hubungan karakteristik personal dan perilaku … · berhubungan dengan keputusan menentukan masa...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL
DAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN
KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA
(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)
WIDIASTUTI FURBANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik
Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek
Wisata: Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara
Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, September 2008
Widiastuti Furbani Nrp : P054030031
ABSTRACT WIDIASTUTI FURBANI. The Relationships between Personal Characteristics and Communication Behavior toward the Decisions in Selecting Tourism Objects (Study Case in Tourism Objects in Lombok Island West Nusa Tenggara Province). Under the supervision of SARWITITI S AGUNG and TOHA NURSALAM
A number of studies on tourism seen from the point of view of communication have been carried out in which they greatly focused on the roles of groups, institution or organization in tourism businesses. Therefore this research was focused more on the utilization of various types of sources of information in supporting the tourists’ decision in visiting tourism objects without considering the organizations, institutions, or groups in tourism businesses.
The independent variables used in this study included the personal characteristics of the tourists such as age, sex, hobby, income, and country of origin. The other variables included the communication behavior of the tourists at the stage of initial information search before they arrived in Lombok and the stage of confirmation after they were in the island. The variables of personal characteristics and communication behavior of the tourists were used to find out whether there was a relationship between the decisions in selecting the tourism objects of nature and culture and in determining their length of stay in Lombok.
The aims of the research were (1) to find out the relationship between the tourists’ personal characteristics and their decision in selecting the object tourism, and (2) to identify the relationship between the tourists’ communication behavior and their decisions in selecting the tourism objects.
The survey method was used in this research, and sample collection using the Convenience technique was carried out in the tourism areas in Lombok where seventy nine tourists were involved in this study. The primary data from the respondents were obtained through questionnaire and interview of those involved in hotel businesses and travel agencies. The secondary data were obtained from the tourism guide book of NTB Annual Figures at the Office Of Tourism NTB Province. The analysis was carried out by using Spearman Correlation.
The results of the research showed that the tourists’ personal characteristics and communication behavior were interrelated with their decisions in selecting the tourism objects. The characteristics included (1) the age of the tourists which was related with their length of stay; (2) the country of origin was related with their decisions in selecting their tourism objects. On the other hand, the tourists’ communication behavior related with their decision included (1) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects; (2) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects nature and culture in determining the length of stay. Key words: Tourists’ personal characteristics, communication behavior, decisions
in selecting tourism object and in determining length of stay.
RINGKASAN
WIDIASTUTI FURBANI. Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat). Dibawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG dan TOHA NURSALAM.
Penelitian dalam bidang pariwisata dari sudut pandang komunikasi sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut mengkaitkan peranan sebuah kelompok, institusi ataupun lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan berbagai macam sumber informasi dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata.
Adapun variabel bebas yang digunakan meliputi karakteristik personal wisatawan yang terdiri dari usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal sebelum tiba di pulau Lombok dan konfirmasi setelah berada di pulau Lombok. Variabel karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dalam memutuskan memilih obyek wisata alam, budaya, dan masa tinggal di Pulau Lombok.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata. (2) mengetahui hubungan perilaku komunikasi wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata.
Penelitian ini menggunakan metode survai dan pengambilan sampel dilakukan pada kawasan wisata di Pulau Lombok menggunakan tekhnik convenience dengan sampel 79 orang wisatawan asing. Data primer diperoleh melalui kuesioner oleh responden dan wawancara informasi terhadap pihak perhotelan, pemandu wisata, dan agen perjalanan. Data sekunder diperoleh melalui buku pariwisata NTB Dalam Angka Tahun di Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Analisis data menggunakan Koefisien Korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata. Adapun karakteristik personal wisatawan tersebut adalah (1) Usia wisatawan berhubungan dengan keputusan menentukan masa tinggal. (2) Asal negara wisatawan berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam. Sedangkan perilaku komunikasi yang berhubungan dengan keputusan adalah (1) perilaku komunikasi pada pencarian informasi awal berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. (2) perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam,obyek wisata budaya, dan menentukan masa tinggal.
Kata kunci: Karakteristik personal wisatawan, perilaku komunikasi, keputusan memilih obyek wisata dan masa tinggal
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA
(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)
WIDIASTUTI FURBANI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Ir. Sutisna Riyanto, M.S.
Judul Tesis : Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku
Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata
(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa
Tenggara Barat)
Nama : Widiastuti Furbani
NRP : P054030031
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S. Anggota
Ir. Toha Nursalam, M.Si. Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S.
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.
Tanggal ujian: 01 Agustus 2008 Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji syukur pada kekuatan ALLAH SWT Raja dan Tuhan manusia atas
karunia-Nya penulis dapat meraih gelar M.Si di Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih yang tulus pada Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S & Ir.
Toha Nursalam, M.Si selaku pembimbing yang sabar memberi dorongan,
arahan, saran dan masukan hingga tersusunnya tesis ini. Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S,
penguji Luar Komisi Ir. Sutisna Riyanto, M.S dan seluruh staff pengajar KMP.
Terima kasih pada seluruh teman-teman KMP, asrama Putra-Putri NTB
Bogor, Klinik Medika, Puri Madani & teman-teman lainnya atas dukungan dan
persaudaraannya. Saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang tidak
terhingga pada bapak Drs. Cecep Rustandi, M.M. (staf pengajar di IPB) hanya
Allah SWT yang bisa membalasnya dengan sempurna. Secara khusus terima
kasih disampaikan pada bapak Drawani-Pemda Lotim & R. Kurnianingsih, M.Si,
Lutfi & sahabatku Juarman, S.Sos untuk pendakian Rinjani - survai penelitian &
Kusumawardani, S.E yang membantu penyebaran kuesioner di Senggigi, Human
Resources Manager Senggigi Beach Hotel an Hairul Chotib, Senggigi Reef
Resort dan Taman Restauran Senggigi an Taufan, Yellow Flower Bar &
Restauran an Made dan Café & Bungalow Putri Nyale-Kuta Lombok Tengah
yang telah memberi kesempatan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan.
Penghargaan tertinggi untuk kedua orang tua atas doa, motivasi dan
dukungannya Drs. Zainal Abidin - Rosniwangi, kakaku Habiburrahman Hidayat,
S.Psi, kedua adiku: Sufiani Roza, S.T, Aulia Fitria Sandi untuk kasih sayangnya
& Lalu Muhammad Fathurrahman, S.Hi atas kesetiaan, kesabaran & cinta yang
tulus hingga terwujudnya kesempurnaan ibadah ini, semuanya adalah pelitaku
yang tak pernah padam. Penulis juga tidak akan pernah melupakan segala
bentuk dukungan, motivasi, waktu, & dorongan saat penulis kehilangan
semangat menyelesaikan tesis ini yaitu kedua pembimbingku, para sahabat: Dwi
Nurul Mahmudah - Lamongan, Undang Suryatna - Bogor, Yusnidar - Aceh, Mas
Ayu Ambayoen - Malang, Fahrul Abdullah - Nunukan, Mercy Patanda - Toraja,
Ibrahim Arifin - Maluku, Syam Sulaeha - Jakarta, Hasnia Arami - Kendari, & Adi -
Rini Rahmania - Jakarta, terimakasih untuk semuanya.
Bogor, September 2008
Widiastuti Furbani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara pada
tanggal 19 Mei 1979 di Aikmel Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa
Tenggara Barat dari pasangan Drs. Zainal Abidin dan Rosniwangi.
Jenjang pendidikan formal di mulai dari SDN 4 Ampenan Lombok Barat
lulus tahun 1991, SMPN 1 Mataram lulus tahun 1994 dan tahun 1997 lulus dari
SMAN 5 Mataram. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Provinsi Jawa Timur pada program
studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi
dengan konsentrasi Media Audiovisual dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis mempunyai kesempatan melanjutkan studi pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB) dengan mengambil
program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan - KMP.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar Belakang .................................................................................. 1 Permasalahan .................................................................................... 4 Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 4 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………...... 5 Pengertian Komunikasi ....................................................................... 5
Komunikasi Massa ...................................................................... 5 Komunikasi Interpersonal ............................................................... 7
Perilaku Komunikasi ........................................................................... 8 Konfirmasi ...................................................................................... 8 Terpaan (Exposure) Media Informasi ........................................... 11 Image Daerah Tujuan Wisata ....................................................... 12 Peranan Agen Perjalanan .............................................................. 13 Komponen dalam Kegiatan Pariwisata Batasan Ruang Lingkup Wisatawan............................................... 13 Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata ........................................ 14 Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata ...................................... 15 Pengertian Komunikasi Pemasaran ............................................... 15 Bauran dalam Komunikasi Pemasaran........................................... 16 Model Perilaku Pengambilan Keputusan............................................... 17 Faktor Demografi dan Psikografi .................................................... 20
KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 23
Hipotesis .............................................................................................. 27 Definisi Operasional.............................................................................. 28 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 33
Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 33 Metode Penelitian ................................................................................. 34 Metode Pengambilan Sampel ............................................................... 34 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ....................................................... 34 Pengumpulan Data ............................................................................... 35 Analisis Data ......................................................................................... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 37 Letak Geografis dan Obyek Wisata ....................................................... 37 Karakteristik Personal Wisatawan........................................................... 40 Perilaku Komunikasi Wisatawan ............................................................ 43
Tahap Pencarian Informasi Awal ................................................... 44 Tahap Konfirmasi .......................................................................... 53
Keputusan Dalam Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ................. 62 Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Alam ..................................... 62 Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Budaya .................................. 65
Keputusan Menentukan Masa Tinggal ........................................... 70 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. 74 Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................... 76 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. 77 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. 79 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. 81 Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Pencarian Informasi Awal Terhadap Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal ..... 83 Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .............................. 86 KESIMPULAN ............................................................................................. 90 Kesimpulan ............................................................................................ 90 Saran ..................................................................................................... 90 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Distribusi Wisatawan Menurut Karakteristik Personal ............................ 41 2 Distribusi Wisatawan Menurut Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal ...................................................................... 44 3 Distribusi Wisatawan Menurut Jenis Sumber Informasi dalam Tahap Pencarian Informasi Awal ........................................................................ 46 4 Distribusi Wisatawan Menurut Saluran Informasi yang Digunakan pada Tahap Pencarian Informasi Awal ................................................... 47 5 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana Wisata pada Tahap Pencarian Informasi Awal ....................................... 50 6 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Tentang Keamanan dalam Informasi Awal .............................................................................. 52 7 Distribusi Wisatawan Menurut Tingkat Perilaku Komunikasi Wisatawan pada Tahap Konfirmasi ........................................................ 54 8 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Sumber Informasi pada Tahap Konfirmasi .......................................................................... 55 9 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Saluran Informasi pada Tahap Konfirmasi..................................................................................... 57 10 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana pada Tahap Konfirmasi ......................................................................... 59 11 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Isi Informasi Tentang Keamanan dalam Tahap Konfirmasi.............................................................. 61 12 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Alam.......................................................................... 63 13 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan pada Masing-masing Obyek Wisata Alam.............................................................. 64 14 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Budaya ........................................................................... 66 15 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Masing-masing Obyek Wisata Budaya ................................................... 67 16 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan Masa Tinggal di Pulau
Lombok .................................................................................................. 70 17 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Masa Tinggal dan Alokasi Waktu yang Digunakan ....................................................... 71 18 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Alokasi Waktu pada Obyek Wisata ................................................................................. 72 19 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. 74 20 Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ..................................................................................... 76 21 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ..................................................................................... 78 22 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. .. 79 23 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. 81 24 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ...... . 84
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata ..................................... 17 2 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Engel ......... 19 3 Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku
Komunkasi Wisatawan Terhadap Keputusan Obyek Wisata ................... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 94 2 Obyek Wisata Alam Pendakian Gunung Rinjani ...................................... 95 3 Lokasi Kawasan Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat ................ 96 4 Kuesioner ................................................................................................ 97 5 Validitas dan Reliabilitas Instrument ......................................................... 101
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada abad 21 ini, komunikasi dan industri wisata sudah berkembang
pesat yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Perkembangan ini mengakibatkan terjadinya proses pembentukan tatanan dunia
baru yang merupakan integrasi dari kehidupan multisektoral. Ibrahim (1999)
melihat tatanan baru ini sebagai sesuatu yang ditandai dengan adanya arus
investasi, industri, informasi, dan gerakan individualisme konsumen.
Individualisme konsumen merupakan pemenuhan kebutuhan untuk diri pribadi
pada sektor barang dan jasa. Sumarwan (2004) melihatnya sebagai elemen
krusial dalam pertukaran antara pelanggan dan penyuplai. Bagi daerah tujuan
wisata hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan pelayanan dan jasa bagi
kebutuhan para wisatawan. Masing-masing pihak memberikan sesuatu yang
bernilai kepada pihak lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Semuanya
mengalir melalui jaringan telekomunikasi, transportasi, dan turisme.
Saat ini komunikasi sudah berkembang menjadi industri dan telah
mampu membentuk lembaga industri komunikasi seperti media massa, jasa
komunikasi atau manajemen komunikasi, periklanan, public relation, ataupun
lahirnya lembaga-lembaga penelitian dalam bidang komunikasi dan media.
Perubahan dalam teknologi komunikasi diakui juga oleh Rakhmat (2001) yang
mengutip pendapat dari Frederick Williams bahwa teknologi komunikasi mampu
mengubah pola kehidupan santai kita, transportasi, kesehatan, politik,
pendidikan, dan seluruh tatanan sosial.
Kemudahan dalam mengakses informasi ini berdampak pada lahirnya
pemikiran baru dimana informasi dijadikan pertimbangan ketika akan mengambil
suatu keputusan. Informasi tersebut berhubungan dengan perkembangan yang
terjadi di belahan dunia lain, hiburan, dan tidak kalah pentingnya adalah
informasi mengenai daerah tujuan wisata. Saat ini pertumbuhan tingkat
kunjungan wisata dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Menurut
Orams (1999) pertumbuhan perjalanan wisata saat ini dapat disusun sebagai
satu agenda industri terbesar didunia. Perjalanan wisata tersebut didorong oleh
meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia terutama pada negara-
negara industri maju, seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia,
maupun negara-negara Asia lainnya (Wahab, 2003).
2
Seiring meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia, negara-
negara maju mempunyai Undang-undang resmi yang khusus mengatur masa
liburan dan diberlakukan pada seluruh instansi pemerintah dan swasta, seperti
Amerika Serikat yang mempunyai masa liburan penting pada perayaan
Thanksgiving dan Natal. Selain Amerika Serikat ada juga perbedaan jumlah
masa liburan di negara-negara maju lainnya, seperti negara Australia dan
Belanda yang mempunyai masa libur selama 20 hari setiap tahun, Perancis
mempunyai masa libur 25 hari setiap tahun, dan Cina menetapkan 10 hari masa
libur setiap tahunnya (Hall dan Cooper, 2008).
Adanya masa libur yang tetap dan tingginya minat wisatawan asing
berlibur keberbagai negara, menjadikan Pemerintah Indonesia lebih serius
mengembangkan pariwisata dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu
tujuan wisata dunia. Langkah dari keseriusan pemerintah Indonesia dapat dilihat
dengan dicanangkannya program Visit Indonesia 2008 oleh Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata Indonesia Jero Wacik. Pemerintah mengajak seluruh provinsi
yang mempunyai potensi wisata untuk lebih aktif mengembangkan sektor
pariwisata. Salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang
potensi wisatanya tidak kalah menarik dengan provinsi lainnya di Indonesia.
Dilihat dari peta tujuan wisata Indonesia, Provinsi NTB secara geografis
mempunyai posisi yang cukup strategis karena berada di antara Pulau Bali, Tana
Toraja, dan Pulau Komodo. Posisi strategis tersebut dinamakan ”segitiga emas”
kawasan wisata.
Peranan media massa cetak maupun elektronik yang digunakan
pemerintah Provinsi NTB sebagai sarana promosi obyek wisata diduga
menyebabkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing yang cukup
signifikan di Provinsi NTB. Berdasarkan statistik yang dilakukan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB jumlah kunjungan wisatawan asing
tahun 2005 mencapai 128.768 (DIKPAR, 2005). Hal ini tidak lepas dari peran
aktif pemerintah Provinsi NTB dan pelaku wisata lainnya dalam mempromosikan
obyek wisata alam maupun budaya melalui media massa cetak dan elektronik.
Isi pesan mengenai informasi wisata umumnya bersifat persuasif
karena bertujuan mengajak calon wisatawan untuk mengunjungi Provinsi NTB.
Hal ini sejalan dengan pandangan Liston (2005) bahwa untuk kegiatan apapun
yang bertujuan promosi, kriteria pesan haruslah tepat, dapat
dipertanggungjawabkan, memiliki perbedaan, dan bersifat persuasif atau
3
mengajak. Selain itu isi pesan harus bersifat strategis artinya pesan mampu
memberi motivasi ataupun inspirasi untuk meyakinkan khalayak bahwa apa yang
diungkapkan adalah sebuah kebenaran.
Untuk itu perlu dilakukannya suatu penelitian mengenai pariwisata
dengan sudut pandang komunikasi. Penelitian mengenai pariwisata dari sudut
pandang komunikasi sudah banyak dilakukan seperti melihat peranan sebuah
kelompok, institusi atau lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata.
Salah satu penelitian yang melihat peranan sebuah kelompok dalam
pariwisata dilakukan oleh Ichwanudin pada tahun 1998 dengan judul ”Peserta
kelompok penggerak pariwisata (kompepar) dengan adopsi program Sapta
Pesona di Kabupaten Sukabumi”. Variabel bebas yang diteliti adalah karakteristik
personal yang meliputi usia, pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan
dalam keluarga. Variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi yang terdiri
dari mencari informasi dan menyebarkan informasi Sapta Pesona. Sedangkan
variabel terikatnya yaitu adopsi inovasi yang terdiri dari pengetahuan, persepsi,
dan penerepan unsur-unsur Sapta Pesona. Penelitian tersebut menyimpulkan 1)
semua peubah perilaku komunikasi responden berhubungan nyata dengan
tingkat pengetahuan, persepsi, dan penerapan masyarakat terhadap unsur-unsur
program Sapta Pesona. 2) tingkat hubungan antar peubah karakteristik dan
perilaku komunikasi bervariasi diantaranya (a) pendidikan sekolah, pendapatan
dan jumlah tanggungan dalam keluarga berhubungan nyata dengan perilaku
mencari informasi; (b) umur dan pendidikan formal maupun non formal
berhubungan nyata dengan penyebarkan informasi.
Sedangkan penelitian lainnya mencoba mengevaluasi program promosi
wisata melalui web side milik Departemen Pariwisata Seni dan Budaya dari tahun
1995 - 2001. Evaluasi pada penelitian tersebut hanya bersifat formatif yang lebih
ditekankan pada proses dan mekanisme pengelolaan program serta output
kegiatan yang dapat dicapai. Penelitian dilakukan oleh Astuty (2002) dengan
judul ”Strategi Komunikasi Promosi Pemasaran Elektronik Pariwisata Indonesia”.
Program yang dianalisa adalah program promosi pemasaran pariwisata
Indonesia dalam rangka Penyelamatan Citra Pariwisata Indonesia dalam website
www.indonesia-tourisminfo.co.id.
Kesimpulan dari evaluasi program tersebut adalah (1) dilihat dari
pembuatan website, telah dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan baik
dalam proses dan mekanisme program maupun dalam hal out-put kegiatan yang
4
telah dilaksanakan. (2) dilihat dari tujuan program, untuk membangun citra positif
pada masyarakat internasional sepenuhnya belum berhasil. (3) dilihat dari
pengamatan terhadap penggunaan internet, diketahui adanya peningkatan
dalam menggunakan internet oleh wisatawan maupun calon wisatawan.
Berdasarkan uraian dari penelitian yang pernah dilakukan maka
penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan sumber informasi beserta
salurannya dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat peranan suatu
lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang
pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji hubungan antara masing-
masing karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi terhadap
keputusan memilih obyek wisata dan masa tinggal di Pulau Lombok. Khusus
mengenai karakteristik perilaku komunikasi dibagi menjadi dua yaitu pencarian
informasi sebelum berada di Pulau Lombok dan setelah berada di Pulau Lombok.
Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dalam
penelitian adalah:
1. Bagaimana hubungan karakteristik personal wisatawan dengan keputusan
memilih obyek wisata?
2. Bagaimana hubungan perilaku komunikasi wisatawan dengan keputusan
memilih obyek wisata?
Tujuan Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan dengan
keputusan memilih obyek wisata.
2. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku komunikasi dengan keputusan
wisatawan memilih obyek wisata.
Manfaat
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Provinsi NTB, khususnya
seluruh kabupaten yang ada di Pulau Lombok untuk menggunakan media
informasi yang tepat sebagai sarana promosi dan informasi daerah tujuan wisata
sehingga hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat untuk pengembangan dan
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Komunikasi
Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi mengacu pada penggunaan media komunikasi
secara massa. Istilah massa menurut McQuail (1987) adalah khalayak yang
sangat luas maknanya dan seringkali lebih besar dari suatu kebanyakan
kelompok, kerumunan atau publik. Massa ditandai dengan adanya komposisi
yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula
serta terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khalayak tidak
bertindak untuk dirinya sendiri tetapi dikendalikan untuk melakukan suatu
tindakan. Para anggotanya berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok
demografis.
Selain itu McQuail menambahkan bahwa kata massa kadangkala
digunakan untuk menyebutkan para konsumen di pasar massal atau sejumlah
besar pemilih (khalayak pada pemberi suara). Kumpulan semacam itu seringkali
ada hubungannya dengan pengertian khalayak. Media massa digunakan untuk
mengarahkan atau mengendalikan perilaku konsumen dan perilaku politik
sejumlah besar pemilih. Pengembangan konsep massa mengandung pengertian
masyarakat secara keseluruhan atau masyarakat massa (McQuail, 1987).
Shannon dan Weaver melihat komunikasi dalam arti yang sangat luas
untuk menampung semua prosedur yang bisa digunakan oleh satu pikiran untuk
mempengaruhi pikiran lain. Selain itu komunikasi bertujuan sebagai suatu usaha
untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima
pesan) yang diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa sehingga komunikasi
dapat dilihat dalam berbagai bentuk hubungan (Shannon dan Weaver, diacu
dalam Severin dan Tankard 2005).
Secara lengkap Lasswell mengemukakan bahwa komunikasi adalah
menjawab pertanyaan sebagai berikut, who (siapa), says what (berkata apa), in
which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what
effect (dengan efek apa)? Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi dapat dibagi menjadi
dua kategori, yakni komunikasi interpersonal dan komunikasi massa (Lasswell
1948, diacu dalam Effendy 1988).
6
Dalam menggambarkan unsur penting dalam komunikasi massa
diperlukan gambaran institusi media massa. Unsur penting dalam proses
komunikasi massa dapat dibandingkan dengan komunikasi tatap muka antara
beberapa orang (antarpribadi dan komunikasi di dalam kelompok atau
komunikasi organisasi). Hal ini terkait dengan sumber dalam komunikasi massa
bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal dan pengirimnya
seringkali merupakan komunikator profesional (McQuail, 1987).
Sedangkan Ardianto dan Erdinaya (2004) melihat komunikasi
interpersonal sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya tatap
muka (face to face communication) dan di antaranya saling berbagi ide, informasi
dan berbagi sikap. Sedangkan komunikasi massa adalah bentuk komunikasi
yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan
komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh
(terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.
Lebih jauh Ardianto dan Erdinaya melihat bentuk komunikasi lain yang
tidak dapat dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal tetapi memiliki sifat
interpersonal karena komunikannya sering kali hanya satu orang dan dikenal
oleh komunikatornya. Bentuk komunikasi ini tidak dapat dikategorikan ke dalam
komunikasi massa meskipun memiliki situasi pada komunikasi massa. Bentuk
komunikasi tersebut adalah komunikasi medio (seperti telepon, teleks, faksimili,
dan sejenisnya).
Kata medio berasal dari bahasa Latin yang berarti tengah-tengah dan
mempunyai karakteristik yang berada di antara komunikasi interpersonal dan
komunikasi massa. Kategori komunikasi media dalam dunia periklanan adalah
poster, spanduk, transit/panel bis, pameran, direct mail, kalender, display.
Oleh karena itu Severin dan Tankard (2005) mendefenisikan komunikasi
massa secara lengkap sebagai berikut:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen,
dan anonim.
2. Pesan-pesan yang disebarkan bertujuan untuk mencapai sebanyak mungkin
anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
7
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi selalu mempunyai dampak atas satu atau lebih orang yang
terlibat dalam tindakan komunikasi. Dalam hubungan interpersonal yang
melibatkan komunikasi antara dua orang maka salah satunya bertujuan untuk
mempengaruhi dan membantu meningkatkan efektifitas komunikasi masing-
masing individu (DeVito, 1997). Sedangkan Rakhmat (2001) menyatakan bahwa
ada tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu
1. Percaya.
Dalam proses komunikasi, percaya dapat meningkatkan komunikasi
interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman
dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk
mencapai tujuannya.
2. Adanya sikap suportif.
Suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.
Sikap defensif ditandai dengan seseorang akan lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang
memahami pesan orang lain. Seperti dari faktor personal ditandai dengan
adanya ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, dan lainnya.
3. Adanya sikap terbuka.
Sikap yang ditandai dengan adanya dorongan untuk saling mengerti ataupun
saling menghargai.
Komunikasi interpersonal bisa lebih efektif dalam mempengaruhi
komunikan daripada media massa. Hal ini dinyatakan oleh Rivers at al. (2003)
bahwa komunikasi interpersonal dalam proses penyampaian pesan mempunyai
pengaruh yang cukup kuat dalam mempengaruhi seseorang. Faktor personal ini
terjadi (orang-orang dekat yang berpengaruh ataupun pembuat opini) ada di
antara pesan media dan respon individu. Sedangkan Middleton dan Clarke
(2001) memaknai komunikasi interpersonal sebagai komunikasi informal karena
dilakukan secara lisan dan terdiri dari teman maupun kelompok acuan.
Dalam usahanya untuk membujuk, media dihadapkan pada suatu
jaringan komplek yaitu adanya hubungan interpersonal yang bisa melemahkan
pesannya. Artinya masing-masing individu mempunyai gambaran yang berbeda
terhadap makna pesan yang disampaikan, dilihat, ataupun yang didengar
sehingga komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai aktivitas manusia
dalam menyampaikan dan menerima pesan dari orang lain. Aktivitas tersebut
8
dapat dilihat sebagai suatu situasi yang memungkinkan suatu sumber
menyebarluaskan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari
untuk mempengaruhi perilaku penerima (Miller, diacu dalam Mulyana 2001).
Sebelum pesan sampai pada penerima ada suatu proses yang dapat
mendukung berhasilnya suatu informasi. Hybels dan Weafer memaknai
komunikasi sebagai suatu proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan.
Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan
tulisan tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya, penampilan diri atau
menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan
(Hybels dan Weafer, diacu dalam Liliweri 2003).
Perilaku Komunikasi
Konfirmasi
Dalam lingkup pariwisata, informasi memegang peranan sangat penting.
Menurut Gunn (1994) istilah informasi berisikan tentang deskripsi mengenai peta,
buku panduan wisata, rekaman gambar dalam format video, artikel majalah,
narasi para pemandu wisata, dan brosur. Perpaduan antara informasi peta
(lokasi wisata) dengan buku panduan wisata dapat membantu wisatawan
menemukan kebutuhan informasi tentang perjalanan wisata apa yang ingin
mereka saksikan dan kerjakan.
Kolb (2006) menyatakan bahwa pencarian informasi dilakukan sebelum
membuat keputusan mengenai tujuan wisata. Wisatawan menggunakan
sejumlah waktu untuk mencari informasi melalui banyak sumber-sumber
informasi sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan pada berbagai pilihan
sebelum memutuskan apa yang akan dikunjungi. Sumber informasi tersebut
berisikan fakta tentang produk, jasa, dan keuntungan yang diperoleh melalui
internet, bertanya pada teman dan keluarga.
Pentingnya pencarian informasi dinyatakan juga oleh Ricci dan Werthner
(2001) bahwa wisatawan selalu berdasarkan informasi dalam menentukan
kebutuhan mengenai tempat yang dituju, aktivitas yang akan dilakukan,
pelayanan, pemilihan batasan waktu, dan anggaran. Contohnya pada perilaku
mencari informasi mengenai hotel yang menyangkut fasilitas dan restaurant pada
perencana perjalanan (agen perjalanan).
Selain itu informasi wisata dapat diperoleh melalui media informasi formal
yang bertujuan untuk membujuk wisatawan melalui brosur, promosi melalui
9
teknik penjualan langsung, aktivitas public relation dan Internet. Selain informasi
formal, wisatawan dapat memperoleh informasi secara informal melalui keluarga
mereka, para teman dan kelompok orang dengan siapa mereka saling
berhubungan di tempat kerja dan secara sosial melalui kelompok acuan atau
biasa dikenal sebagai pembentuk opini (Middleton dan Clarke, 2001).
