows that the X2
values obtained is 13,393, the probability value (p) is 0,000, df = 2, and with the
significance level of 5% the X2
tables is 5,991. Therefore, it can be concluded that
there is a significant correlation between the home environment and Pneumonia
Incident among children toddlers in Panularan Sub-district, Laweyan Surakarta.
The researcher’s suggestion for community of Panularan Sub-district,
Laweyan Surakarta to understand condition of healthy houses and applied in their
life.
Key words : The home environment and Pneumonia.
References : 24 books (2002-2012), 10 web pages (2006-2009),
3 journals (2009-2010) and 2 report not publication (2012).
Number of pages : xiii, 61 pages, 6 tables, 5 figures, 13 appendices.
4 The title of the research
5 A student of DIV Teach Midwife Program Medical Faculty of Sebelas Maret University
6 A lecturer of Medical Faculty of Sebelas Maret University
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun Kejadian Pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak di
bawah lima tahun (balita), atau sekitar dua puluh persen dari seluruh kematian
anak balita di seluruh dunia. Angka ini lebih tinggi dari kematian akibat
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), malaria dan campak. Terdapat
sekitar 155 juta Kejadian Pneumonia di seluruh dunia setiap tahunnya (metro
tv news. November 2010). Sehingga, Kejadian Pneumonia merupakan
masalah kesehatan di dunia, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di
negara maju. Angka Kejadian Pneumonia di negara berkembang setiap tahun
adalah sepuluh sampai dua puluh kejadian perseratus anak balita, sedangkan
dilaporkan di negara maju seperti Amerika Serikat terdapat dua juta sampai
tiga juta Kejadian Pneumonia pertahun dengan jumlah kematian rata-rata
sebanyak 45 ribu orang (Misnadiarly, 2008: 11).
Setiap menit terdapat satu anak balita yang meninggal akibat Kejadian
Pneumonia di Asia Tenggara (metro tv news. November 2010). Kejadian
Pneumonia dari tahun ke tahun selalu menduduki peringkat atas penyebab
kematian anak balita di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007 Kejadian Pneumonia merupakan penyebab kematian anak
balita utama sejumlah 15,5 persen dari seluruh anak balita dan setiap tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
selalu ada pada daftar sepuluh penyakit terbesar di fasilitas kesehatan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010: Volume 3).
Gangguan yang mungkin terjadi apabila anak balita mengalami
Kejadian Pneumonia bakteri berulang adalah kecacatan berupa kelainan
produksi antibodi, kristik fibrosis, palatoskisis, bronkiektasi kongenital,
diskinesia siliare, fistula trakeoesofagus, kelainan leukosit polimorfonuklear,
neutropenia, bertambahnya aliran darah pulmonal, atau reflek mutah kurang
(Behrman, 2000: 885).
Kejadian Pneumonia pada anak balita memiliki hubungan erat dengan
Lingkungan Rumah, hal tersebut dikarenakan perumahan berfungsi sebagai
tempat tinggal keluarga yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana sesuai
standar rumah sehat (Mukono, 2000: 155). Salah satu fungsi pokok
pembangunan rumah adalah perlindungan terhadap penularan penyakit
(Machfoedz, 2004: 79). Keadaan rumah yang tidak sehat menyebabkan
Pneumonia dan penyakit saluran pernafasan lainnya (Chandra, 2006: 165).
Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat Kejadian
Pneumonia antara lain melalui penemuan Kejadian Pneumonia anak balita
sedini mungkin, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Hal ini terwujud dengan
adanya keterpaduan lintas program Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang didelegasikan di pelayanan kesehatan dasar melalui pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), penyediaan peralatan dan obat-
obatan di Pusat Kesahatan Masyarakat (Puskesmas) {Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kabupaten Pati, November 2009}.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Fungsi bidan dalam mendukung upaya pemerintah yaitu dengan
melakukan penilaian dan klasifikasi awal anak balita sakit melalui cara
penilaian tanda bahaya umum sehingga dapat diklasifikasikan Pneumonia atau
Bukan Pneumonia (Kementerian Kesehatan RI, 2008: 1). Dr. Darmawan
B.S.,Sp.A(K), Ketua Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
mengemukakan bahwa salah satu srategi kunci dalam mengendalikan
Kejadian Pneumonia adalah menciptakan lingkungan perumahan yang sehat
(IDAI. November 2010).
Kejadian Pneumonia pada anak balita kini menjadi masalah yang
serius di dunia. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi lebih dari
dua juta kematian anak balita akibat Kejadian Pneumonia (Misnadiarly, 2008:
27). China dan India merupakan negara terbanyak yang terdapat Kejadian
Pneumonia pada anak balita. Tahun 2009, terdapat Kejadian Pneumonia
sebanyak 44 juta di India dan delapan belas juta di China. Dilaporkankan juga
sekitar 433 juta anak-anak di Asia Tenggara, Asia Timur, negara-negara
Pasifik, dan Afrika terpapar penyakit ini setiap tahun (Kementerian Kesehatan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Maret 2009).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, di Indonesia angka kesakitan
karena Kejadian Pneumonia pada bayi dan anak balita adalah 5,2 persen,
sedangkan angka kematian pada bayi dan anak balita akibat Kejadian
Pneumonia tersebut sejumlah 49,3 persen (RSUD Kabupaten Pati, November
2009), maka setiap tahun ada lima perseribu Kejadian Pneumonia pada anak
balita. Artinya, Kejadian Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari seratus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ribu anak balita setiap tahun, atau hampir tiga ratus anak balita setiap hari,
atau satu anak balita setiap lima menit (Misnadiarly, 2008: 27). Cakupan
penemuan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2005 sejumlah 21,61 persen. Angka tersebut masih sangat rendah
apabila dibandingkan dengan target yang diinginkan yaitu sejumlah 86 persen
(Kementerian Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Januari 2006). Jumlah
Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kota Surakarta pada tahun 2010
sebanyak 131 kejadian dan tujuh puluh persen berasal dari Puskesmas
Penumping. Tahun 2011 Puskesmas Penumping masih menjadi urutan
pertama Kejadian Pneumonia yaitu sejumlah 86 persen dari 56 Kejadian
Pneumonia pada anak balita yang terjadi di Kota Surakarta (Kementerian
Kesehatan Kota Surakarta, Maret 2012).
Puskesmas Penumping memiliki empat wilayah kerja yaitu Kelurahan
Bumi, Panularan, Penumping, dan Sri Wedari. Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2012 dengan cara melihat dokumen
status medis, didapatkan Kejadian Pneumonia pada anak balita pada Bulan
Januari 2011 sampai April 2012 sebanyak 57 Kajadian Pneumonia anak balita.
Diketahui sejumlah 57 persen Kejadian Pneumonia pada anak balita berasal
dari Kelurahan Panularan.
Berlandaskan data di atas, maka Penulis melakukan penelitian tentang
hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita
di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta yang merupakan wilayah kerja
Puskesemas Penumping Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang
diteliti dalam penelitian ini adalah “adakah hubungan Lingkungan Rumah
dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan
Laweyan Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia
pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan
Surakarta.
b. Mengetahui Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan
Panularan Laweyan Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan berupa
pembuktian teori di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Ilmu
Kesehatan Anak yaitu tentang pengaruh Lingkungan Rumah terhadap
Kejadian Pneumonia pada anak balita. Sehingga, diharapkan adanya suatu
perubahan perilaku pediatri sosial melalui tindakan promosi (promotif)
dan pencegahan (preventif) tanpa mengabaikan tindakan pengobatan
(kuratif) dan perbaikan (rehabilitatif) dalam suatu upaya kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Secara Aplikatif
Secara aplikatif penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
beberap pihak yang terkait yaitu sebagai berikut.
a. Orang tua
Dijadikan sebagai wawasan tentang Lingkungan Rumah sebagai salah
satu faktor penting penyebab Kejadian Pneumonia pada anak balita,
sehingga dapat memberikan kontribusi guna mencegah Kejadian
Pneumonia pada anak balita dengan memperhatikan Lingkungan
Rumah tempat tinggalnya.
b. Kepala Puskesmas
Dijadikan sebagai sumber informasi tentang hubungan Lingkungan
Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita, sehingga dapat
meningkatkan upaya promotif dan preventif Kejadian Pneumonia
dengan tidak meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Hal ini
dapat diwujudkan melalui penyuluhan tentang Kejadian Pneumonia
dan rumah sehat kepada masyarakat; pemantauan Lingkungan Rumah
masyarakat secara berkala; dan penyediaan sarana prasarana
penunjang yang memadai di Puskesmas.
c. Bagi Masyarakat
Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat akan lebih mengerti
tentang pentingnya menjaga Lingkungan Rumah, sehingga dapat
berperan serta aktif dalam mencegah Kejadian Pneumonia pada anak
balita sedini mungkin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kejadian Pneumonia
a. Pengertian Pneumonia
1) Kata Pneumonia berarti infeksi pada paru yang kebanyakan timbul
karena adanya infeksi saluran pernafasan bagian bawah akibat
virus dan bakteri (Shelov, 2005: 538).
2) Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus dan bakteri
serta sejumlah penyebab noninfeksi lainnya (Behrman, 2000: 883).
3) Ngastiyah (2005: 57) menuliskan Pneumonia ialah suatu radang
paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
4) Pneumonia merupakan keradangan pada parenkim paru yang
sering terjadi pada bayi dan anak balita sebagai penyakit primer
maupun akibat penyakit komplikasi (Hidayat; 2006: 80).
5) Hidayat (2008: 111) dalam tulisannya yang lain menyebutkan
bahwa Pneumonia merupakan peradangan pada paremkim paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing yang
ditandai dengan gejala nafas yang tinggi, gelisah, nafas cepat,
muntah, dan batuk kering.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
6) Pneumonia adalah keradangan parenkim paru yang menyebabkan
asinusnya terisi cairan dan sel radang, dengan atau tanpa disertai
infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga
interstisium (Alsagraff, 2009: 122).
b. Penyebab Pneumonia
Agen penyebab umum Pneumonia menurut Haws (2008: 22).
1) Virus (misalnya Herpes, Rubella, Sitomegalovirus, Adenovirus,
Influenza, Parainfluenza dan Varicella).
Setengah dari Kejadian Pneumonia diperkirakan
disebabkan oleh virus. Apabila infeksi terjadi bersamaan dengan
virus influenza, gangguan bisa berat hingga menyebabkan
kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak
walaupun tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.
2) Bakteri (misalnya Streptokokus grup B, Escherichia Coli, Listeria,
Mikroplasma Ureaplasma, Chamydia, Klebsiella, Pseudomonas,
Enterobakter, Staphylococcus Aureus, dan Treponema Pallidum).
Bakteri paling umum yang menyebabkan Pneumonia
adalah Streptococcus Pneumonia yang sudah ada di kerongkongan
manusia yang sehat. Ketika pertahanan tubuh menurun bakteri
memperbanyak diri dan menyebabkan seluruh jaringan paru
dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui aliran darah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Jamur (misalnya Candida).
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur. Penyakit ini
bisa menyebabkan gejala berulang setelah beberapa bulan terjadi
gejala pertama, tetapi penanganan yang cepat dan tepat dapat
mencegah dan menunda kekambuhan.
4) Penyebab lain (misalnya mekonium, cairan amnion, darah, susu
formula, dan Sindrom Loeffler).
c. Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan MTBS tahun 2008, Kejadian Pneumonia
diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala yang ada dengan
tujuan membantu para petugas kesehatan untuk menentukan tindakan
yang perlu diambil, yaitu:
1) Pneumonia Berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat:
a) tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau
menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang, letergis, dan
tidak sadar;
b) tarikan dinding dada ke dalam;
c) dan stridor (suara nafas bunyi grok-grok saat inspirasi).
2) Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas
cepat sebagai berikut.
a) anak usia kurang dari dua belas bulan apabila frekuensi nafas
lima puluh kali permenit atau lebih,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b) dan anak usia dua belas sampai dengan enam puluh bulan
apabila frekuensi nafas empat puluh kali permenit atau lebih.
3) Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda Pneumonia
atau penyakit sangat berat.
Dalam pelaporannya diklasifikasikan menjadi pneumonia dan
bukan pneumonia (Kementerian Kesehatan Kota Surakarta, 2011).
d. Tindakan penanganan(Kemenenterian Kesehatan RI, 2008: 02)
1) Pneumonia Berat atau sakit sangat berat adalah:
a) diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai,
b) dan dirujuk segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
2) Pneumonia adalah:
a) diberi antibiotik yang sesuai,
b) diberi pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman,
c) jika batuk lebih dari tiga minggu, dirujuk untuk pemeriksaan
yang lebih lanjut,
d) dinasihati waktu untuk kembali segera,
e) dan kunjungan ulang dua hari.
3) Batuk bukan Pneumonia adalah:
a) diberi pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman,
b) jika batuk lebih dari tiga minggu, dirujuk untuk pemeriksaan
yang lebih lanjut,
c) dinasihati waktu kembali segera,
d) dan kunjungan ulang lima hari jika keadaan tidak membaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
e. Faktor-faktor penyebab Kejadian Pneumonia pada anak balita
1) Lingkungan Rumah
Kejadian Pneumonia pada anak balita dapat disebabkan
karena tinggal di rumah yang tidak sehat (Misnadiarly, 2008: 45).
Menurut World Health Organization (WHO) faktor penyebab
Kejadian Pneumonia pada anak balita di negara berkembang
adalah faktor Lingkungan Rumah seperti komponen rumahnya
tidak ada ataupun ada tetapi kotor dan rawan kecelakaan,
dindingnya nonpermanen atau semi permanen, lantainya tanah,
tidak ada jendela, tidak ada pintu tiap ruangnya, kurang
pencahayaan, kurangnya fentilasi; sarana sanitasi kurang
dikarenakan tidak ada sarana air bersih, sarana pembuangan air,
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), sarana pembuangan
sampah; perilaku penghuni yang tidak sehat yaitu tidak membuka
jendela ruangan, kebersihan rumah kurang, membuang tinja
sembarangan, membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak
melakukan Menguras, Menutup, Mengubur (3M); dan tingkat
kepadatan hunian, ada serangga pengganggu, terdapat kandang
ternak yang jaraknya dekat dengan rumah. (Itiyani, April 2008).
Sinaga (2008: 1) dalam penelitiannya yang dilakukan di
wilayah Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan tahun 2008
menyimpulkan bahwa Lingkungan Rumah memiliki hubungan
yang signifikan dengan Kejadian Pneumonia. Hasil penelitian lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menyebutkan bahwa Lingkungan Rumah memiliki pengaruh
terhadap Kejadian Pneumonia pada anak balita dengan besar risiko
5,95 kali dan 7,52 kali lebih besar (Kamagi, Januari 2009).
2) Faktor ibu
Dikarenakan ibu menderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) dan tingkat pendidikannya rendah (Misnadiarly, 2008: 45).
Penelitian Misba (2009: 516) bahwa tingkat pendidikan ibu
merupakan faktor risiko terhadap Kejadian Pneumonia pada anak
balita. Behrman (2000: 1456) menuliskan mikroplasma merupakan
salah satu penyebab ISPA yang juga dapat menyebabkan penyakit
saluran pernafasan bawah, termasuk Pneumonia sehingga ibu yang
menderita ISPA menjadi salah satu faktor penyebab Kejadian
Pneumonia pada anak balita.
3) Faktor anak balita
Dikarenakan status gizi anak balita rendah, status imunisasi
dasar meliputi Basil Calmette Guerin (BCG), Difteria Pertusis
Tetanus (DPT) ke-1, DPT ke-2, DPT ke-3, Hepatitis B ke-1,
Hepatitis B ke-2, Hepatitis B ke-3, Polio ke-1, Polio ke-2, Polio ke-
3, Polio ke-4, dan campak tidak lengkap, dan riwayat Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) (Misnadiarly, 2008: 46). Salah satu upaya
pencegahan Kejadian Pneumonia pada anak balita dengan memberi
makanan bergizi setiap hari, sehingga status gizinya baik
(Misnadiarly,2008:49). Menurut penelitian yang dilakukan Gozali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(November 2010) menunjukkan bahwa Kejadian Pneumonia lebih
banyak terjadi pada anak balita dengan status gizi buruk yaitu
sejumlah 63, 67 persen.
Pencegahan Kejadian Pneumonia pada anak balita
diperlukan perhatian lebih terhadap pemberian imunisasi dasar
secara lengkap (Misnadiarly, 2008: 49). Harisa (2007) dalam
penelitiannya menyatakan terdapat hubungan antara kelengkapan
imunisasi dasar sejumlah tujuh persen dan riwayat BBLR
sejumlah tiga persen dengan Kejadian Pneumonia. Hasil penelitian
lain menyimpulkan bahwa ada hubungan kelengkapan imunisasi
dasar dan riwayat BBLR dengan Kejadian Pneumonia pada anak
balita (Rahmin, Januari 2012).
f. Bahaya yang terjadi akibat Kejadian Pneumonia
Infeksi paru-paru bisa terjadi jika satu atau lebih dari meknisme
pertahanan tubuh terganggu oleh organisme. Pneumonia karena virus
dapat merusak bronkus sehingga merusak clearance mukosilia.
