hubungan kecerdasan emosional dan minat dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT DENGAN
PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Dewi Kurnia Sari
11140162000006
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBARPENGESAHAN
Skripsi berjudill Hubungan Kecerdasan Emosional dan Mmat dengan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Kimia disusun oleh Dewi Kurnia Sari
Nomor Induk Mahasiswa 11140162000006, diajukan kepada Fakultas llmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan
LULUS dalam Ujian Munaqosah pad~ laftggal 17 Oktobet- 2019 di hadar,an dcwan
penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam
bidang pendidikan kimfa.
Jakarta, 22 Oktober 2019
Kefua Parutia
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal
Burhanudin Milama, M.Pd N1P. 19110201 200801 l 01 l
13/t, -u t ?·
Penguji I
Tanili Feronilta, M,Pa NIP. 19760107 200501 1 007
Penguji II
Buchori Muslim, M,Pd NiDN. 2021028902
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syatif Hiday:atullah Jakarta
. ;.--::-----....:_,_,,
.,1, \ rin M.A
:, ~ 11 I t0 · 19199803 '.t 001
Tanda Tangan
~
ii
iii
iv
ABSTRAK
Dewi Kurnia Sari (11140162000006). Hubungan Kecerdasan Emosional dan
Minat dengan Prestasi Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kimia. Skripsi,
Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Prestasi peserta didik yang rendah pada kimia disebabkan karena emosi negatif
dan minatnya yang kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara kecerdasan emosional dan minat dengan prestasi peserta didik dalam mata
pelajaran kimia. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik di SMAN 2
Tangerang dan SMAN 6 Tangerang dengan jumlah sampel sebanyak 302. Teknik
penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang
digunakan adalah korelasi. Hasil penelitian menunjukan: (1) Kecerdasan
emosional dan minat memiliki hubungan dengan prestasi peserta didik, dengan
nilai koefisien korelasi ganda Pearson Correlation yaitu 0,299. (2) Kontribusi dari
variabel kecerdasan emosional dan minat menyumbang 8,94% sebagai faktor
yang memiliki hubungan dengan prestasi peserta didik pada mata pelajaran kimia.
Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Kesulitan Belajar, Minat, Mata
Pelajaran Kimia, Prestasi
v
ABSTRACT
Dewi Kurnia Sari (11140162000006). Relationship Between Emotional
Intelligence and Interest with Student Learning Outcome in Chemistry Subject.
Essay. Chemical Education Program. Faculty of Tarbiya and Teacher
Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
Low student learning outcome in chemistry is caused by negative emotions and
little interest. This study aims to determine the relationship between emotional
intelligence and interests with student learning outcome in chemistry subjects.
The study population was all students in SMAN 2 Tangerang and SMAN 6
Tangerang with a total sample of 302. The technique of determining the sample
was using purposive sampling. The data analysis technique used is correlation.
The results showed: (1) Emotional intelligence and interest have a relationship
with student learning outcome, Pearson Correlation is 0.299. (2) The coefficient
determination of emotional intelligence and interest accounts for 8.94% as a
factor that has a relationship with student learning outcome in chemistry.
Keywords: Emotional Intelligence, Interest, Learning Difficulties, Student
Learning Outcome, Subjects Chemistry
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa
Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan
Kecerdasan Emosional dan Minat dengan Prestasi Peserta didik pada Mata
Pelajaran Kimia”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus,
ikhlas, dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku ketua Jurusan Pendidikan Kimia,
semoga Allah SWT selalu melimpahkan kesehatan dan keberkahan kepada
Bapak.
4. Tonih Feronika, M.Pd., selaku pembimbing akademik dan sekretaris
Jurusan Pendidikan Kimia yang telah memberikan bimbingan, waktu,
perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis selama perkuliahan
berlangsung. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan berkah
dan kesehatan kepada Bapak.
5. Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktu, memberikan nasihat, saran, dukungan dan
motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran selama proses
bimbingan penulisan skripsi. Semoga Allah senantiasa memberikan
keberkahan hidup kepada Ibu.
6. Luki Yunita, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktu, memberikan nasihat, saran, dukungan, dan motivasi
kepada penulis dengan penuh kesabaran selama proses bimbingan
vii
penulisan skripsi. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan dan
keberkahan kepada Ibu.
7. Dila Fairusi, M.Si., selaku dosen validator ahli yang telah memvalidasi
instrumen penelitian dan memberikan kritik & saran yang membangun
kepada penulis.
8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen
Jurusan Pendidikan Ilmu Kimia yang telah memberikan segala ilmu baik
pengetahuan dan moral selama perkuliahan.
9. Prastowo, M.Pd., selaku Kepala SMAN 7 Tangerang dan Ibu Emma
selaku pembina kepeserta didikan SMAN 7 Tangerang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan validasi empirik
intrumen penelitian.
10. Hj. Herawati, M.Pd., selaku Kepala SMAN 6 Tangerang dan Yanner
Hutabarat, S.Pd., selaku pembina kepeserta didikan SMAN 6 Tangerang
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengambil data
penelitian.
11. Kukuh Wahyudi., M.Pd selaku Kepala SMAN 2 Tangerang, dan Bapak
Sudaryanto, S.Pd., selaku guru kimia di SMAN 2 Tangerang yang telah
meberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.
12. Teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang tua yaitu Sutiyarti dan
Husin yang telah memberikan dukungan penuh baik dukungan secara
moril dan materil demi keberhasilan penulis. Tidak akan cukup ucapan
terima kasih penulis untuk mama dan bapak, semoga Allah SWT yang
senantiasa membalas semua pengorbanan mama dan bapak, memberikan
limpahan keberkahan, dan mempermudah segala urusan mama dan bapak
baik urusan dunia maupun akhirat.
13. Aditya Rahadian, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
dan memberikan bantuan kepada penulis selama perkuliahan dan
penulisan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikanmu dan
menantiasa memberikan keberkahan.
viii
14. Widya Mawardani, Ghina Fadhilah Karamina, Dalva Novela, Rahmawati
Fauziah, Dewitri Ulfha Ratnasari, Dinnah Raihannah, Erna Budiati, dan
Lalita Sari, sebagai teman yang termasuk dalam kelompok cabai Wal Asri
dan ikut memberikan bantuan moril dan materil, masukan, kritik, saran,
dan bantuan kepada penulis selama perkuliahan hingga sekarang. Semoga
Allah memberikan kemudahan urusan dunia & akhirat serta memberikan
keberkahan hidup kepada kalian.
15. Utawati dan Ilham Mahardika selaku teman seperjuangan penulis karena
memiliki tema skripsi yang sama dan telah memberikan banyak dukungan
dan saran.
Semoga Allah membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran mengenai
penelitian ini yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi banyak pihak serta secara umum bagi
pemberdayaan dan peningkatan Pendidikan berkualitas untuk generasi masa
depan. Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 9 Oktober 2019
Penulis
Dewi Kurnia Sari
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ........................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
B. Pembatasan Masalah ........................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 7
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 7
1. Pengertian Kecerdasan Emosional ..................................................... 7
a. Aspek Kecerdasan Emosional ...................................................... 8
b. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi ................. 10
c. Mengembangkan Kecerdasan Emosional Peserta didik ......... 11
2. Pengertian Minat ................................................................................ 12
a. Aspek Minat ................................................................................. 13
b. Hubungan Minat dengan Prestasi .............................................. 16
c. Meningkatkan Minat Peserta Didik ........................................... 17
3. Prestasi Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kimia ....................... 18
x
4. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Minat, dan Prestasi
Peserta didik pada Mata Pelajaran kimia ....................................... 20
B. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 21
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 23
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 27
B. Metode Penelitian ............................................................................... 27
C. Variabel Penelitian ............................................................................. 27
D. Alur Penelitian .................................................................................... 28
E. Populasi dan Sampel .......................................................................... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30
G. Instrumen Penelitian .......................................................................... 31
H. Uji Coba Instrumen ........................................................................... 33
I. Teknik Analisis Data .......................................................................... 37
J. Hipotesis Statistik ............................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 43
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 43
1. Deskripsi Statistik ....................................................................... 43
2. Uji Hipotesis ................................................................................. 51
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 61
Daftar Pustaka ................................................................................................ 62
Lampiran ........................................................................................................ 66
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Alternatif Jawaban untuk Angket Kecerdasan
Emosional dan Minat Peserta didik ............................................................. 32
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional ................................ 32
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Minat Peserta didik Terhadap Kimia ....... 33
Tabel 3.4 Butir Pernyataan Gugur Angket Kecerdasan Emosional ......... 35
Tabel 3.5 Pernyataan Gugur Pada Angket Minat Pada Kimia ................. 36
Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ....... 36
Tabel 3.7 Tabel Kategori Variabel ............................................................... 37
Tabel 3.8 Interpretasi Skor Aspek Kecerdasan Emosional Dan Minat .... 38
Tabel 3.9 Tabel Interpretasi r ....................................................................... 41
Tabel 4.1 Hasil Angket Kecerdasan Emosional .......................................... 43
Tabel 4.2 Kategorisasi Data Hasil Angket Kecerdasan Emosional ........... 44
Tabel 4.3 Hasil Angket Minat Peserta Didik ............................................... 44
Tabel 4.4 Kategorisasi Data Hasil Angket Minat ........................................ 45
Tabel 4.5 Nilai PAS Peserta Didik ................................................................ 46
Tabel 4.6 Kategorisasi Data Prestasi ............................................................ 46
Tabel 4.7 Persentase Aspek Kecerdasan Emosional Dan Minat ............... 47
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................ 49
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas .................................................................. 50
Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas Variabel ...................................................... 51
Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Ganda Variabel X1 dan X2 dengan Y ......... 51
xii
xii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 25
Gambar 3.1 Alur Penelitian .......................................................................... 29
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Kisi-Kisi Instrumen Angket 1 .................................. 67
Lampiran 2. Lembar Kisi-Kisi Instrumen Angket 2 .................................. 68
Lampiran 3. Lembar Validasi Angket Kecerdasan Emosional ................. 69
Lampiran 4. Lembar Validasi Angket Minat ............................................... 74
Lampiran 5. Hasil Validasi Empirik Angket Kecerdasan Emosional . ..... 78
Lampiran 6. Hasil Uji ReliabilitasAngket Kecerdasan Emosional ............ 85
Lampiran 7. Hasil Validitas Empirik Angket Minat ................................... 87
Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Angket Minat ........................................ 93
Lampiran 9. Nilai PAS Kimia SMAN 2 Tangerang..................................... 95
Lampiran 10. Nilai PAS Kimia SMAN 6 Tangerang................................... 99
Lampiran 11. Tabulasi Angket Kecerdasan Emosional ........................... 101
Lampiran 12. Tabulasi Angket Minat ........................................................ 108
Lampiran 13. Lembar Perhitungan Deskripsi Data ................................. 115
Lampiran 14. Lembar Uji Prasyarat Data (Uji Normalitas) .................... 117
Lampiran 15. Lembar Uji Prasyarat Data (Uji Homogenitas) ................. 119
Lampiran 16. Lembar Uji Prasyarat Data (Uji Linieritas)....................... 121
Lampiran 17. Lembar Uji Hipotesis............................................................ 122
Lampiran 18. Lembar Uji Referensi ........................................................... 125
Lampiran 19. Surat Bimbingan Skripsi ...................................................... 138
Lampiran 20. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................ 140
Lampiran 21. Contoh Pengisian Angket ..................................................... 143
Lampiran 22. Dokumentasi .......................................................................... 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan peserta didik menempuh pendidikan adalah adanya perubahan diri
pada peserta didik yang bersifat positif sebagai hasil dari proses belajar. Seperti
yang dikemukakan oleh Syah (2014) perubahan yang terjadi pada diri peserta
didik setelah melakukan proses belajar memiliki ciri khas karena bersifat
disengaja, memiliki manfaat karena merupakan hasil usahanya sendiri, serta
memiliki pengaruh dan mendorong peserta didik untuk melakukan perubahan
baru. Perubahan positif pada anak setelah menempuh pendidikan harus sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia yang tertera pada Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 1 yaitu:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan undang-udang tersebut, peserta didik dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang luas, perubahan positif dalam kepribadiannya, dan
keterampilan yang mumpuni sebagai hasil dari proses belajar yang telah ditempuh
peserta didik di sekolah. Seiring dengan berkembangnya zaman, salah satu tujuan
dari pendidikan abad 21 adalah mengkonstruk kembali minat peserta didik pada
bidang sains Akram, Ijaz, & Ikram (2017). Kimia merupakan cabang dari sains
dan termasuk pelajaran yang sulit karena terdiri dari beberapa materi yang
memiliki keabstrakan, diantaranya konsep atom, reaksi oksidasi reduksi, dan
penyetaraan reaksi. Karena konsepnya yang bersifat abstrak membuat peserta
didik tidak tertarik untuk mempelajari kimia sehingga mengalami kesulitan untuk
memahami konsep yang ada di dalam mata pelajaran tersebut (Fatmawati,
Rizmahardian, & Kurniati, 2019). Akibat yang terjadi adalah prestasi peserta
didik pada mata pelajaran kimia rendah karena kesulitan belajar yang dialami
2
peserta didik. Selain itu, faktor yang menyebabkan peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami kimia, adalah kurangnya minat dan perhatian peserta
didik pada saat proses pembelajaran kimia berlangsung (Yakina, Kurniati, &
Fadhilah, 2017). Kesulitan belajar peserta didik muncul karena tidak adanya minat
untuk mempelajari kimia, sehingga mengakibatkan prestasi peserta didik pada
mata pelajaran kimia rendah.