Internet menjadi pilihan wisatawan dalam memperoleh informasi bisa
disebabkan mudah mengaksesnya dengan biaya yang relatif lebih murah.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Chang (Chang 1988, diacu dalam Severin
dan Tankard, 2005) bahwa untuk kategori daya akses atau jangkauan
pengunjung situs internet lebih melihat pada nilai ekonomisnya (gratis atau
murah) dibandingkan hanya untuk kesenangan (kemudahan mengakses
informasi). Selain itu negara-negara Eropa, Amerika, Australia, maupun sebagian
besar Asia menjadikan internet sebagai media informasi yang sangat populer
setelah buku ataupun media informasi lainnya.
Fitur internet yang berisikan informasi wisata diantaranya
www.travel.discovery.com atau www.travelchanel.com. Website ini mencakup
informasi perjalanan wisata di seluruh dunia dengan berbagai macam lokasi
tujuan wisata dan jenis wisata yang diinginkan. Informasi wisata yang bisa
diakses diantaranya adalah adventure travel & sports, beaches, budget travel,
museums & culture, romance & honeymoons, travel tips, world's best lists, dan
lainnya. Sedangkan situs resmi pariwisata Indonesia adalah www.budpar.go.id
yang menampilkan secara lengkap informasi wisata di seluruh Provinsi di
Indonesia dalam berbagai bahasa Internasional. Situs lainnya adalah
www.indonesia-tourisminfo.co.id yang menampilkan informasi daerah tujuan
wisata seperti Sumatra, West Java, Central Java, Sumba, North Aceh, dan
Bengkulu. Website tersebut menggunakan lima bahasa yaitu Indonesia, Inggris,
Perancis, Belanda, dan Jerman (Astuty, 2002).
Adanya perilaku wisatawan ketika mencari informasi secara berulang-
ulang dapat sebut sebagai konfirmasi. Pengertian konfirmasi merujuk pendapat
dari Rogers (Severin dan Tankard, 2005) bahwa konfirmasi merupakan
penguatan atau pembalikan keputusan inovasi yang dibuat. Sedangkan dari
kamus komunikasi istilah konfirmasi adalah penegasan yang mengandung
kenyakinan atau pengesahan sehingga tidak diragukan lagi (Effendy, 1989).
Dalam buku Psikologi Komunikasi yang ditulis oleh Rakhmat (2001)
bahwa dalam konteks hubungan interpersonal sangat diperlukan suatu
10
peneguhan yang terangkum dalam konteks respon yang tepat. Respon yang
tepat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan interpersonal
yang terjadi. Respon terbagi menjadi dua yaitu konfirmasi dan diskonfirmasi.
Konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal dan diskonfirmasi akan
merusak hubungan tersebut.
Respon dalam konfirmasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pengakuan langsung yaitu tahap dimana seseorang memberikan respon
segera yang ditandai dengan menerima informasi dari sumber dan bentuk
media komunikasi yang digunakan.
2. Perasaan positif yaitu tahap dimana seseorang menanggapi informasi
dengan bersikap positif.
3. Respon meminta (bertanya) yaitu tahap menggali informasi lebih banyak lagi.
4. Respon setuju yaitu sikap yang ditandai dengan kesetujuannnya terhadap
pilihan. Pada tahap ini terjadi peneguhan terhadap fakta tentang pilihan yang
telah diketahui.
5. Respon suportif yaitu ungkapan dalam bentuk pengertian, dukungan, atau
memperkuat keyakinan.
Sumber informasi wisata lainnya berupa media massa yang terdiri dari
media cetak dan elektronik. Adanya penggunaan berbagai sumber informasi
sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan tujuan wisata menunjukan
ketidakpuasan wisatawan dengan satu sumber informasi. Umumnya seseorang
merasa tidak puas hanya dengan satu jenis media saja dan jika seseorang ingin
mengetahui lebih jauh tentang sesuatu maka ia akan mencarinya dari macam-
macam media (Lazarfeld dan Merton, diacu dalam Rivers at al. 2003).
Media informasi tersebut salah satunya adalah buku panduan wisata.
Beberapa negara Eropa ada yang menerbitkan buku mengenai wisata dunia.
Negara-negara tersebut terdiri dari negara Jerman, Inggris, dan Perancis.
Negara Jerman dan Inggris mempunyai buku terbitan mengenai panduan wisata
yang memuat informasi secara menyeluruh mengenai wisata yang ada diseluruh
dunia termasuk Indonesia dengan berbagai daerah tujuan wisatanya. Sedangkan
Perancis belum mempunyai terbitan buku panduan (biasanya yang diterbitkan
berupa buku panduan informasi perhotelan yang cukup lengkap) dengan kualitas
setaraf dengan negara-negara seperti Jerman dan Inggris. Namun negara
Perancis cukup dikenal sebagai negara yang dapat memberikan informasi terbaik
mengenai informasi wisata (Wahab, 2003).
11
Selain menggunakan buku panduan wisata, wisatawan dapat
menggunakan brosur-brosur wisata. Dalam industri perjalanan (travelling),
pariwisata, taman bermain, daerah wisata, atraksi, dan perhotelan merupakan
pengguna brosur yang paling besar. Mereka menyebarkan informasi kepada
pebisnis, pencari kesenangan, dan profesional yang sering melakukan
perjalanan. Selain itu itu brosur mampu mengidentifikasi penempatan informasi
suatu produk atau jasa (Roman at al. 2005).
Terpaan (Exposure) Media Informasi
Terpaan (exposure) menurut Shimp (2003) adalah konsumen yang
berinteraksi dengan pesan dari pemasar (mereka melihat iklan di majalah,
mendengar iklan di radio, dan lainnya). Terpaan sendiri merupakan tahap awal
menuju tahap-tahap dalam proses informasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam
proses informasi dari tahapan sumber informasi yang digunakan hingga
bagaimana khalayak dapat menerima informasi yang dibutuhkan. Terpaan tidak
menjamin bahwa pesan akan menghasilkan efek tetapi ini merupakan tahapan
penting untuk taraf berikutnya dalam memproses informasi.
Terpaan membutuhkan beberapa hal diantaranya:
1. Saluran media yang ditayangkan atau didistribusikan (surat kabar, majalah,
radio, televisi dan sebagainya).
2. Konsumen menerima terpaan dari saluran media (dengan membaca surat
kabar, majalah, mendengarkan radio, menonton televisi dan sebagainya).
3. Konsumen menerima terpaan dari iklan tertentu dan pengiklan yang
disampaikan pada media yang ada melalui saluran media.
Jadi ketika individu menerima informasi dari penyampai pesan yang
memiliki tujuan tertentu dari saluran media yang dikonsumsi oleh individu, maka
keadaan ini disebut sebagai terpaan individu (Amini, 2004).
Donohew at al. (1980) dalam teorinya tentang Aktivasi Terpaan
Informasi (Activation Theory of Information Exposure) menjelaskan bahwa
seorang individu akan berusaha mencari (memenuhi) stimulasi dan informasi dari
suatu pesan yang sesuai dengan keinginannya, sebelum mereka memenuhi
kebutuhannya terhadap informasi itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dan
stimulasi bias berbeda untuk setiap individu. Oleh karena itu setiap orang akan
memilih stimulasi dan informasi yang menarik perhatiannya daripada
informasinya itu sendiri.
12
Image Daerah Tujuan Wisata
Image muncul tidak lepas dari peranan sumber informasi yang
memberikan sebuah gambaran positif atau negatif tentang kawasan wisata. Hal
ini merupakan efek dari komunikasi massa dimana realitas yang terbentuk
merupakan gambaran yang mempunyai makna (Rakhmat, 2001) sehingga Yoety
(2002) menyatakan gambaran positif tentang produk daerah tujuan wisata
merupakan image atau citra positif terhadap daerah tujuan wisata.
Adanya gambaran positif tidak lepas dari peranan stimuli dan stimuli
merupakan setiap input yang dapat ditangkap oleh alat indra (Rakhmat, 2001).
Stimuli dapat juga dipahami dari konteks pemasaran yaitu stimuli merupakan hal
terpenting dari realitas artinya suatu proses dengan mana seseorang menyeleksi,
mengorganisasikan dan menginterpretasi stimuli kedalam suatu gambaran dunia
yang berarti (Simamora 2004). Gambaran realitas ini dapat dilihat pada bentuk
pilihan media seperti visual, visual gerak, audio, dan audiovisual. Media mampu
di terima oleh stimuli panca indra yang merespon bentuk media.
Panca indra akan cepat merespon bila terdapat warna-warna terang dan
adanya penggabungan dalam bentuk gerak. Kemampuan dalam menstimuli
pesan tidak lepas dari kemampuan masing-masing panca indra. Hal ini terlihat
pada panca indra penglihatan yang mampu menstimuli pesan lebih tinggi hingga
83% bila dibandingkan dengan panca indra pendengar yang hanya mencapai
11%. Sedangkan untuk panca indra penciuman hanya mencapai 3,5%, indra
perasa mencapai 1,5%, dan indra pengecap hanya 1% (Soedarmanto, 1998).
Dalam komunikasi periklanan penggunaan media (media massa,
elektronik) adalah hal yang sangat penting. Menurut Roman at al. (2005) image
adalah adanya interaksi langsung dengan konsumen. Interaksi langsung ini lebih
cepat mempengaruhi calon konsumen dan dalam ilmu komunikasi interaksi
langsung terjadi dalam komunikasi dua arah.
Gunn (1994) dalam bukunya tourism planning: basic, concepts melihat
gambaran wisata erat kaitannya dengan informasi pada media dan peranan para
biro perjalanan. Kaitan terhadap peranan tersebut lebih kepada pemberian
informasi positif tentang daerah tujuan wisata dengan segala fasilitas pendukung.
Selain itu pihak agen perjalanan lebih menekankan untuk merekomendasikan
kawasan wisata yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan ataupun kemampuan
dari calon wisatawan itu sendiri.
13
Peranan Agen Perjalanan
Sejarah mencatat orang pertama yang dianggap sebagai traveller
adalah Marcopolo pada tahun 1254-1374 yang melakukan perjalanan dari benua
Eropa ke daratan Tiongkok dan kembali ke Venesia. Awal abad ke-XIX ditandai
dengan kemajuan dalam bidang transportasi yang meliputi darat, laut dan udara
sehingga memungkinkan dan memudahkan seseorang untuk berkunjung antar
negara atau kota. Menurut Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) tercatat dalam
sejarah bahwa Thomas Cook dianggap sebagai orang pertama yang
menjalankan profesi travell agent atau agen perjalanan di tahun 1855 pada The
Paris Exhibition.
Peranan Agen perjalanan sangat penting dalam memberikan informasi
tentang daerah tujuan wisata dan Wahab (2003) menyatakan bahwa agen
perjalanan menangani kira-kira 70 % usaha perjalanan. Profesi agen perjalanan
bertumpu pada kepercayaan yaitu kepercayaan pelaku perjalanan tentang
bentuk pelayanan dan macam wisata yang diinginkan. Wahab juga
menambahkan bahwa profesi agen perjalanan sifatnya sangat kompleks karena
variasi jasa dan pelayanannya kepada pelanggan menyebabkan agen perjalanan
menjadi salah satu sektor penting dalam industri pariwisata.
Hal ini dikarenakan agen perjalanan menjadi salah satu tempat
mengakses hampir semua produk di dalam pariwisata dan traveling (Middleton
dan Clarke, 2001). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Gunn (1994)
bahwa agen perjalanan mempunyai keleluasaan yang lebih luas dibandingkan
dengan sumber informasi lainnya dalam hal mempengaruhi calon wisatawan
tentang lokasi wisata yang dapat dikunjungi. Lebih jauh lagi Gunn menyatakan
dari sudut bisnis, lokasi bangunan ataupun gedung-gedung yang dimiliki suatu
kawasan daerah tujuan wisata kedudukannya sedikit lebih penting dari seluruh
produk wisata yang dapat ditawarkan. Wisatawan lebih mementingkan di mana
letak lokasi wisata yang akan di kunjunginya.
Komponen dalam Kegiatan Pariwisata
Batasan dan Lingkup Wisatawan
Pariwisata pada umumnya adalah suatu hal yang berhubungan dengan
perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Hal ini dipertegas oleh
Gunn (1994) bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan yang merangkum
seluruh perjalanan dengan tujuan menikmati keindahan suatu tempat pada saat
14
liburan ataupun menikmati sebuah perjalanan yang menyenangkan. Istilah lain
yang berhubungan dengan pariwisata adalah wisatawan. Orang yang datang ke
lokasi wisata tidak semuanya dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan. Hal
ini berdasarkan pengertian akan makna dari wisatawan itu sendiri.
Menurut Wahab (2003), Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) dapat
dirangkum makna wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang menetap sekurang-
kurangnya 24 jam disuatu negara dan maksud mereka berkunjung dapat
didasarkan atas dua hal yaitu 1). Waktu luang seperti berekreasi, cuti, untuk
kesehatan, studi, dan olah raga; 2). Bisnis, keluarga, misi, rapat dinas.
Jadi seseorang dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan jika
memiliki masa tinggal selama 24 jam atau lebih yang tersebar di seluruh
kawasan wisata dengan tujuan untuk berlibur, usaha perdagangan, dinas
(bekerja) ataupun datang untuk mengunjungi kerabat atau handai tolan mereka.
Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata
Masing-masing wisatawan mempunyai masa tinggal yang berbeda pada
daerah tujuan wisata. Salah satu prinsip dasar dari pariwisata adalah masa
tinggal karena akan diperoleh informasi mengenai jumlah masa tinggal
wisatawan dari yang terendah hingga jumlah maksimum (Cooper dan Hall,
2008).
Para pemasar yang bergerak dalam bidang pariwisata menganggap
penting data mengenai jumlah kedatangan dan masa tinggal wisatawan. Dengan
adanya informasi tersebut maka akan mudah bagi para pemasar untuk
mengetahui kegiatan wisata dan jumlah penerimaan yang dihasilkan dari
pengeluaran wisatawan. Menurut Wahab (2003) dalam mengukur lalu lintas
wisata dibutuhkan informasi mengenai jumlah masa tinggal wisatawan yang
diketahui dari penjumlahan seluruh lamanya malam wisatawan menginap di
hotel.
Untuk menentukan rata-rata lama tinggal para wisatawan dapat
dilakukan dengan lebih sederhana yaitu dengan mengelompokan wisatawan
berdasarkan asal negaranya dengan memberikan suatu batasan atau kategori
mengenai lama tinggalnya. Misalnya saja kurang dari tujuh hari, delapan hari
sampai lima belas hari, dan seterusnya.
Ada juga yang membagi jumlah malam menginap dengan jumlah
wisatawan pada daerah tujuan wisata. Namun penghitungan tersebut sangat
15
lemah karena dapat terjadi penghitungan jumlah masa tinggal pada wisatawan
yang sama. Hal ini disebabkan sebagian wisatawan suka berpindah tempat
menginap dari hotel A ke hotel B.
Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata
Pengertian Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur
pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran. Menurut Shimp (2003) pemasaran
merupakan sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya
mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya.
Pemasaran lebih umum pengertiannya daripada komunikasi pemasaran
namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas komunikasi. Jika
digabungkan maka komunikasi pemasaran dapat merepresentasikan gabungan
semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya
pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada
pelanggan atau kliennya.
Secara garis besar konsep produk dalam pemasaran dapat dibedakan
menjadi dua yaitu produk berupa barang berwujud (tangible products) dan
barang tidak berwujud (intangible products). Menurut Yoety (2002) produk
industri pariwisata lebih bersifat intangible products. Selain sifatnya tidak nyata,
dalam produk industri pariwisata terdapat bermacam-macam kegiatan yang
harus dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi. Namun prinsip pemasaran
dalam pariwisata umumnya tetap sama untuk pemasaran jasa (marketing of
service) dengan pemasaran barang (marketing of goods).
Lebih jauh Yoety (2002) membagi beberapa karakteristik produk industri
pariwisata yang berbeda dengan sifat barang-barang manufaktur diantaranya:
1. Tourism is a servise.
Produk industri pariwisata tidak berwujud karena itu produk tersebut tidak
dapat dipindahkan, dicoba, ataupun dikumpulkan. Pada barang berwujud
terjadi pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli terjadi setelah
transaksi selesai dilakukan. Tidak demikian dengan produk industri pariwisata
dimana pembeli sangat bergantung pada penjual untuk mengkonsumsinya.
Dalam transaksi tersebut tidak mengakibatkan terjadinya pemindahan hak
milik tetapi hanya ada hak pakai untuk sementara waktu. Hal ini terlihat ketika
wisatawan membeli paket wisata. Pada saat itu wisatawan tersebut tidak
16
menerima apapun kecuali selembar kuitansi sebagai bukti bahwa ia telah
membelinya tetapi apa yang dibelinya tidak bisa dikonsumsi sendiri tanpa
bantuan penjual (tour operator) yang biasanya diwakili oleh pemandu wisata.
2. Travel motivations are heterogeneous.
Motivasi perjalanan wisata yang dilakukan seseorang berbeda satu dengan
yang lain. Diantaranya ada yang ingin menyaksikan hasil kebudayaan,
kesenian, adat istiadat atau kebiasaan hidup masyrakat. Selain itu ada juga
yang bertujuan untuk menyaksikan keindahan alam atau melakukan kegiatan
olah raga.
3. Fragmented supply vs composite demand
Produk industri pariwisata merupakan kumpulan dari beberapa produk
perusahaan-perusahaan termasuk kelompok industri pariwisata dalam hal ini
bertindak sebagai penyedia jasa (supplier). Penyedia jasa tersebut terdiri dari
akomodasi hotel, restauran, entertainment, maupun pusat perbelanjaan
dimana antara yang satu dan lainnya terpisah (fragmanted) dan berbeda
dalam hal lokasi, fungsi, pemilik, manajemen, dan produknya. Sedangkan
dalam hal permintaan selalu dalam bentuk kombinasi atau campuran
(composite) dari beberapa produk seperti produk transportasi, kamar untuk
menginap di hotel, dan sarapan pagi di hotel.
Bauran dalam Komunikasi Pemasaran
Bentuk bauran komunikasi pemasaran dalam konteks pariwisata
meliputi price, promotion, place, product (Yoety, 2002). Produk (product)
merupakan keseluruhan totalitas produk yang akan ditawarkan meliputi jenis,
bentuk dan nama produk, kwalitas produk dan desain produk. Harga (price)
merupakan keseluruhan aspek yang menyangkut kebijakan mengenai harga dari
produk. Umumnya konsumen menggunakan harga sebagai referensi untuk
memberikan perhatian terhadap sesuatu produk. Bagi konsumen harga sering
dikonotasikan dengan kualitas produk yang ditawarkan. Biasanya konsumen
akan berfikir apakah harga sesuai dengan nilai produk tersebut bagi dirinya.
Tempat (place) menyangkut kebijakan penentuan tempat penawaran
produk untuk membentuk citra positif mengenai tempat di dalam hati sanubari
dan pikiran konsumen. Citra yang dimaksud meliputi lokasi (jauh dekat dari
konsumen), bentuk bangunan (arsitektur, desain eksterior dan interior), logo,
pegawai/pelayan toko, tata cara pelayanan angkutan barang, dan lainnya.
17
Promosi (promotion) bertujuan untuk menginformasikan produk kepada
konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk membelinya. Promosi yang
dilakukan oleh pemasar ataupun suatu agen priklanan lebih sering menggunakan
media massa yang dapat mencakup khalayak lebih luas.
Gunn (1994) melihat pasar wisata dari sudut demand (markets) dan
supply (development) seperti dalam gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata
Dari pendapat Gunn (1994) akan diketahui why (alasan, motif) dari
wisatawan ketika datang mengunjungi daerah atau negara tujuan wisata.
Kemudian akan diketahui what (apa saja) macam-macam obyek wisata yang
tersedia. Satu hal yang terpenting disini adalah mengetahui where (dimana) para
wisatawan mengetahui informasi tentang obyek wisata yang akan dikunjungi.
Secara keseluhan hal tersebut merupakan bagian dari komunikasi pemasaran
yang lebih menekankan pada makna persuasion atau membujuk.
Menurut Fill (1999) dari sudut pemasaran, kegiatan pameran secara
tidak langsung sudah mengarah pada penjualan langsung terhadap image wisata
yang ditawarkan. Penjualan langsung sebagai respon dari komunikasi langsung
dapat membangun hubungan antar orang perorang ataupun membangun
hubungan kemitraan. Terpenting pada penjualan langsung adalah adanya
interaksi dalam berkomunikasi dengan masing-masing pelanggan.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan
Konsumen dapat mengetahui informasi suatu produk tidak lepas dari
peranan sebuah iklan. Dikalangan praktisi bisnis, iklan difungsikan sebagai
perangsang dan pembentuk perilaku konsumen sehingga dapat dirumuskan
Atraksi
Informasi
Transportsi
Promosi
Pelayanan
18
beberapa tujuan dan fungsi penyajian iklan. Menurut Wibowo (2003) tujuan dan
fungsi penyajian iklan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menarik perhatian masyarakat calon konsumen.
2. Menjaga atau memelihara citra nama (brand image) yang terpatri dibenak
masyarakat.
3. Menggiring citra nama itu hingga menjadi perilaku konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk maupun jasa termasuk
proses keputusan yang mendahului dan setelah tindakan ini. Lebih jauh lagi
Engel menyatakan bahwa akar utama dari perilaku konsumen adalah ekonomi
dan pemasaran. Selain itu proses pembelian lebih menjadi perhatian para
pemasar (profit atau nonprofit) daripada proses konsumsi (Engel at al. 1994).
Keputusan berarti pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan
yang diambil biasanya berdasarkan pertimbangan situasional bahwa keputusan
tersebut adalah keputusan terbaik. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002)
keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan
yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain
dikesampingkan. Pertimbangan disini adalah menganalisa beberapa
kemungkinan atau alternatif lalu memilih satu di antaranya.
Menurut Wahab (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan berwisata adalah yaitu:
1. Produk wisata yang ditawarkan.
Jenis produk wisata yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata yang terdiri dari
seni tradisional, pengunungan, alam pedesaan, pantai, dan lainnya.
2. Sarana dan prasarana.
Hal ini mencakup pelayanan dari tempat penginapan (hotel, villa, losmen,
bungalow), sarana transportasi (pelabuhan laut, udara, kendaraan),
restauran, pusat perbelanjaan, pusat informasi pariwisata, art shop, dan
lainnya.
3. Situasi politik.
Faktor keamanan pada negara tujuan wisata yang umumnya berkaitan
dengan situasi politik, seperti adanya peperangan, kerusuhan, dan lainnya.
Selain itu Middleton dan Clarke (2001) menambahkan bahwa keamanan dan
keselamatan berkaitan dengan keputusan memilih obyek wisata pada daerah
tujuan wisata. Faktor keselamatan tersebut meliputi adanya perasaan
19
ancaman dari kejahatan, resiko kesehatan (kondisi kesehatan), dan
ketidakstabilan politik daerah tujuan wisata.
4. Pola hidup masyarakat.
Hal ini bisa dilihat dari sikap masyarakat terhadap wisatawan, makanan yang
menjadi ciri khasnya, dan yang terpenting adalah keramahan masyarakat
daerah tujuan wisata.
Adapun model keputusan secara lengkap dapat dilihat dalam gambar 2.
Gambar 2 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Engel at al. (1994)
Proses Psikologi meliputi: Pengolahan, informasi, pembelajaran, perubahan, dan sikap/perilaku
Perbedaan Individu yang meliputi: Sumber daya konsumen, motivasi & keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, demografi
Proses Keputusan
Pencarian informasi
Hasil
Evaluasi
Pembelian
Pengenalan
Pengaruh Lingkungan yang meliputi: Budaya, kelas sosial, pengaruh sosial, keluarga, dan sosial
20
Keputusan berarti pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan
yang diambil biasanya berdasarkan pertimbangan situasional bahwa keputusan
tersebut adalah keputusan terbaik. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002)
keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan
yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain
dikesampingkan. Pertimbangan disini adalah menganalisa beberapa
kemungkinan atau alternatif lalu memilih satu di antaranya.
Menurut Wahab (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan berwisata adalah sebagai berikut:
a. Produk wisata yang ditawarkan.
Jenis produk wisata yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata yang terdiri dari
seni tradisional, pengunungan, alam pedesaan, pantai, dan lainnya.
b. Sarana dan prasarana.
Hal ini mencakup pelayanan dari tempat penginapan (hotel, villa, losmen,
bungalow), sarana transportasi (pelabuhan laut, udara, kendaraan),
restauran, pusat perbelanjaan, pusat informasi pariwisata, art shop, dan
lainnya.
c. Situasi politik.
Faktor keamanan dalam di negara tujuan wisata.
d. Pola hidup masyarakat.
Hal ini bisa dilihat dari sikap masyarakat terhadap wisatawan, makanan yang
menjadi ciri khasnya, dan yang terpenting adalah keramahan masyarakat
daerah tujuan wisata.
Faktor Demografi dan Psikografi
Segmentasi sangat berguna secara efektif bagi pemasar ketika
digunakan untuk membantu perencanaan dan mendorong peningkatan
penjualan guna memperoleh keuntungan bagi perusahaan. Secara khusus
segementasi dapat mengindentifikasi prospek atau peluang pada kelompok kecil
konsumen sehingga secara garis besarnya, segmentasi mempunyai dua tujuan
utama yaitu mengidentifikasi kelompok konsumen di dalam pasar dan
memposisikan produk-produk pariwisata dan kesenangan dengan melibatkan
periklanan (Morgan dan Pritchard, 1999). Selain itu segmentasi sangat relevan
digunakan untuk memberi batasan mengenai motivasi dan perilaku individu
dalam melakukan pembelian (Middleton dan Clarke, 2001).
21
Segmentasi tersebut diantaranya faktor demografi, gaya hidup dan
lainnya. Engel at al. (1994) menyatakan bahwa para pemasar dapat
mengkonsentrasikan penggunaan bagian-bagian dari perilaku konsumen melalui
bagian mana saja dalam model perilaku pengambilan keputusan konsumen pada
Gambar 2. Segmentasi lainnya yaitu geografi yang merupakan salah satu faktor
utama dalam menentukan adanya permintaan dalam suatu perjalanan dan
pariwisata (Middleton dan Clarke, 2001).
Lebih jauh Engel at al. (1994) menjelaskan bahwa faktor demografi
merupakan mata pencarian dari penelitian pemasaran sejak tahun 1920-an
dimana sasarannya adalah mendeskripsikan pangsa konsumen dalam istilah
seperti usia, pendapatan, pekerjaan, ukuran keluarga, tempat tinggal, geografi,
ukuran kota, dan pendidikan. Selain itu faktor demografi dan gaya hidup
merupakan hal terpenting dalam pemasaran. Selain itu bagian demografi bila
disertai dengan psikografi dapat memberikan keterangan mengenai sifat dan
komposisi pasar.
Psikografi digunakan sebagai ukuran dalam operasional dari gaya hidup
yang mengacu pada aktivitas (tindakan nyata), sikap, dan minat konsumen.
Aktivitas tersebut meliputi hobi, liburan, hiburan, kerja, dan lainnya (Engel at al.
1994). Selain itu Yoety (2002) menyatakan bahwa psikografi sangat bermanfaat
bagi para pemasar karena dapat diketahui alasan penting mengapa wisatawan
tertarik datang berkunjung pada daerah tujuan wisata.
Adapun karakteristik demografi secara umum yaitu usia, pendapatan,
jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan kelas sosial. Selain itu demografi dapat
menginformasikan makna dari usia seperti apakah seseorang masih tergolong
anak-anak, orang dewasa muda yang masih tinggal di rumah, orang dewasa
yang telah menikah tetapi tanpa anak-anak, ataupun lanjut usia (Middleton dan
Clarke, 2001)
Jenis kelamin yang merupakan salah satu variabel dalam kependudukan
yang mudah ditetapkan atau diukur daripada segmen lainnya. Hal ini memberi
peluang untuk membagi segmen pasar dalam mengelompokan dengan cara
yang lebih efisien (Mill dan Morrison 1985, diacu dalam Yoety 2002). Dalam
pemasaran faktor jenis kelamin sangat membantu dalam berhasil tidaknya suatu
produk dipasarkan.
22
Hal ini dikarenakan para pemasar sangat menyakini bahwa produk
tertentu mempunyai hubungan dengan adanya perbedaan jenis kelamin
sehingga dalam promosipun para pemasar menggunakan gaya dan teknik yang
berbeda pula (Engel at al.1994 ).
