hubungan karakteristik ibu nifas terhadap mastitis di …repository.utu.ac.id/637/1/bab i_v.pdf ·...

49
i SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat HUSNUN KHATIMAH NIM 09C10104050 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT TAHUN 2014 HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COT SEUMEURENG KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT

Upload: others

Post on 27-Sep-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

i

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan

Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat

HUSNUN KHATIMAH

NIM 09C10104050

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH ACEH BARAT

TAHUN 2014

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COT SEUMEURENG

KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN

ACEH BARAT

Page 2: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan biasanya

mengenai payudara, umumnya, gangguan ini di alami oleh ibu-ibu yang

menyusui, biasanya muncul antara minggu kedua sampai ke enam setelah

persalinan, namun masalah ini juga dapat muncul lebih awal dari waktu tersebut,

atau lebih lama lagi (Marton, MD, 2002).

Mastitis dan abses payudara dapat terjadi pada semua populasi, dengan

tanpa kebiasaan menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%. Sebagian besar laporan

menunjukan bahwa 75% sampai 95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama, ini

menunjukkan angka kejadian mastitis pada ibu nifas masih tinggi akibat kebiasaan

ibu yang belum mengetahui bahaya nya penyakit mastitis yang berdampak efek

yang sangat besar pada anak (Meilia, 2007).

Semakin di dasari bahwa pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) yang tidak

efisien akibat teknik menyusui yang tidak benar menunjukkan penyebab yang

penting, tetapi masih banyak petugas kesehatan, mastitis di samakan dengan

infeksi payudara, mereka sering tidak mampu membantu wanita penderita mastitis

untuk menyusui yang sebenarnya tidak perlu, ada dua penyebab utama mastitis

yaitu statis Air Susu Ibu (ASI) biasanya menunjukkan penyebab primer yang

dapat desertai/berkembang menuju infeksi dan yang kedua terjadinya peradangan

Page 3: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

2

pada panyudara yang tersumbat saluran air susu ibu sehingga terjadinya infeksi

panyudara (Depkes RI, 2014).

Adapun penyebab mastitis adalah cara menyusui yang kurang baik dapat

menimbulkan berbagai macam masalah baik pada ibu maupun pada bayinya

misalnya putting susu lecet dan nyeri, radang payudara (Mastitis), pembengkakan

payudara yang menyebabkan motivasi untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI)

berkurang sehingga bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) yang cukup dan

akhirnya mengakibatkan bayi kurang gizi (Huliana, 2003).

Selalu pastikan tindakan menyusui dengan posisi dan sikap yang benar,

kesalahan sikap saat menyusui menyebabkan terjadinya sumbatan duktus,

pengurutan sebelum laktasi adalah salah satu tindakan yang sangat efektif untuk

menghindari terjadinya sumbatan pada duktus, menggunakan penyangga bantal

saat menyusui dapat pula membantu membuat posisi menyusui menjadi lebih baik

(Henderson, 2005).

Profil kesehatan dunia World Health Organization (WHO) 2013,

menyebutkan mastitis (peradangan payudara) banyak terjadi di seluruh dunia, di

Negara – Negara ASEAN menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % dari 1.590.000 kasus

(angka kesakitan), dari 10 negara yang berasal dari Association Of Southeast

Asian Nations (ASEAN). Jika puting susu lecet, saluran payudara tersumbat atau

pembengkakan payudara tidak di tangani dengan baik bisa berlanjut menjadi

radang payudara. payudara akan terasa bengkak, sangat sakit , kulitnya berwarna

merah dan disertai demam dan dapat disertai dengan adanya infeksi bakteri yang

disebut dengan mastitis (Depkes RI, 2013).

Page 4: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

3

Di Indonesia kejadian angka kesakitan pada penyakit mastitis sangat

menunjukkan peningkatan yang sangat pesat di tandai dengan, kejadian pada tahun

2011 hanya 0,002/120.000 meningkat di tahun 2012 mencapai 0,004/210.000 angka

kesakitan akibat infeksi berupa mastitis (Depkes RI, 2013).

Menurut hasil Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Aceh tahun 2011 jumlah

sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan data di

RSUZA tahun 2011, diketahui jumlah ibu nifas tahun 2010-2011 yaitu ada 8.725

orang. dan yang mengalami mastitis berjumlah 108 orang. Dimana hal ini

berkaitan dengan pemberian ASI seperti diketahui salah satu manfaat Air Susu Ibu

(ASI) bagi sang bayi yang diberikan oleh ibu pada saat bayi berusia 0 – 2 tahun

adalah untuk melindungi bayi terhadap infeksi seperti infeksi gastro-intestinal,

pernafasan dan virus (Dinkes Provinsi Aceh, 2011).

Dari data Dinkes Aceh Barat akhir Desember tahun 2012, ibu nifas di

kabupaten Aceh Barat sangatlah tinggi, dan selalu meningkat pada setiap tahun

tahun, itu menunjukan peluang terjadinya mastitis pada ibu nifas dapat

kemungkinan terjadi, dalam upaya pencegahannya perlulah perhatian dari

pemerintah dalam membuat program kesehatan pada ibu hamil dalam upaya

pemerataan kesehatan di masyarakat dengan berperilaku kesehatan yang baik

sesuai kriteria kesehatan di Indonesia (Dinkes Aceh Barat, 2013).

Berdasarkan data sekunder yang peneliti peroleh dari Puskesmas Cot

Seumeureng di ketahui bahwa jumlah ibu nifas dalam rentang bulan januari

sampai desember 2012 mencapai 414 orang, dengan gejala peradangan payudara

(mastitis) ialah mencapai sekitar 13 orang, dan dari bulan Januari sampai

September 2013 ibu nifas mencapai 324 orang dan pada bulan Januari-April 2014

Page 5: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

4

terdapat 94 ibu nifas di Wilayah kerja Puskesmas Cot Seumeureng, Penyebab

terjadinya mastitis di tempat penelitian karena kurangnya perawatan pada

payudara si ibu, ini terbukti dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan

beberapa ibu yang berada di puskesmas Cot Seumeureng. Berdasarkan data dari

wawancara penulis dengan beberapa ibu yang berada di puskesmas Cot

Seumeureng, sebagian besar ibu atau 5 dari 8 orang ibu mengatakan bahwa ibu

kurang memahami tentang perawatan payudara dan ibu juga kurang mendapatkan

pengetahuan tentang mastitis (peradangan payudara), bahkan dari ke 5 orang ibu

nifas tersebut ada yang mengatakan masalah payudara bukanlah masalah yang

serius (Puskesmas Cot Seumeureng, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu “Hubungan Karakteristik Ibu Nifas Terhadap Mastitis

Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat Tahun 2014”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka peneliti

mencoba untuk meneliti : “Hubungan Karakteristik Ibu Nifas Terhadap

Mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014.

Page 6: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

5

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan karakteristik Internal ibu Nifas terhadap

penyakit mastitis.

b. Untuk mengetahui hubungan karakteristik Eksternal ibu Nifas terhadap

penyakit mastitis.

1.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Hidayat (2007), menyatakan bahwa hipotesis merupakan suatu

pernyataan yang masih lemah sehingga membutuhkan pembuktian untuk

menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak. Hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

1. Ho : Tidak ada hubungan umur ibu nifas terhadap Mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat Tahun 2014.

2. Ha : Ada hubungan pendidikan ibu nifas terhadap Mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat Tahun 2014.

3. Ha : Ada hubungan pekerjaan ibu nifas terhadap Mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat Tahun 2014.

4. Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu nifas terhadap Mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat Tahun 2014.

Page 7: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

6

5. Ha : Ada hubungan social budaya ibu nifas terhadap Mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat Tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan atau informasi untuk ibu nifas dalam

meningkatkan pengetahuan tentang peradangan payudara (mastitis).

2. Manfaat Bagi Fakultas

Sebagai bahan masukan atau informasi untuk menambah wawasan bagi

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM).

3. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan atau informasi untuk menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan tentang .mastitis.

