hubungan kelainan kongenital dengan genetik

14
Hubungan Kelainan Kongenital dengan Genetik Definisi dan klasifikasi cacat lahir Cacat lahir, malformasi konenital, anomali kongenital adalah istilah-istilah sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktral, perilaku, fungsional, dan metabolik yang ada sejak lahir. Sejauh ini terminologi abnormalitas kongenital (congenital abnormality) dan defek atau cacat lahir (birth defect) digunakan untuk menggambarkan semua bentuk abnormalitas struktur yang terjadi pada embrio, janin, atau bayi baru lahir. Tetapi istilah ini tidak mengacu pada satu mekanisme penyebab tertentu. Definisi yang lebih spesifik dan mencakup gambaran klinis serta penggolongan penyebabnya diuraikan sebagai berikut: 1. Malformasi adalah gangguan atau defek struktur utama dari organ atau bagian organ yang diakibatkan oleh abnormalitas selama perkembangan. Adanya malformasi menunjukkan bahwa pada masa awal embrio terdapat suatu jaringan atau organ tertentu yang berhenti atau salah arah (misdirection) dalam perkembangannya. Kebanyakan malformasi pada satu organ diturunkan secara multifaktorial. Hal tersebut menggambarkan interaksi beberapa gen

Upload: rima-dian-rizky

Post on 13-Dec-2015

291 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Kelainan Kongenital Dengan Genetik

Hubungan Kelainan Kongenital dengan Genetik

Definisi dan klasifikasi cacat lahir

Cacat lahir, malformasi konenital, anomali kongenital adalah istilah-istilah

sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktral, perilaku,

fungsional, dan metabolik yang ada sejak lahir. Sejauh ini terminologi

abnormalitas kongenital (congenital abnormality) dan defek atau cacat lahir (birth

defect) digunakan untuk menggambarkan semua bentuk abnormalitas struktur

yang terjadi pada embrio, janin, atau bayi baru lahir. Tetapi istilah ini tidak

mengacu pada satu mekanisme penyebab tertentu. Definisi yang lebih spesifik dan

mencakup gambaran klinis serta penggolongan penyebabnya diuraikan sebagai

berikut:

1. Malformasi adalah gangguan atau defek struktur utama dari organ atau

bagian organ yang diakibatkan oleh abnormalitas selama perkembangan.