Hal tersebut tidak lepas dari faktor psikologis seseorang yang ingin
diperlakukan sesuai dengan jenisa kelaminnya. Menurut teori perkembangan
kognitif tentang identitas jenis yang dikembangkan oleh Kohlberg menyatakan
bahwa setelah anak dapat mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki atau
perempuan maka mereka termotivasi untuk mendapatkan perilaku yang sesuai
dengan jenis kelaminnya. Perlakuan itu akan digunakan hingga dewasa dan teori
tersebut didukung oleh Piaget dalam teorinya tentang pemahaman kekonstanan
jenis kelamin yaitu menyadari bahwa jenis kelamin seseorang tetap tidak
berubah walaupun usia dan penampilan berubah (Atkinson at al. 1993).
23
KERANGKA PEMIKIRAN
Pemasaran suatu produk barang dan jasa tidak akan bisa lepas dari
konteks komunikasi. Transaksi tersebut tidak saja menyangkut komunikasi satu
arah tetapi menyangkut dua arah. Komunikasi dua arah tersebut berkaitan
dengan berbagai kepentingan yaitu kepentingan konsumen (akifitas mencari
informasi mengenai produk dan jasa dari obyek wisata yang dapat memuaskan
wisatawan) dan kepentingan dari produsen (bagaimana menciptakan dan
menginformasikan produk atau jasa kepada wisatawan).
Adanya kebutuhan untuk berwisata menyebabkan wisatawan melakukan
pencarian informasi atau disebut juga dengan perilaku komunikasi. Dalam proses
keputusan, terlebih dahulu wisatawan melakukan tahap pengenalan kebutuhan
dan guna mendukung kebutuhan tersebut wisatawan akan melakukan pencarian
informasi. Tahapan pencarian informasi merupakan bagian dari rangkaian proses
keputusan. Selain itu, penelitian ini hanya memfokuskan pada tahap pencarian
informasi.
Pencarian informasi yang dilakukan wisatawan ditandai dengan adanya
penggunaan berbagai sumber informasi dan diperoleh melalui agen perjalanan,
hotel, pemandu wisata, maupun dari media massa berupa elektronik dan cetak.
Televisi, buku panduan wisata, leaflet/ brosur/booklet merupakan sebagian dari
macam-macam sumber informasi yang dapat digunakan oleh wisatawan. Selain
itu wisatawan dapat menjadikan teman/keluarga sebagai sumber informasi
wisata.
Pencarian informasi bukan saja mencakup berbagai macam obyek-
obyek wisata melainkan berkaitan juga dengan informasi sarana dan prasarana.
Informasi tersebut berupa tempat penukaran mata uang asing, restaurant,
tempat-tempat hotel, akomodasi selama perjalanan, dan lainnya. Selain itu
informasi wisata berisikan tentang kondisi keamanan negara tujuan wisata. Hal
ini menjadi sangat penting kerena berkaitan dengan kenyamanan wisatawan
dalam beraktivitas wisata. Informasi mengenai keamanan dapat berupa situasi
politik negara tujuan wisata, resiko terhadap kesehatan, dan lainnya.
Agar informasi wisata tersebut dapat dengan mudah diterima oleh
wisatawan maka digunakanlah berbagai saluran berupa audio (radio), visual
(majalah, koran, booklet, leaflet, brosur). Informasi wisata yang diperoleh melalui
majalah maupun koran diketahui dari rubrik yang menuliskan obyek wisata di
24
Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari
televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek
wisata), maupun menggunakan internet. Pada umumnya internet menjadi pilihan
wisatawan dalam memperoleh informasi wisata dan sangat populer setelah buku
ataupun media informasi lainnya. Hal ini tidak lepas dari kemudahan mengakses
internet dengan biaya yang relatif lebih murah. Selain itu internet dapat
memberikan berbagai macam informasi tentang wisata di seluruh dunia secara
lengkap.
Adanya ketidakpuasan wisatawan dengan informasi yang diperoleh dari
satu sumber menyebabkan adanya penggunaan sumber informasi lebih dari
satu. Penggunaan berbagai sumber informasi guna lebih menyakinkan
wisatawan dalam membuat keputusan dapat disebut dengan istilah konfirmasi.
Hal tersebut diikuti juga dengan penggunaan berbagai saluran informasi. Namun,
untuk memperjelas konteks konfirmasi dengan istilah informasi awal maka
peneliti membedakan perilaku komunikasi yang dilakukan oleh wisatawan.
Perilaku komunikasi tersebut adalah tahapan informasi awal yang
menitikberatkan pada pencarian informasi ketika wisatawan belum tiba di Pulau
Lombok. Sedangkan konfirmasi difokuskan pada saat wisatawan melakukan
pencarian informasi dari berbagai sumber ketika sudah berada di Pulau Lombok.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan berbagai sumber informasi apa
yang paling banyak digunakan wisatawan dalam memenuhi kebutuhan informasi
wisata sebelum dan setelah berada di Pulau Lombok.
Selain itu wisatawan dapat diidentifikasi melalui berbagai karakteristik
yang mendukungnya. Karakteristik tersebut dapat dilihat dalam kategori
demografi yang terdiri dari usia dan pendapatan. Sedangkan karakteristik asal
negara wisatawan merupakan salah satu bagian dari kategori geografi. Asal
negara dikelompokan berdasarkan benua agar lebih mudah dianalisa.
Pengelompokan benua tersebut adalah benua Afrika, Amerika, Asia, Australia,
dan Eropa. Selain demografi faktor psikografi sangat dibutuhkan dalam
memperkuat analisa keputusan wisatawan dalam menentukan obyek wisata dan
masa tinggalnya.
Salah satu bagian dari kategori psikografi adalah bagian aktivitas yang
lebih difokuskan pada kategori hobi. Hal ini dilakukan untuk menganalisa ada
tidaknya hubungan antara hobi dengan obyek wisata yang dikunjungi. Adapun
penggolongan hobi diantaranya adalah a). hobi melakukan pendakian gunung;
25
b). menyukai seni; c). Olahraga; d). tidak menyukai pendakian gunung, seni,
maupun olahraga; dan e). hanya menyukai salah satu dari hobi tersebut. Hal
lainnya yang mendukung karakteristik wisatawan adalah faktor jenis kelamin. Hal
ini dimaksudkan untuk mencari informasi apakah ada hubungan antara gender
dengan keputusan memilih obyek wisata di Pulau Lombok.
Obyek wisata secara umum dapat dikategorikan ke dalam wisata alam
dan wisata budaya. Obyek wisata alam merupakan obyek wisata mengenai
keindahan lingkungan alam yang terbentuk secara alamiah, lebih menonjolkan
aspek visual dan bersifat statis. Sedangkan obyek wisata budaya merupakan
keindahan yang dibentuk berdasarkan hasil karya cipta manusia, berbentuk
karya seni, baik dalam bentuk visual maupun audiovisual yang cenderung lebih
bersifat dinamis.
Pada umumnya obyek wisata alam lebih menonjolkan faktor keindahan
lingkungan alam sehingga untuk mengunjunginya ada yang memerlukan stamina
dan ada pula yang tidak membutuhkan stamina tinggi. Untuk itu obyek wisata
alam dapat dilihat dari sudut tanpa memerlukan stamina tinggi dan yang
memerlukan stamina tinggi. Adapun obyek wisata alam di Pulau Lombok yang
tidak membutuhkan stamina tinggi seperti melihat air terjun, sunset, berenang di
pantai, berjemur di pantai, snorkling, memancing, menikmati panorama alam
pegunungan, dan memancing. Sedangkan obyek wisata alam yang
membutuhkan stamina tinggi yaitu melakukan pendakian gunung, menyelam,
surfing.
Dengan demikian selain menonjolkan aspek keindahan visual obyek
wisata alam juga dapat berbentuk aktivitas fisik yang memerlukan kemampuan
fisik (stamina). Khusus untuk pendakian gunung dibutuhkan stamina yang cukup
prima ketika melakukan pendakian kepuncak Rinjani maupun ketika surfing.
Obyek wisata budaya lebih menonjolkan keindahan karya seni, seperti
seni tari, seni bela diri, musik, perkampungan tradisional, musium, cagar budaya
dan sebagainya. Selain menonjolkan cita rasa seni, obyek wisata budaya juga
tidak memerlukan suatu keterampilan ataupun kemampuan fisik (stamina).
Artinya lebih ditunjukan pada suatu kegiatan yang lebih bersifat santai, dalam hal
ini tidak memerlukan suatu stamina tinggi.
Penelitian tentang hubungan karakteristik personal wisatawan dan
perilaku komunikasi dalam memilih obyek wisata bertujuan untuk menganalisis
dan mengukur derajat hubungan antara karakteristik personal wisatawan dengan
26
perilaku komunikasi dalam menentukan pilihan obyek wisata dan menentukan
masa tinggal di Pulau Lombok.
Adapun yang diuji dan diukur derajat hubungannya adalah:
1. Faktor usia dengan keputusan dalam menentukan masa tinggal dan jenis
obyek wisata.
2. Faktor jenis kelamin dengan keputusan dalam menentukan masa tinggal dan
jenis obyek wisata.
3. Faktor hobi dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal
dan jenis obyek wisata.
4. Faktor pendapatan dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa
tinggal dan jenis obyek wisata.
5. Faktor asal negara dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa
tinggal dan jenis obyek wisata.
6. Perilaku komunikasi pada tahap informasi awal dengan dengan keputusan
wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata.
7. Perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi dengan keputusan wisatawan
dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata.
Untuk mengetahui secara jelas bentuk masing-masing hubungan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka dapat digambarkan bentuk
hubungan antara masing-masing variabel pada Gambar 4 berikut ini:
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam, Budaya, dan Menentukan Masa Tinggal
Y. Keputusan Pemilihan Obyek Wisata:
Y1. Obyek wisata alam Y2. Obyek wisata budaya Y3. Masa tinggal X2. Perilaku Komunikasi:
X2.1. Pencarian informasi
awal X2.2. Konfirmasi
X1. Karakteristik Personal: X1.1. Usia X1.2. Jenis kelamin X1.3. Hobi X1.4. Pendapatan X1.5. Asal negara
27
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis yang
berhubungan dengan masing-masing karakteristik personal wisatawan dan
perilaku komunikasi terhadap keputusan memilih obyek wisata dan menentukan
masa tinggal:
X1. Hubungan karakteristik personal wisatawan dan keputusan wisatawan.
X1.1. Usia
H1 Terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih obyek
wisata alam
H1 Terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih obyek
wisata budaya
H1 Terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih masa
tinggal
X1.2. Jenis kelamin
H2 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih
obyek wisata alam
H2 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih
obyek wisata budaya
H2 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih
masa tinggal
X1.3. Hobi wisatawan
H3 Terdapat hubungan antara hobi dengan keputusan memilih obyek
wisata alam
H3 Terdapat hubungan antara hobi dengan keputusan memilih obyek
wisata budaya
H3 Terdapat hubungan antara hobi dengan keputusan memilih masa
tinggal
X1.4. Pendapatan
H4 Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih
obyek wisata alam
H4 Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih
obyek wisata budaya
H4 Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih
masa tinggal.
28
X1.5. Asal negara
H5 Terdapat hubungan antara asal negara dengan keputusan memilih
obyek wisata alam.
H5 Terdapat hubungan antara asal negara dengan keputusan memilih
obyek wisata budaya.
H5 Terdapat hubungan antara asal negara dengan keputusan memilih
masa tinggal.
X2. Hubungan perilaku komunikasi dan keputusan wisatawan.
X2.1. Pencarian informasi awal
H1 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap pencarian
informasi awal dengan keputusan memilih obyek wisata alam.
H1 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap pencarian
informasi awal dengan keputusan memilih obyek wisata budaya.
H1 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap pencarian
informasi awal dengan keputusan memilih masa tinggal.
X2.2. Konfirmasi
H2 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi
dengan keputusan memilih obyek wisata alam.
H2 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi
dengan keputusan memilih obyek wisata budaya.
H2 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi
dengan keputusan memilih masa tinggal.
Definisi Operasional
Variabel bebas terdiri dari karakteristik personal wisatawan dan perilaku
komunikasi. Sedangkan variabel terikat adalah keputusan memilih obyek wisata
yang meliputi obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan menentukan masa
tinggal. Pengkategorian pada masing-masing variabel digunakan hanya untuk
membantu menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan masing-
masing variabel secara deskriptif. Masing-masing pengkategorian dalam
penjelasan deskriptif tersebut tidak akan diuji secara statistik.
Adapun defenisi masing-masing variabel berikut pengkategorian yang
digunakan untuk mendeskripsikan hal-hal yang berhubungan dengan variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
29
1. Karakteristik personal wisatawan:
X1.1. Usia adalah jumlah umur wisatawan pada saat dilakukannya penelitian
yang di hitung dari bulan kelahiran hingga bulan Desember 2006.
Batasan usia wisatawan menggunakan acuan Badan Pusat Statistik
yang merupakan kelompok usia produktif. Untuk menentukan rentang
muda, dewasa, dan tua digunakan rumus (angka tertinggi – angka
terendah) + 1 / pengkategorian sehingga pengkategorian usia
wisatawan asing adalah sebagai berikut:
1. Muda : ≤ 30 tahun
2. Dewasa : 31 tahun s/d 45 tahun
3. Tua : ≥ 46 tahun
X1.2. Jenis kelamin adalah pengkategorian berdasarkan jenis kelamin laki-
laki dan perempuan.
X1.3. Hobi merupakan kegemaran ataupun suatu kesenangan (dapat bersifat
istimewa) yang dapat dilakukan pada waktu senggang dan bukan
bersifat sebagai pekerjaan utama. Hobi dikategorikan berdasarkan 5
pilihan diantaranya adalah:
1. Tidak menyukai seni, olah raga, ataupun mendaki gunung seperti
membaca, travelling, memasak.
2. Sebagian hanya menyukai seni, olah raga, ataupun mendaki
gunung
3. Sangat menyukai seni yaitu menyukai kegiatan atau hal-hal yang
bersifat seni. Seperti menyanyi, melukis, menari, mendengarkan
musik, dan lainnya.
4. Sangat menyukai olahraga seperti surfing, menyelam, berenang,
main kano, snowboarding, icekating, golf, bersepeda, sepakbola,
bulutangkis, bersepeda motor, ataupun joging.
5. Sangat menyukai pendakian gunung.
X1.4. Pendapatan yaitu jumlah pendapatan bersih yang diperoleh wisatawan
asing dari pekerjaan yang digelutinya dalam satu bulan dan dinyatakan
dalam mata uang Euro (€). Untuk menentukan rendah, sedang, dan
tinggi digunakan rumus (angka tertinggi – angka terendah) + 1 /
pengkategorian.
30
Adapun tingkatan pendapatan wisatawan asing adalah sebagai berikut:
1. Rendah € 790 - € 2360
2. Sedang € 2361 - € 3930
3. Tinggi € 3931 - € 5500
X1.5. Asal negara merupakan pengelompokan tempat tinggal wisatawan
berdasarkan wilayah atau negara. Untuk lebih memudahkan dalam
analisa deskriptif maka dilakukan pengelompokan berdasarkan benua
negara tersebut. Pengkategorian kelompok asal negara berdasarkan
benua tersebut adalah sebagai berikut:
1. Benua Afrika
2. Benua Amerika
3. Benua Asia (Jepang)
4. Benua Australia
5. Benua Eropa terdiri dari Jerman, Belanda, Italia, Zwitzerland,
Austria, Prancis, Norwegia, Swiss, dan Inggris
2. Perilaku komunikasi yaitu aktivitas wisatawan ketika mencari informasi
pariwisata sebelum berada di Pulau Lombok dan setelah berada di Pulau
Lombok berdasarkan penggunaan sumber informasi berupa komunikasi tatap
muka dan media massa dengan saluran informasi berupa audio, visual, dan
audiovisual.
X2.1. Pencarian informasi awal yaitu aktivitas pencarian informasi
pariwisata sebelum berada di pulau Lombok dari jumlah penggunaan
kombinasi sumber informasi berupa komunikasi tatap muka
(komunikasi antrapribadi, agen perjalanan, hotel) dan media massa
seperti melalui saluran informasi berupa visual (foto-foto lokasi dan
obyek wisata, booklet, leaflet, majalah, koran, buku-buku panduan
wisata, slide foto dan internet), audio (radio), dan audiovisual (televisi
dan compact disk).
Pengkategorian ditentukan dari jumlah total skor penggunaan sumber
dan saluran informasi. Untuk menentukan rentang kurang aktif, aktif,
dan sangat aktif digunakan rumus (jumlah tertinggi – jumlah terendah)
+ 1 / pengkategorian.
Adapun pengkategorian tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tidak aktif atau pasif yaitu wisatawan yang tidak melakukan
pencarian informasi.
31
2. Melakukan pencarian informasi awal yang dibedakan menjadi:
a. Kurang aktif dengan total skor ≤ 45.
b. Aktif dengan total skor 46 hingga 65.
c. Sangat aktif dengan total skor ≥> 66.
X2.2. Konfirmasi yaitu aktivitas pencarian informasi pariwisata setelah
berada di pulau Lombok dengan tujuan untuk penguatan atau
peneguhan kembali informasi awal yang menggunakan kombinasi
sumber informasi berupa komunikasi tatap muka (komunikasi
antrapribadi, agen perjalanan, hotel, pemandu wisata, dan melalui
Bandara udara Selaparang Mataram) dan media massa melalui
saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual.
Pengkategorian ditentukan dari jumlah total skor penggunaan sumber
dan saluran informasi. Untuk menentukan rentang kurang aktif, aktif,
dan sangat aktif digunakan rumus (jumlah tertinggi – jumlah terendah)
+ 1 / pengkategorian.
Adapun pengkategorian tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tidak aktif atau pasif yaitu wisatawan yang tidak melakukan
konfirmasi dan hanya berpegangan pada informasi awal.
2. Melakukan konfirmasi dan dibedakan menjadi:
a. Kurang aktif dengan total skor ≤ 45.
b. Aktif dengan total skor 46 hingga 65.
c. Sangat aktif dengan total skor ≥ 66.
Y. Keputusan memilih obyek wisata adalah jumlah keputusan yang dibuat oleh
wisatawan terhadap pemilihan berbagai macam obyek-obyek wisata alam,
obyek wisata budaya, dan masa tinggal.
Y.1. Keputusan memilih obyek wisata alam adalah jumlah kunjungan
wisatawan pada berbagai obyek wisata yang terdiri dari aktivitas
pendakian yaitu mendaki puncak gunung Rinjani, berkemah dan
pemandian air panas di danau Segara Anak); aktivitas wisata di
kawasan pantai dan sekitarnya (berenang, surfing, snorkling,
menyelam, memancing, jalan-jalan menikmati sunset, berjemur di
pantai); mengunjungi air terjun, melihat kawanan kera, dan lainnya.
Untuk menentukan rentang jumlah keputusan memilih obyek wisata
alam digunakan rumus (jumlah tertinggi – jumlah terendah)+1/
32
pengkategorian. Adapun jumlah keputusan pemilihan obyek wisata
alam tersebut dikategorikan sebagai berikut:
1. Sedikit : ≤ 4 obyek wisata
2. Sedang : 5 s/d 8 obyek wisata
3. Banyak : ≥ 9 obyek wisata
Y.2. Keputusan memilih obyek wisata budaya adalah jumlah aktivitas
kunjungan wisatawan pada berbagai macam obyek wisata yang terdiri
dari seni tradisional maupun non seni tradisional suku Sasaq.
Adapun macam-macam seni tradisional suku Sasaq meliputi seni
musik tradisional gendang Beleq, tari-tarian tradisional, upacara adat
tradisional, atraksi bela diri tradisional peresean, pasar tradisional,
perkampungan asli suku Sasaq, taman bekas kerajaan Selaparang di
Narmada, masjid kuno Bayan Beleq, dan musium.
Sedangkan macam-macam obyek wisata budaya yang termasuk dalam
non seni tradisional suku Sasaq terdiri dari club-club malam, restauran,
kafe, Spa, dan lainnya. Untuk menentukan rentang sedikit, sedang, dan
banyak digunakan rumus (angka tertinggi – angka terendah) + 1 /
pengkategorian.
Jumlah keputusan pemilihan obyek wisata tersebut dikategorikan
sebagai berikut:
1. Sedikit : ≤ 4 obyek wisata
2. Sedang : 5 s/d 8 obyek wisata
3. Banyak : ≥ 9 obyek wisata
Y3. Masa tinggal adalah jumlah hari yang digunakan wisatawan selama
tinggal di Pulau Lombok sampai masa liburannya berakhir. Untuk
menentukan rentang sangat singkat, singkat, dan sangat lama
digunakan rumus (masa tinggal tertinggi – masa tinggal terendah) + 1 /
pengkategorian. Adapun kategori dalam menentukan masa tinggal
adalah sebagai berikut:
2. Sangat singkat yaitu 4 hari
3. Singkat yaitu 5 hari hingga 8 hari
4. Sangat lama yaitu diatas 9 hari
33
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata di Pulau Lombok Provinsi
Nusa Tenggara Barat (Lampiran 1). Kawasan wisata yang dijadikan sebagai
lokasi penelitian merupakan kawasan wisata yang menjadi andalan masing-
masing kabupaten di Pulau Lombok dan paling ramai kunjungan wisatawan
asingnya.
Adapun lokasi penelitian tersebut adalah kawasan wisata Senggigi di
kabupaten Lombok Barat (Lampiran 3), kawasan wisata pantai Kute di
Kabupaten Lombok Tengah, dan kawasan wisata Senaru beserta kawasan hutan
lindung Gunung Rinjani di Kabupaten Lombok Timur (Lampiran 2). Penelitian
berlangsung pada bulan September-Oktober 2006.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain survai korelasional dengan analisis
terhadap semua indikator peubah dan hubungan liniear antar peubah. Menurut
Kerlinger (2003) desain penelitian dengan korelasional bukanlah untuk
mengetahui hal-hal khusus tertentu melainkan mengetahui hubungan atau relasi
antara fenomena-fenomena.
Variabel bebas yang diamati yaitu karakteristik wisatawan yang terdiri
dari usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. Variabel bebas
lainnya adalah perilaku komunikasi yang terdiri dari dua tahapan yaitu tahap
mencari informasi awal sebelum wisatawan berada di Pulau Lombok. Tahap
kedua yaitu konfirmasi dimana wisatawan melakukan pencarian informasi setelah
berada di Pulau Lombok. Sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan
memilih macam-macam obyek wisata alam, budaya dan menentukan masa
tinggal
Untuk membuat interval pada masing-masing frekuensi digunakan cara
matematika sederhana seperti yang dikutip oleh Faisal (1999) dari pendapat
John W. Best yang menyatakan biarpun tidak ada jawaban pasti interval dapat
ditentukan dengan rumus: (angka tertinggi – angka terendah) + 1 / angka
terendah. Maka interval frekuensi data kelompok yang akan dihitung dapat
disusun dan disajikan secara konsisten.
34
Contoh penggunaan rumus tersebut dapat dilihat pada salah satu
karakteristik yaitu pendapatan. Jumlah pendapatan terendah adalah 790 dan
tertinggi adalah 5500. Adapun cara penghitungannya adalah (5500 – 790)+ 1 / 3
= 1570. Hasil pembagian tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan
jumlah interval masing-masing kategori sehingga akan diperoleh bantasan dalam
menentukan tinggi rendahnya tingkat pendapatan wisatawan.
Metode Pengambilan Sampel
Populasi merupakan kumpulan obyek dalam penelitian dan populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan asing di Pulau Lombok yang
berasal dari seluruh dunia yang tergabung dalam berbagai benua seperti Eropa,
Asia, Australia, dan lainnya. Jumlah populasi wisatawan pada 3 kabupaten di
Pulau adalah 162.362 orang.
Sampel (contoh) adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti
Pengambilan sampel wisatawan dilakukan di kawasan wisata, restaurant
ataupun Cafe, dan disekitar hotel tempat mereka menginap dengan
menggunakan tekhnik Convenience yaitu periset memilih orang yang paling
mudah dihubungi (Simamora, 2004).
Besarnya ukuran sampel yang diambil untuk tingkat kesalahan
(sampling error) 12 % dari seluruh populasi wisatawan asing di Pulau Lombok
tahun 2005 dengan jumlah 162.362 orang wisatawan asing dengan
menggunakan rumus :
Ket: n = Jumlah sampel N= Ukuran populasi
e= persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir
162.362
n = ---------------------------- = 69,41 = 69 1+ (162.362) (0,12)2
Dengan demikian besarnya sampel yang diteliti dalam penelitian ini
minimal adalah 69 orang dan peneliti menggunakan sampel wisatawan asing
hingga 79 orang.
N n = --------- 1+Ne2
35
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur
apa yang akan diukur dan penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner.
Kuesioner berisi pertanyaan yang berhubungan dengan variabel yang dianalisa
(Lampiran 4). Uji validitas menitikberatkan pada validitas isi.
Menurut Singarimbun (1989) validitas isi suatu alat pengukur ditentukan
oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang
dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Butir-butir pertanyaan kuesioner
dianalisis dengan rumus korelasi product moment (Lampiran 5).
r =
Keterangan: r = koefisien korelasi product moment n = jumlah wisatawan X = butir soal ke-x Y = total butir soal dalam kuesioner.
Angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai angka kritik
tabel korelasi nilai − r. Hasil uji reliabilitas kuesioner yang dilakukan diperoleh
nilai α Cronbach reliabilitas tinggi yakni 0.789 (rhitung > rtabel 0.444). Nilai tersebut
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel dalam pengumpulan
data yang sesungguhnya.
Pengumpulan Data
Data primer diperoleh melalui kuesioner terstruktur terhadap wisatawan
asing sebagai responden. Untuk mendukung informasi mengenai pariwisata
dilakukan wawancara terhadap berbagai pihak terkait. Seperti perhotelan,
pemandu wisata, dan agen perjalanan. Selain itu dibutuhkan data-data sekunder
yang diperoleh melalui buku laporan pariwisata NTB yang diterbitkan oleh Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata NTB yang digunakan untuk membantu menjelaskan
analisis data kuantitatif.
n(∑XY)−(∑X)(∑Y)
√[n∑X2 − (∑X)2][n∑Y2 − (∑Y)2
36
Analisis Data
Analisa data primer dilakukan dengan dua cara yaitu analisis deskriptif
dan analisis korelasional. Data primer yang dianalisis dengan statistik deskriptif
menggunakan distribusi frekuensi dan persentase mengenai penjelasan hal-hal
yang berhubungan dengan karakteristik personal wisatawan, perilaku komunikasi
dan keputusan terhadap pemilihan obyek wisata.
Analisis lainnya adalah analisis korelasional menghasilkan informasi
mengenai suatu besaran nilai yang dapat menggambarkan seberapa erat
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Besaran nilai itu
dikenal sebagai koefisien korelasi dan analisis yang digunakan adalah Koefisien
Korelasi Spearman (rho=rs) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
atau asoisasi antara dua variabel pada variabel bebas dan terikat. Rumus
Korelasi Rank Spearman adalah:
)1()1(
6
1
2
+−−=
∑
nnn
d
r
n
i
i
s
nn
d
n
i
i
−−=
∑=
3
1
26
1
Keterangan rs = koefisien korelasi pangkat Spearman di
2 = selisih antara peringkat n = banyaknya pasangan pangkat
37
HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis dan Obyek Wisata
Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 115°45” dan 9°5” Bujur
Timur serta berada di Selatan Khatulistiwa yaitu antara 8°5” dan 9°5” Lintang
Selatan. Provinsi NTB terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan
Sumbawa serta dikelilingi oleh puluhan pulau-pulau kecil yang biasa disebut
sebagai Gili. Provinsi NTB sebagian besar terdiri dari pegunungan dan bukit
dengan dataran tinggi serta dataran rendah yang terbentang dari kota Ampenan
di bagian Barat Pulau Lombok sampai kota Sape sebelah Timur Pulau
Sumbawa. Suku asli di Pulau Lombok adalah suku Sasaq dan mayoritas
beragama Islam. Suku dan etnis lain yang mendiami Pulau Lombok yaitu suku
Bali, suku Jawa, suku Banjar, suku Mandar, suku Bugis, Cina, dan Arab.
Sedangkan suku yang ada di Pulau Sumbawa merupakan orang-orang
pendatang yang berasal dari Sulawesi seperti suku Bugis, suku Mandar, ataupun
suku Selayar (Dinas Pariwisata NTB, 2005).
Wisatawan yang masuk ke Provinsi NTB dapat melalui jalur udara
ataupun jalur darat. Pelabuhan Lembar merupakan pintu masuk ke Pulau
Lombok yang banyak digunakan oleh wisatawan asing dari pelabuhan Padang
Bae di Pulau Bali. Penyeberangan ke Pulau Lombok menggunakan kapal
penyeberangan fery dengan waktu tempuh 4 jam hingga 5 jam dan biaya relatif
lebih murah. Selain melalui pelabuhan Lembar wisatawan asing juga bisa
menggunakan jalur udara dari Bandara Udara Ngurah Rai Denpasar dengan
jarak tempuh 20 menit menuju Bandara Udara Selaparang Mataram.