Page 8: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Individu

Karakteristik adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan orang lain (Porwardiminata, 2005). Karakteristik

adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

dengan yang lain.

Berdasarkan kedua pengertian di atas, kita dapat mengambil sebuah

kesimpulan bahwa karakter merupakan sifat-sifat batiniah seseorang yang

membedakan dengan orang lain. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari

dalam internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya.

Jenis karakteristik dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya pada

factor internal yang mendukung perubahan perilaku seseorang yang berasal dalam

diri seseorang semakin banyaknya informasi yang didapatkan seseorang maka

peluang terjadinya mastitis di masyarakat dapat berkurang meliputi pengetahuan,

tingkat pendidikan, umur, dan pekerjaan ibu. Selanjutnya pada factor eksternal

merupakan salah satu factor pendorong yang menguatkan perubahan perilaku

seseorang dalam mengurangi kejadian mastitis di masyarakat meliputi pada social

budaya seseorang, dan social ekonomi (Notoatmodjo, 2012). Menurut Mathiue &

Zajac (2003) menyatakan bahwa, karakteristik personal (individu) mencakup usia,

jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan kepribadian.

Page 9: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

8

Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita malalui

pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan,

menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku kita. Jadi, karena

karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk

menjadi semacam nilai instrinsik dalam diri kita, tentu karakter tidak datang

dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan dan

kita bangun (Notoatmodjo, 2012).

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penghindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) . Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih

langgengdari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo,

2007).

Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan

emosi memegang peranan penting. Sebagai contoh dapat dikemukakan, bila

seorang ibu pernah mendengar tentang terjadinya mastitis, baik penyebab, akibat,

pencegahan dan sebagainya, maka pengetahuan ini akan membawa ibu untuk

berfikir dan berusaha agar tidak terjadi mastitis pada payudaranya selama

menyusui (Notoatmodjo,2007).

Page 10: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

9

2.1.2 Tingkat pengetahuan

Menurut pendapat Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang di cakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima,

merupakan tingkat paling rendah, sehingga ibu lebih memahami tentang penyebab

mastitis itu sendiri dengan cara mencari informasi baik dari petugas kesehatan dan

di situs-situs resmi supaya angka kesakitan pada ibu terhadap mastitis di

kecamatan samatiga dapat teratasi secara merata.

b. Memahami (comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar,

menghidari angka kesakitan pada masalah mastitis pada ibu yaitu dengan cara

memahami tentang mastitis dan mancegah penyebab-penyebab terjadinya

penyakit mastitis pada ibu.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi sebenarnya, setelah mengetahui apa itu penyakit mastitis, dan

memahaminya, maka perlu juga mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,

apa saja pencegahan terhadap penyakit pada mastitis sehingga angka kesakitan

pada ibu nifas dapat teratasi.

Page 11: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

10

d. Analisis (Analisys)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam

komponen-komponen tetap masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain, dengan adanya pemahaman tentang mastitis maka perlu

adanya analisis-analisi yang baru dan mencari tentang penyebab mastitis secara

luas bakan hanya mencari informasi di puskesmas saja, maka dari itu, perlu

adanya motivasi dari ibu dalam berbagai pencegahan pada penyakit mastitis dan

di dukung oleh orang-orang terdekat dalam menjalankan aplikasi dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Sintesis (shyntesis)

Kemampuan untuk meletakan / menghubungkan bagian-bagian didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru, adanya minat dari ibu dalam menjabarkan

pengetahuan yang ada, dan mecari informasi terbaru dalam mencegah mastitis dan

menghubungkan dalam kehidupan sehari-hari dengan berprilaku hidup bersih dan

sehat dalam berumah tangga.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek, dalam menerima pengetahuan yang diperoleh, maka perlu

inisiasi dari ibu sendira dan orang – orang terdekat tentang penyebab terjadinya

penyakit mastitis pada ibu, dan mampu mengevaluasi tentang masalah mastitis

yang didapatkanya, karna semua penyakit tidak akan tercegah dengan adanya

petugas kesehatan, melainkan adanya inisiasi dari individu-individu dalam

menceganya.

Page 12: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

11

2.1.3 Pengukuran pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) menjelaskan bahwa pengukuran pengetahuan

dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin

diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan

tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat

pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %.

2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %.

3) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai <56 %.

2.2 Mastitis

2.2.1 Pengertian mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara, Mastitis dapat terjadi pada siapa

pun, namun hampir di pastikan merupakan komplikasi pada wanita menyusui

(Morgan,2009).

Menurut pendapat Sarwono (2011), Mastitis dan abses payudara biasa

terjadi pada semua populasi, apakah sedang menyusui atau tidak menyusui. Bila

terjadi pada saat menyusui atau pada waktu berhenti menyusui disebut mastitis

laktasi atau mastitis puerperal. Tersering pada 2-3 minggu post partum, tetapi

dapat terjadi pada setiap waktu, pada masa laktasi. Penyebab tersering akibat

masuknya bakteri melalui luka pada waktu menyusui. Sementara itu mastitis

nonlaktasi disebabkan oleh infeksi pada kulit sekitar areola dan putting misalnya

kista sebasea dan hidradenitis supuratif.

Page 13: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

12

Mastitis dapat dialami setiap saat jika seorang wanita menyusui, tetapi

biasanya tidak terjadi sebelum hari ke-10 pascapartum. Organisme penyebab

biasanya staphylococcus aureus dan ibu baru biasanya tidak dapat

membedakannya dari gejala flu (Linda,W.2003).

2.2.2 Penyebab mastitis

Mastitis terjadi sebagai akibat invasi bakteri ke jaringan payudara saat

terjadi cedera payudara. Bakteri penyebab yang paling umum adalah

staphylococcus aureus (Morgan, 2009 ).

Penyebab mastitis menurut Jane (2002) adalah sebagai berikut :

a. Statis Air Susu Ibu (ASI)

Statis Air Susu Ibu (ASI) terjadi jika air susu ibu tidak dikelurkan dengan

efisien dari payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera

setel;ah melahirkan atau setiap saat bila bayi tidak menghisap Air Susu Ibu (ASI),

yang dihasilkan dari sebagian atau seluruh payudara penyebabnya termasuk

isapan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan

frekuensi dan durasi menyusui serta sumbatan pada saluran Air Susu Ibu (ASI).

b. Infeksi

Salah satu patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphylococcus

aureus, pada mastitis infeksius, Air Susu Ibu (ASI) dapat terasa asin akibat kadar

natrium dan klorida yang tinggi merangsang penurunan aliran pada Air Susu Ibu

(ASI).

Gangguan ini disebabkan oleh bakteri. Umumnya Bakteri-bakteri tersebut

menular melalui mulut kehidung atau tenggorokan bayi ke dalam saluran Air Susu

Ibu (ASI) melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.

Page 14: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

13

Penyebab lainnya adalah tidak kosongnya payudara secara tuntas seusai

menyusui, serta rendahnya daya tahan ibu sehingga rentan terkena berbagai

penyakit. Seorang ibu yang baru melahirkan biasanya memang akan merasakan

kecapaian, stress dan mungkin saja tidak sempat makan secara teratur.

Penyebab mastitis menurut Prawirohardjo (2011), yaitu : Mastitis laktasi

Penyebab utama adalah produksi Air Susu Ibu (ASI) yang tidak dikeluarkan

akibat berbagai sebab antara lain obstruksi duktus, frekuensi dan lamanya

pemberian yang kurang, isapan bayi yang tidak kuat, produksi Air Susu Ibu (ASI)

berlebih dan rasa sakit pada waktu menyusui.Asi yang tidak di keluarkan

merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri.

Penyebab yang lain karena infeksi, yaitu masuknya kuman ke dalam

payudara melalui duktus ke lobulus atau melalui palus hematogen atau dari fissure

putting ke system limfatik periduktal. Kuman yang sering ditemukan

staphylococcus aureus, staphylococcus albus,E.coli dan streptococcus.

a. Mastitis Nonlaktasi

1. Infeksi periareola : biasanya terjadi pada perempuan perokok akibat

terjadinya periduktal mastitis.