Apabila kuman patogen mencapai bronkoli terminalis, cairan edema
masuk kedalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak,
kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses
ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang sama, atau
mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalui cairan bronchial yang
terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran
darah atau pluro vicelaris (Nursalam, 2005: 114).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Akibat lain kejadian pneumonia adalah kecacatan yang berupa
kelainan produksi antibodi, kristik fibrosis, palatoskisis, bronkiektasi
kongenital, diskinesia siliare, fistula trakeoesofagus, kelainan
leukosit polimorfonuklear, neutropenia, bertambahnya aliran darah
pulmonal, atau reflek muntah kurang (Behrman, 2000: 885).
2. Lingkungan Rumah
Mukono (2000: 155) rumah atau perumahan berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana yang menunjang, sehingga untuk
menciptakan Lingkungan Rumah atau perumahan yang sehat diperlukan
suatu penataan tanah, ruang, prasarana dan sarana yang memenuhi
kesehatan.
Lingkungan Rumah adalah salah satu faktor yang menentukan
keadaan kebersihan (hygiene) dan sanitasi lingkungan. Lingkungan Rumah
dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor
risiko sumber penularan berbagai macam penyakit. Kondisi sanitasi
perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi
penyebab penyakit saluran pernafasan diantaranya ISPA, tuberkulosis, dan
Pneumonia (Entjang dalam Ernawati: 2006: 20).
a. Pengertian Rumah
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan
manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia dari zaman ke zaman
mengalami perkembangan. Zaman purba manusia bertempat tinggal di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
goa-goa, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah tempat
tinggal di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern
ini manusia sudah membangun rumah sebagai tempat tinggalnya
secara bertingkat dan diperlengakapi dengan peralatan yang serba
modern (Notoatmodjo, 2003: 146).
Sejak zaman dahulu, manusia sudah mencoba mendesain
rumahnya dengan ide mereka masing-masing, berdasarkan kebudayaan
masyarakat setempat dan membangun rumah dengan bahan yang
berasal dari daerah setempat (local material) juga. Setelah manusia
memasuki abad modern, meskipun rumah mereka dibangun dengan
bukan local material , tetapi kadang-kadang desainnya masih mewarisi
kebudayaan setempat (Notoatmodjo, 2003: 147).
Menurut Chandra (2006: 162) rumah yang baik terdiri dari
kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung
seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air
bersih, lampu jalan, lapangan tempat bermain anak-anak, sekolah,
tempat ibadah, balai pertemuan, pusat kesehatan masyarakat, dan harus
bebas banjir. Standar arsitektur bangunan terutama untuk perumahan
umum (pabrik housing) pada dasarnya ditunjukan untuk menyediakan
rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak, luas
ruangan, dan fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan
keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat
(healthy) dan menyenangkan (comfortable).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Aspek kesehatan dari Lingkungan Rumah (Mukono, 2000: 156).
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis,
Secara fisik kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan suhu
dalam rumah yang optimal, pencahayaan yang optimal, ventilasi
yang memenuhi persyaratan, dan tersedianya ruangan yang optimal
untuk beraktivitas seluruh anggota keluarga.
Suhu ruangan dalam rumah yang ideal adalah delapan belas
sampai dua puluh derajat celcius. Suhu ruangan tersebut
dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara, dan
kelembaban udara ruangan. Pencahayaan harus cukup baik waktu
pagi, siang ataupun malam hari. Pagi dan siang hari pencahayaan
dari sinar matahari yang cukup ke seluruh ruangan, sedangkan
pada malam hari pencahayaan ideal berasal dari penerangan listrik.
Minimal pencahayaan untuk intensitas cahaya pada suatu ruangan
pada jarak 85 sentimeter di atas lantai adalah lima foot-candle.
Ventilasi udara harus memenuhi peraturan bangunan
nasional yaitu minimal seluas sepuluh persen dari luas lantai.
Akibat dari kurangnya ventilasi udara adalah akan menyebabkan
penularan penyakit seperti saluran pernafasan. Perlu diperhatikan
juga kepadatan penghuni yaitu tidak kurang dari delapan meter
persegi setiap orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Memenuhi kebutuhan psikologis,
Kebutuhan psikologis berfungsi sebagai penjamin keleluasaan
pribadi (privacy) bagi penghuni rumah. Lingkungan Rumah diatur
agar memenuhi kesehatan dan keindahan sehingga penghuninya
merasa nyaman tinggal di rumah.
3) Perlindungan terhadap penularan penyakit,
Upaya pencegahan penularan penyakit diperlukan saran dan
prasarana penunjang di rumah seperti sarana air bersih, sarana
pembuangan air limbah, menghindari adanya campur tangan
(intervensi) dari serangga, hama, dan hewan termasuk ternak yang
dapat menularkan penyakit.
4) Perlindungan terhadap bahaya kecelakaan dalam rumah.
Agar terhindar dari bahaya kecelakaan maka konstruksi rumah
harus kuat dan memenuhi syarat rumah sehat.
c. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan karena memiliki pengaruh
terhadap Lingkungan Rumah (Notoatmodjo, 2003: 148).
1) Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun
lingkungan sosial
Maksudnya adalah apabila membangun suatu rumah harus
memperhatikan tempat di mana rumah itu didirikan.
2) Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan
keuangan penghuninya. Oleh karena itu, kemampuan pemeliharaan
oleh penghuninya perlu dipertimbangkan.
3) Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat
Pada dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan
modern. Perwujudan penerapan teknologi tepat guna, maka
teknologi yang dipergunakan disesuaikan dengan pemakainya.
Segi-segi yang merugikan kesehatan dikurangi dan
mempertahankan segi-segi yang positif.
4) Kebijaksanaan (peraturan-peraturan) pemerintah yang menyangkut
tata guna tanah
Kebijakan pemerintah diperlukan untuk mengatur, menata dan
mengatasi masalah tentang tata guna tanah yang di daerah
perkotaan sudah menjadi masalah yang besar. Sehinga, terhindar
dari kejadian yang tidak diinginkan misalnya kejadian sengketa
tanah.
d. Faktor Lingkungan Rumah yang berpengaruh terhadap kesehatan
manusia (Mukono, 2000: 157).
1) Kualitas bangunan rumah meliputi kualitas bahan dan kontruksi
bangunan rumah.
2) Pemanfaatan bangunan rumah yang secara teknis memenuhi syarat
kesehatan.
3) Pemeliharaan bangunan akan mempengaruhi terjadinya penyakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Kualitas komponen bangunan rumah seperti atap, dinding, jendela,
pintu, lantai, dan pondasi.
5) Fasilitas kelengkapan bangunan rumah seperti sarana air bersih,
sarana penbuangan air limbah, jamban, sarana pembuangan
sampah, dan pencahayaan rumah.
6) Aturan membangun dan perawatan rumah harus memenuhi syarat
rumah sehat sehingga menjamin kesehatan penghuninya.
e. Efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan (Mukono, 2000).
Secara umum akibat pencemaran udara terhadap saluran pernafasan
adalah sebagai berikut.
1) Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan
pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga
tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
2) Peningkatan produktif lender akibat iritasi oleh bahan pencemar.
3) Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran
pernafasan.
4) Kerusakan sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
5) Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan
sel, sehingga saluran pernafasan menjadi menyempit.
6) Pelepasan silia dan lapisan sel selaput lendir.
7) Akibat dari semua hal tersebut di atas akan menyebabkan
terjadinya kesulitan bernafas sehingga benda asing termasuk
bakteri atau mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya
Pneumonia.
f. Hubungan Lingkungan Rumah tidak sehat dengan Kejadian
Pneumonia (Entjang dalam Ernawati, 2006: 30).
1) Kebersihan udara
Karena terlalu banyak penghuninya maka ruangan-ruangan akan
kekurangan oksigen, sehingga menyebabkan daya tahan tubuh
menurun dan menyebabkan terjadinya penyakit pernafasan seperti
ISPA, tuberculosis, dan Pneumonia.
2) Memudahkan terjadinya penularan penyakit
Lingkungan Rumah tidak sehat penularan bibit penyakit seperti
ISPA, tuberculosis, dan Pneumonia dari manusia yang satu ke
manusia yang lainnya akan lebih mudah terjadi.
3) Fasilitas dalam rumah untuk setiap orang akan berkurang
Apabila rumah terlalu sempit maka penggunaan fasilitas dalam
rumah tidak maksimal. Misalnya, walaupun kualitas dalam rumah
baik, tetapi karena jumlah pemakain banyak maka kualitasnya
menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan
terjadinya penularan penyakit pernafasan bahkan kulit.
4) Privacy dari setiap anggota keluarga akan terganggu
Lingkungan Rumah yang tidak sehat menyebabkan setiap anggota
keluarga tidak merasa nyaman tinggal di rumah, terutama apabila
terdapat anak muda sehingga dapat meningkatkan kenakalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
remaja bahkan menyebabkan kehidupan rumah tangga yang tidak
harmonis. Di samping itu, dapat menyebabkan perkembangan jiwa
anak-anak tidak baik dan menimbulkan masalah-masalah sosial
dalam masyarakat.
g. Kriteria rumah sehat menurut Machfoedz (2004: 81).