Faktor yang cukup penting sebagai penunjang prestasi peserta didik yang
tinggi pada mata pelajaran kimia adalah minat peserta didik pada mata pelajaran
tersebut dan kesediaan peserta didik untuk mempelajarinya, hal ini karena minat
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar anak (Slameto, 2010). Fakta ini
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat korelasi
yang kuat antara minat belajar peserta didik dengan prestasi kimia peserta didik
kelas X (Rozikin, Amir, & Rohiat, 2018). Apabila peserta didik memiliki minat
pada suatu mata pelajaran, peserta didik akan berusaha keras untuk
mempelajarinya dengan baik. Sebaliknya, jika peserta didik tidak berminat pada
suatu mata pelajaran, peserta didik tidak akan belajar dengan baik karena tidak
memiliki ketertarikan untuk mempelajari lebih dalam (Riwahyudin, 2015). Oleh
karena itu, minat peserta didik terhadap mata pelajaran kimia akan sangat
mempengaruhi prestasinya sebagai hasil dari upaya peserta didik untuk
memahami kimia.
Pada umumnya, peserta didik yang tidak berminat pada suatu mata pelajaran,
tidak akan memaksimalkan konsentrasinya karena pelajaran tersebut dianggap
tidak menarik. Suasana hati atau emosi peserta didik pada saat belajar memiliki
pengaruh terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu, peserta didik harus
memiliki emosi yang positif pada saat belajar. Emosi yang positif sangat
dibutuhkan peserta didik karena dapat mendorong peserta didik untuk
berkonsentrasi pada saat belajar kimia di kelas maupun saat mengerjakan tugas
kimia di rumah. Emosi yang positif dapat dikuasai peserta didik apabila peserta
didik mampu memiliki kesadaran akan apa yang penting bagi dirinya dan mampu
menguasai emosi dengan baik. Oleh sebab itu, kecerdasan emosional peserta didik
penting untuk dikembangkan. Selama ini, sistem pendidikan yang berjalan di
3
sekolah masih menekankan Intelligence Quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual
sebagai simbol kecerdasan anak (Rambe, Hasanah, & Chairunnisa, 2017). Oleh
karena itu, masih banyak orang yang menganggap jika anak memiliki kecerdasan
intelektual yang tinggi, pasti anak tersebut akan menjadi orang yang sukses di
masa depan dibandingkan dengan anak yang memiliki kecerdasan intelektual
yang rendah. Namun, menurut Goleman (2007), Inteligence Quotient (IQ) hanya
mampu menyumbang 20% sebagai faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
hidup seseorang.
Dalam hal kegiatan belajar di sekolah, anak yang memiliki kecerdasan
intelektual tinggi, memiliki sikap yang buruk sehingga kepintarannya tidak
memiliki manfaat untuk dirinya maupun untuk orang lain (Marwaha, 2015). Hal
ini membuktikan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) bukan lagi menjadi satu-
satunya simbol kecerdasan dan penentu keberhasilan hidup peserta didik. Orang
tua dan guru sebaiknya dapat memfasilitasi pengembangan kecerdasan emosional
anak dengan baik sehingga tidak hanya berfokus pada peningkatan kecerdasan
intelektualnya saja. Karena, banyak faktor yang memiliki hubungan dengan
keberhasilan anak di sekolah, salah satunya yaitu kecerdasan emosional. Peserta
didik yang baru memasuki jenjang SMA harus memulai adaptasi di lingkungan
baru yang membuat tidak sedikit peserta didik mengalami perasaan tertekan. Hal
ini disebabkan karena peserta didik harus menyesuaikan diri dengan sistem
pendidikan, sistem pembelajaran, dan lingkungan sosial yang terbilang baru untuk
peserta didik kelas X. Oleh karena itu, kecerdasan emosional penting untuk
pengembangan kepribadian anak dan berkontribusi pada prestasi peserta didik.
Selain penting untuk pengembangan pribadi peserta didik, kecerdasan emosional
ini memiliki hubungan dengan prestasi peserta didik, seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pratama & Corebima (2016) yang menyebutkan bahwa kecerdasan
emosional memiliki kontribusi terhadap prestasi peserta didik SMA pada mata
pelajaran biologi. Artinya, kecerdasan emosional tidak kalah penting sebagai
faktor yang ikut menentukan kesuksesan peserta didik dalam meraih prestasi yang
baik di sekolah (Marwaha, 2015).
4
Kesimpulan dari latar belakang penelitian adalah indikasi bahwa kecerdasan
emosional dan minat memiliki hubungan dengan keberhasilan belajar peserta
didik dalam mata pelajaran kimia. Hal ini disebabkan karena kecerdasan
emosional dan minat bertindak sebagai faktor psikologis yang mempengaruhi
prestasi peserta didik di sekolah. Selain kecerdasan intelektual, pengembangan
kecerdasan emosional anak tidak kalah penting untuk diperhatikan orang tua dan
murid, sehingga emosi yang akan menyertai peserta didik pada saat belajar kimia
adalah emosi yang positif. Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti ingin
mengetahui ada atau tidaknya hubungan kecerdasan emosional dan minat peserta
didik yang baru mempelajari mata pelajaran kimia secara mendalam yaitu peserta
didik kelas X dengan prestasinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
tertarik untuk mengambil judul “Hubungan Kecerdasan Emosional dan Minat
dengan Prestasi Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kimia”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah
sebagai berikut:
a) Prestasi peserta didik pada mata pelajaran kimia rendah.
b) Minat peserta didik pada kimia yang rendah, karena peserta didik
mengalami kesulitan belajar kimia.
c) Konsentrasi peserta didik yang tidak maksimal pada saat pembelajaran
kimia berlangsung karena emosinya yang tidak positif.
d) Kecerdasan emosional peserta didik yang belum dikembangkan karena
kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) masih dianggap
sebagai simbol kecerdasan dan kesuksesan peserta didik.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini yaitu
a) Penelitian dibatasi pada variabel kecerdasan emosional dan minat peserta
didik kelas X pada mata pelajaran kimia.
5
b) Aspek kecerdasan emosional menggunakan aspek kecerdasan emosional
dari Hamzah Uno dalam bukunya yang berjudul Orientasi Baru dalam
Psikologi Pembelajaran. Aspek yang digunakan ada empat yaitu kesadaran
diri, pengaturan diri, empati dan keterampilan sosial
c) Aspek minat peserta didik pada kimia menggunakan aspek minat pada
penelitian yang berjudul Exploring Student Declaining Interest in
Chemistry yang dilakukan oleh Akram, Ikram, & Ijaz.
d) Prestasi peserta didik yang digunakan berfokus pada aspek kognitif yaitu
nilai penilaian ujian akhir (PAS) semester pada mata pelajaran kimia
semester 1.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a) Apakah kecerdasan emosional dan minat memiliki hubungan dengan
prestasi peserta didik pada mata pelajaran kimia?
b) Apakah kecerdasan emosional dan minat memiliki kontribusi terhadap
prestasi siswa pada mata pelajaran kimia?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan minat peserta
didik dengan prestasinya.
b) Mengetahui kontribusi yang diberikan oleh kecerdasan emosional dan
minat terhadap prestasi siswa pada mata pelajaran kimia.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari secara teoritik dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a) Bagi peneliti, yaitu sarana untuk menambah wawasan dan sebagai wujud
pengembangan berpikir dalam penerapan ilmu pengetahuan secara teoritis
yang telah dipelajari oleh peneliti di bangku kuliah. Selain itu, dapat
6
mengetahui kaitan antara kecerdasan emosional dan minat dengan prestasi
peserta didik pada mata pelajaran kimia.
b) Bagi sekolah, yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan
informasi serta referensi tambahan untuk memberikan variasi pengajaran
dalam rangka peningkatan prestasi belajar.
c) Bagi peserta didik, yaitu dapat menjadi tambahan pengetahuan bahwa
penting untuk dapat menumbuhkan kecerdasan emosional dan minat demi
keberhasilan belajar di sekolah dan kesuksesan hidup di masa mendatang.
