hubungan keperibadian dan sikap keagamaan

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebah istilah yang sangat kompleks dimana memaknai sebuah kata tersebut melalui kaca mata yang di gunakan. Sebelum isltilah ini muncul tentunya ada sebuah Disiplin ilmu yang menyebabkan istilah tersebut muncul yaitu Psikologi, atau lebih Simpleks lagi Psikologi kepribadian. Selain itu ada jugak yang mempunyai pendapat bahwa, Munculnya istilah kepribadian itu dari ilmu jiwa agama, dimana istilah itu pengambilanya di sesuaikan dengan ruang metafisik yaitu Jiwa. kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari antara lain trait dan tipe (type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Tidak jarang juga aspek-aspek tersebut merupakan pertentangan-pertentangan antara satu dengan yang 1

Upload: mayora-ulfa

Post on 31-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebah istilah yang sangat kompleks dimana memaknai sebuah kata

tersebut melalui kaca mata yang di gunakan. Sebelum isltilah ini muncul

tentunya ada sebuah Disiplin ilmu yang menyebabkan istilah tersebut  muncul

yaitu Psikologi, atau lebih Simpleks lagi Psikologi kepribadian.

Selain itu ada jugak yang mempunyai pendapat bahwa, Munculnya istilah

kepribadian itu dari ilmu jiwa agama, dimana istilah itu pengambilanya di

sesuaikan dengan ruang metafisik yaitu Jiwa. kepribadian mewakili

karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan

perilaku yang konsisten.

Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari antara lain trait dan

tipe (type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang

menggambarkan unit/dimensi dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan

konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda.

Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait.

Tidak jarang juga aspek-aspek tersebut merupakan pertentangan-

pertentangan antara satu dengan yang lainya, sehingga terjadi kepecahan

pribadi. Dibandingkan dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity

dan generality yang lebih besar daripada trait.

Dari pembahasan di atas sangat menarik bila di bahas lebih detail tentang

bagaimana ruang lingkup sebuah tema tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian kepribadian?

2. Apa yang dimaksud dengan sistem utama dalam kepribadian?

3. Apa yang dimaksud dengan sikap keagamaan?

4. Bagaimana hubungan keperibadian dan sikap keagamaan ?

1

Page 2: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana pengertian kepribadian

2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan sistem utama dalam

kepribadian

3. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan sikap keagamaan

4. Untuk mengetahui Bagaimana hubungan keperibadian dan sikap

keagamaan

2

Page 3: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terorganisir dan terdiri

atas disposisi-disposisi psikis serta fisis yang memberikan kemungkinan-

kemungkinan untuk membedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi

yang lainya.

Disposisi itu ialah kesediaan kecenderungan-kecenderungan untuk

bertingkah laku tertentu, yang sifatnya lebih kurang, tetap atau konstan, dan

terarah pada tujuan tertentu (bahasa latin deposito = ketentuan, ketetapan). 

Selain itu juga satu kesatuan organisasi jasmani dan rohani yang dinamis,

yang selalu akan mengalami perubahan dan perkembangan.

Kepribadian merupakan satu struktur totalitas atau struktur unitas multipleks,

dimana seluruh aspek-aspeknya berhubungan erat satu sama lainya.

Aspek-aspek tersebut merupakan satu harmoni yang bekerja sama dengan

yang lainya. Tidak jarang juga aspek-aspek tersebut merupakan

pertentangan-pertentangan antara satu dengan yang lainya, sehingga terjadi

kepecahan pribadi.

Satu totalitas itu bukan hanya merupakan satu penjumlahan dari bagian-

bagian, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagikan dan

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya.  Namun demikian semua

aspek kepribadian itu harus dilihat dalam hubungan konteksnya, sehingga

bisa berwujud satu kesatuan yang terorganisir.

Sehingga dengan demikian setiap orang itu mempunyai kepribadianya

sendiri yang khas, yang tidak identik, diganti atau disubstitusikan dengan

orang lain. Jadi ada ciri-ciri atau sifat-sifat individual pada aspek-aspek

psikisnya yang bisa membedakan dengan yang lainya.

3

Page 4: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

B. Sistem Utama Dalam Kepribadian

Suatu model struktural yang tidak lagi menggambarkan fungsi mental

sebagai terdiri dari subsistem-subsistem yang terpisah dan dibatasi secara

kaku.