2. Mammary duct fistula : sering timbul akibat insisi dan drainase dari abses

payudara nonlaktasi sehingga terjadi fistula yang menghubungkan duktus

dengan kulit dan terjadi di daerah periareola.

3. Peripheral nonlaktational breast abscess : keadaan tersebut jarang terjadi

dan biasanya disertai penyakit lain, sering terjadi pada perempuan muda.

4. Selulitis dengan atau tanpa abses : terjadi pada perempuan dengan berat

badan berlebih, payudara besar, pernah operasi atau radiasi pada payudara.

Page 15: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

14

5. Tuberkulosis : kuman tersebut mencapai payudara biasanya dari kelenjar

getah bening aksila, kelenjar getah bening leher, atau kelenjar getah

bening mediastinum atau dari struktur di bawah payudara (iga).

6. Abses factitial : dapat di diagnosis bila abses super fisial menetap atau

rekuren walaupun diterapi dengan benar.

7. Granulamatous lobular mastitis : berupa mas multipel, lunak, nyeri, dan

berbentuk mikroabses pada lobulus payudara.

Tanda dan gejala Mastitis

Mansjoer, 2005 menyebutkan bahwa timbulnya gejala yang bias diamati,

kulit lebih merah, payudara keras serta nyeri dan berbenjol-benjol .

Hanifa, 2006 menyebutkan bahwa tanda-tanda timbulnya peradangan

payudara (Mastitis) adalah bisa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu,

penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan .

Penyebab infeksi biasanya staphylococcus aureus mamma membesar,

nyeri dan pada suatu tempat kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada

perabaan. Jika tidak lekas diberi pengobatan, bisa terjadi abses.

2.2.3 Pencegahan Mastitis

Perawatan putting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk

mencegah peradangan (mastitis) (hanifa,2006).

Selain itu pencegahan mastitis dapat dilakukan dengan :

a. Pemeriksaan payudara

Dalam masa kehamilan payudara ibu perlu di periksa sebagai persiapan

menyusui. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan payudara

sehingga bila terdapat kelainan dapat segera diketahui, penemuan adanya kelainan

Page 16: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

15

payudara di tingkat dini diharapkan dapat dikoreksi agar ketika menyusui nanti

bisa lancer. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama ibu

ketika memeriksakan kehamilannya. Pemeriksaan dilakukan dengan cara infeksi

dan palpasi.

1. Inspeksi

a) Payudara

1) Ukuran dan bentuk

Tak seperti yang di duga masyarakat awam, ukuran dan bentuk payudara

tidak berpengaruh pada produksi asi. Perlu di perhatikan bila ada kelainan, seperti

pembesaran aktif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi.

2) Postur/permukaan

Permukaan yang tidak merata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau luka

pada kulit payudara harus dipikirkan kearah tumor atau keganasan dibawahnya,

saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan

gambaran seperti kulit jeruk.

3) Warna kulit

Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu

diperhatikan adalah adanya warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit atau

bahkan keganasan.

b) Areola

1) Ukuran dan bentuk

Pada umumnya akan meluas pada saat pubertas dan selama kehamilan

serta bersifat simetris. Bila batas areola tidak rata(tidak melingkar) perlu

duiperhatikan lebih khusus.

Page 17: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

16

2) Permukaan

Dapat licin dan berkerut bila ada sisik putih perlu dipikirkan adanya

penyakit kulit kebersihan yang kurang atau keganasan.

3) Warna

Pigmentasi yang mengikat pada saat kehamilan menyebabkan warna kulit

pada areola lebih gelap dibandingkan sebelum hamil.

4) Puting susu

1. Ukuran dan bentuk

Ukuran putting sangat bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus. Bentuk

putting susu ada beberapa macam. Pada bentuk putting terbenam perlu dipikirkan

retraksi akibat keganasan namun tidak semua putting susu terbenam disebabkan

oleh keganasan.

2. Permukaan

Pada umumnya tidak beraturan. Adanya luka dan sisik merupakan

kelainan.

3. Warna

Sama dengan areola karena juga mempunyai pigmen yang sama atau

bahkan lebih.

2. Palpasi

a) Konsistensi

Dari waktu ke waktu karena pengaruh hormon.

b) Massa

Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah mencari massa. Setiap

massa harus digambarkan secara jelas dan cirri-ciri massa yang teraba harus

Page 18: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

17

dievaluasi dengan baik. Pemeriksaan ini sebaiknya diperluas sampai ke daerah

ketiak.

c) Puting susu

Pemeriksaan puting susu merupakan hal penting dalam mempersiapkan

ibu dan menyusui (suradi,dkk,2003).

b) Perawatan payudara

Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan agar payudara

senantiasa bersih dan mudah untuk dihisap oleh bayi. Banyak ibu yang

mengeluhkan bayinya tidak mau menyusui, bisa jadi ini disebabkan factor teknis

seperti putting susu yang masuk atau posisi yang salah. Tentunya, selain factor

teknis ini, air susu ibu juga di pengaruhi asupan nutrisi dan kondisi psikologis ibu.

Perawatan payudara juga dapat membantu memperlancar pengeluaran asi,

dilakukan sedini mungkin setelah melahirkan selama 1-2 hari.

2.2.4 Penanganan mastitis (peradangan payudara)

Mansjoer,2005 menyebutkan bahwa pada kasus ini, usahakan ibu tetap

menyusui bayi agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang dapt berkomplikasi

menjadi abses. Berikan antibiotika dan analgesik serta banyak minum dan

istirahat. Lakukan senam laktasi, yaitu menggerakkan lengan secara berputar

sehingga sendi bahu ikut bergerak kea rah yang sama guna mambantu

memperlancar peredaran darah dan limfe di payudara.

Menurut mochtar, 2002 penanganan mastitis yaitu dengan cara :

1. Bila terjadi mastitis pada payudara yang sakit penyusuan bayi di hentikan.

Page 19: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

18

2. Karena penyebab utama adalah staphyloccus aureus, antibiotika jenis

penisilin dengan dosis tinggi dapat membantu, sambil menunggu hasil

pembiakan dan uji kepekaan air susu.

3. Lokal di lakukan kompres dan pengurutan ringan dan penyokong payudara,

bila panas dan nyeri berikan obat-obat anti panas dan analgetika.

Bila terjadi abses lakukanlah insisi radial sejajar dengan jalannya duktus

laktiferus, pasang pipa (drain) atau tamponade untuk mengeringkan nanah.

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang dilaksanakan di Poli Klinik Kebidanan dan

Kandungan RSUP Fatmawati, mengenai Hubungan karakteristik ibu tentang

kejadian mastitis dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI), dimana angka kejadian

mastitis yang dialami ibu, rata-rat ibu menyusui tidak tahu tentang penyakit

mastitis sebesar 64% responden, dan hanya 36 responden yang tahu tentang

pmastitis, maka dari itu, perlu adanya system penyuluhan kepada masyarakat

tentang kesehatan pada umumnya, dan bahayanya kejadian mastitis di masyarakat,

bahkan kejadian mastitis yang tidak diketahui lebih banyak pada ibu yang

berpendidikan SMP, dan SD yang mendominasi pendidikan 74% responden

(Astria, 2009).

Gangguan kejiwaan (73,94%) termasuk kecemasan, rasa rendah diri, fobia

dan depresi.

1. Gangguan fisik (50,30%) berupa cedera, gangguan fungsional, dan cacat

permanen (Kesuma, 2008).

Page 20: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

19

2.4 Kerangka Teori

Perilaku seseorang sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang,

dimana perilaku tersebut juga mempengaruhi ibu dalam mencegah terjadinya

mastitis, prilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang

dimiliki oleh orang tersebut, dimana karakteristik tersebut juga mempengaruhi ibu

dalam mengatasi terjadinya mastitis, prilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi yang dimiliki oleh orang tersebut, karakteristik adalah ciri-

ciri khusus yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu, teori

Benyamin Bloom, 1908 . Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas

seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor,

baik faktor internal maupun eksternal. Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan

ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan suatu objek tertentu.

