hubungan karakteristik dan pengetahuan dengan …

14
Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN MEKANISME KOPING ORANG TUA MENGHADAPI TEMPER TANTRUM Silfina Vivin 1 , Elisabeth Isti Daryati 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta Email: [email protected] ABSTRAK Temper tantrum adalah luapan emosi tidak terkontrol yang normal dialami oleh anak usia 1 sampai 3 tahun. Temper tantrum ini merupakan salah satu masalah tugas perkembangan anak toddler yang harus dilalui. Banyak orang tua menunjukkan rasa marah bahkan memukul anak atau memenuhi keinginan anak saat anak menunjukkan perilaku tersebut. Orang tua sebaiknya memiliki mekanisme koping yang adaptif untuk menghadapi perilaku tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan dengan mekanisme koping orang tua dalam menghadapi temper tantrum pada toddler di Desa Maju Karya Kalimantan Barat. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara menyeluruh sejumlah 62 orang tua yang memiliki anak usia 1-3 tahun. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Berdasarkan hasil uji kendal’s tau b menunjukan ada hubungan bermakna antara karakteristik usia (p=0,013), pendidikan (p=0,039), dan pengetahuan orang tua (p=0,000) dengan mekanisme koping orang tua. Hasil uji chi-square menunjukan ada hubungan bermakna antara karakteristik jenis kelamin orang tua dengan mekanisme koping (p=0,025) orang tua. Setiap orang tua dengan anak toddler perlu mengembangkan mekanisme koping adaptif dalam menghadapi masalah temper tantrum yang wajar dialami anak. Harapannya tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi strategi penanganan temper tantrum yang tepat. Kata kunci: Pengetahuan, Mekanisme Koping Orang Tua, Temper Tantrum, Toddler. THE RELATIONSHIP BETWEEN CHARACTERISTIC AND KNOWLEDGE WITH COPING MECHANISM OF PARENTS ON FACING TEMPER TANTRUMS ABSTRACT Temper tantrums are out of control emotion behavior in 1 to 3 years old children. Its one of normally task developmental for toddler. Many parents shown angry and even of hitting or complying with children’s need. Parents need to have adaptive coping mechanism to face

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 1

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN MEKANISME

KOPING ORANG TUA MENGHADAPI TEMPER TANTRUM

Silfina Vivin1, Elisabeth Isti Daryati2

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Temper tantrum adalah luapan emosi tidak terkontrol yang normal dialami oleh anak usia 1

sampai 3 tahun. Temper tantrum ini merupakan salah satu masalah tugas perkembangan anak

toddler yang harus dilalui. Banyak orang tua menunjukkan rasa marah bahkan memukul anak

atau memenuhi keinginan anak saat anak menunjukkan perilaku tersebut. Orang tua sebaiknya

memiliki mekanisme koping yang adaptif untuk menghadapi perilaku tersebut. Tujuan

penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan dengan mekanisme

koping orang tua dalam menghadapi temper tantrum pada toddler di Desa Maju Karya

Kalimantan Barat. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan

cross sectional. Sampel diambil secara menyeluruh sejumlah 62 orang tua yang memiliki

anak usia 1-3 tahun. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Berdasarkan hasil uji

kendal’s tau b menunjukan ada hubungan bermakna antara karakteristik usia (p=0,013),

pendidikan (p=0,039), dan pengetahuan orang tua (p=0,000) dengan mekanisme koping

orang tua. Hasil uji chi-square menunjukan ada hubungan bermakna antara karakteristik jenis

kelamin orang tua dengan mekanisme koping (p=0,025) orang tua. Setiap orang tua dengan

anak toddler perlu mengembangkan mekanisme koping adaptif dalam menghadapi masalah

temper tantrum yang wajar dialami anak. Harapannya tenaga kesehatan dapat memberikan

edukasi strategi penanganan temper tantrum yang tepat.

Kata kunci: Pengetahuan, Mekanisme Koping Orang Tua, Temper Tantrum, Toddler.