Adapun manfaat penelitian secara praktik adalah sebagai berikut:
a) Bagi peneliti, dapat mempraktikan gaya mengajar yang menyenangkan
dan mementingkan emosi positif siswa dalam belajar kimia, setelah terjun
langsung ke lapangan.
b) Bagi sekolah, dapat meningkatkan pembinaan guru untuk memiliki
kemampuan konseling sebagai layanan untuk semua peserta didik.
c) Bagi siswa, dapat melatih diri untuk mengintegrasikan kecerdasan emosi
dan minat dalam belajar kimia.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
menyerap, mengolah, mengekspresikan, dan mengembangkan berbagai hal
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kecerdasan dapat
diartikan juga sebagai kemampuan berpikir (Uno, 2010). Suralaga & Solicha
(2010) menjelaskan pengertian dari kecerdasan merupakan kemampuan psiko-
fisik seseorang dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar melalui cara yang tepat. Dari pengertian kecerdasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan seseorang
dalam menyerap informasi baru dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Kecerdasan bukan hanya sebatas pada kecerdasan intelektual yang dapat
diukur dengan menggunakan tes intelegensi saja, namun kecerdasan juga
menggambarkan kemampuan peserta didik di berbagai bidang. Contohnya
adalah kecerdasan di bidang seni, olahraga, komunikasi, spasial, dan cinta
lingkungan (Uno & Umar, 2009).
Emosi tidak lagi dipandang sebagai suatu penghambat dalam kehidupan,
melainkan sebagai sumber dari kecerdasan dan kepekaan yang berperan dalam
perkembangan untuk menalar dengan baik. Goleman menyatakan bahwa
emosi merupakan serangkaian kecenderungan seseorang secara biologis dan
psikologis untuk bertindak (Khodijah, 2014). Emosi merupakan perasaan yang
berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Selain itu, emosi juga menjadi
reaksi seseorang dalam menanggapi rangsangan dari luar atau dari dalam diri
seseorang (Suralaga & Solicha, 2010). Dari pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa emosi merupakan sebuah pikiran dan perasaan seseorang
untuk melakukan suatu tindakan. Keadaan emosi dapat mempengaruhi
produktivitas sistem tubuh. Apabila seseorang secara emosional terganggu,
maka akan terjadi pengurangan produktivitas tubuh secara signifikan. Kondisi
8
yang sama terjadi dalam suasana pembelajaran. Artinya, pembelajaran akan
tidak efektif apabila emosional anak terganggu (Darmasyah, 2010).
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang dalam
mengelola emosi dirinya dengan baik, mengekspresikan emosi diri dengan
cara yang tepat, dan mampu membina hubungan dengan orang lain. Dengan
kata lain, kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk
mengelola emosinya secara sehat (Khodijah, 2014). Pengertian lain dari
kecerdasan emosional berdasarkan Salovey & Mayer dalam Mubayidh (2010)
adalah suatu kecerdasan sosial yang memiliki kaitan dengan kemampuan
seseorang dalam memantau dan membedakan emosi dirinya maupun emosi
orang lain sehingga bermanfaat untuk mengarahkan pola pikir dan
perilakunya. Patton dalam Riyanto (2014) menyebutkan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan individu untuk mengelola emosinya secara
efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, membina hubungan yang
produktif terhadap orang lain, serta meraih keberhasilan. Berdasarkan
beberapa pengertian dari kecerdasan emosional di atas, dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk
mengelola emosi diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain dan
berhadapan dengan berbagai situasi tanpa mengubah tujuannya untuk
mencapai keberhasilan hidup.
a. Aspek Kecerdasan Emosional
Kecerdasan intelektual atau Inteligence Quotient (IQ) hanya mampu
menyumbang 20% faktor yang dapat membuat hidup seseorang sukses,
sedangkan sisanya yaitu 80% disumbangkan oleh faktor-faktor lain (Goleman,
2007) salah satunya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional
memiliki beberapa aspek. Aspek kecerdasan emosional yang digunakan pada
penelitian ini menyadur aspek kecerdasan emosional dalam buku yang
berjudul Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran yang ditulis oleh
Hamzah Uno. Aspek kecerdasan emosional tersebut ada empat yaitu
kesadaran diri, pengaturan diri, empati, dan keterampilan sosial (Uno, 2010),
9
berikut penjelasan dari keempat aspek kecerdasan emosional yang digunakan
pada penelitian ini:
a) Kesadaran Diri
Aspek ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Kemampuan untuk
memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi
wawasan psikologi serta pemahaman diri. Orang yang meyakini
perasaannya akan lebih mampu mengendalikan kehidupan mereka. Hal ini
dikarenakan mereka mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan
mereka yang sesungguhnya sehingga mampu mengambil keputusan baik
yang berkaitan dengan masalah pribadi. Sub indikator dari aspek
kesadaran diri peserta didik meliputi kesadaran emosi, penilaian diri,
percaya diri,
b) Pengaturan Diri
Aspek ini berkaitan dengan kemampuan dalam menangani emosi diri.
Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan
terus menerus bertarung melawan murung. Sementara mereka yang pintar
dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan
kejatuhan dalam hidup. Sub indikator dari pengaturan diri meliputi kendali
diri, sifat dapat dipercaya, adaptabilitas, dan inovasi
c) Empati
Orang yang empatik akan mampu mengenali sinyal-sinyal sosial yang
mengisyaratkan apa saja yang orang lain kehendaki atau butuhkan. Empati
merupakan kemampuan yang ada pada seseorang untuk mengenali emosi
diri dan memahami emosi orang lain, baik emosi senang, sedih, positif,
maupun negatif. Sub indikator dari aspek empati ada dua yaitu memahami
orang lain dan mengatasi keragaman.
10
d) Keterampilan Sosial
Dapat juga disebut sebagai seni membina hubungan merupakan
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan
keberhasilan antarpribadi. Orang yang hebat dalam keterampilan ini akan
sukses dalam bidang apapun aspek ini memiliki sub indikator komunikasi
dan pengaruh (Goleman, 2007).
b. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi
Pembelajaran yang baik, harus dimulai dengan menciptakan emosi yang
positif di dalam diri peserta didik, hal ini karena emosi positif dapat
mempercepat proses belajar peserta didik. Berdasarkan struktur otak manusia,
otak manusia terdiri dari tiga bagian. Bagian otak yang berperan dalam proses
belajar adalah neokorteks. Apabila peserta didik yang sedang belajar
memiliki emosi yang positif, sel-sel syaraf akan mengirimkan impuls positif
ke neokorteks sehingga proses belajar pun terjadi. Emosi positif pada peserta
didik dapat diciptakan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
menciptakan lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar terdiri dari
lingkungan fisiologis dan lingkungan psikologis. Contoh dari lingkungan
fisiologis belajar adalah penataan kelas dan menggunakan alat bantu belajar
yang menarik. Contoh dari lingkungan psikologis belajar adalah penggunaan
musik yang lembut saat proses belajar. Berdasarkan penelitian, jenis musik
barok dan musik klasik mampu mempertahankan lingkungan belajar yang
optimal sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi peserta didik
(Khodijah, 2014).
Kecerdasan emosional memiliki hubungan yang erat dengan kesuksesan
anak di sekolah. Gottman dalam (Thaib, 2013), menyatakan bahwa seseorang
yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi memiliki
keterampilan untuk menenangkan diri sendiri, tidak mudah terserang
penyakit, lebih mudah untuk memusatkan perhatian, dan terampil dalam
mengadakan hubungan dengan orang lain, serta akademiknya di sekolah
11
menjadi lebih baik. Emosional selalu mendahului rasionalitas otak manusia
pada saat peristiwa yang dianggap penting terjadi dalam hidupnya. Oleh
karena itu, kecerdasan emosional penting untuk dikembangkan agar peserta
didik mampu menghadirkan emosi positif pada saat belajar kimia di sekolah
maupun di rumah. Apabila peserta didik berhasil mencapai prestasi yang
gemilang, diharapkan peserta didik akan tetap mempertahankan prestasinya
tersebut sebagai bentuk perubahan positif dari prestasinya di sekolah.
Dalam lingkungan belajar yang semakin kompetitif, peserta didik dituntut
untuk mampu memiliki kemampuan yang baik dalam segala bidang ilmu.
Oleh karena itu, penting untuk mampu mengembangkan sikap dan kecerdasan
emosional yang bermanfaat untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang akan
dihadapi peserta didik di sekolah (Preeti, 2013). Kecerdasan emosional pada
peserta didik bermanfaat bagi dirinya untuk dapat mengubah emosi negatif
menjadi emosi positif yang berguna untuk menghadapi tantangan dan
kesulitan dalam belajar. Apabila kecerdasan emosional anak berkembang
dengan baik, emosi negatif contohnya rasa takut, marah, khawatir, atau
tertekan dalam proses belajar dapat dengan cepat berganti menjadi perasaan
penuh harap, kesediaan untuk bertanya dan bekerja sama (kooperatif) dengan
sesama teman.
c. Mengembangkan Kecerdasan Emosional Peserta didik
Kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap perilaku peserta didik.
Peserta didik akan berperilaku sesuai dengan emosinya. Apabila peserta didik
memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka peserta didik akan
berperilaku positif. Sebaliknya jika peserta didik memiliki kecerdasan emosi
yang rendah, maka perilaku peserta didik pun akan negatif. Peserta didik yang
memiliki kecerdasan emosional rendah dapat dilihat dari beberapa
perilakunya di kelas seperti tidak percaya dengan kemampuan sendiri, mudah
tersinggung jika dikritik, pesimis, sulit bergaul, dan merasa rendah diri. Hal
ini disebabkan karena peserta didik yang belum mampu menguasai dan
memahami kemampuan dirinya sendiri sehingga cenderung berperilaku
12
negatif. Peran guru sangat penting untuk dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik agar dapat memahami materi dengan baik. Selain itu
guru juga berugas untuk mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik
yang bermanfaat agar peserta didik tidak menunjukan perilaku negatif untuk
dirinya sendiri, kepada teman maupun kepada guru.
Metode yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan kecerdasan
emosional peserta didik sehingga peserta didik memiliki perilaku yang positif
dan percaya diri di kelas adalah dengan cara konseling client centered.
Konseling ini menekankan pada klien yaitu peserta didik untuk
mengungkapkan masalah yang paling penting dari dirinya dan menemukan
solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan utama dari konseling ini
adalah membuat peserta didik merasa terbuka dan mengarahkan peserta didik
untuk menuju tingkat aktualisasi diri yang lebih tinggi. Dengan demikian,
diharapkan peserta didik akan mampu bertanggung jawab pada dirinya sendiri
sehingga peserta didik akan mampu mengendalikan emosinya, karena
kecerdasan emosi menjadikan seseorang untuk mampu berpikir dengan baik
(Sutisna, Yusmansyah, & Andriyanto, 2018). Konseling client centered ini
diharapkan menjadi pendekatan yang dapat mengatasi masalah kecerdasan
emosi peserta didik karena memiliki pedoman yang jelas bagi guru dan
peserta didik. Dalam pembelajaran kimia, dengan pendekatan ini diharapkan
terjadi pembelajaran yang lebih efektif dan meningkatkan kecerdasan emosi
peserta didik yang berdampak pada meningkatnya prestasi peserta didik.
2. Pengertian Minat
Minat merupakan hubungan antar diri sendiri dengan sesuatu dari luar diri.
Peserta didik dapat mengekspresikan minatnya melalui pernyataan tentang
sesuatu hal yang disuka. Selain itu minat peserta didik juga dapat dilihat dari
partisipasinya dalam mengikuti suatu aktivitas. Minat seseorang tidak dibawa
sejak lahir, melainkan berkembang seiring berjalannya waktu (Djaali, 2018).