Adanya malformasi menunjukkan bahwa pada masa awal embrio terdapat

suatu jaringan atau organ tertentu yang berhenti atau salah arah

(misdirection) dalam perkembangannya. Kebanyakan malformasi pada

satu organ diturunkan secara multifaktorial. Hal tersebut menggambarkan

interaksi beberapa gen dengan faktor-faktor lingkungan. Contoh: VSD,

ASD, sumbing bibir/palatum, NTD (anencephaly; myelo-meningocele).2,3

2. Disrupsi Istilah disrupsi (disruption) mengacu pada struktur abnormal pada

organ atau jaringan sebagai akibat dari faktor eksternal yang mengganggu

proses perkembangan normal. Proses ini dikenal sebagai malformasi

sekunder atau malformasi ekstrinsik. Faktorfaktor ekstrinsik yang dapat

mengganggu proses perkembangan normal diantaranya adalah ischemia,

infeksi, dan trauma. Berdasarkan definisinya, disrupsi tidak disebabkan

oleh faktor genetik. Tetapi kadang-kadang faktor genetik dapat menjadi

predisposisi terjadinya disrupsi. Misalnya beberapa kasus amniotic band

dapat disebabkan oleh faktor genetik yang menyebabkan kerusakan

Page 2: Hubungan Kelainan Kongenital Dengan Genetik

kolagen sehingga melemahkan amnion dan menjadikan amnion lebih

mudah robek dan ruptur secara spontan. Contoh: amniotic band.2,3

3. Deformasi adalah kerusakan yang disebabkan kekuatan mekanik abnormal

yang menyebabkan penyimpangan struktur normal. Contoh: dislokasi

panggul dan talipes ringan (club foot). Kedua kasus tersebut dapat

disebabkan oleh oligohidramnion atau ruang intrauterina yang sempit

karena bayi kembar atau struktur uterus yang abnormal. Deformasi

seringkali terjadi pada kehamilan lanjut dan memiliki prognosis yang baik

apabila diberikan treatment yang sesuai. 2,3

4. Displasia adalah ketidakteraturan sel dalam menyusun jaringan. Efeknya

biasanya dapat dilihat pada semua bagian tubuh dimana jaringan tersebut

terdapat. Contohnya pada skeletal displasia seperti thanatophoric displasia

yang disebabkan mutasi FGFR3 yang menyebabkan hampir semua bagian

tulang mengalami kelainan. Demikian juga pada ektodermal displasia,

kerusakan dapat dijumpai pada semua organ turunan ektoderm seperti

rambut, tulang, dan kuku. Kebanyakan displasia diakibatkan kerusakan

gen tunggal (single gene defect) dan mempunyai resiko berulang yang

tinggi pada saudara kandung (sibling) dan keturunan penderita

(offspring).2,3

Kasus Celah Bibir

Pengertian umum celah bibir (cleft lip) Celah bibir (cleft lip) merupakan

kelainan kongenital yang disebabkan gangguan perkembangan wajah pada

masa embrio. Celah dapat terjadi pada bibir, langit-langit mulut (palatum),

ataupun pada keduanya. Celah pada bibir disebut labiochisis sedangkan celah

pada langit-langit mulut disebut palatoschisis. Penanganan celah adalah

dengan cara pembedahan.6,7

Page 3: Hubungan Kelainan Kongenital Dengan Genetik

Etiologi dari celah bibir atau langitan tidak diketahui dan multifactor.

Factor keturunan merupakan salah satu dari multi factor penyebab dari celah

bibir dan atau celah langitan, keturunan keluarga baik celah bibir atau langitan

terjadi dengan frekuensi yang bervariasi tergantung apakah orangtua atau

saudara berpengaruh. Untuk celah bibir dengan atau tanpa celah langitan

faktor terjadinya adalah 2 % dengan satu orang tua terpengaruh, 4 % dengan

hanya satu saudara sekandung, 9 %dengan 2 saudara sekandung dan 10-17 %

dengan satu orang tua dan satu saudara sekandung. Celah langitan, 7 %

dengan satu orang tua terpengaruh, 2% dengan satu saudara sekandung, 1 %

dengan dua saudara sekandung. Penyimpangan kromosom seperti trisomi D

dan E terlihat meningkat apabila terjadi celah. 15-60 % dari celah bibir dan

atau langitan disebabkan oleh syndrome sebagai manifestasi dari celah.

Syndrome yang umumnya dapat dihubungkan dengan terjadinya celah

langitan adalah syndrome Apert’s, Stickler's dan Treacher Collins, sedangkan

syndrome Van der Woudes dan Waardenberg berhubungan dengan terjadinya

celah bibir dengan atau tanpa celah langitan.4,5

Teori Pewarisan Kromosom

Sifat individu baru ditentukan oleh gen-gen spesifik di kromosom yang

diwarisi dari ayah dan ibunya. Manusia memiliki sekitar 35.000 gen di kromosom.

Gen-gen di kromosom yang sama cenderung di wariskan bersama dan karenanya

dikenal sebagai libked genes (gen terkait). Di sel somatik , kromosom tampak

Page 4: Hubungan Kelainan Kongenital Dengan Genetik

sebagai 23 pasangann homolog untuk membentuk jumlah diploid , yaitu 46.

Terdapat 22 pasangan kromosom yang sepadan, otosom, dan satu pasang seks.