Model struktural menggambarkan pikiran manusia sebagai campuran atau

gabungan dari kekuatan-kekuatan di mana bagian-bagiandari kepribadian

sadar juga dapat mengandung isi tak sadar.  Model struktural yang di maksud

adalah Id, Ego, Super Ego. Dimana memasukkan semua fungsi mental yang

sebelumnya diberikan kepada ketidaksadaran dan keprasadaran.

Pembagian jiwa menjadi tiga bagian ini tidak menggantikan model

topografis, tetapi model ini membantunya untuk menjelaskan gambaran-

gambaran mental menurut fungsi-fungsi atau tujuan-tujuanya.

1. Id

Pada inti kepribadian dan sama sekali tidak disadari setiap individu

terdapat wilayah psikis yang disebut id.

Dilihat dalam perkembanganya id adalah bagian tertua dari

kepribadian. Pada mulanya segala galanya adalah id. Karena id adalah

bagian kepribadian yang sangat primitif yang sudah beroprasi sebelum

bayi berhubungan dunia luar, maka ia mengandung semua dorongan

bawaan yang tidak di pelajari psikoanalisi disebut insting-insting.

Ciri id itu sendiri disebut sebagai kawah yang penuh dengan dorongan

yang mendidih, berisi energi proses organik dari insting-insting dan

berjuang menuju ke suatu tujuan: kepuasan segera hasrat-hasratnya.

Id berada dan beroprasi dalam daerah unconscious, mewakili

subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan

erat dengan proses fisik untuk mendapatkan  energi psikis yang

digunakan untuk mengoprasikan sistem dari struktur kepribadianya.

Id beroprasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu

berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id,

kenikmatan adalah kenikmatan yang relatif inaktif atau tingkat energi

4

Page 5: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang

mendambakan kepuasan.

Jadi ketika ada stimuli yang memicu enerji untuk bekerja sehingga

timbul tegangan enerji-Id yang beroprasi dengan prinsip kenikmatan dan

berusaha mengurangi atau menghilangkan tegangan itu kemudian

mengmbalikan diri ke tingkat energi yang rendah.

Pleasure Principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (refleks

actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah

reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata-

dipakai untuk menangani pemuasan ransang sederhana dan biasanya

segera dapat dilakukan. Sedangkan proses primer adalah reaksi

membayangkan atau menghayal sesuatu yang dapat mengurangi atau

menghilangkan tegangan ini dipakai untuk menangani stimulus

kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting

ibunya. Proses membentuk gambaran obyek yang dapat mengurangi

tegangan, disebutnya pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya

mimpi, lamunan, dan halunisasi psikotik.

Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan

khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan.

Id tidak mampu membedakan benar ataupun salah, tidak tau moral. Jadi

harus di kembangkan untuk memperoleh jalan yang khayalan itu secara

nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru

khususnyamasalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id

memunculkan ego.

2. Ego

Ego adalah aku atau diri yang tumbuh dari id pada masa bayi dan

menjadi sumber dari individu untuk berkomunikasi dengan dunia luar.

Dengan adanya ego, individu dapat membedakan dirinya dari lingkungan

di sekitarnya dan dengan demikian terbentuknya inti yang

mengintegrasikan kepribadian. Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan

5

Page 6: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

organisme yang memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan

kenyataan objektif.

Ego beroprasi mengikuti prinsip realita (reality principle) dan

beroperasi menurut proses sekunder . Usaha memperoleh kepuasan yang

dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda

kenikmatan sampai ditemukanya obyek yang nyata-nyata dapat

memuaskan kebutuhan.

Prinsip realita itu dikerjakan melalui proses sekunder (secondary

process), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah

rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses pengujian diatas

disebut uji realita (reality testing), dari cara kerjanya dapat difahami

sebagian besar daerah operasi ego berada di kesadaran, namun ada

sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar dan daerah taksadar.

Sebagai jiwa yang berhubungan dengan dunia luar, ego menjadi bagian

dari kepribadian yang mengambil keputusan atau eksekutif kepribadian.

Ego dikatakan eksekutif kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu

ke arah tindakan, memilih segi-segi lingkungan ke mana ia akan

memberikan respons, dan memutuskan insting-insting manakah yang

akan dipuaskan dan bagaimana caranya.

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif, ego harus

mempertimbang-kan tuntutan-tuntutan dari id dan super ego yang

bertentangan dan tidak realistik. Disamping kedua tiran ini, ego harus

juga melaksanakan penguasa ketiga dunia luar. Dengan demikian, ego

terus menerus mendamaikan tuntutan-tuntutan id dan super ego dengan

tuntutan-tuntutan realistik dari duia luar.