Kawasan wisata yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat
dikelompokan menjadi dua bagian yaitu:
1. Wisata Alam
Hal ini dapat dilihat dari potensi wisata alamnya seperti keindahan
puncak Gunung Rinjani dengan panorama danau Segara Anak. Bagi mereka
yang suka mendaki tempat ini sangat cocok sekali karena rute perjalanan
dan panoramanya alam sekitarnya masih alami sekali. Kawasan pendakian
Gunung Rinjani telah memperoleh penghargaan khusus untuk tingkat
keamanan bagi pendaki dari kejahatan seperti perampokan. Penghargaan
tersebut diberikan oleh negara Swedia.
38
Taman Nasional Gunung Rinjani mempunyai beberapa air terjun
yang selalu ramai dikunjungi banyak wisatawan asing dan salah satunya
adalah Sindang Gile. Letak air terjun tersebut cukup dekat dengan
perkampungan tradisional suku Sasaq di desa Senaru. Disamping itu
terdapat satwa yang dilindungi oleh pemerintah dan masyarakat Lombok
khususnya yaitu kera yang masih banyak hidup bebas di sekitar hutan
lindung.
Obyek wisata bahari merupakan aset wisata yang paling banyak
dipromosikan oleh pemerintah Provinsi NTB. Hal ini tidak lepas dari posisi
geografis Pulau Lombok yang dikelilingi oleh laut dan pulau-pulau kecil.
Adapun kawasan wisata laut adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan surfing dapat dilakukan di Pantai Kuta, Tanjung A’an, Ekas,
Kaliantan (Kabupaten Lombok Tengah), Mawun, Tampa, Rowok Gili
Lawang, Sulat, Petangan, Pulau Lampu (Kabupaten Lombok Timur),
Pantai Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan, kawasan Pantai Senggigi,
Krandangan, Klui Mangsit, Sekotong, Tawun, dan Gili Nanggu
(Kabupaten Lombok Barat).
b. Penyelaman dapat dilakukan di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan
yang berada di Kabupaten Lombok Barat.
2. Wisata Budaya.
Wisata budaya berhubungan dengan kesenian dan adat istiadat yang
masih dipertahankan hingga saat ini oleh pemerintah Provinsi NTB dan
masyarakat. Banyak sekali tempat-tempat wisata budaya yang tersebar di
seluruh Kabupaten di Pulau Lombok hingga Kabupaten Bima di Pulau
Sumbawa. Adapun bagian dalam wisata budaya di Pulau Lombok yang
menjadi bagian dari pembahasan meliputi:
a. Adat istiadat dalam kehidupan masyarakat suku Sasaq.
Wisatawan yang ingin melihat secara langsung kehidupan
masyarakat asli suku Sasaq dapat mengunjungi perkampungan yang oleh
pemerintah Provinsi NTB ditetapkan sebagai kawasan wisata budaya.
Perkampungan tersebut berada di Utara Kabupaten Lombok Barat yaitu
Desa Senaru tepatnya di bawah kaki Gunung Rinjani. Perkampungan
Senaru dikenal juga sebagai pos pertama jika ingin melakukan pendakian
ke Gunung Rinjani.
39
Wisatawan dapat menyaksikan secara langsung acara adat yang
dilaksanakan dan informasi tersebut tidak lepas dari peranan kepala Desa
Senaru yang telah bekerjasama dengan pihak penyelenggara wisata.
Selain itu perkampungan asli suku Sasaq lainnya dapat dilihat di
Kabupaten Lombok Tengah yaitu Desa Sade dan Desa Rambitan.
Masing-masing perkampungan tersebut mempunyai adat istiadat yang
sedikit berbeda tetapi secara keseluruhan perkampungan asli suku Sasaq
masih mempertahankan tata cara kehidupan tradisionalnya.
b. Cagar budaya meliputi masjid kuno Bayan di Desa Bayan, Museum, dan
Taman Narmada yang merupakan bagian peninggalan kerajaan
Selaparang. Ketiga tempat tersebut berada di Kabupaten Lombok Barat.
c. Kesenian yang terdiri dari musik tradisional dan hasil kerajinan
masyarakat suku Sasaq.
Adapun lokasi kawasan pusat industri hasil kerajinan tenun dan
Gerabah di Kabupaten Lombok Barat dapat dikunjungi di Kecamatan
Banyumulek dan Desa Sayang-sayang. Untuk Kabupaten Lombok Timur
meliputi Desa Pringgasela dan Kecamatan Masbagik. Sedangkan untuk
Kabupaten Lombok Tengah seperti Desa Rungkang, Desa Loyok, dan
Desa Kotaraja.
Untuk kesenian asli daerah suku Sasaq di Pulau Lombok meliputi:
1. Atraksi Peresean
Peresean salah satu bagian dari kegiatan rutin dalam festival
seni dan budaya yang sering dipusatkan di kawasan wisata pantai
Senggigi. Masyarakat Lombok sangat menyadari bahwa Peresean
merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang yang harus
tetap dilestarikan. Untuk itu banyak dibangun tempat khusus untuk
atraksi Peresean sehingga masyarakat luas bisa menyaksikannya
tidak pada festival saja.
Daya tarik Peresean adalah adanya pertarungan antara dua
orang yang memiliki kekuatan dalam hal tenaga dan mempunyai
kemampuan menari mengikuti alunan musik pengiringnya. Atraksi
tersebut melambangkan kekuatan seorang lelaki yang dalam bahasa
suku Sasaq di sebut sebagai Pepadu.
Peresean dilengkapi dengan perlengkapan senjata berupa
tongkat yang panjangnya kurang lebih 1 meter dan berfungsi sebagai
40
alat memukul lawan. Tongkat tersebut terbuat dari kayu rotan dan
dilengkapi dengan alat tameng berbentuk segiempat yang terbuat dari
kulit kerbau. Tameng tersebut berfungsi sebagai pelindung dari
pukulan-pukulan lawan.
2. Seni musik Gendang Beleq.
Merupakan alat musik gendang yang merupakan ciri khas asli
suku Sasaq di Pulau lombok Provinsi NTB. Dalam bahasa Indonesia
Beleq artinya besar dan gendang tersebut mempunyai ukuran sangat
besar sehingga menghasilkan suara menggelegar dengan keras.
Sebagai upaya untuk melestarikan kesenian tersebut maka setiap
acara adat hingga acara perkawinan, alat musik ini selalu dimainkan.
Gendang Beleq dimainkan oleh orang dewasa diikuti oleh alat
musik pengiring lainnya sehingga menghasilkan alunan musik dengan
ritme sangat cepat. Festival Gendang Beleq yang rutin diadakan
menjadi atraksi yang sangat menarik bagi masyarakat lokal dan juga
para wisatawan mancanegara.
Karakteristik Personal Wisatawan
Karakteristik personal wisatawan yang diamati meliputi usia, jenis
kelamin, hobi, pendapatan, status perkawinan, jumlah tanggungan dan asal
negara. Pengelompokan benua dilakukan untuk memudahkan dalam
pembahasan mengenai deskriptif asal negara.
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan asing
berusia muda (51,8%) dan usia dewasa hanya 31,7%. Sedangkan wisatawan
yang berusia tua hanya 16,5% dari keseluruhan wisatawan yang datang ke Pulau
Lombok. Adapun jenis kelamin wisatawan tersebut menunjukan bahwa jenis
kelamin laki-laki lebih dominan (57%) daripada perempuan (43%) sebagai pelaku
wisata.
Sebagian besar wisatawan mempunyai hobi sangat menyukai olahraga,
seni, dan pendakian gunung hingga 46,8%. Diantara wisatawan tersebut ada
yang mempunyai hobi menyukai seni dan olah raga, menyukai hobi seni dan
pendakian gunung, dan menyukai hobi olah raga dan pendakian gunung.
Dengan kata lain wisatawan tersebut tidak sepenuhnya menyukai ketiga hobi
tersebut yaitu olah raga, seni dan mendaki gunung.
41
Selain itu terdapat 24,1% wisatawan yang hanya menyukai hobi olah raga
seperti surfing, menyelam, berenang, main kano di pantai, snowboarding,
iceskating, golf, bersepeda, sepakbola, bulutangkis, bersepeda motor, ataupun
joging.
Tabel 1 Distribusi Wisatawan Menurut Karakteristik Personal
Wisatawan (N=79) Karakteristik Kategori
Jumlah %
Usia 1. Muda (≤ 30 tahun) 41 51,8 2. Dewasa (31 - 45 tahun) 25 31,7 3. Tua (≥ 60 tahun) 13 16,5
Jenis 1. Perempuan 34 43,0 kelamin 2. Laki-laki 45 57,0
Hobi
1. Tidak menyukai seni, olah raga, dan mendaki gunung (membaca, travelling, memasak) 8 10,1
2. Menyukai seni, olah raga, dan mendaki
gunung 37 46,8 3. Menyukai seni (mendengarkan musik) 7 8,9 4. Menyukai olah raga 19 24,1 5. Menyukai pendakian gunung 8 10,1
Pendapatan 1. Rendah € 790 - € 2360 31 39,2 2. Sedang € 2361- € 3930 27 34,2 3. Tinggi € 3931- € 5500 21 26,6 Status 1. Lajang 49 62,0 perkawinan 2. Menikah 30 38,0
Jumlah 1. Mempunyai tanggungan 7 8,9 tanggungan 2. Tidak mempunyai tanggungan 72 91,1 Asal negara 1. Benua Afrika 0 0 2. Benua Amerika 1 1,3 3. Benua Asia 5 6,3 4. Benua Australia 6 7,6 5. Benua Eropa 67 84,8
Pada Tabel 1 dalam karakteristik hobi olah raga secara khusus terdapat
beberapa jenis olah raga yang biasa dilakukan oleh wisatawan asing di negara
asalnya. Seperti bermain snowboarding dan iceskating yang biasa dimainkan
ketika musim salju. Ketika bermain Snowboarding, alat yang digunakan
berbentuk papan peluncur pada kedua kaki dan sepasang tongkat yang
berfungsi untuk menahan ataupun mengatur arah gerakan meluncur. Bentuknya
mirip dengan papan skateboard yang biasa dimainkan oleh anak-anak muda di
jalanan.
Olah raga surfing juga menggunakan sebuah papan peluncur yang
ukurannya jauh lebih besar dan hanya bisa dimainkan di pantai pada ketinggian
42
ombak dengan kecepatan angin yang tinggi. Olahraga ini dapat dilakukan pada
salah satu kawasan wisata Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah maupun di
sekitar kawasan Pantai Gili Trawangan yang ada di Kabupaten Lombok Barat.
Secara umum hobi seni menitikberatkan pada kesenangan individu
dengan hal-hal yang berhubungan dengan seni. Adapun macam-macam jenis
hobi yang terkait dengan seni antara lain bernyanyi, melukis, dan terutama
mendengarkan musik. Hanya sebagian kecil atau 8,9% dari wisatawan asing
yang benar-benar menyatakan sangat menyukai hobi seni.
Jumlah pendapatan wisatawan asing sebagian besar masuk dalam
kategori rendah (39,2%) dengan jumlah pendapatan dari € 790 sampai dengan €
2.360. Jumlah pendapatan rendah bisa disebabkan karena wisatawan masih
berada dalam usia yang masih muda dan sebagian mempunyai bidang pekerjaan
dengan pendapatan rendah. Mereka ada yang bekerja sebagai pekerja
bangunan, sebagai penata dekorasi perumahan, dan arsitek.
Wisatawan asing dengan status lajang lebih mendominasi hingga 62%
daripada yang sudah menikah (38%) di Pulau Lombok. Selain itu dengan status
lajang mereka merasa lebih nyaman berlibur tanpa harus berbagi keputusan
tentang obyek wisata ataupun lokasi wisata yang akan dikunjungi. Jika dikaitkan
dengan jumlah tanggunggan justru menunjukan bahwa hampir seluruhnya tidak
mempunyai tanggungan hingga 91,1%. Walaupun ada juga wisatawan dengan
status menikah mempunyai tanggungan berupa anak yang berjumlah dari 2
orang hingga 4 orang. Anak-anak mereka ada yang baru memasuki masa pra
sekolah hingga kuliah dan bekerja (belum menikah).
Pada saat penelitian berlangsung diketahui bahwa wisatawan asing yang
telah menikah dan mempunyai anak tidak membawa serta anggota keluarganya.
Alasannya anak-anak mereka harus tetap kesekolah dan hanya ingin melakukan
perjalanan wisata tanpa anggota keluarga mereka. Selain itu wisatawan asing
juga menyatakan bahwa walaupun mempunyai tanggungan dalam keluarga
(khususnya anak yang masih sekolah dan kuliah) mereka tidak menganggap
kegiatan berwisata akan mengganggu kebutuhan anak-anak mereka dan bukan
suatu beban.
Khusus untuk pendidikan, mereka sudah mengalokasikan sebagian
pendapatannya dalam bentuk tabungan, asuransi, ataupun semacam deposito
bagi jenjang pendidikan. Hal ini menunjukan adanya kesadaran bahwa kegiatan
wisata bukan hanya sekadar bersenang-senang tetapi merupakan bagian
43
terpenting dalam kehidupan pribadinya tanpa harus mengorbankan kebutuhan
pendidikan anak-anak mereka. Masih dalam Tabel 5 diketahui bahwa
karakteristik asal negara wisatawan sebagian besar (84,8%) berasal dari negara-
negara Eropa dibandingkan dari benua Asia yaitu Jepang (6,3%), benua
Australia (7,6%) ataupun benua Amerika (1,3%). Adapun negara-negara Eropa
tersebut meliputi Jerman, Belanda, Italia, Zwitzerland, Austria, Perancis,
Norwegia, Swiss, dan Inggris.
Menurut data dari Dinas Pariwisata NTB diketahui bahwa kunjungan
wisatawan asing ke Pulau Lombok setiap tahunnya paling banyak berasal dari
negara Jerman, Belanda, dan Perancis (Dinas Pariwisata NTB, 2005). Hal
tersebut sesuai dengan asal negara wisatawan yang sebagian besar berasal dari
Jerman, Belanda, maupun Perancis.
Ada banyak tujuan yang menyebabkan wisatawan asing tertarik datang
ke Pulau Lombok dan tujuan tersebut antara lain:
a). Melakukan kunjungan bisnis.
b). Mengelola berbagai macam hotel dan kafe dikawasan-kawasan wisata
(kawasan wisata Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah ataupun
kawasan wisata Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat).
c). Berbulan madu.
d). Melakukan penelitian sosial budaya di kawasan wisata Pantai Kuta di
Kabupaten Lombok Tengah.
Perilaku Komunikasi Wisatawan
Peran media komunikasi sangat penting sebagai penyampai informasi
bagi dunia pariwisata. Penggunaan berbagai macam media informasi merupakan
bentuk dari perilaku komunikasi. Sebelum masuk pada tahapan komunikasi
konfirmasi terlebih dahulu harus diketahui penggunaan sumber informasi awal
yang digunakan wisatawan asing ketika merencanakan kunjungannya.
Penelusuran informasi awal dan konfirmasi memberikan sebuah
pemahaman bahwa sebelum dan setelah berada di Pulau Lombok wisatawan
asing menggunakan berbagai macam media komunikasi. Mulai dari sumber
informasi yang digunakan, saluran informasinya hingga isi pesan yang paling
banyak dibutuhkan oleh wisatawan asing. Informasi
44
Tahap Pencarian Informasi Awal
Tingkat perilaku komunikasi yang dilakukan oleh wisatawan sangat
beragam. Tingkatan perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal
secara keseluruhan dapat dikategorikan sebagai perilaku komunikasi yang
kurang aktif, aktif, dan sangat aktif. Pengkategorian tersebut merupakan
gabungan dari keseluruhan penggunaan jumlah sumber informasi, saluran
informasi, dan isi informasi yang berhubungan dengan wisata. Adapun sumber
informasi yang digunakan terdiri dari media massa, komunikasi tatap muka
maupun kombinasi antara media massa dengan komunikasi tatap muka.
Kebutuhan informasi mengenai wisata sangat beragam dan informasi
tersebut mencakup sarana maupun prasarana yang mendukung kegiatan wisata.
Informasi wisata tersebut pada umumnya mencakup tempat penukaran mata
uang asing hingga tersedianya rumah sakit di kawasan wisata. Informasi yang
dibutuhkan wisatawan diperoleh melalui saluran informasi dalam bentuk audio,
visual, dan audiovisual.
Penggunaan berbagai macam sumber informasi denngan saluran
informasi beserta isi pesan dari informasi yang dibutuhkan wisatawan dapat
menggambarkan tingkat keaktifan perilaku komunikasinya. Tingkat keaktifan
dalam perilaku komunikasi tersebut dapat digolongkan dalam tiga bagian yaitu
kurang aktif, aktif, dan sangat aktif. Berikut penjelasan mengenai seberapa besar
tingkat perilaku komunikasi yang ditunjukan oleh wisatawan pada Tabel 3.
Tabel 2 Distribusi Wisatawan Menurut Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal
Wisatawan (N=79) Tingkat Perilaku Komunikasi
pada Pencarian Informasi Awal Jumlah % 1. Tidak melakukan pencarian informasi awal 0 0 2. Melakukan pencarian informasi awal:
a. Kurang aktif 15 19,0 b. Aktif 38 48,1 c. Sangat aktif 26 32,9
Tabel 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar wisatawan (48,1%)
menunjukan tingkat perilaku komunikasi yang aktif pada tahap pencarian
informasi awal. Adanya penggunaan kombinasi sumber informasi dengan saluran
informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual dapat dilihat sebagai suatu
tindakan positif. Artinya pemahaman wisatawan tentang informasi daerah tujuan
wisata menjadi lebih baik daripada menggunakan satu sumber informasi saja.
45
Perbedaan kategori aktif dan sangat aktif hanya terletak pada jumlah
penggunaan saluran informasi visual dan audiovisualnya saja.
Sumber informasi dengan penggunaan saluran informasi fungsinya saling
melengkapi. Dilihat dari kekurangannya, media siaran memberi perhatian pada
suatu peristiwa dan biasanya waktu maupun perhatian untuk peristiwa lain
menjadi berkurang. Kekurangan inilah yang menjadikan media cetak
melengkapinya. Seperti yang diungkapkan oleh Severin dan Tankard (2001)
bahwa media siaran mampu menyampaikan suatu informasi dengan cepat
namun tidak dapat menguraikan segala aspeknya secara lengkap dan mendalam
sehingga kekurangan inilah kemudian menjadikan media cetak mengisi
kekurangan tersebut.
Salah satu media cetak tersebut adalah buku panduan wisata. Buku
panduan mempunyai kemampuan menginformasikan mengenai berbagai macam
informasi wisata yang terangkum cukup lengkap dengan ulasan yang lebih luas
sehingga wisatawan asing menggunakan buku sebagai salah satu saluran
informasi wisatanya. Walaupun isi buku terkadang tidak melakukan revisi tetapi
secara umum informasinya masih tetap dibutuhkan oleh wisatawan asing.
Hal menarik disini adalah sebagian besar wisatawan asing merupakan
negara-negara Eropa yang aktifitas membacanya sudah menjadi sebuah budaya.
Seperti yang dikutip oleh Severin dan Tankard dari pernyataan Hellmut Lehman-
Haupt yang merupakan seorang sejarawan penerbitan buku menyatakan bahwa
bangsa-bangsa Eropa memperkaya pemikiran masyarakatnya dengan
penggunaan buku. Hal tersebut dimulai sejak buku dicetak secara massa, harga
murah untuk digandakan dan bertujuan untuk mempelajari naskah-naskah klasik
(Severin & Tankard 2001). Selain itu isi pesan informasi mengenai sarana dan
prasarana merupakan bagian yang sangat penting dalam dunia pariwisata.
Informasi yang dibutuhkan tersebut antara lain mengenai alat penukaran mata
uang asing, obyek wisata yang ingin dikunjungi, informasi tempat menginap
seperti hotel, bungalow, cottage dan lainnya.
Dari Tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar wisatawan (60,8%)
menggunakan kombinasi sumber informasi. Kombinasi sumber informasi
tersebut adalah komunikasi tatap muka dan penggunaan media massa.
Komunikasi tatap muka merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antara dua
orang atau lebih. Hal ini dapat dilihat ketika calon wisatawan mencari informasi
melalui sumber-sumber informasi dalam hubungan interpersonal yaitu melalui
46
teman ataupun keluarga. Selain itu komunikasi tatap muka dapat terjadi antara
hubungan interpersonal dan komunikasi di dalam kelompok atau komunikasi
organisasi seperti pihak hotel dan agen perjalanan.
Tabel 3 Distribusi Wisatawan Menurut Jenis Sumber Informasi dalam Tahap Pencarian Informasi Awal
Wisatawan (N = 79)
Jenis Sumber Informasi Jumlah %
1. Komunikasi tatap muka 12 15,2 2. Media Massa 19 24,0 3. Kombinasi sumber informasi 48 60,8
Selain itu penggunaan media massa berupa media cetak dan elektronik
mampu melengkapi kebutuhan wisatawan mengenai informasi kawasan wisata.
Penggunaan kombinasi sumber informasi yang terdiri dari komunikasi tatap muka
dan penggunaan media massa menunjukan ketidakpuasan wisatawan dengan
satu sumber informasi saja. Bentuk ketidakpuasan ini diperkuat dengan
pernyataan Lazarfeld dan Merton bahwa pada umumnya seseorang merasa tidak
puas hanya dengan satu jenis media saja dan jika seseorang ingin mengetahui
lebih jauh tentang sesuatu maka ia akan mencarinya dari macam-macam media
(Rivers at al. 2003). Jadi perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi
awal diperoleh dari penggunaan kombinasi melalui komunikasi tatap muka dan
media massa.
Penggunaan kombinasi sumber informasi melalui komunikasi tatap muka
dan media massa tidak lepas dari saluran informasi dan isi pesan yang
dibutuhkan wisatawan. Oleh karena itu akan dijabarkan secara rinci macam-
macam saluran informasi yang telah digunakan oleh wisatawan. Saluran
informasi yang digunakan berupa audio, visual, dan audiovisual.
Dari Tabel 4 diketahui bahwa terdapat berbagai macam saluran informasi
yang digunakan oleh wisatawan. Dari berbagai sumber informasi tersebut,
internet merupakan saluran informasi yang sebagian besar digunakan wisatawan
asing (87,3%) dibandingkan penggunaan majalah, koran, ataupun tabloid yang
hanya mencapai 5%. Internet memungkinkan hampir semua orang di belahan
dunia manapun saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah.
Alasan seseorang untuk mengakses internet selain karena mudah
mengaksesnya juga karena biaya yang digunakan relatif lebih murah. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Chang (1998) bahwa untuk kategori daya akses
atau jangkauan pengunjung situs internet lebih melihat pada nilai ekonomisnya
47
(gratis atau murah) dibandingkan hanya untuk kesenangan (kemudahan
mengakses informasi). Selain itu negara-negara Eropa, Amerika, Australia,
maupun sebagian besar Asia menjadikan internet sebagai media informasi yang
sangat populer setelah buku ataupun media informasi lainnya (Severin dan
Tankard, 2001)
Tabel 4 Distribusi Wisatawan Menurut Saluran Informasi yang Digunakan pada Tahap Pencarian Informasi Awal
Wisatawan (N = 79) Saluran Informasi
Jumlah %
Visual: 1. Internet 69 87,3
2. Buku-buku panduan wisata 46 58,2 3. Foto-foto berupa dokumentasi obyek wisata 34 43,0
4. Leaflet/booklet/brosur-brosur wisata 20 25,3
5. Foto-foto obyek wisata dalam bentuk Slide 10 12,7 6. Majalah/koran/tabloid 4 5,0 Audiovisual : 7. Foto-foto obyek wisata dalam bentuk
Compact Disk 12 15,2
8. Televisi 10 12,7 Audio: 9. Radio 1 1,3
Fitur internet yang paling populer selain e-mail adalah world wide web
(www) merupakan sebuah sistem situs komputer yang sangat luas dan dapat
dikunjungi oleh siapa saja dengan program browser sebuah fitur yang dipakai
oleh pengguna internet untuk bertukar pesan. Dari wawancara di lapangan
diketahui dari sekian banyak situs tentang wisata ada dua website yang pernah
mereka kunjungi untuk mencari informasi wisata yaitu www.travel.discovery.com
atau www.travelchanel.com. Website ini mencakup informasi perjalanan wisata di
seluruh dunia dengan berbagai macam lokasi tujuan wisata dan jenis wisata
yang diinginkan. Informasi wisata yang bisa diakses diantaranya adalah
adventure travel & sports, beaches, budget travel, museums & culture, romance
& honeymoons, travel tips, world's best lists, dan lainnya.
Situs resmi pemerintah Indonesia yang dapat diakses yaitu
www.budpar.go.id yang menampilkan secara lengkap segala macam informasi
wisata di seluruh Provinsi di Indonesia dalam berbagai bahasa Internasional
seperti bahasa Inggris. Selain itu pemerintah Indonesia melalui Departemen
Pariwisata Seni dan Budaya telah meresmikan website informasi wisata tanggal
23 Maret 1999 yaitu www.indonesia-tourisminfo.co.id. Salah satu menu
48
utamanya pada Destinations menampilkan berbagai informasi daerah tujuan
wisata dan wisata khusus yang menarik untuk dikunjungi. Pulau Lombok
termasuk sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang direkomendasikan selain
Bali. Adapun daerah tujuan wisata tersebut adalah Sumatra, West Java, Central
Java, Sumba, North Aceh, dan Bengkulu. Website tersebut menggunakan lima
bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Perancis, Belanda, dan Jerman (Astuty, 2002).
Selain itu wisatawan juga menggunakan buku-buku panduan wisata yang
dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko buku ataupun diberikan oleh teman
atau kerabat mereka yang pernah berkunjung ke Pulau Lombok hingga 58,2%.
Kekuatan dari sebuah buku adalah pemaparan isinya lebih luas dan lebih terinci.
Namun kelemahan dari buku adalah isi yang dipaparkan bisa tidak up to date lagi
walaupun terdapat istilah revisi tetapi tidak akan merubah keseluruhan isi buku
sehingga untuk mengimbangi kekurangan dari buku tersebut maka wisatawan
menggunakan saluran informasi lainnya.
Adapun saluran informasi informasi lainnya seperti adanya penggunaan
foto-foto obyek wisata dalam bentuk dokumentasi pribadi ataupun slide hingga
12,7%. Dokumentasi pribadi atau slide tersebut diperoleh melalui teman atau
kerabat yang pernah mengunjungi Pulau Lombok maupun yang tinggal di Pulau
Lombok.
Beberapa negara Eropa ada yang menerbitkan buku mengenai wisata
dunia. Negara-negara tersebut terdiri dari negara Jerman, Inggris, dan Perancis.
Negara Jerman dan Inggris mempunyai buku terbitan mengenai panduan wisata
yang memuat informasi secara menyeluruh mengenai wisata yang ada diseluruh
dunia termasuk Indonesia dengan berbagai daerah tujuan wisatanya. Sedangkan
Perancis belum mempunyai terbitan buku panduan (biasanya yang diterbitkan
berupa buku panduan informasi perhotelan yang cukup lengkap) dengan kualitas
setaraf dengan negara-negara seperti Jerman dan Inggris. Namun negara
Perancis cukup dikenal sebagai negara yang dapat memberikan informasi terbaik
mengenai informasi wisata (Wahab, 2003).
Buku-buku panduan wisata pada umumnya mempunyai kelemahan
dengan terbatasnya informasi mengenai data-data tertentu. Foto yang memuat
lokasi atau obyek wisata tidak dicantumkan, adanya gambar obyek wisata yang
tidak berwarna, cakupan informasi wisatanya tidak mendetail, dan lainnya
sehingga penggunaan kombinasi sumber informasi dengan salurannya oleh
wisatawan menjadi beragam.
49
Saluran informasi yang banyak digunakan wisatawan asing untuk
melengkapi informasi yang diinginkan setelah buku adalah leaflet, booklet, dan
brosur-brosur wisata hingga 25,3%. Saluran informasi tersebut oleh para
pemasar banyak digunakan sebagai media informasi guna mempromosikan
produk-produk barang maupun jasa. Tidak kecuali oleh pemasar pariwisata
dalam hal ini pemerintah melalui Departemen Pariwisata, pihak swasta yang
bergerak dalam bidang wisata seperti agen perjalanan, hotel, dan lainnya. Hanya
5,0% dari wisatawan asing yang menggunakan majalah, koran, dan tabloid serta
1,3% menggunakan radio sebagai saluran informasi awal dalam menentukan
tujuan dan obyek wisata yang akan dikunjungi.