Jika pasangqannya adalah XX, individu secara genetis adalah wanita. Jika

pasangannya adalah XY, individu secarqa genetis adalah pria. Satu kromosom

dari setiap pasangan berasal dari gamet ayah (sperma). Karena itu, setiap gamet

mengandung haploid, yaitu 23 kromosom, dan penyatuan kedua gamet saat

fertilisasi memulihkan jumlah diploid (46).1,3

Abnormalitas Klinik Karena Kromosom

Kromosom terbntuk oleh DNA dan kompleks protein lain dan

mengandung kebanyakan informasi genetik yang diwariskan dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Kelainan kromosom terjadi pada sekitar 0,4% kelahiran

hidup. Anomali ini merupakan penebab penting retardasu mental dan anomali

kongenital. Anomali kromosom terjadi dengan frekuensi yang jauh tinggi pada

aborsi spontan dan lahir mati. Anomali kromosom mencakup kelainan pada

jumlah dan struktur kromosom.1

Kelainan Jumlah Kromosom

Aneuploidi dan Poliploidi

Bila suatu sel manusia memiliki 23 kromosom disebut sel haploid

(yaitu pada sel telur atau sel sperma). Setiap jumlah kromosom

yang dengan tepat merupakan kelipatan jumlah sel haploid (misal

46, 69, 92, pada manusia) disebut euploid. Sel euploid dengan

jumlah kromosom sel diploid 46 kromosom disebut sel poliploid.

Pembuahan poliploid biasanya tidak hidup. Namun poliploid ini

biasa terdapat dalam bentuk mosaik (lebih dari satu deret sel), yang

memungkinkan terus hidup. Sel dengan 3 set kromosom disebut

dengan triploid dan sering terlihat pada materi abortus dan kadang-

kadang pada orang yang masih hidup, biasanya dalam bentuk

mosaik. Sel yang menyimpang dari kelipata haploid disebut

Page 5: Hubungan Kelainan Kongenital Dengan Genetik

aneuploid (tidak euploid), menunjukan kromosom ekstra seperti

pada trisomi.1

Trisomi

Kelainan dalam jumlah kromosom yang paling sering dijumpai

adalah trisomi. Ini terjadi bila ada 3 gambaran kromosom

disamping 2 kromosom biasa. Trisomi biasanya terjadi akibat

meiosis tidak bersambung (kegagalan pasangan kromosom untuk

memisahkan diri). Kebanyakan individu dengan trisomi

memperlihatkan fenotip spesifik dan konsisten tergantung pada

kromosom yang terlibat. Trisomi yang paling sering terjadi dan

paling diketahui manusia adalah trisomi 21 atau sindrom down.

Trisomi kromosom 18 dan 13 juga relatif sering dikaitkan dengan

serangkaian anomali kromosom genital serta retardasi mental khas.

Sindrom Down pertama kali dijelaskan pada tahun 1866, namun

penyebabnya belum diketahui hingga tahun 1959, ketika Lejune

dan Turpin berhasil menunjukan bahwa individu ini membawa 47

kromosom, kromosom ekstra ditandakan pada saat sebagai

kromosom 21. Lebih dari separuh pembuahan trisomi 21

mengalami keguguran pada awal kehamilan. Kejadian trisomi 21

meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Pada wanita usia

dibawah 35 tahun, kadar α-fetoprotein serum ibu lebih rendah,

estriol tidak terkonyugasi menurun, dan gonadotropin korionik

manusia meningkat ketika bila ada down sindrom pada janin.

Kombinasi ukuran tersebut efktif skrining untuk prenatal.

Meningkatnya resiko trisomi 21 pada wwanita diatas 35 tahun

merupakan petunjuk untuk dilakukannya pengambilan sampel

amniosemtesis atau villus-korionik serta analisis kromosom

sebagai cara untuk mendeteksi down sindrom jani.1

Translokasi Sindrom Down

Page 6: Hubungan Kelainan Kongenital Dengan Genetik

Semua individu denga sindrom down memiliki 3 salinan

kromosom 21. Sekitar 95% memiliki salinan kromosom 21 saja.

Sekitar 1% individu bersifa mosaik dengan beberapa sel normal.