Perihal di atas tidak mudah dan sering mengakibatkan tegangan

yang berat pada ego. Karena merasa dirinya di kepung oleh ketiga

kekuatan yang berbeda dan bermusuhan itu, ego menjadi cemas.  Ego

kemudian mengadakan represi dan mekanisme-mekanisme pertahanan

lain untuk mempertahankan dirinya tanpa membiarkan elemen-elemen

yang mengancam masuk ke dalam kesadaran.

6

Page 7: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

3. Super Ego

Komponen struktural ketiga kepribadian adalah super ego. Dimana

super ego adalah bagian moral atau etis dari kepribadian. Super ego

mulai berkembang pada waktu ego menginternalisasikan norma-norma

sosial dan moral. Super ego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai

dan cita-cita tradisional masyarakat, sebagaimana diterangkan orang tua

kepada anak dan dilaksanakan dengan cara memberikan hadiah atau

hukuman.

Prinsip realitas primer atau awal direpresentasikan oleh suprioritas

ayah (ayah genetis) yang melakukan penaklukan terhadap hasrat bayi

atau subjek. Di sini, figur ayah hadir sebagai “pengebiri” relasi imajiner

ibu-bayi. Sementara prinsip realitas sekunder (dalam pengertian

tingkatan, bukan kadar) direpresentasikan oleh nilai atau norma dalam

masyarakat. Nilai atau norma dalam masyarakat kristalisasi nilai kultural

dari the great man yang bekerja secara efektif melalui larangan dan

hukuman.

Larangan dan hukuman tersebut bekerja dengan dua cara, yaitu

dengan hukum tertulis (hukum legal) dan lisan (psike masa). Pada subjek,

larangan dan hukuman mengkontaminasi kesadaran dan ketidak sadaran

(berupa rasa takut dan bersalah). Incest merupakan contoh larangan

kultural yang menghambat perkembangan hasrat seksual pada kesadaran.

C. Sikap Keagamaan

Sikap keagamaan dalam agama terdiri dari berbagai pengaruh

terhadap keyakinan dan perilaku keagamaan, dari pendidikan yang kita

terima pada masa kanak-kanak, berbagai pendapat dan sikap orang-orang

di sekitar kita, dan berbagai tradisi yang kita terima dari masa lampau.

Mungkin kita cendrung menganggap faktor ini kurang penting dalam

perkembangan agama kita dibandingkan dengan penelitian para ahli

psikologi.

7

Page 8: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

Tidak ada seorang pun di antara kita dapat mengembangkan sikap-

sikap keagamaan kita dalam keadaan terisolasi dari saudara-saudara kita

dalam masyarakat. Sejak masa kanak-kanak hingga masa tua kita

menerima dari perilaku orang-orang di sekitar kita dan dari apa yang

mereka katakan berpengaruh terhadap sikap-sikap keagamaan kita. Tidak

hanya keyakinan-keyakinan kita yang terpengaruh oleh faktor-faktor

sosial, pola-pola eksperesi emosianal kita pun, sampai batas terakhir, bisa

dibentuk oleh lingkungan sosial kita.

Faktor-faktor sosial juga tampak jelas dalam pembentukan

keyakinan keagamaan, tetapi secara prinsip ia tidak melalui penampilan

yang berlandasan penalaran sehingga keyakinan-keyakinan seseorang

terpegaruh oleh orang lain.

Tidak diragukan sama sekali bahwa penalaran memainkan peranan

dalam intraksi timbal-balik di antara berbagai sistem keyakinan banyak

orang, tetapi peranan jauh lebih kecil dibandingkan dengan proses-proses

psikologik lain yang non-rasional. Tidak ada seseorang pun dapat

beranggapan banwa cara untuk mengajarkan tentang Tuhan kepada anak

kecil adalah dengan mengemukakan argumen rasioanal mengenai adanya

Tuhan itu.

Pengajaran harus dilakukan lebih dahulu, sedangkan saat bagi

argumen-argumen penegasan tentang kebenaran ajaran-ajaran agama

yang diberikan oleh orang-orang terhormat (terutama bila penegasannya

diulang-ulang dan dengan penuh keyakinan) mungkin berpengaruh yang

didasarkan atas penalaran, adalah sugesti. Agar kita dapat memahami

faktor sosial dalam agama itu, kita harus menelaah psikologi segesti ini.