THE RELATIONSHIP BETWEEN CHARACTERISTIC AND KNOWLEDGE WITH

COPING MECHANISM OF PARENTS ON FACING TEMPER TANTRUMS

ABSTRACT Temper tantrums are out of control emotion behavior in 1 to 3 years old children. Its one of

normally task developmental for toddler. Many parents shown angry and even of hitting or

complying with children’s need. Parents need to have adaptive coping mechanism to face

Page 2: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 2

their behavior. The purposes of research are known relation of parent’s charactheristic and

knowledge with coping mechanism on facing toddler’s temper tantrums in Maju Karya

village, West Kalimantan. Descriptive correlation research with cross sectional design was

used. The study was used total sampling method with 62 parents who have 1 to 3 years old

children as responden. Data collected with questionnares. The analysis data was used

Kendal’s Tau B and Chi square test. The result shown that there is relationship between age

(p 0,013), education level (p 0,039), sex (p 0,025) and knowledge (p 0,000) of parents with

coping mechanism on facing toddler’s temper tantrums. Parents need to build adaptive

coping mechanism on facing toddler’s temper tantrums as normal developmental phase. The

suggestion for health care team to educate parents about temper tantrums .

Keywords: Knowledge; Parents Coping Mechanism; Temper Tantrums; Toddler

PENDAHULUAN

Anak toddler, bagi masyarakat, lebih dikenal sebagai anak batita atau anak dibawah 3

tahun. Anak ini memiliki karakter suka mengeksplorasi lingkungan sekitar. Pada

perkembangan usia ini terlihat kemandirian anak melakukan tugas rumah sederhana,

mencorat-coret secara spontan, memahami perintah sederhana, meniru pekerjaan orang lain,

menuturkan cerita-cerita sederhana dari hasil imajinasinya (Wong, 2009; Soetjiningsih, 2012).

Di sisi lain, terdapat masalah tugas perkembangan yang lazim dialami oleh anak toddler,

salah satunya yaitu temper tantrum.

Temper tantrum adalah perilaku kemarahan dan frustasi yang ekstrim seperti

kehilangan kendali. Anak memperlihatkan perilaku menangis, berteriak dan gerakan tubuh

yang kasar atau agresif seperti membuang barang, berguling dilantai, membenturkan kepala,

menghentakkan kaki ke lantai, menendang dan memukul dan perilaku kekerasn lainnya

termasuk menahan nafas, muntah dan mengigit (Tandry, 2010; Marcdante & Kliegman,

2015). Perilaku tantrum ini ditampilkan anak karena keterbatasan anak dalam

mengungkapkan perasaaan dan perbendaharaan kata yang minim.

Perilaku tantrum ini umum terjadi pada hampir 50-80% anak usia 2-3 tahun. Tantrum

terjadi paling sedikit sekali sehari pada kira-kira 20% anak usia 2 tahun dan 10% pada anak

usia 4 tahun. Perilaku tantrum sedang hingga berat dengan frekuensi perilaku tantrum 3

hingga 5 kali dalam sehari dilaporkan 5% terjadi pada anak yang berusia 3 tahun (Damantila,

2014). Sekitar 5% anak usia pra sekolah masih menunjukkan perilaku ini (Marcdante &

Kliegman, 2015). Oleh karena perilaku tantrum ini merupakan masalah perkembangan yang

normal dialami toddler, orang tua perlu menanggapi secara adaptif untuk membantu anak

memahami dan melewati masa ini. Pengetahuan dan mekanisme koping orang tua terhadap

Page 3: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 3

tugas tahap pertumbuhan dan perkembangan anak toddler yang benar dapat membantu

mengatasi masalah perilaku tantrum ini.

Berdasarkan identifikasi awal peneliti, dibantu oleh kader, kejadian temper tantrum

banyak dialami anak toddler di desa Maju Karya, Kalimantan Barat. Ketika anak merasa

benda miliknya diambil secara paksa oleh temannya dan keinginannya tidak dipenuhi oleh

orang tua, anak cenderung mengamuk dengan cara memukul, berteriak-teriak, menangis,

melempar barang-barang yang ada di sekitar dan berguling-guling di lantai. Para orang tua

memberikan tanggapan yang beragam terhadap perilaku anak tersebut. Respon orang tua

terhadap perilaku anak tersebut antara lain menasehati anak, membiarkan anak berteriak,

menangis, berguling-guling di lantai. Orang tua tidak jarang juga memberikan hukuman fisik

seperti mencubit, memukul, menjewer dan membentak anak. Orang tua beranggapan bahwa

perilaku yang ditunjukan oleh anak merupakan sikap yang tidak wajar, jika dibiarkan akan

membahayakan dan membuat stres. Masih banyak orang tua yang belum mampu menangani

perilaku anak tersebut secara positif. Strategi positif yang dilakukan oleh orang tua dalam

menghadapi perilaku pada awal anak berperilaku tantrum (19,4%) dan selama anak

berperilaku tantrum (50,3%) (Syamsudin, 2010).