Sekitar 4% penderita down sindrom mengalami translokasi pada

kromosom 21. Terdapat 9% anak dengan down sindrom yang

dilahirkan oleh ibu di bawah usia 30 tahun. Setengah dari

translokasi lagi muncul pada individu yang terkena, sedang

separuh lagi diwariskan dari translokasi orang tua pengidap. Orang

tua yang merupakan ppengidap translokasi kromosom 21

menghasikan 3 tipe keturunan hidup; fenotip dan kariotip normal,

pengidap translokasi secara fenotip normal, dan translokasi trisomi

21. Kebanyakan translokasi yang menyebabkan down sindrom

merupakan gabungan pada sentromer antara kromosom 13, 14, 15,

atau 21t (21q,21q). Fenotip pada translokasi sindrom down reguler

dengan trisomi 21 tidak dapa dibedakan. Studi kromosom harus

dilakukan pada tiap individu sindrom down. Jika suatu translokasi

berhasil diidentifikasi, studi orang tua harus dilakukan untuk

mengidentifikasi individu normal dengan resio tinggi mendapatkan

anak abnormal.1

Trisomi Kromosom serta Tanda Klinisnya

Page 7: Hubungan Kelainan Kongenital Dengan Genetik

Sindrom Insidensi Manifestasi Klinik

Trisomi 13,

Sindrom Patau

1/20.000 Kelahiran Bibir Sumbing, Jari-jari fleksi

dengan polidaktili; Hemagioma

dahi atau leher; Hidung lebar,

telinga mengalami malformasi

letak rendah, tengkorak abnormal

kecil, malformasi otak,

mikroftalmia; malformasi jantung;

iga hipoplastik atau tidak ada;

anomali viseral dan genital.

Trisomi 18,

Sindrom Edward

1/8.000 Kelahiran BB lahir rendah, tinju tertutup

dengan jari telunjuk menumpang

pada jari ke-3 dan ke-5

menumpangi ke-4, pinggul sempit

dengan abduksi terbatas; kaki

dengan telapak rata; mikrosefali;

mikrognatia; malforasi jantung dan

ginjal serta retardasi mental; 95%

kasus meninggal pada umur 1

tahun.

Trisomi 21,

Sindrom Down

1/600-800 Kelahhiran Hipotonia, muka datar, fisur

palpebra keatas dan miring, lipatan

epikantus, iris bernoda (bintik

Brushfield); berbagai tingkat

retardasi mental, displasia pelvis,

malformasi jantung, lipatan simian;

tanggan pendek dan lebar,

hipoplasia falanks tenah jari

kelima, atresia intestinum,

lengkung palatum tinggi, 5%

penderita down sindrom adalah

Page 8: Hubungan Kelainan Kongenital Dengan Genetik

translokasi –t (14q21q), t(15q21q),

t(13q21q)- dimana fenotipnya

serupa dengan trisomi 21 down

sindrom.

Trisomi 8,

Mosaikisme

Muka panjang, dahi tinggi

menonjol, hidung menghadap ke

atas lebar, bibir bawah tebal

menonjol, mikroretrognatia, telinga

rendahm lengkung palatum tinggi

kadang-kadang bercelah. Anomali

osteoartikuler lazim, mental

retardasi sedang

Sumber : Nelson Ilmu Kesehatan Anak . halaman 392

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Hubungan Kelainan Kongenital Dengan Genetik

1. Arvin. Behrman. Kliegman. Nelson Ilmu Kesehatan Anak . Edisi 15.

Vol.1. Terjemahan : Prof. DR. dr. A. Samik Wahab, Sp.A(K). Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000: 375, 385, 389-393

2. Dewi Safrina. Rahayu Indriati dwi. Modul Pembelajaran Kelainan

Kongenital. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2013

3. Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Terjemahan :

Brahum U. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009; 15-19, 129

4. Pujiastutu Nurul. Hayati Retno. Perawatan Celah Bibir dan Langit Pada

Anak Usia 4 Tahun. Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (3): 232-

238

5. Sianita Pricillia Priska. Alawiyah Tuti. Kelainan Celah Bibir Serta Langit-

langit dan Permasalahannya Dalam Kaitan dengan Interaksi Sosial dan

Perilaku. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM(B).

2011

6. Haryuti Sri. Teknik Operasi Celah Bibir dan Langi-langit yang Digunakan

di Sulawesi Selatan Pada Tahun 2010-2013. Skripsi. Universitas

Hasanuddin. 2013

7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31860/4/Chapter

%20II.pdf diakses pada tanggaal 3 febuari 2015.