Kriteria minimal rumah yang sehat adalah sebagai berikut.
1) Ventilasi yang cukup sehingga aliran udara yang segar terus
berlangsung.
Udara kotor dari dalam rumah banyak mengandung gas
korbondioksida dan debu kotor, sehingga, udara di dalam rumah
tidak boleh terlalu keras dan gerak udara (cross ventilation) selalu
lancar karena dapat mengakibatkan gangguan pernafasan seperti
influenza, TBC, dan Pneumonia. Luas jendela paling sedikit satu
persepuluh dari luas lantai ruangan dan jendela harus bisa dibuka
agar aliran udara lancar dan mendapatkan sinar matahari yang
cukup.
2) Suhu dalam rumah dapat disesuaikan kebutuhan sehingga suhu
badan dapat dipertahankan.
Cross ventilation mengurangi kelembaban dan suhu udara
dalam ruangan. Suhu ruangan yang ideal adalah dua puluh sampai
25 derajat celcius dengan kelembaban empat puluh sampai lima
puluh persen. Menyesuaikan suhu dalam rumah untuk membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
nyaman penghuninya dan kelembaban yang terjaga dapat terhindar
dari penularan bibit penyakit.
3) Tersedia cahaya yang cukup.
Ruangan dalam rumah yang gelap menyebabkan ruang
gerak tidak bebas dan mengganggu kesehatan penghuninya karena
lembab dan dapat sebagai tempat hidup serangga seperti tikus,
kecoa, nyamuk, lalat, dan lainya. Penerangan yang paling ideal
pada pagi dan siang hari adalah dari sinar matahari, sedangkan
pada malam hari adalah dari lampu listrik.
4) Tidak terdapat serangga yang dapat menyebabkan penyakit.
Serangga memerlukan pengawasan karena mendatangkan
berbagai penyakit. Serangga menyebabkan infeksi apabila
menggigit manusia seperti nyamuk. Jenis serangga lain adalah
kecoa dan lalat yang sering ditemukan di sekitar rumah, melalui
serangga tersebut berbagai bibit penyakit dibawa dan sangat
berbahaya apabila serangga merayap di peralatan dapur dan
hinggap di makanan.
5) Terdapat ruangan termasuk kamar tidur, kamar mandi, dapur dan
sarana lain yang memadahi.
Rumah yang dilengkapi dengan ruangan- ruangan yang
memadahi sesuai dengan kebutuhan adalah sangat penting untuk
menjaga privacy penghuninya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
6) Terdapat sistem pembuangan limbah yang sehat.
Limbah adalah sesuatu yang merupakan sisa hasil kegiatan
manusia yang dianggap tidak berguna dan harus dibuang. Sampah
yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi sarang vektor
penyakit. Sampah yang mengandung makanan yang disukai lalat
dapat mengakibatkan perkembangbiakan lalat di dalam sampah
yang siap menularkan bibit penyakit. Begitu juga apabila sampah
yang kotor dapat sebagai sarang kecoa dan tikus yang juga dapat
menyebarkan bibit penyakit. Sehingga, di rumah minimal tersedia
Tempat Pembuangan sampah Sementara (TPS) yang kemudian
dikelola dengan dibakar atau diambil oleh tukang sampah.
7) Halaman dan pekarangan rumah bersih dan teratur.
Kriteria halaman rumah yang sehat sebagai berikut.
a) Bersih sehingga tidak menyebabkan debu berterbangan,
b) Ada tanaman dan pepohonan yang dapat menyejukkan udara
dan melindungi rumah dari terik matahari,
c) Dianjurkan terdapat pagar rumah yang rapi,
d) dan apabila mungkin diberi kolam kecil dengan air yang
memancar sehingga dapat memberi suasana dan perasaan yang
sejuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
h. Syarat rumah sehat menurut Notoatmodjo (2003: 149).
1) Bahan bangunan
a) Lantai tidak berdebu sehingga tidak menjadi sarang penyakit.
b) Dinding dari bahan permanen berupa bata, batako dan
sejenisnya.
c) Atap terbuat dari genteng bukan dari seng, asbes, ataupun
rumbia.
d) Lain-lain (tiang, kaso, dan reng) harus tepat teknik
penggunaannya.
2) Ventilasi untuk menjaga aliran udara di dalam rumah sehingga
terbebas dari bakteri-bakteri termasuk yang menyebabkan
Pneumonia.
a) Cahaya yang cukup dari jendela memiliki luas sekurang-
kurangnya lima belas persen sampai dua puluh persen dari luas
lantai di dalam ruangan rumah.
b) Luas bangunan rumah ideal yaitu 2,5 sampai tiga meter persegi
untuk setiap anggota keluarga.
c) Rumah sehat memiliki penyediaan air bersih, pembuangan
tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, cerobong
asap dapur, dan memjaga jarak kandang ternak dengan rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Kerangka Teori
Keterangan:
: area yang diteliti : area yang tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
Lingkungan Rumah
a. Komponen Rumah:
1) langit-langit tidak ada,
2) dinding nonpermanen,
3) lantai tanah,
4) jendela kamar tidur tidak ada,
5) pintu kamar tidur tidak ada,
6) ventilasi kurang dari sepuluh persen luas
lantai,
7) lubang asap dapur tidak ada, dan
8) pencahayaan kurang.
d. Lain-lain:
1) kepadatan penghuni kurang dari delapan
meter persegi setiap orang,
2) ada tikus, ada lalat lebih dari lima ekor,
ada kecoa, dan ada nyamuk, dan
3) jarak kandang ternak sepuluh meter dari
rumah.
b. Sarana Sanitasi:
1) sarana air bersih bukan milik sendiri,
2) jamban tidak ada,
3) SPAL tidak ada, dan
4) sarana pembuangan sampah tidak ada.
c. Perilaku penghuni:
1) tidak pernah membuka jendela,
2) tidak pernah membersihkan
rumah dan halaman,
3) membuang tinja tidak pada tempatnya,
4) membuang sampah tidak pada
tempatnya, dan
5) tidak pernah melakukan 3M.
Kejadian Pneumonia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Berdasarkan kerangka teori di atas, Lingkungan Rumah yang tidak
sehat meliputi komponen rumah dengan kriteria langit-langit tidak ada,
dinding nonpermanen, lantai tanah, jendela kamar tidur tidak ada, pintu kamar
tidur tidak ada, ventilasi kurang dari sepuluh persen luas lantai, lubang asap
dapur tidak ada, dan pencahayaan kurang. Sarana sanitasi dengan kriteria
sarana air bersih bukan milik sendiri, jamban tidak ada, SPAL tidak ada, dan
sarana pembuangan sampah tidak ada.
Perilaku penghuni dengan kriteria tidak pernah membuka jendela,
membersihkan rumah dan halaman, membuang sampah dan tinja tidak pada
tempatnya, serta tidak melakukan 3M. Kriteria lain yang berupa kepadatan
penghuni kurang dari delapan meter persegi setiap orang, ada tikus, ada lalat
lebih dari lima ekor, ada kecoa, dan ada nyamuk, dan jarak kandang ternak
dari rumah kurang dari sepuluh meter merupakan faktor risiko Kejadian
Pneumonia pada anak balita.
Faktor risiko lain diantaranya dari faktor ibu dan anak balita. Faktor
ibu meliputi penderita ISPA dan tingkat pendidikan rendah; sedangkan dari
faktor anak balitanya adalah status gizinya buruk, status imunisasi dasarnya
tidak lengkap, dan Riwayat BBLR.
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori dapat dirumuskan
hipotesis yaitu ada hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian
Pneumonia pada anak balita di Kelurahan panularan Laweyan Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain survei analitik dengan pendekatan
waktu Cross Sectional yaitu menganalisis hubungan Lingkungan Rumah
dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita dalam waktu bersamaan
(Notoatmodjo, 2010: 37). Pengumpulan data variabel bebas yaitu kondisi
kesehatan rumah dan variabel terikat yaitu pneumonia pada waktu yang
bersamaan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta karena
berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 15 Mei 2012,
57 persen Kejadian Pneumonia terjadi di Kelurahan Panularan, Laweyan,
Surakarta yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Penumping
Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari pengajuan judul pada bulan Februari
sampai pengumpulan KTI pada bulan Juli 2012. Pengumpulan data
penelitian dilakukan pada bulan Juni 2012. Waktu pelaksanaan penelitian
pada lampiran I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang ditentukan pada penelitian ini adalah seluruh anak
balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta yaitu sejumlah 594
anak balita dengan retriksi sejumlah 300 anak balita (Puskesmas
Penumping, Mei 2012).