Ahli psikologi tidak mau membicarakan masalah-masalah filosofik yang

berkaitan dengan hakikat kewajiban-kewajiban filosofik yang berkaitan

dengan hakikat kewajiban-kewajiban yang disebabkan oleh hukum moral

itu. Hukum moral bisa dianggap sebagai sistem tatanan sosial yang

dikembangkan oleh suatu masyarakat dan diteruskan kepada generasi-

genarasi berikutnya melalui proses pengkondisian sosial. Di pihak lain, ia

8

Page 9: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

juga dapat dianggap sebagai sistem kewajiban yang mengikat manusia

tanpa mempermasalahkan apakah sistem itu bermanfaat atau tidak dilihat

dari sisi sosial.

Sejumlah masyarakat menyatakan bahwa kewajiban-kewajiban ini

dikendalikan secara intuitif; sementara masyarakat-masyarakat lainnya

berpendapat bahwa kewajiban-kewajiban itu bisa didedukasikan dengan

berbagai proses penalaran, dan masyarakat-masyarakat lainnya lagi

menganggpa kewajiban-kewajibab itu diwahyukan [oleh Tuhan] secara

adikodrati. Apapun jawaban yang bisa diberikan terhadap persoalan-

persoalan etik ini, masalah yang penting bagi ahli psikologi adalah bahwa

konflik moral itu merupakan fakta psikologik yang benar-benar ada.

D. Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

1. Struktur kepribadian Sigmound freud

Merumuskan sistem kepribadian menjadi tiga sistem. Ketiga sistem

itu dinamainya id, ego dan super ego. Dalam diri orang yang memilki

jiwa sehat ketiga sistem itu bekerja dalam susunan yang harmonis. Segala

bentuk tujaun dan segala gerak-geriknya selalu memenuhi keperluan dan

keinginan manusia yang pokok. Sebaliknya kalau ketiga sistem itu

bekerja secara bertentangan, maka orang tersebut dinamainya sebagai

orang yang tak dapat menyesuaikan diri. Ia menjadi tidak puas dengan

dirinya dan lingkingannya. Dengan kala lain efisiensinya menjadi

berkurang.

a. Id (das es)

Sebagai suatu sistem Id mempunyai fungsi menunaikan prinsip

kehidupan asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah.

Dengan kata lain Id mengemban prinsip kesenangan (Pleasure

Principle), yang tujuanya untuk membebaskan manusia dari

ketegangan dorongan naluri dasar: makamn, minum, seks dll.

9

Page 10: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

b. Ego (das es)

Ego merupakan sistem yang berfungsi menyalurkan dorongan Id

ke keadaan yang nyata. Freud menamakan misi yang di emban oleh

ego sebagai prinsip kenyataan (objektive atau reality principle).

Segala bentuk dorongan naluri dasar dari Id hany dapat direalisasi

dalam bentuk nyata melalui bantuan ego. Ego juga mengandung

prinsip kesadaran

c. Super Ego (das Uber ich)

Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur mural dan keadilan.

Maka sebagian besar Super Ego mewakili alam ideal. Tujuan Super

Ego adalah membawa individu kearah kesempurnaan sesuai dengan

pertimbangan keadilan dan moral. Ia merupakan kode modal

seseorang dan berfungsi pula sebagai pengawas tindakan yang

dilakukan oleh ego. Jika tindakan itu sesuai dengan pertimbangna

moral dan keadilan, maka ego mendapat ganjaran berupa rasa puas

atau senang. Sebaliknya jika bertentangan, maka ego menerima

hukuman berupa rasa gelisah dan cemas. Super Ego mempunyai dua

anak sistem, yaitu ego ideal dan hati nurani.

2.  H.J Eysenck

Menurut Eysenck kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan

disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan hierarkis

berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya, diurut dari yang paling

bawah ke yang paling tinggi adalah:

a.Specifik response, yaitu tindakan atau respon yang terjadi pada suatu

keadaan atau kejadian tertentu, jadi khusus sekali.

b. Habitual response, mempunyai corak yang lebih umum dari pada

Specifik response, yaitu respon-respon yang berulang-ulang terjadi saat

individu menghadapi kondisi atau situasi yang sama.

c.Trait, yaitu terjadi saat Habitual response yang saling berhubungan satu

sama lain dan cenderung ada pada individu tertentu.

10

Page 11: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

d. Tipe, yaitu organisasi dalam individu yang lebih umum, lebih

mencakup lagi.