Selain bentuk visual, wisatawan asing juga menggunakan informasi
dalam bentuk audiovisual yang ciri-cirinya menggunakan suara disertai adanya
gambar bergerak atau movie. Pemilihan foto-foto obyek wisata dalam bentuk
Compact Disk (CD) oleh wisatawan mencapai 15,2% sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan televisi yang hanya 12,7%. Bentuk
audiovisual mempunyai kemampuan sebagai penyampai informasi secara cepat
yang dilengkapi dengan ulasan penjelas sehingga audiovisual lebih mampu
memberi pemahaman lebih baik daripada media lainnya. Hal ini diperkuat juga
dengan pendapat Soedarmanto (1998) yang menyatakan bahwa audiovisual
mempunyai kemampuan untuk menstimuli indra penglihatan lebih tinggi hingga
mencapai 83% dalam merespon informasi secara visual dan adanya kemampuan
indra pendengar yang mencapai 11%.
Informasi yang dibutuhkan wisatawan asing sangat beragam dan sesuai
dengan kebutuhan tentang tujuan wisatanya. Informasi mengenai sarana dan
prasarana yang dibutuhkan mulai dari tempat penukaran mata uang asing hingga
adanya rumah sakit di kawasan wisata Pulau Lombok. Jumlah persentasi
merupakan hasil pilihan wisatawan pada masing-masing informasi yang
dibutuhkan. Hal ini dikarenakan masing-masing wisatawan mencari informasi
lebih dari satu macam informasi wisata.
Pada Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (44,3%) wisatawan
asing mencari informasi tentang tempat penukaran mata uang asing atau yang
dikenal dengan sebutan money changer. Dengan adanya informasi tempat
penukaran mata uang asing akan lebih memudahkan mereka melakukan
aktivitas wisata yang berkenaan dengan transaksi pembayaran. Namun tidak
semua wisatawan asing melakukan pembayaran dengan mata uang rupiah di
50
kawasan wisata seperti Senggigi ataupun di Kuta Kabupaten Lombok Tengah.
Wisatawan tersebut antara lain Amerika Serikat, negara-negara Eropa, ataupun
Australia melakukan pembayaran dengan menggunakan mata uang dari
negaranya seperti Euro, Dollar Amerika ataupun Dollar Australia.
Tabel 5 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana Wisata pada Tahap Pencarian Informasi Awal
Wisatawan (N = 79) Isi Informasi Mengenai Sarana dan Prasarana
Jumlah %
1. Tempat penukaran mata uang asing 35 44,3 2. Jalur transportasi 34 43,0 3. Obyek wisata 30 37,9 4. Restauran 26 32,9 5. Hotel 25 31,6 6. Club malam dan kafe 15 18,9 7. Rumah sakit 9 11,4 8. Pemandu wisata 9 11,4 9. Jaringan telekomunikasi 8 10,1 10. Festival Seni dan Budaya 5 6,3 11. Acara party khusus untuk wisatawan 2 2,5
Selain itu Informasi yang tidak kalah pentingnya adalah jalur tranportasi
dari dan menuju tujuan wisata merupakan hal yang sangat penting bagi
wisatawan asing hingga 43,0%. Adapun informasi jalur transportasi mencakup
rute penerbangan menuju negara tujuan, kendaraan yang bisa digunakan untuk
melihat obyek wisata, gambaran biaya transportasi yang akan dikeluarkan, dan
yang sangat penting adalah kemudahan untuk menuju obyek wisata. Adanya
gambaran tentang jalur transportasi yang jelas akan menyakinkan mereka untuk
datang mengunjungi Pulau Lombok.
Sebagian lagi mencari informasi tentang obyek-obyek wisata yang
menarik untuk dikunjungi hingga 37,9%. Pada umumnya hal ini tidak lepas dari
tujuan wisatawan asing yang datang untuk berlibur dengan mengunjungi
beberapa obyek wisata alam maupun budaya yang merupakan ciri khas atau
keunggulan produk wisata di Pulau Lombok.
Sebagian wisatawan menyatakan bahwa informasi hotel sangat penting
diketahui hingga 31,6%. Informasi hotel tidak saja mencakup mengenai standar
pelayanannya yang cukup dikenal dalam konteks hotel kelas melati hingga hotel
berbintang. Melainkan informasi mengenai tersedianya tempat menginap dalam
bentuk cottage ataupun bungalow.
Selain hotel wisatawan mencari informasi mengenai ada tidaknya
51
berbagai macam restauran terbaik yang ada di sekitar kawasan wisata hingga
18,9%. Informasi mengenai restauran sangat dibutuhkan sekali oleh wisatawan
yang menginap di hotel kelas melati. Hal ini dikarenakan tempat mereka
menginap tidak menyediakan pelayanan makanan secara lengkap sehingga
informasi tersebut dapat dijadikan persiapan agar rencana kunjungannya dapat
berjalan dengan lebih baik.
Dapat dikatakan bahwa money changer, jalur transportasi, hotel, dan
restauran merupakan sebagian informasi yang sangat dibutuhkan oleh
wisatawan asing ketika berencana mengunjungi suatu negara dengan tujuan
berlibur. Ada juga wisatawan yang menyatakan bahwa informasi restauran
menjadi penting untuk mencoba berbaga berbagai masakan dari berbagai
negara hingga makanan asli daerah
Pada bulan Juli di kawasan wisata Senggigi terdapat Festival Seni dan
Budaya yang salah satu agendanya menampilkan kesenian gendang yaitu
gendang Beleq. Selain itu Pulau Lombok akan lebih ramai dikunjungi wisatawan
asing pada bulan Juli hingga Agustus (sebagian berkaitan dengan libur sekolah)
dan kunjungan di atas bulan Agustus sedikit berkurang hingga kunjungan akan
ramai kembali pada bulan Desember.
Walaupun wisatawan asing datang berlibur pada bulan Oktober 2006
(saat penelitian berlangsung) sebagian kecil atau 6,3% menyatakan mencari
informasi tentang Festival Seni dan Budaya. Walaupun sudah dapat dipastikan
mereka tidak dapat melihat secara langsung acara festival tersebut. Selain itu
hanya 2,5% wisatawan asing yang mencari informasi mengenai acara party di
kawasan Pantai Senggigi. Acara party umumnya berkaitan dengan hari-hari
khusus seperti melakukan acara pernikahan, bulan madu, valentine, ataupun
kegiatan lain yang memang sengaja dibuat wisatawan asing untuk mengadakan
khusus acara pesta. Acara party tersebut biasanya dilakukan oleh hotel untuk
menarik minat wisatawan agar datang ke Pulau Lombok dan menginap di hotel
tersebut.
Setelah mengetahui isi informasi mengenai sarana dan prasarana umum
lainnya maka pembahasan berikutnya mengenai isi informasi yang berhubungan
dengan keamanan. Dari Tabel 6 diketahui bahwa wisatawan asing lebih mencari
informasi tentang keamanan mengenai lokasi kantor polisi yang ada disekitar
kawasan wisata hingga 32,9%. Informasi tersebut sangat penting bagi wisatawan
karena berkaitan dengan isu-isu politik tentang Indonesia yang kurang baik
52
sehingga menyebabkan mereka menempatkan adanya kantor polisi sebagai
bahan pertimbangan memilih obyek dan lokasi wisata. Pada saat itu Indonesia
menjadi sorotan dunia dengan peristiwa bom Bali yang terjadi pada tahun 2001
silam.
Tabel 6 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Tentang Keamanan Dalam Informasi Awal
Wisatawan (N = 79)
Informasi Tentang Keamanan Jumlah %
1. Kantor polisi 26 32,9 2. Jaminan keamanan dalam hotel 15 18,9 3. Private of security 8 10,1 4. Keamanan didalam di hotel 7 8,9 5. Pecalang* 7 8,9
Keterangan: * Pecalang adalah sekumpulan orang-orang yang bertugas memberikan pengamanan pada masyarakat khususnya di Bali dan wisatawan yang berada di kawasan wisata ataupun di lingkungan Banjar (kampung/desa).
Pada Tabel 6 terdapat 18,9% informasi yang dibutuhkan wisatawan
mengenai jaminan keamanan bagi pekerja asing yang bekerja mengelola
beberapa tempat wisata. Hal ini tidak jauh berbeda dengan alasan pemilihan
informasi mengenai kantor polisi. Adanya cara pandang dan gaya hidup yang
berbeda menyebabkan sebagian wisatawan yang datang untuk bekerja menilai
jaminan terhadap mereka harus ada dan dapat dijamin dengan baik.
Pemerintah daerah sebagai tuan rumah bekerjasama dengan seluruh
instansi terkait dapat memberikan jaminan dalam bentuk pengamanan disekitar
tempat tinggal mereka. Selain itu pihak perusahaan tempat orang asing bekerja
menyediakan layanan pengawal atau bodyguard jika mereka sedang bertugas di
luar perusahaan. Ada juga beberapa wisatawan yang tidak menggunakan
fasilitas tersebut dengan alasan mereka merasa tidak terlalu khawatir akan
terjadi sesuatu selama berada di luar perusahaan. Karena dalam kontrak kerja
keamanan sudah dijamin oleh pihak perusahaan dan pemerintah daerah sendiri.
Sebagian lagi mencari informasi mengenai tersedianya pengamanan
dalam bentuk private of security sebanyak 10,1%. Sedangkan 8,9% mencari
informasi mengenai keamanan didalam hotel dan ada tidaknya Pecalang di
Pulau Lombok. Wisatawan yang mencari informasi mengenai Pecalang
merupakan wisatawan asing yang pernah mengunjungi Pulau Bali. Kunjungan ke
Pulau Lombok lebih dikarenakan ingin mengetahui daya tarik obyek wisata yang
tidak kalah bagusnya dengan Pulau Bali.
53
Dari penjelasan di atas dapat ditarik beberapa alasan pencarian informasi
mengenai sarana dan prasarana yang mendukung wisata maupun keamanan di
Pulau Lombok. Alasan tersebut adalah sebagai berikut:
a). Wisatawan tersebut sudah berada di Indonesia dengan kunjungan awalnya di
Pulau Bali;
b). Belum pernah mengunjungi Pulau Lombok sebelumnya;
c). Pernah mengunjungi Pulau Lombok namun informasi mengenai sarana dan
prasarana tetap menjadi hal yang penting.
d). Informasi mengenai keamanan sangat penting ketika berencana untuk
melakukan pendakian ke Gunung Rinjani.
Tahap Konfirmasi
Pada tahap konfirmasi wisatawan melakukan peneguhan terhadap
informasi yang telah diketahui sebelumnya. Selain itu peneguhan juga terjadi
saat wisatawan menemukan informasi baru dan mencari informasi lainnya guna
mendukung keputusan mengenai informasi tersebut. Komunikasi tatap muka
yang terjadi pada tahap konfirmasi lebih banyak macamnya dibandingkan pada
saat proses pencarian informasi awal.
Adapun macam-macam komunikasi tatap muka tersebut meliputi
hubungan interpersonal yang hanya terjadi melalui teman atau kerabat, hotel,
melalui agen perjalanan, jasa seorang pemandu wisata yang ada dikawasan
wisata dan melalui Bandara Udara Selaparang di Mataram Nusa Tenggara Barat.
Adanya komunikasi tatap muka dalam komunikasi organisasi yang melibatkan
wisatawan dengan seseorang yang berada dalam suatu lingkup organisasi
seperti wisatawan dengan resepsionis hotel, agen perjalanan, dan saat tiba di
Pulau Lombok melalui Bandara Udara Selaparang Mataram.
Tahap konfirmasi terjadi bila wisatawan sudah memutuskan untuk
menerima atau menolak informasi yang telah di peroleh sebelumnya (tahap
pencarian informasi awal). Tingkat perilaku komunikasi yang ditunjukan
wisatawan berbeda dibandingkan ketika mencari informasi pada tahap informasi
awal. Perbedaan tersebut terlihat dengan adanya sebagian wisatawan yang tidak
melakukan konfirmasi di Pulau Lombok.
Dari Tabel 7 diketahui bahwa tahap konfirmasi menunjukan perilaku
komunikasi yang kurang aktif (39,2%). Alasan mereka tidak melakukan
konfirmasi adalah sebagian informasi yang mereka ketahui sebelum
54
mengunjungi Pulau Lombok sudah di rasa cukup akurat. Sebagian lagi
menyatakan bahwa mereka datang mengunjungi Pulau Lombok tidak
membutuhkan terlalu banyak aktivitas wisata sehingga hanya membutuhkan
informasi mengenai obyek wisata yang akan dikunjungi saja.
Tabel 7 Distribusi Wisatawan Menurut Tingkat Perilaku Komunikasi Wistawan Pada Tahap Konfirmasi
Wisatawan (N=79)
Tingkat Perilaku Komunikasi pada Konfirmasi Jumlah %
1. Tidak melakukan konfirmasi 20 25,3 2. Melakukan konfirmasi:
a. Kurang aktif 31 39,2 b. Aktif 17 21,5 c. Sangat aktif 11 13,9
Konfirmasi yang dilakukan wisatawan asing setelah sampai di Pulau
Lombok lebih bersifat peneguhan dari informasi yang diperoleh saat di negara
asal. Dari wawancara peneliti dengan pemandu wisata diketahui bahwa ada
beberapa wisatawan asing yang perjalanan wisatanya tidak diatur oleh agen
perjalanan biasanya akan lebih aktif melakukan konfirmasi daripada yang telah
diatur oleh agen perjalanan. Walaupun penggunaan sumber informasi dan
saluran informasi yang digunakan tidak sebanyak saat informasi awal.
Perilaku konfirmasi yang sangat aktif ditunjukan dengan menggunakan
kombinasi antara komunikasi tatap muka dengan media massa. Wisatawan asing
menggunakan salah satu dari bentuk komunikasi tatap muka yaitu melalui agen
perjalanan, hotel tempat menginap, hubungan antar pribadi, pemandu wisata,
dan Bandara Udara Selaparang Mataram. Adapun saluran informasi yang
digunakan lebih banyak menggunakan bentuk visual antara lain leaflet/brosur,
buku panduan wisata, foto-foto lokasi wisata, internet, atau majalah/koran wisata
(biasanya disediakan di hotel atau agen perjalanan).
Informasi yang banyak dibutuhkan wisatawan asing pada konfirmasi
berkaitan dengan kegiatan wisatanya. Adapun informasi tersebut meliputi lokasi
obyek wisata, tempat penginapan atau hotel, lokasi penukaran mata uang asing,
restauran/kafe/club malam, maupun informasi mengenai ketersediaan jaringan
telekomunikasi. Dapat dikatakan bahwa perilaku komunikasi pada tahap
konfirmasi terjadi karena wisatawan asing masih membutuhkan banyak informasi
mengenai kegiatan wisatanya. Informasi tersebut dibutuhkan guna mendukung
ataupun memperkuat keputusan wisatawan dalam berwisata.
55
Penelusuran informasi pada tahap konfirmasi sama dengan tahap
pencarian informasi awal yaitu mencari tahu penggunaan sumber informasi,
bentuk-bentuk saluran informasi, dan isi dari informasi yang dibutuhkan
wisatawan ketika berada di Pulau Lombok. Berikut ini pembahasan dimulai dari
persentasi wisatawan pada penggunaan sumber-sumber informasi. Distribusi
wisatawan menurut penggunaan sumber informasi pada tahap konfirmasi dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Sumber Informasi pada Tahap Konfirmasi
Wisatawan (N=79) Sumber Informasi
Jumlah %
1. Tidak melakukan konfirmasi 20 25,3 2. Melakukan konfirmasi menggunakan:
a. Komunikisi tatap muka 19 24,1 b. Media massa 4 5,1 c. Kombinasi 36 45,6
Dari wawancara yang dilakukan pada sejumlah pemandu wisata diketahui
bahwa ada sebagian wisatawan asing yang pernah mengunjungi Pulau Lombok
lebih mempercayai pemandu wisata daripada agen perjalanan pada kunjungan
berikutnya. Alasan wisatawan tersebut adalah para pemandu wisata lebih
memahami kondisi ataupun tingkat keamanan di obyek wisata yang akan dituju.
Selain itu jika mereka menggunakan jasa agen perjalanan pun para pemandu
wisata akan diikutsertakan untuk menemani wisatawan asing selama
mengunjungi lokasi wisata. Hal yang paling disukai wisatawan asing jika
menggunakan jasa para pemandu wisata adalah mereka merasa privacy lebih
terjaga karena selama perjalanan hanya mereka saja atau beberapa wisatawan
asing lainnya ikut dalam rombongan wisata.
Sebagian besar (45,6%) wisatawan asing menggunakan kombinasi
sumber informasi dari media massa dan komunikasi tatap muka guna
memperteguh informasi ataupun melengkapi informasi yang dibutuhkan. Kedua
sumber informasi tersebut lebih luas cakupan informasi wisatanya daripada
hanya menggunakan media massa atau melalui komunikasi tatap muka.
Terpenting disini adalah penggunaan media massa dan komunikasi tatap muka
sama-sama saling melengkapi kebutuhan wisatawan terhadap informasi wisata
pada tahap konfirmasi.
Selain kombinasi, wisatawan asing juga lebih banyak menggali informasi
56
wisata hanya bersumber dari komunikasi tatap muka saja (24,1%). Jika dikaitkan
dengan kredibilitas sumber hal tersebut dilakukan wisatawan dengan asumsi
bahwa agen perjalanan di kawasan wisata maupun dari Bandara Selaparang
Mataram lebih luas cakupan informasinya. Selain itu lokasi agen perjalanan dan
Bandara jelas tempatnya, lebih dekat dan mudah ditemui oleh wisatawan. Hanya
sebagian kecil (5,1%) yang menggunakan media massa sebagai sumber
informasi wisatanya. Alasan utamanya adalah informasi pada media massa
sudah terangkum sangat jelas dan lengkap.
Dari keseluruhan responden (79 orang wisatawan asing) hanya 59 orang
(74,5%) yang melakukan konfirmasi setelah berada di Pulau Lombok.
Sedangkan 20 orang wisatawan atau 25,3% tidak melakukan konfirmasi. Ada
beberapa alasan mengapa wisatawan asing tersebut tidak melakukan konfirmasi
antara lain:
a). Melakukan kunjungan wisata pada beberapa obyek wisata yang telah diatur
oleh agen perjalanan.
b). Selama mengunjungi beberapa obyek wisata selalu didampingi oleh pemandu
wisata.
c). Kunjungan wisatawan asing hanya pada satu obyek wisata saja seperti
melakukan aktivitas surfing di pantai Kuta Kabupaten Lombok Tengah
ataupun di Pantai Gili Trawangan Kabupaten Lombok Barat.
d). Wisatawan tersebut pernah mengunjungi Pulau Lombok sehingga informasi
mengenai lokasi ataupun tingkat keamanan dikawasan wisata sudah di
ketahui dengan cukup baik.
e). Wisatawan asing tersebut tinggal di Pulau Lombok untuk bekerja.
Setelah mengetahui beberapa alasan wisatawan asing tidak melakukan
konfirmasi di Pulau Lombok maka pembahasan selanjutnya berkaitan dengan
penggunaan berbagai macam saluran informasi. Selama berada di Pulau
Lombok wisatawan asing tidak menggunakan saluran informasi melalui radio. Hal
ini dikarenakan pemerintah Provinsi NTB dan pihak swasta yang bergerak dalam
bidang pariwisata tidak menyediakan informasi wisata melalui radio. Informasi
wisata melalui radio sudah dilakukan oleh Pulau Bali yang bekerjasama dengan
pihak swasta yaitu radio Hard Rock.
Pada Tabel 9 diketahui bentuk informasi yang digunakan wisatawan
dalam konfirmasi hanya dua yaitu visual dan audiovisual. Dalam bentuk visual
saluran informasi yang digunakan sebagian besar melalui leaflet, booklet, dan
57
brosur-brosur wisata hingga 55,7%. Hal ini lebih dikarenakan leaflet, booklet, dan
brosur-brosur lebih mudah ditemukan di hotel, agen perjalanan, pada seorang
guide, dan di Bandara Udara Selaparang Mataram saat tiba di Pulau Lombok.
Dari bentuk dan ukurannya yang sangat ringan dan mudah dibawa kemana saja
maka media informasi tersebut lebih banyak digunakan oleh wisatawan asing.
Tabel 9 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Saluran Informasi pada Tahap Konfirmasi
Wisatawan (N = 59) Saluran Informasi yang Digunakan
Jumlah %
Visual: 1. Leaflet, booklet, brosur-brosur wisata 44 55,7 2. Buku-buku panduan wisata 28 35,4 3. Foto-foto berupa dokumentasi obyek wisata 24 30,8 4. Foto-foto obyek wisata dalam bentuk slide 14 17,7 5. Internet 10 12,7 6. Majalah/koran/tabloid 10 12,7
Audiovisual: 7. Televisi 10 12,7
Selain itu leaflet, booklet, dan brosur-brosur wisata dapat digunakan
sebagai dasar informasi untuk bisa membandingkan informasi yang diketahui
pada informasi lainnya. Gambar yang ada pada leaflet mempunyai warna yang
cukup menarik dan bisa meyakinkan wisatawan untuk mengunjunginya sehingga
informasi yang telah diketahui sebelumnya lebih kuat dan lebih menyakinkan
wisatawan untuk berkunjung pada obyek wisata yang diinginkan.
Bentuk informasi visual lainnya adalah penggunaan buku panduan wisata
hingga 35,4% untuk melengkapi informasi dari media lainnya. Dibandingkan
dengan leaflet, booklet, dan brosur-brosur wisata, buku panduan wisata
mengulas lebih luas segala informasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan obyek wisata, lokasi, ataupun informasi wisata lainnya.
Terdapat beberapa kelemahan dalam buku panduan wisata yang
biasanya digunakan wisatawan. Kelemahan buku panduan wisata tersebut
sebagai berikut:
a). Tampilan gambar tentang obyek wisata tidak mendetail.
b). Adanya sebagian buku yang tidak menampilkan gambar-gambar obyek
wisata dengan kertas berwarna.
c). Terkadang halaman yang memuat semua obyek wisata tidak tersedia dan
hanya menerangkan adanya obyek wisata tertentu yang menarik untuk
dikunjungi.
58
d). Terkadang gambar ataupun informasi mengenai obyek wisata yang
ditampilkan tidak sesuai dengan yang apa diinginkan wisatawan. Bisa saja
informasi mengenai obyek wisata lainnya yang menurut penulis buku tidak
perlu ditampilkan justru yang ingin diketahui oleh wisatawan.
e). Secara keseluruhan buku panduan wisata mempunyai keterbatasan dalam
jumlah halaman untuk memuat berbagai informasi mengenai obyek wisata.
Adanya kekurangan pada buku panduan wisata tersebut dapat dilengkapi
dengan penggunaan slide foto oleh wisatawan. Adanya foto-foto mengenai
obyek wisata alam dan budaya dalam bentuk slide semakin memperteguh dan
meyakinkan wisatawan asing untuk mengunjunginya. Slide merupakan teknik
menampilkan gambar diam (bukan bergerak seperti film) dalam satuan frame-
frame foto.
Gambar-gambar yang diperlihatkan pada slide mempunyai arah gerakan
yang dapat disesuaikan seperti arah vertikal ataupun horizontal. Selain slide,
wisatawan asing juga menggunakan saluran informasi dalam bentuk audiovisual
yaitu televisi. Walaupun persentasi penggunaannya sangat sedikit namun
penggunaan media komunikasi ini tetap bisa melengkapi informasi yang
diinginkan. Informasi mengenai obyek wisata ditelevisi dapat diketahui melalui
siaran televisi lokal yaitu LombokTV dan diduga melalui siaran televisi swasta
nasional.
Bisa dikatakan bahwa adanya gerakan-gerakan gambar dengan obyek
diam dan beragamnya warna dari leaflet, booklet, ataupun brosur berwarna
mampu menstimulasi alat indra mata. Rakhmat (2001) menyatakan bahwa
stimulasi yang diperoleh mata dikirim kesistem syaraf otak dengan batas ambang
gelombang cahaya antara 380–780 nanometer sehingga informasi dalam bentuk
simbol-simbol tersebut mampu meyakinkan wisatawan untuk memutuskan
memilih obyek wisata alam dan obyek wisata budaya.
Adanya perbedaan jumlah persentasi masing-masing saluran informasi
dari yang lebih dominan hingga persentasi terendah hanya memberikan
gambaran tentang penggunaan saluran informasi mana yang lebih banyak
digunakan wisatawan sehingga tidak dapat dikatakan bahwa penggunaan
saluran informasi yang dominan lebih baik daripada yang terendah. Karena
dalam penelitian ini sebagian besar wisatawan lebih banyak mengkombinasikan
bentuk-bentuk saluran informasi. Distribusi wisatawan menurut isi informasi
sarana dan prasarana dalam tahap konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 11.
59
Tabel 10 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana dalam Tahap Konfirmasi
Wisatawan (N = 59)
Isi Informasi Tentang Sarana dan Prasarana Jumah %
1. Hotel 19 24,1 2. Club malam dan kafe 19 24,1 3. Obyek wisata 18 22,8 4. Money changer 17 21,5 5. Restauran 17 21,5 6. Jaringan telekomunikasi 16 20,3 7. Jalur transportasi 11 13,9 8. Jasa penyewaan mobil 10 12,7 9. Pemandu wisata 8 10,1 10. Festival seni dan budaya di kawasan Senggigi 4 5,1 11. Rumah sakit 1 1,3
Menurut Tabel 10 bahwa sebagian besar wisatawan asing mencari
informasi mengenai hotel dari kelas melati hingga kelas berbintang lima dan
informasi tentang tempat-tempat hiburan seperti club-club malam ataupun kafe
terbaik di kawasan wisata hingga 24,1%. Pencarian informasi tentang hotel
dikarenakan setelah berada di kawasan wisata wisatawan lebih leluasa untuk
memilih dan menentukan hotel jenis apa yang akan digunakan sebagai tempat
beristirahat.
Selain itu sebagian wisatawan tidak tetap untuk tinggal pada satu hotel
saja tetapi berpindah pada hotel lainnya. Ada beberapa alasan yang dinyatakan
oleh wisatawan antara lain untuk kenyamanan beristirahat saat berlibur, agar
jarak antara obyek wisata lebih dekat dengan hotel, ataupun adanya
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan pihak hotel.
Informasi obyek wisata tetap menjadi hal utama yang dicari oleh
wisatawan dalam tahap konfirmasi hingga 22,8%. Informasi mengenai obyek-
obyek wisata setelah berada di kawasan wisata lebih beragam sehingga lebih
memudahkan wisatawan untuk menentukan keputusannya. Bisa dikatakan
bahwa wisatawan yang melakukan konfirmasi cenderung akan mengunjungi apa
yang mereka telah ketahui dan telah putuskan dari keputusan pada informasi
awal.
Konfirmasi mengenai informasi lainnya yang dibutuhkan wisatawan asing
adalah keberadaan restauran yang menyajikan berbagai menu favorit dari
mancanegara hingga makanan asli Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari
pengamatan selama di lokasi penelitian diketahui bahwa kunjungan wisatawan
60
asing kerestauran biasanya mulai ramai dari jam 4 sore hingga tengah malam.
Sebagian baru datang dari kunjungannya dari obyek-obyek wisata. Sambil
berjalan-jalan disekitar kawasan wisata para wisatawan juga mencari informasi
mengenai restauran yang dapat memuaskan selera dan sebagai tempat
bersantai yang lebih nyaman.
Begitu juga dengan tempat-tempat penukaran mata uang asing tetap
merupakan informasi yang penting bagi wisatawan asing. Hal ini dikarenakan
sebagian besar wisatawan datang ke Pulau Lombok masih membawa mata uang
negara mereka. Walaupun sebagian dari wisatawan asing ada juga yang
melakukan pembayaran dengan mata uang negaranya seperti dollar Australia
ataupun Euro. Nilai kurs mata uang asing tersebut telah disesuaikan dengan kurs
rupiah yang harus mereka bayar. Namun penukaran mata uang asing dalam
bentuk rupiah tetap dilakukan oleh wisatawan dengan mempertimbangkan
efiseinsi dan lebih mempermudah pembayaran pada tempat-tempat yang tidak
menggunakan mata uang asing sebagai alat pembayaran.
Informasi lainnya yang diperlukan wisatawan asing adalah informasi
mengenai ketersediaan jaringan telekomunikasi hingga 20,3% pada kawasan
wisata. Jaringan telekomunikasi tersebut terkait dengan penggunaan internet
ataupun penggunaan jaringan telepon seluler. Selama melakukan perjalanan
kesuatu tempat wisatawan asing kerap melakukan kontak informasi dengan
teman, kerabat ataupun relasi diluar Indonesia ketika masih berada di Pulau
Lombok. Selama melakukan pengamatan di lokasi penelitian dan wawancara
dengan pemilik rental internet diketahui bahwa wisatawan asing sangat
membutuhkan sekali sarana internet dalam menunjang kegiatan wisata.