2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah anak balita yang
bertempat tinggal di Kulurahan Panularan Laweyan Surakarta yang dipilih
secara Quota Sampling Nonproporsional yaitu teknik pengambilan sampel
dengan menetapkan jumlah anggota sampel secara quantum sampai
jumlahnya terpenuhi (Sulistyaningsih, 2012: 75). Pencuplikan Quota
Sampling Nonproporsional yaitu dengan cara menentukan jumlah unit
pencuplikan sesuai yang diinginkan dalam setiap kategori dengan tujuan
mendapatkan jumlah subjek yang memadai untuk mewakili karakteristik
tertentu di dalam sampel (Murti, 2010: 632).
3. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini menggunakan ketentuan umum
Rule of Thumb yaitu setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara
statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal tiga puluh
subjek penelitian setelah peneliti melakukan restriksi terhadap populasi
sumber sampel (Murti, 2010: 119). Berdasarkan ketentuan tersebut maka
besarnya sampel dalam penelitian ini adalah tiga puluh anak balita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4. Kriteria Restriksi
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah subjek yang dapat dimasukkan ke dalam
sampel penelitian (Murti: 2010: 36). Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah:
1) Ibu yang memenuhi kriteria:
a) Tidak menderita ISPA, diketahui dengan cara mengisi angket
tentang karakteristik responden dan melihat status kesehatan di
Puskesmas.
b) Pendidikannya minimal tamat SLTP, diketahui dengan cara
mengisi angket tentang karakterisrik responden.
2) Anak balita yang memenuhi kiteria:
a) Status gizi baik ditandai dengan tidak Bawah Garis Merah
(BMG), diketahui dengan cara melihat buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA)-nya.
b) Status Imunisasi Dasarnya lengkap, diketahui dengan cara
melihat buku KIA-nya.
c) Tidak ada riwayat BBLR, diketahui dengan cara melihat buku
KIA-nya dan mengisi angket tentang karakteristik resonden.
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah subjek yang tidak dapat diambil sebagai
sampel (Notoatmodjo: 2010: 30). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini
adalah ibu yang tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
D. Definisi Operasional Variabel
1. Lingkungan Rumah
Lingkungan Rumah yaitu suatu keadaan hunian atau tempat tinggal
anak balita meliputi komponen rumah, sarana sanitasi, perilaku penghuni,
dan lain-lain berupa kepadatan penghuni, serangga, hama, dan hewan
ternak.
Cara pengumpulan data dengan observasi Lingkungan Rumah dan
wawancara langsung dengan orang tua anak balita. Skala data yang
digunakan adalah skala data nominal dengan kriteria:
a. Lingkungan Rumah sehat dengan hasil penilaian lebih dari atau sama
dengan 1.032
b. Lingkungan Rumah tidak sehat dengan hasil penilaian kurang dari
1.032
2. Kejadian Pneumonia pada anak balita
Kejadian Pneumonia pada anak balita yaitu suatu peradangan
paremkim paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan penyebab
yang lainya apabila terjadi pada seseorang berusia dua belas sampai
dengan enam puluh bulan.
Cara pengumpulan data dengan melihat dokumen status Kejadian
Pneumonia di Puskesmas Penumping Surakarta Bulan Januari tahun 2011
sampai Juni 2012. Skala pengukuran datanya adalah nominal dengan
kategori:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Pneumonia:
1) Ada tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau
menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letergis
atau tidak sadar;
2) Ada tarikan dinding dada ke dalam;
3) Stridor (bunyi grok-grok saat inspirasi).
4) Terdapat nafas cepat pada usia anak dua belas sampai enam puluh
bulan sebanyak empat puluh kali atau lebih permenit.
b. Bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda Pneumonia atau
penyakit sangat berat.
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Alat yang dipergunakan untuk proses pengumpulan data
Lingkungan Rumah yaitu kuesioner dan formulir penilaian. Formulir
penilaian berpedoman pada Petunjuk Teknis Rumah Sehat Dinas
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Tahun 2003. Kisi-kisi formulir
penilaian Lingkungan Rumah sebagai berikut.
Tabel 1. Kisi-Kisi Formulir Penilaian Lingkungan Rumah
No Konstruksi Aspek yang Dinilai No. Item yang dinilai ∑ item
1. Komponen a. Langit-langit 1 8
b. Dinding 1
rumah c. Lantai 1
d. Jendela kamar dan ruang keluarga
e. Pintu 1
f. Ventilasi 1
g. Lubang asap dapur 1
h. Pencahayaan 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
No Konstruksi Aspek yang Dinilai No. Item yang dinilai ∑ item
2. Sarana a. Sarana air bersih 1 4
b. Jamban 1
sanitasi c. SPAL 1
d. Sarana pembuangan sampah 1
3. Perilaku a. Membuka jendela kamar tidur 1 5
dan ruang keluarga
penghuni b. Membersihkan rumah dan halaman 1
c. Cara membuang tinja anggota 1
keluarga
d. Membuang sampah 1
e. Menguras, menutup, dan mengubur 1
4. Lain-lain a. Kepadatan penghuni 1 6
b. Tikus 1
c. Lalat 1
d. Kecoa 1
e. Nyamuk 1
f. Kandang ternak 1
total 23
Penilaian Kejadian Pneumonia pada anak balita dipergunakan alat
Status Kejadian Pneumonia di Puskesmas Penumping Surakarta Bulan
Januari 2011 sampai Juni 2012.
2. Metode Pengumpulan Data
Langkah awal rencana peneliti adalah mengurus surat perizinan
melakukan penelitian yang akan dilakukan di Kelurahan Panularan
Laweyan Surakarta dengan cara menyerahkan Surat Perizinan Penelitian
dari Program Studi Diplama IV Bidan Pendidik Universitas Sebelas Maret
Surakarta kepada Kepala Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.
Selanjutnya, Peneliti mengumpulkan data dengan datang ke rumah anak
balita untuk membagikan lembar kuesioner yang diisi oleh orang tua balita
dengan sebelumnya Peneliti memberikan pengarahan singkat cara
pengisiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Langkah berikutnya pengisian hasil yang telah diperoleh peneliti
melalui observasi dan wawancara dengan orang tua balita pada formulir
penilaian Lingkungan Rumah anak balita yang telah disediakan peneliti.
Pengumpulan data dilakukan oleh Peneliti dibantu oleh kader Posyandu di
wilayah Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta yang telah memperoleh
penjelasan teknis pelaksanaan pengumpulan data yang akan dilakukan
oleh Peneliti.
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul melalui pengisian lembar karakteristik,
observasi dan wawancara langsung pada responden, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah pengolahan data. Data diolah secara manual dan
komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Pengolahan data (Sulistyaningsih, 2010: 150)
a. Editing
Peneliti memeriksa kelengkapan dan kesesuaian data yang
diperoleh dari responden. Diawali dengan menerima hasil skor
pengisian obsevasi rumah sehat sesuai keterangan dari responden,
kemudian Peneliti melakukan penilaian rumah sehat sesuai dengan
hasil skor yang telah ditentukan. Selanjutnya, Peneliti memeriksa
kelengkapan dan kesesuaian dalam pengisian data tanpa mengubah
keterangan yang diperoleh dari responden. Jika terdapat data yang
diperoleh dari keterangan responden kurang maka dihilangkan atau
diberi skor 0 pada lembar penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Coding
Tahap ini dilakukan setelah proses editing selesai dengan
memberikan penilaian pada keterangan responden guna memudahkan
pengolahan data. Penilaian untuk Lingkungan Rumah dengan
ketentuan kode 1 untuk kondisi kesehatan rumah sehat dan kode 0
untuk kondisi kesehatan rumah yang tidak sehat. Penilaian Kejadian
Pneumonia pada anak balita dengan memberi kode 2 untuk
Pneumonia dan kode 1 untuk Bukan Pneumonia.
c. Entry
Memasukkan data yang telah di-coding dalam komputer untuk diolah
dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS).
2. Analisis data
a. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Analisis Univariate
Analisis univariate dilakukan pada setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi
dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010: 182).
2) Analisis Bivariate
Setelah dilakukan analisis univariate dilanjutkan dengan
analisis bivariate yang dilakukan terhadap variabel bebas dan
terikat dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010: 182). Pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua
variabel, yaitu variabel bebas dengan skala data nominal dan
variabel terikat dengan skala data nominal maka menggunakan uji
statistik Chi Square (Dahlan, 2009).
Bila Chi Square hitung lebih kecil dari tabel, maka Ho
diterima, dan apabila lebih besar atau sama dengan harga tabel
maka Ho ditolak. Dapat juga dilihat dari nilai asymp.sig pada
perhitungan dengan SPSS jika p lebih besar dari 0,05 artinya tidak
ada hubungan antar variabel, sedangkan jika p lebih kecil dari 0,05
berarti ada hubungan antar variabel (Riwidikdo. 2008: 109).
b. Analisis dari data-data pada penelitian ini sebagai berikut.