3.  Sukamto M.M

Meskipun keempat aspek itu masing-masing mempunyai fungsi,

sifat, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, namun

keempatnya berhubungan dengan erat dan tidak dapat dipisahkan.

a. Qalb

Adalah hati yang menurut istilah kata atau terminologis adalah

sesuatu yang berbolak balik (sesuatu yang lebih), berasal dari kata

Qolaba, artinya membolak-balikan. Qalb bisa diartikan hati sebagai

hati sekepal(biologis), dan juga bisa bersrti’ kehatian’ (nafsiologis).

Ada sebuah hadist nabi riwayat bukhari muslim berbunyi sebagai

berikut: “ ketehuilah bahwa didalam tubuh ada sekepal daging.

Kalau itu baik, baiklah seluruh tubuh. Kalau itu rusak- rusak lah

seluruh tubuh. Itulah qalb”

Secara nafsiologis qalb disini dapat diartikan sebagai radar

kehidupan dilaksanakan. Qalb adalah reservoir energi nafsiah yang

menggerakkan ego dan fuad. Dilihat dari beberapa segi, ada

kecenderungan bahwa teori freud tentang Id mirip dengan karakter

hati yang tidak berisi iman, yaitu qalb yang selalu menuntut kepuasan

dan menganut prinsip kesenangna (pleasure principle). Ia

menghendaki agar segala sesuatu segera dipenuhi atau dilaksanakan.

Kalau satu segi sudah terpenuhi, ia menuntut lagi yang lain, dan

begitu seterusnya. Ia menjadi anak manja dari kepribadian.

b. Fuad

Fuad adalah perasaan yang terdalam dari hati yang sering kita

sebut hati nurani (cahaya mata hati) dan berfungsi sebagai penyimpan

daya ingatan. Ia sangat sensitif terhadap gerak atau dorongan hati dan

merasakan akibatnya, kalau hati kufur, Fuad pun kufur dan

menderita. Kalau hati bergejolak karena terancam oleh bahaya atau

hati tersentuh oeh siksaan batin, fuad terasa seperti terbakar. Kalau

11

Page 12: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

hati tenang, Fuad pun tentram dan senang. Satu segi kelebihan fuad

dibanding dengan hati ialah, bahwa fuad itu dalam situasi yang

bagaimanapun, tidak bisa dusta. Ia tidak bisa menghianati kesaksian

terhadap yang dipantulkan oleh hati dan apayang diperbuat oleh ego.

Ia berbicara apa adanya. Berbagai rasa yang dialami oleh fuad

ditutukan dalam al-quran sebagai berikut:

1) Fuad bisa bergoncang gelisah (Qs al-Qashas: 10)

Dan fuad ibu musa menjadi bingung (kosong) Hampir saja

ia membukakan rahasia (Musa), Jika aku tidak meneguhkan

hatinya, sehingga ia menjadi: orang yang beriman.

2) Dengan diwahyukannya al-quran kepada Nabi, fuad Nabi menjadi

teguh (QS al-furqan: 32)

Dan orang-orang kafir bertanya: “ mengapa al-quran tidak

diturunkan kepadanya dengan sekaligus”? Demikianlah, karena

dengan (cara) itu, Aku hendak meneguhkan fuadmu, dan aku

bacakan itu dengan tertib (sebaik-baiknya)

3) Fuad tidak bisa berdusta (QS Anm Najm: 11): Fuad tidak

berdusta tentang apa yang dilihatnya.

4) Orang yang zalim hatinya kosong (bingung). (QS Ibrahim:43):

Dengan terburu-buru sambil menundukkan kepala, mereka tidak

berkedip, tetapi fuadnya kosong (bingung)

5) Orang musrik, fuad dan pandanganya dibolak-balikan atau

diguncang (QS al-an’am: 110): Aku goncangkan fuad dan

pandangan mereka (kaum musrikin), sebagaimana jejak semula

mereka tidak mau beriman, dan aku biarkan mereka dalam

kedurhakaanya mengembara tanpa arah tertentu.

c. Ego

Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan

secara baik dengan dunia kenyataan (realitas). Ego atau aku bisa

dipandang sebagai eksekutif kepribadian, mengntrol cara-cara yang

ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan, memilih objek-objek yang

12

Page 13: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

bisa memenuhi kebutuhan, mempersatukan pertentangan-pertenangan

antara qalb dengan fuad dengan dunia luar. Ego adalah derivat dari

qalb dan bukan untuk merintanginya. Kalau qalb hanya mengenal

dunia sesuatu yang subyektif dan yang objek (dunia realitas).