Pengetahuan orang tua tentang tanda dan perilaku temper tantrum serta penanganan

yang tepat akan memberikan persepsi positif terhadap perkembangan anak (Agustin, 2008).

Pemahaman orang tua tersebut dapat membangun strategi dalam menghadapi tantrum anak.

Orang tua perlu membentuk mekanisme koping adaptif seperti bersikap tenang, memastikan

lingkungan aman, membuat perjanjian terlebih dahulu ketika mengajak anak jalan-jalan, tidak

menuruti keinginan anak ketika perilaku tantrum berlangsung, mengevaluasi perilaku tantrum

dan mendiskusikan bagaimana cara untuk mengendalikan kemarahan yang dialami oleh anak

(Stuart dan Laraia, 2009). Suasana hati orang tua dapat berpengaruh pada kemarahan dan

keparahan perilaku tantrum anak (Whalley dan Hyland, 2013). Usaha orang tua untuk

mengendalikan perasaan terhadap perilaku tantrum anak yang menyebabkan stres inilah yang

perlu terus ditingkatkan. Pemahaman akan perkembangan anak yang baik diharapkan

membentuk mekanisme koping orang tua yang adaptif terhadap perilaku temper tantrum pada

anak usia toddler.

Dalam penelitian ini, peneliti mencari tahu adanya hubungan karakteristik dan

pengetahuan orang tua dengan mekanisme koping orang tua dalam menghadapi perilaku

temper tantrum pada anak usia toddler (1-3 tahun).

Page 4: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 62 orang tua yang mempunyai anak toddler dengan

temper tantrum pada usia 1-3 tahun di Desa Maju Karya Kalimantan Barat. Cara pengambilan

sampel yang digunakan dengan total sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-

Februari 2017 dengan cara menyebarkan kuisioner berisi 29 item pernyataan pengetahuan (r

tabel 0,25; α 0,96) dan 16 item pernyataan mekanisme koping (r tabel 0,37; α 0,77).

Pengolahan data menggunakan SPSS dengan uji chi square dan Kendal tau b. Pengumpulan

data ini telah mendapatkan persetujuan dari kepala desa setempat dan seluruh responden yang

berpartisipasi dalam penelitian ini. Dalam penyebaran kuisioner ini, peneliti mengunjungi

rumah responden dengan didampingi oleh kader maupun tokoh masyarakat di desa tersebut.

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran karakteristik responden, pengetahuan dan mekanisme koping

Tabel 1. Sebaran karakteristik, pengetahuan dan mekanisme koping orang tua yang

memiliki anak usia toddler berperilaku temper tantrum

Variabel Frekuesnsi (n) Presentase (%)

Usia

< 20 tahun

20-35 tahun

25

37

40,3

59,7

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

53

9

85,5

14,5

Pendidikan

Rendah

Tinggi

16

46

25,8

74,2

Pengetahuan

Kurang baik

Baik

20

42

32,3

67,7

Mekanisme Koping

Maladaptif

Adaptif

21

41

33,9

66,1

Berdasarkan tabel 1 diatas, diperoleh gambaran responden berdasarkan usia, jenis

kelamin, pendidikan, pengetahuan tentang perilaku temper tantrum dan mekanisme koping

Page 5: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 5

orang tua. Pada karakteristik usia, 25 orang tua (40,3%) berusia kurang dari 20 tahun dan 37

orang tua (59,7%) berusia 20 sampai 35 tahun. Beberapa masyarakat desa ini sudah menikah

mulai dari usia 18 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut mereka telah memiliki

pekerjaan dan penghasilan yaitu sebagai buruh di perusahaan kelapa sawit. Mereka

menganggap bahwa ketika sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan maka sudah layak

membina rumah tangga.

Pada karakteristik jenis kelamin, terdapat 53 orang tua (85,5%) perempuan dan 9

orang tua (14,5%) laki-laki. Tingginya jumlah responden orang tua berjenis kelamin

perempuan dibandingkan orang tua laki-laki disebabkan karena perempuan lebih cenderung di

rumah melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Peran sebagai ibu rumah tangga

memiliki banyak waktu bersama anak dan mudah ditemui. Sedangkan laki-laki berperan

sebagai kepala keluarga yang mayoritas bekerja sebagai buruh/petani penggarap. Pada waktu

senggang atau waktu libur mereka memanfaatkan waktu untuk pergi ke sawah milik pribadi.