Karakteristik prilaku seseorang dapat dilihat dari factor internal yang dicakup

sebagai berikut: pengetahuan, tingkat pendidikan, umur, dan pekerjaan ibu.

Selanjutnya pada factor eksternal meliputi pada social budaya seseorang, dan

social ekonomi (Notoatmodjo, 2012).

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Mastitis

Karakteristik Ibu

a. Pengetahuan

b. Pendidikan

c. Umur

d. Pekerjaan

e. Sosial Budaya

f. Sosial Ekonomi (Notoatmodjo, 2012)

Page 21: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

20

2.5 kerangka konsep

Kerangka konsep penelitan pada dasarnya adalah suatu hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Untuk memberikan arah pengetahuan ini, maka disusun kerangka konsep sebagai

berikut:

Varibel independen Varibel dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Internal

- Umur

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Pengetahuan

Mastitis

Eksternal

- Sosial Budaya

Page 22: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

21

TABEL SKOR

No Variabel Nomor Urut Bobot/Skor

Rentang Penelitian Pertanyaan A b

1 Internal

1

1

0

(0+5)

- Umur - Tua ≥ 24 Tahun

- Muda < 24 Tahun

- Pendidikan 1

1

0

(0+1)

- Tinggi = (PT)

- Menengah = (SD/MIN,

SMP/Mts, SMA/MAN

- Pekerjaan

1 1 0

(0+1)

- Bekerja (Tinggi)

- Tidak Bekerja (Rendah)

- Pengetahuan

1

2

3

4

5

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

(0+5)

- Baik = ≥ 2 = ≥ 50%

- Kurang baik = < 5 = < 50%

2

Eksternal

1

2

3

4

5

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

(0+5)

- Sosial Budaya - Baik = ≥ 5 = ≥ 50%

- Kurang baik = < 5 = < 50%

3

Mastitis Pada Ibu

1 1 0

(0+1)

- Mengetahui = 1

- Tidak Mengetahui = 0

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COT SEUMEURENG

KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN

ACEH BARAT TAHUN 2014

Page 23: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat survey

analitik dengan Cross Sectional survey, yaitu penelitian yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan

analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko dengan

faktor efek, faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor resiko. Faktor

resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadi efek (Notoatmodjo,

2005).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan Karakteristik Ibu

Nifas Terhadap Mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat, alasan peneliti mengambil lokasi ini adalah

masih banyaknya ibu nifas yang belum mengetahui tentang mastitis dan masih

tingginya kasus tentang mastitis.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5-10 Mai 2014.

Page 24: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

22

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh Ibu

Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014, dari bulan Januari sampai April 2013 total

responden 94 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini yaitu dengan cara pengambilan sampel dengan teknik

memberikan nomor yang berbeda kepada setiap anggota populasi, kemudian

memilih sampel dengan mengunakan angka-angka random. Menghitung jumlah

sampel, peneliti mengunakan rumus Slovin :

𝑛 = 𝑁

1+𝑁 (𝑑)2

𝑛 = 94

1 + 94 (0.01)

𝑛 = 94

1.94

𝑛 = 48 responden Setiadi, 2007 .

Jadi Sampel dalam penelitian ini adalah 48 ibu nifas.

Untuk mewakili besar sampel penelitian tiap-tiap Gampoeng dilakukan

perhitungan dengan menggunakan rumus Proportional Random Sampling, yaitu

(Kasjono, 2009):

Ket :

n : Sampel

N : Populasi

d : Derajat kebebasan (0.1).

Page 25: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

23

NA-C

nA-C= xn

N

Ket : nA-C : Jumlah sampel per Gampoeng (A – C)

NA-C : Jumlah populasi per Gampoeng (A – C)

n : Sampel seluruh populasi

N : Jumlah seluruh populasi

Besar sampel yang didapat untuk mewakili tiap-tiap Gampoeng adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Perhitungan sampel penelitian menurut proporsoinal

No Kelas 𝑵𝒂−𝒄

(Populasi) Perhitungan n (Sampel)

1

2

3 4

5

6 7

8

9 10

11

12 13

14

15 16

17

18 19

20

21 22

23 24

25

26 27

28

29 30

31

32

Suak Timah

Cot Darat

Cot Pluh Cot Mesjid

Cot Seumeureng

Paya Lumpat Ujong Nga

Gampoeng Ladang

Pinem Reusak

Deuah

Krueng Tinggai Mesjid Baro

Leukeun

Leubok Pange

Keureuseng

Cot Lampise Cot Seulamat

Alue Raya

Pucok Lueng Gampoeng Teungoh

Gampoeng Cot Kuala Bubon

Lhok Bubon

Suak Pandan Suak Panteu Breuh

Suak Seukee

Suak Geudebang Suak Seumaseh

Cot Amun

Rangkileh

4

10

4 4

8

8 0

0

4 7

2

2 1

2

2 2

2

2 1

1

3 1

1 2

3

6 2

3

2 2

2

1

4 : 94 x 48 = 2,04

10 : 94 x 48 = 5,1

4 : 94 x 48 = 2,04 4 : 94 x 48 = 2,04

8 : 94 x 48 = 4,08

8 : 94 x 48 = 4,08 0 : 94 x 48 = 0

0 : 94 x 48 = 0

4 : 94 x 48 = 2,04 7 : 94 x 48 = 3,57

2 : 94 x 48 = 1,02

2 : 94 x 48 = 1,02 1 : 94 x 48 = 0,51

2 : 94 x 48 = 1,02

2 : 94 x 48 = 1,02 2 : 94 x 48 = 1,02

2 : 94 x 48 = 1,02

2 : 94 x 48 = 1,02 1 : 94 x 48 = 0,51

1 : 94 x 48 = 0,51

3 : 94 x 48 = 1,53 1 : 94 x 48 = 0,51

1 : 94 x 48 = 0,51 2 : 94 x 48 = 1,02

3 : 94 x 48 = 1,53

6 : 94 x 48 = 3,06 2 : 94 x 48 = 1,02

3 : 94 x 48 = 1,53

2 : 94 x 48 = 1,02 2 : 94 x 48 = 1,02

2 : 94 x 48 = 1,02

1 : 94 x 48 = 0,51

2

5

2 2

4

4 0

0

2 3

1

1 1

1

1 1

1

1 1

1

1 1

1 1

1

3 1

1

1 1

1

1

Jumlah N = 94 n = 48

Page 26: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

24

3.4 Metode pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber asli responden

penelitian (Jonathan Sarwono, 2006). Cara memperoleh data primer dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan angket (kuesioner) yang berisikan

pertanyaan tentang mastitis (peradangan payudara). Jenis kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner berbentuk responden hanya perlu memberikan

jawaban berupa tanda silang (X) pada jawaban yang di anggap benar.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang diambil pada penelitian ini adalah yang selain dari

responden atau tepatnya data yang diperoleh dari Puskesmas Cot Seumeureng

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

Page 27: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

25

3.5 Defenisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Independen

Variabel Dependen

Menurut Arikunto, 2006.