Didalam fungsinya, Ego berpegang pada prinsip kenyataan atau

realiti principle. Tujuan prinsip kenyataan ini adalah mencari objek

yang tepat (serasi), Untuk mereduksikan keteganganya yang timbul

dalam organisme. Ia merumuskan suatu rencana pemuasan kebutuhan

dan mengujinya (biasanya dengan tindakan). Untuk mengetahui

apakah rencana tersebut berhasil atau tidak.

d. Tingkah laku

Nafsiologi kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsi

asumsi subyektif tentang tingkah laku manusia, karena menyadari

bahwa tidak seorangpun bisa bersifat objektif sepenuhnya dalam

mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan

pengalaman yang di sadari oleh pribadi. Kesadaran merupakan sebab

dari tingkah laku. Artinya, bahwa apa yang dipikir dan dirasakan oleh

individu itu menentukan apa yang akan dikerjakan, adanya nilai yang

dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta

menentukan tingkah lakunya.

Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku dalam

nafsiologi ditentukan oleh nilai dan norma yang sifatnya universal.

Orang yang disebut normal adalah orang yang seoptimal mungkin

melaksanakan iman dan amal soleh disegala tempat. Kebalikan dari

ketentuan itu adalah abnormal yaitu, sifat-sifat dholim, fasik, syirik,

kufur, nifak, dan sejenis itu.  

13

Page 14: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terorganisir dan terdiri

atas disposisi-disposisi psikis serta fisis yang memberikan kemungkinan-

kemungkinan untuk membedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi

yang lainya.

Suatu model struktural yang tidak lagi menggambarkan fungsi mental

sebagai terdiri dari subsistem-subsistem yang terpisah dan dibatasi secara

kaku.  Model struktural menggambarkan pikiran manusia sebagai campuran

atau gabungan dari kekuatan-kekuatan di mana bagian-bagiandari

kepribadian sadar juga dapat mengandung isi tak sadar.  Model struktural

yang di maksud adalah Id, Ego, Super Ego. Dimana memasukkan semua

fungsi mental yang sebelumnya diberikan kepada ketidaksadaran dan

keprasadaran.

Sikap keagamaan dalam agama terdiri dari berbagai pengaruh terhadap

keyakinan dan perilaku keagamaan, dari pendidikan yang kita terima pada

masa kanak-kanak, berbagai pendapat dan sikap orang-orang di sekitar kita,

dan berbagai tradisi yang kita terima dari masa lampau. Mungkin kita

cendrung menganggap faktor ini kurang penting dalam perkembangan agama

kita dibandingkan dengan penelitian para ahli psikologi.

B. Saran

Penulis telah berusaha maksimal dengan kemampuan yang ia punya, tentu

masih banyak kekurangan yang tanpa sengaja, untuk itu penulis terbuka untuk

menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penulisan-

penulisan selanjutnya.

14

Page 15: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

KATA PENGANTAR

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan

dan kekeliruan baik dalam penulisan maupun materi yang disajikan, oleh karena

itu kami sangat mengharapkan masukan serta kritik dan saran dari semua pihak

demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Atas kritik dan saran

yang disampaikan nantinya kami ucapkan terima kasih.

Bengkulu, 2015

Penulis

15i

Page 16: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar......................................................................................................i

Daftar Isi ...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................2

C. Tujuan.....................................................................................................2

BAB II  PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian..........................................................................3

B. Sistem Utama Dalam Kepribadian.........................................................4

C. Sikap Keagamaan...................................................................................7

D. Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan.................................. 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................14

B. Saran ......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... iii

16

ii

Page 17: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA

Hubungan Kepribadian dan Sikap Keagamaan

Disusun Oleh : Purzan Supri1416713347

Dosen Pembimbing :Triyani Pujiastuti, S. Sos. I., MA. Si

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INTSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

2015

17

Page 18: Hubungan Keperibadian Dan Sikap Keagamaan

DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta:1996), PT. RajaGrafindo Persada.

Purwanto, Yadi, Psikologi Kepribadian, (Bandung: 2007), PT. Refika Aditama.

Jalaludin, Drs. 2000. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Jalaludin, Drs. Dan Ramayulis, Drs. 1987. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta:

Kalam Mulia.

Darajat, Zakiah. 1989. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

18iii