Tabel 1 juga memperlihatkan presentase tingkat pendidikan orang tua. Dalam tabel

tersebut terdapat 16 orang tua (25,8%) berpendidikan rendah (SD dan SMP) dan 46 orang tua

(74,2%) berpendidikan tinggi (SMA/perguruan tinggi). Lokasi pendidikan tingkat sekolah

menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK) berada tak jauh dari Desa

Maju Karya. Area sekolah tersebut berada di Desa Pusat Damai yang berjarak 5 km dan

mudah ditempuh dengan kendaraan dari Desa Maju Karya.

Penyebaran pengetahun orang tua menunjukkan bahwa 20 orang tua (32,3%)

pengetahuan kurang baik dan 42 orang tua (67,7%) pengetahuan baik. Orang tua mengetahui

bahwa anak usia 1-3 tahun berperilaku sering mengamuk karena mencari perhatian,

mengantuk, atau meminta sesuatu seperti yang dikendaki anak. Namun ada dari mereka

berpersepsi bahwa menghadapi perilaku tersebut dengan intonasi naada tinggi dan dipukul.

Pada mekanisme koping terlihat 21 orang tua (33,9%) memiliki mekanisme koping

maladaptif dan 41 orang tua (66,1%) memiliki mekanisme koping adaptif yang diterapkan

dalam menghadapi temper tantrum pada anak toddler. Koping mekanisme adaptif yang sering

ditunjukkan yaitu dengan berusaha tenang, menggendong/ memangku/memeluk anak, bicara

lembut menanyakan alasan anak marah. Reaksi koping maladaptif juga masih ditunjukkan

dengan menjanjikan hadiah, memarahi, mencubit bahkan sampai memukul anak.

Page 6: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 6

B. Hasil analisis bivariat karakteristik dan pengetahuan responden terhadap mekanisme koping

dalam menghadapi temper tantrum

Tabel 2. Hubungan Antara Usia Dan Mekanisme Koping Orang Tua Dalam

Menghadapi Temper Tantrum Pada Toddler

Usia Koping Mekanisme Total p

value

(tahun) Maladaptif (%) Adaptif (%) (%)

< 20 13 52,0 12 48,0 25 100

20-35 8 21,6 29 78,4 37 100 0,013

Total 21 33,9 41 66,1 62 100

Berdasarkan hasil korelasi kendall’s Tau b didapatkan pvalue 0,013(P < 0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara karakteristik usia dan

mekanisme koping orang tua dalam menghadapi temper tantrum pada toddler. Koefisien

korelasi yang didapat dari hubungan kedua variable ini sebesar 0,86. Nilai ini menunjukkan

variable usia dengan mekanisme koping memiliki hubungan yang lemah. Sehingga dapat

diartikan bahwa hubungan antara usia dengan mekanisme koping orang tua dalam

menghadapi temper tantrum pada toddler adalah signifikan namun lemah.

Tabel 3. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dan Mekanisme Koping Orang Tua Dalam

Menghadapi Temper Tantrum Pada Toddler

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan p value 0,025(p < 0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara karakteristik jenis kelamin dan

mekanisme koping orang tua dalam menghadapi temper tantrum pada toddler. Nilai koefisien

korelasi kedua variable ini yaitu 0,69 yang berarti variabel jenis kelamin orang tua dan

mekanisme koping orang tua dalam menghadapi temper tantrum lemah. Hal ini berarti

Jenis

kelamin

Koping Mekanisme Total p

value

Maladaptif (%) Adaptif (%) (%)

Perempuan 15

28,3 38

71,7 53 100

Laki-laki 6 66,7 3 33,3 9 100 0,025

Total 21 33,9 41 66,1 62 100

Page 7: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 7

hubungan antara karakteristik jenis kelamin dengan mekanisme koping orang tua dalam

menghadapi temper tantrum toddler adalah signifikan dan cukup kuat. Namun, distribsi

responden kurang tersebar merata antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Tabel 4. Hubungan Antara Pendidikan Dan Mekanisme Koping Orang Tua Dalam

Menghadapi Temper Tantrum Pada Toddler

Pendidikan Koping Mekanisme Total p

value

Maladaptif (%) Adaptif (%) (%)

Rendah 9 56,3 7 43,7 1 100

Tinggi 12 26,1 34 73,9 46 100 0,039

Total 21 33,9 41 66,1 62 100

Berdasarkan hasil korelasi kendall’s Tau b didapatkan pvalue 0,039 (p < 0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara karakteristik

pendidikan dan mekanisme koping orang tua dalam menghadapi temper tantrum pada toddler.