Sebagian kecil konfirmasi dilakukan untuk mengetahui informasi
mengenai jalur transportasi menuju lokasi wisata. Informasi tersebut berkaitan
dengan kemudahan untuk menjangkau lokasi wisata sebanyak 14%. Biasanya
informasi jalur transportasi sangat dibutuhkan bagi wisatawan yang belum
pernah mengunjungi Pulau Lomkok dan sebagian yang belum pernah
mengunjungi lokasi obyek wisata. Bagi wisatawan asing yang ingin mengunjungi
suatu lokasi obyek wisata dengan ruang privasi yang lebih terjaga maka
biasanya membutuhkan jasa penyewaan mobil (12,7%).
Dari wawancara dengan para driver yang sering disewa oleh wisatawan
asing menuju beberapa lokasi obyek wisata menyatakan bahwa wisatawan
sangat menyukai penggunaan jasa penyewaan mobil. Dalam satu mobil
61
biasanya berjumlah 2 orang hingga 6 orang wisatawan asing. Disamping harga
lebih murah mereka bisa menentukan obyek wisata mana yang akan dikunjungi.
Selain itu dari sudut privacy lebih terjaga dan tentunya lebih nyaman selama
perjalanan dalam melakukan kunjungan wisata.
Terdapat juga beberapa informasi yang dirasakan sudah cukup ataupun
sebagian menyatakan tidak terlalu penting. Hal ini dapat dilihat pada informasi
mengenai pemandu wisata, tentang adanya pertunjukan festival seni dan budaya
di kawasan wisata Senggigi. Hanya 1,3% yang membutuhkan informasi
mengenai rumah sakit ataupun klinik berobat di kawasan wisata. Distribusi
wisatawan menurut penggunaan isi informasi tentang keamanan dalam tahap
konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Isi Informasi Tentang Keamanan dalam Tahap Konfirmasi
Wisatawan (N = 59) Isi Informasi Tentang Keamanan
Jumlah % 1. Private of security 18 22,8 2. Kantor polisi 12 15,2 3. Pecalang 6 7,6
Konfirmasi mengenai keamanan tentang private of security sebagian
menjadi hal yang penting untuk kenyamanan berada di Pulau Lombok hingga
22,8% dibandingkan dengan adanya kantor polisi disekitar kawasan wisata yang
hanya 15,2%. Dari pengamatan dan wawancara dilokasi wisata diketahui
wisatawan yang membutuhkan jasa pengamanan pribadi cenderung merupakan
wisatawan yang benar-benar membutuhkan sebuah privacy eksklusif. Artinya
ketika mengunjungi suatu obyek wisata tertentu yang lokasi ataupun
keamanannya masih kurang maka jasa pengaman pribadi sangat dibutuhkan.
Selain itu adanya aktivitas lainnya seperti melakukan transaksi bisnis
diperlukan satu atau dua orang jasa pengaman pribadi. Konfirmasi mengenai
pecalang juga dibutuhkan walaupun persentasinya sangat kecil sekali. Hal ini
tidak lepas dari adanya kunjungan wisata di Pulau Bali sebelumnya dan berharap
menemukan pecalang dikawasan wisata Pulau Lombok. Namun pemerintah
daerah bisa menjamin keamanan wisatawan asing selama berada dikawasan
wisata walaupun bukan dalam bentuk pecalang.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi
wisatawan menunjukan kategori kurang aktif pada tahap konfirmasi. Walaupun
melakukan kombinasi sumber informasi namun saluran informasi lebih banyak
62
melalui bentuk visual yaitu leaflet/brosur/booklet. Dalam komunikasi tatap muka
saluran informasi tersebut banyak digunakan oleh pemandu wisata, hotel,
maupun agen perjalanan. Selain itu booklet dan buku panduan wisata dapat
diperoleh melalui toko yang menjual kebutuhan informasi wisata pada kawasan
wisata di Pulau Lombok. Pada dasarnya penggunaan sumber informasi yang
terdiri dari komunikasi tatap muka dan media massa sama-sama mempunyai
kemampuan dalam menyakinkan khalayak. Media massa efektif dalam merubah
pendapat (pengetahuan) dan komunikasi tatap muka efektif merubah sikap.
Terpenting adalah informasi wisata yang dapat diperoleh dengan mudah.
Keputusan Wisatawan dalam Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Pendeskripsian tentang keputusan mencakup pemilihan obyek wisata
alam, obyek wisata budaya, dan masa tinggal. Selain itu lamanya penggunaan
waktu ketika mengunjungi obyek wisata sangat beragam. Dalam sehari seorang
wisatawan asing dapat mengunjungi lebih dari 1 obyek wisata sekaligus
sehingga dapat diketahui total penggunaan waktu yang dihabiskan ketika
mengunjungi obyek wisata. Mulai dari 10 menit hingga di atas 5 jam. Dari yang
hanya berenang di pantai hingga mengunjungi obyek-obyek wisata budaya.
Obyek wisata budaya amat beragam dan diantaranya adalah Festival
seni budaya hingga perkampungan asli masyarakat suku Sasaq yang merupakan
salah satu cagar budaya di Provinsi NTB. Selain kunjungan pada obyek wisata
terdapat juga penjabaran mengenai masa tinggal wisatawan. Dari 4 hari hingga
lebih dari 9 hari. Berikut penjelasan masing-masing keputusan mengunjungi
obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal.
Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Alam
Pulau Lombok mempunyai banyak potensi wisata alam yang tidak kalah
dengan Provinsi lainnya. Saat ini obyek wisata pantai tetap menjadi andalan
Pemerintah NTB dalam menarik minat wisatawan asing maupun domestik.
Jumlah keputusan memilih obyek wisata alam sangat beragam sehingga
dilakukan pengkategorian dalam menjelaskan jumlah obyek wisata alam yang
dipilih. Pengkategorian jumlah keputusan memilih obyek wisata alam
dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Keputusan wisatawan tersebut
merupakan jumlah aktivitas wisata yang dikunjunginya.
63
Tabel 12 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Alam
Wisatawan (N=79) Jumlah Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam
Jumlah % 1. Sedikit : ≤ 4 obyek wisata 45 57,0 2. Sedang : 5 s/d 7 obyek wisata 32 40,5
3. Banyak : ≥ 8 obyek wisata 2 2,5
Pada Tabel 12 bahwa jumlah keputusan wisatawan asing untuk memilih
obyek wisata alam termasuk dalam kategori sedikit atau 57,0%. Hal ini
dikarenakan aktivitas wisatawan asing hanya pada 1 obyek wisata hingga 4
obyek wisata alam. Seperti keputusan memilih wisata pantai antara lain
menyelam, berenang di pantai, berjalan-jalan sambil menikmati sunset. Bahkan
ada keputusan wisatawan asing hanya pada 1 obyek wisata alam saja seperti
surfing atau melakukan pendakian di Gunung Rinjani.
Selain di pantai wisatawan asing juga mengkombinasikan kunjungannya
pada kawasan Taman Nasional hutan lindung Gunung Rinjani. Salah satu obyek
wisata tersebut adalah melihat air terjun ataupun melihat kawanan kera yang
banyak ditemui di sepanjang jalur menuju air terjun (jika melewati jalur Senggigi).
Untuk itu jumlah keputusan wisatawan asing dapat dikategorikan sedang (40,5%)
dengan jumlah kunjungan wisata 5 hingga 8 obyek wisata. Wisatawan dengan
keputusan tinggi mempunyai jumlah aktivitas wisata di atas 9 obyek wisata.
Adapun keputusan obyek wisata tersebut antara lain kombinasi dari obyek wisata
pantai, pendakian Gunung Rinjani, dan adanya kunjungan wisatawan ke Gili
Trawangan.
Untuk mengetahui lebih jelas masing-masing jumlah persentase obyek
wisata alam yang dikunjungi wisatawan dapat dilihat pada Tabel 13. Keputusan
wisatawan asing pada obyek wisata alam sebagian besar memilih obyek wisata
pantai daripada obyek wisata pendakian Gunung Rinjani. Hal ditunjukan dengan
keputusan wisatawan asing yang sebagian besar memilih untuk berenang di
pantai (63,3%). Wisatawan asing ingin merasakan adanya perbedaan antara
berenang di pantai yang ada di Pulau Lombok dengan pantai lainnya seperti
Pantai Kute Bali. Khusus di Pantai Senggigi memang sangat cocok digunakan
untuk berenang. Hal ini dikarenakan Pantai Senggigi memiliki ombak yang
tenang dengan arus laut yang tidak kuat sehingga aman digunakan untuk
berenang.
64
Tabel 13 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan pada Masing-masing Obyek Wisata Alam
Wisatawan
(N = 79) Jumlah Keputusan Wisatawan
pada Masing-masing Obyek Wisata Alam Jumlah %
Pendakian Gunung dan sekitarnya: 1. Melihat air terjun 35 44,3 2. Melihat kawanan monyet 34 43,0 3. Mendaki puncak Gunung Rinjani 21 26,6 4. Berkemah di danau Segara Anak - Gunung Rinjani 12 15,2 5. Mengunjungi pemandian air panas 5 6,3
Pantai dan sekitarnya: 6. Berenang di pantai 50 63,3 7. Menikmati sunset 43 54,4 8. Berjemur di pantai 41 51,9 9. Snorkeling 35 44,3 10. Surfing 19 24,1 11. Menyelam 19 24,1 12. Memancing 2 2,5 13. Lainnya:
a. Keliling disekitar kawasan pantai dengan menggunakan sepeda motor
7 8,9
b. Mengunjungi hutan lindung & pemandian Tete Batu 7 8,9 b. Keliling seputar kawasan hutan lindung dengan
menggunakan sepeda gunung 5 6,3
c. Berjalan-jalan di sekitar kawasan pantai di Gili Trawangan
4 5,1
d. Main kano di pantai 3 3,8
Pada Tabel 13 diketahui bahwa 54,4% wisatawan asing memilih
berenang di pantai wisatawan asing memutuskan untuk menikmati indahnya
sunset sambil berjalan-jalan di pinggiran pantai atau sekadar duduk santai.
Selain itu 51,9% memutuskan untuk berjemur di pantai agar kulit menjadi lebih
coklat. Wisatawan asing banyak berjemur di pinggir pantai terutama di Gili
Trawangan karena merasa terik panas matahari sangat cocok untuk berjemur.
Selain itu kawasan pantai di Pulau Lombok pada umumnya masih tertata secara
alami.
Keputusan wisatawan lainnya adalah melihat keindahan karang di laut
hanya dengan snorkeling (44,3%). Obyek wisata tersebut lebih mudah dilakukan
daripada penyelaman yang membutuhkan ketrampilan khusus. Wisatawan asing
yang memilih untuk melakukan penyelaman hanya 24,1%.
Kawasan yang paling banyak dikunjungi wisatawan untuk penyelaman
adalah Gili Trawangan. Keadaan terumbu karangnya masih terjaga walaupun
telah terjadi kerusakan terumbu karang. Namun pada umumnya terumbu karang
65
tersebut masih terlihat sangat indah. Selain memutuskan mengunjungi beberapa
obyek wisata di pantai ada juga wisatawan asing yang datang secara khusus
untuk melakukan penyelaman.
Selain obyek wisata pantai, Pulau Lombok juga mempunyai obyek wisata
alam lainnya yaitu Taman Nasional Gunung Rinjani. Pada kawasan tersebut
terdapat beberapa air terjun yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing
maupun domestik. Salah satunya adalah air terjun Sindang Gile yang selalu
ramai di kunjungi wisatawan asing hingga 44,3%. Selain itu wisatawan asing
dapat melihat kera liar yang banyak dijumpai di sepanjang perjalanan menuju
kawasan Taman Nasional (43,0%). Kera-kera tersebut oleh pemerintah dan
masyarakat sekitar telah dilindungi keberadaannya sehingga perjalanan menuju
wisata air terjun tersebut tidak terasa membosankan.
Selain itu sebagian wisatawan asing melakukan pendakian di puncak
Gunung Rinjani hingga 26,6%. Untuk melakukan pendakian kepuncak Rinjani
seseorang harus mempunyai stamina yang prima dan harus didampingi oleh
porter atau pemandu wisata yang sudah berpengalaman. Hal ini terkait langsung
dengan keselamatan jiwa para pendaki. Seperti waktu yang baik untuk berada di
puncak (diatas jam 5 pagi) dan harus segera turun dari puncak sebelum jam 7
pagi. Biasanya setelah di atas jam 7 pagi angin bertiup sangat kencang.
Selain memutuskan melakukan pendakian diketahui hanya 15,2%
wisatawan yang bertujuan untuk melihat Danau Segara Anak di Gunung Rinjani.
Diantara wisatawan tersebut ada yang bertujuan untuk melihat danau setelah
melakukan pendakian di puncak Rinjani dan segera kembali untuk mengakhiri
pendakiannya. Lainnya memang bertujuan untuk melihat Danau Segara Anak.
Untuk obyek wisata lainnya sebagian kecil memilih aktivitas bersepeda
motor dengan tujuan berkeliling diseputar kawasan wisata pantai Senggigi.
Wisatawan asing tersebut ingin melihat secara langsung keadaan dan suasana
di sekitar kawasan wisata Senggigi. Selain itu ada juga wisatawan asing yang
memutuskan kunjungannya kepemandian Tete Batu yang ada di Kabupaten
Lombok Timur. Pemandian tersebut berada di tengah hutan lindung yang
merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani.
Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Budaya
Obyek wisata tradisional Suku Sasaq di Pulau Lombok amat beragam.
Mulai dari kesenian hingga cagar budaya yang masih terjaga hingga saat ini.
66
Keputusan wisatawan memilih obyek wisata budaya jumlahnya berbeda-beda.
Mulai dari 2 obyek wisata hingga di atas 5 obyek wisata. Selain itu ada juga
wisatawan yang sama sekali tidak memilih obyek wisata budaya baik itu bersifat
tradisional maupun non tradisional.
Untuk memudahkan pembahasan mengenai keputusan memilih obyek
wisata budaya maka dilakukan pengkategorian dengan hanya berdasar pada
jumlah obyek wisata budaya yang dipilih. Pengkategorian jumlah obyek wisata
menggunakan istilah rendah untuk pemilihan di bawah 4 obyek wisata. Kategori
sedang diberikan pada wisatawan yang mempunyai jumlah pemilihan di bawah 7
obyek wisata budaya. Jumlah pemilihan di atas 7 obyek wisata budaya dapat
diketagorikan dalam keputusan tinggi. Bagi wisatawan asing yang mempunyai
jumlah keputusan di atas 7 obyek wisata budaya maka dapat dikategorikan
sebagai keputusan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14
berikut ini.
Tabel 14 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Budaya
Wisatawan (N=79) Jumlah Keputusan Wisatawan
dalam Memilih Obyek Wisata Alam Jumlah % a. Wisatawan yang tidak memilih obyek wisata budaya 12 15,2 b. Wisatawan yang memilih obyek wisata budaya:
1. Sedikit : ≤ 4 obyek wisata 54 68,4 2. Sedang : 5 s/d 7 obyek wisata 13 16,5 3. Banyak : ≥ 8 obyek wisata - -
Dari Tabel 14 diketahui bahwa umumnya obyek wisata budaya yang ada
di Pulau Lombok kurang diminati oleh wisatawan asing. Hal ini terlihat dengan
jumlah keputusan wisatawan asing pada obyek wisata budaya tergolong sedikit
(15,2%). Wisatawan asing sama sekali tidak tertarik memilih obyek wisata
budaya yang berhubungan dengan seni tradisional maupun non tradisional.
Sebagian juga menyatakan pernah mengunjungi obyek wisata yang
berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq pada kunjungan sebelumnya.
Lainnya menyatakan kurang tertarik dengan obyek wisata tersebut. Contohnya
ketika wisatawan asing memutuskan untuk tidak mengunjungi restauran di luar
hotel karena hotel tempat mereka menginap telah menyediakan secara lengkap
berbagai menu makanan.
Terdapat 68,4% wisatawan asing yang memutuskan mengunjungi obyek
wisata budaya. Obyek wisata non tradisonal lebih banyak menjadi pilihan
67
wisatawan asing daripada yang berkaitan dengan seni tradisional suku Sasaq.
Hal ini terlihat dengan banyaknya kunjungan wisatawan asing pada kafe dan
restauran. Hal inilah yang menjadikan alasan masih sedikitnya wisatawan asing
yang memutuskan memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok.
Masih sedikitnya wisatawan yang memutuskan memilih obyek wisata
budaya dapat dilihat pada Tabel 15. Pada Tabel 15 akan dijabarkan secara
terperinci obyek wisata budaya apa saja yang dikunjungi oleh wisatawan asing.
Tabel 15 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Masing-masing Obyek Wisata Budaya
Wisatawan (N = 79)
Jumlah Keputusan Wisatawan dalam Memilih Masing-masing Obyek Wisata Budaya
Jumlah % Tradisional:
1. Melihat pasar tradisional 25 31,6 2. Mengunjungi perkampungan asli suku Sasaq di desa
Sade 18 22,8
3. Menyaksikan Festival musik tradisional gendang yaitu Gendang Beleq
12 15,2
4. Menyaksikan upacara tradisional di desa Senaru 10 12,7 5. Mengunjungi masjid kuno Bayan Beleq 9 11,4
6. Menyaksikan atraksi bela diri tradisional yaitu Peresean
9 11,4
7. Museum 7 8,9 8. Taman bekas kerajaan Selaparang yaitu taman
Narmada 5 7,6
9. Melihat aktivitas kehidupan masyarakat tradisional di desa Senaru
3 3,8
Non tradisional: 10. Restauran 42 53,2 11. Kafé 40 50,6 12. Club-club malam 16 20,3 13. Melakukan Massage 4 5,0 14. Kunjungan pada beberapa tempat di Mataram 4 5,0 15. Jalan-jalan di seputar kawasan wisata 3 3,8 16. Travelling seputar Pulau Lombok 3 3,8 17. Mengunjungi Gym 2 2,5 18. Berbelanja (di pasar seni / bukan di pasar seni) 1 1,3 19. Travelling di luar Pulau Lombok (Sumbawa & Bima) 1 1,3
Berdasarkan Tabel 15 diketahui jumlah kunjungan wisatwan pada
masing-masing obyek wisata budaya. Tingkat kunjungan wisatawan asing pada
obyek wisata budaya lebih banyak pada non tradisional. Hal ini terlihat dengan
hampir sebagian besar (53,2%) wisatawan asing memutuskan mengunjungi
restauran yang tersebar hampir disepanjang kawasan wisata. Selain karena
kebutuhan akan makanan wisatawan tersebut berkeinginan untuk mencoba
68
berbagai macam masakan. Mulai dari makanan khas Provinsi NTB hingga
makanan mancanegara.
Alasan wisatawan asing memutuskan untuk mengunjungi restauran yaitu:
a). Menginap di bungalow ataupun hotel kelas melati. Jenis penginapan tersebut
tidak menyediakan pelayanan makanan.
b). Mencoba menu andalan dari masing-masing restauran.
c). Sangat menyukai suasana restauran untuk bersantai.
Selain restauran, wisatawan juga memutuskan mengunjungi kafe yang
mudah ditemui di seputar kawasan wisata hingga 50,6%. Kafe sendiri
memberikan suasana nyaman setelah seharian beraktifitas. Ada juga yang
datang hanya untuk sekadar minum sambil menikmati suasana sore di pantai.
Sebagian kecil atau 3,8% wisatawan asing hanya berjalan-jalan saja disepanjang
kawasan wisata. Selain menyediakan makanan kafe juga menyediakan berbagai
minuman yang mengandung alkohol.
Pada Tabel 16 akan dijabarkan persentase jumlah kunjungan wisatawan
asing pada masing-masing obyek wisata yang berhubungan dengan seni
tradisional maupun non tradisional. Adanya rasa ingin tahu terhadap aktivitas
langsung perekonomian masyarakat lokal pada umumnya menarik minat
wisatawan asing untuk mengunjungi pasar tradisional hingga 31,6%. Pasar
tradisonal tersebut secara umum bukan agenda sebagai tempat tujuan wisata.
Namun dari observasi sebelum dilakukannya penelitian diketahui bahwa pasar
tradisional dikunjungi juga oleh wisatawan asing. Begitu juga saat dilakukan
penelitian ada sebagian wisatawan yang menyatakan bahwa mereka pernah
mengunjungi pasar tradisional.
Keputusan wisatawan asing lainnya adalah 22,8% mengunjungi
perkampungan suku Sasaq yang ada di desa Sade di Kabupaten Lombok
Tengah. Selain dapat melihat langsung kehidupan masyarakatnya wisatawan
asing juga dapat melihat proses pembuatan hasil kerajinan desa Sade. Ada juga
wisatawan asing yang mencari infromasi mengenai club-club malam yang ada
disekitar kawasan wisata hingga 20,3%.
Budaya clubing dan alkohol merupakan bagian dari gaya hidup
wisatawan asing dan lokasinya tepat berada dijantung kawasan wisata Senggigi.
Seperti yang diungkapkan oleh Mulyana dan Rakhmat (2001) bahwa aktivitas
seseorang tidak lepas dari kebiasan. Hal tersebut dapat di pahami bahwa
masing-masing wisatawan cenderung ingin beraktivitas seperti yang biasa
69
dilakukan di negara mereka. Seperti berjemur disinar matahari pantai, menyukai
clubing, bersantai di kafe ataupun di bar.
Informasi mengenai obyek wisata budaya lainnya adalah pagelaran musik
tradisional yang menjadi ciri khas pariwisata Provinsi NTB berupa tabuhan
gendang yang disebut Gendang Beleq. Sebagian dari wisatawan asing tiba di
Pulau Lombok pada bulan Agustus dan tidak dapat menyaksikan festival
tersebut. Namun pertunjukan gendang Beleq dapat disaksikan di kawasan wisata
Senggigi yang diadakan oleh sanggar seni sehingga hanya 15,2% saja yang
menyatakan pernah menyaksikan pertujukan gendag Beleq. Selain itu hanya
3,8% wisatawan asing yang mengunjungi desa Senaru di bawah kaki Gunung
Rinjani di Kabupaten Lombok Barat untuk menyaksikan kehidupan masyarakat
suku Sasaq lainnya yang ada di Pulau Lombok. Justru wisatawan asing tertarik
mengunjungi desa Senaru untuk melihat kegiatan upacara tradisional yang biasa
di gelar di desa Senaru hingga 12,7%.
Kunjungan wisatawan asing lainnya mengunjungi masjid kuno Bayan
Beleq di kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Barat. Cagar budaya ini masih
dipertahankan oleh pemerintah Provinsi NTB dan lokasinya tidak jauh dari
perkampungan asli suku Sasaq di desa Senaru sehingga hanya 11,4% saja yang
tertarik mengunjungi cagar budaya tersebut. Selanjutnya 8,9% wisatawan asing
mengunjungi Museum yang berada di Mataram Kabupaten Lombok Barat. Dari
wawancara dengan wisatawan alasan mereka mengunjungi museum adalah
tertarik melihat peninggalan kuno masyarakt NTB pada umumnya. Seperti
barang-barang peninggalan kerajaan yang ada di Provinsi NTB. Selain museum
kunjungan wisatawan asing mengunjungi bekas taman Kerajaan Selaparang di
Taman Narmada Kabupaten Lombok Barat hingga 7,6%. Hal lainnya yang dapat
dikunjugi di taman Narmada adalah mencoba minum air yang khasiatnya
dipercaya untuk membuat awet muda.
Bagi wisatawan asing yang suka dengan benda-benda seni hasil
kerajinan tangan dari masyarakat Lombok memutuskan mengunjungi pasar seni
yang ada di kawasan wisata maupun di luar kawasan wisata. Pasar seni tersebut
dikenal dengan sebutan Art Shop. Selain itu Art Shop mudah ditemui di
sepanjang jalur menuju kawasan wisata. Hanya 1,3% wisatawan asing yang
melakukan travelling ke kota Sumbawa & Bima (di luar Pulau Lombok). Mereka
ingin mengetahui lebih dekat perbedaan budaya yang ada di Pulau Lombok
dengan budaya yang ada di Sumbawa dan Bima.
70
Keputusan Menentukan Masa Tinggal
Masa tinggal yang digunakan oleh wisatawan asing sangat bervariasi
yaitu kurang dari 4 hari hingga 2 bulan lebih. Mereka mengunjungi Pulau Lombok
dengan berbagai tujuan seperti berlibur, melakukan kunjungan bisnis, bekerja,
dan melakukan penelitian. Adanya perbedaan tujuan kunjungan maka berbeda
juga penggunaan waktu selama beraktivitas pada obyek wisata.
Informasi mengenai penggunaan waktu kunjungan tidak akan diuji
hubungannya dengan keputusan baik dalam memilih obyek wisata alam, budaya,
dan masa tinggal. Penggunaan waktu kunjungan pada masing-masing obyek
wisata berfungsi untuk memberikan pengetahuan atau informasi mengenai
perbedaan penggunaan waktu oleh masing-masing wisatawan asing. Berikut
adalah pembahasan mengenai persentase keseluruhan masa tinggal wisatawan
di Pulau Lombok.
Tabel 16 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan Masa Tinggal di Pulau Lombok
Wisatawan (N=79)
Jumlah Keputusan Masa Tinggal Jumlah %
Sangat singkat : ≤ 4 hari 32 40,5 Singkat : 5 s/d 8 hari 23 29,1 Sangat lama : ≥ 9 hari 24 30,4
Dari Tabel 16 diketahui bahwa sebagian besar wisatawan asing (40,5%)
memutuskan masa tinggal yang sangat singkat di Pulau Lombok. Mereka adalah
murni kelompok wisatawan yang datang untuk berlibur ataupun menghabiskan
sisa liburannya dari negara atau daerah lainnya di Indonesia.
Terdapat 30,4% yang memutuskan masa tinggal di atas 9 hari. Sebagian
besar merupakan wisatwaan yang datang untuk berlibur. Sebagian lagi tidak
murni sebagai wisatawan yang datang untuk berlibur. Mereka merupakan
kelompok pekerja asing yang baru bekerja mengelola beberapa tempat kawasan
wisata. Seperti di kawasan wisata Senggigi dan sekitarnya (Kabupaten Lombok
Barat) serta kawasan wisata pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah.
Tempat yang paling banyak dikelola pekerja asing meliputi hotel atau
tempat penginapan lainnya, kafe, tempat clubing dan restauran. Selain itu masa
tinggal wisatawan asing ada yang mencapai 90 hari dan mereka merupakan
kelompok wisatawan yang sedang melakukan penelitian sosial budaya mengenai
kehidupan masyarakat asli suku Sasaq. Saat melakukan wawancara dengan
koordinator peneliti diketahui bahwa mereka sudah tinggal selama 60 hari.
71
Ada beberapa alasan wisatawan yang memutuskan masa tinggal singkat
selain berlibur yaitu:
1. Wisatawan asing datang dari Pulau Bali.
2. Meninggalkan Pulau Lombok menuju Bali guna mengikuti peringatan bom
Bali pada tanggal 4 September 2006.
3. Bertolak menuju negara lain untuk melanjutkan liburannya.
4. Datang mengunjungi Pulau Lombok menemui kolega bisnis.
5. Terdapat beberapa wisatawan asing yang hanya bertujuan untuk melakukan
pendakian dan segera bertolak dari Pulau Lombok.
Untuk lebih jelas mengenai jumlah masing-masing masa tinggal
wisatawan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 17 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Masa Tinggal dan Alokasi Waktu yang Digunakan
Wisatawan (N=79) Kategori
Masing-masing Keputusan Masa Tinggal Wisatawan Jumlah %
Masa tinggal 1. 4 hari 32 40,5 wisatawan (hari ) 2. 5 hari 10 12,7 3. 6 hari 8 10,1 4. 7 hari 2 2,5 5. 8 hari 3 3,8 6. 9 hari 4 5,1 7. 10 hari 4 5,1 8. 11 hari 2 2,5 9. 12 hari 1 1,3 10. 14 hari 3 3,8 11. 20 hari 1 1,3 12. 23 hari 1 1,3 13. 60 hari 8 10,1
Pada Tabel 17 diketahui bahwa 40,5% memutuskan masa tinggal 4 hari
di Pulau Lombok. Masa tinggal dapat dikaitkan dengan keputusan memilih obyek
wisata. Sebagai gambaran mengenai hal tersebut maka akan dikaitkan dengan
keputusan memilih obyek wisata alam pendakian. Wisatawan yang melakukan
pendakian ke puncak Gunung Rinjani tanpa berkemah di danau Segara Anak
hanya memerlukan waktu hingga 2 hari hingga sampai kembali ke hotel.
Begitu juga dengan pendakian tanpa kepuncak dan hanya bertujuan
untuk berkemah di danau Segara Anak membutuhkan waktu 2 hari hingga 3 hari
sampai kembali ke hotel. Sedangkan wisatawan yang melakukan pendakian
kepuncak Gunung Rinjani disertai berkemah di danau maka jumlah hari yang
dibutuhkan hingga kembali kehotel 3 hari sampai 4 hari.