3.6 Aspek Pengukuran Data

3.6.1 Pengukuran Variabel Independen

Variabel indenpenden adalah variabel karakteristik ibu. Jumlah soal

variabel indenpenden kategori pengetahuan adalah 10 buah soal, bentuk

Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

Internal

- Umur

Usia sejak ibu

lahir hingga

sampai sekarang

Kuesion

er

Wawan

cara

1. Tua

(≥ 24 Tahun)

2. Muda

(< 24 Tahun)

Ordinal

- Pendidikan

Pendidikan

formal terakhir

yang di ikuti ibu

dan mendapatkan

ijazah

Kuesion

er

Wawan

cara

1. Tinggi

(PT)

2. Menengah

(SD, SMP, SMA)

3. Dasar

(Tidak Tamat SD)

Interval

- Pekerjaan

Kegiatan sehari-

hari yang

dilakukan dan

mendapatkan

penghasilan

Kuesion

er

Wawan

cara

1. Bekerja

2. Tidak Bekerja

Ordinal

- Pengetahuan

Tanggapan atau

persepsi

responden

tentang mastitis

pada ibu

Kuesion

er

Wawan

cara

1. Baik (≥ 50%)

2. Kurang baik

(< 50%)

Ordinal

Eksternal

- Sosial Budaya

Segala sesuatu

yang berkaitan

dengan

kebiasaan ibu

dalam berbudaya

Kuesion

er

Wawan

cara

1. Baik (≥ 50%)

2. Kurang baik

(< 50%)

Ordinal

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara

Ukur

Hasil Ukur Skala

Mastitis Suatu penyakit yang

disebabkan oleh

bakteri dan biasanya

mengenai payudara

Kuesioner Wawan

cara

1. Mengetahui

2. Tidak

Mengetahui

Ordinal

Page 28: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

26

pertanyaan Mutiple Choise dengan alternatif jawaban “Benar” dan “Salah”.

Dengan masing-masing pertanyaan variable pengetahuan dan social budaya

berjumlah 5 soal tiap variabel. Cara penilaiannya setiap jawaban “Benar” diberi

nilai 1 dan jawaban yang “Salah” diberi nilai 0.

Hasil ukurnya adalah sebagai berikut :

A. Internal

1) Umur

- Kategori usia bila skor atau nilai ≥ 24 Tahun

- Kategori usia bila skor atau nilai < 24 Tahun

2) Pendidikan

- Kategori Tinggi bila responden ber pendidikan (Perguruan Tinggi)

- Kategori Menengah bila responden ber pendidikan (SD, SMP, SMA)

- Kategori Dasar bila responden ber pendidikan (Tidak Tamat SD)

3) Pekerjaan

- Kategori Tinggi bila responden bekerja

- Kategori Rendah bila responden tidak bekerja

4) Pengetahuan

- Kategori baik apabila hasil ukurnya mendapat nilai (≥ 50%).

- Kategori Kurang Baik hasil ukurnya mendapat nilai (< 50%).

B. Eksternal

1) Sosial Budaya

- Kategori baik apabila hasil ukurnya mendapat nilai (≥ 50%).

- Kategori Kurang Baik hasil ukurnya mendapat nilai (< 50%).

Page 29: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

27

3.6.2 Variabel Dependen

Pada kuesioner dependent (mastitis pada ibu) berbentuk wawancara serta

terdapat dua pilihan jawaban yaitu mengetahui tentang mastitis dan tidak

mengetahui tentang mastitis.

3.7 Metode Analisa Data

3.7.1 Analisis Univariat

Penelitian ini menggunakan metode analisis univariat yaitu bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan kerakteristik setiap variabel penelitian.

Variabel yang di jelaskan meliputi variabel independen (karakteristik ibu), dan

varibel dependen (Mastitis pada ibu). Data hasil pengkatagorian untuk tiap-tiap

variabel yang di teliti selanjutnya di tentukan persentase perolehannya masing-

masing dengan menggunakan rumus (Sarwono, 2006).

𝑃 =𝑓𝑖

𝑛× 100%

Keterangan :

P = persentase

𝑓𝑖 = frekuensi teramati

n = jumlah sampel

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari kedua

variabel tersebut dengan melakukan uji Chi Square (uji 𝑋2) dengan tingkat

kepercayaan 95% (α:0,05). Analisis ini menggunakan tabel 2 × 2 dalam

perhitungannya dan dengan menggunakan program computerisasi.

Page 30: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

A. Gambaran Umum

UPTD Puskesmas Samatiga berada di Gampoeng Cot Seumeureng,

Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, berjarak sekitar 6 KM dari pusat

pemerintahan Kabupaten Aceh Barat dengan batas-batas:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Arongan

Lambalek.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Kaway

XVI.

c. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Suak Ribee.

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Bubon.

UPTD Puskesmas Cot Seumeureng memiliki luas wilayah kerja meliputi

sekitar 100% dari total luas Kecamatan Samatiga (140,69 KM2) dengan memiliki

32 Gampoeng.

Secara umum masyarakat dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas Cot

Seumeureng terdiri dari etnis Aceh yang sebagaian besar bermata pencaharian

sebagai pegawai pemerintahan, swasta, dan petani. Penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Cot Seumeureng berjumlah 20.232 jiwa dan 5.518 Kepala Keluarga

dan memiliki 6 pemukiman yaitu, Pemukiman Lhok Bubon, Pasi, Mesjid Tuha,

Meunumbok, Mesjid Baroe, dan Pemukiman Krung Tinggai.

Page 31: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

29

B. Gambaran Khusus

Adapun gambaran khusus di Puskesmas Cot Seumeureng, pegawai yang

bertugas di lingkungan UPTD Puskesmas Cot Seumeureng saat ini berjumlah 61

orang termasuk yang ditugaskan di Pustu (Puskemas Pembantu) dengan berbagai

jenjang pendidikan dari SLTA sampai perguruan tinggi, baik yang berlatar

belakang kesehatan maupun umum. Tenaga pelaksana (Teknis) di Puskesmas

Perawatan Cot Seumeureng sebagai berikut: Dokter PNS : 1 orang, Bidan PNS :

17 orang, Bidan PTT dan Kontrak Terbatas : 10 orang, Perawat PNS: 10 orang,

Perawat Kontrak Terbatas: 3 orang, Perawat Gigi: 1 orang, Asisten Apoteker: 1

orang, Analis Kesehatan: 2 orang, Gizi: 2 orang, Sanitarian: 2 orang, Kesmas: 2

orang, Pekarya Kesehatan: 1 orang, Fisioterapi: 1 orang, Tenaga lainya PNS: 2

orang, dan Tenaga lainnya Kontrak Terbatas: 7 orang.

UPTD Puskesmas Cot Seumeureng dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat yang tinggal di gampoeng-gampoeng yang jauh dari Puskesmas induk

dibantu oleh sarana dan prasarana kesehatan yang ada di gampoeng-gampoeng

tersebut. Sarana dan Prasarana Puskesmas Non Fisik dan Fisik terdiri atas:

Puskesmas pembantu, 7 Poliklinik Desa yaitu Leuken, Pinem, Ujong Nga, Paya

Lumpat, Suak Pandan, Suak Sikee, Dan Suak Seumaseh, dan Pos Kesehatan Desa.

4.2 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini seluruh responden adalah seluruh masyarakat yang

ada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat. Karakteristik responden tersebut terdiri dari umur,

pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan.

Page 32: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

30

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Individu Jumlah %

1

2

3

Umur

Masa Remaja 17-24 tahun

Masa Dewasa 25-45 tahun

Masa Lansia 46 tahun keatas

10

38

0

20,84

79,16

0,00

Total 48 100

1

2

3

4

Pendidikan

SD

SMP

SMA/MAN

Perguruan Tinggi

3

13

19

13

6,25

27,08

39,58

27,08

Total 48 100

1

2

Pekerjaan

Bekerja

Tidak Bekerja

20

28

41,66

58,33

Total 48 100

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa mayoritas umur responden yaitu 25-45

tahun sebanyak 38 responden yaitu 79,16%, pendidikan responden yaitu SMA

sebanyak 19 responden yaitu 39,58% dan pekerjaan responden yaitu tidak bekerja

sebanyak 28 responden yaitu 58,33%.