Minat dapat dijadikan sebagai sumber motivasi yang berfungsi untuk
mendorong seseorang melakukan sesuatu yang diinginkannya. Dengan adanya
13
minat, akan menambah kegembiraan pada diri anak ketika mereka melakukan
suatu kegiatan yang mereka senangi. Apabila anak berminat pada suatu
kegiatan, anak akan memiliki pengalaman yang menyenangkan. Jika anak
tidak merasa gembira saat sedang melakukan kegiatan, usaha anak tidak
maksimal atau hanya seperlunya saja, sehingga prestasinya jauh lebih rendah
dibandingkan kemampuan anak (Hurlock, 1978).
Minat merupakan emosi yang dimiliki oleh manusia. Minat ditunjukkan
dengan cara mengeksplorasi sesuatu dengan menggunakan panca indera.
Minat dapat dijadikan sebagai motivator peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga kreativitas dan kepintarannya dapat berkembang.
Dengan kata lain, minat merupakan dorongan untuk mengetahui sesuatu hal
dan mempertahankan perhatian seseorang pada suatu hal tersebut (Beaty,
2013). Djamarah (2015), menjelaskan pengertian dari minat merupakan
kecenderungan seseorang untuk menetap dalam mengenang beberapa
kejadian. Orang yang memiliki minat terhadap suatu aktivitas, akan
memperhatikan aktivitas tersebut secara konsisten dengan perasaan yang
senang. Dengan kata lain, minat merupakan suatu rasa tertarik seseorang
terhadap suatu hal atau fenomena tanpa ada orang yang menyuruh. Dapat
disimpulkan bahwa minat merupakan rasa tertarik sehingga seseorang
memusatkan perhatiannya untuk mengetahui suatu hal atau kejadian yang
timbul dari keinginan diri sendiri. Minat peserta didik terhadap kimia
merupakan kesediaan peserta didik untuk mempelajari kimia tanpa ada yang
menyuruh, karena timbul rasa tertarik untuk mengetahui berbagai hal yang
berkaitan dengan kimia.
a. Aspek Minat
Semua minat memiliki dua aspek yakni aspek kognitif dan aspek afektif.
Aspek kognitif didasarkan pada konsep yang dikembangkan anak mengenai
bidang yang berkaitan dengan minat. Contohnya, aspek kognitif dari minat
anak terhadap sekolah, yaitu apabila anak menganggap sekolah merupakan
tempat mereka untuk dapat belajar dan menemukan hal-hal baru sehingga
14
menimbulkan rasa ingin tahu anak. Selain itu sekolah dapat dijadikan sebagai
tempat anak untuk bergaul dengan teman sebayanya yang tidak ia dapat di
prasekolah. Minat anak terhadap sekolah akan berbeda (berkurang) apabila
sekolah terlalu menekankan frustasi dan pengekangan dari peraturan sekolah.
Konsep yang membangun aspek kognitif dari minat anak didasarkan atas
pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, sekolah, masyarakat,
serta dari berbagai media massa.
Aspek afektif merupakan konsep yang membangun konsep kognitif.
Aspek ini dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang menimbulkan
minat. Seperti hal nya aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari
pengalaman pribadi anak, sikap orang tua, guru, teman sebaya, kegiatan yang
berkaitan dengan minat, dan dari sikap yang dinyatakan langsung atau secara
tersirat dalam berbagai bentuk media massa. Sebagai contoh, anak yang
memiliki hubungan yang menyenangkan dengan gurunya akan menimbulkan
sikap yang positif terhadap sekolah. Karena pengalaman sekolahnya
menyenangkan, minat anak untuk sekolah semakin kuat (Hurlock, 1978).
Aspek minat yang digunakan pada penelitian ini mengadopsi aspek yang
digunaka pada penelitian yang berjudul Exploring Student Declining Interest
in Chemistry yang dilakukan oleh (Akram, Ijaz, & Ikram, 2017). Terdapat
tiga aspek minat pada penelitian ini yang dapat digunakan untuk mengetahui
minat peserta didik untuk mempelajari kimia. ketiga aspek tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
a) Sikap Peserta didik terhadap Mata Pelajaran Kimia
Sikap merupakan kecenderungan atau kesiapan untuk bertindak atau
merespon. Lebih dalam definisi dari sikap secara tegas dikemukakan oleh
Gordon Allport yaitu keadaan kesiapan mental dan susunan syaraf, yang
mempengaruhi secara dinamis terhadap respon individu atas semua objek
atau situasi yang saling berhubungan (Abror, 1993).
b) Peran Guru Kimia
15
Anak tidak seyogyanya dibiarkan begitu saja melakukan apa yang
diingankan. Anak harus diarahkan menuju kegiatan yang dapat
menimbulkan minat terhadap hal-hal yang bermanfaat. Oleh sebab itu,
sikap-sikap konstruktif dan objektif yang berkembang pada masa anak-
anak besar manfaatnya pada masa-masa berikutnya. Dalam hubungannya,
sikap orang tua, guru, atau tokoh masyarakat sangatlah penting. Mereka
harus memperlihatkan sekaligus menyadari bahwa sikapnya akan
dicontoh. Orang tua, guru ataupun tokoh masyarakat harus berhati-hati
dalam bersikap, agar sikap positif saja yang akan dilihat oleh anak (Abror,
1993).
Berdasarkan teori di atas, guru kimia harus bisa memperlihatkan sikap
yang positif pada saat mengajar di kelas. Hal ini karena peran guru kimia
dalam mengajar akan memperlihatkan bagaimana profesionalismenya.
Semakin baik keprofesionalan seorang guru dalam mengajar, akan
meningkatkan minat anak untuk belajar. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh To’at & Hidayah (2017) menyebutkan bahwa profesionalisme guru
ini memiliki pengaruh yang besar terhadap minat peserta didik terhadap
kimia
c) Profesi yang Berkaitan dengan Kimia
Jauh sebelum anak masuk sekolah, mereka mulai menunjukkan minat
pada pekerjaan masa mendatang. Minat ini timbul karena orang bertanya
pada mereka apa yang mereka ingin lakukan bila sudah dewasa (Hurlock,
1978). Minat anak terhadap profesi apa yang akan ia ambil di masa depan
dapat diarahkan melalui pembinaan yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan tempat anak bersekolah. Hal ini bertujuan agar peserta didik
menyadari dan memahami tentang pekerjaan apa yang akan diambil.
Belum banyak peserta didik yang menyetujui untuk memilih karir di
bidang sains. karena mereka menganggap bahwa pekerjaan di bidang sains
akan membatasi kreativitas. Minat anak untuk memilih pekerjaan di
bidang sains dapat dikembangkan, namun mungkin memerlukan jangka
16
waktu yang panjang (Akram et al., 2017). Oleh karena itu, untuk dapat
melihat apakah peserta didik memiliki minat terhadap karir di bidang sains
terutama kimia, dapat diketahui dengan menggunakan angket pernyataan
pada penelitian ini.
b. Hubungan Minat dengan Prestasi
Minat dapat mempengaruhi kualitas peserta didik dalam pencapaian
prestasinya. Apabila peserta didik memiliki minat terhadap bidang studi
tertentu, maka peserta didik akan lebih banyak memusatkan perhatiannya
dibandingkan dengan peserta didik lain. Karena pemusatan perhatian peserta
didik yang intensif, akan membuat peserta didik rajin belajar sehingga
mencapai prestasi yang diinginkan (Syah, 2014). Sama seperti pernyataan
yang dikemukakan oleh (Suyono & Hariyanto, 2015), bahwa minat berperan
penting pada diri peserta didik karena mempunyai dampak yang besar
terhadap sikap dan perilakunya. Keberhasilan anak dalam belajar ditentukan
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah minat (Rusmiati, 2017).
Berdasarkan fakta tersebut, minat peserta didik terhadap kimia akan
mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam menguasai konsep dan
memecahkan persoalan kimia.
Peserta didik membutuhkan usaha dalam menyelesaikan tugasnya. Agar
peserta didik mampu menguasai suatu mata pelajaran, peserta didik perlu
mencurahkan perhatiannya terhadap suatu mata pelajaran. Dengan demikian,
peserta didik dapat mengerjakan tugas dengan menghadirkan minat untuk
menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu, minat berguna untuk menjaga
pikiran peserta didik agar tidak mudah merasa bosan dan bisa menguasai
pelajaran dengan baik. Terlebih lagi apabila peserta didik memiliki prestasi
dalam mata pelajaran yang diminatinya, maka minatnya akan bertambah dan
bisa berlanjut sepanjang hayat. Tidak semua anak memiliki minat dengan
bidang studi yang baru dipelajarinya. Perkembangan minat anak terhadap
pelajaran memiliki perbedaan. Ada peserta didik yang berminat pada suatu
17
mata pelajaran karena gurunya, teman, atau orang tuanya. Oleh sebab itu,
sekolah bertanggung jawab terhadap peserta didik untuk menyediakan
lingkungan belajar yang merangsang minat peserta didik terhadap kegiatan
yang bermanfaat bagi proses belajar mengajar (Abror, 1993).
Slameto (2010) menjelaskan, minat sangat besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena bila pelajaran tidak diminati oleh peserta didik, peserta didik
tidak akan belajar dengan baik karena tidak ada daya tarik baginya. Pelajaran
yang diminati akan mudah dipelajari dan disimpan oleh memori peserta didik
karena adanya minat. Didukung dengan penjelasan yang dikemukakan oleh
Simanjutak dalam Darmadi (2017) cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan minat belajar pada anak dapat dilakukan yaitu mengajar dengan
menarik, memberikan selingan, mengajarkan dari yang mudah dipahami ke
yang sulit dipahami atau dari konkret ke abstrak, dan penggunaan alat peraga.