1) Lingkungan Rumah
Data yang diperlukan Peneliti telah terkumpul, dilanjutkan
dengan pengelompokkan sesuai data dan jenis masing-masing.
Kemudian, dimasukkan dalam tabel dan dikategorikan skala
datanya dengan dijumlahkan. Kategori Lingkungan Rumah baik
diperoleh dengan menjumlahkan skor pada pertanyaan yang telah
disusun.
Skor yang diperoleh dibandingkan dengan yang tertinggi,
selanjutnya dimasukkan ke kategori yang berupa data nominal
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a) Lingkungan Rumah sehat apabila hasil penilaian lebih dari
sama dengan 1.032,
b) Lingkungan Rumah tidak sehat apabila hasil penilaian kurang
dari 1.032.
Data yang didapatkan kemudian dimasukkan tabel dengan
kriteria kode 1 untuk Lingkungan Rumah sehat dan 0 untuk
Lingkungan Rumah tidak sehat. Hasil tersebut dibuat persentase
dengan rumus:
P =
Keterangan:
P: Persentase
x: Lingkungan Rumah baik atau buruk
n: Jumlah populasi sampel
2) Kejadian Pneumonia
Mengklasifikasikan Kejadian Pneumonia dengan kategori
Pneumonia dan Bukan Pneumonia sesuai dengan dokumentasi
status Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan
Surakarta yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Penumping.
3) Analisis hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian
Pneumonia pada anak balita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Sugiyono (2007: 107) pengujian terhadap hubungan antara
Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita
mengunakan uji Chi Square:
Keterangan:
𝝌²= Chi Square
= Freukuensi yang diobservasi
= Frekuensi yang diharapkan
Riwidikdo (2008: 109) Karena menghitung uji statistik dengan
SPSS, maka juga disajikan kriteria pembacaan hasil uji statistik
dengan SPSS dengan melihat nilai asymp.sig sebagai berikut.
a) Jika p lebih besar dari 0,05 artinya tidak ada hubungan antar
variabel,
b) Sedangkan jika p lebih kecil dari 0,05 berarti ada hubungan
antar variabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Panularan merupakan wilayah pemukiman di tengah kota Surakarta.
Secara historis merupakan wilayah Haryo Panular, keluarga ningrat yang
tinggal di kelurahan ini. Kelurahan Panularan berada di Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta yang dipimpin oleh Tri Broto W. P., S.H dan merupakan
wilayah kerja Puskesmas Penumping Laweyan Surakarta. Pada pelaksanaan
kepemerintahan Kelurahan Panularan, beliau dibantu oleh seorang Sekretaris
Kelurahan; empat orang Kepala Seksi meliputi tata pemerintahan,
pemberdayaan masyarakat, pembangunan dan lingkungan hidup, budaya dan
agama; dan empat orang staf kelurahan.
Kondisi geografis Kelurahan Panularan berada pada dataran rendah
yang sebagian wilayah berada di tepi Sungai Jenes dengan luas wilayah 5,441
hektar (ha) dengan pemanfaatan sebagai besar sebagai pemukiman penduduk
yaitu sejumlah 2,541 ha (46,7 persen) dan selebihnya dimanfaatkan sebagai
bangunan sekolah 2,00 ha, lapangan olah raga 0,5 ha, rusunawa 0,07 ha, pasar
0,06 ha, pertokoan 0,04, perkantoran 0,03 ha, dan tempat ibadah 0,2 ha.
Orbitasi dari wilayah Kelurahan Panularan ke Kecamatan Laweyan cukup
dekat kurang lebih enam ratus meter, jarak ke Pemerintah Kota Surakarta
sekitar lima kilometer, dan akses ke Puskesmas Penumping sangat
memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan karena terletak di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Kelurahan Penumping berbatasan langsung di sebelah utara Kelurahan
Panularan (Profil Kelurahan Panularan, Juni 2012).
Jumlah total penduduk Kelurahan Panularan adalah 9.913 terbagi
menurut kelompok kelamin adalah 4.901 laki-laki dan 5.012 perempuan,
sedangkan menurut kelompok usia dalam kelompok piramida muda yaitu
sejumlah 61,9 persen dalam kelompok 0 sampai 24 tahun dengan jumlah
balita sejumlah 24,3 persen. Penduduk Kelurahan Panularan sejumlah 66,7
persen sudah menyelesaikan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun dan
mayoritas penduduknya beragama islam yaitu sejumlah 83,1 persen, dan mata
pencaharian penduduknya sejumlah 49,7 persen adalah sebagai buruh industri
dan bangunan (Data Monografi Dinamis Kelurahan Panularan, Juni 2012).
Berdasarkan Profil Kelurahan Panularan (Juni, 2012) Kelurahan
Panularan terdiri dari 48 Rukun Tetangga (RT) yang terbagi dalam delapan
Rukun Warga (RT) dengan 2.826 Kepala Keluarga (KK). Prasarana dan
sarana air bersih dan sanitasi yaitu 688 rumah dengan Perusahaan Air Minum
(PAM), 492 rumah dengan sumur gali, dan 216 rumah dengan sumur pompa,
688 rumah memiliki saluran sanitasi limbah, dan lima lokasi Mandi Cuci
Kakus (MCK).
Batas wilayah Kelurahan Panularan sebelah utara adalah Kelurahan
Penumping dan Sri Wedari, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bumi
dan Kelurahan Cemani yang dipisahkan oleh Kali Jenes, sebelah selatan
berbatasan dengan Kelurahan Tipes, serta di sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Jayegan (Profil Kelurahan Panularan, Juni 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan,
pekerjaan, dan penghasilan keluarga yang diuraikan sebagai berikut.
1. Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dijelaskan melalui daftar tabel
sebagai berikut.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
di Kelurahan Panularan Surakarta
No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. 20 – 24 4 13,30
2. 25 – 29 6 20
3. 30 – 34 16 53,40
4. 35 – 39 3 10
5. ≥ 40 1 3,30
Σ 30 100
Sumber: Data Primer, Juli 2012
Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik
responden berdasarkan usia paling banyak adalah berusia tiga puluh
sampai dengan 34 tahun yaitu sejumlah enam belas orang (53,4) persen).
Sedangkan responden yang berusia lebih dari sama dengan empat puluh
tahun paling sedikit jumlahnya yaitu sejumlah satu orang (3,30) persen.
2. Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dijelaskan melalui daftar
tabel sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan di Kelurahan Panularan Surakarta
No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. Tamat SLTP 15 50
2. Tamat SLTA 14 46,70
3. Tamat PT 1 3,30
Σ 30 100
Sumber: Data Primer, Juli 2012
Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik
responden berdasarkan pendidikan yang dominan yaitu sejumlah lima
belas orang (lima puluh persen) adalah berpendidikan SLTP. Sedangkan,
yang paling tidak dominan yaitu sejumlah satu orang (3,30 persen)
responden berpendidikan terakhir PT.
3. Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dijelaskan melalui daftar
tabel sebagai berikut.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Kelurahan Panularan Surakarta
No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. IRT 15 50
2. Karyawan 8 26,70
3. PNS 1 3,30
4. Swasta 4 13,30
5. Lain-lain 2 6,70
Σ 30 100
Sumber: Data Primer, Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan paling banyak merupakan yang bekerja
sebagai IRT yaitu sejumlah lima belas orang (lima puluh persen).
Sedangkan responden yang bekerja sebagai PNS paling sedikit jumlahnya
yaitu sejumlah satu orang (3,30 persen).
4. Penghasilan keluarga
Karekteristik responden berdasarkan penghasilan keluarga dijelaskan
melalui daftar tabel sebagai berikut.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Penghasilan Keluarga di Kelurahan Panularan Surakarta
No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. 850.000 – 1.000.000 11 36,70
2. 1.100.000 – 1.500.000 14 46,70
3. > 1.500.000 5 16,60
Σ 30 100
Sumber : Data Primer, Juli 2012
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik
responden berdasarkan penghasilan keluarga paling banyak adalah yang
berpenghasilan Rp. 1.100.000,00 sampai Rp. 1.500.000,00 yaitu sejumlah
empat belas keluarga (46,70 persen). Sedangkan responden yang
berpenghasilan lebih dari Rp. 1.500.000,00 paling sedikit jumlahnya,
yaitu sejumlah lima keluarga (16,60 persen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta dapat
diketahui dengan cara melakukan observasi Lingkungan Rumah tiga puluh
anak balita tersebut secara langsung dan wawancara dengan tiga puluh
responden dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak balita. Berikut ini
disajikan tabel tentang Lingkungan Rumah yang telah memenuhi kriteria
minimal rumah sehat.