4.3 Hasil Analisis Univariat

4.3.1 Variabel Independen

A. Internal

a. Umur Responden

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu Nifas Terhadap

Mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Kategori Jumlah %

1

2

Tua

Muda

38

10

79,16

20,83

Total 48 100

Page 33: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

31

Tabel 4.2 di atas didapatkan bahwa Umur Ibu Nifas Terhadap Mastitis Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng, yang mempunyai kategori umur ibu

nifas tua sebanyak 38 responden (79,16%). Sedangkan pada kategori muda

sebanyak 10 responden (20,83%).

b. Pendidikan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Nifas

Terhadap Mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Kategori Jumlah %

1

2

3

Tinggi

Menengah

Dasar

13

35

0

27,08

72,92

0,00

Total 48 100

Tabel 4.3 di atas didapatkan bahwa Pendidikan Ibu Nifas Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng, yang mempunyai kategori pendidikan ibu

nifas menengah sebanyak 35 responden (72,91%). Sedangkan pada kategori tinggi

sebanyak 13 responden (20,08%).

c. Pekerjaan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Nifas Terhadap

Mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Kategori Jumlah %

1

2

Bekerja

Tidak Bekerja

20

28

41,67

58,33

Total 48 100

Tabel 4.4 di atas didapatkan bahwa Pekerjaan Ibu Nifas Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cot Seumeureng, yang mempunyai kategori pekerjaan ibu nifas pada

yang tidak bekerja sebanyak 28 responden (58,33%). Sedangkan pada kategori

bekerja sebanyak 20 responden (41,67%).

Page 34: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

32

d. Pengetahuan Responden

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Nifas

Terhadap Mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Kategori Jumlah %

1

2

Baik

Kurang Baik

35

13

72,92

27,08

Total 48 100

Tabel 4.5 di atas didapatkan bahwa Pengetahuan Ibu Nifas Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng, yang mempunyai kategori pengetahuan ibu

nifas yang banyak berada pada kategori Baik sebanyak 35 responden (72,91%).

Sedangkan pada kategori kurang baik sebanyak 13 responden (27,08%).

B. Eksternal

a. Sosial Budaya Responden

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Budaya Ibu Nifas

Terhadap Mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Kategori Jumlah %

1

2

Baik

Kurang Baik

30

18

62,50

37,50

Total 48 100

Tabel 4.6 di atas didapatkan bahwa Sosial Budaya Ibu Nifas Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng, yang mempunyai kategori Sosial Budaya ibu

nifas yang banyak berada pada kategori Baik sebanyak 30 responden (62,50%).

Sedangkan pada kategori kurang baik sebanyak 18 responden (37,50%).

Page 35: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

33

4.3.2 Variabel Dependen

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Mastitis Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat

No Kategori Jumlah %

1

2

Mengetahui

Tidak Mengetahui

14

34

29,16

70,83

Total 48 100

Tabel 4.7 di atas didapatkan bahwa Mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas

Cot Seumeureng, yang mempunyai kategori Mastitis yang banyak berada pada

kategori Tidak Mengetahui sebanyak 34 responden (70,83%). Sedangkan yang

mengetahui sebanyak 14 responden (29,16%).

4.4 Hasil Analisis Bivariat

4.4.1 Hubungan Umur Responden Terhadap Mastitis

Tabel 4.8 Hubungan Umur Responden Terhadap Mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat

Umur Ibu

Nifas

Mastitis Total P α

Mengetahui Tidak Mengetahui

f % f % f %

1.000

0.05 Tua 27 71.1 11 28.9 38 100.0

Muda 7 70.0 3 30.0 10 100.0

Jumlah 34 70.8 14 29.2 48 100.0

Dari Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa, mayoritas umur responden Tua

Terhadap yang mengetahui Mastitis sebanyak 27 (71.1%) responden, sedangkan

ibu nifas yang umur responden muda terhadap yang mengetahui mastitis sebanyak

7 (70.0%), hasil uji chi square tidak terdapat hubungan antara umur responden

dengan mastitis, dengan nilai p = 1.000 > dari α (0,05), dimana responden dengan

Page 36: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

34

umur ibu nifas tua yang mengetahui mastitis 1.052 kali lebih besar dibandingkan

responden yang tidak mengetahui mastitis.

4.4.2 Hubungan Pendidikan Responden Terhadap Mastitis

Tabel 4.9 Hubungan Pendidikan Responden Terhadap Mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat

Pendidikan

Ibu Nifas

Mastitis Total P α

Mengetahui Tidak Mengetahui

f % f % f %

0.034

0.05 Tinggi 28 80.0 7 20.0 35 100.0

Menengah 6 46.2 7 29.2 13 100.0

Jumlah 34 70.8 14 29.2 48 100.0

Diketahui pada Tabel 4.9. mayoritas pendidikan responden kategori tinggi

Terhadap yang mengetahui Mastitis sebanyak 28 (80.0%) responden, sedangkan

ibu nifas yang berpendidikan responden menengah terhadap yang mengetahui

mastitis sebanyak 6 (46.2%), hasil uji chi square terdapat hubungan antara

pendidikan responden dengan mastitis, dengan nilai p = 0.034 < dari α (0,05),

dimana responden dengan pendidikan ibu nifas kategori tinggi yang mengetahui

mastitis 4.667 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak mengetahui

mastitis.

4.4.3 Hubungan Pekerjaan Responden Terhadap Mastitis

Tabel 4.10 Hubungan Pekerjaan Responden Terhadap Mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat

Pekerjaan Ibu

Nifas

Mastitis Total P α

Mengetahui Tidak Mengetahui

f % f % f %

0.011

0.05 Bekerja 10 50.0 10 50.0 20 100.0

Tidak Bekerja 24 85.7 4 14.3 28 100.0

Jumlah 34 70.8 14 29.2 48 100.0

Diketahui pada Tabel 4.10. mayoritas pekerjaan responden kategori

bekerja Terhadap yang mengetahui Mastitis sebanyak 10 (50.0%) responden,

Page 37: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

35

sedangkan ibu nifas yang tidak bekerja terhadap yang mengetahui mastitis

sebanyak 24 (85.7%), hasil uji chi square terdapat hubungan antara pekerjaan

responden dengan mastitis, dengan nilai p = 0.011 < dari α (0,05), dimana

responden dengan pekerjaan ibu nifas kategori bekerja yang mengetahui mastitis

0.167 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak mengetahui mastitis.

4.4.4 Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Mastitis

Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Mastitis Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Pengetahuan

Ibu Nifas

Mastitis Total P α

Mengetahui Tidak Mengetahui

f % f % f %

0.005

0.05 Baik 29 82.9 6 17.1 35 100.0

Kurang Baik 5 38.5 8 61.5 13 100.0

Jumlah 34 70.8 14 29.2 48 100.0

Diketahui pada Tabel 4.11. mayoritas pengetahuan responden kategori

baik Terhadap yang mengetahui Mastitis sebanyak 29 (82.9%) responden,

sedangkan ibu nifas yang berpengetahuan responden kurang baik terhadap yang

mengetahui mastitis sebanyak 5 (38.5%), hasil uji chi square terdapat hubungan

antara pengetahuan responden dengan mastitis, dengan nilai p = 0.005 < dari α

(0,05), dimana responden dengan pengetahuan ibu nifas kategori baik yang

mengetahui mastitis 7.733 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak

mengetahui mastitis.

Page 38: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

36

4.4.5 Hubungan Sosial Budaya Responden Terhadap Mastitis

Tabel 4.12 Hubungan Sosial Budaya Responden Terhadap Mastitis Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Sosial Budaya

Ibu Nifas

Mastitis Total P α

Mengetahui Tidak Mengetahui

f % f % f %

0.022

0.05 Baik 25 83.3 5 16.7 30 100.0

Kurang Baik 9 50.0 9 50.0 18 100.0

Jumlah 34 70.8 14 29.2 48 100.0

Diketahui pada Tabel 4.12. mayoritas Sosial Budaya responden kategori

baik Terhadap yang mengetahui Mastitis sebanyak 25 (83.3%) responden,

sedangkan ibu nifas yang bersosial budaya responden kurang baik terhadap yang

mengetahui mastitis sebanyak 9 (50.0%), hasil uji chi square terdapat hubungan

antara sosial budaya responden dengan mastitis, dengan nilai p = 0.022 < dari α

(0,05), dimana responden dengan sosial budaya ibu nifas kategori baik yang

mengetahui mastitis 5.000 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak

mengetahui mastitis.