72
Dari 79 wisatawan hanya 6,3% atau 5 orang wisatawan asing yang
menambah waktu liburnya di Pulau Lombok dengan alasan sebagai berikut:
a). Menyukai budaya di Pulau Lombok.
b). Menyukai masyarakat Lombok yang ramah berikut keindahan obyek-obyek
wisatanya.
c). Bertujuan untuk berbisnis dan sangat menyukai tinggal di Lombok.
d). Ingin mengetahui hal-hal baru tentang kehidupan masyarakat di Pulau
Lombok yang tidak pernah mereka jumpai seperti di negara asal mereka.
Selain masa tinggal, wisatawan asing juga menggunakan waktu secara
berbeda pada masing-masing obyek wisata. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 18
berikut ini.
Tabel 18 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Alokasi Waktu pada Obyek Wisata
Wisatawan (N=79)
Keseluruhan Alokasi Waktu dalam 1 Hari (jam) Jumlah %
Obyek Wisata Alam : 1. ≤ 1 jam 3 3,7 2. 1 – 2 jam 28 35,4 3. 2 – 3 jam 27 34,2 4. 3 – 4 jam 5 6,3 5. ≥ 5 jam 16 20,3 Obyek Wisata Budaya : 1. ≤ 1 jam 11 13,9 2. 1 - 2 jam 37 46,8 3. 2 - 3 jam 10 12,7 4. 3 – 4 jam 1 1,3 5. ≥ 5 jam 8 10,1 Wisatawan yang memilih 67 84,8 Wisatawan yang tidak memilih 12 15,2
Penggunaan waktu akan dihubungkan dengan obyek wisata yang
dikunjunginya. Pada Tabel 18 diketahui bahwa waktu yang digunakan wisatawan
asing ketika berada di puncak adalah mulai dari 20 menit, 30 menit hingga
maksimal 1 jam. Bagi yang ingin kepuncak Gunung Rinjani biasanya sudah
harus berada dipuncak sekitar jam 5 pagi hingga jam 7 pagi. Pendaki yang ingin
melihat bagaimana matahari pertama kali muncul maka sudah harus berada di
puncak sebelum jam 5 pagi dan pengalaman tersebut merupakan hal yang
sangat menarik bagi banyak pendaki.
Keselamatan pendaki menjadi sangat berbahaya jika masih berada di
puncak lebih dari jam 7 pagi. Hal ini dikarenakan adanya angin yang sangat
73
kencang sekali dan mereka harus segera turun dari puncak. Jadi jumlah hari
tidak berkaitan dengan jumlah alokasi waktu pada saat sampai di tempat obyek
wisata.
Alokasi waktu yang digunakan wisatawan selama beraktivitas di obyek-
obyek wisata alam selain pendakian dalam 1 hari sangat beragam. Dalam sehari
35,4% melakukan aktivitas wisata hingga 2 jam. Obyek wisata yang dapat
dikunjungi berjumlah 2 hingga 3 obyek wisata sekaligus dengan lama berwisata
dari 20 s/d 90 menit. Bagi wisatawan asing yang memutuskan memilih obyek
wisata alam pantai akan melakukan aktivitas wisata seperti berjalan-jalan di
sepanjang pantai sambil menikmati sunset, dan berenang (20 menit hingga 1
jam). Selain itu obyek wisata alam lainnya yaitu mengunjungi air terjun selama 30
s/d 90 menit dan melihat kawanan kera yang ada disepanjang perjalanan
menunju lokasi air terjun tersebut selama 5 s/d 15 menit.
Untuk aktivitas wisata seperti surfing selalu menggunakan waktu dari 3
jam hingga di atas 4 jam dalam sehari. Sedangkan penyelaman membutuhkan
waktu paling sedikit 2 – 3 jam. Biasanya wisatawan dapat menikmati wisata
lainnya sebelum kembali kehotel atau tempat penginapannya seperti berjalan-
jalan menikmati sunset. Sebagian kecil wisatawan asing atau 4% mempunyai
waktu kunjungan keobyek wisata alam yang relatif singkat. Obyek wisata
tersebut antara lain melihat kawanan monyet ( 10 s/d 20 menit), berenang di
pantai (15 s/d 40 menit), berjalan-jalan di pinggir pantai (30 s/d 40 menit).
Hanya 84,8% yang memutuskan memilih obyek wisata budaya di Pulau
Lombok. Sedangkan 15,2% tidak tertarik mengunjungi obyek wisata budaya yang
berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq maupun yang bersifat non
tradisional. Bagi wisatawan yang memutuskan memilih obyek wisata budaya
tidak jauh berbeda dengan waktu yang digunakan ketika mengunjungi obyek
wisata alam. Sebagian besar wisatawan asing (46,8%) mengunjungi obyek
wisata budaya dari 1 – 2 jam dalam sehari seperti mengunjungi restauran yang
membutuhkan waktu dari 30 menit – 50 menit.
Sebagian dari wisatawan asing (12,7%) menggunakan waktu kunjungan 3
jam, seperti menyaksikan tabuhan gendang Beleq pada Festival Seni Budaya
ataupun bukan pada festival (20 menit - 3 jam). Hanya 1,3% yang menggunakan
waktu 4 jam dengan mengunjungi beberapa tempat di sekitar kawasan wisata
ataupun mencari hal-hal yang menarik untuk dikunjungi. Sebagian kecil lagi
menggunakan waktu kurang dari 1 jam hingga 2 jam sebanyak 22%.
74
Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara usia
hanya terbukti pada keputusan menentukan masa tinggal. Sedangkan hipotesis
yang menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan keputusan
memilih obyek wisata alam dan obyek wisata budaya tidak terbukti. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada uraian Tabel 19 di bawah ini.
Tabel 19 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Keputusan Memilih
Karakteristik Korelasi Sperman Obyek wisata
alam
Obyek wisata budaya
Masa tinggal
Koefisien korelasi -.167 -.034 -.389** Nilai probabilitas .142 .767 .000 Usia N 79 79 79
Ket: ** signifikan pada taraf 0.01 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam
Hipotesa yang menyatakan terdapat hubungan antara usia dengan
keputusan memilih obyek wisata alam tidak terbukti. Logika yang mendasari
hipotesa yaitu terdapat perbedaan stamina antara wisatawan yang berusia muda
dengan usia tua dalam memilih obyek wisata alam. Perbedaan stamina tersebut
dapat dilihat pada saat wisatawan asing yang berusia muda lebih memilih obyek
wisata alam pendakian daripada usia tua yang lebih memilih obyek wisata alam
pantai. Adapun obyek wisata alam pantai yang tidak membutuhkan stamina
tinggi seperti berenang di pantai, berjemur, snorkeling, dan lainnya.
Tidak adanya hubungan tersebut menunjukan arah negatif. Artinya makin
muda usia wisatawan maka makin rendah keputusannya memilih obyek wisata
alam pendakian daripada pantai. Dengan kata lain wisatawan usia muda yang
mempunyai stamina lebih prima dari usia tua cenderung memilih obyek wisata
alam pantai daripada pendakian. Hal ini dikarenakan kawasan pantai di Pulau
Lombok dapat dinikmati oleh segala lapisan usia.
Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya
Dari Tabel 19 diketahui nilai -.034 dari usia terhadap keputusan memilih
obyek wisata alam tidak menunjukan hubungan yang signifikan. Dalam
memutuskan obyek wisata budaya usia muda cenderung memilih obyek wisata
75
budaya bukan seni tradisional suku Sasaq daripada usia tua yang cenderung
memilih obyek wisata seni tradisional suku Sasaq. Obyek wisata bukan seni
tradisional terdiri dari mengunjungi kafe, restauran, clubing, dan lainnya. Namun
usia wisatawan menunjukan arah negatif terhadap keputusan memilih obyek
wisata budaya. Hal ini ditunjukan dengan adanya kecenderungan dari usia muda
yang lebih memilih obyek wisata budaya bukan seni tradisional suku Sasaq.
Obyek wisata tersebut adalah restauran dan kafe yang banyak tersebar di
kawasan wisata.
Restauran ataupun kafe menjadi pilihan wisatawan asing dari segala usia
dikarenakan tempat dan suasananya yang sangat nyaman untuk bersantai
terutama setelah melakukan aktivitas wisata. Selain itu restauran menjadi
kunjungan dari seluruh tingkatan usia karena adanya kebutuhan terhadap
makanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan usia terhadap
keputusan memilih obyek wisata budaya disebabkan kunjungan dari tingkatan
usia lebih banyak pada restauran dan kafe.
Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal
Usia wisatawan menunjukan hubungan negatif (-.389**) terhadap
keputusan menentukan masa tinggal. Hal ini menunjukan bahwa semakin muda
usia wisatawan maka keputusan masa tinggalnya akan lebih lama dari
wisatawan yang berusia tua. Secara kausalitas usia muda mempunyai masa
tinggal lebih lama dikarenakan adanya pekerjaan mengelola beberapa hotel dan
kafe di kawasan wisata serta adanya penelitian yang dilakukan di kawasan
wisata Pantai Kuta selama 90 hari dan baru menyelesaikan sebagian risetnya
selama 60 hari. Sedangkan usia muda memutuskan masa tinggal sangat singkat
yaitu 3 hari hingga 4 hari di Pulau Lombok karena wisatawan tersebut datang
bukan untuk bekerja dan merupakan daerah tujuan wisata kedua setelah Bali.
Begitu juga dengan usia tua yang memutuskan masa tinggal singkat di Pulau
Lombok karena bukan untuk bekerja.
Dapat disimpulkan bahwa masa tinggal menjadi sangat singkat
dikarenakan wisatawan datang bukan untuk bekerja dan Pulau Lombok
merupakan daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Sedangkan bagi wisatawan
asing yang memutuskan masa tinggal sangat lama merupakan wisatawan yang
bekerja mengelola restauran dan kafe serta ada yang melakukan penelitian di
kawasan wisata.
76
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Adanya perbedaan jumlah wisatawan laki-laki dan perempuan tidak
menunjukan bahwa laki-laki lebih baik dari perempuan ataupun sebaliknya dalam
mengambil keputusan terhadap berbagai macam obyek wisata maupun
menentukan masa tinggal. Karakteristik jenis kelamin diduga berhubungan
dengan keputusan memilih obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa
tinggal. Adapun dugaan yang mendukung hipotesa tersebut adalah wisatawan
laki-laki lebih memilih obyek wisata alam yang berhubungan dengan
kemaskulinan daripada wisatawan perempuan yang lebih memilih obyek wisata
alam yang tidak berhubungan dengan kemaskulinan.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hubungan antara jenis kelamin
dengan masing-masing keputusan dapat dilihat dalam uraian di bawah ini.
Tabel 20 Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Keputusan Memilih
Karakteristik Korelasi Sperman Obyek wisata alam
Obyek wisata budaya
Masa tinggal
Koefisien korelasi -.143 -.052 -.002 Nilai probabilitas .209 .651 .988
Jenis kelamin
N 79 79 79
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam
Jenis kelamin wisatawan tidak menunjukan adanya perbedaan yang
signifikan terhadap keputusan memilih obyek wisata alam. Arah hubungan yang
terjadi bersifat negatif (-.143) terhadap keputusan memilih obyek wisata alam.
Hal ini menunjukan bahwa ada kecenderungan wisatawan laki-laki untuk memilih
obyek wisata alam yang tidak bersifat maskulin. Jadi dapat dikatakan bahwa
tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam memilih obyek
wisata alam yang tidak bersifat maskulin.
Dengan demikian keputusan dalam pemilihan obyek wisata alam tidak
terkait dengan gender. Hal ini dikarenakan baik laki-laki maupun perempuan
lebih senang mengunjungi pantai untuk berenang.
77
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya
Pada Tabel 20 diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan keputusan memilih obyek wisata budaya di Pulau
Lombok. Logika yang mendasari hipotesa tersebut adalah wisatawan laki-laki
perempuan lebih memilih obyek wisata budaya yang menunjukan sifat feminim
daripada wisatawan laki-laki seperti merawat kecantikan di spa, massage,
berbelanja, dan lainnya.
Jenis kelamin wisatawan menunjukan sifat negatif (-.052) terhadap
keputusan memilih obyek wisata budaya. Artinya tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan dalam memilih obyek wisata budaya. Keputusan memilih
obyek wisata budaya tidak ada kaitannya dengan gender dan tidak ada
hubungannya dengan sifat feminim. Wisatawan laki-laki dan perempuan
cenderung lebih memilih restauran untuk kebutuhan makanan dan tempat
bersantai.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal
Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin wisatawan
terhadap keputusan masa tinggal di Pulau Lombok. Adanya aktivitas wisata yang
bersifat maskulin menjadikan wisatawan laki-laki lebih lama masa tinggalnya
dibandingkan wisatawan perempuan yang memutuskan masa tinggal lebih
singkat. Aktivitas wisata yang bersifat maskulin lebih banyak membutuhkan
waktu dan stamina terutama ketika melakukan pendakian gunung, surfing, dan
lainnya dibandingkan dengan aktivitas wisata yang bersifat feminim.
Tidak adanya hubungan tersebut menunjukan sifat negatif yaitu -.002
terhadap keputusan masa tinggal. Hal ini menunjukan bahwa ada
kecenderungan dari wisatawan laki-laki untuk memutuskan masa tinggalnya
menjadi lebih singkat. Dengan demikian keputusan masa tinggal tidak ada
hubungannya dengan gender karena masa tinggal sudah diputuskan dan
disesuaikan dengan kebutuhan untuk berlibur oleh masing-masing wisatawan.
Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Secara keseluruhan masing-masing hipotesa tidak menunjukan
hubungan nyata antara hobi terhadap keputusan memilih. Keputusan wisatawan
tersebut terdiri dari obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal.
78
Tabel 21 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Keputusan Memilih
Karakteristik Korelasi Sperman Obyek wisata
alam Obyek wisata
budaya Masa tinggal
Koefisien korelasi .213 -.011 .037 Nilai probabilitas .059 .926 .743 Hobi N 79 79 79
Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam
Tidak ada hubungan yang signifikan antara hobi dengan keputusan
memilih obyek wisata alam dengan nilai korelasi 0.213. Diduga wisatawan asing
yang mempunyai hobi olahraga dan pendakian akan lebih memilih obyek wisata
alam pendakian yang membutuhkan stamina tinggi daripada wisatawan yang
mempunyai hobi seni. Adapun jenis obyek wisata alam yang dihubungkan
dengan hobi olahraga maupun pendakian yang membutuhkan stamina tinggi
meliputi pendakian kepuncak gunung Rinjani ataupun berkemah di danau Segara
Anak dan pada obyek wisata pantai yaitu surfing. Khusus untuk pendakian
mutlak diperlukan stamina yang tinggi.
Namun keputusan wisatawan asing tidak berkaitan dengan hobi pada
obyek wisata alam. Hal ini dikarenakan masing-masing hobi lebih banyak
mengunjungi obyek wisata alam pantai untuk berenang sambil menikmati sunset
dan berjemur. Pantai menjadi daya tarik yang paling disukai oleh wistawan asing
dan dapat dikunjungi oleh seluruh kategori hobi. Selain itu obyek wisata tersebut
tidak membutuhkan stamina tinggi untuk dapat menikmatinya.
Hubungan Hobi dengan Keputusan memilih Obyek Wisata Budaya
Diduga wisatawan asing yang mempunyai hobi seni lebih suka memilih
obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq
dibandingkan wisatawan asing yang mempunyai hobi pendakian dan olahraga.
Namun, keputusan memilih obyek wisata budaya tidak ada hubungannya
dengan hobi dan menunjukan arah negatif (-.011). Arah negatif menunjukan
adanya wisatawan asing yang mempunyai hobi seni cenderung memutuskan
memilih obyek wisata budaya yang dengan berkaitan non tradisonal suku Sasaq.
Mereka lebih memilih mengunjungi restauran ataupun kafe. Hal ini dikarenakan
kafe maupun restauran mudah ditemui disekitar kawasan wisata dan cenderung
mempunyai mempunyai lokasi yang sangat dekat dengan obyek wisata.
79
Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal
Hobi tidak ada hubungannya dengan keputusan menentukan masa
tinggal di Pulau Lombok. Diduga wisatawan asing yang mempunyai hobi
olahraga dan pendakian akan memutuskan masa tinggal yang lebih lama
dibandingkan wisatawan asing yang mempunyai hobi seni. Hal ini terkait dengan
kunjungan wisatawan asing yang mempunyai hobi mendaki kepuncak Gunung
Rinjani maupun obyek wisata yang terkait dengan olahraga seperti surfing.
Namun keputusan menentukan masa tinggal tidak ada hubungannya
dengan hobi masing-masing wisatawan. Diketahui masa tinggal lebih lama bukan
saja dilakukan oleh wisatawan asing yang mempunyai hobi pendakian maupun
olahraga tetapi wisatawan dengan hobi senipun memutuskan masa tinggal yang
lebih lama di Pulau Lombok. Hal ini dikarenakan mereka adalah wisatawan yang
mempunyai ijin tinggal untuk bekerja dan melakukan penelitian. Sedangkan bagi
wisatawan asing yang tinggal lebih lama dengan tujuan berlilbur sangat
menyukai suasana Pulau Lombok yang lebih tenang untuk menghabiskan sisa
liburannya.
Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besar wisatawan asing yang
datang ke Pulau Lombok adalah kelompok pekerja yang produktif sehingga pada
bulan-bulan tertentu mereka mempunyai masa libur atau cuti yang dimanfaatkan
untuk berlibur di Pulau Lombok. Wisatawan tersebut mempunyai tingkat
pendapatan yang berbeda mulai dari rendah hingga tinggi. Untuk itu akan dilihat
apakah ada hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih obyek
wisata dan menentukan masa tinggal. Untuk lebih jelasnya mengenai bahasan
tersebut dapat dilihat pada uraian Tabel 23 berikut ini.
Tabel 22 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Keputusan Memilih
Karakteristik Korelasi Sperman Obyek wisata
alam
Obyek wisata budaya
Masa tinggal
Koefisien korelasi -.169 .017 -.130 Nilai probabilitas .138 .880 .254 Pendapatan
N 79 79 79
80
Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam
Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan wisatawan terhadap
keputusan memilih obyek wisata alam. Diduga wisatawan asing yang mempunyai
pendapatan tinggi akan mengkombinasikan keputusan wisatanya pada pantai
dan pendakian dibandingkan wisatawan yang mempunyai pendapatan rendah
dan hanya memutuskan mengunjungi obyek wisata pantai atau pendakian saja.
Hipotesa tersebut menunjukan sifat negatif yaitu -.169. Hal ini
mengindikasikan bahwa makin tinggi tingkat pendapatan wisatawan maka
semakin cenderung untuk tidak mengkombinasikan keputusan wisata alamnya.
Dapat dikatakan juga bahwa tidak ada perbedaan tingkat keputusan antara
wisatawan yang mempunyai pendapatan rendah dengan dengan tinggi dalam
memilih obyek wisata alam ketika memilih obyek wisata pantai atau pendakian
saja. Hal ini dikarenakan wisatawan dari seluruh tingkat pendapatan cenderung
memilih obyek wisata alam pantai seperti berenang dipantai yang tidak
membutuhkan uang untuk menikmatinya.
Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek wisata Budaya
Diduga wisatawan asing yang mempunyai pendapatan tinggi akan
mengkombinasikan kunjungan wisatanya pada obyek wisata budaya tentang seni
tradisional suku Sasaq dengan non tradisional suku Sasaq dibandingkan
wisatawan asing yang mempunyai pendapatan rendah. Namun hipotesis tersebut
tidak menunjukan adanya hubungan nyata antara pendapatan dengan keputusan
memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok (0.017).
Wisatawan asing yang mempunyai pendapatan rendah dapat
mengkombinasikan keputusannya mengunjungi obyek wisata budaya. Kombinasi
tersebut dapat dilihat ketika wisatawan asing banyak mengunjungi restauran,
kafe, pasar tradisional, perkampungan suku Sasaq di desa Sade, clubing,
menyaksikan pertunjukan Gendang Beleq, dan lainnya. Pengkombinasian ini
lebih dikarenakan obyek-obyek wisata tersebut lebih banyak berada dalam satu
kawasan wisata sehingga lebih memudahkan wisatawan untuk melihat obyek
wisata tersebut.
Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal
Wisatawan asing yang mempunyai pendapatan tinggi mempunyai
keputusan masa tinggal yang lebih lama dibandingkan dengan wisatawan asing
81
yang mempuyai pendapatan rendah. Namun hipotesa tersebut tidak menunjukan
hubungan nyata dan arah hubungannya bersifat negatif (-.130). artinya semakin
tinggi tingkat pendapatan wisatawan maka semakin singkat keputusan masa
tinggalnya di Pulau Lombok.
Hal ini disebabkan wisatawan tersebut hanya bertujuan untuk berlibur.
Sedangkan bagi wisatawan asing yang mempunyai pendapatan rendah
cenderung memutuskan masa tinggal yang lebih lama. Selain bertujuan untuk
berlibur, sebagian dari mereka bertujuan untuk bekerja dan melakukan
penelitian.
Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Asal negara wisatawan seluruhnya merupakan kelompok negara maju
baik secara teknologi dan ilmu pengetahuan. Merekapun mempunyai standar
pembagian jam kerja yang diikuti dengan pembagian waktu cuti dan hari libur
yang tetap sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengunjungi negara-
negara lain sebagai tempat untuk berlibur.
Selain itu kelompok negara-negara maju juga sangat menyadari
pentingnya menggunakan waktu berlibur dengan sangat baik sehingga Pulau
Lombok menjadi salah satu daerah tujuan wisata dari negara Eropa maupun non
Eropa. Pada umumnya wisatawan dari negar-negara Eropa lebih memilih obyek
wisata alam pantai dibandingkan dari negara-negara non Eropa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 23 berikut ini.
Tabel 23 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Keputusan Memilih
Karakteristik Korelasi Sperman Obyek wisata
alam Obyek wisata
budaya Masa tinggal
Koefisien korelasi .291** .101 -.103 Nilai probabilitas .009 .377 .368 Asal negara
N 79 79 79 Keterangan: ** signifikan pada taraf 0.01
Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam
Diduga wisatawan asing dari negara Eropa dan non Eropa lebih memilih
obyek wisata alam pantai dibandingkan wisatawan asing dari negara Asia.
Hipotesa tersebut menunjukan hubungan antara asal negara terhadap keputusan
82
memilih obyek wisata alam pantai di Pulau Lombok. Semakin banyak wisatawan
asing dari negara Eropa dan non Eropa maka semakin banyak keputusannya
memilih obyek wisata alam pantai.
Negara-negara Eropa dan non Eropa lebih menyukai obyek wisata pantai
di Pulau Lombok karena keunikan pantainya yang masih tertata secara alami.
Keunikan tersebut adalah ketika berenang wisatawan dapat melihat langsung
keaslian terumbu karang dengan snorkeling ataupun melakukan penyelaman.
Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya
Wisatawan asing dari negara-negara Eropa dan non Eropa lebih tertarik
memilih obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional suku
Sasak daripada wisatawan asing dari negara Asia. Namun hipotesa tersebut
tidak menunjukan hubungan yang signifikan (0.101).
Hal ini dikarenakan wisatawan asing tidak tertarik dengan obyek wisata
budaya yang berkaitan dengan seni budaya suku Sasaq. Wisatawan asing justru
lebih memillih obyek wisata budaya yang bukan berhubungan dengan seni
budaya suku Sasaq seperti restauran maupun kafe. Selain itu wisatawan asing
sebagian besar datang dari Pulau Bali yang kita tahu obyek wisata budayanya
sangat beragam sehingga wisatawan asing tidak tertarik mengunjungi obyek
wisata budaya tradisional suku Sasaq.
Dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara asal negara
dengan obyek wisata budaya disebabkan wisatawan asing dari Eropa, non
Eropa, maupun Asia lebih memilih restauran maupun kafe karena adanya
kebutuhan akan makanan.
Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal
Masa tinggal wisatawan asing yang bertujuan untuk berlibur dari negara
Eropa dan non Eropa lebih lama dibandingkan wisatawan asing dari Asia.
Hipotesa tersebut tidak berhubungan nyata dan arah hubungannya bersifat
negatif (-.103). Dapat dikatakan bahwa semakin banyak wisatawan dari Eropa
dan non Eropa maka makin singkat masa tinggalnya di Pulau Lombok.
Adanya masa tinggal yang singkat disebabkan karena tujuan wisatawan
hanya untuk berlibur maupun melakukan bisnis di Pulau Lombok. Sedangkan
wisatawan asing yang mempunyai masa tinggal sangat lama dikarenakan
mereka bekerja dan melakukan penelitian di kawasan wisata di Pulau Lombok.
83
Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Perilaku komunikasi pada tahap informasi awal memfokuskan
penggunaan media komunikasi dalam mendukung keputusan wisatanya sebelum
berada di Pulau Lombok. Sumber informasi berupa komunikasi tatap muka dan
media massa merupakan media komunikasi yang sangat penting dalam
menyampaikan segala macam informasi wisata.
Saluran komunikasi yang digunakan dapat dilihat dalam bentuk audio,
visual, dan audiovisual yang memungkinkan sumber informasi menjangkau
khalayak dalam jumlah yang besar dan tersebar luas. Tepat dan tidaknya
komunikasi yang dilakukan dapat dilihat dari respon penerima pesan. Artinya
komunikasi dapat dikatakan berhasil baik jika tumbuh reaksi penerimaan dan
kepercayaan dari komunikan.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi
dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni komunikasi antarpersonal dan
komunikasi massa. Karakteristik komunikasi antarpersonal sebagai suatu proses
adalah komunikator dan komunikannya tatap muka (face to face communication)
dan di antaranya saling berbagi ide, informasi dan berbagi sikap. Sedangkan
komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,
berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen
dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto dan Erdinaya, 2004).
Untuk lebih jelasnya bagaimana hubungan antara informasi awal
terhadap keputusan memilih obyek wisata dan menentukan masa tinggal dapat
dilihat pada pembahasan Tabel 24.
Tabel 24 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Keputusan Memilih
Perilaku komunikasi
Korelasi Sperman Obyek wisata
alam
Obyek wisata budaya
Masa tinggal
Koefisien korelasi .205 .345** .087
Nilai probabilitas .070 .002 .445 Informasi
awal N 79 79 79
Ket: ** signifikan pada taraf 0.01
84
Hubungan Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam
Diduga bahwa semakin aktif wisatawan mencari informasi wisata alam
dengan kombinasi antara sumber informasi dan saluran informasi dalam bentuk
audio,visual, dan audiovisual maka semakin kuat keputusannya memilih obyek
wisata alam pantai dan pendakian dibandingkan perilaku komunikasi yang
kurang aktif dengan keputusan wisata pada pantai atau pendakian saja. Namun
hipotesa tersebut tidak menunjukan hubungan yang signifikan.
Adanya perilaku komunikasi yang aktif dengan kombinasi sumber
informasi melalui saluran informasi secara audio, visual, dan audiovisual tidak
menjamin kuatnya keputusan memilih kombinasi obyek wisata pantai dan
pendakian. Wisatawan cenderung memilih beberapa obyek wisata pantai dan
pendakian seperti berenang, melakukan penyelaman dan mengunjungi air terjun.
Kombinasi lebih banyak pada obyek wisata pantai karena informasi yang
diperoleh lebih banyak mengenai obyek wisata pantai daripada pendakian.
Selain itu kurangnya wisatawan memutuskan kunjungan wisatanya pada obyek
wisata pendakian bisa disebabkan kurangnya informasi mengenai keamanan dan
sarana prasarana yang mendukung wisata pendakian dan sekitarnya. Seperti
tingkat keamananya, jalur transportasinya, dan lainnya.
Wisatawan asing menggunakan berbagai media informasi sesuai dengan
seberapa besar informasi tersebut mampu memberikan kepuasan terhadap
informasi obyek wisata. Hal ini menurut Rivers at al. (2003) merupakan tindakan
seleksi artinya khalayak memilih media sesuai dengan keinginannya dan
cenderung memilih media informasi yang paling dekat jangkauannya.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara perilaku
komunikasi yang sangat aktif maupun kurang aktif karena wisatawan hanya
memilih beberapa obyek wisata alam pantai atau pendakian saja.
Hubungan Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya
Diduga bahwa semakin aktif perilaku komunikasi dengan kombinasi
sumber informasi dan saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan
audiovisual maka semakin kuat keputusan memilih kombinasi antara seni
tradisional dan non seni tradisional dibandingkan perilaku komunikasi kurang
aktif dengan keputusan yang kurang kuat dan ditandai hanya memilih obyek
wisata budaya seni tradisional atau non seni tradisional saja.