Tabel 6. Hasil Penilaian Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan
Laweyan Surakarta
No Komponen yang Dinilai F Persentase (%)
1. Komponen rumah
a. Langit-langit ada, bersih, tidak rawan kecela-
kaan dan tingginya tidak kurang dari 2,75m 15 30,0
b. Dinding pemanen atau papan kedap air 29 96,7
c. Lantai diplester atau ubin atau keramik
seluruhnya 27 90,0
d. Jendela kamar tidur dan ruang keluarga ada 30 100,0
e. Pintu ada setiap ruangan atau kamar 17 56,7
f. Ventilasi ada, luas lebih dari 10% luas lantai 29 96,7
g. Lubang asap dapur ada, asap dapat keluar
dengan sempurna 23 76,7
h. Pencahayaan terang, tidak silau, dapat untuk
membaca 19 63,3
2. Sarana sanitasi
a. Sarana air bersih yang meliputi susia gali,
SPT, atau PAM ada, milik sendiri, dan
memenuhi syarat 26 86,7
b. Jamban atau sarana pembuangan kotoran ada
dan memenuhi syarat 30 100,0
c. SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah) ada,
jarak dengan sumber air lebih dari sama
dengan 10 m atau dialirkan ke riol kota 30 100,0
d. Sarana pembuangan sampah atau tempat
sampah ada, kedap air, dan tertutup 30 100,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
No Komponen yang Dinilai F Persentase (%)
3. Perilaku penghuni
a. Membuka jendela kamar tidur dan ruang
keluarga setiap hari 27 90,0
b. Membersihkan rumah dan halaman setiap hari 27 90,0
c. membuang tinja atau kotoran manusia semua
anggota keluarga setiap hari ke jamban 30 100,0
d. Membuang sampah setiap hari ke tempat
sampah 27 81,7
e. Menguras, menutup, dan mengubur lebih dari
satu kali dalam seminggu 20 66,7
4. Lain-lain
a. Kepadatan penghuni lebih dari 8m² per orang 12 40,0
b. Tikus tidak ada 0 0,0
c. Lalat kurang dari sama dengan 5 ekor 22 73,3
d. Kecoa tidak ada 0 0,0
e. Nyamuk tidak ada 0 0,0
f. Kandang ternak terpisah dari rumah, jarak lebih
dari 10 m atau tidak punya ternak 23 76,6
Sumber: Data Primer, Juli 2012
Data penilaian lingkungan rumah yang diperoleh, kemudian masing-
masing dilakukan penilaian dengan kategori Rumah sehat dan Rumah tidak
sehat yang dideskripsikan sebagai berikut.
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan
Laweyan Surakarta
Sumber: Data Primer, Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Berdasarkan Gambar 2 di atas, dapat diketahui dalam penelitian
Lingkungan Rumah yang dilakukan di Kelurahan Panularan Laweyan
Surakarta terdapat sejumlah enam belas rumah sehat (53,30 persen) dan empat
belas rumah tidak sehat (46,7 persen).
D. Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
diketahui dengan cara melihat dokumen status medis di Puskesmas
Penumping. Jumlah skor data yang diperoleh digunakan untuk menentukan
kriteria Kejadian Pneumonia pada anak balita yang dikategorikan menjadi
Pneumonia dan Bukan Pneumonia yang dideskripsikan sebagai berikut.
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan
Laweyan Surakarta
Sumber: Data Primer, Juli 2012
Berdasarkan gambar 3 di atas, dapat diketahui Kejadian Pneumonia di
Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta terdapat sejumlah lima belas
Pneumonia (lima puluh persen) dan lima belas Bukan Pneumonia (lima puluh
persen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
E. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Anak
Balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada
anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan surakarta dapat dideskripsikan
melalui gambar diagram yang disajikan sebagai berikut.
Gambar 4. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada
Anak Balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Sumber: Data Primer, Juli 2012
Berdasarkan gambar 4 di atas, dapat diketahui sejumlah dua belas
Pneumonia pada anak balita (delapan puluh persen) tinggal di rumah yang
tidak sehat. Sedangakan hanya sejumlah dua Bukan Pneumonia pada anak
balita (13,30 persen) yang tinggal di rumah yang tidak sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square, didapatkan nilai X2 hitung
sejumlah 13,939 dan nilai probablilitas (p) sejumlah 0,000 dan dengan df=2
dan taraf signifikansi 5% didapatkan X2 tabel 5,991, sehingga X
2 hitung > X
2
tabel dan p < 0,05. Maka Ho ditolak, yang berarti bahwa ada hubungan yang
signifikan antara Lingkungan Rumah dan Kejadian Pneumonia pada anak
balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB V
PEMBAHASAN
A. Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Berdasarkan tabel 6 halaman 43 dan hasil penilaian Lingkungan
Rumah terdiri dari empat komponen yaitu: Pertama adalah komponen rumah,
meliputi langit-langit; dinding; lantai; jendela kamar tidur dan ruang keluarga;
pintu; ventilasi; lubang asap dapur; dan pencahayaan. Komponen pertama
yang masih kurang adalah langit-langit yaitu sejumlah lima belas rumah (lima
puluah persen). Sedangkan yang sudah banyak memenuhi kriteria minimal
rumah sehat adalah komponen dinding dan ventilasi yaitu masing masing
sejumlah 29 rumah (96,70 persen).
Kedua adalah sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih; jamban atau
sarana pembuangan kotoran; SPAL dan sarana pembuangan sampah atau
tempat sampah. Sarana yang tersedia dan di sediakan oleh tata kota surakarta
sudah baik, tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah tentang kepemilikan
sarana air bersih yang merupakan milik sendiri baru sejumlah 26 rumah (86,70
persen). Sedangkan sarana sanitasi yang lainnya sudah memenuhi syarat
minimal rumah sehat.
Ketiga adalah perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar
tidur dan ruang keluarga; membersihkan rumah dan halaman; membuang tinja
atau kotoran manusia semua anggota keluarga; membuang sampah; dan
menguras, menutup dan mengubur. Perilaku penghuni yang perlu dibenahi
adalah kebiasaan masyarakat untuk melakukan menguras, menutup, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mengubur yaitu sejumlah dua puluh rumah (66,70 persen). Sedangkan
kebiasaan masyarakat membuang tinja atau kotoran manusia semua anggota
keluarga sudah baik.
Komponen terakhir adalah lain-lain, meliputi kepadatan penghuni;
tikus; lalat; kecoa; nyamuk; dan kandang ternak. Pemasalahan yang sangat
menonjol adalah keberadaan tikus, kecoa, dan nyamuk yang masing-masing
sejumlah tiga puluh rumah.
Berdasarkan Gambar 2 di halaman 44 dapat diketahui bahwa dapat
diketahui dalam penelitian Lingkungan Rumah yang dilakukan di Kelurahan
Panularan Laweyan Surakarta terdapat enam belas rumah sehat (53,30 persen)
dan empat belas rumah tidak sehat (46,70 persen). Lingkungan Rumah yang
tidak sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu terdiri dari tingkat
pendidikan, penghasilan keluarga, dan jenis pekerjaan yang dapat
mempengaruhi status sosial masyarakat.
Berdasarkan tabel 3 halaman 41, diketahui bahwa ibu yang
mempunyai pendidikan terakhir SLTP memiliki jumlah yang paling banyak
yaitu lima belas orang (lima puluh persen) dan paling sedikit memiliki
pendidikan terakhir PT yaitu satu orang (3,30 persen). Kejadian Pneumonia
Berat dan Pneumonia yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan
sejumlah sembilan anak balita (60,00 persen) dengan ibu yang berpendidikan
terakhir SLTP.
Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang, dalam hal ini adalah memahami kriteria rumah sehat. Semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah dalam menyerap informasi dan
semakin mudah pula dalam menerapkannya. Seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikan rendah memiliki pengetahuan yang terbatas pula, apalagi
jika tidak mendapatkan informasi melalui media cetak maupun media
elektronik.
Tingkat pendidikan akan membentuk suatu sikap atau keyakinan
sesuai dengan pengetahuan yang didapatkan di dunia pendidikan,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Notoatmodjo (2007: 124) bahwa
pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat membentuk suatu keyakinan
tertentu sehingga seseorang dapat berperilaku sesuai keyakinannya. Sehingga
tingkat pendidikan yang rendah membatasi kemampuan seseorang untuk
memahami pengertian rumah sehat, kriteria rumah sehat, dan bagaimana
menciptakan rumah sehat dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Tingkat pendidikan yang baik atau pengetahuan yang banyak tentang
Lingkungan Rumah juga tidak akan berhasil untuk menciptakan rumah yang
sehat jika waktu yang tersedia untuk memperhatikan Lingkungan Rumahnya
kurang. Berdasarkan Tabel 4 halaman 41, diketahui bahwa responden paling
banyak merupakan yang bekerja sebagai IRT, yaitu sebanyak lima belas
responden (lima puluh persen) dan yang paling sedikit yaitu dua responden
(6,70 persen) bekerja sebagai model dan penjahit. Kejadian Pneumonia Berat
dan Pneumonia yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan sejumlah
sembilan (60,0 persen) anak balita dengan ibu yang bekerja sebagai IRT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Banyaknya responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga,
diharapkan dalam menjaga Lingkungan Rumah yang sehat dapat lebih optimal
dibandingkan dengan responden yang memiliki pekerjaan yang membutuhkan
waktu banyak di luar rumah.