Nilai koefisien korelasi yang ditemukan yaitu 0,85 artinya keeratan hubungan kedua variabel

lemah. Hasil ini berarti bahwa pendidikan dan variable mekanisme koping orang tua dalam

menghadapi temper tantrum pada toddler memiliki hubungan yang signifikan dan keeratan

yang lemah.

Tabel 5. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Mekanisme Koping Orang Tua Dalam

Menghadapi Temper Tantrum pada Toddler

Pengetahuan Koping Mekanisme Total p value

Maladaptif (%) Adaptif (%) (%)

Kurang 15 75,0 5 25,0 20 100

Baik 6 14,3 36 85,7 42 100 0,000

Total 21 33,9 41 66,1 62 100

Berdasarkan hasil korelasi kendall’s Tau B didapatkan p value 0,000 (p < 0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan

mekanisme koping orang tua dalam menghadapi temper tantrum pada toddler. Nilai koefisien

korelasi kedua variable ini yaitu 0,72 yang berarti nilai keeratannya cukup kuat. Sehingga

hubungan antara pengetahuan dengan mekanisme koping orang tua dalam menghadapi temper

tantrum pada anak toddler ini memiliki signifikansi yang tinggi dan korelasi cukup kuat.

Page 8: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 8

PEMBAHASAN

Karakteristik Orang Tua

Berdasarkan tabel 1, karakteristik orang tua mencakup usia, jenis kelamin dan

pendidikan. Pertama, usia orang tua pada penelitian ini berada pada rentang usia 21-35 tahun.

Hampir sebagian besar responden masuk pada tahap usia dewasa awal. Menurut Syam (2013)

usia produktif untuk menjadi orang tua adalah usia mulai dari 21 tahun hingga 35 tahun

dimana usia tersebut sudah siap secara emosional untuk menikah dan siap untuk menjadi

orang tua. Pada usia dewasa awal ini, orang memasuki masa adaptasi dengan peran dalam

keluarga muda. Mereka menyesuaikan diri terhadap tugas dan tanggung jawab sebagai orang

tua. Dalam masa ini ada ketegangan emosi berupa ketakutan dan kekuatiran gagal mendidik

anak. Perasaan tersebut timbul bergantung pada kemampuan penyesuaian terhadap persoalan

yang lalu (Hurlock, 2010) .

Kedua, jenis kelamin responden mayoritas adalah perempuan. Tingginya jumlah

responden orang tua yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan orang tua yang berjenis

kelamin laki-laki disebabkan karena orang tua perempuan lebih cenderung di rumah sebagai

ibu rumah tangga, memiliki banyak waktu bersama anak dan cenderung untuk mudah

ditemui. Sedangkan orang tua laki-laki sulit untuk ditemui karena berperan sebagai kepala

keluarga dan mayoritas bekerja sebagai buruh dengan jadwal rutinitas kerja mulai pada hari

senin sampai dengan hari sabtu dari pukul 06.00-17.00 WIB. Pada waktu senggang atau

waktu libur orang tua laki-laki memanfaatkan waktu untuk pergi ke sawah milik pribadi.

Perempuan lebih mempuyai waktu yang banyak bagi anak terutama orang tua yang berperan

sebagai ibu rumah tangga. Perempuan memiliki peran yang banyak dalam keluarga yaitu

dalam hal mengasuh anak dan membentuk karakter anak sehingga seorang perempuan akan

lebih memahami kebutuhan anak, sedangkan seorang laki-laki berperan sebagai kepala

keluarga yang bertugas dalam mencari nafkah sehingga waktu luang bagi keluarga lebih

sedikit karena cenderung diluar rumah (Handayani, 2010).

Karakteristik lainnya yaitu pendidikan orang tua yang sebagian besar telah

menyelesaikan pendidikan SMA atau SMK. Sekolah tersebut berada tidak jauh dari desa

tempat tinggal responden. Menurut Handayani (2010) jarak antara tempat tinggal ke sekolah

akan mempengaruhi individu dalam proses menempuh jenjang pendidikan. Semakin jauh

jarak tempuh antara tempat tinggal ke sekolah maka akan menjadi pertimbangan tertentu

Page 9: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 9

terkait biaya dan transportasi. Semakin dekat jarak tempuh antara tempat tinggal ke sekolah

dan kualitas sekolah yang baik, maka individu akan cenderung termotivasi untuk bersekolah.

Pengetahuan Orang Tua.