Objek atau suasana yang memiliki kekuatan untuk menarik perhatian sangat
efektif untuk meningkatkan minat belajar peserta didik. Menurut Rooijakkers
dalam Darmadi (2017), menumbuhkan minat belajar anak dapat dilakukan
dengan menghubungkan bahan pelajaran dengan suatu kejadian atau
fenomena yang sedang sensasional. Komponen proses belajar mengajar yang
harus dilakukan sebagai usaha meningkatkan minat belajar anak antara lain
merumuskan tujuan pembelajaran, menyiapkan atau mengembangkan alat
untuk keperluan evaluasi, menetapkan kegiatan belajar, merencanakan
program pembelajaran dengan menggunakan metode pengajaran yang tepat.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat memiliki
peran yang penting dalam usaha peserta didik untuk meraih prestasi yang
gemilang. Peserta didik yang memiliki minat terhadap kimia, akan berusaha
memusatkan perhatian pada saat pelajaran kimia berlangsung. Karena sikap
fokusnya tersebut, peserta didik akan memiliki rasa ingin tahu yang besar pada
materi kimia, sehingga mendorongnya untuk belajar dengan giat. Dengan
usahanya yang giat belajar, peserta didik akan mendapatkan prestasi yang
diingankannya dalam mata pelajaran kimia. selain itu, peserta didik juga akan
banyak mengetahui informasi baru mengenai kaitan kimia dalam kehidupan
18
sehari-hari. Apabila peserta didik berhasil meraih prestasi yang baik dalam
mata pelajaran kimia, maka minat peserta didik untuk mempelajari kimia akan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
c. Meningkatkan Minat Peserta didik
Minat peserta didik yang berkembang pada mata pelajaran kimia, tidak
terlepas dari peran guru yang sangat penting. Secara praktis, kiat yang dapat
digunakan guru kimia untuk meningkatkan minat peserta didik untuk
mempelajari kimia adalah sebagai berikut:
a) Mengkontekstualkan bahan ajar.
b) Mengetahui gaya belajar peserta didik, sehingga menyajikan metode
pengajaran yang variatif untuk mendukung gaya belajar peserta didik
yang berbeda-beda.
c) Menyelipkan humor yang relevan dengan materi ajar.
d) Jeda sejenak sambil menyelipkan pertanyaan-pertanyaan kecil.
e) Berusaha membangun suasana kelas yang dialogis dengan
mengadakan diskusi.
f) Memberikan pekerjaan rumah yang menantang dengan kesepakatan
bersama antara guru dengan peserta didik.
g) Melakukan refreshing bersama peserta didik dengan melakukan
kegiatan karyawisata (Suyono & Hariyanto, 2015).
3. Prestasi Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kimia
Prestasi merupakan hasil usaha belajar yang dicapai oleh peserta didik
yang berupa kecakapan dari kegiatan di bidang akademik pada jangka waktu
tertentu yang dicatat pada akhir semester dalam bentuk rapor (Thaib, 2013).
Prestasi merupakan hasil yang berhasil dicapai seseorang setelah melakukan
kegiatan (Darmadi, 2017),. Sedangkan dalam Marbun (2018) menjelaskan arti
dari prestasi peserta didik sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
19
pelajaran. Sehingga pengertian tentang prestasi, dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a) Prestasi merupakan prestasi yang berhasil diraih peserta didik setelah
mengerjakan tugas atau mengikuti pembelajaran pada suatu mata
pelajaran tertentu.
b) Prestasi dinilai dalam aspek kognitifnya karena berkaitan dengan
kemampuan peserta didik dalam pemahaman, ingatan, analisis,
sintesis, dan evaluasi
c) Prestasi peserta didik ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberikan
guru sebagai hasil evaluasi tugas-tugas yang telah dikerjakan peserta
didik.
Fungsi dari prestasi adalah mengetahui tingkat kemajuan dan penguasaan
konsep peserta didik. Prestasi juga dapat diartikan sebagai hasil dari sebuah
usaha yang memberikan perubahan tingkah laku, perubahan emosional,
penguasaan suatu materi, dan memberikan rasa puas yang didapat dari hasil
tes (Suralaga & Solicha, 2010).
Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi peserta didik dalam mata
pelajaran kimia ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut
Slameto dalam Darmadi (2017) faktor tersebut adalah:
1) Faktor internal, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik yang sedang mengikuti kegiatan belajar. Faktor internal dari
prestasi dibedakan menjadi dua faktor, yaitu: 1) faktor jasmaniah
meliputi kesehatan dan cacat tubuh, 2) faktor psikologis yaitu
intelegensi, fokus peserta didik, minat peserta didik, bakat, motif
peserta didik untuk belajar, kematangan emosi, dan kesiapan peserta
didik untuk belajar.
2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik.
Faktor eksternal dari prestasi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1)
faktor keluarga atau pola asuh orang tua, 2) faktor sekolah yaitu cara
mengajar guru, kurikulum yang berlaku, interaksi yang terjalin antara
guru dengan murid, hubungan antara peserta didik dengan peserta
20
didik, peraturan sekolah, keadaan gedung, dan gaya belajar peserta
didik, 3) faktor masyarakat yaitu kegiatan peserta didik dalam
masyarakat, media massa, pergaulan, lingkungan dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Prestasi peserta didik pada mata pelajaran kimia, merupakan keberhasilan
peserta didik dalam menguasai konsep kimia sehingga bisa menuntaskan tes
yang diadakan guru untuk menguji pemahaman konsep peserta didik tentang
suatu materi dalam mata pelajaran kimia. Prestasi yang baik akan
menimbulkan rasa puas dari dalam diri peserta didik sehingga minatnya akan
berkembang untuk mempelajari kimia lebih dalam.
4. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Minat dengan Prestasi Peserta
Didik pada Mata Pelajaran Kimia
Kecerdasan emosional dan minat memliki hubungan dengan prestasi
peserta didik. Hal ini dikarenakan kecerdasan emsoional dan minat peserta
didik merupakan faktor psikologis dari prestasi. Peserta didik yang memiliki
minat dengan kimia akan banyak melakukan berbagai upaya untuk bisa
mendapatkan prestasi yang baik dalam mata pelajaran kimia. Salah satu
upaya yang dilakukan peserta didik dalam mencapai prestasi gemilang di
bidang kimia adalah mengikuti bimbingan belajar. Upaya mengikuti
bimbingan belajar ini memang bersifat positif, namun ada faktor lain yang
tidak kalah penting dari hanya sekedar mengembangkan kecakapan
intelektual melalui bimbingan belajar. Faktor tersebut adalah kecerdasan
emosional dan minat. Kesulitan-kesulitan hidup yang akan dihadapi peserta
didik tidak akan berhasil dilewati jika peserta didik hanya memiliki
kecerdasan intelektual. Peserta didik membutuhkan kecerdasan emosional
untuk bisa menghadapi tantangan yang muncul di kehidupannya. Hal ini
dikarenakan peserta didik dengan kecerdasan emosional yang baik dapat
menguasai perasaan dirinya sendiri dan menanggapi emosi orang lain secara
efektif.
21
Selain itu, faktor minat juga tidak kalah penting untuk menunjang
keberhasilan peserta didik dalam meraih prestasi pada mata pelajaran kimia.
Minat memiliki hubungan yang sangat erat dengan belajar. Karena tanpa
minat, belajar akan terasa membosankan yang akan berdampak pada
rendahnya prestasi peserta didik. Apabila peserta didik berminat terhadap
pelajaran kimia, peserta didik akan berusaha keras untuk dapat menguasai
konsep kimia sehingga prestasinya pun akan meningkat. Oleh karena itu,
kecerdasan emosional dan minat memiliki hubungan dengan prestasi peserta
didik dalam pencapaian prestasi peserta didik yang baik pada mata pelajaran
kimia. Tanpa kedua faktor tersebut, belajar kimia akan menjadi kurang efektif
(Gusniwati, 2015).
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mira Gusniwati (Gusniwati, 2015) yang
berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar Terhadap
Penguasaan Konsep Matematika Peserta didik di SMAN kecamatan
Kebon Jeruk”. Hasil penelitian: (1) terdapat pengaruh langsung kecerdasan
emosional terhadap penguasaan konsep matematika; (2) terdapat pengaruh
langsung minat belajar matematika terhadap penguasaan konsep
matematika; (3) terdapat pengaruh langsung kecerdasan emosional
terhadap minat belajar matematika; (4) terdapat pengaruh tidak langsung
kecerdasan emosional terhadap penguasaan konsep matematika melalui
minat belajar matematika. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel
bebasnya yaitu kecerdasan emosional. Perbedaannya adalah variabel
terikat yang merupakan penguasaan konsep matematika.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ajang Mulyadi dan Shinta Wahyuni
(Mulyadi & Wahyuni, 2015) yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan
22
Emosional dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar”. Hasil penelitian:
kecerdasan emosional dan minat belajar memiliki pengaruh positif
terhadap prestasi belajar mahapeserta didik. Persamaan dengan penelitian
ini adalah variabel bebas yaitu kecerdasan emosional dan minat belajar
dan variabel terikat adalah prestasi belajar. Perbedaannya sampel yang
merupakan mahapeserta didik Pendidikan akuntansi UPI.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Kabela Putri Rahmawati, Sutrisno Djaja,
dan Bambang Suyadi (Rahmawati, Djaja, & Suyadi, 2018) dengan judul
“Pengaruh Minat Belajar Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi
Belajar Peserta didik Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Prajekan Kabupaten
Bondowoso Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelitian menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan variabel minat belajar dan kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 1
Prajekan Kabupaten Bondowoso tahun ajaran 2016/2017 yang dapat
dilihat dari besarnya Fhitung = 184,364 > Ftabel = 3,12 dengan tingkat
signifikansi F = 0,000 < α = 0,05.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Maria Ayu Regina Wulandari (Wulandari,
2016) dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar,
Prokrastinasi Akademik Terhadap Prestasi Belajar Mahapeserta didik”.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kecerdasan emosional, perilaku
belajar, dan prokrastinasi akademik tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi belajar mahapeserta didik (F hitung = 2,638) dan nilai
signifikansi (ϼ value = 0,051). Persamaan dengan penelitian ini adalah
variabel bebasnya kecerdasan emosional dan variabel terikatnya sama-
sama prestasi belajar. Perbedaannya variabel bebas yang digunakan selain
kecerdasan emosional adalah perilaku belajar dan prokrastinasi akademik.
5. Penelitian Anggi Trias Pratama, dan Aloysius Duran Corebima (Pratama
& Corebima, 2016) yang berjudul “Contribution Emotional Intelligence
23
on Cognitive Learning Result of Biology of Senior High School Students in
Medan, Indonesia” menunjukkan hasil bahwa EQ memiliki kontribusi
terhadap prestasi kognitif Biologi sebesar 5,2%. Kontribusi indikator dari
EQ seperti identifikasi emosi diri sebesar 0,01%, pengaturan emosi
sebesar 0,05%, motivasi diri sebesar 0,60%, memahami emosi orang lain
sebesar 0,33%, dan keterampilan sosial sebesar 4,25%.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Widya Nugra Pangestika dan Toyo
Manurung (Pangestika & Manurung, 2016) yang berjudul “Hubungan
Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Biologi
Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 2 Pematangsiantar T.P 2015/2016”,
menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional
dan minat belajar terhadap prestasi biologi peserta didik kelas XI SMAN 2
Pematangsiantar. Persentase kontribusi kecerdasan emosional sebesar
2,90%, minat belajar sebesar 1,10%, sedangkan kecerdasan emosional dan
minat belajar terhadap prestasi memiliki kontribusi sebesar 14,80%.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Mayang Purnama (Purnama, 2016)
dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Matematika di SMAN Jakarta Selatan” (2016)
menunjukkan hasil yaitu: (1) terdapat pengaruh langsung yang signifikan
Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Matematika. (2) Terdapat
pengaruh langsung yang signifikan Minat Belajar Matematika terhadap
Prestasi Belajar Matematika. (3) Terdapat pengaruh langsung yang
signifikan Kecerdasan Emosional terhadap Minat Belajar Matematika. (4)
Terdapat Pengaruh tidak langsung yang signifikan Kecerdasan Emosional
terhadap Prestasi Belajar Matematika melalui Minat Belajar Matematika.