Meskipun masyarakat mempunyai waktu yang banyak untuk menjaga
Lingkungan Rumahnya, hal ini tidak aka berjalan dengan baik jika tidak
didukung dengan biaya yang mencukupi. Berdasarkan Tabel 8 halaman 43,
diketahui bahwa keluarga paling banyak merupakan yang mempunyai
penghasilan antara Rp. 750.000,00 sampai Rp. 1.500.000,00 yaitu sebanyak
25 keluarga (83,3 persen). Sedangkan lima (16,6 persen) keluarga yang
berpenghasilan lebih dari Rp. 1.500.000,00 adalah yang paling sedikit.
Masyarakat dengan penghasilan yang hanya dapat mencukupi
kebutuhan bahan pokok cenderung untuk tidak memperhatikan Lingkungan
Rumahnya, karena anggapan bahwa menciptakan rumah sehat membutuhkan
biaya. Sehingga, menciptakan dan memelihara Lingkungan Rumah sehat
harus dilakukan dengan kesadaran dari masyarakat karena pemeliharaan
kesehatan lingkungan rumah dapat mempengaruhi kesehatan penghuninya.
Segala fasilitas kesehatan yang disediakan, apabila tidak dipelihara dengan
baik maka membantu terjadinya penyakit (Slamet, 2002: 144).
Menurut Chandra (2006: 162) perumahan yang baik terdiri dari
kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti
sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, dan
penerangan yang cukup. Standar arsitektur bangunan terutama untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
perumahan umum (pabrik housing) pada dasarnya ditunjukan untuk
menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak, dan
luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga
atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat (healthy) dan
menyenangkan (comfortable).
Berdasarkan tabel 5 halaman 41, dapat diketahui bahwa karakteristik
responden berdasarkan usia paling banyak adalah berusia tiga puluh sampai
dengan 34 tahun yaitu sejumlah 53,4 persen. Sehingga, diharapkan dengan
usia yang sudah dewasa ibu dapat menjaga Lingkungan Rumah karena sangat
penting untuk mencegah Kejadian Pneumonia pada anak balita, sehingga
harus bisa menciptakan Lingkungan Rumah yang sehat dengan cara
memahami aspek-aspek yang dapat mempengaruhi Lingkungan Rumah.
Lingkungan Rumah yang baik tidak hanya dilihat dari fisik yang baik, terdapat
fasilitas sanitasi yang lengkap dan terjaga kebersihannya, melainkan juga
harus sesuai dengan kepadatan penghuninya. Perilaku penghuni juga
mempengaruhi Lingkungan Rumah tersebut. Perilaku yang dapat
menyebabkan kesehatan rumah menjadi buruk adalah seperti kebiasaan tidak
selalu membuka jendela, tidak menambah pencahayaan, tidak menjaga
kebersihan rumah, dan tidak ada upaya pencegahan terhadap faktor
pengganggu.
B. Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
berdasarkan gambar 3 halaman 45, dapat diketahui Kejadian Pneumonia di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta terdapat sejumlah lima belas
Pneumonia (lima puluh persen) dan lima belas Bukan Pneumonia (lima puluh
persen).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh berbagai
etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Oleh karena itu, tubuh
mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi
melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius (Ngastiyah, 2005: 57).
Kejadian Pneumonia pada anak balita dapat disebabkan karena tinggal
di rumah yang tidak sehat (Misnadiarly, 2008: 45). Lingkungan Rumah yang
tidak sehat dapat menyebabkan timbulnya Kejadian Pneumonia diantaranya
adalah apabila ventilasi rumah tidak baik, banyak terdapat asap dan debu
dalam rumah dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan yang akan
mengakibatkan peningkatan produksi lendir, lalu menyebabkan penyempitan
saluran pernapasan. Akibatnya sel pembunuh bakteri di saluran napas rusak,
silia dan lapisan sel selaput lendir lepas. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
kesulitan bernapas, sehingga benda asing termasuk bakteri atau mikro
organisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan dan akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan (Mukono, 2000: 156).
Menurut Chandra (2000: 165), apabila tempat tinggal yang terlalu padat dan
kumuh akan memudahkan penularan penyakit saluran pernafasan kepada
orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
C. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak
balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square, didapatkan nilai X2 hitung
sejumlah 13,939 dan nilai probablilitas (p) sejumlah 0,000 dan dengan df=2
dan taraf signifikansi 5% didapatkan X2 tabel 5,991, sehingga X
2 hitung > X
2
tabel dan p < 0,05. Maka Ho ditolak, yang berarti bahwa ada hubungan yang
signifikan antara Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak
balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut, maka Lingkungan
Rumah mempunyai pengaruh terhadap kesehatan anak balita, yaitu dapat
menyebabkan Kejadian Pneumonia pada anak balita. Sejumlah dua belas
Pneumonia pada anak balita (delapan puluh persen) tinggal di rumah yang
tidak sehat. Sedangakan hanya sejumlah dua Bukan Pneumonia pada anak
balita (13,30 persen) yang tinggal di rumah yang tidak sehat. Maka Kejadian
Pneumonia tersebut disebabkan karena tinggal di rumah yang tidak sehat.
Lingkungan Rumah yang tidak sehat merupakan tempat yang baik untuk
berkembangnya berbagai macam mikroorganisme pathogen, diantaranya
adalah penyebab Kejadian Pneumonia.
Pencegahan terhadap Kejadian Pneumonia tersebut selain dengan
menerapkan hygiene dan sanitasi rumah. Hygiene dan sanitasi rumah adalah
pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kesehatan anak balita tersebut (Misnadiarly, 2008: 49).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah biodata tentang nama dan
alamat anak balita dan responden terjadi penulisan yang kurang tepat sehingga
mempengaruhi proses pencarian alamat anak balita saat dilakukan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB Vl
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Panularan
Laweyan Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta terdapat
empat belas rumah tidak sehat (46,70 persen) dan enam belas rumah sehat
(53,30 persen).
2. Dua belas Kejadian Pneumonia pada anak balita (delapan puluh persen) di
Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta tinggal di rumah tidak sehat.
3. Ada hubungan yang signifikan Lingkungan Rumah dengan Kejadian
Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta,
yaitu ditunjukkan dengan hasil uji statistik Chi Square, didapatkan nilai X2
hitung sejumlah 13,939 dan nilai probablilitas (p) sejumlah 0,000 dan
dengan df=2 dan taraf signifikansi 5% didapatkan X2 tabel 5,991,
sehingga X2 hitung > X
2 tabel dan p < 0,05.
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan
Penulis adalah sebagai berikut.
1. Bagi warga Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Memahami syarat-syarat terwujudnya Lingkungan Rumah yang sehat dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pembenahan komponen rumah yaitu pembenahan langit-langit, sarana
sanitasi yang masih kurang terpenuhi yaitu memiliki sarana air besih
sendiri, menciptakan perilaku penghuni yang sehat yang kurang baik yaitu
melakukan 3M, dan membebaskan rumah dari sarang tikus, nyamuk, dan
kecoa dengan cara menjaga Lingkungan Rumah tersebut.
2. Bagi Kepala di Puskesmas Penumping Laweyan Surakarta
Menyusun rencana dan mendelegasikan wewenang kepada Bagian
Kesehatan Lingkungan Puskesmas Penumping untuk mewujudkan
Program rumah sehat salah satunya dengan cara melakukan pemantauan
dan pembinaan secara berkala tentang rumah sehat di kelurahan yang
menjadi binaannya termasuk Kelurahan Panularan Laweyan sehingga
dapat mencegah Kejadian Pneumonia pada anak balita.
3. Bagi Kepala Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta
Bekerjasama dengan Puskesmas Penumping dibantu dengan warga untuk
menyukseskan Program Rumah Sehat di Kelurahan Panularan salah
satunya dengan melakukan kegiatan lomba rumah sehat.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Melakukan penelitian tentang Kejadian Pneumonia pada anak balita di
suatu wilayah tidak hanya dikaitkan dengan satu faktor Lingkungan
Rumah tetapi juga dengan pendidikan dan pekerjaan ibu, serta penghasilan
keluarga dengan sebelumnya melengkapi biodata anak balita dengan yang
akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian, sehingga mempermudah
proses penelitian yang akan dilakukan.