4.5 Pembahasan Penelitian

4.5.1 Hubungan Umur Ibu Nifas Yang Mempengaruhi Mastitis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden kategori

tua terhadap yang mengetahui mastitis sebanyak 27 (71.1%) responden,

sedangkan ibu nifas yang umur responden muda terhadap yang mengetahui

mastitis sebanyak 7 (70.0%), hasil uji chi square tidak terdapat hubungan antara

umur responden dengan mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, dengan nilai p = 1.000 > dari α

(0,05), dimana responden dengan umur ibu nifas tua yang mengetahui mastitis

Page 39: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

37

1.052 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak mengetahui mastitis.

Artinya bahwa kategori umur tidak menentukan terjadinya perubahan prilaku pada

kejadian mastitis, maka perlu melakukan upaya-upaya pencegahan yang lainnya

sehingga kejadian angka kesakitan dapat menuruh di wilayah kerja puskesmas cot

seumeureng.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Depkes (2014), makin tua umur ibu

maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi dalam

perubahan prilaku ibu belum di tentukan pada usia ibu, di sebabkan berbagai

factor kebiasaan ibu sehingga prilaku kesehatan tidak dilaksanakan, bertambahnya

proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan

tahun, daya ingat seseorang ibu itu salah satunya dipengaruhi oleh umur ibu. Dari

uraian ini dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur ibu dapat berpengaruh

pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

Hal tersebut sama yang dilakukan oleh penelitian terdahulu Kusumawati

(2006), dalam upaya meningkatkan kesehatan pada masalah kesehatan mastitis

mempunyai hasil bahwa tingkat umur responden tidak terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap Mastitis di Tatanan Rumah Tangga Desa Kebun Lada Jawa

Tengah.

Sedangkan menurut Notoadmojdo (2012), umur belum tentu

mempengaruhi karakteristik seseorang, usia yang lebih muda atau menikah muda

dipastikan mempunyai pengalaman, dan kematangan emosi yang berbeda dengan

orang yang sudah berumur tua.

Page 40: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

38

Dapat diasumsikan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur responden

terhadap mastitis, hal ini disebabkan oleh umur seseorang belum tentu mengubah

prilaku seseorang maka perlu adanya penerapan kebiasaan ibu dalam mencegah

mastitis dan mencari informasi-informasi kesehatan khususnya tentang mastitis

sehingga responden lebih mengetahui tentang masalah yang dideritanya dan

derajat kesehatan masyarakat gampoeng dapat meningkat.

Sesuai dengan yang didapatkan di tempat penelitian bahwa seseorang yang

lebih tua umurnya banyak kemungkinan tidak tahu tentang masalah penyakit

mastitis yang terjadi, dan ini sebab bahwa factor umur responden tidak ada

pengaruh dengan kejadian mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng.

4.5.2 Hubungan Pendidikan Ibu Nifas Yang Mempengaruhi Mastitis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden

kategori tinggi Terhadap yang mengetahui Mastitis sebanyak 28 (80.0%)

responden, sedangkan ibu nifas yang berpendidikan responden menengah

terhadap yang mengetahui mastitis sebanyak 6 (46.2%), hasil uji chi square

terdapat hubungan antara pendidikan responden terhadap mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat,

dengan nilai p = 0.034 < dari α (0,05), dimana responden dengan pendidikan ibu

nifas kategori tinggi yang mengetahui mastitis 4.667 kali lebih besar

dibandingkan responden yang tidak mengetahui mastitis. Artinya bahwa

responden sudah mengerti tentang bagaimana upaya mengatasi terjadinya mastitis,

sehingga responden akan melakukan berbagai upaya seperti meningkatkan

pendidikan tentang mastitis atau mencari informasi-informasi di berbagai fasilitas

Page 41: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

39

kesehatan yang tersedia sehingga angka kejadian mastitis dapat berkurang dengan

berpendidikan tinggi.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian, Sulistya, S, (2009) tentang

Hubungan Karekteristik Ibu Nifas Terhadap Mastitis Di Tatanan Rumah Tangga

Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, bahwa pendidikan

sangat berpengaruh pada pencegahan suatu masalah kesehatan mastitis, karena

semakin tinggi pendidikan seseorang maka peluang terjadinya mastitis dapat

berkurang.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2012), Dengan

berpendidikan yang tinggi dapat berpeluang mengubah prilaku seseorang untuk

menjadi lebih baik, dengan pengalaman, intelektual seseorang dan di dukung oleh

sarana dan prasarana yang memadai, dengan di dukung oleh petugas kesehatan

dalam memberikan informasi dan penyuluhan dalam masyarakat sehinggi prilaku

sehat dapat tercapai di lingkungan masyarakat.

Menurut Susanti (2011), Pendidikan yang kurang dapaat berpengaruh pada

kabiasaan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin

intilektual seseorang dalam mengatasi masalah, baik masalah luar dan dalam diri

seseorang, terutama masalah lingkungan yang sering menjadi penyebab masalah

dalam masyarakat adalah kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi

kesehatan dan kurangnya rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang

kesehatan. Banyak masalah terjadi karena adanya hubungan saling mempengaruhi

antara faktor genetik dan lingkungan. Hampir semua penyakit manusia memiliki

unsur genetik, dan setiap kejadian dimana unsur genetik berperan, satu atau lebih

unsur lingkungan akan berkontribusi untuk menajamkan proses terjadinya

Page 42: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

40

penyakit. Secara kasar, unsur lingkungan dapat dibedakan menjadi dua tipe.

Pertama, lingkungan yang terbentuk karena aktivitas manusia, misalnya: budaya,

sosial, dan faktor perilaku. Kedua, lingkungan yang mengacu pada background,

yang meliputi pengaruh secara fisik (misal: sinar matahari, iklim) maupun

biologis (misal: parasit, infeksi).

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas menunjukkan persentase responden

yang tingkat pendidikannya Perguruan Tinggi, SMP, dan SMA yang

berpartisipasi dalam upaya mengatasi masalah mastitis lebih besar dibandingkan

responden yang tamat SD. Hal menunjukan bahwa pendidikan mempengaruhi

responden dalam upaya mengatasi masalah mastitis di masyarakat. Dimana

dengan pendidikan tersebut responden sudah lebih baik dalam mengambil

keputusan, membuat tujuan, dan mengatasi masalah apabila terjadinya mastitis di

masyarakat.

Dapat diasumsikan bahwa responden sudah memanfaatkan fasilitas-

fasilitas yang diperlukan sebagai upaya mengatasi masalah mastitis dimana

responden sudah lebih aktif mengunjungi fasilitas kesehatan ketika mengalami

mastitis dan lebih aktif mencari tahu cara pencegahan mastitis melalui media

cetak dan elektronik.

4.5.3 Hubungan Pekerjaan Ibu Nifas Yang Mempengaruhi Mastitis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan responden

kategori bekerja Terhadap yang mengetahui Mastitis sebanyak 10 (50.0%)

responden, sedangkan ibu nifas yang tidak bekerja terhadap yang mengetahui

mastitis sebanyak 24 (85.7%), hasil uji chi square terdapat hubungan antara

pekerjaan responden terhadap mastitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot

Page 43: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

41

Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, dengan nilai p = 0.011

< dari α (0,05), dimana responden dengan pekerjaan ibu nifas kategori bekerja

yang mengetahui mastitis 0.167 kali lebih besar dibandingkan responden yang

tidak mengetahui mastitis. Artinya bahwa responden yang memiliki pekerjaan

yang bagus lebih memahami tentang masalah mastits dan pencegahannya yang

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, hal ini didukung oleh petugas

kesehatan yang memberikan informasi kesehatan tentang mastitis di pelayanan

kesehatan sehingga masyarakat lebih memehami tentang masalah kesehatan yang

terjadi di masyarakat dan menerapkan di berbagai institusi-institusi pemerintahan.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2012). Pekerjaan

adalah sesuatu yang dilakukan oleh Ibu untuk tujuan tertentu yang dilakukan

dengan cara yang baik dan benar, yang dapat berpeluang mengubah prilaku

kesehatan yang dilihat dari jenis pekerjaan responden yang mendukung

terbentuknya prilaku pencegahan berbagai penyakit. manusia pada hakekatnya

perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang Ibu

akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, uang tersebut harus

berasal dari hasil kerja yang halal, bekerja yang halal adalah bekerja dengan cara-

cara yang baik dan benar. (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian, Sulistya, S, (2009) tentang

Hubungan Karekteristik Ibu Nifas Terhadap Mastitis Di Tatanan Rumah Tangga

Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, bahwa pekerjaan

sangat berpengaruh pada pencegahan suatu masalah kesehatan pada manusia,

karena semakin banyak penghasilan kepala keluarga maka semakin tercukupi pula

Page 44: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

42

kebutuhan keluarga dari berbagai macam kebutuhan, dan harus di dukung pula

dengan pengetahuan yang tinggi dalam pencegahan masalah kesehatan manusia

dalam meningkatkan derajat kesehatan di indonesia.