Dalam tabel 1 terlihat bahwa ada 42 orang tua (67,7%) memiliki pengetahuan baik

tentang bagaiamana menghadapi perilaku tantrum anak. Pengetahuan orang tua terbentuk dari

informasi yang ditangkap melalui indera pendengaran dan penglihatan. Informasi akan lebih

cepat diolah jika mendapatkan perhatian, pernah dialami masa, adanya unsur kedekatan dan

kesamaan peristiwa Pengetahuan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

yaitu pendidikan, informasi atau media massa, sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.

(Notoadmodjo,2012). Responden ini adalah orang tua yang telah memasuki masa

perkembangan usia dewasa dan tinggal dalam satu komunitas Desa Maju Karya serta rutin

bertemu ketika membawa anak berkunjung ke posyandu Dahlia. Kedekatan dan kesamaan

serta kesempatan berkumpul tentu dapat membentuk kemampuan adaptasi terhadap

perubahan yang dihadapi bersama (Daryati dan Suwarno, 2020)

Hasil penelitian Wulandari (2013) menunjukkan perubahan tingkat pengetahuan ibu

sebelum dan sesudah mendapatkan pelatihan mengenai cara tingkah laku temper tantrum anak

toddler. Adanya perbedaan skor sebesar -10. mean of difference dengan nilai t sebesar -8.915

dengan nilai p = 0.000 (p ≤ 0.05) menunjukan telah terjadi perubahan signifikan terhadap

pengetahuan ibu mengenai cara mengatasi anak temper tantrum.

Mekanisme Koping Orang Tua

Mekanisme koping adalah suatu usaha yang digunakan seseorang untuk

mempertahankan rasa kendali terhadap situasi yang kurang nyaman dan menghadapi situasi

yang menimbulkan stress (Videbeck, 2008). Di tabel 1 menunjukkan ada 41 responden yang

memiliki mekanisme koping adaptif dalam menghadapi temper tantrum pada anak toddler.

Menurut Stuart dan Laraia, (2009), mekanisme koping adaptif orang tua dikarakteristikkan

dengan bersikap tetap tenang, memindahkan anak jika berada di tempat yang membahayakan,

membiarkan anak sampai merasa tenang, memeluk dan mengajak bicara setelah anak selesai

berperilaku tantrum. Mekanisme koping maladaptif akan ditampilkan dalam bentuk memarahi

anak, mencubil, memukul dan memberikan hadiah supaya anak tenang.

Page 10: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 10

Hubungan antara Usia dengan Mekanisme Koping Orang Tua

Pada tabel 2 terlihat hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara usia

dengan mekanisme koping orang tua dalam menghadapi anak temper tantrum (p < 0,5). Hasil

ini sejalan dengan penelitian Zakiyah (2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara usia orang tua dengan kejadian anak toddler yang menunjukkan perilaku

temper tantrum dengan p value 0,027 (p < 0,05).

Menurut Syamsudin (2010) usia yang muda (kurang dari 20 taahun) dapat

mempengaruhi mekanisme koping seseorang. Pada usia muda tingkat emosional individu

tersebut belum stabil, sementara ketika mereka menjadi orang tua dan memiliki tanggung

jawab yang besar dalam mengasuh anak. Usia dikatakan produktif untuk menjadi orang tua

adalah usia 21-35 tahun karena usia tersebut tergolong dianggap pola pikir luas dan lebih

mampu untuk mengontrol emosional serta mampu untuk mengendalikan diri. Berdasarkan

penelitian Handayani (2010), menyatakan bahwa ketika individu memutuskan untuk menikah

maka akan memiliki tanggung jawab yang besar terkait pola asuh.

Peneliti berasumsi bahwa usia kurang dari 20 tahun dan usia 21-35 tahun akan

berpengaruh terhadap mekanisme koping dalam menghadapi temper tantrum pada toddler.

Usia 21-35 dianggap usia produktif yang telah mampu untuk menunjukkan mekanisme

koping yang adaptif. Semakin bertambahnya usia maka orang tua akan memiliki mekanisme

koping yang baik karena dianggap memiliki pola pikir yang luas, mampu untuk mengontrol

emosional serta mampu untuk mengendalikan diri terutama dalam hal merespon anak yang

mengalami temper tantrum pada usia toddler.