85
Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan (0.345**)
dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. Kombinasi keputusan
wisatawan lebih kuat untuk melihat kehidupan masyarakat asli suku di
perkampungan suku Sasaq di desa Sade maupun di desa Senaru dan
mengunjungi restauran ataupun kafe (non tradisional suku Sasaq). Adanya
kebutuhan akan makanan dan tempat yang nyaman untuk bersantai menjadikan
obyek wisata restauran dan kafe banyak dikunjungi wisatawan asing. Hal ini
didukung dengan lengkapnya informasi mengenai lokasi perkampungan suku
Sasaq dan restauran maupun kafe yang mudah diperoleh dari agen perjalanan,
hotel, atau teman melalui bentuk visual yaitu leaflet/brosur.
Dapat disimpulkan bahwa lengkapnya informasi mengenai obyek wisata
seni tradisional suku Sasaq (perkampungan asli suku Sasaq) dan obyek wisata
non seni tradisional menjadikan restauran dan kafe sebagai tempat bersantai dan
menikmati makanan setelah aktivitas wisata.
Hubungan Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Menentukan Masa Tinggal
Diduga bahwa dengan perilaku komunikasi yang aktif menyebabkan
keputusan masa tinggal menjadi lebih lama dibandingkan wisatawan yang
kurang aktif dengan keputusan masa tinggal yang lebih singkat. Hipotesa
tersebut tidak menunjukan hubungan yang signifikan pada keputusan
menentukan masa tinggal (0.087).
Hal ini dikarenakan informasi wisatawan dalam menentukan masa tinggal
hanya terkait dengan jumlah obyek wisata yang akan dikunjungi saja. Pada
umumnya masa tinggal yang diatur oleh agen perjalanan mulai 4 hari hingga 8
hari. Bagi yang memutuskan mengunjungi obyek wisata alam dan budaya
masing-masing di bawah 4 obyek wisata biasanya mempunyai masa tinggal 4
hari hingga di bawah satu minggu. Sedangkan wisatawan asing yang
memutuskan memilih obyek wisata alam dan budaya di atas 4 obyek wisata
biasanya keputusan menentukan masa tinggalnya lebih lama yaitu di atas 9 hari.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi yang
aktif pada keputusan menentukan masa tinggal terjadi setelah adanya penentuan
jumlah obyek wisata apa yang akan dikunjungi dan pihak agen perjalanan akan
mengatur masa tinggal sesuai dengan pilihan obyek wisata yang diinginkan
wisatawan asing.
86
Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Informasi yang telah diolah melalui proses berfikir. Sebelum informasi
dinyatakan dalam bentuk sikap atau tindakan terlebih dahulu diolah dalam
gudang memori yang tersimpan dalam otak. Dalam psikologi komunikasi terdapat
istilah sensori storage yaitu proses perseptual daripada memori. Dengan sensori
storage kita dapat melihat rangkaian obyek baik secara visual maupun audio
(Rakhmat 2001) sehingga apa yang akan diputuskan oleh wisatawan asing
menjadi sebuah dasar untuk mengunjungi obyek wisata apa yang diinginkan.
Pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa memang kurang
kuat dalam merubah sikap kecuali kalau pesan-pesan tersebut justru
memperkuat nilai-nilai dan kepercayaan khalayak. Sedangkan pesan-pesan yang
bertentangan akan disaring oleh khalayak melalui tingkat selektivitas mereka.
Mekanisme selektivitas terjadi baik pada komunikasi antarpersonal maupun pada
komunikasi massa. Hanya pada komunikasi massa terlihat mekanisme ini lebih
berperan dan seringkali melalui pemanfaatan berbagai macam jenis media
massa dan penggabungannya dengan berbagai macam saluran informasi oleh
wisatawan.
Tabel 25 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Konfirmasi dengan Keputusan Wisatawan
Keputusan Memilih
Perilaku komunikasi
Korelasi Sperman Obyek
wisata alam Obyek wisata
budaya Masa tinggal
Koefisien korelasi .358** .457** .275* Nilai probabilitas .001 .000 .014 Konfirmasi
N 79 79 79 Ket:* signifikan pada taraf 0.05 ** signifikan pada taraf 0.01
Hubungan Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam
Wisatawan yang memutuskan kunjungan wisatanya pada kombinasi
obyek wisata alam pantai dan pendakian akan melakukan konfirmasi yang lebih
aktif dibandingkan dengan wisatawan yang hanya memutuskan kunjungan obyek
wisata alamnya hanya pada obyek wisata pantai saja ataupun hanya untuk
melakukan pendakian. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan
antara konfirmasi dengan memilih obyek wisata alam (0.358**).
Perilaku konfirmasi yang lebih aktif ditunjukan dengan tetap
menggunakan kombinasi antara komunikasi tatap muka dengan media massa.
87
Komunikasi tatap muka dilakukan melalui agen perjalanan, hotel tempat
menginap, hubungan antarpribadi, pemandu wisata, dan Bandara Udara
Selaparang Mataram. Sedangkan saluran informasi yang digunakan lebih banyak
menggunakan bentuk visual antara lain leaflet/brosur, buku panduan wisata, foto-
foto lokasi wisata, internet, atau majalah/koran wisata (biasanya disediakan di
hotel atau agen perjalanan).
Informasi yang banyak dibutuhkan wisatawan asing berkaitan penunjang
aktivitas wisata. Seperti informasi mengenai lokasi obyek wisata, hotel, tempat
penukaran mata uang asing, restauran/kafe/club malam, jalur tranportasi,
jaringan telekomunikasi, informasi pemandu wisata, dan informasi mengenai
keamanan. Bagi wisatawan asing yang perjalanan wisatanya diatur agen
perjalanan cenderung kurang aktif bahkan tidak melakukan konfirmasi
Khusus untuk pendakian gunung selain informasi di atas ada informasi
yang paling utama dicari oleh wisatawan asing. Informasi tersebut berhubungan
dengan keamanan dan pemandu wisata. Kedua informasi tersebut menjadi hal
yang sangat penting bagi wisatawan asing sebelum melakukan pendakian.
Karena untuk pendakian wisatawan asing harus didampingi pemandu wisata
atau porter yang telah disediakan pihak penyelenggara pendakian.
Dapat disimpulkan bahwa konfirmasi yang dilakukan oleh wisatawan
seluruhnya berkaitan dengan penunjang aktifitas wisata dengan menggunakan
kombinasi sumber informasi melalui komunikasi tatap muka dan saluran
informasi dalam bentuk visual yaitu leaflet/brosur.
Hubungan Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya
Diduga wisatawan yang memutuskan mengunjungi obyek wisata budaya
seni tradisional menunjukan perilaku komunikasi yang sangat aktif dibandingkan
wisatawan yang memutuskan mengunjungi obyek wisata budaya non seni
tradisional. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan (0.457**).
Pada dasarnya penggunaan media informasi dari yang sangat aktif
hingga kurang aktif tujuannya sama dengan konfirmasi yang dilakukan
wisatawan asing pada obyek wisata alam. Tahap konfirmasi tidak merubah
keputusan yang telah direncanakan pada tahap informasi awal. Tahap-tahap
pencarian informasi dari sumber informasi, saluran informasi, dan isi pesan sama
dengan tahap konfirmasi dalam obyek wisata alam.
Namun jika dilihat dari proses keputusan Engel at al, (1994) tahap
88
konfirmasi tidak melalui tahap pengenalan tetapi mulai dari tahap kedua yaitu
pencarian informasi, evaluasi, pembelian (menetapkan obyek wisata yang akan
dikunjungi), dan hasil (dalam hal ini memutuskan obyek wisata yang akan
dikunjungi).
Informasi wisata mengenai seni tradisional dan non tradisional diperoleh
dari kombinasi sumber informasi yaitu komunikasi tatap muka melalui agen
perjalanan, pemandu wisata, hotel, teman, dan Bandara Udara Selaparang
Mataram dan menggunakan media massa yaitu buku panduan wisata.
Komunikasi tatap muka menggunakan saluran informasi lebih banyak melalui
leaflet/brosur.
Wisatawan asing yang bertujuan mengunjungi obyek wisata seni
tradisional suku Sasaq lebih banyak mengunjungi perkampungan suku Sasaq
yang ada di desa Sade, melihat kehidupan masyarakat asli suku Sasaq dengan
upacara tradisionalnya di desa Senaru, menyaksikan seni musik gendang Beleq,
menyaksikan bela diri tradisional, mengunjungi masjid kuno Bayan. Sedangkan
untuk obyek wisata budaya yang tidak berhubungan dengan seni tradisional suku
Sasaq lebih banyak memilih restauran dan kafe.
Kesimpulannya adalah informasi wisata yang berkaitan dengan
keputusan memilih seni tradisional dan non seni tradisional diperoleh dari
kombinasi antara komunikasi tatap muka dan media massa melalui saluran
informasi leaflet/brosur dan buku panduan wisata.
Hubungan Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal
Diduga bahwa terdapat perbedaan perilaku komunikasi konfirmasi antara
wisatawan yang mempunyai masa tinggal di bawah satu minggu dengan
wisatawan asing yang mempunyai masa tinggal di atas satu minggu. Hipotesa
tersebut menunjukan hubungan yang signifikan dengan keputusan masa tinggal
(0.275*).
Wisatawan asing yang mempunyai masa tinggal di bawah satu minggu
merupakan wisatawan yang bertujuan bukan untuk bekerja dan merupakan
kelompok wisatawan yang menjadikan Pulau Lombok sebagai daerah tujuan
wisata kedua setelah Bali. Perilaku komunikasi konfirmasi yang ditunjukan
cenderung kurang aktif. Hal ini disebabkan penggunaan sumber informasi lebih
banyak melalui komunikasi tatap muka yang diperoleh dari agen perjalanan,
hotel, ataupun pemandu wisata.
89
Saluran informasi lebih banyak menggunakan bentuk visual yaitu
leaflet/brosur maupun dari foto-foto tentang obyek wisata yang digunakan oleh
agen perjalanan, pihak hotel, dan para pemandu wisata. Informasi yang
dibutuhkan tidak merubah keputusan masa tinggal tetapi lebih kepada
pemenuhan kebutuhan informasi seperti tempat penukaran mata uang asing,
tempat berbelaja, dan lainnya.
Bagi wisatawan asing yang memutuskan masa tinggal di atas satu
minggu di Pulau Lombok bukan murni untuk berlibur tetapi bekerja mengelola
hotel dan kafe dikawasan wisata. Selain itu wisatawan asing tersebut ada yang
melakukan penelitian sosial dikawasan wisata. Perilaku komunikasi yang
dilakukan cenderung aktif dengan menggunakan sumber informasi berupa
komunikasi tatap muka melalui hubungan interpersonal, hotel, pemandu wisata.
Konfirmasi yang dilakukan pada masa tinggal tidak untuk merubah
keputusan masa tinggal yang telah diputuskan sebelumnya. Jadi dapat
disimpulkan ada perbedaan perilaku komunikasi wisatawan dengan masa tinggal
di bawah satu minggu menunjukan perilaku komunikasi konfirmasi kurang aktif
dan wisatawan asing yang memutuskan masa tinggal di atas satu minggu
menunjukan konfirmasi aktif.
90
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi yang tidak
berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam, budaya, dan
menentukan masa tinggal adalah:
a. Usia, jenis kelamin, hobi, tingkat pendapatan dan perilaku komunikasi
pada pencarian informasi awal tidak berhubungan dengan keputusan
memilih obyek wisata alam.
b. Usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara tidak
berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya.
c. Jenis kelamin, hobi, pendapatan, asal negara, dan perilaku komunikasi
pada tahap pencarian informasi awal tidak berhubungan dengan
keputusan memilih masa tinggal.
2. Karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi yang menunjukan
hubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam, budaya, dan
menentukan masa tinggal adalah:
a. Asal negara wisatawan dan perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi
berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam.
b. Perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih
obyek wisata budaya.
c. Perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih
masa tinggal di Pulau Lombok.
Saran
Leaflet/brosur dan internet dapat dijadikan sebagai media promosi wisata oleh
pemerintah Provinsi NTB dan para pelaku wisata khususnya di Pulau Lombok.
91
DAFTAR PUSTAKA
Amini F. 2004. Hubungan kepribadian, persepsi dan terpaan kampanye komunikasi dengan perilaku ”word of mouth”; survey terhadap perilaku ”word mouth” tentang kondom di kalangan remaja pengunjung Mal di Jakarta [tesis]. Jakarta, Program Pascasarjana: Universitas Indonesia.
Ardianto E, Erdinaya LK. 2004. Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media. Astuty ER. 2002. Strategi komunikasi promosi pemasaran elektronik pariwisata
Indonesia [tesis]. Jakarta, Program Pascasarjana: Universitas Indonesia. Atkinson RL, Atkinson RC, Smith EE, Bem DJ. 1993. Pengantar Psikologi Jilid
11. Ed ke-1. Kusuma W, penerjemah, Saputra L, Editor. Batam: Interaksara. Terjermahan dari: Introduction to Psychology 11th. Ed.
Cooper C, Hall CM. 2008. Contemporary Tourism: An International Approach. Ed
ke-1. Amsterdam: Elsevier. [DIKPAR NTB] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Nusa Tenggara Barat. 2005.
Pariwisata Nusa Tenggara Barat dalam Angka Tahun 2005. Mataram: DIKPAR NTB.
DeVito JA. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Ed ke-5. Maulana A, penerjemah.
Jakarta: Professional Books. Terjemahan dari: Human Communication. Donohew LP, Palmgreen, Duncan J. 1980. An Activation Model of Information
Exposure. Communication Monographs. Effendy OU. 1988. Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktik. Bandung: Remaja Karya. __________. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen jilid 1. Ed ke-6.
Budiyanto FX, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Consumer Bahavior.
Faisal S. 1999. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Fill C. 1999. Marketing Communications Contexts, Contents and Strategies. Ed
ke-2. London: Prentice Hall. Gunn CA. 1994. Tourism Planning: Basic, Concepts, Case. Ed ke-3. Washington:
Taylor & Francis. Ibrahim IS. 1999. Perkembangan Penelitian Ilmu Komunikasi di Perguruan
Tinggi: Catatan Pendahuluan. Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia 3: 6-16.
92
Ichwanudin. 1998. Hubungan perilaku komunikasi peserta kelompok penggerak pariwisata (kompepar) dengan adopsi program sapta pesona dikabupaten sukabumi [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kerlinger FN. 2003. Asas-asas Penelitian Behavioral. Ed ke-3. Simatupang LR,
penerjemah, Koesoemant, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada Press. Terjemahan dari: Foundation of Behavioral Research.
Kolb BM. 2006. Tourism Marketing for City and Town. Amsterdam: Elsevier. Liliweri A. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogyakarta:
LKiS. Liston A. 2005. NDI Consultation Meeting with Ann Liston “Building a Strong
Media Image For Your Fraction”. Makalah disampaikan oleh National Democratic Institute (NDI). Jakarta: Hotel Crown Plaza. 6 Desember 2005.
McQuail D. 1987. Teori Komunikasi Massa.Ed ke-2. Dharma A, Ram A,
penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Mass Communication Theory, Second Edition.
Middleton VTC, Clarke J. 2001. Marketing in Travel and Tourism. Ed ke-3.
Oxford: Elsevier. Mulyana D. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Mulyana D, Rakhmat J. 2001. Komunikasi Antar Budaya. Mulyana D, Editor;
Bandung: Remaja Rosdakarya. Orams M. 1999. Marine Tourism Development Impact and Management. New
York: Routledge. Rakhmat J. 2001. Psikologi Komunikasi. Ed Rev. Surjaman T, editor; Bandung:
Remaja Rosdakarya. Ricci F, Werthner H. 2001. Case base querying for travel planning
recommendation. http://www.ectrl.itc.it.html. [15 Juli 2008]. Rivers WL, Jensen JW, Peterson T. 2003. Media Massa Dan Masyarakat
Modern. Ed Ke-2. Munandar H, Priatna D, penerjemah; Jakarta: Prenada Media. Terjemahan dari: Mass Media and Modern Society.
Roman K, Maas J, Nisenholtz M. 2005. How To Advertise: Membangun Merek
Dan Bisnis Dalam Dunia Pemasaran Baru. Ed Rev. Satyadi G, penerjemah. Jakarta: Elex Media Komputindo. Terjemahan dari: How To Advertise. Ed ke-3.
Severin WJ, Tankard JW. 2005. Teori komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan
Dalam Komunikasi Massa. Ed ke-5. Hariyanto S, penerjemah. Jakarta: Prenada Media. Terjemahan dari: Communication Theories: Origins, Method & Use in the Mass Media.
93
Shimp TA. 2003. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid 1. Ed ke-5. Sjahrial R, Anikasari D, penerjemah; Mahani N, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Advertising Promotion and Supplemental Aspect of Integrated Marketing Communications.
Simamora B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen.Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Singarimbun M. 1989. Metode Penelitian Survai. Ed Rev. Effendy S, Editor;
Jakarta: LP3ES. Soedarmanto. 1998. Dasar-dasar Pengelolaan Penyuluhan Pertanian. Malang:
Brawijaya Press. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Suryadi K, Ramdhani MA. 2002. Sistem Pendukung Keputusan. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Suwantoro G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Ed ke-2. Yogyakarta: Andi. Wahab S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Ed ke-4. Gromang F, penerjemah.
Jakarta: Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Tourism Management. Wibowo W. 2003. Sihir Iklan Format Komunikasi Mondial dalam Kehidupan
Urban-Kosmopolit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yoety HOA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.
Jakarta: Pradnya Paramita.
94
L A M P I R A N
95
Lampiran 1 Lokasi penelitian
96
Lampiran 2 Lokasi Kawasan Pendakian Gunung Rinjani
97
Lampiran 3 Lokasi Kawasan Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat
98
Lampiran 4 Kuesioner
THE CHARACTERISTICS OF TOURISTS
1. Name : 2. Age : 3. Gen : [ ] Female [ ] Male 4. Country : 5. Status : [ ] Single [ ] Married 6. The total of monthly income of the working tourist (including the income of the
working wife/working husband) [ ]. Overseas …………
7. The number of children in the family (if any) is ………… (* still at school/university) *Cross out the unnecessary word(s)
8. Hoby : [ ] Tracking [ ]. Surfing [ ] Lisent to music [ ] Others................
COMMUNCATION BEHAVIOR SEEN FROM THE USAGE OF INFORMATION
SOURCES
GUIDELINES: Any answer marked with a checklist [√] represents the answer that you think is the right answer.
9. A. Does the information source on the tourism objects at NTB Province that you used come from:
[ ]. Friend, Family, Other persons; [ ] Mass-Media; [ ]. Hotel; [ ]. Travel Berau; [ ] Airport at Selaparang – Mataram. B. Does the form of the information on the tourism objects at NTB
Province you used include the following?
VISUAL; [ ] Photo Files of tourism objects; [ ] Magazine, newspaper, tabloid; [ ] Leaflet, Booklet, Brochures; [ ].Tourism Guide Book [ ].Internet; [ ] Slides of photos
AUDIO: [ ]. From Radio Broadcast
AUDIOVISUAL: [ ]. Television; [ ] Compact Disk (Records of tourism sites and objects)
99
C. Did you also search for information on the facilities and infrastructure at NTB Province, which include the following?
[ ]. money Changer [ ]. hotels from Melati level to five-star hotels.
[ ]. the entertainment areas such as nightclubs and the best Cafes in the tourism objects
[ ]. the best restaurants, which serve various kinds of favorite menus from overseas to traditional cuisines from Nusa Tenggara Barat Province
[ ]. locations of the performance of Art and Culture Festivals at Senggigi area [ ]. special clinics for tourists [ ]. transportation routes to the tourism sites, which are easily accessed [ ]. parties, which are commonly held at the tourism objects for the tourists [ ]. the availability of various nets of telecommunication
D. Security in the areas of tourism includes: [ ]. the police station [ ]. others (please write them on the space) ...............................
KONFIRMASI
10. Did you still require information on tourism objects after you arrived at
NTB Province?
[ ].Yes (Go on to number 11) [ ]. No (Do not respond question number 11) 11. A. Does the information source on the tourism objects at NTB Province that you used come from:
[ ]. Friend, Family, Other persons; [ ] Mass-Media; [ ]. Hotel; [ ]. Travel Berau; [ ] Airport at Selaparang – Mataram.
B. Does the form of the information on the tourism objects at NTB Province you used include the following?
VISUAL; [ ] Photo Files of tourism objects; [ ] Magazine, newspaper, tabloid; [ ] Leaflet, Booklet, Brochures; [ ].Tourism Guide Book [ ].Internet; [ ] Slides of photos
AUDIO: [ ]. From Radio Broadcast
100
AUDIOVISUAL: [ ]. Television; [ ] Compact Disk (Records of tourism sites and objects)
C. Did you also search for information on the facilities and infrastructure at NTB Province, which include the following?
[ ]. money Changer [ ]. hotels from Melati level to five-star hotels. [ ]. the entertainment areas such as nightclubs and the best Cafes in the
tourism objects [ ]. the best restaurants, which serve various kinds of favorite menus
from overseas to traditional cuisines from Nusa Tenggara Barat Province
[ ]. locations of the performance of Art and Culture Festivals at Senggigi area
[ ]. special clinics for tourists [ ]. transportation routes to the tourism sites, which are easily accessed [ ]. parties, which are commonly held at the tourism objects for the tourists [ ]. the availability of various nets of telecommunication
D. Security in the areas of tourism includes: [ ]. the police station [ ]. others (please write them on the space)....................
DECISION ON TYPES OF TOURISM OBJECT MADE BY THE TOURISTS
GUIDELINES: 1. Read the questions carefully and read the instructions on how to respond the questions. 2. For questions 9 – 10 write down the days you did the activities in the tourism
objects on the column “Day”. 3. If you did not visit the tourism objects, please do not respond to the questions.
The Activities Of a Touris In One Unit
NO Questions
Day Hours
ACTIVITIES RELATED TO NATURAL TOURISM
12 On what day did you do the activities in the following object tourisms?
1. Climbing the top of Mount Rinjani
2. Camping at the Segara Anak Lake
3. Soaking in the hot spring water containing sulfur
4. Enjoying the natural beauty of the Fall
5. Watching the crowd of monkeys protected by the local government and the society
6. Diving to see the Blue Corals
7. Sighting the beauty of Corals at the sea by
101
Snorkeling
8. Surfing
9. Swimming at the beach
10.Fishing
11.Enjoying the sunset along the beach or while sitting bear the beach.
12. Sunbathing to tan the skin
13. Others ………….
ACTIVITIES RELATED TO CULTURE TOURISM
13. On what day did you do the following activities in the culture tourism objects?
1. Watching the performance of traditional music of Gendang Beleq, which becomes the characteristic of the tourism in NTB Province
2. Watching the traditional martial art of Sasaq tribe known as Peresean.
3. Watching various kinds of traditional ceremonies, which are regularly held at Senaru Village at the foot of Mount Rinjani
4. Observing the activities of the indigenous community of Sasaq tribe in its traditional village at Sade village, Central Lombok Regency.
5. Visiting the old mosque, which stands firmly at Senaru village.
6. Drinking the water, which is believed to make people stay young, and this water can be obtained from the old park of Selaparang Kingdom at Narmada Park- West Lombok Regency.
7. Visiting the museum in Mataram – West Lombok.
8. Enjoying the activities of night- clubs in the tourism areas.
9. Eating all kinds of foods from favorite menus from overseas to traditional foods at NTB Province at the best restaurants in a relaxed atmosphere.
10. Observing the economic activities of the local people at their traditional market directly.
11. Enjoying more relaxing time at Cafes.
12. Others …………………..
14. Did you extend your stay in NTB Province? If the answer is “NO”, do not
respond to question 15. If the answer is ”Yes”, what were your reasons in extending your stay?
102
Lampiran 5
Validitas Dan Reliabilitas Instrument
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
usia hoby pendapatan asal.negara sumber.awal radio internet buku foto leaflet slide majalah.dll CD televisi obyek wisata money changer info.hotel club.cafe restauran festival klinik.berobat jalur.transportasi acara.party jaringan.telekomunikasi guide kantor.polisi keamanan.hotel pecalang keamanan.bekerja private.of.security sumber.konfirmasi konfir.leaflet.dll konfir.buku konfir.foto konfir.slide konfir.internet konfir.majalah.dll konfir.CD konfir.TV konfir.obyek.wisata konfir.money.changer konfir.club.cafe konfir.hotel konfir.restauran konfir.festival konfir.klinik.berobat konfir.transportasi konfir.telekomunikasi
164,6000 165,3000 164,7000 162,6000 154,4000 167,1500 159,9000 160,9000 163,9000 164,9000 165,9000 165,9000 163,6500 165,1500 165,6500 165,6500 165,9000 164,4000 165,9000 166,9000 166,6500 165,4000 166,6500 166,4000 166,6500 165,9000 166,1500 166,4000 164,4000 166,9000 158,4000 161,4000 163,4000 160,9000 165,4000 166,4000 164,4000 166,6500 163,6500 165,9000 167,1500 166,4000 164,4000 166,4000 167,1000 166,6500 166,1500 164,9000
2940,989 2938,958 2904,011 2911,832 2765,095 2907,713 2956,516 2861,989 2814,200 2802,832 2913,568 2811,463 2798,555 2726,239 2794,239 2849,503 2951,989 2938,779 2864,095 2861,674 2826,555 2968,463 2772,871 2883,937 2812,345 2852,516 2856,976 2843,937 2844,042 2875,884 2658,042 2926,042 2663,305 2759,884 2704,779 2859,726 2724,568 2818,134 2594,871 2887,253 2877,187 2817,095 2824,042 2870,779 2931,779 2798,134 2791,187 2808,621
-,181 -,228 ,022 -,029 ,374 ,012 -,136 ,047 ,139 ,187 -,042 ,220 ,096 ,268 ,426 ,210 -,184 -,127 ,162 ,282 ,414 -,235 ,696 ,101 ,488 ,209 ,204 ,285 ,224 ,195 ,468 -,075 ,428 ,246 ,442 ,125 ,334 ,228 ,399 ,070 ,267 ,409 ,300 ,161 -,185 ,562 ,487 ,350
,792 ,791 ,789 ,789 ,781 ,789 ,799 ,793 ,790 ,787 ,794 ,786 ,796 ,785 ,782 ,786 ,794 ,793 ,787 ,786 ,783 ,795 ,779 ,788 ,782 ,786 ,786 ,785 ,786 ,787 ,776 ,799 ,778 ,785 ,778 ,788 ,782 ,785 ,779 ,789 ,787 ,783 ,784 ,787 ,791 ,781 ,781 ,783
103
konfir.guide konfir.rentcar konfir.kantor.polisi konfir.pecalang konfir.private.of.security mendaki.gunung.rinjani berkemah pemandian.air.panas air.terjun kawanan.monyet menyelam snorkling surfing berenang.dipantai memancing sunset mandi.matahri bersepeda.motor bersepeda.gunung main.kano kegili.trawangan tete.batu atraksi.gendang peresean desa.senaru desa.sade masjid.kuno taman.narmada musium clubing restaurant pasar.tradisonal cafe membaca keliling.kawasan.wisata message keliling.kota.mataram gym pasar.seni masyarakat.senaru traveling.luar.lombok traveling.pulau.lombok masa.tinggal
166,4000 166,4000 166,1500 166,4000 164,9000 166,8000 166,9500 166,9500 166,0500 165,9000 166,8000 166,3500 166,6500 165,4500 166,8000 165,4500 165,4500 166,8000 166,8000 166,9500 167,1000 166,6500 166,5000 166,6500 166,6500 166,6500 167,1000 167,2500 167,2500 166,6500 165,6000 166,3500 165,6000 166,9500 167,1000 167,2500 167,1000 167,1000 167,1000 167,2500 167,2500 167,1000 158,9000
2822,358 2880,253 2799,082 2912,358 2867,042 2943,747 2936,050 2935,734 2841,945 2868,937 2902,379 2884,450 2872,450 2884,261 2871,747 2868,155 2848,576 2910,589 2824,695 2870,366 2898,305 2932,766 2833,316 2947,924 2884,766 2847,503 2923,884 2922,092 2876,618 2866,450 2814,463 2860,450 2859,937 2870,366 2907,779 2918,303 2889,147 2888,200 2856,305 2918,303 2900,934 2893,253 2448,411
,385 ,118 ,453 -,028 ,134 -,260 -,225 -,222 ,405 ,238 ,050 ,151 ,254 ,153 ,282 ,255 ,381 -,012 ,644 ,330 ,114 -,167 ,501 -,271 ,167 ,430 -,143 -,167 ,464 ,296 ,586 ,305 ,299 ,330 ,018 -,114 ,206 ,216 ,540 -,114 ,126 ,165 ,677
,783 ,788 ,782 ,790 ,788 ,792 ,791 ,791 ,784 ,786 ,789 ,787 ,786 ,787 ,786 ,786 ,785 ,789 ,782 ,786 ,788 ,791 ,783 ,792 ,787 ,784 ,790 ,790 ,786 ,786 ,782 ,786 ,786 ,786 ,789 ,789 ,787 ,787 ,785 ,789 ,788 ,788 ,763
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0 Excluded(a) 0 ,0 Total 20 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,789 91