Dalam penelitian ini mayoritas pekerjaan responden yaitu IRT sebanyak

58,33%, Wiraswasta sebanyak 29,16%, dan PNS sebanyak 12,5%. Dimana

pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang rentang kurangnya mendapat

informasi kesehatan. Hal ini diperlukan partisipasi petugas kesehatan dalam

memberikan penyuluhan dan pelayanan yang baik kepada masyarakat, sehingga

masyarakat akan ikut mengkondisikan dirinya dalam posisi yang memerlukan dan

merasa penting ikut berpertisipasi dalam melakukan pencegahan mastitis.

Dapat diasumsikan bahwa satu cara untuk memutuskan rantai terjadinya

masalah kesehatan pada penyakit mastitis adalah dengan cara melakukan

pencegahan dini, dan selalu mencari informasi pada petugas kesehatan, dan dari

petugas kesehatan yang harus memberikan penyuluhan kesehatan pada

masyarakat sehingga derajar kesehatan masyarakat dapat meningkat Untuk

terlaksananya kegiatan tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki

kemampuan melakukan pemeriksaan dan memiliki keterampilan dalam

memberikan pendidikan kesehatan bagi responden, sehingga responden dapat

mengerti dan berusaha untuk melakukan upaya pencegahan mastitis.

4.5.4 Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Yang Mempengaruhi Mastitis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan responden

kategori baik Terhadap yang mengetahui Mastitis sebanyak 29 (82.9%)

responden, sedangkan ibu nifas yang berpengetahuan responden kurang baik

terhadap yang mengetahui mastitis sebanyak 5 (38.5%), hasil uji chi square

Page 45: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

43

terdapat hubungan antara pengetahuan responden terhadap mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat,

dengan nilai p = 0.005 < dari α (0,05), dimana responden dengan pengetahuan ibu

nifas kategori baik yang mengetahui mastitis 7.733 kali lebih besar dibandingkan

responden yang tidak mengetahui mastitis. Artinya bahwa responden yang

memiliki pengetahuan yang baik dapat berprilaku yang baik pula, dalam

pencegahan penyakit mastitis, dengan kemandirian masyarakat dengan

mengutamakan pengetahuan tentang mastitis terhadap masalah kesehatan lainnya

dapat berperluang meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan responden atau ibu nifas Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng tentang mastitis memiliki

pengetahuan yang baik, hal ini disebabkan adanya partisipasi masyarakat dalam

memcari informasi-informasi masalah kesehatan sehingga pengetahuan

masyarakat meningkat Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng, dan diikuti

dari petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan kesehatan kemasyarakat

desa dengan baik.

Penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Elisabeth (2007), tentang

Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Mastitis Di Tatanan Desa Danau

Melinjau Kabupaten Binjai Utara Tahun 2007, yang menyatakan bahwa

pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap kejadian mastitis. Ini menentukan

bahwa pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam

berkelakuan kesehatan yang baik.

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Page 46: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

44

melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2012).

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini yang mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari/ransangan yang

telah diterima ( Notoatmodjo, 2003).

Dapat diasumsikan bahwa pengetahuan masyarakat meningkat karena

adanya fasilitas kesehatan dan penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan, dan

adanya keingintahuan dari masyarakat dalam mencari informasi kesehatan, karena

dalam meningkatkan kesehatan masyarakat perlu pula ditingkatkan pengetahuan

tentang masalah kesehatan.

4.5.5 Hubungan Sosial Budaya Ibu Nifas Yang Mempengaruhi Mastitis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas Sosial Budaya responden

kategori baik Terhadap yang mengetahui Mastitis sebanyak 25 (83.3%)

responden, sedangkan ibu nifas yang bersosial budaya responden kurang baik

terhadap yang mengetahui mastitis sebanyak 9 (50.0%), hasil uji chi square

terdapat hubungan antara sosial budaya responden terhadap mastitis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat,

dengan nilai p = 0.022 < dari α (0,05), dimana responden dengan sosial budaya

ibu nifas kategori baik yang mengetahui mastitis 5.000 kali lebih besar

dibandingkan responden yang tidak mengetahui mastitis. Artinya bahwa Sosial

Budaya sangat diperlukan untuk membantu mengurangi masalah kesehatan

Page 47: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

45

khususnya masalah mastitis pa ibu nifas dengan menerapkan berbagai budaya di

masyarakat dalam mencegah terjadinya mastitis, sehingga menunkan angka

kesakitan pada ibu nifas pada masalah mastitis.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2007). Mengatakan

bahwa kebudayaan setempat/seseorang dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu

masalah yang berkaitan dengan kesehatan pada manusia.

Penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Elisabeth (2007), tentang

Hubungan Sosial Budaya Ibu Nifas Terhadap Mastitis Di Tatanan Desa Danau

Melinjau Kabupaten Binjai Utara Tahun 2007, yang menyatakan bahwa Soaial

Budaya mempunyai pengaruh terhadap kejadian mastitis.

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas menunjukkan persentase responden

di social budaya masyarakat memiliki social budaya yang baik. Hal menunjukan

masyarakat lebih menepkan social budaya kesehatan dengan baik dalam

mengatasi masalah kesehatan, dimana dengan menerapkan sosial budaya

kesehatan dapat menurunkan angka kesakitan dan meningkatkan derajat kesehatan

secara merata.

Dapat diasumsikan bahwa responden perlu menerapkan budaya yang

meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat dan didukung oleh sarana dan

prasarana yang memadai seperti adanya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang

budaya kesehatan yang dapat meningkatkan kesehatan responden.

Page 48: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 5 - 10 Mai

2014 terhadap 48 responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014, maka diperoleh hasil

sebagai berikut:

1. Umur ibu tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Mastitis

Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat dengan nilai p value=1.000 > dari α (0.05).

2. Pendidikan ibu mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Mastitis Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat dengan nilai p value=0.034 < dari α (0.05).

3. Pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Mastitis Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat dengan nilai p value=0.011 < dari α (0.05).

4. Pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Mastitis

Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat dengan nilai p value=0.005 < dari α (0.05).

5. Sosial Budaya ibu mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Mastitis

Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat dengan nilai p value=0.022 < dari α (0.05).

Page 49: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS TERHADAP MASTITIS DI …repository.utu.ac.id/637/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 23. · sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan

47

5.2 SARAN

Dalam mencegah terjadinya mastitis pada ibu nifas maka perlu

ditingkatkan berbagai faktor/karakteristik ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot

Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014, antara

lain:

1. Kepada Praktisi, Perlu Peningkatan pemahaman pencegahan masalah

mastitis pada masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureng

sehingga angka kesakitan pada ibu nifas dapat berkurang.

2. Bagi Kalangan Fakultas, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dan perbaikan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan

bahan masukan diperpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, berkenaan dengan kepentingan ilmiah, bagi

peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang sama,

diharapkan mengkaji masalah ini dengan jangkauan yang lebih luas

dengan menambah variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian

ini sehingga mampu memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap

kajian penelitian mendatang di Fakultas, dan untuk menambah wawasan

peneliti tentang Pencegahan Mastitis pada ibu nifas.