24
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan, dapat dibuat
kerangka berpikirsebagai berikut:
Masalah
Prestasi peserta didik pada mata pelajaran kimia rendah karena minatnya pada
kimia yang kecil dan kecerdasan emosional peserta didik yang rendah.
Variabel Terikat
(Y)
Prestasi Siswa pada
Mata Pelajaran
Kimia.
Variabel Bebas
(X1)
Kecerdasan
Emosional:
1. Kesadaran diri
2. Pengaturan diri
3. Empati
4. Keterampilan
sosial
Variabel Bebas
(X2)
Minat
1. Sikap Siswa
terhadap
Kimia
2. Peran Guru
Kimia
3. Profesi yang
Berkaitan
dengan Kimia
Solusi
Kecerdasan Emosional
1. Penerapan metode konseling
client centered oleh guru di
sekolah.
2. Lingkungan kelas yang
menarik dan penggunaan
musik klasik.
Minat
1. Penyelenggaraan kegiatan di
sekolah yang mendorong
minat siswa terhadap
pelajaran kimia.
2. Metode pengajaran guru yang
tepat dan menarik.
25
Gambar 2.1
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibuat, dapat ditentukan bahwa
permasalahan penelitian adalah prestasi peserta didik pada mata pelajaran
kimia yang rendah, diakibatkan karena minat peserta didiyang kecil dan
kecerdasan emosionalnya yang rendah. Oleh karena itu, solusi yang dapat
dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan kecerdasan emosional peserta
ddik adalah membuka layanan konseling client centered agar peserta didik
bisa terbuka dengan masalahnya dan menuju aktualisasi diri yang lebih baik,
sehingga mampu bertanggung jawab pada dirinyasendiri untuk bisa fokus
dalam belajar. Sedangkan untuk dapat meningkatkan minat peserta didik,
adalah dengan menyelenggarakan kegiatan yang mampu meningkatkan minat
peserta didik pada kimia, sehingga peserta didik memiliki sikap yang positif
untuk bisa antusias dalam belajar kimia.
Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kecerdasan
emosional dan minat sebagai variabel bebas dan prestasi siswa sebagai
variabel terikat. Aspek kecerdasan emosional yang digunakan pada penelitian
iniadalah kesadaran diri, pengaturan diri, empati, dan keterampilan social.
Sedangkan aspek dari variabel minat adalah sikap siswa, peran guru kimia,
dan profesi yang berkaitan dengan kimia. hasil penelitian dalam bentuk
hipotesis yaitu kecerdasan emosional dan minat memiliki hubungan dengan
prestasi peserta didik pada mata pelajaran kimia.
Hasil
Kecerdasan emosional dan minat memiliki hubungan dengan prestasi siswa
pada mata pelajaran kimia
26
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, dapat diperoleh
hipotesis penelitian sebagai berikut:
a) Kecerdasan emosional dan minat memiliki hubungan dengan prestasi
siswa pada mata pelajaran kimia.
b) Kecerdasan emosional dan minat memiliki kontribusi terhadap prestasi
siswa pada mata pelajaran kimia.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMAN 2 Tangerang dan SMAN 6 Tangerang.
Penelitian dilakukan pada tanggal 6 sampai dengan 11 Maret 2019.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan tujuan
mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara ilmiah. Data penelitian yang
berupa angka dan diolah secara statistik. Metode ini dilakukan pada populasi atau
sampel yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ditentukan
dengan cara mengumpulkan teori sehingga dapat dirumuskan suatu hipotesis.
Untuk menguji terbukti benar atau tidaknya suatu hipotesis, diperlukan teknik
analisis deskriptif statistik atau inferensial (Sugiyono, 2016). Untuk menguji
hipotesis penelitian ini, digunakan teknik analisis korelasi. Penelitian korelasi
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
atau lebih, tanpa melakukan perubahan data yang memang sudah ada (Arikunto,
2010).
C. Variabel Penelitian
Variabel merupakan konsep yang mempunyai nilai yang berubah-ubah atau
mempunyai variasi nilai, keadaan, kategori, atau kondisi (Kadir, 2016). Peneliti
mengkombinasikan variabel kecerdasan emosional dan minat di mana keduanya
menjadi variabel bebas. Sedangkan prestasi peserta didik pada mata pelajaran
kimia dijadikan sebagai variabel terikat. Peneliti berfokus pada aspek kognitif
peserta didik dalam mempelajari kimia, sehingga data prestasi peserta didik
menggunakan nilai ujian akhir semester satu peserta didik kelas X
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Terikat (Dependent Variable)
28
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi peserta didik dalam
bentuk nilai PAS mata pelajaran kimia (Y)
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional (X1) dan
minat (X2)
D. Alur Penelitian
Sistematika proses penelitian dilakukan dalam tahap yang dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap yang dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah sebagai
berikut:
a) Melakukan kajian literatur berupa penelitian yang relevan untuk latar
belakang penelitian
b) Merumuskan masalah penelitian
c) Melakukan kajian pustaka tentang kecerdasan emosional, minat, dan
prestasi
d) Menentukan hipotesis penelitian
e) Menyusun intrumen penelitian berupa angket kecerdasan emosional
dan angket minat
f) Melakukan uji validasi dan reliabilitas
g) Memperbaiki instrumen angket kecerdasan emosional dan angket
minat
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a) Memperbanyak instrumen
b) Menentukan tempat dan waktu penelitian
c) Menentukan populasi dan sampel
d) Menyebar angket kepada responden untuk mengumpulkan data
penelitian
Menganalisis data untuk menguji hipotesis kemudian penarikan kesimpulan.
29
Adapun alur penelitian digambarkan dalam Gambar 3.1 berikut ini
Gambar 3.1
Studi kepustakaan
Kecerdasan
Emosional
Minat Peserta
Didik Prestasi
Membuat instrumen
Uji validitas & reliabilitas Instrumen
Revisi
Memperbanyak
instrumen
Angket
Kecerdasan
Emosional
Angket Minat
Peserta Didik
Analisis Data
Pembahasan
Temuan Data
Merumuskan Masalah
Kesimpulan:
Kecerdasan emosional dan minat memiliki hubungan dengan
prestasi siswa pada mata pelajaran kimia.
30
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan subjek atau objek yang terdiri dari suatu wilayah
dan memiliki syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian
(Riduwan, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta
didik kelas X yang ada pada dua sekolah yaitu SMAN 6 Tangerang yang
terdiri dari 6 kelas yakni kelas X MIPA 1 sampai dengan X MIPA 6 dan
SMAN 2 Tangerang yang terdiri dari kelas X MIPA 1 sampai dengan X
MIPA 7. Alasan peneliti memilih dua sekolah tersebut, yaitu karena
keduanya memiliki status sekolah negeri favorit di kota Tangerang dan
untuk keperluan mencukupi sampel data penelitian korelasi.
2. Sampel
Sampel adalah target penelitian yang merupakan bagian dari populasi
penelitian (Arikunto, 2010). Untuk menentukan sampel terdapat beberapa
hal yang harus dipertimbangkan, oleh karena itu penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan kriteria (Nursiyono, 2016). Alasan untuk memilih teknik
purposive sampling yaitu mengetahui emosi peserta didik kelas X yang
baru memasuki jenjang SMA dalam mempelajari mata pelajaran kimia dan
bagaimana minat peserta didik terhadap mata pelajaran kimia. Sampel
yang diambil dari SMAN 6 Tangerang adalah empat kelas yaitu kelas X
MIPA 1, X MIPA 2, X MIPA 4, dan X MIPA 5. Sedangkan siswa yang
dijadikan sampel di SMAN 2 Tangerang berasal dari empat kelas yaitu
siswa kelas X MIPA 1, X MIPA 3, X MIPA 4, dan X MIPA 7.
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Angket Kecerdasan Emosional & Minat
31
Sudijono dalam (Rustam, Sari, & Yunita, 2018) menjelaskan bahwa
angket merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengambil data
yang biasanya digunakan untuk mengukur prestasi pada ranah afektif.
Angket menggunakan skala likert yang bertujuan untuk mengukur skala
sikap, persepsi, & pendapat sekelompok orang mengenai kejadian
(Riduwan, 2012). Instrumen angket kecerdasan emosional yang digunakan
menyadur angket dari buku yang berjudul Orientasi Baru dalam Psikologi
Pendidikan yang ditulis Hamzah Uno pada tahun 2010. Sedangkan
instrument angket minat menggunakan angket pada jurnal penelitian yang
berjudul Exploring Declining Student Interest in Chemistry yang ditulis
oleh Tayyaba Akram, Ayesha Ijaz, dan Hamid Ikram pada tahun 2017.
Angket digunakan untuk mendapatkan data kecerdasan emosional dan
minat peserta didik pada mata pelajaran kimia di kelas X yang berlokasi di
SMAN 2 Tangerang SMAN 6 Tangerang.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang berasal dari
lokasi penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, dan
data lain yang relevan dengan penelitian (Riduwan, 2012). Dokumentasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah penilaian akhir semester (PAS)
mata pelajaran kimia pada semester satu.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu
angket yang sudah disediakan alternatif jawaban, sehingga responden dapat
langsung memilih jawaban pertanyaan yang telah disediakan (Arikunto, 2010).
Lembar angket yang digunakan pada penelitian ini ada sebanyak dua buah yaitu
angket untuk mengukur kecerdasan emosional dan angket untuk mengukur minat
peserta didik terhadap mata pelajaran kimia. Kedua angket menggunakan skala
likert dengan 4 alternatif jawaban yang dapat dijelaskan pada tabel 3.1 berikut:
32
Tabel 3.1 Skor Alternatif Jawaban untuk Angket Kecerdasan
Emosional dan Minat Peserta didik
Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif Skor
Sangat Setuju 4 Sangat Tidak Setuju 1
Setuju 3 Tidak Setuju 2
Tidak Setuju 2 Setuju 3
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Setuju 4
(Sugiyono, 2016: 92)
Kisi-kisi instrumen penelitian untuk mengetahui kecerdasan emosional
peserta didik kelas X adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional
No Indikator Sub Indikator Pernyataan
Jumlah Positif Negatif
1 Kesadaran Diri Kesadaran Diri 2 1 2
Penilaian Diri 3,4,5,6 7 5
Percaya diri 8, 9 10 3
2 Pengaturan Diri Kendali diri 11, 12,
13
14 4
Sifat dapat
dipercaya
15, 16,
17
18 4
Adaptabilitas 20, 21,
23
19, 22 5
Inovasi 24, 25 26, 27 4
3 Turut
merasakan
emosi (empati)
Memahami
orang lain
28, 29,
30
31 4
Mengatasi
keragaman
32, 34,
35
33, 36 5
33
4 Keterampilan
social
Komunikasi dan
pengaruh 39, 40 37, 38
4
Jumlah 25 13 40
Kisi-kisi instrumen penelitian untuk mengetahui minat peserta didik
terhadap mata pelajaran kimia kelas X adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Minat Peserta didik Terhadap Kimia
Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
Butir Positif Negatif
Minat
Terhadap
Mata
Pelajaran
Kimia (X2)
Sikap Peserta
didik Terhadap
Kimia
1, 2, 3, 5, 6,
7, 9, 10, 12
4, 8, 11, 13,
14
14
Peran Guru
Kimia
15, 16, 17,
18, 19, 20,
21, 22, 23
24 10
Profesi Masa
Depan yang
Berkaitan dengan
Kimia
25, 27, 28,
29
26, 30, 31 7
Jumlah 22 9 31
H. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang telah dibuat, di uji coba ke lapangan yaitu sekolah yang
memiliki karakteristik sama dengan sekolah tempat penelitian. Hal ini bertujuan
untuk melakukan tahap validitas empirik dan uji reliabilitas intrumen. Banyaknya
subjek untuk uji coba tidak memiliki banyak persyaratan, tingkat keterpahaman
angket dapat diketahui oleh subjek dengan tingkat pemahaman rendah, sedang,
maupun tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila memiliki validitas yang
tinggi (Arikunto, 2010). Sampel yang diambil peneliti untuk uji coba instrumen
34
adalah kelas X.3 MIPA di SMAN 7 Tangerang dengan jumlah peserta didik
sebanyak 25 anak.