Hubungan Antara Jenis Kelamin Dan Mekanisme Koping Orang Tua

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulansari (2015) menyatakan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin orang tua dan mekanisme koping dalam

menghadapi temper tantrum dengan nilai P = 0,029 (P < 0,05). Menurut Hasan (2011)

perempuan dan laki-laki memiliki mekanisme koping yang berbeda dalam merespon anak

toddler. Perempuan cenderung menerapkan pola asuh yang bersifat demokratis terhadap anak

dan cenderung mengerti kebutuhan serta karakter anak, sedangkan seorang laki-laki lebih

bersikap otoriter dalam mengasuh anak tingkat emosional yang lebih tinggi. Borelli, Nelson-

Coffey dan River (2017) menganalisis perasaan orang tua dalam munculnya perilaku negatif

Page 11: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 11

anak dan menemukan bahwa perempuan (ibu) memiliki tingkat yang tinggi dari pada laki-laki

(ayah).

Peneliti berasumsi bahwa perempuan lebih cenderung memiliki mekanisme koping

yang adaptif dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan (ibu) lebih

memiliki waktu yang banyak bersama anak di rumah sehingga mampu memahami karakter

anak. Ibu yang mengamati karakter anak dapat mempelajari perilaku anak sehingga mampu

menunjukkan koping yang tepat. Laki-laki (ayah) sibuk bekerja untuk dapat menghidupi

keluarga sehingga cenderung lebih sedikit waktu bersama dengan anak. Keterbatasan waktu

ini sering menghambat kedekatan ayah dengan anak, kemampuan mengasuh dengan baik

terlebih jika ayah belum berpengalaman menghadapi anak toddler (Ball, Bindler, Cowen,

2012). Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian ini, terdapat ketidakseimbangan

antara jumlah responden laki-laki sebanyak 9 orang dan perempuan sebanyak 53 orang

sehingga mempengaruhi hasil dari mekanisme koping orang tua.

Hubungan antara pendidikan dengan mekanisme koping orang tua

Penelitian Niniek (2011) tentang buhungan pendidikan orang tua terhadap pola asuh

orang tua pada toddler yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pendidikan orang tua terhadap pola asuh dengan nilai p value = 0,016 (P <0,05). Pendidikan

mempengaruhi mekanisme koping orang tua, semakin tingginya jenjang pendidikan orang tua

maka akan memiliki ilmu-ilmu yang mendasari dalam memilih mekanisme koping yang

adaptif dalam mengatasi masalah terutama cara mengatasi temper tantrum pada toddler

(Handayani, 2010). Peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi pendidikan maka orang tua akan

semakin dibekali oleh ilmu-ilmu yang dapat membantu mereka dalam mengahadapi anak

temper tantrum dan mekanisme koping yang tepat dalam menyelesaikan suatu masalah.

Hubungan pengetahuan dengan mekanisme koping orang tua

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Paravoti (2016) yang berjudul hubungan

pengetahuan dengan pola asuh orang tua dalam menghadapi temper tantrum pada toddler.

Pola asuh yang ditunjukan pada penelitian ini adalah pola asuh demokratis dan otoriter. Pola

asuh demokratis mampu menunjukkan sikap tenang, mengajak anak berbicara setelah anak

tenang, menenangkan anak ketika anak menyakiti dirinya. Sedangkan pola asuh yang otoriter

adalah pola asuh orang tua yang memaksa anak untuk diam ketika sedang mengamuk,

Page 12: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 12

mencubit dan membentak anak. Penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan pengetahuan dengan pola asuh orang tua dalam menghadapi temper tantrum pada

toddler dengan p value 0,042 (P < 0,05). Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang

relatif baik yang dimiliki oleh orang tua dapat berdampak positif dalam menentukan

mekanisme koping yang digunakan.

Peneliti berasumsi bahwa semakin baik pengetahuan orang tua maka akan memiliki

wawasan yang luas sehingga dapat berespon positif terhadap anak yang mengalami temper

tantrum. Pengetahuan orang tua tersebut dapat menghasilkan kemampuan adaptasi terhadap

perubahan perilaku anak. Peningkatan pengetahuan orang tua yang terus menerus dilakukan

tenaga kesehatan (perawat dan dokter) dengan memberikan informasi yang relevan dengan

kegiatan anak sehari-hari dapat membentuk landasan pengetahuan yang kuat (Dameria,

Daryati, dan Rasmada, 2019). Misalnya, orang tua menggunakan perjanjian di awal untuk

mengajarkan disiplin pada tujuan, negosiasi untuk belajar memecahkan masalah dan

berkompromi serta mencapai apa yang diharapkan bersama ketika menghadapi perilaku

tantrum anak. Respon-respon tersebut akan membentuk mekanisme koping yang adaptif pada

orang tua ketika ditampilkan secara terus menerus. Anak toddler akan melihat dan meniru

respons orang tua. Pada akhirnya anak akan semakin dapat belajar mengontrol diri dengan

lebih baik.