a. Uji Validitas
Validitas menekankan pada alat pengukuran. Validitas mengacu
pada aspek ketepatan dan kecermatan hasil pengukuran. Kegunaan dari
validitas yaitu untuk mengukur sejauh mana ketepatan atau kecermatan
suatu instrumen dapat menjalani fungsi ukurnya. Butir soal dinyatakan
valid apabila nilai pada kolom “Corrected Item-Total Correlation” lebih
besar dari 0,2 (Rustam et al., 2018). Dalam penelitian ini angket atau
kuesioner yang digunakan bertujuan untuk mengukur tingkat kecerdasan
emosional dan minat belajar kimia peserta didik. Uji validitas dilakukan
dengan analisis faktor yang dikembangkan oleh SPSS, yaitu teknik analisis
yang dapat menggambarkan hubungan antara item setiap faktor dalam
variabel. Uji validitas ini menggunakan rumus Product Moment yaitu:
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = jumlah Responden
∑XY = total perkiraan antar variabel X dan variabel Y
∑X = jumlah skor butir X
∑Y = jumlah skor butir Y
∑X2
= jumlah kuadrat X
∑Y2 = jumlah kuadrat Y (Arikunto, 2010).
b. Uji Reliabilitas
Selain uji validitas, instrumen juga melalui tahap uji reliabilitas.
Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut cukup baik sehingga
mampu mengungkap data yang dipercaya. Artinya hasil tes tersebut tidak
rxy = N XY− X Y
{N X2− X 2 N Y2− Y 2}
35
berubah atau menghasilkan hasil tes yang sama apabila tes tersebut dilakukan
secara berulang-ulang. Butir soal pada angket dinyatakan reliabel apabila
nilai pada kolom “Corrected Item-Total Correlation” lebih besar dari 0,2
(Rustam et al., 2018). Berikut ini adalah tabel pernyataan intrumen yang
gugur.
Tabel 3.4 Butir Pernyataan Gugur Angket Kecerdasan Emosional
No Indikator Sub Indikator
Pernyataan
Jumlah Positif Negatif
1 Kesadaran
Diri
Kesadaran emosi 2 1* 1
Penilaian diri 3, 4, 5*,
6
7 4
Percaya diri 8, 9 10 3
2 Pengaturan
Diri
Kendali diri 11, 12*,
13*
14 3
Sifat dapat dipercaya 15, 16,
17
18 4
Adaptabilitas 20, 21,
23
19, 22 5
Inovasi 24, 25 26, 27 4
3 Turut
merasakan
(empati)
Memahami orang lain 28, 29,
30
31* 3
Memahami keragaman 32, 34,
35
33, 36 5
4 Keterampila
n sosial Komunikasi dan pengaruh 37, 38 39, 40 4
Jumlah 26 14 35
*pernyataan gugur
36
Tabel 3.5 Pernyataan Gugur Pada Angket Minat Pada Kimia
Variabel Indikator Pernataan Jumlah
Butir Positif Negatif
Minat
Terhadap
Mata
Pelajaran
Kimia (X2)
Sikap Peserta
didik Terhadap
Kimia
1, 2, 3, 5, 6,
7, 9, 10, 12
4, 8, 11*,
13, 14
13
Peran Guru
Kimia
15, 16, 17,
18, 19, 20,
21, 22, 23
24 10
Profesi Masa
Depan yang
Berkaitan dengan
Kimia
25, 27, 28,
29
26*, 30, 31 6
Jumlah 22 9 29
*pernyataan gugur
Hasil uji coba instrumen yaitu uji validitas dan uji reliabilitas, dapat diringkas
dalam bentuk tabel seperti berikut:
Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Variabel
Jumlah
Butir
Awal
Nomor
Butir
Gugur
Jumlah
Butir
Gugur
Jumlah
Butir
Valid
Reliabilitas
Kecerdasan
emosional 40
1, 5, 12,
13, 31 5 35 0,872
Minat 31 11 dan
26 2 29 0,940
37
Berdasarkan tabel 3.6, terdapat 35 butir angket kecerdasan emosional yang
dan 29 butir angket minat yang dinyatakan valid. Nilai reliabilitas dari angket
kecerdasan emosional adalah 0,872 yang menatakan angket reliabel dengan
interpretasi sangat kuat. Begitupun dengan reliabilitas angket minat memliki
nilai 0,940 yang menyatakan angket reliabel dengan interpretasi sangat kuat.
I. Teknik Analisis Data
1. Kategorisasi Data
Selanjutnya menganalisis kecenderungan apakah hasil data dikatakan sangat
baik, baik, atau kurang baik. Analisis ini didasarkan dengan menggunakan Mean
ideal (Mi) dan simpangan baku ideal atau standar deviasi (SDi) pada setiap
variabel. Untuk menghitung Mi rumus yang digunakan adalah (skor tertinggi –
skor terendah)/2. Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung SDi adalah
(skor tertinggi – skor terendah)/6. Kecenderungan hasil data setiap variabel
dikategorikan dalam 4 kelompok yang tertera pada tabel 3.8
Tabel 3.7 Tabel Kategori Variabel
Interval Skor Kategori
Mi + 1,5 SDi < Sangat Baik
Mi s.d Mi + 1,5 Sdi Baik
Mi – 1,5 SDi s.d < Mi Cukup Baik
< Mi - 1,5 Sdi Kurang Baik
(Sya’ban, 2005).
Untuk mengetahui persentase dari skor yang diperoleh responden dalam
setiap aspek kecerdasan emosional dan minat peserta didik, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
NP : nilai persen yang dicari
R ; skor mentah yang diperoleh responden
NP = R
SM × 100
38
SM : skor maksimum ideal
100 ; bilangan tetap
Persentase yang diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan tabel interpretasi
skor sebagai berikut:
Tabel 3.8 Interpretasi Skor Aspek Kecerdasan Emosional Dan Minat
Persentase Interpretasi
0% - 20% Sangat lemah
21% - 40% Lemah
41% - 60% Cukup
61% - 80% Kuat
81% - 100% Sangat kuat
(Purwanto, 2012).
2. Uji Prasyarat
a) Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. (Rustam et al., 2018). Hasil uji
normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan rumusan
hipotesis untuk menguji normalitas data yaitu:
Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika nilai probabalitas (sig.)
dari Z lebih besar dari α = 0,05, maka H0 diterima atau dengan kata lain
data berdistribusi normal, sedangkan jika nilai (sig.) lebih kecil dari α =
0,05, maka H0 ditolak atau dengan kata lain data tidak berdistribusi normal
(Rustam et al., 2018). Peneliti menggunakan bantuan software SPSS 22
untuk uji normalitas.
b) Uji Homogenitas
H0 : sampel berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berdistribusi normal
39
Uji homogenitas data dilakukan untuk meyakinkan seorang peneliti
dan untuk mengetahui apakah dari dua atau lebih data yang diteliti
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang dapat
digunakan dalam penelitian yaitu uji Fisher (F) untuk dua kelompok data.
Sedangkan uji Bartlett dan uji Levene digunakan untuk menguji
homogenitas lebih dari dua (>2) kelompok data. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah jika nilai probabalitas (sig.) dari Z lebih besar dari α =
0,05, H0 diterima atau dengan kata lain data penelitian bersifat homogen,
sedangkan jika nilai (sig.) lebih kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak atau
dengan kata lain data penelitian bersifat tidak homogen artinya H1 diterima
(Rustam et al., 2018). Peneliti menggunakan bantuan software SPSS 22
untuk uji homogenitas.
3. Uji Linieritas
Uji linieritas ini merupakan uji prasyarat dalam uji parametrik. Uji
linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas
dengan variabel terikat mempunyai hubungan yang linier atau tidak.
Rumus yang digunakan untuk melakukan uji linieritas adalah sebagai
berikut:
Kriteria keputusan:
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka data berpola linier
Jika Fhitung ˃ Ftabel, maka data tidak berpola linier
Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS
versi 22, kriteria yang digunakan dalam uji ini, jika nilai probabilitas
(sig.) lebih besar dari α = 0,05, maka H0 diterima artinya variabel bebas
memiliki hubungan yang linier dengan variabel terikat. Sebaliknya jika
nilai probabilitas (sig.) lebih kecil dari α = 0,05 maka H0 ditolak atau
dengan kata lain, variabel bebas tidak memiliki hubungan yang linier
dengan variabel terikat (Rustam et al., 2018).
Fhitung=
RJKTCRJKE
40
4. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat, data penelitian diuji dengan menggunakan cara korelasi. Analisis
korelasi berkaitan dengan besar dan arah hubungan antar variabel. Asumsi
dasar penelitian korelasi yaitu:
a. Setiap subjek harusmemiliki nilai, artinya, jika subjek memiliki
skor pada variabel X, maka subjek tersebut harus memiliki nilai
pada variabel Y
b. Hubungan antar kedua variabel harus dikaitkan dengan
pasangan nilai, hubungannya dapat ditunjukkan secara akurat
oleh garis lurus.
c. Variabilitas skor pada variabel Y harus tetap konstan pada
semua variabel X.
Karena penelitian ini terdapat lebih dari dua variabel, maka untuk
menguji hipotesis penelitian yang memiliki dua variabel bebas dengan satu
variabel terikat digunakan uji korelasi berganda. Penelitian multi variat
atau korelasi ganda umum dilakukan pada penelitian di bidang pendidikan.
Contoh seorang peneliti yang ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa dapat menggunakan korelasi ganda karena
mengingat faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak tidak hanya
satu (Arikunto, 2010). Rumus yang digunakan untuk melakukan uji
korelasi ganda adalah sebagai berikut:
Signifikansi dari hasil korelasi berganda di konsultasikan dengan nilai
Fhitung, rumus untuk menghitung Fhitung adalah sebagai berikut:
R X1, X2, Y = rX1. Y2 + rX2 . Y
2 − 2 rX1 .Y rX2 .Y rX1. X2
1− rX1. X22
Fhitung =
𝑅2
𝑘
1− 𝑅2
𝑛−𝑘−1
41
Keterangan:
R = nilai korelasi ganda
k = jumlah variabel bebas
n = junlah sampel
Fhitung = nilai F yang dihitung
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima.