SIMPULAN

Penelitian yang dilakukan pada 62 responden yang memiliki anak usia toddler dan

menunjukkan adanya perilaku temper tantrum mayoritas adalah perempuan (85,5%) berusia

25-35 tahun (59.7%) dan berpendidikan tinggi (74,4%). Gambaran hasil pengetahuan terntang

temper tantrum pada toddler mayoritas baik (67,7%). Gambaran kemampuan mekanisme

koping mayoritas menunjukkna koping adaptif (66,1%) dalam menghadapi perilaku temper

tantrum pada anak toddler. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara usia, jenis

kelamin, pendidikan dan pengetahuan dengan mekanisme koping orang tua dalam

menghadapi perilaku temper tantrum pada anak toddler di Desa Maju Karya Kalimantan

Barat.

Page 13: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 13

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus yang

berperan penting dalam pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan ini

DAFTAR PUSTAKA

Agustin. (2008). Bimbingan Konseling Anak Usia Dini. Jakarta: Rineka Cipta.

Ball, Jane. Bindler, Ruth. Cowen, Kay (2012). Principles of Pediatric Nursing: Caring for

Children. Fifth Ed.New Jearsy: Pearson

Borelli, JL. Nelson-Coffey, SK. River LM. (2017). Bringing Work Home: Gender and

Parenting Correlates of Work-Family Guilt among Parents of Toddlers. Jurnal of

Child and Family Study. 26: 1734-1745

Damantia. (2014). Pola Asuh orang Tua dengan frekuensi dan Intensitas Perilaku Temper

Tantrum. Jakarta: EGC

Dameria,F. Daryati,E. Rasmada,S. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku

Ibu dalam Menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan

Indonesia. 9(03): 623-627

Daryati, E., & Soewarno, M. (2020). Analisis Faktor Prinsip Pembelajaran Yang Mendukung

Student Centered Learning. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 22-27

Handayani, N. (2010). Pengaruh Ibu Dalam Pengasuhan Anak. Malang: Jurnal Psikologi.

Vol. 3. No.4:49-58.

Hasan. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Driva Press.

Hurlock, E.B. (2010). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan.

Jakarta: Erlangga.

Marcdante, K & Kliegman, R. (2015). Nelson: Essentials of Pediatrics. 7th Ed. Philadelpia:

Elsevier Saunders

Niniek. (2011). Hubungan Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Orang Tua pada

Toddler. Jakarta: Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 2, No. 4:48-56.

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Paravoti, Amalia. (2016). Hubungan Pengetahuan dengan Pola Asuh Orang Tua dalam

Menghadapi Temper Tantrum pada Toddler. Jakarta: Jurnal Ilmu Keperawatan

Indonesia. Vol. 5, No. 7:50-62.

Soetjiningsih, Christiana H. (2012). Perkembangan Anak. Jakarta: Prenada Media.

Page 14: HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN DENGAN …

Carolus Journal of Nursing, Vol 3 No 1, 2020 | 14

Stuart, G.M., Laraia, M.T. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis:

Mosbay.

Syam, Subhan. (2013). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kejadian Temper Temper

Tantrum Anak Usia Toddler Di PAUD Dewi Kunti Surabaya. Surabaya: Jurnal

Psikologi. Vol. 5, No. 6:42:48.

Syamsudin. (2010). Mengenal Perilaku Tantrum dan Bagaimana Mengatasinya. Jakarta:

Jurnal Pendidikan Keperawatan. Vol. 5, No.4:51-56.

Tandry, N. (2010) Bad Behaviour, Tantrums, and Tempers. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG.

Whalley, B & Hyland, M. (2012). Placebo by proxy: the effect of parents believe's on therapy

for children's temper tantrum. Journal of Behavioral Medicine. 336: 341-346

Wulandari, Agustina. (2013). Perubahan Tingkat Pengetahuan Para Ibu Mengenai Tingkah

Laku Temper Tantrum. Yogyakarta: Jurnal Keperawatan Psikologi. Vol. 6, No.4:44-

50.

Wulansari. (2015). Pola Asuh orang tua dan karakteristik orang tua terkait temper tantrum

pada usia toddler. Surabaya: Jurnal Penelitian Program Studi Keperawatan. Vol. 3,

No. 2:41-47.

Wong, Donn L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Zakiyah, Nisaus. (2017). Hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian temper tantrum pada

anak usia toddler di Dukuh Pelem Kelurahan Baturetno Banguntapan Bantul. Interest:

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.6 (1)