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H1 ditolak sedangkan H0 diterima (Rustam et al.,
2018).
Untuk melakukan uji korelasi berganda, peneliti menggunakan
bantuan software pengolah data SPSS versi 22. Untuk mengetahui
seberapa kuat interpretasi dari nilai koefisien korelasi (R) dikonsultasikan
dengan tabel pedoman interpretasi nilai r:
Tabel 3.9 Tabel Interpretasi r
5. Uji Determinasi
Perhitungan determinasi ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi yang
disumbangkan secara simultan oleh masing-masing variabel, sehingga
memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r” Product
Moment, dengan rumus:
Keterangan:
Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
KP = r2.100 %
42
KP = nilai koefisien determinan
R = nilai korelasi (Rustam et al., 2018).
J. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik berdasarkan hipotesis penelitian yang telah ditetapkan
adalah sebagai berikut:
H0 = r X1X2, Y = 0
H1 = r X1X2, Y ≠ 0
Keterangan:
H0 = Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan minat
dengan prestasi peserta didik
H1 = Kecerdasan emosional dan minat memiliki hubungan dengan
prestasi peserta didik
rXY: nilai korelasi yang diperoleh dari uji Product Moment
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kecerdasan emosional dan minat memiliki hubungan dengan prestasi
peserta didik pada mata pelajaran kimia.
2. Persentase kontribusi yang diberikan variabel kecerdasan emosional dan
minat terhadap prestasi peserta didik adalah 8,94 %.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengungkapkan beberapa saran
yaitu:
1. Untuk peneliti selanjutnya agar bisa meneliti tentang hubungan kecerdasan
lain dengan prestasi peserta didik pada mata pelajaran kimia. contohnya
kecerdasan spiritual, kecerdasan intrapersonal, dan lainnya.
2. Peneliti juga memberi saran agar peneliti selanjutnya menggunakan subjek
penelitian yang lebih luas. Contohnya kelas XI dan kelas XII.
3. Untuk peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian dengan tema yang
sama di sekolah swasta dan membandingkannya dengan peserta didik yang
bersekolah di sekolah negeri.
4. Dapat diadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan kecerdasan
emosional dengan kesulitan belajar kimia atau dengan aspek afektif
peserta didik.
44
DAFTAR PUSTAKA
Abror, R. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Akram, T., Ijaz, A., & Ikram, H. (2017). Exploring the Factors Responsible for
Declaining Student’s Interest in Chemistry. International Journal of
Information and Education Technology, 7(2), 88–94. https://doi.org/10
18178/ijiet 2017 7 2 847
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya.
Beaty, J. (2013). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini (Anwar, ed.). Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Peserta didik. Yogyakarta: Deepublish.
Darmasyah. (2010). Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
David, U. S., & Okon, U. (2016). Influence of Self and Social Awareness on
Business Education Students Academic Performance in Federal Universities
in South-South, Nigeria. International Journal of Education, Learning and
Development, 4(6), 1–8.
Djaali. (2018). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Djamarah, S. B. (2015). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ebinagbome, M. E., & Nizam, D. I. (2016). The Impact of Emotional Intelligence
on Student’s Academic Performance. International Journal of Accounting
and
Business_Management,4(1)https://doi.org/10.24924/ijabm/2016.04/v4.iss1/1
0.18
Flavian, H. (2016). Towards Teaching and Beyond: Strengthening Education by
Understanding Students’ Self-Awareness Development. Power and Education
Journal, 8(1), 88–100. https://doi.org/10.1177/1757743815624118
Goleman, D. (2007). Kecerdasan Emosional (T. Hermaya, ed.). Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
45
Gusniwati, M. (2015). Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Minat Belajar
Terhadap Penguasaan Konsep Matematika Peserta Didik SMAN di
Kecamatan Kebon Jeruk. 5(1), 26–41.
Gustavsen, A. M. (2017). Longitudinal Relationship Between Social Skills And
Academic Achievement In A Gender Perspective. Cogent Education Journal,
4(1), 1–16. https://doi.org/10.1080/2331186X.2017.1411035
Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak (2nd ed.; M. Tjandrasa, ed.). Jakarta:
Erlangga.
Kadir. (2016). Statistik Terapan (dua). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kintu, M. J., Zhu, C., & Kagambe, E. (2017). Blended Learning Effectiveness: the
Relationship Between Student Characteristics, Design Features and
Outcomes. International Journal of Educational Technology in Higher
Education, 14(7), 1–20. https://doi.org/10.1186/s41239-017-0043-4
Marbun, S. (2018). Psikologi Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Mubayidh, M. (2010). Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Mulyadi, A., & Wahyuni, S. (2015). Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat
Belajar Terhadap Hasil belajar Belajar. 1–10. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15003161%5Cnhttp://cid.oxfordjourna
ls.org/lookup/doi/10.1093/cid/cir991%5Cnhttp://www.scielo.cl/pdf/udecada/
v15n26/art06.pdf%5Cnhttp://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-
s2.0-84861150233&partnerID=tZOtx3y1
Munandar, H. (2017). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar
Peserta didik Kelas XI IPA SMA Negeri di Kota Parepare pada Mata
Pelajaran Kimia The Correlation between Emotional Intelligence with
Learning Result of Grade XI IPA Students at SMAN in Parepare on
Chemical Subject. 18(1), 39–47.
Muthukumar, M., & Ravichandran. (2017). A Study on Interest in Chemistry
Among Higher Secondary Level Students. International Journal of
Informative & Futuristic Research, 1(8), 6966–6972. Retrieved from
46
www.ijifr.com
Nursiyono, J. A. (2016). Kompas Teknik Pengambilan Sampel. Bogor: In Media.
Omwirhiren, E. M., & Anderson, F. E. (2016). Effect of Class Size and Students’
Attitude on Academic Performance in Chemistry at Demonstration
Secondary School, Ahmadu Bello University Zaria, Nigeria. IOSR Journal of
Research & Method in Education, 6(1), 1–6. https://doi.org/10.9790/7388-
06120106
Pangestika, W. N., & Manurung, T. (2016). Hubungan Kecerdasan Emosional
dan Minat Belajar dengan Hasil Belajar Biologi Peserta didik Kelas XI IPA
SMA Negeri 2 Pematangsiantar T.P. 2015/2015. Journal of Chemical
Information and Modeling, 4(1), 179–187.
Pratama, A. T., & Corebima, A. D. (2016). Contribution Emotional Intelligence
on Cognitive Learning Result of Biology of Senior High School Students in
Medan, Indonesia. International Journal of Environmental7 Science
Education, 11(15), 8077–8087
Preeti, B. (2013). Role of Emotional Intelligence in Academic Achievement.
Research Journal of Educational Sciences, 1(2), 8–12.
https://doi.org/10.4018/978-1-4666-4530-1.ch016
Purnama, I. M. (2016). Pengaruh-Kecerdasan Emosional dan Minat. 6(3), 233–
245.
Purwanto, N. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Rahmawati, K. P., Djaja, S., & Suyadi, B. (2018). Pengaruh Minat Belajar Dan
Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil belajar Belajar Siswa Kelas XI IPS
SMA Negeri 1 Prajekan Kabupaten Bondowoso Tahun Ajaran 2016/2017.
Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi
Dan Ilmu Sosial, 11(2), 61. https://doi.org/10.19184/jpe.v11i2.6448
Ramana, & Devi, A. (2018). The Relationship between Emotional Intelligence
and Academic Achievement among Intermediate Students. Journal of
Business and Management (IOSR-JBM), 20(4), 30–35.
https://doi.org/10.9790/487X-2004013035
47
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Ristiyani, E., & Bahriah, E. S. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Peserta
didik Di Sman X Kota Tangerang Selatan. Jurnal Penelitian Dan
Pembelajaran IPA, 2(1), 18–29. https://doi.org/10.30870/jppi.v2i1.431
Riyanto. (2014). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
Rozikin, S., Amir, H., & Rohiat, S. (2018). Hubungan Minat Belajar Peserta
Didik Dengan Hasil Belajar Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
Kimia di SMA Negeri 1 Tebat Karai dan SMA Negeri 1 Kabupaten
Kepahiang. 2(1), 78–81.
Rusmiati. (2017). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil belajar Belajar Bidang
Studi Ekonomi Peserta didik Ma Al Fattah Sumbermulyo. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dan Ekonomi, 1(1), 21–36.
Rustam, A., Sari, E. D. K., & Yunita, L. (2018). Statistik & Pengukuran
Pendidikan Analisis Menggunakan SPSS, Iteman, dan Lisrel. Bogor: PT.
Ilham Sejahtera Persada.
Slameto. (2010). Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Steedly, B. K. M., Schwartz, A., Levin, M., & Luke, S. D. (2008). Social Skills.
National Dissemination Center for Children with Disabilities, 3(2), 1–7.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suralaga, F., & Solicha. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga
Penelitian, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sutisna, T., Yusmansyah, & Andriyanto, R. E. (2018). Meningkatkan Kecerdasan
Emosi Dengan Menggunakan Konseling Client Centered. (1), 1–14.
Suyono, & Hariyanto. (2015). Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Sya’ban, A. (2005). Teknik Analisis Data Penelitian Aplikasi Program SPSS dan
Teknik Menghitungnya.
48
Syah, M. (2014). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Thaib, E. N. (2013). Hubungan Antara Hasil belajar Belajar dengan Kecerdasan
Emosional. Jurnal Ilmiah Didaktika, 13(2), 384–399. Retrieved from
http;//.id/index.php/didaktika/article/view/485
To’at, A., & Hidayah, F. F. (2017). Pengaruh Kompetensi Profesional Guru
Kimia Terhadap Minat Belajar Peserta Didik Kelas XII IPA di MAN 1
Semarang. Seminar Nasional Pendidikan, Sains, Dan Teknologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Tyagi, G., & Gautam, A. (2017). An Impact of Emotional Intelligence on the
Academic Achievement of the Student: A Case Study on Students of Career
Point University. International Journal of Advanced Scientific Research and
Management, 2(7), 88–93.
Uno, H. (2010). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Uno, H., & Umar, M. K. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran
Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Wibowo, I. S., & Farnisa, R. (2018). Hubungan Peran Guru Dalam Proses
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Belajar Siswa. 3(2), 2621–9611.
Wulandari, M. R. A. (2016). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar,
Prokrastinasi Akademik Terhadap Hasil Belajar Belajar Mahasiswa
Xiao, S., Yao, K., & Wang, T. (2019). The Relationships of Self-regulated
Learning and Academic Achievement in University Students. SHS Web of
Conferences, 60, 1–4. https://doi.org/10.1051/shsconf/20196001003
Yakina, Kurniati, T., & Fadhilah, R. (2017). Analisis Kesulitan Belajar Peserta
didik pada Mata Pelajaran Kimia Kelas X di SMA Negeri 1
Sungalambawang. Journal of Chemical Information and Modeling, 5(2),
287–297.
49
72
66